KESUKSESAN-DAN-KEGAGALAN-IMPLEMENTASI-ENTERPRISE-RESOURCE-PLANNING-ERP-PADA-PERUSAHAAN-DAN-CONTOH-STUDI-KASUS
KESUKSESAN-DAN-KEGAGALAN-IMPLEMENTASI-ENTERPRISE-RESOURCE-PLANNING-ERP-PADA-PERUSAHAAN-DAN-CONTOH-STUDI-KASUS
KESUKSESAN-DAN-KEGAGALAN-IMPLEMENTASI-ENTERPRISE-RESOURCE-PLANNING-ERP-PADA-PERUSAHAAN-DAN-CONTOH-STUDI-KASUS
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>KESUKSESAN</strong> <strong>DAN</strong> <strong>KEGAGALAN</strong> <strong>IMPLEMENTASI</strong> <strong>ENT<strong>ERP</strong>RISE</strong><br />
<strong>RESOURCE</strong> <strong>PLANNING</strong> (<strong>ERP</strong>) <strong>PADA</strong> <strong>PERUSAHAAN</strong> <strong>DAN</strong> <strong>CONTOH</strong><br />
<strong>STUDI</strong> <strong>KASUS</strong><br />
Sistem Informasi Manajemen<br />
Dosen: Dr. Ir. Arif Imam Suroso, Msc<br />
SHANDRA WIDIYANTI (PO56132542.48E)<br />
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN <strong>DAN</strong> BISNIS<br />
INSTITUT PERTANIAN BOGOR<br />
2013
DAFTAR ISI<br />
BAB I Pendahuluan ..................................................................................................................1<br />
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................1<br />
1.4 Tujuan Penulisan ...............................................................................................................3<br />
BAB II Tinjauan Pustaka ..........................................................................................................4<br />
2.1 Sistem Informasi Manajemen ..........................................................................................4<br />
2.2 Enterprise Resource Planning (<strong>ERP</strong>) ..............................................................................6<br />
2.2.1. Defenisi <strong>ERP</strong> dan Implementasi <strong>ERP</strong> ........................................................................6<br />
2.2.2. <strong>ERP</strong> Critical Success Factor & terhadap Implementasi <strong>ERP</strong>......................................8<br />
2.2.3. Faktor – Faktor Penyebab Kegagalan Dalam Implementasi <strong>ERP</strong> ..............................9<br />
BAB III Pembahasan<br />
3.1. Studi Kasus Implementasi <strong>ERP</strong> yang sukses (PT Bentoel Prima)...............................13<br />
3.2. Studi Kasus Implementasi <strong>ERP</strong> yang gagal.................................................................20<br />
BAB IV Kesimpulan dan Saran...............................................................................................24<br />
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................26
DAFTAR GAMBAR<br />
Gambar 1. Konsep Dasar <strong>ERP</strong> ...................................................................................................7<br />
Gambar 2. Gambar 2. PT. Bentoel Prima ISBP (Information System & Business Process)...16<br />
Gambar 3. SAP Core Moduls (modul utama pada system <strong>ERP</strong>).............................................17<br />
Gambar 4. Be-One <strong>ERP</strong> System........................................................................................... ..18<br />
Gambar 5. Grafik Peningkatan Revenue Tahun 2008........................................................... ..19<br />
Gambar 6. Grafik Peningkatan Product Volume Tahun 2008.................................................19
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
1.1. Latar Belakang<br />
Konsep <strong>ERP</strong> adalah sebuah sistem yang mengintegrasikan proses setiap line dalam<br />
manajemen perusahaan secara transparasi dan memiliki akuntabilitas yang cukup tinggi.<br />
Untuk memasuki pasar internasional, <strong>ERP</strong> merupakan salah satu yang menjadi pra-syarat<br />
dasar bagi perusahaan. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dimana<br />
basis perekonomiannya bertumpu di bidang bisnis, makaefisiensi menjadi salah satu faktor<br />
yang cukup penting dalam setiap perusahaan. Pada kenyataannya, masih didapati<br />
banyak perusahaan berskala besar yang masih kurang efisien contohnya saja<br />
dalam penerapan <strong>ERP</strong> yang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan<br />
efisiensi perusahaan. Jika dilihat dari kondisi perusahaan-perusahaan di Indonesia, banyak<br />
perusahaan besar yang belum cukup optimal dalam mengintegrasikansetiap proses dalam<br />
perusahaan tersebut ke dalam suatu sistem komputerisasi. Terlebih lagi pada perusahaanperusahaan<br />
yang lebih kecil, pengimplementasian <strong>ERP</strong> terasa sulit untuk diaplikasikan<br />
bahkan pemikiran untuk menerapkan sistem yang terintegrasi tersebut seolah-olah<br />
masih menjadi suatu hal yang baru. Oleh karena itu, dalam paper ini akan dilakukan<br />
observasi untuk menganalisadan mengevaluasi mengenai penerapan <strong>ERP</strong> di<br />
perusahaan-perusahaan yang saat ini telah menggunakan sistem <strong>ERP</strong> dalam<br />
perusahaannya. Dari paper ini diharapkan dapat memberi gambaran dan masukan bagi<br />
perusahaan-perusahaan yang belum menerapkan <strong>ERP</strong> untuk mengenal sistem yang<br />
terintegrasi dan keuntungan yang diperoleh dalam pengimplementasian <strong>ERP</strong>. Selain<br />
itu dari paper ini diharapkan dapat memberi evaluasi yang cukup berguna bagi<br />
perusahaan yang telah mengimplementasikan <strong>ERP</strong> serta memberikan informasi<br />
yang cukup penting mengenai pengaruh <strong>ERP</strong> terhadap efisiensidalam sistem di perusahaan.<br />
Pada suatu organisasi yang kompleks dengan banyak departemen yang menjalankan<br />
fungsi dan objekttif masing-masing, kerap kali terjadi bias informasi.persepsi dan<br />
pengambilan keputusan antara satu unit departemen dengan unit yang lain.<strong>ERP</strong> merupakan<br />
sebuah konsep, teknik, ataupun metode guna mengintegrasikan seluruhdepartemen dan fungsi<br />
suatu perusahaan ke dalam suatu sistem automasi keseluruhan proses bisnis guna<br />
meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan. Manfaat dari <strong>ERP</strong> ini adalah integrasi<br />
bisnis secara keseluruhan, fleksibilitias dalam organisasi untuk bertransfomasi dan<br />
meningkatkan turn-overnya, menciptakan analisa dan peningkatankapabilitas yang lebih baik,<br />
serta penggunaan teknologi terbaru.<br />
Pada <strong>ERP</strong> sendiri terjadi perubahan paradigma dari sistem konvensional yang serba<br />
terisolasi ke arah penggunaan informasi teknologi yang lebih terintegrasi menghasilkan aliran<br />
informasi yang lebih lancar pada level organisasional maupun departemental. Untuk<br />
melakukan implementasi <strong>ERP</strong> yang sukses, <strong>ERP</strong> sebenarnya bertujuan menyatukan semua<br />
department/divisi dan seluruh fungsi dalam perusahaan anda menjadi sebuah perusahaan<br />
yang mampu dipantau melalui sistem terkomputerisasi dan terlayani dengan sebuah sistem<br />
yang meminimalkan biaya dengan efisiensi proses yang terkomputerisasi.<br />
1<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
Sebuah implementasi <strong>ERP</strong>, meskipun pada ideal-nya akan membantu dalam<br />
mendapatkan informasi planning/perencanaan dan fungsi advance (lanjut) yang dapat<br />
mempridiksi apapun, tentunya-memiliki syarat untuk sampai pada titik ideal tersebut. Ketika<br />
melakukan implementasi penting untuk mengerti bahwa akan ada efek baik yang positif<br />
maupun kurang menyenangkan bagi pengguna dan perusahaan, sehingga yang terbaik yang<br />
bisa dilakukan adalah merancang implementasi sebaik mungkin untuk mengurangi side effect<br />
yang kurang menguntungkan. Adalah penting untuk mengerti bahwa masing-masing<br />
perusahaan memiliki keunikan dalam melakukan implementasi <strong>ERP</strong>, namun hal terbaik yang<br />
bisa dilakukan adalah impelementasi secara bertahap berdasarkan kebutuhan dasar dan<br />
kemampuan perusahaan, termasuk budget dan kemampuan SDM, atau jika perusahaan benarbenar<br />
mempertimbangkan merombak keseluruhan proses bisnis, maka cara „big bang’ atau<br />
full modul implement secara berkesinambungan.<br />
Ketika perusahaan menganggarkan sejumlah dana untuk mengimplementasikan <strong>ERP</strong>,<br />
penting untuk melakukan pemilihan terhadap <strong>ERP</strong> yang paling cocok dengan kebutuhan<br />
perusahaan. Lebih penting lagi adalah keputusan, apakah perusahaan mampu<br />
mengimplementasikannya sendiri, atau menggunakan jasa konsultan yang sudah<br />
berpengalaman menerapkan implementasi <strong>ERP</strong>.<br />
Ada faktor-faktor keberhasilan dan faktor-faktor kegagalan antara lain : pertama,<br />
kemampuan untuk mempersingkat bisnis proses atau operasi sehingga kustomisasi berkurang<br />
pada perusahaan; kedua, keberhasilan tim proyek yang didukung oleh manajemen, konsultan<br />
dan vendor; ketiga, adanya pelatihan yang berkelanjutan saat implementasi <strong>ERP</strong> pada<br />
perusahaan; keempat, menyesuaikan budaya organisasi yang sama untuk menghindari caracara<br />
