Laporan Tahunan Dit PSKPU 2017-edit

Laporan Tahunan 

Direktorat Pengembangan Strategi dan 

Kebijakan Pengadaan Umum 

2017

K A T A P E N G A N T A R 

Assalamu’alaikum Wr. Wb. 

Tahun 2017 merupakan tahun penuh tantangan, di mana dibutuhkan upaya 

secara maksimal untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam rangka 

menyelesaikan target output yang telah ditetapkan. Pada tahun 2017, Direktorat 

Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum memiliki target besar 

berupa rancangan revisi Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010 tentang 

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Revisi atas Peraturan Presiden dimaksud 

juga diikuti dengan penyusunan peraturan turunannya dalam bentuk Peraturan 

Kepala LKPP. 

Rancangan revisi Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 

sebagaimana telah dibahas dalam Rapat Terbatas Kabinet yang dipimpin oleh 

Presiden RI pada tanggal 29 Desember 2016 selanjutnya dilakukan finalisasi pada 

Tahun 2017. LKPP bersama denganKementerian Koordinator Bidang 

Perekonomian dan Sekretariat Kabinet RI telah melaksanakan Rapat Koordinasi 

dan finalisasi rancangan, sehingga pada bulan Desember 2017 RPerpres 

Pengadaan Barang/Jasa telah selesai dilakukan paraf koordinasi dan siap untuk 

diajukan ke meja Presiden. Di samping itu Direktorat Pengembangan Strategi dan 

Kebijakan Pengadaan Umum juga telah menyusun 5 rancangan Peraturan Kepala 

LKPP sebagai aturan pelaksanaan dari rancangan Revisi Peraturan Presiden 

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 

Akhir kata, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah 

membantu pelaksanaan kegiatan Direktorat Pengembangan Strategi dan 

Kebijakan Pengadaan Umum. Semoga laporan tahunan 2017 ini dapat menjadi 

bahan evaluasi dan perbaikan bagi kita semua. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb. 

Jakarta, Desember 2017 

Direktur Pengembangan Strategi 

dan Kebijakan Pengadaan Umum 

Fadli Arif 

NIP. 19670704 199303 1 001

D A F T A R I S I 

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 3 

1.1. Latar Belakang................................................................................................................. 3 

1.2. Dasar................................................................................................................................ 3 

1.3. Tujuan.............................................................................................................................. 4 

1.4. Ruang Lingkup................................................................................................................. 4 

BAB II KEGIATAN..................................................................................................................... 5 

2.1. Tahapan Kegiatan........................................................................................................... 5 

2.2. Anggaran Kegiatan.......................................................................................................... 7 

BAB III PELAKSANAAN............................................................................................................ 9 

3.1. Capaian Output Fisik....................................................................................................... 9 

3.1.1 Capaian Output Peraturan Perundang-undangan 

di Bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.......................................................... 9 

3.1.2 Capaian Output Penyusunan Pedoman dan Standar 

Teknis Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa............................................................ 20 

3.2. Capaian Keuangan....................................................................................................... 27 

3.3. Capaian Layanan Sosialisasi dan Penafsiran.............................................................. 28 

3.4. Capaian Pengukuran Indikator Sasaran Strategis Renstra........................................ 29 

3.4.1 Pengukuran Persepsi Pelaku Pengadaan Atas Kemudahan Pemahaman dan 

Kemudahan Pelaksanaan Regulasi PBJP.................................................................... 29 

3.4.2 Pengukuran Kinerja Regulasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah....................... 32 

BAB IV HAMBATAN DAN PEMECAHAN MASALAH.............................................................. 36 

4.1 Hambatan....................................................................................................................... 36 

4.2 Pemecahan Masalah...................................................................................................... 36 

BAB V EVALUASI.................................................................................................................... 38 

BAB VI PENUTUP.................................................................................................................. 39

2017 

kegiatan yang telah dilaksanakan pada 

Rangkuman 

Pengembangan Strategi dan Kebijakan 

Direktorat 

KILAS 

PERISTIWA 

Pengadaan Umum sepanjang Tahun 2017

Terbatas Kabinet RPerpres Pengadaan 

Rapat 

Pemerintah 

Barang/Jasa 

Pembahasan RPerpres PBJP dalam rangka 

Rapat 

Lanjut Hasil Ratas 

Tindak 

Koordinasi tingkat Kementerian Pembahasan 

Rapat 

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 

RPerpres 

Peraturan Kepala LKPP sebagai 

Penyusunan 

lanjutan yang diamanatkan Perpres 

ketentuan 

RPerpres Pengadaan Barang/Jasa 

Finalisasi 

& Penyampaian Paraf Koordinasi 

Pemerintah

e m b a h a s a n R P e r p r e s P e n g a d a a n 

P 

a r a n g / J a s a P e m e r i n t a h 

B 

tanggal 26-27 Januari 2017 telah diselenggarakan Konsinyering 

Pada 

Rancangan Revisi Peraturan Presiden tentang Pengadaan 

Pembahasan 

Pemerintah untuk menindaklanjuti arahan Presiden dan 

Barang/Jasa 

Presiden pada Rapat Terbatas Kabinet yang telah diselenggarakan 

Wakil 

Perpres Pengadaan 

Revisi 

Jasa harus lebih 

Barang/ 

mudah dikontrol dan 

sederhana, 

Diperlukan pengaturan 

diawasi. 

rangka peningkatan 

dalam 

Produk Dalam Negeri, 

prioritas 

produk UMKM, 

mendorong 

kecil dan menengah, 

kontraktor 

memiliki arah semangat 

serta 

pemerataan. 

perlu diperdalam pada 

Yang 

pengadaan antara 

pengaturan 

ketentuan untuk 

lain 

industri dalam 

mendorong 

menciptakan 

negeri, 

baru, 

enterpreneur 

untuk UMKM, 

kesempatan 

sistem pendanaan bagi 

serta 

e-katalog yang 

penyedia 

dengan UMKM. 

berkaitan 

2 6 - 2 7 J a n u a r i 2 0 1 7 

J A N U A R I 

2 0 1 7 

T i n d a k L a n j u t H a s i l R a t a s K a b i n e t 

L K P P , B a p p e n a s , S e t k a b R I , K e m e n P U P R , 

K e m e n k u m h a m , K e m e n k e u , B P K P , K e m e n l u 

pada tanggal 29 Desember 2016. 

A R A H A N P R E S I D E N 

M A S U K A N W A P R E S

tanggal 3 Februari 2017 

Pada 

menyelenggarakan rapat 

LKPP 

menindaklanjuti masukan 

untuk 

Bappenas dan Sekretariat 

dari 

RI yang disampaikan 

Kabinet 

Konsinyering pada 

dalam 

prinsipnya Bappenas dan 

Pada 

Kabinet RI 

Sekretariat 

Percepatan Revisi 

mendukung 

54/2010 tentang 

Perpres 

Barang/Jasa 

Pengadaan 

Terkait kelanjutan 

Pemerintah. 

pembahasan RPerpres, 

proses 

Perekonomian yang 

Kemenko 

mengadakan rapat 

akan 

kemudian hasilnya 

koordinasi 

disampaikan kepada 

akan 

Presiden. 

prosedural jalur ini yang 

Secara 

tanpa diperlukan 

tercepat 

yang panjang 

harmonisasi 

sudah dilakukan 

karena 

lewat tim PAK, 

pembahasan 

tidak perlu izin prakarsa 

serta 

Revisi Perpres 

karena 

Barang/Jasa 

Pengadaan 

ini telah masuk ke 

Pemerintah 

Keppres 11 Tahun 2016. 

dalam 

FEBRUARI 2017 

tanggal 26-27 Januari 2017.

Tingkat Kementerian Diselenggarakan oleh 

Rakor 

Koordinator Bidang Perekonomian dalam rangka 

Kementerian 

Rancangan Perpres Pengadaan Barang/Jasa 

membahas 

Pemerintah 

tanggal 9 dan 27 Maret 2017, Kementerian 

Pada 

Bidang Perekonomian menyelenggarakan 

Koordinator 

Koordinasi Tingkat Kementerian untuk membahas 

Rapat 

Perpres Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 

Rancangan 

mengundang Kemenkeu, Kemendagri, Kementerian 

dengan 

Sekretariat Kabinet RI, KemenKumham, 

PPN/Bappenas, 

MARET 2017 

Kementerian PUPR, Kemenperin, dan BPKP.

April 2017, Direktorat 

Bulan 

Strategi dan 

Pengembangan 

Pengadaan Umum 

Kebijakan 

Pembahasan 

melaksanakan 

Lanjut Ratas Kabinet 

Tindak 

mengundang 

dengan 

Kementerian 

Bappenas, 

Bidang 

Koordinator 

dan Sekretariat 

Perekonomian 

RI. Kabinet 

Bulan April 2017 juga 

Pada 

Penyusunan 

dilaksanakan 

Peraturan Kepala 

Rancangan 

untuk mengatur lebih 

LKPP 

ketentuan yang 

lanjut 

dalam 

diamanatkan 

Peraturan 

Rancangan 

tentang Pengadaan 

Presiden 

APRIL 2017 

Barang/Jasa Pemerintah.

angka penyusunan Perka LKPP tentang pedoman 

Dalam 

khususnya Swakelola dengan Organisasi 

Swakelola, 

Direktorat Pengembangan Strategi dan 

Kemasyarakatan, 

Pengadaan Umum melaksanakan brainstorming dan 

Kebijakan 

baik dengan Instansi Pemilik Pekerjaan maupun 

audiensi 

Organisasi Kemasyarakatan Pelaksana Swakelola. 

dengan 

MEI 


P E M B A H A S A N P E R K A L K P P T E N T A N G 

P E D O M A N S W A K E L O L A

Juni 2017, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 

21 

Rapat Koordinasi dalam rangka Pembahasan 

menyelenggarakan 

Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa 

Rancangan 

dengan mengundang Kementerian Keuangan, 

Pemerintah 

Dalam Negeri dan LKPP. Poin yang dibahas terkait 

Kementerian 

ekosistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang 

isu-isu 

dengan aturan Keuangan Pusat dan 

terkait 

Daerah. 

