10.06.2018 Views

Enewsletter Jejaring AMPL Maret 2018

Enewsletter Jejaring AMPL Maret 2018

Enewsletter Jejaring AMPL Maret 2018

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

MARET <strong>2018</strong><br />

1<br />

BERSINERGI DAN BERBAGI CERITA<br />

LEMBAR NYATA CAPAIAN<br />

PROGRAM SEHATI TAHUN 2017<br />

Sejak tahun 2016, Simavi meningkatkan<br />

kapasitas pemerintah daerah untuk<br />

implementasi program STBM secara mandiri<br />

di Lombok Utara, Lombok Timur, Dompu,<br />

Sumba Tengah, Sumba Barat Daya,<br />

Manggarai Barat dan Biak Numfor. Melalui<br />

pendekatan lintas sektor, program SEHATI<br />

berhasil mendukung pemerintah<br />

mengalokasikan anggaran sebesar Rp<br />

13.650.142.000 untuk 5 pilar STBM per Juni<br />

2017.<br />

AIR BERSIH DAN KEMISKINAN,<br />

PENGALAMAN DARI DESA CIBADAK,<br />

BOGOR<br />

Pemilihan pendekatan intervensi<br />

pengentasan kemiskinan dengan<br />

pembangunan sarana air bersih sebagai<br />

intervensi awal bukanlah tanpa alasan. Pusat<br />

Pengkajian Politik dan Pengembangan<br />

Masyarakat Universitas Nasional (P4M-UNAS)<br />

bekerjasama dengan Yayasan Wahana<br />

Indonesia Membangun (WinDevelopment)<br />

berinisiatif dan tergerak untuk melakukan<br />

program Pembangunan Sarana Air Bersih<br />

Berbasis Masyarakat.<br />

KIPRAH DUTA MUDA DARI DURI<br />

UTARA DALAM KAMPANYE STBM<br />

DAN PENGURANGAN RISIKO<br />

BENCANA<br />

Sehari-hari berkecimpung dengan STBM<br />

membuat para anggota Youth Ambassador<br />

membawa “kesadarannya” hingga ke rumah.<br />

Mereka merasa malu, jika berkeliling<br />

menyerukan untuk bersanitasi yang baik tapi<br />

sebaliknya di rumah keluarganya masih<br />

berperilaku yang sama. Youth Ambassador<br />

menjadi garda terdepan dalam membuat<br />

perubahan perilaku di Duri Utara.<br />

Disusun oleh Sekretariat <strong>Jejaring</strong> <strong>AMPL</strong> (www.jejaringampl.org). Tim: Herie Ferdian,Wiwit Heris, Indriany.<br />

