m-132-2015
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
PARLEMEN HUNGARIA<br />
SIAP KERJASAMA<br />
CAPAI PEMBANGUNAN<br />
BERKELANJUTAN<br />
ANTUSIAS MASYARAKAT<br />
PELAJARI TUGAS DAN<br />
FUNGSI DPR CUKUP TINGGI
Pengantar Redaksi<br />
PENGAWAS UMUM:<br />
Pimpinan DPR-RI<br />
PENANGGUNG JAWAB/<br />
KETUA PENGARAH:<br />
Dr. Winantuningtyastiti, M. Si (Sekretaris Jenderal DPR-RI)<br />
WAKIL KETUA PENGARAH:<br />
Dra. Damayanti, MSi (Deputi Persidangan dan KSAP)<br />
PIMPINAN PELAKSANA:<br />
Drs. Djaka Dwi Winarko, M. Si. (Karo Humas dan Pemberitaan)<br />
PIMPINAN REDAKSI:<br />
Irfan, S.Sos, MMSI (Kabag Pemberitaan)<br />
WK. PIMPINAN REDAKSI:<br />
Dra. Tri Hastuti (Kasubag Penerbitan),<br />
Mediantoro, SE (Kasubag Pemberitaan)<br />
REDAKTUR:<br />
M. Ibnur Khalid, Iwan Armanias, Mastur Prantono<br />
SEKRETARIS REDAKSI:<br />
Suciati, S.Sos<br />
ANGGOTA REDAKSI:<br />
Nita Juwita, S.Sos, Supriyanto, Agung Sulistiono, SH,<br />
Rahayu Setiowati, Muhammad Husen, Sofyan Efendi<br />
REDAKTUR FOTO:<br />
Eka Hindra<br />
FOTOGRAFER:<br />
Rizka Arinindya, Naefuroji, M. Andri Nurdriansyah<br />
Yaserto Denus Saptoadji, Andi Muhamad Ilham, Jaka Nugraha<br />
SEKRETARIAT REDAKSI:<br />
I Ketut Sumerta, S. IP<br />
SIRKULASI:<br />
Abdul Kodir, SH, Bagus Mudji Harjanta<br />
ALAMAT REDAKSI/TATA USAHA:<br />
BAGIAN PEMBERITAAN DPR-RI,<br />
Lt.III Gedung Nusantara II DPR RI,<br />
Jl. Jend. Gatot Soebroto-Senayan, Jakarta<br />
Telp. (021) 5715348,5715586, 5715350<br />
Fax. (021) 5715536,<br />
e-mail: dpr.pemberitaan@gmail.com;<br />
www.dpr.go.id/berita<br />
Parlementaria edisi akhir tahun pada Desember<br />
<strong>2015</strong> kali ini diisi dengan kaleidoskop<br />
berupa kegiatan DPR selama setahun.<br />
Pada edisi inilah disajikan perjalanan Dewan<br />
dalam mengisi kegiatan konstitusionalnya<br />
baik dalam fungsi anggaran, legislasi dan<br />
pengawasan serta diplomasi.<br />
Laporan akhir tahun ini pula dimaksudkan<br />
sebagai sarana evaluasi, koreksi dan introspeksi<br />
apakah pelaksaaan fungsi-fungsi<br />
Dewan tersebut telah berjalan dengan baik.<br />
Secara jujur harus diakui bahwa fungsi anggaran<br />
dan pengawasan telah berjalan cukup<br />
efektif, namun dari sisi fungsi legislasi masih<br />
perlu ditingkatkan lagi.<br />
Selama tahun <strong>2015</strong> ini perjalanan Dewan<br />
penuh dinamika, dan perlu dicatat secara<br />
kelembagaan DPR sedang melaksanakan reformasi<br />
guna meningkatkan performa dan<br />
kinerja. Upaya yang dilakukan diantaranya<br />
membentuk Tim Implementasi Reformasi<br />
DPR yang dipimpin Wakil Ketua DPR Fahri<br />
Hamzah.<br />
Tim ini bertugas melakukan akselerasi<br />
agar pembenahan internal kelembagaan DPR<br />
dapat segera terlaksana. Sebab reformasi Dewan<br />
tidak semata-mata hanya ingin mewujudkan<br />
DPR Modern yang ditandai dengan<br />
transparansi, penggunaan teknologi informasi<br />
dan masyarakat dengan mudah dapat<br />
mengakses semua kegiatan secara on-line,<br />
tetapi juga terwujudnya fungsi representasi<br />
di setiap fungsi DPR. Konsep ini sangat ideal,<br />
bila tercapai akan terbentuk sebuah parlemen<br />
yang didambakan masyarakat.<br />
Satu lagi yang disajikan dalam edisi<br />
terak hir tahun <strong>2015</strong> ini adalah rubrik pernik.<br />
Ternyata kunjungan delegasi masyarakat ke<br />
Gedung wakil rakyat termasuk para siswa<br />
dan mahasiswa serta ormas dan karyawan<br />
berbagai instansi di daerah, cukup banyak.<br />
Akibatnya mereka tidak bisa datang secara<br />
tiba-tiba tetapi harus pesan tempat terlebih<br />
dahulu. Tidak hanya antre haji sehingga ada<br />
waiting list, kunjungan ke DPR pun ada daftar<br />
tunggu. Gedung DPR yang bersejarah,<br />
kini telah menjadi salah obyek wisata-wisata<br />
politik dan ketatanegaraan.<br />
Kini Majalah Dan Buletin<br />
Parlementaria<br />
Hadir Lebih Dekat<br />
Dengan Anda<br />
Dapatkan di:<br />
Loby Gedung Nusantara 1 DPR RI<br />
Loby Gedung Nusantara 2 DPR RI<br />
Loby Gedung Nusantara 3 DPR RI<br />
Loby Gedung Setjen DPR RI<br />
Ruang Loby Ketua<br />
Ruang Loby Wakil Ketua<br />
Ruang Yankes<br />
Terminal 1 dan 2<br />
Bandara Soekarno Hatta<br />
Stasiun Kereta Api Gambir<br />
2 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
Semua Majalah dan Buletin Parlementaria dibagikan<br />
secara gratis tanpa dipungut biaya apapun.<br />
Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi Bagian<br />
Sirkulasi Majalah dan Buletin Parlementaria di Bagian<br />
Pemberitaan DPR RI, Lt.II Gedung Nusantara III DPR RI,<br />
Jl. Jend. Gatot Soebroto-Senayan, Jakarta, Telp. (021)<br />
5715348,5715586, 5715350 Fax. (021) 5715341, e-mail:<br />
dpr.pemberitaan@gmail.com.
LAPORAN UTAMA<br />
Kaleidoskop DPR RI <strong>2015</strong> 6<br />
kaleidoskop dpr ri <strong>2015</strong> 8<br />
sumbang saran<br />
Kinerja DPR dan Tantangannya 34<br />
38<br />
setahun dpr di mata<br />
masyarakat<br />
foto berita 40<br />
kiat sehat<br />
Membangun Negeri Melalui<br />
Hematopsikiatri 54<br />
profil<br />
Jazilul Fawaid<br />
Sosok Santri di Panggung Politik 56<br />
kunjungan kerja 60<br />
liputan khusus<br />
Intervensi yang Membuka Mata 66<br />
Parlemen Hungaria Siap Kerjasama<br />
Capai Pembangunan Berkelanjutan 68<br />
selebritis<br />
Hetty Koes Endang<br />
Dukungan Pemerintah Terhadap<br />
Seniman Masih Kurang<br />
70<br />
PARLEMEN DUNIA<br />
Parlemen Thailand :<br />
Kesiapan Menjelang MEA 74<br />
pojok parle<br />
Memancing di Air Keruh 78<br />
PROFIL 56<br />
liputan khusus 68<br />
PARLEMEN HUNGARIA<br />
SIAP KERJASAMA<br />
CAPAI PEMBANGUNAN<br />
BERKELANJUTAN<br />
Pada bulan November lalu, Ketua Badan Kerja Sama Antar<br />
Parlemen (BKSAP) DPR Nurhayati Ali Assegaf memimpin<br />
delegasi BKSAP ke Hungaria. Kunjungan ini dalam rangka<br />
menindaklanjuti komitmen IPU untuk mendorong Tujuan<br />
Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Delegasi BKSAP DPR<br />
melakukan pertemuan dengan beberapa institusi terkait yang<br />
berada di dalam badan parlemen maupun eksekutif.<br />
JAZILUL FAWAID<br />
Sosok Santri<br />
di Panggung Politik<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
3
ASPIRASI<br />
SENGKETA LAHAN WARGA BATU LEMAN<br />
DENGAN PT. HARAPAN HIBRIDA KALBAR<br />
Kami Komisioner Komnas HAM meminta perhatian DPR khususnya<br />
Komisi III menindaklanjuti penyelesaian kasus sengketa<br />
lahan antara warga Desa Batu Leman, dsk dengan PT. Harapan<br />
Hibrida Kalbar – Timur Lipat Gunting Estate/Union Sampoerna<br />
Triputra Persada (PT. HHK) di Kab. Ketapang Prov.Kalbar.<br />
Kami menyampaikan pengaduan dari Gabriel Goa (Pelayanan<br />
Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian Indonesia/<br />
PADMA), mewakili masyarakat Suku Dayak Jelak Sekayuk (di<br />
Desa Batu Sedau, Desa Seguling, dan Desa Suak Burung) terkait<br />
dugaan perampasan lahan milik masyarakat dan kriminalisasi<br />
terhadap Kepala Desa Seguling dan 5 warganya yang ditangkap<br />
oleh aparat Polres Ketapang dengan tuduhan melakukan<br />
pencurian buah sawit di lahan PT. HHK. Padahal persoalan intinya<br />
adalah tidak diberikannya hak-hak masyarakat atas tanah<br />
seluas +1.434 Ha. yang telah diserahkan ke PT. HHK untuk<br />
dibangunkan kebun kelapa sawit melalui Program Kredit kepada<br />
Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA) Tahap III sejak<br />
2006/2007. Akibatnya kondisi saat ini belum kondusif karena<br />
pendekatan hukum yang digunakan Polres Ketapang cenderung<br />
mengabaikan akar permasalahan konflik, yaitu pemulihan<br />
hak-hak atas tanah.<br />
Bahwa Komnas HAM telah melakukan pemeriksaan dan<br />
investigasi lapangan serta meminta penjelasan dari Pimpinan<br />
PT. HHK maupun Staf Ditjen Perkebunan Kementan dengan kesimpulan<br />
bahwa patut diduga telah terjadi pelanggaran HAM<br />
khususnya hak atas tanah dan hak atas keadilan antara lain:<br />
a. Belum diberikannya ganti rugi atas lahan warga oleh<br />
PT.HHK menyebabkan beberapa warga yang menuntut<br />
keadilan justru diproses hukum dengan tuduhan pencurian,<br />
sementara laporan masyarakat ke PT. HHK dengan<br />
tuduhan penyerobotan lahan belum ditindaklanjuti oleh<br />
Polres Ketapang.<br />
b. Adanya indikasi tumpang tindih perizinan dan lahan serta<br />
perbedaan persepsi antara PT. HHK yang menganggap<br />
pembangunan kebun kemitraan adalah solusi atas<br />
tuntutan KKPA III sementara menurut masyarakat bukan<br />
demikian solusinya.<br />
c. Harus dilakukan verifikasi faktual terhadap setiap pemilik<br />
lahan yang telah menyerahkan lahannya untuk diketahui<br />
letak perbedaan data hasil verifikasi yang telah dilakukan<br />
oleh Pemkab Ketapang.<br />
d. Perlu penelusuran pihak-pihak yang terlibat dalam skema<br />
KKPA untuk dimintai pertanggungjawabannya.<br />
e. Pemidanaan terhadap Kades dan 5 (lima) warganya dengan<br />
tuduhan pencurian sawit bukan merupakan kasus<br />
yang berdiri sendiri tapi berakar dari tidak dipenuhinya<br />
hak-hak keperdataan warga, lemahnya sosialiasi dan komunikasi<br />
antara PT. HHK dengan warga sekitar.<br />
f. Lembaga Penegak hukum hendaknya melihat akar persoalan<br />
kriminalisasi warga disebabkan oleh persoalan<br />
lahan warga yang diserahkan ke PT. HHK, maka seharusnya<br />
diarahkan untuk penyelesaian hak-hak keperdataan<br />
masyarakat terlebih dahulu.<br />
Bahwa berdasarkan kesimpulan tersebut, Komnas HAM<br />
telah menyampaikan rekomendasi kepada Dirjen Perkebunan<br />
Kementerian Pertanian, Bupati Ketapang, Kapolres Ketapang,<br />
Ketua PN Ketapang, Kepala Badan Lingkungan Hidup Prov. Kalbar,<br />
dan Padma Indonesia agar rekomendasi tersebut dijalankan<br />
dan rencana pelaksanaannya disampaikan ke Komnas<br />
HAM.<br />
Kami memohon Komisi III DPR RI menindaklanjuti rekomendasi<br />
Komnas HAM tersebut sebagaimana mestinya.<br />
Natalius Pigai<br />
Jakarta Pusat, DKI Jakarta<br />
PERMOHONAN GRASI DAN<br />
USULAN PENCEGAHAN KORUPSI<br />
Surat dari Sdr. Dr. Janes Johan Karubaba (terpidana dugaan<br />
korupsi Proyek DED PLTA Sungai Urumuka dan Sungai Mamberamo<br />
APBD Prov Papua T. 2009-2000) yang ditujukan kepada<br />
Ketua DPR RI, sbb :<br />
a. Bahwa Pengadu mengajukan permohonan grasi (pengampunan)<br />
para mantan pejabat Pemda Papua yang<br />
terjerat perkara korupsi agar mendapat persamaan keadilan<br />
sebagaimana grasi yang diberikan kepada tahanan<br />
politik (mantan Anggota Organisasi Papua Merdeka).<br />
b. Bahwa para mantan pejabat Pemda tersebut memiliki<br />
hak konstitusional dan HAM yang sama dengan 5<br />
orang tahanan politik yang telah diberikan grasi, dan<br />
bahkan menyusul 90 orang tahanan politik yang akan<br />
mendapatkan grasi. Menurut Pengadu perbuatan makar<br />
dan berkhianat kepada negara dan Pemerintah RI yang<br />
dilakukan para Tapol/ anggota OPM jelas lebih merugikan<br />
bangsa dan negara.<br />
c. Pengadu mengaku, tindakan korupsi dilakukan karena<br />
kurangnya pengetahuan tentang peraturan perundangundangan<br />
dan juga karena lemahnya sistem pengawasan<br />
dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah.<br />
Karena itu untuk upaya pencegahan korupsi di seluruh<br />
Pemda Papua adalah dengan melibatkan Kejaksaan<br />
menjadi penasehat hukum dalam proses pengadaan barang<br />
dan jasa Pemda Papua.<br />
Dr. Janes Johan Karubaba<br />
DKI Jakarta<br />
4 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
PEMBONGKARAN PAPAN REKLAME<br />
YANG MASIH BERSENGKETA DI MA RI<br />
Saya ingin menyampaikan kepada<br />
Ketua Komisi III DPR RI, perihal permohonan<br />
keadilan atas tindakan oknum Kepala<br />
Dinas Pemakaman dan Pertamanan<br />
Kota Bandung dan oknum Kepala Satuan<br />
Polisi Pamongpraja Kota Bandung yang<br />
diduga telah membongkar paksa papan<br />
reklame yang masih dalam proses sengketa<br />
di MA-RI.<br />
Saya adalah Dirut PT. Rajawali Neon<br />
yang memiliki papan reklame berlokasi<br />
di Jl. Pajajaran dan Jl. Pasiri Kota Bandung<br />
yang dibongkar secara paksa. Padahal<br />
papan reklame yang seharusnya<br />
dibongkar adalah papan reklame iklan<br />
rokok yang terletak di Jl. Asia Afrika, Kota<br />
Bandung dan saya tidak pernah memasang<br />
reklame berupa iklan rokok.<br />
Atas pembongkaran papan reklame<br />
tersebut, saya merasa keberatan karena<br />
permasalahan papan reklame tersebut<br />
saat ini masih dalam proses pemeriksaan<br />
di Mahkamah Agung RI Melalui PN<br />
Kelas 1A Bandung dengan No. Reg. 16/<br />
PDT/KS/2014/PN.BDG. Seharusnya tindak<br />
pembongkaran baru dapat dilakukan<br />
setelah proses hukum di pengadilan<br />
mendapat putusan yang berkekuatan<br />
hukum tetap (inkracht).<br />
Selain itu barang bukti besi dan tiang<br />
pancang reklame hasil pembongkaran<br />
sudah hancur dan dibawa oleh dua kendaraan<br />
truk operasional dari Satpol PP<br />
dan Dinas Pemakaman dan Pertama nan<br />
Kota Ban dung,<br />
yang hingga saat<br />
ini tidak diketahui<br />
keberadaannya.<br />
Pengadu berharap agar<br />
petugas yang membawa barang bukti<br />
tersebut dapat ditahan oleh petugas<br />
yang berwajib.<br />
Saya memohon bantuan Ketua Komisi<br />
III DPR RI agar permasalahan tersebut<br />
dapat diselesaikan berdasarkan ketentuan<br />
hukum yang berlaku.<br />
Demikian untuk menjadi periksa dan<br />
terima kasih.<br />
Haji Yana Sunaryana<br />
Bandung, Jawa Barat<br />
PERLINDUNGAN HUKUM DAN GANTI RUGI<br />
ATAS PENYEROBOTAN TANAH ADAT BAHRAINI<br />
Disampaikan dengan hormat kepada Ketua Komisi III DPR RI<br />
perihal permohonan perlindungan hukum dan ganti rugi atas<br />
penyerobotan tanah Adat Bahraini seluas 58.000 m2 oleh Sdr.<br />
Rudy Resnawan (RR), Wakil Gubernur Kalimantan Selatan yang<br />
saat itu merupakan Walikota Banjarbaru beserta istri, yaitu<br />
Sdri. Rosdiawati (R), dimana tanah tersebut akan digunakan<br />
untuk kepentingan pembangunan Kampus IPDN Prov. Kalsel.<br />
Bahwa tanah tersebut merupakan tanah adat Bahraini dan<br />
milik sebagian warga masyarakat di Kampung Cempaka, Banjarbaru.<br />
Sdr. RR dan istrinya, R telah mengambilalih hak atas tanah<br />
tersebut dengan diterbitkannya SHM No. 3994/3997/3999<br />
tahun 2004 atas nama ybs, dimana penerbitan SHM tersebut<br />
diduga cacat hukum karena pada saat pembuatan sertifikat<br />
tanah dimaksud belum dalam proses dibeli dan status tanah<br />
masih merupakan tanah milik adat Bahraini sesuai surat No.<br />
25/1.13.KT/1971, tgl 23 Maret 1971 yang dibuat oleh Kepala<br />
Kampung Cempaka dan diketahui oleh Camat dan Ketua RT<br />
Cempaka.<br />
Kami mendapat informasi bahwa tanah tersebut semula dibeli<br />
oleh Sdr. Gajali (yang merupakan anak buah Sdr. RR) dari<br />
Sdr. Ruyani dan A. Hulaini, selaku pemilik tanah tersebut. Namun<br />
pembelian tanah tersebut ternyata cacat hukum karena<br />
tidak melalui prosedur yang berlaku. Pengadu menduga BPN<br />
Banjarbaru telah terlibat dalam pelanggaran tersebut, karena<br />
ketika pengadu menanyakan kepada BPN Banjarbaru terkait<br />
legalitas penerbitan SHM No. 3994/3997/39999 tahun 2004<br />
atas nama Sdr. RR dan R, pihak BPN Banjarbaru tidak berani<br />
memberikan jawaban yang sebenarnya karena masalah tersebut<br />
menyangkut pejabat mantan Walikota Banjarbaru.<br />
Adapun dana yang disediakan untuk pembangunan Kampus<br />
IPDN tersebut adalah sebesar Rp. 128.000.000.000,-. Oleh<br />
karenanya pengadu meminta ganti rugi atas tanah miliknya<br />
yang telah diambilalih tersebut karena masyarakat mengalami<br />
kerugian yang tidak sedikit sebagai dampaknya.<br />
Kami memohon agar Komisi III DPR RI dapat membantu menyelesaikan<br />
permasalahan tersebut,sesuai dengan ketentuan<br />
hukum yang berlaku.<br />
Masalah tersebut terkait dengan persoalan pertanahan<br />
yang merupakan lingkup bidang kerja Komisi II, kiranya surat<br />
tersebut juga dapat disampaikan kepada Komisi II untuk<br />
mendapat tindaklanjut.<br />
HM. Padlan, SH., MH<br />
Banjarmasin, Kalsel<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
5
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP KETUA DPR RI<br />
SETYA NOVANTO<br />
REFORMASI PBB ADALAH<br />
SUATU KEHARUSAN<br />
Ketua DPR pidato di Sidang PBB<br />
Salah satu momen yang patut<br />
dicatat perjalanan DPR selama<br />
tahun adalah pada saat Konferensi<br />
Para Ketua Parlemen Dunia<br />
ke-4, yang bersamaan dengan 70 tahun<br />
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).<br />
Ketua DPR Setya Novanto dalam pidatonya<br />
menekankan, perlu evaluasi sistemik<br />
melalui reformasi PBB yang konkrit yaitu<br />
meninjau ulang tata kelola organisasi<br />
sehingga setiap negara bisa duduk sama<br />
rendah dan berdiri sama tinggi.<br />
Menurut Novanto, perdamaian dan<br />
keamanan masih menjadi impian bagi<br />
sebagian warga dunia. Pendudukan<br />
Israel di Palestina, konflik di Suriah, Yaman,<br />
Irak, Libya, masalah Korea, adalah<br />
pekerjaan rumah kita yang harus diselesaikan.<br />
Belum lagi pengungsi Rohingya<br />
dan ketegangan yang terus hidup di belahan<br />
bumi lainnya.<br />
Konflik selalu melahirkan penderitaan<br />
dan kemiskinan terutama pada<br />
anak-anak, perempuan dan orang tua.<br />
Pembangunan tak bisa berjalan tanpa<br />
perdamaian. Perdamaian tak akan tercapai<br />
tanpa demokrasi dan keadilan.<br />
“Peran PBB hanya bisa relevan kalau<br />
demokrasi juga diterapkan di organisasi<br />
ini khususnya di Dewan Keamanan PBB.<br />
Dalam Konferensi Parlemen Asia Afrika<br />
di Jakarta, Indonesia, April <strong>2015</strong>, kami<br />
sepakat reformasi PBB adalah sebuah<br />
keharusan,” tekan politisi Golkar.<br />
Reformasi Perserikatan Bangsabangsa<br />
(PBB) menjadi salah satu pembahasan<br />
dalam pertemuan antara DPR<br />
dengan Presiden Republik Turki, Recep<br />
Tayyip Erdogan. Dalam pertemuan itu<br />
Presiden Erdogan meminta dukungan<br />
dari Indonesia untuk reformasi PBB.<br />
“Kita akan mendukung reformasi<br />
PBB yang akan kita rumuskan bersama<br />
Presi den (Indonesia),” ungkap Ketua<br />
DPR RI Setya Novanto (F-PG), usai pertemuan<br />
dengan Presiden Erdogan, di<br />
Gedung Nusantara III, Jumat (31/07) lalu.<br />
Presiden Erdogan menyampaikan<br />
perlu adanya reformasi PBB, yang sekarang<br />
ini keputusan PBB hanya ditentukan<br />
oleh lima negara anggota Dewan<br />
Menerima Presiden Turki<br />
Keamanan PBB, yang meliputi Amerika<br />
Serikat, Rusia, Inggris, Perancis, dan Republik<br />
Rakyat Tiongkok.<br />
Di sela-sela kesibukan melaksanakan<br />
tugas sebagai Ketua DPR, Setya Novanto<br />
juga menerima sejumlah Dubes<br />
negara-negara sahabat dan tamu-tamu<br />
penting lainnya. Diantaranya menerima<br />
kunjungan 21 Anggota Parlemen Jepang.<br />
Delegasi Parlemen Jepang itu dipimpin<br />
oleh Former Minister of Economy, Trade<br />
and Industry and Chairman of General<br />
Council of Liberal Democratic Party of<br />
Japan, Mr Toshihiro Nakai.<br />
Dalam pertemuan, Novanto menyampaikan,<br />
bahwa dalam kunjungan<br />
DPR ke Jepang belum lama ini, Kaisar<br />
Akihito mengakui pentingnya hubungan<br />
kedua negara. Kedua negara memiliki<br />
hubungan yang memiliki nilai historis,<br />
yang harus didukung oleh Parlemen secara<br />
lebih aktif di masa depan.<br />
Pasang surut hubungan Indonesia-<br />
Australia menjadi perbincangan dengan<br />
Dubes Australia untuk Indonesia, Paul<br />
Grigson. Kedekatan yang tidak terpisahkan<br />
diharapkan Ketua DPR bisa menjadikan<br />
hubungan bilateral antar kedua<br />
Pemerintah yang semakin kuat.<br />
Apalagi, tambah politikus F-PG itu,<br />
sudah cukup lama Indonesia dengan<br />
Australia sudah menandatangani Perjanjian<br />
Lombok atau Lombok Treaty.<br />
Perjanjian Lombok meliputi kerjasama<br />
bidang pertahanan, penegakan hukum,<br />
kontra terorisme, intelijen, keamanan<br />
maritim, keselamatan pembangunan<br />
dan keamanan pencegahan senjata pemusnah<br />
massal. Perjanjian ini juga mencakup<br />
kerjasama darurat, kerjasama<br />
dalam organisasi dunia tentang isu-isu<br />
keamanan dan kerjasama antarmasyarakat.<br />
“Di dalam perjanjian itu tentunya<br />
sudah ada detail mengenai pelaksanaan-pelaksanaan<br />
yang seharusnya dilaksanakan<br />
oleh Indonesia dengan Australia.<br />
Jika ini dapat dilakukan dengan<br />
baik, tentu ini akan menjadi kekuatan<br />
6 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
ersama. Karena Indonesia dan Australia<br />
ini tidak terpisahkan,” imbuh Novanto.<br />
Di kesempatan lain, Ketua DPR juga<br />
mengklarifikasi pertemuannya dengan<br />
Donald Trump. Pertemuan itu merupakan<br />
bagian dari diplomasi DPR. Tidak<br />
ada aturan konstitusi dan UU MD3 yang<br />
dilanggar. Pertemuan tersebut lebih<br />
banyak membicarakan peluang investasi<br />
di Tanah Air untuk membantu program<br />
pemerintah dalam memulihkan perkonomian.<br />
Buka puasa bersama anak-anak yatim<br />
MUNDUR<br />
16 Desember, perhatian publik terfokus ke ruang<br />
siang MKD DPR, ketika Ketua DPR Setya Novanto menyampaikan<br />
surat pengunduran dirinya. Aduan Menteri<br />
ESDM Sudirman Said memang telah membuatnya pada<br />
posisi sulit. Panggilan hatinya kemudian sampai pada<br />
kesimpulan, demi kebaikan bangsa mundur lebih baik.<br />
“Sehubungan perkembangan penanganan pengaduan<br />
dugaan pelanggaran etika yang sedang berlangsung<br />
di Mahkamah Kehormatan DPR RI, maka<br />
ASPIRASI DAERAH<br />
Dari tanah air, kegiatan Ketua DPR<br />
Setya Novanto juga cukup padat. Diantaranya<br />
berudiensi Masyarakat Buton<br />
yang dipimpin langsung oleh Gubernur<br />
Sulawesi Tenggara Nur Alam dan seluruh<br />
Kepala Daerah tingkat II di Provinsi<br />
Sulawesi Tenggara, Kamis (27/08/<strong>2015</strong>).<br />
Kedatangan Delegasi Masyarakat Buton<br />
terkait dengan pembentukan daerah<br />
otonomi baru (DOB) Provinsi Kepulauan<br />
Buton, yang akan pisah dari induknya<br />
Provinsi Sultra.Enam daerah yang berada<br />
dalam regional Kepulauan Buton itu<br />
antara lain meliputi kabupaten Wakatobi,<br />
kabupaten Buton, kabupaten Buton<br />
Utara (Butur), kabupaten Buton Tengah<br />
(Buteng), kabupaten Buton Selatan (Butsel),<br />
dan Kota Baubau.<br />
“Wacana pembentukan Provinsi Buton<br />
sudah bergulir sejak lama, terutama<br />
dari wilayah kepulauan Buton dan sekitarnya,<br />
semata dalam kerangka pemikiran<br />
pendekatan pelayanan pemerintahan<br />
serta percepatan pembangunan<br />
wilayah,” terang Gubernur Sultra Nur<br />
Alam.<br />
Menjelang Lebaran 1436 Hijriyah,<br />
Ketua DPR bersama dengan Pimpinan<br />
Komisi V DPR, Selasa (7/7) meninjau kesiapan<br />
angkutan lebaran di pelabuhan<br />
Tanjung Priok Jakarta Utara. Setibanya<br />
di lokasi Ketua DPR langsung berdialog<br />
dengan petugas yang berada di pelabuhan<br />
tersebut.<br />
“Kunjungan ini, dalam rangka untuk<br />
melihat persiapan pelayanan mudik<br />
lebaran dengan menggunakan angkutan<br />
laut, dan kami juga mendapatkan laporan<br />
mengenai situasi eskpor yang mengalami<br />
penurunan sebesar 30 persen.<br />
Selain itu kesiapan sarana prasarana<br />
seperti toilet, mushola, serta ruang<br />
tunggu para calon penumpang yang<br />
akan menggunakan transportasi kapal<br />
laut,” jelas Setya Novanto.<br />
Didampingi isteri Desti Novanto,<br />
Ketua DPR Setya Novanto dan Ketua<br />
BURT Roem Kono, anggota DPR Robert<br />
Yoppy Kardinal dan Sekjen DPR<br />
Winantu ningtyastiti beserta pejabat<br />
Setjen, Senin (29/6) di Aula Masjid Baiturrahman<br />
Komplek Parlemen, Senayan<br />
menggelar acara buka bersama anakanak<br />
yatim.<br />
Sekitar 300 anak yatim dari Yayasan<br />
Sautul Qolbi dan Rumah Asuh Aisyah<br />
Pondok Labu Jakarta Selatan hadir<br />
dalam acara ini, selain menerima bingkisan<br />
juga mendengar ceramah Ramadan<br />
dari Ustad Aswan Faisal. Hadir pula<br />
sejumlah wartawan yang sehari-hari<br />
meliput kegiatan DPR.<br />
Ketua DPR Setya Novanto me ngatakan,<br />
momen buka bersama ini merupakan<br />
kebahagiaan tersendiri. Karena<br />
kehadiran anak-anak yatim selain menikmati<br />
bingkisan dan hidangan yang<br />
disediakan juga pendorong doa bagi DPR<br />
supaya kepentingan bangsa dan negara<br />
ke depan semakin maju dan semakin<br />
baik.<br />
Berangkat dari kepedulian atas kepentingan<br />
rakyat, Ketua DPR RI Setya<br />
Novanto didampingi Wakil Ketua DPR<br />
Fadli Zon, Anggota Komisi IV Firman<br />
Soebagyo, Robert Joppy Kardinal, Anggota<br />
Dewan Pertimbangan Presiden<br />
(Wantimpres) Suharso dan Dirjen Hortikultura<br />
Kementerian Pertanian Spudnik<br />
Sujono melakukan sidak ke Pasar Induk<br />
Kramat Jati dan Pasar Modern BSD.<br />
Ketua DPR beserta rombongan setibanya<br />
di Pasar Induk Kramat Jati dan<br />
Pasar Modern BSD langsung berinteraksi<br />
dengan para pedagang dan pembeli<br />
untuk mengetahui harga dan<br />
ketersedia an bahan pokok menjelang<br />
Ramadhan. (MP) FOTO: DENUS, ANDRI, DOK.<br />
BKSAP/PARLE/HR<br />
untuk menjaga harkat dan martabat, serta kehormatan<br />
lembaga DPR RI serta demi menciptakan ketenangan<br />
masyarakat, dengan ini saya menyatakan pengunduran<br />
diri sebagai Ketua DPR RI periode keanggotaan 2014-<br />
2019,” demikian bunyi salah satu paragraf dalam surat<br />
pengunduran dirinya.<br />
Dalam rapat paripurna DPR (18/12), politisi Partai<br />
Golkar ini kemudian mengulang kembali pernyataan<br />
mundurnya. Walaupun berupaya tegar, pada bagian<br />
akhir ia terbata-bata, ada air mata di pelupuk matanya.<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
7
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP WAKIL KETUA DPR RI<br />
FADLI ZON<br />
Ketua GOPAC terpilih Fadli Zon<br />
TERPILIH MENJADI KETUA GOPAC<br />
Karir Fadli Zon setelah dilantik menjadi<br />
anggota DPR periode 2014-2019<br />
pada 1 Oktober 2014 cukup cemerlang.<br />
Setelah terpilih sebagai Wakil Ketua<br />
DPR, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra<br />
ini terpilih menjadi Ketua GOPAC<br />
(Global Organization for Parliamentarians<br />
Against Corruption). Terpilihnya<br />
Fadli Zon ini disetujui secara aklamasi<br />
dalam penutupan Konferensi GOPAC,<br />
Kamis (8/10-<strong>2015</strong>) di Yogyakarta.<br />
Sebelumnya Fadli Zon merupakan<br />
kandidat tunggal dari SEAPAC (Southeast<br />
Asia Parliamentarians Against Corruption)<br />
yang bersaing dengan kandidat<br />
dari regional lainnya yaitu John Hyde,<br />
politisi senior dari Australia dan juga<br />
Osei Kyei Mensah Bonsu dari Ghana.<br />
Fadli terpilih sebagai Presiden<br />
GOPAC menggantikan Ricardo Garcia<br />
Cervantes dari Meksiko setelah melalui<br />
sidang board meeting yang dihadiri oleh<br />
5 perwakilan benua dan regional chapter<br />
seperti Afrika, Arab, Latin Amerika,<br />
South Asia, Oceania Karibia, North<br />
America.<br />
Saat menyampaikan pidato dalam<br />
sidang Parlemen Dunia/133 rd Inter-<br />
Parliamentary Union di Jenewa, Swiss,<br />
Senin (19/10/<strong>2015</strong>), Wakil Ketua DPR<br />
Fadli Zon RI sekaligus Ketua Delegasi<br />
DPR RI Dalam pidatonya Fadli Zon mengajak<br />
semua negara untuk mengakhiri<br />
perang yang masih terjadi di beberapa<br />
negara.<br />
Walaupun bukan negara pihak konvensi<br />
pengungsi, Indonesia telah membuktikan<br />
komitmennya dalam menangani<br />
pengungsi. Komisioner PBB untuk<br />
pengungsi (UNHCR) mencatat per Agustus<br />
<strong>2015</strong>, Indonesia menerima 13.110<br />
pengungsi dan pencari suaka.<br />
“Sejarah peperangan dan nilai solidaritas<br />
yang kami miliki mengajarkan<br />
bahwa kemanusiaan ada tanpa sebab<br />
apapun. Karena itu, kami menerima dan<br />
memperlakukan pengungsi dengan baik.<br />
Di Aceh, kami menyediakan perlindungan<br />
bagi lebih dari 1.300 warga Rohingya,”<br />
ungkapnya.<br />
AWASI PILKADA<br />
Di dalam negeri, Wakil Ketua DPR<br />
RI Bidang Korpolkam, Fadli Zon, mendukung<br />
peran aktif masyarakat dalam<br />
pelaksanaan Pilkada yang akan digelar<br />
serentak pada 9 Desember <strong>2015</strong> mendatang.<br />
Peran aktif itu bisa ditunjukkan<br />
melalui perorangan, maupun perkumpulan<br />
dalam Lembaga Swadaya Masyarakat.<br />
Usai menerima Pilkada Watch, di<br />
ruang kerjanya, Gedung Nusantara III,<br />
Kamis (15/10/15) ia menyatakan, kelompok<br />
masyarakat dalam bentuk LSM,<br />
atau perorangan untuk melakukan pengawasan<br />
terhadap pilkada serentak,<br />
itu penting. “Karena Pilkada serentak ini<br />
merupakan yang terbesar dan pertama<br />
yang dilakukan serentak di 269 Kabupaten<br />
dan Kota seluruh Indonesia. Kita<br />
sambut baik peran serta masyarakat ini,”<br />
kata Fadli.<br />
Wakil Ketua DPR Fadli Zon menerima Pimpinan Pilkada Watch<br />
Ketika menyampaikan sambutan<br />
pada acara Press Gathering di Lombok<br />
belum lama ini, Fadli Zon menyatakan,<br />
media massa mengalami revolusi yang<br />
sangat pesat. Di masa lalu, media massa<br />
hanya tersedia pada media elektronik<br />
dan media cetak. Namun kini, media<br />
massa merambah ke media online, yang<br />
melahirkan online news. Sehingga, berita<br />
sudah dapat tersaji secara real time.<br />
Sejumlah tamu dari negara sahabat<br />
juga mengunjungi Wakil Ketua DPR<br />
Koordinator Polkam ini. Diantaranya<br />
menerima Vice Chairman of Presidencial<br />
Committee for Unification Preparation<br />
(PCUP) of the Republic of Korea YM.<br />
Dr. Chung Chong Wook di ruang kerjanya<br />
Gedung DPR, Selasa (13/10). Parlemen<br />
Republik Indonesia mendukung<br />
Unifikasi Korea.<br />
Chung Chong Wook menerangkan<br />
proses terwujudnya Unifikasi Korea,<br />
pertama akan membawa suasana perdamaian<br />
terhadap semenanjung Korea,<br />
dan akan meciptakan untuk hidup bersama<br />
dalam kedua negara di Semenanjung<br />
Korea, setelah itu akan dimulai negosiasi<br />
tentang Pemerintahan membuat<br />
satu negara dalam Semenanjung Korea.<br />
Lithuania membuka kemungkinan<br />
kerja sama di bidang energi terbarukan,<br />
terutama energi matahari (solar energy).<br />
Energi yang satu ini memang belum<br />
sepenuhnya dikembangkan di Indonesia.<br />
Hal itu mengemuka dalam pertemuan<br />
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon dengan<br />
Menteri Luar Negeri Lithuania Linas Antanas<br />
Linkevicius di DPR, Jumat (28/8).<br />
Usai pertemuan, Fadli menjelaskan, sejauh<br />
ini Lithuania<br />
sangat menguasai<br />
teknologi energi<br />
yang bersumber<br />
dari sinar matahari<br />
tersebut.<br />
Satu lagi momen<br />
istimewa<br />
yang dialami<br />
Fadli adalah batu<br />
cincin seberat 70<br />
kg miliknya dianugerahi<br />
penghargaan<br />
MURI<br />
oleh Jaya Suprana.<br />
Bahkan, batu cincin tersebut menurut<br />
Suprana diperkirakan menjadi batu<br />
cincin terbesar di dunia. (MP) FOTO: ANDI/<br />
PARLE/HR<br />
8 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP WAKIL KETUA DPR RI<br />
FAHRI HAMZAH<br />
DPR ADALAH MASA DEPAN DEMOKRASI<br />
INDONESIA<br />
Saat membeberkan refleksi perjalanan<br />
1 Tahun DPR RI Periode 2014-2019, Wakil<br />
Ketua DPR Fahri Hamzah menekankan<br />
bahwa DPR adalah Masa Depan Demokrasi<br />
Indonesia. Menurut Pimpinan Dewan<br />
dari F-PKS ini Demokrasi Indonesia<br />
merupakan Demokrasi yang masih<br />
muda.“Perlunya kita memandang DPR<br />
sebagai harapan bagi keberlangsungan<br />
proses demokrasi yaitu proses daulat<br />
rakyat,” kata Fahri Hamzah awal Oktober<br />
lalu.<br />
Dia menekankan, dalam satu tahun<br />
kinerja DPR dapat dilihat dari sistem<br />
kelembagaan baru yang diatur dalam<br />
UU Nomor 42 Tahun 2014 tentang<br />
MD3, yang memandang bahwa selama<br />
ini DPR sebagai lembaga pengawas tidak<br />
memiliki alat yang mumpuni untuk<br />
mengimbangi sistem kerja Pemerintah<br />
yang memiliki sistem pendukung birokrasi<br />
dan berbagai lembaga tinggi negara.<br />
Sejalan dengan itu, studi awal termasuk<br />
sayembara penataan komplek parlemen<br />
harus sukses, karena ini adalah sebagai<br />
upaya meletakkan blue print (cetak biru)<br />
menuju masa depan.<br />
“Ini adalah keberlanjutan dari proses<br />
kita membangun pilar-pilar bernegara<br />
dan pilar demokrasi. Di level Pimpinan tidak<br />
ada keraguan bahwa proses ini harus<br />
berjalan terus karena tidak mungkin kita<br />
membiarkan anomali kondisi kita menjadi<br />
tertawaan orang,” katanya saat memimpin<br />
Rapat Tim Implementasi Reformasi DPR<br />
dengan Ikatan Arsitek Indonesia beserta<br />
tokoh senior IAI di Jakarta, Senin (31/8).<br />
Menurut Fahri, transformasi yang luar<br />
biasa terjadi sejak 17 tahun lalu, ada demokrasi<br />
di Indonesia dan lahirlah 4 kali<br />
amandemen UUD 45, yang secara jelas<br />
menyebutkan bahwa kekuasaan Presiden<br />
itu dirampas oleh rakyat melalui penguatan<br />
Dewan. “Maka mustahil Dewan tidak<br />
berubah,” tegasnya.<br />
Saat memperingati Hari Guru Nasional<br />
tanggal 25 November, Fahri mengatakan,<br />
masalah kesejahteraan dan kualitas<br />
guru masih tetap isu krusial yang perlu<br />
mendapat perhatian.<br />
“Di desa itu, guru-guru identik dengan<br />
penderitaan, dan kesulitan hidup.<br />
Masih banyak yang belum berkecukupan.<br />
Sehingga ini menjadi tugas kita untuk<br />
memuliakan guru. Kalau negara belum<br />
bisa, paling tidak kita secara pribadi dapat<br />
membantu guru yang memiliki jasa kepada<br />
kita,” pesan Fahri.<br />
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menerima cindera mata<br />
dari mahasiswa IISIP, Biak Numfor Papua<br />
Perhatian Wakil Ketua DPR Fahri<br />
Hamzah kepada nasib buruh juga ditunjukkan<br />
saat menerima Panitia Nasional<br />
Kongres ke-IV Serikat Buruh Sejahtera<br />
Indonesia 1992 di ruang kerjanya Lantai IV<br />
Gedung Nusantara III Selasa (24/3) Senayan,<br />
Jakarta.<br />
Ia mengatakan, aspirasi para buruh<br />
yang disampaikan ke DPR lebih banyak<br />
menagih janji-janji pemilu, sebagaimana<br />
diungkapkan Jokowi-JK di depan buruh<br />
pada kampenye lalu.<br />
Guna menjawab kesimpang-siuran<br />
keberadaan Tenaga Kerja Asing (TKA) di<br />
Provinsi Banten, DPR Wakil Ketua Bidang<br />
Korkesra Fahri Hamzah beserta Anggota<br />
Komisi IX DPR mengambil inisiatif mendatangi<br />
langsung perusahaan yang terindikasi<br />
mempekerjakan TKA yaitu pabrik<br />
Semen Merah Putih di Kecamatan Bayah,<br />
Kabupaten Lebak Banten, Rabu sore<br />
(9/9/<strong>2015</strong>).<br />
“Kami datang untuk mengklarifikasi<br />
ada laporan di berbagai media bahwa ada<br />
Tenaga Kerja Asing unskilled(tanpa keahlian)<br />
asal Tiongkok yang dipekerjakan<br />
di sini,” sergah Fahri meminta penjelasan<br />
fokus pada permasalahan tersebut. Menurut<br />
Fahri, jika praktek tersebut ada maka<br />
tidak sesuai dengan Undang-Undang<br />
Tenaga Kerja dan sejumlah peraturan<br />
Menteri Tenaga Kerja.<br />
Satu lagi yang patut dicatat adalah kegiatan<br />
Fahri Hamzah melakukan sidak ke<br />
Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur Selasa<br />
(26/10) siang. Menurut Fahri, kedatangan<br />