Keuangan 

J U N I 

2 0 1 7 

R A P A T P E M B A H A S A N R A N C A N G A N 

P E R P R E S P E N G A D A A N B A R A N G / J A S A 

P E M E R I N T A H

JULI 2017 

Pada Bulan Juni 2017, sebagai ketentuan lanjutan dari Perpres 

pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Direktorat 

Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum 

menyusun Peraturan Kepala LKPP tentang Pedoman 

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia. 

Pembahasan dilaksanakan dengan melibatkan stakeholder 

terkait.

Rancangan Final serta Legal Drafting Peraturan 

Pembahasan 

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan 

Presiden 

Bappenas, Kementerian Koordinator Bidang 

mengundang 

dan Sekretariat Kabinet RI. Rancangan Final ini 

Perekonomian 

dilanjutkan untuk diajukan Paraf Koordinasi sebelum 

selanjutnya 

ke Presiden RI. 

disampaikan 

AGUSTUS 2017

Paraf Koordinasi Rancangan 

Permohonan 

Pengadaan Barang/Jasa 

Perpres 

Pemerintah 

SEPTEMBER 


Rancangan Final Peraturan Presiden 

Sebelum 

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 

tentang 

ke Presiden RI, Kemenko 

disampaikan 

menyampaikan rancangan tersebut 

Perekonomian 

Kepala LKPP, Menteri PPN/Bappenas, 

kepada 

Keuangan, serta Menteri Dalam Negeri 

Menteri 

untuk dimohonkan paraf koordinasi.

Rancangan Perka LKPP 

Pembahasan 

Pedoman Pelaksanaan 

tentang 

Pengadan Barang/Jasa Melalui Penyedia 

OKTOBER 


Pedoman Pelaksanaan Pengadaan 

Perka 

Melalui Penyedia telah disusun 

Barang/Jasa 

dengan Draf 1, mengatur tata cara 

sampai 

pengadaan yang dimulai dari 

pelaksanaan 

Pengadaan, Persiapan Pemilihan 

Persiapan 

Pelaksanaan Pemilihan Penyedia, 

Penyedia, 

Kontrak, hingga Serah Terima 

Pelaksanaan 

Barang/Jasa.

NOVEMBER - 

13 November 2017 

Diskusi permasalahan implementasi perpres 84/2012 

tentang PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DALAM RANGKA 

PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT 

LKPP memfasilitasi Pemerintah Daerah Papua dan Papua Barat dalam 

diskusi pembahasan permasalahan implementasi Peraturan Presiden 

Nomor 84 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di 

Papua dan Papua Barat. Pemerintah Daerah Papua dan Papua Barat 

meminta LKPP untuk melakukan reviu atas Perpres 84/2012 terutama 

ketentuan threshold Pengadaan Langsung dalam Perpres tersebut sudah 

tidak aplicable untuk kondisi saat ini.

DESEMBER 2017 

Desember 2017 

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah 

RPerpres 

diberikan Paraf Koordinasi oleh Kepala LKPP, 

selesai 

Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri 

Menteri 

Bappenas, Menteri Keuangan dan 

PPN/Kepala 

Menteri Dalam Negeri

BAB I PENDAHULUAN 

1.1. Latar Belakang 

Berdasarkan amanat Pasal 2 Peraturan 

Presiden Nomor 157 Tahun 2014 Tentang 

Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 

106 Tahun 2007 Tentang Lembaga Kebijakan 

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, LKPP 

mempunyai tugas melaksanakan 

pengembangan dan perumusan kebijakan 

barang/jasa pemerintah serta merupakan 

satu-satunya lembaga pemerintah yang 

mempunyai tugas mengembangkan dan 

merumuskan kebijakan pengadaan 

barang/jasa pemerintah. Selain itu, 

berdasarkan Pasal 60 Peraturan Kepala LKPP 

Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Organisasi dan 

Tata Kerja Lembaga Kebijakan Pengadaan 

Barang Barang/Jasa Pemerintah disebutkan 

bahwa Direktorat Pengembangan Strategi dan 

Kebijakan Pengadaan Umum mempunyai 

tugas menyiapkan rumusan strategi dan 

kebijakan serta menyusun pedoman 

pengadaan barang/jasa pemerintah. 

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana 

dimaksud dalam Pasal 59 Peraturan Kepala 

LKPP No 9 tahun 2013 tersebut, Direktorat 


Pengadaan Umum di tahun 2017 memiliki 

kegiatan dengan indikator output Penyusunan 

Peraturan Perundang-Undangan di Bidang 

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan 

Penyusunan Pedoman dan Standar Teknis 

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa 

Pemerintah. 

1.2. Dasar 

Sesuai dengan ketentuan Pasal 13 huruf b 

Peraturan Presiden Nomor 157 Tahun 2014 

Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden 

Nomor 106 Tahun 2007 Tentang Lembaga 

Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa 

Pemerintah disebutkan bahwa salah satu 

fungsi Deputi Bidang Pengembangan Strategi 

dan Kebijakan yaitu melakukan penyusunan 

Norma, Standar, Pedoman, Prosedur dan 

Manual untuk proses pengadaan barang/jasa. 

Selain itu, berdasarkan Peraturan Kepala 

LKPP No. 9 Tahun 2013 tentang Tata 

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Kebijakan 

Barang/Jasa Pemerintah, Direktorat 


Pengadaan Umum mempunyai fungsi 

penyiapan rumusan strategi dan kebijakan 

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, 

penyiapan penyusunan pedoman Pengadaan 

Barang/Jasa Pemerintah, dan pelaksanaan 

diseminasi mengenai strategi, kebijakan, dan 

pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 

LAPORAN TAHUNAN 2017 - DIREKTORAT PENGEMBANGAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGADAAN UMUM 3

Dalam rangka penerapan akuntabilitas dan 

sebagai bentuk pertanggungjawaban atas 

tugas dan fungsi Direktorat Pengembangan 

Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum 

Tahun 2017, maka disusunlah Laporan 

Tahunan Direktorat Pengembangan Strategi 

dan Kebijakan Pengadaan Umum Tahun 2017. 

Selain itu, Laporan Tahunan 2017 juga sebagai 

sarana untuk mengukur tingkat keberhasilan 

pelaksanaan kegiatan pada tahun 2017 dan 

bahan evaluasi untuk penyempurnaan 

pelaksanaan kegiatan Direktorat 


Pengadaan Umum di tahun mendatang. 

Laporan Tahunan ini merupakan evaluasi atas 

pelaksanaan kegiatan Direktorat 


Pengadaan Umum Tahun 2017. Evaluasi 

dilaksanakan terhadap capaian fisik dan 

keuangan, uraian hambatan yang ditemui 

dalam pelaksanaan kegiatan, pemecahan 

masalah, serta penarikan kesimpulan sebagai 

bahan pertimbangan dalam melaksanakan 

kegiatan di tahun 2018. 

1.3. Tujuan 

Tujuan dari Kegiatan Direktorat 


Pengadaan Umum adalah: 

a. Tersusunnya Peraturan Perundang- 

Undangan di Bidang Pengadaan 

Barang/Jasa Pemerintah; dan 

b. Tersusunnya Pedoman dan Standar 

Teknis Pelaksanaan Pengadaan 

Barang/Jasa Pemerintah. 

1.4. Ruang Lingkup 

Lingkup pelaksanaan kegiatan Direktorat 


Pengadaan Umum Tahun 2017 adalah: 

a. Penyusunan Peraturan Perundang- 

Undangan di Bidang Pengadaan 

Barang/Jasa Pemerintah; dan 

b. Penyusunan Pedoman dan Standar 

Teknis Pelaksanaan Pengadaan 

Barang/Jasa Pemerintah. 


BAB II KEGIATAN 

Direktorat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum memiliki 1 Kegiatan yaitu 

Penyusunan Strategi, Kebijakan serta Regulasi di Bidang Pengadaan Umum, dengan 2 Indikator 

Output yaitu Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan di bidang Pengadaan Barang/Jasa dan 

Penyusunan Pedoman Dan Standar Teknis Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 

2.1. Tahapan Kegiatan 

Dalam rangka mencapai Output Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Direktorat 

Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum dilaksanakan melalui beberapa komponen 

penyusun output, antara lain: 

1) Persiapan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan; 

2) Pelaksanaan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan; 

3) Finalisasi, Evaluasi dan Pelaporan Peraturan Perundang-undangan; dan 

4) Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa. 

Pada Tahun 2017, target Output kegiatan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan adalah 4 

(empat) dokumen, yaitu: 

a. Penyusunan Peraturan Presiden di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (1 dokumen); 

b. Penyusunan Peraturan Kepala LKPP (3 dokumen). 

