10.07.2015 Views

PMK No. 27 ttg Juknis Sistem INA CBGs

PMK No. 27 ttg Juknis Sistem INA CBGs

PMK No. 27 ttg Juknis Sistem INA CBGs

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR <strong>27</strong> TAHUN 2014TENTANGPETUNJUK TEKNISSISTEM INDONESIAN CASE BASE GROUPS (<strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>)DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAMENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan JaminanKesehatan dalam <strong>Sistem</strong> Jaminan Sosial Nasionaltelah ditetapkan tarif pelayanan kesehatan padafasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitaskesehatan tingkat lanjutan;b. bahwa tarif pelayanan kesehatan pada fasilitaskesehatan lanjutan dilakukan dengan polapembayaran Indonesian Case Base Groups (<strong>INA</strong>-CBG’s);c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta agarimplementasi pola pembayaran Indonesian Case BaseGroups (<strong>INA</strong>-CBG’s) dapat berjalan dengan efektif danlancar perlu menetapkan Peraturan MenteriKesehatan tentang Petunjuk Teknis <strong>Sistem</strong> IndonesianCase Base Groups (<strong>INA</strong>-CBG’s);Mengingat: 1. Undang-Undang <strong>No</strong>mor 40 Tahun 2004 tentang<strong>Sistem</strong> Jaminan Sosial Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 <strong>No</strong>mor 150,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia<strong>No</strong>mor 4456);2. Undang-Undang <strong>No</strong>mor 24 Tahun 2011 tentangBadan Penyelenggara Jaminan Sosial (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2011 <strong>No</strong>mor 116,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia<strong>No</strong>mor 5256);3. Peraturan …


- 2 -3. Peraturan Presiden <strong>No</strong>mor 12 Tahun 2013 tentangJaminan Kesehatan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2013 <strong>No</strong>mor 29) sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Presiden <strong>No</strong>mor 111 Tahun2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2013 <strong>No</strong>mor 255);4. Peraturan Menteri Kesehatan <strong>No</strong>mor 69 Tahun 2013tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan padaFasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan FasilitasKesehatan Tingkat Lanjutan dalam penyelenggaraanJaminan Kesehatan (Berita Negara RepublikIndonesia Tahun 2013 <strong>No</strong>mor 1392 );5. Peraturan Menteri Kesehatan <strong>No</strong>mor 71 Tahun 2013Tentang Pelayanan Kesehatan Pada JaminanKesehatan Nasional (Berita Negara Republik IndonesiaTahun 2013 <strong>No</strong>mor 1400);MEMUTUSKAN :Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANGPETUNJUK TEKNIS SISTEM INDONESIAN CASE BASEGROUPS (<strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>).Pasal 1Petunjuk teknis <strong>Sistem</strong> Indonesian Case Base Groups (<strong>INA</strong>-CBG’s)merupakan acuan bagi fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, BPJSKesehatan dan pihak lain yang terkait mengenai metode pembayaran <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> dalam pembayaran penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.Pasal 2Petunjuk teknis <strong>Sistem</strong> Indonesian Case Base Groups (<strong>INA</strong>-CBG’s)dimaksud dalam Pasal 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yangmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.Pasal 3


- 3 -Pasal 3Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita NegaraRepublik Indonesia.Ditetapkan di Jakartapada tanggal 2 Juni 2014MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA,ttdNAFSIAH MBOIDiundangkan di Jakartapada tanggal 16 Juni 2014MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAttdAMIR SYAMSUDINBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 795


- 4 -LAMPIRANPERATURAN MENTERI KESEHATANNOMOR <strong>27</strong> TAHUN 2014TENTANGPETUNJUK TEKNIS SISTEM INDONESIANCASE BASE GROUPS (<strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>)PETUNJUK TEKNISSISTEM INDONESIAN CASE BASE GROUPS (<strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>)BAB IPENDAHULUANPembiayaan kesehatan merupakan bagian yang penting dalamimplementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Menurut Miller (2007)tujuan dari pembiayaan kesehatan adalah mendorong peningkatan mutu,mendorong layanan berorientasi pasien, mendorong efisiensi tidakmemberikan reward terhadap provider yang melakukan over treatment,under treatment maupun melakukan adverse event dan mendorongpelayanan tim. Dengan sistem pembiayaan yang tepat diharapkan tujuandiatas bisa tercapai.Terdapat dua metode pembayaran rumah sakit yang digunakanyaitu metode pembayaran retrospektif dan metode pembayaranprospektif. Metode pembayaran retrospektif adalah metode pembayaranyang dilakukan atas layanan kesehatan yang diberikan kepada pasienberdasar pada setiap aktifitas layanan yang diberikan, semakin banyaklayanan kesehatan yang diberikan semakin besar biaya yang harusdibayarkan. Contoh pola pembayaran retrospektif adalah Fee For Services(FFS). Metode pembayaran prospektif adalah metode pembayaran yangdilakukan atas layanan kesehatan yang besarannya sudah diketahuisebelum pelayanan kesehatan diberikan. Contoh pembayaran prospektifadalah global budget, Perdiem, Kapitasi dan case based payment. Tidakada satupun sistem pembiayaan yang sempurna, setiap sistempembiayaan memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut tabelperbandingan kelebihan sistem pembayaran prospektif dan retrospektif.


- 5 -Tabel 1Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembayaran ProspektifProviderPasienPembayarKELEBIHANPembayaran lebih adil sesuaidengan kompleksitaspelayananProses Klaim Lebih CepatKualitas Pelayanan baikDapat memilih Providerdengan pelayanan terbaikTerdapat pembagian resikokeuangan dengan providerBiaya administrasi lebihrendahMendorong peningkatansistem informasiKEKURANGANKurangnya kualitas Kodingakan menyebabkanketidaksesuaian prosesgrouping (pengelompokankasus)Pengurangan KuantitasPelayananProvider merujuk ke luar / RSlainMemerlukan pemahamanmengenai konsep prospektifdalam implementasinyaMemerlukan monitoring PascaKlaimProviderPasienPembayarTabel 2Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembayaran RetrospektifKELEBIHANRisiko keuangan sangat kecilpendapatan Rumah Sakittidak terbatasWaktu tunggu yang lebihsingkatLebih mudah mendapatpelayanan dengan teknologiterbaruMudah mencapai kesepakatandengan providerKEKURANGANTidak ada insentif untuk yangmemberikan Preventif Care"Supplier induced-demand"Jumlah pasien di klinik sangatbanyak "Overcrowded clinics"Kualitas pelayanan kurangBiaya administrasi tinggi untukproses klaimmeningkatkan risiko keuanganPilihan sistem pembiayaan tergantung pada kebutuhan dan tujuandari implementasi pembayaran kesehatan tersebut. <strong>Sistem</strong> pembiayaanprospektif menjadi pilihan karena :- dapat mengendalikan biaya kesehatan- mendorong pelayanan kesehatan tetap bermutu sesuai standar


- 6 -- Membatas pelayanan kesehatan yang tidak diperlukan berlebihan atauunder use- Mempermudah administrasi klaim- Mendorong provider untuk melakukan cost containmentDi Indonesia, metode pembayaran prospektif dikenal denganCasemix (case based payment) dan sudah diterapkan sejak Tahun 2008sebagai metode pembayaran pada program Jaminan KesehatanMasyarakat (Jamkesmas). <strong>Sistem</strong> casemix adalah pengelompokandiagnosis dan prosedur dengan mengacu pada ciri klinis yang mirip/samadan penggunaan sumber daya/biaya perawatan yang mirip/sama,pengelompokan dilakukan dengan menggunakan software grouper.<strong>Sistem</strong> casemix saat ini banyak digunakan sebagai dasar sistempembayaran kesehatan di negara-negara maju dan sedang dikembangkandi negara-negara berkembang.<strong>Sistem</strong> casemix adalah pengelompokan diagnosis danprosedur dengan mengacu pada ciri klinis yang mirip/samadan biaya perawatan yang mirip/sama, pengelompokandilakukan dengan menggunakan grouper.Dalam implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah diaturpola pembayaran kepada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan adalahdengan <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> sesuai dengan Peraturan Presiden <strong>No</strong>mor 12 Tahun2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diubah denganPeraturan Presiden <strong>No</strong>mor 111 Tahun 2013. Untuk tarif yang berlakupada 1 Januari 2014, telah dilakukan penyesuaian dari tarif <strong>INA</strong>-CBGJamkesmas dan telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan<strong>No</strong>mor 69 Tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan padaFasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan TingkatLanjutan dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.Dalam implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)telah diatur pola pembayaran kepada fasilitas kesehatantingkat lanjutan adalah dengan <strong>INA</strong>-CBG sesuai denganPeraturan Presiden <strong>No</strong>mor 12 Tahun 2013 tentang JaminanKesehatan sebagaimana telah diubah dengan PeraturanPresiden <strong>No</strong>mor 111 Tahun 2013.


