08.08.2013 Views

Teknologi Pencetakan Sawah pada Lahan Bekas Tambang Timah.pdf

Teknologi Pencetakan Sawah pada Lahan Bekas Tambang Timah.pdf

Teknologi Pencetakan Sawah pada Lahan Bekas Tambang Timah.pdf

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Teknologi</strong> <strong>Pencetakan</strong> <strong>Sawah</strong> <strong>pada</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Bekas</strong><br />

<strong>Tambang</strong> <strong>Timah</strong> di Bangka Belitung<br />

1Djadja Subardja, 2Antonius Kasno, dan 2Sutono<br />

1 Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya <strong>Lahan</strong><br />

Pertanian, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114. Email: d.subardja@yahoo.com<br />

2 Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor<br />

16114<br />

Abstrak. Pemanfaatan lahan bekas tambang timah untuk pertanian memiliki tantangan<br />

dan peluang yang sangat besar dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan<br />

memperbaiki kualitas lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik<br />

lahan dan menyusun teknologi pencetakan sawah <strong>pada</strong> lahan bekas tambang timah di<br />

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Lokasi penelitian terletak di lahan bekas<br />

penambangan timah PT. Kobatin di Desa Perlang, Kabupaten Bangka Tengah. Tahapan<br />

penelitian meliputi: (1) survei identifikasi dan karakterisasi lahan, (2) penyusunan desain<br />

pencetakan sawah, (3) teknis pencetakan sawah, dan (4) penyiapan model pertanian<br />

terpadu-SITT. Informasi lereng, kedalaman tanah, tekstur, permeabilitas dan kedalaman<br />

lapisan kedap air, serta sifat-sifat kimia tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei<br />

identifikasi lahan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan desain pencetakan sawah.<br />

<strong>Lahan</strong> bekas tambang timah umumnya mempunyai permukaan tanah yang tidak teratur,<br />

tekstur bervariasi dari kasar sampai sedang, struktur lepas sampai masif, kedalaman<br />

efektif tanah dangkal (


Djadja Subardja et al.<br />

a rice fields in the tin mining land in Bangka Belitung Provincy. Study sites located in the<br />

former tin mining area of PT. Kobatin in Perlang village, Central Bangka regency. Stages<br />

of research include: (1) survey of land identification and characterization, (2) to set up<br />

the model of rice field design, (3) the technic constructed of rice fields, and (4) to prepare<br />

the model integrated of agricultural and SITT. Information slope, soil depth, texture,<br />

permeability and water-resistant layer depth, and soil chemical properties resulting from<br />

the survey as the basis for the identification of land use in the preparation of the design of<br />

the rice field construction. Generally, land after tin mining has an irregular surface, the<br />

texture varies from coarse to medium, the structure loose to massive, effective soil depth<br />

of shallow (


<strong>Teknologi</strong> <strong>Pencetakan</strong> <strong>Sawah</strong> <strong>pada</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Bekas</strong> <strong>Tambang</strong> <strong>Timah</strong><br />

<strong>Pencetakan</strong> sawah <strong>pada</strong> lahan bekas tambang timah tersebut perlu didukung oleh<br />

data dan informasi sumberdaya lahan terkini dan akurat terutama yang berkaitan dengan<br />

aspek sifat fisik, kimia, dan kesuburan tanah bekas tambang serta sumberdaya iklim dan<br />

air <strong>pada</strong> lokasi calon pencetakan sawah dan juga karakteristik tanah “top soil” yang akan<br />

digunakan sebagai bahan urugannya. Keakuratan data dan informasi sumberdaya lahan<br />

tersebut akan sangat membantu dan dapat dijadikan dasar dalam menentukan desain<br />

pencetakan sawah, teknik pelaksanaan pencetakan sawah, dan teknologi pengelolaan<br />

lahan pertanian secara berkelanjutan.<br />

Pemanfaatan lahan bekas tambang timah untuk pertanian memiliki tantangan dan<br />

peluang yang sangat besar dalam rangka mendukung ketahanan pangan, memperbaiki dan<br />

mencegah kerusakan lingkungan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk<br />