Selain itu, dalam rangka mendukung Revisi Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa 

Pemerintah, direncanakan kegiatan Sosialisasi untuk 6 (enam) kali kegiatan yaitu: 

a. Sosialisasi di Surabaya (1 Kegiatan); 

b. Sosialisasi di Balikpapan (1 Kegiatan); 

c. Sosialisasi di Bali (1 Kegiatan); 

d. Sosialisasi di Makassar (1 Kegiatan); dan 

e. Sosialisasi di Jakarta (2 Kegiatan). 


Kemudian dalam rangka mencapai Output Penyusunan Pedoman Dan Standar Teknis 

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dilaksanakan melalui beberapa komponen 

penyusun output, antara lain: 

1) Persiapan penyusunan pedoman dan standar teknis pelaksanaan pengadaan barang/jasa; 

2) Pelaksanaan penyusunan pedoman dan standar teknis pelaksanaan pengadaan barang/jasa; 

3) Finalisasi penyusunan pedoman dan standar teknis, evaluasi dan pelaporan; dan 

4) Sosialisasi pedoman dan standar teknis pelaksanaan PBJ. 

Pada Tahun 2017, target Output kegiatan Penyusunan Pedoman dan Standar Teknis 

Pelaksanaan PBJ adalah 3 (tiga) dokumen, yaitu Penyusunan Peraturan Kepala LKPP tentang 

Pedoman Teknis Pelaksanaan PBJP sebanyak 3 (tiga) dokumen. 

Selain itu, dalam rangka mendukung Revisi Peraturan Presiden tentang Pengadaan 

Barang/Jasa Pemerintah, direncanakan kegiatan Sosialisasi untuk 3 (tiga) kali kegiatan yaitu: 

a. Sosialisasi di Yogyakarta (1 Kegiatan); 

b. Sosialisasi di Medan (1 Kegiatan); 

c. Sosialisasi di Bandung (1 Kegiatan). 


2.2. Anggaran Kegiatan 

Anggaran pelaksanaan kegiatan pada Direktorat Pengembangan Strategi dan Kebijakan 

Pengadaan Umum Tahun 2017 adalah sebesar Rp2.996.536.000,00 (Dua Miliar Sembilan Ratus 

Sembilan Puluh Enam Ribu Lima Ratus Tiga Puluh Enam Rupiah). Rincian Anggaran pada Direktorat 

Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum adalah sebagai berikut: 

1. Output Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Pengadaan 

Barang/Jasa 

Anggaran pada output Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Pengadaan 

Barang/Jasa adalah sebesar Rp1.957.839.000,00 (Satu Miliar Sembilan Ratus Lima Puluh 

Tujuh Juta Delapan Ratus Tiga Puluh Sembilan Ribu Rupiah). Anggaran ini terbagi menjadi 

empat komponen penyusun output antara lain Persiapan sebesar RP425.100.500,00 (Empat 

Ratus Dua Puluh Lima Juta Seratus Ribu Lima Ratus Rupiah), Pelaksanaan sebesar 

Rp759.854.000 (Tujuh Ratus Lima Puluh Sembilan Juta Delapan Ratus Lima Puluh Empat Ribu 

Rupiah), Finalisasi sebesar Rp57.291.000,00 (Lima Puluh Juta Dua Ratus Sembilan Puluh Satu 

Ribu Rupiah), dan Sosialisasi sebesar Rp715.583.000 (Tujuh Ratus Lima Belas Juta Lima Ratus 

Delapan Puluh Tiga Ribu Rupiah). 


2. Output Penyusunan Pedoman dan Standar Teknis Pelaksanaan PBJ 

Anggaran pada output Penyusunan Pedoman dan Standar Teknis Pelaksanaan PBJ adalah 

sebesar Rp1.038.697.000,00 (Satu Miliar Tiga Puluh Delapan Juta Enam Ratus Sembilan Puluh 

Tujuh Ribu Rupiah). Anggaran ini terbagi menjadi empat komponen penyusun output antara 

lain Persiapan sebesar Rp248.394.000 (Dua Ratus Empat Puluh Delapan Juta Tiga Ratus 

Sembilan Puluh Empat Ribu Rupiah), Pelaksanaan sebesar Rp426.789.000,00 (Empat Ratus 

Dua Puluh Enam Juta Tujuh Ratus Delapan Puluh Sembilan Ribu Rupiah). Finalisasi sebesar 

Rp120.228.000 (Seratus Dua Puluh Juta Dua Ratus Delapan Puluh Delapan Ribu Rupiah), dan 

Sosialisasi sebesar Rp243.286.000 (Dua Ratus Empat Puluh Tiga Juta Dua Ratus Delapan Puluh 

Enam Ribu Rupiah). 


BAB III PELAKSANAAN 

3.1. Capaian Output Fisik 

3.1.1 Capaian Output Peraturan Perundang-undangan di Bidang Pengadaan 

Barang/Jasa Pemerintah 

Capaian Fisik Output Peraturan Perundang-undangan di Bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 

pada Tahun 2017 dapat diuraikan sebagai berikut: 

1) Kegiatan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Pengadaan Barang/Jasa 

Pemerintah sebanyak 4 (empat) dokumen: 

a. Rancangan Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 

b. Rancangan Peraturan Kepala LKPP tentang Pedoman Pelaksanaan PBJ melalui Penyedia; 

c. Rancangan Peraturan Kepala LKPP tentang Penanganan Keadaan Darurat; 

d. Rancangan Peraturan Kepala LKPP tentang Pemilihan Panel Konsultan KPPIP; 

2) Kegiatan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan yang lain, antara lain : 

a. Rancangan Peraturan Presiden tentang Sistem Administrasi Perpajakan; 

b. Rancangan Peraturan Presiden tentang Alat Peralatan Pertahanan Keamanan; 

c. Rancangan Peraturan Presiden tentang INASGOC; 

d. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Keimigrasian; 

e. Rancangan Peraturan Presiden tentang Penugasan PT PAL tentang Kapal Nelayan; 

f. Rancangan Peraturan Presiden tentang PLTSa; 

g. Revisi PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 

h. Revisi PP 45/2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN; 

Kegiatan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Pengadaan Barang/Jasa 

Pemerintah pada Tahun 2017 dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut 


1. Rancangan Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 

A . L A T A R B E L A K A N G 

Pengaturan pengadaan barang/jasa didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan 

Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 

Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 

11 Tahun 2016 tentang Program Penyusunan Peraturan Presiden Tahun 2016, Rancangan Peraturan 

Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah masuk dalam salah satu Program Penyusunan 

Peraturan Presiden Tahun 2016 dengan Pemrakarsa LKPP. Pada Tahun 2016, rancangan Revisi 

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tersebut telah disusun dan difinalisasi serta disetujui 

dalam Rapat Terbatas Kabinet yang dipimpin Presiden RI pada tanggal 29 Desember 2016. 

2017, merupakan tahapan finalisasi Rancangan Perubahan Peraturan Presiden tentang Pengadaan 

Barang/Jasa Pemerintah. Beberapa isu yang muncul dalam Rapat Terbatas Kabinet pada tanggal 

29 Desember 2016 ditindaklanjuti pada Tahun 2017. Pokok-pokok hasil Rapat Terbatas Kabinet 

pada tanggal 29 Desember 2016 menggarisbawahi arahan Presiden RI serta masukan Wakil 

Presiden RI yang meliputi: 

A R A H A N P R E S I D E N : 

Revisi Perpres Pengadaan Barang/ Jasa harus lebih sederhana, mudah dikontrol dan diawasi. 

Diperlukan pengaturan dalam rangka peningkatan Produk Dalam Negeri, mendorong produk UMKM, 

kontraktor kecil dan menengah, serta memiliki semangat pemerataan. 

M A S U K A N W A K I L P R E S I D E N : 

Yang perlu diperdalam pada pengaturan pengadaan antara lain ketentuan untuk mendorong industri 

dalam negeri, menciptakan enterpreneur baru, kesempatan untuk UMKM, serta sistem pendanaan 

bagi penyedia e-katalog yang berkaitan dengan UMKM. 


B . R U A N G L I N G K U P 

Ruang lingkup penyusunan Rancangan Perubahan Peraturan Presiden tentang Pengadaan 

Barang/Jasa Pemerintah pada Tahun 2017 ini meliputi: 

a. Pembahasan Tindak Lanjut Rapat Terbatas yang diinisiasi oleh LKPP; 

b. Rapat Koordinasi Tingkat Kementerian yang diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang 

Perekonomian; 

c. Finalisasi Rancangan Perpres; dan 

d. Penyampaian Draf Perpres oleh Sekretariat Kabinet RI dalam rangka permohonan Paraf 

Koordinasi. 

C . M I L E S T O N E S P E N Y U S U N A N P E R A T U R A N P R E S I D E N T E N T A N G P B J P 

D . P O K O K - P O K O K P E R U B A H A N P E R A T U R A N P R E S I D E N T E N T A N G P B J P 

Umum 

Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan simplifikasi dari 

Perpres sebelumnya, dimana hanya mengatur hal-hal yang bersifat normatif dan tidak mengatur 

prosedural serta menghilangkan bagian Penjelasan. 


H a l - H a l y a n g B a r u 

Tujuan Pengadaan, Agen Pengadaan, Konsolidasi Pengadaan, Pelaksanaan Penelitian, Pengecualian, 

Layanan Penyelesaian Sengketa Pengadaan, Swakelola, E-Market Place Pemerintah, Repeat Order, 

E-Reverse Auction. 