- 7 -BAB IISISTEM <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong><strong>Sistem</strong> casemix pertama kali dikembangkan di Indonesia padaTahun 2006 dengan nama <strong>INA</strong>-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group).Implementasi pembayaran dengan <strong>INA</strong>-DRG dimulai pada 1 September2008 pada 15 rumah sakit vertikal, dan pada 1 Januari 2009 diperluaspada seluruh rumah sakit yang bekerja sama untuk programJamkesmas.Pada tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahannomenklatur dari <strong>INA</strong>-DRG (Indonesia Diagnosis Related Group) menjadi<strong>INA</strong>-CBG (Indonesia Case Based Group) seiring dengan perubahangrouper dari 3M Grouper ke UNU (United Nation University) Grouper.Dengan demikian, sejak bulan Oktober 2010 sampai Desember 2013,pembayaran kepada Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Lanjutan dalamJaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) menggunakan <strong>INA</strong>-CBG.Sejak diimplementasikannya sistem casemix di Indonesia telah dihasilkan3 kali perubahan besaran tarif, yaitu tarif <strong>INA</strong>-DRG Tahun 2008, tarif<strong>INA</strong>-CBG Tahun 2013 dan tarif <strong>INA</strong>-CBG Tahun 2014. Tarif <strong>INA</strong>-CBGmempunyai 1.077 kelompok tarif terdiri dari 789 kode grup/kelompokrawat inap dan 288 kode grup/kelompok rawat jalan, menggunakansistem koding dengan ICD-10 untuk diagnosis serta ICD-9-CM untukprosedur/tindakan. Pengelompokan kode diagnosis dan prosedurdilakukan dengan menggunakan grouper UNU (UNU Grouper). UNU-Grouper adalah Grouper casemix yang dikembangkan oleh United NationsUniversity (UNU).A. STRUKTUR KODE <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>Dasar pengelompokan dalam <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> menggunakan sistemkodifikasi dari diagnosis akhir dan tindakan/prosedur yang menjadioutput pelayanan, dengan acuan ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9-CMuntuk tindakan/prosedur. Pengelompokan menggunakan sistemteknologi informasi berupa Aplikasi <strong>INA</strong>-CBG sehingga dihasilkan 1.077Group/Kelompok Kasus yang terdiri dari 789 kelompok kasus rawat inapdan 288 kelompok kasus rawat jalan. Setiap group dilambangkan dengankode kombinasi alfabet dan numerik dengan contoh sebagai berikut :


- 8 -Gambar 1Struktur Kode <strong>INA</strong>-CBGKeterangan :1. Digit ke-1 merupakan CMG (Casemix Main Groups)2. Digit ke-2 merupakan tipe kasus3. Digit ke-3 merupakan spesifik CBG kasus4. Digit ke-4 berupa angka romawi merupakan severity levelDalam <strong>INA</strong>-CBG terdapat 1077 kelompok tarif yang terdiridari 789 tarif pelayanan rawat inap dan 288 tarifpelayanan rawat jalan dengan dasar pengelompokanmenggunakan ICD 10 untuk diagnosis dan ICD 9 CMuntuk tindakan.Struktur Kode <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> terdiri atas :a. Case-Mix Main Groups (CMGs)• Adalah klasifikasi tahap pertama• Dilabelkan dengan huruf Alphabet (A to Z)• Berhubungan dengan sistem organ tubuh• Pemberian Label Huruf disesuaikan dengan yang ada pada ICD 10untuk setiap sistem organ• Terdapat 30 CMGs dalam UNU Grouper (22 Acute Care CMGs, 2Ambulatory CMGs, 1 Subacute CMGs, 1 Chronic CMGs, 4 SpecialCMGs dan 1 Error CMGs)• Total <strong>CBGs</strong> sampai saat ini sebanyak 1220.• 31 CMGs yang ada dalam <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> terdiri dari :


- 9 -Tabel 3Casemix Main Groups (CMG)NO Case-Mix Main Groups (CMG) CMG Codes1 Central nervous system Groups G2 Eye and Adnexa Groups H3 Ear, nose, mouth & throat Groups U4 Respiratory system Groups J5 Cardiovascular system Groups I6 Digestive system Groups K7 Hepatobiliary & pancreatic system Groups B8 Musculoskeletal system & connective tissue Groups M9 Skin, subcutaneous tissue & breast Groups L10 Endocrine system, nutrition & metabolism Groups E11 Nephro-urinary System Groups N12 Male reproductive System Groups V13 Female reproductive system Groups W14 Deleiveries Groups O15 Newborns & Neonates Groups P16 Haemopoeitic & immune system Groups D17 Myeloproliferative system & neoplasms Groups C18 Infectious & parasitic diseases Groups A19 Mental Health and Behavioral Groups F20 Substance abuse & dependence Groups T21 Injuries, poisonings & toxic effects of drugs Groups S22Factors influencing health status & other contactswith health services GroupsZ23 Ambulatory Groups-Episodic Q24 Ambulatory Groups-Package QP25 Sub-Acute Groups SA26 Special Procedures YY<strong>27</strong> Special Drugs DD28 Special Investigations I II29 Special Investigations II IJ30 Special Prosthesis RR31 Chronic Groups CD32 Errors CMGs X


. Case-Based Groups (<strong>CBGs</strong>):- 10 -Sub-group kedua yang menunjukkan tipe kasus (1-9)TIPE KASUSTabel 4Group Tipe Kasus dalam <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>GROUPa. Prosedur Rawat Inap Group-1b. Prosedur Besar Rawat Jalan Group-2c. Prosedur Signifikan Rawat Jalan Group-3d. Rawat Inap Bukan Prosedur Group-4e. Rawat Jalan Bukan Prosedur Group-5f. Rawat Inap Kebidanan Group-6g. Rawat Jalan kebidanan Group-7h. Rawat Inap Neonatal Group-8i. Rawat Jalan Neonatal Group-9j. Error Group-0c. Kode <strong>CBGs</strong>Sub-group ketiga menunjukkan spesifik <strong>CBGs</strong> yang dilambangkandengan numerik mulai dari 01 sampai dengan 99.d. Severity LevelSub-group keempat merupakan resource intensity level yangmenunjukkan tingkat keparahan kasus yang dipengaruhi adanyakomorbiditas ataupun komplikasi dalam masa perawatan. Keparahankasus dalam <strong>INA</strong>-CBG terbagi menjadi :1) “0” Untuk Rawat jalan2) “I - Ringan” untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 1 (tanpakomplikasi maupun komorbiditi)3) “II - Sedang” Untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 2 (denganmild komplikasi dan komorbiditi)4) “III - Berat” Untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 3 (denganmajor komplikasi dan komorbiditi)


TipeLayananRawatInapRawatJalan- 11 -Gambar 2Contoh kode <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>Kode<strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>Deskripsi Kode <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>I – 4 – 10 – I Infark Miocard Akut RinganI – 4 – 10 – II Infark Miocard Akut SedangI – 4 – 10 – III Infark Miocard Akut BeratQ – 5 – 18 – 0 Konsultasi atau pemeriksaan lain-lainQ – 5 – 35 – 0Infeksi AkutIstilah ringan, sedang dan berat dalam deskripsi dari Kode <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>bukan menggambarkan kondisi klinis pasien maupun diagnosis atauprosedur namun menggambarkan tingkat keparahan (severity level)yang dipengaruhi oleh diagnosis sekunder (komplikasi dan komorbiditi).Kode <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> dan deskripsinya tidak selalumenggambarkan diagnosis tunggal tetapi bisamerupakan hasil satu diagnosis atau kumpulandiagnosis dan prosedur.B. TARIF <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> DALAM JAM<strong>INA</strong>N KESEHATAN NASIONALTarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> yang digunakan dalam program Jaminan KesehatanNasional (JKN) per 1 Januari 2014 diberlakukan berdasarkan PeraturanMenteri Kesehatan, dengan beberapa prinsip sebagai berikut :1. Pengelompokan Tarif 7 kluster rumah sakit, yaitu :a. Tarif Rumah Sakit Kelas Ab. Tarif Rumah Sakit Kelas Bc. Tarif Rumah Sakit Kelas B Pendidikand. Tarif Rumah Sakit Kelas Ce. Tarif Rumah Sakit Kelas Df. Tarif Rumah Sakit Khusus Rujukan Nasionalg. Tarif Rumah Sakit Umum Rujukan NasionalPengelompokan tarif berdasarkan penyesuaian setelah melihat besaranHospital Base Rate (HBR) sakit yang didapatkan dari perhitungan totalbiaya pengeluaran rumah sakit. Apabila dalam satu kelompok terdapatlebih dari satu rumah sakit, maka digunakan Mean Base Rate.


- 12 -2. Regionalisasi, tarif terbagi atas 5 Regional yang didasarkan padaIndeks Harga Konsumen (IHK) dan telah disepakati bersama antaraBPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan3. Terdapat pembayaran tambahan (Top Up) dalam sistem <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> versi4.0 untuk kasus – kasus tertentu yang masuk dalam special casemixmain group (CMG) ,meliputi :a. Special Prosedureb. Special Drugsc. Special Investigationd. Special Prosthesise. Special Groups Subacute dan KronisTop up pada special CMG tidak diberikan untuk seluruh kasus ataukondisi, tetapi hanya diberikan pada kasus dan kondisi tertentu.Khususnya pada beberapa kasus atau kondisi dimana rasio antaratarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> yang sudah dibuat berbeda cukup besar dengan tarifRS. Penjelasan lebih rinci tentang Top Up dapat dilihat pada poin D.4. Tidak ada perbedaan tarif antara rumah sakit umum dan khusus,disesuaikan dengan penetapan kelas yang dimiliki untuk semuapelayanan di rumah sakit berdasarkan surat keputusan penetapankelas yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI.5. Tarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> merupakan tarif paket yang meliputi seluruhkomponen sumber daya rumah sakit yang digunakan dalam pelayananbaik medis maupun non-medis.Untuk Rumah Sakit yang belum memiliki penetapan kelas, makatarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> yang digunakan setara dengan Tarif Rumah Sakit Kelas Dsesuai regionalisasi masing-masing.Penghitungan tarif <strong>INA</strong> <strong>CBGs</strong> berbasis pada data costing dan datakoding rumah sakit. Data costing didapatkan dari rumah sakit terpilih(rumah sakit sampel) representasi dari kelas rumah sakit, jenis rumahsakit maupun kepemilikan rumah sakit (rumah sakit swasta danpemerintah), meliputi seluruh data biaya yang dikeluarkan oleh rumahsakit, tidak termasuk obat yang sumber pembiayaannya dari programpemerintah (HIV, TB, dan lainnya). Data koding diperoleh dari datakoding rumah sakit PPK Jamkesmas. Untuk penyusunan tarif JKNdigunakan data costing 137 rumah sakit pemerintah dan swasta serta 6juta data koding (kasus).


