13.10.2016 Views

m-132-2015

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

PARLEMEN HUNGARIA<br />

SIAP KERJASAMA<br />

CAPAI PEMBANGUNAN<br />

BERKELANJUTAN<br />

ANTUSIAS MASYARAKAT<br />

PELAJARI TUGAS DAN<br />

FUNGSI DPR CUKUP TINGGI


Pengantar Redaksi<br />

PENGAWAS UMUM:<br />

Pimpinan DPR-RI<br />

PENANGGUNG JAWAB/<br />

KETUA PENGARAH:<br />

Dr. Winantuningtyastiti, M. Si (Sekretaris Jenderal DPR-RI)<br />

WAKIL KETUA PENGARAH:<br />

Dra. Damayanti, MSi (Deputi Persidangan dan KSAP)<br />

PIMPINAN PELAKSANA:<br />

Drs. Djaka Dwi Winarko, M. Si. (Karo Humas dan Pemberitaan)<br />

PIMPINAN REDAKSI:<br />

Irfan, S.Sos, MMSI (Kabag Pemberitaan)<br />

WK. PIMPINAN REDAKSI:<br />

Dra. Tri Hastuti (Kasubag Penerbitan),<br />

Mediantoro, SE (Kasubag Pemberitaan)<br />

REDAKTUR:<br />

M. Ibnur Khalid, Iwan Armanias, Mastur Prantono<br />

SEKRETARIS REDAKSI:<br />

Suciati, S.Sos<br />

ANGGOTA REDAKSI:<br />

Nita Juwita, S.Sos, Supriyanto, Agung Sulistiono, SH,<br />

Rahayu Setiowati, Muhammad Husen, Sofyan Efendi<br />

REDAKTUR FOTO:<br />

Eka Hindra<br />

FOTOGRAFER:<br />

Rizka Arinindya, Naefuroji, M. Andri Nurdriansyah<br />

Yaserto Denus Saptoadji, Andi Muhamad Ilham, Jaka Nugraha<br />

SEKRETARIAT REDAKSI:<br />

I Ketut Sumerta, S. IP<br />

SIRKULASI:<br />

Abdul Kodir, SH, Bagus Mudji Harjanta<br />

ALAMAT REDAKSI/TATA USAHA:<br />

BAGIAN PEMBERITAAN DPR-RI,<br />

Lt.III Gedung Nusantara II DPR RI,<br />

Jl. Jend. Gatot Soebroto-Senayan, Jakarta<br />

Telp. (021) 5715348,5715586, 5715350<br />

Fax. (021) 5715536,<br />

e-mail: dpr.pemberitaan@gmail.com;<br />

www.dpr.go.id/berita<br />

Parlementaria edisi akhir tahun pada Desember<br />

<strong>2015</strong> kali ini diisi dengan kaleidoskop<br />

berupa kegiatan DPR selama setahun.<br />

Pada edisi inilah disajikan perjalanan Dewan<br />

dalam mengisi kegiatan konstitusionalnya<br />

baik dalam fungsi anggaran, legislasi dan<br />

pengawasan serta diplomasi.<br />

Laporan akhir tahun ini pula dimaksudkan<br />

sebagai sarana evaluasi, koreksi dan introspeksi<br />

apakah pelaksaaan fungsi-fungsi<br />

Dewan tersebut telah berjalan dengan baik.<br />

Secara jujur harus diakui bahwa fungsi anggaran<br />

dan pengawasan telah berjalan cukup<br />

efektif, namun dari sisi fungsi legislasi masih<br />

perlu ditingkatkan lagi.<br />

Selama tahun <strong>2015</strong> ini perjalanan Dewan<br />

penuh dinamika, dan perlu dicatat secara<br />

kelembagaan DPR sedang melaksanakan reformasi<br />

guna meningkatkan performa dan<br />

kinerja. Upaya yang dilakukan diantaranya<br />

membentuk Tim Implementasi Reformasi<br />

DPR yang dipimpin Wakil Ketua DPR Fahri<br />

Hamzah.<br />

Tim ini bertugas melakukan akselerasi<br />

agar pembenahan internal kelembagaan DPR<br />

dapat segera terlaksana. Sebab reformasi Dewan<br />

tidak semata-mata hanya ingin mewujudkan<br />

DPR Modern yang ditandai dengan<br />

transparansi, penggunaan teknologi informasi<br />

dan masyarakat dengan mudah dapat<br />

mengakses semua kegiatan secara on-line,<br />

tetapi juga terwujudnya fungsi representasi<br />

di setiap fungsi DPR. Konsep ini sangat ideal,<br />

bila tercapai akan terbentuk sebuah parlemen<br />

yang didambakan masyarakat.<br />

Satu lagi yang disajikan dalam edisi<br />

terak hir tahun <strong>2015</strong> ini adalah rubrik pernik.<br />

Ternyata kunjungan delegasi masyarakat ke<br />

Gedung wakil rakyat termasuk para siswa<br />

dan mahasiswa serta ormas dan karyawan<br />

berbagai instansi di daerah, cukup banyak.<br />

Akibatnya mereka tidak bisa datang secara<br />

tiba-tiba tetapi harus pesan tempat terlebih<br />

dahulu. Tidak hanya antre haji sehingga ada<br />

waiting list, kunjungan ke DPR pun ada daftar<br />

tunggu. Gedung DPR yang bersejarah,<br />

kini telah menjadi salah obyek wisata-wisata<br />

politik dan ketatanegaraan.<br />

Kini Majalah Dan Buletin<br />

Parlementaria<br />

Hadir Lebih Dekat<br />

Dengan Anda<br />

Dapatkan di:<br />

Loby Gedung Nusantara 1 DPR RI<br />

Loby Gedung Nusantara 2 DPR RI<br />

Loby Gedung Nusantara 3 DPR RI<br />

Loby Gedung Setjen DPR RI<br />

Ruang Loby Ketua<br />

Ruang Loby Wakil Ketua<br />

Ruang Yankes<br />

Terminal 1 dan 2<br />

Bandara Soekarno Hatta<br />

Stasiun Kereta Api Gambir<br />

2 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

Semua Majalah dan Buletin Parlementaria dibagikan<br />

secara gratis tanpa dipungut biaya apapun.<br />

Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi Bagian<br />

Sirkulasi Majalah dan Buletin Parlementaria di Bagian<br />

Pemberitaan DPR RI, Lt.II Gedung Nusantara III DPR RI,<br />

Jl. Jend. Gatot Soebroto-Senayan, Jakarta, Telp. (021)<br />

5715348,5715586, 5715350 Fax. (021) 5715341, e-mail:<br />

dpr.pemberitaan@gmail.com.


LAPORAN UTAMA<br />

Kaleidoskop DPR RI <strong>2015</strong> 6<br />

kaleidoskop dpr ri <strong>2015</strong> 8<br />

sumbang saran<br />

Kinerja DPR dan Tantangannya 34<br />

38<br />

setahun dpr di mata<br />

masyarakat<br />

foto berita 40<br />

kiat sehat<br />

Membangun Negeri Melalui<br />

Hematopsikiatri 54<br />

profil<br />

Jazilul Fawaid<br />

Sosok Santri di Panggung Politik 56<br />

kunjungan kerja 60<br />

liputan khusus<br />

Intervensi yang Membuka Mata 66<br />

Parlemen Hungaria Siap Kerjasama<br />

Capai Pembangunan Berkelanjutan 68<br />

selebritis<br />

Hetty Koes Endang<br />

Dukungan Pemerintah Terhadap<br />

Seniman Masih Kurang<br />

70<br />

PARLEMEN DUNIA<br />

Parlemen Thailand :<br />

Kesiapan Menjelang MEA 74<br />

pojok parle<br />

Memancing di Air Keruh 78<br />

PROFIL 56<br />

liputan khusus 68<br />

PARLEMEN HUNGARIA<br />

SIAP KERJASAMA<br />

CAPAI PEMBANGUNAN<br />

BERKELANJUTAN<br />

Pada bulan November lalu, Ketua Badan Kerja Sama Antar<br />

Parlemen (BKSAP) DPR Nurhayati Ali Assegaf memimpin<br />

delegasi BKSAP ke Hungaria. Kunjungan ini dalam rangka<br />

menindaklanjuti komitmen IPU untuk mendorong Tujuan<br />

Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Delegasi BKSAP DPR<br />

melakukan pertemuan dengan beberapa institusi terkait yang<br />

berada di dalam badan parlemen maupun eksekutif.<br />

JAZILUL FAWAID<br />

Sosok Santri<br />

di Panggung Politik<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

3


ASPIRASI<br />

SENGKETA LAHAN WARGA BATU LEMAN<br />

DENGAN PT. HARAPAN HIBRIDA KALBAR<br />

Kami Komisioner Komnas HAM meminta perhatian DPR khususnya<br />

Komisi III menindaklanjuti penyelesaian kasus sengketa<br />

lahan antara warga Desa Batu Leman, dsk dengan PT. Harapan<br />

Hibrida Kalbar – Timur Lipat Gunting Estate/Union Sampoerna<br />

Triputra Persada (PT. HHK) di Kab. Ketapang Prov.Kalbar.<br />

Kami menyampaikan pengaduan dari Gabriel Goa (Pelayanan<br />

Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian Indonesia/<br />

PADMA), mewakili masyarakat Suku Dayak Jelak Sekayuk (di<br />

Desa Batu Sedau, Desa Seguling, dan Desa Suak Burung) terkait<br />

dugaan perampasan lahan milik masyarakat dan kriminalisasi<br />

terhadap Kepala Desa Seguling dan 5 warganya yang ditangkap<br />

oleh aparat Polres Ketapang dengan tuduhan melakukan<br />

pencurian buah sawit di lahan PT. HHK. Padahal persoalan intinya<br />

adalah tidak diberikannya hak-hak masyarakat atas tanah<br />

seluas +1.434 Ha. yang telah diserahkan ke PT. HHK untuk<br />

dibangunkan kebun kelapa sawit melalui Program Kredit kepada<br />

Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA) Tahap III sejak<br />

2006/2007. Akibatnya kondisi saat ini belum kondusif karena<br />

pendekatan hukum yang digunakan Polres Ketapang cenderung<br />

mengabaikan akar permasalahan konflik, yaitu pemulihan<br />

hak-hak atas tanah.<br />

Bahwa Komnas HAM telah melakukan pemeriksaan dan<br />

investigasi lapangan serta meminta penjelasan dari Pimpinan<br />

PT. HHK maupun Staf Ditjen Perkebunan Kementan dengan kesimpulan<br />

bahwa patut diduga telah terjadi pelanggaran HAM<br />

khususnya hak atas tanah dan hak atas keadilan antara lain:<br />

a. Belum diberikannya ganti rugi atas lahan warga oleh<br />

PT.HHK menyebabkan beberapa warga yang menuntut<br />

keadilan justru diproses hukum dengan tuduhan pencurian,<br />

sementara laporan masyarakat ke PT. HHK dengan<br />

tuduhan penyerobotan lahan belum ditindaklanjuti oleh<br />

Polres Ketapang.<br />

b. Adanya indikasi tumpang tindih perizinan dan lahan serta<br />

perbedaan persepsi antara PT. HHK yang menganggap<br />

pembangunan kebun kemitraan adalah solusi atas<br />

tuntutan KKPA III sementara menurut masyarakat bukan<br />

demikian solusinya.<br />

c. Harus dilakukan verifikasi faktual terhadap setiap pemilik<br />

lahan yang telah menyerahkan lahannya untuk diketahui<br />

letak perbedaan data hasil verifikasi yang telah dilakukan<br />

oleh Pemkab Ketapang.<br />

d. Perlu penelusuran pihak-pihak yang terlibat dalam skema<br />

KKPA untuk dimintai pertanggungjawabannya.<br />

e. Pemidanaan terhadap Kades dan 5 (lima) warganya dengan<br />

tuduhan pencurian sawit bukan merupakan kasus<br />

yang berdiri sendiri tapi berakar dari tidak dipenuhinya<br />

hak-hak keperdataan warga, lemahnya sosialiasi dan komunikasi<br />

antara PT. HHK dengan warga sekitar.<br />

f. Lembaga Penegak hukum hendaknya melihat akar persoalan<br />

kriminalisasi warga disebabkan oleh persoalan<br />

lahan warga yang diserahkan ke PT. HHK, maka seharusnya<br />

diarahkan untuk penyelesaian hak-hak keperdataan<br />

masyarakat terlebih dahulu.<br />

Bahwa berdasarkan kesimpulan tersebut, Komnas HAM<br />

telah menyampaikan rekomendasi kepada Dirjen Perkebunan<br />

Kementerian Pertanian, Bupati Ketapang, Kapolres Ketapang,<br />

Ketua PN Ketapang, Kepala Badan Lingkungan Hidup Prov. Kalbar,<br />

dan Padma Indonesia agar rekomendasi tersebut dijalankan<br />

dan rencana pelaksanaannya disampaikan ke Komnas<br />

HAM.<br />

Kami memohon Komisi III DPR RI menindaklanjuti rekomendasi<br />

Komnas HAM tersebut sebagaimana mestinya.<br />

Natalius Pigai<br />

Jakarta Pusat, DKI Jakarta<br />

PERMOHONAN GRASI DAN<br />

USULAN PENCEGAHAN KORUPSI<br />

Surat dari Sdr. Dr. Janes Johan Karubaba (terpidana dugaan<br />

korupsi Proyek DED PLTA Sungai Urumuka dan Sungai Mamberamo<br />

APBD Prov Papua T. 2009-2000) yang ditujukan kepada<br />

Ketua DPR RI, sbb :<br />

a. Bahwa Pengadu mengajukan permohonan grasi (pengampunan)<br />

para mantan pejabat Pemda Papua yang<br />

terjerat perkara korupsi agar mendapat persamaan keadilan<br />

sebagaimana grasi yang diberikan kepada tahanan<br />

politik (mantan Anggota Organisasi Papua Merdeka).<br />

b. Bahwa para mantan pejabat Pemda tersebut memiliki<br />

hak konstitusional dan HAM yang sama dengan 5<br />

orang tahanan politik yang telah diberikan grasi, dan<br />

bahkan menyusul 90 orang tahanan politik yang akan<br />

mendapatkan grasi. Menurut Pengadu perbuatan makar<br />

dan berkhianat kepada negara dan Pemerintah RI yang<br />

dilakukan para Tapol/ anggota OPM jelas lebih merugikan<br />

bangsa dan negara.<br />

c. Pengadu mengaku, tindakan korupsi dilakukan karena<br />

kurangnya pengetahuan tentang peraturan perundangundangan<br />

dan juga karena lemahnya sistem pengawasan<br />

dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah.<br />

Karena itu untuk upaya pencegahan korupsi di seluruh<br />

Pemda Papua adalah dengan melibatkan Kejaksaan<br />

menjadi penasehat hukum dalam proses pengadaan barang<br />

dan jasa Pemda Papua.<br />

Dr. Janes Johan Karubaba<br />

DKI Jakarta<br />

4 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


PEMBONGKARAN PAPAN REKLAME<br />

YANG MASIH BERSENGKETA DI MA RI<br />

Saya ingin menyampaikan kepada<br />

Ketua Komisi III DPR RI, perihal permohonan<br />

keadilan atas tindakan oknum Kepala<br />

Dinas Pemakaman dan Pertamanan<br />

Kota Bandung dan oknum Kepala Satuan<br />

Polisi Pamongpraja Kota Bandung yang<br />

diduga telah membongkar paksa papan<br />

reklame yang masih dalam proses sengketa<br />

di MA-RI.<br />

Saya adalah Dirut PT. Rajawali Neon<br />

yang memiliki papan reklame berlokasi<br />

di Jl. Pajajaran dan Jl. Pasiri Kota Bandung<br />

yang dibongkar secara paksa. Padahal<br />

papan reklame yang seharusnya<br />

dibongkar adalah papan reklame iklan<br />

rokok yang terletak di Jl. Asia Afrika, Kota<br />

Bandung dan saya tidak pernah memasang<br />

reklame berupa iklan rokok.<br />

Atas pembongkaran papan reklame<br />

tersebut, saya merasa keberatan karena<br />

permasalahan papan reklame tersebut<br />

saat ini masih dalam proses pemeriksaan<br />

di Mahkamah Agung RI Melalui PN<br />

Kelas 1A Bandung dengan No. Reg. 16/<br />

PDT/KS/2014/PN.BDG. Seharusnya tindak<br />

pembongkaran baru dapat dilakukan<br />

setelah proses hukum di pengadilan<br />

mendapat putusan yang berkekuatan<br />

hukum tetap (inkracht).<br />

Selain itu barang bukti besi dan tiang<br />

pancang reklame hasil pembongkaran<br />

sudah hancur dan dibawa oleh dua kendaraan<br />

truk operasional dari Satpol PP<br />

dan Dinas Pemakaman dan Pertama nan<br />

Kota Ban dung,<br />

yang hingga saat<br />

ini tidak diketahui<br />

keberadaannya.<br />

Pengadu berharap agar<br />

petugas yang membawa barang bukti<br />

tersebut dapat ditahan oleh petugas<br />

yang berwajib.<br />

Saya memohon bantuan Ketua Komisi<br />

III DPR RI agar permasalahan tersebut<br />

dapat diselesaikan berdasarkan ketentuan<br />

hukum yang berlaku.<br />

Demikian untuk menjadi periksa dan<br />

terima kasih.<br />

Haji Yana Sunaryana<br />

Bandung, Jawa Barat<br />

PERLINDUNGAN HUKUM DAN GANTI RUGI<br />

ATAS PENYEROBOTAN TANAH ADAT BAHRAINI<br />

Disampaikan dengan hormat kepada Ketua Komisi III DPR RI<br />

perihal permohonan perlindungan hukum dan ganti rugi atas<br />

penyerobotan tanah Adat Bahraini seluas 58.000 m2 oleh Sdr.<br />

Rudy Resnawan (RR), Wakil Gubernur Kalimantan Selatan yang<br />

saat itu merupakan Walikota Banjarbaru beserta istri, yaitu<br />

Sdri. Rosdiawati (R), dimana tanah tersebut akan digunakan<br />

untuk kepentingan pembangunan Kampus IPDN Prov. Kalsel.<br />

Bahwa tanah tersebut merupakan tanah adat Bahraini dan<br />

milik sebagian warga masyarakat di Kampung Cempaka, Banjarbaru.<br />

Sdr. RR dan istrinya, R telah mengambilalih hak atas tanah<br />

tersebut dengan diterbitkannya SHM No. 3994/3997/3999<br />

tahun 2004 atas nama ybs, dimana penerbitan SHM tersebut<br />

diduga cacat hukum karena pada saat pembuatan sertifikat<br />

tanah dimaksud belum dalam proses dibeli dan status tanah<br />

masih merupakan tanah milik adat Bahraini sesuai surat No.<br />

25/1.13.KT/1971, tgl 23 Maret 1971 yang dibuat oleh Kepala<br />

Kampung Cempaka dan diketahui oleh Camat dan Ketua RT<br />

Cempaka.<br />

Kami mendapat informasi bahwa tanah tersebut semula dibeli<br />

oleh Sdr. Gajali (yang merupakan anak buah Sdr. RR) dari<br />

Sdr. Ruyani dan A. Hulaini, selaku pemilik tanah tersebut. Namun<br />

pembelian tanah tersebut ternyata cacat hukum karena<br />

tidak melalui prosedur yang berlaku. Pengadu menduga BPN<br />

Banjarbaru telah terlibat dalam pelanggaran tersebut, karena<br />

ketika pengadu menanyakan kepada BPN Banjarbaru terkait<br />

legalitas penerbitan SHM No. 3994/3997/39999 tahun 2004<br />

atas nama Sdr. RR dan R, pihak BPN Banjarbaru tidak berani<br />

memberikan jawaban yang sebenarnya karena masalah tersebut<br />

menyangkut pejabat mantan Walikota Banjarbaru.<br />

Adapun dana yang disediakan untuk pembangunan Kampus<br />

IPDN tersebut adalah sebesar Rp. 128.000.000.000,-. Oleh<br />

karenanya pengadu meminta ganti rugi atas tanah miliknya<br />

yang telah diambilalih tersebut karena masyarakat mengalami<br />

kerugian yang tidak sedikit sebagai dampaknya.<br />

Kami memohon agar Komisi III DPR RI dapat membantu menyelesaikan<br />

permasalahan tersebut,sesuai dengan ketentuan<br />

hukum yang berlaku.<br />

Masalah tersebut terkait dengan persoalan pertanahan<br />

yang merupakan lingkup bidang kerja Komisi II, kiranya surat<br />

tersebut juga dapat disampaikan kepada Komisi II untuk<br />

mendapat tindaklanjut.<br />

HM. Padlan, SH., MH<br />

Banjarmasin, Kalsel<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

5


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP KETUA DPR RI<br />

SETYA NOVANTO<br />

REFORMASI PBB ADALAH<br />

SUATU KEHARUSAN<br />

Ketua DPR pidato di Sidang PBB<br />

Salah satu momen yang patut<br />

dicatat perjalanan DPR selama<br />

tahun adalah pada saat Konferensi<br />

Para Ketua Parlemen Dunia<br />

ke-4, yang bersamaan dengan 70 tahun<br />

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).<br />

Ketua DPR Setya Novanto dalam pidatonya<br />

menekankan, perlu evaluasi sistemik<br />

melalui reformasi PBB yang konkrit yaitu<br />

meninjau ulang tata kelola organisasi<br />

sehingga setiap negara bisa duduk sama<br />

rendah dan berdiri sama tinggi.<br />

Menurut Novanto, perdamaian dan<br />

keamanan masih menjadi impian bagi<br />

sebagian warga dunia. Pendudukan<br />

I­srael di Palestina, konflik di Suriah, Yaman,<br />

Irak, Libya, masalah Korea, adalah<br />

pekerjaan rumah kita yang harus diselesaikan.<br />

Belum lagi pengungsi Rohingya<br />

dan ketegangan yang terus hidup di belahan<br />

bumi lainnya.<br />

Konflik selalu melahirkan penderitaan<br />

dan kemiskinan terutama pada<br />

anak-anak, perempuan dan orang tua.<br />

Pembangunan tak bisa berjalan tanpa<br />

perdamaian. Perdamaian tak akan tercapai<br />

tanpa demokrasi dan keadilan.<br />

“Peran PBB hanya bisa relevan kalau<br />

demokrasi juga diterapkan di organisasi<br />

ini khususnya di Dewan Keamanan PBB.<br />

Dalam Konferensi Parlemen Asia Afrika<br />

di Jakarta, Indonesia, April <strong>2015</strong>, kami<br />

sepakat reformasi PBB adalah sebuah<br />

keharusan,” tekan politisi Golkar.<br />

Reformasi Perserikatan Bangsabangsa<br />

(PBB) menjadi salah satu pembahasan<br />

dalam pertemuan antara DPR<br />

dengan Presiden Republik Turki, Recep<br />

Tayyip Erdogan. Dalam pertemuan itu<br />

Presiden Erdogan meminta dukungan<br />

dari Indonesia untuk reformasi PBB.<br />

“Kita akan mendukung reformasi<br />

PBB yang akan kita rumuskan bersama<br />

Presi den (Indonesia),” ungkap Ketua<br />

DPR RI Setya Novanto (F-PG), usai pertemuan<br />

dengan Presiden Erdogan, di<br />

Gedung Nusantara III, Jumat (31/07) lalu.<br />

Presiden Erdogan menyampaikan<br />

perlu adanya reformasi PBB, yang sekarang<br />

ini keputusan PBB hanya ditentukan<br />

oleh lima negara anggota Dewan<br />

Menerima Presiden Turki<br />

Keamanan PBB, yang meliputi Amerika<br />

Serikat, Rusia, Inggris, Perancis, dan Republik<br />

Rakyat Tiongkok.<br />

Di sela-sela kesibukan melaksanakan<br />

tugas sebagai Ketua DPR, Setya Novanto<br />

juga menerima sejumlah Dubes<br />

negara-negara sahabat dan tamu-tamu<br />

penting lainnya. Diantaranya menerima<br />

kunjungan 21 Anggota Parlemen Jepang.<br />

Delegasi Parlemen Jepang itu dipimpin<br />

oleh Former Minister of Economy, Trade<br />

and Industry and Chairman of General<br />

Council of Liberal Democratic Party of<br />

Japan, Mr Toshihiro Nakai.<br />

Dalam pertemuan, Novanto menyampaikan,<br />

bahwa dalam kunjungan<br />

DPR ke Jepang belum lama ini, Kaisar<br />

Akihito mengakui pentingnya hubungan<br />

kedua negara. Kedua negara memiliki<br />

hubungan yang memiliki nilai historis,<br />

yang harus didukung oleh Parlemen secara<br />

lebih aktif di masa depan.<br />

Pasang surut hubungan Indonesia-<br />

Australia menjadi perbincangan dengan<br />

Dubes Australia untuk Indonesia, Paul<br />

Grigson. Kedekatan yang tidak terpisahkan<br />

diharapkan Ketua DPR bisa menjadikan<br />

hubungan bilateral antar kedua<br />

Pemerintah yang semakin kuat.<br />

Apalagi, tambah politikus F-PG itu,<br />

sudah cukup lama Indonesia dengan<br />

Australia sudah menandatangani Perjanjian<br />

Lombok atau Lombok Treaty.<br />

Perjanjian Lombok meliputi kerjasama<br />

bidang pertahanan, penegakan hukum,<br />

kontra terorisme, intelijen, keamanan<br />

maritim, keselamatan pembangunan<br />

dan keamanan pencegahan senjata pemusnah<br />

massal. Perjanjian ini juga mencakup<br />

kerjasama darurat, kerjasama<br />

dalam organisasi dunia tentang isu-isu<br />

keamanan dan kerjasama antarmasyarakat.<br />

“Di dalam perjanjian itu tentunya<br />

sudah ada detail mengenai pelaksanaan-pelaksanaan<br />

yang seharusnya dilaksanakan<br />

oleh Indonesia dengan Australia.<br />

Jika ini dapat dilakukan dengan<br />

baik, tentu ini akan menjadi kekuatan<br />

6 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


ersama. Karena Indonesia dan Australia<br />

ini tidak terpisahkan,” imbuh Novanto.<br />

Di kesempatan lain, Ketua DPR juga<br />

mengklarifikasi pertemuannya dengan<br />

Donald Trump. Pertemuan itu merupakan<br />

bagian dari diplomasi DPR. Tidak<br />

ada aturan konstitusi dan UU MD3 yang<br />

dilanggar. Pertemuan tersebut lebih<br />

banyak membicarakan peluang investasi<br />

di Tanah Air untuk membantu program<br />

pemerintah dalam memulihkan perkonomian.<br />

Buka puasa bersama anak-anak yatim<br />

MUNDUR<br />

16 Desember, perhatian publik terfokus ke ruang<br />

siang MKD DPR, ketika Ketua DPR Setya Novanto menyampaikan<br />

surat pengunduran dirinya. Aduan Menteri<br />

ESDM Sudirman Said memang telah membuatnya pada<br />

posisi sulit. Panggilan hatinya kemudian sampai pada<br />

kesimpulan, demi kebaikan bangsa mundur lebih baik.<br />

“Sehubungan perkembangan penanganan pengaduan<br />

dugaan pelanggaran etika yang sedang berlangsung<br />

di Mahkamah Kehormatan DPR RI, maka<br />

ASPIRASI DAERAH<br />

Dari tanah air, kegiatan Ketua DPR<br />

Setya Novanto juga cukup padat. Diantaranya<br />

berudiensi Masyarakat Buton<br />

yang dipimpin langsung oleh Gubernur<br />

Sulawesi Tenggara Nur Alam dan seluruh<br />

Kepala Daerah tingkat II di Provinsi<br />

Sulawesi Tenggara, Kamis (27/08/<strong>2015</strong>).<br />

Kedatangan Delegasi Masyarakat Buton<br />

terkait dengan pembentukan daerah<br />

otonomi baru (DOB) Provinsi Kepulauan<br />

Buton, yang akan pisah dari induknya<br />

Provinsi Sultra.Enam daerah yang berada<br />

dalam regional Kepulauan Buton itu<br />

antara lain meliputi kabupaten Wakatobi,<br />

kabupaten Buton, kabupaten Buton<br />

Utara (Butur), kabupaten Buton Tengah<br />

(Buteng), kabupaten Buton Selatan (Butsel),<br />

dan Kota Baubau.<br />

“Wacana pembentukan Provinsi Buton<br />

sudah bergulir sejak lama, terutama<br />

dari wilayah kepulauan Buton dan sekitarnya,<br />

semata dalam kerangka pemikiran<br />

pendekatan pelayanan pemerintahan<br />

serta percepatan pembangunan<br />

wilayah,” terang Gubernur Sultra Nur<br />

Alam.<br />

Menjelang Lebaran 1436 Hijriyah,<br />

Ketua DPR bersama dengan Pimpinan<br />

Komisi V DPR, Selasa (7/7) meninjau kesiapan<br />

angkutan lebaran di pelabuhan<br />

Tanjung Priok Jakarta Utara. Setibanya<br />

di lokasi Ketua DPR langsung berdialog<br />

dengan petugas yang berada di pelabuhan<br />

tersebut.<br />

“Kunjungan ini, dalam rangka untuk<br />

melihat persiapan pelayanan mudik<br />

lebaran dengan menggunakan angkutan<br />

laut, dan kami juga mendapatkan laporan<br />

mengenai situasi eskpor yang mengalami<br />

penurunan sebesar 30 persen.<br />

Selain itu kesiapan sarana prasarana<br />

seperti toilet, mushola, serta ruang<br />

tunggu para calon penumpang yang<br />

akan menggunakan transportasi kapal<br />

laut,” jelas Setya Novanto.<br />

Didampingi isteri Desti Novanto,<br />

Ketua DPR Setya Novanto dan Ketua<br />

BURT Roem Kono, anggota DPR Robert<br />

Yoppy Kardinal dan Sekjen DPR<br />

Winantu ningtyastiti beserta pejabat<br />

Setjen, Senin (29/6) di Aula Masjid Baiturrahman<br />

Komplek Parlemen, Senayan<br />

menggelar acara buka bersama anakanak<br />

yatim.<br />

Sekitar 300 anak yatim dari Yayasan<br />

Sautul Qolbi dan Rumah Asuh Aisyah<br />

Pondok Labu Jakarta Selatan hadir<br />

dalam acara ini, selain menerima bingkisan<br />

juga mendengar ceramah Ramadan<br />

dari Ustad Aswan Faisal. Hadir pula<br />

sejumlah wartawan yang sehari-hari<br />

meliput kegiatan DPR.<br />

Ketua DPR Setya Novanto me ngatakan,<br />

momen buka bersama ini merupakan<br />

kebahagiaan tersendiri. Karena<br />

kehadiran anak-anak yatim selain menikmati<br />

bingkisan dan hidangan yang<br />

disediakan juga pendorong doa bagi DPR<br />

supaya kepentingan bangsa dan negara<br />

ke depan semakin maju dan semakin<br />

baik.<br />

Berangkat dari kepedulian atas kepentingan<br />

rakyat, Ketua DPR RI Setya<br />

Novanto didampingi Wakil Ketua DPR<br />

Fadli Zon, Anggota Komisi IV Firman<br />

Soebagyo, Robert Joppy Kardinal, Anggota<br />

Dewan Pertimbangan Presiden<br />

(Wantimpres) Suharso dan Dirjen Hortikultura<br />

Kementerian Pertanian Spudnik<br />

Sujono melakukan sidak ke Pasar Induk<br />

Kramat Jati dan Pasar Modern BSD.<br />

Ketua DPR beserta rombongan setibanya<br />

di Pasar Induk Kramat Jati dan<br />

Pasar Modern BSD langsung berinteraksi<br />

dengan para pedagang dan pembeli<br />

untuk mengetahui harga dan<br />

ketersedia an bahan pokok menjelang<br />

Ramadhan. (MP) FOTO: DENUS, ANDRI, DOK.<br />

BKSAP/PARLE/HR<br />

untuk menjaga harkat dan martabat, serta kehormatan<br />

lembaga DPR RI serta demi menciptakan ketenangan<br />

masyarakat, dengan ini saya menyatakan pengunduran<br />

diri sebagai Ketua DPR RI periode keanggotaan 2014-<br />

2019,” demikian bunyi salah satu paragraf dalam surat<br />

pengunduran dirinya.<br />

Dalam rapat paripurna DPR (18/12), politisi Partai<br />

Golkar ini kemudian mengulang kembali pernyataan<br />

mundurnya. Walaupun berupaya tegar, pada bagian<br />

akhir ia terbata-bata, ada air mata di pelupuk matanya.<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

7


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP WAKIL KETUA DPR RI<br />

FADLI ZON<br />

Ketua GOPAC terpilih Fadli Zon<br />

TERPILIH MENJADI KETUA GOPAC<br />

Karir Fadli Zon setelah dilantik menjadi<br />

anggota DPR periode 2014-2019<br />

pada 1 Oktober 2014 cukup cemerlang.<br />

Setelah terpilih sebagai Wakil Ketua<br />

DPR, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra<br />

ini terpilih menjadi Ketua GOPAC<br />

(Global Organization for Parliamentarians<br />

Against Corruption). Terpilihnya<br />

Fadli Zon ini disetujui secara aklamasi<br />

dalam penutupan Konferensi GOPAC,<br />

Kamis (8/10-<strong>2015</strong>) di Yogyakarta.<br />

Sebelumnya Fadli Zon merupakan<br />

kandidat tunggal dari SEAPAC (Southeast<br />

Asia Parliamentarians Against Corruption)<br />

yang bersaing dengan kandidat<br />

dari regional lainnya yaitu John Hyde,<br />

politisi senior dari Australia dan juga<br />

Osei Kyei Mensah Bonsu dari Ghana.<br />

Fadli terpilih sebagai Presiden<br />

GOPAC menggantikan Ricardo Garcia<br />

Cervantes dari Meksiko setelah melalui<br />

sidang board meeting yang dihadiri oleh<br />

5 perwakilan benua dan regional chapter<br />

seperti Afrika, Arab, Latin Amerika,<br />

South Asia, Oceania Karibia, North<br />

America.<br />

Saat menyampaikan pidato dalam<br />

sidang Parlemen Dunia/133 rd Inter-<br />

Parliamentary Union di Jenewa, Swiss,<br />

Senin (19/10/<strong>2015</strong>), Wakil Ketua DPR<br />

Fadli Zon RI sekaligus Ketua Delegasi<br />

DPR RI Dalam pidatonya Fadli Zon mengajak<br />

semua negara untuk mengakhiri<br />

perang yang masih terjadi di beberapa<br />

negara.<br />

Walaupun bukan negara pihak konvensi<br />

pengungsi, Indonesia telah membuktikan<br />

komitmennya dalam menangani<br />

pengungsi. Komisioner PBB untuk<br />

pengungsi (UNHCR) mencatat per Agustus<br />

<strong>2015</strong>, Indonesia menerima 13.110<br />

pengungsi dan pencari suaka.<br />

“Sejarah peperangan dan nilai solidaritas<br />

yang kami miliki mengajarkan<br />

bahwa kemanusiaan ada tanpa sebab<br />

apapun. Karena itu, kami menerima dan<br />

memperlakukan pengungsi dengan baik.<br />

Di Aceh, kami menyediakan perlindungan<br />

bagi lebih dari 1.300 warga Rohingya,”<br />

ungkapnya.<br />

AWASI PILKADA<br />

Di dalam negeri, Wakil Ketua DPR<br />

RI Bidang Korpolkam, Fadli Zon, mendukung<br />

peran aktif masyarakat dalam<br />

pelaksanaan Pilkada yang akan digelar<br />

serentak pada 9 Desember <strong>2015</strong> mendatang.<br />

Peran aktif itu bisa ditunjukkan<br />

melalui perorangan, maupun perkumpulan<br />

dalam Lembaga Swadaya Masyarakat.<br />

Usai menerima Pilkada Watch, di<br />

ruang kerjanya, Gedung Nusantara III,<br />

Kamis (15/10/15) ia menyatakan, kelompok<br />

masyarakat dalam bentuk LSM,<br />

atau perorangan untuk melakukan pengawasan<br />

terhadap pilkada serentak,<br />

itu penting. “Karena Pilkada serentak ini<br />

merupakan yang terbesar dan pertama<br />

yang dilakukan serentak di 269 Kabupaten<br />

dan Kota seluruh Indonesia. Kita<br />

sambut baik peran serta masyarakat ini,”<br />

kata Fadli.<br />

Wakil Ketua DPR Fadli Zon menerima Pimpinan Pilkada Watch<br />

Ketika menyampaikan sambutan<br />

pada acara Press Gathering di Lombok<br />

belum lama ini, Fadli Zon menyatakan,<br />

media massa mengalami revolusi yang<br />

sangat pesat. Di masa lalu, media massa<br />

hanya tersedia pada media elektronik<br />

dan media cetak. Namun kini, media<br />

massa merambah ke media online, yang<br />

melahirkan online news. Sehingga, berita<br />

sudah dapat tersaji secara real time.<br />

Sejumlah tamu dari negara sahabat<br />

juga mengunjungi Wakil Ketua DPR<br />

Koordinator Polkam ini. Diantaranya<br />

menerima Vice Chairman of Presidencial<br />

Committee for Unification Preparation<br />

(PCUP) of the Republic of Korea YM.<br />

Dr. Chung Chong Wook di ruang kerjanya<br />

Gedung DPR, Selasa (13/10). Parlemen<br />

Republik Indonesia mendukung<br />

Unifikasi Korea.<br />

Chung Chong Wook menerangkan<br />

proses terwujudnya Unifikasi Korea,<br />

pertama akan membawa suasana perdamaian<br />

terhadap semenanjung Korea,<br />

dan akan meciptakan untuk hidup bersama<br />

dalam kedua negara di Semenanjung<br />

Korea, setelah itu akan dimulai negosiasi<br />

tentang Pemerintahan membuat<br />

satu negara dalam Semenanjung Korea.<br />

Lithuania membuka kemungkinan<br />

kerja sama di bidang energi terbarukan,<br />

terutama energi matahari (solar energy).<br />

Energi yang satu ini memang belum<br />

sepenuhnya dikembangkan di Indonesia.<br />

Hal itu mengemuka dalam pertemuan<br />

Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon dengan<br />

Menteri Luar Negeri Lithuania Linas Antanas<br />

Linkevicius di DPR, Jumat (28/8).<br />

Usai pertemuan, Fadli menjelaskan, sejauh<br />

ini Lithuania<br />

sangat menguasai<br />

teknologi energi<br />

yang bersumber<br />

dari sinar matahari<br />

tersebut.<br />

Satu lagi momen<br />

istimewa<br />

yang dialami<br />

Fadli adalah batu<br />

cincin seberat 70<br />

kg miliknya dianugerahi<br />

penghargaan<br />

MURI<br />

oleh Jaya Suprana.<br />

Bahkan, batu cincin tersebut menurut<br />

Suprana diperkirakan menjadi batu<br />

cincin terbesar di dunia. (MP) FOTO: ANDI/<br />

PARLE/HR<br />

8 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP WAKIL KETUA DPR RI<br />

FAHRI HAMZAH<br />

DPR ADALAH MASA DEPAN DEMOKRASI<br />

INDONESIA<br />

Saat membeberkan refleksi perjalanan<br />

1 Tahun DPR RI Periode 2014-2019, Wakil<br />

Ketua DPR Fahri Hamzah menekankan<br />

bahwa DPR adalah Masa Depan Demokrasi<br />

Indonesia. Menurut Pimpinan Dewan<br />

dari F-PKS ini Demokrasi Indonesia<br />

merupakan Demokrasi yang masih<br />

muda.“Perlunya kita memandang DPR<br />

sebagai harapan bagi keberlangsungan<br />

proses demokrasi yaitu proses daulat<br />

rakyat,” kata Fahri Hamzah awal Oktober<br />

lalu.<br />

Dia menekankan, dalam satu tahun<br />

kinerja DPR dapat dilihat dari sistem<br />

kelembagaan baru yang diatur dalam<br />

UU Nomor 42 Tahun 2014 tentang<br />

MD3, yang memandang bahwa selama<br />

ini DPR sebagai lembaga pengawas tidak<br />

memiliki alat yang mumpuni untuk<br />

mengimbangi sistem kerja Pemerintah<br />

yang memiliki sistem pendukung birokrasi<br />

dan berbagai lembaga tinggi negara.<br />

Sejalan dengan itu, studi awal termasuk<br />

sayembara penataan komplek parlemen<br />

harus sukses, karena ini adalah sebagai<br />

upaya meletakkan blue print (cetak biru)<br />

menuju masa depan.<br />

“Ini adalah keberlanjutan dari proses<br />

kita membangun pilar-pilar bernegara<br />

dan pilar demokrasi. Di level Pimpinan tidak<br />

ada keraguan bahwa proses ini harus<br />

berjalan terus karena tidak mungkin kita<br />

membiarkan anomali kondisi kita menjadi<br />

tertawaan orang,” katanya saat memimpin<br />

Rapat Tim Implementasi Reformasi DPR<br />

dengan Ikatan Arsitek Indonesia beserta<br />

tokoh senior IAI di Jakarta, Senin (31/8).<br />

Menurut Fahri, transformasi yang luar<br />

biasa terjadi sejak 17 tahun lalu, ada demokrasi<br />

di Indonesia dan lahirlah 4 kali<br />

amandemen UUD 45, yang secara jelas<br />

menyebutkan bahwa kekuasaan Presiden<br />

itu dirampas oleh rakyat melalui penguatan<br />

Dewan. “Maka mustahil Dewan tidak<br />

berubah,” tegasnya.<br />

Saat memperingati Hari Guru Nasional<br />

tanggal 25 November, Fahri mengatakan,<br />

masalah kesejahteraan dan kualitas<br />

guru masih tetap isu krusial yang perlu<br />

mendapat perhatian.<br />

“Di desa itu, guru-guru identik dengan<br />

penderitaan, dan kesulitan hidup.<br />

Masih banyak yang belum berkecukupan.<br />

Sehingga ini menjadi tugas kita untuk<br />

memuliakan guru. Kalau negara belum<br />

bisa, paling tidak kita secara pribadi dapat<br />

membantu guru yang memiliki jasa kepada<br />

kita,” pesan Fahri.<br />

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menerima cindera mata<br />

dari mahasiswa IISIP, Biak Numfor Papua<br />

Perhatian Wakil Ketua DPR Fahri<br />

Hamzah kepada nasib buruh juga ditunjukkan<br />

saat menerima Panitia Nasional<br />

Kongres ke-IV Serikat Buruh Sejahtera<br />

Indonesia 1992 di ruang kerjanya Lantai IV<br />

Gedung Nusantara III Selasa (24/3) Senayan,<br />

Jakarta.<br />

Ia mengatakan, aspirasi para buruh<br />

yang disampaikan ke DPR lebih banyak<br />

menagih janji-janji pemilu, sebagaimana<br />

diungkapkan Jokowi-JK di depan buruh<br />

pada kampenye lalu.<br />

Guna menjawab kesimpang-siuran<br />

keberadaan Tenaga Kerja Asing (TKA) di<br />

Provinsi Banten, DPR Wakil Ketua Bidang<br />

Korkesra Fahri Hamzah beserta Anggota<br />

Komisi IX DPR mengambil inisiatif mendatangi<br />

langsung perusahaan yang terindikasi<br />

mempekerjakan TKA yaitu pabrik<br />

Semen Merah Putih di Kecamatan Bayah,<br />

Kabupaten Lebak Banten, Rabu sore<br />

(9/9/<strong>2015</strong>).<br />

“Kami datang untuk mengklarifikasi<br />

ada laporan di berbagai media bahwa ada<br />

Tenaga Kerja Asing unskilled(tanpa keahlian)<br />

asal Tiongkok yang dipekerjakan<br />

di sini,” sergah Fahri meminta penjelasan<br />

fokus pada permasalahan tersebut. Menurut<br />

Fahri, jika praktek tersebut ada maka<br />

tidak sesuai dengan Undang-Undang<br />

Tenaga Kerja dan sejumlah peraturan<br />

Menteri Tenaga Kerja.<br />

Satu lagi yang patut dicatat adalah kegiatan<br />

Fahri Hamzah melakukan sidak ke<br />

Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur Selasa<br />

(26/10) siang. Menurut Fahri, kedatangan<br />

Pimpinan DPR dan rombongan adalah<br />

dalam rangka menggunakan haknya salah<br />

satunya adalah inspeksi mendadak (sidak).<br />

Kunjungan ini dilakukan karena Pimpinan<br />

menerima surat dari masyarakat<br />

warga binaan yang meminta agar negara<br />

memberikan perhatian atas hubungan<br />

mereka dengan anak-anaknya.<br />

“Melihat kondisi itu, Pimpinan DPR<br />

meminta agar ditinjau kembali dan<br />

waktu kunjungan diubah menjadi pukul<br />

4 sampai pukul 5 sore,” ungkapnya.<br />

Anak-anak tidak bermasalah, yang<br />

bermasalah adalah orang tuanya. “Jadi<br />

anak janganlah dibawa dalam persoalan<br />

ini, biarlah orang tuanya yang bermasalah,<br />

tapi anak jangan,” pungkas<br />

Fachri.<br />

Pimpinan DPR ini juga memberi perhatian<br />

khusus pada pembangunan Papua<br />

dengan mengunjungi Biak. Fahri menegaskan<br />

Kabupaten Biak di Papua dinilai<br />

sangat menarik.Namun, bandaranya yang<br />

luas kini sepi. Lokasinya strategis tapi tak<br />

dimanfaatkan dengan baik. Dahulu pernah<br />

difungsikan dengan baik, karena posisi<br />

bandara ini di Samudra Pasifik dan berlokasi<br />

di ekuator. Garuda Indonesia pernah<br />

memasukkan Biak dalam penerbangan Internasional<br />

ke Amerika Serikat (AS).<br />

Saya mau menarik perhatian Pemerintah<br />

Pusat, agar kota Biak kembali menjadi<br />

kota international dan pusat pengembangan<br />

di kawasan timur. Ini juga bisa membantu<br />

kemajuan pengembangan di tanah<br />

Papua. Demikian disampaikan Wakil Ketua<br />

DPR RI Fahri Hamzah saat berkunjung ke<br />

Biak, Papua, Sabtu (31/10).<br />

Pengembangan Biak menjadi kota internasional,<br />

kata Politisi F-PKS ini, harus<br />

menjadi salah satu agenda dalam perjanjian<br />

Trans Pasific Partnership yang sedang<br />

dijajaki pemerintah. Menurut Fahri,<br />

bila tak ada agenda itu, berarti hanya akan<br />

menjadi deal dagang yang “kejam”. “Kita<br />

harus berani memasukkan klausul perjanjian,<br />

dengan meletakkan pusat kemajuan di<br />

timur yang merupakan bagian dari desain<br />

kerja sama perdagangan Internasional,”<br />

tandasnya. (MP) FOTO: JAKA/PARLE/IW<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

