15.01.2015 Views

JURNAL BAHASA - English Department of FBS Universitas Negeri ...

JURNAL BAHASA - English Department of FBS Universitas Negeri ...

JURNAL BAHASA - English Department of FBS Universitas Negeri ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>JURNAL</strong> <strong>BAHASA</strong> DAN SEHI<br />

Vol. 8, No. 1, Tahun 2007 rssN t4tt-3732<br />

Penasehat<br />

Dekan <strong>FBS</strong>S I-JNP. Padang<br />

Ketua Dewan PenYunting<br />

M. Zaim<br />

Wakil Ketua PenYunting<br />

Eswendi<br />

Sekretaris<br />

Ermanto<br />

PenYunting Ahli<br />

Syahrul R ([JNP)<br />

Refiraldi (LINP)<br />

Soenj ono Dardjowidj oj o<br />

(Unika AtmajaYa Jakarta)<br />

A. Chaedar Alwasilah (UPI Bandung)<br />

lietjep Rohandi Rohidi<br />

(Unnes Semarang)<br />

MukhaiYar (UNP)<br />

Hasanuddin WS (uNP)<br />

Mohd. Nefi Imran (LINP)<br />

Yasnur Asri (UNP)<br />

Ady Rosa (UNP)<br />

Nerosti(UNP)<br />

Sekretariat<br />

Yusmida<br />

SriMulYani<br />

ZuYarti<br />

Penerbit<br />

<strong>FBS</strong>S UNP Press<br />

Alamat Penerbit/Redaksi<br />

Jalan Pr<strong>of</strong>. Dr. Hamka UNP<br />

Air Tawar Padang 25131<br />

Telp. (0751) 70s3363<br />

E-mail : fbssunP@indosat.net. id<br />

Terbit dua kali setahun<br />

Maret dan SePtember<br />

Daftar Isi<br />

Model PAKEM untuk Memacu Krealivitas<br />

Berbahasa Indonesia bagi Anak Usia Dini (Studi<br />

Kasus di TK Dharmawanila <strong>Universitas</strong> <strong>Negeri</strong><br />

Padang)(l-7)<br />

Asmawati<br />

Fenomena Penftelajaran Membaca, Menulis dan<br />

Menghitung di Taman Kanak-Kanak (Suatu<br />

Tujuan Psikolin$uistik) ( 8 - I I )<br />

Ermawati Arief<br />

S itnp I ifi kas i B a h a s a y an g D i t ui ukan ke p ad a Jeni an g<br />

Kelas yang Berbeda oleh Guru Bahasa Inggris<br />

(12-17)<br />

Hamzah<br />

Pembelajaran Apresiarif Seni Budaya (Seni Musik)<br />

Menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan<br />

Pendidikan (KTSP) di SMA Kota Padang ( I8 - 24 )<br />

Indra Yeni<br />

Mengefekt ifkan P e mb e I ai ar an Me m b ac a<br />

Int erpre tat if lrte I alu i P end ekatan Cooperat ive<br />

Learningdi Sekolah Dasar ( 25 - 30 )<br />

Yasnur Asri<br />

Penelitian Tindakan Kelas sebagai Wahano<br />

Pengenfiangan Kualitas Penbelaiaran ( 31 - 36 )<br />

Miko Siregar<br />

The Power <strong>of</strong> <strong>English</strong> Clttb Activities in Intprovirtg<br />

Students' <strong>English</strong> Pr<strong>of</strong>iciency ( 37 * 4l )<br />

Rusdi<br />

T'ansfer Pragnatik di dalam Respott Terhadhp<br />

Pujian yang Disampaikan di dalam Bahasa<br />

Indonesia dan Bahasa hggris ( 42 - 5l )<br />

Refnaldi<br />

Up ay a G uru l'I e m <strong>of</strong>rt'as i,Sr'sla d al am P e nfi e I ai ar an<br />

Seni Tari di Sekolah Dasar ( 52 - 57 )<br />

Zora Iriani


Simplifikasi Bahasa yang Ditujukan kepada Jenjang Kelas<br />

yang Berbeda oleh Guru Bahasa Inggris<br />

Harnzah<br />

Abstract: This study is aimed at investigating how the nonnative <strong>English</strong> language teachers in<br />

