18.01.2015 Views

1t5a8rJ

1t5a8rJ

1t5a8rJ

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

WARISAN CAK NUR<br />

FAHRI<br />

HAMZAH<br />

TERSENGAT<br />

HAMBALANG<br />

EDISI 143 | 25 - 31 agustus 2014


DAFTAR ISI<br />

Edisi 143 25 - 31 agustus 2014<br />

Fokus<br />

Perang<br />

Penghabisan<br />

Aburizal<br />

“Pokoknya, ketika ketemu<br />

malamnya, Agung diledek.<br />

Ditanya, itu nangis benaran<br />

atau air mata buaya”<br />

Nasional<br />

kriminal<br />

n Setelah putusan 4.300 halaman<br />

n tersengat kesaksian yulianis<br />

internasional<br />

n narkoba di pojok kampus<br />

hukum<br />

n bukan sekadar salah tangkap<br />

ekonomi<br />

n dua muka ‘negara islam’<br />

n don casanova incar ‘takhta’<br />

n tak prajurit, bandit pun jadi<br />

interview<br />

n siap jadi menteri pertanian<br />

kolom<br />

n dilema apbn 2015<br />

SELINGAN<br />

n cilamaya terganjal pertamina<br />

n jakarta bisa gelap<br />

n bersiap jadi miliarder dadakan<br />

n Pelabuhan atau tambang migas<br />

bisnis<br />

n surat dari harvard<br />

SAINS<br />

n perempuan satu-satunya<br />

lensa<br />

n warisan cak nur<br />

Seni hiburan<br />

n menikmati puncak musim panas<br />

n gending untuk djaduk<br />

n hamdan zoelva | Mouzalina | mark zuckerberg<br />

gaya hidup<br />

n silat yang cool dari negeri petrodolar<br />

n film pekan ini<br />

n agenda<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />

Musik: Limp Bizkit, “Take a Look Around”.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n olahraga singkat, hasil cepat<br />

n permata tersembunyi di pulau napabale<br />

n sensasi cita rasa bollywood<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo Bhawono,<br />

Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal, Budi Alimuddin,<br />

Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai, Jaffry Prabu Prakoso. Bahasa:<br />

Habib Rifa’i, Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo.<br />

Product Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />

Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />

Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


lensa<br />

Menikmati Puncak Musim Panas<br />

Bagi warga di negara-negara empat musim, summer alias musim panas selalu dinantikan. Mereka menikmati sinar matahari sepanjang<br />

siang, yang waktunya lebih lama daripada waktu malam.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


lensa<br />

Turis dan warga Jepang menikmati padang bunga matahari di Zama Sunflower Festival di Kanagawa, Jepang, Jumat (15/8). Sekitar 500 ribu tangkai<br />

bunga matahari mekar bersamaan. (Tomohiro Ohsumi/Bloomberg via Getty Images)


lensa<br />

Pemandangan ribuan bunga lili di Osaka menjadi salah satu magnet bagi wisatawan pada musim panas. (Ari Saputra/detikcom)


Pelajar dari sekolah seni bela diri Shaolin Togou Martial Arts membuat formasi dalam pembukaan Olimpiade Junior musim panas di Nanjing,<br />

Cina, Sabtu (16/8). Sebanyak 520 pelajar membentuk formasi yang mereka sebut sebagai "membangun impian". (Stringer/REUTERS)


lensa<br />

Siluet turis yang sedang berlibur di Nice, Prancis, Jumat (15/8). Nice merupakan wilayah selatan Prancis yang terkenal dengan kecantikan<br />

alamnya. (Eric Gaillard/REUTERS)


lensa<br />

Suasana Ladies Day di Chichester, Inggris, beberapa pekan lalu. Perayaan bergengsi ini bertepatan dengan puncak musim panas di kota yang berada dua<br />

jam perjalanan dari London ke arah selatan ini. Tak mengherankan jika bunga warna-warni menyambut Ladies Day. (Dan Kitwood/Getty Images)


lensa<br />

Karpet raksasa yang terbuat dari jajaran bunga digelar di kawasan Grand Place, Brussel, Belgia. Sekitar 750 ribu bunga dibutuhkan untuk membuat<br />

karpet seluas 1.800 meter persegi tersebut. (Yves Herman/REUTERS)


nasional<br />

Setelah Putusan<br />

4.300<br />

Halaman<br />

Pascaputusan MK, Jokowi-JK<br />

segera mempersiapkan<br />

pemerintahan baru. Kubu<br />

Prabowo-Hatta menilai hakim<br />

konstitusi tidak konsisten.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Waktu menunjukkan pukul<br />

22.50 WIB ketika Anwar Usman<br />

keluar dari gedung Mahkamah<br />

Konstitusi, Jakarta, Kamis<br />

malam, 21 Agustus lalu. Hakim konstitusi itu<br />

didampingi dua petugas keamanan. Mengenakan<br />

kemeja putih serta setelan celana dan jas<br />

hitam, Anwar berjalan perlahan menuju mobilnya<br />

yang menunggu di teras gedung.<br />

Delapan hakim konstitusi lain sudah meninggalkan<br />

gedung MK tak lama setelah sidang<br />

putusan perselisihan hasil pemilihan umum<br />

(PHPU) presiden dan wakil presiden 2014 selesai<br />

sekitar pukul 21.00 WIB. Apalagi Ketua MK<br />

Hamdan Zoelva langsung bergegas meninggalkan<br />

gedung MK sesaat setelah mengetok palu<br />

menutup sidang tersebut.<br />

Hamdan tergesa-gesa menuju Bandara<br />

Soekarno-Hatta karena harus mengejar penerbangan<br />

ke Bali. Ia bersama Sekretaris Jenderal<br />

Ketua majelis hakim<br />

konstitusi Hamdan Zoelva<br />

mengetok palu setelah<br />

membacakan putusan<br />

sidang sengketa pilpres<br />

2014 di gedung MK, Jakarta,<br />

Kamis (21/8).<br />

Agung Pambudhy/Detikcom<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Luar biasa<br />

(lelah). Tapi<br />

ini tugas,<br />

harus tetap<br />

dikerjakan.<br />

Anwar Usman<br />

MK Janedri M. Gaffar harus membuka acara<br />

Pekan Konstitusi, hasil kerja sama MK dengan<br />

Universitas Udayana, esok harinya.<br />

Malam itu, Anwar pulang paling belakang.<br />

Raut wajahnya menunjukkan kelelahan. Matanya<br />

terlihat sayu. Saat majalah detik menyapa,<br />

kata-kata yang diucapkannya lirih, hampir<br />

tak terdengar. “Luar biasa (lelah). Tapi ini tugas,<br />

harus tetap dikerjakan,” katanya.<br />

Itu kesekian kalinya Anwar bekerja hingga<br />

larut, bahkan sampai lewat tengah malam,<br />

selama MK “menggarap” sengketa pilpres<br />

2014. Kedelapan hakim MK bekerja ekstrakeras<br />

sebelum menjatuhkan putusan.<br />

Sejak sidang perdana digelar Rabu,<br />

6 Agustus lalu, majelis menggelar pertemuan<br />

hingga larut malam. Bahkan<br />

rapat permusyawaratan hakim (RPH)<br />

masih berlangsung hingga Kamis siang,<br />

21 Agustus, sebelum sidang putusan<br />

PHPU dimulai pukul 14.30 WIB.<br />

Majelis hakim bahkan belum sampai pada<br />

putusan akhir, meski RPH pada Rabu malam,<br />

20 Agustus, digelar sampai pukul 24.00 WIB.<br />

Rapat akhirnya dilanjutkan esok harinya, pukul<br />

delapan pagi. “Putusan tolak (menolak gugatan<br />

pemohon) baru diperoleh (Kamis, 21 Agustus)<br />

sekitar pukul 09.00 WIB,” ujar Hamdan dalam<br />

wawancaranya dengan harian Kompas.<br />

Saat membacakan putusan, Hamdan menyatakan<br />

MK menolak seluruh gugatan yang<br />

diajukan pasangan calon presiden dan calon<br />

wakil presiden nomor urut 1, Prabowo Subianto-Hatta<br />

Rajasa. Putusan sengketa pilpres 2014<br />

terdiri atas 4.300 halaman. Namun hanya 300<br />

halaman yang dibacakan secara bergantian<br />

oleh sembilan hakim.<br />

Kubu pasangan yang diusung Partai Gerindra,<br />

Partai Amanat Nasional, Golkar, Partai<br />

Persatuan Pembangunan, dan Partai Bulan<br />

Bintang itu mengajukan permohonan PHPU<br />

karena mensinyalir adanya kecurangan dalam<br />

pelaksanaan pilpres 9 Juli 2014, yang terstruktur,<br />

sistematis, dan masif (TSM).<br />

Kecurangan itu antara lain adanya penggelembungan<br />

jumlah suara untuk pasangan<br />

nomor 1 (Joko Widodo-Jusuf Kalla) sebanyak 1,5<br />

juta suara, dan pengurangan 1,2 juta suara untuk<br />

pasangan Prabowo-Hatta, di 155 ribu tempat<br />

pemungutan suara (TPS). Karena itu, pemohon<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Elite partai anggota Koalisi<br />

Merah Putih menggelar<br />

konferensi pers menanggapi<br />

putusan MK, Kamis malam<br />

(21/8).<br />

Rachman/detikcom<br />

meminta MK membatalkan Keputusan Komisi<br />

Pemilihan Umum Nomor 535/KPPS/KPU<br />

Tahun 2014 tentang Penetapan Rekapitulasi<br />

Hasil Penghitungan dan Hasil Pemilu Presiden<br />

dan Wakil Presiden tanggal 22 Juli 2014, serta<br />

Keputusan KPU Nomor 536/KPPS/KPU Tahun<br />

2014 tentang Penetapan Capres dan Presiden<br />

terpilih tanggal 22 Juli 2014.<br />

Kuasa hukum Prabowo-Hatta juga meminta<br />

digelarnya pemilu ulang karena banyak masalah<br />

di TPS, seperti di 5.349 TPS di Provinsi<br />

Jawa Timur serta sejumlah daerah lain. Namun<br />

Mahkamah berpendapat bahwa dalil-dalil yang<br />

diajukan pemohon, seperti adanya pelanggaran<br />

secara TSM maupun kesalahan rekapitulasi<br />

suara KPU, tidak terbukti. Baik melalui saksisaksi<br />

yang diajukan di persidangan maupun<br />

dengan alat bukti lain.<br />

“Dalil pemohon tidak beralasan menurut<br />

hukum,” kata hakim konstitusi Ahmad Fadlil<br />

Sumadi.<br />

Mahkamah juga menolak dalil soal penggunaan<br />

daftar pemilih tambahan (DPTb) dan daftar<br />

pemilih khusus tambahan (DPKTb) untuk<br />

memobilisasi pemilih guna memenangkan calon<br />

nomor 2. Menurut MK, penggunaan DPTb<br />

dan DPKTb tak bertentangan dengan hukum<br />

dan konstitusi, melainkan justru memberi<br />

kesempatan kepada pemilih yang tidak masuk<br />

daftar pemilih tetap (DPT) untuk memberikan<br />

suara. MK menilai tidak ada bukti penggunaan<br />

DPTb dan DPKTb menguntungkan satu pasangan<br />

calon atau sebaliknya, merugikan calon<br />

lainnya.<br />

Soal tudingan adanya politik uang, pemohon<br />

juga tidak dapat menguraikan siapa pelaku,<br />

siapa penerima, kapan, di mana, serta berapa<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Rapat pemusyawaratan<br />

hakim sebelum MK<br />

menjatuhkan putusan<br />

sengketa pilpres 2014.<br />

Dok.detikcom<br />

jumlahnya. Adapun soal tuntutan pemilu ulang<br />

di sejumlah daerah dinilai MK tidak akan berpengaruh<br />

pada hasil rekapitulasi KPU yang menetapkan<br />

Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil<br />

presiden terpilih dengan perolehan 70.633.594<br />

suara atau 53,15 persen.<br />

Setelah putusan dijatuhkan, anggota tim kuasa<br />

hukum Prabowo-Hatta, Ade Irfan Pulungan,<br />

menuding MK tak konsisten. Sebab, di awal<br />

amar putusan, Mahkamah menganggap telah<br />

terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan pilpres.<br />

Namun pada akhirnya gugatan pemohon ditolak<br />

untuk seluruhnya, dan menganggap dalil<br />

pemohon tidak berdasar hukum.<br />

“MK ini seperti jubir KPU,” tutur Ade seusai<br />

sidang.<br />

Anggota tim Prabowo lainnya, Maqdir Ismail,<br />

juga mempertanyakan putusan MK yang<br />

tidak menggunakan keputusan Dewan Kehormatan<br />

Penyelenggara Pemilu (DKPP) sebagai<br />

pertimbangan. Pada hari yang sama, DKPP<br />

menyidangkan perkara dugaan pelanggaran<br />

kode etik atas langkah pembukaan kotak suara<br />

yang dilakukan KPU untuk menghadapi sidang<br />

sengketa pilpres 2014.<br />

DKPP menjatuhi sanksi peringatan untuk<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Pendukung Prabowo-Hatta<br />

yang berusaha mendekati<br />

gedung MK terlibat bentrok<br />

dengan polisi saat sidang<br />

putusan Kamis (21/8).<br />

Rachman/detikcom<br />

komisioner KPU pusat dan komisioner KPU di<br />

sejumlah daerah serta pemberhentian tetap<br />

bagi seluruh komisioner KPU Dogiyai, Papua.<br />

“Ada apa dengan putusan MK” ucap Maqdir.<br />

Di tempat berbeda, sejumlah elite politik Koalisi<br />

Merah Putih pendukung Prabowo-Hatta<br />

menyatakan menerima putusan MK. Meski<br />

begitu, mereka menganggap putusan itu tidak<br />

mencerminkan keadilan substantif.<br />

Sebaliknya, Trimedya Panjaitan, anggota tim<br />

kuasa hukum Jokowi-JK, selaku pihak terkait,<br />

menganggap putusan MK sudah adil. Sebab, selain<br />

tak ada dalil pemohon yang bisa dibuktikan,<br />

saksi yang dihadirkan tidak menjawab hal yang<br />

dituduhkan. “MK sudah konsisten,” kata politikus<br />

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.<br />

Menurut Trimedya, setelah putusan ini,<br />

Jokowi-JK, yang diusung partainya serta Partai<br />

NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai<br />

Hanura, bisa segera bersiap menjalankan<br />

tugas sebagai pemimpin baru.<br />

Sementara itu, komisioner KPU, Ida Budhiati,<br />

menyatakan siap menjalankan saran MK, antara<br />

lain agar KPU mengadministrasikan sistem<br />

noken di Papua supaya ada legitimasi hukum,<br />

juga soal DPKTb yang, oleh pendapat ahli pemohon,<br />

disebut tidak sah.<br />

Mengomentari tanggapan yang bertolak<br />

belakang itu, Anwar Usman mengatakan MK<br />

sudah mempertimbangkan secara masak<br />

sebelum menjatuhkan putusan. “Putusan MK<br />

memang tidak akan bisa menyenangkan kedua<br />

belah pihak,” ujarnya. Anwar pun memasuki<br />

mobilnya dan meninggalkan gedung MK, Kamis<br />

menjelang tengah malam itu. ■<br />

Kustiah, DEDEN G. | diMAS<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Tersengat<br />

Kesaksian<br />

Yulianis<br />

Mantan bawahan Nazaruddin, Yulianis, menyebut nama<br />

lain yang diduga menerima uang dari Grup Permai.<br />

Marzuki Alie dan Fahri Hamzah membantah.<br />

Fanny Octavianus/ANTARA FOTO<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Nazaruddin saat menjadi<br />

saksi sidang kasus korupsi<br />

Hambalang di Pengadilan<br />

Tipikor, Jakarta.<br />

lamhot aritonang/detikcom<br />

hampir 5 tahun umur<br />

kasus Hambalang. Tiba-tiba<br />

saya disebut terima uang. Tiada<br />

ba bi bu...,” begitu kicauan “Sudah<br />

Fahri Hamzah melalui akun Twitter-nya Senin<br />

malam, 18 Agustus lalu. Melalui cuitannya, politikus<br />

Partai Keadilan Sejahtera itu menanggapi<br />

kabar dirinya yang disebut menerima uang<br />

dari bekas Bendahara Umum Partai Demokrat<br />

Muhammad Nazaruddin.<br />

Lewat Twitter pula, Fahri membantah jika dikatakan<br />

pernah datang ke kantor Grup Permai,<br />

perusahaan milik Nazaruddin, kini terpidana<br />

kasus suap Wisma Atlet SEA Games. Wajar<br />

bila Fahri gusar. Sebab, Senin siangnya, dalam<br />

persidangan kasus korupsi proyek Hambalang<br />

dengan terdakwa mantan Ketua Umum Partai<br />

Demokrat Anas Urbaningrum di Pengadilan<br />

Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, nama Fahri<br />

disebut menerima uang US$ 25 ribu.<br />

Adalah bekas Wakil Direktur Keuangan<br />

Grup Permai, Yulianis, yang mengungkap hal<br />

tersebut dalam persidangan. Pengakuan Yulianis<br />

muncul ketika pengacara Anas, Handika<br />

Honggo Wongso, menanyakan perihal inisial<br />

FAH yang terdapat dalam catatan keuangan<br />

perusahaannya yang pernah disita penyidik<br />

Komisi Pemberantasan Korupsi.<br />

Yulianis menjawab, dia pernah dipanggil<br />

Nazaruddin ke lantai 7 Tower Permai di Mampang,<br />

Jakarta Selatan. “Saya dipanggil sama Pak<br />

Nazar, disuruh bawa uang US$ 25 ribu. Setelah<br />

sampai di atas itu, ada Pak Fahri Hamzah,” kata<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Fahri Hamzah<br />

ari saputra/detikcom<br />

Yulianis saat dihadirkan sebagai saksi dalam<br />

persidangan tersebut.<br />

Yulianis, yang bersaksi dengan mengenakan<br />

cadar, menuturkan, awalnya ia tidak tahu siapa<br />

pria yang berada di ruang kerja atasannya itu.<br />

“Tapi, setelah melihat di TV, saya tahu itu Pak<br />

Fahri yang dari PKS,” ujarnya.<br />

Uang puluhan ribu dolar AS yang dibungkus<br />

dalam amplop itu, diakui Yulianis, dia letakkan<br />

di atas meja di depan Fahri Hamzah. Ia lalu meminta<br />

Fahri menandatangani pengeluaran kas<br />

tersebut sebagai tanda terima. Namun, kata<br />

Yulianis, Fahri tidak berbicara apa pun. “Pak<br />

Fahri cuma senyum saja,” tuturnya.<br />

Lantaran Fahri tak membubuhkan tanda<br />

tangan, Nazar-lah yang kemudian menandatangani<br />

pengeluaran uang. “Sama Pak Nazar, itu<br />

ditandatangani cuma dicoret-coret saja.” Saat<br />

itu Nazaruddin menyebut uang itu bukan untuk<br />

proyek yang sedang dikerjakan perusahaannya.<br />

“Catat saja itu DP (down payment atau uang<br />

muka) pembelian mobil. Tidak terkait proyek,”<br />

ucap Yulianis menirukan Nazar.<br />

Bukan hanya Fahri yang “tersengat” oleh<br />

kesaksian Yulianis dalam persidangan tersebut.<br />

Bekas bawahan Nazaruddin itu juga mengungkap<br />

adanya pengeluaran uang Grup Permai<br />

yang lebih besar, yakni US$ 1 juta, yang diduga<br />

mengalir ke Ketua Dewan Perwakilan Rakyat<br />

Marzuki Alie. “Itu tanggal 11 Januari 2010,” katanya.<br />

Penyebutan duit untuk Marzuki terungkap<br />

saat Yulianis ditanya oleh Anas mengenai be-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Marzuki Alie<br />

Ari Saputra/detikcom<br />

rita acara pemeriksaan Nazaruddin nomor 98,<br />

yang menyebut Anas berkomunikasi dengan<br />

Nazar pada awal 2011 melalui BlackBerry Messenger.<br />

Dalam BAP itu, Nazar menyebut Anas<br />

meminta duit US$ 1 juta. Nazar, menurut Anas,<br />

menyebutkan duit itu untuk membayar<br />

pembelian tanah di Yogyakarta.<br />

Namun jawaban Yulianis berbeda<br />

dengan BAP yang dibacakan<br />

Anas tersebut. Menurut Yulianis,<br />

duit itu tidak ditujukan ke Anas,<br />

melainkan diantar ke Marzuki<br />

Alie, berdasarkan penuturan<br />

ajudan Nazar bernama<br />

Iwan.<br />

Terdakwa Anas lalu menanyakan<br />

soal uang US$ 1<br />

juta ini kepada saksi lain dalam<br />

persidangan, yakni Nuril Anwar.<br />

Mantan staf ahli Nazaruddin ini<br />

mengungkapkan, Nazar saat itu<br />

memang tengah mengintensifkan<br />

hubungan dengan Marzuki. “Pak<br />

Nazar cerita sedang intens<br />

dengan DPR-1, Pak Marzuki, (terkait) TPPI<br />

(Trans-Pacific Petrochemical Indotama) kalau<br />

tidak salah, berkaitan dengan Pertamina,” ujar<br />

Nuril.<br />

Senada dengan Yulianis, Nuril menyebut<br />

uang itu dikirim kepada Marzuki melalui ajudan<br />

Nazaruddin bernama Iwan. Dari cerita Iwan<br />

pula Nuril mengetahui soal dugaan pemberian<br />

uang ke Marzuki tersebut. “Iwan menceritakan<br />

hal itu, (saya tanya) mau dikirim ke mana Ke<br />

MA (Marzuki Alie),” tuturnya.<br />

Menanggapi kesaksian dalam persidangan<br />

tersebut, Marzuki menyatakan tidak perlu<br />

mengomentarinya. Sebab, kata Wakil Ketua<br />

Dewan Pembina Partai Demokrat itu, keterangan<br />

saksi dalam kasus itu berbeda-beda. Ia lalu<br />

mengutip keterangan saksi mantan sopir Nazaruddin,<br />

Heri Sunandar, yang dihadirkan dalam<br />

persidangan lanjutan kasus korupsi Hambalang<br />

yang digelar Kamis, 21 Agustus lalu. Heri bersaksi<br />

pernah diminta Yulianis mengantarkan<br />

uang US$ 1 juta dari Grup Permai untuk Anas<br />

Urbaningrum. Anas membantah kesaksian ini.<br />

“Kan, sudah terjawab. Anda kan dengar,<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Pegiat antikorupsi<br />

memainkan aksi teatrikal<br />

Anas Urbaningrum dan<br />

Andi Mallarangeng—<br />

keduanya terdakwa kasus<br />

Hambalang—di Solo, Jawa<br />

Tengah, beberapa waktu lalu.<br />

Akbar Nugroho Gumay/ANTARA<br />

FOTO<br />

sopirnya bilang (uang US$ 1 juta) tidak diantar<br />

ke saya, tapi ke AU (Anas Urbaningrum). Itu<br />

kesaksian (persidangan) tadi, nanti dengarkan<br />

juga pelakunya. Jadi tidak perlu ke saya,” kata<br />

Marzuki melalui pesan singkat pada Kamis<br />

malam pekan lalu. Ia juga meminta soal uang<br />

ini ditanyakan juga kepada Nazaruddin.<br />

Secara terpisah, Fahri Hamzah membantah<br />

soal pemberian uang dari Nazaruddin tersebut,<br />

meskipun ia mengaku belum mengetahui<br />

secara persis apa keterangan Yulianis dalam<br />

persidangan. Namun Fahri tidak akan memperpanjang<br />

penyebutan namanya dengan balik<br />

melaporkan Yulianis. Alasannya, baik Nazar<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Terdakwa kasus korupsi<br />

Hambalang, Anas Urbaningrum,<br />

bertanya kepada saksi Yulianis<br />

dalam sidang di Pengadilan<br />

Tipikor, Jakarta, Senin (18/8).<br />

Fanny Octavianus/ANTARA FOTO<br />

maupun Yulianis saat ini sedang kesusahan.<br />

“Saya tidak merasa punya hubungan apa pun<br />

dengan Yulianis dan Nazar. Apalagi soal uang,”<br />

ujarnya melalui pesan singkat kepada majalah<br />

detik. “Saya tidak pernah ke sana (Tower Permai).<br />

Tidak tahu di mana, dan tidak pernah terdengar<br />

selama ini saya berurusan dengan mereka.”<br />

Adapun bagi KPK, keterangan saksi dalam<br />

persidangan ihwal pemberian uang tersebut<br />

masih perlu diklarifikasi. Menurut juru bicara<br />

KPK, Johan Budi, setiap keterangan saksi dalam<br />

persidangan, yang disampaikan di bawah sumpah,<br />

termasuk oleh Yulianis, akan didalami oleh<br />

komisi antikorupsi itu.<br />

“Apakah keterangan tersebut didukung oleh<br />

bukti-bukti yang kemudian bisa disimpulkan<br />

benar,” tutur Johan secara terpisah. Jika keterangan<br />

terkonfirmasi, menurut Johan, terbuka<br />

peluang KPK untuk membuka penyelidikan<br />

baru.<br />

Sementara itu, peneliti Indonesia Corruption<br />

Watch, Donal Fariz, mengatakan lembaga antirasuah<br />

tersebut wajib menelusuri lebih jauh<br />

keterangan saksi yang muncul dalam persidangan,<br />

apalagi ada dugaan uang mengalir ke<br />

partai politik. “KPK harus meminta keterangan<br />

kepada Nazaruddin sebagai orang yang<br />

terlibat,” ucapnya. Ia menilai keterangan saksi<br />

dalam persidangan sudah merupakan bukti<br />

bagi KPK untuk ditindaklanjuti. ■<br />

Deden Gunawan, Jaffry Prabu Prakoso, M. Rizal | Dimas<br />

Majalah Majalah detik detik 25 - 31 7 - agustus 13 april 2014


hukum<br />

Bukan Sekadar<br />

Salah Tangkap<br />

Seorang kasir karaoke dipenjara 13 bulan karena dituding<br />

mempekerjakan anak di bawah umur. Setelah MA memutus tak<br />

bersalah, Sri melaporkan dua mantan atasannya ke polisi.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


hukum<br />

Sri Mulyati di rumahnya, Kampung<br />

Malang, Semarang<br />

angling adhitya/detikcom<br />

Sri Mulyati masih ingat betul panggilan<br />

telepon dari manajernya, Joni<br />

Widodo, Rabu malam, 8 Juni 2011.<br />

Ia sedang libur bekerja dan bersama<br />

keluarga di tempat indekosnya, daerah Pandansari,<br />

Semarang. Sri, yang kala itu memakai<br />

celana pendek dan bersandal jepit, bergegas<br />

menunggang sepeda motor ke sebuah tempat<br />

karaoke di Ruko Dargo, tempatnya bekerja<br />

sebagai kasir dan penerima tamu.<br />

Wanita berusia 39 tahun itu mengira ada<br />

masalah pekerjaan yang penting sehingga dipanggil.<br />

Namun di tempat kerjanya sudah ada<br />

sejumlah polisi. Seorang polisi wanita menanyakan<br />

namanya dan memintanya masuk mobil<br />

patroli. Ia lalu dibawa ke Markas Kepolisian<br />

Resor Kota Besar Semarang. Sri tak menyangka<br />

panggilan dari sang manajer itu ternyata mengantarnya<br />

ke penjara.<br />

“Katanya ada operasi KTP. Waktu itu saya langsung<br />

disuruh masuk mobil sama polwan. Selain<br />

saya ada RR, pemandu karaoke yang masih berumur<br />

17 tahun,” katanya saat ditemui di rumahnya,<br />

Kampung Malang, Semarang, Kamis, 14 Agustus<br />

lalu.<br />

Di markas polisi, Sri baru tahu ia dituduh melakukan<br />

eksploitasi terhadap RR, yang masih di<br />

bawah umur. Joni dan pemilik karaoke, Santoso<br />

Wibowo, ada di sana. Sri mencoba membela<br />

diri dan menyebut yang bertanggung jawab<br />

semestinya atasannya, karena ia cuma seorang<br />

kasir.<br />

“Saya bilang ke polisi itu manajernya, tapi polisi<br />

bilang, ‘Lo, bukannya itu OB (office boy)’”<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


hukum<br />

ujarnya. “Dari dandanannya saja kan sudah<br />

kelihatan bedanya OB sama manajer. Tapi ternyata<br />

tidak ditangkap.”<br />

Saat itu juga Sri dijebloskan ke ruang tahanan.<br />

Adapun RR dipulangkan. Setelah 4 bulan<br />

meringkuk di balik jeruji besi Polrestabes Semarang,<br />

Sri lalu dipindah ke Lembaga Pemasyarakatan<br />

Wanita Bulu. Ia tinggal bersama<br />

belasan narapidana lain dalam sel berukuran 10<br />

x 10 meter.<br />

Kasus itu berlanjut hingga ke Pengadilan<br />

Negeri Semarang. Sri pun divonis hukuman 8<br />

bulan penjara dan denda Rp 2 juta subsider 2<br />

bulan kurungan. Hukuman penjaranya malah<br />

ditambah oleh Pengadilan Tinggi Semarang<br />

menjadi 12 bu lan setelah jaksa mengajukan<br />

Markas Polrestabes Semarang<br />

angling adhitya/detikcom<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


hukum<br />

Padahal Rp 2 juta<br />

itu tidak sedikit bagi<br />

saya. Itu hasil utang<br />

anak saya yang jadi<br />

tulang punggung<br />

keluarga sejak saya<br />

dipenjara.<br />

permohonan banding. “Selama sidang, manajer<br />

dan pemilik karaoke tidak jadi saksi. Yang jadi<br />

saksi cuma RR sama polisi,” tuturnya.<br />

Setelah 12 bulan dibui, Sri berharap bisa merayakan<br />

Idul Fitri pada 19 Agustus 2012 bersama<br />

keluarganya. Putri keduanya, SJ—saat itu berusia<br />

17 tahun―lalu berusaha mencarikan uang<br />

untuk membayar denda Rp 2 juta sebagai<br />

pengganti kurungan 2 bulan. Namun,<br />

setelah membayar denda, Sri tak<br />

kunjung dibebaskan. Niat berlebaran<br />

bersama keluarga pun<br />

kandas. Satu bulan kemudian<br />

ia baru bisa menghirup udara<br />

bebas.<br />

“Padahal Rp 2 juta itu tidak<br />

sedikit bagi saya. Itu hasil<br />

utang anak saya yang jadi tulang<br />

punggung keluarga sejak<br />

saya dipenjara,” ucapnya.<br />

Wanita lulusan sekolah dasar<br />

yang awam soal hukum itu baru<br />

tahu bisa meminta perlindungan lembaga<br />

bantuan hukum saat proses sidang sudah<br />

berjalan. Meski terlambat, Sri akhirnya meminta<br />

bantuan LBH Mawar Saron Semarang untuk<br />

mendampinginya dan mengajukan permohonan<br />

kasasi ke Mahkamah Agung.<br />

Setelah menjalani kurungan selama 13 bulan,<br />

Sri baru tahu trio hakim agung, yaitu Profesor<br />

Dr Komariah Emong Sapardjaja, Suhadi, dan Dr<br />

Salman Luthan, mengabulkan kasasinya dan<br />

membebaskannya dari semua dakwaan.<br />

Atas dasar putusan itu, didampingi LBH<br />

Mawar Saron, Sri menggugat jaksa dan polisi.<br />

Ia menuntut ganti rugi, antara lain Rp 1 juta,<br />

seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor<br />

27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab<br />

Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 9<br />

ayat 1; ganti denda yang telah dibayarnya sebesar<br />

Rp 2 juta; biaya perkara Rp 2.500; dan Rp 12<br />

juta sebagai pengganti nafkahnya yang hilang<br />

selama dibui (sesuai upah minimum regional<br />

Semarang, dikalikan 13 bulan).<br />

PN Semarang pada 14 Januari 2013 menolak<br />

gugatan tersebut. Namun dikabulkan oleh Pengadilan<br />

Tinggi pada 15 April 2013. Pengadilan menghukum<br />

polisi dan jaksa untuk memberi ganti rugi<br />

sebesar Rp 5 juta kepada Sri, mengembalikan<br />

denda yang telah dibayar Sri sebesar Rp 2 juta<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


hukum<br />

Gerbang Lapas Wanita Bulu,<br />

Semarang<br />

dok. lapas bulu<br />

ke negara, dan mengembalikan biaya perkara Rp<br />

5.000 yang telah dibayar ke negara.<br />

Atas putusan itu, jaksa sempat mengajukan kasasi<br />

ke MA, tapi ditolak. Adapun pihak Sri belum<br />

menerima salinan putusan MA itu hingga saat ini,<br />

apalagi uang ganti rugi. “Sebenarnya Rp 5 juta itu<br />

belum cukup, tapi tidak apa-apa. Itu saja sampai<br />

sekarang belum dikasih,” kata Sri.<br />

Selama mendekam di penjara, kehidupan<br />

keluarga Sri semakin buruk karena sang suami<br />

sulit beraktivitas sejak terserang penyakit gula.<br />

Tiga dari empat anaknya terpaksa putus sekolah.<br />

Anak keduanya menjadi tulang punggung<br />

keluarga dengan bekerja di toko kacamata.<br />

Hingga kini Sri masih belum tahu apa kesalahannya<br />

sehingga harus dihukum penjara 13 bulan.<br />

Ia kecewa karena, hampir dua tahun bekerja<br />

di karaoke itu dengan gaji Rp 750 ribu per bulan,<br />

dibalas oleh manajer dan pemilik karaoke<br />

dengan mempersalahkannya atas perbuatan<br />

yang tidak ia lakukan. “Saya cuma kasir, tidak<br />

mungkin saya mempekerjakan seseorang. Saya<br />

dikambinghitamkan,” ujarnya.<br />

Didampingi kuasa hukumnya, Senin, 18 Agustus<br />

lalu, Sri melaporkan Santoso dan Joni ke Kepolisian<br />

Daerah Jawa Tengah. Menurut kuasa hukum<br />

Sri, Jhony Mazmur, kliennya sudah dinyatakan<br />

MA tidak bersalah. Karena itu, sudah seharusnya<br />

polisi menangkap pelaku sebenarnya atas kasus<br />

eksploitasi anak yang dituduhkan kepada Sri. “Ini<br />

harus diungkap,” tutur Jhony.<br />

Keduanya pernah dilaporkan ke polisi pada akhir<br />

2011, saat Sri masih di penjara. Namun laporan<br />

tersebut ditolak. Pengacara kembali melaporkan<br />

mereka ke polisi pada 20 Februari 2012. Namun,<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


hukum<br />

Direktur LBH Mawar Saron<br />

Semarang, Guntur Perdamaian<br />

dok. pribadi<br />

Tap/klik untuk berkomentar<br />

saat itu, Polda Jawa Tengah menganggap belum<br />

cukup bukti untuk menjadikan pemilik dan manajer<br />

Karaoke ACC itu sebagai tersangka.<br />

Selain melaporkan kedua mantan atasannya,<br />

Sri mendatangi unit Profesi dan Pengamanan<br />

Polda Jawa Tengah untuk menanyakan soal<br />

pengaduannya pada 2013 tentang penyalahgunaan<br />

pelanggaran prosedur yang diduga<br />

dilakukan Kepala Unit Pelayanan Perempuan<br />

dan Anak Satuan Reserse Kriminal Polrestabes<br />

Semarang saat itu, Ajun Komisaris Endang.<br />

Namun, setelah didatangi, Propam Polda Jawa<br />

Tengah menjawab tidak ditemukan pelanggaran<br />

seperti yang diadukan karena berkas sudah<br />

lengkap (P-21).<br />

Secara terpisah, Kepala Polrestabes Semarang<br />

Komisaris Besar Djihartono mengatakan<br />

pihaknya perlu membuka berkas perkara yang<br />

terjadi pada 2011 tersebut. Sebab, saat itu ia<br />

belum menjabat. Namun ia menilai seharusnya<br />

pemilik atau manajer juga diperiksa. “Tapi<br />

laporannya (Sri) ke Polda, ya Berarti yang menangani<br />

Polda,” ucap Djihartono.<br />

Direktur LBH Mawar Saron, Guntur Perdamaian,<br />

menganggap kasus yang dialami Sri<br />

janggal. Sebab, ia dituduh mempekerjakan RR<br />

yang di bawah umur sebagai pemandu karaoke,<br />

sementara Sri juga menerima gaji. Apalagi di<br />

berita acara pemeriksaan, Joni selaku manajer<br />

mengakui membayar RR. “Ini (kasus Sri) sudah<br />

terlalu gamblang, rekayasa hukum, dan bukan<br />

salah tangkap,” katanya. Sri kini kembali menuntut<br />

keadilan. ■ ANGLING adhitya (Semarang) | dimaS<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kriminal<br />

Narkoba<br />

di Pojok<br />

Kampus<br />

Polisi menemukan 8,6 kilogram<br />

ganja dari dua kali penggeledahan<br />

di kampus Unas. Praktek peredaran<br />

narkoba di tempat itu ditengarai<br />

sudah lama terjadi.<br />

ilustrasi: edi wahyono<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kriminal<br />

Kepala Polres Jakarta Selatan<br />

Komisaris Besar Wahyu<br />

Hadiningrat bersama Wakil<br />

Rektor Bidang Akademi dan<br />

Kemahasiswaan Unas Iskandar<br />

Fitri (kanan) menunjukkan<br />

barang bukti ganja dan alat<br />

isap hasil pengeledahan,<br />

Jumat (15/8).<br />

Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO<br />

Ruang sekretariat senat mahasiswa<br />

akuntansi di gedung serbaguna Universitas<br />

Nasional, Jakarta, itu masih<br />

berantakan Selasa, 19 Agustus lalu.<br />

Tumpukan kain spanduk, kardus bekas air mineral,<br />

piring, bungkusan plastik, tali tambang,<br />

koran bekas, dan jeriken berserakan di lantai.<br />

Sebuah lemari pendingin rusak dan tak terpakai<br />

berada di dekat jendela ruangan yang ditutupi<br />

spanduk.<br />

Di ruangan itu petugas Kepolisian Resor<br />

Jakarta Selatan dan Kepolisian Sektor Pasar<br />

Minggu menemukan 5 kilogram ganja dan 5<br />

gram sabu dalam penggeledahan pada Kamis<br />

dini hari, 14 Agustus lalu. Penggeledahan yang<br />

dipimpin Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres<br />

Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Indra Fadillah<br />

Siregar dan Kepala Polsek Pasar Minggu<br />

Komisaris Adri Desas Furyanto itu dilakukan<br />

setelah polisi menerima laporan adanya aktivitas<br />

mahasiswa yang menggunakan narkoba.<br />

Saat itu polisi menutup pintu gerbang<br />

utama kampus yang berlokasi di Jalan Sawo<br />

Manila, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan,<br />

tersebut. Semua mahasiswa yang berada di<br />

lingkungan kampus malam itu didata. Petugas<br />

berpakaian preman lalu menyisir ruang-ruang<br />

unit kegiatan mahasiswa (UKM), seperti UKM<br />

basket, biologi, fotografi, sastra, hingga UKM<br />

musik. Basement, area parkir, dan taman di<br />

depan kampus tak luput diperiksa.<br />

Selain 5 kilogram ganja dan 5 gram sabu di<br />

ruang senat, ditemukan sebuah bong pengisap<br />

sabu. Polisi dan Rektorat Unas meyakini<br />

pemilik barang haram itu sekelas bandar yang<br />

sudah lama beroperasi di dalam kampus. Da-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kriminal<br />

