07.03.2019 Views

2 Buku Seri BUMDesa Kelayakan Usaha BUM Desa-1

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Seri</strong> <strong>Buku</strong> Pintar <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

PENYUSUNAN<br />

KELAYAKAN USAHA<br />

& PENGEMBANGAN USAHA<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

Hastowiyono<br />

Suharyanto<br />

Australian Community Development and Civil Society<br />

Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II


<strong>Seri</strong> <strong>Buku</strong> Pintar <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

PENYUSUNAN<br />

KELAYAKAN USAHA<br />

& PENGEMBANGAN USAHA<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

Hastowiyono<br />

Suharyanto<br />

Australian Community Development and Civil Society<br />

Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II


<strong>Seri</strong> <strong>Buku</strong> Pintar <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

PENYUSUNAN KELAYAKAN USAHA DAN PERENCANAAN<br />

USAHA <strong>BUM</strong> DESA<br />

Penulis : Hastowiyono<br />

Suharyanto<br />

Kontributor : Sulfiani, Jaringmas Bantaeng<br />

Penyunting : Sutoro Eko Yunanto<br />

Reviwer : Rossana Dewi<br />

Penata Letak : Candra Coret<br />

<strong>Desa</strong>in Cover : Candra Coret<br />

llustrasi : Budi & Erni<br />

Copyleft@Diperkenankan untuk melakukan modifikasi,<br />

penggandaan maupun penyebarluasan buku ini untuk kepentingan<br />

pendidikan dan bukan untuk kepentingan komersial dengan tetap<br />

mencantumkan atribut penulis dan keterangan dokumen ini secara<br />

lengkap.<br />

Forum Pengembangan Pembaharuan <strong>Desa</strong> (FPPD)<br />

Jl. Karangnangka No. 175 Dusun Demangan<br />

<strong>Desa</strong> Maguwoharjo Kec. Depok Sleman Yogyakarta<br />

Telp./fax: 0274 4333665, mbl: 0811 250 3790<br />

Email: fppd@indosat.net.id<br />

Website: http//www. forumdesa.org<br />

Cetakan Pertama : Januari 2014<br />

14,5 x 21 cm, xx + 160 Hal<br />

ISBN : 978-602-14772-0-5


KATA PENGANTAR<br />

Direktur <strong>Usaha</strong> Ekonomi Masyarakat<br />

Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat Dan <strong>Desa</strong><br />

Kementerian Dalam Negeri<br />

<strong>Desa</strong> dan desa adat atau yang disebut dengan nama<br />

lain dalam UU No. 6/2014 tentang De sa dinyatakan<br />

sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki<br />

batas wilayah yang berwenang un tuk meng atur dan mengurus<br />

urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat<br />

berdasarkan prakarsa ma sya rakat, hak asal usul, dan/<br />

atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem<br />

pemerintahan Negara Kesatu an Repu blik Indo nesia. Substansi<br />

undang-undang ini menegaskan tentang janji pemenuhan<br />

kebutuhan (demand complience scenario) dalam konteks<br />

pembangunan nasio nal di tingkat desa.<br />

Selanjutnya dalam UU No. 6/2014 tentang <strong>Desa</strong> juga<br />

menyata kan bah wa “<strong>Desa</strong> dapat mendirikan Badan <strong>Usaha</strong><br />

Milik De sa”. Pendirian badan usaha tersebut berpedoman<br />

pada peraturan perundang-undangan. Ini merupakan bagian<br />

pen ting dan tidak terpisahkan dari keaslian otonomi desa.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

iii


Sejalan de ngan dikeluarkannya berbagai kebijakan yang<br />

mengatur <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, telah banyak pemerintah kabupaten<br />

mengini sia si pendirian Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>)<br />

yang di da sarkan atas kebutuhan dan potensi desa sebagai<br />

upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dibangun atas prakarsa (inisiasi) ma sya ra kat<br />

desa serta berdasar prinsip kooperatif, partisipasi, dan emansipasi<br />

(user-owned, user-benefited, and user con trolled) dengan<br />

mekanisme member-base dan self-help. Badan ini<br />

di harapkan dapat menjadi wadah ke giatan eko nomi yang<br />

terdapat di desa. Karena itu, pe nge lolannya ha rus dilakukan<br />

secara profesional, koopera tif, mandiri dan berkelanjutan.<br />

Secara kelembagaan, permasalahan yang dihadapi<br />

ter hadap pendirian <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> pada dasarnya dapat dikelom<br />

pokkan ke dalam hal-hal yang bersifat internal dan<br />

eks ternal. Permasalahan internal meliputi keterbatasan<br />

Sum ber Daya Manusia (SDM), manajemen yang belum<br />

efek tif sehingga kurang efisien, serta keterbatasan modal.<br />

Se dang kan permasalahan eksternal meliputi kemampuan<br />

mo ni toring yang belum efektif, kurangnya pengalaman,<br />

ser ta infrastruktur yang kurang mendukung. Kondisi inilah<br />

yang mengakibatkan pelayanan dalam pengembangan<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> masih belum mampu menjangkau secara luas,<br />

pa dahal pelayanan dalam pengembangan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> secara<br />

luas akan sangat penting perannya dalam membantu<br />

investasi bagi pelaku usaha mikro di perdesaan.<br />

iv<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Oleh karena itu, <strong>Seri</strong> <strong>Buku</strong> Pintar Penyusunan <strong>Kelayakan</strong><br />

<strong>Usaha</strong> dan Pengembangan <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> diharapkan<br />

dapat mendukung guna mengatasi berbagai keterbatasan<br />

yang dirasakan selama ini, utamanya di daerah perdesaan.<br />

Salah satunya adalah dengan mendayagunakan potensi<br />

yang telah berdiri selama ini untuk memperluas jangkauan<br />

pelayanan dan sekaligus mengisi kesenjangan permintaan<br />

dan penawaran terutama di wilayah perdesaan. Kebijakan<br />

beserta berbagai strategi pelaksanaannya akan didasarkan<br />

pada pratek-praktek terbaik dan pelajaran yang dapat dipetik<br />

dari berbagai pengalaman yang selama ini berjalan<br />

(best practice). Ketiadaan kebijakan dalam pemberdayaan<br />

usaha ekonomi melalui <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang terpadu, bagaimanapun<br />

telah membatasi para stakeholders untuk menyelaraskan<br />

berbagai upaya mereka untuk menciptakan sebuah<br />

sistem perekonomian yang berkelanjutan.<br />

Dr. Ir. Sapto Supono, M.Si<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

v


KATA PENGANTAR ACCESS<br />

Kemandirian desa, mendukung demokratisasi desa,<br />

kearifan lokal, partisipasi, keadilan gender,<br />

penanggulangan kemiskinan, dan akuntabilitas<br />

pembangunan desa<br />

Kemampuan desa untuk mengelola pembangunan lebih<br />

mandiri yang didukung oleh semua unsur dan sumber<br />

daya desa sangat penting bagi perbaikan kesejahtera an<br />

ma sya rakat, terlebih bagi masyarakat miskin di desa. <strong>Desa</strong><br />

yang dapat menjalankan pengelolaan pembangunan secara<br />

mandiri bukan hanya mampu menggerakkan seluruh<br />

aset sumber daya yang dimiliki desa, tetapi desa juga akan<br />

mampu memperbaiki kebutuhan dasar warga, kebutuhan<br />

penghidupan, memperjuangkan hak warga dan menata<br />

ke hidupan secara berkelanjutan.<br />

Hadirnya serial buku pintar tentang kemandirian desa<br />

ini diharapkan dapat menjadi bacaan segar di desa, khususnya<br />

bagi para Kepala <strong>Desa</strong>, Perangkat <strong>Desa</strong>, Kader <strong>Desa</strong><br />

termasuk Kader Posyandu, para pengelola atau pengguna<br />

keuangan desa, Badan Permusyawaratan <strong>Desa</strong> (BPD), dan<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

vii


juga masyarakat desa-baik laki-laki maupun perempuan,<br />

untuk menata desanya. <strong>Buku</strong> ini juga menarik untuk dibaca<br />

kawan-kawan para pegiat pemberdayaan masyarakat<br />

dan desa, fasilitator desa, dan rekan-rekan Lembaga Swadaya<br />

Masyarakat peduli desa. Terlebih dengan lahirnya Undang<br />

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang <strong>Desa</strong>, maka<br />

kehadiran buku-buku pintar ini diharapkan dapat menjadi<br />

salah satu referensi pemberdayaan desa.<br />

<strong>Seri</strong>al buku pintar meliputi 1) Pengembangan Kewenang<br />

an (Urusan) <strong>Desa</strong>, 2) Pengelolaan Aset <strong>Desa</strong>, 3) Pengem<br />

bangan Regulasi <strong>Desa</strong>, 4) Badan Permusyawaratan<br />

<strong>Desa</strong> (BPD) dalam Demokrasi <strong>Desa</strong>, 5) Perencanaan dan<br />

Penganggaran <strong>Desa</strong>, 6) Pengelolaan dan Pertanggungjawaban<br />

Keuangan <strong>Desa</strong>, 7) Pengembangan dan Pengelolaan<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, 8) Sistem Administrasi dan Informasi <strong>Desa</strong>, 9)<br />

Tatacara Pertanggungjawaban Kepala <strong>Desa</strong>, dan 10) Reposisi<br />

Peran Publik Perempuan di <strong>Desa</strong>. Selain 10 buku pintar<br />

tersebut, disusun pula seri buku pintar yang khusus un tuk<br />

Pengembangan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> meliputi a) Penyusunan Ke la yakan<br />

<strong>Usaha</strong> dan Pengembangan <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, b) Rancang<br />

Bangun Bisnis dan Pengelolaan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, dan c) Pelem<br />

ba gaan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. <strong>Buku</strong>-buku pintar tersebut disusun<br />

terutama berdasarkan pengalaman desa dan daerah wilayah<br />

kerja Program ACCESS Tahap II.<br />

ACCESS Tahap II merupakan program pengembangan<br />

kapasitas warga dan organisasi warga yang didukung oleh<br />

viii<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


dana hibah dari Pemerintah Australia. Program ini berupa ya<br />

mendukung kerja-kerja pemberdayaan yang menghargai<br />

aspek lokalitas dan menempatkan perempuan, masyarakat<br />

miskin, dan kelompok marginal sebagai subyek pembangunan<br />

yang memiliki posisi setara dengan pelaku lainnya.<br />

Akhirnya, kami sampaikan terima kasih sebesar-besarnya<br />

kepada tim Forum Pengembangan Pembaharuan <strong>Desa</strong><br />

(FPPD) yang telah menghimpun serial buku dalam rangka<br />

memberi bahan kepada pelaku dan pejuang di desa dan<br />

daerah untuk membantu mereka mengelola desa dengan<br />

menghargai kearifan lokal serta memanfaatkan peluang<br />

yang diberikan melalui UU <strong>Desa</strong> menuju desa yang demokratis,<br />

berkeadilan gender, dan bebas dari kemiskinan berbagai<br />

segi. Semoga buku-buku tersebut dapat menambah<br />

khazanah pengetahuan bagi pelaku dan pegiat pembangun<br />

an desa di Indonesia.<br />

Paul Boon<br />

Direktur Program ACCESS Tahap II<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

ix


KATA PENGANTAR<br />

Forum Pengembangan Pembaharuan <strong>Desa</strong><br />

Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> yang disingkat <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masya<br />

rakat dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat<br />

perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuh<br />

an masyarakat dan potensi desa. <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> merupa kan<br />

bentuk kelembagaan desa yang memiliki kegiatan menjalankan<br />

usaha ekonomi atau bisnis untuk memperoleh manfaat<br />

yang berguna bagi kesejahteraan masyarakat desa. De sa<br />

mendirikan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> bukanlah semata-mata untuk mencari<br />

keuntungan ekonomis atau laba, akan tetapi meliputi<br />

pula manfaat sosial dan manfaat non ekonomi lainnya. Manfaat<br />

ekonomi yang ingin diperoleh dari kegiatan usaha <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> adalah keuntungan atau laba secara finansial, PADes<br />

bertambah, terbukanya lapangan kerja baru bagi war ga<br />

desa, dan kegiatan usaha ekonomi desa semakin dina mis.<br />

Manfaat sosial dan non ekonomi lain dari <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, misal:<br />

memperkuat rasa kebersamaan diantara warga desa, mem-<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

xi


perkokoh kegotongroyongan, me num buhkan kebanggaan<br />

dari warga terhadap desanya, war ga menjadi lebih kerasan<br />

tinggal di desa, mendorong tum buhnya prakarsa dan gerakan<br />

bersama warga untuk membangun desa secara mandiri,<br />

kelestarian lingkungan hidup, semakin baiknya pelayanan<br />

pe merintah desa kepada warga, dan seterusnya.<br />

Dalam Pasal 78 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor<br />

72 Tahun 2005 tentang <strong>Desa</strong> dinyatakan bahwa “Dalam<br />

meningkatkan pendapatan masyarakat dan <strong>Desa</strong>, Pemerintah<br />

<strong>Desa</strong> dapat mendirikan Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> sesuai<br />

dengan kebutuhan dan potensi <strong>Desa</strong>”. Undang-Undang<br />

Nomor 6 Tahun 2014 tentang <strong>Desa</strong> pada pasal 87 menyebutkan<br />

(ayat 1) <strong>Desa</strong> dapat mendirikan Badan <strong>Usaha</strong> Milik<br />

<strong>Desa</strong> yang disebut <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>; (ayat 2) <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dikelola<br />

dengan semangat kekeluargaan dan kegotong ro yongan;<br />

dan (ayat 3) <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat menjalankan usaha di bidang<br />

ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai de ngan<br />

ketentuan peraturan perundang-undangan. Kata “dapat”<br />

dalam undang-undang tersebut mengandung pe nger tian<br />

bahwa desa diberi kesempatan, hak dan kewe nang an untuk<br />

mendirikan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Oleh karena itu, pen dirian <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> hendaknya dipahami sebagai peluang baru bagi desa<br />

untuk mengembangkan perekonomian desa melalui pendayagunaan<br />

potensi desa untuk meme nuhi kebutuhan warga<br />

desa. Dengan kata lain, unit usaha yang akan dijalankan<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> hendaknya bertumpu pada potensi dan kebu-<br />

xii<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


tuhan desa. Pendirian <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> merupakan inisiatif desa,<br />

bukan perintah dari pemerintah supra desa, sehingga penge<br />

lolaannya harus berdasarkan prinsip kemandirian desa<br />

dan semangat kekeluargaan serta kegotongroyongan.<br />

Pendirian <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> antara lain dimaksudkan untuk mengurangi<br />

peran para tengkulak yang seringkali menye bab -<br />

kan meningkatnya biaya transaksi (transaction cost) antara<br />

harga produk dari produsen kepada konsumen akhir. Melalui<br />

lembaga ini diharapkan setiap produsen di per de sa an dapat<br />

menikmati selisih harga jual produk de ngan biaya produksi<br />

yang layak dan konsumen tidak harus menanggung harga<br />

pembelian yang mahal. <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat menjadi distributor<br />

utama untuk memenuhi kebutuhan sem bilan bahan pokok<br />

(sembako). Selain itu, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> berfungsi menumbuh-suburkan<br />

kegiatan pelaku ekonomi di perde sa an 1 .<br />

Dengan demikian, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> merupakan pilar kegiatan<br />

ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial<br />

(social institution) dan sekaligus komersial (commercial<br />

institution). <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sebagai lembaga sosial berpihak<br />

kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya<br />

da lam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai<br />

lem baga komersial bertujuan mencari keuntungan (laba)<br />

dari berbagai usaha/bisnis yang dijalankannya. <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

sebagai lembaga perekonomian desa hendaknya diseleng-<br />

1 Lihat http://relawandesa.files.wordpress.com/2008/06/1panduan-<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.pdf.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

xiii


garakan dan dikelola secara profesional, inovatif-kreatif, rasional<br />

dan mandiri.<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sebagai lembaga desa yang menjalankan<br />

usa ha ekonomi harus memperhatikan prinsip efisiensi dan<br />

efektifitas serta kehati-hatian dalam menjalankan usaha.<br />

Oleh karena itu sebelum menjalankan suatu kegiatan usaha<br />

terlebih dahulu harus dipertimbangkan matang-matang<br />

kelayakan dari jenis usaha yang akan dijalankan itu. Keputusan<br />

untuk memilih suatu jenis usaha menjadi bidang<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> bukanlah persoalan yang mudah. Bidang-bidang<br />

usaha yang direncanakan harus layak untuk<br />

dijalankan. Cara yang paling lazim untuk menilai kelayakan<br />

usaha adalah dengan melakukan Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>.<br />

Oleh karena itu, pengetahuan tentang Kajian <strong>Kelayakan</strong><br />

<strong>Usaha</strong> sangat penting, karena dalam memulai suatu usaha<br />

tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman dan insting<br />

(naluri) saja.<br />

Sutoro Eko Yunanto<br />

Ketua Steering Committee<br />

xiv<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


DAFTAR ISI<br />

KATA PENGANTAR PMD.............................................<br />

KATA PENGANTAR ACCESS....................................... vii<br />

KATA PENGANTAR FPPD...........................................<br />

DAFTAR ISI................................................................. xv<br />

DAFTAR SINGKATAN ................................................. xix<br />

Bagian I<br />

PENDAHULUAN.......................................................... 1<br />

Apa Itu Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?.......................... 1<br />

Apa Manfaat dari Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?........... 2<br />

Apa Tujuan Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?.................... 3<br />

Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?................................................. 5<br />

Aspek Apa yang Perlu Dikaji untuk Menentukan<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?................................................. 10<br />

iii<br />

xi<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

xv


Bagian II<br />

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN............................... 11<br />

Apa Makna Pasar dan Pemasaran?....................... 11<br />

Apa yang harus dikaji dari segi pasar dan<br />

pemasaran?.......................................................... 14<br />

1. Ketepatan Produk dengan Kebutuhan<br />

Masyarakat. .................................................. 14<br />

2. Daya Beli Masyarakat..................................... 18<br />

3. Jumlah Konsumen ....................................... 20<br />

4. Kecenderungan Permintaan Konsumen ........ 21<br />

5. Kesesuaian Harga Produk.............................. 24<br />

6. Kemudahan Mendapatkan Produk................. 26<br />

7. Kemudahan Mendapatkan Informasi<br />

tentang Produk.............................................. 28<br />

Bagian III<br />

ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI............................. 37<br />

1. Perencanaan Produk...................................... 37<br />

2. Kualitas Produk.............................................. 38<br />

2. Perencanaan jumlah Produksi........................ 40<br />

3. Persediaan bahan baku.................................. 41<br />

4. Kapasitas Produksi........................................ 42<br />

5. Pemilihan Teknologi....................................... 43<br />

6. Penentuan Lokasi <strong>Usaha</strong>................................ 44<br />

7. Perencanaan Tata letak (Layout) ................... 48<br />

xvi<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Bagian IV<br />

ASPEK MANAJEMEN DAN SDM................................. 55<br />

Aspek Manajemen ............................................... 55<br />

Aspek Sumber Daya Manusia .................................61<br />

Bagian V<br />

ASPEK KEUANGAN..................................................... 67<br />

Kebutuhan Dana dan Sumbernya ........................ 68<br />

Perkiraan Arus Kas ............................................... 76<br />

Perkiraan Laba-Rugi ............................................ 79<br />

Penilaian Investasi ................................................ 82<br />

Bagian VI<br />

ASPEK SOSIAL BUDAYA, EKONOMI, POLITIK,<br />

LINGKUNGAN USAHA DAN LINGKUNGAN HIDUP..... 93<br />

Aspek Sosial Budaya Setempat ........................... 93<br />

Aspek Perbaikan Ekonomi <strong>Desa</strong> .......................... 95<br />

Aspek Politik ........................................................ 96<br />

Aspek Lingkungan <strong>Usaha</strong> .................................... 97<br />

Aspek Lingkungan Hidup .................................... 100<br />

Bagian VII<br />

ASPEK HUKUM (YURIDIS).......................................... 101<br />

1. Bentuk <strong>Usaha</strong> dan Perijinannya ..................... 102<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

xvii


2. Kesesuaian <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dengan<br />

Perencanaan Pembangunan <strong>Desa</strong> ................. 103<br />

3. Status Kepemilikan Lahan atau Lokasi<br />

<strong>Usaha</strong> ........................................................... 104<br />

Bagian VIII<br />

PERENCANAAN USAHA............................................. 107<br />

Bagian IX<br />

PENUTUP.................................................................... 117<br />

DAFTAR PUSTAKA...................................................... 121<br />

TENTANG PENULIS ................................................... 123<br />

PROFIL FPPD............................................................. 125<br />

LAMPIRAN<br />

Lampiran 1<br />

Instrumen Bantu Penilaian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>............... 127<br />

Lampiran 2<br />

Contoh Perencanaan <strong>Usaha</strong> (Business Plan)............... 139<br />

xviii<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


DAFTAR SINGKATAN<br />

ACCESS<br />

APBD<br />

APBN<br />

ATK<br />

BEP<br />

BPD<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

FPPD<br />

KK<br />

NPV<br />

PADes<br />

PI<br />

PNPM<br />

PP<br />

PT<br />

PV<br />

RKP <strong>Desa</strong><br />

Australian Community Development and Civil<br />

Society Strengthening Scheme<br />

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah<br />

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara<br />

Alat Tulis dan Kantor<br />

Break Even Point<br />

Badan Permusyawaratan <strong>Desa</strong><br />

Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong><br />

Forum Pengembangan Pembaharuan <strong>Desa</strong><br />

Kepala Keluarga<br />

Net Present Value<br />

Pendapatan Asli <strong>Desa</strong><br />

Profitability Index<br />

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat<br />

Payback Period<br />

Perseroan Terbatas<br />

Present Value<br />

Rencana Kerja Pembangunan <strong>Desa</strong><br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

xix


RPJM <strong>Desa</strong><br />

Saprotan<br />

Sembako<br />

SDM<br />

TPKU<br />

Rencana Pembangunan Jangka Menengah <strong>Desa</strong><br />

Sarana Produksi Pertanian<br />

Sembilan Bahan Pokok<br />

Sumber Daya Manusia<br />

Tim Penyusun <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong><br />

xx<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Bagian I<br />

PENDAHULUAN<br />

Apa Itu Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?<br />

Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> adalah kegiatan untuk menilai<br />

sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan<br />

suatu kegiatan usaha (Ibrahim, 2009). Hasil dari<br />

kegiatan kajian kelayakan usaha sangat berguna sebagai<br />

ba han pertimbangan dalam pengambilan keputusan, apakah<br />

menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang<br />

direncanakan. Suatu gagasan usaha dikatakan layak apabila<br />

terdapat kemungkinan untuk memperoleh manfaat<br />

atau benefit ketika kegiatan usaha itu benar-benar dijalankan.<br />

Pada dasarnya kajian kelayakan usaha dapat dilaksanakan<br />

untuk mendirikan usaha baru atau dapat pula dalam<br />

rangka pengembangan usaha yang sudah ada (Suherman,<br />

2011). Kajian kelayakan usaha tidak hanya diperlukan pada<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 1


awal pendirian usaha saja, tetapi perlu juga dilakukan pada<br />

saat <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> hendak melakukan pengembangan usaha.<br />

Apa Manfaat dari Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?<br />

Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> yang dilakukan dengan sungguh-sungguh<br />

dan menggunakan cara yang tepat akan<br />

memberikan kemanfaatan, meliputi:<br />

2<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


1. Terpilihnya jenis usaha yang dapat menghasilkan keman<br />

faatan paling besar atau paling layak untuk dilaksanakan.<br />

2. Dapat memperkecil risiko kegagalan usaha atau mencegah<br />

kerugian.<br />

3. Tersedianya data dan informasi tentang kelayakan usaha<br />

akan memudahkan dalam menyusun perencanaan<br />

usaha (business plan).<br />

4. Meningkatnya kemampuan atau keterampilan warga<br />

desa dalam mengelola usaha ekonomi secara rasional<br />

dan modern.<br />

5. Tersedianya informasi tentang prospek usaha yang<br />

dapat menarik warga desa dan pihak lain untuk mendukung<br />

pengembangan usaha. Misalnya, warga desa<br />

atau lembaga keuangan (bank) tertarik menanamkan<br />

modal atau meminjamkan uang untuk mendukung<br />

pengembangan usaha yang dilakukan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />

Apa Tujuan Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?<br />

Tujuan dilakukan Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> meliputi:<br />

1. Memperhitungkan keadaan internal desa (potensi desa<br />

dan kebutuhan masyarakat) dan eksternal desa (peluang<br />

dan ancaman pengembangan usaha) sebagai<br />

acuan dalam perencanaan usaha ekonomi desa,<br />

2. Memantapkan gagasan usaha ekonomi,<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 3


3. Merencanakan Sumber Daya Manusia (SDM), terutama<br />

untuk menyiapkan orang-orang yang berkualitas<br />

sebagai pengelola unit usaha,<br />

4. Merancang organisasi unit usaha,<br />

5. Memperhitungkan peluang dan risiko usaha,<br />

6. Menentukan jenis usaha yang memungkinkan dan meng<br />

untungkan untuk dijalankan.<br />

4<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan <strong>Kelayakan</strong><br />