Pimpinan DPR dan rombongan adalah<br />
dalam rangka menggunakan haknya salah<br />
satunya adalah inspeksi mendadak (sidak).<br />
Kunjungan ini dilakukan karena Pimpinan<br />
menerima surat dari masyarakat<br />
warga binaan yang meminta agar negara<br />
memberikan perhatian atas hubungan<br />
mereka dengan anak-anaknya.<br />
“Melihat kondisi itu, Pimpinan DPR<br />
meminta agar ditinjau kembali dan<br />
waktu kunjungan diubah menjadi pukul<br />
4 sampai pukul 5 sore,” ungkapnya.<br />
Anak-anak tidak bermasalah, yang<br />
bermasalah adalah orang tuanya. “Jadi<br />
anak janganlah dibawa dalam persoalan<br />
ini, biarlah orang tuanya yang bermasalah,<br />
tapi anak jangan,” pungkas<br />
Fachri.<br />
Pimpinan DPR ini juga memberi perhatian<br />
khusus pada pembangunan Papua<br />
dengan mengunjungi Biak. Fahri menegaskan<br />
Kabupaten Biak di Papua dinilai<br />
sangat menarik.Namun, bandaranya yang<br />
luas kini sepi. Lokasinya strategis tapi tak<br />
dimanfaatkan dengan baik. Dahulu pernah<br />
difungsikan dengan baik, karena posisi<br />
bandara ini di Samudra Pasifik dan berlokasi<br />
di ekuator. Garuda Indonesia pernah<br />
memasukkan Biak dalam penerbangan Internasional<br />
ke Amerika Serikat (AS).<br />
Saya mau menarik perhatian Pemerintah<br />
Pusat, agar kota Biak kembali menjadi<br />
kota international dan pusat pengembangan<br />
di kawasan timur. Ini juga bisa membantu<br />
kemajuan pengembangan di tanah<br />
Papua. Demikian disampaikan Wakil Ketua<br />
DPR RI Fahri Hamzah saat berkunjung ke<br />
Biak, Papua, Sabtu (31/10).<br />
Pengembangan Biak menjadi kota internasional,<br />
kata Politisi F-PKS ini, harus<br />
menjadi salah satu agenda dalam perjanjian<br />
Trans Pasific Partnership yang sedang<br />
dijajaki pemerintah. Menurut Fahri,<br />
bila tak ada agenda itu, berarti hanya akan<br />
menjadi deal dagang yang “kejam”. “Kita<br />
harus berani memasukkan klausul perjanjian,<br />
dengan meletakkan pusat kemajuan di<br />
timur yang merupakan bagian dari desain<br />
kerja sama perdagangan Internasional,”<br />
tandasnya. (MP) FOTO: JAKA/PARLE/IW<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
9
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP WAKIL KETUA DPR RI<br />
AGUS HERMANTO<br />
MAKSIMALKAN POTENSI ENERGI<br />
TERBARUKAN<br />
Selaku Wakil Ketua DPR Bidang Industri<br />
dan Pembangunan (Inbang), Agus<br />
Hermanto aktif mencari solusi akan<br />
kebutuhan energi yang terus melonjak.<br />
Ditegaskan, Indonesia tidak akan bertahan<br />
mengandalkan energi fosil. Karena<br />
persediaan yang semakin menipis,<br />
sehingga nilai ekspor mineral dan batubara<br />
menjadi menurun. Bahkan, Indonesia<br />
telah menjadi importer, salah satunya<br />
untuk Bahan Bakar Minyak (BBM).<br />
“Kita tidak dapat bertahan dengan<br />
kondisi ini terus, sehingga kita harus<br />
beralih ke renewable energy, yang belum<br />
kita garap secara maksimal,” kata Agus<br />
Hermanto, usai menerima beberapa<br />
cendekiawian Insititut Teknologi Bandung<br />
yang tergabung dalam Ametis Institute,<br />
di Gedung Nusantara III, Selasa<br />
(17/11/15).<br />
Dalam pertemuan juga dibahas masalah<br />
ekspor gelondongan, atau minerba<br />
yang belum mengalami pemurnian,<br />
oleh perusahaan tambang asing, seperti<br />
Freeport dan Newmont. Padahal UU<br />
Minerba mengamanatkan agar perusahaan<br />
tambang tidak boleh ekspor bahan<br />
mentah, tapi harus yang sudah mengalami<br />
pemurnian.<br />
“Sehingga ini jika dikaitkan de ngan<br />
perusahaan tambang asing, yakni Freeport<br />
dan Newmont, tidak boleh ekspor<br />
konsentrat lagi, harus mengalami<br />
pemurnian di smelter. Kedua perusahaan<br />
dari Amerika itu harus mempunyai<br />
smelter. Kalau Freeport, sudah mempunyai<br />
smelter di Gresik, walaupun ini<br />
skalanya belum memadai. Kami tetap<br />
mendorong agar Freeport membangun<br />
smelter di Papua. Sedangkan Newmont<br />
membangun smelter di NTB,” harap Agus.<br />
Politikus asal dapil Jawa Tengah itu<br />
juga menambahkan, bahwa saat ini UU<br />
Minerba sudah masuk dalam Prolegnas<br />
<strong>2015</strong>-2019 untuk segera di revisi.<br />
Di kesempatan lain, Wakil Ketua DPR<br />
RI Agus Hermanto menerima aspirasi<br />
masyarakat Kabupaten Mimika Provinsi<br />
Papua yang tergabung dalam Komite<br />
Pencari Kerja Bersatu (KPKB), terkait masalah<br />
ketidakadilan di bidang ketenagakerjaan,<br />
kesejahteraan dan hukum.<br />
Menurut KPKB, masalah tersebut<br />
belum sesuai dengan dengan tujuan<br />
pembangunan nasional, yakni menciptakan<br />
masyarakat adil dan makmur berdasarkan<br />
Pancasila dan Undang-Undang<br />
Dasar (UUD) 1945.<br />
Wayang Kulit HUT DPR<br />
Masih berkaitan dengan tambang,<br />
Pimpinan DPR RI mendorong Pemerintah<br />
Daerah Maluku untuk mendapat<br />
haknya sebesar sepuluh persen atas<br />
blok Marsela. Hal tersebut diungkapkan<br />
Wakil ketua DPR RI kordinator bidang<br />
industri dan pembangunan Agus<br />
Hermanto usai menerima Gubernur<br />
Provinsi Maluku, Said Assagaf di ruang<br />
kerja Pimpinan DPR RI, Selasa (17/3).<br />
“Hari ini kami menerima Gubernur<br />
Maluku membicarakan komitmen<br />
pemerintah untuk memberikan PI (participating<br />
interest) sebesar 10 persen<br />
kepada Pemda Maluku sebagai wakil<br />
dari masyarakat setempat,” jelas Agus<br />
Hermanto.<br />
Sebagai wakil rakyat, diungkapkan<br />
Agus, pihaknya akan mendorong pemerintah<br />
(Kementerian ESDM) untuk bisa<br />
memenuhi tuntutan dari masyarakat<br />
Maluku.<br />
PAGELARAN WAYANG KULIT<br />
Di sela-sela kegiatan rapat-rapat,<br />
Wakil Ketua DPR Agus Hermanto berkesempatan<br />
membuka pagelaran wayang<br />
kulit dalam rangkaian peringatan HUT<br />
RI dan DPR ke-70. Hal ini merupakan<br />
salah satu bentuk kepedulian lembaga<br />
DPR dalam memelihara, melestarikan<br />
dan mengembangkan nilai-nilai luhur<br />
budaya bangsa di tengah-tengah serbuan<br />
budaya asing dalam kehidupan<br />
kita.<br />
Ketika menyampaikan sambutan<br />
pada pagelaran wayang kulit semalam<br />
suntuk dibawakan dalang Ki Enthus<br />
Susmono (Bupati Tegal), dengan lakon<br />
“Semar Pe’Peling” di DPR Senayan Jakarta,<br />
Sabtu ( 29/8) malam, Agus menyambut<br />
baik dan menghargai upaya<br />
yang telah dilakukan Kesekjenan.<br />
DENDA INDOSAT<br />
Pemerintah Qatar lewat Duta Besarnya<br />
di Jakarta mempertanyakan<br />
denda yang selama ini dikenakan kepada<br />
PT. Indosat sebesar Rp1,3 triliun atas<br />
penyalahgunaan frekuensi 3G Indosat<br />
di 2,1 GHz. Namun, Qatar juga meminta<br />
bantuan DPR untuk memudahkan jalan<br />
investasi Qatar di bidang lainnya, selain<br />
telekomunikasi.<br />
Demikian terungkap dalam perbincangan<br />
menarik saat Wakil Ketua DPR<br />
Agus Hermanto menerima Dubes Qatar<br />
untuk Indonesia Mohammed Khater-Al<br />
Khater di ruang kerjanya, Rabu (18/3).<br />
Indosat menurut Agus sudah menjadi<br />
ikon kebanggaan Indonesia. Walau pun<br />
kini sahamnya dimiliki perusahaan<br />
Qatar, tapi pihak Indonesia masih bisa<br />
membicarakan persoalan Indosat dengan<br />
penuh persaudaraan dan ukuwah<br />
islamiyah.<br />
Perhatian kepada karyawan yang<br />
terkena PHK juga ditunjukkan DPR kepada<br />
menerima Delegasi Forum Pegawai<br />
Merpati, di lantai III Gedung Nusantara<br />
III Senayan, Jakarta, Senin (2/2) siang.<br />
Wakil Ketua DPR Agus Hermanto didampingi<br />
Wakil Ketua Komisi V Muhidin<br />
M Said dan Wakil Ketua Komisi IX Pius<br />
Lustrilanang beraudensi terkait nasib<br />
karyawan PT Merpati yang sekarang<br />
ini terkatung-katung. Kalau diberhentikan,<br />
ada pesangonnya, kalau bekerja<br />
harus ada gajinya. “Ini sudah 14 bulan,<br />
mereka tidak gajian, sedangkan perusahaannnya<br />
dalam kondisi kollaps,” kata<br />
Agus Hermanto seusai pertemuan. (MP)<br />
FOTO: JAKA/PARLE/IW<br />
10 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP WAKIL KETUA DPR RI<br />
TAUFIK KURNIAWAN<br />
Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan didampingi Komisi XI dan Pimpinan Banggar menerima Direktur<br />
Pelaksana IMF Christine Lagarde di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta<br />
KRITISI PENYUSUNAN DAN<br />
PELAKSANAAN APBN<br />
Topik ekonomi dan keuangan menjadi<br />
konsentrasi Wakil Ketua DPR RI, Taufik<br />
Kurniawan. Pembahasan Anggaran<br />
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)<br />
tentunya tak lepas dari pantauan Taufik.<br />
Bahkan, ia selalu memastikan memimpin<br />
Rapat Paripurna, jika beragendakan tentang<br />
pengesahan APBN.<br />
Mengawali tahun <strong>2015</strong>, Taufik memimpin<br />
Paripurna untuk mengesahkan<br />
APBN-Perubahan <strong>2015</strong>. Tak dipungkiri,<br />
prosesnya memerlukan skorsing yang<br />
cukup panjang dan lobi yang ketat. Sejumlah<br />
catatan dari fraksi DPR pun<br />
menyertai persetujuan itu. Memasuki<br />
pertengahan tahun <strong>2015</strong>, pembahasan<br />
DPR mengarah kepada RAPBN 2016.<br />
Usai pemerintah mengajukan kerangka<br />
ekonomi makro dan kebijakan<br />
fiskal 2016, seluruh fraksi DPR memberikan<br />
pandangannya. Masalah pertumbuhan<br />
ekonomi dan penerimaan negara,<br />
menjadi sorotan sebagian besar fraksi<br />
terkait RAPBN 2016. Pemerintah memperkirakan<br />
nilai pertumbuhan ekonomi<br />
di kisaran 5,8-6,2 persen pada 2016, cukup<br />
realistis.<br />
Walaupun DPR dan Pemerintah<br />
sedang membahas RAPBN 2016, namun<br />
laporan pelaksanaan APBN 2014<br />
juga tetap menjadi perhatian. Laporan<br />
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)<br />
tahun 2014 telah diperiksa BPK, dan<br />
mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian<br />
(WDP). Sepuluh fraksi DPR memberikan<br />
pandangannya, Taufik meminta,<br />
aspek hasil audit BPK terkait APBN 2014,<br />
menjadi bagian tak terpisahkan dari penyusunan<br />
RAPBN 2016. Seluruh fraksi<br />
pun menyetujui laporan pertanggungjawaban<br />
APBN 2014.<br />
Terkait RAPBN 2016, DPR pun meminta<br />
penyusunannya lebih realistis.<br />
Taufik meminta Tim Ekonomi Pemerintahan<br />
Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk<br />
lebih keras dalam menyusun Rencana<br />
Kerja dan Anggaran Kementerian<br />
dan Lembaga (RKAKL) di tahun anggaran<br />
2016. Koordinasi lintas sektoral juga<br />
dibutuhkan seluruh Kementerian dan<br />
Lembaga.<br />
Menuju pengesahan RAPBN 2016,<br />
Taufik memastikan, APBN pertama<br />
Jokowi-JK itu sudah sesuai harapan pasar<br />
dan sudah realistis dengan kondisi<br />
mekanisme pasar. Walaupun disertai<br />
beberapa catatan, seluruh fraksi menyetujui<br />
RAPBN 2016. Taufik mengatakan,<br />
sebelum palu pengesahan diketok, sempat<br />
terjadi ketegangan, dan akhirnya diperlukan<br />
lobi kepada seluruh fraksi DPR.<br />
APBN 2016 disepakati pada 30 Oktober<br />
<strong>2015</strong>.<br />
“Dari hasil lobi antara 10 pimpinan<br />
fraksi, dihasilkan dua kesepakatan. Pertama,<br />
menyetujui Rancangan APBN 2016<br />
untuk disahkan menjadi APBN tahun<br />
2016, dengan catatan, bahwa seluruh<br />
catatan merupakan bagian yang utuh<br />
dan tidak terpisahkan dari yang wajib<br />
dilaksanakan dari pemerintah. Kedua,<br />
Penanaman Modal Negara (PMN) dikembalikan<br />
kepada komisi terkait, dan akan<br />
dibahas kembali dalam pembahasan<br />
APBN Perubahan 2016 mendatang,” jelas<br />
Taufik.<br />
APBN 2016 disepakati pendapatan<br />
negara sebesar Rp 1.822,5 triliun, dan<br />
belanja negara sebesar Rp 2.095 triliun.<br />
Asumsi Makro yang disepakati meliputi<br />
Pertumbuhan Ekonomi 5,3 persen, Inflasi<br />
4,7 persen, Kurs Rp13.900/US$,<br />
Tingkat Suku Bunga SPN 3 bulan 5,5<br />
persen, ICP (Indonesia Crude Price) US$<br />
50/barel, Lifting Minyak 830.000 barel<br />
per hari, dan Lifting Gas 1.155 ribu barel<br />
setara minyak per hari.<br />
Selama kurun waktu <strong>2015</strong>, Taufik juga<br />
aktif dalam kegiatan hubungan internasional.<br />
Salah satunya, ia menerima kunjungan<br />
Delegasi Komisi Anggaran Parlemen<br />
Tiongkok dipimpin Wakil Ketua<br />
Liu Xiuwen. Delegasi itu ingin bertukar<br />
pikiran dan berdiskusi terkait situasi<br />
ekonomi global termasuk pelemahan<br />
mata uang. Dalam situasi yang penuh<br />
tantangan global ini, Taufik berharap<br />
kedua parlemen bisa saling kerja sama<br />
dan saling mendukung.<br />
Taufik juga pernah menerima kunjungan<br />
Managing Director of International<br />
Monetary Fund (IMF) Christine<br />
Madeleine Odette Lagarde. Dalam kesempatan<br />
itu, IMF mengapresiasi apa<br />
yang dilakukan parlemen dan pemerintah<br />
Indonesia terhadap situasi global.<br />
Pertemuan yang sangat bersahabat ini<br />
sekaligus untuk tukar menukar informasi<br />
menyangkut perkembangan krisis<br />
global yang sangat terasa dampaknya di<br />
negara-negara berkembang.<br />
Terkait Masyarakat Ekonomi Asean<br />
(MEA), politisi asal dapil Jawa Tengah ini<br />
berharap, ada optimisme untuk menghadapi<br />
pasar bebas Asean yang telah<br />
berlangsung ini. Dengan atau tanpa<br />
program MEA, Indonesia tetap harus<br />
melakukan pergerakan untuk menghadapi<br />
tanta ngan globalisasi. (SF) FOTO: AN-<br />
DRI/PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
11
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP KOMISI I DPR RI<br />
KOMIT PADA INDUSTRI<br />
PERTAHANAN DALAM NEGERI<br />
Kenapa harus ngotot. Itu pertanyaan<br />
yang muncul menanggapi rencana TNI<br />
AU untuk membeli pesawat helikopter<br />
buatan Italia-Inggris Agusta Westland<br />
AW101. Anggota Komisi I DPR Supiadin<br />
Aries Saputra mengingatkan pentingnya<br />
mengedepankan industri alutsista<br />
dalam negeri PT DI sesuai amanat UU<br />
no.16/2012 tentang Industri Perta hanan.<br />
Apalagi BUMN ini ternyata sudah menjalin<br />
bekerja sama dengan Airbus Helicopter<br />
untuk memproduksi pesawat<br />
sejenis, termasuk untuk kategori VVIP<br />
Kepresidenan. “Seharusnya Kasau tidak<br />
perlu ngotot untuk membeli heli AW101<br />
dan tidak perlu juga mendiskreditkan<br />
PT DI. Dana untuk pembelian itukan<br />
dari APBN, kalau nanti pemerintah memutuskan<br />
menunda atau membatalkan<br />
pembelian apakah Kasau juga tetap<br />
ngotot,” tekannya awal Desember lalu di<br />
Jakarta.<br />
Masih dalam kerangka fungsi pengawasan<br />
anggota Komisi I dari FPDIP<br />
Tugasus Hasanudin juga tidak kalah<br />
tegas dalam menyampaikan sikapnya.<br />
Helikopter Super Puma EC 225 menurutnya<br />
sudah diproduksi PT DI dan digunakan<br />
oleh 32 kepala negara di dunia<br />
termasuk AS dan Jerman, mengapa<br />
Indonesia kemudian melirik helikopter<br />
yang diproduksi negara lain dan baru<br />
digunakan empat kepala negara. Ia juga<br />
mengingatkan pasal 43 UU 16/2012 yang<br />
mengharuskan pemerintah mengedepankan<br />
industri pertahanan dalam<br />
negeri. Sorotan anggota dewan dan sejumlah<br />
pihak lainnya membuat Presiden<br />
Jokowi membuat keputusan akhir tetap<br />
menggunakan helikopter produksi PT<br />
DI.<br />
Keberpihakan Komisi Pertahanan<br />
DPR kepada industri petahanan dalam<br />
negeri juga seiring dengan upaya meningkatkan<br />
kemampuan alutsista TNI.<br />
Dukungan ini terlihat pada saat melaksanakan<br />
rapat kerja gabungan menghadirkan<br />
Menteri Pertahanan, Panglima<br />
TNI, Menteri Keuangan dan Menteri<br />
PPN/Kepala Bappenas pertengahan Oktober<br />
lalu. Wakil Ketua Komisi I Hanafi<br />
Rais menyebut pertemuan tersebut untuk<br />
memastikan dukungan pemerintah<br />
dalam upaya mencapai Minimum Essential<br />
Force (MEF) bagi kekuatan TNI.<br />
Sebelumnya ada hal menarik yang<br />
dilontarkan Menteri Pertahanan yaitu<br />
Pimpinan Komisi I DPR bersama Panglima TNI<br />
tentang pentingnya program bela negara.<br />
Sejumlah anggota dewan merespon<br />
positif wacana ini namun dengan<br />
catatan kritis yaitu perlu menetapkan<br />
payung hukum terlebih dahulu. Pada<br />
pasal 9 ayat 3 UU no.3/2002 dijelaskan<br />
ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan,<br />
pelatihan dasar kemiliteran<br />
secara wajib dan pengabdian sesuai<br />
dengan profesi perlu diatur dalam<br />
UU. Masalahnya sampai saat ini legislasi<br />
terkait belum menjadi agenda pemerintah<br />
dan dewan. Problem lain adalah<br />
masalah anggaran untuk menuntaskan<br />
target melatih 100 juta warga negara,<br />
apalagi sampai saat ini sarana dan prasarana<br />
pelatihan yang dimiliki Kemenhan<br />
masih jauh dari cukup. “Kita dukung<br />
niat pemerintah tapi sebaiknya undangundangnya<br />
kita selesaikan dulu,” kata<br />
Wakil Ketua Komisi I Tantowi Yahya.<br />
Terkait isu Laut Cina Selatan, Komisi<br />
I menilai ada eskalasi ketegangan di kawasan<br />
tersebut. Komisi I DPR mendukung<br />
Kementerian Pertahanan memperkuat<br />
pangkalan Tentara Nasional<br />
Indonesia di Pulau Natuna. Ketua Komisi<br />
I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan eskalasi<br />
ketegangan di Laut Cina Selatan<br />
ini juga sangat mungkin dipengaruhi<br />
oleh pertarungan ekonomi antara Cina<br />
dengan Amerika. Menurutnya Indonesia<br />
tidak bisa menutup mata bahwa<br />
banyak kasus konflik politik dan militer<br />
juga akan didorong oleh konflik kepentingan<br />
ekonomi. “Kita menyutujui usulan<br />
TNI untuk melakukan realokasi atau<br />
pergeseran anggaran di Kemenhan dan<br />
TNI sekitar sebesar Rp450 milyar untuk<br />
kebutuhan penguatan pangkalan TNI di<br />
Pulau Natuna,” ungkap Mahfudz Siddiq.<br />
FIT PROPER DAN MITRA BARU<br />
Sepanjang tahun <strong>2015</strong> Komisi I telah<br />
melakukan uji kepatutan dan kelayakan<br />
bagi calon duta besar, Kepala BIN dan<br />
Panglima TNI. Pertengahan September,<br />
menindaklanjuti surat presiden,<br />
33 dubes diuji kemampuannya oleh 47<br />
orang wakil rakyat. Bagi anggota Komisi<br />
I Djoko Udjianto kemampuan seorang<br />
dubes dalam memahami wilayah yang<br />
ditempatinya sangat penting dalam menentukan<br />
keberhasilan tugas. Juni, giliran<br />
calon Kepala BIN Letjen TNI (Purn)<br />
Sutiyoso yang diuji. Purnawirawan yang<br />
sudah menjadi Ketua Umum PKPI ini<br />
berhasil mendapat dukungan walaupun<br />
sudah kepala tujuh. Sebagian besar anggota<br />
komisi menilai Bang Yos memiliki<br />
kompetensi dan pemikiran yang diperlukan<br />
dalam dunia intelejen. Seiring dengan<br />
itu untuk menunjang dan mengawal<br />
kinerja aparat intelejen, Komisi I<br />
telah memmbentuk Tim Pengawas Intelejen<br />
sesuai amanat UU no.17/2011 tentang<br />
Intelijen Negara. Selanjutnya giliran<br />
calon Panglima TNI Jenderal Gatot<br />
Nurmantyo yang mengikuti uji kepatutan<br />
dan kelayakan di Komisi Perta hanan<br />
ini. Kepala Staf TNI AD ini berhasil<br />
mendapat dukungan anggota Komisi I<br />
sehingga melaju mulus menjadi orang<br />
tertinggi di angkatan bersenjata RI.<br />
April lalu, Lembaga Sensor Film<br />
(LSF) secara resmi menjadi mitra kerja<br />
Komisi I. Wakil Ketua I Tantowi Yahya<br />
mengatakan keputusan ini jangan<br />
diterjemahkan kembalinya era represif.<br />
“Komisi I ini jangan dilihat dari sisi<br />
panser, alutsista dan aspek pertahanan<br />
semata. Kita ingin LSF mendorong film<br />
sebagai alat propaganda, mengawal<br />
kedaulatan bangsa. Itu yang dilakukan<br />
negara lain seperti Korea, Tiongkok, AS<br />
dalam menjual image bangsanya,” tekan<br />
dia. (IKY) FOTO: ANDRI/PARLE/HR<br />
12 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP KOMISI II DPR RI<br />
Komisi II DPR Berhasil<br />
Perjuangkan Aspirasi Rakyat<br />
Rapat Kerja Komisi II dengan Mendagri<br />
Selama Periode <strong>2015</strong>, Komisi II terus<br />
menjalankan tugas dan kewajibannya<br />
menjalankan fungsi pengawasan, fungsi<br />
anggaran dan fungsi legislasi dalam<br />
kerangka representasi rakyat. Di awal<br />
masa kerja Komisi II langsung dihadapkan<br />
pada tugas besar di bidang legislasi<br />
yaitu merevisi Peraturan Pemerintah<br />
Pengganti Undang-undang (Perppu)<br />
no.1/2014 tentang Pemilihan Kepala<br />
Daerah (Pilkada) dan Perppu no.2/2014<br />
atas perubahan terhadap UU no.23/2014<br />
tentang Pemerintahan Daerah.<br />
Kepastian untuk merevisi itu disepakati<br />
dalam Rapat Kerja Komisi II dengan<br />
Menteri Dalam Negeri dan Menteri<br />
Hukum dan HAM, Kamis (15/1/15). Kemudian<br />
dalam Raker dengan Mendagri<br />
dan MenkumHAM pada Senin (19/1/15),<br />
seluruh fraksi di Komisi II DPR ak hirnya<br />
menyetujui kedua Perppu tersebut<br />
menjadi Undang-Undang. Pada Rapat<br />
Paripurna DPR, Selasa (17/2/15) Perppu<br />
tersebut resmi disetujui untuk disahkan<br />
menjadi Undang-undang.<br />
Dalam hal pengawasan selain menggelar<br />
rapat-rapat dengan mitra kerja,<br />
Komisi II juga melakukan kunjungan<br />
kerja ke daerah dalam rangka meninjau<br />
berbagai permasalahan yang berkaitan<br />
dengan mitra kerja Komisi II. Dalam<br />
Kunjungan Komisi II ke Provinsi Aceh<br />
meninjau Arsip dan Perpustakaan Daerah,<br />
terkait permasalahan tanah di Aceh<br />
serta terkait persiapan Pilkada di Aceh.<br />
Terkait permasalahan tersebut, Komisi<br />
II juga lakukan kunjungan kerja ke Sumatera<br />
Barat, Riau serta daerah lainnya.<br />
Tentu kunjungan itu dalam kerangka<br />
fungsi pengawasan DPR.<br />
Kunjungan Kerja Komisi II ke Maluku<br />
Terkait dengan persiapan Pilkada<br />
Serentak <strong>2015</strong>, Komisi II juga lakukan<br />
kunjungan kerja di berbagai daerah untuk<br />
mengecek persiapan pelaksanaannya.<br />
Sedangkan terkait Calon Daerah<br />
Otonom Baru (DOB), Komisi II juga<br />
mengecek kesiapan dan kelayak daerah<br />
daerah tersebut untuk di mekarkan.<br />
Dalam hal fungsi Anggaran, Komisi<br />
II intens membahasnya dengan Mitra<br />
Kerja Komisi II. Dalam hal ini Komisi II<br />
berhasil memperjuangkan pengangkatan<br />
Tenaga Honorer K1 dan K2 menjadi<br />
CPNS dan dimasukkan dalam RAPBN<br />
2016.<br />
Dalam Rapat Kerja Komisi II dengan<br />
Menteri Pendayagunaan Aparatur<br />
Negara dan Reformasi Birokrasi menghasilkan<br />
6 keputusan yaitu yang pertama,<br />
Komisi II DPR RI dan KemenPAN-<br />
RB sepakat untuk mengangkat tenaga<br />
honorer K2 sejumlah 439.956 orang<br />
menjadi PNS melalui verifikasi, Selasa<br />
(15/09/<strong>2015</strong>).<br />
“Berkenaan dengan keputusan bersama<br />
tentang kebijakan pengangkatan<br />
tenaga honorer kategori I dan II akan<br />
diagendakan secepat-cepatnya sebelum<br />
pembicaraan RAPBN 2016,” ungkap<br />
Rambe.<br />
Sementara itu, anggota Komisi II Arteria<br />
Dahlan meminta pemerintah untuk<br />
melaksanakan enam keputusan atau<br />
rekomendasi tersebut. “Meski hanya<br />
merupakan keputusan tapi pemerintah<br />
harus menjalankan,” tegas Arteria Dahlan.<br />
Berkaitan dengan lanjutan pembahasan<br />
pagu anggaran tahun 2016 Kementerian<br />
PAN/RB, BKN dan KASN<br />
Komisi II melakukan pembahasan pada<br />
tanggal 21-22 September <strong>2015</strong>. (SKR) FOTO:<br />
RIZKA, ANDRI/PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
13
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP KOMISI III DPR RI<br />
RUU KUHP MULAI DIBAHAS<br />
Inilah RUU yang sejak lama selalu<br />
menjadi PR besar para Anggota DPR<br />
RI dari period ke periode. Dan Komisi<br />
III DPR akhirnya memulai kembali<br />
pembahasan RUU KUHP pada Juni<br />
<strong>2015</strong>. Dalam Prolegnas <strong>2015</strong>-2019, RUU<br />
KUHP sudah dicanangkan bisa rampung<br />
dalam periode keanggotaan kali<br />
ini.<br />
meneguhkan kedaulatan hukumnya.<br />
PENYERAHAN DIM RUU KUHP<br />
Oktober <strong>2015</strong> daftar invetaris masalah<br />
(DIM) RUU KUHP diserahkan saat<br />
raker perdana dengan Menteri Hukum<br />
dan HAM yang baru Yasona Laolly. Ada<br />
2.394 DIM yang berhasil dinventarisir.<br />
DIM substansi 847, DIM substansi baru<br />
88, DIM memintapenjelasan 221, DIM<br />
redaksional 73, dan DIM bersifat catatan<br />
62. Komisi III membahas DIM ini dengan<br />
Menkum HAM.<br />
Rapat kerja Komisi III DPR dengan Kejaksaan Agung bahas revisi UU KUHP<br />
Semua institusi hukum diundang<br />
Komisi III DPR untuk memberi masukan.<br />
Komisi III dan pemerintah mencanangkan<br />
pembaharuan sistem peradilan<br />
pidana terpadu. Sinkronisai dan harmonisasi<br />
juga sudah dilakukan. Masih<br />
banyak materi kontroversial dalam RUU<br />
warisan Pemerintah Kolonial Belanda<br />
ini. Seiring pembahasan RUU KUHP,<br />
Komisi III juga melakukan konsolidasi<br />
atas hukum pidana materiil, termasuk<br />
memperbarui kelembagaan penegak<br />
hukum.<br />
Pleno Komisi III DPR Tentang Pemilihan Anggota dan Ketua KPK secara voting dipimpin Ketua Komisi<br />
Azis Syamsudin<br />
KODIFIKASI PARSIAL KUHP<br />
Pembahasan RUU KUHP pada September<br />
<strong>2015</strong> terus berlanjut. Kali ini<br />
isu kodifikasi total (tertutup) dan parsial<br />
(terbuka) jadi perdebatan antara<br />
pemerintah dan DPR. Komisi III DPR<br />
sendiri menginginkan pembahasan<br />
RUU ini dengan kodifikasi parsial. Bila<br />
dalam lima tahun ke depan, RUU ini<br />
belum rampung juga, Komisi III berusaha<br />
realistis, agar pembahasannya<br />
dengan kodifikasi parsial.<br />
Komisi III DPR sempat mengundang<br />
pakar hukum pidana Romli Atmasasmita<br />
dan mantan penasihat KPK Abdullah<br />
Hehamahua untuk membahas hal<br />
ini. Pihak pemerintah sendiri waktu itu<br />
menginginkan kodifikasi total. Untuk<br />
itu, Komisi III perlu mendengar argemumen<br />
pemerintah tentang filosofi dan<br />
latar pilihannya pada kodifikasi total<br />
tersebut.<br />
Dalam kodifikasi total, semua tindak<br />
pidana kejahatan khusus dilebur menjadi<br />
satu dalam KUHP. Contoh kejahatan<br />
khusus itu adalah tindak pidana korupsi,<br />
pelanggaran HAM berat, narkotika, pencucian<br />
uang, dan perdagangan manusia.<br />
Romli Atmasasmita di hadapan Komisi<br />
III berpendapat, hendaknya hukum di<br />
Indonesia tidak terinspirasi pada hukum<br />
umum (kodifikasi total). Dengan<br />
kodifikasi parsial, justru Indonesia bisa<br />
CAPIM KPK<br />
Setelah melalui seleksi ketat, akhirnya<br />
para calon pimpinan Komisi<br />
Pemberantasan Korupsi (KPK), melakukan<br />
fit and profer test di Komisi III pada<br />
Desember <strong>2015</strong>. Ada sepuluh calon yang<br />
melakukan tes. Kesepuluh nama itu<br />
adalah Saut Situmorang, Surya Chandra,<br />
Alexander Marwata, Basariah Panjaitan,<br />
Agus Rahardjo, Sujanarko, Johan<br />
Budi Sapto Prabowo, Laode Muhammad<br />
Syarif, Busro Muqoddas, dan Robby Arya<br />
Brata.<br />
Yang menarik ada satu calon perempuan<br />
yang masuk sebagai capim KPK,<br />
yaitu Basariah Panjaitan. Ia juga satusatunya<br />
yang berasal dari Polri. Wakil<br />
Ketua Komisi III Benny K Harman berharap,<br />
para calon yang mengikuti seleksi<br />
ini bisa menjadi harapan masyarakat<br />
agar lembaga antirasuah ini eksis dan<br />
kuat. (SPY/MH) FOTO: NAEFUROJI/PARLE/IW<br />
14 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP KOMISI IV DPR RI<br />
KOMISI IV DAN<br />
PEMERINTAH BAHU<br />
MEMBAHU MINIMALISIR<br />
DAMPAK EL NINO<br />
Ketua Komisi IV DPR Edy Prabowo bersama Menteri Kehutanan Siti Nurbaya<br />
Tahun <strong>2015</strong>, hampir seluruh wilayah Indonesia terkena<br />
dampak dari iklim El Nino. El Nino ini berdampak terhadap<br />
kondisi cuaca Indonesia.<br />
El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia.<br />
Curah hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi<br />
lebih buruk dengan meluasnya kebakaran hutan dan asap<br />
yang ditimbulkannya.<br />
Disektor irigasi, hasil kajian menyebutkan bahwa kondisi<br />
beberapa DAS di Indonesia cukup kritis dan jumlahnya semakin<br />
banyak, khususnya di Jawa. Berdasrkan analisis terhadap<br />
data debit minimum dan maksimum dari 52 sungai yang tersebar<br />
di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke terlihat<br />
bahwa jumlah sungai yang debit minimumnya berpotensi untuk<br />
menimbulkan masalah kekeringan meningkat. Kondisi ini<br />
mengindikasikan bahwa daerah aliran sungai di wilayah Indonesia<br />
setelah tahun 1990- banyak yang sudah mengalami<br />
degradasi sehingga adanya penyimpangan iklim dalam bentuk<br />
penurunan atau peningkatan hujan jauh dari normal akan<br />
langsung menimbulkan penurunan atau peningkatan yang<br />
tajam dari debit minimum atau debit maksimum (kekeringan<br />
hidrologis).<br />
Komisi IV telah meminta Kementerian Pertanian (Kementan)<br />
serius mengantisipasi kekurangan produk pangan dalam<br />
negeri akibat kemarau panjang.<br />
Dua agenda besar ketahanan pangan mengalami gangguan<br />
akibat musim kemarau yang berkepanjangan, yakni agenda tanam<br />
dan panen. Dengan gagalnya dua agenda tersebut, maka<br />
stok pangan selama dua periode masa tanam bisa terganggu.<br />
Komisi IV juga memberikan solusi terkait pelimpahan anggaran<br />
untuk kegiatan antisipasi kekeringan, di antaranya pembelian<br />
pompa di sejumlah daerah.<br />
Kementerian Pertanian pun menyampaikan pada Komisi IV,<br />
akan mengantisipasi dampak El Nino sehingga ada beberapa<br />
langkah diambil salah satunya mengubah beberapa kegiatan<br />
anggaran yang penyerapannya tidak optimal dialihkan untuk<br />
mengantisipasi kekeringan ini.<br />
Selain pembelian pompa air untuk daerah rawan kering,<br />
Kementerian Pertanian dan Komisi IV juga telah membuat sumur<br />
sintesis bagi daerah yang memang sulit akses sungainya<br />
atau tidak adanya sumber air.<br />
Pembuatan sumur sintesis itu merupakan solusi jangka<br />
pendek. Tentunya dalam jangka panjang nanti Komisi IV DPR<br />
akan meminta Kementerian Pertanian berkoordinasi dengan<br />
Kementerian Pekerjaan Umum karena berhubungan dengan<br />
irigasi dan bendungan air dan Kementerian Kehutanan untuk<br />
mulai menanami.<br />
Selain itu, Ancaman kebakaran hutan dan asap pekat terjadi<br />
di wilayah Sumatera dan Kalimantan berlangsung hingga<br />
November <strong>2015</strong>. Bahkan, hal tersebut bukan hanya mengancam<br />
kedua wilayah itu melainkan juga kawasan hutan lereng<br />
Gunung Merbabu, Jawa Tengah; dan Gunung Watangan Puger,<br />
Kabupaten Jember.<br />
Adanya titik panas atau hotspot di Sumatera, yang tersebar<br />
di wilayah Jambi, Sumatera Selatan dan Pekan Baru, Rengat,<br />
Pelalawan. bisa dibilang parah, dan ini ditambah pengaruh siklon<br />
tropis selain El Nino.<br />
Komisi IV berharap pemerintah dapat mengambil pelajaran<br />
atas musibah kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) yang<br />
beberapa waktu lalu terjadi dan menimbulkan masalah besar,<br />
hingga ke negara lain, agar peristiwa serupa tidak terulang lagi<br />
saat musim kemarau di tahun mendatang.<br />
Patut disayangkan sebagian Peraturan Daerah tidak melarang<br />
pembukaan lahan baru dengan cara membakar hutan.<br />
Namun hendaknya hal tersebut harus terlebih dahulu membuat<br />
batasan area hutan yang akan dibuka untuk lahan baru.<br />
Dan juga mewajibkan masyarakat dan perusahaan yang ingin<br />
membuka lahan untuk terlebih dahulu membuat pompa air<br />
guna memadamkan api jika meluas melebihi batasan wilayah<br />
hutan yang akan dibuka lahan baru.<br />
Komisi IV DPR mengapresiasi pemerintah dalam hal penanganan<br />
kebakaran hutan dan lahan, atas langkah-langkah<br />
pengendalian kebakaran hutan serta kabut yang ditimbulkannya.<br />
Bahkan Komisi IV juga meminta pemerintah, dalam hal<br />
ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menindak<br />
tegas pelaku pembakaran.<br />
Seperti diketahui, sejak terjadinya kebakaran hutan dan<br />
lahan gambut, diperkirakan Indonesia mengalami kerugian<br />
mencapai lebih dari Rp200 trilliun.<br />
Komisi IV juga meminta pemerintah untuk memprioritaskan<br />
anggaran untuk pencegahan dan pengendalian kebakaran<br />
hutan dan lahan. Selain itu, disarankan juga dalam RAPBN<br />
2016, pemerintah menganggarkan restorasi kawasan hutan<br />
dan lahan pasca bencana kebakaran sehingga bencana serupa<br />
tidak terulang. (AS) FOTO: RIZKA/PARLE/IW<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
15
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP KOMISI V DPR RI<br />
MENUJU ZERO ACCIDENT MELALUI PANJA KESELAMATAN<br />
TRANSPORTASI DAN PENERBANGAN NASIONAL<br />
Tim Kunker Komisi V DPR meninjau aktivitas bongkar muat di pelabuhan NTB<br />
Memasuki akhir tahun <strong>2015</strong>, Komisi<br />
V DPR terus menunjukkan peningkatan<br />
kinerja yang baik, dalam setahun ini,<br />
Komisi V DPR sebagai salah satu wujud<br />
pelaksanaan fungsi representasi politik<br />
anggota dewan, intens melakukan<br />
kegiatan kunjungan kerja (kunker) ke<br />
daerah-daerah termasuk ke daerah pemilihan<br />
(dapil) untuk berkomunikasi<br />
langsung dengan konstituen baik di masa<br />
reses maupun di luar reses.<br />
Hal ini dimaksudkan agar para wakil<br />
rakyat dengan konstituen lebih dekat<br />
dan menyerap langsung aspirasi, kemudian<br />
melakukan serangkaian tindakan<br />
advokasi atas aspirasi tersebut dalam<br />
bentuk kebijakan. Seperti halnya, di awal<br />
<strong>2015</strong>, Komisi V DPR yang memiliki ruang<br />
lingkup infrastruktur dan perhubu ngan<br />
itu mendukung dibentuknya Panitia<br />
Kerja (Panja) keselamatan transportasi<br />
dan penerbangan nasional yang bertujuan<br />
melakukan review peraturan terkait<br />
penerbangan.<br />
Masih dalam rangka penguatan sektor<br />
perhubungan, Tim Kunjungan Kerja<br />
(Kunker) Komisi V DPR yang dipimpin<br />
Ketua Komisi V DPR, Fary Djemy Francis<br />
juga meninjau langsung aktivitas di<br />
Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, NTB.<br />
Tim ini menyoroti lamanya waktu tunggu<br />
sandar dan aktivitas bongkar muat<br />
di pelabuhan yang menjadi penghubung<br />
Jawa, Bali dan NTT ini.<br />
Bahkan di tempat yang sama, Tim<br />
Kunker Komisi V DPR juga meninjau sejumlah<br />
permasalahan terkait aspek keamanan<br />
dan kenyamanan yang dianggap<br />
masih perlu diperbaiki manajemen PT<br />
Angkasa Pura I yang mengoperasikan<br />
Bandara Internasional Lombok, NTB. Hal<br />
ini penting karena bandara ini cukup sibuk<br />
melayani maskapai dari dalam maupun<br />
mancanegara.<br />
Terkait sektor infrastruktur, kinerja<br />
Komisi V DPR juga patut diapresiasi.<br />
Komisi V DPR membentuk Tim Kunjungan<br />
Spesifik untuk meninjau sejumlah<br />
tanggul besar sungai Cimanuk, Jatibarang,<br />
Indramayu yang jebol 16 Maret lalu<br />
yang menyebabkan ribuan rumah, sekolah<br />
dan masjid kebanjiran.<br />
Pada April <strong>2015</strong>, Tim Kunjungan Spesifik<br />
Komisi V DPR juga melakukan kunjungan<br />
kerja ke Pemprov Bali, akademisi<br />
dan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi<br />
(LPJK) dalam rangka menyerap<br />
aspirasi sejumlah pihak di Bali terkait penyempurnaan<br />
RUU Jasa Konstruksi.<br />
Di bulan yang sama, Tim kunjungan<br />
kerja Komisi V DPR juga meninjau langsung<br />
Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara<br />
untuk melihat dari dekat fasilitas yang<br />
ada, proyek yang sedang dikerjakan, dan<br />
kendala pembangunan apa saja yang ada<br />
di pelabuhan tersebut.<br />
Pada bulan Mei di <strong>2015</strong>, DPR juga menyatakan<br />
siap untuk membahas RUU<br />
Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).<br />
Selain RUU Tapera, Komisi V DPR juga<br />
mendorong RUU Arsitek untuk mengatur<br />
mengenai profesionalisme dan integritas<br />
profesi, perlindungan profesi arsitek dan<br />
ketentuan sanksi pada bidang arsitek ini.<br />
Sementara itu, dalam rangka melakukan<br />
Tugas Pokok dan Fungsi Pengawasan,<br />
Komisi V DPR melakukan Kunjungan<br />
Kerja Spesifik meninjau persiapan<br />
infrastruktur dan angkutan lebaran ke<br />
Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah secara<br />
marathon melalui jalur darat.<br />
Tim Kunker Spesifik Komisi V DPR<br />
yang dipimpin Wakil Ketua Komisi V DPR<br />
Yudi Widiana meninjau Tol Dalam Kota<br />
arah Cikampek dan terlebih dahulu meninjau<br />
kesiapan Tol Cikopo – Palimanan<br />
(Cipali) Provinsi Jawa barat. Beberapa<br />
titik yang akan menjadi fokus perhatian<br />
rombongan Komisi V DPR antara lain<br />
ruas Tol Subang – Palimanan sepanjang<br />
78 Km dan ruas Tol Palimanan – Kanci<br />
sepanjang 26 km.<br />
Banyak catatan kritis Komisi V DPR<br />
menyangkut penyelenggaraan angkutan<br />
lebaran <strong>2015</strong>. Dari angkutan Udara, laut,<br />
dan darat terus dipantau Komisi V. Perlu<br />
ada perbaikan sistem manajemen angkutan<br />
lebaran yang dilakukan pemerintah<br />
pusat dan otoritas angkutan umum.<br />
Sementara di awal September, Komisi<br />
V DPR menyampaikan keprihatinanya<br />
atas semakin meluasnya dampak kebakaran<br />
hutan di sejumlah daerah. Kabut<br />
asap mulai mengganggu aktivitas bahkan<br />
negara tetangga seperti Malaysia<br />
dan Singapura. Pemerintah diminta<br />
menuntaskan permasalahan kabut asap<br />
sesegera mungkin.<br />
Komisi V DPR juga memperjuangkan<br />
kenaikan pagu anggaran yang diusulkan<br />
Badan Nasional Pencarian dan<br />
Pertolong an (Basarnas) dan BMKG<br />
pada saat pembicaraan pendahuluan<br />
RAPBN TA 2016 untuk membiayai program-program<br />
prioritas sesuai dengan<br />
mekanisme pembahasan anggaran di<br />
Badan Anggaran DPR.<br />
Sementara itu, di akhir <strong>2015</strong>, Panja<br />
Keselamatan Penerbangan Nasional<br />
Komisi V DPR menyampaikan sejumlah<br />
hasil rekomendasi dari hasil kerja<br />
Panja kepada pemerintah dan mendesak<br />
pemerintah melaksanakan seluruh<br />
rekomendasi yang sudah Panja sampaikan.<br />
(NT) FOTO: ANDRI/PARLE/HR<br />
16 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP KOMISI VI DPR RI<br />
RAPAT MARATON PMN<br />
Mengawali tahun <strong>2015</strong>, Komisi VI<br />
DPR RI disibukkan dengan menggelar<br />
rapat maraton soal Penyertaan Modal<br />
Negara (PMN). Komisi VI membentuk<br />
Panitia Kerja (Panja) untuk melakukan<br />
pengawasan atas program pemerintah<br />
menyuntikkan anggaran ke sejumlah<br />
BUMN. Seperti diketahui, Pemerintahan<br />
Joko Widodo merilis beberapa program<br />
unggulan, seperti pembangunan infrastruktur<br />
dan tol laut.<br />
Untuk melicinkan program tersebut,<br />
pemerintah menggelontorkan anggaran<br />
ke BUMN pilihan. Dan Komisi VI sempat<br />
membentuk dua tim Panja untuk membahas<br />
PMN dengan sejumlah BUMN.<br />
Pada APBN-P <strong>2015</strong> tercatat PMN yang<br />
diajukan sebesar Rp 72,9 triliun. Ada 35<br />
BUMN yang mengajukan proposal untuk<br />
mendapatkan PMN dari pemerintah.<br />
Wakil Ketua Komisi VI DPR Heri Gunawan<br />
(Dapil Jabar VI) pada akhir Janua ri<br />
menjelaskan, Panja PMN ini i ngin mengorek<br />
lebih jauh tentang kinerja korporasi<br />
dan operasional beberapa BUMN yang<br />
diundang. “Lalu, kita juga ingin tahu<br />
bagaimana BUMN tersebut tanpa PMN<br />
dan setalah mendapat PMN,” ka tanya.<br />
Dari rapat dengan beberapa BUMN<br />
tersebut akan terlihat mana yang sehat<br />
dan mana yang tidak sehat.<br />
TINJAU DJAKARTA LLOYD<br />
Tim Komisi VI DPR tinjau PT. Djakarta<br />
Lloyd (D’Lloyd) di Pelabuhan<br />
Tanjung Priok, Jakarta. Peninjauan ini<br />
terkait dengan PMN yang diberikan untuk<br />
D’Lloyd sebesar Rp 350 miliar. April<br />
<strong>2015</strong>, Tim Komisi VI melihat dari dekat<br />
program perbaikan kapal sekaligus<br />
pembelian kapal baru oleh D’Lloyd dari<br />
anggaran PMN yang sudah dikucurkan.<br />
Kapal-kapal yang sedang diperbaiki<br />
u mumnya sudah mengalami korosi di<br />
lambung dan berumur tua.<br />
Kapal Sam Ratulangi adalah salah<br />
satu dari program revitalisasi kapal yang<br />
dilakukan D’Llyod. Kapal ini memiliki<br />
kapasitas 1.600 kontainer dan dibuat tahun<br />
2001. Nilai perbaikan kapal mencapai<br />
Rp 38,1 miliar. Dengan menggunakan<br />
speed boot, Tim Komisi VI mendekati tiga<br />
kapal di perairan teluk Jakarta. Dua kapal<br />
lainnya adalah kapal Jatiwangi yang<br />
menelan anggaran perbaikan sebesar Rp<br />
22,6 miliar. Dan kapal Lhoksemawe butuh<br />
anggaran Rp 19,2 miliar.<br />
Komisi VI DPR sidak ke Pasar Tebet<br />
KUNJUNGI PASAR TEBET TIMUR<br />
Jelang Ramadan pada Juni <strong>2015</strong>,<br />
Komisi VI DPR RI kunjungi Pasar Tebet<br />
Timur, Jakarta Selatan. Harga-harga kebutuhan<br />
bahan pokok waktu itu membumbung<br />
tinggi di tingkat pengecer.<br />
Selain lonjakan harga, Komisi VI juga<br />
banyak menemukan produk makanan<br />
tanpa label. Dipimpin Ketua Komisi VI<br />
DPR Achmad Hafisz Tohir dan Wakil<br />
Ketua Heri Gunawan, tim Komisi VI<br />
menyisir setiap pedagang sembako di<br />
dalam pasar.<br />
Dialog dengan para pedagang pasar<br />
terjadi begitu cairnya. Heri Gunawan<br />
sempat menanyakan harga beberapa komoditas.<br />
Tempe, misalnya, ukuran kecil<br />
dijual Rp 2500, ukuran sedang Rp 5.000,<br />
dan ukuran besar Rp 6000. Harga beras<br />
bermerek dijual mulai Rp 18.500/kg<br />
atau Rp 9.000/liter. Tim Komisi VI juga<br />
memberi penjelasan kepada para pedagang<br />
yang menjual produk kue tanpa label.<br />
Izin pembuatan label tak dipungut<br />
biaya. Temuan banyaknya jajanan pasar<br />
tanpa label mengindikasikan lemahnya<br />
pengawasan oleh pemerintah.<br />
BENTUK PANJA PELINDO II<br />
September <strong>2015</strong>, Komisi VI membentuk<br />
Panja Pelindo II untuk menyelidiki<br />
kontrak konsesi anak perusahaan Pelindo<br />
II, JICT kepada perusahaan asal<br />
Pimpinan Komisi VI DPR panggil Dirut Pelindo II<br />
Hong kong, Hutchison Port Holding<br />
(HPH). Kasus ini telah mengundang perhatian<br />
publik dan memenuhi headline<br />
media massa. Pasalnya, Pelindo II telah<br />
memperpanjang kontrak tanpa melibatkan<br />
regulator pelabuhan (Kemenhub).<br />
Kasus ini juga berawal dari kunjungan<br />
mendadak Presiden Joko Widodo<br />
ke Tanjung Priok dan mempersoalkan<br />
dwelling time.<br />
Dirut Pelindo II RJ. Lino dinilai<br />
telah melanggar UU No.17/2008 tentang<br />
Pelayaran. Tak hanya melanggar<br />
UU, Lino juga telah mengabaikan tiga<br />
surat mantan Menteri Perhubungan<br />
yang melarang perpanjangan konsesi<br />
kepada HPH. Nilai kontrak juga tak sesuai<br />
yang diharapkan. Kontrak pertama<br />
tahun 1999, HPH membayar USD 243<br />
juta. A nehnya, pada kontrak kedua, HPH<br />
hanya diwajibkan membayar USD 215<br />
juta untuk 20 tahun kemudian.<br />
Semua pihak yang terkait dengan<br />
persoalan ini dipanggil ke rapat Panja.<br />
Bahkan, Ketua Komisi VI Achmad Hafisz<br />
Tohir, menyatakan, Panja bisa saja mengunjungi<br />
HPH ke Hongkong untuk melihat<br />
seperti apa profil perusahaan ini.<br />
Panja menilai, JICT sudah bisa dikelola<br />
oleh anak bangsa sendiri, tak perlu lagi<br />
asing ikut mengelola pelabuhan. Bahkan,<br />
menurut Wakil Ketua Komisi VI Heri<br />
Gunawan, ada pendapatan ke kas negara<br />
sebesar USD 160 juta bila JICT dikelola<br />
mandiri oleh putra putri terbaik bangsa.<br />
(MH) FOTO: AYU, ANDRI/PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
17
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP KOMISI VII DPR RI<br />
Dan yang menjadi sorotan adalah<br />
perusahaan tambang asing raksasa PT.<br />
Freeport Indonesia yang beroperasi<br />
di Papua. Panja Smelter mendesak PT.<br />
Freeport membangun smelter di Papua.<br />
Komisi VII berkepentingan mengawal<br />
isu penting ini. Dan dari hasil konsultasi<br />
Presiden, Wakil Presiden, beserta Pimpinan<br />
DPR, pembangunan smelter ditempatkan<br />
di Mimika, Papua.<br />
Dengan pembangunan smelter ini,<br />
limbah industri pertambangan bisa<br />
terkontrol dengan baik. Komisi VII menyerukan<br />
agar pemerintah dan Freeport<br />
melakukan pengawasan berkala<br />
terhadap pembangunan smelter, agar<br />
masyarakat yang tinggal di lingkungan<br />
pertambangan tidak terdampak dari buruknya<br />
pengolahan limbah.<br />
Suasana rapat Komisi VII dengan Kementerian ESDM<br />
RENEGOSIASI FREEPORT HARUS<br />
LIBATKAN PEMPROV PAPUA<br />
Januari <strong>2015</strong>, Komisi VII DPR RI sudah<br />
mendesak pada Menteri ESDM<br />
Sudirman Said agar melibatkan Pemerintah<br />
Provinsi Papua dalam renegosiasi<br />
kontrak karya PT. Freeport Indonesia.<br />
Pelibatan Pemprov Papua dalam kontrak<br />
karya selalu disuarakan Komisi VII kepada<br />
setiap Menteri ESDM yang sedang<br />
menjabat. Rapat ketika itu dihadiri pula<br />
perwakilan SKK Migas, BPH Migas, dan<br />
Pertamina.<br />
Pembangunan smelter juga sudah<br />
disuarakan Komisi VII kepada Freeport<br />
sesuai amanat UU No.4/2009 tentang<br />
Pertambangan Mineral dan Batu Bara<br />
(Minerba). Wakil Ketua Komisi VII DPR<br />
Satya Widya Yudha mendesak Menteri<br />
ESDM meninjau kembali MoU yang ditandatangani<br />
Dirjen Minerba dengan PT.<br />
Freeport pada 25 Januari <strong>2015</strong>. Sekali lagi<br />
MoU tersebut harus disesuaikan dengan<br />
UU Minerba.<br />
Pada kesempatan itu, Komisi VII DPR<br />
juga meminta Menteri ESDM menyiapkan<br />
regulasi untuk memberikan kepastian<br />
hukum bagi wilayah kerja migas<br />
yang akan habis masa kontraknya. Regulasi<br />
kontrak terutama ditujukan bagi perusahaan<br />
nasional, baik BUMN, BUMD,<br />
dan swasta nasional.<br />
BENTUK PANJA SMELTER<br />
Pembangunan smelter untuk dunia<br />
pertambangan sudah sangat mendesak.<br />
Komisi VII DPR memandang penting<br />
pengawasan terhadap pembangunan<br />
smelter ini. Pada Februari <strong>2015</strong>, Komisi<br />
VII DPR membentuk Panja Smelter untuk<br />
menjalankan fungsi pengawasan<br />
terhadap perusahaan-perusahaan pertambangan.<br />
Smelter sendiri merupakan<br />
fasilitas pengolahan dan pemurnian<br />
mineral yang harus ada pada semua perusahaan<br />
pertambangan.<br />
Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya Widya Yudya<br />
SEPAKATI ANGKA SUBSIDI<br />
LISTRIK<br />
Komisi VII DPR menyapakati penetapan<br />
angka subsidi listrik untuk tahun<br />
2016, yaitu sebesar Rp 67 triliun hingga<br />
Rp 71 triliun. Angka tersebut ternyata<br />
lebih besar dari angka yang diajukan<br />
pemerintah sebesar Rp 60,14 triliun<br />
hingga Rp 63,18 triliun. Inilah yang<br />
mengemuka menjadi butir kesepakatan<br />
antara Komisi VII dengan Menteri<br />
ESDM, Juni <strong>2015</strong>.<br />
Pada kesempatan itu, DPR RI menolak<br />
keinginan pemerintah untuk menaikkan<br />
tarif listrik dengan alasan masyarakat<br />
Indonesia belum siap untuk menerima<br />
kenaikan tarif listrik. “DPR RI mempertimbangkan<br />
keadaan ekonomi sedang<br />
tidak baik, maka Komisi VII<br />
DPR tidak bisa menyetujui<br />
kenaikan tarif listrik,” jelas<br />
Tamsil Lindrung, Wakil<br />
Ketua Komisi VII yang memimpin<br />
raker.<br />
DIVESTASI SAHAM<br />
FREEPORT<br />
Komisi VII DPR RI pada<br />
Oktober <strong>2015</strong> mendesak<br />
Pemerintah segera menyambut<br />
divestasi saham<br />
PT.Freeport Indonesia. Divestasi<br />
merupakan amanat<br />
UU No.4/2009 tentang Pertambangan<br />
Mineral dan Batubara, yang<br />
tujuannya agar penguasaan nasional<br />
atas lahan per tambangan mineral yang<br />
masih dikuasai perusahaan asing bisa<br />
semakin besar. Divestasi harus diambil<br />
Pemerintah. bila Pemerintah tidak<br />
mampu, ada BUMN pertambangan yang<br />
bisa ambil alih. (MH) FOTO: ANDRI/PARLE/IW<br />
18 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP KOMISI VIII DPR RI<br />
PERJUANGAN<br />
KOMISI VIII DI TAHUN<br />
KAMBING KAYU<br />
Tahun <strong>2015</strong> telah banyak yang diperjuangkan<br />
Komisi VIII bagi masyarakat<br />
Indonesia. Masukan, dorongan dan<br />
desakan kepada para mitra kerjanya<br />
seperti Kementerian Sosial, Kementerian<br />
Agama, Kementerian Pemberdayaan<br />
Perempuan dan Perlindungan<br />
Anak, Badan Nasional Penanggulangan<br />
Bencana (BNPB), Baznas dan beberapa<br />
badan lainnya tak lain adalah demi kesejahteraan<br />
rakyat Indonesia. Berikut<br />
beberapa diantara sekian banyak perjuangan<br />
Komisi VIII yang berhasil<br />
dirangkum Parlementaria.<br />
MENURUNKAN BIAYA<br />
PERJALANAN IBADAH HAJI<br />
Setelah berhasil membuat Undang-Undang<br />
34 Tahun 2014 tentang<br />
pengelolaan keuangan haji pada tahun<br />
2014, di tahun <strong>2015</strong> ini Komisi<br />
VIII DPR berhasil menurunkan BPIH<br />
(Biaya Perjalanan Ibadah Haji) <strong>2015</strong>.<br />
Pada tahun 2014 BPIH yang dibebankan<br />
kepada para calon jemaah<br />
haji sebesar 3.219 Dolar Amerika.<br />
Berkat desakan dari Komisi VIII<br />
BPIH tahun <strong>2015</strong> turun sebesar 502 dolar<br />
Amerika Serikat, menjadi 2.717 dolar<br />
Amerika.<br />
Ketua Komisi VIII DPR RI Saleh Partaonan<br />
Daulay mengatakan bahwa penurunan<br />
BPIH tahun ini adalah penurunan<br />
yang paling drastis dalam sejarah penyelenggaraan<br />
haji Indonesia. Sebagai<br />
perbandingan, pada 2010 besaran BPIH<br />
adalah USD 3.364. Tahun 2011 turun<br />
menjadi USD 3.357, tahun 2012 kembali<br />
naik menjadi USD 3.617, tahun 2013 turun<br />
menjadi USD 3.527 atau sama dengan<br />
tahun 2011, pada tahun 2014 turun<br />
menjadi USD 3.219. Dan yang paling besar<br />
dan signifikan penurunannya adalah<br />
<strong>2015</strong> dimana ditetapkan menjadi sebesar<br />
USD 2.717.<br />
MENDESAK PEMERINTAH<br />
MEMBANGUN RUMAH KORBAN<br />
ERUPSI SINABUNG<br />
Masih di awal tahun <strong>2015</strong>, tepatnya<br />
bulan Mei, Komisi VIII DPR RI berhasil<br />
mendesak mitra kerjanya, BNPB<br />
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana)<br />
merelokasi korban erupsi Gunung<br />
Sinabung Sumatera Utara. Sejatinya<br />
erupsi Gunung Sinabung ini dimulai<br />
sejak tahun sebelumnya, namun saat<br />
itu masyarakat di jarak tertentu masih<br />
memilih menetap di rumah yang<br />
telah dihuninya selama puluhan tahun<br />
itu. Namun awal tahun <strong>2015</strong> gunung<br />
ini kembali mengeluarkan lahar panas,<br />
hingga akhirnya masyarakat dievakuasi,<br />
bahkan beberapa desa terpaksa direlokasi<br />
guna menghindari jatuhnya korban<br />
jiwa. Komisi VIII DPR mendesak pemerintah<br />
untuk segera membangun rumah<br />
warga yang direlokasi.<br />
Komisi VIII DPR RI menerima masyarakat penyandang<br />
disabilitas<br />
Atas desakan tersebut, Kepala<br />
BNPB, Syamsul Maarif beserta Ketua<br />
Komisi VIII DPR RI, Saleh Partaonan<br />
Daulay, Selasa (5/5) menyerahkan 103<br />
dari 370 unit rumah tahap pertama bagi<br />
korban erupsi gunung Sinabung yang<br />
direlokasi dari desa Bakerah di Siosar,<br />
Kecamatan Merk, Kabupaten Karo Sumatera<br />
utara. Pembangunan rumah<br />
akan dilanjutkan kembali mendatang<br />
dengan total jumlah rumah yang direncanakan<br />
dibangun adalah 2.053 yang<br />
secara bertahap akan terus dilanjutkan.<br />
MENDESAK PENINGKATAN<br />
ANGGARAN KEMEN PP & PA<br />
Meningkatnya angka kekerasan terhadap<br />
anak dan perempuan mendorong<br />
Komisi VIII DPR RI untuk mendesak mitra<br />
kerjanya Kementerian Pemberdayaan<br />
Perempuan dan Perlindungan anak<br />
(Kemen PP & PA) untuk meningkatkan<br />
kinerjanya. Desakan tersebut didukung<br />
dengan peningkatan anggaran yang<br />
diberikan Komisi VIII DPR kepada mitra<br />
kerjanya tersebut. Pada akhirnya<br />
pemerintah menyetujui peningkatan<br />
anggaran yang diberikan Komisi VIII<br />
kepada Kemen PP & PA, dari sekitar 217<br />
Miliar pada tahun sebelumnya, menjadi<br />
sebesar 1,269 triliun untuk Pagu anggaran<br />
tahun 2016 mendatang.<br />
“Kami mengapresiasi peningkatan<br />
anggaran yang diberikan pemerintah<br />
kepada Kementerian Pemberdayaan<br />
Perempuan dan Perlindungan Anak<br />
(PP&PA) sebesar 1,269 triliun untuk<br />
Pagu anggaran tahun 2016. Ini merupakan<br />
sejarah tersendiri, dan tentunya<br />
atas desakan Komisi VIII untuk memberikan<br />
tambahan anggaran dibanding<br />
tahun-tahun sebelumnya yang hanya<br />
sekitar 217 Miliar,”ungkap Saleh usai<br />
Rapat kerja dengan Menteri Pemberdayaan<br />
Perempuan dan Perlindungan<br />
Anak, Yohana S Yembise, Senin<br />
(31/8) di Senayan Jakarta.<br />
PERJUANGKAN HAK<br />
PENYANDANG DISABILITAS<br />
LEWAT RUU PENYANDANG<br />
DISABILITAS<br />
Dipenghujung tahun <strong>2015</strong>, Komisi<br />
VIII DPR RI akhirnya resmi mengesahkan<br />
RUU Penyandang Disabilitas<br />
menjadi RUU inisiatif DPR dan menjadi<br />
Prolegnas.RUU ini menggantikan<br />
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997<br />
tentang Penyandang Cacat.<br />
Wakil Ketua Komisi VIII Ledia Hanifa<br />
Amaliah mengatakan perubahan undang-undang<br />
itu lebih kepada merubah<br />
paradigma di masyarakat. Undangundang<br />
sebelumnya itu lebih menitik<br />
beratkan pada pelayanan dan belas kasihan<br />
(charity based). Sementara RUU<br />
tentang Penyandang Disabilitas ini berparadigma<br />
lebih kepada pemenuhan hak<br />
penyandang disabilitas (right based),<br />
baik hak ekonomi, politik, sosial maupun<br />
budaya.<br />
“Munculnya inisiati RUU Disabilitas<br />
ini karena para penyandang disabilitas<br />
masih banyak mengalami diskriminasi<br />
baik secara fisik, mental, intelektual,<br />
juga sensorik saat berinteraksi di lingkungan<br />
sosialnya,” jelasnya usai sidang<br />
paripurna hari Selasa (20/10). (AYU) FOTO:<br />
NAEFUROJI/PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
19
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP KOMISI IX DPR RI<br />
KOMISI IX BERPENDAPAT KASUS ANESTESI RS<br />
SILOAM MUSIBAH<br />
Di awal tahun <strong>2015</strong> ini, kembali kita dikejutkan dengan<br />
meninggalnya dua pasien di Rumah Sakit Siloam Karawaci,<br />
Tangerang. Dua pasien di rumah sakit ini, meninggal dunia<br />
setelah diberi injeksi Buvanest Spinal produk PT Kalbe Farma.<br />
Pasien pertama adalah seorang wanita yang menjalani operasi<br />
caesar dan pasien kedua adalah seorang laki-laki yang<br />
menjalani operasi urologi. Keduanya langsung dibawa ke ruang<br />
ICU. Namun, kurang dari 24 jam nyawanya tak tertolong.<br />
Sementara itu, untuk pasien yang menjalani operasi caesar,<br />
bayinya selamat.<br />
Hasil pemeriksaan sementara yang dilakukan Kementerian<br />
Kesehatan, Buvanest Spinal yang diberikan ternyata bukan<br />
berisi Bupivacaine yang merupakan obat bius, akan tetapi<br />
berisi asam traneksamat golongan antifibrinolitik yang bekerja<br />
mengurangi pendarahan. Pihak RS Siloam mengaku sudah<br />
melakukan tindakan operasi sesuai prosedur.<br />
Terkait kasus tersebut, Komisi IX DPR RI membentuk Panitia<br />
Kerja (Panja) dan langsung melakukan investigasi ke rumah<br />
sakit Siloam Karawaci dan ke PT Kalbe Farma di Bandung.<br />
Panja dibentuk bukan untuk menentukan siapa yang salah dan<br />
benar, tetapi untuk mendapatkan rekomendasi kepada pemerintah<br />
sebagai dasar tindak lanjut masalah ini.<br />
Selain melakukan investigasi ke RS Siloam Karawaci dan<br />
PT Kalbe Farma, Panja juga memanggil seluruh pemangku di<br />
bidang kesehatan, seperti Menteri Kesehatan, Kepala Badan<br />
POM, Komite Nasioanl Keselamatan Pasien Rumah Sakit,<br />
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Perhimpunan<br />
Dokter Anestesi, Ikatan Apoteker Indonesia, Asosiasi Farmasi<br />
Indonesia (Gabungan Perusahaan/GP Farmasi Indonesia) dan<br />
International Pharmaethical Manufactories Group.<br />
Panja Kasus Anestesi Komisi IX DPR RI menemukan bahwa<br />
kasus meninggalnya pasien yang diduga karena injeksi obat<br />
Buvanest Spinal 0,5% Heavy 4 ml/5 (Bupivacaine HCI) produksi<br />
Industri Farmasi PT. Kalbe Farma, Tbk. hanya terjadi di<br />
Rumah Sakit Siloam Karawaci. Panja Kasus Anestesi Komisi IX<br />
DPR RI tidak menemukan kasus serupa terjadi di rumah sakit<br />
atau fasilitas pelayanan kesehatan lain.<br />
Berdasarkan temuan-temuan di lapangan, Panja Kasus<br />
Anestesi Komisi IX DPR RI merekomendasikan bahwa kejadian<br />
ini adalah musibah di dalam dunia kesehatan sehingga menjadi<br />
momentum untuk segera melakukan perbaikan mendasar<br />
terkait prosedur dan mekanisme penanganan kasus atau kejadian<br />
serupa baik di Rumah Sakit maupun di Industri Obat.<br />
Panja Kasus Anestesi Komisi IX DPR RI meminta PT. Kalbe<br />
Farma, Tbk, melakukan corrective action preventive action<br />
(CAPA) sesuai CPOB yang ditentukan oleh BPOM secepatnya.<br />
Jika hal tersebut sudah dilakukan, maka Panja Kasus Anestesi<br />
Komisi IX DPR RI meminta BPOM untuk mencabut segel dan<br />
mengaktifkan kembali line 6 sehingga dapat berproduksi kembali.<br />
Panja Kasus Anestesi Komisi IX DPR RI meminta kepada<br />
Rumah Sakit Siloam Karawaci untuk mematuhi ketentuan<br />
Kunjungan Komisi IX DPR RI ke RS Siloam Karawaci<br />
dalam Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah<br />
Sakit, khususnya pasal 32 terkait hak pasien secara konsisten<br />
sehingga pasien dapat terlindungi.<br />
Selain membentuk Panja Anestesi, Komisi IX DPR juga<br />
membentuk Panja BPJS Kesehatan, Panja Tenaga Kesehatan,<br />
dan Panja Kesehatan Haji.<br />
Panja BPJS Kesehatan dibentuk karena banyaknya permasalahan<br />
yang timbul terkait pelaksanaan program jaminan kesehatan<br />
nasional yang diselenggarakan BPJS Kesehatan yang<br />
telah digulirkan pemerintah sejak Januari 2014.<br />
Berbagai permasalahan timbul dalam pelaksanaan program<br />
jaminan kesehatan nasional tersebut. Mulai dari aktivasi keanggotaan,<br />
e-catalog, pelayanan fasilitas kesehatan dan aneka<br />
masalah lain kerap dikeluhkan masyarakat maupun pelayanan<br />
kesehatan.<br />
Sementara itu, Panja Tenaga Kesehatan Komisi IX dibentuk<br />
adalah untuk mengawal perekrutan CPNS Tenaga Kesehatan<br />
di tahun 2016 terutama terhadap 42.000 Bidan PTT. Hal<br />
tersebut, didasarkan pada Keputusan Presiden Joko Widodo<br />
yang tidak akan menghentikan perekrutan CPNS, khususnya<br />
tenaga kesehatan.<br />
Komisi IX DPR RI berharap perekrutan tersebut harus<br />
memenuhi rasa keadilan dan mempertimbangan lamanya<br />
pengabdian. Tenaga kesehatan khususnya bidan dan perawat<br />
yang diangkat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjadi<br />
Pegawai Tidak Tetap (PTT) telah diusulkan kepada Kemen<br />
PAN untuk diangkat menjadi PNS tanpa tes. Pertimbangannya<br />
adalah karena PTT ini telah mengabdi cukup lama dan bertugas<br />
di daerah terpencil. Namun, masalah ini belum disetujui<br />
karena harus memiliki regulasi sebagai payung hukum.<br />
Sedangkan untuk memberikan pengawasan kesehatan bagi<br />
jemaah haji yang akan beribadah di tahun <strong>2015</strong> ini, Komisi<br />
IX DPR RI sepakat untuk membentuk Panja Kesehatan Haji.<br />
Panitia ini bertujuan untuk melakukan pengawasan terhadap<br />
persiapan dan juga pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan<br />
terhadap para jemaah haji, khususnya bagi jemaah<br />
haji dengan resiko tinggi.<br />
Dewan berharap bahwa seluruh fasilitas kesehatan haji<br />
mulai sebelum keberangkatan jemaah haji, kemudian mereka<br />
masuk ke embarkasi, dan mereka terbang kemudian sampai di<br />
madinah, ini harus dapat perhatian secara sungguh-sungguh<br />
dari Kementerian Kesehatan. (SC) FOTO: NAEFUROJI/PARLE/HR<br />
20 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP KOMISI X DPR RI<br />
SEPAKAT HAPUS PASAL<br />
KRETEK PADA RUU<br />
KEBUDAYAAN<br />
Penyerahan palu pimpinan kepada Wakil Ketua Komisi X yang baru, Abdul<br />
Kharis Almasyhari<br />
Komisi X DPR, atau yang lebih dikenal sebagai Komisi Pendidikan,<br />
menunjukkan komitmennya dengan memaksimalkan<br />
tiga fungsi Dewan, kepada mitra kerjanya. Mengawali tahun<br />
<strong>2015</strong>, Komisi X sudah melakukan pengawasan terhadap persiapan<br />
Ujian Nasional (UN) <strong>2015</strong> berbasis komputer (Computer<br />
Based Test), yang baru pertama kalinya dilaksanakan. UN Online<br />
dianggap lebih efisien dan mengurangi kecurangan.<br />
Komisi X mendorong pelaksanaan UN berbasis komputer<br />
dapat diperluas dan digunakan oleh banyak sekolah. Walaupun,<br />
program ini dianggap tidak menjamin permasalahan yang<br />
melingkupi UN itu sendiri, maupun pendidikan Indonesia.<br />
Mendikbud mengklaim, dengan UN berbasis komputer ini akan<br />
meminimilisir kecurang an<br />
selama UN berlangsung.<br />
Implementasi Kurikulum<br />
2013 pun menjadi sorotan<br />
Komisi X. Komisi X menilai<br />
penghentian sementara<br />
penerapan K13 membuat<br />
pihak penyelenggara pendidikan<br />
menjadi bingung.<br />
Pemerintah dinilai tidak memiliki<br />
ketegasan untuk menentukan,<br />
apakah K13 dapat<br />
diterapkan atau dihentikan<br />
sementara.<br />
Permasalahan Kemenpora<br />
dengan PSSI pada awal<br />
<strong>2015</strong> pun mendapat sorotan<br />
dari Komisi X. Komisi X berharap<br />
Menpora dapat berkomunikasi dengan PSSI, dan mencari<br />
solusi dari berbagai permasalahan yang terjadi. Apalagi,<br />
semenjak Menpora Imam Nahrawi dilantik belum ada pertemuan<br />
antara Menpora dengan PSSI. Pembekuaan PSSI oleh<br />
Kemenpora, pun dianggap salah alamat.<br />
Akibat kekisruhan yang tak kunjung usai, Komisi X meminta<br />
Kemenpora untuk melakukan pertemuan dengan PSSI paling<br />
lambat 23 Juni <strong>2015</strong>. Komisi X juga meminta Menpora dan PSSI<br />
membicarakan langkah-langkah strategis bersama PSSI untuk<br />
segera mengakhiri sanksi FIFA.<br />
Prestasi Indonesia di Sea Games <strong>2015</strong> Singapura dinilai<br />
mengecewakan. Dengan perolehan medali yang didapat, menempatkan<br />
Indonesia di peringkat ke lima. Padahal, Indonesia<br />
menargetkan minimal peringkat ke tiga. Hasil ini dinilai masih<br />
mengecewakan dan tak memenuhi harapan.<br />
Mengawali September <strong>2015</strong>, jabatan Wakil Ketua Komisi X<br />
DPR Sohibul Iman (F-PKS), kini digantikan oleh Anggota DPR<br />
Abdul Kharis Almasyhari. Sebelumnya, Kharis bertugas di<br />
Komisi XI DPR. Sohibul yang terpilih sebagai Presiden Partai<br />
Keadilan Sejahtera (PKS), dinilai memiliki tanggung jawab semakin<br />
luas di partainya.<br />
Di bidang anggaran, Komisi X DPR dan Mendikbud menyepakati<br />
pagu alokasi anggaran definitif Kementerian Pendidikan<br />
dan Kebudayaan untuk RAPBN 2016 sebesar Rp 49,232<br />
triliun. Sementara, penurunan anggaran Badan Ekonomi<br />
Krea tif tahun 2016 yang telah disetujui Komisi X, diharapkan<br />
tidak mengganggu target yang telah disepakati. Pagu anggaran<br />
sementara Bekraf semula sebesar Rp 1,157 triliun, namun<br />
me ngalami pengurangan sebesar Rp 43 miliar, sehingga menjadi<br />
Rp 1,113 trilun untuk tahun mendatang.<br />
Pertengahan Oktober, Komisi X DPR sepakat untuk<br />
menghapus Pasal Kretek dari Rancangan Undang-Undang<br />
Kebudaya an yang saat ini sedang dibahas. Mengingat, pasal ini<br />
cukup menuai kontroversi dan polemik di masyarakat. Keputusan<br />
ini sebagai bentuk tindak lanjut dari aspirasi masyarakat<br />
yang menilai, dengan adanya Pasal Kretek ini, seperti i ngin<br />
membudayakan konsumsi<br />
kretek kepada anak-anak.<br />
Memperingati Hari Guru<br />
Nasional (HGN) pada 25 November<br />
<strong>2015</strong>, Komisi X menilai,<br />
distribusi guru yang tidak<br />
merata menyebabkan banyak<br />
sekolah kekurangan guru,<br />
masih menjadi masalah yang<br />
perlu mendapatkan perhatian<br />
dari Pemerintah.<br />
Akhir November, Tim Panja<br />
Program Indonesia Pintar<br />
(PIP) mendatangi Provinsi<br />
Jawa Timur untuk melihat<br />
dari dekat problem implementasi<br />
PIP di daerah. Penyaluran<br />
dana Program Indonesia Pintar<br />
(PIP) bagi para siswa miskin harus dipermudah aksesnya.<br />
Selama ini para siswa miskin di daerah kerap sulit mencairkan<br />
dana PIP di bank pelaksana.<br />
Wakil Ketua Komisi X Ridwan Hisjam mengatakan, ada<br />
sistem pada PIP yang perlu diperbaiki, sehingga pencairan<br />
bisa lebih cepat dan tak menemui kendala.<br />
Awal Desember <strong>2015</strong>, Komisi X menurunkan Tim Panja RUU<br />
Kebudayaan ke Mojokerto, Jawa Timur, untuk mensosialisasikan<br />
dan menjaring masukan bagi RUU tentang Kebudayaan.<br />
RUU ini diharapkan mampu membantu pengembangan kebudayaan<br />
di Indonesia.<br />
Dalam waktu bersamaan, Tim Panja RUU Sistem Perbukuan,<br />
berkunjung ke Provinsi DI Yogyakarta untuk menyerap<br />
aspirasi terkait RUU ini. Dengan adanya RUU, diharapkan masyarakat<br />
dapat dengan mudah memperoleh dan memanfaatkan<br />
buku untuk mengembangkan dirinya dan memperoleh<br />
ilmu pengetahuan guna mewujudkan kesejahteraan dan<br />
mencerdaskan kehidupan bangsa. (SF) FOTO: JAKA/PARLE/IW<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
21
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP KOMISI XI DPR RI<br />
TARGETKAN RUU JPSK DAN RUU PERBANKAN<br />
SELESAI TAHUN <strong>2015</strong><br />
Masa Persidangan II Tahun Sidang 2014-<strong>2015</strong> yang sudah<br />
dimulai pada awal Januari, memacu Anggota Dewan untuk<br />
segera mengerjakan tugasnya di tiga fungsi Dewan, yakni<br />
legislasi, anggaran, dan pengawasan. Selama tahun <strong>2015</strong> pun,<br />
Komisi XI sebagai komisi yang membidangi ekonomi dan perbankan,<br />
menjalankan ketiga fungsinya dengan maksimal.<br />
Mengawali tahun <strong>2015</strong>, Komisi XI langsung membahas<br />
RAPBN-P <strong>2015</strong> bersama Pemerintah. Berbagai pandangan<br />
Anggota Komisi XI yang mewakili fraksinya pun mewarnai<br />
jalannya pembahasan. Kesepakatan yang didapat, pertumbuhan<br />
ekonomi sebesar 5,7 persen. Besaran inflasi disepakati<br />
Komisi XI DPR RI Menyerahkan DIM RUU JPSK kepada Menteri Keuangan<br />
sebesar 5,0 persen, Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,2 persen dan<br />
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar sebesar Rp 12.500 per 1<br />
US$.<br />
Sementara, terkait bidang keuangan, Komisi XI DPR membuat<br />
sejarah baru bagi bangsa Indonesia yaitu Arsitektur<br />
Sistem Keuangan Republik Indonesia. Komisi XI sudah membuat<br />
kerangka berfikir tentang pembangunan ke depan, dimana<br />
ada target, ada kerangka makro pembangunan mengenai<br />
pertumbuhan ekonomi, BI, inflasi dan lain-lain.<br />
Pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi pada beberapa<br />
bulan waktu yang lalu, pun tak luput dari perhatian Komisi<br />
XI. Komisi XI langsung mengadakan rapat kerja dengan Kemenkeu,<br />
BI, OJK, dan LPS. Rapat menghasilkan tujuh kesimpulan,<br />
yang diharapkan mampu memperbaiki performa rupiah.<br />
Menghadapi ekonomi yang tidak bersahabat, Komisi IX sempat<br />
meminta pemerintah untuk membentuk crisis center.<br />
Terkait kinerja pengawasan, Komisi XI juga melakukan kunjungan<br />
kerja ke beberapa daerah. Dalam kunker ke DI Yogyakarta<br />
yang dipimpin Wakil Ketua Komisi XI, Marwan Cik Asan,<br />
pihaknya meminta Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian<br />
Keuangan, untuk dapat mengoptimalkan penerimaan pajak.<br />
Diharapkan ada kebijakan agar para wajib pajak dapat patuh<br />
terhadap kewajiban membayar pajak.<br />
Terkait Paket Kebijakan Ekonomi yang telah diluncurkan<br />
oleh Pemerintah, Marwan menilai kebijakan ini lebih memberikan<br />
kepastian, sehingga diharapkan dapat mendorong<br />
pertumbuhan ekonomi. Sementara, Anggota Komisi XI DPR,<br />
Willgo Zainar berharap, paket kebijakan ini dapat memicu pertumbuhan<br />
ekonomi di Indonesia, di tengah kondisi perekonomian<br />
yang kurang bersahabat.<br />
Komisi XI pun terlibat dengan pemilihan pejabat publik,<br />
salah satunya Calon Deputi Gubernur BI. Pertengahan April,<br />
Komisi XI menggelar uji kelayakan dan kepatutan (fit and<br />
proper test) kepada tiga calon, yakni Dody Budi Waluyo, Erwin<br />
Riyanto, dan Hendy Sulistiowati. Usai melalui uji yang ketat,<br />
Komisi XI menyetujui Erwin Riyanto.<br />
Target penerimaan pajak pada tahun <strong>2015</strong>, Komisi XI memperkirakan<br />
tidak lebih dari 90 persen dari target. APBN-P <strong>2015</strong><br />
menargetkan penerimaan pajak sebesar Rp 1.294,258 triliun.<br />
Namun hingga 4 November <strong>2015</strong>, penerimaan pajak baru mencapai<br />
59,84 persen, atau sebesar Rp 774,4 triliun. Akibat tidak<br />
tercapainya target, Dirjen Pajak pun mengundurkan diri.<br />
Akhir September <strong>2015</strong>, Komisi XI DPR dan Pemerintah<br />
a k hir nya menyepakati asumsi makro dalam RAPBN tahun<br />
2016. Asumsi pertumbuhan ekonomi disepakati sebesar 5,3<br />
persen. Kesepakatan berikutnya, asumsi inflasi dan SPN 3<br />
bulan, dipatok masing-masing 4,7 persen dan 5,5 persen. Sedangkan<br />
untuk asumsi nilai tukar rupiah disepakati Rp13.900<br />
per dolar AS, lebih rendah dibandingkan asumsi dalam nota<br />
keuangan Rp13.400 per dolar AS.<br />
Fungsi anggaran Komisi XI dijalankan dengan menyetujui<br />
anggaran empat mitranya untuk tahun anggaran 2016. Untuk<br />
Kementerian Keuangan, disetujui sebesar Rp 39,278 triliun,<br />
BPK disepakati sebesar Rp 3,471 triliun, BPS sebesar Rp 5,4<br />
triliun, dan BPKP sebesar Rp 1,663,4 triliun.<br />
Penandatanganan kesepakatan Asumsi Makro RAPBN 2016<br />
Komisi XI DPR menargetkan RUU Jaring Pengaman Sistem<br />
Keuangan (JPSK) dan RUU Perbankan rampung Tahun <strong>2015</strong>.<br />
Komitmen ini ditunjukkan dengan penyerahan Daftar Inventarisasi<br />
Masalah (DIM) dari Komisi XI kepada Menkeu pada<br />
akhir November lalu. Total DIM sebanyak 409 pasal, dengan<br />
315 pasal masih terdapat masalah substansif, 70 pasal tetap,<br />
dan 23 pasal redaksional yang berubah.<br />
Untuk memperkaya draft RUU JPSK, pada awal Oktober<br />
lalu, Komisi XI meminta dari masukan dari para pakar ekonomi,<br />
diantaranya, Mantan Wakil Presiden RI Boediono, Hasan<br />
Bisri, Bambang Subianto, Erman Rajagukguk, Hadi Purnomo,<br />
dan Miranda Goeltom. (SF) FOTO: JAKA/PARLE/IW<br />
22 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP BANGGAR DPR RI<br />
BADAN ANGGARAN<br />
MINTA PEMERINTAH SUSUN<br />
ANGGARAN LEBIH REALISTIS<br />
