02.05.2013 Views

Sistem Infomasi Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai Instumen ...

Sistem Infomasi Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai Instumen ...

Sistem Infomasi Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai Instumen ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

ABSTRAK<br />

4<br />

PENDAHULUAN<br />

Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

<strong>Sistem</strong> <strong>Infomasi</strong> <strong>Analytic</strong> <strong>Hierarchy</strong> <strong>Process</strong><br />

(<strong>AHP</strong>) <strong>sebagai</strong> <strong>Instumen</strong> Pembantu<br />

Keputusan dalam Pemilih Saham terbaik<br />

Oleh : J Warmansyah<br />

Menentukan saham <strong>sebagai</strong> nilai investasi tidak mudah , karena adanya berbagai faktor<br />

yang harus dipertimbangkan . Untuk memprediksi nilai tersebut dikemudian hari akan naik (Gain),<br />

nilai pemisahan saham (Stock Split), nilai penggabungan saham (Reverence Stock ), deviden atau<br />

pembagian laba , Income Statment Report dan Balance Sheet Report.<br />

Analitic <strong>Hierarchy</strong> <strong>Process</strong> merupakan bagian dari sistem penujang keputusan. <strong>AHP</strong> dapat<br />

digunakan untuk membantu menentukan nilai saham terbaik sesuai dengan kriteria yang ditetapkan<br />

sebelumnya.<br />

<strong>Sistem</strong> penunjang keputusan memiliki penilaian skoring sistem membantu prioritas saham<br />

terbaik dalam pemilihan saham. Hasil tersebut akan jadi ranking nilai saham yang terbaik<br />

