Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Seri</strong> <strong>Buku</strong> Pintar <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
PENYUSUNAN<br />
KELAYAKAN USAHA<br />
& PENGEMBANGAN USAHA<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
Hastowiyono<br />
Suharyanto<br />
Australian Community Development and Civil Society<br />
Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II
<strong>Seri</strong> <strong>Buku</strong> Pintar <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
PENYUSUNAN<br />
KELAYAKAN USAHA<br />
& PENGEMBANGAN USAHA<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
Hastowiyono<br />
Suharyanto<br />
Australian Community Development and Civil Society<br />
Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II
<strong>Seri</strong> <strong>Buku</strong> Pintar <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
PENYUSUNAN KELAYAKAN USAHA DAN PERENCANAAN<br />
USAHA <strong>BUM</strong> DESA<br />
Penulis : Hastowiyono<br />
Suharyanto<br />
Kontributor : Sulfiani, Jaringmas Bantaeng<br />
Penyunting : Sutoro Eko Yunanto<br />
Reviwer : Rossana Dewi<br />
Penata Letak : Candra Coret<br />
<strong>Desa</strong>in Cover : Candra Coret<br />
llustrasi : Budi & Erni<br />
Copyleft@Diperkenankan untuk melakukan modifikasi,<br />
penggandaan maupun penyebarluasan buku ini untuk kepentingan<br />
pendidikan dan bukan untuk kepentingan komersial dengan tetap<br />
mencantumkan atribut penulis dan keterangan dokumen ini secara<br />
lengkap.<br />
Forum Pengembangan Pembaharuan <strong>Desa</strong> (FPPD)<br />
Jl. Karangnangka No. 175 Dusun Demangan<br />
<strong>Desa</strong> Maguwoharjo Kec. Depok Sleman Yogyakarta<br />
Telp./fax: 0274 4333665, mbl: 0811 250 3790<br />
Email: fppd@indosat.net.id<br />
Website: http//www. forumdesa.org<br />
Cetakan Pertama : Januari 2014<br />
14,5 x 21 cm, xx + 160 Hal<br />
ISBN : 978-602-14772-0-5
KATA PENGANTAR<br />
Direktur <strong>Usaha</strong> Ekonomi Masyarakat<br />
Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat Dan <strong>Desa</strong><br />
Kementerian Dalam Negeri<br />
<strong>Desa</strong> dan desa adat atau yang disebut dengan nama<br />
lain dalam UU No. 6/2014 tentang De sa dinyatakan<br />
sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki<br />
batas wilayah yang berwenang un tuk meng atur dan mengurus<br />
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat<br />
berdasarkan prakarsa ma sya rakat, hak asal usul, dan/<br />
atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem<br />
pemerintahan Negara Kesatu an Repu blik Indo nesia. Substansi<br />
undang-undang ini menegaskan tentang janji pemenuhan<br />
kebutuhan (demand complience scenario) dalam konteks<br />
pembangunan nasio nal di tingkat desa.<br />
Selanjutnya dalam UU No. 6/2014 tentang <strong>Desa</strong> juga<br />
menyata kan bah wa “<strong>Desa</strong> dapat mendirikan Badan <strong>Usaha</strong><br />
Milik De sa”. Pendirian badan usaha tersebut berpedoman<br />
pada peraturan perundang-undangan. Ini merupakan bagian<br />
pen ting dan tidak terpisahkan dari keaslian otonomi desa.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
iii
Sejalan de ngan dikeluarkannya berbagai kebijakan yang<br />
mengatur <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, telah banyak pemerintah kabupaten<br />
mengini sia si pendirian Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>)<br />
yang di da sarkan atas kebutuhan dan potensi desa sebagai<br />
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dibangun atas prakarsa (inisiasi) ma sya ra kat<br />
desa serta berdasar prinsip kooperatif, partisipasi, dan emansipasi<br />
(user-owned, user-benefited, and user con trolled) dengan<br />
mekanisme member-base dan self-help. Badan ini<br />
di harapkan dapat menjadi wadah ke giatan eko nomi yang<br />
terdapat di desa. Karena itu, pe nge lolannya ha rus dilakukan<br />
secara profesional, koopera tif, mandiri dan berkelanjutan.<br />
Secara kelembagaan, permasalahan yang dihadapi<br />
ter hadap pendirian <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> pada dasarnya dapat dikelom<br />
pokkan ke dalam hal-hal yang bersifat internal dan<br />
eks ternal. Permasalahan internal meliputi keterbatasan<br />
Sum ber Daya Manusia (SDM), manajemen yang belum<br />
efek tif sehingga kurang efisien, serta keterbatasan modal.<br />
Se dang kan permasalahan eksternal meliputi kemampuan<br />
mo ni toring yang belum efektif, kurangnya pengalaman,<br />
ser ta infrastruktur yang kurang mendukung. Kondisi inilah<br />
yang mengakibatkan pelayanan dalam pengembangan<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> masih belum mampu menjangkau secara luas,<br />
pa dahal pelayanan dalam pengembangan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> secara<br />
luas akan sangat penting perannya dalam membantu<br />
investasi bagi pelaku usaha mikro di perdesaan.<br />
iv<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Oleh karena itu, <strong>Seri</strong> <strong>Buku</strong> Pintar Penyusunan <strong>Kelayakan</strong><br />
<strong>Usaha</strong> dan Pengembangan <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> diharapkan<br />
dapat mendukung guna mengatasi berbagai keterbatasan<br />
yang dirasakan selama ini, utamanya di daerah perdesaan.<br />
Salah satunya adalah dengan mendayagunakan potensi<br />
yang telah berdiri selama ini untuk memperluas jangkauan<br />
pelayanan dan sekaligus mengisi kesenjangan permintaan<br />
dan penawaran terutama di wilayah perdesaan. Kebijakan<br />
beserta berbagai strategi pelaksanaannya akan didasarkan<br />
pada pratek-praktek terbaik dan pelajaran yang dapat dipetik<br />
dari berbagai pengalaman yang selama ini berjalan<br />
(best practice). Ketiadaan kebijakan dalam pemberdayaan<br />
usaha ekonomi melalui <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang terpadu, bagaimanapun<br />
telah membatasi para stakeholders untuk menyelaraskan<br />
berbagai upaya mereka untuk menciptakan sebuah<br />
sistem perekonomian yang berkelanjutan.<br />
Dr. Ir. Sapto Supono, M.Si<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
v
KATA PENGANTAR ACCESS<br />
Kemandirian desa, mendukung demokratisasi desa,<br />
kearifan lokal, partisipasi, keadilan gender,<br />
penanggulangan kemiskinan, dan akuntabilitas<br />
pembangunan desa<br />
Kemampuan desa untuk mengelola pembangunan lebih<br />
mandiri yang didukung oleh semua unsur dan sumber<br />
daya desa sangat penting bagi perbaikan kesejahtera an<br />
ma sya rakat, terlebih bagi masyarakat miskin di desa. <strong>Desa</strong><br />
yang dapat menjalankan pengelolaan pembangunan secara<br />
mandiri bukan hanya mampu menggerakkan seluruh<br />
aset sumber daya yang dimiliki desa, tetapi desa juga akan<br />
mampu memperbaiki kebutuhan dasar warga, kebutuhan<br />
penghidupan, memperjuangkan hak warga dan menata<br />
ke hidupan secara berkelanjutan.<br />
Hadirnya serial buku pintar tentang kemandirian desa<br />
ini diharapkan dapat menjadi bacaan segar di desa, khususnya<br />
bagi para Kepala <strong>Desa</strong>, Perangkat <strong>Desa</strong>, Kader <strong>Desa</strong><br />
termasuk Kader Posyandu, para pengelola atau pengguna<br />
keuangan desa, Badan Permusyawaratan <strong>Desa</strong> (BPD), dan<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
vii
juga masyarakat desa-baik laki-laki maupun perempuan,<br />
untuk menata desanya. <strong>Buku</strong> ini juga menarik untuk dibaca<br />
kawan-kawan para pegiat pemberdayaan masyarakat<br />
dan desa, fasilitator desa, dan rekan-rekan Lembaga Swadaya<br />
Masyarakat peduli desa. Terlebih dengan lahirnya Undang<br />
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang <strong>Desa</strong>, maka<br />
kehadiran buku-buku pintar ini diharapkan dapat menjadi<br />
salah satu referensi pemberdayaan desa.<br />
<strong>Seri</strong>al buku pintar meliputi 1) Pengembangan Kewenang<br />
an (Urusan) <strong>Desa</strong>, 2) Pengelolaan Aset <strong>Desa</strong>, 3) Pengem<br />
bangan Regulasi <strong>Desa</strong>, 4) Badan Permusyawaratan<br />
<strong>Desa</strong> (BPD) dalam Demokrasi <strong>Desa</strong>, 5) Perencanaan dan<br />
Penganggaran <strong>Desa</strong>, 6) Pengelolaan dan Pertanggungjawaban<br />
Keuangan <strong>Desa</strong>, 7) Pengembangan dan Pengelolaan<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, 8) Sistem Administrasi dan Informasi <strong>Desa</strong>, 9)<br />
Tatacara Pertanggungjawaban Kepala <strong>Desa</strong>, dan 10) Reposisi<br />
Peran Publik Perempuan di <strong>Desa</strong>. Selain 10 buku pintar<br />
tersebut, disusun pula seri buku pintar yang khusus un tuk<br />
Pengembangan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> meliputi a) Penyusunan Ke la yakan<br />
<strong>Usaha</strong> dan Pengembangan <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, b) Rancang<br />
Bangun Bisnis dan Pengelolaan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, dan c) Pelem<br />
ba gaan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. <strong>Buku</strong>-buku pintar tersebut disusun<br />
terutama berdasarkan pengalaman desa dan daerah wilayah<br />
kerja Program ACCESS Tahap II.<br />
ACCESS Tahap II merupakan program pengembangan<br />
kapasitas warga dan organisasi warga yang didukung oleh<br />
viii<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
dana hibah dari Pemerintah Australia. Program ini berupa ya<br />
mendukung kerja-kerja pemberdayaan yang menghargai<br />
aspek lokalitas dan menempatkan perempuan, masyarakat<br />
miskin, dan kelompok marginal sebagai subyek pembangunan<br />
yang memiliki posisi setara dengan pelaku lainnya.<br />
Akhirnya, kami sampaikan terima kasih sebesar-besarnya<br />
kepada tim Forum Pengembangan Pembaharuan <strong>Desa</strong><br />
(FPPD) yang telah menghimpun serial buku dalam rangka<br />
memberi bahan kepada pelaku dan pejuang di desa dan<br />
daerah untuk membantu mereka mengelola desa dengan<br />
menghargai kearifan lokal serta memanfaatkan peluang<br />
yang diberikan melalui UU <strong>Desa</strong> menuju desa yang demokratis,<br />
berkeadilan gender, dan bebas dari kemiskinan berbagai<br />
segi. Semoga buku-buku tersebut dapat menambah<br />
khazanah pengetahuan bagi pelaku dan pegiat pembangun<br />
an desa di Indonesia.<br />
Paul Boon<br />
Direktur Program ACCESS Tahap II<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
ix
KATA PENGANTAR<br />
Forum Pengembangan Pembaharuan <strong>Desa</strong><br />
Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> yang disingkat <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masya<br />
rakat dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat<br />
perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuh<br />
an masyarakat dan potensi desa. <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> merupa kan<br />
bentuk kelembagaan desa yang memiliki kegiatan menjalankan<br />
usaha ekonomi atau bisnis untuk memperoleh manfaat<br />
yang berguna bagi kesejahteraan masyarakat desa. De sa<br />
mendirikan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> bukanlah semata-mata untuk mencari<br />
keuntungan ekonomis atau laba, akan tetapi meliputi<br />
pula manfaat sosial dan manfaat non ekonomi lainnya. Manfaat<br />
ekonomi yang ingin diperoleh dari kegiatan usaha <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> adalah keuntungan atau laba secara finansial, PADes<br />
bertambah, terbukanya lapangan kerja baru bagi war ga<br />
desa, dan kegiatan usaha ekonomi desa semakin dina mis.<br />
Manfaat sosial dan non ekonomi lain dari <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, misal:<br />
memperkuat rasa kebersamaan diantara warga desa, mem-<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
xi
perkokoh kegotongroyongan, me num buhkan kebanggaan<br />
dari warga terhadap desanya, war ga menjadi lebih kerasan<br />
tinggal di desa, mendorong tum buhnya prakarsa dan gerakan<br />
bersama warga untuk membangun desa secara mandiri,<br />
kelestarian lingkungan hidup, semakin baiknya pelayanan<br />
pe merintah desa kepada warga, dan seterusnya.<br />
Dalam Pasal 78 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor<br />
72 Tahun 2005 tentang <strong>Desa</strong> dinyatakan bahwa “Dalam<br />
meningkatkan pendapatan masyarakat dan <strong>Desa</strong>, Pemerintah<br />
<strong>Desa</strong> dapat mendirikan Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> sesuai<br />
dengan kebutuhan dan potensi <strong>Desa</strong>”. Undang-Undang<br />
Nomor 6 Tahun 2014 tentang <strong>Desa</strong> pada pasal 87 menyebutkan<br />
(ayat 1) <strong>Desa</strong> dapat mendirikan Badan <strong>Usaha</strong> Milik<br />
<strong>Desa</strong> yang disebut <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>; (ayat 2) <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dikelola<br />
dengan semangat kekeluargaan dan kegotong ro yongan;<br />
dan (ayat 3) <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat menjalankan usaha di bidang<br />
ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai de ngan<br />
ketentuan peraturan perundang-undangan. Kata “dapat”<br />
dalam undang-undang tersebut mengandung pe nger tian<br />
bahwa desa diberi kesempatan, hak dan kewe nang an untuk<br />
mendirikan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Oleh karena itu, pen dirian <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> hendaknya dipahami sebagai peluang baru bagi desa<br />
untuk mengembangkan perekonomian desa melalui pendayagunaan<br />
potensi desa untuk meme nuhi kebutuhan warga<br />
desa. Dengan kata lain, unit usaha yang akan dijalankan<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> hendaknya bertumpu pada potensi dan kebu-<br />
xii<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
tuhan desa. Pendirian <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> merupakan inisiatif desa,<br />
bukan perintah dari pemerintah supra desa, sehingga penge<br />
lolaannya harus berdasarkan prinsip kemandirian desa<br />
dan semangat kekeluargaan serta kegotongroyongan.<br />
Pendirian <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> antara lain dimaksudkan untuk mengurangi<br />
peran para tengkulak yang seringkali menye bab -<br />
kan meningkatnya biaya transaksi (transaction cost) antara<br />
harga produk dari produsen kepada konsumen akhir. Melalui<br />
lembaga ini diharapkan setiap produsen di per de sa an dapat<br />
menikmati selisih harga jual produk de ngan biaya produksi<br />
yang layak dan konsumen tidak harus menanggung harga<br />
pembelian yang mahal. <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat menjadi distributor<br />
utama untuk memenuhi kebutuhan sem bilan bahan pokok<br />
(sembako). Selain itu, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> berfungsi menumbuh-suburkan<br />
kegiatan pelaku ekonomi di perde sa an 1 .<br />
Dengan demikian, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> merupakan pilar kegiatan<br />
ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial<br />
(social institution) dan sekaligus komersial (commercial<br />
institution). <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sebagai lembaga sosial berpihak<br />
kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya<br />
da lam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai<br />
lem baga komersial bertujuan mencari keuntungan (laba)<br />
dari berbagai usaha/bisnis yang dijalankannya. <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
sebagai lembaga perekonomian desa hendaknya diseleng-<br />
1 Lihat http://relawandesa.files.wordpress.com/2008/06/1panduan-<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.pdf.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
xiii
garakan dan dikelola secara profesional, inovatif-kreatif, rasional<br />
dan mandiri.<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sebagai lembaga desa yang menjalankan<br />
usa ha ekonomi harus memperhatikan prinsip efisiensi dan<br />
efektifitas serta kehati-hatian dalam menjalankan usaha.<br />
Oleh karena itu sebelum menjalankan suatu kegiatan usaha<br />
terlebih dahulu harus dipertimbangkan matang-matang<br />
kelayakan dari jenis usaha yang akan dijalankan itu. Keputusan<br />
untuk memilih suatu jenis usaha menjadi bidang<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> bukanlah persoalan yang mudah. Bidang-bidang<br />
usaha yang direncanakan harus layak untuk<br />
dijalankan. Cara yang paling lazim untuk menilai kelayakan<br />
usaha adalah dengan melakukan Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>.<br />
Oleh karena itu, pengetahuan tentang Kajian <strong>Kelayakan</strong><br />
<strong>Usaha</strong> sangat penting, karena dalam memulai suatu usaha<br />
tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman dan insting<br />
(naluri) saja.<br />
Sutoro Eko Yunanto<br />
Ketua Steering Committee<br />
xiv<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
DAFTAR ISI<br />
KATA PENGANTAR PMD.............................................<br />
KATA PENGANTAR ACCESS....................................... vii<br />
KATA PENGANTAR FPPD...........................................<br />
DAFTAR ISI................................................................. xv<br />
DAFTAR SINGKATAN ................................................. xix<br />
Bagian I<br />
PENDAHULUAN.......................................................... 1<br />
Apa Itu Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?.......................... 1<br />
Apa Manfaat dari Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?........... 2<br />
Apa Tujuan Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?.................... 3<br />
Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?................................................. 5<br />
Aspek Apa yang Perlu Dikaji untuk Menentukan<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?................................................. 10<br />
iii<br />
xi<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
xv
Bagian II<br />
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN............................... 11<br />
Apa Makna Pasar dan Pemasaran?....................... 11<br />
Apa yang harus dikaji dari segi pasar dan<br />
pemasaran?.......................................................... 14<br />
1. Ketepatan Produk dengan Kebutuhan<br />
Masyarakat. .................................................. 14<br />
2. Daya Beli Masyarakat..................................... 18<br />
3. Jumlah Konsumen ....................................... 20<br />
4. Kecenderungan Permintaan Konsumen ........ 21<br />
5. Kesesuaian Harga Produk.............................. 24<br />
6. Kemudahan Mendapatkan Produk................. 26<br />
7. Kemudahan Mendapatkan Informasi<br />
tentang Produk.............................................. 28<br />
Bagian III<br />
ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI............................. 37<br />
1. Perencanaan Produk...................................... 37<br />
2. Kualitas Produk.............................................. 38<br />
2. Perencanaan jumlah Produksi........................ 40<br />
3. Persediaan bahan baku.................................. 41<br />
4. Kapasitas Produksi........................................ 42<br />
5. Pemilihan Teknologi....................................... 43<br />
6. Penentuan Lokasi <strong>Usaha</strong>................................ 44<br />
7. Perencanaan Tata letak (Layout) ................... 48<br />
xvi<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Bagian IV<br />
ASPEK MANAJEMEN DAN SDM................................. 55<br />
Aspek Manajemen ............................................... 55<br />
Aspek Sumber Daya Manusia .................................61<br />
Bagian V<br />
ASPEK KEUANGAN..................................................... 67<br />
Kebutuhan Dana dan Sumbernya ........................ 68<br />
Perkiraan Arus Kas ............................................... 76<br />
Perkiraan Laba-Rugi ............................................ 79<br />
Penilaian Investasi ................................................ 82<br />
Bagian VI<br />
ASPEK SOSIAL BUDAYA, EKONOMI, POLITIK,<br />
LINGKUNGAN USAHA DAN LINGKUNGAN HIDUP..... 93<br />
Aspek Sosial Budaya Setempat ........................... 93<br />
Aspek Perbaikan Ekonomi <strong>Desa</strong> .......................... 95<br />
Aspek Politik ........................................................ 96<br />
Aspek Lingkungan <strong>Usaha</strong> .................................... 97<br />
Aspek Lingkungan Hidup .................................... 100<br />
Bagian VII<br />
ASPEK HUKUM (YURIDIS).......................................... 101<br />
1. Bentuk <strong>Usaha</strong> dan Perijinannya ..................... 102<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
xvii
2. Kesesuaian <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dengan<br />
Perencanaan Pembangunan <strong>Desa</strong> ................. 103<br />
3. Status Kepemilikan Lahan atau Lokasi<br />
<strong>Usaha</strong> ........................................................... 104<br />
Bagian VIII<br />
PERENCANAAN USAHA............................................. 107<br />
Bagian IX<br />
PENUTUP.................................................................... 117<br />
DAFTAR PUSTAKA...................................................... 121<br />
TENTANG PENULIS ................................................... 123<br />
PROFIL FPPD............................................................. 125<br />
LAMPIRAN<br />
Lampiran 1<br />
Instrumen Bantu Penilaian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>............... 127<br />
Lampiran 2<br />
Contoh Perencanaan <strong>Usaha</strong> (Business Plan)............... 139<br />
xviii<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
DAFTAR SINGKATAN<br />
ACCESS<br />
APBD<br />
APBN<br />
ATK<br />
BEP<br />
BPD<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
FPPD<br />
KK<br />
NPV<br />
PADes<br />
PI<br />
PNPM<br />
PP<br />
PT<br />
PV<br />
RKP <strong>Desa</strong><br />
Australian Community Development and Civil<br />
Society Strengthening Scheme<br />
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah<br />
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara<br />
Alat Tulis dan Kantor<br />
Break Even Point<br />
Badan Permusyawaratan <strong>Desa</strong><br />
Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong><br />
Forum Pengembangan Pembaharuan <strong>Desa</strong><br />
Kepala Keluarga<br />
Net Present Value<br />
Pendapatan Asli <strong>Desa</strong><br />
Profitability Index<br />
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat<br />
Payback Period<br />
Perseroan Terbatas<br />
Present Value<br />
Rencana Kerja Pembangunan <strong>Desa</strong><br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
xix
RPJM <strong>Desa</strong><br />
Saprotan<br />
Sembako<br />
SDM<br />
TPKU<br />
Rencana Pembangunan Jangka Menengah <strong>Desa</strong><br />
Sarana Produksi Pertanian<br />
Sembilan Bahan Pokok<br />
Sumber Daya Manusia<br />
Tim Penyusun <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong><br />
xx<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Bagian I<br />
PENDAHULUAN<br />
Apa Itu Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?<br />
Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> adalah kegiatan untuk menilai<br />
sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan<br />
suatu kegiatan usaha (Ibrahim, 2009). Hasil dari<br />
kegiatan kajian kelayakan usaha sangat berguna sebagai<br />
ba han pertimbangan dalam pengambilan keputusan, apakah<br />
menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang<br />
direncanakan. Suatu gagasan usaha dikatakan layak apabila<br />
terdapat kemungkinan untuk memperoleh manfaat<br />
atau benefit ketika kegiatan usaha itu benar-benar dijalankan.<br />
Pada dasarnya kajian kelayakan usaha dapat dilaksanakan<br />
untuk mendirikan usaha baru atau dapat pula dalam<br />
rangka pengembangan usaha yang sudah ada (Suherman,<br />
2011). Kajian kelayakan usaha tidak hanya diperlukan pada<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 1
awal pendirian usaha saja, tetapi perlu juga dilakukan pada<br />
saat <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> hendak melakukan pengembangan usaha.<br />
Apa Manfaat dari Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?<br />
Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> yang dilakukan dengan sungguh-sungguh<br />
dan menggunakan cara yang tepat akan<br />
memberikan kemanfaatan, meliputi:<br />
2<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
1. Terpilihnya jenis usaha yang dapat menghasilkan keman<br />
faatan paling besar atau paling layak untuk dilaksanakan.<br />
2. Dapat memperkecil risiko kegagalan usaha atau mencegah<br />
kerugian.<br />
3. Tersedianya data dan informasi tentang kelayakan usaha<br />
akan memudahkan dalam menyusun perencanaan<br />
usaha (business plan).<br />
4. Meningkatnya kemampuan atau keterampilan warga<br />
desa dalam mengelola usaha ekonomi secara rasional<br />
dan modern.<br />
5. Tersedianya informasi tentang prospek usaha yang<br />
dapat menarik warga desa dan pihak lain untuk mendukung<br />
pengembangan usaha. Misalnya, warga desa<br />
atau lembaga keuangan (bank) tertarik menanamkan<br />
modal atau meminjamkan uang untuk mendukung<br />
pengembangan usaha yang dilakukan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />
Apa Tujuan Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?<br />
Tujuan dilakukan Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> meliputi:<br />
