18.06.2013 Views

don't cross don't cross don't cross don't cross don't cross don't cross

don't cross don't cross don't cross don't cross don't cross don't cross

don't cross don't cross don't cross don't cross don't cross don't cross

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

RADAR SURABAYA SABTU, 29 SEPTEMBER 2012<br />

PASURUAN<br />

ZUBAIDILLAH/RADAR BROMO/JPNN<br />

RINGSEK: Kondisi truk yang dikemudikan Kusno.<br />

Bus Pariwisata Sasak Truk<br />

DIDUGA karena sopir ngebut, sebuah<br />

bus pariwisata W 7052 UZ, menabrak truk<br />

engkel N 9443 UT. Meski kedua kendaraan<br />

rusak parah, tidak ada korban dalam peristiwa<br />

itu.<br />

Peristiwa itu terjadi di Jl Raya Kawisrejo,<br />

Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan.<br />

Hardjuinaedi, sopir bus mengatakan,<br />

pagi kemarin, ia bermaksud kembali ke<br />

Sidoarjo usai mengantar rombongan wisata<br />

asal Probolinggo.<br />

Entah karena buru-buru, lelaki asal Wagetaman,<br />

Sidoarjo ini melajukan kendaraannya<br />

dengan cepat. Bahkan, beberapa<br />

saksi mengaku sempat melihat laju bus zig<br />

zag dan menyalip beberapa kendaraan<br />

yang ada di depannya.<br />

Sampai di Jl Raya Kawisrejo, bus pariwisata<br />

“Pratama Putra” itu kembali bermaksud<br />

mendahului kendaraan di depannya.<br />

Namun, belum saja sempurna, sebuah truk<br />

engkel yang dikemudikan Kusno (40), warga<br />

Porong meluncur dari arah berlawanan.<br />

Akibatnya, tabrakan pun tak terhindarkan.<br />

“Sopir bus terlihat seperti tak tahu bakal<br />

ada kendaraan dari arah Timur (Pasuruan).<br />

Saat itulah bus menabrak truk engkel<br />

muat pasir,” terang Muhammad.<br />

Petugas dan warga berusaha sopir truk,<br />

Kusno yang terjepit bodi kendaraannya.<br />

Sementara petugas yang lain mencari keterangan<br />

di lapangan. Termasuk bertanya<br />

ke Hardjunaidi yang saat itu terlihat pasrah.<br />

(fun/aad/jpnn)<br />

PROBOLINGGO<br />

ZAINAL ARIFIN/RADAR BROMO/JPNN<br />

SOPIR: Sumidi saat diambil keterangan polisi.<br />

Disetrum, Harta Dirampas<br />

BERAGAM cara dilakukan penjahat jalanan<br />

untuk memuluskan aksinya. Termasuk<br />

dengan menggunakan setrum kejut sekalipun.<br />

Seperti yang dialami Sumidi (34),<br />

di Jl Raya Dringu, Kabupaten Probolinggo.<br />

Kemarin, sopir truk asal Karawang Barat,<br />

Kabupaten Karawang, Jawa Barat ini<br />

menjadi korban perampokan. Dalam menjalankan<br />

aksinya, pelaku tidak menggunakan<br />

sajam. Melainkan setrum kejut. Akibat<br />

kejadian itu, uang berikut dua unit HP<br />

miliknya amblas digondol pelaku.<br />

Saat peristiwa itu terjadi, Sumidi tidak<br />

sendirian. Melainkan ditemaki kernetnya, Erlan,<br />

warga Kedungwringin, Kabupaten Bekasi.<br />

Berangkat dari Jakarta Kamis (27/9) lalu,<br />

mereka bermaksud mengirim material tower<br />

ke Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).<br />

Menjelang siang kemarin, sekitar pukul<br />

11.00, truk B 9444 KBA, yang dikemudikan<br />

Sumidi itu tiba di Probolinggo. Sampai<br />

di Jl. Raya Dringu, mulai dibuntuti enam<br />

pelaku yang mengendarai tiga sepeda motor.<br />

Dia dipaksa minggir. Begitu, pintu truk<br />

terbuka, awak truk ini disetrum dengan<br />

alat kejut. Ketika tidak sadar, harga dikuras.<br />

(qb/aad/jpnn/iku)<br />

Guru Dipecat, 292 Siswa Mogok<br />

SAMPANG- Aktivitas kegiatan<br />

belajar mengajar di SMP Negeri 1 Kedungdung,<br />

Sampang, kemarin (28/9)<br />

mendadak lumpuh. Itu menyusul<br />

aksi protes yang dilakukan semua<br />

siswa di sekolah yang terletak di<br />

pinggir jalan Desa Komis, Kecamatan<br />

Kedundung itu.<br />

Aksi protes itu dilakukan siswa<br />

sekitar pukul 08.00 atau saat mata pelajaran<br />

pertama dimulai. Aksi itu tak<br />

