10.08.2013 Views

Teknik Aplikasi Pupuk Mikroba pada Kacang Tanah di Lahan Kering ...

Teknik Aplikasi Pupuk Mikroba pada Kacang Tanah di Lahan Kering ...

Teknik Aplikasi Pupuk Mikroba pada Kacang Tanah di Lahan Kering ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

TEKNIK APLIKASI PUPUK MIKROBA PADA KACANG TANAH<br />

DI LAHAN KERING IKLIM KERING SEMIN, GUNUNGKIDUL<br />

YOGYAKARTA.<br />

J. Purwani, R. Saraswati, E. Yuniarti, dan Mulya<strong>di</strong><br />

ABSTRAK<br />

Pengembangan pertanian lahan kering DIY kendala utamanya adalah<br />

lahan kritis dengan status hara rendah sampai sangat rendah. Untuk<br />

memperbaiki kon<strong>di</strong>si lahan tersebut salah satu alternatif yang banyak <strong>di</strong>lakukan<br />

adalah dengan pemberian bahan organik. Penggunaan pukan sebagai pupuk<br />

tanaman merupakan suatu siklus unsur hara yang sangat bermanfaat dalam<br />

mengoptimalkan penggunaan sumberdaya alam yang terbarukan. Disisi lain<br />

penggunaan pukan dapat mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi<br />

tanaman menambah bahan organik untuk pemeliharaan dan peningkatan bahan<br />

organik tanah, khususnya lahan kering merupakan hal yang utama. Penelitian ini<br />

bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering dalam meningkatkan<br />

produksi kacang tanah dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yaitu pupuk<br />

kandang dan pupuk mikroba. Berbagai takaran pupuk kimia, pupuk mikroba dan<br />

pupuk organik <strong>di</strong>kombinasikan untuk memperoleh hasil yang maksimum dalam<br />

peningkatan produksi kacang tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa<br />

perlakuan Tanpa NPK+Nodulin+P-Alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-<br />

36)+BioPhos+Bio-organik 2t/ha menghasilkan polong kering kacang tanah<br />

tertinggi yaitu 1,52 t/ha, hasil ini meningkat sebesar 25,62% <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan takaran<br />

rekomendasi setempat (50 kg/ha Urea, 50 kg/ha SP-36, 100 kg/ha KCl), atau<br />

meningkat sebesar 17,83% <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan takaran petani ((Tanpa pupuk N+30<br />

kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl+1 t/ha pupuk kandang). Populasi bakteri tertinggi<br />

<strong>di</strong>capai <strong>pada</strong> perlakuan takaran rekomendasi (50 ka/ha Urea+50 kg/ha SP36+100<br />

kg/ha KCl) yaitu sebesar 3,23 x 10 6 spk/g tanah. Perlakuan Tanpa pupuk<br />

N+Nodulin 200 g/ha+BioPhos 200 g/ha+12,5 kg/ha SP-36+25 kg/ha KCl<br />

menunjukkan aktivitas respirasi tertinggi yaitu sebesar 10,88 mgC-CO2/100 g<br />

tanah.<br />

PENDAHULUAN<br />

Produktivitas kacang tanah petani masih rendah, yakni 0,6 – 1, 2 t/ha <strong>di</strong><br />

lahan kering, sedangkan <strong>pada</strong> lahan sawah sekitar 1,2-1,8 t/ha. Salah satu<br />

penyebab rendahnya produktivitas kacang tanah petani adalah belum<br />

<strong>di</strong>gunakannya pupuk secara tepat dan efisien, pengendalian gulma, hama dan<br />

penyakit belum baik dan pengairan sering tidak tepat saat tanaman<br />

membutuhkannya (Sudaryono, 2000). Untuk mencukupi kebutuhan kacang tanah<br />

<strong>di</strong>perlukan peningkatan produksi yang mengacu <strong>pada</strong> efisiensi penggunaan input<br />

459


460<br />

J. Purwani et al<br />

dan sumberdaya alam. Respon tanaman kacang tanah terhadap pemupukan<br />

kurang konsisten dan <strong>di</strong>pengaruhi oleh jenis tanah dan pupuk yang <strong>di</strong>berikan<br />

<strong>pada</strong> tanaman sebelumnya.<br />

Pengembangan pertanian lahan kering <strong>di</strong> DIY kendala utamanya adalah<br />

lahan kritis dengan status hara rendah sampai sangat rendah. Memperbaiki<br />

kon<strong>di</strong>si lahan adalah dengan memperbaiki tingkat kesuburan tanah baik fisika<br />

maupun kimianya. Salah satu alternatif yang banyak <strong>di</strong>lakukan adalah dengan<br />

pemberian bahan organik. Perimbangan antara pemberian pupuk kimia dan<br />

bahan organik sangat menentukan hasil yang <strong>di</strong>capai. Kenyataan pemberian<br />

pupuk fosfat dengan takaran sedang akan lebih efisien dari<strong>pada</strong> takaran pupuk<br />

fosfat takaran tinggi (Suhardjo., et al. 1995). Disamping sebagai penye<strong>di</strong>a unsur<br />

hara, pupuk organik juga dapat berfungsi dalam memperbaiki sifat fisik tanah.<br />

