11.07.2015 Views

pajak mineral bukan logam dan batuan - BPK RI Perwakilan ...

pajak mineral bukan logam dan batuan - BPK RI Perwakilan ...

pajak mineral bukan logam dan batuan - BPK RI Perwakilan ...

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PEME<strong>RI</strong>NTAH KABUPATEN LUWU TIMURPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMURNOMOR 7 TAHUN 2010TENTANGPAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUANDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI LUWU TIMUR,Menimbang : a. bahwa sesuai Pasal 57, Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60, Pasal 61<strong>dan</strong> Pasal 95 ayat (1) Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Nomor 28 Tahun 2009tentang Pajak Daerah <strong>dan</strong> Retribusi Daerah, Pajak Daerahditetapkan dengan Peraturan Daerah;b. bahwa <strong>pajak</strong> <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong> dalam wilayahKabupaten Luwu Timur dianggap memadai <strong>dan</strong> memilikiperanan yang relatif besar terhadap pendapatan daerah,sehingga dipan<strong>dan</strong>g perlu ditetapkan sebagai salah satusumber pendapatan asli daerah Kabupaten Luwu Timur;c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudpada huruf a, <strong>dan</strong> huruf b, maka perlu membentuk PeraturanDaerah Kabupaten Luwu Timur tentang Pajak Mineral BukanLogam <strong>dan</strong> Batuan.Mengingat: 1. Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum AcaraPi<strong>dan</strong>a (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3209);2. Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Nomor 14 Tahun 2000 tentang PengadilanPajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3969);3. Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Nomor 7 Tahun 2003 tentang PembentukanKabupaten Luwu Timur <strong>dan</strong> Kabupaten Mamuju Utara diProvinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 27, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4270);4. Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Nomor 10 Tahun 2004 tentang PembentukanPeraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4389);5. Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4844);1


6. Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Nomor 33 Tahun 2004 tentang PerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat <strong>dan</strong> PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4421);7. Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Nomor 4 Tahun 2009 tentang PertambanganMineral <strong>dan</strong> Batu Bara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4959);8. Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah<strong>dan</strong> Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5049);9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4578);10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi, <strong>dan</strong> Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4737);11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentangOrganisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4741);12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentangPelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral <strong>dan</strong> BatuBara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5111);13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 13 Tahun 2006;Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR<strong>dan</strong>BUPATI LUWU TIMURMEMUTUSKAN :Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR TENTANGPAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN.2


