09.07.2015 Views

qiyam ramadhan.pdf - Abu Zubair

qiyam ramadhan.pdf - Abu Zubair

qiyam ramadhan.pdf - Abu Zubair

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Hadits yang kedua, dari Jabir bin Abdullah , ia berkata, “Rasulullah pernah shalatbersama kami di bulan Ramadhan (sebanyak) delapan rakaat dan witir (satu raka’at).Maka pada hari berikutnya kami berkumpul di mesjid dan mengharap beliau keluar(untuk shalat), tetapi tidak keluar hingga masuk waktu pagi, kemudian kami masukkepadanya, lalu kami berkata, ‘ Ya Rasulullah! Tadi malam kami telah berkumpul dimesjid dan kami harapkan engkau mau shalat bersama kami.’ Maka sabdanya,‘Sesungguhnya aku khawatir (shalat itu) akan diwajibkan atas kamu sekalian.’.”(Riwayat Thabrani dan Ibnu Nashr).Lemahnya Hadits 20 dan 23 RakaatSebagian kaum muslim mengetengahkan beberapa riwayat untuk mendukungamalan mereka bertarawih dengan 20 atau 23 rakaat. Riwayat-riwayat tersebut adalah:Pertama, dari Ibnu Abbas ia berkata, “Sesungguhnya Nabi shalat di bulanRamadhan duapuluh rakaat,” (Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Abdu bin Humaid, Thabranidi kitabnya Al Mu’jam Kabir dan Ausath, Baihaqi dan Ibnu Adi dan lain-lain). Diriwayat lain ada tambahan, “Dan (Nabi) witir setelah shalat dua puluh rakaat.”Riwayat ini semuanya dari jalan <strong>Abu</strong> Syaibah, yang namanya: Ibrahim binUtsman dari Al Hakim, dari Misqam, dari Ibnu Abbas.Tentang hadits ini, Ibnu Hajar ketika mengomentari hadits Abi Salamah yangbertanya kepada Aisyah dalam kitab Fathul Bari IV:205-206, berkata, “Adapun yangdiriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari hadits Abbas, bahwasanya Rasulullah pernahshalat (malam) di bulan Ramadhan 20 rakaat dan berwitir satu rakaat itu, sanadnyalemah. Hadits ini bertentangan dengan hadits Aisyah yang terdapat dalam shahihain.Dalam hal ini Aisyah lebih mengetahui hal ihwal Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalampada malam harinya bila dibandingkan dengan yang lain.Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Imam Az-Zaila’I dalam kitabNashbur-Raayah:II:153.Syaikh Al-Albani berkata, “Hadits ini memang lemah sekali, seperti yangdinyatakan iman Suyuthi dalam Al-Hawi lil Fatawaa II:73 yang menyebabkankelemahannya adalah rawi yang bernama <strong>Abu</strong> Syaibah Ibrahim bin Utsman.”Tentang rawi yang bernama <strong>Abu</strong> Syaibah Ibrahim bin Utsman ini, para ulamahadits berkata:1. Kata Imam Ahmad, <strong>Abu</strong> Dawud, Muslim, Yahya, Ibnu Main dll: Dlo’if.2. Kata Imam Tirmidzi: Munkarul Hadits.3. Kata Imam Bukhari; ulama-ulama (ahli hadits) diam tentangnya (ini satuistilah untuk rawi lemah tingkat tiga).4. Kata Imam Nasa’I: Matrukul Hadits5. Kata <strong>Abu</strong> Hatim: Dli’iful Hadits, ulama-ulama diam tentangnya dan mereka(ahli hadits) meninggalkan haditsnya.6. Kata Ibnu Sa’ad: adalah dia Dlo’iful Hadits7. Kata Imam Jauzajaniy: Orang yang putus (satu istilah untuk lemah tingkatketiga).8. Kata <strong>Abu</strong> Ali Naisaburi: Bukan orang yang kuat (riwayatnya).9. Kata Imam Ad-Daruquthni: Dlo’if.10. Al-Hafidz menerangkan: bahwa ia meriwayatkan dari Al-Hakam hadits-haditsmunkar.Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer


Berdasarkan pernyataan-pernyataan ulama ahli hadits tentang rawi bernama <strong>Abu</strong>Syaibah ini, syaikh Al-Albani beranggapan bahwa haditsnya dapat disejajarkan denganhadits Maudlu’ (palsu), karena isinya bertentangan dengan hadits Aisyah dan Jabir,sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Hajar ‘Asqalani dan Zaila’I di atas, dan lebih dariitu imam Adz-Dzahabi memasukkan hadits ini dalam kitab Manakirnya (kumpulanhadits-hadits Munkar).Imam Suyuthi setelah menyebutkan hadits riwayat Ibnu Hibban beliau berkata,“singkatnya dua puluh rakaat itu, tidak pernah dikerjakan Nabi Shalallahu ‘AlaihiWassalam, adapun hadits riwayat Ibnu Hibban tersebut sudah sesuai dengan haditsAisyah yang meyebutkan bahwa beliau tidak pernah mengerjakan lebih dari 11 rakaat,baik dalam bulan Ramadhan atau lainnya, sebab dalam riwayat Ibnu Hibban tersebutditerangkan bahwa beliau shalat tarawih delapan rakaat. Kemudian berwitir tiga rakaat,jadi jumlahnya sebelas rakaat.Indikasi lain yang menunjukkan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tidak pernahmengerjakan lebih dari sebelas rakaat adalah karena Nabi (menurut kebiasaannya)apabila mengerjakan sesuatu amalan, maka ia kerjakan dengan tetap, seperti misalnyamengqadha’ dua rakaat ba’diyah Zhuhur setelah shalat ashar, shalat ini beliau kerjakandengan tetap, meskipun kejadiannya hanya sekali. Jadi kalau memang benar Rasululahpernah mengerjakan 20 rakaat, tentu pekerjaan itu tidak akan beliau tinggalkan samasekali dan lebih dari itu Aisyah radyiallahu anha pun tidak akan berani membuatpernyataan yang membatas bahwa beliau tidak pernah mengerjakan lebih dari sebelasrakaat seperti disebutkan di atas.”Kedua, dari Yazid bin Ruman, ia berkata, ‘Adalah manusia pada zaman Umar binKhattab mereka shalat tarawih di bulan Ramadhan dua puluh tiga rakaat.” (RiwayatImam Malik di kitabnya, Al-Muwath-tha 1/115).Kenyataanya, hadits ini tidak shah. Ketidaksahannya ini disebabkan karena duapenyakit:Pertama, Munqathi’ (terputus sanadnya). Sebabnya, Yazid bin Ruman yangmeriwayatkan hadits ini tidak pernah bertemu dengan Umar bin Khattab. Imam Baihaqisendiri mengatakan,” Yazid bin Ruman tidak bertemu dengan Umar, dengan demikiansanad hadits ini terputus!”Sanad yang demikian oleh ulama-ulama ahli hadits dinamakan Munqathi’, sedanghadits yang sanadnya munqathi’ menurut ilmu Musthalah Hadits yang telah disepakati,termasuk dalam hadits Dlo’if yang tidak boleh dijadikan alasan atau dalil. Tentangtidak bertemunya Yazid bin Ruman ini dengan Umar telah diperiksa seteliti mungkin dikitab-kitab rijalul hadits yang ternyata memang benar bahwa ia tidak pernah bertemuatau sezaman dengan Umar bin Khattab.Kedua, Riwayat diatas bertentangan dengan riwayat yag sudah shahih yaitu, dariImam Malik dari Muhammad bin Yusuf dari Said bin Yazid, ia berkata,”Umar binKhattab telah memerintahkan Ubai bin Ka’ab dan Tamim Ad-Dariy supaya keduanyashalat mengimami manusia dengan sebelas rakaat.”Sanad hadits ini shahih, karena:1. Imam Malik seorang Imam besar lagi sangat kepercayaan yang telah diterimaumat riwayatnya.2. Muhammad bin Yusuf seorang kepercayaan yang dipakai riwayatnya olehImam Bukahari dan Muslim.Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer


3. Sedang said bin Yazid seorang sahabat kecil yang bertemu dan sezaman denganUmar bin Khattab.4. Dengan demikian sanad hadits ini muttashil (bersambung).Pernyataan Ulama yang Mengingkari Tambahan RakaatImam Suyuthi berkata di dalam Al Mashabih fi Shalati Tarawih 2/77, “Dikatakanoleh Al Ajuri –dari rekan-rekan kami- bahwa Imam Malik menyatakan, ‘Umarmengumpulkan manusia atas 11 rakaat lebih aku sukai. Ia adalah shahabat Rasulullah.’Al Imam Ibnul ‘Arabi di dalam syarah Tirmidzi 4/19 setelah menjelaskanriwayat-riwayat yang disumberkan dari Umar, beliau berkata,”Yang benar shalattarawih Nabi sebanyak 11 rakaat. Adapun selain jumlah ini, maka tidak ada asalnyadan nashnya. Kalau mengharuskan adanya batasan, maka batasannya adalah shalatNabi. Nabi tidak menambah pada Ramadhan dan selainnya di atas 11 rakaat. Inilahshalat tarawih/shalat lail, maka wajib meniru Nabi.”Kendati ada ikhtilaf ulama tentang jumlahnya yaitu ada yang mengatakanjumlahnya 42, 36, 34, 28, 24, 20, dan 11, maka sebaiknya kita kembalikan ikhtilaf inikepada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah bersabda, “Shalatlah sebagaimana aku shalat.”(Riwayat Bukhari, Muslim, dan Ahmad)Permasalahan shalat tarawih insya Allah sudah kita pelajari bersama. Hal-halyang sesuai dengan sunnah Rasulullah kita amalkan, sedang yang tidak sesuai denganapa yang beliau tuntunkan harus kita tinggalkan.Maraji’:• Qiyam Ramadhan, oleh Ustadz Khalid Syamhudi, dari salafyoon Online• Nabi Tidak Pernah Shalat Lebih Dari 11 Rakaat, oleh syaikh Al Albani, darisalafyoon Online, dikutib dari kelemahan hadits tarawih 20 rakaat, syaikhMuhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah, penerjemah: LuthfieAbdullah Ismail• Derajad Hadits Shalat Tarawih 23 Rakaat, oleh ustadz Abdul Hakim bin AmirAbdat, dari As-Sunnah• Shifat Shaum Nabi, oleh syaikh Ali bin Hasan dan syaikh Salim Al-Hilali• Shalat Tarawih, oleh Zuhair syarif, salafy Edisi XXII/1418 H/1997 M rubrikAhkamMajalah Elfata vol. 5 No II/2005Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!