Indonesia simplifu the language they use for dilfferent levels <strong>of</strong> students. The results showed that<br />

the teachers tend to use more declarative sentences to grade XII and less interrogalive and<br />

imperalives as compared to grade X students. They used more yes-no question types to grade X but<br />

more wh-question types to grade XII students. In the surface forms, Ihe grade X received question<br />

types, what, why, how, more <strong>of</strong>ten as compared to grade XII. The Jindings on the use <strong>of</strong> wh question<br />

types is slightly dilferent from the cutent theories that the teachers tend to use higher level<br />

question lo lhe higher pr<strong>of</strong>ciency students.<br />

Key words: teacher tallc register, sintplified linguistic inpu!<br />

PENDAHULUAN<br />

Permasalahan pengajaran bahasa Inggris di<br />

sekolah telah menjadi sorotan banyak pihak pada<br />

tahun-tahun terakhir. Hal ini berkaitan dengan<br />

rendahnya pencapaian-siswa baik ditinjau dari segi<br />

nilai UAN mata pelajaran bahasa Inggris yang lebih<br />

rendah dari nilai mata pelajaran lain maupun dari<br />

segi fungsional berupa penggunaan bahasa terebut<br />

untuk tujuan komunikasi. Sampai sekarang banyak<br />

pihak mengklaim bahwa sebagian besar lulusan<br />

SMA yang telah belajar bahasa Inggris selama<br />

enam tahun tidak mampu menggunakan bahasa<br />

tersebut.<br />

Berbagai cara untuk memperbaiki mutu<br />

pengajaran bahasa Inggris telah dilakukan. Sebagian<br />

besar usaha tersebut mengarah pada perbaikan proses<br />

pembelajaran siswa. Untuk itu berbagai metode baru<br />

diperkenalkan baik melalui sanggar pen-eajaran<br />

bahasa Inggris maupun melalui perguruan tinggi. Di<br />

samping itu, sejumlah penelitian pun difokuskan<br />

pada pelaksanaan proses pembelajaran tenebut.<br />

Namun, metode pembelajaran hanyalah salah saru<br />

faktor yang menentukan keberhasilan pen-eajaran<br />

bahasa Inggris. Aspek yang tidak kalah pentingnl,a<br />

adalah faktor rirpul linguistik I'ang didapatkan sisrva<br />

dari gurunya untuk diolah jadi intake melalui proses<br />

pembelajaran tersebut.<br />

Dalam pengajaran bahasa asing, bahasa vang<br />

digunakan oleh guru memiliki dua fungsi. Pertama,<br />

bahasa yang digunakan tersebut membantu sisu,a<br />

memahami apa yang sedang di ajarkan oleh guru.<br />

Kedua, bahasa tersebut berguna sebagai input<br />

linguistik bagi siswa. Krashen (1982:21) menegaskan<br />

bahrva penguasaan bahasa asing tergantung pada<br />

tersedianya 'comprehensible input (l+l)' yaitu bahasa<br />

yang memiliki kompleksitas satu tingkat di atas<br />

kemampuan siswa. Ini berarti jika input linguistik<br />

yang diberikan guru melalui bahasa yang digunakannya<br />

setara atau lebih rendah dari penguasaan siswa maka<br />

mereka tidak akan membuat kemajuan, sebaliknya<br />

jika tingkat kompleksitas input linguistik tersebut<br />

jauh di atas kemampuan siswa maka sisrva tidak<br />

akan bisa memahaminya, sehingga tidak akan jadi<br />

'intake'. OIeh sebab itu, kualitas bahasa lnggris<br />

1,ang digunakan oleh guru akan ikut menentukan<br />

keberhasilan pengajaran bahasa itu.<br />

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan<br />

informasi tentang perbandingan surface form dari<br />

bahasa yang digunakan guru pada tingkat kelas<br />

yang berbeda. Pertanyaan penelitian dioldh: (l)<br />

apakah ada perbedaan proporsi kalimat pernyataan,<br />

pertanyaan dan perintah pada bahasa yang digunakan<br />

guru untuk kelas satu dan kelas tiga SMA; (2)<br />

apakah ada perbedaan distribusi wh-question, yesno<br />

questiotr, inverted question dan tag-question<br />

pada bahasa yang digunakan guru untuk kelas satu<br />

dan kelas tiga SMA; (3) Apakah ada perbedaan<br />

distribusi pertanyaan yang menggunakan kata tanya<br />

what, why how serta wh-question lainnya pada<br />

bahasa yang digunakan guru untuk kelas satu dan<br />

kelas tiga SMA; (4) apakah ada berbedaan tingkat<br />

ttanzafr atatafr [osen ,Fafr,yttas tBafrasa Sastra dan geni (<strong>FBS</strong>S)'Ut$P aadang


