15.12.2014 Views

14-02 Gemba ala Presiden Jokowi

Blusukan alias Gemba ala Presiden Jokowi: dipuja dan dicerca, Mengentaskan ganjalan operasional di pemerintahan, inovasi dan komunikasi di Permata Tbk, Toolbox: Voice of Customers

Blusukan alias Gemba ala Presiden Jokowi: dipuja dan dicerca, Mengentaskan ganjalan operasional di pemerintahan, inovasi dan komunikasi di Permata Tbk, Toolbox: Voice of Customers

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

www.shiftindonesia.com<br />

@Maj<strong>ala</strong>hShift<br />

ISSUE 2 - MMXIV<br />

Mengentaskan Ganj<strong>ala</strong>n<br />

Operasional di Pemerintahan<br />

Cover<br />

Inovasi dan Komunikasi, Kunci<br />

Continuous Improvement<br />

di Permata Bank<br />

Toolbox: Voice of Customer,<br />

Dengarkan Pelanggan Anda<br />

dan Menangkan Hati Mereka<br />

GEMBA ALA<br />

PRESIDEN JOKOWI<br />

DIPUJA & DICERCA1<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong>


Naiknya <strong>Presiden</strong> Joko Widodo bersama kabinet barunya<br />

yang bertajuk Kabinet Kerja melambungkan harapan rakyat.<br />

Ap<strong>ala</strong>gi dengan gaya kerja mereka yang lebih terbuka dan<br />

tidak segan untuk turun ke lapangan dan berinteraksi langsung<br />

dengan rakyat dan petugas di garis depan. Tren blusukan<br />

yang dipopulerkan sang <strong>Presiden</strong> menular kepada menterimenterinya,<br />

yang dengan antusias mempraktekkan cara kerja<br />

yang sama hanya sesaat setelah dilantik. Cara kerja blusukan ini,<br />

menurut beberapa pihak, dinilai tidak sesuai untuk dilakukan<br />

seorang pejabat. Namun benarkah seorang petinggi istana<br />

tidak perlu dan tidak efektif untuk meninjau langsung kondisi di<br />

lapangan? Lalu apa hubungannya blusukan dengan semangat<br />

perubahan yang dikumandangan pemerintahan baru?<br />

Selain gemar melakukan blusukan, pemerintahan baru juga<br />

berjanji untuk memangkas proses birokrasi ruwet yang selama<br />

ini mengganjal kinerja ekonomi dan bisnis di Indonesia. Pada<br />

Shift Essentials kali ini, kami mencoba mengangkat kedua topik<br />

menarik ini dari sisi Operational Excellence.<br />

Selamat menikmati!<br />

salutation<br />

S<strong>ala</strong>m,<br />

Redaksi<br />

Maj<strong>ala</strong>h Shift Indonesia<br />

Menara Rajawali Lantai 8, Jl. Dr Ide Anak Agung Gde Agung<br />

Mega Kuningan Lot 5.1, Jakarta 12950<br />

Phone: +6221 576 3<strong>02</strong>0<br />

Fax: +6221 576 3019<br />

Email: info@shiftindonesia.com<br />

www.shiftindonesia.com<br />

@Maj<strong>ala</strong>hShift<br />

Shift ad<strong>ala</strong>h maj<strong>ala</strong>h dengan<br />

sirkulasi terbatas, didistribusikan<br />

langsung kepada klien-klien SSCX<br />

International. Kami memiliki<br />

hasrat besar untuk terus tumbuh<br />

dan berkembang. Saran serta<br />

kritik pembaca akan sangat kami<br />

hargai sebagai bantuan d<strong>ala</strong>m<br />

meraih hasrat tersebut. Silakan<br />

layangkan email Anda ke: saran@<br />

shiftindonesia.com<br />

Terminologi dan istilah yang<br />

digunakan d<strong>ala</strong>m maj<strong>ala</strong>h ini<br />

ad<strong>ala</strong>h kombinasi antara Bahasa<br />

Indonesia (utama) dan Bahasa<br />

Inggris. Untuk kata dan kalimat<br />

yang menurut kami lebih mudah<br />

dipahami d<strong>ala</strong>m bahasa asing<br />

akan tetap menggunakan bahasa<br />

asing tersebut.<br />

Kami menerima artikel dan<br />

updates dari Anda dan organisasi<br />

Anda, kirimkan email Anda ke<br />

editorial@shiftindonesia.com<br />

Hak cipta dilindungi Undang<br />

Undang. Maj<strong>ala</strong>h ini diterbitkan<br />

oleh PT SSCX International.<br />

PT SSCX International memiliki<br />

hak atas isi maj<strong>ala</strong>h. Dilarang<br />

mengutip sebagian atau seluruh<br />

isi maj<strong>ala</strong>h d<strong>ala</strong>m bentuk apapun<br />

tanpa izin penerbit.<br />

Publisher<br />

PT. SSCX International<br />

Commisioner<br />

Teguh Sujatno<br />

Chief Executive<br />

Suwandi Soh<br />

suwandi@sscx.asia<br />

Editor in Chief<br />

R. Wulandari<br />

wulan@sscx.asia<br />

wulan@shiftindonesia.com<br />

Reporter<br />

Dwi Ereline Amelia<br />

rere@shiftindonesia.com<br />

Contributors<br />

SSCX Consultant Team:<br />

Riyantono Anwar<br />

Dax Ramadani<br />

Creative<br />

Lukman Hakim<br />

lukman@shiftindonesia.com<br />

Commercial<br />

Ade A. Kresna<br />

kresna@shiftindonesia.com<br />

+6221 576 3<strong>02</strong>0<br />

Circulation<br />

Julia Rosi<br />

cs@sscx.asia<br />

distribusi@shiftindonesia.com


solace<br />

Event<br />

Menjawab Tantangan<br />

Change Agent Di<br />

Perusahaan<br />

S<strong>ala</strong>h satu<br />

tantangan terberat<br />

yang dihadapi<br />

seorang change<br />

agnet di perusahaan,<br />

baik dari industri<br />

manufaktur, energi<br />

ataupun jasa<br />

ad<strong>ala</strong>h bagaimana<br />

menggarap sistem<br />

pengumpulan data<br />

atau data collection<br />

yang menghasilkan<br />

informasi yang<br />

sangat penting<br />

d<strong>ala</strong>m menj<strong>ala</strong>nkan<br />

sebuah proyek.<br />

Untuk mengimplementasikan<br />

sistem tersebut juga merupakan<br />

tantangan, tidak peduli apakah<br />

data yang dibutuhkan bersifat<br />

atribut atau variabel.<br />

Untuk itu SSCX International,<br />

sebagai lembaga konsultan<br />

yang s<strong>ala</strong>h satu kompetensinya<br />

ad<strong>ala</strong>h menyediakan programprogram<br />

di bidang Sustainable<br />

Improvement Systems,<br />

mengadakan Program Pelatihan<br />

dan Sertifikasi Lean Six Sigma<br />

Black Belt.<br />

Program ini bertujuan untuk<br />

mempersiapkan pesertanya<br />

d<strong>ala</strong>m mengeksekusi proyek<br />

Lean Six Sigma yang paling<br />

kompleks sekalipun.<br />

Seperti yang dikatakan s<strong>ala</strong>h<br />

satu peserta yang merupakan<br />

s<strong>ala</strong>h satu change agent di<br />

Kaltim Prima Coal (KCM),<br />

Marzella E dari misalnya, dia<br />

mengatakan bahwa tujuan<br />

mengikuti pelatihan Black Belt<br />

ini ad<strong>ala</strong>h untuk mengolah data<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

