PT CENTRAL PROTEINAPRIMA Tbk LAPORAN ... - Cpp.co.id

PT CENTRAL PROTEINAPRIMA Tbk 

LAPORAN TAHUNAN 2008 

ANNUAL REPORT 2008

Daftar Isi 

Contents 

Visi, Misi 

Sekilas CP Prima 

Ikhtisar Keuangan 

Indikator Keuangan 

Ikhtisar Saham 

Laporan Komisaris 

Laporan Direksi 

Operasional 

Penjualan & Pemasaran 

Bio - Sekuriti 

Sumber Daya Manusia 

Penelitian dan Pengembangan 

Keselamatan, Kesehatan & Kelestarian Lingkungan 

Tata Kelola Perusahaan yang Baik 

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 

Pandangan ke Depan 

Pembahasan Umum dan Analisa Manajemen 

Tanggung Jawab Laporan Keuangan dan 

Laporan Tahunan 

Laporan Keuangan Konsolidasi 

Data Perseroan 

Cerita Sampul 

Cover Story 

1 

3 

4 

5 

6 

8 

12 

20 

26 

32 

38 

42 

43 

46 

51 

54 

56 

64 

65 

165 

Vision, Mission 

CP Prima in Brief 

Financial Highlights 

Financial Indicators 

Stock Highlights 

Report from the Board of Commissioners 

Report from the Board of Directors 

Operations 

Sales & Marketing 

Bio - Security 

Human Capital 

Research and Development 

Safety, Health & Environment 

Good Corporate Governance 

Corporate Social Responsibility 

Future Outlook 

Management’s Discussion and Analysis 

Responsibility for Financial Statements and 

the Annual Report 

Consolidated Financial Statements 

Corporate Data 

We believe that the continuing success of our operations rests in our ability to vertically integrate every facet 

of our ongoing operations is the key to continuing success. The export market for quality shrimp products has 

become increasingly sophisticated. Traceability of products and their adherence to strict standards for quality 

and cultivation have made us the supplier of choice for a full range of the world’s most respected buyers. Each 

step of our value chain is controlled from within. Rigorous documentation of harvests is diligently collected 

and into a central database system capable of satisfying all of the needs of each our export destinations. This 

process commences with our internally managed breeding program which allows us to select parent stock with 

ideal growth and resistance traits, capable of producing the highest quality shrimp fry for commercial farming. 

Our feed production systems use only the purest and most stable ingredients ensuring maximum nutritional 

value appropriate for the species of shrimp which we cultivate. Our closed water aquaculture systems ensure the 

maximum potential of our harvest while protecting produce from harmful viruses and diseases. Finally our state 

of the harvesting systems ensures rapid transfer of products to the cold chain maximizing product freshness 

and quality. Our processing plants convert harvest shrimp into a wide variety of products for global export. 

Certification with an array of international standardization bodies ensures that our products meet the stringent 

standards for quality required by end retailers the world over.

Vision, Mission 

Visi, Misi 

Vision 

Visi 

To be the largest and most advanced vertically integrated 

aquaculture company in the world. 


Menjadi perusahaan akuakultur terbesar dan terdepan yang terintegrasi 

secara vertikal terbesar di dunia. 

Mission 

Misi 

Our mission is to continue leveraging our competitive 

strengths in aquaculture and drive efficiency through 

innovative management and new technologies to ensure 

the success of our farmers and the highest quality of our 

products. We will continue to consistently evaluate our 

social contribution and our company performance while 

adhering to environmentally-friendly practices across all of 

our operations. 

Misi kami adalah untuk terus menerus meningkatkan kekuatan di bidang 

akuakultur dan mengutamakan efisiensi melalui sistem manajemen yang inovatif 

serta teknologi terkini dalam rangka memastikan kesuksesan dari para petambak 

serta memberikan rangkaian produk yang berkualitas. Secara konsisten kami 

mengevaluasi kinerja Perseroan dan kontribusi di bidang sosial, selain juga 

menetapkan praktik yang ramah lingkungan di seluruh proses operasional. 

1

CP PRIMA in Brief 

Sekilas CP PRIMA 

Central Proteinaprima (CP Prima atau Perseroan) mulanya 

menjalankan usaha di bidang akuakultur komersil dan produksi 

produk unggas. Perkembangan selanjutnya, CP Prima melepaskan 

aset-aset produksi unggasnya untuk memusatkan perhatian pada 

kegiatan peternakan dan pengolahan udang yang terintegrasi 

secara vertikal. CP Prima memproduksi produk udang beku 

(mentah maupun olahan), pakan udang, pakan ikan, benur udang 

dan probiotik. Akuisisi terhadap aset-aset akuakultur Dipasena 

pada 2007, semakin memperkuat posisi CP Prima sebagai 

produsen dan pengolah udang yang terintegrasi secara vertikal. 

Pemilihan Indonesia sebagai pusat usahanya, memberikan 

CP Prima kondisi yang ideal bagi kegiatan akuakultur. Iklim 

ekuator, ketersediaan lahan pantai yang luas, air bersih yang 

melimpah, serta tenaga kerja yang bersaing merupakan syarat 

keberhasilan usaha. Variasi musim yang tidak terlalu drastis 

memungkinkan Perseroan untuk menebar benur dan memanen 

udang sepanjang tahun. 

Selain itu, besarnya pasar domestik (terbesar di wilayahnya Asia 

Tenggara) juga menjadi salah satu pilar kokoh bagi pertumbuhan 

Perseroan. Saat ini CP Prima memimpin pasar Indonesia untuk 

pakan udang, pakan ikan dan benur udang dengan pangsa pasar 

sekitar masing-masing 40%, 50% dan 50%. 

Pasar global untuk produk udang beku menunjukkan 

pertumbuhan yang pasti selama beberapa dasawarsa terakhir 

dan meskipun dunia mengalami perlambatan ekonomi di 

penghujung tahun fiskal 2008, penjualan tetap kuat. Tiga 

pasar ekspor utama untuk produk udang beku adalah Amerika 

Serikat (AS), Eropa dan Jepang. Gabungan tiga pasar tersebut 

saat ini merupakan konsumen dari 70% total konsumsi dunia. 

Ke depan, CP Prima akan terus memanfaatkan keunggulannya 

sebagai produsen udang yang terintegrasi secara vertikal dalam 

memastikan terbukanya peluang mempertahankan atau bahkan 

memperluas pangsa pasar di tengah krisis ekonomi global. Pada 

tahun 2008, 95% dari penjualan ekspor CP Prima dilakukan 

dengan pelanggan tetap. Hal ini mencerminkan komitmen 

CP Prima terhadap kualitas dan kesempurnaan yang telah 

menempatkan Perseroan pada kelas tersendiri. 


Central Proteinaprima (CP Prima or the Company) initially 

operating in the areas of commercial aquaculture and poultry 

production CP Prima has since divested of most of its poultry 

assets to focus exclusively on its vertically integrated shrimp 

farming and processing activities. CP Prima produces frozen 

shrimp (both raw and value added), shrimp feeds, fish feeds, 

shrimp fry and probiotics. Since its acquisition of further 

aquaculture assets from Dipasena in 2007 has reinforced as the 

CP Prima vertically integrated shrimp producer and processor. 

The strategic selection of Indonesia as the base of its operations 

provides CP Prima with ideal conditions for its aquaculture 

enterprise. The equatorial climate, the availability of large tracts 

of coastal land, plentiful access to fresh water, as well as its 

competitive workforce are all strong prerequisites for successful 

operations. Indonesia’s minimal seasonal variance enables the 

Company to cultivate and harvest shrimp throughout year round. 

Additionally the considerable domestic market (the largest in the 

South-East-Asia) also serves as a strong pillar to the Company’s 

sustained growth. Presently CP Prima leads the Indonesia market 

for shrimp feed, fish feed, and shrimp fry production with 

approximate market shares of 40%, 50% and 50% respectively. 

The global market for frozen shrimp has shown steady 

growth over the past decade and despite the global economic 

slowdown experience towards the end of the fiscal year 2008, 

sales have remained strong. The three primary markets for 

shrimp exports are United States (US), Europe and Japan. 

Together these three markets currently consume approximately 

70% of the world’s total consumption. Going forward, 

CP Prima will continue to use its competitive advantage as 

fully vertically integrated shrimp producer to ensure that global 

economic crisis provides an opportunity for maintained and even 

expanded market share. In 2008, 95% of CP Prima’s exports 

sales were to repeat customers. This is a reflection 

CP Prima’s commitment to quality and excellence which has 

placed the Company in a class of its own. 

3

4 Laporan Tahunan 2008 Annual Report 

Financial Highlights 

Ikhtisar Keuangan 

Dalam jutaan Rupiah 

(kecuali disebutkan lain) 2008 2007 2006 2005 2004 

Penjualan Bersih 8,169,928 6,123,044 4,898,258 5,004,875 4,179,832 Net Sales 

Laba Kotor 1,543,879 1,099,914 815,218 832,114 705,138 Gross Profit 

In million Rupiah 

(unless otherwise stated) 

Laba Usaha 592,837 459,836 358,085 335,297 348,583 Operating Profit 

Laba (Rugi) Bersih (407,182) 357,793 194,658 201,148 122,904 Net Income (Loss) 

Jumlah Rata-rata Tertimbang Saham 

Beredar (ribu) 

20,937,259 18,320,438 10,621,859 1,032,192 1,032,192 Weighted Average Number of 

Shares Ourstanding (thousand) 

Laba (Rugi) per Saham (Rp penuh) (19) 20 18 195 119 Income (Loss) per Share (full Rp) 

Aset Lancar 4,529,051 4,053,009 2,454,431 1,462,560 1,327,389 Current Assets 

Aset Tetap 4,248,285 3,357,895 971,720 873,508 688,679 Fixed Assets 

Aset Tidak Lancar Lainnya 593,202 383,592 358,827 161,939 252,626 Other Non-Current Assets 

Jumlah Aset 9,370,538 7,794,496 3,784,978 2,498,007 2,268,694 Total Assets 

Kewajiban Lancar 2,170,943 1,428,823 636,867 595,248 482,278 Current Liabilities 

Kewajiban Tidak Lancar 3,846,737 4,825,722 2,015,850 740,822 1,346,707 Non-Current Liabilities 

Jumlah Kewajiban 6,017,680 6,254,545 2,652,717 1,336,070 1,828,985 Total Liabilities 

Jumlah Ekuitas 3,343,235 1,530,819 1,124,113 1,154,605 422,736 Total Equity 

Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 9,370,538 7,794,496 3,784,978 2,498,007 2,268,694 Total Liabilities and Equity 

Pertumbuhan Penjualan 33.43% 25.00% (2.13)% 19.74% 39.71% Sales Growth 

Marjin Laba Kotor 18.90% 17.96% 16.64% 16.63% 16.87% Gross Profit Margin 

Marjin Laba Usaha 7.26% 7.51% 7.31% 6.70% 8.34% Operating Profit (Loss) Margin 

Marjin Laba (Rugi) Bersih (4.98%) 5.84% 3.97% 4.02% 2.94% Net Profit Margin 

Rasio Laba (Rugi) Bersih terhadap 

Jumlah Aset 

(4.35%) 4.59% 5.14% 8.05% 5.42% Return on Assets 

Rasio Laba (Rugi) Bersih terhadap 

Jumlah Ekuitas 

(12.18%) 23.37% 17.32% 17.42% 29.08% Return on Equity 

Rasio Lancar 2.09x 2.84x 3.85x 2.46x 2.75x Current Ratio 

Rasio Kewajiban terhadap Ekuitas 1.80x 4.09x 2.35x 1.16x 4.33x Debt to Equity Ratio 

Rasio Kewajiban terhadap Aset 0.64x 0.80x 0.70x 0.53x 0.81x Debt to Assets Ratio

Financial Indicators 

Indikator Keuangan 

4,179,832 

04 05 06 07 08 

Penjualan Bersih 

Net Sales 

dalam jutaan rupiah in million rupiah 

1,828,985 

5,004,875 

1,336,070 

4,898,258 

2,652,717 

6,123,044 

6,254,545 

Jumlah Kewajiban 

Total Liabilities 


8,169,928 

6,017,680 

04 05 06 07 08 

10.000.000 

8.000.000 

6.000.000 

4.000.000 

2.000.000 

0 

8.000.000 

7.000.000 

6.000.000 

5.000.000 

4.000.000 

3.000.000 

2.000.000 

1.000.000 

0 


2,268,694 

2,498,007 

3,784,978 

7,794,496 

9,370,538 

04 05 06 07 08 

Jumlah Aset 

Total assets 


422,736 

1,154,605 

1,124,113 

1,530,819 

04 05 06 07 08 

Jumlah Ekuitas 

Total Equity 


3,343,235 

10.000.000 

8.000.000 

6.000.000 

4.000.000 

2.000.000 

0 

3.500.000 

3.000.000 

2.500.000 

2.000.000 

1.500.000 

1.000.000 

500.000 

0 

5


Stock Highlights 

Ikhtisar Saham 

Data Perdagangan Saham Tahunan di Pasar Reguler Bursa Efek Indonesia (BEI) 

Annually Traded Shares Data in Regular Market of Indonesia Stock Exchange (IDX) 

Tahun Year 

Keterangan 2008 2007 Remarks 

Tertinggi 430 770 Highest 

Harga (Rp) Terendah 54 165 Lowest Price (Rp) 

Sumber data : www.idx.co.id 

Sources of data : www.idx.co.id 

Penutupan 56 430 Closing 

Kode Saham PT Central Proteinaprima Tbk. di BEI adalah: CPRO 

Ticker Symbol of PT Central Proteinaprima Tbk. at IDX is: CPRO 

Struktur Pemegang Saham Mayoritas per 31 Desember 2008 

Majority Shareholder Structure per 31 December 2008 

No Pemegang Saham 

Shareholders 

Jumlah Saham 

Shares 

Persentase Kepemilikan 

Percentage of Ownership 

1 Masyarakat Publik 17.843.195.923 45.06% 

2 PT Surya Hidup Satwa 9.302.791.456 23.49% 

3 PT Pertiwi Indonesia 5.811.100.514 14.68% 

4 Bank of New York qq Red Dragon Pte. Ltd. 2.666.621.250 6.73% 

5 Charm Easy International Limited 2.004.207.226 5.06% 

6 Regent Central International Limited 1.753.608.019 4.43% 

7 PT Central Pertiwi 110.896.074 0.28% 

8 Perfecy Companion Group 

Company Limited 

(sebelumnya S.W.T. Co. Limited) 

70.110.438 0.18% 

9 Iceland International Limited 36.097.754 0.09% 

Jumlah Total 39.598.628.654 100.00%

Volume (‘000 unit) 

Volume (‘000 unit) 

600,000,000 

500,000,000 

400,000,000 

300,000,000 

200,000,000 

100,000,000 

Harga Saham 

Share Price 

Volume Saham 

Share Volume 

0 

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des 

Rencana Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum 

Dana yang diperoleh dari penawaran umum saham (sebagaimana 

kami ungkapkan dalam prospektus), setelah dikurangi dengan 

biaya-biaya emisi, akan dipergunakan oleh Perseroan seluruhnya 

untuk ekspansi usaha melalui penyertaan modal di anak 

perusahaan, dengan perincian sebagai berikut: 

1. Sekitar 15% akan digunakan untuk konstruksi dan renovasi 

tambak. 

2. Sekitar 18% akan digunakan untuk pembangunan dan/atau 

pengembangan pabrik pengolahan. 


pengembangan pabrik pakan udang. 


pengembangan pabrik pakan ikan. 

5. Sekitar 23% akan digunakan untuk infrastruktur. 

6. Sekitar 16% untuk pemeliharaan. 

Realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum telah digunakan 

secara penuh sebagaimana yang direncanakan. 


500 

450 

400 

350 

300 

250 

200 

150 

100 

Projected Use of Proceeds from Our Public Offering 

The proceeds from our public offering (as stated on the prospectus), 

after reduced by issuance cost, will be fully utilized by the Company 

for business expansion by undertaking the equity participation in its 

subsidiaries, with detail as follows: 

1. Approximately 15% will be utilized for construction and 

renovation of ponds. 

2. Approximately 18% will be utilized for construction and/or 

development of our processing factory. 


development of our shrimp feed factory. 


development of our fish feed factory. 

5. Approximately 23% will be utilized for infrastructure. 

6. Approximately 16% will be utilized for maintenance. 

The realization on the used of proceeds from public offering has 

been fully utilized, in line with the projected plan. 

50 

Harga Saham (Rp) 

Share Price ( Rp) 

7


Report from The Board of Commissioners 

Laporan Komisaris 

From our growing integration in 2008, CP Prima’s net sales increased 

by 33.4% to Rp8.2 trillion, driven by growing exports and strong 

market prices that had still prevailed throughout the year of 2008. 

Dengan semakin terintegrasinya kegiatan usaha di 2008, penjualan bersih 

CP Prima pun meningkat sebanyak 33,4% menjadi Rp8,2 triliun, yang juga didorong 

menguatnya pangsa ekspor dan harga pasar selama tahun 2008. 

Para Pemegang Saham yang Terhormat, 

Tahun 2008 merupakan tahun yang produktif sekaligus 

menantang bagi CP Prima. 

Rampungnya peremajaan tambak yang dulunya dikelola 

Dipasena, serta gerak cepat Perseroan di tiga kuartal pertama 

2008, memungkinkan CP Prima untuk meningkatkan produksi 

udangnya sebesar kurang lebih 67% pada 2008, sekaligus 

mempertegas keunggulannya sebagai perusahaan akuakultur 

udang dari hulu hingga hilir. 

Penyatuan ini semakin memperkuat posisi Perseroan dengan 

selesainya proses divestasi atas aset-aset non-akuakultur udang 

pada 2007, sehingga CP Prima dapat lebih memusatkan 

perhatiannya pada kegiatan pembiakan, penetasan, penebaran 

benur, pemberian pakan, perlindungan hama, pemanenan dan 

pengolahan udang sebagai satu kesatuan usaha. 

Kami yakin, hanya segelintir perusahaan lainnya di dunia yang 

mampu menyamai CP Prima dalam hal ketajaman fokus serta 

keahlian usaha. Hal ini jelas merupakan keunggulan utama di 

industri yang sebagian besar masih terkotak-kotak, di mana masih 

sangat sedikit pemain yang mampu menghasilkan udang dengan 

kualitas yang senantiasa prima yang hanya dimungkinkan oleh 

kegiatan akuakultur udang terintegrasi sekaliber CP Prima. 

Dengan semakin terintegrasinya kegiatan usaha di 2008, penjualan 

bersih CP Prima pun meningkat sebanyak 33,4% menjadi Rp8,2 

triliun, yang juga didorong menguatnya pangsa ekspor dan harga 

pasar selama tahun 2008. Laba operasional juga tumbuh 28,9% 

Dear Shareholders, 

The year 2008 was a productive year for CP Prima, as well as a 

challenging one. 

With the revitalization project of our newly acquired ponds 

(from Dipasena) moving briskly throughout the first three 

quarters of 2008, CP Prima was able to increase shrimp 

production output by roughly 67% in 2008, underlining our 

strength as a fully vertically-integrated shrimp aquaculture 

company. 

This integration was further strengthened with our completed 

divestment of non shrimp-aquaculture related assets in 

2007, enabling CP Prima to focus intensely on the breeding, 

hatchling, farming, feeding, protecting harvesting and 

processing of shrimp as our singular line of business. 

We believe that few other companies in the world can 

match CP Prima in terms of our singular business focus and 

expertise – giving us a clear advantage over what is largely a 

fragmented industry, and one which has still very few players 

that can produce consistently high quality shrimps that only an 

integrated shrimp aquaculture operation on the scale of 

CP Prima can provide. 

From our growing integration in 2008, CP Prima’s net sales 

increased by 33.4% to Rp8.2 trillion, driven by growing exports 

and strong market prices that had still prevailed throughout 

the year of 2008. Operating income grew 28.9% on a year-

dibandingkan tahun sebelumnya dan terus bergerak naik dengan 

besaran pertumbuhan tahunan 17,5%, terhitung sejak 2004. Rugi 

bersih adalah sebesar Rp407 miliar, dimana termasuk di dalamnya 

rugi selisih kurs sebesar Rp673 miliar, akibat melemahnya mata uang 

rupiah dan kondisi ekonomi global yang memburuk di akhir tahun 

2008. 

Mempersiapkan Diri untuk Masa-masa Sulit 

Saat Perseroan menikmati kuatnya pertumbuhan di sebagian 

besar 2008, keadaan mulai memburuk di kuartal keempat, 

tepatnya di bulan November dan Desember. Krisis keuangan 

dunia yang menyebar cepat dari Wall Street ke seluruh penjuru 

dunia mulai mengimbas Indonesia. Bank mulai memperketat 

kegiatan kreditnya, rontoknya pasar modal, menguatnya 

tekanan jual terhadap rupiah dan menurunnya PDB Indonesia, 

dari mulai menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan sesuai 

harapan yaitu sebesar 7% menjadi hanya 6,1% pada 2008, 

lebih rendah dari pertumbuhan PDB 2007 yang sebesar 6,3%. 

Sebagai perusahaan berbasis ekspor, CP Prima sangat prihatin atas 

menurunnya permintaan dari pasar-pasar utama seperti Amerika 

Serikat, Eropa dan Jepang. Sekalipun penurunan konsumsi udang 

belum jelas terlihat pada penghujung 2008, kami memperkirakan 

bahwa bila terjadi resesi ekonomi dunia berkepanjangan maka 

dampaknya akan mempengaruhi nilai ekspor udang Perseroan. 

Dewan Komisaris dengan gembira melaporkan bahwa jajaran 

Manajemen telah mengambil langkah-langkah antisipasi 

untuk menghadapi situasi tersebut dengan menekan kegiatan 

pembelanjaan modal. 

Perusahaan Akuakultur yang Terfokus 

Dengan pengambilalihan Dipasena dan penghentian total 

kegiatan usaha peternakan ayam, CP Prima telah berhasil 

mewujudkan rencananya menjadi pemimpin dunia yang 

benar-benar fokus di sektor akuakultur, dengan menerapkan 

tatanan usaha yang terintegrasi penuh serta didukung tim 

Manajemen yang berpengalaman, sekaligus menegaskan 

kembali nilai tambah Perseroan sebagai medium investasi bagi 

para pemodal yang ingin jadi bagian potensi pertumbuhan luar 

biasa besar industri akuakultur dunia. 


to-year basis and have continued to grow at compounded 

annual growth rate of 17.5% since 2004. Net loss for the 

year amounted to Rp407 billion which include loss on foreign 

exchange of Rp673 billion, as an effect of weakend of IDR 

currency and global economic condition which is getting worse 

at the end of 2008. 

Facing Up to Tough Times 

Even as we enjoyed robust growth throughout most of 2008, 

events began to turn for the worst in the fourth quarter, 

especially in November and December of the year. The global 

financial crisis that had spread quickly from Wall Street to the 

rest of the world began to take its toll on Indonesia. Banking 

credit tightened, the capital markets crashed, the Rupiah came 

under heavy selling pressure, and the nation’s GDP contracted 

from what would have been on-course for a growth trajectory 

of more than 7% for the year, to just 6.1% in 2008, lower 

than the 6.3% GDP growth in 2007. 

Moreover, as an export-oriented business, CP Prima is very 

concerned over declining imports by traditionally strong markets 

such as the USA, Europe and Japan. Indeed, even if a decline 

in shrimp consumption was still not clearly indicated in the last 

months of 2008, we expect that a continuing global economic 

recession would eventually take its toll on our shrimp exports. 

The Board of Commissioners is pleased to note that 

Management has taken every precautionary steps in anticipation 

of this development by reducing the capital expenditure. 

A Focused Aquaculture Company 

With the acquisition of Dipasena, and the complete phaseout 

of our poultry businesses, CP Prima has secured its goal 

of being a truly focused global leader in the aquaculture 

sector, with a fully integrated business model coupled with 

an experienced Management team - reaffirming our value 

proposition as a clear investment vehicle for investors to 

participate in the tremendous growth potential associated with 

the global aquaculture industry. 

9


Potensi pertumbuhan jangka panjang yang ditawarkan industri 

akuakultur udang tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi 

perusahaan akuakultur berbasis teknologi dengan skala besar 

seperti CP Prima. Kami percaya, riset berkelanjutan, serta 

penerapan ilmu pengetahuan dan aplikasi bio sekuriti yang 

berkesinambungan akan mampu meningkatkan produktifitas 

dan daya saing di industri peternakan udang. 

Selama lima dasawarsa terakhir, pertumbuhan industri 

peternakan ayam menunjukkan pertumbuhan luar biasa, baik 

dalam hal produktifitas maupun konsumsi, sebagai sumber 

protein hewani yang terjangkau. 

Hari ini, kita menyaksikan tren pertumbuhan yang sama di 

industri akuakultur udang. Dengan kata lain, produktifitas 

dan kualitas akuakultur udang juga didukung oleh tatanan 

usaha yang terintegrasi secara vertikal, teknologi keamanan 

biologis pertambakan yang modern serta upaya penelitian 

dan pengembangan sistematis yang telah diterapkan selama 

beberapa dasawarsa di industri peternakan ayam. 

Fondasi Usaha yang Tetap Kokoh 

Dewan Komisaris telah mencermati laporan keuangan Perseroan 

untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008. Menurut 

pendapat Dewan, CP Prima tetap memiliki fondasi usaha yang 

kokoh dengan terus membukukan pertumbuhan yang kuat dalam 

penjualan bersih dan EBITDA sepanjang tahun 2008. 

Dewan Komisaris juga dengan senang hati menerima 

perbaikan dan peningkatan berkelanjutan dalam bidang Tata 

Kelola Perusahaan yang Baik, selaras dengan praktik terbaik 

di tingkat dunia. Kami juga tetap menerapkan standar tinggi 

untuk keamanan, kualitas produk dan pelestarian lingkungan 

yang merupakan hal mendasar bagi setiap perusahaan 

pengembangan serta pengolahan pangan. 

Melalui Komite Audit, Komisaris secara rutin menerima laporan 

dan mengkaji perkembangan mekanisme pengawasan dan 

pengendalian Perseroan. Hingga saat ini, CP Prima tetap yakin 

bahwa sistem dan prosedur kendali internal yang dimilikinya 

masih memadai dalam memastikan bahwa segala risiko dapat 

diidentifikasi, dikelola dan ditangani dengan semestinya. 

The potential long-term growth of the shrimp aquaculture 

industry remains to be an attractive one for large-scale, 

technologically driven aquaculture operations such as 

CP Prima. We believe that continuous research and sustained 

scientific and bio-security applications in the field will drive 

higher productivity as well as affordability in the shrimp 

industry. 

Over the past five decades, the world has seen tremendous 

growth in poultry products both in terms of their productivity 

and consumption as a leading and affordable source of 

food-protein. 

Today, we are witnessing similar growth trends in the shrimp 

aquaculture industry. In other words, productivity and quality 

in shrimp aquaculture are being driven by similar vertically 

integrated business models, modern bio-secure farming 

technologies and highly dedicated research and development 

support systems that had been applied for decades in the 

poultry industry. 

Our Fundamentals Remain Strong 

The Board of Commissioners has reviewed the 

Company’s financial statements for the year ending 

31 December 2008. It is our opinion that CP Prima remains 

strong in its fundamentals, continuing to post significant 

growth in Net Sales and EBITDA for the year 2008. 

The Board of Commissioners is also pleased to note of 

continuing improvement and enhancement in Good Corporate 

Governance that is in line with international best practices. 

We also maintain high standards of safety, product quality and 

environmental care that are fundamental to any food culture 

and processing enterprise. 

Through the Audit Committee, the Board continues to be 

regularly appraised and updated on the development of 

oversight and control mechanism of the Company. To date, 

CP Prima remains confident that there exists adequate internal 

control systems and procedures within the Company that 

provide reasonable assurances that risks are being properly 

identified, managed and mitigated.

Perubahan Susunan Komisaris 

Sejak diterbitkannya laporan tahunan terakhir, terjadi satu 

perubahan dalam jajaran Dewan Komisaris. Perkenankan 

saya untuk menyampaikan penghargaan kepada pendahulu 

saya, Benjamin Jiaravanon, yang sebelumnya menduduki kursi 

Presiden Komisaris hingga 16 Mei 2008. 

Kami Terus menjadi Aset Bangsa 

CP Prima menjalankan kegiatan usahanya di salah satu dari 

sekian banyak lokasi dengan keadaan geografis serta iklim 

yang paling kondusif bagi perkembangan usaha akuakultur 

udang, menjadi sumber mata pencaharian serta masa depan 

yang cerah bagi para petani plasma beeserta keluarga mereka, 

membuka lapangan pekerjaan bagi ribuan tenaga kerja dan 

masyarakat di sekitar tempat kami beroperasi dan menciptakan 

nilai tambah jangka panjang bagi para pemegang saham 

sebagai pemimpin dunia dalam usaha akuakultur udang. 

Kami mengucapkan terima kasih kepada para pemangku 

kepentingan atas dukungan serta kepercayaan yang diberikan. 

Berkat dukungan Anda sekalian, CP Prima telah berhasil 

menciptakan landasan usaha yang solid untuk tumbuh dan 

membangun kesuksesan di masa depan. 

Hardian Purawimala Widjonarko 

Komisaris Utama 

President Commissioner 


Changes to the Board 

There was one change in the composition of the Board of 

Commissioners since our last annual report. I would like to 

express the Board’s gratitude to my predecessor, Benjamin 

Jiaravanon, whom I have replaced as President Commissioner 

since 16 May 2008. 

We Continue to Be an Asset to the Nation 

CP Prima operates in one of the most geographically and 

climatically conducive locations for a shrimp aquaculture 

operation to flourish, providing strong livelihoods and a bright 

future for plasma farmers and their families, providing job 

opportunities to thousands of employees and the surrounding 

communities in which we operate, and creating sustainable 

long-term shareholder value as a global leader in shrimp 

aquaculture. 

We thank all of our stakeholders for their invaluable trust and 

support. With your support, CP Prima has successfully secured 

a solid business platform from which to grow and build future 

successes. 

Franciscus Affandy Djoko Muhammad Basoeki 

Wakil Komisaris Utama Komisaris Independen 

Vice President Commissioner Independent Commissioner 

11


Report from the Board of Directors 

Laporan Direksi 

In 2008, our shrimp production volume rose by 67% to 

95,000 MT, compared to our 2007 volume of 57,000 MT. 

Pada 2008, volume produksi udang meningkat sebanyak 67% hingga mencapai 

95.000 MT bila dibandingkan dengan 57.000 MT di tahun 2007. 

Pemegang Saham yang Terhormat, 

Menyusul akuisisi Dipasena, dengan aset lebih dari 10,600 

tambak udang komersil dan unit-unit penetasan, pengolahan 

pakan dan pengolahan, CP Prima terus meningkatkan kapasitas 

produksi udang berkualitas tinggi yang dimilikinya. 

Usaha akuakultur udang yang terintegrasi secara vertikal milik 

Perseroan mencakup sekitar 15.000 tambak udang komersil, 

yang sebagian besarnya dilengkapi teknologi bio sekuriti 

mutakhir sebagai bagian penting dari kemampuan CP Prima 

untuk menghasilkan udang berkualitas terbaik. 

Berada di Jalur Pertumbuhan 

Akuisisi atas Dipasena di 2007, diikuti dengan revitalisasi 

terhadap 10,600 tambak beserta infrastruktur pendukungnya. 

Hingga akhir tahun 2007, Perseroan telah merevitalisasi 

4.700 tambak udang dan membangun kembali fasilitasfasilitas 

pendukung produksi, termasuk unit penetasan yang 

menghasilkan kapasitas produksi sebesar 9.600 juta benur per 

tahun, unit pengelolaan pakan dengan kapasitas sebesar 3.600 

MT per tahun serta unit pengolahan dengan kapasitas sebesar 

43.200 MT per tahun. Selanjutnya, Perseroan juga merevitalisasi 

2 unit Power Plant untuk mencapai kapasitas hingga 72 MW di 

lokasi Wahyuni Mandira dan 44 MW di Aruna Wijaya Sakti. 

Dear Shareholders, 

Following our acquisition of Dipasena, with over 10.600 

commercial shrimp ponds and related hatcheries, feedmills and 

processing, CP Prima continued to build high-quality shrimp 

production capacity. 

Our vertically integrated shrimp aquaculture business includes 

approximately 15,000 commercially-producing shrimp ponds, 

of which most of them have been equipped with advanced 

bio-security protective technology that is a key part of 

CP Prima’s hallmark quality shrimp products. 

On Course for Growth 

Our transformative acquisition of Dipasena in 2007 envisioned 

the revitalisation of all 10.600 ponds as well as supporting 

infrastructures. 

By year-end 2007, we had revitalised 4,700 shrimp ponds, 

and reconstructed supporting production facilities including 

hatchery with production capacity of 9,600 million fries per 

year, feed-mill of 3,600 MT per year and processing plant of 

43,200 MT per year. Moreover, there are also 2 power plants 

revitalized to achieve a capacity of 72 MW in Wahyuni Mandira 

and 44 MW in Aruna Wijaya Sakti.

Di tahun 2008, Perseroan kembali merevitalisasi tambahan 

1.000 tambak beserta fasilitas produksi terkaitnya, bersamaan 

dengan mulai beroperasinya tambak dan fasilitas untuk 

meningkatkan produksi udang. 

Strategi rekonstruksi dan reproduksi yang dilakukan secara 

bersamaan ini berjalan dengan sangat baik hingga bayangbayang 

krisis keuangan global mulai mengancam kelangsungan 

pembiayaan proyek Perseroan. Sebagai dampaknya, pada 

kuartal ketiga 2008, CP Prima terpaksa menunda sebagian besar 

rencana program revitalisasi atas tambak-tambak Dipasena. 

Meskipun demikian, pada akhir tahun 2008, Perseroan tetap 

mampu menyelesaikan dua per tiga dari keseluruhan program 

revitalisasi, dengan 5.700 tambak yang telah direkondisi, 

diperlengkapi kembali dan direvitalisasi untuk menghasilkan 

produksi terbaik. 

Berbagai investasi ini membuahkan hasil nyata. Pada 2008, 

volume produksi udang meningkat sebanyak 67% hingga 

mencapai 95.000 MT bila dibandingkan dengan 57.000 MT di 

tahun 2007. 

Tingkat pertumbuhan yang luar biasa yang dicapai hanya dalam 

kurun satu tahun, tentunya sulit ditandingi oleh perusahaan 

manapun. Keberhasilan ini tegas-tegas merupakan bukti 

pengalaman serta keahlian Perseroan dalam bidang usaha 

akuakultur udang selama hampir tiga dasawarsa. 

Hal ini menjadikan CP Prima sebagai pemasok terkemuka untuk 

produk udang, pakan udang dan pakan ikan bagi nama-nama 

terkemuka di industri makanan dan jaringan ritel di dunia. 

Keberhasilan tersebut juga makin memperkuat pencapaian 

keuangan untuk tahun dalam tinjauan, di tengah lesunya 

kondisi pasar menyusul resesi ekonomi global. 


In 2008, we revitalized an additional 1,000 ponds and its 

related production facilities for the year, even as newly 

revitalised ponds and facilities were quickly put to work to 

produce more shrimps. 

This strategy of simultaneous reconstruction and reproduction 

worked exceedingly well, until the global financial crisis casted 

a long shadow over the continuity of our project financing. As 

a result, starting from third quarter of 2008, CP Prima had to 

scale down significantly on the revitalization program of the 

Dipasena ponds. 

Nevertheless, as at year-end 2008, we managed to complete 

more than two-thirds of our revitalization program, with 

roughly 5,700 ponds having been reconditioned, refitted and 

revitalised for prime production. 

These investments yielded tangible results. In 2008, our shrimp 

production volume rose by 67% to 95,000 MT, compared to 

our 2007 volume of 57,000 MT. 

Such a tremendous growth rate within a single year is likely to 

strain the resources of any company. That we were able to pull 

it off is, quite frankly, a testament to our hard-earned expertise 

and experience in the shrimp aquaculture business for close to 

three decades. 

This has made CP Prima a leading quality supplier of shrimp, 

shrimp-feed and fish-feed products to some of the world’s 

biggest names in the food and retail-chain industries. 

It has also bolstered our financial results for the year under 

review, bucking the southwardly direction that most markets 

are headed in the wake of a global economic recession. 

13


Hasil Keuangan yang Kuat 

Dari kegiatan usahanya di tahun fiskal 2008, CP Prima mencatat 

laba usaha sebesar Rp593 miliar, naik 28,9% dibandingkan 

dengan Rp460 miliar di tahun 2007, sementara EBITDA 

meningkat 40,5% ke Rp817 miliar, yang mencerminkan kuatnya 

pertumbuhan operasional Perseroan. 

Baik produk udang maupun pakan menunjukkan kinerja 

yang solid di 2008. Meskipun penjualan udang mengisi 50% 

keseluruhan nilai penjualan, pakan udang dan pakan ikan 

menjadi stabilisator bagi penghasilan Perseroan. Pakan mengisi 

sekitar 35,7% dari penjualan total di tahun 2008, menurun tipis 

dari 36% di 2007. 

Nilai Strategis Integrasi Vertikal 

Selain mampu memberikan kontribusinya bagi hasil operasional, 

usaha pakan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari 

integrasi vertikal kegiatan produksi udang Perseroan. Dengan 

memanfaatkan keahlian di bidang produksi pakan, Perseroan 

mampu memastikan nutrisi terbaik bagi pertumbuhan udang 

yang optimal, memberikan pengetahuan teknis pemberian 

pakan kepada para petambak dan mendedikasikan kegiatan 

Penelitian dan Pengembangan (litbang) pada peningkatan 

kualitas formulasi serta efisiensi pakan. 

Meskipun, tambahan kapasitas produksi tambak dan hasil yang 

dicapai pada 2008 berperan penting dalam meningkatkan hasil 

usaha dan EBITDA, tidak diragukan bahwa bentuk usaha yang 

terintegrasi secara vertikal terus menunjukkan keunggulan 

strategisnya bagi kegiatan operasional Perseroan. 

Strong Financial Results 

From its operating activities in 2008, CP Prima recorded income 

from operation amounted to Rp593 billion, an 28.9% increase 

compared to Rp460 billion in year 2007, whilst EBITDA rose by 

40.5% to Rp817 billion, reflecting strong growth of Company’s 

operations. 

Both shrimp and feed products performed strongly in 2008. 

Although shrimp sales account for more than 50% of our total 

sales revenue, the sales of aqua feed, comprising of shrimp 

feed and fish feed, provide a stabilising factor to our revenues. 

Aqua feed accounted for approximately 35.7% in 2008, 

slightly decrease from 36% in 2007. 

Strategic Value from Vertical Integration 

Despite its significant contribution to total revenues, the aqua 

feed business is an integral part of our vertical integration 

shrimp production. Only by harnessing our very own expertise 

in shrimp feed can we ensure the best nutrients for our shrimp 

to grow optimally, provide farmers with technical know-how in 

the proper regimen of shrimp feeding, and commit Research 

and Development (R&D) resources to improve feed formulation 

and efficiencies. 

Although additional pond capacity and output in 2008 were 

instrumental in pushing our revenues and EBITDA higher, 

there is no doubt that our vertical integration business model 

continued to provide strategic and critical advantages to our 

operations.

Keunggulan usaha strategis dari komponen-komponen yang 

terintegrasi di sepanjang kegiatan operasional mampu menjamin 

kelangsungan usaha, terutama di masa-masa yang tidak 

menentu seperti sekarang. Kami yakin bahwa CP Prima memiliki 

komponen-komponen ini, termasuk integrasi usaha berskala 

besar, kondisi geografis dan iklim yang mendukung kegiatan 

akuakultur, kekuatan litbang di sepanjang lini usaha, mulai dari 

penetasan, produksi pakan, pengembangan hingga produksi 

dan yang tak kalah penting eratnya hubungan dengan para 

pembeli utama di pasar-pasar udang penting di seluruh dunia. 

Tata Kelola Perusahaan 

Perseroan tetap berkomitmen pada penerapan Tata Kelola 

Perusahaan yang Baik. Kegiatan akuakultur berskala besar 

memerlukan keterlibatan serta dukungan kuat dari para 

pemangku kepentingan. Dalam hubungannya dengan 

pemangku kepentingan, CP Prima menerapkan prinsip 

transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi dan 

keadilan, keseluruhannya merupakan penentu keberhasilan dan 

kelanjutan pertumbuhan Perseroan. 

Pada tahun 2008, terjadi beberapa pergantian di jajaran Direksi. 

Kami haturkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada 

Jiacipto Jiaravanon, Harjono Djanako dan Soetresno Sentosa 

yang telah pensiun dari posisi masing-masing, yaitu Direktur 

Utama, Wakil Direktur Utama dan Direktur, efektif sejak 

20 Agustus 2008. Posisi mereka kemudian digantikan oleh MRT 

Jimmy Joeng sebagai Direktur, Mahar Atanta Sembiring sebagai 

Wakil Direktur Utama, dan Erwin Sutanto sebagai Direktur 

Utama. 

Sebagai bagian dari tata kelola yang baik, kami juga melibatkan 

masyarakat di sekitar tempat Perseroan beroperasi dalam 

berbagai program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) 

jangka panjang dan berkelanjutan. Program-program ini 

merupakan wujud kepedulian kami akan kesejahteraan 

masyarakat, serta perlindungan dan pelestarian lingkungan. 


Especially in these times of great uncertainties, strategic 

business advantages from integrative components within an 

industry value chain can constitute long-term sustainability. 

We believe that CP Prima possesses these components, 

including proven large-scale business integration; well-suited 

geographical and climatic conditions for aquaculture; superior 

R&D across business lines from hatchery to feedmill to pond 

and processing; and not least of all, strong customer relations 

with major buyers in key shrimp markets around the world. 

Corporate Governance 

We remain committed to implementing Good Corporate 

Governance. Aquaculture farming on a large scale requires 

the involvement and sustained support of a great many 

stakeholders. When dealing with stakeholders CP Prima 

espouses transparency, accountability responsibility, 

independence and fairness, all of which underpin our success 

and continuing growth. 

There were changes to the Board of Directors in 2008. We 

express our heartfelt appreciation to Mr. Jiacipto Jiaravanon, 

Harjono Djanako and Soetresno Sentosa who retired from 

the Board as President Director, Vice President Director and 

Director, respectively, effective 20 August 2008. Their seats 

in the Board of Directors have been assumed by MRT Jimmy 

Joeng as Director, Mahar Atanta Sembiring as Vice President 

Director, and Erwin Sutanto as President Director. 

As part of good governance, we also engage the communities 

in which we operate in long-term and sustainable Corporate 

Social Responsibility (CSR) programs. These programs 

demonstrate our care for the welfare of our communities as 

well as our concern for the ptotection and preservation of our 

environment. 

15


Menatap ke 2009 

Dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi, kami telah 

meninjau kembali secara cermat program-program belanja 

Perseroan dan memutuskan untuk menunda sejumlah investasi 

baru, menunggu membaiknya kondisi perekonomian dunia. 

Keputusan ini juga menyangkut penundaan pelaksanaan 

program revitalisasi tambak berskala besar. Untuk itu, CP Prima 

akan mengandalkan aset-aset serta sumber-sumber daya yang 

ada dalam kegiatannya menghasilkan produk udang dan pakan 

yang cukup untuk memastikan kelayakan serta kelangsungan 

usaha. 

Di sisi pemasaran, tahun 2009 tak diragukan lagi akan menjadi 

tahun yang penuh tantangan bagi CP Prima, karena pasar-pasar 

utama seperti, AS, Jepang dan Eropa terkena dampak terberat 

dari resesi ekonomi. Meskipun demikian, Perseroan telah melihat 

adanya perubahan pola konsumsi udang. Para konsumen di 

pasar-pasar tersebut belum sepenuhnya beralih dari udang, 

namun dikarenakan tekanan ekonomi mulai mengganti udangudang 

besar dengan yang berukuran lebih kecil yang tentunya 

lebih ekonomis. 

Looking to 2009 

Given the current economic climate, we have reviewed our 

capital expenditure programs thoroughly and decided to curtail 

new investments significantly, until such time, when global 

economic conditions improve. 

This would mean postponing major works on the remaining 

pond-revitalization program. Instead, CP Prima will rely on 

currently available assets and resources to produce shrimps 

and aqua feed in sufficient quantities to sustain our business 

viability and continuity. 

On the marketing aspect, the year 2009 will undoubtedly 

be a challenging one for CP Prima as our primary markets 

in the USA, Japan and Europe are hit hard by economic 

recessions. Already we are seeing a change in the pattern of 

shrimp consumption. Consumers in these markets have not 

abandoned shrimp entirely, but perhaps as a reflection of 

tough economic times, they are substituting large shrimps with 

smaller ones, which are naturally more economical.

Untuk menjawab tantangan ini, CP Prima hanya perlu 

menyesuaikan produksinya dengan tuntutan pasar. Meskipun 

demikian impor udang di tiga pasar utama, AS, Eropa dan 

Jepang di tahun 2008 tetap kuat, dengan volume mencapai 

sekitar 3,87 juta MT dibandingkan dengan 3,79 juta MT di 

tahun 2007. Berdasarkan angka ini, besaran konsumsi udang 

dunia untuk tahun 2009 diperkirakan akan bertahan di tengah 

meluasnya kelesuan ekonomi. Dengan catatan ini, kami tetap 

yakin akan prospek pertumbuhan jangka panjang 

CP Prima. 


For CP Prima, this simply means adjusting our production 

to align itself with market demands. In any case, imports of 

shrimp products in the three major markets of USA, Europe 

and Japan remained strong in 2008, reaching approximately 

3.87 million MT compared to 3.79 million MT in 2007. 

Based on these figures alone, there is an even chance that 

world shrimp consumption could hold its ground in 2009, 

notwithstanding the widespread economic slump. 

On that promising note, we remain confident of the future 

long-tem growth prospects of CP Prima. 

Erwin Sutanto Mahar Atanta Sembiring 

Direktur Utama Wakil Direktur Utama 

President Director Vice President Director 

Isman Hariyanto Gunawan Taslim 

Direktur Direktur 

Director Director 

MRT Jimmy Joeng Achmad Wahyudi 

Direktur Direktur tidak Terafiliasi 

Director Unaffiliated Director 

17

Kilas Operasional Operational Review 

• 

• 

• 

Operasional 


Bio Sekuriti 

• 

• 

• 

Operations 


Bio Security


Operations 

Operasional 

CP Prima’s net sales increased by 33.4% to Rp8,2 trillion. 

Operating income grew 28.9% on a year-on-year basis and 

have continued to grow at a compounded annual growth 

rate of 17.5% since 2004. 

Sementara itu, penjualan bersih CP Prima meningkat sebesar 33,4% menjadi 

Rp8.2 triliun. Penghasilan operasional tumbuh 28,9% dibandingkan tahun 

sebelumnya dan terus tumbuh hingga mencapai rata-rata pertumbuhan gabungan 

tahunan sebesar 17,5% sejak tahun 2004. 

Saat ini CP Prima mengelola tambak udang di 3 wilayah. 

Wilayah utama berlokasi di Propinsi Lampung, di ujung selatan 

Pulau Sumatera. Unit-unit usaha di wilayah ini mencakup juga 

tambak rakyat di Central Pertiwi Bahari (CPB), unit usaha yang 

baru saja diremajakan dari Wahyuni Mandira (WM) dan Aruna 

Wijaya Sakti (AWS) dari unit usaha yang dahulu bernama 

Dipasena Citra Darmaja (DCD) yang masih dalam proses 

peremajaan. Selain itu, kami juga memiliki dua tambak berskala 

lebih kecil, satu di dekat Kota Medan, Sumatera Utara dan 

satunya lagi di Jawa Timur. 

Tahun 2008 menjadi tahun yang luar biasa bagi CP Prima dalam 

hal produktifitas. Selesainya program peremajaan kembali di 

unit usaha Perseroan, Wahyuni Mandira (WM), pada akhir 

2007 memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan 

produksi di tahun fiskal yang sama. Perluasan areal produksi 

serta peningkatan produktifitas yang tinggi sebagai hasil 

dari berlanjutnya proses integrasi vertikal dalam hal teknik 

pengembangan broodstock, penetasan, penebaran benur, 

pemanenan dan pengolahan memberikan hasil besar dalam 

produksi dan hasil usaha. 

Selama periode dalam laporan, produksi udang CP Prima 

meningkat hingga mencapai kurang lebih 95.000 MT. Angka 

ini merupakan peningkatan 67% dari total produksi 2007 yang 

sebesar 57.000 MT. Sementara itu, penjualan bersih CP Prima 

meningkat sebesar 33,4% menjadi Rp8.2 triliun. Pendapatan 

operasional tumbuh 28,9% dibandingkan tahun sebelumnya 

dan terus tumbuh hingga mencapai rata-rata pertumbuhan 

gabungan tahunan sebesar 17,5% sejak tahun 2004. 

CP Prima is presently operating ponds in 3 areas. The main 

center is in Lampung province on the southern tip of Sumatra 

Island. Business Units in this area include our traditional 

operations at Central Pertiwi Bahari (CPB), our newly revitalized 

business units from Wahyuni Mandira (WM) and Aruna Wijaya 

Sakti (AWS), formerly Dipasena Citra Darmaja (DCD) which is still 

being revitalized. Additionally we have two smaller operations; 

one near Medan in North Sumatra and the other in East Java. 

In terms of productivity, CP Prima had an exceptional year in 

2008. The completion of the Company’s revitalization programs 

at the Wahyuni Mandira (WM) business unit by the end of 

2007 contributed significantly to production increases going 

into the fiscal year. The expanded area of production combined 

with significant productivity gains produced by ongoing vertical 

integration of broodstock, hatchery, cultivation, harvest and 

processing techniques led to massive gains in output as well as 

revenue. 

During the reporting period, CP Prima’s output for shrimp 

harvested increased to approximately 95,000 MT. This 

represented a 67% increase over 2007 total production of 

57,000 MT. CP Prima’s net sales increased by 33.4% to Rp8.2 

trillion. Operating income grew 28.9% on a year-on-year basis 

and have continued to grow at a compounded annual growth 

rate of 17.5% since 2004.

Meskipun menjadi tahun pencapaian, 2008 juga menjadi tahun 

yang menantang bagi Perseroan, karena harus menjalankan 

usahanya di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu. Secara 

umum, kondisi pasar untuk ekspor udang, tetap kuat selama 

tahun 2008. Namun, saat harga minyak mentah dan komoditas 

mencapai rekor tertingginya di paruh pertama, Perseroan 

harus menahan tekanan berat dalam marjin operasionalnya 

yang berdampak pada penurunan proyeksi pendapatan bersih. 

CP Prima tanggap akan kondisi ini dengan meningkatkan 

tingkat efisiensi secara keseluruhan, suatu langkah yang akan 

memberikan dampak luas pada efektifitas serta kelangsungan 

pengelolaan usaha di masa yang akan datang. 

Peningkatan biaya yang terjadi di paruh pertama 2008, juga ikut 

meningkatkan biaya tetap yang berkenaan dengan program 

peremajaan kembali yang dijalankan Perseroan. Meskipun 

program ini tetap berjalan dengan semestinya hingga kuartal 

ketiga, namun krisis likuiditas global dan perlambatan ekonomi 

yang terjadi pada paruh kedua menuntut Perseroan untuk 

mengubah strategi usahanya guna menghadapi tantangan yang 

menanti di tahun mendatang. Program peremajaan kembali 

yang rencananya akan selesai pada akhir 2009, ditunda sejak 

September 2008 dan perkiraan tanggal penyelesaian program 

pun harus kembali disesuaikan. Untuk sementara waktu, 

dana yang tadinya dialokasikan untuk pelaksanaan program 

peremajaan kembali dialihkan menjadi cadangan untuk modal 

kerja. 

In spite of this achievement, 2008 was also a challenging year 

for the Company to operate in a turbulent global economy. 

Generally market conditions for shrimp exports remained 

strong for the year 2008. However, record high prices for oil 

and commodities experienced during the first half of the year 

placed considerable pressure on operating margins consequently 

reducing initial net earnings projections. CP Prima effectively 

responded to these conditions by enhancing its overall efficiency, 

actions which will have far reaching implications for effective 

and sustainable management of operations well into the future. 

The elevated costs experience in the first half of the year also 

raised fixed costs associated with the Company’s ongoing 

revitalization program. While this initiative remained on 

track well into the third quarter, the global liquidity crisis and 

economic slowdown experienced in the second half has resulted 

in a shift in strategy to face the challenges moving into the 

coming year. The revitalization plan which had initially been 

scheduled to be completed by the end of 2009 has therefore 

been suspended since September 2008 with the estimated 

completion date accordingly being adjusted. For the time being 

funds initially reserved for the revitalization program have now 

been shifted to working capital reserves.


Meskipun demikian, CP Prima tetap optimis bahwa integrasi 

vertikal kegiatan usahanya dan penghematan dari meningkatnya 

produksi akan terus menjadi keunggulan strategis Perseroan 

dibanding para pesaingnya, yang akan mendorong peningkatan 

pangsa pasar di tahun mendatang. Tim Penjualan dan 

Pemasaran Perseroan telah merintis pembukaan pasar-pasar 

alternatif di Timur Tengah, Rusia dan beberapa negara di Asia. 

Tetap Kokoh dalam Diversifikasi 

Di 2008, CP Prima terus berkonsentrasi pada kategori Value 

Added and Food Products serta mampu meningkatkan produksi 

jenis ini menjadi 31.890 MT. Angka ini merupakan peningkatan 

33% dari 23.909 MT pada tahun 2007. 

Dari unit pembibitan, CP Prima berhasil menjual 9,4 miliar benur 

pada tahun 2008, dibandingkan 7,3 miliar di 2007. Dalam bidang 

pakan ikan dan udang, Perseroan juga berhasil meningkatkan 

angka penjualan menjadi masing-masing 1,4 triliun dan 1,6 

triliun. CP Prima terus diuntungkan oleh kekuatan merek dagang 

dan posisinya di pasar sehingga mampu memperluas usaha 

pakan udangnya melalui strategi pengombinasian benur jenis 

SPF dan SPR dengan pakan udang. Di Indonesia sendiri, CP Prima 

merupakan pemimpin pasar untuk pakan udang, pakan ikan dan 

benur udang dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 40%, 

50% dan 50%. 

Program Revitalisasi 

Selama 2008, CP Prima terus melakukan proses pengintegrasian 

tambak-tambak yang telah direvitalisasi hasil akusisi atas 

Dipasena pada 2007. CP Prima berhasil sepenuhnya 

mengintegrasikan 4,709 tambak dari unit usaha WM yang 

telah selesai direvitalisasi pada akhir 2007. Pada tahun 2008, 

CP Prima memperluas program revitalisasinya hingga mencakup 

tambak-tambak di unit AWS, yang juga diakusisi dari Dipasena. 

Sebanyak 1.000 tambak dari keseluruhan 5.908 tambak dari 

unit ini telah direvitalisasi sepanjang 2008. Dikarenakan krisis 

likuiditas global, CP Prima memutuskan untuk menunda rencana 

revitalisasinya dan mengalihkan cadangan dana menjadi modal 

operasional dan menanamkannya pada investasi modal yang 

lebih cepat memberikan hasil. Pola penyelamatan likuiditas 

CP Prima however remains confident that its vertically integrated 

operations and large economies of scale will continue to provide 

a strategic advantage over its competitors leading to significant 

gains in market share for the up coming year. The Company’s 

Sales and Marketing team has already made significant inroads 

in the development of alternative markets in the Middle East, 

Russia, as well as elsewhere in Asia. 

Continuing Strength in Diversification 

In 2008, CP Prima’s continuing its pursuit of Value Added and 

Food Products categories, witnessed an increase in production 

of these items to 31,890 MT of these strategic products. This 

represents a 33% increase over the production of the 23,909 

MT produced in 2007. 

From our hatcheries CP Prima sold a total of 9.4 billion shrimp 

fry in 2008 compared to 7.3 billion in 2007. In fish feed and 

shrimp feed we also sold greater volumes respectively totaling 

1.4 trillion and 1.6 trillion. CP Prima continues to leverage its 

strong brand and market position to expand its shrimp feed 

business through the bundling strategy of pairing our SPF and 

SPR shrimp fry with our feed. In Indonesia, CP Prima is the 

market’s leading supplier for shrimp feed. fish feed, and shrimp 

fry, maintaining market shares of approximately 40%, 50% and 

50% respectively. 

Revitalization Works 

During 2008, CP Prima continued to integrate revitalized ponds 

acquired from Dipasena in 2007. CP Prima was able to fully 

integrate the 4,709 ponds of the WM business unit which 

had been revitalized by the end of 2007. In 2008, CP Prima 

extended its revitalization program to encompass the ponds 

in the AWS unit which also acquired from Dipasena. A total 

of approximately 1,000 of the available 5,908 ponds from this 

unit were revitalized during the year. Due to the ongoing global 

liquidity crisis, CP Prima has decided to temporarily postpone its 

planned revitalization, instead devoting available cash resources 

to operating capital and other immediately available capital 

investments which are capable of providing quicker returns on 

investment. This pattern of liquidity conservation and focus on

dan fokus pada investasi jangka pendek dan menengah ini 

nampaknya akan terus dilakukan hingga awal 2010 di mana 

kondisi ekonomi global diperkirakan akan pulih. 

Peningkatan Efisiensi dan Konservasi 

Pada awal 2008, CP Prima menghadapi tekanan yang semakin 

berat pada marjin usahanya dikarenakan melonjaknya harga 

minyak bumi dan komoditas, termasuk tepung gandum dan 

kedelai yang digunakan dalam produksi pakan Perseroan. 

Karena nyaris 15% biaya operasional Perseroan dibelanjakan 

untuk energi, untuk itu, perhatian yang lebih besar harus 

diberikan pada upaya peningkatan efisiensi produksi. Salah satu 

penekanan dilakukan pada optimalisasi alat paddle wheel yang 

berfungsi membantu menjaga kadar oksigen dalam tambak, 

bagian yang paling banyak mengkonsumsi energi. Bekerja sama 

dengan para karyawan Perseroan dan petani plasma, CP Prima 

berhasil mengembangkan sistem yang optimal dalam hal durasi 

dan pengaturan waktu pengoperasian paddle wheel untuk tiap 

tambak. Hal ini mendorong dikembangkannya jadwal rotasi 

yang tidak hanya mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan 

energi tapi juga memungkinkan Perseroan untuk memperluas 

tingkat keseragaman lingkungan tambak sehingga hasilnya pun 

lebih konsisten. Pada saat yang sama, Perseroan juga berhasil 

meningkatkan penghematan energi dengan penggunaan paddle 

wheel tipe baru yang 26% lebih efisien. 

Kehati-hatian juga diterapkan dalam hal pengadaan bahan 

mentah dari pihak ketiga untuk produksi pakan dengan 

menjajaki kemungkinan maksimalisasi pemanfaatan bahanbahan 

dari dalam negeri. Dikarenakan menguatnya nilai dolar 

di sepanjang tahun, langkah ini membantu Perseroan menekan 

pengeluaran dan memastikan hasil investasi yang optimal. 

Di paruh ke dua tahun 2008, seiring turunnya harga komoditas, 

CP Prima mampu mempertahankan keuntungan dari langkah 

efisiensi energi yang dilakukannya. Pengalaman menjalankan 

usaha di tengah kondisi biaya tinggi global memberikan dampak 

positif pada operasional Perseroan untuk jangka panjang, tidak 

hanya dari sudut pandang marjin operasional yang lebih baik, 

namun juga dari upaya pelestarian lingkungan hidup melalui 

langkah-langkah penghematan energi. 


short to medium term investments is likely to persist through to 

the beginning of 2010 when the global economy is expected to 

return to a pattern of growth. 

Increasing Efficiency and Conservation 

Early in 2008, CP Prima faced increasing pressure on its margins 

due to the record prices for oil and commodity inputs, including 

wheatflour and soybean which is used for the development of 

its feed formula. 

As nearly 15% of the Company’s operating costs are expended 

on energy, greater attention was required to optimizing 

production efficiency. Emphasis, was for example, directed to 

the use of paddle wheel device, a major consumer of energy in 

the Company’s operations which helps to maintain oxygen levels 

in ponds. Working together with the Company’s employees and 

plasma farmers, CP Prima was able to develop optimal systems 

for the duration and timing for use of paddle wheels in each 

pond. This led to the development of a rotational schedule, 

which in addition to maintain more efficient energy use as well 

as allowing the Company to extend the level of uniformity 

between pond environments further to enhance the product’s 

consistency. Concurrently, the Company was able to enhance 

energy savings by updating to a new model of paddle wheel 

which is 26% more efficient. 

Greater care was also taken in outsourcing raw material input 

for feed production. Where possible, options for greater use 

of domestic ingredients were explored. Owing to the strong 

dollar throughout the year, this latter measure also helped 

the Company to reduce costs and ensuring optimal return on 

investment. 

In the latter half of the year, as commodities prices fell, CP Prima 

has maintained its gains in energy efficiency. The experience 

with high cost global conditions has therefore positively affected 

our operations over the long term, not only from the vantage 

point securing improved operating margins but also in terms 

of our environmental sustainability which has taken on a much 

more conservationist approach. 

23


Keunggulan Teknologi 

Sejumlah petani plasma Perseroan yang sebelumnya bekerja 

di unit WM di bawah Dipasena, mengungkapkan kekaguman 

mereka atas tingkat produktifitas keseluruhan yang terus 

meningkat sejak CP Prima menyelesaikan proses akuisisi dan 

revitalisasinya. Mereka memperkirakan bahwa tambak-tambak 

yang ada kini mampu menghasilkan sekurangnya 5 kali lipat 

lebih banyak untuk tiap masa panen. Peningkatan produktifitas 

ini, bukanlah satu-satunya tujuan utama Perseroan, namun 

dapat juga menjadi sarana peningkatan kesejahteraan para 

petani plasma dan karyawan. 

Peningkatan produktifitas yang diraih CP Prima merupakan hasil 

dari pemanfaatan teknologi mutakhir yang terintegrasi secara 

vertikal. Diawali dengan pngembangan broodstock jenis SPF 

dan SPR di unit penetasan Perseroan dengan memanfaatkan 

teknologi Shrimp Improvement Systems (SIS) hasil akuisisi pada 

tahun 2006. 

Peningkatan ini juga didukung Closed Water System yang 

menekankan cara-cara seksama penyiapan tambak sebelum 

penebaran benur. Kedalaman masing-masing tambak diatur 

pada level optimal, yaitu 120cm, untuk kemudian lantai dan 

dindingnya dilapisi lembar High-density Polyurethane (HDPE) 

untuk melindungi tambak dari lingkungan luar maupun tambak 

lain yang bersebelahan. Pola standarisasi tambak sedemikian 

mampu menekan potensi pencemaran dan penyebaran 

hama dan virus. Kualitas air juga dikelola secara seksama 

menggunakan desinfektan ringan dan sistem filtrasi. 

