09.01.2015 Views

D:\MASTER JUSAMI YANG SUDAH LEN - Batan

D:\MASTER JUSAMI YANG SUDAH LEN - Batan

D:\MASTER JUSAMI YANG SUDAH LEN - Batan

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pengaruh Prekusor Non Stoikiometris Terhadap Pembentukan Fasa Superkonduktor YBCO dan Pengaruh Doping Ca Terhadap<br />

Struktur Kristal Superkonduktor YBCO (Engkir Sukirman)<br />

Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007<br />

Tanggal 26 Juni 2007<br />

PENGARUH PREKURSOR NON STOIKIOMETRIS<br />

TERHADAP PEMBENTUKAN FASA SUPERKONDUKTOR<br />

YBCO DAN PENGARUH DOPING Ca TERHADAP<br />

STRUKTUR KRISTAL SUPERKONDUKTOR YBCO<br />

ABSTRAK<br />

Engkir Sukirman,Yustinus P., WisnuA.A. dan Didin S. Winatapura<br />

1<br />

Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) - BATAN<br />

Kawasan Puspiptek, Serpong 15314, Tangerang<br />

PENGARUH PREKURSOR NON STOIKIOMETRIS TERHADAP PEMBENTUKAN FASA<br />

SUPERKONDUKTOR YBCO DAN PENGARUH DOPING Ca TERHADAP STRUKTUR KRISTAL<br />

SUPERKONDUKTOR YBCO. Pengaruh prekursor non stoikiometris terhadap pembentukan fasa<br />

superkonduktor YBCO dan pengaruh doping Ca terhadap struktur kristal superkonduktor YBCO telah diteliti<br />

Dalam penelitian ini disintesis empat jenis cuplikan YBCO dengan metode reaksi padatan dari bahan baku<br />

serbuk Y 2<br />

O 3<br />

, BaCO 3<br />

, CaCO 3<br />

dan CuO. Stoikiometri prekursor keempat jenis cuplikan adalah<br />

Y 1,80<br />

Ba 2,40<br />

Cu 3,400<br />

O 7-x<br />

, (Y 0,95<br />

Ca 0,05<br />

)Ba 1,595<br />

Cu 2,405<br />

O 7-x<br />

, (Y 0,80<br />

Ca 0,20<br />

)Ba 2,000<br />

Cu 3,000<br />

O 7-x<br />

, dan YBa 2<br />

Cu 3<br />

O 7-x<br />

. Cuplikan<br />

dikalsinasi pada T k<br />

= 900 0 C selama 5 jam, kemudian dikarakterisasi dengan teknik difraksi sinar-X. Serbuk<br />

YBCO hasil kalsinasi dipelet, kemudian disinter pada T s<br />

= 940ºC selama 10 jam. Cuplikan hasil sinter dikarakterisasi<br />

dengan teknik difraksi sinar-X, dan efek Meissner. Data-data difraksi sinar-X dianalisis dengan metode Rietveld.<br />

Hasil analisis menunjukkan bahwa fasa 123 dan fasa 211 lebih mudah terbentuk jika digunakan prekursor YBCO<br />

non stoikiometris. Jika digunakan prekursor stoikiometris, fasa 123 baru terbentuk sempurna setelah proses<br />

sintering dan tidak disertai fasa 211. Pendopingan prekursor YBCO non stoikiometris dengan 0,05 mol Ca,<br />

menyebabkan atom-atom kalsium masuk ke dalam struktur kristal fasa 123 menggantikan sebagian atom-atom<br />

Y, dan tidak terjadi transisi fasa. Namun manakala prekursor didoping dengan 0,2 mol Ca, struktur fasa 123<br />

berubah dari ortorombik menjadi tetragonal. Dengan prekursor (Y 0,95<br />

Ca 0,05<br />

)Ba 1,595<br />

Cu 2,405<br />

O 7-x<br />

dapat ditumbuhkan<br />

fasa 123 dan fasa 211, dimana perbandingan kuantitas kedua fasa tersebut mendekati ideal (75 % : 25 %), juga<br />

dihasilkan fasa 123 yang memiliki panjang ikatan Cu(2)-O(3) paling pendek. Dikonfirmasi bahwa efek Meissner<br />

superkonduktor YBCO peka terhadap jumlah mol atom O, tetapi tidak peka terhadap jumlah mol atom-atom<br />

logam Y, Ba, dan Cu.<br />

Kata kunci : Prekursor YBCO non stoikiometris, Doping Ca, Struktur kristal<br />

ABSTRACT<br />

INFLUENCE OF THE OFF STOICHIOMETRIC PRECURSOR TO THE FORMATION OF<br />

THE YBCO SUPERCONDUCTOR PHASE AND INFLUENCE OF Ca DOPING TO THE CRYSTAL<br />

STRUCTURE OF YBCO SUPERCONDUCTOR. Influence of the off stoichiometric precursor to the<br />

formation of the YBCO superconductor phase and influence of Ca doping to the crystal structure of YBCO<br />

superconductor have been investigated. In this research it were synthesized four type of YBCO samples with<br />

solid state reaction method from the powdered raw material of Y 2<br />

O 3<br />

, BaCO 3<br />

, CaCO 3<br />

and CuO. The fourth<br />

type of samples were Y 1.80<br />

Ba 2.40<br />

Cu 3.400<br />

O 7-x<br />

, (Y 0.95<br />

Ca 0.05<br />

)Ba 1.595<br />

Cu 2.405<br />

O 7-x<br />

, (Y 0.80<br />

Ca 0.20<br />

)Ba 2.000<br />

Cu 3.000<br />

O 7-x<br />

, and<br />

YBa 2<br />

Cu 3<br />

O 7-x<br />

. The samples were calcinated at T k<br />

= 900ºC for 5 hours, then characterized with x-ray diffraction<br />

technique. The resulted YBCO powders were pressed into pellet, then sintered at T s<br />

= 940 0 C for 10 hours. The<br />

resulted samples were characterized with x-ray diffraction technique, and Meissner effect. The x-ray diffraction<br />

datas were analyzed with the Rietveld method. The result of analysis indicate that the 123 phase and<br />

211 phase were easier formed if it was used the off stoichiometric YBCO precursor. But if the stoichiometric<br />