9


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP WAKIL KETUA DPR RI<br />

AGUS HERMANTO<br />

MAKSIMALKAN POTENSI ENERGI<br />

TERBARUKAN<br />

Selaku Wakil Ketua DPR Bidang Industri<br />

dan Pembangunan (Inbang), Agus<br />

Hermanto aktif mencari solusi akan<br />

kebutuhan energi yang terus melonjak.<br />

Ditegaskan, Indonesia tidak akan bertahan<br />

mengandalkan energi fosil. Karena<br />

persediaan yang semakin menipis,<br />

sehingga nilai ekspor mineral dan batubara<br />

menjadi menurun. Bahkan, Indonesia<br />

telah menjadi importer, salah satunya<br />

untuk Bahan Bakar Minyak (BBM).<br />

“Kita tidak dapat bertahan dengan<br />

kondisi ini terus, sehingga kita harus<br />

beralih ke renewable energy, yang belum<br />

kita garap secara maksimal,” kata Agus<br />

Hermanto, usai menerima beberapa<br />

cendekiawian Insititut Teknologi Bandung<br />

yang tergabung dalam Ametis Institute,<br />

di Gedung Nusantara III, Selasa<br />

(17/11/15).<br />

Dalam pertemuan juga dibahas masalah<br />

ekspor gelondongan, atau minerba<br />

yang belum mengalami pemurnian,<br />

oleh perusahaan tambang asing, seperti<br />

Freeport dan Newmont. Padahal UU<br />

Minerba mengamanatkan agar perusahaan<br />

tambang tidak boleh ekspor bahan<br />

mentah, tapi harus yang sudah mengalami<br />

pemurnian.<br />

“Sehingga ini jika dikaitkan de ngan<br />

perusahaan tambang asing, yakni Freeport<br />

dan Newmont, tidak boleh ekspor<br />

konsentrat lagi, harus mengalami<br />

pemurnian di smelter. Kedua perusahaan<br />

dari Amerika itu harus mempunyai<br />

smelter. Kalau Freeport, sudah mempunyai<br />

smelter di Gresik, walaupun ini<br />

skalanya belum memadai. Kami tetap<br />

mendorong agar Freeport membangun<br />

smelter di Papua. Sedangkan Newmont<br />

membangun smelter di NTB,” harap Agus.<br />

Politikus asal dapil Jawa Tengah itu<br />

juga menambahkan, bahwa saat ini UU<br />

Minerba sudah masuk dalam Prolegnas<br />

<strong>2015</strong>-2019 untuk segera di revisi.<br />

Di kesempatan lain, Wakil Ketua DPR<br />

RI Agus Hermanto menerima aspirasi<br />

masyarakat Kabupaten Mimika Provinsi<br />

Papua yang tergabung dalam Komite<br />

Pencari Kerja Bersatu (KPKB), terkait masalah<br />

ketidakadilan di bidang ketenagakerjaan,<br />

kesejahteraan dan hukum.<br />

Menurut KPKB, masalah tersebut<br />

belum sesuai dengan dengan tujuan<br />

pembangunan nasional, yakni menciptakan<br />

masyarakat adil dan makmur berdasarkan<br />

Pancasila dan Undang-Undang<br />

Dasar (UUD) 1945.<br />

Wayang Kulit HUT DPR<br />

Masih berkaitan dengan tambang,<br />

Pimpinan DPR RI mendorong Pemerintah<br />

Daerah Maluku untuk mendapat<br />

haknya sebesar sepuluh persen atas<br />

blok Marsela. Hal tersebut diungkapkan<br />

Wakil ketua DPR RI kordinator bidang<br />

industri dan pembangunan Agus<br />

Hermanto usai menerima Gubernur<br />

Provinsi Maluku, Said Assagaf di ruang<br />

kerja Pimpinan DPR RI, Selasa (17/3).<br />

“Hari ini kami menerima Gubernur<br />

Maluku membicarakan komitmen<br />

pemerintah untuk memberikan PI (participating<br />

interest) sebesar 10 persen<br />

kepada Pemda Maluku sebagai wakil<br />

dari masyarakat setempat,” jelas Agus<br />

Hermanto.<br />

Sebagai wakil rakyat, diungkapkan<br />

Agus, pihaknya akan mendorong pemerintah<br />

(Kementerian ESDM) untuk bisa<br />

memenuhi tuntutan dari masyarakat<br />

Maluku.<br />

PAGELARAN WAYANG KULIT<br />

Di sela-sela kegiatan rapat-rapat,<br />

Wakil Ketua DPR Agus Hermanto berkesempatan<br />

membuka pagelaran wayang<br />

kulit dalam rangkaian peringatan HUT<br />

RI dan DPR ke-70. Hal ini merupakan<br />

salah satu bentuk kepedulian lembaga<br />

DPR dalam memelihara, melestarikan<br />

dan mengembangkan nilai-nilai luhur<br />

budaya bangsa di tengah-tengah serbuan<br />

budaya asing dalam kehidupan<br />

kita.<br />

Ketika menyampaikan sambutan<br />

pada pagelaran wayang kulit semalam<br />

suntuk dibawakan dalang Ki Enthus<br />

Susmono (Bupati Tegal), dengan lakon<br />

“Semar Pe’Peling” di DPR Senayan Jakarta,<br />

Sabtu ( 29/8) malam, Agus menyambut<br />

baik dan menghargai upaya<br />

yang telah dilakukan Kesekjenan.<br />

DENDA INDOSAT<br />

Pemerintah Qatar lewat Duta Besarnya<br />

di Jakarta mempertanyakan<br />

denda yang selama ini dikenakan kepada<br />

PT. Indosat sebesar Rp1,3 triliun atas<br />

penyalahgunaan frekuensi 3G Indosat<br />

di 2,1 GHz. Namun, Qatar juga meminta<br />

bantuan DPR untuk memudahkan jalan<br />

investasi Qatar di bidang lainnya, selain<br />

telekomunikasi.<br />

Demikian terungkap dalam perbincangan<br />

menarik saat Wakil Ketua DPR<br />

Agus Hermanto menerima Dubes Qatar<br />

untuk Indonesia Mohammed Khater-Al<br />

Khater di ruang kerjanya, Rabu (18/3).<br />

Indosat menurut Agus sudah menjadi<br />

ikon kebanggaan Indonesia. Walau pun<br />

kini sahamnya dimiliki perusahaan<br />

Qatar, tapi pihak Indonesia masih bisa<br />

membicarakan persoalan Indosat dengan<br />

penuh persaudaraan dan ukuwah<br />

islamiyah.<br />

Perhatian kepada karyawan yang<br />

terkena PHK juga ditunjukkan DPR kepada<br />

menerima Delegasi Forum Pegawai<br />

Merpati, di lantai III Gedung Nusantara<br />

III Senayan, Jakarta, Senin (2/2) siang.<br />

Wakil Ketua DPR Agus Hermanto didampingi<br />

Wakil Ketua Komisi V Muhidin<br />

M Said dan Wakil Ketua Komisi IX Pius<br />

Lustrilanang beraudensi terkait nasib<br />

karyawan PT Merpati yang sekarang<br />

ini terkatung-katung. Kalau diberhentikan,<br />

ada pesangonnya, kalau bekerja<br />

harus ada gajinya. “Ini sudah 14 bulan,<br />

mereka tidak gajian, sedangkan perusahaannnya<br />

dalam kondisi kollaps,” kata<br />

Agus Hermanto seusai pertemuan. (MP)<br />

FOTO: JAKA/PARLE/IW<br />

10 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP WAKIL KETUA DPR RI<br />

TAUFIK KURNIAWAN<br />

Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan didampingi Komisi XI dan Pimpinan Banggar menerima Direktur<br />

Pelaksana IMF Christine Lagarde di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta<br />

KRITISI PENYUSUNAN DAN<br />

PELAKSANAAN APBN<br />

Topik ekonomi dan keuangan menjadi<br />

konsentrasi Wakil Ketua DPR RI, Taufik<br />

Kurniawan. Pembahasan Anggaran<br />

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)<br />

tentunya tak lepas dari pantauan Taufik.<br />

Bahkan, ia selalu memastikan memimpin<br />

Rapat Paripurna, jika beragendakan tentang<br />

pengesahan APBN.<br />

Mengawali tahun <strong>2015</strong>, Taufik memimpin<br />

Paripurna untuk mengesahkan<br />

APBN-Perubahan <strong>2015</strong>. Tak dipungkiri,<br />

prosesnya memerlukan skorsing yang<br />

cukup panjang dan lobi yang ketat. Sejumlah<br />

catatan dari fraksi DPR pun<br />

menyertai persetujuan itu. Memasuki<br />

pertengahan tahun <strong>2015</strong>, pembahasan<br />

DPR mengarah kepada RAPBN 2016.<br />

Usai pemerintah mengajukan kerangka<br />

ekonomi makro dan kebijakan<br />

fiskal 2016, seluruh fraksi DPR memberikan<br />

pandangannya. Masalah pertumbuhan<br />

ekonomi dan penerimaan negara,<br />

menjadi sorotan sebagian besar fraksi<br />

terkait RAPBN 2016. Pemerintah memperkirakan<br />

nilai pertumbuhan ekonomi<br />

di kisaran 5,8-6,2 persen pada 2016, cukup<br />

realistis.<br />

Walaupun DPR dan Pemerintah<br />

sedang membahas RAPBN 2016, namun<br />

laporan pelaksanaan APBN 2014<br />

juga tetap menjadi perhatian. Laporan<br />

Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)<br />

tahun 2014 telah diperiksa BPK, dan<br />

mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian<br />

(WDP). Sepuluh fraksi DPR memberikan<br />

pandangannya, Taufik meminta,<br />

aspek hasil audit BPK terkait APBN 2014,<br />

menjadi bagian tak terpisahkan dari penyusunan<br />

RAPBN 2016. Seluruh fraksi<br />

pun menyetujui laporan pertanggungjawaban<br />

APBN 2014.<br />

Terkait RAPBN 2016, DPR pun meminta<br />

penyusunannya lebih realistis.<br />

Taufik meminta Tim Ekonomi Pemerintahan<br />

Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk<br />

lebih keras dalam menyusun Rencana<br />

Kerja dan Anggaran Kementerian<br />

dan Lembaga (RKAKL) di tahun anggaran<br />

2016. Koordinasi lintas sektoral juga<br />

dibutuhkan seluruh Kementerian dan<br />

Lembaga.<br />

Menuju pengesahan RAPBN 2016,<br />

Taufik memastikan, APBN pertama<br />

Jokowi-JK itu sudah sesuai harapan pasar<br />

dan sudah realistis dengan kondisi<br />

mekanisme pasar. Walaupun disertai<br />

beberapa catatan, seluruh fraksi menyetujui<br />

RAPBN 2016. Taufik mengatakan,<br />

sebelum palu pengesahan diketok, sempat<br />

terjadi ketegangan, dan akhirnya diperlukan<br />

lobi kepada seluruh fraksi DPR.<br />

APBN 2016 disepakati pada 30 Oktober<br />

<strong>2015</strong>.<br />

“Dari hasil lobi antara 10 pimpinan<br />

fraksi, dihasilkan dua kesepakatan. Pertama,<br />

menyetujui Rancangan APBN 2016<br />

untuk disahkan menjadi APBN tahun<br />

2016, dengan catatan, bahwa seluruh<br />

catatan merupakan bagian yang utuh<br />

dan tidak terpisahkan dari yang wajib<br />

dilaksanakan dari pemerintah. Kedua,<br />

Penanaman Modal Negara (PMN) dikembalikan<br />

kepada komisi terkait, dan akan<br />

dibahas kembali dalam pembahasan<br />

APBN Perubahan 2016 mendatang,” jelas<br />

Taufik.<br />

APBN 2016 disepakati pendapatan<br />

negara sebesar Rp 1.822,5 triliun, dan<br />

belanja negara sebesar Rp 2.095 triliun.<br />

Asumsi Makro yang disepakati meliputi<br />

Pertumbuhan Ekonomi 5,3 persen, Inflasi<br />

4,7 persen, Kurs Rp13.900/US$,<br />

Tingkat Suku Bunga SPN 3 bulan 5,5<br />

persen, ICP (Indonesia Crude Price) US$<br />

50/barel, Lifting Minyak 830.000 barel<br />

per hari, dan Lifting Gas 1.155 ribu barel<br />

setara minyak per hari.<br />

Selama kurun waktu <strong>2015</strong>, Taufik juga<br />

aktif dalam kegiatan hubungan internasional.<br />

Salah satunya, ia menerima kunjungan<br />

Delegasi Komisi Anggaran Parlemen<br />

Tiongkok dipimpin Wakil Ketua<br />

Liu Xiuwen. Delegasi itu ingin bertukar<br />

pikiran dan berdiskusi terkait situasi<br />

ekonomi global termasuk pelemahan<br />

mata uang. Dalam situasi yang penuh<br />

tantangan global ini, Taufik berharap<br />

kedua parlemen bisa saling kerja sama<br />

dan saling mendukung.<br />

Taufik juga pernah menerima kunjungan<br />

Managing Director of International<br />

Monetary Fund (IMF) Christine<br />

Madeleine Odette Lagarde. Dalam kesempatan<br />

itu, IMF mengapresiasi apa<br />

yang dilakukan parlemen dan pemerintah<br />

Indonesia terhadap situasi global.<br />

Pertemuan yang sangat bersahabat ini<br />

sekaligus untuk tukar menukar informasi<br />

menyangkut perkembangan krisis<br />

global yang sangat terasa dampaknya di<br />

negara-negara berkembang.<br />

Terkait Masyarakat Ekonomi Asean<br />

(MEA), politisi asal dapil Jawa Tengah ini<br />

berharap, ada optimisme untuk menghadapi<br />

pasar bebas Asean yang telah<br />

berlangsung ini. Dengan atau tanpa<br />

program MEA, Indonesia tetap harus<br />

melakukan pergerakan untuk menghadapi<br />

tanta ngan globalisasi. (SF) FOTO: AN-<br />

DRI/PARLE/HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

11


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP KOMISI I DPR RI<br />

KOMIT PADA INDUSTRI<br />

PERTAHANAN DALAM NEGERI<br />

Kenapa harus ngotot. Itu pertanyaan<br />

yang muncul menanggapi rencana TNI<br />

AU untuk membeli pesawat helikopter<br />

buatan Italia-Inggris Agusta Westland<br />

AW101. Anggota Komisi I DPR Supiadin<br />

Aries Saputra mengingatkan pentingnya<br />

mengedepankan industri alutsista<br />

dalam negeri PT DI sesuai amanat UU<br />

no.16/2012 tentang Industri Perta hanan.<br />

Apalagi BUMN ini ternyata sudah menjalin<br />

bekerja sama dengan Airbus Helicopter<br />

untuk memproduksi pesawat<br />

sejenis, termasuk untuk kategori VVIP<br />

Kepresidenan. “Seharusnya Kasau tidak<br />

perlu ngotot untuk membeli heli AW101<br />

dan tidak perlu juga mendiskreditkan<br />

PT DI. Dana untuk pembelian itukan<br />

dari APBN, kalau nanti pemerintah memutuskan<br />

menunda atau membatalkan<br />

pembelian apakah Kasau juga tetap<br />

ngotot,” tekannya awal Desember lalu di<br />

Jakarta.<br />

Masih dalam kerangka fungsi pengawasan<br />

anggota Komisi I dari FPDIP<br />

Tugasus Hasanudin juga tidak kalah<br />

tegas dalam menyampaikan sikapnya.<br />

Helikopter Super Puma EC 225 menurutnya<br />

sudah diproduksi PT DI dan digunakan<br />

oleh 32 kepala negara di dunia<br />

termasuk AS dan Jerman, mengapa<br />

Indonesia kemudian melirik helikopter<br />

yang diproduksi negara lain dan baru<br />

digunakan empat kepala negara. Ia juga<br />

mengingatkan pasal 43 UU 16/2012 yang<br />

mengharuskan pemerintah mengedepankan<br />

industri pertahanan dalam<br />

negeri. Sorotan anggota dewan dan sejumlah<br />

pihak lainnya membuat Presiden<br />

Jokowi membuat keputusan akhir tetap<br />

menggunakan helikopter produksi PT<br />

DI.<br />

Keberpihakan Komisi Pertahanan<br />

DPR kepada industri petahanan dalam<br />

negeri juga seiring dengan upaya meningkatkan<br />

kemampuan alutsista TNI.<br />

Dukungan ini terlihat pada saat melaksanakan<br />

rapat kerja gabungan menghadirkan<br />

Menteri Pertahanan, Panglima<br />

TNI, Menteri Keuangan dan Menteri<br />

PPN/Kepala Bappenas pertengahan Oktober<br />

lalu. Wakil Ketua Komisi I Hanafi<br />

Rais menyebut pertemuan tersebut untuk<br />

memastikan dukungan pemerintah<br />

dalam upaya mencapai Minimum Essential<br />

Force (MEF) bagi kekuatan TNI.<br />

Sebelumnya ada hal menarik yang<br />

dilontarkan Menteri Pertahanan yaitu<br />

Pimpinan Komisi I DPR bersama Panglima TNI<br />

tentang pentingnya program bela negara.<br />

Sejumlah anggota dewan merespon<br />

positif wacana ini namun dengan<br />

catatan kritis yaitu perlu menetapkan<br />

payung hukum terlebih dahulu. Pada<br />

pasal 9 ayat 3 UU no.3/2002 dijelaskan<br />

ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan,<br />

pelatihan dasar kemiliteran<br />

secara wajib dan pengabdian sesuai<br />

dengan profesi perlu diatur dalam<br />

UU. Masalahnya sampai saat ini legislasi<br />

terkait belum menjadi agenda pemerintah<br />

dan dewan. Problem lain adalah<br />

masalah anggaran untuk menuntaskan<br />

target melatih 100 juta warga negara,<br />

apalagi sampai saat ini sarana dan prasarana<br />

pelatihan yang dimiliki Kemenhan<br />

masih jauh dari cukup. “Kita dukung<br />

niat pemerintah tapi sebaiknya undangundangnya<br />

kita selesaikan dulu,” kata<br />

Wakil Ketua Komisi I Tantowi Yahya.<br />

Terkait isu Laut Cina Selatan, Komisi<br />

I menilai ada eskalasi ketegangan di kawasan<br />

tersebut. Komisi I DPR mendukung<br />

Kementerian Pertahanan memperkuat<br />

pangkalan Tentara Nasional<br />

Indonesia di Pulau Natuna. Ketua Komisi<br />

I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan eskalasi<br />

ketegangan di Laut Cina Selatan<br />

ini juga sangat mungkin dipengaruhi<br />

oleh pertarungan ekonomi antara Cina<br />

dengan Amerika. Menurutnya Indonesia<br />

tidak bisa menutup mata bahwa<br />

banyak kasus konflik politik dan militer<br />

juga akan didorong oleh konflik kepentingan<br />

ekonomi. “Kita menyutujui usulan<br />

TNI untuk melakukan realokasi atau<br />

pergeseran anggaran di Kemenhan dan<br />

TNI sekitar sebesar Rp450 milyar untuk<br />

kebutuhan penguatan pangkalan TNI di<br />

Pulau Natuna,” ungkap Mahfudz Siddiq.<br />

FIT PROPER DAN MITRA BARU<br />

Sepanjang tahun <strong>2015</strong> Komisi I telah<br />

melakukan uji kepatutan dan kelayakan<br />

bagi calon duta besar, Kepala BIN dan<br />

Panglima TNI. Pertengahan September,<br />

menindaklanjuti surat presiden,<br />

33 dubes diuji kemampuannya oleh 47<br />

orang wakil rakyat. Bagi anggota Komisi<br />

I Djoko Udjianto kemampuan seorang<br />

dubes dalam memahami wilayah yang<br />

ditempatinya sangat penting dalam menentukan<br />

keberhasilan tugas. Juni, giliran<br />

calon Kepala BIN Letjen TNI (Purn)<br />

Sutiyoso yang diuji. Purnawirawan yang<br />

sudah menjadi Ketua Umum PKPI ini<br />

berhasil mendapat dukungan walaupun<br />

sudah kepala tujuh. Sebagian besar anggota<br />

komisi menilai Bang Yos memiliki<br />

kompetensi dan pemikiran yang diperlukan<br />

dalam dunia intelejen. Seiring dengan<br />

itu untuk menunjang dan mengawal<br />

kinerja aparat intelejen, Komisi I<br />

telah memmbentuk Tim Pengawas Intelejen<br />

sesuai amanat UU no.17/2011 tentang<br />

Intelijen Negara. Selanjutnya giliran<br />

calon Panglima TNI Jenderal Gatot<br />

Nurmantyo yang mengikuti uji kepatutan<br />

dan kelayakan di Komisi Perta hanan<br />

ini. Kepala Staf TNI AD ini berhasil<br />

mendapat dukungan anggota Komisi I<br />

sehingga melaju mulus menjadi orang<br />

tertinggi di angkatan bersenjata RI.<br />

April lalu, Lembaga Sensor Film<br />

(LSF) secara resmi menjadi mitra kerja<br />

Komisi I. Wakil Ketua I Tantowi Yahya<br />

mengatakan keputusan ini jangan<br />

diterjemahkan kembalinya era represif.<br />

“Komisi I ini jangan dilihat dari sisi<br />

panser, alutsista dan aspek pertahanan<br />

semata. Kita ingin LSF mendorong film<br />

sebagai alat propaganda, mengawal<br />

kedaulatan bangsa. Itu yang dilakukan<br />

negara lain seperti Korea, Tiongkok, AS<br />

dalam menjual image bangsanya,” tekan<br />

dia. (IKY) FOTO: ANDRI/PARLE/HR<br />

12 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP KOMISI II DPR RI<br />

Komisi II DPR Berhasil<br />

Perjuangkan Aspirasi Rakyat<br />

Rapat Kerja Komisi II dengan Mendagri<br />

Selama Periode <strong>2015</strong>, Komisi II terus<br />

menjalankan tugas dan kewajibannya<br />

menjalankan fungsi pengawasan, fungsi<br />

anggaran dan fungsi legislasi dalam<br />

kerangka representasi rakyat. Di awal<br />

masa kerja Komisi II langsung dihadapkan<br />

pada tugas besar di bidang legislasi<br />

yaitu merevisi Peraturan Pemerintah<br />

Pengganti Undang-undang (Perppu)<br />

no.1/2014 tentang Pemilihan Kepala<br />

Daerah (Pilkada) dan Perppu no.2/2014<br />

atas perubahan terhadap UU no.23/2014<br />

tentang Pemerintahan Daerah.<br />

Kepastian untuk merevisi itu disepakati<br />

dalam Rapat Kerja Komisi II dengan<br />

Menteri Dalam Negeri dan Menteri<br />

Hukum dan HAM, Kamis (15/1/15). Kemudian<br />

dalam Raker dengan Mendagri<br />

dan MenkumHAM pada Senin (19/1/15),<br />

seluruh fraksi di Komisi II DPR ak hirnya<br />

menyetujui kedua Perppu tersebut<br />

menjadi Undang-Undang. Pada Rapat<br />

Paripurna DPR, Selasa (17/2/15) Perppu<br />

tersebut resmi disetujui untuk disahkan<br />

menjadi Undang-undang.<br />

Dalam hal pengawasan selain menggelar<br />

rapat-rapat dengan mitra kerja,<br />

Komisi II juga melakukan kunjungan<br />

kerja ke daerah dalam rangka meninjau<br />

berbagai permasalahan yang berkaitan<br />

dengan mitra kerja Komisi II. Dalam<br />

Kunjungan Komisi II ke Provinsi Aceh<br />

meninjau Arsip dan Perpustakaan Daerah,<br />

terkait permasalahan tanah di Aceh<br />

serta terkait persiapan Pilkada di Aceh.<br />

Terkait permasalahan tersebut, Komisi<br />

II juga lakukan kunjungan kerja ke Sumatera<br />

Barat, Riau serta daerah lainnya.<br />

Tentu kunjungan itu dalam kerangka<br />

fungsi pengawasan DPR.<br />

Kunjungan Kerja Komisi II ke Maluku<br />

Terkait dengan persiapan Pilkada<br />

Serentak <strong>2015</strong>, Komisi II juga lakukan<br />

kunjungan kerja di berbagai daerah untuk<br />

mengecek persiapan pelaksanaannya.<br />

Sedangkan terkait Calon Daerah<br />

Otonom Baru (DOB), Komisi II juga<br />

mengecek kesiapan dan kelayak daerah<br />

daerah tersebut untuk di mekarkan.<br />

Dalam hal fungsi Anggaran, Komisi<br />

II intens membahasnya dengan Mitra<br />

Kerja Komisi II. Dalam hal ini Komisi II<br />

berhasil memperjuangkan pengangkatan<br />

Tenaga Honorer K1 dan K2 menjadi<br />

CPNS dan dimasukkan dalam RAPBN<br />

2016.<br />

Dalam Rapat Kerja Komisi II dengan<br />

Menteri Pendayagunaan Aparatur<br />

Negara dan Reformasi Birokrasi menghasilkan<br />

6 keputusan yaitu yang pertama,<br />

Komisi II DPR RI dan KemenPAN-<br />

RB sepakat untuk mengangkat tenaga<br />

honorer K2 sejumlah 439.956 orang<br />

menjadi PNS melalui verifikasi, Selasa<br />

(15/09/<strong>2015</strong>).<br />

“Berkenaan dengan keputusan bersama<br />

tentang kebijakan pengangkatan<br />

tenaga honorer kategori I dan II akan<br />

diagendakan secepat-cepatnya sebelum<br />

pembicaraan RAPBN 2016,” ungkap<br />

Rambe.<br />

Sementara itu, anggota Komisi II Arteria<br />

Dahlan meminta pemerintah untuk<br />

melaksanakan enam keputusan atau<br />

rekomendasi tersebut. “Meski hanya<br />

merupakan keputusan tapi pemerintah<br />

harus menjalankan,” tegas Arteria Dahlan.<br />

Berkaitan dengan lanjutan pembahasan<br />

pagu anggaran tahun 2016 Kementerian<br />

PAN/RB, BKN dan KASN<br />

Komisi II melakukan pembahasan pada<br />

tanggal 21-22 September <strong>2015</strong>. (SKR) FOTO:<br />

RIZKA, ANDRI/PARLE/HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

13


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP KOMISI III DPR RI<br />

RUU KUHP MULAI DIBAHAS<br />

Inilah RUU yang sejak lama selalu<br />

menjadi PR besar para Anggota DPR<br />

RI dari period ke periode. Dan Komisi<br />

III DPR akhirnya memulai kembali<br />

pembahasan RUU KUHP pada Juni<br />

<strong>2015</strong>. Dalam Prolegnas <strong>2015</strong>-2019, RUU<br />

KUHP sudah dicanangkan bisa rampung<br />

dalam periode keanggotaan kali<br />

ini.<br />

meneguhkan kedaulatan hukumnya.<br />

PENYERAHAN DIM RUU KUHP<br />

Oktober <strong>2015</strong> daftar invetaris masalah<br />

(DIM) RUU KUHP diserahkan saat<br />

raker perdana dengan Menteri Hukum<br />

dan HAM yang baru Yasona Laolly. Ada<br />

2.394 DIM yang berhasil dinventarisir.<br />

DIM substansi 847, DIM substansi baru<br />

88, DIM memintapenjelasan 221, DIM<br />

redaksional 73, dan DIM bersifat catatan<br />

62. Komisi III membahas DIM ini dengan<br />

Menkum HAM.<br />

Rapat kerja Komisi III DPR dengan Kejaksaan Agung bahas revisi UU KUHP<br />

Semua institusi hukum diundang<br />

Komisi III DPR untuk memberi masukan.<br />

Komisi III dan pemerintah mencanangkan<br />

pembaharuan sistem peradilan<br />

pidana terpadu. Sinkronisai dan harmonisasi<br />

juga sudah dilakukan. Masih<br />

banyak materi kontroversial dalam RUU<br />

warisan Pemerintah Kolonial Belanda<br />

ini. Seiring pembahasan RUU KUHP,<br />

Komisi III juga melakukan konsolidasi<br />

atas hukum pidana materiil, termasuk<br />

memperbarui kelembagaan penegak<br />

hukum.<br />

Pleno Komisi III DPR Tentang Pemilihan Anggota dan Ketua KPK secara voting dipimpin Ketua Komisi<br />

Azis Syamsudin<br />

KODIFIKASI PARSIAL KUHP<br />

Pembahasan RUU KUHP pada September<br />

<strong>2015</strong> terus berlanjut. Kali ini<br />

isu kodifikasi total (tertutup) dan parsial<br />

(terbuka) jadi perdebatan antara<br />

pemerintah dan DPR. Komisi III DPR<br />

sendiri menginginkan pembahasan<br />

RUU ini dengan kodifikasi parsial. Bila<br />

dalam lima tahun ke depan, RUU ini<br />

belum rampung juga, Komisi III berusaha<br />

realistis, agar pembahasannya<br />

dengan kodifikasi parsial.<br />

Komisi III DPR sempat mengundang<br />

pakar hukum pidana Romli Atmasasmita<br />

dan mantan penasihat KPK Abdullah<br />

Hehamahua untuk membahas hal<br />

ini. Pihak pemerintah sendiri waktu itu<br />

menginginkan kodifikasi total. Untuk<br />

itu, Komisi III perlu mendengar argemumen<br />

pemerintah tentang filosofi dan<br />

latar pilihannya pada kodifikasi total<br />

tersebut.<br />

Dalam kodifikasi total, semua tindak<br />

pidana kejahatan khusus dilebur menjadi<br />

satu dalam KUHP. Contoh kejahatan<br />

khusus itu adalah tindak pidana korupsi,<br />

pelanggaran HAM berat, narkotika, pencucian<br />

uang, dan perdagangan manusia.<br />

Romli Atmasasmita di hadapan Komisi<br />

III berpendapat, hendaknya hukum di<br />

Indonesia tidak terinspirasi pada hukum<br />

umum (kodifikasi total). Dengan<br />

kodifikasi parsial, justru Indonesia bisa<br />

CAPIM KPK<br />

Setelah melalui seleksi ketat, akhirnya<br />

para calon pimpinan Komisi<br />

Pemberantasan Korupsi (KPK), melakukan<br />

fit and profer test di Komisi III pada<br />

Desember <strong>2015</strong>. Ada sepuluh calon yang<br />

melakukan tes. Kesepuluh nama itu<br />

adalah Saut Situmorang, Surya Chandra,<br />

Alexander Marwata, Basariah Panjaitan,<br />

Agus Rahardjo, Sujanarko, Johan<br />

Budi Sapto Prabowo, Laode Muhammad<br />

Syarif, Busro Muqoddas, dan Robby Arya<br />

Brata.<br />

Yang menarik ada satu calon perempuan<br />

yang masuk sebagai capim KPK,<br />

yaitu Basariah Panjaitan. Ia juga satusatunya<br />

yang berasal dari Polri. Wakil<br />

Ketua Komisi III Benny K Harman berharap,<br />

para calon yang mengikuti seleksi<br />

ini bisa menjadi harapan masyarakat<br />

agar lembaga antirasuah ini eksis dan<br />

kuat. (SPY/MH) FOTO: NAEFUROJI/PARLE/IW<br />

14 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP KOMISI IV DPR RI<br />

KOMISI IV DAN<br />

PEMERINTAH BAHU<br />

MEMBAHU MINIMALISIR<br />

DAMPAK EL NINO<br />

Ketua Komisi IV DPR Edy Prabowo bersama Menteri Kehutanan Siti Nurbaya<br />

Tahun <strong>2015</strong>, hampir seluruh wilayah Indonesia terkena<br />

dampak dari iklim El Nino. El Nino ini berdampak terhadap<br />

kondisi cuaca Indonesia.<br />

El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia.<br />

Curah hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi<br />

lebih buruk dengan meluasnya kebakaran hutan dan asap<br />

yang ditimbulkannya.<br />

Disektor irigasi, hasil kajian menyebutkan bahwa kondisi<br />

beberapa DAS di Indonesia cukup kritis dan jumlahnya semakin<br />

banyak, khususnya di Jawa. Berdasrkan analisis terhadap<br />

data debit minimum dan maksimum dari 52 sungai yang tersebar<br />

di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke terlihat<br />

bahwa jumlah sungai yang debit minimumnya berpotensi untuk<br />

menimbulkan masalah kekeringan meningkat. Kondisi ini<br />

mengindikasikan bahwa daerah aliran sungai di wilayah Indonesia<br />

setelah tahun 1990- banyak yang sudah mengalami<br />

degradasi sehingga adanya penyimpangan iklim dalam bentuk<br />

penurunan atau peningkatan hujan jauh dari normal akan<br />

langsung menimbulkan penurunan atau peningkatan yang<br />

tajam dari debit minimum atau debit maksimum (kekeringan<br />

hidrologis).<br />

Komisi IV telah meminta Kementerian Pertanian (Kementan)<br />

serius mengantisipasi kekurangan produk pangan dalam<br />

negeri akibat kemarau panjang.<br />

Dua agenda besar ketahanan pangan mengalami gangguan<br />

akibat musim kemarau yang berkepanjangan, yakni agenda tanam<br />

dan panen. Dengan gagalnya dua agenda tersebut, maka<br />

stok pangan selama dua periode masa tanam bisa terganggu.<br />

Komisi IV juga memberikan solusi terkait pelimpahan anggaran<br />

untuk kegiatan antisipasi kekeringan, di antaranya pembelian<br />

pompa di sejumlah daerah.<br />

Kementerian Pertanian pun menyampaikan pada Komisi IV,<br />

akan mengantisipasi dampak El Nino sehingga ada beberapa<br />

langkah diambil salah satunya mengubah beberapa kegiatan<br />

anggaran yang penyerapannya tidak optimal dialihkan untuk<br />

mengantisipasi kekeringan ini.<br />

Selain pembelian pompa air untuk daerah rawan kering,<br />

Kementerian Pertanian dan Komisi IV juga telah membuat sumur<br />

sintesis bagi daerah yang memang sulit akses sungainya<br />

atau tidak adanya sumber air.<br />

Pembuatan sumur sintesis itu merupakan solusi jangka<br />

pendek. Tentunya dalam jangka panjang nanti Komisi IV DPR<br />

akan meminta Kementerian Pertanian berkoordinasi dengan<br />

Kementerian Pekerjaan Umum karena berhubungan dengan<br />

irigasi dan bendungan air dan Kementerian Kehutanan untuk<br />

mulai menanami.<br />

Selain itu, Ancaman kebakaran hutan dan asap pekat terjadi<br />

di wilayah Sumatera dan Kalimantan berlangsung hingga<br />

November <strong>2015</strong>. Bahkan, hal tersebut bukan hanya mengancam<br />

kedua wilayah itu melainkan juga kawasan hutan lereng<br />

Gunung Merbabu, Jawa Tengah; dan Gunung Watangan Puger,<br />

Kabupaten Jember.<br />

Adanya titik panas atau hotspot di Sumatera, yang tersebar<br />

di wilayah Jambi, Sumatera Selatan dan Pekan Baru, Rengat,<br />

Pelalawan. bisa dibilang parah, dan ini ditambah pengaruh siklon<br />

tropis selain El Nino.<br />

Komisi IV berharap pemerintah dapat mengambil pelajaran<br />

atas musibah kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) yang<br />

beberapa waktu lalu terjadi dan menimbulkan masalah besar,<br />

hingga ke negara lain, agar peristiwa serupa tidak terulang lagi<br />

saat musim kemarau di tahun mendatang.<br />

Patut disayangkan sebagian Peraturan Daerah tidak melarang<br />

pembukaan lahan baru dengan cara membakar hutan.<br />

Namun hendaknya hal tersebut harus terlebih dahulu membuat<br />

batasan area hutan yang akan dibuka untuk lahan baru.<br />

Dan juga mewajibkan masyarakat dan perusahaan yang ingin<br />

membuka lahan untuk terlebih dahulu membuat pompa air<br />

guna memadamkan api jika meluas melebihi batasan wilayah<br />

hutan yang akan dibuka lahan baru.<br />

Komisi IV DPR mengapresiasi pemerintah dalam hal penanganan<br />

kebakaran hutan dan lahan, atas langkah-langkah<br />

pengendalian kebakaran hutan serta kabut yang ditimbulkannya.<br />

Bahkan Komisi IV juga meminta pemerintah, dalam hal<br />

ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menindak<br />

tegas pelaku pembakaran.<br />

Seperti diketahui, sejak terjadinya kebakaran hutan dan<br />

lahan gambut, diperkirakan Indonesia mengalami kerugian<br />

mencapai lebih dari Rp200 trilliun.<br />

Komisi IV juga meminta pemerintah untuk memprioritaskan<br />

anggaran untuk pencegahan dan pengendalian kebakaran<br />

hutan dan lahan. Selain itu, disarankan juga dalam RAPBN<br />

2016, pemerintah menganggarkan restorasi kawasan hutan<br />

dan lahan pasca bencana kebakaran sehingga bencana serupa<br />

tidak terulang. (AS) FOTO: RIZKA/PARLE/IW<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