mempelajari karakteristik lahan dan menyusun teknologi pencetakan dan pengelolaan<br />

sawah <strong>pada</strong> lahan bekas tambang timah di Bangka Belitung.<br />

METODE PENELITIAN<br />

Kegiatan penelitian dilakukan di kantor (desk work), lapangan, dan di laboratorium, terdiri<br />

dari: (1) persiapan penelitian meliputi studi pustaka, kompilasi data, dan penyiapan peta<br />

lapang, (2) identifikasi dan karakterisasi lahan, (3) penyusunan desain pencetakan sawah<br />

dan sistem pertanian terpadu (SITT), dan (4) teknologi pencetakan sawah <strong>pada</strong> lahan<br />

bekas tambang,<br />

Persiapan penelitian untuk mendukung pelaksanaan kegiatan lapang meliputi studi<br />

pustaka, kompilasi data dan peta, interpretasi citra, penyusunan peta dasar dan peta satuan<br />

lahan dari hasil interpretasi citra. Calon lokasi pencetakan sawah ditetapkan di Perlang,<br />

Kabupaten Bangka Tengah. Kegiatan identifikasi dan karakterisasi lahan bekas tambang<br />

timah meliputi pengamatan tanah, klasifikasi tanah, dan delineasi unit-unit lahan yang<br />

potensial untuk pencetakan sawah. Pengamatan tanah dilakukan dengan sistem grid<br />

melalui penjelajahan lapang. Titik observasi, ketinggian tempat, dan kelerengan<br />

ditetapkan dengan GPS Navigasi dan GPS Geodetik. Intensitas observasi tanah 50 m x 50-<br />

100 m (1 observasi mewakili area 0,25-0,5 ha). Karakteristik tanah diamati melalui<br />

pemboran, minipit, dan profil tanah sampai kedalaman 1,20 m atau sampai lapisan<br />

<strong>pada</strong>s/batuan induk. Metode pengamatan tanah di lapang mengikuti Soil Survey Manual<br />

(Soil Survey Division Staff, 1993) dan Pedoman Pengamatan Tanah di Lapang (Balai<br />

Penelitian Tanah, 2004). Klasifikasi tanah ditetapkan menurut Keys to Soil Taxonomy<br />

(Soil Survey Staff, 2010). Pada lahan bekas tambang timah umumnya tanah sudah<br />

tercampur aduk dengan bahan galian (tailing) dan bahkan juga dengan bahan induk<br />

(Subardja et al. 2011). Data iklim dikumpulkan dari stasiun iklim terdekat.<br />

113


Djadja Subardja et al.<br />

Contoh tanah diambil dari profil dan minipit serta contoh ring dan contoh komposit<br />

untuk dianalisis mineral fraksi pasir, sifat fisik, dan kimia tanah. Contoh air diambil dari<br />

sungai terdekat atau kolong bekas tambang untuk penetapan kualitas air untuk irigasi dan<br />

air minum. Metode dan prosedur analisis tanah dan air mengacu <strong>pada</strong> Soil Survey<br />

Laboratory Methods and Procedures for Collecting Soil Samples (SCS-USDA, 1982).<br />

Dalam analisis tanah dan air termasuk juga penetapan logam berat (Pb, Cd, dan Cr).<br />

Untuk memperoleh data sumberdaya air dilakukan pengukuran lebar dan<br />

kedalaman sungai di beberapa titik pengamatan serta analisis panjang sungai dan luas<br />

kolong dengan menggunakan citra landsat yang tersedia. Pengukuran debit sungai<br />

dilakukan dengan menggunakan current meter.<br />

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Penyajian peta-peta diolah<br />

dengan teknik GIS. Faktor pembatas lahan, potensi air irigasi, dan lingkungannya<br />

diidentifikasi untuk mendukung penetapan teknologi pencetakan dan pengelolaan sawah.<br />