Ruang perpustakaan di gedung<br />

serbaguna Unas diberi garis<br />

polisi.<br />

detikcom<br />

lam penggeledahan saat itu juga ditemukan<br />

bom molotov dan senjata tajam, seperti golok,<br />

pisau, dan badik.<br />

Rektorat Unas kembali meminta polisi dan<br />

Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta<br />

menggeledah kampus pada 18 Agustus lalu.<br />

Hasilnya, lagi-lagi ditemukan ganja seberat 3,6<br />

kilogram secara terpisah di ruang perpustakaan<br />

dan ruang teater, juga di gedung serbaguna.<br />

Penemuan total sebanyak 8,6 kilogram ganja<br />

tersebut memaksa rektorat meliburkan sementara<br />

aktivitas belajar-mengajar dan membekukan<br />

unit-unit kegiatan kemahasiswaan.<br />

Petugas BNN Provinsi DKI Jakarta, Ajun<br />

Komisaris Besar Almas Arrasuli, menyebut<br />

pihaknya sudah memeriksa delapan saksi,<br />

yang terdiri atas mahasiswa dan staf rektorat.<br />

Sedangkan empat orang yang dicurigai terkait<br />

dengan kepemilikan ganja tersebut masih diburu,<br />

dan masuk daftar pencarian orang (DPO).<br />

“Semua masih dalam penyelidikan,” kata Almas<br />

saat ditemui di gedung Rektorat Unas.<br />

Selasa pekan lalu, polisi menahan seorang<br />

alumnus Unas berinisial B yang diduga terkait<br />

dengan empat pria yang masuk DPO itu. Namun<br />

B masih berstatus saksi. Kepala Satuan<br />

Narkoba Polres Jakarta Selatan Ajun Komisaris<br />

Besar Hando Wibowo mengatakan B belum<br />

ditetapkan sebagai tersangka karena, meskipun<br />

memiliki hubungan khusus dengan keempat<br />

DPO—diketahui dari sejumlah pesan singkat<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kriminal<br />

Petugas BNN<br />

mengerahkan anjing<br />

pelacak untuk mencari<br />

narkoba di ruang UKM<br />

Unas.<br />

dikhy sasra/detikcom<br />

(SMS)—polisi belum menemukan bukti keterlibatannya<br />

dalam kasus peredaran narkoba di<br />

Unas.<br />

“Kami juga menemukan biji ganja di depan<br />

rumahnya kemarin pada saat diamankan. Tapi<br />

itu belum cukup bukti untuk memberatkan<br />

saksi menjadi tersangka,” ujarnya Rabu, 20<br />

Agustus lalu. Berdasarkan keterangan saksi,<br />

polisi kini menelusuri jaringan pengedar ganja<br />

di tiga lokasi di wilayah Jakarta Selatan dan<br />

Jakarta Barat.<br />

Sejumlah ruangan di kampus Unas, menurut<br />

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro<br />

Jaya Komisaris Besar Rikwanto, selama ini<br />

diduga kerap dimanfaatkan orang luar, yang<br />

dibantu alumni dan oknum mahasiswa, untuk<br />

menyimpan, menimbun, dan mengedarkan<br />

narkoba jenis ganja. Sedangkan oknum mahasiswa<br />

lain sebagai pengguna.<br />

Rektorat Unas sejatinya sudah lama mencurigai<br />

peredaran narkoba di lingkungan kampus.<br />

Hanya, belum menemukan buktinya. Saat polisi<br />

akan menggeledah, para tersangka pelaku<br />

melarikan diri. “Tapi (pengurus) senat tidak terbukti.<br />

Mereka juga resah karena (praktek itu)<br />

sudah turun-temurun, enggak bisa apa-apa,”<br />

tutur Rikwanto secara terpisah. Selain ganja<br />

dan sabu, kata dia, dalam penggeledahan itu<br />

ditemukan sejumlah alat kontrasepsi berupa<br />

kondom baru dan bekas.<br />

Seorang alumnus Unas, Wahid Chandra<br />

Daulay, mensinyalir mereka yang mengedarkan<br />

ganja kepada para mahasiswa adalah para<br />

oknum senior yang dipanggil “Abang”. Mereka<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kriminal<br />

Kegiatan perkuliahan dan<br />

UKM di Unas dihentikan<br />

sementara.<br />

ari saputra/detikcom<br />

ini adalah mahasiswa lawas yang tidak melanjutkan<br />

kuliahnya tapi masih berkeliaran di<br />

lingkungan kampus.<br />

“Ada mahasiswa yang meneruskan jejak<br />

mereka, ada juga yang menyetok (ganja). Dan<br />

mereka beli ke senior ini,” ucap ketua senat<br />

mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik<br />

Unas periode 2012-2013 ini kepada majalah<br />

detik.<br />

Menurut Wahid, para senior ini kerap mempengaruhi<br />

mahasiswa untuk melawan kebijakan<br />

rektorat. Misalnya de ngan menghancurkan<br />

kamera pengawas CCTV di belakang gedung<br />

serbaguna karena dianggap mengekang kebebasan<br />

mahasiswa. “Karena kampus sejak 2008<br />

sudah melakukan pemberantasan narkoba,”<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kriminal<br />

Sebelum penggerebekan, kalau<br />

datang ke sini bau ganjanya<br />

kecium banget.<br />

katanya.<br />

Mereka juga menentang jam malam yang diberlakukan<br />

pihak kampus. Sebab, kebijakan itu<br />

berakibat pada pencahayaan di kampus. Lebih<br />

dari pukul 22.00 WIB lampu-lampu dipadamkan.<br />

Nah, mereka yang berkepentingan dengan<br />

narkoba itu resah karena transaksi diduga<br />

dilakukan di malam hari. “Tapi diakali dengan<br />

cara mencuri listrik. Beberapa sekretariat itu<br />

(tetap) menyala (pada malam<br />

hari),” ujar Wahid.<br />

Adapun keempat orang<br />

yang masih diburu polisi,<br />

menurut Wahid, saling berhubungan.<br />

Pusat “kegiatan”<br />

mereka ada di belakang gedung<br />

serbaguna, yang terletak<br />

di pojok kampus. “Sebelum penggerebekan,<br />

kalau datang ke sini bau ganjanya kecium<br />

banget,” tuturnya.<br />

Sedangkan Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa<br />

Fakultas Hukum Unas, Afif Rahadian,<br />

mengklaim ganja yang ditemukan tersebut<br />

bukan milik mahasiswa. Ia justru menuding,<br />

kalaupun ada sindikat narkoba di kampus, itu<br />

akibat pihak universitas yang lalai. “Karena<br />

mereka yang memiliki otoritas,” ucapnya saat<br />

konferensi pers Keluarga Besar Unas di kawasan<br />

Kalibata, Jakarta Sela tan, Senin, 18 Agustus<br />

lalu.<br />

Pihaknya sempat menggelar aksi untuk menentang<br />

kebijakan kampus yang menjatuhkan<br />

sanksi terhadap puluhan mahasiswa. Mereka<br />

dituding melakukan perusakan properti kampus<br />

lantaran menolak pemberlakuan jam malam<br />

dan larangan menginap di kampus. Empat<br />

mahasiswa bahkan dikeluarkan dari kampus.<br />

“Tapi aksi damai itu dianggap perlawanan,” kata<br />

Afif.<br />

Sementara itu, Wakil Rektor Unas Bidang<br />

Kemahasiswaan dan Akademik Iskandar Fitri<br />

menyatakan unit kegiatan kemahasiswaan<br />

dan senat dibekukan sementara hingga waktu<br />

yang tidak ditentukan. Rektorat selama ini<br />

memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk<br />

beraktivitas. Namun, kata dia, kebebasan tersebut<br />

disalahgunakan oleh oknum yang tidak<br />

bertanggung jawab. ■ JAFFRY PRABU Prakoso | M. riZAL<br />

Majalah detik 25 20 - 31 - 26 agustus januari 2014


interview<br />

Bupati Bantaeng<br />

H M. Nurdin Abdullah:<br />

Siap Jadi<br />

Menteri<br />

Pertanian<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

DSukses membangun Bantaeng, Nurdin Abdullah dianggap layak masuk<br />

kabinet. Harus meminta restu masyarakat Bantaeng.<br />

alam enam tahun, Profesor H M. Nurdin Abdullah<br />

berhasil menyulap Kabupaten Bantaeng<br />

dari daerah miskin dan tertinggal menjadi<br />

daerah yang gemerlap. Sejak dilantik sebagai<br />

bupati pada 6 Agustus 2008, dia membangun<br />

dam, pabrik pupuk, pusat pembibitan, jalan,<br />

rumah sakit, dan infrastruktur lainnya. Tak<br />

semata-mata mengandalkan APBD, ia juga<br />

menjalin kerja sama dengan luar negeri.<br />

Kemudahan perizinan, birokrasi yang melayani,<br />

ketersediaan lahan yang murah membuat<br />

investor asing berbondong-bondong ke daerah<br />

yang berlokasi sekitar 120 kilometer dari<br />

Makassar, Sulawesi Selatan, itu. Tak mengherankan<br />

bila nama doktor pertanian dari Kyushu<br />

University, Tokyo, Jepang, itu digadang-gadang<br />

masuk bursa kabinet pemerintahan Joko<br />

Widodo-Jusuf Kalla.<br />

Nurdin pun tak hendak menampik bila ia<br />

kelak benar-benar diminta. Pos Kementerian<br />

Pertanian dirasa pas untuknya. “Tentu saja<br />

saya tidak mau keluar dari keilmuan saya, yakni<br />

di pertanian. Tapi, persoalannya, saya sudah<br />

(merasa) tenang jadi bupati,” kata suami Liestiaty<br />

F. Nurdin itu saat bertandang ke kantor<br />

redaksi detikcom, Rabu pagi, 20 Agustus lalu.<br />

Selain itu, ia melanjutkan, masyarakat<br />

Bantaeng belum tentu mengizinkan dirinya<br />

meninggalkan pos bupati. Saat ini mereka<br />

sudah mulai merasakan hasil pembangunan<br />

Bantaeng di bawah kepemimpinannya. “Hampir<br />

semua doa masyarakat dan kiai itu isinya,<br />

'Mudah-mudahan, semoga dia tidak meninggalkan<br />

kita,'” tutur Nurdin.<br />

Lantas, bagaimana dia akan menyiasati dilema<br />

itu Bagaimana pandangan Nurdin soal<br />

pembangunan pertanian di Tanah Air Bagaimana<br />

pula melepaskan ketergantungan pada<br />

produk impor Berikut ini petikan perbincangannya.<br />

Nama Anda termasuk yang banyak<br />

disebut masyarakat sebagai orang yang<br />

layak masuk kabinet mendatang. Andai<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

Video<br />

ditawari, posisi apa yang pas<br />

Tentu saja saya tidak mau keluar dari keilmuan<br />

saya, yakni pertanian. Itu agro kompleks,<br />

masuk pertanian, perikanan, perhutanan. Tapi,<br />

persoalannya, saya sudah (merasa) tenang jadi<br />

bupati. Ibarat saya punya tanaman itu sudah<br />

berbunga, tinggal tunggu berbuah. Kalau harus<br />

pergi jadi menteri kan garapan baru, memang<br />

menantang seperti ladang baru.<br />

Berikutnya, masyarakat Bantaeng mau atau<br />

tidak ditinggal Karena, hampir semua doa<br />

masyarakat dan kiai itu isinya, “Mudah-mudahan,<br />

semoga dia tidak meninggalkan kita”.<br />

Jadi, andai tenaga dan pikiran saya dibutuhkan,<br />

tentu saya harus membicarakannya dengan<br />

mereka untuk minta keikhlasan. Kalau tidak<br />

ada keikhlasan, berat. Saya boleh bilang kondisi<br />

Bantaeng ini ibarat dari gelap terbitlah terang.<br />

Nah, mereka tidak mau kembali ke gelap lagi<br />

kalau saya tinggalkan.<br />

Di sektor pertanian ini, apa saja masalah<br />

yang Anda lihat<br />

Kita tertinggal dalam mekanisasi pertanian.<br />

Sangat jauh tertinggal. Untuk perikanan, kita<br />

sangat jauh tertinggal di industri penangkapan.<br />

Contoh saja, kita masih impor tepung ikan.<br />

Padahal, kalau kita coba lihat Peru, di sana, di<br />

tengah laut itu ada industri perikanan. Mereka<br />

menangkap ikan dan langsung diolah, dan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

produksinya juga hitungan dunia.<br />

Di kita, karena bahan baku masih impor, kalau<br />

dolar naik, otomatis harga pakan dan ternak<br />

pasti ikut naik. Ini yang harus kita perangi, produksi<br />

dalam negeri harusnya mengurangi impor.<br />

Begitu juga dengan jagung, kedelai, dan lainnya.<br />

Masalahnya, kan kita tidak berpihak ke petani,<br />

coba ada kepastian. Yang terjadi di negara kita<br />

ini, ketika panen raya, siapa yang back-up petani<br />

Ini persoalannya. Harus ada keberanian.<br />

Andai tenaga dan pikiran saya dibutuhkan,<br />

tentu saya harus membicarakannya dengan<br />

mereka (masyarakat Bantaeng) untuk minta<br />

keikhlasan.<br />

muhammad akSara<br />

Andai benar menjadi Menteri Pertanian,<br />

bagaimana Anda akan membenahinya<br />

Kita ini terlalu ego sektoral, tidak ada sinergi.<br />

Kementerian ini harusnya berkoordinasi ke<br />

(Kementerian) Perdagangan, saling komunikasi.<br />

Yang penting, benahi internal yang cenderung<br />

berpikir bagaimana menghabiskan. Yang<br />

terjadi setiap tahun sepertinya bagaimana<br />

menghabiskan anggaran yang Rp 17 triliun itu.<br />

Orientasinya bukan pada program, melainkan<br />

proyek. Agar bisa keluar dari impor benih, kita<br />

harus buat cluster pembenihan dan penangkaran.<br />

Kita buat daerah-daerah unggulan agar<br />

tidak tumpang-tindih.<br />

Begitu juga untuk mengurangi impor daging<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Bagaimana Anda melihat potensi laut di<br />

Indonesia yang begitu luas<br />

Sebenarnya potensi kelautan kita ini luar biasa,<br />

sehingga tidak layak orang pulau itu miskin.<br />

Sumber daya kelautan kita di sini banyak yang<br />

dicuri karena keterbatasan industri tangkap<br />

kita. Teknologi masyarakat nelayan kita belum<br />

memadai. Padahal kita punya BPPT (Badan<br />

Pengkajian dan Penerapan Teknologi), yang<br />

bisa mengetahui gerakan ikan di mana, jenis<br />

ikan apa. Ini harus dimanfaatkan. Di Bantaeng<br />

saya sudah banyak kerja sama dengan BPPT<br />

sejak 2009, seperti dalam pengembangan ikan<br />

nila dan produksi pupuk SRF atau slow release<br />

fertilizer (pupuk lepas lambat).<br />

Dengan satu kali pemupukan bisa sampai<br />

panen. Hasilnya bisa kita lihat, jagung menjadi<br />

gede-gede. Jadi, di daerah marginal, pupuk itu<br />

bisa kita modifikasi dengan menambah unsur<br />

yang kurang di tanah. Selama ini kita mengenalnya<br />

hanya pupuk urea atau NPK dari Kalimantan<br />

Timur. Karena jauh, kadang lewat dua<br />

minggu dari waktu pemupukan baru pupuk<br />

datang. Ini persoalan yang kerap terjadi di sek-<br />

interview<br />

Bupati Bantaeng H M. Nurdin<br />

Abdullah ketika melakukan<br />

panen jagung.<br />

muhammad akSar<br />

sapi, kita harus libatkan masyarakat dan pengusaha<br />

peternakan. Coba uang yang ada ini disebar<br />

untuk membesarkan sentra ternak di daerah.<br />

Contoh di Bantaeng, daging (sapi terbaik)<br />

Kobe sudah bisa kita bikin walau baru satu ekor<br />

satu tahun. Lahan kita tidak ada masalah sebetulnya,<br />

punya kita masih sangat luas, teknologi<br />

juga sudah kita kuasai. Permasalahannya, kita<br />

tidak berpihak pada peternak.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

tor pertanian kita. Pasokan pupuk terlambat<br />

juga karena alasan cuaca ekstrem, sehingga<br />

kapal tidak bisa bersandar. Akibatnya ongkos<br />

kirim jadi mahal. Padahal Sulawesi Selatan merupakan<br />

salah satu lumbung pangan nasional.<br />

Agar bisa keluar dari impor benih, kita<br />

harus buat cluster pembenihan dan<br />

penangkaran. Kita buat daerah-daerah<br />

unggulan agar tidak tumpang tindih.<br />

muhammad akSar<br />

Bagaimana Anda mengubah Bantaeng<br />

yang minus menjadi daerah yang surplus<br />

Kami membagi wilayah pembangunan<br />

menjadi tiga zona cluster, yakni pesisir, dataran<br />

rendah, dan dataran tinggi. Untuk pesisir, laut<br />

menjadi potensi terbesar Bantaeng. Sebab,<br />

sepanjang pesisirnya layak untuk budi daya<br />

rumput laut. Sebelumnya, wilayah pesisir ini<br />

merupakan kantong kemiskinan. Karena luas<br />

wilayah terbatas sehingga tak mungkin swasembada<br />

pangan, saya fokus untuk menjadi<br />

penghasil benih yang membuat produksi<br />

pertanian jadi lebih unggul. Saya juga mengambil<br />

benih jagung dan lobak dari Jepang untuk<br />

dikembangkan. Di dataran tertinggi, kami<br />

bekerja sama dengan Batu, Jawa Timur, untuk<br />

menghasilkan apel dan stroberi. Juga buahbuahan<br />

lain.<br />

Sewaktu mulai memimpin, kondisi Ban-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

Menemani Wakil Presiden<br />

terpilih Jusuf Kalla saat<br />

meninjau Marina Beach Hotel<br />

Bantaeng.<br />

muhammad akSar<br />

taeng seperti apa, sih<br />

Kita punya APBD kecil sekali. Pada 2008<br />

cuma Rp 281 miliar. Itu pun lebih dari separuhnya<br />

habis untuk belanja pegawai. Setiap kali<br />

hujan, di beberapa tempat kebanjiran, tapi di<br />

musim kemarau kering tak ada air. Lalu saya<br />

prioritaskan pembangunan cekdam seluas 10<br />

hektare. Cekdam ini bukan cuma untuk menampung<br />

air, tapi juga sebagai irigasi, sumber<br />

air minum, obyek wisata. Jadi multifungsi.<br />

Sumber dana pembangunan dari mana<br />

Kan APBD terbatas….<br />

Kami memanfaatkan jaringan teman-teman<br />

pengusaha dari Jepang. Saya kan (kuliah) S-2<br />

dan S-3 di Jepang, juga memimpin perusahaan<br />

modal asing dari Jepang. Dari Toyota, misalnya,<br />

kami mendapat hibah fasilitas pemadam<br />

kebakaran, ambulans, mobil sampah. Kalau<br />

pasien sudah di atas ambulans, itu sama dengan<br />

di ruang UGD. Semua layanan emergency<br />

sudah di dalam, makanya dia tidak boleh ngebut.<br />

Sebanyak 20 dokter dan 16 perawat siap<br />

melayani. Cukup dengan menghubungi nomor<br />

113, dokter dan perawat akan datang ke rumah.<br />

Jaringan di Jepang ini kemudian saya manfaatkan<br />

juga untuk membantu teman-teman dari<br />

Gunung Kidul, Parepare, dan Jeneponto.<br />

Jadi, pada periode pertama, 2008-2013, saya<br />

prioritaskan pembangunan infrastruktur. Daerah<br />

pantai, seperti Pantai Seruni dan Pantai<br />

Marina Korong Batu, yang sebelumnya merupakan<br />

kantong kemiskinan, menjadi jamban,<br />

dan tempat pembuangan sampah terpanjang,<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

Kami coba membangun sistem sejak awal,<br />

bukan bersandar pada aktor. Jadi tahun<br />

pertama dan kedua itu memang berat, semua<br />

minta petunjuk bupati.<br />

muhammad akSar<br />

saya reklamasi menjadi obyek wisata pantai.<br />

Saya buatkan taman, jogging track, dan fasilitas<br />

olahraga lainnya. Pedagang di sana tidak<br />

dipungut pajak, tidak ada preman, tukang<br />

parkir juga tidak ada. Karena semua tempat<br />

bersih, pola hidup masyarakat pun mengikuti<br />

perubahan. Mereka tak lagi buang air di pantai<br />

dan jadi rajin berolahraga. Efeknya tentu saja<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

Suasana di salah satu sudut di<br />

Pantai Seruni di malam hari.<br />

foto: Facebook<br />

kesehatan membaik.<br />

Kalau para pengusaha dari Cina, bagaimana<br />

Anda membujuk mereka agar mau<br />

berinvestasi<br />

Ini promosi dari mulut ke mulut barangkali.<br />

Jadi, kami sebagai pelayan masyarakat tidak<br />

menampakkan kalau kami ini pejabat yang harus<br />

dilayani. Saya kan pengusaha, jadi tahu apa<br />

yang dibutuhkan, yakni ada kepastian hukum,<br />

kemudahan birokrasi, dan jaminan lahan. Kalau<br />

untuk mengurus usaha di daerah lain mungkin<br />

ada yang harus keluar uang banyak, di kami<br />

nol rupiah dalam tempo yang singkat.<br />

Kami coba membangun sistem sejak awal,<br />

bukan bersandar pada aktor. Jadi, tahun pertama<br />

dan kedua itu memang berat, semua minta<br />

petunjuk bupati. Tapi, masuk tahun ketiga,<br />

alhamdulillah sudah lepas. Saya pun enak, ke<br />

mana-mana bisa dilepas.<br />

Untuk menata birokrasi di awal tidak<br />

ada resistansi<br />

Pertama, tanggalkan atribut partai begitu<br />

proses pemilihan selesai. Kalau itu masih ada,<br />

tidak ada satu pun pejabat yang bisa kita pakai.<br />

Karena semuanya pendukung yang lama, jadi<br />

saya coba dengan assessment. Pada 2008, kita<br />

sudah lakukan lelang jabatan. Untuk sekda,<br />

misalnya, kita kirim ke Jatinangor. Jadi saya<br />

tanggalkan kepentingan pribadi agar tidak<br />

merusak sistem dan terjadi resistansi di manamana<br />

di dalam. ■ Tim Detik<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

BIODATA<br />

Nama: Prof Dr Ir H M. Nurdin Abdullah, MAgr<br />

Tempat/tanggal lahir: Parepare, 7 Februari<br />

1963<br />

Istri: Ir Hj Liestiaty F. Nurdin,<br />

MFish<br />

Anak-anak:<br />

1. Putri Fatima Nurdin, SE<br />

2. M. Syamsul Reza Nurdin<br />

3. M. Fathul Fauzi Nurdin<br />

Pendidikan:<br />

• Tamat SD, 1975<br />

• Tamat SMP, 1978<br />

• Tamat SMAN 5<br />

Makassar, 1981<br />

• S-1 Fakultas Pertanian dan Kehutanan<br />

Universitas Hasanuddin, 1986<br />

• S-2 Master of Agriculture Kyushu University,<br />

Jepang, 1991<br />

• S-3 Doctor of Agriculture Kyushu University,<br />

Jepang, 1994<br />

• Lemhannas Angkatan IV, 2010<br />

Jabatan:<br />

• Guru besar Fakultas Kehutanan Universitas<br />

Hasanuddin<br />

• Presiden Direktur PT Maruki International<br />

Indonesia<br />

• President Director of Global Seafood, Jepang<br />

• Director of Kyushu Medical Co Ltd, Jepang<br />

• Bupati Bantaeng 2008-2013 dan 2013 -<br />

sekarang<br />

Organisasi:<br />

• Ketua Persatuan Alumni Jepang-Sulawesi<br />

Selatan<br />

• Ketua Umum Masyarakat Perhutanan<br />

Indonesia Reformasi Sulawesi Selatan<br />

• Ketua Umum Persatuan Sarjana Kehutanan<br />

Sulawesi Selatan<br />

• Ketua Yayasan Maruki Makassar<br />

• Ketua Badan Majelis Jami’ah Yayasan<br />

Perguruan Islam Athirah Bukit Baruga<br />

• Ketua Umum KONI Kabupaten Bantaeng<br />

• Badan Penasihat PGRI Kabupaten Bantaeng<br />

• Ketua Bidang Pertanian Asosiasi Pemerintah<br />

Kabupaten Seluruh Indonesia<br />

(Apkasi), 2010 sampai sekarang<br />

• Koordinator Wilayah Apkasi Provinsi<br />

Sulawesi Selatan, 2010 sampai sekarang<br />

Penghargaan:<br />

• Satyalancana dari Presiden RI Bidang<br />

Pertanian, Januari 2009<br />

• Medali/Piagam Penghargaan dari Gubernur<br />

Sulawesi Selatan atas Kepedulian<br />

terhadap Wajib Belajar 12 Tahun, Maret<br />

2009<br />

• Adipura dari Menteri Lingkungan Hidup<br />

Republik Indonesia, 2009, 2010, 2011,<br />

2012, dan 2013<br />

• Piagam Penghargaan Agro Inovasi 2009,<br />

Kategori Agro Inovasi Peningkatan<br />

Adopsi Teknologi, Agustus 2009<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Perang<br />

Penghabisan<br />

Aburizal<br />

“Pokoknya, ketika ketemu<br />

malamnya, Agung diledek.<br />

Ditanya, itu nangis benaran atau<br />

air mata buaya”<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Tap untuk melihat<br />

Video<br />

Suara Aburizal Bakrie terdengar<br />

kian lantang di ruang rapat kantor<br />

DPP Partai Golkar di Jalan Anggrek<br />

Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat. Suara<br />

Agung Laksono yang tadinya berkali-kali membalas<br />

omongan Ketua Umum Golkar itu sudah<br />

tidak terdengar lagi.<br />

Mata Agung mulai berair, ia menangis, Jumat,<br />

18 Juli 2014, itu. Debat sengit dalam rapat pleno<br />

Partai Golkar pun berakhir. Agung duduk terdiam<br />

seperti pesakitan diapit oleh Ical, sapaan<br />

Aburizal Bakrie, dan Theo L. Sambuaga. Air<br />

matanya masih mengalir.<br />

Gelaran rapat pleno di tengah bulan puasa<br />

itu memanas. Ical menganggap Agung pembelot.<br />

Ical mau seluruh kader Partai Golkar mendukung<br />

pasangan capres-cawapres Prabowo<br />

Subianto-Hatta Rajasa. Tapi Agung dan segelintir<br />

kader malah terang-terangan mendukung<br />

pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Itu saya terbawa<br />

emosi, sehingga<br />

yang saya<br />

sampaikan itu<br />

kan dasar dari<br />

dalam hati nurani<br />

saya.<br />

Untuk menyatukan suara partainya agar<br />

menjauhi Jokowi-JK, Ical membawa segepok<br />

kliping berita media online. Isinya menyebutkan<br />

keterlibatan partai pengusung Jokowi-JK,<br />

PDIP, komunis. Agung menyanggah isi berita<br />

itu. Namun materi rapat lantas beralih. Intinya,<br />

Ical cs menganggap kader Golkar pendukung<br />

Jokowi-JK sebagai perusak masa depan partai.<br />

Dalih inilah yang dipakai Ical untuk mengancam<br />

pemecatan dan pemberian sanksi<br />

terhadap kader Partai Golkar pendukung Jokowi-Kalla,<br />

termasuk Agung. Bahkan dua kader<br />

Partai Golkar pengikut Agung, Leo Nababan<br />

dan Djasri Marin, turut kena ancaman.<br />

Kerasnya sikap Ical inilah yang membuat<br />

Agung menangis. Agung terpojok. Malamnya, ia<br />

mengadu kepada politikus senior Partai Golkar<br />

Ginandjar Kartasasmita dan anggota Dewan<br />

Pertimbangan Partai Golkar Andi Mattalatta.<br />

Mereka bertemu di Hotel Four Season, Jakarta.<br />

“Pokoknya, ketika ketemu malamnya, Agung<br />

diledekin. Ditanyain, itu nangis benaran atau air<br />

mata buaya,” lanjut Indra J. Piliang, Ketua Badan<br />

Litbang DPP Golkar.<br />

Agung mengakui rapat pleno berjalan keras.<br />

Air matanya menitik karena emosi. Ia merasa<br />

partainya sudah kehilangan kursi di parlemen,<br />

kehilangan kesempatan menjadi presiden dan<br />

wakil presiden, dan kini malah ditambah dengan<br />

pemecatan.<br />

“Itu saya terbawa emosi, sehingga yang saya<br />

sampaikan itu kan dasar dari dalam hati nurani<br />

saya,” jelas Agung saat ditemui majalah detik<br />

di sela-sela Sail Raja Ampat.<br />

Agung merasa Ical sudah kelewatan. Ia tidak<br />

mau dipaksa sedikit pun menuruti Ical, meskipun<br />

diancam dengan sanksi dan pemecatan.<br />

Agung terus bermanuver dengan bergabung<br />

bersama kader senior Golkar mendekati JK.<br />

Para senior, seperti Fahmi Idris dan Ginandjar,<br />

ingin munas Golkar digelar pada Oktober<br />

2014 ini, tepat lima tahun kepemimpinan Ical.<br />

Dalam munas tersebut para senior optimistis<br />

bisa menjungkalkan Ical dan membawa<br />

Golkar pada tradisi yang sudah biasa mereka<br />

anut: mendukung pemerintah yang berkuasa.<br />

Terlebih yang menjadi wapres adalah JK, kader<br />

Golkar sendiri.<br />

Agung berkali-kali sesumbar penyelenggaraan<br />

munas 2014 sudah ditetapkan dalam AD/<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Suasana berakhirnya rapat<br />

paripurna DPR beberapa<br />

waktu lalu. Golkar berambisi<br />

menguasai DPR dengan<br />

membersihkan kader yang<br />

membangkang.<br />

Rengga/detikcom<br />

ART. Padahal kubu Ical ingin munas tetap digelar<br />

pada 2015, sesuai rekomendasi munas VIII<br />

Partai Golkar di Riau pada 2009 lalu.<br />

Ical semakin gerah dengan sikap Agung. Tapi<br />

urusan Agung ini dapat diselesaikan dengan<br />

cepat oleh Ical. Usai menangis di rapat pleno,<br />

Agung bertemu Ical dan Ketua DPP Partai<br />

Golkar Mahyudin pada 8 Agustus 2014 lalu.<br />

Mereka membicarakan pemberian sanksi dan<br />

pemecatan kader Partai Golkar. Entah detail<br />

apa saja yang dibicarakan, namun nama Agung<br />

dan bawahannya lolos dari daftar pemecatan.<br />

Sikap Agung pun memang lantas melunak.<br />

Ia hanya mengatakan tangisnya dalam rapat<br />

pleno karena terharu dengan pidato mengenai<br />

masa depan partai. Sedangkan untuk penyelenggaraan<br />

munas Partai Golkar berikutnya, ia<br />

menyerahkannya kepada DPP Partai Golkar.<br />

“Saya tidak ingin dihadap-hadapkan karena<br />

itu berpotensi menimbulkan perpecahan,” aku<br />

Agung.<br />

Kompromi sementara Agung membuat Ical sedikit<br />

bernapas lega. Maklum, ia menggantungkan<br />

harapan besar untuk tetap duduk sebagai ketua<br />

umum partai berlambang beringin ini.<br />

Namun masalah Ical belum sepenuhnya<br />

tuntas. Ical harus bekerja keras untuk membereskan<br />

kerikil di dalam Partai Golkar. Setelah<br />

Mahkamah Konstitusi (MK) memutus menolak<br />

gugatan Prabowo-Hatta alias sama saja artinya<br />

kemenangan Jokowi-JK final dan mengikat,<br />

kasak-kusuk di Golkar kian meresahkan Ical.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Politik itu kan cair.<br />

Makanya harus<br />

duduk bersama<br />

dulu agar saling<br />

bicara.<br />

Ical sudah berkomitmen untuk tetap berada<br />

di Koalisi Merah Putih, berada di luar<br />

pemerintahan. “Apa pun keputusannya, Golkar<br />

tetap akan selalu di Koalisi Merah Putih,”<br />

tegas Ical.<br />

Dengan tetap berada di koalisi tersebut,<br />

Golkar berpeluang besar memimpin parlemen.<br />

Dengan Golkar tetap memimpin parlemen,<br />

posisi Ical pun aman.<br />

Namun kader senior yang belakangan akrab<br />

dengan Agung makin getol mendorong munas<br />

untuk digelar pada Oktober 2014. Nama-nama<br />

yang siap menggantikan Ical semakin terang disebutkan.<br />

Beberapa nama potensial yang disebut<br />

adalah Agung, Aziz Syamsuddin, Agus Gumiwang,<br />

Airlangga Hartarto, Priyo Budi Santoso,<br />

dan bahkan Mahyudin, sang loyalis Ical.<br />

Pelaksanaan munas sejatinya bergantung<br />

pada keputusan pengurus DPD I Partai Golkar.<br />

Gelaran munas Partai Golkar di tahun 2014<br />

bisa disebut munas ataupun munaslub. Jika 2/3<br />

DPD menghendaki, maka munas bisa digelar.<br />

Wakil Ketua Umum Partai Golkar Sharif Cicip<br />

Sutardjo mengklaim bahwa hingga saat ini<br />

DPD I Partai Golkar masih berkomitmen dengan<br />

gelaran munas di 2015.<br />

Namun pernyataan Cicip tidak diamini<br />

sejumlah DPD I. Mereka masih membuka<br />

peluang munas dipercepat pada 2014. DPD,<br />

yang isinya tak hanya anggota parlemen<br />

tapi juga kader Golkar yang menjadi kepala<br />

daerah, punya kepentingan untuk merapat<br />

ke pemerintahan.<br />

DPD I berkumpul di Serang, Banten, pada<br />

Minggu, 24 Agustus 2014, untuk membicarakan<br />

hal ini. Namun forum pertemuan ini,<br />

yang dipimpin Ketua DPD I Partai Golkar DIY<br />

Gandung Pardiman, masih bersifat informal.<br />

Mereka bertemu untuk halalbihalal saja.<br />

“Politik itu kan cair. Makanya harus duduk<br />

bersama dulu agar saling bicara,” jelas Ketua<br />

DPD I Partai Golkar Jawa Timur Zainuddin<br />

Amali.<br />

Bila munas jadi digelar Oktober 2014, maka<br />

posisi Ical sudah pasti di ujung tanduk. Misi Ical<br />

untuk tetap berkuasa di Golkar dan kemudian<br />

menempatkan orangnya memimpin parlemen<br />

bisa sangat terjal atau bahkan menjadi tidak<br />

mungkin. Pendeknya, dalam perang penghabisan<br />

yang harus dihadapinya, Ical harus<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Prabowo-Hatta dan Ical berada<br />

dalam satu kendaraan saat<br />

peringatan kemerdekaan<br />

17 Agustus lalu di Lapangan<br />

Nusantara Polo Club (NPC),<br />

Cibinong, Bogor, Jawa Barat.<br />

Rengga/detikcom<br />

“berdarah-darah” untuk menjadi pemenang,<br />

sementara modal Ical sudah terkuras.<br />

Mereka yang namanya masuk bursa calon ketua<br />

umum yang akan menantang Ical tidak bisa<br />

dianggap enteng. Priyo memiliki basis MKGR,<br />

Agung dengan Kosgoro, dan Airlangga dan Agus<br />

Gumiwang menguasai daerah Jawa Barat. Sedangkan<br />

Mahyudin, yang dikenal sebagai loyalis<br />

Ical, menguasai komunikasi di Kalimantan Timur.<br />

Meski para kandidat punya modal masingmasing,<br />

perang penghabisan untuk Ical itu<br />

akan sangat dipengaruhi JK, selaku kader yang<br />

mampu duduk di pemerintahan. “Nanti kalau<br />

JK bilang ‘A’, ya sudah, selesai,” ujar politikus<br />

Golkar, Poempida Hidayatullah.<br />

Ical sendiri enggan bicara banyak perihal<br />

gonjang-ganjing di partainya. Hanya saja ia sudah<br />

mencatat Agung sepakat munas di tahun<br />

2015. “Pak Agung Laksono mengatakan tunduk<br />

pada keputusan DPP,” tegas Ical. ■<br />

PASTI liberti maPAPPA, baHTIAR riFAI, moniQUE SHintami, irWAN<br />

nugroHO, ERWIN dariyanto, aryo BHAWONO<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Jalan Berduri Orang Ketiga<br />