- 13 -Peraturan Presiden <strong>No</strong>mor 12 Tahun 2013 tentang JaminanKesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden <strong>No</strong>mor111 Tahun 2013, mengamanatkan tarif ditinjau sekurang-kurangnyasetiap 2 (dua) tahun. Upaya peninjauan tarif dimaksudkan untukmendorong agar tarif makin merefleksikan actual cost dari pelayananyang telah diberikan rumah sakit. Selain itu untuk meningkatkankeberlangsungan sistem pentarifan yang berlaku, mampu mendukungkebutuhan medis yang diperlukan dan dapat memberikan rewardterhadap rumah sakit yang memberikan pelayanan dengan outcome yangbaik. Untuk itu keterlibatan rumah sakit dalam pengumpulan datakoding dan data costing yang lengkap dan akurat sangat diperlukandalam proses updating tarif.Untuk penyusunan tarif JKN digunakan datacosting 137 rumah sakit pemerintah danswasta dan 6 juta data koding (kasus)C. REGIONALISASIRegionalisasi dalam tarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> dimaksudkan untukmengakomodir perbedaan biaya distribusi obat dan alat kesehatan diIndonesia. Dasar penentuan regionalisasi digunakan Indeks HargaKonsumen (IHK) dari Badan Pusat Statistik (BPS), pembagian regioalisasidikelompokkan menjadi 5 regional. Kesepakatan mengenai pembagianregional dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)Kesehatan dengan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)dengan hasil regionalisasi tingkat propinsi sebagai berikut :Tabel 5Daftar regionalisasi tarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>REGIONALISASII II III IV IVBanten Sumatera Barat NAD Kalimantan Selatan Bangka BelitungDKI Jakarta Riau Sumatera Utara Kalimantan Tengah NTTJawa Barat Sumatera Selatan Jambi Kalimantan TimurJawa Tengah Lampung Bengkulu Kalimantan UtaraDI Yogyakarta Bali Kepulauan Riau MalukuJawa Timur NTB Kalimantan Barat Maluku UtaraSulawesi UtaraPapuaSulawesi TengahPapua BaratSulawesi TenggaraGorontaloSulawesi BaratSulawesi Selatan


- 14 -Regionalisasi untuk mengakomodir perbedaan biayadistribusi obat dan alat kesehatan di Indonesia. Dasarpenentuan regionalisasi digunakan Indeks HargaKonsumen (IHK) dari Badan Pusat Statistik (BPS).D. SPECIAL CMG DALAM <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>Special CMG atau special group pada tarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> saat ini dibuatagar mengurangi resiko keuangan rumah sakit. Saat ini hanya diberikanuntuk beberapa obat, alat, prosedur, pemeriksaan penunjang sertabeberapa kasus penyakit subakut dan kronis yang selisih tarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>dengan tarif rumah sakit masih cukup besar. Besaran nilai pada tarifspecial CMG tidak dimaksudkan untuk menganti biaya yang keluar darialat, bahan atau kegiatan yang diberikan kepada pasien, namunmerupakan tambahan terhadap tarif dasarnya.Dasar pembuatan special CMG adalah CCR (cost to charge ratio)yaitu perbandingan antara cost rumah sakit dengan tarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>, datamasukan yang digunakan untuk perhitungan CCR berasal dariprofesional (dokter spesialis), beberapa rumah sakit serta organisasiprofesi. Rincian special CMG yang dimaksud adalah sebagai berikut :1. Special CMG untuk Drugs, Prosthesis, Prosedur serta InvestigasiTabel 6Daftar Special CMGKodeSpecialCMGDD01DD02DD03DD04List Item SpecialCMGStreptokinaseDeferiproneDeferoksaminDeferasiroxJenisPerawatanRawatInapRawatInapRawatInapRawatInapKode<strong>INA</strong>-CBGI-4-10-II-4-10-III-4-10-IIID-4-13-ID-4-13-IID-4-13-IIID-4-13-ID-4-13-IID-4-13-IIID-4-13-ID-4-13-IID-4-13-IIIKode ICD 10 dan ICD 9 CMDiagnosis/ProsedurI210,I211,I212,I213,I214,I219,I233D561,D562,D563,D564,D568D561,D562,D563,D564,D568D561,D562,D563,D564,D568TipeSpecial CMGSpecial DrugSpecial DrugSpecial DrugSpecial DrugDD05Human AlbuminRawatInapA-4-10-IA-4-10-IIA-4-10-IIIA021,A207,A2<strong>27</strong>,A391,A392,A393,A394,A398,A399,A400,A401,A402,A403,A408,A409,A410,A411,A412,A413,A414,A415,A418,A419,A4<strong>27</strong>,B377,R571Special Drug


- 15 -Tabel 6 (lanjutan)Daftar Special CMGKodeSpecialCMGYY01YY02YY03YY04YY05YY06YY08YY09YY10YY11YY12YY13YY14YY15YY16List Item SpecialCMGTumor pineal -EndoskopyHip Replacement/knee replacementPCIKeratoplastyPancreatectomyRepair of septal defectof heart withprosthesisStereotactic Surgery &RadiotheraphyTorakotomiLobektomi /bilobektomiAir plumbageTimektomiVitrectomyPhacoemulsificationMicrolaringoscopyCholangiographJenisPerawatanRawatInapRawatInapRawatInapRawatInapRawatInapRawatInapRawatInapRawatInapRawatInapRawatInapRawatInapRawatInapKode<strong>INA</strong>-CBGE-1-01-IE-1-01-IIE-1-01-IIIM-1-04-IM-1-04-IIM-1-04-IIII-1-40-II-1-40-III-1-40-IIIH-1-30-IH-1-30-IIH-1-30-IIIB-1-10-IB-1-10-IIB-1-10-IIII-1-06-II-1-06-III-1-06-IIIC-4-12-IC-4-12-IIC-4-12-IIIJ-1-30-IJ-1-30-IIJ-1-30-IIIJ-1-10-IJ-1-10-IIJ-1-10-IIIJ-4-20-IJ-4-20-IIJ-4-20-IIID-1-20-ID-1-20-IID-1-20-IIIH-1-30-IH-1-30-IIH-1-30-IIIKode ICD 10 dan ICD 9 CMDiagnosis/Prosedur0713,0714,0715,07178151,8152,8153,8154,81553606,3607,36091160,1161,1162,1163,1164,11695251,5252,5253,5259,5263550,3551,3552,3553,3555Z510,9221,9222,9223,9224,9225,9226,92<strong>27</strong>,9228,9229,9230,9231,9232,9233,92393402,34033241,324933320780,0781,07821473TipeSpecial CMGSpecialProcedureSpecialProcedureSpecialProcedureSpecialProcedureSpecialProcedureSpecialProcedureSpecialProcedureSpecialProcedureSpecialProcedureSpecialProcedureSpecialProcedureSpecialProcedureRawatJalan H-2-36-0 1341 SpecialProcedureRawatJalan J-3-15-0 3141,3142,3144 SpecialProcedureRawatJalan B-3-11-0 5110,5111,5114,5115,5213 SpecialProcedure


- 16 -Tabel 6 (lanjutan)Daftar Special CMGKodeSpecialCMGII01II02II03II04RR01RR02RR03RR04RR05List Item SpecialCMGOther CT ScanNuclear MedicineMRIDiagnostic andImaging Procedure ofSubdural gridelectrodeCote graftTMJ ProthesisLiquid Embolic (forAVM)Hip Implant/ kneeimplantJenisPerawatanRawatKode<strong>INA</strong>-CBGKode ICD 10 dan ICD 9 CMDiagnosis/ProsedurTipeSpecial CMGJalan Z-3-19-0 8741,8801,8838 SpecialInvestigationRawatJalan Z-3-17-0 9205,9215 SpecialInvestigationRawatJalan Z-3-16-0 8892,8893,8897 SpecialInvestigationRawatJalan H-3-13-0 9512 SpecialInvestigationRawatInapRawatInapRawatInapRawatInapRawatInapG-1-10-IG-1-10-IIG-1-10-IIII-1-03-II-1-03-III-1-03-IIIM-1-60-IM-1-60-IIM-1-60-IIIG-1-12-IG-1-12-IIG-1-12-IIIM-1-04-IM-1-04-IIM-1-04-III0293358176539748151,8152,8153,8154,8155SpecialProsthesisSpecialProsthesisSpecialProsthesisSpecialProsthesisSpecialProsthesisSpecial CMG atau special group pada tarif <strong>INA</strong>-CBG saatini dibuat agar mengurangi resiko keuangaan rumah sakit.Saat ini hanya diberikan untuk beberapa obat, alat,prosedur, pemeriksaan penunjang serta beberapa kasuskasus penyakit subakut dan kronis yang selisih tarif <strong>INA</strong>-CBG dengan tarif rumah sakit masih cukup besar.2. Special CMG untuk Subakut dan Kronis dengan penjelasan sebagaiberikut :Special CMG subakut dan kronis diperuntukkan untuk kasus-kasusPsikiatri serta kusta dengan ketentuan lama hari rawat (LOS) dirumahsakit sebagai berikut :Fase Akut : 1 sampai dengan 42 HariFase Sub Akut : 43 sampai dengan 103 HariFase Kronis : 104 sampai dengan 180 Hari


- 17 -Special CMG subakut dan kronis berlaku di semua rumah sakit yangmemiliki pelayanan psikiatri dan kusta serta memenuhi kriteria lamahari rawat sesuai ketentuan diatas.Perangkat yang akan digunakan untuk melakukan penilaian pasiensubakut dan kronis dengan menggunakan WHO-DAS (WHO – DisabilityAssesment Schedule) versi 2.0.Penghitungan tarif special CMG subakut dan kronis akanmenggunakan rumus sebagai berikut :Fase Akut : Tarif Paket <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>Fase Subakut : Tarif Paket <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> + Tarif Sub akutFase Kronis : Tarif Paket <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> + Tarif Sub akut + Tarif KronisSpecial CMG subakut dan kronis berlaku di semua rumahsakit apabila memang ada pelayanan yang termasuk dalampsikiatri dan kusta dan memenuhi kriteria hari rawatsubakut dan kronis.E. WHO-DAS1. WHO-DAS adalah instrumen yang digunakan untuk mengukurdisabilitas.Instrumen ini dikembangkan oleh Tim Klasifikasi, Terminologi, danstandar WHO dibawah The WHO/National Institutes of Health (NIH)Joint Projecton Assesment of Classification of Disability.2. Dalam konteks <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>:a. Versi yang digunakan adalah versi 2.0, yang mengandung 12(duabelas) variabel penilaian (s1-s12) dengan skala penilaian 1(satu) sampai dengan 5 (lima), sehingga total skor 60 (enam puluh)b. Tidak digunakan sebagai dasar untuk pemulangan pasien tetapisebagai dasar untuk menghitung Resource Intensity Weight (RIW)pada fase sub akut dan kronis bagi pasien psikiatri dan pasienkustac. Penilaian/assessment dilaksanakan pada awal fase subakut (harike-43) dan awal fase kronis (hari ke-104) yang dihitung sejak haripertama pasien masuk.d. Penilaian dilakukan dengan metode wawancara langsung(interview) dan/atau observasi oleh psikiater atau dokter ahlilainnya, dokter umum, maupun perawat yang terlatih


- 18 -e. Lembar penilaian ditandatangani oleh Dokter Penanggung JawabPelayanan (DPJP) dengan mencantumkan nama jelas (Perangkatlengkap WHO-DAS terlampir)3. Salinan lembar hasil scoring WHO-DAS yang telah ditandatangani olehDPJP dilampirkan sebagai bahan pendukung pengajuan klaim.4. Petugas administrasi klaim atau koder melakukan input hasil scoringWHO-DAS berupa angka penilaian awal masuk pada periode sub akutatau kronis ke dalam software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> pada kolom ADL, selanjutnyasoftware akan melakukan penghitungan tarif secara otomatis.WHO-DAS adalah instrumen yang digunakan untukmengukur disabilitas dan tidak digunakan sebagaidasar untuk pemulangan pasien tetapi sebagai dasaruntuk menghitung Resource Intensity Weight (RIW)pada fase sub akut dan kronis.


