D:\MASTER JUSAMI YANG SUDAH LEN - Batan
D:\MASTER JUSAMI YANG SUDAH LEN - Batan
D:\MASTER JUSAMI YANG SUDAH LEN - Batan
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Jurnal Sains Materi Indonesia<br />
Indonesian Journal of Materials Science<br />
Edisi Khusus Desember 2008, hal : 136 - 139<br />
ISSN : 1411-1098<br />
Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007<br />
Tanggal 26 Juni 2007<br />
PENGARUH ALKALI DALAM PEMBENTUKAN<br />
ELEKTROLIT PADAT BERBASIS ALKALI ALUMINA<br />
ABSTRAK<br />
Yustinus Purwamargapratala, S. Purnama dan P. Purwanto<br />
Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) - BATAN<br />
Kawasan Puspiptek, Serpong 15314, Tangerang<br />
PENGARUHALKALI DALAM PEMBENTUKAN ELEKTROLIT PADAT BERBASISALKALI<br />
ALUMINA. Telah dilakukan penelitian elektrolit padat berbasis alumina dengan penambahan barium nitrat,<br />
kalsium nitrat, natrium nitrat dan litium nitrat. Bahan aluminium hidroksida dan garam alkali dicampur dengan<br />
perbandingan mol 1 : 1 dalam media air dan dilakukan pirolisis pada suhu 300 0 C selama 1 jam. Hasil pirolisis<br />
dicampur alumina dengan perbandingan mol 1 : 1, dikompaksi dan dipanaskan 600 0 C selama 3 jam.<br />
Hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan XRD (X-Ray Difractometer) pada 2θ = 20 o -70 o dan LCR meter<br />
(alat uji inductance, capacitance, and resistance) pada frekuensi 0,1 Hz hingga 100 kHz. Hasil analisis<br />
menunjukkan terbentuknya alkali aluminat, dimana litium aluminat mempunyai konduktivitas tertinggi<br />
pada suhu ruang yaitu 3,1290 x 10 -5 S.cm -1 sedangkan bahan berbasis barium mempunyai konduktivitas terendah<br />
yaitu 5,7266 x 10 -8 S.cm -1 .<br />
Kata kunci : Elektrolit padat, Alkali alumina, Struktur kristal, Konduktivitas ionik<br />
ABSTRACT<br />
ALKALI INFLUENCE ON SYNTHESIS OF SOLID ELECTROLYTE BASED ON ALKALI<br />
NITRAT-ALUMINA. Research of solid electrolyte based on alumina with addition of alkali materials of barium<br />
nitrate calcium nitrate, sodium nitrate and lithium nitritate has been done. Alumunium hydroxyde and alkali<br />
nitrate were mixed in mole ratio of 1 : 1 in water media and pyrolyzed at 300 o C for 1 hour. Pyrolysis result were<br />
then mixed with alumina in mole ratio of 1 : 1, compacted and heated at 600 o C for 3 hours. To characterize the<br />
sample, XRD (X-Ray Difractometer) and LCR meter (impedance, capasitance, and resistance) were used for<br />
analysis the phase and conductivity properties. The result showed formation of alkali-aluminat in which<br />
Li-base have the highest room temperature conductivity of 3.1290 x 10 -5 S.cm -1 , while Ba-base have the lowest<br />
conductivity of 5.7266 x 10 -8 S.cm -1<br />
Key words : Solid electrolyte, Alumina alkali, Crystal structure, Ionic conductivity<br />
PENDAHULUAN<br />
Bahan konduktor superionik dikenal juga dalam<br />
istilah lain di kalangan ilmuwan sebagai elektrolit padat<br />
ataupun konduktor ion cepat adalah bahan padatan yang<br />