T()RNLL$'qqs- CI-NSENI a/ot E' No' 1', 2007: ( 12 - 17 )<br />

modifikasi input linguistik pada tingkat kalimat<br />

p"O. U"it"tu yang digunakan guru untuk kelas satu<br />

dan kelas tiga SMA<br />

--"'*S"his" yang digunakan guru .di .kelas<br />

rr*putun ,utu i.gi-rtt' tlrsendiri yang relah diteliti<br />

rt;a* dengan penelitian tentangjenis bahasa yang<br />

-oleh<br />

aieunakan penutur asli sewaktu berbicara<br />

asins(Foreigner ratk)' Kedua jenis<br />

;;il;;;;*'<br />

t#,it'r"i temilili teuerapa persamaan fitur di<br />

mina keduanya merupakan jenis ujaSn yang<br />

ii*oaif**i aan Oisederhanakan dengan tujuan untuk<br />

,n.tnUuntu interlokutor mendapatkan pemahaman<br />

vane lebih baik. Namun, menurut Nunan (1990)<br />

i.'iit.-]."g digunakan guru di kelas memiliki<br />

".*u.ai ying itruttur bahasanya dipertahankan<br />

lgut t.tutu *engikuti kaidah-kaidah formal'<br />

---- --Buhuru<br />

y-ang digunakan guru di kelas dapat<br />

dikategorikan menjadi dua kelompok utama'<br />

;;;t; t""g digunaian oleh guru vang merupakan<br />

p.""*""tfi keiada pelajar 13ng<br />

juga merupakan<br />

nenutur asli, bahasa yang digunakannya clengan<br />

ffi;;til'digunakan olJh guru' baik penutur asli<br />

tuupun Uukan, tepada pelajar yang bukan penutur<br />

asli dari bahasa yang digunakannya'<br />

Penelitian tentanibahas a yangdigunakan oleh<br />

guru sewaktu mengajar telah menghasilkan beberapa<br />

temuan. Pertama, guru cenderung memodifikasi<br />

totutunyu sewaktu mengajar' Modihkasi.ini terjadi<br />

ptJ. *ii.p tingkat pendidikan mulai dari. taman<br />

[u"uf.-f.unuf. sampai pudu pttgu*un tinggi' Misalnya<br />

ino* oun Hoernaget-irohle (1981) mencoba<br />

,n.n t unOingkan bahaia yang digunakan. oleh guru<br />

ouOu tu.un-tanak-kanak, sekolah dasar dan.sekolah<br />

i;;" di <strong>Negeri</strong> Belanda' Temuan penelitiannya<br />

t.'nun;ut-tun 6ahla bahasa tersebut berbeda dari<br />

"j*n"Vung alami. Hal ini ditandai dengan kurang<br />

bervariasinya 'content words' dan functiott u'ords'<br />

V""g Jtg"""tan, ujaran yang lebih pendek-pendek<br />

,rrti propotti pengunaan kalimat tanya dan perintah<br />

v"tu'r.uilt tinggi-Guru juga menggunakan ujaran<br />

v."E r.uilt sJerhana kipada siswa .<br />

yang bukan<br />

;;;;* asli ketimbang penutur asli meskipun usianya<br />

sama. Tambahan pul4 kompleksitas ujaran yang<br />

ffiakan oleh guru cenderung berkorelasi positif<br />

ffi;;; usia siswi. Penelitian yang dilakukan Gaies<br />

(19i7; Long dan Sato (1983);<br />

' 'Hakisson (1986) pada tingkat pra-universitas<br />