Pengintegrasian secara vertikal unit produksi pakan yang 

dilakukan CP Prima memiliki nilai yang sangat besar dalam 

kegiatan usaha akuakultur selain juga memberikan Perseroan 

kendali penuh atas pengelolaan bahan mentah. Unit litbang 

khusus yang dimiliki CP Prima telah menciptakan suatu formula 

nutrisi luar biasa yang memadukan unsur protein, karbohidrat, 

lipid, vitamin, mineral dan berbagai bahan pelengkap yang 

memastikan pertumbuhan optimal. 

Superior Technology 

Some of the Company’s contracted Plasma Farmers who 

previously worked in our WM unit are under Dipasena have 

expressed astonishment regarding the overall productivity 

gains that the area has increased since CP Prima completed 

its acquisition and revitalization process. They estimate that 

the ponds are now capable of producing roughly 5 times per 

harvest. This productivity gain, has not only been one of the 

primary objectives of the Company, but also has served to 

provide a hitherto unknown level of prosperity among our 

workforce. 

CP Prima owes much of its productivity gains to the 

sophisticated vertically integrated technology which it uses. 

This, begin with the use of SPF and SPR broodstocks which the 

Company breeds at its hatcheries are using the technology from 

its 2006 acquisition of Shrimp Improvement Systems (SIS). 

It is also associated with the carefully managed ‘Closed Water 

System”, which pay critical attention to the manner in which 

ponds are prepared prior to releasing shrimp fry. Each individual 

pond is prepared to an optimal depth of 120cm, prior to 

being lined with a High-density Polyurethane (HDPE) liner, 

which separates the pond from its external environment and 

neighboring ponds. This modular approach to pond preparation 

reduces the opportunity for contamination by and transmission 

of diseases and viruses. The water quality is also being carefully 

managed through the application of light disinfectants and 

filtration systems. 

CP Prima’s vertical integration into the feed production provides 

considerable value to the operation of our aquaculture business 

while at the same time providing the Company with an optimal 

level of control over raw material inputs. CP Prima’s dedicated 

Research and Development units have created extraordinary 

nutritional formulas which blend proteins, carbohydrates, lipids, 

vitamins, minerals and other beneficial additives which ensure 

optimal growth.

Umumnya, untuk mencapai usia siap panen, udang dipelihara 

selama 120 hari. Selama masa ini, lingkungan tambak dipantau 

ketat agar tidak terjadi perubahan tingkat keasinan dan kadar 

oksigen dalam air tambak. Begitu dipanen, udang langsung 

didinginkan dengan es dan dimasukkan ke rantai proses 

pendinginan untuk kemudian dibersihkan secara seksama, 

disortir berdasarkan ukuran, diproses, kemudian dikemas 

dan dibekukan untuk diekspor. Seluruh proses diselesaikan 

hanya dalam hitungan beberapa jam sejak udang dipanen dan 

dilakukan di pusat pengolahan yang suhunya senantiasa terjaga. 

Bila digabungkan, faktor-faktor ini yang menghasilkan produk 

udang dengan kualitas terbaik. 

Melanjutkan Kepemimpinan Pasar 

Sistem produksi CP Prima yang sepenuhnya telah terintegrasi 

dipantau dan dikendalikan secara ketat menggunakan Standar 

Prosedur Operasi mutakhir. Skala keekonomian Perseroan 

memungkinkannya untuk menghasilkan udang beku dan 

udang olahan kualitas terbaik dengan efisiensi yang lebih tinggi 

dan biaya yang lebih rendah, sehingga marjin produktifitas 

dapat dipertahankan pada tingkat jauh di atas para pesaing. 

Karenanya, integrasi vertikal CP Prima merupakan sumber 

keunggulan kompetitif dan akan terus meraih kesetiaan 

pelanggan di tahun-tahun mendatang. 


Shrimps are ordinarily cultivated over a 120 day period prior 

to harvested. During this time, pond environments are strictly 

monitored to guard against changes in salinity and oxygen 

levels. Once shrimps are harvested they are immediately chilled 

on ice and entered into the cold chain for processing in the 

Company’s temperature controlled processing plants to be 

thoroughly cleaned, sorted by size, processed and then packed 

and frozen for export, all within a few hours of harvesting. All of 

these factors combine to create the most exceptional quality of 

shrimp products. 

Continuing Market Leadership 

CP Prima’s fully integrated production system is strictly 

monitored and controlled using stated-of-the-art Standard 

Operating Procedures. The Company’s economies of scale 

permits it to produce the highest quality frozen shrimp and 

processed shrimp products with greater efficiency and lower 

costs, thus maintaining productivity margins which are over 

and beyond what any of competitors are capable of achieving. 

CP Prima’s vertical integration is therefore its key source 

of competitive advantage and will continue to provide the 

customer loyalty in the years ahead. 

25




During the coming year, the Company will need to maintain 

a greater emphasis on equilibrium. The client base will need 

to be expanded and diversified beyond the US, Japanese and 

European markets to include other markets in the Middle 

East, Russia and elsewhere in Asia. 

Untuk tahun mendatang, Perseroan perlu memberikan penekanan lebih kepada 

usaha mempertahankan stabilitas usaha. Basis pelanggan perlu diperluas hingga 

mencakup pasar-pasar di luar AS, Jepang dan Eropa, seperti Timur Tengah, Rusia 

dan negara-negara di Asia. 

Pasar ekspor global untuk produk udang beku terus 

memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan di sepanjang 

tahun fiskal 2008. Meskipun terus didominasi oleh AS, Eropa 

dan Jepang yang mengisi sekitar 70% dari pangsa pasar global, 

pasar-pasar lainnya di Timur Tengah, Rusia dan pasar ekspor 

non-tradisional di wilayah Asia juga menyimpan peluang yang 

tak kalah besar. 

Unit penjualan dan pemasaran CP Prima telah secara efektif 

mengantisipasi tantangan yang muncul di 2008. Perseroan 

mencatat satu lonjakan produktifitas tertinggi selama 28 tahun 

beroperasi. Keberhasilan program revitalisasi atas aset-aset 

Dipasena dan penerapan teknologi yang terintegrasi secara 

vertikal telah mendorong peningkatan produktifitas sehingga 

volume produksi udang Perseroan meningkat dari 51.000 MT 

menjadi 95.000 MT atau sebesar lebih dari 67%. Sebagai buah 

keberhasilan operasional di tahun 2008, Perseroan kini menjadi 

satu-satunya eksportir udang beku terbesar di Indonesia. 

Pasokan yang besar ini diimbangi kemampuan CP Prima 

sebagai penghasil dan pengolah udang yang terintegrasi secara 

vertikal untuk mempertahankan tingkat permintaan yang 

tinggi bagi produknya. Faktor penentu di balik sukses ini adalah 

kemampuan Perseroan untuk menyediakan pasokan yang 

konsisten dan senantiasa dapat diandalkan, yang sepenuhnya 

terdata dan dapat dilacak kembali di sepanjang tahap produksi, 

suatu kompetensi utama yang dicari oleh pasar dunia yang 

semakin mutakhir. 

The global market for frozen shrimp exports has continued to see 

formidable growth throughout the financial year 2008. Although 

exports continue to be dominated by the US, European and 

Japanese markets which account for approximately 70% of the 

global market, significant opportunities are presented by other 

markets in the Middle East, Russia and other non-traditional 

export markets throughout Asia. 

CP Prima’s sales & marketing effectively responded to the 

challenges presented in 2008. The Company saw the largest 

single jump in productivity in its 28 years of operations. Due to 

the successful implementation of revitalization programs for its 

newly acquired Dipasena assets as well as the implementation 

of new vertically integrated technologies which boosted 

productivity, volume of shrimp produced by the Company for 

the year-end increased from 51,000 MT to 95,000 MT, an 

increase of over 67%. As a result of its operational success in 

2008, the Company now holds the distinction of being the 

Indonesia’s largest frozen shrimp exporter as a single Company. 

Despite this huge gain in supply, CP Prima has continued to 

leverage its strategic position as the fully vertically integrated 

shrimp producer and processor to secure demand for its 

produce. Key drivers behind this success have been the 

Company’s ability to provide reliable and consistent supply, 

which is fully documented and traceable along each stage of 

production, a core competency which the world’s increasingly 

sophisticated markets have come to demand.

Benur, Pakan Udang dan Ikan 

Integrasi vertikal CP Prima di sepanjang rantai pasokan 

menuntut Perseroan untuk mengelola seluruh kebutuhan yang 

diperlukan dalam produksi udang beku. Tuntutan ini mendorong 

terbentuknya unit-unit usaha yang mengkhususkan diri pada 

penyediaan bahan kebutuhan, termasuk benur udang, pakan 

udang dan pakan ikan. Selain mampu memenuhi kebutuhan 

produksinya sendiri, Perseroan juga telah menjadi pemasok 

utama bagi perusahaan-perusahaan akuakultur di seluruh dunia. 

Akuisisi CP Prima di 2006 atas perusahaan AS, Shrimp 

Improvement System, LLC (SIS), perusahaan pembiakan genetik 

dan penghasil broodstock, memungkinkan Perseroan untuk 

mencapai salah satu sasaran usaha vital, yaitu memperoleh benur 

udang berkualitas tinggi. Melalui SIS, Perseroan menjalankan 

program pembiakan guna meningkatkan daya tahan udang 

terhadap penyakit serta laju pertumbuhan untuk indukan udang 

galur murni jenis Specific Pathogen Free (SPF) dan jenis Specific 

Pathogen Resistance (SPR). CP Prima saat ini menjual benur udang 

yang dihasilkannya ke perusahaan-perusahaan pertambakan di 


Shrimp Fry, Shrimp Feed and Fish Feed 

CP Prima’s vertical integration along the supply chain requires 

that it maintains its own production of the material inputs 

required for the production of frozen shrimp. It has therefore 

evolved dedicated business units specifically devoted to the 

production of material inputs, including shrimp fry, shrimp 

feed and fish feed. In addition to meeting its own production 

needs, the Company has become a leading supplier for other 

aquaculture companies throughout the world. 

CP Prima’s 2006 acquisition of US-based Shrimp Improvement 

Systems, LLC (SIS) – a shrimp genetic breeding company and 

broodstock producer – has permitted it to achieve one of its key 

objectives; the production of high-quality shrimp fries. Through 

SIS, the Company maintains a breeding program to continually 

improve disease resistance and increase growth rates of its 

Specific Pathogen Free (SPF) and Specific Pathogen Resistance 

(SPR) pedigree lines of shrimp breeding stocks. 

CP Prima currently sells it shrimp fries to shrimp farming 

companies in over 20 countries throughout the world. 

27


lebih dari 20 negara. CP Prima hanya menggunakan bahan baku 

kualitas terbaik, seperti tepung gandum, ikan, kedelai, dan lainlain, 

dalam produksi pakan udang dan ikannya. Saat ini Perseroan 

memiliki enam merek pakan udang (Irawan, VIP, CP Marine, 

Bintang dan Scampi), yang masing-masingnya diformulasikan 

secara ilmiah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi spesies udang 

tertentu (Vannamei, Monodon dan Rosenbergii). Perseroan 

memproduksi pakan untuk ikan konsumsi dan ikan hias, termasuk 

lele, tilapia dan ikan mas. Di Indonesia, CP Prima adalah pemimpin 

pasar dalam penyediaan benur udang, pakan udang dan pakan ikan, 

mempertahankan pangsa pasar tak kurang dari 40%, 50% dan 50%. 

Kesetiaan Pelanggan 

CP Prima tetap menjadi pemasok pilihan bagi sejumlah 

perusahaan pengolahan makanan di dunia. Lebih jauh, para 

pelanggan Perseroan untuk udang beku tetap setia memilih 

produk yang dihasilkan Perseroan. Sekitar 95% pelanggan 

CP Prima di tahun 2008 melakukan pemesanan ulang. Sejak 

memulai usahanya di tahun 1980, Perseroan tak pernah 

gagal dalam memastikan pemesanan lanjutan ke semua 

pelanggannya. 

Akreditasi Keamanan Pangan Internasional 

Sertifikasi berkelanjutan dari lembaga-lembaga penilai 

keamanan pangan internasional terkemuka yang dipegang 

oleh CP Prima, memberikan Perseroan keunggulan strategis 

tambahan. Di antara sertifikasi tersebut adalah: 

• Sertifikasi International Standards Organization (ISO) 9001 

(2000) untuk sistem manajemen. 

• Sertifikasi HACCP untuk keamanan produksi dan 

pengolahan makanan. 

• BRC – British Retailers Consortium Global Standard 

– akreditasi yang diterbitkan oleh konsorsium peritel 

bahan makanan terkemuka di Inggris, termasuk TESCO, 

Sainsbury’s, Iceland Foods, Waitrose, Safeway dan ASDA. 

• GMP – Good Manufacturing Practices – prasyarat wajib 

yang diatur oleh Lembaga Pengawasan Obat dan Makanan 

AS (FDA) guna memastikan kelayakan pangan untuk 

konsumsi manusia. 

• IFT – International Food Technology – sertifikasi pengolahan 

makanan yang diwajibkan oleh banyak pelanggan di AS. 

CP prima uses only the highest quality ingredients (wheat flour, 

fish meal, soy bean meal etc.) for the production of its shrimp 

and fish feed. The Company currently maintains six brands 

(Irawan, VIP, CP Marine, Bintang and Scampi) of shrimp feeds, 

each of which is scientifically formulated to meet the nutritional 

requirements of particular shrimp species (Vannamei, Monodon 

and Rosenbergii). The Company produces feed for commercial 

as well as ornamental fish including: catfish, tilapia and carp. In 

Indonesia CP Prima is the market’s leading supplier for shrimp 

fry, shrimp feed and fish feed, maintaining market shares of 

approximately 40%, 50% and 50% respectively. 

Repeat Customers 

CP Prima remains the supplier of choice for some of the largest 

food processing companies in the world. Furthermore the 

Company’s customers for frozen shrimp have remained loyal 

to the Company’s products. Approximately 95% of CP Prima’s 

customer base in 2008 was made up of repeat customers. 

Furthermore, since initiating its business in 1980 the Company 

has never failed to secure further sales with any of its customers. 

International Food Safety Accreditation 

CP Prima’s continuing certification with world most respected 

International Food Safety Accreditation provides it additional 

strategic advantages. Among these accreditations are the 

following certifications: 

• International Standards Organization (ISO) 9001 (2000) 

certification for quality management. 

• HACCP certification for food production and processing 

safety. 

• BRC – British Retailers Consortium Global Standard – an 

accreditation issued by a consortium of the UK’s leading 

food retailers including TESCO, Sainsbury’s, Iceland Foods, 

Waitrose, Safeway and ASDA. 

• GMP – Good Manufacturing Practices – regulatory 

requirements of the US Food and Drug Administration (FDA) 

which ensure safety of food for human consumption. 

• IFT – International Food Technology – a certification for food 

processing manufacture require by many US customers.

• ACC - Aquaculture Certification Council – sertifikasi untuk 

penerapan standar Global Aquaculture Alliance Best Aquaculture 

Practices, yang merupakan suatu sistem sertifikasi yang 

menggabungkan inspeksi lokasi dan pengambilan sampel untuk 

mengetahui kendali sanitasi, kendali therapeutic dan pelacakan. 

Sertifikasi yang disebutkan terakhir, adalah akreditasi terbaru yang 

diperoleh dalam kurun masa pelaporan, dan dipersayaratkan 

oleh jaringan Wal-Mart, perusahaan ritel terbesar di AS yang juga 

pembeli berskala besar untuk produk udang beku. 

Sertifikasi usaha umumnya diperbaharui setiap tahun. Selain 

untuk memastikan kesesuaian dengan standar internasional 

untuk keamanan dan kualitas pangan, sertifikasi ini juga 

memastikan kepantasan CP Prima sebagai pemasok bagi 

penyedia bahan makanan terpandang di dunia, yang para 

konsumennya kerap mengharuskan adanya sertifikasi produk. 

Untuk memenuhi tuntutan pelanggan, CP Prima tidak 

menggunakan antibiotika ataupun pestisida dalam menghasilkan 

produk-produknya. CP Prima terus berkomitmen terhadap standar 

tertinggi untuk kelangsungan ekonomi, sosial dan lingkungan. 

Kelengkapan Dokumentasi Produk Berkat Integrasi 

Vertikal 

Penerapan teknologi akuakultur mutakhir dalam bidang 

pengelolaan rantai pasokan CP Prima merupakan elemen 

utama keungulan kompetitif Perseroan di pasar. Rantai produksi 

yang terintegrasi secara vertikal memungkinkan Perseroan 

untuk senantiasa dapat memantau dan mendata tiap tahapan 

dari proses produksi tiap hasil panen udang, dari mulai 

pengembangan broodstock, penetasan, produksi dan distribusi 

pakan, pemanenan, pengolahan dan pengiriman. Dokumentasi 

produk dikumpulkan dan disimpan di pusat data sebagai acuan 

pelacakan titik asal untuk tiap produksi sebelum dilepas ke 

pasar. Kecermatan CP Prima mengelola pusat data produksi 

memungkinkan Perseroan untuk konsisten dalam menghasilkan 

produk berkualitas tinggi. Sistem pengelolaan rantai produksi 

yang mutakhir ini tidak diciptakan dalam semalam, dibutuhkan 

lebih dari 28 tahun untuk menyempurnakannya. 


• ACC - Aquaculture Certification Council - applies the Global 

Aquaculture Alliance Best Aquaculture Practices standards 

in a certification system that combines site inspections and 

effluent sampling with sanitary controls, therapeutic controls 

and traceability. 

The latter ACC accreditation which was newly acquired over the 

course of the reporting period, is a certification required by the 

Wal-Mart chain, the largest retail operations in the US, which is 

also a significant buyer of frozen shrimp products. 

Maintenance on certifications usually requires yearly renewal. In 

addition to ensuring the continuing compliance for international 

standards of food safety and quality, certification also ensures 

CP Prima’s eligibility to act as a supplier for many of the world’s 

most respected food suppliers whose customers often make 

product certification a prerequisite. 

In compliance with customer demands, CP Prima does not use 

antibiotics or pesticides in the production of its products. 

CP Prima remains committed to the highest standards of 

economic, social and environmental sustainability. 

Full Traceability from Vertical Integration 

CP Prima application of state-of-the-art aquaculture technology 

to its supply chain management is a key element behind our 

competitive advantage in the marketplace. Our verticallyintegrated 

production allows the Company to trace and 

monitor the production of each harvest of shrimps at every 

stage of the cultivation and post harvest processing– from 

broodstock to hatchery, feed production and distribution to 

farming, processing and exporting. Documentation related 

to our products is diligently collected and compiled in a 

central repository available to evidence point of origin at every 

instance along the path which the Company’s products take 

to the market. CP Prima’s perseverance in maintaining its 

production database has enabled the Company to produce 

consistently high-quality products. This sophisticated value chain 

management system did not transpire overnight; rather it is the 

result of over 28 years experience during which the Company 

has consistently delivered customer satisfaction. 

29


Mengembangkan Rantai Pasokan 

Akuakultur adalah suatu usaha yang sulit untuk dimasuki baik 

dalam hal investasi modal maupun pengelolaan risiko. Sistem yang 

dimiliki CP Prima tidak mudah untuk ditiru. Sedikit sekali perusahaan 

yang mampu menunjukkan kinerja usaha yang mendekati 

tingkat kepemimpinan Perseroan. Kebanyakan perusahaan hanya 

memusatkan perhatian pada segmen yang sangat spesifik dari rantai 

produksi, sebagai contoh produksi pakan atau pengembangbiakan 

atau pengolahan. Kecenderungan ini membatasi kemampuan 

pesaing dalam mengendalikan keseluruhan hasil produksi mereka. 

CP Prima percaya bahwa pengendalian merupakan faktor penting 

dalam menciptakan kepuasan pelanggan. Kami tahu apa yang 

pelanggan butuhkan dan ini yang menjadi alasan mengapa 95% 

pelanggan Perseroan malakukan pemesanan kembali. 

Keberhasilan membangun rantai pasokan yang terintegrasi secara 

vertikal membutuhkan keahlian dalam membina hubungan yang 

baik. CP Prima berkomitmen untuk menumbuhkan integritas, 

profesionalisme dan rasa saling menghormati antara tiap-tiap 

mitra usahanya. Apakah mereka konsumen akhir produk jadi, 

pemodal ataupun pemasok bahan baku, badan pengaturan 

dan sertifikasi internasional atau petani plasma di lapangan, tiap 

pihak diperlakukan dengan rasa hormat dan semangat kerja 

sama. Kekuatan hubungan CP Prima dan itikad baik yang kami 

tunjukkan mewakili salah satu asset utama kami dan merupakan 

elemen terpenting bagi merek dagang kami. 

Melangkah ke Depan 

Hingga hari ini, CP Prima sangatlah beruntung karena dapat 

menjual produk-produknya di pasar internasional dengan harga 

yang tinggi. Hal ini dimungkinkan oleh rantai pasokan yang 

terintegrasi secara vertikal yang dimiliki Perseroan. Meskipun 

tahun 2008 terbukti menjadi tahun yang cemerlang bagi 

CP Prima, tahun tersebut juga merupakan tahun yang penuh 

tantangan. Salah satu tantangan yang paling menyita perhatian 

Perseroan adalah krisis ekonomi global yang disusul pengetatan 

likuiditas. Dampak dari penurunan ini tentunya dapat dirasakan 

di seluruh penjuru dunia namun dampak terbesar menerpa 

pasar ekspor utama Perseroan, yaitu AS, Jepang dan Eropa. 

Enhancing the Supply Chain 

Aquaculture is a business which has high barriers to entry both 

in terms of capital investment as well as in risk management. 

CP Prima’s systems are not easily replicated. There are very 

few companies capable of performing at a level that even 

approaches our current lead. Most companies only focus on 

a very limited segment of the value chain, for example feed 

production or cultivation or processing. This limits the extent to 

which these competitors can control the entire outcome of their 

production. CP Prima believes that control is the critical factor 

in securing customer satisfaction. We know what customers 

want and that is the driving force behind the 95% rate of our 

recurring business. 

Building a successful vertically integrated supply chain requires 

acumen in relationship building. CP Prima is committed to 

maintaining the highest level of integrity, professionalism 

and respect among each of its partners. Whether they be our 

end customers for finished products or the suppliers of our 

capital inputs and raw materials; whether it is the international 

regulator and certification authorities or our plasma farmers 

in the field; each party is treated with the utmost respect and 

cooperation. The strength of CP Prima’s relationships and the 

goodwill we have generated represents one of our core assets 

and is an essential element of our brand. 

Going Forward 

To date, CP Prima has been very fortunate in having been able 

to sell its products in the international market at a premium. 

This has largely been attributed to the Company’s vertically 

integrated supply chain. While 2008 proved to be a remarkable 

year for CP Prima, it also posed many challenges. On of the 

particular concern to the Company at this stage is the global 

economic crisis and accompanying liquidity crunch. The effects 

of this downturn have of course been felt around the world but 

have been particularly distressing in the Company’s main export 

markets – the US, Japan and Europe.

Untuk menghadapi kondisi ini, CP Prima terus menjaga kekokohan 

landasan usahanya. Keputusan Manajemen Perseroan untuk menunda 

rencana belanja modal yang telah dibuat sebelumnya merupakan 

langkah yang tepat dan akan menghasilkan cadangan modal kerja 

yang cukup bagi Perseroan untuk terus menjalankan usahanya. 

Perseroan juga berhasil meningkatkan kapasitas produksinya 

sehingga mampu memberikan skala keekonomisan yang tinggi untuk 

mengamankan tingkat marjin yang baik. Kami yakin bahwa tim 

penjualan Perseroan tidak akan menemui kesulitan yang berarti dalam 

mengamankan pasar bagi produk-produk yang dihasilkan, meskipun 

nantinya akan ada tekanan harga dikarenakan menurunnya daya beli 

konsumen di pasar-pasar ekspor tradisional. Beruntunglah, untuk saat 

ini, tekanan ini dapat diimbangi oleh menguatnya mata uang yang 

digunakan di pasar-pasar tersebut, yang diharapkan mampu menjadi 

satu faktor yang menolong nilai penjualan ekspor. 

Tantangan yang lebih besar untuk tahun mendatang adalah 

bagaimana Perseroan mengantisipasi minimnya likuiditas di pasar. 

Kecenderungan para peritel di pasar-pasar tradisional untuk 

meminta pembayaran dengan sistem kredit berjangka untuk barang 

konsumsi dan kebutuhan rumah tangga dari para pemasoknya 

kemungkinan besar akan meluas hingga menyentuh bahan 

makanan yang dulunya selalu dibayarkan pada saat pengiriman. Tim 

Penjualan dan Pemasaran CP Prima harus lebih berhati-hati dalam 

menangani permintaan kredit dari para pembeli jangka panjang 

karena akan membawa dampak negatif karena dapat menyulitkan 

pengubahan modal operasional menjadi keuntungan usaha. 

Untuk tahun mendatang, Perseroan perlu memberikan 

penekanan lebih kepada usaha mempertahankan stabilitas usaha. 

Basis pelanggan perlu diperluas hingga mencakup pasar-pasar 

di luar AS, Jepang dan Eropa, seperti Timur Tengah, Rusia dan 

negara-negara di Asia. Langkah ini memungkinkan Perseroan 

untuk menikmati keuntungan investasi dalam tempo yang 

lebih cepat dan jumlah yang lebih besar dari modal kerja yang 

dibelanjakan di tengah pasar yang kompetitif. Besarnya skala 

keekonomian Perseroan serta tingginya kualitas produk yang 

dihasilkan bila dibandingkan para pesaing yang tidak memiliki 

usaha yang terintegrasi secara vertikal akan memberikan 

keuntungan strategis dalam membuka peluang di tengah krisis 

serta upaya untuk memperluas pangsa pasar secara keseluruhan. 


For its own part, CP Prima continues to maintain strong 

fundamentals. The Company Management’s decision to 

postpone many of our earlier capital expenditures investments 

is a sound one and will provide the Company with sufficient 

working capital to carry out its business. We have achieved 

sufficient increases in production capacity to provide us with 

economies of scale that secure respectable margins. We are 

confident that our sales team will have few problems securing 

a market for products, although there may be a downward 

pressure on prices due to the reduced purchasing power of 

consumers in our traditional export markets. Fortunately for 

the time being, this is offset by the strength of these market’s 

currencies which is expected to be one factor that will help 

exports. 

The greater challenge in the coming year will be in the manner 

in which the Company responds to the lack of liquidity in 

the marketplace. The penchant of retailers in our traditional 

markets to ask for terms of credit from their suppliers is likely to 

expand from consumer and household goods to include food 

items which have traditionally followed a payment on delivery 

cycle. CP Prima’s Sales and Marketing team will need to be very 

careful in the manner of handling requests for credit from its 

long-term buyers as any motion to provide credit could harbor 

repercussions for its ability to turnover operating capital to 

revenue. 

During the up coming year, the Company will need to maintain 

a greater emphasis on equilibrium. The client base will need 

to be expanded and diversified beyond the US, Japanese and 

European markets to include other markets in the Middle East, 

Russia and elsewhere in Asia. This will allow us to secure the 

greatest and quickest return on investment for our working 

capital within the competitive marketplace. The Company’s vast 

economies of scale and the quality of its products relative to its 

non-vertically integrated competitors will provide it the strategic 

leverage that required to create opportunity from the current 

crisis and expand its overall market share. 

31


Bio - Security 

Bio - Sekuriti 

By consistently applying SOPs across the breadth of 

its vertically integrated operations, CP Prima is able to 

guarantee the highest standards for product quality and 

safety, appropriate with international regulations. 

Dengan menerapkan SOP secara konsisten di seluruh tahap kegiatan usaha, 

CP Prima mampu menjamin standar tertinggi untuk kualitas dan keamanan produk 

yang memenuhi peraturan internasional. 

CP Prima memiliki Prosedur Operasional Standar (SOP) yang 

sempurna yang mengacu kepada prinsip-prinsip HACCP. SOP ini 

mencakup langkah bio sekuriti yang ketat, yang dikembangkan 

berdasarkan pemeriksaan seksama terhadap potensi-potensi 

bahaya, di mana dapat terjadi di titik-titik kendali penting di 

sepanjang rantai produksi. Berdasarkan hasil audit ini, Perseroan 

mengembangkan sistem serta prosedur untuk mencegah 

tejadinya kontaminasi (secara fisik, kimia dan biologis). SOP 

bagi pencegahan gangguan juga diterapkan pada saat panen, 

pengolahan dan pengapalan. 

Untuk mencegah kontaminasi dan/atau penularan penyakit 

di lokasi operasi, CP Prima menerapkan program bio sekuriti 

yang ketat dengan cara yang tepat: 1. Broodstock yang 

digunakan harus dari jenis Specific Pathogen Free (SPF) dan 

Specific Pathogen Resistant (SPR); 2. Pencegahan masuknya 

udang yang sakit atau organisme lain ke dalam tambak dengan 

menggunakan sistem penyaringan dan desinfektan ringan; 

dan 3. Pemanfaatan sistem pengelolaan air tertutup untuk 

memisahkan masing-masing tambak dari tambak-tambak 

lain di sekitarnya dan lingkungan luar guna menekan potensi 

kontaminasi dan penularan penyakit. Metode akuakultur 

mutakhir ini dapat memastikan bahwa seluruh benur udang 

yang disebar akan berada pada kondisi lingkungan yang 

benar-benar sama sehingga ukuran, berat dan kualitas dapat 

diseragamkan pada saat panen, yaitu 120 hari setelah benur 

dilepas ke dalam tambak. 

CP Prima maintains highly developed Standard Operating 

Procedures (SOPs) based on principles proscribed by HACCP. 

These SOPs encompass stringent bio-security measures, which 

have been developed on the basis of a critical examination of 

potential hazards; where they can occur at critical control points 

in the production supply chain. On the basis of this audit, the 

Company has developed systems and procedures that prevent 

contaminations (physical, chemical or biological) from affecting 

cultivation. SOPs to prevent potential disturbances are also 

implemented during harvest, processing and shipment. 

To prevent contamination and/or transmission of disease at its 

operations sites, CP Prima implements a stringent Bio-Security 

Program in a precise way that among others includes: 1. The use 

of Specific Pathogen Free (SPF) and Specific Pathogen Resistant 

(SPR) broodstocks; 2. The elimination of any diseased stock or 

other organisms that might enter ponds by using a filtration 

system and light disinfectant; and 3. The use of a closed water 

management system that separates each individual pond 

from neighboring ponds as well as the external environment 

thus reducing the opportunity for disease contamination and 

transmission. These sophisticated aquaculture methods ensure 

that all of our cultivated shrimp are exposed to the exact same 

environmental conditions thus standardizing the size, weight 

and quality at harvest time which is conducted 120 days after 

the shrimp fries are first released into the ponds.

State-of-the-Art Breeding Program 

Sejak diakusisinya Shrimp Improvement Systems (SIS), pusat riset 

yang berbasis di Florida, CP Prima mampu mengembangkan 

benur udang jenis SPF dan SPR yang tahan terhadap lingkungan 

ekuator seperti Indonesia. Integrasi vertikal hingga ke unit 

hulu dari rantai produksi merupakan langkah penting dalam 

memastikan stabilitas kegiatan usaha Perseroan. Bekerja 

sama dengan jaringan penetasan, SIS menjadi komponen 

yang bernilai bagi peningkatan produktifitas CP Prima secara 

keseluruhan. 

Pengelolaan Air Tertutup 

Faktor penting dalam usaha pengembangan udang kualitas 

tinggi yang dijalankan oleh Perseroan, dimana air dikelola 

dengan sangat hati-hati di sepanjang siklus produksi. Sebelum 

diisi, tambak CP Prima digali hingga mencapai kedalaman tepat 

120 centimeter yang merupakan kedalaman optimal untuk 

ruang gerak serta pertumbuhan udang. 


State-of-the-Art Breeding Program 

Since its 2006 acquisition of Shrimp Improvement Systems (SIS), 

a Florida Based research center; CP Prima has been able to 

develop SPF and SPR shrimp fry which are particularly resilient 

to the equatorial environment that the Company operates 

in Indonesia. The vertical integration into this upstream unit 

of the production chain is a critical measure to ensuring the 

predictability of the Company’s operations. Working together 

with our network of on site hatcheries, SIS has proved to be a 

valuable component in boosting CP Prima’s overall productivity. 

Closed Water Management 

Precisely because it is a critical factor in the ongoing cultivation 

of the Company’s high quality shrimp, water is treated with 

extreme care throughout the production cycle. Prior to stocking 

of the ponds, CP Prima’s ponds are prepared to an exact depth 

of 120 centimeters which is the optimal for shrimp mobility and 

growth. 

33


Dinding dan lantai tambak kemudian dilapis lembar plastik 

High Density Polyethylene (HDPE) sebagai penyekat antara 

tambak dan lingkungan luar maupun tambak-tambak lain 

di sekelilingnya. Penerapan sistem standarisasi tambak ini 

menekan kemungkinan hama dan virus masuk ke dalam 

tambak dan meminimalisir kemungkinan perpindahan bahan 

pencemar dari satu kolam ke kolam di dekatnya. Bila sistem 

bio sekuriti Perseroan gagal mencegah terjadinya kontaminasi, 

maka masalah tidak akan menyebar ke tambak lain. Proses 

dekontaminasi memerlukan waktu dua bulan sebelum tambak 

dapat digunakan kembali. 

Saat melakukan pengisian air ke dalam tambak, CP Prima 

melakukan langkah desinfeksi ringan menggunakan teknik 

penyaringan guna mencegah masuknya potensi pembawa 

penyakit dan mikro organisme lainnya. Desinfektan juga 

digunakan sebelum air masuk ke tambak. Praktik terbaik ini 

tidak hanya mampu melindungi lokasi tambak namun juga 

ekosistem di sekitarnya. CP Prima menggunakan alat dan 

pengendali hama yang tidak mematikan untuk mencegah 

pemangsa, seperti burung, kepiting masuk ke lingkungan 

tambak. Jaring yang telah disucihamakan digunakan untuk 

pengambilan sampel. Setiap minggu, sample berat dan kualitas 

udang serta kualitas air diambil untuk memantau kondisi di 

sepanjang siklus pengembangan udang. 

Pelatihan di Lokasi Tambak 

Pelatihan menyeluruh dan kursus-kursus penyegaran kembali 

mengenai SOP secara teratur diadakan untuk seluruh 

karyawan CP Prima dan para petani plasma. CP Prima memiliki 

Farmer Service Division yang aktif mengadakan pelatihan 

lapangan untuk para petambak mengenai langkah-langkah 

bio sekuriti dan memastikan bahwa SOP dilaksanakan secara 

seksama dalam teknik penyetokan, jadwal pemberian pakan, 

pengambilan sample dan pengolahan air. Dengan menerapkan 

SOP secara konsisten di seluruh tahap kegiatan usaha, 

CP Prima mampu menjamin standar tertinggi untuk kualitas dan 

keamanan produk yang memenuhi peraturan internasional. 

The ponds are then lined with a High Density Polyethylene 

(HDPE) plastic sheeting which serves to separate the pond from 

the external environment as well as from neighboring ponds. 

The implementation of this modular system reduces the ability 

for diseases or viruses to enter ponds and minimizes opportunity 

for transmission of contamination from one pond to the next. 

In the event that the Company’s bio-security system is breached 

by contaminates the problem can therefore be contained. 

Decontamination of ponds usually takes a period of two months 

before the pond can be restocked. 

When transferring water to the ponds, CP Prima applies a mild 

disinfection procedure which uses water intake screens to filter 

potential disease carriers and other organisms. Disinfectant is 

also applied prior to water being discharged from ponds. This is 

best practice not only for preserving the site of our operations 

but also the surrounding ecosystem. CP Prima uses non-lethal 

predator controls and devices to prevent potential predators 

such as birds and crabs from entering the ponds. Sanitized 

casnets are used for sampling purposes. A weekly sampling 

of body weight, shrimp quality and water quality are taken to 

monitor conditions throughout the farming cycle. 

Ongoing Training at Pond Site 

Comprehensive training and refresher courses on SOPs are 

regularly conducted on a scheduled basis for all CP Prima staff 

as well as its plasma farmers. CP Prima maintains a fully fledged 

Farmer Services Division that provides on-site training to farmers 

on bio-security measures, and ensures that SOPs are strictly 

followed for stocking techniques, feeding schedules, sampling 

and water treatment. By consistently applying SOPs across the 

breadth of its vertically integrated operations, CP Prima is able to 

guarantee the highest standards for product quality and safety, 

appropriate with international regulations.

Program Revitalisasi 

Penerapan SOP bio sekuriti ketat CP Prima membutuhkan 

investasi yang tidak sedikit di tambak-tambak Perseroan. 

Beruntunglah proses revitalisasi ini merupakan solusi yang dapat 

direplikasikan. Sejak akuisisi aset-aset Dipasena pada 2007, 

kegiatan revitalisasi berbasis bio sekuriti merupakan kegiatan 

besar-besaran. Pada akhir 2007, keseluruhan 4.709 tambak 

Wahyuni Mandira (WM) telah selesai direvitalisasi. 1.000 tambak 

lainnya di bawah Aruna Wijaya Sakti (AWS) yang juga diakusisi 

dari Dipasena direvitalisasi pada tahun 2008. Penerapan 

standarisasi tambak yang dipadu keunggulan teknologi dengan 

diakuisisinya SIS serta penyempurnaan sistem pengelolaan air 

tertutup mendorong peningkatan volume produksi sebesar 67% 

pada tahun 2008. 


Fasilitas litbang khusus CP Prima terus mengembangkan 

dan menyempurnakan langkah-langkah bio sekuriti dan 

pengelolaan risiko di seluruh aspek produksi Perseroan yang 

terintegrasi secara vertikal. Hingga hari ini, CP Prima tidak 

pernah mengalami gangguan berarti di pusat produksinya baik 

dikarenakan hama atau kontaminan maupun kebocoran di 

sistem bio sekuriti. 


Revitalization Programs 

The implementation of the CP Prima’s stringent SOPs for 

bio-security requires a considerable investment in the Company’s 

ponds. Fortunately this revitalization process is a replicable 

solution. Since the 2007 acquisition of the assets from Dipasena, 

revitalization in accordance with bio-security needs has been 

a major undertaking. By the end of 2007 all 4,709 of the 

Wahyuni Mandira (WM) ponds were successfully revitalized. An 

additionally 1,000 ponds from the Aruna Wijaya Sakti (AWS) 

which were also among the lands acquired form Dipasena were 

revitalized in 2008. The coming on line of these new modular 

ponds combined with technological gains made through the 

acquisition of SIS and the fine tuning of our closed water 

management system has led to a 67% increase in production 

volume in 2008. 

Research and Development 

CP Prima’s dedicated R&D facilities consistently work to develop 

and improve bio-security measures and risk management 

throughout the Company’s vertically integrated chain of 

productions. To date, CP Prima has never had any major 

disruptions to its production facility due to diseases or 

contaminants or any other breach in its bio-security system. 

35

Penunjang 

• 

• 

• 


Penelitian & Pengembangan 

Keselamatan, Kesehatan & 

Kelestarian Lingkungan 

Supporting 

• 

• 

• 

Human Capital 

Research & Development 

Safety, Health & Environment


Human Capital 


The nucleus partnership program between CP Prima and the plasma 

farmers has proven to be extremely beneficial - for the Company, the 

farmers as well as the communities in the surrounding areas. 

Program kemitraan inti plasma antara CP Prima dan petani plasma terbukti 

memberikan keuntungan yang besar baik untuk Perseroan, para petani maupun 

masyarakat di sekitar tambak. 

CP Prima mengelola sumber daya manusia yang terdiri dari 

karyawan Perseroan, buruh harian dan petani plasma, yang 

bekerja di tambak menurut panduan ketat dan Prosedur 

Operasi Standar yang digariskan Perseroan. Hingga akhir tahun 

2008, CP Prima mempekerjakan total 14.268 karyawan, dan 

kurang lebih 11.747 keluarga petani plasma. 

Program Kemitraan Inti Plasma 

Hubungan kerja sama terstruktur antara Perseroan dan petani 

plasma mandiri dikenal sebagai program kemitraan inti plasma. 

Menurut kesepakatan kerjasama ini, Perseroan bertanggung 

jawab untuk membangun tambak, perumahan dan seluruh 

prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional. Selain 

itu, Perseroan juga menyediakan dukungan prasarana sosial, 

termasuk klinik kesehatan, pos jaga, fasilitas pendidikan untuk 

anak-anak para petani plasma, maupun sarana rekreasi. 

Perseroan menunjuk satu keluarga petani di tiap tambak 

untuk menjadi pengawas kegiatan penyetokan dan penebaran 

benur menurut panduan dan Prosedur Operasi Standar yang 

digariskan Perseroan. Hal ini mencakup penerapan langkahlangkah 

bio sekuriti, termasuk di dalamnya sistem pengelolaan 

air tertutup, yang pelatihannya diberikan secara berkala 

oleh Farmer Service Division. Di tiap akhir siklus 120 hari, 

para petani menjual kembali hasil udang ke CP Prima, yang 

bertanggung jawab untuk memanen udang. 

CP Prima’s managed human capital which comprises of the 

Company’s employees as well as hired hands and plasma 

farmers, who farm the shrimp ponds in accordance with the 

Company’s strict guidelines and Standard Operating Procedures. 

By year-end 2008, CP Prima had a total of 14,268 employees, 

and approximately 11,747 plasma families. 

Nucleus Partnership Program 

The structured relationship between the Company and its 

independent plasma farmers is referred to as the nucleusplasma 

partnership program. In accordance with the terms of 

the partnership, the Company is responsible for constructing 

the ponds, houses and all infrastructure required for operations. 

Additionally, the Company provides supporting social infrastructure 

including health clinics, security outposts, schooling facilities for 

the children of plasma farmers as well as recreational facilities. 

The company then assigns one farmer family per pond to 

oversee the stocking and cultivation of the ponds in compliance 

with the Company’s strict guidelines and Standard Operating 

procedures. This includes the implementation of bio-security 

measures including closed water management systems for which 

they receive regularly scheduled training through the dedicated 

Farmer Services Division. At the end of each 120 day cycle, 

the farmer sells back the cultivated shrimp to CP Prima, who is 

responsible for conducting the harvest.

Program kemitraan inti plasma antara CP Prima dan petani 

plasma terbukti memberikan keuntungan yang besar 

baik untuk Perseroan, para petani maupun masyarakat di 

sekitar tambak. Bukti keberhasilan ini adalah meningkatnya 

kesejahteraan para petani dan masyarakat sekitar berkat 

kegiatan akuakultur udang yang dijalankan Perseroan. 

Komposisi Karyawan Menurut Usia 

Composition of Employee Based on Age 

11,98% 

18 - 30 

31 - 40 

41 - 50 

> 50 

1,14% 

54,14% 

32,74% 

Komposisi Karyawan Menurut Jenjang Pendidikan 

Composition of Employee Based on Education 

17,05% 

7,98% 

11,67% 

63,30% 


The nucleus partnership program between CP Prima and the 

plasma farmers has proven to be extremely beneficial - for 

the Company, the farmers as well as the communities in the 

surrounding areas. A testament to the success of this program is 

the relative welfare that our shrimp aquaculture has brought to 

the farmers and surrounding communities. 

Komposisi Karyawan Menurut Jenjang Jabatan 

Composition of Employee Based on Rank of Position 

20,7% 

3,8% 

1,3% 

Tenaga Pelaksana Staff 

Penyelia Supervisor 

Manager 

Vice President | General Manager 

Direksi Directors 

SLTA High School 

Akademi & Universitas Post Graduade 

Lain-lain Other 

Diploma 

0,9% 

73,3% 

39


Petambak Plasma 

Plasma Farmer 

Menurut catatan terbaru, pajak penghasilan yang 

disumbangkan para petani plasma mencapai kurang lebih 

Rp14,9 miliar pada 2008. Laba kotor tahunan berada pada 

rata-rata bertahan sebesar Rp57 juta per petani sejak tahun 

2003. Bukti kesejahteraan yang paling jelas ditunjukkan oleh 

survei tahun 2007 yang mencatat bahwa para petani plasma 

Perseroan memiliki lebih dari 4.100 unit televisi, 3.200 sepeda 

motor dan 2.100 lemari es. Hal ini menunjukkan para petani 

memiliki daya beli yang cukup besar sehingga akan membawa 

keuntungan bagi masyarakat sekitar. 

According to our most recent records, plasma 

farmers paid approximately Rp14.9 billion of 

income tax from their 2008 income. The annual 

gross profit has averaged around Rp57 million per 

farmer since 2003. 

Menurut catatan terbaru, pajak 

penghasilan yang disumbangkan para 

petani plasma mencapai kurang lebih 

Rp14,9 miliar pada 2008. Laba kotor 

tahunan berada pada rata-rata bertahan 

sebesar Rp57 juta per petani sejak tahun 

2003. 

According to our most recent records, plasma farmers paid 

approximately Rp14.9 billion of income tax from their 

2008 income. The annual gross profit has averaged around 

Rp57 million per farmer since 2003. But more telling, records 

show that our plasma farmers own more than 4,100 television 

sets, 3.200 motorcycles and 2.100 refrigerators according to 

a recent survey done in 2007. This indicates that the farmers 

have considerable buying power that is likely to benefit the 

surrounding communities as well.

Membuka lapangan kerja 

Masyarakat sekitar juga diuntungkan oleh pembukaan banyak 

peluang kerja oleh CP Prima, yang hingga akhir 2008 telah 

mempekerjakan 14.268 orang, dibandingkan dengan 7.185 

orang di 2007. Meskipun jumlah angkatan kerja CP Prima 

diperkirakan akan tetap stabil di 2009, jumlah lapangan kerja 

akan terus bertambah saat selesainya pembangunan pabrikpabrik 

pengolahan baru serta fasilitas lainya di lokasi Dipasena 

secara bertahap di tahun-tahun mendatang. 

Growing Employment 


The surrounding communities benefit also from employment 

opportunities with CP Prima, which employed a total of 14,268 

people, as at year-end 2008, compared to 7,185 people in 2007. 

While total number of people employed by CP Prima is expected 

to remain steady in 2009, employment will continue to grow 

further as development of new processing plants and other 

facilities in the Dipasena site comes on stream in the upcoming 

years. 

41



Research And Development 

“We are constantly working to develop higher-value product...” 

“Perseroan juga terus mengembangkan produk yang memiliki nilai jual tinggi...” 

Swakarsa penelitian dan pengembangan CP Prima 

mencerminkan upaya terus menerus Perseroan untuk 

memaksimalkan kualitas, efisiensi dan produktifitas. Daya saing 

utama CP Prima adalah kemampuannya dalam memanfaatkan 

pengalaman dan keahlian selama lebih dari 50 tahun di bidang 

peternakan untuk meraih sukses di usaha akuakultur seperti 

keberhasilannya di industri unggas. Fasilitas litbang CP Prima 

diharapkan mampu menjadi penggerak pertumbuhan dan 

kelangsungan usaha Perseroan. 

Pusat litbang CP Prima saat ini mempekerjakan lebih dari 25 

Doktor di bidang genetika, nutrisi, penyakit, kimia air, sistem 

akuakultur, mikrobiologi, ilmu lingkungan hidup dan disiplin 

ilmu lainnya yang penting bagi pengelolaan rantai pasokan. 

Fasilitas litbang Perseroan terdapat di pusat pengembangan 

broodstock Shrimp Improvement Systems (SIS) di Florida dan di 

lokasi-lokasi produksi Perseroan. 

Fasilitas litbang CP Prima tetap menjadi yang terdepan 

dengan teknologi yang terus diperbaharui dan keunggulan 

di berbagai bidang, seperti formulasi pakan, nutrisi 

udang, genetika udang, pembiakan, teknik pemeliharaan 

dan pengolahan makanan. Perseroan terus berusaha 

meningkatkan kualitas produk-produknya sambil menekan 

biaya produksi dan meningkatkan efisiensi operasional untuk 

dapat memaksimalkan profitabilitas di masa datang dan 

meningkatkan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan. 

CP Prima’s research and development initiatives represent the 

foundation of the Company’s continuing efforts to maximize 

the quality, efficiency and productivity. CP Prima’s core 

competitive advantage rests in its ability to leverage over 

50 years of knowledge and expertise in animal husbandry to 

replicate the same success it has experienced in the poultry 

industry to the aquaculture business. CP Prima’s R&D facilities 

are expected to serve as an engine for the Company’s future 

growth and sustainability. 

CP Prima’s R&D centers currently maintain over 25 PhDs 

specializing in genetics, nutrition, disease, water chemistry, 

aquaculture systems, microbiology, environmental science as well 

as other areas of excellence vital to the development of supply 

chain management. Our fully-equipped R&D facilities are at work 

in our world-class Shrimp Improvement Systems (SIS) broodstock 

center in Florida, as well as in each of our production sites. 

CP Prima’s R&D facilities remain at the cutting edge; evolving 

superior technology and competitive advantage in areas 

including feed formulation, shrimp nutrition, shrimp genetics, 

breeding, culturing, farming techniques and food processing. 

The Company continually strives to enhance the quality of its 

products while at the same time lowering production costs and 

increasing operating efficiencies to drive future profitability and 

increase levels of stakeholder value.


Keselamatan, Kesehatan & Kelestarian Lingkungan 

Safety, Health & Environment 

“We take our responsibility on these health and safety issues seriously...” 

“Perseroan menanggapi permasalahan seputar kesehatan dan keselamatan kerja 

tersebut secara serius...” 

CP Prima menerapkan standar tertinggi dalam pengelolaan Keamanan, 

Kesehatan dan Lingkungan (SHE). Sebagai kegiatan usaha terintegrasi 

penuh yang mempekerjakan lebih dari 14 ribu karyawan, SHE 

merupakan faktor pendorong Perseroan dalam upayanya mendapatkan 

sertifikasi usaha dari lembaga-lembaga standarisasi terkemuka untuk 

makanan dan keamanan di seluruh dunia. SHE tidak hanya menjadi 

suatu keharusan bagi kelangsungan usaha Perseroan, namun juga 

merupakan penegasan komitmen CP Prima kepada para pelanggan 

internasional yang juga sadar akan pentingnya SHE. 

Sasaran yang hendak dicapai CP Prima adalah bahwa penerapan SHE 

ini selaras dengan prinsip-prinsip Occupational safety and Health (OSH), 

yang diatur bersama-sama oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dengan sifat yang lintas sektoral, 

OSH selalu diasosiasikan dengan pengembangan dan penerapan 

metodologi standar yang memastikan aspek keamanan, kesehatan 

dan kesejahteraan bagi para pekerja. Aspek-aspek ini telah disesuaikan 

dengan sedemikian rupa agar mampu memenuhi seluruh lingkungan 

kerja yang dikelola oleh Perseroan. Sadar akan pentingnya arti SHE, 

tidak hanya untuk kepentingan karyawan namun juga anggota 

keluarga mereka serta masyarakat sekitar, CP Prima berkomitmen untuk 

terus memantau dan mengevaluasi efek rumah kaca yang ditimbulkan 

kegiatan usahanya pada lingkungan ekologis, sosial dan ekonomi. 

CP Prima terus berusaha menekan angka kecelakaan kerja di lokasilokasi 

usahanya. Sepanjang tahun 2008, terjadi sebanyak 298 insiden 

dan 76 kecelakaan. Upaya-upaya untuk meningkatkan keselamatan 

kerja dan praktik-praktik ramah lingkungan termasuk penelitian 

dan pengembangan yang menganalisa insiden-insiden dan bekerja 

menyempurnakan Prosedur Operasi Standar dan program pelatihan 

keselamatan kerja yang dapat meningkatkan kinerja SHE Perseroan. 

Melalui Farmer Services Division, CP Prima mengadakan pelatihan rutin 

berkala bagi angkatan kerjanya. Pelatihan ini tidak hanya mengenai 

teknik produksi, namun juga mengupas topik-topik yang berhubungan 

dengan SHE. Selain itu, CP Prima senantiasa memastikan bahwa semua 

lokasi usahanya dilengkapi dengan sarana pelayanan kesehatan, 

pendidikan dan sarana sosial lainnya yang memadai sebagai bagian 

dari prakarsa Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. 

CP Prima maintains the highest standards for Safety, Health and 

the Environment (SHE). As a fully integrated operation employing 

over 14 thousand, SHE represents a driving motivation behind the 

Company’s ongoing efforts to have its operations certified by the 

leading food and safety standardization bodies throughout the 

world. SHE is not only imperative to the continuity of Company 

operations but is also an affirmation of CP Prima’s commitment to 

its equally SHE-conscious international customers. 

CP Prima’s goals for SHE are consistent with the principles of 

Occupational Safety and Health (OSH), as jointly defined by 

the International Labour Organization (ILO) and the World 

Health Organization (WHO). Cross-disciplinary in nature, OSH is 

firmly associated with the development and implementation of 

standardized methodology which ensure the safety, health and 

welfare of employees. These requirements are specifically tailored 

to meet the full range of work environments which the Company 

provides. In recognition of importance which SHE holds, not 

only to our employees but also their family members and nearby 

communities, CP Prima is committed to continuously monitoring 

and evaluating the affects which our industrial footprint leaves on 

the ecological, social and economic environment. 

CP Prima has made continual efforts to reduce the number of incidents 

occurring at our operations sites. In 2008, a total of 298 incidents and 

76 accidents were reported. Efforts to improve the level of safety-atwork 

and environmentally friendly practices include ongoing Research 

and Development, which analyses incidents and works to refine 

Standard Operating Procedures and worker safety training programs 

that can improve our performance on SHE related matters. 

Through our Dedicated Farmer Services division, CP Prima 

provides its workforce with regularly scheduled training which in 

addition to matters specifically related to production technique 

also covers topics related to SHE. Additionally, CP Prima 

continues to ensure that its on site facilities include adequate 

health care services, education and other social benefits as part 

of our Corporate Social Responsibility initiatives. 

43

Laporan Reporting 

• 

• 

• 

• 

Tata Kelola Perusahaan 



Pembahasan Umum & Analisa 

Manajemen 

• 

• 

• 

• 




Management’s Discussion & Analysis


Tata Kelola Perusahaan yang Baik 


Penerapan Tata Kelola Perusahaan (GCG) di Perseroan 

dilandaskan pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, 

pertanggung jawaban, kemandirian dan kewajaran. Perseroan 

berusaha menerapkan seluruh prinsip dasar tersebut ke 

setiap sendi kegiatan usaha Perseroan untuk mendapatkan 

keseimbangan bagi pemenuhan kepentingan seluruh stakeholder. 

Kelima prinsip dasar tersebut dijelaskan lebih lanjut sebagai 

berikut: 

• Transparansi dilakukan melalui keterbukaan informasi atas 

hal-hal material dan relevan yang berhubungan dengan 

Perseroan untuk kepentingan stakeholder. 

• Kemandirian, dilakukan untuk memastikan bahwa 

Perseroan dikelola secara profesional tanpa benturan 

kepentingan dan bebas dari pengaruh/tekanan dari pihak 

manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan 

dan praktik usaha yang tidak sehat. 

• Akuntabilitas yang mengacu pada pemisahan peran dan 

tanggung jawab antara Komisaris dan Direksi. 

• Pertanggungjawaban ditunjukkan dengan penerapan 

manajemen risiko yang memberikan early warning system 

dalam melakukan kegiatan usaha, serta tanggung jawab 

terhadap isu-isu sosial, lingkungan dan pembangunan. 

• Kewajaran dalam hal ini mengacu pada konsistensi dalam 

memperhatikan keadilan dan kesetaraan untuk memenuhi 

hak-hak para stakeholder yang timbul berdasarkan 

perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang 

berlaku. 

Struktur GCG 

Dewan Komisaris 

Dewan Komisaris bertugas dan berkewajiban mengawasi, 

memberikan saran dan arahan (yang diperlukan) kepada 

Direksi untuk menjaga kegiatan Perseroan agar tetap berada 

pada jalur yang benar dan memenuhi harapan dari seluruh 

pemegang saham. 

Segenap tugas dan tanggung jawab pokok Dewan Komisaris 

secara umum ditetapkan secara menyeluruh dalam Anggaran 

Dasar Perseroan, diantaranya adalah: 

Application of Good Corporate Governance (GCG) within 

the Company is made on the basis of the principles of 

transparency, accountability, responsibility, independence and 

fairness. The Company strives to apply these basic principles 

throughout all of its activities in the best interest of all its 

stakeholders. 

The details of these five basic principles are as follows: 

• Transparency refers to openness in terms of disseminating 

Company-related information that are generally regarded 

to serve the interest of the stakeholders. 

• Independence seeks to ensure that the Company is 

professionally managed and free from conflicts of interest 

or interference/influence from any party that are not in 

accordance with rules and practices. 

• Accountability refers to the clear separation of the 

Commissioners and Directors role and responsibilities. 

• Responsibility is evident with adoption of risk management 

that provides early warning system throughout the 

Company’s activities as well as responsibility for social, 

environmental and development issues. 

• Fairness refers to consistently striving to be fair and 

balanced in accomplishing the stakeholders rights based 

on prevailing rules and regulations. 

GCG Structure 

The Board of Commissioners 

The Board of Commissioners is responsible for and mandated 

to monitor, recommend, and advise (as required) the Directors 

so as to ensure that the Company’s activities are in accordance 

with shareholder expectations. 

The main tasks and responsibilities of the Board of 

Commissioners, as specified within the Company’s Articles of 

Association, are as follows:

• Melakukan pengawasan atas jalannya kepengurusan 

Perseroan oleh Direksi serta memberikan nasihat kepada 

Direksi. 

• Melakukan tugas yang secara khusus diberikan kepadanya 

menurut Anggaran Dasar, Peraturan perundang-undangan 

yang berlaku dan/atau berdasarkan keputusan Rapat 

Umum Pemegang Saham. 

• Meneliti dan menelaah laporan tahunan yang dipersiapkan 

oleh Direksi serta menandatangani laporan tahunan 

tersebut. 

Per tanggal 31 Desember 2008, Dewan Komisaris Perseroan 

beranggotakan tiga orang, yang terdiri dari Komisaris Utama, 

Wakil Komisaris Utama dan Komisaris Independen. 

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 

yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2008, Perseroan menerima 

pengunduran diri Benjamin Jiaravanon dan mengangkat Hardian 

Purawimala Widjonarko untuk menggantikan posisinya sebagai 

Komisaris Utama. 

Direksi 

Direksi bertanggung jawab penuh untuk mengelola Perseroan 

secara keseluruhan dengan penuh kehati-hatian dan mematuhi 

peraturan yang berlaku dalam upaya pencapaian sasaran 

Perseroan. 

Tugas dan tanggung jawab Direksi ditetapkan secara 

menyeluruh dalam Anggaran Dasar Perseroan. Tugas pokok 

Direksi adalah: 

• Mengatur Perseroan untuk kepentingan dan tujuan 

Perseroan dan bertindak selaku pimpinan dalam 

kepengurusan tersebut. 

• Memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan. 

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa 

(RUPSLB) yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2008, 

Perseroan menerima pengunduran diri Jiacipto Jiaravanon dan 

mengangkat Erwin Sutanto untuk menggantikan posisinya, 

serta mengangkat MRT Jimmy Joeng untuk memperkuat 

jajaran Direksi. 


• To monitor the Directors’ management and direction of the 

Company and provide advise to the Directors. 

• To perform tasks specifically allocated to the 

Commissioners that are in accordance with the Articles of 

Association, prevailing government rules and regulations 

and/or based on the decision of the General Shareholders 

Meeting. 

• Research and analyze the annual reports prepared by the 

Directors as well as undertake to sign this annual report. 

As of 31 December 2008, the Company’s Board of 

Commissioners comprise of three members that comprise of 

the President Commissioner, Vice President Commissioner and 

an Independent Commissioner. 

Through the Extraordinary General Meeting of Shareholders 

(EGMS) on16 May 2008, the Company accepted the 

resignation of Benjamin Jiaravanon and appoint Hardian 

Purawimala Widjonarko to replace his position as President 

Commssioner. 

The Board of Directors 

The Directors are responsible for fully and prudently managing 

the Company on the basis of the prevailing rules needed to 

achieve the Company’s objectives. 

The task and responsibility of the Director is specified in detail 

within the Company’s Articles of Association. The Director’s 

main tasks are as follows: 

• Manage the Company within the Company’s interest and 

purposes and serve to lead in its capacity as the Company’s 

management. 

• Maintain and manage the Company’s assets. 

Through the Extraordinary General Meeting of Shareholders 

(EGMS) on 16 May 2008, the Company accepted the 

resignation of Jiacipto Jiaravanon and appointed Erwin Sutanto 

whom has since replacing his position, as well as appointed 

MRT Jimmy Joeng to strengthen the Management of the 

Board. 

47


Per tanggal 31 Desember 2008, Direksi terdiri dari enam orang, 

termasuk Direktur Utama, seorang Wakil Direktur Utama dan 

empat anggota Direksi. 

Komite Audit 

Perseroan telah membentuk Komite Audit untuk membantu 

Dewan Komisaris dalam mengevaluasi, memantau serta 

memastikan bahwa pelaksanaan audit internal maupun 

eksternal terhadap Perseroan dijalankan sesuai rencana dan 

menganut standar acuan terbaik. 

Rapat Komite Audit 

Pada tahun 2008, Komite Audit melakukan rapat sebanyak 

12 kali dan dihadiri oleh seluruh anggota komite audit, antara 

lain untuk membahas tujuan dan strategi audit bersama 

auditor internal maupun eksternal, serta untuk memastikan 

bahwa penunjukkan dan pekerjaan auditor eksternal tidak 

mengandung kemungkinan benturan kepentingan terhadap 

tujuan audit. 

Sampai dengan akhir Desember 2008, komposisi Komite Audit 

adalah sebagai berikut: 

Ketua : Djoko Muhammad Basoeki 

Anggota : Drs. Suroso, Ak. 

Hendra Nur Salman,SE,MM 

Profil dari Komite Audit disajikan pada halaman 170 dari 

laporan tahunan ini. 

Rapat Dewan Komisaris dan Direksi 

Dalam rangka mengevaluasi sasaran bisnis dan mendiskusikan 

masalah tertentu yang berkenaan dengan perkembangan 

Perseroan, Dewan Komisaris dan Direksi mengadakan 

pertemuan-pertemuan. Pertemuan tersebut bisa merupakan 

pertemuan internal Dewan Komisaris, internal Direksi, atau 

pertemuan Dewan Komisaris dan Direksi dengan pihak-pihak 

terkait. 

