Hemat Energi Melalui Penghawaan dan Pencahayaan
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
TENTANG PENULIS<br />
Made Ida Mulyati, S.Sn,<br />
M.Erg, adalah dosen tetap di<br />
FSRD. Jurusan Desain, Program<br />
Studi Interior di ISI Denpasar.<br />
Pendidikan SD , SMP, SMA di<br />
Buleleng Bali. S1 Tamat di<br />
Program Studi Seni Rupa <strong>dan</strong><br />
Desain Universitas Udayana<br />
Jurusan Desain bi<strong>dan</strong>g studi Interior, diselesaikan<br />
th 1993. Pendidikan Magister Ergonomi Fisiologi<br />
Kerja di Univ. Udayana th. 2001. Aktitivitas lain<br />
perancang interior beberapa proyek di Surabaya<br />
<strong>dan</strong> Denpasar, Melakukan penelitian <strong>dan</strong> menulis<br />
di beberapa jurnal dengan topik desain sepatu<br />
olahraga voli, Ergonomi desain topeng bondres<br />
buatan I Wayan Tanguh dll. Pada saat ini<br />
pengampu mata kuliah Fisika bangunan, mebel<br />
IV, Menggambar Teknik II, Desain Interior V,<br />
Pengetahuan bahan interior, Metodelogi<br />
penelitian, Nirmana I.<br />
HEMAT ENERGI MELALUI<br />
PENGHAWAAN & PENCAHAYAAN<br />
Pada Teknik Bangunan <strong>dan</strong> Interior Ruang Dalam<br />
Made Ida Mulyati<br />
.<br />
Penerbit :<br />
Fakultas Seni Rupa <strong>dan</strong> Disain<br />
Institut Seni Indonesia kerjasama dengan<br />
Sari Kahyangan Indonesia<br />
Jln. Gustiwa B.1 Denpasar<br />
Telp. (0361) 463070<br />
E-mail: spiritbali@telkom.net.
HEMAT ENERGI MELALUI<br />
PENGHAWAAN & PENCAHAYAAN<br />
Pada Teknik Bangunan <strong>dan</strong> Interior Ruang Dalam<br />
Made Ida Mulyati<br />
.<br />
i
<strong>Hemat</strong> <strong>Energi</strong> <strong>Melalui</strong> <strong>Penghawaan</strong> <strong>dan</strong> <strong>Pencahayaan</strong><br />
Hak Cipta: Made Ida Mulyati<br />
Hak cipta dilindungi oleh un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g<br />
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini tanpa<br />
izin tertulis dari penerbit.<br />
Perpustakaan Nasional: catalog dalam Terbitan (KDT)<br />
Made Ida Mulyati<br />
<strong>Hemat</strong> <strong>Energi</strong> <strong>Melalui</strong> <strong>Penghawaan</strong> <strong>dan</strong> <strong>Pencahayaan</strong><br />
Mulyati --- Denpasar: Fakultas Seni Rupa <strong>dan</strong> Disain Institut Seni Indonesia<br />
kerjasama dengan Sari Kahyangan Indonesia, 2010.<br />
i-vii,100 Hlm.; 21 cm x 15 cm<br />
ISBN : 978-602-8574-07-5<br />
1. FSRD ISI Denpasar 1. Judul<br />
Disain Cover : Cok Istri Puspawati Nindhia<br />
Penata Isi /Editor : Dr. Tjok. Udiana Nindhia P.<br />
Cetakan I : 2010<br />
Penerbit : Fakultas Seni Rupa <strong>dan</strong> Disain Institut<br />
Seni Indonesia kerjasama dengan Sari<br />
Kahyangan Indonesia<br />
Alamat<br />
: Jalan Gustiwa B.1 Denpasar<br />
Telp. (0361) 463070<br />
E-mail: spiritbali@telkom.net.<br />
ii
Pengantar Penulis<br />
Puji Syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hayang Widhi<br />
Wasa berkat rahmat-Nya buku berjudul <strong>Hemat</strong> <strong>Energi</strong> <strong>Melalui</strong><br />
<strong>Penghawaan</strong> <strong>dan</strong> <strong>Pencahayaan</strong>, dapat diselesaikan sesuai<br />
dengan yang diharapkan.<br />
buku ini membahas mengenai pencahayaan <strong>dan</strong> penghawaan<br />
baik alami maupun buatan. <strong>Pencahayaan</strong> <strong>dan</strong> penghawaan<br />
baik alami ataupun buatan di dalam penerapannya sebaiknya<br />
diperhitungkan agar tidak menimbulkan pemborosan energi.<br />
<strong>Hemat</strong> energi perlu dilakukan, terutama energi yang tak<br />
terbarukan, mengigat sumbernya semakin terbatas. Langkah<br />
pertama penghematan energi adalah mengenali energi apa<br />
saja yang terbarukan <strong>dan</strong> yang tidak. Untuk itu manfaatkan<br />
energi seefisien mungkin.<br />
Untuk menghemat energi melalui penghawaan dapat<br />
dilakukan dengan mengendalikan suhu dalam ruang. Langkahlangkah<br />
dalam usaha mengendalikan suhu dalam ruang dapat<br />
dicapai dengan memanfatkan potensi lingkungan seperti<br />
udara alami semaksimal mungkin <strong>dan</strong> melalui pemilihan<br />
material yang tepat untuk mengantisipasi panas yang masuk<br />
ke dalam ruang akibat radiasi matahari. Sebagian besar<br />
wilayah di Indonesia memiliki suhu rata-rata diatas 30 o C <strong>dan</strong><br />
kelembaban rata-rata mencapai 80% yang cukup tinggi. Hal ini<br />
yang menyebabkan sebagian besar orang memilih<br />
iii
menggunakan AC (Air Conditional) untuk menjadikan ruang<br />
dalam nyaman secara instan.<br />
Penggunaan pendingin ruang yang tidak diperhitungkan dapat<br />
mengakibatkan pemborosan listrik. Untuk itu apabila disain<br />
rumah yang sudah terlanjur salah dengan kurang<br />
memperhatikan pengudaraan alami mengakibatkan suhu<br />
dalam ruang tidak dapat dikendalikan sehingga arus memilih<br />
menggunakan penghawaan buatan (AC), guna meberikan<br />
kenyamanan dalam ruangan. Walaupun dengan terpaksa<br />
harus menggunakan AC sebaiknya harus dihitung BTU ( British<br />
Thermal Unit) untuk mendapatkan PK AC yang sesuai dengan<br />
besaran ruang. Dengan menggunakan perhitungan yang tepat<br />
dapat memberikan kenyaman ruang yang maksimal <strong>dan</strong> tidak<br />
banyak pemborosan energy yang berupa listrik. <strong>Hemat</strong> energi<br />
bukan hanya dari penghawaan saja yang harus diatur <strong>dan</strong><br />
dikendalikan tapi hemat energi dapat juga melalui<br />
pencahayaan yang benar.<br />
<strong>Pencahayaan</strong> ada dua yaitu alami <strong>dan</strong> buatan. <strong>Pencahayaan</strong><br />
alami berasal dari sinar matahari. Untuk menghemat energi<br />
sebaiknya memaksimalkan manfaat dari terangnya matahari<br />
<strong>dan</strong> dapat mengelola panasnya. Untuk itu di dalam mendesain<br />
suatu rumah atau gedung baik arsitektur maupun interior<br />
sebaiknya memikirkan manfaat terangnya sinar matahari<br />
untuk dapat memenuhi kebutuhan penerangan terutama pada<br />
siang hari sehingga tidak perlu menyalakan lampu lagi pada<br />
waktu siang hari. Di samping itu yang harus dalam mendesain<br />
rumah atau gedung bagaimana meletakan bukaan, memilih<br />
iv
entuk bukaan <strong>dan</strong> memilih material yang digunakan untuk<br />
bukaan sehingga dapat mengelola panas yang masuk akibat<br />
sinar matahari sehingga tidak mengakibatkan suhu udara di<br />
ruangan menjadi panas. Se<strong>dan</strong>gkan apabila cuaca mendung<br />
<strong>dan</strong> gelap pada waktu malam hari maka diperlukan juga<br />
pencahayaan buatan yang berasal dari lampu. Mengunakan<br />
lampu ternyata tidak hanya sekedar bias “nyala <strong>dan</strong> terang”<br />
tetapi harus memperhatikan banyak hal agar fungsinya<br />
maksimal. Kebutuhan akan lampu merupakan rutinitas setiap<br />
hari sehingga ditotal kuantitas pemakaian sangat tinggi.<br />
Untuk itu agar hemat energi dapat tercapai maka 2 hal penting<br />
yang harus diperhatikan sehubungan dengan pencahayaan. 2<br />
hal tersebut antara lain yang pertama harus menghitung<br />
tingkat pencahayaan yang diperlukan tergantung pada usia,<br />
ukuran obyek yang dilihat <strong>dan</strong> tingkat ketelitian atau kesulitan<br />
dari pekerjaan yang dilakukan. Se<strong>dan</strong>gkan yang kedua untuk<br />
arah datang <strong>dan</strong> distribusi cahaya yang harus diperhatikan<br />
adalah penempatan titik lampu yang tepat untuk fungsi yang<br />
berbeda(general light, task linght atau decorative light) <strong>dan</strong><br />
pemilihan almatur(rumah lampu) yang tepat.<br />
Dengan mendesain rumah atau gedung yang tepat untuk<br />
tujuan memaksimalkan udara alam <strong>dan</strong> pemanfaatan sinar<br />
sebagai penerangan, serta memperhitungkan ketepatan<br />
penggunaan penghawaan <strong>dan</strong> pencahayaan buatan yang tepat<br />
kita dapat menghemat energi seefisien mungkin <strong>dan</strong> yang<br />
lebih penting kita telah berkontribusi dalam menjaga<br />
keberlangsungan hidup di Bumi.<br />
v
Pada kesempatan ini, dengan tulus diucapkan terima kasih<br />
kepada seluruh sahabat yang banyak memberikan sumbang<br />
saran <strong>dan</strong> meluangkan waktu untuk mengoreksi naskah ini<br />
sampai penulisan bukui ini selesai sesuai dengan waktu.<br />
Kiranya tidak berlebihan bila dalam kesempatan ini ucapan<br />
terima kasih disampaikan kepada Dr.Tjokorda Udiana Nindhia<br />
Pemayun, S.Sn, M.Hum yang telah banyak memberi dorongan dalam<br />
penyelesain buku ini.<br />
Penulis menyadari sepenuhnya tulisan buku ini masih jauh dari<br />
sempurna, memungkinkan untuk disempurnakan <strong>dan</strong> juga<br />
memberi peluang baru untuk dikembangkan lebih lanjut bagi<br />
penulisan buku penghawaan <strong>dan</strong> pencahayaan lain. Untuk itu<br />
penulis dengan kerendahan hati menerima segala kritik <strong>dan</strong><br />
saran demi kesempurnaan tulisan ini.<br />
Pada akhirnya sekecil apapun arti dari karya buku ini, penulis<br />
berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi Bangsa <strong>dan</strong><br />
Negara untuk memperkaya kasanah ilmu pengetahuan fisika<br />
bangunan di Indonesia pada umumnya <strong>dan</strong> bagi masyarakat<br />
luas.<br />
Denpasar, 2010<br />
P e n u l i s<br />
vi
Daftar Isi<br />
Pengantar Penulis ………………………………………………………….. iii<br />
Daftar Isi ………………………………………………………………………… vii<br />
I PENDAHULUAN ………………………………………………….……… 01<br />
II PENGERTIAN ENERGI DAN MENGHEMAT ENERGI ……….. 05<br />
A Pengertian <strong>Energi</strong> ………………………………………………. 05<br />
B Pengertian Menghemat <strong>Energi</strong> …………………………… 07<br />