menunjukkan traiit yang sama- meskipul tilekat<br />

simplifikasinya berbeda tiap tingkat protrsrensl'<br />

Levin dan Long (1981) mengkaji penggunaan<br />

bahasa oleh guru pada tiga kelompok yang<br />

i"ti"a" yakni kelas uuttasa asing' kelas penutur asli<br />

junior dan penutur asli senior' Temuannya<br />

"menunjukkan bahwa guru menggunakan .ujaran<br />

Vung Ai*oAifikasi pada kelas senior dan modifikasi<br />

V"rl r.Uftt banyal pada junior serta.modihkasi<br />

vuni f"uitt banyak lagi pada kelas.bahasa asing'<br />

puAi f"tu. bahasa asing guru memodifikasi struktur<br />

interaksi serta kompleksitas ujaran'<br />

Penelitian lain dari waktu yang berbeda<br />

menghasilkan temuan yang berbeda dan seolah<br />

berte-ntangan. Gaies (lg77b) menemukan bahwa<br />

grru *.nggunakan struktur sintaksis yang tidak<br />

io*pt"tr-p-aOa tingLat yang rendah' Milk (1985)<br />

dan ishiguio (1986) menemukan bahrva guru tidak<br />

r.ngguriut un tingkat kompleksitas tttYqt .sintaksis<br />

yunft"rbeaa sewaktu mengajar pada kelas-kelas<br />

l;;;"" tingkat pr<strong>of</strong>isiensi yang berbeda' Hal ini<br />

mun'gkin d isebabkan pemakai an strategi modifi kasi<br />

yang"UerUeOa. Chaudion (1 933) menyatakan bahrva<br />

modifitcasi bisa saja menghasilkan pengurangan<br />

pada surface form atau bahkan penambahan pada<br />

,ur\ou iorm yang disebabkan oleh adanya elaborasi<br />

dan klarifikasi'<br />

METODE<br />

Data penelitian diperoleh dari bahasa yang<br />

digunakan oleh guru di dalanr menyaiikan pelajaran<br />

Bahasa lnggris kepada sisrva sekolrh lvlerrengah<br />

Atas kelas iatu dan kelas tiga' Pernilihan kelas<br />

tersebut dinraksudkan untuk ntendapatkan contoh<br />

bahasa yang digunakan guru pada tingkat kelas<br />

yang Uert<br />

"Oa.<br />

Data diperoleh rnelalui rekaman dengan<br />

menggunaka n tape recorder yang dioperasikan<br />

fuJu i.tnp* yang tidak rnencolok agar tidak terlalu<br />

mempengaruhi presentasi guru' Rekatnan.dilakukan<br />

selama satu jam tatap muka yang terdiri dari tiga<br />

belas guru kelas satu dan tiga belas guru kelas tiga'<br />

semuJ ujaran ditranskripsikan dengan menggunakan<br />

sistembroadtrascriptionkarenayangdibutuhkan<br />

oleh peneliti adalah iriprrr linguislik<br />

lt9" tataran<br />

morfologis dan sintaksis' Data dianalisis dengan<br />

caraidentifikasi,klasifikasidangeneralisasisesuai<br />

dengan Permasalahan Penelitian'<br />

l3


SinptfiLasi aafrasa yang aituju(gn fopa[a lenjang Ketas ang rBer1eta otefi Quru Bafrasa Inggrb (l{anzafr)<br />