Desain pencetakan sawah disusun berdasarkan karakteristik lahan, penggunaan<br />

lahan saat ini, dan sumber air pengairan (sungai, kolong). Mengingat akan diterapkan<br />

sistem pertanian terpadu-SITT (Sistem Integrasi Tanaman-Ternak) maka perlu disediakan<br />

lahan untuk rumput pakan ternak, kandang sapi, dan rumah kompos. Karakteristik lahan<br />

yang diperlukan untuk mendesain dan melaksanakan teknis pencetakan sawah adalah<br />

ketinggian tempat, kelerengan, kedalaman tanah, tekstur tanah, dan penggunaan tanah.<br />

Hal lainnya lagi berupa informasi ketersediaan air dan “top soil”, sumber bahan organik,<br />

status kepemilikan tanah; rencana jalan usahatani, instalasi jaringan irigasi (pompanisasi),<br />

dan penyediaan ternak sapi (2 ekor ha -1 ).<br />

<strong>Teknologi</strong> pencetakan sawah <strong>pada</strong> lahan bekas tambang timah meliputi<br />

pengukuran dan perataan lahan, pembuatan teras <strong>pada</strong> lahan berlereng, pembuatan<br />

pematang antar petak sawah, pemberian bahan organik 10 t ha -1 dan tanah pucuk (top soil)<br />

1.000 t ha -1 atau setebal 10 cm dicampur merata. Petak sawah bibuat dengan ukuran 20-50<br />

m x 50 m, tergantung kelerengan lahan, semakin curam ukuran petak sawah semakin<br />

kecil. Pemberian air yang berasal dari kolong atau sungai ke petakan sawah disalurkan<br />

melalui pipa-pipa dengan menggunakan mesin air. <strong>Sawah</strong> digenangi air selama semalam<br />

setinggi 10 cm, kemudian tanah dilumpurkan, dan sawah siap ditanami padi. Pengelolaan<br />

sawah dalam jangka panjang dirancang untuk menerapkan sistem pertanian terpadu<br />

dengan pendekatan sistem integrasi tanaman dan ternak berbasis padi, sehingga akan<br />

diperoleh peningkatan produktivitas dan pendapatan petani secara berkelanjutan.<br />

114


HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Karakteristik <strong>Lahan</strong><br />

<strong>Teknologi</strong> <strong>Pencetakan</strong> <strong>Sawah</strong> <strong>pada</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Bekas</strong> <strong>Tambang</strong> <strong>Timah</strong><br />

Lokasi penelitian pencetakan sawah di Perlang, Bangka Tengah merupakan lahan<br />

bekas konsesi penambangan PT. Kobatin, terletak <strong>pada</strong> 2°34’24,38” - 2°34’41,65” LS dan<br />

106°31’08,36” - 106°31’19,12” BT. Jarak dari ibukota kabupaten ke lokasi sekitar 20 km,<br />

bisa ditempuh dengan kendaraan roda 4 selama 20-30 menit dengan kondisi jalan beraspal<br />

dan sebagian jalan tanah diperkeras.<br />

Lokasi untuk sawah di Perlang merupakan bekas konsesi pertambangan PT.<br />

Kobatin yang diekplorasi tahun 1982. <strong>Lahan</strong> tersebut saat ini telah direklamasi dengan<br />

ditanami tanaman pohon seperti akasia, sengon, karet, dan kayu putih, namun kurang<br />

berhasil dan sebagian lahan ditumbuhi rumput (alang-alang) dan semak. Bentuk lahan<br />

datar sampai bergelombang dengan lereng antara 1% sampai 11%, lereng dominan 40 cm.<br />

Sebagian besar lahan terbuka karena tanaman dan rumput tidak mampu tumbuh, mungkin<br />

disebabkan karena tanahnya merupakan bahan induk yang tersingkap dan belum<br />

mengalami pelapukan, tanah berpasir dan hara mudah tercuci sehingga tanah menjadi<br />

sangat kurus.<br />

Berdasarkan hasil pengukuran pH air kolong dengan menggunakan kertas lakmus,<br />

air bersifat agak masam dengan pH sekitar 6,0. Pada kondisi ini air kolong cukup baik<br />

digunakan untuk air pengairan lahan sawah.<br />

Hasil pengujian tanah dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK)<br />

menunjukkan bahwa hara P, K, dan C-organik rendah, dan agak masam (Tabel 1). Hasil<br />

analisis tanah di laboratorium menunjukkan bahwa tanah berpasir dengan kadar pasir<br />

berkisar 46-91%. Tanah bersifat masam hingga agak masam (3,8-5,0), kadar C-organik<br />

rendah, hara N, P, K, Ca, Mg, Zn, dan Cu rendah. Kapasitas tukar kation tanah dan<br />

kejenuhan basa sangat rendah, sedangkan kejenuhan Al berkisar antara 45-85%.<br />