III PENGHAWAAN ALAMI ………………………………………………. 09<br />
A Mengendalikan Suhu Ruang ………………………………. 12<br />
B Solusi-Solusi Masalah Pengudaraan Alami ………….. 12<br />
C Segi Positif Penggunaan <strong>Penghawaan</strong> Alami ……….. 42<br />
IV PENGHAWAAN BUATAN ……………………………………………. 43<br />
A Jenis-Jenis <strong>Penghawaan</strong> Buatan ……………………….. 47<br />
B Memilih AC Yang Tepat ……………………………………. 51<br />
C Menghitung PK AC Sesuai Dengan Besaran Ruang 52<br />
D Cara Merawat AC …………………………………………….. 56<br />
V PENCAHAYAAN ALAMI ………………………………………………. 58<br />
A Memanfaatkan Penerangan Alami ……………………. 58<br />
B Mengelola Panas Matahari Dalam Ruangan ……… 59<br />
C Memodifikasi Bukaan Yang kurang maksimal ……. 65<br />
VI PENCAHAYAAN BUATAN …………………………………………… 71<br />
A Lampu Sebagai Sumber Cahaya Buatan ……………. 71<br />
B Tingkat <strong>Pencahayaan</strong> ………………………………………. 75<br />
C Arah <strong>dan</strong> Distribusi Cahaya ………………………………. 83<br />
D Trik-Trik Menghemat Lampu …………………………….. 92<br />
VII PENUTUP …………………………………………………………………… 96<br />
KEPUSTAKAAN ……………………………………………………………….. 97<br />
TENTANG PENULIS ………………………………………………………. 100<br />
vii
TENTANG PENULIS<br />
Made Ida Mulyati, S.Sn, M.Erg, adalah<br />
dosen tetap di FSRD. Jurusan Desain,<br />
Program Studi Interior di ISI Denpasar.<br />
Pendidikan SD , SMP, SMA di Buleleng Bali.<br />
S1 Tamat di Program Studi Seni Rupa <strong>dan</strong><br />
Desain Universitas Udayana Jurusan Desain<br />
bi<strong>dan</strong>g studi Interior, diselesaikan th 1993.<br />
Pendidikan Magister Ergonomi Fisiologi<br />
Kerja di Univ. Udayana th. 2001. Aktitivitas lain perancang<br />
interior beberapa proyek di Surabaya <strong>dan</strong> Denpasar,<br />
Melakukan penelitian <strong>dan</strong> menulis di beberapa jurnal dengan<br />
topik desain sepatu olahraga voli, Ergonomi desain topeng<br />
bondres buatan I Wayan Tanguh dll. Pada saat ini pengampu<br />
mata kuliah Fisika bangunan, mebel IV, Menggambar Teknik II,<br />
Desain Interior V, Pengetahuan bahan interior, Metodelogi<br />
penelitian, Nirmana I.<br />
viii
1<br />
PENDAHULUAN<br />
Sebagai awal membaca, buku ini mengajak kita<br />
membahas mengenai pencahayaan <strong>dan</strong> penghawaan<br />
baik alami maupun buatan. Terkait dengan hal tersebut,<br />
pencahayaan <strong>dan</strong> penghawaan baik alami ataupun<br />
buatan di dalam penerapannya sebaiknya<br />
diperhitungkan agar tidak menimbulkan pemborosan<br />
energi. <strong>Hemat</strong> energi perlu dilakukan, terutama energy<br />
yang tak terbarukan, mengigat sumbernya semakin<br />
terbatas. Selaju dengan itu, penghematan energy mesti<br />
dipahami untuk mengenali energi apa saja yang<br />
terbarukan <strong>dan</strong> yang tidak. Untuk itu manfaatkan<br />
energy seefisien mungkin.<br />
I<br />
Untuk menghemat energi melalui penghawaan dapat<br />
dilakukan dengan mengendalikan suhu dalam ruang.<br />
Langkah-langkah dalam usaha mengendalikan suhu<br />
dalam ruang dapat dicapai dengan memanfatkan<br />
potensi lingkungan seperti udara alami semaksimal<br />
mungkin <strong>dan</strong> melalui pemilihan material yang tepat<br />
untuk mengantisipasi panas yang masuk ke dalam<br />
ruang akibat radiasi matahari. Berkaitan dengan itu,<br />
dibahas <strong>dan</strong> diulas lebih dalam pada bagian yang<br />
mengulas pengertian energy <strong>dan</strong> menghemat enerti
2<br />
dalam buku ini. Sebagian besar wilayah di Indonesia<br />
memiliki suhu rata-rata diatas 30 o C <strong>dan</strong> kelembaban<br />
rata-rata mencapai 80% yang cukup tinggi. Hal ini yang<br />
menyebabkan sebagian besar orang memilih<br />
menggunakan AC (Air Conditional) untuk menjadikan<br />
ruang dalam nyaman secara instan.<br />
Penggunaan pendingin ruang yang tidak diperhitungkan<br />
dapat mengakibatkan pemborosan listrik. Untuk itu<br />
apabila disain rumah yang sudah terlanjur salah dengan<br />
kurang memperhatikan pengudaraan alami<br />
mengakibatkan suhu dalam ruang tidak dapat<br />
dikendalikan sehingga arus memilih menggunakan<br />
penghawaan buatan (AC), guna meberikan kenyamanan<br />
dalam ruangan. Walaupun dengan terpaksa harus<br />
menggunakan AC sebaiknya harus dihitung BTU ( British<br />
Thermal Unit) untuk mendapatkan PK AC yang sesuai<br />
dengan besaran ruang. Dengan menggunakan<br />
perhitungan yang tepat dapat memberikan kenyaman<br />
ruang yang maksimal <strong>dan</strong> tidak banyak pemborosan<br />
energy yang berupa listrik. <strong>Hemat</strong> energy bukan hanya<br />
dari penghawaan saja yang harus diatur <strong>dan</strong><br />
dikendalikan tapi hemat energy dapat juga melalui<br />
pencahayaan yang benar.
3<br />
Selanjutnya, dibahas pula mengenai pencahayaan.<br />
<strong>Pencahayaan</strong> secara umum ada dua yaitu alami <strong>dan</strong><br />
buatan. <strong>Pencahayaan</strong> alami berasal dari sinar matahari.<br />
Untuk menghemat energi sebaiknya memaksimalkan<br />
manfaat dari terangnya matahari <strong>dan</strong> dapat mengelola<br />
panasnya. Untuk itu di dalam mendesain suatu rumah<br />
atau gedung baik arsitektur maupun interior sebaiknya<br />
memikirkan manfaat terangnya sinar matahari untuk<br />
dapat memenuhi kebutuhan penerangan terutama pada<br />
siang hari <strong>dan</strong> tidak perlu menyalakan lampu lagi pada<br />
waktu siang hari. Di samping itu, yang harus<br />
dipertimbangkan dalam mendesain rumah atau gedung<br />
adalah bagaimana meletakan bukaan, memilih bentuk<br />
bukaan, <strong>dan</strong> memilih material yang digunakan untuk<br />
bukaan sehingga dapat mengelola panas yang masuk<br />
akibat sinar matahari. Dengan demikian tidak<br />
mengakibatkan suhu udara di ruangan menjadi panas.<br />
Selaju dengan uraian di atas, apabila cuaca mendung<br />
<strong>dan</strong> gelap pada waktu malam hari maka diperlukan<br />
pencahayaan buatan yang berasal dari lampu.<br />
Mengunakan lampu ternyata tidak hanya sekedar bias<br />
“nyala <strong>dan</strong> terang” tetapi harus memperhatikan banyak<br />
hal agar fungsinya maksimal. Kebutuhan akan lampu<br />
merupakan rutinitas setiap hari sehingga ditotal<br />
kuantitas pemakaian sangat tinggi.
4<br />
Untuk itu agar hemat energy dapat tercapai maka dua<br />
hal penting yang harus diperhatikan sehubungan<br />
dengan pencahayaan. Dua hal tersebut antara lain yang<br />
pertama harus menghitung tingkat pencahayaan yang<br />
diperlukan tergantung pada usia, ukuran obyek yang<br />
dilihat <strong>dan</strong> tingkat ketelitian atau kesulitan dari<br />
pekerjaan yang dilakukan. Se<strong>dan</strong>gkan yang kedua untuk<br />
arah datang <strong>dan</strong> distribusi cahaya yang harus<br />
diperhatikan adalah penempatan titik lampu yang tepat<br />
untuk fungsi yang berbeda (general light, task linght,<br />
decorative light, <strong>dan</strong> lain-lain) <strong>dan</strong> pemilihan almatur<br />
(rumah lampu) yang tepat.<br />
Dengan mendesain rumah atau gedung yang tepat<br />
untuk tujuan memaksimalkan udara alam <strong>dan</strong><br />
pemanfaatan sinar sebagai penerangan, serta<br />
memperhitungkan ketepatan penggunaan penghawaan<br />
<strong>dan</strong> pencahayaan buatan yang tepat kita dapat<br />
menghemat energi seefisien mungkin <strong>dan</strong> yang lebih<br />
penting kita telah berkontribusi dalam menjaga<br />
keberlangsungan hidup di Bumi. Inilah yang banyak<br />
diulas dalam uraian buku ini selanjutnya.
5<br />
II<br />
PENGERTIAN<br />
ENERGI DAN MENGHEMAT ENERGI<br />
A Pengertian <strong>Energi</strong><br />
Pengertian energi cukup luas yaitu mencakup segala<br />
hal yang ada di bumi ini. Manusia membutuhkan energi<br />
untuk melangsungkan hidup. Ketika manusia bergerak<br />
pada saat itulah manusia se<strong>dan</strong>g membakar energi<br />
yang didapat dari asupan makanan yang dikonsumsi.<br />
Berkait dengan uraian di atas, energi selain dari<br />
manusi juga terdapat energy listrik. <strong>Energi</strong> listrik dapat<br />
dipergunakan untuk menghidupkan AC, kipas angin,<br />
televise, kompor, lampu, water heater, kulkas <strong>dan</strong> lainlain.<br />
<strong>Energi</strong> listrik tersebut tidak hilang tetapi berubah<br />
wujud dari energy listrik menjadi energy gerak (kipas<br />
angin), energy listrik menjadi energy panas (water<br />
heater). Tetapi yang sangat penting untuk menjadi<br />
bahan pemikiran adalah dari mana energi listrik itu<br />
berasal ?
6<br />
Listrik merupakan sumber energi skunder, yaitu<br />
diperlukan sumber energi lain untuk mengerakan<br />
electron sehingga dapat memproduksi listrik. Pada saat<br />
sekarang ini ada beberapa sumber energi primer untuk<br />
menghasilkan listrik seperti batu bara, minyak bumi<br />
<strong>dan</strong> lain-lain. Melihat dari berbagai sumber energi<br />
maka energi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang bisa<br />
diperbaharui <strong>dan</strong> yang tidak bias diperbaharui.<br />
Se<strong>dan</strong>gkan sebagian besar sumber energi yang<br />
diguakan saat ini adalah sumber energi yang tidak<br />
dapat diperbaharui.<br />
Sumber energi yang tidak bisa diperbaharui inilah yang<br />
lama kelamaan akan habis, apabila penggunaannya<br />
terlalu berlebihan. Untuk itu kita sebagai makhluk yang<br />
memerlukan energi tersebut sebaiknya melakukan<br />
hemat energi. Apabila sumber energi benar-benar habis<br />
<strong>dan</strong> tidak ditemukan alternatif lain sebagai sumber<br />
energi maka generasi mendatang akan kesulitan dalam<br />
memenuhi kebutuhan sehari hari akan energi listrik.