As of 31 December 2008, the Board of Directors comprise 

of six members that included the President Director, the Vice 

President Director and four Directors. 

The Audit Committee 

The Company has formed the Audit Committee to assist the 

Board of Commissioners in evaluating, monitoring and ensuring 

that the Company’s internal and external audit processes are 

carried out according to plan and conform to best practice 

standards. 

Audit Committee Meeting 

In 2008, the Audit Committee met 12 times and attended by 

all members of the committee audit, among other things to 

discuss audit goals and strategies with the Company’s internal 

and external auditors, and ascertain that the assignment and 

work of the external auditors do not harbour any potential 

conflict of interest with the audit objective. 

As of December 2008, the composition of the Audit 

Committee are as follows: 

Chairman : Djoko Muhammad Basoeki 

Member : Drs. Suroso, Ak. 

Hendra Nur Salman, SE,MM 

The profile of the Audit Committee are presented on page 170 

of this annual report. 

Board Meetings 

To effectively evaluate business targets and discuss 

issues related with the Company’s growth, the Board of 

Commissioners and Board of Directors convenes Board 

Meetings. These meetings are either internal meetings of the 

Commissioners, internal meetings of the Directors, or joint 

meetings between members of the Boards of Commissioners 

and Directors with related parties.

Rapat Dewan Komisaris diadakan sewaktu-waktu bila 

dianggap perlu oleh Komisaris Utama, seorang atau lebih 

anggota Komisaris, permintaan tertulis Direksi dan permintaan 

tertulis seorang atau lebih pemegang saham yang mewakili 

sekurang-kurangnya 1/10 (sepersepuluh) bagian dari jumlah 

seluruh saham Perseroan yang beredar. 

Pada tahun 2008, Komisaris mengadakan rapat sebanyak 12 

kali dan dihadiri oleh keseluruhan jajaran Dewan Komisaris. 

Sedangkan Rapat Direksi diadakan setiap waktu bilamana 

dipandang perlu atas permintaan seorang atau lebih anggota 

Direksi atau atas permintaan tertulis dari seorang anggota 

Komisaris dengan menyampaikan materi yang akan dibahas 

sebelum rapat. 

Pada tahun 2008, Direksi mengadakan rapat sebanyak 12 kali 

dan dihadiri oleh keseluruhan jajaran Direksi. 

Remunerasi Pengurus 

Atas jasanya, para anggota Dewan Komisaris serta Direksi 

menerima paket remunerasi yang antara lain terdiri dari gaji, 

tantiem dan tunjangan lainnya. 

Auditor Eksternal 

Perseroan telah menunjuk Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono & 

Rekan sebagai auditor eksternal atas laporan keuangan Perseroan 

untuk tahun buku yang berakhr 31 Desember 2008. Auditor 

eksternal bekerja secara independen serta melaksanakan tugasnya 

berdasarkan standar profesi dan etika yang baku. 

Sekretaris Perusahaan 

Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab 

langsung kepada Direksi, serta bertanggung jawab atas 

ketersediaan dan penyampaian informasi mengenai Perseroan 

yang material kepada Pemegang Saham, Otoritas Pasar 

Modal, Media Massa dan pihak-pihak yang berkepentingan 

lainnya. Kegiatan Sekretaris Perusahaan antara lain 

memperbaharui informasi seputar perkembangan Perseroan dan 

menyampaikannya kepada para stakeholder Perseroan. 


The Board of Commissioners Meetings is convened at any time 

deemed necessary by the President Commissioner or one or 

more Commissioner, or on the basis of a written request from 

the Directors or one or more shareholders who jointly represent 

at least 1/10 (one tenth) of the Company’s total outstanding 

shares. 

In 2008, The Board of Commissioner convened 12 meetings 

and attended by all members of the Board of Commissioners. 

Meanwhile, the Board of Directors Meeting is convened at any 

time deemed necessary at the request of one or more Directors 

or on the basis of a written request from a Commissioner, who 

specifies the matters for discussion before the meeting. 

In 2008, The Board of Directors convened 12 meetings and 

attended by all members of the Board of Directors. 

Board Remuneration 

For their services, members of the Board of Commissioners 

and Board of Directors receive a remuneration package that 

includes salaries, bonuses and other benefits. 

External Auditors 

The Company has appointed Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono 

& Rekan as the external auditors for the Company’s financial 

statements for the year ending 31 December 2008. The 

external auditors independently perform their tasks based on 

the prevailing professional and ethical standards. 

Corporate Secretary 

The Corporate Secretary reports directly to the Board of 

Directors, and is responsible for preparing and disseminating 

material information about the Company to Shareholders, the 

Capital Market Authorities, Mass Media and other interested 

parties. The duties of the Corporate Secretary include 

updating information on the progress of the Company and 

disseminating this information to the Company’s stakeholders. 

49


Untuk kepentingan tersebut Perseroan telah menunjuk 

Sdr. Albert Sebastian sebagai Sekretaris Perusahaan pada 

tanggal 18 Desember 2008. Albert Sebastian, warga negara 

Indonesia, meraih gelar Sarjana di bidang Ekonomi dari 

Portland State University, Portland, Oregon, USA. Sebelum 

bergabung dengan Perseroan, beliau memiliki pengalaman 

bekerja di HSBC Indonesia - Premier Banking dan juga pada 

divisi Perbankan Korporasi Permata Bank. 

Litigasi 

Terhitung akhir tahun 2008 sampai dengan penerbitan Laporan 

Tahunan ini, Perseroan maupun anak perusahaannya tidak 

terlibat dalam perkara hukum yang dapat memberikan dampak 

yang negatif kepada kelangsungan usaha Perseroan. 

Informasi Mengenai Perseroan 

Informasi mengenai Perseroan dapat diperoleh melalui Kantor 

Sekretaris Perusahaan di Kantor Pusat Perseroan pada jam 

kerja. Masyarakat juga dapat memeperoleh informasi umum 

mengenai Perseroan melalui situs resmi Perseroan pada 

www.cpp.co.id. 

For this purpose, the Company has appointed Mr. Albert 

Sebastian as the Corporate Secretary on 18 December 2008. 

Albert Sebastian, an Indonesian citizen, has earned his 

Bachelor of Economics degree from Portland State University, 

Portland, Oregon, USA. Prior to joining the Company, he had 

been working at HSBC Indonesia - Premier Banking and also at 

the Corporate Banking division of Permata Bank. 

Litigation 

As of year-end 2008 and up to the publication of this Annual 

Report, neither the Company nor its subsidiaries, are involved 

in any litigation case that could have material adverse impact 

on the continuity of the Company’s business. 

Information on the Company 

Information on the Company and its subsidiaries is obtainable 

from the Corporate Secretary Office at the Company’s 

Headquarters during office hours. The public can also obtain 

general information about the Company from its official 

website at www.cpp.co.id.




Since 2007 cooperation between CP Prima, its subsidiaries and strategic 

environmental partner Sylvo-fishery, has initiated a program to create 

a “Green Belt” along the coastal areas of CP Prima’s properties by 

replanting mangrove forests. 

Sejak 2007 bekerja sama dengan anak perusahaannya dan mitra lingkungan 

strategis, Sylvo-fishery, CP Prima menciptakan sabuk hijau bakau di sepanjang 

area pantai lokasi tanah milik CP Prima. 

Keunikan bidang usaha CP Prima menjadikan aspek Tanggung 

Jawab Sosial Perusahaan sebagai bagian yang tak terpisahkan 

dari kegiatan usaha Perseroan. Selain menyediakan prasarana 

dan sumber daya yang diperlukan untuk memberikan 

penghidupan yang layak dan berkelanjutan. Perseroan juga 

menyediakan sarana perumahan, sosial dan rekreasi bagi 

para karyawan beserta keluarganya. Kami memandang hal ini 

sebagai bagian dari proses integrasi vertikal dan sasaran efisiensi 

sekaligus bentuk investasi dalam menjaga kelangsungan usaha 

jangka panjang Perseroan. 

Seluruh petani, karyawan dan keluarga mereka tinggal di 

lokasi usaha Perseroan yang dilengkapi sekolah SD dan SMP, 

klinik kesehatan, rumah ibadah, balai kemasyarakatan, toko 

barang kebutuhan, sarana rekreasi, layanan perbankan dan 

pos polisi. Komitmen kami untuk melayani masyarakat yang 

tinggal dan bekerja di lokasi Perseroan bukan semata-mata 

didorong keinginan untuk menjalankan praktik terbaik warga 

negara yang bertanggung jawab, namun juga keinginan untuk 

mengembangkan suatu investasi bernilai tinggi yang mampu 

menghasilkan keuntungan yang nyata untuk Perseroan dalam 

bentuk produktifitas, komitmen dan pertumbuhan. Para 

Stakeholders CP Prima memberikan apresiasi mereka atas 

keuntungaan, sumber penghidupan dan kesejahteraan yang 

lebih baik bagi masyarakat yang dihasilkan dari pertumbuhan 

dan kemakmuran bersama. 

Satu cara lain bagi CP Prima untuk memastikan bahwa 

masyarakat sekitar turut menikmati keuntungan dari 

keberadaan Perseroan adalah melalui program revitalisasi 

lingkungan pantai. Sejak 2007, bekerja sama dengan anak 

perusahaannya dan mitra lingkungan strategis, Sylvo-fishery, 

CP Prima menciptakan sabuk hijau bakau di sepanjang 

area pantai lokasi tanah milik CP Prima, dengan melakukan 

peremajaan kembali hutan bakau. 

The unique nature of CP Prima’s business makes Corporate 

Social Responsibility values an integral part of the Company’s 

business. In addition to providing the critical infrastructure 

and resources required to enable local communities to 

maintain sustainable livelihoods, the Company also provides 

its employees and their families with comprehensive housing, 

social and recreational facilities. We consider this to be an 

intrinsic element of our vertical integration and efficiency goals 

as well as a sound investment in the long-term sustainability of 

our operations. 

All of our farmers, employees and their families live on-site at 

the Company’s facilities which include primary and secondary 

schools for children, health care clinics, places of worship, 

civic centers, provisionary stores, recreational outlets, banking 

service and a police station. Our commitment to provide for 

the communities who live and work in our operating sites is 

not simply driven by our aspirations to maintain best practice 

for good corporate citizenship, but also represents a sound 

strategic investment which generates tangible returns to the 

Company in the form of productivity, commitment and growth. 

CP Prima stakeholders across the entire value chain share 

an appreciation that our mutual growth and prosperity has 

consistently benefited local communities promoting sustainable 

livelihoods and improved social welfare. 

One other way that CP Prima undertook to ensure that local 

communities share in the benefit of the Company’s presence, 

is through a program of revitalizing the coastal environment. 

Since 2007, with cooperation between CP Prima, its 

subsidiaries and strategic environmental partner Sylvo-fishery, 

has initiated a program to create a “Green Belt” along the 

coastal areas of CP Prima’s properties by replanting mangrove 

forests. 

51


Peremajaan kembali hutan bakau ini membantu mengembalikan 

kadar oksigen di air sekitar pantai sekaligus menahan tingginya 

tingkat keasinan air dan abrasi pantai. Upaya ini merupakan 

elemen penting sebagai bagian dari pencegahan dampak 

pemanasan global. Selain sebagai sumber karbon, hutan bakau 

juga menekan dampak banjir pasang. Selain daripada itu, 

hutan bakau juga berfungsi sebagai habitat alami yang kritikal 

bagi beragam spesies ikan dan burung yang mempergunakan 

area ini sebagai lokasi perkembangbiakannya. Program Sabuk 

Hijau mencakup program pendidikan lingkungan mengenai 

pentingnya pelestarian hutan bagi masyarakat sekitar. Hingga 

akhir tahun 2008, CP Prima telah menanami kembali 70 hektar 

hutan bakau dari total rencana 5.200 hektar. Diharapkan tahap 

penanaman kembali ini dapat selesai pada 2011. Hutan bakau 

akan terus memegang peran penting dalam menjaga kelestarian 

lingkungan dari kegiatan usaha CP Prima hingga generasi di 

masa datang. 

These rejuvenated mangrove forests help to replenish oxygen 

levels in coastal waters while at the same time defending 

against high salinity and soil erosion. They serve a critical 

element in the global effort to mitigate the affects of global 

warming. In addition to serving as a store of carbon they 

also reduce the impact of tidal inundation caused by rising 

sea levels. Additionally mangrove forests serve as natural 

ecosystems critical to sustaining populations of fish and bird 

species that utilize the areas as a natural breeding ground. The 

Green Belt program includes a comprehensive environmental 

education program for local communities, which teaches the 

value of preserving the forests. As at year-end 2008, 

CP Prima had re-planted 70 hectares of mangroves, of the 

total targeted area of 5,200 hectares. We aim to complete 

the replanting phase of the program by 2011. The mangrove 

forests will continue to play an important role in maintaining 

environmental sustainability of CP Prima’s operations for 

generations to come. 

CP Prima stakeholders across the entire value 

chain share an appreciation that our mutual 

growth and prosperity has consistently benefited 

local communities promoting sustainable 

livelihoods and improved social welfare. 

Para Stakeholders CP Prima memberikan 

apresiasi mereka atas keuntungaan, 

sumber penghidupan dan kesejahteraan 

yang lebih baik bagi masyarakat yang 

dihasilkan dari pertumbuhan dan 

kemakmuran bersama.


53




The Company’s Sales and Marketing division are therefore continuing to 

network among leading buyers in the alternative markets of the Middle 

East, Russia and elsewhere in Asia to source other demand potentials which 

may provide even faster turnovers of working capital. 

Divisi penjualan dan pemasaran Perseroan terus merintis hubungan dengan 

pembeli-pembeli utama di pasar-pasar alternatif Timur Tengah, Rusia dan 

Asia guna menjajaki potensi permintaan yang mungkin dapat memberikan 

keuntungan yang lebih cepat. 

Meskipun kondisi ekonomi dunia di tahun 2009 nampaknya 

kurang menguntungkan dikarenakan resesi keuangan, masa 

depan industri akuakultur udang dan posisi CP Prima di dalamnya 

tetaplah menjanjikan. CP Prima memandang kondisi pasar saat 

ini lebih sebagai sebuah peluang ketimbang sebuah krisis. Selama 

beberapa dasawarsa yang lalu produksi udang global tumbuh 

dengan laju rata-rata 6% per tahun. CP Prima merupakan salah 

satu dari sedikit perusahaan yang memusatkan perhatiannya pada 

pengelolaan rantai produksi bernilai tambah yang terintegrasi 

secara penuh. Keunggulan Perseroan ini menjadikannya pemasok 

pilihan bagi sebagian besar pembeli hasil laut terkemuka di dunia. 

Dengan mempertimbangkan keamanan dan kepastian kualitas 

yang ditawarkan CP Prima, para pembeli bersedia untuk membeli 

produk-produk Perseroan dengan harga tinggi. 

Keadaan pasar di 2009 hampir dipastikan akan mengalami 

penurunan sehingga hargapun akan tertekan dikarenakan 

melemahnya daya beli masyarakat di pasar-pasar dominan seperti, 

Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Tekanan pada marjin usaha ini, 

pada taraf tertentu, akan melonggar dikarenakan menguatnya nilai 

tukar dolar AS serta menurunnya pasokan dari pasar-pasar pesaing. 

Pada saat yang sama, pasar berada dalam kondisi sangat terbuka 

tanpa adanya pemain yang dominan. CP Prima memasok antara 3% 

sampai 4% kebutuhan pasar dunia. Meskipun mengalami kenaikan 

produksi besar-besaran pada 2008, peningkatan ini hanyalah 5% 

dari kebutuhan pasar AS. Berdasarkan perhitungan ini, masih 

terbuka banyak peluang untuk memanfaatkan kondisi yang ada saat 

ini bagi upaya perluasan pangsa pasar. Hal ini merupakan elemen 

utama strategi usaha Perseroan di tahun 2009 untuk tiga besar pasar 

yang mengisi porsi 70% dari keseluruhan konsumsi udang dunia. 

Meskipun CP Prima tetap berkomitmen pada perluasan pangsanya 

di pasar-pasar tradisional, Perseroan menyadari sepenuhnya bahwa 

hal ini tak akan tercapai tanpa dukungan pasar yang lebih beragam. 

Untuk itu, divisi penjualan dan pemasaran Perseroan terus merintis 

Despite the coming challenges presented by recessionary 

conditions experienced by the global economy in 2009, the 

future of the shrimp aquaculture industry and the existance of 

CP Prima’s as a Company continue to be promising. CP Prima 

sees the current market conditions more as an opportunity 

than as a crisis. Over the past decade, global production of 

shrimp has escalated at a compounded annual growth rate of 

6%. Despite this expansion of trade, CP Prima is one of the 

very few companies that maintained a focus on fully integrated 

value chain management. The Company has used this strategic 

advantage to become the preferred supplier for the most 

respected seafood buyers in the world. Considering the security 

and assurance of quality provided by CP Prima, our buyers have 

been willing to purchase our products at a premium. 

The market in 2009 is likely to experience a downward pressure 

on prices caused by the reduced purchasing power of consumers 

in the dominant markets of the United States, Europe and 

Japan. This pressure on margins will, to some degree, be 

alleviated by the strength of the US dollar as well as a reduction 

in supply from our competing markets. Concurrently, the market 

continues to be very open, with no single dominant player. 

CP Prima for its part provides between 3 to 4% of the world 

market. Despite its massive increase in production experienced 

in 2008, the increase it still only accounts for just over 5% of the 

overall demand from the US market. Given these statistics, there 

is ample opportunity to capitalize on the current conditions to 

expand market share. This is a key element of our 2009 strategy 

for the big three markets that comprise over 70% of the worlds 

shrimp consumption. 

While CP Prima remains committed to extending its market share in 

traditional markets, the Company is fully aware that this will not be 

accomplished without some degree of leverage from a broader market 

place. The Company’s Sales and Marketing division are therefore

hubungan dengan pembeli-pembeli utama di pasar-pasar alternatif 

Timur Tengah, Rusia dan Asia guna menjajaki potensi permintaan 

yang mungkin dapat memberikan keuntungan yang lebih cepat. 

CP Prima semakin yakin akan kemampuannya memenuhi 

kebutuhan para pembeli terkemuka dunia. Tak dapat dipungkiri, 

resesi merupakan masa-masa yang sulit, di mana konsumen 

berlomba memotong investasi mereka di instrumen-instrumen 

berisiko tinggi, namun seperti biasa, makanan akan menjadi hal 

terakhir yang terimbas, dan hal inilah yang merupakan inti usaha 

Perseroan. Di tengah pasar konsumsi yang kian sadar akan aspek 

kesehatan, konsumen cenderung memilih bahan makanan tinggi 

protein yang rendah lemak dan kolesterol. Udang merupakan 

pilihan aman dan menyehatkan yang akan terus mengisi porsi 

tertinggi dalam menu makanan di seluruh dunia. Karenanya, 

CP Prima menantikan limpahan peluang pertumbuhan di 2009 

dengan antusiasme dan pengharapan. Bersama-sama dengan 

para pemegang saham, Perseroan akan terus menumbuhkan 

usaha akuakultur terkemuka di Indonesia. 


continue to network among leading buyers in the alternative markets of 

the Middle East, Russia and elsewhere in Asia to source other demand 

potentials which may provide even faster turnovers of working capital. 

CP Prima has never been more confident in its ability to attract the 

patronage of the world leading buyers. Recessions, no doubt are 

difficult times, in which consumers cut back on investment in big 

ticket items, but the very last item to be affected is always food 

and that is the business which we are in. In the increasingly health 

conscious consumer markets which we operate, consumers opt 

for high protein foods which are low in fat and cholesterol. Shrimp 

represents a safe and healthy alternative which will continue to 

maintain a high score on consumer menus around the globe. 

CP Prima therefore looks forward to its abundant opportunities for 

growth in 2009 with both enthusiasm and expectation. Together 

with our stakeholders, we will continue to grow Indonesia’s 

leading aquaculture business. 

55


Pembahasan Umum & Analisa Manajemen 

Management’s Discussion 

& Analysis 

(Disajikan dalam Jutaan Rupiah) (Expressed in Million of Rupiah) 

2008 2007 

Penjualan Bersih 8.169.928 6.123.044 Net Sales 

Beban Pokok Penjualan 6.626.049 5.023.130 Cost of Goods Sold 

Laba Kotor 1.543.879 1.099.914 Gross Profit 

Beban Usaha Operating Expenses 

Penjualan 412.538 253.439 Selling 

Umum dan administrasi 538.504 386.639 General and administrative 

Jumlah Beban Usaha 951.042 640.078 Total Operating Expenses 

Laba Usaha 592.837 459.836 Income from Operations 

Penghasilan (Beban) Lain-lain Other Income (Charges) 

Penghasilan bunga 11.814 26.224 Interest Income 

Rugi selisih kurs dan beban 

swap, bersih 

(673.195) (176.789) Loss on foreign exchange - and 

swap cost, net 

Amortisasi goodwill (2.093) (2.089) Amostization of goodwill 

Beban Keuangan (407.113) (304.918) Financing Cost 

Laba penjualan atas investasi - 327.647 Gain on disposal of investment 

Lain-lain, bersih (27.310) 95.194 Others, net 

Beban Lain-lain, Bersih (1.097.897) (34.731) Other Charges, Net 

Bagian Laba (Rugi) Bersih Perusahaan Asosiasi 

- Bersih 

(1.382) 2.404 

Equity in Net Earnings (Loss) of 

Associates - Net 

Laba (Rugi) Sebelum Pajak Penghasilan (506.442) 427.509 Income (Loss) before Income Tax 

Beban (Penghasilan) Pajak Income Tax Expenses (Benefit) 

Tahun Berjalan 28.486 33.961 Current 

Tangguhan (128.237) 34.768 Deferred 

Beban (Penghasilan) Pajak (99.751) 68.729 Income Tax Expenses (Benefit) 

Laba (Rugi) Sebelum Bagian Minoritas Atas Laba 

Bersih Anak Perusahaan Konsolidasian 

Bagian Minoritas Atas Laba Bersih Anak 

Perusahaan Konsolidasian 

Laba (Rugi) Bersih Setelah Dampak 

Restrukturisasi/Penyesuaian Pro Forma 

(406.691) 358.780 Income (Loss) Before Minority Interest in Net 

Income of Consolidated Subsidiaries 

(491) (987) Minority Interest in Net Income of 

Consolidated Subsidiaries 

(407.182) 357.793 Net income (Loss) After Effect of 

Restructuring/Pro Forma Adjustment 

Dampak Restrukturisasi/Penyesuaian Pro Forma - 620 Effect of Restructuring/Pro Forma Adjustment 

Laba (Rugi) Bersih Sebelum Dampak 

Restrukturisasi/Penyesuaian Pro Forma 

(407.182) 358.413 Net Income (Loss) Before Effect of 

Restructuring/Pro Forma Adjustment

Produk utama Perseroan meliputi produk udang (udang beku 

dan udang segar), pakan udang, pakan ikan dan benur. Pada 

tahun 2008, Perseroan berhasil meningkatkan penjualan 

secara signifikan sebesar 33,4% atau sebesar Rp2.046,9 miliar 

dari Rp6.123,0 miliar yang dicapai pada tahun 2007 menjadi 

Rp8.169,9 miliar pada tahun 2008. Peningkatan ini terutama 

disebabkan karena meningkatnya kapasitas produksi Perseroan 

sehubungan dengan akuisisi kelompok usaha ex Dipasena yang 

telah dilakukan Perseroan di pertengahan tahun 2007. 

Perseroan juga berhasil meningkatkan laba usaha sebesar 

Rp133miliar atau 28,9% dari Rp459,8 miliar pada tahun 2007 

menjadi Rp592,8 miliar pada tahun 2008. 

Kegiatan usaha Perseroan telah dipengaruhi dan akan terus 

terpengaruh untuk jangka waktu tertentu di masa yang akan 

datang oleh kondisi ekonomi global yang berimbas kepada 

kondisi ekonomi dan moneter Indonesia. Melemahnya nilai 

tukar rupiah terhadap dolar Amerika merupakan sesuatu yang 

berada di luar kendali Perusahaan. Pada tahun 2008, Perseroan 

mengalami kerugian selisih kurs sebesar Rp673,2 miliar, jumlah 

yang sangat besar bila dibandingkan kerugian selisih kurs 

tahun 2007 sebesar Rp176,8 miliar. Kerugian tersebut menjadi 

salah satu penyebab Perseroan mengalami Rugi Bersih sebelum 

pajak sebesar Rp506,4 miliar di tahun 2008. 

ASET 

Jumlah aset Perseroan meningkat 20,5% dari Rp7.794,5 miliar 

pada tahun 2007 menjadi Rp9.370,5 miliar pada tahun 2008. 

Peningkatan ini terutama disebabkan peningkatan modal 

kerja dan peningkatan aset tetap hasil dari belanja barang 

modal sehubungan dengan kegiatan revitalisasi tambak yang 

dilakukan Perseroan selama tahun 2008. 

Perseroan menambah kapasitas produksi dan jumlah 

persediaan hasil pertambakan udang untuk memenuhi 

peningkatan permintaan. Persediaan meningkat dari Rp1.169,9 

miliar pada akhir Desember 2007 menjadi Rp1.605,4 miliar 

pada akhir Desember 2008 atau meningkat sebesar 37,2%. 

Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan penjualan sebesar 

33,4% di tahun 2008. 


The main products of the Company comprise of shrimp 

products (fresh shrimp and frozen shrimp), shrimp feed, fish 

feed and shrimp fry. In 2008, the Company increased its sales 

significantly by 33.4% or Rp2,046.9 billion from Rp6,123.0 

billion in 2007 to Rp8,169.9 billion in 2008. The increase was 

mainly attributed to the Company’s additional production 

capacity in relation with the acquisition of the Ex Dipasena 

Group’s business in mid 2007. 

The Company also succeeded to increase operating profit by 

Rp133.0 billion, or 28.9%, from Rp459.8 billion in 2007 to 

Rp592.8 billion in 2008. 

The business activities of the Company have been and will 

continue to be influenced for a certain period of time into the 

future by global economic conditions that have detrimental 

impact on the Indonesian economic and monetary conditions. 

The weakening of the Indonesian Rupiah (IDR) against the US 

Dollar (USD) is something that is beyond the control of the 

Company. In 2008, the Company incurred a foreign-currency 

exchange loss of Rp673.2 billion, a significant jump from a 

similar loss of Rp176.8 billion in 2007. This loss was a major 

factor behind the Company’s net loss before tax of Rp506.4 

billion in year 2008. 

ASSETS 

Total assets increased by 20.5% from Rp7,794.5 in 2007 to 

Rp9,370.5 billion in 2008. The increase was mainly attributed 

to the increase in working capital as well as the increase in 

fixed assets as a result of the ponds revitalization program that 

the Company undertook in 2008. 

The Company increased its production capacity and inventory 

of shrimp farming in order to meet increasing market demand. 

Inventory increased from Rp1,169.9 billion as at year-end 2007 

to Rp1,605.4 billion by year-end 2008 or increase by 37.2%. 

The increase was in line with higher sales in 2008, which 

increased by 33.4% in 2008. 

57


Aset tetap Perseroan meningkat seiring dengan rencana 

Perseroan meningkatkan kapasitas produksinya. Total aset 

tetap sampai akhir Desember 2008 mencapai Rp4.248,3 miliar, 

meningkat 26,5% dari Rp3.357,9 miliar di tahun 2007. 

Di samping air dan bibit, tanah merupakan faktor produksi 

terpenting bagi usaha pertambakan. Dalam rangka 

meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi, selama tahun 

2008. Perseroan telah melakukan pembelian tanah untuk 

tambak dan pembangunan infrastruktur pendukungnya. Aset 

tetap berupa prasarana tanah dan bangunan mengalami 

penambahan sebesar Rp339,2 miliar. Jumlah tanah hingga 

akhir Desember 2008 sebesar Rp1.994,3 miliar, meningkat 

241,6% dari akhir Desember 2007 sebesar 583,9 miliar. 

KEWAJIBAN 

Jumlah kewajiban Perseroan pada akhir tahun 2008 sebesar 

Rp6.017,7 miliar, berkurang sebesar Rp236,8 miliar atau 

3,8% dari tahun 2007 sebesar Rp6.254,5 miliar. Penurunan 

ini terutama disebabkan oleh konversi hutang PT Surya Hidup 

Satwa sebagai pihak hubungan istimewa sebesar Rp1,7 triliun 

ke modal Perseroan, yang dikompensasi dengan kenaikan 

kewajiban lancar dan tak lancar lainnya. 

Depresiasi rupiah terhadap dolar AS sangat berpengaruh 

terhadap saldo kewajiban lancar Perseroan. Sebagian besar 

kewajiban lancar Perseroan berada dalam denominasi dolar AS. 

Akibat depresiasi rupiah dan peningkatan fasilitas pinjaman 

modal kerja Perseroan, kewajiban lancar Perseroan meningkat 

Rp742,1 miliar atau 51,9% dari Rp1.428,8 miliar di akhir 

tahun 2007 menjadi Rp2.170,9 miliar di akhir 2008. 

The Company’s fixed assets increased in line with the 

Company’s plan to increase its production capacity. Total fixed 

assets as at year-end 2008 amounted to Rp4,248.3 billion, an 

increase of 26.5% from Rp3,357.9 billion in 2007. 

In addition to water and fries, land constitutes a primary 

production factor of shrimp aquaculture. In its efforts to 

increase the volume and quality of its production, the 

Company acquired land for shrimp ponds as well as supporting 

infrastructures in 2008. Fixed assets in the form of land 

improvement and building increased by Rp339.2 billion. 

Total land up to end of December 2008 is Rp1,994.3 billion, 

increased by 241.6% from Rp583.9 billion in 2007. 

LIABILITIES 

Total Company’s liabilities at end of year 2008 was Rp6,017.7 

billion, decreasing by Rp236.8 billion or 3.8% from Rp6,254.5 

billion in year 2007. The decrease was mainly attributed to 

the conversion of debt of Rp1.7 trillion to PT Surya Hidup 

Satwa as an affiliated party to the Company’s equity, which 

is compensated by increases in other current and non-current 

liabilities. 

The depreciation of IDR to USD had a major impact on the 

balance of the Company’s current liabilities. Most of the 

Company’s current liabilities is denominated in USD. As a result 

of the IDR depreciation and an increase in working capital 

borrowing, Company’s current liabilities increased by Rp742.1 

billion, or 51.9%, from Rp1,428.8 billion in 2007 to Rp2,170.9 

billion in 2008.

Kemampuan Memenuhi Kewajiban 

Perseroan mencatatkan kewajiban lancar sampai akhir tahun 

2008 sebesar Rp2.170,9 miliar. Sehingga Rasio Kewajiban 

Lancar Terhadap Aset Lancar Perseroan tahun 2008 tercatat 

sebesar 47,9%, naik dari 35,3% pada tahun 2007. Meskipun 

demikian, rasio ini masih menunjukkan bahwa Perseroan 

sangat mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya 

dengan aktiva lancarnya. 

Rasio Kewajiban terhadap Ekuitas menunjukkan kemampuan 

Perseroan memenuhi kewajibannya dengan modal yang 

dimiliki. Rasio Kewajiban terhadap Ekuitas Perseroan pada 

akhir Desember 2008 adalah 1,8x jauh lebih baik daripada 

4,09x di akhir Desember 2007. Hal ini disebabkan oleh 

keberhasilan Perseroan mengurangi total kewajibannya dan 

meningkatkan ekuitasnya melalui penerbitan saham baru di 

tahun 2008. 

EKUITAS 

Ekuitas Perseroan meningkat sebesar Rp1.812,4 miliar atau 

118,4% dari Rp1.530,8 miliar pada tahun 2007 menjadi 

Rp3.343,2 miliar di tahun 2008. Peningkatan ini terutama 

berasal dari meningkatnya modal disetor dan tambahan modal 

disetor Perseroan dari hasil konversi waran sebesar Rp500,3 

miliar dan penerbitan saham dari hasil Penawaran Umum 

Terbatas I Perseroan, bersih setelah biaya emisi efek ekuitas 

sebesar Rp1.717,9 miliar. Kenaikan ini dikompensasikan 

dengan kerugian yang dialami Perseroan di tahun 2008 

sebesar Rp407,2 miliar. 

PENJUALAN BERSIH 

Penjualan bersih produk udang meningkat 78,0% dari 

Rp2.480,9 miliar di tahun 2007 menjadi Rp4.416,4 miliar di 

tahun 2008. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan 

volume penjualan udang beku sebesar 28,8% dari 36.221 MT 

di tahun 2007 menjadi 46.651 MT di tahun 2008, dan juga 

disebabkan oleh meningkatnya harga jual rata-rata udang 

beku dari USD7,21 per kg menjadi USD7,50 per kg. Selain itu, 

volume penjualan udang segar juga mengalami peningkatan 

dari 3.663 MT di tahun 2007 menjadi 29.774 MT di tahun 

2008. 


Ability to Meet Liabilities 

The Company’s current liabilities as at end of 2008 was 

Rp2,170.9 billion. The Company’s current ratio in 2008 is 

47.9%, increased from 35.3% in 2007. Despite, the ratio still 

shows that the Company has strong ability to fulfill its current 

liabilities with its current assets. 

Debt to equity ratio indicates the Company’s ability to cover its 

debt liabilities with equity. Debt to equity ratio as at year-end 

2008 was 1.8 times, a significant improvement compared 

to over 4.09 times at end of December 2007. This is mainly 

caused by the Company’s success in reducing its liabilities and 

an increase in its equity through issuance of new shares. 

EQUITY 

Company’s equity increased by Rp1,812.4 billion, or 118.4% 

from Rp1,530.8 billion in 2007 to Rp3,343.2 billion in 2008. 

This increase was mainly attributed to increase in share 

capital and additional paid-in capital of Rp500.3 billion from 

conversion of warrants and issuance of new shares through the 

Company’s Rights Issue I, net of stock issuance cost amounting 

to Rp1.717,9 billion. This increase was offset by the Company’s 

net loss of Rp407.2 billion in 2008. 

NET SALES 

Net sales of shrimp products increased by 78.0% from 

Rp2,480.9 billion in 2007 to Rp4,416.4 billion in 2008. This 

resulted mainly from an increase in sales volume by 28.8% 

from 36,221 MT in 2007 to 46,651 MT in 2008 as well as an 

increase in average sales price of frozen shrimp from USD7.21 

per kg to USD7.50 per kg. In addition to that, the sales volume 

of fresh shrimp also increased from 3,663 MT in 2007 to 

29,774 MT in 2008. 

59


Penjualan bersih produk pakan udang naik 46,8% dari 

Rp1.062,0 miliar di tahun 2007 menjadi Rp1.558,8 miliar 

di tahun 2008. Hal tersebut terutama disebabkan oleh 

peningkatan volume penjualan sebesar 40,1% dari 129.519 

MT di tahun 2007 menjadi 181.398 MT di tahun 2008 dan 

juga meningkatnya harga jual rata-rata pakan udang dari 

Rp8.200 per kg di tahun 2007 menjadi Rp8.593 per kg di 

tahun 2008. 

Penjualan bersih produk pakan ikan juga mengalami 

peningkatan yaitu sebesar 17,5% dari Rp1.152,9 miliar di 

tahun 2007 menjadi Rp1.354,2 miliar di tahun 2008, yang 

dipicu oleh kenaikan harga jual rata-rata sebesar 28,7% dari 

Rp4.003 per kg di tahun 2007 menjadi Rp5.150 per kg di 

tahun 2008. Kenaikan harga jual ini dikompensasikan dengan 

penurunan volume penjualan sebesar 8,7% dari 288.040 MT 

di tahun 2007 menjadi 262.944 MT di tahun 2008. 

Penjualan bersih benur meningkat 37,5% dari Rp221,2 miliar 

di tahun 2007 menjadi Rp302,6 miliar di tahun 2008, terutama 

disebabkan oleh peningkatan volume penjualan sebesar 35,2% 

dari 7,3 miliar benur di tahun 2007 menjadi 9,4 miliar benur 

di tahun 2008. Peningkatan volume ini terutama berasal dari 

penambahan kapasitas produksi yang dihasilkan dari aset tetap 

baru yang diakuisisi Perseroan di tahun 2007, serta kenaikan 

harga jual rata-rata sebesar 6,7%. 

Harga Pokok Penjualan 

Harga Pokok Penjualan udang naik 10,5% dari Rp2.105,7 

miliar di tahun 2007 menjadi Rp3.644,3 miliar di tahun 2008 

yang dipicu oleh peningkatan volume penjualan. Harga 

Pokok Penjualan udang beku per unit mengalami kenaikan 

sebesar 2,6% dari Rp55.975 per kg menjadi Rp57.440 per 

kg. Sedangkan harga pokok penjualan udang segar per unit 

meningkat sebesar 51,8% dari Rp21.344 per kg di tahun 2007 

menjadi Rp32.398 per kg di tahun 2008. 

Net sales of shrimp feed products increased by 46.8% from 

Rp1,062.0 billion in 2007 to Rp1,558.8 billion in 2008. The 

increase was primarily due to higher sales volume, which rose 

by 40.1% from 129,519 MT in 2007 to 181,398 MT in 2008, 

as well as an increase in the average selling price from Rp8,200 

per kg in 2007 to Rp8,593 per kg in 2008. 

Net sales of fish feed products also increased, by 17.5%, from 


increase was mainly due to the increase in average selling price 

by 28.7% from Rp4,003 per kg in 2007 to Rp5,150 per kg in 

2008. However, the increase in selling price was offsetted by a 

decrease in sales volume by 8.7% from 288,040 MT in 2007 to 

262,944 MT in 2008. 

Net sales of shrimp fries increased by 37.5% from Rp221.2 

billion in 2007 to Rp302.6 billion in 2008. The increase was 

primarily dure to the increase in sales volume by 35.2% from 

7,3 billion fries in 2007 to 9.4 billion fries in 2008. The increase 

in sales volume mainly resulted from the additional production 

capacity that was derived from the acquisition of new fixed 

assets by the Company in 2007, as well as from higher average 

selling price of 6.7%. 

Cost of Goods Sold 

The COGS of shrimp products increased by 10.5% from 


increase was driven by the increasing in sales volume. COGS 

per unit of frozen shrimp increased by 2.6% from Rp55,975 

per kg to Rp57,440 per kg in 2008. Whereas COGS per unit 

of fresh shrimp increased by 51.8% from Rp21,344 per kg in 

2007 to Rp32,398 per kg in 2008.

Harga Pokok Penjualan pakan udang meningkat dari Rp600,8 

miliar di tahun 2007 menjadi Rp1.081,7 miliar di tahun 2008, 

sejalan dengan peningkatan volume penjualan. Harga Pokok 

Penjualan per unit naik 28,5% dari Rp4.639 per kg menjadi 

Rp5.963 per kg sebagai akibat dari kenaikan harga bahan 

baku. 

Harga Pokok Penjualan pakan ikan meningkat sebesar 10,1% 

dari Rp1.011,2 miliar di tahun 2007 menjadi Rp1.113,6 miliar 

di tahun 2008 sejalan dengan pertumbuhan pada volume 

penjualan serta peningkatan biaya bahan baku seperti tepung 

ikan dan tepung kedelai. Perseroan mengatasi peningkatan 

biaya ini dengan upaya dari perubahan formulasi pakan. 

Harga Pokok Penjualan benur meningkat sebesar 28,3% dari 

Rp117,2 miliar di tahun 2007 menjadi Rp150,4 miliar di tahun 

2008 sejalan dengan peningkatan volume penjualan serta 

peningkatan biaya bahan baku, probiotik serta biaya obatobatan. 

Laba Kotor 

Laba Kotor Perseroan meningkat 40,4% dari Rp1.099,9 miliar 

di tahun 2007 menjadi Rp1.543,9 miliar di tahun 2008. 

Beban Penjualan 

Beban Penjualan meningkat 62,8% dari Rp253,4 miliar di 

tahun 2007 menjadi Rp412,5 miliar di tahun 2008. Hal ini 

terutama disebabkan oleh peningkatan biaya pengangkutan 

sebesar Rp81,6 miliar atau naik 65,3% dari Rp124,9 miliar 

di tahun 2007 menjadi Rp206,5 miliar di tahun 2008, hal ini 

juga sejalan dengan pertumbuhan penjualan dan biaya-biaya 

penanganannya yang terkait. 


The COGS of shrimp feed increased from Rp600.8 billion in 

2007 to Rp1,081.7 billion in 2008. The increase was in line 

with the increase of sales volume. The COGS per unit of shrimp 

feed increased by 28.5% from Rp4,639 per kg to Rp5,963 per 

kg in 2008, mainly as a result of an increase in raw materials 

costs. 

The COGS of fish feed increased by 10.1% from Rp1,011.2 

billion in 2007 tyo Rp1,113.6 billion in 2008. This was in line 

with the growth in sales volume as well as the cost increase of 

raw materials costs such as fish meal and soya bean meal. The 

Company mitigated the increasing costs by reformulating the 

composition of feed. 

The COGS of shrimp fries increased by 28.3% from Rp117.2 

billion in 2007 to Rp150.4 billion in 2008. The increase was in 

line with increase in sales volume as well as the increase in raw 

material costs, probiotics and medicine. 

Gross Profit 

Company’s gross profit increased by 40.4% from Rp1,099.9 

billion in 2007 to Rp1,543.9 billion in 2008. 

Selling Expenses 

Selling expenses increased by 62.8% from Rp253.4 billion in 

2007 to Rp412.5 billion in 2008. This was primarily due to the 

increase in freight out expenses by Rp81.6 billion, or 65.3%, 

from Rp124.9 billion in 2007 to Rp206.5 billion in 2008. The 

increase was also in line with the higher sales volume and the 

related handling cost. 

61


Beban Umum dan Administrasi 

Baban Umum dan Administrasi meningkat Rp151,9 miliar atau 

39,3% dari Rp386,6 miliar di tahun 2007 menjadi Rp538,5 

miliar di tahun 2008. Hal ini terutama disebabkan oleh 

peningkatan biaya untuk gaji dan upah, biaya penyusutan, 

transportasi, serta lain-lain (listrik, air, telekomunikasi). 

Biaya gaji dan upah meningkat Rp76,8 miliar atau sebesar 

34,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Biaya penyusutan 

meningkat sebesar Rp23,6 miliar sejalan dengan meningkatnya 

aset tetap Perseroan di tahun 2008. Transportasi dan biaya 

perjalanan dinas meningkat Rp10,4 miliar atau sebesar 29,0% 

dibandingkan tahun sebelumnya. Biaya lain-lain (listrik, air, 

telekomunikasi) naik menjadi Rp34,9 miliar atau naik sebesar 

27,4% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Laba Usaha 

Sebagai hasil kinerja yang dicapai, laba usaha menunjukkan 

peningkatan sebesar 28,9% dari Rp459,8 miliar di tahun 2007 

menjadi Rp592,8 miliar di tahun 2008. 

PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN 

Salah satu imbas dari krisis ekonomi global bagi perekonomian 

dalam negeri adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap 

dolar AS. Perseroan tidak dapat sepenuhnya menghindar dari 

kondisi ini. Pada akhir Desember 2008, Perseroan mencatat 

beban rugi selisih kurs sebesar Rp673,2 miliar, jauh lebih besar 

dari kerugian Rp176,8 miliar yang dicatat pada akhir Desember 

2007. Kerugian ini mengakibatkan kenaikan signifikan jumlah 

beban lain-lain Perseroan sebesar 3.064,0% dari Rp34,7 miliar 

pada tahun 2007 menjadi Rp1.097,9 miliar di tahun 2008. 

Selain itu, beban keuangan meningkat 33,5% dari Rp304,9 

miliar pada tahun 2007 menjadi Rp407,1 miliar pada tahun 

2008, sejalan dengan meningkatnya pinjaman bank untuk 

modal kerja Perseroan. 

General and Administrative Expenses 

General and administrative expenses increased by Rp151.9 

billion, or 39.3%, from Rp386.6 billion in 2007 to Rp538.5 

billion in 2008. This was mainly due to increases in salaries 

and wages, depreciation expense, transportation expense and 

utility expenses (electricity, water and telecommunications). 

Salaries and wages expenses increased by Rp76.8 billion, or 

34.4%, compared to the previous year. Depreciation expense 

increased by Rp23.6 billion in line with the increasing in 

Company’s fixed assets in 2008. Transportation and travelling 

on duty expenses increased by Rp10.4 billion, or 29.0%, 

compared to the previous year. Utility expenses (electricity, 

water, telecommunication) increased by Rp34.9 billion, or 

27.4%, compared to the previous year. 

Operating Income 

As a result of the foregoing, operating income increased by 

28.9% from Rp459.8 billion in 2007 to Rp592.8 billion in 

2008. 

OTHER INCOME (ExPENSES) 

One of the effects of the global economic crisis to the 

Indonesian economy was the weakening of the IDR against the 

USD. The Company was unable to fully mitigate against this 

condition. At year-end 2008, the Company recorded a foreign 

currency exchange loss amounting to Rp673.2 billion, much 

bigger than a similar loss of Rp176.8 billion which recorded at 

year-end 2007. This loss contributed to a significant increase 

in the Company’s other expenses by 3,064.0% from Rp34.7 

billion in 2007 to Rp1,097.9 billion in 2008. In addition, 

the Company also incurred additional financing cost, which 

increased by 33.5% from Rp304.9 billion in 2007 to Rp407.1 

billion in 2008, in line with increase in bank borrowing for the 

Company’s working capital.

Laba (Rugi) Bersih 

Dari hasil kinerja Perseroan dan pengaruh kondisi 

perekonomian dunia yang memburuk di akhir tahun 2008, 

Perseroan mengalami rugi bersih sebesar Rp407,2 miliar di 

tahun 2008 dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp357,8 

miliar di tahun 2007. 


Net Income (Loss) 

As the result of the foregoing, and the effects of the 

deteriorating global economic conditions at end of 2008, the 

Company resulting a net loss of Rp407.2 billion in year 2008, 

compared to a net profit of Rp357.8 billion in 2007. 

63


Tanggung Jawab Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan 

Responsibility for Financial 

Statements and the Annual 

Report 

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Dewan 

Komisaris dan Direksi bertanggung jawab penuh atas isi 

Laporan Tahunan PT Central Proteinaprima Tbk tahun 2008, 

yang di dalamnya juga memuat Laporan Keuangan Perseroan 

untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008. 

Erwin Sutanto Mahar Atanta Sembiring 

Direktur Utama Wakil Direktur Utama 

President Director Vice President Director 

Isman Hariyanto Gunawan Taslim 

Direktur Direktur 

Director Director 

MRT Jimmy Joeng Achmad Wahyudi 

Direktur Direktur tidak Terafiliasi 

Director Unaffiliated Director 

The undersign declares that the Board of Commissioners 

and Board of Directors is fully responsible for the content 

of the 2008 Annual Report of PT Central Proteinaprima Tbk, 

which includes the Financial Statements for the year ending 

31 December 2008. 

Dewan Komisaris Board of Commissioners 

Hardian Purawimala Widjonarko Franciscus Affandy Djoko Muhammad Basoeki 

Komisaris Utama Wakil Komisaris Utama Komisaris Independen 

President Commissioner Vice President Commissioner Independent Commissioner 

Direksi Board of Directors

Laporan Keuangan Konsolidasi 

Consolidated 

Financial Statements 


65


Halaman ini sengaja dikosongkan 

This page is intentionally left blank

PT CENTRAL PROTEINAPRIMA Tbk. PT CENTRAL PROTEINAPRIMA Tbk. 

DAN ANAK PERUSAHAAN AND SUBSIDIARIES 

NERACA KONSOLIDASIAN CONSOLIDATED BALANCE SHEETS 

Per 31 Desember 2008 dan 2007 As of December 31, 2008 and 2007 

(Disajikan dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Nilai per Saham) (Expressed in Millions of Rupiah, Except Value per Share) 

Catatan/ 2008 2007 

Notes 

ASET ASSETS 

ASET LANCAR CURRENT ASSETS 

Kas dan setara kas 2c,4,25 259.874 334.502 Cash and cash equivalents 

Piutang 2e Accounts receivable 

Usaha 6a,25 Trade 

Pihak ketiga - setelah dikurangi Third parties - net of allowance 

penyisihan piutang ragu-ragu for doubtful accounts of 

sebesar Rp 625 pada tahun 2008 dan Rp 625 in 2008 and 

Rp 618 pada tahun 2007 1.752.713 1.401.793 Rp 618 in 2007 

Pihak hubungan istimewa 2f,6a,7a,25 1.210 563 Related parties 

Lain-lain - pihak ketiga 6b,10,25,26a 546.842 839.548 Others - third parties 

Persediaan - setelah dikurangi penyisihan Inventories - net of allowance for 

penurunan nilai persediaan sebesar decline in value of inventories of 

Rp 19.484 pada tahun 2008 dan Rp 19,484 in 2008 and 

Rp 3.803 pada tahun 2007 2g,8,12,15 1.605.439 1.169.932 Rp 3,803 in 2007 

Uang muka, pajak dan biaya Advances, prepaid tax 

dibayar dimuka 2h 362.973 306.671 and expenses 

3 

JUMLAH ASET LANCAR 4.529.051 4.053.009 TOTAL CURRENT ASSETS 

ASET TIDAK LANCAR NON-CURRENT ASSETS 

Piutang pihak hubungan istimewa 2f,7c 73.808 4.498 Due from related parties 

Aset pajak tangguhan, bersih 2r,14c 149.255 16.626 Deferred tax assets, net 

Penyertaan saham 2b,9 50.391 51.491 Investments in shares of stock 

Aset tetap - setelah dikurangi Property, plant and equipment - net 

akumulasi penyusutan sebesar of accumulated depreciation of 

Rp 551.819 pada tahun 2008 dan Rp 551,819 in 2008 and 

Rp 347.286 pada tahun 2007 2i,10,12,15 4.248.285 3.357.895 Rp 347,286 in 2007 

Goodwill - setelah dikurangi Goodwill - net of accumulated 

akumulasi amortisasi sebesar amortization of 

Rp 4.380 pada tahun 2008 Rp 4,380 in 2008 and 

dan Rp 2.287 pada tahun 2007 2l,3 37.473 39.566 Rp 2,287 in 2007 

Tagihan pajak 2r, 14b 157.917 74.554 Claims for tax refund 

Aset tidak lancar lain-lain, bersih 2j,11,25 124.358 196.857 Non-current assets - others, net 

JUMLAH ASET TIDAK LANCAR 4.841.487 3.741.487 TOTAL NON-CURRENT ASSETS 

JUMLAH ASET 9.370.538 7.794.496 TOTAL ASSETS 

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan 

bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian ini. 

1 

See accompanying notes to consolidated financial statements, 

which form an integral part of these consolidated financial 

statements.



NERACA KONSOLIDASIAN (lanjutan) CONSOLIDATED BALANCE SHEETS (continued) 



Catatan/ 2008 2007 

Notes 

KEWAJIBAN DAN EKUITAS LIABILITIES AND EQUITY 

KEWAJIBAN LANCAR CURRENT LIABILITIES 

Hutang bank jangka pendek 8,10,12,25 1.161.540 539.691 Short-term bank loans 

Hutang Accounts payable 

Usaha 8,13,25 Trade 

Pihak ketiga 699.529 523.581 Third parties 

Pihak hubungan istimewa 2f,7b,13 71.643 14.196 Related parties 

Lain-lain Others 

Pihak ketiga 25,26b,26g 89.865 166.725 Third parties 

Hutang pajak 2r,14a 15.045 16.959 Taxes payable 

Beban masih harus dibayar 106.032 73.445 Accrued expenses 

Bagian pinjaman jangka panjang 2m,6,8,10, Current portion of 

yang jatuh tempo dalam satu tahun 15,25,26b long-term debts 

Pinjaman bank - 84.771 Bank loans 

Kewajiban sewa pembiayaan 2i 5.406 36 Financial lease 

Hutang lain-lain 21.883 9.419 Others 

JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR 2.170.943 1.428.823 TOTAL CURRENT LIABILITIES 

KEWAJIBAN TIDAK LANCAR NON-CURRENT LIABILITIES 

Hutang pihak hubungan istimewa 2f,7c 173.490 1.702.458 Due to related parties 

Kewajiban pajak tangguhan, bersih 2r,14c 4.588 197 Deferred tax liabilities, net 

Pinjaman jangka panjang, setelah 2m,6,8,10, Long-term debts, 

dikurangi bagian yang jatuh tempo 15,25,26b net of current 

dalam satu tahun portion 

Kewajiban sewa pembiayaan 2i 26.462 - Financial lease 

Hutang lain-lain - 15.056 Others 

Hutang obligasi 2x,16 3.508.681 2.996.801 Bonds payable 

Kewajiban diestimasi atas imbalan Estimated liabilities for employees’ 

kerja karyawan 2u,24 133.516 111.210 benefits 

JUMLAH KEWAJIBAN TOTAL NON- CURRENT 

TIDAK LANCAR 3.846.737 4.825.722 LIABILITIES 

JUMLAH KEWAJIBAN 6.017.680 6.254.545 TOTAL LIABILITIES 

BAGIAN MINORITAS ATAS ASET MINORITY INTERESTS IN NET 

BERSIH ANAK PERUSAHAAN ASSETS OF CONSOLIDATED 

YANG DIKONSOLIDASI 2b,2f 9.623 9.132 SUBSIDIARIES 



2 



statements.



NERACA KONSOLIDASIAN (lanjutan) CONSOLIDATED BALANCE SHEETS (continued) 



Catatan/ 2008 2007 

Notes 

EKUITAS EQUITY 

Modal saham - nilai nominal Rp 100,- Share capital - Rp 100,- par value 

per saham per share 

Modal dasar 80.000.000.000 lembar saham Authorized - 80,000,000,000 shares 

pada tahun 2008 dan 26.000.000.000 in 2008 and 26,000,000,000 

lembar saham pada tahun 2007 shares in 2007 

Modal ditempatkan dan disetor penuh - Issued and fully paid - 

39.598.628.654 lembar saham 39,598,628,654 shares 

pada tahun 2008 dan in 2008 and 

18.347.722.084 lembar saham 18,347,722,084 shares 

pada tahun 2007 1b,17 3.959.863 1.834.772 in 2007 

Tambahan modal disetor, bersih 2t,17 100.757 7.647 Additional paid-in capital, net 

Selisih penilaian kembali Revaluation increment in property, 

aset tetap 2i - 14.227 plant and equipment 

Selisih transaksi perubahan Difference in equity transactions 

ekuitas Anak Perusahaan 2b 256.316 256.316 of Subsidiaries 

Selisih nilai transaksi Difference in value of restructuring 

restrukturisasi entitas transactions of entities under 

sepengendali 2b,3 (1.201.058) (1.201.058) common control 

Selisih kurs atas penjabaran Exchange rates differences due to 

laporan keuangan 2b,2f,2p 1.695 298 financial statement translation 

Saldo laba Retained earnings 

Telah ditentukan penggunaannya 100 100 Appropriated 

Belum ditentukan penggunaannya 225.562 618.517 Unappropriated 

JUMLAH EKUITAS 3.343.235 1.530.819 TOTAL EQUITY 

TOTAL LIABILITIES 

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 9.370.538 7.794.496 AND EQUITY 



3 



statements.



LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASIAN CONSOLIDATED STATEMENTS OF INCOME 

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal For the years ended 

31 Desember 2008 dan 2007 December 31, 2008 and 2007 


Catatan/ 2008 2007 

Notes 

PENJUALAN BERSIH 2f,2n,7a,18,19 8.169.928 6.123.044 NET SALES 

BEBAN POKOK PENJUALAN 2f,2n,7b,20 6.626.049 5.023.130 COST OF GOODS SOLD 

LABA KOTOR 1.543.879 1.099.914 GROSS PROFIT 

BEBAN USAHA 2n,10a,21 OPERATING EXPENSES 

Penjualan 412.538 253.439 Selling 

Umum dan administrasi 24, 26b 538.504 386.639 General and administrative 

Jumlah Beban Usaha 951.042 640.078 Total Operating Expenses 

INCOME 

LABA USAHA 592.837 459.836 FROM OPERATIONS 

PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN OTHER INCOME (CHARGES) 

Penghasilan bunga 11.814 26.224 Interest income 

Amortisasi goodwill 2l (2.093) (2.089) Amortization of goodwill 

Beban keuangan 2f,12,15,16,23 (407.113) (304.918) Financing cost 

Rugi selisih kurs dan Loss on foreign exchange 

beban swap, bersih 2n,2o,22 (673.195) (176.789) and swap cost, net 

Laba penjualan atas investasi 2d,5 - 327.647 Gain on disposal of investment 

Lain-lain, bersih 2n (27.310) 95.194 Others, net 

Beban Lain-lain, Bersih (1.097.897) (34.731) Other Charges, Net 

Bagian Laba (Rugi) Bersih Equity In Net Earnings (Loss) 

Perusahaan Asosiasi - Bersih 2b (1.382) 2.404 of Associates - Net 

LABA (RUGI) SEBELUM INCOME (LOSS) 

PAJAK PENGHASILAN (506.442) 427.509 BEFORE INCOME TAX 

BEBAN (PENGHASILAN) PAJAK 2r INCOME TAX EXPENSE 

(BENEFIT) 

Periode Berjalan 28.486 33.961 Current 

Tangguhan (128.237) 34.768 Deferred 

Beban (Penghasilan) Pajak - bersih (99.751) 68.729 Income Tax Expense (Benefit) - net 



4 



statements.



LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASIAN (lanjutan) CONSOLIDATED STATEMENTS OF INCOME (continued) 




Catatan/ 2008 2007 

Notes 

LABA (RUGI) SEBELUM BAGIAN INCOME (LOSS) BEFORE 

MINORITAS ATAS LABA BERSIH MINORITY INTERESTS IN NET 

ANAK PERUSAHAAN INCOME OF CONSOLIDATED 

KONSOLIDASIAN (406.691) 358.780 SUBSIDIARIES 

BAGIAN MINORITAS ATAS MINORITY INTERESTS IN 

LABA BERSIH NET INCOME 

ANAK PERUSAHAAN OF CONSOLIDATED 

KONSOLIDASIAN 2b,2f (491) (987) SUBSIDIARIES 

LABA (RUGI) BERSIH SETELAH NET INCOME (LOSS) AFTER 

DAMPAK RESTRUKTURISASI / EFFECT OF RESTRUCTURING / 

PENYESUAIAN PRO FORMA 3 (407.182) 357.793 PRO FORMA ADJUSTMENT 


PENYESUAIAN PRO FORMA 3 - 620 PRO FORMA ADJUSTMENT 

LABA (RUGI) BERSIH SEBELUM NET INCOME (LOSS) BEFORE 


PENYESUAIAN PRO FORMA 3 (407.182) 358.413 PRO FORMA ADJUSTMENT 

LABA (RUGI) PER BASIC EARNINGS (LOSS) 

SAHAM DASAR 2s, 17 PER SHARE 

Setelah Dampak Restrukturisasi / After Effect of Restructuring / 

Penyesuaian Pro Forma (19) 20 Pro Forma Adjustment 

Sebelum Dampak Restrukturisasi / Before Effect of Restructuring / 


LABA (RUGI) PER DILUTED EARNINGS (LOSS) 

SAHAM DILUSIAN 2s, 17 PER SHARE 

Setelah Dampak Restrukturisasi / After Effect of Restructuring / 


Sebelum Dampak Restrukturisasi / Before Effect of Restructuring / 




5 



statements.

PT CENTRAL PROTEINAPRIMA Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN PT CENTRAL PROTEINAPRIMA Tbk. AND SUBSIDIARIES 

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIAN CONSOLIDATED STATEMENTS OF CHANGES IN EQUITY 

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2008 dan 2007 For the years ended December 31, 2008 and 2007 

(Disajikan dalam Jutaan Rupiah) (Expressed in Millions of Rupiah) 

Modal Pro Forma Selisih Nilai Selisih Kurs 

dari Transaksi Transaksi atas Penjabaran 

Modal Saham Tambahan Selisih Selisih Transaksi Restrukturisasi Restrukturisasi Laporan 

Ditempatkan dan Modal Disetor Penilaian Kembali Perubahan Ekuitas Entitas Sepengendali / Entitas Sepengendali / Keuangan / Saldo Laba / Jumlah 

Catatan / Disetor Penuh / Bersih / Aset Tetap/ Anak Perusahaan / Pro Forma Capital Difference in Value Exchange Rates Retained Earnings Ekuitas / 

Notes Issued and Additional Revaluation Difference Arising from of Restructuring Differences Due Telah Belum Total Equity 

Fully Paid Paid-in Increment in in Equity Restructuring Transactions of to Financial Ditentukan Ditentukan 

Share Capital Capital, Net Property, Plant Transactions Transactions of Entities Entities under Statement Penggunaannya / Penggunaannya / 

and Equipment of Subsidiaries under Common Control Common Control Translation Appropriated Unappropriated 

Saldo, 1 Januari 2007 / 

Balance, January 1, 2007 1.831.584 6.850 14.227 256.316 (83.911) (1.160.827) (330) 100 260.104 1.124.113 

Konversi waran / 

Conversion of warrant 17 3.188 797 - - - - - - - 3.985 

Selisih nilai transaksi restrukturisasi 

entitas sepengendali / 

Difference in value of 

restructuring transactions of 

entities under common control 3 - - - - - (40.231) - - - (40.231) 

Penyesuaian kembali modal pro forma 

dari transaksi restrukturisasi 

entitas sepengendali / 

Reversal of pro forma capital arising 

from restructuring entities 

under common control - - - - 83.911 - - - - 83.911 

Laba bersih satu tahun setelah 

dampak penyesuaian restrukturisasi / 

Net income for the year after 

effect of restructuring adjustment - - - - - - - - 357.793 357.793 

Dampak penyesuaian restrukturisasi/ 

Effect of restructuring adjustment - - - - - - - - 620 620 

Selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan / 

Exchange rate differences due to 

financial statements translation - - - - - - 628 - - 628 

Saldo, 31 Desember 2007 / 

Balance, December 31, 2007 1.834.772 7.647 14.227 256.316 - (1.201.058) 298 100 618.517 1.530.819 

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari 

laporan keuangan konsolidasian ini. 

6 

See accompanying notes to consolidated financial statements, which form an integral part of these 

consolidated financial statements.