3


solace<br />

Event<br />

dengan cara yang lebih baik lagi. “Di kami,<br />

data itu banyak sekali, cuma kami belum<br />

tau bagaimana cara mengolah data itu<br />

dengan cara yang tepat,” katanya.<br />

Meskipun menurutnya metode Six Sigma<br />

sendiri belum dipakai di organisasinya,<br />

namun ia mengatakan di perusahaan<br />

tempat ia bekerja, budaya continuous<br />

improvement sudah mulai diterapkan. “Six<br />

Sigma sendiri memang belum diterapkan<br />

sih di tempat kami, cuma metode<br />

improvementnya memang agak-agak<br />

mirip, kami juga ada beberapa proyek<br />

yang sedang dikerjakan,” ujar Marzell.<br />

Selain pengetahuan untuk dapat<br />

memimpin proyek-proyek perbaikan<br />

bersk<strong>ala</strong> Black Belt, peserta juga<br />

mendapatkan pelatihan kepemimpinan<br />

yang akan membantu mereka<br />

mendampingi para Green Belt d<strong>ala</strong>m<br />

proyek-proyek sk<strong>ala</strong> menengah,<br />

menggunakan metodologi Lean Six<br />

Sigma untuk melakukan perbaikan d<strong>ala</strong>m<br />

praktek-praktek bisnis dan memastikan<br />

operational excellence d<strong>ala</strong>m organisasi.<br />

Direktur dari PT. Nuplex Raung Resins.<br />

Ia mengatakan, ini ad<strong>ala</strong>h kali kedua ia<br />

mengikuti pelatihan yang diadakan oleh<br />

SSCX. “Sebelumnya saya sudah mengambil<br />

Green Belt, cuma saya pikir, untuk Green<br />

Belt itu baru sebatas awareness saja.<br />

Jadi, saya pikir budaya improvement ini<br />

memang harus dibangun, makanya saya<br />

ambil lagi untuk yang Black Belt,” jelas<br />

Runtun.<br />

Pelatihan Lean Six Sigma Black Belt<br />

diikuti oleh berbagai peserta yang berasal<br />

dari berbagai industri, seperti PT. Bank<br />

UOB Indonesia (Jasa), PT. Voith Paper<br />

Rolls Indonesia (manufaktur), PT. Vale<br />

Indonesia Tbk (mining), dan berbagai<br />

perusahaan lainnya.<br />

D<strong>ala</strong>m program pelatihan ini, peserta akan<br />

dipandu d<strong>ala</strong>m mempelajari<br />

metodologi Lean Six<br />

Sigma level tinggi,<br />

tools dengan tingkat<br />

kesulitan yang<br />

“<br />

Selain pengetahuan untuk<br />

dapat memimpin proyek-proyek<br />

perbaikan bersk<strong>ala</strong> Black Belt,<br />

peserta juga mendapatkan<br />

pelatihan kepemimpinan<br />

yang akan membantu mereka<br />

mendampingi para Green Belt<br />

d<strong>ala</strong>m proyek-proyek sk<strong>ala</strong><br />

menengah, menggunakan<br />

metodologi Lean Six Sigma<br />

lebih kompleks, Kaizen event, dan change<br />

management.<br />

Berbeda dari pelatihan Black Belt lainnya,<br />

program ini dirancang untuk mencetak<br />

Black Belt yang memiliki pengetahuan<br />

dan kemampuan yang terintegrasi untuk<br />

memastikan kesuksesan proyek Lean Six<br />

Sigma, dan mampu memberikan pelatihan<br />

dan pendampingan internal kepada<br />

karyawan lain d<strong>ala</strong>m perusahaan. Seluruh<br />

materi pelatihan Black Belt yang diberikan<br />

dapat diimplementasikan di seg<strong>ala</strong> jenis<br />

industri.***RR<br />

Begitupun yang dikatakan peserta lain,<br />

Runtun Nurtiara, s<strong>ala</strong>h satu <strong>Presiden</strong><br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

4


specials<br />

Main Story story<br />

Mengentaskan Ganj<strong>ala</strong>n<br />

Operasional di<br />

PEMERINTAHAN<br />

Proses yang baik d<strong>ala</strong>m organisasi<br />

ad<strong>ala</strong>h modal utama d<strong>ala</strong>m perj<strong>ala</strong>nan<br />

menuju keunggulan operasional alias<br />

operational excellence. Seperti yang<br />

kita ketahui, operational excellence<br />

telah menjadi tren di dunia bisnis<br />

dan industri di Indonesia, sehingga<br />

perusahaan berlomba-lomba untuk<br />

memperbaiki proses bisnisnya. Namun<br />

keberhasilan mereka juga tidak lepas<br />

dari kinerja pemerintah, regulasi dan<br />

birokrasi yang ada. Jika dunia bisnis<br />

tengah sibuk memperbaiki kinerja<br />

operasionalnya, bagaimana dengan<br />

dunia pemerintahan? Benarkah birokrasi<br />

memegang peranan penting d<strong>ala</strong>m<br />

memastikan kinerja pemerintah?<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

5


specials<br />

Main Story<br />

Birokrasi berasal dari kata bureau yang<br />

artinya “kantor” dan cracy yang artinya<br />

“pemerintahan”. Secara sederhana,<br />

pengertian birokrasi ad<strong>ala</strong>h sebuah<br />

struktur organisasi yang memiliki ciri-ciri<br />

harus mengikuti tata prosedur pembagian<br />

tanggung jawab, adanya jenjang (hirarki),<br />

serta adanya hubungan yang sifatnya<br />

impersonal.<br />

D<strong>ala</strong>m pengertian umum, birokrasi<br />

ad<strong>ala</strong>h kekuasaan kantor. D<strong>ala</strong>m hal<br />

ini birokrasi dapat diartikan organisasi<br />

pemerintahan, melalui kantor-kantor yang<br />

dibentuknya sehingga pemerintah dapat<br />

menj<strong>ala</strong>nkan roda pemerintahan. Namun,<br />

selain organisasi pemerintah, birokrasi<br />

juga dapat diterapkan pada organisasi<br />

non pemerintah, seperti perusahaan,<br />

pengadilan, rumah sakit, dan sekolah.<br />

Konotasi Negatif<br />

D<strong>ala</strong>m porsi yang pas, birokrasi sebetulnya<br />

berfungsi untuk menciptakan keteraturan<br />

dan kedisiplinan d<strong>ala</strong>m menj<strong>ala</strong>nkan<br />

proses kerja sehingga overlap pekerjaan<br />

dapat dihindari. Namun sayangnya,<br />

kecenderungan yang ada saat ini,<br />

khususnya di kantor-kantor pemerintahan<br />

hingga kabinet, birokrasi ibaratnya<br />

menjelma menjadi sebuah tumor ganas<br />

yang menggerogoti kinerja pemerintah<br />

dan menjadi ganj<strong>ala</strong>n operasional yang<br />

cukup serius. Birokrasi berkonotasi<br />

negatif inilah yang akhirnya mendorong<br />

inefisiensi, biaya membengkak, organisasi<br />

yang gemuk, proses bertele-tele, korupsi,<br />

hingga fobia masyarakat. Birokasi yang<br />

demikian jelas perlu diperbaiki.<br />

Birokrasi di Indonesia dinilai tidak efektif<br />

dan efisien. Pasalnya, indeks efisien dan<br />

efektif Indonesia saat ini masih 8,37 poin<br />

dari kisaran 1 hingga 10 poin pada bulan<br />

Oktober 20<strong>14</strong> ini.<br />

Kementrian sebagai wadah bagi birokrasi<br />

ad<strong>ala</strong>h tempat yang paling tepat untuk<br />

memulai perbaikan. Budaya para pegawai<br />

negeri ketika memberikan pelayanan<br />

publik harus dirombak. Telah menjadi<br />

rahasia umum bahwa sebenarnya<br />

pekerjaan di kementrian sifatnya<br />

perlimpahan. Contohnya saja, ketika<br />

menteri memerintahkan kepada pejabat<br />

setingkat eselon 1 untuk melaksanakan<br />

suatu program kerja, maka pejabat ini<br />

akan memanggil bawahannya yang<br />

terdiri beberapa pejabat eselon 2 untuk<br />

melakukan program tersebut. Selanjutnya,<br />

pejabat setingkat direktur akan<br />

memerintahkan kep<strong>ala</strong> sub-direktorat<br />

eselon 3 dan demikian seterusnya<br />

akhirnya pekerjaan itu dilakukan secara<br />

langsung hanya oleh seorang staf biasa.<br />

Tanpa pengawasan yang memadai dari<br />

kementrian itu sendiri, tentu saja kualitas<br />

program akan dipertaruhkan.<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

6


specials<br />

Main Story<br />

“<br />

Birokrasi<br />

ibaratnya<br />

menjelma<br />

menjadi<br />

sebuah tumor<br />

ganas yang<br />

menggerogoti<br />

kinerja<br />

pemerintah<br />

dan menjadi<br />

ganj<strong>ala</strong>n<br />

operasional<br />

yang cukup<br />

serius.<br />

Tantangan Kabinet Kerja<br />

Sejak pemerintahan Order Baru, bangsa Indonesia<br />

selalu memiliki cita-cita untuk mewujudkan<br />

pemerintahan yang baik dan bersih. Namun<br />

sayangnya, w<strong>ala</strong>upun banyak perubahan<br />

telah dilakukan, cita-cita ini belum juga dapat<br />

terlaksana.<br />

S<strong>ala</strong>h satu faktor utama yang harus diperhatikan<br />

untuk mewujudkan pemerintahan yang<br />

bersih dan baik (clean and good governance)<br />

ad<strong>ala</strong>h birokrasi. D<strong>ala</strong>m posisi dan perannya<br />

yang demikian penting d<strong>ala</strong>m pengelolaan<br />

kebijakan dan pelayanan publik, birokrasi<br />

sangat menentukan efesiensi dan kualitas<br />

pelayanan kepada masyarakat, serta efisiensi dan<br />

efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan<br />

pembangunan.<br />

Ketika <strong>Presiden</strong> Joko Widodo mengumumkan<br />

komposisi Kabinet Kerja pada 26 Oktober lalu,<br />

para menteri ini langsung mendapat tantangan<br />

s<strong>ala</strong>h satunya ad<strong>ala</strong>h merampingkan birokrasi.<br />