H a l - H a l y a n g B e r u b a h 

1. Perubahan Istilah 

2. Perubahan Definisi 

3. Perubahan Pengaturan mengenai: 

- Usaha Mikro dan Kecil 

- UKPBJ 

- Batas Nilai Pengadaan 

- Persyaratan Penyedia 

- Penanganan Darurat 

- Harga Perkiraan Sendiri 

- Jaminan Penawaran 

- Sanggah Banding 

- Tender Internasional 

- Jenis Kontrak 

- Perubahan Kontrak 

- Penyesuaian Harga 

- Kontrak Tahun Jamak 

- Sanksi 


2. Rancangan Peraturan Kepala LKPP tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan 

Melalui Penyedia 


Sejalan dengan disusunnya Rancangan Perubahan Peraturan Presiden tentang Pengadaan 

Barang/Jasa Pemerintah, diamanatkan dalam Pasal 91 RPerpres Pengadaan Barang/Jasa ketentuan 

lebih lanjut yang perlu diatur dalam Peraturan Kepala LKPP. Salah satu Peraturan Kepala LKPP 

yang perlu disusun oleh Direktorat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum 

adalah Peraturan Kepala LKPP tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui 

Penyedia. 

Peraturan Kepala LKPP tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia 

mengatur tata cara pelaksanaan pengadaan yang dimulai dari Persiapan Pengadaan, Persiapan 

Pemilihan Penyedia, Pelaksanaan Pemilihan Penyedia, Pelaksanaan Kontrak, hingga Serah Terima 

Barang/Jasa. Setiap tahapan dalam Perka tersebut, menyesuaikan dengan ketentuan RPerpres 

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan selanjutnya menjadi pedoman bagi para Pelaku Pengadaan 

dalam proses pengadaan barang/jasa melalui Penyedia. 

B . T U J U A N 

Tujuan disusunnya Peraturan Kepala LKPP tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa 

melalui Penyedia adalah untuk mengatur tahapan kegiatan pelaksanaan pengadaan barang/jasa 

yang dimaksudkan agar: 

a. Mempermudah PA/KPA dalam menentukan kebijakan pengadaan barang/jasa; 

b. Mempermudah PPK, Pejabat Pengadaan, Pokja Pemilihan, PPHP/PjPHP, dan Penyedia dalam 

melaksanakan pengadaan barang/jasa; dan 

c. Memberikan pedoman bagi setiap pelaku pengadaan dalam menentukan strategi pengadaan 

barang/jasa, serta penyesuaian dengan Teknologi Informasi. 


C . R U A N G L I N G K U P 

Ruang lingkup Peraturan Kepala LKPP tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa 

Melalui Penyedia ini meliputi: 

a. Persiapan pengadaan yang meliputi tahapan Reviu Spesifikasi Teknis/KAK, Reviu Harga 

b. Perkiraan Sendiri, dan Penyusunan Rancangan Kontrak oleh PPK; 

c. Persiapan pemilihan penyedia oleh UKPBJ/Pokja Pemilihan; 

d. Pelaksanaan pemilihan penyedia melalui tender/seleksi; 

e. Pelaksanaan kontrak; 

f. Serah terima barang/jasa. 

D . P E L A K S A N A A N K E G I A T A N 

Pada Tahun 2017, telah selesai dilakukan penyusunan Rancangan Perka Pedoman Pelaksanaan 

Pengadaan melalui Penyedia sampai dengan Tahap Draf 1. 

Dalam rangka penyusunan Perka LKPP tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan melalui 

Penyedia, dilakukan tahapan sebagai berikut: 

1. Penyusunan Draf 0, yaitu pembahasan rancangan Perka yang dilakukan oleh Direktorat 

Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum. 

2. Penyusunan Draf 1, yaitu pembahasan rancangan Perka yang dilakukan dengan lintas 

stakeholder. Pada Tahun 2017 pembahasan rancangan Perka tentang Pedoman Pelaksanaan 

Pengadaan melalui Penyedia dilaksanakan dengan melibatkan: 

- Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam 

menghimpun masukan terhadap Rancangan Perka Pedoman Pelaksanaan Pengadaan 

melalui Penyedia. 

- Direktorat Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Pengadaan dalam rangka pembahasan 

materi Perencanaan Pengadaan. 

- Direktorat Pengembangan Sistem Pengadaan Secara Elektronik, dan Direktorat 

Pengembangan Sistem Katalog dalam rangka pembahasan E-Marketplace Pengadaan 

Barang/Jasa, Katalog Elektronik, E-Purchasing, E-Tendering serta Toko Daring. 

- Biro Hukum, Sistem Informasi dan Kepegawaian dalam rangka legal drafting Rancangan 

Perka Pedoman Pelaksanaan Pengadaan melalui Penyedia. 


3. Rancangan Peraturan Kepala LKPP tentang Pengadaan Barang/Jasa Dalam 

Rangka Penanganan Keadaan Darurat 



Barang/Jasa Pemerintah, diamanatkan bahwa Pengadaan Barang/Jasa dalam rangka penanganan 

keadaan darurat termasuk dalam pengadaan khusus, dan dalam Pasal 91 RPerpres Pengadaan 

Barang/Jasa Peraturan Kepala LKPP yang perlu disusun oleh Direktorat Pengembangan Strategi 

dan Kebijakan Pengadaan Umum salah satunya adalah Peraturan Kepala LKPP tentang Pengadaan 

Barang/Jasa Dalam Rangka Penanganan Keadaan Darurat. 

Peraturan Kepala LKPP tentang Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Penanganan Keadaan 

Darurat mengatur tentang penanganan keadaan darurat yang mencakup penetapan status keadaan 

darurat, pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa, Pelaksanaan Kontrak Keadaan Darurat, 

Serah terima pekerjaan, Audit pelaksanaan pekerjaan, serta pembayaran. 


Tujuan disusunnya Peraturan Kepala LKPP tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Dalam 

Rangka Keadaan Darurat yang dimaksudkan agar: 

a. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalam rangka keadaan darurat dapat dilaksanakan secara 

cepat dan tepat; 

b. Memberikan pedoman pelaksanaan barang/jasa pada kondisi khusus yaitu dalam rangka 

penanganan keadaan darurat; 

c. Memberikan pengaturan yang jelas terkait penetapan kondisi darurat, pelaksanaan pengadaan, 

kontrak, pembayaran, serta pengawasan dalam hal terjadinya keadaan darurat. 



Ruang lingkup Peraturan Kepala LKPP tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa 

Melalui Penyedia ini meliputi: 

a. Penetapan keadaan darurat; 

b. Persiapan pemilihan penyedia dalam rangka keadaan darurat; 

c. Pelaksanaan kontrak dalam rangka keadaan darurat; 

d. Serah terima pekerjaan; 

e. Audit pelaksanaan pekerjaan; 

f. Pembayaran. 


Pada Tahun 2017, telah selesai dilakukan penyusunan Rancangan Perka Pedoman Pelaksanaan 

Pengadaan melalui Penyedia sampai dengan Tahap Draf 1. 

Dalam rangka penyusunan Perka LKPP tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Dalam 

Rangka Penanganan Keadaan Darurat, dilakukan tahapan sebagai berikut: 




stakeholder. Pada Tahun 2017 pembahasan rancangan Perka tentang Pelaksanaan Pengadaan 

Barang/Jasa Dalam Rangka Penanganan Keadaan Darurat dilaksanakan dengan melibatkan: 

- Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah 

Kabupaten Lebak, Badan Penanggulangan Bencanan Daerah Kabupaten Bandung, Pusat 

Pelayanan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, Kementerian Luar Negeri dalam rangka 

menghimpun masukan terhadap Rancangan Perka Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa 

Dalam Rangka Penanganan Keadaan Darurat. 

- Direktorat Penanganan Permasalahan Hukum terkait pelaksanaan kontrak serta audit dalam 

pengadaan barang/jasa dalam rangka penanganan keadaan darurat. 


Perka Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Penanganan Keadaan Darurat. 


4. Rancangan Peraturan Kepala LKPP tentang Pemilihan Panel Konsultan KPPIP 


Dalam rangka mendorong investasi beragam sektor terkait infrastruktur, perbaikan dalam regulasi 

dan kelembagaan perlu dilakukan guna mendorong pencapaian milestones proyek prioritas. 

Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden 

Nomor 122 Tahun 2016 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas diatur mengenai 

pembentukan Panel Konsultan dalam rangka mempercepat penyediaan Jasa Konsultansi. Pada 

pasal 11B diamanatkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan dan penetapan 

Panel Konsultan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan peraturan kepala lembaga 

yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah. 

Peraturan Kepala LKPP tentang Pemilihan Panel Konsultan KPPIP mengatur tentang tata cara 

pemilihan dan penetapan Panel Konsultan dalam rangka percepatan penyediaan infrastruktur 

prioritas. 


Tujuan disusunnya Peraturan Kepala LKPP tentang Pemilihan Panel Konsultan KPPIP dimaksudkan 

untuk memberikan pedoman pelaksanaan pemilihan panel konsultan dalam rangka percepatan 

penyediaan Jasa Konsultansi pada proyek infrastruktur prioritas. 


Ruang lingkup Peraturan Kepala LKPP tentang Pemilihan Panel Konsultan KPPIP ini meliputi: 

a. Penetapan Kebutuhan Panel Konsultan; 

b. Pemilihan Panel Konsultan; 

c. Penandatanganan Kontrak Payung; 

d. Seleksi Badan Usaha Jasa Konsultansi; 

e. Penerbitan SPPBJ dan Penandatanganan Kontrak; 

f. Monitoring dan Evaluasi. 