15


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP KOMISI V DPR RI<br />

MENUJU ZERO ACCIDENT MELALUI PANJA KESELAMATAN<br />

TRANSPORTASI DAN PENERBANGAN NASIONAL<br />

Tim Kunker Komisi V DPR meninjau aktivitas bongkar muat di pelabuhan NTB<br />

Memasuki akhir tahun <strong>2015</strong>, Komisi<br />

V DPR terus menunjukkan peningkatan<br />

kinerja yang baik, dalam setahun ini,<br />

Komisi V DPR sebagai salah satu wujud<br />

pelaksanaan fungsi representasi politik<br />

anggota dewan, intens melakukan<br />

kegiatan kunjungan kerja (kunker) ke<br />

daerah-daerah termasuk ke daerah pemilihan<br />

(dapil) untuk berkomunikasi<br />

langsung dengan konstituen baik di masa<br />

reses maupun di luar reses.<br />

Hal ini dimaksudkan agar para wakil<br />

rakyat dengan konstituen lebih dekat<br />

dan menyerap langsung aspirasi, kemudian<br />

melakukan serangkaian tindakan<br />

advokasi atas aspirasi tersebut dalam<br />

bentuk kebijakan. Seperti halnya, di awal<br />

<strong>2015</strong>, Komisi V DPR yang memiliki ruang<br />

lingkup infrastruktur dan perhubu ngan<br />

itu mendukung dibentuknya Panitia<br />

Kerja (Panja) keselamatan transportasi<br />

dan penerbangan nasional yang bertujuan<br />

melakukan review peraturan terkait<br />

penerbangan.<br />

Masih dalam rangka penguatan sektor<br />

perhubungan, Tim Kunjungan Kerja<br />

(Kunker) Komisi V DPR yang dipimpin<br />

Ketua Komisi V DPR, Fary Djemy Francis<br />

juga meninjau langsung aktivitas di<br />

Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, NTB.<br />

Tim ini menyoroti lamanya waktu tunggu<br />

sandar dan aktivitas bongkar muat<br />

di pelabuhan yang menjadi penghubung<br />

Jawa, Bali dan NTT ini.<br />

Bahkan di tempat yang sama, Tim<br />

Kunker Komisi V DPR juga meninjau sejumlah<br />

permasalahan terkait aspek keamanan<br />

dan kenyamanan yang dianggap<br />

masih perlu diperbaiki manajemen PT<br />

Angkasa Pura I yang mengoperasikan<br />

Bandara Internasional Lombok, NTB. Hal<br />

ini penting karena bandara ini cukup sibuk<br />

melayani maskapai dari dalam maupun<br />

mancanegara.<br />

Terkait sektor infrastruktur, kinerja<br />

Komisi V DPR juga patut diapresiasi.<br />

Komisi V DPR membentuk Tim Kunjungan<br />

Spesifik untuk meninjau sejumlah<br />

tanggul besar sungai Cimanuk, Jatibarang,<br />

Indramayu yang jebol 16 Maret lalu<br />

yang menyebabkan ribuan rumah, sekolah<br />

dan masjid kebanjiran.<br />

Pada April <strong>2015</strong>, Tim Kunjungan Spesifik<br />

Komisi V DPR juga melakukan kunjungan<br />

kerja ke Pemprov Bali, akademisi<br />

dan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi<br />

(LPJK) dalam rangka menyerap<br />

aspirasi sejumlah pihak di Bali terkait penyempurnaan<br />

RUU Jasa Konstruksi.<br />

Di bulan yang sama, Tim kunjungan<br />

kerja Komisi V DPR juga meninjau langsung<br />

Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara<br />

untuk melihat dari dekat fasilitas yang<br />

ada, proyek yang sedang dikerjakan, dan<br />

kendala pembangunan apa saja yang ada<br />

di pelabuhan tersebut.<br />

Pada bulan Mei di <strong>2015</strong>, DPR juga menyatakan<br />

siap untuk membahas RUU<br />

Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).<br />

Selain RUU Tapera, Komisi V DPR juga<br />

mendorong RUU Arsitek untuk mengatur<br />

mengenai profesionalisme dan integritas<br />

profesi, perlindungan profesi arsitek dan<br />

ketentuan sanksi pada bidang arsitek ini.<br />

Sementara itu, dalam rangka melakukan<br />

Tugas Pokok dan Fungsi Pengawasan,<br />

Komisi V DPR melakukan Kunjungan<br />

Kerja Spesifik meninjau persiapan<br />

infrastruktur dan angkutan lebaran ke<br />

Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah secara<br />

marathon melalui jalur darat.<br />

Tim Kunker Spesifik Komisi V DPR<br />

yang dipimpin Wakil Ketua Komisi V DPR<br />

Yudi Widiana meninjau Tol Dalam Kota<br />

arah Cikampek dan terlebih dahulu meninjau<br />

kesiapan Tol Cikopo – Palimanan<br />

(Cipali) Provinsi Jawa barat. Beberapa<br />

titik yang akan menjadi fokus perhatian<br />

rombongan Komisi V DPR antara lain<br />

ruas Tol Subang – Palimanan sepanjang<br />

78 Km dan ruas Tol Palimanan – Kanci<br />

sepanjang 26 km.<br />

Banyak catatan kritis Komisi V DPR<br />

menyangkut penyelenggaraan angkutan<br />

lebaran <strong>2015</strong>. Dari angkutan Udara, laut,<br />

dan darat terus dipantau Komisi V. Perlu<br />

ada perbaikan sistem manajemen angkutan<br />

lebaran yang dilakukan pemerintah<br />

pusat dan otoritas angkutan umum.<br />

Sementara di awal September, Komisi<br />

V DPR menyampaikan keprihatinanya<br />

atas semakin meluasnya dampak kebakaran<br />

hutan di sejumlah daerah. Kabut<br />

asap mulai mengganggu aktivitas bahkan<br />

negara tetangga seperti Malaysia<br />

dan Singapura. Pemerintah diminta<br />

menuntaskan permasalahan kabut asap<br />

sesegera mungkin.<br />

Komisi V DPR juga memperjuangkan<br />

kenaikan pagu anggaran yang diusulkan<br />

Badan Nasional Pencarian dan<br />

Pertolong an (Basarnas) dan BMKG<br />

pada saat pembicaraan pendahuluan<br />

RAPBN TA 2016 untuk membiayai program-program<br />

prioritas sesuai dengan<br />

mekanisme pembahasan anggaran di<br />

Badan Anggaran DPR.<br />

Sementara itu, di akhir <strong>2015</strong>, Panja<br />

Keselamatan Penerbangan Nasional<br />

Komisi V DPR menyampaikan sejumlah<br />

hasil rekomendasi dari hasil kerja<br />

Panja kepada pemerintah dan mendesak<br />

pemerintah melaksanakan seluruh<br />

rekomendasi yang sudah Panja sampaikan.<br />

(NT) FOTO: ANDRI/PARLE/HR<br />

16 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP KOMISI VI DPR RI<br />

RAPAT MARATON PMN<br />

Mengawali tahun <strong>2015</strong>, Komisi VI<br />

DPR RI disibukkan dengan menggelar<br />

rapat maraton soal Penyertaan Modal<br />

Negara (PMN). Komisi VI membentuk<br />

Panitia Kerja (Panja) untuk melakukan<br />

pengawasan atas program pemerintah<br />

menyuntikkan anggaran ke sejumlah<br />

BUMN. Seperti diketahui, Pemerintahan<br />

Joko Widodo merilis beberapa program<br />

unggulan, seperti pembangunan infrastruktur<br />

dan tol laut.<br />

Untuk melicinkan program tersebut,<br />

pemerintah menggelontorkan anggaran<br />

ke BUMN pilihan. Dan Komisi VI sempat<br />

membentuk dua tim Panja untuk membahas<br />

PMN dengan sejumlah BUMN.<br />

Pada APBN-P <strong>2015</strong> tercatat PMN yang<br />

diajukan sebesar Rp 72,9 triliun. Ada 35<br />

BUMN yang mengajukan proposal untuk<br />

mendapatkan PMN dari pemerintah.<br />

Wakil Ketua Komisi VI DPR Heri Gunawan<br />

(Dapil Jabar VI) pada akhir Janua ri<br />

menjelaskan, Panja PMN ini i ngin mengorek<br />

lebih jauh tentang kinerja korporasi<br />

dan operasional beberapa BUMN yang<br />

diundang. “Lalu, kita juga ingin tahu<br />

bagaimana BUMN tersebut tanpa PMN<br />

dan setalah mendapat PMN,” ka tanya.<br />

Dari rapat dengan beberapa BUMN<br />

tersebut akan terlihat mana yang sehat<br />

dan mana yang tidak sehat.<br />

TINJAU DJAKARTA LLOYD<br />

Tim Komisi VI DPR tinjau PT. Djakarta<br />

Lloyd (D’Lloyd) di Pelabuhan<br />

Tanjung Priok, Jakarta. Peninjauan ini<br />

terkait dengan PMN yang diberikan untuk<br />

D’Lloyd sebesar Rp 350 miliar. April<br />

<strong>2015</strong>, Tim Komisi VI melihat dari dekat<br />

program perbaikan kapal sekaligus<br />

pembelian kapal baru oleh D’Lloyd dari<br />

anggaran PMN yang sudah dikucurkan.<br />

Kapal-kapal yang sedang diperbaiki<br />

u mumnya sudah mengalami korosi di<br />

lambung dan berumur tua.<br />

Kapal Sam Ratulangi adalah salah<br />

satu dari program revitalisasi kapal yang<br />

dilakukan D’Llyod. Kapal ini memiliki<br />

kapasitas 1.600 kontainer dan dibuat tahun<br />

2001. Nilai perbaikan kapal mencapai<br />

Rp 38,1 miliar. Dengan menggunakan<br />

speed boot, Tim Komisi VI mendekati tiga<br />

kapal di perairan teluk Jakarta. Dua kapal<br />

lainnya adalah kapal Jatiwangi yang<br />

menelan anggaran perbaikan sebesar Rp<br />

22,6 miliar. Dan kapal Lhoksemawe butuh<br />

anggaran Rp 19,2 miliar.<br />

Komisi VI DPR sidak ke Pasar Tebet<br />

KUNJUNGI PASAR TEBET TIMUR<br />

Jelang Ramadan pada Juni <strong>2015</strong>,<br />

Komisi VI DPR RI kunjungi Pasar Tebet<br />

Timur, Jakarta Selatan. Harga-harga kebutuhan<br />

bahan pokok waktu itu membumbung<br />

tinggi di tingkat pengecer.<br />

Selain lonjakan harga, Komisi VI juga<br />

banyak menemukan produk makanan<br />

tanpa label. Dipimpin Ketua Komisi VI<br />

DPR Achmad Hafisz Tohir dan Wakil<br />

Ketua Heri Gunawan, tim Komisi VI<br />

menyisir setiap pedagang sembako di<br />

dalam pasar.<br />

Dialog dengan para pedagang pasar<br />

terjadi begitu cairnya. Heri Gunawan<br />

sempat menanyakan harga beberapa komoditas.<br />

Tempe, misalnya, ukuran kecil<br />

dijual Rp 2500, ukuran sedang Rp 5.000,<br />

dan ukuran besar Rp 6000. Harga beras<br />

bermerek dijual mulai Rp 18.500/kg<br />

atau Rp 9.000/liter. Tim Komisi VI juga<br />

memberi penjelasan kepada para pedagang<br />

yang menjual produk kue tanpa label.<br />

Izin pembuatan label tak dipungut<br />

biaya. Temuan banyaknya jajanan pasar<br />

tanpa label mengindikasikan lemahnya<br />

pengawasan oleh pemerintah.<br />

BENTUK PANJA PELINDO II<br />

September <strong>2015</strong>, Komisi VI membentuk<br />

Panja Pelindo II untuk menyelidiki<br />

kontrak konsesi anak perusahaan Pelindo<br />

II, JICT kepada perusahaan asal<br />

Pimpinan Komisi VI DPR panggil Dirut Pelindo II<br />

Hong kong, Hutchison Port Holding<br />

(HPH). Kasus ini telah mengundang perhatian<br />

publik dan memenuhi headline<br />

media massa. Pasalnya, Pelindo II telah<br />

memperpanjang kontrak tanpa melibatkan<br />

regulator pelabuhan (Kemenhub).<br />

Kasus ini juga berawal dari kunjungan<br />

mendadak Presiden Joko Widodo<br />

ke Tanjung Priok dan mempersoalkan<br />

dwelling time.<br />

Dirut Pelindo II RJ. Lino dinilai<br />

telah melanggar UU No.17/2008 tentang<br />

Pelayaran. Tak hanya melanggar<br />

UU, Lino juga telah mengabaikan tiga<br />

surat mantan Menteri Perhubungan<br />

yang melarang perpanjangan konsesi<br />

kepada HPH. Nilai kontrak juga tak sesuai<br />

yang diharapkan. Kontrak pertama<br />

tahun 1999, HPH membayar USD 243<br />

juta. A nehnya, pada kontrak kedua, HPH<br />

hanya diwajibkan membayar USD 215<br />

juta untuk 20 tahun kemudian.<br />

Semua pihak yang terkait dengan<br />

persoalan ini dipanggil ke rapat Panja.<br />

Bahkan, Ketua Komisi VI Achmad Ha­fisz<br />

Tohir, menyatakan, Panja bisa saja mengunjungi<br />

HPH ke Hongkong untuk melihat<br />

seperti apa profil perusahaan ini.<br />

Panja menilai, JICT sudah bisa dikelola<br />

oleh anak bangsa sendiri, tak perlu lagi<br />

asing ikut mengelola pelabuhan. Bahkan,<br />

menurut Wakil Ketua Komisi VI Heri<br />

Gunawan, ada pendapatan ke kas negara<br />

sebesar USD 160 juta bila JICT dikelola<br />

mandiri oleh putra putri terbaik bangsa.<br />

(MH) FOTO: AYU, ANDRI/PARLE/HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

17


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP KOMISI VII DPR RI<br />

Dan yang menjadi sorotan adalah<br />

perusahaan tambang asing raksasa PT.<br />

Freeport Indonesia yang beroperasi<br />

di Papua. Panja Smelter mendesak PT.<br />

Freeport membangun smelter di Papua.<br />

Komisi VII berkepentingan mengawal<br />

isu penting ini. Dan dari hasil konsultasi<br />

Presiden, Wakil Presiden, beserta Pimpinan<br />

DPR, pembangunan smelter ditempatkan<br />

di Mimika, Papua.<br />

Dengan pembangunan smelter ini,<br />

limbah industri pertambangan bisa<br />

terkontrol dengan baik. Komisi VII menyerukan<br />

agar pemerintah dan Freeport<br />

melakukan pengawasan berkala<br />

terhadap pembangunan smelter, agar<br />

masyarakat yang tinggal di lingkungan<br />

pertambangan tidak terdampak dari buruknya<br />

pengolahan limbah.<br />

Suasana rapat Komisi VII dengan Kementerian ESDM<br />

RENEGOSIASI FREEPORT HARUS<br />

LIBATKAN PEMPROV PAPUA<br />

Januari <strong>2015</strong>, Komisi VII DPR RI sudah<br />

mendesak pada Menteri ESDM<br />

Sudirman Said agar melibatkan Pemerintah<br />

Provinsi Papua dalam renegosiasi<br />

kontrak karya PT. Freeport Indonesia.<br />

Pelibatan Pemprov Papua dalam kontrak<br />

karya selalu disuarakan Komisi VII kepada<br />

setiap Menteri ESDM yang sedang<br />

menjabat. Rapat ketika itu dihadiri pula<br />

perwakilan SKK Migas, BPH Migas, dan<br />

Pertamina.<br />

Pembangunan smelter juga sudah<br />

disuarakan Komisi VII kepada Freeport<br />

sesuai amanat UU No.4/2009 tentang<br />

Pertambangan Mineral dan Batu Bara<br />

(Minerba). Wakil Ketua Komisi VII DPR<br />

Satya Widya Yudha mendesak Menteri<br />

ESDM meninjau kembali MoU yang ditandatangani<br />

Dirjen Minerba dengan PT.<br />

Freeport pada 25 Januari <strong>2015</strong>. Sekali lagi<br />

MoU tersebut harus disesuaikan dengan<br />

UU Minerba.<br />

Pada kesempatan itu, Komisi VII DPR<br />

juga meminta Menteri ESDM menyiapkan<br />

regulasi untuk memberikan kepastian<br />

hukum bagi wilayah kerja migas<br />

yang akan habis masa kontraknya. Regulasi<br />

kontrak terutama ditujukan bagi perusahaan<br />

nasional, baik BUMN, BUMD,<br />

dan swasta nasional.<br />

BENTUK PANJA SMELTER<br />

Pembangunan smelter untuk dunia<br />

pertambangan sudah sangat mendesak.<br />

Komisi VII DPR memandang penting<br />

pengawasan terhadap pembangunan<br />

smelter ini. Pada Februari <strong>2015</strong>, Komisi<br />

VII DPR membentuk Panja Smelter untuk<br />

menjalankan fungsi pengawasan<br />

terhadap perusahaan-perusahaan pertambangan.<br />

Smelter sendiri merupakan<br />

fasilitas pengolahan dan pemurnian<br />

mineral yang harus ada pada semua perusahaan<br />

pertambangan.<br />

Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya Widya Yudya<br />

SEPAKATI ANGKA SUBSIDI<br />

LISTRIK<br />

Komisi VII DPR menyapakati penetapan<br />

angka subsidi listrik untuk tahun<br />

2016, yaitu sebesar Rp 67 triliun hingga<br />

Rp 71 triliun. Angka tersebut ternyata<br />

lebih besar dari angka yang diajukan<br />

pemerintah sebesar Rp 60,14 triliun<br />

hingga Rp 63,18 triliun. Inilah yang<br />

mengemuka menjadi butir kesepakatan<br />

antara Komisi VII dengan Menteri<br />

ESDM, Juni <strong>2015</strong>.<br />

Pada kesempatan itu, DPR RI menolak<br />

keinginan pemerintah untuk menaikkan<br />

tarif listrik dengan alasan masyarakat<br />

Indonesia belum siap untuk menerima<br />

kenaikan tarif listrik. “DPR RI mempertimbangkan<br />

keadaan ekonomi sedang<br />

tidak baik, maka Komisi VII<br />

DPR tidak bisa menyetujui<br />

kenaikan tarif listrik,” jelas<br />

Tamsil Lindrung, Wakil<br />

Ketua Komisi VII yang memimpin<br />

raker.<br />

DIVESTASI SAHAM<br />

FREEPORT<br />

Komisi VII DPR RI pada<br />

Oktober <strong>2015</strong> mendesak<br />

Pemerintah segera menyambut<br />

divestasi saham<br />

PT.Freeport Indonesia. Divestasi<br />

merupakan amanat<br />

UU No.4/2009 tentang Pertambangan<br />

Mineral dan Batubara, yang<br />

tujuannya agar penguasaan nasional<br />

atas lahan per tambangan mineral yang<br />

masih dikuasai perusahaan asing bisa<br />

semakin besar. Divestasi harus diambil<br />

Pemerintah. bila Pemerintah tidak<br />

mampu, ada BUMN pertambangan yang<br />

bisa ambil alih. (MH) FOTO: ANDRI/PARLE/IW<br />

18 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP KOMISI VIII DPR RI<br />

PERJUANGAN<br />

KOMISI VIII DI TAHUN<br />

KAMBING KAYU<br />

Tahun <strong>2015</strong> telah banyak yang diperjuangkan<br />

Komisi VIII bagi masyarakat<br />

Indonesia. Masukan, dorongan dan<br />

desakan kepada para mitra kerjanya<br />

seperti Kementerian Sosial, Kementerian<br />

Agama, Kementerian Pemberdayaan<br />

Perempuan dan Perlindungan<br />

Anak, Badan Nasional Penanggulangan<br />

Bencana (BNPB), Baznas dan beberapa<br />

badan lainnya tak lain adalah demi kesejahteraan<br />

rakyat Indonesia. Berikut<br />

beberapa diantara sekian banyak perjuangan<br />

Komisi VIII yang berhasil<br />

dirangkum Parlementaria.<br />

MENURUNKAN BIAYA<br />

PERJALANAN IBADAH HAJI<br />

Setelah berhasil membuat Undang-Undang<br />

34 Tahun 2014 tentang<br />

pengelolaan keuangan haji pada tahun<br />

2014, di tahun <strong>2015</strong> ini Komisi<br />

VIII DPR berhasil menurunkan BPIH<br />

(Biaya Perjalanan Ibadah Haji) <strong>2015</strong>.<br />

Pada tahun 2014 BPIH yang dibebankan<br />

kepada para calon jemaah<br />

haji sebesar 3.219 Dolar Amerika.<br />

Berkat desakan dari Komisi VIII<br />

BPIH tahun <strong>2015</strong> turun sebesar 502 dolar<br />

Amerika Serikat, menjadi 2.717 dolar<br />

Amerika.<br />

Ketua Komisi VIII DPR RI Saleh Partaonan<br />

Daulay mengatakan bahwa penurunan<br />

BPIH tahun ini adalah penurunan<br />

yang paling drastis dalam sejarah penyelenggaraan<br />

haji Indonesia. Sebagai<br />

perbandingan, pada 2010 besaran BPIH<br />

adalah USD 3.364. Tahun 2011 turun<br />

menjadi USD 3.357, tahun 2012 kembali<br />

naik menjadi USD 3.617, tahun 2013 turun<br />

menjadi USD 3.527 atau sama dengan<br />

tahun 2011, pada tahun 2014 turun<br />

menjadi USD 3.219. Dan yang paling besar<br />

dan signifikan penurunannya adalah<br />

<strong>2015</strong> dimana ditetapkan menjadi sebesar<br />

USD 2.717.<br />

MENDESAK PEMERINTAH<br />

MEMBANGUN RUMAH KORBAN<br />

ERUPSI SINABUNG<br />

Masih di awal tahun <strong>2015</strong>, tepatnya<br />

bulan Mei, Komisi VIII DPR RI berhasil<br />

mendesak mitra kerjanya, BNPB<br />

(Badan Nasional Penanggulangan Bencana)<br />

merelokasi korban erupsi Gunung<br />

Sinabung Sumatera Utara. Sejatinya<br />

erupsi Gunung Sinabung ini dimulai<br />

sejak tahun sebelumnya, namun saat<br />

itu masyarakat di jarak tertentu masih<br />

memilih menetap di rumah yang<br />

telah dihuninya selama puluhan tahun<br />

itu. Namun awal tahun <strong>2015</strong> gunung<br />

ini kembali mengeluarkan lahar panas,<br />

hingga akhirnya masyarakat dievakuasi,<br />

bahkan beberapa desa terpaksa direlokasi<br />

guna menghindari jatuhnya korban<br />

jiwa. Komisi VIII DPR mendesak pemerintah<br />

untuk segera membangun rumah<br />

warga yang direlokasi.<br />

Komisi VIII DPR RI menerima masyarakat penyandang<br />

disabilitas<br />

Atas desakan tersebut, Kepala<br />

BNPB, Syamsul Maarif beserta Ketua<br />

Komisi VIII DPR RI, Saleh Partaonan<br />

Daulay, Selasa (5/5) menyerahkan 103<br />

dari 370 unit rumah tahap pertama bagi<br />

korban erupsi gunung Sinabung yang<br />

direlokasi dari desa Bakerah di Siosar,<br />

Kecamatan Merk, Kabupaten Karo Sumatera<br />

utara. Pembangunan rumah<br />

akan dilanjutkan kembali mendatang<br />

dengan total jumlah rumah yang direncanakan<br />

dibangun adalah 2.053 yang<br />

secara bertahap akan terus dilanjutkan.<br />

MENDESAK PENINGKATAN<br />

ANGGARAN KEMEN PP & PA<br />

Meningkatnya angka kekerasan terhadap<br />

anak dan perempuan mendorong<br />

Komisi VIII DPR RI untuk mendesak mitra<br />

kerjanya Kementerian Pemberdayaan<br />

Perempuan dan Perlindungan anak<br />

(Kemen PP & PA) untuk meningkatkan<br />

kinerjanya. Desakan tersebut didukung<br />

dengan peningkatan anggaran yang<br />

diberikan Komisi VIII DPR kepada mitra<br />

kerjanya tersebut. Pada akhirnya<br />

pemerintah menyetujui peningkatan<br />

anggaran yang diberikan Komisi VIII<br />

kepada Kemen PP & PA, dari sekitar 217<br />

Miliar pada tahun sebelumnya, menjadi<br />

sebesar 1,269 triliun untuk Pagu anggaran<br />

tahun 2016 mendatang.<br />

“Kami mengapresiasi peningkatan<br />

anggaran yang diberikan pemerintah<br />

kepada Kementerian Pemberdayaan<br />

Perempuan dan Perlindungan Anak<br />

(PP&PA) sebesar 1,269 triliun untuk<br />

Pagu anggaran tahun 2016. Ini merupakan<br />

sejarah tersendiri, dan tentunya<br />

atas desakan Komisi VIII untuk memberikan<br />

tambahan anggaran dibanding<br />

tahun-tahun sebelumnya yang hanya<br />

sekitar 217 Miliar,”ungkap Saleh usai<br />

Rapat kerja dengan Menteri Pemberdayaan<br />

Perempuan dan Perlindungan<br />

Anak, Yohana S Yembise, Senin<br />

(31/8) di Senayan Jakarta.<br />

PERJUANGKAN HAK<br />

PENYANDANG DISABILITAS<br />

LEWAT RUU PENYANDANG<br />

DISABILITAS<br />

Dipenghujung tahun <strong>2015</strong>, Komisi<br />

VIII DPR RI akhirnya resmi mengesahkan<br />

RUU Penyandang Disabilitas<br />

menjadi RUU inisiatif DPR dan menjadi<br />

Prolegnas.RUU ini menggantikan<br />

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997<br />

tentang Penyandang Cacat.<br />

Wakil Ketua Komisi VIII Ledia Hanifa<br />

Amaliah mengatakan perubahan undang-undang<br />

itu lebih kepada merubah<br />

paradigma di masyarakat. Undangundang<br />

sebelumnya itu lebih menitik<br />

beratkan pada pelayanan dan belas kasihan<br />

(charity based). Sementara RUU<br />

tentang Penyandang Disabilitas ini berparadigma<br />

lebih kepada pemenuhan hak<br />

penyandang disabilitas (right based),<br />

baik hak ekonomi, politik, sosial maupun<br />

budaya.<br />

“Munculnya inisiati RUU Disabilitas<br />

ini karena para penyandang disabilitas<br />

masih banyak mengalami diskriminasi<br />

baik secara fisik, mental, intelektual,<br />

juga sensorik saat berinteraksi di lingkungan<br />

sosialnya,” jelasnya usai sidang<br />

paripurna hari Selasa (20/10). (AYU) FOTO:<br />

NAEFUROJI/PARLE/HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

19


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP KOMISI IX DPR RI<br />

KOMISI IX BERPENDAPAT KASUS ANESTESI RS<br />

SILOAM MUSIBAH<br />

Di awal tahun <strong>2015</strong> ini, kembali kita dikejutkan dengan<br />

meninggalnya dua pasien di Rumah Sakit Siloam Karawaci,<br />

Tangerang. Dua pasien di rumah sakit ini, meninggal dunia<br />

setelah diberi injeksi Buvanest Spinal produk PT Kalbe Farma.<br />

Pasien pertama adalah seorang wanita yang menjalani operasi<br />

caesar dan pasien kedua adalah seorang laki-laki yang<br />

menjalani operasi urologi. Keduanya langsung dibawa ke ruang<br />

ICU. Namun, kurang dari 24 jam nyawanya tak tertolong.<br />

Sementara itu, untuk pasien yang menjalani operasi caesar,<br />

bayinya selamat.<br />

Hasil pemeriksaan sementara yang dilakukan Kementerian<br />

Kesehatan, Buvanest Spinal yang diberikan ternyata bukan<br />

berisi Bupivacaine yang merupakan obat bius, akan tetapi<br />

berisi asam traneksamat golongan antifibrinolitik yang bekerja<br />

mengurangi pendarahan. Pihak RS Siloam mengaku sudah<br />

melakukan tindakan operasi sesuai prosedur.<br />

Terkait kasus tersebut, Komisi IX DPR RI membentuk Panitia<br />

Kerja (Panja) dan langsung melakukan investigasi ke rumah<br />

sakit Siloam Karawaci dan ke PT Kalbe Farma di Bandung.<br />

Panja dibentuk bukan untuk menentukan siapa yang salah dan<br />

benar, tetapi untuk mendapatkan rekomendasi kepada pemerintah<br />

sebagai dasar tindak lanjut masalah ini.<br />

Selain melakukan investigasi ke RS Siloam Karawaci dan<br />

PT Kalbe Farma, Panja juga memanggil seluruh pemangku di<br />

bidang kesehatan, seperti Menteri Kesehatan, Kepala Badan<br />

POM, Komite Nasioanl Keselamatan Pasien Rumah Sakit,<br />

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Perhimpunan<br />

Dokter Anestesi, Ikatan Apoteker Indonesia, Asosiasi Farmasi<br />

Indonesia (Gabungan Perusahaan/GP Farmasi Indonesia) dan<br />

International Pharmaethical Manufactories Group.<br />

Panja Kasus Anestesi Komisi IX DPR RI menemukan bahwa<br />

kasus meninggalnya pasien yang diduga karena injeksi obat<br />

Buvanest Spinal 0,5% Heavy 4 ml/5 (Bupivacaine HCI) produksi<br />

Industri Farmasi PT. Kalbe Farma, Tbk. hanya terjadi di<br />

Rumah Sakit Siloam Karawaci. Panja Kasus Anestesi Komisi IX<br />

DPR RI tidak menemukan kasus serupa terjadi di rumah sakit<br />

atau fasilitas pelayanan kesehatan lain.<br />

Berdasarkan temuan-temuan di lapangan, Panja Kasus<br />

Anestesi Komisi IX DPR RI merekomendasikan bahwa kejadian<br />

ini adalah musibah di dalam dunia kesehatan sehingga menjadi<br />

momentum untuk segera melakukan perbaikan mendasar<br />

terkait prosedur dan mekanisme penanganan kasus atau kejadian<br />

serupa baik di Rumah Sakit maupun di Industri Obat.<br />

Panja Kasus Anestesi Komisi IX DPR RI meminta PT. Kalbe<br />

Farma, Tbk, melakukan corrective action preventive action<br />

(CAPA) sesuai CPOB yang ditentukan oleh BPOM secepatnya.<br />

Jika hal tersebut sudah dilakukan, maka Panja Kasus Anestesi<br />

Komisi IX DPR RI meminta BPOM untuk mencabut segel dan<br />

mengaktifkan kembali line 6 sehingga dapat berproduksi kembali.<br />

Panja Kasus Anestesi Komisi IX DPR RI meminta kepada<br />

Rumah Sakit Siloam Karawaci untuk mematuhi ketentuan<br />

Kunjungan Komisi IX DPR RI ke RS Siloam Karawaci<br />

dalam Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah<br />

Sakit, khususnya pasal 32 terkait hak pasien secara konsisten<br />

sehingga pasien dapat terlindungi.<br />

Selain membentuk Panja Anestesi, Komisi IX DPR juga<br />

membentuk Panja BPJS Kesehatan, Panja Tenaga Kesehatan,<br />

dan Panja Kesehatan Haji.<br />

Panja BPJS Kesehatan dibentuk karena banyaknya permasalahan<br />

yang timbul terkait pelaksanaan program jaminan kesehatan<br />

nasional yang diselenggarakan BPJS Kesehatan yang<br />

telah digulirkan pemerintah sejak Januari 2014.<br />

Berbagai permasalahan timbul dalam pelaksanaan program<br />

jaminan kesehatan nasional tersebut. Mulai dari aktivasi keanggotaan,<br />

e-catalog, pelayanan fasilitas kesehatan dan aneka<br />

masalah lain kerap dikeluhkan masyarakat maupun pelayanan<br />

kesehatan.<br />

Sementara itu, Panja Tenaga Kesehatan Komisi IX dibentuk<br />

adalah untuk mengawal perekrutan CPNS Tenaga Kesehatan<br />

di tahun 2016 terutama terhadap 42.000 Bidan PTT. Hal<br />

tersebut, didasarkan pada Keputusan Presiden Joko Widodo<br />

yang tidak akan menghentikan perekrutan CPNS, khususnya<br />

tenaga kesehatan.<br />

Komisi IX DPR RI berharap perekrutan tersebut harus<br />

memenuhi rasa keadilan dan mempertimbangan lamanya<br />

pengabdian. Tenaga kesehatan khususnya bidan dan perawat<br />

yang diangkat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjadi<br />

Pegawai Tidak Tetap (PTT) telah diusulkan kepada Kemen­<br />

PAN untuk diangkat menjadi PNS tanpa tes. Pertimbangannya<br />

adalah karena PTT ini telah mengabdi cukup lama dan bertugas<br />

di daerah terpencil. Namun, masalah ini belum disetujui<br />

karena harus memiliki regulasi sebagai payung hukum.<br />

Sedangkan untuk memberikan pengawasan kesehatan bagi<br />

jemaah haji yang akan beribadah di tahun <strong>2015</strong> ini, Komisi<br />

IX DPR RI sepakat untuk membentuk Panja Kesehatan Haji.<br />

Panitia ini bertujuan untuk melakukan pengawasan terhadap<br />

persiapan dan juga pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan<br />

terhadap para jemaah haji, khususnya bagi jemaah<br />

haji dengan resiko tinggi.<br />

Dewan berharap bahwa seluruh fasilitas kesehatan haji<br />

mulai sebelum keberangkatan jemaah haji, kemudian mereka<br />

masuk ke embarkasi, dan mereka terbang kemudian sampai di<br />

madinah, ini harus dapat perhatian secara sungguh-sungguh<br />

dari Kementerian Kesehatan. (SC) FOTO: NAEFUROJI/PARLE/HR<br />

20 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP KOMISI X DPR RI<br />

SEPAKAT HAPUS PASAL<br />

KRETEK PADA RUU<br />

KEBUDAYAAN<br />

Penyerahan palu pimpinan kepada Wakil Ketua Komisi X yang baru, Abdul<br />

Kharis Almasyhari<br />

Komisi X DPR, atau yang lebih dikenal sebagai Komisi Pendidikan,<br />

menunjukkan komitmennya dengan memaksimalkan<br />

tiga fungsi Dewan, kepada mitra kerjanya. Mengawali tahun<br />

<strong>2015</strong>, Komisi X sudah melakukan pengawasan terhadap persiapan<br />

Ujian Nasional (UN) <strong>2015</strong> berbasis komputer (Computer<br />

Based Test), yang baru pertama kalinya dilaksanakan. UN Online<br />

dianggap lebih efisien dan mengurangi kecurangan.<br />

Komisi X mendorong pelaksanaan UN berbasis komputer<br />

dapat diperluas dan digunakan oleh banyak sekolah. Walaupun,<br />

program ini dianggap tidak menjamin permasalahan yang<br />

melingkupi UN itu sendiri, maupun pendidikan Indonesia.<br />

Mendikbud mengklaim, dengan UN berbasis komputer ini akan<br />

meminimilisir kecurang an<br />

selama UN berlangsung.<br />

Implementasi Kurikulum<br />

2013 pun menjadi sorotan<br />

Komisi X. Komisi X menilai<br />

penghentian sementara<br />

penerapan K13 membuat<br />

pihak penyelenggara pendidikan<br />

menjadi bingung.<br />

Pemerintah dinilai tidak memiliki<br />

ketegasan untuk menentukan,<br />

apakah K13 dapat<br />

diterapkan atau dihentikan<br />

sementara.<br />

Permasalahan Kemenpora<br />

dengan PSSI pada awal<br />

<strong>2015</strong> pun mendapat sorotan<br />

dari Komisi X. Komisi X berharap<br />

Menpora dapat berkomunikasi dengan PSSI, dan mencari<br />

solusi dari berbagai permasalahan yang terjadi. Apalagi,<br />

semenjak Menpora Imam Nahrawi dilantik belum ada pertemuan<br />

antara Menpora dengan PSSI. Pembekuaan PSSI oleh<br />

Kemenpora, pun dianggap salah alamat.<br />

Akibat kekisruhan yang tak kunjung usai, Komisi X meminta<br />

Kemenpora untuk melakukan pertemuan dengan PSSI paling<br />

lambat 23 Juni <strong>2015</strong>. Komisi X juga meminta Menpora dan PSSI<br />

membicarakan langkah-langkah strategis bersama PSSI untuk<br />

segera mengakhiri sanksi FIFA.<br />

Prestasi Indonesia di Sea Games <strong>2015</strong> Singapura dinilai<br />

mengecewakan. Dengan perolehan medali yang didapat, menempatkan<br />

Indonesia di peringkat ke lima. Padahal, Indonesia<br />

menargetkan minimal peringkat ke tiga. Hasil ini dinilai masih<br />

mengecewakan dan tak memenuhi harapan.<br />

Mengawali September <strong>2015</strong>, jabatan Wakil Ketua Komisi X<br />

DPR Sohibul Iman (F-PKS), kini digantikan oleh Anggota DPR<br />

Abdul Kharis Almasyhari. Sebelumnya, Kharis bertugas di<br />

Komisi XI DPR. Sohibul yang terpilih sebagai Presiden Partai<br />

Keadilan Sejahtera (PKS), dinilai memiliki tanggung jawab semakin<br />

luas di partainya.<br />

Di bidang anggaran, Komisi X DPR dan Mendikbud menyepakati<br />

pagu alokasi anggaran definitif Kementerian Pendidikan<br />

dan Kebudayaan untuk RAPBN 2016 sebesar Rp 49,232<br />

triliun. Sementara, penurunan anggaran Badan Ekonomi<br />

Krea tif tahun 2016 yang telah disetujui Komisi X, diharapkan<br />

tidak mengganggu target yang telah disepakati. Pagu anggaran<br />

sementara Bekraf semula sebesar Rp 1,157 triliun, namun<br />

me ngalami pengurangan sebesar Rp 43 miliar, sehingga menjadi<br />

Rp 1,113 trilun untuk tahun mendatang.<br />

Pertengahan Oktober, Komisi X DPR sepakat untuk<br />

menghapus Pasal Kretek dari Rancangan Undang-Undang<br />

Kebudaya an yang saat ini sedang dibahas. Mengingat, pasal ini<br />

cukup menuai kontroversi dan polemik di masyarakat. Keputusan<br />

ini sebagai bentuk tindak lanjut dari aspirasi masyarakat<br />

yang menilai, dengan adanya Pasal Kretek ini, seperti i ngin<br />

membudayakan konsumsi<br />

kretek kepada anak-anak.<br />

Memperingati Hari Guru<br />

Nasional (HGN) pada 25 November<br />

<strong>2015</strong>, Komisi X menilai,<br />

distribusi guru yang tidak<br />

merata menyebabkan banyak<br />

sekolah kekurangan guru,<br />

masih menjadi masalah yang<br />

perlu mendapatkan perhatian<br />

dari Pemerintah.<br />

Akhir November, Tim Panja<br />

Program Indonesia Pintar<br />

(PIP) mendatangi Provinsi<br />

Jawa Timur untuk melihat<br />

dari dekat problem implementasi<br />

PIP di daerah. Penyaluran<br />

dana Program Indonesia Pintar<br />

(PIP) bagi para siswa miskin harus dipermudah aksesnya.<br />

Selama ini para siswa miskin di daerah kerap sulit mencairkan<br />

dana PIP di bank pelaksana.<br />

Wakil Ketua Komisi X Ridwan Hisjam mengatakan, ada<br />

sistem pada PIP yang perlu diperbaiki, sehingga pencairan<br />

bisa lebih cepat dan tak menemui kendala.<br />

Awal Desember <strong>2015</strong>, Komisi X menurunkan Tim Panja RUU<br />

Kebudayaan ke Mojokerto, Jawa Timur, untuk mensosialisasikan<br />

dan menjaring masukan bagi RUU tentang Kebudayaan.<br />

RUU ini diharapkan mampu membantu pengembangan kebudayaan<br />

di Indonesia.<br />

Dalam waktu bersamaan, Tim Panja RUU Sistem Perbukuan,<br />

berkunjung ke Provinsi DI Yogyakarta untuk menyerap<br />

aspirasi terkait RUU ini. Dengan adanya RUU, diharapkan masyarakat<br />

dapat dengan mudah memperoleh dan memanfaatkan<br />

buku untuk mengembangkan dirinya dan memperoleh<br />

ilmu pengetahuan guna mewujudkan kesejahteraan dan<br />

mencerdaskan kehidupan bangsa. (SF) FOTO: JAKA/PARLE/IW<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

21


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP KOMISI XI DPR RI<br />

TARGETKAN RUU JPSK DAN RUU PERBANKAN<br />

SELESAI TAHUN <strong>2015</strong><br />

Masa Persidangan II Tahun Sidang 2014-<strong>2015</strong> yang sudah<br />

dimulai pada awal Januari, memacu Anggota Dewan untuk<br />

segera mengerjakan tugasnya di tiga fungsi Dewan, yakni<br />

legislasi, anggaran, dan pengawasan. Selama tahun <strong>2015</strong> pun,<br />

Komisi XI sebagai komisi yang membidangi ekonomi dan perbankan,<br />

menjalankan ketiga fungsinya dengan maksimal.<br />

Mengawali tahun <strong>2015</strong>, Komisi XI langsung membahas<br />

RAPBN-P <strong>2015</strong> bersama Pemerintah. Berbagai pandangan<br />

Anggota Komisi XI yang mewakili fraksinya pun mewarnai<br />

jalannya pembahasan. Kesepakatan yang didapat, pertumbuhan<br />

ekonomi sebesar 5,7 persen. Besaran inflasi disepakati<br />

Komisi XI DPR RI Menyerahkan DIM RUU JPSK kepada Menteri Keuangan<br />

sebesar 5,0 persen, Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,2 persen dan<br />

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar sebesar Rp 12.500 per 1<br />

US$.<br />

Sementara, terkait bidang keuangan, Komisi XI DPR membuat<br />

sejarah baru bagi bangsa Indonesia yaitu Arsitektur<br />

Sistem Keuangan Republik Indonesia. Komisi XI sudah membuat<br />

kerangka berfikir tentang pembangunan ke depan, dimana<br />

ada target, ada kerangka makro pembangunan mengenai<br />

pertumbuhan ekonomi, BI, inflasi dan lain-lain.<br />

Pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi pada beberapa<br />

bulan waktu yang lalu, pun tak luput dari perhatian Komisi<br />

XI. Komisi XI langsung mengadakan rapat kerja dengan Kemenkeu,<br />

BI, OJK, dan LPS. Rapat menghasilkan tujuh kesimpulan,<br />

yang diharapkan mampu memperbaiki performa rupiah.<br />

Menghadapi ekonomi yang tidak bersahabat, Komisi IX sempat<br />

meminta pemerintah untuk membentuk crisis center.<br />

Terkait kinerja pengawasan, Komisi XI juga melakukan kunjungan<br />

kerja ke beberapa daerah. Dalam kunker ke DI Yogyakarta<br />

yang dipimpin Wakil Ketua Komisi XI, Marwan Cik Asan,<br />

pihaknya meminta Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian<br />

Keuangan, untuk dapat mengoptimalkan penerimaan pajak.<br />

Diharapkan ada kebijakan agar para wajib pajak dapat patuh<br />

terhadap kewajiban membayar pajak.<br />

Terkait Paket Kebijakan Ekonomi yang telah diluncurkan<br />

oleh Pemerintah, Marwan menilai kebijakan ini lebih memberikan<br />

kepastian, sehingga diharapkan dapat mendorong<br />

pertumbuhan ekonomi. Sementara, Anggota Komisi XI DPR,<br />

Willgo Zainar berharap, paket kebijakan ini dapat memicu pertumbuhan<br />

ekonomi di Indonesia, di tengah kondisi perekonomian<br />

yang kurang bersahabat.<br />

Komisi XI pun terlibat dengan pemilihan pejabat publik,<br />

salah satunya Calon Deputi Gubernur BI. Pertengahan April,<br />

Komisi XI menggelar uji kelayakan dan kepatutan (fit and<br />

proper test) kepada tiga calon, yakni Dody Budi Waluyo, Erwin<br />

Riyanto, dan Hendy Sulistiowati. Usai melalui uji yang ketat,<br />

Komisi XI menyetujui Erwin Riyanto.<br />

Target penerimaan pajak pada tahun <strong>2015</strong>, Komisi XI memperkirakan<br />

tidak lebih dari 90 persen dari target. APBN-P <strong>2015</strong><br />

menargetkan penerimaan pajak sebesar Rp 1.294,258 triliun.<br />

Namun hingga 4 November <strong>2015</strong>, penerimaan pajak baru mencapai<br />