Itulah yang juga dikatakan oleh pakar hukum dan<br />

tata negara Refly Harun. Menurutnya, Kabinet<br />

Kerja harus bekerja serius untuk memperbaiki<br />

birokrasi, seperti memangkas perizinan, misalnya.<br />

Mereka harus berani membenahi birokrasi mulai<br />

dari akarnya.<br />

“K<strong>ala</strong>u bisa pelayanan kementerian semua dibuat<br />

dengan sistem on-line, sehingga dapat<br />

mengurangi intensitas tatap muka. Selain<br />

pelayanan menjadi lebih cepat, tentunya<br />

dapat membuat kementerian lebih steril<br />

dari suap,” imbuh Refly, seperti yang<br />

dilansir dari Detik.com.<br />

Terkait perizinan ini, Menteri<br />

Koordiantor Bidang Perkonomian<br />

Sofyan Djalil menyampaikan bahwa<br />

pemerintah menargetkan untuk segera<br />

menyederhanakan birokrasi perizinan bagi<br />

pelaku usaha mikro kecil dan menengah<br />

(UMKM). Hal ini merupakan s<strong>ala</strong>h satu<br />

target perekonomian jangka pendek<br />

pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla.<br />

Selain menyederhanakan proses seperti<br />

perizinan dan lain sebagainya, untuk<br />

memperbaiki birokrasi, kementrian juga<br />

harus bisa mendongkrak sinergi antara<br />

pemerintah pusat dan daerah. Menteri<br />

D<strong>ala</strong>m Negeri Tjahjo Kumolo menekankan<br />

pentingnya kemudahan d<strong>ala</strong>m seg<strong>ala</strong><br />

pengurusan di segenap lapisan.<br />

“Kita harus memangkas birokrasi agar<br />

masyarakat dari daerah ke pemerintahnya<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

7


specials<br />

Main Story<br />

“<br />

Untuk memperbaiki<br />

birokrasi, kementrian<br />

juga harus bisa<br />

mendongkrak sinergi<br />

antara pemerintah<br />

pusat dan daerah.<br />

dan hubungannya dengan pemerintah pusat dapat lebih mudah,” ujar Tjahjo seperti<br />

dilansir dari CNNIndonesia.com.<br />

Mengatasi Mas<strong>ala</strong>h Birokrasi yang Berlarut-Larut<br />

Mas<strong>ala</strong>h birokrasi memang telah sejak lama menghantui sistem dan proses<br />

kerja pemerintahan di Indonesia. Dari sudut pandang operasional, ada beberapa<br />

faktor utama yang menyebabkannya. SSCX International sebagai konsultan yang<br />

berkompetensi di bidang operational excellence memandang mas<strong>ala</strong>h tersebut sebagai<br />

imbas dari kegag<strong>ala</strong>n kementrian dan lembaga-lembaga yang bergerak di<br />

bawahnya<br />

melihat proses dari sudut pandang rakyat.<br />

“Banyak aktivitas di kantor pemerintahan yang<br />

didesain tanpa memikirkan pelanggan, yaitu<br />

rakyat.,” kata Suwandi, Direktur SSCX<br />

International. “Ini wajar, karena dulunya para<br />

pengguna layanan ini masih belum dinilai seperti<br />

pelanggan pada layanan swasta. Misalnya<br />

untuk pengurusan paspor, sudut pandang yang<br />

dipakai ad<strong>ala</strong>h sudut pandang kantor imigrasi,<br />

tidak dari sudut pandang pelanggan.”<br />

Tidak hanya itu, pengurusan izin usaha, bahkan Akte<br />

Lahir, dan sebagainya, semuanya didesain dengan tidak<br />

menempatkan pelanggan dan ekspektasinya sebagai elemen<br />

penting.<br />

“Langkah pertama yang harus dilakukan, menurut saya ad<strong>ala</strong>h<br />

mulai memikirkan siapa pelanggan dan apa yang menjadi<br />

ekspektasinya,” katanya. “Selain ekspektasi pelanggan<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

8


specials<br />

Main Story<br />

“<br />

Banyak sekali<br />

waste atau<br />

aktivitas tanpa<br />

nilai tambah<br />

d<strong>ala</strong>m sebuah<br />

proses jika<br />

proses itu<br />

melibatkan banyak<br />

departemen atau<br />

banyak fungsi,<br />

ap<strong>ala</strong>gi banyak<br />

kantor.<br />

tentu saja proses harus bisa meng-cover<br />

peraturan yang ada, cara mengelola<br />

resiko, dan lain lain. Tidak berarti proses<br />

yang cepat itu artinya ceroboh dan tidak<br />

memikirkan resiko.”<br />

Menurut Suwandi, dari peng<strong>ala</strong>man SSCX,<br />

banyak sekali waste atau aktivitas tanpa<br />

nilai tambah d<strong>ala</strong>m sebuah proses jika<br />

proses itu melibatkan banyak departemen<br />

atau banyak fungsi, ap<strong>ala</strong>gi banyak kantor.<br />

Sering kali yang kita temukan ad<strong>ala</strong>h<br />

proses yang sama atau dengan tujuan<br />

yang sama dilakukan di beberapa tempat.<br />

“Lebih parahnya lagi, di kebanyakan kasus<br />

yang kami lihat, proses tersebut memakan<br />

waktu lama. Kami selalu menggunakan<br />

pedoman bahwa d<strong>ala</strong>m satu proses<br />

bisnis ap<strong>ala</strong>gi transaksional seperti<br />

pengurusan izin, 75-85% ad<strong>ala</strong>h<br />

aktivitas tanpa nilai tambah,<br />

hanya 15-25% yang memiliki<br />

nilai tambah. Kita harus<br />

mampu memetakan proses<br />

ini secara lengkap dan jelas,<br />

learn to see,” tutupnya.<br />

pemerintah Indonesia. Namun, bukan<br />

berarti penyakit tersebut tidak bisa<br />

disembuhkan. Saat ini, <strong>Presiden</strong> dan<br />

kabinetnya telah memiliki modal kerja<br />

yang cukup untuk melakukan perbaikan<br />

yang nyata, bukan hanya d<strong>ala</strong>m bentuk<br />

janji saja. Kita harapkan, j<strong>ala</strong>n menuju<br />

cita-cita untuk menyederhanakan birokrasi<br />

dan membentuk pemerintahan yang baik<br />

dapat segera dibangun. Mari ucapkan<br />

selamat bekerja kepada Kabinet Kerja!***<br />

Birokrasi ruwet memang telah<br />

mengakar bak penyakit d<strong>ala</strong>m budaya<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

9


www.sscxinternational.com<br />

Lean Manufacturing<br />

Six Sigma<br />

Total Productive Maintenance<br />

Consulting and Training<br />

iklan sscx<br />

Bolder Result<br />

Menara Rajawali, 8 Floor<br />

Jl. Mega Kuningan Lot 5.1 Jakarta 12950 +6221 576 3<strong>02</strong>0 +6221 576 SHIFT 3019 light // Issue info@sscx.asia<br />

