10.07.2015 Views

paper_Biology molecular ut tanaman tahan

paper_Biology molecular ut tanaman tahan

paper_Biology molecular ut tanaman tahan

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

2011[Type the companyname]ACER[BIOTEKNOLOGI PENGEMBANGAN TANAMAN RESISTENTERHADAP HAMA DAN PENYAKIT]Perkembangan ilmu bioteknologi telah memberikan kita kemudahan dalam merekayasa genetika <strong>tanaman</strong> baik untuk keperluanpeningkatan produksi, keindahan/estetika maupun untuk menciptakan <strong>tanaman</strong> resisten terhadap hama dan penyakit. Dalam <strong>paper</strong> inidikupas bagaimana aplikasi bioteknologi dalam mengembangkan <strong>tanaman</strong> yang resisten terhadap hama dan penyakit secara umum


APLIKASI BIOTEKNOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN TANAMANRESISTEN TERHADAP HAMA DAN PENYAKITRudi Hartono [1021205002]..Perkembangan ilmu bioteknologi telah memberikan kita kemudahan dalam merekayasa genetika <strong>tanaman</strong> baik untukkeperluan peningkatan produksi, keindahan/estetika maupun untuk menciptakan <strong>tanaman</strong> resisten terhadap hama danpenyakit. Dalam <strong>paper</strong> ini dikupas bagaimana aplikasi bioteknologi dalam mengembangkan <strong>tanaman</strong> yang resistenterhadap hama dan penyakit secara umum.Bioteknologi dalam istilah sederhanadapat diartikan sebagai upayapemanfaatan mahluk hidup ataubagian-bagiannya untuk menghasilkan barangatau jasa secara industry. Contoh sederhanadalam pembuatan tempe, wine, tape, dan lainlain.Sejalan dengan perkembangan teknologi,penggunaan mahluk hidup atau bagianbagiannyasudah mengarah pada rekayasagenetic suatu organisme baik organisme tingkatrendah seperti jamur, bakteri, atau virusmaupun organisme tingkat tinggi sepertibinatang, tumbuhan, bahkan manusia.Pengembangan aplikasi bioteknologi pada<strong>tanaman</strong> sudah dimulai sejak sebelum tahun1950an dari mulai yang sederhana prosesperkawinan silang dan penyambungan <strong>tanaman</strong>untuk peningkatan produksi dan peningkatanke<strong>tahan</strong>an terhadap penyakit tertentu. Sejakditemukannya bahwa DNA merupakan materialgenetic suatu mahluk hidup tahun 1954,perkembangan aplikasi bioteknologi dibidangpertanian terus berkembang mulai dari <strong>tanaman</strong>hibrida yang mampu menghasilkan produksimaksimum dan <strong>tahan</strong> terhadap hama ataupenyakit tertentu hingga berkembangnyateknologi kultur jaringan yang merupakan salahsatu metode perbanyakan vegetatif <strong>tanaman</strong>yang memberikan efisiensi waktu dan jugamenghasilkan bibit <strong>tanaman</strong> dalam jumlah yangbesar.Keberhasilan rekayasa genetik <strong>tanaman</strong>dimulai dengan penciptaan <strong>tanaman</strong> transgenic.Tanaman ini disisipi dengan gen-gen ke<strong>tahan</strong>anterhadap penyakit yang menjadi inang dan jugagen-gen peningkatan produksi dan kualitasproduksi. Pada kesempatan ini penulis akanmengupas bagaimana aplikasi bioteknologidalam menciptakan <strong>tanaman</strong> yang resistenterhadap hama dan penyakit sebagai salah satupotensi pengembangan bioteknologi di sektorpertanian.MEKANISME RESISTENSI TANAMANSecara alamiah, <strong>tanaman</strong> memiliki ke<strong>tahan</strong>anterhadap hama maupun penyakit tertentu.Tanaman dapat dikatakan resisten denganbeberapa kondisi sebagai berik<strong>ut</strong>.(a). memiliki sifat-sifat yang memungkinkan<strong>tanaman</strong> itu menghindar, atau pulihkembali dari serangan hama ada keadaanyang akan mengakibatkan kerusakan padavarietas lain yang tidak <strong>tahan</strong>,(b). memiliki sifat-sifat genetik yang dapatmengurangi tingkat kerusakan yangdisebabkan oleh serangan hama(c). memiliki sekumpulan sifat yang dapatdiwariskan, yang dapat mengurangikemungkinan hama untuk menggunakan<strong>tanaman</strong> terseb<strong>ut</strong> sebagai inang(d). mampu menghasilkan produk yang lebihbanyak dan lebih baik dibandingkandengan varietas lain pada tingkat populasihama yang samaScholwalter [2001], mengelompokan bahwamekanisme ke<strong>tahan</strong>an <strong>tanaman</strong> terhadapserangga hama melip<strong>ut</strong>i antixenosis [nonpreference], toleran dan antibiosis. Tanamandikatakan memiliki ke<strong>tahan</strong>an jika tidak disukaioleh hama baik karena bentuk morfologismaupun fisiologisnya [baunya]. Tanaman jugadapat dikatakan <strong>tahan</strong> apabila memiliki toleransiterhadap kerusakan yang disebabkan olehsuatu hama, dan <strong>tanaman</strong> dapat dikatakan<strong>tahan</strong> juga apabila mempunyai produk metabolittertentu yang mampu mengusir ataumenyebabkan kematian terhadap hama.Beberapa peneliti mengemukakan bahwake<strong>tahan</strong>an alami <strong>tanaman</strong> inang terhadaphamanya disebabkan oleh tipe genetiknya,morfologinya, dan kimiawinya. Ke<strong>tahan</strong>an