Mengawali tahun <strong>2015</strong>, Badan Anggaran<br />
(Banggar) DPR, membahas Rancangan<br />
Undang-undang APBN-Perubahan<br />
<strong>2015</strong>, dan menyepakati berbagai poin di<br />
dalamnya. Hasil pembahasan di Banggar,<br />
kemudian di bawa ke Pembahasan<br />
Tingkat II di Paripurna DPR.<br />
Suasana Rapat Banggar DPR RI<br />
Ketua Banggar DPR Ahmadi Noor<br />
Supit melaporkan, kesepakatan pada<br />
asumsi dasar APBN <strong>2015</strong>, yaitu pertumbuhan<br />
ekonomi disepakati di angka 5,7<br />
persen, inflasi sebesar 5,0 persen, dan<br />
nilai tukar Rp 12.500 per 1 USD. Kemudian,<br />
tingkat suku bunga SPN 3 bulan<br />
disepakati 6,2 persen, dan harga minyak<br />
mentah 60,0 USD/barel. Lifting minyak<br />
bumi 825 ribu barel/hari, lifting<br />
gas bumi 1.221 ribu barel setara minyak<br />
perhari, sehingga lifting minyak dan gas<br />
bumi disepakati 2.046 ribu barel per<br />
hari.<br />
Dengan asumsi dasar tersebut, disepakati<br />
pendapatan negara dan hibah<br />
dalam APBN-P TA <strong>2015</strong> sebesar Rp 1.761<br />
triliun, dan belanja negara sebesar Rp<br />
1.984 triliun. Sementara, besaran defisit<br />
disepakati sebesar Rp 222,5 triliun, atau<br />
1,9 persen dari PDB. Besaran defisit ini<br />
lebih rendah dari APBN <strong>2015</strong> sebesar 2,21<br />
persen dari PDB.<br />
Dimulainya pembahasan Rancangan<br />
Anggaran dan Pendapatan Belanja<br />
Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2016,<br />
Banggar meminta Pemerintah agar lebih<br />
realistis serta berdasarkan kondisi dan<br />
perkembangan perekonomian saat ini.<br />
“Untuk itu, perlu Pemerintah melakukan<br />
penyesuaian Rencana Pembangunan<br />
Jangka Menengah Nasional (RPJMN)<br />
<strong>2015</strong>-2019, sehingga dapat menjadi acuan<br />
dalam penyusunan Rencana Kerja<br />
Pemerintah tahun 2016 dan tahun-tahun<br />
berikutnya, yang juga akan menjadi<br />
penyusunan APBN,” jelas Ahmadi.<br />
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap<br />
dolar AS, hingga mencapai lebih dari<br />
Rp 14 ribu lebih, juga menjadi sorotan<br />
Banggar. Wakil Ketua Badan Anggaran<br />
DPR Jazilul Fawaid menilai Pemerintah<br />
kurang serius dalam mengantisipasi hal<br />
ini. Termasuk dalam menghadapi pelambatan<br />
pertumbuhan ekonomi global.<br />
“Pemerintah kurang antisipasi dan<br />
telat berpikir. Sekarang kurs rupiah terhadap<br />
dolar AS sudah Rp 14 ribu lebih. Ini<br />
ibarat sakit sudah sampai leher, kita sudah<br />
tidak dalam upaya bagaimana mengantisipasi.<br />
Termasuk dalam menghadapi<br />
ekonomi dunia. Padahal DPR sudah<br />
memberikan dorongan,” tegas Jazilul.<br />
Terkait pertanggungjawaban pelaksanaan<br />
APBN 2014, sebelum disepakati<br />
di Paripurna, terlebih dahulu di Banggar.<br />
Sejumlah catatan turut menyertai<br />
persetujuan ini. Diantaranya, masih<br />
ada nya permasalahan birokrasi pencairan<br />
anggaran, dan masih adanya temuan<br />
BPK yang merupakan pengulangan dari<br />
temuan BPK tahun-tahun sebelumnya.<br />
Berkutat dengan keuangan negara,<br />
Banggar menilai banyak APBN yang<br />
mubazir setiap tahunnya karena tidak<br />
terserap dengan optimal oleh Kementerian,<br />
Lembaga, dan Pemerintah Daerah.<br />
Banggar melihat, penyebab rendahnya<br />
peran belanja negara dalam mendorong<br />
pertumbuhan ekonomi adalah akibat<br />
buruknya koordinasi lintas kementerian<br />
atau lembaga (K/L).<br />
“Kita masih melihat masih lemahnya<br />
koordinasi antar Kementerian dan Lembaga.<br />
Misalnya Kementerian Pekerjaan<br />
Umum, membangun jalan yang diperuntukan<br />
untuk menunjang pelabuhan,<br />
tapi pelabuhannya belum dibangun,”<br />
kata Ahmadi.<br />
Di tahun <strong>2015</strong> ini pun, Banggar memperkirakan<br />
Pemerintah tidak akan menyerap<br />
anggaran secara optimal. Banggar<br />
pesimis Pemerintah dapat menyerap<br />
anggaran hingga 100 persen di waktu<br />
yang tersisa ini.<br />
Mendekati deadline pengesahan<br />
RAPBN 2016, DPR mengebut pembahasan.<br />
Hingga akhirnya, sembilan fraksi<br />
DPR (F- Gerindra menolak) di Banggar<br />
menyatakan persetujuannya untuk<br />
melanjutkan pembahasan RAPBN 2016,<br />
ke Pembahasan Tingkat II. Di Paripurna<br />
pun, pembahasan sempat mengalami<br />
kebuntuan. Hingga akhirnya dilakukan<br />
lobi, dan didapati dua ke sepakatan.<br />
Pertama, menyetujui Rancangan<br />
APBN 2016 untuk disahkan menjadi<br />
Undang-Undang APBN Tahun Anggaran<br />
2016, dengan catatan, bahwa seluruh<br />
catatan merupakan bagian yang utuh<br />
dan tidak terpisahkan dari yang wajib<br />
dilaksanakan dari pemerintah. Kedua,<br />
Penanaman Modal Negara (PMN) dikembalikan<br />
kepada komisi terkait, dan akan<br />
dibahas kembali dalam pembahasan<br />
APBN Perubahan 2016 mendatang.<br />
Terkait postur anggaran, pendapatan<br />
negara disepakati sebesar Rp 1.822,5<br />
triliun, dan belanja negara sebesar Rp<br />
2.095 triliun. Sementara Asumsi Makro<br />
yang disepakati meliputi Pertumbuhan<br />
ekonomi 5,3 persen, Inflasi 4,7 persen,<br />
Kurs Rp13.900/US$, Tingkat Suku Bunga<br />
SPN 3 bulan 5,5 persen, ICP (Indonesia<br />
Crude Price) US$ 50/barel, Lifting<br />
Minyak 830.000 barel per hari, dan Lifting<br />
Gas 1.155 ribu barel setara minyak<br />
per hari. (SF) FOTO: ANDRI/PARLE/IW<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
23
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP BALEG DPR RI<br />
BADAN LEGISLASI<br />
BALEG BERHASIL<br />
PERJUANGKAN UP2DP<br />
Wacana pembentukan polisi parlemen<br />
sempat menuai pro kontra, karena<br />
urgensinya dianggap belum relevan dengan<br />
kondisi saat ini. Dibentuknya polisi<br />
parlemen di komplek parlemen senayan<br />
dinilai akan menjauhkan anggota dewan<br />
dengan rakyatnya.<br />
Ketua Badan Legislasi DPR<br />
RI (Baleg) Sarehwiyono menyatakan<br />
DPR bukan membentuk<br />
polisi parlemen tapi membuat<br />
peraturan mengenai sistem<br />
pengaman terpadu di komplek<br />
Gedung Parlemen. Ia mengaku<br />
banyak yang salah mengartikan<br />
mengenai hal ini, seolah-olah<br />
DPR akan membentuk polisi<br />
parlemen sendiri.<br />
“Sebetulnya bukan demikian,<br />
tapi bagaimana sistem pengamanan<br />
di Gedung Parlemen ini<br />
tertata dengan baik. Dengan<br />
demikian kita harus bekerja<br />
sama dengan pihak kepolisian.<br />
Tidak mungkin kita akan berdiri<br />
Ketua Baleg DPR RI Sareh Wiyono<br />
sendiri,” kata Sareh.<br />
Wakil Ketua Baleg Firman Subagyo<br />
menambahkan yang sedang dibahas<br />
Baleg adalah Peraturan Tata Tertib DPR<br />
RI tentang Sistem Pengamanan di Lingkungan<br />
Gedung DPR RI, bukan membahas<br />
pembentukan polisi parlemen.<br />
“Peraturan DPR RI ini menjadi hal<br />
yang penting dan keamanan menjadi<br />
sesuatu yang mutlak karena komplek<br />
Parlemen ini adalah merupakan lembaga<br />
negara, dimana lembaga negara<br />
ini belum mendapatkan satu perhatian<br />
khusus,” kata Firman.<br />
Mengenai pembentukan Peraturan<br />
DPR RI tentang Sistem Keamanan di<br />
lingkungan Gedung DPR RI ini mendapat<br />
dukungan dari Kepolisian<br />
Republik Indonesia. Kepala<br />
Badan Pemeliharaan Keamanan<br />
Mabes Polri Komjen.<br />
Pol. Putut Eko Bayuseno, S.H.<br />
menyatakan sangat mendukung<br />
terhadap rencana pemberdayaan<br />
tenaga Pamdal (Pengamanan<br />
Dalam.red) dalam<br />
rangka peningkatan keamanan<br />
di lingkungan DPR. Pada<br />
prinsipnya polri mendukung<br />
peningkatan keamanan menuju<br />
kepada yang lebih baik.<br />
Menurutnya, sistem pengamanan<br />
di DPR perlu disempurnakan.<br />
Salah satu solusinya<br />
yaitu dengan melakukan<br />
seleksi ulang terhadap tenaga<br />
24 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
Pimpinan dan anggota Baleg DPR saat peninjauan sistem keamanan di Lingkungan DPR<br />
pengamanan dalam (pamdal) yang ada<br />
saat ini untuk kemudian diberikan pendidikan<br />
dan pelatihan sebagaimana<br />
petugas keamanan. Karena menurutnya,<br />
berdasarkan informasi tidak semua<br />
tenaga pamdal yang ada telah mengikuti<br />
pendidikan yang bersertifikat.<br />
Ia juga menyarankan pentingnya<br />
ke sadaran dan pengertian dari semua<br />
yang melakukan aktivitas di Gedung Dewan<br />
termasuk Anggota Dewan sendiri.<br />
Menurutnya, perlu dibuat suatu peraturan<br />
yang benar-benar ditaati oleh<br />
semua penghuni Gedung Rakyat ini.<br />
Selain membuat Peraturan DPR RI<br />
tentang Sistem Keamanan di Lingkungan<br />
Gedung DPR RI yang sampai hari<br />
ini masih dibahas Baleg, Baleg juga telah<br />
berhasil menyelesaikan pembahasan<br />
Peraturan DPR RI tentang Tata Cara<br />
Pengusulan Program Pembangunan<br />
Daerah Pemilihan atau lebih dikenal<br />
dengan “Dana Aspirasi”.<br />
Peraturan DPR RI tentang Tata Cara<br />
Pengusulan Program Pembangunan<br />
Daerah Pemilihan disahkan Rapat<br />
Paripurna DPR RI tanggal 23 Juni <strong>2015</strong>.<br />
Dalam Rapat Paripurna tersebut, Ketua<br />
Panja Dana Aspirasi yang juga Wakil Ketua<br />
Baleg DPR Totok Daryanto menyampaikan<br />
usulan program dana aspirasi ini<br />
telah dibahas dan disepakati dalam beberapa<br />
tahap di DPR, termasuk dalam<br />
Panja Baleg DPR.<br />
Menurutnya, hanya tiga fraksi, yakni<br />
PDI Perjuangan, Partai NasDem dan<br />
Partai Hanura, yang menolak adanya<br />
usulan dana aspirasi dalam Peraturan<br />
Wakil Ketua Baleg DPR RI Totok Daryanto<br />
DPR tersebut. “Soal tata cara dalam<br />
melaksanakan hak anggota untuk mengusulkan<br />
dan memperjuangkan program<br />
pembangunan daerah pemilihan,<br />
anggota menyusun secara tertulis dan<br />
ditandatangani anggota yang bersangkutan,”<br />
imbuhnya. “Dengan itu, Pleno<br />
Badan Legislasi sepakat bulat melanjutkan<br />
pembahasan UP2DP pada tahap<br />
berikutnya.” Tambah Totok.<br />
Di tahun <strong>2015</strong> ini, selain membahas<br />
dua peraturan DPR RI tentang Sistem<br />
Keamanan di Lingkungan DPR RI dan<br />
Tata Cara Pengusulan Program Pembangunan<br />
Daerah Pemilihan, Baleg<br />
DPR telah menyelesaikan harmonisasi<br />
terhadap delapan Rancangan Undang-<br />
Undang (RUU) Usul DPR antara lain RUU<br />
tentang perubahan atas UU Nomor 1 Tahun<br />
<strong>2015</strong> tentang Penepatan Peraturan<br />
Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Tahun<br />
2014 tentang Pemilihan Gubernur,<br />
Bupati, dan Walikota menjadi UU, RUU<br />
tentang perubahan kedua atas UU Nomor<br />
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan<br />
Daerah, RUU tentang Tabungan<br />
Perumahan Rakyat, RUU tentang Penjaminan,<br />
RUU tentang Larangan Minuman<br />
Beralkohol, RUU tentang Jasa Konstruksi,<br />
RUU tentang Kebudayaan, RUU<br />
tentang Sistem Perbukuan.<br />
Dua RUU yaitu RUU tentang perubahan<br />
atas UU Nomor 1 Tahun <strong>2015</strong> tentang<br />
Penepatan Peraturan Pemerintah<br />
Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang<br />
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan<br />
Walikota dan RUU tentang perubahan<br />
kedua atas UU Nomor 23 Tahun 2014<br />
tentang Pemerintahan Daerah telah<br />
disahkan dalam Rapat Paripurna DPR RI<br />
tanggal 20 Januari <strong>2015</strong>. (SC) FOTO: NAEFU-<br />
ROJI, ANDRI/PARLE/IW<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
25
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP BKSAP DPR RI<br />
BADAN KERJA SAMA ANTAR PARLEMEN<br />
Opening Session<br />
Sidang GOPAC ke-6 di<br />
Yogyakarta<br />
ANGGOTA DPR PIMPIN<br />
ORGANISASI PERLEMEN<br />
ANTIKORUPSI SE-DUNIA<br />
Kabar baik ini sepertinya kurang dicatat publik.<br />
Awal Oktober <strong>2015</strong>, Wakil Ketua DPR Fadli Zon terpilih<br />
menjadi Ketua Organisasi Anggota Parlemen<br />
Global Antikorupsi (GOPAC). Tidak main-main, organisasi<br />
ini didukung oleh anggota parlemen yang<br />
tersebar di 74 negara di dunia. Ia terpilih sebagai<br />
Presiden GOPAC menggantikan Ricardo Garcia<br />
Cervantes dari Meksiko setelah melalui sidang<br />
board meeting yang dihadiri oleh 5 perwakilan<br />
benua dan regional chapter seperti Afrika, Arab,<br />
Latin Amerika, South Asia, Oceania Karibia, North<br />
America. Susunan kepengurusan lainnya adalah,<br />
Wakil Ketua GOPAC Paula Berto dari Amerika Latin<br />
dan Osei Kyei-Mensah-Bonsu dari Ghana. Sekretaris<br />
GOPAC Oceania, John Hyde dari Australia dan<br />
bendaharanya dari Karibia.<br />
Politisi Partai Gerindra itu mengatakan, terpilihnya<br />
sebagai Ketua GOPAC merupakan tugas<br />
berat. Dia sebagai orang pertama Indonesia yang<br />
menjabat sebagai Ketua GOPAC. “Saya melihat ini<br />
adalah kerja berat. Pertama menyangkut reputasi<br />
internasional GOPAC yang sudah cukup bagus,<br />
standingnya di dunia internasional dan kesempatan<br />
pertama bagi orang Indonesia, buat saya ini suatu<br />
amanah yang berat karena menyangkut nama baik<br />
dan standing position dalam pemberantasan korupsi<br />
itu sendiri,” ujar dia.<br />
Sementara itu Ketua Badan Kerja Sama Antar<br />
Parlemen Nurhayati Ali Assegaf mendapat kesempatan<br />
memaparkan konsepnya sebagai panelis<br />
26 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
Ketua BKSAP DPR RI Nurhayati Ali Assegaf dalam pertemuan di New York<br />
dalam pertemuan High Level Thematic Debate on Means of<br />
Implementation for a Transformative Post-<strong>2015</strong> Development<br />
Agenda yang diadakan oleh Majelis Umum PBB di New York,<br />
Amerika Serikat. Acara ini mengundang negara-negara anggota<br />
untuk mendiskusikan isu-isu kritis. Dari parlemen dunia,<br />
hanya Indonesia dan Mexico yang diundang. Acara dibuka<br />
oleh Presiden Majelis Umum PBB, Sam Kutesa dari Uganda.<br />
Nurhayati menegaskan, parlemen punya peran strategis di<br />
setiap negara dalam program MDGs (Millenium Development<br />
Goals). Dari parlemenlah aturan main berupa UU yang menyangkut<br />
pembangunan dirumuskan. Parlemen berkepentingan<br />
menyusun legislasi, anggaran, dan evaluasi undang-undang<br />
yang terkait dengan agenda pembangunan global.<br />
April <strong>2015</strong> sejarah kembali ditorehkan DPR karena berhasil<br />
mengusung hajat besar Konferensi Parlemen Asia A frika<br />
(KPAA). Kegiatan yang dikomandoi Badan Kerja Sama Antar<br />
Parlemen — BKSAP DPR ini sebagai<br />
salah satu bagian dari agenda peringatan<br />
Konferensi Asia Afrika yang<br />
dilaksanakan di Indonesia 60 tahun<br />
lalu. KPAA menghasilkan 24 butir kesepakatan<br />
diantaranya mengenai butir<br />
solidaritas untuk Palestina, Perdamaian<br />
dan Kesejahteraan dan Kerjasama<br />
Asia Afrika di masa mendatang. Parlemen<br />
Asia A frika mendukung Palestina<br />
menjadi negara observer di PBB sebagai<br />
bentuk pengakuan internasional<br />
atas keberadaan Palestina dan hak<br />
kedaulatan terhadap wilayah me reka.<br />
Terkait persoalan kejahatan transnasional<br />
terorganisir, seluruh anggota<br />
parlemen menolak segala bentuk terorisme<br />
dan manifestasinya. termasuk<br />
juga perusakan benda bersejarah<br />
serta penyelundupan benda bersejarah<br />
tersebut baik langsung maupun tidak<br />
langsung dari situs arkeologi, museum,<br />
perpustakaan, arsip, dalam ber bagai<br />
bentuk dan cara yang dilakukan oleh Al Nusrah Front (ANF)<br />
Boko Haram dan Daesh Islamic State (IS). Pada butir kesepakatan<br />
juga mengajak seluruh negara parlemen Asia Afrika untuk<br />
berjuang bersama dalam memberantas terorisme, ekstremisme<br />
dan group radikal diantara anggota Parlemen Asia Afrika.<br />
Pelaksanaan Asian African Parliamentary Conference<br />
(AAPC) sebagai bagian dari peringatan 60 tahun Konferensi<br />
Asia Africa dinilai cukup berhasil. Harapan publik agar kegiatan<br />
ini jangan hanya sekedar seremoni dinilai positif dan<br />
berhasil mendorong peserta konferensi bekerja optimal. “Kegiatan<br />
ini tentu ada aspek seremoni, kita harus akui. Namun<br />
secara umum parlemen dari 30 negara yang hadir telah berhasil<br />
menyepakati deklarasi yang berisi aksi nyata dalam kerangka<br />
ingin mewujudkan perdamaian, kesejahteraan dan keadilan<br />
di dua kawasan ini,” kata anggota BKSAP Hamdani.<br />
Sepanjang tahun <strong>2015</strong>, BKSAP DPR telah mengirimkan sejumlah<br />
delegasi diantaranya ke Forum Parlemen Asia Pasifik<br />
di Quito, Ekuador. Ada empat tema besar yang dibahas diantaranya<br />
Cooperation for advancing freedom, peace, democracy<br />
and prosperity dan non military cooperation for matters<br />
regarding peace and regional securities. Awal Desember<br />
BKSAP juga menghadiri Sidang Umum APA ke-8 di Phnom<br />
Penh, Kamboja. Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto dalam pidatonya<br />
pada sidang ini menyampaikan pentingnya Parlemen<br />
Asia bersatu menghadapi terorisme. “Teror di Paris dan Beirut<br />
belum lama ini menunjukkan kepada kita bahwa aksi seperti<br />
ini tetap menjadi ancaman bagi perdamaian dan stabilitas.<br />
Perkembangan ini harus kita hadapi bersama, setiap bangsa<br />
harus bersatu, saling bantu dalam menghadapi ancaman itu,”<br />
tekan dia. (IKY) FOTO: IWAN ARMANIAS, RIZKA, DOK. BKSAP/PARLE/IW<br />
Pemukulan gong oleh Presiden RI membuka acara Asian African Parliamentary Conference<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
27
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP BURT DPR RI<br />
BADAN URUSAN RUMAH TANGGA<br />
PERJUANGAN BURT TINGKATKAN<br />
SARANA DAN PRASARANA DI DPR<br />
Badan Urusan Rumah Tangga (BURT)<br />
merupakan salah satu alat kelengkapan<br />
dewan yang ada di DPR RI. Tugas BURT<br />
diantaranya adalah menetapkan kebijakan<br />
kerumahtanggan DPR, melakukan<br />
pengawasan terhadap Sekretariat<br />
Jenderal dalam pelaksanaan kebijakan<br />
kerumahtanggaan DPR. Tidak sedikit<br />
tugas yang berhasil dijalankan<br />
BURT DPR selama setahun terakhir<br />
ini, diantaranya adalah:<br />
DESAK MENKEU CABUT<br />
PEMBLOKIRAN ANGGARAN<br />
DPR<br />
Di pembukaan tahun <strong>2015</strong>, DPR<br />
RI “bernasib” yang sama dengan beberapa<br />
lembaga dan Kementerian<br />
lainnya yang mendapat pemblokiran<br />
anggaran dari Kementerian<br />
Keuangan. Dalam pertemuan Menteri<br />
Keuangan dengan Pimpinan DPR pada<br />
Jumat (9/1) terungkap anggaran DPR<br />
sebesar Rp 783 miliar masih diblokir Kementerian<br />
Keuangan.<br />
Ketua Badan Urusan Rumah Tangga<br />
(BURT) DPR Roem Kono tidak mengetahui<br />
secara pasti alasan pemblokiran<br />
anggaran tersebut. Ia menduga hal itu<br />
terkait persoalan teknis semata. Olehkarena<br />
itu Politisi dari Fraksi Partai Golkar<br />
ini mendesak agar Menteri Keuangan<br />
segera mencabut pemblokiran<br />
anggaran tersebut, karena akan mengganggu<br />
kinerja Dewan dan Sekretariat<br />
Jenderal DPR.<br />
“Saya bilang kalau diblokir berarti<br />
sama saja mengurangi peranan DPR dan<br />
mengurangi kinerja DPR. saya minta kepada<br />
Menteri Keuangan untuk dicabut,<br />
karena itu untuk kepentingan peningkatan<br />
kinerja anggota dan Kesekjenan<br />
DPR,” ungkap Roem Kono sesaat sebelum<br />
mengikuti Rapat Paripurna, Senin<br />
(12/1).<br />
PERJUANGKAN PENINGKATAN<br />
PERALATAN DI BAGIAN<br />
PEMBERITAAN<br />
Wakil Ketua BURT DPR Agung Budi<br />
Santoso akan memperjuangkan peningkatan<br />
kualitas dan kuantitas sarana dan<br />
prasarana dari TV Parlemen dan Majalah<br />
Parlementaria yang merupakan sub bagian<br />
Pemberitaan. Pasalnya sebagai<br />
unit kerja yang yang mempublikasikan<br />
seluruh kegiatan anggota DPR kepada<br />
masyarakat perlu dukungan peralatan<br />
yang memadai.<br />
Ketua BURT Roem Kono meninjau Ruang Pemberitaan DPR RI<br />
“Saya meninjau ruangan TV Parlemen<br />
kok ruangannya sempit kaya gitu.<br />
Padahal ini lembaga besar yang kedudukannya<br />
sama dengan lembaga Kepresidenan,”<br />
kata politisi Partai Demokrat<br />
tersebut saat meninjau ruangan kerja<br />
Bagian Pemberitaan Lantai II, Gedung<br />
Nusantara III, Rabu (4/3) siang.<br />
Beberapa sarana dan prasarana yang<br />
akan diperjuangkannya diantaranya<br />
adalah penambahan komputer di TV<br />
Parlemen dan Majalah Parlementaria.<br />
Peningkatan akses internet yang selama<br />
ini terlihat sangat lambat terutama ketika<br />
mengunggah foto dan berita mengalami<br />
masalah. Ia berharap pejabat di<br />
Setjen DPR untuk segera mengirim 10<br />
unit komputer terbaru.<br />
“Kita ini parlemen yang mengatur<br />
anggaran negara Indonesia, masak masalah-masalah<br />
di internal Dewan tidak<br />
diperhatikan,” ujar Agung.<br />
PEMBENTUKAN POLISI PARLEMEN<br />
Ketua BURT, Roem Kono menyetujui<br />
usulan dibentuknya polisi parlemen.<br />
Politisi Partai Golkar ini mengatakan<br />
sangat diperlukan suatu peraturan<br />
pengamanan yang jelas mengenai peng<br />
amanan di Gedung DPR. Karena di<br />
tempat inilah berlangsung pembahasan<br />
perundang-undangan dan masalah anggaran<br />
negara lebih dari dua ribu triliun.<br />
Tidak hanya itu, di Gedung DPR ini juga<br />
kerap dimanfaatkan untuk menerima<br />
tamu-tamu negara, serta tempat diadakannya<br />
event-event internasional.<br />
Ia menilai selama ini pengamanan<br />
dalam atau Pamdal DPR telihat<br />
kurang reaktif, terutama ketika ada<br />
kejadian-kejadian yang genting. Ia<br />
mencontohkan saat terjadi Rapat Paripurna<br />
pengambilan keputusan pemilihan<br />
Pimpinan DPR beberapa<br />
waktu lalu, dimana Pamdal tidak<br />
reaktif dan membiarkan begitu<br />
saja anggota DPR yang naik-naik ke<br />
panggung. Oleh karena itu menurutnya<br />
keberadaan Polisi Parlemen<br />
sangat diperlukan saat ini. Saat<br />
ditemui di sela-sela Rapat Paripurna<br />
Selasa (14/04), ia mengaku belum<br />
menentukan jumlah personil polisi<br />
parlemen yang akan didatangkan di<br />
DPR.<br />
DUKUNG LARANGAN<br />
PENGGUNAAN MOBIL DINAS<br />
UNTUK MUDIK<br />
Anggota BURT DPR RI Rendy Lamadjido<br />
mendukung sikap tegas KPK yang<br />
tetap melarang penggunaan mobil dinas<br />
untuk mudik pada lebaran yang<br />
akan datang ini. Pasalnya Menteri PAN<br />
dan Reformasi Birokrasi Yudy Krisnandi<br />
ketika itu mengijinkan PNS (Pegawai<br />
Negeri Sipil) menggunakan mobil dinas<br />
untuk keperluan mudik lebaran. Hal ini<br />
sempat menuai polemik di masyarakat.<br />
“Namanya mobil dinas tidak boleh<br />
untuk kepentingan pribadi, termasuk<br />
mudik. Dari dulu ketentuan sudah<br />
diberlakukan seperti itu,” katanya usai<br />
mengikuti rapat BURT dengan jajaran<br />
Setjen DPR di Komplek Parlemen,<br />
Senayan, Senin (29/6).<br />
Rendy yang juga anggota Komisi V<br />
(bidang transportasi dan infrastruktur)<br />
DPR ini menegaskan, mobil dinas tidak<br />
diperbolehkan untuk kepentingan mudik.<br />
Kecuali status mobil sudah dim, itu<br />
boleh. Apalagi sekarang banyak mobil<br />
dinas yang sudah didim (pindah kepemilikan),<br />
itu bisa dilakukan termasuk<br />
pembayaran pajaknya oleh pribadi PNS<br />
yang bersangkutan. (AYU) FOTO: IWAN AR-<br />
MANIAS/PARLE/IW<br />
28 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP MKD DPR RI<br />
MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN<br />
TEROBOSAN MKD UNTUK<br />
TRANSPARANSI<br />
MKD atau Mahkamah Kehormatan<br />
Dewan benar-benar mendapat perhatian<br />
publik dalam beberapa waktu terakhir.<br />
Perhatian itu dijawab pula dengan<br />
melakukan terobosan, membuka sidang<br />
pemeriksaan kepada publik. Langkah<br />
pertama dimulai pada saat mende ngar<br />
keterangan pihak pengadu Menteri<br />
ESDM Sudirman Said dalam perkara<br />
dugaan pelanggaran etik oleh Ketua DPR<br />
Setya Novanto. “Iya sidang MKD itu pada<br />
prinsipnya tertutup tetapi apabila persidangan<br />
meminta terbuka, bisa saja itu<br />
dilakukan. Prinsipnya kami mencermati<br />
kasus ini sangat menarik perhatian masyarakat<br />
sehingga ini tentu menjadi pertimbangan,”<br />
kata anggota MKD Darizal<br />
Basir di Gedung DPR, Senayan, Jakarta<br />
awal Desember <strong>2015</strong>.<br />
Wakil rakyat dari daerah pemilihan<br />
Sumbar I ini menyebut pihaknya menyadari<br />
harapan masyarakat sangat<br />
besar pada penuntasan kasus dugaan<br />
pencatutan nama Presiden Jokowi dan<br />
Wapres Jusuf Kalla oleh Ketua DPR. Ia<br />
menekankan MKD dalam proses pemeriksaan<br />
hanya fokus pada apakah ada<br />
pelanggaran etik. Masalah lain misalnya<br />
pidana merupakan ruang bagi kepolisian<br />
dan kejaksaan.<br />
Pendapat akhir 10 anggota MKD menyatakan<br />
Setya Novanto bersalah melanggar<br />
kode etik dengan sanksi ringan<br />
sedangkan 7 memilih sanksi berat. Persidangan<br />
ditutup setelah Novanto menyampaikan<br />
surat pengunduran diri<br />
sebagai Ketua DPR.<br />
Mahkamah Kehormatan DPR RI pada<br />
masa persidangan I tahun <strong>2015</strong>-2016<br />
telah menerima 17 perkara baik dengan<br />
pengaduan maupun tanpa pengaduan.<br />
Hal ini disampaikan Pimpinan MKD<br />
dalam konferensi pers di Gedung DPR,<br />
Senayan, akhir Oktober lalu. Perkara<br />
yang telah diputuskan diantaranya dinyatakan<br />
terbukti melanggar kode etik.<br />
Perkara tersebut adalah, Kasus Krisna<br />
Mukti (FPKB) yang terbukti melakukan<br />
pelanggaran kode etik terkait etika<br />
keluarga dan pribadi dan dikenakan<br />
sanksi teguran lisan. Selanjutnya perkara<br />
Frans Agung Mula Putera (FP Hanura)<br />
mendapat sanksi teguran tertulis<br />
demikian pula Zulfadhli (FPG). Sementara<br />
perkara Muhlisin (FPPP) dinyatakan<br />
tidak terbukti melakukan pelanggaran<br />
kode etik.<br />
Rapat pleno MKD juga memutuskan<br />
Ketua DPR Setya Novanto dan<br />
Wakil Ketua Fadli Zon telah melakukan<br />
pelanggaran kode etik saat melakukan<br />
pertemuan dengan pengusaha yang<br />
juga calon kandidat Presiden AS Do nald<br />
Triumph. Keputusan diambil setelah<br />
melewati pembahasan dan perdebatan<br />
Pimpinan MKD menerima palu sidang dari Wakil<br />
Ketua DPR Fahri Hamzah<br />
diantara anggota mahkamah, pada akhirnya<br />
semua sepakat dua pimpinan dewan<br />
ini melakukan pelanggaran kode<br />
etik ringan. Selanjutnya sanksi lain juga<br />
diberikan kepada Wakil Ketua DPR Fahri<br />
Hamzah yang tersandung etik saat menyatakan<br />
sebagian anggota dewan rada-rada<br />
bloon dalam sebuah talk show<br />
acara televisi.<br />
Ketua MKD Surahman Hidayat<br />
menjelaskan dalam melaksanakan tugas<br />
sejumlah pihak diajak serta diantaranya<br />
Polri, PPATK, pakar dari perguruan<br />
tinggi dan media yang membantu mengabarkan<br />
perkembangan perkara kepada<br />
masyarakat. “Kita mengharapkan<br />
dukungan DPR baik secara kelembagaan<br />
maupun personal,” tutur politisi FPKS<br />
ini. Tidak kalah penting dukungan masyarakat<br />
luas untuk bersama memba ngun<br />
dan memperkuat kelembagaan DPR<br />
RI sebagai lembaga perwakilan rakyat.<br />
MKD HASIL TERBAIK UU MD3<br />
Mahkamah Kehormatan Dewan -<br />
MKD DPR RI mengundang Pakar Hukum<br />
Tata Negara Jimly Assiddiqi untuk<br />
menggali masukan dalam upaya<br />
mengoptimalkan peran AKD yang baru<br />
dibentuk ini. Setelah berubah menjadi<br />
Mahkamah ada sejumlah penyesuaian<br />
kalau dibandingkan pendahulunya<br />
Badan Kehormatan. Prof. Jimly Assiddiqi<br />
menyebut MKD sebagai hal positif yang<br />
patut diapresiasi. “Ditengah banyak pertanyaan<br />
soal materi UU MD3 ada yang<br />
sangat bagus yaitu dimuatnya ketentuan<br />
tentang MKD,” paparnya.<br />
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi<br />
ini menyebut perkembangan di dunia<br />
saat ini orang semakin sadar hukum<br />
pidana tidak bisa lagi diandalkan untuk<br />
mengatur manusia. Hukum semakin<br />
rumit, tidak efisien dan persidangan<br />
di pengadilan bisa memakan waktu 2<br />
tahun sementara nama baik institusi<br />
tersandera. “Masalah ini yang dijawab<br />
dengan peradilan etika, bagaimana<br />
menyelamatkan nasib institusi karena<br />
jarang sekali putusan pengadilan bisa<br />
cepat. Jadi MKD ini proyek pertama DPR<br />
yang menggunakan istilah pengadilan.<br />
Saya harap bisa sukses dan mengubah<br />
wajah DPR,” kata dia. Ia menyebut keberhasilan<br />
Komite Etik di Senat Amerika<br />
Serikat. Para senator yang terhormat itu<br />
sangat segan kepada lima orang anggota<br />
Komisi Etik yang berhasil menjalankan<br />
tugasnya menjaga wibawa pejabat publik.<br />
Saat ini menurutnya di 50 negara bagian<br />
AS sudah memiliki lembaga etik dan<br />
terus berkembang.<br />
Untuk membangun pemahaman yang<br />
benar diantara anggota dewan MKD<br />
mengadakan kegiatan Sosialisasi Peraturan<br />
DPR RI tentang Kode Etik dan<br />
Tata Beracara. Pelaksanaan kegiatan<br />
dilakukan secara bertahap. Salah satu<br />
pertanyaan yang mengemuka dalam<br />
sosialisasi di Fraksi PAN akhir Mei lalu<br />
ialah tentang sanksi bagi anggota yang<br />
melanggar kode etik. Sanksi tersebut<br />
yaitu sanksi ringan berupa teguran lisan<br />
atau tertulis, sanksi sedang de ngan pemindahan<br />
keanggotaan pada alat kelengkapan<br />
DPR atau pemberhentian<br />
dari jabatan pimpinan DPR atau pimpinan<br />
AKD. Sedangkan sanksi berat adalah<br />
pemberhentian sementara paling singkat<br />
selama tiga bulan atau pemberhentian<br />
sebagai anggota dewan. (IKY) FOTO:<br />
IWAN ARMANIAS/PARLE/IW<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
29
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP PANSUS DPR RI<br />
PANITIA KHUSUS<br />
LINDUNGI HAK KARYA INTELEKTUAL MELALUI<br />
PATEN DAN MERK<br />
Untuk menjalankan fungsi dan tugasnya, DPR memiliki beberapa<br />
unit kerja yang biasa disebut dengan alat-alat kelengkapan.<br />
Alat-alat kelengkapan DPR tersebut ada yang bersifat<br />
tetap dan ada yang sementara. Yang dimaksud dengan tetap<br />
adalah unit kerja yang terus menerus ada selama masa kerja<br />
DPR berlangsung, yakni selama lima tahun.<br />
Keanggotannya juga tidak berubah dari awal sampai akhir,<br />
kecuali ada pemberhentian. Sedangkan yang sementara bersifat<br />
sebaliknya, hanya dibentuk untuk kebutuhan dan tujuan<br />
tertentu dalam jangka waktu tertentu pula.<br />
Tim Pansus RUU Merek tinjau Dirjen HAKI Kemenkumhan<br />
Seperti halnya, Panitia Khusus (Pansus) yang ditetapkan<br />
oleh rapat paripurna berdasarkan perimbangan jumlah anggota<br />
tiap-tiap fraksi. Pansus bertugas melaksanakan tugas<br />
tertentu dalam jangka waktu tertentu pula. Namun demikian,<br />
rapat paripurna atau bamus dapat memperpanjang atau memperpendek<br />
jangka waktu penugasan Pansus.<br />
Dalam tahun <strong>2015</strong>, ada beberapa Pansus yang telah ditetapkan.<br />
Pada pertengahan Juni, Anggota Komisi III DPR John<br />
Kenedy Azis terpilih menjadi Ketua Pansus RUU Paten. John<br />
Azis terpilih berdasarkan kesepakatan rapat tertutup yang<br />
dipimpin oleh Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan (F-PAN), di<br />
Gedung DPR, Jakarta, Selasa (30/6).<br />
Politisi dari Partai Golkar, yang terpilih sebagai Ketua Pansus<br />
RUU Paten ini meminta kepada seluruh pimpinan dan anggota<br />
Pansus untuk sungguh-sungguh, dan saling bekerjasama<br />
dalam penyusunan RUU Paten. Apalagi, tambahnya, saat ini<br />
DPR sangat disorot oleh publik terkait kinerjanya yang kurang<br />
memuaskan.<br />
“Mari kita buktikan kepada masyarakat bahwa dugaan itu<br />
tidaklah benar. Karena itu, saya minta dukungan dari seluruh<br />
Anggota Pansus, apa yang menjadi amanah ini, kita kerjakan<br />
dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.<br />
Terkait RUU Paten menurutnya, hak paten itu menunjukkan<br />
kemajuan peradaban suatu negara, sehingga makin<br />
banyak hak paten yang didaftarkan berarti negara itu kaya,<br />
karena hak paten itulah yang akan menggerakkan sektor perekonomian<br />
masyarakat. Termasuk usaha kecil dan menengah<br />
(UKM). Hanya saja kesadaran masyarakat terhadap pentingnya<br />
hak paten tersebut masih rendah.<br />
“Hak paten itu menunjukkan kemajuan peradaban suatu<br />
negara. Seperti negara-negara maju yang setiap tahunnya bisa<br />
ratusan ribu bahkan jutaan hak paten atas hasil karya teknologi<br />
yang dihasilkan,” tegas John Kenedy Aziz<br />
Karena itu politisi F-PG itu berharap Indonesia terus<br />
mengembangkan hak paten, mengingat sudah menjadi indikator,<br />
peringkat kemajuan suatu negara di dunia. Sekaligus untuk<br />
melindungi hak karya intelektual masyarakat dan mencegah<br />
masyarakat lain untuk mengambil keuntungan secara ilegal.<br />
“Jadi, DPR berkomitmen akan pentingnya hak paten ini untuk<br />
kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Insya Allah<br />
sekitar April – Mei 2016 akan disahkan,” ujarnya.<br />
Sementara itu, Anggota Komisi VIII DPR Desy Ratnasari (F-<br />
PAN) terpilih menjadi Ketua Pansus RUU Merek. Keputusan ini<br />
didapatkan setelah rapat tertutup yang dipimpin oleh Wakil<br />
Ketua DPR Fadli Zon, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (6/7).<br />
Ketua Pansus RUU Merek Desy Ratnasari mengatakan,<br />
dirinya mengharapkan RUU Merek dapat memudahkan pelayanan<br />
dan pendaftaran merek lokal para pengusaha Usaha<br />
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) nantinya.<br />
“Kita mengharapkan RUU ini dapat memberikan pelayanan<br />
bagi UMKM dalam mendaftarkan mereknya serta dapat muncul<br />
merek lokal sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat<br />
Indonesia,” jelasnya kepada Parlementaria, di Gedung<br />
DPR, Jakarta, Senin, (31/8).<br />
Menurutnya, RUU Merek ini akan memangkas waktu<br />
pendaftaran merek yang tadinya bertele-tele melalui RUU ini<br />
semakin dipermudah, serta memberikan kepastian terhadap<br />
merek lokal dan masyarakat dapat semakin mencintai produk<br />
dalam negeri. “Melalui RUU ini kita semua berharap dapat<br />
memberikan pelayanan lebih mudah dan muncul pelaku ekonomi<br />
lokal yang bersaing dikancah internasional,” katanya.<br />
Sementara itu, Wakil Ketua Pansus RUU Merek Refrizal<br />
mengatakan, kuatnya arus globalisasi di segala bidang, termasuk<br />
sektor perdagangan barang dan jasa, yang sudah tidak<br />
mengenal lagi batas-batas wilayah negara, membuat suatu<br />
regulasi di bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) termasuk<br />
merek harus mampu memenuhi perkembangan yang ada serta<br />
efektif dalam memberikan jaminan hukum bagi merek yang<br />
telah didaftarkan.<br />
“Merek sebagai salah satu karya intelektual manusia yang<br />
erat hubungannya dengan kegiatan ekonomi dan perdagangan<br />
memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan<br />
saat ini,” ujar Refrizal selaku Ketua Tim saat kunker RUU Merek<br />
di Surabaya, Kamis, (17/9).<br />
Menurutnya, pentingnya suatu merek merupakan konsekuensi<br />
Indonesia yang telah menjadi anggota Organisasi<br />
Perdagangan Dunia (WTO) melalui UU Nomor 7 Tahun 1994<br />
tentang Pembentukan Pengesahan Organisasi Perdagangan<br />
Dunia pada tanggal 2 November 1994, yang memuat Lampiran<br />
Aggrement on Trade Related Aspects of Intellectual Property<br />
Rights (Perjanjian TRIPs).<br />