2 // 20<strong>14</strong><br />

10


specials<br />

Main story<br />

Solusi<br />

untuk Birokrasi<br />

Pengurusan Izin<br />

Masih terkait birokrasi, s<strong>ala</strong>h satu<br />

momok yang diakibatkan oleh birokrasi<br />

yang njelimet ad<strong>ala</strong>h pengurusan izin<br />

usaha yang sulit dan bertele-tele. Di sisi<br />

ekonomi dan bisnis, buruknya birokrasi<br />

dan perizinan akan menghambat investasi.<br />

W<strong>ala</strong>upun pemerintahan yang baru bisa<br />

menjadi magnet bagi investor, potensi<br />

investasi asing d<strong>ala</strong>m bentuk Foreign<br />

Direct Investment (FDI) bisa hilang jika<br />

pemerintah tidak cepat menyederhanakan<br />

birokrasi dan perizinan.<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

11


specials<br />

Main story<br />

Masih terkait birokrasi, s<strong>ala</strong>h satu momok yang<br />

diakibatkan oleh birokrasi yang njelimet ad<strong>ala</strong>h<br />

pengurusan izin usaha yang sulit dan berteletele.<br />

Di sisi ekonomi dan bisnis, buruknya<br />

birokrasi dan perizinan akan menghambat<br />

investasi. W<strong>ala</strong>upun pemerintahan yang baru<br />

bisa menjadi magnet bagi investor, potensi<br />

investasi asing d<strong>ala</strong>m bentuk Foreign Direct<br />

Investment (FDI) bisa hilang jika pemerintah<br />

tidak cepat menyederhanakan birokrasi dan<br />

perizinan.<br />

S<strong>ala</strong>h satu penghambat investasi terbesar<br />

ad<strong>ala</strong>h birokrasi pengurusan izin terkait pembangunan<br />

pembangkit listrik (power plant). <strong>Presiden</strong> Joko Widodo<br />

(<strong>Jokowi</strong>) menegaskan, pemerintah akan memangkas<br />

jalur birokrasi ini.<br />

“<br />

<strong>Jokowi</strong> menyebutkan, selama ini diperlukan waktu<br />

dua hingga empat tahun untuk mendapatkan izin<br />

pembangunan pembangkit listrik di Tanah Air. “Itu<br />

yang tidak bisa dibiarkan,” katanya seperti dilansir<br />

dari Beritasatu.com.<br />

Dia mengatakan, jalur birokrasi yang bertele-tele tidak<br />

boleh dibiarkan bertahan. Jalur itu harus secepatnya<br />

dipangkas agar tidak merugikan masyarakat, industri,<br />

dan manufaktur. Sebab, katanya, listrik sangat<br />

diperlukan masyarakat, industri, dan manufaktur.<br />

Di sisi<br />

ekonomi<br />

dan bisnis,<br />

buruknya<br />

birokrasi dan<br />

perizinan akan<br />

menghambat<br />

investasi.<br />

“Semuanya membutuhkan listrik.<br />

Kawasan industri semuanya membutuhkan<br />

itu. Inilah yang mau kami lakukan terobosan<br />

agar investasi di bidang kelistrikan,<br />

pembangkit listrik itu cepat. K<strong>ala</strong>u tidak,<br />

tahun depan kita bisa gelap,” kata <strong>Presiden</strong>.<br />

Pengusaha Mengeluh<br />

“Prosedur perizinan dan birokrasi bagi<br />

pengusaha yang akan berinvestasi harus<br />

mendapat perhatian pemerintah agar<br />

ke depan Indonesia tidak k<strong>ala</strong>h dengan<br />

M<strong>ala</strong>ysia dan Thailand,” kata pengamat<br />

ekonomi dari Universitas Gadjah Mada<br />

(UGM), Sri Adiningsih, seperti dilansir dari<br />

Koran-Jakarta.com. Menurut Sri, pelayanan<br />

perizinan dan birokrasi di Indonesia masih<br />

di bawah M<strong>ala</strong>ysia dan Thailand, bahkan<br />

sangat jauh dari Singapura. “Ini yang harus<br />

segera diperbaiki pemerintahan baru,<br />

dan langkah <strong>Presiden</strong> <strong>Jokowi</strong> dengan<br />

mempercepat birokrasi perizinan sudah<br />

tepat,” paparnya.<br />

Keluhan mengenai mas<strong>ala</strong>h perizinan juga<br />

disampaikan oleh pengusaha. Wakil Ketua<br />

Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin)<br />

Indonesia bidang Investasi, Perhubungan,<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

12


specials<br />

Main story<br />

Informatika, dan Telekomunikasi, Chris<br />

Kanter, menyatakan mas<strong>ala</strong>h perizinan<br />

bukan perkara baru. Pengusaha Indonesia<br />

sudah lama mengeluhkan perso<strong>ala</strong>n<br />

birokrasi perizinan.<br />

“Selama ini, para pengusaha selalu<br />

dihadapkan pada sejumlah ketentuan<br />

birokrasi dan perizinan yang rumit.<br />

Mas<strong>ala</strong>h tersebut harus diurai satu per<br />

satu dan disederhanakan dengan hati-hati<br />

serta harus berada d<strong>ala</strong>m pengawasan,”<br />

katanya.<br />

Seperti yang dirasakan pengusaha, sulitnya<br />

perizinan dan birokrasi menjadi mas<strong>ala</strong>h<br />

besar yang menghambat pertumbuhan<br />

industri di Indonesia. Contohnya,<br />

untuk proses perizinan surat izin usaha<br />

membutuhkan waktu yang cukup lama,<br />

bahkan sampai beberapa hari dan ada<br />

yang sampai hitungan bulan. Padahal,<br />

proses yang demikian seharusnya dapat<br />

dilakukan d<strong>ala</strong>m hitungan menit.<br />

Blusukan dan Upaya<br />

Penyederhanaan Birokrasi Perizinan<br />

Ibarat gayung bersambut, pemerintahpun<br />

sebetulnya telah berniat untuk<br />

memangkas birokrasi perizinan. Demikian<br />

yang dijanjikan <strong>Presiden</strong> <strong>Jokowi</strong> pada<br />

kampanye yang ia lakukan pada saat<br />

proses pencalonan silam. Menurutnya,<br />

bentuk pemangkasan yang dapat<br />

dilakukan ad<strong>ala</strong>h mengurangi tahapan<br />

d<strong>ala</strong>m proses perizinan dan mengurangi<br />

intensitas tatap muka antara pengurus<br />

dengan petugas. S<strong>ala</strong>h satunya s<strong>ala</strong>h satu<br />

caranya ad<strong>ala</strong>h dengan memanfaatkan<br />

teknologi seperti menggunakan sistem<br />

d<strong>ala</strong>m jaringan, dan sebagainya.<br />

Beberapa kementrian di Kabinet<br />

Kerja sendiri sudah mengemukakan<br />

niatnya untuk segera melakukan upaya<br />

pemyederhanaan birokrasi. Mulai dari<br />

Menko Ekonomi Sofyan Djalil yang<br />

berjanji mengentaskan mas<strong>ala</strong>h perizinan<br />

investasi yang lamban di Badan Koordinasi<br />

“<br />

industri<br />

Penanaman Modal (BKPM),<br />

hingga Menteri Perhubungan<br />

Ignasius Jonan yang akan<br />

menyederhanakan proses<br />

perizinan bidang transportasi<br />

yang selama ini terbelit oleh<br />

jalur birokrasi.<br />

Penyederhanaan birokrasi<br />

memang harus ditangani dari<br />

akarnya. Beberapa waktu lalu,<br />

tepatnya tanggal 28 Oktober,<br />

<strong>Jokowi</strong> melakukan blusukan<br />

secara diam-diam ke kantor<br />

BKPM yang mengurus perizinan<br />

usaha. Mantan Gubernur DKI<br />

Jakarta ini menemukan banyak<br />

pelayanan perizinan di BKPM<br />

yang harusnya bisa dipercepat.<br />

“Tadi kita jumpai d<strong>ala</strong>m SOPnya.<br />

Misal izin prinsip hanya<br />

tiga hari, tapi d<strong>ala</strong>m praktiknya<br />

Sulitnya perizinan dan birokrasi menjadi<br />

mas<strong>ala</strong>h besar yang menghambat pertumbuhan<br />

di Indonesia.<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

13


specials<br />

Main story<br />

ada yang 12 hari. Tapi saya kira itu bisa<br />

diperbaiki,” katanya, seperti dilansir dari<br />

Republika.co.id.<br />

<strong>Jokowi</strong> menilai, faktor yang menghambat<br />

proses perizinan selama ini ad<strong>ala</strong>h<br />

rumitnya birokrasi di kementerian.<br />

Karenanya, pemerintah harus<br />

menargetkan one stop<br />

service perizinan untuk<br />

memangkas birokrasi<br />

yang selama ini<br />

menghambat<br />

investasi. Dengan<br />

demikian, investor<br />

tak perlu datang ke<br />

banyak kementerian<br />

untuk mengurus izin<br />

usaha. Cukup datang<br />

ke satu tempat, yakni<br />

BKPM.<br />

Secara umum, kantor BKPM sudah<br />

memadai, perangkat yang digunakan<br />

sudah baik, dan sistem online pun sudah<br />

ada. <strong>Presiden</strong>-pun sudah memberi target<br />

kepada BKPM untuk mengintegrasikan<br />

perizinan d<strong>ala</strong>m waktu paling<br />

lambat enam bulan. W<strong>ala</strong>upun<br />

saat ini posisi kep<strong>ala</strong><br />

BKPM kosong, <strong>Jokowi</strong> mengaku optimistis<br />

para deputi bisa mewujudkan target<br />

tersebut. Beliau menilai, apabila perizinan<br />

sudah semakin mudah, maka investor<br />

akan berbondong-bondong menanamkan<br />

investasinya di Indonesia. Hal itu akan<br />

berdampak pada semakin banyaknya<br />

lapangan pekerjaan baru.<br />

<strong>Presiden</strong> juga berjanji, setelah one stop<br />

service perizinan di tingkat nasional<br />

sudah berj<strong>ala</strong>n, maka selanjutnya<br />

pemerintah akan mendorong konsep<br />

serupa diterapkan di daerah. Menurutnya,<br />

lembaga-lembaga di daerah telah siap<br />

untuk melakukannya. Kita tunggu saja!***<br />

“<br />

Pemerintah harus menargetkan<br />

one stop service perizinan untuk<br />

memangkas birokrasi yang selama<br />

ini menghambat investasi.<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

<strong>14</strong>


Think Think Think Manufacturing Productivity<br />

Productivity<br />

Think Think Think FTX FTX FTX<br />

Iklan vorne<br />

FREE FREE Trial FREE Trial log Trial on log on log on<br />

info@ftx.asia<br />

info@ftx.asia<br />

XL is XL a remarkable is XL a remarkable is a remarkable tool for tool improving for tool improving for improving manufacturing manufacturing productivity. productivity. It snaps It snaps onto It snaps onto your onto your existing your existing lines existing lines lines<br />

and processes and processes and processes and immediately and and immediately delivers delivers real-time delivers real-time manufacturing real-time manufacturing performance performance data data to all data to levels all to levels all levels<br />

of your of your company of your company company – Strategic, – Strategic, – Tactical, Strategic, Tactical, and Tactical, Operational.<br />

and and Operational.<br />

www.ftx.asia<br />

www.ftx.asia<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

15


specials<br />

Main story<br />

<strong>Gemba</strong> <strong>ala</strong><br />

<strong>Presiden</strong> <strong>Jokowi</strong>,<br />

Dipuja dan<br />

Dicerca<br />

Prinsip blusukan ad<strong>ala</strong>h mendengar apa yang<br />

dibutuhkan oleh rakyat. Substansi kedua, blusukan<br />

merupakan cara untuk mengontrol pekerjaan birokrasi.<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

