07.03.2015 Views

Klenteng Tek Hay Bio, Kwee Lak Kwa Ya, Tek Hay Cin Jin

Klenteng Tek Hay Bio, Kwee Lak Kwa Ya, Tek Hay Cin Jin

Klenteng Tek Hay Bio, Kwee Lak Kwa Ya, Tek Hay Cin Jin

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

SEKILAS RIWAYAT KLENTENG “SINAR SAMUDERA” (TEK HAY BIO)<br />

<strong>Klenteng</strong> <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Bio</strong> dibangun pada tahun ke – 21 Kaisar Kian Liong dari Dinasti Ching naik tahta (Tahun<br />

Masehi 1756) klenteng tersebut dibangun untuk menghormati <strong>Kwee</strong> <strong>Lak</strong> <strong>Kwa</strong> <strong>Ya</strong>, seorang pahlawan<br />

dalam perang melawan Belanda di Batavia tahun 1740, Beliau juga dipercaya mempunyai kemampuan<br />

membuat mukjzat‐mukjizat untuk menolong sesama manusia, gelar <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Cin</strong> <strong>Jin</strong> diberikan oleh Kaisar<br />

Kian Liong kepada beliau atas jasa‐jasanya tersebut.<br />

Disamping <strong>Klenteng</strong> <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Bio</strong> juga menyimpan abu pada leluhur di Semarang di antaranya adalah<br />

<strong>Kwee</strong> Kiauw Khong yaitu orang Tionghoa pertama yang diangkat menjadi Kapiten oleh VOC. Menurut<br />

catatan, arca‐arca Sinbeng di <strong>Klenteng</strong> <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Bio</strong> dibuat di Tiongkok dengan membawa bahan kayu jati<br />

dari Pulau Jawa.<br />

<strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Bio</strong> di Semarang juga merupakan klenteng pertama yang dibangun untuk memuja <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Cin</strong><br />

<strong>Jin</strong>, setelah itu baru menyusul klenteng‐klenteng lain yang memuja <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Cin</strong> <strong>Jin</strong> di antaranya terdapat<br />

di Indramayu, Jakarta, Tegal (yang terbesar) dan lain‐lain.<br />

Sejak didirikan tahun 1756 klenteng <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Bio</strong> telah mengalami berbagai pasang surut tetapi tetap<br />

mampu eksis dan bertahan, diantaranya peristiwa penting yang tercatat adalah tahun 1832, pada waktu<br />

itu kota Semarang dilanda banjir besar dan klenteng <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Bio</strong> yang pada saat itu masih terletak di<br />

tepi sungai juga tidak luput mengalami kebanjiran, sehingga akhirnya atas gotong royong warga<br />

Tionghoa di Pecinan saat itu klenteng di tinggikan sampai dengan 1,5 meter.<br />

Sekitar tahun 1950 an <strong>Klenteng</strong> <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Bio</strong> pernah mengalami masa dimana keadaan klenteng kurang<br />

terawatt dan ruang‐ruangannya digunakan sebagai Sekolah Dasar Kristen, hal ini sangat memprihatinkan<br />

orang‐orang Tionghoa di Pecinan, lalu dengan upaya dan perjuangan Bapak Tan Tjing Hok dan kawankawan<br />

akhirnya <strong>Klenteng</strong> <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Bio</strong> dapat dikembalikan fungsinya sebagai rumah ibadah. Dapat di<br />

catat bahwa Bapak Tan Tjing Hok adalah salah seorang yang pernah memperoleh mukjizat kesembuhan<br />

dari penyakit stroke yang dideritanya, setelah mendapat resep buah gandaria dari kongco <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Cin</strong><br />

<strong>Jin</strong> yang diperolehnya lewat mimpi.<br />

Mulai tahun 1977 kepengurusan <strong>Klenteng</strong> <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Bio</strong> berubah menjadi lebih terbuka dengan masuknya<br />

pengurus‐pengurus baru yang tidak berasal dari marga <strong>Kwee</strong>. Dan sejak 13 Desember 1983 <strong>Klenteng</strong> <strong>Tek</strong><br />

hay <strong>Bio</strong> telah berubah menjadi <strong>Ya</strong>yasan sampai sekarang. Selama periode 1983 sampai dengan 2003<br />