“Tujuan Perjanjian TRIPs adalah memberikan perlindungan<br />
Hak Kekayaan Intelektual dan prosedur penegakkan hak<br />
menuju perdagangan yang sehat,” ujarnya.<br />
30 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
Pimpinan Pansus RUU MInol<br />
Penetapan Pimpinan Pansus Angket Pelindo II<br />
Pada Oktober <strong>2015</strong>, Politisi PPP Mohammad Arwani Tomafi<br />
terpilih dan disahkan sebagai Ketua Pansus RUU Larangan<br />
Minuman Beralkohol (Minol) dalam rapat perdana Pansus yang<br />
dipimpin Wakil Ketua DPR Agus Hermanto, Kamis (22/10) di<br />
Gedung DPR, Jakarta.<br />
Ketua Pansus Arwani Tomafi yang didampingi tiga wakilnya<br />
mengatakan, pembahasan RUU Minol adalah kerja bersama<br />
untuk memenuhi target kebutuhan legislasi yang telah diputuskan<br />
Prolegnas sebagai RUU Prioritas <strong>2015</strong>.<br />
Rapat internal Pansus RUU Minol, Selasa (17/11), memutuskan,<br />
pembahasan RUU tersebut dilakukan dalam tiga kali<br />
masa persidangan dan ditargetkan selesai pada Juni 2016.<br />
Menurut Arwani, selain menyetujui jadwal acara pembahasan<br />
RUU tersebut, rapat Pansus juga sepakat untuk mengundang<br />
beberapa pihak yang terkait dengan masalah minuman<br />
beralkohol, seperti tokoh masyarakat, ormas, tokoh dan<br />
organisasi keagamaan MUI, PGI,<br />
KWI dan PHDI, Walubi dan Majelis<br />
Tinggi Agama Kong Hu Cu (Matakin).<br />
Pansus menjadwalkan menggelar<br />
rapat kerja dengan enam kementerian<br />
yakni Menteri Perdagangan,<br />
Menteri Perindustrian,<br />
Menteri Agama, Menteri Kesehatan,<br />
Menteri Keuangan dan Menteri<br />
Hukum dan HAM. Pansus juga<br />
mengagendakan mengundang dan<br />
mengunjungi beberapa Pemprov yang sebagian telah memiliki<br />
Perda Larangan Minol.<br />
Wakil Ketua Pansus RUU Minol Lili Asdjudiredja mengatakan,<br />
pengaturan minol secara spesifik dalam suatu UU sangat<br />
penting. Pasalnya tingkat konsumsi minol pada generasi<br />
muda semakin tinggi, sudah banyak korban jiwa secara masal<br />
dan dalam waktu bersamaan terutama untuk kategori minuman<br />
oplosan.<br />
Anggota Pansus Achmad Mustaqim mengusulkan agar Pansus<br />
juga mengundang Front Pembela Islam (FPI) dan Hizbut<br />
Tahrir Indonesia (HTI) serta ormas lain yang akrab dengan<br />
pemberantasan minuman keras (beralkohol). Mereka bisa diminta<br />
pandangannya mengenai pemberantasan minol sebab<br />
terkadang mereka berada di garis paling depan sehingga Pansus<br />
bisa minta pandangan dan solusi yang ditawarkan.<br />
Anggota Pansus RUU Larangan Minimal Beralkohol (Minol)<br />
Mohammad Syafii mengatakan, anggota DPR periode ini memiliki<br />
kesamaan pandangan bersama pemerintah bahwa RUU<br />
Minol harus diselesaikan pada Juni 2016. Terkait judul RUU Larangan<br />
bukan Pengaturan, sebetulnya minol ini tidak punya<br />
dampak positif apapun.<br />
“Substansi yang akan dibahas adalah melindungi segenap<br />
bangsa Indonesia, sebab sudah jadi fakta bahwa kerusuhan,<br />
kecelakaan dan perkelahian serta tindak kejahatan itu berawal<br />
dari konsumsi minuman keras. Dunia sepakat minuman keras<br />
jadi sumber berbagai bentuk kejahatan dan pelanggaran hukum,”<br />
tandas politikus Gerindra, Rabu (2/11).<br />
Sementara itu, baru-baru ini, Pansus Angket Pelindo II DPR<br />
yang diketuai oleh politisi dari F-PDI Perjuangan Rieke Diah<br />
Pitaloka, mendesak agar Dirut PT Pelindo II, RJ Lino, diberhentikan<br />
sementara agar tak mengganggu jalannya pemeriksaan<br />
yang dilakukan Pansus. Desakan pemberhentian sementara<br />
itu disampaikan Ketua Pansus Rieke Diah Pitaloka kepada<br />
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah.<br />
Pansus Pelindo II DPR terus mendalami beberapa temuantemuan<br />
berkaitan dengan beberapa kasus di PT. Pelindo II.<br />
Pansus menemukan potensi kerugian negara dan pelanggaran<br />
peraturan perundang-undangan.<br />
Wakil Ketua Pansus Pelindo II Aziz Syamsuddin mengatakan<br />
fakta dan data menjadi bukti penting dalam penyelidikan dan<br />
penyidikan atas sebuah skandal. Kesimpulan dan putusan<br />
yang tepat didasarkan pada fakta dan data yang akurat. Inilah<br />
yang sedang dilakukan oleh Panitia<br />
Khusus (Pansus) Pelindo II DPR RI.<br />
Fakta dan data dari ketiga lembaga<br />
ini sangat dibutuhkan oleh<br />
Pansus untuk saling mengkonfrontir<br />
data mana yang sesungguhnya<br />
sangat valid atas neraca keuangan<br />
dan data proyek Pelindo II. Dari<br />
ketiganya pula akan diketahui penyelewengan<br />
yang telah dilakukan<br />
oleh Direksi Pelindo II.<br />
Anggota Pansus Pelindo II Masinton<br />
Pasaribu dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,<br />
menjelaskan beberapa temuan-temuan berkaitan<br />
dengan beberapa kasus di Pelindo II, antara lain kasus pertama<br />
mengenai kasus pengadaan barang dan jasa yaitu 10 unit<br />
mobil crane dan 3 unit Quay Container Crane (QCC), serta<br />
pengadaan IT.<br />
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyatakan, hak DPR untuk<br />
mengajukan pemberhentian Dirut Pelindo II. Pimpinan<br />
DPR juga akan menjaga hak konstitusional DPR itu untuk menyelidiki<br />
suatu kasus hingga terungkap secara jelas dan tuntas.<br />
Menurut Fahri, proses penyelidikan yang dilakukan DPR<br />
kerap kali mendapat tantangan besar dan Pimpinan DPR akan<br />
ikut membantu mengawal kerja Pansus ini. (NT) FOTO: IWAN AR-<br />
MANIAS, ANDRI, NAEFUROJI/PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
31
laporan utama<br />
KALEIDOSKOP SETJEN DPR RI<br />
TINGKATKAN KINERJA<br />
SETJEN DUKUNG PARLEMEN<br />
MODERN<br />
Pelantikan lima Pimpinan Tinggi Madya Setjen DPR RI<br />
baru yaitu Badan Keahlian Dewan (BKD)<br />
guna memperkuat fungsi dan tugas DPR.<br />
Terkait itu, Sekretaris Jenderal DPR RI<br />
Winantuningtyastiti melantik 14 pejabat<br />
baru di lingkungan Sekretariat Jenderal<br />
terutama untuk mengisi struktur baru<br />
di BKD, Kamis (19/11/15).<br />
Dalam sambutan pelantikannya,<br />
Sekjen menyampaikan, Sekretariat Jenderal<br />
memang harus fleksibel menyambut<br />
perubahan struktural yang terjadi,<br />
agar layanan publik dan kebutuhan para<br />
anggota bisa segera dipenuhi. Mereka<br />
yang dilantik ini merupakan pejabat<br />
ese lon II, III, dan IV yang akan bertugas<br />
di Badan Keahlian Dewan (BKD). BKD,<br />
lanjut Win demikian ia biasa dipanggil,<br />
merupakan badan baru yang menyiapkan<br />
semua kebutuhan kajian, data akademis,<br />
dan hasil penelitian. MKD harus<br />
betul-betul profesional bekerja tanpa<br />
harus dicampuri kepentingan politik.<br />
Sebelumnya, Ketua DPR RI Setya Novanto<br />
melantik 5 (lima) Pimpinan Tinggi<br />
Madya di lingkungan Sekretariat Jenderal<br />
DPR RI hari ini, Kamis (17/9/<strong>2015</strong>)<br />
di Pustakaloka Gedung DPR RI, Senayan,<br />
Jakarta.<br />
Sekjen DPR RI menerima penghargaan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK<br />
DPR RI berkomitmen mewujudkan<br />
Parlemen Modern, dengan terus mendorong<br />
transformasi dan reformasi<br />
kelembagaan. Deputi bidang Persidangan<br />
Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR<br />
RI Damayanti mengatakan reformasi<br />
kelembagaan ini didasarkan pada prinsip<br />
terwujudnya transparansi, penggunaan<br />
teknologi informasi dan reformasi<br />
reprentasi rakyat.<br />
Penggunaan teknologi informasi<br />
dalam rangka mewujudkan DPR RI sebagai<br />
parlemen modern juga diperlukan<br />
dalam melakukan aksi kehumasan dengan<br />
memanfaatkan teknologi informasi<br />
yang dikenal dengan sebutan electronic<br />
publik relation atau e-PR.<br />
Selain itu, penataan organisasi di<br />
lingkungan Sekretariat Jenderal DPR RI<br />
juga dilakukan guna meningkatkan kinerja<br />
dalam mengemban tugas layanan<br />
dan dukungan kepada anggota dewan<br />
terutama dalam mendukung terciptanya<br />
Parlemen Modern yang selama ini menjadi<br />
cita-cita DPR RI Periode 2014-2019.<br />
Guna mendukung hal tersebut,<br />
Setjen DPR telah membentuk struktur<br />
Lima pejabat tersebut antara lain<br />
Winantuningtyastiti sebagai Sekretaris<br />
Jenderal DPR RI, K. Johnson Rajaguk<br />
32 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
Sekjen DPR RI melantik Pejabat Eselon II, III, IV Badan Keahlian Dewan (BKD)<br />
BERPERAN AKTIF DALAM<br />
PERTEMUAN ASGP<br />
Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPR,<br />
Winantuningtyastiti, telah menghadiri<br />
Pertemuan Association of Secretaries<br />
General of Parliaments (ASGP)<br />
yang berlangsung pada tanggal 18—21<br />
Oktober <strong>2015</strong> di Jenewa, Swiss. Acara<br />
ini diselenggarakan bersamaan de ngan<br />
konfe rensi The 133 th Assembly of the Inter-Parliamentary<br />
Union (IPU) and Its<br />
Related Meetings. Sekjen DPR adalah<br />
anggota Executive Committee ASGP untuk<br />
periode 2014—2017.<br />
Dalam sesi-sesi diskusi dalam sidang<br />
ASGP tersebut Sekjen DPR menyampaikan<br />
antara lain yang terkait dengan<br />
Gedung parlemen merupakan salah satu<br />
bangunan Negara yang harus dapat di<br />
akses secara mudah bagi masyarakat<br />
untuk datang dan menyaksikan prosesproses<br />
kerja DPR, sebagai pusat pembelajaran<br />
sejarah demokrasi dan keparlemenan<br />
serta tempat untuk masyarakat<br />
menyampaikan aspirasinya secara baik.<br />
Oleh karenanya saat ini Parlemen Indonesia<br />
sedang merencanakan pembangunan<br />
fasilitas khusus bagi masyarakat<br />
yang dinamakan “alun-alun demokrasi,<br />
museum, pusat riset dan perpustakaan.<br />
Namun untuk hal ini DPR masih menghadapi<br />
resistensi dari publik. Maka DPR<br />
terus berupaya melaksanakan berbagai<br />
kegiatan untuk mengajak masyarakat<br />
membangun fasilitas bersama yang akan<br />
bermanfaat tidak saja bagi DPR tetapi<br />
juga bagi masyarakat.<br />
Terkait dengan semangat membentuk<br />
parlemen modern yaitu dengan<br />
mendorong terciptanya transparansi<br />
dan akuntabilitas parlemen melalui peningkatan<br />
informasi berbasis IT, Sekjen<br />
guk sebagai Kepala Badan Keahlian,<br />
Se tyanta Nugraha sebagai Inspektur<br />
Utama, Achmad Djuned sebagai Deputi<br />
Administrasi, dan Damayanti sebagai<br />
Deputi Bidang Persidangan.<br />
KELEMBAGAAN DPR TERBUKTI<br />
TRANSPARAN<br />
Dalam hal transparansi, pengelolaan<br />
keuangan di lingkungan Setjen DPR<br />
terbukti transpaan. Hal ini dilihat dari<br />
penghargaan opini Wajar Tanpa Pengecualian<br />
(WTP) atas laporan keuangan<br />
Kementerian/Lembaga tahun 2014 yang<br />
diterima Setjen DPR dari BPK RI. Penghargaan<br />
opini WTP tersebut diterima<br />
langsung Sekretaris Jenderal DPR Winantuningtyastiti<br />
Swasanani di gedung<br />
BPK, Jakarta, Senin (15/6/<strong>2015</strong>). Selain<br />
itu, Setjen DPR juga menerima penghargaan<br />
yang sama yaitu penghargaan Opini<br />
Wajar tanpa pengecualian (WTP) dari<br />
Kementerian Keuangan dalam pengelolaan<br />
keuangan lembaga Tahun Anggaran<br />
2014. Penghargaan yang diraih DPR<br />
tersebut diterima langsung oleh Sekretaris<br />
Jenderal DPR RI Winantuningtyastiti<br />
Swasanani dari Menko Ekuin Darmin<br />
Nasution didampingi Menteri Keuangan<br />
Bambang Brodjonegoro di Kementerian<br />
Keuangan, Jumat (02/09/<strong>2015</strong>).<br />
Kedua penghargaan tersebut diraih<br />
oleh Setjen DPR sudah yang keenam<br />
kalinya. “Alhamdulillah untuk keenam<br />
kalinya DPR mendapatkan penghargaan<br />
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk<br />
laporan keuangan dari BPK maupun<br />
Kementerian Keuangan, hal ini membuktikan<br />
bahwa pengelolaan keuangan<br />
DPR dilakukan secara akuntabel dan<br />
transparan,” ungkap Sekjen DPR.<br />
Sekjen DPR RI Winantuningtyastiti<br />
DPR mengingatkan perlunya membangun<br />
sistem keamanan fisik maupun<br />
keamanan informasi melalui regulasi.<br />
Dengan demikian masyarakat yang<br />
datang maupun yang tidak berkesempatan<br />
datang langsung ke gedung DPR<br />
dapat mengetahui proses-proses kerja<br />
dan hasil kerja yang terjadi di Parlemen<br />
melalui sarana tehnologi informasi dan<br />
fasilitas yang baik. Beberapa hal yang<br />
telah dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal<br />
Parlemen Indonesia terkait dengan<br />
aksesibilitas masyarakat untuk mengetahui<br />
proses kerja di Parlemen Indonesia,<br />
yaitu: Website, Video tron, TV Parlemen,<br />
Majalah Parlementaria, Kerjasama<br />
TV Swasta, Media cetak dan juga Media<br />
Sosial. (SKR) FOTO: NAEFUROJI, ANDRI, JAKA/<br />
PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
33
sumbang saran<br />
Kinerja DPR dan Tantangannya<br />
Menutup Tahun <strong>2015</strong>, Dewan Perwakilan Rakyat Republik<br />
Indonesia (DPR RI) masih diliputi berbagai<br />
tantangan yang tidak ringan terutama persoalan<br />
menghadapi persepsi publik (masyarakat) yang menilai<br />
bahwa DPR belum menunjukkan kinerja yang optimal dan<br />
cenderung dituduh tidak aspiratif terhadap berbagai tuntutan<br />
masyarakat. Kondisi tersebut kemudian ditambah dengan<br />
kondisi internal DPR yang masih dihinggapi berbagai persoalan<br />
termasuk kasus yang menimpa<br />
Ketua DPR Setya Novanto.<br />
Hal ini tentu menjadi<br />
tantangan yang tidak ringan<br />
untuk dapat diatasi oleh DPR<br />
secara kelembagaan.<br />
Sejatinya, DPR telah<br />
berusaha seoptimal mungkin<br />
dalam kerangka menjalankan<br />
berbagai fungsinya<br />
yaitu fungsi legislasi, fungsi<br />
anggaran, dan fungsi pengawasan,<br />
serta fungsi diplomasi<br />
parlemen. Hal itu<br />
semua dapat terlihat dalam<br />
Ringkasan Laporan Kinerja<br />
Tahun Sidang 2014-<strong>2015</strong>. Selain itu DPR juga telah melakukan<br />
reformasi kelembagaan sejak awal periode keanggotaan 2014-<br />
2019 dalam rangka menuju parlemen modern yang ditandai<br />
dengan dibentuknya Rencana Strategis (Renstra) <strong>2015</strong>-2019.<br />
Pelaksanaan fungsi legislasi merupakan kegiatan pembentukan<br />
undang-undang yang di dalamnya terdapat siklus<br />
berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, penyusunan,<br />
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.<br />
Pelaksanaan fungsi legislasi DPR perlu dimaknai<br />
lebih luas, bukan hanya membahas rancangan undang-undang<br />
(RUU) bersama dengan Pemerintah, untuk kemudian dihitung<br />
secara kuantitatif jumlah RUU yang telah disahkan menjadi<br />
undang-undang, melainkan bagaimana DPR melaksanakan<br />
rangkaian kegiatan dalam sebuah siklus tersebut dari tahap<br />
perencanaan sampai secara intens dan penuh dedikasi.<br />
Kinerja legislasi DPR dalam Tahun Sidang 2014–<strong>2015</strong> belum<br />
menunjukkan hasil yang signifikan sesuai dengan target<br />
yang diharapkan berdasarkan jumlah RUU yang ditetapkan<br />
dalam Prolegnas. Hal ini tidak lepas dari adanya tantangan<br />
dan hambatan dalam membentuk undang undang Antara lain:<br />
Pertama, pengesahan Prolegnas 2014–2019 yang mengalami<br />
keterlambatan sampai dengan masa persidangan kedua Tahun<br />
Sidang 2014–<strong>2015</strong>. Keterlambatan ini berimplikasi terhadap<br />
waktu penyelesaian pembentukan sebuah undang-undang,<br />
yang kemudian berlanjut terhadap tertundanya proses pembahasan<br />
RUU antara DPR dan Pemerintah.<br />
Kedua, dalam penyusunan/penetapan<br />
Prolegnas,<br />
persyaratan naskah akademik<br />
(NA) dan rancangan<br />
undang-undang (RUU) tampaknya<br />
belum secara riil<br />
tersedia, karena setelah Prolegnas<br />
ditetapkan tidak serta<br />
merta komisi menyampaikan<br />
NA dan RUU ke Badan Legislasi<br />
(Baleg) untuk dilakukan<br />
pengharmonisasian, pembulatan,<br />
dan pemantapan konsepsi.<br />
Padahal dalam catatan<br />
Baleg ada 15 (lima belas) RUU<br />
yang sudah dalam Tahap<br />
Pembicaraan Tingkat I dan sudah selesai dilakukan harmonisasi<br />
pada periode keanggotaan DPR 2009-2014 yang berarti<br />
sudah ada draft RUU dan Naskah Akademiknya, namun Komisi-komisi<br />
Pengusul RUU akan membahas kembali dari awal.<br />
Ketiga, prioritas kerja Anggota DPR yang belum terfokus<br />
pada penyelesaian target legislasi. Hal ini dikarenakan Anggota<br />
DPR masih terpecah perhatiannya untuk menyelesaikan<br />
permasalahan baik di tingkat internal, maupun dalam penanganan<br />
fungsi DPR yang lainnya yaitu fungsi pengawasan dan<br />
fungsi anggaran. Upaya yang ditempuh untuk mengatasi hal<br />
ini yaitu dengan lebih mengefektifkan 2 hari legislasi dalam<br />
seminggu selama masa sidang. Upaya ini diharapkan dapat<br />
mempercepat penyelesaian RUU yang merupakan Prioritas<br />
Prolegnas. Selain itu, kunjungan kerja Anggota DPR maupun<br />
Komisi dan AKD yang tidak simultan berangkatnya ke daerahdaerah<br />
yang dikunjungi, ikut mengurangi waktu yang tersedia<br />
untuk mengadakan rapat Panja tertentu pada alat kelengkapan<br />
yang mengadakan kunjungan kerja.<br />
34 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
Indra Pahlevi<br />
Peneliti Bidang Politik Dalam Negeri Pada Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Jakarta.<br />
SEJATINYA, DPR<br />
TELAH BERUSAHA<br />
SEOPTIMAL MUNGKIN<br />
DALAM KERANGKA<br />
MENJALANKAN BERBAGAI<br />
FUNGSINYA YAITU FUNGSI<br />
LEGISLASI, FUNGSI<br />
ANGGARAN, DAN FUNGSI<br />
PENGAWASAN, SERTA<br />
FUNGSI DIPLOMASI<br />
PARLEMEN.<br />
Keempat, penyelesaian tahap penyusunan dan penyampaian<br />
RUU dari pemerintah atau DPR untuk dilakukan pembahasan<br />
bersama tidak berjalan dengan baik. Hal ini menunjukan<br />
bahwa komitmen terhadap Prolegnas yang sudah disepakati<br />
bersama antara DPR dengan Pemerintah selama ini masih<br />
kurang.<br />
Kelima, Baleg yang memiliki peran signifikan<br />
dalam penyiapan RUU menjadi RUU<br />
Usul<br />
DPR pada periode 2009-2014, pada<br />
periode 2014-2019 tidak lagi memiliki tugas<br />
dalam penyiapan RUU sehingga akan<br />
berpengaruh terhadap percepatan jumlah<br />
RUU yang penyiapannya menjadi tanggung<br />
jawab DPR.<br />
Dalam pelaksanaan fungsi Anggaran, seluruh<br />
siklus pembahasan APBN telah dilaksanakan<br />
oleh Badan Anggaran dan berhasil<br />
diselesaikan dalam waktu yang seharusnya<br />
karena seluruh siklus pembahasan dibatasi<br />
oleh waktu yang telah ditetapkan oleh UU.<br />
Namun seluruh kinerja tersebut juga tidak<br />
terlepas dari tantangan, terlebih tahun sidang<br />
2014-<strong>2015</strong> merupakan awal periode<br />
DPR tahun 2014-2019.<br />
Tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan<br />
fungsi anggaran yaitu dalam konteks era keterbukaan<br />
saat ini, tentu masyarakat lebih ingin tahu kinerja dari<br />
wakil rakyat pilihannya di DPR. Transparansi, kemudahan<br />
dan kecepatan untuk mendapat akses informasi tentu sangat<br />
diinginkan oleh masyarakat. Badan Anggaran berupaya<br />
terus untuk melakukan perbaikan pelaksanaan fungsi anggaran<br />
dengan membuat rapat-rapat bersifat terbuka, sehingga<br />
memudahkan masyarakat untuk memantau kinerja Dewan<br />
dalam memperjuangkan aspirasi mereka. Juga terus berupaya<br />
untuk meng-upload kesepakatan-kesepakatan dalam website<br />
DPR. Selain itu juga melakukan RDP/RDPU dengan pakar/institusi/masyarakat<br />
untuk mendapatkan masukan/referensi/<br />
aspirasi sebagai bahan evaluasi pengalokasian APBN tahun<br />
berjalan dan sebelumnya, serta persiapan pembahasan APBN<br />
tahun berikutnya.<br />
Terhadap pelaksanaan fungsi pengawasan DPR, dalam kurun<br />
waktu Tahun Sidang 2014–<strong>2015</strong> lalu, pelaksanaan fungsi<br />
pengawasan Dewan sedikit mengalami perlambatan. Hal ini<br />
dikarenakan DPR harus melakukan kesepakatan pengutamaan<br />
atas kepentingan nasional di antara dua koalisi yang<br />
saat itu masih mengemuka, yaitu antara Koalisi Indonesia<br />
Hebat dan Koalisi Merah Putih. Salah satu dampaknya adalah<br />
setiap AKD-terutama Komisi-Komisi yang<br />
mengundang Menteri dan pejabat Esselon<br />
I untuk melakukan rapat-rapat di DPR tidak<br />
hadir. Selain itu, DPR juga harus melakukan<br />
penyesuaian mitra kerja di beberapa komisi<br />
karena adanya perubahan nomenklatur kementerian<br />
di Kabinet Kerja.<br />
Dalam Tahun Sidang 2014-<strong>2015</strong> lalu, DPR<br />
membentuk 4 (empat) Tim dan 38 (tiga puluh<br />
delapan) Panja. Tim dibentuk di Pimpinan<br />
DPR sedangkan Panja dibentuk di AKD.<br />
Adapun tim yang dibentuk di Pimpinan DPR<br />
yaitu Tim Pemantau DPR terhadap Pelaksanaan<br />
Undang-Undang terkait Otonomi<br />
Daerah Khusus Aceh, Papua, Papua Barat,<br />
dan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta;<br />
Tim Pengawas DPR RI terhadap<br />
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia; Tim<br />
Implementasi Reformasi DPR RI; dan Tim<br />
Mekanisme Penyampaian Hak Mengusulkan<br />
dan Memperjuangkan Program Pembangunan Daerah Pemilihan.<br />
Tim Pemantau Otonomi Khusus Aceh, Papua, Papua<br />
Barat dan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta sudah<br />
mulai dibentuk sejak DPR pada periode 2004-2009. Kemudian<br />
kembali diperpanjang pada periode 2009 – 2014 dan periode<br />
2014 – 2019 dengan alasan untuk memastikan bahwa pemberian<br />
otonomi khusus bagi Provinsi Aceh, Papua, Papua Barat<br />
dan Daerah Istimewa Yogyakarta sudah dilaksanakan dan<br />
dijalankan sebagaimana mestinya, dan peraturan pelaksana<br />
yang menjadi landasan pemberian keistimewaan pada daerahdaerah<br />
tersebut sudah terbentuk dan dilaksanakan.<br />
Tantangan dalam implementasi fungsi pengawasan terutama<br />
adalah terkait dengan tindak lanjut dari kegiatan-kegiatan<br />
peninjauan yang telah dilakukan DPR terhadap suatu isu. Ke<br />
depan perlu ditetapkan suatu kerangka waktu yang jelas atas<br />
penindaklanjutan hasil kegiatan pengawasan itu, apalagi DPR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
35
sumbang saran<br />
secara kelembagaan dapat menggunakan<br />
berbagai haknya untuk mengawasi<br />
tindak lanjut rekomendasi yang sudah<br />
dihasilkan. Penggunaan hak-hak tersebut<br />
sudah diatur baik dalam konstitusi<br />
UUD Tahun 1945, undang-undang, serta<br />
Peraturan Tata Tertib. Setiap AKD perlu<br />
membuat rencana kegiatan pelaksanaan<br />
fungsi pengawasan yang akan dilakukan<br />
dalam satu tahun sidang berdasarkan<br />
skala prioritas, terutama dari segi<br />
tingkat strategis dan tingkat dampak<br />
suatu kebijakan terhadap masyarakat<br />
banyak, tanpa mengesampingan tindak<br />
lanjut pengawasan atas permasalahan<br />
yang berkembang pada tahun sidang<br />
berjalan.<br />
Agar hal itu bisa terwujud, penyusunan<br />
rencana dan kerangka waktu yang<br />
jelas, serta penetapan prioritas follow<br />
up terhadap hasil-hasil kegiatan pengawasan<br />
DPR perlu didukung data dan<br />
informasi yang diperoleh dari temuan<br />
hasil pengawasan baik rapat maupun<br />
kunju ngan kerja Alat Kelengkapan DPR<br />
dan Hasil Kunjungan Kerja perorangan<br />
anggota serta pengaduan masyarakat<br />
yang masuk ke DPR. Analisis terhadap<br />
hasil-hasil temuan itu tentunya perlu<br />
mendapatkan dukungan keah lian yang<br />
memadai, baik itu oleh pihak Sekretariat<br />
Jenderal maupun dari para Staf<br />
Ahli Anggota Dewan. Analisa follow up<br />
tersebut sangat penting karena mengingat<br />
untuk menindaklanjuti suatu<br />
temuan, diperlukan kajian yang cermat<br />
agar solusi yang diberikan Dewan atas<br />
suatu isu dapat tepat sasaran, efektif,<br />
dan seefisien mungkin.<br />
DPR juga perlu menentukan waktu<br />
minimal satu hari dalam seminggu,<br />
untuk melakukan pembahasan dengan<br />
pemerintah atau pemangku kepentingan<br />
(stakeholder) terkait dengan temuan hasil<br />
pengawasan dan juga untuk mengonfirmasi<br />
sejauhmana rekomendasi DPR<br />
telah ditindaklanjuti oleh pemerintah.<br />
Dalam rangka perbaikan ini, DPR telah<br />
menghasilkan Pedoman Pelaksanaan<br />
Fungsi Pengawasan terhadap Pelaksanaan<br />
Undang-Undang dan APBN. Pedoman<br />
ini harus segera disosialisasikan<br />
dan diinternalisasikan guna lebih meningkatkan<br />
pelaksanaan fungsi pengawasan<br />
yang dapat berdampak positif<br />
bagi masyarakat.<br />
Di sisi lain, secara kelembagaan DPR<br />
sedang melaksanakan reformasi dalam<br />
rangka meningkatkan performa dan kinerja<br />
kelembagaan secara keseluruhan.<br />
Salah satu wujud upaya tersebut adalah<br />
dibentuknya Tim Implementasi Reformasi<br />
DPR yang dipimpin Wakil Ke tua<br />
DPR Fahri Hamzah. Salah satu tugasnya<br />
adalah melakukan akselerasi agar pembenahan<br />
internal (reformasi) kelembagaan<br />
DPR dapat segera terlaksana.<br />
Sebab, reformasi DPR tidak sematamata<br />
hanya ingin mewujudkan DPR Modern<br />
yang ditandai oleh semakin terbukanya<br />
akses bagi masyarakat terhadap<br />
apa yang dilakukan DPR (transparansi);<br />
penggunaan teknologi informasi dalam<br />
melaksanakan kegiatannya sehingga<br />
terwujud kondisi paperless (tidak boros<br />
kertas) dan masyarakat dapat mengakses<br />
secara online dengan mudah; dan<br />
terwujudnya fungsi representasi dengan<br />
sebenar-benarnya di setiap fungsi<br />
yang dimiliki DPR. Konsep tersebut terlihat<br />
sangat ideal dan jika benar-benar<br />
tercapai maka akan terbentuk sebuah<br />
parlemen ideal yang didambakan masyarakatnya.<br />
Sasaran dari reformasi DPR tersebut<br />
adalah para Anggota DPR, alat kelengkapan,<br />
dan fraksi di satu sisi serta para<br />
sistem pendukungnya di sisi lain (Sekretariat<br />
Jenderal, Badan Keahlian, tenaga<br />
ahli, staf anggota, dll). Terhadap kedua<br />
unsur tersebut perlu dilakukan penguatan<br />
sistem kedewanan secara benar dan<br />
tepat agar kinerja DPR dapat terukur<br />
dan masyarakat dapat merasakan manfaatnya.<br />
Penguatan tersebut dilakukan<br />
melalui penataan dan pengembangan<br />
tata kelola kelembagaan DPR secara<br />
efisien dan efektif.<br />
36 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
Dari semua gagasan dan konsep ideal<br />
di atas terdapat tantangan berat untuk<br />
mewujudkannya yang sangat tidak<br />
mudah dilakukan. Secara prosedural<br />
dan sistematis berbagai program tersebut<br />
sudah mulai dilaksanakan seperti<br />
fokus memperhatikan informasi yang<br />
dibutuhkan masyarakat mengenai DPR<br />
dengan mengembangkan museum dan<br />
membangun learning center dan art<br />
center serta exhibition hall untuk dapat<br />
diakses masyarakat yang ingin mengetahui<br />
proses reformasi yang sedang dilakukan<br />
DPR. Selain itu, kebutuhan penataan<br />
kawasan gedung DPR merupakan<br />
salah satu prioritas kegiatan guna menciptakan<br />
iklim kondusif bekerja anggota<br />
DPR dalam memperjuangkan aspirasi<br />
masyarakat. Selain contoh program fisik<br />
di atas, juga dilakukan upaya di bidang<br />
non fisik seperti penataan kelembagaan,<br />
penataan mekanisme pengambilan<br />
keputusan, penataan manajemen masa<br />
persidangan, penataan manajemen<br />
rapat, serta penatakelolaan pelaksanaan<br />
tiga fungsi utama yakni legislasi, anggaran,<br />
dan pengawasan.<br />
Persoalannya adalah apakah semua<br />
program dan konsep tersebut dapat diimplementasikan<br />
dengan baik? Sebenarnya<br />
melalui Renstra DPR <strong>2015</strong>-<strong>2015</strong><br />
upaya reformasi DPR sudah dijalankan.<br />
Terhadap berbagai item kegiatan baik<br />
fisik dan non fisik sangat tergantung kepada<br />
keterlibatan seluruh elemen DPR<br />
baik para Anggota DPR, Sekretariat Jenderal,<br />
Badan Keahlian DPR, para Tenaga<br />
Ahli, dan unsur pendukung lainnya. Dari<br />
sisi kesiapan anggaran terutama untuk<br />
program fisik, sudah tersedia dalam<br />
APBN tahun 2016 yang akan berlanjut<br />
untuk tahun berikutnya. Artinya, secara<br />
prinsip tidak ada masalah meskipun<br />
prosesnya harus dikawal oleh publik selain<br />
secara prosedural dilakukan secara<br />
transparan yang melibatkan berbagai<br />
lembaga pengawas dan audit. Semantara<br />
kesiapan personil menjadi sebuah tantangan<br />
besar untuk dapat mewujudkan<br />
cita-cita menjadikan DPR sebagai parlemen<br />
modern.<br />
Sebagai penutup, apa yang sudah, sedang,<br />
dan akan dilaksanakan DPR saat<br />
ini memang tidak mudah untuk dapat<br />
terlihat secara langsung. Tantangan terberatnya<br />
adalah perubahan mindset dari<br />
seluruh stakeholders DPR baik Anggota<br />
maupun para unsur pendukungnya. Jika<br />
hal itu tidak berubah, maka perubahan<br />
kelembagaan (reformasi) DPR akan sulit<br />
terwujud. Namun demikian dengan optimisme<br />
dan kerja keras seluruh elemen,<br />
niscaya niat dan cita-cita itu dapat terwujud.<br />
Amin … FOTO: RIZKA, ANDRI/PARLE/<br />
HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
37
setahun dpr di mata masyarakat<br />
DPR DAN HARAPAN<br />
PUBLIK DI PENGHUJUNG<br />
TAHUN <strong>2015</strong><br />
Anggota DPR melalui seluruh Alat<br />
Kelengkapan Dewan telah diamanatkan<br />
untuk menjalankan fungsi representasi<br />
dari rakyat yang diwakilinya secara<br />
efektif. Hal ini sebagaimana yang termuat<br />
dalam UU 17 Tahun 2014 tentang<br />
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan<br />
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan<br />
Daerah, dan Dewan Perwakilan<br />
Rakyat Daerah atau yang dikenal dengan<br />
UU MD3. Dalam Pasal 69 disebutkan<br />
bahwa DPR mempunyai fungsi legislasi,<br />
anggaran dan pengawasan. Ketiga fungsi<br />
ini dijalankan dalam kerangka representasi<br />
rakyat, dan juga untuk mendukung<br />
upaya Pemerintah dalam melaksanakan<br />
politik luar negeri sesuai dengan ketentuan<br />
peraturan perundang-undangan.<br />
Dalam setahun terakhir kita lihat<br />
bersama melalui berbagai media massa<br />
baik cetak, elektronik dan online, DPR<br />
RI telah berupaya ‘habis-habisan’ dalam<br />
melakukan dan menyampaikan kinerjanya.<br />
DPR RI membangun kerjasama<br />
dengan berbagai TV publik/swasta<br />
dan Radio, hingga diskusi rutin “Forum<br />
Legislasi” dan “Dialektika Demokrasi”<br />
yang dilaksanakan oleh Koordinatoriat<br />
Wartawan DPR RI. Berbagai program<br />
kerjasama dengan TV dan Radio ini<br />
tentu tanpa melihat kedekatan pemilik<br />
kepada partai tertentu, harapannya agar<br />
masyarakat mampu melihat sejauhmana<br />
DPR telah menjalankan fungsi representasinya.<br />
Tidak hanya sampai disitu, TV<br />
streaming yang merupakan acara siaran<br />
TV Parlemen milik DPR juga disiarkan<br />
melalui jaringan internet selama 24 jam<br />
dengan domain tvparlemen.co.id agar<br />
masyarakat bisa memantau jalannya<br />
persidangan-persidangan di DPR.<br />
Namun disisi yang lain, skeptisisme<br />
publik meningkat ketika melihat kemampuan<br />
anggota dewan untuk memahami<br />
dan merespon kebutuhan mereka.<br />
Dapat kita sebut beberapa catatan<br />
di tahun ini yang menyita perhatian publik<br />
seperti Konflik KMP-KIH, Pengangkatan<br />
Kapolri, Pansus Pelindo II,<br />
Pengesahan RAPBN 2016, Seleksi Capim<br />
KPK, Sidang MKD, dan sebagainya. Dari<br />
berbagai tinjauan, publik cenderung menolak<br />
untuk mendukung ide (baca: kebijakan)<br />
baru apabila mereka merasa tidak<br />
diikutsertakan dalam perumusan kebijakan<br />
politik yang dilakukan DPR sebagai<br />
wakilnya, karena publik merasa bahwa<br />
ide tersebut dipaksakan kepada mereka.<br />
Oleh karenanya, dalam situasi seperti<br />
ini, publik akan lebih memilih untuk<br />
menolak kebijakan-kebijakan tersebut.<br />
Sepertinya untuk merespon berbagai<br />
hal tersebut, DPR terlihat lebih lamban<br />
karena harus mempertimbangkan hasil<br />
analisis dan rekomendasi yang terbaik.<br />
Kenyataannya memang DPR perlu mengakomodasi<br />
pendapat dari seluruh<br />
lapisan masyarakat, bukan hanya pendapat<br />
para ahli. Keadaan ini menyebabkan<br />
serangkaian proses yang lebih kompleks<br />
dalam menemukan konklusi dan<br />
rekomendasi. Rentetan prosedur yang<br />
berjalin-kelindan inilah yang kemudian<br />
muncul karena adanya kesulitan dalam<br />
menentukan pandangan-pandangan<br />
strategis yang patut diperhitungkan.<br />
Bagaimanapun dinamika yang terjadi<br />
di DPR, masyarakat tetap berharap agar<br />
DPR dapat menyuarakan aspirasinya<br />
sebagaimana yang telah dicita-citakan<br />
sesuai tujuan kemerdekaan Indonesia.<br />
Anggota DPR tetap perlu menjalin<br />
komunikasi dengan publik agar dapat<br />
menjalankan perannya. Salah satu tugas<br />
utama dari anggota dewan adalah<br />
memberikan informasi kepada publik<br />
mengenai proses yang terjadi di dalam<br />
parlemen. Anggota dewan merupakan<br />
wakil rakyat, untuk itu penilaian terhadap<br />
kinerja mereka bergantung pada<br />
kemampuan mereka dalam mendengar,<br />
memahami dan menginterpretasi pandangan<br />
dari publik yang diwakili dan<br />
menghasilkan keputusan-keputusan<br />
terbaik demi kemaslahatan bersama<br />
yang tujuannya mampu dipahami oleh<br />
masyarakat yang diwakili dengan sederhana<br />
dan jelas. (FIKRI & HASBI)<br />
A. Rifqi Fuadi, 31 tahun<br />
(Pengusaha Muda Sektor<br />
Retail - Jakarta)<br />
Kinerja DPR masih jauh dari kata<br />
memuaskan, belum nampak secara<br />
nyata dan dapat dirasakan kinerja besar<br />
DPR oleh masyarakat. Pimpinan DPR<br />
sering diberitakan negatif oleh media,<br />
mulai dari kasus pertemuan dengan<br />
Donald Trump sampai kasus Papa Minta Saham. Seharusnya DPR fokus untuk<br />
mengawasi kinerja pemerintah, jangan sampai DPR gaduh terus, akhirnya<br />
pengawasannya menjadi lemah. Apresiasi untuk pansus Pelindo dan juga upaya<br />
DPR menurunkan ongkos naik haji tahun ini, namun itu masih sangat kurang dan<br />
belum bisa menutup kekurangan kinerja DPR. Apabila boleh memberi nilai, Saya<br />
menilai DPR mendapatkan Nilai 4 dari 10.<br />
Abdul Haris M.H.I,<br />
27 tahun (Santri Pondok<br />
Pesantren Bahrul Ulum<br />
Tambakberas– Jombang)<br />
Kinerja DPR buruk, di awal periode,<br />
energinya banyak tersita untuk<br />
menyelesaikan sengketa KIH vs KMP,<br />
sehingga banyak RUU mangkrak.<br />
38 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
Problem lama juga masih terulang seperti tidur saat sidang atau bahkan tidak<br />
hadir. DPR belum mampu meyakinkan rakyat bahwa mereka adalah betul-betul<br />
wakil rakyat. Penyambung lidah rakyat semestinya memperjuangkan aspirasi<br />
rakyat bukan aspirasi partai dan golongannya. Sebetulnya saya yakin bahwa<br />
masih banyak anggota DPR yang jujur dan bekerja untuk rakyat. Tapi jika mereka<br />
diam saja terhadap kesalahan anggota lainnya, jangan salahkan apabila<br />
rakyat tidak lagi percaya kepada lembaga DPR secara keseluruhan, ditambah<br />
lagi skandal yang membelit pimpinan Dewan, sejauh penilaian saya pribadi,<br />
Pimpinan DPR saat ini adalah pimpinan yang paling tidak kredibel dibandingkan<br />
dengan pimpinan sebelumnya.<br />
Hanindyo Permana, S.IP, 24 tahun<br />
(Karyawan Swasta - Palangkaraya)<br />
Opini saya, kinerja DPR sebagai lembaga legislatif<br />
belum berfungsi secara maksimal. Lebih banyak<br />