BAB IKETENTUAN UMUMPasal 1Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Luwu Timur;2. Pemerintah Daerah adalah bupati <strong>dan</strong> perangkat daerah sebagai unsurpenyelenggara Pemerintahan Daerah;3. Bupati adalah Bupati Luwu Timur;4. Dewan <strong>Perwakilan</strong> Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD, adalahlembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggaraPemerintahan Daerah;5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibi<strong>dan</strong>g Per<strong>pajak</strong>anDaerah sesuai dengan Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan yang berlaku;6. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut <strong>pajak</strong>, adalah kontribusi wajibkepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau ba<strong>dan</strong> yang bersifatmemaksa berdasarkan Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g, dengan tidak mendapatkanimbalan secara langsung <strong>dan</strong> digunakan untuk keperluan daerah bagisebesar-besarnya kemakmuran rakyat;7. Pajak Mineral Bukan Logam <strong>dan</strong> Batuan adalah <strong>pajak</strong> atas kegiatanpengambilan <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong>, baik dari sumber alam didalam <strong>dan</strong>/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan;8. Mineral Bukan Logam <strong>dan</strong> Batuan adalah <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong>sebagaimana dimaksud dalam peraturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan di bi<strong>dan</strong>g<strong>mineral</strong> <strong>dan</strong> batubara;9. Ba<strong>dan</strong> adalah sekumpulan orang <strong>dan</strong>/atau modal yang merupakankesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukanusaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroanlainnya, ba<strong>dan</strong> usaha milik Negara (BUMN), atau ba<strong>dan</strong> usaha milik daerah(BUMD) dengan nama <strong>dan</strong> dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,<strong>dan</strong>a pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga <strong>dan</strong> bentuk ba<strong>dan</strong>lainnya termasuk kontrak investasi kolektif <strong>dan</strong> bentuk usaha tetap;10. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau ba<strong>dan</strong> yang dapat dikenakan <strong>pajak</strong>;11. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau ba<strong>dan</strong>, meliputi pembayar <strong>pajak</strong>,pemotong <strong>pajak</strong>, <strong>dan</strong> pemungut <strong>pajak</strong>, yang mempunyai hak <strong>dan</strong> kewajibanper<strong>pajak</strong>an sesuai dengan ketentuan peraturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>ganper<strong>pajak</strong>an daerah;12. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender,kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengantahun kalender;13. Pajak yang terutang adalah <strong>pajak</strong> yang harus dibayar pada suatu saat,dalam masa <strong>pajak</strong>, dalam tahun <strong>pajak</strong>, atau dalam bagian tahun <strong>pajak</strong>sesuai dengan ketentuan peraturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan per<strong>pajak</strong>andaerah;14. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunandata objek <strong>dan</strong> subjek <strong>pajak</strong>, penentuan besarnya <strong>pajak</strong> yang terutangsampai kegiatan penagihan <strong>pajak</strong> kepada wajib <strong>pajak</strong> serta pengawasanpenyetorannya;3


15. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktulain yang diatur dengan Peraturan Bupati paling lama 3 (tiga) bulankalender, yang menjadi dasar bagi wajib <strong>pajak</strong> untuk menghitung, menyetor,<strong>dan</strong> melaporkan <strong>pajak</strong> yang terutang;16. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD,adalah surat yang oleh wajib <strong>pajak</strong> digunakan untuk melaporkanpenghitungan <strong>dan</strong>/atau pembayaran <strong>pajak</strong>, objek <strong>pajak</strong> <strong>dan</strong>/atau <strong>bukan</strong>objek <strong>pajak</strong>, <strong>dan</strong>/atau harta <strong>dan</strong> kewajiban sesuai dengan ketentuanperaturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan per<strong>pajak</strong>an daerah;17. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah buktipembayaran atau penyetoran <strong>pajak</strong> yang telah dilakukan denganmenggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerahmelalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati;18. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkatSKPDKB, adalah surat ketetapan <strong>pajak</strong> yang menentukan besarnya jumlahpokok <strong>pajak</strong>, jumlah kredit <strong>pajak</strong>, jumlah kekurangan pembayaran pokok<strong>pajak</strong>, besarnya sanksi adminisratif, <strong>dan</strong> jumlah <strong>pajak</strong> yang masih harusdibayar;19. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnyadisebut SKPDKBT, adalah surat ketetapan <strong>pajak</strong> yang menentukantambahan atas jumlah <strong>pajak</strong> yang telah ditetapkan;20. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkatSKPDLB, adalah surat ketetapan <strong>pajak</strong> yang menentukan jumlah kelebihanpembayaran <strong>pajak</strong> karena jumlah kredit <strong>pajak</strong> lebih besar daripada <strong>pajak</strong>yang terutang atau seharusnya tidak terutang;21. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disebut SKPDN,adalah surat ketatapan <strong>pajak</strong> yang menentukan jumlah pokok <strong>pajak</strong> samabesarnya dengan jumlah kredit <strong>pajak</strong> atau <strong>pajak</strong> tidak terutang <strong>dan</strong> tidakada kredit <strong>pajak</strong>;22. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalah suratuntuk melakukan tagihan <strong>pajak</strong> <strong>dan</strong>/atau sanksi administratif berupabunga <strong>dan</strong>/atau denda.BAB IINAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJAKPasal 2(1) Atas setiap kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam <strong>dan</strong> Batuan dipungut<strong>pajak</strong> dengan nama Pajak Mineral Bukan Logam <strong>dan</strong> Batuan.(2) Objek Pajak Mineral Bukan Logam <strong>dan</strong> Batuan adalah kegiatan PengambilanMineral Bukan Logam <strong>dan</strong> Batuan yang meliputi :a. asbes;b. batu tulis;c. batu setengah permata;d. batu kapur;e. batu apung;f. batu permata;g. bentonit;h. dolomite;i. feldspar;4