1. Memperhitungkan keadaan internal desa (potensi desa<br />
dan kebutuhan masyarakat) dan eksternal desa (peluang<br />
dan ancaman pengembangan usaha) sebagai<br />
acuan dalam perencanaan usaha ekonomi desa,<br />
2. Memantapkan gagasan usaha ekonomi,<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 3
3. Merencanakan Sumber Daya Manusia (SDM), terutama<br />
untuk menyiapkan orang-orang yang berkualitas<br />
sebagai pengelola unit usaha,<br />
4. Merancang organisasi unit usaha,<br />
5. Memperhitungkan peluang dan risiko usaha,<br />
6. Menentukan jenis usaha yang memungkinkan dan meng<br />
untungkan untuk dijalankan.<br />
4<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan <strong>Kelayakan</strong><br />
<strong>Usaha</strong>?<br />
Penyusunan kelayakan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus dilakukan<br />
secara cermat dengan memperhitungkan ba nyak hal<br />
yang diperkirakan dapat mempengaruhi jalannya usaha<br />
yang akan dilakukan. Semakin lengkap dan cermat dalam<br />
memperhitungkan faktor-faktor yang dapat mem pe ngaruhi<br />
jalannya usaha diharapkan akan terhindar dari ri siko kegagalan<br />
usaha karena mengalami kerugian.<br />
Selain lengkap dan cermat dalam memperhitungkan<br />
fak tor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya usa ha,<br />
penyusunan kelayakan usaha harus didasarkan per tim bangan-pertimbangan<br />
yang rasional dan realistik. Pertimbangan<br />
rasional artinya, harus memperhitungkan keuntungan atau<br />
kemanfaatan dan kerugian atau dampak ne ga tif yang kemung<br />
kinan akan terjadi ketika unit usaha ter ten tu itu nanti<br />
nya benar-benar dijalankan. Pertimbangan yang realis tis<br />
mak sudnya, jenis usaha yang akan di ja lan kan harus mendasarkan<br />
diri pada potensi desa, kebutuhan masyarakat,<br />
dan kemampuan nyata atas sumberdaya yang di per lu kan<br />
un tuk menjalankan usaha.<br />
Penyusunan kelayakan usaha juga harus dilakukan<br />
se cara partisipatif dengan melibatkan secara aktif warga<br />
de sa, karena unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang akan dijalankan<br />
pas ti akan bersentuhan baik langsung maupun tidak lang-<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 5
sung dengan kehidupan warga desa. Perlu diingat bahwa<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> adalah lembaga ekonomi milik desa, bukan<br />
mi lik pribadi aparat desa maupun pengelolanya, sehingga<br />
da lam pelaksanaan usahanya harus dapat dipertanggungjawabkan<br />
kepada warga desa.<br />
Langkah-langkah penyusunan kelayakan usaha adalah sebagai<br />
berikut:<br />
1. Pembentukan Tim Penyusun <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> (TPKU).<br />
Pembentukan TPKU sebaiknya ditetapkan de ngan Surat<br />
Keputusan Kepala <strong>Desa</strong>. TPKU sebaik nya terdiri atas<br />
Kepala <strong>Desa</strong> dan warga desa yang cukup ber pen didikan,<br />
me ngenal dengan baik keadaan desa, dan memiliki komitmen<br />
(rasa tanggungjawab) untuk memajukan desa<br />
nya atau yang sering dikenal sebagai kader-kader<br />
peng gerak desa. Akan lebih sempurna apabila diantara<br />
anggota TPKU terdapat orang-orang yang memiliki ke -<br />
te rampilan dan pengalaman men jalankan usaha ekonomi<br />
dengan baik. Jumlah personil TPKU sebaiknya<br />
tidak terlalu banyak (misal: 5-7 orang). Dalam menentukan<br />
anggota TPKU hendak nya memperhitungkan keterwakilan<br />
perempuan. Keterlibatan perempuan dalam<br />
pe nyu sunan kelayakan usa ha dapat mendorong tumbuhnya<br />
gerakan kolektif untuk mengembangkan perekonomian<br />
desa berda sarkan spirit kesetaraan jender<br />
(ke setaraan antara laki-laki dan perempuan). Pemben-<br />
6<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
tukan TPKU ini lebih diutamakan bagi desa yang belum<br />
terbentuk kelembagaan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Bagi desa yang telah<br />
membentuk kelembagaan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, penyusunan<br />
kelayakan usaha dapat dilakukan oleh Pengurus dan<br />
Pengelola Unit <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />
2. Menemukan potensi desa yang dapat dikembangkan/<br />
didayagunakan melalui pengelolaan usaha/bisnis. Kegiatan<br />
pada tahap ini dilakukan oleh TPKU. Kegiatan<br />
yang dilakukan adalah mengidentifikasi (mengenali)<br />
dan menginventarisasi (mencatat) potensi yang dimiliki<br />
desa. Langkah ini diperlukan untuk menemukan<br />
po tensi desa yang memungkinkan untuk dijadikan<br />
produk dari unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Menurut Permendagri<br />
No. 12/2007 tentang Pedoman Penyusunan dan<br />
Pendayagunaan Data Profil <strong>Desa</strong>, menjelaskan bahwa<br />
potensi desa adalah keseluruhan sumber daya yang dimi<br />
liki atau digunakan oleh desa baik sumber daya manusia,<br />
sumber daya alam dan kelembagaan maupun<br />
prasarana dan sarana untuk mendukung percepatan<br />
kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh, potensi<br />
desa itu berupa: sumber air bersih, sungai, keindahan<br />
alam, jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk,<br />
hasil pertanian/perkebunan/kehutanan, hasil industri/<br />
kerajinan rumahtangga, pasar desa, prasarana jalan,<br />
kesenian daerah, keuangan pemerintah desa dan lain-lain.<br />
Salah satu sumber data yang sangat penting<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 7
untuk mengidentifikasi potensi desa adalah dokumen<br />
profil desa. Semakin baik kualitas penyusunan profil<br />
desa, maka akan sangat membantu dalam mengenali<br />
potensi desa dengan tepat. Cara lain yang dapat dilakukan<br />
untuk mengenali potensi desa adalah dengan<br />
pengamatan langsung terhadap keadaan desa dan<br />
menjaring informasi dari warga desa.<br />
3. Mengenali kebutuhan sebagian besar warga desa maupun<br />
masyarakat luas (masyarakat luar desa). Kegiatan<br />
ini dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada<br />
warga desa tentang jenis barang atau jasa yang<br />
mereka harapkan dapat dilayani melalui <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />
Dapat pula dilakukan dengan cara mengamati atau<br />
bertanya kepada pemilik toko dan pedagang di pasar<br />
mengenai jenis barang yang laris terjual. khususnya<br />
barang-barang yang sekiranya dapat diproduksi atau<br />
disediakan oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Informasi tentang jenis<br />
kebutuhan masyarakat tersebut kemudian dicatat. Kegiatan<br />
pada tahap ini dilakukan oleh TPKU. Langkah<br />
ini sangat diperlukan untuk memperoleh informasi<br />
tentang kebutuhan warga desa maupun masyarakat<br />
lu as sebagai dasar untuk menentukan jenis usaha<br />
yang akan dijalankan dan produk (barang dan jasa)<br />
yang akan ditawarkan. Warga desa dan masyarakat<br />
lu as merupakan calon konsumen dari produk yang<br />
di tawarkan. Dengan demikian, semakin tepat dalam<br />
8<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
mengenali kebutuhan calon konsumen, maka produk<br />
yang ditawarkan unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> berpeluang besar<br />
dapat diterima (dibeli) oleh konsumen.<br />
4. Menggagas bersama warga desa untuk menentukan<br />
pilihan-pilihan jenis usaha yang memungkinkan untuk<br />
dilakukan. Pada tahap ini TPKU terlebih dahulu telah<br />
menyusun rancangan alternatif jenis usaha beserta<br />
hasil kajian aspek-aspek kelayakan usaha dan kemungkinan<br />
pengembangannya. Rancangan alternatif<br />
usaha beserta kajian kelayakan usaha kemudian dita-<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 9
warkan kepada warga desa untuk dibahas bersama<br />
melalui forum musyawarah desa.<br />
5. Menggalang kesepakatan warga untuk menentukan<br />
unit usaha ekonomi desa yang akan diwadahi <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong>. Kesepakatan bersama warga desa sangat diperlukan<br />
untuk memperoleh dukungan dalam menjalankan<br />
dan mengembangkan suatu unit usaha <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong>. Ketika warga desa menyepakati pendirian unit<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, maka tentunya mereka merasa ikut<br />
memiliki dan bertanggungjawab atas keberlangsungan<br />
usaha. Kesepakatan mendirikan unit usaha <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> bersama warga desa hendaknya dilakukan melalui<br />
forum musyawarah desa.<br />
Aspek Apa yang Perlu Dikaji untuk Menentukan<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?<br />
Pada umumnya aspek-aspek yang dikaji dalam menentukan/menilai<br />
kelayakan usaha meliputi:<br />
1. Aspek Pasar dan Pemasaran<br />
2. Aspek Teknis dan Teknologi<br />
3. Aspek Manajemen dan SDM<br />
4. Aspek Keuangan<br />
5. Aspek Ekonomi, Sosial Budaya, Politik, dan Lingkungan<br />
6. Aspek Hukum (Yuridis)<br />
10<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Bagian II<br />
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN<br />
Apa Makna Pasar dan Pemasaran?<br />
Pasar, dalam pengertian sempit diartikan sebagai<br />
tempat bertemunya penjual dan pembeli. Sebagai contoh,<br />
kita mengenal istilah “Pasar Ikan”. Istilah ini menunjuk<br />
sua tu tempat bertemunya orang yang menawarkan (menju<br />
al) ikan dan orang yang membutuhkan (membeli) ikan.<br />
Dalam pengertian luas, pasar merupakan pertemuan antara<br />
penjual dan pembeli untuk melakukan tawar-menawar<br />
sehingga terbentuk harga. Pengertian pasar itu tidak sela<br />
lu me nunjuk tempat, karena interaksi (pertemuan) anta<br />
ra penjual dan pembeli tidak harus bertemu di suatu<br />
tem pat tetapi dapat melalui media lain, misalnya melalui<br />
te le pon, surat-menyurat, internet, dan lain-lain (Subagyo,<br />
2007). Fungsi penawaran itu dilakukan oleh pihak penjual,<br />
sedang kan pembeli melakukan fungsi permintaan.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 11
Pe na waran dan permintaan itu berupa barang dan/atau<br />
jasa. Apabila tawar-menawar antara penjual dan pembeli<br />
menghasilkan kesesuaian harga, maka terjadilah transaksi<br />
jual-beli barang atau jasa. Dengan demikian akan terbentuk<br />
pasar apabila: terdapat penjual dan pembeli; terdapat<br />
barang atau jasa yang diperjual-belikan; dan terjadi kesesuaian<br />
harga dari hasil tawar-menawar antara penjual dan<br />
pembeli.<br />
Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan<br />
kebutuhan dan keinginan manusia. Jadi, segala kegiatan<br />
dalam hubungannya dengan pemberian kepuasan terhadap<br />
kebutuhan dan keinginan manusia merupakan bagian<br />
dari makna pemasaran. Pemasaran dimulai dengan<br />
pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian tumbuh<br />
menjadi keinginan manusia. Contohnya, setiap orang tentu<br />
membutuhkan pakaian. Ketika tersedia kain, maka kain<br />
tersebut dapat dibuat sendiri atau dibawa ke penjahit untuk<br />
dijadikan pakaian sehingga kebutuhan pakaian terpenuhi.<br />
Namun orang tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya,<br />
ia juga ingin memenuhi keinginannya misalnya tersedianya<br />
“pakaian jadi” dengan model dan corak yang memenuhi<br />
seleranya. Terlebih jika “pakaian jadi” tersebut harganya<br />
terjangkau, maka orang lebih memilih untuk membeli “pakaian<br />
jadi” daripada membeli kain untuk dibuat pakaian,<br />
karena selain sesuai dengan kebutuhannya (kebutuhan<br />
pakaian) juga sesuai dengan keinginannya (praktis-tinggal<br />
12<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
pakai dan sesuai selera). Proses dalam pemenuhan kebutuhan<br />
dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep<br />
pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (barang dan/<br />
atau jasa), penetapan harga, pengiriman barang, dan<br />
mempromosikan barang/jasa.<br />
Pelajaran berharga yang dapat kita peroleh dari makna<br />
pasar dan pemasaran tersebut adalah, rencana kegiatan<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tidaklah cukup hanya memusatkan perhatiannya<br />
pada kemampuan memproduksi barang dan/atau<br />
jasa, melainkan harus dipikirkan pula kemampuan menen<br />
tukan pasar dan strategi pemasarannya. Dengan kata<br />
lain, kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> berpeluang sukses apabila<br />
kemampuan produksinya tinggi dan disertai kemampuan<br />
penguasaan pasar dan pemasaran produk yang dihasilkan.<br />
Sebaliknya, apabila <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> memiliki kemampuan produksi<br />
(barang/jasa) yang tinggi, tetapi tidak ada kejelasan<br />
kepada siapa produk itu hendak dijual, apakah produk itu<br />
dibutuhkan orang banyak dan bagaimana cara pemasarannya,<br />
maka risikonya banyak produk tidak terjual dan akhirnya<br />
bangkrut. Oleh karena itu, agar rencana kegiat an<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat mencapai kesuksesan diperlukan<br />
kajian terhadap kelayakan usaha dari aspek pasar dan pemasaran.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 13
Apa yang harus dikaji dari segi pasar dan<br />
pemasaran?<br />
Berdasarkan pengertian pasar dan pemasaran, maka<br />
beberapa hal yang harus dikaji dalam menilai kelayakan<br />
usaha sebagai berikut:<br />
1. Ketepatan Produk dengan Kebutuhan Masyarakat.<br />
Hal ini sangat pen ting<br />
untuk memasti kan<br />
bah wa barang atau<br />
jasa yang akan dipro<br />
duksi benar-benar<br />
dibutuhkan dan dapat<br />
memenuhi keingin an<br />
masyarakat atau calon<br />
konsumen untuk<br />
jang ka waktu yang<br />
pan jang.<br />
Sebelum unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
memproduksi barang atau jasa,<br />
harus diketahui terlebih dahulu<br />
je nis produk (barang/jasa) apa<br />
yang dibutuhkan dan diinginkan<br />
oleh masyarakat. Pastikan pula<br />
bahwa masyarakat atau calon<br />
kon sumen akan terus-menerus<br />
mem butuhkan produk tersebut<br />
da lam jangka waktu yang lama.<br />
Dalam ilmu ekonomi<br />
dikenal istilah riset pa sar, yaitu suatu ke gi atan penelitian<br />
untuk me ngetahui pro duk-pro duk apa yang<br />
ba nyak dibutuh kan ma sya rakat (konsumen), je nisjenis<br />
pro duk apa yang sudah beredar di pasar an, ciriciri<br />
konsumen pengguna produk, per saingan antar<br />
pro duk di pasar an, dan se terusnya. Kegiatan riset<br />
pasar juga perlu dilakukan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> da lam rangka<br />
14<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
merenca nakan suatu kegiatan usaha. Apabila pasar<br />
yang hendak dituju masih dalam batas satu wilayah<br />
desa, riset pasar dapat dilakukan dengan cara pengamatan,<br />
wawancara dengan warga desa atau melalui<br />
diskusi (rembugan) melalui forum-forum pertemuan<br />
warga. Sudah barang tentu wilayah riset pasar akan<br />
semakin luas apabila pasar yang hendak dituju <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> melampaui batas desa.<br />
Dari hasil riset pasar dapat diperoleh data dan informasi<br />
jenis produk yang dibutuhkan dan diminati masyarakat.<br />
Hasil riset pasar ini kemudian digunakan sebagai<br />
bahan pertimbangan dalam menentukan jenis<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 15
produk yang akan dihasilkan. Sebagai contoh: apabila<br />
sebagian besar warga desa menggeluti pekerjaan sektor<br />
pertanian, maka kegiatan usaha yang lebih cocok<br />
adalah pelayanan kebutuhan sarana produksi pertanian<br />
(saprotan). Apabila warga masyarakat terkendala<br />
dalam pemenuhan air bersih karena sumber airnya<br />
terletak di tempat yang jauh dari permukiman, maka<br />
kegiatan usaha pelayanan air bersih dengan pemasangan<br />
sambungan pipa ke rumah-rumah penduduk<br />
lebih layak untuk dilakukan. Bagi desa non-pertanian<br />
yang terletak cukup jauh dari perkotaan, maka lebih<br />
layak untuk membuka usaha penyediaan/pelayanan<br />
sembako, demikian seterusnya.<br />
16<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Dalam merencanakan kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
langkah yang lebih tepat dilakukan adalah memastikan<br />
terlebih dahulu jenis produk (barang/jasa) yang<br />
dibutuhkan masyarakat, baru kemudian menentukan<br />
jenis produk yang akan dijual. Bukan sebaliknya, menentukan<br />
produk dulu baru kemudian mencari pasar,<br />
karena pasar atau konsumen itu tidak dapat didikte<br />
atau dipaksa oleh produsen (dalam hal ini oleh <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong>).<br />
Perlu pula diperhatikan keadaan lingkungan desa dan<br />
sekitarnya. Apakah sudah ada kegiatan usaha sejenis<br />
yang dilakukan oleh warga atau <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> di desa-desa<br />
sekitarnya. Ini berkaitan dengan analisis persaingan<br />
bisnis. Apabila ada warga desa yang sudah melakukan<br />
kegiatan usaha yang menawarkan produk tertentu,<br />
maka tidak layak jika kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> menawarkan<br />
produk sejenis karena berpotensi menyaingi<br />
dan mematikan usaha milik warga. Namun, bisa saja<br />
kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> menawarkan produk sejenis<br />
dengan yang diusahakan warga desa, sepanjang<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tersebut untuk mendukung keberlangsungan<br />
usaha warga. Misalnya: <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> membuka<br />
usaha grosir untuk menyuplai barang dagangan<br />
bagi kegiatan usaha warga. Selain itu, kegiatan usaha<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> hendaknya menghindari pemilihan produk<br />
yang sejenis dengan yang sudah diusahakan oleh<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 17
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> di desa tetangga. Sebaiknya produk yang<br />
dipilih adalah produk-produk yang khas/berbeda tetapi<br />
tetap merupakan kebutuhan masyarakat. Tindakan<br />
ini dapat memberikan dua keuntungan, yaitu: dapat<br />
menghindari konflik dengan desa tetangga karena bukan<br />
menjadi pesaingnya, dan memungkinkan untuk<br />
perluasan pasar karena dapat memasarkan produk ke<br />
desa tetangga.<br />
2. Daya Beli Masyarakat<br />
Pastikan bahwa masyarakat<br />
atau calon konsumen mempunyai<br />
kemauan dan kemampuan<br />
membeli sehingga bersedia<br />
menerima produk yang<br />
dita war kan oleh unit usaha<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dan mereka akan<br />
membe linya.<br />
Perlu diingat bahwa setiap<br />
calon konsu men<br />
belum tentu memiliki<br />
daya beli atau kemampuan<br />
untuk mem beli.<br />
Meskipun pro duk yang<br />
ditawarkan unit usaha<br />
<strong>BUM</strong> De sa sesuai dengan<br />
kebutuhan dan<br />
keinginan masyarakat/<br />
ca lon konsumen, tetapi<br />
kalau tidak disertai kemampuan atau daya beli, maka<br />
produk yang ditawarkan kemungkinan besar tidak laku<br />
jual (kurang/sedikit pembeli).<br />
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu maksud dari<br />
kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> itu untuk memperoleh<br />
18<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
keuntungan atau laba usaha. Keuntungan itu dapat<br />
diperoleh apabila banyak konsumen yang bersedia<br />
dan mampu membeli produk yang ditawarkan. Kemampuan<br />
masyarakat untuk membeli produk atau<br />
daya beli masyarakat sangat berkaitan dengan tingkat<br />
pendapatan masyarakat.<br />
Untuk mendapatkan gambaran tentang daya beli<br />
ma syarakat dapat dilakukan dengan cara melakukan<br />
kajian data pendapatan warga masyarakat desa yang<br />
tercatat dalam dokumen profil desa. Apabila administrasi<br />
pemerintahan desa dikelola dengan baik tentunya<br />
pemerintah desa memiliki dokumen profil desa yang<br />
baik, sehingga sangat membantu dalam mengkaji<br />
daya beli masyarakat. Selain melalui kajian data profil<br />
desa, gambaran daya beli masyarakat dapat pula<br />
diperoleh melalui pengamatan. Dalam melakukan<br />
pengamatan perlu menggunakan indikator (penanda)<br />
yang dapat menggambarkan tingkat pendapatan alias<br />
daya beli masyarakat. Indikator daya beli itu misalnya:<br />
kualitas bangunan rumah warga, luas lahan, hasil panen,<br />
pemilikan alat-alat rumahtangga dan barang-barang<br />
berharga (misalnya: hand phone, sepeda motor,<br />
mobil, dan benda-benda berharga lainnya).<br />
Apabila hasil kajian menunjukkan bahwa masyarakat<br />
memiliki daya beli terhadap produk yang direncanakan,<br />
maka rencana kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 19
dinyatakan layak. Sebaliknya, jika ternyata daya beli<br />
masyarakat rendah dan tidak ada cara untuk menyiasatinya,<br />
maka rencana kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tidak<br />
layak dilakukan dan sebaiknya ditunda atau dihentikan<br />
sama sekali.<br />
3. Jumlah Konsumen<br />
Konsumen yang memiliki<br />
ke mauan dan kemampuan<br />
untuk membeli seringkali<br />
tidak sebanyak yang kita harapkan<br />
sehingga kegiatan<br />
usaha tidak memperoleh keuntungan<br />
secara memadai,<br />
atau bahkan mengalami kerugian.<br />
Sebelum kegiatan usaha<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dijalankan,<br />
pas tikan terlebih dahulu<br />
bah wa jumlah calon konsu<br />
men cukup banyak.<br />
Semakin banyak konsumen yang memiliki kemauan<br />
(berminat) dan daya beli yang cukup/tinggi maka<br />
produk yang ditawarkan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat laku jual,<br />
sehingga dapat mendatangkan keuntungan yang<br />
me madai. Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan<br />
usaha itulah yang memungkinkan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat<br />
menjalankan dan mengembangkan usaha secara<br />
ber kelanjutan. Dengan demikian, apabila jumlah<br />
kon sumen cukup banyak dan diperkirakan mampu<br />
membeli sebagian besar atau semua produk yang di-<br />
20<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
tawarkan, maka rencana kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
dapat dinyatakan layak untuk dijalankan.<br />
Bagaimana kalau ternyata jumlah konsumen dari dalam<br />
desa hanya sedikit?<br />
• Pertama, mempromosikan barang atau jasa yang<br />
akan ditawarkan oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> untuk menarik<br />
minat warga desa untuk membelinya. Apabila melalui<br />
promosi tidak mampu meningkatkan jumlah<br />
konsumen dari dalam desa sendiri, maka dapat<br />
di upayakan menambah konsumen dari luar desa<br />
se hingga mencapai jumlah yang diharapkan.<br />
Apa bila upaya ini berhasil, maka rencana kegiatan<br />
usa ha dapat menjadi layak untuk dijalankan.<br />
• Kedua, apabila upaya menambah konsumen ti dak<br />
mungkin dilakukan, maka rencana kegiatan usaha<br />
dihentikan saja karena tidak layak dijalankan.<br />
4. Kecenderungan Permintaan Konsumen<br />
Bagi pengusaha yang cerdik,<br />
kemungkinan pengembangan<br />
sudah mulai dipikirkan<br />
sejak membuat rencana<br />
usa ha. Meskipun disadari<br />
bah wa pada tahap awal memulai<br />
kegiatan usaha masih<br />
memiliki keterbatasan ke-<br />
Pastikan bahwa permintaan<br />
barang/jasa yang ditawarkan<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> cenderung<br />
akan meningkat<br />
dari waktu ke waktu.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 21
mampuan dalam memproduksi dan atau menjual<br />
produk, namun bagi pengusaha yang ulet selalu memiliki<br />
cita-cita untuk mencapai kesuksesan setinggitingginya<br />
di kemudian hari. Untuk menggapai cita-cita<br />
itu, ia akan berupaya agar produk yang dihasilkan dan<br />
atau dijualnya semakin lama banyak diminati oleh<br />
konsumen. Salah satu upaya yang ditempuh adalah<br />
menentukan pilihan produk yang selalu dibutuhkan<br />
banyak orang.<br />
Demikian pula halnya dengan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, kegiatan<br />
usa hanya akan tumbuh dan berkembang jika permintaan<br />
konsumen terhadap produk yang ditawarkan<br />
cenderung meningkat. Dengan meningkatnya permintaan<br />
produk maka kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat<br />
meningkatkan jumlah produksinya. Untuk itu, sejak<br />
merencanakan kegiatan usaha perlu memperhitungkan<br />
kemungkinan peningkatan permintaan produk<br />
yang akan dijual.<br />
Peningkatan permintaan produk dapat terjadi karena<br />
dua hal. Pertama, permintaan unit produk setiap konsumen<br />
sebenarnya relatif tetap, tetapi jumlah konsumennya<br />
bertambah banyak sehingga permintaan<br />
unit produk secara kumulatif (secara keseluruhan) bertambah<br />
banyak. Ini dapat terjadi manakala <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
mampu memperluas wilayah pemasaran produknya.<br />
Dengan demikian, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dalam merencanakan<br />
22<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
kegiatan usaha harus memperhitungkan kemungkinan<br />
perluasan pasarnya. Kedua, jumlah konsumen sebenarnya<br />
relatif tetap, tetapi permintaan unit produksi<br />
setiap konsumen bertambah sehingga secara kumulatif<br />
permintaan unit produk yang ditawarkan <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> menjadi semakin banyak pula. Ini dapat terjadi<br />
karena adanya peningkatan kebutuhan konsumen<br />
terhadap produk yang ditawarkan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dan<br />
didukung terjadinya perbaikan kondisi ekonomi konsumen.<br />
Oleh karena itu, dalam merencanakan kegiatan<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus dipikirkan pemilihan<br />
produk secara tepat agar produk yang ditawarkan selalu<br />
menjadi kebutuhan konsumen. Selain itu, perlu<br />
pula dibuat perkiraan (proyeksi) tentang kecenderungan<br />