Oleh karenanya, penambahan bahan organik untuk pemeliharaan dan<br />

peningkatan bahan organik tanah, khususnya lahan kering merupakan hal yang<br />

utama.<br />

Pada lahan kering, pupuk kandang (pukan) dapat <strong>di</strong>aplikasikan dengan<br />

beberapa cara yaitu <strong>di</strong>sebar <strong>di</strong> permukaan tanah kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>campur <strong>pada</strong> saat<br />

pengolahan tanah, atau dalam larikan atau dalam lubang tanam. Metode aplikasi<br />

berkaitan dengan tanaman yang akan <strong>di</strong>tanam. Selain itu pukan yang akan<br />

<strong>di</strong>berikan juga berbeda jumlahnya tergantung dengan jenis tanaman yang akan<br />

<strong>di</strong>tanam. Penggunaan pukan sebagai pupuk tanaman merupakan suatu siklus<br />

unsur hara yang sangat bermanfaat dalam mengoptimalkan penggunaan<br />

sumberdaya alam yang terbarukan ( Hartatik dan Widowati, 2006). Beberapa<br />

pupuk mikroba dan biodekomposer telah <strong>di</strong>hasilkan. Nodulin adalah pupuk hayati<br />

penambat nitrogen untuk membantu dan meningkatkan keterse<strong>di</strong>aan N tanah<br />

melalui penambatan nitrogen <strong>pada</strong> kacang tanah. Biophos untuk meningkatkan<br />

keterde<strong>di</strong>aan P tanah. Selain itu MDec untuk menghasilkan Bioorganik dengan<br />

cara mengomposkan pupuk kandang dengan MDec. Pemanfaatan MDec adalah<br />

untuk mempercepat proses dekomposisi pupuk kandang sapi agar dapat<br />

<strong>di</strong>gunakan lebih cepat.<br />

<strong>Pupuk</strong> P-alam merupakan pupuk sumber P yang mempunyai prospek yang<br />

baik, selain biaya pengadaannya lebih murah juga mempunyai efektivitas relatif<br />

sama atau bahkan lebih tinggi dari <strong>pada</strong> pupuk TSP (Diamond et. al, 1986)<br />

Penggunaan pupuk P-alam <strong>di</strong>maksudkan untuk meningkatkan efisiensi<br />

penggunaan pupuk P.<br />

Pemanfaatan mikroorganisme dalam pertanian merupakan alternatif yang<br />

murah untuk meningkatkan kesuburan tanah, efisiensi pemupukan dan


<strong>Teknik</strong> <strong>Aplikasi</strong> <strong>Pupuk</strong> <strong>Mikroba</strong> Pada <strong>Kacang</strong> <strong>Tanah</strong><br />

mengurangi bahaya pencemaran. Namun keberhasilan pemanfaatannya sangat<br />

<strong>di</strong>pengaruhi oleh kualitasnya. Kesesuaian inokulan dengan tanah yang <strong>di</strong>inokulasi<br />

sangat menentukan keberhasilan pemberian inokulan (Hastuti, et al., 2006).<br />

Dalam lingkungan tanah, komponen pembatas aktivitas mikroba adalah<br />

keterse<strong>di</strong>aan substrat karbon. Penambahan substrat karbon ke dalam tanah,<br />

seperti inkorporasi sisa tanaman atau pukan (pupuk organik) akan memacu<br />

perkembang-biakan, aktivitas, dan populasi mikroba.<br />

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering<br />

dalam meningkatkan produksi kacang tanah dengan memanfaatkan sumberdaya<br />

lokal yaitu pukan dan pupuk mikroba.<br />

BAHAN DAN METODE<br />

Penelitian <strong>di</strong>lakukan <strong>pada</strong> lahan kering Alfisols, Dusun Kabu Desa Semin,<br />

Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa<br />

Yogyakarta. Daerah tersebut mempunyai ketinggian 254 m dpl.<br />

Rancangan Percobaan yang <strong>di</strong>gunakan adalah rancangan acak kelompok,<br />

10 perlakuan dengan 3 (tiga) ulangan. Ukuran petak percobaan adalah 5m x 4m<br />

dengan jarak tanam 20cm x 20cm. Susunan perlakuan <strong>di</strong>sajikan <strong>pada</strong> Tabel 1.<br />

Tabel 1. Susunan perlakuan pemupukan kacang tanah <strong>di</strong> Semin<br />

No. Urea SP-36 KCl Pukan Pukan- Bioorganik Nodulin Biophos P-alam<br />

(1) MTM (2) (3)<br />

..........Kg/ha........... ...................t/ha..................... g/ha Kg/ha<br />

1 - - - - - - - - -<br />

2 50 50 100 - - - - - -<br />

3 - 30 30 1 - - - - -<br />

4 - 25 50 - - - 200 - -<br />

5 - 12,5 50 - - - 200 200 -<br />

6 - 12,5 25 - - 200 200 -<br />

7 - 30 30 - - 2 - - -<br />

8 - 30 30 - 2 - - - -<br />

9 - - - - - 2 200 200 45<br />

10 - - - - - 2 200 200 22,5<br />

Keterangan : (1). Pukan yang <strong>di</strong>pakai adalah pukan sapi<br />

(2). Pukan- MTM: Pukan yang <strong>di</strong>komposkan dengan MDec<br />

(3). Bioorganik : Pukan- MTM yang <strong>di</strong>perkaya dengan MTM-Biofertilizer<br />