Aburizal Bakrie selalu menjadi<br />

orang ketiga dalam Koalisi Merah<br />

Putih. Urutannya adalah Prabowo<br />

Subianto, Hatta Rajasa, lalu Ical—<br />

nama panggilan Aburizal.<br />

Setidaknya itulah yang dilihat Wakil Ketua<br />

Umum Partai Amanat Nasional Dradjad<br />

Wibowo saat konsolidasi menjelang pengumuman<br />

Mahkamah Konstitusi perihal sengketa<br />

pilpres di Hotel Grand Hyatt, Jakarta<br />

Pusat, pada Kamis, 21 Agustus 2014.<br />

Dradjad hadir dalam pertemuan itu. Prabowo<br />

datang pertama kali, lalu disusul beberapa<br />

menit kemudian oleh Hatta Rajasa. Keduanya<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Ical, Prabowo, dan Hatta saat<br />

deklarasi Koalisi Merah Putih.<br />

Hasan/detikcom<br />

lantas melenggang ke lantai 26 hotel di kawasan<br />

Bundaran HI itu.<br />

Dradjad mendengar, mereka berdua sudah<br />

memiliki firasat kalah dalam beperkara di MK.<br />

Entah dari mana datangnya firasat ini, tapi<br />

benar.<br />

“Yang jelas, yang pertama datang Hatta dan<br />

Prabowo. Terus Ical datang belakangan,” ujarnya.<br />

Ketua Umum Partai Golkar itu datang setengah<br />

jam kemudian dan langsung menyusul ke<br />

atas. Prabowo dan Hatta mulai sibuk menyiapkan<br />

pidato penyikapan atas kekalahan. Ical pun<br />

bergabung.<br />

Setelah Prabowo dan Hatta, Ical menyusul<br />

kemudian. Dulu, sewaktu bergabung dengan<br />

Koalisi Merah Putih, Ical menempuh jalan<br />

berbelit untuk berkongsi.<br />

Saat itu Golkar gagal menjalin koalisi dengan<br />

PDI Perjuangan dan Partai Demokrat. Ical baru<br />

memberikan keputusan pada menit-menit<br />

akhir deklarasi pengusungan pasangan Prabo-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Modal besar di<br />

mana Koalisi<br />

Merah Putih<br />

ini solid, dan<br />

koalisi ini bisa<br />

mengantarkan<br />

pimpinan yang<br />

terbaik.<br />

wo-Hatta pada 18 Mei 2014. Ia baru merapat<br />

ketika Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra<br />

Prabowo Subianto dan Ketua Umum PAN Hatta<br />

Rajasa dinyatakan sebagai pasangan caprescawapres.<br />

Namun tetap saja kehadirannya dalam koalisi<br />

selalu mendapat urutan setelah Prabowo-Hatta.<br />

Padahal saat itu Partai Gerindra dan PAN<br />

sudah berkoalisi dengan Partai Persatuan Pembangunan<br />

dan Partai Keadilan Sejahtera. Tapi<br />

Ical tetap harus didahulukan daripada Ketua<br />

Umum PPP Suryadharma Ali ataupun Presiden<br />

PKS Anis Matta.<br />

Mereka menggadang-gadang Ical. Bahkan<br />

Gerindra mencetuskan lowongan jabatan<br />

Menteri Utama bagi Ical karena kursi pasangan<br />

Prabowo telah diisi Hatta.<br />

Penghargaan Prabowo ini bukan tanpa<br />

pamrih. Partai Golkar merupakan partai yang<br />

memiliki kursi DPR terbanyak di antara rekan<br />

koalisinya. Mereka antara lain Partai Gerindra<br />

(73 kursi), PPP (39 kursi), PAN (49 kursi), PKS<br />

(40 kursi), dan Partai Bulan Bintang (tidak lolos<br />

ambang batas parlemen). Partai Golkar memiliki<br />

91 kursi.<br />

Karena itu, penghargaan sebagai orang ketiga<br />

pantas disematkan pada Ical. Apalagi, setelah<br />

keluarnya putusan MK, Ical tak ingin menyerah<br />

menjadi rekan koalisi. Golkar jelas memiliki<br />

potensi menggarap Koalisi Merah Putih untuk<br />

menguasai DPR.<br />

Peluang mengisi kursi Ketua DPR terbuka karena<br />

revisi Undang-Undang Nomor 27 tentang<br />

MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3) menyebutkan<br />

kedudukan Ketua DPR ditentukan lewat<br />

voting. Partai pemenang pemilu legislatif tidak<br />

otomatis mendapat jatah kursi Ketua DPR. Ical<br />

berambisi mendudukkan kader partainya di<br />

jabatan ini.<br />

Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Fadel<br />

Muhammad mengakui potensi partainya. Kekuatan<br />

Golkar sangat besar di DPR. Belum lagi,<br />

kemampuan berpolitik politikus Golkar yang<br />

menembus Senayan cukup mumpuni.<br />

“Oh iya, itu modal besar sebenarnya. Modal<br />

besar di mana Koalisi Merah Putih ini solid, dan<br />

koalisi ini bisa mengantarkan pimpinan yang<br />

terbaik,” tuturnya.<br />

Sumber majalah detik menyebutkan Ical<br />

sengaja menekan kader Partai Golkar yang<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Tokoh Trikarya Golkar saat<br />

menggelar jumpa pers menolak<br />

pemecatan kader Golkar oleh<br />

Ical.<br />

Agung Pambudhy/detikcom<br />

mendukung Jokowi agar jalannya mendapatkan<br />

orang tepat di kursi Ketua DPR lancar. Salah<br />

satu kader potensial yang disingkirkan Ical<br />

adalah Nusron Wahid.<br />

Nusron berhasil meraup 243.021 suara dalam<br />

pemilu legislatif 2014. Besarnya perolehan suara<br />

ini dapat menjadi pertimbangan Partai Golkar<br />

menentukan calon Ketua DPR dari partainya.<br />

Sayang, Nusron berpihak kepada Jokowi-JK dan<br />

mendapat surat pemecatan.<br />

“Nusron potensial menjadi Wakil Ketua DPR<br />

karena perolehan suaranya sewaktu pileg tertinggi<br />

di internal Partai Golkar,” ujar si sumber.<br />

Tak aneh jika Ical ngotot tetap berada dalam<br />

Koalisi Merah Putih. Ia sudah cukup loyal<br />

berkongsi selama pilpres. Walaupun calon presiden<br />

yang diusung kalah, modal ini tak boleh<br />

hangus. Ia ingin terus berkongsi di parlemen.<br />

Hanya, kini Koalisi Merah Putih mulai tercerai-berai.<br />

Setelah MK memutuskan menolak<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Ribuan pendukung<br />

Prabowo-Hatta berunjuk rasa<br />

saat berlangsungnya sidang<br />

putusan gugatan pilpres di<br />

Mahkamah Konstitusi, Kamis<br />

(21/8).<br />

Agung Pambudhy/Detikcom<br />

gugatan Prabowo-Hatta, partai politik peserta<br />

Koalisi Merah Putih lainnya belum mau bersikap.<br />

Namun tanda-tanda mereka tidak solid<br />

mulai terlihat.<br />

Sekretaris Jenderal PPP Romahurmuziy<br />

menganggap koalisi politik pengusungan presiden<br />

sudah selesai dengan keluarnya putusan<br />

MK. Perjuangan pemenangan Prabowo-Hatta<br />

berakhir. Majelis Syariah PPP dan organisasi<br />

sayap PPP, Gerakan Pemuda Ka’bah, menuntut<br />

pengurus DPP merapatkan barisan ke pemerintahan.<br />

Sedangkan PAN, PKS, dan Gerindra belum<br />

menentukan sikap. Tapi kabar dari kubu Jokowi-Kalla<br />

menyebutkan komunikasi intensif<br />

sudah dilakukan oleh Partai Demokrat, yang<br />

berkukuh independen selama pemilu. n<br />

Bahtiar Rifai, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami | Aryo Bhawono<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


FOKUS<br />

ODAL ICAL<br />

MENGGEDOR<br />

JOKOWI<br />

JIKA Aburizal Bakrie berhasil mempertahankan<br />

posisinya sebagai Ketua Umum Partai<br />

Golkar setidaknya hingga 2019 dan menjaga<br />

Partai Beringin tetap jadi partai oposisi, berikut<br />

ini kekuatan Ical yang bisa mengancam<br />

pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.<br />

PENGALAMAN<br />

PEMERINTAHAN<br />

BISNIS<br />

& ASET<br />

• Menteri<br />

Koordinator<br />

Perekonomian<br />

(2004-2005)<br />

• Properti, pertambangan,<br />

perkebunan, dan media<br />

• Menteri Koordinator<br />

Kesejahteraan Rakyat<br />

(2005-2009)<br />

• Terkaya ke-30 di Indonesia<br />

dengan aset Rp 10,3 triliun<br />

versi Forbes Asia 2011<br />

MEDIA<br />

MASSA<br />

• Pemilik TV One,<br />

ANTV, dan<br />

VIVA News<br />

ABURIZAL BAKRIE<br />

• (Tahun 2012-2013 tidak masuk<br />

daftar 30 orang terkaya)<br />

REKAM JEJAK POLITIK<br />

• 2009:<br />

Mengegolkan hak<br />

angket Bank Century,<br />

yang memeriksa<br />

Wakil Presiden Boediono dan Menteri<br />

Keuangan Sri Mulyani<br />

• 2011: Memblok panitia<br />

khusus pajak (perusahaan<br />

Bakrie ikut disebut dalam<br />

perkara korupsi pegawai<br />

pajak Gayus Halomoan<br />

Tambunan)<br />

DUKUNGAN<br />

PEMILIH<br />

DPR<br />

• 91 kursi DPR<br />

(terbanyak kedua setelah PDIP)<br />

• 25 dari 77<br />

daerah pemilihan<br />

anggota legislatif<br />

dimenangkan<br />

Golkar (32,47%).<br />

PEMERINTAH DAERAH<br />

• 200 dari 560 kepala<br />

daerah di seluruh Indonesia<br />

merupakan kader Golkar<br />

OKTA WIGUNA | INFOGRAFIK: MINDRA PURNOMO<br />

MAJALAH DETIK 25 - 31 AGUSTUS 2014


Fokus<br />

Kader Golkar<br />

Pro-Jokowi<br />

Dihabisi<br />

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie marah<br />

besar kepada kadernya yang ngotot mendukung<br />

Jokowi-JK. Gelombang pemecatan segera terjadi jika<br />

mereka menolak bujukan untuk rujuk dengan Ical.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Fokus<br />

Wakil Bendahara Golkar, yang<br />

juga Ketua Umum GP Ansor,<br />

Nusron Wahid (kiri), memenuhi<br />

nazar mencukur habis rambut<br />

jika Jokowi-JK menang dalam<br />

pemilihan presiden. Nusron<br />

dikeluarkan dari Golkar oleh<br />

Ketua Umum Aburizal Bakrie<br />

karena menolak mendukung<br />

Prabowo-Hatta.<br />

Puspa Perwitasari/ANtara FOTO<br />

Tamu yang dinanti Muladi di rumahnya<br />

di bilangan Mayestik, Kebayoran<br />

Baru, Jakarta Selatan, datang sekitar<br />

pukul sepuluh malam. Hari itu, Ketua<br />

Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Bidang<br />

Hukum dan Hak Asasi Manusia tersebut memang<br />

memanggil juniornya di partai, Nusron<br />

Wahid.<br />

Pada awal Juni 2014 itu, Nusron jadi sorotan<br />

di Partai Beringin. Wakil Bendahara DPP Golkar<br />

itu terang-terangan membangkang perintah<br />

Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie, yang<br />

menetapkan partainya menyokong pasangan<br />

Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.<br />

“Sudahlah, kamu enggak usah terlalu kelihatan,”<br />

kata Muladi. Ia meminta Nusron berbalik<br />

saja mengikuti keputusan partai.<br />

“Enggaklah, Pak, saya ini aktivis 1998. Saya<br />

dulu jadi target operasinya Prabowo,” kata<br />

Nusron. “Masak sekarang suruh dukung dia.<br />

Saya enggak bisa, mohon maaf.”<br />

Muladi membenarkan dia sengaja mendekati<br />

Nusron sebelum eskalasi perkaranya membesar<br />

di DPP Golkar. Orang-orang dekat Nusron<br />

membisikkan, upaya lobi itu bukan sekadar<br />

urusan internal partai, tapi ada kepentingan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Fokus<br />

Ketua DPP Golkar Bidang Hukum<br />

dan HAM Muladi<br />

Str<br />

buat memenangi pemilihan presiden.<br />

Menurut seorang sumber di lingkaran Nusron,<br />

Golkar berharap pengaruh Ketua Umum<br />

Gerakan Pemuda Ansor itu bisa membantu<br />

mendongkrak suara Prabowo di Jawa Tengah.<br />

Nusron meraup suara mayoritas di daerah<br />

pemilihan Jawa Tengah II, yang meliputi Kabupaten<br />

Kudus, Jepara, dan Demak.<br />

Secara tradisi, Jawa Tengah merupakan basis<br />

PDI Perjuangan. Tapi, pada pemilu legislatif<br />

2014, Golkar menang di daerah “punuk” Jawa<br />

Tengah itu. “Survei seminggu sebelum pencoblosan<br />

pilpres, elektabilitas Jokowi di sana hanya<br />

32 persen,” ujar sumber tersebut.<br />

Namun, empat hari sebelum pencoblosan,<br />

Nusron kembali ke daerah itu dan menggerakkan<br />

lagi tim suksesnya. “Elektabilitas Jokowi<br />

naik jadi 75 persen,” kata sumber mengklaim<br />

besarnya pengaruh Nusron.<br />

Selain terhadap Nusron, Muladi melobi Agus<br />

Gumiwang Kartasasmita, salah satu kader Golkar<br />

yang meraih suara terbesar di Jawa Barat.<br />

Kepada Agus, mantan Menteri Kehakiman itu<br />

juga memintanya tak berseberangan dengan<br />

Ical.<br />

Namun pendekatan Muladi itu mentok. “Mereka<br />

menganggap pendekatan itu tidak serius.<br />

Jadi, di luar, (mereka melakukan) konferensi<br />

pers keras-keras,” ujarnya.<br />

Upaya menyelesaikan friksi Partai beringin<br />

secara halus pun ikut hanyut bersama gagalnya<br />

lobi-lobi Muladi ini. DPP Golkar pun mulai<br />

mengambil tindakan keras terhadap kader yang<br />

nekat mendukung pasangan Joko Widodo-<br />

Jusuf Kalla.<br />

Sejak rapat pleno DPP Golkar pada 22 Mei<br />

2014, Ical menyatakan Partai Beringin akan<br />

mendukung Prabowo-Hatta. Kader yang<br />

membangkang bakal dicopot dari jabatannya<br />

di partai.<br />

Mereka yang dianggap mbalelo itu diperintahkan<br />

datang dalam rapat khusus DPP Golkar<br />

pada 19 Juni 2014 di Jalan Anggrek Neli Murni<br />

XI-A, Jakarta Barat. Sebagian datang buat<br />

membantah tudingan, tapi ada juga yang ogah<br />

memenuhi undangan seperti Nusron.<br />

Nusron menyebutkan sudah memberi klarifikasi<br />

lewat surat atas surat teguran yang dibuat<br />

DPP Golkar pada 2 Juni 2014. Saat mendukung<br />

Jokowi-JK, ia mengatakan sebagai pemimpin<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Fokus<br />

Ical ketika menerima Prabowo<br />

di rumahnya, Jalan Ki<br />

Mangunsarkoro, Menteng, Jakarta<br />

Pusat, April lalu. Ical mengancam<br />

akan memecat kader yang tak<br />

mendukung Prabowo-Hatta pada<br />

pemilihan presiden 2014.<br />

Hasan/detikcom<br />

GP Ansor, bukan kader Golkar.<br />

Lagi pula ia merasa sanksi dicopot dari<br />

jabatan di partai tak terlalu berat. “Saya wakil<br />

bendahara umum, meski enggak pernah tahu<br />

duitnya,” kata Nusron. “Kalau saya dipecat dari<br />

pengurus, ya pecat, deh, istilahnya begitu.”<br />

Karena itu pula, ia memilih absen saat diminta<br />

datang ke rapat khusus DPP Golkar tersebut.<br />

Nusron memilih menghadiri pengajian di sebuah<br />

pondok pesantren di Kudus, yang sudah<br />

dijadwalkan dua bulan sebelumnya.<br />

Hasil rapat khusus itu ternyata malah bikin<br />

Ical berang. “Pak Ical marah,” kata Muladi. “Dipanggil<br />

rapat khusus sudah, tapi setelah itu di<br />

luar masih berteriak keras lagi dan itu membuat<br />

Ketua Umum kesal sekali.”<br />

Lima hari setelah rapat khusus itu, Ical<br />

menerbitkan surat pemecatan gelombang<br />

pertama. Ia memberhentikan Nusron Wahid,<br />

Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Poempida<br />

Hidayatullah.<br />

Dalam surat pemecatan, Ical menilai pernyataan<br />

mereka di berbagai media cenderung<br />

menyerang dan memprotes keputusan partai.<br />

“Hal tersebut sangat merugikan perjuangan<br />

Partai Golkar,” tulis Ical.<br />

Agus Gumiwang kaget dipecat dari Golkar.<br />

Ia merasa tak bersalah karena memilih mendukung<br />

Kalla, satu-satunya kader Golkar dalam<br />

pemilihan presiden. Apalagi sebelumnya ia<br />

menyurati Ical dan menyatakan berhenti atau<br />

setidaknya nonaktif dari jabatan Ketua DPP<br />

Bidang Hubungan Luar Negeri dan Pertahanan<br />

Keamanan.<br />

Agus juga menemui Wakil Ketua Umum<br />

Theo L. Sambuaga dan Muladi pada 16 Juni<br />

2014 buat menjelaskan penolakannya mendukung<br />

Prabowo. “Dari raut mukanya, saya lihat<br />

mereka kecewa,” ujarnya.<br />

Namun, saat Agus pulang, Theo memberinya<br />

surat yang menyatakan partai menerima<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Fokus<br />

Saya bisa jamin<br />

100 persen, semua<br />

larangan itu saya<br />

patuhi.<br />

Agus Gumiwang<br />

Lamhot/detikcom<br />

pengunduran diri. Tak ada keberatan buat Agus<br />

membantu Kalla asalkan dukungan itu bersifat<br />

pribadi, tanpa membawa embel-embel Golkar,<br />

dan tak mengajak kader lain. Jika melanggar,<br />

Agus akan dipecat dari partai.<br />

“Ini surat dari DPP yang paling bagus, yang<br />

paling demokratis,” ujarnya. “Saya bisa jamin<br />

100 persen, semua larangan itu saya patuhi.”<br />

Karena itu, Agus kaget, hanya delapan hari<br />

setelahnya, ia juga ditendang dari partai. Padahal,<br />

kata dia, sebelumnya, sanksi terberat dari<br />

tidak mendukung Prabowo hanyalah dipecat<br />

dari kepengurusan.<br />

Poempida lebih terperanjat lagi karena ia<br />

malah tak pernah ditegur secara lisan ataupun<br />

lewat surat. “Harusnya tetap dong saya diajak<br />

bicara dulu,” kata anggota DPR dari Golkar ini.<br />

“Tiba-tiba jebret aja dipecat.”<br />

Padahal Poempida mengaku beberapa kali<br />

bertemu dengan Ketua DPP Bidang Organisasi<br />

Mahyudin, yang juga jadi anggota mahkamah<br />

partai. Tapi Mahyudin tak pernah memberi<br />

tahu apa-apa soal rencana pemecatannya.<br />

Poempida mengatakan, sejak lama ia menyatakan<br />

diri sebagai bagian dari faksi Kalla di<br />

Golkar. Ia juga pernah ditegur seorang pejabat<br />

teras Golkar karena menagih janji kemenangan<br />

Ical dalam musyawarah nasional 2009, yakni<br />

membangun kantor partai setinggi 30 lantai<br />

dan menyediakan dana abadi partai sebesar Rp<br />

1 triliun.<br />

Kini ketiganya memakai jasa firma hukum<br />

Lubis Santosa & Maramis buat menggugat<br />

keabsahan surat pemecatan dari Ical. Mereka<br />

menilai pemecatan yang tertuang dalam surat<br />

yang dibuat di kantor advokat Todung Mulya<br />

Lubis itu menyalahi aturan partai.<br />

Semestinya, kata Poempida, pemecatan didahului<br />

dua kali surat peringatan dan ada pemberhentian<br />

sementara. Nusron hanya diberi<br />

satu kali surat peringatan. Agus dan Poempida<br />

sama sekali tak disurati.<br />

Poempida juga berargumen, rapat khusus<br />

DPP Golkar tidak berhak menaikkan sanksi<br />

pemecatan dari kepengurusan menjadi pemberhentian<br />

dari partai. Akan halnya kesalahan<br />

mendukung Jokowi-JK, menurut dia, Rapat<br />

Pimpinan Nasional VI 2014 Golkar tak pernah<br />

menyebutkan bahwa kader Golkar harus mendukung<br />

Prabowo.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Fokus<br />

(Dari kiri ke kanan)<br />

Poempida Hidayatullah,<br />

Nusron Wahid, dan Agus<br />

Gumiwang Kartasasmita.<br />

Ketiganya menilai surat<br />

keputusan pemecatan<br />

yang dikeluarkan Ical cacat<br />

prosedur dan berencana<br />

menggugatnya Rp 1 triliun.<br />

lamhot /detikcom<br />

Rapimnas VI memang hanya menetapkan<br />

Ical sebagai calon presiden atau wakil presiden.<br />

Juga memberi mandat penuh kepada Ketua<br />

Umum buat menentukan koalisi demi pencalonannya<br />

itu.<br />

Muladi menyatakan semua prosedur pemecatan<br />

sudah benar dan surat peringatan tak<br />

mutlak diperlukan buat kader yang dianggap<br />

menentang kebijakan partai. “Kalau kerusakannya<br />

dianggap permanen, pelanggarannya<br />

terlalu besar, itu tidak perlu peringatan,” ujarnya.<br />

Keputusan pemecatan dalam rapat khusus<br />

DPP yang diprotes Poempida itu nantinya akan<br />

dibawa ke forum lebih tinggi, yakni rapat pleno<br />

DPP. Poempida dan kawan-kawan, kata Muladi,<br />

bisa menyanggah keputusan itu di mahkamah<br />

partai dalam jangka waktu 60 hari. Kalau tidak,<br />

mereka dianggap menerimanya.<br />

Jika tak puas di mahkamah, Muladi menyarankan,<br />

mereka berjuang di forum tertinggi<br />

partai, yakni musyawarah nasional. Jika aspirasi<br />

mereka tak diterima di munas, langkah terakhir<br />

adalah beperkara ke pengadilan.<br />

Namun Poempida melihat upaya ke mahkamah<br />

partai tak akan banyak mengubah status<br />

pemecatan. Mahkamah partai, yang menurut<br />

dia tak dikenal dalam aturan Golkar, pastilah<br />

tak independen.<br />

Pasalnya, selain Muladi dan Mahyudin,<br />

anggota mahkamah adalah Sekretaris Jenderal<br />

Idrus Marham, yang loyal kepada Ical. “Jika<br />

saya berselisih dengan DPP, orang mahkamah<br />

seharusnya ya bukan dari DPP,” kata Poempida.<br />

Yang bikin Nusron dan Agus makin kaget,<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Fokus<br />

Pengurus organisasi sayap<br />

Golkar, AMPI dan BMK 1957,<br />

setelah menyatakan sikap<br />

penolakan atas pemecatan<br />

Agung Laksono dari<br />

kepengurusan Partai Golkar,<br />

Jakarta, Minggu (10/8). DPP<br />

Golkar tengah memproses<br />

pemecatan kader-kader yang<br />

melawan Ical.<br />

Yudhi Mahatma/ANTARA FOTO<br />

Komisi Pemilihan Umum menyatakan pada 13<br />

Agustus 2014 telah menerima surat permintaan<br />

penggantian mereka sebagai anggota DPR<br />

terpilih. Padahal, menurut keduanya, tanggal<br />

itu belum 60 hari sejak ketetapan pemecatan<br />

pada 24 Juni 2014.<br />

Komisioner KPU, Sigit Pamungkas, mengatakan<br />

hingga saat ini pihaknya masih mempelajari<br />

permintaan penggantian itu dan keberatannya.<br />

Aturan yang ada, kata Sigit, penggantian bisa<br />

dilakukan dengan batas waktu tiga hari sebelum<br />

pelantikan anggota DPR pada 1 Oktober<br />

2014.<br />

Namun Mahyudin menyatakan masa menggugat<br />

ke mahkamah partai oleh Nusron dan<br />

Agus sudah kedaluwarsa karena telah lewat 60<br />

hari. “Mereka enggak gunakan, ya sudah, kami<br />

ajukan ke KPU untuk penggantian.”<br />

Merujuk pada tanggal pemecatan, semestinya<br />

batas kedaluwarsa itu 24 Agustus 2014.<br />

“Saya ndak tahu hitungan mereka, saya rasa hitungan<br />

kami sudah benar, deh,” kata Mahyudin.<br />

Mahyudin enggan berdebat dan menyuruh<br />

Nusron serta Agus ke pengadilan jika merasa<br />

keberatan atas keputusan penggantian dari<br />

DPP Gokar itu. “Kalau salah, silakan diuji secara<br />

hukum,” ujarnya. “Kalau DPP kalah, kita kembalikan.<br />

Kalau DPP menang, ya, selamat tinggal.”<br />

Nusron mengatakan, berdasarkan Undang-<br />

Undang Partai Politik, dia hanya bisa diganti jika<br />

meninggal, mengundurkan diri, pindah partai,<br />

atau melanggar aturan partai. Soal melanggar<br />

ketentuan partai, kata dia, itu masih menjadi<br />

sengketa dan ia berencana menggugat ke<br />

pengadilan.<br />

Agus Gumiwang menyatakan rentetan<br />

pemecatan dan surat pembatalan anggota<br />

DPR itu akan dibalasnya dengan menggugat<br />

beberapa pejabat teras Golkar yang dianggapnya<br />

menyebar kebohongan dan mencemarkan<br />

namanya. Ia berencana meminta ganti rugi Rp<br />

1 triliun, yang jika menang akan disumbangkan<br />

kepada korban semburan lumpur Lapindo,<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Fokus<br />

Harusnya Pak<br />

JK juga dipecat,<br />

dong. Wong<br />

Pak JK malah<br />

mencalonkan<br />

(wapres).<br />

Nusron Wahid<br />

Lamhot/detikcom<br />

perusahaan milik Keluarga Bakrie.<br />

Kalla mendukung langkah hukum Agus dan<br />

Nusron itu. “Nusron dan Agus lebih memilih<br />

berpihak kepada mantan ketua daripada orang<br />

lain,” ujarnya.<br />

Namun Ical menganggap sepi gugatan itu.<br />

“Biarin saja, itu cuma pekerjaan rumah, jadi<br />

enggak apa-apa,” kata Ical.<br />

Sikap Ical itu dipandang anggota DPR dari<br />

Fraksi Golkar, Tubagus Ace Hasan Syadzily,<br />

sebagai tanda penjatuhan sanksi seperti yang<br />

diterima Nusron dan kawan-kawan masih jauh<br />

dari berhenti. Menurut dia, ada belasan orang<br />

yang sebelumnya dipanggil ke rapat khusus<br />

DPP Golkar dan sembilan orang terancam<br />

dipecat.<br />

Ace termasuk yang dimintai keterangan<br />

oleh DPP Golkar karena menggelar konferensi<br />

pers “Beringin Muda” di Rumah Makan<br />

Sari Kuring, Jakarta Pusat, pada 20 Mei 2014,<br />

yang mempertanyakan keputusan partai<br />

mendukung Prabowo. Selain Ace, ada Ketua<br />

Badan Pemenangan Pemilu Andi Harianto<br />

Sinulingga, Ketua Bidang Kaderisasi Hasanuddin,<br />

Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan<br />

Indra J. Piliang, Ibnu Munzir, serta Ali<br />

Wongso.<br />

Mahyudin mengatakan pengurus pusat juga<br />

sudah mencopot Ketua DPD Golkar Sulawesi<br />

Barat Anwar Adnan Saleh karena beberapa kali<br />

tampak bersama tim sukses Jokowi-JK. Ketua<br />

DPD II Golkar Tarakan Udin Hianggio juga diberhentikan<br />

dari jabatannya dan dalam proses<br />

pemecatan.<br />

Menurut Mahyudin, susunan pengurus DPP<br />

juga akan dikocok ulang buat membersihkan<br />

partai dari kader yang ditengarai mendukung<br />

Jokowi-JK. Dia menyebut Indra J. Piliang dan<br />

Yorrys Raweyai termasuk yang bakal dicoret.<br />

“Ya, dalam waktu dekat, yang lain-lain itu akan<br />

kami reshuffle,” kata Mahyudin.<br />

Namun, menurut Nusron Wahid, semua<br />

pencopotan dan pemecatan karena menyokong<br />

Jokowi-JK itu pada dasarnya tak masuk<br />

akal. “Kalau saya mendukung Pak JK dipecat,<br />

harusnya Pak JK juga dipecat, dong,” ujarnya.<br />

“Wong Pak JK malah mencalonkan (wapres).”<br />

■ Irwan Nugroho, Monique Shintami, Bahtiar Rifai | oKta Wiguna<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Mimpi ingkari<br />

tradisi<br />

“Kepemimpinan Ical boleh dikatakan melemah.”<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Mantan Presiden Abdurrahman<br />

Wahid (tengah).<br />

Paula Bronstein/Getty Images<br />

Partai Golkar sedang gamang.<br />

Selama ini Golkar lebih dikenal<br />

dengan tradisinya berada dalam pemerintahan.<br />

Kini sang ketua umum,<br />

Aburizal Bakrie, ingin Partai Beringin menjadi<br />

oposisi, di luar pemerintahan.<br />

Golkar sebenarnya bukan sama sekali bersih<br />

dari sejarah oposisi. Partai ini bahkan punya<br />

cerita sukses saat memilih melawan pemerintahan.<br />

Laku oposisi Golkar terjadi saat pemerintahan<br />

dipimpin Presiden Abdurrahman Wahid.<br />

Kalau ditanya partai apa yang punya peran besar<br />

dalam penjatuhan Gus Dur, Partai Golkar<br />

mungkin jawabannya.<br />

Golkar-lah yang pertama kali mendorong<br />

penggunaan hak interpelasi setelah dipecatnya<br />

beberapa menteri oleh Gus Dur. Menteri yang<br />

dipecat itu termasuk dari Partai Beringin, yakni<br />

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Jusuf<br />

Kalla (JK).<br />

Berikutnya, anggota Fraksi Partai Golkar di<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Akbar Tandjung dalam sebuah<br />

jumpa pers di Jakarta Selatan,<br />

Minggu (13/4).<br />

Pambudhy/Detikcom<br />

Dewan Perwakilan Rakyat memprakarsai pembentukan<br />

panitia khusus (pansus) untuk menyelidiki<br />

skandal “Buloggate” dan “Bruneigate”,<br />

yang diduga melibatkan Gus Dur. Dari pansus<br />

itu, terbit memorandum I dan memorandum II<br />

kepada Presiden.<br />

Golkar makin intensif menghimpun kekuatan<br />

partai lain saat kedua memorandum itu<br />

tak dipedulikan oleh Gus Dur. Gus Dur pun<br />

membalas dengan menerbitkan dekrit presiden<br />

pada 23 Juli 2001, yang berisi pembekuan<br />

Majelis Permusyawaratan Rakyat dan DPR.<br />

Ketua DPR, yang juga Ketua Umum Golkar<br />

saat itu, Akbar Tandjung, lalu meminta MPR<br />

menggelar sidang istimewa secepatnya. Ia juga<br />

mengirim surat kepada Mahkamah Agung terkait<br />

dekrit itu. Fatwa MA itulah yang akhirnya<br />

dipakai sebagai landasan memakzulkan Gus<br />

Dur.<br />

Seperti dikisahkan Akbar dalam bukunya,<br />

The Golkar Way, saat itu Golkar juga menggelar<br />

rapat pimpinan di lingkup internalnya.<br />

Sebab, Golkar juga mendapat tekanan politik<br />

tersendiri, seperti pembakaran beberapa kantor<br />

Golkar di Jawa Timur.<br />

Ical kukuh bersekutu dengan<br />

Prabowo Subianto-Hatta<br />

Rajasa serta memposisikan<br />

Golkar di luar pemerintahan<br />

Jokowi-JK.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Ical (kanan) saat deklarasi<br />

Koalisi Merah Putih di Tugu<br />

Proklamasi, Jakarta (14/7).<br />

Hasan/detikcom<br />

Rapim IV tersebut menyimpulkan kinerja<br />

pemerintahan Gus Dur tidak memuaskan dan<br />

gagal membawa Indonesia keluar dari multikrisis.<br />

Dalam rapim itu juga untuk pertama kalinya<br />

menyeruak wacana Golkar menjadi oposisi,<br />

meninggalkan kebiasaannya puluhan tahun<br />

menjadi pendukung utama pemerintahan<br />

semasa Orde Baru. Akbar menyebut Soeharto<br />

sudah menjadi patron Golkar. Pada zaman Habibie,<br />

Golkar masih menjadi pendukung setia<br />

pemerintahan.<br />

Maka tidak aneh jika perdebatan antara pendukung<br />

pemerintah dan oposisi Golkar dalam<br />

munas berlangsung sengit. Namun, sampai<br />

munas berakhir, tidak tercapai kesepakatan<br />

Golkar menjadi partai oposisi, meskipun faktanya<br />

Golkar berada di luar pemerintahan.<br />

Niat Golkar menjadi partai di luar pemerintahan<br />

itu pun mengemuka kembali pascapilpres<br />

2014. Ical—sapaan Akrab Aburizal—menolak<br />

keinginan sejumlah elite Golkar untuk mengalihkan<br />

dukungan kepada presiden-wapres<br />

terpilih, Joko Widodo-JK.<br />

Ical kukuh bersekutu dengan Prabowo Subianto-Hatta<br />

Rajasa serta memposisikan Golkar<br />

di luar pemerintahan Jokowi-JK. Pendukung Ical<br />

ini termasuk Akbar, yang kini menjadi Ketua<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

ical bersama SBY di Istana<br />

Negara<br />

abror/rumgapres<br />

Dewan Pertimbangan Partai Golkar.<br />

Menurut Ical, meski berada di luar pemerintahan,<br />

bukan berarti Golkar akan terus mengambil<br />

sikap berseberangan dengan pemerintah.<br />

Golkar tetap menginginkan penguatan sistem<br />

presidensial. Kalau ada program pemerintah<br />

yang bagus, Golkar akan mendukungnya.<br />

Namun Golkar akan menolak bila pemerintah<br />

membuat kebijakan yang bertentangan dengan<br />

sikap Golkar. Sebagai contoh Tap MPR tentang<br />

larangan ajaran komunisme, yang konon akan<br />

dicabut oleh Jokowi. “Koalisi Merah Putih akan<br />

menolak,” ucap Ical. Kubu Jokowi-JK sudah<br />

menegaskan isu pencabutan Tap MPR itu tidak<br />

benar.<br />

Akbar menambahkan, Golkar harus siap berada<br />

dalam posisi apa pun. Golkar sudah meninggalkan<br />

paradigma lama, yakni keharusan<br />

menyatu dengan pemerintahan yang sedang<br />

berkuasa. “Dua fungsi bisa dilakukan dalam<br />

konteks Golkar,” katanya.<br />

Sikap Ical itu sebetulnya tecermin ketika<br />

Golkar menjadi anggota koalisi pemerintahan<br />

Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Dalam<br />

beberapa hal, Golkar berseberangan dengan<br />

JK bisa memainkan kembali<br />

perannya dalam pemilihan<br />

Ketua Umum Golkar.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Wakil Presiden terpilih Jusuf<br />

Kalla saat menerima dukungan<br />

dari personel Slank, Bunda Ifet,<br />

dan Budayawan Jajang C. Noer<br />

di Kediaman Jusuf Kalla, Jakarta,<br />

Senin (2/6).<br />

Agung Pambudhy/Detikcom.<br />

pemerintah. Banyak pengamat waktu itu menyatakan<br />

Golkar telah menyandera pemerintahan<br />

yang didukungnya.<br />

Dua contoh paling jelas adalah dukungan<br />

Golkar terhadap pembentukan pansus untuk<br />

mengusut pengucuran bailout kepada Bank<br />

Century sebesar Rp 6,7 triliun dan penolakan<br />

Golkar atas rencana kenaikan harga bahan<br />

bakar minyak pada 2012.<br />

Adanya perseteruan di dalam koalisi itu memunculkan<br />

ide pembentukan Setgab Koalisi<br />

yang diketuai oleh Ical. Di laman pribadinya,<br />

Ical menjelaskan, dengan format seperti itu,<br />

partai koalisi sudah tahu dari awal tentang<br />

rencana kebijakan pemerintah dan ikut memberikan<br />

masukan. Mitra koalisi tidak sekadar<br />

menjalankan kebijakan pemerintah tanpa tahu<br />

manfaatnya.<br />

Lalu bagaimana rencana Ical membentuk<br />

partai oposisi di pemerintahan mendatang<br />

Pengamat politik Poltracking Institute, Hanta<br />

Yudha, memprediksi kemungkinan besar upaya<br />

Ical itu tidak akan berhasil. Sebab, sebentar<br />

lagi Golkar akan melangsungkan munas untuk<br />

mengganti ketua umum.<br />

Memang Ical masih punya modal untuk<br />

mempertahankan kekuasaan di Golkar. Namun<br />

kansnya terpilih lagi agaknya kecil. Di bawah<br />

Ical, target perolehan Golkar menurun, gagal<br />

maju sebagai capres/cawapres, dan calon yang<br />

didukung keok. “Kepemimpinan Ical boleh<br />

dikatakan melemah,” ucapnya.<br />

Hanta mengatakan kemungkinan besar po-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Wakil Ketua Umum Partai<br />

Golkar Agung Laksono saat<br />

berorasi politik di depan ribuan<br />

simpatisan dan kader Golkar di<br />

Lapangan Baron, Nganjuk, Jawa<br />

Timur, Kamis (27/3).<br />

Rudi Mulya/ANTARA<br />

litik internal Golkar pada 2004 terulang pada<br />

tahun ini. Pada saat itu, JK, yang sukses menjadi<br />

wakil presiden mendampingi Susilo Bambang<br />

Yudhoyono, merebut tampuk kekuasaan Golkar<br />

dari Akbar lewat munaslub.<br />

Di tangan JK, Golkar berbalik menjadi partai<br />

pendukung pemerintahan. Padahal, menghadapi<br />

Pemilu 2004, Golkar telah merancang<br />

Koalisi Kebangsaan, di antaranya bersama PDI<br />

Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan.<br />

Koalisi Kebangsaan mengusung Megawati<br />

Soekarnoputri-Hasyim Muzadi. Masih dalam<br />

bukunya, Akbar mengatakan, koalisi itu tetap<br />

akan solid walaupun Mega-Hasyim kalah.<br />

Koalisi akan membangun kekuatan oposisi di<br />

parlemen.<br />

Nyatanya, koalisi itu bubar jalan akibat manuver<br />

politik JK. Ditambahkan Hanta, JK bisa<br />

memainkan kembali perannya dalam pemilihan<br />

Ketua Umum Golkar, yang akan digelar dalam<br />

waktu dekat. Kalau berhasil, JK akan kembali<br />

sukses untuk kedua kalinya dalam menentukan<br />

arah angin Golkar.<br />

“Jadi Golkar akan sangat mungkin bergabung<br />

dengan pemerintah,” ujarnya.<br />

Agung Laksono, yang digadang-gadang menjadi<br />

kandidat Ketua Umum Golkar, memastikan<br />

hal itu. Agung, yang dekat dengan JK, akan<br />

membawa Golkar ke kubu pemerintah jika duduk<br />

sebagai ketua umum. “Kalau memang mau<br />

ikut serta membangun negara, saya kira lebih<br />

baik berada sama-sama dalam pemerintah,”<br />

katanya. n Pasti Liberti, Monique Shintami, Bahtiar Rifai | Irwan<br />

Nugroho<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Terjerat<br />

Utang,<br />

Melego<br />

Aset<br />

Induk usaha Bakrie<br />

terjerat utang triliunan<br />

rupiah. Taktik gali lubang<br />

tutup lubang dan melego<br />

aset dipakai.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Papan nama Bank Credit Suisse<br />

di sebuah kantor cabangnya.<br />

Bank swasta tersebut sekarang<br />

memegang 21,6 persen saham<br />

Bakrie & Brothers sebagai<br />

agunan.<br />

REUTERS/Arnd Wiegmann<br />

SAAT posisinya sebagai pemuncak<br />

Partai Golkar dipertanyakan sejumlah<br />

kader partai, Aburizal Bakrie juga<br />

tidak terlalu beruntung dalam bisnis,<br />

terutama dalam lima tahun terakhir. Sejak krisis<br />

global 2008, perusahaan yang menjadi induk<br />

bisnis Keluarga Bakrie, yakni Bakrie & Brothers,<br />

kepayahan menjaga asetnya.<br />

Mereka terjerat utang, dan sederet perusahaan<br />

besar di bawah Grup Bakrie dilepas.<br />

Padahal, sampai 2009, kinerja perusahaan<br />

Grup Bakrie sangat moncer. Saham tujuh perusahaan<br />

mereka menjadi rebutan di bursa dan<br />

dijuluki Bakrie Seven. Saham Bumi Resources,<br />

misalnya, sempat disebut “saham sejuta umat”<br />

karena banyaknya investor Bursa Efek Indonesia<br />

yang memegangnya.<br />

Tapi, setelah 2009, keadaan berbalik. PT Bakrie<br />

& Brothers mengalami kesulitan, terutama<br />

karena terjerat utang yang bertumpuk dan seringnya<br />

menggunakan sistem gali lubang tutup<br />

lubang.<br />

Grup Bakrie kadang keteteran membayar<br />

utang. Berita terakhir, salah satu anak usaha andalan<br />

mereka, Bumi Resources, gagal melunasi<br />

surat utang yang jatuh tempo pada 5 Agustus<br />

sebesar US$ 375 juta (sekitar Rp 4,4 triliun).<br />

Akhirnya, Jumat, 22 Agustus lalu, Bumi Resources<br />

menyatakan mendapat kesepakatan<br />

dengan para pemegang obligasi untuk mengundurkan<br />

jatuh tempo pada 2018. “Ini dilakukan<br />

untuk menurunkan beban utang,” kata Presiden<br />

Direktur Bumi Resources Ari Hudaya dalam<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Aburizal Bakrie<br />