- 19 -BAB IIIAPLIKASI <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0Aplikasi <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> merupakan salah satu perangkat entri datapasien yang digunakan untuk melakukan grouping tarif berdasarkan datayang berasal dari resume medis. Aplikasi <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> sudah terinstalldirumah sakit yang melayani peserta JKN, yang digunakan untuk JKNadalah <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0Untuk menggunakan aplikasi <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> , rumah sakit sudah harusmemiliki kode registrasi rumah sakit yang dikeluarkan oleh DirektoratJenderal Bina Upaya Kesehatan, selanjutnya akan dilakukan aktifasisoftware <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> setiap rumah sakit sesuai dengan kelas rumah sakitserta regionalisasinya. Bagi rumah sakit yang ingin melakukan aktifasiaplikasi <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> dapat mengunduh database rumah sakit sesuaidengan data rumah sakit di website buk.depkes.go.id.Proses entri data pasien ke dalam aplikasi <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> dilakukansetelah pasien selesai mendapat pelayanan di rumah sakit (setelah pasienpulang dari rumah sakit), data yang diperlukan berasal dari resumemedis, sesuai dengan alur bagan sebagai berikut :Gambar 3Alur entri data software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0Untuk menggunakan aplikasi <strong>INA</strong>-CBG, rumah sakit harusmemiliki kode registrasi rumah sakit yang dikeluarkan olehDirektorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, dan melakukanaktifasi aplikasi <strong>INA</strong>-CBG sesuai dengan kelas rumah sakit sertaregionalisasinya. File aktifasi aplikasi <strong>INA</strong>-CBG dapat diunduhpada website buk.depkes.go.id


- 20 -Proses entri aplikasi <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0 dilakukan oleh petugas koderatau petugas administrasi klaim di rumah sakit dengan menggunakandata dari resume medis, perlu diperhatikan juga mengenai kelengkapandata administratif untuk tujuan keabsahan klaim.Operasionalisasi aplikasi <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0 :Memasukkan variabel data yang diperlukan untuk proses grouping :Gambar 4Software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0Gambar 4Software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0


- 21 -Catatan :1. Setelah mengentrikan data sosial sampai dengan variabel Tarif RS atauADL (bila ada) harus disimpan.2. ADL (Activity Daily Living) merupakan nilai yang menggambarkanketidakmapuan pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari,penilaian dengan menggunakan perangkat WHO-DAS dilakukan padapasien yang termasuk dalam kasus subakut dan kronis.3. Kemudian memasukkan kode Diagnosis dengan ICD 10 dan prosedurdengan ICD 9 CM yang dikoding dari resume medis pasien4. Setelah data Diagnosis dan Prosedur dimasukkan DIHARUSKANmenekan tombol “ REFRESH ” kemudian dilakukan pengecekan adaatau tidak special CMG pada kasus tersebut, lalu klik tombol“Simpan”.Gambar 4.2Menu Special CMG dalam Software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0


- 22 -Catatan :1. Variabel ADL (Activity Daily Living) digunakan sebagai salah satu faktordalam perhitungan besaran tarif pada Special CMG untuk kasus SubAkut dan Kronis, dengan kriteria hari rawat atau Length of Staymelebihi 42 hari di rumah sakit. Pada variable ADL diisi denganmemilih angka yang menjadi hasil penilaian terhadap statusfungsional pasien atau kemampuan pasien dalam melakukan aktivitassehari-hari, menggunakan instrumen WHO-DAS. (terlampir)2. Special CMG merupakan kelompok khusus dari beberapa itempelayanan tertentu yang mendapatkan tambahan pembayaran (top uppayment), dengan kategori antara lain drugs, prosthesis, investigationdan procedure. Item pelayanan yang termasuk kedalam Special CMGakan muncul setelah dilakukan input data diagnosis serta tindakan(bila ada) yang terkait dengan item Special CMG yang dilanjutkandengan klik Refresh. Setelah dipilih item Special CMG yang muncul,klik Simpan kembali lalu proses Grouping.Gambar 4.3Hasil Proses Grouping Software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0Catatan :1. Pada kasus contoh diatas adalah kasus yang mendapatkan SpecialCMG untuk prosedur, sehingga ada penambahan besaran tarif diluartarif dasar, sehingga Total Tarif merupakan penjumlahan dari Tarif +Tarif Special CMG2. Apabila pada kasus yang dientri bukan termasuk dalam kasus yangmendapat special CMG maka tarif special CMG tidak akan muncul.


- 23 -PEMELIHARAAN DAN PEMECAHAN MASALAH (Trouble Shooting)SOFTWARE <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0A. Pemeliharaan (maintenance)Dalam mendukung kelancaran operasional Software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>4.0 perlu dilakukan pemeliharaan dari software tersebut. Mengenaitatacara penggunakan (user manual) software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0 sudahdisertakan dalam paket software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> yang dimiliki rumah sakit.Untuk kelancaran operasional software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0 perludiperhatikan beberapa hal sebagai berikut :1. Spesifikasi Hardware yang digunakan harus dalam kondisi baikdan terkini, karena akan berhubungan dengan kecepatan prosesklaim rumah sakit.2. Komputer yang digunakan untuk software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> sebaiknyamempunyai tingkat keamanan yang baik sehingga terhindar darikerusakan, serta komputer sebaiknya khusus digunakan untuksoftware <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>.3. Sebaiknya komputer yang digunakan untuk software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>didukung dengan baterai cadangan (UPS) untuk menghindarikerusakan database dari software apabila terjadi masalahkelistrikan.4. Rutin melakukan Back Up database dari software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> untukmenghindari proses entri ulang data klaim apabila terjadi masalahdalam software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>.5. Ada petugas rumah sakit yang diberikan tanggung jawab untukmelakukan pemeliharaan dari software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>.B. Pemecahan Masalah (Trouble Shooting) software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0Dalam proses operasional <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0 di rumah sakit sangatmungkin terjadi beberapa masalah sehingga software tidak dapatdigunakan untuk proses klaim pasien JKN. Beberapa permasalahandiantaranya sebagai berikut :1. Tarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> tidak keluarHal ini dimungkinkan bahwa software tidak dapat membacadatabase tarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>, dikarenakan rumah sakit belummelakukan setup rumah sakit atau installer software <strong>INA</strong>-CBGyang dimiliki oleh rumah sakit tidak dalam kondisi bagus.


- 24 - Solusi nya silahkan melakukan validasi ulang setup rumahsakit dalam software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0 seperti contoh dibawah ini :Apabila solusi tersebut tidak berhasil, makan installer software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> yang dimiliki rumah sakit bermasalah, sehingga silahkandownload kembali installer software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> di websitebuk.depkes.go.id untuk digunakan melakukan re-instalasi kembali.2. Data Base <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> rusak “corrupt”Hal ini terjadi biasanya dikarenakan virus yang menyerangkomputer atau juga pada saat komputer operasional terjadi matilampu atau kelistrikan lainnya sehingga komputer tiba-tibamati.Tanda-tandanya adalah biasanya kode diagnosis yang diinpukankosong, nama pasien tidak bisa terpanggil dan lain-lainSolusi yang dapat dilakukan adalah melakukan restore back updatabase software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> sebelum timbul permasalahansoftware <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> atau melakukan perbaikan database <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> secara manual melalui msql administrator.3. Setelah melakukan proses “Grouping” muncul keterangan “errorgrouper : Date not Valid”Hal ini terjadi karena grouper tidak bisa berjalan dengan baik. Solusi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :i. Masuk kedalam folder extra di paket software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>,pastikan xampp control panel untuk apache dan msqldalam posisi tidak “running”


- 25 -ii. Instal kembali unugrouper 3.0siii. Instal kembali Library setupiv. Install kembali update 4.0v. Setelah itu jalankan kembali software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>.4. Setelah melakukan proses “Grouping” muncul keterangan “errorgrouper : Gagal Grouper Hubungi Administrator”Hal ini terjadi karena komputer mengenali software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>dilakukan proses Instalasi bukan sebagai user admin untukkomputer tersebut. Solusi yang dilakukan sebagai berikut :i. Pastikan xampp control panel untuk apache dan msqldalam posisi tidak “running”ii. Klik “ My Computer”iii.Klik Local Disk C: Klik folder “windows” Klik folder“addins” kemudian ikuti langkah berikut :


- 26 -iv.Kemudian Jalankan kembali proses grouping Software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0.


- <strong>27</strong> -5. Setelah melakukan grouping, terjadi error grouper denganketerangan “ Class <strong>No</strong>t Register {}”Hal ini disebabkan Grouper <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> belum teregistrasi dalamregistry windowsSolusi yang dapat dilakukan dengan melakukan registri groupertersebut sebagai berikut :i. Periksa di versi sistem operasi windows yang digunakanapakah 32 bit atau 64 bit, dengan cara :ii.Setelah mengetahui versi windows yang digunakan 32 bitatau 64 bit, kemudian buka paket software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> 4.0,didalamnya terdapat folder regunu yang berisi 2 file dengannama regunu32 dan regunu64. Silahkan dipilih sesuaidengan versi windows yang ada di komputer, kemudian klikkanan lalu lakukan “merge” atau lakukan klik 2 kali padafile tersebut, contoh berikut :


- 28 -iii.Kemudian lakukan restart komputer kembali sebelumdigunakan.6. Setelah melakukan setup rumah sakit, kelas rumah sakit tidaksesuai dengan surat penetapan kelas rumah sakit yang dimiliki olehrumah sakit.Yang dapat dilakukan rumah sakit adalah melakukan updatingkelas rumah sakitnya dengan mengirim email kencc.kemkes@gmail.com dengan menyertakan bukti SKpenetapan kelas yang dikeluarkan oleh kementerian KesehatanRI, yang selanjutnya update database rumah sakit akan dikirimkembali (feedback) melalui email.