YBCO precursor was used, the 123 phases was just formed perfectly after sintering process and with no<br />

second phase of 211 phase. Doping of the off stoichiometric YBCO precursor with 0.05 mole of Ca lead to<br />

substitution of some Y atoms with Ca within 123 phase crystal structure, and there is no phase transition. But<br />

when the precursor was doped with 0.2 mole of Ca, the 123 phase structure change from orthorombic to<br />

tetragonal. With precursor of (Y 0.95<br />

Ca 0.05<br />

)Ba 1.595<br />

Cu 2.405<br />

O 7-x<br />

, the 123 phase and 211 phase can be grown having<br />

the ratio close to the ideal composition of (75 : 25 %), and shortest Cu(2)-O(3) chain in its 123 phase. It was<br />

confirmed that Meissner effect of YBCO superconductor sensitive to the mole amount of O atom, but it was<br />

not sensitive to the mole amount of Y, Ba and Cu metal atoms.<br />

Key words : The off stoichiometric YBCO precursor, Ca doping, Crystal structure<br />

187


Jurnal Sains Materi Indonesia<br />

Indonesian Journal of Materials Science<br />

PENDAHULUAN<br />

Penelitian dan pengembangan superkonduktor<br />

T c<br />

tinggi (STT) dewasa ini telah mengarah pada aplikasi<br />

industri di berbagai bidang [1]. Salah satu jenis STT yang<br />

banyak diteliti dan dikembangkan orang adalah<br />

YBa 2<br />

Cu 3<br />

O 7-x<br />

(YBCO). Superkonduktor YBCO (fasa 123)<br />

sangat menarik untuk aplikasi praktis, karena bahan itu<br />

dapat menghantarkan arus super pada suhu nitrogen<br />

cair, mudah dibuat juga reproducible [2]. Struktur sel<br />

satuan YBCO ditunjukkan pada Gambar 1. Sepintas<br />

struktur sel satuan YBCO tampak rumit, namun bangun<br />

dasar sel satuan tersebut tidak lain adalah struktur<br />

perovskite sederhana. Perovskite pada umumnya<br />

memiliki perbandingan dua ion logam (A dan B) untuk<br />

setiap tiga ion oksigen (O). Jadi formula senyawa<br />

perovskite adalah ABO 3<br />

. Nama struktur perovskite<br />

diambil dari struktur mineral CaTiO 3<br />

, dimana ion-ion Ca<br />

menempati posisi sudut-sudut sel satuan, sedangkan<br />

ion-ion Ti berada pada posisi pusat badan (body centre)<br />

sel satuan.<br />

Gambar 1. Struktur kristal YBCO ortorombik [3].<br />

Sel satuan YBCO terdiri dari tiga struktur<br />

perovskite yang bertumpuk. Sifat-sifat superkonduktor<br />

YBCO ditentukan oleh struktur kristal (penataan ion-ion),<br />

dan kandungan ion oksigen di dalam sel satuan.<br />

Superkonduktor YBCO memiliki struktur kristal<br />

ortorombik; tetapi jika struktur kristalnya berubah<br />

menjadi tetragonal, bahan tidak lagi superkonduktif,<br />

melainkan semikonduktif. Terjadinya transisi dari<br />

fasa 123 ortorombik ke fasa 123 tetragonal adalah akibat<br />

YBCO mengalami banyak kekurangan oksigen [3].<br />

Struktur perovskite YBCO dicirikan oleh adanya<br />

lempengan Cu(2)O 2<br />

yang sangat konduktif dipisahkan<br />

oleh lapisan-lapisan ionik, Y- yang bersifat<br />

isolator. Arus super mengalir bebas di dalam<br />

lempengan-lempengan Cu(2)O 2<br />

, dan sebaliknya sangat<br />

susah mengalir pada arah sumbu c, yakni arah tegak<br />

lurus lempengan-lempengan Cu(2)O 2<br />

dan oleh karena<br />

itu sifat listrik bahan YBCO tidak isotropik. Pada arah<br />

Edisi Khusus Desember 2008, hal : 187 - 194<br />

ISSN : 1411-1098<br />

sumbu c, konduksi pembawa muatan super terjadi<br />

melalui mekanisme tunnelling yang lemah melewati<br />

lapisan-lapisan ionik Y- yang bersifat isolator.<br />

Namun demikian, ketidak-isotropikan YBCO jauh lebih<br />

kecil, yakni 10 -3 kali lebih kecil dibandingkan<br />

ketidak-isotropikan pada BSCCO, dimana lempenganlempengan<br />

Cu(2)O 2<br />

pada BSCCO terkopel secara lemah<br />

satu sama lain [4].<br />

Substitusi parsial ion-ion Y 3+ (jejari, r = 1,00 Ǻ)<br />

dengan ion-ion Ca 2+ (r = 1,14 Ǻ) menyebabkan<br />

meningkatnya kerapatan pembawa muatan di dekat<br />

batas-batas butir, sehingga kopling superkonduktif<br />

antara butir-butir meningkat, dan oleh karenanya<br />

terjadi peningkatan arus-arus antar butir [5].<br />

Pada penelitian terdahulu [6] ditemukan pula bahwa<br />

kelarutan kalsium di dalam senyawa Y 1-y<br />

Ca y<br />

Ba 2<br />

Cu 3<br />

O 7-x<br />

terbatas hingga harga y < 0,3 saja; sebab struktur<br />

kristal Y 1-y<br />

Ca y<br />

Ba 2<br />

Cu 3<br />

O 7-x<br />

akan berubah menjadi tidak<br />

lagi ortorombik jika y 0,3 dan oleh karena itu tidak<br />

lagi superkonduktif.<br />

Penelitian sebelumnya telah melakukan<br />

sintesis dan uji magnetisasi pada empat cuplikan<br />

YBCO non stoikiometris, yakni YBa 1,595<br />

Cu 2,405<br />

O y<br />

,<br />

YBa 1,595<br />

Cu 2,405<br />

O y<br />

+0,5%Pt, Y 0,95<br />

Ca 0,05<br />

Ba 1,595<br />

Cu 2,405<br />

O y<br />

, dan<br />

Y 0,95<br />

Ca 0,05<br />

Ba 1,595<br />

Cu 2,405<br />

O y<br />

+0,5%Pt. Hasilnya menunjukkan<br />

bahwa cuplikan dengan komposisi<br />

Y 0,95<br />

Ca 0,05<br />

Ba 1,595<br />

Cu 2,405<br />

O y<br />

memiliki harga magnetisasi<br />

tertinggi, dengan kata lain kemampuan field trapping<br />

cuplikan tersebut paling tinggi [7]<br />

Dari studi literatur di atas tampak jelas bahwa<br />

dua sifat fisis, yakni sifat listrik (konduktivitas listrik),<br />

dan sifat magnetik (magnetisasi) superkonduktor YBCO<br />

non stoikiometris meningkat manakala dilakukan<br />

substitusi parsial ion-ion Y 3+ dengan ion-ion Ca 2+ .<br />

Di sisi lain, dinyatakan bahwa sifat-sifat fisis bahan<br />

tergantung pada struktur kristalnya [8,9]. Jadi, dapat<br />

disimpulkan bahwa perubahan sifat-sifat fisis YBCO<br />

tersebut adalah akibat adanya perubahan parameter<br />

struktur kristal bahan tersebut.<br />

Masalah yang menarik untuk diteliti lebih dalam<br />

adalah bagaimana perubahan parameter struktur<br />

kristal YBCO setelah sebagian ion-ion Y 3+ diganti dengan<br />

ion-ion Ca 2+ . Lebih khusus lagi, bagaimana perubahan<br />

posisi ion-ion di dalam sel satuan YBCO, terutama<br />

ion-ion dalam lempengan Cu(2)O 2<br />

dan ion oksigen O(3),<br />

yakni ion penghubung antara bidang dasar Cu(1)O dan<br />

lempengan Cu(2)O 2<br />

. Masalah ini menarik untuk<br />

diselesaikan, karena berdasarkan hasil penelitian<br />

sebelumnya ditemukan bahwa manakala panjang ikatan<br />

Cu(2)-O(3) lebih besar dari 2,3Ǻ, suhu transisi kritis<br />

T c<br />

< 91 K, dimana ion Cu(2) berada pada lempengan<br />

Cu(2)O 2<br />

, dan posisi ion O(3) bergantung pada<br />

kekosongan oksigen pada bidang dasar Cu(1)O [10]<br />

Penelitian substitusi parsial ion-ion Y 3+ dengan<br />

ion-ion Ca 2+ dilakukan pada prekursor YBCO non<br />

stoikiometris. Tujuan penelitian adalah selain<br />

menentukan pengaruh doping Ca terhadap struktur<br />

188


Pengaruh Prekusor Non Stoikiometris Terhadap Pembentukan Fasa Superkonduktor YBCO dan Pengaruh Doping Ca Terhadap<br />