ANTARA FOTO/Andika Wahyu<br />

pernyataan kepada Bursa Efek Indonesia.<br />

Utang paling mencolok adalah kepada Credit<br />

Suisse cabang Singapura. Laporan-laporan<br />

keuangan dan tahunan Bakrie menyebutkan<br />

kreditor ini sekarang memegang 21,6 persen<br />

saham Bakrie & Brothers sebagai agunan.<br />

Awal utang Bakrie & Brothers (dan perusahaan<br />

Bakrie lain, yakni Long Haul) kepada<br />

Credit Suisse terjadi pada 2010 sebesar US$<br />

240 juta (sekitar Rp 2,3 triliun) dan tahun berikutnya<br />

ditambah menjadi US$ 597 juta (sekitar<br />

Rp 6 triliun). Tujuan berutang Untuk menutup<br />

utang-utang yang lain.<br />

Pada akhir 2013, kredit ke Credit Suisse<br />

tinggal Rp 2,4 triliun. Tapi, dalam laporan keuangan<br />

kuartal pertama 2014, Bakrie menyatakan<br />

utang kepada Credit Suisse di bawah Rp<br />

1 triliun karena sebagian dilunasi pada Maret.<br />

Dana pelunasan itu didapatkan<br />

dari pinjaman<br />

kepada perusahaan<br />

lain lagi, yakni Conic<br />

Investments Ltd.<br />

Cara lain mengatasi<br />

utang, selain<br />

gali lubang tutup lubang, adalah melepas anak<br />

usaha. Saat utang kepada Credit Suisse jatuh<br />

tempo pada Oktober 2011, Bakrie membayarnya<br />

dengan menjual separuh saham Bumi Plc<br />

kepada Samin Tan seharga US$ 1 miliar (Rp 10<br />

triliun), meski kemudian pada awal 2012 Bakrie<br />

& Brothers berutang lagi kepada Credit Suisse<br />

sebesar US$ 193,9 juta (sekitar Rp 2 triliun).<br />

Langkah lain adalah menjual aset besar,<br />

seperti jalan tol. Dari enam ruas yang dimiliki,<br />

tinggal ruas tol Cimanggis-Cibitung yang masih<br />

dipunyai Bakrie. Sisanya, termasuk ruas Kanci-<br />

Pejagan yang sudah beroperasi, dilego kepada<br />

Hary Tanoesoedibjo. Bahkan lahan untuk kawasan<br />

wisata di Lido, Jawa Barat, masuk paket<br />

yang dilepas kepada bos Grup MNC ini.<br />

Dari penjualan jalan tol pada akhir 2012 itu,<br />

Grup Bakrie mendapatkan Rp 2,1 triliun. Direktur<br />

Utama Bakrieland Ambono Janurianto saat<br />

itu mengatakan seluruh hasil penjualan akan<br />

dipakai untuk membayar utang, baik utang dari<br />

proyek tol ini sendiri maupun utang sindikasi.<br />

Penjualan saham bernilai triliun rupiah itu di<br />

luar sejumlah pelepasan sebagian atau seluruh<br />

saham anak usahanya, yang nilainya puluhan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Jalan Tol Kanci-Pejagan milik<br />

Bakrie<br />

dok. detikfinance<br />

atau ratusan miliar rupiah. Pelepasan saham<br />

seperti ini terjadi saat Bakrie International<br />

Energy menjual saham di Bakrie Petroleum<br />

International Pte Ltd kepada Altex Investment<br />

sebanyak 10 persen pada 2012.<br />

Demikian pula saat Bakrie & Brothers menjual<br />

seluruh saham PT Jibuhin Bakrie Indonesia<br />

kepada Jidosha Buhin Kogyo Co Ltd. Mereka<br />

juga tidak lagi menjadi pemegang saham mayoritas<br />

di Bakrie Telecom setelah pada akhir 2011<br />

melepas sebagian saham ke Mount Charlotte<br />

Holding Ltd.<br />

Nasib sama dialami Bakrie Sumatera Plantations.<br />

Bakrie menjual sebagian saham kepada<br />

Piper Price and Company Ltd, sehingga sahamnya<br />

tinggal 29,8 persen. Bakrie tidak lagi memasukkannya<br />

dalam laporan konsolidasi, tapi<br />

masuk daftar saham yang tersedia untuk dijual.<br />

n Nur Khoiri<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Ketua DPP Golkar Mahyudin:<br />

Masih Banyak<br />

yang Akan<br />

Dipecat<br />

“Mereka ngomong duluan, 'silakan<br />

pecat, aku rapopo.' Sekarang dipecat<br />

kok malah ribut.”<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Kalau mau<br />

menggugat Rp<br />

1 triliun silakan<br />

saja.<br />

dok. pribadi<br />

Partai Golkar kini gonjang-ganjing.<br />

Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal<br />

Bakrie ingin partainya tetap bersatu dalam<br />

Koalisi Merah Putih untuk berada di luar<br />

pemerintahan alias oposisi setelah Mahkamah Konstitusi<br />

menolak gugatan calon presiden dan calon<br />

wakil presiden yang mereka usung, Prabowo-Hatta.<br />

Dengan tetap solid dalam koalisi, posisi Ical akan<br />

aman. Golkar pun berpeluang besar memimpin<br />

parlemen. Namun misi Ical—panggilan akrab Aburizal—mendapat<br />

perlawanan.<br />

Ical pun memecati kader yang mendukung<br />

Jokowi-Jusuf Kalla dalam pemilu presiden 2014<br />

untuk mengamankan misinya. Tiga kader yang<br />

dipecat Ical, yakni Nusron Wahid, Agus Gumiwang<br />

Kartasasmita, dan Poempida Hidayatullah,<br />

justru menggugat Ketua Umum Golkar itu<br />

senilai Rp 1 triliun ke pengadilan.<br />

“Kalau mau menggugat Rp 1 triliun silakan<br />

saja,” ujar Ketua Bidang Organisasi DPP Partai<br />

Golkar Mahyudin. Mahyudin merupakan pendukung<br />

setia Ical. Namanya masuk dalam bursa<br />

ketua umum Golkar. Namun ia memastikan<br />

tidak akan maju menjadi calon tanpa restu Ical.<br />

Mahyudin memastikan, bukan hanya Nusron<br />

cs, tapi kader yang tidak loyal terhadap Ical juga<br />

akan ditendang dari partai beringin itu. “Masih<br />

banyak,” ujarnya.<br />

Berikut ini wawancara Bahtiar Rifai dengan<br />

Mahyudin.<br />

Golkar memecat tiga kader, Nusron<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Deklarasi koalisi permanen yang<br />

digagas oleh partai pengusung<br />

Prabowo-Hatta, termasuk Partai<br />

Golkar, di Jakarta, 14 Juli lalu.<br />

Hasan/detikcom<br />

Wahid, Agus Gumiwang, dan Poempida<br />

Hidayatullah, yang mendukung Jokowi-JK.<br />

Bagaimana prosedur pemecatan mereka<br />

Semua sudah sesuai mekanisme. Masalahnya<br />

di mana sekarang<br />

Apa alasan pemecatan tiga orang itu<br />

Alasan utamanya, mereka melawan keputusan<br />

rapimnas. Itu sudah pasti. Rapimnas<br />

memerintahkan supaya ARB (Aburizal Bakrie)<br />

menjadi presiden dan wakil presiden dan<br />

melakukan langkah koalisi. Kalau Anda beda<br />

pendapat, Anda boleh debat di rapimnas. Tapi,<br />

ketika sudah diputuskan pendapat di rapimnas,<br />

harus sama.<br />

Jadi, siapa yang mendukung lain, artinya<br />

itu melawan keputusan rapimnas. Nah, ARB<br />

memutuskan untuk mencanangkan Prabowo-<br />

Hatta, sedangkan mereka deklarasi mendukung<br />

Jokowi-JK, ya itu melanggar. Pernah tidak DPP<br />

mengancam yang mau ke sana (Jokowi-JK)<br />

mau dipecat Kan tak ada. Mereka ngomong<br />

duluan, "Silakan pecat, aku rapopo (tidak apaapa)."<br />

Sekarang dipecat kok malah ribut.<br />

Selain tiga orang itu, siapa lagi yang akan<br />

dipecat<br />

Semua itu kan tergantung kadarnya. DPP<br />

mempertimbangkan karena ada yang memang<br />

mendukung di sana tapi sifatnya tidak mengajak.<br />

Maksudnya mendukung secara pribadi<br />

tapi dia tidak deklarasi mendukung. Saya kira<br />

kalau yang itu kita juga mungkin (beri) sanksinya<br />

lebih ringan.<br />

Berapa orang yang seperti itu<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Ketua Umum Partai Golkar<br />

Aburizal Bakrie, didampingi<br />

Sekretaris Jenderal DPP Partai<br />

Golkar Idrus Marham (kiri) dan<br />

ketua panitia Rapimnas IV Golkar<br />

Mahyudin (kanan) di Jakarta,<br />

Oktober 2012.<br />

Wahyu Putro A./(FOTO ANTARA<br />

Banyak. Aku juga ndak hafal, tapi ada nama<br />

seperti Andi Sinulingga (jubir Poros Muda Golkar,<br />

pendukung Jokowi), kemudian ada banyak<br />

pengurus departemen yang saya kasih surat<br />

peringatan. Cuma memang tidak serempak karena<br />

ada yang kita pandang perlu harus segera<br />

dieksekusi, ada yang kita anggap tak terlalu<br />

urgen kalau memang sifatnya diam saja.<br />

Kami sih, kalau boleh, tidak mau memecat siapa<br />

pun. Kalau Golkar memecat orang, Golkar<br />

yang rugi. Tapi, kalau mengganggu dan menimbulkan<br />

kerusakan di Golkar, mau tak mau harus<br />

dieksekusi.<br />

Nusron, Poempida, dan Agus Gumiwang<br />

menyatakan pemecatan cacat dan akan<br />

menggugat Rp 1 triliun. Bagaimana tanggapannya<br />

Pokoknya mekanismenya sudah benar. Kalau<br />

salah, sila kan diuji secara hukum. Kita kemarin<br />

memberikan waktu 60 hari untuk ke mahkamah<br />

partai, mereka tak gunakan, ya sudah<br />

kita ajukan ke KPU untuk penggantian. Kalau<br />

mereka keberatan, silakan digugat. Kalau mau<br />

menggugat Rp 1 triliun silakan saja.<br />

Kalau kamu dengar pendapat mereka dan<br />

tanya ke saya, ya pasti berbeda. Katanya rapatnya<br />

tidak sah dan macam-macam. Sekarang uji<br />

saja secara hukum. Repot amat.<br />

Jadi saya dalam kapasitas tidak mau berdebat<br />

dengan mereka. Pokoknya DPP sudah memberikan<br />

sanksi, kalau keberatan, diproses, mau ke<br />

TUN mau PTUN terserah. Nah, di situ baru kita<br />

uji kebenarannya. Kalau DPP kalah kita kembalikan,<br />

kalau DPP menang, ya selamat tinggal.<br />

Apakah Anda jadi mencalonkan diri se-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Tak bisa pukul<br />

rata semuanya<br />

hari ini. Saya<br />

kan bukan jin.<br />

Hasan/detikcom<br />

bagai ketua umum<br />

Saya jujur, sampai hari ini belum deklarasi,<br />

tidak seperti yang lain-lain. Saya rasa, saya<br />

bagian anak buah ARB pada hari ini. Tidak<br />

etis sekarang kalau bilang mau maju (menjadi)<br />

ketum. AD/ART kita tidak melarang orang dua<br />

kali jadi ketum. Nah, kalau ARB maju, saya pasti<br />

tidak mau bersaing dengan ARB. Kalau dia clear<br />

tidak maju lagi, saya pasti maju. Saya menjaga<br />

kepercayaan yang ketua umum berikan kepada<br />

saya. Saya tidak mau menyalip di tikungan.<br />

Soal pemecatan Ketua DPD Golkar Sulawesi<br />

Barat yang juga Gubernur Sulawesi<br />

Barat (Adnan Anwar Saleh), pelanggarannya<br />

seperti apa<br />

Dia kasusnya berbeda-beda. Sulbar itu kita<br />

memberhentikan dari kepengurusan, bukan<br />

dari keanggotaan. Dia diberhentikan dari DPD<br />

Golkar Sulawesi Barat.<br />

Bukan karena mendukung JK<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Tiga politikus yang dipecat<br />

Partai Golkar karena<br />

mendukung Jokowi-JK, yaitu<br />

(dari kiri ke kanan) Nusron<br />

Wahid, Agus Gumiwang, dan<br />

Poempida Hidayatullah, saat<br />

menggelar konferensi pers di<br />

Jakarta, Rabu (20/8).<br />

lamhot aritonang/detikcom<br />

Karena kita juga melihat beberapa kali<br />

hadir di tim sana. Kalau Ketua DPD Golkar<br />

Kota Tarakan memang mendeklarasikan<br />

dukung JK. Jadi, sekarang Tarakan itu sudah<br />

diberhentikan dari jabatan Ketua DPD II Golkar<br />

Tarakan. Sekarang lagi diajukan proses,<br />

nunggu dirapatkan, diajukan pemberhentian<br />

dari Partai Golkar.<br />

Apakah masih banyak yang akan dipecat<br />

Masih. Ya, dalam waktu dekat yang lain-lain<br />

itu akan kita reshuffle. Itu yang orang DPP. Tapi<br />

masih dalam proses. Ical nunggu, mungkin keluar<br />

SK reshuffle. Ada beberapa nama, seperti<br />

IJP (Indra J. Piliang), Yorrys (Yorrys Raweyai),<br />

itu yang akan kita reshuffle dari DPP. Itu masih<br />

dalam progress.<br />

Jadi tak bisa pukul rata semuanya hari ini. Saya<br />

kan bukan jin juga, jadi pasti saya akan proses.<br />

Tapi semuanya berdasarkan kemampuan kita.<br />

Kalau ngurusin mecat orang pusing juga. Tak<br />

ada untungnya, tapi dimusuhi orang.<br />

Kalau perbedaan soal munas dipercepat<br />

atau tetap 2015, apakah dikategorikan sebagai<br />

pelanggaran<br />

Kalau dorongan munas bukan pelanggaran,<br />

itu hak semua orang untuk mengusulkan.<br />

Itu aspirasi. Kecuali kalau mereka melakukan,<br />

misalnya, kegiatan mengadakan rapat yang<br />

di luar organisasi untuk mendorong, itu bisa<br />

dikatakan salah. ■<br />

BAHTIAR riFAI<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Kolom<br />

Dilema APBN 2015<br />

Adanya gugatan di Mahkamah Konstitusi membuat<br />

program-program Jokowi-JK belum dapat<br />

terakomodasi dalam RAPBN 2015.<br />

Oleh: Arif Budimanta<br />

Biodata<br />

Nama:<br />

Arif Budimanta (Direktur Megawati<br />

Institute)<br />

Tempat/tanggal lahir:<br />

Medan, 15 Maret 1968<br />

Pendidikan:<br />

Untuk terakhir kalinya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan<br />

nota keuangan dan pengantar Rancangan Undang-<br />

Undang Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara<br />

tahun 2015 pada 15 Agustus lalu. Bersama Dewan Perwakilan Rakyat,<br />

pemerintah saat ini juga masih membahas RAPBN yang akan disahkan<br />

oleh DPR periode berikutnya bersama pemerintahan baru mulai 20 Oktober<br />

nanti.<br />

APBN 2015 ini mungkin akan dibahas oleh pemerintah dan DPR dengan<br />

dua periodisasi yang berbeda. Pengajuan serta pembahasan dan persatuan<br />

APBN 2015 dikerjakan oleh pemerintah dan DPR periode 2009-2014.<br />

Kemudian, apabila APBNP diajukan, akan dibahas DPR periode 2014-2019.<br />

Dua lembaga ini, meskipun bentuknya sama, diisi oleh orang-orang yang<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Kolom<br />

9 Program Nyata<br />

Pertama, program meningkatkan profesionalisme PNS dan menaikkan<br />

gaji serta kesejahteraan TNI-Polri selama 5 tahun, serta penuntasan program<br />

perbaikan remunerasi PNS. Program ini akan menghasilkan birokrasi<br />

dan tentara yang lebih produktif dan andal. Untuk menghela program ini,<br />

diperlukan tambahan anggaran sedikitnya Rp 20 triliun per tahun.<br />

Kedua, menyejahterakan desa dengan mengalokasikan dana desa sebagai<br />

implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Setiap<br />

desa rata-rata memperoleh dana dalam bentuk program bantuan khusus<br />

sebesar 10 persen dari dan di luar dana transfer daerah. Dengan mengacu<br />

pada APBN 2014, dana yang dibutuhkan untuk dialokasikan ke 79.702 desa<br />

di seluruh Indonesia kurang-lebih Rp 59 triliun.<br />

Ketiga, meningkatkan anggaran penanggulangan kemiskinan, termasuk<br />

pemberian subsidi langsung senilai Rp 1 juta per bulan untuk keluarga prasen<br />

S-3 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu<br />

Politik Universitas Indonesia<br />

n S-2 Ilmu Lingkungan Universitas<br />

Indonesia<br />

n S-1 Ilmu Tanah Institut Pertanian<br />

Bogor<br />

Karier:<br />

n Direktur Megawati Institute<br />

n Anggota DPR RI Komisi IX, 2009-<br />

2014<br />

n Direktur Eksekutif Indonesia Center<br />

for Sustainable Development<br />

n Pengajar di Sekolah Bisnis dan<br />

Manajemen ITB dan Program Pascasarjana<br />

UI<br />

Karya:<br />

n Indonesia Masa Kini dan Masa<br />

Depan dalam Membangun Kemandirian<br />

Indonesia, 1994<br />

n Community Development di Industri<br />

Pertambangan dalam Akses<br />

Peran Serta Masyarakat, 2003<br />

n Pedoman Pengembangan Masyarakat<br />

di Industri dan Sumber Daya<br />

berbeda. Dari sinilah dilema bermula.<br />

Sebab, meski Presiden Yudhoyono menegaskan akan membentuk tim<br />

transisi pemerintahan untuk menjembatani transisi pemerintahan, begitu<br />

juga dengan calon presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla<br />

(JK)—yang telah membentuk Rumah Transisi dengan maksud yang sama—<br />

sayangnya, hingga nota keuangan dibacakan, belum sekali pun tim transisi<br />

ini bertemu karena masih ada gugatan di Mahkamah Konstitusi.<br />

Akibatnya, program-program perbaikan kesejahteraan rakyat yang telah<br />

disampaikan calon presiden Jokowi-JK belum dapat terakomodasi dalam<br />

RAPBN 2015. Sebanyak 9 program unggulan, yang menjadi magnet bagi<br />

rakyat untuk memilih Jokowi-JK, justru tidak masuk RAPBN.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Kolom<br />

Mineral, 2004<br />

n Corporate Social Responsibility:<br />

Jawaban bagi Model Pembangunan<br />

di Indonesia Masa Kini, 2004.<br />

jahtera sepanjang pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen. Keempat, program<br />

kepemilikan lahan pertanian untuk 4,5 juta keluarga petani demi mencapai<br />

kedaulatan pangan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga petani. Bersama<br />

program ini juga dilakukan pembangunan dan perbaikan irigasi untuk 3<br />

juta hektare sawah, pembangunan 25 bendungan, serta pembukaan 1 juta<br />

hektare lahan pertanian di luar Jawa.<br />

Kelima, perbaikan 5.000 pasar tradisional, termasuk di dalamnya pembangunan<br />

pusat pelelangan, penyimpanan, dan pengolahan ikan. Program ini<br />

untuk membangkitkan ekonomi rakyat dan ekonomi pesisir.<br />

Keenam, menurunkan tingkat pengangguran. Pemerintah bertekad men-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Kolom<br />

ciptakan 10 juta lapangan kerja baru selama 5 tahun. Caranya dengan memberdayakan<br />

UMKM dan koperasi. Juga mempromosikan industri kreatif dan<br />

digital. Upaya ini diharapkan mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi.<br />

Ketujuh, penyediaan layanan kesehatan gratis yang mencakup rawat jalan<br />

dan rawat inap, termasuk peningkatan fasilitas 6.000 puskesmas serta penyediaan<br />

air bersih. Pemerintah akan menambah alokasi iuran BPJS kepada<br />

penduduk yang tidak mampu.<br />

Kedelapan, meningkatkan mutu pendidikan demi meningkatkan kesejahteraan<br />

guru, termasuk guru-guru pesantren. Kesembilan, mewujudkan pendidikan<br />

bagi seluruh warga negara melalui Kartu Indonesia Pintar. Program<br />

ini akan menyediakan fasilitas pendidikan yang bermutu dengan target menyelesaikan<br />

wajib belajar 12 tahun. Selain itu, menaikkan anggaran bantuan<br />

operasional sekolah (BOS) dan menambah alokasi bantuan siswa miskin,<br />

termasuk meningkatkan sarana dan prasarana sekolah.<br />

Tax Ratio<br />

Seluruh program yang hendak dijalankan pemerintahan baru itu, setelah<br />

dihitung jumlahnya, mencapai Rp 380,2 triliun, dan belumlah tercakup dalam<br />

RAPBN 2015. Tentu saja tidak semua program di atas sama sekali baru.<br />

Beberapa program telah dilaksanakan pemerintahan Presiden Yudhoyono.<br />

Tinggal mengoptimalkan dan memperkuat, sehingga hasilnya dirasakan<br />

rakyat. Program-program seperti peningkatan kesejahteraan pegawai negeri<br />

dan TNI, perbaikan pasar tradisional, ataupun penyediaan BOS telah ada<br />

dalam APBN 2014.<br />

Untuk memasukkan 9 program nyata ke dalam RAPBN 2015, tentu di-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Kolom<br />

perlukan sinkronisasi dan restrukturisasi anggaran. Proses ini pastilah tidak<br />

mudah. Tarik-ulur anggaran akan terjadi pada kementerian dan satuan-satuan<br />

kerja tertentu. Ada pos-pos yang harus dihemat. Di sisi lain, ada juga yang<br />

anggarannya ditambah.<br />

Masalah yang sudah terlihat di depan mata saat ini adalah terbatasnya<br />

penerimaan negara. Saat ini saja pemerintah mengalami kesulitan untuk<br />

membangun dan menambah infrastruktur nasional, apalagi bila ditambah<br />

dengan program-program baru. Karena itu, harus ada upaya keras untuk<br />

menaikkan tax ratio. Pemerintah menargetkan peningkatan tax ratio sebesar<br />

13,6 persen selama 5 tahun. Dengan cara ini, akan diperoleh tambahan penerimaan<br />

negara.<br />

Selain itu, rasionalisasi dan penghematan harus dilakukan. Anggaran subsidi<br />

yang besar seharusnya dipangkas, sehingga anggaran pembangunan untuk<br />

peningkatan kesejahteraan rakyat dapat dicapai. Subsidi harus diarahkan<br />

agar mampu meningkatkan produktivitas dan daya saing.<br />

Semua ini tentunya memerlukan komunikasi yang baik. Karena itu, sejak<br />

dini harus dijalin komunikasi yang baik antara tim presiden terpilih dan pemerintahan<br />

saat ini. Hubungan dengan para teknokrat dan birokrasi menjadi<br />

kunci. Demikian pula dengan parlemen yang akan membahas dan menyetujui<br />

anggaran negara. Tidak kalah penting adalah para relawan, yang diharapkan<br />

dapat mengawal program-program tersebut sehingga dapat diinternalisasi<br />

dalam APBN 2015. Harapannya, rakyat tidak perlu lama menunggu 9 program<br />

nyata tersebut hadir di tengah kehidupan rakyat. n<br />

Majalah Majalah detik 25 detik - 3125 agustus - 31 agustus 2014 2014


kesehatan<br />

Olahraga<br />

Singkat,<br />

Hasil Cepat<br />

Ini bisa menjadi jalan keluar buat yang tak<br />

punya banyak waktu untuk berolahraga tapi<br />

ingin memiliki tubuh sehat dan atletis. aman<br />

enggak, ya<br />

foto-foto: thinkstock<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kesehatan<br />

20fit.com<br />

Banyak kerjaan. Enggak sempat.<br />

Dua alasan inilah yang kerap digunakan<br />

orang-orang di kota besar tidak<br />

berolahraga. Padahal alasan sebenarnya<br />

cuma satu: malas!<br />

Tapi, bagaimana jika olahraga cukup hanya<br />

dengan 20 menit Apakah masih juga bilang<br />

tak punya waktu Itu cuma sepersekian waktu<br />

dari 24 jam, lo.<br />

Tak cuma singkat, olahraga yang sekarang<br />

lagi jadi tren di kalangan sosialita dan selebritas<br />

ini juga diklaim efektif membentuk otot tubuh.<br />

Bisa bikin langsing juga tentu saja.<br />

Teknologi baru ini dinamakan electrical muscle<br />

stimulation (EMS) atau stimulasi elektrik otot.<br />

Ya, seperti namanya, metode ini menggunakan<br />

bantuan listrik.<br />

Aliran listrik dimanfaatkan untuk menstimulasi<br />

otot agar lebih kencang, kuat, dan terbentuk<br />

lebih sempurna. Metode sebenarnya sama<br />

seperti menggunakan berbagai peralatan di<br />

gym.<br />

Namun, dengan metode ini, orang-orang tidak<br />

lagi menggunakan peralatan berat, seperti<br />

shoulder press, treadmill, maupun barbel dengan<br />

berat puluhan kilogram.<br />

Alat-alat berat itu digantikan dengan seperangkat<br />

baju yang terdiri atas body suit hitam,<br />

vest dengan kabel penghantar listrik, serta strap<br />

pada bokong, lengan, dan kaki.<br />

Nah, baju khusus itu kemudian dihubungkan<br />

dengan alat khusus yang berguna untuk mengatur<br />

tingkat resistansi dan tekanan pada otot.<br />

Aliran elektro akan tercipta begitu alat dinyala-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kesehatan<br />

menimbulkan rasa sakit.<br />

thinkstock<br />

kan.<br />

Tak usah takut kesetrum karena Anda akan<br />

mengenakan rompi khusus yang dirancang<br />

untuk mengalirkan listrik maksimal tapi tak<br />

Fisioterapi<br />

Sebelum populer untuk alat olahraga, teknologi<br />

EMS sebenarnya telah lama digunakan.<br />

Namun dulu metode ini dipakai untuk terapi<br />

pemulihan kesehatan.<br />

“Dalam fisioterapi memang alat ini sudah<br />

digunakan, sudah lama dipakai,” ujar ahli kesehatan<br />

olahraga Michael Triangto, SpKO.<br />

Pasien yang menggunakan teknologi EMS<br />

adalah mereka yang baru saja mengalami stroke,<br />

pascacedera, dan setelah operasi. EMS juga<br />

digunakan untuk terapi sakit punggung dan<br />

masalah persendian.<br />

Kemudian, teknologi EMS dimodifikasi untuk<br />

keperluan kecantikan. Biasanya EMS digunakan<br />

untuk menghilangkan selulit dan menghancurkan<br />

lemak berlebih.<br />

Karena itu, EMS biasa ada di pusat-pusat kecantikan<br />

dan tempat pelangsingan tubuh. Dan<br />

kini EMS berkembang menjadi alat fitness dan<br />

untuk membentuk otot tubuh.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kesehatan<br />

wolipop.detik.com<br />

Waktu yang relatif singkat dengan hasil<br />

maksimal membuat EMS cepat populer. Hanya<br />

dengan latihan 20 menit, hasilnya sama dengan<br />

2 jam berolahraga di gym konvensional.<br />

Di Indonesia baru ada satu gym yang menyediakan<br />

latihan metode EMS de ngan alat<br />

Mihabodytech, yaitu 20 Fit, yang baru saja<br />

dibuka oleh penyanyi Andinie Aisyah Haryadi<br />

atau Andien.<br />

Andien mengaku pertama kali mengenal<br />

EMS dari mantan vokalis Samsons, Bambang<br />

Reguna Bukit atau yang akrab disapa Bams.<br />

Meski sempat ragu, An dien pun mencobanya.<br />

“Tadinya skeptis berat. Terus Bams bilang,<br />

‘Gua juga tadinya skeptis kayak lo. Cuma,<br />

pasti orang-orang yang awalnya skeptis akan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kesehatan<br />

thinkstock<br />

berbalik, lo cobain saja,’” ujar<br />

Andien.<br />

Baru lima menit latihan,<br />

Andien mengaku sudah<br />

ngos-ngosan. Keringatan<br />

habis. “Pas 20 menit aku<br />

ngerasa masih bisa lagi,<br />

tapi itu sudah cukup,”<br />

cerita Andien.<br />

Selebritas lain<br />

yang juga sedang<br />

keranjingan EMS<br />

adalah Krisdayanti.<br />

Diva yang belum<br />

lama melahirkan<br />

itu bahkan mengunggah<br />

foto<br />

dengan “baju”.<br />

“Starting fat<br />

burn with miha<br />

body tec,” begitu<br />

tulis penyanyi<br />

yang akrab<br />

disapa KD ini untuk caption fotonya.<br />

Butuh Olahraga Konvensional<br />

Beberapa selebritas mungkin menganggap<br />

EMS bisa membuat tubuh lebih cepat ramping.<br />

Namun Michael beranggapan EMS tidak akan<br />

seefektif dengan olahraga di gym konvensional.<br />

Menurut dia, EMS tidak bisa menggantikan<br />

olahraga konvensional. Untuk mendapatkan<br />

hasil optimal, tubuh harus dapat bergerak sendiri,<br />

tidak dibantu oleh listrik.<br />

“Esensi olahraga itu kan otot dan tulang. Kalau<br />

hanya otot yang dirangsang, pasti enggak<br />

akan sama dengan olahraga konvensional yang<br />

juga merangsang tulang,” ujar Michael.<br />

Hal itu juga diakui Andien. Latihan EMS, ujarnya,<br />

bisa dijadikan pelengkap dan penyempurna<br />

aktivitas fisik lainnya.<br />

“Aku sendiri enggak menganggap ini adalah<br />

olahraga substitusi. Tapi latihan ini meningkatkan<br />

kemampuan kita di olahraga yang lain,”<br />

ujar pelantun Gemintang ini. Hmm, berminat<br />

mencoba n MELISA maILOA | ken yunITA<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


wisata<br />

Permata Tersembunyi<br />

foto-foto: detiktravel<br />

di Pulau Napabale<br />

Di balik bukit rimbun nan kokoh, pancaran cahaya<br />

matahari memantulkan sinar hijau yang lembut. Tubuh<br />

ini seolah-olah tenggelam ke dalam keindahannya.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


wisata<br />

Wow. Wow. Dan wow! Mungkin<br />

itu satu-satunya kata yang<br />

akan keluar dari mulut Anda<br />

saat menyaksikan Danau<br />

Napabale untuk pertama kalinya. Ternyata ada<br />

tempat secantik ini di Indonesia.<br />

kendari<br />

raha<br />

bau-bau<br />

raha<br />

bau-bau<br />

Destinasi wisata di Provinsi Sulawesi Tenggara<br />

ini bukan danau biasa. Kebanyakan danau<br />

yang kita jumpai berair tawar, sedangkan danau<br />

yang satu ini menawarkan fenomena berbeda.<br />

Danau cantik ini diisi oleh air laut yang terjebak<br />

cincin karang dan kemudian membentuk<br />

cawan. Dan voila! Jadilah danau unik nan indah<br />

ini.<br />

Danau Napabale terletak di kaki bukit Desa<br />

Lohia, Kabupaten Muna, sekitar 15 kilometer ke<br />

arah selatan dari Kota Raha. Dari Kota Kendari,<br />

Kota Raha bisa dijangkau dalam waktu tiga jam<br />

dengan kapal cepat.<br />

Jika Anda berangkat dari Bau-Bau, perjalanan<br />

Anda bakal lebih singkat. Hanya butuh sekitar<br />

dua jam perjalanan di atas air. Silakan pilih mana<br />

yang disukai.<br />

Setelah tiba di Raha, perjalanan menuju Danau<br />

Napabale bisa dilanjutkan dengan angkutan<br />

umum atau ojek kurang-lebih 30 menit. Tak<br />

usah khawatir, jalanan di sana lumayan mulus.<br />

Seperti kebanyakan tempat cantik di Indonesia<br />

lainnya, fasilitas di Danau Napabale belum<br />

lengkap. Anda tak akan menemukan hotel atau<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


wisata<br />

penginapan di sini.<br />

Jadi, jika Anda ingin bermalam atau menginap,<br />

bawalah perlengkapan tidur, seperti tenda, tas<br />

tidur, jaket, serta perlengkapan masak sendiri.<br />

Untuk menikmati danau, sewalah sampan<br />

nelayan. Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam.<br />

Cukup Rp 50 ribu, Anda sudah bisa menyewa<br />

sebuah sampan lengkap dengan “driver”-nya.<br />

Perpaduan air berwarna hijau dengan perbukitan<br />

dan tebing tinggi di sekeliling danau<br />

membuat pemandangan di sini benar-benar<br />

memukau. Tak kalah dari Raja Ampat atau Phi<br />

Phi Island.<br />

Dari kejauhan, Anda dapat menyaksikan tiga<br />

karang besar penuh tumbuhan liar. Bentuknya<br />

mirip tuba falopi. Tempat ini menjadi rumah<br />

bagi jutaan spesies ikan laut yang hidup di Selat<br />

Buton.<br />

Nikmati indahnya hamparan pepohonan hijau<br />

yang menyejukkan. Satu lagi, jangan lewatkan<br />

lambaian cantik anggrek batu di sepanjang<br />

dinding danau. Luar biasa!<br />

Dari atas sampan pun kita bisa melihat langsung<br />

keindahan berbagai macam jenis ikan laut<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


wisata<br />

dan terumbu karang beserta tanaman bawah laut yang amat memukau.<br />

Sungguh tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Ada beberapa<br />

orang yang sedang berenang sambil menjelajahi keindahan dari setiap<br />

sudut Danau Napabale.<br />

Jika Anda punya hobi menyelam, Danau Napabale merupakan salah<br />

satu tempat tujuan yang sangat tepat. Aktivitas ini juga tidak kalah<br />

mengasyikkan.<br />

Anda juga akan disuguhi pemandangan terowongan alam sepanjang<br />

30 meter dan lebar 9 meter. Lewat terowongan inilah air laut yang<br />

terhubung dengan Selat Buton mengalir.<br />

Jika air sedang surut, wisata wan dapat menyusuri terowongan tersebut.<br />

Anda juga bisa berjalan kaki sekitar 20 meter melewati batu-batu<br />

karang.<br />

Terowongan ini juga memiliki peranan penting bagi para nelayan.<br />

Mereka sering melewatinya sebagai jalur ketika akan berangkat atau<br />

pulang dari laut.<br />

Di ujung terowongan, Anda akan menjumpai pantai berpasir putih.<br />

Di pantai tersebut para wisatawan dapat bersantai, bermain ombak,<br />

atau berjemur di tepi pantai.<br />

Sebagai penutup dari rangkaian perjalanan Anda di Danau Napabale,<br />

jangan lupa menyaksikan sunset dari tepi pantai. Langit yang<br />

merona merah seakan mengantar para nelayan yang mulai turun ke<br />

laut. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kuliner<br />

Sensasi<br />

Cita Rasa<br />

Ornamen<br />

dan dekorasi khas India<br />

sungguh membuat acara<br />

makan saya siang itu<br />

terasa lebih istimewa.<br />

Serasa makan langsung<br />

ke negeri asalnya.<br />

Bollywood<br />

foto-foto: Grandyos/detikcom<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kuliner<br />

Mutton<br />

Rogan Josh<br />

ilm, tarian, dan nyanyian menjadi<br />

tiga hal yang identik dengan India.<br />

Tapi, bagaimana dengan masakannya<br />

Apakah semenarik dan<br />

semenggairahkan ketiganya<br />

Terus terang, saya belum pernah<br />

merasakan makanan India. Makanya,<br />

sewaktu saya diminta mengulas salah<br />

satu restoran khas India di Jakarta, saya<br />

begitu antusias.<br />

Restoran yang saya datangi kali ini bernama<br />

The Royal Kitchen. Letaknya di sebuah pusat<br />

belanja di kawasan elite Mega Kuningan, Jakarta,<br />

Bellagio Boutique Mall. Tepatnya di lantai<br />

dasar.<br />

Altar kecil berisi sesaji, dupa, dan patung<br />

Ganesha, dewa Hindu berkepala gajah, menyambut<br />

kedatangan saya siang itu. Dari situ<br />

saja saya sudah merasa tempat ini<br />

bakal unik.<br />

Altar kecil itu bukan<br />

sekadar pajangan,<br />

lo. Beberapa pengunjung,<br />

yang<br />

mungkin pemeluk<br />

Hindu, terlihat melakukan ritual di depannya.<br />

Mungkin berdoa sebelum makan, ya.<br />

Semakin ke dalam, interior restoran ini makin<br />

membuat saya kagum. Meski tidak terlalu luas,<br />

restoran ini memiliki suasana yang benar-benar<br />

“etnik” India.<br />

Ornamen dan lukisan India terpajang di sisi<br />

kanan dan kiri ruangan. Meja bertaplak kain<br />

berbordir sudah diset ala fine dining, lengkap<br />

dengan piring perak, sendok, garpu, pisau, dan<br />

serbet merah.<br />

Pencahayaan yang redup dan alunan instrumen<br />

musik yang mellow membuat suasana<br />

kian romantis. Menurut saya, tempat ini sangat<br />

cocok untuk candlelight dinner. Ehem.<br />

Meski menyajikan aneka masakan India,<br />

tempat ini menjadi favorit bukan hanya orangorang<br />

India. Banyak juga orang Indonesia yang<br />

asyik menikmati makan siang.<br />

Seorang pelayan pria berseragam hitam<br />

langsung mempersilakan saya dan teman saya<br />

menempati satu meja di pojokan. Ia membawa<br />

dua buku menu, satu menu minuman dan satu<br />

lagi makanan.<br />

Karena saya bingung, saya pun meminta<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kuliner<br />