Pukan yang <strong>di</strong>gunakan adalah pukan sapi yang sudah matang, yaitu pukan<br />

yang <strong>di</strong>tumpuk saja dalam kandang hingga 3-6 bulan. Pukan-MTM adalah pukan<br />

yang masih segar <strong>di</strong>fermentasi dengan MDec selama 2-3 minggu. Bioorganik<br />

adalah Pukan-MTM yang <strong>di</strong>perkaya dengan MTM-Biofertilizer. Nodulin adalah<br />

461


462<br />

J. Purwani et al<br />

pupuk mikroba yang berfungsi untuk membentuk bintil akar <strong>pada</strong> tanaman<br />

kacang-kacangan (mengandung Rhizobium). Biophos adalah pupuk hayati yang<br />

berisi bakteri pelarut fosfat untuk meningkatkan P-terse<strong>di</strong>a tanah. Pengamatan<br />

<strong>di</strong>lakukan <strong>pada</strong> fase vegetatif terhadap tinggi tanaman sampai saat fase<br />

primor<strong>di</strong>a bunga. Pada saat panen <strong>di</strong>amati bobot brangkasan basah, bobot<br />

brangkasan kering, bobot polong basah, bobot polong kering.<br />

Contoh tanah dan tanaman tempat percobaan <strong>di</strong>ambil dan <strong>di</strong>analisis <strong>pada</strong><br />

awal (sebelum tanam), akhir fase vegetatif (fase pembungaan) dan panen.<br />

Analisis kimia tanah meliputi kandungan N, P dan K terse<strong>di</strong>a, KTK, pH. Analisis<br />

tanaman meliputi kandungan N,P dan K.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Kandungan C dan N termasuk sangat rendah, sedangkan C/N rasio<br />

termasuk rendah. P dan K potensial (HCl 25%) sangat tinggi, Kdd termasuk<br />

sangat tinggi, P terse<strong>di</strong>a termasuk sedang dan K terse<strong>di</strong>a sangat tinggi, pH tanah<br />

termasuk agak masam, kapasitas tukar kation tinggi (Tabel 2).<br />

Pukan-petani (pupuk kandang yang hanya <strong>di</strong>tumpuk, tanpa <strong>di</strong>inokulasi<br />

dengan mikroba dekomposer Mdec), adalah hasil kumpulan dari pembersihan<br />

kandang yang kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>kumpulkan dan <strong>di</strong>tumpuk <strong>di</strong>samping kandang kurang<br />

lebih 3-6 bulan. Sedangkan Pukan-MTM adalah kotoran hewan (sapi) yang<br />

<strong>di</strong>inokulasi dengan MDec kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>fermentasikan dalam waktu sekitar 2-3<br />

minggu (Tabel 3). Tampak bahwa kadar K dalam pukan yang menggunakan<br />

MDec lebih tinggi dari<strong>pada</strong> pukan-petani (tanpa MDec). Kandungan hara dalam<br />

kotoran hewan (sapi) menunjukkan bahwa kadar N, dan K lebih kecil<br />

<strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan yang <strong>di</strong>komposkan lebih dahulu dengan mikroba<br />

dekomposer, penggunaan MDec untuk fermentasi kotoran hewan akan<br />

meningkatkan status hara K pupuk organik yang <strong>di</strong>hasilkan.


<strong>Teknik</strong> <strong>Aplikasi</strong> <strong>Pupuk</strong> <strong>Mikroba</strong> Pada <strong>Kacang</strong> <strong>Tanah</strong><br />

Tabel 2. Hasil analisis contoh awal tanah <strong>di</strong> lahan penelitian.<br />

Sifat-sifat tanah Metode Nilai Kriteria<br />

Tekstur Lempung berdebu<br />

Pasir (%) 3,0<br />

Debu (%) 43,0<br />

Liat (%) 54,0<br />

pH H2O 6,4 Agak masam<br />

KCl<br />

Bahan organik<br />

5,3<br />

C-organik (%) 0,87 Sangat rendah<br />

N-total (%) 0,10 Sangat rendah<br />

C/N 8,7 rendah<br />

P dan K potensial Ekstrak HCl 25%<br />

P2O5 (mg/kg) 347 Sangat tinggi<br />

K2O (mg/kg) 349 Sangat tinggi<br />

P terse<strong>di</strong>a Olsen<br />

P2O5 (mg/kg) 14 sedang<br />

Nilai tukar kation Ekstrak ammonium asetat<br />

1M, pH 7<br />

Ca (Cmol/kg) 13,67 tinggi<br />

Mg (Cmol/kg) 3,96 Tinggi<br />

K (Cmol/kg) 1,37 Sangat tinggi<br />

Na (Cmol/kg) 0,27 rendah<br />

Jumlah 19,28<br />

KTK (Cmol/kg) Ekstrak ammonium asetat<br />

1M,pH7<br />

26,66 tinggi<br />

KB (%) Ekstrak ammonium 72 tinggi<br />

asetat1M,pH 7<br />

Kemasaman Ekstrak KCl 1M<br />

Al 3+ 0<br />

H + 0,12<br />

Tabel 3. Kandungan N, P, K pupuk kandang (pukan).<br />

Jenis penetapan<br />

Jenis Bahan<br />

C N P K<br />

………………………….. % …………………………….<br />

Pukan-petani 7,98 1,59 0,66 2,56<br />

Kohew (Kotoran hewan) 15,41 1,02 0,66 0,84<br />

Pukan-MTM<br />

Keterangan :<br />

8,54 1,22 0,64 3,51<br />

Pukan-petani adalah kotoran sapi yang <strong>di</strong>tumpuk selama 3-6 bulan, tanpa inokulasi<br />

dengan mikroba dekomposer (MDec)<br />

Pukan-MTM adalah kotoran sapi yang <strong>di</strong>komposkan dengan MDec<br />

