25.09.2013 Views

CARA MUDAH LEBIH MEMAHAMI BUDAYA JAWA TUJUAN ...

CARA MUDAH LEBIH MEMAHAMI BUDAYA JAWA TUJUAN ...

CARA MUDAH LEBIH MEMAHAMI BUDAYA JAWA TUJUAN ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Masyarakat kekeluargaan<br />

Masyarakat Jawa bukan sekumpulan manusia yang<br />

menghubungkan individi satu dengan lainnya dan individu satu dengan<br />

masyarakat, melainkan suatu kesatuan yang lekat terikat satu sama lainnya<br />

oleh norma-norma hidup karena sejarah, tradisi maupun religi dan inti<br />

terkecil dalam masyarakat adalah keluarga. Hidup kkekeluargaan itu<br />

sesungguh nya mewujudkan hidup bersama dalam masyarakat yang paling<br />

kecil yang disebut masyatrakat desa. Beberapa ratus desa yang secara<br />

geografis tergabung dalam suatu wilayah daerah seperti Banyumas, Kedu,<br />

Yogyakarta dan sebagai nya, masing-masing memiliki norma hidup<br />

bermasyarakat, dialek bahasa serta tata cara adat tradisional tersendiri,<br />

yang biasa disebut masyarakat daerah.<br />

Sistem hidup kekeluargaan di Jawa tergambar dalam hukum<br />

adatnya. Adat istiadat dimana setiap orang laki-laki bekerja membantu<br />

keluarga yang lain dalm hal-hal tertentu, seperti mengerjakan sawah,<br />

membuat rumah, memperbaiki jalan desa, membersihkan komplek makam<br />

dan kepentingan-kepentingan bersama lainnya, hampir terdapat di semua<br />

wilayah daerah yanga ada. Hal ini merupakan landasan masyarakat gotong<br />

royong. Semboyan seperti ”saiyeg saekoraya”,”gotong royong”<br />

merupakan rangkain hidup tolong-menolong sesama warga atau keluarga.<br />

Hal ini merupakan ciri kepribadian orang Jawa semuanya. Oleh karena itu<br />

masyarakat Jawa bukanlah merupakan persekutuan individu, melainkan<br />

suatu kesatuan bentuk”satu untuk semua dan semua untuk satu”. Ini masih<br />

berlaku hingga saat ini dalam sistem musyawarah adat didesa yang disebut<br />

”rembug desa”.<br />

Masyarakat gotong royong<br />

Sifat hidup goitong royong merupakan penerus dari hidup<br />

kekeluargaan dan biasanya secara naluriah warisan nilai itu diteruskan dari<br />

generasi ke generasi berikutnya. Semangat gotong-royong merupakan adat<br />

tradisional dalam masyarakat desa dan dipupuk terus menerus secara<br />

dinamis dengan sistem ilmu pengetahuan modern dalam bentuk-bentuk<br />

organisatoris. Bentuk masyarakat organis (kekeluargaan) disentesakan<br />

dengan sistem modern organisatoris menjadi bentuk koperasi, arisan,<br />

perkumpulan-perkumpulan sosial seperti kematian, olahraga, pemuda dan<br />

lain-lain. Gambaran masyarakat yang panjang-punjung pasir wukir lorjinawi,<br />

tata tentrem kerta-raharja” adalah cermin dari cita-cita atau tujuan<br />

masyarakat gotong royong.<br />

Masyarakat Ber-Ketuhanan.<br />

Suku bangsa Jawa pada jaman purba mempunyai pandangan hidup<br />

animisme atau kepercayaan adanya roh atau jiwa pada semua benda-benda,<br />

tumbuh-tumbuhan, hewan dan juga pada manusia sendiri. Masuknya agama hindu<br />

ke Jawa membawa pandangan hidup manusia pada Dewa-dewa yang mempunyai<br />

dan menguasai alam semesta. Masuknya agama Budha, islam, kristen, katolik kee

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!