Murg Dum<br />

Briyani<br />

Alhasil, saya<br />

memesan Murg<br />

Dum Briyani<br />

(Rp 79.500) dan<br />

Mutton Rogan<br />

Josh (Rp 89.500).<br />

pendapat si pelayan soal makanan yang paling<br />

favorit di sini. Alhasil, saya memesan Murg<br />

Dum Briyani (Rp 79.500) dan Mutton Rogan<br />

Josh (Rp 89.500).<br />

Sedangkan teman saya memesan Cheese<br />

Naan (Rp 32.500). Minuman yang katanya<br />

khas adalah Panna, minuman berasa mangga,<br />

dan Lassi dengan pilihan rasa manis. Masingmasing<br />

dibanderol Rp 29.500.<br />

Bagi Anda yang mau menyantap makanan<br />

India sampai puas, Anda bisa mencoba menu<br />

buffet alias all you can eat. Hidangan untuk<br />

buffet sudah tersedia di tengah-tengah restoran.<br />

Sambil menunggu pesanan, saya sempat<br />

bercakap-cakap dengan Deepak Malik, orang<br />

asli India sekaligus pemilik The Royal Kitchen.<br />

Deepak, yang belum lancar berbicara bahasa<br />

Indonesia, membagikan rahasia dari dapur restoran<br />

India yang dimilikinya. “Masakan di sini<br />

dimasak koki dari India,” ujarnya.<br />

Deepak juga mendatangkan bahan-bahan<br />

makanan dari negaranya karena ingin memberi<br />

cita rasa masakan India yang sesungguhnya.<br />

Jadi para tamu akan merasa seperti makan<br />

langsung di India.<br />

Tanpa menunggu lama, kedua minuman<br />

kami langsung dihidangkan di atas meja. Panna<br />

dihidangkan dalam gelas bening. Tampilannya<br />

sekilas mirip jus mangga, tetapi warnanya hijau.<br />

Minuman khas India ini terbuat dari mangga<br />

mentah atau mangga hijau tanpa dicampur<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kuliner<br />

bahan lain, termasuk gula. Jadi bisa dibayangkan<br />

rasanya yang sangat asam sekaligus nyentrik.<br />

Saking asam minuman ini, satu tegukan saja<br />

sudah bisa membuat mata saya merem-melek.<br />

Saya sih tak terlalu merekomendasikan minuman<br />

ini, ya. Asam banget!<br />

Nah, minuman kedua, Lassi, tampilannya<br />

mirip susu putih dengan busa di atas gelasnya.<br />

Minuman ini dibuat dari yoghurt dicampur<br />

rempah-rempah, seperti bubuk kayu manis,<br />

bubuk lada, dan bubuk pala.<br />

Rasa asam khas yoghurt cukup dominan dan<br />

terasa menyegarkan. Sedangkan penambahan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kuliner<br />

Panna<br />

rempah-rempah membuat Lassi menjadi lebih<br />

harum. Enak.<br />

Makanan yang pertama kali dihidangkan<br />

adalah Mutton Rogan Josh dan<br />

Cheese Naan. Dihidangkan dalam<br />

sebuah panci perak berukuran<br />

layaknya mangkuk bakso.<br />

Lassi<br />

Menu ini merupakan potongan daging kambing<br />

yang dimasak bersamaan dengan tomat<br />

dan bumbu khas India. Hasilnya, kuah kari<br />

kental berwarna cokelat-kemerahan.<br />

Rasanya gurih, asam, sekaligus pedas. Rasanya<br />

sekilas mengingatkan saya pada rendang.<br />

Bedanya, Mutton Rogan Josh mengandalkan<br />

sari daging kambing yang tidak amis sama<br />

sekali.<br />

Kuah karinya sangat enak, potongan daging<br />

kambingnya juga lembut dan cukup banyak.<br />

Teman saya tidak berhenti memuji menu yang<br />

satu ini. Empat jempol, katanya.<br />

Sedangkan Cheese Naan adalah menu<br />

pendamping dari Mutton Rogan Josh yang sangat<br />

pas. Di atas sebuah bakul perak beralaskan<br />

kertas putih, Cheese Naan terlihat begitu<br />

menggoda.<br />

Cheese Naan adalah roti khas India dengan<br />

tekstur yang crispy di luar tapi lembut di dalam.<br />

Ketika digigit, Cheese Naan agak sedikit kenyal<br />

dan di dalamnya terdapat keju parut yang<br />

meleleh.<br />

Jangan lupa mencocol kuah kari Mutton<br />

Rogan Josh dengan sobekan Cheese Naan.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kuliner<br />

Teman saya tidak<br />

berhenti memuji<br />

Muthon Rogan<br />

Josh. Empat<br />

jempol, katanya.<br />

Perpaduan dua menu ini dijamin akan membuat<br />

Anda lupa diri tak berhenti makan.<br />

Yang terakhir dan tak kalah enak adalah Murg<br />

Dum Briyani. Menu ini merupakan hidangan<br />

berupa nasi dari beras basmati yang bentuknya<br />

kurus memanjang.<br />

Penyajiannya di dalam pot tanah liat. Saat<br />

saya membuka tutupnya, semerbak aroma nasi<br />

dan ayam berbumbu jintan, cengkeh, dan kayu<br />

manis langsung mengundang rasa penasaran.<br />

Warna yang mencolok dari makanan ini<br />

adalah krem de ngan sedikit campuran oranye.<br />

Di atas nasinya ada satu potong telur rebus,<br />

sedangkan potongan ayam tanpa tulang tersembunyi<br />

di balik nasi.<br />

Saya lantas menyantap satu suap Murg Dum<br />

Briyani. Sensasinya luar biasa, rasa gurih di<br />

lidah bercampur aroma sedap rempah-rempah<br />

khas India sungguh menggugah selera makan.<br />

Mantap! n MELISA MAILOA | ken yunita<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Cilamaya<br />

Terganjal<br />

Pertamina<br />

Proyek Pelabuhan<br />

Cilamaya di ujung<br />

tanduk. Posisinya<br />

tumpang-tindih<br />

dengan blok minyak<br />

milik Pertamina.<br />

Keputusan akan<br />

diambil pemerintah<br />

baru nanti.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Pelabuhan Tanjung Priok<br />

Jakarta sudah terlalu<br />

sibuk dan kapasitasnya<br />

penuh. Hal inilah yang<br />

membuat pemerintah<br />

mempertimbangkan<br />

membuat pelabuhan baru di<br />

Cilamaya.<br />

anny Octavianus/antara<br />

KEMENTERIAN Koordinator Perekonomian<br />

pekan lalu menggelar<br />

rapat dua hari soal Masterplan Percepatan<br />

dan Perluasan Pembangunan<br />

Ekonomi Indonesia. Agendanya membahas<br />

proyek-proyek yang dibangun dalam program<br />

pembangunan itu. Tapi salah satu proyek terpenting—pelabuhan<br />

baru di Cilamaya, Karawang,<br />

Jawa Barat—tidak dibahas sama sekali. Padahal<br />

pelabuhan itu bisa jadi membuat kapasitas ekspor<br />

Indonesia bertambah sangat besar.<br />

Menteri Koordinator Perekonomian Chairul<br />

Tanjung memberi penjelasan sederhana mengapa<br />

proyek besar itu tidak dibicarakan. “Pembahasan<br />

soal lokasi Cilamaya kita tunda sampai<br />

pemerintahan baru,” katanya.<br />

Proyek Pelabuhan Cilamaya, yang bakal memiliki<br />

empat terminal peti kemas dan satu terminal<br />

ekspor mobil, memang mendapat ganjalan<br />

pelik. Lokasi pelabuhan itu berada di kawasan<br />

blok minyak dan gas yang produksinya terbesar<br />

keempat di Indonesia. Di sana bertebaran lebih<br />

dari 200 anjungan tambang lepas pantai dan<br />

lebih dari 300 sumur minyak dan gas.<br />

Pemegang kontrak bagi hasil di blok itu, PT<br />

Pertamina Hulu Energi, cemas nasib nahas tiba.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Jepang sangat<br />

berminat<br />

karena di situ<br />

banyak pabrik<br />

mereka.<br />

Direktur Jenderal Perhubungan<br />

Laut Bobby Mamahit<br />

grandyos zefna/detikcom<br />

Kekhawatiran itu antara lain pipa bakal terkena<br />

jangkar kapal-kapal yang bersandar di Cilamaya.<br />

“Harapan kami, pelabuhannya bisa digeser agar<br />

tidak menabrak wilayah kerja,” kata Sekretaris<br />

Perusahaan Pertamina Hulu Energi Wahidin<br />

Nurluzia.<br />

Pelabuhan itu awalnya digagas karena keterbatasan<br />

Pelabuhan Tanjung Priok. Sejumlah<br />

lokasi sempat dipertimbangkan, mulai Bojonegara<br />

dan Tangerang di Banten, Marunda<br />

dan Kalibaru Utara di Jakarta, sampai Ciasem<br />

di Jawa Barat sempat masuk perhitungan.<br />

Kemudian diputuskan di Cilamaya, Karawang,<br />

karena wilayah ini dipandang cukup cocok dan<br />

dekat dengan pusat industri yang tersebar dari<br />

Bekasi-Cikarang-Karawang.<br />

Salah satu pihak yang bersemangat dengan<br />

rencana pelabuhan itu adalah pemerintah<br />

Jepang. Persoalannya sederhana: banyak industri<br />

dari Jepang yang membuka pabrik di sekitar<br />

lokasi itu. Pabrik-pabrik mobil Jepang mengeluarkan<br />

uang puluhan triliun rupiah untuk mendirikan<br />

pabrik perakitan di Bekasi, Cikarang, atau<br />

sekitar Cikampek.<br />

Bahkan Badan Kerja Sama Internasional<br />

Jepang (JICA) pun menjadi konsultan saat Indonesia<br />

menggelar studi kelayakan. “Dari konsultan,<br />

JICA, memilih Cilamaya karena Jepang<br />

sangat berminat karena di situ banyak pabrik<br />

mereka,” ujar Direktur Jenderal Perhubungan<br />

Laut Bobby Mamahit.<br />

Hasil studi kelayakan pemerintah bersama<br />

JICA dilansir Desember 2013. Berdasarkan hasil<br />

kajian itu, Pelabuhan Cilamaya akan dibangun<br />

dalam dua tahap. Tahap pertama membangun<br />

dermaga sepanjang 3.530 meter dan fasilitasnya,<br />

dengan estimasi biaya US$ 2,39 miliar (Rp<br />

37,5 triliun). Setelah selesai, dilanjutkan membangun<br />

tahap kedua, yakni melipatgandakan terminal<br />

peti kemas dengan biaya US$ 1,06 miliar<br />

(Rp 18,8 triliun).<br />

Yang menjadi masalah, rute keluar-masuk<br />

kapal dari laut lepas ke pelabuhan—lewat jalur<br />

sepanjang sekitar 5 kilometer—itu tumpangtindih<br />

dengan sejumlah lokasi tambang minyak<br />

dan gas di Lapangan Arjuna. Pertamina menghendaki<br />

pelabuhan tidak dibangun di lokasi<br />

yang berdekatan dengan blok Offshore North<br />

West Java yang mereka kelola itu.<br />

Pemerintah berniat menggeser lokasi pela-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Menko Perekonomian Chairul<br />

Tanjung menyatakan akan<br />

menyerahkan keputusan<br />

soal Pelabuhan Cilamaya ke<br />

pemerintahan baru.<br />

Yudhi Mahatma/Antarafoto<br />

buhan sejauh 3 kilometer dari lokasi semula.<br />

Namun Pertamina tetap menolak karena di<br />

lokasi itu masih ada anjungan pengeboran dan<br />

jaringan pipa gas. Lokasi yang diusulkan Pertamina<br />

adalah Indramayu, karena ada lokasi yang<br />

bebas dari wilayah kerja eksplorasi migas.<br />

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan<br />

Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator<br />

Perekonomian Luky Eko Wuryanto<br />

mengatakan keberatan Pertamina ini datang<br />

belakangan. Dari studi awal pada sekitar 2010,<br />

pemerintah berkomunikasi dengan Pertamina.<br />

Tapi baru belakangan ini Pertamina menolak.<br />

“Saya tidak tahu apa maksud Pertamina (yang<br />

dulu tidak memprotes),” katanya. “Mungkin<br />

mereka pikir dulu kami tidak serius.”<br />

Ia mengatakan seluruh pantai utara Jawa Barat<br />

memiliki instalasi minyak dan gas di bawah lautnya.<br />

Jadi, kata dia, di bawah semua pelabuhan<br />

pantai utara Pulau Jawa, terdapat pipa-pipa minyak<br />

dan gas. Apalagi, katanya, “Untuk alur kapal<br />

masuk ke dermaga nanti akan dibuatkan ramburambu,<br />

jaraknya sekitar 2 kilometer dari platform<br />

atau pipa Pertamina.”<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Deretan anjungan minyak<br />

dan gas lepas pantai milik<br />

PT Pertamina Hulu Energi<br />

di lepas pantai Jawa Barat.<br />

Di kawasan ini, pemerintah<br />

berniat membangun<br />

Pelabuhan Cilamaya.<br />

dok pt Pertamina hulu energi<br />

Yang jelas, Kementerian Perhubungan akhirnya<br />

mengundang Pertamina dan Satuan Kerja<br />

Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan<br />

Gas untuk membahas hasil studi kelayakan<br />

itu. Akhirnya diputuskan menggelar studi kelayakan<br />

ulang, yang selesai Juni lalu. Hasilnya<br />

tetap merujuk Cilamaya sebagai lokasi pembangunan,<br />

tetapi dibarengi dengan melakukan<br />

tindakan preventif atau pencegahan agar tidak<br />

mengganggu wilayah kerja Pertamina.<br />

Masalah ini kemudian tidak lagi dibahas. Chairul<br />

Tanjung enggan memutuskan masalah lokasi<br />

pembangunan Pelabuhan Cilamaya karena<br />

sebentar lagi, 20 Oktober nanti, pemerintahan<br />

yang sekarang diganti. Dia mendapat informasi<br />

bahwa Joko Widodo, yang saat ini masih menjabat<br />

Gubernur DKI Jakarta, berniat membangun<br />

pelabuhan di tempat lain. “Makanya, daripada<br />

saya putuskan nanti bertentangan de ngan<br />

yang nanti diputuskan, mubazir, mending kita<br />

tunggu saja,” katanya. n HANS henriCUS B.S. aron, budi<br />

alimuddin<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Jakarta Bisa Gelap<br />

Pertamina cemas proyek Cilamaya bisa mengganggu<br />

ladang minyak dan gas mereka, yang produksinya<br />

terbesar keempat di Indonesia.<br />

Muhammad Adimaja /ANTARA<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Petugas PLN Distribusi<br />

Jakarta Raya dan Tangerang<br />

mengecek salah satu gardu<br />

listrik di Jakarta. Pasokan listrik<br />

Jakarta, yang sebagian berasal<br />

dari minyak blok Arjuna, bisa<br />

terganggu kalau pelabuhan<br />

Cilamaya dibangun.<br />

Rachman/Detikcom<br />

Di sepanjang garis lepas pantai Jawa<br />

Barat bertengger lebih dari 200<br />

anjungan minyak dan gas dengan<br />

produksi yang sangat tinggi. Dari<br />

anjungan-anjungan yang menyebar hampir<br />

rata di blok tambang Offshore North West<br />

Java (ONWJ) itu, pipa-pipa minyak dan gas<br />

dengan panjang total 1.600 kilometer dipasang<br />

centang-perenang di dasar laut.<br />

Sebagian produksi ladang Arjuna itu langsung<br />

dikirim ke kilang minyak di Balongan, Indramayu,<br />

sementara lainnya dikirim ke terminal di tengah<br />

laut. Ada pula gas yang dikirim langsung<br />

ke pembangkit listrik milik PLN di Muara Tawar<br />

dan Tanjung Priok.<br />

Jika pasokan dari ladang minyak Arjuna itu<br />

terhenti, Jakarta akan kekurangan setrum. Dan<br />

ini mungkin terjadi saat Pelabuhan Cilamaya<br />

mulai dibangun. “Jika Cilamaya jadi dibangun<br />

sesuai rencana semula, Jakarta mati lampu<br />

semua karena pasokan gas dari ONWJ akan<br />

terhenti,” ujar Kepala Divisi Gas dan BBM PLN<br />

Suryadi Mardjoeki.<br />

Urusan tambang minyak dan gas—termasuk<br />

efek berantai, seperti listrik—memang<br />

memusingkan karena bertabrakan dengan<br />

proyek Pelabuhan Cilamaya. Di blok minyak<br />

dan gas ONWJ yang dikelola anak perusahaan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Pemasukan untuk negara<br />

sekitar Rp 20 triliun per tahun<br />

dari sana.<br />

Pertamina, yakni PT Pertamina Hulu Energi,<br />

itu pelabuhan akan berdiri. Padahal di ladang<br />

Arjuna itu ada lebih dari 300 tambang dan 200<br />

anjungan lepas pantai.<br />

Energi yang dipompa dari sana mencapai<br />

40 ribu barel per hari dan gas mencapai 171<br />

MMSCFD alias ladang minyak dan gas Arjuna<br />

yang terbesar keempat di Indonesia. Pemasukan<br />

untuk negara sekitar Rp 20 triliun per tahun<br />

dari sana. Cadangannya diperkirakan masih<br />

bisa ditambang 20 sampai 25 tahun lagi.<br />

Minyak dari ladang itu dikirim untuk diolah<br />

di kilang Balikpapan dan Cilacap. Sedangkan<br />

gasnya, 62 persen (106 MMSCFD) dikirim ke<br />

PLN. Jumlah besar lain, 52 MMSCFD, ke pabrik<br />

PT Pupuk Kujang, dan sisanya, 14 MMSCFD, ke<br />

Balongan.<br />

Blok itu mulai digarap Pertamina sejak 1967,<br />

dan kontrak bagi hasilnya bakal kedaluwarsa<br />

tiga tahun lagi. Di luar Pertamina, yang memegang<br />

lebih dari separuh saham, juga ada<br />

China National Offshore Oil Corporation<br />

(CNOOC) dengan hampir 37 persen. Sisanya<br />

Salamander Energy dan Talisman Resources,<br />

masing-masing 5,03 persen. CNOOC keluar<br />

dan saham di blok itu diambil alih oleh PT<br />

Energi Mega Persada.<br />

Sekretaris Perusahaan Pertamina Hulu Energi<br />

Wahidin Nurluzia menjelaskan produksi minyak<br />

dan gas itu bakal terganggu jika pemerintah<br />

berkeras mendirikan pelabuhan laut di Cilamaya,<br />

Karawang.<br />

Penyebabnya sederhana: kapal yang hendak<br />

keluar-masuk pelabuhan bakal melewati<br />

jalur yang berdekatan dengan anjungan minyak<br />

dan gas. Kapal itu juga akan bergerak<br />

di atas pipa-pipa minyak atau gas. Pipa inilah<br />

yang menyalurkan energi ke PLN atau Pupuk<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Pekerja beraktivitas di salah<br />

satu anjungan milik PT<br />

Pertamina Hulu Energi di<br />

sekitar calon lokasi pelabuhan<br />

Cilamaya.<br />

Rosa Panggabean/ANTARA<br />

Kujang.<br />

Apabila pasokan gas berhenti, PLN mau<br />

tidak mau harus mengganti dengan bahan<br />

bakar lain, yaitu solar. Namun PLN keberatan<br />

memakai solar untuk bahan bakar pembangkit<br />

listrik karena tidak efisien dan harus membangun<br />

gudang penyimpanan, sedangkan di<br />

dua lokasi pembangkit listrik itu tidak ada<br />

lagi lahan sisa.<br />

Selain itu, untuk menggerakkan PLTGU<br />

Tanjung Priok dan Muara Tawar, dibutuhkan<br />

pasokan bahan bakar solar sebanyak 60 ribu<br />

kiloliter per hari. Jika dikonversi dalam rupiah,<br />

PLN harus merogoh kocek sekitar Rp 72<br />

miliar per hari untuk biaya bahan bakar. “Dari<br />

mana uang sebanyak itu untuk BBM” tanya<br />

Suryadi.<br />

Kegelisahan Pertamina ini belum beres<br />

sampai sekarang. Menteri Koordinator Perekonomian<br />

Chairul Tanjung pun enggan memutuskan<br />

proyek yang masuk dalam program<br />

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan<br />

Ekonomi Indonesia atau MP3EI itu dan<br />

menyerahkannya ke pemerintahan baru. n<br />

HANS HENRICUS B.S. aron, rista rama DHany (cilamaya)<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Bersiap jadi<br />

Miliarder<br />

Dadakan<br />

Pelabuhan Cilamaya dibangun untuk<br />

meringankan beban Tanjung Priok<br />

dan jalan tol Cikampek. Warga<br />

di lokasi siap digusur dan sudah<br />

kedatangan spekulan tanah.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Kesibukan di Pelabuhan<br />

Tanjung Priok, Jakarta.<br />

Kepadatan Tanjung Priok<br />

membuat pemerintah<br />

membuat pelabuhan baru.<br />

Agung/detikcom<br />

SARSAN sudah membayangkan hal<br />

yang indah-indah. Penduduk Kampung<br />

Kalen Kalong, Desa Sumber<br />

Jaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten<br />

Karawang, Jawa Barat, itu memiliki 8<br />

hektare tambak bandeng.<br />

Ia menyaksikan harga tanahnya melejit tinggi<br />

hanya dalam setahun. Tahun lalu, harga pasaran<br />

lahan tambak per hek tare hanya Rp 40 juta.<br />

Tapi dengan cepat harganya naik dan sekarang<br />

sudah ada spekulan yang menawar Rp 40 ribu<br />

per meter persegi. “Tambak saya ditawar Rp<br />

400 juta per hektare, tapi saya belum mau<br />

lepas,” ucapnya.<br />

Sarsan mendengar kampungnya bakal menjadi<br />

pelabuhan besar seperti Tanjung Priok.<br />

Harga tanah pasti bakal melejit lebih tinggi lagi<br />

saat pelabuhan itu—Pelabuhan Cilamaya—terealisasi.<br />

Ia cukup yakin pelabuhan bakal ada karena<br />

tahun lalu ada orang Jepang yang datang<br />

ke kampungnya. Kemudian, ada rombongan<br />

13 mobil yang meneliti sampel tanah. “Bahkan<br />

tambak di belakang rumah saya ini sudah digambar,<br />

katanya mau dijadikan jalan yang akan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Suasana pantai dan Desa<br />

Sumber Jaya, Kecamatan<br />

Tempuran, Kabupaten<br />

Karawang, Jawa Barat. Warga<br />

kampung ini mendengar<br />

wilayahnya bakal menjadi<br />

Pelabuhan Cilamaya.<br />

budi alimuddin/detikcom<br />

tembus sampai tol Cikampek,” tuturnya.<br />

Wilayah yang berjarak sekitar satu jam perjalanan<br />

mobil dari ruas tol Cikampek itu memang<br />

ditargetkan menjadi pelabuhan, meski sekarang<br />

terganjal dengan keberatan Pertamina. Pemerintah<br />

ingin membuat pelabuhan baru, karena<br />

beban Tanjung Priok sudah sangat berat.<br />

Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Perhubungan<br />

Laut Kementerian Perhubungan<br />

Bobby Mamahit mengatakan terbatasnya kapasitas<br />

pelabuhan dan padatnya jalur transportasi<br />

menjadi masalah. “Ini kan menimbulkan<br />

masalah baru, yaitu ekonomi biaya<br />

tinggi,” ucapnya.<br />

Pemerintah sempat menimbang-nimbang<br />

sejumlah wilayah untuk dijadikan pelabuhan.<br />

Nama yang muncul adalah Bojonegara dan Tangerang<br />

di Banten, Marunda di Jakarta, Taruma<br />

Jaya dan Muara Gembong di Bekasi, serta Cilamaya<br />

dan Ciasem di Karawang. “Cilamaya-lah<br />

yang paling memenuhi kriteria,” ucapnya.<br />

Saat ini Pelabuhan Tanjung Priok sudah sangat<br />

penuh. “Kapasitas Priok lama sudah kepenuhan.<br />

Priok II di Kali Baru, Jakarta, yang baru<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Pelabuhan New Tanjung<br />

Priok sedang dikebut<br />

penyelesaiannya.<br />

Diperkirakan, meski sudah<br />

ditambah ini, kapasitas<br />

Tanjung Priok akan cepat<br />

penuh.<br />

Andika Wahyu/ANTARA FOTO<br />

dibangun, pun dalam 6-7 tahun ke depan juga<br />

dipastikan sudah penuh,” kata Deputi V Bidang<br />

Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan<br />

Wilayah Kementerian Koordinator Perekonomian<br />

Luky Eko Wuryanto.<br />

Saat ini Tanjung Priok berkapasitas melayani<br />

5,5 juta peti kemas, tapi sudah “dipaksa” bekerja<br />

untuk 7,5 juta peti kemas. Saat ini Pelindo II,<br />

yang menjadi operator pelabuhan, sedang<br />

membangun pembangunan Pelabuhan Priok<br />

II (atau disebut juga New Tanjung Priok) yang<br />

berkapasitas 4,5 juta peti kemas. Tapi, Luky<br />

mengatakan, begitu selesai, kapasitasnya akan<br />

segera penuh. Sebab, diperkirakan, pada 2020<br />

saja industri sudah akan menghasilkan 20 juta<br />

peti kemas.<br />

Pelabuhan Cilamaya dirancang berkapasitas<br />

3,75 juta peti kemas per tahun dan kemudian<br />

ditingkatkan menjadi 7,5 juta di fase kedua. Yang<br />

besar di pelabuhan ini adalah terminal ekspor<br />

mobil, yang berkapasitas 800 ribu per tahun<br />

atau hampir dua kali lipat kapasitas Tanjung<br />

Priok, yang besarnya 430 juta.<br />

Persoalan lain adalah lalu lintas dari kawasan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Patok beton bercap Badan<br />

Kerja Sama Internasional<br />

Jepang (JICA) di sekitar lokasi<br />

calon Pelabuhan Cilamaya.<br />

budi alimuddin/detikcom<br />

industri antara Jakarta-Purwakarta. Sebanyak<br />

75 persen kawasan industri di daerah Jawa<br />

Barat, Banten, dan Jakarta ada di kawasan<br />

itu. Lalu lintasnya semua mengandalkan jalan<br />

tol Jakarta-Cikampek. “Tol Cikampek-Jakarta-<br />

Priok dipastikan dalam 5 tahun ke depan tak<br />

lagi mampu menampung arus truk barang<br />

dari Cikarang dan Karawang,” katanya.<br />

Tapi hitung-hitungan pengelola Tanjung Priok<br />

dan Pelindo II sedikit berbeda. Ia mengatakan<br />

Tanjung Priok dan Priok II total nantinya akan<br />

berkapasitas 15 juta peti kemas. Saat membangun<br />

Priok II, pemerintah sudah berjanji<br />

Cilamaya baru dipakai jika kapasitas Priok II<br />

sudah terpakai 70 persen. Angka ini, menurut<br />

Direktur Utama Pelindo II Richard Joost Lino,<br />

baru tercapai pada 2035. Itu sebabnya, katanya,<br />

“Pembangunan Cilamaya tak harus dibicarakan<br />

sekarang.”<br />

Perkiraan ini dibantah Luky. “Tapi, kalau hitungan<br />

saya tadi, kayaknya bakal cepat, tidak<br />

perlu menunggu sampai 2035 sudah kepenuhan<br />

mereka. Perkiraan saya, tahun 2020-2025<br />

sudah penuh itu Priok I dan II,” ujarnya.<br />

Yang jelas, begitu proyek jadi dikerjakan,<br />

Sarsan dan penduduk kampungnya bakal<br />

kedatangan rezeki. Ia tidak hanya menjadi<br />

miliarder dadakan karena harga tanahnya<br />

melejit. Tapi ia siap digusur dan dipindah ke<br />

kampung lain. “Tapi ja ngan jauh-jauh dari<br />

sini, jadi kami juga bisa kerja dan berdagang<br />

di sekitar pelabuhan ini,” ucapnya. ■<br />

BUDI alimuddin, hans henriCUS B.S. aron<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Pelabuhan atau<br />

Tambang Migas<br />

RENCANA pemerintah membuat Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, terganjal keberatan<br />

Pertamina, yang memiliki konsesi ladang minyak dan gas Arjuna. Pertamina cemas<br />

kapal yang mondar-mandir di Cilamaya bisa mengundang celaka jika jangkarnya mengenai<br />

satu dari belasan pipa yang centang-perenang di lepas pantai Jawa Barat.<br />

Pelabuhan itu rencananya dibuat di lahan reklamasi. Fase pertama akan terdiri atas dua<br />

terminal peti kemas serta masing-masing satu terminal ekspor mobil, tanker, dan kapal rollon/roll-off<br />

(ro-ro). Nantinya pelabuhan diperbesar dalam fase dua, sehingga luas terminal<br />

peti kemas bakal berlipat dua.<br />

PELABUHAN CILAMAYA<br />

Terminal tAnker<br />

5 hektare<br />

Terminal Peti Kemas 1<br />

Panjang: 840 meter<br />

Terminal Peti Kemas 2<br />

Panjang: 840 meter<br />

Area Tunggu Truk dan Utilitas<br />

30 hektare<br />

jALAn Layang<br />

JeMBAtan<br />

800 meter<br />

jembatan ke Terminal<br />

Ekspor Mobil<br />

kedalaman<br />

17 meter<br />

Terminal Ekspor Mobil<br />

26 hektare<br />

Terminal Ro-Ro<br />

Terminal Peti Kemas 4<br />

Fase kedua, Panjang: 840 meter<br />

Terminal Peti Kemas 3<br />

Fase kedua, Panjang: 840 meter<br />

Area Tunggu Truk dan Utilitas<br />

Fase kedua, 30 hektare<br />

Kantor Administrasi Pelabuhan<br />

6 hektare<br />

GerBAng Tol<br />

Jembatan<br />

(Fase kedua)<br />

Kawasan PENDUKUNg<br />

Area utilitas, tempat peti kemas kosong, penyimpan<br />

mobil untuk ekspor, dan perkantoran atau gudang.<br />

Alur Pelayaran<br />

Kapal yang keluar-masuk akan menggunakan jalur di selasela<br />

anjungan minyak dan gas lepas pantai. Jalur ini memiliki<br />

lebar 380 meter dengan panjang 9 kilometer. Agar kapal<br />

tidak melenceng, sebelah kiri dan kanan dipasang berbagai<br />

lampu suar.<br />

Pipa Minyak<br />

dan Gas<br />

Ada belasan jalur pipa<br />

minyak dan gas di<br />

sekitar Cilamaya. Meski<br />

sudah mencari celah,<br />

tetap saja setidaknya<br />

jalur kapal itu akan<br />

melintasi enam pipa gas<br />

dan minyak.<br />

Anjungan Minyak Lepas<br />

Pantai<br />

Di ladang minyak Arjuna,<br />

yang dikelola oleh Pertamina<br />

EP, berdiri 223 buah anjungan<br />

minyak dan gas lepas pantai.<br />

Anjungan ini ter sebar di seluruh<br />

blok minyak di lepas pantai<br />

Jawa Barat itu.<br />

Wilayah Buang Sauh<br />

Naskah: Nur Khoiri | infografis: zaki alfarabi | Sumber: Pertamina | Kementerian Perhubungan<br />

Kapal bisa antre masuk pelabuhan<br />

dengan menurunkan jangkar di sini.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


isnis<br />

Surat dari<br />

Harvard<br />

Karen Agustiawan turun dari posisi bos<br />

Pertamina. Alasan kemunduran dirinya<br />

dipertanyakan banyak orang.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


isnis<br />

Direktur Utama Pertamina<br />

Karen Agustiawan sedang<br />

melayani pembeli Pertamax di<br />

salah satu pompa bensin milik<br />

Pertamina sendiri saat Hari<br />

Pelanggan.<br />

Wahyu Putro A/ANTARA FOTO<br />

HARVARD University adalah nama<br />

yang sangat prestisius. Perguruan<br />

tinggi tertua di Amerika Serikat itu<br />

dipandang sebagai jaminan mutu.<br />

Kampus yang terletak di Cambridge, Massachusetts,<br />

itu telah menghasilkan 69 peraih<br />

Nobel, mulai bidang sastra, seperti penyair top<br />

T.S. Eliot, sampai ekonom, seperti Paul Samuelson<br />

dan Amartya Sen. Beberapa Presiden<br />

Amerika juga lulusan kampus ini, termasuk<br />

Barack Obama.<br />

Nah, kampus top itu beberapa kali menulis<br />

surat mengajak Karen Agustiawan, Direktur<br />

Utama PT Pertamina, bergabung dengan mereka.<br />

Bukan sebagai mahasiswa. Tidak tanggungtanggung,<br />

Karen ditawari menjadi pengajar di<br />

universitas top itu. Siapa tidak ingin mengajar<br />

di tempat prestisius seperti itu<br />

Surat-surat dari Harvard ini menjadi salah<br />

satu alasan saat Karen tiba-tiba saja mengajukan<br />

surat pengunduran diri dari perusahaan<br />

minyak pelat merah itu. Setidaknya alasan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


isnis<br />

Kampus Fakultas Hukum<br />

Harvard di Cambridge,<br />

Massachusetts. Karen diminta<br />

mengajar di kampus sangat<br />

prestisius.<br />

Darren McCollester/Getty Images<br />

inilah yang disebut oleh Menteri Badan Usaha<br />

Milik Negara Dahlan Iskan sebagai penjelasan<br />

mundurnya Karen. “Beliau disurati terus dari<br />

Harvard, kapan melaksanakan mengajarnya,”<br />

kata Dahlan. Alasan lain Dahlan menyatakan<br />

Karen ingin mengalihkan waktu yang saat ini<br />

tersita karena mengurus minyak dan gas ke<br />

urusan keluarga.<br />

Ucapan Dahlan ini klop dengan pernyataan<br />

Karen di situs resmi Pertamina. Karen—seperti<br />

kebiasaannya—tidak menjelaskan langsung<br />

kepada para wartawan mengapa ia mundur,<br />

tapi hanya lewat situs resmi Pertamina. “Pengunduran<br />

diri saya ini karena pertimbangan<br />

alasan pribadi dan juga untuk proses regenerasi<br />

kepemimpinan di Pertamina,” katanya.<br />

Karen mulai memimpin Pertamina pada<br />

Februari 2009 dan masa jabatannya berlaku<br />

sampai 2014. Sejak awal tahun lalu, Karen<br />

sudah meminta mundur. “Perlu saya tegaskan<br />

bahwa proses pengunduran diri saya ini sudah<br />

berlangsung sejak awal 2013,” ujar Karen di situs<br />

Pertamina.<br />

Dahlan membenarkan soal Karen yang meminta<br />

mundur tahun lalu. Tapi saat itu Dahlan<br />

menolak. Alasannya “Pertamina sedang membangun<br />

(budaya perusahaan), yakni mempertahankan<br />

posisi direktur utama sampai selesai<br />

masa jabatan,” kata Dahlan. Pada masa-masa<br />

sebelum Karen, para bos Pertamina hanya<br />

memimpin 2 hingga 3 tahun.<br />

Masa jabatan pertama ini habis Maret lalu<br />

dan Karen menyatakan sudah mencoba tidak<br />

diperpanjang. “Saya sudah berusaha menolak<br />

dengan alasan yang sama, yaitu alasan pribadi<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


isnis<br />

Menteri BUMN Dahlan Iskan<br />

menyatakan Karen meminta<br />

mundur sejak 2013.<br />

Vitalis Yogi Trisna/ANtara FOTO<br />

dan perlunya proses regenerasi,” tuturnya.<br />

Namun Dahlan kembali menolak dengan<br />

alasan yang sama dan meminta Karen menjalani<br />

masa jabatan periode kedua di Pertamina.<br />

Keinginan Karen mundur rupanya semakin<br />

kuat meskipun baru menjabat sekitar 5 bulan<br />

dari periode keduanya memimpin Pertamina.<br />

Surat dari Harvard itu menjadi salah satu<br />

alasan kuat Karen. “Karena itu, saya tidak bisa<br />

tahan lagi dan kebetulan akan terjadi pergantian<br />

pemerintahan,” ujar Dahlan. “Saya tawar jangan<br />

terlalu mendadak, dan akhirnya Bu Karen<br />

setuju berhenti tanggal 1 Oktober.”<br />

Meski Oktober masih beberapa bulan lagi,<br />

pengumuman bakal mundur itu mengejutkan<br />

banyak pihak. Mungkin karena mendadak,<br />

mungkin karena banyak yang mengincar posisi<br />

pemimpin Pertamina sehingga heran ada yang<br />

mundur, mungkin karena Karen baru setengah<br />

tahun menduduki masa jabatan kedua, atau<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


isnis<br />

Sudah miliaran rupiah<br />

uang keluar, siapa<br />

yang akan bertanggung<br />

jawab<br />

Said Didu<br />

dok. detik<br />

mungkin juga karena sekarang menjelang pergantian<br />

pemerintahan baru.<br />

Karen agaknya sadar kemungkinan alasan<br />

mundurnya bakal ditafsirkan macam-macam.<br />

Ia pun menyatakan, “Saya minta agar semua<br />

pihak tidak mengaitkan pengunduran diri saya<br />

di luar hal tersebut. Apalagi jika dikaitkan dengan<br />

hal-hal yang bersifat politis, apalagi sampai<br />

dipolitisasi.”<br />

Pengunduran Karen memang memancing<br />

banyak spekulasi, termasuk urusan politis.<br />

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said<br />

Didu, misalnya, menduga Karen mundur karena<br />

tekanan kebijakan pemerintah yang memicu<br />

risiko bisnis maupun risiko<br />

hukum kepada Pertamina.<br />

Ia menyebut dana yang<br />

dikucurkan Pertamina untuk<br />

memasang RFID—alat pemantau<br />

bahan bakar—di mobil dan<br />

infrastruktur di pompa bensin<br />

tidak ada eksekusi dari pemerintah.<br />

“Sudah miliaran rupiah<br />

uang keluar, siapa yang akan bertanggung<br />

jawab” tutur Said.<br />

Said, yang pernah menjadi tim evaluasi kinerja<br />

Karen, juga mengatakan pemerintah kurang<br />

mendukung Pertamina untuk mendapat ladang<br />

migas perusahaan asing yang masa kontraknya<br />

telah berakhir. Puncaknya adalah keinginan<br />

Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kilogram<br />

yang kerap tidak mendapat restu pemerintah.<br />

Menurut Said, Pertamina harus menanggung<br />

akumulasi kerugian hingga Rp 17 triliun<br />

akibat dari larangan menaikkan harga elpiji 12<br />

kilogram. Dia juga yakin pemerintah tidak akan<br />

merogoh kocek mengganti kerugian Pertamina<br />

tersebut.<br />

Spekulasi ini dibantah Menteri Koordinator<br />

Perekonomian Chairul Tanjung. Ia mengatakan<br />

usulan elpiji 12 kilogram naik harga sudah mendapat<br />

lampu hijau dari Presiden. Yang belum<br />

disepakati dengan pemerintah hanya besaran<br />

dan waktunya.<br />

“Besaran dan waktunya itu harus (melalui)<br />

rapat konsultasi antara Pertamina dan pemerintah<br />

secepat mungkin,” kata pria yang dikenal<br />

dengan sebutan CT ini. Pembahasan ini, menurut<br />

dia, akan berlangsung selama Karen masih<br />

menjabat direktur utama. ■ HANS HenriCUS B.S. aron<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