j. garam batu (halite);k. grafit;l. granit/andesit;m. gips;n. kalsit;o. kaolin;p. leusit;q. magnesit;r. mika;s. marmer;t. nitrat;u. opsidien;v. oker;w. pasir <strong>dan</strong> kerikil;x. pasir kuarsa;y. perlit;z. phospat;aa. talk;bb. tanah serap (fullers earth);cc. tanah diatome;dd. tanah liat;ee. tawas (alum);ff. tras;gg. yarosif;hh. zeolit;ii. basal;jj. trakkit; <strong>dan</strong>kk. <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong> lainnya sesuai dengan ketentuanperaturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan.Pasal 3Dikecualikan dari objek <strong>pajak</strong> <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong> sebagaimanadimaksud pada pasal 2 ayat (2) adalah :a. Kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam <strong>dan</strong> Batuan yang nyata-nyatatidak dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanahuntuk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon,penanaman kabel listrik/telepon, penanaman pipa air/gas;b. Kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam <strong>dan</strong> Batuan yang merupakanikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secarakomersial;5


Pasal 4(1) Subjek <strong>pajak</strong> <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong> adalah orang pribadi atauba<strong>dan</strong> yang dapat mengambil <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong>.(2) Wajib <strong>pajak</strong> <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong> adalah orang pribadi atauba<strong>dan</strong> yang mengambil <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong>.BAB IIIDASAR PENGENAAN, TA<strong>RI</strong>F, DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAKPasal 5(1) Dasar pengenaan <strong>pajak</strong> <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong> adalah nilai jualhasil pengambilan <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong>.(2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan mengalikanvolume/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standarmasing-masing jenis <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong>.(3) Nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah harga rata-ratayang berlaku dilokasi setempat dalam wilayah Kabupaten Luwu Timur yangditetapkan dengan Keputusan Bupati.(4) Dalam hal nilai pasar dari hasil produksi <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong>sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sulit diperoleh, digunakan hargastandar yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dalam bi<strong>dan</strong>gpertambangan <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong>.Pasal 6Tarif <strong>pajak</strong> <strong>mineral</strong> <strong>bukan</strong> <strong>logam</strong> <strong>dan</strong> <strong>batuan</strong> ditetapkan sebesar 25 % (duapuluh lima persen).Pasal 7Besarnya <strong>pajak</strong> terutang dihitung dengan cara mengalikan <strong>pajak</strong> sebagaimanadimaksud dalam pasal 6 dengan dasar pengenaan sebagaimana dimaksud dalampasal 5.BAB IVWILAYAH PEMUNGUTAN, MASA PAJAK DAN SAAT PAJAK TERUTANGPasal 8(1) Pajak yang terutang dipungut diwilayah Daerah(2) Masa <strong>pajak</strong> terutang adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulankalender atau ditetapkan lain oleh Bupati(3) Pajak terutang dalam masa <strong>pajak</strong> terjadi sejak saat mulai diselenggarakankegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam <strong>dan</strong> BatuanBAB VPEMUNGUTAN PAJAKBagian KesatuTata Cara PemungutanPasal 9(1) Pemungutan <strong>pajak</strong> dilarang diborongkan.6


