25.11.2018 Views

NASKAH + COVER PDF

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Umar Hafidz Asy’ari Hasbullah<br />

Rizki Bhakti Pertiwi<br />

Nur Khikmah<br />

Dewi Novita<br />

PARIJOTO<br />

Pekalongan - Indonesia


PARIJOTO<br />

Umar Hafidz Asy’ari Hasbullah, dkk<br />

Copyright © 2018 PENERBIT NEM<br />

ISBN : 978-602-5737-26-8<br />

Cetakan Pertama : Oktober 2018<br />

Editor<br />

Lay Out<br />

Tata Isi<br />

Pracetak<br />

: Moh. Nasrudin<br />

: Tim Penerbit<br />

: Tim Penerbit<br />

: Tim Penerbit<br />

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau<br />

seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.<br />

Sanksi Pelanggaran Pasal 72 :<br />

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta<br />

1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan<br />

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 49<br />

Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing<br />

paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1. 000.<br />

000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)<br />

tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5. 000. 000. 000,00 (lima<br />

miliar rupiah).<br />

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,<br />

atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran<br />

hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)<br />

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau<br />

denda paling banyak Rp. 500. 000. 000,00 (lima ratus juta rupiah).<br />

Diterbitkan dan dicetak oleh:<br />

PT. NASYA EXPANDING MANAGEMENT<br />

Perum. Puri Sejahtera Asri 2 Wangandowo, Blok F3, Bojong - Pekalongan, 51156<br />

Telp. (0285) 435833, Mobile: 0853-2521-7257<br />

www. penerbitnem. com / nasyaexpanding@gmail. com<br />

ii


Kata Pengantar<br />

Saat ini telah banyak muncul penyakit degeneratif yang<br />

menyerang masyarakat dunia. Penyakit ini terjadi karena<br />

pengaruh pola makan dalam diet keseharian seseorang yang salah.<br />

Banyaknya makanan yang mengandung senyawa karsinogenik<br />

yang muncul karena proses pengolahan yang tidak benar. Selain itu<br />

konsumsi kalori yang tinggi dari karbohidrat dan lemak dapat<br />

memicu munculnya penyakit tersebut. Penyakit degeneratif yang<br />

banyak muncul di masyarakat ialah diabetes, penyakit jantung<br />

koroner, stroke, dan kanker. Meskipun demikian konsumsi herbal<br />

dari tanaman yang tumbuh di Indonesia telah terbukti mampu<br />

mengobati dan menurunkan risiko terjadinya penyakit tersebut.<br />

Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan<br />

biodiversitas. Sehingga potensi ini menjadi kekayaan alam yang<br />

harus dioptimalkan untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.<br />