lepas dari kebijakan Kepala SMPN 1<br />

Kedundung Lilik Endariyati yang<br />

memecat guru tidak tetap (GTT), Novita<br />

Suprianti tanpa alasan jelas.<br />

Novita merupakan guru Bahasa Indonesia.<br />

Hampir seluruh siswa yang<br />

berjumlah 292 itu melakukan mogok<br />

belajar. Beberapa guru yang membujuk<br />

siswa untuk masuk ke kelas<br />

mereka sedikit pun tak dihiraukan.<br />

Para siswa berkumpul di halaman<br />

sekolah menghadang Novita yang<br />

hendak pulang lantaran sudah tidak<br />

dapat mengajar. Tangisan siswa dan<br />

siswi pun pecah saat Novita berpamitan.<br />

Namun, lagi-lagi perempuan<br />

yang diketahui mengajar sejak tahun<br />

2007 di SMP itu kembali tidak diperbolehkan<br />

pulang oleh siswa.<br />

Untuk mendukung agar gurunya<br />

Dua Ibu Rumah Tangga<br />

Berseteru<br />

MOJOKERTO – Warga Desa<br />

Gembongan, Kecamatan Gedeg,<br />

Kabupaten Mojokerto kemarin (29/<br />

9) siang digemparkan dengan sumpah<br />

pocong yang akan dilakukan<br />

dua ibu rumah tangga. Kabar itu<br />

muncul setelah dua orang bertetangga<br />

masing-masing Zulaicha (43), dan<br />

Mulyani ( 36), saling curiga.<br />

Namun warga yang sudah memadati<br />

kantor desa setempat urung<br />

menyaksikan keduanya melakukan<br />

sumpah pocong. Itu setelah petugas<br />

Polsek Gedeg datang ke lokasi dan<br />

meminta keduanya menyelesaikan<br />

konflik di Mapolsek Gedeg. “Sumpah<br />

pocongnya tidak jadi, karena ada<br />

polisi,” lontar salah satu warga.<br />

mrloperkoran @ ScraperOne & Kaskus<br />

MOH. SUGIANTO/RADAR MADURA/JPNN<br />

KECEWA: Sebagaian siswa SMPN 1 Kedundung menangis dan berusaha menghalau<br />

agar guru kesayangannya Novita yang dipecat tidak meninggalkan sekolahan.<br />

tetap mengajar, siswa juga membentangkan<br />

poster yang berisi kecaman<br />

terhadap kepala sekolah yang dinilai<br />

sewenang-wenang. Salah satunya<br />

berisi “Bu Lilik jangan seenaknya<br />

sendiri”. Tak hanya itu. Mereka juga<br />

mengolok-ngolok kepala sekolah de-<br />

Cerita munculnya sumpah pocong<br />

bermula saat Zulaicha kehilangan<br />

uang Rp 3 juta lebih pada<br />

empat hari lalu. Uang yang disimpan<br />

dalam almari ruang tengah<br />

rumah mendadak hilang. Meski tidak<br />

mengetahui pasti siapa pelakunya,<br />

berembus desas-desas mengarah<br />

pada Mulyani. Tak lain<br />

adalah tetangganya. “Bu Zulaicha<br />

seperti merasa melihat Mulyani di<br />

rumahnya, tapi itu tidak 100 persen<br />

mengarah atau menuduh dia<br />

(Mulyanni, Red) pelakunya,” ujar<br />

Kadus Gembongan, Suyitno.<br />

Pasca kejadian itu, perangkat desa<br />

sudah menerima pengaduan dari<br />

keduanya. Hanya, perangkat desa<br />

termasuk Suyitno tidak tahu<br />

persis seperti apa aksi pencurian<br />

uang tersebut. “Tapi tidak lama kabar<br />

sumpah pocong berembus di<br />

ngan ucapan yang tak pantas.<br />

Semakin lama emosi siswa semakin<br />

memuncak. Puncaknya, mereka melempari<br />

kaca bangunan sekolah dengan<br />

batu. Kaca kelas VII D pun hancur<br />

berantakan. Guru yang mencoba<br />

menghalau lagi-lagi tak digubris oleh<br />

RADAR MOJOKERTO/JPNN<br />

CURIGA:<br />

Dua ibu rumah<br />

tangga yang<br />

berseteru soal<br />

hilangnya uang<br />

Rp 3 juta,<br />

ketika berada<br />

di kantor desa,<br />

sebelum<br />

dibawa ke<br />

Mapolsek<br />

Gedeg.<br />

Polisi Datang, Sumpah Pocong Diurungkan<br />

masyarakat. Padahal setahu kami<br />

keduanya tidak pernah menyampaikan<br />

itu,” imbuhnya.<br />

Beberapa hari waktu berjalan,<br />

sumpah pocong semakin santer. Beredar<br />

kabar, Mulyani yang tersinggung<br />

karena merasa tersudut dituding<br />

mencuri uang, menyatakan<br />

siap diadili jika terbukti mencuri<br />