(2) Wajib <strong>pajak</strong> memenuhi kewajiban per<strong>pajak</strong>an sendiri <strong>dan</strong> dibayar denganmenggunakan SPTPD, SKPDKB, <strong>dan</strong>/atau SKPDKBT.Pasal 10(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya <strong>pajak</strong>, Bupatidapat menerbitkan :a. SKPDKB dalam hal :1. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, <strong>pajak</strong>yang terutang tidak atau kurang dibayar;2. Jika SPTPD tidak disampaikan kepada Bupati dalam jangka waktutertentu <strong>dan</strong> setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan padawaktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;3. Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, <strong>pajak</strong> yang terutangdihitung secara jabatan.b. SKPDKBT jika ditemukan data baru <strong>dan</strong>/atau data yang semula belumterungkap yang menyebabkan penambahan jumlah <strong>pajak</strong> yang terutang.c. SKPDN jika jumlah <strong>pajak</strong> yang terutang sama besarnya dengan jumlahkredit <strong>pajak</strong> atau <strong>pajak</strong> tidak terutang <strong>dan</strong> tidak ada kredit <strong>pajak</strong>.(2) Jumlah kekurangan <strong>pajak</strong> yang terutang dalam SKPDKB sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1 <strong>dan</strong> angka 2, dikenakan sanksiadministratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dari <strong>pajak</strong>yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24(dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya <strong>pajak</strong>.(3) Jumlah kekurangan <strong>pajak</strong> yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administratif berupakenaikan sebesar 100 % (seratus persen) dari jumlah kekurangan <strong>pajak</strong>tersebut.(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika wajib<strong>pajak</strong> melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.(5) Jumlah <strong>pajak</strong> terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a angka (3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar25 % (dua puluh lima persen) dari pokok <strong>pajak</strong> ditambah sanksiadministratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dihitung dari<strong>pajak</strong> yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya <strong>pajak</strong>.Pasal 11(1) Tata cara penerbitan SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat KeputusanPembetulan, <strong>dan</strong> Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud dalampasal 9 ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.(2) Tata cara pengisian <strong>dan</strong> penyampaian SPTPD, SKPDKB atau SKPDKBT,sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) diatur dengan PeraturanBupati.Bagian KeduaSurat Tagihan PajakPasal 12(1) Bupati dapat menerbitkan STPD :a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;7


. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagaiakibat salah tulis <strong>dan</strong>/atau salah hitung;c. Wajib <strong>pajak</strong> dikenakan sanksi administratif berupa bunga <strong>dan</strong>/ataudenda.(2) Jumlah kekurangan <strong>pajak</strong> daerah yang terutang dalam STPD sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a <strong>dan</strong> huruf b ditambah dengan sanksiadministratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan untukpaling lama 15 (lima belas) bulan sejak terutangnya <strong>pajak</strong>.(3) SKPD yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayarandikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen)sebulan <strong>dan</strong> ditagih melalui STPD.Bagian KetigaTata Cara Pembayaran <strong>dan</strong> PenagihanPasal 13(1) Bupati menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran <strong>dan</strong> penyetoran <strong>pajak</strong>yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya<strong>pajak</strong>.(2) SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat KeputusanKeberatan, <strong>dan</strong> Putusan Banding yang menyebabkan jumlah <strong>pajak</strong> yangharus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan <strong>pajak</strong> <strong>dan</strong> harusdilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggalditerbitkan.(3) Bupati atas permohonan wajib <strong>pajak</strong> setelah memenuhi persyaratan yangditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib <strong>pajak</strong> untukmengangsur atau menunda pembayaran <strong>pajak</strong>, dengan dikenakan bungasebesar 2 % (dua persen) sebulan.Pasal 14Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempatpembayaran, angsuran, <strong>dan</strong> penundaan pembayaran <strong>pajak</strong> diatur denganperaturan bupati.Pasal 15Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat KeputusanPembetulan, Surat Keputusan Keberatan, <strong>dan</strong> putusan banding yang tidak ataukurang dibayar oleh wajib <strong>pajak</strong> pada waktunya dapat ditagih dengan suratpaksa.Bagian KeempatKeberatan <strong>dan</strong> BandingPasal 16(1) wajib <strong>pajak</strong> dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabatyang ditunjuk atas suatu :a. SKPDKB;b. SKPDKBT;c. SKPDLB;d. SKPDN; <strong>dan</strong>8


e. pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuanperaturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan per<strong>pajak</strong>an daerah.(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertaialasan-alasan yang jelas.(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulansejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), kecuali jika wajib <strong>pajak</strong> dapat menunjukkan bahwajangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluarkekuasaannya.(4) Keberatan dapat diajukan apabila wajib <strong>pajak</strong> telah membayar paling sedikitsejumlah yang telah disetujui wajib <strong>pajak</strong>.(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud padaayat (1), ayat (2), ayat (3) <strong>dan</strong> ayat (4) tidak dianggap sebagai SuratKeberatan sehingga tidak dipertimbangkan.(6) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh bupati atau pejabatyang ditunjuk atau tanda pengiriman surat keberatan melalui pos tercatatsebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan.Pasal 17(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak tanggalsurat keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yangdiajukan.(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atausebagian, menolak, atau menambah besarnya <strong>pajak</strong> yang terutang.(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat <strong>dan</strong>Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebutdianggap dikabulkan.Pasal 18(1) Wajib <strong>pajak</strong> dapat mengajukan permohonan banding hanya kepadapengadilan <strong>pajak</strong> terhadap keputusan mengenai keberatannya yangditetapkan oleh Bupati.(2) Permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secaratertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangkawaktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari suratkeputusan keberatan tersebut.(3) Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayar <strong>pajak</strong>sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan putusan banding.Pasal 19(1) Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagianatau seluruhnya, kelebihan pembayaran <strong>pajak</strong> dikembalikan denganditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk palinglama 24 (dua puluh empat) bulan.(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulanpelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB.(3) Dalam hal keberatan wajib <strong>pajak</strong> ditolak atau dikabulkan sebagian, wajib<strong>pajak</strong> dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50 % (lima puluhpersen) dari jumlah <strong>pajak</strong> berdasarkan keputusan keberatan dikurangidengan <strong>pajak</strong> yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.9


(4) Dalam hal wajib <strong>pajak</strong> mengajukan permohonan banding, sanksiadminisratif berupa denda sebesar 50 % (lima puluh persen) sebagaimanadimakusd pada ayat (3) tidak dikenakan.(5) Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, wajib<strong>pajak</strong> dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100 % (seratuspersen) dari jumlah <strong>pajak</strong> berdasarkan putusan banding dikurangi denganpembayaran <strong>pajak</strong> yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.Bagian KelimaPembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, <strong>dan</strong>Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administratif.Pasal 20(1) Atas permohonan wajib <strong>pajak</strong> atau karena jabatannya, Bupati dapatmembetulkan SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yangdalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis <strong>dan</strong>/atau kesalahan hitung<strong>dan</strong>/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturanperun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan per<strong>pajak</strong>an daerah.(2) Bupati dapat :a. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga,denda, <strong>dan</strong> kenaikan <strong>pajak</strong> yang terutang menurut peraturanperun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan per<strong>pajak</strong>an daerah, dalam hal sanksi tersebutdikenakan karena kekhilafan wajib <strong>pajak</strong> atau <strong>bukan</strong> karenakesalahannya.b. Mengurangkan atau membatalkan SKPDKB, SKPDKBT atau STPD,SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar.c. Mengurangkan atau membatalkan STPD;d. Membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan <strong>pajak</strong> yangdilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yangditentukan; <strong>dan</strong>e. Mengurangkan ketetapan <strong>pajak</strong> terutang berdasarkan pertimbangankemampuan membayar wajib <strong>pajak</strong> atau kondisi tertentu objek <strong>pajak</strong>.Pasal 21Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan atau penghapusansanksi adminisratif <strong>dan</strong> pengurangan atau pembatalan ketetapan <strong>pajak</strong>sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan bupati.BAB VPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARANPasal 22(1) Atas kelebihan pembayaran <strong>pajak</strong>, wajib <strong>pajak</strong> dapat mengajukanpermohonan pengembalian kepada Bupati.(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejakditerimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran <strong>pajak</strong>sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui<strong>dan</strong> Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalianpembayaran <strong>pajak</strong> dianggap dikabulkan <strong>dan</strong> SKPDLB harus diterbitkandalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.10