Penambahan bahan organik dan pengapuran sangat diperlukan dalam mengelola lahan<br />

sawah baru di lahan bekas tambang timah.<br />

115


Djadja Subardja et al.<br />

Tabel 1. Status hara tanah hasil pengukuran dengan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK)<br />

di calon lokasi sawah Perlang<br />

Kode lokasi P K pH C-organik<br />

Ksn 1 R R 5-6 R<br />

Ksn 2 R R 5-6 R<br />

Ksn 3 R R 5-6 R<br />

Ksn 4 R R 5-6 R<br />

Ksn 5 R R 5-6 R<br />

Berdasarkan hasil analisis kimia air kolong menunjukkan bahwa sebagai sumber<br />

air untuk pengairan lahan sawah bukaan baru sangat baik dengan pH 6,0. Kandungan<br />

logam berat Pb dan Cd sangat rendah (Tabel 3).<br />

Tabel 2. Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah <strong>pada</strong> lahan calon sawah dan tanah<br />

calon urugan di Desa Perlang<br />

Kode<br />

Tekstur (pipet)<br />

Pasir Debu Liat<br />

.........%..........<br />

pH (1:5)<br />

H2O KCl<br />

Bahan organik<br />

C N C/N<br />

......%......<br />

HCl 25%<br />

P2O5 K2O mg.100g<br />

Bray 1<br />

P2O5 -1 ppm<br />

WY 09 82 10 8 4,7 4,1 1,43 0,11 13 2 3 3,6<br />

WY 12 67 20 13 4,6 4,0 0,73 0,05 15 3 3 5,2<br />

WY 13 46 33 21 3,8 3,7 3,14 0,23 14 3 2 10,4<br />

WY 17 89 7 4 4,8 4,3 0,53 0,05 11 3 3 7,5<br />

WY 18 91 7 2 5,0 4,7 0,12 0,01 12 2 2 3,7<br />

Catatan: WY12 dan WY13 tanah pucuk (top soil) untuk urugan di lahan sawah baru<br />

Kode<br />

Nilai Tukat Kation (NH4-Acetat 1N, pH 7)<br />

Ca Mg K Na KTK KB<br />

KCl 1N<br />

Al<br />

DTPA<br />

3+ H + Fe Mn Cu Zn<br />

....................cmol (+) kg -1 ............... cmol (+) kg -1 WY 09 0,24 0,11 0,06 0,05 3,92 12 0,94 0,15<br />

...................ppm.................<br />

20,7 0,2 0,8 0,2<br />

WY 12 0,23 0,10 0,06 0,04 5,84 7 1,33 0,15 396,8 0,2 1,1 0,3<br />

WY 13 0,00 0,07 0,03 0,02 11,52 1 2,57 0,34 489,5 0,1 2,8 0,2<br />

WY 17 0,09 0,06 0,06 0,02 1,93 12 0,31 0,15 16,3 0,3 0,7 0,2<br />

WY 18 0,09 0,04 0,03 0,02 0,81 22 0,02 0,04 3,2 0,1 0,4 0,1<br />

Tabel 3. Kandungan hara dalam air yang akan digunakan untuk pengairan lahan sawah<br />

bukaan baru di Perlang<br />

Contoh air DHL pH NH 4 K Na Ca Mg<br />

dS m -1 .................................. mg l -1 ..................................<br />

Air kolong 0,03 6,0 0,20 1,91 3,76 1,38 0,38<br />

Contoh air NO 3 PO 4 SO 4 HCO 3 CO 3 Pb Cd<br />

............................................... mg l -1 ........................................................<br />

