masyarakat china dan hukum - Erman dan Hukum
masyarakat china dan hukum - Erman dan Hukum
masyarakat china dan hukum - Erman dan Hukum
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
PIDATO PROMOTOR PADA PROMOSI<br />
NATASYA YUNITA SUGIASTUTI MENJADI<br />
DOKTOR ILMU HUKUM ∗<br />
<strong>Erman</strong> Rajagukguk<br />
Bismillahirrohmanirrohim<br />
Doktor Natasya Yunita Sugiastuti yang terpelajar,<br />
Bapak Dekan, para guru besar <strong>dan</strong> hadirin sekalian yang<br />
saya hormati,<br />
Assalamu’alaikum Wr.Wb.<br />
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah, pada kesempatan yang berbahagia ini,<br />
saya menyampaikan selamat atas keberhasilan saudari mencapai gelar doktor dalam ilmu<br />
<strong>hukum</strong> yang telah saudari tekuni bertahun-tahun. Saya juga menyampaikan terima kasih <strong>dan</strong><br />
penghargaan saya yang tinggi atas penulisan disertasi mengenai tradisi <strong>hukum</strong> Cina yang<br />
baru saja saudari pertahankan.<br />
Beberapa sarjana Indonesia <strong>dan</strong> asing sudah meneliti <strong>dan</strong> menulis tentang <strong>masyarakat</strong><br />
Cina pada masa kolonial <strong>dan</strong> masa Indonesia merdeka. Izinkan saya menyebut nama mereka<br />
diantaranya Melly Tan, Mona Lohanda, Leo Suryadinata, Onghokham, Charles A. Coppel,<br />
Dennys Lombard, Peter Carey <strong>dan</strong> Willem Remmelink, Mereka telah menulis tentang<br />
kehidupan sosiai ekonomi <strong>dan</strong> politik. Namun, barulah saudari yang menulis untuk pertama<br />
kalinya mengenai tradisi <strong>hukum</strong> Cina <strong>dan</strong> pergulatannya dengan <strong>hukum</strong> Darat dimasa<br />
kolonial. Saudari pula untuk pertama kali menggunakan content analysis dalam penelitian<br />
<strong>hukum</strong>.<br />
Kesimpulan saudari, antara lain, janganlah hendaknya terjadi lagi diskriminasi<br />
terhadap <strong>masyarakat</strong> Cina yang sekarang adalah warga negara Indonesia merdeka, yang sama<br />
kedudukannya didepan <strong>hukum</strong> <strong>dan</strong> pemerintahan.<br />
Harapan itu ditujukan kepada kita semua. Sebagai contoh yang terjadi sekarang ini,<br />
ada Instruksi Presiden tentang Pencabutan Surat Bukti Kewarganegaraan R.I, tetapi oleh<br />
beberapa instansi masih disyaratkan SBKRI dalam rnengurus sesuatu. Bahkan bank yang<br />
mau memberikan kredit ada yang mensyaratkan surat yang sama,<br />
∗<br />
Pidato Promotor pada promosi Nastasya Yunita Sugiastuti mernjadi Doktor Ilmu <strong>Hukum</strong>, Fakultas<br />
<strong>Hukum</strong> UNiversitas Indonesia, 10 Mei 2003.<br />
1
Selanjutnya sampai hari ini ummat Confucius belum semua dapat rnencatatkan<br />
pernikahannya di Catatan Sipil <strong>dan</strong> ada yang pergi ke luar negeri untuk mensahkan<br />
perkawinan mereka. Saya ikut prihatin melihat keadaan ini, setelah Pengurus Matakin<br />
menemui Wakil Presiden baru-baru ini beliau minta para menteri terkait untuk membuat<br />
Surat Kesepakatan Bersama (SKB) sehubungan dengan pencatatan perkawinan bagi umat<br />
Confucius.<br />
Disertasi saudari mudah-mudahan memperkuat keyakinan kita semua, bahwa hal-hal<br />
semacam itu tidak boleh terjadi dalam alam Indonesia merdeka, yang menghormati hak-hak<br />
azasi manusia <strong>dan</strong> non-diskriminasi.<br />