berdasarkan nilai yang akan di prediksi pada kriteria sebelumnya.<br />

Kata Kunci : saham, deviden, investasi.<br />

Saham merupakan salah satu<br />

sistem yang di ciptakan dalam dunia<br />

perekonomian untuk menggerakan dunia<br />

usaha dengan model penanaman modal.<br />

Penanaman modal ini juga akan berguna<br />

bagi perusahaan perusahaan yang hendak<br />

mengembangkan diri . Selain hal tersebut ,<br />

saham akan membantu para investor dalam<br />

mencari upaya mencari lahan baru dalam<br />

dunia usaha. Ada berbagai bentuk saham<br />

yang di tawarkan, diantaranya adalah<br />

saham unggulan yang di kenal dengan<br />

saham Bhue Chip. Di Indonesia beberapa<br />

perusahaan yang di izikan masuk dalam<br />

katagori saham Blue Chip ini adalah<br />

BUMI BUMI resorce<br />

ANTM Aneka Tambang<br />

TINS Timah<br />

UNSP Bakrie Sumatra<br />

TRUB Truba Alam<br />

PGAS Perusahaan Gas Negara<br />

INCO International Nikel<br />

BBNI BNI<br />

TLKM Telkom<br />

PTBA Bukit Asam<br />

a. PT. Bank Negara Indonesia Tbk<br />

Tanggal 5 Juli 1946, Bank Negara<br />

Indonesia didirikan dan dipersiapkan<br />

menjadi Bank Sikulasi atau Bank Sentral<br />

yang bertanggung jawab dan<br />

menerbitkan dan mengelola mata uang<br />

RI. Beberapa bulan sesudah<br />

pendiriannya, Bank Negara Indonesia<br />

mulai mengedarkan alat pembayaran<br />

resmi pertama yang dikeluarkan oleh<br />

Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau<br />

Oeang Republik Indonesia, pada malam<br />

menjelang tanggal 30 Oktober 1946,<br />

hanya beberapa bulan sejak<br />

pembentukannya. Menyusul penunjukan<br />

De Javasche Bank yang merupakan<br />

warisan Pemerintah Belanda <strong>sebagai</strong><br />

Bank Sentral pada tahun 1949,<br />

pemerintah membatasi peranan Bank<br />

Negara Indonesia <strong>sebagai</strong> bank sirkulasi<br />

atau bank sentral.<br />

Sehubungan dengan penambahan<br />

modal pada 1955, status Bank Negara<br />

Indonesia diubah menjadi bank umum<br />

milik pemerintah dengan penetapan<br />

yuridis melalui Undang-Undang Darurat<br />

No. 2 tahun 1955.<br />

PT. Bumi Resources Tbk<br />

PT. Bumi Resources Tbk<br />

(Perusahaan) didirikan pada tanggal<br />

1


29Juni 1973 berdasarkan Akta No.130<br />

dan No.103 tanggal 28 November 1973,<br />

keduanya dibuat dihadapan Djoko<br />

Soepadmo, S.H., notaries di Surabaya<br />

dan mendapat persetujuan dari Menteri<br />

Kehakiman Republik Indonesia pada<br />

tanggal 112 Desember 1973 melalui<br />

surat keputusan No. Y.A.5/433/12 dan<br />

didaftarkan di Buku Register<br />

kepaniteraan pengadilan Negeri<br />

Surabaya dibawah No.1822/1973,<br />

No.1823/1973, No. 1824/1973 tanggal<br />

27 Desember 1973, serta diumumkan<br />

dalam Berita Negara Republik<br />

Indonesia No. 1 tanggal 2 Januari 1974,<br />

tambahan No.7.<br />

b. PT. Timah (Persero) Tbk<br />

PT. Timah Tbk. (Perusahaan)<br />

didirikan berdasarkan akta notaries<br />

Imas Fatimah, SH, No.1 tanggal 2<br />

Agustus 1976. Akta notaries tersebut<br />

telah beberapa kali mengalami perubahan.<br />

Menteri Kehakiman Republic Indonesia<br />

telah memberikan persetujuan<br />

atas perubahan akta-akta notaries Imas<br />

Fatimah, SH, No.85 tanggal 28 Juli<br />

1995 dan No.11 tanggal 4 Agustus<br />

1995 melalui Surat Keputusan No.C2-<br />

9985.HT.01.04.Th.95 tanggal 14 Agustus<br />

1995 sehubungan dengan<br />

penawaran saham Seri B dan Global<br />

Depository Receipts (GDR) secara bersamaan<br />

melalui pasar modal domestik<br />

dan internasional.<br />

Pada tanggal 27 September<br />

1995, perusahaan memperoleh<br />

persetujuan dari Badan Pengawas<br />

Pasar Modal (Bapepam) melalui<br />

suratnya No. S-1246/PM/1995 untuk<br />

melakukan penawaran umum atas<br />

176.155.000 saham Seri B dan GDR<br />

milik perusahaan. Penawaran umum<br />

yang terakhir dilakukan pada tanggal 19<br />

Oktober 1995<br />

c. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk<br />

Perusahaan Perseroan<br />

(Persero) P.T. Telekomunikasi Indonesia<br />

Tbk (“Perusahaan”) pada mulanya<br />

merupakan bagian dari ‘Post en<br />

Telegraafdienst” yang didirikan pada<br />

tahun 1884 berdasarkan surat<br />

kepetusan Gubernur Jendral Hindia<br />

Belanda No. 7 Tanggal 27 Maret 1884<br />

Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

dan diumumkan dalam Berita Negara<br />

Hindia Belanda No. 52 tanggal 3 April<br />

1884.<br />

Pada tahun 1991, berdasarkan<br />

Peraturan Pemerintah No. 25 tahun<br />

1991, status perusahaan diubah<br />

menjadi perseroan terbatas milik Negara<br />

(“Persero”)<br />

d. PT . International Nickel Indonesia<br />

PT. Internasional Nickel Indonesia<br />

Tbk. (“PT Inco” atau “Perseroan”)<br />

didirikan pada tanggal 25 Juli 1968<br />

berdasarkan akta notaries Eliza<br />

Pondang, No. 49 di Jakarta. Anggaran<br />

Dasar Perseroan disetujui oleh Menteri<br />

Kehakiman dalam Surat Keputusan No.<br />

JAS/69/18 tanggal 26 Juli 1968<br />

diumumkan dalam Berita Negara No. 62<br />

tanggal 2 Agustus 1968. Anggaran<br />

Dasar Perseroan telah beberapa kali<br />

mengalami perubahan dan yang terakhir<br />

diubah dengan akta Nomor 49 tanggal<br />

17 Desember 2007 yang diubah<br />

dihadapan Poerbaningsih Adi Warsito<br />

S.H., notaries di Jakarta untuk<br />

merefleksikan pemecahan satu saham<br />

menjadi sepuluh saham biasa<br />

perseroan. Perubahan ini telah diterima<br />

oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi<br />

Manusia dalam Surat Keputusan No. C-<br />

UM-HT.01.10 – 6366 tanggal 17<br />

Desember 2007 dan telah didaftarkan<br />

pada Kantor Pendaftaran Kodya<br />

Jakarta. Sesuai dengan surat No.<br />

09.03.1.13.29245 tanggal 28 Desember<br />

2007, sekitar 61% saham perseroan<br />

dimiliki oleh Vale Inco Limited<br />

(sebelumnya CVRD Inco Limited),<br />

sekitar 18% oleh maksyarakat umum<br />

melalui Bursa Efek Indonesia<br />

(sebelumnya Bursa Efek Jakarta),<br />

sekitar 20% oleh Sumitomo Metal<br />

Mining Co., Ltd., dan sisanya oleh<br />

empat perusahaan Jepang lainnya.<br />

e. PT Truba Alam Manunggal Engineering<br />

Tbk<br />

PT Truba Alam Manunggal Engineering<br />

Tbk (Perusahaan) didirikan<br />

berdasarkan akta No. 4 tanggal 1 Februari<br />

2001 yang dibuat di hadapan<br />

Mohammad Rasjid Umar, SH, Notaris di<br />

Balikpapan. Akta pendirian ini telah<br />

memperoleh persetujuan dan Menteri<br />

2


Kehakiman Rpublik Indonesia dengan<br />

Surat Keputusannya No. C-<br />