mempunyai konduktivitas ionik yang tinggi pada suhu<br />
jauh di bawah titik leleh bahan tersebut [1]. Senyawa<br />
alkali/ alkali tanah aluminat banyak digunakan sebagai<br />
elektrolit padat. Bahan yang digunakan untuk sintesis<br />
-alumina dengan proses sol gel adalah natrium oksida<br />
yang dicampur di dalam media alkohol [2].<br />
Salah satu penelitian yang pernah dilakukan<br />
adalah pembuatan Mg-aluminat dengan cara<br />
mencampurkan padatan Mg(OH) 2<br />
dengan -alumina<br />
dengan konduktivitas yang diperoleh 1,25 S.cm -1 hingga<br />
9,34 S.cm -1 [3]. Selain itu penelitian lain menggunakan<br />
cara kimia basah yaitu mencampurkan Al(OH) 3<br />
dengan<br />
alkali/alkali tanah-aluminat [4].<br />
Dalam penelitian ini proses sintesis juga<br />
dilakukan menggunakan cara kimia basah, namun alkali<br />
atau alkali tanah hidroksida diganti dengan alkali atau<br />
alkali tanah nitrat. Dalam bentuk garam nitrat diharapkan<br />
terjadi oksidasi yang sempurna pada pembentukan alkali<br />
atau alkali tanah aluminat.<br />
Pada pemanasan campuran Al(OH) 3<br />
dan M nitrat<br />
(M=Li, Na, Ca, Ba) diharapkan terbentuk M aluminat<br />
seperti reaksi berikut :<br />
M(NO 3<br />
) (aq)<br />
+ 2Al(OH) 3(s)<br />
MO.Al 2<br />
O 3(s)<br />
+ NO 2(g)<br />
+ 3H 2<br />
O (g)<br />
Suhu pembentukan MO.Al 2<br />
O 3<br />
bergantung dari<br />
unsur alkali atau alkali tanah yang digunakan. Unsur<br />
alkali atau alkali tanah dengan nomor atom kecil akan<br />
membentuk MO.Al 2<br />
O 3<br />
pada suhu yang lebih rendah.<br />
136
Pengaruh Alkali Dalam Pembentukan Elektrolit Padat Berbasis Alkali Alumina (Yustinus Purwamargapratala)<br />
Hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan<br />
X-Ray Difraction (XRD) dan LCR meter (alat uji<br />
Impedance, Capacitance and Resistance) dan<br />
dibandingkan dengan data JCPDS (Joint Commitee on<br />
Powder Difraction System).<br />
METODE PERCOBAAN<br />
Bahan danAlat<br />
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah<br />
aluminium hidroksida, lithium nitrat, natrium nitrat,<br />
barium nitrat, kalsium nitrat. Sedangkan peralatan yang<br />
dipakai neraca semi analitis, pengaduk dan pemanas<br />
magnet, peralatan gelas, XRD dan LCR meter.<br />
Cara Kerja<br />
Intensity (kcps)<br />
(a)<br />
(b)<br />
(c)<br />
Alumina<br />
20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70<br />
2 (deg)<br />
Gambar 2. Posisi puncak difraksi (a) alumina yang<br />
dibandingkan pola difraksi standar (b) -alumina dan (c)<br />
-alumina.<br />
Bahan aluminium hidroksida dan garam alkali<br />
dicampur dengan perbandingan mol 1 : 1 dalam larutan<br />
air dan dilakukan pirolisis pada suhu 300 o C selama<br />
1 jam. Hasil pirolisis dicampur alumina dengan<br />
perbandingan mol 1 : 1, dikompaksi, dan dipanaskan<br />
600 o C selama 3 jam. Karakterisasi hasil sintesis<br />
digunakan alat uji Impedance, Capacitance and<br />
Resistance (LCR meter) pada frekuensi 0,1 Hz<br />
hingga 100 kHz dan X-Ray Difractometer (XRD) pada<br />