16


specials<br />

Main story<br />

Selain penampilannya<br />

yang selalu sederhana dan<br />

merakyat, <strong>Presiden</strong> Joko<br />

Widodo amat terkenal<br />

dengan gaya manajemen<br />

yang sering dianggap<br />

nyentrik di lingkungan<br />

pemerintahan, yaitu<br />

“blusukan”. Aktivitas<br />

terjun langsung ke<br />

lapangan yang dilakukan<br />

<strong>Presiden</strong> ini telah menjadi<br />

kebiasaan beliau tatk<strong>ala</strong><br />

menjabat sebagai Wali<br />

Kota Solo, Gubernur<br />

DKI Jakarta, dan terus<br />

dilakukan hingga menjadi<br />

orang nomor satu<br />

Republik Indonesia saat<br />

ini. Mengapa <strong>Presiden</strong><br />

yang akrab disapa <strong>Jokowi</strong><br />

ini begitu “gemar”<br />

melakukan blusukan dan<br />

apa pentingnya aktivitas<br />

semacam ini dari sudut<br />

pandang manajemen?<br />

“<br />

D<strong>ala</strong>m prinsip<br />

Kaizen, haram<br />

hukumnya<br />

membuat<br />

keputusan<br />

atau memberi<br />

solusi hanya<br />

berdasarkan<br />

laporan<br />

atau asumsi<br />

semata.<br />

Blusukan ad<strong>ala</strong>h cara <strong>Jokowi</strong> melihat langsung kondisi<br />

wilayah yang ia pimpin, sekaligus mendengarkan<br />

keinginan masyarakat, mengetahui mas<strong>ala</strong>h yang ada,<br />

dan perso<strong>ala</strong>n di lapangan. Dengan melihat langsung<br />

mas<strong>ala</strong>h di lapangan, beliau berpendapat pemimpin akan<br />

bisa mendekatkan diri kepada masyarakat dan menguasai<br />

medan yang dipimpin. Setelah proses tersebut dilakukan,<br />

maka ada langkah selanjutnya yaitu problem solving<br />

melalui penerapan berbagai kebijakan oleh pemerintah.<br />

Menurut <strong>Presiden</strong>, blusukan yang ia lakukan memiliki<br />

dua substansi. Prinsip blusukan ad<strong>ala</strong>h mendengar apa<br />

yang dibutuhkan oleh rakyat. Substansi kedua, blusukan<br />

merupakan cara untuk mengontrol pekerjaan birokrasi.<br />

<strong>Jokowi</strong> juga mengatakan, sebagai presiden, ia akan tetap<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

17


specials<br />

Main story<br />

bekerja lebih banyak di lapangan dan 30<br />

persen jam kerjanya akan dihabiskan di<br />

kantor.<br />

Tatk<strong>ala</strong> masih menjabat sebagai<br />

Gubernur DKI Jakarta, aktivitas blusukan<br />

yang selalu <strong>Jokowi</strong> lakukan sebetulnya<br />

merupakan bagian dari beberapa<br />

tahapan manajemen. Sebagai orang yang<br />

bertanggung jawab untuk s<strong>ala</strong>h satunya<br />

memperbaiki berbagai mas<strong>ala</strong>h yang ada<br />

di daerah kekuasaannya, amat wajar jika<br />

ia ingin mengetahui secara langsung apa<br />

yang menjadi penyebab mas<strong>ala</strong>h yang ada.<br />

S<strong>ala</strong>h satu caranya, meninjau langsung ke<br />

lapangan.<br />

Untuk melakukan aktivitas blusukan yang<br />

efektif, <strong>Jokowi</strong> seringkali berangkat tanpa<br />

sepengetahuan siapapun, termasuk para<br />

staf dan wartawan. Selain berkomunikasi<br />

dengan masyarakat, beliau memiliki<br />

tujuan lain selama blusukan, yaitu menilai<br />

kinerja jajaran manajemen yang berada di<br />

bawah pimpinannya. Selain itu, blusukan<br />

juga berguna untuk melihat langsung<br />

implementasi berbagai kebijakan, proyek,<br />

dan pelayanan publik yang diberikan<br />

oleh kantor-kantor pemerintahan seperti<br />

Cuplikan Pidato <strong>Jokowi</strong> di Depan<br />

Camat dan Lurah Se-Jakarta<br />

“Saya kemarin nyoba mau buat KTP,<br />

saya nunggunya di mana? Hanya ada<br />

satu kursi, dua kursi. K<strong>ala</strong>u ada yang<br />

lain, antrenya di mana, apa harus<br />

duduk di lantai? Kita ini melayani<br />

masyarakat. Mereka itu ibaratnya<br />

konsumen. Harus dilayani seperti raja.<br />

Ke depan, tata ruang di kelurahan,<br />

kecamatan, walikota, semua wilayah,<br />

bupati, semuanya tempat pelayanan<br />

itu kayak bank, terbuka. Tempat<br />

duduknya yang dilayani justru harus<br />

enak. Tolong Pak Lurah, Bu Lurah, Pak<br />

Camat dan Bu Camat, beritahu mereka,<br />

k<strong>ala</strong>u masyarakat datang, beri ucapan<br />

selamat pagi. K<strong>ala</strong>u siang, selamat<br />

siang. Ini melayani.<br />

Jangan yang ada di front depan, sudah<br />

tehnya nggak enak, nggak ngucapin<br />

s<strong>ala</strong>m, merengut. Makanya pasang<br />

yang cantik di depan. Ini tempat<br />

pelayanan, budaya itu harus diubah.<br />

Saya yakin SDM di DKI ini luar biasa<br />

bagus. Luar biasa bagus.”***<br />

(Pidato <strong>Jokowi</strong> ketika menjabat sebagai<br />

Gubernur DKI pada bulan Oktober 2012)<br />

kecamatan atau kelurahan. Inilah <strong>ala</strong>san<br />

mengapa blusukan yang dilakukan <strong>Jokowi</strong><br />

sering terkesan mendadak.<br />

Proses manajemen yang dilakukan<br />

menyusul blusukan dan penerapan<br />

kebijakan ad<strong>ala</strong>h pengawasan. Seperti yang<br />

telah dijelaskan sebelumnya, s<strong>ala</strong>h satu<br />

metode pengawasan <strong>ala</strong> <strong>Jokowi</strong> ad<strong>ala</strong>h<br />

kembali melakukan blusukan di kantorkantor<br />

pemerintahan. Kunjungan semacam<br />

itu ia lakukan untuk mengawasi programprogram<br />

yang telah dij<strong>ala</strong>nkan. Selain<br />

meninjau efektivitas program, beliau juga<br />

melakukan pengawasan terhadap programprogram<br />

dan memastikan pegawainya<br />

betul-betul bekerja dan menggunakan<br />

anggaran secara tepat.<br />

Singkatnya, blusukan inilah yang menjadi<br />

bekal <strong>Jokowi</strong> sebelum menerapkan<br />

kebijakan seperti pengadaan Kartu Jakarta<br />

Sehat (KJS), Kartu Jakarta Pintar (KJP),<br />

revitalisasi Rusun Marunda, mas<strong>ala</strong>h<br />

sampah, Tanah Tinggi, seperti yang beliau<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

18


specials<br />

Main story<br />

1<br />

Fokus Kepada Pelanggan<br />

dan Lakukan <strong>Gemba</strong><br />

“<br />

Prinsip<br />

Kaizen ad<strong>ala</strong>h<br />

melakukan<br />

perbaikanperbaikan<br />

kecil jangka<br />

pendek yang<br />

konsisten<br />

untuk<br />

mengejar<br />

perbaikan<br />

kinerja jangka<br />

panjang.<br />

sampaikan ketika masih menjabat<br />

sebagai Gubernur DKI tahun 2013 lalu.<br />

Melihat Mas<strong>ala</strong>h untuk Mencari<br />

Solusi<br />

W<strong>ala</strong>upun dinilai tidak konservatif<br />

bahkan nyeleneh, aktivitas blusukan<br />

<strong>Jokowi</strong> sebetulnya merupakan s<strong>ala</strong>h<br />

satu aktivitas manajerial yang telah<br />

sering dilakukan di berbagai organisasi.<br />

Tujuannya sama, yaitu meninjau<br />

mas<strong>ala</strong>h secara langsung dengan terjun<br />

ke lapangan. Blusukan ini khususnya<br />

populer dan telah banyak dilakukan di<br />

perusahaan-perusahaan Jepang.<br />

D<strong>ala</strong>m bahasa Jepang, mereka<br />

menyebutnya “gemba”. Namun<br />

benarkah <strong>Jokowi</strong> terinspirasi strategi<br />

manajemen Jepang? Well, mungkin<br />

saja. Yang jelas, apa yang dilakukan<br />

<strong>Jokowi</strong> memang sej<strong>ala</strong>n dengan prinsip<br />

Kaizen (dipopulerkan oleh Walter<br />

Shewhart dan Masaaki Imai melalui<br />

Toyota Production System) yang terkait<br />

erat dengan aktivitas gemba: melihat<br />

mas<strong>ala</strong>h untuk mencari solusi. Secara<br />

singkat, inilah prinsip Kaizen:<br />

Prinsip inilah yang sangat marak didengungkan oleh banyak<br />

perusahaan global, namun banyak dari mereka yang masih<br />

‘berjuang’ untuk benar-benar melakukan. Fokus kepada<br />

pelanggan ad<strong>ala</strong>h mengarahkan seg<strong>ala</strong> usaha dan kebijakan<br />

untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, atau pengguna<br />

akhir dari proses yang berj<strong>ala</strong>n di organisasi. Bagi <strong>Presiden</strong><br />