22.HT.01.01.TH 2002 tanggal 21 Januari<br />

2002. Anggaran Dasar Perusahaan<br />

telah mengalami beberapa kali perubahan,<br />

terakhir berdasarkan akta Notaris<br />

No. 23 tanggal 13 Agustus 2007 beserta<br />

dokumen pendukungnya yang<br />

dibuat oleh Poerbaningsih Adi Warsito,<br />

SH, Notaris di Jakarta, mengenai perubahan<br />

Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 4<br />

ayat 3, akta pelaporannya telah diterima<br />

dan dicatat di dalam database Sisminbakum<br />

Departemen Hukum dan<br />

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.<br />

Akta perubahan tersebut telah memperoleh<br />

persetujuan dari Menteri Hukum<br />

dan Hak Asasi Manusia Republik<br />

Indonesia sesuai surat penerimaan laporan<br />

Akta Perubahan Anggaran Dasar<br />

Perusahaan dengan surat keputusan<br />

No. W7-HT.01.04-12015 tanggal 15<br />

Agustus 2007.<br />

f. PT. Tambang Batubara Bukit Asam<br />

Tbk<br />

PT. Tambang Batubara Bukit<br />

Asam (Persero) Tbk (“Perseroan”)<br />

didirikan pada tanggal 2 Maret 1981,<br />

berdasarkan peraturan Pemerintah no.<br />

42 tahun 1980 dengan Akta Notaris<br />

Mohamad Ali No. 1, yang telah diubah<br />

dengan Akta Notaris No. 5 tanggal 6<br />

Maret 1984 dan No. 51 Tanggal 29 Mei<br />

1985 dari notaris yang sama. Akta<br />

pendirian dan perubahan tersebut<br />

disahkan oleh Menteri Kehakiman<br />

dalam Surat Keputusan No. C2-7553-<br />

HT.01.04.TH.85. tanggal 28 November<br />

1985 serta diumumkan di Berita Negara<br />

No. 33, Tambahan No. 550, tanggal 25<br />

April 1986. Anggaran Dasar<br />

Perusahaan telah mengalami beberapa<br />

kali perubahan, yang terakhir dalam<br />

Akta Notaris No. 57 tanggal 15<br />

Desember 2006 dari Notaris Nila<br />

Noordjasmani Soeyasa Besar, S.H.,<br />

Notaris penganti Imas Fatimah, S.H.,<br />

mengenai perubahan pasal 11 dan 14<br />

anggaran dasar perusahaan.<br />

Perubahan ini telah disetujui oleh<br />

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia<br />

Republik Indonesia Republik Indonesia<br />

dalam surat keputusan No. W7-<br />

HT.01.04-5185 tanggal 19 Desember<br />

2006 serta diumumkan dalam Berita<br />

Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

Negara Republik Indonesia No. 12<br />

Tanggal 9 Pebruari 2007, tambahan No.<br />

146.<br />

g. PT. Aneka Tambang Tbk<br />

Perusahaan Perseroan (Persero)<br />

PT. Aneka Tambang Tbk<br />

(“Perusahaan”) didirikan di Republik Indonesia<br />

pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan<br />

peraturan pemerintah no. 22<br />

tahun 1968, dengan nama “Perusahaan<br />

Negara (PN) Aneka Tambang” dan Diumumkan<br />

dalam tambahan No. 36 Berita<br />

Negara No. 56, Tanggal 5 Juli 1968<br />

pada tanggal 14 September 1974, berdasarkan<br />

peraturan Pemerintah No. 26<br />

Tahun 1974, status perusahaan diubah<br />

dari perusahaan Negara menjadi perusahaan<br />

Negara Perseroan terbatas<br />

(“Perusahaan Perseroam”) dan sejak itu<br />

dikenal dengan “Perusahaan Perseroan<br />

(Persero) Aneka Tambang”.<br />

h. PT. Bakrie Sumatra Plantations Tbk<br />

PT. Bakrie Sumatra Plantations Tbk,<br />

(“Perusahaan”) berdiri di Republik<br />

Indonesia pada tahun 1911 dengan<br />

nama “NV Hollandsch Amerikanse<br />

Plantage Maatschaappj”. Nama<br />

perusahaan telah beberapa kali<br />

mengalami perubahan, terakhir dengan<br />

nama PT. Bakrie Sumatera Plantations<br />

Tbk. Anggaran dasar perusahaan<br />

pertama kali diumumkan dalam<br />

lembaran berita Negara Republik<br />

Indonesia No. 14 tanggal 18 Febuari<br />

1941 tambahan No. 101. Anggaran<br />

dasar perusahaan telah mengalami<br />

beberapa kali perubahan terakhir<br />

dengan Akta Notaris Aulia Taufani S.H<br />

No.2 tanggal 31 Oktober 2007<br />

mengenai peningkatan modal dasar<br />

perusahaan dari 4.144 milyar lembar<br />

saham menjadi 15 miliar lembar saham,<br />

perubahan tersebut masih dalam proses<br />

persetujuan dari Menteri Hukum dan<br />

Hak Asasi Manusia.<br />

i. PT. Perusahaan Gas Negara<br />

(Persero) Tbk<br />

PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)<br />

Tbk (“Perusahaan”) pada awalnya<br />

bernama Firma L.J.N Eindhoven & Co.<br />

Gravenhage pada tahun 1859,<br />

kemudian pada tahun 1950, pada saat<br />

3


diambil alih oleh pemerintah Belanda<br />

perusahaan diberi nama NV.<br />

Netherland Indische Gaz Maatschapiij<br />

(NV.NIGM). Perubahan ini telah<br />

disahkan oleh Menteri Kehakiman dan<br />

Hak Asasi Manusia Republik<br />

Indonesia dal Surat Keputusan No. C-<br />

26467 HT.01.01. Th.2003 tanggal 4<br />

November 2003, dan diumumkan<br />

dalam lembaran berita Negara<br />

Republik Indonesia dengan nomor 94<br />

Tambahan No. 11869 tanggal 24<br />

November 2003.<br />

TELAAH PUSTAKA<br />

Decision Support System ( DSS ) atau<br />

<strong>Sistem</strong> Pendukung Keputusan merupakan<br />

suatu sistem yang digunakan untuk<br />

mempermudah pengambilan keputusan.<br />

Hasil yang didapat melalui <strong>Sistem</strong><br />

Pendukung Keputusan ( SPK ) tidak<br />

sepenuhnya harus digunakan untuk<br />

menyelesaikan sebuah masalah. Dengan<br />

sistem ini dapat membantu para pengambil<br />

keputusan yang mendapat kesulitan dalam<br />

menentukan sesuatu. <strong>Sistem</strong> Pendukung<br />

Keputusan ( SPK ) ini mengolah data yang<br />

tersedia untuk digunakan <strong>sebagai</strong><br />

perhitungan analisis. Dari perhitungan<br />

tersebut maka akan diperoleh hasil yang<br />

membantu pengambil keputusan.<br />

Menurut Bonczek, dkk, mendefinisikan<br />

<strong>Sistem</strong> Pendukung Keputusan ( SPK )<br />

merupakan suatu sistem berbasis<br />

komputer yang terdiri dari tiga komponen<br />

yang saling berinteraksi, dimana ketiga<br />

komponen tersebut terdiri dari : sistem<br />

Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

bahasa, sistem pengetahuan, dan juga<br />

sistem pemrosesan masalah.<br />

Menurut Little ( 1970 ) mendefinisikan<br />

<strong>Sistem</strong> Pendukung Keputusan ( SPK )<br />

merupakan sekumpulan prosedur -<br />

prosedur yang berbasis pemrosesan data<br />

yang bertujuan untuk membantu „si‟<br />

pengambil keputusan dalam mengambil<br />

keputusan yang tepat terhadap masalah<br />

yang dihadapinya.<br />

Menurut Moore dan Chang ( 1980 )<br />

mendefinisikan <strong>Sistem</strong> Pendukung<br />

Keputusan ( SPK ) merupakan suatu model<br />

yang dapat menangani masalah yang semi<br />