- 29 -BAB IVKODING <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>A. PENGENALAN KODING ICD-10 DAN ICD-9-CMKoding adalah kegiatan memberikan kode diagnosis utama dandiagnosis sekunder sesuai dengan ICD-10 serta memberikan kodeprosedur sesuai dengan ICD-9-CM. Koding sangat menentukan dalamsistem pembiayaan prospektif yang akan menentukan besarnya biayayang dibayarkan ke Rumah Sakit.Koding dalam <strong>INA</strong>–<strong>CBGs</strong> menggunakan ICD-10 Tahun 2008 untukmengkode diagnosis utama dan sekunder serta menggunakan ICD-9-CMuntuk mengkode tindakan/prosedur. Sumber data untuk mengkodingberasal dari rekam medis yaitu data diagnosis dan tindakan/proseduryang terdapat pada resume medis pasien.Ketepatan koding diagnosis dan prosedur sangat berpengaruhterhadap hasil grouper dalam aplikasi <strong>INA</strong>-CBG.1. ICD-10 (International Statistical Classification of Diseases and RelatedHealth Problems)Terdiri dari 3 volume dan 21 BAB dengan rincian sebagai berikut:a. Volume 1 merupakan daftar tabulasi dalam kode alfanumerik tigaatau empat karakter dengan inklusi dan eksklusi, beberapa aturanpengkodean, klasifikasi morfologis neoplasma, daftar tabulasikhusus untuk morbiditas dan mortalitas, definisi tentang penyebabkematian serta peraturan mengenai nomenklatur.b. Volume 2 merupakan manual instruksi dan pedoman pengunaanICD-10c. Volume 3 merupakan Indeks alfabetis, daftar komprehensif semuakondisi yang ada di daftar Tabulasi (volume 1), daftar sebab luargangguan (external cause), tabel neoplasma serta petunjuk memilihkode yang sesuai untuk berbagai kondisi yang tidak ditampilkandalam Tabular List.Untuk penggunaan lebih lanjut ICD-10 lihat buku manualpenggunaan ICD-10 volume 2 yang diterbitkan oleh WHO, rumah sakitdiharapkan dapat menyediakan buku tersebut.2. ICD-9-CM (International Classification of Diseases Revision ClinicalModification)ICD-9-CM digunakan untuk pengkodean tindakan/prosedur yangberisi kode prosedur bedah/operasi dan pengobatan serta non operasiseperti CT Scan, MRI, dan USG. ICD-9-CM berisi daftar yang tersusun


- 30 -dalam tabel dan Index Alfabetis. Prosedur bedah operasidikelompokkan pada bagian 01-86 dan prosedur bukan bedah/nonoperasi dibatasi pada bagian 87-99. Struktur klasifikasi berdasarkananatomi dengan kode berupa numerik. ICD-9-CM terdiri dari 16 bab.B. LANGKAH – LANGKAH KODING MENGGUNAKAN ICD-101. Identifikasi tipe pernyataan yang akan dikode dan lihat di buku ICDvolume 3 (Alphabetical Index). Jika pernyataannya adalah penyakitatau cedera atau lainnya diklasifikasikan dalam bab 1-19 dan 21(Section I Volume 3). Jika pernyataannya adalah penyebab luaratau cedera diklasifikasikan pada bab 20 (Section II Volume 3)2. Tentukan Lead Term. Untuk penyakit dan cedera biasanya adalahkata benda untuk kondisi patologis. Namum, beberapa kondisidijelaskan dalam kata sifat atau xxx dimasukkan dalam indexsebagai Lead Term.3. Baca dan ikuti semua catatan atau petunjuk dibawah kata kunci.4. Baca setiap catatan dalam tanda kurung setelah kata kunci(penjelasan ini tidak mempengaruhi kode) dan penjelasan indentasidibawah lead term (penjelasan ini mempengaruhi kode) sampaisemua kata dalam diagnosis tercantum.5. Ikuti setiap petunjuk rujukan silang (“see” dan “see also”) yangditemukan dalam index6. Cek ketepatan kode yang telah dipilih pada volume 1. UntukKategori 3 karakter dengan.- (point dash) berarti ada karakter ke 4yang harus ditentukan pada Volume 1 karena tidak terdapat dalamIndex7. Baca setiap inclusion atau exclusion dibawah kode yang dipilih ataudibawah bab atau dibawah blok atau dibawah judul kategori.8. Tentukan KodeC. PEDOMAN KODING DIAGNOSIS DALAM <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>Kriteria diagnosis utama menurut WHO Morbidity Reference Groupadalah diagnosis akhir/final yang dipilih dokter pada hari terakhirperawatan dengan kriteria paling banyak menggunakan sumber dayaatau hari rawatan paling lama. Diagnosis Sekunder adalah diagnosis yangmenyertai diagnosis utama pada saat pasien masuk atau yang terjadiselama episode pelayanan. Diagnosis sekunder merupakan ko-morbiditasataupun komplikasi.


- 31 -Komorbiditas adalah penyakit yang menyertai diagnosis utama ataukondisi pasien saat masuk dan membutuhkan pelayanan/asuhan khusussetelah masuk dan selama rawat.Komplikasi adalah penyakit yang timbul dalam masa pengobatandan memerlukan pelayanan tambahan sewaktu episode pelayanan, baikyang disebabkan oleh kondisi yang ada atau muncul akibat daripelayanan yang diberikan kepada pasien.1. Penentuan diagnosis utamaa. Penulisan diagnosis harus lengkap dan spesifik (menunjukkanletak, topografi, dan etiologinya).Diagnosis harus mempunyai nilai informatif sesuai dengan kategoriICD yang spesifik.Contoh :- Acute appendicitis with perforation- Diabetic cataract, insulin-dependent- Acute renal failureb. Kode diagnosis Dagger (†) dan Asterisk (*)Jika memungkinkan, kode dagger dan asterisk harus digunakansebagai kondisi utama, karena kode-kode tersebut menandakandua pathways yang berbeda untuk satu kondisiContoh :Measles pneumoniaPericarditis tuberculosisNIDDM karatak= B05.2† J17.1*= A18.8† I32.0*= E11.3† H28.0*c. Symptoms (gejala), tanda dan temuan abnormal dan situasi yangbukan penyakit :Hati-hati dalam mengkode diagnosis utama untuk BAB XVIII (kode“R”) dan XXI (kode “Z”) untuk KASUS RAWAT <strong>INA</strong>P.- Jika diagnosis yang lebih spesifik (penyakit atau cidera) tidakdibuat pada akhir rawat inap maka diizinkan memberi kode “R”atau kode “Z” sebagai kode kondisi utama.- Jika diagnosis utama masih disebut “suspect” dan tidak adainformasi lebih lanjut atau klarifikasi maka harus dikode seolaholahtelah ditegakkan.Kategori Z03.- (Medical observation and evaluation for suspecteddiseases and conditions) diterapkan pada “Suspected” yang dapatdikesampingkan sesudah pemeriksaan.


- 32 -contoh :Kondisi utama: Suspected acute CholecystitisKondisi lain : -Diberi kode Acute Cholecystitis (K81.0) sebagai diagnosis utamad. Kode kondisi multiplePada suatu episode perawatan dengan kondisi multiple (injury,sequelae, HIV), kondisi yang nyata lebih berat dan membutuhkanresources lebih dari yang lain harus dicatat sebagai kondisi utama.Bila terdapat kondisi “Multiple ….” dan tidak ada kondisi tunggalyang menonjol, diberi kode “multiple……..” dan kode sekunderdapat ditambahkan untuk daftar kondisi individu Kode iniditerapkan terutama pada yang berhubungan dengan penyakit HIV,Cedera dan Sequelaee. Kode kategori kombinasiDalam ICD 10, ada kategori tertentu dimana dua kondisi ataukondisi utama dan sekunder yang berkaitan dapat digambarkandengan satu kode.Kondisi utama : Renal failureKondisi lain : Hypertensive renal diseaseDiberi kode Hypertensive renal disease with renal failure (I12.0)Kondisi utama : Intestinal obstructionKondisi lain : Hernia inguinalis kiriDiberi kode Unilateral or unspecified inguinal hernia, withobstruction, without gangren (K40.3)f. Kode morbiditas penyebab eksternalUntuk cedera dan kondisi lain karena penyebab eksternal, keduasifat dasar kondisi dan keadaan penyebab eksternal harus diberikode.Biasanya sifat dasar diklasifikasi pada BAB XIX (S00-T98). Kodepenyebab external pd BAB XX (V01-Y98) digunakan sebagai kodetambahancontoh :Kondisi utama : Fraktur colum femoris karena jatuh tersandung pdtrotoar yang tidak rata.Diberi kode Fracture of neck of femur (S72.0) sebagai kode utama.Kode penyebab eksternal pada fall on the same level from slipping,tripping or stumbing on street or hagway (W01.4) sebagai kodesekunder.