7<br />
B Pengertian Menghemat energi<br />
Menghemat energi, mulai dari kehidupan kita seharihari<br />
dengan jalan tidak melakukan pemborosan dalam<br />
penggunaan energi listrik. Seperti memanfaatkan<br />
penghawaan <strong>dan</strong> pencahayaan alami dengan<br />
maksimal, sehingga penggunaan energi listrik bisa<br />
diminimalkan. Bukan berarti kita tidak boleh<br />
menggunakan energi listrik sama sekali, tetapi<br />
sebaiknya menghemat dalam menggunakan energi<br />
listrik.<br />
Penghematan Penggunaan energi listrik untuk<br />
penghawaan <strong>dan</strong> pencahayaan dengan merancang<br />
desain-desain rumah yang berkonsep hemat energi<br />
untuk daerah tropis. Konsep hemat energi untuk<br />
daerah tropis dapat diterapkan pada penghawaan<br />
dengan memaksimalkan jumlah bukaan <strong>dan</strong> memilih<br />
jenis bukaan yang tepat sehingga udara alam dapat<br />
dengan maksimal masuk ke dalam ruang.<br />
Senada dengan uraian di atas, untuk pencahayaan<br />
sama halnya dengan penghawaan yaitu dengan<br />
memaksimalkan jumlah bukaan <strong>dan</strong> memilih material
yang tepat untuk bukaan sehingga sinar bias maksimal<br />
masuk ke dalam ruang sesuai dengan kebutuhan tanpa<br />
membuat suhu ruangan menjadi panas. Namun hemat<br />
energi bukan berarti kita tidak boleh menggunakan<br />
listrik sama sekali tetapi kita mampu meminimalkan<br />
penggunaan energi listrik dengan memanfaatkan<br />
sumber energi alam yang berasal dari angin (udara) <strong>dan</strong><br />
sinar mata hari semaksimal mungkin.<br />
8
9<br />
III<br />
PENGHAWAAN ALAMI<br />
Pembahasan pada bagian bab ini mengenai<br />
penghawaan alami. <strong>Penghawaan</strong> alami dalam uraian<br />
buku ini berkaitn dengan angin. Angin pada dasarnya<br />
adalah udara yang bergerak. Gerak itu disebabkan<br />
karena bagian-bagian udara didorong dari daerah<br />
bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah.<br />
Dari kenyataan di alam didapat bahwa di daerah dingin<br />
angin lebih bertekanan tinggi dari pada daerah panas,<br />
maka dapat dikatakan arus angin bergerak dari daerah<br />
dingin ke arah daerah yang relative lebih panas.<br />
Gerakan angin ada yang bersifat makro <strong>dan</strong> ada yang<br />
bersifat mikro. Yang bersifat makro adalah angin<br />
berhembus antar benua atau antar samudra sehingga<br />
dikatakan memiliki kawasan gerak lebih luas.<br />
Se<strong>dan</strong>gkan yang bersifat mikro hanya berhembus<br />
antar daerah atau tempat biasanya disebut angin local.<br />
Mengigat a<strong>dan</strong>ya gerakan angin yang bersifat makro,<br />
maka walaupun daerah-daerah di wilayah Indonesia<br />
sebagian besar tropis <strong>dan</strong> memiliki iklim yang relative<br />
tingi mencapai rata-rata di atas 30 0 dengan kelembaban<br />
(Rh) mencapai 80%, namun sepanjang tahun tidak
10<br />
selamanya angin yang bertiup disekitar wilayah<br />
Indonesia memiliki suhu yang tinggi.<br />
Kita dapat mengamati pada bulan juli suhu di dataran<br />
asia sangat tinggi mencapai 32 0 <strong>dan</strong> tekanan udara di<br />
wilayah Asia sangat rendah mencapai 748 mm (musim<br />
panas) termasuk di Wilayah Indonesia, se<strong>dan</strong>gkan suhu<br />
di Australia cukup rendah mencapai 18 0 (musi dingin)<br />
<strong>dan</strong> tekanan udara di Australia tergolong cukup tinggi<br />
mencapai 764 mm. Dengan kondisi ini jelas pada bulan<br />
juli angin atau udara bertiup dari benaua Australi ke<br />
benua Asia, termasuk Indonesia. Hal ini menyebabkan<br />
suhu di wilayah Indonesi pada umumnya pada musim<br />
kemarau tidak terlampau panas.<br />
Tetapi beda dengan kenyataan pada saat ini udara di<br />
wilayah Indonesia semakin panas hal tersebut<br />
diakibatkan karena salah satu fungsi ozon sebagai<br />
pelindung bumi dari panas sinar mata hari sudah<br />
semakin menipis , kondisi ini mengakibatkan panas<br />
matahari lebih maksimal mempengaruhi bumi <strong>dan</strong><br />
mengakibatkan suhu di bumi bertambah panas.<br />
Hal ini disebabkan karena begitu banyaknya kehidupan<br />
di bumi ini menggunakan AC, kulkas yang di dalam<br />
pengoperasiannya menggunakan preon yang
11<br />
dampaknya dapat mempertipis lapisan ozon <strong>dan</strong> lama<br />
kelamaan apabila tidak disadari lapisan ozon pada<br />
akhirnya berlubang. Kondisi yang demikian<br />
mengakibatkan panas bumi bertambah karena sinar<br />
infrared tidak dapat dibendung lagi oleh lapisan ozon,<br />
disamping itu benda-benda luar angkasa dengan<br />
mudahnya jatuh ke bumi.<br />
Akibat dari keadaan yang demikian maka timbul<br />
berbagai penyakit terutama penyakit kulit <strong>dan</strong> penyakit<br />
pada pernafasan. Untuk menangulangi keadaan bumi<br />
yang semakin parah sebaiknya kita sebagai manusia<br />
harus mampu meminimalkan penggunaan alat-alat<br />
yang menggunakan zat yang berdampak negative<br />
terhadap lapisan ozon.<br />
Seperti salah satunya pemakaian AC yang<br />
menggunakan preyon disamping merusak lapisan ozon<br />
juga pemborosan energi yang sumbernya semakin<br />
tahun semakin menipis.Untuk itu seorang desainer<br />
arsitektur <strong>dan</strong> interior sebaiknya di dalam merancang<br />
rumah <strong>dan</strong> ruangan harus memanfaatkan agin atau<br />
udara alam semaksimal mungkin untuk<br />
menyelamatkan lapisan ozone dari kerusakan <strong>dan</strong><br />
tercapai tujuan hemat energ.
12<br />
A. Mengendalikan Suhu Ruang<br />
Untuk mengendalikan suhu di dalam ruang adalah<br />
dengan memanfaatkan udara alami dengan maksimal,<br />
maka diperlukan an<strong>dan</strong>ya pemikiran oleh para desainer<br />
arsitektur <strong>dan</strong> interior di dalam merancang bukaan<br />
pada bangunan <strong>dan</strong> ruang-ruang dalam bangunan.<br />
Disamping memikirkan jumlah bukaan, arah bukaan<br />
<strong>dan</strong> jenis atau bentuk bukaan, juga tidak kalah<br />
pentingnya memilih material yang tepat untuk bahan<br />
bangunan untuk mengatisipasi panas radiasi matahari,<br />
sehingga dapat member kenyamanan bagi manusia<br />
yang beraktivitas di dalamnya.<br />
Ruang yang tergolong nyaman adalah apabila saat<br />
berada di dalamnya kita tidak merasa terlalu panas atau<br />
pengap. Disamping itu juga jangan sampai terasa susah<br />
bernafas Karen minimalnya kadar O2 di dalam<br />
ruang.Untuk itu perlu a<strong>dan</strong>ya solusi-solusi untuk<br />
mengendalikan suhu di dalam ruang.<br />
B. Solusi-Solusi Masalah <strong>Penghawaan</strong> Alami<br />
Banyak masalah yang terjadi dalam pengaturan <strong>dan</strong><br />
pemilihan bentuk penghawaan alami pada saat<br />
seorang desainer arsitektur merancangan rumah atau
13<br />
gedung. Untuk itu perlu diketahu pemecahan solusisolusinya<br />
sehingga hasil rancangan rumah maupun<br />
gedung menjadi optimal sesuai dengan konsep hemat<br />
energy disamping itu juga optimal dari segi visual (enek<br />
dipan<strong>dan</strong>g). Ada beberapa solusi di dalam penghawaan<br />
atau pengudaraan pada ruang dalam antara lain :<br />
1. Menyesuaikan Jumlah Bukaan Dengan Dimensi<br />
Ruang<br />
Jumlah bukaan yang ideal didalam ruangan<br />
disesuaikan dengan besarnya ruangan. Untuk satu sisi<br />
dinding biasanya jumlah bukaan minimal 5% dari luas<br />
ruangan. Untuk bukaan idealnya diletakan di dua sisi<br />
yang berbeda sehingga sirkulasi udara yang masuk <strong>dan</strong><br />
keluar lebih lancer.<br />
2. Memilih Arah Dan jenis Bukaan Yang Tepat<br />
Pintu, Jendela <strong>dan</strong> ventilasi adalah jenis bukaan<br />
biasanya diterapkan pada bangunan sebagai elemen<br />
pelengkap pembentuk ruang yang memiliki fungsi<br />
salah satunya untuk pertukaran udara.
14<br />
Untuk mendapatkan sirkulasi udara yang baik agar<br />
angin (udara) dapat mengalir ke dalam ruangan<br />
sebaiknya meletakan pintu, jendela <strong>dan</strong> ventilasi se ke<br />
arah datangnya angin. Misalnya jika angin datangnya<br />
dari timur ke barat bukaan sebaiknya diletakan di<br />
sebelah timur . Apabila kita meletakan bukaan disisi<br />
lain akan tidak bias memasukan angin ke dalan<br />
ruangan.<br />
Disamping itu perlukita ketahui bahwa udara mengalir<br />
dari dari bagian-bagian yang bertekanan tinggi kea rah<br />
yang bertekanan rendah.Perbedaan tekanan dapat<br />
dicapai dengan mengkondisikan ventilasi yang<br />
horizontal. Ventilasi yang horizontal disebabkan oleh<br />
arus angin yang datangnya horizontal dari sumber<br />
angin. Gejala tersebut akan terjadi dengan baik apabila<br />
salah satu sisi rumah sengaja kita buat relatif lebih<br />
panas <strong>dan</strong> sisi lain dikondisikan lebih sejuk dengan<br />
menanan pepohonan (Lihat gambar.1)
15<br />
Gambar. 1 Penataan kondisi pada ruang luar dengan penataan satu sisi lebih dingin<br />
<strong>dan</strong> satu sisi lebih panas (Sumber: buku pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan)<br />
Sehingga dengan kondisi ini angin akan berhembus<br />
dengan kencang dari sisi yang lebih sejuk (bertekanan<br />
tinggi) ke sisi yang lebih panas (tekanan rendah).<br />
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila kita<br />
meletakan ventilasi sebaiknya memikirkan arah<br />
datangnya angin, sisi bagian rumah yang lebih sejuk<br />
<strong>dan</strong> sisi bagian rumah yang lebih panas. Sisi bagian<br />
rumah yang lebih sejuk kita gunakan sebagai arah<br />
bukaan untuk ventilasi udara masuk, sakan berbeda<br />
dengan kondisi isi rumah yang lebih panas kita gunakan<br />
sebagai ventilasi udara keluar dari ruangan.
16<br />
3. Ventilasi Silang<br />
Suhu udara di dalam ruangan akan terasa nyaman<br />
apabila ada aliran udara didalamnya. Kondisi tersebut<br />
dapat terwujud dengan a<strong>dan</strong>ya ventilasi silang, yang<br />
memungkinkan a<strong>dan</strong>ya udara yang bebas bergerak dari<br />
luar ke dalam <strong>dan</strong> dari dalam ke luar. Ventilasi silang<br />
dapat diperoleh dengan meletakan lebih dari satu<br />
bukaan pada sisi bi<strong>dan</strong>g yang berbeda. Tetapi jangan<br />
menempatkan ventilasi saling berhadapan karena<br />
mengakibatkan udara yang masuk ke dalam ruang<br />
tidak terdistribusi merata ke seluruh ruang, tetapi<br />
langsung keluar. Untuk itu dalam menentukan letak<br />
ventilasi sebaiknya diambil pada dinding sebelah kanan<br />
atau kiri untuk mendapatkan distribusi udara yang<br />
merata ( lihat gambar. 2).<br />
Gambar 2, Contoh penerapan ventilasi agar udara yang masuk kedalam ruang bisa<br />
didistribusikan dengan merata ( Sumber: Buku Rumah Irit <strong>Energi</strong>)
17<br />
4. Bentuk Ventilasi<br />
Bentuk ventilasi yang dipilih sebaiknya dipilih bentukbentu<br />
dimana udara dapat leluasa masuk ke dalam<br />
ruang. Contoh-contoh bentuk ventilasi yang baik<br />
seperti bentuk :<br />
a. Kerepyak horisontal(Louver Jolousie). Arah<br />
kemiringan kerepyak dibuat keluar suapay air<br />
hujan tidak masuk ke dalam ruangan. Untuk<br />
ventilasi yang berbentuk kerepyak horizontal<br />
biasanya tidak dapat disetel (lihat gambar.3)<br />
Gambar. 3, Ventilasi kerepyak horizontal<br />
(Sumber: Australia Today, Town & Country Living)<br />
b. Kerawangan(rooster). Ventilasi kerawangan<br />
biasanya berupa rooster-rooster atau ukiran-
18<br />
ukiran yang terbuat dari bahan dasar antara<br />
lain: batu-batu alam, batu-batu buatan,terakota<br />
atau ada juga yang terbuat dari bahan kayu<br />
( lihat gambar.4)<br />
Gambar. 4, Ventilasi kerrawang material kayu<br />
(Sumber: dari Majalah Arsitekstur)
19<br />
c. Dinding berlubang. Dinding berlubang biasanya<br />
diterapkan pada bangunan-bangunan yang<br />
berkonsep minimalis (Gambar.5). Dinding<br />
berlubang biasanya di dalam pelaksana banyak<br />
menggunakan batu-batu paras alami atau batubatu<br />
paras buatan buatan yang dipasang seperti<br />
pemasangan batu bata tetapi diberi rongaronga<br />
atau lubang-lubang yang berfungsi<br />
sebagai ventilasi. Ventilasi sejenis ini biasanya<br />
diterapkan pada salah satu sisi dinding.<br />
Disampin fungsinya sebagai ventilasi juga<br />
berfungsi menambah nilai estetis pada<br />
bangunan.<br />
Gambar. 5, Dinding berlubang sebagai ventilasi<br />
(Sumber: Pasal-pasal Pengantar Fisika bangunan)
20<br />
d. Papan-papan vertical yang posisinya<br />
kemiringannya dapat disetel. Papan vertical<br />
sama dengan jalusi hanya di pasang vertical <strong>dan</strong><br />
memiliki kelebihan dapat di setel bahkan dapat<br />
ditutup, sehingga pada waktu hujan air tidak<br />
masuk ke dalam ruangan (lihat gambar. 6)<br />
Gambar. 6, Ventilasi berupa papan-papan kayu vertical, posisi kemiringan agar<br />
dapat disetel (Sumber: Pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan)
21<br />
5. Ventilasi <strong>dan</strong> Isulasi Atap<br />
Mengurangi panas matahari yang masuk melalui atap<br />
kita dapat meletakan ventilasi pada ke dua sisi atap<br />
yang berupa tembok. Cara ini bertujuan untuk<br />
mengurangi radiasi panas matahari yang masuk melalui<br />
atap sebelum mempengaruhi suhu udara di dalam<br />
ruang yang ada di bawah atap. Dimana mekanisme<br />
kerjan dari ventilasi pada tembok atap tersebut adalah<br />
udara yang masuk dari salah satu ventilasi atap<br />
tersebut akan berakumulasi dengan udara panas akibat<br />
radiasi matahari.<br />
Kemudian udara panas tersebut didorong keluar<br />
melalui ventilasi yang satunya atau dengan kata lain<br />
a<strong>dan</strong>ya ventilasi atap membuat udara panas tidak<br />
terperangkap di dalam atap, sehingga udara panas<br />
akibat radiasi matahari tidak sempat mempengaruhi<br />
suhu udara yang ada di bawah atap. Ventilasi yang satu<br />
ini hanya bias diterapkan pada atap yang berjenis<br />
pelana (lihat gambar.7).