59,84 persen, atau sebesar Rp 774,4 triliun. Akibat tidak<br />

tercapainya target, Dirjen Pajak pun mengundurkan diri.<br />

Akhir September <strong>2015</strong>, Komisi XI DPR dan Pemerintah<br />

a k hir nya menyepakati asumsi makro dalam RAPBN tahun<br />

2016. Asumsi pertumbuhan ekonomi disepakati sebesar 5,3<br />

persen. Kesepakatan berikutnya, asumsi inflasi dan SPN 3<br />

bulan, dipatok masing-masing 4,7 persen dan 5,5 persen. Sedangkan<br />

untuk asumsi nilai tukar rupiah disepakati Rp13.900<br />

per dolar AS, lebih rendah dibandingkan asumsi dalam nota<br />

keuangan Rp13.400 per dolar AS.<br />

Fungsi anggaran Komisi XI dijalankan dengan menyetujui<br />

anggaran empat mitranya untuk tahun anggaran 2016. Untuk<br />

Kementerian Keuangan, disetujui sebesar Rp 39,278 triliun,<br />

BPK disepakati sebesar Rp 3,471 triliun, BPS sebesar Rp 5,4<br />

triliun, dan BPKP sebesar Rp 1,663,4 triliun.<br />

Penandatanganan kesepakatan Asumsi Makro RAPBN 2016<br />

Komisi XI DPR menargetkan RUU Jaring Pengaman Sistem<br />

Keuangan (JPSK) dan RUU Perbankan rampung Tahun <strong>2015</strong>.<br />

Komitmen ini ditunjukkan dengan penyerahan Daftar Inventarisasi<br />

Masalah (DIM) dari Komisi XI kepada Menkeu pada<br />

akhir November lalu. Total DIM sebanyak 409 pasal, dengan<br />

315 pasal masih terdapat masalah substansif, 70 pasal tetap,<br />

dan 23 pasal redaksional yang berubah.<br />

Untuk memperkaya draft RUU JPSK, pada awal Oktober<br />

lalu, Komisi XI meminta dari masukan dari para pakar ekonomi,<br />

diantaranya, Mantan Wakil Presiden RI Boediono, Hasan<br />

Bisri, Bambang Subianto, Erman Rajagukguk, Hadi Purnomo,<br />

dan Miranda Goeltom. (SF) FOTO: JAKA/PARLE/IW<br />

22 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP BANGGAR DPR RI<br />

BADAN ANGGARAN<br />

MINTA PEMERINTAH SUSUN<br />

ANGGARAN LEBIH REALISTIS<br />

Mengawali tahun <strong>2015</strong>, Badan Anggaran<br />

(Banggar) DPR, membahas Rancangan<br />

Undang-undang APBN-Perubahan<br />

<strong>2015</strong>, dan menyepakati berbagai poin di<br />

dalamnya. Hasil pembahasan di Banggar,<br />

kemudian di bawa ke Pembahasan<br />

Tingkat II di Paripurna DPR.<br />

Suasana Rapat Banggar DPR RI<br />

Ketua Banggar DPR Ahmadi Noor<br />

Supit melaporkan, kesepakatan pada<br />

asumsi dasar APBN <strong>2015</strong>, yaitu pertumbuhan<br />

ekonomi disepakati di angka 5,7<br />

persen, inflasi sebesar 5,0 persen, dan<br />

nilai tukar Rp 12.500 per 1 USD. Kemudian,<br />

tingkat suku bunga SPN 3 bulan<br />

disepakati 6,2 persen, dan harga minyak<br />

mentah 60,0 USD/barel. Lifting minyak<br />

bumi 825 ribu barel/hari, lifting<br />

gas bumi 1.221 ribu barel setara minyak<br />

perhari, sehingga lifting minyak dan gas<br />

bumi disepakati 2.046 ribu barel per<br />

hari.<br />

Dengan asumsi dasar tersebut, disepakati<br />

pendapatan negara dan hibah<br />

dalam APBN-P TA <strong>2015</strong> sebesar Rp 1.761<br />

triliun, dan belanja negara sebesar Rp<br />

1.984 triliun. Sementara, besaran defisit<br />

disepakati sebesar Rp 222,5 triliun, atau<br />

1,9 persen dari PDB. Besaran defisit ini<br />

lebih rendah dari APBN <strong>2015</strong> sebesar 2,21<br />

persen dari PDB.<br />

Dimulainya pembahasan Rancangan<br />

Anggaran dan Pendapatan Belanja<br />

Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2016,<br />

Banggar meminta Pemerintah agar lebih<br />

realistis serta berdasarkan kondisi dan<br />

perkembangan perekonomian saat ini.<br />

“Untuk itu, perlu Pemerintah melakukan<br />

penyesuaian Rencana Pembangunan<br />

Jangka Menengah Nasional (RPJMN)<br />

<strong>2015</strong>-2019, sehingga dapat menjadi acuan<br />

dalam penyusunan Rencana Kerja<br />

Pemerintah tahun 2016 dan tahun-tahun<br />

berikutnya, yang juga akan menjadi<br />

penyusunan APBN,” jelas Ahmadi.<br />

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap<br />

dolar AS, hingga mencapai lebih dari<br />

Rp 14 ribu lebih, juga menjadi sorotan<br />

Banggar. Wakil Ketua Badan Anggaran<br />

DPR Jazilul Fawaid menilai Pemerintah<br />

kurang serius dalam mengantisipasi hal<br />

ini. Termasuk dalam menghadapi pelambatan<br />

pertumbuhan ekonomi global.<br />

“Pemerintah kurang antisipasi dan<br />

telat berpikir. Sekarang kurs rupiah terhadap<br />

dolar AS sudah Rp 14 ribu lebih. Ini<br />

ibarat sakit sudah sampai leher, kita sudah<br />

tidak dalam upaya bagaimana mengantisipasi.<br />

Termasuk dalam menghadapi<br />

ekonomi dunia. Padahal DPR sudah<br />

memberikan dorongan,” tegas Jazilul.<br />

Terkait pertanggungjawaban pelaksanaan<br />

APBN 2014, sebelum disepakati<br />

di Paripurna, terlebih dahulu di Banggar.<br />

Sejumlah catatan turut menyertai<br />

persetujuan ini. Diantaranya, masih<br />

ada nya permasalahan birokrasi pencairan<br />

anggaran, dan masih adanya temuan<br />

BPK yang merupakan pengulangan dari<br />

temuan BPK tahun-tahun sebelumnya.<br />

Berkutat dengan keuangan negara,<br />

Banggar menilai banyak APBN yang<br />

mubazir setiap tahunnya karena tidak<br />

terserap dengan optimal oleh Kementerian,<br />

Lembaga, dan Pemerintah Daerah.<br />

Banggar melihat, penyebab rendahnya<br />

peran belanja negara dalam mendorong<br />

pertumbuhan ekonomi adalah akibat<br />

buruknya koordinasi lintas kementerian<br />

atau lembaga (K/L).<br />

“Kita masih melihat masih lemahnya<br />

koordinasi antar Kementerian dan Lembaga.<br />

Misalnya Kementerian Pekerjaan<br />

Umum, membangun jalan yang diperuntukan<br />

untuk menunjang pelabuhan,<br />

tapi pelabuhannya belum dibangun,”<br />

kata Ahmadi.<br />

Di tahun <strong>2015</strong> ini pun, Banggar memperkirakan<br />

Pemerintah tidak akan menyerap<br />

anggaran secara optimal. Banggar<br />

pesimis Pemerintah dapat menyerap<br />

anggaran hingga 100 persen di waktu<br />

yang tersisa ini.<br />

Mendekati deadline pengesahan<br />

RAPBN 2016, DPR mengebut pembahasan.<br />

Hingga akhirnya, sembilan fraksi<br />

DPR (F- Gerindra menolak) di Banggar<br />

menyatakan persetujuannya untuk<br />

melanjutkan pembahasan RAPBN 2016,<br />

ke Pembahasan Tingkat II. Di Paripurna<br />

pun, pembahasan sempat mengalami<br />

kebuntuan. Hingga akhirnya dilakukan<br />

lobi, dan didapati dua ke sepakatan.<br />

Pertama, menyetujui Rancangan<br />

APBN 2016 untuk disahkan menjadi<br />

Undang-Undang APBN Tahun Anggaran<br />

2016, dengan catatan, bahwa seluruh<br />

catatan merupakan bagian yang utuh<br />

dan tidak terpisahkan dari yang wajib<br />

dilaksanakan dari pemerintah. Kedua,<br />

Penanaman Modal Negara (PMN) dikembalikan<br />

kepada komisi terkait, dan akan<br />

dibahas kembali dalam pembahasan<br />

APBN Perubahan 2016 mendatang.<br />

Terkait postur anggaran, pendapatan<br />

negara disepakati sebesar Rp 1.822,5<br />

triliun, dan belanja negara sebesar Rp<br />

2.095 triliun. Sementara Asumsi Makro<br />

yang disepakati meliputi Pertumbuhan<br />

ekonomi 5,3 persen, Inflasi 4,7 persen,<br />

Kurs Rp13.900/US$, Tingkat Suku Bunga<br />

SPN 3 bulan 5,5 persen, ICP (Indonesia<br />

Crude Price) US$ 50/barel, Lifting<br />

Minyak 830.000 barel per hari, dan Lifting<br />

Gas 1.155 ribu barel setara minyak<br />

per hari. (SF) FOTO: ANDRI/PARLE/IW<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

23


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP BALEG DPR RI<br />

BADAN LEGISLASI<br />

BALEG BERHASIL<br />

PERJUANGKAN UP2DP<br />

Wacana pembentukan polisi parlemen<br />

sempat menuai pro kontra, karena<br />

urgensinya dianggap belum relevan dengan<br />

kondisi saat ini. Dibentuknya polisi<br />

parlemen di komplek parlemen senayan<br />

dinilai akan menjauhkan anggota dewan<br />

dengan rakyatnya.<br />

Ketua Badan Legislasi DPR<br />

RI (Baleg) Sarehwiyono menyatakan<br />

DPR bukan membentuk<br />

polisi parlemen tapi membuat<br />

peraturan mengenai sistem<br />

pengaman terpadu di komplek<br />

Gedung Parlemen. Ia mengaku<br />

banyak yang salah mengartikan<br />

mengenai hal ini, seolah-olah<br />

DPR akan membentuk polisi<br />

parlemen sendiri.<br />

“Sebetulnya bukan demikian,<br />

tapi bagaimana sistem pengamanan<br />

di Gedung Parlemen ini<br />

tertata dengan baik. Dengan<br />

demikian kita harus bekerja<br />

sama dengan pihak kepolisian.<br />

Tidak mungkin kita akan berdiri<br />

Ketua Baleg DPR RI Sareh Wiyono<br />

sendiri,” kata Sareh.<br />

Wakil Ketua Baleg Firman Subagyo<br />

menambahkan yang sedang dibahas<br />

Baleg adalah Peraturan Tata Tertib DPR<br />

RI tentang Sistem Pengamanan di Lingkungan<br />

Gedung DPR RI, bukan membahas<br />

pembentukan polisi parlemen.<br />

“Peraturan DPR RI ini menjadi hal<br />

yang penting dan keamanan menjadi<br />

sesuatu yang mutlak karena komplek<br />

Parlemen ini adalah merupakan lembaga<br />

negara, dimana lembaga negara<br />

ini belum mendapatkan satu perhatian<br />

khusus,” kata Firman.<br />

Mengenai pembentukan Peraturan<br />

DPR RI tentang Sistem Keamanan di<br />

lingkungan Gedung DPR RI ini mendapat<br />

dukungan dari Kepolisian<br />

Republik Indonesia. Kepala<br />

Badan Pemeliharaan Keamanan<br />

Mabes Polri Komjen.<br />

Pol. Putut Eko Bayuseno, S.H.<br />

menyatakan sangat mendukung<br />

terhadap rencana pemberdayaan<br />

tenaga Pamdal (Pengamanan<br />

Dalam.red) dalam<br />

rangka peningkatan keamanan<br />

di lingkungan DPR. Pada<br />

prinsipnya polri mendukung<br />

peningkatan keamanan menuju<br />

kepada yang lebih baik.<br />

Menurutnya, sistem pengamanan<br />

di DPR perlu disempurnakan.<br />

Salah satu solusinya<br />

yaitu dengan melakukan<br />

seleksi ulang terhadap tenaga<br />

24 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


Pimpinan dan anggota Baleg DPR saat peninjauan sistem keamanan di Lingkungan DPR<br />

pengamanan dalam (pamdal) yang ada<br />

saat ini untuk kemudian diberikan pendidikan<br />

dan pelatihan sebagaimana<br />

petugas keamanan. Karena menurutnya,<br />

berdasarkan informasi tidak semua<br />

tenaga pamdal yang ada telah mengikuti<br />

pendidikan yang bersertifikat.<br />

Ia juga menyarankan pentingnya<br />

ke sadaran dan pengertian dari semua<br />

yang melakukan aktivitas di Gedung Dewan<br />

termasuk Anggota Dewan sendiri.<br />

Menurutnya, perlu dibuat suatu peraturan<br />

yang benar-benar ditaati oleh<br />

semua penghuni Gedung Rakyat ini.<br />

Selain membuat Peraturan DPR RI<br />

tentang Sistem Keamanan di Lingkungan<br />

Gedung DPR RI yang sampai hari<br />

ini masih dibahas Baleg, Baleg juga telah<br />

berhasil menyelesaikan pembahasan<br />

Peraturan DPR RI tentang Tata Cara<br />

Pengusulan Program Pembangunan<br />

Daerah Pemilihan atau lebih dikenal<br />

dengan “Dana Aspirasi”.<br />

Peraturan DPR RI tentang Tata Cara<br />

Pengusulan Program Pembangunan<br />

Daerah Pemilihan disahkan Rapat<br />

Paripurna DPR RI tanggal 23 Juni <strong>2015</strong>.<br />

Dalam Rapat Paripurna tersebut, Ketua<br />

Panja Dana Aspirasi yang juga Wakil Ketua<br />

Baleg DPR Totok Daryanto menyampaikan<br />

usulan program dana aspirasi ini<br />

telah dibahas dan disepakati dalam beberapa<br />

tahap di DPR, termasuk dalam<br />

Panja Baleg DPR.<br />

Menurutnya, hanya tiga fraksi, yakni<br />

PDI Perjuangan, Partai NasDem dan<br />

Partai Hanura, yang menolak adanya<br />

usulan dana aspirasi dalam Peraturan<br />

Wakil Ketua Baleg DPR RI Totok Daryanto<br />

DPR tersebut. “Soal tata cara dalam<br />

melaksanakan hak anggota untuk mengusulkan<br />

dan memperjuangkan program<br />

pembangunan daerah pemilihan,<br />

anggota menyusun secara tertulis dan<br />

ditandatangani anggota yang bersangkutan,”<br />

imbuhnya. “Dengan itu, Pleno<br />

Badan Legislasi sepakat bulat melanjutkan<br />

pembahasan UP2DP pada tahap<br />

berikutnya.” Tambah Totok.<br />

Di tahun <strong>2015</strong> ini, selain membahas<br />

dua peraturan DPR RI tentang Sistem<br />

Keamanan di Lingkungan DPR RI dan<br />

Tata Cara Pengusulan Program Pembangunan<br />

Daerah Pemilihan, Baleg<br />

DPR telah menyelesaikan harmonisasi<br />

terhadap delapan Rancangan Undang-<br />

Undang (RUU) Usul DPR antara lain RUU<br />

tentang perubahan atas UU Nomor 1 Tahun<br />

<strong>2015</strong> tentang Penepatan Peraturan<br />

Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Tahun<br />

2014 tentang Pemilihan Gubernur,<br />

Bupati, dan Walikota menjadi UU, RUU<br />

tentang perubahan kedua atas UU Nomor<br />

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan<br />

Daerah, RUU tentang Tabungan<br />

Perumahan Rakyat, RUU tentang Penjaminan,<br />

RUU tentang Larangan Minuman<br />

Beralkohol, RUU tentang Jasa Konstruksi,<br />

RUU tentang Kebudayaan, RUU<br />

tentang Sistem Perbukuan.<br />

Dua RUU yaitu RUU tentang perubahan<br />

atas UU Nomor 1 Tahun <strong>2015</strong> tentang<br />

Penepatan Peraturan Pemerintah<br />

Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang<br />

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan<br />

Walikota dan RUU tentang perubahan<br />

kedua atas UU Nomor 23 Tahun 2014<br />

tentang Pemerintahan Daerah telah<br />

disahkan dalam Rapat Paripurna DPR RI<br />

tanggal 20 Januari <strong>2015</strong>. (SC) FOTO: NAEFU-<br />

ROJI, ANDRI/PARLE/IW<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

25


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP BKSAP DPR RI<br />

BADAN KERJA SAMA ANTAR PARLEMEN<br />

Opening Session<br />

Sidang GOPAC ke-6 di<br />

Yogyakarta<br />

ANGGOTA DPR PIMPIN<br />

ORGANISASI PERLEMEN<br />

ANTIKORUPSI SE-DUNIA<br />

Kabar baik ini sepertinya kurang dicatat publik.<br />

Awal Oktober <strong>2015</strong>, Wakil Ketua DPR Fadli Zon terpilih<br />

menjadi Ketua Organisasi Anggota Parlemen<br />

Global Antikorupsi (GOPAC). Tidak main-main, organisasi<br />

ini didukung oleh anggota parlemen yang<br />

tersebar di 74 negara di dunia. Ia terpilih sebagai<br />

Presiden GOPAC menggantikan Ricardo Garcia<br />

Cervantes dari Meksiko setelah melalui sidang<br />

board meeting yang dihadiri oleh 5 perwakilan<br />

benua dan regional chapter seperti Afrika, Arab,<br />

Latin Amerika, South Asia, Oceania Karibia, North<br />

America. Susunan kepengurusan lainnya adalah,<br />

Wakil Ketua GOPAC Paula Berto dari Amerika Latin<br />

dan Osei Kyei-Mensah-Bonsu dari Ghana. Sekretaris<br />

GOPAC Oceania, John Hyde dari Australia dan<br />

bendaharanya dari Karibia.<br />

Politisi Partai Gerindra itu mengatakan, terpilihnya<br />

sebagai Ketua GOPAC merupakan tugas<br />

berat. Dia sebagai orang pertama Indonesia yang<br />

menjabat sebagai Ketua GOPAC. “Saya melihat ini<br />

adalah kerja berat. Pertama menyangkut reputasi<br />

internasional GOPAC yang sudah cukup bagus,<br />

standingnya di dunia internasional dan kesempatan<br />

pertama bagi orang Indonesia, buat saya ini suatu<br />

amanah yang berat karena menyangkut nama baik<br />

dan standing position dalam pemberantasan korupsi<br />

itu sendiri,” ujar dia.<br />

Sementara itu Ketua Badan Kerja Sama Antar<br />

Parlemen Nurhayati Ali Assegaf mendapat kesempatan<br />

memaparkan konsepnya sebagai panelis<br />

26 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


Ketua BKSAP DPR RI Nurhayati Ali Assegaf dalam pertemuan di New York<br />

dalam pertemuan High Level Thematic Debate on Means of<br />

Implementation for a Transformative Post-<strong>2015</strong> Development<br />

Agenda yang diadakan oleh Majelis Umum PBB di New York,<br />

Amerika Serikat. Acara ini mengundang negara-negara anggota<br />

untuk mendiskusikan isu-isu kritis. Dari parlemen dunia,<br />

hanya Indonesia dan Mexico yang diundang. Acara dibuka<br />

oleh Presiden Majelis Umum PBB, Sam Kutesa dari Uganda.<br />

Nurhayati menegaskan, parlemen punya peran strategis di<br />

setiap negara dalam program MDGs (Millenium Development<br />

Goals). Dari parlemenlah aturan main berupa UU yang menyangkut<br />

pembangunan dirumuskan. Parlemen berkepentingan<br />

menyusun legislasi, anggaran, dan evaluasi undang-undang<br />

yang terkait dengan agenda pembangunan global.<br />

April <strong>2015</strong> sejarah kembali ditorehkan DPR karena berhasil<br />

mengusung hajat besar Konferensi Parlemen Asia A frika<br />

(KPAA). Kegiatan yang dikomandoi Badan Kerja Sama Antar<br />

Parlemen — BKSAP DPR ini sebagai<br />

salah satu bagian dari agenda peringatan<br />

Konferensi Asia Afrika yang<br />

dilaksanakan di Indonesia 60 tahun<br />

lalu. KPAA menghasilkan 24 butir kesepakatan<br />

diantaranya mengenai butir<br />

solidaritas untuk Palestina, Perdamaian<br />

dan Kesejahteraan dan Kerjasama<br />

Asia Afrika di masa mendatang. Parlemen<br />

Asia A frika mendukung Palestina<br />

menjadi negara observer di PBB sebagai<br />

bentuk pengakuan internasional<br />

atas keberadaan Palestina dan hak<br />

kedaulatan terhadap wilayah me reka.<br />

Terkait persoalan kejahatan transnasional<br />

terorganisir, seluruh anggota<br />

parlemen menolak segala bentuk terorisme<br />

dan manifestasinya. termasuk<br />

juga perusakan benda bersejarah<br />

serta penyelundupan benda bersejarah<br />

tersebut baik langsung maupun tidak<br />

langsung dari situs arkeologi, museum,<br />

perpustakaan, arsip, dalam ber bagai<br />

bentuk dan cara yang dilakukan oleh Al Nusrah Front (ANF)<br />

Boko Haram dan Daesh Islamic State (IS). Pada butir kesepakatan<br />

juga mengajak seluruh negara parlemen Asia Afrika untuk<br />

berjuang bersama dalam memberantas terorisme, ekstremisme<br />

dan group radikal diantara anggota Parlemen Asia Afrika.<br />

Pelaksanaan Asian African Parliamentary Conference<br />

(AAPC) sebagai bagian dari peringatan 60 tahun Konferensi<br />

Asia Africa dinilai cukup berhasil. Harapan publik agar kegiatan<br />

ini jangan hanya sekedar seremoni dinilai positif dan<br />

berhasil mendorong peserta konferensi bekerja optimal. “Kegiatan<br />

ini tentu ada aspek seremoni, kita harus akui. Namun<br />

secara umum parlemen dari 30 negara yang hadir telah berhasil<br />

menyepakati deklarasi yang berisi aksi nyata dalam kerangka<br />

ingin mewujudkan perdamaian, kesejahteraan dan keadilan<br />

di dua kawasan ini,” kata anggota BKSAP Hamdani.<br />

Sepanjang tahun <strong>2015</strong>, BKSAP DPR telah mengirimkan sejumlah<br />

delegasi diantaranya ke Forum Parlemen Asia Pasifik<br />

di Quito, Ekuador. Ada empat tema besar yang dibahas diantaranya<br />

Cooperation for advancing freedom, peace, democracy<br />

and prosperity dan non military cooperation for matters<br />

regarding peace and regional securities. Awal Desember<br />

BKSAP juga menghadiri Sidang Umum APA ke-8 di Phnom<br />

Penh, Kamboja. Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto dalam pidatonya<br />

pada sidang ini menyampaikan pentingnya Parlemen<br />

Asia bersatu menghadapi terorisme. “Teror di Paris dan Beirut<br />

belum lama ini menunjukkan kepada kita bahwa aksi seperti<br />

ini tetap menjadi ancaman bagi perdamaian dan stabilitas.<br />

Perkembangan ini harus kita hadapi bersama, setiap bangsa<br />

harus bersatu, saling bantu dalam menghadapi ancaman itu,”<br />

tekan dia. (IKY) FOTO: IWAN ARMANIAS, RIZKA, DOK. BKSAP/PARLE/IW<br />

Pemukulan gong oleh Presiden RI membuka acara Asian African Parliamentary Conference<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

27


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP BURT DPR RI<br />

BADAN URUSAN RUMAH TANGGA<br />

PERJUANGAN BURT TINGKATKAN<br />

SARANA DAN PRASARANA DI DPR<br />

Badan Urusan Rumah Tangga (BURT)<br />

merupakan salah satu alat kelengkapan<br />

dewan yang ada di DPR RI. Tugas BURT<br />

diantaranya adalah menetapkan kebijakan<br />

kerumahtanggan DPR, melakukan<br />

pengawasan terhadap Sekretariat<br />

Jenderal dalam pelaksanaan kebijakan<br />

kerumahtanggaan DPR. Tidak sedikit<br />

tugas yang berhasil dijalankan<br />

BURT DPR selama setahun terakhir<br />

ini, diantaranya adalah:<br />

DESAK MENKEU CABUT<br />

PEMBLOKIRAN ANGGARAN<br />

DPR<br />

Di pembukaan tahun <strong>2015</strong>, DPR<br />

RI “bernasib” yang sama dengan beberapa<br />

lembaga dan Kementerian<br />

lainnya yang mendapat pemblokiran<br />

anggaran dari Kementerian<br />

Keuangan. Dalam pertemuan Menteri<br />

Keuangan dengan Pimpinan DPR pada<br />

Jumat (9/1) terungkap anggaran DPR<br />

sebesar Rp 783 miliar masih diblokir Kementerian<br />

Keuangan.<br />

Ketua Badan Urusan Rumah Tangga<br />

(BURT) DPR Roem Kono tidak mengetahui<br />

secara pasti alasan pemblokiran<br />

anggaran tersebut. Ia menduga hal itu<br />

terkait persoalan teknis semata. Olehkarena<br />

itu Politisi dari Fraksi Partai Golkar<br />

ini mendesak agar Menteri Keuangan<br />

segera mencabut pemblokiran<br />

anggaran tersebut, karena akan mengganggu<br />

kinerja Dewan dan Sekretariat<br />

Jenderal DPR.<br />

“Saya bilang kalau diblokir berarti<br />

sama saja mengurangi peranan DPR dan<br />

mengurangi kinerja DPR. saya minta kepada<br />

Menteri Keuangan untuk dicabut,<br />

karena itu untuk kepentingan peningkatan<br />

kinerja anggota dan Kesekjenan<br />

DPR,” ungkap Roem Kono sesaat sebelum<br />

mengikuti Rapat Paripurna, Senin<br />

(12/1).<br />

PERJUANGKAN PENINGKATAN<br />

PERALATAN DI BAGIAN<br />

PEMBERITAAN<br />

Wakil Ketua BURT DPR Agung Budi<br />

Santoso akan memperjuangkan peningkatan<br />

kualitas dan kuantitas sarana dan<br />

prasarana dari TV Parlemen dan Majalah<br />

Parlementaria yang merupakan sub bagian<br />

Pemberitaan. Pasalnya sebagai<br />

unit kerja yang yang mempublikasikan<br />

seluruh kegiatan anggota DPR kepada<br />

masyarakat perlu dukungan peralatan<br />

yang memadai.<br />

Ketua BURT Roem Kono meninjau Ruang Pemberitaan DPR RI<br />

“Saya meninjau ruangan TV Parlemen<br />

kok ruangannya sempit kaya gitu.<br />

Padahal ini lembaga besar yang kedudukannya<br />

sama dengan lembaga Kepresidenan,”<br />

kata politisi Partai Demokrat<br />

tersebut saat meninjau ruangan kerja<br />

Bagian Pemberitaan Lantai II, Gedung<br />

Nusantara III, Rabu (4/3) siang.<br />

Beberapa sarana dan prasarana yang<br />

akan diperjuangkannya diantaranya<br />

adalah penambahan komputer di TV<br />

Parlemen dan Majalah Parlementaria.<br />

Peningkatan akses internet yang selama<br />

ini terlihat sangat lambat terutama ketika<br />

mengunggah foto dan berita mengalami<br />

masalah. Ia berharap pejabat di<br />

Setjen DPR untuk segera mengirim 10<br />

unit komputer terbaru.<br />

“Kita ini parlemen yang mengatur<br />

anggaran negara Indonesia, masak masalah-masalah<br />

di internal Dewan tidak<br />

diperhatikan,” ujar Agung.<br />

PEMBENTUKAN POLISI PARLEMEN<br />

Ketua BURT, Roem Kono menyetujui<br />

usulan dibentuknya polisi parlemen.<br />

Politisi Partai Golkar ini mengatakan<br />

sangat diperlukan suatu peraturan<br />

pengamanan yang jelas mengenai peng<br />

amanan di Gedung DPR. Karena di<br />

tempat inilah berlangsung pembahasan<br />

perundang-undangan dan masalah anggaran<br />

negara lebih dari dua ribu triliun.<br />

Tidak hanya itu, di Gedung DPR ini juga<br />

kerap dimanfaatkan untuk menerima<br />

tamu-tamu negara, serta tempat diadakannya<br />

event-event internasional.<br />

Ia menilai selama ini pengamanan<br />

dalam atau Pamdal DPR telihat<br />

kurang reaktif, terutama ketika ada<br />

kejadian-kejadian yang genting. Ia<br />

mencontohkan saat terjadi Rapat Paripurna<br />

pengambilan keputusan pemilihan<br />

Pimpinan DPR beberapa<br />

waktu lalu, dimana Pamdal tidak<br />

reaktif dan membiarkan begitu<br />

saja anggota DPR yang naik-naik ke<br />

panggung. Oleh karena itu menurutnya<br />

keberadaan Polisi Parlemen<br />

sangat diperlukan saat ini. Saat<br />

ditemui di sela-sela Rapat Paripurna<br />

Selasa (14/04), ia mengaku belum<br />

menentukan jumlah personil polisi<br />

parlemen yang akan didatangkan di<br />

DPR.<br />

DUKUNG LARANGAN<br />

PENGGUNAAN MOBIL DINAS<br />

UNTUK MUDIK<br />

Anggota BURT DPR RI Rendy Lamadjido<br />

mendukung sikap tegas KPK yang<br />

tetap melarang penggunaan mobil dinas<br />

untuk mudik pada lebaran yang<br />

akan datang ini. Pasalnya Menteri PAN<br />

dan Reformasi Birokrasi Yudy Krisnandi<br />

ketika itu mengijinkan PNS (Pegawai<br />

Negeri Sipil) menggunakan mobil dinas<br />

untuk keperluan mudik lebaran. Hal ini<br />

sempat menuai polemik di masyarakat.<br />

“Namanya mobil dinas tidak boleh<br />

untuk kepentingan pribadi, termasuk<br />

mudik. Dari dulu ketentuan sudah<br />

diberlakukan seperti itu,” katanya usai<br />

mengikuti rapat BURT dengan jajaran<br />

Setjen DPR di Komplek Parlemen,<br />

Senayan, Senin (29/6).<br />

Rendy yang juga anggota Komisi V<br />

(bidang transportasi dan infrastruktur)<br />

DPR ini menegaskan, mobil dinas tidak<br />

diperbolehkan untuk kepentingan mudik.<br />

Kecuali status mobil sudah dim, itu<br />

boleh. Apalagi sekarang banyak mobil<br />

dinas yang sudah didim (pindah kepemilikan),<br />

itu bisa dilakukan termasuk<br />

pembayaran pajaknya oleh pribadi PNS<br />

yang bersangkutan. (AYU) FOTO: IWAN AR-<br />

MANIAS/PARLE/IW<br />

28 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP MKD DPR RI<br />

MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN<br />

TEROBOSAN MKD UNTUK<br />

TRANSPARANSI<br />

MKD atau Mahkamah Kehormatan<br />

Dewan benar-benar mendapat perhatian<br />

publik dalam beberapa waktu terakhir.<br />

Perhatian itu dijawab pula dengan<br />

melakukan terobosan, membuka sidang<br />

pemeriksaan kepada publik. Langkah<br />

pertama dimulai pada saat mende ngar<br />

keterangan pihak pengadu Menteri<br />

ESDM Sudirman Said dalam perkara<br />

dugaan pelanggaran etik oleh Ketua DPR<br />

Setya Novanto. “Iya sidang MKD itu pada<br />

prinsipnya tertutup tetapi apabila persidangan<br />

meminta terbuka, bisa saja itu<br />

dilakukan. Prinsipnya kami mencermati<br />

kasus ini sangat menarik perhatian masyarakat<br />

sehingga ini tentu menjadi pertimbangan,”<br />

kata anggota MKD Darizal<br />

Basir di Gedung DPR, Senayan, Jakarta<br />

awal Desember <strong>2015</strong>.<br />

Wakil rakyat dari daerah pemilihan<br />

Sumbar I ini menyebut pihaknya menyadari<br />

harapan masyarakat sangat<br />

besar pada penuntasan kasus dugaan<br />

pencatutan nama Presiden Jokowi dan<br />

Wapres Jusuf Kalla oleh Ketua DPR. Ia<br />

menekankan MKD dalam proses pemeriksaan<br />

hanya fokus pada apakah ada<br />

pelanggaran etik. Masalah lain misalnya<br />

pidana merupakan ruang bagi kepolisian<br />

dan kejaksaan.<br />

Pendapat akhir 10 anggota MKD menyatakan<br />

Setya Novanto bersalah melanggar<br />

kode etik dengan sanksi ringan<br />

sedangkan 7 memilih sanksi berat. Persidangan<br />

ditutup setelah Novanto menyampaikan<br />

surat pengunduran diri<br />

sebagai Ketua DPR.<br />

Mahkamah Kehormatan DPR RI pada<br />

masa persidangan I tahun <strong>2015</strong>-2016<br />

telah menerima 17 perkara baik dengan<br />

pengaduan maupun tanpa pengaduan.<br />

Hal ini disampaikan Pimpinan MKD<br />

dalam konferensi pers di Gedung DPR,<br />

Senayan, akhir Oktober lalu. Perkara<br />

yang telah diputuskan diantaranya dinyatakan<br />

terbukti melanggar kode etik.<br />

Perkara tersebut adalah, Kasus Krisna<br />

Mukti (FPKB) yang terbukti melakukan<br />

pelanggaran kode etik terkait etika<br />

keluarga dan pribadi dan dikenakan<br />

sanksi teguran lisan. Selanjutnya perkara<br />

Frans Agung Mula Putera (FP Hanura)<br />

mendapat sanksi teguran tertulis<br />

demikian pula Zulfadhli (FPG). Sementara<br />

perkara Muhlisin (FPPP) dinyatakan<br />

tidak terbukti melakukan pelanggaran<br />

kode etik.<br />

Rapat pleno MKD juga memutuskan<br />

Ketua DPR Setya Novanto dan<br />

Wakil Ketua Fadli Zon telah melakukan<br />

pelanggaran kode etik saat melakukan<br />

pertemuan dengan pengusaha yang<br />

juga calon kandidat Presiden AS Do nald<br />

Triumph. Keputusan diambil setelah<br />

melewati pembahasan dan perdebatan<br />

Pimpinan MKD menerima palu sidang dari Wakil<br />

Ketua DPR Fahri Hamzah<br />

diantara anggota mahkamah, pada akhirnya<br />

semua sepakat dua pimpinan dewan<br />

ini melakukan pelanggaran kode<br />

etik ringan. Selanjutnya sanksi lain juga<br />

diberikan kepada Wakil Ketua DPR Fahri<br />

Hamzah yang tersandung etik saat menyatakan<br />

sebagian anggota dewan rada-rada<br />

bloon dalam sebuah talk show<br />

acara televisi.<br />

Ketua MKD Surahman Hidayat<br />

menjelaskan dalam melaksanakan tugas<br />

sejumlah pihak diajak serta diantaranya<br />

Polri, PPATK, pakar dari perguruan<br />

tinggi dan media yang membantu mengabarkan<br />

perkembangan perkara kepada<br />

masyarakat. “Kita mengharapkan<br />

dukungan DPR baik secara kelembagaan<br />

maupun personal,” tutur politisi FPKS<br />

ini. Tidak kalah penting dukungan masyarakat<br />

luas untuk bersama memba ngun<br />

dan memperkuat kelembagaan DPR<br />

RI sebagai lembaga perwakilan rakyat.<br />

MKD HASIL TERBAIK UU MD3<br />

Mahkamah Kehormatan Dewan -<br />

MKD DPR RI mengundang Pakar Hukum<br />

Tata Negara Jimly Assiddiqi untuk<br />

menggali masukan dalam upaya<br />

mengoptimalkan peran AKD yang baru<br />

dibentuk ini. Setelah berubah menjadi<br />

Mahkamah ada sejumlah penyesuaian<br />

kalau dibandingkan pendahulunya<br />

Badan Kehormatan. Prof. Jimly Assiddiqi<br />

menyebut MKD sebagai hal positif yang<br />

patut diapresiasi. “Ditengah banyak pertanyaan<br />

soal materi UU MD3 ada yang<br />

sangat bagus yaitu dimuatnya ketentuan<br />

tentang MKD,” paparnya.<br />

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi<br />

ini menyebut perkembangan di dunia<br />

saat ini orang semakin sadar hukum<br />

pidana tidak bisa lagi diandalkan untuk<br />

mengatur manusia. Hukum semakin<br />

rumit, tidak efisien dan persidangan<br />

di pengadilan bisa memakan waktu 2<br />

tahun sementara nama baik institusi<br />

tersandera. “Masalah ini yang dijawab<br />

dengan peradilan etika, bagaimana<br />

menyelamatkan nasib institusi karena<br />

jarang sekali putusan pengadilan bisa<br />

cepat. Jadi MKD ini proyek pertama DPR<br />

yang menggunakan istilah pengadilan.<br />

Saya harap bisa sukses dan mengubah<br />

wajah DPR,” kata dia. Ia menyebut keberhasilan<br />

Komite Etik di Senat Amerika<br />

Serikat. Para senator yang terhormat itu<br />

sangat segan kepada lima orang anggota<br />

Komisi Etik yang berhasil menjalankan<br />

tugasnya menjaga wibawa pejabat publik.<br />

Saat ini menurutnya di 50 negara bagian<br />

AS sudah memiliki lembaga etik dan<br />

terus berkembang.<br />

Untuk membangun pemahaman yang<br />

benar diantara anggota dewan MKD<br />

mengadakan kegiatan Sosialisasi Peraturan<br />

DPR RI tentang Kode Etik dan<br />

Tata Beracara. Pelaksanaan kegiatan<br />

dilakukan secara bertahap. Salah satu<br />

pertanyaan yang mengemuka dalam<br />

sosialisasi di Fraksi PAN akhir Mei lalu<br />

ialah tentang sanksi bagi anggota yang<br />

melanggar kode etik. Sanksi tersebut<br />

yaitu sanksi ringan berupa teguran lisan<br />

atau tertulis, sanksi sedang de ngan pemindahan<br />

keanggotaan pada alat kelengkapan<br />

DPR atau pemberhentian<br />

dari jabatan pimpinan DPR atau pimpinan<br />

AKD. Sedangkan sanksi berat adalah<br />

pemberhentian sementara paling singkat<br />

selama tiga bulan atau pemberhentian<br />

sebagai anggota dewan. (IKY) FOTO:<br />

IWAN ARMANIAS/PARLE/IW<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

29


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP PANSUS DPR RI<br />

PANITIA KHUSUS<br />

LINDUNGI HAK KARYA INTELEKTUAL MELALUI<br />

PATEN DAN MERK<br />

Untuk menjalankan fungsi dan tugasnya, DPR memiliki beberapa<br />

unit kerja yang biasa disebut dengan alat-alat kelengkapan.<br />

Alat-alat kelengkapan DPR tersebut ada yang bersifat<br />

tetap dan ada yang sementara. Yang dimaksud dengan tetap<br />

adalah unit kerja yang terus menerus ada selama masa kerja<br />

DPR berlangsung, yakni selama lima tahun.<br />

Keanggotannya juga tidak berubah dari awal sampai akhir,<br />

kecuali ada pemberhentian. Sedangkan yang sementara bersifat<br />

sebaliknya, hanya dibentuk untuk kebutuhan dan tujuan<br />

tertentu dalam jangka waktu tertentu pula.<br />

Tim Pansus RUU Merek tinjau Dirjen HAKI Kemenkumhan<br />

Seperti halnya, Panitia Khusus (Pansus) yang ditetapkan<br />

oleh rapat paripurna berdasarkan perimbangan jumlah anggota<br />

tiap-tiap fraksi. Pansus bertugas melaksanakan tugas<br />

tertentu dalam jangka waktu tertentu pula. Namun demikian,<br />

rapat paripurna atau bamus dapat memperpanjang atau memperpendek<br />

jangka waktu penugasan Pansus.<br />

Dalam tahun <strong>2015</strong>, ada beberapa Pansus yang telah ditetapkan.<br />

Pada pertengahan Juni, Anggota Komisi III DPR John<br />

Kenedy Azis terpilih menjadi Ketua Pansus RUU Paten. John<br />

Azis terpilih berdasarkan kesepakatan rapat tertutup yang<br />

dipimpin oleh Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan (F-PAN), di<br />

Gedung DPR, Jakarta, Selasa (30/6).<br />

Politisi dari Partai Golkar, yang terpilih sebagai Ketua Pansus<br />

RUU Paten ini meminta kepada seluruh pimpinan dan anggota<br />

Pansus untuk sungguh-sungguh, dan saling bekerjasama<br />

dalam penyusunan RUU Paten. Apalagi, tambahnya, saat ini<br />

DPR sangat disorot oleh publik terkait kinerjanya yang kurang<br />

memuaskan.<br />

“Mari kita buktikan kepada masyarakat bahwa dugaan itu<br />

tidaklah benar. Karena itu, saya minta dukungan dari seluruh<br />

Anggota Pansus, apa yang menjadi amanah ini, kita kerjakan<br />

dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.<br />

Terkait RUU Paten menurutnya, hak paten itu menunjukkan<br />

kemajuan peradaban suatu negara, sehingga makin<br />

banyak hak paten yang didaftarkan berarti negara itu kaya,<br />

karena hak paten itulah yang akan menggerakkan sektor perekonomian<br />

masyarakat. Termasuk usaha kecil dan menengah<br />

(UKM). Hanya saja kesadaran masyarakat terhadap pentingnya<br />

hak paten tersebut masih rendah.<br />

“Hak paten itu menunjukkan kemajuan peradaban suatu<br />

negara. Seperti negara-negara maju yang setiap tahunnya bisa<br />

ratusan ribu bahkan jutaan hak paten atas hasil karya teknologi<br />

yang dihasilkan,” tegas John Kenedy Aziz<br />

Karena itu politisi F-PG itu berharap Indonesia terus<br />

mengembangkan hak paten, mengingat sudah menjadi indikator,<br />

peringkat kemajuan suatu negara di dunia. Sekaligus untuk<br />

melindungi hak karya intelektual masyarakat dan mencegah<br />

masyarakat lain untuk mengambil keuntungan secara ilegal.<br />

“Jadi, DPR berkomitmen akan pentingnya hak paten ini untuk<br />

kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Insya Allah<br />

sekitar April – Mei 2016 akan disahkan,” ujarnya.<br />

Sementara itu, Anggota Komisi VIII DPR Desy Ratnasari (F-<br />

PAN) terpilih menjadi Ketua Pansus RUU Merek. Keputusan ini<br />

didapatkan setelah rapat tertutup yang dipimpin oleh Wakil<br />

Ketua DPR Fadli Zon, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (6/7).<br />