- 33 -g. Kode sequelae pada kondisi tertentu“Sequelae of …”(B90-B94, E64-E68, G09, I69, O97, T90-T98, Y85-Y89) digunakan untuk kondisi yang sudah tidak ada lagi saat ini(telah diobati/diperiksa).Kode utamanya adalah sifat dasar sequelae itu sendiri, kode“sequelae of ..” (old; no longer present) sebagai kode sekunderopsional.Jika terdapat beberapa sequalae yang sangat spesifik, namun tidakada yang dominan dalam tingkat keparahan dan penggunaansumber daya terbanyak, “Sequalae of ….” dapat dicatat sebagaikondisi utama.Contoh :Kondisi utama : Dysphasia dari old cerebral infarctionDiberi kode Dysphasia (R47.0) sebagai kode utama.Kode untuk sequelae cerebral infarction (I69.3) sebagai kodesekunder.Kondisi utama: Late effect dari poliomyelitisKondisi lain : -Diberi kode Sequelae poliomyelitis (B91) sebagai kode utama karenatidak ada informasi lain.h. Kode kondisi Akut dan KronisBila kondisi utama adalah akut dan kronis dan dalam ICD dijumpaikategori atau sub kategori yang terpisah, tetapi bukan kodekombinasi, kode kondisi akut digunakan sebagai kondisi utamayang harus dipilih.contoh :Kondisi utama : Cholecystitis akut dan kroniskondisi lain : -Diberi kode acute cholecystitis (K81.0) sebagai kode utama danchronic cholecystitis (K81.1) digunakan sebagai kode sekunder.Kondisi utama : Acute exacerbation of chronic bronchitisKondisi lain : -Diberi kode Chronic obstructive pulmonary disease with acuteexacerbation (J44.1) sebagai kode utama krn ICD memberikan kodeyang tepat untuk kombinasi


- 34 -i. Kode kondisi dan komplikasi post prosedurBab XIX (T80-T88) digunakan untuk komplikasi yang berhubungandengan pembedahan dan tindakan lain, misalnya, Infeksi lukaoperasi, komplikasi mekanis dari implant, shock dan lain-lain.Sebagian besar bab sistem tubuh berisi kategori untuk kondisi yangterjadi baik sebagai akibat dari prosedur dan teknik khusus atausebagai akibat dari pengangkatan organ, misalnya, sindromlymphoedema postmastectomy, hypothyroidism postirradiation.Beberapa kondisi misalnya pneumonia, pulmonary embolism yangmungkin timbul dalam periode postprocedural tidak dipandangsatu kesatuan yang khas dan diberi kode dengan cara yang biasa,tetapi kode tambahan opsional dari Y83-Y84 dapat ditambahkanuntuk identifikasi hubungan tersebut dengan suatu prosedur.Bila kondisi dan komplikasi postprocedural dicatat sebagai kondisiutama referensi untuk modifier atau qualifier dalam indeks alfabetadalah penting untuk pemilihan kode yang benar.Contoh :Kondisi utama : Hypothyroidism karena thyroidektomi satutahun lalukondisi lain : -Diberi kode postsurgical hypothyroidism (E89.0) sebagai kode utamaKondisi utamaKondisi lainSpesilaisasi: Haemorrhage hebat setelah cabut gigi: Nyeri: Gigi dan mulutDiberi kode Haemorrhage resulting from a procedure (T81.0) sebagaikode utamaj. Aturan Reseleksi Diagnosis MB1-MB5RULE MB1 :Kondisi minor direkam sebagai ”diagnosis utama” (main condition),kondisi yang lebih bermakna direkam sebagai ”diagnosis sekunder”(other condition).Diagnosis utama adalah kondisi yang relevan bagi perawatan yangterjadi, dan jenis specialis yang mengasuh pilih kondisi yangrelevan sebagai ”Diagnosis utama”Contoh :Diagnosis utama : Sinusitis akutDiagnosis sekunder : Carcinoma endoservik, HypertensiProsedur: Histerektomi Total


- 35 -Specialis: GinekologiReseleksi Carcinoma endoserviks sebagai kondisi utama.RULE MB2 :Beberapa kondisi yang direkam sebagai diagnosis utama- Jika beberapa kondisi yang tidak dapat dikode bersama dicatatsebagai diagnosis utama dan informasi dari rekam medismenunjukkan salah satu dari diagnosis tersebut sebagaidiagnosis utama maka pilih diagnosis tersebut sebagaidiagnosis utama.- Jika tidak ada informasi lain, pilih kondisi yang disebutkanpertamaContoh :1. Diagnosis Utama : OsteoporosisBronchopnemoniaRheumatismDiagnosis Sekunder : -Bidang specialisasi : Penyakit ParuReseleksi Diagnosis utama Bronchopneumonia (J 18.9)2. Diagnosis Utama : Ketuban pecah dini, presentasi bokongdan anemiaDiagnosis Sekunder : Partus spontanReseleksi Diagnosis Utama Ketuban pecah diniRULE MB3 :Kondisi yang direkam sebagai diagnosis utama menggambarkansuatu gejala yang timbul akibat suatu kondisi yang ditangani.Suatu gejala yang diklasfikasikan dalam Bab XVIII (R.-), atau suatumasalah yang dapat diklasfikasikan dalam bab XXI (Z) dicatatsebagai kondisi utama, sedangkan informasi di rekam medis,terekam kondisi lain yang lebih menggambarkan diagnosis pasiendan kepada kondisi ini terapi diberikan maka reseleksi kondisitersebut sebagai diagnosis utama.Contoh:Diagnosis UtamaDiagnosis SekunderTindakan: Hematuria: Varises pembuluh darah tungkai bawah,Papiloma dinding posterior kandungkemih: Eksisi diatermi papilomata


- 36 -Specialis: UrologiReseleksi Papiloma dinding posterior kandung kemihsebagai diagnosis utama.(D41.4)RULE MB4 :SpesifisitasBila diagnosis yang terekam sebagai diagnosis utama adalah istilahyang umum, dan ada istilah lain yang memberi informasi lebihtepat tentang topografi atau sifat dasar suatu kondisi, makareseleksi kondisi terakhir sebagai diagnosis utama : Contoh:Diagnosis Utama : Cerebrovascular accidentDiagnosis Sekunder : Diabetes mellitus, Hypertensi, CerebralhaemorrhageReseleksi cerebral haemorrhage sebagai diagnosis utama ( I61.9.)RULE MB5 :Alternatif diagnosis utamaApabila suatu gejala atau tanda dicatat sebagai kondisi utama yangkarena satu dan lain hal gejala tersebut dipilih sebagai kondisiutama.Bila ada 2 atau lebih dari 2 kondisi direkam sebagai pilihandiagnostik sebagai kondisi utama, pilih yang pertama disebut.Contoh :Diagnosis Utama: Sakit kepala karena stess dan tegang atausinusitis akutDiagnosis Sekunder : -Reseleksi sakit kepala headache (R51) sebagai Diagnosis utamaDiagnosis Utama : akut kolesistitis atau akut pankreatitisDiagnosis Sekunder : -Reseleksi akut kolesistitis K81.0 sebagai diagnosis utama2. Penentuan kode morbiditas penyebab eksternal:Untuk cedera dan kondisi lain karena penyebab eksternal, kedua sifatdasar kondisi dan keadaan penyebab eksternal harus diberi kode.Biasanya sifat dasar diklasifikasi pada BAB XIX (S00-T98). Kodepenyebab external pd BAB XX (V01-Y98) digunakan sebagai kodetambahancontoh :


- 37 -Kondisi utama : Fraktur colum femoris karena jatuh tersandung padatrotoar yang tidak rata.Diberi kode Fracture of neck of femur (S72.0) sebagai kode utama. Kodepenyebab eksternal pada fall on the same level from slipping, tripping orstumbing on street or hagway (W01.4) sebagai kode sekunderD. LANGKAH–LANGKAH KODING MENGGUNAKAN ICD-9-CM(International Classification of Diseases Ninth Revision–ClinicalModification)1. Identifikasi tipe pernyataan prosedur/tindakan yang akan dikodedan lihat di buku ICD-9-CM Alphabetical Index.2. Tentukan Lead Term Untuk prosedur/tindakan.3. Baca dan ikuti semua catatan atau petunjuk dibawah kata kunci.4. Baca setiap catatan dalam tanda kurung setelah kata kunci(penjelasan ini tidak mempengaruhi kode) dan penjelasan indentasidibawah lead term (penjelasan ini mempengaruhi kode) sampaisemua kata dalam diagnosis tercantum.5. Ikuti setiap petunjuk rujukan silang (“see” dan “see also”) yangditemukan dalam index :6. Cek ketepatan kode yang telah dipilih pada Tabular List.7. Baca setiap inclusion atau exclusion dibawah kode yang dipilihatau dibawah bab atau dibawah blok atau dibawah judul kategori.8. Tentukan KodeE. PEDOMAN KODING PROSEDUR DALAM <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>1. Prosedur OperasiDidefinisikan sebagai prosedur diagnostik terapeutik atau besaryang melibatkan penggunaan instrumen atau manipulasi bagiandari tubuh dan pada umumnya terjadi dalam ruang operasi.Beberapa prosedur yang dilakukan dalam ruang operasi dan ataudengan menggunakan general anestesi termasuk pasien melahirkannormal.2. Prosedur <strong>No</strong>n OperasiProsedur Investigasi dan terapi lainnya yang tidak termasuk operasiseperti radiologi, laboratorium, fisioterapi, psikologi dan prosedurlainnya.


- 38 -F. ATURAN KODING LAINNYA UNTUK <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>1. Apabila kondisi pencatatan diagnosis inkonsisten atau salah dicatatmaka harus dilakukan klarifikasi kepada dokter penanggung jawabpelayanan.2. Apabila klarifikasi kepada dokter penanggung jawab pasien tidakbisa dilakukan, maka koder menggunakan aturan koding MB 1sampai dengan MB 5 sesuai dengan pedoman Volume 2 ICD 10Tahun 20083. Apabila bayi lahir sehat maka tidak memiliki kode diagnosispenyakit (P), hanya perlu kode bahwa ia lahir hidup di lokasipersalinan, tunggal atau multiple (Z38.-)4. Untuk bayi lahir dipengaruhi oleh faktor ibunya yaitu komplikasisaat hamil dan melahirkan dapat digunakan kode P00-P04 tetapiyang dapat diklaimkan hanya yang menggunakan kode P03.0 –P03.65. Kondisi-kondisi tertentu yang timbul saat periode perinatal dengankode P05-P96 dapat diklaimkan tersendiri, kecuali bayi lahir matidengan kode P95 diklaimkan satu paket dengan ibunya.6. Untuk kasus pasien yang datang untuk kontrol ulang dengandiagnosis yang sama seperti kunjungan sebelumnya dan terapi(rehab medik, kemoterapi, radioterapi) di rawat jalan dapatmenggunakan kode “Z” sebagai diagnosis utama dan kondisipenyakitnya sebagai diagnosis sekunder.Contoh :Kondisi utama: KemoterapiKondisi lain: Ca. MammaePasien datang ke RS untuk dilakukan kemoterapi karena Ca.Mammae. Diberi kode kemoterapi (Z51.1) sebagai diagnosis utamadan Ca. Mammae (C50.9) sebagai diagnosis sekunder.