Parijoto merupakan tanaman unik yang ditemukan di Indonesia.<br />

Parijoto telah dipercaya masyarakat mempunyai khasiat<br />

kesehatan. Tanaman ini banyak tumbuh liar di dalam hutan<br />

pegunungan Muria Kudus Jawa Tengah. Selama ini belum terdapat<br />

ulasan lengkap yang menyajikan rahasia dibalik parijoto.<br />

Buku ini akan mengulas karakteristik parijoto. Selain itu<br />

berbagai kandungan senyawa bioaktif dan manfaatnya akan<br />

dikupas tuntas dan jelas. Selain itu, juga kami paparkan aneka<br />

olahan dari parijoto. Penyajian ulasan kami sajikan dengan bahasa<br />

yang sederhana dan mudah dimengerti pembaca. Harapan kami,<br />

buku ini dapat menambah ilmu dan wawasan pembaca. Kami juga<br />

mengharap akan semakin banyak ide untuk mengembangkan<br />

parijoto kedepannya.<br />

iii


Penulis menyampaikan terimakasih kepada Program Studi<br />

Teknologi Pangan Universitas PGRI Semarang yang telah<br />

menyediakan fasilitas laboratorium untuk melakukan formulasi<br />

dan pembuatan aneka produk olahan parijoto. Penulis menyadari<br />

dalam penyusunan buku ini masih banyak kekurangan. Oleh<br />

karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan dan saran<br />

untuk menyempurnakan buku ini. Atas perhatiannya terimakasih.<br />

Semarang, September 2018<br />

PENULIS<br />

iv


Daftar Isi<br />

HALAMAN SAMPUL __ i<br />

KATA PENGANTAR __ iii<br />

DAFTAR ISI __ v<br />

BAB 1 SEPUTAR PARIJOTO<br />

A. Taksonomi __ 1<br />

B. Lokasi Tumbuh __ 2<br />

C. Karakteristik Parijoto __ 3<br />

BAB 2 KANDUNGAN GIZI PARIJOTO<br />

A. Komposisi Proksimat __ 9<br />

B. Deskripsi Kandungan Gizi __ 9<br />

BAB 3 SENYAWA BIOAKTIF DAN MANFAAT PARIJOTO<br />

A. Kandungan Senyawa Bioaktif __ 11<br />

B. Dampak terhadap Gula Darah __ 15<br />

C. Dampak terhadap Kanker __ 18<br />

D. Antioksidan __ 20<br />

E. Antihipertensi dan Antiobesitas __ 28<br />

F. Antimikrobia __ 31<br />

G. Penggunaan Parijoto untuk Obat Tradisional __ 33<br />

BAB 4 TEKNOLOGI PENGOLAHAN PARIJOTO<br />

A. Kismis Parijoto __ 37<br />

B. Minuman Sari Buah Parijoto __ 39<br />

C. Jelly Drink Parijoto __ 41<br />

v


D. Dodol Parijoto __ 44<br />

E. Sirup Parijoto __ 46<br />

F. Analisis Ekonomi Produk __ 48<br />

DAFTAR PUSTAKA __ 57<br />

RIWAYAT PENULIS<br />

vi


Parijoto<br />

Bab 1<br />

SEPUTAR PARIJOTO<br />

A. Taksonomi<br />

Menurut The International Plant Names Index, Parijoto<br />

memiliki detail nama Melastomataceae Medinilla javanensis Blume<br />

(IPNI, 2018). Tanaman ini merupakan keluarga Melastomataceae<br />

(JSTOR, 2018). Nama latin parijoto terdapat bemacam-macam<br />

diantaranya Medinilla javanensis, Menidilla verrucosa, Medinilla<br />

speciose (MNHN, 2018). Taksonomi tanaman parijoto sebagai<br />

berikut (Sidiq dan Mumpuni, 2014):<br />

Kingdom<br />

Divisi<br />

Kelas<br />

Ordo<br />

Famili<br />

Genus<br />

Spesies<br />

: Plantae<br />

: Magnoliophyta<br />

: Magnoliopsida<br />

: Myrtales<br />

: Melastomataceae<br />

: Medinilla<br />

: Medinilla javanensis (Bl. ) Bl.<br />

Medinilla verrucosa (Bl. ) Bl.<br />

Medinilla speciosa<br />

1


Seputar Parijoto<br />

(a) (b) (c)<br />

Gambar 1.1 Tanaman parijoto (a) Medinilla speciosa; (b) Medinilla<br />

javanensis; (c) Medinilla verrucosa. Sumber: Hanum dkk. (2017).<br />

B. Lokasi Tumbuh<br />

Parijoto tumbuh di daerah pegunungan dengan udara<br />

dingin dan intensitas matahari yang cukup. Daerah hutan yang<br />

mengelilingi gunung merupakan tempat tumbuh yang subur dari<br />

parijoto. Ketinggian tempat tumbuhnya diatas 1000 meter diatas<br />

permukaan laut. Tanaman ini akan berbunga pada musim panas<br />

sekitar bulan November hingga Januari. Buah parijoto akan<br />

matang sekitar bulan Maret sampai Mei.<br />

Indonesia merupakan salah satu negara yang ditumbuhi<br />

parijoto. Wilayah di Indonesia yang ditumbuhi parijoto antara lain<br />

di Pegunungan Muria Kudus, area sekitar Gunung Merapi Jawa<br />

Tengah, sekitar Gunung Ungaran Jawa Tengah, Dataran Tinggi<br />

Dieng Jawa Tengah, Gunung Andong Magelang dan pulau<br />

Kalimantan. Tanaman ini juga tumbuh di Filipina, Malaysia,<br />

Romania, Afrika dan Australia utara.<br />

2


Parijoto<br />

Gambar 1.2 Parijoto yang tumbuh dalam hutan di Pegunungan Muria<br />

Kudus Jawa Tengah. Sumber: Dokumentasi pribadi.<br />

C. Karakteristik Parijoto<br />

Ketiga spesies parijoto tersebut menunjukkan perbedaan<br />

pada karakteristik morfologinya (Gambar 1.1 & Tabel 1.1).<br />

Tanaman parijoto memiliki bunga dan buah yang indah dan<br />

berwarna mencolok. Tangkai bunga cenderung pendek dan bunga<br />

membentuk malai yang rapat, bercabang-cabang, menjuntai<br />

3


Seputar Parijoto<br />

panjang kebawah, berwarna merah. Bunga parijoto bergerombol<br />

berwarna merah muda. Sedangkan buahnya berwarna pink ketika<br />

masih muda, namun ketika tua menjadi berwarna merah sampai<br />

ungu gelap.<br />

Parijoto ini termasuk tanaman semak yang memiliki<br />

batang tegak yang dapat tumbuh hingga lebih dari 3 meter. Daun<br />

parijoto berbentuk oval dengan permukaan agak bergelombang.<br />

Daun ini memiliki permukaan mengkilap berwarna hijau tua serta<br />

lebar dengan ujung meruncing dan pangkal tumpul. Tulang daun<br />

berjumlah lima atau tujuh. Jumlah daun dalam satu nodus<br />

berjumlah dua hingga lima.<br />

Tabel 1.1 Karakteristik Parijoto<br />

4<br />

Karakteristik<br />

Medinilla<br />

speciosa<br />

Medinilla<br />

javanensis<br />

Medinilla<br />

verrucosa<br />

Morfologi buah<br />

Diameter buah (cm) 0,8 0,7 0,3<br />

Warna buah mentah pink pink pink<br />

Warna buah masak umgu gelap merah gelap ungu gelap<br />

Warna daging buah putih putih putih<br />

Morfologi bunga<br />

Tipe bunga tak terbatas tak terbatas tak terbatas<br />

Panjang tangkai majemuk majemuk<br />

Jumlah mahkota 5 4 4<br />

Panjang mahkota (cm) 3 2,8 1,7<br />

Lebar mahkota (cm) 3 2,8 1,7<br />

Warna mahkota merah oranye putih putih<br />

Jumlah benangsari 8 10 10<br />

Panjang benangsari<br />

0,7 3 1,2<br />

(cm)<br />

Warna benangsari ungu ungu ungu<br />

Jumlah putik 4 4 4<br />

Panjang putik (cm) 0,2 0,5 0,3


Parijoto<br />

Warna putik kuning kuning kuning<br />

Morfologi daun<br />

Jumlah daun persimpul 3 2 5<br />

(helai)<br />

Tulang daun 5 5 3<br />

Ujung daun lancip lancip lancip<br />

Dasar daun bulat bulat bulat<br />

Panjang daun (cm) 27 23 12<br />

Lebar daun (cm) 15 12 5,5<br />

Permukaan daun<br />

mengkilap mengkilap mengkilap<br />

bagian atas<br />

Warna permukaan atas hijau tua hijau tua hijau tua<br />

daun<br />

Permukaan bawah mengkilap mengkilap mengkilap<br />

daun<br />

Warna permukaan<br />

bawah daun<br />

keputihan<br />

hijau muda<br />

keputihan<br />

hijau muda<br />

lhijau muda<br />

keputihan<br />

Morfologi batang<br />

Tinggi batang (m) 3,5 3 1,2<br />

Diameter batang (cm) 24 19 6,5<br />

Jumlah cabang 3 2 2<br />

Bentuk batang bulat persegi<br />

bulat<br />

empat<br />

Tekstur batang<br />

kasar dan halus<br />

kasar<br />

pecah-pecah<br />

Warna batang<br />

coklat keabuabuan<br />

hijau muda<br />

kecoklatan<br />

coklat muda<br />

keabu-abuan<br />

Sumber: Hanum dkk. (2017)<br />

5


Seputar Parijoto<br />

Gambar 1.3 Buah parijoto. Sumber: Dokumentasi pribadi.<br />

Gambar 1.4 Batang tanaman parijoto. Sumber: Dokumentasi pribadi.<br />

6


Parijoto<br />

Gambar 1.5 Daun tanaman parijoto. Sumber: Dokumentasi pribadi.<br />

Gambar 1.6 Tanaman parijoto. Sumber: Dokumentasi pribadi.<br />

↜oOo↝<br />

7


Seputar Parijoto<br />

8


Akuntansi Perhotelan<br />

Bab 2<br />

KANDUNGAN GIZI PARIJOTO<br />

A. Komposisi Proksimat<br />

Tabel 2.1 Kandungan proksimat buah parijoto selama<br />

pematangan buah.<br />

Unsur zat gizi<br />

Kandungan (%)*<br />

1 bulan 2 bulan 3 bulan<br />

Air 14,06 14,27 13,7<br />

Lemak 1,37 1,3 1,37<br />

Protein 7,89 9,17 7,74<br />

Abu 5,2 5,19 4,48<br />

Karbohidrat 85,54 84,34 86,44<br />

Sumber: Ameliawati (2018). * kandungan dalam % basis kering, kecuali air<br />

dalam % basis basah.<br />

B. Deskripsi Kandungan Gizi<br />

Kandungan gizi buah parijoto disajikan dalam Tabel 2.1.<br />

Selama pematangan buah parijoto terjadi perubahan komposisi<br />

9


Kandungan Gizi Parijoto<br />

zat gizi. Ameliawati (2018) memaparkan bahwa perubahan<br />

komposisi proksimat selama pematangan buah parijoto tidak<br />

berubah drastis. Kandungan proksimat terdiri dari kadar air, abu,<br />

lemak, protein dan karbohidrat. Persentase kandungan air dalam<br />

buah parijoto menunjukkan bahwa buah ini memiliki air yang<br />

relatif sedikit. Kalau dimakan langsung, maka hanya akan sedikit<br />

didapatkan cairan yang dapat diserap. Kandungan karbohidrat<br />

dalam buah parijoto sangat tinggi. Diduga sebagaian besar<br />

karbohidrat ini berupa serat. Hal ini dapat dirasakan ketika<br />

memakan buah parijoto akan berasa tekstur sangat berserat<br />

ketika dikunyah. Sedikitnya kandungan air dan tingginya kadar<br />

karbohidrat yang berupa serat menyebabkan buah parijoto<br />

memiliki tekstur buah yang cenderung keras. Buah parijoto<br />

memiliki daging buah yang tipis dan banyak biji didalamnya.<br />

Kandungan lemak dalam buah parijoto sangat sedikit.<br />

Lemak umumnya bisa menjadi prekusor aroma pada buah. Hal ini<br />

mungkin juga membuat aroma dari buah parijoto tidak ada.<br />

Kandungan protein dalam buah parijoto lebih besar dari lemak.<br />

Komponen protein dan lemak ini menjadi bahan untuk menyusun<br />

lapisan lipoprotein dalam sel dan jaringan buah. Kandungan abu<br />

dalam buah parijoto menunjukkan kandungan mineral dalam<br />

buah.<br />

↜oOo↝<br />

10


Parijoto<br />

Bab 3<br />

SENYAWA BIOAKTIF DAN MANFAAT PARIJOTO<br />

A. Kandungan Senyawa Bioaktif<br />

Buah parijoto terbukti memiliki kandungan senyawa<br />

bioaktif yang berupa senyawa flavonoid, saponin, glikosida, dan<br />

tannin (Tussanti dkk., 2014; Wachidah, 2013). Kandungan<br />

senyawa bioaktif secara kualitatif terdeteksi pada ekstrak kasar,<br />

fraksi etil asetat dan methanol (Tabel 3.1). Uji kualitatif flavonoid<br />

dilakukan dengan menggunakan metode Wilstatter Cyanidin,<br />

saponin dengan metode Forth, glikosida dengan metode Keller-<br />

Kiliani, tannin dengan metode Feri Klorida, alkaloid dengan<br />

Dragendorff-Mayer, antrakuinon dengan metode Borntrager’s.<br />

Kandungan senyawa fenol dan flavonoid buah parijoto<br />

tersaji dalam Tabel 3.2. Wachidah (2013) melaporkan bahwa<br />

ekstrak kasar buah parijoto memiliki kandungan senyawa fenol<br />

yang lebih besar dari pada ekstrak fraksi n-heksan dan methanol.<br />

Sedangkan ekstrak fraksi etil asetat lebih tinggi daripada ekstrak<br />

kasar. Kandungan senyawa flavonoid ekstrak kasar buah parijoto<br />

lebih besar daripada fraksi n-heksan. Meskipun demikian, fraksi<br />

11


Senyawa Bioaktif dan Manfaat Parijoto<br />

methanol dan etil asetat lebih tinggi dari ekstrak kasar.<br />

Kandungan kuantitatif senyawa fenol dianalisis dengan metode<br />

Folin-Ciocalteu (Orak, 2007). Sedangkan kandungan kuantitatif<br />

senyawa flavonoid dianalisis dengan metode AlCl 3 (Zou et al.,<br />

2004).<br />

Tabel 3.1 Uji fitokimia kualitatif ekstrak buah parijoto<br />

Hasil uji<br />

Senyawa Ekstrak<br />

kasar<br />

fraksi n-<br />

heksan<br />

fraksi etil<br />

asetat<br />

fraksi<br />

metanol<br />

Flavonoid ++ - ++ ++<br />

Saponin ++ - + +<br />

Glikosida + - + ++<br />

Tannin +++ - +++ +++<br />

Alkaloid - - - -<br />

Antrakuinon - - - -<br />

Sumber: Wachidah, (2013). Keterangan: (-) negatif; (+) sedikit reaksi; (++)<br />

sedang; (+++) banyak.<br />

Tabel 3.2 Kandungan fenol dan flavonoid parijoto pada beberapa<br />

fraksi pelarut<br />

Sampel ekstrak parijoto<br />

Total Fenol<br />

Total Flavonoid<br />

(mg GAE/g ekstrak) (mg RE/g ekstrak)<br />

Ekstrak kasar 408 156<br />

Ekstrak fraksi n-heksan 86 82<br />

Ekstrak fraksi etil asetat 580 184<br />

Ekstrak fraksi metanol 388 164<br />

Sumber: Wachidah (2013). GAE: Gallic Acid Equivalen; RE: Rutin<br />

Equivalen<br />

12


Parijoto<br />

Selama perkembangan buah parijoto terjadi perubahan<br />

kandungan total senyawa fenol dan antosianin (Tabel 3.3).<br />

Ameliawati (2018) memaparkan bahwa terjadi perubahan<br />

kandungan senyawa fenol yang cenderung menurun selama<br />

pematangan buah parijoto. Dimungkinkan hal ini terjadi karena<br />

senyawa fenol berubah menjadi senyawa lain. Kandungan<br />

antosianin dalam buah parijoto meningkat selama pematangan<br />

buah. Perubahan ini nampak secara kasat mata dengan<br />

berubahnya warna merah jingga pada bulan pertama menjadi<br />

ungu tua ketika bulan ketiga. Antosianin merupakan pigmen yang<br />

memberikan warna merah hingga ungu pada tanaman termasuk<br />

buah.<br />

Tabel 3.3 Kandungan fenol dan antosianin parijoto selama<br />

pematangan buah<br />

Umur panen<br />

Total Fenol<br />

Total Antosianin<br />

(mg GAE/g ekstrak)<br />

(mg/g ekstrak)<br />

1 bulan 275,13 0,57<br />

2 bulan 240,28 1,43<br />

3 bulan 266,79 1,6<br />

Sumber: Ameliawati (2018). GAE: Gallic Acid Equivalen<br />

Senyawa fenol memiliki karakteristik larut dalam air dan<br />

pelarut organik lain seperti alkohol, khloroform, ether, gliserol,<br />

karbon disulfida, dan petrolatum. Senyawa ini umumnya<br />

merupakan komponen aktif dalam antiseptik dan desinfektan.<br />

Fenol memiliki kemampuan anti mikroorganisme termasuk jamur<br />

dan virus. Meskipun demikian tidak efektif terhadap spora. Aroma<br />

13


Senyawa Bioaktif dan Manfaat Parijoto<br />

fenol dideskripsikan distinct aromatik, berbau manis dan asam<br />

yang membuat mual. Aroma ini terdeteksi pada konsentrasi 0,5<br />

sampai 5 ppm. Rasa fenol dideskripsikan burn taste yang tajam.<br />

Namun ketika terlarut dalam konsentrasi yang sangat rendah<br />

busa berubah menjadi manis (NCBI, 2018).<br />

Senyawa flavonoid merupakan senyawa bioaktif yang larut<br />

dalam air. Senyawa ini banyak ditemukan dalam pangan dari<br />

tanaman seperti buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, kakao,<br />

dan teh. Flavonoid terdiri dari beberapa grup diantaranya flavon,<br />

flavonol, flavonon, isoflavon, antosianin, dan kalkon. Flavonoid<br />

berperan terhadap aroma dan warna pada bunga, membantu<br />

penyerbukan dan perkembangan biji pada buah, senyawa ini<br />

berfungsi untuk melindungi tanaman terhadap stress biotik dan<br />

abiotik serta penyaring dari radiasi sinar ultraviolet. Selain itu<br />

sebagai sinyal alelopati, fitoaleksin, agen detoksifikasi dan<br />

antimikrobia. Flavonoid terbukti memberikan dampak positif bagi<br />

kesehatan. Senyawa ini digunakan untuk terapi dan kemoprevensi<br />

penyakit. Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan, aktivitas<br />