Silakan kirim cerita Anda ke: jejaring.ampl@gmail.com


MARET <strong>2018</strong><br />

2<br />

Lembar Nyata Capaian Program SEHATI tahun 2017<br />

(Sustainable Sanitation and Hygiene for Eastern Indonesia)<br />

Pada tahun 2012, Indonesia merupakan<br />

negara open defecation (OD) tertinggi kedua<br />

di dunia setelah India. Kondisi ini sebagian<br />

besar terjadi di wilayah pedesaan.<br />

Berdasarkan laporan JMP (Joint<br />

Monitoring Programme UNICEF and<br />

WHO) pada tahun 2015,<br />

setidaknya baru terdapat 47%<br />

masyarakat pedesaan yang<br />

mengakses fasilitas sanitasi;<br />

dibandingkan dengan 72%<br />

masyarakat kota yang<br />

mengakses fasilitas sanitasi. Ini<br />

artinya, (pada saat itu) ada<br />

sekitar 55 juta orang di pedesaan<br />

belum mengakses fasilitas<br />

sanitasi layak dan 34 juta<br />

diantaranya tidak dapat mengakses<br />

sama sekali. Kondisi ini mencerminkan<br />

tingginya perilaku buang air besar<br />

sembarangan yang akhirnya berkontribusi<br />

pada tingginya prevalensi diare yang diderita<br />

oleh anak–anak usia di bawah lima tahun.<br />

Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)<br />

tahun 2013 mengungapkan bahwa insiden<br />

diare masih menjangkit kelompok balita di<br />

Indonesia sebanyak 10,2%.<br />

Di sisi lain, peran penting perilaku bersih<br />

sering diabaikan. Padahal, kematian yang<br />

disebabkan diare pada umumnya dapat<br />

dicegah. Dengan meningkatkan dan<br />

mengimplementasikan 5 Pilar Sanitasi Total<br />

Berbasis Masyarakat (STBM) dapat<br />

menurunkan resiko penyakit diare dan<br />

penyakit berbasis lingkungan lainnya seperti<br />

stunting dan ISPA hingga 94% 1 .<br />

Situasi masyarakat miskin pedesaan juga<br />

perlu mendapatkan perhatian segera. Di<br />

pedesaan, sanitasi yang tidak memadai,<br />

praktek kebersihan yang buruk, kelangkaan<br />

sumber air bersih dan akses terhadap sarana<br />

dan prasarana kesehatan yang minim dapat<br />

memperburuk kondisi tidak sehat.<br />

Penyakit–penyakit terkait dengan kondisi<br />

tersebut antara lain disentri, kolera,<br />

diare, tipus, hepatitis, leptospirosis,<br />

malaria, demam berdarah, kudis dan<br />

ISPA. Selain itu, keluarga miskin<br />

yang kurang berpendidikan<br />

cenderung kurang melakukan<br />

praktek–praktek kebersihan<br />

sehingga berkontribusi terhadap<br />

penyebaran penyakit dan<br />

peningkatan resiko kematian.<br />

Kecenderungan dan<br />

Hambatan<br />

Pemerintah Indonesia telah menetapkan<br />

beberapa target nasional salah satunya<br />

adalah Akses Universal yang dikenal dengan<br />

istilah 100-0-100 yaitu target pencapaian<br />

100% cakupan akses air bersih, 0% kawasan<br />

kumuh dan 100% cakupan akses sanitasi di<br />

tahun 2019.<br />

Untuk mendukung target tersebut, kebijakan<br />

Nasional STBM dengan 5 pilarnya sangat<br />

penting dilakukan di seluruh wilayah di<br />

Indonesia karena mengikuti prinsip–prinsip<br />

responsif terhadap permintaan,<br />

menggunakan pendekatan berbasis<br />

masyarakat dan menekankan perlunya<br />

keterlibatan perempuan serta fokus pada<br />

prinsip operasional, pemeliharaan dan<br />

pembiayaan yang berkesinambungan. Kelima<br />

pilar tersebut adalah stop buang air besar<br />

sembarangan (BABS), mencuci tangan pakai<br />

sabun, pengolahan air dan makanan rumah<br />

1<br />

Hasil studi World Health Organization pada tahun<br />

2007<br />

Disusun oleh Sekretariat <strong>Jejaring</strong> <strong>AMPL</strong> (www.jejaringampl.org). Tim: Herie Ferdian,Wiwit Heris, Indriany.<br />