tersendiri dalam mengerjakan hal-hal dan setiap fungsi/departemen beroperasi dengan<br />
prosedur berbeda dan ketentuan bisnis berbeda, maka perlu dilakukan wadah untuk sharing<br />
knowledge <strong>ERP</strong> pada perusahaan. Kelima, merencanakan biaya pada saat implementasi dan<br />
pengembangan <strong>ERP</strong> untuk menghindari pemakaian biaya yang melebihi dari kemampuan<br />
perusahaan. Keenam, pengujian sistem yang terbukti untuk jadi unsur sukses bagi beberapa<br />
perusahaan dan penyebab langsung kegagalan implementasi <strong>ERP</strong> pada perusahaan<br />
Karena itu, kualifikasi yang diperlukan untuk implementasi <strong>ERP</strong> dapat sukses adalah:<br />
1. Flexibility, untuk mendukung keunikan business process perusahaan, penting untuk<br />
memilih <strong>ERP</strong> yang paling dekat dengan solusi yang dibutuhkan di perusahaan, namun<br />
juga tidak kehilangan flexibilitas untuk mengakomodasi kebutuhan perusahaan.<br />
2. Open System, jika perusahaan telah memiliki data pada system sebelumnya, dan<br />
menginginkan data tersebut akan dimasukan ke dalam <strong>ERP</strong> anda yang baru, maka,<br />
<strong>ERP</strong> yang akan diimplementasikan penting memiliki kemampuan untuk melakukan<br />
proses import data tersebut. Jika terlalu banyak software pihak ketiga yang harus<br />
perusahaan harus membeli sebagai tambahan proses import tersebut, maka <strong>ERP</strong><br />
tersebut semakin tidak open dan akan berpotensi menyulitkan perusahaan di depan,<br />
semisal perusahaan mengganti <strong>ERP</strong>, sementara <strong>ERP</strong> sebelumnya tidak memiliki<br />
kemampuan Export data dari <strong>ERP</strong> lama.<br />
3. Best Business Practises, otak dari semua <strong>ERP</strong> adalah Best Practises yang dibawa<br />
sesuai dengan business process dari jenis business perusahaan, semakin banyak<br />
sertifikasi yang diterima dan diakui dunia, semakin baiklah software tersebut.<br />
4. Standard & Minimum Customization, semakin „plug and play„ <strong>ERP</strong> perusahaan,<br />
semakin standard jenis <strong>ERP</strong> tersebut, namun semakin banyak customization yang<br />
2<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
harus dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan <strong>ERP</strong> perusahaan, semakin sulitlah<br />
<strong>ERP</strong> tersebut dan mempunyai kemungkinan berhasil cepat.<br />
5. Mampu melakukan End to End integration demo, simak dengan baik proses mulai<br />
dari ujung yang satu ke ujung yang lain, apakah informasi tersebut tidak terputus,<br />
membutuhkan proses re-entry ulang atau tidak terintegrasi dengan modul lainnya?<br />
1.2. Tujuan Penulisan<br />
Penulisan Makalah ini bertujuan untuk :<br />
1. Menjelaskan secara umum faktor-faktor yang menyebabkan kesuksesan atau kegagalan<br />
dalam implementasi sistem Enterprise Resource Planning (<strong>ERP</strong>)<br />
2. Memberikan contoh studi kasus implementasi <strong>ERP</strong> pada PT Bentoel Prima dan perusahaan<br />
yang gagal mengimplementasikan <strong>ERP</strong> serta kendala yang terjadi pada saat penerapan<br />
<strong>ERP</strong><br />
3<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
BAB II<br />
TINJAUAN PUSTAKA<br />
2.1. Sistem Informasi Manajemen<br />
Menurut Turban, McLean, dan Wetherbe (1999) Sistem informasi adalah sebuah<br />
sistem informasi yang mempunyai fungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan,<br />
menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik.<br />
Menurut Bodnar dan HopWood (1993) Sistem informasi adalah kumpulan perangkat<br />
keras dan lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi<br />
yang berguna.<br />
Menurut Alter (1992) Sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja,<br />
informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam<br />
sebuah perusahaan.<br />
Menurut Ferdinand Magaline, suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur<br />
yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai<br />
tujuan tertentu.Secara sederhana, suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau<br />
himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling<br />
tergantung satu sama lain, dan terpadu. Dari defenisi ini dapat dirinci lebih lanjut pengertian<br />
sistem secara umum, yaitu<br />
a. Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur<br />
b. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian terpadu sistem yang bersangkutan.<br />
c. Unsur sistem tersebut bekerja sama untuk mencapai tujuan sistem.<br />
d. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar.<br />
Secara umum informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam<br />
suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan<br />
suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Informasi<br />
merupakan data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasi untuk digunakan<br />
dalam proses pengabilan keputusan.<br />
Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan<br />
kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang<br />
bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan<br />
kepada pihak luar tertentu dengan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.<br />
Sistem informasi dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang<br />
menyediakan informasi bagi semua tingkatan dalam organisasi tersebut kapan saja<br />
diperlukan. Sistem ini menyimpan, mengambil, mengubah, mengolah dan<br />
mengkomunikasikan informasi yang diterima dengan menggunakan sistem informasi atau<br />
peralatan sistem lainnya.<br />
Secara umum informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam<br />
suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan<br />
suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan.<br />
4<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
Sumber dari informasi adalah data. Data adalah kenyataan yang menggambarkan<br />
suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian adalah sesuatu yang terjadi<br />
pada saat tertentu. Di dalam dunia bisnis, kejadian-kejadian yang sering terjadi adalah<br />
transaksi perubahan dari suatu nilai yang disebut transaksi. Kesatuan nyata adalah berupa<br />
suatu obyek nyata seperti tempat, benda dan orang yang betul-betul ada dan terjadi.<br />
Data merupakan bentuk yang masih mentah, belum dapat bercerita banyak sehingga<br />
perlu diolah lebih lanjut. Data diolah melalui suatu metode untuk menghasilkan informasi.<br />
Data dapat berbentuk simbol-simbol semacam huruf, angka, bentuk suara, sinyak, gambar,<br />
dsb.<br />
Data yang diolah melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian<br />
menerima informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang<br />
berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah data kembali.<br />
Data tersebut akan ditangkap sabagai input, diproses kembali lewat suatu model dan<br />
seterusnya membentuk suatu siklus.<br />
Menurut Barry E.Cushing, SIM adalah Suatu sistem informasi manajemen adalah<br />
Kumpulan dari manusia dan sumber daya modal di dalam suatu organisasi yang bertanggung<br />
jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk mengahasilkan informasi yang berguna<br />
untuk semua tingkatan manajemen di dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian‟.<br />
(Jogiyanto,2005,14).<br />
Menurut Frederick H.Wu SIM adalah Sistem Informasi Manajemen adalah kumpulankumpulan<br />
dari sistem-sistem yang menyediakan informasi untuk mendukung manajemen‟.<br />
(Jogiyanto,2005,14).<br />
Menurut Gordon B.Davis (1985) SIM adalah Sistem Informasi Manajemen adalah<br />
Suatu serapan teknologi baru kepada persoalan keorganisasian dalam pengolahan transaksi<br />
dan pemberian informasi bagi kepentingan keorganisasian.<br />
Menurut George M.Scott, dalam buku „Prinsip-prinsip SIM‟ adalah Sistem Informasi<br />
Manajemen adalah serangkaian Sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan<br />
secara rasional terpadu yang mampu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi<br />
informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya<br />
dan sifat manajer atas dasar criteria mutu yang telah ditetapkan.<br />
Dari ruang lingkup di atas, beberapa ahli telah memberikan rumusan tentang sistem<br />
informasi manajemen, antara lain :<br />
1. SIM adalah pengembagan dan penggunaan sistem-sistem informasi yang efektif dalam<br />
organisasi-organisasi (Kroenke, David, 1989)<br />
2. SIM didefinisikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi<br />
bagi beberapa pemakai yang mempunyai kebutuhan yang serupa. Informasi menjelaskan<br />
perusahaan atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu,<br />
apa yang sedang terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Informasi<br />
tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus dan output dari simulasi<br />
5<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