Gambar. 7, Ventilasi pada ruang atap<br />
(Sumber: Rumah Modern (Tropis)<br />
22
23<br />
Tetapi beda dengan atap limas <strong>dan</strong> yang sejenisnya,<br />
ventilasi dapat terbentuk dari plafond teritisan yang<br />
dibiarkan terbuka tanpa ada penutup pelafondnya yang<br />
menutup rapat seperti gypsum, tripleks tetapi untuk<br />
menghindari binatang-binatang seperti tikus yang<br />
bersarang di dalam atap, maka dapat ditutup dengan<br />
kayu reng yang disusun sedemikian rupa dengan natnat<br />
sehingga masih dapat untuk berfungsi sebagai<br />
ventilasi.<br />
Apabila kedua cara penempatan ventilasi tidak<br />
diterapkan ada juga alternative lain yaitu dengan<br />
memasang turbin ventilation (Gambar.9) pada atap<br />
bagian atas <strong>dan</strong> pada bagian atas turbin dipasang atap<br />
tambahan sehingga pada waktu hujan air tidak masuk<br />
ke dalam atap). Turbin ventilation berputar tanpa<br />
energy listrik, tetapi bergerak menggunakan tekanan<br />
udara panas yang ada di dalam atap yang otomatis<br />
mengerakan turbin untuk membuang udara panas.<br />
Turbin ventilation ini biasanya digunakan untuk<br />
bangunan-bangunan besar seperti pabrik, cargo,<br />
supermarket.
24<br />
Gambar. 8, Turbin Ventilation<br />
(Sumber: Buku Rumah Irit <strong>Energi</strong>)<br />
Untuk alternatip lainnya dapat di buat menara angin<br />
pada atap yang berfungsi berfungsi mengisap <strong>dan</strong><br />
menangkap angin sehingga terjadi sirkulasi udara di<br />
dalam atap (lihat gambar.9). Tekanan udara panas yang<br />
ada di dalam atap akan tertarik ke luar melalui menara<br />
angin <strong>dan</strong> digantikan dengan udara dingin. Untuk<br />
mendapatkan efek menara angin (ada juga yang<br />
menyebutkan sebagai efek cerobong) yang lebih<br />
optimal, maka sebaiknya menara angin dibuat dengan<br />
bentuk penutup yang menghadap arah datangnya<br />
angin.
25<br />
Dengan demikian angin lebih mudah ditangkap <strong>dan</strong><br />
kemudian dialirkan ke dalam atap yang pada akhirnya<br />
mempengaruhi suhu udara yang ada di bawah atap.<br />
Penerapan menara angin sebaiknya diterapkan apabila<br />
jarak antara atap <strong>dan</strong> plafon cukup tinggi. Karen<br />
semakin tinggi jarak atap ke plafon maka sirkulasi<br />
udara pada menara angin akan semakin maksimal.<br />
Gambar. 9, Menara angin di atas atap yang berupa cerobong yang dilengkapi<br />
dengan atap (Sketsa Ida Mulyati, 2010).
26<br />
6. Membuat Plafon yang Cukup Tinggi<br />
Semakin tinggi plafond dari lantai maka semakin bebas<br />
udara bergerak dalam ruang. Plafond yang tinggi dapat<br />
menyebabkan udara pada ruangan mengalami<br />
pendinginan, asal didukung dengan jumlah ventilasi<br />
yang memadai, serta penempatan <strong>dan</strong> pilihan jenis<br />
ventilasi yang tepat.Dengan ukuran plafon yang tinggi<br />
<strong>dan</strong> ventilasi yang memadai maka udara panas dalam<br />
ruangan terangkat ke atas yang menyebabkan udara<br />
dingina yang ada di luar ruangan tertarik ke dalam<br />
ruangan. Untuk mendapatkan udara segar ukuran<br />
ketinggian plafond dari lantai minimal 3 meter. Melihat<br />
dari kenyataan yang ada sebetulnya para arsitektur dari<br />
zaman dulu sudah memikirkan hemat energy dengan<br />
mendesain bangunan dengan ketinggian plafon yang<br />
maksimal serta jumlah, letak <strong>dan</strong> jenis ventilasi yang<br />
tepat, sehingga sirkulasi udara dalam ruangan menjadi<br />
maksimal.<br />
Salah satu contoh yang nyata pada bangunanbangunan<br />
zaman penjajahan Belanda di Indonesi,<br />
dimanan memiliki ciri khas dengan plafond yang tinggi<br />
<strong>dan</strong> kebanyakan menerapkan ventilasi bulat pada<br />
dinding-dinding bagian atas. Menurut Karyono<br />
merupakan contoh rumah dengan pengudaraan yang
27<br />
baik. Sisitem ventilasi yang demikian akan dapat<br />
mendorong udara panas dari bawah ke atas <strong>dan</strong> keluar<br />
melalui ventilasi. Dengan udara panas naik ke atas<br />
maka udara segar akan tertarik masuk dari ventilasi,<br />
jendela <strong>dan</strong> pintu yang letaknya pada bagunan bagian<br />
bawah.<br />
Sistem sirkulasi udara yang seperti ini akan membuat<br />
udara dalam ruangan menjadi nyaman tanpa<br />
diperlukan penghawaan buatan. Tetapi sangat<br />
disayangkan desin-desin bangunan Belanda pada<br />
zaman sekarang jarang dijumpai. Bahkan bangunanbangunan<br />
peninggalan Belanda tidak malah dirawat<br />
tetapi sudah banyak yang dibugar digantikan dengan<br />
bangunan yang baru.<br />
7. Material Atap<br />
Material massif, seperti dak beton merupakan salah<br />
satu material yang tergolong material yang dapat<br />
meredam panas. Seperti contoh pada bangunan yang<br />
berlantai dua , pada bangunan lantai bawah udara<br />
terasa lebih sejuk, karena udara panas akibat radiasai<br />
sinar matahari yang masuk melalui atap teredam oleh<br />
dak beton. Se<strong>dan</strong>gkan banguna pada lantai dua terasa
28<br />
lebih panas karena pada bangunan lantai dua<br />
kebanyakan tidak menggunakan plafond dari dak<br />
beton sehingga udara panas akibat radiasi matahari<br />
yang masuk melalui atap kurang dapat diredam.Untuk<br />
itu sebaiknya apabila kita membangunan rumah atau<br />
bagunan yang berlantai dengan alokasi <strong>dan</strong>a yang<br />
memadai, sebaiknya keseluruhan dari plafon disetiap<br />
lantai menggunakan dak beton, supaya udara panas<br />
akibat radiasi matahari dapat teredam dengan baik.<br />
8. Kemiringan Atap<br />
Panasnya udara di dalam ruang dipengaruhi juga<br />
dengan kemiringan atap atau besar kecilnya sudut atap<br />
yang membentuk ventilasi atap dibagian bawa atap.<br />
Apabila sudut atap landai, maka atap menjadi lebih<br />
rendah <strong>dan</strong> menyebabkan ruang antara atap <strong>dan</strong><br />
pelfond lebih sempit. Kondisi yang seperti ini<br />
menyebabkan pertukaran udara di dalam ruang antara<br />
atap <strong>dan</strong> plafond kurang maksimal sehingga<br />
mengakibatkan udara pada ruang di bawah plafond<br />
akan terasa lebih panas. Untuk itu sebaiknya membuat<br />
atap dengan kemiringan yang ideal yaitu 45 0 .
29<br />
Pe<strong>dan</strong>gkan dari beberapa jenis atap yang digunakan<br />
pada umumnya, jenis atap pelana yang lebih mampu<br />
mengeleminasi udara panas akibat radiasi matahari<br />
sebelum masuk ke ruangan. Hal ini disebabkan karena<br />
atap plana memiliki dinding pada dua sisi yang bisa<br />
menjadi penyangan ventilasi yang berfungsi untuk<br />
mengurangi udara panas yang berasal dari radiasi<br />
matahari, sebelum masuk ke dalam ruangan di bawah<br />
plafond.<br />
9. Memaksimalkan Penggunakan Material Alam<br />
Untuk Bahan bangunan<br />
Semakin banyak kita menggunakan material alam di<br />
dalam membangun rumah atau bangunan maka<br />
semakin membawa efek yang positif pada suhu udara<br />
yang masuk ke dalam ruang. Hal tersebut dikarenakan<br />
bahan alam yang digunakan sebagai bahan bangunan<br />
seolah memberi ikatan antara bangunan <strong>dan</strong> alam<br />
sekitarnya. Keterikatan tersebut diakibatkan karena<br />
material alam tidak mengalami banyak proses dalam<br />
pembuatannya, dibandingkan material pabrikasi.<br />
Material yang tebal dapat membantu meredam<br />
pengaruh panas matahari yang masuk ke dalam ruang<br />
yang akan mempengaruhi suhu udara pada ruang<br />
dalam.
30<br />
10. Penerapan Warna<br />
Penerapan warna terang tidak hanya menimbulkan<br />
kesan bersih <strong>dan</strong> luas, tetapi juga tidak meyerap radiasi<br />
panas matahari.<br />
Dalam teori warna, warna gelap menyerap panas <strong>dan</strong><br />
warna terang atau pastel dapat memantulkan panas.<br />
Teori ini juga berlaku pada bangunan <strong>dan</strong> interior. Oleh<br />
sebab itu untuk penerapan warna pada bangunan <strong>dan</strong><br />
interior sebaiknya menggunakan warna-warna pastel<br />
(warna yang dicampur putih) atau putih, sehingga<br />
mengakibatkan suhu udara lebih terasa sejuk.<br />
11. Teritisan atau overstek<br />
Tritisan atau overstek sebaiknya dibuat lebih lebar<br />
karena semakin lebar tritisan maka udara di dalam<br />
ruangan akan semakin sejuk disebabkan oleh radiasi<br />
matahari tidak maksimal masuk ke dalam ruang dalam<br />
<strong>dan</strong> disamping itu air hujan tidak akan tampias (lihat<br />
gambar.10).
Gambar. 10, Teritisan pohon dengan dimensi yang lebih lebar, pada rumah susun<br />
(Sumber: Majalah Tren Property, Bahan bangunan (gaya hidup. Housing Estate)<br />
31
32<br />
12. Membuat ruang Transisi<br />
Membuat ruang transisi seperti canopy atau teras yang<br />
berfungsi sebagai area peralihan yang dapat<br />
menciptakan iklim mikro, baik di dalam bangunan<br />
maupun di sekitarnya (lihat gambar.11).<br />
Gambar. 11, Ruang transisi (Canopy atau teras)<br />
(Sumber: Buku Rumah Modern Tropis)
33<br />
Keberadaan canopy atau teras menyebabkan tekanan<br />
udara di halaman mengembang karena panas <strong>dan</strong><br />
tekanan udara di canopy atau teras menjadi lebih<br />
sejuk. Udara sejuk yang ada di canopy atau teras<br />
kemudian bersirkulasi ke ruang dalam melalui<br />
ventilasi, jendela atau pintu.<br />
13. Penerapan konsep Open Space Dalam Interior<br />
Konsep open space dalam interior ruang juga dapat<br />
membuat udara dalam ruang bebas mengalir ke<br />
seluruh ruang. Open space (ruang keterbukaan yang<br />
dimaksud disini adalah ruangan-ruangan sebisa<br />
mungkin tidak terbatasi oleh material massif seperti<br />
tembok, kaca mati dll.<br />
Kelompok ruang di dalam interior berdasarkan tingkat<br />
privasinya dapat dibagi menjadi ruang public, semi<br />
public <strong>dan</strong> privat. Biasanya ruang public <strong>dan</strong> semi<br />
public sebaiknya hanya dibatasi dengan pembatas rakrak<br />
yang berlubang-lubang sehingga udara dapat<br />
leluasa mengalir pada ruang-ruang tersebut.<br />
Se<strong>dan</strong>gkan untuk ruangan privat sebaiknya dibatasi<br />
secara visual tapi masih memungkinkan udara untuk<br />
melewatinya, seperti menggunakan material bambu.
