13.07.2015 Views

kajian penataan rumah kumuh di kota bandung - Pemerintah Kota ...

kajian penataan rumah kumuh di kota bandung - Pemerintah Kota ...

kajian penataan rumah kumuh di kota bandung - Pemerintah Kota ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

RINGKASAN EKSEKUTIFKAJIAN PENATAAN RUMAH KUMUH DI KOTA BANDUNG(Kantor Litbang dengan PT. Mapalus Menggala Engineering)Tahun 2004A. Latar belakangPemukiman <strong>kumuh</strong> merupakan masalah yang <strong>di</strong>hadapi oleh hampir semua <strong>kota</strong><strong>kota</strong>besar <strong>di</strong> Indonesia bahkan <strong>kota</strong>-<strong>kota</strong> besar <strong>di</strong> negara berkembang lainnya. Telaahtentang permukiman <strong>kumuh</strong> (slum), pada umumnya mencakup tiga segi, pertamakon<strong>di</strong>si fisiknya, kedua kon<strong>di</strong>si sosial ekonomi budaya komunitas yang bermukim <strong>di</strong>pemukiman tersebut, dan ketiga dampak oleh kedua kon<strong>di</strong>si tersebut. Kon<strong>di</strong>si fisiktersebut antara lain tampak dari kon<strong>di</strong>si bangunannya yang sangat rapat dengankualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak berpola dan tidak <strong>di</strong>perkeras, sanitasiumum dan drainase tidak berfungsi serta sampah belum <strong>di</strong>kelola dengan baik.Kon<strong>di</strong>si sosial ekonomi masyarakat yang berada <strong>di</strong>kawasan pemukiman <strong>kumuh</strong>antara lain mencakup tingkat pendapatan rendah, norma sosial yang longgar, budayakemiskinan yang mewarnai kehidupannya yang antara lain tampak dari sikap danperilaku yang apatis. Kon<strong>di</strong>si tersebut sering juga mengakibatkan kon<strong>di</strong>si kesehatanyang buruk, sumber pencemaran, sumber penyebaran penyakit dan perilakumenyimpang, yang berdampak pada kehidupan <strong>kota</strong> keseluruhannya. Oleh karena itukawasan pemukiman <strong>kumuh</strong> <strong>di</strong>anggap sebagai penyakit <strong>kota</strong> yang harus <strong>di</strong>atasi.Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama yang mendorong pertumbuhanpermukiman, sedang kon<strong>di</strong>si sosial ekonomi masyarakat dan kemampuan pengelola<strong>kota</strong> akan menentukan kualitas pemukiman yang terwujud. Permukiman <strong>kumuh</strong> adalahproduk pertumbuhan penduduk kemiskinan dan kurangnya pemerintah dalammengendalikan pertumbuhan dan menye<strong>di</strong>akan pelayanan <strong>kota</strong> yang memadai.<strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> Bandung telah melakukan berbagai langkah terhadap permukiman<strong>kumuh</strong>, antara lain dengan Program Perbaikan Kampung (KIP), yang telah <strong>di</strong>lakukansejak tahun 1978. Juga ada yang <strong>di</strong>tata dan <strong>di</strong>bangun kembali menja<strong>di</strong> <strong>rumah</strong> susunseperti yang telah <strong>di</strong>lakukan terhadap permukiman <strong>kumuh</strong> <strong>di</strong> industri dalam. Ada pulayang <strong>di</strong>rangsang agar masyarakat memperbaikinya sen<strong>di</strong>ri seperti misalnya yang<strong>di</strong>lakukan dengan program bantuan aspal, tetapi juga ada yang cenderung<strong>di</strong>biarkan.Selain itu dalam rangka proyek <strong>penataan</strong> Permukiman Kumuh <strong>di</strong> Bandung1998 telah <strong>di</strong>lakukan <strong>kajian</strong> untuk mengklasifikasi kampung <strong>kumuh</strong> <strong>di</strong> <strong>Kota</strong> Bandung.Sebaran lokasi kawasan <strong>kumuh</strong> <strong>di</strong> <strong>Kota</strong> Bandung pada tahun 2000 menunjukanbahwa hampir <strong>di</strong>setiap kelurahan terdapat kawasan permukiman <strong>kumuh</strong>, baik yangberstatus kampung <strong>kota</strong> maupun permukiman liar. Berdasarkan penelitian yang<strong>di</strong>lakukan BKKBN <strong>kota</strong> Bandung, sejak krisis moneter tahun 1997 yang selanjutnyamenja<strong>di</strong> krisis ekonomi <strong>di</strong> <strong>Kota</strong> Bandung telah menyebabkan peningkatan jumlahkeluarga pra-sejahtera, yaitu dari 5.558 KK pada bulan Agustus 1998 menja<strong>di</strong> 9967 KKpada bulan September pada tahun yang sama.Menurut data kawasan <strong>kumuh</strong> <strong>di</strong> <strong>Kota</strong> Bandung yang telah <strong>di</strong>keluarkan olehPuslitbang Permukiman, Dep Kimpraswil, terlihat bahwa hampir <strong>di</strong>setiap kecamatanterdapat kawasan <strong>kumuh</strong>, berdasarkan proporsi dan komposisi jumlah keluarga dalamperingkat pra sejahtera <strong>di</strong> wilayah <strong>kota</strong> Bandung, peringkat tertinggi adalah KecamatanCicadas (27%) kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>susul Kecamatan Regol (25%) dan Kecamatan BandungKulon (15%). Kalau melihat sebaran kawasan <strong>kumuh</strong> <strong>di</strong> <strong>Kota</strong> Bandung mulaimenampakan perambahan <strong>di</strong>pinggiran <strong>kota</strong>, hal ini dapat <strong>di</strong>maklumi karena kecamatankecamatan<strong>di</strong> Bandung lama sudah sangat jenuh. Kecamatan yang meningkatke<strong>kumuh</strong>an adalah kawasan baru yang <strong>di</strong>bangun oleh pengembang seperti Rancasari,Batununggal, dan Margacinta.