matematika. Informasi digunakan oleh pengelola maupun staf lainnya pada saat mereka<br />
membuat keputusan untuk memecahkan masalah (Mc. Leod, 1995)<br />
3. SIM merupakan metode formal yang menyediakan informasi yag akurat dan tepat waktu<br />
kepada manajemen untuk mempermudah proses pengambilan keputusan dan membuat<br />
organisasi dapat melakukan fungsi perencanaan , operasi secara efektif dan pengendalian<br />
(Stoner, 1996)<br />
Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa Sistem Informasi<br />
Manajemen adalah suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna<br />
mendukung pengambilan keputusan pada kegiatan manajemen dalam suatu organisasi.<br />
Atau bisa dijabarkan bahwa Sistem Informasi Manajemen adalah serangkaian sub sistem<br />
informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu<br />
mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan<br />
produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah<br />
ditetapkan.<br />
2.2. Enterprise Resource Planning (<strong>ERP</strong>)<br />
2.2.1. Defenisi <strong>ERP</strong> dan Implementasi <strong>ERP</strong><br />
Pengertian <strong>ERP</strong> atau Enterprise Resources Planning, memiliki banyak versi. Berikut ini<br />
merupakan beberapa pengertian tentang Enterprise Resources Planning. Diantaranya :<br />
<strong>ERP</strong> adalah suatu proses perencanaan bisnis terintegrasi beserta eksekusinya guna<br />
mencapai fungsi-fungsi dari proses bisnis itu. <strong>ERP</strong> mengelola operasi dan fungsifungsi<br />
pendukung dari industri manufaktur dengan harus memperhatikan sumbersumber<br />
daya kritis dari perusahaan.<br />
<strong>ERP</strong> adalah suatu tulang punggung lintas fungsi perusahaan yang mengintegrasikan<br />
dan mengotomatisasikan banyak proses interal dan sistem informasi dalam hal fungsi<br />
produksi, logistik, distribusi, akutansi, keuangan dan sumber daya manusia pada<br />
perusahaan.( O‟Brien, 2006)<br />
<strong>ERP</strong> adalah sebuah konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber daya<br />
perusahaan meliputi dana, manusia, mesin, suku cadang, waktu, material dan<br />
kapasitas yang berpengaruh luas mulai dari manajemen paling atas hingga operasional<br />
di sebuah perusahaan agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menghasilkan<br />
nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan (stake holder) atas perusahaan<br />
tersebut.<br />
<strong>ERP</strong> adalah tulang punggung teknologi dari e-bisnis, sebuah kerangka kerja transaksi<br />
keseluruhan perusahaan dengan berbagai hubungan pemrosesan pesanan penjualan,<br />
manajemen dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi dan distribusi serta<br />
keuangan.<br />
Enterprise Resources Planning (<strong>ERP</strong>) adalah sebuah sistem yang membantu untuk<br />
mengatur proses bisnis dalam suatu kesatuan yang terintegrasi seperti marketting, produksi,<br />
pembelian dan accounting dan menyimpan semua transaksi dalam suatu database yang<br />
6<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
digunakan perusahaan serta menyediakan manajemen reporting tools.(Brady, Monk dan<br />
Wagner 2001).<br />
Konsep dasar <strong>ERP</strong><br />
1. Perencanaan sumber daya perusahaan, atau sering disingkat <strong>ERP</strong> dari istilah bahasa<br />
Inggrisnya, enterprise resource planning, adalah sistem informasi yang diperuntukkan<br />
bagi perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan<br />
mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi<br />
maupun distribusi di perusahaan bersangkutan.<br />
2. <strong>ERP</strong> sering disebut sebagai Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan<br />
dan publik secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini. Berbeda dengan Front Office<br />
System yang langsung berurusan dengan pelanggan seperti sistem untuk e-Commerce,<br />
Customer Relationship Management (CRM), e-Government dan lain-lain.<br />
GAMBAR I. KONSEP DASAR <strong>ERP</strong><br />
Sistem <strong>ERP</strong> adalah solusi bisnis yang terintegrasi bagi perusahaan untuk mencapai sasaran<br />
bersaing yang kuat dengan kompetitor. Sistem <strong>ERP</strong> memungkinkan perusahaan untuk<br />
mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnis ke dalam proses bisnis yang unified dan terintegrasi.<br />
Bagi perusahaan yang mengimplementasikan sistem <strong>ERP</strong>, masalah yang sulit dan besar<br />
dihadapi adalah mengintegrasikan sistem yang terpisah-pisah diperusahaan, berpindah area<br />
fungsional yang terpisah menjadi sebuah sistem komputer yang dapat melayani kebutuhan<br />
antar departemen yang berbeda (Ethie dan Madsen, (2005) dalam Amaranti (2006).<br />
Sayangnya, kebanyakan implementasi sistem <strong>ERP</strong> tidak dapat memenuhi harapan.<br />
Banyak perusahaan yang telah mengeluarkan biaya besar untuk implementasi sistem <strong>ERP</strong><br />
akan tetapi tidak berhasil memperoleh manfaat dan keuntungan dari implementasi sistem<br />
<strong>ERP</strong> tersebut. Kegagalan dalam implementasi sistem <strong>ERP</strong> pada dasarnya bukan terletak pada<br />
kesalahan instalasi software tapi sebagianbesar disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan<br />
perusahaan untuk menentukan sistem yang tepat untuk menyelesaikan masalah bisnis dan<br />
kebutuhan yang sebenarnya (Brynjolfsson, et.al, 1993 dalam Amaranti (2006)). Hal lain yang<br />
menyebabkan tidak diperolehnya manfaat dan keuntungan darisistem <strong>ERP</strong> adalah adanya<br />
7<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
keengganan dan penolakan dari user dan ketidakmampuan perusahaan-perusahaan untuk<br />
menentukan perubahan pada desain dan struktur organisasi sesuai dengan manfaat teknologi<br />
yang dipilih (Ethie dan Madsen, 2005 dalam Amaranti, 2006).<br />
Penggunaan sistem <strong>ERP</strong> adalah keharusan bagi user atau sering disebut sebagai<br />
penggunaan<br />
yang bersifat mandatory. Keengganan atau penolakan user untuk mengadopsi atau<br />
menggunakan sistem baru (sistem <strong>ERP</strong>) adalah salah satu alasan kegagalan implementasi<br />
yang harus diperhatikan perusahaan (Barker & Frolick, 2003; Krasner, 2000; Scott & Vessey,<br />
2002; Umble & Umble, 2002; Wah, 2000 dalam Nah et al, (2004)). Kurangnya penerimaan<br />
User tersebut dapat menyebabkan user hanya sekedar terpaksa menggunakan dan tanpa<br />
diimbangi dengan penggunaan yang handal pada sistem <strong>ERP</strong>. Selain itu juga dapat<br />
menyebabkan masalah ketidakpuasan bagi user terhadap sistem <strong>ERP</strong>.<br />
Beberapa literatur review yang mengkaji penerimaan user pada sistem implementasi<br />
sistem <strong>ERP</strong> adalah sedikit dan belum ada yang memasukkan pengaruh variabel yang<br />
berkaitan dengan konteks individu dan organisasi untuk mengkaji penerimaan end-user pada<br />
sistem <strong>ERP</strong>.<br />
2.3.2. <strong>ERP</strong> Critical Success Factor & terhadap Implementasi <strong>ERP</strong><br />
Critical Success Factor (CSF) merupakan suatu parameter pengukuran dalam<br />
mengukurkinerja dari suatu fungsi <strong>ERP</strong> dalam perusahaan. Asumsi yang<br />
dipergunakan adalah bahwa fungsi <strong>ERP</strong> yang dikembangkan oleh perusahaan secara<br />
otodidak sendiri tanpamelibatkan konsultan ataupun pihak ketiga tetap dianggap sebagai<br />
aplikasi <strong>ERP</strong>.Berdasarkan metode CSF (Critical Success Factor ), faktor-faktor<br />
kesuksesan dalam <strong>ERP</strong> dibagi menjadi 5 kelompok yaitu:<br />
1 Management/organisasi;meliputi komitmen, edukasi, keterlibatan, pemilihan<br />
tim, pelatihan, serta peran dan tanggung jawab.<br />
2. Proses; meliputi ; alignment , dokumentasi, integrasi, dan re-desain proses.<br />
3. Teknologi; meliputi : hardware, software, manajemen sistem, dan interface.<br />
4. Data; meliputi ;file utama, file transaksi, struktur data, dan maintenance dan integrasi data.<br />
5. Personel; meliputi ; edukasi, pelatihan, pengembangan skill, dan pengembangan<br />
pengetahuan.<br />
Turbit (2005) menyatakan bahwa kunci kesuksesan dalam implementasi <strong>ERP</strong> adalah :<br />
1. Manajemen perubahan yang baik. Manajemen perubahan sangat diperlukan untuk<br />
memberikan pendidikan kepada user yang akan bersentuhan langsung dengan sistem<br />
yang baru. Secara praktek, untuk mengelola perubahan-perubahan tersebut perusahaan<br />
dapat mengadopsi beberapa metode yang ada diantaranya Change Acceleration Project<br />
(CAP) atau model yang diusulkan oleh Aladwani (2001). Dari penjelasan pada sub bab<br />
implementasi <strong>ERP</strong> dapat dilihat bahwa perusahaan tersebut telah mengelola perubahanperubahan<br />
dengan cukup baik, terbukti dengan dilakukannya aktivitas berikut :<br />
2. Mengelola perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat implementasi dengan<br />
mengadopsi CAP.<br />
3. Melakukan pendekatan-pendekatan kepada departemen yang akan diimplementasi untuk<br />