penangkapan radikal bebas, pencegahan terhadap penyakit<br />

jantung coroner, hepatoprotektif, antiinflamasi, antikanker, dan<br />

antivirus(Panche et al., 2016; Kumar dan Pandey, 2013).<br />

Senyawa antosianin memberikan pigmentasi warna pada<br />

buah dan sayuran. Antosianin memberikan spektrum warna<br />

merah sampai biru yang tajam. Senyawa ini bersifat larut dalam<br />

air. Senyawa ini merupakan sumber antioksidan yang potensial.<br />

Antosianin terbukti mempunyai peranan sebagai anti-inflamasi,<br />

anti-kangker, mencegah penyakit kardiovaskuler, mengontrol<br />

obesitas, menurunkan prevalensi diabetes. Antosianin terserap<br />

14


Parijoto<br />

dalam lambung dan usus kecil (Miguel, 2011; He and Giusti, 2010;<br />

Pereira et al., 2009).<br />

B. Dampak terhadap Gula Darah<br />

Febrilian dan Pujiastuti (2017) melaporkan bahwa ekstrak<br />

parijoto mampu menurunkan kadar gula darah hewan coba<br />

hiperglikemia (Tabel 3.4). Kondisi hiperglikemia dibuat dengan<br />

memberikan beban sukrosa dengan dosis 5,625 g/kg BB. Hewan<br />

coba yang dipakai ialah tikus wistar. Hewan coba dipuasakan 16<br />

jam dan diukur gula darahnya. Gula darah puasa semua hewan<br />

coba normal karena dibawah 110 mg/dl. Hewan coba yang tidak<br />

diberikan treatmen dan tidak dibebani sukrosa memiliki gula<br />

darah yang normal sampai akhir. Pemberian beban sukrosa pada<br />

hewan coba menyebabkan gula darah naik sampai diatas 130<br />

mg/dl sehingga mengalami hiperglikemia. Hewan coba<br />

hiperglikemia yang tidak diberikan ekstrak parijoto mengalami<br />

penurunan respon gula darah yang sangat kecil pada satu jam<br />

pertama. Satu jam berikutnya mengalami penurunan namun<br />

masih diatas ambang normal. Pemberian ekstrak perijoto pada<br />

hewan coba hiperglikemia terbukti menurunkan respon gula<br />

darah secara signifikan hingga kadar normal.<br />

15


Senyawa Bioaktif dan Manfaat Parijoto<br />

Tabel 3.4 Respon gula darah akibat pemberian ekstrak parijoto<br />

pada tikus coba yang dibebani sukrosa<br />

Treatment<br />

dengan<br />

ekstrak<br />

parijoto<br />

Tanpa<br />

ekstrak dan<br />

tanpa bebab<br />

sukrosa<br />

Tanpa<br />

ekstrak<br />

dengan<br />

bebab<br />

sukrosa<br />

Ekstrak<br />

parijoto<br />

dosis<br />

50mg/200g<br />

BB<br />

Ekstrak<br />

parijoto<br />

dosis<br />

100mg/200g<br />

BB<br />

Ekstrak<br />

parijoto<br />

dosis<br />

200mg/200g<br />

BB<br />

puasa<br />

16<br />

jam<br />

60<br />

menit<br />

setelah<br />

dibebani<br />

sukrosa<br />

Kadar gula darah (mg/dl)<br />

30 60 90<br />

menit menit menit<br />

setelah setelah setelah<br />

induksi induksi induksi<br />

parijoto parijoto parijoto<br />

120<br />

menit<br />

setelah<br />

induksi<br />

parijoto<br />

80,5 80,8 82 84,3 89 95,3<br />

91 139,5 131,8 132 119 112,8<br />

93 132,8 113,5 106 97 100,8<br />

72,3 134,8 109,5 102,5 97,5 90,8<br />

75,8 132,8 117,8 108 106,5 95,8<br />

Sumber: Febrilian dan Pujiastuti (2017)<br />

16


Parijoto<br />

Tabel 3.5 Respon gula darah pada pemberian ekstrak parijoto<br />

pada tikus coba diabetes<br />

Treatment<br />

Kadar Gula Darah (mg/dl)<br />

Post Aloksan Pots Perlakuan Perubahan<br />

Kelompok CMC 0,5<br />

122 137 ↑ 15<br />

%(Kontrol Negatif)<br />

Kelompok Insulin<br />

111 93,5 ↓ 17,5<br />

(Kontrol Positif)<br />

Kelompok Parijoto 2,5% 121,25 87,75 ↓ 33,5<br />

Kelompok Parijoto 5% 121,75 107,5 ↓ 14,25<br />

Kelompok Parijoto 10% 114,75 87,75 ↓ 27<br />

Sumber: Rudianto dan Megawati (2017); Tikus diinduksi aloxan hingga<br />

diabetes<br />

Ekstrak parijoto juga dilaporkan oleh Rudianto dan<br />

Megawati (2017) memiliki kemampuan menurunkan respon gula<br />

darah pada hewan coba diabetes (Tabel 3.5). Ekstrak parijoto<br />

dibuat dengan maserasi buah parijoto dalam etanol kemudian<br />

dipekatkan. Tikus percobaan dibuat diabetes dengan menginduksi<br />

senyawa aloxan dengan dosis 150 mg/kg secara intraperitoneal.<br />

Kadar gula darah hewan coba diabetes tanpa perlakuan ekstrak<br />

parijoto (kontrol negatif) meningkat pada pengamatan terakhir.<br />

Sedangkan perlakuan pemberian ekstrak parijoto pada hewan<br />

coba diabetes mampu menurunkan kadar gula darah. Hal ini sama<br />

dengan respon dari pemberian hormon insulin pada hewan coba<br />

diabetes mampu menurunkan gula darah.<br />

17


Senyawa Bioaktif dan Manfaat Parijoto<br />

C. Dampak terhadap Kanker<br />

Ekstrak buah parijoto memiliki potensi sebagai<br />

kemoprevensi terhadap sel kanker payudara (Tussanti et al.,<br />

2014). Sel kanker payudara yang dipakai tipe T47D. Ekstrak<br />

parijoto dibuat dengan larutan etanol. Uji sitotoksik ekstrak yang<br />

diperoleh dilakukan terhadap sel kanker payudara T47D. Hasilnya<br />

menunjukkan bahwa terjadi penurunan viabilitas sel kanker<br />

seiring dengan kenaikan konsentrasi ekstrak. Nilai IC 50 dari<br />

ekstrak parijoto terhadap sel kanker sebesar 614,5μg/ml. Nilai ini<br />

menunjukkan bahwa ekstrak parijoto masuk dalam golongan<br />

sitotoksik moderat. Sehingga ekstrak parijoto berpotensi sebagai<br />

kemoprevensi terhadap kanker payudara. Pengamatan morfologi<br />

sel kanker menunjukkan bahwa terjadi perubahan sel jumlah sel<br />

yang hidup dan mati pada kontrol dan pemberian perlakuan<br />

ekstrak parijoto (Gambar 3.1).<br />

Tussanti et al. (2014) memaparkan bahwa kemampuan<br />

ekstrak parijoto sebagai kemoprevensi sel kanker payudara<br />

tersebut berkaitan dengan kandungan senyawa flavonoid dan<br />

saponin. Senyawa bioaktif flavonoid memiliki kemampuan<br />

aktivasi protein p53 dalam gen. Sel kanker payudara mengalami<br />

mutasi genetik pada gen p53. Hal ini menyebabkan terhambatnya<br />

apoptosis sel. Pemberian flavonoid pada sel tersebut dapat<br />

menstimulasi bertambahnya protein p53 dan merangsang<br />

apoptosis sel. Senyawa bioaktif lain yang berperan ialah saponin.<br />

Senyawa ini berperan dalam autofagosit yang menyebabkan sel<br />

mati, disintegrasi sitoskeleton, dan menghambat angiogenesis.<br />

Ekstrak parijoto berperan sebagai kemoprevensi melalui<br />

mekanisme penghambatan terhadap senyawa karsinogenik<br />

18


Parijoto<br />

menuju target atau penghambatan pembentukan malignan sel<br />

yang telah terinisiasi.<br />

(a)<br />

(b)<br />

Gambar 3.1 Morfologi sel kanker payudara T47D setelah diinkubasi 24 jam.<br />

(a) Perlakuan kontrol, (b) Konsentrasi ekstrak parijoto 1 mg/ml. Sel hidup<br />

berbentuk memanjang pada kontrol,sedangkan sel yang mati berbentuk<br />

bulat pada perlakuan ekstrak parijoto. Sumber: Tussanti dkk. (2014).<br />

19


Senyawa Bioaktif dan Manfaat Parijoto<br />

D. Antioksidan<br />

Aktivitas antioksidan ekstrak parijoto dengan<br />

menggunakan uji penangkapan radikal 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil<br />

(DPPH) menunjukkan bahwa ekstrak fraksi etil asetat dari<br />

parijoto menunjukkan potensi aktivitas antioksidan yang<br />

mendekati asam askorbat (Tabel 3.6). Ekstrak fraksi n-heksan<br />

parijoto tidak potensial karena memiliki nilai IC 50 yang sangat<br />

besar (Wachidah, 2013). Selama pemasakan buah parijoto<br />

mengalami perubahan aktivitas antioksidan (Ameliawati, 2018).<br />

Aktivitas antioksidan tertinggi didapatkan pada buah parijoto<br />

yang telah matang sempurna setelah tiga bulan. Hal ini<br />

ditunjukkan dengan nilai IC 50 yang paling besar di bulan ketiga.<br />

Aktivitas antioksidan ekstrak parijoto sangat berkaitan dengan<br />

kandunganflavonoid, fenol, dan antosianin (Tabel 3.2 dan Tabel<br />

3.3).<br />

Tabel 3.6 Aktivitas antioksidan parijoto<br />

Sampel uji<br />

IC 50 (μg/ml)<br />

Ekstrak kasar parijoto 48,24<br />

Ekstrak fraksi n-heksan parijoto 292,44<br />

Ekstrak fraksi etil asetat parijoto 20,43<br />

Ekstrak fraksi metanol parijoto 46,65<br />

Vitamin C (asam askorbat) 17,52<br />

Sumber: Wachidah (2013); metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)<br />

20


Parijoto<br />

Tabel 3.7 Aktivitas antioksidan parijoto selama pematangan buah<br />

Umur panen<br />

IC 50 (μg/ml)<br />

1 bulan 26,65<br />

2 bulan 27,66<br />

3 bulan 30,51<br />

Sumber: Ameliawati (2018).<br />

Senyawa flavonoid yang tercerna akan terdegradasi<br />

menjadi berbagai asam fenolat. Flavonoid yang terserap tubuh<br />

dan hasil metabolismenya menunjukkan aktivitas antioksidan<br />

yang ditunjukkan pada peningkatan status antioksidan plasma<br />

darah, melindungi asam lemak takjenuh (PUFA) dalam membran<br />

eritrosit serta menghemat penggunaan vitamin E dalam membran<br />

eritrosit dan low-density lipoprotein (LDL) (Pietta, 2000).<br />

Kumar dan Pandey (2013) menjelaskan bahwa aktivitas<br />

antioksidan dari flavonoid dapat terjadi dengan mekanisme<br />

penangkapan radikal bebas dan kemampuan mengikat ion logam<br />

(Gambar 3.2). Hal ini sangat dipengaruhi konfigurasi, subtitusi,<br />

dan jumlah total gugus hidroksil. Konfigurasi cicin B hidroksil<br />

yang paling menentukan kemampuan menangkap radical oxygen<br />

species (ROS) dan radikal nitrogen species (RNS). Hal ini<br />

berkaitan dengan peranannya dalam menyumbang hydrogen dan<br />

electron ke hidroksil, peroksil, dan radikal peroksinitrit,<br />

menstabilisasi dan membuat radikal flavonoid yang relatif stabil.<br />

Lebih lanjut, Kumar dan Pandey (2013) menjelaskan<br />

bahwa mekanisme aksi antioksidan flavonoid terdiri dari tiga<br />

bagian. Pertama menekan pembentukan ROS melalui inhibisi<br />

enzim atau mengkelat elemen logam yang terlibat dalam<br />

21


Senyawa Bioaktif dan Manfaat Parijoto<br />

pembentukan radikal bebas. Kedua penangkapan ROS. Ketiga<br />

meningkatkan kinerja atau melindungi dari antioksidan yang<br />

berperan dalam perlindungan tubuh.<br />

(a)<br />

(b)<br />

Gambar 3.2 Reaksi kinerja flavonoid sebagai aktioksidan. (a)<br />

PenangkapandariReactive Oxigen Species - ROS (R ∘ ) oleh flavonoid (Fl-OH);<br />