463


464<br />

J. Purwani et al<br />

Pengaruh aplikasi pupuk mikroba terhadap pertumbuhan tanaman fase<br />

berbunga<br />

Pada Tabel 4 tampak bahwa pemberian Bio-Organik 2 t/ha meningkatkan<br />

tinggi tanaman secara nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan pemberian pukan-petani,<br />

tinggi tanaman meningkat sebesar 57,12%. Tinggi tanaman <strong>pada</strong> perlakuan<br />

Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha KCl + Bioorganik 2 t/ha dan tanpa<br />

pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl + pukan-MTM 2 t/ha menunjukkan<br />

tinggi tanaman berbeda nyata, masing-masing sebesar 26,05 cm dan 17,83 cm.<br />

Hal ini menunjukkan pemberian Bioorganik 2 t/ha meningkatkan secara nyata<br />

tinggi tanaman <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan pukan-MTM. Tinggi tanaman meningkat<br />

sebesar 46,10%. Hal ini menunjukkan bahwa pengkayaan kompos dengan pupuk<br />

hayati menunjukkan pertumbuhan tanaman lebih baik <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan hanya<br />

dengan kompos saja.<br />

Tabel 4. Pertumbuhan tanaman kacang tanah fase primor<strong>di</strong>a<br />

Tinggi Jumlah Berat<br />

No.<br />

Perlakuan<br />

tanaman cabang kering/tanaman<br />

cm g/tanaman<br />

1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 13,58 a 4,17 a 2,56 c<br />

2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea – 50<br />

kg/ha SP36 - 100 kg/ha KCl)<br />

3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30<br />

kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukanpetani<br />

4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha<br />

SP-36 + 50 kg/ha KCl<br />

5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha +<br />

BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50<br />

kg/ha KCl pupuk KCl<br />

6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha +<br />

BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25<br />

kg/ha KCl<br />

7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha<br />

KCl + Bioorganik 2 t/ha<br />

8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30<br />

kg/ha KCl + pukan-MTM 2 t/ha<br />

9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½<br />

takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos +<br />

BioOrganik (2t/ha)<br />

25.75 c<br />

16.58 ab<br />

15.33 ab<br />

13.75 a<br />

18.50 ab<br />

26.05 c<br />

17.83 ab<br />

20 b<br />

4.17 a<br />

4.17 a<br />

4.00 a<br />

4.17 a<br />

4.17 a<br />

4.17 a<br />

4.67 a<br />

4.17 a<br />

5.69 a<br />

4.74 ab<br />

2.77 c<br />

3.42 bc<br />

4.72 ab<br />

5.48 a<br />

4.07 abc<br />

5.40 a<br />

10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼<br />

takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos +<br />

BioOrganik (2t/ha)<br />

14.58 ab 4.17 a 2.85 c<br />

Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang <strong>di</strong>ikuti oleh huruf yang sama<br />

tidak berbeda nyata <strong>pada</strong> taraf 5% uji Duncan.


<strong>Teknik</strong> <strong>Aplikasi</strong> <strong>Pupuk</strong> <strong>Mikroba</strong> Pada <strong>Kacang</strong> <strong>Tanah</strong><br />

Berat kering tanaman tertinggi <strong>pada</strong> fase primor<strong>di</strong>a <strong>di</strong>capai <strong>pada</strong> perlakuan<br />

pemberian pupuk dengan takaran rekomendasi (50-50-100), berat kering<br />

tanaman yang paling tinggi (5,69 g/tanaman). Perlakuan pupuk yang lebih rendah<br />

dari <strong>pada</strong> takaran rekomendasi menunjukkan tinggi tanaman yang setara dengan<br />

takaran rekomendasi, hasil ini dapat <strong>di</strong>capai juga dengan perlakuan tanpa pupuk<br />

N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha KCl + BioOrganik 2 t/ha, dan perlakuan tanpa N,<br />

P, K + Nodulin + P-alam (½ takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik<br />

(2t/ha) berat kering tanaman masing-masing sebesar 5,48 g/tanaman dan 5,40<br />

g/tanaman. Pemberian Nodulin+BioPhos+P-alam (setara ½ takaran rekomendasi<br />

SP-36)+BioOrganik 2 t/ha menunjukkan berat kering tanaman yang tidak berbeda<br />

nyata dengan pelakuan takaran rekomendasi. Semua perlakuan tidak<br />

menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah cabang.<br />

Pengaruh aplikasi pupuk mikroba terhadap kandungan hara dalam tanah<br />

dan serapan hara tanaman fase primor<strong>di</strong>a bunga<br />

Pada Tabel 5 tampak bahwa <strong>pada</strong> fase primor<strong>di</strong>a kandungan N tanah tidak<br />

menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok <strong>pada</strong> semua perlakuan. Namun<br />

demikian perlakuan takaran rekomendasi menunjukkan kandungan N dan P<br />

terse<strong>di</strong>a tanah paling tinggi <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan perlakuan yang lain, yaitu masingmasing<br />

sebesar 0,12% dan 12 mg/kg. Nilai K terse<strong>di</strong>a termasuk dalam kategori<br />

tinggi-sangat tinggi. Hal ini menunjukkan keterse<strong>di</strong>aan hara P dan K yang cukup<br />

untuk pertumbuhan tanaman <strong>pada</strong> musim berikutnya. Kandungan N <strong>pada</strong> saat<br />

tersebut adalah dalam kategori sangat rendah mengingat N telah <strong>di</strong>gunakan<br />

untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Kadar Kdd tanah <strong>pada</strong> perlakuan kontrol<br />

menunjukkan nilai yang tinggi. Hal ini <strong>di</strong>sebabkan tidak adanya pupuk yang<br />