mendapatkan komitmen. Komitmen ini sangat penting untuk meyakinkan bahwa mereka<br />
akan menggunakan dan mendukung sistem <strong>ERP</strong>. Disamping itu pendekatan kepada<br />
departemen dilakukan untuk mengatasi kendala politis yang diakibatkan ketakutan akan<br />
kehilangan pekerjaan, keraguan akan manfaat dari implementasi sistem tersebut dan<br />
8<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
sebagainya.<br />
Aktivitas Dalam Pemilihan <strong>ERP</strong><br />
1. Analisa Strategi Usaha<br />
• Bagaimana level kompetisi di pasar dan apa harapan dari customers?<br />
• Adakah keuntungan kompetitif yang ingin dicapai?<br />
• Apa strategi bisnis perusahaan dan objectives yang ingin dicapai?<br />
• Bagaimana proses bisnis yang sekarang berjalan vs proses bisnis yang diinginkan?<br />
• Adakah proses bisnis yang harus diperbaiki?<br />
• Apa dan bagaimana prioritas bisnis yang ada dan adakah rencana kerja yang disusun<br />
untuk mencapai objektif dan prioritas tersebut?<br />
• Target bisnis seperti apa yang harus dicapai dan kapan?<br />
2. Analisa Sumberdaya Manusia<br />
• Bagaimana komitment top management thd usaha untuk implementasi <strong>ERP</strong>?<br />
• Siapa yg akan mengimplementasikan <strong>ERP</strong> dan siapa yg akan menggunakannya?<br />
• Bagaimana komitmen dari tim implementasi?<br />
• Apa yg diharapkan para calon user thd <strong>ERP</strong>?<br />
• Adakah <strong>ERP</strong> champion yg menghubungkan top management dgn tim?<br />
• Adakah konsultan dari luar yg disiapkan untuk membantu proses persiapan?<br />
3. Analisa Infrastruktur<br />
• Bagaimanakah kelengkapan infrastruktur yang sudah ada (overall networks,<br />
permanent office systems, communication system dan auxiliary system)<br />
• Seberapa besar budget untuk infrastruktur?<br />
• Apa infrastruktur yang harus disiapkan?<br />
4 Analisa Perangkat Lunak<br />
• Apakah perangkat lunak tersebut cukup fleksibel dan mudah disesuaikan dengan<br />
kondisi perusahaan?<br />
• Apakah ada dukungan layanan dari penyedia, tidak hanya secara teknis tapi juga<br />
untuk kebutuhan pengembangan sistem di kemudian hari<br />
• Seberapa banyak waktu untuk implementasi yang tersedia<br />
• Apakah perabgkat lunak memiliki fungsi yang bisa meningkatkan proses bisnis<br />
perusahaan<br />
2.2.3. Faktor – Faktor Penyebab Kegagalan Dalam Implementasi <strong>ERP</strong><br />
9<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
Beberapa penyebab kegagalan implementasi <strong>ERP</strong> adalah :<br />
1. Manajemen perubahan dan training. Kesulitan terletak pada perubahan praktek pekerjaan<br />
yang dilakukan. Training yang melibatkan banyak modul harus dilaksanakan seawal<br />
mungkin.<br />
2. To BPR* or not to BPR. Perusahaan harus memilih antara merubah bisnis proses untuk<br />
menyesuaikan sistem atau sebaliknya, dengan implikasi berupa biaya dan waktu untuk<br />
merubah sistem. (* Business Process Reengineering)<br />
3. Perencanaan yang buruk. Perencanaan harus mencakup beberapa area seperti hal-hal<br />
bisnis dan ketersediaan user untuk membuat keputusan pada konfigurasi sistem.<br />
4. Meremehkan keahlian IT. Implementasi <strong>ERP</strong> membutuhkan keahlian staff ditingkatkan<br />
dengan baik.<br />
5. Manajemen proyek yang buruk. Hanya sedikit organisasi yang mengimplementasi <strong>ERP</strong><br />
tanpa melibatkan konsultan. Namun sering kali konsultan melakukan perbuatan yang<br />
merugikan kliennya dengan tidak membagi tanggung jawab.<br />
6. Percobaan-percobaan teknologi. Usaha-usaha untuk membangun interface, merubah<br />
laporan-laporan, menyesuaikan software dan merubah data biasanya diremehkan.<br />
7. Rendahnya keterlibatan Eksekutif. Implementasi membutuhkan keterlibatan eksekutif<br />
senior untuk memastikan adaya partisipasi yang terdiri dari bisnis dan IT dan membantu<br />
penyelesaian konflik-konflik.<br />
8. Meremehkan sumber daya. Sebagian besar budget melebihi target terutama untuk<br />
manajemen perubahan dan training user, pengujian integrasi, proses-proses pengerjaan<br />
ulang, kustomisasi laporan dan biaya konsultan.<br />
9. Evaluasi software yang tidak mencukupi.Organisasi biasanya tidak cukup memahami<br />
apa dan bagaimana software <strong>ERP</strong> bekerja sampai mereka sepakat untuk membeli. Untuk<br />
mengatasi tersebut ada dua cara yang disarankan oleh Turbit (2005) yaitu melakukan<br />
perubahan budaya dan manajemen perubahan yang baik.<br />
10. Beberapa perubahan budaya yang harus dilakukan organisasi diantaranya :<br />
o Karyawan / user harus merubah fokus dari pekerjaan milik saya menjadi pekerjaan<br />
keseluruhan organisasi.<br />
o Perubahan budaya biasanya memerlukan waktu beberapa waktu.<br />
o Perubahan dari sistem lama yang mempunyai fleksibilitas tinggi (misal dalam<br />
pengambilan keputusan) dan tidak menaruh perhatian pada konsistensi menjadi sistem<br />
baru yang menaruh perhatian pada konsistensi.<br />
Sedangkan literatur-literatur yang membahas mengenai manajemen perubahan dalam<br />
implementasi <strong>ERP</strong> juga sudah cukup banyak diantaranya Aladwani (2001). Membuat sebuah<br />
kerangka konseptual dan model untuk mengelola perubahan-perubahan dalam implementasi<br />
<strong>ERP</strong>.<br />
Parr and Shanks (2000) mengatakan bahwa alasan mengapa implementasi <strong>ERP</strong> gagal yaitu :<br />
1. Strategi operasi tidak mendorong perencanaan dan pengembangan bisnis proses.<br />
2. Waktu implementasi lebih lama dari yang diharapkan.<br />
3. Aktivitas persiapan pra-implementasi tidak berjalan dengan baik.<br />
4. Orang tidak dipersiapkan dengan baik untuk menerima dan mengoperasikan sistem baru.<br />
5. Biaya implementasi lebih besar daripada yang diantisipasi.<br />
10<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
6. Komitmen manajemen agar implementasi berhasil sehingga yang dipertimbangkan tidak<br />
lagi apakah Software tersebut yang ”The Best”.<br />
7. Proses mapping dilakukan karena bisnis proses curent dan to be. Tahap selanjutnya yang<br />
dilakukan adalah mengkaji efek dalam jangka panjang dan pendek terhadap pemilihan<br />
bisnis proses yang akan dipakai.<br />
8. Perubahan bisnis proses dan implementasi <strong>ERP</strong> menyebabkan perubahan-perubahan<br />
dalam struktur organisasi berupa bertambahnya job discription dan unit-unit kerja baru<br />
yang berfungsi untuk mendukung implementasi <strong>ERP</strong>.<br />
9. Aplikasi ”Change Management” untuk mengelola perubahan-perubahan yang terjadi<br />
dengan adanya implementasi <strong>ERP</strong>.<br />
Beberapa kendala yang dihadapi dalam implementasi dikategorikan menjadi 3 aspek :<br />
1. Teknis, Diantaranya masalah bahasa dan perubahan dari model hard copy menjadi model<br />
display.<br />
o Penggunaan Software <strong>ERP</strong> menuntut terminologi istilah yang sama sehingga istilahistilah<br />
dalam produksi, penjualan, dll yang digunakan harus dirubah sesuai istilahistilah<br />
dalam <strong>ERP</strong> yang berbahasa Inggris.<br />
o Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pihak manajemen secara tradisional<br />
dilakukan dengan menggunakan model hard copy dimana Manajer menandatangani<br />
tumpukan kertas yang dimejanya dipaksa untuk membuka komputer karena proses<br />
Approval dilakukan melalui media tersebut (model display).<br />
2. Budaya, Implementasi <strong>ERP</strong> yang berbasis penggunaan teknologi menuntut perubahanperubahan<br />
yang harus dilakukan karyawan diantaranya harus aware terhadap<br />
penggunaan software tersebut (sebagai contoh selalu update data).<br />
3. Politik, Kendala yang menghambat implementasi berasal dari dalam tubuh departemen<br />
IT sendiri dan dari luar departemen.<br />
o Sebagian besar karyawan IT merasa pekerjaannya akan hilang karena digantikan oleh<br />
sistem tersebut. Hal ini dikarenakan sebelum penerapan sistem <strong>ERP</strong>, bagian IT inilah<br />
yang bertanggung jawab untuk membuat aplikasi-aplikasi sesuai dengan kebutuhan<br />
user disemua departemen. Beberapa karyawan di luar departemen IT juga merasa<br />
terancam dengan berkurangnya kekuasaan karena sebagian pekerjaan akan dilakukan<br />
oleh software <strong>ERP</strong>.<br />
o Dengan alasan politis tertentu, beberapa unit kerja yang sebenarnya bisa dihapus tidak<br />
dapat dilakukan.<br />
o Keengganan user atau karyawan departemen lain pada saat diimplementasikan<br />
software karena adanya unsur ”ketidakpercayaan” terhadap departemen IT.<br />
Ketidakpercayaan tersebut timbul karena ketakutan bahwa data-data atau laporanlaporan<br />
rahasia mereka akan diketahui oleh bagian IT selaku administrator.<br />
Menurut Turbit (2005), salah satu penyebab kegagalan implementasi <strong>ERP</strong> adalah :<br />
1. Bisnis Proses.<br />
Dengan menerapkan <strong>ERP</strong>, maka perusahaan harus memilih antara merubah bisnis proses<br />
yang dimilikinya untuk menyesuaikan dengan sistem <strong>ERP</strong> atau sebaliknya. Agar dapat<br />