34<br />
14. Menata Furniture Yang Benar Di Dalam Ruangan<br />
Penataan furniture dalam ruangan sebaiknya ditata<br />
sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi sirkulasi<br />
udara. Contoh jangan meletakan lemari yang tinggi <strong>dan</strong><br />
tertutup di tengah ruangan, sebaiknya lemari dengan<br />
ketinggian <strong>dan</strong> desain tertutup di letakan rapat ke<br />
dinding. Boleh meletakan lemari tinggi sebagai<br />
pembatas ruang tamu <strong>dan</strong> ruang keluarga asal desain<br />
lemari tersebut tidak tertutup melainkan banyak<br />
lubang sehingga udara dapat bersirkulasi dengan bebas<br />
(lihat gambar.12).
Gambar 12, Penataan furniture di dalam ruangan sehingga udara dapat bersirkulasi<br />
(Sumber: Buku Rancangan Sendiri Rumah Anda)<br />
35
36<br />
15. Menghindarai Efek Rumah kaca<br />
Materia transparan, seperti kaca bening yang<br />
diterapkan terlalu berlebihan pada tiap sisi dinding<br />
bangunan, membuat radiasi panas matahari masuk ke<br />
dalam ruangan (gambar. 13). Hal ini menyebabkan<br />
udara di dalam ruangan bertambah panas seiring<br />
dengan bertambahnya waktu. Inilah yang disebut<br />
dengan efek rumah kaca. Gorden tidak termasuk<br />
material penghalang panas radiasi matahari tapi hanya<br />
dapat menghalangi cahaya saja, se<strong>dan</strong>gkan panas<br />
matahari tetap masuk ke dalam ruangan.<br />
16. Menananam Tanaman Di Halaman<br />
Tananaman juga dapat membantu mendinginkan<br />
udara luar sebelum masuk ke dalam ruangan karena<br />
tanaman mampu menyerap radiasi matahari. Peletakan<br />
tananman sebaiknya ditata sedemikian rupa, seperti<br />
yang berjenis pohon besar kita letakan agak jauh dari<br />
bukaan pintu <strong>dan</strong> jendela, sehingga tidak menghalangi<br />
angina tau udara yang masuk melalui pintu <strong>dan</strong> tidak<br />
menghalangi apabila daun jendela di buka. Se<strong>dan</strong>gkan<br />
tanaman-tanaman yang tidak terlalu tinggi, ditanam di
37<br />
bawah bukaan jendela. Sebaiknya pilih tanaman yang<br />
berdaun lebat karena agar tanaman tersebut dapat<br />
berfungsi optimal dalam menyerap udara panas akibat<br />
radiasi matahari <strong>dan</strong> dapat menyaring udara kotor<br />
akibat polusi udara sehingga udara yang masuk ke<br />
dalam ruangan dengan kondisi sejuk <strong>dan</strong> bersih.<br />
17. Mendisteribusikan udara secara merata dengan<br />
batuan kipas angin<br />
Apabila kita membeli bangunan yang sudah jadi <strong>dan</strong><br />
ternyata letak ventilasi bersebrangan mengakibatkan<br />
udara yang masuk tidak merata terdistribusi pada<br />
ruangan tetapi udara yang sudah masuk langsung ke<br />
luar sehingg udara dalam ruangan terasa panas. Untuk<br />
pemecahan jangka pendek bisa dibantu dengan<br />
pengudaraan mekanis seperti kipas angin yang<br />
digantung pada plafond (lihat gambar 15) untuk<br />
mendistribusikan udara dengan merata dalam<br />
ruangan.
38<br />
Gambar 14, Kipas angin yang digantung pada plafond untuk mendistribusikan<br />
udara secara merata (Sumber: Tugas Mahasiswa Pengetahuan Bahan bangunan,<br />
Kelompok VI)<br />
Apabila dalam satu bangunan terdapat ruang <strong>dan</strong> pada<br />
ruang tersebut hanya terdapat satu ventilasi pada satu<br />
sisi dinding maka dalam ruang tersebut tidak ada<br />
ventilasi untuk mengeluarkan udara kotor yang<br />
bermuatan CO2 akibat dari hasil metabolism manusia<br />
pemakai ruangan tersebut, polusi kimia dari material
39<br />
sintetis yang digunakan sebagai material elemen<br />
pembentuk ruang, material fasilitas <strong>dan</strong> material<br />
finishing yang digunakan pada interior ruang<br />
tersebut,kondisi yang demikian menyebabkan udara<br />
dalam ruang tersebut kotor <strong>dan</strong> penggap.<br />
Apabila terus menerus terpapar maka mengakibatkan<br />
terganggunya kesehatan penghuninya <strong>dan</strong> material<br />
yang digunakan pada ruangan tersebut akan mudah<br />
using karena udara yang terlalu lembab . Untuk itu<br />
pemecahan jangka pendek dapat memasang<br />
exhauspen pada salah satu dinding untuk<br />
mengeluarkan udara kotor, tetapi kalau tidak<br />
memungkinkan memasang exauspen pada dinding<br />
maka exhaust fan dapat dipasang pada plafond.<br />
18. Membuat ventilasi cerobong arang<br />
Pada jaman dahulu di Mesir <strong>dan</strong> negara-negara gurun<br />
pasir menggunakan cerobong arang (Gambar. 15)<br />
sebagai ventilasi untuk mendapatkan udara yang sejuk<br />
dalam ruangan.
Gambar 15, Cerobong udara pada zaman dulu di Mesir, merupakan system AC<br />
sederhana (Diseket ulang oleh Ida Mulyati, 2010)<br />
40
41<br />
Sistem ini juga sangat baik apabila diterapkan di<br />
Negara kita, di daerah-daerah kering atau di daerah<br />
pantai untuk menyejukan udara dalam ruang. Sistem<br />
ini sangat baik karena tanpa kita membayar banyak<br />
untuk membeli AC disamping itu juga dapat<br />
menghemat energy listrik.<br />
Ventilasi cerobong arang adalah ventilasi dengan<br />
membuat cerobong pada dinding rumah dengan<br />
lubang disesuaikan dengan arah datangnya angin<br />
terhembus permanen. Dengan masuknya angin ke<br />
dalam cerobong dari atas turun ke bawah, sehingga<br />
angin melewati kerawangan yang berisi arang. Arang<br />
selalu dalam kondisi basah karna selalu mendapat<br />
tetesan air dari bejana yang bagian bawahnya diberi<br />
lubang-lubang kecil. Untuk itu Air dalam bejana<br />
tersebut harus selalu terisi.<br />
Arang yang basah tersebut berfungsi sebagai filter<br />
(penyaring) udara <strong>dan</strong> sekaligus mendinginkan udara<br />
karena efek dari arang yang basah. Udara yang telah<br />
bersih <strong>dan</strong> sejuk kemudian dialirkan ke dalam ruangan<br />
melalui lubang yang telah disiapkan.
42<br />
Ternyata sisitem ini dapat menurunkan suhu udara luar<br />
dengan selisih 7 o F. Cara ini sering disebut system air<br />
conditional yang sederhana.<br />
C. Segi Positif penggunaan <strong>Penghawaan</strong> Alami<br />
Banyak segi positif yang kita dapat apabila kita<br />
memanfaatkan penghawaan alami dengan maksimal<br />
antara lain :<br />
1. Ikut menjaga sumber energy listrik<br />
2. Udara alam yang bersih dengan volume yang cukup<br />
dalam ruang dalam akan menyebabkan manusia<br />
yang beraktivitas dalam ruang tersebut menjadi<br />
lebih sehat<br />
3. Ikut menjaga keutuhan lapisan ozone sebagai<br />
pelindung bumi dari radiasi sinar matahari <strong>dan</strong><br />
benda-benda ruang angkasa.<br />
4. Penerapan pintu <strong>dan</strong> jendela sebagai sumber udara<br />
alami masuk ke dalam ruangan dapat menambah<br />
nilai estetika pada bangunan.<br />
5. Dll.
43<br />
IV<br />
PENGHAWAAN BUATAN<br />
Apabila lokasi bangunan berada di daerah perkotaan<br />
yang sangat padat dengan bangunan bertingkat <strong>dan</strong><br />
sangat sedikit atau sama sekali tidak terdapat lahan<br />
untuk menanam pepohonan sehingga menjadikan<br />
tinggkat polusi udara tinggi, dengan kondisi seperti ini<br />
berarti jalan satu-satunya harus menggunakan<br />
penghawaan buatan (AC).<br />
Dalam merancang penghawaan buatan yang hemat<br />
energi, kita harus berusaha sepenuhnya mengelola<br />
seluruh potensi bangunan agar tercapai kualitas udara<br />
dalam ruang yang sebaik-baiknya dengan energy AC<br />
yang serendah-rendahnya. Dengan kata lain apabila kita<br />
akan menggunakan penghawaan buatan, titik tolak<br />
perfikirnya bukan dari AC dulu, tetapi dari desain<br />
bangunannya. Ketika kita mendesain suatu bangunan<br />
yang natinya akan menggunakan penghawaan buatan<br />
(AC), berarti kita akan membuat atmosfer di dalam<br />
ruang tersebut sesuai kehendak kita untuk tercapai<br />
kesehatan <strong>dan</strong> kenyamanan. Untuk itu yang harus<br />
difikirkan di dalam merancang bangunan <strong>dan</strong> ruangruang<br />
dalam bangunan agar tercapai tujuan di atas<br />
antara lain :
44<br />
1. Mengorientasikan bangunan kea rah utara-selatan<br />
guna meminimalkan penyerapan pengaruh maksimal<br />
radiasi matahari. Apabila orientasi bangunan<br />
membujur ke arah timur-barat, mengakibatkan<br />
bi<strong>dan</strong>g bangunan akan menyerap radiasi matahari<br />
dengan maksimal. Panas radiasi matahari akan<br />
merambat ke dalam ruangan <strong>dan</strong> menjadi beban bagi<br />
AC. Dengan kondisi seperti ini kerja AC<br />
akanbertambah berat <strong>dan</strong> memerlukan energy listrik<br />
yang lebih banyak. Apabila orientasi timur-barat tidak<br />
bias dihindarkan, maka jalan satu-satunya untuk<br />
pemecahan ini dengan mengusahakan sisi timurbarat<br />
bangunan terbayangi secara maksimal,<br />
misalnya menanam jenis pohon yang daunnya<br />
rimbun, memperlebar ritisan atau memasang tirai di<br />
sebelah luar. Usaha ini bertujuan agar panas radiasi<br />
matahari tidak maksimal masuk ke dalam ruang agar<br />
kerja AC tidak terlalu berat sehingga bias menghemat<br />
energy listrik .<br />
2. Memilih bahan bangunan yang dapat meredam<br />
panas sehingga panas radiasi matahari tidak<br />
maksimal masuk ke dalam ruangan. Untuk itu<br />
diajurkan untuk memakai bahan bangunan yang<br />
memiliki nilai transmitan rendah (bersifat isolator)
45<br />
<strong>dan</strong> bernilai refleksi tinggi (warna cerah), tanpa harus<br />
membuat silau tetangga.<br />
3. Hindari menggunakan ventilasi udara yang tidak<br />
dapat ditutup pada saat menghidupkan AC. Dengan<br />
kondisi yang demikian mengakibatkan udara panas<br />
dari luar mengalir ke dalam ruangan se<strong>dan</strong>gkan<br />
udara sejuk yang dihasilkan oleh AC mengalir lagi ke<br />
luar. Akibat dari kondisi seperti ini lama-kelamaan AC<br />
mengalami kebocoran <strong>dan</strong> tidak dapat lagi<br />
menghasilkan udara sejuk.<br />
4. Membuat ketinggian plafond yang tidak terlalu tinggi,<br />
cukup 280 – 300 cm sehingga volume udara tidak<br />
terlalu besar <strong>dan</strong> mengakibatkan kerja AC tidak<br />
terlalu berat.<br />
5. Khususnya pada ruang –ruang perkantoran sebaiknya<br />
di buat dinding-dinding penyekat yang tidak terlalu<br />
tinggi karena apabila menggunakan AC jenis split,<br />
maka penyebaran udaranya sejuk akan terdistribusi<br />
secara merata (tidak terhalang).<br />
6. Menata denah bangunan untuk melokalisir panas<br />
<strong>dan</strong> kelembaban. Kelompok ruang yang menjadi<br />
sumber panas, bau, <strong>dan</strong> lembab (dapur <strong>dan</strong> kamar
46<br />
mandi) sebaiknya di pasang exhaust fan sehingga<br />
udara panas,asap <strong>dan</strong> bau dapat terbuang ke luar<br />
ruangan. Apabila tidak dibuang ke luar ruangan <strong>dan</strong><br />
ruangan menggunakan AC maka bau yang tidak<br />
sedap akan melekat <strong>dan</strong> bertahan lebih lama <strong>dan</strong><br />
asap panas dari kompor akan membuat AC berkerja<br />
lebih berat. AC yang berkerja terlalu berat<br />
memerlukan energy listrik lebih banyak <strong>dan</strong><br />
disamping itu ACmenjadi cepat rusak.<br />
7. Menata ruang untuk merokok <strong>dan</strong> ruang bebas<br />
rokok. Ruang untuk area merokok berarti tidak akan<br />
dipasang AC se<strong>dan</strong>gkan ruang bebas rokok berarti<br />
menggunakan AC. Karena apabila ruang-ruang<br />
tersebut di satukan maka asap rokok akan<br />
menimbulkan bau yang tidak sedap <strong>dan</strong> dengan<br />
menggunakan AC bau tersebut akan melekat.<br />
Disamping itu kerja AC akibat panas asap rokok akan<br />
berat.<br />
8. Walaupun kita merancang ruangan untuk<br />
menggunakan penghawaan buatan (AC), tetapi tetap<br />
kita menerapkan bukaan (jendel <strong>dan</strong> ventilasi) karena<br />
apabila listrik padam <strong>dan</strong> pada waktu pagi hari udara<br />
masih bebas polusi kita dapat membuka jendela atau<br />
ventilasi untuk mendapatkan udara segar.