- 39 -Kondisi utama: Palliative CareKondisi lain: Ca. MammaePasien datang ke RS untuk dilakukan palliative care karena Ca.Mammae. Diberi kode kemoterapi (Z51.5) sebagai diagnosis utamadan Ca. Mammae (C50.9) sebagai diagnosis sekunder.Kondisi utama: Kontrol HipertensiKondisi lain : -Pasien datang ke rumah sakit untuk kontrol Hipertensi. Diberi kodekontrol (Z09.8) sebagai diagnosis utama dan Hipertensi (I10)sebagai diagnosis sekunder.7. Apabila ada dua kondisi atau kondisi utama dan sekunder yangberkaitan dapat digambarkan dengan satu kode dalam ICD 10,maka harus menggunakan satu kode tersebut.Contoh :Kondisi utama: Renal failureKondisi lain: Hypertensive renal diseaseDiberi kode hypertensive renal disease with renal failure (I12.0)


- 40 -8. Pengkodean untuk pasien Thalasemia :a. Pasien selain Thalasemia Mayor tidak mendapatkan top-upspecial drug.b. Pasien Thalasemia Mayor adalah pasien yang mempunyaidiagnosis baik diagnosis primer maupun sekunder mempunyaikode ICD-10 yaitu D56.1.c. Jika pasien Thalasemia Mayor pada saat kontrol tidak diberikanobat kelasi besi (Deferipone, Deferoksamin, dan Deferasirox)maka tetap diinputkan sebagai rawat jalan denganmenggunakan kode Z09.8 sebagai diagnosis utamad. Jika pasien Thalasemia Mayor dirawat inap hanya untuktranfusi darah tanpa diberikan obat kelasi besi maka tetapmenggunakan kode D56.1 sebagai diagnosis utama dan tidakmendapatkan top-up special drug.9. Pengkodean untuk persalinan :a. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD-10 kode O80-O84digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit dalampersalinan, kecuali jika penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 makaO80-O84 digunakan sebagai diagnosis utama.Contoh :1) Diagnosis utama : Kehamilan (dilahirkan)Diagnosis sekunder : Kegagalan trial of labourTindakan: Seksio sesarDiberi kode pada failed trial of labour, unspecified (O66.4)sebagai diagnosis utama. Kode untuk caesarean sectiondelivery, unspecified (O82.9), dapat digunakan sebagai kodediagnosis sekunder2) Diagnosis utama : Ketuban Pecah Dini kurang dari 24jamDiagnosis sekunder : -Tindakan: Seksio sesarDiberi kode caesarean section delivery, unspecified (O82.9)sebagai diagnosis utama dan Premature rupture ofmembranes, onset of labour within 24 hours (O42.0), dapatdigunakan sebagai kode diagnosis sekunder.b. Pasien seksio sesar dalam satu episode rawat dilakukantindakan sterilisasi maka kode tindakan sterilisasi tidak perludiinput ke dalam aplikasi <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>c. Persalinan normal maupun tidak normal tidak diperbolehkan


- 41 -menginput high risk pregnancy (Z35.5, Z35.6, Z35.7, dan Z35.8)ke dalam aplikasi <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>d. Kasus umum disertai dengan kehamilan yang tidak ditanganioleh dokter obstetri pada akhir episode perawatan makadiagnosis utamanya adalah kasus umumnyaContoh :Diagnosis utama : Dengue Hemoragic Fever (DHF)Diagnosis sekunder : Keadaan hamilDokter yang merawat : dokter penyakit dalamPasien dalam keadaan hamil, maka diberi kode A91 sebagaidiagnosis utama dan O98.5 sebagai diagnosis sekunder.d. Kasus umum disertai dengan kehamilan yang ditangani olehdokter obstetri sampai akhir episode perawatan maka diagnosisutamanya adalah kasus kehamilan.Contoh :Diagnosis utama : Keadaan hamilDiagnosis sekunder : Dengue Hemoragic Fever (DHF)Dokter yang merawat : dokter obstetriPasien dalam keadaan hamil, maka diberi kode O98.5 sebagaidiagnosis utama dan A91sebagai diagnosis sekunder.e. Pemasangan infus pump hanya menggunakan kode 99.18f. Jika beberapa prosedur yang diberikan dalam pelayanandiinputkan ke dalam software <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> menyebabkanperubahan grouping dan tarif menjadi turun, maka prosedurproseduryang menurunkan tarif tidak diinput.G. CODE CREEPMenurut Seinwald dan Dummit (1989) code creep diartikan sebagai”perubahan dalam pencatatan Rumah Sakit (rekam medis) yangdilakukan praktisi untuk meningkatkan penggantian biaya dalam sistemCasemix”.Code Creep sering disebut sebagai upcoding, dan apabila mengacupada konteks Tagihan Rumah Sakit (hospital billing) maka disebut DRGCreep. Kurangnya pengetahuan koder juga dapat menimbulkan codecreep. Namun, tidak semua variasi yang timbul dalam pengkodingandapat disebut code creep. Pengembangan, revisi sistem koding dankebijakan yang diambil oleh suatu negara dalam pengklaiman kasustertentu dapat menyebabkan variasi pengkodean.Contoh:


- 42 -1. Kode “Z” dan “R” dipakai sebagai diagnosis utama, padahal adadiagnosis lain yang lebih spesifik.Contoh :Diagnosis UtamaDiagnosis SekunderSeharusnyaDiagnosis UtamaDiagnosis Sekunder: Chest Pain (R07.1): Unstable Angina Pectoris (I20.0),: Unstable Angina Pectoris (I20.0): Chest Pain (R07.1)2. Beberapa diagnosis yang seharusnya dikode jadi satu, tetapi dikodeterpisahContoh :Diagnosis UtamaDiagnosis Sekunder: Hypertensi (I10): Renal disease (N28.9)Seharusnya dikode jadi satu yaitu Hypertensive Renal Disease (I12.9)3. Kode asteris diinput menjadi diagnosis utama dan dagger sebagaidiagnosis sekunder.Contoh :Diagnosis UtamaDiagnosis SekunderSeharusnyaDiagnosis UtamaDiagnosis Sekunder: Myocardium (I41.0*): Tuberculosis of after specified organs(A18.5†): Tuberculosis of after specified organs(A18.5†): Myocardium (I41.0*)4. Kode untuk rutin prenatal care Z34-Z35 digunakan sebagai diagnosissekunder pada saat proses persalinan.Contoh :Diagnosis UtamaDiagnosis SekunderSeharusnyaPersalinan dengan SC (O82.9)Ketuban Pecah Dini (O42.9): Persalinan dengan SC (O82.9): Supervision of other high-risk pregnancies(Z35.8)Ketuban Pecah Dini (O42.9)5. Diagnosis Utama tidak signifikan dbandingkan diagnosis sekundernyaContoh :Diagnosis utama: D69.6 Thrombocytopenia


Diagnosis sekunderSeharusnyaDiagnosis UtamaDiagnosis sekunder- 43 -: A91 Dengue Hemorrhagic Fever (DHF): A91 Dengue Hemorrhagic Fever (DHF): D69.6 Thrombocytopenia6. Tindakan/Prosedur seharusnya relevan dengan diagnosis utamaContoh :Diagnosis utama: K30 DyspepsiaDiagnosis sekunder : I25.1 Atherocsclerotic heart disease (CAD)Tindakan : 36.06 Percutaneous transluminalcoronary angioplasty (PTCA)SeharusnyaDiagnosis Utama: I25.1 Atherosclerotic heart disease (CAD)Diagnosis sekunder : K30 DyspepsiaTindakan : 36.06 Percutaneous transluminalcoronary angioplasty (PTCA)H. TUGAS DAN TANGGUNG JAWABUntuk mendapatkan hasil grouper yang benar diperlukan kerjasamayang baik antara dokter dan koder. Kelengkapan rekam medis yangditulis oleh dokter akan sangat membantu koder dalam memberikan kodediagnosis dan tindakan/prosedur yang tepat. Berikut tugas dan tanggungjawab dari dokter dan koder serta verifikator klaim.DOKTERTugas dan tanggung jawab dokter adalah menegakkan danmenuliskan diagnosis primer dan diagnosis sekunder sesuai dengan ICD-10, menulis seluruh tindakan/prosedur sesuai ICD-9-CM yang telahdilaksanakan serta membuat resume medis pasien secara lengkap danjelas selama pasien dirawat di rumah sakit.KODERTugas dan tanggung jawab seorang koder adalah melakukankodifikasi diagnosis dan tindakan/prosedur yang ditulis oleh dokter yangmerawat pasien sesuai dengan ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9-CMuntuk tindakan/prosedur yang bersumber dari rekam medis pasien.Apabila dalam melakukan pengkodean diagnosis atau tindakan/prosedurkoder menemukan kesulitan ataupun ketidaksesuaian dengan aturanumum pengkodean, maka koder harus melakukan klarifikasi dengan


- 44 -dokter. Apabila klarifikasi gagal dilakukan maka koder dapatmenggunakan aturan (rule) MB 1 hingga MB 5.I. EPISODE1. Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari pasienmasuk sampai pasien keluar rumah sakit, termasuk konsultasi danpemeriksaan dokter, pemeriksaan penunjang maupun pemeriksaanlainnya.2. Pada sistem <strong>INA</strong>-CBG, hanya ada 2 episode yaitu episode rawatjalan dan rawat inap, dengan beberapa kriteria di bawah ini :a) Episode rawat jalanSatu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuankonsultasi antara pasien dan dokter serta pemeriksaanpenunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikanpada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaanpenunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang samamaka tidak dihitung sebagai episode baru.Pasien yang membawa hasil pada hari pelayanan yangberbeda yang dilanjutkan dengan konsultasi danpemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi medis, dianggapsebagai episode baru.Pemeriksaan penunjang khusus dirawat jalan (MRI, CT Scan)tidak menjadi episode baru karena termasuk dalam specialCMG.Pelayanan IGD, pelayanan rawat sehari maupun pelayananbedah sehari (One Day Care/Surgery) termasuk rawat jalanPasien yang datang ke rumah sakit mendapatkan pelayananrawat jalan pada satu atau lebih klinik spesialis pada hariyang sama, terdiri dari satu atau lebih diagnosis, dimanadiagnosis satu dengan yang lain saling berhubungan atautidak berhubungan, dihitung sebagai satu episode.b) Pasien datang kembali ke rumah sakit dalam keadaan daruratpada hari pelayanan yang sama, maka dianggap sebagai episodebaru.c) Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan jika pasienmendapatkan perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika pasientelah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang rawat


- 45 -inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lamaperawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telahmenjadi pasien rawat inap.3. Pasien yang masuk ke rawat inap sebagai kelanjutan dari prosesperawatan di rawat jalan atau gawat darurat, maka kasus tersebuttermasuk satu episode rawat inap, dimana pelayanan yang telahdilakukan di rawat jalan atau gawat darurat sudah termasukdidalamnya.4. Dalam hal pelayanan berupa prosedur yang berkelanjutan dipelayanan rawat jalan seperti radioterapi, kemoterapi, rehabilitasimedik dan pelayanan gigi, episode yang berlaku adalah per satukali kunjungan.Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai daripasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit, termasukkonsultasi dan pemeriksaan dokter, pemeriksaan penunjangmaupun pemeriksaan lainnya. Dalam <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> hanya terdapat2 (dua) episode yaitu episode rawat inap dan rawat jalan.


