13.07.2015 Views

Sebuah Kritik Injili Terhadap Pembangunan Tugu di ... - SAAT

Sebuah Kritik Injili Terhadap Pembangunan Tugu di ... - SAAT

Sebuah Kritik Injili Terhadap Pembangunan Tugu di ... - SAAT

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pada saat ini empat orang raja adat <strong>di</strong>persilakan untuk manortor (menari) sambil masing-masingmemegang satu piring berisi tepung yang terbuat dari beras dan sejumlah uang. Jenis tarian yang<strong>di</strong>minta merupakan doa permohonan kepada Debata Mula Ja<strong>di</strong> Na Bolon dan sumangot untukmemberkati dan merestui pesta perayaan penggalian tulang-belulang tersebut. Kemu<strong>di</strong>an tepungyang melambangkan restu dan peneguhan itu <strong>di</strong>taburkan ke atas kepala semua pihak penyelenggara.Setelah keempat raja selesai menari, pihak hula-hula (keluarga besan—keluarga yang memberiistri), boru (yang menerima istri) dan dongan tubu (kerabat dari pihak laki-laki) <strong>di</strong>persilakan untukmanortor. Sesudah itu dengan iringan gondang Batak mereka berangkat ke kuburan. Sesampainya<strong>di</strong> sana setiap raja adat yang ha<strong>di</strong>r <strong>di</strong>beri kesempatan untuk mengucapkan pengharapan agar Debatadan arwah para leluhur berkenan menunjukkan tempat yang tepat dari tulang-belulang yang <strong>di</strong>gali.Apabila ternyata timbul kesulitan dalam menentukan tempat yang pasti, maka <strong>di</strong>bunyikan gondangmembujuk. Yang pertama kali menggali adalah pihak bona ni ari (keluarga/marga nenek dari orangyang tulangnya <strong>di</strong>gali), <strong>di</strong>lanjutkan oleh haha-anggi (saudara semarga). Penggalian <strong>di</strong>lakukandengan hati-hati dan terus berlanjut sampai tulang-belulang <strong>di</strong>ketemukan. Selama penggalian itukaum perempuan menangis serta meratap dan suasana saat itu menunjukkan kedukaan. Sebelumtulang-belulang <strong>di</strong>ketemukan adalah saat-saat yang hening, tetapi setelah tulang-belulang <strong>di</strong>temukansuasananya berubah menja<strong>di</strong> haru bercampur gembira.Ketika berita penemuan tulang-belulang <strong>di</strong>beritahukan ratapan kembali <strong>di</strong>kumandangkandan kali ini lebih kuat, gondang Batak kembali <strong>di</strong>bunyikan. Ketika tulang-belulang <strong>di</strong>angkat dan<strong>di</strong>serahkan kepada hula-hula, semua yang ha<strong>di</strong>r akan menyerukan “Horas, horas, horas” (keras,kukuh, mantap). Tulang-belulang <strong>di</strong>angkat dengan hati-hati, <strong>di</strong>bungkus dengan ulos dan<strong>di</strong>masukkan ke na marhadohoan (semacam piring), kemu<strong>di</strong>an ke dalam ampang (bakul anyamandari bambu yang bersegi empat), baru setelah itu <strong>di</strong>bawa ke rumah pihak penyelenggara untuk<strong>di</strong>adakan upacara <strong>di</strong> tempat tersebut. Pada upacara ini <strong>di</strong>lakukan pemberian makanan dan daun sirihkepada tulang-belulang tersebut yang kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>tempatkan <strong>di</strong> atas sebuah pansa (semacampanggung) yang sudah <strong>di</strong>se<strong>di</strong>akan. Puncak dari perayaan itu <strong>di</strong>laksanakan oleh pihakpenyelenggara dengan memenuhi semua kewajiban adat yang berhubungan dengan upacarapenggalian tulang-belulang. Upacara ini <strong>di</strong>tandai dengan pembunyian gondang Batak dan semuapihak yang <strong>di</strong>undang <strong>di</strong>beri kesempatan secara bergiliran untuk menari. Yang pertama kali menariadalah para istri dari pihak penyelenggara kemu<strong>di</strong>an semua pihak penyelenggara serentakbergabung dengan istri masing-masing untuk menari bersama. Pada saat menari, pihakpenyelenggara merasa terlepas dari semua rasa duka. Selepas tarian duka tersebut <strong>di</strong>susul dengantarian yang berirama gembira sebagai lambang segala duka akan berakhir dan sukacita akan segeradatang. Sesudah tarian ini pihak penyelenggara memohon kepada penabuh gondang untukmembunyikan gondang khusus memohon berkat, misalnya mohon keturunan yang semakin banyak,harta yang semakin melimpah dan wibawa yang semakin tinggi. Pada akhir perayaan <strong>di</strong>lakukanpembagian jambar (bagian-bagian tertentu dari hewan yang <strong>di</strong>sembelih), setelah itu merekaberangkat ke tempat pemakaman. Keberangkatan ke tempat pemakaman <strong>di</strong>dahului dengan acarapenyembelihan seekor kerbau yang akan menja<strong>di</strong> bagian dari semua pihak yang turut serta kepemakaman. 20 Di pemakaman acara terakhir adalah menaruh tulang-belulang orang mati tersebut <strong>di</strong>tempat yang sudah <strong>di</strong>khususkan untuknya, 21 dengan demikian selesailah penggalian tulang-belulang<strong>di</strong>laksanakan.Contoh berikut akan memperjelas pandangan bahwa orang Batak Toba benar-benarmelakukan penyembahan kepada nenek moyang, yaitu pada peresmian tugu suatu marga terkenal <strong>di</strong>20 Suh, Injil dan Penyembahan 152.21 H. Billy Situmorang, Ruhut-ruhut ni Adat Batak (Jakarta: Gunung Mulia, 1983) 60.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!