12.07.2015 Views

Buku_Harmoni-di-Mata-Kaum-Muda_2013A

Buku_Harmoni-di-Mata-Kaum-Muda_2013A

Buku_Harmoni-di-Mata-Kaum-Muda_2013A

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pelajar memiliki an<strong>di</strong>l besar bagi pembangunan kebudayaan. Kemajuanpembangunan kebudayaan <strong>di</strong> tahun-tahun mendatang akan sangatbergantung kepada peran pelajar masa kini dalam memahami danmengapresiasi keragaman budaya Indonesia.Kon<strong>di</strong>si para pelajar dewasa ini <strong>di</strong>cirikan oleh masifnya pemanfaatanperangkat teknologi informasi dan komunikasi. Mereka umumnya sangatterbuka terhadap berbagai informasi, baik yang sifatnya lokal, nasional,maupun internasional. Mereka juga membangun jejaring sosial melaluiberbagai me<strong>di</strong>a sosial <strong>di</strong> dunia maya, sehingga wawasannya tidak lagiterbatas pada tataran lokal dan nasional, melainkan antar-negara. Padatitik ini, pelajar tidak hanya menja<strong>di</strong> obyek dari globalisasi, melainkansubyek yang aktif mengambil peran dalam proses globalisasi tersebut.Di sisi lain, bersamaan dengan terbukanya kran demokrasi melaluiotonomi daerah, pemilihan kepala daerah, dan praktik politik praktislainnya, muncul reaksi dari masyarakat berupa menguatnya nilai-nilaiprimor<strong>di</strong>alisme, etnosentrisme, dan juga ra<strong>di</strong>kalisme. Gejala ini kerap kalimenimbulkan dampak negatif berupa konflik sosial. Para pelajar tak hanyamenja<strong>di</strong> penonton, namun kerap kali ambil peran sebagai bagian daripersoalan. Hal ini terlihat dari keikutsertaan mereka dalam berbagai tindakkekerasan, seperti tawuan pelajar, kekerasan melalui kelompok gengmotor, dan penyemaian bibit-bibit ra<strong>di</strong>kalisme hingga terorisme berlataragama.Dari dua tegangan ini, tampak bahwa para pelajar seolah menja<strong>di</strong>obyek dari perseteruan yang sifatnya “global” (melalui globalisasi) dan“lokal” (menguatnya primor<strong>di</strong>alisme dan etnosentrisme). Dampaknya,<strong>di</strong>tengarai para pelajar kurang mengapresiasi keragaman budaya Indonesiayang terentang dari Sabang hingga Merauke. Mereka <strong>di</strong>pandang lebihberkiblat kepada budaya luar (melalui globalisasi), daripada nilai-nilai danbudaya lokal. Sementara dampak dari menguatnya etnosentrisme, parapelajar lebih mengunggulkan budaya daerahnya sembari mencemooh ataumemandang minor kepada budaya daerah lain.Perkembangan ini tentu harus <strong>di</strong>sikapi dengan baik. Oleh karena itu,apresiasi pelajar terhadap keragaman budaya perlu <strong>di</strong>tingkatkan untukmenyemai pemahaman yang lebih utuh mengenai kekayaan dan keragamanbudaya Indonesia. Hal ini dapat <strong>di</strong>lakukan melalui lomba esai sosial budaya,<strong>di</strong> mana para pelajar <strong>di</strong>undang untuk menyumbangkan pemikirannyaguna mengapresiasi kekayaan dan keragaman budaya Indonesia. Bentukvi - Hurip Danu Isma<strong>di</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!