Silakan kirim cerita Anda ke: jejaring.ampl@gmail.com


MARET <strong>2018</strong><br />

3<br />

tangga, pengelolaan sampah padat dan<br />

pengelolaan limbah cair rumah tangga.<br />

Akan tetapi, berbagai tantangan besar masih<br />

menghambat pencapaian kebijakan tersebut,<br />

yaitu:<br />

1. Tidak adanya model penyediaan layanan<br />

yang terukur dan berkelanjutan. Berbagai<br />

jenis model diterapkan atas dasar<br />

mindset proyek sehingga ketika proyek<br />

berakhir, tidak ada adopsi dan replikasi<br />

yang dapat diterapkan<br />

untuk wilayah lainnya.<br />

2. Rendahnya<br />

kepemimpinan dan<br />

komitmen di<br />

kabupaten untuk<br />

memprioritaskan isu<br />

sanitasi dan perilaku<br />

higien. Banyaknya<br />

kompetisi program di<br />

tingkat nasional dan<br />

propinsi juga menenggelamkan isu<br />

sanitasi dan perilaku higien sehingga<br />

tidak menjadi prioritas di kabupaten.<br />

Meskipun sudah ada mekanisme<br />

desentralisasi, namun kapasitas<br />

pemangku kepentingan di tingkat<br />

kabupaten masih perlu ditingkatkan<br />

untuk penyediaan layanan dasar.<br />

3. Rendahnya kapasitas di tiap level yang<br />

bertanggungjawab dalam<br />

mengimplementasikan kebijakan<br />

nasional. Belum sinkron-nya program<br />

nasional dan kabupaten menciptakan<br />

tantangan besar dalam implementasi<br />

program sanitasi di daerah. Selain itu,<br />

sebagian besar program nasional kurang<br />

menekankan peningkatan kapasitas<br />

kelembagaan. Akibatnya, kapasitas untuk<br />

menginisiasi, memimpin, melaksanakan<br />

dan melanjutkan program sanitasi dan<br />

higien di pedesaan menjadi jauh<br />

berkurang.<br />

4. Ketidaksetaraan akses terhadap fasilitas<br />

sanitasi dan higien yang layak. Meskipun<br />

progres terhadap target nasional dan<br />

global sudah ada, namun<br />

Melalui pendekatan lintas<br />

sektor, SEHATI telah berhasil<br />

mendukung pemerintah di 7<br />

kabupaten dalam<br />

mengalokasikan anggaran<br />

sebesar Rp 13.650.142.000<br />

untuk sektor 5 pilar STBM<br />

per bulan Juni 2017.<br />

ketidaksetaraan geografi, sosiokultural<br />

dan ekonomi masih tetap ada.<br />

5. Sebagian besar program cenderung<br />

fokus pada membangun infrastruktur<br />

baru terutama pada pilar 1. Fokus<br />

program pemerintah sepertinya lebih<br />

mengarah pada kuantitas (jumlah<br />

sarana) daripada kualitas (penggunaan<br />

jangka panjang). Permintaan dan<br />

pengetahuan teknis di tingkat desa<br />

masih terbatas untuk<br />

memastikan apakah layanan<br />

dapat berfungsi dengan baik<br />

dan berkelanjutan.<br />

Capaian Program<br />

SEHATI<br />

Sejak tahun 2016, Simavi<br />

bersama lima mitra nasional<br />

yaitu Yayasan Dian Desa,<br />

Yayasan Plan International<br />

Indonesia, Yayasan Masyarakat<br />

Peduli, CD Bethesda YAKKUM dan Yayasan<br />

Rumsram bekerja untuk meningkatkan<br />

kapasitas pemerintah daerah agar mampu<br />

mengimplementasikan program 5 Pilar STBM<br />

dan memimpin serta melanjutkan program<br />

secara mandiri di 7 wilayah di Indonesia.<br />

Adapun 7 wilayah tersebut adalah Lombok<br />

Utara, Lombok Timur, Dompu, Sumba Tengah,<br />

Sumba Barat Daya, Manggarai Barat dan Biak<br />

Numfor.<br />

Melalui pendekatan lintas sektor, SEHATI<br />

telah berhasil mendukung pemerintah di 7<br />

kabupaten dalam mengalokasikan anggaran<br />

sebesar Rp 13.650.142.000 untuk sektor 5<br />

pilar STBM per bulan Juni 2017.<br />

Tak kalah penting, berbagai regulasi telah<br />

diterbitkan untuk memastikan bahwa 5 pilar<br />

STBM akan terus dilaksanakan oleh<br />

Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) terkait di<br />

tingkat kabupaten mulai dari Instruksi Bupati,<br />

Peraturan Bupati hingga Peraturan Daerah<br />

(Perda). Penguatan kapasitas tim STBM<br />

kabupaten dan/atau Kelompok Kerja Air<br />

Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja<br />

Disusun oleh Sekretariat <strong>Jejaring</strong> <strong>AMPL</strong> (www.jejaringampl.org). Tim: Herie Ferdian,Wiwit Heris, Indriany.<br />