<strong>Usaha</strong>?<br />

Penyusunan kelayakan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus dilakukan<br />

secara cermat dengan memperhitungkan ba nyak hal<br />

yang diperkirakan dapat mempengaruhi jalannya usaha<br />

yang akan dilakukan. Semakin lengkap dan cermat dalam<br />

memperhitungkan faktor-faktor yang dapat mem pe ngaruhi<br />

jalannya usaha diharapkan akan terhindar dari ri siko kegagalan<br />

usaha karena mengalami kerugian.<br />

Selain lengkap dan cermat dalam memperhitungkan<br />

fak tor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya usa ha,<br />

penyusunan kelayakan usaha harus didasarkan per tim bangan-pertimbangan<br />

yang rasional dan realistik. Pertimbangan<br />

rasional artinya, harus memperhitungkan keuntungan atau<br />

kemanfaatan dan kerugian atau dampak ne ga tif yang kemung<br />

kinan akan terjadi ketika unit usaha ter ten tu itu nanti<br />

nya benar-benar dijalankan. Pertimbangan yang realis tis<br />

mak sudnya, jenis usaha yang akan di ja lan kan harus mendasarkan<br />

diri pada potensi desa, kebutuhan masyarakat,<br />

dan kemampuan nyata atas sumberdaya yang di per lu kan<br />

un tuk menjalankan usaha.<br />

Penyusunan kelayakan usaha juga harus dilakukan<br />

se cara partisipatif dengan melibatkan secara aktif warga<br />

de sa, karena unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang akan dijalankan<br />

pas ti akan bersentuhan baik langsung maupun tidak lang-<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 5


sung dengan kehidupan warga desa. Perlu diingat bahwa<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> adalah lembaga ekonomi milik desa, bukan<br />

mi lik pribadi aparat desa maupun pengelolanya, sehingga<br />

da lam pelaksanaan usahanya harus dapat dipertanggungjawabkan<br />

kepada warga desa.<br />

Langkah-langkah penyusunan kelayakan usaha adalah sebagai<br />

berikut:<br />

1. Pembentukan Tim Penyusun <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> (TPKU).<br />

Pembentukan TPKU sebaiknya ditetapkan de ngan Surat<br />

Keputusan Kepala <strong>Desa</strong>. TPKU sebaik nya terdiri atas<br />

Kepala <strong>Desa</strong> dan warga desa yang cukup ber pen didikan,<br />

me ngenal dengan baik keadaan desa, dan memiliki komitmen<br />

(rasa tanggungjawab) untuk memajukan desa<br />

nya atau yang sering dikenal sebagai kader-kader<br />

peng gerak desa. Akan lebih sempurna apabila diantara<br />

anggota TPKU terdapat orang-orang yang memiliki ke -<br />

te rampilan dan pengalaman men jalankan usaha ekonomi<br />

dengan baik. Jumlah personil TPKU sebaiknya<br />

tidak terlalu banyak (misal: 5-7 orang). Dalam menentukan<br />

anggota TPKU hendak nya memperhitungkan keterwakilan<br />

perempuan. Keterlibatan perempuan dalam<br />

pe nyu sunan kelayakan usa ha dapat mendorong tumbuhnya<br />

gerakan kolektif untuk mengembangkan perekonomian<br />

desa berda sarkan spirit kesetaraan jender<br />

(ke setaraan antara laki-laki dan perempuan). Pemben-<br />

6<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


tukan TPKU ini lebih diutamakan bagi desa yang belum<br />

terbentuk kelembagaan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Bagi desa yang telah<br />

membentuk kelembagaan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, penyusunan<br />

kelayakan usaha dapat dilakukan oleh Pengurus dan<br />

Pengelola Unit <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />

2. Menemukan potensi desa yang dapat dikembangkan/<br />

didayagunakan melalui pengelolaan usaha/bisnis. Kegiatan<br />

pada tahap ini dilakukan oleh TPKU. Kegiatan<br />

yang dilakukan adalah mengidentifikasi (mengenali)<br />

dan menginventarisasi (mencatat) potensi yang dimiliki<br />

desa. Langkah ini diperlukan untuk menemukan<br />

po tensi desa yang memungkinkan untuk dijadikan<br />

produk dari unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Menurut Permendagri<br />

No. 12/2007 tentang Pedoman Penyusunan dan<br />

Pendayagunaan Data Profil <strong>Desa</strong>, menjelaskan bahwa<br />

potensi desa adalah keseluruhan sumber daya yang dimi<br />

liki atau digunakan oleh desa baik sumber daya manusia,<br />

sumber daya alam dan kelembagaan maupun<br />

prasarana dan sarana untuk mendukung percepatan<br />

kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh, potensi<br />

desa itu berupa: sumber air bersih, sungai, keindahan<br />

alam, jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk,<br />

hasil pertanian/perkebunan/kehutanan, hasil industri/<br />

kerajinan rumahtangga, pasar desa, prasarana jalan,<br />

kesenian daerah, keuangan pemerintah desa dan lain-lain.<br />

Salah satu sumber data yang sangat penting<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 7


untuk mengidentifikasi potensi desa adalah dokumen<br />

profil desa. Semakin baik kualitas penyusunan profil<br />

desa, maka akan sangat membantu dalam mengenali<br />

potensi desa dengan tepat. Cara lain yang dapat dilakukan<br />

untuk mengenali potensi desa adalah dengan<br />

pengamatan langsung terhadap keadaan desa dan<br />

menjaring informasi dari warga desa.<br />

3. Mengenali kebutuhan sebagian besar warga desa maupun<br />

masyarakat luas (masyarakat luar desa). Kegiatan<br />

ini dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada<br />

warga desa tentang jenis barang atau jasa yang<br />

mereka harapkan dapat dilayani melalui <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />

Dapat pula dilakukan dengan cara mengamati atau<br />

bertanya kepada pemilik toko dan pedagang di pasar<br />

mengenai jenis barang yang laris terjual. khususnya<br />

barang-barang yang sekiranya dapat diproduksi atau<br />

disediakan oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Informasi tentang jenis<br />

kebutuhan masyarakat tersebut kemudian dicatat. Kegiatan<br />

pada tahap ini dilakukan oleh TPKU. Langkah<br />

ini sangat diperlukan untuk memperoleh informasi<br />

tentang kebutuhan warga desa maupun masyarakat<br />

lu as sebagai dasar untuk menentukan jenis usaha<br />

yang akan dijalankan dan produk (barang dan jasa)<br />

yang akan ditawarkan. Warga desa dan masyarakat<br />

lu as merupakan calon konsumen dari produk yang<br />

di tawarkan. Dengan demikian, semakin tepat dalam<br />

8<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


mengenali kebutuhan calon konsumen, maka produk<br />

yang ditawarkan unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> berpeluang besar<br />

dapat diterima (dibeli) oleh konsumen.<br />

4. Menggagas bersama warga desa untuk menentukan<br />

pilihan-pilihan jenis usaha yang memungkinkan untuk<br />

dilakukan. Pada tahap ini TPKU terlebih dahulu telah<br />

menyusun rancangan alternatif jenis usaha beserta<br />

hasil kajian aspek-aspek kelayakan usaha dan kemungkinan<br />

pengembangannya. Rancangan alternatif<br />

usaha beserta kajian kelayakan usaha kemudian dita-<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 9


warkan kepada warga desa untuk dibahas bersama<br />

melalui forum musyawarah desa.<br />

5. Menggalang kesepakatan warga untuk menentukan<br />

unit usaha ekonomi desa yang akan diwadahi <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong>. Kesepakatan bersama warga desa sangat diperlukan<br />

untuk memperoleh dukungan dalam menjalankan<br />

dan mengembangkan suatu unit usaha <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong>. Ketika warga desa menyepakati pendirian unit<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, maka tentunya mereka merasa ikut<br />

memiliki dan bertanggungjawab atas keberlangsungan<br />

usaha. Kesepakatan mendirikan unit usaha <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> bersama warga desa hendaknya dilakukan melalui<br />

forum musyawarah desa.<br />

Aspek Apa yang Perlu Dikaji untuk Menentukan<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong>?<br />

Pada umumnya aspek-aspek yang dikaji dalam menentukan/menilai<br />

kelayakan usaha meliputi:<br />

1. Aspek Pasar dan Pemasaran<br />

2. Aspek Teknis dan Teknologi<br />

3. Aspek Manajemen dan SDM<br />

4. Aspek Keuangan<br />

5. Aspek Ekonomi, Sosial Budaya, Politik, dan Lingkungan<br />

6. Aspek Hukum (Yuridis)<br />

10<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Bagian II<br />

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN<br />

Apa Makna Pasar dan Pemasaran?<br />

Pasar, dalam pengertian sempit diartikan sebagai<br />

tempat bertemunya penjual dan pembeli. Sebagai contoh,<br />

kita mengenal istilah “Pasar Ikan”. Istilah ini menunjuk<br />

sua tu tempat bertemunya orang yang menawarkan (menju<br />

al) ikan dan orang yang membutuhkan (membeli) ikan.<br />

Dalam pengertian luas, pasar merupakan pertemuan antara<br />

penjual dan pembeli untuk melakukan tawar-menawar<br />

sehingga terbentuk harga. Pengertian pasar itu tidak sela<br />

lu me nunjuk tempat, karena interaksi (pertemuan) anta<br />

ra penjual dan pembeli tidak harus bertemu di suatu<br />

tem pat tetapi dapat melalui media lain, misalnya melalui<br />

te le pon, surat-menyurat, internet, dan lain-lain (Subagyo,<br />

2007). Fungsi penawaran itu dilakukan oleh pihak penjual,<br />

sedang kan pembeli melakukan fungsi permintaan.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 11


Pe na waran dan permintaan itu berupa barang dan/atau<br />

jasa. Apabila tawar-menawar antara penjual dan pembeli<br />

menghasilkan kesesuaian harga, maka terjadilah transaksi<br />

jual-beli barang atau jasa. Dengan demikian akan terbentuk<br />

pasar apabila: terdapat penjual dan pembeli; terdapat<br />

barang atau jasa yang diperjual-belikan; dan terjadi kesesuaian<br />

harga dari hasil tawar-menawar antara penjual dan<br />

pembeli.<br />

Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan<br />

kebutuhan dan keinginan manusia. Jadi, segala kegiatan<br />

dalam hubungannya dengan pemberian kepuasan terhadap<br />

kebutuhan dan keinginan manusia merupakan bagian<br />

dari makna pemasaran. Pemasaran dimulai dengan<br />

pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian tumbuh<br />

menjadi keinginan manusia. Contohnya, setiap orang tentu<br />

membutuhkan pakaian. Ketika tersedia kain, maka kain<br />

tersebut dapat dibuat sendiri atau dibawa ke penjahit untuk<br />

dijadikan pakaian sehingga kebutuhan pakaian terpenuhi.<br />

Namun orang tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya,<br />

ia juga ingin memenuhi keinginannya misalnya tersedianya<br />

“pakaian jadi” dengan model dan corak yang memenuhi<br />

seleranya. Terlebih jika “pakaian jadi” tersebut harganya<br />

terjangkau, maka orang lebih memilih untuk membeli “pakaian<br />

jadi” daripada membeli kain untuk dibuat pakaian,<br />

karena selain sesuai dengan kebutuhannya (kebutuhan<br />

pakaian) juga sesuai dengan keinginannya (praktis-tinggal<br />

12<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


pakai dan sesuai selera). Proses dalam pemenuhan kebutuhan<br />

dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep<br />

pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (barang dan/<br />

atau jasa), penetapan harga, pengiriman barang, dan<br />

mempromosikan barang/jasa.<br />

Pelajaran berharga yang dapat kita peroleh dari makna<br />

pasar dan pemasaran tersebut adalah, rencana kegiatan<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tidaklah cukup hanya memusatkan perhatiannya<br />

pada kemampuan memproduksi barang dan/atau<br />

jasa, melainkan harus dipikirkan pula kemampuan menen<br />

tukan pasar dan strategi pemasarannya. Dengan kata<br />

lain, kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> berpeluang sukses apabila<br />

kemampuan produksinya tinggi dan disertai kemampuan<br />

penguasaan pasar dan pemasaran produk yang dihasilkan.<br />

Sebaliknya, apabila <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> memiliki kemampuan produksi<br />

(barang/jasa) yang tinggi, tetapi tidak ada kejelasan<br />

kepada siapa produk itu hendak dijual, apakah produk itu<br />

dibutuhkan orang banyak dan bagaimana cara pemasarannya,<br />

maka risikonya banyak produk tidak terjual dan akhirnya<br />

bangkrut. Oleh karena itu, agar rencana kegiat an<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat mencapai kesuksesan diperlukan<br />

kajian terhadap kelayakan usaha dari aspek pasar dan pemasaran.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 13


Apa yang harus dikaji dari segi pasar dan<br />

pemasaran?<br />

Berdasarkan pengertian pasar dan pemasaran, maka<br />

beberapa hal yang harus dikaji dalam menilai kelayakan<br />

usaha sebagai berikut:<br />

1. Ketepatan Produk dengan Kebutuhan Masyarakat.<br />

Hal ini sangat pen ting<br />

untuk memasti kan<br />

bah wa barang atau<br />

jasa yang akan dipro<br />

duksi benar-benar<br />

dibutuhkan dan dapat<br />

memenuhi keingin an<br />

masyarakat atau calon<br />

konsumen untuk<br />

jang ka waktu yang<br />

pan jang.<br />

Sebelum unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

memproduksi barang atau jasa,<br />

harus diketahui terlebih dahulu<br />

je nis produk (barang/jasa) apa<br />

yang dibutuhkan dan diinginkan<br />

oleh masyarakat. Pastikan pula<br />

bahwa masyarakat atau calon<br />

kon sumen akan terus-menerus<br />

mem butuhkan produk tersebut<br />

da lam jangka waktu yang lama.<br />

Dalam ilmu ekonomi<br />

dikenal istilah riset pa sar, yaitu suatu ke gi atan penelitian<br />

untuk me ngetahui pro duk-pro duk apa yang<br />

ba nyak dibutuh kan ma sya rakat (konsumen), je nisjenis<br />

pro duk apa yang sudah beredar di pasar an, ciriciri<br />

konsumen pengguna produk, per saingan antar<br />

pro duk di pasar an, dan se terusnya. Kegiatan riset<br />

pasar juga perlu dilakukan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> da lam rangka<br />

14<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


merenca nakan suatu kegiatan usaha. Apabila pasar<br />

yang hendak dituju masih dalam batas satu wilayah<br />

desa, riset pasar dapat dilakukan dengan cara pengamatan,<br />

wawancara dengan warga desa atau melalui<br />

diskusi (rembugan) melalui forum-forum pertemuan<br />

warga. Sudah barang tentu wilayah riset pasar akan<br />

semakin luas apabila pasar yang hendak dituju <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> melampaui batas desa.<br />

Dari hasil riset pasar dapat diperoleh data dan informasi<br />

jenis produk yang dibutuhkan dan diminati masyarakat.<br />

Hasil riset pasar ini kemudian digunakan sebagai<br />

bahan pertimbangan dalam menentukan jenis<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 15


produk yang akan dihasilkan. Sebagai contoh: apabila<br />

sebagian besar warga desa menggeluti pekerjaan sektor<br />

pertanian, maka kegiatan usaha yang lebih cocok<br />

adalah pelayanan kebutuhan sarana produksi pertanian<br />

(saprotan). Apabila warga masyarakat terkendala<br />

dalam pemenuhan air bersih karena sumber airnya<br />

terletak di tempat yang jauh dari permukiman, maka<br />

kegiatan usaha pelayanan air bersih dengan pemasangan<br />

sambungan pipa ke rumah-rumah penduduk<br />

lebih layak untuk dilakukan. Bagi desa non-pertanian<br />

yang terletak cukup jauh dari perkotaan, maka lebih<br />

layak untuk membuka usaha penyediaan/pelayanan<br />

sembako, demikian seterusnya.<br />

16<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Dalam merencanakan kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

langkah yang lebih tepat dilakukan adalah memastikan<br />

terlebih dahulu jenis produk (barang/jasa) yang<br />

dibutuhkan masyarakat, baru kemudian menentukan<br />

jenis produk yang akan dijual. Bukan sebaliknya, menentukan<br />

produk dulu baru kemudian mencari pasar,<br />

karena pasar atau konsumen itu tidak dapat didikte<br />

atau dipaksa oleh produsen (dalam hal ini oleh <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong>).<br />

Perlu pula diperhatikan keadaan lingkungan desa dan<br />

sekitarnya. Apakah sudah ada kegiatan usaha sejenis<br />

yang dilakukan oleh warga atau <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> di desa-desa<br />

sekitarnya. Ini berkaitan dengan analisis persaingan<br />

bisnis. Apabila ada warga desa yang sudah melakukan<br />

kegiatan usaha yang menawarkan produk tertentu,<br />

maka tidak layak jika kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> menawarkan<br />

produk sejenis karena berpotensi menyaingi<br />

dan mematikan usaha milik warga. Namun, bisa saja<br />

kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> menawarkan produk sejenis<br />

dengan yang diusahakan warga desa, sepanjang<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tersebut untuk mendukung keberlangsungan<br />

usaha warga. Misalnya: <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> membuka<br />

usaha grosir untuk menyuplai barang dagangan<br />

bagi kegiatan usaha warga. Selain itu, kegiatan usaha<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> hendaknya menghindari pemilihan produk<br />

yang sejenis dengan yang sudah diusahakan oleh<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 17


<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> di desa tetangga. Sebaiknya produk yang<br />

dipilih adalah produk-produk yang khas/berbeda tetapi<br />

tetap merupakan kebutuhan masyarakat. Tindakan<br />

ini dapat memberikan dua keuntungan, yaitu: dapat<br />

menghindari konflik dengan desa tetangga karena bukan<br />

menjadi pesaingnya, dan memungkinkan untuk<br />

perluasan pasar karena dapat memasarkan produk ke<br />

desa tetangga.<br />

2. Daya Beli Masyarakat<br />

Pastikan bahwa masyarakat<br />

atau calon konsumen mempunyai<br />

kemauan dan kemampuan<br />

membeli sehingga bersedia<br />

menerima produk yang<br />

dita war kan oleh unit usaha<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dan mereka akan<br />

membe linya.<br />

Perlu diingat bahwa setiap<br />

calon konsu men<br />

belum tentu memiliki<br />

daya beli atau kemampuan<br />

untuk mem beli.<br />

Meskipun pro duk yang<br />

ditawarkan unit usaha<br />

<strong>BUM</strong> De sa sesuai dengan<br />

kebutuhan dan<br />

keinginan masyarakat/<br />

ca lon konsumen, tetapi<br />

kalau tidak disertai kemampuan atau daya beli, maka<br />

produk yang ditawarkan kemungkinan besar tidak laku<br />

jual (kurang/sedikit pembeli).<br />

Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu maksud dari<br />

kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> itu untuk memperoleh<br />

18<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


keuntungan atau laba usaha. Keuntungan itu dapat<br />

diperoleh apabila banyak konsumen yang bersedia<br />

dan mampu membeli produk yang ditawarkan. Kemampuan<br />

masyarakat untuk membeli produk atau<br />

daya beli masyarakat sangat berkaitan dengan tingkat<br />

pendapatan masyarakat.<br />

Untuk mendapatkan gambaran tentang daya beli<br />

ma syarakat dapat dilakukan dengan cara melakukan<br />

kajian data pendapatan warga masyarakat desa yang<br />

tercatat dalam dokumen profil desa. Apabila administrasi<br />

pemerintahan desa dikelola dengan baik tentunya<br />

pemerintah desa memiliki dokumen profil desa yang<br />

baik, sehingga sangat membantu dalam mengkaji<br />

daya beli masyarakat. Selain melalui kajian data profil<br />

desa, gambaran daya beli masyarakat dapat pula<br />

diperoleh melalui pengamatan. Dalam melakukan<br />

pengamatan perlu menggunakan indikator (penanda)<br />

yang dapat menggambarkan tingkat pendapatan alias<br />

daya beli masyarakat. Indikator daya beli itu misalnya:<br />

kualitas bangunan rumah warga, luas lahan, hasil panen,<br />

pemilikan alat-alat rumahtangga dan barang-barang<br />

berharga (misalnya: hand phone, sepeda motor,<br />

mobil, dan benda-benda berharga lainnya).<br />

Apabila hasil kajian menunjukkan bahwa masyarakat<br />

memiliki daya beli terhadap produk yang direncanakan,<br />

maka rencana kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 19


dinyatakan layak. Sebaliknya, jika ternyata daya beli<br />

masyarakat rendah dan tidak ada cara untuk menyiasatinya,<br />

maka rencana kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tidak<br />

layak dilakukan dan sebaiknya ditunda atau dihentikan<br />

sama sekali.<br />

3. Jumlah Konsumen<br />

Konsumen yang memiliki<br />

ke mauan dan kemampuan<br />

untuk membeli seringkali<br />

tidak sebanyak yang kita harapkan<br />

sehingga kegiatan<br />

usaha tidak memperoleh keuntungan<br />

secara memadai,<br />

atau bahkan mengalami kerugian.<br />

Sebelum kegiatan usaha<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dijalankan,<br />

pas tikan terlebih dahulu<br />

bah wa jumlah calon konsu<br />

men cukup banyak.<br />

Semakin banyak konsumen yang memiliki kemauan<br />

(berminat) dan daya beli yang cukup/tinggi maka<br />

produk yang ditawarkan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat laku jual,<br />

sehingga dapat mendatangkan keuntungan yang<br />

me madai. Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan<br />

usaha itulah yang memungkinkan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat<br />

menjalankan dan mengembangkan usaha secara<br />

ber kelanjutan. Dengan demikian, apabila jumlah<br />

kon sumen cukup banyak dan diperkirakan mampu<br />

membeli sebagian besar atau semua produk yang di-<br />

20<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


tawarkan, maka rencana kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

dapat dinyatakan layak untuk dijalankan.<br />

Bagaimana kalau ternyata jumlah konsumen dari dalam<br />

desa hanya sedikit?<br />

• Pertama, mempromosikan barang atau jasa yang<br />

akan ditawarkan oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> untuk menarik<br />

minat warga desa untuk membelinya. Apabila melalui<br />

promosi tidak mampu meningkatkan jumlah<br />

konsumen dari dalam desa sendiri, maka dapat<br />

di upayakan menambah konsumen dari luar desa<br />

se hingga mencapai jumlah yang diharapkan.<br />

Apa bila upaya ini berhasil, maka rencana kegiatan<br />

usa ha dapat menjadi layak untuk dijalankan.<br />

• Kedua, apabila upaya menambah konsumen ti dak<br />

mungkin dilakukan, maka rencana kegiatan usaha<br />

dihentikan saja karena tidak layak dijalankan.<br />

4. Kecenderungan Permintaan Konsumen<br />

Bagi pengusaha yang cerdik,<br />

kemungkinan pengembangan<br />

sudah mulai dipikirkan<br />

sejak membuat rencana<br />

usa ha. Meskipun disadari<br />

bah wa pada tahap awal memulai<br />

kegiatan usaha masih<br />

memiliki keterbatasan ke-<br />

Pastikan bahwa permintaan<br />

barang/jasa yang ditawarkan<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> cenderung<br />

akan meningkat<br />

dari waktu ke waktu.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 21


mampuan dalam memproduksi dan atau menjual<br />

produk, namun bagi pengusaha yang ulet selalu memiliki<br />

cita-cita untuk mencapai kesuksesan setinggitingginya<br />

di kemudian hari. Untuk menggapai cita-cita<br />

itu, ia akan berupaya agar produk yang dihasilkan dan<br />

atau dijualnya semakin lama banyak diminati oleh<br />

konsumen. Salah satu upaya yang ditempuh adalah<br />

menentukan pilihan produk yang selalu dibutuhkan<br />

banyak orang.<br />

Demikian pula halnya dengan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, kegiatan<br />

usa hanya akan tumbuh dan berkembang jika permintaan<br />

konsumen terhadap produk yang ditawarkan<br />

cenderung meningkat. Dengan meningkatnya permintaan<br />

produk maka kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat<br />

meningkatkan jumlah produksinya. Untuk itu, sejak<br />

merencanakan kegiatan usaha perlu memperhitungkan<br />

kemungkinan peningkatan permintaan produk<br />

yang akan dijual.<br />

Peningkatan permintaan produk dapat terjadi karena<br />

dua hal. Pertama, permintaan unit produk setiap konsumen<br />

sebenarnya relatif tetap, tetapi jumlah konsumennya<br />

bertambah banyak sehingga permintaan<br />

unit produk secara kumulatif (secara keseluruhan) bertambah<br />

banyak. Ini dapat terjadi manakala <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

mampu memperluas wilayah pemasaran produknya.<br />

Dengan demikian, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dalam merencanakan<br />

22<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


kegiatan usaha harus memperhitungkan kemungkinan<br />

perluasan pasarnya. Kedua, jumlah konsumen sebenarnya<br />

relatif tetap, tetapi permintaan unit produksi<br />

setiap konsumen bertambah sehingga secara kumulatif<br />

permintaan unit produk yang ditawarkan <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> menjadi semakin banyak pula. Ini dapat terjadi<br />

karena adanya peningkatan kebutuhan konsumen<br />

terhadap produk yang ditawarkan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dan<br />

didukung terjadinya perbaikan kondisi ekonomi konsumen.<br />

Oleh karena itu, dalam merencanakan kegiatan<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus dipikirkan pemilihan<br />

produk secara tepat agar produk yang ditawarkan selalu<br />

menjadi kebutuhan konsumen. Selain itu, perlu<br />

pula dibuat perkiraan (proyeksi) tentang kecenderungan<br />

perubahan perekonomian masyarakat (cenderung<br />

meningkat, relatif tetap, atau bahkan menurun). Untuk<br />

membuat perkiraan ini, dapat dilakukan melalui kajian<br />

data profil desa atau dapat pula dengan mengamati<br />

perubahan kondisi ekonomi masyarakat.<br />

Apabila hasil Kajian <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> menunjukkan<br />

permintaan produk (barang/jasa) cenderung meningkat,<br />

maka kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang direncanakan<br />

semakin layak untuk dijalankan. Jika ternyata hasil<br />

kajian kelayakan menunjukkan permintaan produk<br />

cen derung tetap, maka kegiatan usaha yang direncanakan<br />

dapat dinyatakan cukup layak, tetapi dengan<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 23


isiko <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> akan mengalami kendala dalam<br />

pengembangan usahanya. Sebaliknya, jika hasil kajian<br />

kelayakan menunjukkan permintaan produk di masa<br />

mendatang cenderung menurun, maka sebaiknya<br />

kegiatan usaha yang direncanakan dihentikan saja karena<br />

kalau kegiatan usaha tersebut dilaksanakan tidak<br />

akan berumur panjang.<br />

5. Kesesuaian Harga Produk<br />

Kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

dalam menghasilkan produk<br />

sudah barang tentu harus<br />

mengeluarkan sejumlah biaya<br />

dan mengharapkan bagian<br />

keuntungan (marjin laba)<br />

dari produk yang dijual kepada<br />

konsumen. Di sisi lain,<br />

konsumen bersedia untuk<br />

Dalam menetapkan harga,<br />

harus dipastikan bahwa<br />

harga produk (ba rang/<br />

jasa) yang ditawar kan dapat<br />

diterima oleh konsumen<br />

dan tidak merugikan<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />

membeli barang/jasa jika harga yang ditawarkan unit<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat mereka terima dan sesuai dengan<br />

kualitas produk yang dibeli. Penentuan harga bukanlah<br />

persoalan yang mudah. <strong>Seri</strong>ngkali harga tidak<br />

sekedar biaya produksi ditambah marjin laba yang diharapkan.<br />

Terdapat faktor psikologi harga yang sering<br />

berpengaruh pada penentuan harga. Sebuah produk<br />

yang ditawarkan produsen/penjual dengan harga mu-<br />

24<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


ah belum tentu diminati oleh konsumennya. Untuk<br />

mengantisipasi hal ini <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus mampu meyakinkan<br />

konsumen bahwa mereka (konsumen) akan<br />

memperoleh kualitas produk yang sepadan dengan<br />

harga yang dibayar.<br />

Dalam konteks harga, yang lebih penting dipertimbangkan<br />

adalah harga yang ditawarkan dapat diterima<br />

masyarakat/konsumen dan tidak merugikan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />

Oleh karena itu, meskipun dengan harga tertentu <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> hanya mendapatkan sedikit laba tetapi unit usaha<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 25


yang akan dijalankan dapat memberikan kemanfaatan<br />

bagi kesejahteraan warga desa, maka suatu unit usaha<br />

dapat dipertimbangkan layak untuk dijalankan. Ini sekaligus<br />

untuk menegaskan bahwa pendirian <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> bukan<br />

semata-mata untuk mengejar keuntungan setingi-tingginya,<br />

tetapi demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.<br />

Namun demikian, apabila harga yang dapat diterima oleh<br />

konsumen di bawah biaya produksi sehingga merugikan<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, maka kegiatan usaha yang direncanakan tidak<br />

perlu dilanjutkan karena tidak layak dilaksanakan.<br />

6. Kemudahan Mendapatkan Produk<br />

Pastikan bahwa produk (barang/jasa)<br />

yang akan ditawarkan<br />

oleh unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

dapat dengan mudah didapatkan<br />

oleh konsumen dan dengan<br />

pe layanan yang memuaskan.<br />

Ini menyangkut kualitas<br />

pelayanan <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> kepada masya<br />

rakat/ kon su men.<br />

Produk berupa barang<br />

atau jasa akan<br />

memiliki peluang lebih<br />

be sar untuk dibeli<br />

oleh konsumen jika<br />

produk ter sebut mudah<br />

diperoleh. Sebaliknya,<br />

apabila untuk memperoleh produk ter sebut<br />

cukup menyulitkan pembeli, kemungkinan besar<br />

konsumen enggan membeli produk yang ditawarkan<br />

26<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


atau konsumen akan membeli produk yang sama kepada<br />

pihak lain yang mampu memberikan kemudahan<br />

dalam memperolehnya. Saat ini persaingan bisnis<br />

sangat ketat. Ini dapat kita ketahui dari banyaknya<br />

pelaku usaha yang menawarkan produk sejenis. Kualitas<br />

pelayanan menjadi salah satu kunci untuk memenangkan<br />

dalam persaingan bisnis. Meskipun sebuah<br />

produk ditawarkan dengan harga yang lebih murah<br />

tetapi pelayanannya kurang baik sehingga merepotkan<br />

konsumen untuk memperolehnya, kemungkinan<br />

besar tidak banyak konsumen yang mau membeli<br />

produk tersebut.<br />

Uraian di atas ingin menegaskan bahwa cara produ sen<br />

atau penjual dalam mendistribusikan/mengantarkan<br />

produk ke konsumen sangat mempengaruhi terjadinya<br />

transaksi. Dalam dunia usaha sangat dikenal istilah<br />

“pembe li adalah raja”. Artinya, pembeli akan merasa<br />

senang dan bersedia membeli secara berulang-ulang<br />

(berlangganan) apabila dirinya merasa dipermudah<br />

dalam memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan.<br />

Dalam kaitannya dengan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, kegiatan usaha<br />

yang direncanakan harus mampu memberikan jaminan<br />

kemudahan bagi konsumen untuk memperoleh<br />

produk yang ditawarkan. Misalnya: produk diantar<br />

sampai ke rumah konsumen. Apabila konsumen yang<br />

harus datang ke tempat pelayanan, maka tempat pe-<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 27


layanan harus dipilih yang paling mudah dijangkau<br />

oleh semua konsumen.<br />

7. Kemudahan Mendapatkan Informasi tentang<br />

Produk<br />

Pastikan bahwa informasi produk<br />

(barang/jasa) dari kegiatan<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat dengan<br />

mudah didapatkan oleh konsumen<br />

dan dengan pelayanan<br />

yang memuaskan.<br />

Produk berupa barang<br />

atau jasa akan<br />

memiliki peluang lebih<br />

besar untuk dibeli<br />

oleh konsumen jika<br />

konsumen mengetahui<br />

informasi tentang<br />

produk tersebut. Cara<br />

produsen/penjual<br />

menginformasikan<br />

produknya (dalam isti<br />

lah pemasaran disebut dengan kegiatan promosi)<br />

sa ngat mempengaruhi terjadinya transaksi. Informasi<br />

yang tersebar luas, rinci, jelas dan jujur mengenai spesifikasi<br />

barang atau jasa, misalnya: bentuk/jenis, kegunaan,<br />

keunggulan, harga, dan informasi tentang cara<br />

mengatasi jika terjadi kendala yang dialami konsumen<br />

atas penggunaan produk, menjadi sangat penting<br />

dalam pemasaran. Promosi produk yang ditawarkan<br />

dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, misalnya:<br />

dengan membuat leaflet yang dibagikan kepa-<br />

28<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


da warga desa dan/atau ditempel di tempat-tempat<br />

stra tegis, membagikan sticker untuk ditempel di kenda<br />

raan atau di rumah warga, atau dapat juga ditempuh<br />

promosi “dari mulut ke mulut” (dalam bahasa Jawa:<br />

tutur tinular atau gethok tular). Selain tersedia nya media<br />

informasi juga diperlukan petugas yang mumpuni<br />

(ramah dan menguasai informasi tentang produk yang<br />

ditawarkan) dan mudah ditemui setiap saat. Ini untuk<br />

meyakinkan konsumen bahwa <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> mampu<br />

memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayan<br />

an yang baik merupakan bentuk promosi yang efektif.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 29


Kajian terhadap unsur-unsur pemasaran sebagaimana<br />

telah dipaparkan, satu sama lain saling berkaitan sehing ga<br />

semakin lengkap unsur yang dikaji akan semakin baik/tepat<br />

hasilnya. Oleh karena itu, analisis hendaknya dilakukan secara<br />

cermat, sehingga dapat diketahui apakah kegiat an<br />

usaha yang akan digeluti oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> itu layak atau<br />

tidak layak ditinjau dari aspek pemasaran. Semakin ba nyak<br />

unsur-unsur yang mendukung pemasaran, maka sema kin<br />

layak kegiatan usaha yang direncanakan. Sebaliknya, semakin<br />

banyak unsur-unsur yang tidak mendukung pemasaran,<br />

maka kurang/tidak layak kegiatan usaha yang direncanakan<br />

itu. Jika ide membuka unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dari<br />

aspek pemasaran untuk produk yang direncanakan dinilai<br />

tidak layak, maka perlu dicari alternatif perbaikan agar<br />

aspek pemasaran menjadi layak. Jika memang tidak ada<br />

jalan lain, maka lebih tepat mengambil keputusan untuk<br />

menunda atau bahkan membatalkan rencana usaha tersebut.<br />

Kotak 1 mengilustrasikan praktik kajian aspek pasar<br />

dan pemasaran dalam rangka kajian kelayakan usaha yang<br />

di lakukan oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> di salah satu desa mitra ACCESS<br />

Tahap II, yaitu <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “Ganting” di <strong>Desa</strong> Labbo Kecamatan<br />

Tompobulu Kabupaten Bantaeng.<br />

30<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Kotak 1.<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo Kecamatan Tompobulu<br />

Kabupaten Bantaeng telah melakukan kajian kelayakan aspek<br />

pasar dan pemasaran untuk Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum,<br />

sebagai berikut:<br />

1. Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan air minum<br />

Ketersediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan<br />

dasar bagi warga masyarakat. <strong>Desa</strong> Labbo memiliki sungai<br />

dan sejumlah mata air yang terdapat di puncak bukit yang<br />

dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air<br />

minum sejak dahulu sampai sekarang. Letak sumber air<br />

minum tersebut cukup jauh dari sebagian besar permukiman<br />

penduduk (sekitar 4–5 km). Program Care dan PNPM<br />

Mandiri Pedesaan telah memberi bantuan pembangunan<br />

bak penampungan air dan sarana perpipaan untuk memanfaatkan<br />

sumber air tersebut. Namun demikian, sarana<br />

per pipaan tersebut belum dikelola secara baik sehingga<br />

distribusi air tidak merata, dan menimbulkan konflik antar<br />

warga.<br />

Keadaan tersebut membuktikan bahwa warga masyarakat<br />

sangat membutuhkan pengelolaan air bersih yang dapat<br />

memberi kemudahan dan pemerataan dalam memperoleh<br />

kecukupan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup se-<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 31


hari-hari. Dengan demikian, usaha pengelolaan air minum<br />

dengan perpipaan yang dilengkapi dengan alat meter air<br />

sesuai dengan kebutuhan warga masyarakat.<br />

2. Daya beli masyarakat<br />

Warga <strong>Desa</strong> Labbo secara umum memiliki pendapatan/<br />

penghasilan yang bersumber dari mata pencaharian yang<br />

ditekuni, sehingga masyarakat memiliki daya beli. Harga<br />

atau biaya satuan penggunaan air minum dapat dimusyawarahkan<br />

bersama warga desa, sehingga dapat diperoleh<br />

harga yang sesuai dengan kemampuan (daya beli) ma syarakat.<br />

Lagi pula, kegiatan usaha pengelolaan air minum<br />

32<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


de ngan menggunakan meteran air dapat membantu masya<br />

rakat untuk memperhitungkan penggunaan air sesuai<br />

de ngan kemampuannya.<br />

3. Target pasar dan jumlah konsumen<br />

Pasar yang akan dibidik adalah warga masyarakat <strong>Desa</strong><br />

Labbo yang selama ini telah memanfaatkan sarana perpipaan<br />

milik desa. Khususnya warga desa atau rumahtangga<br />

yang bermukim di 5 (lima) dusun terjauh dari sumber air<br />

merupakan target pasar yang utama, jumlahnya sekitar 400<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 33


KK. Untuk sementara waktu jumlah KK inilah yang ditargetkan<br />

menjadi konsumen atau pelanggan. Sedangkan jumlah<br />

penduduk <strong>Desa</strong> Labbo pada tahun ini (2010) sebanyak 883<br />

KK yang terdiri atas 741 KK laki-laki dan 142 KK perempuan.<br />

Dengan demikian, rumahtangga yang dijadikan sebagai konsumen<br />

jumlahnya baru mencapai separo dari jumlah rumahtangga<br />

yang ada. Ke depan, sesuai dengan pertambahan<br />

jumlah penduduk dan perkembangan kemampuan <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> dapat dipastikan jumlah konsumen akan bertambah<br />

semakin banyak.<br />

4. Kondisi persaingan.<br />

<strong>Desa</strong>-desa terdekat dengan <strong>Desa</strong> Labbo tidak ada yang mela<br />

kukan kegiatan usaha pengelolaan air minum, sehingga<br />

dapat dikatakan kegiatan usaha pengelolaan air minum<br />

tidak ada pesaing. Keadaan ini memperbesar peluang untuk<br />

memperoleh jumlah pelanggan atau konsumen yang<br />

se makin banyak.<br />

5. Harga langganan air minum<br />

Penentuan harga langganan dapat dimusyawarahkan bersama<br />

warga desa berdasarkan prinsip tidak saling memberatkan.<br />

Artinya, harga yang disepakati tidak memberatkan konsumen<br />

dan tidak merugikan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Untuk menentukan<br />

34<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


harga langganan dilakukan secara rasional dan transparan<br />

sehingga warga desa dapat menerima ketentuan biaya berlangganan<br />

sebagai harga yang wajar. Penentuan harga dengan<br />

cara musyawarah diyakini akan menarik minat warga<br />

desa untuk menjadi pelanggan.<br />

6. Kemudahan yang diperoleh konsumen.<br />

Kegiatan usaha pengelolaan air minum dilakukan dengan<br />

cara memasang sarana perpipaan dan meteran air sampai<br />

di rumah-rumah penduduk, sehingga konsumen tinggal<br />

membuka kran langsung memperoleh air bersih sesuai yang<br />

dibutuhkan. Selain itu, dengan dipasangnya alat meter an<br />

air akan memudahkan pelanggan untuk mengontrol penggunaan<br />

air.<br />

Berdasarkan hasil kajian aspek pasar dan pemasaran,<br />

ternyata seluruh unsur yang dikaji menunjukkan keadaan<br />

yang mendukung pemasaran jasa layanan air bersih. Dengan<br />

demikian, aspek pasar dan pemasaran produk dari<br />

kegiatan usaha pengelolaan air bersih <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> Ganting<br />

dapat dinyatakan layak.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 35


Bagian III<br />

ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI<br />

Kajian terhadap aspek teknis dan teknologi merupakan<br />

hal penting untuk dilakukan dalam penyusunan<br />

kelayakan usaha. Kajian pada aspek ini dimaksudkan<br />

untuk mengetahui apakah secara teknis suatu unit usaha<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat dioperasikan (dijalankan) dan apakah<br />

teknologi yang diperlukan tersedia.<br />

Ada 8 unsur pokok kelayakan usaha yang dinilai dari<br />

aspek teknis dan teknologi, yaitu:<br />

1. Perencanaan Produk<br />

Agar barang atau jasa yang<br />

akan diproduksi laku dijual,<br />

maka pilihan produk yang<br />

akan dijual adalah barang<br />

atau jasa yang dapat memenuhi<br />

kebutuhan konsumen.<br />

Pastikan bahwa produk<br />

yang dihasilkan sesuai<br />

dengan kebutuhan dan<br />

keinginan konsumen.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 37


Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian kajian aspek<br />

pasar, sebelum kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> memproduksi<br />

barang atau jasa harus dilakukan kegiat an<br />

riset pasar terlebih dahulu. Riset pasar menghasilkan<br />

informasi tentang jenis produk yang dibutuhkan dan<br />

diinginkan oleh calon konsumen. Informasi pasar ini<br />

menjadi bahan masukan utama untuk merencanakan<br />

jenis produk (barang/jasa) yang akan dihasilkan. Informasi<br />

pasar yang lengkap dan akurat akan sangat<br />

mendukung ketepatan dalam memilih produk yang<br />

direncanakan. Perencanaan produk yang tepat lebih<br />

menjamin produk yang akan dihasilkan dapat laku dijual.<br />

2. Kualitas Produk<br />

Kualitas produk (barang<br />

atau jasa) merupakan hal<br />

pen ting bagi konsumen.<br />

Produk yang akan dihasilkan<br />

unit usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> akan<br />

laku jual apabila berkualitas.<br />

Kualitas produk, baik yang<br />

berupa barang maupun jasa,<br />

dapat dinilai berdasarkan beberapa<br />

segi.<br />

Pastikan bahwa produk<br />

yang akan ditawarkan<br />

unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

ada lah produk yang memiliki<br />

keunggulan (berkualitas).<br />

38<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


a. Kualitas produk yang berupa barang dapat dinilai<br />

dari segi:<br />

1) Daya guna, yaitu barang yang ditawarkan<br />

me miliki kegunaan.<br />

2) Kekhasan, yaitu barang yang ditawarkan<br />

me miliki kekhasan jika dibandingkan dengan<br />

barang sejenis yang ada dipasaran.<br />

3) Kehandalan, yaitu barang yang ditawarkan<br />

ketika digunakan dalam periode waktu tertentu<br />

dapat berfungsi dengan baik.<br />

4) Ketepatan, yaitu spesifikasi barang yang ditawarkan<br />

sesuai dengan yang diinginkan<br />

kon sumen. Misalnya, jika konsumen menginginkan<br />

gula pasir yang putih bersih dan<br />

dibungkus dengan bobot 1 kg/bungkus, maka<br />

gula pasir yang dijual oleh unit usaha <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> harus sesuai dengan keinginan konsumen<br />

itu dan ukurannya harus tepat.<br />

5) Daya tahan, yaitu masa pakai atau keawetan<br />

barang dapat berumur relatif lama.<br />

6) Estetis, yaitu keindahan atau kerapihan barang.<br />

Barang yang dikemas dengan apik (rapih,<br />

bersih dan indah) lebih menarik konsumen<br />

untuk membelinya.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 39


. Kualitas produk yang berupa jasa dapat dinilai<br />

dari segi:<br />

1) Keandalan, yaitu kemampuan untuk memberikan<br />

pelayanan yang sesuai dengan janji<br />

yang ditawarkan.<br />

2) Kesigapan, meliputi: kesigapan karyawan<br />

dalam melayani pelanggan, ketepatan karyawan<br />

dalam menangani transaksi, dan penanganan<br />

keluhan pelanggan.<br />

3) Jaminan kepastian, meliputi: kepastian<br />

wak tu, harga, informasi tentang produk, dan<br />

macam-macam pelayanan yang dijanjikan.<br />

4) Perhatian, meliputi: kemudahan untuk menghu<br />

bungi <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, keramahan dan ke sopanan<br />

petugas dalam memberi pelayan an,<br />

dan upaya untuk memahami keinginan dan<br />

kebutuhan konsumen.<br />

2. Perencanaan jumlah Produksi<br />

Aktivitas produksi hendak nya<br />

direncanakan dengan ba ik<br />

agar produksi yang diha silkan<br />

tidak terlalu banyak atau<br />

terlalu sedikit. Dalam usaha<br />

yang menghasilkan barang,<br />

ada beberapa hal yang perlu<br />

Pastikan bahwa rencana<br />

jumlah produksi dari<br />

unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

da pat diperhitungkan<br />

de ngan tepat.<br />

40<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


diperhitungkan dalam merencanakan jumlah produksi,<br />

yaitu:<br />

1) Jumlah Permintaan. Perkiraan jumlah permintaan<br />

konsumen dapat diperkirakan melalui survey/riset<br />

pasar.<br />

2) Kapasitas produksi. Jumlah produksi dapat diper<br />

hitungkan berdasarkan kapasitas (kemampuan)<br />

peralatan dan bahan baku yang tersedia.<br />

3) Modal kerja. Kemampuan modal kerja dalam<br />

membiayai proses produksi hendaknya tersedia<br />

sesuai dengan yang diperlukan.<br />

3. Persediaan bahan baku<br />

Persediaan bahan baku digunakan<br />

untuk menjaga keberlangsungan<br />

proses produksi<br />

dan mengantisipasi<br />

permintaan konsumen yang<br />

meningkat secara tajam.<br />

Persediaan bahan baku yang<br />

tidak lancar akan mengurangi<br />

jumlah barang jadi yang<br />

Pastikan bahwa persediaan<br />

bahan baku dari unit<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> cu kup<br />

tersedia dan dapat diken<br />

dalikan dengan baik.<br />

dapat dihasilkan. Jumlah persediaan bahan baku hendaknya<br />

sesuai dengan kebutuhan, yakni jangan terlalu<br />

banyak atau terlalu sedikit. Oleh karena itu diperlukan<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 41


manajemen pengendalian persediaan bahan baku, sehingga<br />

bahan baku selalu tersedia dengan cukup.<br />

4. Kapasitas Produksi<br />

Kapasitas produksi berkaitan<br />

dengan kemampuan unit<br />

produksi untuk menghasilkan<br />

barang atau jasa dalam<br />

waktu tertentu. Misalnya, mesin<br />

pompa air memiliki kemampuan<br />

menghasilkan air<br />

sekian meter kubik per jam,<br />

berapa kuintal pupuk yang<br />

Pastikan bahwa kapasitas<br />

produksi dari unit<br />

usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> mampu<br />

memenuhi kebutuhan<br />

seluruh konsumen.<br />

dapat disediakan per bulan, berapa juta rupiah dana<br />

yang mampu disediakan per hari atau per ming gu untuk<br />

usaha simpan-pinjam, dan lain-lain. Dalam hal ini<br />

unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus dapat menentukan berapa<br />

kapasitas produksi dari usaha yang akan dijalankan.<br />

Kemudian menentukan apakah kapasitas produksinya<br />

dapat memenuhi seluruh kebutuhan konsumen dalam<br />

waktu tertentu. Jika kapasitas produksi tidak mampu<br />

memenuhi kebutuhan konsumen, risikonya adalah konsumen<br />

akan kesulitan mendapatkan produk tepat waktu<br />

dan tepat jumlah. Jika ini terjadi, besar kemungkinan<br />

unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> akan ditinggalkan konsumen dan<br />

pindah ke perusahaan lain.<br />

42<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


5. Pemilihan Teknologi<br />

Teknologi untuk memproduksi<br />

barang maupun jasa<br />

berkembang terus sesuai<br />

dengan kemajuan jaman.<br />

Saat ini banyak pilihan teknologi<br />

yang tersedia, mulai<br />

dari teknologi yang cukup<br />

se derhana hingga teknologi<br />

yang canggih. Penggunaan<br />

Pastikan bahwa proses<br />

produksi barang atau<br />

jasa menggunakan teknologi<br />

yang tepat.<br />

teknologi yang canggih belum tentu menguntungkan<br />

jika digunakan dalam proses produksi yang akan<br />

dijalankan. Oleh karena itu, untuk memilih teknologi<br />

yang sesuai (tepat guna) dengan kegiatan usaha yang<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 43


akan dijalankan perlu mempertimbangkan beberapa<br />

hal sebagai berikut:<br />

1) Kemampuan keuangan untuk menggunakan teknologi.<br />

2) Kemampuan atau penguasaan tenaga kerja dalam<br />

penggunaan teknologi.<br />

3) Kesesuaian teknologi dengan bahan baku yang<br />

akan digunakan dalam proses produksi.<br />

4) Kemungkinan pengembangan teknologi di masa<br />

yang akan datang.<br />

5) Keberhasilan penggunaan teknologi sejenis di tempat<br />

lain 2 .<br />

6. Penentuan Lokasi <strong>Usaha</strong><br />

Lokasi usaha merupakan<br />

faktor yang dapat mempengaruhi<br />

kelancaran jalannya<br />

Pastikan bahwa pemilihan<br />

lokasi unit usaha<br />

kegiatan usaha karena erat<br />

kaitannya dengan pemasar<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sudah tepat<br />

an produk, biaya peng-<br />

angkutan, dan persediaan<br />

dan sesuai dengan kegiat<br />

an produksinya<br />

ba han baku. Faktor lokasi<br />

ha rus diperhitungkan dan<br />

dipertimbangkan secara tepat dan benar, baik dari segi<br />

2 (http://www.academia.edu/2714019/ANALISIS_USAHA_UKM).<br />

44<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


ekonomisnya maupun dari segi teknis serta kemungkinan<br />

pengembangan usaha di masa datang (Ibrahim,<br />

2009). Untuk menentukan lokasi perlu mempertimbangkan<br />

jenis kegiatan produksi yang akan dijalankan.<br />

a. Bagi <strong>Usaha</strong> yang Memproduksi Barang<br />

Pilihan lokasi unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> perlu dikaji<br />

dari beberapa faktor.<br />

Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan,<br />

antara lain:<br />

1) Lokasi calon konsumen. Mendirikan usaha di<br />

dekat lokasi konsumen dapat menguntungkan<br />

bagi kedua belah pihak, baik bagi unit<br />

usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> maupun konsumen. De katnya<br />

jarak antara lokasi usaha dengan lokasi<br />

konsumen (target pasar) dapat menekan bia<br />

ya yang pada akhirnya akan berpe ngaruh<br />

pada harga yang lebih murah.<br />

2) Letak bahan baku utama. Mendirikan usaha<br />

dekat dengan pusat bahan baku akan menguntungkan,<br />

karena memudahkan dalam<br />

mem peroleh bahan baku dan biayanya lebih<br />

murah.<br />

3) Sumber tenaga kerja. Jika sumber tenaga<br />

kerja dekat dan mudah didapat di sekitar lokasi<br />

usaha akan sangat membantu dalam<br />

pro ses pengelolaan tenaga kerja.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 45


4) Sumber daya seperti air, kondisi udara, dan<br />

te naga listrik yang tersedia di sekitar lokasi<br />

usa ha adalah penting bagi kelancaran proses<br />

produksi sehingga faktor-faktor ini perlu<br />

dipertimbangkan secara seksama.<br />

5) Ketersediaan fasilitas transportasi yang memadai<br />

untuk memindahkan bahan baku ke<br />

lokasi usaha dan memindahkan hasil produksi<br />

dari lokasi usaha ke pasar.<br />

6) Ketersediaan fasilitas untuk usaha, seperti<br />

pengadaan onderdil untuk kendaraan atau<br />

mesin produksi, serta fasilitas untuk karyawan<br />

seperti ruang kerja, tempat untuk istirahat,<br />

tempat peribadatan (misal: musholla), dan<br />

seterusnya.<br />

7) Lingkungan masyarakat sekitar yang akan<br />

mempengaruhi aktivitas usaha baik secara<br />

positif maupun negatif. Oleh karena itu, sebelum<br />

usaha didirikan perlu dikaji dampak<br />

positif maupun negatif keberadaan lokasi<br />

usaha bagi lingkungan masyarakat di sekitar<br />

lokasi usaha.<br />

8) Peraturan pemerintah, misalnya dalam Rencana<br />

Tata Ruang dan Wilayah perlu diperhatikan.<br />

Jangan sampai terjadi pelanggaran terhadap<br />

peraturan pemerintah tersebut.<br />

46<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


. Bagi <strong>Usaha</strong> Jasa<br />

Ada dua macam cara yang dapat ditempuh suatu<br />

unit usaha dalam berhubungan dengan konsumen,<br />

yaitu:<br />

1) Pelanggan datang ke lokasi fasilitas jasa, misal<br />

nya: nasabah mendatangi kantor pelayanan<br />

jasa simpan-pinjam (perkreditan).<br />

2) Penyedia jasa mendatangi konsumen, seperti<br />

mobil angkutan barang mendatangi lokasi<br />

pengumpulan hasil pertanian/perkebunan<br />

untuk selanjutnya diangkut ke pabrik atau<br />

ke pasar; melakukan layanan langsung ke<br />

ru mah konsumen (misal: penyerahan uang<br />

pinjaman konsumen, penarikan setoran uang<br />

pembayaran jasa air atau listrik, dan lain-lain).<br />

Apabila cara pertama yang ditempuh, maka penentuan<br />

lokasi fasilitas jasa perlu mempertimbangkan banyak<br />

hal, antara lain: mudah dan dapat diakses oleh<br />

konsumen, tempat parkir yang memadai, dapat diperluas,<br />

lingkungan yang mendukung usaha (aman dan<br />

nyaman), memiliki keunggulan kompetitif daripada<br />

lokasi pesaing, dan ijin lokasi atau ijin gangguan dari<br />

pihak berwenang.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 47


7. Perencanaan Tata letak (Layout)<br />

Pastikan bahwa tata letak<br />

tempat atau fasilitas unit<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sudah<br />

tepat.<br />

Pengaturan tata letak tempat<br />

yang akan digunakan<br />

sebagai basis kegiatan usaha<br />

perlu direncanakan dengan<br />

baik. Ketepatan dalam<br />

mengatur tata letak tempat<br />

usaha akan berpengaruh<br />

ter hadap kelancaran dalam<br />

menjalankan berbagai aktivitas,<br />

baik aktivitas produksi maupun pelayanan kepada<br />

konsumen. Dalam hal penataan letak tempat usaha<br />

perlu memperhatikan jenis kegiatan usahanya.<br />

a. Bagi <strong>Usaha</strong> yang Memproduksi Barang<br />

Bagi unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang memproduksi<br />

barang, paling tidak ada tiga jenis tempat yang<br />

perlu diatur tata letaknya, yaitu letak pabrik, kantor,<br />

dan gudang. Idealnya, ketiga tempat tersebut<br />

dibuat secara terpisah tetapi berada dalam satu<br />

kompleks sehingga memudahkan dalam pengelolaannya.<br />

b. Bagi <strong>Usaha</strong> Jasa<br />

Tata letak fasilitas jasa yang tersedia akan berpengaruh<br />

pada persepsi konsumen atas kualitas<br />

suatu jasa. Persepsi konsumen terhadap kualitas<br />

suatu jasa dapat dipengaruhi oleh suasana yang<br />

48<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


ditimbulkan oleh “penataan luar” (eksterior) maupun<br />

“penataan dalam” (interior) dari fasilitas jasa<br />

tersebut. Dengan demikian, keserasian, keasrian/<br />

keindahan, kebersihan, dan ketepatan tata letak<br />

dari lingkungan tempat penyampaian ja sa menjadi<br />

penting untuk diperhatikan. Penataan tempat<br />

layanan jasa yang nyaman dan aman akan menimbulkan<br />

rasa senang bagi konsumen.<br />

Berdasarkan hasil analisis aspek teknis dan tek nologi<br />

dapat diketahui layak atau tidak layak suatu<br />

unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> untuk dijalankan. Suatu unit<br />

usaha dikatakan layak apabila unsur-unsur yang<br />

terkandung dalam aspek teknis dan teknologi<br />

men dukung untuk menjalankan kegiatan usaha<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Jika aspek teknis dan teknologi kurang<br />

atau tidak layak, perlu diupayakan alternatif untuk<br />

mengkondisikan unsur-unsur teknis atau teknologi<br />

agar layak untuk mengoperasikan unit usaha. Misal<br />

nya, apabila belum tersedianya tenaga te ram pil<br />

mengoperasikan alat produksi yang akan digunakan<br />

maka perlu dilakukan pelatihan terlebih dahulu,<br />

apabila kapasitas produksinya belum mam pu<br />

memenuhi kebutuhan konsumen maka perlu menambah<br />

alat produksi, dan sebagainya. Apabila<br />

tidak ada alternatif yang memungkinkan suatu unit<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> menjadi layak, maka sebaiknya<br />

rencana usaha itu ditunda atau dibatalkan saja.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 49