Struktur Kristal Superkonduktor YBCO (Engkir Sukirman)<br />

kristal superkonduktor YBCO, juga menentukan<br />

pengaruh prekursor non stoikiometris terhadap<br />

pembentukan fasa superkonduktor YBCO. Diduga kuat<br />

(hipotesis) bahwa akibat prekursor YBCO non<br />

stoikiometris, maka akan dihasilkan selain fasa<br />

superkonduktor, juga fasa isolator YBCO. Fasa<br />

superkonduktor YBCO, atau biasa disebut fasa 123,<br />

adalah fasa bahan yang dibangun oleh unsur-unsur<br />

Y, Ba, Cu, dan O berturut-turut sebanyak 1, 2, 3, dan<br />

(7-x) mol per sel satuan, dimana 0,0 < x < 0,5, sistem<br />

kristal ortorombik, grup ruang : Pmmm (Volume I,<br />

Nomor 47 pada International Tables for<br />

Crystallography), parameter kisi a = 3,888(1) Å,<br />

b = 3,823(1) Å, c = 11,685(3) Å dan α = β = γ = 90° [11,12].<br />

Fasa isolator YBCO, atau disebut juga fasa 211, adalah<br />

fasa bahan yang dibangun oleh unsur-unsur Y, Ba, Cu,<br />

dan O berturut-turut sebanyak 2 mol, 1 mol, 1 mol dan<br />

5 mol per sel satuan, sistem kristal ortorombik,<br />

grup ruang : Pnma, (Volume I, Nomor 62 pada<br />

International Tables for Crystallography), parameter<br />

kisi: a = 12,167(2) Å, b = 5,654(1) Å, c = 7,125(1) Å,<br />

α = β = γ = 90 0 [13].<br />

METODE PERCOBAAN<br />

Disiapkan empat jenis cuplikan YBCO dengan<br />

stoikiometri : Y 1,80<br />

Ba 2,40<br />

Cu 3,400<br />

O 7-x<br />

(YBCO-SA),<br />

( Y 0 , 9 5<br />

C a 0 , 0 5<br />

) B a 1 , 5 9 5<br />

C u 2 , 4 0 5<br />

O 7 - x<br />

( Y B C O - S ) ,<br />

( Y 0 , 8 0<br />

C a 0 , 2 0<br />

) B a 2 , 0 0 0<br />

C u 3 , 0 0 0<br />

O 7 - x<br />

( Y B C O - S C ) d a n<br />

YBa 2<br />

Cu 3<br />

O 7-x<br />

(YBCO-SP). Keempat jenis senyawa<br />

tersebut dibuat dari bahan baku yang sama, yakni serbuk<br />

Y 2<br />

O 3<br />

, BaCO 3<br />

, CaCO 3<br />

dan CuO masing-masing dengan<br />

kemurnian 99,999 %. Perbedaan keempat jenis senyawa<br />

tersebut hanyalah stoikiometri prekursor, sedangkan<br />

proses sintesis sama, yakni menerapkan metode reaksi<br />

padatan, terdiri dari proses pencampuran bahan baku,<br />

kalsinasi dan sintering dengan laju pemanasan dan<br />

pendinginan yang terprogram.<br />

Pencampuran bahan dasar dilakukan dengan<br />

magnetic stirrer menggunakan media ethanol di dalam<br />

gelasbeaker. Kalsinasi dilakukan pada T k<br />

= 900 0 C selama<br />

5 jam dan diulang sampai tiga kali. Selanjutnya cuplikan<br />

hasil proses kalsinasi dikarakterisasi dengan teknik<br />

difraksi sinar-x. Data difraksi sinar-x dianalisis dengan<br />

metode Rietveld [14]. Serbuk YBCO hasil kalsinasi dicetak<br />

menjadi pelet dengan cara sebagai berikut : Serbuk YBCO<br />

dimasukkan secara merata ke dalam cetakan baja<br />

kemudian serbuk YBCO ditekan dengan tekanan<br />

P = 3.000 psi (pounds per square inch) selama 1menit<br />

hingga 5 menit. Selanjutnya dilakukan sintering pada<br />

T s<br />

= 940 0 C selama 10 jam. Kemudian cuplikan<br />

dikarakterisasi dengan teknik difraksi sinar-X, dan efek<br />

Meissner. Data difraksi sinar-x juga dianalisis dengan<br />

metode Rietveld [14] dengan menginputkan parameter<br />

least squares fasa 123 dan fasa 211. Jika profil pola<br />

difraksi kalkulasi berimpit (fit) dengan profil pola difraksi<br />

observasi berarti cuplikan terdiri dari kedua fasa tersebut.<br />

HASIL PEMBAHASAN<br />

Analisis Data Difraksi pada Cuplikan Hasil<br />

Kalsinasi<br />

Profil pola difraksi sinar-x hasil analisis<br />

Rietveld dari cuplikan YBCO-SA, YBCO-SB, YBCO-SC<br />

dan YBCO-SP produk kalsinasi berturut-turut<br />

ditunjukkan pada Gambar 2(a), Gambar 2(b), Gambar 2(c)<br />

dan Gambar 2(d). Tampak pada gambar tersebut, pola<br />

difraksi sinar-X menampilkan puncak-puncak difraksi<br />

yang tajam. Hal ini mencirikan bahwa prekursor bahan<br />

telah mengkristal dengan baik membentuk fasa baru.<br />

Pada cuplikan YBCO-SA, YBCO-SB dan YBCO-SC,<br />

masing-masing terbentuk fasa 123 [11,12] dan fasa 211<br />

[13]. Karena dengan menginputkan parameter least<br />

squares kedua fasa tersebut, diperoleh kualitas fitting<br />

profil pola difraksi kalkulasi terhadap profil pola difraksi<br />

observasi yang sangat baik. Hal ini diciri oleh kecilnya<br />

faktor S (the goodness of fitting indicator) yang<br />

diperoleh, yakni 1,282; 1,038; dan 1,640 berturut-turut<br />