menunjukkan kontroversi dibanding kinerja dalam<br />
perumusan undang-undang yang pro rakyat. Selain<br />
itu saya berharap, tidak ada tendensi-tendensi<br />
yang bersifat negatif yang bukan untuk kepentingan<br />
masyarakat dalam pembentukan Pansus seperti Pelindo dll. Pansus-pansus<br />
tersebut diharapkan menjadi pembuktian DPR dalam menjalankan fungsinya<br />
sebagai pengawas pemerintah, bukan malah dijadikan alat untuk manuvermanuver<br />
kepentingan politik tertentu. Terakhir harapannya DPR mampu menjadi<br />
tangga dalam menjembatani aspirasi Rakyat secara keseluruhan, bukan<br />
terbatas golongan/partai politik.<br />
Abdul Hair, 26 tahun (Penulis –<br />
Tolitoli)<br />
Pengamatan saya tentang DPR selama ini<br />
bersumber dari media, artinya baik atau buruknya<br />
kinerja DPR yang saya ketahui adalah ditentukan<br />
oleh media. Menurut saya media saat ini condong<br />
ke dua sisi: yang satu cenderung pro ke pemerintah<br />
dan yang satunya lagi cenderung kontra. Yang pro<br />
pemerintah biasanya (dan seringkali) menilai buruk kinerja DPR. Hal-hal yang<br />
diliput media tentang DPR kebanyakan hal-hal yang bombastis, pertarungan antar<br />
elit Parpol. Jadinya isu tentang kebijakan dan kinerja jadi tersingkir. Menurut<br />
objektivitas saya, DPR itu isinya lebih dari 500 orang, untuk melihat satu persatu<br />
kinerja anggota tentulah sulit, dan media mainstream tentu tidak menjangkau itu.<br />
Kalau saya mengatakan semua anggota DPR berkinerja buruk, kurang tepat<br />
juga, karena pasti masih ada yang kinerjanya bagus.<br />
Menurut saya secara perorangan, ada anggota yang kinerjanya bagus namun<br />
ada juga yang buruk. Tapi secara kelembagaan dan secara general, kinerja<br />
DPR saya nilai sangat buruk, itu hasil penilaian saya yang bersumber dari Media.<br />
Iqbal Fajar, 22 Tahun (Aktivis<br />
Mahasiswa Univ Brawijaya –<br />
Malang)<br />
Sesungguhnya Parlemen (dalam hal ini<br />
DPR), merupakan kunci utama dalam sebuah<br />
negara Demokrasi, karena melalui lembaga<br />
inilah Rakyat terwakili untuk mengawasi dan mengatur pemerintah agar tidak<br />
semena-mena dan menjadi diktator. Indonesia telah mengalami masa dimana<br />
DPR lemah sehingga Eksekutif menjadi semena-mena saat zaman Soeharto.<br />
Namun sayang, pasca reformasi, meskipun secara kelembagaan DPR menguat<br />
namun DPR saat ini tidak sama sekali mencerminkan keterwakilan Rakyat Indonesia.<br />
DPR seolah hanya mewakili kepentingan partai dan golongannya saja.<br />
Kerja DPR setahun ini tidak menyentuh secara langsung kepada masyarakat.<br />
Seharusnya DPR membenahi regulasi pendidikan, kesehatan dan pelayanan<br />
dasar agar pro terhadap rakyat kecil, bukan malah mempertontonkan dagelan<br />
politik seperti Papa Minta Saham dll. Jangan sampai karena nila setitik rusak<br />
susu sebelanga. Seluruh Anggota DPR harus melakukan instropeksi diri, bahwa<br />
mereka saat ini memegang amanah Rakyat Indonesia yang begitu besar, sehingga<br />
tidak boleh main-main dalam menjalankan amanah tersebut. Kesimpulannya<br />
adalah, kita jaga lembaga DPR, kita perkuat. namun mari kita robohkan<br />
orang-orang yang membuat kotor DPR!!! Hidup Rakyat Indonesia!!!<br />
Bagus Santa Wardhana,<br />
32 Tahun (Tokoh Pemuda –<br />
Buleleng)<br />
Saya berpendapat kinerja DPR selama<br />
1 tahun ini kurang maksimal, sepertinya<br />
yang kita ketahui bersama DPR<br />
mempunyai fungsi: penganggaran, pengawasan<br />
dan legislasi. Secara umum kinerja<br />
DPR bisa dikatakan bagus, tetapi jika<br />
dilihat secara spesifik tidak ada pekerjaan yang kongkrit misalkan dalam legislasi<br />
yang masih lemah. Sejauh pengamatan saya untuk pengawasan dan anggaran<br />
sudah cukup bagus. Namun sayang sekali, fungsi pengawasan dan penganggaran<br />
yang sudah cukup bagus tersebut harus tertutup oleh pemberitaan negatif<br />
di media, terlebih karena oknum pimpinan DPR yang bertemu Donald Trump<br />
atau yang terbaru kasus pencatutan nama Presiden. Polemik seperti ini membuat<br />
masyarakat berpikir bahwa DPR seluruhnya adalah buruk, meskipun di<br />
DPR itu ada 560 anggota yang pasti ada juga anggota yang betul-betul bekerja<br />
untuk Rakyat. Saya berharap DPR ini bekerja demi Indonesia yang maju, adil,<br />
sejahtera dan makmur serta berpedoman pada Pancasila dan UUD1945.<br />
Castie, 42 Tahun (Karyawati<br />
Swasta – Jakarta)<br />
Saya melihat kinerja birokrasi di tubuh<br />
Sekretariat Jenderal DPR semakin baik<br />
dibandingkan tahun kemarin. Sebagai<br />
pihak swasta, para pegawai Setjen terlihat<br />
semakin profesional. Namun disisi<br />
lain, sulit untuk melihat kinerja birokrasi<br />
berimbas positif pada lembaga DPR sebagai<br />
legislatif. Birokrasi Setjen yang notabene PNS atau pegawai, dan anggota<br />
DPR yang dipilih rakyat dari partai politik, seperti terpisah dan berbeda walau<br />
berada dalam satu kompleks dan gedung yang sama. Menurut saya ini pen ting<br />
untuk menjadi perhatian kita bersama. Saya sebagai masyarakat biasa juga<br />
tetap mengharapkan agar para anggota DPR bisa mendahulukan kepentingan<br />
bersama dibandingkan kepentingan partai atau kelompoknya.<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
39
erita foto<br />
PRESS GATHERING<br />
Wakil Ketua DPR RI Fahri<br />
Hamzah, Setjen DPR RI<br />
Winantuningtyastiti, dan<br />
Ketua Koordinatoriat Press<br />
Room Hilman Matauch<br />
membuka acara Press<br />
Gathering Wartawan<br />
Koordinatoriat DPR RI dengan<br />
pelemparan pancing.<br />
FOTO: DENUS, JAKA<br />
40 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
41
erita foto<br />
PANSUS PELINDO II<br />
Ketua Pansus Pelindo II Rieke Diah Pitaloka<br />
menyampaikan Laporan Pendahuluan Kinerja<br />
Pansus Pelindo II yang berisi 7 rekomendasi<br />
penting di Rapat Paripurna DPR RI.<br />
FOTO: IWAN ARMANIAS, ANDRI<br />
42 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
43
erita foto<br />
44 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
SEJARAH MKD<br />
Dinamika proses persidangan Mahkamah<br />
Kehormatan Dewan (MKD) berakhir dengan<br />
dibacakannya surat pengunduran diri Ketua<br />
DPR RI Setya Novanto.<br />
FOTO: IWAN ARMANIAS, DENUS, JAKA<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
45
erita foto<br />
JEJAK GENOSIDA<br />
Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto bersama Sumail<br />
Abdullah, delegasi DPR RI dalam Sidang Umum APA ke-8<br />
meninjau Museum Genosida di Kamboja.<br />
FOTO: IBNUR KHALID<br />
46 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
PANEN RAYA<br />
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menghadiri<br />
Panen Raya di Desa Pamagersari, Jasinga,<br />
Bogor.<br />
FOTO: ANDI MUHAMAD<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
47
erita foto<br />
DORONG<br />
Tim Kunker Komisi V DPR RI turut beramairamai<br />
mendorong bus yang terperosok saat<br />
akan meninjau hutan Mangrove dan Rumput<br />
Laut di Sulawesi Selatan.<br />
FOTO: IWAN ARMANIAS<br />
48 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
TINJAU TAMBANG<br />
Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII<br />
DPR RI meninjau tambang batubara di<br />
Kalimantan Selatan.<br />
FOTO: EKA HINDRA<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
49
erita foto<br />
50 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
PAMIT<br />
Pimpinan DPR bersama mantan Ketua DPR RI<br />
Setya Novanto usai memberikan sambutan<br />
pengunduran diri sebagai Ketua DPR RI.<br />
FOTO: NAEFUROJI, ANDRI<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
51
erita foto<br />
52 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
PIMPINAN KPK<br />
Suasana Rapat Paripurna DPR RI<br />
terkait pengesahan Pimpinan KPK<br />
periode <strong>2015</strong>-2019.<br />
FOTO: NAEFUROJI, JAKA<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
53
KIAT SEHAT<br />
MEMBANGUN<br />
NEGERI MELALUI<br />
HEMATOPSIKIATRI<br />
Oleh: dr. Dito Anurogo<br />
Pengetahuan tentang hubungan<br />
golongan darah dan kepribadian (ketsu<br />
eki gata) telah berkembang pesat di<br />
Jepang. Sampai-sampai berkembang<br />
adagium “you are what you bleed” yang<br />
berarti “golongan darah mencerminkan<br />
siapa diri Anda yang sebenarnya”.<br />
SEJARAH<br />
Di Jepang, kajian tentang golongan<br />
darah dan kepribadian bermula dari<br />
tahun 1927. Saat itu, Takeji Furukawa,<br />
profesor di Tokyo Women’s Teacher’s<br />
School, mempublikasikan “The Study<br />
of Temperament Through Blood Type”<br />
di jurnal Psychological Research. Kemudian<br />
di tahun 1970, Masahiko Nomi,<br />
seorang jurnalis, berhasil menyelesaikan<br />
dan menerbitkan buku “Ketsueki-gata<br />
de Wakaru Aisho” (Understanding Affinity<br />
by Blood Type). Ia sukses meluncurkan<br />
lebih dari sepuluh buku populer.<br />
Beruntunglah, di tahun 1971, buku<br />
tersebut menjadi best seller. Di tahun<br />
1981, Toshitaka Nomi melanjutkan studi<br />
ini. Beberapa tahun kemudian, tepatnya<br />
pada tahun 2004, Toshitaka Nomi<br />
mendirikan Human Science ABO Center.<br />
HEMATOPSIKIATRI<br />
Istilah hematopsikiatri berasal dari<br />
hemato (darah) dan psikiatri (ilmu kejiwaan).<br />
Secara singkat berarti ilmu yang<br />
mempelajari hubungan antara (golongan)<br />
darah dan ilmu kejiwaan. Seiring<br />
berkembangnya riset dan teknologi,<br />
maka pelbagai komponen-komponen di<br />
dalam hematopsikiatri semakin lama semakin<br />
menjadi kompleks, meliputi: hematologi,<br />
psikologi dan psikiatri, genetika<br />
dan biologi molekuler, patobiologi.<br />
Sehingga jelaslah bahwa dalam tinjauan<br />
multidisipliner hematopsikiatri bermakna<br />
ilmu pengetahuan yang membahas<br />
korelasi antara (golongan) darah,<br />
kejiwaan manusia, genetika, biologi<br />
molekuler, dan pelbagai gangguan atau<br />
penyakit yang mendasarinya. Tentunya<br />
banyak sekali faktor yang berperan<br />
serta mempengaruhi hematopsikiatri.<br />
Salah satunya epigenetik.<br />
EPIGENETIK<br />
Epigenetik adalah studi tentang perubahan<br />
yang diturunkan melalui fungsi<br />
gen yang terjadi tanpa perubahan di<br />
untai DNA. Faktor-faktor lingkungan<br />
memberikan “stempel” kepada gen, yang<br />
disebut epigenome. Hal ini mengubah<br />
aktivitas sel dan gen yang dapat menyebabkan<br />
perubahan-perubahan yang<br />
tidak menyenangkan pada penampilan<br />
kulit. Jadi epigenetik adalah mekanisme<br />
mayor yang mengakomodasi perubahan-perubahan<br />
ekspresi gen sebagai respon<br />
terhadap interaksi gen-lingkungan.<br />
Di dalam epigenetik terjadi pelbagai<br />
proses, seperti metilasi DNA, metilasi<br />
histon, asetilasi histon. Metilasi DNA<br />
dan deasetilasi histon diketahui terjadi<br />
sesaat setelah sintesis DNA dan dapat<br />
dimodifikasi oleh faktor-faktor fisiologis<br />
atau patologis yang mengubah ekspresi<br />
gen organisme. Enzim-enzim yang berperan<br />
di dalam epigenetik antara lain:<br />
histone asetiltransferase, histon demetilase,<br />
histon metiltransferase.<br />
Ada pelbagai faktor yang berpengaruh<br />
terhadap epigenetik, yakni:<br />
modifikasi epigenetik dan modulasi<br />
epigenetik. Yang termasuk modifikasi<br />
epigenetik, misalnya: obat-obatan, kebiasaan<br />
makan, olahraga, mikrobiom,<br />
proses penuaan, dan stres. Sedangkan<br />
yang termasuk modulasi epigenetik,<br />
misalnya: diet, perubahan cuaca/iklim/<br />
temperatur, kondisi psikologis, interaksi<br />
sosial, pengobatan alternatif, penyalahgunaan<br />
obat, status finansial. Semua ini<br />
memengaruhi fungsi dan kinerja gen.<br />
GEN-LINGKUNGAN<br />
Kondisi eksternal dari lingkungan<br />
amat memengaruhi suasana internal<br />
gen. Maksudnya, sinyal-sinyal lingkungan,<br />
asupan (ion, radikal bebas, radiasi,<br />
substrat, dsb) dari lingkungan, memengaruhi<br />
pelbagai gen, seperti: gen untuk<br />
protein regulatori, gen untuk modifikasi<br />
protein, gen untuk pengikatan protein,<br />
dsb.<br />
Jelaslah ada hubungan mesra antara<br />
faktor lingkungan (pengaruh kelompok,<br />
dukungan keluarga/pasangan hidup,<br />
stres, dsb), fisiologis (metabolisme alkohol,<br />
homeostasis, toleransi, gangguan<br />
metabolisme/enzim, dsb), perilaku<br />
(personaliti, temperamen, gangguan<br />
perilaku, dsb), perkembangan (sosial,<br />
emosional, pubertas, kematangan otak,<br />
kedewasaan berpikir, dsb), dan genetik.<br />
GEN – PERSONALITI<br />
Benjamin J, dkk (1998) berhasil menemukan<br />
hubungan antara gen reseptor<br />
D4 dopamin (D4DR) dan trait perso naliti.<br />
Ada interaksi antara gen D4DR dan gen<br />
reseptor 2C serotonin (5-HT-2C). Bertindak<br />
selaku reseptor mekanisme<br />
uptake monoamine adalah serotonin<br />
transporter (5-HTT), sebagai kandidat<br />
gen untuk trait personaliti. Polimorfisme<br />
5-HTT terkait erat dengan kejadian<br />
cemas dan deperesi. Sedangkan penelitian<br />
yang dilakukan oleh Plomin R dan<br />
Caspi A (1998) berhasil mengungkapkan<br />
asosiasi antara dopamine D4 receptor<br />
(DRD4) dengan trait personaliti. Hasil<br />
ini membuka cakrawala pengetahuan<br />
bahwa ada kait an antara trait personaliti,<br />
mekanisme biologis (dalam konteks<br />
biologi seluler-molekuler), dengan<br />
54 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
gen. Jadi ada interaksi dan korelasi antara<br />
gen, personaliti, dan lingkungan.<br />
INTERAKSI GEN DENGAN LINGKUNGAN<br />
GOLONGAN DARAH<br />
Menurut ISBT (International Society<br />
of Blood Transfusion) ada 33 sistem<br />
golongan darah. Misalnya: sistem<br />
golongan darah ABO, rhesus, MNS, P,<br />
Lutheran, Kell, Lewis, Duffy, Kidd, CO,<br />
FY, GE, RhAG, Jk, Cromer, LU, XK, dsb.<br />
Banyaknya sistem golongan darah ini<br />
terjadi karena ada pelbagai tipe antigen<br />
yang ditemukan di membran sel darah.<br />
Jadi sebenarnya sistem golongan darah<br />
yang kita kenal sehari-hari itu (sistem<br />
ABO) hanya satu bagian kecil dari 33<br />
sistem yang ada.<br />
Golongan darah adalah sistem klasifikasi<br />
atau pengelompokan yang terdiri<br />
dari antigen sel darah merah yang<br />
secara spesifik dikendalikan oleh sekelompok<br />
gen yang bersifat allelic atau terhubung<br />
amat dekat di kromosom yang<br />
sama. Karl Landsteiner dikenal berjasa<br />
karena penemuan sistem golongan darah<br />
ABO di tahun 1900.<br />
Sedangkan “tipe darah” mengacu ke<br />
pola spesifik dari reaksi terhadap uji antisera<br />
di dalam sistem tertentu. Pemahaman<br />
tentang implikasi golongan darah<br />
tidak terbatas hanya pada problematika<br />
terkait transfusi darah, melainkan juga<br />
penyakit spesifik terkait dengan antigen<br />
permukaan sel darah merah.<br />
Penggolongan sistem golongan darah<br />
ABO dan Rh berdasarkan keberadaan<br />
aglutinogen. Aglutinogen adalah antigen<br />
di permukaan sel-sel darah merah yang<br />
bereaksi saat ditempatkan dengan darah<br />
dari tipe yang berbeda. Sedangkan aglutinin<br />
adalah antibodi yang berinteraksi<br />
dengan antigen di permukaan partikel<br />
(seperti eritrosit, bakteri, partikel lateks)<br />
sehingga menyebabkan penggumpalan<br />
(aglutinasi). Aglutinasi terjadi saat aglutinogen<br />
A dicampur dengan alfa-aglutinin<br />
(anti-A) atau ketika aglutinogen-B dicampur<br />
dengan beta-aglutinin (anti-B).<br />
TENDENSI PERSONALITI<br />
Menurut Japan’s Human Science ABO<br />
Center, ada empat tipe personaliti dasar<br />
berdasarkan golongan darah, yaitu: tipe<br />
A, B, AB, dan O.<br />
Karakteristik tipe A adalah perfeksionis,<br />
terorganisasi, amat mematuhi norma<br />
dan peraturan yang berlaku, amat<br />
membanggakan pencapaian/prestasi<br />
diri, cenderung rentan terkena stres.<br />
Karakteristik tipe B adalah individualis,<br />
bebas berkehendak (“liar”), tampak<br />
tidak berambisi untuk menduduki<br />
jabatan sebagai pimpinan, cenderung<br />
berkarir di ranah akademis atau intelektual<br />
(riset).<br />
Karakteristik tipe AB adalah realis,<br />
rasional, menjaga jarak dengan yang<br />
lain. Cenderung kreatif, sensitif, emosional<br />
(meskipun terpendam).<br />
Karakteristik tipe O adalah berbakat<br />
memimpin, kemauannya kuat, ramah,<br />
mudah bersosialisasi, pendamba kekuasaan<br />
dan kemakmuran.<br />
KELEBIHAN-KEKURANGAN<br />
Kelebihan tipe A: terpercaya, setia,<br />
kredibel, berkomitmen, taat peraturan,<br />
istiqomah, percaya diri tinggi, amat<br />
memerhatikan detail, melakukan segala<br />
sesuatu secara sistematis, tepat waktu.<br />
Kekurangan tipe A: perfeksionis, sekali<br />
terluka hatinya cenderung lama untuk<br />
dipulihkan, kalau marah cenderung<br />
diam, kalau berkata-kata terkadang<br />
“nylekit” (menyakiti) tanpa disadarinya,<br />
sekali dikhianati selamanya takkan percaya,<br />
berpikir terlalu mendalam, rapuh<br />
secara emosional.<br />
Kelebihan tipe B: penyayang anak, pekerja<br />
keras, berbakat bisnis, suka spontanitas,<br />
suka berpetualang alam, berfokus<br />
pada hal yang disenanginya saja,<br />
berpikiran terbuka. Kekurangan tipe B:<br />
moody (suasana hati mudah berubah),<br />
pencemburu, kurang dapat mengapresiasi<br />
kelebihan orang lain, kurang romantis,<br />
cenderung boros, susah diatur,<br />
workaholic (pencandu kerja), cenderung<br />
meluapkan emosinya kapanpun ia mau.<br />
Wanita golongan darah B cenderung<br />
banyak berbicara dan suka berbelanja<br />
tanpa perhitungan cermat.<br />
Kelebihan tipe AB: tempat curhat<br />
yang baik, dapat menjaga rahasia, diplomatis,<br />
menjaga perasaan orang, hatinya<br />
sensitif dan peka, punya kemampuan<br />
negosiasi yang baik, kemampuan berpikir<br />
analitik dan rasional yang tinggi,<br />
sangat kritis. Kekurangan tipe AB: misterius,<br />
susah menolak bila dimintai bantuan,<br />
sulit berkata “tidak”, sering lupa<br />
meletakkan barang-barang (misal: kunci<br />
rumah, HP, dsb).<br />
Kelebihan tipe O: rasa ingin tahu<br />
tinggi, mudah bersahabat dengan siapapun,<br />
mudah penasaran, suka membantu<br />
tanpa pamrih. Kekurangan tipe O: ambisius,<br />
ekspresif, eksplosif (kalau marah<br />
cenderung meledak, meskipun setelah<br />
itu mudah mereda kembali), cenderung<br />
menunda pekerjaan, gagal fokus, mudah<br />
sekali dimanfaatkan orang lain tanpa<br />
pernah menyadarinya.<br />
HEMATOPSIKIATRI DAN<br />
KEMAJUAN INDONESIA<br />
Melalui hematopsikiatri, dapat<br />
dikembangkan potensi dan karakter<br />
diri. Dalam skala nasional, maka akan<br />
memudahkan perekrutan karyawan,<br />
seleksi pelajar/mahasiswa berprestasi,<br />
memudahkan perusahaan untuk mutasi<br />
/ promosi jabatan, pembuatan database<br />
golongan darah, memudahkan bila ada<br />
yang memerlukan darah, memercepat<br />
proses transfusi darah, pencarian jodoh<br />
berdasarkan golongan darah, konseling<br />
pernikahan berdasarkan golongan darah,<br />
dsb.<br />
Melalui hematopsikiatri, pemerintah<br />
bersama masyarakat dapat membangun<br />
karakter dan jatidiri bangsa ini menjadi<br />
lebih sempurna, bermartabat, dan<br />
beradab. (Disarikan dari berbagai referensi)<br />
*Dito Anurogo, dokter online/digital,<br />
pemerhati hematopsikiatri, penulis 17 buku,<br />
CEO Sahabat Literasi Indonesia, sedang studi<br />
S2 di Biomedis FK UGM, email: ditoanurogo@gmail.com,<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
55
profil<br />
JAZILUL FAWAID<br />
SOSOK SANTRI<br />
DI PANGGUNG POLITIK<br />
56 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
Pribadinya begitu ramah dan<br />
sederhana. Tuturnya jelas,<br />
apa adanya. Ia juga sosok yang<br />
sangat religius. Inilah Jazilul<br />
Fawaid, Anggota F-PKB DPR RI. Bicara<br />
soal dunia pesantren, Jazil adalah sosok<br />
yang tepat untuk diajak bicara. Hampir<br />
separuh hidupnya berada di pesantren.<br />
Kepada Parlementaria, dia berbagi<br />
cerita menarik tentang masa kecilnya<br />
di kampung dan suka dukanya menjadi<br />
santri.<br />
Di tengah kesibukkannya yang luar<br />
biasa, Jazil menyempatkan waktu untuk<br />
wawancara eksklusif dengan Parlementaria.<br />
Sejak dilantik sebagai Anggota<br />
DPR, Jazil dipercaya menempati kursi<br />
Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar)<br />
DPR. Selain itu, ia juga duduk sebagai<br />
Anggota Komisi V DPR.<br />
MASA KECIL DI BAWEAN<br />
Bawean adalah pulau kecil di laut<br />
Jawa, tepatnya di utara Gresik. Dahulu<br />
akses kapal dari Bawean ke daratan<br />
pulau Jawa masih sulit, karena sangat<br />
bergantung pada cuaca. Butuh waktu<br />
delapan jam ke Gresik dengan kapal.<br />
Bila ombak sedang besar, dermaga terpaksa<br />
ditutup dan warga pun terisolir.<br />
Umumnya mata pencaharian masyarakat<br />
Bawean adalah nelayan dan petani.<br />
Secara administratif, Bawean masuk Kabupaten<br />
Gresik, Jawa Timur.<br />
Adalah M. Sunan Hamli, seorang PNS<br />
pensiuanan guru agama yang dipindah<br />
dari Pulau Bawean ke Sidayu, Gresik.<br />
Pagi itu, ia sedang menanti kelahiran<br />
anak pertamanya bersama istri tercinta,<br />
Insiyah. Minggu pagi, ketika mentari<br />
sedang bersinar indah, tangis bayi memecah<br />
kesunyian di rumah sederhana.<br />
Kalender yang tergantung menunjukkan,<br />
5 Desember 1971. Dibantu dukun<br />
beranak, lahirlah bayi mungil laki-laki<br />
yang diberi nama Jazilul Fawaid. Nama<br />
islami yang diharapkan banyak menebar<br />
manfaat bagi masyarakat.<br />
Lahir di masa serba sulit. Hampir<br />
tak ada fasilitas kesehatan di Bawean.<br />
Bayi mungil yang biasa disapa Jazil itu,<br />
menjadi pelipur lara kedua orangtuanya.<br />
Setelah kelahiran Jazil, masih ada dua<br />
adiknya yang lahir kemudian. Jadi, Jazil<br />
adalah sulung dari tiga bersaudara. Adik<br />
pertamanya perempuan wafat karena<br />
sakit. Tak ada upaya pengobatan maksimal<br />
yang bisa dilakukan waktu itu, karena<br />
di kampungnya tak ada dokter atau<br />
puskesmas.<br />
Jazil kecil hidup di tengah keluarga<br />
yang sangat religius. Bersama teman-teman<br />
kecilnya di kampung, ia suka sekali<br />
bermain. Sungai dan pantai adalah dua<br />
tempat favorit untuk bermain. Berenang<br />
dan memancing ikan hampir menjadi<br />
keseharian masa kecilnya. Bermain bola<br />
juga menjadi kesukaannya. Tak cuma itu,<br />
Jazil kecil pun sangat kreatif membuat<br />
mainan sendiri dari pelepah pisang untuk<br />
dijadikan sebilah pedang. Senangnya<br />
mengingat masa kecil di kampung.<br />
Waktu itu, di kampungnya belum<br />
banyak pemilik TV. Untuk mendapat<br />
hiburan tontonan TV, Jazil mampir<br />
ke rumah paman yang kebetulan<br />
bertetangga. Bila malam tiba, rumah<br />
pamannya dipenuhi tetangga yang juga<br />
ingin menonton tv ramai-ramai. Aneka<br />
Ria Safari jadi acara favorit yang disiarkan<br />
TVRI. Sesekali ada pula hiburan<br />
layar tancap. Kampung dipastikan ramai<br />
bila layar tancap digelar.<br />
Sementara itu, memulai pendidikan<br />
formalnya, Jazil kecil bersekolah di SDN 1<br />
Daun Timur, Bawean. Bersama sahabatsahabat<br />
kecilnya, ia biasa berjalan kaki<br />
ke sekolah yang jaraknya tak jauh dari<br />
rumah. Di SD ini hanya dua tahun. Jazil<br />
kemudian pindah ke Gresik dan melanjutkan<br />
kelas III SD sekaligus bersekolah<br />
juga di Madrasah Ibtidaiyah Ma’rif Islamiyah,<br />
Kertosono, Gresik. Pagi belajar<br />
di SD, sorenya di madrasah ibtidaiyah.<br />
Pengetahuan umum seperti sejarah jadi<br />
mata pelajaran yang sangat disuka Jazil.<br />
Malamnya, ia juga belajar mengaji<br />
pada sang kakek dan Ayahnya. Nilai-nilai<br />
agama sudah ditanamkan sejak dini oleh<br />
keluarganya. Kedua orangtuanya juga<br />
selalu menanamkan kejujuran. Satu hal<br />
yang tak pernah dilupakan Jazil dari nasihat<br />
sang kakek, “Jangan pernah merasa<br />
rugi saat menolong orang lain.” Nasihat<br />
itu terus membekas hingga kini.<br />
Setamat SD, Jazil kecil melanjutkan ke<br />
Pondok Pesantren Ihya’ul Ulum, Gresik<br />
di bawah asuhan KH. Ma’shum Sufyan.<br />
Di sinilah dunia pesantren mulai dikenalnya.<br />
Enam tahun lamanya ia mengenyam<br />
pendidikan pesantren. Tak hanya<br />
ilmu agama yang didapat, kemandirian<br />
hidup juga jadi pelajaran berharga yang<br />
didapat. Banyak kenangan samasa menjadi<br />
santri. Ia tak suka pada kegiatan latihan<br />
pidato di pesantrennya, karena memang<br />
tak biasa bicara di depan umum.<br />
Foto kenangan di pesantren. Jazil (paling kiri) saat mengaji kitab kuning bersama KH Ma’shum Sofyan<br />
Jazil selalu mencari cara agar ia tak<br />
mendapat giliran menjadi orator dalam<br />
latihan pidato tersebut. Namun, disiplin<br />
pondok memaksanya ia harus tetap<br />
menghadapi latihan berpidato (muhadhoroh<br />
dalam istilah pesantren). Akhirnya<br />
ia terbiasa juga dengan kegiatan muhadhoroh.<br />
Menariknya lagi, semasa di<br />
pesantren, ternyata Jazil pernah terpilih<br />
menjadi Ketua Pondok. Semacam ketua<br />
OSIS di sekolah yang memimpin adik-<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
57
profil<br />
Jazil bersama para nelayan di pulau Bawean<br />
adik kelasnya yang mukim di pesantren.<br />
“Saya dipilih teman-teman, karena<br />
dianggap pemalas dan suka tidur. Sejak<br />
itulah, saya menyadari pentingnya belajar<br />
pidato. Saya juga belajar tanggung<br />
jawab untuk memimpin santri yang<br />
jumlahnya sekitar 500 orang,” cerita<br />
Jazil penuh tawa, mengenang masa lalu<br />
di pesantren. Dahulu, di pesantrennya<br />
belum ada listrik. Untuk mendapatkan<br />
penerangan, para santri membayar iuran<br />
Rp 500 per bulan untuk membeli<br />
solar mesin diesel sebagai sumber penerangan.<br />
Jelang tengah malam, listrik dipadamkan.<br />
Baru dinyalakan kembali jelang<br />
subuh. Begitulah kondisi pesantren<br />
tempat Jazil dahulu menuntut ilmu. Kini,<br />
pesantrennya sudah kian modern. Tak<br />
ada mesin diesel lagi untuk mendapat<br />
penerangan. Listrik sudah tersambung<br />
selama 24 jam. Lalu, apa cita-citanya<br />
saat masih di pesantren? Jawabnya, tak<br />
ada. Tugasnya hanya menuntut ilmu untuk<br />
menyambut masa depan.<br />
Dengan berilmu, ia menjadi insan<br />
yang mampu menebar banyak manfaat<br />
bagi orang lain. Apalagi dalam tradisi<br />
di pesantren tak diajarkan bercitacita.<br />
Ayahanda Jazil pernah berpesan,<br />
menuntut ilmu di pesantren bukan untuk<br />
meraih kekayaan, mendapat pekerjaan,<br />
atau kemewahan duniawi.<br />
“Untuk itulah saya tak terbiasa berpikir<br />
tentang cita-cita sejak kecil. Hanya<br />
saja kakek saya pernah menyarankan<br />
agar saya jadi kiai saja. Jadi kiai itu, kata<br />
kakek saya, sangat mulia,” ujar Jazil, seraya<br />
menambahkan, “Ayah saya juga<br />
pernah berkata, kalau kamu punya citacita<br />
lalu tidak tercapai, nanti bisa putus<br />
asa,” ungkap Jazil lagi, mengingat pesan<br />
ayah dan kakeknya.<br />
MASA KULIAH<br />
Setamat dari pesantren, tahun 1990,<br />
Jazil muda tampil menjadi pribadi yang<br />
religius dan matang.<br />
Bekal ilmu dari<br />
pesantren menjadi mutiara<br />
berharga dalam<br />
menapak masa depannya.<br />
Ia lalu hijrah ke<br />
Jakarta dan melanjutkan<br />
studi di Perguruan<br />
Tinggi Ilmu Al Quran<br />
(PTIQ). Pemuda Jazil<br />
mengambil jurusan<br />
Hukum Islam, sebuah<br />
studi yang sangat dekat<br />
dengan penguasaan ilmunya<br />
sebagai santri.<br />
Di kampus ini, semua mahasiswanya<br />
diwajibkan hafal Al Quran. Setiap kali<br />
menghadapi ujian semester, syaratnya<br />
harus hafal minimal dua juz Al Quran.<br />
Saat lulus kuliah nanti, diharapkan<br />
semua mahasiswanya sudah hafal 30 juz<br />
Al Quran. Syarat ujian yang cukup berat<br />
bagi Jazil. Karena sering telat menghafal<br />
Al Quran setiap kali semesteran, Jazil<br />
pun telat lulus dari almamaternya itu.<br />
Ia baru merampungkan kuliahnya pada<br />
1998, saat gelombang reformasi bergulir.<br />
Sebagai aktivis kampus, Jazil aktif<br />
di berbagai organisasi kemahasiswaan.<br />
Kapasitas intelektual Jazil juga terus<br />
terasah. Selain aktif di senat mahasiswa,<br />
Jazil aktif pula di PMII dan perkumpulan<br />
mahasiswa Jawa Timur. Berdemonstrasi<br />
menuntut perubahan sering ia lakukan<br />
bersama kawan-kawan aktivis seperjuangan.<br />
Bahkan, Jazil dan kawan-kawan<br />
pernah mendemo kampusnya sendiri<br />
untuk melalukan pembenahan yang<br />
waktu itu dinilainya semraut.<br />
Ada dua mata kuliah yang disuka Jazil<br />
selama kuliah di PTIQ, yaitu mata kuliah<br />
tafsir dan mata kuliah filsafat. Zainun<br />
Kamal adalah salah satu dosen favoritnya.<br />
Dan di antara para seniornya sealmamater<br />
yang kini sama-sama menjadi<br />
anggota DPR adalah Mujib Rohmat Anggota<br />
Komisi X dari Fraksi Partai Golkar.<br />
Keluarga Jazil bersama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar<br />
MENJADI POLITISI<br />
Usai menamatkan studi Hukum Islam<br />
di PTIQ, Jazil berkiprah di Pemuda<br />
Ansor. Kedekatannya dengan kalangan<br />
NU, membawanya pada organisasi sayap<br />
PKB, yaitu Gerakan Pemuda Kebangkitan<br />
Bangsa, tahun 1999 dan menjadi<br />
Wakil Sekjen. Dunia politik telah menarik<br />
minatnya. Mantan Ketua Komisariat<br />
PMII Jakarta Selatan ini, memiliki kedekatan<br />
personal dengan Ketua Umum<br />
PKB Muhaimin Iskandar.<br />
Ketika Muhaimin menjadi Wakil Ketua<br />
DPR tahun 2006-2009, Jazil adalah<br />
58 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
staf ahlinya. Ketika Muhaimin menjadi<br />
Menakertrans tahun 2009-2013, Anggota<br />
Dewan Pembina Lembaga Pengembangan<br />
Pertanian PB NU ini, menjadi<br />
staf khususnya. Jazil begitu dekat dengan<br />
sang Ketua PKB tersebut. “Saya<br />
pengikut sekaligus pengagum beliau<br />
(Muhaimin),” aku dosen STAINU itu.<br />
Ketertarikan pada dunia politik, tidak<br />
semata-mata karena memiliki kedekatan<br />
dengan elit PKB.<br />
Bagi Jazil, berkiprah di panggung<br />
politik berarti ikut andil mengelola kebijakan<br />
publik di negeri ini. Itulah yang<br />
menjadi daya tarik Jazil menjadi politisi.<br />
Mencalonkan diri sebagai anggota legislatif<br />
sebetulnya sudah dilakukan sejak<br />
Pemilu perdana di masa reformasi, tahun<br />
1999. Hanya saja belum mendapat<br />
suara yang memadai untuk melenggang<br />
ke Senayan.<br />
Pada Pemilu 2009, ia kembali<br />
menjadi calon anggota legislatif<br />
(caleg) dari dapil Jatim II (Pasuruan,<br />
Probolinggo). Jazil belum mendapat<br />
suara yang cukup. Perolehan suaranya<br />
nomor dua setelah Lily Wahid<br />
(dahulu masih bergabung dengan<br />
PKB). Namun, kemudian Jazil menjadi<br />
anggota Pengganti Antar-Waktu<br />
(PAW) menggantikan Lily Wahid untuk<br />
sisa waktu 2013-2014. Saat itulah<br />
Jazil resmi menjadi Anggota DPR RI.<br />
Apa perasaannya usai dilantik<br />
kali pertama menjadi anggota DPR<br />
RI? Jazil merasa mendapat amanah<br />
dan tanggung jawab yang berat. Sebagai<br />
seorang santri yang berpolitik,<br />
tentu ia tahu apa yang harus dilakukannya<br />
sebagai wakil rakyat yang religius.<br />
Ia raih amanah jabatan ini tanpa ambisi<br />
negatif. Ia jalankan saja apa yang menjadi<br />
kewajiban dan tanggung jawabnya.<br />
“Saya harus menjaga amanah ini dengan<br />
sebaik-baiknya,” tutur peraih gelar<br />
magister Ulumul Quran dan Hadist dari<br />
Institut Ilmu Al Quran itu. Usai dilantik<br />
menjadi anggota PAW, Jazil ditempatkan<br />
di Komisi I yang membidangi politik<br />
luar negeri dan pertahanan. Tiga bulan<br />
kemudian, ia pindah ke Komisi IV yang<br />
membidangi pertanian, kelautan, dan<br />
kehutanan.<br />
Pada Pemilu 2014, Komisaris CV<br />
Kreasi Permaisindo ini, kembali menjadi<br />
caleg. Kali ini ia mewakili kampung<br />
halamannya sendiri di Jatim X (Gresik,<br />
Lamongan). Di dapilnya ini, Jazil meraih<br />
suara tertinggi dari semua caleg. Setelah<br />
resmi dilantik sebagai Anggota DPR RI<br />
periode 2014-2019, Jazil kemudian ditempatkan<br />
di Komisi V yang membidangi<br />
infrastruktur. Bersamaan dengan<br />
itu, Jazil juga dipercaya menempati kursi<br />
Wakil Ketua Banggar DPR.<br />
Berbincang tentang politik anggaran,<br />
Jazil melihat, secara sederhana anggaran<br />
negara diambil dari pajak yang<br />
berhasil dikumpulkan. Sebisa mungkin<br />
dikembalikan lagi secepatnya untuk<br />
pembangunan dan kesejahteraan<br />
rakyat. “Nah, soal angka-angkanya dan<br />
bagaimana membaginya, itulah yang<br />
kita rembukkan dengan pemerintah.<br />
Berpose bersama keluarga tercinta<br />
HOBI BACA BUKU<br />
Aktivitas membaca buku tak pernah<br />
dilupakan Jazil. Di tengah kesibukkan<br />
bekerja, ia selalu luangkan waktu untuk<br />
membaca. Di antara koleksi bukunya<br />
yang paling favorit adalah buku tafsir. Di<br />
rumahnya, ia mengoleksi pelbagai buku<br />
tafsir. Dahulu, semasa menjadi mahasiswa,<br />
ia ingin sekali membaca bukubuku<br />
tafsir sekaligus mengoleksinya.<br />
Tapi belum mampu membeli. Kini ia sudah<br />
mengoleksi pelbagai buku tafsir dari<br />
para ulama klasik hingga kontemporer.<br />
Ketika sudah menjadi Anggota DPR,<br />
tentu koleksi bukunya kian bertambah<br />
dengan tema-tema politik modern. Buku-buku<br />
bertema agama memang masih<br />
mendominasi. Begitulah kesukaannya<br />
pada buku. Di tengah kesibukkan bekerja<br />
sebagai wakil rakyat, mantan Wakil<br />
Sekjen PKB ini, tak melupakan keluarga<br />
tercinta di rumah.<br />
Ada Chalimatus Sa’diyah wanita<br />
Gresik yang dinikahinya pada 1999.<br />
Pertemuannya dengan sang istri justru<br />
terjadi ketika keduanya sama-sama<br />
menempuh pendidikan S2 di IIQ, Ciputat,<br />
Jakarta. Dari intensitas pertemuan<br />
di kampus itu, akhirnya berujung ke<br />
pelaminan. “Saya bertemu jodoh justru<br />
di tempat yang baik,” kilah Jazil.<br />
Dari pernikahannya itu, Jazil dikaruniai<br />
empat anak, masing-masing M.<br />
Hilman Mufidi, Ganis Samahah, Kemal<br />
Amjad Mahdavi, dan Hilma Aqila. Soal<br />
pendidikan putra putrinya, sebetulnya<br />
Jazil tak ingin memasukkan<br />
buah hatinya itu ke sekolah formal.<br />
Ia ingin mendidiknya sendiri lewat<br />
home shcooling. Toh, hasilnya nanti<br />
sama saja dengan anak-anak yang<br />
bersekolah formal. Namun, keinginan<br />
itu ditentang istrinya. Putra putrinya<br />
pun tetap bersekolah formal.<br />
Lalu, soal kesukaannya pada lagu,<br />
Jazil menyukai dangdut. Rhoma Irama<br />
adalah favoritnya. Dahulu, waktu<br />
pertama kali nonton layar tancap di<br />
kampung, film yang ditontonnya<br />
adalah film Rhoma Irama berjudul<br />
“Penasaran”. Lagu-lagu dangdut<br />
dari Rhoma Irama membawa kenangan<br />
masa lalu. Saat kuliah dulu,<br />
Jazil juga sering mendengarkan nyanyian<br />
dari Raja Dang dut tersebut.<br />
Selain dangdut, lagu pop lawas seperti<br />
Widuri yang didendangkan Bob<br />
Tutupoli juga sangat disuka. Ada lagi<br />
lagu-lagu Arab dari Umi Kalsum, Jazil<br />
tak ketinggalan mendengarkannya sekadar<br />
untuk intermezo. Lagu-lagu Arab<br />
tersebut sebenarnya kesukaan istrinya.<br />
Namun, kalau ia didaulaut untuk menyanyi<br />
oleh para koleganya, Jazil lebih<br />
senang menyanyikan lagu-lagu yang sedang<br />