Kita menyadari seperti dimana-mana saja dalam sejarah <strong>hukum</strong>, un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g atau<br />
peraturan bisa hanya sebagai huruf mati diatas kertas. Untuk menjadikannya hidup <strong>dan</strong><br />
mempunyai kekuatan diperlukan perjuangan tersendiri,<br />
Pada masa kolonial, surat kabar Djawa Tengah tgl. 11 Februari 1924, seperti yang<br />
saudari kutip dalam disertasi, memberitakan : “... maksudnja itu “gelijkstelling” ; jang<br />
kebanjakan orang minta supaja marika punja hak dipersamakan sebagai satu orang Europa,<br />
kita berani bilang lebih djaoeh, jang dalam praktijk banjak orang Europa (Ollanda), sama<br />
sekali tidak endahkan itoe hak “gelijkstelling’’ yang sudah dikasi pada bangsa Tionghoa” Di<br />
negara lain, contoh tentang <strong>hukum</strong> sebagai huruf mati, yaitu konstitusi Amerika yang disusun<br />
pada tahun 1776 menganut anti ras diskriminasi. Namun sampai tahun 1950an, dibeberapa<br />
tempat masih ada sekolah hanya untuk anak kulit putih, tidak terbuka untuk anak kulit hitam ;<br />
kamar kecil untuk orang kulit hitam berbeda dengan orang kulit putih ; orang kulit putih naik<br />
bus dari pintu depan, orang kulit hitam masuk dari pintu belakang. Contoh yang paling baru,<br />
bulan Februari yang lalu National Association of Minority Automobile Dealers di AS<br />
menuntut grup Chryslee untuk tidak melakukan diskriminasi, dalam arti memberikan porsi<br />
yang lebih besar bagi kaum minoritas dalam bisnis ritel mobil.<br />
Contoh yang terakhir adalah agressi Amerika ke Iraq yang melanggar <strong>hukum</strong><br />
internasional <strong>dan</strong> piagam PBB, mendatangkan penderitaan bagi rakyat Iraq. Mustahil<br />
penasehat-penasehat <strong>hukum</strong> Presiden Amerika tidak mengetahui hal itu.<br />
Jadi benar kata Friedman, yang teorinya saudari pergunakan dalam disertasi saudari,<br />
bahwa, patuhnya orang pada <strong>hukum</strong> itu bukan karena kata-katanya, tetapi amal bergantung<br />
kepada faktor sosial, politik <strong>dan</strong> ekonomi yang sarat dengan kepentingan-kepentingan. Oleh<br />
karenanya menegakkan <strong>hukum</strong> itu perlu perjuangan terus menerus, diberbagai dimensi, dari<br />
generasi ke generasi.<br />
2
Saudari Doktor Natasya Yunita Sugiastuti yang terpelajar ;<br />
Saya tidak percaya kepada bintang-bintang, tetapi sebagai seorang yang dilahirkan<br />
dalam bulan Juni juga, saya merasa bahwa kekerasan hati, keteguhan jiwa <strong>dan</strong> ketekunan<br />
serta semangat pantang menyerah saudarilah, yang membuat selesainya penulisan disertasi,<br />
yang beberapa saat lalu saudari pertahankan.<br />
Dua puluh lima tahun yang lalu dibulan Juni juga, suatu sore menjelang senja, saya<br />
bertanya kepada Ibu Ihromi dirumah beliau, tentang bagaimana ibu berhasil menyusun<br />
disertasi? Sebelumnya pada pagi hari, saya menyaksikan Ibu Ihromi mempertahankan “Adat<br />
Perkawinan Toradja Sa’<strong>dan</strong> <strong>dan</strong> tempatnya dalam <strong>Hukum</strong> Positif Masa Kini”<br />
Ibu Ihromi berkata : “Anggapan yang keliru bahwa disertasi dianggap sebagai sesuatu<br />
yang sukar, sehingga orang cepat menganggap dirinya ... akh saya tidak bisa.” “Kembali<br />
kepada pertanyaan <strong>Erman</strong>,” kata Ibu lagi, “kita itu sebagai pendidik harus mempunyai suatu<br />
kepercayaan, ya memang bisa ... kalau diusahakan. Kita bersama-sama dapat membinanya.”<br />