terstruktur dan tak terstruktur dengan<br />

mempertimbangkan pendapat dari si<br />

pengambil keputusan.<br />

Menurut Keen dan Scoot Morton<br />

mendefinisikan <strong>Sistem</strong> Pendukung<br />

Keputusan (SPK) merupakan<br />

penggabungan sumber – sumber<br />

kecerdasan individu dengan kemampuan<br />

komponen untuk memperbaiki kualitas<br />

keputusan.<br />

Dengan pengertian diatas dapat<br />

dijelaskan bahwa <strong>Sistem</strong> Pendukung<br />

Keputusan (SPK) bukan merupakan alat<br />

pengambilan keputusan, melainkan<br />

merupakan sistem yang membantu<br />

pengambil keputusan dengan melengkapi<br />

mereka dengan informasi dari data yang<br />

telah diolah dengan relevan dan diperlukan<br />

untuk membuat keputusan tentang suatu<br />

masalah dengan lebih cepat dan akurat.<br />

Sehingga sistem ini tidak dimaksudkan<br />

untuk menggantikan pengambilan<br />

keputusan dalam proses pembuatan<br />

keputusan.<br />

Gambar 1. Pengambilan keputusan / proses permodelan<br />

4


Dari pengertian <strong>Sistem</strong> Pendukung<br />

Keputusan ( SPK ) maka dapat ditentukan<br />

karakteristik ( ditunjukan pada gambar 2.1 )<br />

antara lain :<br />

a. Mendukung pengambilan keputusan<br />

untuk membahas masalah terstruktur,<br />

semi terstruktur dan tak struktur<br />

b. Mendukung proses pengambilan<br />

keputusan untuk semua level<br />

manajerial.<br />

c. Mendukung proses pengambilan<br />

keputusan untuk individu maupun<br />

kelompok.<br />

d. Mendukung keputusan yang memiliki<br />

saling ketergantungan dan sekuensial.<br />

12<br />

11<br />

Kemudahan<br />

pengembangan oleh peng-<br />

10<br />

13<br />

Pemodelan<br />

dan analisis<br />

Manusia mengontrol<br />

mesin<br />

9<br />

Akses data<br />

14<br />

Standarlone,<br />

integrasi, dan berbasis<br />

Keefektifan,<br />

8<br />

Kemudahan<br />

penggunaan interaktif<br />

Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

1<br />

e. Mendukung semua tahapan yang dijalani<br />

dalam proses pengambilan keputusan<br />

yang terdiri dari : intelegensi, desain,<br />

pilihan, serta implementasi.<br />

f. Mendukung berbagai proses serta gaya<br />

dalam pengambilan keputusan yang<br />

dilakukan.<br />

g. Proses pengambilan keputusan yang<br />

fleksibel dalam memecahkan<br />

permasalahan yang terjadi.<br />

h.Kemudahan yang dialami dalam<br />

penggunaan interaktif yang dapat<br />

meningkatkan efektivitas dari suatu<br />

<strong>Sistem</strong> Pendukung Keputusan.<br />

Masalah semi<br />

terstruktur & tidak<br />

DSS<br />

7<br />

6<br />

2<br />

3<br />

4<br />

5<br />

Mendukung<br />

Mendukung<br />

Individu dan kelompok<br />

Keputusan yang<br />

saling tergantung /<br />

Mendukung<br />

inteligensi, desain, pilihan,<br />

Mendukung berbagai<br />

proses & gaya keputusan<br />

Dapat diadap-<br />

Gambar 2. Karakteristik dan kapabiltas kunci dari DSS<br />

5


Data: eksternal dan<br />

internal<br />

Basis pengetahuan<br />

organisasional<br />

<strong>Sistem</strong> lainnya yang<br />

berb<br />

asis komputer<br />

Manajemen<br />

data<br />

<strong>Sistem</strong> Pendukung Keputusan<br />

( SPK ) dapat memberikan berbagai<br />

manfaat dan keuntungan. Manfaat yang<br />

dapat diambil dari <strong>Sistem</strong> Pendukung<br />

Keputusan ( SPK ) adalah :<br />

a. <strong>Sistem</strong> Pendukung Keputusan dapat<br />

memperluas kemampuan pengambil<br />

keputusan dalam memproses data /<br />

informasi bagi pemakainya.<br />

b. <strong>Sistem</strong> Pendukung Keputusan dapat<br />

membantu „si pengambil keputusan‟<br />

untuk memecahkan masalah terutama<br />

berbagai masalah yang sangat kompleks<br />

dan tidak terstruktur.<br />

c. <strong>Sistem</strong> Pendukung Keputusan dapat<br />

menghasilkan solusi dengan lebih cepat<br />

serta hasilnya dapat diandalkan.<br />

d. Walaupun suatu <strong>Sistem</strong> Pendukung<br />

Keputusan, mungkin saja tidak mampu<br />

memecahkan masalah yang dihadapi<br />

oleh pengambil keputusan, namun ia<br />

dapat menjadi stimulan bagi pengambil<br />

keputusan dalam memahami<br />

persoalannya, karena mampu<br />

menyajikan berbagai alternatif<br />

pemecahan.<br />

Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

Manejemen<br />

model<br />

Subsitem berbasis<br />

pengetahuan<br />

Antarmuka pengguna<br />

Manajer<br />

(pengguna)<br />

Internet, Intranet,<br />

Ekstranet<br />

Manajemen<br />

eksternal<br />

Gambar 3. Subsistem manajemen berbasis pengetahuan<br />

2. <strong>Analytic</strong>al <strong>Hierarchy</strong> <strong>Process</strong><br />

Secara detil, terdapat tiga prinsip dasar<br />

<strong>AHP</strong>, yaitu (Saaty, 1994):<br />

1. Dekomposisi (Decomposition)<br />

Setelah persoalan didefinisikan,<br />

maka perlu dilakukan decomposition,<br />

yaitu memecah persoalan yang utuh<br />

menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin<br />

mendapatkan hasil yang akurat, maka<br />

pemecahan terhadap unsur-unsurnya<br />

dilakukan hingga tidak memungkinkan<br />

dilakukan pemecahan lebih lanjut.<br />

Pemecahan tersebut akan<br />

menghasilkan beberapa tingkatan dari<br />

suatu persoalan. Oleh karena itu,<br />

proses analisis ini dinamakan hierarki<br />

(hierachy).<br />

2. Penilaian Komparasi (Comparative<br />

Judgment)<br />

Prinsip ini membuat penilaian<br />

tentang kepentingan relatif dua<br />

elemen pada suatu tingkat tertentu<br />

yang berkaitan dengan tingkat di<br />

atasnya. Penilaian ini merupakan inti<br />

dari <strong>AHP</strong> karena berpengaruh<br />

terhadap prioritas elemen-elemen.<br />

6


Hasil penilaian ini tampak lebih baik<br />

bila disajikan dalam bentuk matriks<br />

perbandingan berpasangan (pairwise<br />

comparison).<br />

3. Penentuan Prioritas (Synthesis of<br />

Priority)<br />

Dari setiap matriks pairwise<br />

comparison dapat ditentukan nilai<br />

eigenvector untuk mendapatkan<br />

prioritas daerah (local priority). Oleh<br />

karena matriks pairwise comparison<br />

terdapat pada setiap tingkat, maka<br />

global priority dapat diperoleh dengan<br />

melakukan sintesa di antara prioritas<br />

daerah. Prosedur melakukan sintesa<br />

berbeda menurut hierarki. Pengurutan<br />

elemen-elemen menurut kepentingan<br />

relatif melalui prosedur sintesa<br />

dinamakan priority setting.<br />

Pendekatan dengan <strong>Analytic</strong>al<br />

<strong>Hierarchy</strong> <strong>Process</strong> ( <strong>AHP</strong> ) yang<br />