untuk profil Gambar 2(a), Gambar 2(b), dan Gambar 2(c).<br />

Secara visual juga terlihat jelas bahwa deviasi antara<br />

profil kalkulasi dan observasi tampak cukup flat. Hasil<br />

analisis kualitatif tersebut menunjukkan bahwa pada<br />

ketiga cuplikan tersebut tidak ada fasa lain yang terbentuk<br />

kecuali fasa 123 dan fasa 211.<br />

Intensitas, / (a.u)<br />

Gambar 2. Profil pola difraksi sinar-x hasil analisis<br />

Rietveld pada cuplikan YBCO-SA (a). YBCO-SB,<br />

(b). YBCO-SC, (c). YBCO-SP, (d). produk kalsinasi, dimana<br />

p1 = posisi puncak fasa-123 ortorombik, p2 = posisi<br />

puncak fasa-211, dan = deviasi kalkulasi-observasi.<br />

Gambar 2(d) adalah profil pola difraksi hasil<br />

analisis Rietveld dari YBCO-SP produk kalsinasi dengan<br />

parameter input yang sama, yakni parameter least<br />

squares fasa 123 dan fasa 211. Tampak pada gambar<br />

tersebut bahwa profil pola difraksi observasi belum cocok<br />

(fit) dengan profil pola difraksi kalkulasi. Secara visual<br />

terlihat jelas adanya deviasi yang cukup besar antara<br />

profil kalkulasi dan observasi. Deviasi tersebut sedikit<br />

berkurang, jika diinputkan parameter fasa 123 saja<br />

189


Jurnal Sains Materi Indonesia<br />

Indonesian Journal of Materials Science<br />

(Gambar 3). Kualitas fitting menunjukkan bahwa<br />

prekursor bahan belum 100 % mengkristal membentuk<br />

fasa 123 dan juga tidak mengkristal membentuk fasa 211.<br />

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa jika<br />

digunakan prekursor YBCO non stoikiometris, fasa 123<br />

dan fasa 211 mudah terbentuk bahkan sejak saat<br />

proses kalsinasi.<br />

Edisi Khusus Desember 2008, hal : 187 - 194<br />

ISSN : 1411-1098<br />

Intensitas, / (a.u)<br />

Intensitas, / (a.u)<br />

Gambar 4. Profil pola difraksi sinar-x hasil analisis<br />

Rietveld pada cuplikan YBCO-SA (a). YBCO-SB,<br />

(b). YBCO-SC, (c). dan YBCO-SP, (d). produk sintering,<br />

dimana p1: posisi puncak fasa-123 ortorombik, p2: posisi<br />

puncak fasa-211, pt : posisi puncak fasa-123 tetragonal<br />

dan : deviasi kalkulasi-observasi.<br />

Gambar 3. Profil pola difraksi sinar-x hasil analisis<br />

Rietveld pada cuplikan YBCO-SP produk kalsinasi.<br />

Kurva (a) jika input parameter hanya fasa-123<br />

ortorombik dan Kurva (b) jika input parameter fasa-123<br />

ortorombik dan fasa-211, dimana p1= posisi puncak<br />

fasa-123 ortorombik, p2= posisi puncak fasa-211,<br />

= deviasi kalkulasi-observasi.<br />

Kehadiran fasa 211 sangat diharapkan, karena<br />

fasa ini berfungsi sebagai penghambat (perintang)<br />

pergerakan vorteks terhadap gaya Lorent, F L<br />

= J B,<br />

dimana J dan B beturut-turut adalah rapat arus [A/cm 2 ]<br />

dan intensitas medan magnet eksternal [Tesla]. Partikel<br />

fasa 211 inilah yang akan menjepit vorteks sehingga<br />

vorteks tidak dapat bergeser tanpa terlebih dahulu<br />

mendapat tambahan energi yang besar. Jika bahan dialiri<br />

arus listrik, arus akan menggeser vorteks-vorteks. Vorteks<br />

yang sedang bergerak menciptakan medan listrik, E.<br />

Akibat adanya medan listrik tersebut, maka arus J<br />

melepaskan energi sebesar E. J. Disipasi energi ini<br />

ekivalen dengan resistivitas, ρ > 0 .cm. Perlu usaha<br />

agar arus yang lebih besar tetap dapat dialirkan tanpa<br />

terjadi disipasi energi. Caranya adalah dengan<br />

menjaga agar vorteks-vorteks tidak bergerak atau<br />

sekurang-kurangnya tidak mudah bergerak ketika<br />

arus dialirkan. Hal ini dapat dicapai dengan<br />

menjepit vorteks-vorteks atau menjepit fluksi magnetik<br />

dengan menghadirkan sejumlah tertentu fasa 211<br />

di dalam matriks fasa 123. Komposisi ideal kedua fasa<br />

tersebut adalah 75 %fasa 123 dan 25 %fasa 211.<br />

Analisis Data Difraksi pada Cuplikan Hasil<br />

Sintering<br />

Gambar 4 (a), Gambar 4 (b), Gambar 4 (c) dan<br />

Gambar 4 (d) berturut-turut adalah profil pola difraksi<br />

sinar-x hasil analisis Rietveld pada cuplikan YBCO-SA,<br />

YBCO-SB, YBCO-SC, dan YBCO-SP produk sintering.<br />

Gambar 4 (a) dan Gambar 4 (b) diperoleh dengan<br />

memasukkan parameter least squares fasa 123 dan<br />

fasa 211. Tampak pada kedua gambar tersebut bahwa<br />

kualitas fitting profil pola difraksi kalkulasi terhadap<br />

profil pola difraksi observasi sangat baik dan bahkan<br />