PEM<strong>BAHASA</strong>N<br />

Distribusi kalimat deklaratif, interogatif dan<br />

imperatif<br />

Grafik I menunjukkan distribusi kalimat<br />

deklaratif, interogatif dan imperatif yang dihasilkan<br />

oleh guru di kelas satu dan kelas tiga. Ketika guru<br />

mengajar siswa kelas tiga, mereka menggunakan<br />

dekl arati f 3 3, | 7 %o, inter o gatif 52,9 4yo dan imperatif<br />

13,890 . Sedangkan guru yang mengajar di kelas<br />

satu menghasilkan kalimat pemyataan 26,44Vo,<br />

pertanyaan 58,37yo dan imperatif 15,19 oA.<br />

Deklaratif lnterogatif lmperatif<br />

Data di atas menunjukkan bahwa guru yang<br />

mengajar di kelas yang lebih tinggi menggunakan<br />

kalimat deklaratif yang lebih banyak dan kalimatkalimat<br />

interogatif dan imperatif yang lebih sedikit<br />

jika dibanding derrgan guru yang mengajar di kelas<br />

yang lebih rendah. Temuarr ini mendukung temuantemuan<br />

sebelumnya yang menyatakan bahwa guru<br />

akan menggunakan proporsi kalimat deklaratif,<br />

interogatif dan imperatif yang berbeda untuk<br />

tingkat pr<strong>of</strong>isiensi yang berbeda. Long (1981)<br />

menemukan bahwa perbandingan persentase<br />

kalimat deklaratif pada percakapan informal antar<br />

penutur asli serta antara penutur asli dengan bukan<br />

penutur asli adalah 83 : 33. Sejalan dengan itu,<br />

Early (1985) menemukan bahwa perbandingan<br />

persentase kalimat deklaratif untuk siswa penutur<br />

asli senior, penutur asli junior dan bukan penutur<br />

asli oleh guru penutur asli adalah 80,3:59,1:51,5.<br />

Sedangkan penelitian ini menunjukkan bahwa<br />

perbandingan persentase kalimat deklaratif untuk<br />

kelas tiga dan kelas satu oleh guru bukan penutur<br />

asli adalah 33,17 :26,44.<br />

Kenyataan ini mengimplikasikan bahwa<br />

proporsi antara kalimat deklaratif, interogatif dan<br />

imperatif akan berobah dari kalimat-kalimat yang<br />

didominasi oleh kalimat deklaratif ke kalimatkalimat<br />

yang didominasi oleh imperatif dan interogatif<br />

jika guru dihadapkan dengan kelompok siswa yang<br />

memiliki tingkat pr<strong>of</strong>isiensi berjenjang dari yang<br />

lebih tinggi ke yang lebih rendah. Hal ini juga<br />

memungkinkan peneliti menarik kesimpulan bahrva<br />

fenomena perubahan proporsi ini merupakan hal<br />

yang universal sehingga meskipun tidak dipelajari<br />

secara khusus, penutur akan dapat mengubah proponi<br />

tersebut berdasarkan kemampuan dari kelompok<br />

siswa yang dihadapinya.<br />

Distribusi Pertanyaan: Yes-no, Wh--, uninverted<br />

and tag-question<br />

Grafik 2 menunjukkan distribusi jenis<br />

pertanyaan yang digunakan oleh guru bahasa Ing-eris<br />

sewaktu mengajar siswa kelas satu dan tiga. Unruk<br />

kelas tiga guru menggunakan peftanyaan jenis 1esno<br />

sebanyak 25,580 , jenis wh- sebanyak 68,35%.<br />

jenis uninverted 7,28o/o dan jenis tag-quation 0,199'0.<br />

Sedangkan untuk siswa kelas satu, guru bahasa<br />

Inggris menggunakan pertanyaan jenis yes-no<br />

sebanyak 38,44yo,jenis wh- sebanyak 56,33%, jenis<br />

uninverted sebanyak 5,llo/o dan tag-question 0,12%<br />

Yes-No<br />

Uninverted<br />

Temuan ini menunjukkan bahwa proporsi<br />

pertanyaan jenis wh- mendominasi kelompok ini<br />

baik untuk kelas tiga maupun untuk kelas satu.<br />

Secara umum proporsi pertanyaan jenis wh- untuk<br />

kelas tiga lebih tinggi dibanding dengan untuk kelas<br />

l4


T'URNAL$AJTASAAANSEM'tlot E. No. 1, 2007: ( 12 - 17 )<br />

satu. sebaliknya, proporsi untuk jenis yes-no lebih<br />

tinggi untuk kelas satu. Temuan ini agaknya<br />

memberi petunjuk bahwa bahasa yang digunakan<br />

guru bahasa lnggris yang menjadi responden<br />

penelitian ini lebih dekat dengan register teacher<br />

iatk dari denganforeigner talk. Dari segi fungsi, hal<br />

tersebut menunjukkan bahwa guru lebih banyak<br />

meminta konfirmasi terhadap informasi yang<br />

disampaikannya kepada siswa kelas satu dan<br />

meminta informasi yang harus disampaikan pendengar<br />