- 46 -BAB VAPA SAJA YANG SEBAIKNYA DILAKUKANDAN TIDAK DILAKUKAN RUMAH SAKITMetode pembayaran rumah sakit dengan <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> harus diikutidengan berbagai perubahan di rumah sakit baik pada level manajemenmaupun profesi khususnya dokter. Karena perubahan tidak hanyadilakukan pada cara pandang mengelola pasien tetapi juga cara pandangdalam mengelola rumah sakit.Beberapa upaya yang sebaiknya dilakukan rumah sakit adalah:1. Membangun tim rumah sakitManajemen dan profesi serta komponen rumah sakit yang lain harusmempunyai persepsi dan komitmen yang sama serta mampu bekerjasama untuk menghasilkan produk pelayanan rumah sakit yangbermutu dan cost efective. Bukan sekedar untuk mencari keuntungansebesar-besarnya. Sebagai tim semua komponen rumah sakit harusmemahami tentang konsep tarif paket, dimana dimungkinkan suatukasus atau kelompok CBG tertentu mempunyai selisih positif danpada kasus atau kelompok kasus CBG yang sama pada pasienberbeda ataupun pada kelompok CBG lain mempunyai selisih negatif.Surplus atau selisih positip pada suatu kasus atau kelompok CBGdapat digunakan untuk menutup selisih negatif pada kasus lain ataukelompok CBG lain (subsidi silang). Sehingga pelayanan rumah sakittetap mengedepankan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.2. Meningkatkan efisiensiEfisiensi tidak hanya dilakukan pada sisi proses seperti penggunaansumber daya farmasi, alat medik habis pakai, lama rawat,pemeriksaan penunjang yang umumnya menjadi area profesi tetapijuga pada sisi input seperti perencanaan dan pengadaan barang danjasa yang umumnya menjadi area/tanggung jawab menejemen. Sisiproses umumnya lebih menekankan pada aspek efektifitas sedangkansisi input umumnya lebih menekankan aspek efisiensi. Keduanyaharus mampu berinteraksi untuk menghasilkan produk pelayananyang cost effective. Sisi proses dalam hal melakukan efisiensi jugaharus mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan pelayananyang berlebih dan tidak diperlukan (over treatment dan atau overutility). Seperti penggunaan/pemilihan obat yang berlebihan danpemeriksaan penunjang yang tidak selektif dan tidak kuatindikasinya. Efisiensi juga harus dilakukan pada biaya umum sepertipenggunaan listrik, air, perlengkapan kantor dan lain-lain. Inefisiensi


- 47 -pada sisi input maupun proses akan berpengaruh pada ongkos/biayaproduksi pelayanan rumah sakit yang mahal.3. Memperbaiki mutu rekam medisTarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> sangat ditentukan oleh output pelayanan yangtergambar pada diagnosis akhir (baik diagnosis utama maupundiagnosis sekunder) dan prosedur yang telah dilakukan selama prosesperawatan. Kelengkapan dan mutu dokumen rekam medis akansangat berpengaruh pada koding, grouping dan tarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>.4. Memperbaiki kecepatan dan mutu klaimKecepatan dan mutu klaim akan mempengaruhi cash flow rumahsakit. Kecepatan klaim sangat dipengaruhi oleh kecepatanpenyelesaian berkas rekam medis. Sehingga rumah sakit harusmenata sistem pelayanan rekam medis yang baik agar kecepatan danmutu rekam medis bisa memperbaiki dan meningkatkan cash flowrumah sakit.5. Melakukan standarisasiPerlu terus dibangun standard input dan proses di tingkat rumahsakit. Standard input misalnya farmasi, alat medik habis pakai .Perlu dibuat formularium rumah sakit (perencanaan), perlu dibuatstandar pengadaan obat rumah sakit (e katalog dan atau lelang),standar penulisan resep misal dokter hanya menulis nama generiksedangkan obat yang diberikan berdasar hasil/perolehan pengadaan.Standar proses misalnya PPK/SPO dan atau clinical pathway.Keputusan/penetapan standar proses akan sangat berpengaruh padapembuatan keputusan pada standar input.6. Membentuk Tim Casemix/Tim <strong>INA</strong>-CBG rumah sakitTim Casemix/Tim <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> rumah sakit akan menjadi penggerakmembantu melakukan sosialisasi, monitoring dan evaluasiimplementasi <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> di rumah sakit.7. Memanfaatkan data klaim.Data <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> rumah sakit dapat digunakan/dimanfaatkan tidakhanya untuk klaim tetapi juga dapat digunakan untuk menilaiperformance rumah sakit dan performance SDM khususnya profesidokter. Data <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> bisa juga digabungkan dengan data HIMS(Health Information Management System) bahkan bisa dibandingkandengan rumah sakit lain yang sekelas. Jadi data <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> dan dataklaim dapat digunakan sebagai bahan untuk pengambilankeputusan/kebijakan tingkat rumah sakit.8. Melakukan reviu post-claim


- 48 -Reviu post-claim yang dilakukan secara berkala sangat penting dalammenentukan kebijakan yang berkaitan dengan pengendalian biayadan mutu dalam pelayanan yang akan diberikan. Idealnya kegiatanreviu ini melibatkan seluruh unit yang ada di rumah sakit baikmanajemen, tenaga professional, serta unit penunjang maupunpendukung dan dilakukan dengan data yang telah dianalisis oleh timCasemix rumah sakit.9. Pembayaran jasa medisPerubahan metode pembayaran rumah sakit dengan metode paket<strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> sebaiknya diikuti dengan perubahan pada carapembayaran jasa medis. Pembayaran jasa medis sebaiknyadisesuaikan dengan menggunakan sistem remunerasi berbasiskinerja.10. Untuk masa yang akan datang diharapkan seluruh rumah sakitprovider JKN bisa berkontribusi untuk mengirimkan data koding dandata costing sehingga dapat dihasilkan tarif yang mencerminkanactual cost pelayanan di rumah sakit.Apa saja yang sebaiknya TIDAK dilakukan oleh rumah sakit :Implementasi <strong>INA</strong>-CBG sebaiknya dilakukan dengan benar dan penuhtanggunggung jawab dari semua pihak. Sebaiknya rumah sakit tidakmelakukan hal hal dibawah ini:1. Merubah atau membongkar software2. Menambah diagnosis yang tidak ada pada pasien yang diberikanpelayanan untuk tujuan meningkatkan tingkat keparahan atau untuktujuan mendapatkan grouping pada kelompok tariff yang lebih besar.3. Menambah prosedur yang tidak dilakukan atau tidak ada buktipemeriksaan untuk tujuan mendapatkan grouping pada kelompoktariff yang lebih besar.4. Melakukan input diagnosis dan prosedur hingga proses groupingberkali-kali dengan tujuan mendapatkan kelompok tarif yang lebihbesar.5. Upcoding, yaitu memberikan koding dengan sengaja dengan tujuanmeningkatkan pembayaran ke rumah sakit.6. Melakukan manipulasi terhadap diagnosis dengan menaikkantingkatan jenis tindakan. Misalnya : appendiectomy tanpa komplikasiditagihkan sebagai appendiectomy dengan komplikasi, yang


- 49 -memerlukan operasi besar sehingga menagihkan dengan tarif yanglebih tinggi.7. Memberikan pelayanan dengan mutu yang kurang baik. Misalnya:memperpendek jam pelayanan poliklinik, pelayanan yang bisadiselesaikan dalam waktu satu hari dilakukan pada hari yangberbeda, tidak melakukan pemeriksaan penunjang yang seharusnyadilakukan, tidak memberikan obat yang seharusnya diberikan, sertamembatasi jumlah tempat tidur yang tersedia di rumah sakit untukpeserta JKN.


- 50 -BAB VIIPENUTUPDalam metode pembayaran <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong>, terjadi perubahan carapandang dan perilaku dalam pengelolaan rumah sakit serta pelayananterhadap pasien. Rumah sakit harus memulai perubahan cara pandangdari pola pembayaran fee for service ke pembayaran dari mulai tingkatmanajemen rumah sakit, dokter dan seluruh karyawan rumah sakit.Seluruh komponen dalam rumah sakit harus bisa bekerja samauntuk melakukan upaya efisiensi dan mutu pelayanan.dan memilikikomitmen untuk melakukan efisiensi karena inefisiensi di salah satubagian rumah sakit akan menjadi beban seluruh komponen rumah sakit.Dalam proses pembentukan tarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> dilakukanpengumpulan data keuangan secara agregat sehingga analisa kecukupantarif juga harus menggunakan data agregat, tidak bisa lagi melihat kasusper kasus yang rugi atau untung, yang perlu dilihat adalah secara agregatpendapatan rumah sakit, hal ini dikarenakan dalam tarif <strong>INA</strong>-<strong>CBGs</strong> yangterdiri dari 1077 group tarif berlaku sistem subsidi silang antar groupyang ada.MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA,ttdNAFSIAH MBOI

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!