lebih baik dari kualitas fitting pada Gambar 2 (a) dan<br />

Gambar 2 (b). Hal ini diciri oleh kecilnya faktor S yang<br />

diperoleh, yakni 1,257 dan 1,038 berturut-turut untuk<br />

profil Gambar 4 (a) dan Gambar 4 (b). Secara visual juga<br />

terlihat jelas bahwa deviasi antara profil kalkulasi dan<br />

observasi tampak flat. Hasil analisis kualitatif tersebut<br />

menunjukkan bahwa fasa 123 dan fasa 211 semakin<br />

sempurna terbentuk setelah proses sintering dan pada<br />

kedua cuplikan tidak ada fasa lain kecuali fasa 123<br />

dan fasa 211.<br />

Analisis data difraksi pada cuplikan<br />

(Y 0,95<br />

Ca 0,05<br />

)Ba 1,595<br />

Cu 2,405<br />

O 7-x<br />

(YBCO-SB), dilakukan dalam<br />

tiga tahap sebagai berikut: Pertama, sebagian ion-ion<br />

Y 3+ dan Ba 2+ disubstitusi oleh ion Ca 2+ , karena ketiga<br />

ion tersebut memiliki jejari yang hampir sama, yakni<br />

r (Y 3+ ) = 1,00Ǻ, r (Ba 2+ ) = 1,49Ǻ, dan r (Ca 2+ ) = 1,14Ǻ.<br />

Ion Cu 2+ (r = 0,71Ǻ) memiliki jejari separoh dari jejari<br />

Ca 2+ , oleh karena itu substitusi ion Ca 2+ pada ion-ion<br />

Cu 2+ tidak dilakukan. Kedua, ion-ion Ca 2+ hanya<br />

disubstitusikan ke site Y 3+ . Ketiga, ion-ion Ca 2+ hanya<br />

disubstitusikan ke site Ba 2+ . Hasil analisis menunjukkan<br />

bahwa fitting yang paling baik adalah manakala ion-ion<br />

Ca 2+ disubstitusikan ke site Y 3+ . Dari data ini dapat<br />

disimpulkan bahwa ion-ion Ca 2+ masuk ke dalam struktur<br />

kristal fasa 123 menggantikan sebagian ion-ion Y 3+ .<br />

Analisis data difraksi pada cuplikan YBCO-SC<br />

dilakukan dalam empat tahap sebagai berikut: Pertama,<br />

parameter least squares fasa 123 dan fasa 211 digunakan<br />

sebagai parameter input. Kemudian program Rietan<br />

dieksekusi. Ternyata baru pada iterasi pertama saja,<br />

190


Pengaruh Prekusor Non Stoikiometris Terhadap Pembentukan Fasa Superkonduktor YBCO dan Pengaruh Doping Ca Terhadap<br />

Struktur Kristal Superkonduktor YBCO (Engkir Sukirman)<br />

program sudah berhenti akibat koefisien matriks tidak<br />

definite positive (NDP). Oleh karena itu pada tahap<br />

kedua, parameter least squares fasa 123 dan fasa 211<br />

diganti dengan parameter fasa 123 tetragonal [3] dan<br />

fasa 211. Setelah dieksekusi, program juga berhenti sejak<br />

siklus pertama akibat koefisien matriks NDP.<br />

Selanjutnya pada tahap ketiga, iterasi<br />

dilakukan hanya menggunakan parameter fasa 123<br />

tetragonal sebagai input dan tidak menyertakan<br />

parameter fasa 211. Program berjalan hingga siklus 16,<br />

dengan faktos S = 1,640. Pada tahap keempat, dilakukan<br />

uji coba substitusi ion Ca 2+ ke site ion-ion Y 3+ dan Ba 2+ .<br />

Hasil analisis menunjukkan bahwa fitting yang paling<br />

baik adalah manakala ion-ion Ca 2+ disubstitusikan ke<br />

site Y 3+ , seperti ditunjukkan pada Gambar 4 (c). Dari<br />

pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan<br />

doping 0,2 mol Ca ke dalam struktur kristal YBCO,<br />

menyebabkan perubahan struktur kristal bahan tersebut<br />

dari ortorombik menjadi tetragonal.<br />

Analisis data difraksi pada cuplikan YBCO-SP<br />

dilakukan dengan memasukkan parameter least squares<br />

fasa 123, dan penghalusan parameter tersebut bisa<br />

berlangsung hingga 20 siklus. Hasil analisis ditujukkan<br />

pada Gambar 4 (d). Tampak pada gambar itu bahwa<br />

kualitas fitting profil pola difraksi kalkulasi terhadap profil<br />

pola difraksi observasi sangat baik, diciri dengan<br />

kecilnya indeks reliabilitas, yakni S = 1,223 dan deviasi<br />

antara profil kalkulasi dan observasi tampak flat.<br />

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa<br />

ternyata jika digunakan prekursor YBCO stoikiometris<br />

(Y : Ba : Cu = 1 : 2 : 3), reaksi padat pembentukan fasa 123<br />

baru sempurna (100 %) setelah dilakukan proses<br />

sintering.<br />

Tabel 1. Faktor hunian ion (g j<br />

), dan koordinat fraksi<br />

ion (z j<br />

) dalam sel satuan fasa 123 di dalam cuplikan YBCO-SA,<br />

YBCO-SB, YBCO-SC, dan YBCO-SP.<br />

Ion<br />

YBCO-SA YBCO-SB YBCO-SC YBCO-SP<br />

g j z j g j z j g j z j g j z j<br />

Y 1,0 0,5 0,98(5) 0,5 0,8(2) 0,5 1,0 0,5<br />

Ca - - 0,02(5) 0,5 0,2(2) 0,5 - -<br />

Ba 0,98(3) 0,184(1) 1,0 0,1872(4) 0,89(8) 0,185(2) 0,42(2) 0,145(1)<br />

Cu(1) 0,79(8) 0,0 0,99(3) 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0<br />