<strong>di</strong>tambahkan sehingga menyebabkan penyerapan hara P dan K oleh tanaman<br />

<strong>pada</strong> perlakuan kontrol saat primor<strong>di</strong>a menja<strong>di</strong> rendah, sehingga hara P dan K<br />

yang tertinggal <strong>di</strong> dalam tanah masih tinggi. Rendahnya penyerapan hara oleh<br />

tanaman penyerapan kation oleh tanaman juga rendah. Penyerapan hara yang<br />

rendah <strong>di</strong>sebabkan struktur perakaran tanaman yang tanpa <strong>di</strong>pupuk lebih pendek<br />

dan akar-akar rambutnya juga lebih se<strong>di</strong>kit. Pemberian pukan-MTM dan<br />

Bioorganik 2 t/ha meningkatkan kandungan Kdd tanah, kandungan Kdd tanah lebih<br />

tinggi <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan semua perlakuan. Pada perlakuan tanpa pupuk N + 30 kg/ha<br />

SP-36 + 30 kg/ha KCl + pukan-MTM 2 t/ha adalah sebesar 1,93 mg/kg,<br />

sedangkan <strong>pada</strong> perlakuan tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran<br />

rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik (2t/ha) Kdd tanah sebesar adalah<br />

1,68 mg/kg.<br />

465


466<br />

J. Purwani et al<br />

Tabel 5. Kandungan hara tanah saat primor<strong>di</strong>a kacang tanah<br />

No. Perlakuan N P2O5 Kdd<br />

% ....... mg/kg .....<br />

Awal Percobaan 0,10 14 1,37<br />

1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 0,10 9 1,22<br />

2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea – 50<br />

kg/ha SP36 - 100 kg/ha KCl)<br />

0,12 12 0,88<br />

3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha<br />

SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani<br />

0,11 9 1,07<br />

4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha 0,11 6 1,12<br />

SP-36 + 50 kg/ha KCl<br />

5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos<br />

200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl<br />

pupuk KCl<br />

6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos<br />

200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl<br />

7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha<br />

KCl + Bioorganik 2 t/ha<br />

8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha<br />

KCl + pukan-MTM 2 t/ha<br />

9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran<br />

rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik<br />

(2t/ha)<br />

10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ takaran<br />

rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik<br />

(2t/ha)<br />

0,11 11 0,98<br />

0,11 11 1,30<br />

0,11 10 1,29<br />

0,11 11 1,93<br />

0,10 8 1,68<br />

0,10 7 0,98<br />

Sebagian besar perlakuan yang <strong>di</strong>cobakan tidak menunjukkan perbedaan<br />

nyata <strong>pada</strong> serapan hara N tanaman fase primor<strong>di</strong>a <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan<br />

perlakuan kontrol. Namun demikian perlakuan tanpa NPK+Nodulin+P-alam<br />

(setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+Biophos+BioOrganik (2t/ha)<br />

menunjukkan perbedaan nyata serapan hara N <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan semua<br />

perlakuan yang <strong>di</strong>cobakan yaitu sebesar 140,92 kg/ha. Sejarah pemanfaatan<br />

lahan menunjukkan bahwa petani telah memanfaatkan pupuk kandang <strong>pada</strong> tiap<br />

musim tanam, sehingga keterse<strong>di</strong>aan N dalam tanah cukup terse<strong>di</strong>a untuk<br />

mendukung pertumbuhan tanaman.<br />

Perlakuan takaran rekomendasi, perlakuan petani (tanpa pupuk N+30<br />

kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl+1 t/ha pukan-petani), dan perlakuan tanpa N, P,<br />

K+Nodulin+P-alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+BioPhos+BioOrganik<br />

(2t/ha) menunjukkan bahwa serapan hara P berbeda nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan<br />

kontrol, yaitu masing-masing sebesar 4,85; 4,80; dan 4,68 kg/ha. Hal ini<br />

menunjukkan bahwa BioPhos, Nodulin dan BioOrganik mampu meningkatkan<br />

keterse<strong>di</strong>aan N, kelarutan P dan K, sehingga meskipun tanpa pemupukan N, P,<br />

dan K serapan hara tanaman tidak menurun. BioOrganik <strong>di</strong>samping sebagai<br />

sumber hara juga mengandung pupuk hayati yang mampu melarutkan hara P


<strong>Teknik</strong> <strong>Aplikasi</strong> <strong>Pupuk</strong> <strong>Mikroba</strong> Pada <strong>Kacang</strong> <strong>Tanah</strong><br />

dan K. Serapan hara K <strong>pada</strong> perlakuan petani (tanpa pupuk N+30 kg/ha SP-36 +<br />