Silakan kirim cerita Anda ke: jejaring.ampl@gmail.com


MARET <strong>2018</strong><br />

4<br />

<strong>AMPL</strong>) Kabupaten telah menghasilkan<br />

kemampuan fasilitasi, monitoring dan<br />

koordinasi bersama di tingkat desa. Bahkan,<br />

di 7 kabupaten dampingan SEHATI, POKJA<br />

<strong>AMPL</strong> Kabupaten telah berkomitmen untuk<br />

mereplikasi model implementasi 5 Pilar STBM<br />

ke 210 desa.<br />

Sebagai hasil dari intervensi ini, setidaknya<br />

hingga bulan Oktober 2017, SEHATI telah<br />

mengintervensi 464.284 jiwa untuk<br />

mengimplementasikan 5 pilar STBM di<br />

rumahnya. Akses sanitasi layak (JMP) di 7<br />

kabupaten sudah menunjukkan kemajuan<br />

dengan sekitar 49% rumah tangga sudah<br />

memiliki jamban layak, 18% rumah tangga<br />

dengan jamban tidak layak, 10% rumah<br />

tangga berbagi jamban dan 23% rumah<br />

tangga masih buang air besar sembarangan.<br />

Cakupan pilar 2 (cuci tangan pakai sabun)<br />

menunjukkan peningkatan sebanyak 7% yaitu<br />

masyarakat dampingan telah mulai<br />

menerapkan perilaku tersebut pada situasi –<br />

situasi yang tepat.<br />

Demikian juga untuk pilar 3 (pengelolaan air<br />

minum dan makanan rumah tangga) juga<br />

mengalami peningkatan sebanyak 4% rumah<br />

tangga sudah mampu mengelola air minum<br />

dan makanan secara aman<br />

dan penghuni rumah<br />

mengenal resiko jika air<br />

minum dan makanan tidak<br />

dikelola dengan baik.<br />

Di pilar 4 (pengolahan<br />

sampah rumah tangga)<br />

terdapat peningkatan 2%<br />

masyarakat melakukan<br />

pengumpulan sampah,<br />

memasukkannya ke dalam lubang terbuka,<br />

menimbun dengan tanah dan di sekitar<br />

rumah sudah tidak ada lagi sampah atau<br />

kotoran lain yang terlihat.<br />

Peningkatan yang signifikan terjadi pada Pilar<br />

5, peningkatan 11% masyarakat yang<br />

Mekanisme perencanaan dan<br />

penganggaran yang<br />

memadukan sistem bottom up<br />

dan top down terbukti efektif<br />

dalam penyusunan program<br />

sanitasi yang tepat sasaran<br />

dan berkesinambungan.<br />

mengelola limbah cair rumah tangga,<br />

dikumpulkan di satu tempat, dialirkan melalui<br />

saluran air dan mengalir ke tempat peresapan<br />

serta tidak ditemukan genangan air di sekitar<br />

rumah.<br />

Peluang Masa Mendatang<br />

Implementasi 5 Pilar STBM memerlukan<br />

pendekatan pemasaran sosial dengan<br />

memobilisasi penduduk dan meningkatkan<br />

permintaan fasilitas sanitasi yang lebih baik.<br />

Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan<br />

dan Dinas PUPR juga bisa menjadi agen<br />

perubahan untuk menjalankan program<br />

sanitasi berbasis masyarakat. Mekanisme<br />

perencanaan dan penganggaran yang<br />

memadukan sistem bottom up dan top down<br />

terbukti efektif dalam penyusunan program<br />

sanitasi yang tepat sasaran dan<br />

berkesinambungan.<br />

Sistem data perlu diperkuat. Pemerintah telah<br />

menunjukkan perhatiannya dalam<br />

mengembangkan program STBM melalui data<br />

STBM Smart. Sayangnya, aplikasi ini masih<br />

mengakomodasi pilar 1 saja. Pilar 2 hingga 5<br />

masih belum diwujudkan secara nyata dalam<br />

sistem monitoring nasional. Akibatnya banyak<br />

data capaian yang tidak terekam di tingkat<br />

propinsi dan nasional.<br />

Keterlibatan sektor swasta<br />

sangat penting untuk<br />

meningkatkan sistem sanitasi<br />

di pedesaan dan pinggiran. Di<br />

7 kabupaten SEHATI, telah<br />

dikembangkan teknologi dan<br />

pembiayaan inovatif dalam<br />

penyediaan fasilitas sanitasi<br />

dan air bersih. Teknologi dan<br />

pembiayaan inovatif ini disusun berdasarkan<br />

konteks lokal masing–masing wilayah dan<br />

kemampuan masyarakat setempat. Oleh<br />

karena itu, peran pemerintah menjadi sangat<br />

penting untuk mendukung akses pasar dan<br />

regulasi bagi sektor swasta yang terlibat.<br />

(Simavi/Angelina Yusridar)<br />

Disusun oleh Sekretariat <strong>Jejaring</strong> <strong>AMPL</strong> (www.jejaringampl.org). Tim: Herie Ferdian,Wiwit Heris, Indriany.<br />