PT CENTRAL PROTEINAPRIMA Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN PT CENTRAL PROTEINAPRIMA Tbk. AND SUBSIDIARIES 

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIAN (lanjutan) CONSOLIDATED STATEMENTS OF CHANGES IN EQUITY (continued) 

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2008 dan 2007 For the years ended December 31, 2008 and 2007 


Selisih Nilai Selisih Kurs 

Transaksi atas Penjabaran 

Modal Saham Tambahan Selisih Selisih Transaksi Restrukturisasi Laporan 

Ditempatkan dan Modal Disetor Penilaian Kembali Perubahan Ekuitas Entitas Sepengendali / Keuangan / Saldo Laba / Jumlah 

Catatan / Disetor Penuh / Bersih / Aset Tetap / Anak Perusahaan / Difference in Value Exchange Rates Retained Earnings Ekuitas / 

Notes Issued and Additional Revaluation Difference of Restructuring Differences Due Telah Belum Total Equity 

Fully Paid Paid-in Increment in in Equity Transactions of to Financial Ditentukan Ditentukan 

Share Capital Capital, Net Property, Plant Transactions Entities under Statement Penggunaannya / Penggunaannya / 

and Equipment of Subsidiaries Common Control Translation Appropriated Unappropriated 

Saldo, 1 Januari 2008 / 

Balance, January 1, 2008 1.834.772 7.647 14.227 256.316 (1.201.058) 298 100 618.517 1.530.819 

Konversi waran / 

Conversion of warrant 17 402.439 97.927 - - - - - - 500.366 

Penawaran Umum Terbatas I / 

Limited Public Offering I 17 1.722.652 - - - - - - - 1.722.652 

Biaya emisi efek ekuitas / 

Stock issuance cost 17 - (4.817) - - - - - - (4.817) 

Penyesuaian atas penerapan 

PSAK 16 (Revisi 2007) / 

Adjustment arising from adoption of 

PSAK 16 (Revised 2007) 2i - - (14.227) - - - - 14.227 - 

Rugi bersih satu tahun / 

Net loss for the year - - - - - - - (407.182) (407.182) 

Selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan / 

Exchange rate differences due to 

financial statements translation - - - - - 1.397 - - 1.397 

Saldo, 31 Desember 2008 / 

Balance, December 31, 2008 3.959.863 100.757 - 256.316 (1.201.058) 1.695 100 225.562 3.343.235 

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari 

laporan keuangan konsolidasian ini. 

7 

See accompanying notes to consolidated financial statements, which form an integral part of these 

consolidated financial statements.



LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN CONSOLIDATED STATEMENTS OF CASH FLOWS 




Catatan / 2008 2007 

Notes 

ARUS KAS DARI AKTIVITAS CASH FLOWS FROM 

OPERASI OPERATING ACTIVITIES 

Penerimaan dari pelanggan 7.818.356 5.514.124 Cash receipts from customers 

Pembayaran kepada pemasok Cash payments to suppliers 

dan karyawan (7.530.235) (5.722.633) and employees 

Kas yang diperoleh dari Cash provided by 

(digunakan untuk) aktivitas operasi 288.121 (208.509) (used in) operating activities 

Penerimaan dari (pembayaran untuk): Receipts from (payments for): 

Penghasilan bunga 13.509 20.007 Interest income 

Tagihan pajak - 6.481 Claims for tax refund 

Pajak penghasilan (84.373) (142.801) Income tax 

Beban keuangan (393.586) (300.268) Financing cost 

Kegiatan operasional lainnya 137.303 (518.974) Other operating activities 

Kas Bersih yang Digunakan untuk Net Cash Used in 

Aktivitas Operasi (39.026) (1.144.064) Operating Activities 


INVESTASI INVESTING ACTIVITIES 

Hasil penjualan Proceeds from sale of property, 

aset tetap 792.060 128.893 plant and equipment 

Perolehan Acquisitions of property, 

aset tetap 10b (1.866.009) (2.630.551) plant and equipment 

Penarikan investasi jangka pendek - 664.848 Withdrawal of short term investments 

Kas Bersih yang Digunakan Net Cash Used in 

untuk Aktivitas Investasi (1.073.949) (1.836.810) Investing Activities 


PENDANAAN FINANCING ACTIVITIES 

Penerimaan dari: Receipts from: 

Hutang bank jangka pendek 12 534.126 515.083 Short-term bank loans 

Pihak hubungan istimewa 53.668 1.863.015 Related parties 

Penerbitan hutang obligasi - 2.905.825 Issuance of bond payable 

Pembayaran untuk: Payments for: 

Hutang bank jangka pendek 12 (5.783) (451.451) Short-term bank loans 

Hutang sewa pembiayaan (6.046) (25) Financial lease 

Pihak hubungan istimewa (93.375) (122.501) Related parties 

Hutang bank jangka panjang (136.843) (1.824.599) Long-term bank loans 

Penarikan (penempatan) deposito yang Withdrawal (placement) of 

dibatasi penggunaannya 11 165.728 (168.370) restricted deposit 

Tambahan modal bersih 17 498.550 3.985 Additional paid in capital - net 

Kas Bersih yang Diperoleh dari Net Cash Provided by 

Aktivitas Pendanaan 1.010.025 2.720.962 Financing Activities 



8 



statements.



LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN (lanjutan) CONSOLIDATED STATEMENTS OF CASH FLOWS (continued) 




Catatan/ 2008 2007 

Notes 

PENURUNAN BERSIH NET DECREASE IN CASH AND 

KAS DAN SETARA KAS (102.950) (259.912) CASH EQUIVALENTS 

Dampak selisih kurs atas kas Effect of exchange rate difference on 

dan setara kas 28.322 8.952 cash and cash equivalents 

KAS DAN SETARA KAS CASH AND CASH EQUIVALENTS 

AWAL TAHUN 334.502 585.462 AT BEGINNING OF YEAR 

KAS DAN SETARA KAS CASH AND CASH EQUIVALENTS 

AKHIR TAHUN 259.874 334.502 AT END OF YEAR 

Kas dan setara kas pada akhir tahun Cash and cash equivalents at end of 

terdiri dari: the year consist of: 

Kas dan bank 240.948 304.186 Cash on hand and in banks 

Deposito 18.926 30.316 Deposits 

Jumlah 259.874 334.502 Total 

AKTIVITAS YANG TIDAK ACTIVITIES NOT AFFECTING 

MEMPENGARUHI ARUS KAS CASH FLOWS 

Penambahan Additions of property, 

aset sewa plant and equipment 

guna usaha 10 37.877 - under financial lease 

Konversi hutang Conversion of due to 

hubungan istimewa menjadi related parties 

modal saham 17 1.719.650 - to share capital 

Novasi hutang Novation of due to 

hubungan istimewa PT Surya Hidup Satwa related party of PT Surya Hidup 

kepada PT Pertiwi Indonesia 7 1.720.880 - Satwa to PT Pertiwi Indonesia 



9 



statements.



Catatan atas laporan keuangan konsolidasian Notes to consolidated financial statements 

(Disajikan dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain) (Expressed in Millions of Rupiah Unless Otherwise Stated) 

1. UMUM 1. GENERAL 

a. Pendirian Perusahaan dan Informasi Umum a. Establishment of the Company and General 

Information 

PT Central Proteinaprima Tbk. (Perusahaan) didirikan 

di Indonesia pada tanggal 30 April 1980 berdasarkan 

Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri 

No. 6 tahun 1968 yang telah diubah dengan Undangundang 

No. 12 tahun 1970 dan dicatatkan melalui Akta 

Notaris Drs. Gde Ngurah Rai, S.H., No. 59. Akta 

pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri 

Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan 

No. YA5/281/9 tanggal 21 Mei 1981 dan diumumkan 

dalam Berita Negara No. 12, tanggal 9 Februari 1990, 

Tambahan No. 494. 

Berdasarkan Akte Notaris No. 7 oleh Fathiah Helmy 

S.H., tanggal 4 Oktober 2004, Perusahaan mengubah 

status dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan 

tertutup. Perubahan status Perusahaan disahkan oleh 

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melalui 

surat No. 91/V/PMA/2004, pada tanggal 

28 September 2004. 

Berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang 

Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diaktakan dalam 

Akta Notaris No. 73 tanggal 29 Mei 2008 oleh Yulia 

S.H., yang telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak 

Asasi Manusia dalam Surat Keputusan 

No. AHU-31339.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 

9 Juni 2008, Perusahaan telah mengubah anggaran 

dasar Perusahaan dalam rangka penyesuaian dengan 

Undang-undang Perseroan Terbatas nomor 40 tahun 

2007. 

Perubahan terakhir atas anggaran dasar Perusahaan 

didokumentasikan dalam Akta Notaris No. 20 tanggal 

9 Desember 2008 oleh Yulia, S.H., sehubungan 

dengan: 

- Peningkatan modal ditempatkan dan disetor 

sehubungan dengan pelaksanaan Penawaran 

Umum Terbatas I dengan Hak Memesan Efek 

Terlebih Dahulu (Catatan 17). 

- Perubahan seluruh anggaran dasar Perusahaan 

untuk disesuaikan dengan Peraturan BAPEPAM 

No. IX.J.1 lampiran keputusan ketua BAPEPAM 

LK No. Kep. 179/BL/2008 tanggal 14 Mei 2008. 

Atas perubahan ini, Perusahaan telah mengajukan 

pemberitahuan perubahan anggaran dasar perusahaan 

kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam 

surat No. AHU-AH.01.10-25165 dan AHU-AH.01.10- 

25166 tanggal 12 Desember 2008. 

10 

PT Central Proteinaprima Tbk. (the Company) was 

established in Indonesia on April 30, 1980 based on 

the Domestic Capital Investment Law No. 6 year 

1968, as amended by Law No. 12 year 1970, as 

registered through Notarial Deed No. 59 of Drs. Gde 

Ngurah Rai, S.H. The Deed of Establishment was 

approved by the Ministry of Justice of Republic 

Indonesia in its Decision Letter No. YA5/281/9 dated 

May 21, 1981, and was published in the State Gazette 

No. 12, dated February 9, 1990, Supplement No. 494. 

Based on Notarial Deed No. 7 of Fathiah Helmy 

S.H., on October 4, 2004, the Company changed its 

status from public company into private company. 

This change had been approved by the Investment 

Coordinating Board (BKPM) through its letter 

No. 91/V/PMA/2004, dated September 28, 2004. 

Based on the Company’s Extraordinary Shareholders 

Meeting as notarized by Notarial Deed No. 73 dated 

May 29, 2008 of Yulia S.H., which was approved by 

the Minister of Justice and Human Rights in its 

Decision Letter No. AHU-31339.AH.01.02.Year 

2008 dated June 9, 2008, the Company has changed 

its Article of Association to comply with Limited 

Liability Company Law No. 40 Year 2007. 

Most recent amendment to the Company’s Articles of 

Association was documented in Notarial Deed No. 20 

dated December 9, 2008 of Yulia, S.H., regarding: 

- Increase in shares issued and paid in relation to 

Limited Public Offering I with Pre-emptive 

Rights (Note 17). 

- Changes in the whole Company’s article of 

associations in accordance with BAPEPAM 

regulation No. IX.J.1 supplement of head of 

BAPEPAM LK’s decision No. Kep. 

179/BL/2008 dated May 14, 2008. 

Regarding the above amendment, the Company has 

submitted notification on amendment of the 

company’s articles of associations to Minister of 

Justice and Human Rights in letter No. AHU- 

AH.01.10-25165 and AHU-AH.01.10-25166 dated 

December 12, 2008.



Catatan atas laporan keuangan konsolidasian (lanjutan) Notes to consolidated financial statements (continued) 


1. UMUM (lanjutan) 1. GENERAL (continued) 

a. Pendirian Perusahaan dan Informasi Umum 

(lanjutan) 

Kegiatan usaha Perusahaan meliputi bidang 

pertambakan udang terpadu, produksi dan perdagangan 

pakan ternak, pakan udang dan pakan ikan; serta 

penyertaan saham pada perusahaan-perusahaan lain. 

Perusahaan berkantor pusat di Wisma GKBI Lt. 19, 

Jalan Jend. Sudirman No. 28, Jakarta, dengan lokasi 

tambak udang di Lampung, sedangkan lokasi pabrik di 

Surabaya, Sidoarjo dan Medan. 

Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada 

tanggal 18 Agustus 1980. 

Di tahun 2008, Perusahaan dan anak Perusahaan 

melanjutkan proses peningkatan kapasitas produksi 

udang terpadu di Lampung. 

Di akhir bulan Mei 2007, Perusahaan bersama 

PT Pertiwi Indonesia dan Blue Lion Group Pte. Ltd. 

yang tergabung dalam konsorsium Neptune telah 

dinyatakan sebagai pemenang tender pembelian aset 

dan saham Kelompok Usaha Dipasena yang 

diselenggarakan oleh PT Perusahaan Pengelola Asset 

(Persero) (PPA). Berdasarkan keputusan Rapat Umum 

Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 

6 Juli 2007 yang diaktakan dalam Akta Notaris No. 09 

tanggal 6 Juli 2007 oleh notaris Yulia S.H., para 

pemegang saham menyetujui pembelian aset tetap 

Kelompok Usaha Dipasena oleh Perusahaan (Catatan 

10 dan 26e). 

Pada tahun 2007 Perusahaan melakukan transaksi 

restrukturisasi dengan pihak hubungan istimewa 

tertentu yang bertujuan untuk memfokuskan pada usaha 

budi daya perairan (aquaculture) (Catatan 3). 

Perusahaan dan Anak Perusahaan termasuk dalam 

kelompok perusahaan Charoen Pokphand. 

11 

a. Establishment of the Company and General 

Information (continued) 

The Company is engaged in integrated shrimp 

farming, production and sale of poultry, shrimp and 

fish feeds; and equity investment in other companies. 

The Company’s head office is located at Wisma 

GKBI 19 th Floor, Jalan Jend. Sudirman No. 28, 

Jakarta, and its shrimp farm are located in Lampung, 

while plants are located in Surabaya, Sidoarjo and 

Medan. 

The Company started its commercial operations on 

August 18, 1980. 

In 2008, the Company and a subsidiary are still in 

process to continue increasing its integrated shrimp 

production capacity in Lampung. 

At the end of May 2007, the Company with 

PT Pertiwi Indonesia and Blue Lion Group Pte. Ltd., 

as members of Neptune consortium were declared as 

the successful bidder in the tender to purchase 

Dipasena Group’s assets and shares, arranged by 

PT Perusahaan Pengelola Asset (Persero) (PPA). 

Based on minutes of Extraordinary Shareholders 

Meeting on July 6, 2007, as notarized by Notarial 

Deed No. 09 dated July 6, 2007 of Yulia S.H., the 

shareholders approved the acquisition of Dipasena 

Group’s fixed asset by the Company (Note 10 and 

26e). 

In 2007 the Company entered into restructuring 

transactions with certain related parties in order to 

focus on aquaculture business (Note 3). 

The Company and Subsidiaries belong to the 

Charoen Pokphand group of companies. 

b. Penawaran Umum Efek Perusahaan b. Public Offerings of the Company’s shares 

Pada tahun 1990, Perusahaan melakukan penawaran 

umum perdana atas 1 juta sahamnya dengan nilai 

nominal Rp 1.000 (Rupiah penuh) per saham kepada 

masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia (sebelumnya 

Bursa Efek Jakarta) dengan harga penawaran sebesar 

Rp 4.000 (Rupiah penuh) per saham. Berikut transaksi 

permodalan Perusahaan sejak penawaran umum 

perdana hingga saat ini : 

In 1990, the Company offered 1 million of its shares 

with par value of Rp 1,000 (full amount) per share to 

the public through the Indonesia Stock Exchange 

(previously Jakarta Stock Exchange) at the offering 

price of Rp 4,000 (full amount) per share. Since then, 

the Company has conducted the following share 

capital transactions :






b. Penawaran Umum Efek Perusahaan (lanjutan) b. Public Offerings of the Company’s Shares 

(continued) 

Tahun/ Keterangan/ Jumlah Saham yang 

Year Description Beredar Setelah Transaksi/ 

Outstanding Shares 

After the Transaction 

1991 Penawaran Umum Terbatas I dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu / 

Limited Public Offering I with Pre-emptive Rights 9.600.000 

1993 Penawaran Umum Terbatas II dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu / 

Limited Public Offering II with Pre-emptive Rights 38.400.000 

1994 Penerbitan saham bonus, setiap pemegang 1 saham lama berhak untuk memperoleh 

3 saham baru / Issuance of bonus shares, whereby each shareholder holding 1 share 

is entitled to receive 3 new shares 153.600.000 

1995 Perubahan nilai nominal saham dari Rp 1.000 (Rupiah penuh) menjadi Rp 500 (Rupiah penuh) / 

Change in par value per share from Rp 1,000 (full amount) per share to Rp 500 (full amount) 

per share 307.200.000 

1996 Penawaran Umum Terbatas III dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu / 

Limited Public Offering III with Pre-emptive Rights 322.560.000 

1997 Penerbitan saham bonus, setiap pemegang 5 saham lama berhak untuk memperoleh 3 saham baru / 

Issuance of bonus share, whereby each shareholder holding 5 shares is entitled to receive 

3 new shares 516.096.000 

2002 Penawaran Umum Terbatas IV dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu / 

Limited Public Offering IV with Pre-emptive Rights 1.032.192.000 

- Bagian dividen dalam bentuk 2 miliar saham baru untuk seluruh pemegang saham dan 

perubahan nilai nominal saham Rp 100 (Rupiah penuh) per lembar saham / 

Appropriation of dividend in the form of 2 billion new shares to all shareholders & 

change in par value of shares to Rp 100 (full amount) per share 6.515.840.000 

Penerbitan 8,8 miliar saham baru / Issuance of 8.8 billion new shares 15.315.840.000 

2006 Penawaran Umum Perdana sebanyak 3 miliar saham dengan nilai 

nominal Rp 100 (Rupiah penuh) per saham dengan harga penawaran sebesar 

Rp 110 (Rupiah penuh) per saham, yang disertai dengan 5,3 miliar waran / 

Initial Public Offering of 3 billion shares with par value of Rp 100 (full amount) per share 

and offering price of Rp 110 (full amount) per share accompanied by 5.3 billion warrants 18.315.840.000 

2007 Konversi waran Seri I selama tahun 2007 sebanyak 31.882.084 lembar saham / 

Warrant Series I conversion in 2007 amounted to 31,882,084 shares 18.347.722.084 

2008 Konversi waran Seri I, II dan III untuk tahun yang berakhir pada tanggal 

31 Desember 2008 masing-masing sebanyak 1.362.413.500, 1.365.601.834 dan 

1.296.369.166 lembar saham / 

Warrant Series I, II and III conversion for the year ended December 31, 2008 

amounted to 1,362,413,500, 1,365,601,834 and 1,296,369,166 shares respectively 22.372.106.584 

Penawaran Umum Terbatas I dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu 

sebanyak 17.226.522.070 lembar saham / 

Limited Public Offering I with Pre-emptive Rights of 17,226,522,070 shares 39.598.628.654 

12






b. Penawaran Umum Efek Perusahaan (lanjutan) b. Public Offerings of the Company’s Shares 


Pada tanggal 5 November 2004, Bursa Efek Indonesia 

(BEI) melalui Surat No. S-1671/BEJ-PSR/11-2004 

telah menyetujui penghapusan pencatatan saham 

Perusahaan di BEI efektif sejak tanggal 13 Desember 

2004 (Catatan 17). 

Pada tanggal 28 November 2006, Perusahaan mencatat 

kembali sahamnya di BEI berdasarkan Surat 

Pemberitahuan Efektif Pernyataan Pendaftaran dari 

BAPEPAM-LK No. S-2769/BL/2006. 

Pada tanggal 28 November 2008, Perusahaan 

melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) 1 

dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu 

(HMETD), berdasarkan Surat Pemberitahuan Efektif 

Pernyataan Pendaftaran dari BAPEPAM-LK 

No. S- 8637/BL/2008 tanggal 27 November 2008 

(Catatan 17). 

13 

On November 5, 2004, Indonesia Stock Exchange 

(IDX) through its letter No. S-1671/BEJ-PSR/11- 

2004 approved the delisting of the Company’s shares 

on IDX effective on December 13, 2004 (Note 17). 

On November 28, 2006, the Company re-listed its 

shares on IDX, based on the Effective Registration 

Letter from BAPEPAM-LK No. S-2769/BL/2006. 

On November 28, 2008, the Company conducted 

Limited Public Offering I with Pre-emptive Rights, 

based on the Effective Registration Letter from 

BAPEPAM-LK No. S-8637/BL/2008 dated 

November 27, 2008 (Notes 17). 

c. Karyawan, Komisaris dan Direksi c. Employees, Commissioners and Directors 

Pada tanggal 31 Desember 2008, susunan komisaris 

dan direksi Perusahaan berdasarkan Rapat Umum 

Pemegang Saham Luar Biasa yang diaktakan dalam 

Akta Notaris No. 50 tanggal 16 Mei 2008 dan Akta 

Notaris No. 98 tanggal 20 Agustus 2008 oleh Yulia 

S.H., adalah sebagai berikut: 

Komisaris / Commissioners 

As of December 31, 2008, the members of the 

Company’s commissioners and directors based on the 

Extraordinary Shareholders’ Meeting as notarized by 

Notarial Deed No. 50 dated May 16, 2008 and 

Notarial Deed No. 98 dated August 20, 2008 of Yulia 

S.H., were as follows: 

Komisaris Utama Hardian Purawimala Widjonarko President Commissioner 

Wakil Komisaris Utama Franciscus Affandy Vice President Commissioner 

Komisaris Independen Djoko Muhammad Basoeki Independent Commissioner 

Direktur / Directors 

Direktur Utama Erwin Sutanto President Director 

Wakil Direktur Utama Mahar Atanta Sembiring Vice President Director 

Direktur Gunawan Taslim Director 

Direktur Isman Hariyanto Director 

Direktur Achmad Wahyudi Director 

Direktur Mrt. Jimmy Joeng Director






c. Karyawan, Komisaris dan Direksi (lanjutan) c. Employees, Commissioners and Directors 


Pada tanggal 31 Desember 2007, susunan komisaris 

dan direksi Perusahaan berdasarkan Rapat Umum 

Pemegang Saham Luar Biasa yang diaktakan dalam 

Akta Notaris No. 94 tanggal 18 Desember 2007 oleh 

Yulia S.H., adalah sebagai berikut: 

Komisaris / Commissioners 

14 

As of December 31, 2007, the members of the 

Company’s commissioners and directors based on the 

Extraordinary Shareholders’ Meeting as notarized by 

Notarial Deed No. 94 dated December 18, 2007 of 

Yulia S.H., were as follows: 

Komisaris Utama Benjamin Jiaravanon President Commissioner 

Wakil Komisaris Utama Franciscus Affandy Vice President Commissioner 

Komisaris Independen Djoko Muhammad Basoeki Independent Commissioner 

Direktur / Directors 

Direktur Utama Jiacipto Jiaravanon President Director 

Wakil Direktur Utama Harjono Djanoko Vice President Director 

Direktur Erwin Sutanto Director 

Direktur Mahar Atanta Sembiring Director 

Direktur Soetresno Sentosa Director 

Direktur Achmad Wahyudi Director 

Direktur Gunawan Taslim Director 

Direktur Isman Hariyanto Director 

Gaji dan kompensasi lainnya yang diberikan kepada 

komisaris dan direksi Perusahaan dan Anak Perusahaan 

berjumlah Rp 33.9 miliar untuk tahun 2008 dan 

Rp 18.8 miliar untuk tahun 2007. 

Perusahaan dan Anak Perusahaan memiliki karyawan 

tetap sebanyak 6.397 dan 6.720 orang pada tahun 2008 

dan 2007. 

Salaries and other compensation benefits incurred for 

the Company and Subsidiaries’ commissioners and 

directors amounting to Rp 33,9 billion in 2008 and 

Rp 18,8 billion in 2007. 

The Company and Subsidiaries had 6,397 and 6,720 

permanent employees in 2008 and 2007 respectively.






d. Struktur Perusahaan dan Anak Perusahaan d. Structure of the Company and Subsidiaries 

Laporan keuangan konsolidasian meliputi akun-akun 

Perusahaan dan Anak Perusahaan dimana Perusahaan 

memiliki persentase kepemilikan saham di atas 50%, 

baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai 

berikut: 

Anak Perusahaan / 

Kepemilkan Langsung/ 

Direct Ownership 

Subsidiaries 

Kegiatan Utama/ 

Principal Activity 

PT Centralpertiwi Bahari (CPB) Industri pertambakan 

udang terpadu/ 

Integrated shrimp 

farming 

PT Central Panganpertiwi 

(CPgP) 

Pertambakan, produksi 

dan perdagangan pakan 

serta bibit ikan/ 

Fish farming, 

manufacture and 

trade of fish feeds 

and fries 

PT Centralwindu Sejati (CWS) Pemrosesan, pembekuan 

dan perdagangan udang 

beku/ Processing, cold 

storage and trading of 

frozen shrimp 

PT Marindolab Pratama (MLP) Obat-obatan untuk udang 

dan ikan/ Medicines for 

shrimp and fish 

Isadoro Holding B.V. 

(Isadoro) 

Blue Ocean Resources Pte Ltd 

(BOR) 

PT Central Bali Bahari 

(CBB) 

Central Proteinaprima 

International Pte. Ltd. (CPP 

International) 

Melalui CWS/ Through CWS 

PT Andalas Windumurni 

(AWM) 

Perusahaan Investasi/ 

Investment holding 

Perusahaan investasi dan 

usaha perdagangan/ 

Investment holding and 

trading business 

Pembibitan udang/ 

Shrimp hatchery 

Perusahaan investasi/ 

Investment holding 

Pertambakan udang/ 

Shrimp farming 

PT Windusejati Pertiwi (WSP) Pertambakan udang/ 


PT Citra Windupertala (CWP) Pertambakan udang/ 


PT Suryawindu Pertiwi (SWP) Pertambakan udang/ 


Melalui Isadoro/ 

Through Isadoro 

Shrimp Improvement Systems 

LLC (SIS) 

Supplier bibit udang/ 

Supplier of shrimp stock 

Tempat 

Kedudukan 

Kantor Pusat/ 

Head Office 

Domicile 

Mulai Beroperasi 

Komersial/ 

15 

Start of 

Commercial 

Operations 

The consolidated financial statements include the 

accounts of the Company and Subsidiaries, which are 

more than 50% owned, either directly or indirectly, 

consisting of: 

Persentase Kepemilikan/ 

Percentage of Ownership 

31 Desember 

2008/ 

December 31, 

2008 

31 Desember 

2007/ 

December 31, 

2007 

Jumlah Aset (dalam Miliar Rupiah)/ 

Total Assets (in Billions of Rupiah) 

31 Desember 

2008/ 

December 31, 

2008 

31 Desember 

2007/ 

December 31, 

2007 

Lampung 1995 99,37 99,37 3.580,51 2.600,88 

Jakarta 1991 99,99 99,99 250,01 216,79 

Sidoarjo & Medan 1993 99,99 99,99 473,51 395,85 

Serang 1995 90,00 90,00 5,25 4,13 

Amsterdam, 

Belanda/ 

Netherlands 

Singapura/ 

Singapore 

1997 100,00 100,00 53,68 57,34 

2006 100,00 

100,00 3.602,36 3.176,00 

Bali 2006 99,99 99,99 9,04 9,20 

Singapura/ 

Singapore 

2008 100,00 - 0,00 - 

Medan 1992 99,99 99,99 20,83 23,61 

Medan 1992 99,99 99,99 17,51 23,12 

Medan 1992 99,99 99,99 21,40 23,77 

Medan 1993 99,99 99,99 58,31 67,81 

Florida, Amerika 

Serikat/ United 

States 

2000 100,00 100,00 34,05 21,74 

(Lihat Catatan 3) (See Note 3)






d. Struktur Perusahaan dan Anak Perusahaan 

(lanjutan) 

Di tahun 2009, kegiatan operasional AWM, CWP, 

SWP, dan WSP dihentikan untuk sementara. 

Manajemen sedang melakukan penelaahan untuk 

meningkatkan efisiensi dan profitabilitas operasional 

keempat Anak Perusahaan tersebut. 

Penghentian sementara kegiatan operasional ini tidak 

berdampak signifikan terhadap kegiatan operasional 

Perusahaan dan Anak Perusahaan lainnya. 

16 

d. Structure of the Company and Subsidiaries 


In year 2009, operating activities of AWM, CWP, 

SWP and WSP have been temporarily postponed. 

Management is conducting a review to increase 

efficiency and profitability of the four subsidiaries 

operation. 

The temporary postponement of the operating 

activities does not have significant effect on the 

operation of the Company and its other Subsidiaries. 

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI 2. SUMMARY OF ACCOUNTING POLICIES 

a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan 

Konsolidasian 

Laporan keuangan konsolidasian ini telah disusun 

sesuai dengan prinsip dan praktek akuntansi yang 

berlaku umum di Indonesia yaitu Standar Akuntansi 

Keuangan dan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal 

dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) No.VIII.G.7 

tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan serta 

lampiran 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar 

Modal dan Lembaga Keuangan No. SE-02/PM/2002 

tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan 

Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik – 

Industri Peternakan. 

Laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan 

konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali untuk 

akun-akun tertentu disajikan dengan pengukuran lain 

sebagaimana dijelaskan dalam kebijakan akuntansi 

akun-akun yang bersangkutan. Laporan keuangan 

konsolidasian disusun dengan menggunakan dasar 

akrual, kecuali arus kas konsolidasian. Laporan arus kas 

konsolidasian disajikan dengan menggunakan metode 

langsung (direct method) dengan mengelompokkan 

penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas kedalam 

aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Dalam 

laporan arus kas konsolidasian, kas dan setara kas 

termasuk juga saldo cerukan. 

Mata uang pelaporan yang digunakan dalam laporan 

keuangan konsolidasian adalah Rupiah. 

a. Basis of Preparation of the Consolidated Financial 

Statements 

The consolidated financial statements have been 

prepared in accordance with generally accepted 

accounting principles and practices in Indonesia, 

which are the Statements of Financial Accounting 

Standards; and Capital Market and Financial 

Institution Supervisory Agency (Badan Pengawas 

Pasar Modal dan Lembaga Keuangan / BAPEPAM- 

LK) regulation No. VIII.G.7 regarding Guidelines for 

Financial Statement Presentation as well as Circular 

from the Chairman of Capital Market Financial 

Institution Supervisory Agency No. SE-02/PM/2002 

Attachment 12 regarding Guidelines and Disclosure 

for Financial Statement of Public Company – 

Livestock Industry. 

The consolidated financial statements have been 

prepared based on historical cost, except for certain 

accounts which are measured on the basis described 

in the related accounting policies. The consolidated 

financial statements have been prepared on accrual 

basis, except for the consolidated statement of cash 

flows. The consolidated statement of cash flows is 

presented using direct method by classifying cash 

flows on the basis of operating, investing and 

financing activities. In the consolidated statement of 

cash flows, cash and cash equivalents include 

overdraft. 

The reporting currency used in the consolidated 

financial statements is the Indonesian Rupiah.





2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) 2. SUMMARY OF ACCOUNTING POLICIES 


b. Prinsip-prinsip Konsolidasian b. Principles of Consolidation 

Laporan keuangan konsolidasian meliputi laporan 

keuangan Perusahaan dan Anak Perusahaan 

(Catatan 1d). 

Bagian dari pemilik saham minoritas atas ekuitas Anak 

Perusahaan tersaji dalam “Bagian Minoritas atas Aset 

Bersih Anak Perusahaan Yang Dikonsolidasi” pada 

neraca konsolidasian. Kecuali disebutkan lain dalam 

perjanjian, apabila bagian minoritas atas kumulatif rugi 

bersih Anak Perusahaan telah melebihi jumlah 

penyertaannya, maka selisih tersebut akan menjadi 

bagian Perusahaan. 

Seluruh saldo akun dan transaksi yang material antar 

perusahaan konsolidasian telah dieliminasi. 

Selisih lebih antara harga pembelian dengan nilai bersih 

Anak Perusahaan yang diakuisisi dicatat sebagai 

goodwill, kecuali selisih yang berasal dari transaksi 

restrukturisasi entitas sepengendali dicatat sebagai 

“Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas 

sepengendali” pada bagian Ekuitas. 

Transaksi perubahan ekuitas Anak Perusahaan yang 

mempengaruhi bagian atas aset bersih Anak Perusahaan 

disajikan sebagai “Selisih transaksi perubahan ekuitas 

Anak Perusahaan” dalam kelompok Ekuitas. 

Investasi dimana Perusahaan mempunyai hak 

kepemilikan kurang dari 20% dicatat dengan 

menggunakan metode perolehan. Investasi dimana 

Perusahaan mempunyai hak kepemilikan sebesar 20% 

sampai dengan 50% tetapi Perusahaan tidak memiliki 

pengaruh signifikan pada perusahaan asosiasi tersebut, 

nilai tercatat diperlakukan sebagai harga perolehan. 

Investasi dimana Perusahaan mempunyai hak 

kepemilikan minimal 20%, tetapi tidak lebih dari 50% 

dan Perusahaan memiliki pengaruh signifikan, 

dinyatakan dengan metode ekuitas dimana harga 

perolehan dari investasi ditambah atau dikurangi 

dengan bagian Perusahaan atas laba atau rugi bersih 

perusahaan asosiasi sejak tanggal akuisisi serta 

dikurangi dengan pendapatan dividen yang diterima. 

17 

The consolidated financial statements include the 

financial statements of the Company and its 

Subsidiaries (Note 1d). 

The proportionate share of the minority shareholders 

in the equity of the Subsidiaries is reflected in 

“Minority Interests in Net Assets of Consolidated 

Subsidiaries” in the consolidated balance sheets. 

Unless otherwise stated on an agreement, the 

Company absorbs the excess of the minority interests 

on accumulated net losses of a subsidiary. 

All significant inter-company accounts and 

transactions have been eliminated. 

Excess between purchase price over underlying net 

book value of acquired subsidiary is recorded as 

goodwill; except for excess resulting from 

restructuring transactions of entities under common 

control which is recorded as “Difference in value of 


control” under the Equity section. 

The equity transactions of the Subsidiaries which 

affect the share of net assets of such Subsidiaries are 

presented as “Difference in equity transactions of 

Subsidiaries” under the Equity section. 

Investments in which the Company has an ownership 

interest of less than 20% are carried at cost (cost 

method). Investments in which the Company has an 

ownership interest of 20% but not exceeding 50% but 

the Company does not have any significant influence 

in the associated company, the carrying value of 

investment is carried at cost. 

Investments in shares of stock wherein the Company 

has an ownership interest of at least 20% but not 

exceeding 50% and the Company have significant 

influence in the associated company, are accounted 

for under the equity method, whereby the investment 

cost is increased or decreased by the Company’s 

share of the net earnings or losses of the investees 

since the date of acquisition and decreased by 

dividends received.







c. Setara Kas c. Cash Equivalents 

Deposito on call dan deposito berjangka dengan jangka 

waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatan 

dan tidak digunakan sebagai jaminan pinjaman 

diklasifikasikan sebagai “Setara Kas”. 

d. Investasi d. Investment 

Investasi dalam efek diklasifikasikan ke dalam salah 

satu kelompok berikut ini : 

1. Diperdagangkan 

Termasuk dalam kelompok ini adalah efek yang 

dibeli untuk dijual kembali dalam waktu dekat, yang 

biasanya ditandai dengan frekuensi transaksi 

pembelian dan penjualan tertinggi. Efek ini dimiliki 

dengan tujuan untuk memperoleh laba dari kenaikan 

harga surat berharga dalam jangka pendek. Efek 

yang termasuk dalam kelompok ini dicatat sebesar 

nilai wajarnya. Laba atau rugi yang belum 

direalisasi atas kenaikan atau penurunan nilai pasar 

efek tersebut pada tanggal neraca dikreditkan atau 

dibebankan pada usaha periode berjalan. 

2. Dimiliki hingga tanggal jatuh tempo 

Investasi ini disajikan dalam neraca sebesar biaya 

perolehan setelah amortisasi premi atau diskonto 

hingga tanggal jatuh tempo. 

3. Tersedia untuk dijual 

Investasi yang tidak memenuhi klasifikasi kelompok 

diperdagangkan dan dimiliki hingga jatuh tempo 

dicatat sebesar nilai wajarnya. Laba atau rugi yang 

belum direalisasi atas kenaikan atau penurunan nilai 

pasar investasi tersebut pada tanggal neraca 

dikreditkan atau dibebankan pada Laba atau Rugi 

yang Belum Direalisasi atas Efek Tersedia untuk 

Dijual, dalam bagian Ekuitas di neraca konsolidasian. 

18 

Deposits on call and time deposits with maturities of 

three months or less at the time of placement and not 

pledged as collateral for loans are considered as 

“Cash Equivalents”. 

Investments were classified into one of the following 

categories : 

1. Trading 

Included in this classification are investments 

which are purchased for immediate resale, 

normally characterized by the high frequency of 

purchase-and-sale transactions. These investments 

are made to earn immediate gain from the increase 

in the short-term prices of the securities. 

Investments that meet this classification are 

recorded at fair value. The unrealized gain or loss 

on the appreciation or decline in market value of 

the investments at balance sheet date is credited or 

charged to current operations. 

2. Held to maturity 

Investments are presented on the balance sheet at 

the acquisition cost after premium amortization or 

discount to maturity. 

3. Available for sale 

Investments which do not meet the classification 

of trading and held to maturity categories are 

recorded at fair value. Any unrealized gain or loss 

on the appreciation or decline in market value of 

the investment at balance sheet date is credited or 

charged to Unrealized Gain or Loss on Available 

for Sale Securities, under the Equity section of the 

consolidated balance sheet. 

e. Penyisihan Piutang Ragu-ragu e. Allowance for Doubtful Accounts 

Penyisihan piutang ragu-ragu dilakukan berdasarkan 

hasil penelaahan terhadap status piutang masing-masing 

pelanggan pada tanggal neraca. 

Allowance for doubtful accounts is provided based 

upon a review of the status of the individual 

receivables at the balance sheet date.







f. Transaksi dengan Pihak-pihak Hubungan Istimewa f. Transactions with Related Parties 

Perusahaan dan Anak Perusahaan melakukan transaksi 

dengan pihak-pihak tertentu yang mempunyai hubungan 

istimewa seperti yang dijelaskan dalam Pernyataan 

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 tentang 

“Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai 

Hubungan Istimewa”. 

Seluruh transaksi yang signifikan dengan pihak-pihak 

hubungan istimewa telah diungkapkan dalam catatan 

atas laporan keuangan konsolidasian. 

Transaksi antara entitas sepengendali dicatat sesuai 

dengan PSAK No. 38 tentang “Akuntansi 

Restrukturisasi Entitas Sepengendali”. Transaksi 

restrukturisasi antara entitas sepengendali yang 

dilakukan dalam rangka reorganisasi entitas-entitas 

yang berada dalam suatu kelompok usaha yang sama, 

bukan merupakan perubahan pemilikan dalam arti 

substansi ekonomi, sehingga transaksi demikian tidak 

dapat menimbulkan laba atau rugi bagi seluruh 

kelompok perusahaan ataupun bagi entitas individual 

dalam kelompok perusahaan tersebut dan harus dicatat 

sesuai dengan nilai buku seperti penggabungan usaha 

berdasarkan metode penyatuan kepemilikan (pooling of 

interest). 

g. Persediaan g. Inventories 

Persediaan dinyatakan sebesar nilai terendah antara 

biaya perolehan dan nilai realisasi bersih. Nilai realisasi 

bersih adalah taksiran harga jual dalam kegiatan usaha 

normal setelah dikurangi dengan taksiran biaya 

penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan untuk 

melaksanakan penjualan. 

Biaya perolehan ditentukan dengan metode rata-rata 

tertimbang, kecuali biaya perolehan tambak udang yang 

ditentukan berdasarkan metode identifikasi khusus. 

Biaya perolehan tambak udang terdiri dari biaya hak 

pengelolaan tanah dan beban-beban yang berhubungan 

dengan pembuatan tambak udang. 

Penyisihan penurunan nilai persediaan, apabila ada, 

ditentukan berdasarkan hasil penelaahan terhadap 

keadaan persediaan pada tanggal neraca. 

h. Biaya Dibayar di Muka h. Prepaid Expenses 

Biaya dibayar di muka dibebankan pada usaha sesuai 

dengan masa manfaatnya. Bagian jangka panjang dari 

biaya dibayar di muka disajikan dalam bagian “Aset 

Tidak Lancar - Lain-lain, Bersih”. 

19 

The Company and Subsidiaries have transactions 

with certain parties, which have related party 

relationship as defined in the Statement of Financial 

Accounting Standards (PSAK) No. 7, “Related Party 

Disclosures”. 

All significant transactions with related parties are 

disclosed in the notes to the consolidated financial 

statements. 

Transaction between entities under common control 

is recorded in accordance with PSAK No. 38, 

“Accounting for Restructuring of Entities under 

Common Control”. Restructuring transactions 

between entities under common control carried out 

within the framework of reorganizing the entities 

under the same group, do not constitute a change of 

ownership in the meaning of economic substance, so 

that such transactions would not result in a gain or 

loss to the group or to the individual entity within the 

same group and must be recorded at book values as 

business combination using the pooling of interest 

method. 

Inventories are stated at the lower of cost or net 

realizable value. Net realizable value is the estimated 

selling price in the ordinary course of business, less 

estimated cost of completion and the estimated cost 

necessary to complete the sale. 

Cost is determined by the weighted-average method, 

except for cost of shrimp ponds, which is determined 

based on a specific identification method. Cost of 

shrimp ponds consists of cost of landrights and other 

expenses incurred in connection with the construction 

of the shrimp ponds. 

Allowance for decline in value of inventories, if any, 

is provided based on a review of the condition of the 

inventories at the balance sheet date. 

Prepaid expenses are charged to operations over the 

periods benefited. The long-term portion of prepaid 

expenses is presented under “Non-Current Assets - 

Others, Net”.







i. Aset Tetap i. Property, Plant and Equipment 

Pemilikan langsung 

Perusahaan memilih model biaya (cost model) dalam 

kebijakan akuntasi aset tetap. 

Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan, kecuali 

untuk aset tetap tertentu yang telah dinilai kembali 

sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku, 

dikurangi akumulasi penyusutan. 

Penyusutan (kecuali untuk tanah yang tidak disusutkan) 

dihitung dengan menggunakan metode garis lurus 

dengan memperhitungkan taksiran nilai sisa sebesar 

persentase tertentu dari nilai tercatat (kecuali untuk 

prasarana tanah yang tidak diperhitungkan nilai sisanya) 

berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset yang 

bersangkutan sebagai berikut: 

20 

Direct ownership 

The Company determines to use cost model for 

property, plant and equipment’s accounting policy. 

Property, plant and equipment are stated at cost, 

except for certain assets revalued in accordance with 

government regulation, less accumulated 

depreciation. 

Depreciation (except for land that are not 

depreciated) is computed using the straight-line 

method, after taking into account their salvage values 

at certain percentage of carrying values (except for 

land improvements which have no salvage value), 

over the estimated useful lives of the assets as 

follows: 

Perusahaan dan Anak Perusahaan (kecuali CPB) The Company and its Subsidiaries (excluding CPB) 

Tahun / Year 

Prasarana tanah dan bangunan 5 Land and buildings improvements 

Bangunan 20 Buildings 

Mesin dan peralatan 5 dan / and 12 Machinery and equipment 

Peralatan transportasi 5 Transportation equipment 

Peralatan dan perabot kantor, Furniture, fixtures and office equipment, 

instalasi listrik dan air electrical and water installation 

dan peralatan laboratorium 5 and laboratory equipment 

CPB CPB 

Tahun / Year 

2008 2007 

Prasarana tanah dan bangunan 5, 10 dan / and 20 20 Land and buildings improvements 

Bangunan 10 dan / and 20 5 dan / and 20 Buildings 

Mesin dan peralatan 5, 12 dan / and 20 10 dan / and 20 Machinery and equipment 

Peralatan transportasi 2, 5, 10 dan / and 20 5 dan / and 20 Transportation equipment 

Peralatan dan perabot kantor 5 5 Furniture, fixtures and office equipment 

Instalasi listrik dan air 5 dan / and 10 10 Electrical and water installation 

Beban perbaikan dan pemeliharaan yang tidak 

signifikan dibebankan pada laporan laba rugi 

konsolidasi pada saat terjadinya. Aset tetap yang sudah 

tidak digunakan lagi atau yang dijual, nilai tercatat dan 

akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok 

aset tetap yang bersangkutan dan laba atau rugi yang 

terjadi dibukukan dalam laporan laba rugi konsolidasi 

tahun yang bersangkutan. 

The cost of minor repairs and maintenance is charged 

to the consolidated statement of income as incurred. 

When assets are retired or otherwise disposed of, 

their carrying values and the related accumulated 

depreciation are removed from the accounts and any 

resulting gain or loss is reflected in the consolidated 

statement of income for the year.







i. Aset Tetap (lanjutan) i. Property, Plant and Equipment (continued) 

Aset dalam penyelesaian Construction in progress 

Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya 

perolehan dan disajikan sebagai bagian dari aset tetap. 

Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke 

masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat 

aset dalam penyelesaian tersebut selesai dikerjakan dan 

siap digunakan. 

21 

Construction in progress is stated at cost and 

presented as part of the property, plant and 

equipment. The accumulated costs will be reclassified 

to the appropriate property, plant and equipment 

account when the construction is completed and the 

asset is ready for its intended use. 

Aset sewa pembiayaan Property, Plant and Equipment under finance leases 

Aset tetap yang diperoleh dengan sewa pembiayaan 

disajikan sejumlah nilai tunai dari seluruh pembayaran 

sewa ditambah harga opsi yang harus dibayar pada 

akhir periode sewa. Kewajiban yang terkait juga diakui 

dan setiap pembayaran angsuran dialokasi sebagai 

perlunasan hutang dan beban keuangan. Aset sewa 

disusutkan dengan metode yang sama seperti aset yang 

dimiliki langsung. 

Keuntungan atau kerugian atas transaksi penjualan dan 

penyewaan kembali ditangguhkan dan diamortisasi 

sepanjang masa sewa. 

Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 

(”PSAK”) 16 dan 30 (Revisi 2007) 

Pada tahun 2007, Ikatan Akuntan Indonesia 

menerbitkan revisi atas PSAK 16 (Revisi 2007), ”Aset 

tetap” dan PSAK 30 (Revisi 2007), ”Sewa” yang 

mengakibatkan perubahan kebijakan akuntansi. PSAK 

ini berlaku efektif untuk penyusunan laporan keuangan 

yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008. 

- Sesuai dengan PSAK 16 (Revisi 2007), Perusahaan 

diharuskan memilih antara metode biaya atau 

metode revaluasi sebagai kebijakan akuntansi untuk 

mengukur biaya perolehan. Perusahaan memilih 

untuk menggunakan metode biaya, sehingga saldo 

selisih penilaian kembali aset tetap di bagian 

ekuitas direklasifikasi ke saldo laba yang belum 

ditentukan penggunaannya. 

- Sesuai dengan PSAK 30 (Revisi 2007), klasifikasi 

sewa didasarkan atas sejauh mana risiko dan 

manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset 

sewaan berada pada lessor atau lessee. Perusahaan 

dan Anak Perusahaan menerapkan PSAK 30 revisi 

secara prospektif. Perlakuan akuntansi sebelumnya 

untuk transaksi dan saldo sewa telah diterapkan 

dengan benar. 

Property, Plant and Equipment acquired under 

finance leases are presented at the present value of all 

lease payments, plus the purchase option which 

should be paid at the end of the lease term. A related 

liability is recognized and each lease payment is 

allocated to the liability and finance charges. The 

related assets are depreciated similarly to directly 

owned assets. 

Gains or losses on sale and leaseback transactions are 

deferred and amortised over the lease term. 

Adoption of Statement of Financial Accounting 

Standard (“PSAK”) 16 and 30 (Revised 2007) 

In 2007, the Indonesian Institute of Accountants 

issued PSAK 16 (Revised 2007), “Property, Plant and 

Equipment” and PSAK 30 (Revised 2007), “Leases”, 

which constituted changes in accounting policy. 

These PSAK are effective for the preparation of the 

financial statements starting on or after 1 January 

2008. 

- Under the revised PSAK 16 (Revised 2007), the 

Company has to choose the cost model or 

revaluation model as its accounting policy in 

measuring costs of acquisition. The Company 

has chosen the cost model, and accordingly the 

fixed assets revaluation reserve balance in the 

equity section has been reclassified to 

unppropriated retained earnings. 

- Under the PSAK 30 (Revised 2007), the 

classification of the leases is based on the extent 

to which risk and rewards incidental to 

ownership of a leased asset lies with the lessor 

or the lessee. The Company and Subsidiaries 

applied the revised PSAK 30 prospectively. The 

previous accounting treatment for lease 

transactions and balances was applied properly.







i. Aset Tetap (lanjutan) i. Property, Plant and Equipment (continued) 

Pada tahun 2008, Dewan Standar Akuntansi Keuangan 

mengeluarkan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan 

(ISAK) 8,”Penentuan Apakah Suatu Perjanjian 

Mengandung Suatu Sewa dan Pembahasan Lebih Lanjut 

Ketentuan Transisi PSAK 30 (Revisi 2007)”. 

Interpretasi tersebut memberikan pedoman untuk 

menentukan apakah suatu perjanjian adalah perjanjian 

sewa atau perjanjian yang mengandung suatu sewa 

sehingga harus diperlakukan sesuai dengan PSAK 30 

(Revisi 2007). 

Interpretasi tersebut juga mengklarifikasi bahwa jika 

penerapan PSAK 30 (Revisi 2007) tidak retrospektif, 

saldo yang terkait dengan transaksi sewa pembiayaan 

yang sudah ada sebelumnya dianggap telah ditentukan 

secara tepat oleh lessor. Sehubungan dengan sewa 

operasi yang sudah ada sebelumnya, entitas diharuskan 

mengevaluasi sewa tersebut untuk menentukan apakah 

sewa tersebut harus diklasifikasikan sebagai sewa 

pembiayaan menurut PSAK 30 (Revisi 2007). Jika 

suatu sewa operasi yang sudah ada sebelumnya adalah 

suatu sewa pembiayaan menurut PSAK 30 (Revisi 

2007), entitas diperbolehkan untuk menerapkan PSAK 

30 (Revisi 2007) secara retrospektif atau prospektif. 

Lessee yang memilih penerapan retrospektif harus 

menerapkan seolah-olah kebijakan akuntansi baru 

berdasarkan PSAK 30 (Revisi 2007) sudah berlaku 

terhadap semua pinjaman. Lessee yang memilih 

penerapan prospektif harus menerapkan seolah-olah 

kebijakan akuntansi baru berdasarkan PSAK 30 (Revisi 

2007) ini berlaku sejak awal periode sajian, terhadap 

semua perjanjian yang telah ada pada awal periode 

sajian. 

22 

In 2008, the Indonesian Financial Accounting 

Standards Board issued an Interpretation of Statement 

of Financial Accounting Standard (“ISAK”) 8, 

“Determining whether an Arrangement contains a 

Lease and Further Explanation about Transitional 

Provisions of PSAK 30 (Revised 2007)”. The 

interpretation provides guidance for determining 

whether an arrangement is, or contains, a lease that 

should be accounted for in accordance with PSAK 30 

(Revised 2007). 

The interpretation also clarifies that, if PSAK 30 

(Revised 2007) is not applied retrospectively, the 

balance of any pre-existing finance lease is deemed to 

have been properly determined by the lessor. With 

respect to the pre-existing operating leases, 

companies are required to evaluate such leases in 

order to determine whether they should be classified 

as finance lease under PSAK 30 (Revised 2007). If 

any pre-existing operating leases is a finance lease 

under PSAK 30 (Revised 2007), companies may 

apply PSAK 30 (Revised 2007) retrospectively or 

prospectively. Lessees that elect to apply 

retrospectively, shall apply PSAK 30 (Revised 2007) 

as if it had always been applied to all arrangements at 

the inception of those arrangements. While lessees 

that elect to apply prospectively, shall apply PSAK 

30 (Revised 2007) as of the beginning of the earliest 

period presented to all arrangements existing at the 

beginning of the earliest period presented. 

j. Aset yang Tidak Digunakan dalam Usaha j. Assets Not Used in Operations 

Aset yang tidak digunakan dalam usaha disajikan 

sebagai bagian dari akun “Aset Tidak Lancar - Lainlain, 

Bersih” dan dinyatakan sebesar nilai tercatat, yaitu 

biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi amortisasi 

dan penurunan nilai. 

Assets not used in operations are presented as part of 

“Non-current assets - others, net” account and carried 

at book value, which is acquisition cost less related 

accumulated amortization and impairment in assets 

value.







k. Penurunan Nilai Aset k. Impairment of Assets Value 

Perusahaan dan Anak Perusahaan melakukan 

penelaahan untuk menentukan adanya indikasi 

terjadinya penurunan nilai aset termasuk aset yang 

tidak digunakan dalam usaha pada akhir tahun. Bila 

terdapat indikasi penurunan nilai aset, Perusahaan dan 

Anak Perusahaan menentukan nilai terpulihkan 

(recoverable value) dari aset yang bersangkutan dan 

mencatat penurunan nilai aset sebagai kerugian pada 

laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan. 

l. Goodwill l. Goodwill 

Selisih lebih yang tidak teridentifikasi antara biaya 

perolehan dengan nilai wajar aset bersih Anak 

Perusahaan yang diakuisisi dibukukan sebagai 

“goodwill”. Manajemen menentukan estimasi masa 

manfaat goodwill berdasarkan evaluasi atas perusahaan 

yang bersangkutan pada saat akuisisi, dengan 

mempertimbangkan faktor-faktor seperti pangsa pasar 

yang ada, tingkat pertumbuhan potential dan faktor lain 

yang terdapat dalam perusahaan yang diakuisisi. 

Amortisasi dihitung dengan menggunakan metode garis 

lurus dengan jangka waktu 20 tahun dengan 

mempertimbangkan bahwa estimasi masa manfaat dari 

aset-aset utama yang diakuisisi oleh Perusahaan dan 

Anak Perusahaan melalui investasi adalah 20 tahun. 

23 

The Company and Subsidiaries conduct a review to 

determine whenever there is any indication of assets 

impairment including for assets not used in 

operations at the end of the year. If such indication 

exists, the Company and Subsidiaries are required to 

determine the estimated recoverable value of the 

assets and recognized the impairment in assets value 

as a loss in the consolidated statements of income for 

the year. 

Unidentified excess of purchase price over 

underlying net book value of net assets of acquired 

subsidiary is recorded as “goodwill”. Management 

determines the estimated useful life period of 

goodwill based on the evaluation of the related 

company at acquisition, by considering several 

factors such as existing market share, potential 

growth rate and other factors which incurred in the 

acquired company. Amortization is computed using 

straight-line method over 20 years by considering that 

the estimated useful life of the main assets acquired 

by the Company and subsidiaries through investment 

is 20 years. 

m. Restrukturisasi Hutang Bermasalah m. Trouble Debt Restructuring 

Anak Perusahaan tertentu menerapkan PSAK No. 54 

tentang “Akuntansi Restrukturisasi Hutang-Piutang 

Bermasalah” sehubungan dengan restrukturisasi 

hutangnya melalui modifikasi persyaratan hutang, 

dimana dampak atas restrukturisasi tersebut harus 

dicatat secara prospektif sejak saat restrukturisasi 

dilaksanakan dan tidak mengubah nilai tercatat hutang, 

kecuali nilai tercatat hutang melebihi jumlah 

pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan 

dalam persyaratan yang baru. Jumlah pembayaran kas 

masa depan mencakup jumlah pokok hutang dan beban 

bunga periode masa depan, tanpa memperhitungkan 

nilai tunainya. Beban bunga dihitung dengan 

menggunakan tingkat bunga efektif konstan dikalikan 

dengan nilai tercatat hutang pada awal setiap periode 

antara saat restrukturisasi sampai dengan saat jatuh 

tempo. Tingkat bunga efektif adalah tingkat diskonto 

yang dapat menyamakan nilai tunai jumlah pembayaran 

kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam 

persyaratan baru dengan nilai tercatat. 

A Subsidiary applied PSAK No. 54, “Accounting for 

Trouble Debt Restructuring” in relation to its debt 

restructuring through modification of the terms, 

whereby the effects of the restructuring must be 

recorded prospectively from the time of restructuring 

and may not change the carrying amount of the 

payable, unless the carrying amount exceeds the total 

future cash payment specified by new terms. The 

amounts for future cash payments include the 

principal and total interest for future periods without 

calculating their cash value. Interest expense is 

computed using a constant effective interest rate 

multiplied by the carrying amount of the payable at 

the beginning of each period between restructuring 

date and maturity date. The effective interest rate is 

the discount rate that equates the present value of the 

future cash payment specified by the new terms with 

the carrying amount of the payable.







n. Pengakuan Pendapatan dan Beban n. Revenue and Expense Recognition 

Pendapatan dari penjualan luar negeri (ekspor) diakui 

pada saat pengapalan barang kepada pelanggan 

(f.o.b. shipping point), sedangkan pendapatan dari 

penjualan dalam negeri (domestik) diakui pada saat 

penyerahan barang kepada pelanggan. Pendapatan dari 

penjualan karung bekas dan bahan baku dicatat sebesar 

hasil penjualan bersih dikurangi dengan biaya-biaya 

yang dikeluarkan, dan disajikan sebagai Penghasilan 

Lain-lain. Beban diakui pada saat terjadinya. 

o. Instrumen Derivatif o. Derivative Instruments 

Setiap instrumen derivatif (termasuk derivatif melekat) 

dicatat sebagai aset atau kewajiban dalam neraca 

konsolidasian dan diakui sebesar nilai wajar masingmasing 

kontrak. Perubahan nilai wajar instrumen 

derivatif harus dibukukan pada usaha periode berjalan, 

kecuali untuk lindung nilai tertentu yang 

memungkinkan laba atau rugi instrumen derivatif saling 

hapus dengan aset atau kewajiban yang dilindungi 

dalam laporan laba rugi konsolidasian. Berdasarkan 

PSAK No. 55 “Akuntansi Instrumen Derivatif dan 

Aktivitas Lindung Nilai”, setiap entitas diharuskan 

untuk melakukan dokumentasi, merancang dan menilai 

efektivitas atas transaksi yang diperlakukan sebagai 

akuntansi lindung nilai. 

24 

Revenue from export sales is recognized upon 

shipment of the goods to the customers 

(f.o.b. shipping point), and revenue from domestic 

sales is recognized upon delivery of the goods to the 

customers. Income from sales of used sacks and raw 

materials are recorded net of the related expenses 

incurred, and presented as Other Income. Expenses 

are recognized when incurred. 

Each derivative instrument (including embedded 

derivatives) is recorded in the consolidated balance 

sheets as either asset or liability as measured at fair 

value of each contract. Changes in derivative fair 

value is recognized in current earnings unless specific 

hedges that allow a derivative gain or loss to offset 

related results on the hedged item in the consolidated 

statements of income. Based on PSAK No. 55 

“Accounting for Derivatives Instruments and 

Hedging Activities”, an entity must formally 

document, designate and assess the effectiveness of 

transactions that meet hedge accounting. 

p. Transaksi dan saldo dalam mata uang asing p. Foreign Currency Transactions and Balances 

Transaksi dalam mata uang asing dicatat ke dalam 

Rupiah berdasarkan kurs yang berlaku pada saat 

transaksi dilakukan. Pada tanggal neraca, aset dan 

kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan 

ke dalam mata uang Rupiah berdasarkan kurs tengah 

Bank Indonesia yang berlaku pada tanggal tersebut. 

Laba atau rugi kurs yang timbul dari transaksi dan 

penjabaran aset dan kewajiban moneter dalam mata 

uang asing, dikredit atau dibebankan pada usaha tahun 

berjalan. 

Laporan laba rugi dan laporan arus kas “entitas asing” 

dijabarkan ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs 

rata-rata sepanjang tahun sedangkan neraca dijabarkan 

dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal 

neraca. Selisih kurs dari penjabaran investasi bersih 

dalam “entitas asing” dicatat sebagai “selisih kurs 

karena penjabaran laporan keuangan” dan disajikan 

sebagai bagian dari ekuitas sampai pelepasan investasi 

neto yang bersangkutan. 

Transactions involving foreign currencies are 

recorded in Rupiah amounts at the rates of exchange 

prevailing at the time the transactions are made. At 

balance sheet date, monetary assets and liabilities 

denominated in foreign currencies are adjusted to 

Rupiah to reflect the Bank Indonesia’s middle rates 

of exchange at such date. The resulting gains or 

losses are credited or charged to operations of the 

current year. 

Statements of income and statements of cash flows of 

“foreign entities” are translated into Rupiah at the 

average exchange rates for the year and their balance 

sheets are translated at the exchange rate ruling on 

the balance sheet date. Exchange rates differences 

arising from the translation of the net investment are 

recorded as “exchange rates differences due to 

financial statements translation” in the equity section 

until disposal of the net investment.







p. Transaksi dan saldo dalam mata uang asing 

(lanjutan) 

Pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2007 kurs yang 

digunakan (dalam Rupiah penuh) berdasarkan kurs 

tengah jual beli mata uang asing dan/atau kurs transaksi 

yang dipublikasikan Bank Indonesia masing-masing 

pada tanggal 31 Desember 2008 dan 

28 Desember 2007 sebagai berikut: 

25 

p. Foreign Currency Transactions and Balances 


As of December 31, 2008 and 2007 the foreign 

exchange rates used (in full amount) were based on 

the published buying and selling rates for bank notes 

and/or transactions exchange rates by Bank Indonesia 

as of December 31, 2008 and December 28, 2007, 

respectively, as follows: 

31 Desember / December 31, 

2008 2007 

1 Pound Sterling Inggris 15.803 18.804 Great Britain Pound Sterling 1 

1 Euro 15.432 13.760 Euro 1 

1 Dolar Amerika Serikat 10.950 9.419 United States Dollar 1 

1 Swiss Franc 10.349 8.260 Swiss Franc 1 

1 Dolar Singapura 7.607 6.502 Singapore Dollar 1 

1 Dolar Australia 7.556 8.229 Australian Dollar 1 

1 Yen Jepang 121 83 Japanese Yen 1 

q. Informasi Segmen q. Segment Information 

Perusahaan dan Anak Perusahaan mengklasifikasikan 

pelaporan segmen berdasarkan: 

a). Segmen usaha (primer) berdasarkan jenis kegiatan 

usaha, terdiri dari produksi pakan, pertambakan 

udang terpadu, pemrosesan udang beku dan 

probiotik. 

b). Segmen geografis (sekunder) berdasarkan lokasi 

pelanggan, terdiri dari dalam negeri dan luar negeri. 

r. Pajak Penghasilan r. Income Tax 

Beban pajak tahun berjalan ditetapkan berdasarkan 

taksiran laba kena pajak tahun berjalan. Aset dan 

kewajiban pajak tangguhan diakui atas perbedaan 

temporer antara aset dan kewajiban untuk tujuan 

komersial dan untuk tujuan perpajakan setiap tanggal 

pelaporan. Manfaat pajak di masa mendatang, seperti 

saldo rugi fiskal yang belum digunakan, diakui sejauh 

besar kemungkinan realisasi atas manfaat pajak 

tersebut. 