memilih, perusahaan yang akan mengimplementasikan <strong>ERP</strong> tentunya harus sudah<br />
11<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
mempunyai bisnis proses sehingga dapat membandingkan dengan bisnis proses dari<br />
sistem <strong>ERP</strong>. Dari perbandingan tersebut, jika bisnis proses yang dimiliki perusahaan<br />
sudah matang maka tidak banyak perubahan yang dilakukan.<br />
2. Dengan implementasi <strong>ERP</strong> maka diperlukan perubahan-perubahan budaya organisasi<br />
terutama dikaitkan dengan cara bekerja.<br />
Beberapa contoh perubahan yang ada diantaranya adalah proses approval dari model<br />
hardcopy menjadi model display sehingga menuntut manajer tidak gaptek dengan<br />
teknologi. Perubahan yang lain misalnya karyawan dituntut terus menerus untuk<br />
mengupdate data karena informasinya diberikan oleh sistem ini harus bersifat real time.<br />
Dengan berjalannya waktu ternyata semua pihak dapat melakukan perubahan budaya<br />
organisasi sehingga user lebih siap dalam mengoperasikan sistem yang baru.<br />
12<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
BAB III<br />
PEMBAHASAN<br />
3.1. Studi Kasus Implementasi <strong>ERP</strong> yang sukses (PT Bentoel Prima)<br />
3.1.1. Latar Belakang Implementasi <strong>ERP</strong> pada PT. Bentoel Prima<br />
Perseroan didirikan dengan nama PT Rimba Niaga Idola pada tanggal 11 April 1987<br />
dan berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham luar biasa yang diadakan pada<br />
tanggal 27 Desember 1996, nama Perseroan diubah menjadi PT Transindo Multi Prima Tbk.<br />
Pada tanggal 29 Agustus 2000, nama PT Transindo Multi Prima Tbk dirubah menjadi PT<br />
Bentoel Internasional Investama Tbk.<br />
Dengan berjalannya perkembangan bentoel, Hingga Sekarang BentoelGroup dikenal<br />
sebagai perusahaan rokok terbesar di Malang yang di kelola secaraprofesional dan modern<br />
lebih dari 75 tahun dan telah memproduksi beberapa brand terkenal antara lain, Bentoel Biru,<br />
Star Mild, X Mild, Bentoel Sejati, Tali Jagad, Bintang Buana, Neo Mild, Country, One Mild,<br />
dan lain-lain.<br />
Visi, Misi, Nilai Perusahaan dan Strategi Korporasi merupakan komponen dari The<br />
Winning Formula (TWF) yang disusun berdasarkan cetak biruperusahaan yaitu Bentoel<br />
Strategic Scenario (BSS). BSS merupakan landasandalam menyusun rencana jangka panjang,<br />
jangka menengah maupun jangkapendek supaya rencana dan pelaksanaannya dapat berjalan<br />
secara terarah dan berkesinambungan.<br />
Tidak bisa disangkal apabila industri rokok nasional mengalami penurunan. Hal ini<br />
dikarenakan berbagai kebijakan pemerintah telah menekan kinerja perusahaan rokok,<br />
terutama yang terkait dengan upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Faktor lainnya, rokok<br />
menjadi penyebab utama berbagai penyakit yang mematikan. Oleh karena itu, untuk<br />
menyiasati tekanan tersebut perusahaan rokok biasanya mencari berbagai terobosan yang<br />
inovatif guna mendongkrak penjualan. Tidak hanya lewat promosi, tapi yang lebih penting<br />
adalah kelengkapan infrastruktur, terutama sistem. Kenapa sistem? karena sistem akan mendrive<br />
organisasi dan tanpa sistem yang terintegrasi, kinerja perusahaan akan sulit mengalami<br />
peningkatan dalam menjalankan proses bisnisnya.<br />
Menurut Paul Ong, Chief Information Officer Bentoel Group, sebelumnya masingmasing<br />
divisi di Bentoel memiliki modul aplikasi sendiri-sendiri, seperti di bagian keuangan,<br />
bagian pergudangan, bagian penjualan ataupun kantor pusat. Karena sistem aplikasi masingmasing<br />
bagian itu berbeda, sulit untuk berkomunikasi atau mengintegrasikan data dan tidak<br />
realtime. Buntutnya adalah keterlambatan dalam integrasi dan penyesuaian data.<br />
Pada saat tersebut, proses budgeting pada Bentoel masih dilakukan secara manual<br />
dengan menggunakan Microsoft Excel. Padahal industri rokok di Indonesia sangat<br />
kompetitif, sehingga pihaknya membutuhkan analisis situasi pasar yang dapat dilakukan<br />
dengan cepat untuk mengambil tindakan yang tepat dan cepat, sehingga dibutuhkan sistem<br />
yang bisa mengintegrasikan seluruh bisnis proses dalam perusahaan. Selain itu, karena<br />
datanya belum realtime, maka meskipun sudah terjadi transaksi penjualan atau pengiriman<br />
barang, tak secara otomatis mengurangi posisistok barang dagangan. Begitu pula, posisi<br />
13<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
piutang atau account receivable juga belum bertambah. Manajemen informasi yang terpisahpisah<br />
seperti ini jelas berpotensi mengacaukan manajemen keuangan, karena data tak sesuai<br />
dengan fakta. Bahkan, ini juga berimbas pada kultur organisasi.<br />
3.2.2 Pemilihan <strong>ERP</strong><br />
Pada tahun 2003 Bentoel melakukan beberapa langkah awal yaitu assessment dan<br />
pengkajian sistem TI beserta penentuan kebutuhan TI-nya, perumusan blue print dan road<br />
map pembenahan sistem TI. Langkah selanjutnya pun Bentoel kemudian menunjuk konsultan<br />
dan memilih perusahaan software. Setelah melalui proses penyeleksian beberapa paket<br />
software yang berkaitan dengan Corporate Perfomance Management, tim evaluasi Bentoel<br />
pun akhirnya memilih SAP Planning and Consolidation. Pemilihan didasari atas<br />
pertimbangan bahwa sistem ini sangat mudah digunakan (friendly user) dan didukung dengan<br />
fitur-fitur yag canggih serta lengkap.<br />
SAP Business Planning and Consolidation merupakan suatu aplikasi perencanaan dan<br />
konsolidasi yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan perusahaan mengenai perencanaan,<br />
konsolidasi, pengelolaan anggaran belanja dan pelaporan. Sistem ini mendukung seluruh<br />
kebutuhan perencanaan anggaran keuangan dan perencanaan operasional secara top-down<br />
dan bottom-up serta mendukung proses konsolidasi untuk memastikan pengelolaan keuangan<br />
berjalan lancar dan tepat waktu.<br />
Proyek ini mulai dijalankan pada Agustus 2003. Sistem <strong>ERP</strong> itu go live pada 1 Mei<br />
2004. Keputusan untuk mengimplementasikan SAP didasarkan pada hasil evaluasi terhadap<br />
beberapa paket software yang berkaitan dengan pengelolaan kinerja perusahaan.<br />
Implementasi tersebut akan memaksimalkan integrasi perencanaan dan fleksibilitas bisnis.<br />
Pengimplementasiannya juga mempertimbangkan potensi dari solusi yang telah terpasang<br />
yang juga bagian dari solusi SAP. Intinya, Bentoel lebih fokus untuk mencari the most<br />
appropriate up-to-date technology, bukan the most sophisticated.<br />
3.2.3 Sistem Informasi Terintegrasi<br />
Penerapan sistem <strong>ERP</strong> (enterprise resource planning) berbasis SAP yang<br />
diimplementasikan di PT Bentoel Prima dinamakan Be One Enterprise (BOE) atau B-1 yang<br />
mempunyai makna “sistem pemersatu” dimana seluruh elemen sistem informasi yang ada<br />
masing-masing akan terintegrasi satu dengan lain menjadi suatu sistem informasi enterprise<br />
yang terintegrasi secara total dengan media data, suara dan video yang terkonvergen<br />
(convergence) secara digital.<br />
Sistem B1 membantu efisiensi melalui penguatan kemampuan manajemen perusahaan<br />
untuk memonitor dan mengontrol secara dekat proses yang ada. Hal ini dikarenakan semua<br />
proses, mulai dari pembelian, inventori, produksi, dan distribusi dikontrol dengan baik anak<br />
perusahaan dapat melihat setiap biaya dan selalu dalam keadaan tahu untuk menentukan<br />
waktu dan strategi yang tepat untuk efisiensi. Bentoel melakukan tahapan persiapan tahun<br />
2004 dalam lingkup Keuangan dan Control, Manajemen Bahan, Rencana Produksi, Distribusi<br />
dan Penjualan, Manajemen Dana, dan Konsolidasi.<br />
14<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
Sebelum akhir 2004, Bentoel mengenalkan sistem SAP penuh. Satu tahun setelah<br />
implementasinya, sistem baru ini sudah beroperasi penuh mendukung berbagai departemen.<br />
Sistem baru ini telah meningkatkan produktivas dengan memangkas beban administrasi<br />
manual dan meningkatkan sistem kontrol sehingga pada akhirnya secara keseluruhan<br />
meningkatkan efisiensi. Dan untuk memaksimalkan potensi B-1 sistem, departemen<br />
penjualan dan distribusi serta sistem informasi membawa ide tentang perlunya bantuan<br />
komputerisasi pada jalur distribusi dan penjualan di lapangan yang pada akhirnya dipilih<br />
untuk menggunakan Personal Digital Assistants (PDA).<br />
3.2.4 Tahap-Tahap BOE<br />
• Tahap pertama.<br />
Dengan mengintegrasikan perencanaan korporasi dan perencanaan departemen, implementasi<br />
BOE difokuskan pada proses budgeting, kemudian manajemen membuat rancangan model<br />
biaya, dan menampilkan analisis yang akurat untuk penetuan anggaran operasional sesuai<br />
dengan perencanaan dan asumsi strategis. Implementasi proses penyusunan anggaran<br />
ditargetkan selesai dan go live pada awal Juli 2008.<br />
• Tahap berikutnya<br />
Bentoel mengembangkan dan memperluas modul SAP–nya untuk meningkatkan performa<br />
perusahaan.<br />
