Newsletter Okt 2018_EDIT_DY(2)
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
“Dengan dukungan Kementerian PUPR, normalisasi sungai<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
INOVASI<br />
Normalisasi sungai menjadi<br />
destinasi wisata<br />
Pelibatan semua elemen dalam<br />
“Gerak Bersama”<br />
Pencapaian 5 pilar STBM<br />
Strategi Sanitasi Terintegrasi<br />
terus kami lakukan sehingga wilayah sungai memiliki talud<br />
dan pedestrian yang indah sekaligus menghilangkan bedengbedeng<br />
dan kebiasaan untuk buang air besar sembarangan<br />
(BABS),” ungkap Wakil Walikota Semarang ibu Hevearita<br />
Gunaryanti Rahayu yang mewakili Walikota Semarang<br />
menerima penghargaan dari Menteri Kesehatan untuk kota<br />
Semarang sebagai satu dari 6 kota dengan inovasi terbaik<br />
dalam STBM, di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta<br />
(18/10).<br />
Inovasi dalam hal sanitasi di kota Semarang telah membantu<br />
terwujudnya lima pilar STBM dengan nilai capaian bulat<br />
100%. Kelima pilar tersebut adalah Stop Buang Air Besar<br />
Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),<br />
pengelolaan sampah dan penyediaan air minum, dan<br />
penanganan limbah.<br />
Inovasi yang dikemas dalam slogan “Gerak Bersama”<br />
meliputi penjaringan kebutuhan masyarakat dari tingkat<br />
desa/ kelurahan, penyediaan anggaran ke kelurahan dan<br />
desa, dan pengawasan Bappeda atas penggunaan anggaran.<br />
Walikota Semarang Hendrar Prihadi Selain itu pihak swasta<br />
melalui kegiatan CSR didorong untuk berpartisipasi dalam<br />
membantu pencapaian akses sanitasi layak di daerah-daerah<br />
minim sanitasi. Pemerintah kota juga bekerja bersama<br />
kelompok PKK dan Forum Kota Sehat yang diketuai oleh<br />
Krisseptiana Hendrar Prihadi, LPMK Kota Semarang untuk<br />
menyadarkan penduduk kota agar tidak melakukan praktik<br />
BABS.<br />
“Kami mengerjakan pengecatan lingkungan kampung<br />
dengan menggandeng pihak perusahaan setempat dan<br />
kontribusi masyarakat,” ujar Wakil Walikota.<br />
Di tempat lain, Kepala Bappeda Kota Semarang Bunyamin<br />
menegaskan komitmen kota Semarang untuk mencapai<br />
100% akses sanitasi layak dan bebas BABS. Komitmen ini<br />
dilakukan melalui Strategi Sanitasi Terintegrasi dimana<br />
terdapat partisipasi masyarakat dan anggaran dari<br />
pemerintah daerah. “Kalau masyarakat sehat, pasti ada<br />
pengurangan biaya untuk berobat dan mereka juga bisa<br />
berdaya secara ekonomi,” kata Bunyamin.<br />
Penghargaan STBM Berkelanjutan akan secara rutin<br />
dianugerahkan pada wilayah-wilayah yang berhasil<br />
mengupayakan akses sanitasi penuh bagi masyarakat.<br />
Diharapkan wilayah-wilayah yang masih mengupayakan<br />
tercapainya 5 pilar STBM dapat belajar dari kota, kabupaten<br />
dan propinsi yang sudah 100% STBM.<br />
SLEMAN<br />
SLEMAN – TERUS BERBENAH<br />
Dari 23 kabupaten/kota yang telah 100 persen<br />
merampungkan Pilar 1 STBM (Stop BABS), Kabupaten<br />
Sleman terpilih menjadi salah satu dari enam nominator<br />
penerima STBM Award <strong>2018</strong> tingkat nasional. Penghargaan<br />
STBM Berkelanjutan ini diserahkan oleh Menteri Kesehatan<br />
RI Ibu Nila Moeleok kepada Wakil Bupati Sleman Sri<br />
Muslimatun di Jakarta (18/10).<br />
Akses sanitasi di Sleman telah mencakup 294.081 KK atau<br />
90,51 persen sebagai pengguna jamban sehat permanen,<br />
sementara 12.767 KK atau (3,93 persen) menggunakan<br />
jamban sehat semi permanen, dan 18.068 KK atau (5,56<br />
persen) secara bersama menggunakan jamban sehat<br />
“Dulu Semarang dikenal kaline banjir, maka kami<br />
melakukan upaya normalisasi sungai dan menjadikannya<br />
destinasi wisata. Sudah banyak sungai yang menjadi destinasi<br />
wisata seperti Banjir Kanal Barat, Kali Semarang, Banjir<br />
Kanal Timur dan lainnya,” jelas ibu Hevearita.<br />
Ditambahkannya, di kali-kali tersebut sekarang<br />
diselenggarakan banyak kegiatan lomba, olah raga dan<br />
kegiatan rekreasi seperti mancing bersama, lomba dayung<br />
perahu dan sarana berkumpul warga. Wilayah yang dilewati<br />
kali-kali tersebut juga sudah berubah wajah. Misalnya<br />
Kampung Pelangi yang dilewati Kali Semarang yang dulu<br />
terlihat kumuh, sekarang penuh dengan warna warni cat<br />
pada tembok rumahnya.<br />
permanen dan semi permanen.