Silakan kirim cerita Anda ke: jejaring.ampl@gmail.com


MARET <strong>2018</strong><br />

5<br />

Kiprah Duta Muda Duri Utara dalam Kampanye STBM dan<br />

Pengurangan Risiko Bencana<br />

Tim Sanitasi Total Berbasis Masyarakat<br />

(STBM) RW 02, Kelurahan Duri Utara,<br />

Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, tidak<br />

melulu beranggotakan orang dewasa, ada<br />

juga yang anak remaja. Mereka kebanyakan<br />

dari anggota Karang Taruna yang telah<br />

dinobatkan sebagai Youth Ambassador (Duta<br />

Muda). Duta Muda untuk isu sanitasi, PRB<br />

(Pengurangan Resiko<br />

Bencana), dan perubahan<br />

iklim. Seperti halnya Tim<br />

STBM mereka aktif<br />

melakukan pemicuan dan<br />

sosialisasi STBM.<br />

“Mereka dipilih selain<br />

karena aktif di Karang<br />

Taruna, komitmennya juga tinggi. Kami<br />

melatih mereka menjadi fasilitator,<br />

memberikan pembekalan untuk melakukan<br />

pemicuan, menyusun Rencana Tidak Lanjut<br />

(RTL), meningkatkan pengetahuan gender,<br />

pengetahuan disablitas dan inklusi, termasuk<br />

penerapan opsi teknologi. Merekalah yang<br />

memotori gerakan sosial di wilayah ini,” jelas<br />

Nelly Junita Simangunsong, Ketua Tim<br />

Program Urban STBM-Yayasan Tanggul<br />

Bencana Indonesia (YTBI).<br />

YTBI menjadi salah satu mitra Plan Indonesia<br />

dalam konsorsium program Bersama Perbaiki<br />

Sanitasi dan Higiene di Perkotaan (BERSIH),<br />

karena saat ini tengah melakukan program<br />

“Youth in Action for Urban Disaster Risk<br />

Reduction,” di wilayah Duri Utara. Terpilihnya<br />

YTBI sebagai anggota konsorsium BERSIH<br />

project adalah untuk mempermudah<br />

sinergitas program BERSIH terkait<br />

peningkatan kesadaran pentingnya 5 pilar<br />

STBM.<br />

“Semula mereka dibentuk untuk pengurangan<br />

resiko bencana di sekitar Duri Utara, terutama<br />

kebakaran rumah, bencana paling sering<br />

Youth Ambassador jelas<br />

merupakan agen perubahan di<br />

keluarganya, dan menjadi garda<br />

terdepan dalam gerakan<br />

perubahan perilaku.<br />

terjadi di wilayah ini. Sekarang isu ini<br />

diintegrasikan lagi dengan STBM dan<br />

Pengurangan Risiko Bencana” jelas Nelly.<br />

Beruntung bagi Nelly yang telah mendampingi<br />

anak-anak muda Duri Utara dalam Karang<br />

Taruna sejak dua tahun lalu, sehingga<br />

memudahkan dalam transfer keterampilan<br />

dan pengetahuan program BERSIH untuk<br />

dikerjakan bersama Youth<br />

Ambassador Duri Utara ini.<br />

Namun ini bukan berarti<br />

tidak ada tantangannya,<br />

apalagi “Youth” ini juga<br />

harus melakukan<br />

sosialisasi dan pemicuan<br />

pada orang dewasa. Salah<br />

satu Youth Ambassador, Muhammad Hilmi<br />

Musyafa, 19, menjelaskan bagaimana<br />

sulitnya dia melakukan pendekatan kepada<br />

para tetangga yang seumuran orangtuanya.<br />

“Saya dibilang, ih anak kecil nasihatin orang<br />

tua. Jadi saya harus sabar, begitu selalu yang<br />

diajarkan. Lain kalau dengan teman<br />

sepantaran, kan gampang kita langsung<br />

ngomong: Eh, lu kagak malu apa, masih<br />

buang sampah sembarangan. Atau masih<br />

buang kotorannya ke got. Jadi biasanya nanti<br />

ada obrolan panjang lagi,” jelas Hilmi. Senada<br />

juga diungkapkan oleh Erlangga Nur Pratama,<br />

17, dan Hendra Permana, 17. Menghadapi<br />

orang tua kadang membuat mereka berkecil<br />

hati, tapi hal tersebut makin menguatkan<br />

kesadaran para Duta Muda ini, betapa<br />

kebiasaan buruk memang telah<br />

mendarahdaging di kebanyakan warga.<br />

Sebagai generasi muda mereka tidak ingin<br />

seperti itu.<br />

“Pernah ada kejadian, dari atas (rumah)<br />

mereka melempar sampah ke got. Saya<br />

marah dong melihatnya. Buang sampah di<br />

sungai dan di got selain mencemari sungai<br />

Disusun oleh Sekretariat <strong>Jejaring</strong> <strong>AMPL</strong> (www.jejaringampl.org). Tim: Herie Ferdian,Wiwit Heris, Indriany.<br />