Adapun modul <strong>ERP</strong> lainnya yang telah diimplementasikan oleh Bentoel adalah Sales and<br />
Distribution, Fleet Management and ECCS, Production Planning, Material Management,<br />
Finance and Controlling.<br />
3.2.5 Implementasi BEO atau B-1<br />
Dalam proyek pembenahan TI di Bentoel, terdapat dua agenda penting yang telah<br />
diselesaikan, yaitu Online Data Transaction (ODT) dan Sales Force Automation (SFA).<br />
Berhasilnya tahap pengembangan ODT, menjelaskan bahwa semua divisi telah terkoneksi<br />
secara online dan tidak ada lagi gap informasi antar bagian. Informasi yang tersedia menjadi<br />
seragam sehingga tidak perlu penyesuaian dan konsolidasi data antar bagian. Selain itu,<br />
kontrol manajemen dari para direksi menjadi lebih mudah pelaksanaannya.<br />
Penerapan ODT merupakan kemajuan besar bagi Bentoel. Namun satu hal yang<br />
paling istimewa adalah program SFA dan pemanfaatan TI untuk pengontrolan bahan baku<br />
(tembakau). Dapat dikatakan, program SFA merupakan terobosan yang belum dilakukan<br />
pemain lain, khususnya di industri rokok. Tujuan Bentoel menggunakan program ini adalah<br />
menguatkan lini penjualan dengan memanfaatkan TI. Pada praktiknya, kini salesman Bentoel<br />
dipersenjatai satu unit PDA (personnal digital assistance) untuk mendukung kinerja mereka,<br />
baik untuk melihat informasi harian dan mengevaluasi kinerja mereka. Data-data yang ada di<br />
PDA mereka, selalu akurat karena selalu terjadi proses download dan upload dari atau ke<br />
sistem TI di masing-masing kantor cabang atau Area Sales and Marketing.<br />
Terobosan ini dikenal dengan sistem B1 Mobile dan B1 ASMO yang membuat para<br />
salesman dapat memonitor dan memadukan informasi penjualan hingga level retailer. B1<br />
Mobile merupakan sistem yang memberikan hasil statistik market berkualitas tinggi dan<br />
15<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
akurat, sehingga beban administrasi manajemen berkurang dan efisiensi kinerja meningkat.<br />
Dengan strategi ini, Bentoel menjadi industri pertama yang menggunakan PDA untuk<br />
mendukung penjualannya. Sedangkan ASMO merupakan sistem yang menghubungkan<br />
kantor-kantor cabangnya secara online dengan jaringan berbasis internet protocol melalui<br />
Wide Area Network. Sistem ini menghubungkan semua kantor cabang dengan kantor utama<br />
sehingga semua data dari cabang dapat dikompilasi.<br />
Selain itu, Bentoel juga memiliki B1 Communication yang digunakan untuk<br />
komunikasi suara antar kantor Bentoel. Penerapan sistem ini meningkatkan produktivitas dan<br />
efisiensi di berbagai divisi yang semula manual menjadi otomatis, sesuai dengan tujuan<br />
jangka panjang Bentoel dalam Desain Bisnis Digital (Digital Business Design)..<br />
Gambar 2. PT. Bentoel Prima ISBP (Information System & Business Process)<br />
Sistem Be-one ini diimplementasikan pada tahun 2004 dan berpusat pada aplikasi<br />
Enterprise Resource Planning (<strong>ERP</strong>) dari SAP. di dalam <strong>ERP</strong> yang sistem nya<br />
diimplementasikan oleh Soltius Indonesia ini ada beberapa modul utama antara lain Material<br />
Manajement, Sales and Distribution, Production Planning, Fund Managemet, Controlling dan<br />
Financial accounting. Dengan sistem ini data bisa seragam dan menjadi acuan dari semua<br />
kegiatan transaksi.<br />
Sistem Be-one ini adalah sistem yang terintegrasi dari hulu sampai ke hilir, dari transaksi<br />
hingga pelaporan untuk manajemen. Sebagai contohnya, data penjualan yang dilakukan<br />
tenaga penjualan dimasukan ke dalam PDA di lapangan saat melakukan transaksi penjualan.<br />
Pada akhir hari, seluruh transaksi di upload secara otomatis ke sistem di Area Sales dan<br />
Marketing Office (ASMO), untuk selanjutnya akan terkirim secara otomatis juga ke sistem<br />
yang ada di kantor pusat, dan semua data tersebut yang terkena dampak dari transaksi<br />
penjualan pun akan ter-update.<br />
16<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
Gambar 3. SAP Core Moduls (modul utama pada system <strong>ERP</strong>)<br />
1. Fund Management (FM).<br />
Tugas Fund Management Dana adalah :<br />
<br />
<br />
<br />
Untuk membuat anggaran seluruh pendapatan relevan dan pengeluaran<br />
Untuk Mengontrol gerakan dana di masa depan sesuai dengan anggaran terdistribusi<br />
Untuk Mencegah anggaran yang berlebih.<br />
2. Material Management<br />
Tujuan dari modul ini adalah mengoptimasi semua proses yang terkait dengan perencanaan,<br />
pengadaan, pembelian hingga penyimpanan material.<br />
Manfaat yang diperoleh antara lain:<br />
<br />
<br />
<br />
Otomasi evaluasi pemasok<br />
Tingkat biaya pengadaan dan penyimpanan yang lebih rendah pada inventory dan<br />
manajemen pergudangan.<br />
Terintegrasi dengan verifikasi penagihan (invoice)<br />
3. Sales & Distribution<br />
Modul ini bertujuan untuk membantu meningkatkan efisiensi kegiatan operasional berkaitan<br />
dengan proses pengelolaan customer order (proses sales, shipping dan billing).<br />
4. Production Planning<br />
Modul ini bertujuan untuk membantu proses perencanaan dan kontrol daripada kegiatan<br />
produksi (manufacturing) suatu perusahaan.<br />
5. Controlling<br />
17<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
Modul ini bertujuan untuk :<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Sebagai pengendali capital investment.<br />
Sebagai pengendali aktivitas keuangan perusahaan, memonitor dan merencanakan<br />
pembayaran<br />
Sebagai pengendali pendanaan terhadap pembelian, pengadaan dan penggunaan dana<br />
di setiap area<br />
Sebagai pengendali biaya dan profit berdasarkan semua aktivitas perusahaan<br />
6. Financial Accounting<br />
Modul ini bertujuan untuk :<br />
<br />
<br />
<br />
Menyediakan pengukuran berkelanjutan terhadap keuntungan perusahaan.<br />
Mengukur kinerja keuangan perusahaan, berdasarkan pada data transaksi intenal<br />
maupun eksternal.<br />
Menyediakan dokumen keuangan yang mampu melacak (mengaudit) setiap angka<br />
yang terdapat dalam suatu laporan keuangan hingga ke data transaksi awalnya.<br />
Modul-modul dari Be-one system tersebut antara lain adalah ;<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Be-one Portal, menyediakan fitur knowledge management dan knowledge sharing<br />
yang bisa dinikmati oleh seluruh karyawan<br />
Be-one ASMO & Mobile meliputi (Sales Administration & Management System serta<br />
Sales Force automation & Mobile Management.<br />
Be-one Deal untuk pembayaran<br />
Be-one Synergy (HRMS) untuk pengelolaan karyawan<br />
Be-one Poli untuk Healt care<br />
Be-one Intellegence (Business Intelegence) untuk menganalisa pasar<br />
Be-one Business Planning & Simulation untuk Perencanaan Perusahaan<br />
Be-one War Map & War Room. untuk menganalisa pasar<br />
Semua itu terintegrasi dengan system <strong>ERP</strong> sebagai satu kesatuan sistem.<br />
Gambar 4. Be-One <strong>ERP</strong> System<br />
18<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
Dampak bisnis dari penerapan <strong>ERP</strong> di PT.Bentoel Prima tersebut terasa dengan<br />
meningkatnya produktivitas bisnis seperti meningkatnya kecepatan proses data dan kecepatan<br />
proses bisnis itu sendiri. Misalkan data penjualan dari kira-kira 1000 tenaga penjualan di<br />
seluruh Indonesia dapat dikumpulkan dan dilaporkan pada hari yang sama, dengan begitu<br />
manajemen Bentoel dapat segera mengetahui situasi pasar dan hasi dari aksi-aksi yang<br />
dilakukan, dan untuk selanjutnya bisa melakukan langkah penyesuaian yang dibutuhkan.<br />
Selain itu tidak ada lagi inkonsistensi di antara unit-unit dalam perusahaan. Dengan demikian<br />
pengambilan keputusan bisa menjadi cepat dan efektif.<br />
Contoh lain adalah dengan adanya modul business intellegence, bagianpemasaran dapat<br />
mengetahui produk, profil serta value seperti apa produk yang laku di suatu pasar. Hal ini<br />
telah dibuktikan dengan kesuksesannya Bentoel memasarkan salah satu produk barunya yang<br />
mampu terjualhingga dua kali lipat dari produk yang di luncurkan sebelumnya. Waktu dari<br />
produksi produk tersebut pun dapat dipangkas menjadi lebih singkat karena positioning<br />
maupun segmentasinya dapat diketahui dengan pas berdasarkan informasi yang dikumpulkan<br />
dari business Intellegence tersebut.<br />
Penerapan <strong>ERP</strong> di PT.Bentoel Prima tersebut. Revenue Bentoel mengalami kenaikan<br />
yang signifikan. Terhitung revenue di tahun 2005 hanya Rp.2 triliun, lalu setelah menerapkan<br />
<strong>ERP</strong> mampu meningkat hingga Rp.6,9 triliun pada tahun 2008.Dari sisi Volume produksi<br />
juga mengalami peningkatan, yang sebelumnya hanya 6,6 miliar batang di tahun 2005<br />
menjadi 17,5 miliar batang di tahun 2008. Market share nya pun meningkat dua kali lipat.<br />
Gambar 5. Grafik Peningkatan Revenue Tahun 2008<br />
19<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
Gambar 6. Grafik Peningkatan Product Volume Tahun 2008<br />