Pada Kotak 2 dapat disimak contoh kajian kelayakan<br />

usaha pada aspek teknis dan teknologi yang disarikan dari<br />

kajian kelayakan usaha yang dilakukan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GAN-<br />

TING” di <strong>Desa</strong> Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten<br />

Bantaeng.<br />

Kotak 2.<br />

Kajian aspek teknis dan teknologi yang dilakukan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

“GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten<br />

Bantaeng untuk Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum, sebagai<br />

berikut:<br />

1. Perencanaan produk<br />

Produk yang akan dihasilkan adalah layanan air minum<br />

yang disalurkan langsung ke rumah pelanggan/konsumen<br />

melalui instalasi perpipaan dan dilengkapi dengan alat meteran<br />

air. Jasa layanan air minum ini sesuai dengan kebutuhan<br />

warga masyarakat, terutama mereka yang tinggal<br />

di wilayah permukiman yang jauh dari lokasi sumber air<br />

bersih. De ngan adanya layanan air minum tersebut, ma syarakat<br />

akan terbantu dalam memenuhi kebutuhan air bersih<br />

dengan mudah.<br />

50<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


2. Kualitas produk<br />

Air yang didistribusikan kepada konsumen langsung berasal<br />

dari alam (mata air) dengan kualitas yang baik (jernih/<br />

bersih) dan sangat layak dikonsumsi untuk bahan baku<br />

memasak makanan dan minuman. Air yang didistribusikan<br />

kepada pelanggan dapat mengalir terus-menerus sepanjang<br />

waktu sehingga di rumah konsumen selalu tersedia air<br />

bersih. Selain itu, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> Ganting mampu memberikan<br />

pelayanan yang baik kepada konsumen, baik pelayanan<br />

dalam hal teknis (misalnya: pemasangan dan perbaikan<br />

ke rusakan instalasi air) maupun pelayanan administrasi<br />

(mi salnya: pendaftaran pelanggan, pencatatan volume air<br />

yang digunakan pelanggan, penerimaan/ penagihan biaya<br />

bulanan, dll). Tersedianya tenaga teknis yang berasal dari<br />

da lam desa sendiri, maka setiap ada pengaduan terjadinya<br />

gangguan dapat segera diatasi/diperbaiki.<br />

3. Persediaan bahan baku<br />

Berdasarkan pengalaman sejarah, sejak dahulu sampai dengan<br />

saat ini sungai dan sejumlah mata air yang berasal dari<br />

hutan desa di pegunungan tidak pernah kering. De ngan demikian<br />

bahan baku berupa air bersih selalu tersedia dengan<br />

volume yang cukup memadai untuk menyuplai kebutuhan<br />

seluruh warga desa.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 51


4. Teknologi yang digunakan dan kapasitas produksi<br />

Teknologi yang digunakan cukup sederhana, yaitu dengan<br />

teknik gravitasi bumi. Air yang bersumber dari mata<br />

air di puncak gunung dialirkan ke bak penampungan yang<br />

di tempatkan di lokasi yang lebih rendah, kemudian dari<br />

bak penampungan tersebut dipasang pipa-pipa untuk menya<br />

lurkan air ke rumah-rumah konsumen. Penggunaan<br />

teknologi gravitasi bumi memiliki beberapa keuntungan,<br />

antara lain: hemat biaya karena tidak perlu menggunakan<br />

mesin, pembangunan infrastruktur dan perawatannya mudah<br />

sehingga sangat memungkinkan ditangani oleh tenaga<br />

lokal.<br />

Kapasitas produksi dapat disesuaikan dengan kemampuan<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> untuk membiayai pengadaan sarana perpipaan<br />

dan alat meter air. Kapasitas produksi diukur berdasarkan<br />

kemampuan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> untuk melayani pemasangan perpipaan<br />

yang tersambung di rumah-rumah konsumen. Untuk<br />

sementara kapasitas produksinya sebanyak 400 sambung an<br />

atau 400 pelanggan, di masa mendatang kapasitas produksi<br />

ini dapat ditingkatkan lagi sesuai permintaan warga desa<br />

serta kemampuan pembiayaan yang dimiliki <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />

52<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


5. Lokasi usaha<br />

Kegiatan usaha pengelolaan air minum sepenuhnya berada<br />

di dalam <strong>Desa</strong> Labbo. Meskipun sumber air bersih terletak<br />

di lokasi yang cukup jauh, sekitar 4-5 km dari permukiman<br />

warga, tetapi hal tersebut dapat mudah diatasi dengan pemasangan<br />

perpipaan. <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> Ganting juga telah memiliki<br />

kantor yang terletak di pusat pemerintahan <strong>Desa</strong> Labbo,<br />

dan mudah dijangkau oleh seluruh pelanggan yang memerlukan<br />

layanan.<br />

Berdasarkan hasil kajian unsur-unsur yang terkait dengan<br />

aspek teknis dan teknologi, ternyata semuanya menunjukkan<br />

kegiatan usaha pengelolaan air minum layak dijalankan.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 53


Bagian IV<br />

ASPEK MANAJEMEN DAN SDM<br />

Aspek Manajemen<br />

Aspek manajemen untuk membangun usaha didasarkan<br />

pada pendekatan fungsi manajemen, meliputi:<br />

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.<br />

Tujuan kajian kelayakaan usaha pada aspek<br />

manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembentukan<br />

dan pelaksanaan usaha dapat direncanakan, dilaksanakan,<br />

dan dikendalikan.<br />

1. Perencanaan<br />

Tujuan dari gagasan menjalankan usaha/proyek adalah<br />

untuk memperoleh keuntungan atau kemanfaatan.<br />

Untuk mencapai tujuan ini diperlukan suatu peren canaan<br />

secara menyeluruh beserta kebijakan yang diperlukan.<br />

Untuk itu perlu disusun suatu program kerja<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 55


untuk mencapai tujuan yang<br />

telah ditetapkan serta menyu<br />

sun kegiatan-kegiatan<br />

Pastikan bahwa unit usaha<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang akan<br />

yang diperlukan (Ibrahim,<br />

2009). Perencanaan dalam dijalankan/dikembangkan<br />

dapat direncanakan<br />

ang garan unit usaha <strong>BUM</strong><br />

dengan baik.<br />

<strong>Desa</strong> juga harus dilakukan<br />

dengan sebaik mungkin, misalnya<br />

membuat anggaran<br />

pembelian, anggaran produksi, anggaran penjualan,<br />

dan anggaran lainnya disesuaikan keperluan usaha<br />

yang akan dijalankan. Dalam merencanakan anggaran<br />

harus detail, misalnya anggaran pembelian bahan,<br />

bahan apa dan berapa jumlahnya yang akan dibeli,<br />

be rapa harganya, siapa yang menangani pembelian,<br />

dimana membelinya, dan sebagainya.<br />

Perencanaan dalam pengadaan karyawan disesuaikan<br />

dengan rencana proses produksi, kegiatan yang akan<br />

dilakukan, persyaratan yang diperlukan dan jumlah<br />

karyawan yang dibutuhkan. Demikian pula perencanaan<br />

dalam bidang produksi, perlu direncanakan jenis<br />

produk, jumlah produk (untuk barang) dan standar<br />

kualitas produk yang akan dihasilkan, bahan baku<br />

yang diperlukan, peralatan yang akan digunakan, petugas<br />

yang menangani proses produksi, dan sebagainya.<br />

Perencanaan dalam bidang penjualan juga perlu<br />

56<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


dibuat, antara lain: jumlah produk yang akan dijual,<br />

bentuk promosi yang diperlukan, daerah penjualan,<br />

cara mendistribusikan produk, biaya penjualan, penetapan<br />

harga, saluran pemasaran, sistem pembayaran,<br />

dan sebagainya.<br />

2. Pengorganisasian<br />

Dalam menilai kelayakan usaha, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> mengkaji<br />

beberapa hal, seperti:<br />

a. Bagaimana langkah-langkah dalam pengorganisa<br />

sian?<br />

Secara garis besar, langkah-langkah dalam melakukan<br />

proses pengorganisasian meliputi.:<br />

1) Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan<br />

untuk mencapai tujuan dari unit usaha<br />

yang akan dijalankan.<br />

2) Membagi beban kerja secara jelas dan proporsional<br />

sehingga dapat dilakukan oleh sese<br />

orang atau oleh sekelompok orang.<br />

3) Menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan<br />

pekerjaan anggota organisasi dalam<br />

satu kesatuan yang harmonis, memantau<br />

efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah<br />

penyesuaian untuk mempertahankan<br />

atau meningkatkan efektivitas.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 57


. Bagaimana asas organisasi yang hendaknya dipilih?<br />

Asas-asas organisasi merupakan pedoman yang<br />

perlu dilaksanakan agar diperoleh suatu struktur<br />

organisasi yang baik dan aktivitas organisasi dapat<br />

berjalan dengan lancar. Asas-asas organisasi<br />

terdiri dari: perumusan tujuan organisasi, penyusunan<br />

bagian-bagian organisasi yang diperlukan,<br />

pembagian kerja yang jelas, koordinasi, pelimpahan<br />

wewenang, rentang kendali, jenjang organisasi,<br />

kesatuan perintah, dan asas keluwesan dimana<br />

struktur organisasi hendaknya mudah diubah untuk<br />

disesuaikan dengan perubahan-perubahan<br />

yang terjadi tanpa mengurangi kelancaran aktivitas<br />

yang sedang berjalan. Apabila asas organisasi<br />

tersebut dapat diterapkan dengan baik, maka<br />

akan sangat mendukung kelancaran kegiatan<br />

usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />

c. Bagaimana struktur organisasi yang dirancang?<br />

Struktur organisasi adalah susunan dan hubung an<br />

antara bagian dan posisi dalam perusahaan. Struktur<br />

organisasi menjelaskan pembagian akti vitas<br />

kerja, serta memperhatikan hubungan fungsi dari<br />

aktivitas tersebut. Struktur organisasi juga menjelaskan<br />

hierarki (jenjang atau tingkatan) dan susunan<br />

kewenangan, serta hubungan pertanggungja-<br />

58<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


waban (siapa melapor<br />

pada siapa). Hal terpenting<br />

dalam pe nyusunan<br />

struktur orga nisasi ini<br />

ada lah rancangan struktur<br />

organisasi yang disusun<br />

ha rus fungsional,<br />

efektif, dan efisien. Artinya,<br />

susun an organisasi<br />

unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> itu harus dapat menggambarkan<br />

tugas pokok dan fungsi setiap bagian organisasi,<br />

hubungan ketugasan antar bagian harus<br />

je las, dan susunan organisasi disesuaikan dengan<br />

ke perluan (tidak terlalu gemuk).<br />

3. Pelaksanaan<br />

Salah satu fungsi manajemen adalah pelaksanaan kegiatan.<br />

Apakah suatu kegiatan usaha dapat dilaksanakan,<br />

sangat dipengaruhi<br />

oleh kualitas perencanaan,<br />

pengorganisasian, dan kualitas<br />

sumber daya manusia.<br />

Oleh karena itu seluruh kegiatan<br />

usaha harus di ren canakan<br />

dengan matang dan<br />

rinci, serta sistem pengor-<br />

Unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

yang akan dijalankan<br />

hen daknya telah memiliki<br />

asas dan struktur organisasi<br />

yang jelas, efektif<br />

dan efisien.<br />

Sebelum unit usaha<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dijalankan,<br />

ha rus dipastikan bahwa<br />

seluruh kegiatan usaha<br />

yang direncanakan dapat<br />

dilaksanakan dengan<br />

baik.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 59


ganisasian harus baik. Selain itu, diperlukan sumber<br />

daya manusia yang cukup jumlahnya, te rampil dan<br />

menguasai bidang tugasnya. Ini semua dimaksukan<br />

agar aktifitas-aktifitas untuk menjalankan unit usaha<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat dilaksanakan dengan baik.<br />

4. Pengendalian<br />

Pengendalian atau pengawasan<br />

di dalam manajemen<br />

memiliki berbagai fungsi<br />

pokok. Fungsi pokok pengendalian<br />

tersebut adalah:<br />

Pastikan bahwa fungsi<br />

pengendalian terhadap<br />

unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

yang akan dijalankan<br />

dapat berjalan dengan<br />

efektif.<br />

a. Mencegah terjadinya<br />

pe nyimpangan-pe nyimpangan<br />

atau kesalahan.<br />

Ini dapat dila kukan dengan<br />

pengawasan secara rutin diser tai adanya ke -<br />

tegasan-ketegasan dalam pemberian sangsi terhadap<br />

pe nyimpangan yang terjadi.<br />

b. Memperbaiki berbagai penyimpangan yang terjadi.<br />

Jika penyimpangan telah terjadi, hendaknya<br />

pengawasan/pengendalian dapat menghasilkan<br />

perbaikan.<br />

c. Mendinamisasikan orga nisasi. Dengan adanya peng<br />

a wasan diharapkan sedini mungkin dapat di cegah<br />

terjadinya penyimpangan-penyimpangan, se-<br />

60<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


hing ga setiap unit organisasi selalu dalam keada an<br />

bekerja secara efektif dan efisien.<br />

d. Mempertebal rasa tanggung jawab. Dengan adanya<br />

pengendalian/ pengawasan yang rutin, setiap<br />

unit organisasi berikut karyawannya dapat selalu<br />

mengerjakan semua tugas yang diberikan dengan<br />

benar.<br />

Aspek Sumber Daya Manusia<br />

Rencana usaha yang<br />

akan dijalankan melalui<br />

pe ngembangan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

secara rutin memerlukan<br />

kelayakan aspek Sumber<br />

Daya Manusia (SDM). Keberadaan<br />

SDM hendaknya<br />

dianalisis untuk menjawab<br />

apakah memiliki SDM<br />

yang diperlukan untuk<br />

menjalankan unit usaha<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> secara layak?<br />

Untuk menjalankan kegiatan<br />

usaha, harus dipastikan bahwa<br />

tersedia SDM yang berkualitas<br />

dan mampu membangun kekom<br />

pakan serta keselarasan<br />

ker ja untuk menjalankan unit<br />

usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />

Kajiannya dapat dimulai dari merencanakan siapa yang<br />

akan memimpin <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> atau unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dan<br />

siapa yang akan tergabung di dalam timnya. Menganalisis<br />

pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan dan siapa<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 61


yang akan melaksanakan. Kesuksesan dalam menjalankan<br />

suatu unit usaha sangat tergantung pada SDM yang solid<br />

antara manajer pelaksana bersama timnya. Dalam membangun<br />

sebuah tim yang efektif, pertimbangannya bukan<br />

hanya pada keahlian teknis para manajer dan anggota tim<br />

semata, tetapi juga kemauan mereka untuk bekerja dengan<br />

baik.<br />

Kotak 3 merupakan contoh kajian aspek manajemen<br />

dan sumberdaya manusia yang dimodifikasi dari hasil<br />

kajian kelayakan usaha yang dilakukan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GAN-<br />

TING” di <strong>Desa</strong> Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten<br />

Bantaeng.<br />

62<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Kotak 3.<br />

Kajian aspek manajemen dan sumberdaya manusia yang dilakukan<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo Kecamatan Tompobulu<br />

Kabupaten Bantaeng untuk Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air<br />

Minum, sebagai berikut:<br />

1. Perencanaan kegiatan usaha<br />

Penyusunan rencana kegiatan usaha pengelolaan air minum<br />

dilakukan secara partisipatif, yaitu dengan melibat kan<br />

warga desa dalam suatu forum musyawarah desa. Proses<br />

pe rencanaan kegiatan usaha diawali dengan penyusunan<br />

rencana operasional yang dilakukan oleh Direktur <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> “GANTING” beserta tim. Setelah rencana operasional<br />

selesai disusun, kemudian dibahas secara internal Tim<br />

dengan melibatkan Kepala <strong>Desa</strong> selaku Komisaris <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong>. Rencana operasional tersebut meliputi: rencana peng<br />

adaan bahan dan peralatan (pipa, meteran air, semen,<br />

pasir, dll), kegiatan pemasangan peralatan, anggaran biaya<br />

beserta sumbernya, pemasangan sarana perpipaan, aturan<br />

main yang dituangkan dalam bentuk peraturan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>,<br />

proses perijinan, dan lain-lain.<br />

Setelah rencana operasional selesai disusun oleh Tim, selanjutnya<br />

dibawa ke Forum Musyawarah <strong>Desa</strong> untuk di-<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 63


musyawarahkan dan disepakati bersama warga masyarakat.<br />

Dengan cara demikian ini, warga masyarakat dapat ikut<br />

mendukung kelancaran dari pelaksanaan kegiatan yang<br />

telah direncanakan bersama.<br />

2. Pengorganisasian<br />

Pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan usaha pengelolaan<br />

air minum meliputi: pekerjaan manajerial, pekerjaan<br />

teknis, dan pekerjaan administratif. Pekerjaan manajerial<br />

ditangani oleh Direktur <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dan Kepala Unit <strong>Usaha</strong><br />

Pengelolaan Air Minum. Tugas dan kewenangan Direktur<br />

membuat program dan kebijakan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, memimpin,<br />

mengkoordinasi, serta melakukan pengawasan terhadap<br />

kinerja Kepala Unit <strong>Usaha</strong> beserta seksi-seksi. Kepala Unit<br />

<strong>Usaha</strong> bertugas memimpin, mengkoordinasi, dan mengawasi<br />

pelaksanaan tugas seksi-seksi.<br />

Pekerjaan teknis meliputi pemasangan, perawatan, dan<br />

per baikan instalasi air. Pekerjaan ini ditangani seksi instalasi<br />

dan perawatan. Pekerjaan administratif dibagi menjadi 2,<br />

yaitu: pekerjaan pencatatan meteran air ditangani oleh seksi<br />

pencatat meteran, dan pekerjaan administrasi ditangani<br />

seksi pelayanan administrasi.<br />

64<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


3. Pelaksanaan kegiatan usaha<br />

Pelaksanaan kegiatan usaha pengelolaan air minum diyakini<br />

dapat berjalan lancar. Ini dikarenakan rencana kegiatan<br />

atau jenis pekerjaan telah dirumuskan dengan jelas, aturan<br />

main juga jelas yaitu dalam bentuk Peraturan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

Ganting Nomor: 02/BMDs-GT/LB/KTB/VI/2010 tentang<br />

Pengelolaan Air. Selain itu, tersedianya sumber daya manusia<br />

yang terampil/ mumpuni dan tersedianya anggaran biaya<br />

yang cukup memungkinkan kegiatan usaha ini dilaksanakan.<br />

4. Pengendalian<br />

Pengendalian dapat dijalankan secara efektif, karena <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> Ganting telah memiliki mekanisme laporan pertanggungjawaban<br />

atas pelaksanaan kegiatan usaha. Disamping<br />

itu, warga masyarakat juga dapat ikut melakukan pengawasan<br />

terhadap pelaksanaan kegiatan usaha pengelolaan<br />

air, dan jika terjadi penyimpangan dapat dibawa ke dalam<br />

forum musyawarah desa.<br />

5. Sumber daya manusia<br />

Pengelola <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> Ganting merupakan orang-orang yang<br />

memiliki kompetensi memadai, yaitu: memahami kondisi<br />

masyarakat <strong>Desa</strong> Labbo, memiliki pengetahuan dan penga-<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 65


laman dalam bidang pengelolaan air, dan memiliki pengalaman<br />

berorganisasi.<br />

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil kajian aspek<br />

manajemen dan sumber daya manusia cukup memadai<br />

untuk menjalankan kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Oleh karena<br />

itu, kegiatan usaha pengelolaan air minum dapat<br />

dinyatakan layak untuk dilaksanakan.<br />

66<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Bagian V<br />

ASPEK KEUANGAN<br />

Kajian aspek keuangan dimaksudkan untuk menentukan<br />

rencana investasi melalui perhitungan biaya dan<br />

manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan<br />

antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan<br />

dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar<br />

kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan<br />

dan menilai apakah usaha akan dapat berlanjut.<br />

Tujuan menganalisis aspek keuangan adalah untuk<br />

me ngetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas dari rencana<br />

usaha, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya<br />

sua tu unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dijalankan.<br />

Aspek keuangan yang perlu dikaji meliputi:<br />

1) kebutuhan dana serta sumbernya,<br />

2) aliran kas,<br />

3) perkiraan laba-rugi, dan<br />

4) penilaian investasi rencana usaha.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 67


Untuk menilai investasi dari rencana usaha dapat dilakukan<br />

dengan berbagai metode. Namun untuk keperluan<br />

kajian kelayakan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> metode yang disajikan<br />

dalam buku ini sengaja dipilih metode yang cukup mudah<br />

digunakan. Metode penilaian investasi yang dimaksud<br />

meliputi: Profitability Index, Net Present Value, Pay Back<br />

Period dan Break Even Point.<br />

Kebutuhan Dana dan Sumbernya<br />

Untuk merealisasikan usaha/bisnis dibutuhkan dana<br />

untuk biaya investasi. Biaya investasi diperlukan untuk<br />

membangun/mendirikan usaha, misalnya: pengadaan tanah,<br />

bangunan, mesin, peralatan, biaya pemasangan, biaya<br />

kajian kelayakan usaha, pengurusan perijinan, dan lainlain.<br />

Barang dan segala sesuatu yang diperoleh dengan<br />

biaya investasi ini disebut harta tetap. Contoh perhitungan<br />

biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 1.<br />

Di samping untuk biaya investasi, dana juga dibutuhkan<br />

untuk modal kerja. Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan<br />

untuk membiayai kegiatan usaha setelah rencana<br />

usaha nantinya siap dijalankan. Setiap jenis kegiatan usaha<br />

yang berbeda tentunya berbeda pula jenis biaya usaha atau<br />

biaya produksinya. Oleh karena itu, macam-macam biaya<br />

yang dikeluarkan untuk modal kerja disesuaikan dengan<br />

jenis kegiatan usahanya. Ini disebabkan oleh perbedaan<br />

68<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


cara, alat, bahan dan kebutuhan lainnya dalam memproduksi<br />

barang/jasa serta pemasarannya. Sebagai contoh,<br />

Ta bel 2 menggambarkan Modal Kerja untuk usaha jasa pengelolaan<br />

air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”.<br />

Setelah diketahui jumlah dana yang dibutuhkan, yang<br />

perlu diketahui lebih lanjut adalah dari mana sumber dana<br />

itu dapat diperoleh (contoh lihat Tabel 3).<br />

Sumber dana atau permodalan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat bersumber<br />

dari :<br />

a. Kekayaan <strong>Desa</strong> yang dipisahkan;<br />

b. Tabungan masyarakat;<br />

c. Bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan<br />

Pemerintah Daerah;<br />

d. Pinjaman; dan/atau<br />

e. Penyertaan modal pihak lain/kerjasama bagi hasil.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 69


Tabel 1.<br />

Perhitungan Biaya Investasi (Modal Awal) Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />

NO URAIAN VOLUME SATU-<br />

AN<br />

A. BIAYA INVESTASI TANAH dan BANGUNAN:<br />

1. Tanah *)<br />

2. Bangunan **)<br />

TOTAL INVESTASI TANAH & BANGUNAN<br />

HARGA<br />

SATUAN<br />

JUMLAH<br />

B. BELANJA PERALATAN INSTALASI AIR:<br />

1. Meteran air 400 buah 75,000 30,000,000<br />

2. Pipa type AW 204 batang 15,000 3,060,000<br />

3. Sambungan L 1,600 buah 2,000 3,200,000<br />

4. Double Neppel 800 buah 5,000 4,000,000<br />

5. Stop kran 400 buah 35,000 14,000,000<br />

TOTAL BIAYA PERALATAN (A) 54,260,000<br />

70<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


C. BELANJA BAHAN, PEMASANGAN dan TRANSPOR-<br />

TASI:<br />

6. Lem 5 buah 6,000 30,000<br />

7. Plester pipa 10 buah 3,000 30,000<br />

8. Semen 10 zak 40,000 400,000<br />

9. Pasir 6 m3 180,000 1,080,000<br />

10. Biaya pemasangan (instalasi) 400 buah 20,000 8,000,000<br />

11. Biaya transportasi 5 kali 200,000 1,000,000<br />

TOTAL BIAYA BAHAN, PEMASANGAN dan TRANS-<br />

PORTASI (B)<br />

10,540,000<br />

D. BELANJA PERLENGKAPAN KANTOR:<br />

12. Komputer 1 set 5,000,000 5,000,000<br />

13. Kursi 3 buah 100,000 300,000<br />

14. Meja 3 buah 300,000 900,000<br />

15. Almari arsip 1 buah 500,000 500,000<br />

TOTAL BIAYA PERLENGKAPAN KANTOR (C) 6,700,000<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 71


E. BIAYA LAINNYA:<br />

16. Biaya rapat-rapat (termasuk Musdes) 1 paket 2,050,000 2,050,000<br />

17. Biaya pelatihan peningkatan kapasitas pengelola 1 paket 1,400,000 1,400,000<br />

TOTAL BIAYA LAINNYA (D) 3,450,000<br />

TOTAL INVESTASI (A+B+C+D+E) 76,450,000<br />

Sumber : Data studi kelayakan usaha Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” dengan modivikasi<br />

dan rekalkulasi.<br />

Keterangan : *) Biaya investasi tanah tidak diperhitungkan, karena tanah milik desa dan perorangan yang<br />

digunakan untuk membangun bak penampungan dan menanam perpipaan tidak di pungut<br />

biaya.<br />

**) Kantor dan Gudang Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> Ganting menempati bangunan<br />

milik Pemerintah <strong>Desa</strong> Labbo diasumsikan sewa per tahun Rp. 1,500,000.<br />