(b) sisi pengikat untuk logam tertentu dimana Me n+ menunjukkan ion logam.<br />

Sumber: Kumar dan Pandey (2013).<br />

22


Parijoto<br />

Flavonoid memiliki kemampuan mencegah kerusakan<br />

yang disebabkan radikal bebas. Senyawa ini akan menstabilisasi<br />

ROS melalui reaksi dengan komponen reaktif dari radikal. Radikal<br />

akan inaktif karena tingginya reaktivitas dari grup hidroksil dalam<br />

flavonoid. Reaksinya seperti ini: Flavonoid (OH) + r(O) + RH, R<br />

merupakan radikal bebas dan O merupakan oksigen radikal bebas<br />

(Panche et al., 2016).<br />

Senyawa fenol berperan sebagai antioksidan melalui<br />

beberapa mekanisme (Gambar 3.3). Urbaniak et al. (2012)<br />

menjelaskan mekanisme kerja senyawa fenol diawali disosiasi<br />

senyawa antioksidan fenol menjadi bentuk anion dan proton.<br />

Kemudian ion yang terbentuk bereaksi dengan radikal bebas.<br />

Hasilnya akan terbentuk radikal dari senyawa antioksidan fenol<br />

dan molekul netral. Beberapa parameter yang berkaitan dengan<br />

mekanisme ini diantaranya proton affinity (PA) dan electron<br />

transfer enthalpy (ETE).<br />

Gambar 3.3 Mekanisme aksi antioksidan fenol. (1) HAT, (2) SPLET, (3) SET-<br />

PT. ArOH - antioksidan fenol, X ● - radikal bebas. Sumber: Urbaniak et al.<br />

(2012)<br />

23


Senyawa Bioaktif dan Manfaat Parijoto<br />

Tiga mekanisme antioksidan senyawa fenolik dalam<br />

inaktivasi radikal bebas mengikuti reaksi sebagai berikut<br />

(Koroleva et al., 2014):<br />

1) Hydrogen atom transfer (HAT):<br />

ArOH + X ● → ArO ● + XH<br />

2) Sequential proton loss and electron transfer (SPLET):<br />

ArOH → ArO − + H +<br />

ArO − + X ● + H + → ArO ● + XH<br />

3) Single electron transfer followed by proton transfer (SET–PT):<br />

ArOH + X ● → ArOH + . + X −<br />

ArOH + X − → ArOH ● + XH<br />

Pereira et al. (2009) menjelaskan bahwa senyawa fenol<br />

dapat berperan sebagai antioksidan melalui beberapa cara.<br />

Golongan senyawa fenol hidroksil sangat bagus dalam<br />

mendonorkan atom hidrogen. Atom hidrogen yang didonasikan<br />

ini akan bereaksi dengan ROS dan RNS pada tahap terminasi.<br />

Senyawa fenol juga memiliki kemampuan dalam mengkelat ion<br />

logam yang membantu dalam pembentukan radikal bebas. Selain<br />

itu, struktur dari fenol bisa berinteraksi kuat dengan protein<br />

karena adanya cincin benzene hidropobik dan potensial ikatan<br />

hidrogen dari golongan hidroksil fenol. Oleh karena itu, senyawa<br />

fenol memiliki kemampuan dalam menghambat beberapa enzim<br />

yang berperan dalam pembentukan radikal seperti sitokrom<br />

P450, lipoksigenase, siklooksigenase dan xantin oksidase.<br />

Senyawa fenol akan bereaksi dengan radikal DPPH dengan<br />

mekanisme seperti yang dijelaskan Foti et al., (2008). Reaksi<br />

senyawa fenol (ArOH) dengan radikal DPPH (dpph•) pada reaksi 1<br />

dianggap sama dengan reaksinya dengan radikal peroksil (ROO•)<br />

24


Parijoto<br />

pada reaksi 2. Walaupun sebenarnya kedua reaksi tersebut<br />

memiliki perbedaan dalam termodinamika abstraksi atom H dan<br />

steric requirements dari kedua radikal.<br />

ArOH+dpph• ↔ ArO•+dpph-H (reaksi 1)<br />

ArOH+ROO• ↔ ArO•+ROOH (reaksi 2)<br />

Radikal peroksil bereaksi dengan senyawa fenol dengan<br />

kecepatan tiga kali lebih cepat dibandingkan radikal DPPH. Reaksi<br />

1 terjadi secara endotermik dan berlangsung lebih lambat dari<br />

reaksi baliknya. Sedangkan reaksi 2 terjadi secara eksotermik dan<br />

berlangsung lebih cepat dari reaksi baliknya.<br />

Senyawa antosianin terbukti memiliki kontribusi terhadap<br />

aktivitas antioksidan dari buah dan sayuran (Castañeda-Ovando<br />

et al., 2009). Antosianin juga dilaporkan berperan terhadap<br />

pencegahan penyakit degenerasi dan penyakit kronis. Mekanisme<br />

aktivitas antioksidan antosianin mengacu pada stabilisasi radikal<br />

semikuinon (Gambar 3.4). Selain itu, kinerja antosianin sebagai<br />

antioksidan juga berkaitan dengan kemampuannya dalam<br />

berikatan dengan logam. Antosianin terbukti memiliki aktivitas<br />

antioksidan yang lebih tinggi dari pada asam askorbat dan<br />

tokoferol. Senyawa ini mampu memberikan atom hidrogen<br />

kepada radikal bebas sehingga menjadi stabil.<br />

Aktivitas antioksidan antosianin dapat diukur dengan<br />

banyak metode (Miguel, 2011). Beberapa metode yang telah<br />

dipakai antara lain oxygen radical absorbance capacity<br />

(ORAC),ferric reducing antioxidant potential (FRAP), trolox<br />

equivalent antioxidant capacity (TEAC), aktivitas scanenging<br />

radikal bebas 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH), aktivitas<br />

penangkapan superoksida, aktivitas penangkapan peroksinitrit<br />

(Gambar 3. 6), penghambatan oksidasi low-densitylipoprotein<br />

25


Senyawa Bioaktif dan Manfaat Parijoto<br />

(LDL) dan liposom, penghambatan peroksidasi lipid, kemampuan<br />

binding logam berat seperti besi, seng, dan tembaga (Gambar 3.<br />

5), menginduksi antioksidan enzim seperti gluthatione-Stransferase(GST),<br />

gluthatione reductase (GR), gluthatione<br />

peroxidise (GPx) and superoxide dismutase (SOD).<br />

Gambar 3.4 Mekanisme stabilisasi radikal semiquinon yang terbentuk dari<br />

oksidasi antosianin. Sumber: Castañeda-Ovando et al. (2009).<br />

Gambar 3.5 Mekanisme chelating logam oleh salah satu senyawa<br />

antosianin dengan penambahan tembaga dan asam askorbat.<br />

Sumber: Miguel (2011).<br />

26


Parijoto<br />

Lebih lanjut, Miguel (2011) memaparkan bahwa masingmasing<br />

jenis antosianin memiliki kemampuan yang berbeda<br />

dalam scavenging berbagai jenis ROS. Aktivitas antioksidan<br />

antosianin sangat berkaitan dengan banyaknya hidroksil bebas<br />

disekeliling cincin benzene. Semakin banyak hidroksil maka<br />

semakin besar aktivitas antioksidannya. Senyawa antosianin<br />

golongan 3’,4’-dihidroksi dapat mengkelat ion logam dengan<br />

cepat. Kemudian akan membentuk senyawa kompleks antosianinlogam<br />

yang bersifat stabil. Antosianin akan berada dalam bentuk<br />

kation flavylium pada pH 2-4. Kondisi tersebut menyebabkan<br />

distribusi muatan yang rentan untuk serangan nukleofilik pada<br />

posisi 2 dan 4. Hidroksilasi antosianin pada posisi ini akan<br />

meningkatkan kapasitas kelating ion logam dan berperan dalam<br />

proteksi seperti oksidasi yang diinduksi logam pada asam<br />

askorbat (Gambar 3.5).<br />

Gambar 3.6 Mekanisme aktivitas penangkapan ONOO- pelargonidin.<br />

Sumber: Miguel (2011).<br />

Antosianin juga memiliki kemampuan dalam scavenging<br />

radikal peroksinitrit (ONOO - ) (Gambar 3.6). Reaksi pertama<br />

terjadi antara antosianin dengan radikal peroksinitrit akan<br />

membentuk asam p-hydroxybenzoic. Reaksi kedua terjadi antara<br />

27


Senyawa Bioaktif dan Manfaat Parijoto<br />

asam p-hydroxybenzoic dengan radikal peroksinitrit akan<br />

menghasilkan asam 4-hydroxy-3-nitrobenzoic. Perbedaan pH<br />

menyebabkan perbedaan proporsi bentukan antosianin<br />

terprotonasi, deprotonasi, terhidrasi, dan isomerisasi. Hal ini akan<br />

berpengaruh pada aktivitas antioksidan antosianin.<br />

E. Antihiperlipidemik dan Antiobesitas<br />

Sa’adah et al. (2002) melaporkan bahwa pemberian<br />

ekstrak parijoto mampu menurunkan trigliserida pada hewan<br />

coba hyperlipidemia (Tabel 3.7). Ekstrak parijoto didapatkan<br />

dengan maserasi dalam methanol selama 24 jam. Ekstrak<br />

kemudian dievaporasi hingga mendapatkan pekatan. Hewan coba<br />

berupa tikus dikondisikan hiperlipidemia dengan cara oral<br />

feeding 1% BB campuran kuning telur bebek dan minyak bekas<br />

(2:1). Pemberian ekstrak parijoto dilakukan per oral. Kelompok<br />

hewan coba yang dibuat hyperlipidemia memiliki kadar<br />

trigliserida yang tinggi dalam serum darahnya. Pemberian<br />

perlakuan ekstrak parijoto terbukti mampu menurunkan<br />

kandungan trigliserida dalam serum darah hewan coba. Semakin<br />

meningkat konsentrasi ekstrak parijoto yang diberikan<br />

menyebabkan penurunan kandungan triglisedida dalam serum<br />

darah tikus yang semakin menurun mendekati normal. Hal ini<br />

disebabkan karena parijoto mengandung flavonoid, antosianin<br />

dan fenol.<br />

Kondisi obesitas sangat berkaitan erat dengan<br />

hipertrigliseridemia. Kondisi ini disebabkan meningkatnya kadar<br />

trigliserida yang diproduksi atau penurunan katabolisme<br />

trigliserida ataupun keduanya. Kenaikan kadar trigliserida sangat<br />

berkaitan dengan perubahan high density lipoprotein (HDL), low<br />

28


Parijoto<br />

density lipoprotein (LDL) dan lipoprotein yang lain. Pemberian<br />

ekstrak parijoto pada hewan coba hyperlipidemia terbukti<br />

mampu menurunkan berat badan (Tabel 3.7). Perubahan berat<br />

badan sangat berkaitan dengan siklus nafsu makan dan<br />

metabolism energi. Selain itu juga disebabkan karena asupan<br />

energi dari pangan yang dikonsumsi dan difusi molekuler. Ekstrak<br />

parijoto terbukti mampu mencegah terjadinya obesitas pada<br />

hewan coba.<br />

Tabel 3.7 Trigliserida dalam serum darah hewan coba<br />

hyperlipidemia dengan induksi ekstrak parijoto<br />

Perlakuan hewan coba<br />

Kelompok kontrol<br />

tanpa hiperlipidemia<br />

Kelompok kontrol<br />

hiperlipidemia<br />

Kelompok<br />

hyperlipidemia +<br />

induksi 500 mg/kg<br />

ekstrak parijoto<br />

Kelompok<br />

hyperlipidemia +<br />

induksi 1. 000 mg/kg<br />

ekstrak parijoto<br />

Kelompok<br />

hyperlipidemia +<br />

induksi 1. 500 mg/kg<br />

ekstrak parijoto<br />

Trigliserida<br />

(mg/dL)<br />

Berat badan<br />

setelah<br />

perlakuan<br />

(gram)<br />

Persentase<br />

penurunan<br />

berat badan<br />

(%)<br />

73,47 91,86 -<br />

133,39 101,4 -<br />

115,70 82,7 18,4<br />

97,83 66,8 34,1<br />

84,95 79,9 21,2<br />

Sumber: Sa’adah et al. (2002).<br />

29


Senyawa Bioaktif dan Manfaat Parijoto<br />

Sa’adah et al. (2002) juga menyatakan bahwa ekstrak<br />

parijoto terbukti mampu mengatasi penumpukan lemak pada<br />

jaringan adiposa hewan coba (Gambar 3.7). Kelebihan asupan<br />

energi akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk glikogen dalam<br />