dikembangkan oleh Thomas. L. Saaty,<br />

dapat memecahkan berbagai masalah<br />

yang kompleks dan dapat<br />

menghasilkan keputusan yang terbaik<br />

dari berbagai tujuan yang ingin dicapai<br />

oleh pengambil keputusan. Dimana<br />

kunci utama keputusan tersebut ada<br />

pada titik tujuan serta kriteria yang<br />

telah ditetapkan.<br />

Perbedaan antara model <strong>AHP</strong><br />

dengan model pengambilan keputusan<br />

lainnya terletak pada jenis inputnya<br />

Model <strong>AHP</strong> memakai persepsi<br />

manusia yang dianggap „ekspert/ahli‟<br />

<strong>sebagai</strong> input utamanya. Kriteria<br />

ekspert disini orang mengerti benar<br />

permasalahan yang dilakukan,<br />

merasakan akibat suatu masalah atau<br />

punya kepentingan terhadap masalah<br />

tersebut. Pengukuran hal-hal kualitatif<br />

merupakan hal yang sangat penting<br />

mengingat makin kompleksnya<br />

permasalahan di dunia dan tingkat<br />

ketidakpastian yang makin tinggi.<br />

Selain itu dalam <strong>AHP</strong> diuji konsistesi<br />

penilaiannya.<br />

METODE PENELITIAN<br />

Prinsip kerja <strong>AHP</strong> adalah<br />

menyederhanakan masalah komplek yang<br />

tidak terstruktur, strategik dan dinamik<br />

menjadi bagian-bagiannya, serta menata<br />

variabel dalam suatu hirarki ( tingkatan ).<br />

Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

Kemudian tingkat kepentingan variabel<br />

diberi nilai numerik secara subyektif tentang<br />

arti pentingnya secara relatif dibandingkan<br />

dengan variabel lain. Bila terjadi<br />

penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai<br />

konsistensi sempurna maka penilaian perlu<br />

diperbaiki atau hirarki harus distruktur ulang.<br />

Keuntungan yang diperoleh bila kita<br />

memecahkan masalah dan mengambil<br />

keputusan dengan menggunakan <strong>AHP</strong><br />

antara lain:<br />

a. Struktur yang berhierarki, <strong>sebagai</strong><br />

konsekuensi dan kriteria masalah yang<br />

ada.<br />

b. Memperhitungkan validitas sampai<br />

dengan batas toleransi inkosistensi<br />

berbagai kriteria serta alternatif yang telah<br />

ditetapkan.<br />

c. Mempertahankan daya tahan output<br />

analisis sensitivitas pengambilan<br />

keputusan.<br />

Peralatan utama dari model ini adalah<br />

sebuah hirarki fungsional dengan input<br />

utamanya adalah persepsi manusia. Jadi<br />

perbedaan yang mencolok model <strong>AHP</strong><br />

dengan model lainnya terletak pada jenis<br />

inputnya. Terdapat 4 aksioma-aksioma yang<br />

terkandung dalam model <strong>AHP</strong> :<br />

a. Reciprocal Comparison artinya<br />

pengambilan keputusan harus dapat<br />

memuat perbandingan dan menyatakan<br />

preferensinya. Prefesensi tersebut harus<br />

memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila<br />

A lebih disukai daripada B dengan skala<br />

x, maka B lebih disukai daripada A<br />

dengan skala 1/x<br />

b. Homogenity artinya preferensi seseorang<br />

harus dapat dinyatakan dalam skala<br />

terbatas atau dengan kata lain elemenelemennya<br />

dapat dibandingkan satu<br />

sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak<br />

dipenuhi maka elemen-elemen yang<br />

dibandingkan tersebut tidak homogeny<br />

dan harus dibentuk cluster (kelompok<br />

elemen) yang baru.<br />

c. Independence artinya preferensi<br />

dinyatakan dengan mengasumsikan<br />

bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh<br />

alternatif-alternatif yang ada melainkan<br />

oleh objektif keseluruhan. Ini<br />

menunjukkan bahwa pola<br />

ketergantungan dalam <strong>AHP</strong> adalah<br />

searah, maksudnya perbandingan antara<br />

7


elemen-elemen dalam satu tingkat<br />

dipengaruhi atau tergantung oleh<br />

elemen-elemen pada tingkat diatasnya.<br />

d. Expectation artinya untuk tujuan<br />

pengambilan keputusan. Stuktur hirarki<br />

diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini<br />

tidak dipenuhi maka pengambilan<br />

keputusan tidak memakai seluruh kriteria<br />

atau objektif yang tersedia atau<br />

diperlukan sehingga keputusan yang<br />

Goal<br />

Objectives<br />

Sub-<br />

Alternatives<br />

b. Penilaian kriteria dan alternatif<br />

Kriteria dan alternatif dinilai melalui<br />

perbandingan berpasangan. Menurut<br />

Saaty (1988), untuk berbagai persoalan,<br />

skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik<br />

Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

diambil dianggap tidak lengkap.<br />

Pada dasarnya langkah-langkah dalam<br />

metode <strong>AHP</strong> meliputi :<br />

a. Menyusun hirarki dari permasalahan yang<br />

dihadapi. Persoalan yang akan<br />

diselesaikan diuraikan menjadi unsurunsurnya,<br />

yaitu kriteria dan alternatif,<br />

kemudian disusun menjadi struktur<br />

hierarki, seperti gambar di bawah ini :<br />

Gambar 4. Struktur Hierarki<br />

dalam mengekspresikan pendapat. Nilai<br />

dan definisi pendapat kualitatif dari skala<br />

perbandingan dapat dilihat pada Tabel 1.<br />

Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan<br />

Intensitas Keterangan<br />

1 Kedua elemen sama pentingnya<br />

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya<br />

5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya<br />

7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya<br />

9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya<br />

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang<br />

Perbandingan dilakukan berdasarkan<br />

kebijakan pembuat keputusan dengan<br />

menilai tingkat kepentingan satu elemen<br />

terhadap elemen lainnya. Proses<br />

perbandingan berpasangan dimulai dari<br />

level hirarki paling atas yang ditujukan<br />

untuk memilih kriteria, misalnya A,<br />

kemudian diambil elemen yang akan<br />

dibandingkan, misal A1, A2, dan A3. Maka<br />

susunan elemen-elemen yang dibandingkan<br />

tersebut akan tampak seperti pada gambar<br />

matriks di bawah ini :<br />

8


A1 1<br />

Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

A1 A2 A3<br />

A2 1<br />

A3 1<br />

Untuk menentukan nilai kepentingan<br />

relatif antar elemen digunakan skala<br />

bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel<br />