72<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Tabel 2.<br />

Perhitungan Modal Kerja Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />

di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />

NO URAIAN VOLUME SATUAN<br />

HARGA<br />

SATUAN<br />

JUMLAH<br />

1. Alat Tulis dan Kantor (ATK) 1 paket 250,000 250,000<br />

2. Insentif Pengurus/Pengelola:<br />

a. Komisaris 12 bulan 60,000 720,000<br />

b. Direktur 12 bulan 120,000 1,440,000<br />

c. Sekretaris 12 bulan 80,000 960,000<br />

d. Bendahara 12 bulan 80,000 960,000<br />

e. Kepala Unit <strong>Usaha</strong> 12 bulan 100,000 1,200,000<br />

f. Ketua Badan Pengawas 12 bulan 60,000 720,000<br />

g. Wakil Ketua Badan Pengawas 12 bulan 40,000 480,000<br />

h. Sekretaris Badan Pengawas 12 bulan 40,000 480,000<br />

i. Anggota Badan Pengawas (2 org) 12 bulan 80,000 960,000<br />

Total Insentif 7,920,000<br />

3. Lain-lain - - - -<br />

TOTAL MODAL KERJA 8,170,0000<br />

Sumber : Data studi kelayakan usaha Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” dengan modivikasi dan<br />

rekalkulasi.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 73


Tabel 3<br />

Jumlah Dana yang diperlukan untuk Investasi dan Modal Kerja Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan<br />

Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kabupaten Bantaeng<br />

NO KLASIFIKASI MODAL SUMBER dan JUMLAH DANA<br />

JUMLAH<br />

Pem. <strong>Desa</strong> Pem. Kab Pem. Prov Lainnya<br />

A. INVESTASI<br />

1. Tanah dan Bangunan 1,500,000 - - - 1,500,000<br />

2. Peralatan - 54,260,000 - - 54,260,000<br />

3. Bahan, Pemasangan, Transport - 10,540,000 - - 10,540,000<br />

4. Perlengkapan Kantor - 6,700,000 - - 6,700,000<br />

5. Biaya lainnya - 3,450,000 - - 3,450,000<br />

B. MODAL KERJA<br />

1. ATK - 250,000 - - 250,000<br />

2. Insentif Pengelola - 7,920,000 - - 7,920,000<br />

3. Biaya lainnya - - - - -<br />

TOTAL MODAL 84,620,000<br />

Sumber : Data studi kelayakan usaha Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” dengan modivikasi dan<br />

rekalkulasi.<br />

74<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Lebih lanjut, perlu dilakukan perhitungan biaya penyusutan<br />

terhadap investasi yang berbentuk harta tetap, misalnya:<br />

gedung, mesin, komputer, meja-kursi, peralatan, dan<br />

lain-lain. Perhitungan ini diperlukan untuk memperhitungkan<br />

laba/rugi dari kegiatan usaha. Perhitungan biaya penyusutan<br />

dapat dilakukan berdasarkan satuan waktu hari,<br />

minggu, bulan dan tahun. Penentuan satuan waktu tersebut<br />

disesuaikan keperluan dan sifat dari barang. Sebagai<br />

contoh, Tabel 4 menggambarkan perhitungan biaya penyu<br />

sutan dari investasi kegiatan usaha pengelolaan air<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”.<br />

Tabel 4.<br />

Perhitungan Biaya Penyusutan Investasi Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan<br />

Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo<br />

Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />

NO<br />

JENIS HARTA<br />

TETAP<br />

HARGA<br />

UMUR<br />

EKONOMIS<br />

BIAYA PENYU-<br />

SUTAN/TH<br />

1. Meteran air 30,000,000 12 tahun 2,500,000<br />

2. Pipa type AW 3,060,000 12 tahun 255,000<br />

3. Sambungan L 3,200,000 12 tahun 266,667<br />

4. Double Neppel 4,000,000 12 tahun 333,333<br />

5. Stop kran 14,000,000 5 tahun 2,800,000<br />

6. Komputer 5,000,000 5 tahun 1,000,000<br />

7. Kursi 300,000 12 tahun 25,000<br />

8. Meja 900,000 12 tahun 75,000<br />

9. Almari arsip 500,000 12 tahun 41,667<br />

TOTAL 60,960,000 7,296,667<br />

Sumber : Data studi kelayakan usaha Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

“GANTING” dengan modivikasi dan rekalkulasi.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 75


Perkiraan Arus Kas<br />

Berkaitan dengan kajian kelayakan usaha, perhitung an<br />

terhadap arus/aliran kas (cash flow) penting dilakukan kare<br />

na laba dalam pengertian akuntansi tidak sama de ngan<br />

kas masuk bersih. Bagi pengelola keuangan, kas ber sih<br />

jus tru lebih penting untuk diketahui, karena hanya de ngan<br />

kas bersih ini perusahaan (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>) dapat melak sanakan<br />

pem bayaran kewajiban keuangannya.<br />

Kas pada dasarnya terdiri atas 2 (dua) macam peris tiwa,<br />

yaitu arus kas masuk dan arus kas keluar. Bagian arus<br />

kas masuk mencatat semua penerimaan uang yang berasal<br />

dari hasil transaksi, misalnya: hasil penjualan tunai<br />

ba rang, uang persewaan yang diterima, penerimaan uang<br />

cicilan simpan-pinjam, kredit modal kerja kepada pihak<br />

lain, penerimaan bunga simpanan uang dari bank, dan sebagainya.<br />

Sedangkan bagian arus kas keluar mencatat semua<br />

pengeluaran uang yang digunakan untuk: membayar<br />

pegawai, pengadaan bahan baku, membeli bahan bakar,<br />

membayar pajak, membayar bunga bank, menambah investasi,<br />

dan sebagainya.<br />

Penyusunan perkiraan arus kas digambarkan sebagaimana<br />

contoh pada Tabel 5. Contoh tersebut diambil dari<br />

data kajian kelayakan kegiatan usaha pengelolaan air <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> “GANTING” yang telah dimodifikasi oleh penulis. Data<br />

aslinya, arus kas dihitung dalam satuan waktu bulan dan<br />

76<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


oleh penulis dikonversi ke dalam satuan tahun. Jumlah<br />

pelanggan diproyeksikan (diperkirakan) sebanyak 400 pelanggan.<br />

Harga pemakaian air ditentukan sebesar Rp. 250/<br />

m3 ditambah uang infak per pelanggan sebesar Rp. 500/<br />

bulan. Rata-rata penggunaan air diproyeksikan sebanyak<br />

25 m3/bln/pelanggan. Dengan demikian rata-rata pendapatan<br />

kotor per bulan yang diterima oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GAN-<br />

TING” dari seluruh pelanggan air sebesar<br />

= (400 X 25 X Rp. 250) + (400 X Rp. 500)<br />

= Rp. 2.700.000.<br />

Pendapatan kotor per tahun sebesar<br />

= Rp. 2.700.000 X 12 = Rp. 32.400.000.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 77


Tabel 5.<br />

Perkiraan Arus Kas Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />

di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />

NO URAIAN<br />

A. ARUS KAS MASUK<br />

1. Penerimaan infak dan biaya<br />

pemakaian air<br />

TAHUN KE:<br />

1 2 3 4 5<br />

32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />

2. Lain-lain - - - - -<br />

TOTAL ARUS KAS MASUK (A) 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />

B. ARUS KAS KELUAR<br />

1. ATK 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000<br />

2. Insentif Pengelola 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000<br />

3. Bunga bank - - - - -<br />

4. Pajak - - - - -<br />

5. Lain-lain - - - - -<br />

TOTAL ARUS KAS KELUAR (B) 8,170,000 8,170,000 8,170,000 8,170,000 8,170,000<br />

ARUS KAS BERSIH ( A – B ) 24,230,000 24,230,000 24,230,000 24,230,000 24,230,000<br />

Catatan: dalam periode 5 tahun jumlah pelanggan, tarif air dan biaya operasional diasumsikan tetap.<br />

78<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Perkiraan Laba-Rugi<br />

Perkiraan atau proyeksi laba-rugi penting dilakukan,<br />

karena salah satu tujuan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> melakukan kegiatan<br />

usaha adalah mendapatkan keuntungan atau laba usaha.<br />

Apabila dari proyeksi laba-rugi menunjukkan rugi, maka sebaiknya<br />

rencana kegiatan usaha perlu dicari alternatif usa ha<br />

lain dengan cara memperhitungkan kembali aspek-aspek<br />

keuangan agar mencapai keadaan yang dapat menghasilkan<br />

laba. Jika tidak ada alternatif, dan hasil proyeksi tetap<br />

rugi, sebaiknya rencana kegiatan usaha dihentikan saja.<br />

Tabel 6 berikut ini merupakan contoh proyeksi laba-rugi<br />

yang disarikan dari data kajian kelayakan usaha pengelolaan<br />

air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 79


Tabel 6.<br />

Proyeksi Laba-Rugi Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />

di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />

TAHUN KE<br />

NO URAIAN<br />

1 2 3 4 5<br />

A. PENJUALAN 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />

B. BIAYA POKOK PRODUKSI *)<br />

1. Bahan Baku - - - - -<br />

2. Upah Tenaga Kerja - - - - -<br />

3. Biaya Umum Pabrik - - - - -<br />

C. LABA KOTOR ( A – B ) 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />

D. BIAYA USAHA<br />

1. ATK 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000<br />

2. Gaji/Insentif Pengelola 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000<br />

3. Biaya promosi - - - - -<br />

4. Biaya Penyusutan 7,296,667 7,296,667 7,296,667 7,296,667 7,296,667<br />

5. Lain-lain - - - - -<br />

Total Biaya <strong>Usaha</strong> 15,466,667 15,466,667 15,466,667 15,466,667 15,466,667<br />

80<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


E. LABA USAHA (C – D) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333<br />

F. BUNGA - - - - -<br />

G. LABA SEBELUM PAJAK (E-F ) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333<br />

H. PAJAK - - - - -<br />

I. LABA BERSIH (G – H ) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333<br />

Keterangan : *) Kebetulan kasus pengelolaan air di <strong>Desa</strong> Labbo bahan baku air tinggal mengalirkan saja dari sumbernya<br />

sehingga tanpa biaya, dan tenaga kerja dirangkap oleh pengelola yang diberi tunjangan<br />

(insentif) bulanan (dimasukkan dalam Biaya <strong>Usaha</strong>). Untuk kasus lain, harap menyesuaikan dengan<br />

keadaan setempat.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 81


Penilaian Investasi<br />

Jika dalam periode yang sama terdapat beberapa usulan<br />

rencana usaha yang ternyata layak untuk dijalankan, sedangkan<br />

dana yang tersedia tidak mencukupi, maka perlu<br />

dicari jalan keluar. Salah satunya adalah dengan melakukan<br />

urutan prioritas terhadap usulan-usulan bisnis itu. Untuk<br />

melakukan penilaian investasi serta melakukan analisis<br />

urutan prioritas adalah sebagai berikut.<br />

a. Metode Pay Back Period (Waktu Kembali Modal)<br />

Metode ini sederhana dan sudah dikenal secara umum.<br />

Ketika seorang pemilik modal ditawari untuk me laku<br />

kan investasi (modal) usaha maka ia akan bertanya<br />

“Berapa lama modal saya akan kembali?” Dalam<br />

manajemen keuangan hal itu dikenal dengan sebutan<br />

payback period, yaitu suatu periode yang diperlukan<br />

untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan<br />

menggunakan aliran kas. Cara perhitungannya sederhana,<br />

sbb.:<br />

Rumus:<br />

Pay Back Period<br />

= (Nilai Investasi Awal : Kas Masuk Bersih) X 1<br />

tahun<br />

82<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Kriteria penilaian:<br />

Jika Pay Back Period lebih pendek waktunya dari maksimum<br />

Pay Back Period yang dapat diterima, maka<br />

usulan investasi dapat diterima. Misalnya kita mensyaratkan<br />

Pay Back Period maksimum yang dapat diteri<br />

ma adalah 5 tahun, sedangkan hasil perhitungan<br />

menunjukkan 4 tahun, maka usulan investasi tersebut<br />

DI TERIMA<br />

Metode Pay Back Period ini cukup sederhana, namun<br />

mempunyai kelemahan. Kelemahan utamanya yaitu<br />

periode ini tidak memperhatikan perubahan nilai uang<br />

dalam periode mendatang. Selain itu juga tidak memperhatikan<br />

aliran kas masuk setelah modal kembali.<br />

Jadi pada umumnya metode ini digunakan sebagai<br />

pendukung metode lain yang lebih baik.<br />

Contoh:<br />

Investasi Awal unit usaha pengelolaan air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

“GANTING” adalah sebesar Rp. 76.450.000,- (lihat<br />

Tabel 1), dan Arus Kas Masuk Bersih sebesar Rp.<br />

24.230.000,-. Berdasarkan data ini, dapat diperhitungkan<br />

Pay Back Period-nya sebagai berikut.<br />

Payback Period = (76,450,000 / 24,230,000) X 1 tahun<br />

= 3,16 tahun atau 3 tahun lebih 2 bulan.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 83


Hasil perhitungan tersebut diatas menunjukkan bahwa<br />

waktu yang diperlukan untuk kembali modal adalah<br />

selama 3 tahun lebih 2 bulan. Jika batasan periode<br />

waktu kembali modal yang dapat diterima adalah 5<br />

tahun, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha<br />

pengelolaan air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” dinyatakan<br />

layak untuk direalisasikan, karena modal yang ditanamkan<br />

akan kembali dalam waktu yang lebih cepat<br />

dari waktu maksimum yang dapat diterima.<br />

b. Metode Net Present Value (NPV)<br />

Net Present Value (nilai sekarang) yaitu selisih antara<br />

biaya investasi dengan nilai sekarang dengan penerimaan-penerimaan<br />

kas bersih (aliran kas operasional<br />

maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang.<br />

Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan<br />

tingkat bunga yang berlaku.<br />

Rumus:<br />

Keterangan:<br />

AK t<br />

= aliran kas per tahun pada periode t<br />

I o<br />

= investasi awal pada tahun ke-0<br />

b = suku bunga (discount rate) à biasanya suku<br />

bunga sertifikat Bank Indonesia atau bunga deposito<br />

digunakan sebagai acuan<br />

84<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Kriteria penilaian:<br />

- jika NPV > 0, maka usulan rencana usaha diterima<br />

- jika NPV < 0, maka usulan rencana usaha ditolak<br />

- jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walaupun<br />

usulan rencana usaha diterima ataupun ditolak.<br />

Contoh:<br />

Berikut ini merupakan perhitungan NPV berdasarkan<br />

biaya investasi dan arus kas bersih bagi unit usaha<br />

pengelolaan air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”. Total investasi<br />

awal sebesar Rp. 76.450.000,- (lihat Tabel 1). Arus kas<br />

bersih diasumsikan tetap/konstan selama periode 5<br />

tahun, yaitu sebesar Rp. 24.230.000,-/tahun (lihat Tabel<br />

5). Suku bunga bank diasumsikan 7% per tahun<br />

(SBI Tahun 2010).<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 85


TH<br />

ke<br />

Tabel 7.<br />

Perhitungan NPV Arus Kas Bersih untuk Unit <strong>Usaha</strong><br />

Penge lolaan Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />

di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />

URAIAN<br />

ALIRAN KAS<br />

DISCOUNT<br />

RATE<br />

(b=7%)<br />

PRESENT<br />

VALUE<br />

0 Investasi Awal -74,950,000 1 -74,950,000<br />

1 Arus kas bersih tahun ke-1 24,230,000 0.93457944 22,644,860<br />

2 Arus kasbersih tahun ke-2 24,230,000 0.87343873 21,163,420<br />

3 Arus kasbersih tahun ke-3 24,230,000 0.81629788 19,778,898<br />

4 Arus kas bersih tahun ke-4 24,230,000 0.76289521 18,484,951<br />

5 Arus kas bersih tahun ke-5 24,230,000 0.71298618 17,275,655<br />

NPV 22,897,784<br />

Berdasarkan contoh perhitungan NPV tersebut di atas,<br />

maka dapat disimpulkan bahwa rencana kegiatan usaha<br />

pengelolaan air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” layak untuk dijalankan,<br />

karena NPV = Rp. 22.897.784,-. Berarti NPV> 0<br />

(bernilai positif).<br />

c. Metode Profitability Index (PI)<br />

Profitability Index (indeks untuk dapat untung) meru<br />

pakan metode untuk menghitung perbandingan antara<br />

nilai arus kas bersih yang akan datang dengan<br />

nilai investasi yang sekarang. Jadi profitability index<br />

86<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


dapat dihitung dengan membandingkan antara Present<br />

Value (PV) Kas Masuk dengan PV Kas Keluar.<br />

Rumus:<br />

PI = PV Kas Masuk : PV Kas Keluar<br />

Kriteria Penilaian:<br />

— jika PI > 1, maka usulan rencana usaha dikatakan<br />

menguntungkan;<br />

— jika PI < 1, maka usulan rencana usaha tidak<br />

menguntungkan.<br />

Contoh :<br />

Dengan menggunakan nilai Present Value yang tercantum<br />

pada Tabel 7, kita dapat dengan mudah menghitung<br />

Profitability Index.<br />

Caranya: PV untuk arus kas bersih tahun ke-1 sampai<br />

dengan tahun ke-5 dijumlahkan, kemudian hasil penjumlahannya<br />

dibagi dengan PV investasi awal. Hasil<br />

perhitungannya adalah sebagai berikut:<br />

PI = Rp 99.347.784,- / Rp 76.450.000,-<br />

= 1,30<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 87


Kesimpulan:<br />

Kegiatan usaha pengelolaan air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GAN-<br />

TING” jika dijalankan akan memperoleh untung/laba,<br />

karena PI = 1,30. Berarti PI > 1.<br />

d. Break Even Point (Titik Impas)<br />

Analisis break even point atau titik impas digunakan<br />

untuk mengetahui hubungan antara beberapa faktor di<br />

dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau<br />

tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan,<br />

serta pendapatan yang diterima perusahaan<br />

dari kegiatannya. Pendapatan perusahaan merupakan<br />

penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan,<br />

sedangkan biaya operasi merupakan pengeluaran untuk<br />

kegiatan perusahaan. Biaya operasi ini terbagi atas<br />

dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel (biaya<br />

tidak tetap).<br />

Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh<br />

naik atau turunnya produksi yang dihasilkan. Contoh:<br />

gaji pengurus/pengelola <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, biaya rapat, biaya<br />

penyusutan, bunga bank, dan lain-lain.<br />

Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang<br />

jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubah an<br />

tingkat produksi. Contoh: biaya untuk membeli bahan<br />

baku, biaya bahan bakar mesin produksi, biaya<br />

88<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


pe masaran, biaya tenaga kerja langsung, dan sebagainya.<br />

Break Even Point (BEP) merupakan keadaan yang<br />

menunjukkan Total Pendapatan sama dengan Total<br />

Biaya.<br />

Total Pendapatan adalah jumlah unit barang terjual<br />

dikalikan harga satuan barang, sedangkan total biaya<br />

merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya<br />

va riabel. Rumus BEP adalah sebagai berikut:<br />

BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel<br />

Rata-Rata)<br />

Contoh 1:<br />

Biaya tetap pengelolaan air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />

sebesar Rp. 8.170.000,- per tahun atau Rp. 680.833,-<br />

per bulan. Biaya tetap ini untuk membayar ATK dan<br />

gaji/tunjangan pengurus dan pengelola. Biaya variabelnya<br />

Rp. 0,- karena produksi air tidak menggunakan<br />

mesin (tinggal mengalirkan saja melalui perpipaan)<br />

dan tidak ada biaya tenaga kerja langsung. Jumlah<br />

pelanggannya sebanyak 400 rumahtangga. Berarti Biaya<br />

Tetap per pelanggan per bulan = Rp. 680.833,- :<br />

400 = Rp. 1.702. Harga jual per M 3 sebesar Rp. 250,-.<br />

Berdasarkan data tersebut BEP dapat dihitung sebagai<br />

berikut:<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 89


BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya<br />

Variabel Rata-Rata)<br />

= 1.702 : (250 – 0) = 6.81<br />

Makna dari hasil perhitungan tersebut adalah, untuk<br />

mencapai BEP atau titik impas maka volume air yang<br />

harus terjual kepada setiap pelanggan rata-rata 6,81<br />

M 3 per bulan, dengan catatan jumlah pelanggan tetap<br />

sebanyak 400 rumahtangga.<br />

Contoh 2 :<br />

Untuk memperjelas perhitungan BEP, berikut ini merupakan<br />

contoh dengan permisalan seorang produsen<br />

tempe:<br />

Harga jual tempe per unit sebesar Rp 500,-, biaya<br />

tetap sebesar Rp 10.000,-, dan biaya variabel sebesar<br />

Rp 100,-/unit, maka jumlah yang diproduksi agar<br />

mencapai BEP adalah:<br />

BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel<br />

Rata-Rata)<br />

= 10.000/ (500 – 100) = 10.000 / 400<br />

= 25 unit<br />

90<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Jadi jumlah produksi tempe agar mencapai titik impas<br />

adalah 25 unit pada harga Rp 500,-.<br />

Jika biaya tetap dan biaya variabel tidak berubah, dan<br />

harga jual per unit berubah (naik) maka jumlah unit<br />

produksi untuk mecapai BEP akan menjadi lebih kecil.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 91


Bagian VI<br />

ASPEK SOSIAL BUDAYA, EKONOMI,<br />

POLITIK, LINGKUNGAN USAHA DAN<br />

LINGKUNGAN HIDUP<br />

Aspek sosial budaya, ekonomi, politik, dan lingkungan<br />

perlu dipertimbangkan dalam menilai kelayakan usaha.<br />

Perlu ditegaskan kembali bahwa tujuan usahausa<br />

ha yang akan dijalankan oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tidak sematamata<br />

untuk mengejar keuntungan materi semata (profit),<br />

tetapi juga bertujuan untuk mendatangkan kemanfaatan<br />

(benefit) bagi seluruh stakeholders desa dan lingkungan<br />

hidup. Oleh karena itu, setiap usaha yang akan dijalankan<br />

oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus layak berdasarkan aspek-aspek tersebut.<br />

Aspek Sosial Budaya Setempat<br />

Rencana usaha yang akan dijalankan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus<br />

mempertimbangkan kondisi sosial budaya setempat. Rencana<br />

kegiatan usaha yang bertentangan dengan nilai-nilai<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 93


sosial budaya masyarakat<br />

setempat akan menimbulkan<br />

perlawan an dari masyarakat,<br />

se hingga rencana<br />

usaha itu sulit dilaksanakan.<br />

Perlu pula dipertimbangkan<br />

kemung kinan<br />

dam pak yang ditimbulkan<br />

oleh kegiatan usaha yang<br />

akan dijalankan. Apabila<br />

ke giatan usaha menimbul-<br />

Hindari jenis kegiatan usaha yang<br />

tidak sesuai dengan nilai sosial<br />

budaya setempat, dan kegiatan<br />

usaha yang akan dilaksanakan<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> jangan sampai menimbulkan<br />

konflik dalam kehidupan<br />

masyarakat.<br />

kan dampak negatif pada kehidupan warga desa, maka<br />

perlu diupayakan untuk mengatasi dampak negatif tersebut.<br />

Apabila dampak negatif yang akan terjadi berskala besar<br />

dan sulit untuk mengatasinya, maka sebaiknya rencana<br />

usaha itu ditunda atau dihentikan sama sekali. Sebaliknya,<br />

apabila rencana usaha itu justru dapat melerai konflik antar<br />

warga desa, maka rencana usaha dapat direalisasikan.<br />

Sebagai contoh, pemanfaatan air bersih di <strong>Desa</strong> Labbo,<br />

Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng tidak<br />

dikelola dengan baik sehingga menimbulkan konflik antar<br />

warga, karena pembagian air yang tidak merata. Dengan<br />

dikelolanya air oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” membuat konflik<br />

antar warga menjadi reda. Dengan demikian kegiatan<br />

usaha pengelolaan air ini layak dijalankan.<br />

94<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Aspek Perbaikan Ekonomi <strong>Desa</strong><br />

Salah satu tujuan utama<br />

mendirikan unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

adalah untuk memperbaiki atau<br />

meningkatkan perekonomian<br />

de sa. Untuk itu, perlu dihindari<br />

pemilihan jenis usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

yang sekiranya justru akan menurun<br />

kan pendapatan masyarakat<br />

setempat. Misalnya, unit usaha<br />

<strong>Usaha</strong>kan kegiatan usaha<br />

yang akan dijalankan<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat menyerap<br />

tenaga kerja lokal<br />

dan menggairahkan kehidup<br />

an ekonomi desa.<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sebaiknya menghindari pemilihan jenis usaha<br />

yang sudah digeluti oleh warga desa.<br />

Sesuai dengan tujuannya, unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang<br />

akan dijalankan hendaknya berupa kegiatan usaha yang<br />

dapat menyerap tenaga kerja setempat. Akan lebih baik<br />

lagi apabila kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tersebut dapat<br />

melahirkan kegiatan ekonomi baru bagi warga setempat.<br />

Dengan demikian, kehadiran unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat<br />

memperluas kesempatan kerja baru bagi warga desa.<br />

Dampak lanjutan dari semakin luasnya kesempatan kerja<br />

tersebut, pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan<br />

warga desa sehingga terjadi perbaikan tingkat kesejahteraan<br />

warga desa.<br />

Selain dampak positif dari unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> terhadap<br />

kehidupan ekonomi warga desa, rencana usaha<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 95


tersebut juga perlu memperhitungkan keuntungan finansial<br />

bagi peningkatan Pendapatan Asli <strong>Desa</strong> (PADes). Kehadiran<br />

unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> diharapkan mampu meningkatkan<br />