kepada siswa kelas tiga.<br />

Pada register foreigner talk proporsi<br />

pertanyaanjenis wh- adalah sangat tinggi sedangkan<br />

pada teacher talk proporsi jenis yes-no,wh-, dan<br />

uninverted agak seimbang. Early (1985), misalnya,<br />

menemukan bahwa pada register teacher talk<br />

proporsi persentase pertanyaan yang diajukan oleh<br />

guru pada siswa yang belajar bahasa Inggris, siswa<br />

junior dan siswa senior untuk jenis wh- adalah 67,4 :<br />

75,1 : 60,5. Sedangkan untuk register foreigner talk<br />

Long menemukan proporsi persentase untuk keempat<br />

jenis pertanyaan itu sebagai berikut: 29 : 33<br />

:37 :l dan pada percakapan antar penutur asli adalah<br />

30 :49: 18 :3.<br />

Temuan lainnya dari penelitian ini adalah<br />

rendahnya proporsi untuk jenis uninverted sefia<br />

tag-question. Pada penelitian ini proporsi untuk<br />

jenis uninverted hanya 5,11 oh untuk kelas satu dan<br />

7,28% untuk kelas tiga. Sementara untuk jenis yang<br />

sama pada foreigner talk adalah 37Yo dan pada<br />

percakapan antarpenutur asli sebanyak 18 %. Hal<br />

ini mungkin disebabkan oleh kenyataan bahrva<br />

penguasaan bahasa Inggris di Indonesia adalah<br />

melalui pendidikan formal dan yang paling<br />

ditekankan juga adalah mengenai formalitas bahasa<br />

sehingga penggunaan ienis uninverled mungkin<br />

terasa menyimpang dari aturan kaidah bahasa.<br />

Proporsi pertanyaan jenis tag-question terhadap<br />

kelas satu adalah 0,l2Yo dan kelas tiga 0,19o/o.<br />

Untuk pertanyaan jenis yang sama pada foreigner<br />

mlk adalah lo/o dan percakapan antar penutur asli<br />

3%. Penjelasan yang paling logis untuk ini adalah<br />

kesukaran untuk memformulasikan tag yang akan<br />

digunakan pada akhir kalimat dimana tense yang<br />

dipakai harus sesuai dengan induk kalimatnya. Hal<br />

ini mengharuskan pembicara untuk mengingat kembali<br />

rcnse yang telah digunakannya dan ini agaknya<br />

cukup merepotkan sehingga ada kecenderungan<br />

untuk menghindari kesukaran yang mungkin saja<br />

timbulkemudian.<br />

Distribusi pertanyaan '\vhat', twhyt, thowt dan<br />

wh-lain<br />

Grafik 3 di bawah ini menunjukkan bahwa<br />

guru yang mengajar di kelas tiga menghasilkan<br />

pertanyaan yang diau'ali dengan kata 'what'<br />

sebanyak 53,55Vo, yang diawali dengan kata tanya<br />

'why' sebanyak 6,98Yo, kata tanya 'how' sebanyak<br />

13,93yo serta jenis kata tanya wh- lainnya 25,55 o .<br />

Sementara guru yang mengajar di kelas satu<br />

menggunakan kata tanya 'what' sebanyak 59,29o/o,<br />

kata tanya'why' sebany ak 8,660/o, kata tanya'how'<br />

sebanyak 14,84o/o serta jenis kata tanya lainnya<br />

seperti 'who', 'where' dan 'rvhen' sebanyak 16,910/o'<br />

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa guru<br />

pada dua kelompok itu menggunakan pertanyaan<br />

yang menggunakan kata tanla'tvhat' lebih banyak<br />

secara signifikan jika dibanding dengan kategori<br />

lainny'a. Sedangkan untuk kalimat tanya dengan<br />

kata tanya'u'hy' dan'hou' proporsinya jauh lebih<br />

sedikit (6,98: 8,66) dan (13,39:14,84). Ada dua<br />

penjelasan yang mungkin diberikan tentang gejala<br />

seperti ini. Pertama, 'horv' dan 'rvhy' merupakan<br />

pertanyaan referensial peringkat tinggi yang<br />

membutuhkan proses kognitif yang lebih kompleks<br />

untuk menjauabnya sehingga kedua tipe ini<br />

nlenrang lebih sedikit digunakan secara umum di<br />

kelas meskipun akhir-akhir ini telah ada saran dari<br />

beberapa peneliti tentang pentingnya peningkatan<br />

penggunaan pertanyaan jenis ini di kelas. Kedua,<br />

pertanyaan yang menan)'akan alasan dan prosedur<br />

dapat juga direkonstrusi dengan menggunakan kata<br />

tanl'a 'what' seperti: \\rhat are the reasons ..... <br />

What do you think ..... What is your opinion<br />

about ..... What are the procedure <strong>of</strong> ..... <br />

why how Other<br />

whl5


Simptfidasi Aafrasa lang Ainjufgm ftgpada lenjang Kgks ang cBer1eta o&li Quru<br />