Cu(2) 1,0 0,352(2) 0,95(1) 0,3542(9) 1,0 0,362(5) 1,0 0,316(2)<br />

O(1) 0,63 0,0 0,63 0,0 0,4(4) 0,0 1,0 0,0<br />

O(2) 0,06 0,0 0,06 0,0 0,1(3) 0,1(1) 0,01 0,0<br />

O(3) 1,0 0,127(9) 1,0 0,160(4) 1,0 0,37(1) 1,0 0,070(7)<br />

O(4) 1,0 0,408(8) 1,0 0,375(3) - - 1,0 0,30(1)<br />

O(5) 1,0 0,34(1) 1,0 0,372(3) - - 1,0 0,32(1)<br />

(Y, Ba, Cu), dan sebagian atom oksigen. Berdasarkan<br />

data pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3, terlihat ada korelasi<br />

antara indeks reliabilitas (faktor S) dan nilai ketelitian<br />

parameter struktur atom (parameter kisi, dan koordinat<br />

fraksi atom); dimana ketelitian parameter struktur<br />

meningkat sejalan dengan bertambah kecilnya faktor S.<br />

Faktor hunian atom oksigen tidak berhasil dihaluskan.<br />

Hal ini karena faktor hamburan sinar-x dari atom-atom<br />

ringan seperti oksigen lebih kecil dibandingkan dengan<br />

hamburan dari atom-atom logam, sehingga parameter<br />

variabel atom-atom oksigen tersebut sulit untuk<br />

dianalisis secara akurat. Data faktor hunian atom oksigen<br />

akhirnya diambil dari hasil penelitian terdahulu yang<br />

diperoleh dengan teknik difraksi neutron [3].<br />

Pada Tabel 2 terlihat bahwa dengan prekursor :<br />

a. Y 1,80<br />

Ba 2,40<br />

Cu 3,400<br />

O 7-x<br />

dihasilkan 73 % fasa 123 dan<br />

27 % fasa 211.<br />

b. (Y 0,95<br />

Ca 0,05<br />

)Ba 1,595<br />

Cu 2,405<br />

O 7-x<br />

ditumbuhkan 80 %<br />

f asa-123 dan 20 % fasa 211.<br />

c. (Y 0,80<br />

Ca 0,20<br />

)Ba 2,000<br />

Cu 3,000<br />

O 7-x<br />

ditumbuhkan 100 %<br />

fasa 123 tetragonal.<br />

d. YBa 2<br />

Cu 3<br />

O 7-x<br />

dihasilkan 100 % fasa 123 ortorombik.<br />

Dari data ini dapat disimpulkan bahwa<br />

dengan prekursor YBCO non stoikiometris, yakni<br />

Y 1,80<br />

Ba 2,40<br />

Cu 3,400<br />

O 7-x<br />

, dan (Y 0,95<br />

Ca 0,05<br />

)Ba 1,595<br />

Cu 2,405<br />

O 7-x<br />

dihasilkan fasa 123 dan fasa 211 dengan perbandingan<br />

kedua fasa mendekati ideal (75 % : 25 %).<br />

Tabel 2. Fraksi massa fasa 123, fasa 211, faktor S dan<br />

senyawa fasa 123 pada cuplikan YBCO-SA, YBCO-SB, YBCO-SC<br />

dan YBCO-SP.<br />

Cuplikan<br />

Fraksi massa (%)<br />

fasa-123 fasa-211<br />

Analisis Efek Meissner<br />

Faktor S Senyawa Fasa-123<br />

YBCO-SA 73 27 1,257 YBa 1,97Cu 2,79O 6,69<br />

YBCO-SB 80 20 1,038 (Y 0,99Ca 0,01)Ba 2,0Cu 2,9O 6,69<br />

YBCO-SC 100 0 1,640 (Y 0,85Ca 0,15)Ba 1,79Cu 3,0O 5,28<br />

YBCO-SP 100 0 1,223 YBa 0,84Cu 3,0O 6,69<br />

Tabel 3. Parameter kisi fasa 123 dalam cuplikan YBCO-SA,<br />

YBCO-SB, YBCO-SC dan YBCO-SP.<br />

Cuplikan<br />

Parameter kisi ( Ǻ)<br />

a b c<br />

Struktur<br />

YBCO-SA 3,880(1) 3,816(1) 11,648(5) ortorombik<br />

YBCO-SB 3,8798(7) 3,8242(6) 11,708(1) ortorombik<br />

YBCO-SC 3,880(2) 3,880(2) 11,770(7) tetragonal<br />

YBCO-SP 3,888(1) 3,823(1) 11,685(3) ortorombik<br />

Data struktur kristal fasa 123 (ortorombik<br />

dan tetragonal) di dalam cuplikan YBCO-SA, YBCO-SB,<br />

YBCO-SC, dan YBCO-SP hasil sintering ditunjukkan<br />

pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4 dimana pada<br />

Tabel 4 ditambahkan cuplikan YBCO-SN, yakni data<br />

panjang ikatan Cu-O hasil analisis dengan teknik difraksi<br />

neutron [3]. Tampak pada tabel tersebut bahwa koordinat<br />

fraksi atom dapat dihaluskan hingga ketelitian tiga angka<br />

di belakang koma, khususnya untuk atom-atom logam<br />

Gambar 5 (a) hingga Gambar 5 (d) berturut-turut<br />

adalah efek Meissner pada YBCO-SA, YBCO-SB, YBCO-<br />

SC, dan YBCO-SP. Tampak jelas pada gambar tersebut<br />

bahwa hanya YBCO-SC yang tidak menampilkan<br />

efek Meissner. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian<br />

terdahulu [3], dimana fasa 123 tetragonal tidak<br />

superkonduktif, dan oleh karena itu bahan ini tidak<br />

menampilkan efek Meissner. Jika dalam satu sel satuan,<br />

site Y 3- , Ba 2+ dan Cu 2+ terisi penuh, maka fasa 123 akan<br />

191


Jurnal Sains Materi Indonesia<br />

Indonesian Journal of Materials Science<br />

memiliki perbandingan mol (mol ratio) Y : Ba : Cu =<br />

1: 2 : 3. Dari data pada Tabel 2 tampak bahwa walaupun<br />

YBCO-SA, YBCO-SB, dan YBCO-SP memiliki<br />

perbandingan mol (Y,Ca) : Ba : Cu 1 : 2 : 3, namun ketiga<br />

cuplikan tersebut masih menampilkan efek Meissner. Jadi<br />

dapat disimpulkan bahwa efek Meissner tidak peka<br />

terhadap perbandingan mol atom-atom logam fasa 123.<br />

Oleh karena itu, walaupun YBCO-SP paling banyak<br />