PADes. Dengan meningkatnya PADes berarti<br />

kemampuan keuangan Pemerintah <strong>Desa</strong> menjadi semakin<br />

kuat. Peningkatan PADes tersebut lebih lanjut diharapkan<br />

dapat memperkuat kemampuan pembiayaan pembangunan<br />

desa dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.<br />

Aspek Politik<br />

Aspek politik merupakan<br />

hal penting yang harus<br />

dipertimbangkan dalam <strong>Usaha</strong>kan unit kegiatan usaha<br />

me ren canakan suatu kegiat<br />

an usaha, karena aspek<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> mendapatkan dukungan<br />

politik dari berbagai<br />

pemangku kepentingan desa<br />

politik dapat mendukung (Ke pala <strong>Desa</strong>, BPD, Tokoh Masya<br />

rakat, Lembaga-lembaga<br />

atau sebaliknya menggagalkan<br />

kegiatan usaha Ke ma syarakatan, Pemerintah<br />

Ka bupaten, dll)<br />

yang akan dijalankan. Dari<br />

as pek politik yang perlu dipertimbangkan<br />

antara lain:<br />

apakah warga desa memberi dukungan ataukah menolak<br />

adanya rencana membuka suatu kegiatan usaha <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong>? Apabila masyarakat memberi dukungan atas rencana<br />

tersebut, maka kegiatan usaha yang direncanakan dapat<br />

96<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


dilanjutkan. Sebaliknya, jika masyarakat tidak mendukung<br />

atau bahkan menolak, sebaiknya rencana kegiatan usaha<br />

ditunda sambil melakukan pendekatan kepada masyarakat<br />

agar bersedia mendukung. Akan tetapi, jika masyarakat<br />

tetap menolak kehadiran kegiatan usaha yang direncanakan,<br />

maka sebaiknya rencana itu dihentikan. Demikian<br />

pula sikap pemerintah desa (Kepala <strong>Desa</strong>) dan BPD perlu<br />

juga diperhitungkan. Apabila pemerintah desa dan/atau<br />

BPD tidak berkomitmen terhadap rencana kegiatan usaha,<br />

sebaiknya rencana itu ditunda terlebih dahulu. Demikian<br />

juga komitmen Pemerintah Kabupaten sangat penting untuk<br />

diperhatikan. Adakah kebijakan Pemerintah Kabupaten<br />

yang mendukung rencana kegiatan usaha? Jika ada, maka<br />

ini merupakan hal baik untuk melanjutkan rencana kegiatan<br />

usaha. Berikutnya yang perlu dipertimbangkan adalah<br />

seberapa amankah kegiatan usaha yang direncanakan<br />

dari pengaruh politik paska pilkades atau pilkada. Apabila<br />

kegiatan usaha yang direncanakan itu diyakini tidak begitu<br />

terpengaruh terhadap dinamika politik lokal yang bersifat<br />

mengganggu, maka kegiatan usaha yang direncanakan<br />

dapat dilanjutkan/dilaksanakan.<br />

Aspek Lingkungan <strong>Usaha</strong><br />

Lingkungan usaha merupakan sekumpulan kegiatan<br />

usaha yang bergerak dalam jenis usaha ekonomi yang<br />

sama. Pendirian <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus memperhatikan ling-<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 97


kungan usaha, terutama<br />

masalah persaingan usaha<br />

sejenis antarperusahaan<br />

(antar <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>) dan<br />

usaha sejenis yang sudah<br />

diusahakan oleh masyarakat.<br />

Salah satu peran<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> adalah<br />

men dorong pertumbuhan<br />

perekonomian masyarakat<br />

desa. Oleh karena itu, sebe<br />

lum suatu jenis usaha<br />

dijalankan oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

1. Pilihlah jenis kegiatan usaha<br />

yang tidak menyaingi dan<br />

me matikan usaha yang sudah<br />

dijalankan oleh warga ma syarakat<br />

setempat.<br />

2. Perhitungkan secara cermat<br />

kondisi persaingan usaha antar<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dan Per u sahaan<br />

lainnya serta kemampuan<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> untuk<br />

meng hadapi persaingan.<br />

maka harus dipastikan bahwa usaha tersebut tidak “bersaing”<br />

dengan usaha sejenis yang dilakukan oleh masyarakat<br />

setempat. Prinsipnya, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tidak boleh mematikan<br />

usaha yang sudah dijalankan oleh masyarakat, tetapi justru<br />

harus mampu mendukung atau mensinergikan berbagai<br />

usaha yang sudah dijalankan oleh masyarakat. Lalu,<br />

bagaimana jika <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sudah terlanjur mulai menjalankan<br />

jenis usaha yang juga digeluti oleh masyarakat setempat?<br />

Tentu saja usaha yang sudah ada tersebut tidak<br />

harus dimatikan, tetapi harus dikembangkan untuk mendukung<br />

usaha sejenis yang dikelola masyarakat. Misalnya,<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> menjalankan usaha perdagangan sembako dan<br />

beberapa warga setempat juga menjalankan usaha yang<br />

98<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


sama, maka sebaiknya <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> berperan sebagai grosirnya<br />

dan tidak menjual secara eceran.<br />

Analisis lingkungan usaha secara sederhana dapat dilakukan<br />

dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut<br />

ini:<br />

Bagaimana situasi dan kondisi ancaman bagi <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> sebagai pendatang baru ke dalam bidang usaha<br />

yang akan dijalankan?<br />

Bagaimana situasi persaingan antarperusahaan dalam<br />

bidang usaha yang akan dijalankan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>?<br />

Adakah produk pengganti yang beredar di pasaran sehingga<br />

menjadi ancaman bagi usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>?.<br />

Bagaimana kekuatan tawar-menawar dari pembeli<br />

(buyers) dan pemasok (suppliers)?<br />

Bagaimana kekuatan pengaruh stakeholder lainnya<br />

(pemerintah, serikat pekerja, lingkungan masyarakat,<br />

kreditor, pemasok, asosiasi dagang, kelompok yang<br />

mempunyai kepentingan lain, dan pemilik modal)?<br />

Apabila jawaban dari setiap pertanyaan tersebut menga<br />

rah pada keadaan yang aman bagi usaha yang akan dijalankan<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, maka kegiatan usaha yang direncanakan<br />

dapat dilanjutkan.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 99


Aspek Lingkungan Hidup<br />

Kualitas lingkungan hidup<br />

merupakan hal penting untuk dijaga<br />

kelestariannya demi keberlangsungan<br />

hidup manusia. Oleh<br />

karena itu, rencana usaha yang<br />

akan dijalankan harus memperhitungkan<br />

dampak lingkungan.<br />

Kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> jangan<br />

sampai menimbulkan gangguan<br />

Pilihlah jenis kegiatan<br />

usa ha yang ramah lingkung<br />

an, dan diutamakan<br />

yang dapat mendukung<br />

pelestarian lingkungan<br />

hi dup.<br />

atau kerusakan lingkungan hidup. Terutama apabila kegiatan<br />

usahanya itu memproduksi barang yang menimbulkan<br />

limbah, maka harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh<br />

penanganan limbahnya agar tidak mencemari lingkungan.<br />

Akan lebih baik lagi apabila kegiatan usaha yang<br />

akan dijalankan itu justru dapat memperbaiki atau setidaktidaknya<br />

menjaga kelestarian lingkungan hidup. Misalnya,<br />

usaha yang akan dijalankan berupa kegiatan usaha kehutanan<br />

atau perkebunan dengan memanfaatkan lahan gundul.<br />

Apabila kegiatan usaha yang direncanakan tidak berdampak<br />

negatif (tidak merusak) pada kualitas lingkungan<br />

hidup, maka kegiatan usaha yang direncanakan itu layak<br />

untuk dijalankan.<br />

100<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Bagian VII<br />

ASPEK HUKUM (YURIDIS)<br />

Kajian aspek hukum untuk menilai kelayakan usaha<br />

yang akan diselenggarakan oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> merupakan<br />

langkah penting yang harus dilakukan. Hasil kajian<br />

aspek hukum ini sangat diperlukan untuk menghindari<br />

ter jadinya protes warga dan penutupan/pembekuan usaha<br />

oleh pemerintah karena pelanggaran hukum positif yang<br />

berlaku.<br />

Berdasarkan UU No. 6/2014 tentang <strong>Desa</strong> pada Pasal<br />

87 (khususnya ayat 1 dan 3) dan Pasal 88, apabila pendirian<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> itu berdasarkan kesepakatan Musyawarah <strong>Desa</strong><br />

dan ditetapkan dengan Peraturan <strong>Desa</strong>, maka <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

itu legal atau sah menurut hukum. Namun demikian, khusus<br />

untuk unit-unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang akan ditangani,<br />

perlu memperhatikan aspek hukum sebagai berikut:<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 101


1. Bentuk <strong>Usaha</strong> dan Perijinannya<br />

Dalam merencanakan suatu<br />

kegiatan usaha perlu memper<br />

hatikan bentuk usaha<br />

be serta perijinannya. Oleh<br />

ka rena itu, sebelum rencana<br />

usa ha itu dilaksa nakan per lu<br />

mem pelajari peraturan perundang-un<br />

dang an yang meng<br />

atur tentang bidang usaha<br />

Sebelum rencana usaha<br />

dilaksanakan, pastikan<br />

bah wa status hukum dan<br />

prosedur perijinan pendirian<br />

unit usaha dapat<br />

dilakukan secara benar.<br />

yang akan dijalankan. Apabila badan hukum dari unit<br />

usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang akan dijalankan itu berbentuk<br />

Per se roan Terbatas (PT), maka pendirian unit usaha<br />

itu harus meng ikuti prosedur yang diatur da lam UU<br />

No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas. Apabila bidang<br />

usaha yang akan digeluti itu berupa Lembaga<br />

Keuangan Mikro, maka prosedur pendiriannya harus<br />

menyesuaikan dengan UU No. 1/2013 tentang Lembaga<br />

Keuangan Mikro dan UU No. 21/2011 tentang Otoritas<br />

Jasa Keuangan. Apabila skala usahanya ter masuk<br />

<strong>Usaha</strong> Mikro Kecil dan Mene ngah (UMKM) perlu<br />

meng acu UU No. 20/2008 tentang <strong>Usaha</strong> Mikro, Kecil,<br />

dan Menengah.<br />

Apabila ternyata rencana usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang akan<br />

di ja lankan itu berskala kecil dan semata-mata merupakan<br />

unit usaha yang ber ope rasi di wilayah desa<br />

102<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


sendiri serta tidak melibatkan ma sya rakat luar desa,<br />

maka tidak perlu berbadan hukum. Hal ini sesuai dengan<br />

yang diatur dalam UU No. 6/2014 khu sus nya<br />

Penjelasan Pasal 87 ayat (1).<br />

2. Kesesuaian <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dengan Perencanaan<br />

Pembangunan <strong>Desa</strong><br />

Rencana mendirikan unit<br />

usa ha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus meru<br />

pakan satu kesatuan dengan<br />

perencanaan desa.<br />

De ngan kata lain, rencana<br />

usa ha yang akan dijalankan<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> harus merupakan<br />

reali sasi dari peren canaan<br />

pem bangunan desa (RPJM<br />

Pastikan bahwa unit usaha<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang akan<br />

dijalankan merupakan<br />

re a lisasi dari perencanaan<br />

desa yang termuat<br />

dalam RPJM<strong>Desa</strong> beserta<br />

turunannya.<br />

<strong>Desa</strong> dan RKP <strong>Desa</strong>). Arti nya, rencana kegiatan usaha<br />

tersebut sudah dimuat dalam RPJM <strong>Desa</strong> dan RKP<br />

<strong>Desa</strong>. Jika ternyata renca na usaha tersebut belum termu<br />

at dalam perencanaan pem bangunan desa, maka<br />

ha rus segera dilakukan review RPJM <strong>Desa</strong> beserta peren<br />

canaan turunannya melalui musyawarah desa.<br />

RPJM <strong>Desa</strong> merupakan bagian tak terpisahkan dari<br />

Peraturan <strong>Desa</strong>, sehingga RPJM <strong>Desa</strong> itu merupakan<br />

bagian dari produk hukum desa. Oleh karena itu, unit<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang dibentuk di luar RPJM <strong>Desa</strong><br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 103


dapat dikatakan inkonstitusional (cacat hukum), dan<br />

ini tidak boleh terjadi.<br />

3. Status Kepemilikan Lahan atau Lokasi <strong>Usaha</strong><br />

Untuk menjalankan suatu ke giatan usaha pasti memer<br />

lu kan lahan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan.<br />

Status pemilikan lahan sebagai lo kasi usaha merupakan<br />

hal sen sitif, baik dipandang dari aspek hukum<br />

maupun aspek sosial. Ketidak-jelasan status pemilikan<br />

lahan yang diguna kan sebagai lokasi usa ha sa ngat<br />

berisiko terjadinya konflik sosial di kemudian hari. Selain<br />

itu, ketidak-jelasan status pemilikan lahan seba gai<br />

lokasi usaha juga akan mempersulit dalam pengurusan<br />

104<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Pastikan bahwa ada kejelasan<br />

tentang status<br />

pemilikan dan atau penggunaan<br />

lahan tempat<br />

usa ha sehingga bebas<br />

da ri sengketa.<br />

perijin an usaha. Oleh karena<br />

unit usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> itu milik<br />

Pemerintah <strong>Desa</strong>, maka<br />

lahan yang pa ling aman untuk<br />

digunakan sebagai lokasi<br />

usa ha adalah lahan milik<br />

desa. Kalaupun lahan tempat<br />

usaha menggunakan sebagian<br />

atau seluruhnya milik warga<br />

masyarakat, maka harus ada kejelasan status penggunaannya<br />

dan perlu dibuat perjanjian secara tertulis di<br />

atas meterai. Ini dimaksudkan agar rencana kegiatan<br />

usaha dapat dijalankan dengan lancar dan terbebas<br />

dari konflik/sengketa.<br />

Berdasarkan hasil kajian hukum ini, apabila rencana<br />

usa ha yang akan dijalankan berkesesuaian dengan<br />

hukum yang berlaku atau tidak berdampak terhadap<br />

pe langgaran hukum, maka rencana usaha tersebut<br />

da pat dinyatakan layak untuk dijalankan.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 105


Bagian VIII<br />

PERENCANAAN USAHA<br />

Rencana usaha atau Business Plan pada dasarnya meru<br />

pakan uraian tertulis mengenai masa depan usaha/bisnis,<br />

yang menjelaskan tentang: apa, dimana,<br />

oleh siapa, dan bagaimana kegiatan usaha akan dijalankan.<br />

Renca na usaha biasanya digunakan oleh wirausahawan yang<br />

sedang mencari calon investor untuk menyampaikan visi dan<br />

misinya kepada calon investor atau pemodal. Menurut Pinson<br />

(2003), ada tiga tujuan utama menyusun rencana usaha.<br />

Pertama, sebagai panduan dalam menjalankan usaha.<br />

Rencana usaha adalah cetak biru bisnis yang memberi informasi<br />

lebih rinci atas seluruh aspek kegiatan usaha di masa<br />

lalu dan masa sekarang, maupun proyeksi beberapa tahun<br />

ke depan. Ini bagi kegiatan usaha yang sudah berjalan. Bagi<br />

kegiatan yang baru, tentu belum memiliki sejarah, sehingga<br />

informasi yang termuat dalam rencana usaha lebih didasarkan<br />

proyeksi. Kedua, sebagai dokumentasi pendanaan. Bila<br />

mencari dana, rencana bisnis akan merinci bagaimana dana<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 107


itu dapat memajukan tujuan perusahaan dan meningkatkan<br />

laba. Pemberi pinjaman ingin mengetahui cara mengatur<br />

arus kas dan membayar pinjaman beserta bunganya secara<br />

tepat waktu. Investor ingin tahu apakah investasinya dapat<br />

meningkatkan kekayaan bersih serta memperoleh laba atas<br />

investasinya itu. Ketiga, bila berbisnis secara internasional,<br />

rencana bisnis menjadi alat standar untuk mengevaluasi potensi<br />

bisnis di pasar luar negeri. Rencana usaha/bisnis dapat<br />

menunjukkan cara suatu perusahaan dapat bersaing di era<br />

global saat ini.<br />

Rencana usaha perlu dibuat oleh siapapun yang akan<br />

atau bahkan sudah menjalankan suatu kegiatan usaha.<br />

Bagi desa yang hendak menjalankan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, terlebih<br />

dahulu perlu membuat rencana usaha agar segala aspek<br />

yang berkenaan dengan kegiatan usaha yang akan dijalankan<br />

dapat diperhitungkan dan dipersiapkan sebaik-baiknya.<br />

Demikian pula bagi desa yang sudah menjalankan<br />

unit kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, rencana usaha perlu dibuat<br />

dalam rangka pengembangan kegiatan usahanya.<br />

Rencana usaha pada umumnya berisi gambaran dan<br />

penjelasan mengenai aspek-aspek penting yang sangat<br />

mempengaruhi jalannya kegiatan usaha yang direncanakan.<br />

Materi pokok yang biasanya dimuat dalam rencana<br />

usaha meliputi:<br />

1. Tujuan usaha,<br />

2. Strategi yang digunakan untuk mencapainya,<br />

108<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


3. Masalah potensial yang kira-kira akan dihadapi dan<br />

cara mengatasinya,<br />

4. Struktur organisasi (termasuk jabatan dan tanggung<br />

jawab), dan<br />

5. Modal yang diperlukan untuk membiayai perusahaan<br />

dan bagaimana mempertahankannya sampai mencapai<br />

break even point (titik impas).<br />

Daya tarik dari suatu rencana usaha sangat tergantung<br />

pada kualitas dari cara menulis dan menyusunnya.<br />

<strong>Seri</strong>ngkali kita memiliki ide bisnis yang sangat bagus, namun<br />

kedodoran dalam mengungkapkannya dalam bentuk<br />

rencana usaha (business plan). Sebuah rencana bisnis<br />

akan baik apabila mengikuti pedoman yang telah disepakati<br />

secara umum dalam dunia bisnis, baik dari segi susunan<br />

maupun isi.<br />

Dalam praktek sehari-hari dokumen rencana usaha<br />

dapat disusun berdasarkan hasil kajian kelayakan usaha<br />

untuk memulai usaha atau mengembangkan usaha yang<br />

sudah ada. Rencana usaha itu bukanlah suatu kajian kelayakan<br />

usaha, hal ini seringkali disalah-artikan. Kajian kelayakan<br />

usaha lebih bersifat sebagai kegiatan penelitian<br />

untuk mengkaji apakah suatu kegiatan yang direncanakan<br />

itu layak atau tidak layak untuk dijalankan. Sedangkan<br />

rencana usaha memiliki fungsi perencanaan yang berisikan<br />

langkah-langkah yang diperlukan untuk mewujudkan<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 109


suatu ide menjadi kenyataan. Hasil dari kajian kelayakan<br />

usaha akan menjadi dasar bagi rencana usaha yang mulai<br />

dipersiapkan jika sudah diketahui bahwa suatu alternatif itu<br />

layak untuk dilanjutkan. Rencana usaha berisikan “cetak<br />

biru” pelaksanaan usaha.<br />

Ada 3 (tiga) bagian utama dari sebuah rencana usaha, yaitu:<br />

1. Konsep Bisnis, yang menjelaskan secara rinci kegiatan<br />

usaha yang digeluti, struktur usaha, produk dan<br />

jasa yang ditawarkan, dan bagaimana rencana untuk<br />

mensukseskan bisnis.<br />

2. Pasar, yang membahas dan menganalisis calon konsumen:<br />

siapa dan dimana mereka berada, apa yang<br />

menyebabkan mereka mau membeli, dan lain-lain.<br />

Dalam bagian ini, perlu juga dijelaskan persaingan<br />

yang akan dihadapi dan bagaimana memenangkannya.<br />

3. Finansial, mencakup estimasi atau perkiraan pendapatan<br />

dan arus kas, neraca serta alat analisis keuangan<br />

lainnya, misalnya analisis break even point. Untuk ini<br />

mungkin akan memerlukan bantuan seorang akuntan<br />

dan program software spreadsheet yang bagus.<br />

110<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Ketiga bagian tersebut dapat dibagi-bagi lebih rinci<br />

lagi, menjadi komponen-komponen kunci yang tersusun<br />

menjadi sistematika perencanaan usaha sebagai berikut:<br />

Halaman Judul<br />

Berisi nama <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, alamat, dan nomor telephon serta<br />

pengelolanya<br />

Daftar Isi<br />

Berisi nomor halaman dari bagian-bagian penting dalam peren<br />

canaan usaha<br />

Ringkasan Eksekutif<br />

Berisi penjelasan singkat dari rencana usaha yang akan dijalankan<br />

dan dasar yang mendukung usaha tersebut. Perlu diingat<br />

bahwa para eksekutif biasanya memiliki kesibukan kerja<br />

yang tinggi, sehingga waktu yang dimiliki untuk membaca dokumen<br />

perencanaan usaha sangat sempit. Itu sebabnya, perlu<br />

dibuat Ringkasan Eksekutif dengan maksud agar pejabat atau<br />

pengambil keputusan (eksekutif) dapat dengan cepat memahami<br />

inti dari perencanaan usaha tanpa harus membaca uraian<br />

yang panjang.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 111


Pernyataan Visi dan Misi<br />

Visi menggambarkan secara singkat filosofi/nilai dan cita-cita<br />

yang ingin diraih dari usaha yang akan dijalankan. Untuk menya<br />

takan Visi hendaknya diawali dengan kata keadaan, misalnya:<br />

Terwujudnya …. , Terbentuknya …., Menjadi …., Menuju…..,<br />

dan seterusnya. Misi menggambarkan jalan/strategi<br />

yang dikehendaki agar visinya dapat terlaksana. Untuk menyatakan<br />

Misi hendaknya diawali dengan kata kerja, W: Meningkatkan…,<br />

Mengembangkan…., Menyempurnakan…., dan seterusnya.<br />

Gambaran Perusahaan (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>)<br />

Menjelaskan bentuk usaha (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>), nama perusahaan<br />

(<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>), organisasi, tujuan perusahaan (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>), lokasi<br />

usaha, produk yang dihasilkan (barang atau jasa), dan badan<br />

hukum perusahaan.<br />

Perencanaan Produk (Barang dan Jasa)<br />

Menjelaskan tentang keunggulan produk (barang atau jasa)<br />

yang dihasilkan, dan alasan mengapa konsumen menginginkan<br />

produk tersebut atau terdapat permintaan di pasar.<br />

112<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Perencanaan Pemasaran<br />

Menggambarkan siapa yang menjadi konsumen dari produkproduk<br />

yang dihasilkan (pasar yang dibidik), kondisi persaingan<br />

yang dihadapi, strategi yang akan dilakukan (strategi harga,<br />

produk, distribusi, dan promosi).<br />

Perencanaan Manajemen<br />

Menggambarkan struktur organisasi beserta tugas dan fungsi<br />

dari setiap bagian dalam struktur organisasi <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Menjelaskan<br />

kompetensi (penguasaan kemampuan) yang dimiliki<br />

pengelola <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dan sistem manajemen yang dijalankan.<br />

Perencanaan Pengoperasian<br />

Menjelaskan sistem produksi dan operasi yang digunakan,<br />

fasilitas yang dimiliki, ketersediaan bahan baku atau keterjaminan<br />

pemenuhan bahan baku.<br />

Perencanaan Keuangan<br />

Menggambarkan kebutuhan keuangan dan sumber keuangan<br />

yang mungkin dapat digali, memproyeksikan pendapatan, biaya<br />

dan laba (analisis waktu kembali modal, titik impas dan arus<br />

kas).<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 113


Lampiran Dokumen Pendukung<br />

Berisi data pengelola <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, copy akte pendirian Unit<br />

<strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, copy Peraturan Daerah dan Peraturan <strong>Desa</strong><br />

tentang <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />

Panjang atau pendeknya sebuah rencana usaha sangatlah<br />

tergantung pada fungsi dari rencana usaha itu<br />

sendiri. Demikian pula jika rencana usaha dimaksudkan<br />

untuk memperoleh dukungan dana jutaan atau bahkan<br />

mil yaran rupiah sebagai modal untuk memulai suatu usaha<br />

yang beresiko, maka diperlukan banyak penjelasan untuk<br />

meyakinkan pihak yang dituju. Namun jika rencana usaha<br />

hanya untuk tujuan internal (untuk mengatur bisnis) maka<br />

penyusunan rencana usaha dalam bentuk singkat sudah<br />

cukup memadai.<br />

Contoh penyusunan rencana usaha yang perlu dilakukan<br />

oleh Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>) sebagaimana<br />

Lampiran 2. Contoh tersebut diambil dari praktik penyusunan<br />

rancanaan usaha yang dilakukan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> di<br />

114<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


salah satu desa mitra ACCESS Tahap II, yaitu Unit <strong>Usaha</strong><br />

Pengelolaan Air <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo, Kecamatan<br />

Tompobulu, Kabupaten Bantaeng.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 115


Bagian IX<br />

PENUTUP<br />

Pada dasarnya hal yang paling esensial dari keberadaan<br />

Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>) terletak pada<br />

unit kegiatan usaha yang dijalankan. Ini sesuai dengan<br />

sebutannya sebagai “badan usaha”, sehingga kegiatan<br />

utama dari <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> adalah melakukan kegiatan usaha<br />

ekonomi atau bisnis untuk memperoleh kemanfaatan<br />

ekonomi maupun kemanfaatan lain yang lebih luas. Apabila<br />

ada kelembagaan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tetapi tidak memiliki atau tidak<br />

menjalankan kegiatan usaha ekonomi dapat diandaikan sebagai<br />

wadah tanpa isi.<br />

Dalam rangka merencanakan suatu unit kegiatan<br />

usaha atau merencanakan pengembangan usaha yang<br />

akan dijalankan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>, perlu diawali dengan kajian<br />

kelayakan usaha. Menjalankan suatu kegiatan usaha yang<br />

didasarkan coba-coba tanpa perhitungan yang matang<br />

sangat beresiko mengalami kegagalan. Itu sebabnya kajian<br />

kelayakan menjadi penting untuk dilakukan sejak awal.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 117


Kajian kelayakan usaha merupakan kegiatan untuk<br />

menganalisis berbagai aspek yang terkait dengan kegiat an<br />

bisnis. Aspek-aspek yang perlu dikaji meliputi: aspek pema<br />

saran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen<br />

dan SDM, aspek keuangan, aspek sosial budaya, ekonomi,<br />

politik, lingkungan, dan hukum. Hasil kajian terhadap berbagai<br />

aspek tersebut akan menunjukkan layak atau tidak<br />

layak suatu gagasan/ide dijalankan sebagai suatu jenis kegiatan<br />

usaha tertentu. Pengertian layak dalam kajian ini<br />

adalah kemungkinan dari gagasan usaha/bisnis yang akan<br />

dijalankan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> memberikan manfaat finansial (profit)<br />

maupun manfaat sosial (social benefit). Apabila hasil<br />

ka jian dari berbagai aspek menunjukkan “layak” maka ide/<br />

gagas an usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat direalisasikan. Apabila<br />

sebalik nya, hasil kajian menunjukkan “tidak layak”, sebaiknya<br />

gagasan usaha ditunda dulu sambil mencari alternatif<br />

usaha lain untuk mengkondisikan aspek-aspek yang tidak<br />

layak menjadi layak, atau gagasan usaha itu tidak perlu dilanjutkan.<br />

Kajian kelayakan usaha perlu dilakukan baik dalam<br />

rangka sedang merencanakan untuk menjalankan kegiatan<br />

usaha yang baru maupun dalam rangka pengembangan<br />

usaha yang sudah ada.<br />

Untuk melakukan kajian kelayakan usaha diperlukan<br />

setidaknya pengetahuan dasar mengenai beberapa disiplin<br />

ilmu, antara lain: manajemen dan organisasi, market-<br />

118<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


ing, akuntansi, dan pengetahuan teknis. Ini semua untuk<br />

menunjang tercapainya ketepatan dalam menilai berbagai<br />

aspek usaha.<br />

Untuk menilai kelayakan aspek keuangan, khususnya<br />

penilaian terhadap investasi, banyak metode yang dapat<br />

digunakan. Untuk kajian kelayakan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang<br />

skala usahanya masih terbatas (kecil), dipandang cukup<br />

untuk menggunakan metode yang sederhana. Dalam hal<br />

ini, menggunakan perhitungan Periode Kembali Modal<br />

(Pay Back Period) dan Titik Impas (Break Even Point) dirasa<br />

sudah cukup memadai.<br />

Akhirnya, kajian kelayakan sebaik apapun belum<br />

cukup menjamin keberhasilan suatu kegiatan usaha yang<br />

akan dijalankan jika dalam pengelolaan usaha nantinya<br />

tidak didukung komitmen yang kuat dari berbagai stakeholders<br />

desa, terutama integritas diri dan komitmen pemimpin<br />

desa beserta pengurus dan pengelola <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 119