isnis<br />

Lahir:<br />

Bandung, 19 Oktober 1958 (55 tahun)<br />

Pendidikan:<br />

Teknik Fisika ITB (lulus 1983)<br />

Profil Ringkas<br />

Karen Agustiawan<br />

1983<br />

Bergabung<br />

dengan Mobil<br />

Oil, perusahaan<br />

minyak yang<br />

sekarang menjadi<br />

ExxonMobil, di<br />

bagian pengeboran<br />

seismik untuk<br />

eksplorasi minyak<br />

di Indonesia dan<br />

kemudian bagian<br />

komputasi eksplorasi<br />

di Dallas,<br />

Amerika Serikat.<br />

Karier<br />

1998<br />

Bergabung<br />

dengan<br />

Landmark,<br />

perusahaan<br />

yang bisnisnya<br />

“membaca” hasil<br />

pengeboran<br />

seismik. Landmark<br />

kemudian<br />

diakuisisi Halliburton.<br />

2002<br />

Menjadi<br />

manajer<br />

komersial<br />

untuk dan<br />

manajeman<br />

proyek di<br />

Halliburton<br />

(yang sudah<br />

mencaplok<br />

Landmark).<br />

2006<br />

Menjadi staf ahli<br />

bidang hulu untuk<br />

Direktur Utama<br />

Pertamina dan<br />

kemudian diangkat<br />

sebagai Direktur<br />

Hulu Pertamina.<br />

2009<br />

Diangkat sebagai<br />

Direktur Utama<br />

Pertamina.<br />

■ NUR KHOIRI<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Warisan<br />

Cak Nur<br />

Ada banyak jejak yang ditinggalkan cendekiawan<br />

Nurcholish Madjid (Cak Nur), 1939-<br />

2005. Tapi secara garis besar isu-isu yang<br />

kerap disuarakan secara konsisten adalah<br />

seputar demokrasi, kesetaraan gender, dan pluralisme.<br />

Para murid dan keluarga Cak Nur membentuk<br />

Nurcholish Madjid Society pada Mei 2008. Tujuannya<br />

untuk merawat, mengkaji, mengembangkan, bahkan<br />

mengkritik ide dan pemikiran Cak Nur bagi terwujudnya<br />

Indonesia sebagai negara bangsa modern.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Merawat Warisan<br />

natsir<br />

muda<br />

Ide dan pemikiran cendekiawan Nurcholish<br />

Madjid terus dirawat dan dikembangkan<br />

dengan memanfaatkan teknologi digital dan<br />

media sosial.<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


selingan<br />

Twitter @fileCaknur<br />

agama tak<br />

boleh dipaksakan. Hak yang<br />

amat asasi ini menjadi hak<br />

“Kebenaran<br />

yang tak boleh diingkari,”<br />

begitu cuit yang terlontar dari akun Twitter @fileCaknur.<br />

Ya, kalimat bijak tersebut merupakan<br />

pemikiran Nurcholish Madjid. Meski berpulang<br />

pada 29 Agustus 2005, ide-ide dan pikiran-pikirannya<br />

masih berserak dan bisa ditemui di banyak<br />

buku dan forum-forum diskusi. Ketika media<br />

sosial kian meruyak digunakan masyarakat,<br />

sejumlah murid Cak Nur berinisiatif merawat<br />

dan mensosialisasikan ide-ide sang cendekiawan<br />

untuk membangun Indonesia yang damai,<br />

majemuk, dan toleran lewat Twitter.<br />

“Sejak diluncurkan setahun lalu, lebih dari<br />

7.000 kicauan yang kami sampaikan. Akun<br />

itu sekarang sudah diikuti 114 ribu follower.<br />

Sebelumnya, kami punya Facebook, tapi sudah<br />

ditutup,” kata Budhy Munawar Rachman, salah<br />

seorang murid Cak Nur yang kini berkiprah di<br />

The Asian Foundation untuk menangani Program<br />

Islam and Civil Society. Akun itu dikelola<br />

Budhy bersama Elza Peldi Taher, seorang penu-<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


selingan<br />

Tap Untuk<br />

Melihat Video<br />

lis yang menyebut dirinya Caknurian.<br />

Selain itu, Budhy dan teman-temannya merintis<br />

perpustakaan digital yang dimulai dengan<br />

menaruh empat jilid Ensiklopedia Nurcholish<br />

Madjid, yang disusunnya selama empat tahun.<br />

Hal itu guna menyiasati mahalnya biaya cetak<br />

yang berbuntut pada tingginya harga jual buku.<br />

“Perpustakaan digital bisa diakses secara gratis,”<br />

ujarnya.<br />

Pekerjaan lain yang tengah dalam proses adalah<br />

mengkompilasi karya inti dari Cak Nur atau<br />

The Essential of Nurcholish Madjid. Naskah yang<br />

terkumpul sudah mencapai 6.000 halaman.<br />

“Ini juga harus dibuat digital agar tidak terlalu<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


selingan<br />

Budhy Munawar Rachman<br />

dok. pribadi<br />

mahal,” Budi menambahkan.<br />

●●●<br />

Terlahir di Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur,<br />

pada 17 Maret 1939 atau 26 Muharam 1358,<br />

Nurcholish Madjid semula bernama Abdul<br />

Malik. Ketika beranjak remaja, sesuai tradisi di<br />

lingkungan keluarga besarnya, ia mengganti<br />

nama menjadi Nurcholish Madjid dan populer<br />

dengan sapaan Cak Nur. Di masa kecil, selain<br />

menempuh pendidikan di sekolah rakyat di<br />

Mojoanyar dan Bareng pada pagi hari, sore<br />

harinya ia bersekolah agama di madrasah<br />

ibtidaiah. Dari situ ia melanjutkan ke Pesantren<br />

Darul ‘Ulum di Rejoso, Jombang, lalu ke<br />

Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah, Pesantren<br />

Darus Salam di Gontor, Ponorogo.<br />

“Cak Nur remaja sering diolok-olok sebagai<br />

Masyumi nyasar karena bersekolah di pesantren<br />

berlatar Nahdlatul Ulama,” kata Muhammad<br />

Wahyuni Nafis, penulis buku Cak Nur Sang<br />

Guru Bangsa.<br />

Hal itu tak lepas dari kondisi politik di Tanah<br />

Air pascakemerdekaan. Ketika terjadi friksi antara<br />

NU dan Masyumi, menurut Wahyuni, ayah<br />

Cak Nur memilih bertahan di Masyumi.<br />

Karena kecerdasannya, Cak Nur muda semula<br />

akan diberi beasiswa untuk kuliah di Mesir.<br />

Tapi, entah kenapa, dia akhirnya melanjutkan<br />

ke IAIN Syarif Hidayatullah di Ciputat, Jakarta<br />

(Sastra Arab), 1968. Dari Ciputat, Cak Nur meraih<br />

beasiswa ke Universitas Chicago, Illinois,<br />

Amerika Serikat, dan meraih gelar doktor pada<br />

1984.<br />

Sejak remaja, Cak Nur biasa menuangkan<br />

pendapat dan pemikirannya, baik secara lisan<br />

maupun tulisan, di media massa. Hal itu<br />

dilengkapi oleh kefasihannya dalam mengaji<br />

dan berbahasa Arab. Tak mengherankan bila<br />

ia berhasil memimpin Himpunan Mahasiswa<br />

Islam hingga dua periode, 1966-1969 dan 1969-<br />

1971. Kejernihan pendapat dan pemikiran Cak<br />

Nur membuat sebagian temannya menjuluki<br />

“Natsir muda”.<br />

Apalagi, dia juga sudah berhasil saat masih<br />

menjadi aktivis Himpunan Mahasiswa Islam.<br />

Menurut Omi Komariah, istri Cak Nur, Menteri<br />

Pendidikan Arab Saudi amat terpikat oleh gaya<br />

pidato dan materi yang disampaikan Cak Nur<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


selingan<br />

Cak Nur remaja sering<br />

diolok-olok sebagai Masyumi<br />

nyasar karena bersekolah di<br />

pesantren berlatar Nahdlatul<br />

Ulama.<br />

Muhammad Wahyuni Nafis<br />

grandyos zafna/detikcom<br />

dalam sebuah acara. Seusai Cak Nur berpidato,<br />

sang menteri menghampiri dan menawarinya<br />

menunaikan ibadah haji. “Bukan cuma sendirian,<br />

Cak Nur juga boleh mengajak sepuluh<br />

temannya untuk berhaji,” ujar Omi.<br />

●●●<br />

Pemikiran Cak Nur yang paling menggegerkan<br />

khalayak, terutama para aktivis gerakan<br />

Islam, menurut Utomo Dananjaya dalam<br />

sebuah kesempatan, adalah saat melontarkan<br />

pernyataan “Islam yes, partai Islam no”. Kala<br />

itu, dia menganggap partai-partai Islam sudah<br />

menjadi “Tuhan” baru bagi orang-orang Islam.<br />

Partai atau organisasi Islam<br />

dianggap sakral dan<br />

orang Islam yang tak memilih<br />

partai Islam dalam<br />

pemilu dituding melakukan<br />

dosa besar. Bahkan,<br />

bagi kalangan NU, haram<br />

memilih Partai Masyumi.<br />

Padahal orang Islam tersebar di mana-mana,<br />

termasuk di partai milik penguasa Orde Baru,<br />

Golkar.<br />

“Waktu itu sedang tumbuh obsesi persatuan<br />

Islam. Kalau tidak bersatu, Islam menjadi lemah.<br />

Cak Nur menawarkan tradisi baru bahwa<br />

dalam semangat demokrasi tidak harus bersatu<br />

dalam organisasi karena keyakinan, tetapi dalam<br />

konteks yang lebih luas, yaitu kebangsaan,”<br />

kata Utomo.<br />

Cak Nur berusaha menghapus kesan bahwa<br />

dia menolak politik dan partai politik dengan<br />

ikut terjun dalam kampanye Pemilu 1977. Kala<br />

itu, menurut Dawam Rahardjo dalam papernya,<br />

Gerakan Islam Kultural Paramadina: Fundamentalisme<br />

Agama dan Masa Depan Keislaman dan<br />

Keindonesiaan, Cak Nur mendukung PPP dengan<br />

tema “memompa ban gembos”.<br />

Pada Pemilu 1971, ketika banyak aktivis dari<br />

kalangan Islam ramai-ramai mendukung dan<br />

masuk Golkar, termasuk Adnan Buyung Nasution,<br />

Cak Nur menolak ikut arus. Ia melihat<br />

pentingnya prinsip keseimbangan, karena Golkar<br />

telah didukung oleh tentara, birokrasi, dan<br />

uang yang berlimpah. Kenyataan sebaliknya<br />

dihadapi PPP dan PDI. “Dari situlah Cak Nur<br />

merintis pentingnya oposisi yang loyal,” kata<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


selingan<br />

Pelatihan dai muda di<br />

Nurcholish Madjid Society<br />

nurcholishmadjid.net<br />

Wahyuni.<br />

Dalam oposisi loyal, ia melanjutkan, partai<br />

tak sekadar menolak atau merecoki pemerintah.<br />

Tapi, bila ada kebijakan yang memang<br />

prorakyat, dia juga wajib turut mendukungnya.<br />

“Semangat oposisi ini yang hingga sekarang<br />

belum terwujud dengan benar,” ujarnya.<br />

Saat kuliah di Universitas Chicago, Cak Nur<br />

pernah terlibat perdebatan segitiga dengan<br />

Amien Rais dan Mohamad Roem. Pemicunya<br />

adalah tulisan Amien di majalah Panji Masyarakat,<br />

“Tidak Ada Negara Islam”. Cak Nur<br />

menyatakan tidak ada ajaran Islam yang secara<br />

qoth’i (jelas) menganjurkan untuk membentuk<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


selingan<br />

negara Islam. Perdebatan via surat itu lalu dibukukan<br />

oleh penerbit Djambatan pada 1997<br />

dengan judul Tidak Ada Negara Islam.<br />

●●●<br />

Nurcholish Madjid juga dikenal dengan konsep<br />

integrasi segitiga keislaman, kemodernan,<br />

Kita harus memandang Cak Nur secara kreatif.<br />

Jadi pikiran Cak Nur itu bukan kata benda, tapi<br />

kata kerja. Jadi bukan sesuatu yang sudah<br />

selesai kemudian kita tinggal pakai. Kita harus<br />

mengolahnya kembali.<br />

dan keindonesiaan sebagai hasil dari proses liberalisasi<br />

dan sekularisasi yang dikembangkannya.<br />

Hal itu kemudian disebarkan melalui berbagai<br />

lembaga atau institusi yang didirikannya dan<br />

institusi yang dia aktif di dalamnya. Mulai Paramadina<br />

dan universitasnya; pendirian Sekolah<br />

Madania di Parung, Bogor; Sekolah Sevilla di<br />

Pulomas, Jakarta Timur; sampai Perkumpulan<br />

Membangun Kembali Indonesia (PMKI) pada<br />

2003.<br />

Universitas Paramadina, yang didirikan pada<br />

1986, menurut Dawam, sebenarnya dimaksudkan<br />

sebagai lembaga yang mengemban misi<br />

pembaruan Islam Cak Nur. Namun, karena<br />

persoalan eksistensi, Universitas Paramadina,<br />

sebagaimana universitas-universitas lainnya,<br />

baik swasta maupun negeri, telah mengalami<br />

kontaminasi pasar.<br />

Beberapa murid Cak Nur, termasuk istrinya,<br />

Omi Komariah, lalu keluar dan membentuk<br />

Nurcholish Madjid Society (NCMS) pada<br />

28 Mei 2008. Hal itu, menurut Budhy, tidak<br />

dimaksudkan untuk mengkultuskan Cak Nur.<br />

Sebab, sebuah pemikiran dan pribadi tidak<br />

boleh dikultuskan. Lewat komunitas ini mereka<br />

mencoba memperbarui, mengembangkan,<br />

mengkontekstualisasikan kembali apa yang<br />

dulu pernah Cak Nur pikirkan atau lakukan, tapi<br />

mungkin sekarang kondisinya sudah berbeda.<br />

Atau masalah yang dulu belum dipikirkan, sekarang<br />

harus dipikirkan.<br />

“Kita harus memandang Cak Nur secara krea-<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


selingan<br />

grandyos zafna/detikcom<br />

tif. Jadi pikiran Cak Nur itu bukan kata benda,<br />

tapi kata kerja. Jadi bukan sesuatu yang sudah<br />

selesai kemudian kita tinggal pakai. Kita harus<br />

mengolahnya kembali,” tutur Budhy.<br />

Karena itu, aktivitas NCMS tak lepas dari<br />

kajian keagamaan dan isu-isu aktual. Acara<br />

biasa digelar setiap dua bulan sekali dengan<br />

mendatangkan para pembicara yang kredibel<br />

di bidang masing-masing. Materi yang dibicarakan<br />

juga didokumentasikan dalam bentuk<br />

jurnal enam bulanan. “Kami juga sudah tiga<br />

kali memberikan pelatihan bagi dai-dai muda<br />

yang berasal dari berbagai universitas,” ujar<br />

Wahyuni. ■ ISFARI HIKMAT | sudrajat<br />

Majalah<br />

Majalah<br />

detik<br />

detik<br />

25<br />

25 -<br />

31<br />

31<br />

AGUSTUS<br />

AGUSTUS<br />

2014<br />

2014


selingan<br />

Sang<br />

Begawan<br />

Menolak<br />

‘Gizi’<br />

untuk membangun kembali<br />

negeri yang terpuruk,<br />

dibutuhkan platform bersama,<br />

platform nasional.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Cak Nur bersama anggota<br />

keluarga.<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

Selain buku, replika lokomotif kereta<br />

api dari berbagai negara merupakan<br />

koleksi yang dimiliki cendekiawan<br />

Nurcholish Madjid (almarhum).<br />

Puluhan replika lokomotif itu dibingkai rapi<br />

dalam kaca yang ditempel pada salah satu<br />

dinding menuju perpustakaan pribadi di lantai<br />

dua kediamannya, Tanah Kusir, Jakarta Selatan.<br />

“Semuanya dibeli kalau ke luar negeri, Amerika<br />

maupun Eropa. Biasanya pilih yang didiskon.<br />

Bapak sewaktu kecil pernah bercita-cita menjadi<br />

masinis,” kata Omi Komariah, 65 tahun,<br />

saat ditemui majalah detik pada Kamis pagi,<br />

21 Agustus lalu. Hal itu bisa dimaklumi karena<br />

tempat tinggal Cak Nur—sapaan akrab Nurcholish<br />

Madjid—di Jombang, Jawa Timur, dekat<br />

dengan jalur lintasan kereta api. “Sewaktu masih<br />

pacaran, saya pernah diajak ke sebuah stasiun<br />

dan Bapak asyik menjelaskan sejarah rangkaian<br />

rel yang terpasang di sana. Saya manthuk-manthuk<br />

saja, he-he-he…,” ujar Omi.<br />

Berpuluh tahun kemudian, Cak Nur menyatakan<br />

kesediaan menjadi kandidat masinis<br />

dalam bentuk lain. Ya, lelaki kelahiran Jombang,<br />

17 Maret 1939, itu bersedia dicalonkan menjadi<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Erry Riyana Hardjapamekas<br />

dok. detikcom<br />

presiden pada pemilu presiden<br />

2004. Banyak pihak menyambut<br />

gembira perubahan sikap tersebut.<br />

Maklum, sebelumnya, pada<br />

1999, dia menolak saat digadanggadang<br />

sekelompok orang menjadi<br />

calon presiden. Selain menyadari<br />

dirinya bukan orang partai,<br />

Cak Nur ingin menghormati dan<br />

menjaga soliditas umat Islam<br />

atas majunya KH Abdurrahman<br />

Wahid sebagai calon dari Partai<br />

Kebangkitan Bangsa. “Saya menjadi<br />

makmum saja. Masak harus<br />

ada dua imam,” katanya kepada<br />

pers kala itu.<br />

Dalam situasi negeri yang<br />

berada dalam pancaroba, sosok<br />

pemimpin idaman tak cuma harus cerdas dan<br />

pandai, tapi juga punya integritas dan karakternya<br />

mumpuni. Semua syarat itu melekat kuat<br />

pada sosok Cak Nur. Sang Begawan, begitu<br />

sebagian orang menjulukinya.<br />

“Yang mendorong Cak Nur untuk tampil itu<br />

banyak sekali, bukan cuma teman-teman di Paramadina,<br />

tapi juga kaum cerdik-pandai lainnya<br />

dan para pengusaha,” kata Budhy Munawar<br />

Rachman, penulis empat jilid buku Ensiklopedia<br />

Nurcholish Madjid.<br />

Erry Riyana Hardjapamekas, Utomo Danandjaya,<br />

Soegeng Sarjadi, dan Sudirman Said<br />

adalah empat dari banyak nama yang menyokong<br />

Cak Nur. Bersama beberapa anak<br />

muda yang kreatif dan punya idealisme serupa,<br />

dia membentuk Perkumpulan Membangun<br />

Kembali Indonesia (PMKI). Kesediaan Cak Nur<br />

dicalonkan, menurut Erry, sebetulnya lebih<br />

karena keprihatinan terhadap kondisi bangsa<br />

yang tak kunjung keluar dari krisis setelah lima<br />

tahun Reformasi berjalan.<br />

Sebelum melirik Partai Golkar, yang tengah<br />

menggelar konvensi calon presiden, Erry melanjutkan,<br />

Cak Nur dan timnya berniat menjadikan<br />

PKS sebagai kendaraan. Hingga menjelang<br />

pemilu presiden 2004, partai itu masih menunjukkan<br />

harapan sebagai partai Islam yang baik.<br />

Cak Nur pun telanjur mempromosikan PKS bisa<br />

menjadi partai Islam yang modern, terbuka,<br />

rahmatan lil ‘alamin. “Di situ sebenarnya Cak<br />

Nur mempunyai pikiran untuk mereformasi<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Cak Nur (kedua dari kiri)<br />

bersama Presiden Sukarno di<br />

Istana Merdeka, Jakarta, 1966.<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

PKS sebagai partai Islam modern,” kata Budhy,<br />

yang kini aktif di The Asian Foundation untuk<br />

menangani Program Islam and Civil Society.<br />

Namun, ketika disadari PKS tidak memberikan<br />

ruang kepadanya untuk menjadi presiden,<br />

terutama para pengurus di daerah, yang masih<br />

banyak menolak ide-idenya soal Indonesia yang<br />

modern, Cak Nur tak hendak memaksakan diri.<br />

“Bagi saya, beruntung sekali Cak Nur tak jadi<br />

masuk karena, kalau melihat kondisinya, sekarang<br />

saya tak bisa menyebut partai itu seperti<br />

yang pernah dikatakan Cak Nur sebelumnya,”<br />

kata Budhy.<br />

Kesiapan Cak Nur itu dibarengi dengan<br />

platform yang ia tawarkan, yakni “Membangun<br />

Kembali Indonesia”. Dalam platform tersebut<br />

terlihat jelas keinginan Cak Nur membangun<br />

pranata kehidupan bernegara yang karut-marut<br />

dalam lima tahun terakhir saat itu. Mulai penataan<br />

kembali pengelolaan negara, penegakan<br />

hukum, reformasi ekonomi, posisi TNI-Polri,<br />

kehidupan masyarakat sipil, pendidikan, keadilan<br />

sosial, hingga persoalan perdamaian dunia.<br />

Cak Nur sadar betul, untuk membangun kembali<br />

negeri yang terpuruk, dibutuhkan platform<br />

bersama, platform nasional. Penyampaian platform<br />

secara terbuka itu otomatis memberikan<br />

pemahaman sejak awal kepada semua partai<br />

politik dan masyarakat bahwa itulah program<br />

yang akan dilaksanakan kelak sebagai presiden.<br />

Platform itulah yang harus diterima oleh parpol<br />

yang ingin mengusung dirinya sebagai capres.<br />

Sayang, tak banyak yang merespons deng-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Cak Nur bersama Omi<br />

Komariah di Rumah Sakit<br />

Pondok Indah, Jakarta.<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

an baik platform yang dia tawarkan. Bahkan<br />

para pengurus Partai Golkar di banyak daerah<br />

sepertinya tak terlalu peduli terhadap gagasan<br />

yang ditawarkan. Mereka lebih tertarik menghitung<br />

berapa nilai gizi (uang) yang bisa diberikan<br />

Cak Nur. Akhirnya, Cak Nur memutuskan tidak<br />

melanjutkan niatnya mengikuti konvensi calon<br />

presiden yang digelar Golkar.<br />

“Sebetulnya Cak Nur tak mau memberi gizi<br />

bukan karena tidak ada. Sebab, ada beberapa<br />

pihak yang siap menyokong hingga ratusan miliar<br />

rupiah bila serius menjadi capres. Tapi, kalau<br />

itu dilakukan, apa bedanya Cak Nur dengan<br />

para politikus kebanyakan” kata Wahyuni Nafis,<br />

penulis biografi Cak Nur Sang Guru Bangsa.<br />

Menjadi presiden atau calon presiden,<br />

Wahyuni melanjutkan, sebetulnya bukan<br />

tujuan utama Cak Nur. Karena itu, bila ada<br />

pihak lain yang setuju dan bersedia mengakomodasi<br />

platform tersebut, dia mempersilakan.<br />

Karena itu, Cak Nur senang ketika<br />

Susilo Bambang Yudhoyono, yang akhirnya<br />

memenangi pilpres, meminta izin menggunakan<br />

10 platform itu untuk dijadikan program<br />

kerjanya bila terpilih menjadi presiden.<br />

“Platform Cak Nur akan menjadi bagian<br />

integral dari apa yang akan saya tuangkan<br />

nanti,” kata SBY saat menemui Cak Nur di<br />

kantor Perkumpulan Membangun Kembali<br />

Indonesia, Jakarta, 6 Mei 2004.<br />

Cak Nur pun tak berkeberatan. “Saya tidak<br />

ingin menjadi sesuatu. Asalkan platform saya<br />

dilaksanakan, itu sudah cukup. Saya sudah<br />

bilang, siapa pun yang mau, ya silakan ambil,”<br />

ujarnya santai. ■ Isfari Hikmat | Sudrajat<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Biar Nombok,<br />

Tetap Belanja Buku<br />

Pernah bercita-cita menjadi masinis dan ingin punya sawah.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Nilai koleksi<br />

buku Cak Nur<br />

dibandingkan<br />

dengan rumah<br />

ini kayaknya<br />

lebih mahal<br />

buku.<br />

Secarik undangan dari sebuah<br />

lembaga di negara tetangga masuk<br />

Sekretariat Yayasan Paramadina, kawasan<br />

Pondok Indah, Jakarta Selatan.<br />

Isinya, selain meminta kesediaan Dr Nurcholish<br />

Madjid (Cak Nur) menjadi pembicara, si pengundang<br />

menyatakan siap menanggung biaya<br />

transportasi dan akomodasi. Juga menjanjikan<br />

honor yang, menurut Rahmat Hidayat, kurang<br />

memadai untuk tokoh sekaliber Cak Nur.<br />

Karena itu, saat menyerahkan undangan itu<br />

bersama tumpukan surat lain ke kediaman Cak<br />

Nur di kawasan Tanah Kusir, Jakarta Selatan,<br />

Rahmat, yang menjadi asisten Cak Nur sejak<br />

1995, menduga undangan tersebut tak akan direspons<br />

dengan baik. Tapi dia keliru. “Saya kan<br />

tidak mencari honor, Mat. Tapi acara ini cukup<br />

penting dan pesertanya cukup beragam,” kata<br />

Rahmat menirukan ucapan Cak Nur.<br />

Omi Komariah, istri Cak Nur, pun menyatakan<br />

suaminya tak pernah membicarakan soal<br />

honor sebagai pembicara diskusi atau seminar.<br />

Kesediaan memenuhi undangan biasanya lebih<br />

karena substansi tema dan materi yang akan<br />

disampaikan serta calon peserta. “Kalau dapat<br />

undangan ke luar negeri itu malah seringnya<br />

nombok,” ujar Omi diiringi senyum simpul. “Semua<br />

disyukuri saja. Yang penting, materi yang<br />

disampaikan bisa tersebarkan dengan baik,”<br />

tuturnya.<br />

Suatu kali, seorang teman Cak Nur yang diminta<br />

menggantikannya sebagai pembicara di<br />

sebuah perusahaan badan usaha milik negara<br />

mengucapkan terima kasih karena mengaku<br />

menerima honor lumayan besar. Tapi, pada<br />

kesempatan yang lain, teman yang sama menyatakan<br />

kurang senang karena ternyata si<br />

pengundang tak memberinya honor.<br />

Meski kerap nombok, setiap kali bertandang<br />

ke luar negeri, Cak Nur selalu menyempatkan<br />

diri berbelanja buku sebagai oleh-oleh. Di lantai<br />

dua, yang merupakan ruang kerja sekaligus<br />

perpustakaan pribadi Cak Nur, ada lima rak<br />

besar yang dipadati deretan aneka buku. Semuanya<br />

dilengkapi dengan kode-kode katalog<br />

untuk memudahkan pencarian. Tema bukunya<br />

amat beragam. Selain buku-buku eksakta<br />

dan komputer, ada buku-buku mengenai ilmu<br />

kemanusiaan, agama, budaya, peradaban, dan<br />

beberapa novel, di antaranya The Da Vinci Code<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

karya Dan Brown.<br />

Menurut Omi, Cak Nur pernah<br />

menghabiskan ribuan dolar AS untuk<br />

membeli buku di Belanda. “Bapak pernah<br />

beli buku tipis yang harganya US$<br />

100. Nilai koleksi buku dibandingkan<br />

dengan rumah ini kayaknya lebih<br />

mahal buku,” ujar Omi diiringi tawa.<br />

Sayang, ketika Cak Nur sakit seusai<br />

pemilu presiden 2004, seorang<br />

teman datang dengan<br />

membawa truk untuk<br />

meminjam buku-buku<br />

koleksi Cak Nur. Alasannya,<br />

membantunya<br />

untuk membuatkan<br />

katalog. Tapi, setelah<br />

setahun, pengerjaan<br />

katalogisasi tak pernah<br />

tuntas. “Bapak<br />

Rahmat Hidayat<br />

sudrajat / detikcom<br />

marah betul dan minta supaya (buku) cepat<br />

dikembalikan. Eh, yang dibawa lagi cuma satu<br />

mobil kecil,” ujar Omi. “Sekarang mungkin tinggal<br />

4.000-an yang tersisa,” tuturnya.<br />

Ke depan, buku-buku itu rencananya akan dihibahkan<br />

ke pihak lain yang mampu merawatnya<br />

agar bisa dimanfaatkan masyarakat luas.<br />

Terkait buku, Rahmat punya cerita lain. Pada<br />

Ramadan 2003, Cak Nur sengaja memperpanjang<br />

masa tinggalnya di Mekah seusai umrah<br />

hanya untuk menulis buku. Judulnya Indonesia<br />

Kita.<br />

Di luar soal honor dan buku, Rahmat<br />

menilai Cak Nur sebagai pribadi yang akrab<br />

dengan barang-barang elektronik dan segala<br />

perkakas yang ada di rumah. Alumnus Fakultas<br />

Syariah Institut Agama Islam Negeri<br />

Syarif Hidayatullah, Jakarta (1989-1994), itu<br />

mencontohkan, pada akhir 1995 Cak Nur<br />

sudah memiliki dan menggunakan alat perekam<br />

digital. Alat itu senantiasa dimanfaatkan<br />

untuk merekam setiap ceramah ataupun<br />

wawancara dengan wartawan. Selain untuk<br />

kepentingan dokumentasi, perekam digital<br />

itu berfungsi melakukan cek ulang bila ada<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Cak Nur saat umrah bersama<br />

Rahmat tahun 2000.<br />

dok pribadi<br />

pemberitaan yang tidak akurat.<br />

“Seorang wartawan sebuah koran nasional<br />

pernah kena semprot karena tidak akurat mengutip<br />

pernyataan Cak Nur,” ujar Rahmat.<br />

Soal akurasi amat diperhatikan karena hal itu<br />

menjadi salah satu indikasi kredibel-tidaknya<br />

sebuah media. Soal akurasi ini pulalah yang<br />

biasa menjadi salah satu cara Cak Nur menyeleksi<br />

surat-surat undangan untuk menjadi pembicara<br />

dalam seminar, forum diskusi, ataupun<br />

kepentingan lain. “Kalau menulis nama Cak<br />

Nur sudah tidak tepat, ada kalanya langsung<br />

tersingkir,” ujarnya.<br />

Selama 10 tahun mendampingi Cak Nur,<br />

pria kelahiran Bogor, Jawa Barat, pada 1969 itu<br />

mengaku selalu mendapatkan perlakuan yang<br />

sederajat. Bila bepergian ke luar kota, kata<br />

Rahmat, Cak Nur lebih suka menenteng atau<br />

mendorong kopernya sendiri. Pernah dalam<br />

suatu perjalanan dari Jakarta ke Surabaya, saat<br />

dalam pesawat, Cak Nur-lah yang membantu<br />

memasukkan tasnya ke bagasi. “Tubuh saya<br />

kan lebih pendek, jadi Cak Nur tanpa diminta<br />

langsung membantu saya. Dia tidak birokratis<br />

dan egaliter,” ujar Rahmat. n SUDRAJAT<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Dilamar<br />

Cak Nur<br />

dari Mekah<br />

Kecuali menyetrika, Cak Nur biasa<br />

membantu pekerjaan di rumah.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Omi Komariah<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

“Di balik kesuksesan seorang<br />

pria, pasti ada wanita hebat<br />

di belakangnya.” Ungkapan<br />

itu terasa pas untuk menggambarkan<br />

pasangan Nurcholish Madjid (Cak<br />

Nur) dan Omi Komariah. Cak Nur bisa menjadi<br />

cendekiawan terkemuka dan khusyuk berjuang<br />

menebarkan ide-ide serta pemikirannya berkat<br />

sokongan penuh Omi. Sebagai istri, Omi praktis<br />

mengerjakan semua tugas rutin rumah tangga,<br />

termasuk mendidik kedua putri-putranya.<br />

“Ada uang atau tidak, urusan dapur menjadi<br />

tanggung jawab saya. Pokoknya Bapak tahu<br />

beres. Saya tak mau menambahi beban dia<br />

dengan hal-hal seperti itu,” kata Omi, 65 tahun,<br />

mengenang kehidupannya bersama Cak Nur<br />

selama hampir 36 tahun.<br />

Meski begitu, ia melanjutkan, Cak Nur bukan<br />

tipe suami yang serba harus dilayani. Kalau<br />

sekadar sarapan, dia biasa menyeduh teh dan<br />

menggoreng telur sendiri. Begitupun kalau ada<br />

perkakas rumah tangga yang rusak, seperti<br />

mengganti lampu yang mati atau membersihkan<br />

kompor, Cak Nur pasti dengan sigap turun<br />

tangan. “Bapak itu yang enggak bisa cuma nyetrika<br />

pakaian,” ujar Omi tersenyum simpul.<br />

Pasangan ini berjodoh berkat campur tangan<br />

guru Cak Nur di Pondok Pesantren Darus Salam,<br />

Gontor, Jawa Timur. Maklum, meskipun<br />

sudah dikenal sebagai aktivis cemerlang yang<br />

memimpin Himpunan Mahasiswa Islam, Cak<br />

Nur mempercayakan sepenuhnya kepada sang<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Omi dan Cak Nur di Chicago.<br />

dok. pribadi<br />

kiai di Gontor untuk memilihkan calon istri.<br />

Oleh sang kiai, Cak Nur dijodohkan dengan<br />

putri kedua Mohamad Kasim, pengusaha asal<br />

Madiun, yang menjadi donatur tetap Pondok<br />

Pesantren Gontor.<br />

“Sewaktu masih kelas II SMA, tiba-tiba Bapak<br />

minta foto saya. Feeling saya, mesti ada apa-apa<br />

nih, mau dijodohkan. Ya sudah, saya kasih pasfoto<br />

saja biar si lelaki enggak jadi naksir,” ujar<br />

Omi mengenang diiringi tawa.<br />

Siasat itu keliru. Tak lama berselang, si pemuda<br />

bertandang. Omi pun diminta menyuguhkan<br />

air minum dan makanan kecil. Karena ada<br />

pembantu, Omi menolak. Namun sang ibu, Siti<br />

Sutirah, membujuk agar dia melakukan tugas<br />

itu. Sepintas Omi cuma melirik si pemuda<br />

berpenampilan amat sederhana. Tapi, dalam<br />

obrolan dengan sang ayah, ada kesan lelaki itu<br />

adalah aktivis perjuangan.<br />

Hingga suatu hari Omi menerima surat dari<br />

Cak Nur, yang intinya menanyakan kesediaannya<br />

menjadi istri. Surat itu ditulis di sela-sela<br />

menunaikan ibadah haji yang dibiayai Kementerian<br />

Pendidikan Saudi. “Jadi Bapak sudah<br />

berhaji saat bujangan. Dia melamar lewat surat<br />

yang ditulisnya setelah berdoa di depan Ka’bah<br />

di Mekah,” tutur Omi.<br />

Mereka akhirnya menikah pada 30 Agustus<br />

1969, ketika Omi masih kuliah tingkat II di Fakultas<br />

Kedokteran Universitas Islam Indonesia,<br />

Yogyakarta. Baru setelah Omi hamil lima bulan,<br />

Cak Nur memboyongnya ke Jakarta. Mereka<br />

tinggal di rumah yang dipinjamkan Hartono,<br />

pengusaha kapal, di daerah Tebet.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Cepat atau<br />

lambat, semua<br />

orang akan<br />

dipanggil<br />

Tuhan.<br />

Sekarang<br />

Papa dulu<br />

yang dipanggil<br />

Allah.<br />

Hingga dikaruniai dua anak, Nadya dan<br />

Mikail, kehidupan rumah tangga Cak Nur dan<br />

Omi tertatih-tatih. Maklum, sebagai aktivis, Cak<br />

Nur tak punya penghasilan tetap. Toh, Omi tak<br />

pernah mengeluh. Begitupun selama mendampingi<br />

Cak Nur menempuh pendidikan doktoral<br />

di Universitas Chicago, Amerika Serikat, pada<br />

1978-1984, dia harus bekerja serabutan sebagai<br />

pengasuh bayi hingga petugas cleaning servis.<br />

Ia patuh pada pesan sang ayah, agar tak mengganggu<br />

suami dengan urusan materi.<br />

“Kamu akan menjadi istri seorang aktivis,<br />

pejuang. Jangan terlalu menuntut banyak materi.<br />

Kalau ada apa-apa, ke saya saja,” tutur Omi<br />

menirukan nasihat Mohamad Kasim.<br />

Sepulang dari Amerika, Omi lebih banyak<br />

menghabiskan waktu menemani Cak Nur ke<br />

mana pun. Berceramah di kelompok-kelompok<br />

pengajian, menjadi pembicara dalam seminar<br />

level nasional, hingga konferensi internasional<br />

di banyak negara Asia, Eropa, dan Amerika.<br />

Semua dilakukan atas permintaan sang suami,<br />

meski semula Omi merasa risi, takut dikira<br />

sebagai istri pencemburu.<br />

“Itu Bapak yang selalu minta karena butuh<br />

tempat curhat, yang hanya bisa diceritakan kepada<br />

saya. Saat di mobil sebelum tiba di tempat<br />

acara, dia suka tanya sebaiknya menyampaikan<br />

cerita apa kepada audiens,” katanya.<br />

Omi pun nyaris tak pernah beranjak dari sisi<br />

Cak Nur saat menjalani perawatan di Cina dan<br />

Singapura, hingga mengembuskan napas terakhir<br />

di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta,<br />

pada 29 Agustus 2005. Omi sempat membacakan<br />

surat Al-Fatihah dan Al-Ikhlas seperti<br />

diminta Cak Nur sesaat sebelum mengembuskan<br />

napas terakhirnya.<br />

“Cepat atau lambat, semua orang akan<br />

dipanggil Tuhan. Sekarang Papa dulu yang dipanggil<br />

Allah, nanti Mama dan anak-anak pasti<br />

menyusul,” bisik Omi kala itu. Kini, sembilan<br />

tahun sudah jasad Cak Nur bersemayam di Taman<br />

Makam Pahlawan Kalibata. Dan Omi bersama<br />

para murid Cak Nur bertekad merawat<br />

warisan sang Guru Bangsa dan melanjutkan<br />

cita-citanya. Amin.... ■ Sudrajat<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


