IMOBILISASI PADA LANSIA
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>IMOBILISASI</strong> <strong>PADA</strong> <strong>LANSIA</strong><br />
A I D A N U R W I D Y A M . M . R .
PENDAHULUAN<br />
• Pe ↑ persentase populasi lansia → pe ↑ masalah kesehatan yg<br />
berhubungan dgn warga lansia.<br />
• Proses menua → berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh<br />
→ masalah kesehatan terjadi dlm 1 waktu pd satu individu<br />
lansia.<br />
• Selain itu, kondisi akut suatu penyakit → menguras cadangan<br />
faali berbagai organ tubuh yang memang sudah berkurang →<br />
menurunkan status fungsional (kemandirian) seorang lansia.<br />
• Pada keadaan yang berat, mereka terpaksa harus berbaring di<br />
tempat tidur atau duduk di kursi roda, tidak dapat bergerak<br />
kecuali dengan bantuan orang lain → menimbulkan<br />
komplikasi sistemik → mengantarkan pasien lansia pada<br />
kondisi terminal dan kematian terutama jika dibiarkan tanpa<br />
perawatan yang baik dan benar sesuai prosedur medis.
PENGERTIAN<br />
• Imobilisasi<br />
ketidakmampuan transfer atau berpindah posisi atau<br />
tirah baring selama 3 hari atau lebih, dengan gerak<br />
anatomik tubuh menghilang akibat perubahan<br />
fungsi fisiologik
EPIDEMIOLOGI<br />
• Di Indonesia, tahun 2005 ditemukan 8,4% lansia<br />
yang dirawat di ruang rawat geriatri mengalami<br />
imobilisasi (Divisi Geriatri Departemen Ilmu<br />
Penyakit Dalam FKUI-RSCM)
PENYEBAB<br />
• Berbagai faktor baik fisik, psikologis, dan lingkungan<br />
dapat menyebabkan imobilisasi pada pasien usia<br />
lanjut.<br />
• Beberapa penyebab utama imobilisasi adalah adanya<br />
rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,<br />
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis
PENYEBAB (cont’d…)<br />
• Penyakit Parkinson, artritis reumatoid, gout, dan<br />
obat‐ obatan antipsikotik seperti haloperidol juga<br />
dapat menyebabkan kekakuan.<br />
• Rasa nyeri, baik dari tulang (osteoporosis,<br />
osteomalasia, Paget’s disease, metastase kanker<br />
tulang, trauma), sendi (osteoartritis, artritis<br />
reumatoid, gout), otot (polimalgia,<br />
pseudoclaudication) atau masalah pada kaki dapat<br />
menyebabkan imobilisasi
PENYEBAB (cont’d…)<br />
• Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada<br />
demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada<br />
depresi<br />
• Kekhawatiran keluarga yang berlebihan atau<br />
kemalasan petugas kesehatan dapat pula<br />
menyebabkan orang usia lanjut terus menerus<br />
berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun di<br />
rumah sakit.<br />
• Efek samping beberapa obat misalnya obat hipnotik<br />
dan sedatif dapat pula menyebabkan gangguan<br />
mobilisasi
Peran Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri<br />
• Anamnesis: riwayat penyakit sekarang, lamanya<br />
mengalami disabilitas, penyakit yg dpt mempengaruhi<br />
kemampuan mobilisasi & obat ‐ obatan yg dpt<br />
menyebabkan imobilisasi<br />
• Keluhan nyeri, skrining depresi serta pengkajian<br />
lingkungan, termasuk kunjungan rumah bila perlu,<br />
penting dilakukan.<br />
• Pemeriksaan fisik : status kardiopulmonal, pemeriksaan<br />
muskuloskeletal yg mendetil misalnya kekuatan otot dan<br />
gerak sendi, pemeriksaan status neurologis &<br />
pemeriksaan kulit untuk identifikasi ulkus dekubitus.<br />
• Status imobilisasi pasien harus selalu dikaji secara<br />
terus‐menerus.
Komplikasi<br />
• Sistem pernafasan : penurunan ventilasi, atelektasis<br />
dan pneumonia.<br />
• Endokrin dan ginjal: peningkatan diuresis,<br />
natriuresis dan pergeseran cairan ekstraseluler,<br />
intoleransi glukosa, hiperkalsemia dan kehilangan<br />
kalsium, batu ginjal serta keseimbangan nitrogen<br />
negatif
Komplikasi (cont’d…)<br />
• Gastrointestinal: anoreksia, konstipasi dan luka<br />
tekan (ulkus dekubitus).<br />
• Sistem saraf pusat: deprivasi sensorik, gangguan<br />
keseimbangan dan koordinasi
Pencegahan komplikasi<br />
• Non Farmakologis<br />
◦ Terapi fisik dan latihan jasmani secara teratur.<br />
Pada pasien yang mengalami tirah baring total, perubahan posisi<br />
secara teratur dan latihan di tempat tidur ,<br />
Mobilisasi dini berupa turun dari tempat tidur, berpindah dari<br />
tempat tidur ke kursi dan latihan fungsional dapat dilakukan<br />
secara bertahap
Pencegahan komplikasi (cont’d…)<br />
• Pencegahan dekubitus:<br />
◦ menghilangkan penyebab terjadinya ulkus yaitu bekas tekanan<br />
pada kulit → dilakukan perubahan posisi lateral 30o,<br />
penggunaan kasur antidekubitus, atau menggunakan bantal<br />
berongga.<br />
◦ Pada pasien dengan kursi roda dapat dilakukan reposisi tiap<br />
jam atau diistirahatkan dari duduk. Melatih pergerakan<br />
dengan memiringkan pasien ke kiri dan ke kanan serta<br />
mencegah terjadinya gesekan juga dapat mencegah dekubitus.<br />
◦ Pemberian minyak setelah mandi atau mengompol dapat<br />
dilakukan untuk mencegah maserasi.
kasur antidekubitus
Pencegahan komplikasi (cont’d…)<br />
• Kontrol tekanan darah secara teratur dan<br />
penggunaan obat‐obatan yang dapat menyebabkan<br />
penuruan tekanan darah serta mobilisasi dini perlu<br />
dilakukan untuk mencegah terjadinya hipotensi
Pencegahan komplikasi (cont’d…)<br />
• Monitor asupan cairan dan makanan yang<br />
mengandung serat perlu dilakukan untuk mencegah<br />
terjadinya konstipasi. Selain itu juga perlu dilakukan<br />
evaluasi dan pengkajian terhadap kebiasaan buang<br />
air besar pasien.<br />
• Pemberian nutrisi yang adekuat perlu diperhatikan<br />
untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada pasien<br />
imobilisasi
Pencegahan komplikasi (cont’d…)<br />
• Farmakologis<br />
◦ Pencegahan terjadinya trombosis. Pemberian antikoagulan<br />
yaitu Low dose heparin (LDH) dan low molecular weight<br />
heparin (LMWH) merupakan profilaksis yang aman dan<br />
efektif untuk pasien geriatri dengan imobilisasi namun harus<br />
mempertimbangkan fungsi hati, ginjal dan interaksi dgn obat<br />
lain