<strong>Jokowi</strong>, pelanggan ad<strong>ala</strong>h rakyat.<br />

Kebiasaan melakukan gemba berangkat dari kebutuhan<br />

untuk selalu mendapatkan informasi dan data langsung<br />

dari area dimana proses berlangsung. D<strong>ala</strong>m prinsip Kaizen,<br />

haram hukumnya membuat keputusan atau memberi solusi<br />

hanya berdasarkan laporan atau asumsi semata. Pemimpin<br />

harus melihat langsung kondisi lapangan, selain meninjau<br />

data-data d<strong>ala</strong>m laporan. Prinsip inilah yang nampaknya<br />

diterapkan juga oleh <strong>Jokowi</strong> baik semasa menjabat sebagai<br />

Gubernur DKI hingga menjadi <strong>Presiden</strong> RI (lihat cuplikan<br />

pidato <strong>Jokowi</strong> berikut). Turunnya pemimpin ke ‘bawah’<br />

juga memiliki keuntungan lain, yaitu memberikan motivasi<br />

kepada karyawan dan membuat karyawan merasa diawasi<br />

selama bekerja.<br />

Perspektif gemba atau blusukan ini sebetulnya sangat<br />

sederhana bukan sesuatu yang baru. Pasalnya, banyak<br />

orang yang sudah memahami namun hanya sedikit yang<br />

melakukan. <strong>Presiden</strong> <strong>Jokowi</strong> sebagai elit politik, ketika<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

19


specials<br />

Main story<br />

melakukan m<strong>ala</strong>h dikatakan eksentik, nyeleneh. Namun<br />

jika saja semua pemimpin menyadari pentingnya gemba,<br />

benang-benang yang kusut tentu akan lebih mudah diurai.<br />

Seperti yang kita semua tahu, solusi dan program perbaikan<br />

di organisasi tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh<br />

pemimpin. Bagaimana jadinya jika pemimpin tidak paham<br />

secara mend<strong>ala</strong>m mas<strong>ala</strong>h yang ada di organisasinya?<br />

2<br />

Melakukan Perbaikan-<br />

Perbaikan Kecil<br />

Blusukan atau gemba merupakan bagian dari prinsip<br />

Kaizen yang diidentikkan dengan aktivitas continuous<br />

improvement; perbaikan yang berkelanjutan. Sebagai usaha<br />

untuk melakukan perbaikan terus-menerus, pekerjaan yang<br />

besar harus dibagi menjadi bagian-bagian kecil agar dapat<br />

ditangani dengan lebih mudah dan lebih baik. Jadi, prinsip<br />

Kaizen ad<strong>ala</strong>h melakukan perbaikan-perbaikan kecil jangka<br />

pendek yang konsisten untuk mengejar perbaikan kinerja<br />

jangka panjang.<br />

Ibaratnya makan kue, anda bisa menggigitnya sedikitdemi-sedikit<br />

agar lebih mudah untuk menghabiskannya<br />

bukan? Prinsip inilah yang nampaknya menginspirasi <strong>Jokowi</strong><br />

ketika menjabat Gubernur DKI, yang lebih memilih untuk<br />

mengutamakan eksekusi mas<strong>ala</strong>h-mas<strong>ala</strong>h ‘kecil’ ketimbang<br />

mega-proyek MRT yang butuh waktu lama dan energi besar.<br />

Ketika Blusukan Dicerca<br />

<strong>Gemba</strong> atau blusukan ad<strong>ala</strong>h sebuah<br />

langkah manajemen yang dipandang<br />

amat penting di dunia bisnis. Seorang<br />

pengusaha retail dan properti mengakui,<br />

dengan melakukan blusukan, ia<br />

mendapatkan banyak pengetahuan<br />

mengenai hambatan-hambatan di lini<br />

bawah. Pengetahuan inilah yang menjadi<br />

modalnya d<strong>ala</strong>m merancang program<br />

perbaikan.<br />

Saking pentingnya blusukan, di<br />

mancanegara, ada program televisi yang<br />

bertajuk Undercover Boss. Program<br />

dari CBS tersebut menceritakan banyak<br />

hal mengenai para CEO dan pimpinan<br />

perusahaan yang turun langsung ke<br />

bawah untuk melihat kondisi dan situasi<br />

yang di<strong>ala</strong>mi “rakyat kecil” yang telah<br />

bekerja keras untuk perusahaan. Program<br />

ini banyak ditiru oleh stasiun TV lain di<br />

seluruh dunia. Di CBS sendiri, acara ini<br />

telah menelurkan lebih dari 60 episode<br />

(ratingnya 5,6-6,5/10), mulai dari bidang<br />

pengolahan sampah, hamburger, hingga<br />

American Online (AOL).<br />

“<br />

Siapapun<br />

presidennya,<br />

mereka harus<br />

rajin turun<br />

ke bawah<br />

jika memang<br />

berpihak<br />

kepada rakyat<br />

dan karyawan<br />

kecil.<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

20


specials<br />

Main story<br />

“Going undercover gives you the chance<br />

to really connect with your worker,”<br />

begitulah pendapat CEO AOL.<br />

Ironisnya, aktivitas blusukan yang<br />

mendapat banyak pujian (jika dilakukan<br />

para pemimpin) di dunia bisnis, justru<br />

mendapat sambutan yang kurang baik,<br />

bahkan cemoohan di panggung politik.<br />

Blusukan yang dilakukan <strong>Jokowi</strong> seringkali<br />

dianggap sebagai pencitraan. Tidak<br />

sedikit pula yang menganggap blusukan<br />

sebagai aktivitas yang membuang waktu,<br />

karena tidak menghasilkan sesuatu yang<br />

signifikan.<br />

Padahal, menurut pakar manajemen<br />

Rhenald Kasali, blusukan di dunia<br />

politik tidak k<strong>ala</strong>h pentingnya dengan<br />

yang dilakukan di dunia manajemen<br />

bisnis. Menurut Rhenald, siapapun<br />

presidennya, mereka harus rajin turun<br />

ke bawah jika memang berpihak kepada<br />

rakyat dan karyawan kecil. Akan tidak<br />

adil jika pemimpin hanya mau blusukan<br />

saat kampanye, dan setelah itu hanya<br />

memimpin dari balik tembok istana,<br />

di kantor yang sejuk, atau dari djet<br />

“Blusukan<br />

hany<strong>ala</strong>h sebuah<br />

aktivitas yang<br />

menjadi bagian<br />

dari rencana<br />

atau program<br />

improvement<br />

yang lebih besar.<br />

pribadinya tanpa pernah merasakan macet, mengantri<br />

untuk mendapat fasilitas pemerintah, atau menawar di<br />

pasar.<br />

Memang, gemba atau blusukan bukan sesuatu yang<br />

dapat memecahkan mas<strong>ala</strong>h. Blusukan hany<strong>ala</strong>h<br />

sebuah aktivitas yang menjadi bagian dari rencana<br />

atau program improvement yang lebih besar.<br />

Pemimpin juga tidak bisa memecahkan mas<strong>ala</strong>h<br />

sendirian. Ia memerlukan dukungan dari tim yang<br />

cakap dan solid, yang mau bekerja keras dan<br />

memiliki visi yang sama dengannya. Ia butuh strategi<br />

yang mampu memaksimalkan kekuatan tim dan<br />

menggerakkannya. Namun, strategi tersebut juga<br />

harus diikuti dengan eksekusi yang tepat dan terarah<br />

kepada tujuan utama, dimana petanya bisa dibuat<br />

dengan melakukan blusukan itu tadi.<br />

Semoga saja, aktivitas blusukan yang dilakukan<br />

<strong>Presiden</strong> dan para menterinya ini mampu menemukan<br />

akar mas<strong>ala</strong>h dari berbagai perso<strong>ala</strong>n di Tanah Air,<br />

untuk kemudian dibuat solusinya.***<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