Ketua Pansus RUU Merek Desy Ratnasari mengatakan,<br />

dirinya mengharapkan RUU Merek dapat memudahkan pelayanan<br />

dan pendaftaran merek lokal para pengusaha Usaha<br />

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) nantinya.<br />

“Kita mengharapkan RUU ini dapat memberikan pelayanan<br />

bagi UMKM dalam mendaftarkan mereknya serta dapat muncul<br />

merek lokal sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat<br />

Indonesia,” jelasnya kepada Parlementaria, di Gedung<br />

DPR, Jakarta, Senin, (31/8).<br />

Menurutnya, RUU Merek ini akan memangkas waktu<br />

pendaftaran merek yang tadinya bertele-tele melalui RUU ini<br />

semakin dipermudah, serta memberikan kepastian terhadap<br />

merek lokal dan masyarakat dapat semakin mencintai produk<br />

dalam negeri. “Melalui RUU ini kita semua berharap dapat<br />

memberikan pelayanan lebih mudah dan muncul pelaku ekonomi<br />

lokal yang bersaing dikancah internasional,” katanya.<br />

Sementara itu, Wakil Ketua Pansus RUU Merek Refrizal<br />

mengatakan, kuatnya arus globalisasi di segala bidang, termasuk<br />

sektor perdagangan barang dan jasa, yang sudah tidak<br />

mengenal lagi batas-batas wilayah negara, membuat suatu<br />

regulasi di bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) termasuk<br />

merek harus mampu memenuhi perkembangan yang ada serta<br />

efektif dalam memberikan jaminan hukum bagi merek yang<br />

telah didaftarkan.<br />

“Merek sebagai salah satu karya intelektual manusia yang<br />

erat hubungannya dengan kegiatan ekonomi dan perdagangan<br />

memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan<br />

saat ini,” ujar Refrizal selaku Ketua Tim saat kunker RUU Merek<br />

di Surabaya, Kamis, (17/9).<br />

Menurutnya, pentingnya suatu merek merupakan konsekuensi<br />

Indonesia yang telah menjadi anggota Organisasi<br />

Perdagangan Dunia (WTO) melalui UU Nomor 7 Tahun 1994<br />

tentang Pembentukan Pengesahan Organisasi Perdagangan<br />

Dunia pada tanggal 2 November 1994, yang memuat Lampiran<br />

Aggrement on Trade Related Aspects of Intellectual Property<br />

Rights (Perjanjian TRIPs).<br />

“Tujuan Perjanjian TRIPs adalah memberikan perlindungan<br />

Hak Kekayaan Intelektual dan prosedur penegakkan hak<br />

menuju perdagangan yang sehat,” ujarnya.<br />

30 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


Pimpinan Pansus RUU MInol<br />

Penetapan Pimpinan Pansus Angket Pelindo II<br />

Pada Oktober <strong>2015</strong>, Politisi PPP Mohammad Arwani Tomafi<br />

terpilih dan disahkan sebagai Ketua Pansus RUU Larangan<br />

Minuman Beralkohol (Minol) dalam rapat perdana Pansus yang<br />

dipimpin Wakil Ketua DPR Agus Hermanto, Kamis (22/10) di<br />

Gedung DPR, Jakarta.<br />

Ketua Pansus Arwani Tomafi yang didampingi tiga wakilnya<br />

mengatakan, pembahasan RUU Minol adalah kerja bersama<br />

untuk memenuhi target kebutuhan legislasi yang telah diputuskan<br />

Prolegnas sebagai RUU Prioritas <strong>2015</strong>.<br />

Rapat internal Pansus RUU Minol, Selasa (17/11), memutuskan,<br />

pembahasan RUU tersebut dilakukan dalam tiga kali<br />

masa persidangan dan ditargetkan selesai pada Juni 2016.<br />

Menurut Arwani, selain menyetujui jadwal acara pembahasan<br />

RUU tersebut, rapat Pansus juga sepakat untuk mengundang<br />

beberapa pihak yang terkait dengan masalah minuman<br />

beralkohol, seperti tokoh masyarakat, ormas, tokoh dan<br />

organisasi keagamaan MUI, PGI,<br />

KWI dan PHDI, Walubi dan Majelis<br />

Tinggi Agama Kong Hu Cu (Matakin).<br />

Pansus menjadwalkan menggelar<br />

rapat kerja dengan enam kementerian<br />

yakni Menteri Perdagangan,<br />

Menteri Perindustrian,<br />

Menteri Agama, Menteri Kesehatan,<br />

Menteri Keuangan dan Menteri<br />

Hukum dan HAM. Pansus juga<br />

mengagendakan mengundang dan<br />

mengunjungi beberapa Pemprov yang sebagian telah memiliki<br />

Perda Larangan Minol.<br />

Wakil Ketua Pansus RUU Minol Lili Asdjudiredja mengatakan,<br />

pengaturan minol secara spesifik dalam suatu UU sangat<br />

penting. Pasalnya tingkat konsumsi minol pada generasi<br />

muda semakin tinggi, sudah banyak korban jiwa secara masal<br />

dan dalam waktu bersamaan terutama untuk kategori minuman<br />

oplosan.<br />

Anggota Pansus Achmad Mustaqim mengusulkan agar Pansus<br />

juga mengundang Front Pembela Islam (FPI) dan Hizbut<br />

Tahrir Indonesia (HTI) serta ormas lain yang akrab dengan<br />

pemberantasan minuman keras (beralkohol). Mereka bisa diminta<br />

pandangannya mengenai pemberantasan minol sebab<br />

terkadang mereka berada di garis paling depan sehingga Pansus<br />

bisa minta pandangan dan solusi yang ditawarkan.<br />

Anggota Pansus RUU Larangan Minimal Beralkohol (Minol)<br />

Mohammad Syafii mengatakan, anggota DPR periode ini memiliki<br />

kesamaan pandangan bersama pemerintah bahwa RUU<br />

Minol harus diselesaikan pada Juni 2016. Terkait judul RUU Larangan<br />

bukan Pengaturan, sebetulnya minol ini tidak punya<br />

dampak positif apapun.<br />

“Substansi yang akan dibahas adalah melindungi segenap<br />

bangsa Indonesia, sebab sudah jadi fakta bahwa kerusuhan,<br />

kecelakaan dan perkelahian serta tindak kejahatan itu berawal<br />

dari konsumsi minuman keras. Dunia sepakat minuman keras<br />

jadi sumber berbagai bentuk kejahatan dan pelanggaran hukum,”<br />

tandas politikus Gerindra, Rabu (2/11).<br />

Sementara itu, baru-baru ini, Pansus Angket Pelindo II DPR<br />

yang diketuai oleh politisi dari F-PDI Perjuangan Rieke Diah<br />

Pitaloka, mendesak agar Dirut PT Pelindo II, RJ Lino, diberhentikan<br />

sementara agar tak mengganggu jalannya pemeriksaan<br />

yang dilakukan Pansus. Desakan pemberhentian sementara<br />

itu disampaikan Ketua Pansus Rieke Diah Pitaloka kepada<br />

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah.<br />

Pansus Pelindo II DPR terus mendalami beberapa temuantemuan<br />

berkaitan dengan beberapa kasus di PT. Pelindo II.<br />

Pansus menemukan potensi kerugian negara dan pelanggaran<br />

peraturan perundang-undangan.<br />

Wakil Ketua Pansus Pelindo II Aziz Syamsuddin mengatakan<br />

fakta dan data menjadi bukti penting dalam penyelidikan dan<br />

penyidikan atas sebuah skandal. Kesimpulan dan putusan<br />

yang tepat didasarkan pada fakta dan data yang akurat. Inilah<br />

yang sedang dilakukan oleh Panitia<br />

Khusus (Pansus) Pelindo II DPR RI.<br />

Fakta dan data dari ketiga lembaga<br />

ini sangat dibutuhkan oleh<br />

Pansus untuk saling mengkonfrontir<br />

data mana yang sesungguhnya<br />

sangat valid atas neraca keuangan<br />

dan data proyek Pelindo II. Dari<br />

ketiganya pula akan diketahui penyelewengan<br />

yang telah dilakukan<br />

oleh Direksi Pelindo II.<br />

Anggota Pansus Pelindo II Masinton<br />

Pasaribu dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,<br />

menjelaskan beberapa temuan-temuan berkaitan<br />

dengan beberapa kasus di Pelindo II, antara lain kasus pertama<br />

mengenai kasus pengadaan barang dan jasa yaitu 10 unit<br />

mobil crane dan 3 unit Quay Container Crane (QCC), serta<br />

pengadaan IT.<br />

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyatakan, hak DPR untuk<br />

mengajukan pemberhentian Dirut Pelindo II. Pimpinan<br />

DPR juga akan menjaga hak konstitusional DPR itu untuk menyelidiki<br />

suatu kasus hingga terungkap secara jelas dan tuntas.<br />

Menurut Fahri, proses penyelidikan yang dilakukan DPR<br />

kerap kali mendapat tantangan besar dan Pimpinan DPR akan<br />

ikut membantu mengawal kerja Pansus ini. (NT) FOTO: IWAN AR-<br />

MANIAS, ANDRI, NAEFUROJI/PARLE/HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

31


laporan utama<br />

KALEIDOSKOP SETJEN DPR RI<br />

TINGKATKAN KINERJA<br />

SETJEN DUKUNG PARLEMEN<br />

MODERN<br />

Pelantikan lima Pimpinan Tinggi Madya Setjen DPR RI<br />

baru yaitu Badan Keahlian Dewan (BKD)<br />

guna memperkuat fungsi dan tugas DPR.<br />

Terkait itu, Sekretaris Jenderal DPR RI<br />

Winantuningtyastiti melantik 14 pejabat<br />

baru di lingkungan Sekretariat Jenderal<br />

terutama untuk mengisi struktur baru<br />

di BKD, Kamis (19/11/15).<br />

Dalam sambutan pelantikannya,<br />

Sekjen menyampaikan, Sekretariat Jenderal<br />

memang harus fleksibel menyambut<br />

perubahan struktural yang terjadi,<br />

agar layanan publik dan kebutuhan para<br />

anggota bisa segera dipenuhi. Mereka<br />

yang dilantik ini merupakan pejabat<br />

ese lon II, III, dan IV yang akan bertugas<br />

di Badan Keahlian Dewan (BKD). BKD,<br />

lanjut Win demikian ia biasa dipanggil,<br />

merupakan badan baru yang menyiapkan<br />

semua kebutuhan kajian, data akademis,<br />

dan hasil penelitian. MKD harus<br />

betul-betul profesional bekerja tanpa<br />

harus dicampuri kepentingan politik.<br />

Sebelumnya, Ketua DPR RI Setya Novanto<br />

melantik 5 (lima) Pimpinan Tinggi<br />

Madya di lingkungan Sekretariat Jenderal<br />

DPR RI hari ini, Kamis (17/9/<strong>2015</strong>)<br />

di Pustakaloka Gedung DPR RI, Senayan,<br />

Jakarta.<br />

Sekjen DPR RI menerima penghargaan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK<br />

DPR RI berkomitmen mewujudkan<br />

Parlemen Modern, dengan terus mendorong<br />

transformasi dan reformasi<br />

kelembagaan. Deputi bidang Persidangan<br />

Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR<br />

RI Damayanti mengatakan reformasi<br />

kelembagaan ini didasarkan pada prinsip<br />

terwujudnya transparansi, penggunaan<br />

teknologi informasi dan reformasi<br />

reprentasi rakyat.<br />

Penggunaan teknologi informasi<br />

dalam rangka mewujudkan DPR RI sebagai<br />

parlemen modern juga diperlukan<br />

dalam melakukan aksi kehumasan dengan<br />

memanfaatkan teknologi informasi<br />

yang dikenal dengan sebutan electronic<br />

publik relation atau e-PR.<br />

Selain itu, penataan organisasi di<br />

lingkungan Sekretariat Jenderal DPR RI<br />

juga dilakukan guna meningkatkan kinerja<br />

dalam mengemban tugas layanan<br />

dan dukungan kepada anggota dewan<br />

terutama dalam mendukung terciptanya<br />

Parlemen Modern yang selama ini menjadi<br />

cita-cita DPR RI Periode 2014-2019.<br />

Guna mendukung hal tersebut,<br />

Setjen DPR telah membentuk struktur<br />

Lima pejabat tersebut antara lain<br />

Winantuningtyastiti sebagai Sekretaris<br />

Jenderal DPR RI, K. Johnson Rajaguk­<br />

32 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


Sekjen DPR RI melantik Pejabat Eselon II, III, IV Badan Keahlian Dewan (BKD)<br />

BERPERAN AKTIF DALAM<br />

PERTEMUAN ASGP<br />

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPR,<br />

Winantuningtyastiti, telah menghadiri<br />

Pertemuan Association of Secretaries<br />

General of Parliaments (ASGP)<br />

yang berlangsung pada tanggal 18—21<br />

Oktober <strong>2015</strong> di Jenewa, Swiss. Acara<br />

ini diselenggarakan bersamaan de ngan<br />

konfe rensi The 133 th Assembly of the Inter-Parliamentary<br />

Union (IPU) and Its<br />

Related Meetings. Sekjen DPR adalah<br />

anggota Executive Committee ASGP untuk<br />

periode 2014—2017.<br />

Dalam sesi-sesi diskusi dalam sidang<br />

ASGP tersebut Sekjen DPR menyampaikan<br />

antara lain yang terkait dengan<br />

Gedung parlemen merupakan salah satu<br />

bangunan Negara yang harus dapat di<br />

akses secara mudah bagi masyarakat<br />

untuk datang dan menyaksikan prosesproses<br />

kerja DPR, sebagai pusat pembelajaran<br />

sejarah demokrasi dan keparlemenan<br />

serta tempat untuk masyarakat<br />

menyampaikan aspirasinya secara baik.<br />

Oleh karenanya saat ini Parlemen Indonesia<br />

sedang merencanakan pembangunan<br />

fasilitas khusus bagi masyarakat<br />

yang dinamakan “alun-alun demokrasi,<br />

museum, pusat riset dan perpustakaan.<br />

Namun untuk hal ini DPR masih menghadapi<br />

resistensi dari publik. Maka DPR<br />

terus berupaya melaksanakan berbagai<br />

kegiatan untuk mengajak masyarakat<br />

membangun fasilitas bersama yang akan<br />

bermanfaat tidak saja bagi DPR tetapi<br />

juga bagi masyarakat.<br />

Terkait dengan semangat membentuk<br />

parlemen modern yaitu dengan<br />

mendorong terciptanya transparansi<br />

dan akuntabilitas parlemen melalui peningkatan<br />

informasi berbasis IT, Sekjen<br />

guk sebagai Kepala Badan Keahlian,<br />

Se tyanta Nugraha sebagai Inspektur<br />

Utama, Achmad Djuned sebagai Deputi<br />

Administrasi, dan Damayanti sebagai<br />

Deputi Bidang Persidangan.<br />

KELEMBAGAAN DPR TERBUKTI<br />

TRANSPARAN<br />

Dalam hal transparansi, pengelolaan<br />

keuangan di lingkungan Setjen DPR<br />

terbukti transpaan. Hal ini dilihat dari<br />

penghargaan opini Wajar Tanpa Pengecualian<br />

(WTP) atas laporan keuangan<br />

Kementerian/Lembaga tahun 2014 yang<br />

diterima Setjen DPR dari BPK RI. Penghargaan<br />

opini WTP tersebut diterima<br />

langsung Sekretaris Jenderal DPR Winantuningtyastiti<br />

Swasanani di gedung<br />

BPK, Jakarta, Senin (15/6/<strong>2015</strong>). Selain<br />

itu, Setjen DPR juga menerima penghargaan<br />

yang sama yaitu penghargaan Opini<br />

Wajar tanpa pengecualian (WTP) dari<br />

Kementerian Keuangan dalam pengelolaan<br />

keuangan lembaga Tahun Anggaran<br />

2014. Penghargaan yang diraih DPR<br />

tersebut diterima langsung oleh Sekretaris<br />

Jenderal DPR RI Winantuningtyastiti<br />

Swasanani dari Menko Ekuin Darmin<br />

Nasution didampingi Menteri Keuangan<br />

Bambang Brodjonegoro di Kementerian<br />

Keuangan, Jumat (02/09/<strong>2015</strong>).<br />

Kedua penghargaan tersebut diraih<br />

oleh Setjen DPR sudah yang keenam<br />

kalinya. “Alhamdulillah untuk keenam<br />

kalinya DPR mendapatkan penghargaan<br />

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk<br />

laporan keuangan dari BPK maupun<br />

Kementerian Keuangan, hal ini membuktikan<br />

bahwa pengelolaan keuangan<br />

DPR dilakukan secara akuntabel dan<br />

transparan,” ungkap Sekjen DPR.<br />

Sekjen DPR RI Winantuningtyastiti<br />

DPR mengingatkan perlunya membangun<br />

sistem keamanan fisik maupun<br />

keamanan informasi melalui regulasi.<br />

Dengan demikian masyarakat yang<br />

datang maupun yang tidak berkesempatan<br />

datang langsung ke gedung DPR<br />

dapat mengetahui proses-proses kerja<br />

dan hasil kerja yang terjadi di Parlemen<br />

melalui sarana tehnologi informasi dan<br />

fasilitas yang baik. Beberapa hal yang<br />

telah dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal<br />

Parlemen Indonesia terkait dengan<br />

aksesibilitas masyarakat untuk mengetahui<br />

proses kerja di Parlemen Indonesia,<br />

yaitu: Website, Video tron, TV Parlemen,<br />

Majalah Parlementaria, Kerjasama<br />

TV Swasta, Media cetak dan juga Media<br />

Sosial. (SKR) FOTO: NAEFUROJI, ANDRI, JAKA/<br />

PARLE/HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

33


sumbang saran<br />

Kinerja DPR dan Tantangannya<br />

Menutup Tahun <strong>2015</strong>, Dewan Perwakilan Rakyat Republik<br />

Indonesia (DPR RI) masih diliputi berbagai<br />

tantangan yang tidak ringan terutama persoalan<br />

menghadapi persepsi publik (masyarakat) yang menilai<br />

bahwa DPR belum menunjukkan kinerja yang optimal dan<br />

cenderung dituduh tidak aspiratif terhadap berbagai tuntutan<br />

masyarakat. Kondisi tersebut kemudian ditambah dengan<br />

kondisi internal DPR yang masih dihinggapi berbagai persoalan<br />

termasuk kasus yang menimpa<br />

Ketua DPR Setya Novanto.<br />

Hal ini tentu menjadi<br />

tantangan yang tidak ringan<br />

untuk dapat diatasi oleh DPR<br />

secara kelembagaan.<br />

Sejatinya, DPR telah<br />

berusaha seoptimal mungkin<br />

dalam kerangka menjalankan<br />

berbagai fungsinya<br />

yaitu fungsi legislasi, fungsi<br />

anggaran, dan fungsi pengawasan,<br />

serta fungsi diplomasi<br />

parlemen. Hal itu<br />

semua dapat terlihat dalam<br />

Ringkasan Laporan Kinerja<br />

Tahun Sidang 2014-<strong>2015</strong>. Selain itu DPR juga telah melakukan<br />

reformasi kelembagaan sejak awal periode keanggotaan 2014-<br />

2019 dalam rangka menuju parlemen modern yang ditandai<br />

dengan dibentuknya Rencana Strategis (Renstra) <strong>2015</strong>-2019.<br />

Pelaksanaan fungsi legislasi merupakan kegiatan pembentukan<br />

undang-undang yang di dalamnya terdapat siklus<br />

berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, penyusunan,<br />

pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.<br />

Pelaksanaan fungsi legislasi DPR perlu dimaknai<br />

lebih luas, bukan hanya membahas rancangan undang-undang<br />

(RUU) bersama dengan Pemerintah, untuk kemudian dihitung<br />

secara kuantitatif jumlah RUU yang telah disahkan menjadi<br />

undang-undang, melainkan bagaimana DPR melaksanakan<br />

rangkaian kegiatan dalam sebuah siklus tersebut dari tahap<br />

perencanaan sampai secara intens dan penuh dedikasi.<br />

Kinerja legislasi DPR dalam Tahun Sidang 2014–<strong>2015</strong> belum<br />

menunjukkan hasil yang signifikan sesuai dengan target<br />

yang diharapkan berdasarkan jumlah RUU yang ditetapkan<br />

dalam Prolegnas. Hal ini tidak lepas dari adanya tantangan<br />

dan hambatan dalam membentuk undang undang Antara lain:<br />

Pertama, pengesahan Prolegnas 2014–2019 yang mengalami<br />

keterlambatan sampai dengan masa persidangan kedua Tahun<br />

Sidang 2014–<strong>2015</strong>. Keterlambatan ini berimplikasi terhadap<br />

waktu penyelesaian pembentukan sebuah undang-undang,<br />

yang kemudian berlanjut terhadap tertundanya proses pembahasan<br />

RUU antara DPR dan Pemerintah.<br />

Kedua, dalam penyusunan/penetapan<br />

Prolegnas,<br />

persyaratan naskah akademik<br />

(NA) dan rancangan<br />

undang-undang (RUU) tampaknya<br />

belum secara riil<br />

tersedia, karena setelah Prolegnas<br />

ditetapkan tidak serta<br />

merta komisi menyampaikan<br />

NA dan RUU ke Badan Legislasi<br />

(Baleg) untuk dilakukan<br />

pengharmonisasian, pembulatan,<br />

dan pemantapan konsepsi.<br />

Padahal dalam catatan<br />

Baleg ada 15 (lima belas) RUU<br />

yang sudah dalam Tahap<br />

Pembicaraan Tingkat I dan sudah selesai dilakukan harmonisasi<br />

pada periode keanggotaan DPR 2009-2014 yang berarti<br />

sudah ada draft RUU dan Naskah Akademiknya, namun Komisi-komisi<br />

Pengusul RUU akan membahas kembali dari awal.<br />

Ketiga, prioritas kerja Anggota DPR yang belum terfokus<br />

pada penyelesaian target legislasi. Hal ini dikarenakan Anggota<br />

DPR masih terpecah perhatiannya untuk menyelesaikan<br />

permasalahan baik di tingkat internal, maupun dalam penanganan<br />

fungsi DPR yang lainnya yaitu fungsi pengawasan dan<br />

fungsi anggaran. Upaya yang ditempuh untuk mengatasi hal<br />

ini yaitu dengan lebih mengefektifkan 2 hari legislasi dalam<br />

seminggu selama masa sidang. Upaya ini diharapkan dapat<br />

mempercepat penyelesaian RUU yang merupakan Prioritas<br />

Prolegnas. Selain itu, kunjungan kerja Anggota DPR maupun<br />

Komisi dan AKD yang tidak simultan berangkatnya ke daerahdaerah<br />

yang dikunjungi, ikut mengurangi waktu yang tersedia<br />

untuk mengadakan rapat Panja tertentu pada alat kelengkapan<br />

yang mengadakan kunjungan kerja.<br />

34 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


Indra Pahlevi<br />

Peneliti Bidang Politik Dalam Negeri Pada Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Jakarta.<br />

SEJATINYA, DPR<br />

TELAH BERUSAHA<br />

SEOPTIMAL MUNGKIN<br />

DALAM KERANGKA<br />

MENJALANKAN BERBAGAI<br />

FUNGSINYA YAITU FUNGSI<br />

LEGISLASI, FUNGSI<br />

ANGGARAN, DAN FUNGSI<br />

PENGAWASAN, SERTA<br />

FUNGSI DIPLOMASI<br />

PARLEMEN.<br />

Keempat, penyelesaian tahap penyusunan dan penyampaian<br />

RUU dari pemerintah atau DPR untuk dilakukan pembahasan<br />

bersama tidak berjalan dengan baik. Hal ini menunjukan<br />

bahwa komitmen terhadap Prolegnas yang sudah disepakati<br />

bersama antara DPR dengan Pemerintah selama ini masih<br />

kurang.<br />

Kelima, Baleg yang memiliki peran signifikan<br />

dalam penyiapan RUU menjadi RUU<br />

Usul<br />

DPR pada periode 2009-2014, pada<br />

periode 2014-2019 tidak lagi memiliki tugas<br />

dalam penyiapan RUU sehingga akan<br />

berpengaruh terhadap percepatan jumlah<br />

RUU yang penyiapannya menjadi tanggung<br />

jawab DPR.<br />

Dalam pelaksanaan fungsi Anggaran, seluruh<br />

siklus pembahasan APBN telah dilaksanakan<br />

oleh Badan Anggaran dan berhasil<br />

diselesaikan dalam waktu yang seharusnya<br />

karena seluruh siklus pembahasan dibatasi<br />

oleh waktu yang telah ditetapkan oleh UU.<br />

Namun seluruh kinerja tersebut juga tidak<br />

terlepas dari tantangan, terlebih tahun sidang<br />

2014-<strong>2015</strong> merupakan awal periode<br />

DPR tahun 2014-2019.<br />

Tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan<br />

fungsi anggaran yaitu dalam konteks era keterbukaan<br />

saat ini, tentu masyarakat lebih ingin tahu kinerja dari<br />

wakil rakyat pilihannya di DPR. Transparansi, kemudahan<br />

dan kecepatan untuk mendapat akses informasi tentu sangat<br />

diinginkan oleh masyarakat. Badan Anggaran berupaya<br />

terus untuk melakukan perbaikan pelaksanaan fungsi anggaran<br />

dengan membuat rapat-rapat bersifat terbuka, sehingga<br />

memudahkan masyarakat untuk memantau kinerja Dewan<br />

dalam memperjuangkan aspirasi mereka. Juga terus berupaya<br />

untuk meng-upload kesepakatan-kesepakatan dalam website<br />

DPR. Selain itu juga melakukan RDP/RDPU dengan pakar/institusi/masyarakat<br />

untuk mendapatkan masukan/referensi/<br />

aspirasi sebagai bahan evaluasi pengalokasian APBN tahun<br />

berjalan dan sebelumnya, serta persiapan pembahasan APBN<br />

tahun berikutnya.<br />

Terhadap pelaksanaan fungsi pengawasan DPR, dalam kurun<br />

waktu Tahun Sidang 2014–<strong>2015</strong> lalu, pelaksanaan fungsi<br />

pengawasan Dewan sedikit mengalami perlambatan. Hal ini<br />

dikarenakan DPR harus melakukan kesepakatan pengutamaan<br />

atas kepentingan nasional di antara dua koalisi yang<br />

saat itu masih mengemuka, yaitu antara Koalisi Indonesia<br />

Hebat dan Koalisi Merah Putih. Salah satu dampaknya adalah<br />

setiap AKD-terutama Komisi-Komisi yang<br />

mengundang Menteri dan pejabat Esselon<br />

I untuk melakukan rapat-rapat di DPR tidak<br />

hadir. Selain itu, DPR juga harus melakukan<br />

penyesuaian mitra kerja di beberapa komisi<br />

karena adanya perubahan nomenklatur kementerian<br />

di Kabinet Kerja.<br />

Dalam Tahun Sidang 2014-<strong>2015</strong> lalu, DPR<br />

membentuk 4 (empat) Tim dan 38 (tiga puluh<br />

delapan) Panja. Tim dibentuk di Pimpinan<br />

DPR sedangkan Panja dibentuk di AKD.<br />

Adapun tim yang dibentuk di Pimpinan DPR<br />

yaitu Tim Pemantau DPR terhadap Pelaksanaan<br />

Undang-Undang terkait Otonomi<br />

Daerah Khusus Aceh, Papua, Papua Barat,<br />

dan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta;<br />

Tim Pengawas DPR RI terhadap<br />

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia; Tim<br />

Implementasi Reformasi DPR RI; dan Tim<br />

Mekanisme Penyampaian Hak Mengusulkan<br />

dan Memperjuangkan Program Pembangunan Daerah Pemilihan.<br />

Tim Pemantau Otonomi Khusus Aceh, Papua, Papua<br />

Barat dan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta sudah<br />

mulai dibentuk sejak DPR pada periode 2004-2009. Kemudian<br />

kembali diperpanjang pada periode 2009 – 2014 dan periode<br />

2014 – 2019 dengan alasan untuk memastikan bahwa pemberian<br />

otonomi khusus bagi Provinsi Aceh, Papua, Papua Barat<br />

dan Daerah Istimewa Yogyakarta sudah dilaksanakan dan<br />

dijalankan sebagaimana mestinya, dan peraturan pelaksana<br />

yang menjadi landasan pemberian keistimewaan pada daerahdaerah<br />

tersebut sudah terbentuk dan dilaksanakan.<br />

Tantangan dalam implementasi fungsi pengawasan terutama<br />

adalah terkait dengan tindak lanjut dari kegiatan-kegiatan<br />

peninjauan yang telah dilakukan DPR terhadap suatu isu. Ke<br />

depan perlu ditetapkan suatu kerangka waktu yang jelas atas<br />

penindaklanjutan hasil kegiatan pengawasan itu, apalagi DPR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

35


sumbang saran<br />

secara kelembagaan dapat menggunakan<br />

berbagai haknya untuk mengawasi<br />

tindak lanjut rekomendasi yang sudah<br />

dihasilkan. Penggunaan hak-hak tersebut<br />

sudah diatur baik dalam konstitusi<br />

UUD Tahun 1945, undang-undang, serta<br />

Peraturan Tata Tertib. Setiap AKD perlu<br />

membuat rencana kegiatan pelaksanaan<br />

fungsi pengawasan yang akan dilakukan<br />

dalam satu tahun sidang berdasarkan<br />

skala prioritas, terutama dari segi<br />

tingkat strategis dan tingkat dampak<br />

suatu kebijakan terhadap masyarakat<br />

banyak, tanpa mengesampingan tindak<br />

lanjut pengawasan atas permasalahan<br />

yang berkembang pada tahun sidang<br />

berjalan.<br />

Agar hal itu bisa terwujud, penyusunan<br />

rencana dan kerangka waktu yang<br />

jelas, serta penetapan prioritas follow<br />

up terhadap hasil-hasil kegiatan pengawasan<br />

DPR perlu didukung data dan<br />

informasi yang diperoleh dari temuan<br />

hasil pengawasan baik rapat maupun<br />

kunju ngan kerja Alat Kelengkapan DPR<br />

dan Hasil Kunjungan Kerja perorangan<br />

anggota serta pengaduan masyarakat<br />

yang masuk ke DPR. Analisis terhadap<br />

hasil-hasil temuan itu tentunya perlu<br />

mendapatkan dukungan keah lian yang<br />

memadai, baik itu oleh pihak Sekretariat<br />

Jenderal maupun dari para Staf<br />

Ahli Anggota Dewan. Analisa follow up<br />

tersebut sangat penting karena mengingat<br />

untuk menindaklanjuti suatu<br />

temuan, diperlukan kajian yang cermat<br />

agar solusi yang diberikan Dewan atas<br />

suatu isu dapat tepat sasaran, efektif,<br />

dan seefisien mungkin.<br />

DPR juga perlu menentukan waktu<br />

minimal satu hari dalam seminggu,<br />

untuk melakukan pembahasan dengan<br />

pemerintah atau pemangku kepentingan<br />

(stakeholder) terkait dengan temuan hasil<br />

pengawasan dan juga untuk mengonfirmasi<br />

sejauhmana rekomendasi DPR<br />

telah ditindaklanjuti oleh pemerintah.<br />

Dalam rangka perbaikan ini, DPR telah<br />

menghasilkan Pedoman Pelaksanaan<br />

Fungsi Pengawasan terhadap Pelaksanaan<br />

Undang-Undang dan APBN. Pedoman<br />

ini harus segera disosialisasikan<br />

dan diinternalisasikan guna lebih meningkatkan<br />

pelaksanaan fungsi pengawasan<br />

yang dapat berdampak positif<br />

bagi masyarakat.<br />

Di sisi lain, secara kelembagaan DPR<br />

sedang melaksanakan reformasi dalam<br />

rangka meningkatkan performa dan kinerja<br />

kelembagaan secara keseluruhan.<br />

Salah satu wujud upaya tersebut adalah<br />

dibentuknya Tim Implementasi Reformasi<br />

DPR yang dipimpin Wakil Ke tua<br />

DPR Fahri Hamzah. Salah satu tugasnya<br />

adalah melakukan akselerasi agar pembenahan<br />

internal (reformasi) kelembagaan<br />

DPR dapat segera terlaksana.<br />

Sebab, reformasi DPR tidak sematamata<br />

hanya ingin mewujudkan DPR Modern<br />

yang ditandai oleh semakin terbukanya<br />

akses bagi masyarakat terhadap<br />

apa yang dilakukan DPR (transparansi);<br />

penggunaan teknologi informasi dalam<br />

melaksanakan kegiatannya sehingga<br />

terwujud kondisi paperless (tidak boros<br />

kertas) dan masyarakat dapat mengakses<br />

secara online dengan mudah; dan<br />

terwujudnya fungsi representasi dengan<br />

sebenar-benarnya di setiap fungsi<br />

yang dimiliki DPR. Konsep tersebut terlihat<br />

sangat ideal dan jika benar-benar<br />

tercapai maka akan terbentuk sebuah<br />

parlemen ideal yang didambakan masyarakatnya.<br />

Sasaran dari reformasi DPR tersebut<br />

adalah para Anggota DPR, alat kelengkapan,<br />

dan fraksi di satu sisi serta para<br />

sistem pendukungnya di sisi lain (Sekretariat<br />

Jenderal, Badan Keahlian, tenaga<br />

ahli, staf anggota, dll). Terhadap kedua<br />

unsur tersebut perlu dilakukan penguatan<br />

sistem kedewanan secara benar dan<br />

tepat agar kinerja DPR dapat terukur<br />

dan masyarakat dapat merasakan manfaatnya.<br />

Penguatan tersebut dilakukan<br />

melalui penataan dan pengembangan<br />

tata kelola kelembagaan DPR secara<br />

efisien dan efektif.<br />

36 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


Dari semua gagasan dan konsep ideal<br />

di atas terdapat tantangan berat untuk<br />

mewujudkannya yang sangat tidak<br />

mudah dilakukan. Secara prosedural<br />

dan sistematis berbagai program tersebut<br />

sudah mulai dilaksanakan seperti<br />

fokus memperhatikan informasi yang<br />

dibutuhkan masyarakat mengenai DPR<br />

dengan mengembangkan museum dan<br />

membangun learning center dan art<br />

center serta exhibition hall untuk dapat<br />

diakses masyarakat yang ingin mengetahui<br />

proses reformasi yang sedang dilakukan<br />

DPR. Selain itu, kebutuhan penataan<br />

kawasan gedung DPR merupakan<br />

salah satu prioritas kegiatan guna menciptakan<br />

iklim kondusif bekerja anggota<br />

DPR dalam memperjuangkan aspirasi<br />

masyarakat. Selain contoh program fisik<br />

di atas, juga dilakukan upaya di bidang<br />

non fisik seperti penataan kelembagaan,<br />

penataan mekanisme pengambilan<br />

keputusan, penataan manajemen masa<br />

persidangan, penataan manajemen<br />

rapat, serta penatakelolaan pelaksanaan<br />

tiga fungsi utama yakni legislasi, anggaran,<br />

dan pengawasan.<br />

Persoalannya adalah apakah semua<br />

program dan konsep tersebut dapat diimplementasikan<br />

dengan baik? Sebenarnya<br />

melalui Renstra DPR <strong>2015</strong>-<strong>2015</strong><br />

upaya reformasi DPR sudah dijalankan.<br />

Terhadap berbagai item kegiatan baik<br />

fisik dan non fisik sangat tergantung kepada<br />

keterlibatan seluruh elemen DPR<br />

baik para Anggota DPR, Sekretariat Jenderal,<br />

Badan Keahlian DPR, para Tenaga<br />

Ahli, dan unsur pendukung lainnya. Dari<br />

sisi kesiapan anggaran terutama untuk<br />

program fisik, sudah tersedia dalam<br />

APBN tahun 2016 yang akan berlanjut<br />

untuk tahun berikutnya. Artinya, secara<br />

prinsip tidak ada masalah meskipun<br />

prosesnya harus dikawal oleh publik selain<br />

secara prosedural dilakukan secara<br />

transparan yang melibatkan berbagai<br />

lembaga pengawas dan audit. Semantara<br />

kesiapan personil menjadi sebuah tantangan<br />

besar untuk dapat mewujudkan<br />

cita-cita menjadikan DPR sebagai parlemen<br />

modern.<br />

Sebagai penutup, apa yang sudah, sedang,<br />

dan akan dilaksanakan DPR saat<br />

ini memang tidak mudah untuk dapat<br />

terlihat secara langsung. Tantangan terberatnya<br />

adalah perubahan mindset dari<br />

seluruh stakeholders DPR baik Anggota<br />

maupun para unsur pendukungnya. Jika<br />

hal itu tidak berubah, maka perubahan<br />

kelembagaan (reformasi) DPR akan sulit<br />

terwujud. Namun demikian dengan optimisme<br />

dan kerja keras seluruh elemen,<br />

niscaya niat dan cita-cita itu dapat terwujud.<br />

Amin … FOTO: RIZKA, ANDRI/PARLE/<br />

HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

37


setahun dpr di mata masyarakat<br />

DPR DAN HARAPAN<br />

PUBLIK DI PENGHUJUNG<br />

TAHUN <strong>2015</strong><br />

Anggota DPR melalui seluruh Alat<br />

Kelengkapan Dewan telah diamanatkan<br />

untuk menjalankan fungsi representasi<br />

dari rakyat yang diwakilinya secara<br />

efektif. Hal ini sebagaimana yang termuat<br />

dalam UU 17 Tahun 2014 tentang<br />

Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan<br />

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan<br />

Daerah, dan Dewan Perwakilan<br />

Rakyat Daerah atau yang dikenal dengan<br />

UU MD3. Dalam Pasal 69 disebutkan<br />

bahwa DPR mempunyai fungsi legislasi,<br />

anggaran dan pengawasan. Ketiga fungsi<br />

ini dijalankan dalam kerangka representasi<br />

rakyat, dan juga untuk mendukung<br />

upaya Pemerintah dalam melaksanakan<br />

politik luar negeri sesuai dengan ketentuan<br />

peraturan perundang-undangan.<br />

Dalam setahun terakhir kita lihat<br />

bersama melalui berbagai media massa<br />

baik cetak, elektronik dan online, DPR<br />

RI telah berupaya ‘habis-habisan’ dalam<br />

melakukan dan menyampaikan kinerjanya.<br />

DPR RI membangun kerjasama<br />

dengan berbagai TV publik/swasta<br />

dan Radio, hingga diskusi rutin “Forum<br />

Legislasi” dan “Dialektika Demokrasi”<br />

yang dilaksanakan oleh Koordinatoriat<br />

Wartawan DPR RI. Berbagai program<br />

kerjasama dengan TV dan Radio ini<br />

tentu tanpa melihat kedekatan pemilik<br />

kepada partai tertentu, harapannya agar<br />

masyarakat mampu melihat sejauhmana<br />

DPR telah menjalankan fungsi representasinya.<br />

Tidak hanya sampai disitu, TV<br />

streaming yang merupakan acara siaran<br />

TV Parlemen milik DPR juga disiarkan<br />

melalui jaringan internet selama 24 jam<br />

dengan domain tvparlemen.co.id agar<br />

masyarakat bisa memantau jalannya<br />

persidangan-persidangan di DPR.<br />

Namun disisi yang lain, skeptisisme<br />

publik meningkat ketika melihat kemampuan<br />

anggota dewan untuk memahami<br />

dan merespon kebutuhan mereka.<br />

Dapat kita sebut beberapa catatan<br />

di tahun ini yang menyita perhatian publik<br />

seperti Konflik KMP-KIH, Pengangkatan<br />

Kapolri, Pansus Pelindo II,<br />

Pengesahan RAPBN 2016, Seleksi Capim<br />

KPK, Sidang MKD, dan sebagainya. Dari<br />

berbagai tinjauan, publik cenderung menolak<br />

untuk mendukung ide (baca: kebijakan)<br />

baru apabila mereka merasa tidak<br />

diikutsertakan dalam perumusan kebijakan<br />

politik yang dilakukan DPR sebagai<br />

wakilnya, karena publik merasa bahwa<br />

ide tersebut dipaksakan kepada mereka.<br />

Oleh karenanya, dalam situasi seperti<br />

ini, publik akan lebih memilih untuk<br />

menolak kebijakan-kebijakan tersebut.<br />

Sepertinya untuk merespon berbagai<br />

hal tersebut, DPR terlihat lebih lamban<br />

karena harus mempertimbangkan hasil<br />

analisis dan rekomendasi yang terbaik.<br />

Kenyataannya memang DPR perlu mengakomodasi<br />

pendapat dari seluruh<br />

lapisan masyarakat, bukan hanya pendapat<br />

para ahli. Keadaan ini menyebabkan<br />

serangkaian proses yang lebih kompleks<br />

dalam menemukan konklusi dan<br />

rekomendasi. Rentetan prosedur yang<br />

berjalin-kelindan inilah yang kemudian<br />

muncul karena adanya kesulitan dalam<br />

menentukan pandangan-pandangan<br />

strategis yang patut diperhitungkan.<br />

Bagaimanapun dinamika yang terjadi<br />

di DPR, masyarakat tetap berharap agar<br />

DPR dapat menyuarakan aspirasinya<br />

sebagaimana yang telah dicita-citakan<br />

sesuai tujuan kemerdekaan Indonesia.<br />

Anggota DPR tetap perlu menjalin<br />

komunikasi dengan publik agar dapat<br />

menjalankan perannya. Salah satu tugas<br />

utama dari anggota dewan adalah<br />

memberikan informasi kepada publik<br />

mengenai proses yang terjadi di dalam<br />

parlemen. Anggota dewan merupakan<br />

wakil rakyat, untuk itu penilaian terhadap<br />

kinerja mereka bergantung pada<br />

kemampuan mereka dalam mendengar,<br />

memahami dan menginterpretasi pandangan<br />

dari publik yang diwakili dan<br />

menghasilkan keputusan-keputusan<br />

terbaik demi kemaslahatan bersama<br />

yang tujuannya mampu dipahami oleh<br />

masyarakat yang diwakili dengan sederhana<br />

dan jelas. (FIKRI & HASBI)<br />

A. Rifqi Fuadi, 31 tahun<br />

(Pengusaha Muda Sektor<br />

Retail - Jakarta)<br />

Kinerja DPR masih jauh dari kata<br />

memuaskan, belum nampak secara<br />

nyata dan dapat dirasakan kinerja besar<br />

DPR oleh masyarakat. Pimpinan DPR<br />

sering diberitakan negatif oleh media,<br />

mulai dari kasus pertemuan dengan<br />

Donald Trump sampai kasus Papa Minta Saham. Seharusnya DPR fokus untuk<br />

mengawasi kinerja pemerintah, jangan sampai DPR gaduh terus, akhirnya<br />

pengawasannya menjadi lemah. Apresiasi untuk pansus Pelindo dan juga upaya<br />

DPR menurunkan ongkos naik haji tahun ini, namun itu masih sangat kurang dan<br />

belum bisa menutup kekurangan kinerja DPR. Apabila boleh memberi nilai, Saya<br />

menilai DPR mendapatkan Nilai 4 dari 10.<br />

Abdul Haris M.H.I,<br />

27 tahun (Santri Pondok<br />

Pesantren Bahrul Ulum<br />

Tambakberas– Jombang)<br />

Kinerja DPR buruk, di awal periode,<br />

energinya banyak tersita untuk<br />

menyelesaikan sengketa KIH vs KMP,<br />

sehingga banyak RUU mangkrak.<br />

38 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


Problem lama juga masih terulang seperti tidur saat sidang atau bahkan tidak<br />

hadir. DPR belum mampu meyakinkan rakyat bahwa mereka adalah betul-betul<br />

wakil rakyat. Penyambung lidah rakyat semestinya memperjuangkan aspirasi<br />

rakyat bukan aspirasi partai dan golongannya. Sebetulnya saya yakin bahwa<br />

masih banyak anggota DPR yang jujur dan bekerja untuk rakyat. Tapi jika mereka<br />

diam saja terhadap kesalahan anggota lainnya, jangan salahkan apabila<br />

rakyat tidak lagi percaya kepada lembaga DPR secara keseluruhan, ditambah<br />

lagi skandal yang membelit pimpinan Dewan, sejauh penilaian saya pribadi,<br />

Pimpinan DPR saat ini adalah pimpinan yang paling tidak kredibel dibandingkan<br />

dengan pimpinan sebelumnya.<br />

Hanindyo Permana, S.IP, 24 tahun<br />

(Karyawan Swasta - Palangkaraya)<br />

Opini saya, kinerja DPR sebagai lembaga legislatif<br />

belum berfungsi secara maksimal. Lebih banyak<br />

menunjukkan kontroversi dibanding kinerja dalam<br />

perumusan undang-undang yang pro rakyat. Selain<br />

itu saya berharap, tidak ada tendensi-tendensi<br />

yang bersifat negatif yang bukan untuk kepentingan<br />

masyarakat dalam pembentukan Pansus seperti Pelindo dll. Pansus-pansus<br />

tersebut diharapkan menjadi pembuktian DPR dalam menjalankan fungsinya<br />

sebagai pengawas pemerintah, bukan malah dijadikan alat untuk manuvermanuver<br />

kepentingan politik tertentu. Terakhir harapannya DPR mampu menjadi<br />

tangga dalam menjembatani aspirasi Rakyat secara keseluruhan, bukan<br />

terbatas golongan/partai politik.<br />

Abdul Hair, 26 tahun (Penulis –<br />

Tolitoli)<br />

Pengamatan saya tentang DPR selama ini<br />

bersumber dari media, artinya baik atau buruknya<br />

kinerja DPR yang saya ketahui adalah ditentukan<br />

oleh media. Menurut saya media saat ini condong<br />

ke dua sisi: yang satu cenderung pro ke pemerintah<br />

dan yang satunya lagi cenderung kontra. Yang pro<br />

pemerintah biasanya (dan seringkali) menilai buruk kinerja DPR. Hal-hal yang<br />

diliput media tentang DPR kebanyakan hal-hal yang bombastis, pertarungan antar<br />

elit Parpol. Jadinya isu tentang kebijakan dan kinerja jadi tersingkir. Menurut<br />

objektivitas saya, DPR itu isinya lebih dari 500 orang, untuk melihat satu persatu<br />

kinerja anggota tentulah sulit, dan media mainstream tentu tidak menjangkau itu.<br />