hit saat ini. Jarang mendendangkan<br />
lagu-lagu lawas kesukaannya. (MH) FOTO:<br />
JAKA, DOK. PRIBADI/PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
59
kunjungan kerja<br />
KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI X DPR RI<br />
Serap AspirasI Kebudayaan<br />
dan Sistem Perbukuan<br />
Rancangan Undang-undang Kebudayaan diharapkan mampu<br />
membantu pengembangan kebudayaan di Indonesia. Sementara<br />
dengan adanya RUU Sistem Perbukuan, muncul harapan masyarakat<br />
dapat dengan mudah memperoleh dan memanfaatkan buku untuk<br />
mengembangkan dirinya dan memperoleh ilmu pengetahuan.<br />
60 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
Kedua RUU yang saat ini sedang<br />
dibahas oleh Komisi X DPR.<br />
Untuk mendapat masukan terkait<br />
RUU Prioritas ini, Komisi X<br />
menerjunkan tiga timnya, yang terbagi<br />
menjadi Panja RUU Kebudayaan dan<br />
Panja RUU Sistem Perbukuan. Berbagai<br />
masukan pun diperoleh, dengan harapan<br />
semakin memperkaya kandungan kedua<br />
RUU.<br />
Tim Panja RUU Kebudayaan dengan<br />
dipimpin Wakil Ketua Komisi X Ridwan<br />
Hisjam bertolak ke Jawa Timur, Sabtu<br />
(5/12/15). Tujuan pertama, Tim mensosialisasikan<br />
dan menjaring masukan<br />
untuk RUU tentang Kebudayaan di Mojokerto,<br />
Jawa Timur. Hisjam menjelaskan<br />
setidaknya delapan poin utama pada<br />
RUU Kebudayaan kepada Pemerintah<br />
Kabupaten Mojokerto.<br />
“Delapan item tersebut yang pertama<br />
adalah penguatan hak berkebudayaan,<br />
pembangunan jati diri dan karakter<br />
bangsa, pelestarian sejarah dan budaya.<br />
Selain itu juga ada pembinaan kesenian,<br />
pengembangan industri budaya, penguatan<br />
diplomasi budaya, pengem<br />
bangan Pranata SDM kebudayaan serta<br />
sarana dan prasarana budaya,” jelasnya<br />
di Balai Pelestarian Cagar Budaya<br />
Mojokerto.<br />
Undang-undang ini, lanjut politisi<br />
F-PG itu, sebenarnya sudah lama dibahas,<br />
namun belum disahkan. Diharapkan,<br />
dengan adanya UU ini, kebudayaan<br />
Indonesia terlindungi dan Jawa Timur<br />
merupakan wilayah peninggalan sejarah<br />
yang tinggi.<br />
“Jatim khususnya Trowulan ini memiliki<br />
kebudayaan yang tinggi dan juga<br />
melahirkan seni budaya, adat istiadat,<br />
naskah kuno serta artefak. Oleh karena<br />
itu, tujuan kami ke Trowulan ini untuk<br />
melihat dari dekat permasalahan yang<br />
ada untuk diakomodir dalam RUU tersebut,”<br />
jelas politisi asal dapil Jawa Timur<br />
ini lebih lanjut.<br />
Masih dalam kesempatan yang sama,<br />
Pemerintah Kabupaten Mojokerto, Jawa<br />
Timur mengharapkan wilayah Trowulan<br />
menjadi destinasi wisata tingkat<br />
nasional untuk lebih mengenal cikal<br />
bakal Nusantara. Apalagi, jelas Pejabat<br />
Kabupaten Mojokerto, Ardi Prase tyawan<br />
menyatakan cagar budaya yang ada di<br />
Trowulan merupakan warisan dari<br />
leluhur.<br />
“Ini merupakan sejarah yang harus<br />
dilestarikan. Oleh karena itu, cagar<br />
budaya nasional ini diperlukan peran<br />
pemerintah baik dari daerah dan juga<br />
dari pemerintah pusat. Cagar budaya<br />
ini perlu dilakukan pelestarian secara<br />
maksimal dengan tetap memperhatikan<br />
kesejahteraan masyarakat yang ada di<br />
sekitar cagar budaya di Trowulan ini.<br />
Cagar budaya ini, kata Ardi, diharapkan<br />
bisa terus digali dan kedepan bisa<br />
membantu pengetahuan bagaimana<br />
perdaban zaman dulu. Bahkan, Trowulan<br />
bisa menjadi kawasan pariwisata nasional<br />
tata ruang dan menjadi pusat sentral<br />
cagar budaya yang ada di Indonesia.<br />
Tim Panja Kebudayaan ke Mojokerto<br />
terdiri dari Anggota Komisi X DPR<br />
Wiryanti Sukamdani (PDI-Perjuangan)<br />
, Reni Marlinawati (PPP), Bambang Sutrisno<br />
dan Jhon Kennedy Azis (F-PG),<br />
Ida Bagus Putu Sukarta (F-Gerindra),<br />
dan Yayuk Sri Rahayuningsih (Nasdem).<br />
Setelah pertemuan, Tim Panja melaku<br />
Tim Panja RUU Kebudayaan menyerap aspirasi di Kabupaten Mojokerto Jatim<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
61
kunjungan kerja<br />
pengembangan Kebudayaan Melayu<br />
Riau.<br />
“Untuk memelihara, menjaga dan<br />
membudayakan kebudayaan yang ada di<br />
Riau, agar seluruh cagar budaya dan kesenian<br />
dapat terkelola dengan baik, tidak<br />
seperti sekarang. Jadi ini penting, dan<br />
kita minta DPR bisa mendukung dalam<br />
perwujudannya,” kata Kepala Dinas Kebudayaan<br />
Riau, Kamsol.<br />
Provinsi Riau yang memiliki kekayaan<br />
Suku Anak Dalam, melalui Tokoh Adat<br />
Suku Pedalaman, Haryono, menyatakan<br />
bahwa keberadaan Suku Anak Dalam<br />
dianggap disepelekan oleh pemerintah<br />
sehingga kehidupannya makin tidak<br />
jelas. Bahkan, saat ini ada yang pergi ke<br />
kota-kota berbaur dengan masyarakat<br />
lain dan menjadi pengemis.<br />
“Dalam beberapa waktu terakhir,<br />
kami bahkan sering menemukan keberadaan<br />
Suku Anak Dalam melintas<br />
di Pekanbaru. Kondisi tersebut menjadi<br />
bukti kepunahan suku asli Riau. Saat ini<br />
sudah mulai datang kepunahan budaya<br />
kami. Masyarakat Suku Laut, Masyarakat<br />
Sakai dan Suku Anak Dalam sudah<br />
mulai punah,” kata Haryono, yang juga<br />
keberatan dengan sikap pemerintah<br />
yang menyebut Anak Dalam sebagai komunitas<br />
adat terpencil.<br />
Menanggapi hal ini, Mujib mengaku<br />
akan menampung aspirasi mereka untuk<br />
dirancang dalam RUU Kebudayaan. “Keberadaan<br />
Suku Adat Pedalaman adalah<br />
cermin dan budaya bagi nusantara. Jadi<br />
memanng harus didukung. Nanti akan<br />
menjadi bahan bagi kami untuk membahasnya<br />
ditingkat legislatif,” janji politisi<br />
dari dapil Jawa Tengah itu.<br />
Tim Kunjungan Kerja Komisi X DPR RI berdialog dengan Ptl. Gubernur Riau<br />
kan kunjungan ke Candi Brahu, Vihara<br />
Mojopahit Trowulan, pengrajin logam,<br />
dan UKM di Trowulan.<br />
Sehari sebelumnya, satu lagi Tim<br />
Panja Kebudayaan Komisi X DPR bertolak<br />
ke Provinsi Riau, Jumat (4/12/15),<br />
untuk menggali aspirasi terkait RUU<br />
Kebudayaan. Tim Panja dipimpin oleh<br />
Anggota Komisi X DPR, Mujib Rohmat<br />
(F-PG).<br />
“Kunjungan Kerja Tim Panja Komisi<br />
X ini dilakukan guna mencari serta meminta<br />
masukan kepada pemerintah daerah<br />
serta aspirasi masyarakat tentang<br />
revisi RUU Kebudayaan. Baik secara<br />
umum, kebijakan maupun masalah kebudayaan<br />
Melayu di Provinsi Riau,” kata<br />
Mujib.<br />
Dalam kunjungan ini, Tim Komisi X<br />
DPR disambut oleh Kepala Dinas Pendidikan<br />
dan Kebudayaan Provinsi Riau,<br />
Kamsol bersama Ketua Lembaga Adat<br />
Melayu Riau (LAMR), Al Azhar. Hadir<br />
juga dalam pertemuan sejumlah Kepala<br />
Dinas terkait, diantaranya Kepala BPAD<br />
Yoserizal Zein, Kadis Pariwisata Fahmizal<br />
Usman dan Kadisnakertrans Rasidin<br />
Siregar serta Pejabat Pemerintah<br />
Provinsi Riau.<br />
Dalam pertemuan, Pemprov Riau<br />
sangat berharap kepada Komisi X agar<br />
dalam RUU Kebudayaan nanti dapat<br />
lebih memperhatikan pengelolaan kebudayaan<br />
di daerah dan persoalan dalam<br />
TIM PANJA DAPAT MASUKAN<br />
LUAR BIASA<br />
Sementara itu, Tim Panja RUU<br />
Sistem Perbukuan yang mengunjungi<br />
Provinsi Daerah Yogyakarta pada Jumat<br />
(4/12/15), mendapatkan berbagai<br />
masuk an yang luar biasa untuk memperkaya<br />
kandungan RUU yang sedang<br />
dibahas Komisi X itu.<br />
Tim Panja yang dipimpin Wakil Ketua<br />
Komisi X DPR, Abdul Kharis Almasyhari,<br />
langsung melakukan pertemuan dengan<br />
Sekretaris Daerah Provinsi DI Yogyakarta,<br />
Ichsanuri; Kepala Dinas Pendidikan,<br />
Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY,<br />
Baskara Aji, Kepala Dinas Pendidikan<br />
Menengah dan Non Formal Kabupaten<br />
Bantul, Masharun; Kepala Dinas Pendidikan<br />
Dasar Kabupaten Bantul, Totok<br />
Sudarto, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten<br />
Sleman, Arif Haryono, hingga<br />
Forum Lingkar Pena.<br />
Kharis menekankan pentingnya keberadaan<br />
RUU Sistem Perbukuan. Buku<br />
merupakan salah satu sumber utama<br />
dari ilmu pengetahuan, informasi,<br />
teknologi, seni dan budaya. Karena itu,<br />
hingga saat ini, buku masih merupakan<br />
sarana pembentukan dan pengembangan<br />
peradaban suatu bangsa. Pepatah<br />
‘Buku adalah jendela dunia’ pun sudah<br />
taka sing lagi.<br />
“Kita bisa mengetahui apa yang di<br />
luar kita, dan berbagai macam yang belum<br />
pernah kita lihat, dan pernah kita lihat,<br />
itu dari buku. Penelitian yang belum<br />
pernah kita bayangkan, hingga sejarah<br />
masa lalu juga dari buku. Buku adalah<br />
jendela dunia, itulah ungkapan yang paling<br />
tepat,” kata Kharis.<br />
Selama pertemuan dengan stakeholder<br />
dan pelaku pendidikan di Kota<br />
Gudeg, Kharis mengaku mendapat banyak<br />
masukan yang akan dipertimbangkan<br />
untuk masuk ke dalam draft RUU<br />
Sistem Perbukuan. Diantaranya terkait<br />
materi pendidikan karakter bangsa yang<br />
62 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
mungkin dipertimbangkan untuk masuk<br />
dalam draft RUU. Terkait penerbit yang<br />
bertanggungjawab pun mendapat sorotan<br />
para pelaku pendidikan di Kota<br />
Gudeg itu.<br />
“Mesti ada sebuah institusi, atau siapa<br />
nanti yang ditunjuk untuk melakukan<br />
penelahaan konten buku. Jangan sampai,<br />
buku yang diterbitkan dan disebarkan,<br />
mengandung konten yang tidak bisa<br />
dipertanggungjawabkan. Ini masih ada<br />
hubungannya dengan institusi penerbitan<br />
yang jelas dan bertanggung jawab<br />
juga,” kata Kharis.<br />
Politisi F-PKS itu menambahkan, institusi<br />
yang dibentuk itu nantinya bertugas<br />
untuk mengawasi konten, dalam<br />
hal ini ketika terjadi penyimpangan<br />
dalam konten buku. Bukan kemudian<br />
malah mengatur konten. “Mengawasi<br />
agar tidak terjadi penyimpangan, yang<br />
berdampak pada kontraproduktif dalam<br />
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,”<br />
imbuh Kharis.<br />
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda<br />
dan Olahraga (Kadisdikpora) Provinsi<br />
DI Yogyakarta, Baskara Aji, mengaku<br />
pihaknya pernah kecolongan dengan<br />
adanya kesalahan pada buku referensi<br />
untuk anak didik. Ini terjadi pada buku<br />
digital atau e-book, yang dapat diunduh<br />
dengan mudah oleh<br />
kalangan umum.<br />
“Kami beberapa<br />
waktu lalu kecolongan,<br />
kami menemukan<br />
buku referensi<br />
yang isinya<br />
salah dan sangat<br />
fatal. Yakni, Burung<br />
Garuda Indonesia<br />
menengok kearah<br />
yang salah. Dan tidak<br />
dicantumkan<br />
siapa yang menerbitkan<br />
dan bertanggung<br />
jawab. Tapi<br />
anak-anak dengan mudah mudah mengunduhnya.<br />
Anak-anak mengunduhnya<br />
tidak selektif,” jelas Baskara.<br />
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan<br />
Menengah dan Non Formal Kabupaten<br />
Bantul, Totok Sudarto mengaku pernah<br />
menemukan buku yang beralisan<br />
radikalisme, padahal buku itu sudah<br />
mendapat izin untuk terbit dari Kemendikbud<br />
dan Kemenag. Ia mempertanyakan,<br />
apakah kedua Kementerian itu<br />
sudah benar-benar menyeleksi buku<br />
yang akan diterbitkan. Akibat kesalahan<br />
cetak buku itu, membuat kondisi semakin<br />
tidak kondusif.<br />
Tim Panja Sistem Perbukuan Komisi X DPR berfoto bersama dengan pejabat Pemerintah Provinsi DI<br />
Yogyakarta<br />
Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Kharis Almasyhari memimpin Tim Panja<br />
Sistem Perbukuan ke Provinsi DI Yogyakarta<br />
Rendahnya minat untuk menjadi profesi<br />
penulis pun menjadi bahan diskusi.<br />
Kharis menduga, minimnya minat untuk<br />
menjadi penulis, diantaranya diakibatkan<br />
oleh kecilnya royalti dan pembajakan<br />
yang masif.<br />
“Royalti penulis buku itu rendah<br />
sekali. Ini dikarenakan jumlah oplah cetak<br />
dari penerbit untuk buku-buku itu<br />
sangat kecil. Kalau oplah cetaknya kecil,<br />
berarti royalti kecil. Saya kira ini merupakan<br />
suatu permasalahan yang cukup<br />
complicated, sehingga harus diurai satu<br />
per satu dalam UU Sistem Perbukuan,”<br />
kata politisi asal dapil Jawa Tengah itu.<br />
Dalam kesempatan yang sama, Anggota<br />
Komisi X DPR, My Esti Wijayati<br />
(F-PDI Perjuangan) mengaku mendapat<br />
masukan yang sangat luar biasa. Ia<br />
meng apresiasi berbagai masukan yang<br />
telah disampaikan Pemerintah Provinsi<br />
DI Yogyakarta, salah satunya terkait<br />
konten.<br />
“Dengan mendengar apa yang disampaikan,<br />
saya langsung merasa maknyes.<br />
Di Yogya, kita mendapat masukan terkait<br />
konten. Saya kira ini menjadi kesempatan<br />
dan juga momentum yang<br />
bisa kita jadikan salah satu masukan dan<br />
referensi untuk kita masukkan di dalam<br />
RUU Sisbuk ini,” imbuh politisi asal dapil<br />
DI Yogyakarta ini.<br />
Kunjungan ini juga diikuti oleh Sofyan<br />
Tan (F-PDI Perjuangan), Yayuk Basuki (F-<br />
PAN), Dedi Wahidi (F-PKB), dan Dadang<br />
Rusdiana (F-Hanura). (SC,HR,SF) FOTO: EKA<br />
HINDRA, SOFYAN, SUCIATI/PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
63
kunjungan kerja<br />
Tim Kunker Panja RUU Migas Komisi VII DPR RI bersama Pemprov. Riau<br />
Panja RUU Migas Komisi VII<br />
Serap Aspirasi Dari Tiga Daerah<br />
DPR RI sepakat memasukan<br />
RUU tentang perubahan atas<br />
UU No.22 Tahun 2001 tentang<br />
Minyak dan Gas Bumi menjadi<br />
RUU Prioritas yang masuk dalam<br />
Program legislasi nasional (Prolegnas)<br />
Tahun <strong>2015</strong>. Sebagai bagian dari proses<br />
pembentukan RUU beberapa waktu lalu<br />
Panitia Kerja (Panja) RUU Migas Komisi<br />
VII DPR RI menjaring aspirasi Pemerintah<br />
daerah langsung dari tiga Provinsi,<br />
yakni Provinsi Riau, Sumatera Selatan<br />
dan Kalimantan Timur.<br />
RIAU<br />
Provinsi Riau merupakan penghasil<br />
minyak terbesar di Indonesia. Panitia<br />
Kerja (Panja) RUU Migas Komisi VII DPR<br />
RI dalam pertemuannya Kamis (3/12)<br />
dengan Plt Gubernur Riau yang diwakilkan<br />
oleh Kepala Dinas Pertambangan<br />
dan Energi Sumber Daya Mi neral Riau,<br />
Syahrial Abdi, dan Para Pakar Hukum<br />
dan Migas dari Universitas Islam Riau<br />
menerima sejumlah masukan.<br />
Pemprov Riau memberi masukan<br />
terkait porsi bagi hasil antara pemerintah<br />
pusat dan pemerintah daerah, serta<br />
pihak swasta sebagai kontraktor atau<br />
developernya. Selama ini dalam pengelolaan<br />
minyak bumi prosentase bagi<br />
hasilnya 85 persen untuk negara dan 15<br />
persen untuk swasta yang menjadi kontraktor.<br />
Disini pemerintah daerah juga<br />
diberikan porsi khusus yakni sekurangkurangnya<br />
sepuluh persen dari jatah 85<br />
persen yang dimiliki negara (pemerintah<br />
pusat). Jika penghasil minyak itu ada di<br />
beberapa kabupaten, maka harus dibagi<br />
secara proposional dari 10 persen jatah<br />
pemerintah daerah tadi.<br />
Pada kesempatan itu Pakar Hukum<br />
dari Universitas Islam Riau, Syafrinaldi<br />
juga berharap adanya perubahan paradigma<br />
terhadap sanksi yang dijatuhkan<br />
kepada para pelaku pelanggaran Undang-undang<br />
Migas ke depan. Jika sebelumnya<br />
ada kata-kata “selama-lamanya”<br />
diberikan hukuman sebagai berikut,<br />
maka ke depan kata “selama-lamanya”<br />
itu harus diiubah menjadi sekurangkurangnya.<br />
Begitupun yang terkait<br />
dengan denda dari kata “sebanyakbanyaknya”<br />
diubah menjadi “sekurangkurangnya”.<br />
Hal itu tak lain adalah untuk<br />
memberikan efek jera terhadap para<br />
pelaku.<br />
Anggota Panja RUU Migas Komisi VII<br />
DPR RI sangat mengapresiasi masukan<br />
tersebut. Dikatakan anggota Komisi VII<br />
DPR Jamaluddin Jafar yang memimpin<br />
Tim Kunjungan kerja, permintaan tersebut<br />
merupakan hal yang wajar. Namun<br />
ia mengingatkan bahwa negara repu blik<br />
Indonesia ini merupakan negara kesatuan,<br />
dimana ada daerah-daerah yang<br />
tidak memiliki potensi minyak di daerahnya.<br />
Ini pun harus mendapat subsidi<br />
dari negara,<br />
Sementara itu terkait pencantuman<br />
sanksi yang dimaksud para pakar tersebut,<br />
anggota Panja RUU Migas Komisi<br />
VII, Dony Maryadi Oekon menyetujuinya.<br />
Karena jika masih ada kata selamaselamanya<br />
dapat diartikan paling lama,<br />
sehingga bisa saja pengadilan menjatuhkan<br />
hukuman terendah. Namun sebaliknya<br />
jika “sekurang-kurangnya” maka<br />
64 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
pelaku paling sedikit akan menerima<br />
hukuman sekurang-kurangnya seperti<br />
yang tercantum dalam undang-undang<br />
tersebut. Begitupun dengan kata “sebanyak-banyaknya”<br />
untuk denda yang<br />
dijatuhkan pada para pelaku pelanggaran<br />
Undang-undang Migas ke depan.<br />
Tim Panja RUU Migas Komisi VII DPR RI ke Sumatera Selatan<br />
SUMATERA SELATAN<br />
Hal yang sama juga terjadi pada<br />
Tim Kunjungan Kerja Panja RUU Migas<br />
Komisi VII DPR RI ke Sumatera Selatan.<br />
Bertempat di Kantor Gubernur Sumatera<br />
Selatan, Kamis (5/12) Wakil Ketua<br />
Komisi VII Syaikhul Islam menyebutkan<br />
bahwa Provinsi Sumatera Selatan<br />
merupakan gudangnya energi. Dengan<br />
demikian masukan dari Pemerintah<br />
Provinsi Sumatera selatan sangat diperlukan<br />
untuk penyusunan RUU Migas,<br />
yang saat ini dalam tahap penyempurnaan<br />
naskah akademik. <br />
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa<br />
(PKB) ini menilai dari hasil evaluasi dan<br />
pendapat berbagai kalangan, sektor migas<br />
belum dikelola dengan maksimal,<br />
dan produksinya tidak meningkat dari<br />
waktu ke waktu semakin menurun,<br />
serta tidak mampu meningkatkan taraf<br />
hidup dan kesejahteraan masyarakat secara<br />
umum.<br />
Dalam pertemuan ini, Panja RUU<br />
Migas mendapat masukan diantaranya<br />
tentang tata kelola dan kelembagaan<br />
kegiatan usaha Migas baik hulu maupun<br />
hilir. Kemudian perlunya peningkatan<br />
peranan Pemda dan BUMD serta masyarakat<br />
dalam kegiatan Migas. Selama<br />
ini tata kelola Migas ditentukan oleh<br />
pemerintah pusat. Sementara Pemerintah<br />
Daerah tempat dimana sumber Migas<br />
itu berada terlihat kurang berperan<br />
terhadap tata kelola Migasnya.<br />
KALIMANTAN TIMUR<br />
Tim Kunjungan Kerja Komisi VII ke<br />
Kalimantan Timur juga menyerap aspirasi<br />
dan mendengar masukan serta<br />
ingin mengetahui kendala-kendala terkait<br />
dengan RUU tentang perubahan<br />
atas UU No.22 Tahun 2001 tentang Migas.<br />
Wakil Ketua Komisi VII DPR, Tamsil<br />
Linrung mengatakan dalam kunjungan<br />
kerja ke beberapa daerah sebelumnya<br />
pihaknya kerap mendapat keluhan dari<br />
beberapa investor luar negeri akan sulitnya<br />
proses perijinan dalam berinvestasi<br />
Migas di Indonesia. Dengan semangat<br />
baru, Tamsil berharap melalui revisi UU<br />
No.22 Tahun 2001 ini ada ruang untuk<br />
kemudahan berinvestasi.<br />
Tidak berbeda dengan pemerintah<br />
daerah lainnya, pada kesempatan itu<br />
Wakil Bupati Penajam Paser Utara, Mustakim<br />
berharap agar daerah penghasil<br />
hendaknya diberikan dana bagi hasil<br />
yang proporsional. Artinya, antar daerah<br />
penghasil Migas diberikan bagian<br />
berbeda-beda. Pihaknya menganalogikan<br />
sebuah perusaahaan yang karyawannya<br />
produktif gajinya tidak sama<br />
dengan karyawan yang tidak produktif.<br />
Hal ini menurutnya sangat bermanfaat<br />
untuk mempercepat proses pembangunan<br />
daerah. Pada umumnya Kabupatenkabupaten<br />
di Kaltim infrastuktur masih<br />
kurang dibanding daerah perkotaan.<br />
Sehingga diperlukan dana untuk pembangunan<br />
infrastruktur, dan itu berasal<br />
dari energi Migas yang dihasilkan di<br />
daerahnya.<br />
Sementara itu Kepala Dinas Pertambangan<br />
Pemprov Kaltim berharap<br />
Pemda penghasil Migas hendaknya selalu<br />
diikutsertakan dalam pertemuan<br />
good plain and budgeting yaitu rencana<br />
anggaran karena baginya sangat penting<br />
untuk mengetahui dan memperkirakan<br />
penerimaan perimbangan bagi hasil berdasarkan<br />
rencana Kontraktor Kontrak<br />
Tim Komisi VII DPR saat pertemuan dengan Kepala DInas Pertambangan Pemprov Kaltim<br />
Kerja Sama (K3S) tersebut itu. Selain itu,<br />
pemerintah daerah diberi kewenangan<br />
untuk memonitoring dan rekomendasi<br />
perbaikan pengelolaan CSR yang dilakukan<br />
oleh K3S. (AYU, AGUNG, EKA HIN-<br />
DRA) FOTO: EKA HINDRA, AGUNG, AYU/PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
65
liputan khusus<br />
SIDANG UMUM KE-8 APA<br />
INTERVENSI YANG MEMBUKA MATA<br />
Ketua Delegasi DPR Agus Hermanto disambut Ketua DPR Kamboja Heng Samrin<br />
Untuk kedua kalinya papan<br />
nama delegasi Indonesia diangkatnya.<br />
Itu pertanda minta<br />
persetujuan pimpinan sidang<br />
untuk melakukan intervensi rapat atau<br />
biasa dikenal sebagai interupsi. Ketua<br />
Delegasi DPR Agus Hermanto kembali<br />
menjelaskan dengan bahasa Inggris<br />
yang jelas tentang sikap Indonesia dan<br />
alur pembahasan APBN. Ia menekankan<br />
kembali alasannya kepada peserta Sidang<br />
Umum ke-8 Asian Parliamentary<br />
Assembly (APA) di Phnom Penh, Kamboja<br />
(7-12 Desember <strong>2015</strong>), tidak mungkin<br />
persoalan iuran anggota diputuskan<br />
sekarang dan mulai ditarik tahun depan.<br />
Pasalnya anggaran untuk tahun 2016 sudah<br />
selesai dibahas oleh DPR bersama<br />
pemerintah, kondisi seperti itu menurutnya<br />
pasti juga terjadi di negara anggota<br />
APA lainnya.<br />
“Penetapan iuran tidak bisa ditetapkan<br />
begitu saja, karena harus tertera<br />
dalam anggaran negara — APBN. Sementara<br />
APBN 2016 sudah diketok, jadi<br />
sebaiknya pembahasan ini ditunda saja<br />
pada sidang selanjutnya untuk diusulkan<br />
pada anggaran 2017,” papar Wakil Ketua<br />
DPR Koordinator Bidang Industri dan<br />
Pembangunan ini. Sebelumnya Ketua<br />
Sidang Monavar Shah Bahadori, delegasi<br />
dari Afganistan terlihat sedikit ngotot<br />
masalah iuran perlu dituntaskan segera.<br />
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada<br />
Parlemen Iran yang telah memberikan<br />
dukungan finansial bagi Sekretariat APA<br />
dalam waktu yang cukup lama. Menurutnya<br />
tidak sehat apabila organisasi<br />
bergantung pada kebaikan satu parlemen,<br />
sudah saatnya seluruh anggota<br />
berpartisipasi. Setelah memperhatikan<br />
masukan dari delegasi Indonesia,<br />
akhirnya seluruh peserta sidang dapat<br />
menerima keputusan pembahasan tentang<br />
aturan keuangan akan dibicarakan<br />
pada pertemuan standing committee selanjutnya<br />
di Afganistan, awal tahun 2016.<br />
Agus Hermanto dalam sidang ini juga<br />
kehormatan untuk menyampaikan pidato<br />
dalam Rapat Pleno Debat Umum. Dihadapan<br />
peserta sidang organisasi parlemen<br />
Asia yang didukung 41 negara ini,<br />
ia menyampaikan pentingnya Parlemen<br />
Asia bersatu menghadapi terorisme. Ia<br />
menekankan teror di Paris dan Beirut<br />
belum lama ini menunjukkan kepada<br />
masyarakat dunia bahwa aksi seperti<br />
itu tetap menjadi ancaman bagi perdamaian<br />
dan stabilitas. Perkembangannya<br />
harus dihadapi bersama, setiap bangsa<br />
harus bersatu, saling bantu dalam<br />
menghadapi ancaman itu. Senada dengan<br />
itu Wakil Ketua Delegasi DPR Rofi’<br />
Munawar mengingatkan untuk memahami<br />
aksi terorisme di sejumlah lokasi di<br />
dunia jangan hanya terfokus hanya pada<br />
siapa pelaku teror tetapi perlu didalami<br />
latar belakang dan dalang dibalik aksi<br />
tersebut.<br />
“Dimungkinkan ada oknum-oknum<br />
negara besar yang turut mendalangi<br />
aksi teror ini. Mereka ingin menyeret sebanyak<br />
mungkin wilayah untuk terlibat<br />
di arena konflik dan inilah yang harus<br />
dihentikan. APA perlu mengambil sikap<br />
dalam hal ini,” ungkap dia. Baginya isu<br />
ini bagi sebagian pihak masih dianggap<br />
sensitif tetapi pada kenyataannya keterlibatan<br />
negara tertentu dalam berbagai<br />
konflik berdarah dan memanfaatkan<br />
kelompok bersenjata ilegal semakin berdampak<br />
luas bagi kemanusiaan.<br />
PARLEMEN VIRTUAL<br />
Sidang Umum ke-8 APA ini berhasil<br />
memutuskan Resolusi tentang Asia<br />
yang Terintegrasi dengan Teknologi<br />
Informasi dan Komunikasi. Salah satu<br />
bagian menarik dari resolusi ini adalah<br />
pembentukan Asian Virtual Parliament<br />
(Parlemen Virtual Asia). “Ini upaya<br />
mengintegrasikan parlemen di Asia melalui<br />
virtual community berbasis IT. Walaupun<br />
ini masih embrio tapi saya kira<br />
ini ide menarik dan patut didukung. Hasil-hasil<br />
kajian, diskusi, pembahasan UU<br />
dari berbagai negara di Asia bisa diakses<br />
seluruh anggota parlemen dari seluruh<br />
Asia,” kata anggota delegasi DPR,<br />
Zulkieflimansyah. Ia berharap Parlemen<br />
Virtual Asia tidak hanya menampilkan<br />
rekomendasi UU saja tetapi juga dalam<br />
bentuk motion, gambar dan film jadi setiap<br />
anggota parlemen di kawasan Asia<br />
bisa melihat proses debat pembahasan<br />
UU. Ini menurutnya bisa menjadi input,<br />
pembelajaran bagaimana hangatnya<br />
perdebatan parlemen pada isu dan di<br />
negara tertentu.<br />
Bicara pada kesempatan berbeda<br />
anggota delegasi DPR dari FP Gerindra<br />
Sumail Abdullah menilai ide Parlemen<br />
Virtual Asia ini dapat dibawa ke dalam<br />
66 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
negeri. Persidangan di DPR apabila didokumentasikan dengan<br />
baik dan ditampilkan di laman website dapat menjadi masukan<br />
berharga bagi anggota dewan di daerah. “Saya kira menarik<br />
juga kalau hal ini diterapkan di Indonesia, yang ditampilkan<br />
tidak hanya sekedar laporan singkat tetapi<br />
data lengkap termasuk video pembahasan.<br />
Sidang jadi akuntabel, masyarakat juga akan<br />
tahu dan mencatat sikap fraksi dan anggota<br />
dewan dalam isu-isu tertentu,” tekan dia.<br />
Agenda dua tahunan yang dihadiri parlemen<br />
dari 22 negara dan 4 observer berhasil<br />
menyepakati sejumlah keputusan yaitu 18<br />
resolusi dan Deklarasi Phnom Penh. Bagi<br />
Agus Hermanto deklarasi itu cukup positif<br />
untuk menata langkah parlemen Asia<br />
ke depan. “Iya saya rasa apa yang kita hasil<br />
dalam pertemuan ini cukup positif, ada<br />
18 resolusi berhasil disepakati kemudian<br />
deklarasi Phnom Penh yang memantapkan<br />
sejumlah pertemuan sebelumnya,” ujar dia.<br />
Ia mengingatkan persidangan parlemen se-<br />
Asia ini pada hakekatnya bagian dari upaya<br />
untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik dan sejahtera.<br />
Ini juga sejalan dengan goal ke-16 SDGs (Sustainable Development<br />
Goals) yang merefleksikan komitmen parlemen sebagai<br />
bagian dari komunitas internasional.<br />
Pembahasan 18 draf resolusi dipimpin oleh Nguon Nhel<br />
Wakil Ketua Parlemen Kamboja yang juga menjabat sebagai<br />
Ketua Panitia Pengarah Sidang Umum ke-8 yang mengusung<br />
tema; “Promoting Peace, Reconciliation and Dialogue in Asia”.<br />
Resolusi yang disepakati diantaranya tentang Resolusi tentang<br />
Pasar Energi Terintegrasi di Asia, Resolusi Upaya Mengurangi<br />
Kemiskinan di Asia, Resolusi Menyesalkan Aksi Terorisme dan<br />
Kekerasan Ekstrim dan Resolusi tentang Masalah Lingkungan.<br />
Sementara Deklarasi Phnom Penh menekankan kekerasan<br />
yang dilakukan kelompok ekstrim telah menghasilkan aksi<br />
terorisme dan itu tidak dapat dikaitkan dengan budaya, peradaban,<br />
agama atau etnis tertentu. Aksi teror tersebut tidak<br />
bisa ditoleransi atau dimaafkan. Penyelesaian masalah melalui<br />
Delegasi DPR RI pada sidang APA ke-8 di Kamboja<br />
radikalisasi, kekerasan, terorisme atau perang hanya menyebabkan<br />
kesulitan yang lebih besar dan melahirkan kekerasan<br />
yang lebih banyak.<br />
Parlemen anggota APA bertekad menegakkan prinsip-prinsip<br />
hidup berdampingan secara damai dan upaya negosiasi<br />
dalam memecahkan sengketa internasional. Menuntaskan<br />
segala bentuk terorisme dan pendudukan melalui hukum dan<br />
kerja sama internasional.Bagian lain deklarasi juga menyebut<br />
pentingnya agenda moderat dan inisiatif untuk melakukan<br />
upaya deradikalisasi pada setiap tingkatan masyarakat termasuk<br />
generasi muda dan sektor swasta sebagai bagian dari<br />
upaya menuntaskan permasalahan radikalisme, kekerasan dan<br />
terorisme. (IKY) FOTO: IBNUR KHALID/PARLE/HR<br />
Assalamualaikum, I am from Indonesia<br />
Delegasi DPR pada Sidang Umum ke-8 Asian Parliamentary<br />
Assembly (APA) di Phnom Penh, Kamboja 7-12<br />
Desember <strong>2015</strong> meluangkan waktu untuk melaksanakan<br />
ibadah shalat Jumat di Mesjid Agung Al Serkal. Dipimpin<br />
Ketua Delegasi Agus Hermanto, rombongan berbaur dengan<br />
masyarakat muslim dan juga delegasi dari negara lain.<br />
Ibadah shalat Jumat berlangsung khusuk walaupun<br />
ceramah disampaikan dalam bahasa Kamboja yang tentu pesannya tidak<br />
dimengerti oleh jamaah dari negara lain. Usai ibadah para jamaah bersalaman<br />
dan kesempatan itu dipergunakan oleh rombongan delegasi DPR bersilaturahmi<br />
dengan masyarakat muslim Kamboja.<br />
“Assalamualaikum, I am from Indonesia,” demikian sapaan Agus yang<br />
juga Wakil Ketua DPR RI ketika menjabat tangan para jamaah. Ketika bertemu<br />
dengan jamaah yang mampu berbahasa Inggris pembicaraan kemudian<br />
mengalir tentang pekerjaan, kehidupan muslim di Kamboja, dll.<br />
Salah seorang jamaah bernama Ahmad berdialog<br />
cukup lama. Ia mengaku berasal dari suku Cam yang<br />
berdasarkan sejarah nenek moyangnya pernah membesarkan<br />
Kerajaan Campa yang menurut para ahli terletak di<br />
perbatasan Kamboja-Vietnam. Salah seorang raja Campa<br />
dikenal ada yang menganut agama Islam, sehingga kerajaan<br />
waktu itu menerapkan prinsip-prinsip islami.<br />
Delegasi DPR juga berdialog dengan Syam warga<br />
Kamboja asli Malaysia yang sudah tinggal cukup lama di negara ini. Kejutan<br />
lain dari Hamdi yang ternyata orang Indonesia yang bekerja di sebuah<br />
restoran di Kamboja. “Wah Bapak DPR ini ya,” sapanya sambil tersenyum<br />
lebar.<br />
Salah seorang pejabat KBRI Kamboja, Muhsin menyebut cikal bakal Mesjid<br />
Al Serkal dibangun prajurit Garuda TNI pada saat bertugas membantu keamanan<br />
pasca konflik di wilayah ini. Beberapa tahun lalu mesjid dipugar dengan<br />
dukungan dana dari Uni Emirat Arab. (IKY) FOTO: IBNUR KHALID/PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
67
liputan khusus<br />
PARLEMEN HUNGARIA<br />
SIAP KERJASAMA<br />
CAPAI PEMBANGUNAN<br />
BERKELANJUTAN<br />
Delegasi BKSAP DPR mengunjungi Komisi Pembangunan Berkelanjutan Parlemen Hungaria<br />
Pada bulan November lalu, Ketua<br />
Badan Kerja Sama Antar Parlemen<br />
(BKSAP) DPR Nurhayati<br />
Ali Assegaf memimpin delegasi<br />
BKSAP ke Hungaria. Kunjungan ini<br />
dalam rangka menindaklanjuti komitmen<br />
IPU untuk mendorong Tujuan Pembangunan<br />
Berkelanjutan (TPB). Delegasi<br />
BKSAP DPR melakukan pertemuan dengan<br />
beberapa institusi terkait yang berada<br />
di dalam badan parlemen maupun<br />
eksekutif.<br />
Nurhayati menyampaikan apresiasinya<br />
kepada badan dan institusi yang<br />
berada di Parlemen Hungaria. Mengingat,<br />
Hungaria sendiri memiliki berbagai<br />
institusi di dalam parlemen maupun di<br />
kepresidenan yang berkaitan langsung<br />
dengan pelaksanaan pembangunan<br />
berkelanjutan.<br />
“Parlemen Hungaria menjadi salah<br />
satu contoh terbaik untuk DPR RI, dalam<br />
mempelajari bagaimana parlemen dapat<br />
memaksimalkan peran parlemen untuk<br />
menyukseskan pembangunan berkelanjutan.<br />
Mereka bercerita bagaimana<br />
parlemen merupakan pemimpin yang<br />
memberikan contoh kepada progres<br />
dari pembangunan berkelanjutan disini,”<br />
ungkap Nurhayati.<br />
Komisi Pembangunan Berkelanjutan<br />
Parlemen Hungaria menyatakan bahwa<br />
parlemen mereka siap mendukung pencapaian<br />
tujuan pembangunan berkelanjutan<br />
(sustainable development goals)<br />
yang telah disahkan oleh PBB pada bulan<br />
september lalu, dan siap bekerjasama<br />
dengan DPR untuk memperkuat peran<br />
parlemen dalam hal ini.<br />
“Kami telah memiliki komite pembangunan<br />
berkelanjutan di dalam<br />
parlemen sebelum tujuan pembangunan<br />
berkelanjutan disahkan oleh PBB .<br />
Komite memiliki tugas untuk mereview<br />
dan memberikan amandemen terhadap<br />
legislasi-legislasi agar sesuai de ngan<br />
konsep pembangunan berkelanjutan,”<br />
ujar Salar R Benedek, selaku Ketua Komite<br />
Pembangunan Berkelanjutan di<br />
Parlemen Hungaria.<br />
Komite Pembangunan Berkelanjutan<br />
sendiri memiliki keanggotaan sebanyak<br />
10 orang yang berasal dari partai-partai<br />
politik yang berbeda untuk meningkatkan<br />
dukungan politik untuk pembangunan<br />
berkelanjutan dan juga meningkatkan<br />
pemahaman tentang pembangunan<br />
berkelanjutan di masing-masing partai.<br />
Sementara, dalam pertemuan dengan<br />
Direktur Lingkungan di Kantor Kepresidenan,<br />
Csaba Korosi, Anggota BKSAP<br />
DPR Okky Asokawati tertarik dengan<br />
kurikulum tentang pembangunan<br />
berkelanjutan di Sekolah Dasar.<br />
“Menarik sekali bagaimana pemerintah<br />
Hungaria telah mencanangkan<br />
kurikulum tentang pembangunan<br />
berkelanjutan di Sekolah Dasar. Selain<br />
itu pengajar juga dapat mendapatkan<br />
titel pengajar pembangunan berkelanjutan<br />
yang merupakan salah satu titel<br />
yang prestisius di Hungaria. Hal ini<br />
dapat dicontoh untuk Pendidikan Anak<br />
Usia Dini (PAUD) yang ada di Indonesia<br />
untuk meningkatkan kesadaran pembangunan<br />
berkelanjutan sejak dini,”<br />
kata politisi yang juga Anggota Komisi<br />
IX DPR.<br />
BKSAP DPR sendiri sudah memiliki<br />
panitia kerja untuk tujuan pembangunan<br />
berkelanjutan yang dibentuk pada<br />
bulan Juni lalu. Panitia Kerja Tujuan<br />
Pembangunan Berkelanjutan juga telah<br />
mengadakan dialog dengan instansiinstasi<br />
terkait mengenai penyusunan<br />
tujuan pembangunan berkelanjutan secara<br />
nasional.<br />
Ketua Panitia Kerja Tujuan Pembangunan<br />
Berkelanjutan juga terus mengingatkan<br />
bahwasanya pelaksanaan tujuan<br />
pembangunan berkelanjutan harus<br />
menggunakan bahasa yang lebih membumi<br />
yang dapat dimengerti masyarakat.<br />
TINGKATKAN DIALOG ANTAR<br />
AGAMA<br />
Politisi Fraksi Partai Demokrat ini<br />
mengatakan, Indonesia sebagai negara<br />
demokratis memberikan banyak upaya<br />
dalam meningkatkan stabilitas dan perdamaian<br />
dunia, salah satunya melalui<br />
dialog antar agama. Hal tersebut disampaikannya<br />
saat mengunjungi Kota Godollo,<br />
Hungaria.<br />
“Ada persepsi yang salah saat ini, di<br />
68 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
mana melihat salah satu agama sebagai<br />
dalang dari terorisme. Ini pandangan<br />
yang salah. Oleh sebab itu perwakilan<br />
dari masing-masing agama harus saling<br />
berinteraksi, mengenal satu sama lain<br />
dan sama-sama menumbuhkan rasa toleransi,”<br />
terang Nurhayati.<br />