tBafrasa Inggris (ltanzafi)<br />

Dengan demikian agaknya pendapat yang<br />

menyatakan bahwa pertanyaan referensial ditandai<br />

dengan penggunaan kata tanya 'why' dan 'how'<br />

dapat dipertanyakan kembali.<br />

Jika dibanding per kelompok maka kelompok<br />

guru yang mengajar di kelas satu menghasilkan<br />

proporsi pertanyaan yang menggunakan kata tanya<br />

'what' lebih banyak dari kelompok guru yang<br />

mengajar di kelas tiga. Hal yang sama juga terjadi<br />

bagi pertanyaan yang menggunakan kata tanya<br />

'why' dan 'how'. Fenomena ini agaknya sukar<br />

dijelaskan secara teoritis karena biasanya penurunan<br />

proporsi penggunaan kalimat-kalimat tanya yang<br />

menggunakan 'what', 'why' dan 'how' akan<br />

meningkatkan penggunaan kalimat tanya jenis yesno<br />

sejalan dengan usaha guru untuk menggunakan<br />

kalimat yang lebih kompleks yang dimulai dengan<br />

ekspresi seperti: Do you know why .... Can you<br />

tell us the way to .... . Dari analisis sebelumnya<br />

dapat dilihat bahwa perbandingan persentase<br />

penggunaan pertanyaan jenis yes-no oleh guru yang<br />

mengajar di kelas tiga adalah lebih rendah dari guru<br />

yang mengajar di kelas satu (25,58: 38,44). .Jadi<br />

dapat disimpulkan bahwa pengurangan penggunaan<br />

kalimat tanya 'what', 'why' dan 'how' oleh guru<br />

kelas tiga bukanlah dalam usaha penggunaan kalimat<br />

tanya yang lebih kompleks. Hal ini juga didukung<br />

oleh fakta bahwa guru kelas tiga menghasilkan<br />

proporsi pertanyan yang lebih tinggi untuk kalimat<br />

tanya yang menggunakan kata tanya 'wh-' lainnya<br />

seperti 'who', 'when' and 'where' dibanding dengan<br />

guru kelas satu (25,55 : 16,91). Hal iniberartiguru di<br />

kelas tiga lebih banyak menghasilkan penanyaan<br />

dengan kualitas peringkat rendah dari guru di kelas<br />

satu.<br />

SIMPULAN<br />

Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan<br />

yang membuat peneliti bersikap lebih hati-hati dalam<br />

pembuatan generalisasi dari temuan yang ada<br />

terhadap bahasa yang digunakan oleh guru pada<br />

populasi yang lebih luas dari yang diteliti. Pertama,<br />

teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah<br />

purposif sehingga ada kemungkinan bias dari hasil<br />

yang diamati. Kedua, waktu observasi yang sangat<br />

terbatas membuat peneliti tidak bisa betul-betul<br />

dapat menjadi partisipan sewaktu pengumpulan data.<br />

Hal ini bisa jadi menyebabkan guru memodifikasi<br />

bahasa yang digunakannya sehingga lebih ideal dari<br />

yang biasanya.<br />

Dengan tetap memperhatikan keterbatasan<br />

penelitian ini, beberapa simpulan dikemukakan<br />

berikut ini. Pertama, guru yang mengajar bahasa<br />

Inggris di SMU menggunakan dua bahasa dalam<br />

proses pembelajaran di kelas yaitu bahasa Inggris<br />

dan bahasa Indonesia. Meskipun bahasa Inggris yang<br />

lebih dominan digunakan, kehadiran bahasa<br />

lndonesia masih sangat signifikan. Kedua, analisis<br />

kalimat bahasa Inggris yang digunakan guru<br />

menunjukkan bahwa kalimat yang digunakan oleh<br />

guru cenderung mengikuti pola teacher talk yang<br />

berbeda dari bahasa yang digunakan oleh penutur<br />

asli dalam berbicara antar sesamanya maupun<br />

berbicara dengan bukan penutur asli. Kalimat<br />

interogatif lebih dominan dibanding dengan<br />

deklaratif dan imperatif. Namun perbandingan<br />

proporsi antara ketiga bentuk kalimat tersebut<br />

berbeda antara bahasa yang digunakan guru untuk<br />

kelas satu dengan kelas tiga. Di bidang pertanyaan,<br />

kalimat interogatif yang menggunakan kata tanya<br />