Silakan kirim cerita Anda ke: jejaring.ampl@gmail.com


MARET <strong>2018</strong><br />

6<br />

juga bisa bikin got mampet dan bikin banjir.<br />

Saya tegur keras, masa sudah tua tidak malu<br />

perilakunya masih buruk,” jelasnya.<br />

Agen Perubahan Dimulai Dari<br />

Keluarga<br />

Sehari-hari<br />

berkecimpung dengan<br />

STBM membuat para<br />

Youth Ambassador<br />

membawa<br />

“kesadarannya” ke<br />

kepada keluarganya,<br />

terutama orangtuanya.<br />

Mereka merasa malu,<br />

jika berkeliling<br />

menyerukan untuk<br />

bersanitasi yang baik<br />

tapi di rumah<br />

keluarganya masih berperilaku yang sama.<br />

Sementara Erlangga senang adiknya yang<br />

paling kecil justru yang paling “bawel” dalam<br />

mengingatkan orang tuanya untuk cuci<br />

tangan pake sabun sebelum makan.<br />

Beruntungnya baik Hendra, Erlangga, Savio<br />

dan juga Hilmi mempunyai orang tua yang<br />

mempunyai pikiran terbuka. Mau<br />

mendengarkan pendapat dan juga menerima<br />

pemikiran anaknya.<br />

Nelly mengatakan, Youth Ambassador jelas<br />

merupakan agen<br />

perubahan di<br />

keluarganya, dan<br />

menjadi garda terdepan<br />

dalam gerakan<br />

perubahan perilaku.<br />

“Paling efektif memang<br />

harus dimulai dari<br />

rumah, melalui anakanak,<br />

harus dari usia<br />

dini. Makanya kami juga<br />

melakukan sosialisasi<br />

dan pemicuan ke<br />

sekolah-sekolah, dengan harapan melalui<br />

mereka, anak-anak, kesadaran ini juga bisa<br />

terbawa sampai rumah, kepada orang tua<br />

yang mengambil keputusan atas segala hal,”<br />

tandas Nelly.<br />

*Plan Indonesia<br />

Air Bersih dan Kemiskinan<br />

Pengalaman dari Desa Cibadak, Bogor<br />

(Sebuah Torehan Pengalaman dari WinDevelopment)<br />

Kemiskinan terjadi karena kemampuan<br />

masyarakat pelaku ekonomi tidak sama,<br />

sehingga terdapat masyarakat yang tidak<br />

dapat ikut serta dalam proses pembangunan<br />

atau menikmati hasil pembangunan<br />

(Soegijoko, 2001).<br />

Kondisi kemiskinan di Desa Cibadak,<br />

Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor,<br />

Jawa Barat, diperparah oleh minimnya sarana<br />

air bersih. Kontur tanah yang miring, berbukit<br />

serta gersang kering menyebabkan langkanya<br />

sumber air bersih yang bisa diakses<br />

masyarakat, apalagi pada musim kemarau<br />

ketika kekeringan melanda.<br />

Efek beruntun dari kondisi tersebut adalah<br />

minimnya lahan yang dapat dimanfaatkan<br />

untuk produksi sumber pendapatan, sehingga<br />

arus urbanisasi penduduk usia produktif<br />

meningkat. Keadaan ini menimbulkan<br />

kerentanan lagi berupa kemiskinan<br />

Disusun oleh Sekretariat <strong>Jejaring</strong> <strong>AMPL</strong> (www.jejaringampl.org). Tim: Herie Ferdian,Wiwit Heris, Indriany.<br />