2θ = 20 o -80 o . Alur proses sintesis selengkapnya<br />
ditampilkan pada Gambar 1.<br />
Alumina<br />
Penimbangan<br />
Aquadest<br />
Pencampuran<br />
(1: 1) mol<br />
Kompaksi<br />
Pemanasan<br />
600 o C 3 jam<br />
Komposit Alumina-M<br />
Karakterisasi<br />
Al(OH) 3<br />
Penimbangan<br />
Pencampuran<br />
(1:1) mol<br />
Pirolisis<br />
300 o C, 1 jam<br />
HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
(M)Nitrat<br />
Gambar 1. Alur proses sintesa komposit alumina M<br />
(M = kalsium nitrat, barium nitrat, natrium nitrat,<br />
litium nitrat).<br />
Dengan membandingkan puncak-puncak difraksi<br />
sinar-X dari alumina yang digunakan dalam penelitian<br />
Gambar 3. Standar JCPDF -Alumina<br />
ini dengan puncak difraksi sinar-X standar dari<br />
α-Alumina (JCPDF No. 461212) dan β-Alumina (JCPDF<br />
No.100414) seperti diperlihatkan pada Gambar 2 maka<br />
dapat ditunjukkan bahwa alumina yang digunakan dalam<br />
penelitian ini adalah -Alumina (Gambar 3)<br />
Hasil analisis pola difraksi sinar-X dari sampel<br />
hasil sintesis alumina dan barium nitrat seperti tampak<br />
pada Gambar 4 (a). menunjukkan bahwa puncak-puncak<br />
yang teramati adalah puncak dari α-alumina, barium nitrat,<br />
dan barium oksida sesuai identifikasi JCPDF 461212,<br />
JCPDF 040773 dan JCPDF 221056. Pada pola difraksi<br />
ini tidak terlihat adanya puncak barium aluminat. Hal ini<br />
terjadi kemungkinan karena ukuran atom barium relatif<br />
besar sehingga dengan suhu pemanasan 600 o C selama<br />
3 jam belum memungkinkan terjadinya pembentukan<br />
barium aluminat tersebut.<br />
Pada Gambar 4 (b) terlihat hasil pengamatan pola<br />
difraksi sinar-X sampel hasil sintesis alumina dan kalsium<br />
nitrat, dan berdasarkan JCPDF No 461212, 231038, dan<br />
030807 dapat diketahui bahwa terdapat puncak-puncak<br />
-alumina dan kalsium aluminat dalam bentuk CaAl 2<br />
O 4<br />
dan Ca 3<br />
Al 2<br />
O 6<br />
. Kalsium aluminat yang terbentuk dengan<br />
jumlah fraksi yang sangat kecil dari pada -alumina. Hal<br />
ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari<br />
kalsium nitrat dapat bereaksi dengan alumina membentuk<br />
kalsium aluminat.<br />
Atom barium dan kalsium dalam sistem periodik<br />
unsur termasuk dalam golongan II sehingga mempunyai<br />
137
Jurnal Sains Materi Indonesia<br />
Indonesian Journal of Materials Science<br />
(d)<br />
Intensity(kcps)<br />
(c)<br />
Intensity(kcps)<br />
(b)<br />
Intensity (kcps)<br />
(a)<br />
Intensity (kcps)<br />
Alumina+LiNO 3<br />
20 30 40 50 60 70 80<br />
2 q (deg)<br />
Alumina+LiNO3 a-alumina a-LiAlO2 LiAl5O8<br />
Alumina+NaNO3<br />
20 30 40 50 60 70 80<br />
2 q (deg)<br />
Alumina+NaNO3 a-Alumina NaAlO2 Na2O NaAl2O8<br />
Alumina+Ca(NO3)2<br />
20 30 40 50 60 70 80<br />
2 q (deg)<br />
Alumina+Ca(NO3)2 α-alumina CaAl2O4 Ca3Al2O6<br />
Alumina+Ba(NO3)2<br />
20 30 40 50 60 70 80<br />
2 q (deg)<br />
Alumina+Ba(NO3)2 α-alumina Ba(NO3)2 BaO<br />
Gambar 4. Hasil sintesis dibandingkan standar JCPDF.<br />