Air kolong 1,65 0,00 0,21 8,95 0,00 0,03 td<br />

Hasil analisis sifat fisika tanah disajikan <strong>pada</strong> Tabel 4. Kondisi tanah sangat <strong>pada</strong>t<br />

di permukaan tetapi laju permeabilitasnya tinggi, sebab lapisan atas tanah berupa pasir<br />

116


<strong>Teknologi</strong> <strong>Pencetakan</strong> <strong>Sawah</strong> <strong>pada</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Bekas</strong> <strong>Tambang</strong> <strong>Timah</strong><br />

tailing yang tergolong halus. Lapisan permukaan mudah tererosi dan di beberapa tempat<br />

sudah terbentuk erosi parit yang cukup dalam. Untuk mencetak sawah diperlukan sifat<br />

fisik tanah yang mempunyai laju permeabilitas rendah. Tanah di Perlang mempunyai laju<br />

permeabilitas yang rendah <strong>pada</strong> kedalaman >40 cm.<br />

Tabel 4. Berat isi tanah dan laju permeabilitas tanah di lokasi calon sawah<br />

Sandi Kedalaman<br />

Berat isi<br />

(g cc -1 )<br />

Permeabilitas<br />

(cm jam -1 )<br />

SS02/I 0 - 10 1,49 20,28<br />

SS02/II 10 - 40 1,37 8,82<br />

SS03/III >40 0,93 0,18<br />

Kondisi iklim di sekitar Pangkalpinang relatif basah dengan curah hujan tahunan<br />

sekitar 2.449 mm. Curah hujan bulanan berkisar dari 94 mm <strong>pada</strong> bulan September hingga<br />

348 mm <strong>pada</strong> bulan Januari. Jumlah bulan basah (>200 mm.bln -1 ) menurut Oldeman et al.<br />

(1978) enam bulan, sedangkan jumlah bulan kering (


Djadja Subardja et al.<br />

sampah kota), uji tanah cepat sebagai dasar rekomendasi pemupukan (PUTS, PUTK,<br />

PUP), dan penerapan model sistem pertanian terpadu yang mengintegrasikan tanamanternak<br />

(SITT: Padi-Sapi).<br />

Desain <strong>Pencetakan</strong> <strong>Sawah</strong><br />

Desain pencetakan sawah dilakukan dengan mempertimbangkan hasil survei<br />

identifikasi lahan dengan mempertimbangkan beberapa faktor utama antara lain<br />

ketinggian tempat, kelerengan, kedalaman tanah, tekstur tanah, penggunaan tanah,<br />

ketersediaan air dan tanah pucuk, sumber bahan organik (pupuk kandang), status<br />

kepemilikan tanah dan faktor pendukung lainnya yaitu jalan usahatani, instalasi jaringan<br />

irigasi (pompanisasi), penyediaan kandang dan ternak sapi (2 ekor ha -1 ), pakan ternak, dan<br />

rumah kompos. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut maka lahan yang<br />

sesuai untuk pencetakan sawah seluas 6,40 ha dari lahan bekas tambang seluas + 17,8 ha<br />

di Perlang. Desain sawah di Perlang, Bangka Tengah disajikan <strong>pada</strong> Gambar 1.<br />

118<br />

Gambar 1. Desain sawah di Perlang, Kabupaten Bangka Tengah


<strong>Teknologi</strong> <strong>Pencetakan</strong> dan Pengelolaan <strong>Sawah</strong><br />

<strong>Teknologi</strong> <strong>Pencetakan</strong> <strong>Sawah</strong> <strong>pada</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Bekas</strong> <strong>Tambang</strong> <strong>Timah</strong><br />