Tabel 1. Protocol isolasi plasmid DNA darikelompok bakteri viridans, streptococci danstaphylococcike<strong>tahan</strong>an] yang diinginkan diantara banyakpopulasi DNA rekombinan yang ada. Kegiatanseleksi ini dapat dilakukan dengan identifikasimelalui penanda antibiotic, warna koloniberdasarkan penanda vector, dan markamolekuler terhadap adanya gen targetmenggunakan hibridisasi protein-protein DNAdan amplifikasi gen target menggunakanprosedur PCR.Sumber : Cloning of genes from genomic DNA Part 1 and2: DNA Isolation and PCR [EVE and TWIST ProjectProtocol][b]. Penyisipan fragment DNA danPenyambunganGen murni dari sel DNA yang memiliki sifatke<strong>tahan</strong>an tadi disisipkan pada sel DNA vectorkemudian disambung lagi denganmenambahkan enzim ligase. Sel DNA vectoryang telah disisipkan gen [fragment DNA] inidinamakan dengan molekul DNA rekombinan.[c]. Transformasi DNA rekombinanMolekul DNA rekombinan yang telah siapditransformasi pada bakteri E. colli untuk prosespenggandaan. Masing-masing sel E coli yangmengandung DNA rekombinan akan terusmembelah diri, sehingga masing-masingmolekul rekombinan diperbanyak. Disampingitu, molekul plasmid vektor yang ada dalam seljuga bereplikasi, sehingga dalam satu selterdapat perbanyakan kopi melekul DNArekombinan[d]. Seleksi klon DNAKegiatan ini ditujukan untuk mendapatkanDNA rekombinan yang benar-benarmengandung fragmen DNA sisipan [gen[Gbr 6. Pemotongan DNA dan penyisipanfragment DNA dalam proses kloning]Sumber gen ke<strong>tahan</strong>an sebenarnya tidak harusselalu bersumber dari <strong>tanaman</strong>, aplikasi biotekmemungkinkan pengambilan gen-gen <strong>tahan</strong> darihewan bahkan manusia. Secara prinsip prosespengambilan seperti pada tahap 1 ini dan bisadilakukan beberapa modifikasi sesuai denganmetode yang tengah berkembang. Beberapasumber gen yang bisa digunakan seperti padatable 2 dan 3.Tabel 2. Gen ke<strong>tahan</strong>an terhadap seranggaSumber :M. Herman. Perakitan <strong>tanaman</strong> <strong>tahan</strong> seranggahama melalui teknik rekayasa genetic. Bulletin Agrobio5[1]:1-13