Silakan kirim cerita Anda ke: jejaring.ampl@gmail.com


MARET <strong>2018</strong><br />

7<br />

meningkat, kesehatan rendah, individualisme<br />

meningkat, dan konflik sosial pun menerpa<br />

kehidupan masyarakat.<br />

Persoalan kemiskinan mendera masyarakat<br />

sejak lama. Berbagai kebijakan dan program<br />

pembangunan telah diturunkan dengan<br />

tujuan mengurangi jumlah penduduk miskin.<br />

Berangkat dari pengamatan sosial tersebut,<br />

Pusat Pengkajian Politik dan<br />

Pengembangan Masyarakat<br />

Universitas Nasional (P4M-<br />

UNAS) bekerjasama dengan<br />

Yayasan Wahana Indonesia<br />

Membangun<br />

(WinDevelopment)<br />

berinisiatif dan tergerak<br />

melakukan program<br />

Pembangunan Sarana Air<br />

Bersih Berbasis Masyarakat.<br />

Kerjasama dua lembaga ini<br />

berhasil menyediakan sarana air bersih,<br />

dengan didukung pembentukan dan<br />

peningkatan kapasitas pengelola sarana air<br />

bersih.<br />

Pemilihan pendekatan intervensi<br />

pengentasan kemiskinan dengan<br />

pembangunan sarana air bersih sebagai<br />

intervensi awal bukanlah tanpa alasan. Dari<br />

penilaian kebutuhan (needs assessment)<br />

menunjukkan bahwa pokok persoalan yang<br />

dihadapi masyarakat adalah minimnya sarana<br />

air bersih. Ini berkontribusi pada pola hidup<br />

yang tidak sehat dan juga kemiskinan.<br />

Program ini direncanakan sebagai pilot<br />

project yang keberhasilannya dapat direplikasi<br />

sebagai model pemberdayaan desa di lokasi<br />

lain di Kabupaten Bogor.<br />

Tahapan pelaksanaan program adalah<br />

sebagai berikut:<br />

1. Survei Potensi Air dan Kelayakan<br />

Teknis<br />

Survei potensi air dan kelayakan teknis<br />

dilakukan November-Desember 2015.<br />

Tim P4M-UNAS dan WInDevelopment<br />

dibantu warga masyarakat desa mencari<br />

Pendekatan kolaboratif dalam<br />

program ini dengan pelibatan<br />

pemerintah daerah dan<br />

swasta, serta partisipasi<br />

masyarakat secara langsung,<br />

diyakini mampu memberikan<br />

jaminan keberlanjutan<br />

program<br />

sumber air di daerah Gunung Sungging,<br />

dan menemukan 3 mata air. Setelah itu<br />

dilakukan perencanaan teknis berupa<br />

pengukuran jalur pipa dan penentuan<br />

posisi untuk pembangunan bak pembagi,<br />

bak pelepas tekan dan bak reservoir.<br />

Hasilnya berupa gambar pengukuran<br />

topografi, kebutuhan perlengkapan serta<br />

perkiraan biaya. Hasil ini menjadi dasar<br />

penyusunan proposal<br />

kegiatan.<br />

2. Upaya Mencari Mitra<br />

Menggandeng mitra<br />

merupakan hal pelik dalam<br />

kegiatan ini. Terdapat<br />

pembagian peran dalam<br />

mencari mitra kerja. Tim<br />

P4M-UNAS mengirimkan<br />

proposal ke beberapa pihak,<br />

mulai dari instansi pemerintah, lembaga<br />

donor hingga perusahaan swasta. Tim<br />

juga melakukan presentasi program di<br />

hadapan sejumlah pihak untuk<br />

menjelaskan detail tentang program ini.<br />

Hal ini dilakukan sepanjang tahun 2016<br />

hingga 2017.<br />

Program dipresentasikan kepada<br />

Pemerintah Kabupaten Bogor, melalui<br />

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan<br />

Pemerintah Desa (BPMPD), dan<br />

menghasilkan sebuah Nota<br />

Kesepahaman/Memorandum of<br />

Understanding (MoU) antara Universitas<br />

Nasional dengan Pemerintah Kabupaten<br />

Bogor per 23 Februari 2016. Berbekal<br />

MOU ini mulai bisa dilakukan upaya<br />

untuk menjalin kerjasama kemitraan.<br />

Terdapat dua perusahaan yang berminat<br />

membantu, yaitu PT Duta Wahana Jaya<br />

Rucika yang memberikan bantuan dalam<br />

bentuk barang (pipa dan aksesorisnya)<br />

dan PT Bangun Panca Sarana Abadi<br />

(BPSA) yang memberikan bantuan dalam<br />

bentuk dana pembangunan sarana fisik<br />

seperti bak pembagi dan bak reservoir.<br />

Disusun oleh Sekretariat <strong>Jejaring</strong> <strong>AMPL</strong> (www.jejaringampl.org). Tim: Herie Ferdian,Wiwit Heris, Indriany.<br />