Teknis pelaksanaan pencetakan sawah di Perlang, Kabupaten Bangka Tengah<br />

meliputi beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut:<br />

Pengukuran dan pematokan batas lahan, ukuran petak sawah 50 x 50 m atau<br />

disesuaikan dengan kelerengan lahan.<br />

Pengerukan permukaan tanah sedalam 40 cm atau sampai lapisan kedap air,<br />

tanah didorong ke tempat lebih rendah dan diratakan dengan alat berat (dozer,<br />

excavator).<br />

Perataan lahan dan atau penterasan mengikuti kemiringan lahan.<br />

Pemadatan tanah dengan alat berat untuk meningkatkan lapisan kedap air.<br />

Pembuatan pematang sawah selebar 50-60 cm dan tinggi 40-60 cm dengan bahan<br />

tanah hasil pengerukan dan dorongan alat berat.<br />

Penimbunan dan perataan tanah pucuk (berliat) sebanyak 1.000 t ha -1 atau<br />

setinggi 10 cm.<br />

Pemberian pupuk kandang 10 t ha -1 .<br />

Pembuatan jalan usahatani lebar 4 m dan tinggi 80-100 cm.<br />

Instalasi jaringan irigasi (pompanisasi). Air dari kolong dialirkan melalui pipa ke<br />

lahan sawah yang lebih tinggi, kemudian secara gravitasi air akan mengalir ke<br />

lahan sawah lebih rendah.<br />

Persiapan lahan dilakukan untuk membuat tanah menjadi lumpur dengan<br />

menggunakan rotary. Pada awalnya persiapan lahan tidak dilakukan dengan pembajakan<br />

karena akan membongkar lapisan kedap yang telah dibuat dengan pemadatan tanah.<br />

Pengelolaan air dilakukan secara intensif, hal ini untuk menjaga agar air tetap tersedia di<br />

dalam petakan, dipertahankan tinggi air 5-10 cm, karena <strong>pada</strong> awalnya akan terjadi<br />

perkolasi yang sangat hebat. Pemberian pupuk kandang dan pengapuran (pemberian<br />

dolomit) dilakukan seminggu sebelum tanam dengan cara disebar merata. Setelah terjadi<br />

pelumpuran yang sempurna lahan siap ditanami.<br />

Berdasarkan sebaran curah hujan bulanan, lokasi sawah di Perlang memiliki<br />

potensi masa tanam sepanjang 11 bulan, yaitu bulan Oktober sampai dengan bulan<br />

Agustus. Dengan dukungan sumber air untuk irigasi yang sangat berlimpah dari kolong<br />

(danau) maka di lokasi sawah ini dapat dikembangkan sistem usahatani dengan pola<br />

tanam padi-padi/palawija-palawija dengan awal musim tanam padi pertama dapat dimulai<br />

<strong>pada</strong> bulan Oktober, musim tanam padi/palawija kedua <strong>pada</strong> bulan Februari dan musim<br />

tanam ketiga untuk palawija <strong>pada</strong> bulan Juni.<br />

119


Djadja Subardja et al.<br />

Berdasarkan hasil analisis dengan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK), dosis<br />

pupuk untuk tanaman padi adalah 200 kg Superphos, 100 kg KCl, 1.000 kg dolomit ha -1 ,<br />

dan pupuk kandang dengan dosis tanam pertama 10 t ha -1 dan selanjutnya 5 t ha -1<br />

diberikan setiap musim tanam. Dosis pupuk N diberikan dengan bantuan alat bantu Bagan<br />

Warna Daun (BWD), pupuk urea pertama diberikan dengan dosis 100 kg ha -1 , kemudian<br />

dipantau dengan BWD mulai <strong>pada</strong> umur 21 hari, apabila warna hijau daun kurang dari<br />

skala 4 maka pupuk urea ditambahkan dengan dosis 75 kg ha -1 . Pupuk Superphos dan<br />

dolomit diberikan sehari menjelang tanam, pupuk kandang diberikan seminggu sebelum<br />

tanam. Pupuk kandang yang telah matang diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk urea<br />

diberikan sesuai dengan kondisi tanaman dengan bantuan BWD. Pupuk KCl diberikan 2<br />

kali, pertama bersamaan pemupukan urea pertama (


<strong>Teknologi</strong> <strong>Pencetakan</strong> <strong>Sawah</strong> <strong>pada</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Bekas</strong> <strong>Tambang</strong> <strong>Timah</strong><br />