Kerangka PemikiranKajian Penataan Rumah Kumuh <strong>di</strong> <strong>Kota</strong> BandungVisi dan Misi<strong>Kota</strong> BandungPemahaman Tujuan &Sasaran Stu<strong>di</strong>Issue LingkunganStrategisKebijakanPenataan <strong>Kota</strong>Penanganan YgPernah DilakukanStu<strong>di</strong>TerdahuluPEMETAAN PERSEBARAN RUMAH KUMUHMetodaSamplingBiaya MahalIdentifikasi MasalahPenataan RumahKumuh Yang DihadapiRegresi/KorelasiKerawananSosialAnalisis Kelayakan- Hambatan dan Kendala- Kelayakan EkonomiParticipatoryPlanningStrategi Penataan RumahKumuh Yang Bertumpu PadaPemberdayaan MasyarakatREKOMENDASI DAN KONSEP MODELPENATAAN RUMAH KUMUHMENDATANG


B. Perumusan MasalahIdentifikasi permasalahan kawasan <strong>kumuh</strong> secara eksplisit telah meningkatkankompleksitas permasalahan <strong>Kota</strong> Bandung <strong>di</strong>antaranya meliputi :1. Pertumbuhan kepadatan penduduk yang makin tinggi dapat menyebabkan kon<strong>di</strong>sifisik yang semakin menurun, sedangkan kemampuan masyarakat untukmemperbaiki kualitas lingkungan bila terja<strong>di</strong> kerusakan adalah kecil sekali.2. Status lahan yang <strong>di</strong>gunakan bangunan pe<strong>rumah</strong>an merupakan lahan <strong>Pemerintah</strong><strong>Kota</strong> Bandung dan akan <strong>di</strong>kembangkan oleh pihak pemerintah kearahpenggunaan lahan yang lebih efisien.3. Keadaan sosial ekonomi yang relatif rendah <strong>di</strong>duga merupakan penyebabtimbulnya berbagai macam penyakit sosial yang berkembang <strong>di</strong> masyarakat.4. Kecilnya pengawasan dari aparat pemerintah dalam hal menangani lingkunganpermukiman <strong>kumuh</strong> yang sesuai dengan kon<strong>di</strong>si dan perubahan <strong>kota</strong>.C. Maksud dan TujuanTujuan <strong>kajian</strong> ini adalah untuk menghasilkan rumusan kebijakan yang <strong>di</strong>harapkandapat menja<strong>di</strong> landasan penanganan kawasan permukiman <strong>rumah</strong> <strong>kumuh</strong> <strong>di</strong> <strong>Kota</strong>Bandung, untuk mewujudkan <strong>Kota</strong> Bandung sebagai <strong>kota</strong> yang nyaman dan layak untukhidup (Livable).Secara teknis tujuan <strong>kajian</strong> <strong>penataan</strong> <strong>rumah</strong> <strong>kumuh</strong> ini adalah sebagai berikut :1. Memperoleh gambaran terstruktur tentang lahirnya <strong>rumah</strong> <strong>kumuh</strong> dan keberadaankampung <strong>kota</strong> (Ghetto) <strong>di</strong> <strong>Kota</strong> Bandung.2. Mengetahui persebaran <strong>rumah</strong> <strong>kumuh</strong>/kampung <strong>kota</strong> secara keruangan <strong>di</strong> <strong>kota</strong>Bandung.3. Untukmengetahui permasalahan keberadaan <strong>rumah</strong> <strong>kumuh</strong>.4. Diperolehnya rekomendasi dan model <strong>penataan</strong> <strong>rumah</strong> <strong>kumuh</strong> mendatang <strong>di</strong> <strong>Kota</strong>Bandung.Manfaat yang <strong>di</strong>harapkan dari <strong>kajian</strong> Penataan Rumah Kumuh <strong>di</strong> <strong>Kota</strong> Bandung iniadalah :1. Bagi pemerintah <strong>Kota</strong> Bandung <strong>di</strong>harapkan hasil stu<strong>di</strong> ini dapat merupakanmasukan <strong>di</strong>dalam menentukan kebijakan per<strong>kota</strong>an, terutama dalam rangkamengatasi masalah penanganan dan <strong>penataan</strong> <strong>rumah</strong> <strong>kumuh</strong>, yang semakinmeningkat jumlahnya, karena bila <strong>di</strong>biarkan akan menambah permasalahan <strong>kota</strong>,sedangkan bagaimana cara pemecahan yang paling baik dan bijaksana sangatsulit <strong>di</strong>lakukan, karena ini menyangkut kelangsungan hidup masyarakat bawah,kerawanan sosial, dan tentunya memerlukan biaya yang sangat mahal.2. Bagi masyarakat <strong>di</strong>harapkan akan tercipta suatu tempat bermukim yang bersih,sehat, teratur dan menciptakan suatu kelangsungan hidup yang aman, hijau danbermartabat sesuai dengan visi <strong>Kota</strong> Bandung.D. Ruang lingkupRuang lingkup pekerjaan dari Kajian Penataan Rumah <strong>di</strong> <strong>Kota</strong> Bandung akan meliputiitem-item sebagai berikut : Mengidentifikasi secara terstruktur lahirnya kampung <strong>kota</strong>/<strong>rumah</strong> <strong>kumuh</strong> <strong>di</strong> <strong>kota</strong>Bandung, kon<strong>di</strong>si sosial ekonomi masyarakatnya, serta upaya penangaan yangpernah <strong>di</strong>lakukan. Mengidentifikasi tentang pengertian <strong>rumah</strong> <strong>kumuh</strong>, serta mendelineasi kawasankawasanmana yang <strong>di</strong>kategorikan <strong>rumah</strong> <strong>kumuh</strong>. Survei <strong>di</strong>lakukan untuk memperoleh data primer dan sekunder tentang lingkungankawasan <strong>rumah</strong> <strong>kumuh</strong> <strong>di</strong> <strong>Kota</strong> Bandung yang meliputi survei lapangan daninstansional.Melakukan pemetaan persebaran kampung <strong>kota</strong>/<strong>rumah</strong> <strong>kumuh</strong> <strong>di</strong> <strong>Kota</strong> Bandung.Melakukan analisis kendala dan hambatan dalam melakukan <strong>penataan</strong> <strong>rumah</strong><strong>kumuh</strong> selama ini.