memiliki kekurangan ion Ba 2+ , tetapi cuplikan ini<br />

menampilkan efek Meissner dengan kualitas yang<br />

sama baiknya dengan efek Meissner pada YBCO-SA<br />

dan YBCO-SB.<br />

(a)<br />

(c)<br />

Gambar 5. Efek Meissner dari : (a). YBCO-SA,<br />

(b). YBCO-SB, (c). YBCO-SC dan (d). YBCO-SP<br />

Analisis Struktur Kristal<br />

Rumus kimia cuplikan YBCO-SA, YBCO-SB,<br />

YBCO-SC, dan YBCO-SP hasil penghalusan ditunjukkan<br />

pada Tabel 2. Jika dalam satu sel satuan, titik tempat<br />

(site) O 2- terisi penuh, maka fasa 123 akan memiliki 8 mol<br />

atom oksigen. Tampak pada tabel tersebut bahwa<br />

keempat cuplikan menderita kekurangan oksigen. Dari<br />

keempat cuplikan tersebut, yang paling banyak<br />

menderita kekurangan oksigen adalah cuplikan<br />

YBCO-SC. Cuplikan ini memiliki 5,28 mol oksigen,<br />

sedangkan ketiga cuplikan yang lain memiliki 6,69 mol<br />

oksigen. Oleh karena itu pada cuplikan YBCO-SC terjadi<br />

transisi fasa 123 dari struktur ortorombik menjadi<br />

(b)<br />

(d)<br />

Edisi Khusus Desember 2008, hal : 187 - 194<br />

ISSN : 1411-1098<br />

tetragonal. Batas awal terjadi transisi fasa 123 dari struktur<br />

ortorombik menjadi tetragonal adalah manakala<br />

kandungan oksigen kurang dari 6,5 mol [10]. Dari data<br />

ini dapat dikonfirmasi bahwa superkonduktivitas YBCO<br />

(fasa 123) peka terhadap kandungan oksigen.<br />

Dengan memasukkan parameter kisi, dan<br />

koordinat fraksi atom hasil penghalusan ke dalam<br />

program CrystalMaker [16], jarak antar atom dapat<br />

dihitung (Tabel 4) dan sel satuan fasa 123 dapat digambar.<br />

Fasa 123 pada cuplikan YBCO-SA, YBCO-SB dan<br />

YBCO-SP berstruktur kristal ortorombik (Gambar 9).<br />

Sedangkan fasa 123 pada YBCO-SC berstruktur<br />

tetragonal (Gambar 10). Tampak bahwa, baik struktur<br />

tetragonal maupun ortorombik dibangun oleh tiga buah<br />

struktur perovskite yang kekurangan oksigen, yakni<br />

BaCuO 2+<br />

–YCuO 2+<br />

– BaCuO 2+<br />

bertumpuk sepanjang<br />

sumbu c, dimana = simbol bagi kekosongan oksigen.<br />

Pada bidang (0, 0, ½) sama sekali tidak ada oksigen dan<br />

site oksigen pada bidang dasar (0, 0, 0) hanya terisi<br />

sebagian.<br />

Tampak bahwa pada bidang dasar struktur<br />

ortorombik (Gambar 6) terdapat dua site oksigen, yakni<br />

site O(1) posisi (½, 0, 0) ditempati 63 % oksigen dan site<br />

O(2) posisi (0, ½, 0) ditempati 6 % oksigen. Perbedaan<br />

faktor hunian oksigen pada kedua posisi tersebut sangat<br />

besar, oleh karena itu YBCO (fasa 123) mengkristal dalam<br />

bentuk ortorombik. Sedangkan pada bidang dasar<br />

struktur tetragonal (Gambar 7) terdapat satu site oksigen,<br />

yakni site O(1) posisi (0, ½, 0) ditempati 40 % oksigen.<br />

Kedua struktur ortorombik dan tetragonal, masingmasing<br />

memiliki dua site Cu yang berbeda, yakni site<br />

Cu(1) yang membentuk rantai Cu(1)-O satu dimensi,<br />

terletak di antara dua bidang Ba-O(3) dan site Cu(2) yang<br />

membentuk Cu(2)-O 2<br />

dua dimensi, terletak di antara<br />

bidang Y- dan Ba-O(3). Jadi inti perbedaan kedua<br />

struktur YBCO (fasa 123) ortorombik dan tetragonal<br />

hanya pada jumlah kandungan oksigen.<br />

Tampak pada Tabel 4 bahwa pada ketiga<br />

cuplikan, panjang ikatan Cu-O pada YBCO-SB paling<br />

sesuai dengan panjang ikatan Cu-O pada YBCO-SN [3]<br />

dan panjang rantai Cu(2)-O(3) pada YBCO-SB sama<br />

dengan panjang rantai Cu(2)-O(3) yang diperoleh<br />

penelitian sebelumnya [10]. Dari data di atas dapat<br />

disimpulkan bahwa prekursor terbaik adalah prekursor<br />

dengan formula (Y 0,95<br />

Ca 0,05<br />

)Ba 1,595<br />

Cu 2,405<br />

O 7-x<br />

, dimana<br />

dengan prekursor ini dihasilkan 80 %fasa 123, formula :<br />

(Y 0,99<br />

Ca 0,01<br />

)Ba 2,0<br />

Cu 2,9<br />

O 6,69<br />

dan 20 %fasa 211, formula :<br />

(Y 1,96<br />

Ca 0,04<br />

)BaCuO 5,0<br />

.<br />

Tabel 4. Panjang ikatan ion Cu-O di dalam sel satuan kristal fasa-123 produk sintering<br />

masing-masing pada YBCO-SA, YBCO-SB, YBCO-SP, dan YBCO-SN [4].<br />

Cuplikan<br />

Jarak antar ion ( Ǻ)<br />

Cu(1)-O(1) Cu(1)-O(3) Cu(2)-O(3) Cu(2)-O(4) Cu(2)-O(5) Y-O(4) Y-O(5)<br />

YBCO-SA 1,9 1,5 2,6 2,0 1,9 2,7 2,7<br />

YBCO-SB 1,9 1,9 2,3 1,9 1,9 2,4 2,4<br />

YBCO-SP 1,9 0,8 2,9 1,9 1,9 3,0 2,8<br />

YBCO-SN 1,9 1,9 2,3 1,9 2,0 2,4 2,4<br />

192


Pengaruh Prekusor Non Stoikiometris Terhadap Pembentukan Fasa Superkonduktor YBCO dan Pengaruh Doping Ca Terhadap<br />