Kalau saya mengatakan semua anggota DPR berkinerja buruk, kurang tepat<br />

juga, karena pasti masih ada yang kinerjanya bagus.<br />

Menurut saya secara perorangan, ada anggota yang kinerjanya bagus namun<br />

ada juga yang buruk. Tapi secara kelembagaan dan secara general, kinerja<br />

DPR saya nilai sangat buruk, itu hasil penilaian saya yang bersumber dari Media.<br />

Iqbal Fajar, 22 Tahun (Aktivis<br />

Mahasiswa Univ Brawijaya –<br />

Malang)<br />

Sesungguhnya Parlemen (dalam hal ini<br />

DPR), merupakan kunci utama dalam sebuah<br />

negara Demokrasi, karena melalui lembaga<br />

inilah Rakyat terwakili untuk mengawasi dan mengatur pemerintah agar tidak<br />

semena-mena dan menjadi diktator. Indonesia telah mengalami masa dimana<br />

DPR lemah sehingga Eksekutif menjadi semena-mena saat zaman Soeharto.<br />

Namun sayang, pasca reformasi, meskipun secara kelembagaan DPR menguat<br />

namun DPR saat ini tidak sama sekali mencerminkan keterwakilan Rakyat Indonesia.<br />

DPR seolah hanya mewakili kepentingan partai dan golongannya saja.<br />

Kerja DPR setahun ini tidak menyentuh secara langsung kepada masyarakat.<br />

Seharusnya DPR membenahi regulasi pendidikan, kesehatan dan pelayanan<br />

dasar agar pro terhadap rakyat kecil, bukan malah mempertontonkan dagelan<br />

politik seperti Papa Minta Saham dll. Jangan sampai karena nila setitik rusak<br />

susu sebelanga. Seluruh Anggota DPR harus melakukan instropeksi diri, bahwa<br />

mereka saat ini memegang amanah Rakyat Indonesia yang begitu besar, sehingga<br />

tidak boleh main-main dalam menjalankan amanah tersebut. Kesimpulannya<br />

adalah, kita jaga lembaga DPR, kita perkuat. namun mari kita robohkan<br />

orang-orang yang membuat kotor DPR!!! Hidup Rakyat Indonesia!!!<br />

Bagus Santa Wardhana,<br />

32 Tahun (Tokoh Pemuda –<br />

Buleleng)<br />

Saya berpendapat kinerja DPR selama<br />

1 tahun ini kurang maksimal, sepertinya<br />

yang kita ketahui bersama DPR<br />

mempunyai fungsi: penganggaran, pengawasan<br />

dan legislasi. Secara umum kinerja<br />

DPR bisa dikatakan bagus, tetapi jika<br />

dilihat secara spesifik tidak ada pekerjaan yang kongkrit misalkan dalam legislasi<br />

yang masih lemah. Sejauh pengamatan saya untuk pengawasan dan anggaran<br />

sudah cukup bagus. Namun sayang sekali, fungsi pengawasan dan penganggaran<br />

yang sudah cukup bagus tersebut harus tertutup oleh pemberitaan negatif<br />

di media, terlebih karena oknum pimpinan DPR yang bertemu Donald Trump<br />

atau yang terbaru kasus pencatutan nama Presiden. Polemik seperti ini membuat<br />

masyarakat berpikir bahwa DPR seluruhnya adalah buruk, meskipun di<br />

DPR itu ada 560 anggota yang pasti ada juga anggota yang betul-betul bekerja<br />

untuk Rakyat. Saya berharap DPR ini bekerja demi Indonesia yang maju, adil,<br />

sejahtera dan makmur serta berpedoman pada Pancasila dan UUD1945.<br />

Castie, 42 Tahun (Karyawati<br />

Swasta – Jakarta)<br />

Saya melihat kinerja birokrasi di tubuh<br />

Sekretariat Jenderal DPR semakin baik<br />

dibandingkan tahun kemarin. Sebagai<br />

pihak swasta, para pegawai Setjen terlihat<br />

semakin profesional. Namun disisi<br />

lain, sulit untuk melihat kinerja birokrasi<br />

berimbas positif pada lembaga DPR sebagai<br />

legislatif. Birokrasi Setjen yang notabene PNS atau pegawai, dan anggota<br />

DPR yang dipilih rakyat dari partai politik, seperti terpisah dan berbeda walau<br />

berada dalam satu kompleks dan gedung yang sama. Menurut saya ini pen ting<br />

untuk menjadi perhatian kita bersama. Saya sebagai masyarakat biasa juga<br />

tetap mengharapkan agar para anggota DPR bisa mendahulukan kepentingan<br />

bersama dibandingkan kepentingan partai atau kelompoknya.<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

39


erita foto<br />

PRESS GATHERING<br />

Wakil Ketua DPR RI Fahri<br />

Hamzah, Setjen DPR RI<br />

Winantuningtyastiti, dan<br />

Ketua Koordinatoriat Press<br />

Room Hilman Matauch<br />

membuka acara Press<br />

Gathering Wartawan<br />

Koordinatoriat DPR RI dengan<br />

pelemparan pancing.<br />

FOTO: DENUS, JAKA<br />

40 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

41


erita foto<br />

PANSUS PELINDO II<br />

Ketua Pansus Pelindo II Rieke Diah Pitaloka<br />

menyampaikan Laporan Pendahuluan Kinerja<br />

Pansus Pelindo II yang berisi 7 rekomendasi<br />

penting di Rapat Paripurna DPR RI.<br />

FOTO: IWAN ARMANIAS, ANDRI<br />

42 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

43


erita foto<br />

44 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


SEJARAH MKD<br />

Dinamika proses persidangan Mahkamah<br />

Kehormatan Dewan (MKD) berakhir dengan<br />

dibacakannya surat pengunduran diri Ketua<br />

DPR RI Setya Novanto.<br />

FOTO: IWAN ARMANIAS, DENUS, JAKA<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

45


erita foto<br />

JEJAK GENOSIDA<br />

Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto bersama Sumail<br />

Abdullah, delegasi DPR RI dalam Sidang Umum APA ke-8<br />

meninjau Museum Genosida di Kamboja.<br />

FOTO: IBNUR KHALID<br />

46 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


PANEN RAYA<br />

Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menghadiri<br />

Panen Raya di Desa Pamagersari, Jasinga,<br />

Bogor.<br />

FOTO: ANDI MUHAMAD<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

47


erita foto<br />

DORONG<br />

Tim Kunker Komisi V DPR RI turut beramairamai<br />

mendorong bus yang terperosok saat<br />

akan meninjau hutan Mangrove dan Rumput<br />

Laut di Sulawesi Selatan.<br />

FOTO: IWAN ARMANIAS<br />

48 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


TINJAU TAMBANG<br />

Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII<br />

DPR RI meninjau tambang batubara di<br />

Kalimantan Selatan.<br />

FOTO: EKA HINDRA<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

49


erita foto<br />

50 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


PAMIT<br />

Pimpinan DPR bersama mantan Ketua DPR RI<br />

Setya Novanto usai memberikan sambutan<br />

pengunduran diri sebagai Ketua DPR RI.<br />

FOTO: NAEFUROJI, ANDRI<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

51


erita foto<br />

52 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


PIMPINAN KPK<br />

Suasana Rapat Paripurna DPR RI<br />

terkait pengesahan Pimpinan KPK<br />

periode <strong>2015</strong>-2019.<br />

FOTO: NAEFUROJI, JAKA<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

53


KIAT SEHAT<br />

MEMBANGUN<br />

NEGERI MELALUI<br />

HEMATOPSIKIATRI<br />

Oleh: dr. Dito Anurogo<br />

Pengetahuan tentang hubungan<br />

golongan darah dan kepribadian (ketsu<br />

eki gata) telah berkembang pesat di<br />

Jepang. Sampai-sampai berkembang<br />

adagium “you are what you bleed” yang<br />

berarti “golongan darah mencerminkan<br />

siapa diri Anda yang sebenarnya”.<br />

SEJARAH<br />

Di Jepang, kajian tentang golongan<br />

darah dan kepribadian bermula dari<br />

tahun 1927. Saat itu, Takeji Furukawa,<br />

profesor di Tokyo Women’s Teacher’s<br />

School, mempublikasikan “The Study<br />

of Temperament Through Blood Type”<br />

di jurnal Psychological Research. Kemudian<br />

di tahun 1970, Masahiko Nomi,<br />

seorang jurnalis, berhasil menyelesaikan<br />

dan menerbitkan buku “Ketsueki-gata<br />

de Wakaru Aisho” (Understanding Affinity<br />

by Blood Type). Ia sukses meluncurkan<br />

lebih dari sepuluh buku populer.<br />

Beruntunglah, di tahun 1971, buku<br />

tersebut menjadi best seller. Di tahun<br />

1981, Toshitaka Nomi melanjutkan studi<br />

ini. Beberapa tahun kemudian, tepatnya<br />

pada tahun 2004, Toshitaka Nomi<br />

mendirikan Human Science ABO Center.<br />

HEMATOPSIKIATRI<br />

Istilah hematopsikiatri berasal dari<br />

hemato (darah) dan psikiatri (ilmu kejiwaan).<br />

Secara singkat berarti ilmu yang<br />

mempelajari hubungan antara (golongan)<br />

darah dan ilmu kejiwaan. Seiring<br />

berkembangnya riset dan teknologi,<br />

maka pelbagai komponen-komponen di<br />

dalam hematopsikiatri semakin lama semakin<br />

menjadi kompleks, meliputi: hematologi,<br />

psikologi dan psikiatri, genetika<br />

dan biologi molekuler, patobiologi.<br />

Sehingga jelaslah bahwa dalam tinjauan<br />

multidisipliner hematopsikiatri bermakna<br />

ilmu pengetahuan yang membahas<br />

korelasi antara (golongan) darah,<br />

kejiwaan manusia, genetika, biologi<br />

molekuler, dan pelbagai gangguan atau<br />

penyakit yang mendasarinya. Tentunya<br />

banyak sekali faktor yang berperan<br />

serta mempengaruhi hematopsikiatri.<br />

Salah satunya epigenetik.<br />

EPIGENETIK<br />

Epigenetik adalah studi tentang perubahan<br />

yang diturunkan melalui fungsi<br />

gen yang terjadi tanpa perubahan di<br />

untai DNA. Faktor-faktor lingkungan<br />

memberikan “stempel” kepada gen, yang<br />

disebut epigenome. Hal ini mengubah<br />

aktivitas sel dan gen yang dapat menyebabkan<br />

perubahan-perubahan yang<br />

tidak menyenangkan pada penampilan<br />

kulit. Jadi epigenetik adalah mekanisme<br />

mayor yang mengakomodasi perubahan-perubahan<br />

ekspresi gen sebagai respon<br />

terhadap interaksi gen-lingkungan.<br />

Di dalam epigenetik terjadi pelbagai<br />

proses, seperti metilasi DNA, metilasi<br />

histon, asetilasi histon. Metilasi DNA<br />

dan deasetilasi histon diketahui terjadi<br />

sesaat setelah sintesis DNA dan dapat<br />

dimodifikasi oleh faktor-faktor fisiologis<br />

atau patologis yang mengubah ekspresi<br />

gen organisme. Enzim-enzim yang berperan<br />

di dalam epigenetik antara lain:<br />

histone asetiltransferase, histon demetilase,<br />

histon metiltransferase.<br />

Ada pelbagai faktor yang berpengaruh<br />

terhadap epigenetik, yakni:<br />

modifikasi epigenetik dan modulasi<br />

epigenetik. Yang termasuk modifikasi<br />

epigenetik, misalnya: obat-obatan, kebiasaan<br />

makan, olahraga, mikrobiom,<br />

proses penuaan, dan stres. Sedangkan<br />

yang termasuk modulasi epigenetik,<br />

misalnya: diet, perubahan cuaca/iklim/<br />

temperatur, kondisi psikologis, interaksi<br />

sosial, pengobatan alternatif, penyalahgunaan<br />

obat, status finansial. Semua ini<br />

memengaruhi fungsi dan kinerja gen.<br />

GEN-LINGKUNGAN<br />

Kondisi eksternal dari lingkungan<br />

amat memengaruhi suasana internal<br />

gen. Maksudnya, sinyal-sinyal lingkungan,<br />

asupan (ion, radikal bebas, radiasi,<br />

substrat, dsb) dari lingkungan, memengaruhi<br />

pelbagai gen, seperti: gen untuk<br />

protein regulatori, gen untuk modifikasi<br />

protein, gen untuk pengikatan protein,<br />

dsb.<br />

Jelaslah ada hubungan mesra antara<br />

faktor lingkungan (pengaruh kelompok,<br />

dukungan keluarga/pasangan hidup,<br />

stres, dsb), fisiologis (metabolisme alkohol,<br />

homeostasis, toleransi, gangguan<br />

metabolisme/enzim, dsb), perilaku<br />

(personaliti, temperamen, gangguan<br />

perilaku, dsb), perkembangan (sosial,<br />

emosional, pubertas, kematangan otak,<br />

kedewasaan berpikir, dsb), dan genetik.<br />

GEN – PERSONALITI<br />

Benjamin J, dkk (1998) berhasil menemukan<br />

hubungan antara gen reseptor<br />

D4 dopamin (D4DR) dan trait perso naliti.<br />

Ada interaksi antara gen D4DR dan gen<br />

reseptor 2C serotonin (5-HT-2C). Bertindak<br />

selaku reseptor mekanisme<br />

uptake monoamine adalah serotonin<br />

transporter (5-HTT), sebagai kandidat<br />

gen untuk trait personaliti. Polimorfisme<br />

5-HTT terkait erat dengan kejadian<br />

cemas dan deperesi. Sedangkan penelitian<br />

yang dilakukan oleh Plomin R dan<br />

Caspi A (1998) berhasil mengungkapkan<br />

asosiasi antara dopamine D4 receptor<br />

(DRD4) dengan trait personaliti. Hasil<br />

ini membuka cakrawala pengetahuan<br />

bahwa ada kait an antara trait personaliti,<br />

mekanisme biologis (dalam konteks<br />

biologi seluler-molekuler), dengan<br />

54 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


gen. Jadi ada interaksi dan korelasi antara<br />

gen, personaliti, dan lingkungan.<br />

INTERAKSI GEN DENGAN LINGKUNGAN<br />

GOLONGAN DARAH<br />

Menurut ISBT (International Society<br />

of Blood Transfusion) ada 33 sistem<br />

golongan darah. Misalnya: sistem<br />

golongan darah ABO, rhesus, MNS, P,<br />

Lutheran, Kell, Lewis, Duffy, Kidd, CO,<br />

FY, GE, RhAG, Jk, Cromer, LU, XK, dsb.<br />

Banyaknya sistem golongan darah ini<br />

terjadi karena ada pelbagai tipe antigen<br />

yang ditemukan di membran sel darah.<br />

Jadi sebenarnya sistem golongan darah<br />

yang kita kenal sehari-hari itu (sistem<br />

ABO) hanya satu bagian kecil dari 33<br />

sistem yang ada.<br />

Golongan darah adalah sistem klasifikasi<br />

atau pengelompokan yang terdiri<br />

dari antigen sel darah merah yang<br />

secara spesifik dikendalikan oleh sekelompok<br />

gen yang bersifat allelic atau terhubung<br />

amat dekat di kromosom yang<br />

sama. Karl Landsteiner dikenal berjasa<br />

karena penemuan sistem golongan darah<br />

ABO di tahun 1900.<br />

Sedangkan “tipe darah” mengacu ke<br />

pola spesifik dari reaksi terhadap uji antisera<br />

di dalam sistem tertentu. Pemahaman<br />

tentang implikasi golongan darah<br />

tidak terbatas hanya pada problematika<br />

terkait transfusi darah, melainkan juga<br />

penyakit spesifik terkait dengan antigen<br />

permukaan sel darah merah.<br />

Penggolongan sistem golongan darah<br />

ABO dan Rh berdasarkan keberadaan<br />

aglutinogen. Aglutinogen adalah antigen<br />

di permukaan sel-sel darah merah yang<br />

bereaksi saat ditempatkan dengan darah<br />

dari tipe yang berbeda. Sedangkan aglutinin<br />

adalah antibodi yang berinteraksi<br />

dengan antigen di permukaan partikel<br />

(seperti eritrosit, bakteri, partikel lateks)<br />

sehingga menyebabkan penggumpalan<br />

(aglutinasi). Aglutinasi terjadi saat aglutinogen<br />

A dicampur dengan alfa-aglutinin<br />

(anti-A) atau ketika aglutinogen-B dicampur<br />

dengan beta-aglutinin (anti-B).<br />

TENDENSI PERSONALITI<br />

Menurut Japan’s Human Science ABO<br />

Center, ada empat tipe personaliti dasar<br />

berdasarkan golongan darah, yaitu: tipe<br />

A, B, AB, dan O.<br />

Karakteristik tipe A adalah perfeksionis,<br />

terorganisasi, amat mematuhi norma<br />

dan peraturan yang berlaku, amat<br />

membanggakan pencapaian/prestasi<br />

diri, cenderung rentan terkena stres.<br />

Karakteristik tipe B adalah individualis,<br />

bebas berkehendak (“liar”), tampak<br />

tidak berambisi untuk menduduki<br />

jabatan sebagai pimpinan, cenderung<br />

berkarir di ranah akademis atau intelektual<br />

(riset).<br />

Karakteristik tipe AB adalah realis,<br />

rasional, menjaga jarak dengan yang<br />

lain. Cenderung kreatif, sensitif, emosional<br />

(meskipun terpendam).<br />

Karakteristik tipe O adalah berbakat<br />

memimpin, kemauannya kuat, ramah,<br />

mudah bersosialisasi, pendamba kekuasaan<br />

dan kemakmuran.<br />

KELEBIHAN-KEKURANGAN<br />

Kelebihan tipe A: terpercaya, setia,<br />

kredibel, berkomitmen, taat peraturan,<br />

istiqomah, percaya diri tinggi, amat<br />

memerhatikan detail, melakukan segala<br />

sesuatu secara sistematis, tepat waktu.<br />

Kekurangan tipe A: perfeksionis, sekali<br />

terluka hatinya cenderung lama untuk<br />

dipulihkan, kalau marah cenderung<br />

diam, kalau berkata-kata terkadang<br />

“nylekit” (menyakiti) tanpa disadarinya,<br />

sekali dikhianati selamanya takkan percaya,<br />

berpikir terlalu mendalam, rapuh<br />

secara emosional.<br />

Kelebihan tipe B: penyayang anak, pekerja<br />

keras, berbakat bisnis, suka spontanitas,<br />

suka berpetualang alam, berfokus<br />

pada hal yang disenanginya saja,<br />

berpikiran terbuka. Kekurangan tipe B:<br />

moody (suasana hati mudah berubah),<br />

pencemburu, kurang dapat mengapresiasi<br />

kelebihan orang lain, kurang romantis,<br />

cenderung boros, susah diatur,<br />

workaholic (pencandu kerja), cenderung<br />

meluapkan emosinya kapanpun ia mau.<br />

Wanita golongan darah B cenderung<br />

banyak berbicara dan suka berbelanja<br />

tanpa perhitungan cermat.<br />

Kelebihan tipe AB: tempat curhat<br />

yang baik, dapat menjaga rahasia, diplomatis,<br />

menjaga perasaan orang, hatinya<br />

sensitif dan peka, punya kemampuan<br />

negosiasi yang baik, kemampuan berpikir<br />

analitik dan rasional yang tinggi,<br />

sangat kritis. Kekurangan tipe AB: misterius,<br />

susah menolak bila dimintai bantuan,<br />

sulit berkata “tidak”, sering lupa<br />

meletakkan barang-barang (misal: kunci<br />

rumah, HP, dsb).<br />

Kelebihan tipe O: rasa ingin tahu<br />

tinggi, mudah bersahabat dengan siapapun,<br />

mudah penasaran, suka membantu<br />

tanpa pamrih. Kekurangan tipe O: ambisius,<br />

ekspresif, eksplosif (kalau marah<br />

cenderung meledak, meskipun setelah<br />

itu mudah mereda kembali), cenderung<br />

menunda pekerjaan, gagal fokus, mudah<br />

sekali dimanfaatkan orang lain tanpa<br />

pernah menyadarinya.<br />

HEMATOPSIKIATRI DAN<br />

KEMAJUAN INDONESIA<br />

Melalui hematopsikiatri, dapat<br />

dikembangkan potensi dan karakter<br />

diri. Dalam skala nasional, maka akan<br />

memudahkan perekrutan karyawan,<br />

seleksi pelajar/mahasiswa berprestasi,<br />

memudahkan perusahaan untuk mutasi<br />

/ promosi jabatan, pembuatan database<br />

golongan darah, memudahkan bila ada<br />

yang memerlukan darah, memercepat<br />

proses transfusi darah, pencarian jodoh<br />

berdasarkan golongan darah, konseling<br />

pernikahan berdasarkan golongan darah,<br />

dsb.<br />

Melalui hematopsikiatri, pemerintah<br />

bersama masyarakat dapat membangun<br />

karakter dan jatidiri bangsa ini menjadi<br />

lebih sempurna, bermartabat, dan<br />

beradab. (Disarikan dari berbagai referensi)<br />

*Dito Anurogo, dokter online/digital,<br />

pemerhati hematopsikiatri, penulis 17 buku,<br />

CEO Sahabat Literasi Indonesia, sedang studi<br />

S2 di Biomedis FK UGM, email: ditoanurogo@gmail.com,<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

55


profil<br />

JAZILUL FAWAID<br />

SOSOK SANTRI<br />

DI PANGGUNG POLITIK<br />

56 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


Pribadinya begitu ramah dan<br />

sederhana. Tuturnya jelas,<br />

apa adanya. Ia juga sosok yang<br />

sangat religius. Inilah Jazilul<br />

Fawaid, Anggota F-PKB DPR RI. Bicara<br />

soal dunia pesantren, Jazil adalah sosok<br />

yang tepat untuk diajak bicara. Hampir<br />

separuh hidupnya berada di pesantren.<br />

Kepada Parlementaria, dia berbagi<br />

cerita menarik tentang masa kecilnya<br />

di kampung dan suka dukanya menjadi<br />

santri.<br />

Di tengah kesibukkannya yang luar<br />

biasa, Jazil menyempatkan waktu untuk<br />

wawancara eksklusif dengan Parlementaria.<br />

Sejak dilantik sebagai Anggota<br />

DPR, Jazil dipercaya menempati kursi<br />

Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar)<br />

DPR. Selain itu, ia juga duduk sebagai<br />

Anggota Komisi V DPR.<br />

MASA KECIL DI BAWEAN<br />

Bawean adalah pulau kecil di laut<br />

Jawa, tepatnya di utara Gresik. Dahulu<br />

akses kapal dari Bawean ke daratan<br />

pulau Jawa masih sulit, karena sangat<br />

bergantung pada cuaca. Butuh waktu<br />

delapan jam ke Gresik dengan kapal.<br />

Bila ombak sedang besar, dermaga terpaksa<br />

ditutup dan warga pun terisolir.<br />

Umumnya mata pencaharian masyarakat<br />

Bawean adalah nelayan dan petani.<br />

Secara administratif, Bawean masuk Kabupaten<br />

Gresik, Jawa Timur.<br />

Adalah M. Sunan Hamli, seorang PNS<br />

pensiuanan guru agama yang dipindah<br />

dari Pulau Bawean ke Sidayu, Gresik.<br />

Pagi itu, ia sedang menanti kelahiran<br />

anak pertamanya bersama istri tercinta,<br />

Insiyah. Minggu pagi, ketika mentari<br />

sedang bersinar indah, tangis bayi memecah<br />

kesunyian di rumah sederhana.<br />

Kalender yang tergantung menunjukkan,<br />

5 Desember 1971. Dibantu dukun<br />

beranak, lahirlah bayi mungil laki-laki<br />

yang diberi nama Jazilul Fawaid. Nama<br />

islami yang diharapkan banyak menebar<br />

manfaat bagi masyarakat.<br />

Lahir di masa serba sulit. Hampir<br />

tak ada fasilitas kesehatan di Bawean.<br />

Bayi mungil yang biasa disapa Jazil itu,<br />

menjadi pelipur lara kedua orangtuanya.<br />

Setelah kelahiran Jazil, masih ada dua<br />

adiknya yang lahir kemudian. Jadi, Jazil<br />

adalah sulung dari tiga bersaudara. Adik<br />

pertamanya perempuan wafat karena<br />

sakit. Tak ada upaya pengobatan maksimal<br />

yang bisa dilakukan waktu itu, karena<br />

di kampungnya tak ada dokter atau<br />

puskesmas.<br />

Jazil kecil hidup di tengah keluarga<br />

yang sangat religius. Bersama teman-teman<br />

kecilnya di kampung, ia suka sekali<br />

bermain. Sungai dan pantai adalah dua<br />

tempat favorit untuk bermain. Berenang<br />

dan memancing ikan hampir menjadi<br />

keseharian masa kecilnya. Bermain bola<br />

juga menjadi kesukaannya. Tak cuma itu,<br />

Jazil kecil pun sangat kreatif membuat<br />

mainan sendiri dari pelepah pisang untuk<br />

dijadikan sebilah pedang. Senangnya<br />

mengingat masa kecil di kampung.<br />

Waktu itu, di kampungnya belum<br />

banyak pemilik TV. Untuk mendapat<br />

hiburan tontonan TV, Jazil mampir<br />

ke rumah paman yang kebetulan<br />

bertetangga. Bila malam tiba, rumah<br />

pamannya dipenuhi tetangga yang juga<br />

ingin menonton tv ramai-ramai. Aneka<br />

Ria Safari jadi acara favorit yang disiarkan<br />

TVRI. Sesekali ada pula hiburan<br />

layar tancap. Kampung dipastikan ramai<br />

bila layar tancap digelar.<br />

Sementara itu, memulai pendidikan<br />

formalnya, Jazil kecil bersekolah di SDN 1<br />

Daun Timur, Bawean. Bersama sahabatsahabat<br />

kecilnya, ia biasa berjalan kaki<br />

ke sekolah yang jaraknya tak jauh dari<br />

rumah. Di SD ini hanya dua tahun. Jazil<br />

kemudian pindah ke Gresik dan melanjutkan<br />

kelas III SD sekaligus bersekolah<br />

juga di Madrasah Ibtidaiyah Ma’rif Islamiyah,<br />

Kertosono, Gresik. Pagi belajar<br />

di SD, sorenya di madrasah ibtidaiyah.<br />

Pengetahuan umum seperti sejarah jadi<br />

mata pelajaran yang sangat disuka Jazil.<br />

Malamnya, ia juga belajar mengaji<br />

pada sang kakek dan Ayahnya. Nilai-nilai<br />

agama sudah ditanamkan sejak dini oleh<br />

keluarganya. Kedua orangtuanya juga<br />

selalu menanamkan kejujuran. Satu hal<br />

yang tak pernah dilupakan Jazil dari nasihat<br />

sang kakek, “Jangan pernah merasa<br />

rugi saat menolong orang lain.” Nasihat<br />

itu terus membekas hingga kini.<br />

Setamat SD, Jazil kecil melanjutkan ke<br />

Pondok Pesantren Ihya’ul Ulum, Gresik<br />

di bawah asuhan KH. Ma’shum Sufyan.<br />

Di sinilah dunia pesantren mulai dikenalnya.<br />

Enam tahun lamanya ia mengenyam<br />

pendidikan pesantren. Tak hanya<br />

ilmu agama yang didapat, kemandirian<br />

hidup juga jadi pelajaran berharga yang<br />

didapat. Banyak kenangan samasa menjadi<br />

santri. Ia tak suka pada kegiatan latihan<br />

pidato di pesantrennya, karena memang<br />

tak biasa bicara di depan umum.<br />

Foto kenangan di pesantren. Jazil (paling kiri) saat mengaji kitab kuning bersama KH Ma’shum Sofyan<br />

Jazil selalu mencari cara agar ia tak<br />

mendapat giliran menjadi orator dalam<br />

latihan pidato tersebut. Namun, disiplin<br />

pondok memaksanya ia harus tetap<br />

menghadapi latihan berpidato (muhadhoroh<br />

dalam istilah pesantren). Akhirnya<br />

ia terbiasa juga dengan kegiatan muhadhoroh.<br />

Menariknya lagi, semasa di<br />

pesantren, ternyata Jazil pernah terpilih<br />

menjadi Ketua Pondok. Semacam ketua<br />

OSIS di sekolah yang memimpin adik-<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

57


profil<br />

Jazil bersama para nelayan di pulau Bawean<br />

adik kelasnya yang mukim di pesantren.<br />

“Saya dipilih teman-teman, karena<br />

dianggap pemalas dan suka tidur. Sejak<br />

itulah, saya menyadari pentingnya belajar<br />

pidato. Saya juga belajar tanggung<br />

jawab untuk memimpin santri yang<br />

jumlahnya sekitar 500 orang,” cerita<br />

Jazil penuh tawa, mengenang masa lalu<br />

di pesantren. Dahulu, di pesantrennya<br />

belum ada listrik. Untuk mendapatkan<br />

penerangan, para santri membayar iuran<br />

Rp 500 per bulan untuk membeli<br />

solar mesin diesel sebagai sumber penerangan.<br />

Jelang tengah malam, listrik dipadamkan.<br />

Baru dinyalakan kembali jelang<br />

subuh. Begitulah kondisi pesantren<br />

tempat Jazil dahulu menuntut ilmu. Kini,<br />

pesantrennya sudah kian modern. Tak<br />

ada mesin diesel lagi untuk mendapat<br />

penerangan. Listrik sudah tersambung<br />

selama 24 jam. Lalu, apa cita-citanya<br />

saat masih di pesantren? Jawabnya, tak<br />

ada. Tugasnya hanya menuntut ilmu untuk<br />

menyambut masa depan.<br />

Dengan berilmu, ia menjadi insan<br />

yang mampu menebar banyak manfaat<br />

bagi orang lain. Apalagi dalam tradisi<br />

di pesantren tak diajarkan bercitacita.<br />

Ayahanda Jazil pernah berpesan,<br />

menuntut ilmu di pesantren bukan untuk<br />

meraih kekayaan, mendapat pekerjaan,<br />

atau kemewahan duniawi.<br />

“Untuk itulah saya tak terbiasa berpikir<br />

tentang cita-cita sejak kecil. Hanya<br />

saja kakek saya pernah menyarankan<br />

agar saya jadi kiai saja. Jadi kiai itu, kata<br />

kakek saya, sangat mulia,” ujar Jazil, seraya<br />

menambahkan, “Ayah saya juga<br />

pernah berkata, kalau kamu punya citacita<br />

lalu tidak tercapai, nanti bisa putus<br />

asa,” ungkap Jazil lagi, mengingat pesan<br />

ayah dan kakeknya.<br />

MASA KULIAH<br />

Setamat dari pesantren, tahun 1990,<br />

Jazil muda tampil menjadi pribadi yang<br />

religius dan matang.<br />

Bekal ilmu dari<br />

pesantren menjadi mutiara<br />

berharga dalam<br />

menapak masa depannya.<br />

Ia lalu hijrah ke<br />

Jakarta dan melanjutkan<br />

studi di Perguruan<br />

Tinggi Ilmu Al Quran<br />

(PTIQ). Pemuda Jazil<br />

mengambil jurusan<br />

Hukum Islam, sebuah<br />

studi yang sangat dekat<br />

dengan penguasaan ilmunya<br />

sebagai santri.<br />

Di kampus ini, semua mahasiswanya<br />

diwajibkan hafal Al Quran. Setiap kali<br />

menghadapi ujian semester, syaratnya<br />

harus hafal minimal dua juz Al Quran.<br />

Saat lulus kuliah nanti, diharapkan<br />

semua mahasiswanya sudah hafal 30 juz<br />

Al Quran. Syarat ujian yang cukup berat<br />

bagi Jazil. Karena sering telat menghafal<br />

Al Quran setiap kali semesteran, Jazil<br />

pun telat lulus dari almamaternya itu.<br />

Ia baru merampungkan kuliahnya pada<br />

1998, saat gelombang reformasi bergulir.<br />

Sebagai aktivis kampus, Jazil aktif<br />

di berbagai organisasi kemahasiswaan.<br />

Kapasitas intelektual Jazil juga terus<br />

terasah. Selain aktif di senat mahasiswa,<br />

Jazil aktif pula di PMII dan perkumpulan<br />

mahasiswa Jawa Timur. Berdemonstrasi<br />

menuntut perubahan sering ia lakukan<br />

bersama kawan-kawan aktivis seperjuangan.<br />

Bahkan, Jazil dan kawan-kawan<br />

pernah mendemo kampusnya sendiri<br />

untuk melalukan pembenahan yang<br />

waktu itu dinilainya semraut.<br />

Ada dua mata kuliah yang disuka Jazil<br />

selama kuliah di PTIQ, yaitu mata kuliah<br />

tafsir dan mata kuliah filsafat. Zainun<br />

Kamal adalah salah satu dosen favoritnya.<br />

Dan di antara para seniornya sealmamater<br />

yang kini sama-sama menjadi<br />

anggota DPR adalah Mujib Rohmat Anggota<br />

Komisi X dari Fraksi Partai Golkar.<br />

Keluarga Jazil bersama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar<br />

MENJADI POLITISI<br />

Usai menamatkan studi Hukum Islam<br />

di PTIQ, Jazil berkiprah di Pemuda<br />

Ansor. Kedekatannya dengan kalangan<br />

NU, membawanya pada organisasi sayap<br />

PKB, yaitu Gerakan Pemuda Kebangkitan<br />

Bangsa, tahun 1999 dan menjadi<br />

Wakil Sekjen. Dunia politik telah menarik<br />

minatnya. Mantan Ketua Komisariat<br />

PMII Jakarta Selatan ini, memiliki kedekatan<br />

personal dengan Ketua Umum<br />

PKB Muhaimin Iskandar.<br />

Ketika Muhaimin menjadi Wakil Ketua<br />

DPR tahun 2006-2009, Jazil adalah<br />

58 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


staf ahlinya. Ketika Muhaimin menjadi<br />

Menakertrans tahun 2009-2013, Anggota<br />

Dewan Pembina Lembaga Pengembangan<br />

Pertanian PB NU ini, menjadi<br />

staf khususnya. Jazil begitu dekat dengan<br />

sang Ketua PKB tersebut. “Saya<br />

pengikut sekaligus pengagum beliau<br />

(Muhaimin),” aku dosen STAINU itu.<br />

Ketertarikan pada dunia politik, tidak<br />

semata-mata karena memiliki kedekatan<br />

dengan elit PKB.<br />

Bagi Jazil, berkiprah di panggung<br />

politik berarti ikut andil mengelola kebijakan<br />

publik di negeri ini. Itulah yang<br />

menjadi daya tarik Jazil menjadi politisi.<br />

Mencalonkan diri sebagai anggota legislatif<br />

sebetulnya sudah dilakukan sejak<br />

Pemilu perdana di masa reformasi, tahun<br />

1999. Hanya saja belum mendapat<br />

suara yang memadai untuk melenggang<br />

ke Senayan.<br />

Pada Pemilu 2009, ia kembali<br />

menjadi calon anggota legislatif<br />

(caleg) dari dapil Jatim II (Pasuruan,<br />

Probolinggo). Jazil belum mendapat<br />

suara yang cukup. Perolehan suaranya<br />

nomor dua setelah Lily Wahid<br />

(dahulu masih bergabung dengan<br />

PKB). Namun, kemudian Jazil menjadi<br />

anggota Pengganti Antar-Waktu<br />

(PAW) menggantikan Lily Wahid untuk<br />

sisa waktu 2013-2014. Saat itulah<br />

Jazil resmi menjadi Anggota DPR RI.<br />

Apa perasaannya usai dilantik<br />

kali pertama menjadi anggota DPR<br />

RI? Jazil merasa mendapat amanah<br />

dan tanggung jawab yang berat. Sebagai<br />

seorang santri yang berpolitik,<br />

tentu ia tahu apa yang harus dilakukannya<br />

sebagai wakil rakyat yang religius.<br />

Ia raih amanah jabatan ini tanpa ambisi<br />

negatif. Ia jalankan saja apa yang menjadi<br />

kewajiban dan tanggung jawabnya.<br />

“Saya harus menjaga amanah ini dengan<br />

sebaik-baiknya,” tutur peraih gelar<br />

magister Ulumul Quran dan Hadist dari<br />

Institut Ilmu Al Quran itu. Usai dilantik<br />

menjadi anggota PAW, Jazil ditempatkan<br />

di Komisi I yang membidangi politik<br />

luar negeri dan pertahanan. Tiga bulan<br />

kemudian, ia pindah ke Komisi IV yang<br />

membidangi pertanian, kelautan, dan<br />

kehutanan.<br />

Pada Pemilu 2014, Komisaris CV<br />

Kreasi Permaisindo ini, kembali menjadi<br />

caleg. Kali ini ia mewakili kampung<br />

halamannya sendiri di Jatim X (Gresik,<br />

Lamongan). Di dapilnya ini, Jazil meraih<br />

suara tertinggi dari semua caleg. Setelah<br />

resmi dilantik sebagai Anggota DPR RI<br />

periode 2014-2019, Jazil kemudian ditempatkan<br />

di Komisi V yang membidangi<br />

infrastruktur. Bersamaan dengan<br />

itu, Jazil juga dipercaya menempati kursi<br />

Wakil Ketua Banggar DPR.<br />

Berbincang tentang politik anggaran,<br />

Jazil melihat, secara sederhana anggaran<br />

negara diambil dari pajak yang<br />

berhasil dikumpulkan. Sebisa mungkin<br />

dikembalikan lagi secepatnya untuk<br />

pembangunan dan kesejahteraan<br />

rakyat. “Nah, soal angka-angkanya dan<br />

bagaimana membaginya, itulah yang<br />

kita rembukkan dengan pemerintah.<br />

Berpose bersama keluarga tercinta<br />

HOBI BACA BUKU<br />

Aktivitas membaca buku tak pernah<br />

dilupakan Jazil. Di tengah kesibukkan<br />

bekerja, ia selalu luangkan waktu untuk<br />

membaca. Di antara koleksi bukunya<br />

yang paling favorit adalah buku tafsir. Di<br />

rumahnya, ia mengoleksi pelbagai buku<br />

tafsir. Dahulu, semasa menjadi mahasiswa,<br />

ia ingin sekali membaca bukubuku<br />

tafsir sekaligus mengoleksinya.<br />

Tapi belum mampu membeli. Kini ia sudah<br />

mengoleksi pelbagai buku tafsir dari<br />

para ulama klasik hingga kontemporer.<br />

Ketika sudah menjadi Anggota DPR,<br />

tentu koleksi bukunya kian bertambah<br />

dengan tema-tema politik modern. Buku-buku<br />

bertema agama memang masih<br />

mendominasi. Begitulah kesukaannya<br />

pada buku. Di tengah kesibukkan bekerja<br />

sebagai wakil rakyat, mantan Wakil<br />

Sekjen PKB ini, tak melupakan keluarga<br />

tercinta di rumah.<br />

Ada Chalimatus Sa’diyah wanita<br />

Gresik yang dinikahinya pada 1999.<br />

Pertemuannya dengan sang istri justru<br />

terjadi ketika keduanya sama-sama<br />

menempuh pendidikan S2 di IIQ, Ciputat,<br />

Jakarta. Dari intensitas pertemuan<br />

di kampus itu, akhirnya berujung ke<br />

pelaminan. “Saya bertemu jodoh justru<br />

di tempat yang baik,” kilah Jazil.<br />

Dari pernikahannya itu, Jazil dikaruniai<br />

empat anak, masing-masing M.<br />

Hilman Mufidi, Ganis Samahah, Kemal<br />

Amjad Mahdavi, dan Hilma Aqila. Soal<br />

pendidikan putra putrinya, sebetulnya<br />

Jazil tak ingin memasukkan<br />

buah hatinya itu ke sekolah formal.<br />

Ia ingin mendidiknya sendiri lewat<br />

home shcooling. Toh, hasilnya nanti<br />

sama saja dengan anak-anak yang<br />

bersekolah formal. Namun, keinginan<br />

itu ditentang istrinya. Putra putrinya<br />

pun tetap bersekolah formal.<br />

Lalu, soal kesukaannya pada lagu,<br />

Jazil menyukai dangdut. Rhoma Irama<br />

adalah favoritnya. Dahulu, waktu<br />

pertama kali nonton layar tancap di<br />

kampung, film yang ditontonnya<br />

adalah film Rhoma Irama berjudul<br />

“Penasaran”. Lagu-lagu dangdut<br />

dari Rhoma Irama membawa kenangan<br />

masa lalu. Saat kuliah dulu,<br />

Jazil juga sering mendengarkan nyanyian<br />

dari Raja Dang dut tersebut.<br />

Selain dangdut, lagu pop lawas seperti<br />

Widuri yang didendangkan Bob<br />

Tutupoli juga sangat disuka. Ada lagi<br />

lagu-lagu Arab dari Umi Kalsum, Jazil<br />

tak ketinggalan mendengarkannya sekadar<br />

untuk intermezo. Lagu-lagu Arab<br />

tersebut sebenarnya kesukaan istrinya.<br />

Namun, kalau ia didaulaut untuk menyanyi<br />

oleh para koleganya, Jazil lebih<br />

senang menyanyikan lagu-lagu yang sedang<br />

hit saat ini. Jarang mendendangkan<br />

lagu-lagu lawas kesukaannya. (MH) FOTO:<br />

JAKA, DOK. PRIBADI/PARLE/HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

59


kunjungan kerja<br />

KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI X DPR RI<br />

Serap AspirasI Kebudayaan<br />

dan Sistem Perbukuan<br />

Rancangan Undang-undang Kebudayaan diharapkan mampu<br />

membantu pengembangan kebudayaan di Indonesia. Sementara<br />

dengan adanya RUU Sistem Perbukuan, muncul harapan masyarakat<br />

dapat dengan mudah memperoleh dan memanfaatkan buku untuk<br />

mengembangkan dirinya dan memperoleh ilmu pengetahuan.<br />

60 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


Kedua RUU yang saat ini sedang<br />

dibahas oleh Komisi X DPR.<br />

Untuk mendapat masukan terkait<br />

RUU Prioritas ini, Komisi X<br />

menerjunkan tiga timnya, yang terbagi<br />

menjadi Panja RUU Kebudayaan dan<br />

Panja RUU Sistem Perbukuan. Berbagai<br />

masukan pun diperoleh, dengan harapan<br />

semakin memperkaya kandungan kedua<br />

RUU.<br />

Tim Panja RUU Kebudayaan dengan<br />

dipimpin Wakil Ketua Komisi X Ridwan<br />

Hisjam bertolak ke Jawa Timur, Sabtu<br />

(5/12/15). Tujuan pertama, Tim mensosialisasikan<br />

dan menjaring masukan<br />

untuk RUU tentang Kebudayaan di Mojokerto,<br />

Jawa Timur. Hisjam menjelaskan<br />

setidaknya delapan poin utama pada<br />

RUU Kebudayaan kepada Pemerintah<br />

Kabupaten Mojokerto.<br />

“Delapan item tersebut yang pertama<br />

adalah penguatan hak berkebudayaan,<br />

pembangunan jati diri dan karakter<br />

bangsa, pelestarian sejarah dan budaya.<br />

Selain itu juga ada pembinaan kesenian,<br />

pengembangan industri budaya, penguatan<br />

diplomasi budaya, pengem­<br />

bangan Pranata SDM kebudayaan serta<br />

sarana dan prasarana budaya,” jelasnya<br />

di Balai Pelestarian Cagar Budaya<br />

Mojokerto.<br />

Undang-undang ini, lanjut politisi<br />

F-PG itu, sebenarnya sudah lama dibahas,<br />

namun belum disahkan. Diharapkan,<br />

dengan adanya UU ini, kebudayaan<br />

Indonesia terlindungi dan Jawa Timur<br />

merupakan wilayah peninggalan sejarah<br />

yang tinggi.<br />

“Jatim khususnya Trowulan ini memiliki<br />

kebudayaan yang tinggi dan juga<br />

melahirkan seni budaya, adat istiadat,<br />

naskah kuno serta artefak. Oleh karena<br />

itu, tujuan kami ke Trowulan ini untuk<br />

melihat dari dekat permasalahan yang<br />

ada untuk diakomodir dalam RUU tersebut,”<br />

jelas politisi asal dapil Jawa Timur<br />

ini lebih lanjut.<br />

Masih dalam kesempatan yang sama,<br />

Pemerintah Kabupaten Mojokerto, Jawa<br />

Timur mengharapkan wilayah Trowulan<br />

menjadi destinasi wisata tingkat<br />

nasional untuk lebih mengenal cikal<br />

bakal Nusantara. Apalagi, jelas Pejabat<br />

Kabupaten Mojokerto, Ardi Prase tyawan<br />

menyatakan cagar budaya yang ada di<br />

Trowulan merupakan warisan dari<br />

leluhur.<br />

“Ini merupakan sejarah yang harus<br />

dilestarikan. Oleh karena itu, cagar<br />

budaya nasional ini diperlukan peran<br />

pemerintah baik dari daerah dan juga<br />

dari pemerintah pusat. Cagar budaya<br />

ini perlu dilakukan pelestarian secara<br />

maksimal dengan tetap memperhatikan<br />

kesejahteraan masyarakat yang ada di<br />

sekitar cagar budaya di Trowulan ini.<br />

Cagar budaya ini, kata Ardi, diharapkan<br />

bisa terus digali dan kedepan bisa<br />

membantu pengetahuan bagaimana<br />

perdaban zaman dulu. Bahkan, Trowulan<br />

bisa menjadi kawasan pariwisata nasional<br />

tata ruang dan menjadi pusat sentral<br />

cagar budaya yang ada di Indonesia.<br />

Tim Panja Kebudayaan ke Mojokerto<br />

terdiri dari Anggota Komisi X DPR<br />

Wiryanti Sukamdani (PDI-Perjuangan)<br />

, Reni Marlinawati (PPP), Bambang Sutrisno<br />

dan Jhon Kennedy Azis (F-PG),<br />

Ida Bagus Putu Sukarta (F-Gerindra),<br />

dan Yayuk Sri Rahayuningsih (Nasdem).<br />

Setelah pertemuan, Tim Panja melaku­<br />

Tim Panja RUU Kebudayaan menyerap aspirasi di Kabupaten Mojokerto Jatim<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