wh- lebih dominan dibanding dengan bentuk lainnya<br />

dan perbandingan proporsi penggunaannya<br />

menunjukkan bahwa guru lebih banyak<br />

menggunakan wh- untuk kelas tiga jika dibanding<br />

dengan kelas satu. Pada kelompok pertanyaan yang<br />

menggunakan wh-, kalimat tanya yang dimulai<br />

dengan 'what' mendoninasi peftanyaan guru, tetapi<br />

nampaknya guru menggunaknnya lebih banyak<br />

untuk kelas tiga lebih banyak dari kelas satu. Kalimat<br />

tanya yang dimulai dengan 'why' dan 'how' lebih<br />

rendah di kelas tiga dari kelas satu. Temuan ini<br />

sedikit menyimpang dari anggapan umum bahrva<br />

guru di kelas tiga akan lebih banyak menggunakan<br />

'rvhy' dan 'how' karena dianggap sebagai<br />

peftanyaan referensial tingkat tinggi. Agaknya<br />

diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat<br />

apakah penggunaan peftanyaan tingkat tinggi di<br />

kelas yang lebih rendah tersebut merupakan salah<br />

satu strategi guru untuk mengecek pemahaman siswa<br />

atau memang diarahkan untuk mengembangkan<br />

kemampuan kognitif ke arah yang lebih tinggi.<br />

DAFTAR RUJUKAN<br />

Chaudron, Craig.1979. Complexity <strong>of</strong> Teacher Speech<br />

and Vocabulary explanation/laboration. Paper<br />

Presented at the 136 Annual TESOL Convention,<br />

Boston, March 2. In Chaudron, craig. 1988.<br />

Second Langtage Clasroont: Research on<br />

Teaching and Learning. Cambridge: Cambridge<br />

University Press.<br />

l6


'ruqMqL (Bd'-I{'q- (DaNSEM'.lot 8. No. 1, 2007: ( 12 - 17 )<br />

Gaies, Stephen J. 1977. A Comparison <strong>of</strong> the<br />

clasiroottt Language <strong>of</strong> ESL Teachers and<br />

Their Speech Among Peers: and Explanatory<br />

A nalys is. Bloomington: Indiana University'<br />

Gaies, Stephen J. 1977b. The Nature <strong>of</strong> Linguistic<br />

input in formal Second language Learning'<br />

In Brown, H.D. et al. On TESOL'77:<br />

Teaching and learning <strong>English</strong> as a Second<br />

Language. Washington : TESOL.<br />

Hakasson, Gisela. 1986' Quantitative<br />

Aspect <strong>of</strong><br />

Teacher Talk' In Kasper G. Learning,<br />

Teaching in theforeign language Clqssroom'<br />

Aarhus: Aarhus UniversitY Press.<br />

Ishiguro, Toshiaki. 1986. Simplification and<br />

Elaboration in Foreign language Teacher<br />

talk and It's Source. Stanford: stanford<br />

university Press.<br />

Krashen, S. 1982. Principles and Practice in Second<br />

Language acquisition. Oxpord: Pergamon'<br />

Levin, T., and R. Long. l98l . Effective inst'uction'<br />

'Alexanderi4 Va.: Association for supenision<br />

and Curriculum DeveloPment.<br />

Long, M and Sato, C..1983. Clasroom Foreigner<br />

Talk and Discourse: Forms and Function <strong>of</strong><br />

Teacher's Questions. In H. W' Selinger &<br />

M.H. Long (eds.). Classroom Oriented<br />

Research in Second Lnguage Acquisition'<br />

Rowley: Newbury House.<br />

Milk, Robert D. 1985. 'Language Use in Bilingual<br />

Classroom: Two Case Studies'. OnTESOL'81'<br />

Nunan, D. 1990. 'The questions teachers ask'' JALT<br />

Journal Xlll2: 187 -202.<br />

Snow, Chaterine E. and Hoefrragel-Hohle, Marian'<br />

1981. 'school-Age Second Language Leamers'<br />

access to Simplified Linguistic Input''<br />

Language learning. 32, 2.<br />

Wilen, W.W. 1987 . Qu est i ons, Qu a t ion i n g T e chn i ques<br />

and Efectivb Teaching' Washington D'C':<br />

national Education association <strong>of</strong> the United<br />

States <strong>of</strong> America.<br />

t1

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!