Silakan kirim cerita Anda ke: jejaring.ampl@gmail.com


MARET <strong>2018</strong><br />

8<br />

3. Penyiapan Masyarakat<br />

Program ini mensyaratkan adanya<br />

partisipasi dan peran serta masyarakat<br />

dalam proses pembangunan, dan hal ini<br />

sejalan dengan persyaratan yang diminta<br />

para mitra. Dalam mewujudkan<br />

partisipasi masyarakat, Tim P4M-UNAS<br />

dan WinDevelopment melakukan<br />

beberapa kali pertemuan warga untuk<br />

menjelaskan rencana program. Setelah<br />

itu tim memfasilitasi diskusi untuk<br />

meminta bentuk partisipasi dan<br />

masyarakat. Setelah itu dibentuklah<br />

suatu Panitia Pembangunan Air Bersih<br />

(PPAB) yang berasal dari warga desa.<br />

4. Proses Pembangunan Sarana Fisik<br />

Proses pembangunan dimulai dengan<br />

pembuatan broncapturing di mata air.<br />

Fungsi broncapturing adalah untuk<br />

menjaga dan mengumpulkan mata air<br />

agar tidak tersebar ke area lain serta<br />

untuk menjaga kebersihan mata air.<br />

Terdapat 2 mata air yang dibangun<br />

broncapturing.<br />

Pembangunan bak pelepas tekan (kiri) dan bak reservoir (kanan)<br />

kontribusi warga serta pemerintah dalam<br />

pembangunan Sarana Air Bersih.<br />

Setelah beberapa kali musyawarah,<br />

akhirnya dicapailah suatu kesepakatan<br />

bahwa kontribusi warga desa pada<br />

program pembangunan sarana air bersih<br />

diwujudkan dalam bentuk tenaga dan<br />

juga iuran dana untuk konsumsi selama<br />

proses pembangunan. Diputuskan juga<br />

besar iuran warga per KK adalah sebesar<br />

Rp 75.000. Pemerintah Desa<br />

berkontribusi dalam bentuk dana<br />

pembangunan sarana fisik. Butir-butir<br />

kesepakatan dituangkan dalam sebuah<br />

nota kesepahaman antara P4M-UNAS<br />

dengan Pemerintah Desa Cibadak per 22<br />

September 2017.<br />

Sistem pengelolaan air bersih disepakati<br />

akan menggunakan sistem meteran<br />

sambungan rumah, karena dinilai lebih<br />

menciptakan rasa keadilan dan<br />

meminimalisir masalah sosial di<br />

Pembangunan berikutnya adalah bak<br />

pengumpul dan pembagi yang berjarak<br />

80 m dari broncapturing. Bak pembagi<br />

dibuat dalam 3 sekat ruang yang<br />

bertujuan untuk pengumpulkan dan<br />

menyaring air agar lebih bersih. Setelah<br />

bak pembagi, dibuat bak pelepas tekan<br />

untuk mengurangi tekanan air akibat<br />

perbedaan ketinggian.<br />

Sarana bangunan sipil terakhir yang<br />

dibangun adalah bak penampung<br />

(reservoir) utama dengan kapasitas<br />

22.000 liter. Reservoir utama terletak di<br />

dusun Belender, mampu melayani 2<br />

dusun yakni dusun Rawasadang dan<br />

dusun Sagatan yang mencakup 225<br />

Sambungan Rumah (SR). Ditambah juga<br />

dibangun jalur pipa untuk reservoir lain di<br />

Desa Sukasabar yang melayani dusun<br />

Sukasabar mencakup 42 SR, termasuk<br />

sebagian warga dusun Tegalaja. Bak<br />

reservoir ini dibangun melalui swadaya<br />

Disusun oleh Sekretariat <strong>Jejaring</strong> <strong>AMPL</strong> (www.jejaringampl.org). Tim: Herie Ferdian,Wiwit Heris, Indriany.<br />

Silakan kirim cerita Anda ke: jejaring.ampl@gmail.com


MARET <strong>2018</strong><br />

9<br />

warga dusun tersebut. Setelah beberapa<br />

sarana fisik bangunan sipil terbangun,<br />

barulah panitia pembangunan memulai<br />

proses pemasangan jalur pipa.<br />

Proses selanjutnya adalah pemasangan<br />

meteran sambungan rumah. Dalam<br />

pemasangan meteran ini, warga harus<br />

registrasi dulu dengan membayar biaya<br />

pemasangan dan cicilan meteran. Proses<br />

pemasangan meteran dilakukan oleh<br />

pengurus BPAB.<br />

5. Pembentukan Badan Pengelola Air<br />

Bersih (BPAB)<br />

Secara bersamaan saat proses<br />

konstruksi berjalan, fasilitator P4M-UNAS<br />

dan WinDevelopment mempersiapkan<br />

kelembagaan pengelola sarana, yang<br />

dinamai dengan Badan Pengelola Air<br />

Bersih (BPAB). Badan ini bertugas<br />

membentuk sistem pengelolaan air<br />

bersih.<br />

Kegiatan pertama yang dilakukan<br />

pengurus BPAB adalah studi banding ke<br />

Desa Kiara Sari, Kecamatan Cigudeg,<br />

Kabupaten Bogor pada tanggal 21<br />

Januari <strong>2018</strong>. Difasilitasi oleh tim P4M<br />

UNAS dan WInDevelopment, para<br />

pengurus BPAB bertukar pikiran dengan<br />

pengelola sarana air bersih di Desa Kiara<br />

Sari.<br />

6. Rencana Tindak Lanjut<br />

Untuk mendukung keberlanjutan<br />

pengelolaan Sarana Air Bersih diperlukan<br />

regulasi. Oleh karena itu proses<br />

identifikasi isu pengelolaan air,<br />

kemampuan membayar, identifikasi<br />

lembaga–lembaga di desa terkait<br />

penyusunan regulasi desa dan<br />

identifikasi peraturan yang sudah ada<br />

sedang dilakukan untuk mendukung<br />

proses pembuatan Perdes Pengelolaan<br />

SAB. Penyusunan Perdes ini akan<br />

dilakukan secara partisipatif. Selain isu<br />

regulasi, rencana tindak lanjut berikutnya<br />

adalah program sanitasi.<br />

Pendekatan kolaboratif dalam program ini<br />

dengan pelibatan pemerintah daerah dan<br />

swasta, serta partisipasi masyarakat secara<br />

langsung, diyakini mampu memberikan<br />

jaminan keberlanjutan program, sehingga<br />

tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatnya<br />

derajat kesehatan dan produktifitas<br />

masyarakat di Desa Cibadak, melalui akses<br />

yang berkelanjutan terhadap air bersih dan<br />

sanitasi yang layak dapat terwujud.<br />

*WIN Development (AP/DHS/AH)<br />

Sekretariat <strong>Jejaring</strong> Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (<strong>AMPL</strong>)<br />

Menteng Square Apartment, Tower B, 22th floor No. 11<br />

Jl. Matraman Raya No 30E<br />

Jakarta Pusat 10430<br />

Email: info@jejaringampl.org, jejaring.ampl@gmail.com<br />

Disusun oleh Sekretariat <strong>Jejaring</strong> <strong>AMPL</strong> (www.jejaringampl.org). Tim: Herie Ferdian,Wiwit Heris, Indriany.<br />

Silakan kirim cerita Anda ke: jejaring.ampl@gmail.com

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!