perubahan dibanding <strong>tanaman</strong> yang bukantransgenic. Perubahan-perubahan yang bernilainegative dijadikan referensi dampaknyaterhadap aspek fisiologis seperti umur <strong>tanaman</strong>,produktivitas, daya responsifnya terhadappemupukan dan lain-lain. Apabila faktornegative lebih dominan dibanding faktor positifmaka perlu pencarian gen-gen baru untukperakitan <strong>tanaman</strong> trangenik ini, akan tetapi bilafaktor dominan merupakan hal yang positifmaka <strong>tanaman</strong> ini bisa dikembangkan lebihlanj<strong>ut</strong> untuk diuji. Aspek terpenting dalamanalisis ini tentunya lebih banyak kearahproduktivitas dan umur <strong>tanaman</strong> hingga panen.Aspek morfologis masih bisa ditolelir apabila<strong>tanaman</strong> terseb<strong>ut</strong> mampu menghasilkanproduksi yang tinggi dan umur panen yangcepat.[2]. Uji coba resistensi <strong>tanaman</strong>Setelah transformasi gen pada <strong>tanaman</strong>tidak memberikan banyak dampak negative danjustru memberikan efek positif yang lebih baik,maka <strong>tanaman</strong> terseb<strong>ut</strong> diuji baik dalamlingkungan terkontrol [rumah kaca] maupunlingkungan alami [di lapangan]. Kondisiresistensi yang telah ditujukan terhadap OPTtertentu kita coba uji baik melalui uji nonpreferensi, uji toleransi, maupun uji antibiosis.[a]. Uji non preferensiUji non preferensi ini ditujukan untukmelihat tingkat kesukaan OPT sasaran terhadap<strong>tanaman</strong> yang telah ditransformasi untukmengendalikan/mengurangi serangan OPTterseb<strong>ut</strong>. Uji ini dapat dilakukan denganmenempatkan dua <strong>tanaman</strong> yang berbeda [1transgenik dan 1 tipe biasa] kemudianmenginokulasikan OPT pada <strong>tanaman</strong> terseb<strong>ut</strong>.Tanaman yang dipilih oleh OPT terseb<strong>ut</strong>merupakan <strong>tanaman</strong> yang disukainya. Apabila<strong>tanaman</strong> transgenic menjadi tidak disukai olehhama terseb<strong>ut</strong> maka dapat dikatakan bahwa<strong>tanaman</strong> resisten tahap I.[b]. Uji toleransiUji toleransi merupakan bentuk analisisterhadap tingkat kemampuan <strong>tanaman</strong> dalammenetralisir/ melokalisir atau mengakomodirterhadap serangan OPT. Dalam arti, padakondisi <strong>tanaman</strong> terserang oleh OPT masihmampu menghasilkan produksi yang maksimaldan pertumbuhan yang baik. Semakin baiktingkat toleransinya terhadap dinamika populasihama sasaran maka <strong>tanaman</strong> terseb<strong>ut</strong> dapatdikatakan sebagai <strong>tanaman</strong> resisten tahap II.[c]. Uji antibiosisUji ini memberikan gambaran bahwa<strong>tanaman</strong> memiliki kemampuan untukmelemahkan, memperlambat aktifitas, bahkanmembunuh OPT yang menyerang <strong>tanaman</strong>terseb<strong>ut</strong>. Dalam arti <strong>tanaman</strong> mampu meracuniOPT yang memanfaatkannya, dengan ekspresigen yang kita tambahkan ke<strong>tanaman</strong> apakahmampu menyebabkan <strong>tanaman</strong> memiliki sistemperlawanan terhadap OPT. apabila <strong>tanaman</strong> inisudah menunjukkan kemampuannya melawanterhadap OPT sasaran dengan gen yang kitatransformasikan maka dapat dikatakan sebagai<strong>tanaman</strong> resisten III.Tentunya dengan transformasi gen akanmenimbulkan dampak resisten dari tiga jenisresisten terseb<strong>ut</strong> baik terjadi secara bersamaanmaupun terpisah. Dengan kombinasi antara genke<strong>tahan</strong>an terhadap OPT patogen dan OPThama akan memungkinkan <strong>tanaman</strong> memilikike<strong>tahan</strong>an [resistensi] ganda baik bersifatresisten I, II, atau III.Uji coba resistensi <strong>tanaman</strong> di lingkungan alamim<strong>ut</strong>lak dilakukan dan di multi lokasi sebagaigambaran faktor pembatas terhadapkeberhasilan resistensi <strong>tanaman</strong> yang kitakembangkan. Hal ini berkaitan erat dengankondisi lingkungan yang sudah kita pahamimempengaruhi seluruh aspek OPT.Apabila <strong>tanaman</strong> sudah menunjukanresistensinya terhadap OPT sasaran baiksecara non preferrensi, toleransi, maupunantibiosis maka langkah keempat adalahmenganalisis produk yang dihasilkanbagaimana nilai gizi keamanannya produkterseb<strong>ut</strong> bagi manusia sebagai pengkonsumsi<strong>ut</strong>ama. Analisis ini ditujukan supaya produkpertanian dari <strong>tanaman</strong> transgenic terseb<strong>ut</strong>benar-benar aman karena pada <strong>tanaman</strong>transgenic ter<strong>ut</strong>ama yang memiliki sifatresistensi antibiosis selain meracuni OPTapakah bersifat toksik juga pada manusia. Jikapersyaratan-persyaratan hingga langkahkeempat ini telah berhasil maka varietas<strong>tanaman</strong> transgenic yang kita kembangkan


