I. Pendahuluan1. 1. Latar BelakangSalah satu masalah utama bagi industri perkayuan nasional adalah lemahnyapemasaran atas produk-produk kayu yang dihasilkannya. Permasalahanpasar ini sudah berlangsung selama 3 (tiga) dekade belakangan ini baikdalam pemasaran produk moulding, meubelair, kayu lapis, partikel board,bubur kayu dan kertas.Saat ini muncul kepentingan internasional atas kerusakan hutan danberkurangnya tutupan hutan (forest cover) dengan meningkatkan tekanankepada pemerintah, sektor swasta daninstitusi internasional untuk merespondampak dan interaksi antara perdagangan dan lingkungan, dan lebih khususlagi kaitannya dengan pengelolaan hutan lestari. (FAO, 2005).Berdasarkan data yang ada total volume dan nilai ekspor produk-produk kayuIndonesia cenderung menurun yang disebabkan oleh berbagai hambatan. Halini terkait dengan isu-isu bahwa hampir sebagian besar produk kayu yangdihasilkan oleh industri perkayuan Indonesia berasal dari kayu-kayu ilegalsehingga pembeli (buyers) dari negara-negara Uni Eropa (European Union)terpaksa menolak impor produk-produk kayu tersebut karena komitmenmereka yang tinggi terhadap kelestarian hutan dan lingkungan.Memang saat ini ada regulasi lingkungan yang dikembangkan oleh negaranegaraUni Eropa yang dikenal dengan sertifikasi hutan lestari (sustainableforest certification) ditujukan untuk sumber daya hutan dan ecolabel(ecolabelling) bagi produk-produk yang menggunakan sumber bahan bakukayu dari hutan yang bersertifikasi. Kedua sistem sertifikasi ini seringkali jugamenjadi hambatan dalam mengekspor produk-produk kayu Indonesia.Penerapan kedua sistem sertifikasi ini seringkali dipandang oleh negaranegaraprodusen kayu sebagai suatu hambatan non-tariff dan suatu gerakanpolitik dagang yang sengaja dirancang oleh negara-negara konsumensehingga tata niaga impor produk-produk kayu di pasar internasionaldianggap belum berkeadilan karena merugikan negara-negara produsen.Oleh karena itu, kajian tentang informasi pasar di negara-negara yangmenjadi tujuan utama ekspor produk-produk kayu Indonesia, seperti: China,Jerman, Jepang, Uni Eropa, India, dan Timur Tengah, sangat diperlukansebagai bahan pengambilan keputusan bagi pelaku industri perkayuan,asoslasl-assoslasl industri, dan instansi pemerintah terkait lainnya(Departemen Kehutanan, Departemen Perindustrian dan DepartemenPerdagangan).1.2. TujuanTulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait dengan: (i) kondisiumum negara-negara importir utama produk kayu Indonesia, (ii) sistemstandarisasi produk, persyaratan kualitas/mutu, dan peraturan perundanganteknis atau lingkungan di negara importir tersebut, (iii) pemanfaatan(usefulness) dari informasi tersebut bagi pengembangan industri kayu di1INFORMASI PASAR: STANDARD PRODUK KAYU, PERSYARATAN MUTU, DAN PERATURAN IMPOR DI NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPORPRODUK KAYU INDONESIA
Indonesia, (iv) hambatan dan kendala bagi industri perkayuan untukmemenuhi standard kualitas dan persyaratan teknis/lingkungan yangditetapkan oleh negara-negara importir utama, dan (v) rekomendasi dantindak lanjut untuk mengatasi masalah dan kendala yang ada bagi pemilikindustri dan instansi pemerintah yang berkepentingan.Informasi pasar ini dinyakini akan sangat berguna bagi asosiasi-assosiasiindustri perkayuan dan instansi pemerintah sebagai dasar untuk memfasilitasipeluang dagang dan investasi dengan negara-negara yang menjadi tujuanekspor produk-produk perkayuan Indonesia.2INFORMASI PASAR : STANOARO PROOUK KAYU, PERSYARATAN MUTU, OAN PERATURAN IMPOR 01 NEGARA·NEGARA TUJUAN EKSPORPRODUK KAYU INDONESIA