(4) Apabila wajib <strong>pajak</strong> mempunyai utang <strong>pajak</strong>, kelebihan pembayaran <strong>pajak</strong>sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untukmelunasi terlebih dahulu utang <strong>pajak</strong> tersebut.(5) Pengembalian kelebihan pembayaran <strong>pajak</strong> sebagaiamana dimaksud padaayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejakditerbitkannya SKPDLB.(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran <strong>pajak</strong> dilakukan setelah lewat 2(dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen)sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran <strong>pajak</strong>.Pasal 23Tata Cara pengembalian kelebihan pembayaran <strong>pajak</strong> sebagaimana dimaksudpada ayat 1 (satu) diatur dengan Peraturan Bupati.BAB VIKEDALUWARSA PENAGIHANPasal 24(1) Hak untuk melakukan penagihan <strong>pajak</strong> menjadi kedaluwarsa setelahmelampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya <strong>pajak</strong>,kecuali apabila wajib <strong>pajak</strong> melakukan tindak pi<strong>dan</strong>a dibi<strong>dan</strong>g per<strong>pajak</strong>andaerah.(2) Kedaluwarsa penagihan <strong>pajak</strong> sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tertangguh apabila :a. Diterbitkan surat teguran <strong>dan</strong>/atau surat paksa; ataub. Ada pengakuan utang <strong>pajak</strong> dari wajib <strong>pajak</strong>, baik langsung maupuntidak langsung.(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran <strong>dan</strong> surat paksa sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejaktanggal penyampaian surat paksa tersebut.(4) Pengakuan utang <strong>pajak</strong> secara langsung sebagiamana dimaksud pada ayat(2) huruf b adalah wajib <strong>pajak</strong> dengan kesadarannya menyatakan masihmempunyai utang <strong>pajak</strong> <strong>dan</strong> belum melunasinya kepada Pemerintahdaerah.(5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat(2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran ataupenundaan pembayaran <strong>dan</strong> permohonan keberatan oleh wajib <strong>pajak</strong>.Pasal 25(1) Piutang <strong>pajak</strong> yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukanpenagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.(2) Bupati menetapakan keputusan penghapusan piutang <strong>pajak</strong> daerah yangsudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).Pasal 26Tata cara penghapusan piutang <strong>pajak</strong> yang sudah kedaluwarsa diatur denganPeraturan Bupati.11