Pada Tahun 2017, telah selesai dilakukan penyusunan Rancangan Perka LKPP tentang Pemilihan 

Panel Konsultan KPPIP sampai dengan Tahap Draf 2. 

Dalam rangka penyusunan Perka LKPP tentang tentang Pemilihan Panel Konsultan KPPIP, 

dilakukan tahapan sebagai berikut: 




stakeholder. Pada Tahun 2017 pembahasan rancangan Perka tentang Pemilihan Panel 

Konsultan KPPIP dilaksanakan dengan melibatkan Komite Percepatan Penyediaan 

Infrastruktur Prioritas dan Sekretariat Kabinet RI, serta Biro Hukum, Sistem Informasi dan 

Kepegawaian LKPP. 

3. Penyusunan Draf 2, yaitu pembahasan rancangan Perka yang dilakukan dengan Pimpinan LKPP 

dan dikoordinasikan oleh Biro Hukum, Sistem Informasi dan Kepegawaian LKPP. 


5. Penyusunan Peraturan Perundang-undangan yang Lain 

Pada Tahun 2017, Direktorat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum juga 

dilibatkan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan yang disusun oleh 

Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain adalah: 

Peraturan Instansi Penanggung Jawab Status 

Rancangan Perpres 

tentang Pembaruan 

Sistem Administrasi 

Perpajakan 


tentang ALPALHANKAM 


tentang Inasgoc 

Revisi RPP tentang 

keimigrasian 

Perka LKPP tentang Panel 

Konsultan KPPIP 

Pepres Penugasan PT PAL 

Pengadaan Kapal Nelayan 


PLTSA 

Dirjen Pajak Kementerian Keuangan, 

Kemenko, Kemenkumham dan LKPP 

Kementerian POLHUKAM Seskab, 

Kepolisian, Kementerian Keuangan, 

Kementerian Perhubungan dan 

Kementerian Lingkungan Hidup 

Kemenpora, KOI & KONI 

Kementerian Hukum dan HAM, 

Sesneg dan LKPP 

LKPP, Seskab, Kemenko 

perekonomian & KKPIP 

Kementerian Koordinator Bidang 

kemaritiman & Kementerian 

Kelautan dan Perikanan 


kemaritiman 

Sudah di Paraf PAK, 

menuju harmonisasi dan 

dilanjutkan dengan 

penyusunan PMK 

PAK ulang dengan 

koordinator Kementerian 

Perekonomian 

Perpres telah terbit 

Selesai PAK menunju 

Harmonisasi 

Final Draft dan diserahkan 

kepada HSIK 

dibatalkan 

dibatalkan 

Revisi PP 58 tahun 2005 

tentang Pengelolaan 

Keuangan Daerah 

Revisi PP 45 tahun 2013 

tentang tata cara 

pelaksanaan APBN 

Pepres Penugasan PT PAL 

Pengadaan Kapal Nelayan 

Kementerian Dalam Negeri & 

Kementerian keuangan 

Kementerian Keuangan 


kemaritiman & Kementerian 

Kelautan dan Perikanan 

Dalam tahap Harmonisasi 

Dalam tahap PAK 

dibatalkan 


3.1.2 Capaian Output Penyusunan Pedoman dan Standar Teknis Pelaksanaan 

Pengadaan Barang/Jasa 

Capaian Fisik Output Penyusunan Pedoman dan Standar Teknis Pelaksanaan PBJ pada Tahun 2017 

dapat diuraikan sebagai berikut: 

1) Kegiatan Penyusunan Pedoman dan Standar Teknis Pelaksanaan PBJ sebanyak 3 (tiga) 

dokumen, antara lain: 

a. Rancangan Peraturan Kepala LKPP tentang Pedoman Swakelola; 

b. Rancangan Peraturan Kepala LKPP tentang Pelaku Pengadaan; 

c. Rancangan Peraturan Kepala LKPP tentang Uraian Jenis Barang/Jasa. 

Kegiatan Penyusunan Pedoman dan Standar Teknis Pelaksanaan PBJ pada Tahun 2017 dijabarkan 

lebih lanjut sebagai berikut: 


1. Rancangan Peraturan Kepala LKPP tentang Pedoman Swakelola 




lebih lanjut yang perlu diatur dalam Peraturan Kepala LKPP. Salah satu Peraturan Kepala LKPP yang 

perlu disusun oleh Direktorat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum adalah 

Peraturan Kepala LKPP tentang Pedoman Swakelola. 

Peraturan Kepala LKPP tentang Pedoman Swakelola mengatur hal baru yang dirumuskan dalam 

pengaturan swakelola yaitu pelibatan organisasi kemasyarakatan sebagai pelaksana swakelola. Hal 

ini dipandang perlu dengan pertimbangan bahwa terdapat pelaku baru yang perlu didefinisikan 

lebih jelas yaitu Organisasi Kemasyarakatan. Saat ini dipandang perlu pelibatan organisasi 

masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah mengingat banyak 

organisasi kemasyarakatan yang mampu dan memiliki jangkauan luas dalam 

membantu pelaksanaan kegiatan/program pemerintah. 


Tujuan disusunnya Peraturan Kepala LKPP tentang Pedoman Swakelola adalah untuk memberikan 

petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan pengadaan dan tahapan swakelola dari perencanaan, 

persiapan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk swakelola tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV. 


Ruang lingkup Peraturan Kepala LKPP tentang Pedoman Swakelola meliputi: 

a. Pengaturan Latar Belakang dan Tujuan Swakelola, kriteria Barang/Jasa yang dilaksanakan 

melalui Swakelola, Tipe Swakelola, serta Penyelenggara Swakelola; 

b. Perencanaan Swakelola, yang meliputi penyusunan KAK dan RAB untuk swakelola tipe I, II, 

III, dan IV; 

c. Persiapan Swakelola meliputi penetapan sasaran, penyelenggara swakelola, rencana kegiatan, 

jadwal pelaksanaan, dan rencana biaya; 

d. Pelaksanaan Swakelola Tipe I, II, III, dan IV; 

e. Pengawasan Swakelola Tipe I, II, III dan IV. 



Pada Tahun 2017, telah selesai dilakukan penyusunan Rancangan Perka Pedoman Swakelola sampai 

dengan Tahap Draf 1. 

Dalam rangka penyusunan Perka LKPP tentang Pedoman Swakelola, dilakukan tahapan sebagai 

berikut: 






- Organisasi Kemasyarakatan pelaksana swakelola antara lain Akatiga, ICW, IAPI, Yappika, 

Bina Swadaya Masyarakat, Pattiro. 

- Kementerian/Lembaga/Instansi Pemerintah penyelenggara swakelola antara lain 

Kementerian Sosial, Kementerian Pertanian. 

- Kementerian Hukum dan Ham serta Kementerian Dalam Negeri dalam rangka pembahasan 

kriteria Organisasi Kemasyarakatan pelaksana swakelola. 

- Kementerian Keuangan dalam rangka pembahasan mekanisme pembayaran swakelola. 

- Lembaga Donor antara lain ADB dan ICCTF dalam rangka pembahasan pengalaman 

kerjasama lembaga donor dengan NGO. 

- Direktorat Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Pengadaan dalam rangka pembahasan 

materi Perencanaan Pengadaan Swakelola. 

- Direktorat Pengembangan Sistem Pengadaan Secara Elektronik terkait pelaksanaan 

pengadaan melalui swakelola secara elektronik. 


Perka Pedoman Pelaksanaan Pengadaan melalui Penyedia. 


2. Rancangan Peraturan Kepala LKPP tentang Pelaku Pengadaan 






Peraturan Kepala LKPP tentang Pelaku Pengadaan. 

Peraturan Kepala LKPP tentang Pelaku Pengadaan mengatur tentang Persyaratan, Mekanisme 

Pengangkatan dan Pemberhentian, Honorarium, serta Pelayanan Hukum bagi para Pelaku 

Pengadaan selain Agen Pengadaan dan Penyedia yaitu antara lain Pengguna Anggaran, Kuasa 

Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pengadaan, Kelompok Kerja Pemilihan, 

Pejabat/Panitia Pemeriksa Barang/Hasil Pekerjaan, serta Penyelenggara Swakelola yang terdiri dari 

Tim Persiapan Swakelola, Tim Pelaksana Swakelola, serta Tim Pengawas Swakelola. 


Tujuan disusunnya Peraturan Kepala LKPP tentang Pelaku Pengadaan adalah untuk memberikan 

petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan bagi para Pelaku Pengadaan terkait persyaratan, 

mekanisme pengangkatan dan pemberhentian, ketentuan terkait honorarium serta pemberian 

pelayanan hukum. 


Ruang lingkup Peraturan Kepala LKPP tentang Pelaku Pengadaan meliputi: 

a. Persyaratan para Pelaku Pengadaan; 

b. Mekanisme pengangkatan para Pelaku Pengadaan; 

c. Pengaturan mengenai pemberian honorarium; dan 

d. Pelayanan hukum bagi para pelaku pengadaan. 



Pada Tahun 2017, telah selesai dilakukan penyusunan Rancangan Perka Pelaku Pengadaan sampai 

dengan Tahap Draf 1. 

