15<strong>fitokimia</strong>, pembuatan dokumentasi dan determ<strong>in</strong>asi botani. Bagian-bagiantumbuhan yang utuh dan tidak rusak akibat apapun, dikoleksi untuk mewakili 25spesimen herbaria. Keseluruhan hasil dokumentasi koleksi, diberi tanda sejelasjelasnyadan dijaga agar tidak rusak. Di laboratorium, preservasi hasildokumentasi herbaria dilakukan melalui pengawetan herbaria menggunakanlarutan sublimat, penger<strong>in</strong>gan di udara terbuka di atas lapisan kertas penyerap airdan disimpan diantara kertas koran yang diapit dengan karton dan tripleks, yangakhirnya diikat kuat, dan selanjutnya sampel herbaria dikirimkan untuktaksonomi ke lembaga yang berwenang.e. Pengerjaan laboratoriumEvaluasi <strong>fitokimia</strong> untuk penentuan ada tidaknya senyawa kelompok alkaloid,tritriterpenoid, steroid, dan sapon<strong>in</strong> pada tumbuhan yang terkoleksi untukditelaah.Pada penapisan alkaloid, contoh tumbuhan sebanyak 4 gram, ditumbuk halusdengan bantuan pasir dan digerus, selanjutnya diekstraksi dengan kloroformberamonia 0,05N. Ke dalam ekstrak yang dimaksud ditambahkan asam sulfat 2N,kemudian dikocok. Setelah pengocokan, didiamkan h<strong>in</strong>gga terjadi pemisahanyang jelas. Fasa air diuji dengan setidak-tidaknya lima pereaksi alkaloid,misalnya: Mayer; Dragendorff, asam tanat; Wagner dan asam pikrat, ataupereaksi la<strong>in</strong>nya, yang dapat menghasilkan endapan kompleks yang stabil.Terjad<strong>in</strong>ya endapan stabil, pada penggunaan setidak-tidaknya lima pereaksipengendap alkaloid, berarti tumbuhan mengandung alkaloid.Penapisan untuk menentukan ada tidaknya steroid, triterpenoid dan sapon<strong>in</strong>dalam jumlah yang dapat dideteksi, juga merupakan bagian dari metodologi yangdigunakan. Dalam hal <strong>in</strong>i spesimen sebanyak 4 gram ditumbuk halus dan digerusdengan bantuan pasir, selanjutnya diekstraksi dengan etanol panas, disar<strong>in</strong>g dankemudian diker<strong>in</strong>gkan. Ekstrak etanol yang telah cukup ker<strong>in</strong>g diekstraksidengan eter dan selanjutnya diker<strong>in</strong>gkan kembali, hasil diuji dengan pereaksiLieberman–Burchard. Terjad<strong>in</strong>ya warna merah h<strong>in</strong>gga ungu pada pengujian <strong>in</strong>imenyimpulkan adanya triterpenoid, dan terjad<strong>in</strong>ya warna hijau h<strong>in</strong>gga birumenunjukkan adanya steroid.
16Pengerjaan juga dilakukan untuk menentukan adanya sapon<strong>in</strong>. Dalam hal <strong>in</strong>i,terhadap sebagian kecil ekstrak pekat eter dilakukan uji busa dan terjad<strong>in</strong>ya busayang stabil, yang dapat bertahan selama15 menit pada uji <strong>in</strong>i disimpulkan sebagaiadanya sapon<strong>in</strong>. Bila diperoleh hasil yang positif pada uji busa, yaitu hasil yangdisimpulkan sebagai adanya sapon<strong>in</strong>, pengerjaan terhadap ekstrak eter dilakukanlebih lanjut. Pada tahapan selanjutnya, dilakukan hidrolisis dengan asam klorida2N, selanjutnya hasil hidrolisis diekstraksi dengan eter, diker<strong>in</strong>gkan dan diujiuntuk menentukan apakah sapon<strong>in</strong> yang terdeteksi adalah sapon<strong>in</strong> dengan aglikontriterpenoid atau steroid. Pengujian pada tahap <strong>in</strong>i juga menggunakan pereaksiLieberman–Burchard. Kesimpulan hasil pengerjaan melalui tahapan hidrolisisdan tanpa hidrolisis, dikompilasi.