DAFTAR PUSTAKA<br />

Dirjen. Pemberdayaan Masyarakat dan <strong>Desa</strong>. 2010. Pe do man<br />

Fasilitasi Pemberdayaan <strong>Usaha</strong> Ekonomi Masyarakat<br />

melalui Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> (<strong>BUM</strong>Des). Direktorat<br />

Jenderal Pemberdayaan Ma syarakat dan <strong>Desa</strong> Kementerian<br />

Dalam Negeri.<br />

Ibrahim, H.M. Yacob. 2009. Studi <strong>Kelayakan</strong> Bisnis. Jakar ta: PT<br />

Rineka Cipta.<br />

Pinson, Linda. 2003. Anatomy of a Business Plan: Pandu an<br />

Lengkap Menyusun Proposal dan Rencana Bisnis. Jakarta:<br />

Canary.<br />

Subagyo, Ahmad. 2007. Studi <strong>Kelayakan</strong>: Teori dan Apli kasi.<br />

Jakarta: PT Elex Media Komputindo.<br />

Suherman, Eman. 2011. Praktik Bisnis Berbasis Enterpreneurship:<br />

Panduan Memulai dan Mengembangkan Bisnis<br />

dengan Mudah dan Sukses. Bandung: Alfabeta.<br />

Suparyanto, Wachyu. 2005. Mudah Menyusun Studi Kela yakan<br />

<strong>Usaha</strong>. Bandung: Alfabeta.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 121


Internet:<br />

http://www.academia.edu/2714019/ANALISIS_USAHA_UKM.<br />

(Diunduh tgl. 4 Agustus 2013)<br />

http://relawandesa.files.wordpress.com/2008/06/1panduan-<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>.pdf. (Diunduh tgl. 15 Oktober 2013)<br />

Peraturan Perundang-undangan:<br />

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan<br />

Daerah.<br />

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang <strong>Desa</strong><br />

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang <strong>Desa</strong>.<br />

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 Tentang<br />

Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil<br />

<strong>Desa</strong> dan Kelurahan.<br />

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang<br />

Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong>.<br />

122<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


TENTANG PENULIS<br />

Drs. Hastowiyono, M.S, lahir di Bantul, 21 Maret 1957. Pendidikan<br />

S1 Ilmu Sosiatri Fisipol UGM diselesaikan tahun 1982, dilanjutkan<br />

menempuh studi S2 dalam bidang Studi Kependudukan<br />

di UGM diselesaikan tahun 1990. Sebelum masuk UGM, penulis<br />

pernah belajar di Akademi Akuntansi YKPN Yogyakarta. Mulai<br />

tahun 1983 hingga sekarang penulis bekerja sebagai Dosen Negeri<br />

Kopertis Wilayah V DIY dipekerjakan pada STPMD “APMD”<br />

Yogyakarta. Jabatan yang pernah diembannya adalah sebagai<br />

Kepala Unit Pelatihan Komputer, Kepala Pusat Penelitian dan<br />

Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M), dan Pembantu Ketua I<br />

Bidang Akademik STPMD “APMD” Yogyakarta. Penulis terlibat<br />

dalam tim advokasi RUU <strong>Desa</strong> dan kegiatan-kegiatan penguatan<br />

kapasitas desa. Saat ini tengah terlibat sebagai katalisator<br />

desa mandiri di Kabupaten Kutai Timur. Beberapa kegiatan lain<br />

yang pernah dilakukan penulis meliputi seminar-seminar ilmiah,<br />

kontributor penulisan buku, dan penelitian-penelitian tentang<br />

masalah perdesaan.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 123


Drs. Suharyanto, MM, lahir di Yogyakarta, 6 Mei 1962. Pendidikan<br />

S-1 Ilmu Sosiatri Fisipol UGM diselesaikan tahun 1987,<br />

dilanjutkan menempuh studi Magister Manaje men SDM di STIE<br />

Mitra Indonesia tahun 1999. Mulai tahun 1989 – sekarang sebagai<br />

Dosen tetap di STPMD “APMD” Yogyakarta. Jabatan yang<br />

pernah diembannya adalah Ke pala Bagian Administrasi Akademik<br />

dan kemaha siswaan, Pembantu Ketua I Bidang Akademik,<br />

Sekretaris Program Pascasarjana dan Sekretaris Program<br />

Studi Ilmu Pemerin tahan Program Pascasarjana. Pengalaman<br />

berorga nisasi sejak 1985 sd sekarang sebagai Ketua Pra Koperasi<br />

Mitra <strong>Usaha</strong> Kelurahan Pringgokusuman Yogyakarta dan sejak<br />

tahun 2001 - sekarang sebagai Pengurus Koperasi Karya wan<br />

(KOPKAR) “APMD”.<br />

124<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


PROFIL FPPD<br />

Forum Pengembangan Pembaharuan <strong>Desa</strong> (FPPD) merupakan arena<br />

untuk menyemai gagasan dan mendorong gerakan pembaharuan<br />

desa. FPPD sebagai forum terbuka, merupakan arena bagi proses<br />

pembelajaran dan pertukaran pengetahuan, pengalaman multipihak,<br />

yang memungkinkan penyebarluasan gagasan pembaharuan desa,<br />

konsolidasi gerakan dan jaringan, serta kelahiran kebijakan yang responsif<br />

terhadap desa.<br />

Visi<br />

Menjadi arena belajar pengembangan pembaharuan desa yang terpercaya<br />

untuk mewujudkan masyarakat desa yang otonom dan demokratis<br />

Misi<br />

Meningkatkan keterpaduan gerak antar pihak untuk pembaharuan<br />

desa<br />

Nilai-nilai Dasar<br />

Menghormati keputusan bersama<br />

Solidaritas<br />

Tanggung-gugat<br />

Menghargai perbedaan<br />

Strategi<br />

Konsolidasi gerakan pembaharuan desa<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 125


Lampiran 1.<br />

INSTRUMEN BANTU PENILAIAN KELAYAKAN USAHA<br />

Petunjuk Penggunaan<br />

Instrumen penilaian kelayakan usaha yang berbentuk formulir<br />

ini dibuat untuk memudahkan Tim Penyusunan <strong>Kelayakan</strong><br />

<strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dalam menilai kelayakan usa ha dari setiap<br />

aspek yang dikaji. Ketepatan penilaian kela yakan usaha sangat<br />

tergantung pada kesesuaian antara hasil kajian lapangan (fact<br />

finding) dengan penentuan skor pada setiap unsur yang dikaji.<br />

Cara menggunakan instrumen ini adalah sebagai berikut:<br />

1. Berilah tanda silang ( x ) atau dapat juga dengan tanda centrang<br />

( √ ) pada setiap kolom skor yang sesuai.<br />

2. Skor pada Unsur dari setiap Aspek dijumlahkan dan ditulis<br />

pada kolom TOTAL SKOR. Jumlah Unsur dari setiap Aspek<br />

berbeda-beda, sehingga Total Skor minimal dan maksimalnya<br />

juga berbeda, yaitu:<br />

No.<br />

ASPEK<br />

JUMLAH TOTAL SKOR<br />

UNSUR Minimal Maksimal<br />

1. Pasar dan Pemasaran 8 8 40<br />

2. Teknis dan Teknologi 8 8 40<br />

3. Manajemen dan Sumber Daya Manusia 6 6 30<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 127


No.<br />

ASPEK<br />

JUMLAH<br />

UNSUR<br />

TOTAL SKOR<br />

Minimal<br />

Maksimal<br />

4. Keuangan 6 6 30<br />

5.<br />

Aspek Sosial-Budaya, Ekonomi, Politik,<br />

dan Lingkungan<br />

15 15 75<br />

6. Aspek Hukum (Yuridis) 7 7 35<br />

3. Hitunglah NILAI dari setiap Aspek dengan cara: TOTAL<br />

SKOR dibagi jumlah Unsur. Tulislah hasil perhitungan tersebut<br />

pada kolom NILAI.<br />

4. Buatlah kesimpulan berdasarkan NILAI pada setiap Aspek<br />

tersebut dengan cara memberi tanda silang atau cetrang<br />

pada kolom KESIMPULAN, dengan ketentuan:<br />

NILAI > 3 adalah Layak<br />

NILAI = 3 adalah Netral<br />

NILAI < 3 adalah Tidak Layak<br />

5. Buatlah Kesimpulan Akhir Tingkat <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> berdasarkan<br />

persentase dari Aspek yang layak. Rumus perhitungannya<br />

adalah sbb:<br />

TK = AL : A x 100%<br />

TK = Tingkat <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong><br />

AL = Jumlah Aspek yang Layak<br />

A = Jumlah seluruh Aspek yang dinilai (6 aspek)<br />

128<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Kriteria Kesimpulan Akhir:<br />

TK lebih dari 80%<br />

TK antara 60 % - 80%<br />

TK kurang dari 60%<br />

= “LAYAK”<br />

= “MERAGUKAN” atau<br />

“KURANG LAYAK”<br />

= “TIDAK LAYAK”<br />

Contoh:<br />

Jumlah Aspek yang dinyatakan Layak (AL) sebanyak 5 aspek,<br />

maka:<br />

TK = AL : A x 100%<br />

= 5 : 6 x 100% = 83,33%<br />

Kesimpulan: kegiatan usaha yang direncanakan layak untuk<br />

dijalankan.<br />

CATATAN:<br />

1. Penentuan skor harus didasarkan pada data dan informasi<br />

yang diperoleh dari kajian lapangan, laporan/informasi<br />

dari warga desa, kajian data se kunder (misal:<br />

data profil desa), dan sebagainya.<br />

2. Penentuan skor harus dilakukan dalam forum rapat<br />

atau musyawarah Tim Penyusunan <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong><br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>. Ini dimaksudkan agar penentuan skor dapat<br />

dilakukan seobyektif mungkin.<br />

3. Meskipun kegiatan usaha dinyatakan layak tetapi Tingkat<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> tidak mencapai 100%, maka ada<br />

unsur-unsur yang bermasalah dan perlu dilakukan<br />

upaya perbaikan.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 129


FORMULIR PENILAIAN KELAYAKAN USAHA<br />

JENIS USAHA :<br />

NAMA <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> :<br />

NAMA DESA :<br />

STATUS USAHA : £ BARU £ SUDAH BERJALAN<br />

I. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN<br />

NO.<br />

UNSUR YANG DINILAI<br />

1. Masyarakat/konsumen sangat membutuhkan<br />

dan menginginkan produk yang akan dihasilkan<br />

dan akan terus membutuhkan dalam jangka<br />

waktu yang lama<br />

2. Konsumen mempunyai kemampuan membeli<br />

(daya beli) dan bersedia membeli produk yang<br />

ditawarkan<br />

3. Jumlah konsumen banyak<br />

4. Permintaan konsumen terhadap produk yang<br />

ditawarkan cenderung akan meningkat di<br />

kemudian hari<br />

5. Produk (berupa barang atau jasa) sesuai dengan<br />

kebutuhan konsumen<br />

6. Harga yang ditawarkan dapat diterima oleh<br />

konsumen<br />

7. Barang dan/atau jasa yang ditawarkan mudah<br />

didapatkan oleh konsumen<br />

8 Konsumen mudah mendapatkan informasi<br />

tentang barang/jasa yang ditawarkan<br />

SKOR *)<br />

1 2 3 4 5<br />

130<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


T O T A L S K O R<br />

N I L A I<br />

( Total Skor dibagi Jumlah Unsur )<br />

KESIMPULAN:<br />

Nilai > 3 (Layak)<br />

Nilai = 3 (Meragukan)<br />

Nilai < 3 (Tidak Layak)<br />

*) Kriteria Skor:<br />

1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju<br />

5 = Sangat Setuju<br />

£ TIDAK LAYAK<br />

£ MERAGUKAN<br />

£ LAYAK<br />

II.<br />

ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI (ASPEK<br />

PRODUKSI)<br />

NO.<br />

UNSUR YANG DINILAI<br />

1. Produk yang dihasilkan merupakan produk yang<br />

sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen<br />

2. Produk (barang dan jasa) yang dihasilkan merupakan<br />

produk berkualitas.<br />

3. Memiliki teknologi yang tepat sehingga dapat<br />

dioperasikan untuk menghasilkan produk (barang<br />

atau jasa).<br />

4. Kapasitas produksi dari usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat<br />

disesuaikan agar mampu memenuhi kebutuhan<br />

konsumen<br />

5. Pemilihan lokasi usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sudah tepat<br />

6. Tata letak fasilitas usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> sudah tepat<br />

7. Rencana produksi dari usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat<br />

dikelola dengan baik<br />

SKOR *)<br />

1 2 3 4 5<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 131


8. Persediaan bahan baku dari usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

dapat diperhitungkan dan dapat dikendalikan<br />

dengan baik<br />

T O T A L S K O R<br />

N I L A I<br />

( Total Skor dibagi Jumlah Unsur )<br />

KESIMPULAN:<br />

Nilai > 3 (Layak)<br />

Nilai = 3 (Meragukan)<br />

Nilai < 3 (Tidak Layak)<br />

£ TIDAK LAYAK<br />

£ MERAGUKAN<br />

£ LAYAK<br />

*) Kriteria Skor:<br />

1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju5 = Sangat<br />

Setuju<br />

III. ASPEK MANAJEMEN DAN SUMBER DAYA MANUSIA<br />

NO.<br />

UNSUR YANG DINILAI<br />

1. Pengembangan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> dapat direncanakan<br />

dengan baik<br />

2. <strong>Usaha</strong> yang akan dikelola oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> memiliki<br />

asas dan struktur organisasi yang efektif dan<br />

efisien<br />

3. <strong>Usaha</strong> yang akan dikelola oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> akan<br />

dipimpin oleh pemimpin yang memiliki jiwa<br />

kepemimpinan dan staf/karyawan yang memiliki<br />

dedikasi (kesetiaan) kepada organisasi<br />

4. Fungsi-fungsi pengendalian dan pengawasan<br />

terhadap usaha yang akan dikelola oleh <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

berjalan dengan baik<br />

SKOR *)<br />

1 2 3 4 5<br />

132<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


5. <strong>Usaha</strong> yang akan dikelola <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> didukung<br />

oleh orang-orang yang terampil dan berkompeten<br />

untuk mengelola kegiatan usaha<br />

6. Seluruh personil pengelola <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> (Pengurus,<br />

Badan Pengawas, Seksi-seksi, dan staf) dapat<br />

bekerjasama dan kompak dalam bekerja<br />

T O T A L S K O R<br />

N I L A I<br />

( Total Skor dibagi Jumlah Unsur )<br />

KESIMPULAN:<br />

Nilai > 3 (Layak)<br />

Nilai = 3 (Meragukan)<br />

Nilai < 3 (Tidak Layak)<br />

*) Kriteria Skor:<br />

1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju<br />

5 = Sangat Setuju<br />

£ TIDAK LAYAK<br />

£ MERAGUKAN<br />

£ LAYAK<br />

IV. ASPEK KEUANGAN<br />

NO.<br />

UNSUR YANG DINILAI<br />

1. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk investasi awal<br />

dan modal kerja dalam usaha ini dapat dihitung<br />

dengan mudah<br />

2. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk investasi awal<br />

dan modal kerja dalam usaha ini tidak terlalu besar<br />

3. Sumber dana untuk menjalankan usaha telah tersedia<br />

dan dapat diperoleh<br />

4. <strong>Usaha</strong> ini diperkirakan akan menghasilkan keuntung<br />

an yang memadai karena penerimaan lebih<br />

besar daripada pengeluaran<br />

SKOR *)<br />

1 2 3 4 5<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 133


5. <strong>Usaha</strong> ini mempunyai cukup uang untuk membayar<br />

tagihan atau membiayai kegiatan usaha, karena<br />

uang yang diperoleh lebih banyak dibandingkan<br />

dengan uang yang dikeluarkan.<br />

6. Modal yang dikeluarkan untuk usaha ini akan<br />

kembali dalam waktu yang sudah ditentukan (balik<br />

modal)<br />

T O T A L S K O R<br />

N I L A I<br />

( Total Skor dibagi Jumlah Unsur)<br />

KESIMPULAN:<br />

Nilai > 3 (Layak)<br />

Nilai = 3 (Meragukan)<br />

Nilai < 3 (Tidak Layak)<br />

KETERANGAN:<br />

*) Kriteria Skor:<br />

1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju<br />

5 = Sangat Setuju<br />

£ TIDAK LAYAK<br />

£ MERAGUKAN<br />

£ LAYAK<br />

Untuk meyakinkan atau membuktikan bahwa ke giatan<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> memiliki kelayakan dari aspek keuangan,<br />

maka terlebih dahulu perlu dilakukan:<br />

1. Menghitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk in vestasi<br />

awal (tanah, bangunan, peralatan, dll.)<br />

2. Menghitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk mo dal<br />

kerja usaha (membeli bahan baku, membayar upah/tenaga,<br />

membayar tagihan listrik, dll)<br />

134<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


3. Mengidentifikasi dari mana sumber dana untuk investasi<br />

awal dan modal kerja (pemerintah desa, tabungan<br />

masyarakat, bantuan pemerintah (kabupaten/provinsi),<br />

pinjaman, dan/atau penyertaan modal pihak lain atau<br />

kerja sama bagi hasil)<br />

4. Memperkirakan pos-pos penerimaan usaha dan pengeluaran<br />

usaha yang akan digunakan dalam menghitung<br />

laporan rugi laba usaha.<br />

5. Memperkirakan pos-pos penerimaan kas dan pengeluaran<br />

kas yang akan digunakan dalam menghitung aliran<br />

kas usaha.<br />

6. Memperkirakan harta, hutang, dan modal usaha untuk<br />

menyusun laporan neraca<br />

7. Memperkirakan berapa tahun modal akan kembali<br />

V. ASPEK SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, POLITIK,<br />

LINGKUNGAN USAHA Dan LINGKUNGAN HIDUP<br />

NO<br />

UNSUR YANG DINILAI<br />

A. Aspek Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik:<br />

1. Banyak warga desa yang akan menerima manfaat<br />

dari kegiatan usaha ini<br />

2. <strong>Usaha</strong> ini tidak terpengaruh oleh gejolak sosial dan<br />

politik<br />

SKOR *)<br />

1 2 3 4 5<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 135


NO<br />

UNSUR YANG DINILAI<br />

3. Kegiatan usaha ini mendapat dukungan dari<br />

Pemerintah <strong>Desa</strong> (kepala desa) dan/atau Pemerintah<br />

Kabupaten (Bupati)<br />

4. <strong>Usaha</strong> ini tidak memiliki dampak negatif bagi kehidupan<br />

sosial budaya masyarakat<br />

5. Kemungkinan kegiatan usaha ini akan diambil alih<br />

oleh pemerintah supra desa (pemerintah di atas<br />

desa) sangat kecil.<br />

6. Potensi konflik sosial dari usaha ini rendah, atau<br />

adanya kegiatan usaha ini dapat melerai konflik<br />

masyarakat<br />

B. <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> dari Aspek Lingkungan <strong>Usaha</strong>:<br />

7. Tidak ada pelaku bisnis baru yang masuk ke desa<br />

dan mengancam keberlangsungan usaha <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> ini?<br />

8. Tidak ada persaingan yang ketat dalam usaha yang<br />

akan dijalankan<br />

9. Tidak ada ancaman dari produk pengganti bagi<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>?<br />

10.<br />

Kekuatan tawar-menawar dari pembeli rendah<br />

SKOR *)<br />

1 2 3 4 5<br />

11. Kekuatan tawar-menawar dari pemasok (suppliers)<br />

rendah<br />

12. Pengaruh kepentingan kelompok lain (pemilik<br />

modal, pelaku usaha lain, dll) di masyarakat terhadap<br />

usaha ini rendah<br />

C. <strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> dari Aspek Lingkungan Hidup<br />

13. <strong>Usaha</strong> yang akan dijalankan tidak merusak lingkung<br />

an hidup<br />

14.<br />

Limbah dari usaha ini dapat dikelola dengan baik<br />

136<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


NO<br />

UNSUR YANG DINILAI<br />

15. <strong>Usaha</strong> ini akan meningkatkan kualitas lingkungan<br />

hidup<br />

T O T A L S K O R<br />

N I L A I<br />

( Total Skor dibagi Jumlah Unsur )<br />

KESIMPULAN:<br />

Nilai > 3 (Layak)<br />

Nilai = 3 (Meragukan)<br />

Nilai < 3 (Tidak Layak)<br />

*) Kriteria Skor:<br />

1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju<br />

5 = Sangat Setuju<br />

SKOR *)<br />

1 2 3 4 5<br />

£ TIDAK LAYAK<br />

£ MERAGUKAN<br />

£ LAYAK<br />

VI. ASPEK HUKUM (YURIDIS)<br />

NO.<br />

UNSUR YANG DINILAI<br />

1. Rencana usaha yang akan dijalankan oleh <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> ini sejalan dengan rencana pembangunan<br />

ekonomi desa (RPJMDes)<br />

2. Pengurus dan Pengelola usaha berasal dari dalam<br />

desa<br />

3. Bentuk badan hukum dari kegiatan usaha mudah<br />

diurus<br />

4. Mudah mendapatkan perijinan atas jenis usaha<br />

yang akan dijalankan karena tidak bertentangan<br />

dengan peraturan yang ada?<br />

5. Tanah yang digunakan sebagai tempat usaha<br />

merupakan tanah milik desa<br />

SKOR *)<br />

1 2 3 4 5<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 137


6. Status lahan untuk lokasi usaha bebas dari sengketa<br />

7. Lokasi usaha sesuai dengan rencana tata ruang/<br />

wilayah<br />

T O T A L S K O R<br />

N I L A I<br />

( Total Skor dibagi Jumlah Unsur)<br />

KESIMPULAN:<br />

Nilai > 3 (Layak)<br />

Nilai = 3 (Meragukan)<br />

Nilai < 3 (Tidak Layak)<br />

*) Kriteria Skor:<br />

1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Netral 4 = Setuju<br />

5 = Sangat Setuju<br />

£ TIDAK LAYAK<br />

£ MERAGUKAN<br />

£ LAYAK<br />

VII. KESIMPULAN AKHIR<br />

Jumlah Aspek yang LAYAK (AL)<br />

JUMLAH ASPEK YANG DINILAI (A) 6<br />

TINGKAT KELAYAKAN (TK) = AL : A x 100% %<br />

KESIMPULAN:<br />

TK > 80% (Layak)<br />

TK 60 % - 80% (Meragukan)<br />

TK


Lampiran 2.<br />

Contoh Perencanaan <strong>Usaha</strong> (Business Plan)<br />

DAFTAR ISI<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 139


SAMPUL<br />

DAFTAR ISI<br />

RINGKASAN EKSEKUTIF<br />

A. GAMBARAN UMUM DESA LABBO<br />

B. GAMBARAN Tentang <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />

1. Visi dan Misi.<br />

2. Tujuan<br />

3. Badan Hukum<br />

4. Organisasi<br />

5. Unit <strong>Usaha</strong><br />

6. Sumber Keuangan<br />

7. Peluang Pengembangan <strong>Usaha</strong><br />

C. UNIT USAHA PENGELOLAAN AIR MINUM<br />

1. Latar Belakang Pemilihan <strong>Usaha</strong><br />

2. Perencanaan Produk<br />

3. Perencanaan Pemasaran<br />

4. Perencanaan Manajemen<br />

5. Perencanaan Pengoperasian<br />

6. Perencanaan Keuangan<br />

7. Perencanaan Jadwal Pelaksanaan<br />

LAMPIRAN-LAMPIRAN<br />

Lampiran 1. Dokumentasi Kelembagaan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

Lampiran 2. Foto copy Akte Notaris<br />

140<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Lampiran 3. Foto copy Peraturan <strong>Desa</strong><br />

Lampiran 4. Foto copy SK Kepengurusan<br />

Lampiran 5. Berita Acara Musyawarah <strong>Desa</strong><br />

RINGKASAN EKSEKUTIF<br />

Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> “GANTING” atau yang sering disingkat<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” merupakan lembaga usa ha ekonomi<br />

desa milik Pemerintah <strong>Desa</strong> Labbo Kecamat an Tompobulu<br />

Kabaupaten Bantaeng. <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GAN TING” didirikan pada<br />

tanggal 31 Desember 2008 melalui forum musyawarah desa yang<br />

dihadiri perwakilan warga masyarakat, Pemerintah <strong>Desa</strong>, Badan<br />

Permusyawaratan <strong>Desa</strong> dan lembaga kemasyarakatan lainnya.<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” telah memiliki struktur organi sasi<br />

kepengurusan yang lengkap dan cukup sederhana (ram ping),<br />

yaitu terdiri atas Komisaris, Direktur, Sekretaris, dan Bendahara.<br />

Komisaris dijabat oleh Kepala <strong>Desa</strong>, Direktur dijabat oleh Saharuddin,<br />

S.Ag, Sekretaris dijabat oleh Jamaluddin, S.Pd, dan<br />

Bendahara dijabat oleh Darmiati, Sp. Komisaris beserta seluruh<br />

pengurus lainnya dapat sa ling bekerjasama sehingga kegiatan<br />

usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> yang sudah ada dapat berjalan dengan baik.<br />

Salah satu unit usaha yang akan dikembangkan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong><br />

“GANTING” adalah kegiatan usaha pengelolaan air bersih dengan<br />

pemasangan sambungan pipa dan meteran air. Munculnya<br />

ide untuk menjalankan kegiatan usaha tersebut dilatar belakangi<br />

oleh keadaan warga desa yang mengalami kesulitan untuk<br />

memperoleh air bersih. Ini di se babkan letak sumber air bersih<br />

yang cukup jauh.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 141


Kegiatan usaha pengelolaan air bersih ini memiliki prospek<br />

yang sangat bagus, baik ditinjau dari segi sosial maupun<br />

dari segi bisnis. Dari segi sosial, dengan adanya kegiatan usaha<br />

tersebut akan sangat membantu warga desa dalam memenuhi<br />

kebutuhan air bersih, sehingga akan mendukung peningkatan<br />

kesehatan masyarakat. Dari segi bisnis, kegiatan usaha pengelolaan<br />

air bersih sa ngat diminati oleh warga desa, sehingga untuk<br />

pemasaran produk sangat mudah karena pasarnya selalu tersedia.<br />

Terle bih di <strong>Desa</strong> Labbo tidak ada pihak-pihak yang membuka<br />

usaha sejenis, sehingga tidak ada pesaingnya.<br />

Pada tahap awal usaha, target pasarnya adalah 400 rumah<br />

tangga yang ada di <strong>Desa</strong> Labbo. Jumlah pelanggan diyakini<br />

akan bertambah semakin banyak di masa yang akan datang.<br />

Harga langganan telah diperhitungkan dan dimusyawarahkan<br />

bersama warga desa, yaitu sebesar Rp. 250/m 3 ditambah infak<br />

setiap pelanggan Rp. 500/bln. Harga tersebut dirasakan ringan<br />

bagi warga dan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tidak rugi.<br />