Dalam rangka penyusunan Perka LKPP tentang Pedoman Swakelola, dilakukan tahapan sebagai 

berikut: 






- Direktorat Pengembangan Profesi, Direktorat Pelatihan Kompetensi, Direktorat Sertifikasi 

terkait Ruang Lingkup pengaturan Peraturan Kepala LKPP tentang Pelaku Pengadaan yang 

mencakup persyaratan, mekanisme pengangkatan dan pemberhentian, pemberian 

honorarium serta pemberian pelayanan hukum bagi para pelaku pengadaan; 


Perka Pelaku Pengadaan 


3. Rancangan Peraturan Kepala LKPP tentang Uraian Jenis Barang/Jasa 






Peraturan Kepala LKPP tentang Uraian Jenis Barang/Jasa. 

Rancangan Peraturan Kepala LKPP tentang Uraian Jenis Barang/Jasa mengatur tentang petunjuk 

bagi pelaku pengadaan dalam melakukan kategorisasi barang/jasa dalam perencanaan pengadaan 

barang/jasa pemerintah pada tahapan pemaketan dan/atau konsolidasi pengadaan. 


Tujuan disusunnya Peraturan Kepala Lembaga ini adalah menciptakan kelancaran proses 

pemaketan dan/atau konsolidasi pengadaan pada tahap perencanaan dan/atau persiapan 

pengadaan sehingga pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah memiliki value for money. 


Ruang lingkup Peraturan Kepala LKPP tentang Uraian Jenis Barang/Jasa ini meliputi: 

a. Definisi Barang/Jasa yang meliputi Barang, Pekerjaan Konstruksi, Jasa Lainnya, Jasa 

Konsultansi dan Barang/Jasa yang dilaksanakan secara terintegrasi; 

b. Kategori Barang/Jasa yaitu penyusunan bersistem barang/jasa berdasarkan kelompok atau 

golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan berdasarkan komoditas yang disusun 

oleh BPS; dan 

c. Contoh Barang/Jasa. 



Pada Tahun 2017, telah dilakukan penyusunan Rancangan Perka Uraian Barang/Jasa dengan 

tahapan sebagai berikut: 




stakeholder. Pada Tahun 2017 pembahasan rancangan Perka tentang Uraian Jenis Barang/Jasa 

dengan melibatkan: 

Internal LKPP 

a. Direktorat Perencanaan, Monitoring, dan Evaluasi Pengadaan; 

b. Direktorat Pengembangan Iklim Usaha dan Kerjasama Internasional; 

c. Direktorat Pengembangan Sistem Pengadaan Secara Elektronik; 

d. Biro Hukum, Sistem Informasi, dan Kepegawaian; 

e. Biro Umum dan Keuangan. 

Kementerian/Lembaga Lainnya 

a. Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik, Badan Pusat Statistik; 

b. Direktorat Sistem Penganggaran, Direktorat Jenderal Anggaran Kemenkeu; 

c. Direktorat Sistem dan Pelaporan Pemantauan Evaluasi, Kementerian PPN/Bappenas; 

d. Dirjen Bina Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 

e. Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan; 

f. Sekretariat Jenderal Kementerian Perhubungan. 

Sejalan dengan penyusunan Rancangan Peraturan Kepala tentang Perencanaan Pengadaan, maka 

ditetapkan bahwa ketentuan terkait Uraian Jenis Barang/Jasa ini tidak dituangkan dalam Peraturan 

Kepala LKPP tersendiri namun substansinya dituangkan ke dalam Peraturan Kepala LKPP tentang 

Perencanaan Pengadaan yang disusun oleh Direktorat Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi 

Pengadaan. 


3.2. Capaian Keuangan 

Anggaran kegiatan Direktorat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum pada Tahun 

2017 bersumber dari DIPA LKPP TA 2017 sebesar Rp2.996.536.000,00 (Dua Miliar Sembilan Ratus 

Sembilan Puluh Enam Juta Lima Ratus Tiga Puluh Enam Ribu Rupiah) dengan total realisasi senilai 

Rp2.272.253.335,00 (Dua Miliar Dua Ratus Tujuh Puluh Dua Juta Dua Ratus Lima Puluh Tiga Ribu 

Tiga Ratus Tiga Puluh Lima Rupiah) atau dengan presentase penyerapan 75,83%. Rincian kinerja 

penyerapan anggaran dapat dijelaskan sebagai berikut: 

a. Capaian penyerapan atas Output Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Bidang 

Pengadaan Barang/Jasa (kode akun 001) sebesar Rp1.447.141.300 (Satu Miliar Empat Ratus 

Empat Puluh Tujuh Juta Seratus Empat Puluh Satu Ribu Tiga Ratus Rupiah) atau dengan 

persentase capaian penyerapan sebesar 73,92%. 

b. Capaian penyerapan atas Kegiatan Penyusunan Pedoman dan Standar Teknis Pelaksanaan 

Pengadaan Barang/Jasa (kode akun 008) sebesar Rp 825.112.035 (Delapan Ratus Dua Puluh 

Lima Juta Seratus Dua Belas Ribu Tiga Puluh Lima Rupiah) atau dengan persentase capaian 

penyerapan sebesar 79,44%. 

Pagu dan Realisasi Penyerapan Anggaran Kegiatan Pengembangan Strategi 

dan Kebijakan Pengadaan Umum Tahun 2017 

KODE URAIAN PAGU PENYERAPAN % 

3935 

Penyusunan Strategi, Kebijakan serta 

Regulasi di Bidang Pengadaan Umum 

2.996.536.000 2.272.253.335 75.83% 

3935.001 

Peraturan Perundang-Undangan di 

Bidang Pengadaan Barang/Jasa 

[Base Line] 

1.957.839.000 1.447.141.300 73,92% 

3935.008 

Penyusunan Pedoman dan Standar 

Teknis Pelaksanaan PBJ 

[Base Line] 

1.038.697.000 825.112.035 79.44% 


3.3. Capaian Layanan Sosialisasi dan Penafsiran 

Direktorat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum LKPP memiliki 2 (dua) standar 

layanan antara lain Layanan Sosialisasi Peraturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Layanan 

Penafsiran Peraturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 

Pada Tahun 2017, capaian layanan pada Direktorat Pengembangan Strategi dan Kebijakan 

Pengadaan Umum adalah sebagai berikut: 

Layanan 

Capaian 

Penafsiran: 

1. Surat 

2. Tatap Muka 

Sosialisasi: 

Undangan dari Kementerian/Lembaga/ 

Pemerintah Daerah 

142 Surat 

18 Kali 

124 Kali 


3.4. Capaian Pengukuran Indikator Sasaran Strategis Renstra 

3.4.1 Pengukuran Persepsi Pelaku Pengadaan Atas Kemudahan Pemahaman 

dan Kemudahan Pelaksanaan Regulasi PBJP 


Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 157 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan 

Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 

(LKPP) dan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 3 

Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja LKPP, Direktorat Pengembangan Strategi dan 

Kebijakan Pengadaan Umum mempunyai tugas untuk menyiapkan rumusan strategi dan kebijakan, 

serta menyusun pedoman pengadaan barang/jasa pemerintah. Lebih lanjut, Direktorat 

Pengembahan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum menjalankan peran-peran memberikan 

edukasi kepada para pelaku pengadaan terkait dengan regulasi pengadaan barang/jasa dan 

pemberian penafsiran atas regulasi tersebut. 

Sepanjang pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa, 

belum pernah dilaksanakan evaluasi atas persepsi para pelaku pengadaan dalam memahami dan 

melaksanakan regulasi yang dimaksud. Sementara itu, Rencana Strategi LKPP Tahun 2015-2019 

mengamanatkan satu indikator kinerja untuk melaksanakan pengukuran persepsi atas kemudahan 

pelaksanaan regulasi PBJ di Indonesia. 

Oleh karena itu, dalam rangka penyempurnaan terhadap regulasi pengadaan barang/jasa 

pemerintah dan melaksanakan amanat Renstra LKPP, maka Direktorat Pengembangan Strategi dan 

Kebijakan Pengadaan Umum melakukan kajian ini. Kajian persepsi ini mencoba menangkap persepsi 

atas norma hukum maupun implementasi langsung di lapangan. 

B. P E L A K S A N A A N 

Metodologi 

Guna mencapai tujuan yang ditetapkan, penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif 

dengan menggunakan survei dalam menggunakan data dan informasi. Pengumpulan data primer 

menggunakan kuesioner online. Hasil penelitian ini akan digunakan sebagai baseline bagi 

pengukuran Kemudahan Regulasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di tahun selanjutnya. 


Survei 

Survei Kemudahan Pemahaman dan Kemudahan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 

2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Beserta Perubahan dan regulasi turunannya 

dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner secara online. Survei dimulai dari 25 Oktober 

sampai dengan 11 Desember 2017. 

Dalam kurun waktu tersebut didapatkan 86 responden yang telah mewakili seluruh pelaku 

pengadaan dari 3 wilayah indonesia yakni Indonesia bagian Barat, Tengah dan Timur. Pertanyaan 

disusun berdasarkan tahapan pengadaan yang dilaksanakan oleh setiap pelaku pengadaan dalam 

kerangka regulasi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2014 Tentang Pengadaan Barang Jasa 

Pemerintah beserta perubahannya. 

Responden 

Jumlah responden pada survei Kemudahan Pemahaman dan Kemudahan Pelaksanaan Peraturan 

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Beserta Perubahan 

dan regulasi turunannya adalah 86 orang. Responden tersebut tersebar di 21 Provinsi yang mewakili 

tiga wilayah Indonesia bagian Barat, Tengah dan Timur. 