1., Penilaian ini dilakukan oleh seorang<br />

pembuat keputusan yang ahli dalam bidang<br />

persoalan yang sedang dianalisa dan<br />

mempunyai kepentingan terhadapnya.<br />

Apabila suatu elemen dibandingkan dengan<br />

dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika<br />

elemen i dibandingkan dengan elemen j<br />

mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j<br />

dibandingkan dengan elemen i merupakan<br />

kebalikannya.Dalam <strong>AHP</strong> ini, penilaian<br />

alternatif dapat dilakukan dengan metode<br />

langsung (direct), yaitu metode yang<br />

digunakan untuk memasukkan data<br />

kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal<br />

dari sebuah analisis sebelumnya atau dari<br />

pengalaman dan pengertian yang detail dari<br />

masalah keputusan tersebut. Jika si<br />

pengambil keputusan memiliki pengalaman<br />

atau pemahaman yang besar mengenai<br />

masalah keputusan yang dihadapi, maka<br />

Tabel 2. Matriks Perbandingan Berpasangan<br />

dia dapat langsung memasukkan<br />

pembobotan dari setiap alternatif.<br />

Tabel 3. Nilai Indeks Random<br />

Ukuran Matriks Nilai RI<br />

1,2 0,00<br />

3 0,58<br />

4 0,90<br />

5 1,12<br />

6 1,24<br />

7 1,32<br />

8 1,41<br />

9 1,45<br />

10 1,49<br />

11 1,51<br />

12 1,48<br />

13 1,56<br />

14 1,57<br />

15 1,59<br />

c. Penentuan prioritas<br />

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu<br />

dilakukan perbandingan berpasangan<br />

(pairwise comparisons). Nilai-nilai<br />

perbandingan relatif kemudian diolah<br />

untuk menentukan peringkat alternatif<br />

dari seluruh alternatif. Baik kriteria<br />

kualitatif, maupun kriteria kuantitatif,<br />

dapat dibandingkan sesuai dengan<br />

penilaian yang telah ditentukan untuk<br />

menghasilkan bobot dan proritas. Bobot<br />

atau prioritas dihitung dengan manipulasi<br />

matriks atau melalui penyelesaian<br />

persamaan matematika. Pertimbanganpertimbangan<br />

terhadap perbandingan<br />

berpasangan disintesis untuk<br />

memperoleh keseluruhan prioritas<br />

melalui tahapan-tahapan berikut:<br />

Kuadratkan matriks hasil perbandingan<br />

berpasangan.<br />

Hitung jumlah nilai dari setiap baris,<br />

9


d. Konsistensi Logis<br />

Semua elemen dikelompokkan secara<br />

logis dan diperingatkan secara konsisten<br />

sesuai dengan suatu kriteria yang logis.<br />

Dalam sistem pengambilan<br />

keputusan dengan menggunakan suatu<br />

pendekatan <strong>Analytic</strong> <strong>Hierarchy</strong> <strong>Process</strong><br />

( <strong>AHP</strong> ), langkah pertama yang harus<br />

diambil adalah melihat pokok masalah<br />

yang akan dibahas yang kemudian<br />

memecahkan unsur-unsur dari masalah<br />

tersebut. Dimana dalam unsur-unsur<br />

yang terkait didalamnya terdapat unsur<br />

kriteria serta unsur alternatif. Sehingga<br />

dari pemecahan unsur-unsur tersebut<br />

dapat dibuat hirarki. Setelah dibuatnya<br />

hirarki, maka dilakukan Matriks Pairwise<br />

Comparison dengan nilai perbandingan<br />

yang berpasangan.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Beberapa Pengertian dan<br />

Pengukurannya<br />

Dalam proses klasifikasi <strong>AHP</strong><br />

perhitungan nilai saham di gunakan metode<br />

pengamatan nilai pasar berdasarkan Stock<br />

Split yaitu harga saham setelah dilakukan<br />

pemecahan. Nilai saham tersebut dapat di<br />

prediksi kenaikan dan penurunannya.<br />

Stock Reverence yaitu harga<br />

saham yang berubah setelah mengalami<br />

penggabungan deviden yaitu nilai<br />

Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

keuntungan yang dibagikan oleh<br />

perusahaan pada para pemilik saham .<br />

Neraca Keuangan yaitu Nilai asset<br />

dan perkembangan keuangan perusahaan<br />

pada periode tertentu .<br />

Gain yaitu keuntungan yang<br />

didapat hasil dari penjualan dan pembelelian<br />

saham atau kenaikan dan penurunan saham<br />

pada periode tertentu .<br />

Income Statment yaitu laporan<br />

keuntungan yang perusahaan yang<br />

diumumkan pada para pemegang saham.<br />

Pada proses <strong>AHP</strong> akan dijadikan<br />

kelasifikasi. Kriteria dan alterantif dari<br />

pilihan saham adalah :<br />

BUMI BUMI resorce<br />

ANTM Aneka Tambang<br />

TINS Timah<br />

UNSP Bakrie Sumatra<br />

TRUB Truba Alam<br />

PGAS Perusahaan Gas Negara<br />

INCO International Nikel<br />

BBNI BNI<br />

TLKM Telkom<br />

PTBA Bukit Asam<br />

Tabel klasifikasi kriteria <strong>AHP</strong> di bawah ini menitik bertakan pada sistem<br />

keuntungan pada kenaikan nilai saham dari data yang di dapat periode 1<br />

Janwari 2009- 31 Mei 2009.<br />

stock<br />

split<br />

Stc<br />

Rev Deviden B /S Gain I/C<br />

stock split 1,00 3,00 0,25 0,33 0,40 0,67<br />

Stc Rev 0,33 1,00 0,67 0,67 0,50 0,50<br />

Deviden 4,00 1,50 1,00 1,50 0,75 1,50<br />

B /S 3,00 1,50 0,67 1,00 0,67 0,67<br />

Gain 2,50 2,00 1,33 1,50 1,00 0,50<br />

I/C 1,50 2,00 0,67 1,50 2,00 1,00<br />

10


Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

Hasil perhitungan kwadrat terhadap klasifikasi kriteria pemilihan saham <strong>AHP</strong><br />

stock<br />

split<br />

Stc<br />

Rev<br />

Dev<br />

iden<br />

B /S Gain I/C Hasil eignvector<br />

stock split 6,00 13,68 3,07 4,57 4,51 4,23 36,06 0,1147<br />

Stc Rev 7,33 6,00 2,86 3,94 3,08 2,92 26,13 0,0832<br />

Deviden 17,13 21,75 6,00 8,71 7,85 7,79 69,23 0,2203<br />

B /S 15,17 17,83 6,58 8,33 7,28 7,83 63,03 0,2006<br />

Gain 16,25 16,75 5,96 7,92 6,00 6,67 59,54 0,1895<br />

Stock Split<br />

Berdasarkan klasifikasi alternatif<br />

pilihan saham yang akan di pilih , tabel di<br />

bawah ini berdasarkan perbadingan nilai<br />

berdasarkan nilai dari saham apabila<br />

mengalami Stock Split .<br />

Setiap saham akan di bandingkan<br />

berdasarkan nilai prioritas Stock Split yang<br />

kemungkinan dapat terjadi dengan varian<br />

nilai yang berbeda beda .<br />

BUMI ANTM TINS UNSP TRUB PGAS INCO BBNI TLKM PTBA Hasil eigenvector<br />

BUMI 1 2/3 1/2 3/2 2/3 2/3 3/2 3/2 4/3 2/3 112,88 0,0914<br />

ANT<br />

M<br />

Hasil perhitungan dengan eigenvector pada klasifikasi Stock Split dengan varian hasilnya<br />