Menyusun rekomendasi dan saran konsep <strong>penataan</strong> <strong>rumah</strong> <strong>kumuh</strong> <strong>Kota</strong> Bandung<strong>di</strong>masa mendatang secara bertahap.E. MetodologiMetode pendekatan stu<strong>di</strong> yang akan <strong>di</strong>gunakan dalam stu<strong>di</strong> ini melalui beberapatahapan sebagai berikut :1. Stu<strong>di</strong> Kepustakaan :Untuk mempelajari parameter-parameter dari suatu lingkungan permukimansebagai faktor-faktor penentu dalam upaya penangaan lingkungan permukiman<strong>kumuh</strong> yang menja<strong>di</strong> tujuan stu<strong>di</strong> serta melakukan tinjauan terhadap kebijaksanaankebijaksanaanyang berkaitan dengan materi stu<strong>di</strong>.2. Survei lapanganDilakukan untuk memperoleh data primer dan sekunder tentang keadaanlingkungan kawasan <strong>kumuh</strong> <strong>di</strong> daerah stu<strong>di</strong>, melalui wawancara awal, survei visualdengan menggunakan foto untuk memperoleh gambaran keadaan lingkungan dankegiatan penghuni <strong>di</strong> lingkungan kawasan<strong>kumuh</strong> tersebut, kuesioner yang <strong>di</strong>lakukanuntuk mendapatkan gambaran secara lengkap dan detail tentang daerah stu<strong>di</strong>.3. Survei InstansionalSurvei instansional <strong>di</strong>lakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari instansiyang terkait.4. Data dan analisisData yang <strong>di</strong>peroleh dari hasil stu<strong>di</strong> literatur lapangan dan observasi instansionalsetelah <strong>di</strong>identifikasi kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>analisis sesuai dengan parameter yang telah<strong>di</strong>tentukan.Metode yang <strong>di</strong>gunakan adalah :- Untuk data <strong>di</strong>pergunakan Metoda AHP (Analisis Hirarki Proses), untukmenentukan pembobotan dan prioritas dari setiap kawasan maupun programstrategis yang harus <strong>di</strong>lakukan pada saat menangani kawasan <strong>kumuh</strong>.- Untuk aspek keterhubungan dan permodelan <strong>di</strong>pergunakan statistik deskriptif(korelasi, frekuensi) dan parametrik (anova).


Alur Metode PendekatanPermukiman <strong>Kota</strong>- Tidak terencana- Tidak teratur- IdentifikasiPotensiKumuhPenentuanKawasanKumuhKawasan PermukimanPotensial KumuhTingkatke<strong>kumuh</strong>anKelayakan huni :- Kon<strong>di</strong>si fisik Alami- Kon<strong>di</strong>si Fisik Binaan- Kualitas LingkunganHunian- Kon<strong>di</strong>si KesehatanHunian- IdentifikasikawasanKumuh- PenilaianTingkatKe<strong>kumuh</strong>anFaktor HukumRencana dapat<strong>di</strong>rubahFungsi Lokasisesuai Rencana- Faktor Teknis- Faktor Ekonomis- Faktor Sosbud- Faktor StrategisPenentuanPrioritasLokasiPenangananBukanPrioritas atauRelokasiAlternatif bentukpenanganan kawasan<strong>kumuh</strong>Prioritas LokasiPenanganan PermukimanKumuh- Tingkat ke<strong>kumuh</strong>an- Dominasi Penyebab- Status KepemilikanLahan- Nilai EkonomiLokasi- Kecenderungan- Perubahan Fungsi- Struktur Ruang- PemilihanBentukPenangananPemilihan bentukpenangananpermukiman <strong>kumuh</strong>Penentuan PrioritasProgram PenangananPermukiman Kumuh- Persoalan RinciLingkungan Fisik(Kelayakan Huni)- Dominasi Penyebab- Karakteristikpotensi/persoalansosekbud- PemilihanPrioritasProgramPenanganan