sudah bisa untuk diproduksi secara massal dandilepas ke masyarakat pertanian. Sebagai akhirdari keberhasilan ini maka varietas transgenicyang kita kembangkan dapat kita patenkandengan sertifikasi dari lembaga-lembaga yangberwenang. Beberapa produk <strong>tanaman</strong>transgenic yang telah dilepas di Negara lainmasih dalam tahap pengkajian di Indonesia[table 4]. Indonesia pun tengah terus berusahadalam mengembangkan <strong>tanaman</strong> transgenic[table 5].Tabel 4. Status pengkajian keamanan hayati<strong>tanaman</strong> transgenikTabel 5. Kegiatan penelitian perakitan <strong>tanaman</strong>transgenic <strong>tahan</strong> serangga hama di IndonesiaSumber :M. Herman. Perakitan <strong>tanaman</strong> <strong>tahan</strong> seranggahama melalui teknik rekayasa genetic. Bulletin Agrobio5[1]:1-13SUKSESI PERAKITAN TANAMAN RESISTENPerakitan <strong>tanaman</strong> resisten terhadap hama danpenyakit telah banyak dilakukan ter<strong>ut</strong>ama diNegara-negara maju. Komoditas yang tengahbanyak dikembangkan menjadi <strong>tanaman</strong>transgenic sudah banyak mulai dari padi,jagung, kubis, kapas, kedelai, dan sebagainya.Pada tahun 1995, <strong>tanaman</strong> transgenik pertamamulai tersedia bagi petani di Amerika Serikat,yaitu jagung hibrida yang mengandung gen cryIA(b), Maximizer, yang dibuat oleh Novartis;<strong>tanaman</strong> kapas yang mengandung gen cryIA(c), Bollgard, dan kentang yang mengandunggen cry 3A, Newleaf, yang dibuat olehMonsanto.Tanaman Azuki bean transgenik melaluitransformasi gen α-amylase inhibitor yangdiperoleh dari common bean, telahmenunjukkan ke<strong>tahan</strong>an terhadap hamakumbang Bruchus (Ishimoto et al., 1996).Schroeder et al. (1995) dan Shade et al. (1994)juga berhasil mentransformasikan gen α-amylase inhibitor dari common bean ke<strong>tanaman</strong> kacang pea (Pisum sativum L.) danmenunjukkan ke<strong>tahan</strong>an terhadap kumbangBruchus (Bruchus pisorum). snowdrop lectindari Galanthus nivalis aggl<strong>ut</strong>inin (GNA)menunjukkan hasil paling beracun terhadapserangga hama, dengan menurunkan tingkathidup wereng coklat sampai 50% padakonsentrasi 0.6 µm (Gatehouse, 1998).Rao, et al. 1999 berhasil merakit padi transgenikyang mengandung gen GNA melalui sistemtransformasi particle bombardment dari embriomuda dan elektropora-si dari protoplas. Hasil ujibioasai, padi transgenik terseb<strong>ut</strong> dapatmenurunkan tingkat hidup, keperidian, danmemper-lambat pertumbuhan wereng coklat.Hingga tahun 1990an, beberapa <strong>tanaman</strong> telahberhasil ditransformasi menggunakan genke<strong>tahan</strong>an terhadap OPT tertentu baikmenggunakan vector bakteri maupunmenggunakan metode DNA uptake danpenembakan mikroproyektil [table 6].Tabel 6. Teknik transformasi dan jenis <strong>tanaman</strong>yang dihasilkan hingga tahun 1990anSumber :B. Amirhusin. Perakitan <strong>tanaman</strong> transgenic<strong>tahan</strong> hama. Jurnal Litbang Pertanian 23 [1] 2004:1-7