47<br />
A. Jenis-Jenis <strong>Penghawaan</strong> Buatan<br />
<strong>Penghawaan</strong> buatan (AC) ada beberapa jenis antara lain<br />
AC central, AC split, AC Window ,AC portable. AC<br />
central biasanya di pasang pada plafond <strong>dan</strong> di atas<br />
plafond dilengkapi dengan dakting-dakting AC <strong>dan</strong><br />
memiliki ruangan mesin khusus (lihat gambar.1).<br />
Gambar 16, AC Centeral (sumber: Serial Rumah <strong>Hemat</strong> <strong>Energi</strong>)
48<br />
AC split adalah AC yang dipasang mengantung di<br />
tembok, tembok dilubangi sebesar selang pembuangan<br />
<strong>dan</strong> kabel yang menghubungkan ke mesin AC yang<br />
diletakan di luar bangunan dengan disediakan ruangan<br />
khusus untuk mesin AC (lihat gambar.17).<br />
Gambar 17, AC Sput (Sumber: Serial rumah <strong>Hemat</strong> <strong>Energi</strong>)<br />
AC Window adalah AC yang dimana mesinnya menjadi<br />
satu dengan ba<strong>dan</strong> ACnya sehingga harus di pasang<br />
dengan melubangi tembok sebesar AC sehingga ba<strong>dan</strong><br />
belakang(mesin AC) menjorok ke luar halaman di sanga<br />
dengan besi siku atau sejenisnya, se<strong>dan</strong>gkan bagian<br />
dalam ruang hanya menojol kurang lebih 4-5cm(setebal<br />
tutup filter AC (lihat gambar.18).
49<br />
Gambar 18, AC Window (Sumber: Serial rumah <strong>Hemat</strong> <strong>Energi</strong>)<br />
AC portable adalah jenis pendingin udara yang dapat<br />
dipindah-pindahkan, tetapi AC jenis ini tidak<br />
menggunakan preon tetapi proses pendinginan udara<br />
menggunakan air yang terka<strong>dan</strong>g dapat dicampur<br />
aroma terapi untuk menenangkan pikiran (Gambar 19).
Gambar 19, (Sumber: Serial Rumah <strong>Hemat</strong> <strong>Energi</strong>)<br />
50
51<br />
B. Memilih AC yang Tepat<br />
Dalam memilih AC pilihlah AC yang memiliki label hemat<br />
energy, salah satunya adalah dengan sensor gerak ,jika<br />
ruangan tidak dihuni AC akan beroperasi dengan tenaga<br />
lebih kecil yang akan menghemat 20-30% energ1 listrik.<br />
Teknologi seperti itu dinamakan inverter yang akan<br />
menyesuaikan kapasitas pendingin dengan cara<br />
memperlambat atau mempercepat aliran kompresor,<br />
jadi tidak harus dihidup matikan sehingga energy listrik<br />
dapat dihemat sampai 1/3 nya.<br />
Sebelum membeli AC sebaiknya menghitung kapasitas<br />
daya AC agar sesuaikan dengan besaran ruangnya <strong>dan</strong><br />
sebaiknya memilih AC yang menggunakan teknologi<br />
modern tanpa menggunakan preyon. Pemikiran seperti<br />
di atas disamping untuk hemat energi juga tidak<br />
merusak ozone. Disamping itu apabila kita akan<br />
membeli AC split atau AC Window, sebaiknya melihat<br />
besaran EER (Energy Eficiency Rating). Semakin tinggi<br />
nilai EERnya maka AC akan semakin efisien dalam<br />
mengkonsumsi energi.<br />
Untuk hemat energy, apabila ruang cukup besar <strong>dan</strong><br />
ingin sekaligus mendinginan keseluruhan ruang yang<br />
ada pada bagunan maka sebaiknya menggunakan AC
52<br />
central karena akan lebih efisien dibanding<br />
menggunakan jenis AC split atau AC Window. AC central<br />
biasanya digunakan pada bangunan-bangunan gedung<br />
Seperti mall, perkantoran dll. Tetapi apabila hanya<br />
beberapa ruang saja yang perlu didinginkan, maka lebih<br />
hemat menggunakan AC split atau AC Window. Jenis AC<br />
central, AC split atau AC Window tidak mudah dipindahpindahkan<br />
tetapi AC portable merupakan AC yang<br />
mobile (dapat dengan mudah dipindahkan).<br />
C. Menghitung PK AC Sesuai Dengan Besaran Ruang<br />
Untuk <strong>Hemat</strong> energy disamping memilih jenis AC yang<br />
tepat juga harus menghitung daya AC yang sesuai<br />
dengan besarnya ruang. Ukuran daya AC sangat penting<br />
karena apabila dayanya lebih besar dari ketentuan<br />
besaran ruangnya maka ruangan akan terasa terlalu<br />
dingin <strong>dan</strong> apabila sebaliknya maka ruangan akan terasa<br />
masih panas karena daya AC tidak mampu<br />
mendinginkan keseluruhan ruang. Tetapi apabila kita<br />
menggunakan AC split yang menggunakan rimout<br />
control dengan daya lebih besar dari ketentuan besaran<br />
ruangnya maka memang dinginnya udara dalam ruang<br />
dapat diatur, tetapi tetap akan boros energi karena<br />
untuk daya yang lebih besar dari besaran ruang akan
53<br />
memerlukan energy lebih besar pada saat mulai<br />
menghidupkan (star).<br />
Seperti pembahasan di atas apabila kita membeli AC<br />
sebaiknya melihar EERnya. EER didapat dari nilai BTU<br />
yang dibagi dengan nilai daya (watt). BTU (British<br />
Thermal Units) adalah satuan energy. Contohnya untuk<br />
mendapatkan nilai EER adalah apabila satu unit AC split<br />
dengan kapasitas 7000 BTU menggunakan energy atau<br />
daya sebesar 655 watt, maka EERnya dapat kita hitung<br />
sebesar 10,7 yang didapat dari 7000 (BTU) / 655 watt.<br />
Untuk selanjutnya kita harus mempelajari mencari<br />
nilai BTU ( British Thermal Units).<br />
BTU = P x L x 500BTU<br />
Ketentuan:<br />
P = Panjang ruangan<br />
L = Lebar ruangan<br />
500 BTU = Jumlah yang sudah ditentukan<br />
BTU dihitung untuk menentukan kapasitas daya AC<br />
dalam PK yang diperlukan sesuai dengan besaran atau<br />
volume ruang. Contoh perhitungan :<br />
Diketahui :<br />
P = 300 cm<br />
L = 400 cm
54<br />
500 BTU = Jumlah yang sudah ditentukan<br />
BTU = 300 x 400 x 500<br />
= 6000 BTU<br />
Kemudian untuk mencari daya AC, kita harus<br />
memasukan hasil dari BTU yang didapat ke dalam table<br />
yang telah ditentukan .<br />
N0 Daya AC (dalam BTU) Daya AC (dalam PK)<br />
1. 5000 1/2<br />
2. 7500 3/4<br />
3. 9000 1<br />
4. 12000 1 1/2<br />
5. 16000 2<br />
Tabel.1<br />
untuk menentukan daya AC dalam PK khusus untuk<br />
pemakaian AC split atau AC Window
55<br />
Perhitungan yang diperoleh 6000 BTU setelah dicocokan<br />
di dalam table berada antara 5000 <strong>dan</strong> 7500. Untuk<br />
menentukan besaran PK AC yang digunakan dapat<br />
dipilih berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :<br />
Untuk penggunaan AC di daerah dataran rendah<br />
yang biasanya kondisi udaranya lebih panas dari<br />
dataran tinggi kita pakai daya AC yang lebih<br />
tinggi yaitu : ¾ PK<br />
Untuk penggunaan AC di daerah dataran tinggi<br />
yang kondisi udara luarnya lebih sejuk kita pakai<br />
daya AC yang lebih rendah yaitu : ½ PK<br />
Dengan menghitung daya AC (dalam PK) sesuai dengan<br />
kebutuhan ruang maka kita telah mampu<br />
mengoptimalkan fungsi Ac untuk mendapatkan udara di<br />
dalam ruang yang lebih nyaman disamping itu juga<br />
dengan cara ini kita dapat menghemat energy listrik.<br />
Terka<strong>dan</strong>g dengan keterbatasan kita mengenai cara<br />
menghitungan PK AC yang sesuai dengan besar ruangan<br />
<strong>dan</strong> terkadag penjual ingin AC dengan PK besar yang<br />
laku karena harganya lebih mahal. Kejadian yang seperti<br />
ini terka<strong>dan</strong>g menimbulkan ketidak sesuaian antara<br />
daya AC dengan besaran ruang. Terka<strong>dan</strong>g Daya (PK) Ac<br />
yang dibeli terlalu besar atau PK AC terlalu kecil dengan<br />
besaran ruang sehingga harus menggunakan dua (2)
56<br />
buah AC dalam satu ruang. Hal inilah yang<br />
mengakibatkan pemborosan biyaya termasuk boros<br />
energy listrik.<br />
D. Cara Merawat AC<br />
Untuk merawat AC agar tidak membuang-buang energy<br />
listrik yang terlalu banyak antara lain :<br />
1. Menggunakan waktu (timer) yang terdapat pada<br />
rimot AC. Misalnya AC diprogramkan mati saat<br />
kita meninggalkan rumah <strong>dan</strong> hidup lagi 30<br />
menit sebelum kita tiba di rumah. Dengan cara<br />
ini AC tidak hidup terus yang membuat AC cepat<br />
rusak <strong>dan</strong> disamping itu juga ruangan akan tetap<br />
nyaman pada saat kita ada di dalamnya. Dan<br />
yang lebih penting energi listrik akan lebih<br />
hemat.<br />
2. Membersihkan filter AC setiap bulan. Filter yang<br />
kotor membuat AC berkerja lebih berat. Hal ini<br />
akan mengakibatkan AC cepat rusak karena<br />
mesin AC kerja mesin AC lebih berat dengan<br />
kondisi filter kotor. Disamping itu apabila filter<br />
dalam kondisi bersih udara yang keluar akan<br />
lebih banyak <strong>dan</strong> lebih bersih sehingga ruangan<br />
akan lebih nyaman <strong>dan</strong> setelan AC tidak tidak
57<br />
perlu terlalu rendah, untuk itu hemat energi bias<br />
tercapai.<br />
3. Membersihkan evavorator (saluran pembuangan<br />
air pada AC split atau AC Window apabila udara<br />
AC yang keluar sudah terasa kurang dingin.<br />
Dengan menyemprot evavorator dengan selang<br />
air dengan kecepatan se<strong>dan</strong>g.<br />
4. AC unit (biasanya di katakana mesin AC) yang<br />
terletak di luar (halaman) sebaiknya dibersihkan<br />
juga untuk kinerjannya lebih baik.