perubahan perekonomian masyarakat (cenderung<br />
meningkat, relatif tetap, atau bahkan menurun). Untuk<br />
membuat perkiraan ini, dapat dilakukan melalui kajian<br />
data profil desa atau dapat pula dengan mengamati<br />
perubahan kondisi ekonomi masyarakat.<br />
Apabila hasil Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> menunjukkan<br />
permintaan produk (barang/jasa) cenderung meningkat,<br />
maka kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang direncanakan<br />
semakin layak untuk dijalankan. Jika ternyata hasil<br />
kajian kelayakan menunjukkan permintaan produk<br />
cen derung tetap, maka kegiatan usaha yang direncanakan<br />
dapat dinyatakan cukup layak, tetapi dengan<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 23
isiko <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> akan mengalami kendala dalam<br />
pengembangan usahanya. Sebaliknya, jika hasil kajian<br />
kelayakan menunjukkan permintaan produk di masa<br />
mendatang cenderung menurun, maka sebaiknya<br />
kegiatan usaha yang direncanakan dihentikan saja karena<br />
kalau kegiatan usaha tersebut dilaksanakan tidak<br />
akan berumur panjang.<br />
5. Kesesuaian Harga Produk<br />
Kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
dalam menghasilkan produk<br />
sudah barang tentu harus<br />
mengeluarkan sejumlah biaya<br />
dan mengharapkan bagian<br />
keuntungan (marjin laba)<br />
dari produk yang dijual kepada<br />
konsumen. Di sisi lain,<br />
konsumen bersedia untuk<br />
Dalam menetapkan harga,<br />
harus dipastikan bahwa<br />
harga produk (ba rang/<br />
jasa) yang ditawar kan dapat<br />
diterima oleh konsumen<br />
dan tidak merugikan<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />
membeli barang/jasa jika harga yang ditawarkan unit<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat mereka terima dan sesuai dengan<br />
kualitas produk yang dibeli. Penentuan harga bukanlah<br />
persoalan yang mudah. <strong>Seri</strong>ngkali harga tidak<br />
sekedar biaya produksi ditambah marjin laba yang diharapkan.<br />
Terdapat faktor psikologi harga yang sering<br />
berpengaruh pada penentuan harga. Sebuah produk<br />
yang ditawarkan produsen/penjual dengan harga mu-<br />
24<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
ah belum tentu diminati oleh konsumennya. Untuk<br />
mengantisipasi hal ini <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus mampu meyakinkan<br />
konsumen bahwa mereka (konsumen) akan<br />
memperoleh kualitas produk yang sepadan dengan<br />
harga yang dibayar.<br />
Dalam konteks harga, yang lebih penting dipertimbangkan<br />
adalah harga yang ditawarkan dapat diterima<br />
masyarakat/konsumen dan tidak merugikan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />
Oleh karena itu, meskipun dengan harga tertentu <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> hanya mendapatkan sedikit laba tetapi unit usaha<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 25
yang akan dijalankan dapat memberikan kemanfaatan<br />
bagi kesejahteraan warga desa, maka suatu unit usaha<br />
dapat dipertimbangkan layak untuk dijalankan. Ini sekaligus<br />
untuk menegaskan bahwa pendirian <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> bukan<br />
semata-mata untuk mengejar keuntungan setingi-tingginya,<br />
tetapi demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.<br />
Namun demikian, apabila harga yang dapat diterima oleh<br />
konsumen di bawah biaya produksi sehingga merugikan<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, maka kegiatan usaha yang direncanakan tidak<br />
perlu dilanjutkan karena tidak layak dilaksanakan.<br />
6. Kemudahan Mendapatkan Produk<br />
Pastikan bahwa produk (barang/jasa)<br />
yang akan ditawarkan<br />
oleh unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
dapat dengan mudah didapatkan<br />
oleh konsumen dan dengan<br />
pe layanan yang memuaskan.<br />
Ini menyangkut kualitas<br />
pelayanan <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> kepada masya<br />
rakat/ kon su men.<br />
Produk berupa barang<br />
atau jasa akan<br />
memiliki peluang lebih<br />
be sar untuk dibeli<br />
oleh konsumen jika<br />
produk ter sebut mudah<br />
diperoleh. Sebaliknya,<br />
apabila untuk memperoleh produk ter sebut<br />
cukup menyulitkan pembeli, kemungkinan besar<br />
konsumen enggan membeli produk yang ditawarkan<br />
26<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
atau konsumen akan membeli produk yang sama kepada<br />
pihak lain yang mampu memberikan kemudahan<br />
dalam memperolehnya. Saat ini persaingan bisnis<br />
sangat ketat. Ini dapat kita ketahui dari banyaknya<br />
pelaku usaha yang menawarkan produk sejenis. Kualitas<br />
pelayanan menjadi salah satu kunci untuk memenangkan<br />
dalam persaingan bisnis. Meskipun sebuah<br />
produk ditawarkan dengan harga yang lebih murah<br />
tetapi pelayanannya kurang baik sehingga merepotkan<br />
konsumen untuk memperolehnya, kemungkinan<br />
besar tidak banyak konsumen yang mau membeli<br />
produk tersebut.<br />
Uraian di atas ingin menegaskan bahwa cara produ sen<br />
atau penjual dalam mendistribusikan/mengantarkan<br />
produk ke konsumen sangat mempengaruhi terjadinya<br />
transaksi. Dalam dunia usaha sangat dikenal istilah<br />
“pembe li adalah raja”. Artinya, pembeli akan merasa<br />
senang dan bersedia membeli secara berulang-ulang<br />
(berlangganan) apabila dirinya merasa dipermudah<br />
dalam memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan.<br />
Dalam kaitannya dengan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, kegiatan usaha<br />
yang direncanakan harus mampu memberikan jaminan<br />
kemudahan bagi konsumen untuk memperoleh<br />
produk yang ditawarkan. Misalnya: produk diantar<br />
sampai ke rumah konsumen. Apabila konsumen yang<br />
harus datang ke tempat pelayanan, maka tempat pe-<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 27
layanan harus dipilih yang paling mudah dijangkau<br />
oleh semua konsumen.<br />
7. Kemudahan Mendapatkan Informasi tentang<br />
Produk<br />
Pastikan bahwa informasi produk<br />
(barang/jasa) dari kegiatan<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat dengan<br />
mudah didapatkan oleh konsumen<br />
dan dengan pelayanan<br />
yang memuaskan.<br />
Produk berupa barang<br />
atau jasa akan<br />
memiliki peluang lebih<br />
besar untuk dibeli<br />
oleh konsumen jika<br />
konsumen mengetahui<br />
informasi tentang<br />
produk tersebut. Cara<br />
produsen/penjual<br />
menginformasikan<br />
produknya (dalam isti<br />
lah pemasaran disebut dengan kegiatan promosi)<br />
sa ngat mempengaruhi terjadinya transaksi. Informasi<br />
yang tersebar luas, rinci, jelas dan jujur mengenai spesifikasi<br />
barang atau jasa, misalnya: bentuk/jenis, kegunaan,<br />
keunggulan, harga, dan informasi tentang cara<br />
mengatasi jika terjadi kendala yang dialami konsumen<br />
atas penggunaan produk, menjadi sangat penting<br />
dalam pemasaran. Promosi produk yang ditawarkan<br />
dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, misalnya:<br />
dengan membuat leaflet yang dibagikan kepa-<br />
28<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
da warga desa dan/atau ditempel di tempat-tempat<br />
stra tegis, membagikan sticker untuk ditempel di kenda<br />
raan atau di rumah warga, atau dapat juga ditempuh<br />
promosi “dari mulut ke mulut” (dalam bahasa Jawa:<br />
tutur tinular atau gethok tular). Selain tersedia nya media<br />
informasi juga diperlukan petugas yang mumpuni<br />
(ramah dan menguasai informasi tentang produk yang<br />
ditawarkan) dan mudah ditemui setiap saat. Ini untuk<br />
meyakinkan konsumen bahwa <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> mampu<br />
memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayan<br />
an yang baik merupakan bentuk promosi yang efektif.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 29
Kajian terhadap unsur-unsur pemasaran sebagaimana<br />
telah dipaparkan, satu sama lain saling berkaitan sehing ga<br />
semakin lengkap unsur yang dikaji akan semakin baik/tepat<br />
hasilnya. Oleh karena itu, analisis hendaknya dilakukan secara<br />
cermat, sehingga dapat diketahui apakah kegiat an<br />
usaha yang akan digeluti oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> itu layak atau<br />
tidak layak ditinjau dari aspek pemasaran. Semakin ba nyak<br />
unsur-unsur yang mendukung pemasaran, maka sema kin<br />
layak kegiatan usaha yang direncanakan. Sebaliknya, semakin<br />
banyak unsur-unsur yang tidak mendukung pemasaran,<br />
maka kurang/tidak layak kegiatan usaha yang direncanakan<br />
itu. Jika ide membuka unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dari<br />
aspek pemasaran untuk produk yang direncanakan dinilai<br />
tidak layak, maka perlu dicari alternatif perbaikan agar<br />
aspek pemasaran menjadi layak. Jika memang tidak ada<br />
jalan lain, maka lebih tepat mengambil keputusan untuk<br />
menunda atau bahkan membatalkan rencana usaha tersebut.<br />
Kotak 1 mengilustrasikan praktik kajian aspek pasar<br />
dan pemasaran dalam rangka kajian kelayakan usaha yang<br />
di lakukan oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> di salah satu desa mitra ACCESS<br />
Tahap II, yaitu <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “Ganting” di <strong>Desa</strong> Labbo Kecamatan<br />
Tompobulu Kabupaten Bantaeng.<br />
30<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Kotak 1.<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo Kecamatan Tompobulu<br />
Kabupaten Bantaeng telah melakukan kajian kelayakan aspek<br />
pasar dan pemasaran untuk Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum,<br />
sebagai berikut:<br />
1. Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan air minum<br />
Ketersediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan<br />
dasar bagi warga masyarakat. <strong>Desa</strong> Labbo memiliki sungai<br />
dan sejumlah mata air yang terdapat di puncak bukit yang<br />
dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air<br />
minum sejak dahulu sampai sekarang. Letak sumber air<br />
minum tersebut cukup jauh dari sebagian besar permukiman<br />
penduduk (sekitar 4–5 km). Program Care dan PNPM<br />
Mandiri Pedesaan telah memberi bantuan pembangunan<br />
bak penampungan air dan sarana perpipaan untuk memanfaatkan<br />
sumber air tersebut. Namun demikian, sarana<br />
per pipaan tersebut belum dikelola secara baik sehingga<br />
distribusi air tidak merata, dan menimbulkan konflik antar<br />
warga.<br />
Keadaan tersebut membuktikan bahwa warga masyarakat<br />
sangat membutuhkan pengelolaan air bersih yang dapat<br />
memberi kemudahan dan pemerataan dalam memperoleh<br />
kecukupan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup se-<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 31
hari-hari. Dengan demikian, usaha pengelolaan air minum<br />
dengan perpipaan yang dilengkapi dengan alat meter air<br />
sesuai dengan kebutuhan warga masyarakat.<br />
2. Daya beli masyarakat<br />
Warga <strong>Desa</strong> Labbo secara umum memiliki pendapatan/<br />
penghasilan yang bersumber dari mata pencaharian yang<br />
ditekuni, sehingga masyarakat memiliki daya beli. Harga<br />
atau biaya satuan penggunaan air minum dapat dimusyawarahkan<br />
bersama warga desa, sehingga dapat diperoleh<br />
harga yang sesuai dengan kemampuan (daya beli) ma syarakat.<br />
Lagi pula, kegiatan usaha pengelolaan air minum<br />
32<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
de ngan menggunakan meteran air dapat membantu masya<br />
rakat untuk memperhitungkan penggunaan air sesuai<br />
de ngan kemampuannya.<br />
3. Target pasar dan jumlah konsumen<br />
Pasar yang akan dibidik adalah warga masyarakat <strong>Desa</strong><br />
Labbo yang selama ini telah memanfaatkan sarana perpipaan<br />
milik desa. Khususnya warga desa atau rumahtangga<br />
yang bermukim di 5 (lima) dusun terjauh dari sumber air<br />
merupakan target pasar yang utama, jumlahnya sekitar 400<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 33
KK. Untuk sementara waktu jumlah KK inilah yang ditargetkan<br />
menjadi konsumen atau pelanggan. Sedangkan jumlah<br />
penduduk <strong>Desa</strong> Labbo pada tahun ini (2010) sebanyak 883<br />
KK yang terdiri atas 741 KK laki-laki dan 142 KK perempuan.<br />
Dengan demikian, rumahtangga yang dijadikan sebagai konsumen<br />
jumlahnya baru mencapai separo dari jumlah rumahtangga<br />
yang ada. Ke depan, sesuai dengan pertambahan<br />
jumlah penduduk dan perkembangan kemampuan <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> dapat dipastikan jumlah konsumen akan bertambah<br />
semakin banyak.<br />
4. Kondisi persaingan.<br />
<strong>Desa</strong>-desa terdekat dengan <strong>Desa</strong> Labbo tidak ada yang mela<br />
kukan kegiatan usaha pengelolaan air minum, sehingga<br />
dapat dikatakan kegiatan usaha pengelolaan air minum<br />
tidak ada pesaing. Keadaan ini memperbesar peluang untuk<br />
memperoleh jumlah pelanggan atau konsumen yang<br />
se makin banyak.<br />
5. Harga langganan air minum<br />
Penentuan harga langganan dapat dimusyawarahkan bersama<br />
warga desa berdasarkan prinsip tidak saling memberatkan.<br />
Artinya, harga yang disepakati tidak memberatkan konsumen<br />
dan tidak merugikan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Untuk menentukan<br />
34<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
harga langganan dilakukan secara rasional dan transparan<br />
sehingga warga desa dapat menerima ketentuan biaya berlangganan<br />
sebagai harga yang wajar. Penentuan harga dengan<br />
cara musyawarah diyakini akan menarik minat warga<br />
desa untuk menjadi pelanggan.<br />
6. Kemudahan yang diperoleh konsumen.<br />
Kegiatan usaha pengelolaan air minum dilakukan dengan<br />
cara memasang sarana perpipaan dan meteran air sampai<br />
di rumah-rumah penduduk, sehingga konsumen tinggal<br />
membuka kran langsung memperoleh air bersih sesuai yang<br />
dibutuhkan. Selain itu, dengan dipasangnya alat meter an<br />
air akan memudahkan pelanggan untuk mengontrol penggunaan<br />
air.<br />
Berdasarkan hasil kajian aspek pasar dan pemasaran,<br />
ternyata seluruh unsur yang dikaji menunjukkan keadaan<br />
yang mendukung pemasaran jasa layanan air bersih. Dengan<br />
demikian, aspek pasar dan pemasaran produk dari<br />
kegiatan usaha pengelolaan air bersih <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> Ganting<br />
dapat dinyatakan layak.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 35
Bagian III<br />
ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI<br />
Kajian terhadap aspek teknis dan teknologi merupakan<br />
hal penting untuk dilakukan dalam penyusunan<br />
kelayakan usaha. Kajian pada aspek ini dimaksudkan<br />
untuk mengetahui apakah secara teknis suatu unit usaha<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat dioperasikan (dijalankan) dan apakah<br />
teknologi yang diperlukan tersedia.<br />
Ada 8 unsur pokok kelayakan usaha yang dinilai dari<br />
aspek teknis dan teknologi, yaitu:<br />
1. Perencanaan Produk<br />
Agar barang atau jasa yang<br />
akan diproduksi laku dijual,<br />
maka pilihan produk yang<br />
akan dijual adalah barang<br />
atau jasa yang dapat memenuhi<br />
kebutuhan konsumen.<br />
Pastikan bahwa produk<br />
yang dihasilkan sesuai<br />
dengan kebutuhan dan<br />
keinginan konsumen.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 37
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian kajian aspek<br />
pasar, sebelum kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> memproduksi<br />
barang atau jasa harus dilakukan kegiat an<br />
riset pasar terlebih dahulu. Riset pasar menghasilkan<br />
informasi tentang jenis produk yang dibutuhkan dan<br />
diinginkan oleh calon konsumen. Informasi pasar ini<br />
menjadi bahan masukan utama untuk merencanakan<br />
jenis produk (barang/jasa) yang akan dihasilkan. Informasi<br />
pasar yang lengkap dan akurat akan sangat<br />
mendukung ketepatan dalam memilih produk yang<br />
direncanakan. Perencanaan produk yang tepat lebih<br />
menjamin produk yang akan dihasilkan dapat laku dijual.<br />
2. Kualitas Produk<br />
Kualitas produk (barang<br />
atau jasa) merupakan hal<br />
pen ting bagi konsumen.<br />
Produk yang akan dihasilkan<br />
unit usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> akan<br />
laku jual apabila berkualitas.<br />
Kualitas produk, baik yang<br />
berupa barang maupun jasa,<br />
dapat dinilai berdasarkan beberapa<br />
segi.<br />
Pastikan bahwa produk<br />
yang akan ditawarkan<br />
unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
ada lah produk yang memiliki<br />
keunggulan (berkualitas).<br />
38<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
a. Kualitas produk yang berupa barang dapat dinilai<br />
dari segi:<br />
1) Daya guna, yaitu barang yang ditawarkan<br />
me miliki kegunaan.<br />
2) Kekhasan, yaitu barang yang ditawarkan<br />
me miliki kekhasan jika dibandingkan dengan<br />
barang sejenis yang ada dipasaran.<br />
3) Kehandalan, yaitu barang yang ditawarkan<br />
ketika digunakan dalam periode waktu tertentu<br />
dapat berfungsi dengan baik.<br />
4) Ketepatan, yaitu spesifikasi barang yang ditawarkan<br />
sesuai dengan yang diinginkan<br />
kon sumen. Misalnya, jika konsumen menginginkan<br />
gula pasir yang putih bersih dan<br />
dibungkus dengan bobot 1 kg/bungkus, maka<br />
gula pasir yang dijual oleh unit usaha <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> harus sesuai dengan keinginan konsumen<br />
itu dan ukurannya harus tepat.<br />
5) Daya tahan, yaitu masa pakai atau keawetan<br />
barang dapat berumur relatif lama.<br />
6) Estetis, yaitu keindahan atau kerapihan barang.<br />
Barang yang dikemas dengan apik (rapih,<br />
bersih dan indah) lebih menarik konsumen<br />
untuk membelinya.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 39
. Kualitas produk yang berupa jasa dapat dinilai<br />
dari segi:<br />
1) Keandalan, yaitu kemampuan untuk memberikan<br />
pelayanan yang sesuai dengan janji<br />
yang ditawarkan.<br />
2) Kesigapan, meliputi: kesigapan karyawan<br />
dalam melayani pelanggan, ketepatan karyawan<br />
dalam menangani transaksi, dan penanganan<br />
keluhan pelanggan.<br />
3) Jaminan kepastian, meliputi: kepastian<br />
wak tu, harga, informasi tentang produk, dan<br />
macam-macam pelayanan yang dijanjikan.<br />
4) Perhatian, meliputi: kemudahan untuk menghu<br />
bungi <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, keramahan dan ke sopanan<br />
petugas dalam memberi pelayan an,<br />
dan upaya untuk memahami keinginan dan<br />
kebutuhan konsumen.<br />
2. Perencanaan jumlah Produksi<br />
Aktivitas produksi hendak nya<br />
direncanakan dengan ba ik<br />
agar produksi yang diha silkan<br />
tidak terlalu banyak atau<br />
terlalu sedikit. Dalam usaha<br />
yang menghasilkan barang,<br />
ada beberapa hal yang perlu<br />
Pastikan bahwa rencana<br />
jumlah produksi dari<br />
unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
da pat diperhitungkan<br />
de ngan tepat.<br />
40<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
diperhitungkan dalam merencanakan jumlah produksi,<br />
yaitu:<br />
1) Jumlah Permintaan. Perkiraan jumlah permintaan<br />
konsumen dapat diperkirakan melalui survey/riset<br />
pasar.<br />
2) Kapasitas produksi. Jumlah produksi dapat diper<br />
hitungkan berdasarkan kapasitas (kemampuan)<br />
peralatan dan bahan baku yang tersedia.<br />
3) Modal kerja. Kemampuan modal kerja dalam<br />
membiayai proses produksi hendaknya tersedia<br />
sesuai dengan yang diperlukan.<br />
3. Persediaan bahan baku<br />
Persediaan bahan baku digunakan<br />
untuk menjaga keberlangsungan<br />
proses produksi<br />
dan mengantisipasi<br />
permintaan konsumen yang<br />
meningkat secara tajam.<br />
Persediaan bahan baku yang<br />
tidak lancar akan mengurangi<br />
jumlah barang jadi yang<br />
Pastikan bahwa persediaan<br />
bahan baku dari unit<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> cu kup<br />
tersedia dan dapat diken<br />
dalikan dengan baik.<br />
dapat dihasilkan. Jumlah persediaan bahan baku hendaknya<br />
sesuai dengan kebutuhan, yakni jangan terlalu<br />
banyak atau terlalu sedikit. Oleh karena itu diperlukan<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 41
manajemen pengendalian persediaan bahan baku, sehingga<br />
bahan baku selalu tersedia dengan cukup.<br />
4. Kapasitas Produksi<br />
Kapasitas produksi berkaitan<br />
dengan kemampuan unit<br />
produksi untuk menghasilkan<br />
barang atau jasa dalam<br />
waktu tertentu. Misalnya, mesin<br />
pompa air memiliki kemampuan<br />
menghasilkan air<br />
sekian meter kubik per jam,<br />
berapa kuintal pupuk yang<br />
Pastikan bahwa kapasitas<br />
produksi dari unit<br />
usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> mampu<br />
memenuhi kebutuhan<br />
seluruh konsumen.<br />
dapat disediakan per bulan, berapa juta rupiah dana<br />
yang mampu disediakan per hari atau per ming gu untuk<br />
usaha simpan-pinjam, dan lain-lain. Dalam hal ini<br />
unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus dapat menentukan berapa<br />
kapasitas produksi dari usaha yang akan dijalankan.<br />
Kemudian menentukan apakah kapasitas produksinya<br />
dapat memenuhi seluruh kebutuhan konsumen dalam<br />
waktu tertentu. Jika kapasitas produksi tidak mampu<br />
memenuhi kebutuhan konsumen, risikonya adalah konsumen<br />
akan kesulitan mendapatkan produk tepat waktu<br />
dan tepat jumlah. Jika ini terjadi, besar kemungkinan<br />
unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> akan ditinggalkan konsumen dan<br />
pindah ke perusahaan lain.<br />
42<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
5. Pemilihan Teknologi<br />
Teknologi untuk memproduksi<br />
barang maupun jasa<br />
berkembang terus sesuai<br />
dengan kemajuan jaman.<br />
Saat ini banyak pilihan teknologi<br />
yang tersedia, mulai<br />
dari teknologi yang cukup<br />
se derhana hingga teknologi<br />
yang canggih. Penggunaan<br />
Pastikan bahwa proses<br />
produksi barang atau<br />
jasa menggunakan teknologi<br />
yang tepat.<br />
teknologi yang canggih belum tentu menguntungkan<br />
jika digunakan dalam proses produksi yang akan<br />
dijalankan. Oleh karena itu, untuk memilih teknologi<br />
yang sesuai (tepat guna) dengan kegiatan usaha yang<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 43
akan dijalankan perlu mempertimbangkan beberapa<br />
hal sebagai berikut:<br />
1) Kemampuan keuangan untuk menggunakan teknologi.<br />
2) Kemampuan atau penguasaan tenaga kerja dalam<br />
penggunaan teknologi.<br />
3) Kesesuaian teknologi dengan bahan baku yang<br />
akan digunakan dalam proses produksi.<br />
4) Kemungkinan pengembangan teknologi di masa<br />
yang akan datang.<br />
5) Keberhasilan penggunaan teknologi sejenis di tempat<br />
lain 2 .<br />
6. Penentuan Lokasi <strong>Usaha</strong><br />
Lokasi usaha merupakan<br />
faktor yang dapat mempengaruhi<br />
kelancaran jalannya<br />
Pastikan bahwa pemilihan<br />
lokasi unit usaha<br />
kegiatan usaha karena erat<br />
kaitannya dengan pemasar<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sudah tepat<br />
an produk, biaya peng-<br />
angkutan, dan persediaan<br />
dan sesuai dengan kegiat<br />
an produksinya<br />
ba han baku. Faktor lokasi<br />
ha rus diperhitungkan dan<br />
dipertimbangkan secara tepat dan benar, baik dari segi<br />
2 (http://www.academia.edu/2714019/ANALISIS_USAHA_UKM).<br />
44<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
ekonomisnya maupun dari segi teknis serta kemungkinan<br />
pengembangan usaha di masa datang (Ibrahim,<br />
2009). Untuk menentukan lokasi perlu mempertimbangkan<br />
jenis kegiatan produksi yang akan dijalankan.<br />
a. Bagi <strong>Usaha</strong> yang Memproduksi Barang<br />
Pilihan lokasi unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> perlu dikaji<br />
dari beberapa faktor.<br />
Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan,<br />
antara lain:<br />
1) Lokasi calon konsumen. Mendirikan usaha di<br />
dekat lokasi konsumen dapat menguntungkan<br />
bagi kedua belah pihak, baik bagi unit<br />
usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> maupun konsumen. De katnya<br />
jarak antara lokasi usaha dengan lokasi<br />
konsumen (target pasar) dapat menekan bia<br />
ya yang pada akhirnya akan berpe ngaruh<br />
pada harga yang lebih murah.<br />
2) Letak bahan baku utama. Mendirikan usaha<br />
dekat dengan pusat bahan baku akan menguntungkan,<br />
karena memudahkan dalam<br />
mem peroleh bahan baku dan biayanya lebih<br />
murah.<br />
3) Sumber tenaga kerja. Jika sumber tenaga<br />
kerja dekat dan mudah didapat di sekitar lokasi<br />
usaha akan sangat membantu dalam<br />
pro ses pengelolaan tenaga kerja.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 45
4) Sumber daya seperti air, kondisi udara, dan<br />
te naga listrik yang tersedia di sekitar lokasi<br />
usa ha adalah penting bagi kelancaran proses<br />
produksi sehingga faktor-faktor ini perlu<br />
dipertimbangkan secara seksama.<br />
5) Ketersediaan fasilitas transportasi yang memadai<br />
untuk memindahkan bahan baku ke<br />
lokasi usaha dan memindahkan hasil produksi<br />
dari lokasi usaha ke pasar.<br />
6) Ketersediaan fasilitas untuk usaha, seperti<br />
pengadaan onderdil untuk kendaraan atau<br />
mesin produksi, serta fasilitas untuk karyawan<br />
seperti ruang kerja, tempat untuk istirahat,<br />
tempat peribadatan (misal: musholla), dan<br />
seterusnya.<br />
7) Lingkungan masyarakat sekitar yang akan<br />
mempengaruhi aktivitas usaha baik secara<br />