adalah :<br />

1/2 1 2/1 3/4 2/3 2/3 3/4 3/4 3/2 2/4 102,85 0,0833<br />

TINS 3/2 3/4 1 3/2 1/2 3/4 2/3 3/2 3/2 3/2 123,34 0,0998<br />

UNSP 2/3 2/3 1/2 1 3/2 1/2 3/2 3/2 4/2 2/3 120,58 0,0976<br />

TRUB 2/3 2/3 3/4 1/2 1 1/2 3/2 2/1 4/2 3/2 125,78 0,1018<br />

PGAS 3/2 3/4 4/3 3/2 3/2 1 3/2 3/4 4/3 2/4 129,59 0,1049<br />

INCO 3/4 .2/4 2/3 2/3 2/1 2/3 1 3/2 4/2 2/3 120,55 0,0976<br />

BBNI 3/2 3/4 3/2 3/2 2/1 3/4 3/2 1 4/3 2/3 138,59 0,1122<br />

TLKM 4/3 3/2 3/2 4/2 4/2 4/3 4/2 4/3 1 2/3 160,26 0,1297<br />

PTBA 2/3 2/4 3/2 2/3 3/2 2/4 2/3 2/3 2/3 1 100,89 0,0817<br />

11


Stock Reverance<br />

Tabel di bawah ini mengklasifikasikan<br />

nilai saham dengan nilai prioritas Stock<br />

Reverece , yaitu harga saham dengan<br />

perbandingan masing masing saham apabila<br />

mengalami pengabungan kembali .<br />

Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

Setelah mengalami perhitungan maka<br />

pada msing masing perbandingan nilai maka<br />

di lihat dari tabel di bawah ini.<br />

Hasil yang di dapat dari perhitungan<br />

reverance stock dengan varian nilai<br />

kemungkinan untuk masing masing saham .<br />

BUMI ANTM TINS UNSP TRUB PGAS INCO BBNI TLKM PTBA Hasil eigenvector<br />

BUMI 1 2/3 3/4 3/2 2/3 2/4 3/2 3/4 3/4 2/3 91,69 0,0794<br />

ANTM 3/2 1 2/1 3/4 2/3 2/3 3/4 3/4 2/3 2/4 96,08 0,0832<br />

TINS 4/3 1/2 1 3/2 1/2 3/4 2/3 3/2 3/4 3/2 107,30 0,0930<br />

UNSP 2/3 4/3 2/3 1 3/2 1/2 3/2 3/2 3/4 2/3 106,24 0,0920<br />

TRUB 3/2 3/2 2/1 2/3 1 1/2 3/2 2/1 2/4 3/2 131,51 0,1139<br />

PGAS 4/2 3/2 4/3 2/1 2/1 1 3/2 3/4 3/4 2/4 140,27 0,1215<br />

INCO 2/3 4/3 3/2 2/3 2/3 2/3 1 3/2 2/4 2/3 95,15 0,0824<br />

BBNI 4/3 4/3 2/3 2/3 2/3 1/2 2/3 1 4/3 2/3 93,44 0,0810<br />

TLKM 4/3 3/2 4/3 4/3 4/2 4/3 4/2 3/4 1 2/3 133,75 0,1159<br />

PTBA 3/2 4/2 2/3 3/2 2/3 4/2 3/2 3/2 3/2 1 158,86 0,1376<br />

Deviden<br />

Pembagian deviden merupakan salah satu<br />

faktor penting dalam penilaian dalam sitem<br />

pemilihan saham terbaik. Persentasi<br />

pendapatan laba yang dibagikan merupakan<br />

salah satu pertimbangan pada masing masing<br />

saham<br />

BUMI ANTM TINS UNSP TRUB PGAS INCO BBNI TLKM PTBA Hasil eigenvector<br />

BUMI 1 2/3 1/2 3/2 2/3 2/4 3/2 3/4 3/4 2/3 96,70 0,0734<br />

ANTM 3/2 1 2/1 3/4 2/3 2/3 3/4 3/4 3/2 4/3 124,57 0,0945<br />

TINS 2/2 1/2 1 3/2 1/2 3/4 2/3 3/2 3/2 3/2 118,90 0,0902<br />

UNSP 2/3 4/3 2/3 1 3/2 1/2 3/2 3/2 2/4 2/3 112,14 0,0851<br />

TRUB 3/2 3/2 2/1 2/3 1 1/2 3/2 2/1 2/3 3/2 142,90 0,1085<br />

PGAS 4/2 3/2 4/3 2/1 2/1 1 3/2 3/4 1/3 2/4 143,29 0,1088<br />

INCO 4/2 3/2 4/3 2/1 2/1 2/3 1 3/2 1/3 2/3 141,71 0,1076<br />

BBNI 4/3 4/3 2/3 2/3 1/2 4/3 2/3 1 4/3 2/3 109,03 0,0828<br />

TLKM 4/3 2/3 2/3 4/2 3/2 3/1 3/1 3/4 1 2/3 172,32 0,1308<br />

PTBA 3/2 3/4 2/3 3/2 2/3 4/2 3/2 3/2 3/2 1 155,98 0,1184<br />

12


Gain<br />

Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

Gain adalah pendapatan hasil keintungan dari kenaikan harga saham yang telah di beli ,<br />

besarnya keuntungan perlebar saham dibandingkan antara saham Blue Chip<br />

BUM<br />

I<br />

ANTM TINS UNSP TRUB PGAS INCO BBN<br />

I<br />

TLKM PTBA Hasil eigenvector<br />

BUMI 1 2/3 1/2 3/2 2/3 2/3 3/2 3/2 2/4 2/3 96,60 0,0774<br />

ANTM 3/2 1 2/1 4/2 4/3 3/2 3/4 3/4 3/4 2/4 133,22 0,1067<br />

TINS 2/1 1/2 1 3/2 1/2 3/4 2/3 3/2 4/1 3/2 106,51 0,0853<br />

UNSP 2/3 2/4 2/3 1 3/2 1/2 3/2 3/2 4/3 2/3 100,59 0,0806<br />

TRUB 3/2 3/4 2/1 2/3 1 1/2 3/2 2/1 2/4 3/2 126,15 0,1010<br />

PGAS 3/2 2/3 3/4 2/1 2/1 1 3/2 3/4 4/3 4/2 152,93 0,1225<br />

INCO 2/3 4/3 3/2 2/3 2/3 2/3 1 3/2 1/4 2/3 95,28 0,0763<br />

BBNI 2/3 4/3 2/3 2/3 1/2 4/3 2/3 1 4/3 2/3 105,13 0,0842<br />

TLKM 4/2 4/3 4/1 3/4 4/2 3/4 4/1 3/4 1 2/3 183,77 0,1472<br />

PTBA 3/2 4/2 2/3 3/2 2/3 2/4 3/2 3/2 3/2 1 148,51 0,1189<br />

Income Statment<br />

Income Statement di gunakan untuk memprediksi besaran varian nilai yang bisa didapat<br />