otot dan trigliserida dalam jaringan adiposa. Kapasitas<br />

penyimpanan glikogen dalam otot sangat terbatas. Sedangkan<br />

kapasitas penyimpanan trigliserida dalam jaringan adiposa tidak<br />

terbatas. Oleh karena itu penumpukan lemak dalam tubuh sangat<br />

tidak terbatas sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kondisi<br />

obesitas sangat berkaitan dengan hipertrigliseridemia. Pemberian<br />

ekstrak parijoto mampu meningkatkan HDL-C dalam serum darah<br />

hewan coba. Hal ini yang menyebabkan penurunan berat badan<br />

hewan coba hiperlipidemia.<br />

(a) (b) (c)<br />

Gambar 3.7 Penumpukan trigliserida pada jaringan adiposa hewan coba.<br />

(a) Kelompok normal, (b) Kelompok hyperlipidemia, (c) Kelompok<br />

perlakuan ekstrak parijoto. Panah putih menunjukkan jaringan adiposa<br />

pada peritoneum hewan coba. Sumber: Sa’adah et al. (2002).<br />

30


Parijoto<br />

F. Anti Mikrobia<br />

Ekstrak parijoto memiliki kemampuan sebagai<br />

antimikrobia (Desmara, 2016). Ekstrak buah dan daun parijoto<br />

mengandung flavonoid, tannin, dan saponin yang terbukti mampu<br />

menurunkan faeses yang keluar akibat diare pada hewan coba<br />

yang diinduksi bakteri Enteropathogen Eschericia coli. Kuswanto<br />

et al. (2015) menyampaikan bahwa buah parijoto mampu<br />

digunakan untuk mengobati diare. Mashita (2016) juga<br />

melaporkan bahwa ekstrak buah dan daun parijoto terbukti<br />

memiliki aktivitas antibakteri terhadap Enteropathogenic<br />

Escherichia coli secara invitro. Octaviani (2016) melaporkan<br />

bahwa ekstrak methanol daun parijoto memiliki aktivitas<br />

antibakteri yang kuat. Hal ini nampak pada luas zona hambat yang<br />

dihasilkan terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus<br />

yang jauh lebih besar dari kontrol (Tabel 3.8).<br />

Tabel 3.8 Aktivitas antimikrobia ekstrak daun parijoto<br />

Luas zona hambat (cm 2 )<br />

Treatment<br />

Staphylococcus Rerata<br />

Escherichia coli<br />

aureus<br />

Ekstrak parijoto 1,63 2,39 2,01<br />

Kontrol negatif 0,50 0,50 0,50<br />

Kontrol positif 1,46 4,61 3,03<br />

Kontrol negatif dengan DMSO, kontrol positif dengan Ampicillin.<br />

Sumber: Octaviani(2016).<br />

Niswah (2014) melaporkan bahwa ekstrak metanol buah<br />

perijoto memiliki kemampuan sebagai antibakteri (Tabel 3.9).<br />

Ekstrak parijoto didapatkan dari maserasi buah dengan methanol.<br />

31


Senyawa Bioaktif dan Manfaat Parijoto<br />

Ekstrak methanol ini mengandung flavonoid, saponin, tannin dan<br />

glikosida berdasarkan uji fitokimia. Meskipun demikian luas zona<br />

hambat terhadap bakteri uji gram positif yang diwakili<br />

Staphylococcus aureus dan bakteri gram negative yang diwakili<br />

Escherichia coli lebih kecil dibandingkan luas zona hambat kontrol<br />

positif dengan kloramfeniko. Kemampuan antimikrobia ekstrak<br />

buah parijoto tergolong memiliki kekuatan sedang.<br />

Aktivitas antimikrobia ekstrak parijoto tersebut<br />

bersesuaian dengan Sugiarti dan Pujiastuti (2017) yang<br />

melaporkan bahwa ekstrak etanol buah parijoto mampu<br />

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan<br />

Escherichia coli. Luas zona bening pada uji antibakteri dari ekstrak<br />

etanol parijoto lebih kecil dari pada kontrol positif dengan<br />

amoxicillin. Wulandari (2016) juga melaporkan bahwa ekstrak<br />

etanol buah parijoto dalam sediaan gel terbukti memiliki aktivitas<br />

antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ATCC 2416. Meskipun<br />