BAB VIIPEMBUKUAN DAN PEME<strong>RI</strong>KSAANPasal 27(1) Wajib <strong>pajak</strong> yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikitRp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) per tahun wajibmenyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.(2) Kriteria wajib <strong>pajak</strong> <strong>dan</strong> penentuan besaran omzet serta tata carapembukuan atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdengan Peraturan Bupati.Pasal 28(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhanpemenuhan kewajiban per<strong>pajak</strong>an daerah dalam rangka melaksanakanperatuaran perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan per<strong>pajak</strong>an daerah.(2) Wajib <strong>pajak</strong> yang diperiksa wajib :a. Memperlihatkan <strong>dan</strong>/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumenyang menjadi dasarnya <strong>dan</strong> dokumen lain yang berhubungan denganobjek <strong>pajak</strong> yang terutang.b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yangdianggap perlu <strong>dan</strong> memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan;<strong>dan</strong>/atauc. Memberikan keterangan yang diperlukan.Pasal 29Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan <strong>pajak</strong> diatur denganPeraturan Bupati.Pasal 30(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatuyang diketahui atau diberitahukan kepa<strong>dan</strong>ya oleh wajib <strong>pajak</strong> dalamrangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturanperun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan per<strong>pajak</strong>an daerah.(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadaptenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaanketentuan peraturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan per<strong>pajak</strong>an daerah.(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) <strong>dan</strong> ayat(2) adalah :a. Pejabat <strong>dan</strong> tenaga ahli yang bertindak sebagai sanksi atau saksi ahlidalam si<strong>dan</strong>g pengadilan.b. Pejabat <strong>dan</strong>/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati untukmemberikan keterangan kepada pejabat lembaga Negara atau instansipemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bi<strong>dan</strong>gkeuangan daerah.(4) Untuk kepentingan daerah, Bupati berwenang memberi izin tertulis kepadapejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) <strong>dan</strong> tenaga ahli sebagaimanadimaksud pada ayat (2), agar memberikan keterangan, memperlihatkanbukti tertulis dari atau tentang wajib <strong>pajak</strong> kepada pihak yang ditunjuk.12


(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pi<strong>dan</strong>a atauperdata, atas permintaan hakim sesuai dengan hukum acara pi<strong>dan</strong>a <strong>dan</strong>hukum acara perdata, Bupati dapat memberi izin tertulis kepada pejabatsebagaimana dimaksud pada ayat (1), <strong>dan</strong> tenaga ahli sebagaimanadimaksud pada ayat (2), untuk memberikan <strong>dan</strong> memperlihatkan buktitertulis <strong>dan</strong> keterangan wajib <strong>pajak</strong> yang ada pa<strong>dan</strong>ya.(6) Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus menyebutkannama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitanantara perkara pi<strong>dan</strong>a atau perdata yang bersangkutan dengan keteranganyang diminta.BAB VIIIPENYIDIKANPasal 31(1) Pejabat pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberiwewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindakpi<strong>dan</strong>a dibi<strong>dan</strong>g per<strong>pajak</strong>an daerah, sebagaimana dimaksud dalam Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Hukum Acara Pi<strong>dan</strong>a.(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negerisipil tertentu dilingkungan pemerintah daerah yang diangkat oleh pejabatyang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan.(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. Menerima, mencari, mengumpulkan, <strong>dan</strong> meneliti keterangan ataulaporan berkenaan dengan tindak pi<strong>dan</strong>a dibi<strong>dan</strong>g per<strong>pajak</strong>an daerahagar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap <strong>dan</strong> jelas;b. Meneliti, mencari <strong>dan</strong> mengumpulkan keterangan mengenai orangpribadi atau ba<strong>dan</strong> tentang kebenaran perbuatan yang dilakukansehubungan dengan tindak pi<strong>dan</strong>a per<strong>pajak</strong>an daerah tersebut.c. Meminta keterangan <strong>dan</strong> bahan bukti dari orang pribadi atau ba<strong>dan</strong>sehubungan dengan tindak pi<strong>dan</strong>a dibi<strong>dan</strong>g per<strong>pajak</strong>an daerah.d. Memeriksa buku, catatan, <strong>dan</strong> dokumen lain berkenaan dengan tindakpi<strong>dan</strong>a dibi<strong>dan</strong>g per<strong>pajak</strong>an daerah.e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan buktipembukuan, pencatatan, <strong>dan</strong> dokumen lain, serta melakukan penyitaanterhadap bahan bukti tersebut.f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka tugas penyidikan tindakpi<strong>dan</strong>a dibi<strong>dan</strong>g per<strong>pajak</strong>an daerah;g. Menyuruh berhenti <strong>dan</strong>/atau melarang seseorang meninggalkanruangan atau tempat pada saat pemeriksaan se<strong>dan</strong>g berlangsung <strong>dan</strong>memeriksa identitas orang, benda, <strong>dan</strong>/atau dokumen yang dibawa;h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pi<strong>dan</strong>a per<strong>pajak</strong>andaerah;i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya <strong>dan</strong> diperiksa sebagaitersangka atau saksi;j. Menghentikan penyidikan; <strong>dan</strong>/atauk. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikantindak pi<strong>dan</strong>a dibi<strong>dan</strong>g per<strong>pajak</strong>an daerah dengan ketentuan peraturanperun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan.13