30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani, dan tanpa N, P, K+Nodulin+P-alam (setara ½<br />

takaran rekomendasi SP-36)+BioPhos+Bio-organik (2t/ha) tidak menunjukkan<br />

perbedaan nyata, namun berbeda nyata jika <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan kontrol.<br />

Serapan hara K <strong>pada</strong> perlakuan tersebut masing-masing sebesar 86,89 dan<br />

89,70 kg/ha (Tabel 6).<br />

Tabel 6. Serapan hara N, P, K tanaman kacang tanah saat primor<strong>di</strong>a<br />

No. Perlakuan<br />

Serapan hara<br />

N P K<br />

.................. kg/ha ....................<br />

1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 65,45 ab 3,13 ab 64,85 abc<br />

2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea – 50 kg/ha 76,60 ab<br />

SP36 - 100 kg/ha KCl)<br />

4,85 d 75,83 be<br />

3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha<br />

SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani<br />

85,65 b 4,03 ad 86,89 de<br />

4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP-<br />

36 + 50 kg/ha KCl<br />

83,85 b 4,80 cd 84,14 cde<br />

5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 76,75 ab<br />

200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl<br />

pupuk KCl<br />

4,15 bcd 62,23 ab<br />

6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 57,27 ab<br />

200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl<br />

2,89 a 53,73 a<br />

7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha KCl<br />

+ Bioorganik 2 t/ha<br />

52,92 a 3,11 ab 58,47 ab<br />

8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha<br />

KCl + pukan-MTM 2 t/ha<br />

64,93 ab 3,62 abc 66,04 ad<br />

9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran<br />

rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik<br />

(2t/ha)<br />

140,92 c 4,68 cd 89,70 e<br />

10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ takaran<br />

rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik<br />

(2t/ha)<br />

69,83 ab 3,63 abc 51,31 a<br />

Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang <strong>di</strong>ikuti oleh huruf yang sama<br />

tidak berbeda nyata <strong>pada</strong> taraf 5% uji Duncan.<br />

Pengaruh aplikasi pupuk mikroba terhadap Hasil Panen<br />

Pada Tabel 7 tampak bahwa tinggi tanaman saat panen, bobot hijauan<br />

basah saat panen dan bobot hijauan kering tidak menunjukkan perbedaan nyata<br />

<strong>pada</strong> semua perlakuan yang <strong>di</strong>cobakan <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan kontrol (Tabel 7).<br />

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati dan pupuk organik dapat<br />

menghemat penggunaan pupuk kimia.<br />

467


468<br />

J. Purwani et al<br />

Tabel 7. Tinggi tanaman, bobot brangkasan dan hasil kacang tanah saat<br />

panen.<br />

No.<br />

Perlakuan<br />

Tinggi<br />

tanaman<br />

Bobot<br />

hijauan<br />

basah<br />

Bobot<br />

hijauan<br />

kering<br />

cm ............ t/ha .........<br />

1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 42,43 a 6,36 a 2,37 ab<br />

2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea – 50<br />

kg/ha SP36 - 100 kg/ha KCl)<br />

51,47 a 7,03 a 2,55 ab<br />

3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha<br />

SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani<br />

45,93 a 8,05 a 3,10 b<br />

4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha<br />

SP-36 + 50 kg/ha KCl<br />

44,10 a 7,34 a 2,82 ab<br />

5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha +<br />

BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50<br />

kg/ha KCl pupuk KCl<br />

42,93 a 7,58 a 2,96 ab<br />

6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha +<br />

BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25<br />

kg/ha KCl<br />

43,17 a 6,62 a 2,22 a<br />

7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha<br />

KCl + Bioorganik 2 t/ha<br />

45,43 a 6,71 a 2,22 a<br />

8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha<br />

KCl + pukan-MTM 2 t/ha<br />

46,90 a 6,80 a 2,79 ab<br />

9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½<br />

takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos +<br />

BioOrganik (2t/ha)<br />

46,63 a 7,24 a 2,60 ab<br />

10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ 44,43 a<br />

takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos +<br />

BioOrganik (2t/ha)<br />

6,84 a 2,42 ab<br />

Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang <strong>di</strong>ikuti oleh huruf yang sama<br />

tidak berbeda nyata <strong>pada</strong> taraf 5% uji Duncan.<br />

Pengamatan terhadap jumlah polong dan hasil polong saat panen<br />

menunjukkan bahwa semua perlakuan yang <strong>di</strong>cobakan tidak menunjukkan<br />

perbedaan nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan kontrol (Tabel 8). Perlakuan yang<br />

<strong>di</strong>cobakan juga tidak menunjukkan perbedaan nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan kontrol<br />

terhadap hasil polong kering. Namun demikian perlakuan Tanpa<br />

NPK+Nodulin+P-alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-<br />

36)+Biophos+BioOrganik (2t/ha) menunjukkan hasil polong kering yang tertinggi<br />

yaitu sebesar 1,52 t/ha. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk P-alam<br />

mampu meningkatkan hasil polong kering secara nyata, pemberian pupuk K<br />

dalam jangka waktu tertentu belum <strong>di</strong>perlukan karena keterse<strong>di</strong>aan K tanah<br />

sudah cukup tinggi. Disamping itu pemberian pupuk N bisa <strong>di</strong>substitusi dengan<br />

nodulin mengingat bahwa pemberian pupuk takaran rekomendasi dan tanpa<br />

pupuk N + Nodulin 200 g/ha + 25 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl menunjukkan hasil<br />

polong kering yang tidak berbeda nyata.


