CHIT CHAT CHIT CHAT 18 Okt 2016 Berkarya ala Bernard Batubara Take your action now! YOTers harus tahu bahwasannya sebuah aksi tidak sebatas dilakukan secara fisik. Berbagai macam aksi bisa kita mulai melalui diri kita sendiri, dan bahkan melalui bidang seni. Penasaran? Yuk, simak wawancara dengan Bernard Batubara, seorang penulis muda yang produktif! Hai, Bara! Sejak kapan Bara mulai bergelut dalam bidang sastra kepenulisan? Dan apa yang membuat Bara menyukai hal tersebut? Saya belajar menulis dengan serius sejak tahun 2007; pas kuliah. Sebelum itu, waktu masih SMP dan SMA pernah menulis dua naskah novel. Satunya enggak selesai dan file-nya hilang. Satu lagi rampung dan sempat saya kirim ke salah satu penerbit besar di Jakarta dan ditolak, tapi akhirnya terbit ketika saya sudah kuliah, bahkan diangkat ke film; novel itu Kata Hati. Saya suka sastra karena senang baca buku. Waktu kecil suka baca komik. Ketika SMP dan SMA baca novel. Pas kuliah baru mengenal sastra lebih dalam, mula-mula lewat puisi, setelah itu baru ke cerita pendek dan novel sastra. Bisa dikatakan bahwa Bara adalah salah satu penikmat sastra. Tapi apa sih makna seni dan sastra menurut Bara sendiri? Buat saya, seni pada umumnya dan sastra pada khususnya adalah kontemplasi atas kehidupan. Sastra bukan sekadar cerita tertulis. Tapi di dalamnya ada perenungan dan pemikiran penulisnya. Juga cara pandang terhadap dunia dan kehidupan. Melalui sastra saya memaknai kehidupan secara luas maupun hidup saya sendiri. Apa artinya menjadi manusia, apa artinya hidup, apa pula artinya matibahan renungan atas pertanyaan semacam itu saya dapatkan dari sastra. Kita seringkali mendengar kalimat yang berbunyi the power of words. Ini menunjukkan bahwasannya deretan kalimat pun bisa mempengaruhi dan menolong banyak orang. Menurut Bara, apakah dengan menulis kita mampu memberikan aksi nyata terhadap kemajuan Indonesia? Tulisan lahir karena penulisnya punya gagasan. Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. Gagasan ini berasal dari kegelisahan tentang macam-macam hal: kondisi sosial, politik, juga serba-serbi kehidupan manusia. Tulisan mungkin enggak secara langsung mengubah dunia, tetapi mempengaruhi pikiran orang yang membacanya. Orang yang pikirannya dipengaruhi oleh bacaan-bacaannya inilah yang akan melakukan sesuatu. Aksi yang ia lakukan pun bisa macam-macam, termasuk misalnya mengubah kondisi tempat tinggalnya menjadi lebih baik. Berbicara tentang seni, tidak berarti melulu tentang sastra. Batik juga merupakan seni sekaligus salah satu warisan khas yang hanya dimiliki Indonesia. YOTers ingin tahu, nih, bagaimana tanggapan Bara mengenai batik di Indonesia? Selain bahwa batik adalah warisan budaya nusantara, saya enggak tahu banyak tentang batik. Saya kira banyak orang mengenakan batik untuk memberi tahu identitas Indonesia. Terutama, biasanya, figur publik yang lagi keluar negeri. Tentu ini bagus. Buat saya sendiri, hal paling menarik dari batik adalah makna dan cerita di balik motifnya. Tapi saya belum pernah secara khusus mencari informasi tentang ini. Saat ini bisa dibilang masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak peduli terhadap budaya yang ada di Indonesia. Adakah pesan khusus dari Bara kepada YOTers agar masyarakat Indonesia khususnya para pemuda bisa memberi perhatian lebih dan juga mengharagai seni budaya dan sastra pada umumnya? Saya sendiri enggak tahu sangat banyak soal seni dan budaya Indonesia secara keseluruhan. Mungkin orang-orang lain juga, termasuk teman-teman berusia muda. Tetapi setiap melihat pertunjukan seni, saya selalu girang. Tiba-tiba tersadar bahwa Indonesia itu unik dan punya budaya yang sangat kaya. Penduduknya majemuk, baik itu suku maupun agamanya. Saya kira ini yang perlu terus-menerus diperlihatkan. Kalau saya, sesekali membayangkan bagaimana jika suatu hari semua ini hilang? Bahasa daerah hilang, tari-tarian hilang, rumah adat hilang, batik hilang, ritual adat hilang-apa jadinya Indonesia? Atau, apa Indonesia masih bisa disebut Indonesia kalau hal itu kejadian? Meski saya bukan pelaku seni, saya senang melihat orang-orang yang giat melestarikan seni budaya Indonesia. Saya kira di tangan mereka identitas Indonesia terjaga. Ashila Amriyani Young On Top Campus Ambassador Universitas Bakrie
19 Okt 2016