nomor atom dan diameter yang lebih besar dari pada<br />
golongan I. Hal ini mempersulit terjadinya reaksi antara<br />
barium maupun kalsium nitrat dengan alumina, akibatnya<br />
sulit terjadi pembentukan aluminat. Pada pola difraksi<br />
Gambar 4 (b) terlihat hanya terdapat sedikit fraksi alumina<br />
dari kalsium nitrat.<br />
Sedangkan pola difraksi sinar-X pada<br />
Gambar 4 (c) adalah sampel hasil sintesa alumina dan<br />
natrium nitrat yang dibandingkan dengan JCPDF<br />
No.361474 461212, 201073, 311262, dan 230528,<br />
menunjukkan bahwa tidak terdapat puncak-puncak<br />
Edisi Khusus Desember 2008, hal : 136 - 139<br />
ISSN : 1411-1098<br />
natrium nitrat. Adanya puncak-puncak natrium oksida<br />
dan natrium aluminat menunjukkan bahwa semua natrium<br />
nitrat telah bereaksi. Natrium aluminat yang terjadi dalam<br />
bentuk NaAlO 2<br />
dan NaAl 2<br />
O 8,<br />
namun hasil sintesa ini<br />
masih mengandung natrium oksida, yang dalam hal ini<br />
merupakan hasil samping yang tidak diharapkan.<br />
Pada Gambar 4 (d) pola difraksi sinar-X hasil<br />
sintesis alumina dan litium nitrat yang dibandingkan<br />
dengan JCPDF No. 461212, 440224, dan 140497<br />
menununjukkan bahwa semua lithium nitrat yang<br />
digunakan bereaksi menghasilkan lithium aluminat dalam<br />
bentuk LiAlO 2<br />
dan LiAl 5<br />
O 8<br />
sedangkan senyawa lain tidak<br />
terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi<br />
sintesa, pemanasan 600 o C selama 3 jam, lithium nitrat<br />
paling mudah membentuk alkali aluminat dari pada alkali<br />
nitrat lain seperti barium nitrat, kalsium nitrat, maupun<br />
natrium nitrat.<br />
Pada sistem periodik unsur diketahui bahwa<br />
nomor atom Ba, Ca, Na, dan Li berturut-turut 56, 20, 11,<br />
dan 3. Hal ini menunjukkan bahwa nomor atom Li adalah<br />
paling kecil sedangkan Ba paling besar. Nomor atom<br />
unsur dapat menunjukkan ukuran atom unsur, dengan<br />
nomor atom lebih kecil maka jumlah elektron dan neutron<br />
juga sedikit sehingga ukuran atom pun kecil, dengan<br />
demikian reaktifitasnya relatif lebih besar. Dapatlah<br />
dipahami reaktifitas alkali nitrat dari Li adalah paling<br />
tinggi dibandingkan alkali nitrat dari Ba, Ca, dan Na.<br />
Dengan ukuran atom Li yang relatif kecil akan<br />
mempermudah pengikatan atom tersebut ke dalam<br />
matriks alumina. Dengan demikian pembentukan alkali<br />
aluminat dari lithium nitrat dan alumina akan lebih<br />
mudah pula.<br />
Hasil pengukuran konduktivitas terhadap<br />
sampel-sampel alumina ,<br />
alumina-Ba(NO 3<br />
) 2<br />
,<br />
alumina-Ca(NO 3<br />
) 2<br />
alumina-NaNO 3<br />
dan alumina-<br />
LiNO 3<br />
, ditunjukkan pada Gambar 5. Pengukuran<br />
dilakukan pada kondisi frekuensi 0,1 Hz hingga 100 kHz<br />
dan tegangan 1 Volt. Gambar 5 memperlihatkan bahwa<br />
nilai konduktivitas-Alumina pada rentang frekuensi<br />
Log s (S/cm)<br />
0.0<br />
-1.0<br />
-2.0<br />
-3.0<br />
-4.0<br />
-5.0<br />
-6.0<br />
-7.0<br />
-8.0<br />
-9.0<br />