The Company and Subsidiaries classify their segment 

reporting as follows: 

a). Business segment (primary) is based on type of 

operating activity, which consists of feeds 

production, integrated shrimp farming, frozen 

shrimp processing and probiotic. 

b). Geographical segment (secondary) is based on 

location of the customers, which consists of 

domestic and export. 

Current tax expense is provided based on the 

estimated taxable income for the year. Deferred tax 

assets and liabilities are recognized for temporary 

differences between the financial and the tax bases of 

assets and liabilities at each reporting date. Future tax 

benefits, such as the carry-forward of unused tax 

losses, are also recognized to the extent that 

realization of such benefits is probable.







r. Pajak Penghasilan (lanjutan) r. Income Tax (continued) 

Aset dan kewajiban pajak tangguhan diukur pada tarif 

pajak yang diharapkan akan digunakan pada periode 

ketika aset direalisasi atau ketika kewajiban dilunasi 

berdasarkan tarif pajak yang berlaku atau secara 

substansial telah diberlakukan pada tanggal neraca. 

Untuk Anak Perusahaan yang dikonsolidasi, pencatatan 

aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan dalam 

jumlah bersih. 

Perubahan terhadap kewajiban perpajakan diakui pada 

saat Surat Ketetapan Pajak (SKP) diterima atau, jika 

Perusahaan dan Anak Perusahaan mengajukan 

keberatan, pada saat keputusan atas keberatan tersebut 

telah ditetapkan. 

s. Laba per Saham s. Earnings per Share 

Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba 

bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang 

ditempatkan dan disetor penuh selama tahun yang 

bersangkutan. Rata-rata tertimbang saham yang beredar 

untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 

31 Desember 2008 dan 2007 masing-masing sebanyak 

20.937.259.492 saham dan 18.320.438.058 saham 

(Catatan 17). 

Laba per saham dilusian dihitung dengan membagi laba 

bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang 

ditempatkan dan disetor penuh selama tahun yang 

bersangkutan dengan asumsi bahwa semua waran yang 

beredar termasuk penyesuaian jumlah waran dari hasil 

PUT I (Catatan 17) telah dilaksanakan pada tanggal 

penerbitan, dan Hak Opsi saham kepada manajemen 

(MSOP) (Catatan 17) telah dilaksanakan pada tanggal 

persetujuan para pemegang saham (27 Juni 2007). 

Rata-rata tertimbang ekuivalen saham yang beredar 

dengan semua asumsi tersebut sudah dilaksanakan 

untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 

Desember 2008 dan 2007 masing-masing sebanyak 

27.200.320.404 dan 25.137.559.712 saham (Catatan 

17). 

26 

Deferred tax assets and liabilities are measured at the 

tax rates that are expected to apply to the period 

when the asset is realized or the liability is settled, 

based on tax rates that have been enacted or 

substantively enacted at the balance sheet date. For 

each of the consolidated Subsidiary, the tax effects of 

temporary differences and tax loss carry forward, 

which individually could represent either assets or 

liabilities, are shown at the applicable net amounts. 

Amendments to tax obligations are recorded when an 

assessment is received or, if appealed against by the 

Company and Subsidiary, when the result of the 

appeal is determined. 

Basic earnings per share are computed by dividing 

net earnings with the weighted-average number of 

shares outstanding during the year. The weighted- 

average number of shares outstanding for the years 

ended December 31, 2008 and 2007 amounting to 

20,937,259,492 shares and 18,320,438,058 shares 

respectively (Note 17). 

Diluted earnings per share are computed by dividing 

net earnings with the weighted-average number of 

shares outstanding during the year on the assumption 

that all outstanding warrants including adjustment for 

warrants from PUT I (Note 17) had been exercised 

on the issuance date, and Management Stock Option 

Plan (MSOP) (Note 17) had been executed on the 

date of shareholder’s approval (June 27, 2007). The 

weighted average number of outstanding shares with 

all the assumptions have been done for the years 

ended December 31, 2008 and 2007 amounting to 

27,200,320,404 shares and 25,137,559,712 shares 

respectively (Note 17).







t. Tambahan Modal Disetor t. Additional Paid-in Capital 

Tambahan modal disetor, bersih terdiri dari agio saham 

dikurangi dengan biaya emisi efek ekuitas dan biaya 

konversi waran. 

u. Kewajiban Diestimasi atas Imbalan Kerja 

Karyawan 

Perusahaan dan Anak Perusahaan mengakui kewajiban 

diestimasi atas imbalan kerja sesuai dengan Undangundang 

No. 13/2003 tanggal 25 Maret 2003 tentang 

“Ketenagakerjaan” (UU No. 13/2003). Perusahaan dan 

Anak Perusahaan diharuskan membayar imbalan kerja 

karyawan jika kondisi tertentu dalam UU No. 13/2003 

tersebut terpenuhi. 

Perusahaan dan Anak Perusahaan menerapkan PSAK 

No. 24 (Revisi 2004) mengenai “Imbalan Kerja”. 

Menurut PSAK No. 24 (Revisi 2004), biaya untuk 

penyediaan imbalan kerja berdasarkan UU No. 13/2003 

ditentukan dengan menggunakan metode penilaian 

aktuaria “Projected Unit Credit”. Keuntungan dan 

kerugian aktuarial diakui sebagai pendapatan atau 

beban apabila akumulasi bersih dari keuntungan dan 

kerugian aktuarial yang belum diakui pada akhir tahun 

pelaporan sebelumnya melebihi 10% dari nilai kini 

imbalan pasti pada tanggal tersebut. Keuntungan atau 

kerugian aktuarial ini diakui selama perkiraan rata-rata 

sisa masa kerja karyawan. Selanjutnya, biaya jasa lalu 

yang timbul dari penerapan suatu program imbalan 

pasti atau perubahan-perubahan dalam hutang imbalan 

kerja dari program yang sudah ada diamortisasi sampai 

imbalan tersebut telah menjadi hak karyawan. 

v. Penggunaan Estimasi v. Use of Estimates 

Penyusunan laporan keuangan konsolidasian sesuai 

dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di 

Indonesia mengharuskan manajemen untuk membuat 

estimasi dan asumsi terhadap jumlah yang dilaporkan. 

Karena adanya ketidakpastian yang melekat dalam 

membuat estimasi, hasil aktual yang dilaporkan pada 

periode yang akan datang mungkin berbeda dari jumlah 

yang diestimasi tersebut. 

27 

Additional paid-in capital, net consists of additional 

paid-in capital, net of share issuance costs and 

warrant conversion costs. 

u. Estimated Liabilities for Employees’ Benefits 

The Company and Subsidiaries recognize estimated 

liability for employee benefit in accordance with 

Labor Law No. 13/2003 dated March 25, 2003 

(Labor Law No. 13/2003). Based on Labor Law 

No. 13/2003, the Company and Subsidiaries are 

required to pay the severance, gratuity and 

compensation pay if certain conditions in the Labor 

Law No. 13/2003 are met. 

The Company and Subsidiaries adopted PSAK 

No. 24 (Revised 2004) regarding “Employee 

Benefits”. Under PSAK No. 24 (Revised 2004), the 

cost of providing employee benefits under Labor 

Law No. 13/2003 is determined using the projected 

unit credit actuarial valuation method. Actuarial gains 

and losses are recognized as income or expense when 

the net cumulative unrecognized actuarial gains and 

losses for each individual plan at the end of the 

previous reporting year exceeded 10% of the present 

value of defined benefit at that date. These gains or 

losses are recognized over the expected average 

remaining working lives of the employees. Further, 

past-service costs arising from the introduction of a 

defined benefit plan or changes in the benefit payable 

of an existing plan are required to be amortized over 

the period until the benefits concerned become 

vested. 

Preparation of the consolidated financial statements 

in conformity with general accepted accounting 

principles requires management to make estimations 

and assumptions that affect amounts reported therein. 

Due to inherent uncertainty in making estimates, 

actual results reported in future periods might differ 

from those estimates.







w. Biaya Perolehan Hak Atas Tanah w. Cost of landrights 

Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perolehan 

atau perpanjangan hak atas tanah, ditangguhkan dan 

diamortisasi sepanjang periode hak atas tanah atau 

umur ekonomis tanah, mana yang lebih pendek. Biaya 

yang tidak signifikan dibebankan pada laporan laba 

rugi konsolidasian pada saat terjadinya. 

x. Biaya Emisi Obligasi x. Bonds issuance cost 

Biaya yang timbul sehubungan dengan penerbitan 

obligasi dikurangkan dari hasil penerbitan obligasi 

bersangkutan. Selisih antara hasil emisi bersih dengan 

nilai nominal merupakan premium atau diskonto yang 

harus diamortisasi selama jangka waktu obligasi 

tersebut. 

28 

Cost incurred in relation acquisition or renewal of 

legal titles of landrights is deferred and amortized 

over legal term of the landrights or economic lives of 

the landrights, whichever is shorter. Costs that are not 

significant are charged to consolidated statements of 

income, as incurred. 

Costs incurred in connection with the issuance of 

bonds are deducted from proceeds thereof. The 

difference between the net proceeds and the face 

value represents premium or discount that should be 

amortized over the terms of the bonds. 

3. TRANSAKSI RESTRUKTURISASI 3. RESTRUCTURING TRANSACTIONS 

Pada tahun 2006 Perusahaan dan PT Surya Hidup Satwa 

(SHS), pemegang saham pengendali Perusahaan, telah 

merestrukturisasi unit usaha agrobisnis dan budi daya 

perairan (aquaculture) yang mengakibatkan Perusahaan 

menjadi perusahaan pengendali untuk usaha budi daya 

perairan (aquaculture). Transaksi restrukturisasi ini 

dilakukan dengan entitas sepengendali maupun pihak 

ketiga dan berlanjut sampai Mei 2007. 

In 2006, the Company and PT Surya Hidup Satwa (SHS), 

the Company’s controlling shareholder, restructured their 

agrobusiness and aquaculture business whereby the 

Company became the holding company for aquaculture 

business. The restructuring transaction were conducted 

with entities under common control as well as third 

parties, and continued until May 2007.





3. TRANSAKSI RESTRUKTURISASI (lanjutan) 3. RESTRUCTURING TRANSACTIONS (continued) 

Ringkasan dari transaksi-transaksi restrukturisasi tersebut 


29 

Summary of the restructuring transactions are as follows: 

Entitas Sepengendali Entities under common control 

Transaksi/ Tanggal Harga Jumlah Nilai Nilai Selisih nilai Perjanjian 

Transaction Transaksi / pembelian/ saham Transaksi buku transaksi jual beli 

Date of penjualan yang pembelian (jutaan restrukturisasi saham / 

Transaction per saham dibeli (jutaan Rupiah) / entitas Shares sale and/or 

(Rupiah (lembar) / Rupiah) / Book sepengendali purchase 

penuh) / Number of Total value Value (jutaan Rupiah) / agreement 

Purchase/ shares of (Millions Difference in 

selling purchased/ transaction of value of 

price sold (Millions Rupiah) restructuring 

per share (shares) of transactions 

(Rupiah full Rupiah) under common 

amount) control 

(Millions of 

Rupiah) 

Kepemilikan Langsung / Direct ownership 

Penjualan / Divestment 

PT Charoen Pokphand 12 Mei 400 779.068.750 311.628 395.013 (83.385) Perjanjian jual beli 

Indonesia Tbk. 2006/ saham bersyarat dengan 

May 12, SHS tanggal 12 Mei 2006/ 

2006 Conditional shares sale and 

purchase agreement with 

SHS, dated May 12, 2006 

PT Central Agromina 24 Mei 2.300 22.395.720 51.510 91.741 (40.231) Perjanjian jual beli 

2007/ saham bersyarat dengan 

May 24, SHS tanggal 24 Mei 2007/ 



SHS, dated May 24, 2007 

Pembelian / Acquisition 

PT Centralpertiwi 12 Mei 572 2.878.526.958 1.645.575 575.799 (1.069.776) Perjanjian pembelian saham 

Bahari 2006/ dengan RBOC & Splendid 

May 12, tanggal 12 Mei 2006/ 

2006 Share purchase agreement 

with RBOC& Splendid, 

dated May 12, 2006 

PT Centralwindu 12 April 542.564 110.586 60.000 52.334 (7.666) Perjanjian jual beli saham 

Sejati 2006/ bersyarat dengan SHS 

April 12, tanggal 12 April 2006/ 



SHS, dated April 12, 2006 

Jumlah / Total (1.201.058)






Ringkasan dari transaksi-transaksi restrukturisasi tersebut 

adalah sebagai berikut (lanjutan): 

30 

Summary of the restructuring transactions are as follows 

(continued): 

Pihak Ketiga Third Party 

Transaksi / Tanggal Harga Jumlah Nilai Nilai Goodwill Perjanjian/Akte 

Transaction Transaksi / pembelian/ saham Transaksi buku (jutaan jual beli 

Date of penjualan yang pembelian (jutaan Rupiah) / saham / 

transaction per saham dibeli (Jutaan Rupiah) / Goodwill Shares sale and/or 

(Rupiah (lembar) / Rupiah) / Book (Millions purchase 

penuh) / Number of Total value Value of agreement 

Purchase/ shares of (Millions Rupiah) 

selling price purchased/ transaction of 

per share sold (Millions Rupiah) 

(Rupiah full (shares) of 

amount) Rupiah) 

Pembelian / Perjanjian jual beli 

Acquisition of 12 April 2.800 900.000 2.520 1.764 756 saham bersyarat 

PT Marindolab 2006/ tanggal 12 April 2006 / 

Pratama April 12, Conditional shares sale and 

2006 purchase agreement 

dated April 12, 2006 

Pembelian / Akte Pemindahan Saham 

Acquisition of 26 April 14.768 18.200 269 199 70 tanggal 26 April 2006, dari 

Isadoro 2006/ notaris Ronald Pfeiffer, 

Holding BV April 26, Amsterdam / 

2006 Deed of transfer of shares, 

dated April 26, 2006, of 

Ronald Pfeiffer, 

notary in Amsterdam 

Pembelian / Perjanjian jual beli kepemilikan 

Acquisition of 29 November - - 49.911 8.884 41.027 tanggal 29 November 2006 / 

Shrimp 2006/ Membership Interest Purchase 

Improvement November 29, Agreement dated 

Systems, Florida 2006 November 29, 2006 

Jumlah/ Total 52.700 10.847 41.853 

Berdasarkan PSAK No. 38 (Revisi 2004) tentang 

“Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”, 

transaksi-transaksi terkait dengan entitas sepengendali 

dicatat dengan menggunakan metode penyatuan 

kepemilikan. Selisih antara harga penjualan dengan nilai 

buku bersih penyertaan saham pada perusahaan 

divestasian serta selisih antara harga pembelian dengan 

nilai tercatat aset bersih perusahaan yang diperoleh dicatat 

sebagai “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas 

sepengendali” dalam akun Ekuitas. 

Based on PSAK No. 38 (Revised 2004) regarding 

“Accounting for Restructuring of Entities Under Common 

Control”, the above restructuring transactions with 

entities under common control were accounted for under 

pooling of interest method. The differences between 

selling prices and the carrying value of the investment in 

divested companies and the difference between purchase 

price and carrying value of net assets of acquired 

companies were recorded as “Difference in value of 


control” in Equity section.






Transaksi dengan pihak ketiga dicatat menggunakan 

metode perolehan (acquisition method) sehingga apabila 

terdapat selisih antara harga pembelian dengan aset bersih 

dari perusahaan yang diperoleh dicatat sebagai 

“Goodwill”. Saldo goodwill setelah dikurangi akumulasi 

amortisasi adalah sebagai berikut: 

31 

Transactions with third parties were accounted for under 

acquisition method; whereby the difference between 

purchase price and net assets of entities acquired were 

recorded as “Goodwill”. Balance of goodwill after 

accumulated amortization are as follows: 

31 Desember / December 31, 

2008 2007 

Goodwill 41.853 41.853 Goodwill 

Akumulasi amortisasi (4.380) (2.287) Accumulated amortization 

Saldo Goodwill 37.473 39.566 Goodwill balance





4. KAS DAN SETARA KAS 4. CASH AND CASH EQUIVALENTS 

Terdiri dari: Consist of: 

2008 2007 

Kas 3.968 4.456 Cash on hand 

Bank - pihak ketiga Cash in banks - third parties 

Rupiah Rupiah 

PT Bank Central Asia Tbk. 52.884 58.320 PT Bank Central Asia Tbk. 

PT Bank CIMB Niaga Tbk. 24.653 23.055 PT Bank CIMB Niaga Tbk. 

PT Bank DBS Indonesia 7.141 - PT Bank DBS Indonesia 

PT Bank Rakyat Indonesia PT Bank Rakyat Indonesia 

(Persero) Tbk. 5.743 51 (Persero) Tbk. 

PT Bank Permata 4.888 - PT Bank Permata 

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 2.766 9.273 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 

PT Bank Agris PT Bank Agris 

(dahulu PT Bank Finconesia) 921 30 (previously PT Bank Finconesia) 

Citibank N.A., Jakarta 685 512 Citibank N.A., Jakarta 

PT Bank Negara Indonesia Tbk. 526 118 PT Bank Negara Indonesia Tbk. 

PT Bank Chinatrust Indonesia 364 1.538 PT Bank Chinatrust Indonesia 

Lain-lain 630 164 Others 

Dolar Amerika Serikat United States Dollar 

PT Bank Central Asia Tbk. 91.670 112.629 PT Bank Central Asia Tbk. 

PT Bank CIMB Niaga Tbk. 16.556 40.284 PT Bank CIMB Niaga Tbk. 

TIB Bank of the Keys 6.885 1.804 TIB Bank of the Keys 


Sumitomo Mitsui Sumitomo Mitsui 

Banking Corporation 3.296 40.388 Banking Corporation 

Deutsche Bank A.G. 2.783 111 Deutsche Bank A.G. 

Marine Bank 1.123 - Marine Bank 

PT Bank Chinatrust Indonesia 1.050 4.116 PT Bank Chinatrust Indonesia 

Citibank N.A., Jakarta 1.028 755 Citibank N.A., Jakarta 

PT Bank Negara Indonesia Tbk. 991 1.417 PT Bank Negara Indonesia Tbk. 

PT Bank Permata 974 - PT Bank Permata 

The Hongkong and Shanghai The Hongkong and Shanghai 

Banking Corporation Ltd. 900 4.526 Banking Corporation Ltd. 

PT Bank Ekspor Indonesia 863 - PT Bank Ekspor Indonesia 


Dolar Singapura Singapore Dollar 

Sumitomo Mitsui Sumitomo Mitsui 

Banking Corporation 2.248 287 Banking Corporation 

Euro Euro 

Lain - lain 39 27 Others 

Setara kas - pihak ketiga Cash equivalents - third parties 

Deposito Time deposit 

Rupiah Rupiah 

PT Bank Ekspor Indonesia 2.000 - PT Bank Ekspor Indonesia 

PT Bank CIMB Niaga Tbk. 500 - PT Bank CIMB Niaga Tbk. 

Bank Ekonomi Raharja - 3.000 Bank Ekonomi Raharja 

Dolar Amerika Serikat United States Dollar 

PT Bank Agris PT Bank Agris 

(dahulu PT Bank Finconesia) 16.425 22.606 (previously PT Bank Finconesia) 

PT Bank CIMB Niaga Tbk. - 4.710 PT Bank CIMB Niaga Tbk. 

Jumlah 259.874 334.502 Total 

32





4. KAS DAN SETARA KAS (lanjutan) 4. CASH AND CASH EQUIVALENTS (continued) 

Suku bunga tahunan setara kas adalah sebagai berikut: The cash equivalents bear annual interest rates ranging as 

follows: 

2008 2007 

Deposito Time deposit 

Rupiah 9-10% 7-9,5% Rupiah 

Dollar Amerika Serikat 3% 4,75%-5% United States Dollar 

5. INVESTASI JANGKA PENDEK 5. SHORT TERM INVESTMENTS 

Selama tahun 2007 Perusahaan melakukan investasi dalam 

saham melalui pembelian langsung di bursa dan juga 

melalui manajer investasi. Investasi saham oleh Anak 

Perusahaan tertentu dilakukan melalui pembelian langsung 

dari pialang saham di bursa. Per 31 Desember 2007, 

Perusahaan dan Anak Perusahaan tertentu tersebut telah 

menjual seluruh investasi saham mereka. Laba dari hasil 

penjualan investasi saham ini berjumlah sekitar 

Rp 327,6 miliar dan dicatat pada akun Penghasilan 

(Beban) Lain-lain. 

33 

In 2007 the Company had investment in stocks through 

direct purchase in the stock exchange and also through a 

fund manager. Investment in stock by a Subsidiary is 

done by direct purchase through the stock brokers in the 

stock exchange. As of December 31, 2007, the Company 

and the Subsidiary have sold all of the investment in 

stocks. The gain resulting from selling of investment in 

stocks was approximately Rp 327.6 billion and recorded 

under Other Income (Charges) section. 

6. PIUTANG 6. ACCOUNTS RECEIVABLE 

a. Piutang Usaha a. Accounts Receivable - Trade 

Terdiri dari: Consist of : 

2008 2007 

Pihak ketiga: Third parties: 

Piutang plasma 884.781 724.773 Farmer receivables 

Piutang non-plasma Non-farmer receivables 

PT Pesona Andalas Sakti 394.813 - PT Pesona Andalas Sakti 

Amerin Inc., AS 44.040 86.981 Amerin Inc., USA 

Golden Harvest Inc., AS 35.720 123.090 Golden Harvest Inc., USA 

Ore-Cal Co., AS 31.752 32.748 Ore-Cal Co., USA 

Ruby Pacific LLC, AS 18.394 - Ruby Pacific LLC, USA 

Lyons Seafood Ltd., Inggris 13 66.279 Lyons Seafood Ltd., UK 

Anchor Seafood Ltd., Inggris 4 20.095 Anchor Seafood Ltd., UK 

Nichirei Corporation, Jepang 3 14.299 Nichirei Corporation, Japan 

Captn’s Pack Products Inc., AS - 17.694 Captn’s Pack Products Inc., USA 

H&N Food International, AS - 14.963 H&N Food International, USA 

Lain-lain (di bawah Rp 10 miliar) 343.818 301.489 Others (below Rp 10 billion) 

Jumlah 1.753.338 1.402.411 Total 

Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu (625) (618) Less allowance for doubtful accounts 

Pihak ketiga, bersih 1.752.713 1.401.793 Third parties, net 

Pihak hubungan istimewa (Catatan 7a): Related parties (Note 7a): 

Shrimp Improvements Shrimp Improvements 

Systems, Singapura 1.210 - Systems, Singapore 

PT Surya Hidup Satwa - 557 PT Surya Hidup Satwa 

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. - 6 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 

Jumlah 1.210 563 Total 

Piutang Usaha, Bersih 1.753.923 1.402.356 Accounts Receivable - Trade, Net





6. PIUTANG (lanjutan) 6. ACCOUNTS RECEIVABLE (continued) 

a. Piutang Usaha (lanjutan) a. Accounts Receivable - Trade (continued) 

Piutang plasma timbul dari penjualan tambak udang, 

pakan udang, benur, obat-obatan dan bahan kimia, 

listrik dan air serta perlengkapan tambak lainnya 

kepada plasma dan akan dilunasi melalui hasil 

penjualan udang. Satu periode masa budidaya udang 

memerlukan waktu berkisar antara 4 sampai dengan 

6 bulan. 

Di bulan November 2008, Perusahaan dan Anak 

Perusahaan tertentu menandatangani perjanjian 

terpisah dengan PT Pesona Andalas Sakti (PAS) di 

mana PAS akan membeli udang segar dari petani 

plasma melalui Perusahaan dan Anak Perusahaan 

tertentu, serta menunjuk Perusahaan dan Anak 

Perusahaan tertentu untuk memproses, mengemas dan 

mengirimkan produk udang yang telah diolah tersebut 

sesuai dengan kesepakatan dari para pihak terkait. 

Saldo piutang PAS per 31 Desember 2008 sebesar 

Rp 394,8 miliar merupakan saldo atas penjualan 

udang segar. 

Piutang usaha di atas termasuk piutang usaha dalam 

mata uang asing (AS$) dengan perincian sebagai 

berikut (disajikan dalam jumlah penuh): 

2008 2007 

34 

Farmers’ receivables arose from sales of shrimp 

ponds, shrimp feeds, shrimp fries, medicines and 

chemical goods, electricity and water, and other 

shrimp ponds supplies to farmers which will be settled 

from the proceeds from the sales of the cultivated 

shrimps. One cycle of shrimp farming is about 4 

months to 6 months. 

In November 2008, the Company and certain 

Subsidiaries entered into separate agreements with 

PT Pesona Andalas Sakti (PAS), whereby PAS intends 

to purchase fresh shrimps from plasma farmers 

through the Company and the certain Subsidiaries, and 

to appoint the Company and the certain Subsidiaries to 

process, pack and deliver the processed shrimp as 

agreed by the parties. Receivable from PAS as of 

December 31, 2008 amounting to Rp 394.8 billion 

represents receivable from sale of fresh shrimps. 

The above accounts receivable - trade include 

receivables denominated in foreign currencies (US$) 

with details as follows (stated in full amount): 

Dolar Amerika Serikat 13.098.981 49.091.537 United States Dollar 

Analisa umur piutang usaha berdasarkan tanggal 

faktur penjualan adalah sebagai berikut: 

2008 2007 

Aging analysis of the trade accounts receivable based 

on invoice date are as follows: 


Kurang dari 31 hari 871.257 611.876 Less than 31 days 

31 - 60 hari 215.198 191.310 31 - 60 days 

61 - 90 hari 361.448 108.249 61 - 90 days 

91 - 180 hari 216.981 277.361 91 - 180 days 

Di atas 180 hari 88.454 213.615 Over 180 days 

Jumlah 1.753.338 1.402.411 Total 

Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu (625) (618) Less allowance for doubtful accounts 

Piutang pihak ketiga, bersih 1.752.713 1.401.793 Accounts receivable - third parties, net 

Pihak hubungan istimewa (Catatan 7a): Related parties (Note 7a): 

Kurang dari 31 hari 1.210 557 Less than 31 days 

Lebih dari 180 hari - 6 More than 180 days 

Piutang pihak hubungan istimewa 1.210 563 Accounts receivable - related parties





6. PIUTANG (lanjutan) 6. ACCOUNTS RECEIVABLE (continued) 

a. Piutang Usaha (lanjutan) a. Accounts Receivable - Trade (continued) 

Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu adalah sebagai 

berikut: 

2008 2007 

35 

Movements of allowance for doubtful accounts are as 

follows: 

Saldo pada awal tahun 618 1.427 Beginning balance 

Penyisihan tahun berjalan 206 566 Provision during the year 

Penerimaan kembali (215) (1.414) Collection of receivable 

Selisih kurs atas penjabaran Exchange rates differences due to 

laporan keuangan 16 39 financial statements translation 

Saldo Akhir 625 618 Ending balance 

Beban penyisihan piutang ragu-ragu disajikan 

sebagai bagian dari “Beban Umum dan Administrasi 

- Lain-lain”. 

Berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan 

piutang masing-masing pelanggan pada akhir 

periode, manajemen Perusahaan dan Anak 

Perusahaan berkeyakinan bahwa jumlah penyisihan 

piutang ragu-ragu tersebut cukup untuk menutup 

kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang 

usaha. 

Per tanggal 31 Desember 2007, CPB telah menerima 

pelunasan piutang-piutang plasma yang telah 

dihapuskan pada tahun 2005. CPB membukukan 

penerimaan piutang sebesar Rp 73,0 miliar tersebut 

(setelah dikurangi penghapusan piutang plasma) pada 

tahun berjalan sebagai bagian dari “Penghasilan lainlain, 

bersih” 

Expense for providing allowance for doubtful 

accounts are presented as part of “General and 

Administrative Expense - Others”. 

Based on the review of the status of the individual 

receivable accounts at the end of the period, the 

Company and Subsidiaries’ management believes that 

the allowance for doubtful accounts is adequate to 

cover possible losses from the non-collection of 

accounts receivable. 

As of December 31, 2007, CPB has received 

collection from farmer’s receivables which had been 

written off in the year 2005. CPB records the 

collection of those receivables of Rp 73.0 billion (after 

deduction on farmer receivables written off) in current 

year as part of “Other income others, net”. 

b. Piutang lain - lain b. Accounts Receivable - Others 

Per 31 Desember 2008, piutang lain-lain sebesar 

Rp 546,8 miliar terutama terdiri dari pemberian 

pinjaman oleh Perusahaan kepada plasma untuk biaya 

hidup, revitalisasi tambak dan operasional plasma 

sebesar Rp 160,0 miliar (Catatan 26a), pinjaman yang 

diberikan oleh Perusahaan kepada kelompok usaha 

Dipasena untuk kegiatan operasional mereka sebesar 

Rp 204,3 miliar dan tagihan kepada PT Pesona 

Andalas Sakti atas biaya pemrosesan udang sebesar 

Rp 103,9 miliar (Catatan 6a). 

Per 31 Desember 2007, piutang lain-lain sebesar 

Rp 839,5 miliar terutama terdiri dari pemberian 

pinjaman oleh Perusahaan kepada plasma untuk biaya 

hidup, revitalisasi tambak dan operasional plasma 

sebesar Rp 373,3 miliar (Catatan 26a) dan pinjaman 

yang diberikan oleh Perusahaan kepada Kelompok 

Usaha Dipasena untuk kegiatan operasional mereka 

sebesar Rp 301,4 miliar. 

As of December 31, 2008, account receivable others 

amounting to Rp 546.8 billion mainly consist of loan 

given by the Company to the farmers for their cost of 

living, shrimp farms revitalization and operations 

amounting to Rp 160.0 billion (Note 26a), Loan given 

by the company to Dipasena Group for their 

operational activities amounting Rp 204.3 billion and 

receivable from PT Pesona Andalas Sakti for shrimp 

processing fees amounting to Rp 103.9 billion 

(Note 6a). 

As of December 31, 2007, account receivable others 

amounting to Rp 839.5 mainly consist of loan given 

by the Company to the farmers for their cost of living, 

shrimp farms revitalization and operations amounting 

to Rp 373.3 billion (Note 26a), and loan given by the 

Company to Dipasena Group for their operational 

activities amounting to Rp 301.4 billion.





7. TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA 

36 

7. TRANSACTIONS WITH RELATED PARTIES 

Sifat Hubungan Istimewa Nature of Relationships with Related Parties 

Sifat hubungan Perusahaan dan Anak Perusahaan dengan 

pihak-pihak hubungan istimewa adalah sebagai berikut: 

a. PT Surya Hidup Satwa (SHS) merupakan pemegang 

saham pengendali Perusahaan (Catatan 17). 

b. PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI), 

PT Indovetraco Makmur Abadi (IMA), PT Tanindo 

Subur Prima (TSP), PT Agro Finance Indonesia (AFI), 

PT BISI International Tbk. (BISI), PT SHS 

International dan PT Pertiwi Indonesia (PI) 

c. 

dikendalikan, baik secara langsung maupun tidak 

langsung oleh pihak yang terafiliasi dengan pemegang 

saham utama Perusahaan. 

PT Central Pertiwi merupakan salah satu pemegang 

saham Perusahaan (Catatan 17). 

d. PT Vista Grain berada di bawah pengendalian CPI. 

The nature of relationships of the Company and 

Subsidiaries with related parties are as follows: 

a. PT Surya Hidup Satwa (SHS) is the Company’s 

controlling shareholder (Note 17). 

b. PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI), 

PT Indovetraco Makmur Abadi (IMA), PT Tanindo 

Subur Prima (TSP), PT Agro Finance Indonesia 

(AFI), PT BISI International Tbk (BISI), PT SHS 

International and PT Pertiwi Indonesia (PI) are 

controlled, directly or indirectly by the affiliates of 

the ultimate parent of the Company. 

c. PT Central Pertiwi is one of the Company’s 

stockholders (Note 17). 

d. PT Vista Grain are controlled by CPI. 

Transaksi Hubungan Istimewa Transactions with Related Parties 

Dalam kegiatan usaha normal, Perusahaan dan Anak 

Perusahaan melakukan transaksi dengan pihak-pihak 

hubungan istimewa, terutama terdiri dari penjualan barang 

jadi berupa pakan, peralatan peternakan, benur, 

pembelian bahan baku dan obat-obatan; dan transaksi 

keuangan, yang dilakukan dengan harga normal 

sebagaimana dilakukan dengan pihak ketiga (arm's length 

basis). Rincian transaksi tersebut adalah sebagai berikut: 

(a) Penjualan barang jadi kepada pihak-pihak hubungan 

istimewa sekitar 0,05% dan 7,75% masing-masing 

dari jumlah penjualan bersih konsolidasian untuk 

tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 

31 Desember 2008 dan 2007. Saldo piutang usaha 

dari transaksi tersebut disajikan dalam akun “Piutang 

Usaha - Pihak Hubungan Istimewa” (Catatan 6). 

Penjualan bersih tersebut adalah sebagai berikut: 

The Company and Subsidiaries, in their regular 

businesses, have engaged in transactions with related 

parties, principally consisting of sales of their finished 

goods such as feeds, poultry equipment, shrimp fries, 

purchases of raw materials and medicines; and financial 

transactions, which are made on arms’ length basis. The 

details of these transactions are as follows: 

(a) Sales of finished goods to related parties represent 

0.05% and 7.75% of the consolidated net sales for the 

years ended December 31, 2008 and 2007. The 

related receivables from these transactions are 

recorded in “Accounts Receivable - Trade - Related 

Parties” (Note 6). The net sales to related parties are 

summarized as follows: 

Jumlah / Persentase dari 

Total Jumlah Penjualan 

Bersih Konsolidasian / 

Percentage of Total 

Consolidated Net Sales 

31 Des 2008/ 31 Des 2007/ 31 Des 2008/ 31 Des 2007/ 

Dec 31, 2008 Dec 31, 2007 Dec 31, 2008 Dec 31, 2007 

PT Surya Hidup Satwa 2.985 3.242 0,03 0,05 

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 1.294 469.781 0,02 7,67 

PT Vista Grain - 1.645 - 0,03 

Jumlah / Total 4.279 474.668 0,05 7,75





7. TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA (lanjutan) 7. TRANSACTIONS WITH RELATED PARTIES 


Transaksi Hubungan Istimewa (lanjutan) Transactions with Related Parties (continued) 

(b) Pembelian bahan baku, barang jadi dan obat-obatan 

dari pihak-pihak hubungan istimewa sekitar 3,27% 

dan 11,54% dari penjualan bersih konsolidasian untuk 


31 Desember 2008 dan 2007. Saldo hutang usaha dari 

transaksi tersebut disajikan dalam akun “Hutang 

Usaha - Pihak Hubungan Istimewa” (Catatan 13). 

Pembelian tersebut adalah sebagai berikut: 

37 

(b) Purchases of raw materials, finished goods and 

medicines from related parties represent 3.27% and 

11.54% of the consolidated net sales for the years 

ended December 31, 2008 and 2007. The related 

payables from these transactions are recorded in 

“Accounts Payable Trade - Related Parties” 

(Note 13). Purchases are summarized as follows: 






31 Des 2008/ 31 Des 2007/ 31 Des 2008/ 31 Des 2007/ 

Dec 31, 2008 Dec 31, 2007 Dec 31, 2008 Dec 31, 2007 

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 230.789 667.709 2,82 10,90 

PT Tanindo Subur Prima 26.149 20.139 0,32 0,33 

PT Surya Hidup Satwa 6.398 13.504 0,08 0,22 

PT SHS International 4.184 2.575 0,05 0,04 

PT Indovetraco Makmur Abadi 591 2.771 0,00 0,05 

PT BISI International Tbk. - 104 - 0,00 

Jumlah / Total 268.111 706.802 3,27 11,54 

(c) Transaksi di luar usaha pokok Perusahaan dan Anak 

Perusahaan dengan pihak-pihak hubungan istimewa 

dengan jumlah di atas Rp 1,0 miliar adalah sebagai 

berikut: 

(c) Transactions with related parties other than the 

Company and Subsidiaries’ main business with 

amounts more than Rp 1.0 billion are summarized as 

follows: 






31 Des 2008/ 31 Des 2007/ 31 Des 2008/ 31 Des 2007/ 

Dec 31, 2008 Dec 31, 2007 Dec 31, 2008 Dec 31, 2007 

Penjualan bahan baku / Sales of raw materials 

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 47.943 134.548 0,59 2,20








Rincian saldo dengan pihak-pihak hubungan istimewa 

yang timbul dari transaksi di luar usaha pokok Perusahaan 

dan Anak Perusahaan adalah sebagai berikut: 

38 

The balances of accounts with related parties arising from 

transactions other than the Company and Subsidiaries’ 

main business are as follows: 


Total Jumlah Aset 

Konsolidasian / 


Consolidated Assets 

31 Des 2008/ 31 Des 2007/ 31 Des 2008/ 31 Des 2007/ 

Dec 31, 2008 Dec 31, 2007 Dec 31, 2008 Dec 31, 2007 

Piutang pihak hubungan istimewa: / Due from related parties: 

PT Surya Hidup Satwa 73.807 11 0,79 0,00 

PT Agro Finance Indonesia - 4.481 - 0,06 

Lain-lain / Others 1 6 0,00 0,00 

Jumlah / Total 73.808 4.498 0,79 0,06 


Total Jumlah Kewajiban 

Konsolidasian / 


Consolidated Liabilities 

31 Des 2008/ 31 Des 2007/ 31 Des 2008/ 31 Des 2007/ 

Dec 31, 2008 Dec 31, 2007 Dec 31, 2008 Dec 31, 2007 

Hutang pihak hubungan istimewa: / Due to related parties: 

PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk. 160.845 34.639 2,67 0,56 

PT Central Pertiwi 11.342 11.994 0,19 0,19 

PT Pertiwi Indonesia 1.230 - 0,02 - 

PT Surya Hidup Satwa (Catatan / Note 17) - 1.655.720 - 26,47 

Lain-lain / Others 73 105 0,00 0,00 

Jumlah / Total 173.490 1.702.458 2,88 27,22








Pada tanggal 31 Desember 2007 saldo hutang kepada SHS 

merupakan pinjaman dari SHS kepada Perusahaan. Pada 

tanggal 9 Juli 2007, SHS menyetujui pemberian fasilitas 

pinjaman sejumlah AS$ 250,0 juta kepada Perusahaan. 

Perjanjian pinjaman ini telah diperbaharui dan ditegaskan 

kembali pada tanggal 3 Desember 2007 dan 

18 September 2008. Pinjaman ini dapat diambil dalam 

satu atau lebih penarikan. Seluruh atau sebagian dari 

pinjaman ini dapat dikonversikan menjadi saham 

Perusahaan. Pinjaman ini tidak dikenakan bunga. Apabila 

terdapat kondisi perubahan pengendali atau kemungkinan 

perubahan pengendali, pemberi pinjaman dapat 

menginstruksikan Perusahaan untuk melunasi seluruh 

pinjaman yang belum dilunasi/dikonversi secara tunai atau 

melalui konversi sisa pinjaman yang belum 

dilunasi/dikonversi tersebut ke dalam saham Perusahaan. 

Dana yang diterima dari pinjaman digunakan untuk 

membiayai pembelian asset Kelompok Usaha Dipasena 

(Catatan 10 dan 26e). Pada tanggal 31 Desember 2007, 

saldo pinjaman berjumlah AS$ 175,8 juta. 

Berdasarkan perjanjian novasi hutang tanggal 9 Oktober 

2008 antara Perusahaan, SHS dan PT Pertiwi Indonesia, 

saldo hutang Perusahaan kepada SHS sebesar AS$ 175,6 

juta telah dialihkan kepada PT Pertiwi Indonesia. 

Selanjutnya, hutang ini telah dikonversi menjadi saham 

Perusahaan sehubungan dengan Penawaran Umum 

Terbatas I dengan Hak Memesan Efek Terlebih dahulu 

(Catatan 17). 

Hutang kepada PT Central Pertiwi merupakan hutang 

CWS atas pinjaman antar perusahaan. Jumlah pinjaman 

termasuk pokok dan bunga pinjaman sebesar AS$ 1,0 juta 

dan AS$ 1,3 juta masing-masing pada tanggal 

31 Desember 2008 dan 2007. 

39 

As of December 31, 2007 balance due to SHS 

represents loan from SHS to the Company. 

On July 9, 2007, SHS agreed to provide loan facilities 

US$ 250.0 million to the Company. This loan agreement 

has been amended and restated as per December 3, 2007 

and September 18, 2008. The Loan can be exercised in 

one or more drawdown. The entire or part of the principal 

amount may be converted into Company’s shares. The 

loan is non interest bearing. If there is an event of change 

of control or possible change of control occurs, the lender 

may instruct the Company to prepay the unpaid and 

unconverted loan in cash or to convert the entire unpaid 

and unconverted loan into CPP shares. Fund obtained 

from loan is used to finance acquisition of Dipasena 

Group asset (Note 10 and 26e). As of December 31, 2007, 

the outstanding loan was US$ 175.8 million. 

Based on Novation Agreement dated October 9, 2008 

among the Company, SHS and PT Pertiwi Indonesia, 

the Company’s payable to SHS amounting to 

US$ 175.6 million was novated by SHS to PT Pertiwi 

Indonesia. Subsequently, the loan was converted into the 

Company’s shares pursuant to Limited Public Offering I 

with Pre-Emptive Rights (Note 17). 

Due to PT Central Pertiwi represents CWS’ outstanding 

debt arising from intercompany loan with principal and 

interest in total of US$ 1.0 million and US$ 1.3 million as 

of December 31, 2008 and 2007, respectively.





8. PERSEDIAAN 8. INVENTORIES 

Rincian persediaan berdasarkan segmen usaha adalah 

sebagai berikut: 

2008 2007 

40 

Details of inventories based on business segment are as 

follows: 

Pertambakan udang terpadu 1.166.981 788.324 Integrated shrimp farming 

Produksi pakan 347.880 253.806 Feeds 

Udang beku 108.421 130.260 Frozen shrimp 

Probiotik 943 781 Probiotic 


1.624.923 1.173.735 

Dikurangi penyisihan penurunan nilai Less allowance for decline in 

persediaan (19.484) (3.803) value of inventories 

Bersih 1.605.439 1.169.932 Net 

Mutasi penyisihan penurunan nilai persediaan adalah 


Mutation allowance for decline in value of inventories as 

follows: 

2008 2007 

Saldo pada awal tahun (3.803) (3.440) Beginning balance 

Penyisihan tahun berjalan (15.681) (363) Allowance for current year 

Saldo akhir (19.484) (3.803) Ending balance 

Pada tanggal 31 Desember 2008, persediaan di atas telah 

diasuransikan terhadap risiko kerugian akibat kerusakan, 

bencana alam, kebakaran dan risiko lainnya berdasarkan 

paket polis tertentu dengan nilai pertanggungan sebesar 

Rp 939,4 miliar. Manajemen berpendapat bahwa nilai 

pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan 

kerugian dari risiko-risiko tersebut. 

Pada tanggal 31 Desember 2008 persediaan tertentu 

dijadikan sebagai jaminan untuk pinjaman PT Bank Negara 

Indonesia (Persero) (BNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk., 

The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited 

(HSBC), PT Bank Permata, PT Bank Ekspor Indonesia, 

PT Bank DBS Indonesia dan Deutsche Bank (Catatan 12 

dan 15). 

As of December 31, 2008, the above inventories is 

covered by insurance against losses from damage, natural 

disasters, fire and other risks under blanket of policies 

with total coverage of Rp 939.4 billion. Management 

believes that the insurance coverage is adequate to cover 

possible losses arising from such risks. 

As of December 31, 2008, certain inventories are used as 

collateral for loans from PT Bank Negara Indonesia 

(Persero) (BNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk., The 

Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited 

(HSBC), PT Bank Permata, PT Bank Ekspor Indonesia, 

PT Bank DBS Indonesia and Deutsche Bank (Notes 12 

and 15).





9. PENYERTAAN SAHAM 9. INVESTMENTS IN SHARES OF STOCK 

Rincian penyertaan saham adalah sebagai berikut : Details of investments in shares of stock are as follows: 

2008 2007 

CP Aquaculture (India) Private Limited 45.796 45.796 CP Aquaculture (India) Private Limited 

Shrimp Improvements Systems Pte Limited Shrimp Improvements Systems Pte Limited 

(Singapura) 3.938 2.953 (Singapore) 

Shrimp Improvement Systems (Thailand) - 2.367 Shrimp Improvement Systems (Thailand) 


Jumlah 50.391 51.491 Total 

Penyertaan di CP Aquaculture (India) Private Limited 

adalah sebesar 25%. Karena perusahaan tidak lagi 

memiliki pengaruh signifikan pada perusahaan asosiasi 

tersebut maka jumlah investasi yang terbawa diperlakukan 

dengan metode biaya perolehan (at cost). 

Penyertaan di Shrimp Improvements Systems Pte Limited 

(Singapore) adalah sebesar 50% dan dinyatakan 

berdasarkan metode ekuitas. 

Penyertaan di Shrimp Improvement Systems (Thailand) 

per 31 Desember 2007 adalah sebesar 49% dan 

dinyatakan berdasarkan metode ekuitas. Di tahun 2008, 

SIS, anak perusahaan telah menghapuskan seluruh 

investasi tersebut. 

Penyertaan lain-lain merupakan penyertaan pada berbagai 

perusahaan asosiasi dengan kepemilikan di bawah 20%, 

dan dinyatakan berdasarkan harga perolehan. 

41 

Investment in CP Aquaculture (India) Private Limited 

represents 25% ownership interest. As the Company no 

longer exerts significant influence in the associated 

company, the carrying value of investment in the 

associated company is treated as cost. 

Investment in Shrimp Improvements Systems Pte Limited 

(Singapore) represents 50% ownership and is stated based 

on equity method. 

Investment in Shrimp Improvement Systems (Thailand) as 

of December 31, 2007 represents 49% ownership and is 

stated based on equity method. In 2008, SIS, a subsidiary 

had fully written off such investment. 

Investments in shares of stock - others, consist of 

investments in several associated companies with 

ownership interest less than 20%, and are stated at cost.





10. ASET TETAP 10. PROPERTY, PLANT AND EQUIPMENT 

Saldo dan mutasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 

31 Desember 2008 

Saldo awal Penambahan/ Pengurangan/ Reklasifikasi/ Saldo Akhir 

1 Jan 2008 / Additions Deductions Reclassification 31 Des 2008 / 

Beginning Ending 

balance balance 

Jan 1, 2008 Dec 31, 2008 

42 

Balance and movement for the year ended December 31, 

2008 

Nilai Tercatat Carrying value 

Kepemilikan langsung Direct Ownership 

Tanah 343.647 4.399 1.174 1.607 348.479 Land 

Prasarana tanah dan bangunan 583.901 339.195 1.661 1.072.827 1.994.262 Land and buildings improvements 

Bangunan 340.838 19.509 18.513 92.363 434.197 Buildings 

Mesin dan peralatan 1.397.213 65.185 533.532 147.123 1.075.989 Machinery and equipment 

Peralatan transportasi 101.051 71.043 9.356 36.679 199.417 Transportation equipment 

Peralatan dan perabotan kantor 58.257 12.074 1.488 2.934 71.777 Furniture, fixtures and office equipment 

Instalasi listrik dan air 176.820 34.498 45.033 16.317 182.602 Electrical and water installation 

Peralatan laboratorium 8.386 4.646 1.301 640 12.371 Laboratory equipment 

Jumlah 3.010.113 550.549 612.058 1.370.490 4.319.094 Total 


Bangunan dan prasarana 243.242 1.022.667 83 (1.131.452) 134.374 Land and buildings improvements 

Mesin dan peralatan 418.381 180.243 196.822 (146.459) 255.343 Machinery and equipment 

Lain-lain 33.326 112.550 - (92.579) 53.297 Others 

Jumlah 694.949 1.315.460 196.905 (1.370.490) 443.014 Total 

Aset sewa pembiayaan 119 37.877 - - 37.996 Under Financial Lease 

Jumlah Nilai Tercatat 3.705.181 1.903.886 808.963 - 4.800.104 Total Carrying Value 

Akumulasi Penyusutan Accumulated Depreciation 


Prasarana tanah dan bangunan 37.064 50.088 104 - 87.048 Land and buildings improvements 

Bangunan 62.866 19.121 3.959 - 78.028 Buildings 

Mesin dan peralatan 182.784 109.467 9.907 - 282.344 Machinery and equipment 

Peralatan transportasi 19.851 13.859 3.037 74 30.747 Transportation equipment 

Peralatan dan perabotan kantor 16.394 10.350 591 19 26.172 Furniture, fixtures and office equipment 

Instalasi listrik dan air 25.992 19.483 744 - 44.731 Electrical and water installation 

Peralatan laboratorium 2.206 1.078 1.239 - 2.045 Laboratory equipment 

Jumlah 347.157 223.446 19.581 93 551.115 Total 

Aset sewa pembiayaan 129 668 - (93) 704 Under Financial Lease 

Jumlah Akumulasi Penyusutan 347.286 224.114 19.581 - 551.819 Total Accumulated Depreciation 

Bersih 3.357.895 4.248.285 Net





10. ASET TETAP (lanjutan) 10. PROPERTY, PLANT AND EQUIPMENT (continued) 

Saldo dan mutasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 

31 Desember 2007 

Saldo awal Penambahan/ Pengurangan/ Reklasifikasi/ Saldo Akhir 

1 Jan 2007 / Additions Deductions Reclassification 31 Des 2007 / 

Beginning Ending 

balance balance 

Jan 1, 2007 Dec 31, 2007 

43 

Balance and movement for the year ended 

December 31, 2007 

Nilai Tercatat Carrying value 


Tanah 129.249 213.978 25.460 25.880 343.647 Land 

Prasarana tanah dan bangunan 105.183 418.247 2.235 62.706 583.901 Land and buildings improvements 

Bangunan 261.024 105.461 31.905 6.258 340.838 Buildings 

Mesin dan peralatan 467.680 913.702 40.484 56.315 1.397.213 Machinery and equipment 


Peralatan dan perabotan kantor 27.438 32.856 2.570 533 58.257 Furniture, fixtures and office equipment 

Instalasi listrik dan air 43.925 120.208 - 12.687 176.820 Electrical and water installation 

Peralatan laboratorium 3.743 5.396 753 - 8.386 Laboratory equipment 

Jumlah 1.091.785 1.871.435 117.631 164.524 3.010.113 Total 


Bangunan dan prasarana 70.469 292.103 27.104 (92.226) 243.242 Land and buildings improvements 

Mesin dan peralatan 61.541 437.928 17.010 (64.078) 418.381 Machinery and equipment 

Lain-lain 12.452 29.085 136 (8.075) 33.326 Others 

Jumlah 144.462 759.116 44.250 (164.379) 694.949 Total 

Aset sewa pembiayaan 239 119 94 (145) 119 Under Financial Lease 

Jumlah Nilai Tercatat 1.236.486 2.630.670 161.975 - 3.705.181 Total Carrying Value 

Akumulasi Penyusutan Accumulated Depreciation 


Prasarana tanah dan bangunan 20.227 18.622 1.785 - 37.064 Land and buildings improvements 

Bangunan 50.713 18.421 6.268 - 62.866 Buildings 

Mesin dan peralatan 140.153 60.875 18.244 - 182.784 Machinery and equipment 


Peralatan dan perabotan kantor 12.981 5.181 1.787 19 16.394 Furniture, fixtures and office equipment 

Instalasi listrik dan air 14.028 11.964 - - 25.992 Electrical and water installation 

Peralatan laboratorium 2.221 316 331 - 2.206 Laboratory equipment 

Jumlah 264.586 121.514 39.014 71 347.157 Total 

Aset sewa pembiayaan 180 20 - (71) 129 Under Financial Lease 

Jumlah Akumulasi Penyusutan 264.766 121.534 39.014 - 347.286 Total Accumulated Depreciation 

Bersih 971.720 3.357.895 Net






a. Pembebanan penyusutan adalah sebagai berikut: a. Depreciation expenses were charged as follows: 

2008 2007 

Beban pokok penjualan 172.435 100.527 Cost of goods sold 

Beban penjualan (Catatan 21) 13.886 6.838 Selling expenses (Note 21) 

Beban umum dan administrasi (Catatan 21) 37.793 14.169 General and administrative expenses (Note 21) 

Jumlah 224.114 121.534 Total 

Laba penjualan aset tetap adalah sebagai berikut: Gain on sale of property, plant and equipment as follows: 

2008 2007 

Proceeds from sale of 

Hasil penjualan aset tetap 792.060 128.893 property, plant, and equipment 

Nilai buku 789.382 122.867 Book value 

Laba penjualan aset tetap 2.678 6.026 Gain on sale of property, plant and equipment 

b. Penambahan aset tetap untuk tahun yang berakhir 

pada tanggal 31 Desember 2008 terutama merupakan 

penambahan aset tetap sehubungan dengan 

revitalisasi dan ekspansi kegiatan usaha Perusahaan 

dan Anak Perusahaan. 

Penambahan aset tetap yang signifikan selama tahun 

2007 terutama berasal dari akuisisi aset Kelompok 

Usaha Dipasena (Catatan 26e) 

Berdasarkan Perjanjian Jual Beli Induk (Master Sale 

and Purchase Agreement) tanggal 28 Mei 2007 

antara Perusahaan dengan Blue Lion Group Pte. Ltd., 

yang kemudian diikuti oleh penandatanganan 

Perjanjian Pembelian Aset (Asset Purchase 

Agreement), Perusahaan telah menyetujui untuk 

membeli aset yang dimiliki oleh Kelompok Usaha 

Dipasena meliputi tanah tambak udang, tambak R&D 

dan sarana pelengkap lainnya, infrastruktur sarana 

tambak, kanal inlet dan outlet, bangunan-bangunan, 

cold storage, pembangkit listrik dan alat-alat 

transportasi yang terletak di beberapa lokasi di 

Lampung, Jawa Barat, Banten dan Sumatera Selatan. 

44 

b. Additions of property, plant and equipment for the 

year ended December 31, 2008 mainly due to 

revitalization and expansion of Company and 

subsidiaries’ operating activities. 

Significant addition of property, plant and equipment 

through 2007 mainly comes from acquisitions related 

to Dipasena Group asset (Note 26e). 

Based on Master Sale and Purchase Agreement dated 

May 28, 2007 between the Company and Blue Lion 

Group Pte. Ltd., followed by the signing of Asset 

Purchase Agreement, the Company purchased the 

assets owned by Dipasena Group consisting of shrimp 

ponds, R&D ponds and other supporting facilities, 

ponds infrastructure, inlet and outlet canal, buildings, 

cold storage, electricity generator and transportation 

equipment located in several locations in Lampung, 

West Java, Banten and South Sumatera.






Nilai akuisisi aset tetap dari Kelompok Usaha 

Dipasena adalah sebagai berikut: 

Nilai / Amount 

45 

Acquisition cost of property, plant and equipment from 

Dipasena Group is as follow: 

PT Aruna Wijaya Sakti (sebelumnya PT Aruna Wijaya Sakti (previously 

PT Dipasena Citra Darmaja) 543.942 PT Dipasena Citra Darmaja) 

PT Wachyuni Mandira 1.000.000 PT Wachyuni Mandira 

PT Birulaut Khatulistiwa 93.000 PT Birulaut Khatulistiwa 

PT Bestari Indoprima 50.000 PT Bestari Indoprima 

PT Triwindu Grahamanunggal 9.000 PT Triwindu Grahamanunggal 

PT Mesuji Pratama Lines 4.058 PT Mesuji Pratama Lines 

Jumlah 1.700.000 Total 

Perincian aset tetap yang dibeli dari Kelompok Usaha 

Dipasena adalah sebagai berikut: 

Nilai / Amount 

Details of fixed assets acquired from Dipasena Group 

are as follows: 

Tanah 181.882 Land 

Prasarana tanah dan bangunan 417.741 Land and building improvements 

Bangunan 77.903 Buildings 

Mesin dan peralatan 835.659 Machinery and equipment 

Peralatan transportasi 43.572 Transportation equipment 

Peralatan dan perabot kantor 25.569 Furniture,fixtures and office equipment 

Instalasi listrik dan air 113.355 Electrical and water installation 

Peralatan laboratorium 4.319 Laboratory equipment 


Luas tanah yang diakuisisi dari Kelompok Usaha 

Dipasena adalah sekitar 131,2 juta meter persegi. 

Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang 

Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 6 Juli 

2007 yang diaktakan dalam Akta Notaris No. 09 

tanggal 6 Juli 2007 dari notaris Yulia S.H., para 

pemegang saham Perusahaan menyetujui pembelian 

aset tersebut diatas. 

Total land acquired from Dipasena Group is 

approximately 131.2 million square metres. 

Based on minutes of Extraordinary Shareholders 

Meeting on July 6, 2007, as notarized by Notarial 

Deed No. 09 dated July 6, 2007 of Yulia S.H., the 

Company’s shareholders approved the above assets 

acquisition.






Pada tanggal 24 Mei 2007, berdasarkan Perjanjian 

Pengikatan Jual Beli antara Perusahaan dan CPI, 

Perusahaan membeli 29.375 meter persegi tanah 

milik CPI yang terletak di Jl. Raya Surabaya – 

Mojokerto KM 19, Desa Bringinbendo, Kecamatan 

Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur senilai 

Rp 10,6 miliar. Transaksi tersebut telah mendapatkan 

persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar 

Biasa (RUPSLB) Perusahaan tertanggal 27 Juni 2007 

yang diaktakan dengan Akta Notaris No. 67 dari 

Notaris Siti Pertiwi Henny Singgih, S.H. 

Berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli antara 

Perusahaan dan CPI tanggal 15 November 2007, 

Perusahaan setuju untuk menjual tanah, bangunan, 

sarana pelengkap, mesin-mesin dan peralatannya, 

kendaraan dan peralatan kantor yang berlokasi di 

(i) Desa Trimulyo, Kecamatan Genuk, 

Kabupaten/Kotamadya Semarang, Jawa Tengah 

dengan luas tanah 1,1 ha, dan (ii) Desa Sriwulan, 

Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah 

dengan luas 3,7 ha kepada CPI dengan harga jual 

sebesar Rp 109,0 miliar. Transaksi ini telah 

mendapatkan persetujuan dari pemegang saham 

dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar 

Biasa tanggal 18 Desember 2007, yang telah 

diaktakan dalam Akta Notaris No. 94 tanggal 

18 Desember 2007 dari Notaris Yulia S.H. 

Berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli antara 

CPI dan Perusahaan tanggal 15 November 2007, 

Perusahaan setuju untuk membeli tanah, bangunan, 

sarana pelengkap, mesin-mesin dan peralatannya, 

kendaraan dan peralatan kantor yang berada di 

atasnya, yang berlokasi di Desa Timbang Deli, 

Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan, 

Sumatera Utara dengan luas tanah sebesar 2,4 ha dari 

CPI. Harga pembelian adalah sebesar 

Rp 48,0 miliar. Transaksi ini telah mendapatkan 

persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat 

Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 18 

Desember 2007, yang telah diaktakan dalam Akta 

Notaris No. 94 tanggal 18 Desember 2007 dari 

Notaris Yulia S.H. 

46 

On May 24, 2007, based on Sale and Purchase 

Agreement between Company and CPI, the Company 

purchased 29,375 square metre land owned by CPI, 

located in Jl. Raya Surabaya – Mojokerto KM 19, 

Bringinbendo Village, Taman, Sidoarjo, East Java 

with total value of Rp 10.6 billion. This transaction 

has been approved by the Extraordinary 

Shareholders’ Meeting (RUPSLB) dated June 27, 

2007 as notarized by Notarial Deed No. 67 of Siti 

Pertiwi Henny Singgih, S.H. 

Based on Sale and Purchase Agreement between the 

Company and CPI dated November 15, 2007, the 

Company agreed to sell land, building, facilities, 

machineries and equipment, transportation and office 

equipment located in (i) Desa Trimulyo, Kecamatan 

Genuk, Semarang, Central Java with total area of 1.1 

ha, and (ii) Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung, 

Demak, Central Java with total area of 3.7 ha to CPI 

amounted to Rp 109.0 billion. This transaction has 

been approved by the shareholders in the 

Extraordinary Shareholders’ Meeting dated December 

18, 2007 as notarized by Notarial Deed No. 94 dated 

December 18, 2007 of Yulia S.H. 

Based on Sale and Purchase Agreement between CPI 

and the Company dated November 15, 2007, the 

Company agreed to buy land, building, facilities, 

machineries and equipment, transportation and office 

equipment located in Desa Timbang, Deli, Kecamatan 

Medan Johor, Medan, North Sumatera with total area 

of 2.4 ha from CPI. Total cost of acquisition is 

Rp 48.0 billion. This transaction has been approved by 

the Company’s shareholders in its Extraordinary 

Shareholders’ Meeting dated December 18, 2007 as 

notarized by Notarial Deed No. 94 dated 

December 18, 2007 of Yulia S.H.






Pengurangan aset tetap untuk tahun yang berakhir 

pada tanggal 31 Desember 2008 terutama berasal dari 

penjualan power plant Perusahaan kepada PT Central 

Daya Energi (CDE). 

Berdasarkan Perjanjian Pembelian Aset (Asset 

Purchase Agreement) tanggal 29 Oktober 2007 

antara Perusahaan dan CDE, Perusahaan setuju untuk 

menjual aset ex Dipasena Group berupa power plant 

beserta bangunan - bangunan, sarana pelengkap serta 

mesin-mesin dan peralatannya yang terletak di 

Kecamatan Rawa Jitu Timur, Tulang Bawang, 

Lampung dan Kecamatan Sungai Menang, Ogan 

Komering Ilir, Sumatera Selatan kepada CDE dengan 

harga jual sebesar Rp 780,0 miliar. Transaksi ini telah 

mendapatkan persetujuan dari pemegang saham 

dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa 

tanggal 18 Desember 2007, yang telah diaktakan 

dalam Akta Notaris No. 94 tanggal 

18 Desember 2007 dari Notaris Yulia S.H., dan telah 

dilaksanakan pada tahun 2008. 

c. Berdasarkan penelaahan manajemen Perusahaan dan 

Anak Perusahaan terhadap kondisi aset tetap, 

manajemen berkeyakinan bahwa tidak terdapat 

indikasi adanya penurunan nilai aset tetap Perusahaan 

dan Anak Perusahaan pada tanggal 31 Desember 

2008. 

d. Pada tanggal 31 Desember 2008, aset tetap (kecuali 

tanah dan peralatan transportasi), diasuransikan 

terhadap risiko kerugian akibat kerusakan, bencana 

alam, kebakaran dan risiko lainnya berdasarkan suatu 

paket polis tertentu dengan nilai pertanggungan 

sebesar AS$ 349,5 juta dan Rp 80,2 miliar (total setara 

dengan Rp 3,9 triliun). Manajemen berkeyakinan 

bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk 

menutup kemungkinan kerugian yang timbul dari 

risiko-risiko tersebut. 