positif maupun negatif. Oleh karena itu, sebelum<br />
usaha didirikan perlu dikaji dampak<br />
positif maupun negatif keberadaan lokasi<br />
usaha bagi lingkungan masyarakat di sekitar<br />
lokasi usaha.<br />
8) Peraturan pemerintah, misalnya dalam Rencana<br />
Tata Ruang dan Wilayah perlu diperhatikan.<br />
Jangan sampai terjadi pelanggaran terhadap<br />
peraturan pemerintah tersebut.<br />
46<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
. Bagi <strong>Usaha</strong> Jasa<br />
Ada dua macam cara yang dapat ditempuh suatu<br />
unit usaha dalam berhubungan dengan konsumen,<br />
yaitu:<br />
1) Pelanggan datang ke lokasi fasilitas jasa, misal<br />
nya: nasabah mendatangi kantor pelayanan<br />
jasa simpan-pinjam (perkreditan).<br />
2) Penyedia jasa mendatangi konsumen, seperti<br />
mobil angkutan barang mendatangi lokasi<br />
pengumpulan hasil pertanian/perkebunan<br />
untuk selanjutnya diangkut ke pabrik atau<br />
ke pasar; melakukan layanan langsung ke<br />
ru mah konsumen (misal: penyerahan uang<br />
pinjaman konsumen, penarikan setoran uang<br />
pembayaran jasa air atau listrik, dan lain-lain).<br />
Apabila cara pertama yang ditempuh, maka penentuan<br />
lokasi fasilitas jasa perlu mempertimbangkan banyak<br />
hal, antara lain: mudah dan dapat diakses oleh<br />
konsumen, tempat parkir yang memadai, dapat diperluas,<br />
lingkungan yang mendukung usaha (aman dan<br />
nyaman), memiliki keunggulan kompetitif daripada<br />
lokasi pesaing, dan ijin lokasi atau ijin gangguan dari<br />
pihak berwenang.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 47
7. Perencanaan Tata letak (Layout)<br />
Pastikan bahwa tata letak<br />
tempat atau fasilitas unit<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sudah<br />
tepat.<br />
Pengaturan tata letak tempat<br />
yang akan digunakan<br />
sebagai basis kegiatan usaha<br />
perlu direncanakan dengan<br />
baik. Ketepatan dalam<br />
mengatur tata letak tempat<br />
usaha akan berpengaruh<br />
ter hadap kelancaran dalam<br />
menjalankan berbagai aktivitas,<br />
baik aktivitas produksi maupun pelayanan kepada<br />
konsumen. Dalam hal penataan letak tempat usaha<br />
perlu memperhatikan jenis kegiatan usahanya.<br />
a. Bagi <strong>Usaha</strong> yang Memproduksi Barang<br />
Bagi unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang memproduksi<br />
barang, paling tidak ada tiga jenis tempat yang<br />
perlu diatur tata letaknya, yaitu letak pabrik, kantor,<br />
dan gudang. Idealnya, ketiga tempat tersebut<br />
dibuat secara terpisah tetapi berada dalam satu<br />
kompleks sehingga memudahkan dalam pengelolaannya.<br />
b. Bagi <strong>Usaha</strong> Jasa<br />
Tata letak fasilitas jasa yang tersedia akan berpengaruh<br />
pada persepsi konsumen atas kualitas<br />
suatu jasa. Persepsi konsumen terhadap kualitas<br />
suatu jasa dapat dipengaruhi oleh suasana yang<br />
48<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
ditimbulkan oleh “penataan luar” (eksterior) maupun<br />
“penataan dalam” (interior) dari fasilitas jasa<br />
tersebut. Dengan demikian, keserasian, keasrian/<br />
keindahan, kebersihan, dan ketepatan tata letak<br />
dari lingkungan tempat penyampaian ja sa menjadi<br />
penting untuk diperhatikan. Penataan tempat<br />
layanan jasa yang nyaman dan aman akan menimbulkan<br />
rasa senang bagi konsumen.<br />
Berdasarkan hasil analisis aspek teknis dan tek nologi<br />
dapat diketahui layak atau tidak layak suatu<br />
unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> untuk dijalankan. Suatu unit<br />
usaha dikatakan layak apabila unsur-unsur yang<br />
terkandung dalam aspek teknis dan teknologi<br />
men dukung untuk menjalankan kegiatan usaha<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Jika aspek teknis dan teknologi kurang<br />
atau tidak layak, perlu diupayakan alternatif untuk<br />
mengkondisikan unsur-unsur teknis atau teknologi<br />
agar layak untuk mengoperasikan unit usaha. Misal<br />
nya, apabila belum tersedianya tenaga te ram pil<br />
mengoperasikan alat produksi yang akan digunakan<br />
maka perlu dilakukan pelatihan terlebih dahulu,<br />
apabila kapasitas produksinya belum mam pu<br />
memenuhi kebutuhan konsumen maka perlu menambah<br />
alat produksi, dan sebagainya. Apabila<br />
tidak ada alternatif yang memungkinkan suatu unit<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> menjadi layak, maka sebaiknya<br />
rencana usaha itu ditunda atau dibatalkan saja.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 49
Pada Kotak 2 dapat disimak contoh kajian kelayakan<br />
usaha pada aspek teknis dan teknologi yang disarikan dari<br />
kajian kelayakan usaha yang dilakukan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GAN-<br />
TING” di <strong>Desa</strong> Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten<br />
Bantaeng.<br />
Kotak 2.<br />
Kajian aspek teknis dan teknologi yang dilakukan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
“GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten<br />
Bantaeng untuk Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum, sebagai<br />
berikut:<br />
1. Perencanaan produk<br />
Produk yang akan dihasilkan adalah layanan air minum<br />
yang disalurkan langsung ke rumah pelanggan/konsumen<br />
melalui instalasi perpipaan dan dilengkapi dengan alat meteran<br />
air. Jasa layanan air minum ini sesuai dengan kebutuhan<br />
warga masyarakat, terutama mereka yang tinggal<br />
di wilayah permukiman yang jauh dari lokasi sumber air<br />
bersih. De ngan adanya layanan air minum tersebut, ma syarakat<br />
akan terbantu dalam memenuhi kebutuhan air bersih<br />
dengan mudah.<br />
50<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
2. Kualitas produk<br />
Air yang didistribusikan kepada konsumen langsung berasal<br />
dari alam (mata air) dengan kualitas yang baik (jernih/<br />
bersih) dan sangat layak dikonsumsi untuk bahan baku<br />
memasak makanan dan minuman. Air yang didistribusikan<br />
kepada pelanggan dapat mengalir terus-menerus sepanjang<br />
waktu sehingga di rumah konsumen selalu tersedia air<br />
bersih. Selain itu, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> Ganting mampu memberikan<br />
pelayanan yang baik kepada konsumen, baik pelayanan<br />
dalam hal teknis (misalnya: pemasangan dan perbaikan<br />
ke rusakan instalasi air) maupun pelayanan administrasi<br />
(mi salnya: pendaftaran pelanggan, pencatatan volume air<br />
yang digunakan pelanggan, penerimaan/ penagihan biaya<br />
bulanan, dll). Tersedianya tenaga teknis yang berasal dari<br />
da lam desa sendiri, maka setiap ada pengaduan terjadinya<br />
gangguan dapat segera diatasi/diperbaiki.<br />
3. Persediaan bahan baku<br />
Berdasarkan pengalaman sejarah, sejak dahulu sampai dengan<br />
saat ini sungai dan sejumlah mata air yang berasal dari<br />
hutan desa di pegunungan tidak pernah kering. De ngan demikian<br />
bahan baku berupa air bersih selalu tersedia dengan<br />
volume yang cukup memadai untuk menyuplai kebutuhan<br />
seluruh warga desa.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 51
4. Teknologi yang digunakan dan kapasitas produksi<br />
Teknologi yang digunakan cukup sederhana, yaitu dengan<br />
teknik gravitasi bumi. Air yang bersumber dari mata<br />
air di puncak gunung dialirkan ke bak penampungan yang<br />
di tempatkan di lokasi yang lebih rendah, kemudian dari<br />
bak penampungan tersebut dipasang pipa-pipa untuk menya<br />
lurkan air ke rumah-rumah konsumen. Penggunaan<br />
teknologi gravitasi bumi memiliki beberapa keuntungan,<br />
antara lain: hemat biaya karena tidak perlu menggunakan<br />
mesin, pembangunan infrastruktur dan perawatannya mudah<br />
sehingga sangat memungkinkan ditangani oleh tenaga<br />
lokal.<br />
Kapasitas produksi dapat disesuaikan dengan kemampuan<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> untuk membiayai pengadaan sarana perpipaan<br />
dan alat meter air. Kapasitas produksi diukur berdasarkan<br />
kemampuan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> untuk melayani pemasangan perpipaan<br />
yang tersambung di rumah-rumah konsumen. Untuk<br />
sementara kapasitas produksinya sebanyak 400 sambung an<br />
atau 400 pelanggan, di masa mendatang kapasitas produksi<br />
ini dapat ditingkatkan lagi sesuai permintaan warga desa<br />
serta kemampuan pembiayaan yang dimiliki <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />
52<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
5. Lokasi usaha<br />
Kegiatan usaha pengelolaan air minum sepenuhnya berada<br />
di dalam <strong>Desa</strong> Labbo. Meskipun sumber air bersih terletak<br />
di lokasi yang cukup jauh, sekitar 4-5 km dari permukiman<br />
warga, tetapi hal tersebut dapat mudah diatasi dengan pemasangan<br />
perpipaan. <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> Ganting juga telah memiliki<br />
kantor yang terletak di pusat pemerintahan <strong>Desa</strong> Labbo,<br />
dan mudah dijangkau oleh seluruh pelanggan yang memerlukan<br />
layanan.<br />
Berdasarkan hasil kajian unsur-unsur yang terkait dengan<br />
aspek teknis dan teknologi, ternyata semuanya menunjukkan<br />
kegiatan usaha pengelolaan air minum layak dijalankan.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 53
Bagian IV<br />
ASPEK MANAJEMEN DAN SDM<br />
Aspek Manajemen<br />
Aspek manajemen untuk membangun usaha didasarkan<br />
pada pendekatan fungsi manajemen, meliputi:<br />
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.<br />
Tujuan kajian kelayakaan usaha pada aspek<br />
manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembentukan<br />
dan pelaksanaan usaha dapat direncanakan, dilaksanakan,<br />
dan dikendalikan.<br />
1. Perencanaan<br />
Tujuan dari gagasan menjalankan usaha/proyek adalah<br />
untuk memperoleh keuntungan atau kemanfaatan.<br />
Untuk mencapai tujuan ini diperlukan suatu peren canaan<br />
secara menyeluruh beserta kebijakan yang diperlukan.<br />
Untuk itu perlu disusun suatu program kerja<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 55
untuk mencapai tujuan yang<br />
telah ditetapkan serta menyu<br />
sun kegiatan-kegiatan<br />
Pastikan bahwa unit usaha<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang akan<br />
yang diperlukan (Ibrahim,<br />
2009). Perencanaan dalam dijalankan/dikembangkan<br />
dapat direncanakan<br />
ang garan unit usaha <strong>BUM</strong><br />
dengan baik.<br />
<strong>Desa</strong> juga harus dilakukan<br />
dengan sebaik mungkin, misalnya<br />
membuat anggaran<br />
pembelian, anggaran produksi, anggaran penjualan,<br />
dan anggaran lainnya disesuaikan keperluan usaha<br />
yang akan dijalankan. Dalam merencanakan anggaran<br />
harus detail, misalnya anggaran pembelian bahan,<br />
bahan apa dan berapa jumlahnya yang akan dibeli,<br />
be rapa harganya, siapa yang menangani pembelian,<br />
dimana membelinya, dan sebagainya.<br />
Perencanaan dalam pengadaan karyawan disesuaikan<br />
dengan rencana proses produksi, kegiatan yang akan<br />
dilakukan, persyaratan yang diperlukan dan jumlah<br />
karyawan yang dibutuhkan. Demikian pula perencanaan<br />
dalam bidang produksi, perlu direncanakan jenis<br />
produk, jumlah produk (untuk barang) dan standar<br />
kualitas produk yang akan dihasilkan, bahan baku<br />
yang diperlukan, peralatan yang akan digunakan, petugas<br />
yang menangani proses produksi, dan sebagainya.<br />
Perencanaan dalam bidang penjualan juga perlu<br />
56<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
dibuat, antara lain: jumlah produk yang akan dijual,<br />
bentuk promosi yang diperlukan, daerah penjualan,<br />
cara mendistribusikan produk, biaya penjualan, penetapan<br />
harga, saluran pemasaran, sistem pembayaran,<br />
dan sebagainya.<br />
2. Pengorganisasian<br />
Dalam menilai kelayakan usaha, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> mengkaji<br />
beberapa hal, seperti:<br />
a. Bagaimana langkah-langkah dalam pengorganisa<br />
sian?<br />
Secara garis besar, langkah-langkah dalam melakukan<br />
proses pengorganisasian meliputi.:<br />
1) Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan<br />
untuk mencapai tujuan dari unit usaha<br />
yang akan dijalankan.<br />
2) Membagi beban kerja secara jelas dan proporsional<br />
sehingga dapat dilakukan oleh sese<br />
orang atau oleh sekelompok orang.<br />
3) Menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan<br />
pekerjaan anggota organisasi dalam<br />
satu kesatuan yang harmonis, memantau<br />
efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah<br />
penyesuaian untuk mempertahankan<br />
atau meningkatkan efektivitas.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 57
. Bagaimana asas organisasi yang hendaknya dipilih?<br />
Asas-asas organisasi merupakan pedoman yang<br />
perlu dilaksanakan agar diperoleh suatu struktur<br />
organisasi yang baik dan aktivitas organisasi dapat<br />
berjalan dengan lancar. Asas-asas organisasi<br />
terdiri dari: perumusan tujuan organisasi, penyusunan<br />
bagian-bagian organisasi yang diperlukan,<br />
pembagian kerja yang jelas, koordinasi, pelimpahan<br />
wewenang, rentang kendali, jenjang organisasi,<br />
kesatuan perintah, dan asas keluwesan dimana<br />
struktur organisasi hendaknya mudah diubah untuk<br />
disesuaikan dengan perubahan-perubahan<br />
yang terjadi tanpa mengurangi kelancaran aktivitas<br />
yang sedang berjalan. Apabila asas organisasi<br />
tersebut dapat diterapkan dengan baik, maka<br />
akan sangat mendukung kelancaran kegiatan<br />
usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />
c. Bagaimana struktur organisasi yang dirancang?<br />
Struktur organisasi adalah susunan dan hubung an<br />
antara bagian dan posisi dalam perusahaan. Struktur<br />
organisasi menjelaskan pembagian akti vitas<br />
kerja, serta memperhatikan hubungan fungsi dari<br />
aktivitas tersebut. Struktur organisasi juga menjelaskan<br />
hierarki (jenjang atau tingkatan) dan susunan<br />
kewenangan, serta hubungan pertanggungja-<br />
58<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
waban (siapa melapor<br />
pada siapa). Hal terpenting<br />
dalam pe nyusunan<br />
struktur orga nisasi ini<br />
ada lah rancangan struktur<br />
organisasi yang disusun<br />
ha rus fungsional,<br />
efektif, dan efisien. Artinya,<br />
susun an organisasi<br />
unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> itu harus dapat menggambarkan<br />
tugas pokok dan fungsi setiap bagian organisasi,<br />
hubungan ketugasan antar bagian harus<br />
je las, dan susunan organisasi disesuaikan dengan<br />
ke perluan (tidak terlalu gemuk).<br />
3. Pelaksanaan<br />
Salah satu fungsi manajemen adalah pelaksanaan kegiatan.<br />
Apakah suatu kegiatan usaha dapat dilaksanakan,<br />
sangat dipengaruhi<br />
oleh kualitas perencanaan,<br />
pengorganisasian, dan kualitas<br />
sumber daya manusia.<br />
Oleh karena itu seluruh kegiatan<br />
usaha harus di ren canakan<br />
dengan matang dan<br />
rinci, serta sistem pengor-<br />
Unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
yang akan dijalankan<br />
hen daknya telah memiliki<br />
asas dan struktur organisasi<br />
yang jelas, efektif<br />
dan efisien.<br />
Sebelum unit usaha<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dijalankan,<br />
ha rus dipastikan bahwa<br />
seluruh kegiatan usaha<br />
yang direncanakan dapat<br />
dilaksanakan dengan<br />
baik.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 59
ganisasian harus baik. Selain itu, diperlukan sumber<br />
daya manusia yang cukup jumlahnya, te rampil dan<br />
menguasai bidang tugasnya. Ini semua dimaksukan<br />
agar aktifitas-aktifitas untuk menjalankan unit usaha<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat dilaksanakan dengan baik.<br />
4. Pengendalian<br />
Pengendalian atau pengawasan<br />
di dalam manajemen<br />
memiliki berbagai fungsi<br />
pokok. Fungsi pokok pengendalian<br />
tersebut adalah:<br />
Pastikan bahwa fungsi<br />
pengendalian terhadap<br />
unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
yang akan dijalankan<br />
dapat berjalan dengan<br />
efektif.<br />
a. Mencegah terjadinya<br />
pe nyimpangan-pe nyimpangan<br />
atau kesalahan.<br />
Ini dapat dila kukan dengan<br />
pengawasan secara rutin diser tai adanya ke -<br />
tegasan-ketegasan dalam pemberian sangsi terhadap<br />
pe nyimpangan yang terjadi.<br />
b. Memperbaiki berbagai penyimpangan yang terjadi.<br />
Jika penyimpangan telah terjadi, hendaknya<br />
pengawasan/pengendalian dapat menghasilkan<br />
perbaikan.<br />
c. Mendinamisasikan orga nisasi. Dengan adanya peng<br />
a wasan diharapkan sedini mungkin dapat di cegah<br />
terjadinya penyimpangan-penyimpangan, se-<br />
60<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
hing ga setiap unit organisasi selalu dalam keada an<br />
bekerja secara efektif dan efisien.<br />
d. Mempertebal rasa tanggung jawab. Dengan adanya<br />
pengendalian/ pengawasan yang rutin, setiap<br />
unit organisasi berikut karyawannya dapat selalu<br />
mengerjakan semua tugas yang diberikan dengan<br />
benar.<br />
Aspek Sumber Daya Manusia<br />
Rencana usaha yang<br />
akan dijalankan melalui<br />
pe ngembangan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
secara rutin memerlukan<br />
kelayakan aspek Sumber<br />
Daya Manusia (SDM). Keberadaan<br />
SDM hendaknya<br />
dianalisis untuk menjawab<br />
apakah memiliki SDM<br />
yang diperlukan untuk<br />
menjalankan unit usaha<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> secara layak?<br />
Untuk menjalankan kegiatan<br />
usaha, harus dipastikan bahwa<br />
tersedia SDM yang berkualitas<br />
dan mampu membangun kekom<br />
pakan serta keselarasan<br />
ker ja untuk menjalankan unit<br />
usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />
Kajiannya dapat dimulai dari merencanakan siapa yang<br />
akan memimpin <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> atau unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dan<br />
siapa yang akan tergabung di dalam timnya. Menganalisis<br />
pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan dan siapa<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 61
yang akan melaksanakan. Kesuksesan dalam menjalankan<br />
suatu unit usaha sangat tergantung pada SDM yang solid<br />
antara manajer pelaksana bersama timnya. Dalam membangun<br />
sebuah tim yang efektif, pertimbangannya bukan<br />
hanya pada keahlian teknis para manajer dan anggota tim<br />
semata, tetapi juga kemauan mereka untuk bekerja dengan<br />
baik.<br />
Kotak 3 merupakan contoh kajian aspek manajemen<br />
dan sumberdaya manusia yang dimodifikasi dari hasil<br />
kajian kelayakan usaha yang dilakukan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GAN-<br />
TING” di <strong>Desa</strong> Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten<br />
Bantaeng.<br />
62<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Kotak 3.<br />
Kajian aspek manajemen dan sumberdaya manusia yang dilakukan<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo Kecamatan Tompobulu<br />
Kabupaten Bantaeng untuk Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air<br />
Minum, sebagai berikut:<br />
1. Perencanaan kegiatan usaha<br />
Penyusunan rencana kegiatan usaha pengelolaan air minum<br />
dilakukan secara partisipatif, yaitu dengan melibat kan<br />
warga desa dalam suatu forum musyawarah desa. Proses<br />
pe rencanaan kegiatan usaha diawali dengan penyusunan<br />
rencana operasional yang dilakukan oleh Direktur <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> “GANTING” beserta tim. Setelah rencana operasional<br />
selesai disusun, kemudian dibahas secara internal Tim<br />
dengan melibatkan Kepala <strong>Desa</strong> selaku Komisaris <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong>. Rencana operasional tersebut meliputi: rencana peng<br />
adaan bahan dan peralatan (pipa, meteran air, semen,<br />
pasir, dll), kegiatan pemasangan peralatan, anggaran biaya<br />
beserta sumbernya, pemasangan sarana perpipaan, aturan<br />
main yang dituangkan dalam bentuk peraturan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>,<br />
proses perijinan, dan lain-lain.<br />
Setelah rencana operasional selesai disusun oleh Tim, selanjutnya<br />
dibawa ke Forum Musyawarah <strong>Desa</strong> untuk di-<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 63
musyawarahkan dan disepakati bersama warga masyarakat.<br />
Dengan cara demikian ini, warga masyarakat dapat ikut<br />
mendukung kelancaran dari pelaksanaan kegiatan yang<br />
telah direncanakan bersama.<br />
2. Pengorganisasian<br />
Pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan usaha pengelolaan<br />
air minum meliputi: pekerjaan manajerial, pekerjaan<br />
teknis, dan pekerjaan administratif. Pekerjaan manajerial<br />
ditangani oleh Direktur <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dan Kepala Unit <strong>Usaha</strong><br />
Pengelolaan Air Minum. Tugas dan kewenangan Direktur<br />
membuat program dan kebijakan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, memimpin,<br />
mengkoordinasi, serta melakukan pengawasan terhadap<br />
kinerja Kepala Unit <strong>Usaha</strong> beserta seksi-seksi. Kepala Unit<br />
<strong>Usaha</strong> bertugas memimpin, mengkoordinasi, dan mengawasi<br />
pelaksanaan tugas seksi-seksi.<br />
Pekerjaan teknis meliputi pemasangan, perawatan, dan<br />
per baikan instalasi air. Pekerjaan ini ditangani seksi instalasi<br />
dan perawatan. Pekerjaan administratif dibagi menjadi 2,<br />
yaitu: pekerjaan pencatatan meteran air ditangani oleh seksi<br />
pencatat meteran, dan pekerjaan administrasi ditangani<br />
seksi pelayanan administrasi.<br />
64<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
3. Pelaksanaan kegiatan usaha<br />
Pelaksanaan kegiatan usaha pengelolaan air minum diyakini<br />
dapat berjalan lancar. Ini dikarenakan rencana kegiatan<br />
atau jenis pekerjaan telah dirumuskan dengan jelas, aturan<br />
main juga jelas yaitu dalam bentuk Peraturan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
Ganting Nomor: 02/BMDs-GT/LB/KTB/VI/2010 tentang<br />
Pengelolaan Air. Selain itu, tersedianya sumber daya manusia<br />
yang terampil/ mumpuni dan tersedianya anggaran biaya<br />
yang cukup memungkinkan kegiatan usaha ini dilaksanakan.<br />
4. Pengendalian<br />
Pengendalian dapat dijalankan secara efektif, karena <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> Ganting telah memiliki mekanisme laporan pertanggungjawaban<br />
atas pelaksanaan kegiatan usaha. Disamping<br />
itu, warga masyarakat juga dapat ikut melakukan pengawasan<br />
terhadap pelaksanaan kegiatan usaha pengelolaan<br />
air, dan jika terjadi penyimpangan dapat dibawa ke dalam<br />
forum musyawarah desa.<br />
5. Sumber daya manusia<br />
Pengelola <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> Ganting merupakan orang-orang yang<br />
memiliki kompetensi memadai, yaitu: memahami kondisi<br />
masyarakat <strong>Desa</strong> Labbo, memiliki pengetahuan dan penga-<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 65
laman dalam bidang pengelolaan air, dan memiliki pengalaman<br />
berorganisasi.<br />
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil kajian aspek<br />
manajemen dan sumber daya manusia cukup memadai<br />
untuk menjalankan kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Oleh karena<br />
itu, kegiatan usaha pengelolaan air minum dapat<br />
dinyatakan layak untuk dilaksanakan.<br />
66<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Bagian V<br />
ASPEK KEUANGAN<br />
Kajian aspek keuangan dimaksudkan untuk menentukan<br />
rencana investasi melalui perhitungan biaya dan<br />
manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan<br />
antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan<br />
dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar<br />
kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan<br />
dan menilai apakah usaha akan dapat berlanjut.<br />
Tujuan menganalisis aspek keuangan adalah untuk<br />
me ngetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas dari rencana<br />
usaha, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya<br />
sua tu unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dijalankan.<br />
Aspek keuangan yang perlu dikaji meliputi:<br />
1) kebutuhan dana serta sumbernya,<br />
2) aliran kas,<br />
3) perkiraan laba-rugi, dan<br />
4) penilaian investasi rencana usaha.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 67
Untuk menilai investasi dari rencana usaha dapat dilakukan<br />
dengan berbagai metode. Namun untuk keperluan<br />
kajian kelayakan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> metode yang disajikan<br />
dalam buku ini sengaja dipilih metode yang cukup mudah<br />
digunakan. Metode penilaian investasi yang dimaksud<br />
meliputi: Profitability Index, Net Present Value, Pay Back<br />
Period dan Break Even Point.<br />
Kebutuhan Dana dan Sumbernya<br />
Untuk merealisasikan usaha/bisnis dibutuhkan dana<br />
untuk biaya investasi. Biaya investasi diperlukan untuk<br />
membangun/mendirikan usaha, misalnya: pengadaan tanah,<br />
bangunan, mesin, peralatan, biaya pemasangan, biaya<br />
kajian kelayakan usaha, pengurusan perijinan, dan lainlain.<br />
Barang dan segala sesuatu yang diperoleh dengan<br />
biaya investasi ini disebut harta tetap. Contoh perhitungan<br />
biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 1.<br />
Di samping untuk biaya investasi, dana juga dibutuhkan<br />
untuk modal kerja. Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan<br />
untuk membiayai kegiatan usaha setelah rencana<br />
usaha nantinya siap dijalankan. Setiap jenis kegiatan usaha<br />
yang berbeda tentunya berbeda pula jenis biaya usaha atau<br />