-10.0<br />
c<br />
e<br />
d<br />
b<br />
a<br />
Alumina+Alkali<br />
-1 0 1 2 3 4 5<br />
Log f (Hz)<br />
Gambar 5. Konduktivitas Bahan pada variasi frekuensi<br />
pengukuran. a. -Alumina, b. -Alumina-Ba(NO 3<br />
) 2<br />
c. -Alumina-Ca(NO 3<br />
) 2<br />
d. -Alumina-NaNO 3<br />
e. -Alumina- LiNO 3<br />
138
Pengaruh Alkali Dalam Pembentukan Elektrolit Padat Berbasis Alkali Alumina (Yustinus Purwamargapratala)<br />
0,1 Hz hingga 100 kHz adalah tidak stabil, bervariasi<br />
2,4099 x 10 -9 S.cm -1 hingga 2,2085 x 10 -8 S.cm -1 . Demikian<br />
pula untuk sampel -alumina-Ca(NO 3<br />
) 2<br />
dan -alumina-<br />
Ba(NO 3<br />
) 2<br />
mempunyai nilai konduktivitas yang<br />
tidak stabil juga, berturut turut 5,7266 x 10 -8 S.cm -1<br />
hingga 3,4970 x 10 -8 S.cm -1 dan 5,9580 x 10 -8 S.cm -1 hingga<br />
5,1369 x 10 -8 S.cm -1 .<br />
Sedangkan konduktivitas untuk sampel<br />
-Alumina-NaNO 3<br />
, dan -Alumina-LiNO 3<br />
adalah stabil<br />
yaitu 1,7644 x 10 -5 S.cm -1 dan 3,1290 x 10 -5 S.cm -1 . Hasil<br />
tersebut menunjukkan bahwa sampel -alumina-LiNO 3<br />
mempunyai nilai konduktivitas tertinggi dan -alumina-<br />
Ba(NO 3<br />
) 2<br />
mempunyai konduktivitas terendah.<br />
Atom dengan diameter lebih besar mempunyai<br />
kemampuan gerak lebih terbatas dibandingkan atom<br />
dengan diameter kecil. Itulah sebabnya komposit<br />
-alumina-LiNO 3<br />
mempunyai nilai konduktivitas tertinggi<br />
dari pada sampel yang lain.<br />
KESIMPULAN<br />
Konduktivitas ionik alumina pada suhu ruang<br />
sekitar 2,4099 x 10 -9 S.cm -1 hingga 2,2085 x 10 -8 S.cm -1 dan<br />
kurang stabil terhadap pengaruh perubahan frekuensi.<br />
Konduktivitas ionik alumina dapat ditingkatkan dengan<br />
membentuk alkali aluminat. Konduktivitas ionik alkali<br />
aluminat bertambah besar bertuturut-turut untuk alkali<br />
nitrat dari Ba, Ca, Na, Li. Konduktivitas ionik pada suhu<br />
ruang terendah 5,7266 x 10 -8 S.cm -1 dari hasil sintesis<br />
-alumina-Ba(NO 3<br />
) dan tertinggi 3,1290 x 10 -5 S.cm -1 dari<br />
hasil sintesa -alumina-LiNO 3<br />
.<br />
DAFTAR ACUAN<br />
[1]. KHAIRUL BASAR, Konduktor Superionik,<br />
Teknologi di Balik Baterai Isi Ulang, FMIPA-ITB<br />
Bandung, http//www.net sains.com, down load<br />
Selasa, 31 Juli 2007<br />
[2]. SAFEI PURNAMA, ANTHONIUS SITOMPUL,<br />
TUMPAL PANDIANGAN, YUSTINUS P,<br />
Pembuatan Bahan Elektrolit Padat -Alumina,<br />
Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan<br />
Teknologi Bahan Puslitbang Iptek Bahan - BATAN<br />
(1999)<br />
[3]. RAMLAN, Pengaruh MgO dan Suhu Sintering<br />
Terhadap Mikrostruktur Dan SIfat Fisis Keramik<br />
Beta Alumina (” - Al 2<br />
O 3<br />
), Skripsi, Jurusan Fisika<br />
Universitas Indonesia, (2001)<br />
[4]. P. PURWANTO dan S. PURNAMA, Pengaruh<br />
Konsentrasi AgI Terhadap Sifat Termal dan<br />
Konduktifitas Elektrolit Padat (AgI) x<br />
(β-Al 2<br />
O 3<br />
) 1-x<br />
(x = 0,3 dan x = 0,5). Jurnal Sains Materi Indonesia,<br />
9 (2) (2008) 105-109<br />
139