58<br />
V<br />
PENCAHAYAAN ALAMI<br />
A. Memanfatkan Penerangan Alami<br />
Cahaya alami dapat dimanfaatkan untuk memenuhi<br />
kebutuhan penerangan terutama disiang hari saat tidak<br />
mendung atau hujan. Dengan a<strong>dan</strong>ya cahaya matahari<br />
pada siang hari tidak perlu lagi menyalakan lampu.<br />
Maka dengan memanfaatkan cahaya alami secara<br />
maksimal berarti kita telah menghemat energi listrik<br />
yang sumbernya dari tahun ke tahun semakin<br />
berkurang.<br />
Indonesia termasuk Negara tropis, pada musim<br />
kemarau matahari bersinar dari pagi sampai sore hari.<br />
Dengan kondisi demikian tinggal bagaimana cahaya<br />
matahari untuk maksimal masuk ke dalam ruang dalam.<br />
Tetapi harus difikirkan jagan sampai radiasi panasnya<br />
mempengaruhi suhu di dalam ruangan.<br />
Untuk mengatisipasi panas matahari yang terlalu<br />
maksimal masuk ke dalam ruang dalam maka seorang<br />
desainer arsitektur <strong>dan</strong> interior harus memikirkannya.<br />
Desain bangunan <strong>dan</strong> interior yang baik dari segi<br />
pencahayaan alami yaitu tercermin dari letak <strong>dan</strong> Jenis
59<br />
bukaan yang sesuai dengan kebutuhan ruang dengan<br />
tetap memikirkan nilai estetisnya. Kebutuhan bukaan<br />
untuk masuknya cahaya alami minimal dalam satu<br />
ruang kurang lebih 9% dari total luas ruangan. Nilai ini<br />
dihitung dari banyaknya cahaya yang jatuh pada bi<strong>dan</strong>g<br />
kerja per satuan luas/m 2 . Misalnya sebuah ruangan<br />
dengan dimensi 4m x 3m = 12m 2 memiliki jendela<br />
dengan dimensi 2m x o,6m= 1,2m 2 , maka :<br />
Tingkat pencahayaan alami yang masuk di<br />
dalam ruangan 1,2/12 x 100% = 10%<br />
Nilai 10% yang didapat sudah memenuhi kebutuhan<br />
minimal untuk ruang tersebut. Tetapi menurut data SNI<br />
(, banyak lubang cahaya adalah idealnya 20% dari luas<br />
seluruh dinding. Jagan sampai terlalu banyak cahaya<br />
masuk akan berakibat ruangan menjadi tidak nyamanan<br />
Karena suhu udara dalam ruang akan meningkat <strong>dan</strong><br />
dapat menimbulkan silau pada mata.<br />
B Mengelola Panas Matahari dalam Ruangan<br />
Untuk mengelola panas matahari yang masuk ke dalam<br />
ruangan, maka ada langkah-langkah yang harus kita<br />
lakukan supaya radiasi matahari tidak membuat suhu<br />
ruangan menjadi tambah panas. Langkah-langkah<br />
tersebut antara lain :
60<br />
1. Menghindari efek rumah kaca<br />
Rumah kaca yaitu terlalu banyaknya ventilasi atau<br />
jendela yang menggunakan material kaca<br />
(Gambar.20).<br />
Gambar. 20, Contoh Rumah Kaca (Sumber: Tugas mahasiswa pengetahuan bahan<br />
bangunan (kelompok I).
61<br />
Kondisi yang demikian akan mengakibatkan efek<br />
rumah kaca dimana suhu ruangan meningkat akibat<br />
radiasi matahari yang berlebihan masuk ke ruangan<br />
tersebut. Untuk itu di dalam mendesain bangunan<br />
atau ruangan dalam sebaiknya memperhitungkan<br />
WWR (Wall Window Ratio). WWR adalah<br />
perbandingan luas jendela dengan luas seluruh<br />
dinding. Dari ketentuan ini nilai idealnya adalah 20%<br />
dari luas keseluruhan dinding, sesuai dengan yang<br />
telah dibahas di atas. Misalnya ruangan yang<br />
berukuran 5m x 5 m = 25m 2 , maka luas bukaan edial<br />
dapat dihitung :<br />
20% x 25m 2 = 5m 2<br />
Luas tersebut dapat dipenuhi dengan jendela yang<br />
berukuran 1,60m x 0,60m = 0,96m 2 x 4(empat<br />
buahjendel) = 3,84m 2 . Sisa dari pengurangan 5m 2 -<br />
3,84m 2 = 1,16m 2 kita dapat terapkan pada ventilasi.<br />
Apabila ventilasi digunakan dengan material kaca<br />
maka harus memenuhi ukuran 1,16m 2 . Tetapi apabila<br />
yang digunakan jenis kerawangan atau ukiran kita bias<br />
menggunakan ukuran ventilasi melebihi 1,16m 2<br />
karena kerawangan atau ukiran hanya sebagian kecil<br />
saja dapat memasukan sinar ke dalam ruangan.
62<br />
2. Penempatan bukaan atau ventilasi yang tepat<br />
Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan dapat<br />
diatur sedemikian rupa dengan memperhitungkan<br />
orientasi bukaan (arah bukaan). Disamping arah<br />
bukaan ,ketinggian peletakan bukaan harus<br />
diperhitungkan, supaya sudut tajam matahari yang<br />
masuk pada pagi <strong>dan</strong> sore hari tidak menggangu<br />
aktivitas yang terjadi pada ruang dalam.<br />
Angka radiasi disetiap arah mata angin berbeda-beda.<br />
Seperti dapat dilihat dari table di bawah yang didapat<br />
dari data pencatatan radiasi di kota Jakarta yang<br />
dilakukan antara antara jam 07.00 WIB sampai dengan<br />
jam 18.00 WIB.<br />
Orientasi Utara Timur Timur Tenggara<br />
Laut<br />
Angka<br />
Radiasi<br />
130 113 112 97<br />
Orientasi Selatan Barat<br />
daya<br />
Barat Barat<br />
Laut<br />
Angka 97 176 243 211<br />
Radiasi<br />
Tabel.2 Radiasi Matahari (SF,W/m 2 ) untuk Berbagai<br />
Orientasi
63<br />
Peletakan bukaan atau ventilasi juga ditentukan oleh<br />
fungsi dari ruang dalam. Dengan memanfaatkan<br />
cahaya matahari sesuai dengan fungsi ruangnya<br />
maka dapat mendukung aktivitasdalam ruang<br />
tersebut.<br />
3. Memilih warna finishing material yang tepat<br />
untuk material bukaan<br />
Merancang bukaan untuk masuknya cahaya alami juga<br />
harus memperhatikan warna finishing material yang<br />
digunakan karena warna juga mempengaruhi tinggi<br />
rendahnya refleksi atau pantulan cahaya matahari<br />
yang mempengaruhi suhu dalam ruang. Seperti<br />
misalanya warna terang lebih banyak memantulkan<br />
cahaya dari pada warna gelap.<br />
Warna putih memantulkan cahaya matahari 70%-80%,<br />
warna terang biru muda, kuning muda, hijau muda,<br />
coklat muda <strong>dan</strong> warna muda lainnya yaitu mampu<br />
memantulkan cahaya matahari 20%-60%. Se<strong>dan</strong>gkan<br />
warna gelap hitam, abu-abu tua, coklat tua dll<br />
memantulkan cahaya
64<br />
dengan menggunakan warna-warna yang terang<br />
karena warna gelap lebih bersifat menyerap panas<br />
yang mengakibatkan suhu udara ruangan akan<br />
bertambah panas.<br />
4. Memilih warna finishing yang tepat untuk elemen<br />
pembentuk ruang <strong>dan</strong> furniture.<br />
Warna finishing untuk elemen pembentuk ruang<br />
(lantai, dinding <strong>dan</strong> plafond) <strong>dan</strong> furniture sebaiknya<br />
dipilih warna-warna terang karena warna-warna<br />
terang lebih bersifat memantulkan cahaya sehingga<br />
suhu dalam ruangan teras lebih sejuk.<br />
5. Menanam pepohonan di halaman<br />
Dengan menanam jenis tanaman pohon-pohonan<br />
yang tidak terlalu rin<strong>dan</strong>g daunnya, <strong>dan</strong> juga berfungsi<br />
sebagai paying alami. Apabila terdapat pepohonan di<br />
halaman sekitar bangunan kita dapat menempatkan<br />
bukaan pada sela-sela antara pohon sehingga radiasi<br />
matahari tidak maksimal masuk ke dalam ruangan<br />
hanya sinarnya yang maksimal masuk ke dalam<br />
ruangan membuat suhu udara dalam ruangan lebih<br />
sejuk.
65<br />
6. Meminimalkan sekat-sekat dalam ruangan<br />
Meminimalkan sekat-sekat atau dinding pembata,<br />
ruang menjadi lapang dengan kata lain<br />
menggabungkan fungsi ruang (ruang multi fungsi),<br />
Dengan ruangan yang lebih lapang maka cahaya alami<br />
yang masuk ke dalam ruangan akan lebih merata.<br />
C. Modifikasi Untuk Bukaan Yang Kurang Maksimal<br />
Jika bangunan sudah terbanguna <strong>dan</strong> untuk jumlah<br />
bukaan yang kurang maksimal, maka kita dapat<br />
melakukan beberapa cara modifikasi antara lain :<br />
1. Memasukan cahaya matahari dari atap<br />
Langkah ini diterapkan untuk bangunan-bangunan yang<br />
sebagian besar sisi dindingnya berhimpit dengan<br />
dinding tetanga.Untuk itu jalan satu-satunya<br />
memasukan cahaya matahari dengan teknik skylight<br />
(Gambar.21).
66<br />
Gambar. 21, Ventilasi atap dengan teknik skylinght<br />
(Sumber: Serial rumah <strong>Hemat</strong> <strong>Energi</strong>)<br />
Teknik skyling adalah bukaan pada bi<strong>dan</strong>g atap<br />
bangunan . Biasanya beberapa genting pada atap<br />
diganti dengan genting transparan (kaca) atau lembaran<br />
fiberglass. Se<strong>dan</strong>gkan pada tiap-tiap ruang, plafondnya<br />
juga harus diberi bukaan <strong>dan</strong> ditutup dengan kaca atau<br />
fiberglass untuk meneruskan sinar ke tiap-tiap ruang.<br />
Bukaan dengan posisi horizontal atau agak miring<br />
membuat cahaya alami dapat masuk <strong>dan</strong> dapat<br />
menyinari keseluruhan ruangan dengan merata
67<br />
sehingga menggurangi penggunaan lampu dari pagi<br />
hingga sore.<br />
Bukaan-bukaan tersebut sebaiknya dibuat diantara dua<br />
sisi dinding sehingga dapat mengurangi kontras cahaya<br />
(antara gelap <strong>dan</strong> terang) yang menyebabkan mata<br />
kurang nyaman.<br />
2. Menganti sebagian bi<strong>dan</strong>g dinding dengan<br />
material glass block<br />
Material glass block dapat digunakan untuk<br />
menyalurkan sinar alami dari matahar ke dalam<br />
ruangan. Bahan ini tidak menimbulkan menyalurkan<br />
efek silau <strong>dan</strong> panas panas matahari karena material ini<br />
memiliki ketebalan dengan dimensi yang cukup tebal<br />
sehingga udara di dalam ruangan tetap teras sejuk.<br />
Glass Block (Gambar.22) adalah kaca yang dicetak<br />
dengan dimensi yang cukup tebal(15cm) sesuai dengan<br />
tebal dinding sehingga tidak ada masalah apabila<br />
membobok sebagian dinding <strong>dan</strong> digantikan dengan<br />
glass block. Karena kuat <strong>dan</strong> memiliki presisi yang baik,<br />
glass block mampu menanggung beban secara vertical<br />
<strong>dan</strong> horizontal dengan penguatan beton. Saat sekarang
68<br />
ini glass block dibuat dengan beraneka macam warna<br />
sehingga apabila digunakan sebagai salah satu bahan<br />
alternative elemen pembentuk ruang juga mampu<br />
menambah nilai estetis dari bangunan tersebut.<br />
Gambar. 22, Gllas Block yang dipasang pada salah satu dinding rumah
69<br />
3. Menganti sebagian bi<strong>dan</strong>g dinding dengan kaca<br />
Jenis kaca yang cocok untuk mengganti sebagian<br />
bi<strong>dan</strong>g dinding untuk memperoleh cahaya matahari<br />
yang maksimal masuk ke dalam ruangan <strong>dan</strong> dapat<br />
meredam efek panas radiasi matahari sehingga tidak<br />
mempengaruhi suhu ruang adalah jenis Radiation<br />
Repelling Glass.<br />
Tetapi beda halnya apabila satu bangunan yang<br />
kebanyakan sisi dindingnya dipasang kaca bening jenis<br />
biasa kita harus memodifikasi supaya radiasi panas<br />
sinar matahari tidak maksimal masuk ke dalam ruangan<br />
sehingga membuat suhu di dalam ruangan mencapai<br />
panas maksimal. Untuk meredam panas matahari<br />
tanpa menghilangkan cahaya yang masuk ke dalam<br />
ruangan kita bias memodifikasi dengan memasang<br />
vertical atau horizontal bland, gorden atau kerai yang<br />
dipasang pada bi<strong>dan</strong>g jendela di dalam ruangan. Tetapi<br />
bisa juga dipasang pada bagian luar sebagian jendela<br />
kisi-kisi terbuat dari material kayu yang tahan terhadap<br />
cuaca luar <strong>dan</strong> air (kayu merbau, kayu ulin, <strong>dan</strong> kayu<br />
bangkirai. Kisi-kisi tersebut dibuat dengan material<br />
kayu dengan tujuan agar radiasi panas matahari tidak<br />
maksimal mempengaruhi suhu dalam ruangan karena
70<br />
material kayu adalah merupakan material pengantar<br />
panas yang tidak baik.<br />
Kisi-kisi tersebut tidak hanya mampu menahan panas<br />
radiasi matahari tetapi juga mampu menambah nilai<br />
estetis pada bagunan. Banyak bangunan modern yang<br />
mengambil konsep natural minimalis menerapkan kisikisi<br />
untuk menahan radiasi panas matahari <strong>dan</strong> juga<br />
untuk menambah nilai estetis pada bangunan.<br />
Dengan langkah-langkah modifikasi bukaan yang<br />
kurang maksimal <strong>dan</strong> yang terlalu maksimal maka efek<br />
radiasi panas matahari yang mempengaruhi ruang<br />
dalam dapat dikurangi, tanpa menghilangkan cahaya<br />
yang masuk ke dalam ruangan sehingga suhu ruang<br />
dalam tetap sejuk. Dengan membuat suhu ruang dalam<br />
tetap sejuk maka penggunaan AC dapat diminimalkan<br />
<strong>dan</strong> hemat energy dapat lebih tercapai.