demikian luas zona hambat ekstrak parijoto masih lebih kecil<br />

dibandingkan kontrol positif yang berupa clyndamicin.<br />

Tabel 3.9 Aktivitas antimikrobia ekstrak buah parijoto<br />

Treatment Luas zona hambat (cm 2 ) Rerata<br />

Escherichia coli Staphylococcus<br />

aureus<br />

Ekstrak parijoto 10,67 15,67 13,17<br />

Kontrol negatif 0 0 0<br />

Kontrol positif 27,67 27,33 27,50<br />

Kontrol negatif dengan DMSO, kontrol positif dengan kloramfenikol.<br />

Sumber: Niswah (2014).<br />

32


Parijoto<br />

G. Penggunaan Parijoto untuk Obat Tradisional<br />

Tabel 3.6 Parijoto sebagai obat tradisional<br />

Kegunaan Bahan-bahan Bagian<br />

yang<br />

Sariawan<br />

Diare<br />

Anti inflamasi<br />

Parijoto (Medinilla<br />

speciosa)<br />

Air<br />

Parijoto(Medinilla<br />

speciosa)<br />

Air<br />

Parijoto(Medinilla<br />

speciosa)<br />

Lempuyang (Zingiber<br />

zerumbet)<br />

Air<br />

Gula Jawa<br />

digunakan<br />

Buah<br />

Daun<br />

Buah<br />

Rhizoma<br />

Pengolahan<br />

Cuci buah<br />

parijoto segar ±<br />

5 mg, ditumbuk<br />

halus dan<br />

larutkan dalam<br />

100 ml air<br />

hangat, lalu<br />

gunakan untuk<br />

membilas<br />

mulut, dan<br />

minum sisanya.<br />

Cuci daun<br />

parijoto segar ±<br />

20 g lalu rebus<br />

dengan 400 ml<br />

air selama 15<br />

menit, saring,<br />

diminum 2 kali<br />

sehari di pagi<br />

dan siang hari.<br />

Siapkan buah<br />

parijoto ± 20<br />

gram, ditumbuk<br />

bersama dengan<br />

lempuyang lalu<br />

didihkan.<br />

Tambahkan gula<br />

jawa untuk<br />

menghilangkan<br />

rasa pahit<br />

33


Senyawa Bioaktif dan Manfaat Parijoto<br />

Anti bakteri<br />

Anti kanker<br />

Menyuburkan<br />

rahim<br />

Menjadikan<br />

anak lahir<br />

cantik atau<br />

tampan<br />

Parijoto(Medinilla<br />

speciosa)<br />

Jahe (Zingiber<br />

officinale)<br />

Air<br />

Parijoto(Medinilla<br />

speciosa)<br />

Kunyit (Curcuma<br />

longa)<br />

Lempuyang(Zingiber<br />

zerumbet)<br />

Air<br />

Parijoto(Medinilla<br />

speciosa)<br />

Parijoto(Medinilla<br />

speciosa)<br />

Delima (Punica<br />

granatum)<br />

Jeruk Pummelo (Citrus<br />

grandis)<br />

Gula Jawa<br />

Buah<br />

Rhizoma<br />

Buah+Daun<br />

Rhizoma<br />

Rhizoma<br />

Buah<br />

Buah<br />

Buah<br />

Buah<br />

lempuyang.<br />

Minum 2 kali<br />

sehari di pagi<br />

dan siang hari.<br />

Siapkan buah<br />

parijoto ± 20 g,<br />

tumbuk<br />

bersama dengan<br />

jahe lalu rebus.<br />

Saring dan<br />

minum 2 kali<br />

sehari di pagi<br />

dan siang hari.<br />

Siapkan buah<br />

parijoto ± 20 g,<br />

dan ± 10 g dari<br />

daun parijoto,<br />

kunyit<br />

danlempuyang,<br />

giling kasar lalu<br />

rebus. Saring<br />

dan minum 2<br />

kali sehari di<br />

pagi dan siang<br />

hari.<br />

Mengkonsumsi<br />

buah parijoto<br />

langsung dalam<br />

kondisi segar<br />

tanpa tambahan<br />

apapun.<br />

Makan buah<br />

parijoto, delima,<br />

dan jeruk<br />

pomelo dengan<br />

gula jawa halus.<br />

34


Parijoto<br />

Antioksidan<br />

Parijoto(Medinilla<br />

speciosa)<br />

Kunyit (Curcuma<br />

longa)<br />

Jahe (Zingiber<br />

officinale)<br />

Gula Jawa<br />

Buah<br />

Rhizoma<br />

Rhizoma<br />

Siapkan buah<br />

parijoto ± 20 g,<br />

kunyit, dan jahe,<br />

aduk kasar lalu<br />

rebus. Saring<br />

dan minum 2<br />

kali sehari di<br />

pagi dan siang<br />

hari.<br />

Sumber: Hanum dkk. (2017)<br />

↜oOo↝<br />

35


Senyawa Bioaktif dan Manfaat Parijoto<br />

36


Parijoto<br />

Bab 4<br />

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PARIJOTO<br />

A. Kismis Parijoto<br />

Olahan buah parijoto yang potensial dikembangkan ialah<br />

kismis parijoto. Produk kismis sangat disukai masyarakat.<br />

Rasanya yang manis dan memiliki umur simpan yang lama. Kismis<br />

merupakan makanan semi basah yang memiliki kadar air yang<br />

sedang ke rendah dan memiliki kandungan gula yang sangat<br />

tinggi. Oleh karena itu mikrobia seperti bakteri tidak bisa tumbuh<br />

didalamnya. Kandungan gula yang tinggi ini menyebabkan kismis<br />

memiliki aktivitas air (aw) yang rendah. Sehingga kerusakan<br />

produk dapat diminimalisir dan bertahan lama.<br />

Pembuatan kismis parijoto dilakukan dengan<br />

menggunakan buah parijoto yang telah matang optimal. Buah<br />

yang telah berwarna ungu atau jingga tua dipilih untuk<br />

mendapatkan kualitas produk yang terbaik. Buah dipetik<br />

dipisahkan dari tangkainya. Kemudian dibersihkan dengan air<br />

mengalir. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang<br />

menempel dan mencegah kontaminasi. Langkah selanjutnya<br />

37


Teknologi Pengolahan Parijoto<br />

pemisahan biji dari buahnya. Biji buah ini harus dihilangkan agar<br />

mendapatkan tekstur kismis yang tidak keras. Setelah itu dicuci<br />

kembali dengan air mengalir sampai bersih.<br />

Tahap selanjutnya menyiapkan larutan gula untuk<br />

memasak buah parijoto. Sirup fruktosa, gula pasir, dan air<br />

dimasak dengan api kecil hingga mendidih. Kemudian<br />

dimasukkan buah parijoto kedalam larutan tersebut. Masak<br />

kurang lebih selama 2 menit. Setelah itu buah diangkat dan<br />

ditiriskan.<br />

Tahap berikutnya menyiapkan larutan coating. Campurkan<br />

agar-agar, sirup fruktosa, gula pasir, dan air. Masak dalam api<br />

kecil hingga mendidih. Kemudian celupkan parijoto sebelumnya<br />

kedalam larutan ini. Kemudian tiriskan dalam loyang hingga<br />

mengeras. Kemudian jemur satu hari dibawah terik matahari.<br />

Selanjutnya ulangi tahap pencelupan kedalam larutan coating dan<br />

jemur dibawah sinar matahari hingga berkerut seperti kismis.<br />

Kismis yang sudah jadi akan memiliki tekstur berkerut,<br />

berasa manis, dan memiliki umur simpan yang lama jika disimpan<br />

dalam wadah tertutup rapat. Selain dengan wadah tertutup, juga<br />

bisa diterapkan pengemasan vacuum pada produk kismis.<br />

Buah Parijoto Pencucian Pemisahan Biji Pencucian<br />

Pencelupan 1 dalam<br />

Larutan Coating<br />

Penirisan<br />

Pemasakan dalam Larutan<br />

Gula<br />

Penirisan<br />

Larutan Coating<br />

Agar-Agar, Sirup Fruktosa,<br />

Gula Pasir<br />

Larutan Gula<br />

Sirup Fruktosa, Gula Pasir,<br />

Air<br />

Penirisan Penjemuran<br />

Pencelupan 2 dalam<br />

Larutan Coating<br />

Penirisan<br />

Kismis Parijoto<br />

Penjemuran<br />

38<br />

Gambar 4.1 Diagram alir pembuatan kismis parijoto


Parijoto<br />

Formula kismis parijoto<br />

Tabel 4.1 Komposisi bahan kismis parijoto<br />

Jumlah<br />

Bahan<br />

100 gram Buah parijoto<br />

140 ml Sirup fruktosa<br />

60gram Gula pasir<br />

700 ml Air<br />

5 gram Agar-agar putih<br />

Gambar produk kismis parijoto<br />

B. Minuman Sari Buah Parijoto<br />

Produk minuman merupakan salah satu alternatif olahan<br />

dari buah parijoto. Minuman sari buah parijoto memiliki<br />

39


Teknologi Pengolahan Parijoto<br />

kelebihan diantaranya dapat menghilangkan dahaga,<br />

menyegarkan, mudah dibuat. produk ini memiliki umursimpan<br />

yang relatif pendek pada suhu kamar. Namun umur simpan nya<br />

dapat diperpanjang dengan penyimpanan pada suhu dingin.<br />

Proses pendinginan mampu menghambat berkembangnya<br />

mikrobia dalam produk sehingga umur simpan produk bertambah<br />

panjang.<br />

Produk minuman sari buah parijoto dibuat dari buah<br />

parijoto yang diambil ekstraknya. Buah yang dipakai dipilih yang<br />

sudah matang. Hal ini untuk menjaga cita rasa produk. Ekstrak<br />

buah parijoto diperoleh dengan cara memblender buah dan<br />

disaring. Tahapan selanjutnya, ekstrak diencerkan dengan air<br />

sampai volume yang telah ditetapkan dan ditambahkan pemanis<br />

dan perasa asam. Campuran larutan tersebut dipanaskan hingga<br />

mendidih. Setelah itu didinginkan dan dikemas dan dimasukkan<br />

pendingin.<br />

Minuman sari buah parijoto memiliki rasa manis, asam,<br />

agak sepat, berwarna agak kemerahan. Setelah disimpan dari<br />

pendingin akan menjadi minuman yang segar ketika dikonsumsi<br />

pada saat cuaca panas.<br />

Buah Parijoto Pemblenderan Penyaringan Sari Buah Parijoto<br />

Air<br />

Ampas<br />

Pengemasan<br />

Pencampuran<br />

Penyaringan<br />

Perebusan<br />

Asam Sitrat<br />

Sirup Fruktosa,<br />

Gula Pasir,<br />

40<br />

Minuman Sari Parijoto<br />

Gambar 4.2 Diagram alir pembuatan minuman sari buah<br />

parijoto


Parijoto<br />

Formula minuman sari buah parijoto<br />

Tabel 4.2 Komposisi bahan minuman sari buah parijoto<br />

Jumlah<br />

Bahan<br />

50 gram Buah parijoto<br />

10 ml Sirup fruktosa<br />

30gram Gula pasir<br />

300 ml Air<br />

0,5 gram Asam sitrat<br />

Gambar produk minuman sari buah parijoto<br />

C. Jelly Drink Parijoto<br />

Produk jelly drink sangat popular di kalangan masyarakat<br />

khususnya anak-anak. Produk ini memiliki karakteristik kental,<br />

mudah dihisap, segar dan manis. Pengembangan olahan buah<br />

41


Teknologi Pengolahan Parijoto<br />

parijoto sangat cocok dikembangkan menjadi jelly drink. Produk<br />

ini memiliki umur simpan pendek disuhu ruang. Namun akan<br />

memiliki umur simpan lama di suhu dingin. Penambahan bahan<br />

pengawet dapat diberikan jika menginginkan produk dengan<br />

umur simpan yang lebih lama.<br />

Jelly drink parijoto dibuat dari buah parijoto matang. Buah<br />

tersebut diblender dan diambil ekstraknya dengan penyaringan.<br />

Ekstrak yang didapat diencerkan dengan menambahkan air<br />

sampai volume yang ditetapkan. Tahap selanjutnya ditambahkan<br />

serbuk jelly, bahan pemanis dan perasa asam. Aduk sampai<br />

homogeny dan dipanaskan hingga mendidih. Selanutnya larutan<br />

dimasukkan kedalam botol kemasan sebelum mendingin dan<br />

kaku. Setelah dingin di botol segera masukkan dalam lemari<br />

pendingin.<br />

Jelly drink parijoto ini memiliki karakteristik kental, segar,<br />

bisa dihisap jellynya, manis, sedikit asam. Setelah disimpan dari<br />

pendingin akan menjadi minuman yang segar ketika dikonsumsi<br />

pada saat cuaca panas.<br />

Buah Parijoto Pemblenderan Penyaringan Sari Buah Parijoto<br />

Air<br />

Ampas<br />

Larutan Parijoto<br />

Pencampuran<br />

Penyaringan<br />

Perebusan<br />

Larutan Jelly<br />

Asam Sitrat<br />

Sirup Fruktosa,<br />

Gula Pasir,<br />

Perebusan<br />

Agar-Agar, Gula Pasir,<br />

Sirup Fruktosa<br />

Pencampuran Pengemasan Jelly Drink Parijoto<br />

42<br />

Gambar 4.3 Diagram alir pembuatan jelly drink parijoto


Parijoto<br />

Formula jelly drink parijoto<br />

Tabel 4.3 Komposisi bahan jelly drink parijoto<br />

Jumlah<br />

Bahan<br />

30 gram Buah parijoto<br />

20 ml Sirup fruktosa<br />

70 gram Gula pasir<br />

250 ml Air<br />

1 gram Asam sitrat<br />

2 gram Serbuk jelly<br />

Gambar produk jelly drink parijoto<br />

43


Teknologi Pengolahan Parijoto<br />

D. Dodol Parijoto<br />

Dodol merupakan produk olahan pangan semi basah<br />

(intermediate moister food). Umumnya produk ini dibuat dari<br />

tepung ketan, santan dan gula. Seringnya ditambahkan bahan lain<br />

untik membentuk karakteristik produk sesuai kesukaan<br />

produsen. Produk dodol cenderung memiliki rasa manis, liat,<br />