sains<br />

2345678910<br />

2345678910<br />

Perempuan<br />

Satu-satunya<br />

“Dia pantas mendapatkan Medali Fields....<br />

Pekerjaannya luar biasa.”<br />

34567891011<br />

2345678910<br />

2345678910<br />

2345678910<br />

34567891011<br />

2345678910<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


sains<br />

Itulah pertama<br />

kalinya aku<br />

menjumpai solusi<br />

yang sangat cantik.<br />

Dua pekan lalu, Presiden Iran Hassan<br />

Rouhani bercuit di Twitter. “Congrats<br />

to #MaryamMirzakhani on becoming<br />

the first ever woman to win the #Fields­<br />

Medal, making us Iranians very proud,” Presiden<br />

Rouhani menulis.<br />

Di tweet-nya, Presiden Rouhani juga menyertakan<br />

dua foto Maryam. Satu foto Maryam<br />

mengenakan hijab, satu lagi tanpa kerudung.<br />

Ucapan selamat Presiden Rouhani di Twitter itu<br />

segera memancing rupa-rupa komentar. Mereka<br />

tak membicarakan teori-teori matematika<br />

Maryam, melainkan dua foto yang diunggah<br />

Presiden Rouhani.<br />

Di Iran, perempuan tanpa hijab merupakan barang<br />

langka. Bahkan memajang foto sendiri tanpa<br />

hijab di Internet bisa berujung di penjara. Pada<br />

2010, aktivis hak asasi manusia Nasrin Sotoudeh<br />

dijatuhi hukuman enam tahun penjara hanya<br />

gara-gara mengunggah video yang menampilkan<br />

dia tanpa hijab.<br />

“Tak pernah terjadi sebelumnya,” Negar<br />

Mortazavi, keturunan Iran yang tinggal di<br />

Washington, DC, menulis di Twitter. “@HassanRouhani<br />

shared photo of Iranian-American<br />

mathematician Maryam Mirzakhani without<br />

Islamic Hijab.”<br />

Terlepas soal dia mengenakan hijab atau tidak,<br />

prestasi Maryam Mirzakhani, 37 tahun, luar biasa.<br />

Di kalangan matematika wan, gengsi penghargaan<br />

Fields ini setara dengan Hadiah Nobel Fisika atau<br />

Nobel Kedokteran. Sejak pertama kali penghargaan<br />

Fields dianugerahkan pada 1936, perempuan<br />

yang lahir dan besar di Teheran, Iran, itu merupakan<br />

perempuan pertama dan satu-satunya yang<br />

pernah mendapatkannya.<br />

“Aku sangat senang jika penghargaan ini<br />

memberikan dorongan lebih besar bagi para<br />

matematikawan dan ilmuwan perempuan,” kata<br />

Maryam dua pekan lalu. “Aku yakin bakal ada<br />

semakin banyak perempuan yang memenangi<br />

penghargaan seperti ini.” Kendati tak sedikit<br />

ilmuwan perempuan yang brilian, matematika<br />

adalah ladang yang sangat “kering” perempuan.<br />

Sangat sedikit profesor matematika perempuan<br />

di kampus-kampus top dunia, termasuk di<br />

Stanford, kampus Maryam.<br />

Dari puluhan profesor matematika, hanya<br />

ada dua perempuan: Maryam dan Elenis Ionel.<br />

Padahal, siapa sangka, Maryam kecil tak pernah<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


sains<br />

youtube<br />

bercita-cita menjadi jago matematika. “Mimpiku<br />

adalah menjadi penulis,” kata Maryam. Sejak kecil,<br />

dia memang doyan menulis dan membaca. Buku<br />

apa pun dia lahap. Dari cerita anak-anak hingga<br />

novel Lust for Life, novel mengenai hidup pelukis<br />

Vincent van Gogh.<br />

Angka tak pernah menarik bagi Maryam kecil.<br />

Di sekolah, nilai matematikanya juga tak tergolong<br />

bagus. Guru matematikanya pun tak menganggapnya<br />

sebagai anak yang punya bakat dalam<br />

ilmu hitung, membuat Maryam semakin jauh<br />

dari matematika. “Aku kehilangan minat pada<br />

matematika,” Maryam, kini profesor matematika<br />

di universitas kondang, Universitas Stanford, menuturkan<br />

masa kecilnya.<br />

Rumus perhitungan sederhana Gauss-lah<br />

yang menyedot minat Maryam pada matematika.<br />

Suatu hari, saudara laki-lakinya menunjukkan<br />

bagaimana ilmuwan Jerman abad ke-18,<br />

Carl Friedrich Gauss, menjumlah seluruh angka<br />

dari 1 hingga 100. “Itulah pertama kalinya aku<br />

menjumpai solusi yang sangat cantik, walaupun<br />

bukan aku yang menemukannya,” kata<br />

Maryam. Setelah itu, sejak di bangku sekolah<br />

menengah atas, perhatiannya tak teralihkan<br />

dari matematika.<br />

Dua tahun berturut-turut dia menyabet medali<br />

emas Olimpiade Matematika. Pada 1994, Maryam<br />

hanya membuat satu kesalahan. Pada Olimpiade<br />

Matematika setahun kemudian, dia mencatat nilai<br />

sempurna. Tanpa satu pun kesalahan. Setelah lulus<br />

sarjana matematika dari Universitas Teknologi<br />

Sharif, Teheran, Maryam mendapatkan gelar doktor<br />

matematika dari Universitas Harvard, Amerika<br />

Serikat, pada 2004.<br />

“Dia punya imajinasi yang berani.... Dia akan<br />

memformulasikan imajinasi apa yang akan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


sains<br />

Sangat<br />

menyenangkan....<br />

Seperti menuntaskan<br />

puzzle atau<br />

menghubungkan<br />

titik-titik dalam<br />

kasus detektif.<br />

terjadi itu dalam otaknya, kemudian datang ke<br />

kantorku dan mendeskripsikannya. Dia akan<br />

bertanya kepadaku, ‘Apakah itu benar’” kata<br />

Curtis McMullen, pembimbingnya di Harvard.<br />

Seperti Maryam, Curtis juga pernah memenangi<br />

Medali Fields.<br />

●●●<br />

Matematika seperti yang ditekuni Maryam<br />

memang tidak untuk semua orang. Bahkan, untuk<br />

sekadar memahaminya, bagi mereka yang tak<br />

pernah belajar matematika hingga tingkat lanjut,<br />

bakal membuat jidat berlipat-lipat dan tetap tidak<br />

paham.<br />

Karya-karya Maryam berkontribusi besar dalam<br />

geometri hiperbolik dan sistem dinamik. Karyanya<br />

dalam permukaan Riemann menjawab sebagian<br />

pertanyaan tak terungkap selama belasan tahun.<br />

Permukaan Riemann diberi nama berdasarkan<br />

Bernhard Riemann, jenius matematika Jerman<br />

pada abad ke-19.<br />

Menurut Riemann, setiap permukaan bisa<br />

digolongkan menurut angka genus. Bola memiliki<br />

genus nol, sementara permukaan cangkir kopi<br />

bergenus satu. Kue pretzel yang sempurna memiliki<br />

genus tiga. Satu permukaan dapat menjadi<br />

permukaan Riemann jika ditambahkan dengan<br />

struktur kompleks.<br />

Salah satu bentuk utama permukaan Riemann<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


sains<br />

adalah permukaan hiperbolik Riemann. Salah satu<br />

fokus analisis Maryam adalah geodesika tertutup<br />

dalam permukaan hiperbolik. Menurut Maryam,<br />

inilah kurva tertutup yang panjangnya tak bisa<br />

diperpendek lewat deformasi struktur.<br />

Temuan profesor matematika di Universitas<br />

Stanford ini sekaligus membuktikan konjektur<br />

Edward Witten, fisikawan dari Institute for Advanced<br />

Study, Princeton, yang sudah berumur<br />

lebih dari dua dekade. “Dia pantas mendapatkan<br />

Medali Fields.... Pekerjaannya luar biasa,” Peter<br />

Sarnak, profesor matematika di Universitas Princeton,<br />

memuji pencapaian Maryam.<br />

Bagi Maryam, mengutak-atik rupa-rupa<br />

problem matematika tak terpecahkan seperti<br />

tengah bermain. “Sangat menyenangkan...<br />

Seperti menuntaskan puzzle atau menghubungkan<br />

titik-titik dalam kasus detektif,” kata<br />

Maryam. “Aku merasa ini sesuatu yang aku<br />

bisa mengerjakannya, dan aku ingin mengejarnya.”<br />

Dia sangat menikmati misteri matematika yang<br />

sangat pelik dan butuh waktu berbulan-bulan,<br />

bertahun-tahun, untuk memecahkan, bahkan<br />

mungkin tak ada solusinya. Dia mendeskripsikan<br />

diri sebagai orang yang lambat tapi punya napas<br />

panjang. Filosofi serupa yang dia terapkan saat<br />

berlari, hobi yang dia tekuni bersama suaminya,<br />

Jan Vondrak, peneliti di IBM Almaden Research<br />

Center, California.<br />

“Aku tak punya resep khusus. Inilah alasan<br />

mengapa riset itu sangat menantang sekaligus<br />

menarik.... Seperti kita tersesat di hutan dan<br />

dipaksa memakai semua pengetahuan untuk<br />

mencari jalan,” ujar Maryam. ■<br />

SAPTO praDITYO | Quanta | GuarDian | stanFORD | nytimes<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

Dua Muka<br />

‘Negara Islam’<br />

“Aku seperti tengah<br />

berurusan dengan<br />

petugas pemerintah yang<br />

terhormat ketimbang<br />

gerombolan preman.”<br />

Thomas Peter/Reuters<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

Surat elektronik itu tiba di kotak<br />

surat pasangan John Foley Sr dan<br />

Diane Foley pada Selasa, 12 Agustus<br />

lalu. Sang pengirim mengklaim sebagai<br />

orang yang menculik anak mereka, James<br />

Foley, pada November 2012.<br />

Surat itu bertajuk (dikutip sesuai aslinya ),<br />

“HOW LONG WILL THE SHEEP FOLLOW THE<br />

BLIND SHEPPARD”<br />

A message to the American government and<br />

their sheep like citizens:<br />

We have left you alone since your disgraceful<br />

defeat in Iraq. We did not interfere in your country<br />

or attack your citizens while they were safe<br />

in their homes despite our capability to do so!<br />

As for the scum of your society who are held<br />

prisoner by us, THEY DARED TO ENTER THE<br />

LION’S DEN AND WHERE EATEN!<br />

You were given many chances to negotiate the<br />

release of your people via cash transactions as<br />

James Foley setelah<br />

dibebaskan oleh<br />

pemerintah Libya di<br />

Hotel Rixos, Tripoli,<br />

pada 18 Mei 2011.<br />

Louafi Larbi/Reuters<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

“Nasib warga<br />

Amerika ini, Obama,<br />

bergantung pada<br />

keputusanmu.”<br />

other governments have accepted,<br />

We have also offered prisoner exchanges to<br />

free the Muslims currently in your detention like<br />

our sister Dr Afia Sidiqqi, however you proved<br />

very quickly to us that this is NOT what you are<br />

interested in.<br />

You have no motivation to deal with the Muslims<br />

except with the language of force, a language<br />

you were given in “Arabic translation”<br />

when you attempted to occupy the<br />

land of Iraq!<br />

Now you return to bomb the Muslims<br />

of Iraq once again, this time<br />

resorting to Arial attacks and “proxy<br />

armies”, all the while cowardly shying<br />

away from a face-to-face confrontation!<br />

Today our swords are unsheathed towards you,<br />

GOVERN MENT AND CITIZENS ALIKE! AND<br />

WE WILL NOT STOP UNTILL WE QUENCH<br />

OUR THIRST FOR YOUR BLOOD.<br />

You do not spare our weak, elderly, women or<br />

children so we will NOT spare yours!<br />

You and your citizens will pay the price of your<br />

bombings!<br />

The first of which being the blood of the American<br />

citizen, James Foley!<br />

He will be executed as a DIRECT result of your<br />

transgressions towards us!<br />

James Foley, reporter GlobalPost, ditangkap<br />

milisi Negara Islam pada 22 November 2012<br />

saat tengah meliput di wilayah utara Suriah,<br />

tak jauh dari perbatasan Turki. Dua wartawan<br />

Prancis, Didier Francois dan Nicholas Henin,<br />

yang sempat beberapa bulan ditahan bersama<br />

James, sudah dilepaskan pada Mei lalu.<br />

James, menurut Didier, orang yang sangat<br />

kuat sekalipun berada dalam tekanan terusmenerus.<br />

“Dia merupakan salah seorang pilar<br />

di antara para tahanan.... Dia orang yang sangat<br />

luar biasa, teman yang menyenangkan selama<br />

dalam sekapan,” kata Didier pekan lalu.<br />

Sial bagi James, milisi Negara Islam sempat<br />

membuka laptop miliknya dan menemukan<br />

fakta bahwa John Foley, saudara kandung James,<br />

bekerja sebagai prajurit Angkatan Udara<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

James Foley<br />

sebelum dibunuh<br />

oleh milisi Negara<br />

Islam. Tak<br />

diketahui persis<br />

kapan peristiwa ini<br />

terjadi.<br />

Reuters<br />

Amerika Serikat. “Dia kemudian menjadi sasaran<br />

utama pukulan dan cambukan di antara<br />

semua tahanan,” Nicholas menuturkan.<br />

Selama setahun tak ada kabar soal James. Baru<br />

pada November 2013, penculik James mengirimkan<br />

surat permintaan tebusan yang tak kira-kira<br />

besarnya, yakni US$ 132 juta atau Rp 1,5 triliun.<br />

Menurut bos GlobalPost, Phil Balboni, keluarga<br />

dan manajemen GlobalPost, dengan bantuan Biro<br />

Investigasi Federal (FBI), telah meminta pengampunan<br />

bagi James. Namun tak ada tanggapan<br />

hingga surat pada 12 Agustus lalu.<br />

Sepekan setelah surat itu datang, muncul<br />

video menggemparkan di YouTube. Di video<br />

bertajuk A Message to America itu seorang<br />

anggota milisi Negara Islam dengan keji memenggal<br />

kepala James Foley.<br />

“Inilah James Wright Foley, warga Amerika.<br />

Pemerintah kalian telah menjadi ujung<br />

tombak agresi terhadap Negara Islam.... Hari<br />

ini, Angkatan Udara kalian setiap hari menyerang<br />

kami di Irak. Serangan kalian telah<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Ketika pabrik miliknya di Kota Aleppo runtuh<br />

dihantam bom pada Juli lalu, Qadri—dia menolak<br />

menyebutkan nama lengkapnya—hanya<br />

punya dua pilihan suram bagi masa depannya.<br />

Pertama, bertahan di rumahnya dan bersiap<br />

menanggung risiko mati kena bom. Atau, buruburu<br />

hengkang dan bergabung dengan ribuan<br />

pengungsi lain dari Suriah.<br />

Qadri memilih jalan lain. Dia mengumpulkan<br />

semua harta yang tersisa dan berpindah ke arah<br />

timur Aleppo. Dia memilih berpindah ke Raqqa,<br />

sekitar 160 kilometer arah timur dari Aleppo.<br />

Tak disangka, di kota yang kini dikuasai milisi<br />

Negara Islam itu, dia menemukan keamanan<br />

dan ketertiban, dua hal yang langka di Suriah<br />

hari ini.<br />

Di Raqqa, dia membuka kembali usaha pakaian<br />

anak-anak. “Perang di Suriah masih panjang,<br />

jadi kita harus tetap melanjutkan hidup,” kata<br />

Qadri beberapa pekan lalu. Di Raqqa, kota<br />

yang kini sering dianggap sebagai Ibu Kota Negara<br />

Islam—dulu Negara Islam di Suriah dan<br />

Ash-Syam—mereka menerapkan hukum Islam<br />

sesuai versi mereka dengan tangan besi.<br />

Patung-patung di seluruh kota, seperti painternasional<br />

“Sekarang tak<br />

ada lagi suku yang<br />

berani melawan<br />

milisi Negara<br />

Islam.”<br />

menimbulkan korban warga muslim. Kami<br />

tentara Islam yang telah diakui oleh kalangan<br />

muslim seluruh dunia,” kata laki-laki di<br />

samping Foley.<br />

Pada akhir video, dia menunjukkan foto Steven<br />

Joel Sotloff, 31 tahun. Warga Miami, Amerika,<br />

itu bekerja untuk majalah Time dan Foreign<br />

Policy. Dia diculik milisi Negara<br />

Islam tak jauh dari Kota Aleppo<br />

pada Agustus 2013. “Nasib<br />

warga Amerika ini, Obama, bergantung<br />

pada keputusanmu,”<br />

dia mengancam. Selain Sotloff,<br />

masih ada sejumlah wartawan<br />

asing dan relawan kemanusiaan<br />

yang diculik dan hilang tak<br />

tentu rimba di Suriah dan Irak.<br />

Dari aksennya, Paul Kerswill, ahli bahasa<br />

dari Universitas York, menduga anggota milisi<br />

Negara Islam itu berasal dari daerah East End,<br />

London. “Dia mungkin punya latar belakang<br />

bahasa asing, tapi aksennya mirip dengan aksen<br />

campuran daerah London,” Paul menduga.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

Milisi Negara Islam<br />

berkonvoi di Kota<br />

Raqqa, Suriah.<br />

Al-Jazeera<br />

tung singa di Taman Al-Rasheed, dirobohkan<br />

karena dinilai sebagai bentuk penyekutuan<br />

Allah. Alun-alun Al-Amasy, yang biasa dipenuhi<br />

dengan muda-mudi yang berpacaran, kini dipagar<br />

besi. Angka kejahatan turun drastis. Maling<br />

yang tertangkap tangan langsung dipotong tangannya<br />

di muka umum.<br />

“Kami membangun Negara Islam yang mencakup<br />

seluruh aspek kehidupan.... Tak ada yang<br />

berani mencuri dari warga muslim, karena<br />

hukumannya adalah potong tangan,” kata Abu<br />

Musa, juru bicara Negara Islam di Raqqa.<br />

Milisi Negara Islam menyulap bekas Balai<br />

Kota Raqqa menjadi kantor Komisi Pelayanan<br />

Islam. Pengadilan Syariah dan polisi berkantor<br />

di gedung bekas milik Kementerian Keuangan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

Milisi Negara Islam<br />

menghancurkan<br />

rokok di Kota<br />

Raqqa, Suriah.<br />

IBTimes<br />

Suriah. Sementara itu, Bank Kredit Suriah kini<br />

bersalin fungsi menjadi kantor pajak Negara Islam.<br />

Gereja terbesar di kota itu, Gereja Katolik<br />

Armenia, disulap menjadi Islamic Center.<br />

“Yang aku lihat di Raqqa adalah Negara Islam<br />

punya visi yang jelas seperti apa negara yang<br />

mereka maksud,” ujar seorang pensiunan guru<br />

di Raqqa. “Ini sama sekali bukan da gelan.”<br />

Setiap bulan, petugas pajak Negara Islam<br />

akan menagih “pajak” sebesar sekitar Rp 200<br />

ribu kepada para pemilik toko. Sebagian uang<br />

itu untuk membayar tagihan air bersih dan listrik,<br />

sebagian lain untuk jasa keamanan. Menurut<br />

beberapa pemilik toko, jumlah tagihan itu<br />

lebih kecil ketimbang yang harus mereka bayar<br />

ke petugas rezim Bashar al-Assad.<br />

“Aku seperti tengah berurusan dengan petugas<br />

pemerintah yang terhormat ketimbang<br />

gerombolan preman,” kata seorang pemilik<br />

toko emas di Raqqa. Penguasa Negara Islam<br />

melarang warga kota merokok dan menikmati<br />

sisha. Semua perempuan wajib berhijab dan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

Jika al-Sheitat<br />

sudah selesai<br />

urusannya dengan<br />

kami, suku-suku<br />

lain akan jadi<br />

target berikutnya.<br />

menutup wajahnya.<br />

Suatu kali, polisi syariah menemukan satu<br />

perempuan tak menutup wajahnya dalam<br />

bus tujuan Damaskus. Polisi syariah meminta<br />

perempuan itu pulang dan melengkapi pakaiannya.<br />

Barulah mereka mengizinkan bus itu<br />

berangkat.<br />

Sadar bahwa milisi Negara<br />

Islam tak bisa mengelola dan<br />

mengoperasikan satu kota, sang<br />

pemimpin tertinggi, Abu Bakar<br />

al-Baghdadi, meminta dokter<br />

dan insinyur dari pelbagai kota<br />

di Suriah, Irak, dan negaranegara<br />

lain bergabung de ngan<br />

mereka di Raqqa.<br />

Perusahaan listrik di Raqqa, misalnya, kini<br />

dikelola oleh insinyur dari Sudan, sementara<br />

rumah sakit Raqqa dipimpin dokter dari Yordania.<br />

Ketika Mosul di Irak membutuhkan dokter<br />

untuk mengoperasikan rumah sakit di sana,<br />

sang dokter segera berangkat ke kota itu. “Dia<br />

berbicara kepada kami dengan penuh keyakinan<br />

bahwa kekhalifahan Negara Islam yang<br />

dimulai di Raqqa akan menyebar ke seluruh<br />

dunia,” ujar seorang staf rumah sakit di Raqqa.<br />

Para tetua suku Al-Sheitat di Provinsi Deir Ezzor,<br />

Suriah, pernah punya kesepakatan dengan<br />

pemimpin Negara Islam. Kedua pihak bersepakat<br />

tak akan saling mengganggu. Para prajurit<br />

dari suku Al-Sheitat tak akan menghalangi ekspansi<br />

milisi Negara Islam, sebagai balasannya,<br />

milisi Negara Islam juga akan menjauhi suku<br />

Al-Sheitat.<br />

Namun kesepakatan itu bubar setelah milisi<br />

Negara Islam menangkap dua tetua suku Al-<br />

Sheitat pada awal Agustus lalu. Pertempuran<br />

kedua pihak tak terhindarkan di tiga kota dengan<br />

mayoritas penduduk keturunan Al-Sheitat,<br />

yakni Abu Hamam, Kashkiyeh, dan Ghraneij.<br />

Kepala suku Sheitat, Syekh Rafaa Aakla al-Raju,<br />

mengajak suku-suku lain bergabung untuk<br />

melawan milisi Negara Islam. “Kami mengajak<br />

suku-suku lain bergabung bersama kami, karena<br />

giliran mereka berikutnya.... Jika Al-Sheitat<br />

sudah selesai urusannya dengan kami, sukusuku<br />

lain akan jadi target berikutnya.”<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

Milisi Negara Islam<br />

berkonvoi di Kota<br />

Raqqa, Suriah.<br />

Al-Jazeera<br />

Para prajurit suku Al-Sheitat tak kuasa menahan<br />

milisi Negara Islam yang punya persenjataan<br />

lebih lengkap dan canggih. Mereka<br />

terpaksa mundur dari basis-basis komunitas Al-<br />

Sheitat. “Situasinya sangat buruk... tapi warga<br />

tak sanggup mengusir mereka,” ujar seorang<br />

aktivis hak asasi manusia di Suriah.<br />

Dengan bengis, ratusan warga suku Al-Sheitat<br />

yang tertangkap dan menolak dibaiat menjadi<br />

anggota Negara Islam dibunuh. Menurut<br />

catatan Syrian Observatory for Human Rights<br />

(SOHR), selama dua pekan pertempuran, lebih<br />

dari 700 prajurit dan warga suku Al-Sheitat mati<br />

dieksekusi oleh milisi Negara Islam. Tak sedikit<br />

pula yang mati dengan kepala terpenggal.<br />

“Sekarang tak ada lagi suku yang berani<br />

melawan milisi Negara Islam setelah kekalahan<br />

suku Al-Sheitat,” ujar Ahmad Ziyada al-Qaissi,<br />

seorang pendukung Negara Islam di Distrik<br />

Mayadin, Deir Ezzor. n SAPTO prADITYO | guArdiAN | CNN |<br />

reuters | globAlpost<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

Don Casanova Incar<br />

‘Takhta’<br />

“Kami perkenalkan orang yang akan menyelamatkan Pakistan.”<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Ulama Pakistan, Muhammad<br />

Tahirul Qadri, dan<br />

pendukungnya menggelar<br />

protes di Kota Islamabad,<br />

Sabtu (16/8).<br />

Akhtar Soomro/Reuters<br />

Imran Khan Niazi punya berderet “titel”.<br />

Pada 1980-an, orang menyebutnya sebagai<br />

don casanova, penakluk para perempuan.<br />

Posturnya yang gagah dan langsing, karismanya<br />

sebagai kapten tim kriket Pakistan yang<br />

berjaya di Piala Dunia, lulusan Universitas Oxford<br />

yang kondang, dan berlimpah harta membuat<br />

para sosialita di Kota London bertekuk<br />

lutut.<br />

Pesta dan wanita. Imran hinggap dari satu<br />

pesta ke pesta lain, dari satu klub malam ke klub<br />

malam lain di London. Kisah-kisah asmaranya<br />

menjadi santapan tabloid-tabloid Inggris yang<br />

lapar gosip.<br />

“Aku seorang bujangan. Aku sudah memutuskan<br />

tak akan menikah selama masih bermain<br />

kriket,” Imran memberikan dalih. Malam-malam<br />

panjang Imran sering dia lewatkan di Annabel’s<br />

dan Tramp, dua klub malam kelas atas di West<br />

End, London, bersama para jetset Inggris,<br />

seperti Mick Jagger dan Elton John. “Aku tak<br />

pernah mengklaim diri sebagai malaikat.”<br />

Kematian ibunya, Shaukat Khanum, orang<br />

yang paling dekat dengannya, akibat kanker<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Aku tak pernah<br />

mengklaim<br />

diri sebagai<br />

malaikat. ”<br />

pada 1985, juga pertemuannya dengan sufi<br />

dari Pakistan, Mian Bashir, membelokkan jalan<br />

hidup Imran. “Tak ada orang lain sedekat itu<br />

denganku, kecuali ibuku,” kata Imran, kini 61 tahun.<br />

Imran juga mengaku banyak dipengaruhi<br />

pemikiran filosof besar Pakistan, Muhammad<br />

Iqbal.<br />

Dia menemukan misi baru dalam hidupnya:<br />

membangun rumah sakit khusus penyakit kanker.<br />

Imran berkeliling dunia menggalang dana.<br />

Sebagian besar harta pribadinya, bahkan pelbagai<br />

barang kenangan sebagai bintang kriket,<br />

ludes demi membangun rumah sakit. Rumah<br />

Sakit dan Pusat Riset Kanker Shaukat Khanum<br />

di Lahore, Pakistan, resmi dibuka pada akhir<br />

Desember 1994.<br />

Adalah Jemima Goldsmith, gadis muda 21<br />

tahun, yang berhasil menyeret Imran—saat<br />

itu umurnya sudah 42 tahun—ke pelaminan.<br />

Menurut putri miliarder Inggris, Sir James Goldsmith<br />

dan Lady Annabel Vane-Tempest-Stewart,<br />

itu, dia berkenalan dengan sang playboy<br />

lewat perantaraan saudara perempuannya,<br />

India Jane.<br />

“Saudara perempuanku membuatnya seolah-olah<br />

seperti perjodohan tradisional.<br />

Imran mengatakan dia akan menikah dengan<br />

perempuan muslim Pakistan yang dijodohkan<br />

de ngannya,” Jemima mengenang pertemuan<br />

pertamanya dengan Imran. Tapi Imran memilih<br />

Jemima, seorang gadis keturunan Yahudi.<br />

Belakangan, Jemima beralih memeluk Islam.<br />

“Aku seperti menemukan pasangan jiwa. Dia<br />

memiliki semua kualitas yang aku hormati dan<br />

inginkan dari seorang suami.”<br />

Padahal kala itu Imran tak lagi bujangan kaya<br />

raya. Sebagian besar hartanya sudah tandas<br />

demi membangun rumah sakit. “Dia memberikan<br />

semuanya yang berharga, termasuk mobil<br />

Mercedes dan bat kriket Piala Dunia miliknya.<br />

Dia bisa dibilang miskin saat aku bertemu<br />

dengannya,” kata Jemima soal suaminya.<br />

Apalagi setelah setahun kemudian Imran terjun<br />

ke politik dan mendirikan partai, Pakistan<br />

Tehreek e-Insaf (PTI) atau Partai Pergerakan<br />

Pakistan untuk Keadilan. “Aku sudah sampai<br />

titik di mana hanya ada dua pilihan: mencari<br />

green card dan emigrasi, atau bertahan di Pa-<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Pesawat-pesawat kecil<br />

tanpa awak merekam<br />

pidato Imran Khan di<br />

Kota Lahore, Pakistan,<br />

Kamis (14/8).<br />

Akhtar Soomro/Reuters<br />

kistan dan bertarung,” kata Imran. Dia memilih<br />

yang kedua.<br />

Sebagai “partai kemarin sore”, perjalanan<br />

Partai Keadilan sempat tertatih-tatih. Kendati<br />

namanya tersohor di Pakistan, Imran bukan jaminan<br />

bagi perolehan suara partainya. Apalagi<br />

pernikahannya dengan putri miliarder Yahudi<br />

jadi bahan pergunjingan di negara mayoritas<br />

muslim seperti Pakistan.<br />

“Ini lelucon paling buruk untuk negeri ini....<br />

Apakah dia tak bisa menemukan satu perempuan<br />

pun yang cocok di antara 120 juta orang”<br />

Amin Minhas, ulama Pakistan, mengkritik pilihan<br />

Imran. Sebagian lawan politiknya malah menuding<br />

pernikahannya dengan Jemima sebagai<br />

bagian dari konspirasi Zionis. Imran tak peduli.<br />

Perlahan, suara Imran yang keras mengkritik<br />

korupsi yang membelit Pakistan dan sikapnya<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Pakistan<br />

kami sedang<br />

sekarat.”<br />

melawan operasi pesawat tanpa awak Amerika<br />

Serikat berhasil menyedot dukungan. Alih-alih<br />

mengusir Taliban, menurut Imran, serangan<br />

pesawat tanpa awak dan operasi militer ke<br />

basis-basis Taliban malah memakan ribuan jiwa<br />

warga sipil.<br />

“Ini harus dihentikan.... Stop serangan pesawat<br />

tanpa awak, tarik prajurit dan bicara dengan<br />

para tetua suku,” kata Imran. Pada pemilihan<br />

umum 2013, Partai Keadilan meraih 34 kursi<br />

parlemen dan menjadi partai ketiga terbesar.<br />

●●●<br />

“Kami perkenalkan orang yang akan menyelamatkan<br />

Pakistan,” kata seorang pembawa<br />

acara kepada ribuan orang di Kota Karachi<br />

beberapa waktu lalu. Orang yang dia maksud<br />

adalah Imran Khan, mantan bintang kriket Pakistan.<br />

“Pakistan kami sedang sekarat. Kami berharap<br />

ada orang yang naik ke kekuasaan dan melakukan<br />

sesuatu bagi Pakistan,” kata Musarat<br />

Jumani, 52 tahun. Menurut Mohammad Omar,<br />

23 tahun, Pakistan perlu perubahan revolusioner.<br />

“Imran Khan satu-satunya harapan kami<br />

saat ini,” Shohaid Siddqui, sobatnya, menimpali.<br />

Bak magnet yang sangat kuat, Imran menyedot<br />

sokongan dari pelbagai kalangan. Sejak dua<br />

pekan lalu, Imran disokong partainya, Partai<br />

Keadilan, menggalang ribuan orang dari pelbagai<br />

kota di Pakistan. Mereka menggandeng<br />

Muhammad Tahirul Qadri, pemimpin Partai<br />

Pakistani Awami Tehreek atau Partai Gerakan<br />

Rakyat.<br />

Tujuan long march ini sangat ambisius, yakni<br />

menggeruduk Ibu Kota Islamabad dan memaksa<br />

Perdana Menteri Nawaz Sharif turun dari<br />

kursinya. Menurut Imran, Nawaz Sharif punya<br />

dosa besar, yaitu berbuat curang dalam pemilu<br />

2013. Pemerintahan Sharif, menurut Tahirul,<br />

juga korup.<br />

“Nawaz Sharif harus lengser paling lambat<br />

besok pukul 8 malam. Jika tidak, kami akan<br />

menyerbu rumah Perdana Menteri,” Imran<br />

menyampaikan ancaman Selasa pekan lalu.<br />

Namun, hingga Rabu malam, tak ada secuil<br />

pun sinyal Nawaz Sharif bakal menyerahkan<br />

kursinya.<br />

Salah seorang pembantu dekat Sharif,<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Pendukung ulama<br />

Pakistan, Muhammad<br />

Tahirul Qadri,<br />

berduyun-duyun menuju<br />

Islamabad dari Kota<br />

Lahore, Kamis (14/8).<br />

Mohsin Raza/Reuters<br />

Menteri Perkeretaapian, Khawaja Saad Rafique,<br />

bercuit di Twitter, mengabarkan rencana<br />

Perdana Menteri Sharif menemui Imran<br />

Khan. Namun belum jelas kapan pertemuan<br />

itu berlangsung.<br />

Shah Mahmood Qureshi, salah satu pemimpin<br />

Partai Keadilan, mengatakan mereka tak<br />

akan buru-buru bernegosiasi dengan pihak<br />

Perdana Menteri Sharif. “Partai telah memutuskan<br />

bahwa mundurnya Perdana Menteri<br />

Sharif merupakan syarat utama. Kami tak akan<br />

membuka pintu dialog hingga dia lengser dari<br />

kursinya,” kata Qureshi.<br />

Repotnya, sikap kubu Tahirul Qadri sepertinya<br />

tak seirama dengan Imran. Perdana<br />

Menteri Sharif mengutus saudara laki-lakinya,<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Nawaz Sharif<br />

GG2<br />

Kepala Menteri Punjab, Shahbaz Sharif, didampingi<br />

Saad Rafique dan Qadri Baloch, Menteri<br />

Daerah Tertinggal, untuk membuka pintu dialog<br />

dengan kubu Tahirul Qadri. Kubu Tahirul<br />

sepertinya bersedia duduk dengan utusan dari<br />

Islamabad.<br />

“Pemimpin kami berharap negosiasi bisa<br />

menghasilkan kesepakatan,” ujar Khurram Nawaz<br />

Gandapur, juru bicara Tahirul Qadri. Masih<br />

sulit meramal ke mana “petualangan” Imran<br />

Khan bakal berujung.<br />

Para analis meramal, akhir drama politik di<br />

Islamabad akan ditentukan oleh aktor ketiga,<br />

yakni militer. Menurut Ayesha Siddiqui, militer<br />

punya sejarah buruk dengan Nawaz Sharif.<br />

Pada 1999, militer mendongkel Sharif dari<br />

kekuasaan. Sharif juga membuat militer sewot<br />

setelah menyeret Pervez Musharraf, mantan<br />

panglima militer, ke pengadilan.<br />

Hubungan mereka tambah renggang setelah<br />

Sharif menunda operasi militer terhadap<br />

Taliban. “Sekarang, mengapa mereka akan<br />

membiarkan Sharif tetap berkuasa” kata Ayesha.<br />

Namun Hamid Gul, mantan Kepala Dinas<br />

Intelijen Pakistan, ragu militer akan berpihak ke<br />

kubu Imran. “Mereka tampak enggan terlibat....<br />

Jika Sharif hendak bertahan, dia harus mendengarkan<br />

suara militer.” ■<br />

SAPTO PRADITYO | GUARDian | times OF inDIA | reUters | inDepenDent<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Tak Prajurit,<br />

Bandit Pun<br />

Jadi<br />

Ada tanda-tanda Moskow<br />

mulai menjaga jarak<br />

dengan milisi pro-Rusia.<br />

Majalah detik 25 -- 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Batalion Donbas<br />

SERGEI SUPINSKY/AFP PHOTO<br />

Klise barangkali, tapi jalan hidup<br />

memang kadang bisa jungkir balik.<br />

Melihat sosok Ruslan Abalmaz,<br />

barangkali sulit membayangkan dia<br />

sebagai polisi. Badannya besar dan kekar, kepala<br />

plontos dengan tangan penuh tato. Singkat<br />

kata, sangar.<br />

Beberapa tahun lalu, dia mendekam di<br />

penjara selama tujuh tahun setelah terbukti<br />

melakukan pemerasan. Namun kini dia seorang<br />

sersan polisi di Kota Mariupol, Ukraina,<br />

posisi yang sulit dibayangkan dan menggelikan<br />

bagi semua orang yang pernah mengenalnya,<br />

bahkan Ruslan sendiri sekalipun.<br />

“Ini memang paradoks,” kata Ruslan dua pekan<br />

lalu. Bersama puluhan anak buahnya, dia memacu<br />

mobilnya menuju pinggiran kota. Di sana sudah<br />

menunggu musuh mereka, yakni milisi pro-Rusia.<br />

Kendati bukan tentara terlatih, Ruslan dan anak<br />

buahnya bisa diandalkan untuk menghalau kelompok<br />

separatis pro-Rusia.<br />

Sejak beberapa bulan lalu, sebagian kota di<br />

wilayah timur Ukraina dikuasai milisi pro-Rusia.<br />

Bahkan mereka sudah memproklamasikan kemerdekaan<br />

dari Ukraina. Pasukan Ukraina yang<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Dia mungkin<br />

bisa memukul<br />

mukamu... tapi dia<br />

tak akan pernah<br />

mengkhianatimu.”<br />

sebagian masih “hijau”, minim pengalaman<br />

tempur, kocar-kacir melawan milisi pro-Rusia,<br />

yang kabarnya disokong oleh negara tetangga<br />

di timur, Rusia.<br />

Ruslan memang punya catatan masa lalu yang<br />

kurang gemilang. Pada 1990-an, dua rekan bisnis<br />

yang kemudian berseteru menyewa jasanya<br />

untuk membunuh lawannya. Alih-alih memenuhi<br />

kontrak, Ruslan vmalah mengambil uang dari kedua<br />

pihak dan berpura-pura telah menyelesaikan<br />

tugasnya. Kedua orang<br />

itu melaporkan Ruslan<br />

ke polisi dengan tuduhan<br />

pemerasan. Selama<br />

tujuh tahun Ruslan tinggal<br />

di balik jeruji penjara.<br />

Keluar dari bui, dia<br />

masuk bisnis gelap lainnya,<br />

yakni mengamankan<br />

penyelundupan<br />

batu bara. Bersama<br />

pasukannya, Ruslan<br />

bekerja untuk perusahaan<br />

gelap yang dikendalikan mafia batu bara<br />

dari Kota Kiev. Konon, mafia batu bara ini dekat<br />

sekali dengan lingkaran Presiden Ukraina kala<br />

itu, Viktor Yanukovych.<br />

Ketika Viktor Yanukovich tergusur dari Kiev,<br />

bubar pulalah bisnis gelap itu. Mantan bosnya<br />

yang pro-Rusia mengiming-imingi duit kepada<br />

Ruslan dan anak buahnya agar bersedia bergabung<br />

dengan milisi pro-Rusia. Tapi Ruslan memilih<br />

mengamankan bisnisnya sendiri di Kota<br />

Torez.<br />

Mafia dari kota sebelah yang pro-Rusia mengancam<br />

bisnisnya. Apa daya, senjata yang dimiliki<br />

Ruslan dan pasukannya kalah jauh dibanding<br />

kepunyaan milisi pro-Rusia. Dia dan anak buahnya<br />

terpaksa angkat kaki ke Kota Dnipropetrovsk,<br />

ibu kota Dnipropetrovsk Oblast. Di sana mereka<br />

bertemu dengan Gennady Korban, tangan kanan<br />

Ihor Kolomoisky, miliarder Ukraina sekaligus<br />

Gubernur Dnipropetrovsk Oblast. Ihor merupakan<br />

salah satu penyokong duit utama bagi milisi<br />

relawan pro-Kiev.<br />

Mister Korban tak terlalu peduli pada catatan<br />

kriminal Ruslan dan anak buahnya. Bermodal suntikan<br />

fulus dari Ihor, Ruslan membentuk Batalion<br />

Penambang, yang berada di bawah koordinasi Kementerian<br />

Dalam Negeri Ukraina. Pangkat Ruslan<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Batalion Donbas<br />