61


kunjungan kerja<br />

pengembangan Kebudayaan Melayu<br />

Riau.<br />

“Untuk memelihara, menjaga dan<br />

membudayakan kebudayaan yang ada di<br />

Riau, agar seluruh cagar budaya dan kesenian<br />

dapat terkelola dengan baik, tidak<br />

seperti sekarang. Jadi ini penting, dan<br />

kita minta DPR bisa mendukung dalam<br />

perwujudannya,” kata Kepala Dinas Kebudayaan<br />

Riau, Kamsol.<br />

Provinsi Riau yang memiliki kekayaan<br />

Suku Anak Dalam, melalui Tokoh Adat<br />

Suku Pedalaman, Haryono, menyatakan<br />

bahwa keberadaan Suku Anak Dalam<br />

dianggap disepelekan oleh pemerintah<br />

sehingga kehidupannya makin tidak<br />

jelas. Bahkan, saat ini ada yang pergi ke<br />

kota-kota berbaur dengan masyarakat<br />

lain dan menjadi pengemis.<br />

“Dalam beberapa waktu terakhir,<br />

kami bahkan sering menemukan keberadaan<br />

Suku Anak Dalam melintas<br />

di Pekanbaru. Kondisi tersebut menjadi<br />

bukti kepunahan suku asli Riau. Saat ini<br />

sudah mulai datang kepunahan budaya<br />

kami. Masyarakat Suku Laut, Masyarakat<br />

Sakai dan Suku Anak Dalam sudah<br />

mulai punah,” kata Haryono, yang juga<br />

keberatan dengan sikap pemerintah<br />

yang menyebut Anak Dalam sebagai komunitas<br />

adat terpencil.<br />

Menanggapi hal ini, Mujib mengaku<br />

akan menampung aspirasi mereka untuk<br />

dirancang dalam RUU Kebudayaan. “Keberadaan<br />

Suku Adat Pedalaman adalah<br />

cermin dan budaya bagi nusantara. Jadi<br />

memanng harus didukung. Nanti akan<br />

menjadi bahan bagi kami untuk membahasnya<br />

ditingkat legislatif,” janji politisi<br />

dari dapil Jawa Tengah itu.<br />

Tim Kunjungan Kerja Komisi X DPR RI berdialog dengan Ptl. Gubernur Riau<br />

kan kunjungan ke Candi Brahu, Vihara<br />

Mojopahit Trowulan, pengrajin logam,<br />

dan UKM di Trowulan.<br />

Sehari sebelumnya, satu lagi Tim<br />

Panja Kebudayaan Komisi X DPR bertolak<br />

ke Provinsi Riau, Jumat (4/12/15),<br />

untuk menggali aspirasi terkait RUU<br />

Kebudayaan. Tim Panja dipimpin oleh<br />

Anggota Komisi X DPR, Mujib Rohmat<br />

(F-PG).<br />

“Kunjungan Kerja Tim Panja Komisi<br />

X ini dilakukan guna mencari serta meminta<br />

masukan kepada pemerintah daerah<br />

serta aspirasi masyarakat tentang<br />

revisi RUU Kebudayaan. Baik secara<br />

umum, kebijakan maupun masalah kebudayaan<br />

Melayu di Provinsi Riau,” kata<br />

Mujib.<br />

Dalam kunjungan ini, Tim Komisi X<br />

DPR disambut oleh Kepala Dinas Pendidikan<br />

dan Kebudayaan Provinsi Riau,<br />

Kamsol bersama Ketua Lembaga Adat<br />

Melayu Riau (LAMR), Al Azhar. Hadir<br />

juga dalam pertemuan sejumlah Kepala<br />

Dinas terkait, diantaranya Kepala BPAD<br />

Yoserizal Zein, Kadis Pariwisata Fahmizal<br />

Usman dan Kadisnakertrans Rasidin<br />

Siregar serta Pejabat Pemerintah<br />

Provinsi Riau.<br />

Dalam pertemuan, Pemprov Riau<br />

sangat berharap kepada Komisi X agar<br />

dalam RUU Kebudayaan nanti dapat<br />

lebih memperhatikan pengelolaan kebudayaan<br />

di daerah dan persoalan dalam<br />

TIM PANJA DAPAT MASUKAN<br />

LUAR BIASA<br />

Sementara itu, Tim Panja RUU<br />

Sistem Perbukuan yang mengunjungi<br />

Provinsi Daerah Yogyakarta pada Jumat<br />

(4/12/15), mendapatkan berbagai<br />

masuk an yang luar biasa untuk memperkaya<br />

kandungan RUU yang sedang<br />

dibahas Komisi X itu.<br />

Tim Panja yang dipimpin Wakil Ketua<br />

Komisi X DPR, Abdul Kharis Almasyhari,<br />

langsung melakukan pertemuan dengan<br />

Sekretaris Daerah Provinsi DI Yogyakarta,<br />

Ichsanuri; Kepala Dinas Pendidikan,<br />

Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY,<br />

Baskara Aji, Kepala Dinas Pendidikan<br />

Menengah dan Non Formal Kabupaten<br />

Bantul, Masharun; Kepala Dinas Pendidikan<br />

Dasar Kabupaten Bantul, Totok<br />

Sudarto, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten<br />

Sleman, Arif Haryono, hingga<br />

Forum Lingkar Pena.<br />

Kharis menekankan pentingnya keberadaan<br />

RUU Sistem Perbukuan. Buku<br />

merupakan salah satu sumber utama<br />

dari ilmu pengetahuan, informasi,<br />

teknologi, seni dan budaya. Karena itu,<br />

hingga saat ini, buku masih merupakan<br />

sarana pembentukan dan pengembangan<br />

peradaban suatu bangsa. Pepatah<br />

‘Buku adalah jendela dunia’ pun sudah<br />

taka sing lagi.<br />

“Kita bisa mengetahui apa yang di<br />

luar kita, dan berbagai macam yang belum<br />

pernah kita lihat, dan pernah kita lihat,<br />

itu dari buku. Penelitian yang belum<br />

pernah kita bayangkan, hingga sejarah<br />

masa lalu juga dari buku. Buku adalah<br />

jendela dunia, itulah ungkapan yang paling<br />

tepat,” kata Kharis.<br />

Selama pertemuan dengan stakeholder<br />

dan pelaku pendidikan di Kota<br />

Gudeg, Kharis mengaku mendapat banyak<br />

masukan yang akan dipertimbangkan<br />

untuk masuk ke dalam draft RUU<br />

Sistem Perbukuan. Diantaranya terkait<br />

materi pendidikan karakter bangsa yang<br />

62 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


mungkin dipertimbangkan untuk masuk<br />

dalam draft RUU. Terkait penerbit yang<br />

bertanggungjawab pun mendapat sorotan<br />

para pelaku pendidikan di Kota<br />

Gudeg itu.<br />

“Mesti ada sebuah institusi, atau siapa<br />

nanti yang ditunjuk untuk melakukan<br />

penelahaan konten buku. Jangan sampai,<br />

buku yang diterbitkan dan disebarkan,<br />

mengandung konten yang tidak bisa<br />

dipertanggungjawabkan. Ini masih ada<br />

hubungannya dengan institusi penerbitan<br />

yang jelas dan bertanggung jawab<br />

juga,” kata Kharis.<br />

Politisi F-PKS itu menambahkan, institusi<br />

yang dibentuk itu nantinya bertugas<br />

untuk mengawasi konten, dalam<br />

hal ini ketika terjadi penyimpangan<br />

dalam konten buku. Bukan kemudian<br />

malah mengatur konten. “Mengawasi<br />

agar tidak terjadi penyimpangan, yang<br />

berdampak pada kontraproduktif dalam<br />

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,”<br />

imbuh Kharis.<br />

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda<br />

dan Olahraga (Kadisdikpora) Provinsi<br />

DI Yogyakarta, Baskara Aji, mengaku<br />

pihaknya pernah kecolongan dengan<br />

adanya kesalahan pada buku referensi<br />

untuk anak didik. Ini terjadi pada buku<br />

digital atau e-book, yang dapat diunduh<br />

dengan mudah oleh<br />

kalangan umum.<br />

“Kami beberapa<br />

waktu lalu kecolongan,<br />

kami menemukan<br />

buku referensi<br />

yang isinya<br />

salah dan sangat<br />

fatal. Yakni, Burung<br />

Garuda Indonesia<br />

menengok kearah<br />

yang salah. Dan tidak<br />

dicantumkan<br />

siapa yang menerbitkan<br />

dan bertanggung<br />

jawab. Tapi<br />

anak-anak dengan mudah mudah mengunduhnya.<br />

Anak-anak mengunduhnya<br />

tidak selektif,” jelas Baskara.<br />

Sementara, Kepala Dinas Pendidikan<br />

Menengah dan Non Formal Kabupaten<br />

Bantul, Totok Sudarto mengaku pernah<br />

menemukan buku yang beralisan<br />

radikalisme, padahal buku itu sudah<br />

mendapat izin untuk terbit dari Kemendikbud<br />

dan Kemenag. Ia mempertanyakan,<br />

apakah kedua Kementerian itu<br />

sudah benar-benar menyeleksi buku<br />

yang akan diterbitkan. Akibat kesalahan<br />

cetak buku itu, membuat kondisi semakin<br />

tidak kondusif.<br />

Tim Panja Sistem Perbukuan Komisi X DPR berfoto bersama dengan pejabat Pemerintah Provinsi DI<br />

Yogyakarta<br />

Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Kharis Almasyhari memimpin Tim Panja<br />

Sistem Perbukuan ke Provinsi DI Yogyakarta<br />

Rendahnya minat untuk menjadi profesi<br />

penulis pun menjadi bahan diskusi.<br />

Kharis menduga, minimnya minat untuk<br />

menjadi penulis, diantaranya diakibatkan<br />

oleh kecilnya royalti dan pembajakan<br />

yang masif.<br />

“Royalti penulis buku itu rendah<br />

sekali. Ini dikarenakan jumlah oplah cetak<br />

dari penerbit untuk buku-buku itu<br />

sangat kecil. Kalau oplah cetaknya kecil,<br />

berarti royalti kecil. Saya kira ini merupakan<br />

suatu permasalahan yang cukup<br />

complicated, sehingga harus diurai satu<br />

per satu dalam UU Sistem Perbukuan,”<br />

kata politisi asal dapil Jawa Tengah itu.<br />

Dalam kesempatan yang sama, Anggota<br />

Komisi X DPR, My Esti Wijayati<br />

(F-PDI Perjuangan) mengaku mendapat<br />

masukan yang sangat luar biasa. Ia<br />

meng apresiasi berbagai masukan yang<br />

telah disampaikan Pemerintah Provinsi<br />

DI Yogyakarta, salah satunya terkait<br />

konten.<br />

“Dengan mendengar apa yang disampaikan,<br />

saya langsung merasa maknyes.<br />

Di Yogya, kita mendapat masukan terkait<br />

konten. Saya kira ini menjadi kesempatan<br />

dan juga momentum yang<br />

bisa kita jadikan salah satu masukan dan<br />

referensi untuk kita masukkan di dalam<br />

RUU Sisbuk ini,” imbuh politisi asal dapil<br />

DI Yogyakarta ini.<br />

Kunjungan ini juga diikuti oleh Sofyan<br />

Tan (F-PDI Perjuangan), Yayuk Basuki (F-<br />

PAN), Dedi Wahidi (F-PKB), dan Dadang<br />

Rusdiana (F-Hanura). (SC,HR,SF) FOTO: EKA<br />

HINDRA, SOFYAN, SUCIATI/PARLE/HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

63


kunjungan kerja<br />

Tim Kunker Panja RUU Migas Komisi VII DPR RI bersama Pemprov. Riau<br />

Panja RUU Migas Komisi VII<br />

Serap Aspirasi Dari Tiga Daerah<br />

DPR RI sepakat memasukan<br />

RUU tentang perubahan atas<br />

UU No.22 Tahun 2001 tentang<br />

Minyak dan Gas Bumi menjadi<br />

RUU Prioritas yang masuk dalam<br />

Program legislasi nasional (Prolegnas)<br />

Tahun <strong>2015</strong>. Sebagai bagian dari proses<br />

pembentukan RUU beberapa waktu lalu<br />

Panitia Kerja (Panja) RUU Migas Komisi<br />

VII DPR RI menjaring aspirasi Pemerintah<br />

daerah langsung dari tiga Provinsi,<br />

yakni Provinsi Riau, Sumatera Selatan<br />

dan Kalimantan Timur.<br />

RIAU<br />

Provinsi Riau merupakan penghasil<br />

minyak terbesar di Indonesia. Panitia<br />

Kerja (Panja) RUU Migas Komisi VII DPR<br />

RI dalam pertemuannya Kamis (3/12)<br />

dengan Plt Gubernur Riau yang diwakilkan<br />

oleh Kepala Dinas Pertambangan<br />

dan Energi Sumber Daya Mi neral Riau,<br />

Syahrial Abdi, dan Para Pakar Hukum<br />

dan Migas dari Universitas Islam Riau<br />

menerima sejumlah masukan.<br />

Pemprov Riau memberi masukan<br />

terkait porsi bagi hasil antara pemerintah<br />

pusat dan pemerintah daerah, serta<br />

pihak swasta sebagai kontraktor atau<br />

developernya. Selama ini dalam pengelolaan<br />

minyak bumi prosentase bagi<br />

hasilnya 85 persen untuk negara dan 15<br />

persen untuk swasta yang menjadi kontraktor.<br />

Disini pemerintah daerah juga<br />

diberikan porsi khusus yakni sekurangkurangnya<br />

sepuluh persen dari jatah 85<br />

persen yang dimiliki negara (pemerintah<br />

pusat). Jika penghasil minyak itu ada di<br />

beberapa kabupaten, maka harus dibagi<br />

secara proposional dari 10 persen jatah<br />

pemerintah daerah tadi.<br />

Pada kesempatan itu Pakar Hukum<br />

dari Universitas Islam Riau, Syafrinaldi<br />

juga berharap adanya perubahan paradigma<br />

terhadap sanksi yang dijatuhkan<br />

kepada para pelaku pelanggaran Undang-undang<br />

Migas ke depan. Jika sebelumnya<br />

ada kata-kata “selama-lamanya”<br />

diberikan hukuman sebagai berikut,<br />

maka ke depan kata “selama-lamanya”<br />

itu harus diiubah menjadi sekurangkurangnya.<br />

Begitupun yang terkait<br />

dengan denda dari kata “sebanyakbanyaknya”<br />

diubah menjadi “sekurangkurangnya”.<br />

Hal itu tak lain adalah untuk<br />

memberikan efek jera terhadap para<br />

pelaku.<br />

Anggota Panja RUU Migas Komisi VII<br />

DPR RI sangat mengapresiasi masukan<br />

tersebut. Dikatakan anggota Komisi VII<br />

DPR Jamaluddin Jafar yang memimpin<br />

Tim Kunjungan kerja, permintaan tersebut<br />

merupakan hal yang wajar. Namun<br />

ia mengingatkan bahwa negara repu blik<br />

Indonesia ini merupakan negara kesatuan,<br />

dimana ada daerah-daerah yang<br />

tidak memiliki potensi minyak di daerahnya.<br />

Ini pun harus mendapat subsidi<br />

dari negara,<br />

Sementara itu terkait pencantuman<br />

sanksi yang dimaksud para pakar tersebut,<br />

anggota Panja RUU Migas Komisi<br />

VII, Dony Maryadi Oekon menyetujuinya.<br />

Karena jika masih ada kata selamaselamanya<br />

dapat diartikan paling lama,<br />

sehingga bisa saja pengadilan menjatuhkan<br />

hukuman terendah. Namun sebaliknya<br />

jika “sekurang-kurangnya” maka<br />

64 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


pelaku paling sedikit akan menerima<br />

hukuman sekurang-kurangnya seperti<br />

yang tercantum dalam undang-undang<br />

tersebut. Begitupun dengan kata “sebanyak-banyaknya”<br />

untuk denda yang<br />

dijatuhkan pada para pelaku pelanggaran<br />

Undang-undang Migas ke depan.<br />

Tim Panja RUU Migas Komisi VII DPR RI ke Sumatera Selatan<br />

SUMATERA SELATAN<br />

Hal yang sama juga terjadi pada<br />

Tim Kunjungan Kerja Panja RUU Migas<br />

Komisi VII DPR RI ke Sumatera Selatan.<br />

Bertempat di Kantor Gubernur Sumatera<br />

Selatan, Kamis (5/12) Wakil Ketua<br />

Komisi VII Syaikhul Islam menyebutkan<br />

bahwa Provinsi Sumatera Selatan<br />

merupakan gudangnya energi. Dengan<br />

demikian masukan dari Pemerintah<br />

Provinsi Sumatera selatan sangat diperlukan<br />

untuk penyusunan RUU Migas,<br />

yang saat ini dalam tahap penyempurnaan<br />

naskah akademik. <br />

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa<br />

(PKB) ini menilai dari hasil evaluasi dan<br />

pendapat berbagai kalangan, sektor migas<br />

belum dikelola dengan maksimal,<br />

dan produksinya tidak meningkat dari<br />

waktu ke waktu semakin menurun,<br />

serta tidak mampu meningkatkan taraf<br />

hidup dan kesejahteraan masyarakat secara<br />

umum.<br />

Dalam pertemuan ini, Panja RUU<br />

Migas mendapat masukan diantaranya<br />

tentang tata kelola dan kelembagaan<br />

kegiatan usaha Migas baik hulu maupun<br />

hilir. Kemudian perlunya peningkatan<br />

peranan Pemda dan BUMD serta masyarakat<br />

dalam kegiatan Migas. Selama<br />

ini tata kelola Migas ditentukan oleh<br />

pemerintah pusat. Sementara Pemerintah<br />

Daerah tempat dimana sumber Migas<br />

itu berada terlihat kurang berperan<br />

terhadap tata kelola Migasnya.<br />

KALIMANTAN TIMUR<br />

Tim Kunjungan Kerja Komisi VII ke<br />

Kalimantan Timur juga menyerap aspirasi<br />

dan mendengar masukan serta<br />

ingin mengetahui kendala-kendala terkait<br />

dengan RUU tentang perubahan<br />

atas UU No.22 Tahun 2001 tentang Migas.<br />

Wakil Ketua Komisi VII DPR, Tamsil<br />

Linrung mengatakan dalam kunjungan<br />

kerja ke beberapa daerah sebelumnya<br />

pihaknya kerap mendapat keluhan dari<br />

beberapa investor luar negeri akan sulitnya<br />

proses perijinan dalam berinvestasi<br />

Migas di Indonesia. Dengan semangat<br />

baru, Tamsil berharap melalui revisi UU<br />

No.22 Tahun 2001 ini ada ruang untuk<br />

kemudahan berinvestasi.<br />

Tidak berbeda dengan pemerintah<br />

daerah lainnya, pada kesempatan itu<br />

Wakil Bupati Penajam Paser Utara, Mustakim<br />

berharap agar daerah penghasil<br />

hendaknya diberikan dana bagi hasil<br />

yang proporsional. Artinya, antar daerah<br />

penghasil Migas diberikan bagian<br />

berbeda-beda. Pihaknya menganalogikan<br />

sebuah perusaahaan yang karyawannya<br />

produktif gajinya tidak sama<br />

dengan karyawan yang tidak produktif.<br />

Hal ini menurutnya sangat bermanfaat<br />

untuk mempercepat proses pembangunan<br />

daerah. Pada umumnya Kabupatenkabupaten<br />

di Kaltim infrastuktur masih<br />

kurang dibanding daerah perkotaan.<br />

Sehingga diperlukan dana untuk pembangunan<br />

infrastruktur, dan itu berasal<br />

dari energi Migas yang dihasilkan di<br />

daerahnya.<br />

Sementara itu Kepala Dinas Pertambangan<br />

Pemprov Kaltim berharap<br />

Pemda penghasil Migas hendaknya selalu<br />

diikutsertakan dalam pertemuan<br />

good plain and budgeting yaitu rencana<br />

anggaran karena baginya sangat penting<br />

untuk mengetahui dan memperkirakan<br />

penerimaan perimbangan bagi hasil berdasarkan<br />

rencana Kontraktor Kontrak<br />

Tim Komisi VII DPR saat pertemuan dengan Kepala DInas Pertambangan Pemprov Kaltim<br />

Kerja Sama (K3S) tersebut itu. Selain itu,<br />

pemerintah daerah diberi kewenangan<br />

untuk memonitoring dan rekomendasi<br />

perbaikan pengelolaan CSR yang dilakukan<br />

oleh K3S. (AYU, AGUNG, EKA HIN-<br />

DRA) FOTO: EKA HINDRA, AGUNG, AYU/PARLE/HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

65


liputan khusus<br />

SIDANG UMUM KE-8 APA<br />

INTERVENSI YANG MEMBUKA MATA<br />

Ketua Delegasi DPR Agus Hermanto disambut Ketua DPR Kamboja Heng Samrin<br />

Untuk kedua kalinya papan<br />

nama delegasi Indonesia diangkatnya.<br />

Itu pertanda minta<br />

persetujuan pimpinan sidang<br />

untuk melakukan intervensi rapat atau<br />

biasa dikenal sebagai interupsi. Ketua<br />

Delegasi DPR Agus Hermanto kembali<br />

menjelaskan dengan bahasa Inggris<br />

yang jelas tentang sikap Indonesia dan<br />

alur pembahasan APBN. Ia menekankan<br />

kembali alasannya kepada peserta Sidang<br />

Umum ke-8 Asian Parliamentary<br />

Assembly (APA) di Phnom Penh, Kamboja<br />

(7-12 Desember <strong>2015</strong>), tidak mungkin<br />

persoalan iuran anggota diputuskan<br />

sekarang dan mulai ditarik tahun depan.<br />

Pasalnya anggaran untuk tahun 2016 sudah<br />

selesai dibahas oleh DPR bersama<br />

pemerintah, kondisi seperti itu menurutnya<br />

pasti juga terjadi di negara anggota<br />

APA lainnya.<br />

“Penetapan iuran tidak bisa ditetapkan<br />

begitu saja, karena harus tertera<br />

dalam anggaran negara — APBN. Sementara<br />

APBN 2016 sudah diketok, jadi<br />

sebaiknya pembahasan ini ditunda saja<br />

pada sidang selanjutnya untuk diusulkan<br />

pada anggaran 2017,” papar Wakil Ketua<br />

DPR Koordinator Bidang Industri dan<br />

Pembangunan ini. Sebelumnya Ketua<br />

Sidang Monavar Shah Bahadori, delegasi<br />

dari Afganistan terlihat sedikit ngotot<br />

masalah iuran perlu dituntaskan segera.<br />

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada<br />

Parlemen Iran yang telah memberikan<br />

dukungan finansial bagi Sekretariat APA<br />

dalam waktu yang cukup lama. Menurutnya<br />

tidak sehat apabila organisasi<br />

bergantung pada kebaikan satu parlemen,<br />

sudah saatnya seluruh anggota<br />

berpartisipasi. Setelah memperhatikan<br />

masukan dari delegasi Indonesia,<br />

akhirnya seluruh peserta sidang dapat<br />

menerima keputusan pembahasan tentang<br />

aturan keuangan akan dibicarakan<br />

pada pertemuan standing committee selanjutnya<br />

di Afganistan, awal tahun 2016.<br />

Agus Hermanto dalam sidang ini juga<br />

kehormatan untuk menyampaikan pidato<br />

dalam Rapat Pleno Debat Umum. Dihadapan<br />

peserta sidang organisasi parlemen<br />

Asia yang didukung 41 negara ini,<br />

ia menyampaikan pentingnya Parlemen<br />

Asia bersatu menghadapi terorisme. Ia<br />

menekankan teror di Paris dan Beirut<br />

belum lama ini menunjukkan kepada<br />

masyarakat dunia bahwa aksi seperti<br />

itu tetap menjadi ancaman bagi perdamaian<br />

dan stabilitas. Perkembangannya<br />

harus dihadapi bersama, setiap bangsa<br />

harus bersatu, saling bantu dalam<br />

menghadapi ancaman itu. Senada dengan<br />

itu Wakil Ketua Delegasi DPR Rofi’<br />

Munawar mengingatkan untuk memahami<br />

aksi terorisme di sejumlah lokasi di<br />

dunia jangan hanya terfokus hanya pada<br />

siapa pelaku teror tetapi perlu didalami<br />

latar belakang dan dalang dibalik aksi<br />

tersebut.<br />

“Dimungkinkan ada oknum-oknum<br />

negara besar yang turut mendalangi<br />

aksi teror ini. Mereka ingin menyeret sebanyak<br />

mungkin wilayah untuk terlibat<br />

di arena konflik dan inilah yang harus<br />

dihentikan. APA perlu mengambil sikap<br />

dalam hal ini,” ungkap dia. Baginya isu<br />

ini bagi sebagian pihak masih dianggap<br />

sensitif tetapi pada kenyataannya keterlibatan<br />

negara tertentu dalam berbagai<br />

konflik berdarah dan memanfaatkan<br />

kelompok bersenjata ilegal semakin berdampak<br />

luas bagi kemanusiaan.<br />

PARLEMEN VIRTUAL<br />

Sidang Umum ke-8 APA ini berhasil<br />

memutuskan Resolusi tentang Asia<br />

yang Terintegrasi dengan Teknologi<br />

Informasi dan Komunikasi. Salah satu<br />

bagian menarik dari resolusi ini adalah<br />

pembentukan Asian Virtual Parliament<br />

(Parlemen Virtual Asia). “Ini upaya<br />

mengintegrasikan parlemen di Asia melalui<br />

virtual community berbasis IT. Walaupun<br />

ini masih embrio tapi saya kira<br />

ini ide menarik dan patut didukung. Hasil-hasil<br />

kajian, diskusi, pembahasan UU<br />

dari berbagai negara di Asia bisa diakses<br />

seluruh anggota parlemen dari seluruh<br />

Asia,” kata anggota delegasi DPR,<br />

Zulkieflimansyah. Ia berharap Parlemen<br />

Virtual Asia tidak hanya menampilkan<br />

rekomendasi UU saja tetapi juga dalam<br />

bentuk motion, gambar dan film jadi setiap<br />

anggota parlemen di kawasan Asia<br />

bisa melihat proses debat pembahasan<br />

UU. Ini menurutnya bisa menjadi input,<br />

pembelajaran bagaimana hangatnya<br />

perdebatan parlemen pada isu dan di<br />

negara tertentu.<br />

Bicara pada kesempatan berbeda<br />

anggota delegasi DPR dari FP Gerindra<br />

Sumail Abdullah menilai ide Parlemen<br />

Virtual Asia ini dapat dibawa ke dalam<br />

66 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


negeri. Persidangan di DPR apabila didokumentasikan dengan<br />

baik dan ditampilkan di laman website dapat menjadi masukan<br />

berharga bagi anggota dewan di daerah. “Saya kira menarik<br />

juga kalau hal ini diterapkan di Indonesia, yang ditampilkan<br />

tidak hanya sekedar laporan singkat tetapi<br />

data lengkap termasuk video pembahasan.<br />

Sidang jadi akuntabel, masyarakat juga akan<br />

tahu dan mencatat sikap fraksi dan anggota<br />

dewan dalam isu-isu tertentu,” tekan dia.<br />

Agenda dua tahunan yang dihadiri parlemen<br />

dari 22 negara dan 4 observer berhasil<br />

menyepakati sejumlah keputusan yaitu 18<br />

resolusi dan Deklarasi Phnom Penh. Bagi<br />

Agus Hermanto deklarasi itu cukup positif<br />

untuk menata langkah parlemen Asia<br />

ke depan. “Iya saya rasa apa yang kita hasil<br />

dalam pertemuan ini cukup positif, ada<br />

18 resolusi berhasil disepakati kemudian<br />

deklarasi Phnom Penh yang memantapkan<br />

sejumlah pertemuan sebelumnya,” ujar dia.<br />

Ia mengingatkan persidangan parlemen se-<br />

Asia ini pada hakekatnya bagian dari upaya<br />

untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik dan sejahtera.<br />

Ini juga sejalan dengan goal ke-16 SDGs (Sustainable Development<br />

Goals) yang merefleksikan komitmen parlemen sebagai<br />

bagian dari komunitas internasional.<br />

Pembahasan 18 draf resolusi dipimpin oleh Nguon Nhel<br />

Wakil Ketua Parlemen Kamboja yang juga menjabat sebagai<br />

Ketua Panitia Pengarah Sidang Umum ke-8 yang mengusung<br />

tema; “Promoting Peace, Reconciliation and Dialogue in Asia”.<br />

Resolusi yang disepakati diantaranya tentang Resolusi tentang<br />

Pasar Energi Terintegrasi di Asia, Resolusi Upaya Mengurangi<br />

Kemiskinan di Asia, Resolusi Menyesalkan Aksi Terorisme dan<br />

Kekerasan Ekstrim dan Resolusi tentang Masalah Lingkungan.<br />

Sementara Deklarasi Phnom Penh menekankan kekerasan<br />

yang dilakukan kelompok ekstrim telah menghasilkan aksi<br />

terorisme dan itu tidak dapat dikaitkan dengan budaya, peradaban,<br />

agama atau etnis tertentu. Aksi teror tersebut tidak<br />

bisa ditoleransi atau dimaafkan. Penyelesaian masalah melalui<br />

Delegasi DPR RI pada sidang APA ke-8 di Kamboja<br />

radikalisasi, kekerasan, terorisme atau perang hanya menyebabkan<br />

kesulitan yang lebih besar dan melahirkan kekerasan<br />

yang lebih banyak.<br />

Parlemen anggota APA bertekad menegakkan prinsip-prinsip<br />

hidup berdampingan secara damai dan upaya negosiasi<br />

dalam memecahkan sengketa internasional. Menuntaskan<br />

segala bentuk terorisme dan pendudukan melalui hukum dan<br />

kerja sama internasional.Bagian lain deklarasi juga menyebut<br />

pentingnya agenda moderat dan inisiatif untuk melakukan<br />

upaya deradikalisasi pada setiap tingkatan masyarakat termasuk<br />

generasi muda dan sektor swasta sebagai bagian dari<br />

upaya menuntaskan permasalahan radikalisme, kekerasan dan<br />

terorisme. (IKY) FOTO: IBNUR KHALID/PARLE/HR<br />

Assalamualaikum, I am from Indonesia<br />

Delegasi DPR pada Sidang Umum ke-8 Asian Parliamentary<br />

Assembly (APA) di Phnom Penh, Kamboja 7-12<br />

Desember <strong>2015</strong> meluangkan waktu untuk melaksanakan<br />

ibadah shalat Jumat di Mesjid Agung Al Serkal. Dipimpin<br />

Ketua Delegasi Agus Hermanto, rombongan berbaur dengan<br />

masyarakat muslim dan juga delegasi dari negara lain.<br />

Ibadah shalat Jumat berlangsung khusuk walaupun<br />

ceramah disampaikan dalam bahasa Kamboja yang tentu pesannya tidak<br />

dimengerti oleh jamaah dari negara lain. Usai ibadah para jamaah bersalaman<br />

dan kesempatan itu dipergunakan oleh rombongan delegasi DPR bersilaturahmi<br />

dengan masyarakat muslim Kamboja.<br />

“Assalamualaikum, I am from Indonesia,” demikian sapaan Agus yang<br />

juga Wakil Ketua DPR RI ketika menjabat tangan para jamaah. Ketika bertemu<br />

dengan jamaah yang mampu berbahasa Inggris pembicaraan kemudian<br />

mengalir tentang pekerjaan, kehidupan muslim di Kamboja, dll.<br />

Salah seorang jamaah bernama Ahmad berdialog<br />

cukup lama. Ia mengaku berasal dari suku Cam yang<br />

berdasarkan sejarah nenek moyangnya pernah membesarkan<br />

Kerajaan Campa yang menurut para ahli terletak di<br />

perbatasan Kamboja-Vietnam. Salah seorang raja Campa<br />

dikenal ada yang menganut agama Islam, sehingga kerajaan<br />

waktu itu menerapkan prinsip-prinsip islami.<br />

Delegasi DPR juga berdialog dengan Syam warga<br />

Kamboja asli Malaysia yang sudah tinggal cukup lama di negara ini. Kejutan<br />

lain dari Hamdi yang ternyata orang Indonesia yang bekerja di sebuah<br />

restoran di Kamboja. “Wah Bapak DPR ini ya,” sapanya sambil tersenyum<br />

lebar.<br />

Salah seorang pejabat KBRI Kamboja, Muhsin menyebut cikal bakal Mesjid<br />

Al Serkal dibangun prajurit Garuda TNI pada saat bertugas membantu keamanan<br />

pasca konflik di wilayah ini. Beberapa tahun lalu mesjid dipugar dengan<br />

dukungan dana dari Uni Emirat Arab. (IKY) FOTO: IBNUR KHALID/PARLE/HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

67


liputan khusus<br />

PARLEMEN HUNGARIA<br />

SIAP KERJASAMA<br />

CAPAI PEMBANGUNAN<br />

BERKELANJUTAN<br />

Delegasi BKSAP DPR mengunjungi Komisi Pembangunan Berkelanjutan Parlemen Hungaria<br />

