11.04.2016 Views

Tak ada yang aman

Laporan%20EoF%20April2016%20Tak%20ada%20yang%20aman_FINAL

Laporan%20EoF%20April2016%20Tak%20ada%20yang%20aman_FINAL

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PENDAHULUAN<br />

Industri kelapa sawit dan kertas telah menyumbang deforestasi <strong>yang</strong> besar di Indonesia.<br />

Sumatera <strong>yang</strong> memilik luasan sekitar 44 juta hektar dahulunya ditutupi oleh 25,4 juta<br />

ha hutan alam p<strong>ada</strong> tahun 1985 (58%) dan 11,5 juta ha p<strong>ada</strong> tahun 2014 (26%).<br />

Artinya, Pulau Sumatera telah kehilangan 55% tutupan hutannya dalam jangka waktu 29<br />

tahun, dengan laju rata-rata pembukaan hutan sekitar 480.000 hektar per tahun<br />

(1,9%) 1 . Walaupun sudah banyak komitmen dari pihak industri untuk menghentikan<br />

deforestasi, blok hutan <strong>yang</strong> tersisa <strong>yang</strong> semakin kecil dan semakin bernilai, baik <strong>yang</strong><br />

dilindungi oleh pemerintah maupun tidak, masih terus dikonversi menjadi perkebunan<br />

kelapa sawit. Hampir 440.000 hektar, 4% dari hutan <strong>yang</strong> tersisa p<strong>ada</strong> tahun 2012<br />

menghilang p<strong>ada</strong> tahun 2014, kebanyakan di Provinsi Riau dan Jambi di Sumatera (Peta<br />

1).<br />

Ex Dalek<br />

Peta 1. Deforestasi di bagian tengah Pulau Sumatera dan lima kawasan <strong>yang</strong> diselidiki<br />

oleh WWF-Indonesia dan Eyes on the Forest dimana pembangunan perkebunan kelapa<br />

sawit <strong>ada</strong>lah ilegal: Kawasan T<strong>aman</strong> Nasional Tesso Nilo dan lahan sekitarnya yaitu<br />

IUPHHK-HA PT. Hutani Sola Lestari (HSL) dan PT. Siak Raya Timber (SRT), Koridor<br />

Harimau Bukit Batabuh, bagian dari izin HPH <strong>yang</strong> sudah berakhir izinnya dari PT Dalek<br />

Hutani Esa di Bukit Tigapuluh, dialokasikan untuk konsesi restorasi ekosistem p<strong>ada</strong> waktu<br />

investigasi (Ex Dalek).<br />

P<strong>ada</strong> tahun 2011 dan 2012, WWF-Indonesia menyelidiki rantai pasokan TBS <strong>yang</strong><br />

ditanamn ilegal dalam T<strong>aman</strong> Nasional Tesso Nilo dan dua IUPHHK-HA <strong>yang</strong> bersebelahan<br />

(Peta 1) di Provinsi Riau, Sumatera <strong>yang</strong> dikirimkan ke pabrik CPO dan kilang <strong>yang</strong><br />

dioperasikan oleh Wilmar sebagai pedagang minyak sawit terbesar di dunia dan Asian<br />

Agri dari grup Royal Golden Eagle (RGE) salah satu penghasil terbesar di Indonesia 2 .<br />

T<strong>aman</strong> Nasional Tesso Nilo dengan luasan 83.068 hektar merupakan habitat penting bagi<br />

gajah sumatera dan harimau sumatera <strong>yang</strong> terancam punah, tetapi tutupan hutannya<br />

3 | EoF (April 2016) <strong>Tak</strong> <strong>ada</strong> <strong>yang</strong> <strong>aman</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!