<strong>Klenteng</strong> tek <strong>Hay</strong> <strong>Bio</strong> telah berubah akte pendiriannya sebanyak 5 kali dan sejak tanggal 31 Oktober<br />

1995 <strong>Ya</strong>yasan <strong>Klenteng</strong> <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Bio</strong> bernaung dibawah TITD ( Tempat Ibadah Tri Dharma). Demikianlah<br />

sekilas riwayat <strong>Klenteng</strong> <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Bio</strong> atau <strong>Klenteng</strong> Sinar Samudera Jl. Gang Pinggir 105 – 107 Semarang.


RIWAYAT SINGKAT KONGCO TEK HAY CIN JIN<br />

Tanggal 9 – 12 Oktober 1740 merupakan hari yang paling kelabu dalam sejarah Tiong Hwa Perantauan di<br />

Indonesia karena dalam 4 hari itu lebih dari 10.000 nyawa orang Tiong Hwa yang tak berdosa dibantai<br />

oleh prajurit VOC dalam peristiwa yang disebut “Peristiwa Perlawanan Orang‐orang Tiong Hwa bersama<br />

penduduk pribumi untuk melawan VOC” di Batavia tahun 1740. Peristiwa tersebut sangat menyedihkan<br />

hati seluruh Tiong Hwa dan menyulut kemarahan beberapa pemimpin Tiong Hwa saat itu antara lain :<br />

Kwok Liu <strong>Kwa</strong>n (<strong>Kwee</strong> <strong>Lak</strong> <strong>Kwa</strong>), <strong>Kwee</strong> An Say, Oey Eng Kiat, Tan Pan Jiang, Tan Kwie Jan, dll.<br />

<strong>Kwee</strong> <strong>Lak</strong> <strong>Kwa</strong> sebenarnya adalah pedagang antar pulau antara Palembang dan Pantai Utara Jawa, lalu<br />

bersama kawan‐kawan memimpin perang gerilya di Batavia. Namun karena Belanda jauh lebih kuat<br />

akhirnya <strong>Kwee</strong> <strong>Lak</strong> <strong>Kwa</strong> dan kawan‐kawan terdesak mundur sampai ke Cirebon lalu ke Tegal<br />

Tahun 1742 perlawanan menjadi semakin melemah. <strong>Kwee</strong> An Say tertangkap, Tan Pan Jiang dan Oey<br />

Eng Kiat gugur dalam suatu pertempuran di Welahan, Jepara – Jawa Tengah. Sedang <strong>Kwee</strong> <strong>Lak</strong> <strong>Kwa</strong><br />

menghilang di daerah Pantai Tegal.<br />

Setelah menghilang beberapa saat lamanya, <strong>Kwee</strong> <strong>Lak</strong> <strong>Kwa</strong> bersama pembantu setianya, yang salah<br />

seorang diantaranya adalah pribumi yang sayangnya tidak diketahui namanya, sering menampakkan diri<br />

secara bersamaan di beberapa tempat sekaligus dan memberikan pertolongan terutama kepada<br />

nelayan‐nelayan di Tegal. Oleh karena banyak yang telah mendapatkan pertolongan, maka laporan itu<br />

sampai ke Kaisar Dinasti Ching dan oleh Kaisar Dinasti Ching beliau di anugerahi gelar <strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Cin</strong> <strong>Jin</strong>.<br />

<strong>Tek</strong> <strong>Hay</strong> <strong>Cin</strong> <strong>Jin</strong> dihormati sebagai pahlawan sekaligus sebagai Dewa pelindung perdagangan di laut<br />

terutama di Pantai Utara Jawa, beliau merupakan Dewa yang khas hanya di kenal di Indonesia<br />

khususnya di Pulau Jawa.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!