SERGEI SUPINSKY/AFP PHOTO<br />

di batalion itu sersan polisi.<br />

Tentu saja tak sedikit yang<br />

ragu melihat masa lalu Ruslan.<br />

“Orang-orang mengatakan,<br />

‘Dia berbahaya pada masa<br />

damai, jangan beri dia senjata sekarang,’” Ruslan<br />

mengutip omongan orang. Tapi, bagi Viktor<br />

Chelovan, pengawas batalion dari Kementerian<br />

Dalam Negeri, yang penting adalah semangat<br />

tempur mereka. Menurut Viktor, polisi reguler<br />

sulit diandalkan. Kadang mereka menolak<br />

bertempur, kadang malah membelot ke kubu<br />

musuh.<br />

Ruslan, menurut Viktor, terbukti seorang patriot<br />

dan komandan yang baik. Dia juga punya<br />

nyali besar dalam pertempuran. “Aku tak akan<br />

memberikan ampun.... Jika Tuhan menghendaki,<br />

mungkin aku akan melepaskan beberapa<br />

orang. Selebihnya akan aku bunuh seperti anjing,”<br />

Ruslan menyampaikan ancaman terhadap<br />

milisi pro-Rusia.<br />

Para anak buahnya menaruh hormat kepada<br />

Ruslan. “Dia mungkin bisa memukul mukamu<br />

dan melemparkanmu ke luar, tapi dia tak akan<br />

pernah mengkhianatimu,” ujar seorang anak<br />

buahnya, mantan prajurit Uni Soviet.<br />

●●●<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Aku bisa hidup tanpa<br />

Rolls-Royce. Tapi<br />

sekarang sulit<br />

bertahan hidup tanpa<br />

senjata.”<br />

Perang tak cuma butuh nyali, tapi juga amunisi<br />

dan “gizi”. Di Ukraina, sebagian juragan kaya<br />

raya, seperti Ihor Kolomoisky, Rinat Akhmetov,<br />

dan Konstantinovsky bersaudara, tak sayang<br />

menggelontorkan duit kepada para relawan<br />

seperti Ruslan supaya mereka tak kekurangan<br />

amunisi dan “gizi” saat berperang melawan<br />

milisi pro-Rusia.<br />

“Jika kita hanya duduk berpangku tangan<br />

sembari menikmati hidup, perang akan mendatangi<br />

kita,” kata Vyacheslav<br />

Konstantinovsky, miliarder<br />

pemilik perusahaan konstruksi<br />

dan jaringan restoran<br />

di Ukraina. Penampilan Vyacheslav<br />

tak seperti orang kaya<br />

pada umumnya. Kepalanya<br />

plontos, badannya liat berotot<br />

dengan tato di beberapa<br />

tempat. Sebelum menjadi<br />

pengusaha, dia pernah berdinas di militer Rusia.<br />

Sebagai mantan prajurit, dia khawatir melihat<br />

pasukan Ukraina yang kurang pengalaman dan<br />

minim peralatan tempur. Untuk melengkapi peralatan<br />

tempur pasukan Ukraina, Vyacheslav dan<br />

saudara laki-lakinya, Oleksandr Konstantinovsky,<br />

menyumbangkan ratusan ribu dolar AS. Bahkan<br />

Vyacheslav rela menjual mobil mewahnya, Rolls-<br />

Royce Phantom, dan menukarnya dengan alat<br />

tempur.<br />

“Aku bisa hidup tanpa Rolls-Royce. Tapi sekarang<br />

sulit bertahan hidup tanpa senjata,” kata<br />

Vyacheslav, 53 tahun, pekan lalu. Tak hanya<br />

menyumbangkan duit, Vyacheslav juga urun<br />

tenaga dan bertaruh nyawa dengan bergabung<br />

dengan batalion relawan pro-Kiev.<br />

“Jika kita tak berperang, kita akan dilecehkan<br />

dan kita akan hidup di negara seperti<br />

sebelumnya. Negara yang korup, pemerintah<br />

yang merampok bisnis, dan memenjarakan<br />

orang tanpa alasan.” Dia beberapa kali ikut<br />

bertempur di sekitar Kota Donetsk, tapi masih<br />

berniat kembali lagi ke garis depan. “Tentu<br />

saja aku khawatir,” kata Vyacheslav. Dia telah<br />

mengirimkan istri dan anak-anaknya keluar<br />

dari Ukraina.<br />

Dia hanya berharap, perang cepat usai dan lahir<br />

Ukraina baru yang lebih kuat dengan orangorang<br />

kaya seperti dia lebih banyak lagi. “Tapi<br />

tentu saja, pertama, kita harus menyelesaikan<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Vyacheslav<br />

Konstantinovsky<br />

KyivPost<br />

perang ini,” kata Vyacheslav.<br />

Selama beberapa pekan terakhir, pasukan<br />

Ukraina yang disokong milisi pro-Kiev satu<br />

demi satu merebut kembali kota-kota yang<br />

sempat dikuasai milisi pro-Moskow. Kini mereka<br />

semakin mendekati konsentrasi utama milisi<br />

pro-Rusia di Kota Donetsk dan Luhansk. Pekan<br />

lalu, 34 warga sipil tewas akibat pertempuran<br />

di sekitar Kota Donetsk. Ribuan warga Donetsk<br />

mengungsi, menghindar dari pertempuran<br />

sporadis di kota itu.<br />

Posisi milisi separatis semakin terpojok.<br />

Apalagi beredar kabar, dua pemimpin mereka,<br />

Alexander Borodai dan Igor Strelkov alias Igor<br />

Girkin—diduga kedua orang ini merupakan<br />

perwira intelijen Rusia—telah meninggalkan<br />

Donetsk dan menyeberang ke wilayah Rusia.<br />

Seorang komandan milisi pro-Rusia menduga<br />

kepulangan Borodai dan Strelkov merupakan<br />

tanda-tanda Moskow mulai menjaga jarak<br />

dengan mereka.<br />

“Kelihatannya memang tak terlalu bagus. Tapi<br />

tak perlu panik. Mereka sudah berbuat banyak<br />

bagi kami,” ujar Yevgeny. Dia beberapa kali<br />

bertempur bersama Strelkov. Namun dia juga<br />

menolak mengibarkan bendera putih. “Tak ada<br />

tempat lain lagi bagiku.” ■<br />

SAPTO prADITYO | wsj | reuters | guArdiAN | CNN<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


Hamdan<br />

Zoelva<br />

Ingat Pesan<br />

Istri<br />

Mouzalina<br />

Sesuai<br />

Syariat<br />

Mark<br />

Zuckerberg<br />

Mandi Es<br />

Tap judul<br />

untuk baca<br />

artikel<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


people<br />

Elsa/Getty Images<br />

Mark Zuckerberg<br />

Mandi Es<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

Di balik kesibukannya sebagai<br />

bos Facebook, Mark Zuckerberg<br />

ternyata masih sempat<br />

bermain-main. Sebuah video<br />

memperlihatkan dia sedang menyiram<br />

kepalanya sendiri dengan air es.<br />

Tapi aksi “main-main” itu bukan<br />

tanpa alasan, lo. Ternyata mengguyur<br />

kepala dengan air es dia lakukan untuk<br />

menjawab tantangan #ALSIceBucket-<br />

Challenge dari Gubernur New Jersey<br />

Chris Christie.<br />

Tantangan itu merupakan bagian<br />

dari kampanye untuk meningkatkan<br />

kesadaran masyarakat terhadap amyotrophic<br />

lateral sclerosis (ALS), penyakit<br />

yang mempengaruhi sel-sel saraf di<br />

otak dan tulang sumsum.<br />

Mereka yang memiliki ALS akan kehilangan<br />

kontrol terhadap gerakan otot<br />

sadar sehingga, dalam waktu singkat,<br />

pasien akan kehilangan kemampuan<br />

berjalan, makan, berbicara, dan akhirnya<br />

tak bisa bernapas.<br />

Tak berpikir panjang, Zuckerberg<br />

langsung membuat video dan mengunggahnya<br />

di Facebook. Sebelum<br />

mengguyur kepalanya dengan air es,<br />

dia sempat menyerukan tantangan<br />

serupa kepada Bill Gates.<br />

“Anda punya waktu 24 jam untuk<br />

memenuhi tantangan ini atau Anda<br />

harus berdonasi untuk yayasan ALS—<br />

atau keduanya. Menemukan cara<br />

mengobati ALS adalah gerakan penting,”<br />

tulisnya untuk bos Microsoft.<br />

Dan byuurrr! Seketika air es membasahi<br />

sekujur tubuh Zuckerberg. “Di luar<br />

dugaan, meski singkat, hujan es ‘lokal’<br />

ternyata sangat dingin,” ujar Zuckerberg.<br />

Butuh handuk, Zuck n<br />

Melisa Mailoa | Ken Yunita<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


people<br />

Mouzalina<br />

Sesuai Syariat<br />

m abduh/wolipop<br />

Cantik dan berbakat. Itulah Mouzalina, pemenang<br />

Hijab Hunt 2014. Di balik penampilannya yang lembut,<br />

perempuan 24 tahun ini ternyata getol mewujudkan<br />

cita-cita.<br />

Untuk mewujudkan obsesinya itu, kini perempuan berdarah<br />

Arab-Turki ini mengikuti kursus desain dan menjahit. Selama ini,<br />

Mouza—demikian dia disapa—belajar secara otodidaktik.<br />

“Biasanya desain baju untuk dikenakan sehari-hari, buat keluarga<br />

dan teman-teman,” kata perempuan yang memutuskan<br />

mengenakan hijab sejak 2012 ini.<br />

Mouza akan berfokus pada rancangan baju-baju muslim.<br />

Meski rancangannya akan disesuaikan dengan perkembangan<br />

mode, Mouza mengaku tidak akan meninggalkan syariat Islam.<br />

“Membuat baju yang benar, sesuai dengan syariat Islam tapi<br />

tetap in dan mengikuti perkembangan zaman,” ujarnya. Wah,<br />

ditunggu ya baju-baju rancangannya, Mouz! n<br />

Melisa Mailoa | Ken Yunita<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


people<br />

hasan alhasbi/detikcom<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

Hamdan Zoelva<br />

Ingat Pesan Istri<br />

Jangan coba-coba bicara<br />

kasus sengketa pemilihan<br />

umum dengan Ketua Mahkamah<br />

Konstitusi Hamdan<br />

Zoelva di luar persidangan. Meskipun<br />

Anda adalah kerabatnya sendiri.<br />

Pria kelahiran Bima, Nusa Tenggara<br />

Barat, 21 Juni 1962, ini memang pantang<br />

membicarakan kasus di luar jam tugas.<br />

“Jadi di Mahkamah Konstitusi tidak ada<br />

teman atau saudara, terutama saat jam<br />

tugas,” ujarnya.<br />

Dengan prinsip seperti ini, alumnus<br />

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin,<br />

Makassar, itu ingin tetap menjaga<br />

independensi dan profesionalisme.<br />

Maklum, posisinya saat ini membuatnya<br />

menjadi benteng terakhir keadilan.<br />

Ada banyak sekali godaan besar<br />

yang siap mengganggunya. Namun<br />

Hamdan selalu berusaha teguh pendirian.<br />

“Setiap orang bisa bertemu dan<br />

berbicara dengan saya, tapi tidak akan<br />

mempengaruhi independensi saya,”<br />

katanya.<br />

Sang istri, RA Nina Damayanti, bahkan<br />

terus mewanti-wanti agar Hamdan<br />

selalu teguh memegang prinsipnya.<br />

“Dia selalu berpesan supaya saya selalu<br />

jadi Hamdan yang dulu, yang selalu<br />

idealis dan istikamah,” ujarnya tersipu.<br />

n Ken Yunita<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

Gending<br />

untuk<br />

Djaduk<br />

Merayakan usia emas, musikus<br />

Djaduk Ferianto mengajak<br />

kita melihat Indonesia melalui<br />

musik. Banyolan khas Jogja-nya<br />

tetap tak lepas.<br />

fotografer: agung pambudhy/detikcom<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

D<br />

jaduk Ferianto sudah<br />

50 tahun. Sudah pula<br />

diberi nama tua, yakni<br />

Gending. Kawan-kawannya<br />

dari komunitas<br />

Kitab Blirik yang memberikan.<br />

Jadi nama lengkap<br />

Djaduk kini Gregorius<br />

Gending Djaduk Ferianto.<br />

Pria kelahiran Yogyakarta, 19 Juli 1964, itu<br />

membuat perayaan setengah abad usianya<br />

lewat konser “Gending Djaduk”, Rabu, 13 Agustus<br />

2014, di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail<br />

Marzuki, Jakarta. Selama dua jam, Djaduk menguntai<br />

keindonesiaan melalui musik khasnya<br />

didukung Kua Etnika, kelompok musik yang tak<br />

bisa dilepaskan dari proses kreatif Djaduk. Di<br />

situ ada Purwanto (perkusi), Sukoco (kendang),<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

Benny Fuad Herawan (drum), Indra Gunawan<br />

(keyboard), Arie Senjayanto (gitar), dan Dhanny<br />

Eriawan Wibowo (bas).<br />

Picnik ke Cibulan membuka konser. Lagu ini<br />

aslinya dinyanyikan seniwati tarling (gitar suling)<br />

asal Indramayu, Hj. Dariah. Djaduk mengenal<br />

Picnik ke Cibulan pada 1979 saat nyantrik di Padepokan<br />

Seni Bagong Kussudiardja. Dia dapat kaset<br />

dari bapaknya. Namun kaset itu kemudian hilang.<br />

Baru setahun lalu dia menemukan lagu ini hasil<br />

bertanya pada “Begawan YouTube”.<br />

Aransemen musiknya digarap dengan warna<br />

tarling yang kental. Djaduk menyanyi, tentu dengan<br />

logat Dermayon, berseling memainkan suling,<br />

menafsir ulang Picnik ke Cibulan dengan suasana<br />

baru. Sebuah perkenalan atas rangkaian piknik ke<br />

penjuru Nusantara lewat bebunyian.<br />

Lalu komposisi Jawa Dwipa menyambung.<br />

Gamelan berpadu musik kontemporer mengedepankan<br />

kesan tentang Jawa masa kini yang<br />

sangat dinamis dan membuka diri terhadap<br />

kebudayaan.<br />

“Boyokku….” jadi kata pertama Djaduk setelah<br />

bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju<br />

mikrofon sambil memegang pinggang. Ingat lo,<br />

usianya “sudah” setengah abad. “Terima kasih<br />

atas keplok-keploknya. Saya dan Kua Etnika<br />

akan merayakan 50 tahun usia saya. Mudahmudahan<br />

dosa-dosa saya selama 50 tahun ini<br />

bisa diwakili yang hadir.”<br />

Salam pembuka yang grrr khas Djaduk membuat<br />

suasana hangat dan kode buat penonton<br />

agar bersiap menerima celetukan-celetukan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

nakal berikutnya.<br />

Dia bercerita tentang Jawa Dwipa, tentang<br />

Jawa yang sangat terbuka. Dulu Prabu Jayabaya<br />

pernah membuat ramalan “Jawa kehilangan<br />

Jawanya.” Namun, bagi Djaduk, dunia Jawa<br />

sudah menjadi bagian dari dirinya, semangat<br />

yang tidak bisa hilang dari identitasnya. Makna<br />

kelangan (kehilangan) yang disebut Jayabaya,<br />

menurut dia, cuma pada bentuk, sedangkan<br />

semangat dan filosofinya tetap tertanam dalam<br />

hati setiap orang Jawa.<br />

“Ilang yo ben (hilang ya biar saja). Rapopo. Cari<br />

lagi.” Bahkan, saking terbukanya, semua bisa<br />

diadopsi orang Jawa. Yang ekstrem, bahkan<br />

malu dan menyembunyikan Jawanya. “Orang<br />

Jawa yang baru beberapa hari tinggal di Jakarta<br />

bahasanya sudah pakai ‘idih’. Kalau lagi lupa,<br />

“Ini harganya pira (bukan piro, red.)”<br />

Yang menggelikan, dia mencontohkan kalimat,<br />

“Eh sekarang Indonesia punya presiden<br />

baru lo, Joko Widodo.”<br />

“Widodo, Widodo…. Wid-dhod-dho, Su!”<br />

Maka pecah suasana malam itu. Penonton bukan<br />

lagi menertawakan orang yang jadi contoh<br />

kasus, melainkan sedang menertawakan diri<br />

sendiri, menertawakan kekonyolan yang selama<br />

ini disembunyikan atau diingkari.<br />

Ya, Jawa Dwipa sama sekali bukan tentang<br />

romantisme Jawa. Komposisi ini jalan kembalinya<br />

Djaduk ke Jawa, melalui bunyi.<br />

Usai Bethari, yang melodinya dibuat untuk<br />

Opera Anoman (1997) yang ditulis Nano Riantiarno,<br />

Djaduk berlanjut ke Pesisir. Samar-samar<br />

tertangkap langgam Melayu dan Madura dengan<br />

dominasi rampak kendang dan suling.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

Pesisir<br />

mengingatkan<br />

kembali bahwa<br />

Indonesia punya<br />

budaya pesisir<br />

yang luar biasa<br />

banyak didukung<br />

karakter orangorangnya<br />

yang<br />

terbuka, jujur,<br />

keras, dan<br />

bersahaja.<br />

Pesisir mengingatkan kembali bahwa Indonesia<br />

punya budaya pesisir yang luar biasa banyak<br />

didukung karakter orang-orangnya yang terbuka,<br />

jujur, keras, dan bersahaja. Pantai adalah<br />

pintu masuk pergaulan budaya. Suasana dan<br />

elemen-elemen pesisir, semangat, kemeriahan,<br />

dan keterbukaannya menjadi watak yang kuat<br />

dalam komposisi ini.<br />

“Pesisir adalah kita, yang menyisir dari pinggir,<br />

untuk merasuk ke substansi. Jadi, kalau<br />

memang ada yang punya gagasan mengembangkan<br />

budaya maritim, memang pas orang<br />

itu.” Bisa ditebak, kalimat barusan mengacu ke<br />

siapa walau Djaduk tidak mengucapkan.<br />

Jika dulu orang berpikir tentang samudra,<br />

tentang hal-hal besar, sekarang orang berpikir<br />

tentang budaya korupsi dan pintu yang<br />

terbuka bagi provokator. Kekhawatiran ini dia<br />

tuangkan dengan memelesetkan lirik lagu Nenek<br />

Moyangku Seorang Pelaut jadi begini: nenek<br />

moyangku provokator//gemar merawat prilaku<br />

kotor//ngga mau kalah malah melapor//senangnya<br />

mengutip kata-kata “bocor”.<br />

Angop (bahasa Jawa, tidur) adalah komposisi<br />

paling unik dari semua repertoar malam itu karena<br />

menggunakan klenengan sapi sebagai instrumen<br />

utama. Klenengan (genta yang disambung<br />

tali, diikatkan ke leher sapi) digenggam<br />

tiga pemain: Djaduk, Purwanto, dan Sukoco.<br />

Bertiga mereka duduk berjajar.<br />

Djaduk hanya memegang satu klenengan,<br />

sedangkan dua lainnya memegang dua<br />

klenengan di tangan kanan dan kiri. Satu per<br />

satu klenengan, yang masing-masing punya<br />

nada berbeda, dibunyikan, membentuk melodi<br />

lembut. Pas sebagai pengiring tidur.<br />

Tidurnya siapa Tidurnya wakil rakyat saat<br />

bersidang di gedung parlemen. “Hoaaam” di<br />

sini disahut “hoaaam” di sana. “Cangkem (mulut,<br />

red.)-nya itu lo, menganga. Secara visual sangat<br />

kontemporer. Makanya komposisi ini saya<br />

sebut Angop.”<br />

Berlanjut ke Swarnadwipa dengan tiupan<br />

serunai memikat, mengantar cerita tentang<br />

sejarah panjang Bukit Barisan dan kekayaan<br />

tradisi Pulau Emas yang tak akan habis digali.<br />

Lalu Barong yang dinamis, mengentak-entak<br />

layaknya gerakan tari topeng yang magis.<br />

Di antara dua nomor itu, Djaduk menyelipkan<br />

Demen Becik Rukun Seger Waras yang baru<br />

dibuat 10 hari sebelum konser. Komposisi ini<br />

inspirasinya didapat sewaktu dia ke Blora dan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

bertemu dengan komunitas Samin. Di sana dia<br />

menemukan moto “demen becik rukun seger<br />

waras” yang dicetuskan tokoh Samin Surosentiko<br />

(1859-1914).<br />

Di tengah masyarakat Samin, Djaduk melihat<br />

Indonesia yang ideal. Lugu tapi cerdas, dengan<br />

sabar menjaga keharmonisan dan perbedaan,<br />

dan perdebatan tak lain cara menuju yang terbaik,<br />

bukan atas dasar punya modal lalu ngotot.<br />

“Indonesia harus melihat lagi kearifan lokalnya,<br />

belajar kembali pada orang-orang sederhana,<br />

pada cah ndeso, pada petani, nelayan,<br />

blusak-blusuk. Ini bukan bayaran lo, lebih dari<br />

relawan.”<br />

Bintang tamu tunggal malam itu, Glenn<br />

Fredly, yang tampil tanpa topi pet, menyanyikan<br />

Molukken (Kole-kole) dalam tempo pelan.<br />

Suaranya dominan dengan musik pengiring<br />

yang minim. Seperti diajak naik kole-kole yang<br />

diayun gelombang tenang Teluk Ambon. Glenn<br />

bahkan nyaris tidak beranjak dari tempatnya<br />

berdiri hingga lagu habis.<br />

Maluku-lah yang dulu sekali membuka mata<br />

dunia tentang Nusantara, dari rempah-rempahnya<br />

yang tersebar ke mana-mana. Maluku<br />

adalah kumpulan pulau yang bernyanyi. Sejarah<br />

panjang sejak prakolonial hingga zaman<br />

milenium ini bisa dilacak melalui lagu-lagu yang<br />

berkembang di sana.<br />

Di akhir konser, Butet Kartaredjasa, yang jadi<br />

kepala tim produksi sekaligus kakak sulung Djaduk,<br />

naik panggung. Walau sebenarnya untuk<br />

menyampaikan ucapan terima kasih, tapi kenyataannya<br />

jadi tek-tok menggelikan “bongkar-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

bongkar aib” dari abang-adik ini.<br />

Misalnya kalimat pembuka Butet, “Saya heran<br />

mengapa Djaduk merayakan ulang tahun<br />

ke-50. Padahal buat saya musibah. Umur 50<br />

itu kandidat diabetes.” Djaduk pun menjawab,<br />

“Ini doa kakak yang kurang sopan. Kalau saya<br />

meninggal duluan, Butet orang pertama yang<br />

saya primpeni (hantui).”<br />

Sejak SD, Djaduk sudah membantu menggarap<br />

musik untuk pementasan teater Butet. Tak<br />

berlebihan kalau Butet sesumbar dialah yang<br />

paling tahu perjalanan musik Djaduk, termasuk<br />

detail-detail perjalanan yang tersembunyi dan<br />

rahasia.<br />

“Saya tahu Djaduk ini sebagai pemusik, dia<br />

betul-betul sebagai pemusik yang terstruktur,<br />

sistematis, dan masif.” Halah, kok senada seirama<br />

dengan adiknya. Nggak ikut-ikutan,<br />

deh. Panjang umur dan banyak bahagia, Mas<br />

Djaduk! ■ SILVIA galikano<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Silat yang Cool<br />

dari Negeri PetroDolar<br />

Remaja Yasmine mempelajari silat berangkat dari<br />

keinginannya membalas dendam. Ketika falsafah silat<br />

akhirnya dia temukan, Yasmine mendapat lebih dari<br />

yang dia inginkan.<br />

Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Judul: Siti Kamaluddin<br />

Sutradara:<br />

Din Kamaluddin<br />

Produksi: Origin Films<br />

(Brunei Darussalam)<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Pemain: Liyana Yus, Nadiah<br />

Wahid, Reza Rahadian,<br />

Mentari De Marelle,<br />

Dwi Sasono, Agus<br />

Kuncoro, Roy Sungkono,<br />

Dian P. Ramlee, Nabila<br />

Huda, Aryl Falak, Dato’<br />

M. Nasir<br />

Durasi: 105 menit<br />

Bukan SMA ini yang Yasmine (Liyana<br />

Yus) mau. Dia ingin bersama terus<br />

dengan gengnya, masuk sekolah<br />

swasta. Tapi ayahnya, Fahri (Reza<br />

Rahadian), hanya mampu menyekolahkan anak<br />

tunggalnya itu di sekolah negeri.<br />

Sedang gusar karena gengnya makin lama<br />

makin menjauh, Yasmine mendapat kabar Adi<br />

(Aryl Falak) sudah kembali ke kotanya selepas<br />

mengikuti pertandingan silat internasional, dan<br />

menang. Adi adalah kawan masa kecil Yasmine<br />

dan sudah lama mereka tidak saling kontak.<br />

Kekaguman pada Adi menginspirasi Yasmine<br />

mendaftar masuk perguruan silat di gedung<br />

olahraga. Dia bahkan sudah menyiapkan macam-macam<br />

“kata sambutan” jika nanti berte-<br />

Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

mu dengan Adi. Namun, belum lagi bertemu,<br />

Yasmine mendengar selentingan Adi sedang<br />

dekat dengan Dewi (Mentari De Marelle), juara<br />

silat nasional. Dewi, yang bersekolah di SMA<br />

swasta, tak lain rival Yasmine sejak lama.<br />

Makin kuat keinginan Yasmine belajar silat,<br />

walau di perguruan silat itu muridnya cuma<br />

tiga: Yasmine, Ali (Roy Sungkono), dan Nadia<br />

(Nadiah Wahid). Mereka dilatih Cikgu Tong<br />

Lung (Dwi Sasono), yang ke mana-mana tak<br />

lepas dari kipas.<br />

Metode latihan Cikgu Tong lumayan “unik”<br />

karena dia tidak pernah mencontohkan jurus<br />

paling sederhana sekalipun. Murid-murid disuruh<br />

mencari sendiri, yang mentok-mentok buka<br />

YouTube; mengembangkan sendiri; sedangkan<br />

dia hanya berbaring di tepi lapangan bertelekan<br />

tangan sambil kipas-kipas.<br />

“Aku sedang mengendalikan tenaga dalamku.<br />

Tenaga dalamku sangat dahsyat. Kalian tahu<br />

bagaimana akibatnya kalau tidak dikendalikan,”<br />

begitu selalu alasan Cikgu Tong setiap kali murid<br />

memintanya memberi contoh.<br />

Walau mereka baru saja mulai berlatih, Yasmine<br />

nekat mendaftarkan sekolahnya mengikuti<br />

kejuaraan nasional pencak silat. Tekadnya<br />

demikian kuat untuk mengalahkan Dewi dan<br />

merebut Adi.<br />

Ketiganya pergi ke pelosok-pelosok negeri<br />

mencari guru silat mumpuni. Pencarian dari<br />

satu guru ke guru lainnya membawa mereka<br />

Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Kami harus mendapat<br />

izin dari Kerajaan. Jadi<br />

lamanya bukan karena<br />

lembaga sensor.<br />

ke Cikgu Jamal (Agus Kuncoro), pendekar yang<br />

sekarang berkursi roda. Selepas sekolah hingga<br />

magrib, mereka berlatih di halaman rumah<br />

Cikgu Jamal.<br />

Seluruh aktivitas Yasmine<br />

belajar silat dia rahasiakan<br />

rapat-rapat dari<br />

ayahnya, yang sejak awal<br />

tidak setuju pada silat.<br />

Ayahnya pernah langsung<br />

mematikan televisi saat<br />

Yasmine menonton berita<br />

olahraga yang menyiarkan<br />

Adi sedang berlaga.<br />

Yasmine maju terus<br />

hingga kini hari pertama<br />

kejuaraan nasional. Berbekal ilmu dari Cikgu Jamal,<br />

mengalahkan musuh dalam pertandingan<br />

bukanlah masalah besar. Namun, di baliknya,<br />

ada musuh lebih besar yang mesti ditaklukkan,<br />

termasuk misteri yang selama ini dirahasiakan<br />

ayahnya hingga demikian membenci silat.<br />

Butuh empat tahun bagi film ini hingga akhirnya<br />

dapat dirilis. Origin Films, rumah produksi<br />

dari Brunei Darussalam, yang memproduksi<br />

Yasmine, harus lebih dulu meyakinkan dan<br />

mendapat dukungan Kerajaan Brunei Darussalam.<br />

Tak mengherankan jika inilah film layar<br />

lebar pertama di Brunei setelah tidak ada produksi<br />

film layar lebar sejak 1960.<br />

“Kami harus mendapat izin dari Kerajaan.<br />

Jadi lamanya bukan karena lembaga sensor.<br />

Di Brunei ada lembaga sensor, dan Yasmine<br />

lolos sensor tanpa ada potongan sedikit pun,”<br />

sutradara Siti Kamaluddin menjelaskan seusai<br />

pemutaran Yasmine khusus untuk wartawan, di<br />

Djakarta Theatre, Kamis, 14 Agustus 2014.<br />

Yasmine sempat kedodoran di awal film, sampai<br />

nyaris membosankan. Terlebih, trailernya<br />

yang sudah beredar sebulan lalu menjanjikan<br />

bahwa ini film silat remaja semacam Karate Kid<br />

versi remaja perempuan.<br />

Salman berlama-lama menjelaskan siapa Yasmine<br />

si ABG ceria yang hidup hanya dengan<br />

Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

ayahnya, yang tidak peduli kan penampilan,<br />

sembrono memarkir Mini Cooper-nya, dan banyak<br />

menghabiskan waktu di rumah pohon di<br />

halaman belakang rumah. Termasuk di dalamnya<br />

subplot tentang geng sekolah lama Yasmine<br />

yang sebenarnya bisa sedikit saja.<br />

Yasmine berubah seru selepas pertengahan,<br />

dan klimaks nya menjelang akhir digarap keren.<br />

Selipan-selipan khas film bela diri, seperti mencari<br />

guru, mencari ilmu pamungkas, dan cerita<br />

rahasia guru yang terungkap di akhir cerita,<br />

semua ada di sini.<br />

Kerja keras sutradara Siti Kamaluddin tidak<br />

sia-sia mengarahkan Liyana dan Nadiah, dua<br />

pendatang baru dari Brunei, mengingat ini film<br />

pertama mereka. Bahkan Liyana butuh dua<br />

tahun berlatih silat sebelum produksi. Namun<br />

Siti luput memperhatikan, betapa di setiap<br />

scene yang ada Fahri, selalu ada adegan Fahri<br />

mencopot kacamata.<br />

Pemain dari Indonesia menghabiskan waktu<br />

dua bulan untuk berlatih silat dan, lebih penting<br />

lagi, melatih dialek Brunei yang berbeda dengan<br />

dialek Melayu-Malaysia yang lebih akrab di<br />

telinga orang Indonesia.<br />

Lebih dari setengah abad tidak memproduksi<br />

film layar lebar membuat kakak-adik Siti dan<br />

Din tidak dapat mengandalkan seluruh kru dan<br />

pemain asal dari Brunei. Alhasil, Yasmine menjadi<br />

produksi internasional karena melibatkan<br />

pemain dan kru dari berbagai negara. Ada filmmaker<br />

dari Indonesia, seperti Salman Aristo<br />

Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

sebagai penulis skenario, Aghi Narottama dan<br />

Bemby Gusti sebagai penata musik, Cesa David<br />

Luckmansyah sebagai penyunting gambar, dan<br />

Khikmawan Santosa sebagai penata suara.<br />

Siti dan Din, yang berayah Brunei dan beribu<br />

Solo, juga mengajak James Teh dari Australia<br />

untuk menggarap sinematografi, action<br />

director (sutradara laga) Chan Man Ching yang<br />

berpengalaman 30 tahun di industri film Hong<br />

Kong dan Hollywood, serta pemain dan kru<br />

dari Malaysia, Australia, dan Polandia selain<br />

dari Brunei Darussalam.<br />

Sebenarnya ini yang paling penting: Yasmine<br />

mengenalkan Brunei ke masyarakat Indonesia.<br />

Selain bahasanya, kita bisa saksikan<br />

kerajaan petrodolar itu tidak sekosmopolitan<br />

Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

yang dibayangkan, bahwa negara itu masih<br />

punya banyak jalanan sempit, tanah lapang<br />

yang hijau, hutan kota, dan rumah panggung<br />

yang asri.<br />

Sebaliknya, menggelikan mendapat cerita<br />

Salman sewaktu pertama menyodorkan skrip.<br />

Karakter Yasmine dia gambarkan ke sekolah<br />

naik sepeda. “Semua menatap saya heran. Ternyata<br />

anak sekolah di Brunei minimal naik Mini<br />

Cooper, ha-ha-ha….” ■ SILVIA galikanO<br />

Majalah<br />

Majalah<br />

detik<br />

detik<br />

25 - 31<br />

14<br />

agustus<br />

- 20 juli 2014<br />

2014


Film Pekan Ini<br />

THE EXPENDABLES 3<br />

Barney Ross (Sylvester Stallone)<br />

harus bertarung dengan mantan<br />

temannya, Conrad Stonebanks (Mel<br />

Gibson), yang dulu dikira sudah mati. Bersama<br />

Conrad, Barney mendirikan The Expendables.<br />

Kini Conrad, yang berprofesi sebagai<br />

pimpinan sindikat perdagangan senjata<br />

ilegal, berusaha membunuh Barney dan<br />

melenyapkan The Expendables. Barney, yang<br />

punya rencana sama, akhirnya menghimpun<br />

anggota-anggota muda baru untuk memburu<br />

Conrad.<br />

Jenis Film: Action,<br />

Adventure, Thriller |<br />

Produser: Danny Lerner,<br />

Avi Lerner, Les Weldon<br />

| Produksi: Millennium<br />

Films | Sutradara:<br />

Patrick Hughes | Durasi:<br />

126 menit<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Film Pekan Ini<br />

PLANES: FIRE & RESCUE<br />

Kru elite pesawat pemadam kebakaran melindungi<br />

Taman Nasional Piston dari kebakaran hebat. Ketika<br />

pembalap udara dunia, Dusty (Dane Cook), mengetahui<br />

bahwa tubuh mesinnya rusak dan tidak mungkin mengikuti<br />

balapan lagi, ia memutuskan untuk terlibat dalam tim pemadam<br />

kebakaran.<br />

Dusty bergabung bersama veteran pasukan pemadam<br />

kebakaran dan penyelamatan helikopter, Blade Ranger (Ed<br />

Harris), dan timnya, serta super scooper Lil Dipper (Julie<br />

Bowen), helikopter angkatan-berat Windlifter (Wes Studi),<br />

mantan transportasi militer Cabbie (Dale Dye), dan sekumpulan<br />

kendaraan pemberani yang dikenal sebagai The Smokejumpers.<br />

Bersama-sama, mereka memadamkan kebakaran dan belajar<br />

untuk menjadi pahlawan yang sebenarnya.<br />

Jenis Film: Animation, Adventure, Comedy | Produser:<br />

John Lasseter | Produksi: Walt Disney Pictures |<br />

Sutradara: Roberts GannAWAy | Durasi: 83 menit<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni Film hiburan Pekan Ini<br />

Film Pekan Ini<br />

SOEKARNO<br />

EXTENDED VERSION<br />

Film Sukarno kembali hadir<br />

dalam menyambut HUT RI di<br />

tahun 2014 ini dalam versi yang<br />

lebih panjang dan lengkap. Cerita dimulai<br />

tahun 1920-an, saat Sukarno muda<br />

tinggal di rumah H.O.S. Cokroaminoto di<br />

Surabaya. Dari Cokroaminoto, Sukarno<br />

belajar menundukkan hati rakyat.<br />

Rakyat merupakan inspirasi Sukarno<br />

dalam melakukan perjuangan melawan<br />

penjajah. Keinginan Sukarno satu: melihat<br />

Indonesia merdeka!<br />

Perjuangannya menghadapi<br />

pe me rintah Belanda dan melawan<br />

ke kejaman penjajah Jepang membuat<br />

Sukarno harus menjalani kehidupan<br />

dari penjara ke penjara. Dari lokasi<br />

pengasingan di Ende hingga Bengkulu.<br />

Masa pembuangan di Bengkulu<br />

mempertemukan Sukarno dengan<br />

Fatmawati. Ketertarikan Sukarno<br />

terhadap Fatmawati sama besarnya<br />

dengan hasratnya melihat Indonesia<br />

merdeka.<br />

Sukarno menemukan jalan<br />

kemerdekaan Indonesia ketika Jepang<br />

mengalami kekalahan perang Asia<br />

Timur Raya. Akhirnya, pada tanggal 17<br />

Agustus 1945 Sukarno bersama Hatta<br />

mengumumkan proklamasi kemerdekaan<br />

Indonesia.<br />

Jenis Film: Drama | Produser: Raam<br />

Punjabi | Produksi: MVP Pictures |<br />

Sutradara: Hanung Bramantyo |<br />

Durasi: 153 menit<br />

Majalah detik 425 - 10 - 31 november agustus 2013 2014


agenda<br />

PENTAS teater:<br />

peraMpoK<br />

Produksi: Burungmerak Press<br />

Naskah Drama: W.S. Rendra<br />

Sutradara: Edi Haryono<br />

Graha Bhakti Budaya, TIM<br />

Jumat & sABtu, 29 & 30<br />

Agustus 2014, Pukul 19.30<br />

WIB. HTM: Rp 200.000 |<br />

Rp 150.000 | Rp 100.000 |<br />

Rp 50.000<br />

Konser Mahakarya<br />

3Composer feat. aFgan-SaMMy-Marcell<br />

27 Agustus 2014, 19.00 WIB<br />

Nusa Indah Theater, Balai Kartini<br />

Jakarta, Promotor: ERPE Entertainment<br />

& Rigel Dinamika Ent.<br />

Jangan Panggil aKu, Butet<br />

Oleh Rio Silaen & Voice of Indonesia<br />

Minggu, 31 Agustus 2014, pukul 15.00 WIB<br />

Galeri Indonesia Kaya<br />

Dieng Culture<br />

Festival 5 2014<br />

Ruwat rambut gembel, pameran industri<br />

kreatif, pesta lampion dan bakar jagung,<br />

pergelaran seni tradisi, kompetisi film<br />

Dieng, Jazzatasawan.<br />

30-31 Agustus 2014, Dieng Plateau<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!