Dua puluh lima tahun yang lalu, percakapan itu, ketika pikiran saya silang menyilang,<br />
ketika hidup tidak jelas bagaimana <strong>dan</strong> hendak kemana<br />
Masa berganti masa, usia berjalan mengikuti waktu, membaca kembali percakapan itu<br />
pada majalah ‘’<strong>Hukum</strong> <strong>dan</strong> Pembangunan” No. 4 tahun ke VIII 1978, 25 tahun kemudian ;<br />
bagi saya hari ini terasa jadi indah, karena saya <strong>dan</strong> ibu Ihromi, bersama-sama membimbing<br />
lahirnya lagi seorang wanita Doktor Indonesia dibi<strong>dan</strong>g <strong>hukum</strong>.<br />
Terima kasih kepada Prof- Ihromi yang bcrsedia menjadi Ko-Promotor untuk pertama<br />
kali, dimana saya menjadi Promotor. Semangat jiwa <strong>dan</strong> kesetiaan, ibu Ihromi bagi<br />
pengembangan ilmu, masih seperti yang dulu. Tidak pemah bergeser sedikitpun juga. Sayang<br />
Ibu Ihromi pribadi tidak bisa hadir karena masih dalam suasana berduka.<br />
Terima kasih yang sama kepada para anggota penguji, Prof. Dr. Koesnadi<br />
Hardjasumantri, Prof, Dr, Valerine, Prof, Dr. Hikmahanto Juwana, Dr. Zufrina Rizal <strong>dan</strong> Prof<br />
Dr. Uwijono. Kritik <strong>dan</strong> saran anda semua telah turut memperkuat pemikiran yang<br />
dituangkan dalam disertasi.<br />
Doktor Natasya Yunita Sugiastuti yang Terpelajar ;<br />
Promotor, Ko-Promotor, <strong>dan</strong> para anggota pengujimu adalah akademisi dari tiga<br />
generasi. Cepat atau lambat akan menyerahkan tongkat estafet kepadamu, Bawalah tongkat<br />
itu berlari, seperti saya membawanya siang <strong>dan</strong> malam, malam <strong>dan</strong> siang. Meminjam katakata<br />
yang amat saya senangi dari Chairil Anwar, penyair Indonesia terkemuka : “... Kubawa<br />
berlari, berlari hingga hilang pedih perih” Pedih melihat <strong>hukum</strong> sekali tegak, sekali runtuh.<br />
3
Perih, karena adakakanya kita tidak tahu dari mana memulai untuk menegakkan bagianbagian<br />
yang runtuh itu. Saya penuh harap pendidikan <strong>hukum</strong> mampu berperanan mengatasi<br />
hal tersebut yang menjadi persoalan besar bangsa kita dewasa ini.<br />
Doktor Yunita, andaikata disertasi <strong>dan</strong> peristiwa siang ini bisa membuat hatimu<br />
berbunga-bunga <strong>dan</strong> jiwamu membara menyala-nyala, untuk meneruskan penelitianpenelitian<br />
selanjutnya <strong>dan</strong> membimbing sarjana-sarjana baru, saya yakin hasilnya akan turut<br />
mendorong Indonesia yang kita cintai ini tetap bersatu sampai keakhir zaman, demokratis <strong>dan</strong><br />
non-diskriminatif.<br />
Pada kesempatan ini, perkenankan juga saya menyampaikan selamat kepada Rektor<br />
Universitas Trisakti, Prof. Dr, Thoby Mutis, yang hadir bersama kita, berkenaan dengan<br />
keberhasilan yang dicapai salah seorang staf pengajar Fakultas <strong>Hukum</strong> Universitas Trisakti<br />
pada hari ini,<br />
Akhirnya, sekali lagi Dr. Yunita yang terpelajar, selamat kepadamu <strong>dan</strong> keluarga dari<br />
saya pribadi <strong>dan</strong> keluarga saya. Kobar-kobarkanlah terus jiwa, nyala-nyalakan sukma.<br />
Walaupun disertasi anda tentang Indonesia masa lampau tetapi menataplah kedepan karena<br />
Ibu Indonesia menanti-nantikan baktimu.<br />
Semoga Allah memberkati kita semua,<br />
Sekian <strong>dan</strong> terima kasih.<br />
Wassalam ‘mualaikum Wr. Wb.<br />
4