biaya produksinya. Oleh karena itu, macam-macam biaya<br />
yang dikeluarkan untuk modal kerja disesuaikan dengan<br />
jenis kegiatan usahanya. Ini disebabkan oleh perbedaan<br />
68<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
cara, alat, bahan dan kebutuhan lainnya dalam memproduksi<br />
barang/jasa serta pemasarannya. Sebagai contoh,<br />
Ta bel 2 menggambarkan Modal Kerja untuk usaha jasa pengelolaan<br />
air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”.<br />
Setelah diketahui jumlah dana yang dibutuhkan, yang<br />
perlu diketahui lebih lanjut adalah dari mana sumber dana<br />
itu dapat diperoleh (contoh lihat Tabel 3).<br />
Sumber dana atau permodalan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat bersumber<br />
dari :<br />
a. Kekayaan <strong>Desa</strong> yang dipisahkan;<br />
b. Tabungan masyarakat;<br />
c. Bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan<br />
Pemerintah Daerah;<br />
d. Pinjaman; dan/atau<br />
e. Penyertaan modal pihak lain/kerjasama bagi hasil.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 69
Tabel 1.<br />
Perhitungan Biaya Investasi (Modal Awal) Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />
NO URAIAN VOLUME SATU-<br />
AN<br />
A. BIAYA INVESTASI TANAH dan BANGUNAN:<br />
1. Tanah *)<br />
2. Bangunan **)<br />
TOTAL INVESTASI TANAH & BANGUNAN<br />
HARGA<br />
SATUAN<br />
JUMLAH<br />
B. BELANJA PERALATAN INSTALASI AIR:<br />
1. Meteran air 400 buah 75,000 30,000,000<br />
2. Pipa type AW 204 batang 15,000 3,060,000<br />
3. Sambungan L 1,600 buah 2,000 3,200,000<br />
4. Double Neppel 800 buah 5,000 4,000,000<br />
5. Stop kran 400 buah 35,000 14,000,000<br />
TOTAL BIAYA PERALATAN (A) 54,260,000<br />
70<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
C. BELANJA BAHAN, PEMASANGAN dan TRANSPOR-<br />
TASI:<br />
6. Lem 5 buah 6,000 30,000<br />
7. Plester pipa 10 buah 3,000 30,000<br />
8. Semen 10 zak 40,000 400,000<br />
9. Pasir 6 m3 180,000 1,080,000<br />
10. Biaya pemasangan (instalasi) 400 buah 20,000 8,000,000<br />
11. Biaya transportasi 5 kali 200,000 1,000,000<br />
TOTAL BIAYA BAHAN, PEMASANGAN dan TRANS-<br />
PORTASI (B)<br />
10,540,000<br />
D. BELANJA PERLENGKAPAN KANTOR:<br />
12. Komputer 1 set 5,000,000 5,000,000<br />
13. Kursi 3 buah 100,000 300,000<br />
14. Meja 3 buah 300,000 900,000<br />
15. Almari arsip 1 buah 500,000 500,000<br />
TOTAL BIAYA PERLENGKAPAN KANTOR (C) 6,700,000<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 71
E. BIAYA LAINNYA:<br />
16. Biaya rapat-rapat (termasuk Musdes) 1 paket 2,050,000 2,050,000<br />
17. Biaya pelatihan peningkatan kapasitas pengelola 1 paket 1,400,000 1,400,000<br />
TOTAL BIAYA LAINNYA (D) 3,450,000<br />
TOTAL INVESTASI (A+B+C+D+E) 76,450,000<br />
Sumber : Data studi kelayakan usaha Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” dengan modivikasi<br />
dan rekalkulasi.<br />
Keterangan : *) Biaya investasi tanah tidak diperhitungkan, karena tanah milik desa dan perorangan yang<br />
digunakan untuk membangun bak penampungan dan menanam perpipaan tidak di pungut<br />
biaya.<br />
**) Kantor dan Gudang Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> Ganting menempati bangunan<br />
milik Pemerintah <strong>Desa</strong> Labbo diasumsikan sewa per tahun Rp. 1,500,000.<br />
72<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Tabel 2.<br />
Perhitungan Modal Kerja Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />
di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />
NO URAIAN VOLUME SATUAN<br />
HARGA<br />
SATUAN<br />
JUMLAH<br />
1. Alat Tulis dan Kantor (ATK) 1 paket 250,000 250,000<br />
2. Insentif Pengurus/Pengelola:<br />
a. Komisaris 12 bulan 60,000 720,000<br />
b. Direktur 12 bulan 120,000 1,440,000<br />
c. Sekretaris 12 bulan 80,000 960,000<br />
d. Bendahara 12 bulan 80,000 960,000<br />
e. Kepala Unit <strong>Usaha</strong> 12 bulan 100,000 1,200,000<br />
f. Ketua Badan Pengawas 12 bulan 60,000 720,000<br />
g. Wakil Ketua Badan Pengawas 12 bulan 40,000 480,000<br />
h. Sekretaris Badan Pengawas 12 bulan 40,000 480,000<br />
i. Anggota Badan Pengawas (2 org) 12 bulan 80,000 960,000<br />
Total Insentif 7,920,000<br />
3. Lain-lain - - - -<br />
TOTAL MODAL KERJA 8,170,0000<br />
Sumber : Data studi kelayakan usaha Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” dengan modivikasi dan<br />
rekalkulasi.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 73
Tabel 3<br />
Jumlah Dana yang diperlukan untuk Investasi dan Modal Kerja Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan<br />
Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kabupaten Bantaeng<br />
NO KLASIFIKASI MODAL SUMBER dan JUMLAH DANA<br />
JUMLAH<br />
Pem. <strong>Desa</strong> Pem. Kab Pem. Prov Lainnya<br />
A. INVESTASI<br />
1. Tanah dan Bangunan 1,500,000 - - - 1,500,000<br />
2. Peralatan - 54,260,000 - - 54,260,000<br />
3. Bahan, Pemasangan, Transport - 10,540,000 - - 10,540,000<br />
4. Perlengkapan Kantor - 6,700,000 - - 6,700,000<br />
5. Biaya lainnya - 3,450,000 - - 3,450,000<br />
B. MODAL KERJA<br />
1. ATK - 250,000 - - 250,000<br />
2. Insentif Pengelola - 7,920,000 - - 7,920,000<br />
3. Biaya lainnya - - - - -<br />
TOTAL MODAL 84,620,000<br />
Sumber : Data studi kelayakan usaha Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” dengan modivikasi dan<br />
rekalkulasi.<br />
74<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Lebih lanjut, perlu dilakukan perhitungan biaya penyusutan<br />
terhadap investasi yang berbentuk harta tetap, misalnya:<br />
gedung, mesin, komputer, meja-kursi, peralatan, dan<br />
lain-lain. Perhitungan ini diperlukan untuk memperhitungkan<br />
laba/rugi dari kegiatan usaha. Perhitungan biaya penyusutan<br />
dapat dilakukan berdasarkan satuan waktu hari,<br />
minggu, bulan dan tahun. Penentuan satuan waktu tersebut<br />
disesuaikan keperluan dan sifat dari barang. Sebagai<br />
contoh, Tabel 4 menggambarkan perhitungan biaya penyu<br />
sutan dari investasi kegiatan usaha pengelolaan air<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”.<br />
Tabel 4.<br />
Perhitungan Biaya Penyusutan Investasi Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan<br />
Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo<br />
Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />
NO<br />
JENIS HARTA<br />
TETAP<br />
HARGA<br />
UMUR<br />
EKONOMIS<br />
BIAYA PENYU-<br />
SUTAN/TH<br />
1. Meteran air 30,000,000 12 tahun 2,500,000<br />
2. Pipa type AW 3,060,000 12 tahun 255,000<br />
3. Sambungan L 3,200,000 12 tahun 266,667<br />
4. Double Neppel 4,000,000 12 tahun 333,333<br />
5. Stop kran 14,000,000 5 tahun 2,800,000<br />
6. Komputer 5,000,000 5 tahun 1,000,000<br />
7. Kursi 300,000 12 tahun 25,000<br />
8. Meja 900,000 12 tahun 75,000<br />
9. Almari arsip 500,000 12 tahun 41,667<br />
TOTAL 60,960,000 7,296,667<br />
Sumber : Data studi kelayakan usaha Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
“GANTING” dengan modivikasi dan rekalkulasi.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 75
Perkiraan Arus Kas<br />
Berkaitan dengan kajian kelayakan usaha, perhitung an<br />
terhadap arus/aliran kas (cash flow) penting dilakukan kare<br />
na laba dalam pengertian akuntansi tidak sama de ngan<br />
kas masuk bersih. Bagi pengelola keuangan, kas ber sih<br />
jus tru lebih penting untuk diketahui, karena hanya de ngan<br />
kas bersih ini perusahaan (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>) dapat melak sanakan<br />
pem bayaran kewajiban keuangannya.<br />
Kas pada dasarnya terdiri atas 2 (dua) macam peris tiwa,<br />
yaitu arus kas masuk dan arus kas keluar. Bagian arus<br />
kas masuk mencatat semua penerimaan uang yang berasal<br />
dari hasil transaksi, misalnya: hasil penjualan tunai<br />
ba rang, uang persewaan yang diterima, penerimaan uang<br />
cicilan simpan-pinjam, kredit modal kerja kepada pihak<br />
lain, penerimaan bunga simpanan uang dari bank, dan sebagainya.<br />
Sedangkan bagian arus kas keluar mencatat semua<br />
pengeluaran uang yang digunakan untuk: membayar<br />
pegawai, pengadaan bahan baku, membeli bahan bakar,<br />
membayar pajak, membayar bunga bank, menambah investasi,<br />
dan sebagainya.<br />
Penyusunan perkiraan arus kas digambarkan sebagaimana<br />
contoh pada Tabel 5. Contoh tersebut diambil dari<br />
data kajian kelayakan kegiatan usaha pengelolaan air <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> “GANTING” yang telah dimodifikasi oleh penulis. Data<br />
aslinya, arus kas dihitung dalam satuan waktu bulan dan<br />
76<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
oleh penulis dikonversi ke dalam satuan tahun. Jumlah<br />
pelanggan diproyeksikan (diperkirakan) sebanyak 400 pelanggan.<br />
Harga pemakaian air ditentukan sebesar Rp. 250/<br />
m3 ditambah uang infak per pelanggan sebesar Rp. 500/<br />
bulan. Rata-rata penggunaan air diproyeksikan sebanyak<br />
25 m3/bln/pelanggan. Dengan demikian rata-rata pendapatan<br />
kotor per bulan yang diterima oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GAN-<br />
TING” dari seluruh pelanggan air sebesar<br />
= (400 X 25 X Rp. 250) + (400 X Rp. 500)<br />
= Rp. 2.700.000.<br />
Pendapatan kotor per tahun sebesar<br />
= Rp. 2.700.000 X 12 = Rp. 32.400.000.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 77
Tabel 5.<br />
Perkiraan Arus Kas Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />
di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />
NO URAIAN<br />
A. ARUS KAS MASUK<br />
1. Penerimaan infak dan biaya<br />
pemakaian air<br />
TAHUN KE:<br />
1 2 3 4 5<br />
32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />
2. Lain-lain - - - - -<br />
TOTAL ARUS KAS MASUK (A) 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />
B. ARUS KAS KELUAR<br />
1. ATK 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000<br />
2. Insentif Pengelola 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000<br />
3. Bunga bank - - - - -<br />
4. Pajak - - - - -<br />
5. Lain-lain - - - - -<br />
TOTAL ARUS KAS KELUAR (B) 8,170,000 8,170,000 8,170,000 8,170,000 8,170,000<br />
ARUS KAS BERSIH ( A – B ) 24,230,000 24,230,000 24,230,000 24,230,000 24,230,000<br />
Catatan: dalam periode 5 tahun jumlah pelanggan, tarif air dan biaya operasional diasumsikan tetap.<br />
78<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Perkiraan Laba-Rugi<br />
Perkiraan atau proyeksi laba-rugi penting dilakukan,<br />
karena salah satu tujuan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> melakukan kegiatan<br />
usaha adalah mendapatkan keuntungan atau laba usaha.<br />
Apabila dari proyeksi laba-rugi menunjukkan rugi, maka sebaiknya<br />
rencana kegiatan usaha perlu dicari alternatif usa ha<br />
lain dengan cara memperhitungkan kembali aspek-aspek<br />
keuangan agar mencapai keadaan yang dapat menghasilkan<br />
laba. Jika tidak ada alternatif, dan hasil proyeksi tetap<br />
rugi, sebaiknya rencana kegiatan usaha dihentikan saja.<br />
Tabel 6 berikut ini merupakan contoh proyeksi laba-rugi<br />
yang disarikan dari data kajian kelayakan usaha pengelolaan<br />
air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 79
Tabel 6.<br />
Proyeksi Laba-Rugi Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />
di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />
TAHUN KE<br />
NO URAIAN<br />
1 2 3 4 5<br />
A. PENJUALAN 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />
B. BIAYA POKOK PRODUKSI *)<br />
1. Bahan Baku - - - - -<br />
2. Upah Tenaga Kerja - - - - -<br />
3. Biaya Umum Pabrik - - - - -<br />
C. LABA KOTOR ( A – B ) 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />
D. BIAYA USAHA<br />
1. ATK 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000<br />
2. Gaji/Insentif Pengelola 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000<br />
3. Biaya promosi - - - - -<br />
4. Biaya Penyusutan 7,296,667 7,296,667 7,296,667 7,296,667 7,296,667<br />
5. Lain-lain - - - - -<br />
Total Biaya <strong>Usaha</strong> 15,466,667 15,466,667 15,466,667 15,466,667 15,466,667<br />
80<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
E. LABA USAHA (C – D) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333<br />
F. BUNGA - - - - -<br />
G. LABA SEBELUM PAJAK (E-F ) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333<br />
H. PAJAK - - - - -<br />
I. LABA BERSIH (G – H ) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333<br />
Keterangan : *) Kebetulan kasus pengelolaan air di <strong>Desa</strong> Labbo bahan baku air tinggal mengalirkan saja dari sumbernya<br />
sehingga tanpa biaya, dan tenaga kerja dirangkap oleh pengelola yang diberi tunjangan<br />
(insentif) bulanan (dimasukkan dalam Biaya <strong>Usaha</strong>). Untuk kasus lain, harap menyesuaikan dengan<br />
keadaan setempat.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 81
Penilaian Investasi<br />
Jika dalam periode yang sama terdapat beberapa usulan<br />
rencana usaha yang ternyata layak untuk dijalankan, sedangkan<br />
dana yang tersedia tidak mencukupi, maka perlu<br />
dicari jalan keluar. Salah satunya adalah dengan melakukan<br />
urutan prioritas terhadap usulan-usulan bisnis itu. Untuk<br />
melakukan penilaian investasi serta melakukan analisis<br />
urutan prioritas adalah sebagai berikut.<br />
a. Metode Pay Back Period (Waktu Kembali Modal)<br />
Metode ini sederhana dan sudah dikenal secara umum.<br />
Ketika seorang pemilik modal ditawari untuk me laku<br />
kan investasi (modal) usaha maka ia akan bertanya<br />
“Berapa lama modal saya akan kembali?” Dalam<br />
manajemen keuangan hal itu dikenal dengan sebutan<br />
payback period, yaitu suatu periode yang diperlukan<br />
untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan<br />
menggunakan aliran kas. Cara perhitungannya sederhana,<br />
sbb.:<br />
Rumus:<br />
Pay Back Period<br />
= (Nilai Investasi Awal : Kas Masuk Bersih) X 1<br />
tahun<br />
82<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Kriteria penilaian:<br />
Jika Pay Back Period lebih pendek waktunya dari maksimum<br />
Pay Back Period yang dapat diterima, maka<br />
usulan investasi dapat diterima. Misalnya kita mensyaratkan<br />
Pay Back Period maksimum yang dapat diteri<br />
ma adalah 5 tahun, sedangkan hasil perhitungan<br />
menunjukkan 4 tahun, maka usulan investasi tersebut<br />
DI TERIMA<br />
Metode Pay Back Period ini cukup sederhana, namun<br />
mempunyai kelemahan. Kelemahan utamanya yaitu<br />
periode ini tidak memperhatikan perubahan nilai uang<br />
dalam periode mendatang. Selain itu juga tidak memperhatikan<br />
aliran kas masuk setelah modal kembali.<br />
Jadi pada umumnya metode ini digunakan sebagai<br />
pendukung metode lain yang lebih baik.<br />
Contoh:<br />
Investasi Awal unit usaha pengelolaan air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
“GANTING” adalah sebesar Rp. 76.450.000,- (lihat<br />
Tabel 1), dan Arus Kas Masuk Bersih sebesar Rp.<br />
24.230.000,-. Berdasarkan data ini, dapat diperhitungkan<br />
Pay Back Period-nya sebagai berikut.<br />
Payback Period = (76,450,000 / 24,230,000) X 1 tahun<br />
= 3,16 tahun atau 3 tahun lebih 2 bulan.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 83
Hasil perhitungan tersebut diatas menunjukkan bahwa<br />
waktu yang diperlukan untuk kembali modal adalah<br />
selama 3 tahun lebih 2 bulan. Jika batasan periode<br />
waktu kembali modal yang dapat diterima adalah 5<br />
tahun, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha<br />
pengelolaan air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” dinyatakan<br />
layak untuk direalisasikan, karena modal yang ditanamkan<br />
akan kembali dalam waktu yang lebih cepat<br />
dari waktu maksimum yang dapat diterima.<br />
b. Metode Net Present Value (NPV)<br />
Net Present Value (nilai sekarang) yaitu selisih antara<br />
biaya investasi dengan nilai sekarang dengan penerimaan-penerimaan<br />
kas bersih (aliran kas operasional<br />
maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang.<br />
Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan<br />
tingkat bunga yang berlaku.<br />
Rumus:<br />
Keterangan:<br />
AK t<br />
= aliran kas per tahun pada periode t<br />
I o<br />
= investasi awal pada tahun ke-0<br />
b = suku bunga (discount rate) à biasanya suku<br />
bunga sertifikat Bank Indonesia atau bunga deposito<br />
digunakan sebagai acuan<br />
84<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Kriteria penilaian:<br />
- jika NPV > 0, maka usulan rencana usaha diterima<br />
- jika NPV < 0, maka usulan rencana usaha ditolak<br />
- jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walaupun<br />
usulan rencana usaha diterima ataupun ditolak.<br />
Contoh:<br />
Berikut ini merupakan perhitungan NPV berdasarkan<br />
biaya investasi dan arus kas bersih bagi unit usaha<br />
pengelolaan air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”. Total investasi<br />
awal sebesar Rp. 76.450.000,- (lihat Tabel 1). Arus kas<br />
bersih diasumsikan tetap/konstan selama periode 5<br />
tahun, yaitu sebesar Rp. 24.230.000,-/tahun (lihat Tabel<br />
5). Suku bunga bank diasumsikan 7% per tahun<br />
(SBI Tahun 2010).<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 85
TH<br />
ke<br />
Tabel 7.<br />
Perhitungan NPV Arus Kas Bersih untuk Unit <strong>Usaha</strong><br />
Penge lolaan Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />
di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />
URAIAN<br />
ALIRAN KAS<br />
DISCOUNT<br />
RATE<br />
(b=7%)<br />
PRESENT<br />
VALUE<br />
0 Investasi Awal -74,950,000 1 -74,950,000<br />
1 Arus kas bersih tahun ke-1 24,230,000 0.93457944 22,644,860<br />
2 Arus kasbersih tahun ke-2 24,230,000 0.87343873 21,163,420<br />
3 Arus kasbersih tahun ke-3 24,230,000 0.81629788 19,778,898<br />
4 Arus kas bersih tahun ke-4 24,230,000 0.76289521 18,484,951<br />
5 Arus kas bersih tahun ke-5 24,230,000 0.71298618 17,275,655<br />
NPV 22,897,784<br />
Berdasarkan contoh perhitungan NPV tersebut di atas,<br />
maka dapat disimpulkan bahwa rencana kegiatan usaha<br />
pengelolaan air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” layak untuk dijalankan,<br />
karena NPV = Rp. 22.897.784,-. Berarti NPV> 0<br />
(bernilai positif).<br />
c. Metode Profitability Index (PI)<br />
Profitability Index (indeks untuk dapat untung) meru<br />
pakan metode untuk menghitung perbandingan antara<br />
nilai arus kas bersih yang akan datang dengan<br />
nilai investasi yang sekarang. Jadi profitability index<br />
86<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
dapat dihitung dengan membandingkan antara Present<br />
Value (PV) Kas Masuk dengan PV Kas Keluar.<br />
Rumus:<br />
PI = PV Kas Masuk : PV Kas Keluar<br />
Kriteria Penilaian:<br />
— jika PI > 1, maka usulan rencana usaha dikatakan<br />
menguntungkan;<br />
— jika PI < 1, maka usulan rencana usaha tidak<br />
menguntungkan.<br />
Contoh :<br />
Dengan menggunakan nilai Present Value yang tercantum<br />
pada Tabel 7, kita dapat dengan mudah menghitung<br />
Profitability Index.<br />
Caranya: PV untuk arus kas bersih tahun ke-1 sampai<br />
dengan tahun ke-5 dijumlahkan, kemudian hasil penjumlahannya<br />
dibagi dengan PV investasi awal. Hasil<br />
perhitungannya adalah sebagai berikut:<br />
PI = Rp 99.347.784,- / Rp 76.450.000,-<br />
= 1,30<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 87
Kesimpulan:<br />
Kegiatan usaha pengelolaan air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GAN-<br />
TING” jika dijalankan akan memperoleh untung/laba,<br />
karena PI = 1,30. Berarti PI > 1.<br />
d. Break Even Point (Titik Impas)<br />
Analisis break even point atau titik impas digunakan<br />
untuk mengetahui hubungan antara beberapa faktor di<br />
dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau<br />
tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan,<br />
serta pendapatan yang diterima perusahaan<br />
dari kegiatannya. Pendapatan perusahaan merupakan<br />
penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan,<br />
sedangkan biaya operasi merupakan pengeluaran untuk<br />
kegiatan perusahaan. Biaya operasi ini terbagi atas<br />
dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel (biaya<br />
tidak tetap).<br />
Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh<br />
naik atau turunnya produksi yang dihasilkan. Contoh:<br />
gaji pengurus/pengelola <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, biaya rapat, biaya<br />
penyusutan, bunga bank, dan lain-lain.<br />
Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang<br />
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubah an<br />
tingkat produksi. Contoh: biaya untuk membeli bahan<br />
baku, biaya bahan bakar mesin produksi, biaya<br />
88<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
pe masaran, biaya tenaga kerja langsung, dan sebagainya.<br />
Break Even Point (BEP) merupakan keadaan yang<br />
menunjukkan Total Pendapatan sama dengan Total<br />
Biaya.<br />
Total Pendapatan adalah jumlah unit barang terjual<br />
dikalikan harga satuan barang, sedangkan total biaya<br />
merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya<br />
va riabel. Rumus BEP adalah sebagai berikut:<br />
BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel<br />
Rata-Rata)<br />
Contoh 1:<br />
Biaya tetap pengelolaan air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />
sebesar Rp. 8.170.000,- per tahun atau Rp. 680.833,-<br />
per bulan. Biaya tetap ini untuk membayar ATK dan<br />
gaji/tunjangan pengurus dan pengelola. Biaya variabelnya<br />
Rp. 0,- karena produksi air tidak menggunakan<br />
mesin (tinggal mengalirkan saja melalui perpipaan)<br />
dan tidak ada biaya tenaga kerja langsung. Jumlah<br />
pelanggannya sebanyak 400 rumahtangga. Berarti Biaya<br />
Tetap per pelanggan per bulan = Rp. 680.833,- :<br />
400 = Rp. 1.702. Harga jual per M 3 sebesar Rp. 250,-.<br />
Berdasarkan data tersebut BEP dapat dihitung sebagai<br />
berikut:<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 89
BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya<br />
Variabel Rata-Rata)<br />
= 1.702 : (250 – 0) = 6.81<br />
Makna dari hasil perhitungan tersebut adalah, untuk<br />
mencapai BEP atau titik impas maka volume air yang<br />
harus terjual kepada setiap pelanggan rata-rata 6,81<br />
M 3 per bulan, dengan catatan jumlah pelanggan tetap<br />
sebanyak 400 rumahtangga.<br />
Contoh 2 :<br />
Untuk memperjelas perhitungan BEP, berikut ini merupakan<br />
contoh dengan permisalan seorang produsen<br />
tempe:<br />
Harga jual tempe per unit sebesar Rp 500,-, biaya<br />
tetap sebesar Rp 10.000,-, dan biaya variabel sebesar<br />
Rp 100,-/unit, maka jumlah yang diproduksi agar<br />
mencapai BEP adalah:<br />
BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel<br />
Rata-Rata)<br />
= 10.000/ (500 – 100) = 10.000 / 400<br />
= 25 unit<br />
90<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Jadi jumlah produksi tempe agar mencapai titik impas<br />
adalah 25 unit pada harga Rp 500,-.<br />
Jika biaya tetap dan biaya variabel tidak berubah, dan<br />
harga jual per unit berubah (naik) maka jumlah unit<br />
produksi untuk mecapai BEP akan menjadi lebih kecil.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 91
Bagian VI<br />
ASPEK SOSIAL BUDAYA, EKONOMI,<br />
POLITIK, LINGKUNGAN USAHA DAN<br />
LINGKUNGAN HIDUP<br />
Aspek sosial budaya, ekonomi, politik, dan lingkungan<br />
perlu dipertimbangkan dalam menilai kelayakan usaha.<br />
Perlu ditegaskan kembali bahwa tujuan usahausa<br />
ha yang akan dijalankan oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tidak sematamata<br />
untuk mengejar keuntungan materi semata (profit),<br />
tetapi juga bertujuan untuk mendatangkan kemanfaatan<br />
(benefit) bagi seluruh stakeholders desa dan lingkungan<br />
hidup. Oleh karena itu, setiap usaha yang akan dijalankan<br />
oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus layak berdasarkan aspek-aspek tersebut.<br />
Aspek Sosial Budaya Setempat<br />
Rencana usaha yang akan dijalankan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus<br />
mempertimbangkan kondisi sosial budaya setempat. Rencana<br />
kegiatan usaha yang bertentangan dengan nilai-nilai<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 93
sosial budaya masyarakat<br />
setempat akan menimbulkan<br />
perlawan an dari masyarakat,<br />
se hingga rencana<br />
usaha itu sulit dilaksanakan.<br />
Perlu pula dipertimbangkan<br />
kemung kinan<br />
dam pak yang ditimbulkan<br />
oleh kegiatan usaha yang<br />
akan dijalankan. Apabila<br />
ke giatan usaha menimbul-<br />
Hindari jenis kegiatan usaha yang<br />
tidak sesuai dengan nilai sosial<br />
budaya setempat, dan kegiatan<br />
usaha yang akan dilaksanakan<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> jangan sampai menimbulkan<br />
konflik dalam kehidupan<br />
masyarakat.<br />
kan dampak negatif pada kehidupan warga desa, maka<br />
perlu diupayakan untuk mengatasi dampak negatif tersebut.<br />
Apabila dampak negatif yang akan terjadi berskala besar<br />
dan sulit untuk mengatasinya, maka sebaiknya rencana<br />
usaha itu ditunda atau dihentikan sama sekali. Sebaliknya,<br />
apabila rencana usaha itu justru dapat melerai konflik antar<br />
warga desa, maka rencana usaha dapat direalisasikan.<br />
Sebagai contoh, pemanfaatan air bersih di <strong>Desa</strong> Labbo,<br />
Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng tidak<br />
dikelola dengan baik sehingga menimbulkan konflik antar<br />
warga, karena pembagian air yang tidak merata. Dengan<br />
dikelolanya air oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” membuat konflik<br />
antar warga menjadi reda. Dengan demikian kegiatan<br />
usaha pengelolaan air ini layak dijalankan.<br />
94<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Aspek Perbaikan Ekonomi <strong>Desa</strong><br />