lengket, dan padat. Bahan lain yang bisasnya ditambahkan dalam<br />

pembuatan dodol ialah buah-buahan. Buah parijoto sangat<br />

potensial untuk dikembangkan menjadi dodol parijoto. Selain dari<br />

buahnya, bisa juga dibuat dengan memanfaatkan ampas buah sisa<br />

proses pembuatan minuman sari buah, jelly drink dan sirup<br />

parijoto.<br />

Dodol parijoto dibuat dengan memblender sampai menjadi<br />

bubur buah atau bubur ampas parijoto. Kemudian ditambahkan<br />

semua bahan kering dan cairan kedalamnya dan diaduk hingga<br />

tercampur rata. Langkah selanjutnya dimasak dalam wajan<br />

dengan api kecil hingga terbentuk adonan yang kompak, kalis dan<br />

berubah warna. Dodol yang sudah matang segera dipindahkan ke<br />

loyang untuk didinginkan. Setelah dingin kemudian dipotong dan<br />

dikemas dengan kemasan primer.<br />

Produk dodol parijoto memiliki karakteristik rasa manis,<br />

padat, agak lengket, legit. Produk ini memiliki umur simpan yang<br />

lama jika disimpan pada kemasan yang tertutup rapat dan bebas<br />

mikrobia. Kerusakan yang mudah terjadi pada produk ini ialah<br />

berjamur. Hal ini disebabkan aw produk yang masih berada pada<br />

daerah pertumbuhan jamur atau kontaminasi spora jamur yang<br />

ada di udara selama pengemasan.<br />

44


Parijoto<br />

Tepung Beras, Tepung<br />

Ketan, Gula Pasir, Garam,<br />

Minyak Goreng<br />

Buah Parijoto Pemblenderan Bubur Parijoto Pencampuran<br />

Air<br />

Pengemasan<br />

Pemotongan<br />

Pencetakan dalam<br />

Loyang<br />

Pemasakan dalam<br />

Wajan<br />

Dodol Parijoto<br />

Gambar 4.4 Diagram alir pembuatan dodol parijoto<br />

Formula dodol parijoto<br />

Tabel 4.4 Komposisi bahan dodol parijoto<br />

Jumlah<br />

Bahan<br />

250 gram Buah parijoto<br />

500 gram Tepung beras<br />

250 gram Tepung ketan<br />

300 gram Gula pasir<br />

100 gram Gula jawa<br />

125 ml Air<br />

65 ml Santan kental<br />

45


Teknologi Pengolahan Parijoto<br />

Gambar produk dodol parijoto<br />

E. Sirup Parijoto<br />

Sirup merupakan produk yang sangat popular di<br />

masyarakat. Produk ini bisa dibuat dari berbagai macam bahan.<br />

Namun umumnya dibuat dengan menggunakan bahan dasar gula,<br />

air dan sari buah. Berbagai jenis buah bisa dijadikan bahan dasar<br />

untuk membuat sirup. Selain buah juga bisa menggunakan<br />

rempah-rempah yang ada di Indonesia. Buah parijoto juga sangat<br />

potensial untuk dijadikan sirup parijoto. Produk sirup memiliki<br />

umur simpan yang panjang dan tidak mudah mengalami<br />

kerusakan.<br />

Sirup parijoto dibuat dari buah parijoto yang matang. Buah<br />

yang telah dipilih segera diblender dan disaring sehingga<br />

mendapatkan sari buah. Tahap selanjutnya menambahkan gula<br />

46


Parijoto<br />

pasir kedalam larutan sari buah. Kemudian merebusnya hingga<br />

matang dan kental. Sirup kemudian didiamkan sampai suhunya<br />

turun. Kemudian ditambahkan asam sitrat dan diaduk sampai<br />

merata. Sirup segera dikemas dalam botol yang kaku atau botol<br />

kaca.<br />

Sirup parijoto memiliki karakteristik manis, kental, segar<br />

agak asam. Penyajian sirup parijoto lebih nikmat jika disajikan<br />

dengan es batu sehingga menjadi segar. Agar sirup ini bertahan<br />

lebih lama, maka dapat dilakukan pemanasan produk yang<br />

terkemas dengan uap panas dengan tujuan membunuh mikrobia<br />

yang dapat merusak.<br />

Buah Parijoto Pemblenderan Penyaringan Sari Buah Parijoto<br />

Air<br />

Ampas<br />

Pengemasan<br />

Pencampuran<br />

Penyaringan<br />

Perebusan<br />

Sirup Parijoto<br />

Asam Sitrat<br />

Gula Pasir<br />

Gambar 4.5 Diagram alir pembuatan sirup parijoto<br />

Formula sirup parijoto<br />

Tabel 4.5 Komposisi bahan sirup parijoto<br />

Jumlah<br />

Bahan<br />

100 gram Buah parijoto<br />

1000 gram Gula pasir<br />

1000 ml Air<br />

5 gram Asam sitrat<br />

47


Teknologi Pengolahan Parijoto<br />

Gambar produk sirup parijoto<br />

F. Analisis Ekonomi Produk<br />

Analisis ekonomi produk dilakukan untuk menghitung<br />

besarnya biaya tetap dan biaya tidak tetap produksi. Selain itu<br />

untuk menghitung harga pokok penjualan, harga jual, dan<br />

kelayakan usaha. Menurut Apriadji beberapa hal yang<br />

diperhitungkan dalam menentukan harga jual dan laba usaha<br />

terdiri dari enam poin. Pertama, biaya bahan baku yang terdiri<br />

dari semua biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan-bahan<br />

baku. Kedua, biaya tenaga kerja yang secara umum diasumsikan<br />

besarnya 15 hingga 25% dari biaya bahan baku. Ketiga, biaya<br />

operasional yang diasumsikan besarnya 10 hingga 20% dari biaya<br />

48


Parijoto<br />

bahan baku. Biaya operasional yang dimaksud antara lain untuk<br />

tujuan mengantikan biaya transportasi berbelanja, biaya<br />

abonemen telepon pasif (penerima pemesanan dari pembeli)<br />

serta biaya antar ke pembeli. Keempat, biaya pemasaran yang<br />

diasumsikan besarnya 30 hingga 50% dari biaya bahan baku.<br />

Biaya pemasaran ditujukan untuk biaya promosi yang terdiri dari<br />

biaya internet, biaya pembuatan brosur, biaya ceteak kartu nama,<br />

biaya pembuatan label kemasan dengan alamat lengkap. Kelima,<br />

factor risiko usaha yang diasumsikan minimal besarnya 10% dari<br />

biaya bahan baku. Keenam, laba yang diasumsikan besarnya 30<br />

hingga 50% dari biaya bahan baku.<br />

KISMIS PARIJOTO<br />

Biaya Bahan Baku (1)<br />

Bahan Jumlah Satuan Harsat<br />

Harga<br />

Total<br />

Parijoto 100 gram 10.000/ons 10.000<br />

Gula pasir 60 gram 12.500/kg 750<br />

Gula fruktosa 140 ml 21.000/lt 2.940<br />

Air 700 ml 17.500/galon 645<br />

Agar 5 gram 2.000/7gr 1.429<br />

Gas 1.000<br />

Kemasan 1 pcs 1.250 1.250<br />

Total biaya 18.014<br />

Biaya tenaga kerja (2)<br />

25% x Rp 18.014 = Rp 4.503<br />

Biaya oprasional (3)<br />

20% x Rp18.014 = Rp 3.602<br />

49


Teknologi Pengolahan Parijoto<br />

Biaya pemasaran (4)<br />

50% x Rp18.014 = Rp 9.007<br />

Risiko (5)<br />

10% x Rp18.014 = Rp 1.801<br />

Laba (6)<br />

50% x Rp18.014 = Rp 9.007<br />

Harga jual premium = 1+2+3+4+5+6<br />

= 18.014 +4.503+3.602+9.007+1.801+9.007<br />

= Rp 45.934<br />

Harga jual biasa = 1+2+3+5<br />

= 18.014 +4.503+3.602+1.801<br />

= Rp 27.920<br />

Laba minimal yang bisa diperoleh untuk 1 kemasan kismis<br />

parijoto 150 gram adalah Rp 9.007 jika dengan harga biasa dan<br />

Rp. 18.014 jika harga premium.<br />

MINUMAN SARI BUAH PARIJOTO<br />

Biaya bahan baku (1)<br />

Bahan Jumlah Satuan Harsat<br />

Harga<br />

Total<br />

Parijoto 50 gram 10.000/ons 5.000<br />

Gula pasir 30 gram 12.500/kg 375<br />

Gula fruktosa 10 ml 21. 000/lt 210<br />

Air 300 ml 17.500/galon 277<br />

Asam sitrat 0,5 gram 18.000/kg 9<br />

50


Parijoto<br />

Gas 500<br />

Kemasan botol 1 pcs 1.400 1.400<br />

Total biaya 7.771<br />

Biaya tenaga kerja (2)<br />

25% x Rp 7.771 = 1.943<br />

Biaya oprasional (3)<br />

20% x Rp 7.771 = 1.555<br />

Biaya pemanasan (4)<br />

50% x Rp 7.771 = 3.886<br />

Risiko (5)<br />

10% x Rp 7.771 = 778<br />

Laba (6)<br />

50% x Rp 7.771 = 3.886<br />

Harga jual premium = 1+2+3+4+5+6<br />

= 7.771 + 1.943 + 1.555 + 3.886 +778 + 3.886<br />

= Rp 19.819<br />

Harga jual biasa = 1+2+3+5<br />

= 7.771 + 1.943 + 1.555 + 778<br />

= Rp 12.047<br />

Laba minimal yang bisa diperoleh untuk 1 kemasan minuman sari<br />

parijoto 350 ml adalah Rp 3.886 jika dengan harga biasa dan Rp.<br />

7.772 jika harga premium.<br />

51


Teknologi Pengolahan Parijoto<br />

JELLY DRINK PARIJOTO<br />

Biaya Bahan Baku (1)<br />

Bahan Jumlah Satuan Harsat<br />

Harga<br />

Total<br />

Parijoto 30 gram 10.000/ons 3.000<br />

Gula pasir 70 gram 12.500/kg 875<br />

Gula fruktosa 20 ml 21.000/lt 420<br />

Air 250 ml 17.500/galon 231<br />

Asam sitrat 1 gram 18.000/kg 18<br />

Serbuk jelly 2 gram 2.000/7gr 572<br />

Gas 500<br />

Kemasan botol 1 pcs 1.400 1.400<br />

Total biaya 7.016<br />

Biaya tenaga kerja (2)<br />

25% x Rp 7.016 = Rp 1.754<br />

Biaya oprasional (3)<br />

20% x Rp 7.016 = Rp 1.404<br />

Biaya pemanasan (4)<br />

50% x Rp 7.016 = Rp 3.508<br />

Risiko (5)<br />

10% x Rp 7.016 = Rp 702<br />

Laba (6)<br />

50% x Rp 7.016 = Rp 3.508<br />

Harga jual premium = 1+2+3+4+5+6<br />

= 7.016+1.754+1.404+3.508+702+3.508<br />

= Rp 17.892<br />

52


Parijoto<br />

Harga jual biasa = 1+2+3+5<br />

= 7.016 + 1.754 + 1.404 + 702<br />

= Rp 10.876<br />

Laba minimal yang bisa diperoleh untuk 1 kemasan jelly drink sari<br />

parijoto 250 ml adalah Rp 3.508 jika dengan harga biasa dan Rp.<br />

7.016 jika harga premium.<br />

DODOL PARIJOTO<br />

Biaya Bahan Baku (1)<br />

Bahan Jumlah Satuan Harsat<br />

Harga<br />

Total<br />

Ampas parijoto 250 Gram 1.000/ons 2.500<br />

Gula pasir 300 Gram 12.500/kg 3.750<br />

Gula jawa 100 Gram 24.000/kg 2.400<br />

Air 125 Ml 17.500/galon 116<br />

Tepung beras 500 Gram 15.000/kg 7.500<br />

Tepung ketan 250 Gram 17.000/kg 4.250<br />

Santan cair 65 Ml 2.000/pcs 2.000<br />

Gas 500<br />

Kemasan 6 Pcs 1.250 1.250<br />

Total biaya 24.266<br />

Biaya tenaga kerja (2)<br />

25% x Rp 24.266 = Rp 6.067<br />

Biaya oprasional (3)<br />

20% x Rp 24.266 = Rp 4.854<br />

53


Teknologi Pengolahan Parijoto<br />

Biaya pemanasan (4)<br />

50% x Rp 24.266 = Rp 12.133<br />

Risiko (5)<br />

10% x Rp 24.266 = Rp 2.427<br />

Laba (6)<br />

50% x Rp 24.266 = Rp 12.133<br />

Harga jual premium = 1+2+3+4+5+6<br />

= 24.266+6.067+4.854+12.133+2.427+12.133<br />

= Rp 61.880<br />

Jumlah kemasan 6 pcs, sehingga harga 1 pcs Rp. 10.314<br />

Harga jual biasa = 1+2+3+5<br />

= 24.266 + 6.067 + 4.854 + 2.427<br />

= Rp 37.614<br />

Jumlah kemasan 6 pcs, sehingga harga 1 pcs Rp. 6.269<br />

Laba minimal yang bisa diperoleh untuk dodol parijoto adalah Rp<br />

12.133 jika dengan harga biasa dan Rp. 24.266 jika harga<br />

premium.<br />

SIRUP PARIJOTO<br />

Biaya Bahan Baku (1)<br />

Bahan Jumlah Satuan Harsat<br />

Harga<br />

Total<br />

Buah parijoto 100 gram 10.000/ons 10.000<br />

Gula pasir 1. 000 gram 12.500/kg 12.500<br />

Air 1. 000 ml 17.500/galon 921<br />

54


Parijoto<br />

Asam sitrat 5 gram 18. 000/kg 90<br />

Gas 500<br />

Kemasan 4 pcs 1.400 5.600<br />

Total biaya 29.611<br />

Biaya tenaga kerja (2)<br />

25% x Rp 29.611 = Rp 7.403<br />

Biaya oprasional (3)<br />

20% x Rp 29.611 = Rp 5.923<br />

Biaya pemanasan (4)<br />

50% x Rp 29.611 = Rp 14.806<br />

Risiko (5)<br />

10% x Rp 29.611 = Rp 2.962<br />

Laba (6)<br />

50% x Rp 29.611 = Rp 14.806<br />

Harga jual premium = 1+2+3+4+5+6<br />

= 29.611+7.403+5.923+14.806+2.962+14.806<br />

= Rp 75.511<br />

Jumlah kemasan 4 pcs, sehingga harga 1 pcs Rp. 18.878<br />

Harga jual biasa = 1+2+3+5<br />

= 29.611 + 7.403 + 5.923 + 2.962<br />

= Rp 45.899<br />

Jumlah kemasan 4 pcs, sehingga harga 1 pcs Rp. 11.475<br />

Laba minimal yang bisa diperoleh untuk sirup parijoto adalah Rp<br />

14.806 jika dengan harga biasa dan Rp. 29.612 jika harga<br />

premium.<br />

↜oOo↝<br />

55


Teknologi Pengolahan Parijoto<br />

56


Parijoto<br />

Daftar Pustaka<br />

Ameliawati, R. 2018. Pengaruh Umur Panen dan Jenis Pelarut<br />

Terhadap Kandungan Total Fenolik, Antosianin dan<br />

Aktivitas Antioksi dan Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla<br />