47 

Deduction of property, plant and equipment for the year 

ended December 31, 2008 mainly consists of the sale of 

the Company’s power plant to PT Central Daya Energi 

(CDE). 

Based on Asset Purchase Agreement dated 

October 29, 2007 between the Company and CDE, the 

Company agreed to sell ex Dipasena’s assets consisting 

of power plants with its buildings, facilities and 

machineries located in District of Rawa Jitu Timur, 

Tulang Bawang, Lampung and District of Sungai 

Menang, Ogan Komering Ilir, South Sumatera, to CDE 

at selling price of Rp 780.0 billion. This transaction 

was approved by the Company’s shareholders in 

Extraordinary Shareholders’ Meeting dated December 

18, 2007 as notarized by Notarial Deed No. 94 dated 

December 18, 2007 of Yulia S.H., and was executed in 

2008. 

c. Based on the review of the Company’s and 

Subsidiaries’ management regarding the condition of 

property, plant and equipment, the management 

believes that there is no indication of impairment in 

assets values of the Company and Subsidiaries’ 

property, plant and equipment as of 

December 31, 2008. 

d. As of December 31, 2008, property, plant and 

equipment (except land and transportation equipment), 

are covered by insurance against losses from damage, 

natural disasters, fire and other risks under blanket of 

policies with total coverage of US$ 349.5 million and 

Rp 80.2 billion (total equivalent to Rp 3.9 trillion). 

The management believes that the insurance coverage 

is adequate to cover possible losses arising from such 

risks.






e. Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 

2008 aset dalam penyelesaian terutama merupakan 

biaya perolehan bangunan dan prasarana, mesin dan 

peralatan sehubungan dengan peningkatan kapasitas 

produksi udang beku Perusahaan, pakan ikan dan 

udang Perusahaan dan Anak Perusahaan serta 

revitalisasi pertambakan udang terpadu Perusahaan. 

f. Perusahaan dan Anak Perusahaan memiliki hak atas 

tanah berupa Hak Pakai dan Hak Guna Bangunan yang 

terdapat di beberapa daerah Indonesia dengan luas 

147,1 juta meter persegi. Hak atas tanah akan habis 

dalam beberapa tanggal sampai dengan tahun 2038. 

Manajemen berkeyakinan bahwa hak atas tanah akan 

dapat diperbaharui apabila telah habis masanya. 

g. Pada tanggal 31 Desember 2008, aset tetap tertentu 

digunakan sebagai jaminan untuk pinjaman Bank 

Niaga dan BNI (Catatan 12 dan 15). 

h. Untuk merefleksikan umur ekonomis aset tetap yang 

lebih tepat, maka pada tanggal 28 Januari 2008 CPB 

mengubah taksiran masa manfaat ekonomi aset tetap 

tertentu yang mulai berlaku efektif pada tanggal 

1 Januari 2008. Perubahan estimasi ini tidak 

berdampak signifikan terhadap laporan keuangan 

konsolidasian sehingga manajemen memutuskan untuk 

mencatat dampak perubahan estimasi tersebut di tahun 

berjalan. 

48 

e. For the year ended December 31, 2008 construction in 

progress mainly represents acquisitions of buildings 

and building improvement, machinery and equipment 

in relation to the increase of capacity in the Company’s 

frozen shrimp, the Company and subsidiary’s fish feed 

and shrimp feed, as well as revitalization on the 

Company’s integrated shrimp farming. 

f. The Company and Subsidiaries owned Land under 

Hak Pakai and Hak Guna Bangunan located in certain 

areas in Indonesia with total area of 147.1 million 

square metres. The related landrights will expire in 

various dates until 2038. The management believes 

that these rights can be renewed upon expiry. 

g. As of December 31, 2008, certain property, plant and 

equipment are used as collateral for loans from Bank 

Niaga and BNI (Notes 12 and 15). 

h. In order to better reflect the economic lives of 

property, plant and equipment, on January 28, 2008 

CPB changed the estimated useful lives of certain 

property, plant and equipment which is effective from 

January 1, 2008. This change does not have significant 

effect on the consolidated financial statements; 

therefore the management decided to record the effect 

in current year. 

11. ASET TIDAK LANCAR LAIN-LAIN, BERSIH 11. NON-CURRENT ASSETS – OTHERS, NET 

Rincian aset lain-lain, bersih terdiri dari: Details of non-current assets – others, net are as follows: 

2008 2007 

Tanah yang tidak digunakan dalam usaha 116.154 21.432 Land not used in operations 

Aset lain yang tidak digunakan dalam usaha 1.494 1.709 Other assets not used in operations 

Deposito yang terbatas penggunaannya - 168.370 Restricted deposit 

Lain-lain 6.710 5.346 Others 

Jumlah 124.358 196.857 Total





11. ASET TIDAK LANCAR LAIN-LAIN, BERSIH 

(lanjutan) 

Deposito yang Terbatas Penggunaannya Restricted Deposit 

Deposito yang terbatas penggunaannya – Sumitomo 

Mitsui Banking Corporation (SMBC) per 31 Desember 

2007 sebesar Rp 168,4 miliar (AS$ 17,9 juta) merupakan 

deposito yang terbatas penggunaannya sehubungan 

dengan penerbitan hutang obligasi oleh BOR (Catatan 

16). Sesuai dengan persyaratan dalam penawaran obligasi 

tersebut, sejumlah AS$ 17,9 juta harus disisihkan ke 

dalam rekening cadangan pembayaran bunga / Interest 

Reserve Account. Deposito ini telah digunakan di tahun 

2008 sehubungan dengan pembayaran bunga obligasi 

(Catatan 16), dan telah ditempatkan kembali dibulan 

Januari 2009. 

49 

11. NON-CURRENT ASSETS – OTHERS, NET 


Restricted deposit – Sumitomo Mitsui Banking 

Corporation (SMBC) as of December 31, 2007 

amounting to Rp 168.4 billion (US$ 17.9 million) is a 

restricted deposit in relation with the bond issuance by 

BOR (Note 16). In accordance with the terms in the bond 

offering, US$ 17.9 million should be set aside in the 

Interest Reserve Account. The deposit had been used in 

2008 to pay interest on bond (Note 16), and have been replaced 

in Januari 2009. 

Tanah yang Tidak Digunakan dalam Usaha Land Not Used in Operations 

Pada tanggal 24 Mei 2007, berdasarkan Perjanjian 

Pengikatan Jual Beli antara Perusahaan dan CPI, 

Perusahaan menjual tanah (yang tidak digunakan dalam 

usaha) yang terletak di Jl. Raya Surabaya – Mojokerto KM 

26, Desa Keboharan, Kecamatan Kriyan, Kabupaten 

Sidoarjo, Jawa Timur dengan luas 58.400 meter persegi 

kepada CPI senilai Rp 16,4 milyar. Transaksi ini telah 

mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham 

Luar Biasa (RUPSLB) Perusahaan tertanggal 27 Juni 2007 

yang diaktakan dengan Akta Notaris No. 67 dari Notaris 

Siti Pertiwi Henny Singgih, S.H. 

Di tahun 2007, terdapat tanah milik Anak Perusahaan yang 

berlokasi di Bali seluas 33.265 meter persegi dan belum 

digunakan, diklasifikasikan sebagai tanah yang tidak 

digunakan dalam usaha. 

Pada tanggal 25 Mei 2007, Menteri Kehutanan melalui 

Surat Keputusan No. SK.207/Menhut-II/2007 memutuskan 

untuk mengubah luas kawasan hutan berlokasi di Tulang 

Bawang, Lampung yang semula dilepaskan kepada CPB 

seluas 162,2 juta meter persegi menjadi 78,6 juta meter 

persegi. Dengan demikian CPB menghapuskan nilai 

tanahnya sebesar Rp 15,5 milyar di tahun 2007. 

Per 31 Desember 2008 dan 2007, tanah yang tidak 

digunakan dalam usaha yang tersebar di berbagai lokasi 

dengan luas keseluruhan masing-masing sebesar 

34,9 juta meter persegi dan 12,3 juta meter persegi. 

Hak atas tanah akan habis dalam beberapa tanggal sampai 

dengan tahun 2038. Manajemen berkeyakinan bahwa hak 

atas tanah akan dapat diperbaharui apabila telah habis 

masanya. 

Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perolehan atau 

perpanjangan hak atas tanah, dibebankan pada laporan laba 

rugi konsolidasian, karena jumlahnya tidak signifikan. 

On May 24, 2007, based on Sale and Purchase Agreement 

between Company and CPI, the Company sell 

58,400 square metres of its land (not used in operation) 

located in Jl. Raya Surabaya – Mojokerto KM 26, 

Keboharan Village, Kriyan, Sidoarjo, East Java to CPI 

with total value of Rp 16.4 billion. This transaction has 

been approved by the Extraordinary Shareholders’ 

Meeting dated June 27, 2007 as notarized by Notarial 

Deed No. 67 of Siti Pertiwi Henny Singgih, S.H. 

In 2007, there is a 33,265 square metres land owned by a 

Subsidiary located in Bali and has not been used yet, 

classified as land not used in operations. 

On May 25, 2007, Minister of Forestry through its 

Decision Letter No. SK.207/Menhut-II/2007 decided to 

change the size of forestry area located in Tulang Bawang, 

Lampung previously released to CPB, from 162.2 million 

square metres to 78.6 million square metres. Thus, CPB 

write off its land value amounted to Rp 15.5 billion in 

2007. 

As of December 31, 2008 and 2007, land which is not 

used in operations are located in several areas, with total 

area of 34.9 million square metres and 12.3 million square 

meters respectively. 

The related landrights will expire in various dates until 

2038. The management believes that these rights can be 

renewed upon expire. 

Cost incurred in relation to acquisition or renewal of legal 

titles of landrights is charged to consolidated statements of 

income due to insignificant amount.





12. HUTANG BANK JANGKA PENDEK 12 SHORT-TERM BANK LOANS 

Akun ini merupakan saldo atas, pinjaman revolving, 

pinjaman impor dan pinjaman tetap yang diperoleh 

Perusahaan dan Anak Perusahaan tertentu sebagai berikut: 

50 

This account represents, revolving loan, import loan and 

fixed loan obtained by the Company and certain 

Subsidiaries as follows: 

2008 2007 

Pinjaman revolving Revolving loan 

Dolar Amerika Serikat US Dollar 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 219.000 188.380 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 

(AS$ 20.000.000) (US$ 20,000,000) 

PT Bank Chinatrust Indonesia PT Bank Chinatrust Indonesia 

(AS$ 2.000.000) 21.900 18.838 (US$ 2,000,000) 

Rupiah Rupiah 

PT Bank Ekspor Indonesia 100.000 - PT Bank Ekspor Indonesia 

PT Bank Chinatrust Indonesia 19.000 - PT Bank Chinatrust Indonesia 

Pinjaman impor (L/C) Import loans (L/C) 

Dolar Amerika Serikat US Dollar 

PT Bank CIMB Niaga Tbk. PT Bank CIMB Niaga Tbk. 

(AS$ 25.808.953 tahun 2008 dan (US$ 25,808,953 in 2008 

AS$ 22.011.455 pada tahun 2007) 282.608 207.325 and US$ 22,011,455 in 2007) 

The Hongkong and Shanghai Banking The Hongkong and Shanghai Banking 

Corporation Limited Corporation Limited 

(AS$ 7.087.518 pada tahun 2008 dan (US$ 7,087,518 in 2008 and 

AS$ 5.666.620 pada tahun 2007) 77.608 53.374 and US$ 5,666,620 in 2007) 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 

(AS$ 4.269.645 pada tahun 2008 (US$ 4,269,645 in 2008 

dan AS$ 3.451.076 pada tahun 2007) 46.753 32.506 and US$ 3,451,076 in 2007) 

Deutsche Bank Deutsche Bank 

(AS$ 3.617.732 pada tahun 2008 (US$ 3,617,732 in 2008 

dan AS$ 4.169.009 pada tahun 2007) 39.614 39.268 and US$ 4,169,009 in 2007) 

Rupiah Rupiah 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 177.628 - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 

PT Bank CIMB Niaga Tbk. 147.333 - PT Bank CIMB Niaga Tbk. 


PT Bank Permata 12.500 - PT Bank Permata 

Jumlah 1.161.540 539.691 Total 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) PT Bank Negara Indonesia (Persero) 

Pada tanggal 21 September 2006, CPB menandatangani 

Perjanjian Kredit dengan Bank Negara Indonesia Tbk. 

(BNI) seperti dimuat dalam Akta Notaris Surjadi S.H 

No. 17, dimana BNI memberikan fasilitas Kredit modal 

Kerja (KMK) dengan pagu kredit AS$ 20,0 juta dengan 

suku bunga sebesar SIBOR+2% setahun. KMK ini 

dijamin dengan tanah seluas 2.096.000 meter persegi. 

On September 21, 2006 CPB entered into an agreement 

with PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) as notarized 

by Notarial Deed No. 17 of Surjadi S.H, whereby BNI 

will provide working capital loan (KMK) with credit limit 

of US$ 20.0 million and bears interest of SIBOR+2% p.a. 

The loan was secured by land with total area of 

2,096,000 square metres.





12. HUTANG BANK JANGKA PENDEK (lanjutan) 12. SHORT-TERM BANK LOANS (continued) 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) (lanjutan) PT Bank Negara Indonesia (Persero) (continued) 

Pada tanggal 21 September 2006 CPB juga mendapatkan 

fasilitas L/C (Surat Berdokumen Dalam Negeri) dari bank 

yang sama, yang perjanjiannya dimuat dalam akta No. 18, 

dari Notaris Surjadi S.H. Fasilitas L/C tersebut mempunyai 

pagu kredit sebesar AS$ 5,0 juta dan dikenakan bunga 

SIBOR+2% setahun. Fasilitas L/C ini dijamin dengan 

bahan baku senilai 125% dari fasilitas yang dipakai. 

Perjanjian fasilitas L/C ini berlaku selama 12 bulan sejak 

tanggal ditandatanganinya perjanjian fasilitas ini. 

Pada tanggal 16 Juli 2007, CPB menandatangani 

persetujuan perubahan perjanjian pemberian fasilitas 

pembukaan L/C impor dengan PT Bank Negara Indonesia 

(Persero) Tbk (BNI) dengan perjanjian nomor (1) 18. 

Perubahan ini menetapkan bahwa sight L/C yang jatuh 

tempo dapat diteruskan menjadi Trust Receipt (T/R) / 

post financing dengan syarat-syarat dan ketentuanketentuan 

yang telah disetujui. 

Penggunaan fasilitas L/C impor ditambah dengan fasilitas 

trust receipt / post financing tidak boleh melebihi AS$ 5,0 

juta. 

Pada tanggal 17 Juni 2008 berdasarkan Persetujuan 

Perubahan Perjanjian Pemberian Fasilitas Pembukaan 

L/C / SKBDN No. (3) 18, BNI dan CPB menyetujui untuk 

memperpanjang fasilitas pembukaan L/C sampai dengan 

tanggal 20 September 2008, yang kemudian diperpanjang 

sampai dengan tanggal 20 Desember 2008 sesuai dengan 

Persetujuan Perubahan Perjanjian Pemberian Fasilitas 

Pembukaan L/C / SKBDN No. (4) 18 tanggal 

14 Oktober 2008. 

Berdasarkan Persetujuan Perubahan Perjanjian Kredit 

No. (2) 17 tanggal 17 Juni 2008, BNI dan CPB menyetujui 

untuk mengadakan perubahan atas fasilitas Kredit Modal 

Kerja (KMK) antara lain: 

- memperpanjang fasilitas KMK sampai dengan tanggal 

20 September 2008 

- mengganti dan menambah jaminan yang sudah ada 

berupa hak tanggungan peringkat I (pertama) atas tanah 

senilai Rp 50,5 miliar dan 10 bidang tanah yang akan 

dibebani hak tanggungan peringkat I (pertama) sebesar 

Rp 158,0 miliar. 

Selanjutnya, pada tanggal 14 Oktober 2008, berdasarkan 

Persetujuan Perjanjian Kredit No. (3) 17, BNI dan CPB 

menyetujui untuk memperpanjang fasilitas Kredit Modal 

Kerja (KMK) sampai dengan tanggal 20 Desember 2008. 

51 

On September 21, 2006 CPB also obtained Letter of 

Credit (L/C) facility from the same bank as notarized in 

Notarial Deed No. 18 of Surjadi S.H. This L/C facility has 

maximum limit of US$ 5.0 million and bears interest of 

SIBOR+2% p.a. The L/C facility is secured by raw 

material with total value of 125% of the used facility. The 

agreement for the L/C facility is valid for 12 months 

starting from the date when the loan agreement was 

signed. 

On July 16, 2007, CPB signed an amended import L/C 

facilities agreement with PT Bank Negara Indonesia 

(Persero) Tbk (BNI), under agreement no. (1) 18. The 

amendment stipulated that due sight L/C can be carried 

forward as Trust Receipt (T/R) / post financing in line 

with the agreed terms and conditions. 

Usage of import L/C facilities plus the trust receipt / post 

financing facility may not exceed US$ 5.0 million. 

On June 17, 2008 based on the Amended LC Facility 

Agreement / SKBDN No. (3) 18, BNI and CPB agreed to 

extend LC opening facility to September 20, 2008, which 

was further extended to December 20, 2008 as per 

Amended LC Facility Agreement / SKBDN No. (4) 18 

dated October 14, 2008. 

Based on Amended Credit Agreement No. (2) 17 dated 

June 17, 2008, BNI and CPB agreed to amend to Working 

Capital Facility among others: 

- to extend Working Capital facility up to 

September 20, 2008 

- to replace and add the existing collaterals in form of 

first ranked mortgage over land amounting to Rp 50.5 

billion and first ranked mortgage over 10 piece of land 

amounting to Rp 158.0 billion. 

Furthermore, on October 14, 2008, based on Amended 

Credit Agreement No. (3) 17, BNI and CPB agreed to 

extend the working capital facility up to 

December 20, 2008.






PT Bank Negara Indonesia (Persero) (lanjutan) PT Bank Negara Indonesia (Persero) (continued) 

Berdasarkan surat konfirmasi dari BNI tertanggal 

12 Maret 2009, fasilitas KMK dan LC tersebut di atas 

telah diperpanjang sampai dengan tanggal 

20 September 2009. 

Pada tanggal 23 Juni 2008, Perusahaan menandatangani 

Perjanjian Kredit dengan BNI seperti dimuat dalam Akta 

Notaris Surjadi S.H No. 33 dimana BNI memberikan 

fasilitas pembukaan L/C Impor dalam bentuk Irrevocable 

Sight L/C dan/atau Usance L/C dan dapat dipergunakan 

untuk pembukaan SKBDN dalam bentuk Irrevocable 

Sight atau Usance SKBDN, dengan batas maksimum 

sebesar Rp 185,0 miliar atau AS$ 20,0 juta dengan bunga 

sebesar 11,5% per tahun. Jangka waktu fasilitas ini adalah 

1 (satu) tahun sampai dengan tanggal 22 Juni 2009. 

Pada tanggal 31 Desember 2008, jumlah fasilitas 

revolving yang sudah digunakan sebesar AS$ 20,0 juta 

sedangkan jumlah fasilitas L/C impor yang sudah 

digunakan sebesar AS$ 4,3 juta dan Rp 177,6 miliar. 

52 

Based on confirmation letter from BNI dated 

March 12, 2009, the above working capital and LC 

facilities have been extended until September 20, 2009. 

On June 23, 2008, the Company entered into a credit 

agreement with BNI as notarized by Notarial Deed No. 33 

of Surjadi S.H, whereby BNI provides L/C opening 

facility in form of Irrevocable Sight L/C and/or Usance 

L/C which can also be used to open SKBDN in form of 

Irrevocable Sight or Usance SKBDN, with credit limit of 

Rp 185.0 billion or US$ 20.0 million at interest rate of 

11.5% p.a. This facility is valid for 1 (one) year until June 

22, 2009. 

As of December 31, 2008, total revolving facility which 

has been used amounting to US$ 20.0 million whereas 

total L/C impor facility which has been used amounting 

to US$ 4.3 million and Rp 177.6 billion. 

PT Bank Ekspor Indonesia (BEI) PT Bank Ekspor Indonesia (BEI) 

Pada tanggal 29 Mei 2008, berdasarkan Akta No. 94 dari 

Suwarni Sukiman S.H., BEI menyetujui untuk 

memberikan fasillitas kredit dibawah ini kepada 

Perusahaan: 

- Fasilitas pembukaan L/C Sight atau Usance dan / atau 

pembiayaan L/C impor sampai jumlah pokok sebesar 

AS$ 10,0 juta. 

- Fasilitas kredit modal kerja sampai jumlah sebesar 

Rp 100,0 milyar. 

Fasilitas kredit ini diberikan untuk jangka waktu 12 bulan 

terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Perjanjian 

Pinjaman. 

Fasilitas L/C ini dijamin oleh jaminan tunai yang 

mewakili 15% dari pembukaan L/C serta jaminan fiducia 

berupa persediaan barang yang diimpor dengan nilai 

penjaminan setara 125% dari fasilitas yang digunakan. 

Fasilitas kredit modal kerja diberikan tanpa jaminan. 

Perusahaan diwajibkan untuk memenuhi beberapa 

persyaratan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam 

Perjanjian Pinjaman. 

On May 29, 2008, based on Notarial Deed No. 94 of 

Suwarni Sukiman, S.H., BEI agreed to provide the 

following credit facilities to the Company: 

- Opening facility for Sight L/C or Usance L/C and / or 

financing import L/C with credit limit of US$ 10.0 

million. 

- Working capital loan facility with credit limit of 

Rp 100.0 billion. 

This credit facility is provided for 12 months period 

starting from the signing of the Credit Agreement. 

This L/C facility is secured by cash collateral representing 

15% of opened L/C and fiduciary transfer of imported 

inventories equivalent to 125% of used facility. Working 

capital loan facility was provided without no collateral. 

The Company is required to comply with several 

requirements as stipulated in the loan agreement.






PT Bank Chinatrust Indonesia PT Bank Chinatrust Indonesia 

Pada tanggal 31 Oktober 2007, Perusahaan 

menandatangani Perjanjian Kredit dengan PT Bank 

Chinatrust Indonesia (Chinatrust) seperti dimuat dalam 

Akta Notaris Dewi Himijati Tandika S.H No. 92, dimana 

Chinatrust memberikan Fasilitas Short Term Loan dengan 

pagu kredit AS$ 2,0 juta dengan suku bunga mengambang 

sebesar 8,5% per tahun ditambah facility fee sebesar 0,5% 

per tahun. Jangka waktu fasilitas ini adalah 1 (satu) tahun 

sampai dengan tanggal 31 Oktober 2008. 

Pada tanggal 22 Desember 2008 berdasarkan Perubahan 

Perjanjian Kredit No. 150/AMEND/XII/2008, Chinatrust 

menyetujui bahwa fasilitas senilai AS$ 2,0 juta tersebut 

dapat ditarik dalam mata uang AS$ atau mata uang 

lainnya dengan persetujuan Chinatrust, dan jangka waktu 

fasilitas diperpanjang sampai tanggal 14 April 2009 

dengan suku bunga mengambang sebesar 10,65% per 

tahun untuk pinjaman dalam AS$ dan 15,65% per tahun 

untuk pinjaman dalam Rupiah. 

Pada tanggal 27 Mei 2008 CPB menandatangani 

Perjanjian Kredit dengan Chinatrust seperti dimuat dalam 

Akta Notaris Dewi Himijati Tandika S.H No. 77, dimana 

Chinatrust memberikan Fasilitas Short Term Loan dengan 

pagu kredit AS$ 2,0 juta dengan suku bunga mengambang 

sebesar 8% per tahun untuk pencairan dalam mata uang 

Dollar Amerika Serikat dan bunga Sertifikat Bank 

Indonesia 1 (satu) bulan ditambah 2,75% per tahun untuk 

pencairan dalam mata uang Rupiah. Imbal jasa fasilitas 

(Facility Fee) sebesar 0,5% (nol koma lima persen) per 

tahun, dihitung dari pagu fasilitas dan harus dibayar 

dimuka. Jangka waktu fasilitas ini adalah 1 (satu) tahun 

sampai dengan tanggal 27 Mei 2009 

53 

On October 31, 2007 the Company entered into a credit 

agreement with PT Bank Chinatrust Indonesia 

(Chinatrust) as notarized by Notarial Deed No. 92 of 

Dewi Himijati Tandika S.H, whereby Chinatrust provides 

short term loan facility with credit limit of 

US$ 2.0 million and bears floating interest rate of 

8.5% p.a plus facility fee of 0.5% p.a. This facility is 

valid for 1 (one) year until October 31, 2008. 

On December 22, 2008 based on Amended Credit 

Agreement No. 150/AMEND/XII/2008, Chinatrust 

agreed that the US$ 2.0 million credit facility may be 

drawdown in US$ or any other currencies as approved by 

Chinatrust,and the facility period is extended up to 

April 14, 2009 at floating interest rates of 10.65% p.a for 

loan in US$ and 15.65% p.a. for loan in Rupiah. 

On May 27, 2008 CPB entered into a credit agreement 

with Chinatrust as notarized by Notarial Deed No. 77 of 

Dewi Himijati Tandika S.H, whereby Chinatrust provides 

Short Term Loan facility with credit limit of 

US$ 2.0 million at floating interest rate of 8% p.a. for 

drawdown in US$ and at 1 month Sertifikat Bank 

Indonesia interest rate plus 2.75% p.a. for drawdown in 

Rupiah. Facility fee of 0.5% (zero point five percent) of 

the credit limit per year and is payable in advance. The 

facility period is 1 (one) year and will expire on May 27, 

2009.






PT Bank CIMB Niaga Tbk. (Bank Niaga) PT Bank CIMB Niaga Tbk. (Bank Niaga) 

Sehubungan dengan legal merger antara PT Bank Niaga 

Tbk. dan PT Bank Lippo Tbk., hutang bank jangka pendek 

kepada kedua bank tersebut disajikan sebagai bagian dari 

hutang bank jangka pendek kepada PT Bank CIMB Niaga 

Tbk. 

54 

Pursuant to the legal merger between PT Bank Niaga Tbk. 

and PT Bank Lippo Tbk., the short term bank loans from 

these two banks are presented as part of short term loans 

from PT Bank CIMB Niaga Tbk. 

Dahulu PT Bank Niaga Tbk. Previously PT Bank Niaga Tbk. 

Pinjaman Impor Import Loan 

Pada tanggal 30 November 2007, Perusahaan 

menandatangani perjanjian dengan PT Bank Niaga Tbk. 

(Bank Niaga) dengan perjanjian 

No. 292/CBG/JKT/2007, No. 293/CBG/JKT/2007 dan 

No. 294/CBG/JKT/2007, dimana Bank Niaga 

menyediakan fasilitas pembukaan Letter of Credit Impor 

dan atau Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (L/C 

Impor – SKBDN), Pinjaman Transaksi Khusus (Fasilitas 

PTK) dan Pengalihan Hak atas Wesel Ekspor (Fasilitas 

NWE) dengan jangka waktu 12 bulan (30 November 2007 

- 30 November 2008). Fasilitas kredit tersebut mempunyai 

pagu kredit gabungan sebesar AS$ 10,0 juta. Bunga atas 

fasilitas PTK ini adalah sebesar SIBOR+2% per tahun. 

Fasilitas kredit tersebut dijaminkan dengan : 

- hak tanggungan peringkat II atas tanah dan bangunan 

milik CPB yang terletak di Desa Suak, Lampung 

dengan nilai tanggungan sebesar Rp 5,0 miliar. 

- hak tanggungan peringkat II atas tanah dan bangunan 

milik CPB yang terletak di desa Sindangsari, Lampung 


- jaminan fidusia atas barang-barang yang dibeli dengan 

menggunakan fasilitas L/C Impor – SKBDN, dengan 

nilai jaminan minimal sebesar AS$ 10,0 juta. 

On November 30, 2007, the Company entered into 

agreements with PT Bank Niaga Tbk. (Bank Niaga) 

under agreements No. 292/CBG/JKT/2007, 

No. 293/CBG/JKT/2007 and No. 294/CBG/JKT/2007, 

whereby Bank Niaga provides Import and or SKBDN 

Letter of Credit (Import L/C – SKBDN) facility, Special 

Transaction Loan Facility (PTK) and Pengalihan Hak 

Atas Wesel Ekspor (Negotiated Line for Export 

Documents) for a period 12 months (November 30, 2007 - 

November 30, 2008). These facilities have combined 

credit limit of US$ 10.0 million. Interest on transaction 

loan facility is SIBOR+2% p.a. 

This facilities are secured by: 

- second ranked mortgage over land and building owned 

by CPB located in Suak Village, Lampung valued at 


- second ranked mortgage over land and building owned 

by CPB located in Sindangsari village, Lampung 

valued at Rp 5.0 billion. 

- fiduciary security over inventories purchased under the 

import L/C - SKBDN facility, with minimum collateral 

value of US$ 10.0 million.






PT Bank CIMB Niaga Tbk. (Bank Niaga) (lanjutan) PT Bank CIMB Niaga Tbk. (Bank Niaga) (continued) 

Dahulu PT Bank Niaga Tbk. Previously PT Bank Niaga Tbk. 

Pada tanggal 12 Juni 2008 fasilitas-fasilitas 

pinjaman tersebut diubah dengan perjanjian 

No. 279/AMD/CBG/JKT/08, No. 280/AMD/CBG/JKT/08 

dan No. 281/AMD/CBG/JKT/08, dimana, antara lain, 

Bank Niaga setuju untuk menambah pagu kredit fasilitas 

impor dari AS$ 10,0 juta menjadi AS$ 20,0 juta dengan 

tambahan jaminan sebagai berikut: 

- hak tanggungan peringkat III atas tanah dan bangunan 

milik CPB yang terletak di Desa Suak, Lampung 


- hak tanggungan peringkat III atas tanah dan bangunan 

milik CPB yang terletak di Desa Sindangsari, Lampung 


- jaminan fiducia atas barang-barang yang dibeli dengan 

menggunakan fasilitas L/C Impor dengan jaminan 

minimal sebesar AS$ 20,0 juta (semula AS$ 10,0 juta). 

Fasilitas-fasilitas ini terakhir diubah pada tanggal 

28 November 2008 dengan perjanjian 

No. 590/AMD/CBG/JKT/08, No. 591/AMD/CBG/JKT/08 

dan No. 592/AMD/CBG/JKT/08, dimana, antara lain, 

Bank Niaga setuju untuk melakukan perubahan mata uang 

dan pagu kredit fasilitas L/C Impor dari AS$ 20,0 juta 

menjadi sebesar AS$ 18,5 juta dan Rp 18,6 miliar serta 

memperpanjang jangka waktu fasilitas pinjaman sampai 

dengan tanggal 12 Juni 2009. 

Pada tanggal 19 Oktober 2006, CPB menandatangani 

perjanjian dengan Bank Niaga dengan perjanjian 

No. 389/CBG/JKT/2006, No. 390/CBG/JKT/2006 dan 

No. 391/CBG/JKT/2006, dimana Bank Niaga akan 

menyediakan fasilitas pembukaan Letter of Credit Impor 

(L/C Impor), Pinjaman Transaksi Khusus Impor (PTK- 

Impor) dan fasilitas pengalihan hak atas Wesel Ekspor 

dengan jangka waktu 12 bulan (19 Oktober 2006 – 

19 Oktober 2007). Fasilitas-fasilitas kredit ini mempunyai 

pagu kredit gabungan sebesar AS$ 8,0 juta. Untuk PTK- 

Impor dikenakan bunga sebesar SIBOR+2,75% per tahun. 

55 

On June 12, 2008, the facilites were amended 

with agreements No. 279/AMD/CBG/JKT/08, No. 

280/AMD/CBG/JKT/08 and No. 281/AMD/CBG/JKT/08 

whereby, among others, Bank Niaga agreed to increase 

the credit limit of import facility from US$ 10.0 million to 

US$ 20.0 million with additional collaterals as follows: 

- third ranked mortgage over land and building owned 

by CPB located in Suak Village, Lampung valued at 


- third ranked mortgage over land and building owned 

by CPB located in Sindangsari village, Lampung 

valued at Rp 5.0 billion. 

- fiduciary security over inventories purchased under the 

import L/C facility, at minimum value of 

US$ 20.0 million (previously US$ 10.0 million). 

The facilities were last amended on November 28, 2008, 



whereby, among others, Bank Niaga agreed to amend the 

currency and the limit of L/C facility from 

US$ 20.0 million to US$ 18.5 million and Rp 18.6 billion, 

and to extend the loan facilities period to June 12, 2009. 

On October 19, 2006, CPB entered into agreements with 

Bank Niaga under agreements No. 389/CBG/JKT/2006, 

No. 390/CBG/JKT/2006 dan No. 391/CBG/JKT/2006, 

whereby Bank Niaga will provide Letter of Credit Impor 

(L/C Impor) facility, Special Transaction Loan – Import 

Loan Facility (PTK-Import) and Pengalihan Hak Atas 

Wesel Ekspor (Negotiated Line for Export Documents 

facility). These facilities are valid for 12 months 

(October 19, 2006 – October 19, 2007) with maximum 

combined limit of US$ 8.0 million. The PTK-Import bears 

interest of SIBOR+2.75% p.a.






PT Bank CIMB Niaga Tbk. (Bank Niaga) (lanjutan) 

Dahulu PT Bank Niaga Tbk. 

Fasilitas PTK-Impor dijamin dengan : 

- hak tanggungan peringkat pertama atas tanah, 

bangunan, milik CPB yang tertanam diatas tanah 

seluas 123.71 ha yang terletak di Desa Suak, 

Lampung, 

- hak tanggungan peringkat pertama atas tanah, 

bangunan, mesin-mesin serta peralatan milik CPB yang 

tertanam diatas tanah seluas 70.875 meter persegi dan 

32.625 meter persegi yang terletak di desa 

Sindangsari, Lampung, 

- jaminan fidusia atas barang-barang yang dibeli dengan 

menggunakan fasilitas L/C Impor, dengan nilai 

jaminan minimal sebesar Rp 80,0 miliar. 

Fasilitas pengalihan hak atas wesel ekspor dijaminkan 

dengan semua barang yang diwakili oleh dokumendokumen 

ekspor. 

Pada tanggal 14 Desember 2007 failitas-fasilitas pinjaman 

tersebut diubah dengan perjanjian No. 

608/AMD/CBG/JKT/07, No. 609/AMD/CBG/JKT/07 dan 

No. 610/AMD/CBG/JKT/07, dimana, antara lain, Bank 

Niaga setuju untuk memperpanjang jangka waktu fasilitasfasilitas 

pinjaman tersebut sampai dengan tanggal 

14 Desember 2008 dengan pagu kredit gabungan sebesar 

AS$ 16,0 juta, dan bunga sebesar SIBOR+2% per tahun 

untuk PTK-Impor. 

Fasilitas-fasilitas ini terakhir diubah pada tanggal 10 

Desember 2008 dengan perjanjian No. 

564/AMD/CBG/JKT/08, No. 565/AMD/CBG/JKT/08 dan 

No. 566/AMD/CBG/JKT/08, dimana, antara lain, Bank 

Niaga setuju untuk melakukan perubahan mata uang dan 

pagu kredit fasilitas L/C Impor dari AS$ 16,0 juta menjadi 

sebesar AS$ 13,8 juta dan Rp 25,3 miliar serta 

memperpanjang jangka waktu fasilitas pinjaman sampai 

dengan tanggal 20 Agustus 2009. 

Berdasarkan Perjanjian Fasilitas Pinjaman di atas, CPB 

diwajibkan untuk memenuhi rasio-rasio keuangan tertentu. 

CPB juga tidak diperbolehkan melakukan beberapa 

transaksi tertentu (Catatan 15). 

56 

PT Bank CIMB Niaga Tbk. (Bank Niaga) (continued) 

Previously PT Bank Niaga Tbk. 

The Special Transaction Import Loan Facility (PTK- 

Impor) is secured by: 

- first ranked mortgage over land and building with 

areas of 123,71 ha owned by CPB located in Suak 

Village, Lampung, 

- first ranked mortgage over land, building, machinery 

and equipment with areas of 70,875 square metres and 

32,625 square metres owned by CPB in Sindangsari 

village, Lampung, 

- fiduciary securities over inventories purchased under 

the L/C import facility, with minimum collateral value 

of Rp 80.0 billion. 

The Negotiated Line for Export Documents is secured by 

goods documented under corresponding export 

documents. 

On December 14, 2007, the facilities were amended with 

agreements No. 608/AMD/CGB/JKT/07, No. 


whereby, among others, Bank Niaga agreed to extend the 

loan facilities up to December 14, 2008 with maximum 

combined credit limit of US$ 16.0 million, and interest of 

SIBOR+2% p.a. for PTK-Impor. 

The facilities were last amended on December 10, 2008, 



whereby, among others, Bank Niaga agreed to amend the 

currency and the limit of L/C facility from the original 

limit of US$ 16.0 million to US$ 13.8 million and 

Rp 25.3 billion, and to extend the loan facilities period up 

to August 20, 2009. 

Based on the above credit agreements, CPB should meet 

certain financial ratios. CPB is also prohibited to enter 

into certain transactions (Note 15).






PT Bank CIMB Niaga Tbk. (Bank Niaga) (lanjutan) 

57 

PT Bank CIMB Niaga Tbk. (Bank Niaga) (continued) 

Dahulu PT Bank Lippo Tbk. Previously PT Bank LippoTbk. 

Pada tanggal 5 Juni 2006, Perusahaan, CPB dan CPgP 

memperoleh fasilitas Letters of Credit (L/C) dari PT Bank 

Lippo Tbk. (Bank Lippo) dengan pagu kredit masingmasing 

sebesar AS$ 5,0 juta, AS$ 5,0 juta, AS$ 3,0 juta. 

Fasilitas ini dijaminkan oleh jaminan tunai yang mewakili 

15% dari pembukaan L/C dan persediaan yang mewakili 

125% dari pinjaman. Perusahaan tersebut di atas 

diwajibkan untuk memenuhi beberapa persyaratan dan 

pembatasan serta harus memperoleh persetujuan tertulis 

dari Bank Lippo sebelum melaksanakan transaksi-transaksi 

tertentu sebagaimana dinyatakan dalam Perjanjian 

Pinjaman. 

Pada tanggal 4 Juni 2007, fasilitas kredit untuk CPB, 

Perusahaan dan CPgP telah diperpanjang sampai dengan 

tanggal 5 Juni 2008, sesuai Akta Notaris No. 10, 11 dan 12 

dari notaris Myra Yuwono, S.H. tertanggal 9 Juli 2007. 

Pada tanggal 26 Desember 2007, CPgP telah melunasi 

kewajibannya kepada Bank Lippo. 

Pada tanggal 4 Juni 2008, fasilitas kredit untuk CPB dan 

Perusahaan telah diperpanjang sampai dengan tanggal 

5 Juni 2009, sesuai Akta Notaris No. 20 dan 21 dari 

notaris Myra Yuwono S.H. tertanggal 4 Juni 2008. 

Pada tanggal 31 Desember 2008 jumlah fasilitas L/C 

Impor yang sudah digunakan sebesar AS$ 25,8 juta dan 


PT Bank Permata Tbk. PT Bank Permata Tbk. 

Pada tanggal 4 April 2008, berdasarkan Akte Notaris 

No. 17 oleh Sjarmeini S. Chandra, S.H., Perusahaan 

memperoleh fasilitas Letters of Credit (L/C) dari PT Bank 

Permata Tbk. dengan pagu kredit sebesar AS$ 10,0 juta 

yang dimulai sejak tanggal 4 April 2008 dan akan 

berakhir pada tanggal 4 April 2009. 

Fasilitas ini dijamin oleh jaminan tunai yang mewakili 

15% dari pembukaan L/C serta jaminan fiducia berupa 

persediaan barang yang diimpor dengan nilai penjaminan 

setara 125% dari fasilitas yang digunakan. 

Perusahaan diwajibkan untuk memenuhi beberapa 

persyaratan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam 

Perjanjian Pinjaman. 

Pada tanggal 31 Desember 2008, jumlah fasilitas impor 

yang sudah digunakan sebesar Rp 12,5 miliar. 

On June 5, 2006, the Company, CPB and CPgP obtained 

Letters of Credit (L/C) facilities from PT Bank Lippo 

Tbk. (Bank Lippo) with credit limit of US$ 5.0 million, 

US$ 5.0 million and US$ 3.0 million, respectively. These 

facilities are secured by cash collateral representing 15% 

from open L/C and inventories representing 125% of the 

loan. Those companies are required to comply with 

several requirements and restrictions and should obtain a 

written consent from Bank Lippo before entering into 

certain significant transactions as stipulated in the 

respective loan agreement. 

On June 4, 2007, L/C facilities for CPB, the Company 

and CPgP have been extended until June 5, 2008, as 

notarized in Notarial Deed No. 10, 11 and 12 of Myra 

Yuwono S.H. dated July 9, 2007. 

As of December 26, 2007, CPgP had fully repaid its 

liability to Bank Lippo. 

On June 4 2008, credit facilities for CPB and the 

Company have been extended until June 5, 2009, as 

notarized in Notarial Deed No. 20 and 21 of Myra 

Yuwono dated June 4, 2008. 

As of December 31, 2008, the total L/C Impor facility 

which had been used amounting to US$ 25.8 million and 


On April 4, 2008, based on the Notarial Deed No. 17 of 

Sjarmeini S. Chandra, S.H., the Company obtained 

Letters of Credit (L/C) facility from PT Bank Permata 

Tbk. with total credit limit of US$ 10.0 million starting 

from April 4, 2008 and will expire on April 4, 2009. 

This facility is secured by cash collateral representing 

15% of opened L/C and fiduciary transfer of imported 

inventories at value equivalent to 125% of the used 

facility. 

The Company is required to comply with several 

requirements as stipulated in the loan agreement. 

As of December 31, 2008, total import facility which had 

been used amounting to Rp 12.5 billion.






The Hongkong and Shanghai Banking Corporation 

Limited (HSBC) 

Pada tanggal 22 November 2006, Perusahaan, CPB dan 

CPgP mendapatkan fasilitas impor masing-masing sebesar 

AS$ 4,0 juta, AS$ 4,0 juta, dan AS$ 2,0 juta; dan fasilitas 

treasury masing-masing sebesar AS$ 500 ribu 

berdasarkan perjanjian No. JAK/060748/U/060912, No. 

JAK/060747/U/060912, dan No. JAK/060746/U/060912. 

Fasilitas-fasilitas ini dijamin dengan seluruh barang 

persediaan berupa bahan baku pembuatan pakan 

ternak/ikan/udang yang akan diimpor masing-masing setara 

dengan 125% dari nilai impor dan 15 % cash margin atau 

penempatan deposito di HSBC. 

Pada tanggal 10 Desember 2007, Perusahaan, CPB 

dan CPgP menandatangani perubahan atas Fasilitas 

Pinjaman dengan HSBC berdasarkan perjanjian 

No. JAK/070732/U/071123, No. JAK/070733/U/071123, 

dan No. JAK/070730/U/071123 dimana HSBC setuju 

untuk memperpanjang fasilitas ini sampai dengan tanggal 

30 September 2008. Perusahaan dan CPgP juga 

mendapatkan tambahan pagu kredit menjadi masingmasing 

sebesar AS$ 11,0 juta dan AS$ 5,0 juta. 

Saat ini fasilitas pinjaman tersebut sedang dalam proses 

perpanjangan. 


yang sudah digunakan sebesar AS$ 7,1 juta. 

Deutsche Bank AG Deutsche Bank AG 

Pada tanggal 11 Januari 2007, Perusahaan memperoleh 

fasilitas Letters of Credit (L/C) dari Deutsche Bank AG, 

Cabang Jakarta dengan pagu kredit sebesar AS$ 6,5 juta. 

Fasilitas ini dijamin oleh jaminan tunai yang mewakili 

15% dari pembukaan L/C. Perusahaan diwajibkan untuk 

memenuhi beberapa persyaratan tertentu sebagaimana 

dinyatakan dalam Perjanjian Pinjaman. 

Pada tanggal 17 Oktober 2007 Perusahaan dan CPB 

menandatangani perubahan perjanjian fasilitas Letters of 

Credit (L/C) dengan Deutsche Bank AG, Cabang Jakarta, 

yang meningkatkan pagu kredit untuk fasilitas bersama 

menjadi sebesar AS$ 10,0 juta. Fasilitas ini berakhir pada 

tanggal 30 September 2008 dan secara otomatis akan 

diperpanjang hingga 31 Juli 2009. 

58 

The Hongkong and Shanghai Banking Corporation 

Limited (HSBC) 

On November 22, 2006, the Company, CPB and CPgP 

obtained import facility of US$ 4.0 million, US$ 4.0 

million and US$ 2.0 million respectively; and treasury 

facility of US$ 500 thousand for each based on agreement 

No. JAK/060748/U/060912, No. JAK/060747/U/060912, 

and No. JAK/060746/U/060912. These facilities are 

secured by all raw materials inventories for producing 

livestock feed/fish feed /shrimp feed to be imported 

equivalent to 125% of import value and 15% cash margin 

or time deposit placements in HSBC. 

On December 10, 2007, the Company, CPB and CPgP 

entered into agreements to amend the Loan Facility with 

HSBC under agreements No. JAK/070732/U/071123, No. 

JAK/070733/U/071123, and No. JAK/070730/U/071123 

whereby HSBC agreed to extend the facilities up to 

September 30, 2008. The Company and CPgP also obtain 

additional credit limits increasing their total to 

US$ 11.0 million and US$ 5.0 million respectively. 

Currently the loan facilities are in the process of 

extension. 


been used amounting to US$ 7.1 million. 

On January 11, 2007, the Company obtained Letters of 

Credit (L/C) facility from Deutsche Bank AG, Jakarta 

Branch with total credit limit of US$ 6.5 million. This 

facility is secured by cash collateral representing 15% 

from open L/C. The Company is required to comply with 

several requirements as stipulated in the loan agreement. 

On October 17, 2007, the Company and CPB entered into 

agreements to revise the Letters of Credit (L/C) facilities 

from Deutsche Bank AG, Jakarta Branch, increasing their 

joint facility credit limit to US$ 10.0 million. The facility 

expired on December 31, 2008 and automatically was 

extended until July 31, 2009.






Deutsche Bank AG (lanjutan) Deutsche Bank AG (continued) 

Berdasarkan Akta Notaris No. 111 dari Suwarni Sukiman, 

S.H pada tanggal 30 Oktober 2007, Perusahaan 

memberikan jaminan fidusia berupa persediaan barang 

yang pembeliannya menggunakan fasilitas L/C impor 

dengan nilai penjaminan setara 125% dari fasilitas yang 

digunakan. 


yang sudah digunakan adalah sebesar AS$ 3,6 juta. 

PT Bank DBS Indonesia 

Pada tanggal 23 Oktober 2008, Perusahaan, CPB, CPgP 

dan CWS (“Peminjam”) menandatangani Perjanjian 

Fasilitas Pinjaman dengan PT Bank DBS Indonesia (DBS) 

dengan perjanjian No. 12 yang diaktakan oleh Notaris 

Putut Mahendra S.H, dimana DBS akan menyediakan 

fasilitas L/C Impor dengan pagu maksimum sebesar AS$ 

20,0 juta atau ekuivalen dalam mata uang lainnya yang 

disetujui oleh DBS. Fasilitas ini akan berakhir pada 

tanggal 23 Oktober 2009. 


yang sudah digunakan sebesar Rp 17,6 miliar. 

59 

Based on Notarial Deed No. 111 of Suwarni Sukiman, 

S.H on October 30, 2007, the Company provides fiduciary 

security over inventories purchased under the L/C import 

facility at value equivalent to 125% of the used facility. 


been used amounting to US$ 3.6 million. 

PT Bank DBS Indonesia 

On October 23, 2008, the Company, CPB, CPgP and 

CWS (“Borrower”) entered into a Banking Facility 

Agreement with PT Bank DBS Indonesia (DBS) based on 

agreement No. 12 which was notarized by Notary Putut 

Mahendra S.H., whereby DBS provides Import LC 

facilities with credit limit of US$ 20.0 million or its 

equivalent in any other currency approved by DBS. The 

facility will expire on October 23, 2009. 


been used amounting to Rp 17.6 billion. 

13. HUTANG USAHA 13. ACCOUNTS PAYABLE - TRADE 

Rincian hutang usaha terdiri atas: 

Details of accounts payable trade consists of: 

2008 2007 


Pemasok dalam negeri 527.460 441.135 Local suppliers 

Pemasok luar negeri 172.069 82.446 Foreign suppliers 

Jumlah pihak ketiga 699.529 523.581 Total third parties 

Pihak hubungan istimewa (Catatan 7b): Related parties (Note 7b): 

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 50.481 6.007 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 

PT Tanindo Subur Prima 9.449 4.889 PT Tanindo Subur Prima 

PT Surya Hidup Satwa 9.606 2.539 PT Surya Hidup Satwa 

PT SHS International 1.301 522 PT SHS International 

PT Indovetraco Makmur Abadi 341 239 PT Indovetraco Makmur Abadi 

Lain-lain 465 - Others 

Jumlah pihak hubungan istimewa 71.643 14.196 Total related parties 

Hutang Usaha 771.172 537.777 Accounts Payable - Trade 

Hutang usaha berasal dari transaksi pembelian bahan baku, 

bahan penolong dan lain-lain yang berhubungan dengan 

usaha Perusahaan dan Anak Perusahaan. 

Accounts payable - trade arises from purchase of raw 

materials, manufacturing supplies and other purchases in 

connection with the Company and the Subsidiaries 

operations.





13. HUTANG USAHA (lanjutan) 13. ACCOUNTS PAYABLE – TRADE (continued) 

Hutang usaha di atas termasuk hutang usaha dalam mata 

uang asing dengan nilai setara dalam Rupiah masingmasing 

sebesar Rp 208,9 miliar dan Rp 110,9 miliar per 

31 Desember 2008 dan 2007 dengan rincian sebagai 

berikut: 

60 

The above accounts payable-trade include payables 

denominated in foreign currencies which are equivalent to 

Rp 208.9 billion and Rp 110.9 billion respectively as of 

December 31, 2008 and 2007 with details as follows : 

(dinyatakan dalam jumlah penuh) (stated in full amount) 

2008 2007 

Dolar Amerika Serikat 18.054.437 11.518.969 United States Dollar 

Euro 660.522 121.398 Euro Europe 

Yen Jepang 549.941 329.234 Japanese Yen 

Dolar Australia 79.958 1.958 Australian Dollar 

Dolar Singapura 45.700 73.152 Singapore Dollar 

Pound Inggris - 12.148 Great Britain Poundsterling 

14. PERPAJAKAN 14. TAXATION 

a. Hutang pajak terdiri dari: 

a. Taxes payable consist of: 

2008 2007 

Pajak penghasilan Income tax 

Pasal 4 154 144 Article 4 

Pasal 21 11.873 5.989 Article 21 

Pasal 23 1.036 1.258 Article 23 

Pasal 25 368 4.421 Article 25 



Pajak pertambahan nilai 1.309 4.652 Value added tax 

Lain-lain 39 34 Other 

Jumlah 15.045 16.959 Total





14. PERPAJAKAN (lanjutan) 14. TAXATION (continued) 

b. Beban Pajak - Periode Berjalan b. Income Tax Expense - Current 

Rekonsiliasi antara laba (rugi) sebelum pajak 

penghasilan seperti yang disajikan dalam laporan laba 

rugi konsolidasian dan penghasilan kena pajak untuk 


31 Desember 2008 dan 2007 adalah sebagai berikut: 

2008 2007 

61 

Reconciliations between income (loss) before income 

tax as presented in the consolidated statements of 

income and taxable income for the years ended 

December 31, 2008 and 2007 are as follows: 

Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan Income (loss) before income tax 

menurut laporan laba rugi per consolidated 

konsolidasian (506.442) 427.509 statements of income 

Dikurangi : Deduct: 

Laba Anak Perusahaan sebelum Profit of Subsidiaries before 

pajak penghasilan (87.527) (362.161) income tax 

Laba (rugi) sebelum pajak Income (loss) before income tax 

penghasilan Perusahaan (593.969) 65.348 attributable to the Company 

Beda temporer: Temporary differences: 

Penyisihan persediaan usang 9.736 - Provision for inventory obsolence 

Penyisihan imbalan kerja karyawan 7.220 16.765 Provision for employees’ benefits 

Amortisasi sewa dibayar di muka (76) 13 Amortization of prepaid rent 

Penyusutan (46.557) (21.971) Depreciation 

Beda permanen: Permanent differences: 

Denda pajak 13.746 - Tax penalties 

Sumbangan dan jamuan 840 1.572 Donations and entertainment 

Pendapatan bunga- Interest income already subjected 

yang pajaknya bersifat final (1.974) (12.418) to final tax 

Laba penjualan anak perusahaan - 12.516 Gain on disposal of subsidiary 

Laba penjualan atas investasi - (86.692) Gain on disposal of investment 

Penghasilan Kena Pajak Perusahaan Taxable Income before 

Sebelum kompensasi rugi fiskal (611.034) (24.867) compensation of fiscal loss 

Kompensasi rugi fiskal (24.867) - Compensation of fiscal loss 

Penghasilan Kena Pajak Perusahaan (635.901) (24.867) Taxable Income Company






b. Beban Pajak – Periode Berjalan (lanjutan) b. Income Tax Expense – Current (continued) 

Perhitungan hutang pajak penghasilan dan tagihan 

pajak adalah sebagai berikut: 

2008 2007 

62 

Computations of income tax payable and claims for tax 

refund are as follows: 

Beban pajak – tahun berjalan Income tax expense – current 

Perusahaan - - Company 

Anak Perusahaan 28.486 33.961 Subsidiaries 


Pembayaran di muka pajak penghasilan Prepayments of income tax 

Perusahaan 21.773 39.815 Company 



Hutang pajak penghasilan Income tax payable 

Anak Perusahaan Subsidiaries 

2008 83 - 2008 

2007 - 412 2007 

Jumlah 83 412 Total 

Tagihan pajak Claims for tax refund 

Perusahaan Company 

Lebih bayar pajak penghasilan Overpayment of income tax 

2008 21.773 - 2008 

2007 39.815 39.815 2007 

2006 5.364 8.274 2006 


Anak Perusahaan Subsidiaries 


Lebih bayar pajak penghasilan Overpayment of income tax 

untuk tahun for the years 

2008 7.679 - 2008 

2007 12.469 12.578 2007 

2006 20 438 2006 

2005 426 9 2005 

2004 326 325 2004 

2002 30 87 2002 

Jumlah 157.917 74.554 Total 

Di bulan September 2008, Pemerintah Indonesia 

menerbitkan peraturan pajak penghasilan baru yang 

berlaku efektif sejak 1 Januari 2009. Berdasarkan 

peraturan pajak baru ini, tarif pajak penghasilan 

badan akan berkurang menjadi tarif tetap sebesar 

28% di tahun 2009 dan 25% di tahun 2010 dan 

seterusnya. Pada tanggal 31 Desember 2008, 

Perusahaan telah melakukan penyesuaian atas saldo 

aset dan kewajiban pajak tangguhan karena 

perubahan tarif pajak penghasilan badan ini. 

In September 2008, the Government of Indonesia 

issued new law on income tax which is effective from 

January 1, 2009. Based on the new law, corporate 

income tax rate will be reduced to a fixed rate of 28% 

in 2009 and 25% in 2010 thereafter. As of December 

31, 2008, the Company has made adjustments to the 

balance of its deferred tax assets and liabilities to 

reflect the change in the corporate income tax rate.







Pada tahun 2008, Perusahaan menerima Surat 

Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) untuk tahun 

pajak 2006 antara lain sebagai berikut: 

- Kurang bayar Pajak Penghasilan Badan sebesar 

Rp 35,8 miliar 

- Kurang bayar Pajak Penghasilan pasal 26 sebesar 

Rp 17.8 miliar 

Atas kurang bayar tersebut diatas, Perusahaan telah 

mengajukan surat keberatan mengenai: 

- Kurang bayar atas pajak penghasilan badan dan 

mengajukan pengembalian pajak sebesar 


- Kurang bayar atas pajak penghasilan pasal 26 

sebesar Rp 7,7 miliar. 

Kurang bayar yang tidak diajukan keberatan sebesar 

Rp 13,7 miliar telah dicatat sebagai biaya pajak di 

tahun berjalan. 

Pada tahun 2008, Anak Perusahaan tertentu menerima 

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dan 

Surat Tagihan Pajak (STP) untuk tahun pajak 2007 

dan 2006 antara lain sebagai berikut: 

- Kurang bayar Pajak Penghasilan Badan tahun 

2006 sebesar Rp 5,0 miliar 

- Kurang Bayar dan Tagihan Pajak atas Pajak 

Pertambahan Nilai tahun 2006 sebesar 

Rp 1,4 miliar 

- Kurang bayar Pajak Penghasilan Badan tahun 

2007 sebesar Rp 1,2 miliar 

Atas kurang bayar tersebut diatas, Anak Perusahaan 

tersebut telah mengajukan surat keberatan dan 

mengajukan pengembalian pajak badan sebesar 

Rp 160,0 juta dan kompensasi Pajak Pertambahan 

Nilai sebesar Rp 378,0 juta untuk periode fiskal 

berikutnya. 

Pada tahun 2008, Anak Perusahaan tertentu lainnya 

menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar 

(SKPKB) dan Surat Tagihan Pajak (STP) untuk tahun 

pajak 2006 sebagai berikut: 

- Kurang bayar Pajak Penghasilan Badan sebesar 

Rp 18,0 miliar 

- Kurang bayar dan tagihan pajak atas pajak 

pertambahan nilai sebesar Rp 12,0 miliar 

Atas kurang bayar tersebut diatas, Anak Perusahaan 

tersebut telah mengajukan pengembalian pajak sebesar 

Rp 418,0 juta dan kompensasi Pajak Pertambahan 

Nilai sebesar Rp 1,9 miliar untuk periode fiskal 

berikutnya. 

63 

In 2008, the Company received Underpayment Tax 

Assessment Letter (SKPKB) for 2006 fiscal year 

among others as follows: 

- Underpayment of Corporate Income Tax 

amounting to Rp 35.8 billion 

- Underpayment of Income Tax article 26 


Of the above underpayments, the Company has 

submitted an objection letter for: 

- Underpayment of corporate income tax and 

request for tax refund amounting to Rp 5.4 

billion. 

- Underpayment of income tax article 26 

amounting to Rp 7.7 billion. 

Underpayments which were not objected to 

amounting to Rp 13.7 billion have been recorded as 

tax expense in current year. 

In 2008, certain Subsidiary received Underpayment 

Tax Assessment Letter (SKPKB) and Tax Collection 

Letter (STP) for 2007 and 2006 fiscal years among 

others as follows: 

- Underpayment of corporate income tax for 2006 


- Tax Collection Letter for Underpayment of 

Value Added Tax for 2006 amounting to Rp 1.4 

billion 

- Underpayment of corporate income tax for 2007 


Of the above underpayments, the Subsidiary has 

submitted an objection letter, requesting corporate 

income tax refund amounting to Rp 160.0 million and 

Value Added Tax compensation amounting to 

Rp 378.0 million for the next fiscal period. 

In 2008, other certain Subsidiary received 

Underpayment Tax Assessment Letter (SKPKB) and 

Tax Collection Letter (STP) for 2006 fiscal year as 

follows: 

- Underpayment of corporate income tax 


- Tax Collection Letter for underpayment of value 

added tax amounting to Rp 12.0 billion 

Of the above underpayments, the Subsidiary has 

submitted an objection letter, requesting tax refund 

amounting to Rp 418.0 million and Value Added Tax 

compensation amounting for Rp 1.9 billion to the 

next fiscal period.







Anak Perusahaan tertentu lainnya juga menerima 

Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) atas pajak 

penghasilan badan tahun 2006 yang menurunkan rugi 

fiskal sebesar Rp 2.5 miliar. Anak Perusahaan 

tersebut mengajukan keberatan atas SKPN tersebut. 

Pada tahun 2007, Anak Perusahaan tertentu menerima 

dan membayar Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar 

(SKPKB) atas pajak penghasilan badan tahun 2006 

sebesar Rp 500,0 juta. 

Pada tahun 2007, Anak Perusahaan lainnya telah 

menerima Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar 

(SKPLB) atas pajak penghasilan badan tahun 2006 

sebesar 173,5 juta. Sebagian dari SKPLB tersebut 

dikompensasikan dengan SKPKB tertentu, sisanya 

sebesar Rp 153,1 juta telah diterima oleh Anak 

Perusahaan. 

c. Pajak Tangguhan 

64 

Other certain Subsidiary also received Nil Tax 

Assessment Letter (SKPN) on corporate income tax 

reducing its fiscal loss to Rp 2.5 billion. The Subsidiary 

has submitted an objection letter to this SKPN. 

In 2007, certain Subsidiary received and paid 

underpayment tax assessment Letter (SKPKB) on 

corporate income tax for 2006 totaling to 

Rp 500.0 million. 