Struktur Kristal Superkonduktor YBCO (Engkir Sukirman)<br />

4. Dikonfirmasi bahwa efek Meissner superkonduktor<br />

YBCO peka terhadap jumlah mol (kandungan) atom<br />

oksigen, tetapi tidak peka terhadap perbandingan mol<br />

atom-atom logam Y, Ba, dan Cu.<br />

UCAPAN TERIMAKASIH<br />

Gambar 6. Struktur kristal YBCO (fasa 123) ortorombik.<br />

Ucapan terimaksih dan penghargaan kami<br />

sampaikan kepada Bapak Ir. Iman Kuntoro (Kepala<br />

PTBIN), Dr. Setyo Purwanto (Kepala BKAN),<br />

Drs. Sumanto (Kepala BTU), dan rekan-rekan staf dan<br />

teknisi BKAN-PTBIN yang telah membantu kami<br />

dalam pelaksanaan kegiatan litbang ini. Penelitian ini<br />

adalah sebagian dari hasil kegiatan uskeg tahun<br />

anggaran 2007.<br />

DAFTAR ACUAN<br />

Gambar 7. Struktur kristalYBCO (fasa 123)<br />

tetragonal.<br />

KESIMPULAN<br />

Dari penelitian ini dapat diambil beberapa<br />

kesimpulan penting sebagai berikut :<br />

1. Penggunaan prekursor YBCO non stoikiometris,<br />

ternyata mempermudah dalam pembentukan fasa 123<br />

dan fasa 211, bahkan sejak saat proses kalsinasi. Fasa<br />

123 dan fasa 211 itu semakin sempurna terbentuk<br />

setelah proses sintering. Jika dalam síntesis<br />

superkonduktor YBCO tersebut digunakan prekursor<br />

stoikiometris, maka fasa 123 baru terbentuk secara<br />

sempurna setelah proses sintering dan tidak<br />

disertai fasa 211.<br />

2. Pendopingan superkonduktor YBCO non<br />

stoikiometris dengan sejumlah tertentu atom-atom<br />

Ca (0,05 mol Ca), hanya menyebabkan atom-atom<br />

kalsium masuk ke dalam struktur kristal fasa 123<br />

menggantikan sebagian atom-atom Y, dan tidak<br />

terjadi transisi fasa. Namun jika kadar dopant Ca<br />

ditingkatkan (0,2 mol Ca), maka terjadi transisi fasa<br />

dari superkonduktor YBCO menjadi semikonduktor.<br />

Konsentrasi dopant Ca maksimum yang masih bisa<br />

disubstitusikan dan tidak menyebabkan transisi fasa<br />

akan diteliti lebih lanjut.<br />

3. Dengan prekursor Y 1,80<br />

Ba 2,40<br />

Cu 3,400<br />

O 7-x<br />

, dan<br />

(Y 0,95<br />

Ca 0,05<br />

)Ba 1,595<br />

Cu 2,405<br />

O 7-x<br />

dapat ditumbuhkan fasa<br />

123 dan fasa 211, dimana perbandingan kuantitas<br />

kedua fasa tersebut mendekati ideal (75% : 25%).<br />

Namun (Y 0,95<br />

Ca 0,05<br />

)Ba 1,595<br />

Cu 2,405<br />

O 7-x<br />

adalah yang<br />

terbaik, karena dengan prekursor itu dihasilkan<br />

fasa 123 yang memiliki panjang ikatan Cu(2)-O(3)<br />

paling pendek.<br />

[1]. D. LARBALESTIER, R. D. BLAUGHER, R. E.<br />

SCHWALL, ROBERT S., SOKOLOWSKI,<br />

MASAKI SUENAGA and J. O. WILLIS, Power<br />

Applications of Superconductivity in Japan and<br />

Germany, World Technology Evaluation Center,<br />

Loyola College, Maryland, (1997)<br />

[2]. ALEXIS P. MALOZEMOFF, Nature Material,<br />

6 (2007)617-619<br />

[3]. ENGKIR SUKIRMAN, Pengaruh Distribusi<br />

Kekosongan Oksigen pada Superkonduktivitas<br />

YBa 2<br />

Cu 3<br />

O 7-x<br />

, Tesis S2, Fakultas Pascasarjana,<br />

Materials Science, UI, (1991)<br />

[4]. D. CHRISTEN, Nature Materials, 3 (2004) 421-422<br />

[5]. HAMMERL, G., SCHMEHL,A., SCHULZ, R.R.,<br />

GOETZ, B., BIELEFELDT, H. and SCHNEIDER,<br />

C. W., Nature, 407 (2000)162-164<br />

[6]. JIRAK, Z., HEJTMANEK, J., POLLERT,<br />

E., TRISKA,A. and VASEK, P., Physica C, 156 (5)<br />

(1988)750-754<br />

[7]. ANDRASSZALAY,GABORBERTALAN,ISTVAN<br />

VAJDA, JANOS KOSA and MARGIT ENISZ,<br />

Journal of the European Ceramic Society, 25<br />

(2005)2931-2934<br />

[8]. B. D. CULLITY, Elements of X-Rays Diffraction,<br />

Addison Wesley, (1978)<br />

[9]. J. G. BEDNORZ, Nature Materials, 6 (2007)<br />

621-622<br />

[10]. A.W. HEWAT, Neutron News, 1 (1990) 28<br />

[11]. ENGKIR SUKIRMAN,WISNUARIADI, DIDIN S.<br />

WINATAPURA dan YUSTINUS, Jurnal Ilmiah<br />

Teknik Mesin, 8 (2) (2006) 79-90<br />

[12]. ENGKIR SUKIRMAN,WISNUARIADI, DIDIN S.<br />

WINATAPURA dan YUSTINUS M.P., Jurnal<br />

Sains Materi Indonesia, 8 (3) (2007) 281-286.<br />

[13]. E. SUKIRMAN, W. ARI ADI, D. SAHIDIN<br />

WINATAPURA dan SUPANDI, Prosiding<br />

Seminar Nasional Hamburan Neutron dan<br />

Sinar-X Ke 5, (2003) 112-116<br />

[14]. FUJIO IZUMI, Rigaku Journal, 6 (1989) 1<br />

193


Jurnal Sains Materi Indonesia<br />

Indonesian Journal of Materials Science<br />

[15]. M. MURAKAMI, Sci. Technol., 5 (1992) 185-<br />

2003<br />

[16]. DAVID PALMER, CrystalMaker, Interactive<br />

Crystallography for MacOS, Version 2.0,<br />

Cambridge University Technical Services Ltd.,<br />

England, (1996)<br />

Edisi Khusus Desember 2008, hal : 187 - 194<br />

ISSN : 1411-1098<br />

194

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!