Penerapan <strong>ERP</strong> di PT. Bentoel Prima memberikan keuntungan diantaranya :<br />
1. Instant Feedback, Business Intellegence, serta Operational Excellence terciptanya data<br />
penjualan yang bisa diterima pada hari yang sama mulai dari Sales Supervisor hingga<br />
direksi bisa diketahui.<br />
2. Efektifitas Sales Performance dapat diketahui.<br />
3. Bisa mengetahui dengan cepat masalah / kesulitan peneterasi di suatu daerah sehingga<br />
dapat cepat diambil keputusan.<br />
4. Dapat memantau kompetitor.<br />
5. Sisi operational Excellence Effectiveness bisa terpangkas karena menggunakan<br />
aplikasi lewat PDA<br />
6. Peningkatan produktifitas hingga 15%<br />
7. Peningkatan penjualan<br />
8. Stok level dapat terkontrol mulai dari pabrik sampai dengan penjual<br />
9. Financial Intern juga dapat terkontrol<br />
10. Dapat mengetahui produk, profil dan value seperti apa yang laku di pasar.<br />
11. Waktu produksi jauh lebih singkat<br />
12. Rencana yang akan datang setelah penerapan <strong>ERP</strong>, PT.Bentoel Prima akan<br />
meningkatkan lagi sistem administrasi manajemen penjualan dan mobile<br />
management, yang tadinya 1200 PDA di seluruh Indonesia maka jumlah nya akan<br />
ditambah menjadi 1600.<br />
3.2. Studi Kasus Implementasi <strong>ERP</strong> yang gagal<br />
Sebuah Enterprise Resource Planning (<strong>ERP</strong>) sistem meliputi teknik dan konsep yang<br />
digunakan untuk pengelolaan terpadu bisnis secara keseluruhan dari sudut pandang<br />
penggunaan sumber daya secara efektif manajemen, untuk meningkatkan efisiensi<br />
perusahaan. Mereka memiliki banyak keuntungan baik langsung maupun tidak langsung.<br />
Keuntungan langsung termasuk peningkatan efisiensi, integrasi informasi untuk pengambilan<br />
keputusan yang lebih baik, lebih cepat waktu respon untuk permintaan pelanggan dll Manfaat<br />
langsung termasuk citra perusahaan yang lebih baik, goodwill pelanggan yang meningkat,<br />
kepuasan pelanggan, dan sebagainya.<br />
Banyak organisasi dan bisnis di dunia saat ini sebagai bagian dari rencana<br />
pengembangan strategis mereka, advokasi untuk solusi <strong>ERP</strong> yang akan membantu insinyur<br />
ulang proses bisnis mereka untuk mencapai tujuan jangka panjang mereka. Pasar <strong>ERP</strong> sangat<br />
kompetitif dan cepat pasar yang berkembang, yang disebabkan oleh tiga faktor utama:<br />
a) vendor <strong>ERP</strong> yang terus memperluas kehadiran pasar dengan menawarkan aplikasi baru<br />
seperti manajemen rantai suplai (SCM), otomasi tenaga penjualan, manajemen hubungan<br />
pelanggan (CRM) dan sumber daya manusia.<br />
b) Untuk mempertahankan pertumbuhan cepat mereka, vendor <strong>ERP</strong> menjual lisensi lebih<br />
ke dasar terinstal mereka.<br />
20<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
c) Sedangkan <strong>ERP</strong> berasal di pasar manufaktur, penggunaan <strong>ERP</strong> telah menyebar ke<br />
hampir setiap jenis usaha termasuk ritel, utilitas, sektor publik dan organisasi kesehatan.<br />
Di antara pemain industri termasuk SAP (Systeme Anwendungen Produkte), Oracle,<br />
QAD, SSA, Jenzabar, Datatel, PeopleSoft, Baan, JD Edwards, Scala, Navision, SunGard<br />
hanya untuk menyebutkan tapi beberapa. Bahkan di dalam diri mereka satu sama lain<br />
mengkategorikan ke High-end dan low-end jangkauan. Dalam Kenya penampang perusahaan<br />
memang pada sifat suka berperang dari melakukan atau berencana untuk berinvestasi dalam<br />
solusi bisnis <strong>ERP</strong>. Masa depan akan melihat pertempuran sengit untuk pangsa pasar beralih<br />
ke merger dan akuisisi untuk keuntungan strategis dan kompetitif.<br />
Ada banyak hype saat vendor untuk memindahkan produk mereka, dan selalu akan<br />
menjual dan bercerita tentang kisah sukses mereka dan bagaimana akan melompati ke dalam<br />
visi Anda. Mereka tidak pernah mengatakan kepada dari setiap kegagalan proyek <strong>ERP</strong><br />
tersebut, dan tampaknya tidak ada perhatian dibayar untuk pelajaran yang dipetik dari<br />
skenario terkenal FoxMeyer Corporation, yang menyebabkan kebangkrutan dan pertempuran<br />
hukum yang panjang di ruang sidang dengan konsultan mereka setelahnya.<br />
Jika tidak benar direncanakan untuk, investasi dapat mendorong perusahaan keluar dari<br />
bisnis. Pusat untuk masalah yang rock dunia usaha sejauh <strong>ERP</strong> atau secara umum kegagalan<br />
proyek IT menyangkut masih tetap sama selama bertahun-tahun. Contoh berikut adalah<br />
tipikal dari proyek yang gagal dari statistik yang tersedia dari kekacauan kelompok Standish<br />
database<br />
1. The Hershey makanan sistem <strong>ERP</strong> menyebabkan kegagalan implementasi masalah<br />
distribusi besar dan hilangnya pasar 27%.<br />
2. The obat FoxMeyer sistem <strong>ERP</strong> menyebabkan kegagalan implementasi runtuhnya<br />
seluruh perusahaan.<br />
3. The IRS proyek pada kepatuhan wajib pajak mengambil alih satu dasawarsa untuk<br />
menyelesaikan dan biaya tak terduga negara $ 50000000000<br />
4. The Oregon Departemen konversi Kendaraan Bermotor untuk software baru<br />
mengambil delapan tahun untuk menyelesaikan dan kemarahan publik akhirnya<br />
membunuh seluruh proyek<br />
5. Negara sistem kesejahteraan Florida terganggu dengan kesalahan komputasi banyak<br />
dan $ 260.000.000 di lebih bayar.<br />
6. AMR Corp, Budget Rent A Car, Hiltons Corporation, Marriott "pastikan" proyek<br />
hancur karena menghabiskan lebih dari $ 125.000.000 selama empat tahun<br />
7. Proyek Snap-On Inc dikonversi ke entri orde baru dihitung biayanya perusahaan alat<br />
sebesar $ 50 juta kehilangan penjualan untuk paruh pertama tahun 1998<br />
8. Greyhound Lines Inc "Perjalanan" reservasi dan bus-dispatch sistem "gagal setelah<br />
menghabiskan $ 6.000.000·<br />
21<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
9. Norfolk Southern Corp "Sistem integrasi dengan target merger Laporan Rail Corp".<br />
gagal karena kehilangan lebih dari $ 113,000,000 dalam bisnis<br />
10. Oxford Kesehatan Operator Inc "penagihan Baru dan sistem-pemrosesan klaim<br />
berdasarkan Unix Internasional dan Oracle Corp database" menghasilkan gerombolan<br />
dokter dan pasien marah tentang penundaan pembayaran dan kesalahan.<br />
11. Produk Minyak · Universal Proyek "Software untuk memperkirakan biaya proyek dan<br />
mencari spesifikasi teknik" mengakibatkan sistem tidak dapat digunakan.<br />
Proyek risiko The Corporation FoxMeyer proyek Delta III memiliki risiko proyek berikut:<br />
1. Lingkungan-manajemen memiliki kontrol sedikit atau tidak ada. Mereka tergantung<br />
100% pada konsultan dan vendor yang menutupi mereka dari mendapatkan kontrol.<br />
Fokus dari proyek ini secara dramatis berubah mendorong biaya proyek meningkat<br />
2. Pelaksanaan proyek ini kekurangan tenaga terampil dan berpengetahuan. FoxMeyer<br />
tidak memiliki keahlian dalam-rumah dan mengandalkan Andersen konsultasi<br />
untuk mengimplementasikan SAP R / 3 dan mengintegrasikannya dengan sistem<br />
gudang otomatis dari Pinnacle. Lebih dari 50 konsultan yang berpengalaman dan<br />
omset mereka tinggi.<br />
3. Lingkup-FoxMeyer adalah adopter awal SAP R / 3. Setelah proyek dimulai,<br />
FoxMeyer menandatangani kontrak besar untuk memasok sistem konsorsium<br />
universitas kesehatan (UHC). Acara ini diperburuk kebutuhan volume transaksi<br />
belum pernah terjadi sebelumnya pada server mereka HP yang mereka tidak bisa<br />
mengatasi<br />
4. Mandat Pelanggan - komitmen dari manajemen puncak dan user. Ini bukan kasus<br />
untuk beberapa manajemen senior. Ada masalah moral antara beberapa pekerja<br />
gudang tersebut. Otomatisasi gudang puncak terintegrasi dengan SAP R / 3<br />
mengancam pekerjaan mereka. Dengan penutupan tiga gudang, transisi ke gudang<br />
otomatis pertama bencana. pekerja kecewa persediaan rusak, dan pesanan tidak<br />
dipenuhi, dan kesalahan terjadi karena sistem baru berjuang dengan volume<br />
transaksi.<br />
Faktor Proyek<br />
Faktor-faktor<br />
yang atribut untuk eskalasi biaya termasuk tetapi tidak terbatas.<br />
1. Proyek faktor-ada persepsi bahwa investasi terus bisa menghasilkan hasil besar.<br />
FoxMeyer diharapkan penghematan sebesar $ 40 juta per tahun.<br />
2. Faktor-faktor psikologis para konsultan memiliki sejarah sebelum keberhasilan yang<br />
mendorong mereka untuk melanjutkan proyek tersebut. "Kami menyampaikan sistem<br />
yang efektif, seperti yang kita miliki untuk ribuan klien lain" (Computergram<br />
internasional 1998). Hal ini menciptakan kesan bahwa proyek tersebut secara radikal<br />
akan meningkatkan operasi kritis perusahaan. FoxMeyer sedikit lebih bahwa apa yang<br />
bisa mengunyah tetapi memulai proyek jalur cepat dengan staf tidak terampil.<br />
22<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
3. Faktor Sosial-perusahaan konsultan eksternal tidak membenarkan proyek. De-eskalasi<br />
proyek melalui pengabaian akan berarti publisitas buruk.<br />
4. Organisasi-faktor pendukung untuk proyek tersebut kemudian dipaksa untuk<br />