Untuk merealisasikan rencana kegiatan tersebut tentu memerlukan<br />

dana sebagai biaya investasi maupun mo dal kerja<br />

pada tahap awal usaha. Berdasarkan perhitung an yang cermat,<br />

kebutuhan dana untuk biaya investasi sebesar Rp. 74,950,000,-<br />

dan modal kerja sebesar Rp. 8,170,000,- sehingga total biaya<br />

yang diperlukan Rp. 83, 120,000,-. Biaya investasi digunakan<br />

untuk pengadaan sara na pipa air, meteran air, bahan-bahan,<br />

biaya transportasi dan bia ya pemasangan. Biaya modal kerja<br />

digunakan untuk insentif pengurus/pengelola selama 12 bulan<br />

terhitung sejak kegiatan usaha dapat dioperasionalkan. Total<br />

142<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


modal awal tersebut diharapkan diperoleh dari Pemerintah Kabupaten<br />

Bantaeng.<br />

Berdasarkan hasil kajian kelayakan, perhitungan Payback<br />

Period (waktu kembali modal) adalah 3 tahun lebih 1 bulan. Ini<br />

menggambarkan waktu yang diperlukan untuk kembali modal<br />

termasuk pendek, sehingga kegiatan usaha ini dari segi bisnis<br />

tetap menguntungkan. Ini dipertegas lagi dengan perkiraan<br />

Laba-Rugi yang menunjukkan ke giatan usaha pengelolaan<br />

air bersih akan memperoleh Laba Bersih Rp. 16,933,333,-/th.<br />

Hasil perhitungan Net Present Value (NPV) dari arus kas bersih<br />

menunjukkan positif, yaitu NPV = Rp. 24,397,784,-. Profitability<br />

index (PI) juga me nunjukkan positif, yaitu PI=1,33. Dengan<br />

demikian, berda sarkan parameter-parameter akuntansi yang digunakan<br />

semuanya mengarahkan pada kesimpulan bahwa kegiatan<br />

usaha tersebut layak dan menguntungkan.<br />

Keuntungan yang diperoleh dari usaha pengelolaan air bersih<br />

sebagian akan digunakan untuk pengembangan usaha, dan<br />

sebagian sisanya disetorkan ke Pemerintah <strong>Desa</strong> sebagai tambahan<br />

Pendapatan Asli <strong>Desa</strong>.<br />

Ketersediaan sumber daya manusia untuk mengelola usaha,<br />

baik secara kualitas maupun kuantitas sangat memadai,<br />

dan kebutuhan SDM dapat dicukupi dari <strong>Desa</strong> Labbo sendiri sehingga<br />

menguntungkan dari berbagai segi. Ke tersediaan SDM<br />

tersebut menjadikan kegiatan usaha pe ngelolaan air bersih dapat<br />

dijalankan dengan baik.<br />

Kegiatan usaha pengelolaan air bersih yang bersumber dari<br />

sungai dan mata air hutan pegunungan sangat mendukung pe-<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 143


les tarian lingkungan hidup. Kegiatan usaha tersebut selain tidak<br />

menghasilkan limbah yang merugikan lingkungan, juga dapat<br />

memotivasi warga desa untuk mempertahankan keberadaan<br />

hutan. Dengan demikian ke giatan usaha ini berdampak positif<br />

bagi kelestarian lingkungan hidup.<br />

Dari segi yuridis, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” telah memiliki legalitas,<br />

karena sudah ditetapkan dengan Peraturan <strong>Desa</strong>. Dengan<br />

demikian, secara yuridis tidak ada kendala untuk segera<br />

beroperasi.<br />

A. GAMBARAN UMUM DESA LABBO<br />

1. Kondisi Geografis<br />

a. Letak <strong>Desa</strong><br />

<strong>Desa</strong> Labbo adalah salah satu desa yang terletak di<br />

Kecamatan Tompobulu yang berada di bagian utara<br />

Kabupaten Bantaeng. Jarak tempuh wilayah <strong>Desa</strong><br />

Labbo dari Ibukota Kabupaten Bantaeng 23 km. <strong>Desa</strong><br />

ini memiliki luas wilayah 9.8 km 2 , de ngan potensi lahan<br />

yang produktif.<br />

Adapun batas-batas desa sebagai berikut :<br />

Sebelah Utara<br />

Sebelah Timur<br />

: Asayya Kelurahan Ereng-ereng dan<br />

Kab. Bulukumba<br />

: <strong>Desa</strong> Pattaneteang dan Kab. Bulukumba<br />

144<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Sebelah Selatan<br />

Sebelah Barat<br />

: <strong>Desa</strong> Balumbung dan Kelurahan<br />

Ereng-Ereng<br />

: Kelurahan Ereng-Ereng dan Kab.Bulukumba<br />

b. Topografi <strong>Desa</strong><br />

<strong>Desa</strong> Labbo memiliki kondisi daerah yang berbukitbukit,<br />

berada di atas gunung dengan ke tinggian antara<br />

750 m sampai 1000 m di atas permukaan laut.<br />

Kondisi tanah cukup subur untuk ditanami berbagai<br />

jenis tanaman, baik tanaman jangka pendek maupun<br />

tanaman jangka panjang. Tanaman jangka panjang<br />

adalah kopi, cengkeh serta kakao, sedangkan tanaman<br />

jangka pendek adalah sayur-sayuran.<br />

Daerah pegunungan di <strong>Desa</strong> Labbo terdapat hutan<br />

yang terpelihara dengan baik. Oleh karena itu mata<br />

air dan sungai hingga saat dapat menyediakan air untuk<br />

kebutuhan warga desa. Namun demikian, karena<br />

jauhnya lokasi sumber air tersebut sehingga warga<br />

desa banyak yang mengalami kendala untuk memperolehnya.<br />

2. Kondisi Demografis<br />

a. Jumlah Penduduk<br />

<strong>Desa</strong> Labbo memiliki jumlah penduduk 883 KK (741<br />

KK laki-laki dan 142 KK perempuan) yang terdiri atas<br />

1.529 jiwa laki-laki dan 1.644 jiwa pe rempuan se-<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 145


hingga jumlah penduduk secara ke seluruhan sebanyak<br />

3.173 jiwa.<br />

b. Sumber Mata Pencaharian Pokok<br />

Sumber mata pencaharian masyarakat di <strong>Desa</strong> Labbo<br />

meliputi: Petani, Pengusaha/Pedagang, PNS, Tukang<br />

Kayu, Tukang Batu, Perbengkelan, Tukang Ojek,<br />

Kerajinan Tangan, Buruh Tani, Buruh Bangunan, dan<br />

beberapa warga merantau keluar daerah untuk mencari<br />

nafkah.<br />

3. Administrasi <strong>Desa</strong><br />

Pusat pemerintahan <strong>Desa</strong> Labbo terletak di Dusun Labbo<br />

dan untuk menuju Kantor <strong>Desa</strong> dapat dijangkau dengan<br />

kendaraan umum atau jalan kaki, karena ber ada di jalan<br />

poros yang terhubung langsung dengan pusat kota Kabupaten<br />

Bantaeng dan telah di-hotmix.<br />

Secara administratif <strong>Desa</strong> Labbo terbagi atas 4 dusun yaitu:<br />

1) Dusun Pattiro membawahi 2 RW dan 4 RT<br />

2) Dusun Ganting membawahi 2 RW dan 4 RT<br />

3) Dusun Panjang selatan membawahi 2 RW dan 4 RT<br />

4) Dusun Bawa membawahi 2 RW dan 4 RT<br />

5) Dusun Labbo Membawahi 2 RW dan 4 RT<br />

6) Dusun panjang Utara membawahi 2 RW dan 4 RT<br />

Setiap Dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun dibantu<br />

oleh Ketua RW dan Ketua RT.<br />

146<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Kepala <strong>Desa</strong> pada dasarnya bertanggung jawab kepada<br />

masyarakat desa, dan prosedur pertanggungjawab an disampaikan<br />

ke Bupati melalui Camat, kemudian dari pada<br />

itu Kepala <strong>Desa</strong> bersama dengan BPD setiap tahun wajib<br />

memberikan keterangan laporan pertanggungjawaban kepada<br />

masyarakatnya.<br />

B. GAMBARAN Tentang <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />

Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>) GANTING <strong>Desa</strong> Labbo<br />

Kec. Tompobulu di bentuk melalui Musyawarah <strong>Desa</strong> pada<br />

Tanggal 31 Desember 2008.<br />

1. Visi dan Misi<br />

a. Visi <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>:<br />

“Terwujudnya Kemandirian masyarakat menuju masya<br />

rakat yang sejahtera berlandaskan Iman dan Takwa<br />

Kepada Allah SWT”<br />

b. Misi <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>:<br />

1. Mendorong berkembangnya usaha-usaha untuk<br />

meningkatkan pendapatan masyarakat.<br />

2. Menampung berbagai kegiatan usaha ekonomi<br />

yang ditekuni masyarakat.<br />

3. Mendorong dan memfasilitasi proses pe ngu at an<br />

kelembagaan usaha masyarakat.<br />

4. Menciptakan ruang dan peluang terhadap upaya<br />

pemberdayaan masyarakat miskin untuk meningkatan<br />

kesejahteraan.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 147


5. Meningkatkan kemampuan kelembagaan ma syarakat<br />

dalam mengelola kegiatan usaha dan pertanggungjawaban<br />

keuangan.<br />

2. Tujuan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>:<br />

a. Mendorong berkembangnya kegiatan pereko nomian<br />

masyarakat desa.<br />

b. Meningkatkan kreativitas dan peluang usaha eko nomi<br />

produktif (berwirausaha anggota ma syarakat desa yang<br />

berpenghasilan rendah).<br />

c. Meningkatkan pendapatan asli desa.<br />

d. Meningkatkan pengolahan potensi desa se suai dengan<br />

kebutuhan masyarakat.<br />

3. Badan Hukum<br />

<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” di <strong>Desa</strong> Labbo belum berbadan hukum,<br />

namun legal karena telah ditetapkan dengan Peraturan<br />

<strong>Desa</strong> Labbo sehingga pendiriannya telah memiliki alas<br />

hukum. Perdes tentang pendirian <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />

tersebut telah dicatatkan di Kantor Notaris Eddy Tunggeleng,<br />

SH dengan akte notaris Nomor 50.<br />

4. Organisasi<br />

Susunan organisasi kepengurusan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />

<strong>Desa</strong> Labbo terdiri dari :<br />

a. Komisaris : Kepala <strong>Desa</strong> Labbo<br />

b. Direktur : Saharuddin,S.Ag<br />

c. Sekretaris : Jamaluddin, S.Pd<br />

d. Bendahara : Darmiati,Sp<br />

148<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


5. Unit <strong>Usaha</strong><br />

Unit <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” meliputi:<br />

a. Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan air minum<br />

b. Unit <strong>Usaha</strong> Simpan Pinjam<br />

c. Unit <strong>Usaha</strong> Peternakan<br />

d. Unit <strong>Usaha</strong> Pengelola Hutan <strong>Desa</strong><br />

6. Sumber keuangan:<br />

a. Pemerintah <strong>Desa</strong> Labbo<br />

b. Bantuan APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten<br />

Bantaeng<br />

c. Bantuan dari pihak lain yang tidak mengikat<br />

d. Swadaya masyarakat<br />

7. Gambaran Peluang Pengembangan <strong>Usaha</strong><br />

<strong>Desa</strong> Labbo memiliki potensi ekonomi <strong>Desa</strong> dari sektor perkebunan,<br />

dengan jenis yang dapat dikembangkan adalah ko pi<br />

dan cengkeh, kakao dan markisa. Sektor perdagang an adalah<br />

adanya pasar desa. Sektor peternakan, yaitu pe ter nak an<br />

sapi, kuda, dan kam bing. Sektor jasa yang dapat dikembangkan<br />

antara lain: penge lolaan simpan pinjam, pe ngelolaan air<br />

minum, serta jasa perbengkelan dan pertukangan. Sektor industri<br />

rumah tangga juga potensial untuk dikembangkan.<br />

Sektor-sektor perekonomian tersebut selama ini menjadi<br />

mata pencaharian pokok masyarakat <strong>Desa</strong> Labbo dan miliki<br />

peluang pengembangan yang cukup besar untuk meningkatkan<br />

kesejahteraan penduduk <strong>Desa</strong> Labbo.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 149


C. UNIT USAHA PENGELOLAAN AIR MINUM<br />

Pengelolaan sarana air minum dengan sistem meterisasi<br />

yang dikelola secara profesional akan memberikan pelayanan<br />

yang baik kepada masyarakat dalam hal pe me rataan penggunaan<br />

air. Di sisi lain akan memberikan tambahan pendapatan asli<br />

desa dalam bentuk sisa hasil usaha yang wajib di setor ke kas<br />

desa setiap tahun. <strong>Usaha</strong> pengelolaan air minum di <strong>Desa</strong> Labbo<br />

memiliki peluang pengembangan yang cukup besar dengan<br />

melihat potensi sumber daya alam yang berupa sungai dan<br />

mata air. Su ngai dan mata air yang berasal dari hutan di pegunungan<br />

yang ada di <strong>Desa</strong> Labbo memiliki kualitas yang baik,<br />

arti nya air tersebut layak/sehat untuk dikonsumsi.<br />

1. Latar Belakang Pemilihan <strong>Usaha</strong><br />

<strong>Desa</strong> labbo memiliki potensi sumber daya air yang memadai<br />

dengan banyaknya mata air dan sungai yang dimanfaatkan<br />

masyarakat untuk menjadi air minum sejak dahulu<br />

sampai sekarang. Pemanfaatan sumber air tersebut ada<br />

yang dikelola secara tradisional, dan ada juga yang telah<br />

mendapatkan pendanaan melalui program Care dan PPK/<br />

PNPM Mandiri perdesaan untuk pengadaan sarana perpipaan.<br />

Pengelolaan sarana perpipaan tersebut belum dikelola<br />

secara profe sional sehingga pengelolaannya belum maksimal<br />

dan pemerataan air tidak maksimal, sehingga kadang<br />

me nyebabkan masyarakat kekurangan air minum. Di sisi<br />

lain tidak memberikan kontribusi finansial kepada <strong>Desa</strong>.<br />

150<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Berdasar keadaan tersebut, <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” menjadikan<br />

pengelolaan air minum menjadi salah satu unit usaha<br />

untuk memaksimalkan pengelolaan air di <strong>Desa</strong> Labbo.<br />

2. Perencanaan Produk<br />

Produk yang akan dihasilkan oleh Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan<br />

Air adalah layanan jasa distribusi air melalui perpipaan yang<br />

tersambung langsung ke rumah-rumah pelanggan. Produk<br />

ini sangat dibutuhkan oleh warga desa (konsumen), karena<br />

air bersih yang menjadi kebutuhan dasar warga letak lokasi<br />

sumbernya jauh dari permukiman. Oleh karena itu, dengan<br />

layanan jasa distribusi air bersih tersebut selain warga desa<br />

terpenuhi kebutuhannya, juga terpenuhi keinginannya untuk<br />

memperoleh air dengan mudah.<br />

3. Perencanaan Pemasaran<br />

Pasar yang dibidik adalah warga masyarakat <strong>Desa</strong> Labbo<br />

yang memanfaatkan sarana perpipaan milik Peme rin tah<br />

<strong>Desa</strong> Labbo. Warga desa yang memanfaatkan sarana air<br />

bersih tersebut cukup besar jumlahnya, yaitu sebanyak 400<br />

KK, sehingga ini merupakan potensi pasar cukup besar.<br />

Model pemasaran yang dilakukan adalah menyambung<br />

pipa untuk menyalurkan air dari sumbernya ke rumah konsumen<br />

dengan pemasangan meteran air. Dengan pemasangan<br />

meteran air, penggunaan air menjadi terkontrol,<br />

dan ini menguntungkan semua pihak. Bagi konsumen,<br />

adanya meteran air dapat mengatur penggunaan air seefisien<br />

mungkin sesuai dengan kebutuhan dan kemam-<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 151


puannya. Bagi <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> alat tersebut sangat membantu<br />

dalam menentukan harga yang harus dibayar oleh setiap<br />

pelang gan setiap bulannya.<br />

Potensi pasar tersebut juga menjadi semakin kuat karena di<br />

<strong>Desa</strong> Labbo dan sekitarnya tidak ada pihak yang membuka<br />

usaha sejenis. Dengan demikian, ke giat an usaha pengelolaan<br />

air tidak ada pesaingnya.<br />

Agar pasar tetap terjaga dengan baik, ada 2 (dua) strategi<br />

yang ditempuh, yaitu:<br />

a. Strategi harga<br />

Strategi penentuan Biaya pengelolaan air yang dibebankan<br />

kepada masyarakat disesuaikan kuali tas pelayanan<br />

dengan mengedepankan musyawa rah untuk mufakat.<br />

b. Strategi distribusi<br />

Strategi distribusi dilaksanakan dengan memaksi malkan<br />

potensi Sumber Daya Manusia pengurus <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> dan potensi SDM lainnya dari <strong>Desa</strong> sendiri dengan<br />

prinsip pelayanan prima.<br />

4. Perencanaan Manajemen<br />

a. Kompetensi yang dimiliki pengelola dapat dimanfaatkan<br />

secara optimal, karena mereka:<br />

1) Memahami kondisi masyarakat <strong>Desa</strong> Labbo<br />

2) Memiliki pengetahuan dan pengalaman da lam bidang<br />

pengelolaan Air<br />

3) Memiliki pengalaman organisasi<br />

152<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


. Sistem manajemen yang di jalankan meliputi:<br />

1) Manajemen Pelayanan<br />

Manajemen pelayanan yang dilakukan adalah pelayanan<br />

yang cepat, tepat, senyum dan sapa.<br />

2) Manajemen Pengelolaan<br />

Pengelolaan dilakukan dengan standar manajemen<br />

yang profesional yang berbasis kinerja.<br />

3) Manajemen Keuangan<br />

Manajemen Keuangan dikelola dengan stan dar<br />

akuntansi keuangan yang mengedepankan akunta<br />

bilitas dan transparansi berdasarkan prinsipprinsip<br />

akutansi.<br />

4) Manajemen Peningkatan Kapasitas SDM<br />

Pengelola Unit <strong>Usaha</strong> dapat menjalin kerja sama<br />

dengan pihak lain untuk meningkatkan kualitas<br />

pelayanan. Pengelola unit usaha di ikutsertakan<br />

dalam pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan<br />

tugas pokoknya.<br />

5. Perencanaan Pengoperasian<br />

Untuk mengoperasikan kegiatan usaha pengelolaan air dilakukan<br />

dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan,<br />

tanpa menggunakan bahan bakar dan mudah<br />

mem bangunnya. Teknologi yang dimaksud adalah sistem<br />

grafitasi bumi. Untuk menyalurkan air dari sumbernya<br />

menggunakan fasilitas sarana perpipaan sepanjang 7 Km<br />

yang telah dimiliki <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” <strong>Desa</strong> Labbo.<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 153


Bahan baku produk yang dijual adalah air bersih yang bersumber<br />

dari mata air pegunungan. Mata air ini tak pernah<br />

kering sepanjang masa, sehingga ketersediaan bahan baku<br />

akan tetap terjamin dan biayanya sangat murah.<br />

6. Perencanaan Keuangan<br />

a. Dana yang diperlukan dan sumbernya<br />

Untuk menjalankan kegiatan usaha pengelolaan air<br />

diperlukan dana sebagai modal awal sebesar Rp.<br />

83,120,000,-. Dana ini digunakan sebagai investasi<br />

sebesar Rp. 74,950,000,- dan Rp. 8,170,000,- sisanya<br />

untuk modal kerja. Kebutuh an dana untuk modal usaha<br />

ini bersumber dari APBD Kabupaten Bantaeng.<br />

b. Proyeksi pendapatan.<br />

Berdasarkan hasil analisis keuangan dari kajian kelayakan<br />

yang telah dilakukan, pendapatan usa ha dapat<br />

diproyeksikan sebagai berikut (lihat Tabel 1):<br />

154<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Tabel 1<br />

Perkiraan Arus Kas Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />

di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />

NO URAIAN<br />

A. ARUS KAS MASUK<br />

1. Penerimaan infak dan biaya pemakaian<br />

air<br />

TAHUN KE:<br />

1 2 3 4 5<br />

32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />

2. Lain-lain - - - - -<br />

TOTAL ARUS KAS MASUK (A) 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />

B. ARUS KAS KELUAR<br />

1. ATK 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000<br />

2. Insentif Pengelola 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000<br />

3. Bunga bank - - - - -<br />

4. Pajak - - - - -<br />

5. Lain-lain - - - - -<br />

TOTAL ARUS KAS KELUAR (B) 8,170,000 8,170,000 8,170,000 8,170,000 8,170,000<br />

ARUS KAS BERSIH ( A – B ) 24,230,000 24,230,000 24,230,000 24,230,000 24,230,000<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 155


Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa, arus kas bersih<br />

adalah positif. Artinya pendapatan yang diperoleh lebih<br />

besar daripada pengeluaran. Dengan kata lain, kegiatan<br />

usaha ini layak untuk dijalankan, karena potensial mendapatkan<br />

keuntungan. Pendapatan yang dapat diterima <strong>BUM</strong><br />

<strong>Desa</strong> ke depan dapat ditingkatkan lagi melalui penambahan<br />

pelanggan.<br />

Proyeksi Laba-Rugi.<br />

Berdasarkan hasil kajian kelayakan yang telah dilakukan,<br />

kegiatan usaha pengelolaan air dalam keadaan laba seperti<br />

yang ditunjukkan data pada Tabel 2 berikut ini.<br />

156<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Tabel 2<br />

Proyeksi Laba-Rugi Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air Minum <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING”<br />

di <strong>Desa</strong> Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng<br />

NO URAIAN TAHUN KE<br />

1 2 3 4 5<br />

A. PENJUALAN 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />

B. BIAYA POKOK PRODUKSI<br />

1. Bahan Baku - - - - -<br />

2. Upah Tenaga Kerja - - - - -<br />

3. Biaya Umum Pabrik - - - - -<br />

C. LABA KOTOR ( A – B ) 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000<br />

D. BIAYA USAHA<br />

1. ATK 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000<br />

2. Gaji/Insentif Pengelola 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000<br />

3. Biaya promosi - - - - -<br />

4. Biaya Penyusutan 7,296,667 7,296,667 7,296,667 7,296,667 7,296,667<br />

5. Lain-lain - - - - -<br />

Total Biaya <strong>Usaha</strong> 15,466,667 15,466,667 15,466,667 15,466,667 15,466,667<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 157


E. LABA USAHA (C – D) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333<br />

F. BUNGA - - - - -<br />

G. LABA SEBELUM PAJAK (E-F ) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333<br />

H. PAJAK - - - - -<br />

I. LABA BERSIH (G – H ) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333<br />

158<br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>


Tabel 2 menunjukkan Unit <strong>Usaha</strong> Pengelolaan Air memperoleh<br />

laba bersih sebesar Rp. 16,933,333 setiap tahunnya.<br />

Angka ini tentu bukan merupakan laba yang besar, tetapi<br />

sesuai dengan prinsip usaha yang dianut <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> tidak<br />

untuk mengejar laba yang besar, tetapi lebih mengedepankan<br />

kemanfaatan bagi warga desa.<br />

d. Waktu kembali modal (Payback Period)<br />

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, waktu kembali<br />

modal adalah 3 tahun 1 bulan. Ini diperoleh dari perhitungan<br />

sebagai berikut:<br />

Investasi Awal sebesar Rp. 74,950,000, dan Arus Kas Masuk<br />

Bersih sebesar Rp. 24,230,000. Berdasarkan data ini,<br />

maka Payback Period-nya adalah sebagai berikut.<br />

Payback Period = (74,950,000 / 24,230,000) X 1 tahun<br />

= 3, 09 tahun atau 3 tahun lebih 1 bulan.<br />

7. Rencana Jadwal Pelaksanaan<br />

Jadwal pembangunan infrastruktur dan pengoperasi an kegiatan<br />

usaha pengelolaan air direncanakan mulai Bulan<br />

Juli sampai Nopember 2010.<br />

D. LAMPIRAN DOKUMEN PENDUKUNG<br />

1. Dokumentasi Kelembagaan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GAN TING”<br />

2. Foto copy Akte Notaris<br />

3. Foto copy Peraturan <strong>Desa</strong><br />

4. Foto copy SK Kepengurusan<br />

5. Berita Acara Musyawarah <strong>Desa</strong><br />

<strong>Kelayakan</strong> <strong>Usaha</strong> <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> 159


Badan <strong>Usaha</strong> Milik <strong>Desa</strong> (<strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong>) atau yang disebut dengan<br />

nama lain, merupakan lembaga ekonomi alternatif bagi desa dalam<br />

rangka mendayagunakan potensi desa berbasis kebutuhan masyarakat.<br />

Menjalankan kegiatan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> bertujuan untuk menyejahterakan<br />

masyarakat desa dan meningkatkan PADes. Untuk<br />

itu, kegiatan usaha yang dijalankan harus diupayakan berjalan<br />

lancar dan tidak mengalami kerugian. Kenyataan menunjukkan<br />

pendirian <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> pada umumnya belum dipersiapkan melalui<br />

studi kelayakan maupun perencanaan usaha secara memadai,<br />

sehingga banyak <strong>BUM</strong> Des yang berdiri tetapi langka kegiatan usaha<br />

yang berjalan secara efektif. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan<br />

pengetahuan dan ketrampilan pelaku <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> untuk<br />

melakukan studi kelayakan usaha.<br />

<strong>Buku</strong> ini dihadirkan dengan maksud membantu desa dalam melakukan<br />

studi kelayakan terhadap kegiatan usaha yang akan dijalankan.<br />

Isi buku ini memaparkan tentang apa itu studi kelayakan dan<br />

rencana usaha, serta mengapa dan bagaimana melaksanakannya.<br />

Jawaban atas pertanyaan itu dibahas dalam buku ini dengan bahasa<br />

yang sederhana supaya mudah dipahami oleh semua kalangan<br />

pembaca. <strong>Buku</strong> ini dilengkapi contoh praktik studi kelayakan dan<br />

perencanaan usaha yang dilakukan <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> “GANTING” <strong>Desa</strong><br />

Labbo Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng. Instrumen bantu untuk<br />

menilai kelayakan usaha <strong>BUM</strong> <strong>Desa</strong> disertakan pula dalam buku ini,<br />

sehingga semakin memudahkan Anda untuk mempratikannya.<br />

Forum Pengembangan Pembaharuan <strong>Desa</strong> (FPPD)<br />

Jl. Karangnangka No. 175, Dusun Demangan<br />

<strong>Desa</strong> Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta,<br />

Telp./Fax. 0274-4333665, mbl: 0811 250 3790,<br />

website: //www.forumdesa.org<br />

E-mail: fppd@indosat.net.id<br />

Australian Community Development and Civil Society<br />

Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II<br />

Australian Aid managed by IDSS on behalf of the Australian Government<br />

ISBN 602-14643-3-8<br />

9 7 8 6 0 2 1 4 6 4 3 3 5

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!