F. KesimpulanDari berbagai program penanganan permukiman <strong>kumuh</strong> yang telah <strong>di</strong>laksanakan <strong>di</strong>Bandung sejak awal tahun delapan puluhan tersebut, memperjelas apa yang telah<strong>di</strong>sampaikan, yaitu bahwa hanya dua faktor yang bisa <strong>di</strong>entaskan yaitu konstruksi jalandan persampahan. Hal ini <strong>di</strong>perkirakan penanganan pemukiman <strong>kumuh</strong> adalah programpemerintah tingkat nasional (topdown). <strong>Pemerintah</strong> <strong>kota</strong> hanya sebagai pelaksana, ataupaling jauh menanggapi prakarsa pemerintah nasional. Begitu pun warga tidakpartisipatif <strong>di</strong>libatkan, sehingga keberlangsungan program tidak terja<strong>di</strong>.G. SaranPermasalahan yang terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> lapangan ternyata cukup kompleks. Banyak hal-halyang mempengaruhi timbul dan prosesnya kawasan menja<strong>di</strong> suatu permukiman <strong>kumuh</strong>dengan berbagai macam karekteristik persoalan. Berbagai usaha telah <strong>di</strong>lakukanpemerintah dalammenangani hal ini namun masih banyak kita jumpai kawasankawasan<strong>kumuh</strong> seperti ini <strong>di</strong> <strong>Kota</strong> Bandung sekarang ini.1. Aspek Lokasi.Melihat kon<strong>di</strong>si permukiman <strong>kumuh</strong> yang ada suatu tempat akan berbeda pulakarakteristik permasalahannya dengan <strong>di</strong> tempat lainnya. Ini dapat <strong>di</strong>sebabkan olehbanyak hal yang cukup kompleks. Dari hasil <strong>kajian</strong> yang telah ada sebelumnya,beberapa karekter non fisik yang muncul pada kawasan permukiman <strong>kumuh</strong> iniantara lain adalah bahwa suatu lokasi tersebut berada pada tanah milik atau tanahnegara, adanya kesesuaian atau ketidaksesuaian terhadap rencana tata ruangyang telah <strong>di</strong>tetapkan, nilai strategis lahan yang <strong>di</strong>lihat secara ekonomis, dan jugaadanya kerawanan terhadap kemiskinan.2. Aspek Bangunan.Penataan pembangunan permukiman <strong>di</strong> <strong>Kota</strong> Bandung- Penye<strong>di</strong>aan <strong>rumah</strong> murah bagikaum urban. Salah satu alternatifnya adalahRumah Susun (Rusun) yang dalam hal ini bisa <strong>di</strong>se<strong>di</strong>akan oleh <strong>Pemerintah</strong><strong>Kota</strong> Bandung dan swasta. Untukswasta perlu adanya pemberlakuan insentifdan <strong>di</strong>sinsentif.- Penye<strong>di</strong>aan Rumag Murah <strong>di</strong> pinggir <strong>kota</strong> yang memungkinkan penghunidapat memanfaatkan transportasi massal yang ada (adanya insentif dan<strong>di</strong>sinsentif bagipengembang swasta).- Menyiapkan hidran air dan MCK yang memadai sehingga dapat <strong>di</strong>manfaatkanuntuk keamanan lingkungan. Dengan padatnya bangunan, resiko kebakaran


sangat tinggi maka akan sulit pemadaman kebakaran untuk menjangkaukawasan <strong>kumuh</strong> ini, sehingga perlu sumber air yang siap <strong>di</strong>manfaatkan setiapsaat.- Pemberlakuan peraturan secara lebih ketat pada daerah yang sudah<strong>di</strong>lakukan perencanaan tata ruangnya. Adanya upaya penegakan hukum daninstrumen pengendalian pembangunan.3. Aspek Ekonomi.Memberikan pelatihan kepada masyarakat yang memang ingin meningkatkanpekerjaan sambilan. Dengan meningkatnya ekonomi maka dengan sen<strong>di</strong>rinyamereka mampu meningkatkan kualitas lingkungan tempat tinggalnya.Lapangan pekerjaan yang dapat <strong>di</strong>kaitkan dengan kon<strong>di</strong>si kualitas lingkunganadalah aspek pariwisata. Komponen-komponen pariwisata adalah seperti arungjeram sepanjang sungai Cikapundung, tour <strong>kota</strong>, dan yang berhubungan dengansungai tersebut.Untuk mendukung pariwisata itu tentu sungai Cikapundung harus bersih darisampah dan kotoran-kotoran <strong>rumah</strong> tangga. Untuk itu maka harus melibatkan<strong>rumah</strong> tangga yang ada sekitar sungai.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!