mengundurkan diri karena penundaan dalam mewujudkan tabungan diproyeksikan.<br />
Perubahan dalam manajemen diperlukan dalam rangka untuk mengontrol biaya<br />
peningkatan - yang sudah terlambat.<br />
Faktor-faktor penyebab kegagalan :<br />
Ketika manajemen tidak mengendalikan ruang lingkup proyek ini terutama bila<br />
mengharapkan konsultan untuk menyediakan peluru sihir.<br />
1. Terlibat dalam proyek-proyek perusahaan lainnya bersaing untuk keuangan tengah<br />
sedikit.<br />
2. Tidak memiliki kebijakan manajemen perubahan yang tepat dan prosedur.<br />
3. Menggunakan konsultan tanpa pengalaman sebelumnya atau solusi <strong>ERP</strong> di mana<br />
perusahaan adalah satu-satunya perusahaan dalam industri<br />
4. Tidak memiliki transfer pengetahuan yang tertulis dalam kontrak konsultasi<br />
5. Jika vendor tidak memahami bisnis perusahaan<br />
6. Jika proyek tidak memiliki tahap yang jelas, kiriman dan komponen pengendalian mutu<br />
7. Jika perusahaan belum rekayasa ulang proses bisnis agar kompatibel dengan kemampuan<br />
teknologi<br />
8. Tidak memiliki komite proyek audit eksternal<br />
9. Tidak memiliki program pelatihan pengguna akhir yang jelas untuk mentransfer<br />
keterampilan untuk karyawan<br />
10. Memiliki manajemen over-berkomitmen (terlalu ambisius, mendorong tenggat waktu<br />
realistis)<br />
11. Anggota Tim tidak bertanggung jawab atas tindakan.<br />
12. Moral rendah dalam tim<br />
13. Tidak menggunakan metodologi penerapan standar<br />
14. Persyaratan definisi yang tidak memadai (proses saat ini tidak memadai)<br />
15. Tidak memadai sumber daya yang digunakan oleh klien<br />
16. Resistensi internal untuk mengubah 'lama' proses<br />
17. Sebuah pendekatan bottom up digunakan (proses ini tidak dipandang sebagai top<br />
Jika ada kesenjangan fungsional belum teridentifikasi (GAP analisis)<br />
23<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
BAB IV<br />
KESIMPULAN <strong>DAN</strong> SARAN<br />
4.1. Kesimpulan<br />
Pelajaran yang dipelajari dari proyek <strong>ERP</strong> harus gagal panggilan bangun tidur bagi<br />
perusahaan-perusahaan saat ini dalam proyek-proyek <strong>ERP</strong> atau memikirkan untuk pergi ke<br />
arah sana. Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa faktor kunci<br />
kesuksesan implementasi <strong>ERP</strong> yaitu :<br />
1. Bisnis Proses yang matang.<br />
Syarat mutlak bagi sebuah perusahaan yang akan mengimplementasikan <strong>ERP</strong>. <strong>ERP</strong><br />
tidak akan dapat diimplementasikan di sebuah perusahaan yang tidak memiliki bisnis<br />
proses yang jelas.<br />
2. Manajemen Perubahan yang baik.<br />
Implementasi sistem <strong>ERP</strong> akan selalu diikuti dengan perubahan dalam perusahaan<br />
tersebut. Manajemen perubahan sangat diperlukan untuk memberikan pendidikan<br />
kepada user yang akan bersentuhan langsung dengan sistem yang baru. Pendidikan<br />
dan penjelasan yang perlu diberikan diantaranya mengenai alasan perusahaan tersebut<br />
perlu mengganti sistem, seberapa efektif sistem baru ini jika diimplementasikan dan<br />
masalah-masalah apa di sistem lama yang akan bisa diselesaikan dengan sistem baru<br />
tersebut.<br />
3. Komitmen mulai dari level manajemen sampai ke user.<br />
Implementasi <strong>ERP</strong> dalam sebuah perusahaan akan membutuhkan waktu, tenaga dan<br />
pikiran yang banyak sehingga komitmen dari manajemen puncak sampai user yang<br />
akan bersentuhan langsung dengan sistem menjadi mutlak diperlukan.<br />
4. Perubahan budaya organisasi.<br />
4.2. Saran<br />
<strong>ERP</strong> adalah bagian dari infrastruktur perusahaan, dan sangat penting untuk kelangsungan<br />
hidup perusahaan. Semua orang dan bagian yang akan terpengaruh oleh adanya <strong>ERP</strong> harus<br />
terlibat dan memberikan dukungan. <strong>ERP</strong> ada untuk mendukung fungsi bisnis dan<br />
meningkatkan produktivitas, bukan sebaliknya. Tujuan implementasi <strong>ERP</strong> adalah untuk<br />
meningkatkan daya saing perusahaan. Pelajari kesuksesan dan kegagalan implementasi <strong>ERP</strong>,<br />
jangan berusaha membuat sendiri praktek implementasi <strong>ERP</strong>. Ada metodologi tertentu untuk<br />
implementasi <strong>ERP</strong> yang lebih terjamin keberhasilannya<br />
Yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi risiko-risiko yang terdapat dalam<br />
implementasi <strong>ERP</strong> dan kemudian bagaimana mengelolanya. Potensi kesuksesan<br />
implementasi akan semakin besar jika risiko-risiko tersebut dapat diminimalisasi. Pertama,<br />
adalah terkait komitmen dan dukungan dari manajemen senior terhadap proyek implementasi<br />
<strong>ERP</strong> ini. Faktor ini sangat menentukan keberhasilan implementasi <strong>ERP</strong>. Proyek implementasi<br />
<strong>ERP</strong> mesti dipandang sebagai sebuah proyek bisnis, bukan proyek IT. Risikonya pun<br />
merupakan risiko bisnis. Komitmen dan dukungan manajemen senior ini akan berpengaruh<br />
antara lain pada:<br />
24<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
1. Kecepatan pengambilan keputusan strategis,<br />
2. Dukungan terhadap implementasi perubahan pada bisnis yang diakibatkan oleh<br />
implementasi sistem,<br />
3. Endorsement (atau mungkin juga enforcement) terhadap manajemen eksekutif dan<br />
jajaran yang ada di bawahnya untuk juga mendukung apa yang dibutuhkan untuk<br />
kesuksesan implementasi <strong>ERP</strong> ini<br />
4. Resolusi terhadap konflik yang mungkin timbul dalam proses implementasi<br />
5. Dukungan sumber daya terhadap program-program yang direncanakan dalam rangka<br />
kesuksesan proyek<br />
Kedua, adalah soal manajemen proyek. Faktor risiko yang ini merupakan faktor yang<br />
sangat kritikal dan amat sering menjadi penyebab kegagalan implementasi. Manajemen<br />
proyek yang maksud disini termasuk pada sisi implementer <strong>ERP</strong> maupun manajemen proyek<br />
dari sisi pemilik proyek (project owner). Untuk mengatasinya, sebaiknya :<br />
a. Menguatkan kemampuan implementer untuk mengestimasi sumber daya dan waktu<br />
yang dibutuhkan untuk melaksanakan task-task dalam proyek implementasi <strong>ERP</strong>.<br />
Ketidakmampuan ini umumnya disebabkan oleh perencanaan yang kurang detail,<br />
yang biasanya disebabkan karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan tim project<br />
management implementer mengenai pekerjaan sejenis. Bisa juga karena kesalahan<br />
persepsi implementer terhadap lingkup pekerjaan yang dituangkan dalam TOR karena<br />
berbagai sebab. Atau karena perencanaan awal yang dibuat hanya untuk kebutuhan<br />
pemenuhan compliance administratif saja, misalnya untuk kebutuhan seleksi lelang,<br />
project charter, penagihan, dan sejenisnya.<br />
b. Menguatkan koordinasi antar bagian (stream) dalam tim proyek. Biasanya intensitas<br />
dan tingkat stress yang cukup tinggi pada setiap bagian tim proyek membuat<br />
koordinasi dengan tim lain menjadi terabaikan/kurang diperhatikan. Semakin jauh<br />
permasalahan koordinasi ini tidak serius ditangani maka akan semakin besar risiko<br />
yang ditimbulkan di akhirnya dan akan semakin besar pula effort yang dibutuhkan<br />
untuk mensolusikannya.<br />
c. Meningkatkan penyediaan SDM dan ekspertis yang dibutuhkan proyek pada waktu<br />
dibutuhkan. Dampaknya tidak tersedianya SDM akan lebih besar jika terletak pada<br />
project critical path.<br />
d. Meningkatkan kontrol dari manajemen proyek dari perusahaan pemilik pekerjaan<br />
terhadap manajemen proyek implementer. Lemahnya kontrol akan berdampak pada<br />
aspek waktu pelaksanaan task sesuai project plan, kualtias hasil dari setiap task, dan<br />
yang kritikal juga adalah soal kesesuaian kualitas SDM yang diterjunkan oleh<br />
implementer pada proyek dengan kualitas dan kuantitas yang dijanjikan atau<br />
direncanakan.<br />
e. Mengurangi kesenjangan kompetensi antara SDM dalam organisasi proyek<br />
perusahaan pemilik pekerjaan dengan SDM dari implementer. Agar komunikasi<br />
berimbang.<br />
25<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48
DAFTAR PUSTAKA<br />
O‟Brien JA, Marakas G. 2005. Management Information sistem. Ninth edition. Boston: Mc<br />
Graw Hill, Inc.<br />
Amaranti, Reni. 2006, Faktor Kritis Dalam Proyek Implementasi <strong>ERP</strong> Dan<br />
Pengaruhnya Terhadap Perubahan Dalam Organisasi (Studi Kasus: PT Telekomunikasi<br />
Indonesia Tbk), Tesis Magister Teknik dan Manajemen Industri; Institut Teknologi Bandung.<br />
.<br />
Compeau, D. R., Higgins, C.A. 1995, Computer Self-Efficacy: Development of a<br />
measurement and Initial Tes, MIS Quarterly<br />
Davis, fred D. 1989, Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of<br />
Information Technology, MIS Quarterly<br />
Leon, Alexis, 2000, <strong>ERP</strong> Demystified<br />
Scott, E Judy, 2004 , Kepailitan The Narkoba FoxMeyer<br />
Lloyd, Hujan, 2005, Kegagalan Proyek IT<br />
Computerworld, 2000, Top 10 Kegagalan Teknologi Informasi Perusahaan<br />
26<br />
Shandra Widiyanti, MB-IPB, E-48