21


Iklan pelatihan sscx<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

22


substantials<br />

Toolbox<br />

Voice of Customer:<br />

Dengarkan<br />

Pelanggan Anda,<br />

Menangkan Hati<br />

Mereka<br />

D<strong>ala</strong>m persaingan pasar global,<br />

tidak ada perusahaan yang<br />

sukses memimpin pasar tanpa<br />

mendengarkan suara pelanggan.<br />

Persaingan bisnis yang terjadi<br />

saat ini sangat bergantung pada<br />

keterlibatan perusahaan dengan<br />

pelanggannya, sehingga tidak jarang<br />

perusahaan menggunakan berbagai<br />

macam cara untuk terus terhubung<br />

dengan mereka.<br />

Media sosial pun ikut berperan<br />

d<strong>ala</strong>m mencapai keterlibatan<br />

tersebut. Berbagai respon, mulai<br />

dari pertanyaan, keluhan, saran<br />

atau bahkan pujian tidak jarang<br />

dilontarkan pelanggan d<strong>ala</strong>m akun<br />

mesia sosial yang mereka miliki.<br />

Disinilah perusahaan memiliki<br />

peluang sekaligus tantangan<br />

untuk bisa menunjukkan kepada<br />

pelanggan bahwa suara mereka<br />

berharga.<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

23


substantials<br />

Toolbox<br />

“<br />

D<strong>ala</strong>m<br />

persaingan<br />

pasar global,<br />

tidak ada<br />

perusahaan<br />

yang sukses<br />

memimpin<br />

pasar tanpa<br />

mendengarkan<br />

suara<br />

pelanggan.<br />

Voice of Customer<br />

Voice of Customer (Voc) ad<strong>ala</strong>h istilah<br />

dan tool yang memungkinkan perusahaan<br />

untuk mendapat umpan balik atas<br />

peng<strong>ala</strong>man yang mereka rasakan<br />

saat menggunakan produk atau jasa<br />

perusahaan terkait. Dari perspektif Lean,<br />

VoC menjadi modal awal pelaksanaan<br />

inisiatif perbaikan, karena kepuasan<br />

pelanggan memang seharusnya menjadi<br />

s<strong>ala</strong>h satu tujuan akhir dari setiap program<br />

Lean atau Six Sigma.<br />

Menurut Jim Davies, seorang direktur riset<br />

di Gartner, saat ini VoC sudah dianggap<br />

sebagai sebuah strategi yang harus dimiliki<br />

perusahaan. “Dari perspektif perusahaan,<br />

mereka mengarahkan fokus untuk<br />

memenuhi keinginan pelanggan,”<br />

jelas Davies.<br />

Mengapa VoC Penting?<br />

Dengan menerapkan program VoC<br />

perusahaan bisa:<br />

• Menyesuaikan produk, layanan, dan<br />

juga fitur-fitur lainnya untuk memenuhi<br />

kebutuhan dan keinginan pelanggan<br />

• Memaksimalkan keuntungan<br />

perusahaan<br />

• Mengidentifikasi dan memprioritaskan<br />

kebutuhan bersuara dan keingan<br />

pelanggan<br />

• Memprioritaskan isu dan perkembangan<br />

yang ada<br />

• Mengumpulkan dan mengevaluasi<br />

konsep-konsep baru, ide, dan solusi<br />

Dan ketika pelanggan anda berbagi suara<br />

mereka secara real time dengan anda<br />

dan perusahaan, mereka mengharapkan<br />

anda untuk mendengarkan, mengambil<br />

tindakan, dan melaporkan kembali kepada<br />

mereka.<br />

Karakter VoC yang Baik<br />

Program VoC yang baik akan:<br />

• Menghubungkan banyak tipe umpan<br />

balik di seluruh channel data.<br />

• Memungkinkan kolaborasi antara banyak<br />

departemen dengan berbagai fungsi.<br />

• Mengombinasikan suara karyawan.<br />

• Memberikan dokumen dan laporan yang<br />

mengintegrasikan informasi dari<br />

berbagai suara pelanggan, tidak<br />

memandang sumber, survei atu waktu.<br />

• Memberikan hasil dari sisi bisnis dan ROI<br />

yang jelas.<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

24


substantials<br />

Toolbox<br />

Bagaimana Membangun<br />

Program VoC yang Efektif<br />

Kunci penerapan VoC yang efektif ad<strong>ala</strong>h<br />

untuk mengumpulkan dan menggunakan<br />

informasi dengan cara dan d<strong>ala</strong>m waktu<br />

yang tepat untuk melakukan perbaikan.<br />

Beberapa departemen yang terlibat<br />

dengan pelanggan, yaitu penju<strong>ala</strong>n,<br />

support, garansi, dan juga pembukuan.<br />

Berikut 4 hal yang patut dipertimbangkan<br />

saat anda akan menerapkan program VoC:<br />

Capture: Penting bagi perusahaan untuk<br />

mengidentifikasi suara pelanggan baik<br />

secara internal maupun eksternal. Dan<br />

survei ad<strong>ala</strong>h cara yang paling mudah dan<br />

umum untuk mengetahui hal tersebut.<br />

Analyze: Setelah mengetahui suara<br />

pelanggan anda, lakukan analisa<br />

umpan balik secara real time. Penting<br />

bagi perusahaan untuk memberikan<br />

pemahaman yang jelas dan ditindaklanjuti<br />

kepada pihak manajemen.<br />

tindakan secara real-time. Anda akan<br />

mengetahui di area mana permas<strong>ala</strong>han<br />

timbul sehingga anda dan tim dituntut<br />

untuk melakukan tindakan korektif.<br />

Monitor: Melakukan monitoring secara<br />

berkelanjutan membantu anda melacak<br />

hasil yang sudah dicapai. Hal ini akan<br />

membantu anda menemukan pola<br />

untuk melihat perbaikan yang sudah<br />

anda lakukan.***RR/RW<br />

“VoC menjadi<br />

modal awal<br />

pelaksanaan<br />

inisiatif<br />

perbaikan,<br />

karena<br />

kepuasan<br />

pelanggan<br />

memang<br />

seharusnya<br />

menjadi s<strong>ala</strong>h<br />

satu tujuan<br />

akhir dari setiap<br />

program Lean<br />

atau Six Sigma.<br />

Act: Keberhasilan program VoC akan<br />

membawa perusahaan anda berada<br />

d<strong>ala</strong>m posisi yang tepat untuk mengambil<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