speciosa Blume). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian,<br />

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.<br />

Castañeda-Ovando, A.,M.L. Pacheco-Hernández, M.E. Páez-<br />

Hernández, J.A. Rodríguez, C.A. Galán-Vidal. 2009.<br />

Chemical studies of anthocyanins: A review. Food<br />

Chemistry 113: 859-871.<br />

Desmara, B. 2016. Efek Seduhan Teh Daun dan Buah Parijoto<br />

(Medinilla speciose Blume) terhadap Berat Feses. Studi<br />

Eksperimental pada Mencit Jantan Galur Balb-C yang<br />

diinduksi bakteri Enteropathogen Eschericia coli. Skripsi.<br />

Fakultas Kedokteran. Universitas Islam Sultan Agung<br />

Semarang. http://repository.unissula.ac.id/5115/<br />

Foti, M. C.,C. Daquino, I. D. Mackie, G. A. DiLabio, and K. U. Ingold.<br />

2008. Reaction of Phenols with the 2,2-Diphenyl-1-<br />

picrylhydrazyl Radical. Kinetics and DFT Calculations<br />

Applied To Determine ArO-H Bond Dissociation Enthalpies<br />

and Reaction Mechanism. J. Org. Chem. 73(23):9270–9282.<br />

Hanum, AS.,E. Prihastanti, dan Jumari. 2017. Ethnobotany of<br />

utilization, role, and philosopical meaning of parijoto<br />

(Medinilla, spp) on Mount Muria in Kudus Regency, Central<br />

Java. AIP Conference Proceedings 1868, 090018 (2017);<br />

doi: 10. 1063/1. 4995210<br />

57


Daftar Pustaka<br />

He, J.,and M.M. Giusti. 2010. Anthocyanins: Natural Colorants with<br />

Health-Promoting Properties. Annu. Rev. Food Sci. Technol.<br />

1:163–87. doi:10. 1146/annurev.food.080708.100754.<br />

IPNI. 2018. The International Plant Names Index. Diakses Juni<br />

2018. http://www.ipni.org/ipni/idPlantNameSearch.<br />

do?id=570238-1<br />

JSTOR. 2018. Global Plants. Diakses Juni 2018. https://plants.<br />

jstor.org/stable/10.5555/al.ap.specimen.g00316252?sear<br />

chUri=genus%3DMedDMedin%26species%3Djavanensis<br />

Koroleva, O.,A. Torkova, I. Nikolaev, E. Khrameeva, T. Fedorova, M.<br />

Tsentalovich, and R. Amarowicz. 2014. Evaluation of the<br />

Antiradical Properties of Phenolic Acids. Int. J. Mol. Sci.<br />

15:16351-16380.<br />

Kumar, S. dan A.K. Pandey. 2013. Chemistry and Biological<br />

Activities of Flavonoids: An Overview. The Scientific World<br />

Journal 162750:1-16. http://dx.doi.org/10.1155/2013/<br />

162750.<br />

Kuswanto, L., Krisantini, P. Sopade. 2015. Status of traditional<br />

herb Tetrastigma glabratum (Blume). Planch in Mt Prau,<br />

Central Java, Indonesia. Journal of Pharmacognosy and<br />

Phytochemistry 4(4):179-184.<br />

Mashita, R. 2016. Aktivitas Antibakteri Seduhan Teh Daun Dan<br />

Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Terhadap<br />

Enteropathogenic Escherichia coli - Studi Eksperimental<br />

secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas<br />

Islam Sultan Agung Semarang.<br />

58


Parijoto<br />

Miguel, M. G. 2011. Anthocyanins: Antioxidant and/or antiinflammatory<br />

activities. Journal of Applied Pharmaceutical<br />

Science 01(06): 07-15.<br />

MNHN. 2018. Muséum national d’Histoire naturelle, Paris<br />

(France), Collection: Vascular plants (P). diakses Juni 2018.<br />

https://science.mnhn.fr/taxon/genus/medinilla<br />

National Center for Biotechnology Information. PubChem<br />

Compound Database; CID=996, https://pubchem.ncbi.<br />

nlm.nih.gov/compound/996 (accessed Aug. 9, 2018).<br />

Niswah, L. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Buah<br />

Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Menggunakan Metode<br />

Difusi Cakram. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu<br />

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah<br />

Jakarta.<br />

Octaviani, I. 2016. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Parijoto<br />

(Medinilla speciosa) Terhadap Escherichia coli dan<br />

Staphylococcus aureus. Skripsi. Fakultas Teknobiologi<br />

Universitas Atma Jaya Yogyakarta. https://id.123dok.<br />

com//document/dzxgdewy-aktivitas-antibakteri-ekstrakdaun-parijoto-medinilla-speciosa-terhadap-escherichiacoli-dan-staphylococcus-aureus.<br />

html<br />

Orak, H. H. 2007. Total antioxidant activities, phenolics,<br />

anthocyanins, polyphenoloxidase activities of selected red<br />

grape cultivars and their correlations. Scientia<br />

Horticulturae 111:235–241.<br />

Panche, A. N.,A. D. Diwan, dan S. R. Chandra. 2016. Flavonoids: an<br />

overview. Journal of Nutritional Science 47(5):1-15.<br />

59


Daftar Pustaka<br />

Pereira, D. M.,P. Valentão, J. A. Pereira, and P. B. Andrade. 2009.<br />

Phenolics: From Chemistry to Biology. Molecules 14:2202-<br />

2211.<br />

Pietta, PG. 2000. Flavonoids as Antioxidants. Journal of Natural<br />

Prodroducts63(7):1035–1042. DOI: 10.1021/np9904509.<br />

Rudianto dan A. Megawati. 2017. Pengaruh Pemberian Ekstrak<br />

Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Terhadap<br />

PenurunanKadar Glukosa Darah Pada Tikus Putih.<br />

Prosiding HEFA 1 st . LPPMSTIKES Cendekia Utama Kudus. P<br />

369-374. ISSN 2581 – 2270.<br />

Sa’adah, N.N., A.P.D. Nurhayati, and K.I. Purwani. 2002.<br />

Antihyperlipidemic and Anti-obesity Effectsof the<br />

Methanolic Extract of Parijoto (Medinilla speciosa). AIP<br />

Conf. Proc. p:020046-1–020046-8.<br />

https://doi.org/10.1063/1.5050142.<br />

Sidiq, Y.,dan KE. Mumpuni. 2014. Identifikasi Variasi Genetik<br />

Parijoto (Medinilla javanensis (Bl.) Bl. dan Medinilla<br />

verrucosa (Bl.) Bl.) dengan Penanda Molekular Sebagai<br />

Sumber Belajar. Proceeding Biology Education<br />

Conference11(1):667-672.<br />

https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/view/7868<br />

Sugiarti, L. dan E. Pujiastuti. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Ektrak<br />

Etanol Buah Parijoto (Medinilla Speciosa Blume) terhadap<br />

Bakteri Staphylococcus aureusdan Echerichia Coli. Cendekia<br />

Journal of Pharmacy 1(1): 25-33.<br />

Tussanti, I.,A. Johan, Kisdjamiatun. 2014. Sitotoksisitas in vitro<br />

ekstrak etanolik buah parijoto (Medinilla speciosa, reinw.<br />

ex bl.) terhadap sel kanker payudara T47D. Jurnal Gizi<br />

Indonesia2(2): 53-58.<br />

60


Parijoto<br />

Urbaniak, A.,M. Molski, M. Szeląg. 2012. Quantum-chemical<br />

Calculations of the Antioxidant Propertiesof trans-pcoumaric<br />

Acid and trans-sinapinic Acid. Computational<br />

Methods In Science And Technology 18(2): 1-10.<br />

Wachidah, LN. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Serta Penentuan<br />

Kandungan Fenolat dan Flavonoid Total Dasr Buah<br />

Parijoto (Medinilla speciose Blume). Skripsi Program Studi<br />

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN<br />

Syarif Hidayatullah.<br />

Wulandari, R. 2016. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah<br />

Parijoto (Medinilla speciosa Reinw. Ex. BI) Dalam Sediaan<br />

Gel Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 2416.<br />

Tugas akhir. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan<br />

Pharmasi<br />

Semarang.<br />

http://perpustakaan.stifar.ac.id/index.php?p=show_detail<br />

&id=3100<br />

Zou, Y.,Y. Lu, dan D. Wei. 2004. Antioxidant Activity of a Flavonoid-<br />

Rich Extract of Hypericum perforatum L. in Vitro. J. Agric.<br />

Food Chem. 52(16):5032–5039.<br />

↜oOo↝<br />

61


Umar Hafidz Asy’ari Hasbullah, S.TP., M.Sc., lahir<br />

di Boyolali, 1 Juli 1986. Penulis memperoleh gelar<br />

Sarjana Teknologi Pertanian dari Program Studi<br />

Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,<br />

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selanjutnya<br />

memperoleh gelar Master of Science dari Program<br />

Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas<br />

Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada<br />

Yogyakarta. Sejak tahun 2015 hingga sekarang, penulis bergabung di<br />

Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas PGRI<br />

Semarang. Penulis menekuni penelitian di bidang senyawa volatile,<br />

flavor, sensoris, kopi dan pasca panen. Beberapa penelitian yang telah<br />

dilakukan penulis diantaranya karakteristik tepung suweg dari tahun<br />

2015 sampai 2017, karakteristik kopi dan dampak pengolahan dari<br />

tahun 2017 sampai sekarang. Penulis juga aktif dalam pengabdian<br />

kepada masyarakat diantaranya pemberdayaan masyarakat di beberapa<br />

daerah dengan olahan pangan dari bahan lokal. Termasuk bersama<br />

mahasiswa dalam memberdayakan masyarakat di Gunung Muria dalam<br />

mengembangkan olahan buah parijoto. Beberapa publikasi telah<br />

dihasilkan penulis di beberapa jurnal. Kerjasama dan kolaborasi<br />

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sangat diharapkan<br />

penulis dengan berbagai pihak. Penulis dapat dihubungi melalui email<br />

umarhafidzah@gmail.com.<br />

Rizki Bhakti Pertiwi, lahir di Kudus pada tanggal 17<br />

Maret 1997. Pendidikan yang telah ditempuh<br />

adalah SDN 1 BAE Kudus lulus pada tahun 2010,<br />

SMP N 1 BAE yang lulus pada tahun 2013 dan<br />

merupakan alumni SMAN 2 KUDUS yang lulus<br />

pada tahun 2015. Saat ini, ia tercatat sebagai<br />

mahasiswa aktif Program Studi Teknologi Pangan,


Fakultas Teknik dan Informatika Universitas PGRI Semarang. Bersama<br />

dengan dosen pembimbing, penulis melaksanakan pengabdian kepada<br />

masyarakat di Desa Japan Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dalam<br />

diversifikasi olahan buah parijoto pada tahun 2018. Kegiatan tersebut<br />

merupakan wujud pengabdian penulis untuk memberdayakan<br />

masyarakat tempat tinggal dan tempat kelahiran yaitu Kabupaten<br />

Kudus. Kedepannya penulis akan melakukan penelitian dengan objek<br />

buah parijoto di bidang teknologi pangan. Penulis memiliki hobi<br />

menjadi model komik jepang, fotografi dan traveling. Penulis dapat di<br />

hubungi melalui email riyuzzu@gmail.com.<br />

Nur Khikmah, lahir di Batang pada tanggal 26<br />

November 1997. Pendidikan yang telah ditempuh<br />

adalah SDN 1 Wonobodro lulus pada tahun 2010,<br />

SMP N 1 Blado yang lulus pada tahun 2013. Penulis<br />

merupakan alumni SMA Negeri 1 Bandar,<br />

Kabupaten Batang, Jawa Tenggah. Sejak tahun 2016<br />

tercatat sebagai mahasiswa aktif di Program Studi<br />

Teknologi Pangan, Fakultas Teknik dan<br />

Informatika, Universitas PGRI Semarang. Penulis bersama dosen<br />

pembimbing dan rekan mahasiswa telah melakukan pemberdayaan<br />

masyarakat di Lereng Gunung Muria Kabupaten Kudus dalam<br />

mengembangkan potensi buah parijoto menjadi berbagai produk<br />

olahan pangan. Penulis memiliki hobi membaca dan memasak. Penulis<br />

dapat di hubungi melalui email knur@gmail.com.<br />

Dewi Novita, lahir di Pati, 1 November 1997.<br />

Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis<br />

adalah SDN 01 Glonggong lulus tahun 2010,SMP<br />

Negeri 2 Jakenan lulus tahun 2013, SMA Negeri 1<br />

Jakenan lulus tahun 2016. Sejak tahun 2017<br />

terdaftar sebagai mahasiswa aktif Program Studi<br />

Teknologi Pangan Fakultas Teknik dan<br />

Informatika di Universitas PGRI Semarang sampai<br />

dengan sekarang. Bersama dua rekan mahasiswa dan dosen


pembimbing melakukan kegiatan pendampingan masyarakat di Desa<br />

Dawe Lereng Gunung Muria Kabupaten Kudus dalam pengolahan buah<br />

parijoto menjadi aneka produk pangan. Penulis memiliki hobi<br />

membaca dan makan. Penulis dapat di hubungi melalui email<br />

dn18096@gmail.com.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!