<strong>Teknik</strong> <strong>Aplikasi</strong> <strong>Pupuk</strong> <strong>Mikroba</strong> Pada <strong>Kacang</strong> <strong>Tanah</strong><br />

Tabel 8. Jumlah polong, hasil polong saat panen dan polong kering (kadar air<br />

20%)<br />

No.<br />

Perlakuan<br />

Jumlah<br />

polong<br />

Hasil polong<br />

saat panen<br />

Hasil polong<br />

kering<br />

Kadar air 20%<br />

Butir/tan. ................. t/ha ..............<br />

1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 5,17 a 2,01 a 1,16 ab<br />

2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea – 50<br />

kg/ha SP36 - 100 kg/ha KCl)<br />

6,30 a 2,47 a 1,21 ab<br />

3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30<br />

kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukanpetani<br />

7,07 a 2,39 a 1,29 ab<br />

4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha<br />

SP-36 + 50 kg/ha KCl<br />

6,93 2,55 a 1,47 ab<br />

5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha +<br />

BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50<br />

kg/ha KCl pupuk KCl<br />

5,97 a 2,20 a 1,16 ab<br />

6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha +<br />

BioPhos 200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25<br />

kg/ha KCl<br />

5,43 a 1,94 a 1,08 ab<br />

7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha<br />

KCl + Bioorganik 2 t/ha<br />

6,10 a 2,37 a 1,20 ab<br />

8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30<br />

kg/ha KCl + pukan-MTM 2 t/ha<br />

5,70 a 2,53 a 1,24 ab<br />

9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½<br />

takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos +<br />

BioOrganik (2t/ha)<br />

5,67 a 2,18 a 1,52 b<br />

10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼<br />

takaran rekomendasi SP-36) + BioPhos +<br />

BioOrganik (2t/ha)<br />

6,00 a 2,26 a 0,93 a<br />

Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang <strong>di</strong>ikuti oleh huruf yang sama<br />

tidak berbeda nyata <strong>pada</strong> taraf 5% uji Duncan.<br />

Pengaruh aplikasi pupuk mikroba terhadap Aktivitas mikroorganisme tanah<br />

Aktivitas mikroorganisme tanah yang <strong>di</strong>amati melalui proses respirasi<br />

menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+Biophos 200<br />

g/ha+12,5 kg/ha SP-36+50 kg/ha KCl (8,71 mgC-CO2/100g tanah/hari), tanpa<br />

pupuk N+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl+Pukan-MTM 2 t/ha (9,05 mgC-CO2/100g<br />

tanah/hari), dan tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+Biophos 200 g/ha+12,5 kg/ha<br />

SP-36+25 kg/ha KCl (10,88 mgC-CO2/100g tanah/hari )(Tabel 9). Hal ini<br />

menunjukkan bahwa semakin se<strong>di</strong>kit pupuk kimia yang <strong>di</strong>berikan akan<br />

meningkatkan aktivitas mikroorganisme, namun bukan berarti pupuk kimia tidak<br />

<strong>di</strong>perlukan untuk aktivitas mikroorganisme, karena mikroorganisme memerlukan<br />

nutrisi untuk perkembangannya.<br />

469


470<br />

J. Purwani et al<br />

Pengamatan terhadap populasi bakteri menunjukkan bahwa populasi<br />

bakteri berkisar 4,67 x 10 5 sampai 3,23 x 10 6 cfu/g tanah. Populasi bakteri<br />

tertinggi <strong>di</strong>capai <strong>pada</strong> perlakuan Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea – 50 kg/ha<br />

SP36 - 100 kg/ha KCl) yaitu sebesar 3,23 x 10 6 cfu/g tanah. Hasil ini tidak<br />

berbeda nyata dengan perlakuan (tanpa pupuk N+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl<br />

+1 t/ha pukan petani, tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP-36+50 kg/ha<br />

KCl tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP-36+50 kg/ha KCl, Tanpa<br />

pupuk N+Nodulin 200 g/ha+BioPhos 200 g/ha+12,5 kg/ha SP-36 +50 kg/ha KCl<br />

pupuk KCl dan tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha<br />

KCl+Pukan-MTM 2 t/ha. Dengan meningkatnya populasi bakteri tidak sejalan<br />

dengan meningkatnya aktivitas respirasi tanah, karena aktivitas respirasi tidak<br />

hanya <strong>di</strong>pengaruhi oleh bakteri saja, namun juga <strong>di</strong>pengaruhi oleh fauna tanah<br />

dan perakaran tanaman.<br />

Tabel 9. Aktivitas respirasi dan populasi bakteri tanah saat panen.<br />

No.<br />

Perlakuan<br />

Respirasi<br />

(mgC-CO2/100g<br />

tanah/hari)<br />

Populasi bakteri<br />

(cfu/g)<br />

1. Tanpa perlakuan (Kontrol, tanpa N,P,K) 6,76 a 2,13 x 10 6 2. Takaran rekomendasi (50 kg/ha Urea – 50 7,45 a<br />

bc<br />

3,23 x 10<br />

kg/ha SP36 - 100 kg/ha KCl)<br />

6 d<br />

3. Perlakuan petani (Tanpa pupuk N + 30 kg/ha 6,42 a 2,50 x 10<br />

SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani<br />

6 bcd<br />

4. Tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+25 kg/ha SP- 6,77 a 2,50 x 10<br />

36 + 50 kg/ha KCl<br />

6 bcd<br />

5. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos<br />

200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha KCl<br />

8,71 ab 3,01 x 10<br />

pupuk KCl<br />

6 cd<br />

6. Tanpa pupuk N + Nodulin 200 g/ha + BioPhos 10,88 b 4,67 x 10<br />

200 g/ha + 12,5 kg/ha SP-36 + 25 kg/ha KCl<br />

5 a<br />

7. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36+ 30 kg/ha 6,88 a 8,33 x 10<br />