Pada bulan November lalu, Ketua<br />

Badan Kerja Sama Antar Parlemen<br />

(BKSAP) DPR Nurhayati<br />

Ali Assegaf memimpin delegasi<br />

BKSAP ke Hungaria. Kunjungan ini<br />

dalam rangka menindaklanjuti komitmen<br />

IPU untuk mendorong Tujuan Pembangunan<br />

Berkelanjutan (TPB). Delegasi<br />

BKSAP DPR melakukan pertemuan dengan<br />

beberapa institusi terkait yang berada<br />

di dalam badan parlemen maupun<br />

eksekutif.<br />

Nurhayati menyampaikan apresiasinya<br />

kepada badan dan institusi yang<br />

berada di Parlemen Hungaria. Mengingat,<br />

Hungaria sendiri memiliki berbagai<br />

institusi di dalam parlemen maupun di<br />

kepresidenan yang berkaitan langsung<br />

dengan pelaksanaan pembangunan<br />

berkelanjutan.<br />

“Parlemen Hungaria menjadi salah<br />

satu contoh terbaik untuk DPR RI, dalam<br />

mempelajari bagaimana parlemen dapat<br />

memaksimalkan peran parlemen untuk<br />

menyukseskan pembangunan berkelanjutan.<br />

Mereka bercerita bagaimana<br />

parlemen merupakan pemimpin yang<br />

memberikan contoh kepada progres<br />

dari pembangunan berkelanjutan disini,”<br />

ungkap Nurhayati.<br />

Komisi Pembangunan Berkelanjutan<br />

Parlemen Hungaria menyatakan bahwa<br />

parlemen mereka siap mendukung pencapaian<br />

tujuan pembangunan berkelanjutan<br />

(sustainable development goals)<br />

yang telah disahkan oleh PBB pada bulan<br />

september lalu, dan siap bekerjasama<br />

dengan DPR untuk memperkuat peran<br />

parlemen dalam hal ini.<br />

“Kami telah memiliki komite pembangunan<br />

berkelanjutan di dalam<br />

parlemen sebelum tujuan pembangunan<br />

berkelanjutan disahkan oleh PBB .<br />

Komite memiliki tugas untuk mereview<br />

dan memberikan amandemen terhadap<br />

legislasi-legislasi agar sesuai de ngan<br />

konsep pembangunan berkelanjutan,”<br />

ujar Salar R Benedek, selaku Ketua Komite<br />

Pembangunan Berkelanjutan di<br />

Parlemen Hungaria.<br />

Komite Pembangunan Berkelanjutan<br />

sendiri memiliki keanggotaan sebanyak<br />

10 orang yang berasal dari partai-partai<br />

politik yang berbeda untuk meningkatkan<br />

dukungan politik untuk pembangunan<br />

berkelanjutan dan juga meningkatkan<br />

pemahaman tentang pembangunan<br />

berkelanjutan di masing-masing partai.<br />

Sementara, dalam pertemuan dengan<br />

Direktur Lingkungan di Kantor Kepresidenan,<br />

Csaba Korosi, Anggota BKSAP<br />

DPR Okky Asokawati tertarik dengan<br />

kurikulum tentang pembangunan<br />

berkelanjutan di Sekolah Dasar.<br />

“Menarik sekali bagaimana pemerintah<br />

Hungaria telah mencanangkan<br />

kurikulum tentang pembangunan<br />

berkelanjutan di Sekolah Dasar. Selain<br />

itu pengajar juga dapat mendapatkan<br />

titel pengajar pembangunan berkelanjutan<br />

yang merupakan salah satu titel<br />

yang prestisius di Hungaria. Hal ini<br />

dapat dicontoh untuk Pendidikan Anak<br />

Usia Dini (PAUD) yang ada di Indonesia<br />

untuk meningkatkan kesadaran pembangunan<br />

berkelanjutan sejak dini,”<br />

kata politisi yang juga Anggota Komisi<br />

IX DPR.<br />

BKSAP DPR sendiri sudah memiliki<br />

panitia kerja untuk tujuan pembangunan<br />

berkelanjutan yang dibentuk pada<br />

bulan Juni lalu. Panitia Kerja Tujuan<br />

Pembangunan Berkelanjutan juga telah<br />

mengadakan dialog dengan instansiinstasi<br />

terkait mengenai penyusunan<br />

tujuan pembangunan berkelanjutan secara<br />

nasional.<br />

Ketua Panitia Kerja Tujuan Pembangunan<br />

Berkelanjutan juga terus mengingatkan<br />

bahwasanya pelaksanaan tujuan<br />

pembangunan berkelanjutan harus<br />

menggunakan bahasa yang lebih membumi<br />

yang dapat dimengerti masyarakat.<br />

TINGKATKAN DIALOG ANTAR<br />

AGAMA<br />

Politisi Fraksi Partai Demokrat ini<br />

mengatakan, Indonesia sebagai negara<br />

demokratis memberikan banyak upaya<br />

dalam meningkatkan stabilitas dan perdamaian<br />

dunia, salah satunya melalui<br />

dialog antar agama. Hal tersebut disampaikannya<br />

saat mengunjungi Kota Godollo,<br />

Hungaria.<br />

“Ada persepsi yang salah saat ini, di­<br />

68 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


mana melihat salah satu agama sebagai<br />

dalang dari terorisme. Ini pandangan<br />

yang salah. Oleh sebab itu perwakilan<br />

dari masing-masing agama harus saling<br />

berinteraksi, mengenal satu sama lain<br />

dan sama-sama menumbuhkan rasa toleransi,”<br />

terang Nurhayati.<br />

Sependapat dengan Nurhayati, Walikota<br />

Godollo, Gyargo Gemesi yang<br />

menyambut Delegasi BKSAP di depan<br />

gong perdamaian dunia ini mengatakan,<br />

bahwa kerjasama antara Indonesia dan<br />

Hungaria juga menjadi salah satu upaya<br />

dalam meningkatkan dialog antara dua<br />

kultur yang berbeda. Sebagaimana diketahui<br />

Indonesia merupakan negara berpenduduk<br />

mayoritas muslim. Sedangkan<br />

penduduk Hungaria mayoritas pemeluk<br />

agama Kristen. Kondisi ini dapat digunakan<br />

untuk saling mempelajari kultur<br />

antar dua negara.<br />

Godollo yang merupakan sister city<br />

dengan Bogor juga sering mengadakan<br />

dialog antar agama di kotanya. Pada tahun<br />

2014 yang lalu digelar dialog lintas<br />

agama yang diwakili oleh Kementerian<br />

Luar Negeri Indonesia, Kementerian<br />

Agama dan Kementerian Pendidikan<br />

dan Budaya Indonesia. Sedangkan pihak<br />

Hungaria diwakili oleh Kementerian<br />

Luar Negeri, Kementerian Pendidikan<br />

dan Budaya Hungaria dan Kota Godollo.<br />

Bahkan Gong perdamaian dunia yang<br />

kini menjadi ikon budaya Kota Godollo<br />

ini merupakan sumbangan Indonesia.<br />

Selain di Godollo, gong perdamaian juga<br />

ada di Bali, Ambon, Palu, Shandong (China)<br />

dan Jenewa (Swiss). Hal itu menjadi<br />

simbol harapan dunia yang terbebas dari<br />

konflik sara, terorisme, perang yang<br />

masih terjadi di belahan dunia seperti<br />

yang terjadi di Palestina.<br />

APRESIASI PEREMPUAN<br />

PARLEMEN INDONESIA<br />

Wakil Ketua Parlemen Hungaria, Mr.<br />

JakabIstvan mengapresiasi banyaknya<br />

perempuan yang masuk di dalam Parlemen<br />

Indonesia (DPR-RI). “Kami melihat<br />

banyak sekali perempuan yang ada di<br />

delegasi DPR RI ini. Ini berarti Parlemen<br />

Indonesia memberikan kesempatan dan<br />

akses yang lebih banyak kepada anggota<br />

parlemen perempuan, dibanding<br />

Parlemen Hungaria. Di Hungaria sendiri<br />

tidak mempunyai Parlemen Perempuan<br />

yang menjadi ketua di Parlemen ataupun<br />

Ketua Komisi untuk saat ini,” ungkap<br />

JakabIstvan.<br />

Sementara, Ketua BKSAP Nurhayati<br />

Ali Assegaf juga mengapresiasi atas penilaian<br />

Wakil Ketua Parlemen Hungaria<br />

terhadap keterwakilan Perempuan Indonesia<br />

di Parlemen. Politisi Fraksi Partai<br />

Demokrat ini mengungkapkan bahwa<br />

kunjungannya kali ini ke Hungaria memiliki<br />

misi untuk mempelajari bagaimana<br />

parlemen dapat menyukseskan tujuan<br />

pembangunan berkelanjutan, dan<br />

mekanisme yang dapat memaksimalkan<br />

peran parlemen.<br />

Sebagaimana diketahui Hungaria<br />

memiliki Komite Pembangunan<br />

Berkelanjutan di dalam sistem parlemen,<br />

serta Dewan Nasional Pembangunan<br />

Berkelanjutan, yang memiliki<br />

ke terlibatan parlemen di masing-masing<br />

institusi.<br />

Baik Indonesia maupun Hungaria<br />

sepakat bahwa peran parlemen di dalam<br />

proses maupun implementasi tujuan<br />

pembangunan berkelanjutan sangat<br />

krusial. Terutama dengan menggunakan<br />

tiga fungsi parlemen yakni, legislasi,<br />

penganggaran dan pengawasan dari tujuan<br />

pembangunan berkelanjutan.<br />

Ditambahkan Nurhayati, peran parlemen<br />

perempuan untuk menyukseskan<br />

agenda pembangunan global sendiri<br />

telah tertuang dalam deklarasi tujuan<br />

pembangunan berkelanjutan (TPB). Kehadiran<br />

parlemen perempuan dipercaya<br />

dapat meningkatkan pencapaian pembangunan<br />

nasional, karena parlemen<br />

perempuan dapat memberikan legislasilegislasi<br />

terkait di perlindungan perempuan,<br />

edukasi, kematian ibu dan anak<br />

ataupun kesehatan untuk mensukseskan<br />

pencapaian negara untuk TPB.<br />

Dalam pertemuan tersebut juga<br />

Delegasi BKSAP DPR di depan Gong Perdamaian Dunia di Kota Godollo, Hungaria<br />

dipaparkan strategi Hungaria yang<br />

lebih mementingkan tindakan preventif<br />

dibanding tindakan kuratif dalam<br />

menangani permasalahan kesehatan.<br />

Selain memiliki sistem perawatan kesehatan<br />

universal yang dibiayai oleh pajak,<br />

Hungaria juga terus mengingatkan<br />

bahaya konsumsi alkohol dan merokok<br />

di negara ini. Karena dua hal itulah yang<br />

menyebabkan permasalahan kesehatan<br />

di Hungaria.<br />

“Namun disini saya sangat menyayangkan<br />

kurangnya parlemen perempuan<br />

sebagai Presiden organisasi parlemen<br />

dunia. karena selama 25 tahun<br />

terakhir ini IPU (Inter-Parliamentary<br />

Union) belum memiliki presiden perempuan,”<br />

tegas Nurhayati yang diamini<br />

oleh seluruh delegasi. (SKR) FOTO: DOK.<br />

BKSAP/PARLE/HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

69


selebritis<br />

DUKUNGAN<br />

PEMERINTAH<br />

TERHADAP SENIMAN<br />

MASIH KURANG<br />

70 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


Sedikit sekali artis lawas yang masih tetap eksis hingga<br />

saat ini. Hetty Koes Endang merupakan satu dari sedikit<br />

artis tersebut. Ditemui usai konferensi Pers acara<br />

Dangdut Academy Asia di Indosiar, penyanyi berdarah<br />

campuran Sunda dan Minang ini berbagi rahasia pada Rahayu<br />

Setiowati dan Naefurodji dari Parlementaria.<br />

“Istirahat, banyak air putih, olahraga, dan kebetulan saya<br />

tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol,” ungkap<br />

pemilik nama lengkap Hetty Koes Madewy ini.<br />

Meski demikian ditambahkannya, sebagai orang Sunda asli,<br />

sejak gadis oleh sang ibu, ia sudah diperkenalkan dengan jamu,<br />

minum tradisional yang diraciknya sendiri. Seperti perasan<br />

daun sirih, kencur dan kunyit. Tak heran jika kualitas vokal<br />

dan penampilannya tetap terjaga meski usianya sudah tidak<br />

muda lagi.<br />

Ketika banyak artis lawas yang bernasib “kurang beruntung”<br />

di masa tuanya, Hetty bersyukur hal itu tidak terjadi<br />

pada dirinya. Baginya, saat ini menyanyi menjadi hal nomer<br />

dua. Keluarga merupakan yang utama bagi dirinya. Tak sedikit<br />

tawaran menyanyi yang ia tolak, karena berbenturan dengan<br />

agenda keluarganya. Bahkan ia kini menggandeng putra sulungnya,<br />

Ameer Mahmed untuk memenejerinya.<br />

“Saat ini anak saya sendiri yang menjadi menejer saya. Jadi<br />

kalau dia bilang enggak boleh ambil pekerjaan itu, ya saya tidak<br />

akan ambil. Keluarga nomer satu bagi saya,” ungkap Hetty.<br />

Lebih lanjut istri dari Yusuf Erwin Faisal ini menjelaskan<br />

bahwa penyanyi itu ada beberapa kategori, yakni penyanyi<br />

festival atau kompetisi, penyanyi di TV, penyanyi di pentas<br />

ataupun penyanyi di album rekaman saja. Ia bersyukur pernah<br />

merasakan dan melewati semua itu. Bahkan kini diakuinya untuk<br />

luar negeri seperti di Malaysia, ia hanya bernyanyi untuk<br />

acara khusus saja, misalnya undangan keluarga kerajaan.<br />

Sebulan terakhir ini hampir setiap hari wajahnya tampil<br />

di layar kaca. Pasalnya, penyanyi kelahiran Jakarta 6 Agustus<br />

1957 ini dipercaya oleh Indosiar untuk menjadi juri acara<br />

contest dangdut tingkat Asia bertajuk Dangdut Academy Asia.<br />

Meski bukan termasuk penyanyi dangdut, namun kemampuan,<br />

kualitas serta pengalaman ibu empat orang anak dalam<br />

kompetisi menyanyi sudah tidak diragukan lagi.<br />

Maklum awal karir Hetty di sekitar tahun 1970 an dimulai<br />

dari satu kompetisi ke kompetisi lainnya, mulai tingkat daerah<br />

hingga tingkat nasional, bahkan internasional pernah diikutinya.<br />

Sebut saja pada Tahun 1972, 1973, 1974, Hetty berturutturut<br />

meraih juara pertama festival penyanyi se-Jawa Barat.<br />

Tahun 1976 ia menjadi runner up festival Penyanyi Tingkat<br />

nasional dimana juara pertama diraih Grace Simon, dan juara<br />

tiga diraih Margie siegers.<br />

Tahun berikutnya, ia meraih juara pertama di ajang yang<br />

sama, sementara juara dua diraih oleh Melky Goeslaw dan Diana<br />

Nasution, dan juara tiga diraih Ira Puspita. Tidak hanya itu,<br />

di ajang internasional Hetty juga pernah mewakili Indonesia di<br />

ajang WPSF di Tokyo dan berhasil meraih “Most Outstanding<br />

Performance” bersama Aji Bandi, pencipta lagu “Damai Tapi<br />

Gersang”.<br />

JURI DANGDUT ACADEMY ASIA<br />

Saat ini Hetty mengaku kompetisi pencarian bakat dan<br />

penyanyi muda memang lebih banyak dibanding ketika pada<br />

masa dulu. Sayangnya, hal itu bukan diprakasai pemerintah.<br />

Sejatinya pemerintah juga memiliki kewajiban menciptakan<br />

regenerasi penyanyi dan seniman asli Indonesia yang bisa melestarikan<br />

budaya bangsa. Namun, justru pihak swastalah yang<br />

lebih tergerak menggelar ajang tersebut.<br />

Hetty bersama Direktur Programing Indosiar dan peserta DAA<br />

“Ya justru pihak swasta yang lebih tertarik menggelar kompetisi<br />

menyanyi, termasuk dangdut. Ini sangat positif. Namun<br />

sayangnya tidak sedikit penyelenggara yang lebih memilih<br />

pemenang berdasarkan vote atau polling SMS. Terus terang<br />

bunda tidak suka ini. Karena apa gunanya penilaian bunda sebagai<br />

juri. Ini jugalah yang bunda tanyakan ke Indosiar saat<br />

ditawari menjadi juri Dangdut Academy Asia. Untungnya Indosiar<br />

tidak demikian. Pemenang berdasarkan penilaian juri,<br />

bukan SMS. Makanya bunda terima tawaran itu,” paparnya.<br />

Terkait keberadaan kontes dangdut tingkat Asia yang diprakasai<br />

oleh Indosiar, dimana Hetty didapuk menjadi salah<br />

satu jurinya, Ia menilai itu merupakan hal positif yang harus<br />

terus didukung. Mengingat dangdut merupakan musik asli Indonesia<br />

yang harus dilestarikan. Tidak hanya itu, ajang ini juga<br />

bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan musik dan budaya<br />

asli dalam negeri.<br />

Meskipun bukan berasal dari genre musik dangdut, namun<br />

ia bangga dengan perkembangan dangdut masa kini. Itu terbukti<br />

dengan semakin banyaknya anak muda yang notabene<br />

sebagai generasi penerus bangsa yang tertarik dan mendalami<br />

music ini.<br />

Lagi-lagi Hetty melihat dukungan pemerintah terhadap<br />

musik dangdut dan seniman Indonesia belum seratus persen.<br />

Pasalnya, saat ini belum ada gedung khusus yang sengaja disediakan<br />

negara atau pemerintah bagi penyanyi dan seniman<br />

untuk memamerkan karyanya secara free alias gratis.<br />

“Bunda lihat perhatian pemerintah terhadap seniman khususnya<br />

musisi dangdut saat ini masih kurang ya. Misalnya<br />

belum ada gedung khusus kesenian sebagai tempat seniman<br />

memamerkan karyanya secara gratis. Itu kan bagian dari dukungan<br />

pemerintah juga kan,” pungkasnya sambil berharap<br />

ke depan pemerintah bisa mewujudkan harapannya tersebut.<br />

(AYU) FOTO: NAEFUROJI/PARLE/HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

71


pernik<br />

ANTUSIAS MASYARAKAT<br />

PELAJARI TUGAS DAN FUNGSI<br />

DPR CUKUP TINGGI<br />

Komplek MPR/DPR/DPD yang<br />

memiliki luas 32,1604 Ha merupakan<br />

salah satu kawasan tujuan<br />

wisata bagi masyarakat<br />

yang datang dari berbagai wilayah di tanah<br />

air. Ide DPR sebagai salah satu obyek<br />

wisata ini tercetus pada tahun 1994,<br />

pada saat dinas pariwisata DKI Jakarta<br />

mengadakan pertemuan dengan sejumlah<br />

biro perjalanan di Jakarta, yang juga<br />

dihadiri oleh pejabat dari Humas Sekretariat<br />

Jenderal DPR. Upaya ini merupakan<br />

salah satu cara untuk memberikan<br />

pendidikan politik kepada masyarakat<br />

melalui pemahaman dan pengenalan<br />

lebih luas tentang Lembaga-lembaga<br />

Negara yang ada di Indonesia.<br />

Dari tahun ke tahun, jumlah kunjungan<br />

masyarakat ke gedung DPR terus<br />

mengalami peningkatan. Kunjungan ini<br />

tidak hanya terbatas pada kunjungan<br />

wisata saja, tetapi juga berupa kunjungan<br />

study tour. Peserta kunjunga study<br />

tour, terdiri dari berbagai macam kalangan<br />

masyrakat, termasuk siswa-siswa<br />

dari tingkat TK, SD, SMP, SMA dan Mahasiswa.<br />

Kepala Bagian Humas Setjen DPR<br />

Saiful mengemukakan, DPR terbuka dikunjungi<br />

oleh masyarakat umum baik<br />

untuk menyampaikan aspirasi atau<br />

bahkan hanya sekedar berkunjung ke<br />

DPR untuk melihat rapat-rapat maupun<br />

mempelajari tugas dan fungsi DPR.<br />

“DPR itu kalau dikatakan tertutup<br />

juga tidak, tapi memang terbatas yang<br />

bisa datang kesini namun setelah reformasi<br />

dan ada Undang-Undang keterbukaan<br />

informasi publik. Karena<br />

itu DPR itu membuka diri menerima<br />

elemen masyarakat dengan dibuatnya<br />

ruangan khusus yang namanya Operational<br />

Room, dimana di ruangan ini bisa<br />

menerima tamu-tamu DPR baik itu dari<br />

kalangan pelajar, dari tingkat SD, SMP,<br />

SMA, maupun perguruan tinggi serta<br />

elemen masyarakat lain,” ungkap Saiful.<br />

DPR juga menerima rombongan Study<br />

Tour yang berkonsep edukasi politik sehingga<br />

masyarakat akan memiliki pemahaman<br />

akan tugas-tugas lembaga politik.<br />

Tujuannya adalah untuk mengubah<br />

Humas Setjen DPR RI menerima kunjungan<br />

siswa-siswi SMA Negeri I Ubud Bali<br />

Kabag Humas Setjen DPR RI Saiful<br />

dan membentuk tata perilaku seseorang<br />

agar sebagai partisipan politik yang bertanggung<br />

jawab.<br />

Menurut Saiful, pelajar-pelajar itu<br />

selain mendapatkan pemaparan tentang<br />

tugas dan fungsi DPR mereka juga diajak<br />

untuk mengunjungi museum yang ada<br />

di DPR dan diajak untuk tour building<br />

dimana mereka diperkenalkan dan memasuki<br />

gedung paripurna utama dimana<br />

tempat pelantikan presiden dan mereka<br />

diajak untuk masuk ke ruang paripurna<br />

tersebut melalui ruang balkon.<br />

“Kita harapkan mereka dapat mengetahui<br />

yang namanya mekanisme kerja<br />

DPR baik gambaran secara positif apa<br />

yang sebenarnya dilakukan oleh DPR,<br />

dimana tugas-tugasnya memang sangat<br />

72 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


erat. Selama ini masih banyak acara<br />

yang tidak dapat diliput secara langsung<br />

oleh media, baik itu media cetak maupun<br />

media elektronik,” ungkapnya.<br />

Lebih lanjut Saiful sampaikan bahwa,<br />

banyak informasi kinerja Anggota DPR<br />

atau proses pembahasan suatu Undang-<br />

Undang hingga menjadi UU yang kurang<br />

diekspos oleh media, sehingga banyak<br />

informasi yang tidak tersampaikan secara<br />

utuh ke masyarakat.<br />

Dia juga berharap dengan keterbukaan<br />

DPR menerima kunjungan masyarakat,<br />

diharapkan bisa memberikan<br />

informasi dan pendidikan politik kepada<br />

masyarakat dengan sebaik-baiknya. Kita<br />

prioritaskan juga untuk pelajar-pelajar<br />

dan mereka ini kita harapkan bisa menjadi<br />

corong dari DPR bahwa sebenarnya<br />

yang ada di lembaga legislatif dan<br />

mendapat gambaran yang sebenarnya.<br />

“Kita harapkan mereka itu bisa mengenal<br />

DPR yang sebenarnya dan mereka<br />

itu tidak termakan oleh berita-berita<br />

yang lebih banyak memojokkan DPR.<br />

Kita harapkan DPR itu bersidang sampai<br />

tengah malam dan dini hari itu perlu<br />

mereka diketahui,” harapnya.<br />

Bagian Humas DPR menerima kunjungan<br />

Masyarakat yang ingin study tour<br />

ke DPR setiap hari kerja yaitu Senin sampai<br />

dengan Kamis.<br />

“Kita bisa menerima pelajar itu dalam<br />

satu hari rata-rata sekitar 200 orang,<br />

dalam sebulan itu kita batasi hanya<br />

rata-rata mengambil 4 hari kerja. Jadi<br />

sekitar sebulan itu sudah sampai 2000-<br />

4000 orang yang kita bisa terima disini.<br />

Kemudian juga ada yang minta tanggal<br />

tertentu dan jika sudah di booking<br />

lebih awal dari beberapa sekolah atau<br />

dari masyarakat, mereka kita tawarkan<br />

untuk jadwal bulan berikutnya.” terang<br />

Saiful.<br />

“Sampai saat bulan Maret itu sudah<br />

terprogram waktunya oleh beberapa<br />

sekolah dan sampai saat ini saja yang<br />

minta untuk bulan Maret itu sudah ada<br />

lebih dari 30 sekolah,” terangnya.<br />

Beberapa instansi yang sudah terjadwal<br />

untuk melakukan kunjungan ke DPR<br />

pada Januari hingga 22 Pebruari tahun<br />

2016. Terdiri 11 sekolah tingkat SD, 5<br />

sekolah tingkat SMP, 4 sekolah tingkat<br />

SMA dan sebuah Universitas.<br />

Saiful juga menyampaikan bahwa,<br />

minat dari Sekolah-sekolah yang ingin<br />

berkunjung ke DPR sangat tinggi, bahkan<br />

beberapa Sekolah harus menunggu<br />

jadwal yang bisa diterima langsung oleh<br />

Bagian Humas Setjen DPR. Selain itu,<br />

Saiful menyampaikan pesan bahwa instansi<br />

yang ingin berkunjung ke DPR sebaiknya<br />

sebelum menentukan jadwalnya<br />

bisa melakukan cek jadwal yang tersedia<br />

di http://www.dpr.go.id/humas/<br />

kunjungan-jadwal agar instansi tersebut<br />

bisa mendapatkan jadwal yang pas.<br />

TAMBAH WAWASAN<br />

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ubud,<br />

Bali I Wayan Gabra dalam kunjunganya<br />

ke DPR pada 8 Desember <strong>2015</strong> menyampaikan<br />

bahwa kunjungan ke DPR sebagai<br />

motivasi anak didiknya untuk mengenal<br />

DPR lebih dekat. “Kita berkunjung ke<br />

DPR untuk menambah wawasan mereka<br />

agar timbul motivasi supaya lebih<br />

mengenal gedung DPR ini. Kemudian<br />

setelah termotivasi, ada dorongan dari<br />

kita untuk bersama-sama menjaga citra<br />

supaya gedung ini menjadi lebih terhormat,<br />

anggota dewan menjadi lebih termuliakan<br />

lagi, begitu intinya,” ungkap I<br />

Wayan Gabra.<br />

I Wayan Gabra berharap dengan<br />

mengajak anak didiknya berkunjung<br />

langsung ke DPR, mereka mempunyai<br />

pengetahuan yang lebih tentang DPR,<br />

kemudian setelah mereka pulang dapat<br />

menginformasikan kepada temantemannya<br />

apa yang mereka dapatkan<br />

disini kemudian yang lebih penting lagi<br />

bagaimana dengan pengetahuan itu<br />

dengan pengalaman itu dengan apa yang<br />

pernah dilihat disini lebih memberikan<br />

motivasi terhadap mereka untuk menjaga<br />

citra DPR.<br />

Terkait kunjungan ke DPR, I Wayan<br />

Gabra memiliki kesan tersendiri bahwa<br />

ternyata DPR sangat terbuka menyambut<br />

kunjungan-kunjungan masyarakat<br />

dari daerah.<br />

“Bayangan saya sih orang dari desa<br />

tidak akan bisa seperti ini (datang ke<br />

DP{R) ternyata terhapus kesan salah itu.<br />

Kami diterima dengan baik, kami diperlakukan<br />

dengan baik dan kami semakin<br />

bangga terutama dengan sekretariatnya,”<br />

tekan I Wayan Gabra.<br />

I Wayan Gabra juga menyatakan kebanggaanya<br />

bahwa Indonesia memiliki<br />

karya arsitektur anak negeri yang sangat<br />

membanggakan dan berdiri de ngan<br />

kokoh yaitu gedung DPR. “Gedung DPR<br />

merupakan ikon bangsa yang harus kita<br />

jaga, karena ini merupakan warisan yang<br />

sangat berharga bagi perjuangan bangsa<br />

Indonesia meraih kemerdekaannya,”<br />

terang I Wayan Gabra.<br />

Ni Putu Ayustin Krisnati Dewi siswa SMA Negeri<br />

1 Ubud<br />

Sementara itu, Ni Putu Ayustin Krisnati<br />

Dewi dari SMA Negeri 1 Ubud, Bali<br />

menyampaikan bahwa kunjunganya<br />

ke DPR dalam rangka ingin lebih tahu<br />

bagaimana sejarah gedung DPR, terutama<br />

bukan hanya sekedar lihat di TV<br />

tetapi juga ingin tahu bagaimana mekanisme<br />

kerjanya. Dirinya mengaku<br />

yang dide ngar dari berita-berita dibanding<br />

aslinya belum tentu sama, sehingga<br />

tertarik untuk datang ke Senayan.<br />

“Kami jadi lebih tahu tentang DPR,<br />

tentang pembagian tugas, tentang cara<br />

menyalurkan aspirasi rakyat dan semua<br />

tugas-tugas yang dijalankannya,” ungkap<br />

Ni Putu Ayustin.<br />

“Saya sangat senang karena bisa dibilang<br />

gedung paripurna itukan tempat<br />

bersejarah, sehingga suatu kebanggaan<br />

saya bisa datang kesana,” ungkapnya.<br />

“Harapan saya semoga DPR bisa<br />

bekerja lebih baik sehingga kemajuan<br />

bangsa ini menjadi lebih cepat karena<br />

semua aspirasi rakyat akan diperjuangkan<br />

DPR,” tegasnya dengan menambahkan,<br />

kunjungan seperti ini sangat bermanfaat<br />

terutama dalam memberikan<br />

pendidikan politik kepada masyarakat.<br />

(SKR) FOTO: JAKA/PARLE/HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

73


parlemen dunia<br />

Parlemen Thailand :<br />

Kesiapan Menjelang MEA<br />

Peneliti CEPP FISIP UI: Larissa Amanda Indianti, S.IP.,<br />

Dessy Raufiana Pramitha, S.IP., Prasetyo Pudji Wasito, ST<br />

Negara Thailand menggunakan sistem<br />

pemerintahan Monarki Kostitusional<br />

secara resmi sejak 10 Desember 1932, yaitu<br />

setelah Sistem Monarki Absolut dihapus.<br />

Artinya kekuasaan raja dibatasi oleh kontitusi, namun<br />

keterbatasan ini sangat tidak transparan karena<br />

kekuasaan raja memainkan peran penting di belakang<br />

layar.<br />

Parlemen Thailand merupakan cabang legislatif<br />

pemerintahan Thailand yang menggunakan sistem dua<br />

kamar (bicameral) yaitu Majelis Nasional atau Rathasapha<br />

yang terdiri dari 480 anggota Dewan Perwakilan dan<br />

150 anggota Senat. Dalam satu periode, Anggota Dewan<br />

Perwakilan menjabat selama empat tahun, sementara<br />

para senator menjabat selama enam tahun. Senator<br />

Thailand dipilih langsung untuk pertama kalinya pada 2<br />

Maret 2000 (sebelumnya diangkat oleh Raja atas rekomendasi<br />

Dewan Menteri). Thailand juga memiliki Badan<br />

74 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


Kehakiman Tertinggi yaitu Mahkamah<br />

Agung dimana anggotanya adalah para<br />

jaksa yang dilantik oleh raja.<br />

Anggota-anggota Senat tersebut<br />

mewakili distrik-distrik pemilihan dan<br />

dipilih secara langsung dimana setiap<br />

provinsi memiliki setidaknya satu orang<br />

senator. Setelah kudeta militer pada<br />

September 2006, Lembaga Senat terdiri<br />

dari 150 anggota, di mana 76 orang dipilih<br />

langsung untuk mewakili provinsi<br />

masing-masing, sementara sisanya dipilih<br />

dari calon-calon yang dinominasikan<br />

dari masyarakat umum, kalangan<br />

akademis, swasta dan professional oleh<br />

Komite Pemilihan Senat. Sedangkan<br />

Dewan Perwakilan terdiri dari 480 anggota,<br />

di mana 400 orang diantaranya dipilih<br />

langsung dari distrik pemilihan dan<br />

sisanya berasal dari nama-nama yang<br />

diajukan oleh partai politik.<br />

Dalam sistem pemerintahan, Raja<br />

Thailand merupakan Kepala Negara dan<br />

mempunyai sedikit kekuasaan langsung<br />

di bawah konstitusi. Raja juga menjadi<br />

pelindung Buddhisme Kerajaan Thai<br />

dan menjadi lambang jati diri serta persatuan<br />

bangsa. Raja yang memerintah<br />

saat ini, Bhumibol Adulyadej yang telah<br />

berusia 85 tahun, merupakan figur yang<br />

sangat dihormati dan dianggap sebagai<br />

pemimpin dari aspek moral, dimana<br />

telah dimanfaatkan dalam beberapa<br />

kesempatan untuk menyelesaikan krisis<br />

politik. Raja Thailand melaksanakan<br />

kekuasaan legislatifnya melalui parlemen,<br />

kekuasaan eksekutifnya melalui<br />

kabinet, serta kekuasaan yudisial melalui<br />

pengadilan. 1 Kerajaan memiliki hak<br />

untuk mendukung dan hak untuk mem­<br />

1 English Division, Bureau of Foreign Languages Secretariat<br />

of the House of Representatives. 2008. Guide to<br />

Parliament. Bangkok: Bureau of Printing Services, hal 1<br />

peringatkan pemerintah apabila pemerintah<br />

tidak menjalankan urusan negara<br />

atas kebermanfaatan untuk rakyat.<br />

Kepala Pemerintahan Thailand adalah<br />

seorang Perdana Menteri, yang dilantik<br />

raja dari anggota parlemen (sejak amandemen<br />

konstitusi tahun 1992). Perdana<br />

Menteri Thailand saat ini adalah Prayut<br />

Chan-o-cha yang mulai menjabat sejak<br />

24 Agustus 2014.<br />

STRATEGI MENINGKATKAN<br />

KAPASITAS DAN KAPABILITAS<br />

Di akhir tahun <strong>2015</strong>, Masyarakat<br />

Ekonomi ASEAN (MEA) akan diterapkan<br />

di seluruh negara ASEAN. Lima tahun<br />

terakhir setiap negara mempersiapkan<br />

diri untuk menyambut implementasi<br />

MEA tersebut, tidak terkecuali negara<br />

Thailand. Melalui MEA, diharapkan<br />

negara-negara di Asia Tenggara dapat<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

75


parlemen dunia<br />

menjadi basis produksi dan pasar tunggal,<br />

wilayah dengan kompetisi ekonomi<br />

yang tinggi, wilayah yang mempunyai<br />

perkembangan ekonomi yang stabil,<br />

serta wilayah yang terintegrasi de ngan<br />

ekonomi global. 2 Thailand berada di<br />

titik terdepan untuk mempersiapkan<br />

rencana komprehensif menuju implementasi<br />

MEA.<br />

Pada masa pemerintahan Perdana<br />

Menteri Yingluck Shinawarta di tahun<br />

2012, MEA menjadi prioritas utama dan<br />

kebijakan utama yang populis. 3 Pemerintah<br />

mengadopsi 8 rencana strategis<br />

yang dipersiapkan oleh National Economic<br />

and Social Development Council.<br />

Strategi tersebut memprioritaskan<br />

kemampuan untuk berkompetisi dalam<br />

perdagangan barang dan jasa, termasuk<br />

investasi. Kedua, pengembangan kualitas<br />

hidup dan social safety net. Ketiga,<br />

pembangunan infrastruktur dan logis­<br />

2 Audray Souche, Kunal Sachdev, Matthew Christensen.<br />

Countdown to AEC: Thailand’s Journey So Far. DFDL<br />

Legal and Tax. Hlm. 2-4.<br />

3 Kavi Chongkittavorn. Why Thailand is crazy over AEC.<br />

Diakses dari http://www.nationmultimedia.com/opinion/<br />

Why-Thailand-is-crazy-over-AEC-30194564.html pada 3<br />

Desember <strong>2015</strong> pukul 16:40 WIB.<br />

tik. Keempat, Membangun sumber daya<br />

manusia. Kelima, reformasi peraturan.<br />

Keenam, promosi ASEAN untuk membangun<br />

kesadaran masyarakat. Ketujuh,<br />

meningkatkan keamanan nasional. Kedelapan,<br />

membangun kapasistas pembangunan<br />

untuk kota-kota di Thailand<br />

untuk dapat berkompetisi dengan kotakota<br />

di negara ASEAN lainnya.<br />

Untuk dapat menerapkan 8 strategi<br />

tersebut, pemerintah dan parlemen<br />

mempunyai peranan penting untuk<br />

mempersiapkan kebijakan-kebijakan,<br />

prosedur dan prasyarat administrasi<br />

untuk mendukung pelaksanaan MEA.<br />

Pada September 2014, Perdana Menteri<br />

Prayuth Chan-ocha menyampaikan<br />

policy statement di depan anggota<br />

dewan Thailand mengenai pentingnya<br />

perkembangan ekonomi dan kompetisi<br />

bisnis Thailand di Asia Tenggara. 4<br />

Melalui MEA, perdana menteri Prayuth<br />

mengharapkan akan menaikkan stan­<br />

4 Thailand Investment Review – Thailand +1: Towards the<br />

AEC<br />

21 May <strong>2015</strong> Announcement. Diakses dari http://www2.<br />

thaiembassy.be/thailand-investment-review-thailand-1-towards-the-aec/<br />

pada 3 Desember <strong>2015</strong> pukul 16:50 WIB.<br />

dar kehidupan masyarakat Thailand<br />

bersamaan dengan masyarakat ASEAN<br />

lainnya. 5 Untuk meningkatkan standar<br />

hidup masyarakat tersebutlah kedelapan<br />

strategi tersebut dimasukkan ke dalam<br />

program dan kebijakan-kebijakan yang<br />

diputuskan bersama oleh pemerintah<br />

dengan Parlemen Thailand.<br />

Dinamika politik lokal yang terjadi<br />

di Thailand sedikit menghambat Thailand<br />

untuk mempersiapkan Masyarakat<br />

Ekonomi ASEAN, terutama dalam aspek<br />

ekonomi. Beberapa perubahan hukum<br />

dan prosedur yang spesifik diperlukan<br />

untuk memastikan implementasi MEA.<br />

Di te ngah dinamika politik dan pemerintahan<br />

yang belum stabil, parlemen mempunyai<br />

peranan penting untuk dapat<br />

memutuskan kebijakan dan mengawasi<br />

implementasi kebijakan yang dilakukan<br />

dalam menyongsong MEA. Beberapa<br />

isu yang mendapatkan perhatian secara<br />

langsung adalah hukum ketenagakerjaan<br />

Thailand yang membutuhkan amandemen<br />

di parlemen. 6 Sesuai dengan Pasal<br />

140 Konstitusi Thailand, segala bentuk<br />

5 Ibid.,<br />

6 Ibid.,<br />

76 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


DALAM MEMPERSIAPKAN<br />

EKONOMI THAILAND<br />

MENGHADAPI PASAR<br />

BEBAS MEA, PEMERINTAH<br />

DAN PARLEMEN THAILAND<br />

MEMBANGUN KONSEP<br />

“THAILAND PLUS ONE”.<br />

KONSEP “THAILAND<br />

PLUS ONE” MERUPAKAN<br />

INSTRUMEN UNTUK<br />

MENARIK INVESTASI<br />

ASING KE THAILAND, DAN<br />

MEMPRIORITASKAN JUGA<br />

INVESTASI THAILAND KE LUAR<br />

NEGERI<br />

perjanjian internasional harus disetujui<br />

oleh Parlemen Thailand. 7 Untuk itulah<br />

parlemen merevisi undang-undang ketenagakerjaan<br />

agar dapat mendukung<br />

implementasi kebijakan-kebijakan serta<br />

strategi MEA lainnya.<br />

Sampai saat ini, beberapa peraturan<br />

terkait dengan MEA yang sudah disahkan<br />

dalam parlemen antara lain: Mutual<br />

Recognition Agreements (MRAs) untuk<br />

7 profesi: teknisi, perawat, physician,<br />

dokter gigi, arsitek, surveyor, dan akuntan.<br />

8 Sesuai dengan peraturan MRA,<br />

ke-10 negara ASEAN mengakui lisensi<br />

profesi yang tergabung dalam ketujuh<br />

profesi tersebut untuk dapat praktek ke<br />

negara-negara ASEAN, namun mereka<br />

harus mengikuti dan lolos lisensi test<br />

di negara ASEAN yang bersangkutan.<br />

Karena itulah kemudian Parlemen Thailand<br />

merevisi peraturan tes lisensi yang<br />

sebelumnya hanya dilakukan dengan<br />

menggunakan bahasa Thai. Selanjutnya<br />

untuk melindungi tenaga kerja Thailand<br />

dari serbuan tenaga kerja dari negara<br />

7 Ibid.,<br />

8 A Voice in the Wilderness: Why the AEC in <strong>2015</strong> Will Lead<br />

to Few Changes in Thailand. Diakses dari<br />

http://www.norcham.com/news/why-the-aec-in-<strong>2015</strong>-will-leadto-few-changes-in-thailand.<br />

pada 4 Desember <strong>2015</strong> pukul<br />

12:20 WIB.<br />

ASEAN lainnya, diberlakukan Thailand’s<br />

Alien Employment Act 2551 yang mengharuskan<br />

tenaga asing harus memiliki<br />

ijin kerja yang valid untuk dapat bekerja<br />

di Thailand. Selain itu, tenaga kerja a sing<br />

tidak bisa mendirikan praktek secara<br />

mandiri, melainkan harus berkolaborasi<br />

dengan bisnis lokal.<br />

Dalam mempersiapkan ekonomi<br />

Thailand menghadapi pasar bebas<br />

MEA, Pemerintah dan Parlemen Thailand<br />

membangun konsep “Thailand<br />

Plus One”. Konsep “Thailand Plus One”<br />

merupakan instrumen untuk menarik<br />

investasi asing ke Thailand, dan memprioritaskan<br />

juga investasi Thailand ke<br />

luar negeri seperti Indonesia, Singapura,<br />

Burma dan Vietnam di kawasan ASEAN<br />

serta Jepang, Hongkong, Uni Eropa dan<br />

Amerika Serikat melalui program Thailand’s<br />

Outbound Foreign Direct Investment<br />

(OFDI). Konsep ini didukung oleh<br />

beberapa proyek infrastruktur yang<br />

disponsori oleh Bank Pembangunan<br />

Asia (ADB) yang menghubungkan<br />

peluang biaya tenaga kerja yang lebih<br />

rendah di wilayah Kamboja, Laos dan<br />

Burma dengan klaster industri yang berada<br />

di Thailand. Dengan menggunakan<br />

strategi perlindungan tenaga kerja lokal<br />

dan investasi ini, diharapkan Thailand<br />

siap menghadapi kompetisi pasar bebas<br />

MEA.<br />

Lesson learned yang dapat diambil<br />

Indonesia khususnya sinergi antara<br />

Pemerintah dan Lembaga Legislatif<br />

adalah bagaimana merumuskan kebijakan<br />

yang tepat dari sisi pembangunan<br />

sosial-ekonomi, ketenagakerjaan dan<br />

investasi untuk memperkuat kapasitas<br />

dalam negeri Thailand dalam rangka<br />

menghadapi MEA yang segera diimplementasikan.<br />

Referensi:<br />

Thailand Political Crisis Affects Ability To Implement Asean Economic<br />

Community Diakses dari http://www.establishmentpost.<br />

com/thailand-political-crisis-affects-ability-implement-aseaneconomic-community-commitments/<br />

Kavi Chongkittavorn. Why Thailand is crazy over AEC. Diakses dari<br />

http://www.nationmultimedia.com/opinion/Why-Thailand-is-crazyover-AEC-30194564.html<br />

Thailand Investment Review – Thailand +1: Towards the AEC.<br />

Diakses dari<br />

http://www2.thaiembassy.be/thailand-investment-review-thailand-<br />

1-towards-the-aec/<br />

A Voice in the Wilderness: Why the AEC in <strong>2015</strong> Will Lead to Few<br />

Changes in Thailand. Diakses dari http://www.norcham.com/<br />

news/why-the-aec-in-<strong>2015</strong>-will-lead-to-few-changes-in-thailand<br />

Souche, Audray, Kunal Sachdev, Matthew Christensen. Countdown<br />

to AEC: Thailand’s Journey So Far. DFDL Legal and Tax.<br />

Rattanakhamfu, Saowaruj, Sumet Ongkittikul, Nutthawut Laksanapunyakul,<br />

Nichamon Thongpat, Natcha O-Charoen. Thailand Country<br />

Study: ASEAN Economic Community Blueprint Mid-term Review<br />

Project. Thailand Development Research Institute. June <strong>2015</strong><br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

77


POJOKPARLE<br />

MEMANCING DI AIR KERUH<br />

Serunya memancing<br />

bersama dalam acara<br />

Press Gathering Wartawan<br />

Koordinatoriat DPR RI<br />

Acara Press Gathering terakhir pada tahun<br />

<strong>2015</strong> digelar agak lain dari yang lain. Kalau<br />

sebelumnya di ruangan rapat atau gedung,<br />

kali ini di tempat pemancingan. Acara yang<br />

berlangsung Minggu (13/12) di kolam pemancingan<br />

Fishing Valleys Bogor berjalan meriah.<br />

Suasana makin meriah dengan kehadiran Wakil<br />

Ketua DPR Fahri Hamzah, Sekjen DPR Winantuningtyastiti<br />

dan Inspektur Utama Setyanta Nugraha<br />

serta Deputi Persidangan Damayanti dan<br />

Kepala Bagian Pemberitaan Irfan. Di sebelah kolam<br />

pemancingan, dua biduanita dan para wartawan<br />

diiringi organ tunggal asyik bernyanyi dan berjoget<br />

melantunkan lagu kesayangannya. Apalagi panitia<br />

juga menyediakan aneka hadiah dari laptop,<br />

pesawat TV 32 inci, home teater, kompor gas juga<br />

uang tunai.<br />

Sekjen DPR yang akrab disapa Win mengatakan,<br />

acara press gathering kali ini agak berbeda dengan<br />

sebelumnya yakni di kolam pemancingan. Sebanyak<br />

300 kg ikan disebar oleh panitia diperuntukkan<br />

bagi para wartawan yang sehari-hari meliput<br />

kegiatan di Komplek Parlemen Senayan.<br />

Win mengatakan, acara press gathering ini sudah<br />

dibicarakan dengan Ketua Koordinatoriat Hilman.<br />

Dan mereka mengusulkan acara yang tidak membuat<br />

jenuh dan memilih jenis rekreasi ini. “Cuma<br />

saya nggak tahu apa ikannya nggak bingung, yang<br />

mancing ramai-ramai,” katanya disambut tawa<br />

termasuk Fahri Hamzah yang mengatakan apalagi<br />

airnya keruh. Memancing di air keruh dalam arti<br />

sebenarnya, bukan sebagaimana arti pepatah, memancing<br />

keributan atau kerusuhan.<br />

“Mudah-mudahan ikannya tetap berkumpul dan<br />

makan umpan, tanpa memperkeruh air,” harap Win.<br />

Hilman Matauch mengatakan, sengaja dipilih memancing<br />

karena ada filosofinya yaitu melatih kesabaran.<br />

Meski memancing di air keruh tetapi pikiran<br />

kita tetap jernih dan memandang DPR dengan<br />

jernih pula.<br />

Dalam sambutannya Fahri juga mempertanyakan,<br />

kenapa memilih memancing. Apalagi, kolam<br />

ikan tempat memancing, airnya cukup keruh.<br />

Sehingga, bisa dikatakan, ikannya tidak terlihat.<br />

“Saya tidak mengerti ini pilihannya meman cing,<br />

di air yang keruh pula. Kalau serius mancing, ya seharusnya<br />

di laut, menggunakan pakaian resmi. Sehingga<br />

akan ketahuan, siapa yang asli, siapa yang<br />

palsu,” kata Fahri, yang disambut tertawa peserta<br />

acara. (MP) FOTO: DENUS, JAKA/PARLE/HR<br />

78 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>


EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

79

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!