Ditinjau dari peran dalam pengadaan, 44% responden berperan sebagai Pokja Pemilihan/ULP. 

Pejabat Pengadaan dan PPK menjadi peran dalam pengadaan dominan berikutnya yaitu sebesar 

22% dan 12%. 9% responden berperan sebagai Penyedia, PA/KPA sebanyak 6%, PPHP sebanyak 

4% dan Tim Swakelola sebanyak 3%. 

Ditinjau dari jenis kelamin responden, 73% responden merupakan pria sedangkan 27% merupakan 

wanita. Hal ini menunjukan bahwa pengadaan barang/jasa masih didominasi oleh Pria. 

Ditinjau dari jabatan responden, 36% responden merupakan Staf/ Pelaksana, disusul oleh 20% 

responden yang menjabat sebagai Eselon IV, Fungsional tertentu sebanyak 16%, Eselon III sebanyak 

12%, Lain-lain seperti Direktur, pemilik Perusahaan sebanyak 12%, Eselon II sebanyak 3% dan 1% 

merupakan Fungsional Umum. 

Ditinjau dari pendidikan terakhir responden, 57% responden berpendidikan terakhir D4/S1. 

Kemudian didominasi oleh responden berpendidikan terakhir S2 sebanyak 33%, responden 

berpendidikan terakhir D3 sebanyak 4%, responden berpendidikan terakhir S3 sebanyak 3%, dan 

responden berpendidikan terakhir SMA sebanyak 3%. 

Ditinjau dari pengalaman terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa, rata-rata responden memiliki 

pengalaman terlibat dalam pengadaan barang/jasa pemerintah selama 13 tahun. 

Ditinjau dari pengalaman mengikuti Bimbingan Teknis/Sosialisasi/Pelatihan Pengadaan 

Barang/Jasa, rata-rata responden telah mengikuti Bimbingan Teknis/Sosialisasi/Pelatihan 

Pengadaan Barang/Jasa selama 7 kali. 


C . H A S I L P E N G U K U R A N 

Kesimpulan Hasil Pengukuran 

1. Nilai rata-rata persepsi kemudahan pelaku pengadaan se-Indonesia dalam memahami regulasi 

pengadaan barang/jasa setelah dikonversi adalah 66,60 sedangkan dalam melaksanakan 

regulasi pengadaan barang/jasa sebesar 63,12, sehingga perlu menjadi perhatian bagi LKPP. 

2. Diantara ketujuh pelaku pengadaan, PPHP merupakan pelaku yang memiliki persepsi 

kemudahan pemahaman dan pelaksanaan regulasi pengadaan barang/jasa tertinggi, 

sedangkan tim swakelola masih perlu diberikan arahan agar juga memiliki persepsi mudah 

dalam memahami dan melaksanakan regulasi pengadaan barang/jasa. 

3. Pengawasan fisik dan administrasi Swakelola merupakan tahapan regulasi yang paing sulit 

untuk dipahami, sedangkan Penyusunan HPS merupakan tahapan pengadaan yang paling sulit 

untuk dilaksanakan bagi pelaku pengadaan. 

4. Bagi beberapa pelaku pengadaan, pengalaman terlibat dalam pengadaan barang/jasa 

mempengaruhi persepsi kemudahan pemahaman dan pelaksanaan regulasi pengadaan 

barang/jasa. 

5. Pengalaman mengikuti Bimbingan Teknis/Sosialisasi/Pelatihan pengadaan barang/jasa 

sangat mempengaruhi persepsi para pelaku pengadaan dalam kemudahan pemahaman dan 

pelaksanaan regulasi pengadaan barang/jasa. 

Tindak Lanjut 

1. Perlu ditingkatkan lagi keikutsertaan pelaku pengadaan dalam Bimbingan 

Teknis/Sosialisasi/Pelatihan pengadaan barag/jasa yang dalam penelitian ini diketahui sangat 

mempengaruhi persepsi kemudahan pemahaman dan pelaksanaan regulasi pengadaan 

barang/jasa. 

2. Beberapa tahapan regulasi yang dinilai sulit untuk dipahami dan dilaksanakan oleh para 

pelaku pengadaan akan menjadi perhatian untuk menyusun strategi dan kebijakan serta 

pedoman agar lebih mudah untuk dipahami dan dilaksanakan. 


3.4.2 Pengukuran Kinerja Regulasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 


Sebagai garda terdepan penyusunan kebijakan pengadaan barang/jasa, Direktorat Pengembangan 

Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum memiliki tugas menyiapkan rumusan strategi dan 

kebijakan, serta menyusun pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Oleh karenanya melalui 

produk kebijakan yang ada, Direktorat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum 

perlu mendorong perwujudan dari Visi LKPP yaitu Menjadi pembaharu yang kredibel untuk 

mewujudkan pengadaan yang menghasilkan value for money dalam rangka meningkatkan 

kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. 

Regulasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada dasarnya memuat pengaturan proses penyediaan 

barang/jasa oleh Penyedia dan berkaitan erat dengan manajemen keuangan publik (public finance 

management). Oleh karena itu, proses pengadaan barang/jasa pemerintah harus sejalan dengan 

nilai-nilai sektor publik. Dengan demikian proses ini harus sejalan dengan praktik terbaik, dengan 

proses yang adil dengan hasil akhir yang akuntabel. 

Dalam situasi ini, Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menjadi lebih kompleks dari yang sebelumnya, 

dimana Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah harus menyesuaikan dengan isu-isu yang lebih luas, 

yaitu: 

1. Keseimbangan antara kompetisi yang sehat, pemberdayaan usaha nasional, dan persaingan 

global sebagai dampak dari Perjanjian Dagang Regional atau Internasional. 

2. Pemenuhan atas persyaratan keadilan, kesetaraan, transparansi. 

3. Mempertahankan prinsip kompetisi. 

4. Penggunaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi seperti e-procurement. 

Dalam mengembangkan kerangka hukum kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah memiliki 

pendekatan fungsional dimana kerangka regulasi seharusnya memuat hal-hal sebagai berikut: 

1. Mengatur ruang lingkup sektor publik secara keseluruhan; 

2. Mendorong sistem keuangan yang sehat pada proses pengadaan barang/jasa pemerintah; 

3. Memenuhi prinsip value for money; 

4. Mengatur setiap tahap proses pengadaan; 

5. Menyediakan aturan yang jelas dan konsisten sehingga tidak mudah diubah atas dasar penilaian 

subjektif dari pemangku kepentingan; 

6. Mendorong metode pengadaan barang/jasa pemerintah yang efisien berdasarkan jenis 

pengadaan barang/jasa dan profil kontrak; dan 


7. Responsif terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan. 

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka diperlukan pengukuran kinerja implementasi peraturan 

kebijakan pengadaan barang/jasa. Penilaian kinerja tersebut bertujuan untuk menguji kualitas dan 

pelaksanaan peraturan yang telah disusun tersebut. Dengan adanya pengukuran tersebut, maka 

dapat digunakan untuk bahan perbaikan penyusunan peraturan pengadaan barang/jasa selanjutnya. 

B. P E L A K S A N A A N 

Pelaksanaan kegiatan Pengukuran Kinerja Peraturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah 

berjalan dengan capaian realisasi yang masih dalam kerangka jadwal penyelesaian kegiatan secara 

menyeluruh. Kegiatan Pengukuran Kinerja Peraturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ini 

dilaksanakan selama 11 (sebelas) bulan, dengan tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut: 

Februari 

Penelahaan metode pengukuran kinerja pengadaan sektor publik yang dilakukan oleh EBRD 

(European Bank for Reconstruction and Development). 

Maret 

Penelahaan metode pengukuran kinerja pengadaan sektor publik yang dilakukan oleh EBRD 

(European Bank for Reconstruction and Development). 

April 

Melakukan benchmark dengan praktik terbaik internasional dalam rangka penyusunan baseline 

indikator pengukuran kinerja. 

Mei 

Melakukan benchmark dengan praktik terbaik internasional dalam rangka penyusunan baseline 

indikator pengukuran kinerja. 

Juni 

Penyusunan daftar pernyataan untuk masing-masing indikator penilaian kinerja pengadaan. 

Juli 

Penyusunan kuesioner Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam rangka menilai tingkat kepentingan 

antar indikator pengukuran kinerja. 

Agustus 

Penyusunan kuesioner berdasarkan masing-masing indikator penilaian kinerja pengadaan yang 

meliputi Prinsip Indikator Kunci, Indikator Efisiensi Legal dan Indikator Sustainabilitas. 

September 

Pelaksanaan Survey kuesioner Analytic Hierarchy Process (AHP) ke responden. 

Oktober 

Penilaian tingkat kepentingan antar indikator pengukuran kinerja dengan metode Analytic Hierarchy 

Process (AHP). 


November 

Pelaksanaan Survey kuesioner pengukuran kinerja pengadaan ke responden. 

Desember 

Assesment Scoring dan Evaluasi pengukuran kinerja peraturan pengadaan barang/jasa pemerintah. 

C . H A S I L P E N G U K U R A N 

Hasil dari Pengukuran Kinerja Peraturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah sebagai 

berikut: 

1. Hasil kuesioner dalam evaluasi praktik pengadaan menurut Prinsip Indikator Kunci, dapat 

dilihat bahwa indikator Persaingan dan Ekonomi mendapatkan rata-rata nilai yang relatif 

lebih tinggi apabila dibandingkan dengan indikator lainnya. Kedua indikator tersebut masuk 

dalam kategori Kepatuhan Tinggi. 