Salah satu tujuan utama<br />
mendirikan unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
adalah untuk memperbaiki atau<br />
meningkatkan perekonomian<br />
de sa. Untuk itu, perlu dihindari<br />
pemilihan jenis usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
yang sekiranya justru akan menurun<br />
kan pendapatan masyarakat<br />
setempat. Misalnya, unit usaha<br />
<strong>Usaha</strong>kan kegiatan usaha<br />
yang akan dijalankan<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat menyerap<br />
tenaga kerja lokal<br />
dan menggairahkan kehidup<br />
an ekonomi desa.<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sebaiknya menghindari pemilihan jenis usaha<br />
yang sudah digeluti oleh warga desa.<br />
Sesuai dengan tujuannya, unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang<br />
akan dijalankan hendaknya berupa kegiatan usaha yang<br />
dapat menyerap tenaga kerja setempat. Akan lebih baik<br />
lagi apabila kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tersebut dapat<br />
melahirkan kegiatan ekonomi baru bagi warga setempat.<br />
Dengan demikian, kehadiran unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat<br />
memperluas kesempatan kerja baru bagi warga desa.<br />
Dampak lanjutan dari semakin luasnya kesempatan kerja<br />
tersebut, pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan<br />
warga desa sehingga terjadi perbaikan tingkat kesejahteraan<br />
warga desa.<br />
Selain dampak positif dari unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> terhadap<br />
kehidupan ekonomi warga desa, rencana usaha<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 95
tersebut juga perlu memperhitungkan keuntungan finansial<br />
bagi peningkatan Pendapatan Asli <strong>Desa</strong> (PADes). Kehadiran<br />
unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> diharapkan mampu meningkatkan<br />
PADes. Dengan meningkatnya PADes berarti<br />
kemampuan keuangan Pemerintah <strong>Desa</strong> menjadi semakin<br />
kuat. Peningkatan PADes tersebut lebih lanjut diharapkan<br />
dapat memperkuat kemampuan pembiayaan pembangunan<br />
desa dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.<br />
Aspek Politik<br />
Aspek politik merupakan<br />
hal penting yang harus<br />
dipertimbangkan dalam <strong>Usaha</strong>kan unit kegiatan usaha<br />
me ren canakan suatu kegiat<br />
an usaha, karena aspek<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> mendapatkan dukungan<br />
politik dari berbagai<br />
pemangku kepentingan desa<br />
politik dapat mendukung (Ke pala <strong>Desa</strong>, BPD, Tokoh Masya<br />
rakat, Lembaga-lembaga<br />
atau sebaliknya menggagalkan<br />
kegiatan usaha Ke ma syarakatan, Pemerintah<br />
Ka bupaten, dll)<br />
yang akan dijalankan. Dari<br />
as pek politik yang perlu dipertimbangkan<br />
antara lain:<br />
apakah warga desa memberi dukungan ataukah menolak<br />
adanya rencana membuka suatu kegiatan usaha <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong>? Apabila masyarakat memberi dukungan atas rencana<br />
tersebut, maka kegiatan usaha yang direncanakan dapat<br />
96<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
dilanjutkan. Sebaliknya, jika masyarakat tidak mendukung<br />
atau bahkan menolak, sebaiknya rencana kegiatan usaha<br />
ditunda sambil melakukan pendekatan kepada masyarakat<br />
agar bersedia mendukung. Akan tetapi, jika masyarakat<br />
tetap menolak kehadiran kegiatan usaha yang direncanakan,<br />
maka sebaiknya rencana itu dihentikan. Demikian<br />
pula sikap pemerintah desa (Kepala <strong>Desa</strong>) dan BPD perlu<br />
juga diperhitungkan. Apabila pemerintah desa dan/atau<br />
BPD tidak berkomitmen terhadap rencana kegiatan usaha,<br />
sebaiknya rencana itu ditunda terlebih dahulu. Demikian<br />
juga komitmen Pemerintah Kabupaten sangat penting untuk<br />
diperhatikan. Adakah kebijakan Pemerintah Kabupaten<br />
yang mendukung rencana kegiatan usaha? Jika ada, maka<br />
ini merupakan hal baik untuk melanjutkan rencana kegiatan<br />
usaha. Berikutnya yang perlu dipertimbangkan adalah<br />
seberapa amankah kegiatan usaha yang direncanakan<br />
dari pengaruh politik paska pilkades atau pilkada. Apabila<br />
kegiatan usaha yang direncanakan itu diyakini tidak begitu<br />
terpengaruh terhadap dinamika politik lokal yang bersifat<br />
mengganggu, maka kegiatan usaha yang direncanakan<br />
dapat dilanjutkan/dilaksanakan.<br />
Aspek Lingkungan <strong>Usaha</strong><br />
Lingkungan usaha merupakan sekumpulan kegiatan<br />
usaha yang bergerak dalam jenis usaha ekonomi yang<br />
sama. Pendirian <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus memperhatikan ling-<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 97
kungan usaha, terutama<br />
masalah persaingan usaha<br />
sejenis antarperusahaan<br />
(antar <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>) dan<br />
usaha sejenis yang sudah<br />
diusahakan oleh masyarakat.<br />
Salah satu peran<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> adalah<br />
men dorong pertumbuhan<br />
perekonomian masyarakat<br />
desa. Oleh karena itu, sebe<br />
lum suatu jenis usaha<br />
dijalankan oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
1. Pilihlah jenis kegiatan usaha<br />
yang tidak menyaingi dan<br />
me matikan usaha yang sudah<br />
dijalankan oleh warga ma syarakat<br />
setempat.<br />
2. Perhitungkan secara cermat<br />
kondisi persaingan usaha antar<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dan Per u sahaan<br />
lainnya serta kemampuan<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> untuk<br />
meng hadapi persaingan.<br />
maka harus dipastikan bahwa usaha tersebut tidak “bersaing”<br />
dengan usaha sejenis yang dilakukan oleh masyarakat<br />
setempat. Prinsipnya, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tidak boleh mematikan<br />
usaha yang sudah dijalankan oleh masyarakat, tetapi justru<br />
harus mampu mendukung atau mensinergikan berbagai<br />
usaha yang sudah dijalankan oleh masyarakat. Lalu,<br />
bagaimana jika <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sudah terlanjur mulai menjalankan<br />
jenis usaha yang juga digeluti oleh masyarakat setempat?<br />
Tentu saja usaha yang sudah ada tersebut tidak<br />
harus dimatikan, tetapi harus dikembangkan untuk mendukung<br />
usaha sejenis yang dikelola masyarakat. Misalnya,<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> menjalankan usaha perdagangan sembako dan<br />
beberapa warga setempat juga menjalankan usaha yang<br />
98<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
sama, maka sebaiknya <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> berperan sebagai grosirnya<br />
dan tidak menjual secara eceran.<br />
Analisis lingkungan usaha secara sederhana dapat dilakukan<br />
dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut<br />
ini:<br />
Bagaimana situasi dan kondisi ancaman bagi <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> sebagai pendatang baru ke dalam bidang usaha<br />
yang akan dijalankan?<br />
Bagaimana situasi persaingan antarperusahaan dalam<br />
bidang usaha yang akan dijalankan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>?<br />
Adakah produk pengganti yang beredar di pasaran sehingga<br />
menjadi ancaman bagi usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>?.<br />
Bagaimana kekuatan tawar-menawar dari pembeli<br />
(buyers) dan pemasok (suppliers)?<br />
Bagaimana kekuatan pengaruh stakeholder lainnya<br />
(pemerintah, serikat pekerja, lingkungan masyarakat,<br />
kreditor, pemasok, asosiasi dagang, kelompok yang<br />
mempunyai kepentingan lain, dan pemilik modal)?<br />
Apabila jawaban dari setiap pertanyaan tersebut menga<br />
rah pada keadaan yang aman bagi usaha yang akan dijalankan<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, maka kegiatan usaha yang direncanakan<br />
dapat dilanjutkan.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 99
Aspek Lingkungan Hidup<br />
Kualitas lingkungan hidup<br />
merupakan hal penting untuk dijaga<br />
kelestariannya demi keberlangsungan<br />
hidup manusia. Oleh<br />
karena itu, rencana usaha yang<br />
akan dijalankan harus memperhitungkan<br />
dampak lingkungan.<br />
Kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> jangan<br />
sampai menimbulkan gangguan<br />
Pilihlah jenis kegiatan<br />
usa ha yang ramah lingkung<br />
an, dan diutamakan<br />
yang dapat mendukung<br />
pelestarian lingkungan<br />
hi dup.<br />
atau kerusakan lingkungan hidup. Terutama apabila kegiatan<br />
usahanya itu memproduksi barang yang menimbulkan<br />
limbah, maka harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh<br />
penanganan limbahnya agar tidak mencemari lingkungan.<br />
Akan lebih baik lagi apabila kegiatan usaha yang<br />
akan dijalankan itu justru dapat memperbaiki atau setidaktidaknya<br />
menjaga kelestarian lingkungan hidup. Misalnya,<br />
usaha yang akan dijalankan berupa kegiatan usaha kehutanan<br />
atau perkebunan dengan memanfaatkan lahan gundul.<br />
Apabila kegiatan usaha yang direncanakan tidak berdampak<br />
negatif (tidak merusak) pada kualitas lingkungan<br />
hidup, maka kegiatan usaha yang direncanakan itu layak<br />
untuk dijalankan.<br />
100<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Bagian VII<br />
ASPEK HUKUM (YURIDIS)<br />
Kajian aspek hukum untuk menilai kelayakan usaha<br />
yang akan diselenggarakan oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> merupakan<br />
langkah penting yang harus dilakukan. Hasil kajian<br />
aspek hukum ini sangat diperlukan untuk menghindari<br />
ter jadinya protes warga dan penutupan/pembekuan usaha<br />
oleh pemerintah karena pelanggaran hukum positif yang<br />
berlaku.<br />
Berdasarkan UU No. 6/2014 tentang <strong>Desa</strong> pada Pasal<br />
87 (khususnya ayat 1 dan 3) dan Pasal 88, apabila pendirian<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> itu berdasarkan kesepakatan Musyawarah <strong>Desa</strong><br />
dan ditetapkan dengan Peraturan <strong>Desa</strong>, maka <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
itu legal atau sah menurut hukum. Namun demikian, khusus<br />
untuk unit-unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang akan ditangani,<br />
perlu memperhatikan aspek hukum sebagai berikut:<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 101
1. Bentuk <strong>Usaha</strong> dan Perijinannya<br />
Dalam merencanakan suatu<br />
kegiatan usaha perlu memper<br />
hatikan bentuk usaha<br />
be serta perijinannya. Oleh<br />
ka rena itu, sebelum rencana<br />
usa ha itu dilaksa nakan per lu<br />
mem pelajari peraturan perundang-un<br />
dang an yang meng<br />
atur tentang bidang usaha<br />
Sebelum rencana usaha<br />
dilaksanakan, pastikan<br />
bah wa status hukum dan<br />
prosedur perijinan pendirian<br />
unit usaha dapat<br />
dilakukan secara benar.<br />
yang akan dijalankan. Apabila badan hukum dari unit<br />
usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang akan dijalankan itu berbentuk<br />
Per se roan Terbatas (PT), maka pendirian unit usaha<br />
itu harus meng ikuti prosedur yang diatur da lam UU<br />
No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas. Apabila bidang<br />
usaha yang akan digeluti itu berupa Lembaga<br />
Keuangan Mikro, maka prosedur pendiriannya harus<br />
menyesuaikan dengan UU No. 1/2013 tentang Lembaga<br />
Keuangan Mikro dan UU No. 21/2011 tentang Otoritas<br />
Jasa Keuangan. Apabila skala usahanya ter masuk<br />
<strong>Usaha</strong> Mikro Kecil dan Mene ngah (UMKM) perlu<br />
meng acu UU No. 20/2008 tentang <strong>Usaha</strong> Mikro, Kecil,<br />
dan Menengah.<br />
Apabila ternyata rencana usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang akan<br />
di ja lankan itu berskala kecil dan semata-mata merupakan<br />
unit usaha yang ber ope rasi di wilayah desa<br />
102<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
sendiri serta tidak melibatkan ma sya rakat luar desa,<br />
maka tidak perlu berbadan hukum. Hal ini sesuai dengan<br />
yang diatur dalam UU No. 6/2014 khu sus nya<br />
Penjelasan Pasal 87 ayat (1).<br />
2. Kesesuaian <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dengan Perencanaan<br />
Pembangunan <strong>Desa</strong><br />
Rencana mendirikan unit<br />
usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus meru<br />
pakan satu kesatuan dengan<br />
perencanaan desa.<br />
De ngan kata lain, rencana<br />
usa ha yang akan dijalankan<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus merupakan<br />
reali sasi dari peren canaan<br />
pem bangunan desa (RPJM<br />
Pastikan bahwa unit usaha<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang akan<br />
dijalankan merupakan<br />
re a lisasi dari perencanaan<br />
desa yang termuat<br />
dalam RPJM<strong>Desa</strong> beserta<br />
turunannya.<br />
<strong>Desa</strong> dan RKP <strong>Desa</strong>). Arti nya, rencana kegiatan usaha<br />
tersebut sudah dimuat dalam RPJM <strong>Desa</strong> dan RKP<br />
<strong>Desa</strong>. Jika ternyata renca na usaha tersebut belum termu<br />
at dalam perencanaan pem bangunan desa, maka<br />
ha rus segera dilakukan review RPJM <strong>Desa</strong> beserta peren<br />
canaan turunannya melalui musyawarah desa.<br />
RPJM <strong>Desa</strong> merupakan bagian tak terpisahkan dari<br />
Peraturan <strong>Desa</strong>, sehingga RPJM <strong>Desa</strong> itu merupakan<br />
bagian dari produk hukum desa. Oleh karena itu, unit<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang dibentuk di luar RPJM <strong>Desa</strong><br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 103
dapat dikatakan inkonstitusional (cacat hukum), dan<br />
ini tidak boleh terjadi.<br />
3. Status Kepemilikan Lahan atau Lokasi <strong>Usaha</strong><br />
Untuk menjalankan suatu ke giatan usaha pasti memer<br />
lu kan lahan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan.<br />
Status pemilikan lahan sebagai lo kasi usaha merupakan<br />
hal sen sitif, baik dipandang dari aspek hukum<br />
maupun aspek sosial. Ketidak-jelasan status pemilikan<br />
lahan yang diguna kan sebagai lokasi usa ha sa ngat<br />
berisiko terjadinya konflik sosial di kemudian hari. Selain<br />
itu, ketidak-jelasan status pemilikan lahan seba gai<br />
lokasi usaha juga akan mempersulit dalam pengurusan<br />
104<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Pastikan bahwa ada kejelasan<br />
tentang status<br />
pemilikan dan atau penggunaan<br />
lahan tempat<br />
usa ha sehingga bebas<br />
da ri sengketa.<br />
perijin an usaha. Oleh karena<br />
unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> itu milik<br />
Pemerintah <strong>Desa</strong>, maka<br />
lahan yang pa ling aman untuk<br />
digunakan sebagai lokasi<br />
usa ha adalah lahan milik<br />
desa. Kalaupun lahan tempat<br />
usaha menggunakan sebagian<br />
atau seluruhnya milik warga<br />
masyarakat, maka harus ada kejelasan status penggunaannya<br />
dan perlu dibuat perjanjian secara tertulis di<br />
atas meterai. Ini dimaksudkan agar rencana kegiatan<br />
usaha dapat dijalankan dengan lancar dan terbebas<br />
dari konflik/sengketa.<br />
Berdasarkan hasil kajian hukum ini, apabila rencana<br />
usa ha yang akan dijalankan berkesesuaian dengan<br />
hukum yang berlaku atau tidak berdampak terhadap<br />
pe langgaran hukum, maka rencana usaha tersebut<br />
da pat dinyatakan layak untuk dijalankan.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 105
Bagian VIII<br />
PERENCANAAN USAHA<br />
Rencana usaha atau Business Plan pada dasarnya meru<br />
pakan uraian tertulis mengenai masa depan usaha/bisnis,<br />
yang menjelaskan tentang: apa, dimana,<br />
oleh siapa, dan bagaimana kegiatan usaha akan dijalankan.<br />
Renca na usaha biasanya digunakan oleh wirausahawan yang<br />
sedang mencari calon investor untuk menyampaikan visi dan<br />
misinya kepada calon investor atau pemodal. Menurut Pinson<br />
(2003), ada tiga tujuan utama menyusun rencana usaha.<br />
Pertama, sebagai panduan dalam menjalankan usaha.<br />
Rencana usaha adalah cetak biru bisnis yang memberi informasi<br />
lebih rinci atas seluruh aspek kegiatan usaha di masa<br />
lalu dan masa sekarang, maupun proyeksi beberapa tahun<br />
ke depan. Ini bagi kegiatan usaha yang sudah berjalan. Bagi<br />
kegiatan yang baru, tentu belum memiliki sejarah, sehingga<br />
informasi yang termuat dalam rencana usaha lebih didasarkan<br />
proyeksi. Kedua, sebagai dokumentasi pendanaan. Bila<br />
mencari dana, rencana bisnis akan merinci bagaimana dana<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 107
itu dapat memajukan tujuan perusahaan dan meningkatkan<br />
laba. Pemberi pinjaman ingin mengetahui cara mengatur<br />
arus kas dan membayar pinjaman beserta bunganya secara<br />
tepat waktu. Investor ingin tahu apakah investasinya dapat<br />
meningkatkan kekayaan bersih serta memperoleh laba atas<br />
investasinya itu. Ketiga, bila berbisnis secara internasional,<br />
rencana bisnis menjadi alat standar untuk mengevaluasi potensi<br />
bisnis di pasar luar negeri. Rencana usaha/bisnis dapat<br />
menunjukkan cara suatu perusahaan dapat bersaing di era<br />
global saat ini.<br />
Rencana usaha perlu dibuat oleh siapapun yang akan<br />
atau bahkan sudah menjalankan suatu kegiatan usaha.<br />
Bagi desa yang hendak menjalankan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, terlebih<br />
dahulu perlu membuat rencana usaha agar segala aspek<br />
yang berkenaan dengan kegiatan usaha yang akan dijalankan<br />
dapat diperhitungkan dan dipersiapkan sebaik-baiknya.<br />
Demikian pula bagi desa yang sudah menjalankan<br />
unit kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, rencana usaha perlu dibuat<br />
dalam rangka pengembangan kegiatan usahanya.<br />
Rencana usaha pada umumnya berisi gambaran dan<br />
penjelasan mengenai aspek-aspek penting yang sangat<br />
mempengaruhi jalannya kegiatan usaha yang direncanakan.<br />
Materi pokok yang biasanya dimuat dalam rencana<br />
usaha meliputi:<br />
1. Tujuan usaha,<br />
2. Strategi yang digunakan untuk mencapainya,<br />
108<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
3. Masalah potensial yang kira-kira akan dihadapi dan<br />
cara mengatasinya,<br />
4. Struktur organisasi (termasuk jabatan dan tanggung<br />
jawab), dan<br />
5. Modal yang diperlukan untuk membiayai perusahaan<br />
dan bagaimana mempertahankannya sampai mencapai<br />
break even point (titik impas).<br />
Daya tarik dari suatu rencana usaha sangat tergantung<br />
pada kualitas dari cara menulis dan menyusunnya.<br />
<strong>Seri</strong>ngkali kita memiliki ide bisnis yang sangat bagus, namun<br />
kedodoran dalam mengungkapkannya dalam bentuk<br />
rencana usaha (business plan). Sebuah rencana bisnis<br />
akan baik apabila mengikuti pedoman yang telah disepakati<br />
secara umum dalam dunia bisnis, baik dari segi susunan<br />
maupun isi.<br />
Dalam praktek sehari-hari dokumen rencana usaha<br />
dapat disusun berdasarkan hasil kajian kelayakan usaha<br />
untuk memulai usaha atau mengembangkan usaha yang<br />
sudah ada. Rencana usaha itu bukanlah suatu kajian kelayakan<br />
usaha, hal ini seringkali disalah-artikan. Kajian kelayakan<br />
usaha lebih bersifat sebagai kegiatan penelitian<br />
untuk mengkaji apakah suatu kegiatan yang direncanakan<br />
itu layak atau tidak layak untuk dijalankan. Sedangkan<br />
rencana usaha memiliki fungsi perencanaan yang berisikan<br />
langkah-langkah yang diperlukan untuk mewujudkan<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 109
suatu ide menjadi kenyataan. Hasil dari kajian kelayakan<br />
usaha akan menjadi dasar bagi rencana usaha yang mulai<br />
dipersiapkan jika sudah diketahui bahwa suatu alternatif itu<br />
layak untuk dilanjutkan. Rencana usaha berisikan “cetak<br />
biru” pelaksanaan usaha.<br />
Ada 3 (tiga) bagian utama dari sebuah rencana usaha, yaitu:<br />
1. Konsep Bisnis, yang menjelaskan secara rinci kegiatan<br />
usaha yang digeluti, struktur usaha, produk dan<br />
jasa yang ditawarkan, dan bagaimana rencana untuk<br />
mensukseskan bisnis.<br />
2. Pasar, yang membahas dan menganalisis calon konsumen:<br />
siapa dan dimana mereka berada, apa yang<br />
menyebabkan mereka mau membeli, dan lain-lain.<br />
Dalam bagian ini, perlu juga dijelaskan persaingan<br />
yang akan dihadapi dan bagaimana memenangkannya.<br />
3. Finansial, mencakup estimasi atau perkiraan pendapatan<br />
dan arus kas, neraca serta alat analisis keuangan<br />
lainnya, misalnya analisis break even point. Untuk ini<br />
mungkin akan memerlukan bantuan seorang akuntan<br />
dan program software spreadsheet yang bagus.<br />
110<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Ketiga bagian tersebut dapat dibagi-bagi lebih rinci<br />
lagi, menjadi komponen-komponen kunci yang tersusun<br />
menjadi sistematika perencanaan usaha sebagai berikut:<br />
Halaman Judul<br />
Berisi nama <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, alamat, dan nomor telephon serta<br />
pengelolanya<br />
Daftar Isi<br />
Berisi nomor halaman dari bagian-bagian penting dalam peren<br />
canaan usaha<br />
Ringkasan Eksekutif<br />
Berisi penjelasan singkat dari rencana usaha yang akan dijalankan<br />
dan dasar yang mendukung usaha tersebut. Perlu diingat<br />
bahwa para eksekutif biasanya memiliki kesibukan kerja<br />
yang tinggi, sehingga waktu yang dimiliki untuk membaca dokumen<br />
perencanaan usaha sangat sempit. Itu sebabnya, perlu<br />
dibuat Ringkasan Eksekutif dengan maksud agar pejabat atau<br />
pengambil keputusan (eksekutif) dapat dengan cepat memahami<br />
inti dari perencanaan usaha tanpa harus membaca uraian<br />
yang panjang.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 111
Pernyataan Visi dan Misi<br />
Visi menggambarkan secara singkat filosofi/nilai dan cita-cita<br />
yang ingin diraih dari usaha yang akan dijalankan. Untuk menya<br />
takan Visi hendaknya diawali dengan kata keadaan, misalnya:<br />
Terwujudnya …. , Terbentuknya …., Menjadi …., Menuju…..,<br />
dan seterusnya. Misi menggambarkan jalan/strategi<br />
yang dikehendaki agar visinya dapat terlaksana. Untuk menyatakan<br />
Misi hendaknya diawali dengan kata kerja, W: Meningkatkan…,<br />
Mengembangkan…., Menyempurnakan…., dan seterusnya.<br />
Gambaran Perusahaan (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>)<br />
Menjelaskan bentuk usaha (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>), nama perusahaan<br />
(<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>), organisasi, tujuan perusahaan (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>), lokasi<br />
usaha, produk yang dihasilkan (barang atau jasa), dan badan<br />
hukum perusahaan.<br />
Perencanaan Produk (Barang dan Jasa)<br />
Menjelaskan tentang keunggulan produk (barang atau jasa)<br />
yang dihasilkan, dan alasan mengapa konsumen menginginkan<br />
produk tersebut atau terdapat permintaan di pasar.<br />
112<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Perencanaan Pemasaran<br />
Menggambarkan siapa yang menjadi konsumen dari produkproduk<br />
yang dihasilkan (pasar yang dibidik), kondisi persaingan<br />
yang dihadapi, strategi yang akan dilakukan (strategi harga,<br />
produk, distribusi, dan promosi).<br />
Perencanaan Manajemen<br />
Menggambarkan struktur organisasi beserta tugas dan fungsi<br />
dari setiap bagian dalam struktur organisasi <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Menjelaskan<br />
kompetensi (penguasaan kemampuan) yang dimiliki<br />
pengelola <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dan sistem manajemen yang dijalankan.<br />
Perencanaan Pengoperasian<br />
Menjelaskan sistem produksi dan operasi yang digunakan,<br />
fasilitas yang dimiliki, ketersediaan bahan baku atau keterjaminan<br />
pemenuhan bahan baku.<br />
Perencanaan Keuangan<br />
Menggambarkan kebutuhan keuangan dan sumber keuangan<br />
yang mungkin dapat digali, memproyeksikan pendapatan, biaya<br />
dan laba (analisis waktu kembali modal, titik impas dan arus<br />
kas).<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 113
Lampiran Dokumen Pendukung<br />
Berisi data pengelola <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, copy akte pendirian Unit<br />
<strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, copy Peraturan Daerah dan Peraturan <strong>Desa</strong><br />
tentang <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />
Panjang atau pendeknya sebuah rencana usaha sangatlah<br />
tergantung pada fungsi dari rencana usaha itu<br />
sendiri. Demikian pula jika rencana usaha dimaksudkan<br />
untuk memperoleh dukungan dana jutaan atau bahkan<br />
mil yaran rupiah sebagai modal untuk memulai suatu usaha<br />
yang beresiko, maka diperlukan banyak penjelasan untuk<br />
meyakinkan pihak yang dituju. Namun jika rencana usaha<br />
hanya untuk tujuan internal (untuk mengatur bisnis) maka<br />
penyusunan rencana usaha dalam bentuk singkat sudah<br />
cukup memadai.<br />
Contoh penyusunan rencana usaha yang perlu dilakukan<br />
oleh Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>) sebagaimana<br />
Lampiran 2. Contoh tersebut diambil dari praktik penyusunan<br />
rancanaan usaha yang dilakukan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> di<br />
114<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
salah satu desa mitra ACCESS Tahap II, yaitu Unit <strong>Usaha</strong><br />
Pengelolaan Air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo, Kecamatan<br />
Tompobulu, Kabupaten Bantaeng.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 115
Bagian IX<br />
PENUTUP<br />
Pada dasarnya hal yang paling esensial dari keberadaan<br />
Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>) terletak pada<br />
unit kegiatan usaha yang dijalankan. Ini sesuai dengan<br />
sebutannya sebagai “badan usaha”, sehingga kegiatan<br />
utama dari <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> adalah melakukan kegiatan usaha<br />
ekonomi atau bisnis untuk memperoleh kemanfaatan<br />
ekonomi maupun kemanfaatan lain yang lebih luas. Apabila<br />
ada kelembagaan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tetapi tidak memiliki atau tidak<br />
menjalankan kegiatan usaha ekonomi dapat diandaikan sebagai<br />
wadah tanpa isi.<br />
Dalam rangka merencanakan suatu unit kegiatan<br />
usaha atau merencanakan pengembangan usaha yang<br />
akan dijalankan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, perlu diawali dengan kajian<br />
kelayakan usaha. Menjalankan suatu kegiatan usaha yang<br />
didasarkan coba-coba tanpa perhitungan yang matang<br />
sangat beresiko mengalami kegagalan. Itu sebabnya kajian<br />
kelayakan menjadi penting untuk dilakukan sejak awal.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 117
Kajian kelayakan usaha merupakan kegiatan untuk<br />
menganalisis berbagai aspek yang terkait dengan kegiat an<br />
bisnis. Aspek-aspek yang perlu dikaji meliputi: aspek pema<br />
saran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen<br />
dan SDM, aspek keuangan, aspek sosial budaya, ekonomi,<br />
politik, lingkungan, dan hukum. Hasil kajian terhadap berbagai<br />
aspek tersebut akan menunjukkan layak atau tidak<br />
layak suatu gagasan/ide dijalankan sebagai suatu jenis kegiatan<br />
usaha tertentu. Pengertian layak dalam kajian ini<br />
adalah kemungkinan dari gagasan usaha/bisnis yang akan<br />
dijalankan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> memberikan manfaat finansial (profit)<br />
maupun manfaat sosial (social benefit). Apabila hasil<br />
ka jian dari berbagai aspek menunjukkan “layak” maka ide/<br />
gagas an usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat direalisasikan. Apabila<br />
sebalik nya, hasil kajian menunjukkan “tidak layak”, sebaiknya<br />
gagasan usaha ditunda dulu sambil mencari alternatif<br />
usaha lain untuk mengkondisikan aspek-aspek yang tidak<br />
layak menjadi layak, atau gagasan usaha itu tidak perlu dilanjutkan.<br />
Kajian kelayakan usaha perlu dilakukan baik dalam<br />
rangka sedang merencanakan untuk menjalankan kegiatan<br />
usaha yang baru maupun dalam rangka pengembangan<br />
usaha yang sudah ada.<br />
Untuk melakukan kajian kelayakan usaha diperlukan<br />
setidaknya pengetahuan dasar mengenai beberapa disiplin<br />
ilmu, antara lain: manajemen dan organisasi, market-<br />
118<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
ing, akuntansi, dan pengetahuan teknis. Ini semua untuk<br />
menunjang tercapainya ketepatan dalam menilai berbagai<br />
aspek usaha.<br />
Untuk menilai kelayakan aspek keuangan, khususnya<br />
penilaian terhadap investasi, banyak metode yang dapat<br />
digunakan. Untuk kajian kelayakan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang<br />
skala usahanya masih terbatas (kecil), dipandang cukup<br />
untuk menggunakan metode yang sederhana. Dalam hal<br />
ini, menggunakan perhitungan Periode Kembali Modal<br />
(Pay Back Period) dan Titik Impas (Break Even Point) dirasa<br />
sudah cukup memadai.<br />
Akhirnya, kajian kelayakan sebaik apapun belum<br />
cukup menjamin keberhasilan suatu kegiatan usaha yang<br />
akan dijalankan jika dalam pengelolaan usaha nantinya<br />
tidak didukung komitmen yang kuat dari berbagai stakeholders<br />
desa, terutama integritas diri dan komitmen pemimpin<br />
desa beserta pengurus dan pengelola <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 119
DAFTAR PUSTAKA<br />
Dirjen. Pemberdayaan Masyarakat dan <strong>Desa</strong>. 2010. Pe do man<br />
Fasilitasi Pemberdayaan <strong>Usaha</strong> Ekonomi Masyarakat<br />
melalui Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> (<strong>BUM</strong>Des). Direktorat<br />
Jenderal Pemberdayaan Ma syarakat dan <strong>Desa</strong> Kementerian<br />
Dalam Negeri.<br />
Ibrahim, H.M. Yacob. 2009. Studi <strong>Kelayakan</strong> Bisnis. Jakar ta: PT<br />
Rineka Cipta.<br />
Pinson, Linda. 2003. Anatomy of a Business Plan: Pandu an<br />
Lengkap Menyusun Proposal dan Rencana Bisnis. Jakarta:<br />
Canary.<br />
Subagyo, Ahmad. 2007. Studi <strong>Kelayakan</strong>: Teori dan Apli kasi.<br />
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.<br />
Suherman, Eman. 2011. Praktik Bisnis Berbasis Enterpreneurship:<br />
Panduan Memulai dan Mengembangkan Bisnis<br />
dengan Mudah dan Sukses. Bandung: Alfabeta.<br />
Suparyanto, Wachyu. 2005. Mudah Menyusun Studi Kela yakan<br />
<strong>Usaha</strong>. Bandung: Alfabeta.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 121
Internet:<br />
http://www.academia.edu/2714019/ANALISIS_USAHA_UKM.<br />
(Diunduh tgl. 4 Agustus 2013)<br />
http://relawandesa.files.wordpress.com/2008/06/1panduan-<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.pdf. (Diunduh tgl. 15 Oktober 2013)<br />
Peraturan Perundang-undangan:<br />
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan<br />
Daerah.<br />
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang <strong>Desa</strong><br />
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang <strong>Desa</strong>.<br />
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 Tentang<br />
Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil<br />
<strong>Desa</strong> dan Kelurahan.<br />
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang<br />
Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong>.<br />
122<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
TENTANG PENULIS<br />
Drs. Hastowiyono, M.S, lahir di Bantul, 21 Maret 1957. Pendidikan<br />
S1 Ilmu Sosiatri Fisipol UGM diselesaikan tahun 1982, dilanjutkan<br />
menempuh studi S2 dalam bidang Studi Kependudukan<br />
di UGM diselesaikan tahun 1990. Sebelum masuk UGM, penulis<br />
pernah belajar di Akademi Akuntansi YKPN Yogyakarta. Mulai<br />
tahun 1983 hingga sekarang penulis bekerja sebagai Dosen Negeri<br />
Kopertis Wilayah V DIY dipekerjakan pada STPMD “APMD”<br />
Yogyakarta. Jabatan yang pernah diembannya adalah sebagai<br />
Kepala Unit Pelatihan Komputer, Kepala Pusat Penelitian dan<br />
Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M), dan Pembantu Ketua I<br />
Bidang Akademik STPMD “APMD” Yogyakarta. Penulis terlibat<br />
dalam tim advokasi RUU <strong>Desa</strong> dan kegiatan-kegiatan penguatan<br />
kapasitas desa. Saat ini tengah terlibat sebagai katalisator<br />
desa mandiri di Kabupaten Kutai Timur. Beberapa kegiatan lain<br />
yang pernah dilakukan penulis meliputi seminar-seminar ilmiah,<br />
kontributor penulisan buku, dan penelitian-penelitian tentang<br />
masalah perdesaan.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 123
Drs. Suharyanto, MM, lahir di Yogyakarta, 6 Mei 1962. Pendidikan<br />
S-1 Ilmu Sosiatri Fisipol UGM diselesaikan tahun 1987,<br />
dilanjutkan menempuh studi Magister Manaje men SDM di STIE<br />
Mitra Indonesia tahun 1999. Mulai tahun 1989 – sekarang sebagai<br />
Dosen tetap di STPMD “APMD” Yogyakarta. Jabatan yang<br />
pernah diembannya adalah Ke pala Bagian Administrasi Akademik<br />
dan kemaha siswaan, Pembantu Ketua I Bidang Akademik,<br />
Sekretaris Program Pascasarjana dan Sekretaris Program<br />
Studi Ilmu Pemerin tahan Program Pascasarjana. Pengalaman<br />
berorga nisasi sejak 1985 sd sekarang sebagai Ketua Pra Koperasi<br />
Mitra <strong>Usaha</strong> Kelurahan Pringgokusuman Yogyakarta dan sejak<br />
tahun 2001 - sekarang sebagai Pengurus Koperasi Karya wan<br />
(KOPKAR) “APMD”.<br />
124<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
PROFIL FPPD<br />
Forum Pengembangan Pembaharuan <strong>Desa</strong> (FPPD) merupakan arena<br />
untuk menyemai gagasan dan mendorong gerakan pembaharuan<br />
desa. FPPD sebagai forum terbuka, merupakan arena bagi proses<br />
pembelajaran dan pertukaran pengetahuan, pengalaman multipihak,<br />
yang memungkinkan penyebarluasan gagasan pembaharuan desa,<br />
konsolidasi gerakan dan jaringan, serta kelahiran kebijakan yang responsif<br />
terhadap desa.<br />
Visi<br />
Menjadi arena belajar pengembangan pembaharuan desa yang terpercaya<br />
untuk mewujudkan masyarakat desa yang otonom dan demokratis<br />
Misi<br />
Meningkatkan keterpaduan gerak antar pihak untuk pembaharuan<br />
desa<br />
Nilai-nilai Dasar<br />
Menghormati keputusan bersama<br />
Solidaritas<br />
Tanggung-gugat<br />
Menghargai perbedaan<br />
Strategi<br />
Konsolidasi gerakan pembaharuan desa<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 125
Lampiran 1.<br />
INSTRUMEN BANTU PENILAIAN KELAYAKAN USAHA<br />
Petunjuk Penggunaan<br />
Instrumen penilaian kelayakan usaha yang berbentuk formulir<br />
ini dibuat untuk memudahkan Tim Penyusunan <strong>Kelayakan</strong><br />
<strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dalam menilai kelayakan usa ha dari setiap<br />
aspek yang dikaji. Ketepatan penilaian kela yakan usaha sangat<br />
tergantung pada kesesuaian antara hasil kajian lapangan (fact<br />
finding) dengan penentuan skor pada setiap unsur yang dikaji.<br />
Cara menggunakan instrumen ini adalah sebagai berikut:<br />
1. Berilah tanda silang ( x ) atau dapat juga dengan tanda centrang<br />
( √ ) pada setiap kolom skor yang sesuai.<br />
2. Skor pada Unsur dari setiap Aspek dijumlahkan dan ditulis<br />
pada kolom TOTAL SKOR. Jumlah Unsur dari setiap Aspek<br />
berbeda-beda, sehingga Total Skor minimal dan maksimalnya<br />
juga berbeda, yaitu:<br />
No.<br />
ASPEK<br />
JUMLAH TOTAL SKOR<br />
UNSUR Minimal Maksimal<br />
1. Pasar dan Pemasaran 8 8 40<br />
2. Teknis dan Teknologi 8 8 40<br />
3. Manajemen dan Sumber Daya Manusia 6 6 30<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 127
No.<br />
ASPEK<br />
JUMLAH<br />
UNSUR<br />
TOTAL SKOR<br />
Minimal<br />
Maksimal<br />
4. Keuangan 6 6 30<br />
5.<br />
Aspek Sosial-Budaya, Ekonomi, Politik,<br />
dan Lingkungan<br />
15 15 75<br />
6. Aspek Hukum (Yuridis) 7 7 35<br />
3. Hitunglah NILAI dari setiap Aspek dengan cara: TOTAL<br />
SKOR dibagi jumlah Unsur. Tulislah hasil perhitungan tersebut<br />
pada kolom NILAI.<br />
4. Buatlah kesimpulan berdasarkan NILAI pada setiap Aspek<br />
tersebut dengan cara memberi tanda silang atau cetrang<br />
pada kolom KESIMPULAN, dengan ketentuan:<br />
NILAI > 3 adalah Layak<br />
NILAI = 3 adalah Netral<br />
NILAI < 3 adalah Tidak Layak<br />
5. Buatlah Kesimpulan Akhir Tingkat <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> berdasarkan<br />
persentase dari Aspek yang layak. Rumus perhitungannya<br />
adalah sbb:<br />
TK = AL : A x 100%<br />
TK = Tingkat <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong><br />
AL = Jumlah Aspek yang Layak<br />
A = Jumlah seluruh Aspek yang dinilai (6 aspek)<br />
128<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Kriteria Kesimpulan Akhir:<br />
TK lebih dari 80%<br />
TK antara 60 % - 80%<br />
TK kurang dari 60%<br />
= “LAYAK”<br />
= “MERAGUKAN” atau<br />
“KURANG LAYAK”<br />
= “TIDAK LAYAK”<br />
Contoh:<br />
Jumlah Aspek yang dinyatakan Layak (AL) sebanyak 5 aspek,<br />
maka:<br />
TK = AL : A x 100%<br />
= 5 : 6 x 100% = 83,33%<br />
Kesimpulan: kegiatan usaha yang direncanakan layak untuk<br />
dijalankan.<br />
CATATAN:<br />
1. Penentuan skor harus didasarkan pada data dan informasi<br />
yang diperoleh dari kajian lapangan, laporan/informasi<br />
dari warga desa, kajian data se kunder (misal:<br />
data profil desa), dan sebagainya.<br />
2. Penentuan skor harus dilakukan dalam forum rapat<br />
atau musyawarah Tim Penyusunan <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong><br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Ini dimaksudkan agar penentuan skor dapat<br />
dilakukan seobyektif mungkin.<br />
3. Meskipun kegiatan usaha dinyatakan layak tetapi Tingkat<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> tidak mencapai 100%, maka ada<br />
unsur-unsur yang bermasalah dan perlu dilakukan<br />
upaya perbaikan.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 129
FORMULIR PENILAIAN KELAYAKAN USAHA<br />
JENIS USAHA :<br />
NAMA <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> :<br />
NAMA DESA :<br />
STATUS USAHA : £ BARU £ SUDAH BERJALAN<br />
I. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN<br />
NO.<br />
UNSUR YANG DINILAI<br />
1. Masyarakat/konsumen sangat membutuhkan<br />
dan menginginkan produk yang akan dihasilkan<br />
dan akan terus membutuhkan dalam jangka<br />
waktu yang lama<br />
2. Konsumen mempunyai kemampuan membeli<br />
(daya beli) dan bersedia membeli produk yang<br />
ditawarkan<br />
3. Jumlah konsumen banyak<br />
4. Permintaan konsumen terhadap produk yang<br />
ditawarkan cenderung akan meningkat di<br />
kemudian hari<br />
5. Produk (berupa barang atau jasa) sesuai dengan<br />
kebutuhan konsumen<br />
6. Harga yang ditawarkan dapat diterima oleh<br />
konsumen<br />
7. Barang dan/atau jasa yang ditawarkan mudah<br />
didapatkan oleh konsumen<br />
8 Konsumen mudah mendapatkan informasi<br />
tentang barang/jasa yang ditawarkan<br />
SKOR *)<br />
1 2 3 4 5<br />
130<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
T O T A L S K O R<br />
N I L A I<br />
( Total Skor dibagi Jumlah Unsur )<br />
KESIMPULAN:<br />
Nilai > 3 (Layak)<br />
Nilai = 3 (Meragukan)<br />
Nilai < 3 (Tidak Layak)<br />
*) Kriteria Skor:<br />
1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju<br />
5 = Sangat Setuju<br />
£ TIDAK LAYAK<br />
£ MERAGUKAN<br />
£ LAYAK<br />
II.<br />
ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI (ASPEK<br />
PRODUKSI)<br />
NO.<br />
UNSUR YANG DINILAI<br />
1. Produk yang dihasilkan merupakan produk yang<br />
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen<br />
2. Produk (barang dan jasa) yang dihasilkan merupakan<br />
produk berkualitas.<br />
3. Memiliki teknologi yang tepat sehingga dapat<br />
dioperasikan untuk menghasilkan produk (barang<br />
atau jasa).<br />
4. Kapasitas produksi dari usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat<br />
disesuaikan agar mampu memenuhi kebutuhan<br />
konsumen<br />
5. Pemilihan lokasi usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sudah tepat<br />
6. Tata letak fasilitas usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sudah tepat<br />
7. Rencana produksi dari usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat<br />
dikelola dengan baik<br />
SKOR *)<br />
1 2 3 4 5<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 131
8. Persediaan bahan baku dari usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
dapat diperhitungkan dan dapat dikendalikan<br />
dengan baik<br />
T O T A L S K O R<br />
N I L A I<br />
( Total Skor dibagi Jumlah Unsur )<br />
KESIMPULAN:<br />
Nilai > 3 (Layak)<br />
Nilai = 3 (Meragukan)<br />
Nilai < 3 (Tidak Layak)<br />
£ TIDAK LAYAK<br />
£ MERAGUKAN<br />
£ LAYAK<br />
*) Kriteria Skor:<br />
1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju5 = Sangat<br />
Setuju<br />
III. ASPEK MANAJEMEN DAN SUMBER DAYA MANUSIA<br />
NO.<br />
UNSUR YANG DINILAI<br />
1. Pengembangan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat direncanakan<br />
dengan baik<br />
2. <strong>Usaha</strong> yang akan dikelola oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> memiliki<br />
asas dan struktur organisasi yang efektif dan<br />
efisien<br />
3. <strong>Usaha</strong> yang akan dikelola oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> akan<br />
dipimpin oleh pemimpin yang memiliki jiwa<br />
kepemimpinan dan staf/karyawan yang memiliki<br />
dedikasi (kesetiaan) kepada organisasi<br />
4. Fungsi-fungsi pengendalian dan pengawasan<br />
terhadap usaha yang akan dikelola oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
berjalan dengan baik<br />
SKOR *)<br />
1 2 3 4 5<br />
132<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
5. <strong>Usaha</strong> yang akan dikelola <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> didukung<br />
oleh orang-orang yang terampil dan berkompeten<br />
untuk mengelola kegiatan usaha<br />
6. Seluruh personil pengelola <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> (Pengurus,<br />
Badan Pengawas, Seksi-seksi, dan staf) dapat<br />
bekerjasama dan kompak dalam bekerja<br />
T O T A L S K O R<br />
N I L A I<br />
( Total Skor dibagi Jumlah Unsur )<br />
KESIMPULAN:<br />
Nilai > 3 (Layak)<br />
Nilai = 3 (Meragukan)<br />
Nilai < 3 (Tidak Layak)<br />
*) Kriteria Skor:<br />
1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju<br />
5 = Sangat Setuju<br />
£ TIDAK LAYAK<br />
£ MERAGUKAN<br />
£ LAYAK<br />
IV. ASPEK KEUANGAN<br />
NO.<br />
UNSUR YANG DINILAI<br />
1. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk investasi awal<br />
dan modal kerja dalam usaha ini dapat dihitung<br />
dengan mudah<br />
2. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk investasi awal<br />
dan modal kerja dalam usaha ini tidak terlalu besar<br />
3. Sumber dana untuk menjalankan usaha telah tersedia<br />
dan dapat diperoleh<br />
4. <strong>Usaha</strong> ini diperkirakan akan menghasilkan keuntung<br />
an yang memadai karena penerimaan lebih<br />
besar daripada pengeluaran<br />
SKOR *)<br />
1 2 3 4 5<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 133
5. <strong>Usaha</strong> ini mempunyai cukup uang untuk membayar<br />
tagihan atau membiayai kegiatan usaha, karena<br />
uang yang diperoleh lebih banyak dibandingkan<br />
dengan uang yang dikeluarkan.<br />
6. Modal yang dikeluarkan untuk usaha ini akan<br />
kembali dalam waktu yang sudah ditentukan (balik<br />
modal)<br />
T O T A L S K O R<br />
N I L A I<br />
( Total Skor dibagi Jumlah Unsur)<br />
KESIMPULAN:<br />
Nilai > 3 (Layak)<br />
Nilai = 3 (Meragukan)<br />
Nilai < 3 (Tidak Layak)<br />
KETERANGAN:<br />
*) Kriteria Skor:<br />
1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju<br />
5 = Sangat Setuju<br />
£ TIDAK LAYAK<br />
£ MERAGUKAN<br />
£ LAYAK<br />
Untuk meyakinkan atau membuktikan bahwa ke giatan<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> memiliki kelayakan dari aspek keuangan,<br />
maka terlebih dahulu perlu dilakukan:<br />
1. Menghitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk in vestasi<br />
awal (tanah, bangunan, peralatan, dll.)<br />
2. Menghitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk mo dal<br />
kerja usaha (membeli bahan baku, membayar upah/tenaga,<br />
membayar tagihan listrik, dll)<br />
134<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
3. Mengidentifikasi dari mana sumber dana untuk investasi<br />
awal dan modal kerja (pemerintah desa, tabungan<br />
masyarakat, bantuan pemerintah (kabupaten/provinsi),<br />
pinjaman, dan/atau penyertaan modal pihak lain atau<br />
kerja sama bagi hasil)<br />
4. Memperkirakan pos-pos penerimaan usaha dan pengeluaran<br />
usaha yang akan digunakan dalam menghitung<br />
laporan rugi laba usaha.<br />
5. Memperkirakan pos-pos penerimaan kas dan pengeluaran<br />
kas yang akan digunakan dalam menghitung aliran<br />
kas usaha.<br />
6. Memperkirakan harta, hutang, dan modal usaha untuk<br />
menyusun laporan neraca<br />
7. Memperkirakan berapa tahun modal akan kembali<br />
V. ASPEK SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, POLITIK,<br />
LINGKUNGAN USAHA Dan LINGKUNGAN HIDUP<br />
NO<br />
UNSUR YANG DINILAI<br />
A. Aspek Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik:<br />
1. Banyak warga desa yang akan menerima manfaat<br />
dari kegiatan usaha ini<br />
2. <strong>Usaha</strong> ini tidak terpengaruh oleh gejolak sosial dan<br />
politik<br />
SKOR *)<br />
1 2 3 4 5<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 135
NO<br />
UNSUR YANG DINILAI<br />
3. Kegiatan usaha ini mendapat dukungan dari<br />
Pemerintah <strong>Desa</strong> (kepala desa) dan/atau Pemerintah<br />
Kabupaten (Bupati)<br />
4. <strong>Usaha</strong> ini tidak memiliki dampak negatif bagi kehidupan<br />
sosial budaya masyarakat<br />
5. Kemungkinan kegiatan usaha ini akan diambil alih<br />
oleh pemerintah supra desa (pemerintah di atas<br />
desa) sangat kecil.<br />
6. Potensi konflik sosial dari usaha ini rendah, atau<br />
adanya kegiatan usaha ini dapat melerai konflik<br />
masyarakat<br />
B. <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> dari Aspek Lingkungan <strong>Usaha</strong>:<br />
7. Tidak ada pelaku bisnis baru yang masuk ke desa<br />
dan mengancam keberlangsungan usaha <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> ini?<br />
8. Tidak ada persaingan yang ketat dalam usaha yang<br />
akan dijalankan<br />
9. Tidak ada ancaman dari produk pengganti bagi<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>?<br />
10.<br />
Kekuatan tawar-menawar dari pembeli rendah<br />
SKOR *)<br />
1 2 3 4 5<br />
11. Kekuatan tawar-menawar dari pemasok (suppliers)<br />
rendah<br />
12. Pengaruh kepentingan kelompok lain (pemilik<br />
modal, pelaku usaha lain, dll) di masyarakat terhadap<br />
usaha ini rendah<br />
C. <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> dari Aspek Lingkungan Hidup<br />
13. <strong>Usaha</strong> yang akan dijalankan tidak merusak lingkung<br />
an hidup<br />
14.<br />
Limbah dari usaha ini dapat dikelola dengan baik<br />
136<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
NO<br />
UNSUR YANG DINILAI<br />
15. <strong>Usaha</strong> ini akan meningkatkan kualitas lingkungan<br />
hidup<br />
T O T A L S K O R<br />
N I L A I<br />
( Total Skor dibagi Jumlah Unsur )<br />
KESIMPULAN:<br />
Nilai > 3 (Layak)<br />
Nilai = 3 (Meragukan)<br />
Nilai < 3 (Tidak Layak)<br />
*) Kriteria Skor:<br />
1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju<br />
5 = Sangat Setuju<br />
SKOR *)<br />
1 2 3 4 5<br />
£ TIDAK LAYAK<br />
£ MERAGUKAN<br />
£ LAYAK<br />
VI. ASPEK HUKUM (YURIDIS)<br />
NO.<br />
UNSUR YANG DINILAI<br />
1. Rencana usaha yang akan dijalankan oleh <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> ini sejalan dengan rencana pembangunan<br />
ekonomi desa (RPJMDes)<br />
2. Pengurus dan Pengelola usaha berasal dari dalam<br />
desa<br />
3. Bentuk badan hukum dari kegiatan usaha mudah<br />
diurus<br />
4. Mudah mendapatkan perijinan atas jenis usaha<br />
yang akan dijalankan karena tidak bertentangan<br />
dengan peraturan yang ada?<br />
5. Tanah yang digunakan sebagai tempat usaha<br />
merupakan tanah milik desa<br />
SKOR *)<br />
1 2 3 4 5<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 137
6. Status lahan untuk lokasi usaha bebas dari sengketa<br />
7. Lokasi usaha sesuai dengan rencana tata ruang/<br />
wilayah<br />
T O T A L S K O R<br />
N I L A I<br />
( Total Skor dibagi Jumlah Unsur)<br />
KESIMPULAN:<br />
Nilai > 3 (Layak)<br />
Nilai = 3 (Meragukan)<br />
Nilai < 3 (Tidak Layak)<br />
*) Kriteria Skor:<br />
1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju<br />
5 = Sangat Setuju<br />
£ TIDAK LAYAK<br />
£ MERAGUKAN<br />
£ LAYAK<br />
VII. KESIMPULAN AKHIR<br />
Jumlah Aspek yang LAYAK (AL)<br />
JUMLAH ASPEK YANG DINILAI (A) 6<br />
TINGKAT KELAYAKAN (TK) = AL : A x 100% %<br />
KESIMPULAN:<br />
TK > 80% (Layak)<br />
TK 60 % - 80% (Meragukan)<br />
TK
Lampiran 2.<br />
Contoh Perencanaan <strong>Usaha</strong> (Business Plan)<br />
DAFTAR ISI<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 139
SAMPUL<br />
DAFTAR ISI<br />
RINGKASAN EKSEKUTIF<br />
A. GAMBARAN UMUM DESA LABBO<br />
B. GAMBARAN Tentang <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />
1. Visi dan Misi.<br />
2. Tujuan<br />
3. Badan Hukum<br />
4. Organisasi<br />
5. Unit <strong>Usaha</strong><br />
6. Sumber Keuangan<br />
7. Peluang Pengembangan <strong>Usaha</strong><br />
C. UNIT USAHA PENGELOLAAN AIR MINUM<br />
1. Latar Belakang Pemilihan <strong>Usaha</strong><br />
2. Perencanaan Produk<br />
3. Perencanaan Pemasaran<br />
4. Perencanaan Manajemen<br />
5. Perencanaan Pengoperasian<br />
6. Perencanaan Keuangan<br />
7. Perencanaan Jadwal Pelaksanaan<br />
LAMPIRAN-LAMPIRAN<br />
Lampiran 1. Dokumentasi Kelembagaan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
Lampiran 2. Foto copy Akte Notaris<br />
140<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Lampiran 3. Foto copy Peraturan <strong>Desa</strong><br />
Lampiran 4. Foto copy SK Kepengurusan<br />
Lampiran 5. Berita Acara Musyawarah <strong>Desa</strong><br />
RINGKASAN EKSEKUTIF<br />
Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> “GANTING” atau yang sering disingkat<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” merupakan lembaga usa ha ekonomi<br />
desa milik Pemerintah <strong>Desa</strong> Labbo Kecamat an Tompobulu<br />
Kabaupaten Bantaeng. <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GAN TING” didirikan pada<br />
tanggal 31 Desember 2008 melalui forum musyawarah desa yang<br />
dihadiri perwakilan warga masyarakat, Pemerintah <strong>Desa</strong>, Badan<br />
Permusyawaratan <strong>Desa</strong> dan lembaga kemasyarakatan lainnya.<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” telah memiliki struktur organi sasi<br />
kepengurusan yang lengkap dan cukup sederhana (ram ping),<br />
yaitu terdiri atas Komisaris, Direktur, Sekretaris, dan Bendahara.<br />
Komisaris dijabat oleh Kepala <strong>Desa</strong>, Direktur dijabat oleh Saharuddin,<br />
S.Ag, Sekretaris dijabat oleh Jamaluddin, S.Pd, dan<br />
Bendahara dijabat oleh Darmiati, Sp. Komisaris beserta seluruh<br />
pengurus lainnya dapat sa ling bekerjasama sehingga kegiatan<br />
usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang sudah ada dapat berjalan dengan baik.<br />
Salah satu unit usaha yang akan dikembangkan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />
“GANTING” adalah kegiatan usaha pengelolaan air bersih dengan<br />