In 2007, other Subsidiary received Overpayment Tax 

Assessment Letter (SKPLB) on corporate income tax 

for 2006 amounting to Rp 173.5 million. Portion of the 

SKPLB was compensated against certain SKPKB, 

with remaining balance of Rp 153.1 million received 

by the Subsidiary. 

c. Deferred tax 

2008 2007 

Beban (penghasilan) pajak - tangguhan Income tax expense (benefit) - deferred 

(tarif maksimum 25% pada tahun 2008 (maximum tax rate at 25% 

dan 30% pada tahun 2007) in 2008 and 30% in 2007) 

Perusahaan Company 

Penyusutan 8.563 6.591 Depreciation 

Sewa guna usaha 338 - Leasing 

Penyisihan piutang tak tertagih 35 - Provision for doubtful account 

Amortisasi sewa dibayar dimuka (9) (4) Amortization of prepaid rent 

Amortisasi administrasi bank (12) - Amortization of bank charges 

Amortisasi asuransi dibayar dimuka (38) - Amortization of prepaid insurance 

Penyisihan imbalan kerja karyawan (275) (5.029) Provision for employees’ benefits 

Penyisihan persediaan usang (2.434) - Provision for inventory obsolence 

Rugi fiskal (151.516) (7.460) Fiscal loss 

Jumlah (145.348) (5.902) Total 


Jumlah Beban Pajak – Tangguhan (128.237) 34.768 Total Income Tax Expense – Deferred 

Rekonsiliasi antara beban (penghasilan) pajak yang 

dihitung dengan menggunakan tarif pajak yang 

berlaku dari laba sebelum pajak penghasilan 

Perusahaan berdasarkan metode perolehan dan beban 

(penghasilan) pajak seperti yang disajikan dalam 

laporan laba rugi konsolidasian untuk tahun yang 

berakhir pada tanggal - tanggal 31 Desember 2008 

dan 2007 sebagai berikut: 

Reconciliations between income tax expense (benefit) 

calculated by applying the applicable tax rate to the 

Company’s income before income tax based on cost 

method and the income tax expense (benefit) shown in 

the consolidated statements of income for the years 

ended December 31, 2008 and 2007 are as follows:






c. Pajak Tangguhan (lanjutan) 

2008 2007 

65 

c. Deferred tax (continued) 

Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan - Income (loss) before income tax - 

Perusahaan berdasarkan metode perolehan (593.969) 65.348 Company based on cost method 

Pajak penghasilan Income tax 

(tarif progresif yang berlaku) (148.500) 19.604 (applicable progressive tax rate) 

Pengaruh pajak penghasilan Tax effect on 

pada beda permanen: permanent differences: 

Denda pajak 3.436 - Tax penalties 

Sumbangan dan jamuan 210 472 Donations and entertainment 

Pendapatan bunga yang pajaknya Interest income already subjected 

bersifat final (493) (3.725) to final tax 

Laba penjualan anak perusahaan - 3.755 Gain on disposal of subsidiary 

Laba penjualan atas investasi - (26.008) Gain on disposal of investment 

Beban (penghasilan) pajak menurut laporan Income tax expense (benefit) per 

laba rugi konsolidasian consolidated statements of income 

Perusahaan (145.347) (5.902) Company 


Jumlah (99.751) 68.729 Total 

Aset dan kewajiban pajak tangguhan pada tanggal 

31 Desember 2008 dan 2007 adalah sebagai berikut: 

2008 2007 

Deferred tax assets and liabilities as of December 31, 

2008 and 2007 are as follows: 

Aset (kewajiban) pajak tangguhan, bersih Deferred tax assets (liabilities), net 

Perusahaan, bersih Company, net 

Rugi fiskal 158.975 7.459 Fiscal loss 

Penyisihan imbalan kerja karyawan 9.455 9.180 Provision for employees’ benefits 

Persediaan 2.434 - Inventory 

Piutang 173 208 Account receivable 

Sewa guna usaha (408) (70) Leasing 

Biaya dibayar dimuka (406) (465) Prepaid expenses 

Aset tetap (24.926) (16.363) Property, plant and equipment 

145.297 (51) 

Anak Perusahaan, bersih Subsidiaries, net 

Aset pajak tangguhan 3.958 16.626 Deferred tax assets 

Kewajiban pajak tangguhan (4.588) (146) Deferred tax liabilities 

Aset Pajak Tangguhan, Bersih 149.255 16.626 Deferred Tax Assets, Net 

Kewajiban Pajak Tangguhan, Bersih (4.588) (197) Deferred Tax Liabilities, Net 

Manajemen berkeyakinan bahwa aset pajak 

tangguhan dapat dipulihkan kembali melalui 

penghasilan kena pajak di masa yang akan datang. 

The management believes that the deferred tax assets 

can be fully recovered through future taxable income.





15. PINJAMAN JANGKA PANJANG 15. LONG-TERM DEBTS 

Akun ini terdiri dari: This account consists of: 

2008 2007 

Pinjaman Transaksi Khusus (PTK) : Special Transaction Loans (PTK): 

PT Bank Niaga Tbk. PT Bank Niaga Tbk. 

(AS$ 9 juta) - 84.771 (US$ 9 million) 

Kewajiban sewa pembiayaan 31.868 36 Financial lease 

Lain-lain : Others: 

Thaina Trading Pte. Ltd., Singapura Thaina Trading Pte. Ltd., Singapore 

(AS$ 2,0 juta pada tahun 2008 (US$ 2.0 million in 2008 

dan AS$ 2,6 juta pada tahun 2007) 21.883 24.475 and US$ 2.6 million in 2007) 

Jumlah pinjaman jangka panjang 53.751 109.282 Total long-term debts 

Dikurangi bagian yang jatuh tempo Less current 

dalam waktu satu tahun portion of 

Pinjaman bank - 84.771 Bank loans 

Kewajiban sewa pembiayaan 5.406 36 Financial lease 


Jumlah bagian yang jatuh tempo 

dalam satu tahun 27.289 94.226 Total current portion 

Bagian jangka panjang Long-term portion 

Kewajiban sewa pembiayaan 26.462 - Financial lease 

Lain-lain - 15.056 Others 

Jumlah bagian jangka panjang 26.462 15.056 Total long-term portion 

66





15. PINJAMAN JANGKA PANJANG (lanjutan) 15. LONG-TERM DEBTS (continued) 

PT Bank Niaga Tbk. PT Bank Niaga Tbk. 

Pinjaman transaksi khusus (PTK) Special Transaction Loans (PTK) 

Pada tanggal 19 Oktober 2006, berdasarkan perjanjian 

No. 392/CBG/JKT/2006, CPB mendapatkan fasilitas 

pinjaman transaksi khusus (PTK) sebesar AS$ 14,5 juta 

dari PT Bank Niaga Tbk. Pinjaman ini dikenakan bunga 

sebesar SIBOR+2,75% per tahun. Jangka waktu pinjaman 

berakhir pada tanggal 30 Desember 2008. 

Fasilitas kredit ini dipergunakan untuk pembiayaan baru 

(refinance) atas fasilitas kredit yang telah diterima oleh 

CPB dari kredit sindikasi yang diageni oleh PT Bank 

Niaga Tbk. 

Fasilitas kredit ini dijamin oleh : 

- hak tanggungan peringkat pertama atas tanah seluas 

123,71 ha, dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan 

(SHGB) No. 1 atas tanah berikut bangunan serta 

peralatan yang tertanam diatasnya yang terletak di Desa 

Suak, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung 

Selatan, dengan nilai penjaminan minimal sebesar 


- hak tanggungan peringkat pertama atas tanah seluas 

70.875 meter persegi dan 32.625 meter persegi, dengan 

Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) No. 1 dan 

No. 2 atas tanah berikut bangunan serta peralatan yang 

tertanam diatasnya yang terletak di Desa Sindangsari, 

Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung 

Selatan, dengan nilai penjaminan minimal sebesar 


Berdasarkan Perjanjian Fasilitas Pinjaman di atas, CPB 

diharuskan untuk memenuhi ratio-ratio keuangan tertentu. 

CPB tidak diperbolehkan melakukan transaksi tertentu 

tanpa persetujuan tertulis dari Niaga : 

- menjual atau dengan cara lain mengalihkan hak atau 

menyewakan/menyerahkan pemakaian seluruh atau 

sebagian kekayaan/asset perusahaan, baik untuk 

barang-barang bergerak maupun tidak bergerak, kecuali 

dalam rangka menjalankan usaha sehari-hari, 

- menjaminkan kekayaan untuk kepentingan pihak ketiga 

dan atau perusahaan afiliasi, 

- memberikan pinjaman kepada atau menerima pinjaman 

dari pihak lain yang menyimpang dari ketentuan 

leverage ratio dan current ratio, 

- mengadakan perubahan dari sifat dan kegiatan usaha 

seperti yang dijalankan dewasa ini, 

67 

On October 19, 2006, CPB obtained Special Transaction 

Loans from Bank Niaga Tbk, under agreement 

No. 392/CBG/JKT/2006 amounting to US$ 14.5 million. 

This loan facility bears interest of SIBOR+2,75% p.a. and 

expired on December 30, 2008. 

The credit facility was used to refinance the credit facility 

obtained by CPB from syndicated loans arranged by 

PT Bank Niaga Tbk. 

The credit facility is secured by: 

- first ranked mortgage over land with areas of 123.71 

ha under Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) 

No. 1 on land and building and equipment thereon 

located in Suak village, Sidomulyo, South Lampung, 

with minimum collateral value of Rp 117.0 billion. 

- first ranked mortgage over land with areas of 70,875 

square metres and 32,625 square metres with 

Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) No. 1 and 

No. 2 on land and building and equipment thereon 

located in Sindangsari village, Tanjung Bintang, South 

Lampung, with minimum collateral value of 


Based on above Loan Agreement, CPB should meet 

certain financial ratios. CPB shall not enter into certain 

transaction without written approval from Niaga : 

- sell, lease or transfer of the company assets, in whole 

or in part, either movable or immovable, except for 

normal operations, 

- pledge of assets of the interest of affiliated parties 

and/or third parties, 

- provide loans or incur indebtness from other parties in 

contravene with the required leverage ratio and current 

ratio, 

- change nature of business outside the current activities,





15. PINJAMAN JANGKA PANJANG (lanjutan) 15. LONG-TERM DEBTS (continued) 

PT Bank Niaga Tbk. (lanjutan) PT Bank Niaga Tbk. (continued) 

Pinjaman transaksi khusus (PTK) (lanjutan) Special Transaction Loans (PTK) (continued) 

- melakukan merger, konsolidasi, akuisisi, dan 

pembubaran perusahaan, tanpa pemberitahuan terlebih 

dahulu kepada Bank, 

- mengadakan perjanjian atau kontrak yang dapat 

menimbulkan kewajiban untuk membayar kepada pihak 

ketiga dan mempengaruhi kelancaran usaha. 

Terhitung dari tanggal ditandatanganinya perjanjian, CPB 

tidak diperbolehkan melakukan transaksi sebagai berikut 

tanpa pemberitahuan tertulis kepada Niaga antara lain : 

- mengumumkan pembagian dividen saham, 

- mengubah susunan pengurus, susunan para pemegang 

saham, dan nilai saham Perusahaan, sepanjang posisi 

“controlling shareholders” tetap dipegang oleh Charoen 

Group. 

Pada tanggal 31 Desember 2008, fasilitas Pinjaman 

Transaksi Khusus (PTK) Niaga telah dilunasi. 

68 

- involve in merger, consolidation, acquisition and 

dissolution, without prior written notice to the Bank, 

- enter into any agreement or contract which might incur 

payment to third parties and adversely influence the 

business. 

Effective from the date of approval agreement, CPB shall 

not enter into certain transaction without written notice to 

Niaga among others : 

- declaring any share dividends, 

- changing the Company’s management, the 

shareholders composition and the Company’s capital 

as long as the controlling shareholders remain with 

Charoen Group. 

On December 31, 2008, the special transaction loan 

facility (PTK) Niaga has been repaid. 

Thaina Trading Pte. Ltd., Singapore (TTPL) Thaina Trading Pte. Ltd., Singapore (TTPL) 

Hutang kepada TTPL merupakan hutang pembelian 

generator untuk pusat tenaga listrik milik CPB. Pada 

tanggal 23 April 2001, CPB dan TTPL menandatangani 

Perjanjian Restrukturisasi. Sebagai salah satu syarat dan 

kondisi dari Perjanjian Restrukturisasi Hutang dengan 

para pemberi pinjaman, CPB akan membayar sisa 

kewajiban kepada TTPL sebesar AS$ 9,6 juta selama 

periode 30 Juni 2001 sampai dengan 30 Juni 2009 

sejumlah AS$ 0,5 juta setiap tengah tahunan yang dibayar 

setiap tanggal 30 Juni dan 30 Desember, dan pembayaran 

terakhir sejumlah AS$ 1,1 juta pada tanggal 30 Desember 

2009. Jika CPB cidera janji dalam memenuhi jadwal 

pembayarannya, CPB harus mengembalikan peralatan 

tersebut. CPB tidak boleh menjaminkan atau mentransfer 

kepemilikannya atas peralatan tersebut kepada pihak lain, 

jika tidak, hutang tersebut akan menjadi jatuh tempo dan 

dapat diminta sewaktu-waktu. 

Pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2007, saldo hutang ke 

TTPL terdiri dari saldo hutang pokok masing-masing 

sebesar AS$ 2,0 juta dan AS$ 2,6 juta. 

Payable to TTPL arose from the purchased of generator 

sets for central power station owned by CPB. On April 23, 

2001, CPB and TTPL entered into Restructuring 

Agreement. As one of the terms and conditions of the 

above Loan Restructuring Agreement with the lenders, 

CPB shall pay semi-annually the remaining payable to 

TTPL amounting to US$ 9.6 million from June 30, 2001 

until June 30, 2009 in the amount of US$ 0.5 million 

every June 30 and December 30, and make the last 

payment of US$ 1.1 million on December 30, 2009. 

If CPB default in the fulfillment of the repayment 

schedule, CPB shall return the equipment. CPB shall not 

pledge as well as transfer the ownership of the equipment 

to other party or CPB’s loan will become due and 

demandable. 

On December 31, 2008 and 2007, the TTPL payables 

consist of outstanding principal amounting to US$ 2.0 

million and US$ 2.6 million respectively.





16. HUTANG OBLIGASI 16. BONDS PAYABLE 

Pada tanggal 28 Juni 2007 BOR (“Penerbit”) menerbitkan 

obligasi sejumlah AS$ 325,0 juta yang akan jatuh tempo 

pada tahun 2012 (Obligasi) dengan denominasi minimal 

AS$ 100.000 dan kelipatan AS 1.000 untuk kelebihan 

selanjutnya. Obligasi ini dijamin oleh Perusahaan dan 

anak perusahaan tertentu (Anak Perusahaan Penjamin) 

yaitu (i) CWS; (ii) CPB; (iii) MLP; dan (iv) CPgP. 

Penjaminan Obligasi ini telah disetujui oleh Rapat Umum 

Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan dalam Akta 

Notaris No. 67 tanggal 27 Juni 2007 oleh Siti Pertiwi 

Henny Singgih, SH. 

Tingkat bunga Obligasi adalah sebesar 11% per tahun. 

Bunga Obligasi terhutang setiap tanggal 28 Juni dan 

28 Desember tiap tahunnya, dimulai pada tanggal 

28 Desember 2007. Obligasi akan jatuh tempo pada 

tanggal 28 Juni 2012. Penerbit bisa membeli kembali 35% 

dari nilai tunai obligasi pada penawaran umum tertentu 

dengan redemption price senilai 111% dari pokok 

ditambah bunga yg masih harus dibayar. Pada kondisi 

tertentu, Penerbit juga bisa membeli kembali seluruh 

tetapi tidak sebagian dari Obligasi pada redemption price 

sebesar 100% dari pokok ditambah dengan premium 

tertentu. 

Obligasi ini dijamin oleh: 

i. seluruh aset pada saat ini dan masa yang akan 

datang dari Penerbit, termasuk Collection 

Account dan Interest Reserve Account serta 

Bunga dan hak atas Advance Purchase 

Agreement. 

ii. prioritas pertama atas jaminan saham milik 

Perusahaan di seluruh Anak Perusahaan 

Penjamin. 

Obligasi ini dicatat di Singapore Exchange Securities 

Trading Limited (SGX – ST) dan yang bertindak sebagai 

wali amanat adalah Bank of New York. 

Jumlah perolehan bersih dari penerbitan Obligasi, setelah 

dikurangi komisi penjamin efek, jasa dan biaya lainnya 

sehubungan dengan penawaran Obligasi, adalah sebesar 

AS$ 317,1 juta. Hasil dari obligasi ini digunakan sebagai 

berikut: 

• AS$ 200,0 juta digunakan untuk membayar 

seluruh pinjaman sindikasi Barclays. 

• AS$ 17,9 juta disisihkan di dalam Interest 

Reserve Account untuk membayar cicilan bunga 

tengah tahunan yang pertama (Catatan 11); dan 

69 

On June 28, 2007, BOR (the “Issuer”) issued US$ 325.0 

million guaranteed senior secured notes due 2012 (the 

Notes) in minimum denominations of US$100,000 and 

integral multiples of US$ 1,000 in excess thereof. The 

Notes are guaranteed by the Company and certain of its 

existing subsidiaries (the Subsidiary Guarantors) i.e., 

(i) CWS; (ii) CPB; (iii) MLP; and (iv) CPgP. This 

guarantee on the Notes has been approved by the 

Company’s Extraordinary Shareholder’s Meeting as 

notarized in Notarial Deed No. 67 dated June 27, 2007 by 

Siti Pertiwi Henny Singgih, SH. 

The Notes bear interest at the rate 11% per year. Interest 

on the Notes is payable on June 28 and December 28 of 

each year, beginning on December 28, 2007. The notes 

will mature on June 28, 2012. The Issuer may redeem up 

to 35% of the Notes at any time from the net proceeds of 

certain public equity offerings at a redemption price of 

111% of their principal amount plus accrued and unpaid 

interest. Subject to certain condition, the Issuer may also 

redeem all but not part of the Notes at a redemption price 

equal to 100% of the principal, plus the applicable “make 

whole” premium. 

The Notes were secured by: 

i. a fixed and floating charge over all of the 

existing and future assets of the Issuer, including 

the Collection Account and the Interest Reserve 

Account as well as its interest and rights under 

the Advanced Purchase Agreement 

ii. a first priority pledge by the Company of all of 

its capital stock in each of the Subsidiary 

Guarantors. 

The Notes are listed in the Singapore Exchange Securities 

Trading Limited (SGX – ST) with Bank of New York as 

the Trustee. 

The total net proceeds from the sales of the Notes, after 

deduction for underwriting commissions, fees and other 

expenses relating to the Offering, was US$ 317.1 million. 

The proceeds were utilized as follow: 

• US$ 200.0 million was used to repay the 

Barclays Loan in full. 

• US$ 17.9 million was set aside in the Interest 

Reserve Account to pay the first scheduled semiannual 

interest payment (Note 11); and





16. HUTANG OBLIGASI (lanjutan) 16. BONDS PAYABLE (continued) 

• AS$ 99,2 juta ditempatkan di Escrow Account 

yang hanya dapat ditarik jika sudah ada 

persetujuan Akuisisi Aset Dipasena dari 

mayoritas pemegang saham Perusahaan 

(Catatan 26e). Dana yang berada di Escrow 

Account, digunakan oleh Perusahaan untuk 

mendanai modal kerja dan keperluan pendanaan 

lainnya dalam kegiatan operasional Kelompok 

Usaha Dipasena. Setelah persetujuan pemegang 

saham atas akuisisi Aset Dipasena melaui Rapat 

Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 

6 Juli 2007, dana Escrow Account ini telah 

ditarik dan digunakan. 

Dengan pengecualian-pengecualian tertentu dalam syaratsyarat 

obligasi, Perusahaan dan Anak Perusahaan 

penjamin tidak diperbolehkan melakukan transaksi 


• memperoleh atau menjamin tambahan hutang 

dan menerbitkan saham diskualifikasi atau 

saham preferen; 

• mengumumkan atau membayar dividen saham 

atau membeli atau membeli kembali saham atau 

melakukan investasi atau pembayaran tertentu 

lainnya; 

• menjamin hutang; 

• membebankan penjaminan atas aset; 

• melakukan merger atau konsolidasi; 

• menjual aset; 

• terlibat di dalam perjanjian yang membatasi 

kemampuan Anak Perusahaan Penjamin untuk 

membayar dividen, pengalihan aset atau 

membuat perjanjian pinjaman dengan 

perusahaan afiliasi; 

• terlibat di dalam transaksi penjualan dan 

penyewaan kembali; 

• melakukan penambahan hutang; atau 

• terlibat transaksi tertentu dengan afiliasi, seperti 

yang diatur dalam perjanjian ini 

Rating terakhir dari Obligasi ini adalah RWN (Rating 

Watch Negative) dari Fitch dan “B3” dari Moody’s. 

Pada tanggal 31 Desember 2008, saldo obligasi setelah 

dikurangi biaya emisi obligasi (bersih setelah akumulasi 

amortisasi) sebesar Rp 50,1 miliar adalah Rp 3,5 triliun. 

Beban bunga sampai dengan tanggal 31 Desember 2008 

adalah sebesar AS$ 35,8 juta (Catatan 23). 

70 

• US$ 99.2 million were placed in an Escrow 

Account, which may be withdrawn only upon 

approval of the Dipasena Asset Acquisition by a 

majority of shareholders of the Company (Note 

26e). The escrowed funds, when released, will be 

used by the Company to fund working capital 

and other funding requirements of the assets that 

constitute the Dipasena Group’s operations. 

Following the shareholders’ approval of the 

Dipasena Asset’s acquisition through 

Extraordinary Shareholders Meeting dated 

July 6, 2007, the Escrowed fund was withdrawn 

and used. 

With certain exceptions specified in the terms and 

conditions of the bonds, the Company and the subsidiary 

guarantors are not permitted to: 

• incur or guarantee additional indebtedness and 

issue disqualified or preferred stock; 

• declare or pay dividends on stock or purchase or 

redeem stock or make investments or other 

specified payments; 

• guarantee indebtedness; 

• create any liens; 

• effect a merger or consolidation; 

• sell assets; 

• enter into agreements that restrict the Subsidiary 

Guarantors’ ability to pay dividends, transfer 

assets or make intercompany loans; 

• enter into sale and leaseback transaction; 

• create additional layers of indebtedness; or 

• enter into certain transactions with affiliates as 

stated in this agreement 

Latest rating for the Notes are RWN (Rating Watch 

Negative) by Fitch and “B3” by Moody’s. 

As of December 31, 2008, the outstanding bond payable 

after deducted by bond issuance cost (net of 

accumulated amortization) amounting to Rp 50.1 billion 

is Rp 3.5 trillion. Bond interest expense as of 

December 31, 2008 amounted US$ 35.8 million (Note 

23).





17. MODAL SAHAM 17. SHARE CAPITAL 

Rincian pemegang saham Perusahaan dan persentase 

kepemilikannya pada tanggal 31 Desember 2008 dan 

2007 adalah sebagai berikut: 

31 Desember 2008/ December 31, 2008 

Jumlah Saham 

Ditempatkan dan Persentase 

Disetor Penuh / Kepemilikan / Jumlah / 

Number of Percentage Total 

Share Issued of 

and Fully Paid Ownership 

71 

The Company’s shareholders and their share ownership as 

of December 31, 2008 and 2007 are as follows: 

Saham dengan nilai nominal Share with par value of 

Rp 100 (Rupiah penuh) per saham Rp 100 (full amount) per share 

Masyarakat 17.843.195.923 45,06 1.784.319 Public 

PT Surya Hidup Satwa 9.302.791.456 23,49 930.279 PT Surya Hidup Satwa 

PT Pertiwi Indonesia 5.811.100.514 14,68 581.110 PT Pertiwi Indonesia 

Red Dragon Group Pte. Ltd. 2.666.621.250 6,73 266.662 Red Dragon Group Pte. Ltd. 

Charm Easy International Limited 2.004.207.226 5,06 200.421 Charm Easy International Limited 

Regent Central International Ltd., Regent Central International Ltd., 

British Virgin Islands 1.753.608.019 4,43 175.361 British Virgin Islands 

PT Central Pertiwi 110.896.074 0,28 11.090 PT Central Pertiwi 

Perfect Companion Group Perfect Companion Group 

Company Limited (sebelumnya Company Limited (previously 

S.W.T Co. Limited) 70.110.438 0,18 7.011 S.W.T Co. Limited) 

Iceland International Limited 36.097.754 0,09 3.610 Iceland International Limited 

Jumlah 39.598.628.654 100,00 3.959.863 Total 

31 Desember 2007 / December 31, 2007 

Jumlah Saham 

Ditempatkan dan Persentase 

Disetor Penuh / Kepemilikan / Jumlah / 

Number of Percentage Total 

Share Issued of 

and Fully Paid Ownership 

Saham dengan nilai nominal Share with par value of 

Rp 100 (Rupiah penuh) per saham Rp 100 (full amount) per share 

PT Surya Hidup Satwa 6.939.688.455 37,83 693.969 PT Surya Hidup Satwa 

Masyarakat 4.755.803.368 25,92 475.580 Public 

Red Dragon Group Pte. Ltd. 2.666.621.250 14,53 266.662 Red Dragon Group Pte. Ltd. 

Charm Easy International Limited 2.004.207.226 10,92 200.421 Charm Easy International Limited 

Regent Central International Ltd., Regent Central International Ltd., 

British Virgin Islands 1.753.608.019 9,56 175.361 British Virgin Islands 

PT Central Pertiwi 121.585.574 0,66 12.158 PT Central Pertiwi 

S.W.T Co. Limited 70.110.438 0,38 7.011 S.W.T Co. Limited 

Iceland International Limited 36.097.754 0,20 3.610 Iceland International Limited 

Jumlah 18.347.722.084 100,00 1.834.772 Total





17. MODAL SAHAM (lanjutan) 17 SHARE CAPITAL (continued) 


(RUPSLB) yang diaktakan dalam Akta Notaris No. 54 

dari Notaris Lies Herminingsih S.H. tanggal 

30 September 2006, para pemegang saham menyetujui 

antara lain Penawaran Umum Perdana Saham (PUPS) 

Perusahaan yang akan mengeluarkan sebanyak-banyaknya 

3 miliar saham; rencana Perusahaan untuk mengeluarkan 

sebanyak-banyaknya 6 miliar waran; tindakan Perusahaan 

untuk menjaminkan aset yang dimiliki dalam rangka 

memperoleh pinjaman atau menjamin pihak ketiga; serta 

perubahan beberapa pasal anggaran dasar Perusahaan 

yang menyangkut kewenangan direksi untuk melepaskan, 

mengalihkan hak atau menjadikan jaminan atas aset 

Perusahaan. 

Pada tanggal 2 November 2006, Perusahaan mengadakan 

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 

yang diaktakan dalam Akta Notaris No. 3 dari notaris 

Yulia SH, tanggal 2 November 2006, yang antara lain 

menyetujui Rencana Hak Opsi Saham kepada Manajemen 

(Management Stock Option Plan / MSOP) yang 

memberikan hak kepada seluruh anggota Dewan 

Komisaris, Direksi dan Senior Manajemen Perusahaan 

untuk membeli saham-saham baru yang berasal dari 

portepel dalam jumlah sebanyak-banyaknya 5% dari 

seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam 

Perusahaan pada tanggal pencatatan saham Perusahaan di 

BEI (Tanggal Pencatatan), dengan ketentuan jangka 

waktu pelaksanaan MSOP (exercise period) tidak lebih 

dari 3 (tiga) tahun sejak Tanggal Pencatatan, dan harga 

pelaksanaan opsi (option exercise price) sebesar 110% 

dari harga saham pada saat IPO atau harga pelaksanaan 

opsi lain sebagaimana dipersyaratkan oleh peraturan 

perundang-undangan yang berlaku di pasar modal 

Indonesia. 

Untuk pelaksanaan MSOP ini, Perusahaan harus meminta 

persetujuan kembali dari pemegang saham dalam RUPS 

yang diadakan selambat-lambatnya 12 bulan setelah 

tanggal pencatatan saham Perusahaan di BEI. 

Pada tanggal 27 Juni 2007, melalui Rapat Umum 

Pemegang Saham Luar Biasa yang diaktakan dengan Akta 

Notaris Siti Pertiwi Henny Singgih, S.H., No. 67, para 

pemegang saham menyetujui pelaksanaan program 

Management Stock Option Plan (MSOP) oleh 

Perusahaan. 

72 

Based on the Extraordinary Shareholders’ Meeting which 

was notarized in Notarial Deed No. 54, dated 

September 30, 2006 of Lies Herminingsih S.H., the 

shareholders agreed to, among others, the Company's plan 

of Initial Public Offering (IPO) of 3 billion new shares 

and issuance of 6 billion warrants; pledging of the 

Company's assets to obtain loans from third parties; 

changing of certain articles in the Company's Articles of 

Association with regard to the Company's directors 

authority to release, transfer or pledge the Company's 

assets to other parties. 

On November 2, 2006, the Company held Extraordinary 

Shareholders’ Meeting as notarized by Notarial Deed 

No. 3 of Yulia S.H., dated November 2, 2006, which 

agreed on among others the Management Stock Option 

Plan (MSOP), which entitles board of Commissioners, 

Directors, and Senior Management of the Company to 

purchase new shares out of shares deposit, up to a 

maximum of 5% of total number of shares issued and fully 

paid as of the date of the Company’s shares being listed 

on IDX (Listing Date), with stipulations that the exercise 

period shall not exceed 3 (three) years since the Listing 

Date, and the option exercise price shall be 110% of the 

IPO price or other option exercise price as required by the 

Capital Market regulation. 

To execute the MSOP, the Company should obtain second 

approval from the shareholders through an Extraordinary 

Shareholders’ Meeting, which should be conducted at the 

latest 12 months after the Company’s listing date at the 

IDX. 

On June 27, 2007, based on the Extraordinary 

Shareholders’ Meeting, as notarized in Notarial Deed 

No. 67 of Siti Pertiwi Henny Singgih, S.H., the 

shareholders has approved the Company to carry out the 

Management Stock Option Plan (MSOP).





17. MODAL SAHAM (lanjutan) 17 SHARE CAPITAL (continued) 

Pada tanggal 28 November 2006, Perusahaan melakukan 

penawaran umum atas 3 miliar lembar sahamnya dan 

mencatatkan seluruh sahamnya di BEI dengan nilai 

nominal Rp 100 (Rupiah penuh) per saham dan harga 

penawaran Rp 110 (Rupiah penuh) per saham. Penawaran 

umum ini disertai dengan penerbitan 5,3 miliar waran 

yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk 

melakukan pembelian saham baru yang akan dikeluarkan 

dari portepel Perusahaan yang bernilai nominal Rp 100 

(Rupiah penuh) per saham. Seluruh waran diberikan 

secara cuma-cuma bagi para pemesan saham dalam 

penawaran umum ini, dimana setiap pemegang 4 (empat) 

lembar saham baru berhak atas 7 (tujuh) waran yang 

terdiri dari 2 (dua) Waran Seri I, 2 (dua) Waran Seri II, 2 

(dua) Waran Seri III, dan 1 (satu) Waran Seri IV. Bila 

waran tidak dilaksanakan sampai tanggal akhir 

pelaksanaan, yaitu 30 November 2009, maka waran 

tersebut menjadi kadaluarsa, tidak bernilai dan tidak 

memberikan hak apapun kepada pemegangnya. Rincian 

dari waran yang diberikan adalah sebagai berikut: 

73 

On November 28, 2006, the Company offered 3 billion of 

its shares to public and listed all of its shares on IDX with 

par value of Rp 100 (full amount) and offering price of 

Rp 110 (full amount). This public offering is accompanied 

by issuance of 5.3 billion warrants which give the holder a 

right to purchase new shares issued from the Company’s 

share register with par value of Rp 100 (full amount). All 

warrants were distributed at no cost to the shares 

subscribers in this public offering, whereby each holder of 

4 (four) new shares are entitled to 7 (seven) warrants 

consisting of 2 (two) Series I Warrants, 2 (two) Series II 

Warrants, 2 (two) Series III Warrants, and 1 (one) Series 

IV Warrants. If the warrants are not exercised until the 

expiration of exercise period, which is November 30, 

2009, such warrants become expired, valueless, and have 

no benefits to the holder. Detail of warrants issued are as 

follows: 

Seri/ Jumlah waran (juta lembar)/ Waktu pelaksanaan/ Harga pelaksanaan (Rupiah penuh)/ 

Series Number of warrant (millions shares) Exercise period Exercise price (Full amount) 

I 1.500 24 September 2007 - 30 November 2009/ 

September 24, 2007 - November 30, 2009 125 

II 1.500 25 Februari 2008 - 30 November 2009/ 

February 25, 2008 – November 30, 2009 130 

III 1.500 21 Juli 2008 - 30 November 2009/ 

July 21, 2008 – November 31, 2009 135 

IV 750 22 Desember 2008 - 30 November 2009/ 

December 22, 2008 – November 30, 2009 135 

5.250 

Sehubungan dengan penerbitan 3 miliar lembar saham 

baru melalui penawaran perdana di atas, Perusahaan 

memperoleh agio sebesar Rp 10 (Rupiah penuh) per 

saham yang dicatat dalam akun “Tambahan modal 

disetor”. Biaya emisi efek ekuitas sehubungan dengan 

penawaran perdana ini adalah sebesar Rp 49,2 miliar dan 

dicatat sebagai pengurang dari agio saham dalam akun 

“Tambahan modal disetor”. 

In connection with the above issuance of 3 billion new 

shares through public offering, the Company received 

share premium of Rp 10 (full amount) per share and is 

recorded in “Additional paid in capital”. Shares issuance 

costs relating to this public offering amounting to 

Rp 49.2 billion and is recorded as deduction to the share 

premium in “Additional paid in capital”.





17. MODAL SAHAM (lanjutan) 17. SHARE CAPITAL (continued) 

Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham 

Luar Biasa (RUPSLB) yang diaktakan dalam Akta 

Notaris No. 18, tanggal 22 Desember 2006 oleh Yulia, 

S.H., para pemegang saham menyetujui peningkatan 

modal ditempatkan dan modal disetor Perusahaan menjadi 

Rp 1,8 triliun. 

Pada tanggal 8 Juni 2007, Red Dragon Group Pte. Ltd. 

(Red Dragon) dan PT Surya Hidup Satwa (SHS), Charm 

Easy International Limited (Charm), Regent Central 

International Limited (Regent) menandatangani 

“Perjanjian Jual Beli Saham PT Central Proteinaprima 

Tbk.”. SHS, sebagai penjual, setuju untuk menjual dan 

mengalihkan 4.389.500.000 saham Perusahaan kepada 

Red Dragon. Sebagai akibatnya kepemilikan saham SHS 

di Perusahaan menurun dari 61,86% menjadi 37,89%. 

Berdasarkan Pernyataan Keputusan Komisaris Utama 

yang diaktakan dalam Akta Notaris No. 15 tanggal 

9 Januari 2008, Akta Notaris No. 28 tanggal 

8 April 2008, Akta Notaris No. 88 tanggal 30 April 2008 

masing-masing oleh Yulia S.H., telah disetujui 

peningkatan modal ditempatkan dan disetor Perseroan 

sehubungan dengan pelaksanaan konversi waran. 


(RUPSLB) Perusahaan pada tanggal 20 Agustus 2008 

yang telah diaktakan oleh Akta No. 98 oleh Notaris Yulia 

S.H. tertanggal 20 Oktober 2008 telah disetujui antara 

lain peningkatan modal dasar Perusahaan menjadi 

Rp 8 trilliun yang terbagi atas 80 miliar saham dengan 

nilai nominal Rp 100 (rupiah penuh) per saham. 

Pernyataan Keputusan Komisaris Utama yang terakhir 

sehubungan dengan pelaksanaan konversi waran telah 

diaktakan dalam Akta Notaris No. 45 tanggal 22 Oktober 

2008 oleh Yulia S.H. Perubahan anggaran dasar ini telah 

disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia 

dalam Surat Keputusan No. AHU-AH.01.10.227280 

tanggal 23 Oktober 2008. Untuk tahun yang berakhir pada 

tanggal 31 Desember 2008, Waran Seri I, II dan III yang 

telah dikonversi berjumlah masing-masing 1.362.413.500, 

1.365.601.834 dan 1.296.369.166 lembar saham senilai 

Rp 170,3 miliar, Rp 177,5 miliar dan Rp 175,0 miliar 

sehingga jumlah saham yang ditempatkan dan disetor 

meningkat sebesar Rp 402,4 miliar serta tambahan modal 

disetor (setelah dikurangi biaya konversi waran sebesar 

Rp 22,5 miliar) meningkat sebesar Rp 97,9 miliar. 

74 

Based on the minutes of Extraordinary Shareholders 

Meeting, as notarized by Notarial Deed No. 18 dated 

December 22, 2006 of Yulia S.H., the shareholders 

approved the increase of the Company’s authorized share 

capital and the Company’s issued and fully paid share 

capital to Rp 1.8 trillion. 

On June 8, 2007, Red Dragon Group Pte. Ltd. (Red 

Dragon) and PT Surya Hidup Satwa (SHS), Charm Easy 

International Limited (Charm), Regent Central 

International Limited (Regent) entered into “Agreement 

for the Sale and Purchase of Shares of PT Central 

Proteinaprima Tbk.”. SHS, as the Seller, agreed to sell 

and transfer 4,389,500,000 of the Company’s shares to 

Red Dragon. As a result, SHS ownership interest in the 

Company’s decreased from 61.86% to 37.89%. 

Based on the President Commissioner Decision Letter as 

notarized by Notarial Deed No. 15 dated January 9, 2008, 

Notarial Deed No. 28 dated April 8, 2008, Notarial Deed 

No. 88 dated April 30, 2008 respectively by Yulia S.H., 

the Company’s issued and paid up capital was increased in 

relation with conversion of warrants. 

Based on the Extraordinary Shareholders Meeting on 

October 20, 2008 as notarized by Notarial Deed No. 98 

of Yulia S.H. dated October 20, 2008, the shareholders 

approved to increase the Company’s authorized share 

capital to Rp 8 trillion consisting of 80 billion shares with 

nominal value of Rp 100 (full amount) per shares. 

The latest President Commissioner Decision Letter related 

to warrant conversion was notarized by Notarial Deed No. 

45 dated October 22, 2008 of Yulia S.H. The amendment 

of the Articles of Association has been approved by the 

Minister of Justice and Human Rights in its Decision 

Letter No. AHU-AH.01.10.227280 dated October 23, 

2008. For the year ended December 31, 2008, Series I, II 

and III Warrants have been converted into 1,362,413,500, 

1,365,601,834 and 1,296,369,166 shares for Rp 170.3 

billion, Rp 177.5 billion and Rp 175.0 billion 

respectively, therefore total shares issued and fully paid 

was increased by Rp 402.4 billion, and additional paid in 

capital (after deducted by warrant conversion expense 

amounted to Rp 22.5 billion) was increased by Rp 97.9 

billion.







(RUPSLB) Perusahaan pada tanggal 28 November 2008, 

yang diaktakan dalam Akte Notaris No. 62 oleh Notaris 

Yulia S.H., para pemegang saham telah menyetujui antara 

lain pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas (PUT) I 

dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) 

sebanyak-banyaknya 17.568.196.800 lembar saham atau 

sekurang-kurangnya 17.226.522.070 lembar saham 

dengan nilai nominal Rp 100 (rupiah penuh) per saham, 

dimana PT Pertiwi Indonesia (PI), pihak yang mempunyai 

hubungan istimewa, bertindak sebagai pembeli siaga 

melalui konversi pinjaman subordinasi (Catatan 7). PI 

sebagai pembeli siaga melalui konversi pinjaman 

subordinasi ini telah disetujui oleh para Pemegang Saham 

Independen Perusahaan dalam rapat yang sama. Para 

pemegang saham juga menyetujui perubahan anggaran 

dasar dalam rangka peningkatan modal yang ditempatkan 

dan disetor sehubungan dengan pelaksanaan PUT I ini. 

Sehubungan dengan PUT I diatas, Perusahaan telah 

memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan 

Pendaftaran dari BAPEPAM-LK No. S-8637/BL/2008 

tanggal 27 November 2008. 

Pada akhir pelaksanaan PUT I diatas, modal disetor 

Perusahaan meningkat sebesar Rp 1,7 triliun, terdiri dari 

30.020.058 lembar saham yang dibayar tunai oleh 

pemegang saham pada saat pelaksanaan PUT I, sedangkan 

sisanya sebanyak 17.196.502.012 lembar saham diambil 

oleh PI sebagai pembeli siaga dengan mengkonversikan 

pinjaman subordinasi sebesar Rp 1,7 triliun. Biaya yang 

dikeluarkan sehubungan dengan PUT I ini sebesar 

Rp 4,8 miliar dicatat sebagai pengurang atas Tambahan 

Modal Disetor. 

Berdasarkan Akta Notaris Yulia S.H. No. 20 tanggal 

9 Desember 2008, anggaran dasar Perusahaan telah 

mengalami perubahan, antara lain peningkatan modal 

yang ditempatkan dan disetor melalui pelaksanaan PUT I. 

Perubahan anggaran dasar ini telah diajukan 

Pemberitahuan Perubahan anggaran dasar Perusahaan 

kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam 

Surat No. AHU-AH.01.10-25165 dan AHU-AH.01.10- 

25166 tanggal 12 Desember 2008. 

75 

Based on the Company’s Extraordinary Shareholders 

Meeting dated November 28, 2008 as notarized by 

Notarial Deed No. 62 of Yulia S.H., the shareholders have 

approved Limited Public Offering (PUT) I with Preemptive 

Rights of maximum 17,568,196,800 shares or 

minimum 17,226,522,070 shares with nominal value of 

Rp 100 (full amount) per share, whereby PT Pertiwi 

Indonesia (PI), a related party, acts as a standby buyer 

through conversion of subordinated loan (Note 7). PI 

acting as the standby buyer was approved by the 

Company’s Independent Shareholders during the same 

Extraordinary Shareholders Meeting. The Company’s 

shareholders also approved amendment to the Company’s 

Articles of Association regarding increase in issued and 

fully paid shares capital in connection with PUT I. 

In connection with the above PUT I, the Company has 

obtained the Effective Registration Letter from 

BAPEPAM-LK No. S-8637/BL/2008 dated 

November 27, 2008. 

Upon completion of PUT I, the Company’s paid in share 

capital increased by Rp 1.7 trillion, consisting of 

30,020,058 shares exercised in cash by the existing 

shareholders whereas the remaining shares of 

17,196,502,012 were exercised by PI as a standby buyer 

through conversion of subordinated loan of Rp 1.7 trillion. 

Expenditures incurred in connection with PUT I 

amounting to Rp 4.8 billion were recorded as deduction to 

Additional Paid-in Capital. 

Based on Notarial Deed No. 20 of Yulia S.H. dated 

December 9, 2008, the articles of association have been 

amended, among other, increase in issued and fully paid 

share capital resulting from PUT I. The notification of the 

amendments have been submitted to the Minister of 

Justice and Human Rights in Letter No. AHU-AH.01.10- 

25165 and AHU-AH.01.10-25166 dated December 12, 

2008.






Berdasarkan Surat dari Bursa Efek Indonesia (BEI) 

No. Peng-008/BEI-PSR/SPT/12-2008 tertanggal 

19 Desember 2008, BEI memutuskan untuk melakukan 

penghentian sementara Perdagangan Hak Memesan Efek 

Terlebih Dahulu (HMETD) sehubungan dengan PUT I 

sejak tanggal 19 Desember 2008 hingga pengumuman 

lebih lanjut. Kemudian pada tanggal yang sama, BEI 

mengeluarkan pengumuman dengan No Peng- 

524/BEI.PSH/U/12-2008 bahwa perdagangan HMETD 

telah berakhir. 

Sehubungan dengan PUT I diatas, Perusahaan telah 

menerima surat dari Bapepam No. S-13/BL/S-2/2009 

tanggal 13 Maret 2009 yang menyatakan bahwa jumlah 

Pemegang Saham Independen yang hadir dalam Rapat 

Umum Pemegang Saham Luar Biasa 

(RUPSLB independen) pada tanggal 28 November 2008 

tidak mencapai kuorum yang ditetapkan. Dengan 

demikian RUPSLB Independen tersebut tidak memenuhi 

ketentuan yang disyaratkan. Perusahaan telah menanggapi 

surat Bapepam-LK ini lewat surat No. 017/CPP- 

JKT/CS/09 tanggal 19 Maret 2009 yang menyatakan 

bahwa Perusahaan akan menyelenggarakan RUPSLB 

kedua dengan mengacu kepada peraturan yang berlaku 

untuk mendapatkan persetujuan dari pemegang saham 

Independen, sehubungan dengan konversi pinjaman 

subordinasi oleh PI menjadi Saham Perusahaan. Sampai 

dengan tanggal laporan ini, surat Perusahaan tersebut 

belum mendapatkan tanggapan dari Bapepam LK. 

76 

Based on Letter from Indonesia Stock Exchange (IDX) 

No. Peng-008/BEI-PSR/SPT/12-2008 dated December 

19, 2008, IDX decided to temporarily suspend trading of 

the Company’s Pre-Emptive Rights (HMETD) in 

connection with PUT I effectively from December 19, 

2008 until further notice. Furthermore, on the same date, 

based on letter No Peng-524/BEI.PSH/U/12-2008 IDX 

announce that HMETD trading has ended. 

In connection with PUT I above, the Company has 

received a letter from Bapepam-LK No. S-13/BL/S- 

2/2009 dated March 13, 2009 which states that the 

number of Independent Shareholders present in the 

Independent Extraordinary Shareholders Meeting 

(Independent RUPSLB) on November 28, 2008 was less 

than the required quorum. Therefore, the independent 

RUPSLB was not in accordance with the prevailing 

regulation. The Company has responded to the Bapepam- 

LK’s letter through letter No. 017/CPP-JKT/CS/09 dated 

March 19, 2009 which states that the company will 

conduct the second RUPSLB in compliance with the 

prevailing regulation, to obtain the approval from 

Independent Shareholders in relation to the conversion of 

PI’s subordinated loan into the Company’s share. Up to 

the date of this report, the letter from the Company has not 

been responded by Bapepam-LK.





18. INFORMASI SEGMEN 18. SEGMENT REPORTING 

Perusahaan dan Anak Perusahaan mengelompokkan 

pelaporan segmen berdasarkan segmen usaha sebagai 

segmen primer dan segmen geografis berdasarkan lokasi 

pemasaran sebagai segmen sekunder. Segmen usaha 

dibagi menurut jenis kegiatan usaha, terdiri dari produksi 

pakan, pertambakan udang terpadu, pemrosesan udang 

beku dan probiotik. Segmen geografis dibagi menurut 

lokasi pelanggan, terdiri dari dalam negeri dan luar negeri. 

Informasi yang menyangkut segmen usaha dan segmen 

geografis Perusahaan dan Anak Perusahaan adalah 


Informasi Segmen Usaha (Primer) / 

Business Segment (Primary) 

77 

The Company and Subsidiaries classify their segment 

reporting into business segment as the primary segment 

and geographical segment as the secondary segment. 

Business segment is classified based on type of operating 

activity, which consists of production of feeds, integrated 

shrimp farming, frozen shrimp processing and probiotic 

segment. Geographical segment is classified based on 

location of the customers, which consists of domestic and 

export. The information concerning the Company and 

Subsidiaries’ business and geographical segments are as 

follows: 


Pertambakan Pemrosesan 

Produksi Udang Udang 

Pakan 1) / Terpadu 2) / Beku/ Probiotic / Eliminasi / Konsolidasi / 

Feeds Integrated Frozen Probiotic Elimination Consolidated 

Production 1) Shrimp Shrimp 

Farming 2) Processing 

Penjualan segmen/ Segment Sales 

Penjualan eksternal / External sales 1.713.503 5.994.175 459.265 2.985 - 8.169.928 

Penjualan antar segmen / 

Inter-segment sales 444.924 196.914 154.648 3.600 (800.086) - 

Jumlah penjualan segmen / 

Total segment sales 2.158.427 6.191.089 613.913 6.585 (800.086) 8.169.928 

Laba usaha / 

Operating income 215.389 370.190 6.256 1.002 - 592.837 

Aset segmen / Segment assets 1.584.604 10.380.201 474.569 4.839 (3.613.927) 8.830.286 

Aset yang tidak dialokasikan / 

Unallocated corporate assets 540.252 

Jumlah aset konsolidasian / 

Consolidated total assets 9.370.538 

Kewajiban segmen / Segment liabilities 237.158 9.157.425 192.670 1.459 (3.590.769) 5.997.943 

Kewajiban yang tidak dialokasikan / 

Unallocated corporate liabilities 19.737 

Jumlah kewajiban konsolidasian / 

Consolidated total liabilities 6.017.680 

Pengeluaran barang modal / 

Capital expenditures 93.794 1.763.231 8.805 179 - 1.866.009 

Penyusutan / 

Depreciation 14.716 195.034 14.273 91 - 224.114 

Beban non kas selain penyusutan dan 

amortisasi / Non-cash expenses other 

than depreciation and amortization - - 6.225 - - 6.225 

Informasi Segmen Geografis (Sekunder) / 

Geographical Segment (Secondary) 

Penjualan dalam negeri / 

Domestic Sales 2.158.427 3.209.130 192.499 6.585 (599.978) 4.966.663 

Penjualan luar negeri / Export Sales - 2.981.959 421.414 - (200.108) 3.203.265 


Total segment sales 2.158.427 6.191.089 613.913 6.585 (800.086) 8.169.928





18. INFORMASI SEGMEN (lanjutan) 18. SEGMENT REPORTING (continued) 

Informasi Segmen Usaha (Primer) / 

Business Segment (Primary) 


Pertambakan Pemrosesan 

Produksi Udang Udang 

Pakan 1) / Terpadu 2) / Beku/ Probiotic / Eliminasi / Konsolidasi / 

Feeds Integrated Frozen Probiotic Elimination Consolidated 

Production 1) Shrimp Shrimp 

Farming 2) Processing 

Penjualan segmen/ Segment Sales 

Penjualan eksternal / External sales 2.356.316 3.218.038 544.017 4.673 - 6.123.044 

Penjualan antar segmen / 

Inter-segment sales 153.118 405.787 - - (558.905) - 



Laba (rugi) usaha / 

Operating income (loss) 203.708 246.702 10.526 914 (2.014) 459.836 

Aset segmen / Segment assets 1.701.416 8.541.170 400.388 3.963 (3.263.252) 7.383.685 

Aset yang tidak dialokasikan / 

Unallocated corporate assets 410.811 

Jumlah aset konsolidasian / 

Consolidated total assets 7.794.496 

Kewajiban segmen / Segment liabilities 2.163.047 7.172.320 135.477 1.147 (3.234.709) 6.237.282 

Kewajiban yang tidak dialokasikan / 

Unallocated corporate liabilities 17.263 

Jumlah kewajiban konsolidasian / 

Consolidated total liabilities 6.254.545 

Pengeluaran barang modal / 

Capital expenditures 305.734 2.280.993 43.628 196 - 2.630.551 

Penyusutan / 

Depreciation 14.074 97.228 10.145 87 - 121.534 

Beban non kas selain penyusutan dan 

amortisasi / Non-cash expenses other 

than depreciation and amortization - - 682 - - 682 

Informasi Segmen Geografis (Sekunder) / 

Geographical Segment (Secondary) 

Penjualan dalam negeri / 

Domestic Sales 2.509.434 1.445.484 69.670 4.673 (276.876) 3.752.385 

Penjualan luar negeri / Export Sales - 2.178.341 474.347 - (282.029) 2.370.659 



1) 

Produksi pakan terdiri dari pakan ternak, pakan ikan, pakan udang dan pakan lainnya / Feeds production consist of 

poultry, fish, shrimp and other feeds. 

2) Pertambakan udang terpadu terdiri dari udang beku, pakan udang, bibit udang, benur, obat-obatan, bahan-bahan kimia 

dan tambak / Integrated shrimp farming consists of frozen shrimp, shrimp feeds, shrimp broodstock, shrimp fries, 

medicines, chemical goods and shrimp ponds. 

78





19. PENJUALAN BERSIH 19. NET SALES 

Rincian penjualan bersih berdasarkan jenis produk 


2008 2007 

79 

Details of net sales based on type of product are as 

follows: 

Produk udang 4.416.381 2.480.896 Shrimp products 

Pakan udang 1.558.801 1.062.017 Shrimp feeds 

Pakan ikan 1.354.204 1.152.945 Fish feeds 

Benur 302.556 221.208 Shrimp fries 

Pakan unggas - 832.795 Poultry feeds 

Lain-lain 537.986 373.183 Other 

Jumlah 8.169.928 6.123.044 Total 

20. BEBAN POKOK PENJUALAN 

20. COST OF GOODS SOLD 

Rincian beban pokok penjualan adalah sebagai berikut: Details of cost of goods sold are as follows: 

2008 2007 

Pemakaian bahan baku 4.181.309 3.350.719 Raw material used 

Upah buruh langsung 180.860 144.888 Direct labor 

Beban pabrikasi dan deplesi 1.691.713 1.007.489 Manufacturing overhead and depletion 

Jumlah biaya produksi 6.053.882 4.503.096 Total manufacturing cost 

Persediaan barang dalam proses Work in process inventory 

Awal periode 214.333 68.721 Beginning of period 

Akhir periode (216.725) (214.333) End of period 

Beban pokok produksi 6.051.490 4.357.484 Cost of goods manufactured 

Persediaan barang jadi Finished goods 

Awal periode 383.232 186.362 Beginning of period 

Pembelian 650.132 862.516 Purchases 

Akhir periode (458.805) (383.232) End of period 

Beban Pokok Penjualan 6.626.049 5.023.130 Cost of Goods Sold





20. BEBAN POKOK PENJUALAN (lanjutan) 20. COST OF GOODS SOLD (continued) 

Rincian beban pokok penjualan berdasarkan jenis produk 


2008 2007 

80 

Details of cost of goods sold based on type of product are 

as follows: 

Produk udang 3.644.286 2.105.681 Shrimp products 

Pakan udang 1.081.706 600.780 Shrimp feeds 

Pakan ikan 1.113.553 1.011.155 Fish feeds 

Benur 150.374 117.199 Shrimp fries 

Pakan unggas - 807.620 Poultry feeds 


Jumlah 6.626.049 5.023.130 Total 

21. BEBAN USAHA 21. OPERATING EXPENSES 

Rincian beban usaha adalah sebagai berikut: Details of operating expenses are as follows: 

2008 2007 

Penjualan Selling 

Pengangkutan 206.479 124.930 Freight-out 

Gaji, upah, kesejahteraan karyawan Salaries, wages, employees’ benefits 

dan honorarium tenaga ahli 111.030 72.714 and professional fees 

Transportasi dan perjalanan dinas 20.867 12.713 Transportation and traveling on duty 

Penyusutan (Catatan 10a) 13.886 6.838 Depreciation (Note 10a) 

Perbaikan dan pemeliharaan 10.689 7.880 Repairs and maintenance 


Jumlah 412.538 253.439 Total 

Umum dan Administrasi General and Administrative 

Gaji, upah, kesejahteraan karyawan Salaries, wages, employees’ benefits 

dan honorarium tenaga ahli (Catatan 24) 300.675 223.912 and professional fees (Note 24) 

Transportasi dan perjalanan dinas 46.257 35.937 Transportation and traveling on duty 

Penyusutan (Catatan 10a) 37.793 14.169 Depreciation (Note 10a) 

Listrik, air dan telepon 34.896 27.368 Electricity, water and telephone 

Riset dan pengembangan 27.998 7.735 Research and development 

Perlengkapan kantor, alat tulis dan fotokopi 15.322 14.565 Office supplies, stationery and photocopies 

Perbaikan dan pemeliharaan 12.467 12.299 Repairs and maintenance 

Sewa 11.082 8.718 Rent 

Asuransi 11.039 8.632 Insurance 

Pajak, denda dan perizinan 9.625 9.154 Taxes, penalty, legal and permit 

Sumbangan, hadiah, jamuan dan retribusi 4.347 5.892 Donation, gift, entertainment and retribution 


Jumlah 538.504 386.639 Total 

Jumlah Beban Usaha 951.042 640.078 Total Operating Expenses





22. LABA (RUGI) SELISIH KURS DAN BEBAN SWAP, 

BERSIH 

Akun ini merupakan laba (rugi) selisih kurs dan beban 

swap yang timbul dari: 

81 

22. GAIN (LOSS) ON FOREIGN EXCHANGE AND 

SWAP COST, NET 

2008 2007 

Gain (loss) on foreign exchange and swap cost are on the 

following: 

Pinjaman bank dan obligasi (622.723) (30.968) Borrowings and bonds 

Kas dan setara kas (2.446) 19.043 Cash and cash equivalents 

Lain-lain, bersih (48.026) (164.864) Others, net 

Jumlah (673.195) (176.789) Total 

23. BEBAN KEUANGAN 23. FINANCING COST 

Akun ini terdiri dari: This account consists of: 

2008 2007 

Bunga obligasi (Catatan 16) 346.523 165.575 Bond interest (Note 16) 

Beban bunga pinjaman 40.472 107.113 Bank loans 

Amortisasi biaya emisi obligasi (Catatan 16) 14.305 7.152 Amortization of bond issuance cost (Note 16) 

Beban provisi dan administrasi bank 4.951 24.268 Provision and bank charges 

Hutang pihak hubungan istimewa (Catatan 7c) 862 810 Due to related parties (Note 7c) 

Jumlah 407.113 304.918 Total 

24. KEWAJIBAN DIESTIMASI ATAS IMBALAN 

KERJA KARYAWAN 

Perusahaan dan Anak Perusahaan menyediakan imbalan 

kerja untuk karyawan berdasarkan Undang-undang 

Ketenagakerjaan No. 13/2003 tanggal 25 Maret 2003 (UU 

No. 13/2003) bagi karyawan yang mencapai usia pensiun 

55 tahun. Imbalan kerja tersebut tidak didanai. 

Kewajiban diestimasi atas imbalan kerja karyawan pada 

tahun 2008 dan 2007 dicatat berdasarkan penilaian 

aktuaria pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2007 yang 

dilakukan masing-masing oleh PT Eldridge Gunaprima 

Solution dan PT Dayamandiri Dharmakonsilindo, aktuaris 

independen, dengan menggunakan metode “Projected 

Unit Credit”. Berikut adalah asumsi-asumsi penting yang 

digunakan: 

24. ESTIMATED LIABILITIES FOR EMPLOYEES’ 

BENEFITS 

The Company and Subsidiaries provided employees’ 

benefits in accordance with Labor Law No. 13/2003 dated 

March 25, 2003 (UU No. 13/2003) for employees with 

retirement age of 55 years old. This pension benefit is not 

funded. 

The estimated liabilities for employees’ benefits in 2008 

and 2007 were recorded based on the actuarial valuations 

on December 31, 2008 and 2007 performed by 

PT Eldridge Gunaprima Solution and PT Dayamandiri 

Dharmakonsilindo, independent actuaries, using the 

Projected Unit Credit method. The significant 

assumptions used in the valuations are as follows:






KERJA KARYAWAN (lanjutan) 

82 


BENEFITS (continued) 

2008 2007 

(Disajikan Kembali/ 

Restated) 

Tingkat bunga 12% per tahun 10.5% per tahun Interest rate 

Tingkat kenaikan gaji (upah) 8% per tahun 8% per tahun Salary (wage) increase rate 

Usia pensiun 55. tahun 55 tahun Pension age 

Tingkat kematian tabel CSO -1980 tabel CSO-1980 Mortality rate 

Rincian beban imbalan kerja karyawan adalah sebagai 

berikut: 

2008 2007 

Details of employees’ benefits expenses are as follows: 

Biaya jasa kini 18.794 19.290 Service cost 

Biaya bunga 13.796 10.415 Interest cost 

Amortisasi atas biaya jasa lalu yang belum Amortization of unrecognized past service 

diakui - yang belum menjadi hak 567 812 cost - non vested 

Penyesuaian untuk karyawan baru - 10.221 Immediate adjustment for new entrants 

Laba (rugi) curtailment - (9.397) Curtailments/settlement gain (loss) 

Amortisasi atas laba (rugi) aktuarial Amortization of unrecognized 

yang belum diakui 527 - actuarial gain (loss) 

Beban imbalan kerja karyawan 33.684 31.341 Employees’ benefits expenses 

Rincian kewajiban diestimasi atas imbalan kerja karyawan 


Details of estimated liabilities for employees’ benefits are 

as follows: 

2008 2007 

Nilai kini kewajiban 174.200 139.250 Present value of benefit obligation 

Biaya jasa lalu yang belum diakui (5.345) (5.912) Unrecognized past service costs 

Rugi aktuarial yang belum diakui (35.339) (22.128) Unamortized actuarial losses 

Kewajiban diestimasi atas imbalan kerja Estimated liabilities for 

kerja karyawan 133.516 111.210 employees’ benefits 

Mutasi kewajiban diestimasi atas imbalan kerja karyawan 


Movements of estimated liabilities for employees’ benefits 

are as follows: 

2008 2007 

Saldo pada awal tahun 111.210 83.939 Beginning balance 

Pengalihan kewajiban (3.638) - Transfer of liabilities 

Beban tahun berjalan 33.684 31.341 Expenses during the period 

Jumlah 141.256 115.280 Total 

Pembayaran tahun berjalan (7.740) (4.070) Payments during the period 

Saldo pada akhir tahun 133.516 111.210 Ending balance






KERJA KARYAWAN (lanjutan) 

Pengalihan kewajiban pada tahun 2008 merupakan 

pengakuan kewajiban diestimasi atas imbalan kerja 

beberapa karyawan Perusahaan yg ditransfer ke 

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPI) dan 

karyawan CPI yang ditransfer ke Perusahaan. Nilai 

pengalihan kewajiban ini berjumlah sebesar Rp 3.638. 

25. ASET DAN KEWAJIBAN DALAM MATA UANG 

ASING 

Pada tanggal 31 Desember 2008, Perusahaan dan Anak 

Perusahaan memiliki aset dan kewajiban moneter dalam 

mata uang asing sebagai berikut: 

Setara dengan 

Jutaan Rupiah / 

Millions of 

Rupiah Equivalent 

83 


BENEFITS (continued) 

Transfer of liabilities in 2008 represents the recognition of 

estimated liabilities for employees’ benefit after 

transferring several Company’s employees to PT Charoen 

Pokphand Indonesia Tbk. (CPI) and several of CPI’s 

employees to the Company. Total liabilities transferred 

amounted to Rp 3,638. 