2. Menurut Prinsip Indikator Kunci, responden menganggap bahwa peraturan yang baik idealnya 

memiliki periode berlaku yang tidak terlalu cepat berganti. Namun peraturan tersebut 

sebaiknya juga dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman, hal ini dapat menjadi salah 

satu faktor cukup banyaknya perubahan peraturan. 

3. Pada Indikator Efisiensi Legal, mayoritas komponen menunjukan Kapatuhan Tinggi kecuali 

komponen Sesuai Konteks yang menunjukan Kepatuhan Sedang. Hal ini menunjukan 

persepsi responden mengganggap bahwa peraturan yang ada sudah menyediakan beberapa 

instrument rekomendasi yang sesuai dengan standar internasional. Tingginya nilai-nilai pada 

komponen tersebut menunjukan efisiensi yang semakin baik dari regulasi lelang yang ada. 

4. Pada Indikator Sustainabilitas responden menilai bahwa produk atau barang dalam lelang 

baru memiliki concern dari sisi Ekonomi yang tinggi dan Sosial yang sedang. Sedangkan untuk 

komponen Lingkungan masih terabaikan dan belum sepenuhnya menjadi perhatian dalam 

peraturan yang ada karena masuk kategori Kepatuhan Rendah. 

5. Dalam kuesioner AHP ini bertujuan untuk mengetahui bobot indikator maupun komponen yang 

lebih penting daripada yang lain dan memiliki pengaruh terhadap kinerja regulasi pengadaan 

barang dan jasa menurut persepsi responden. Dari tiga (3) indikator yaitu; Indikator Kunci, 

Indikator Efisiensi Legal dan Indikator Sustainabilitas menunjukan bahwa Indikator Kunci dan 

Indikator Efisiensi Legal memiliki bobot yang sama yang masing-masing bobotnya adalah 0.429 

sedangkan Indikator Sustainabilitas hanya memiliki bobot 0.143. Dari pembobotan tersebut, 

Indikator Kunci dan Indikator Efisiensi Legal merupakan dua indikator paling berpengaruh 

dalam kinerja regulasi pengadaan barang dan jasa, kemudian diikuti oleh Indikator 

Sustainabilitas. 


Hasil pelaksanaan kegiatan Pengukuran Kinerja Peraturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 

tersebut akan digunakan sebagai tolok ukur kualitas kerangka kebijakan Pengadaan Barang/Jasa 

Pemerintah dan digunakan untuk merefleksikan level Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa 

Pemerintah yang selanjutnya menjadi masukan dalam melakukan perbaikan terus-menerus dalam 

sektor Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 


BAB IV HAMBATAN DAN PEMECAHAN MASALAH 

4.1 Hambatan 

Dalam pelaksanaan kegiatan Direktorat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan 

Umum Tahun 2017 terdapat beberapa hambatan yang dihadapi, antara lain: 

1) Penyusunan Revisi Peraturan Presiden di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 

membutuhkan waktu yang lama khususnya pada tahap pembahasan tingkat Pimpinan 

Kementerian/Lembaga yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang 

Perekonomian. 

2) Proses penyusunan Peraturan Kepala LKPP bergantung pada selesainya pembahasan Rperpres 

Pengadaan Barang/Jasa. 

3) Kegiatan Sosialisasi Perpres PBJP belum dapat dilaksanakan karena menunggu RPerpres 

Pengadaan Barang/Jasa ditandatangani Presiden. 

4) Perlunya keterlibatan LKPP dalam penyusunan peraturan perundang-undangan yang disusun 

oleh Kementerian/Lembaga lainnya khususnya dalam hal harmonisasi aturan pengadaan 

barang/jasa pemerintah. 

5) Indikator Sasaran Strategis yang ditetapkan kurang tepat dan tidak sesuai dalam mendukung 

pencapaian Sasaran Strategis “Meningkatkan Kemudahan dalam Pelaksanaan Pengadaan”. 

6) Indikator Sasaran Program yang ditetapkan kurang tepat dalam memberikan cerminan kualitas 

maupun keberhasilan dari kebijakan (regulasi) pengadaan barang/jasa pemerintah yang telah 

disusun. 

7) Susunan Organisasi Direktorat dan pembagian tugas dan fungsi pada Direktorat kurang 

mendukung dalam pencapaian output. 

4.2 Pemecahan Masalah 

Upaya-upaya untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan Direktorat 

Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum Tahun 2017, yaitu: 

1) Melakukan koordinasi secara intensif dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 

dan Sekretariat Kabinet RI dalam menindaklanjuti tanggapan/masukan Kementerian/Lembaga 

terhadap RPerpres Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 

2) Pembentukan PIC dan tim-tim kecil penyusun Rancangan Peraturan Kepala LKPP untuk 

memastikan bahwa penyusunan RPerka LKPP sebagai aturan lanjutan yang diamanatkan 

Perpres sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. 


3) Kegiatan Sosialisasi Tahun 2017 belum dapat diselenggarakan dan dialokasikan untuk Tahun 

Selanjutnya setelah Perpres ditandatangani. 

4) Pembentukan Tim Harmonisasi Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam rangka 

mengkoordinasikan peraturan perundang-undangan yang disusun oleh Kementerian/Lembaga 

lainnya. 

5) Mengusulkan perubahan Indikator Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Program agar dapat 

mencerminkan kualitas maupun keberhasilan dari kebijakan (regulasi) pengadaan barang/jasa 

pemerintah yang telah disusun. 

6) Sejalan dengan proses pengusulan Indikator Sasaran Renstra, Direktorat Pengembangan Strategi 

dan Kebijakan Pengadaan Umum telah memulai melakukan Pengukuran Indikator Sasaran 

sesuai usulan yaitu Pengukuran Persepsi Stakeholders terhadap Kemudahan Pelaksanaan PBJ 

dan Pengukuran Kinerja Peraturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 

7) Mengusulkan perubahan Struktur Organisasi pada Direktorat Pengembangan Strategi dan 

Kebijakan Pengadaan Umum yaitu sebelumnya dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Sub Direktorat 

Pekerjaan Konstruksi dan Sub Direktorat Barang dan Jasa menjadi Sub Direktorat 

Pengkajian/Riset dan Sub Direktorat Penyusunan Regulasi. 


BAB V EVALUASI 

Beberapa hal yang perlu di evaluasi dari pelaksanaan kegiatan Direktorat Pengembangan Strategi 

dan Kebijakan Pengadaan Umum Tahun 2017 yaitu: 

1) Perlunya evaluasi atas pelaksanaan peraturan di bidang pengadaan secara menyeluruh, sehingga 

diperoleh gambaran secara penuh atas hasil kinerja peraturan di bidang pengadaan. Hal ini 

menjadi penting dalam proses penyusunan dan penyempurnaan kebijakan di bidang pengadaan. 

2) Pentingnya sosialisasi dan penyamaan persepsi diantara stakeholder pengadaan atas 

pengaturan di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah. 

3) Pelaksanaan penyusunan Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah baik 

yang bersifat evaluasi maupun inisiatif baru masih bersifat top down, dalam hal ini inisiatif atau 

perintah perbaikan berasal dari Presiden. Melalui mekanisme ini pihak internal LKPP dituntut 

untuk selalu melakukan evaluasi terhadap implementasi dari aturan yang ada, menggali ide baru 

terhadap inovasi aturan yang ada, hingga persiapan draf penyempurnaan aturan. 

4) Membuat dan mengembangkan sistem penyusunan kebijakan agar proses penyusunannya 

terintegrasi, terbuka dan real-time. 

5) Diperlukannya perencanaan yang lebih baik khususnya untuk menetapkan output kegiatan. 

6) Perencanaan pelaksanaan kegiatan harus lebih baik dan matang sehingga sedapat mungkin 

menghindari terlalu seringnya perubahan POK yang mengganggu ritme kerja dan mengganggu 

pelaksanaan kegiatan. 

7) Penanggung jawab masing-masing kegiatan harus berkomitmen kuat dan bertanggung jawab, 

baik itu dalam pelaksanaan kegiatan hingga pertanggungjawaban keuangan dan penyusunan 

laporan. 

Bab V 

Evaluasi 


BAB VI PENUTUP 

Pelaksanaan kegiatan Tahun 2017 pada Direktorat Pengembangan Strategi dan Kebijakan 

Pengadaan Umum berupa kegiatan penyusunan Peraturan Perundang-undangan di bidang 

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, penyusunan pedoman dan standar teknis di bidang pengadaan 

barang/jasa pemerintah serta sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan 

barang/jasa pemerintah merupakan upaya-upaya dalam rangka terus melakukan perbaikan, 

pengembangan dan penyempurnaan kebijakan dan regulasi pengadaan barang/jasa pemerintah. 

Pelaksanaan kegiatan Direktorat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum Tahun 

2017 berhasil mencapai output yang direncanakan. Hal ini tidak lepas dari kerja sama yang 

dilakukan antara Direktorat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum dengan Unit 

Kerja Eselon I dan Unit Kerja Eselon II di lingkungan LKPP serta dengan para stakeholder. 

Pelaksanaan kegiatan di tahun 2017 juga tak luput dari berbagai macam hambatan dan 

permasalahan yang muncul, namun demikian kiranya hambatan dan permasalahan yang ada akan 

menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan kegiatan Direktorat 

Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Umum di tahun yang akan datang.

Laporan Tahunan Dit PSKPU 2017-edit

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

Delete template?

Save as template?