pemasangan sambungan pipa dan meteran air. Munculnya<br />
ide untuk menjalankan kegiatan usaha tersebut dilatar belakangi<br />
oleh keadaan warga desa yang mengalami kesulitan untuk<br />
memperoleh air bersih. Ini di se babkan letak sumber air bersih<br />
yang cukup jauh.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 141
Kegiatan usaha pengelolaan air bersih ini memiliki prospek<br />
yang sangat bagus, baik ditinjau dari segi sosial maupun<br />
dari segi bisnis. Dari segi sosial, dengan adanya kegiatan usaha<br />
tersebut akan sangat membantu warga desa dalam memenuhi<br />
kebutuhan air bersih, sehingga akan mendukung peningkatan<br />
kesehatan masyarakat. Dari segi bisnis, kegiatan usaha pengelolaan<br />
air bersih sa ngat diminati oleh warga desa, sehingga untuk<br />
pemasaran produk sangat mudah karena pasarnya selalu tersedia.<br />
Terle bih di <strong>Desa</strong> Labbo tidak ada pihak-pihak yang membuka<br />
usaha sejenis, sehingga tidak ada pesaingnya.<br />
Pada tahap awal usaha, target pasarnya adalah 400 rumah<br />
tangga yang ada di <strong>Desa</strong> Labbo. Jumlah pelanggan diyakini<br />
akan bertambah semakin banyak di masa yang akan datang.<br />
Harga langganan telah diperhitungkan dan dimusyawarahkan<br />
bersama warga desa, yaitu sebesar Rp. 250/m 3 ditambah infak<br />
setiap pelanggan Rp. 500/bln. Harga tersebut dirasakan ringan<br />
bagi warga dan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tidak rugi.<br />
Untuk merealisasikan rencana kegiatan tersebut tentu memerlukan<br />
dana sebagai biaya investasi maupun mo dal kerja<br />
pada tahap awal usaha. Berdasarkan perhitung an yang cermat,<br />
kebutuhan dana untuk biaya investasi sebesar Rp. 74,950,000,-<br />
dan modal kerja sebesar Rp. 8,170,000,- sehingga total biaya<br />
yang diperlukan Rp. 83, 120,000,-. Biaya investasi digunakan<br />
untuk pengadaan sara na pipa air, meteran air, bahan-bahan,<br />
biaya transportasi dan bia ya pemasangan. Biaya modal kerja<br />
digunakan untuk insentif pengurus/pengelola selama 12 bulan<br />
terhitung sejak kegiatan usaha dapat dioperasionalkan. Total<br />
142<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
modal awal tersebut diharapkan diperoleh dari Pemerintah Kabupaten<br />
Bantaeng.<br />
Berdasarkan hasil kajian kelayakan, perhitungan Payback<br />
Period (waktu kembali modal) adalah 3 tahun lebih 1 bulan. Ini<br />
menggambarkan waktu yang diperlukan untuk kembali modal<br />
termasuk pendek, sehingga kegiatan usaha ini dari segi bisnis<br />
tetap menguntungkan. Ini dipertegas lagi dengan perkiraan<br />
Laba-Rugi yang menunjukkan ke giatan usaha pengelolaan<br />
air bersih akan memperoleh Laba Bersih Rp. 16,933,333,-/th.<br />
Hasil perhitungan Net Present Value (NPV) dari arus kas bersih<br />
menunjukkan positif, yaitu NPV = Rp. 24,397,784,-. Profitability<br />
index (PI) juga me nunjukkan positif, yaitu PI=1,33. Dengan<br />
demikian, berda sarkan parameter-parameter akuntansi yang digunakan<br />
semuanya mengarahkan pada kesimpulan bahwa kegiatan<br />
usaha tersebut layak dan menguntungkan.<br />
Keuntungan yang diperoleh dari usaha pengelolaan air bersih<br />
sebagian akan digunakan untuk pengembangan usaha, dan<br />
sebagian sisanya disetorkan ke Pemerintah <strong>Desa</strong> sebagai tambahan<br />
Pendapatan Asli <strong>Desa</strong>.<br />
Ketersediaan sumber daya manusia untuk mengelola usaha,<br />
baik secara kualitas maupun kuantitas sangat memadai,<br />
dan kebutuhan SDM dapat dicukupi dari <strong>Desa</strong> Labbo sendiri sehingga<br />
menguntungkan dari berbagai segi. Ke tersediaan SDM<br />
tersebut menjadikan kegiatan usaha pe ngelolaan air bersih dapat<br />
dijalankan dengan baik.<br />
Kegiatan usaha pengelolaan air bersih yang bersumber dari<br />
sungai dan mata air hutan pegunungan sangat mendukung pe-<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 143
les tarian lingkungan hidup. Kegiatan usaha tersebut selain tidak<br />
menghasilkan limbah yang merugikan lingkungan, juga dapat<br />
memotivasi warga desa untuk mempertahankan keberadaan<br />
hutan. Dengan demikian ke giatan usaha ini berdampak positif<br />
bagi kelestarian lingkungan hidup.<br />
Dari segi yuridis, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” telah memiliki legalitas,<br />
karena sudah ditetapkan dengan Peraturan <strong>Desa</strong>. Dengan<br />
demikian, secara yuridis tidak ada kendala untuk segera<br />
beroperasi.<br />
A. GAMBARAN UMUM DESA LABBO<br />
1. Kondisi Geografis<br />
a. Letak <strong>Desa</strong><br />
<strong>Desa</strong> Labbo adalah salah satu desa yang terletak di<br />
Kecamatan Tompobulu yang berada di bagian utara<br />
Kabupaten Bantaeng. Jarak tempuh wilayah <strong>Desa</strong><br />
Labbo dari Ibukota Kabupaten Bantaeng 23 km. <strong>Desa</strong><br />
ini memiliki luas wilayah 9.8 km 2 , de ngan potensi lahan<br />
yang produktif.<br />
Adapun batas-batas desa sebagai berikut :<br />
Sebelah Utara<br />
Sebelah Timur<br />
: Asayya Kelurahan Ereng-ereng dan<br />
Kab. Bulukumba<br />
: <strong>Desa</strong> Pattaneteang dan Kab. Bulukumba<br />
144<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Sebelah Selatan<br />
Sebelah Barat<br />
: <strong>Desa</strong> Balumbung dan Kelurahan<br />
Ereng-Ereng<br />
: Kelurahan Ereng-Ereng dan Kab.Bulukumba<br />
b. Topografi <strong>Desa</strong><br />
<strong>Desa</strong> Labbo memiliki kondisi daerah yang berbukitbukit,<br />
berada di atas gunung dengan ke tinggian antara<br />
750 m sampai 1000 m di atas permukaan laut.<br />
Kondisi tanah cukup subur untuk ditanami berbagai<br />
jenis tanaman, baik tanaman jangka pendek maupun<br />
tanaman jangka panjang. Tanaman jangka panjang<br />
adalah kopi, cengkeh serta kakao, sedangkan tanaman<br />
jangka pendek adalah sayur-sayuran.<br />
Daerah pegunungan di <strong>Desa</strong> Labbo terdapat hutan<br />
yang terpelihara dengan baik. Oleh karena itu mata<br />
air dan sungai hingga saat dapat menyediakan air untuk<br />
kebutuhan warga desa. Namun demikian, karena<br />
jauhnya lokasi sumber air tersebut sehingga warga<br />
desa banyak yang mengalami kendala untuk memperolehnya.<br />
2. Kondisi Demografis<br />
a. Jumlah Penduduk<br />
<strong>Desa</strong> Labbo memiliki jumlah penduduk 883 KK (741<br />
KK laki-laki dan 142 KK perempuan) yang terdiri atas<br />
1.529 jiwa laki-laki dan 1.644 jiwa pe rempuan se-<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 145
hingga jumlah penduduk secara ke seluruhan sebanyak<br />
3.173 jiwa.<br />
b. Sumber Mata Pencaharian Pokok<br />
Sumber mata pencaharian masyarakat di <strong>Desa</strong> Labbo<br />
meliputi: Petani, Pengusaha/Pedagang, PNS, Tukang<br />
Kayu, Tukang Batu, Perbengkelan, Tukang Ojek,<br />
Kerajinan Tangan, Buruh Tani, Buruh Bangunan, dan<br />
beberapa warga merantau keluar daerah untuk mencari<br />
nafkah.<br />
3. Administrasi <strong>Desa</strong><br />
Pusat pemerintahan <strong>Desa</strong> Labbo terletak di Dusun Labbo<br />
dan untuk menuju Kantor <strong>Desa</strong> dapat dijangkau dengan<br />
kendaraan umum atau jalan kaki, karena ber ada di jalan<br />
poros yang terhubung langsung dengan pusat kota Kabupaten<br />
Bantaeng dan telah di-hotmix.<br />
Secara administratif <strong>Desa</strong> Labbo terbagi atas 4 dusun yaitu:<br />
1) Dusun Pattiro membawahi 2 RW dan 4 RT<br />
2) Dusun Ganting membawahi 2 RW dan 4 RT<br />
3) Dusun Panjang selatan membawahi 2 RW dan 4 RT<br />
4) Dusun Bawa membawahi 2 RW dan 4 RT<br />
5) Dusun Labbo Membawahi 2 RW dan 4 RT<br />
6) Dusun panjang Utara membawahi 2 RW dan 4 RT<br />
Setiap Dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun dibantu<br />
oleh Ketua RW dan Ketua RT.<br />
146<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Kepala <strong>Desa</strong> pada dasarnya bertanggung jawab kepada<br />
masyarakat desa, dan prosedur pertanggungjawab an disampaikan<br />
ke Bupati melalui Camat, kemudian dari pada<br />
itu Kepala <strong>Desa</strong> bersama dengan BPD setiap tahun wajib<br />
memberikan keterangan laporan pertanggungjawaban kepada<br />
masyarakatnya.<br />
B. GAMBARAN Tentang <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />
Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>) GANTING <strong>Desa</strong> Labbo<br />
Kec. Tompobulu di bentuk melalui Musyawarah <strong>Desa</strong> pada<br />
Tanggal 31 Desember 2008.<br />
1. Visi dan Misi<br />
a. Visi <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>:<br />
“Terwujudnya Kemandirian masyarakat menuju masya<br />
rakat yang sejahtera berlandaskan Iman dan Takwa<br />
Kepada Allah SWT”<br />
b. Misi <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>:<br />
1. Mendorong berkembangnya usaha-usaha untuk<br />
meningkatkan pendapatan masyarakat.<br />
2. Menampung berbagai kegiatan usaha ekonomi<br />
yang ditekuni masyarakat.<br />
3. Mendorong dan memfasilitasi proses pe ngu at an<br />
kelembagaan usaha masyarakat.<br />
4. Menciptakan ruang dan peluang terhadap upaya<br />
pemberdayaan masyarakat miskin untuk meningkatan<br />
kesejahteraan.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 147
5. Meningkatkan kemampuan kelembagaan ma syarakat<br />
dalam mengelola kegiatan usaha dan pertanggungjawaban<br />
keuangan.<br />
2. Tujuan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>:<br />
a. Mendorong berkembangnya kegiatan pereko nomian<br />
masyarakat desa.<br />
b. Meningkatkan kreativitas dan peluang usaha eko nomi<br />
produktif (berwirausaha anggota ma syarakat desa yang<br />
berpenghasilan rendah).<br />
c. Meningkatkan pendapatan asli desa.<br />
d. Meningkatkan pengolahan potensi desa se suai dengan<br />
kebutuhan masyarakat.<br />
3. Badan Hukum<br />
<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo belum berbadan hukum,<br />
namun legal karena telah ditetapkan dengan Peraturan<br />
<strong>Desa</strong> Labbo sehingga pendiriannya telah memiliki alas<br />
hukum. Perdes tentang pendirian <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />
tersebut telah dicatatkan di Kantor Notaris Eddy Tunggeleng,<br />
SH dengan akte notaris Nomor 50.<br />
4. Organisasi<br />
Susunan organisasi kepengurusan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />
<strong>Desa</strong> Labbo terdiri dari :<br />
a. Komisaris : Kepala <strong>Desa</strong> Labbo<br />
b. Direktur : Saharuddin,S.Ag<br />
c. Sekretaris : Jamaluddin, S.Pd<br />
d. Bendahara : Darmiati,Sp<br />
148<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
5. Unit <strong>Usaha</strong><br />
Unit <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” meliputi:<br />
a. Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan air minum<br />
b. Unit <strong>Usaha</strong> Simpan Pinjam<br />
c. Unit <strong>Usaha</strong> Peternakan<br />
d. Unit <strong>Usaha</strong> Pengelola Hutan <strong>Desa</strong><br />
6. Sumber keuangan:<br />
a. Pemerintah <strong>Desa</strong> Labbo<br />
b. Bantuan APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten<br />
Bantaeng<br />
c. Bantuan dari pihak lain yang tidak mengikat<br />
d. Swadaya masyarakat<br />
7. Gambaran Peluang Pengembangan <strong>Usaha</strong><br />
<strong>Desa</strong> Labbo memiliki potensi ekonomi <strong>Desa</strong> dari sektor perkebunan,<br />
dengan jenis yang dapat dikembangkan adalah ko pi<br />
dan cengkeh, kakao dan markisa. Sektor perdagang an adalah<br />
adanya pasar desa. Sektor peternakan, yaitu pe ter nak an<br />
sapi, kuda, dan kam bing. Sektor jasa yang dapat dikembangkan<br />
antara lain: penge lolaan simpan pinjam, pe ngelolaan air<br />
minum, serta jasa perbengkelan dan pertukangan. Sektor industri<br />
rumah tangga juga potensial untuk dikembangkan.<br />
Sektor-sektor perekonomian tersebut selama ini menjadi<br />
mata pencaharian pokok masyarakat <strong>Desa</strong> Labbo dan miliki<br />
peluang pengembangan yang cukup besar untuk meningkatkan<br />
kesejahteraan penduduk <strong>Desa</strong> Labbo.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 149
C. UNIT USAHA PENGELOLAAN AIR MINUM<br />
Pengelolaan sarana air minum dengan sistem meterisasi<br />
yang dikelola secara profesional akan memberikan pelayanan<br />
yang baik kepada masyarakat dalam hal pe me rataan penggunaan<br />
air. Di sisi lain akan memberikan tambahan pendapatan asli<br />
desa dalam bentuk sisa hasil usaha yang wajib di setor ke kas<br />
desa setiap tahun. <strong>Usaha</strong> pengelolaan air minum di <strong>Desa</strong> Labbo<br />
memiliki peluang pengembangan yang cukup besar dengan<br />
melihat potensi sumber daya alam yang berupa sungai dan<br />
mata air. Su ngai dan mata air yang berasal dari hutan di pegunungan<br />
yang ada di <strong>Desa</strong> Labbo memiliki kualitas yang baik,<br />
arti nya air tersebut layak/sehat untuk dikonsumsi.<br />
1. Latar Belakang Pemilihan <strong>Usaha</strong><br />
<strong>Desa</strong> labbo memiliki potensi sumber daya air yang memadai<br />
dengan banyaknya mata air dan sungai yang dimanfaatkan<br />
masyarakat untuk menjadi air minum sejak dahulu<br />
sampai sekarang. Pemanfaatan sumber air tersebut ada<br />
yang dikelola secara tradisional, dan ada juga yang telah<br />
mendapatkan pendanaan melalui program Care dan PPK/<br />
PNPM Mandiri perdesaan untuk pengadaan sarana perpipaan.<br />
Pengelolaan sarana perpipaan tersebut belum dikelola<br />
secara profe sional sehingga pengelolaannya belum maksimal<br />
dan pemerataan air tidak maksimal, sehingga kadang<br />
me nyebabkan masyarakat kekurangan air minum. Di sisi<br />
lain tidak memberikan kontribusi finansial kepada <strong>Desa</strong>.<br />
150<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Berdasar keadaan tersebut, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” menjadikan<br />
pengelolaan air minum menjadi salah satu unit usaha<br />
untuk memaksimalkan pengelolaan air di <strong>Desa</strong> Labbo.<br />
2. Perencanaan Produk<br />
Produk yang akan dihasilkan oleh Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan<br />
Air adalah layanan jasa distribusi air melalui perpipaan yang<br />
tersambung langsung ke rumah-rumah pelanggan. Produk<br />
ini sangat dibutuhkan oleh warga desa (konsumen), karena<br />
air bersih yang menjadi kebutuhan dasar warga letak lokasi<br />
sumbernya jauh dari permukiman. Oleh karena itu, dengan<br />
layanan jasa distribusi air bersih tersebut selain warga desa<br />
terpenuhi kebutuhannya, juga terpenuhi keinginannya untuk<br />
memperoleh air dengan mudah.<br />
3. Perencanaan Pemasaran<br />
Pasar yang dibidik adalah warga masyarakat <strong>Desa</strong> Labbo<br />
yang memanfaatkan sarana perpipaan milik Peme rin tah<br />
<strong>Desa</strong> Labbo. Warga desa yang memanfaatkan sarana air<br />
bersih tersebut cukup besar jumlahnya, yaitu sebanyak 400<br />
KK, sehingga ini merupakan potensi pasar cukup besar.<br />
Model pemasaran yang dilakukan adalah menyambung<br />
pipa untuk menyalurkan air dari sumbernya ke rumah konsumen<br />
dengan pemasangan meteran air. Dengan pemasangan<br />
meteran air, penggunaan air menjadi terkontrol,<br />
dan ini menguntungkan semua pihak. Bagi konsumen,<br />
adanya meteran air dapat mengatur penggunaan air seefisien<br />
mungkin sesuai dengan kebutuhan dan kemam-<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 151
puannya. Bagi <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> alat tersebut sangat membantu<br />
dalam menentukan harga yang harus dibayar oleh setiap<br />
pelang gan setiap bulannya.<br />
Potensi pasar tersebut juga menjadi semakin kuat karena di<br />
<strong>Desa</strong> Labbo dan sekitarnya tidak ada pihak yang membuka<br />
usaha sejenis. Dengan demikian, ke giat an usaha pengelolaan<br />
air tidak ada pesaingnya.<br />
Agar pasar tetap terjaga dengan baik, ada 2 (dua) strategi<br />
yang ditempuh, yaitu:<br />
a. Strategi harga<br />
Strategi penentuan Biaya pengelolaan air yang dibebankan<br />
kepada masyarakat disesuaikan kuali tas pelayanan<br />
dengan mengedepankan musyawa rah untuk mufakat.<br />
b. Strategi distribusi<br />
Strategi distribusi dilaksanakan dengan memaksi malkan<br />
potensi Sumber Daya Manusia pengurus <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> dan potensi SDM lainnya dari <strong>Desa</strong> sendiri dengan<br />
prinsip pelayanan prima.<br />
4. Perencanaan Manajemen<br />
a. Kompetensi yang dimiliki pengelola dapat dimanfaatkan<br />
secara optimal, karena mereka:<br />
1) Memahami kondisi masyarakat <strong>Desa</strong> Labbo<br />
2) Memiliki pengetahuan dan pengalaman da lam bidang<br />
pengelolaan Air<br />
3) Memiliki pengalaman organisasi<br />
152<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
. Sistem manajemen yang di jalankan meliputi:<br />
1) Manajemen Pelayanan<br />
Manajemen pelayanan yang dilakukan adalah pelayanan<br />
yang cepat, tepat, senyum dan sapa.<br />
2) Manajemen Pengelolaan<br />
Pengelolaan dilakukan dengan standar manajemen<br />
yang profesional yang berbasis kinerja.<br />
3) Manajemen Keuangan<br />
Manajemen Keuangan dikelola dengan stan dar<br />
akuntansi keuangan yang mengedepankan akunta<br />
bilitas dan transparansi berdasarkan prinsipprinsip<br />
akutansi.<br />
4) Manajemen Peningkatan Kapasitas SDM<br />
Pengelola Unit <strong>Usaha</strong> dapat menjalin kerja sama<br />
dengan pihak lain untuk meningkatkan kualitas<br />
pelayanan. Pengelola unit usaha di ikutsertakan<br />
dalam pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan<br />
tugas pokoknya.<br />
5. Perencanaan Pengoperasian<br />
Untuk mengoperasikan kegiatan usaha pengelolaan air dilakukan<br />
dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan,<br />
tanpa menggunakan bahan bakar dan mudah<br />
mem bangunnya. Teknologi yang dimaksud adalah sistem<br />
grafitasi bumi. Untuk menyalurkan air dari sumbernya<br />
menggunakan fasilitas sarana perpipaan sepanjang 7 Km<br />
yang telah dimiliki <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” <strong>Desa</strong> Labbo.<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 153
Bahan baku produk yang dijual adalah air bersih yang bersumber<br />
dari mata air pegunungan. Mata air ini tak pernah<br />
kering sepanjang masa, sehingga ketersediaan bahan baku<br />
akan tetap terjamin dan biayanya sangat murah.<br />
6. Perencanaan Keuangan<br />
a. Dana yang diperlukan dan sumbernya<br />
Untuk menjalankan kegiatan usaha pengelolaan air<br />
diperlukan dana sebagai modal awal sebesar Rp.<br />
83,120,000,-. Dana ini digunakan sebagai investasi<br />
sebesar Rp. 74,950,000,- dan Rp. 8,170,000,- sisanya<br />
untuk modal kerja. Kebutuh an dana untuk modal usaha<br />
ini bersumber dari APBD Kabupaten Bantaeng.<br />
b. Proyeksi pendapatan.<br />
Berdasarkan hasil analisis keuangan dari kajian kelayakan<br />
yang telah dilakukan, pendapatan usa ha dapat<br />
diproyeksikan sebagai berikut (lihat Tabel 1):<br />
154<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Tabel 1<br />
Perkiraan Arus Kas Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />
di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />
NO URAIAN<br />
A. ARUS KAS MASUK<br />
1. Penerimaan infak dan biaya pemakaian<br />
air<br />
TAHUN KE:<br />
1 2 3 4 5<br />
32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />
2. Lain-lain - - - - -<br />
TOTAL ARUS KAS MASUK (A) 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />
B. ARUS KAS KELUAR<br />
1. ATK 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000<br />
2. Insentif Pengelola 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000<br />
3. Bunga bank - - - - -<br />
4. Pajak - - - - -<br />
5. Lain-lain - - - - -<br />
TOTAL ARUS KAS KELUAR (B) 8,170,000 8,170,000 8,170,000 8,170,000 8,170,000<br />
ARUS KAS BERSIH ( A – B ) 24,230,000 24,230,000 24,230,000 24,230,000 24,230,000<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 155
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa, arus kas bersih<br />
adalah positif. Artinya pendapatan yang diperoleh lebih<br />
besar daripada pengeluaran. Dengan kata lain, kegiatan<br />
usaha ini layak untuk dijalankan, karena potensial mendapatkan<br />
keuntungan. Pendapatan yang dapat diterima <strong>BUM</strong><br />
<strong>Desa</strong> ke depan dapat ditingkatkan lagi melalui penambahan<br />
pelanggan.<br />
Proyeksi Laba-Rugi.<br />
Berdasarkan hasil kajian kelayakan yang telah dilakukan,<br />
kegiatan usaha pengelolaan air dalam keadaan laba seperti<br />
yang ditunjukkan data pada Tabel 2 berikut ini.<br />
156<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Tabel 2<br />
Proyeksi Laba-Rugi Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />
di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />
NO URAIAN TAHUN KE<br />
1 2 3 4 5<br />
A. PENJUALAN 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />
B. BIAYA POKOK PRODUKSI<br />
1. Bahan Baku - - - - -<br />
2. Upah Tenaga Kerja - - - - -<br />
3. Biaya Umum Pabrik - - - - -<br />
C. LABA KOTOR ( A – B ) 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />
D. BIAYA USAHA<br />
1. ATK 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000<br />
2. Gaji/Insentif Pengelola 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000<br />
3. Biaya promosi - - - - -<br />
4. Biaya Penyusutan 7,296,667 7,296,667 7,296,667 7,296,667 7,296,667<br />
5. Lain-lain - - - - -<br />
Total Biaya <strong>Usaha</strong> 15,466,667 15,466,667 15,466,667 15,466,667 15,466,667<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 157
E. LABA USAHA (C – D) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333<br />
F. BUNGA - - - - -<br />
G. LABA SEBELUM PAJAK (E-F ) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333<br />
H. PAJAK - - - - -<br />
I. LABA BERSIH (G – H ) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333<br />
158<br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>
Tabel 2 menunjukkan Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air memperoleh<br />
laba bersih sebesar Rp. 16,933,333 setiap tahunnya.<br />
Angka ini tentu bukan merupakan laba yang besar, tetapi<br />
sesuai dengan prinsip usaha yang dianut <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tidak<br />
untuk mengejar laba yang besar, tetapi lebih mengedepankan<br />
kemanfaatan bagi warga desa.<br />
d. Waktu kembali modal (Payback Period)<br />
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, waktu kembali<br />
modal adalah 3 tahun 1 bulan. Ini diperoleh dari perhitungan<br />
sebagai berikut:<br />
Investasi Awal sebesar Rp. 74,950,000, dan Arus Kas Masuk<br />
Bersih sebesar Rp. 24,230,000. Berdasarkan data ini,<br />
maka Payback Period-nya adalah sebagai berikut.<br />
Payback Period = (74,950,000 / 24,230,000) X 1 tahun<br />
= 3, 09 tahun atau 3 tahun lebih 1 bulan.<br />
7. Rencana Jadwal Pelaksanaan<br />
Jadwal pembangunan infrastruktur dan pengoperasi an kegiatan<br />
usaha pengelolaan air direncanakan mulai Bulan<br />
Juli sampai Nopember 2010.<br />
D. LAMPIRAN DOKUMEN PENDUKUNG<br />
1. Dokumentasi Kelembagaan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GAN TING”<br />
2. Foto copy Akte Notaris<br />
3. Foto copy Peraturan <strong>Desa</strong><br />
4. Foto copy SK Kepengurusan<br />
5. Berita Acara Musyawarah <strong>Desa</strong><br />
<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 159
Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>) atau yang disebut dengan<br />
nama lain, merupakan lembaga ekonomi alternatif bagi desa dalam<br />
rangka mendayagunakan potensi desa berbasis kebutuhan masyarakat.<br />
Menjalankan kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> bertujuan untuk menyejahterakan<br />
masyarakat desa dan meningkatkan PADes. Untuk<br />
itu, kegiatan usaha yang dijalankan harus diupayakan berjalan<br />
lancar dan tidak mengalami kerugian. Kenyataan menunjukkan<br />
pendirian <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> pada umumnya belum dipersiapkan melalui<br />
studi kelayakan maupun perencanaan usaha secara memadai,<br />
sehingga banyak <strong>BUM</strong> Des yang berdiri tetapi langka kegiatan usaha<br />
yang berjalan secara efektif. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan<br />
pengetahuan dan ketrampilan pelaku <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> untuk<br />
melakukan studi kelayakan usaha.<br />
<strong>Buku</strong> ini dihadirkan dengan maksud membantu desa dalam melakukan<br />
studi kelayakan terhadap kegiatan usaha yang akan dijalankan.<br />
Isi buku ini memaparkan tentang apa itu studi kelayakan dan<br />
rencana usaha, serta mengapa dan bagaimana melaksanakannya.<br />
Jawaban atas pertanyaan itu dibahas dalam buku ini dengan bahasa<br />
yang sederhana supaya mudah dipahami oleh semua kalangan<br />
pembaca. <strong>Buku</strong> ini dilengkapi contoh praktik studi kelayakan dan<br />
perencanaan usaha yang dilakukan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” <strong>Desa</strong><br />
Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng. Instrumen bantu untuk<br />
menilai kelayakan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> disertakan pula dalam buku ini,<br />
sehingga semakin memudahkan Anda untuk mempratikannya.<br />
Forum Pengembangan Pembaharuan <strong>Desa</strong> (FPPD)<br />
Jl. Karangnangka No. 175, Dusun Demangan<br />
<strong>Desa</strong> Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta,<br />
Telp./Fax. 0274-4333665, mbl: 0811 250 3790,<br />
website: //www.forumdesa.org<br />
E-mail: fppd@indosat.net.id<br />
Australian Community Development and Civil Society<br />
Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II<br />
Australian Aid managed by IDSS on behalf of the Australian Government<br />
ISBN 602-14643-3-8<br />
9 7 8 6 0 2 1 4 6 4 3 3 5