Sistem Integrasi Ternak-Tanaman (SITT)<br />

berbasis padi sawah<br />

SAPI<br />

JERAMI PRODUKSI<br />

TANAMAN PADI<br />

JAGUNG, KACANG<br />

SAYURAN,<br />

BUAH-BUAHAN<br />

URINE, KOTORAN<br />

SAPI<br />

Gambar 2. Sistem Pertanian Terpadu: Sistem Integrasi Ternak-Tanaman<br />

KESIMPULAN<br />

1. <strong>Pencetakan</strong> dan pengelolaan sawah <strong>pada</strong> lahan bekas tambang timah, studi kasus di<br />

Perlang, Bangka Tengah, merupakan salah satu percontohan dalam penerapan<br />

teknologi dari Badan Litbang Pertanian untuk mereklamasi lahan bekas tambang<br />

yang terdegradasi berat dan terlantar menjadi lahan pertanian yang produktif dan<br />

bermanfaat bagi kehidupan petani serta sebagai upaya pengendalian kerusakan<br />

lingkungan menuju swasembada pangan dan kesejahteraan rakyat.<br />

2. Informasi karakteristik lahan bekas tambang yang meliputi: kondisi permukaan tanah,<br />

kemiringan lahan, kedalaman tanah dan lapisan kedap air, tekstur tanah sifat fisik dan<br />

kimia tanah, ketersediaan sumber air pengairan, tanah pucuk, dan bahan organik<br />

merupakan faktor-faktor pendukung dalam pencetakan dan pengelolaan sawah <strong>pada</strong><br />

lahan bekas tambang timah.<br />

3. Pengembangan teknologi pencetakan dan pengelolaan sawah <strong>pada</strong> lahan bekas<br />

tambang timah di Bangka Belitung akan mendorong percepatan pembangunan<br />

pertanian daerah berbasis padi menuju kemandirian pangan regional dan penguatan<br />

ketahanan pangan nasional.<br />

4. Penerapan Sistem Pertanian Terpadu-Sistem Integrasi Ternak dan Tanaman berbasis<br />

padi (padi-sapi) akan mampu meningkatkan pendapatan petani dan daya saing<br />

pertanian yang berkelanjutan serta mengurangi pengangguran dan kemiskinan di<br />

pedesaan.<br />

121


Djadja Subardja et al.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Asmarhansyah, M.D. Pertiwi, Issukindarsyah, D. Rusmawan, dan Muzammil. 2011a.<br />

Keragaan beberapa varietas padi di lahan sawah bekas tambang timah, Kepulauan<br />

Bangka Belitung. Prosiding Seminar Nasional Strategi Reduksi dan Adaptasi<br />

Perubahan Iklim di Bidang Pertanian. 29 Oktober 2011. Univesitas<br />

Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.<br />

Balitklimat. 2008. Laporan Akhir Efisiensi Pemanfaatan Air Irigasi untuk Mengantisipasi<br />

Kelangkaan Air. Dok. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Bogor.<br />

Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Ed-1. Publ. BPT.<br />

Bogor.<br />

Doorenbos. J. and A.H. Kassam. 1979. Yield Response to Water. FAO Irrigation and<br />

Drainage Paper no 33. 193p<br />

Oldeman, L.R., S.N. Darwis, and Irsal Las. 1978. Agroclimatic map of Sumatra. Contr.<br />

Central Res. for Agric. Bogor, Indonesia.<br />

SCS-USDA, 1982. Soil Survey Laboratory Methods and Procedures for Collecting Soil<br />

Samples. Washington D.C.<br />

Schmidt, F.H. and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall types based on wet and dry period<br />

ratios for Indonesia with Western New Guinea. Verh. No.42. Publ. LMG.Jakarta.<br />

Soil Survey Division Staff. 1993. Soil Survey Manual. Agric. Handbook No. 18. SCS-<br />

USDA, Washington D.C.<br />

Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil Taxonomy. NRCS-USDA.<br />

Subardja, D., A. Kasno, Sutono, dan H. Sosiawan. 2011. Identifikasi dan karakterisasi<br />

lahan bekas tambang timah untuk pencetakan sawah baru di Perlang, Bangka<br />

Tengah. Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya <strong>Lahan</strong> Pertanian. Buku I. Balai<br />

Besar Litbang Sumberdaya <strong>Lahan</strong> Pertanian, Bogor.<br />

122

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!