15.07.2013 Views

“Kisah Direktur PT Jaya Konstruksi” Ditulis oleh Ida Bagus Rajendra

“Kisah Direktur PT Jaya Konstruksi” Ditulis oleh Ida Bagus Rajendra

“Kisah Direktur PT Jaya Konstruksi” Ditulis oleh Ida Bagus Rajendra

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Jika b<strong>oleh</strong> mengulang kehidupan<br />

Seandainya saya muda lagi dan kuliah lagi, tentu saya tidak akan pilih jurusan Sipil. Karena kalau<br />

dulu “sipil” adalah singkatan dari “Sekolah Insinyur Paling Intelek dan Laris” tapi saat ini<br />

nampaknya menjadi jurusan yang kurang peminatnya. Bahkan ada konotasi bahwa kata “Sipil”<br />

berarti “Gampang”. Prihatin juga rasanya mendengar perkembangan di Jurusan Teknik Sipil.<br />

Jika saat ini saya diberi kesempatan muda lagi, saya akan langsung melanjutkan ke S2 setelah lulus<br />

dari ITB. Karena untuk saat ini, rasanya lulusan S1 saja akan menghadapi persaingan mencari kerja<br />

yang begitu berat.<br />

Cita-citaku<br />

Jika menengok kebelakang dan mengenang bahwa saya masih tetap berada di perusahaan pertama<br />

yang saya masuki sejak lulus dari ITB pada tahun 1982, berarti saya sudah mengabdi selama 25<br />

tahun di satu perusahaan. Hal yang membuat saya bahagia dan membanggakan adalah meskipun<br />

saya berkecimpung di dunia kerja kontraktor dengan waktu kerja yang demikian padat, saya masih<br />

sempat untuk bisa menyisihkan waktu untuk tetap belajar sampai S3. Tentunya hal ini<br />

membutuhkan suatu komitmen yang tinggi dan dukungan dari keluarga maupun perusahaan tempat<br />

saya bekerja.<br />

Hal yang masih saya impikan dan sampai saat ini belum terwujud adalah menyelesaikan program<br />

S3 di Universitas Negeri Jakarta meskipun sudah berjalan 3 tahun. Saya mengikuti kuliah ini<br />

bersamaan dengan puteri pertama kami juga berkuliah. Maksud saya adalah memberikan contoh<br />

padanya bahwa belajar itu tiada hentinya dan tidak mengenal usia, disamping menciptakan suasana<br />

belajar yang harmonis di lingkungan keluarga.<br />

Masukan kepada para pengajar di ITB<br />

Ilmu yang didapat di kuliah pada dasarnya<br />

memberikan dasar kepada kita mengenai pola pikir,<br />

sistematika berpikir dan daya nalar. Kebetulan saya<br />

bekerja di sebuah kontraktor besar yang tentunya<br />

sudah cukup berpengalaman. Tentu saja hal ini<br />

menuntut saya untuk banyak belajar lagi karena apa<br />

yang diajarkan di kuliah tidak dipakai secara langsung<br />

di perusahaan kontraktor tersebut. Ilmu-ilmu yang<br />

digunakan banyak bersifat praktis, saya merasa pada<br />

saat itu di ITB, kurang menekankan hal itu.<br />

Yang ingin saya sampaikan adalah kususnya untuk mata pelajaran S1 di ITB apapun jurusannya,<br />

perlu lebih ditekankan atau ditambah mengenai pelajaran kewirausahaan atau pun bisnis dan inovasi<br />

dan kerjasama team. Sehingga pada saat mereka bekerja dan menduduki posisinya barulah belajar.<br />

Hal ini tentunya akan memberi nilai tambah dan kesiapan alumni ITB di<br />

masyarakat.<br />

Tentang Penulis (redaksi)<br />

<strong>Ida</strong> <strong>Bagus</strong> <strong>Rajendra</strong> adalah alumni dari jurusan Teknik Sipil. Ia akrab dipanggil<br />

dengan nama Jendra. Saat menuliskan kisah ini, Jendra menjabat sebagai direksi<br />

di <strong>PT</strong> <strong>Jaya</strong> konstruksi. Ia bersama keluarga tinggal di Pondok Aren, Tanggerang.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!