Sependapat dengan Nurhayati, Walikota<br />
Godollo, Gyargo Gemesi yang<br />
menyambut Delegasi BKSAP di depan<br />
gong perdamaian dunia ini mengatakan,<br />
bahwa kerjasama antara Indonesia dan<br />
Hungaria juga menjadi salah satu upaya<br />
dalam meningkatkan dialog antara dua<br />
kultur yang berbeda. Sebagaimana diketahui<br />
Indonesia merupakan negara berpenduduk<br />
mayoritas muslim. Sedangkan<br />
penduduk Hungaria mayoritas pemeluk<br />
agama Kristen. Kondisi ini dapat digunakan<br />
untuk saling mempelajari kultur<br />
antar dua negara.<br />
Godollo yang merupakan sister city<br />
dengan Bogor juga sering mengadakan<br />
dialog antar agama di kotanya. Pada tahun<br />
2014 yang lalu digelar dialog lintas<br />
agama yang diwakili oleh Kementerian<br />
Luar Negeri Indonesia, Kementerian<br />
Agama dan Kementerian Pendidikan<br />
dan Budaya Indonesia. Sedangkan pihak<br />
Hungaria diwakili oleh Kementerian<br />
Luar Negeri, Kementerian Pendidikan<br />
dan Budaya Hungaria dan Kota Godollo.<br />
Bahkan Gong perdamaian dunia yang<br />
kini menjadi ikon budaya Kota Godollo<br />
ini merupakan sumbangan Indonesia.<br />
Selain di Godollo, gong perdamaian juga<br />
ada di Bali, Ambon, Palu, Shandong (China)<br />
dan Jenewa (Swiss). Hal itu menjadi<br />
simbol harapan dunia yang terbebas dari<br />
konflik sara, terorisme, perang yang<br />
masih terjadi di belahan dunia seperti<br />
yang terjadi di Palestina.<br />
APRESIASI PEREMPUAN<br />
PARLEMEN INDONESIA<br />
Wakil Ketua Parlemen Hungaria, Mr.<br />
JakabIstvan mengapresiasi banyaknya<br />
perempuan yang masuk di dalam Parlemen<br />
Indonesia (DPR-RI). “Kami melihat<br />
banyak sekali perempuan yang ada di<br />
delegasi DPR RI ini. Ini berarti Parlemen<br />
Indonesia memberikan kesempatan dan<br />
akses yang lebih banyak kepada anggota<br />
parlemen perempuan, dibanding<br />
Parlemen Hungaria. Di Hungaria sendiri<br />
tidak mempunyai Parlemen Perempuan<br />
yang menjadi ketua di Parlemen ataupun<br />
Ketua Komisi untuk saat ini,” ungkap<br />
JakabIstvan.<br />
Sementara, Ketua BKSAP Nurhayati<br />
Ali Assegaf juga mengapresiasi atas penilaian<br />
Wakil Ketua Parlemen Hungaria<br />
terhadap keterwakilan Perempuan Indonesia<br />
di Parlemen. Politisi Fraksi Partai<br />
Demokrat ini mengungkapkan bahwa<br />
kunjungannya kali ini ke Hungaria memiliki<br />
misi untuk mempelajari bagaimana<br />
parlemen dapat menyukseskan tujuan<br />
pembangunan berkelanjutan, dan<br />
mekanisme yang dapat memaksimalkan<br />
peran parlemen.<br />
Sebagaimana diketahui Hungaria<br />
memiliki Komite Pembangunan<br />
Berkelanjutan di dalam sistem parlemen,<br />
serta Dewan Nasional Pembangunan<br />
Berkelanjutan, yang memiliki<br />
ke terlibatan parlemen di masing-masing<br />
institusi.<br />
Baik Indonesia maupun Hungaria<br />
sepakat bahwa peran parlemen di dalam<br />
proses maupun implementasi tujuan<br />
pembangunan berkelanjutan sangat<br />
krusial. Terutama dengan menggunakan<br />
tiga fungsi parlemen yakni, legislasi,<br />
penganggaran dan pengawasan dari tujuan<br />
pembangunan berkelanjutan.<br />
Ditambahkan Nurhayati, peran parlemen<br />
perempuan untuk menyukseskan<br />
agenda pembangunan global sendiri<br />
telah tertuang dalam deklarasi tujuan<br />
pembangunan berkelanjutan (TPB). Kehadiran<br />
parlemen perempuan dipercaya<br />
dapat meningkatkan pencapaian pembangunan<br />
nasional, karena parlemen<br />
perempuan dapat memberikan legislasilegislasi<br />
terkait di perlindungan perempuan,<br />
edukasi, kematian ibu dan anak<br />
ataupun kesehatan untuk mensukseskan<br />
pencapaian negara untuk TPB.<br />
Dalam pertemuan tersebut juga<br />
Delegasi BKSAP DPR di depan Gong Perdamaian Dunia di Kota Godollo, Hungaria<br />
dipaparkan strategi Hungaria yang<br />
lebih mementingkan tindakan preventif<br />
dibanding tindakan kuratif dalam<br />
menangani permasalahan kesehatan.<br />
Selain memiliki sistem perawatan kesehatan<br />
universal yang dibiayai oleh pajak,<br />
Hungaria juga terus mengingatkan<br />
bahaya konsumsi alkohol dan merokok<br />
di negara ini. Karena dua hal itulah yang<br />
menyebabkan permasalahan kesehatan<br />
di Hungaria.<br />
“Namun disini saya sangat menyayangkan<br />
kurangnya parlemen perempuan<br />
sebagai Presiden organisasi parlemen<br />
dunia. karena selama 25 tahun<br />
terakhir ini IPU (Inter-Parliamentary<br />
Union) belum memiliki presiden perempuan,”<br />
tegas Nurhayati yang diamini<br />
oleh seluruh delegasi. (SKR) FOTO: DOK.<br />
BKSAP/PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
69
selebritis<br />
DUKUNGAN<br />
PEMERINTAH<br />
TERHADAP SENIMAN<br />
MASIH KURANG<br />
70 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
Sedikit sekali artis lawas yang masih tetap eksis hingga<br />
saat ini. Hetty Koes Endang merupakan satu dari sedikit<br />
artis tersebut. Ditemui usai konferensi Pers acara<br />
Dangdut Academy Asia di Indosiar, penyanyi berdarah<br />
campuran Sunda dan Minang ini berbagi rahasia pada Rahayu<br />
Setiowati dan Naefurodji dari Parlementaria.<br />
“Istirahat, banyak air putih, olahraga, dan kebetulan saya<br />
tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol,” ungkap<br />
pemilik nama lengkap Hetty Koes Madewy ini.<br />
Meski demikian ditambahkannya, sebagai orang Sunda asli,<br />
sejak gadis oleh sang ibu, ia sudah diperkenalkan dengan jamu,<br />
minum tradisional yang diraciknya sendiri. Seperti perasan<br />
daun sirih, kencur dan kunyit. Tak heran jika kualitas vokal<br />
dan penampilannya tetap terjaga meski usianya sudah tidak<br />
muda lagi.<br />
Ketika banyak artis lawas yang bernasib “kurang beruntung”<br />
di masa tuanya, Hetty bersyukur hal itu tidak terjadi<br />
pada dirinya. Baginya, saat ini menyanyi menjadi hal nomer<br />
dua. Keluarga merupakan yang utama bagi dirinya. Tak sedikit<br />
tawaran menyanyi yang ia tolak, karena berbenturan dengan<br />
agenda keluarganya. Bahkan ia kini menggandeng putra sulungnya,<br />
Ameer Mahmed untuk memenejerinya.<br />
“Saat ini anak saya sendiri yang menjadi menejer saya. Jadi<br />
kalau dia bilang enggak boleh ambil pekerjaan itu, ya saya tidak<br />
akan ambil. Keluarga nomer satu bagi saya,” ungkap Hetty.<br />
Lebih lanjut istri dari Yusuf Erwin Faisal ini menjelaskan<br />
bahwa penyanyi itu ada beberapa kategori, yakni penyanyi<br />
festival atau kompetisi, penyanyi di TV, penyanyi di pentas<br />
ataupun penyanyi di album rekaman saja. Ia bersyukur pernah<br />
merasakan dan melewati semua itu. Bahkan kini diakuinya untuk<br />
luar negeri seperti di Malaysia, ia hanya bernyanyi untuk<br />
acara khusus saja, misalnya undangan keluarga kerajaan.<br />
Sebulan terakhir ini hampir setiap hari wajahnya tampil<br />
di layar kaca. Pasalnya, penyanyi kelahiran Jakarta 6 Agustus<br />
1957 ini dipercaya oleh Indosiar untuk menjadi juri acara<br />
contest dangdut tingkat Asia bertajuk Dangdut Academy Asia.<br />
Meski bukan termasuk penyanyi dangdut, namun kemampuan,<br />
kualitas serta pengalaman ibu empat orang anak dalam<br />
kompetisi menyanyi sudah tidak diragukan lagi.<br />
Maklum awal karir Hetty di sekitar tahun 1970 an dimulai<br />
dari satu kompetisi ke kompetisi lainnya, mulai tingkat daerah<br />
hingga tingkat nasional, bahkan internasional pernah diikutinya.<br />
Sebut saja pada Tahun 1972, 1973, 1974, Hetty berturutturut<br />
meraih juara pertama festival penyanyi se-Jawa Barat.<br />
Tahun 1976 ia menjadi runner up festival Penyanyi Tingkat<br />
nasional dimana juara pertama diraih Grace Simon, dan juara<br />
tiga diraih Margie siegers.<br />
Tahun berikutnya, ia meraih juara pertama di ajang yang<br />
sama, sementara juara dua diraih oleh Melky Goeslaw dan Diana<br />
Nasution, dan juara tiga diraih Ira Puspita. Tidak hanya itu,<br />
di ajang internasional Hetty juga pernah mewakili Indonesia di<br />
ajang WPSF di Tokyo dan berhasil meraih “Most Outstanding<br />
Performance” bersama Aji Bandi, pencipta lagu “Damai Tapi<br />
Gersang”.<br />
JURI DANGDUT ACADEMY ASIA<br />
Saat ini Hetty mengaku kompetisi pencarian bakat dan<br />
penyanyi muda memang lebih banyak dibanding ketika pada<br />
masa dulu. Sayangnya, hal itu bukan diprakasai pemerintah.<br />
Sejatinya pemerintah juga memiliki kewajiban menciptakan<br />
regenerasi penyanyi dan seniman asli Indonesia yang bisa melestarikan<br />
budaya bangsa. Namun, justru pihak swastalah yang<br />
lebih tergerak menggelar ajang tersebut.<br />
Hetty bersama Direktur Programing Indosiar dan peserta DAA<br />
“Ya justru pihak swasta yang lebih tertarik menggelar kompetisi<br />
menyanyi, termasuk dangdut. Ini sangat positif. Namun<br />
sayangnya tidak sedikit penyelenggara yang lebih memilih<br />
pemenang berdasarkan vote atau polling SMS. Terus terang<br />
bunda tidak suka ini. Karena apa gunanya penilaian bunda sebagai<br />
juri. Ini jugalah yang bunda tanyakan ke Indosiar saat<br />
ditawari menjadi juri Dangdut Academy Asia. Untungnya Indosiar<br />
tidak demikian. Pemenang berdasarkan penilaian juri,<br />
bukan SMS. Makanya bunda terima tawaran itu,” paparnya.<br />
Terkait keberadaan kontes dangdut tingkat Asia yang diprakasai<br />
oleh Indosiar, dimana Hetty didapuk menjadi salah<br />
satu jurinya, Ia menilai itu merupakan hal positif yang harus<br />
terus didukung. Mengingat dangdut merupakan musik asli Indonesia<br />
yang harus dilestarikan. Tidak hanya itu, ajang ini juga<br />
bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan musik dan budaya<br />
asli dalam negeri.<br />
Meskipun bukan berasal dari genre musik dangdut, namun<br />
ia bangga dengan perkembangan dangdut masa kini. Itu terbukti<br />
dengan semakin banyaknya anak muda yang notabene<br />
sebagai generasi penerus bangsa yang tertarik dan mendalami<br />
music ini.<br />
Lagi-lagi Hetty melihat dukungan pemerintah terhadap<br />
musik dangdut dan seniman Indonesia belum seratus persen.<br />
Pasalnya, saat ini belum ada gedung khusus yang sengaja disediakan<br />
negara atau pemerintah bagi penyanyi dan seniman<br />
untuk memamerkan karyanya secara free alias gratis.<br />
“Bunda lihat perhatian pemerintah terhadap seniman khususnya<br />
musisi dangdut saat ini masih kurang ya. Misalnya<br />
belum ada gedung khusus kesenian sebagai tempat seniman<br />
memamerkan karyanya secara gratis. Itu kan bagian dari dukungan<br />
pemerintah juga kan,” pungkasnya sambil berharap<br />
ke depan pemerintah bisa mewujudkan harapannya tersebut.<br />
(AYU) FOTO: NAEFUROJI/PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
71
pernik<br />
ANTUSIAS MASYARAKAT<br />
PELAJARI TUGAS DAN FUNGSI<br />
DPR CUKUP TINGGI<br />
Komplek MPR/DPR/DPD yang<br />
memiliki luas 32,1604 Ha merupakan<br />
salah satu kawasan tujuan<br />
wisata bagi masyarakat<br />
yang datang dari berbagai wilayah di tanah<br />
air. Ide DPR sebagai salah satu obyek<br />
wisata ini tercetus pada tahun 1994,<br />
pada saat dinas pariwisata DKI Jakarta<br />
mengadakan pertemuan dengan sejumlah<br />
biro perjalanan di Jakarta, yang juga<br />
dihadiri oleh pejabat dari Humas Sekretariat<br />
Jenderal DPR. Upaya ini merupakan<br />
salah satu cara untuk memberikan<br />
pendidikan politik kepada masyarakat<br />
melalui pemahaman dan pengenalan<br />
lebih luas tentang Lembaga-lembaga<br />
Negara yang ada di Indonesia.<br />
Dari tahun ke tahun, jumlah kunjungan<br />
masyarakat ke gedung DPR terus<br />
mengalami peningkatan. Kunjungan ini<br />
tidak hanya terbatas pada kunjungan<br />
wisata saja, tetapi juga berupa kunjungan<br />
study tour. Peserta kunjunga study<br />
tour, terdiri dari berbagai macam kalangan<br />
masyrakat, termasuk siswa-siswa<br />
dari tingkat TK, SD, SMP, SMA dan Mahasiswa.<br />
Kepala Bagian Humas Setjen DPR<br />
Saiful mengemukakan, DPR terbuka dikunjungi<br />
oleh masyarakat umum baik<br />
untuk menyampaikan aspirasi atau<br />
bahkan hanya sekedar berkunjung ke<br />
DPR untuk melihat rapat-rapat maupun<br />
mempelajari tugas dan fungsi DPR.<br />
“DPR itu kalau dikatakan tertutup<br />
juga tidak, tapi memang terbatas yang<br />
bisa datang kesini namun setelah reformasi<br />
dan ada Undang-Undang keterbukaan<br />
informasi publik. Karena<br />
itu DPR itu membuka diri menerima<br />
elemen masyarakat dengan dibuatnya<br />
ruangan khusus yang namanya Operational<br />
Room, dimana di ruangan ini bisa<br />
menerima tamu-tamu DPR baik itu dari<br />
kalangan pelajar, dari tingkat SD, SMP,<br />
SMA, maupun perguruan tinggi serta<br />
elemen masyarakat lain,” ungkap Saiful.<br />
DPR juga menerima rombongan Study<br />
Tour yang berkonsep edukasi politik sehingga<br />
masyarakat akan memiliki pemahaman<br />
akan tugas-tugas lembaga politik.<br />
Tujuannya adalah untuk mengubah<br />
Humas Setjen DPR RI menerima kunjungan<br />
siswa-siswi SMA Negeri I Ubud Bali<br />
Kabag Humas Setjen DPR RI Saiful<br />
dan membentuk tata perilaku seseorang<br />
agar sebagai partisipan politik yang bertanggung<br />
jawab.<br />
Menurut Saiful, pelajar-pelajar itu<br />
selain mendapatkan pemaparan tentang<br />
tugas dan fungsi DPR mereka juga diajak<br />
untuk mengunjungi museum yang ada<br />
di DPR dan diajak untuk tour building<br />
dimana mereka diperkenalkan dan memasuki<br />
gedung paripurna utama dimana<br />
tempat pelantikan presiden dan mereka<br />
diajak untuk masuk ke ruang paripurna<br />
tersebut melalui ruang balkon.<br />
“Kita harapkan mereka dapat mengetahui<br />
yang namanya mekanisme kerja<br />
DPR baik gambaran secara positif apa<br />
yang sebenarnya dilakukan oleh DPR,<br />
dimana tugas-tugasnya memang sangat<br />
72 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
erat. Selama ini masih banyak acara<br />
yang tidak dapat diliput secara langsung<br />
oleh media, baik itu media cetak maupun<br />
media elektronik,” ungkapnya.<br />
Lebih lanjut Saiful sampaikan bahwa,<br />
banyak informasi kinerja Anggota DPR<br />
atau proses pembahasan suatu Undang-<br />
Undang hingga menjadi UU yang kurang<br />
diekspos oleh media, sehingga banyak<br />
informasi yang tidak tersampaikan secara<br />
utuh ke masyarakat.<br />
Dia juga berharap dengan keterbukaan<br />
DPR menerima kunjungan masyarakat,<br />
diharapkan bisa memberikan<br />
informasi dan pendidikan politik kepada<br />
masyarakat dengan sebaik-baiknya. Kita<br />
prioritaskan juga untuk pelajar-pelajar<br />
dan mereka ini kita harapkan bisa menjadi<br />
corong dari DPR bahwa sebenarnya<br />
yang ada di lembaga legislatif dan<br />
mendapat gambaran yang sebenarnya.<br />
“Kita harapkan mereka itu bisa mengenal<br />
DPR yang sebenarnya dan mereka<br />
itu tidak termakan oleh berita-berita<br />
yang lebih banyak memojokkan DPR.<br />
Kita harapkan DPR itu bersidang sampai<br />
tengah malam dan dini hari itu perlu<br />
mereka diketahui,” harapnya.<br />
Bagian Humas DPR menerima kunjungan<br />
Masyarakat yang ingin study tour<br />
ke DPR setiap hari kerja yaitu Senin sampai<br />
dengan Kamis.<br />
“Kita bisa menerima pelajar itu dalam<br />
satu hari rata-rata sekitar 200 orang,<br />
dalam sebulan itu kita batasi hanya<br />
rata-rata mengambil 4 hari kerja. Jadi<br />
sekitar sebulan itu sudah sampai 2000-<br />
4000 orang yang kita bisa terima disini.<br />
Kemudian juga ada yang minta tanggal<br />
tertentu dan jika sudah di booking<br />
lebih awal dari beberapa sekolah atau<br />
dari masyarakat, mereka kita tawarkan<br />
untuk jadwal bulan berikutnya.” terang<br />
Saiful.<br />
“Sampai saat bulan Maret itu sudah<br />
terprogram waktunya oleh beberapa<br />
sekolah dan sampai saat ini saja yang<br />
minta untuk bulan Maret itu sudah ada<br />
lebih dari 30 sekolah,” terangnya.<br />
Beberapa instansi yang sudah terjadwal<br />
untuk melakukan kunjungan ke DPR<br />
pada Januari hingga 22 Pebruari tahun<br />
2016. Terdiri 11 sekolah tingkat SD, 5<br />
sekolah tingkat SMP, 4 sekolah tingkat<br />
SMA dan sebuah Universitas.<br />
Saiful juga menyampaikan bahwa,<br />
minat dari Sekolah-sekolah yang ingin<br />
berkunjung ke DPR sangat tinggi, bahkan<br />
beberapa Sekolah harus menunggu<br />
jadwal yang bisa diterima langsung oleh<br />
Bagian Humas Setjen DPR. Selain itu,<br />
Saiful menyampaikan pesan bahwa instansi<br />
yang ingin berkunjung ke DPR sebaiknya<br />
sebelum menentukan jadwalnya<br />
bisa melakukan cek jadwal yang tersedia<br />
di http://www.dpr.go.id/humas/<br />
kunjungan-jadwal agar instansi tersebut<br />
bisa mendapatkan jadwal yang pas.<br />
TAMBAH WAWASAN<br />
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ubud,<br />
Bali I Wayan Gabra dalam kunjunganya<br />
ke DPR pada 8 Desember <strong>2015</strong> menyampaikan<br />
bahwa kunjungan ke DPR sebagai<br />
motivasi anak didiknya untuk mengenal<br />
DPR lebih dekat. “Kita berkunjung ke<br />
DPR untuk menambah wawasan mereka<br />
agar timbul motivasi supaya lebih<br />
mengenal gedung DPR ini. Kemudian<br />
setelah termotivasi, ada dorongan dari<br />
kita untuk bersama-sama menjaga citra<br />
supaya gedung ini menjadi lebih terhormat,<br />
anggota dewan menjadi lebih termuliakan<br />
lagi, begitu intinya,” ungkap I<br />
Wayan Gabra.<br />
I Wayan Gabra berharap dengan<br />
mengajak anak didiknya berkunjung<br />
langsung ke DPR, mereka mempunyai<br />
pengetahuan yang lebih tentang DPR,<br />
kemudian setelah mereka pulang dapat<br />
menginformasikan kepada temantemannya<br />
apa yang mereka dapatkan<br />
disini kemudian yang lebih penting lagi<br />
bagaimana dengan pengetahuan itu<br />
dengan pengalaman itu dengan apa yang<br />
pernah dilihat disini lebih memberikan<br />
motivasi terhadap mereka untuk menjaga<br />
citra DPR.<br />
Terkait kunjungan ke DPR, I Wayan<br />
Gabra memiliki kesan tersendiri bahwa<br />
ternyata DPR sangat terbuka menyambut<br />
kunjungan-kunjungan masyarakat<br />
dari daerah.<br />
“Bayangan saya sih orang dari desa<br />
tidak akan bisa seperti ini (datang ke<br />
DP{R) ternyata terhapus kesan salah itu.<br />
Kami diterima dengan baik, kami diperlakukan<br />
dengan baik dan kami semakin<br />
bangga terutama dengan sekretariatnya,”<br />
tekan I Wayan Gabra.<br />
I Wayan Gabra juga menyatakan kebanggaanya<br />
bahwa Indonesia memiliki<br />
karya arsitektur anak negeri yang sangat<br />
membanggakan dan berdiri de ngan<br />
kokoh yaitu gedung DPR. “Gedung DPR<br />
merupakan ikon bangsa yang harus kita<br />
jaga, karena ini merupakan warisan yang<br />
sangat berharga bagi perjuangan bangsa<br />
Indonesia meraih kemerdekaannya,”<br />
terang I Wayan Gabra.<br />
Ni Putu Ayustin Krisnati Dewi siswa SMA Negeri<br />
1 Ubud<br />
Sementara itu, Ni Putu Ayustin Krisnati<br />
Dewi dari SMA Negeri 1 Ubud, Bali<br />
menyampaikan bahwa kunjunganya<br />
ke DPR dalam rangka ingin lebih tahu<br />
bagaimana sejarah gedung DPR, terutama<br />
bukan hanya sekedar lihat di TV<br />
tetapi juga ingin tahu bagaimana mekanisme<br />
kerjanya. Dirinya mengaku<br />
yang dide ngar dari berita-berita dibanding<br />
aslinya belum tentu sama, sehingga<br />
tertarik untuk datang ke Senayan.<br />
“Kami jadi lebih tahu tentang DPR,<br />
tentang pembagian tugas, tentang cara<br />
menyalurkan aspirasi rakyat dan semua<br />
tugas-tugas yang dijalankannya,” ungkap<br />
Ni Putu Ayustin.<br />
“Saya sangat senang karena bisa dibilang<br />
gedung paripurna itukan tempat<br />
bersejarah, sehingga suatu kebanggaan<br />
saya bisa datang kesana,” ungkapnya.<br />
“Harapan saya semoga DPR bisa<br />
bekerja lebih baik sehingga kemajuan<br />
bangsa ini menjadi lebih cepat karena<br />
semua aspirasi rakyat akan diperjuangkan<br />
DPR,” tegasnya dengan menambahkan,<br />
kunjungan seperti ini sangat bermanfaat<br />
terutama dalam memberikan<br />
pendidikan politik kepada masyarakat.<br />
(SKR) FOTO: JAKA/PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
73
parlemen dunia<br />
Parlemen Thailand :<br />
Kesiapan Menjelang MEA<br />
Peneliti CEPP FISIP UI: Larissa Amanda Indianti, S.IP.,<br />
Dessy Raufiana Pramitha, S.IP., Prasetyo Pudji Wasito, ST<br />
Negara Thailand menggunakan sistem<br />
pemerintahan Monarki Kostitusional<br />
secara resmi sejak 10 Desember 1932, yaitu<br />
setelah Sistem Monarki Absolut dihapus.<br />
Artinya kekuasaan raja dibatasi oleh kontitusi, namun<br />
keterbatasan ini sangat tidak transparan karena<br />
kekuasaan raja memainkan peran penting di belakang<br />
layar.<br />
Parlemen Thailand merupakan cabang legislatif<br />
pemerintahan Thailand yang menggunakan sistem dua<br />
kamar (bicameral) yaitu Majelis Nasional atau Rathasapha<br />
yang terdiri dari 480 anggota Dewan Perwakilan dan<br />
150 anggota Senat. Dalam satu periode, Anggota Dewan<br />
Perwakilan menjabat selama empat tahun, sementara<br />
para senator menjabat selama enam tahun. Senator<br />
Thailand dipilih langsung untuk pertama kalinya pada 2<br />
Maret 2000 (sebelumnya diangkat oleh Raja atas rekomendasi<br />
Dewan Menteri). Thailand juga memiliki Badan<br />
74 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
Kehakiman Tertinggi yaitu Mahkamah<br />
Agung dimana anggotanya adalah para<br />
jaksa yang dilantik oleh raja.<br />
Anggota-anggota Senat tersebut<br />
mewakili distrik-distrik pemilihan dan<br />
dipilih secara langsung dimana setiap<br />
provinsi memiliki setidaknya satu orang<br />
senator. Setelah kudeta militer pada<br />
September 2006, Lembaga Senat terdiri<br />
dari 150 anggota, di mana 76 orang dipilih<br />
langsung untuk mewakili provinsi<br />
masing-masing, sementara sisanya dipilih<br />
dari calon-calon yang dinominasikan<br />
dari masyarakat umum, kalangan<br />
akademis, swasta dan professional oleh<br />
Komite Pemilihan Senat. Sedangkan<br />
Dewan Perwakilan terdiri dari 480 anggota,<br />
di mana 400 orang diantaranya dipilih<br />
langsung dari distrik pemilihan dan<br />
sisanya berasal dari nama-nama yang<br />
diajukan oleh partai politik.<br />
Dalam sistem pemerintahan, Raja<br />
Thailand merupakan Kepala Negara dan<br />
mempunyai sedikit kekuasaan langsung<br />
di bawah konstitusi. Raja juga menjadi<br />
pelindung Buddhisme Kerajaan Thai<br />
dan menjadi lambang jati diri serta persatuan<br />
bangsa. Raja yang memerintah<br />
saat ini, Bhumibol Adulyadej yang telah<br />
berusia 85 tahun, merupakan figur yang<br />
sangat dihormati dan dianggap sebagai<br />
pemimpin dari aspek moral, dimana<br />
telah dimanfaatkan dalam beberapa<br />
kesempatan untuk menyelesaikan krisis<br />
politik. Raja Thailand melaksanakan<br />
kekuasaan legislatifnya melalui parlemen,<br />
kekuasaan eksekutifnya melalui<br />
kabinet, serta kekuasaan yudisial melalui<br />
pengadilan. 1 Kerajaan memiliki hak<br />
untuk mendukung dan hak untuk mem<br />
1 English Division, Bureau of Foreign Languages Secretariat<br />
of the House of Representatives. 2008. Guide to<br />
Parliament. Bangkok: Bureau of Printing Services, hal 1<br />
peringatkan pemerintah apabila pemerintah<br />
tidak menjalankan urusan negara<br />
atas kebermanfaatan untuk rakyat.<br />
Kepala Pemerintahan Thailand adalah<br />
seorang Perdana Menteri, yang dilantik<br />
raja dari anggota parlemen (sejak amandemen<br />
konstitusi tahun 1992). Perdana<br />
Menteri Thailand saat ini adalah Prayut<br />
Chan-o-cha yang mulai menjabat sejak<br />
24 Agustus 2014.<br />
STRATEGI MENINGKATKAN<br />
KAPASITAS DAN KAPABILITAS<br />
Di akhir tahun <strong>2015</strong>, Masyarakat<br />
Ekonomi ASEAN (MEA) akan diterapkan<br />
di seluruh negara ASEAN. Lima tahun<br />
terakhir setiap negara mempersiapkan<br />
diri untuk menyambut implementasi<br />
MEA tersebut, tidak terkecuali negara<br />
Thailand. Melalui MEA, diharapkan<br />
negara-negara di Asia Tenggara dapat<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
75
parlemen dunia<br />
menjadi basis produksi dan pasar tunggal,<br />
wilayah dengan kompetisi ekonomi<br />
yang tinggi, wilayah yang mempunyai<br />
perkembangan ekonomi yang stabil,<br />
serta wilayah yang terintegrasi de ngan<br />
ekonomi global. 2 Thailand berada di<br />
titik terdepan untuk mempersiapkan<br />
rencana komprehensif menuju implementasi<br />
MEA.<br />
Pada masa pemerintahan Perdana<br />
Menteri Yingluck Shinawarta di tahun<br />
2012, MEA menjadi prioritas utama dan<br />
kebijakan utama yang populis. 3 Pemerintah<br />
mengadopsi 8 rencana strategis<br />
yang dipersiapkan oleh National Economic<br />
and Social Development Council.<br />
Strategi tersebut memprioritaskan<br />
kemampuan untuk berkompetisi dalam<br />
perdagangan barang dan jasa, termasuk<br />
investasi. Kedua, pengembangan kualitas<br />
hidup dan social safety net. Ketiga,<br />
pembangunan infrastruktur dan logis<br />
2 Audray Souche, Kunal Sachdev, Matthew Christensen.<br />
Countdown to AEC: Thailand’s Journey So Far. DFDL<br />
Legal and Tax. Hlm. 2-4.<br />
3 Kavi Chongkittavorn. Why Thailand is crazy over AEC.<br />
Diakses dari http://www.nationmultimedia.com/opinion/<br />
Why-Thailand-is-crazy-over-AEC-30194564.html pada 3<br />
Desember <strong>2015</strong> pukul 16:40 WIB.<br />
tik. Keempat, Membangun sumber daya<br />
manusia. Kelima, reformasi peraturan.<br />
Keenam, promosi ASEAN untuk membangun<br />
kesadaran masyarakat. Ketujuh,<br />
meningkatkan keamanan nasional. Kedelapan,<br />
membangun kapasistas pembangunan<br />
untuk kota-kota di Thailand<br />
untuk dapat berkompetisi dengan kotakota<br />
di negara ASEAN lainnya.<br />
Untuk dapat menerapkan 8 strategi<br />
tersebut, pemerintah dan parlemen<br />
mempunyai peranan penting untuk<br />
mempersiapkan kebijakan-kebijakan,<br />
prosedur dan prasyarat administrasi<br />
untuk mendukung pelaksanaan MEA.<br />
Pada September 2014, Perdana Menteri<br />
Prayuth Chan-ocha menyampaikan<br />
policy statement di depan anggota<br />
dewan Thailand mengenai pentingnya<br />
perkembangan ekonomi dan kompetisi<br />
bisnis Thailand di Asia Tenggara. 4<br />
Melalui MEA, perdana menteri Prayuth<br />
mengharapkan akan menaikkan stan<br />
4 Thailand Investment Review – Thailand +1: Towards the<br />
AEC<br />
21 May <strong>2015</strong> Announcement. Diakses dari http://www2.<br />
thaiembassy.be/thailand-investment-review-thailand-1-towards-the-aec/<br />
pada 3 Desember <strong>2015</strong> pukul 16:50 WIB.<br />
dar kehidupan masyarakat Thailand<br />
bersamaan dengan masyarakat ASEAN<br />
lainnya. 5 Untuk meningkatkan standar<br />
hidup masyarakat tersebutlah kedelapan<br />
strategi tersebut dimasukkan ke dalam<br />
program dan kebijakan-kebijakan yang<br />
diputuskan bersama oleh pemerintah<br />
dengan Parlemen Thailand.<br />
Dinamika politik lokal yang terjadi<br />
di Thailand sedikit menghambat Thailand<br />
untuk mempersiapkan Masyarakat<br />
Ekonomi ASEAN, terutama dalam aspek<br />
ekonomi. Beberapa perubahan hukum<br />
dan prosedur yang spesifik diperlukan<br />
untuk memastikan implementasi MEA.<br />
Di te ngah dinamika politik dan pemerintahan<br />
yang belum stabil, parlemen mempunyai<br />
peranan penting untuk dapat<br />
memutuskan kebijakan dan mengawasi<br />
implementasi kebijakan yang dilakukan<br />
dalam menyongsong MEA. Beberapa<br />
isu yang mendapatkan perhatian secara<br />
langsung adalah hukum ketenagakerjaan<br />
Thailand yang membutuhkan amandemen<br />
di parlemen. 6 Sesuai dengan Pasal<br />
140 Konstitusi Thailand, segala bentuk<br />
5 Ibid.,<br />
6 Ibid.,<br />
76 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
DALAM MEMPERSIAPKAN<br />
EKONOMI THAILAND<br />
MENGHADAPI PASAR<br />
BEBAS MEA, PEMERINTAH<br />
DAN PARLEMEN THAILAND<br />
MEMBANGUN KONSEP<br />
“THAILAND PLUS ONE”.<br />
KONSEP “THAILAND<br />
PLUS ONE” MERUPAKAN<br />
INSTRUMEN UNTUK<br />
MENARIK INVESTASI<br />
ASING KE THAILAND, DAN<br />
MEMPRIORITASKAN JUGA<br />
INVESTASI THAILAND KE LUAR<br />
NEGERI<br />
perjanjian internasional harus disetujui<br />
oleh Parlemen Thailand. 7 Untuk itulah<br />
parlemen merevisi undang-undang ketenagakerjaan<br />
agar dapat mendukung<br />
implementasi kebijakan-kebijakan serta<br />
strategi MEA lainnya.<br />
Sampai saat ini, beberapa peraturan<br />
terkait dengan MEA yang sudah disahkan<br />
dalam parlemen antara lain: Mutual<br />
Recognition Agreements (MRAs) untuk<br />
7 profesi: teknisi, perawat, physician,<br />
dokter gigi, arsitek, surveyor, dan akuntan.<br />
8 Sesuai dengan peraturan MRA,<br />
ke-10 negara ASEAN mengakui lisensi<br />
profesi yang tergabung dalam ketujuh<br />
profesi tersebut untuk dapat praktek ke<br />
negara-negara ASEAN, namun mereka<br />
harus mengikuti dan lolos lisensi test<br />
di negara ASEAN yang bersangkutan.<br />
Karena itulah kemudian Parlemen Thailand<br />
merevisi peraturan tes lisensi yang<br />
sebelumnya hanya dilakukan dengan<br />
menggunakan bahasa Thai. Selanjutnya<br />
untuk melindungi tenaga kerja Thailand<br />
dari serbuan tenaga kerja dari negara<br />
7 Ibid.,<br />
8 A Voice in the Wilderness: Why the AEC in <strong>2015</strong> Will Lead<br />
to Few Changes in Thailand. Diakses dari<br />
http://www.norcham.com/news/why-the-aec-in-<strong>2015</strong>-will-leadto-few-changes-in-thailand.<br />
pada 4 Desember <strong>2015</strong> pukul<br />
12:20 WIB.<br />
ASEAN lainnya, diberlakukan Thailand’s<br />
Alien Employment Act 2551 yang mengharuskan<br />
tenaga asing harus memiliki<br />
ijin kerja yang valid untuk dapat bekerja<br />
di Thailand. Selain itu, tenaga kerja a sing<br />
tidak bisa mendirikan praktek secara<br />
mandiri, melainkan harus berkolaborasi<br />
dengan bisnis lokal.<br />
Dalam mempersiapkan ekonomi<br />
Thailand menghadapi pasar bebas<br />
MEA, Pemerintah dan Parlemen Thailand<br />
membangun konsep “Thailand<br />
Plus One”. Konsep “Thailand Plus One”<br />
merupakan instrumen untuk menarik<br />
investasi asing ke Thailand, dan memprioritaskan<br />
juga investasi Thailand ke<br />
luar negeri seperti Indonesia, Singapura,<br />
Burma dan Vietnam di kawasan ASEAN<br />
serta Jepang, Hongkong, Uni Eropa dan<br />
Amerika Serikat melalui program Thailand’s<br />
Outbound Foreign Direct Investment<br />
(OFDI). Konsep ini didukung oleh<br />
beberapa proyek infrastruktur yang<br />
disponsori oleh Bank Pembangunan<br />
Asia (ADB) yang menghubungkan<br />
peluang biaya tenaga kerja yang lebih<br />
rendah di wilayah Kamboja, Laos dan<br />
Burma dengan klaster industri yang berada<br />
di Thailand. Dengan menggunakan<br />
strategi perlindungan tenaga kerja lokal<br />
dan investasi ini, diharapkan Thailand<br />
siap menghadapi kompetisi pasar bebas<br />
MEA.<br />
Lesson learned yang dapat diambil<br />
Indonesia khususnya sinergi antara<br />
Pemerintah dan Lembaga Legislatif<br />
adalah bagaimana merumuskan kebijakan<br />
yang tepat dari sisi pembangunan<br />
sosial-ekonomi, ketenagakerjaan dan<br />
investasi untuk memperkuat kapasitas<br />
dalam negeri Thailand dalam rangka<br />
menghadapi MEA yang segera diimplementasikan.<br />
Referensi:<br />
Thailand Political Crisis Affects Ability To Implement Asean Economic<br />
Community Diakses dari http://www.establishmentpost.<br />
com/thailand-political-crisis-affects-ability-implement-aseaneconomic-community-commitments/<br />
Kavi Chongkittavorn. Why Thailand is crazy over AEC. Diakses dari<br />
http://www.nationmultimedia.com/opinion/Why-Thailand-is-crazyover-AEC-30194564.html<br />
Thailand Investment Review – Thailand +1: Towards the AEC.<br />
Diakses dari<br />
http://www2.thaiembassy.be/thailand-investment-review-thailand-<br />
1-towards-the-aec/<br />
A Voice in the Wilderness: Why the AEC in <strong>2015</strong> Will Lead to Few<br />
Changes in Thailand. Diakses dari http://www.norcham.com/<br />
news/why-the-aec-in-<strong>2015</strong>-will-lead-to-few-changes-in-thailand<br />
Souche, Audray, Kunal Sachdev, Matthew Christensen. Countdown<br />
to AEC: Thailand’s Journey So Far. DFDL Legal and Tax.<br />
Rattanakhamfu, Saowaruj, Sumet Ongkittikul, Nutthawut Laksanapunyakul,<br />
Nichamon Thongpat, Natcha O-Charoen. Thailand Country<br />
Study: ASEAN Economic Community Blueprint Mid-term Review<br />
Project. Thailand Development Research Institute. June <strong>2015</strong><br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
77
POJOKPARLE<br />
MEMANCING DI AIR KERUH<br />
Serunya memancing<br />
bersama dalam acara<br />
Press Gathering Wartawan<br />
Koordinatoriat DPR RI<br />
Acara Press Gathering terakhir pada tahun<br />
<strong>2015</strong> digelar agak lain dari yang lain. Kalau<br />
sebelumnya di ruangan rapat atau gedung,<br />
kali ini di tempat pemancingan. Acara yang<br />
berlangsung Minggu (13/12) di kolam pemancingan<br />
Fishing Valleys Bogor berjalan meriah.<br />
Suasana makin meriah dengan kehadiran Wakil<br />
Ketua DPR Fahri Hamzah, Sekjen DPR Winantuningtyastiti<br />
dan Inspektur Utama Setyanta Nugraha<br />
serta Deputi Persidangan Damayanti dan<br />
Kepala Bagian Pemberitaan Irfan. Di sebelah kolam<br />
pemancingan, dua biduanita dan para wartawan<br />
diiringi organ tunggal asyik bernyanyi dan berjoget<br />
melantunkan lagu kesayangannya. Apalagi panitia<br />
juga menyediakan aneka hadiah dari laptop,<br />
pesawat TV 32 inci, home teater, kompor gas juga<br />
uang tunai.<br />
Sekjen DPR yang akrab disapa Win mengatakan,<br />
acara press gathering kali ini agak berbeda dengan<br />
sebelumnya yakni di kolam pemancingan. Sebanyak<br />
300 kg ikan disebar oleh panitia diperuntukkan<br />
bagi para wartawan yang sehari-hari meliput<br />
kegiatan di Komplek Parlemen Senayan.<br />
Win mengatakan, acara press gathering ini sudah<br />
dibicarakan dengan Ketua Koordinatoriat Hilman.<br />
Dan mereka mengusulkan acara yang tidak membuat<br />
jenuh dan memilih jenis rekreasi ini. “Cuma<br />
saya nggak tahu apa ikannya nggak bingung, yang<br />
mancing ramai-ramai,” katanya disambut tawa<br />
termasuk Fahri Hamzah yang mengatakan apalagi<br />
airnya keruh. Memancing di air keruh dalam arti<br />
sebenarnya, bukan sebagaimana arti pepatah, memancing<br />
keributan atau kerusuhan.<br />
“Mudah-mudahan ikannya tetap berkumpul dan<br />
makan umpan, tanpa memperkeruh air,” harap Win.<br />
Hilman Matauch mengatakan, sengaja dipilih memancing<br />
karena ada filosofinya yaitu melatih kesabaran.<br />
Meski memancing di air keruh tetapi pikiran<br />
kita tetap jernih dan memandang DPR dengan<br />
jernih pula.<br />
Dalam sambutannya Fahri juga mempertanyakan,<br />
kenapa memilih memancing. Apalagi, kolam<br />
ikan tempat memancing, airnya cukup keruh.<br />
Sehingga, bisa dikatakan, ikannya tidak terlihat.<br />
“Saya tidak mengerti ini pilihannya meman cing,<br />
di air yang keruh pula. Kalau serius mancing, ya seharusnya<br />
di laut, menggunakan pakaian resmi. Sehingga<br />
akan ketahuan, siapa yang asli, siapa yang<br />
palsu,” kata Fahri, yang disambut tertawa peserta<br />
acara. (MP) FOTO: DENUS, JAKA/PARLE/HR<br />
78 EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong>
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
79