25


substantials<br />

Profile<br />

Bernard Lokasasmita<br />

Inovasi dan Komunikasi,<br />

Kunci Continuous<br />

Improvement di<br />

Permata Bank<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

26


substantials<br />

Profile<br />

“<br />

Produk dan<br />

layanan yang<br />

dua tahun lalu<br />

terasa hebat,<br />

sekarang<br />

biasa-biasa<br />

saja. Tugas<br />

kami ad<strong>ala</strong>h<br />

berinovasi untuk<br />

memberikan<br />

solusi-solusi<br />

baru yang selalu<br />

terasa “wow”<br />

bagi nasabah.<br />

Deretan kubikel tertata rapi di ruangan<br />

luas yang didominasi warna putih. Sesekali<br />

nampak aksen warna hijau terang,<br />

menunjukkan identitas perusahaan yang<br />

kantornya sedang kami datangi siang itu.<br />

Tidak ada tumpukan kertas, barang yang<br />

berlebihan di meja, dan pencahayaan juga<br />

baik. Apik dan nyaman, itulah kondisi s<strong>ala</strong>h<br />

satu kantor pusat Permata Bank di gedung<br />

WTC II. Naiknya pamor bank swasta tersebut<br />

akhir-akhir ini, ditambah keberhasilan<br />

mereka menyabet penghargaan Opexcon<br />

Award 20<strong>14</strong>, membuat kami penasaran<br />

improvement seperti apa yang dij<strong>ala</strong>nkan<br />

disana. Simak wawancara Maj<strong>ala</strong>h Shift<br />

dengan Bernard Lokasasmita, Senior Vice<br />

<strong>Presiden</strong>t , Head of Service Quality and<br />

Operational Excellence di Permata Bank<br />

berikut ini.<br />

Menurut anda, sebagai s<strong>ala</strong>h satu bank<br />

swasta terbesar di Indonesia, apa yang<br />

menjadi keunggulan kompetitif Permata<br />

Bank?<br />

Inovasi. Kami selalu berusaha untuk menjadi<br />

pelopor d<strong>ala</strong>m memberi solusi finansial yang<br />

inovatif kepada nasabah. Kami sadar, banyak<br />

perusahaan terkend<strong>ala</strong> ketika berniat untuk<br />

memberikan solusi kepada pelanggannya.<br />

Apa sih solusi yang tepat buat mereka?<br />

Bagaimana cara menyampaikannya? Karena<br />

zaman terus berubah, kita harus terus<br />

berkembang. Solusi yang ditawarkan juga<br />

begitu. Produk dan layanan yang dua<br />

tahun lalu terasa hebat, sekarang biasabiasa<br />

saja. Tugas kami ad<strong>ala</strong>h berinovasi<br />

untuk memberikan solusi-solusi baru yang<br />

selalu terasa “wow” bagi nasabah.<br />

Bagaimana Permata Bank bisa selalu<br />

memberikan solusi semacam itu?<br />

Permata Bank punya tiga keunggulan yang<br />

mampu menopang inovasi. Yang pertama,<br />

kami punya sumber daya yang berkualitas.<br />

Untuk memastikannya, kami selalu<br />

menyediakan pelatihan dan memberikan<br />

motivasi kepada karyawan. Buat kami,<br />

karyawan ad<strong>ala</strong>h aset. Sebagus apapun<br />

visi dan misi perusahaan, tidak akan<br />

terlaksana tanpa dukungan karyawannya.<br />

Karena itulah, kami selalu berusaha<br />

memotivasi karyawan untuk berinovasi.<br />

Termasuk juga pengelolaan pola pikir<br />

mereka. Percuma punya banyak karyawan<br />

jika pola pikirnya tidak berkembang. Bisabisa<br />

hanya terlena dengan kesuksesan<br />

masa lalu saja.<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

27


substantials<br />

Profile<br />

Kedua, faktor teknologi. Inovasi akan sulit<br />

terwujud tanpa bantuan teknologi. Tidak<br />

harus yang paling canggih atau paling<br />

mahal, yang penting tepat guna. Tidak<br />

harus mewah, yang penting membantu<br />

dan memudahkan kita melakukan<br />

pekerjaan. Kadang-kadang, kita pakai<br />

teknologi sederhana lho. Little things, tapi<br />

punya dampak besar. Misalnya, teknologi<br />

scanning. Biasanya, di perbankan ‘kan<br />

banyak sekali dokumen yang harus<br />

dikirim. Nah, itu butuh waktu lama dan<br />

biaya besar. Jadi akhirnya kita scan saja.<br />

Teknologinya sederhana, tapi dampaknya<br />

sangat besar. Ada banyak sekali hal-hal<br />

kecil yang berguna, seperti chacacter<br />

recognition, auto input, dan sebagainya.<br />

Bayangkan betapa repotnya jika petugas<br />

entry kita harus berulang kali menginput<br />

data yang sama. Dengan teknologi<br />

sederhana tadi, kita sangat terbantu.<br />

Jadi memang harus kreatif, bagaimana<br />

menggunakan teknologi yang tepat guna<br />

dan tidak perlu mewah.<br />

Ketiga, inovasi di Permata Bank didukung<br />

oleh corporate culture. Corporate<br />

culture ini komitmen gabungan dari top<br />

management, middle management,<br />

seluruh tim yang ada Permata Bank untuk<br />

selalu memberikan solusi yang inovatif<br />

kepada nasabah.<br />

Selain ketiga hal diatas, faktor penting apa<br />

yang juga mendukung inovasi di Permata<br />

Bank?<br />

Continuous improvement dan usaha<br />

menuju operational excellence. Itu<br />

keharusan bagi kami, karena tanpa<br />

itu, kita tidak bisa bertahan d<strong>ala</strong>m<br />

persaingan. Kompetisi makin padat dan<br />

intens, ditambah lagi nasabah yang<br />

makin demanding. Kesuksesan yang<br />

pernah kita raih sebelumnya belum tentu<br />

terlihat hebat saat ini. Dengan budaya<br />

improvement, kami dituntut untuk terus<br />

melakukan sesuatu yang berbeda.<br />

Makna dari Continuos Improvement dan<br />

Operational Excellence menurut anda?<br />

Bagi saya, Operational Excellence ad<strong>ala</strong>h<br />

journey. Bukan sekedar slogan, tapi sudah<br />

jadi bagian dari cita-cita besar di Permata<br />

Bank. Kesuksesannya kita raih setiap saat<br />

selama berada di perj<strong>ala</strong>nan; suka dukanya<br />

juga kita rasakan. Perj<strong>ala</strong>nan itu sendiri<br />

“<br />

Inovasi akan sulit<br />

terwujud tanpa<br />

bantuan teknologi.<br />

Tidak harus yang<br />

paling canggih atau<br />

paling mahal, yang<br />

penting tepat guna.<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

28


substantials<br />

Profile<br />

mulai dari perencanaannya, prosesnya,<br />

jatuh-bangunnya, pembinaannya. Keringat<br />

dan air mata juga ada disitu. Itu bagian<br />

dari perj<strong>ala</strong>nan. Mimpi saya ad<strong>ala</strong>h<br />

membuat improvement menjadi bagian<br />

dari keseharian di semua departemen. Jika<br />

sudah begitu, wah, luar biasa enak sekali.<br />

Semua orang akan selalu berpikir untuk<br />

melakukan pekerjaannya dengan lebih<br />

baik, bagaimana mendapatkan hasil lebih<br />

baik. Ketika selesai memperbaiki sesuatu,<br />

otomatis langsung mencari hal lain yang<br />

bisa diperbaiki. Luar biasa jika sudah<br />

begitu.<br />

Lalu apa peran dari departemen yang<br />

bapak pimpin d<strong>ala</strong>m perj<strong>ala</strong>nan Permata<br />

Bank menuju Operational Excellence?<br />

Peran kami ad<strong>ala</strong>h sebagai change agents.<br />

Tugasnya memberi j<strong>ala</strong>n kepada perbaikan<br />

dan memotivasi semua teman-teman yang<br />

ada disini. Kami harus bisa meyakinkan<br />

mereka untuk berubah, bahwa perubahan<br />

itu perlu dan mungkin untuk dilakukan.<br />

Tantangannya ad<strong>ala</strong>h bagaimana<br />

mempengaruhi departemen lain dan<br />

mengarahkan pola pikir orang-orang yang<br />

ada di d<strong>ala</strong>mnya untuk selalu melakukan<br />

perbaikan. Memang selalu saja ada resistensi, mereka<br />

bilang, “Wah, nggak mungkin! Kita sudah pernah coba yang<br />

begitu dan gagal”. Tapi kita harus selalu menyemangati,<br />

ibarat seorang personal trainer di pusat kebugaran, yang<br />

selalu mendorong olahragawan untuk melakukan lebih,<br />

karena kita tidak akan tahu limit kita dimana jika belum<br />

mencoba.<br />

Ada cara khusus untuk memotivasi karyawan atau<br />

departemen lain agar mau melakukan improvement?<br />

Pada dasarnya, semua orang tertarik pada perubahan.<br />

Hanya kadang tidak tahu caranya atau harus mulai<br />

darimana. Memang ada beberapa pendekatan yang kami<br />

lakukan, seperti misalnya berbicara kepada manajemen<br />

dan board of director, atau eksekutif seniornya untuk<br />

memperoleh komitmen mereka. Kunci utamanya ad<strong>ala</strong>h<br />

komunikasi, ikuti prosesnya, beri contoh, edukasi mengapa<br />

kita harus berubah. Ada saja tantangannya, karena ‘kan<br />

sebagian orang masih berpikir ‘what’s in it for me?’ atau<br />

masih terbuai dengan job security selama bertahun-tahun<br />

sehingga enggan menj<strong>ala</strong>nkan hal-hal baru. Disinilah<br />

komunikasi yang efektif akan memainkan peranan.<br />

S<strong>ala</strong>h satu cara yang efektif ad<strong>ala</strong>h mencetak Champion di<br />

masing-masing departemen. Champion ini ‘kan petinggi dari<br />

“Operational<br />

Excellence<br />

ad<strong>ala</strong>h journey.<br />

Bukan sekedar<br />

slogan, tapi<br />

sudah jadi<br />

bagian dari<br />

cita-cita besar<br />

di Permata<br />

Bank.<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

29


substantials<br />

Profile<br />

masing-masing departemen atau cabang<br />

yang terlibat d<strong>ala</strong>m proyek perbaikan, jadi<br />

jika proyeknya membawa keuntungan,<br />

nantinya dia yang akan mempromosikan<br />

proyek selanjutnya kepada<br />

departemennya. Nah, begitu Champion<br />

ini memberikan testimoni mengenai<br />

untungnya menj<strong>ala</strong>nkan improvement,<br />

departemen dan cabang lainnya juga akan<br />

tertarik untuk menj<strong>ala</strong>nkan.<br />

Jika departemennya baru memulai<br />

inisiatif improvement, kita kumpulkan<br />

data-data yang diperlukan lalu buatkan<br />

semacam workshop dan secara bertahap<br />

menj<strong>ala</strong>nkan pilot project. Tentu saja<br />

harus tetap memikirkan kepentingan<br />

nasabah dan mematuhi regulasi. Misalnya,<br />

dari 300 cabang Permata Bank, kita<br />

lakukan pilot atau uji coba proyek di 2 atau<br />

3 cabang untuk melihat respon nasabah.<br />

Setelah hasilnya positif dan pilotnya<br />

j<strong>ala</strong>n, disitulah peran Champion. Mereka<br />

yang akan cerita dan memberi testimoni<br />

hingga akhirnya cabang-cabang lain<br />

tertarik menj<strong>ala</strong>nkan proyek yang sama.<br />

Sudah jadi kebiasaan kita di Permata<br />

Bank untuk memberikan contoh, bukan<br />

“<br />

Pada dasarnya, semua orang<br />

tertarik pada perubahan. Hanya<br />

kadang tidak tahu caranya atau<br />

harus mulai darimana.<br />

memaksa. Jika dipaksa, orang cenderung<br />

menolak. Lagipula, dengan melakukan<br />

inisiatif secara sukarela, akan beda di sisi<br />

ownershipnya, ap<strong>ala</strong>gi jika mereka sudah<br />

merasakan manfaatnya.<br />

Kend<strong>ala</strong> yang sering ditemui ketika baru<br />

mulai menj<strong>ala</strong>nkan proyek?<br />

Menyatukan langkah kepada satu tujuan.<br />

Proses-proses perbankan ‘kan seringnya<br />

melibatkan banyak pihak, mulai dari<br />

divisi penju<strong>ala</strong>n di garis depan hingga<br />

operasional. Divisi penju<strong>ala</strong>n yang<br />

memberikan penawaran kepada nasabah,<br />

divisi operasional yang memproses<br />

dan mewujudkan produk atau layanan<br />

yang ditawarkan. Bisa dibayangkan<br />

berapa banyak pihak yang terlibat dari<br />

seluruh cabang Permata Bank di seluruh<br />

Indonesia. Nah, disinilah masing-masing<br />

divisi dan cabang harus bisa memandang<br />

lebih luas dan tidak terjebak d<strong>ala</strong>m<br />

fungsinya (silo) masing-masing untuk<br />

mencapai tujuan yang lebih besar.***<br />

Artikel selengkapnya dapat dibaca di<br />

Maj<strong>ala</strong>h Shift Issue 6 (November –<br />

Desember 20<strong>14</strong>) edisi cetak.<br />

SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

30


SHIFT light // Issue 2 // 20<strong>14</strong><br />

31

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!