uang. Bahkan sampai disumpah pocong<br />

sekali pun.<br />

Usaha Zulaicha ingin menyelesaikan<br />

tanpa sumpah pocong di hadapan<br />

masyarakat seperti tak terbendung.<br />

Sampai akhirnya, kabar itu kian<br />

menyeruak bahwa keduanya bakal<br />

melakukan sumpah pocong beneran.<br />

Kemarin siang warga yang<br />

mengetahui keduanya dipanggil perangkat<br />

desa setempat seketika memadati<br />

kantor balai desa bubar setelah<br />

polisi datang. (ris/yr/jpnn/iku)<br />

HALAMAN 19<br />

siswa. “Bu Lilik pindah dari sekolah<br />

ini,” teriak salah satu siswa di antara<br />

mereka sambil memegang batu.<br />

Untuk meredam aksi siswa yang<br />

mulai anarkis, Lilik Endariyati akhirnya<br />

menyerah. Lilik kemudian keluar<br />

dan menyuruh Novita untuk masuk ke<br />

kelasnya. “Ayo Bu masuk,” ucapnya<br />

kepada Novita dari jarak jauh.<br />

Lantaran Novita tak kunjung masuk,<br />

akhirnya Lilik mengahampiri Novita<br />

sembari bilang agar Novita masuk ke<br />

kelas kembali mengajar. “Ayo Bu masuk<br />

ke kelasnya,” tuturnya dengan nada<br />

tinggi sambil memegang tangan Novita<br />

yang duduk di atas sepeda motornya.<br />

Namun, ajakan Lilik ditolak oleh<br />

Novita lantaran dirinya sudah tidak<br />

punya kewajiban lagi mengajar menyusul<br />

surat pemberhentian mengajar<br />

yang diterimanya. “Saya kan sudah<br />

dipecat oleh ibu, untuk apa saya masuk,”<br />

sanggah Novita kepada Lilik yang<br />

disaksikan oleh ratusan siswanya.<br />

Selang beberapa menit kemudian<br />

tiba-tiba aparat kepolisian dari Polsek<br />

Kedungdung datang. Mereka berteriak<br />

menyuruh siswa untuk masuk.<br />

Praktis siswa dan siswi semburat lari<br />

dan masuk ke kelas mereka masingmasing.<br />

(gik/zid/jpnn/iku)<br />

Wali Kota<br />

Laporkan Balik<br />

Presiden LIRA<br />

PROBOLINGGO - Wali Kota Probolinggo<br />

HM. Buchori kesal juga dengan<br />

ulah Presiden dan Wali Kota<br />

Lumbung Informasi Rakyat (LIRA),<br />

Yusuf Rizal dan Ari Safitri, yang<br />

membuat pernyataan di sejumlah<br />

media massa, Senin (24/9) lalu. Melalui<br />

penasihat hukumnya Yantono<br />

Arifin, Buchori melaporkan keduanya<br />

ke Polres Probolinggo Kota, karena<br />

dinilai telah mencemarkan nama<br />

baiknya.<br />

“Yang dilaporkan Presiden dan<br />

Wali Kota Lira,” kata Yantono usai<br />

menjalani gelar perkara di ruang<br />

Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK)<br />

Polres setempat.<br />

Yantono mengatakan, Presiden<br />

dan Wali Kota LIRA telah mencemarkan<br />

nama baik kliennya melalui pernyataan<br />

di media massa, yang terbit<br />

Senin (24/9) lalu. Dalam berita tersebut<br />

disebutkan, Wali Kota Buchori<br />

disebut telah menyerahkan uang Rp<br />

500 juta kepada Yusuf Rizal.<br />

Ceritanya, suatu saat Ari Safitri<br />

datang ke Yusuf Rizal dan menanyakan<br />

kelanjutan kasus korupsi senilai<br />

Rp 200 miliar di Pemkot Probolinggo<br />

pada 2008 lalu yang tak jelas.<br />

“Kenapa tidak berkoar lagi, apakah<br />

karena sampeyan telah menerima<br />

Rp 500 juta?” tanya Ari pada<br />

Yusuf Rizal, seperti diceritakan<br />

Yantono.<br />

“Wali Kota sama sekali tidak pernah<br />

kenal Yusuf Rizal. Korupsi Rp<br />

200 miliar tidak ada. Kalaupun ada,<br />

pegawai tidak gajian,” terangnya.<br />

Sebab, APBD Kota Probolinggo sendiri,<br />

hanya Rp 500 miliar lebih.<br />

Menanggapi laporan Wali Kota Buchori<br />

tersebut, Wali Kota LIRA Ari<br />

Safitri mengatakan siap menghadapinya.<br />

“Saya sudah hubungi presiden<br />

(Lira, Red) dan katanya tidak apaapa.<br />

Berarti mereka berhadapan dengan<br />

kita,” ujarnya, menirukan pernyataan<br />

Yusuf Rizal. (qb/jpnn/iku)<br />

layouter: hari suseno

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!