Bhattacharya et al [2002] berhasilmentransformasi gen cryIA[b] pada <strong>tanaman</strong>kubis varietas golden acre menggunakan vectorbakteri agrobacterium tumifaciens strainGV2260 dan <strong>tanaman</strong> transgenic terseb<strong>ut</strong>mampu menunjukkan resistensinya terhadapPl<strong>ut</strong>ella xylostella dengan tingkat mortalitaslarva antara 51.84 sampai 74.06% dengantingkat kerusakan daun antara 6% -23%.Nurhasanah, dkk [2005] berhasil mendapatkan4 kultur <strong>tanaman</strong> kentang transgenic yangditransformasi gen hordothionin denganagrobacterium tumifaciens strain LBA 4404 dantelah dibuktikan gen terseb<strong>ut</strong> terekspresi melaluianalisis PCR. Hasil pengujian toksisitasnyasecara invitro terhadap Ralstonia solanacearum,menghasilkan 2 <strong>tanaman</strong> transgenik yangtoleran, 1 yang moderat toleran dan 1 yangrentan.Pardal, dkk [2005] berhasil melakukantransformasi gen pinII pada <strong>tanaman</strong> kedelaimenggunakan teknik Penembakan Partikelpada varietas Wilis, sehingga diperoleh sat<strong>ut</strong>anaman tansforman WP2 yang mengandunggen pinII yakni Gen pengkode senyawa antin<strong>ut</strong>risi yang dapat menghambat kerja enzimproteolitik (proteinase) di dalam per<strong>ut</strong> seranggaDAFTAR PUSTAKAnamun belum diujicobakan terhadap hamasasaran.Djonovic et al [2006] yang mentransformasikanprotein sm1 yang berasal dari trichodermaressei mampu menginduksi ke<strong>tahan</strong>an <strong>tanaman</strong>secara sistemik terhadap patogen daunColletotrichum sp. Dengan area penekanangejala sebesar (1.35 cm 2 )KESIMPULANAplikasi bioteknologi dalam pengembangan<strong>tanaman</strong> yang <strong>tahan</strong> terhadap hama danpenyakit memerlukan pengetahuan dasartentang bioekologi hama dan patogen penyebabpenyakit yang akan dikendalikan. Pengetahuanselanj<strong>ut</strong>nya adalah menyeleksi gen yang didugamemiliki sifat resistensi terhadap OPT sasaranyang selanj<strong>ut</strong>nya gen terseb<strong>ut</strong> difurifikasi,ditransformasi ke <strong>tanaman</strong> dan di uji cobakanterhadap hama dan patogen sasaran. Jika ujicoba telah berhasil maka perlu identifikasipengaruhnya terhadap morfologis dan fisiologis<strong>tanaman</strong> dan selanj<strong>ut</strong>nya diuji nilai giji dankemanan produk pangannya baru kemudian<strong>tanaman</strong> transgenic terseb<strong>ut</strong> bisa diproduksimasal dan dilepas.Anita Grover and R. Gowthaman. 2003. Strategies for development of fungus-resistant transgenicplants. Current Science, Vol. 84, no. 3, 10 February 2003.Bahagiawati Amirhusin. 2004. Perakitan Tanaman Transgenik Tahan Hama. Jurnal Litbang Pertanian,23(1), 2004.Muhammad Herman. 2004. Perakitan Tanaman Tahan Serangga Hama melalui Teknik RekayasaGenetik. Buletin AgroBio 5(1):1-13.Nurhasanah, G. A. Wattimena, Agus Purwito, Ni Made Armini Wiendi, Suharsono. 2003. TransformasiGenetik Tanaman Kentang cv. Atlantik Dengan Mengintroduksikan Gen Hordothionin untukMendapatkan Ke<strong>tahan</strong>an terhadap Penyakit Bakteri.Plant Defense Responses and Systemic Resistance. MPMI Vol. 19, No. 8, 2006, pp. 838–853. DOI:10.1094/MPMI -19-0838. © 2006 The American Phytopathological Society.R. C. Bhattacharya, N. Viswakarma, S. R. Bhat, P. B. Kirti and V. L. Chopra. 2002. Development ofinsect-resistant transgenic cabbage plants expressing a synthetic cryIA(b) gene from Bacillusthuringiensis. Current Science, Vol. 83, no. 2, 25 July 2002.Saptowo J. Pardal, G.A. Wattimena, Hajrial Aswidinnoor, dan M. Herman. 2005. Transformasi GenetikKedelai dengan Gen Proteinase Inhibitor II Menggunakan Teknik Penembakan Partikel. JurnalAgroBiogen 1(2):53-61.Slavica Djonović, Maria J. Pozo, Lawrence J. Dangott, Charles R. Howell, and Charles M. Kenerley.2006. Sm1, a Proteinaceous Elicitor Secreted by the Biocontrol Fungus Trichoderma virensInduces.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!