(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainyapenyidikan <strong>dan</strong> menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntutumum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuaidengan ketentuan yang diatur dalam Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Hukum Acara Pi<strong>dan</strong>a.BAB IXKETENTUAN PIDANAPasal 32(1) Wajib <strong>pajak</strong> yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD ataumengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkanketerangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapatdipi<strong>dan</strong>a dengan pi<strong>dan</strong>a kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pi<strong>dan</strong>adenda paling banyak 2 (dua) kali jumlah <strong>pajak</strong> terutang yang tidak ataukurang bayar.(2) Wajib <strong>pajak</strong> yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisidengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yangtidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipi<strong>dan</strong>a denganpi<strong>dan</strong>a penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pi<strong>dan</strong>a denda paling banyak4 (empat) kali jumlah <strong>pajak</strong> terutang yang tidak atau kurang dibayar.Pasal 33Tindak pi<strong>dan</strong>a di bi<strong>dan</strong>g per<strong>pajak</strong>an daerah tidak dituntut setelah melampauijangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya <strong>pajak</strong> atau berakhirnya masa<strong>pajak</strong> atau berakhirnya bagian tahun <strong>pajak</strong> atau berakhirnya tahun <strong>pajak</strong> yangbersangkutan.Pasal 34(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang karenakealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimanadimaksud dalam pasal 29 ayat (1) <strong>dan</strong> ayat (2) dipi<strong>dan</strong>a dengan pi<strong>dan</strong>akurungan paling lama 1 (satu) tahun <strong>dan</strong> pi<strong>dan</strong>a denda paling banyakRp4.000.000,00 (empat juta rupiah).(2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang dengan sengajatidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidakdipenuhi kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat (1)<strong>dan</strong> ayat (2) dipi<strong>dan</strong>a denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh jutarupiah).(3) Penuntutan terhadap tindak pi<strong>dan</strong>a sebagaimana dimaksud pada ayat (1)<strong>dan</strong> ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannyadilanggar.(4) Tuntutan pi<strong>dan</strong>a sebagaimana dimaksud pada ayat (1) <strong>dan</strong> ayat (2) sesuaidengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atauba<strong>dan</strong> selaku wajib <strong>pajak</strong>, karena itu dijadikan tindak pi<strong>dan</strong>a pengaduan.Pasal 36Denda sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat (1), ayat (2), <strong>dan</strong> Pasal 34ayat (1), ayat (2) merupakan penerimaan negara.14


BAB XKETENTUAN PENUTUPPasal 37Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaannya diatur dalam PeraturanBupati <strong>dan</strong>/atau keputusan Bupati.Pasal 38Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah KabuaptenLuwu Timur Nomor 6 tahun 2005 tentang Pajak Pengambilan Bahan GalianGolongan C ( Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Timur tahun 2005 Nomor 6)dicabut <strong>dan</strong> dinyatakan tidak berlaku.Pasal 39Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2011.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengun<strong>dan</strong>gan PeraturanDaerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten LuwuTimur.Ditetapkan di MaliliPada tanggal 8 0ktober 2010BUPATI LUWU TIMUR,ANDI HATTA MDiun<strong>dan</strong>gkan di MaliliPada tanggal 8 0ktober 2010SEKRETA<strong>RI</strong>S DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR,A. T. UMAR PANGERANGLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 715

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!