25. ASSETS AND LIABILITIES IN FOREIGN 

CURRENCIES 

As of December 31, 2008, the Company and Subsidiaries 

have monetary assets and liabilities denominated in 

foreign currencies, as follows: 

Aset Assets 

Kas dan setara kas (AS$ 13.691.480, Cash and cash equivalents (US$ 13,691,480, 

Euro 2.513 dan Sin$ 296.454) 152.216 Euro 2,513 and Sin$ 296,454) 

Piutang usaha – Accounts receivable trade – 

pihak hubungan istimewa (AS$ 110.471 ) 1.210 related party (US$ 110,471) 

Piutang usaha – Account receivable trade – 

pihak ketiga (AS$ 12.988.510) 142.224 third party (US$ 12,988,510) 

Piutang lain-lain - pihak ketiga Accounts receivable others – third party 

(AS$ 2.230.917, Euro 343.555, (US$ 2,230,917, Euro 343,555, 

Yen 470, AUD 23.200) 29.906 JPY 470, AUD 23,200) 

Aset tidak lancar, lain-lain Non - current assets – others, net 

(AS$ 187.134) 2.049 (US$ 187,134) 

Jumlah 327.605 Total 

Kewajiban Liabilities 

Hutang bank jangka pendek (AS$ 62.783.848) 687.483 Short-term bank loans (US$ 62,783,848) 

Hutang usaha (AS$ 18.054.437, Accounts payable – trade (US$ 18,054,437, 

Euro 660.522 , Sin$ 45.700, JPY 549.941, Euro 660,522, Sin$ 45,700, JPY 549,941, 

AUD 79.958) 208.908 AUD 79,958) 

Bagian pinjaman jangka panjang yang Current maturities of 

jatuh tempo dalam satu tahun long term debt 

Kewajiban sewa pembiayaan Financial lease 

(AS$ 467.159) 5.115 (US$ 467,159) 

Hutang lain-lain Others 

(AS$ 1.998.501) 21.884 (US$ 1,998,501) 

Hutang obligasi (AS$ 319.470.000) 3.508.681 Bonds payable (US$ 319,470,000) 

Hutang pihak hubungan istimewa Due to related parties 

(AS$ 1.212.179) 13.273 (US$ 1,212,179) 

Pinjaman jangka panjang Long term debts 

Kewajiban sewa pembiayaan Financial lease 

(AS$ 2.331.682) 25.532 (US$ 2,331,682) 


Kewajiban bersih (4.143.271) Net liabilities





25. ASET DAN KEWAJIBAN DALAM MATA UANG 

ASING (lanjutan) 

Perbandingan kurs mata uang asing terhadap Rupiah pada 

tanggal 20 Maret 2009 dan 31 Desember 2008 (dalam 

Rupiah penuh) adalah sebagai berikut: 

84 

25. ASSETS AND LIABILITIES IN FOREIGN 

CURRENCIES (continued) 

20 Maret 2009/ 31 Desember 2008/ 

March 20, 2009 December 31, 2008 

The comparison of the foreign currencies against 

Indonesian Rupiah as of March 20, 2009 and 

December 31, 2008 (in full amount of Rupiah) are as 

follows: 

EUR 1 16.130 15.432 EUR 1 

AS$ 1 11.833 10.950 US$ 1 

AUD 1 8.111 7.555 AUD 1 

Sin$ 1 7.831 7.607 Sin$ 1 

JPY 1 125 121 JPY 1 

Jika kewajiban moneter bersih dalam mata uang asing 

Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2008 dijabarkan ke 

dalam Rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank 

Indonesia pada tanggal 20 Maret 2009, maka kewajiban 

bersih akan meningkat sekitar Rp 322,7 miliar. 

26. PERJANJIAN-PERJANJIAN DAN KONTINJENSI 

YANG SIGNIFIKAN 

If the net monetary liabilities in foreign currencies of the 

Company and Subsidiaries as of December 31, 2008 are 

converted to Rupiah using the Bank Indonesia’s middle 

rate as of March 20, 2009, the net monetary liabilities will 

increase by Rp 322.7 billion. 

26. SIGNIFICANT AGREEMENTS AND 

CONTINGENCIES 

a. Perjanjian Kerjasama dengan Plasma a. Cooperation Agreements with Shrimp Farmers 

Perusahaan dan CPB mengadakan perjanjian 

kerjasama dengan para plasma yang membeli dan 

mengelola tambak udang dalam kawasan proyek 

tambak udang terpadu yang dibangun Perusahaan dan 

oleh CPB. Berdasarkan perjanjian ini, Perusahaan dan 

CPB akan membantu plasma dengan cara: 

- Melakukan koordinasi dengan pihak pemberi 

pinjaman (Catatan 26b) sehingga plasma dapat 

memperoleh fasilitas kredit investasi dan modal 

kerja; dan 

- Membantu kebutuhan operasional plasma 

Sebaliknya, plasma mempunyai komitmen untuk 

menjual seluruh hasil panennya kepada Perusahaan 

dan CPB. 

The Company and CPB has cooperation agreements 

with individual farmers, who purchased and managed 

the shrimp ponds for the integrated shrimp farming 

project area constructed by the Company and CPB. 

Under these agreements, the Company and CPB with 

its best effort assists the farmers to: 

- Coordinate with the lenders (Note 26b) so that the 

farmers could obtain investment and working 

capital credit facilities; and 

- Supply the operating requirements of the farmers. 

In return, the farmers are committed to sell all their 

harvests to the Company and CPB.






YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) 

b. Perjanjian Kerjasama dengan Para Pemberi 

Pinjaman 

Untuk membiayai kebutuhan kredit investasi dan 

modal kerja para plasma, Perusahaan dan CPB 

mengadakan perjanjian kerjasama dengan PT Bank 

Internasional Indonesia Tbk. (BII), PT Bank Niaga 

Tbk. (BN), PT Bahana Artha Ventura (BAV), 

PT Reksaarta Pertiwi (RP), PT Bank Agris 

(sebelumnya Finconesia), PT Bank Perkreditan Rakyat 

Eka Bumi Artha (BPR) dan PT Bank Rakyat Indonesia 

(BRI). 

Pinjaman plasma dari BII dan BN telah 

direstrukturisasi pada tahun 2001, sedangkan pinjaman 

plasma dari BAV direstrukturisasi pada tahun 2004. 

Sementara, pinjaman plasma dari PT Bank Ficorinvest 

Tbk. sejumlah Rp 12,0 miliar (tidak diaudit) telah 

diambil alih oleh BPPN. Berdasarkan Surat 

Pemberitahuan Pengalihan Kredit tanggal 

15 April 2004, pinjaman plasma ini telah dialihkan 

kepada New Age World Limited (NAW), British 

Virgin Islands. Berdasarkan Akta Penandatanganan 

Perjanjian Pembiayaan tanggal 30 Januari 2006, NAW 

menyetujui menjual hak pinjaman plasma ini kepada 

PT Reksaarta Pertiwi. 

Berdasarkan perubahan perjanjian kerjasama tersebut, 

antara lain ditetapkan bahwa Perusahaan dan CPB 

wajib mengatur penggunaan dana hasil penjualan 

udang oleh plasma (Catatan 26a) untuk menjamin 

penyelesaian semua kewajiban plasma kepada pemberi 

pinjaman. Perusahaan dan CPB diwajibkan untuk 

membayar pokok pinjaman dan bunga pinjaman 

plasma yang telah jatuh tempo jika hasil panen plasma 

tidak mencukupi. Seperti dinyatakan dalam perubahan 

perjanjian, jika terdapat plasma yang mengundurkan 

diri karena alasan apapun, Perusahaan dan CPB 

diwajibkan untuk melaksanakan “jaminan pembelian 

kembali” (buy back guarantee) kepada pemberi 

pinjaman berdasarkan formula tertentu yang ditetapkan 

dalam perjanjian atau minimal sebesar saldo hutang 

plasma jika tidak ada plasma pengganti. Perusahaan 

dan CPB mencadangkan beban jaminan pembelian 

kembali yang dibebankan pada akun “Beban Umum 

dan Administrasi”. 

85 


CONTINGENCIES (continued) 

b. Cooperation Agreements with Lenders 

To facilitate the investment and working capital 

requirements of the farmers, the Company CPB 

entered into cooperation agreements with PT Bank 

Internasional Indonesia (BII), PT Bank Niaga Tbk. 

(BN), PT Bahana Artha Ventura (BAV), PT Reksaarta 

Pertiwi (RP), Bank Agris (sebelumnya Finconesia), 

PT Bank Perkreditan Rakyat Eka Bumi Artha (BPR) 

and PT Bank Rakyat Indonesia (BRI). 

Farmer’s loans from BII and BN were restructured in 

2001 and farmer’s loans from BAV were restructured 

in 2004. At the same time, farmer’s loans from 

PT Bank Ficorinvest Tbk. of Rp 12.0 billion 

(unaudited) were taken over by IBRA. Based on the 

information letter of transfer dated April 15, 2004, the 

loans were transferred to New Age World Limited 

(NAW), British Virgin Islands. Furthermore, based on 

Deed of Assignment of Financing Agreements dated 

January 30, 2006, NAW agreed to sell its rights to the 

farmers’ loans to PT Reksaarta Pertiwi. 

Based on the amended cooperation agreements, among 

others, the Company and CPB are required to manage 

the use of cash flows from sales of shrimps by the 

farmers (Note 26a) to ensure the settlement of the 

farmers’ obligations to the lenders. The Company and 

CPB are required to pay the overdue farmer’s principal 

and interest if the proceeds of harvest are not 

sufficient. As stated in the amended agreements, if 

there are farmers who quit from the cooperation 

agreement for any reason, the Company and CPB are 

required to carry out buy back guarantees based on 

certain formula as defined in the agreement or at 

minimum based on outstanding farmer’s loan if there is 

no substitute farmer. The Company and CPB 

recognized provision for buy back guarantee which is 

charged to “General and Administrative Expenses”.








Pinjaman (lanjutan) 

86 



b. Cooperation Agreements with Lenders (continued) 

PT Bank Internasional Indonesia Tbk. (BII) PT Bank Internasional Indonesia Tbk. (BII) 

Pada tanggal 30 September 2002, CPB memperoleh 

persetujuan dari BII untuk merestrukturisasi saldo 

pinjaman 1.851 plasma sebesar Rp 167,3 miliar. 

Berdasarkan hasil restrukturisasi tersebut, jangka 

waktu pinjaman menjadi sampai dengan tahun 2012 

dan dapat diperpanjang lagi sesuai dengan hasil 

peninjauan kondisi plasma pada saat itu serta 

dikenakan bunga sebesar 2% per tahun pada tahun 

pertama yang selanjutnya akan ditinjau kembali 

berdasarkan fluktuasi cost of fund BII maksimum 5% 

per tahun. 

PT Bank Niaga Tbk. (BN) PT Bank Niaga Tbk. (BN) 

Pada tanggal 21 September 2001, CPB telah 

memperoleh persetujuan dari BN atas restrukturisasi 

saldo pinjaman 826 plasma sebesar Rp 86,7 miliar. 


waktu pinjaman menjadi sampai dengan tanggal 

30 Desember 2014 dan dikenakan bunga sebesar suku 

bunga deposito satu bulan pada BN ditambah dengan 

marjin 2% per tahun dengan suku bunga maksimum 

sebesar 18% per tahun. 

On September 30, 2002, CPB obtained an approval 

from BII to restructure the 1,851 farmers’ loans of 

Rp 167.3 billion. Based on the restructuring, the loans 

will mature in 2012, and can be extended based on the 

review of farmers’ conditions at that time, with interest 

rate of 2% a year for the first year while for the 

subsequent years interest will be reviewed based on the 

fluctuation of BII’s cost of fund with maximum 

interest rate of 5% a year. 

On September 21, 2001, CPB obtained approval from 

BN to restructure the 826 farmers’ loans of Rp 86.7 

billion. Based on this agreement, the farmer’s loans 

will mature on December 30, 2014, and the interest 

rate will be based on time deposit at Niaga for 1 month 

plus margin of 2% a year with maximum interest rate 

of 18% a year. 

PT Bank Niaga Syariah (Niaga Syariah) PT Bank Niaga Syariah (Niaga Syariah) 

Pada tanggal 23 November 2007, CPB dan Niaga 

Syariah telah menandatangani Perjanjian Kerjasama 

yang telah diaktakan dengan Akta Notaris No. 40 dari 

Achmad Bajumi, S.H. dimana Niaga Syariah telah 

menyetujui penyaluran Fasilitas Pembiayaan Modal 

Kerja Murabahah (Fasilitas Modal Kerja) kepada 

1.000 plasma tambak udang CPB dengan jumlah 

pembiayaan maksimum sebesar Rp 160,0 miliar. 

Tujuan fasilitas pembiayaan ini adalah untuk 

memenuhi kebutuhan produksi budidaya udang plasma 

dalam 1 (satu) siklus panen. Fasilitas ini bersifat 

revolving dengan jangka waktu fasilitas 24 bulan. 

Sehubungan dengan Fasilitas Pembiayaan tersebut, 

pada tanggal 3 Desember 2007 CPB dan Niaga 

Syariah menandatangani Perjanjian Penanggungan 

Perusahaan yang diaktakan dengan Akta Notaris No. 1 

dari Achmad Bajumi, S.H. Perjanjian tersebut 

menyebutkan bahwa CPB menjamin pembayaran 

kembali hutang plasma kepada Niaga Syariah terbatas 

pada jumlah sebesar Rp 160,0 miliar ditambah bunga, 

komisi dan biaya lainnya. 

On November 23, 2007, CPB dan Niaga Syariah 

entered into a Cooperation Agreement as notarized by 

Notarial Deed No. 40 of Achmad Bajumi, S.H. 

whereby Niaga Syariah agreed to provide working 

capital loan “Murabahah” (Working Capital Facility) 

to 1,000 CPB’s shrimp farmers with maximum credit 

limit of Rp 160.0 billion. The purpose of this facility is 

to support 1 (one) cycle of shrimp farming production 

requirement. This is a 24 month revolving facility. In 

relation to this Working Capital Facility, on December 

3, 2007 CPB and Niaga Syariah signed a Corporate 

Guarantee Agreement as notarized by Notarial Deed 

No. 1 of Achmad Bajumi S.H. This agreement 

stipulates that CPB guarantees the repayment of 

shrimp farmers’ loan to Niaga Syariah up to Rp 160.0 

billion plus any interests, commissions and other 

expenses thereof.









87 




PT Bahana Artha Ventura (BAV) PT Bahana Artha Ventura (BAV) 

Pada tanggal 29 Oktober 2004, CPB memperoleh 

persetujuan dari BAV atas restrukturisasi saldo 

pinjaman 94 plasma sebesar Rp 11,1 miliar. 


waktu pinjaman menjadi sampai dengan tahun 2014. 

Atas pinjaman tersebut, plasma diwajibkan membayar 

imbalan jasa bagi hasil sebesar 8,5% per tahun. Jika 

plasma tidak sanggup membayar sampai dengan tahun 

2014, CPB diwajibkan untuk melunasi pinjaman 

plasma tersebut kepada BAV. 

On October 29, 2004, CPB obtained approval from 

BAV to restructure the 94 farmers’ loans of 


are payable until 2014. The farmers are obliged to pay 

profit sharing of service benefit of 8.5% a year. CPB 

will be required to pay any outstanding farmer’s loan 

to BAV if the farmers have not repaid their loans by 

2014. 

PT Reksa Finance (RF) (dahulu PT Reksaarta Pertiwi) PT Reksa Finance (RF) (previously PT Reksaarta 

Pertiwi) 

Pada tanggal 15 Agustus 2005, CPB memperoleh 

persetujuan dari NAW untuk merestrukturisasi saldo 

pinjaman 87 plasma sebesar Rp 20,7 miliar. 


waktu terhutang pinjaman menjadi sampai dengan 

31 Januari 2016. Jika plasma tidak sanggup membayar 

sampai dengan tanggal 31 Januari 2016, CPB 

diwajibkan untuk melunasi pinjaman plasma tersebut 

kepada NAW. Pinjaman ini dikenakan bunga sebesar 

8,5% per tahun. 

Pada tanggal 30 Januari 2006, berdasarkan 

Penandatanganan Perjanjian Pembiayaan tertanggal 

30 Januari 2006, NAW menyetujui untuk menjual dan 

mengalihkan hak atas piutang plasma kepada RF. 

Dengan demikian, jika plasma tidak sanggup 

membayar sampai dengan tanggal 31 Januari 2016, 

CPB diwajibkan untuk melunasi pinjaman plasma 

tersebut kepada RF. 

On August 15, 2005, CPB obtained approval from 

NAW to restructure the 87 farmers’ loans of 


are payable until January 31, 2016. CPB should pay 

any outstanding farmer’s loan to NAW if that farmer 

can not pay until January 31, 2016. The loans bear 

interest rate of 8.5% a year. 

On January 30, 2006, based on Assignment of 

Financing Agreements dated January 30, 2006, NAW 

agreed to sell and transfer its right on the farmers’ 

receivables to RF. Therefore, CPB will be required to 

pay any outstanding farmer’s loan to RF if the farmers 

have not repaid their loans to RF by January 31, 2016.









88 




PT Bank Agris (Agris) (dahulu Finconesia) PT Bank Agris (Agris) (previously Finconesia) 

Berdasarkan Perjanjian Kerjasama yang telah 

diaktakan dengan Akta Notaris No. 11 dari Suwarni 

Sukiman S.H pada tanggal 7 Januari 2008, Agris 


Kerja (Fasilitas Modal Kerja) kepada 18 plasma 

tambak udang CPB dengan jumlah pembiayaan 

maksimum sebesar Rp 3,0 miliar. Tujuan fasilitas 

pembiayaan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan 

produksi budidaya udang plasma dalam 1 (satu) siklus 

panen. Fasilitas ini bersifat revolving dengan jangka 

waktu fasilitas 24 bulan. Sehubungan dengan Fasilitas 

Pembiayaan tersebut, pada tanggal 9 Januari 2008, 

CPB dan Agris menandatangani Perjanjian 

Penanggungan Perusahaan yang diaktakan dengan 

Akta Notaris No. 25 dari Suwarni Sukiman S.H. 

Perjanjian tersebut menyebutkan bahwa CPB 

menjamin pembayaran kembali hutang plasma kepada 

Agris terbatas pada jumlah sebesar Rp 3,0 miliar 

ditambah bunga, komisi dan biaya lainnya. Pada 

tanggal 3 Maret 2009, fasilitas pembiayaan modal 

kerja dari Bank Agris telah dilunasi oleh plasma. 

Based on Cooperation Agreement as notarized by 

Notarial Deed No. 11 of Suwarni Sukiman, S.H on 

January 7, 2008, Agris agreed to provide working 

capital loan (Working Capital Facility) to 18 CPB’s 

shrimp farmers with maximum credit limit of Rp 3.0 

billion. The purpose of this facility is to support 1 

(one) cycle of shrimp farming production requirement. 

This is a 24 month revolving facility. In relation to this 

working capital facility, on January 9, 2008, CPB and 

Agris signed Corporate Guarantee Agreement as 

notarized by Notarial Deed No. 25 of Suwarni 

Sukiman S.H. This agreement stipulates that CPB 

guarantees the repayment of shrimp farmer’s loan to 

Agris up to Rp 3.0 billion plus any interests, 

commissions and other expenses thereof. On March 3, 

2009, the working capital facility from Bank Agris was 

fully repaid by the farmers. 

PT Bank Perkreditan Rakyat Eka Bumi Artha (BPR) PT Bank Perkreditan Rakyat Eka Bumi Artha (BPR) 


diaktakan dengan Akta Notaris No. 12 dari Suwarni 

Sukiman S.H. pada tanggal 7 Januari 2008, BPR telah 


Kerja (Fasilitas Modal Kerja) kepada 235 plasma 

tambak udang CPB dengan jumlah pembiayaan 

maksimum sebesar Rp 39,2 miliar. Tujuan fasilitas 





Pembiayaan tersebut pada tanggal 9 Januari 2008 CPB 

dan BPR menandatangani Perjanjian Penanggungan 

Perusahaan yang diaktakan dengan Akta Notaris 

No. 27 dari Suwarni Sukiman S.H. Perjanjian tersebut 

menyebutkan bahwa CPB menjamin pembayaran 

kembali hutang plasma kepada BPR terbatas pada 

jumlah sebesar Rp 39,2 miliar ditambah bunga, komisi 

dan biaya lainnya. Pada tanggal 3 Maret 2009, fasilitas 

modal kerja dari BPR telah dilunasi oleh plasma. 


Notarial Deed No. 12 of Suwarni Sukiman, S.H. on 

January 7, 2008, BPR agreed to provide working 

capital loan (Working Capital Facility) to 235 CPB’s 

shrimp farmers with maximum credit limit of 

Rp 39.2 billion. The purpose of this facility is to 

support 1 (one) cycle of shrimp farming production 

requirement. This is a 24 month revolving facility. In 

relation to this working capital facility, on January 9, 

2008 CPB and BPR signed Corporate Guarantee 

Agreement as notarized by Notarial Deed No. 27 of 

Suwarni Sukiman S.H. This agreement stipulates that 

CPB guarantees the loan repayment of shrimp farmers 

to BPR up to Rp 39.2 billion plus any interests, 

commissions and other expenses thereof. On March 3, 

2009, this working capital facility from BPR was fully 

repaid by the farmers.









89 




PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) 


diaktakan dengan Akta Notaris No. 26 dari Teddy 

Anwar, S.H pada tanggal 13 Maret 2008, BRI telah 

menyetujui penyaluran Fasilitas Kredit Modal Kerja 

(Fasilitas Modal Kerja) dengan jumlah pembiayaan 

maksimum sebesar Rp 168,0 miliar. CPB setuju untuk 

bertindak sebagai penjamin kelancaran pengelolaan 

budidaya tambak dan kelancaran pembayaran kembali 

hutang plasma kepada BRI. Tujuan fasilitas 





Pembiayaan tersebut pada tanggal 13 Maret 2008 CPB 

dan BRI menandatangani Perjanjian Penanggungan 

Perusahaan yang diaktakan dengan Akta Notaris 

No. 27 dari Teddy Anwar, S.H. Pada tanggal 

31 Desember 2008, telah direalisasikan Fasilitas 

Modal Kerja untuk 980 plasma dengan nilai 

pembiayaan kurang lebih Rp 156,8 miliar. 


Notarial Deed No. 26 of Teddy Anwar, S.H on March 

13, 2008, BRI agreed to provide working capital loan 

facility (Working Capital Facility) with maximum 

credit limit of Rp 168.0 billion. CPB agreed to act as 

guarantor on the shrimp farming continuity and the 

repayment of the farmers’ loan to BRI. The purpose of 

this facility is to support 1 (one) cycle of shrimp 

farming production requirement. This is a 24 month 

revolving facility. In relation to this working capital 

facility, on March 13, 2008 CPB and BRI signed 

Corporate Guarantee Agreement as notarized by 

Notarial Deed No. 27 of Teddy Anwar, S.H. On 

December 31, 2008, the Working Capital Facility for 

980 shrimp farmers have been already realized with 

total credit disbursed around Rp 156.8 billion. 

PT Bank Negara Indonesia (BNI) PT Bank Negara Indonesia (BNI) 

Berdasarkan Perjanjian Kerjasama pada tanggal 

11 April 2008, BNI telah menyetujui penyaluran 

Fasilitas Kredit Modal Kerja Usaha Tambak (Fasilitas 

Modal Kerja) kepada 493 plasma tambak udang WM 

dengan jumlah pembiayaan maksimum sebesar 

Rp 75,0 miliar. Perusahaan setuju untuk memberikan 

jaminan perusahaan fasilitas kredit yang diberikan oleh 

BNI kepada para petambak plasma WM. Tujuan 

fasilitas pembiayaan ini adalah untuk memenuhi modal 

kerja usaha tambak dan pembelian sarana pendukung 

tambak. Fasilitas ini bersifat revolving dengan jangka 

waktu fasilitas 24 bulan. 

Based on Cooperation Agreement on April 11, 2008, 

BNI agreed to provide farmer working capital loan 

facility (Working Capital Facility) to 493 WM’s 

shrimp farmers with maximum credit limit of 

Rp 75.0 billion. The Company agreed to provide 

corporate guarantee for Working Capital Facility 

provided by BNI to WM’s shrimp farmers. The 

purpose of this facility is to support shrimp farming’s 

working capital and purchases of shrimp farm’s 

equipment. This is a 24 month revolving facility.









90 




PT Bank Niaga Syariah (Niaga Syariah) PT Bank Niaga Syariah (Niaga Syariah) 

Pada tanggal 7 Juli 2008, Perusahaan, AWS dan Niaga 

Syariah telah menandatangani Perjanjian Kerjasama 

yang telah diaktakan dengan Akta Notaris No. 1 dibuat 

di hadapan Putranti Wahyuningsih, S.H. dimana Niaga 

Syariah telah menyetujui penyaluran Fasilitas 

Pembiayaan Modal Kerja Murabahah (Fasilitas 

Pembiayaan) kepada 210 plasma tambak udang AWS 

dengan jumlah pembiayaan maksimum sebesar 

Rp 30,2 miliar. Tujuan fasilitas pembiayaan ini adalah 

untuk memenuhi kebutuhan produksi budidaya udang 

plasma dalam 1 (satu) siklus panen. Fasilitas ini 

bersifat revolving dengan jangka waktu fasilitas 24 

bulan. Sehubungan dengan Fasilitas Pembiayaan 

tersebut, pada tanggal 16 Juli 2008 Perusahaan dan 

Niaga Syariah menandatangani Perjanjian 

Penanggungan Perusahaan yang diaktakan dengan 

Akta Notaris No. 34 dibuat di hadapan Putranti 

Wahyuningsih, S.H. Perjanjian tersebut menyebutkan 

bahwa Perusahaan menjamin pembayaran kembali 

hutang plasma kepada Niaga Syariah terbatas pada 

jumlah sebesar Rp 30,2 miliar ditambah bunga, komisi 

dan biaya lainnya. 

On July 7, 2008, the Company, AWS and Niaga 

Syariah entered into a Cooperation Agreement as 

notarized by Notarial Deed No. 1 made before Putranti 

Wahyuningsih, S.H. whereby Niaga Syariah agreed to 

provide working capital loan “Murabahah” (Working 

Capital Facility) to 210 AWS’s shrimp farmers with 

maximum credit limit of Rp 30.2 billion. The purpose 

of this facility is to support 1 (one) cycle of shrimp 

farming production requirement. This is a 24 month 

revolving facility. In relation to this Working Capital 

Facility, on July 16, 2008 the Company and Niaga 

Syariah signed a Corporate Guarantee Agreement as 

notarized by Notarial Deed No. 34 made before 

Putranti Wahyuningsih S.H. This agreement stipulates 

that the Company guarantees the repayment of shrimp 

farmers’ loan to Niaga Syariah up to Rp 30.2 billion 

plus any interests, commissions and other expenses 

thereof. 

c. Kewajiban yang timbul akibat sengketa c. Liabilities arising from dispute 

CPB memiliki beberapa kasus sengketa dengan 

penduduk di Bandar Lampung, mengenai ganti rugi 

yang dituntut penduduk setempat sebagai pemilik 

lahan hutan di Bandar Lampung. Penduduk setempat 

menginginkan supaya CPB membayar ganti rugi atas 

tanah yang sekarang ditempati oleh CPB, yang 

menurut mereka belum dibayar. Berdasarkan opini 

konsultan hukum Perusahaan, penduduk setempat 

tidak mempunyai dasar hukum yang kuat untuk kasus 

tersebut dan tidak ada bukti yang kuat bahwa CPB 

masih memiliki kewajiban terhadap mereka. Sampai 

dengan tanggal 31 Desember 2008 CPB memberikan 

Tali Kasih berupa uang sebesar Rp 9,2 miliar kepada 

penduduk setempat untuk meninggalkan lahan milik 

CPB yang mereka tempati. 

CPB has had several disputes with local residents in 

Bandar Lampung, concerning compensations allegedly 

due to former local residents of forest area in Bandar 

Lampung. These local residents demanded that CPB 

pays compensations for land currently occupied by 

CPB, which according to the residents are not paid yet. 

Based on the opinion of the Company’s legal 

consultant, the local residents do not have a valid case 

against CPB, citing the fact that there is no solid 

evidence whereby CPB still has any obligations 

towards them. Until December 31, 2008 CPB paid Tali 

Kasih money amounted to Rp 9.2 billion to the local 

residents to leave CPB’s land which they were 

occupying.







91 



d. Perjanjian dengan pelanggan d. Agreements with customers 

Di tahun 2007, SIS menyetujui berbagai perjanjian 

dengan pelanggan untuk menyediakan benur dan induk 

udang selama tahun 2008. 

e. Konsorsium Neptune e. Neptune Consortium 

Pada tanggal 15 Mei 2007, Perusahaan, Blue Lion 

Group Pte. Ltd., (BLG) dan PT Pertiwi Indonesia (PI) 

menandatangani Perjanjian Konsorsium Neptune. 

Konsorsium Neptune (Neptune) dibentuk untuk 

mengikuti tender pembelian Kelompok Usaha 

Dipasena melalui lelang yang diselenggarakan oleh 

Perusahaan Pengelola Asset (PPA) untuk dan atas 

nama Menteri Keuangan Republik Indonesia. 

Asset dan Saham Kelompok Dipasena terdiri dari: 

• 100% kepemilikan saham di PT Tunas Sepadan 

Investama (TSI) dengan nilai nominal 

Rp 20 juta 

• hak tagih berupa promissory notes yang telah 

dikeluarkan oleh TSI 

• hak tagih kepada PT Dipasena Citra Darmaja 

yang berasal dari Bank Dewa Rutji 

• hak tagih kepada petani plasma kelompok 

Dipasena sebesar Rp 220,0 miliar 

Anggota konsorsium setuju bahwa Neptune akan 

dipimpin oleh Perusahaan sebagai koodinator dan 

sponsor atas tender tersebut serta pengelola operasi 

Proyek setelah akuisisi terjadi. 

Hak dan kewajiban dari masing-masing anggota 

konsorsium adalah sebagai berikut: 

i. BLG akan menjadi pihak yang 

mengakuisisi dan pemilik yang sah atas 

Asset dan Saham Kelompok Dipasena. 

ii. Perusahaan bertanggung jawab dalam 

penyediaan bantuan manajemen, solusi dan 

bantuan teknis di bidang budi daya perairan 

kepada BLG untuk kegiatan operasional 

Dipasena. 

iii. PI akan menyediakan komitmen atas dana 

yang dibutuhkan untuk keperluan modal 

kerja plasma. 

In 2007, SIS entered into various agreements, with 

customers to supply post larvae and broodstock animal 

during 2008. 

On May 15, 2007, the Company, Blue Lion Group Pte. 

Ltd., (BLG) and PT Pertiwi Indonesia (PI) entered into 

a Neptune Consortium Agreement. The Neptune 

Consortium was formed to participate in the biding to 

purchase Dipasena Group through a tender conducted 

by the State Assets Management Company (PPA) for 

and on behalf of the Finance Minister of Republic 

Indonesia. 

The Credit Assets and Shares of Dipasena Group 

comprises of the following: 

• 100% of the shares in PT Tunas Sepadan 

Investama (TSI) with a nominal value of 

Rp 20 million 

• certain receivables in the form of promissory 

notes that have been issued by TSI 

• certain receivables from PT Dipasena Citra 

Darmaja held by Bank Dewa Rutji 

• certain receivables from Dipasena group plasma 

farmers amounted to Rp 220.0 billion 

The consortium members agree that Neptune will be 

led by the Company, as “coordinator and sponsor” of 

the bid and manage the post-acquisition operations of 

the Project. 

Rights and responsibilities of each Consortium 

member are as follows: 

i. BLG shall be the Party to acquire and be the 

legal owner of the Credit Assets and Shares 

of Dipasena Group. 

ii. The Company shall be responsible for 

providing aqua-culture management, knowhow 

and technical assistance to BLG for the 

purposes of the operations of Dipasena. 

iii. PI will provide the financial commitment to 

fund the Plasma Working Capital 

requirement.







e. Konsorsium Neptune (lanjutan) 

Pada tanggal 12 April 2007, Perusahaan dan BLG 

menandatangani Perjanjian Bantuan Manajemen dan 

Teknis dalam bidang budi daya perairan yang telah 

dipertegas dalam perubahan perjanjian tanggal 

15 Mei 2007 (Perjanjian AMTA). Berdasarkan 

Perjanjian AMTA, efektif setelah akuisisi terjadi, BLG 

menunjuk dan menugaskan Perusahaan untuk 

menyediakan bantuan teknis sehubungan dengan 

kegiatan operasional Dipasena. 

Perusahaan juga diharuskan menyetorkan uang muka 

sebesar AS$ 15,0 juta kepada BLG. 

Selanjutnya, dengan menggunakan fasilitas dan 

kapasitas Dipasena, BLG harus menyediakan jasa 

pemeliharaan, penanaman, produksi dan pemrosesan 

produk-produk udang dengan menggunakan induk 

udang (broodstock), pakan udang, probiotik dan 

bahan-bahan baku lain yg disediakan oleh Perusahaan. 

Pada tanggal 22 Mei 2007, Neptune menyampaikan 

penawaran kepada PPA dan pada tanggal 24 Mei 2007 

Neptune dinyatakan sebagai pemenang berdasarkan 

surat dari PPA No. S-1370/PPA/D-PAKP/0507. 

Pada tanggal 28 Mei 2007, BLG dan PPA 

menandatangani Perjanjian Induk dan perjanjianperjanjian 

sehubungan dengan pengalihan dan jual beli 

piutang dari Kelompok Usaha Dipasena dan perjanjian 

jual beli saham. 

Selanjutnya, berdasarkan Perjanjian Jual Beli Induk 

(Master Sale and Purchase Agreement) tanggal 

28 Mei 2007 antara Perusahaan dengan BLG yang 

kemudian diikuti oleh penandatanganan Perjanjian 

Pembelian Aset (Asset Purchase Agreement), 

Perusahaan telah menyetujui untuk membeli aset tetap 

yang dimiliki oleh Kelompok Usaha Dipasena meliputi 

tanah tambak, tambak R&D dan sarana pelengkap 

lainnya, infrastruktur sarana tambak, kanal inlet dan 

outlet, bangunan-bangunan, cold storage, pembangkit 

listrik dan alat-alat transportasi yang terletak di 

beberapa lokasi di Lampung, Jawa Barat, Banten dan 

Sumatera Selatan (Catatan 10). 

92 



e. Neptune Consortium (continued) 

On April 12, 2007, the Company and BLG entered 

into Aqua-Culture Management and Technical 

Assistance Agreements which had been amended on 

May 15, 2007 (the AMTA Agreement). Pursuant to 

the AMTA Agreement, effective upon the acquisition 

closing, BLG appoints and engages the Company to 

provide the technical assistance in relation to the 

operation of Dipasena. 

The Company was also required to pay advance 

payment amounted to US$ 15.0 million to BLG. 

Furthermore, using Dipasena’s facilities and 

capacities, BLG shall provide services to grow, 

cultivate, harvest and process shrimp products using 

broodstock, shrimp feed, probiotics and other raw 

materials and resources provided by the Company. 

On May 22, 2007 Neptune submitted its bidding to 

PPA, and on May 24, 2007 Neptune was declared as 

the successful bidder based on the letter from PPA 

No. S-1370/PPA/D-PAKP/0507. 

On May 28, 2007, BLG and PPA entered into Master 

Agreement and various agreements in relation to 

transfer of receivables, sales and purchase of 

receivables from Dipasena group, share sales and 

purchases agreements. 

Subsequently, based on Master Sale and Purchase 

Agreement dated May 28, 2007 between the Company 

and BLG followed by the signing of Asset Purchase 

Agreement, the Company purchased the assets owned 

by Dipasena Group consisting of shrimp ponds, R&D 

ponds and other supporting facilities, ponds 

infrastructure, inlet and outlet canal, buildings, cold 

storage, electricity generator and transportation 

equipment located in several locations in Lampung, 

West Java, Banten and South Sumatera (Note 10).







f. Perjanjian kerjasama dengan PT Aruna Wijaya 

Sakti (AWS) dan PT Wachyuni Mandira (WM) 

Pada tanggal 8 Oktober 2007, Perusahaan 

menandatangani perjanjian kerjasama terpisah dengan 

AWS (dahulu PT Dipasena Citra Darmaja) dan WM; 

keduanya merupakan perusahaan ex Kelompok Usaha 

Dipasena. Perusahaan setuju untuk menyediakan 

bantuan teknis dalam bidang budidaya perairan 

termasuk penyediaan barang-barang kebutuhan 

produksi untuk tambak udang plasma AWS dan WM. 

Selanjutnya, AWS dan WM menjamin bahwa seluruh 

hasil budidaya petambak plasma mereka hanya akan 

dijual kepada Perusahaan. 

g. Perjanjian penyediaan energi listrik antara 

Perusahaan dan PT Central Daya Energi (CDE) 

Pada tanggal 11 Desember 2007, Perusahaan 

menandatangani perjanjian - perjanjian penyediaan 

energi dengan CDE, dimana CDE melalui fasilitas 

pembangkit listriknya akan menyediakan listrik untuk 

Perusahaan di Kabupaten Lampung Utara, Desa Bumi 

Dipasena Agung, Lampung dan Kabupaten Ogan 

Komering, Palembang, Sumatera Selatan. Perjanjian- 

Perjanjian tersebut telah mengalami beberapa kali 

perubahan seperti yang tercantum dalam suplemen 

perjanjian tanggal 13 November 2008 dan 

2 Desember 2008. Perusahaan akan membayar sesuai 

dengan energi yang dipakai, termasuk pembayaran 

energi minimum. Dalam hal terjadi kegagalan 

penyediaan energi oleh CDE, Perusahaan tidak 

berkewajiban membayar biaya energi minimum. 

Perjanjian-perjanjian ini berakhir dalam waktu 10 

tahun. 

h. Perjanjian pinjaman antara Perusahaan, CPB, 

CPgP dan CWS dengan PT ANZ Panin Bank 

Pada tanggal 27 Agustus 2008, Perusahaan, CPB, 

CPgP dan CWS dengan PT ANZ Panin Bank (ANZ) 

menandatangani perjanjian No. 100073/VIII/2008 dan 

100073/ACD/August 2008, dimana ANZ akan 

menyediakan fasilitas LC dengan pagu kredit 

maksimum sebesar AS$ 25 juta. Sampai dengan 

tanggal 31 Desember 2008, fasilitas ini belum 

digunakan. 

93 



f. Cooperation Agreement with PT Aruna Wijaya 


On October 8, 2007, the Company entered into 

separate Cooperation Agreements with AWS (formerly 

PT Dipasena Citra Darmaja) and WM; both were 

former companies of Dipasena Group. The Company 

agreed to provide technical assistance in relation with 

aquaculture business, including providing goods 

required by AWS and WM farmers in shrimp farming 

production. Furthermore, AWS and WM guarantee that 

all their farmer’s products will be sold only to the 

Company. 

g. Energy Supply Agreement between the Company 

and PT Central Daya Energi (CDE) 

On December 11, 2007, the Company entered into an 

Energy Supply Agreements with CDE, whereby CDE 

will provide electricity to the Company through its 

power plant facilities in Kabupaten Lampung Utara, 

Desa Bumi Dipasena Agung, Lampung and Kabupaten 

Ogan Komering, Palembang, South Sumatera. The 

agreements have been amended several times as 

reflected in the supplemental agreements dated 

November 13, 2008 and December 2, 2008. The 

Company will make payments based on the energy 

used, including the minimum energy payment. In case 

there is failure on the energy supply by CDE, the 

Company has no obligation to pay the minimum 

energy payment. The agreements will expire in 10 

years. 

h. Loan agreement between the Company, CPB, 

CPgP and CWS with PT ANZ Panin Bank 

On August 27, 2008, the Company, CPB, CPgP and 

CWS and PT ANZ Panin Bank (ANZ) entered into 

Agreements No. 100073/VIII/2008 and 

100073/ACD/August 2008, whereby ANZ will 

provide LC facilities with maximum amount of US$ 

25 million. Up to December 31, 2008, this facility has 

not been used yet.





27. KEJADIAN SETELAH TANGGAL NERACA 27. SUBSEQUENT EVENTS 

a. Transaksi Swap Mata Uang Silang antara 

Perusahaan dan CPB dengan PT ANZ Panin Bank 

Pada tanggal 30 Januari 2009, Perusahaan dan CPB 

menandatangani Perjanjian Induk ISDA dengan PT 

ANZ Panin Bank (ANZ), di mana ANZ menyetujui 

untuk memberikan kepada Perusahaan dan CPB 

fasilitas transaksi swap mata uang silang (cross 

currency swap transactions). 

b. Perjanjian Kerjasama Perusahaan dan PT Bank 

Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) tentang Pemberian 

Kredit kepada Petambak Plasma PT Aruna Wijaya 


Pada bulan Februari 2009, Perusahaan, AWS, WM 

dan BRI telah menandatangani Perjanjian Kerjasama 

dimana BRI telah menyetujui penyaluran Fasilitas 

Kredit berupa Pinjaman Modal Kerja (KMK) dan 

Pinjaman Kredit Investasi (KI) kepada 5.000 petambak 

plasma tambak udang AWS dan WM dengan jumlah 

pembiayaan maksimum sebesar Rp 634 miliar. 

Fasilitas ini bersifat revolving dengan jangka waktu 

fasilitas 24 bulan. Perusahaan menjamin pembayaran 

kembali hutang plasma kepada BRI. 

28. REVISI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI 

KEUANGAN 

Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan beberapa 

standar akuntansi revisi sebagai berikut: 

- PSAK 14 (Revisi 2008) – Persediaan (berlaku untuk 

laporan keuangan yang periodenya dimulai pada atau 

setelah tanggal 1 Januari 2009) 

- PSAK 50 (Revisi 2006) – Instrumen Keuangan; 

Penyajian dan Pengungkapan (berlaku untuk laporan 

keuangan yang periodenya dimulai pada atau setelah 

tanggal 1 Januari 2010) 

- PSAK 55 (Revisi 2006) – Instrumen Keuangan: 

Pengakuan dan Pengukuran (berlaku untuk laporan 


tanggal 1 Januari 2010) 

Perusahaan dan Anak Perusahaan sedang mengevaluasi 

dampak dari PSAK revisi yang berlaku untuk laporan 


tanggal 1 Januari 2009 tersebut di atas terhadap laporan 

keuangan konsolidasinya. 

94 

a. Cross Currency Swap Transactions between the 

Company and CPB with PT ANZ Panin Bank 

On January 30, 2009, Company and CPB entered into 

an ISDA Master Agreement with PT ANZ Panin 

Bank (ANZ). whereby ANZ agreed to provide to the 

Company and CPB cross currency swap transactions 

facility. 

b. Cooperation Agreement between the Company 

and PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) 

regarding Credit Facility to PT Aruna Wijaya 

Sakti (AWS) and PT Wachyuni Mandira (WM) 

On February 2009, the Company, AWS, WM and 

BRI entered into a Cooperation Agreement whereby 

BRI agreed to provide Credit Facility in terms of 

Working Capital Facility (KMK) and Investment 

Facility (KI) to 5,000 AWS and WM’s shrimp 

farmers with maximum credit limit of Rp 634 billion. 

This is a 24 month revolving facility. The Company 

guarantees the repayment of shrimp farmers’ loan to 

BRI. 

28. REVISED STATEMENTS OF FINANCIAL 

ACCOUNTING STANDARDS 

The Indonesian Institute of Accountants has issued several 

revised accounting standards as follows: 

- PSAK 14 (Revised 2008) – Inventories (applicable for 

financial statements covering periods beginning on or 

after January 1, 2009) 

- PSAK 50 (Revised 2006) – Financial Instruments; 

Presentation and Disclosures (applicable for financial 

statements covering periods beginning on or after 

January 1, 2010) 

- PSAK 55 (Revised 2006) - Financial Instruments: 

Recognition and Measurements (applicable for 

financial statements covering periods beginning on or 

after January 1, 2010) 

The Company and Subsidiaries are presently evaluating 

the effect of revised PSAKs for the financial statements 

covering periods beginning on or after January 1, 2009 on 

the consolidated financial statements.





29. REKLASIFIKASI AKUN 29. RECLASSIFICATION 

Beberapa akun dalam laporan keuangan yang berakhir 

pada tanggal 31 Desember 2007 telah direklasifikasi 

untuk menyesuaikan dengan penyajian akun dalam 

laporan keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 

31 Desember 2008. 

30. PENYELESAIAN LAPORAN KEUANGAN 

KONSOLIDASIAN 

Manajemen Perusahaan bertanggung jawab dalam 

mempersiapkan laporan keuangan konsolidasian yang 

telah diselesaikan pada tanggal tanggal 20 Maret 2009. 

95 

Certain accounts in the financial statements for the year 

ended December 31, 2007 have been reclassified to 

conform with the presentation of accounts in the financial 

statements for the year ended December 31, 2008. 

30. COMPLETION OF THE CONSOLIDATED 

FINANCIAL STATEMENTS 

The management of the Company is responsible for the 

preparation of these consolidated financial statements that 

were completed on March 20, 2009.

Data Perseroan 

Corporate Data 


165


Struktur Perseroan 

Corporate Structure 

100% 

Isodoro 

Holding BV 

100% 

Shrimp 

Improvement 

Systems, L.L.C 

100% 

Blue Ocean 

Resources 

Limited 

PT Central Proteinaprima Tbk 

99.99% 

PT Central 

Panganpertiwi 

99.36% 

PT Centralpertiwi 

Bahari 

99.99% 

PT Centralwindu 

Sejati 

90% 

PT Marindolab 

Pratama 

99.99% 

PT Central Bali 

Bahari 

99.99% 99.99% 99.99% 99.99% 

PT Andalas 

Windumurni 

0.01% 

PT Suryawindu 

Pertiwi 

PT Windusejati 

Pertiwi 

PT Citrawindu 

Pertala

Hardian Purawimala Widjonarko 

Komisaris Utama 

President Commissioner 

Warga Negara Indonesia, lahir di 

Malang, Jawa Timur, tanggal 

3 Desember 1953. Bergabung dan 

ditunjuk untuk menjadi Komisaris 

Utama Perseroan sejak tahun 2007 lalu. 

Permulaan karir diawali pada sektor 

kehutanan dan konstruksi pada tahun 

1974 hingga menjabat berbagai posisi 

penting di Barito Pacific Grup. 

Indonesian Citizen, born in Malang, 

East Java on December 3, 1953. 

He joined and being appointed 

as President Commissioner of the 

Company since last 2007. 

He began his career on forestry and 

construction sectors on 1974 until 

served various important position at 

Barito Pacific Group. 

Franciscus Affandy 

Wakil Komisaris Utama 

Vice President Commissioner 

Warga negara Indonesia, lahir di 

Donggala, tanggal 1 Oktober 1951. 

Meraih gelar Insinyur Teknik Sipil dari 

Universitas Parahyangan, Bandung, 

pada tahun 1973. Beliau bergabung 

dengan PT Charoen Pokphand 

Indonesia pada tahun 1971 dan telah 

menjabat berbagai posisi manajerial 

dan kunci, dengan jabatan terakhir 

sebagai Direktur Utama sejak tahun 

2005. Selain menjabat sebagai Wakil 

Komisaris Utama Perseroan pada 

saat ini, beliau sejak tahun 2006 juga 

menjabat antara lain di PT Central 

Pertiwibahari sebagai Komisaris Utama, 

di PT Centralwindu Sejati sebagai 

Direktur, di PT Central Agromina 

sebagai Direktur Utama, di PT Central 

Windupertala sebagai Komisaris. 

Indonesian Citizen, born in Donggala 

on October 1, 1951. He obtained a 

Bachelor degree in Civil Engineering 

from Universitas Parahyangan, 

Bandung, in 1973. He joined 

PT Charoen Pokphand Indonesia in 

1971 and has held various key positions 

in management. Since 2005 he has 

held the position of President Director. 

Apart from being the Vice President 

Commissioner of the Company, since 

2005 he is concurrently serving as 

President Commissioner of PT Central 

Pertiwibahari, Director of 

PT Centralwindu Sejati, President 

Director of PT Central Agromina 

and Commissioner of PT Central 

Windupertala. 


Dewan Komisaris 

Board of Commissioners 

Djoko Muhammad Basoeki 

Komisaris Independen 

Independent Commissioner 


Bondowoso, tanggal 7 Agustus 1942. 

Meraih gelar Sarjana Peternakan dari 

Universitas Brawijaya pada tahun 

1965 dan dari Institut Pertanian Bogor 

pada tahun 1975. Sebelumnya pernah 

menjabat sebagai manajer PT Mega 

Mendung Mixed Farm pada tahun 

1967 – 1971, dan bergabung dengan 

PT Charoen Pokphand Indonesia 

pada tahun 1972 sebagai seorang 

Supervisor pada tahun 1972 – 1979. 

Semenjak itu telah menjabat berbagai 

posisi kunci pada Charoen Pokphand 

Group termasuk posisi Direksi. Pada 

saat ini menjabat sebagai Komisaris 

Independen Perseroan. 

Indonesian Citizen, born in Bondowoso 

on August 7, 1942. He obtained a 

Bachelor degree in Animal Husbandry 

from Universitas Brawijaya in 1965 and 

Institut Pertanian Bogor in 1975. He 

previously held the position of Manager 

of PT Mega Mendung Mixed Farm from 

1967-1971, and joined PT Charoen 

Pokphand Indonesia in 1972 with a 

position as Supervisor from 

1972-1979. Since then, he has held 

several key positions at Charoen 

Pokphand Group including Director. He 

is now an Independent Commissioner 

of the Company. 

167


Direksi 

Board of Directors 

Erwin Sutanto 

Direktur Utama 

President Director 


Jakarta, tanggal 14 April 1975. 

Meraih gelar Bachelor of Science 

Mechanical Engineering dari University 

of California, Berkley, USA pada 

tahun 1996 serta meraih gelar Master 

of Science Operation Research & 

Engineering Economics dari Stanford 

University, California, USA pada tahun 

1997. Pada tahun 2002-2006, beliau 

menjabat sebagai Senior Vice President, 

Strategic Planning Group PT Charoen 

Pokphand Indonesia. Sejak tahun 

2007, beliau menjabat sebagai Direktur 

Utama Perseroan. 

Indonesian Citizen, born in Jakarta on 

April 14, 1975. He obtained a Bachelor 

degree in Mechanical Engineering 

from University of California, Berkley, 

USA in 1996 and a Master of Science 

of Operation Research & Engineering 

Economics from Stanford University, 

California, USA in 1997. From 

2002-2006, he held the position of 

Senior Vice President of the Strategic 

Planning Group of PT Charoen 

Pokphand Indonesia. Since 2007, He 

served as the President Director of the 

Company. 

Mahar Atanta Sembiring 

Wakil Direktur Utama 

Vice President Director 


Medan, tanggal 21 Januari 1974. 

Meraih gelar Bachelor of Science dari 

Syracuse University, Syracuse, New 

York, USA pada tahun 1995 serta 

meraih gelar Master of Engineering dari 

Cornell University, New York, USA pada 

tahun 1996 dan Master of Science 

dari Stanford University, Stanford 

University, California, USA pada 

tahun 1997. Pada tahun 2003-2005, 

beliau menjabat sebagai Vice President 

Strategic Planning Group & Marketing 

PT Charoen Pokphand Indonesia. Sejak 

tahun 2007, beliau menjabat sebagai 

Wakil Direktur Utama Perseroan. 

Indonesian Citizen, born in Medan 

on January 21, 1974. He obtained 

a Bachelor of Science from Syracuse 

University, Syracuse, New York, USA in 

1995, a Masters of Engineering from 

Cornell University, New York, USA 

in 1996 and Master of Science from 

Stanford University, California, USA 

in 1997. From 2003-2005, he held 

the position of Vice President of the 

Strategic Planning Group & Marketing 

of PT Charoen Pokphand Indonesia. 

Since 2007, he served as the Vice 

President Director of the Company. 

Isman Hariyanto 

Direktur 

Director 


Sidoarjo, Jawa Timur, tanggal 

28 Agustus 1956. Meraih gelar 

Sarjana Administrasi dari Universitas 

Waskita Darma, Malang, Jawa Timur 

pada tahun 1996. Beliau bergabung 

dengan Grup Charoen Pokphand sejak 

tahun 1977 dan semenjak itu telah 

memegang berbagai posisi manajerial, 

termasuk pada bisnis unit akuakultur 

yang dimulai dari PT Centralpertiwi 

Bahari pada tahun 1998. Saat ini beliau 

menjabat sebagai Direktur Perseroan. 

Indonesian citizen, born in Sidoarjo, 

East Java on August 28, 1956 He 

obtained a Bachelor degree in 

Administration from Universitas 

Waskita Darma, Malang, East Java in 

1996. He joined the Charoen Pokphand 

Group since 1977 and has the capacity 

of working in several managerial 

positions, including the aquaculture 

business unit, which started in 

PT Centralpertiwi Bahari in 1998. He is 

now the Director of the Company.

Gunawan Taslim 

Direktur 

Director 


Palembang, Sumatera Selatan, tanggal 

21 September 1962. Meraih gelar 

Sarjana Ekonomi dari Universitas 

Trisakti pada tahun 1986. Sebelum 

bergabung dengan Perseroan pada 

tahun 2006, permulaan karir beliau 

diawali dari Kantor Akuntan Publik, 

SGV-Utomo pada tahun 1986 hingga 

menjabat berbagai posisi penting di 

beberapa grup perusahaan lainnya, 

seperti Sinar Mas Grup, Argo Pantes 

dan Indika Grup. Saat ini beliau 

menjabat sebagai Direktur Keuangan 

Perseroan. 

Indonesian citizen, born in 

Palembang, South Sumatra, on 

September 21, 1962. He obtained 

a Bachelor degree in Economy from 

Universitas Trisakti, Jakarta, in 1986. 

Before joined with the Company in 

2006, he started his career in the Public 

Accounting Firm of SGV-Utomo in 

1986, he also had a vast experience of 

working with major positions within 

several companies, such as Sinar Mas 

Group, Argo Pantes and Indika Group. 

He is now the Finance Director of the 

Company. 

MRT Jimmy Joeng 

Direktur 

Director 

Warga Negara Indonesia, lahir di 

Medan, Sumatera Utara tanggal 

26 Januari 1952. Bergabung dengan 

Charoen Pokphand Group pada 

tahun 1972 dan semenjak itu telah 

memegang berbagai posisi manajerial 

di berbagai unit usaha Charoen 

Pokphand Group. Sejak tahun 2007, 

beliau menjabat sebagai Direktur 

Perseroan. 

Indonesia Citizen, born in Medan, 

North Sumatra on January 26, 1952. 

He joined the Charoen Pokphand 

Group in 1972 and has the capacity of 

working in several managerial positions 

under various line of businesses of 

the Charoen Pokphand Group. Since 

2007, he served as the Director of the 

Company. 


Achmad Wahyudi 

Direktur tidak Terafiliasi 

Unaffiliated Director 

Warga negara Indonesia, lahir 

di Probolinggo, tanggal 

16 Agustus 1965. Meraih gelar Sarjana 

Perikanan dari Universitas Brawijaya, 

Malang pada tahun 1989. Bergabung 

dengan Charoen Pokphand Group 

pada tahun 1990 dan bekerja di 

tambak udang Paiton untuk 

PT Sumberbahari Prima sampai dengan 

tahun 1992. Pada tahun 1997-2006, 

beliau menjabat sebagai Kepala Divisi 

Akuakultur PT Centralpertiwi Bahari. 

Saat ini beliau menjabat sebagai 

Direktur Tidak Terafiliasi Perseroan. 

Indonesian Citizen, born in Probolinggo 

on August 16, 1965. He obtained 

a Bachelor degree in Fishery from 

Universitas Brawijaya, Malang in 1989. 

He joined the Charoen Pokphand 

Group in 1990 and worked at the 

Paiton Pond Site for PT Sumberbahari 

Prima until 1992. From 1997-2006, 

he held the position of Head 

of the Aquaculture Division of 

PT Centralpertiwi Bahari. He is now the 

Unaffiliated Director of the Company. 

169


Komite Audit 

Audit Committee 

Djoko Muhammad Basoeki 

Ketua 

Chairman 


Bondowoso, tanggal 7 Agustus 1942. 

Meraih gelar Sarjana Peternakan dari 

Universitas Brawijaya pada tahun 

1965 dan dari Institut Pertanian Bogor 

pada tahun 1975. Sebelumnya pernah 

menjabat sebagai Manajer PT Mega 

Mendung Mixed Farm pada tahun 

1967 – 1971, dan bergabung dengan 

PT Charoen Pokphand Indonesia 

pada tahun 1972 sebagai seorang 

Supervisor pada tahun 1972 – 1979. 

Semenjak itu telah menjabat berbagai 

posisi kunci pada Charoen Pokphand 

Group termasuk posisi Direksi. Pada 

saat ini menjabat sebagai Komisaris 

Independen dan ketua Komite Audit 

Perseroan. 

Indonesian Citizen, born in Bondowoso 

on August 7, 1942. He obtained a 

Bachelor degree in Animal Husbandry 

from Universitas Brawijaya in 1965 and 

Institut Pertanian Bogor in 1975. He 

previously held the position of Manager 

of PT Mega Mendung Mixed Farm from 

1967-1971, and joined PT Charoen 

Pokphand Indonesia in 1972 with a 

position as Supervisor from 

1972-1979. Since then, he has held 

several key positions at Charoen 

Pokphand Group including Director. He 

is now an Independent Commissioner 

and Chairman of the Audit Committee 

of the Company. 

Dr. Suroso, Ak. 

Anggota 

Member 


Tangerang, tanggal 1 Juni 1954. 

Meraih gelar Sarjana Ekonomi dari 

Universitas Indonesia, Jakarta dan 

Magister Management dari Universitas 

Persada Indonesia YAI, Jakarta. 

Sebelumnya pernah menjabat sebagai 

Commercial Partner pada KAP 

Drs. Suryanto Gunawan pada tahun 

1992-Desember 2003 dan KAP Dedy 

Zeinirwan Santosa pada tahun 

2004-2007. Sampai saat ini beliau juga 

menjabat sebagai Ketua Konsultasi 

Manajemen SR sejak 1992, Anggota 

Komite Audit PT Intraco Penta Tbk 

dari tahun 2001, Dosen di Universitas 

Surapati sejak tahun 2006, dan Mitra 

dari KAP Liasta Subakti & Rekan dari 

tahun 2007. Beliau menjabat sebagai 

anggota Komite Audit Perseroan sejak 

tahun 2007. 

Indonesian Citizen, born in Tangerang 

on June 1, 1954. He obtained a 

Bachelor degree in Economy from 

University of Indonesia, Jakarta, and 

Master degree in Management from 

Persada Indonesia YAI University. 

Previously held positions as Commercial 

Partner of the Public Accountant 

Firm Drs. Suryanto Gunawan since 

1992-December 2003 dan KAP Dedy 

Zeinirwan Santosa since 2004-2007. 

He concurrently served as Chairman 

of SR Management Consultant since 

1992, member of the audit committee 

of PT Intraco Penta Tbk since 2001, 

Lecturer in surapati University since 

2006 and Associate Partner in KAP. 

Liasta Subakti & Partner since 2007. 

He is now the Audit Committee 

Member of the Company. 

Hendra Nur Salman 

Anggota 

Member 


Jakarta, tanggal 22 May 1963. Meraih 

gelar Sarjana Akuntansi dari Universitas 

Indonesia pada tahun 1988 dan 

Master di bidang Manajemen dari PPM 

Graduate School of Management, 

Jakarta, pada tahun 1999. Sebelumnya 

pernah menjabat sebagai Senior 

Auditor dari Drs. Dharmawan & Co 

dari 1987-1989, Accounting Officer 

- Controller Division Deutsche Bank AG 

dari 1990-1993, Financial Controller 

Angsana Resort, Spa & Golf - Bintan 

Riau, Group Banyan Tree Resort 

pada tahun 1999-2001 dan General 

Manager Finance pada PT M2M 

Indonesia pada tahun 2001-2004. 

Beliau menjabat sebagai anggota 

Komite Audit Perseroan Sejak tahun 

2007. 

Indonesian Citizen, born in Jakarta on 

May 22, 1963. He obtained a Bachelor 

degree in Accounting from Universitas 

Indonesia in 1988 and Master degree 

in Management from PPM Graduate 

School of Management, Jakarta, 1999. 

He previously held the position of 

Senior Auditor of Public Accountant 

Firm of Drs. Dharmawan & Co, 

1987-1989, Accounting Officer - 

Controller Division Deutsche Bank AG 

from 1990-1993, Financial Controller 

Angsana Resort, Spa & Golf - Bintan 

Riau, Group Banyan Tree Resort drom 

1999-2001 and General Manager 

Finance at PT M2M Indonesia from 

2001-2004. He is now the Audit 

Committee Member of the Company.

Informasi Perseroan 

Corporate Information 

Nama Perusahaan 

Name of Company 

PT Central Proteinaprima Tbk 

Pembentukan Perusahaan 

Founded 

30 - 04 - 1980 

Kode Saham 

Ticker Code 

CPRO 

Departemen Komunikasi Korporat 

Corporate Communication Department 

19th Floor Wisma GKBI 

Jl. Jend. Sudirman No. 28 

Jakarta 10210 - Indonesia 

Telp. : (62-21) 578 51788 

Fax. : (62-21) 5790 2198 

Email : media.relations@cpp.co.id 

Biro Administrasi Efek 

Share Registrar 

PT Ficomindo Buana Registrar 

Mayapada Tower Lt. 10 Suite 2b 

Jl. Jend. Sudirman Kav. 28 


Telp. : (62-21) 521 2316 

Fax. : (62-21) 521 2320 

Kantor Akuntan Publik (KAP) 

Public Accountant Firm 

Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono & Rekan 

Jl. Barito 2 No. 31 


Telp. : (62-21) 725 2780 

Fax. : (62-21) 720 3026 

Hubungan Investor 

Investor Relations 

Email : investor.relations@cpp.co.id 

Alamat Perusahaan 

Company’s Address 

19th Floor Wisma GKBI 



Telp. : (62-21) 5785 1788 

Fax. : (62-21) 5785 1808 

www.cpp.co.id 


171


Model Usaha Akuakultur yang Terintegrasi Secara Vertikal 

Vertically Integrated 

Aquaculture Business Model 

VERTICAL INTEGRATION FROM RAW MATERIAL TO FINAL PRODUCTS 

INTEGRASI SECARA VERTIKAL DARI BAHAN BAKU HINGGA PRODUK JADI 

ExTERNAl SAlES 

FEEDMIllS 

HATCHERy 

BROODSTOCK 

DOMESTIC 

SHRIMP FARM

SHRIMP PROCESSING 

ExPORT 

PRODUCTS 

• Conventional Products 

PRODUCTS 

• Value Products 

PRODUCTS 

• Food Products 


• Full Traceability 

• Premium Pricing 

• High Quality 

• Consistency 

173


Lokasi Kegiatan Usaha Perseroan di seluruh Indonesia 

Locations of Operations 

Across Indonesia 

MEDAN 

01 

07 

03 

SOUTH SUMATERA 

03 

lAMPUNG 

01 02 

06 

05 03 07 

03 

WEST JAvA 

08 02 

09 

CENTRAl JAvA 

05 

01 

07 02 08 

01 

03 

PAITON 

SURABAyA 

01 

BAlI

01 SHRIMP HATCHERy 02 SHRIMP FEEDMIll 03 SHRIMP FARM 

04 PROBIOTIC PlANT 05 AUxIlIARy SUPPORT SERvICES 06 AqUATIC TRADING OPERATION 

07 PROCESSING PlANT AND COlD STORAGE 

08 FISH FEEDMIllSTORAGE 


09 FISH HATCHERy 

175


Halaman ini sengaja dikosongkan 

This page is intentionally left blank


Wisma GKBI, Floor 19 



Telp. (62-21) 5785 1788 

Fax. (62-21) 5790 2190 

Visit our website! www.cpp.co.id

PT CENTRAL PROTEINAPRIMA Tbk LAPORAN ... - Cpp.co.id

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

Delete template?

Save as template?