KCl + Bioorganik 2 t/ha<br />

5 a<br />

8. Tanpa pupuk N + 30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha 9,05 ab 2,67 x 10<br />

KCl + pukan-MTM 2 t/ha<br />

6 bcd<br />

9. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam ( ½ takaran<br />

rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik<br />

7,45 a 2,03 x 10<br />

(2t/ha)<br />

6 b<br />

10. Tanpa N, P, K + Nodulin + P-alam (¼ takaran<br />

rekomendasi SP-36) + BioPhos + BioOrganik<br />

(2t/ha)<br />

8,02 ab 2,17 x 10 6 bc<br />

Keterangan : cfu = colony forming unit


<strong>Teknik</strong> <strong>Aplikasi</strong> <strong>Pupuk</strong> <strong>Mikroba</strong> Pada <strong>Kacang</strong> <strong>Tanah</strong><br />

KESIMPULAN<br />

1. Perlakuan tanpa NPK+Nodulin+P-Alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-<br />

36)+BioPhos+Bio-organik 2t/ha menghasilkan polong kering kacang tanah<br />

tertinggi yaitu 1,52 t/ha, hasil ini meningkat sebesar 25,62% <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan<br />

takaran rekomendasi setempat (50 kg/ha Urea, 50 kg/ha SP-36, 100 kg/ha<br />

KCl), atau meningkat sebesar 17,83% <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan takaran petani (Tanpa<br />

pupuk N+30 kg/ha SP-36+30 kg/ha KCl+1 t/ha pupuk kandang).<br />

2. Serapan hara N dan K tertinggi <strong>pada</strong> perlakuan tanpa NPK+Nodulin+P-<br />

Alam (setara ½ takaran rekomendasi SP-36)+BioPhos+Bio-organik 2t/ha.<br />

Serapan hara N meningkat dari 65,45 kg/ha menja<strong>di</strong> 140,92 kg/ha,<br />

sedangkan serapan hara P meningkat dari 64,85 kg/ha menja<strong>di</strong> 89,70<br />

kg/ha.<br />

3. Perlakuan tanpa pupuk N+Nodulin 200 g/ha+BioPhos 200 g/ha+12,5 kg/ha<br />

SP-36+25 kg/ha KCl menunjukkan aktivitas respirasi tertinggi yaitu sebesar<br />

10,88 mgC-CO2/100 g tanah<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Diamond, R.B. J. Sri A<strong>di</strong>ningsih,J. Prawirasumantri, and S. Partohardjono. 1986.<br />

Responses of Upland Crops to water soluble P and Phosphate Rock.<br />

Prosi<strong>di</strong>ng Lokakarya Efisiensi penggunaan <strong>Pupuk</strong>.pusat penelitian <strong>Tanah</strong><br />

Bogor. Cipayung 6-7 Agustus 1986<br />

Hartatik, W. Dan L.R. Widowati. 2006. <strong>Pupuk</strong> Organik dan <strong>Pupuk</strong> Hayati. Balai<br />

Besar Litbang Sumberdaya lahan Pertanian. Badan Penelitian dan<br />

Pengembangan Pertanian. 2006<br />

Hastuti, R. D., R. Saraswati, dan J. Purwani. Bakteri <strong>Tanah</strong> Multiguna dan<br />

Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Tanaman. Prosi<strong>di</strong>ng Seminar<br />

Nasional Sumberdaya <strong>Lahan</strong> Pertanian. Bogor 14-15 September 2006.<br />

Buku I. hal 205-219<br />

Sudaryono. 2000. Optimasi Kebutuhan Kalium <strong>Tanah</strong> Alfisol Alkalis Untuk<br />

Bu<strong>di</strong>daya <strong>Kacang</strong> <strong>Tanah</strong>. Prosi<strong>di</strong>ng Konggres Nasional VII HITI.<br />

Pemanfaatan Sumberdaya <strong>Tanah</strong> Sesuai Dengan Potensinya Menunju<br />

Keseimbangan Lingkungan Hidup Dalam Rangka meningkatkan<br />

Kesejahteraan Rakyat. 1065-1077<br />

Suhardjo, M., A. Dariah, D. Riyanto, A. Abasid, dan H. Suwardjo. 1995.<br />

Pemanfaatan Usaha Rehabilitasi <strong>Lahan</strong> Kritis Berlereng <strong>di</strong> Daerah<br />

Istimewa Yogyakarta dalam Prosi<strong>di</strong>ng Lokakarya dan Ekspose Teknologi<br />

Sistem Usahatani Konservasi dan Alat Mesin Pertanian. Hal 85-92.<br />

Puslittanak Bogor. Badan Litbang Pertanian. Yogyakarta 17-19 Januari<br />

1995.<br />

471

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!