dalam pemilihan saham . perbandinganya antara lain adalah<br />

BUMI ANTM TINS UNS TRUB PGAS INCO BBNI TLKM PTBA Hasil eigen-<br />

P<br />

vector<br />

BUMI 1 2/3 1/2 3/2 2/3 2/3 3/2 3/2 4/3 2/3 104,44 0,0886<br />

ANTM 3/2 1 4/3 4/2 4/3 3/2 3/4 3/4 4/3 2/4 131,52 0,1115<br />

TINS 2/1 3/4 1 3/2 1/2 4/3 2/3 3/2 3/2 3/2 134,39 0,1140<br />

UNSP 2/3 2/4 2/3 1 3/2 1/2 3/2 3/2 4/3 2/3 102,18 0,0867<br />

TRUB 3/2 3/4 2/1 2/3 1 1/2 3/2 2/3 3/4 3/4 108,21 0,0918<br />

PGAS 3/2 2/3 3/4 2/1 2/1 1 3/2 4/2 4/3 4/2 156,99 0,1331<br />

INCO 2/3 4/3 3/2 2/3 2/3 2/3 1 2/4 2/3 2/3 92,14 0,0781<br />

BBNI 2/3 3/4 2/3 2/3 3/2 2/4 4/2 1,00 4/3 4/3 108,86 0,0923<br />

TLKM 3/4 3/2 2/3 3/4 4/3 3/4 3/2 3/4 1 2/3 103,53 0,0878<br />

PTBA 3/2 4/2 2/3 3/2 4/3 2/4 3/2 2/4 3/2 1 136,94 0,1161<br />

13


Balance Sheet<br />

Perbadingan nilai antara sistem<br />

Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

BUMI ANTM TINS UNSP TRUB PGAS INCO BBNI TLKM PTBA Hasil eigenvector<br />

BUMI 1 2/3 1/2 3/2 2/3 3/2 3/2 3/2 1/4 2/3 104,81 0,0823<br />

ANTM 3/2 1 4/3 4/2 1/3 3/2 3/4 3/4 3/5 2/4 114,02 0,0896<br />

TINS 2/1 3/4 1 3/2 1/2 4/3 2/3 3/4 1/4 3/2 111,82 0,0878<br />

UNSP 2/3 2/4 2/3 1 3/2 1/2 3/2 3/2 2/3 4/2 117,48 0,0923<br />

TRUB 3/2 3/1 2/1 2/3 1 1/2 3/2 2/1 1/4 3/4 137,28 0,1078<br />

PGAS 2/3 2/3 3/4 2/1 2/1 1 3/2 4/2 2/4 4/2 145,24 0,1141<br />

INCO 2/3 4/3 3/2 2/3 2/3 2/3 1 2/4 2/3 1/2 77,76 0,0611<br />

BBNI 2/3 3/4 4/3 2/3 1/2 2/4 4/2 1,00 4/3 4/3 103,47 0,0813<br />

TLKM 4/2 5/3 4/1 3/2 4/1 4/2 3/2 3/4 1 2/3 218,32 0,1715<br />

PTBA 3/2 4/2 2/3 2/4 4/3 2/4 2/1 2/4 3/2 1 142,67 0,1121<br />

Hasil yang didapat dari perbadingan varian nilai dari pemilihan saham BlueChip dapat di<br />

ketahui <strong>sebagai</strong> berikut<br />

KESIMPULAN<br />

<strong>AHP</strong> merupakan sebuah insrtumen<br />

yang dapat di gunakan dalam melakukan<br />

sebuah pilihan pada saham yang di anggap<br />

tebaik . <strong>AHP</strong> dapat memberikan pilihan<br />

terhadap kriteria yang terdefinisi, seperti<br />

kasus yang pemilihan saham Blue Chip . Di<br />

titik beratkan pada perolehan keuntungan /<br />

Gain untuk penjualan saham , dan<br />

pembagian laba saham .Diharapkan sistem<br />

pemilihan saham terbaik dengan<br />

menggunakan <strong>AHP</strong> akan membantu para<br />

investor dalam mempertimbang saham<br />

mana saja yang menjadi prioritas.<br />

Hasil dari perhitungan ini <strong>AHP</strong> ini akan<br />

di dapatkan nilai rangking “ prioritas pertama<br />

sampai dengan terkahir”. Pada saham Blue<br />

Chip terdapat saham unggulan sebanyak 10<br />

saham perusahan , artinya mendapatkan<br />

rangking 1 s/d 10.<br />

SARAN<br />

Salah satu kriteria dalam pemilihan<br />

saham adalah mendapatkan kabar/isue<br />

14


Yang tepat dan akurat tentang saham.<br />

Pada sistem pemilihan saham dengan <strong>AHP</strong><br />

ini tidak diberikan kriteria Right issue , ini<br />

dikarenakan tidak adanya nilai kebenaran<br />

yang betul-betul akurat dalam ukuran Right<br />

issue .<br />

Sehingga pemegang keputusan dalam<br />

hal ini Broker dan Investor tetap harus<br />

Referensi Utama<br />

Forman, Ernest H. and Mary Ann Selly,<br />

2001, Decision by Objectives.<br />

Koch et al., 1997, “A Pilot Study on<br />

Transplant Eligibility Criteria,” Pediatric<br />

Nursing:160-162.<br />

LPEM-FEUI dan PSEKP UGM, 2004,<br />

Reformulasi Dana Alokasi Umum, Laporan<br />

Akhir.<br />

Penelitian dan Pengembangan Ekonomi<br />

Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada<br />

(PPEFE-<br />

UGM), 2006, “Modul Pelatihan”, District and<br />

Provincial Economic Development<br />

Training.<br />

Saaty, T.L., 1994, Fundamentals of Decision<br />

Making and Priority Theory with the <strong>Analytic</strong><br />

<strong>Hierarchy</strong> <strong>Process</strong>, RWS Publications,<br />

Pittsburgh PA., 1994, p337.<br />

Saaty, T.L. dan Kevin P. Kearns, 1991,<br />

<strong>Analytic</strong>al Planning: The Organization of<br />

Systems,<br />

RWS Publications, Pittsburgh, Amerika<br />

Serikat.<br />

Saaty, T.L., 1980, The <strong>Analytic</strong> <strong>Hierarchy</strong><br />

<strong>Process</strong>, McGraw-Hill, New York.<br />

http://www.expertchoice.com/<br />

customerservice/ahp.htm<br />

Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01 November 2010<br />

menjalani komunikasi dengan baik dalam<br />

menganalisa faktor faktor external<br />

perusahan pemegang saham .Seperti<br />

adanya penurunan dan kenaikan saham<br />

akibat turunnya harga minyak mentah dan<br />

berbagai hal lain yang menjadi sentimen<br />

pasar .<br />

15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!