71<br />
VI<br />
PENCAHAYAAN BUATAN<br />
A. Lampu Sebagai Sumber Cahaya Buatan<br />
Lampu sebagai sumber cahaya buatan yang<br />
menggunakan energy listri pada waktu<br />
menghidupkannya. Untuk itu apabila kita menggunakan<br />
lampu jangan hanya sekedar nyala <strong>dan</strong> terang saja,<br />
tetapi harus memperhatikan banyak hal agar fungsinya<br />
menjadi optimal. Apabila kita menggunakan fungsi<br />
lampu dengan optimal, berarti termasuk salah satu cara<br />
untuk menghemat energi.<br />
Lampu sebagai sumber cahaya terutama pada malam<br />
hari <strong>dan</strong> pada saat kondisi mendung untuk mengantikan<br />
cahaya alami. Mengingat kebutuhan lampu merupakan<br />
rutinitas setiap hari maka apabila dihitung kuantitas<br />
pemakaiannya sangat tinggi. Tingginya kuantitas<br />
pemakaian akan mengakibatkan sangat boros akan<br />
energy listrik apabila kita tidak bijak menggunakannya.<br />
Cara yang binjak dalam penggunaan lampu adalah<br />
pertama kita harus tahu berapa banyak cahaya yang<br />
diperlukan dalam setiap jenis aktivitas atau pekerjaan,<br />
harus dihitung berapa titik lampu yang diperlukan
72<br />
berdasarkan dimensi ruang. Se<strong>dan</strong>gkan yang kalah<br />
penting untuk penggunaan fungsi lampu yang optimal<br />
harus dapat memilih jenis lampu yang sesuai dengan<br />
aktivitas yang akan dilakukan pada ruangan tersebut<br />
sehingga dapat memberikan cahaya yang memadai.<br />
Se<strong>dan</strong>gkan untuk kelas ekonomi menengah ke bawah<br />
konsumen selalu membeli lampu dengan pertimbangan<br />
umur pakai (ketahanan dalam pemakaian) dari lampu<br />
yang akan dipilih untuk digunakan.<br />
Umur lampu ditentukan lamanya lampu tersebut<br />
dinyalakan dalam satu hari. Semakin lama pemakaian<br />
lampu dalam satu hari maka semakin pendek umur dari<br />
lampu tersebut. Disamping itu juga umur lampu<br />
dipengaruhi oleh voltase listrik yang naik turun yang<br />
juga menyebabkan lampu cepat mati (tidak dapat<br />
digunakan lagi), terutama kalau kita menggunakan<br />
lampu jenis lampu pijar (Gambar.23).
73<br />
Gambar. 23, Bentuk lampu Pijar<br />
(Sumber: Majalah IDEA Tata Cahaya)<br />
Apabila lampu fluoresensi (lampu TL) (gambar.24)<br />
dibandingkan dari segi ketahanan dari lampu pijar,<br />
maka lampu TL lebih awet dari lampu pijar karena<br />
lampu TL memiliki masa hidup minimal lima kali lipat<br />
dari lampu pijar. Disamping lebih awet, lampu<br />
fluoresensi (lampu TL) lebih hemat energy.
Gambar. 24 Beberapa Bentuk Lampu<br />
(Sumber: Buku desain <strong>Pencahayaan</strong> Arsitekstur)<br />
74
75<br />
B. Tingkat pencahayaan<br />
Tingkit pencahayaan atau tingkat pencahayaan (E)<br />
dalam lux, yang diperlukan untuk setiap aktivitas akan<br />
berbeda-beda, tergantung :<br />
1. Usia<br />
Tingkat pencahayaan ditentukan dari umur manusia.<br />
Seperti contoh manula yang berumur 60 th memerlukan<br />
tingkat cahaya 15x lebih tinggi utuk ruang beraktivitas<br />
disbanding anak yang berumur 10 th (Gerafik.1).<br />
Grafik. 1, Grafik untuk mengetahui tingkat pencahayaan yang dibutuhkan sesuai<br />
dengan kamar (Sumber: Serial Rumah <strong>Hemat</strong> <strong>Energi</strong>)
76<br />
2. Ukuran obyek yang dilihat<br />
Semakin kecil ukuran obyek yang dilihat maka tingkat<br />
cahaya yang diperlukan akan semakin besar <strong>dan</strong><br />
sebaliknya apabila obyek yang dilihat semakin besar<br />
maka tingkat cahaya yang diperlukan akan semakin<br />
rendah. Seperti misalkan ruang pajang perhiasan mas<br />
atau perak memerlukan tingkat cahaya lebih besar<br />
disbanding ruang pajang patung yang berukuran se<strong>dan</strong>g<br />
sampai besar.<br />
3. Tingkat ketelitian atau kesulitan pekerjaan yang<br />
dilakukan.<br />
Jenis pekerjaan yang memerlukan tingkat ketelitian<br />
yang tinggi maka tingkat cahaya yang diperlukan akan<br />
semakin tinggi. Seperti contoh pekerjaan tukang<br />
reparasi jam, pekerjaan periasan mas atau perak dll.<br />
Se<strong>dan</strong>gkan pekerjaan yang memerlukan tingkat<br />
ketelitian se<strong>dan</strong>g maka tingkat pencahayaan yang<br />
diperlukan juga se<strong>dan</strong>g. Seperti contoh tukang masak,<br />
tukang potong rambut dll. Tetapi ada juga pekerjaan<br />
yang tidak memerlukan ketelitian rendah maka tingkat<br />
pencahayaan yang diperlukan bisanya lebih rendah dari<br />
tingkat pencahayaan yang tergolong se<strong>dan</strong>g. Contoh<br />
pekerjaan penyimpanan barang di gu<strong>dan</strong>g.
77<br />
Tabel. 3<br />
Standar Tingkat pencahayaan dalam ruang<br />
No Nama Ruang Lux<br />
1 2 3<br />
A. Industri pesawat terbang, pabrikasi bagian<br />
:<br />
Asembling :<br />
Pengeboran<br />
Asembleng ahkir<br />
Hanggar untuk perbaikan<br />
pesawat<br />
Kasar<br />
Se<strong>dan</strong>g<br />
halus<br />
750<br />
1000<br />
1000<br />
300<br />
1000<br />
2000<br />
B. Penjili<strong>dan</strong> buka :<br />
Pemotongan, penjahitan,<br />
pelubangan<br />
Embosing, pemeriksaan<br />
C. Industri kimia :<br />
Area pabrik<br />
Ruang pencampuran<br />
Injeksi <strong>dan</strong> kalendering<br />
(industry plastik)<br />
Ruang pengendali<br />
Laboratorium<br />
Ruang pemeriksa warna<br />
D. Pabrik keramik :<br />
Pencetakan, pengepresan,<br />
pembersihan<br />
Pewarnaan<br />
750<br />
2000<br />
200<br />
300<br />
500<br />
500<br />
750<br />
1000<br />
300<br />
2000
78<br />
1 2 3<br />
E. Industri kelistrikan :<br />
Pengulungan (pembelitan) 500<br />
Pekerjaan assembling :<br />
Halus<br />
Sangat halus<br />
1500<br />
2000<br />
F. Garasi mobil<br />
Tempat perbaikan (reparasi)<br />
Area untuk lalu lalang<br />
Tempat parker :<br />
Jalan masuk<br />
Jalan lintas<br />
gu<strong>dan</strong>g<br />
G. Usaha laundry<br />
Pencucian<br />
Penyeterikaan<br />
Mesin, sortir<br />
H. Pabrik kulit :<br />
Pembersihan,pementangan<br />
<strong>dan</strong> penyamakan<br />
Pekerjaan akhir, scarfing<br />
1000<br />
200<br />
500<br />
100<br />
50<br />
300<br />
500<br />
750<br />
300<br />
1000<br />
I. Bengkel cat<br />
pengamplasan<br />
pendempulan<br />
Pengecatan<br />
Poles <strong>dan</strong> pengeringan<br />
<strong>dan</strong><br />
500<br />
1000<br />
500
79<br />
1 2 3<br />
j. Bengkel mesin :<br />
Pengelasan<br />
Pekerjaan kasar<br />
Pekerjaan setengah halus<br />
Pekerjaan halus<br />
K. Industri percetakan :<br />
Pemeriksaan warna<br />
Komposisi<br />
Pengepresan<br />
Pembacaan/koreksi<br />
L. Pabrik botol, vas kaca :<br />
Ruang pencampuran bahan<br />
Ruang pembentukan <strong>dan</strong><br />
peniupan<br />
Ruang dekorasi<br />
Ruang Etsa<br />
M. Kantor <strong>dan</strong> Bank :<br />
Lobi<br />
Teller, penyimpanan<br />
Tempat umum<br />
Koridor, tangga berjalan<br />
N. Kantor pos :<br />
Koridor<br />
Loby<br />
Ruang sortir surat<br />
Gu<strong>dan</strong>g<br />
300<br />
500<br />
1000<br />
2000<br />
2000<br />
100<br />
750<br />
1600<br />
200<br />
300<br />
500<br />
750<br />
500<br />
1500<br />
150<br />
200<br />
300<br />
1000<br />
200<br />
200
80<br />
1 2 3<br />
O. Hotel <strong>dan</strong> Motel :<br />
Kamar mandi<br />
Ruang cermin<br />
Tempat tidur/membaca<br />
Lobi depan<br />
Ruang umum<br />
100<br />
300<br />
50-200<br />
750<br />
200-400<br />
Ruang pelayanan<br />
100-200<br />
Dapur<br />
250-400<br />
P. Sekolah <strong>dan</strong> kuliah<br />
Tempat membaca<br />
Papan tulis<br />
Ruang menggambar<br />
Laboratorium<br />
Aula<br />
Koridor<br />
Perpustakaan<br />
Lobi umum<br />
Workshop<br />
Q. Restauran<br />
Ruang makan <strong>dan</strong> kasir<br />
Penerangan sekeliling ruang<br />
makan<br />
Ruang café <strong>dan</strong> bar<br />
(remang-remang)<br />
Dapur<br />
300-750<br />
1600<br />
1000<br />
1000<br />
750<br />
200<br />
750<br />
750<br />
1000<br />
500<br />
200<br />
30-50<br />
250-400
81<br />
1 2 3<br />
R. Teater<br />
Auditorium<br />
Foyer<br />
Lobi masuk<br />
50<br />
50<br />
200<br />
S. Penjualan <strong>dan</strong> pameran<br />
Toko konvensional<br />
Swalayan (supermarket)<br />
Etalase took<br />
Foods centre<br />
Shopping centre<br />
Ruang pameran museum <strong>dan</strong><br />
lukisan<br />
Fair hall<br />
T. Rumah tangga :<br />
Tangga<br />
Teras<br />
Ruang makan<br />
Ruang tamu<br />
Ruang kerja<br />
Kamar tidur anak<br />
Kamar tidur utama<br />
Kamar mandi<br />
Dapur<br />
Ruang samping<br />
Ruang cuci <strong>dan</strong> seterika<br />
U. Tempat Ibadah :<br />
Ruang untuk jemaah<br />
Mimbar untuk khotbah<br />
300<br />
500-750<br />
1000<br />
500<br />
500<br />
250-300<br />
500<br />
60<br />
60<br />
150-250<br />
120-250<br />
120-250<br />
120<br />
250<br />
250<br />
250-400<br />
60<br />
250<br />
100<br />
150
82<br />
Tingkat pencahayaan (E) dalam lux untuk siang atau<br />
malam hari besar yang dianjurkan sama. Yang berbeda<br />
adalah lumen dari lampu yang dibutuhkan, artinya :<br />
Pada waktu siang hari cahaya matahari yang<br />
masuk dari jendela harus ikut diperhitungkan<br />
pada waktu menghitung jumlah lampu yang<br />
dibutuhkan.<br />
Malam hari karena tidak ada cahaya<br />
matahari, maka penerangan hanya<br />
bergantung pada lampu, jadi pemakaian<br />
jumlah lampu pada malam hari jauh lebih<br />
banyak dari siang hari.<br />
Tingkat pencahayaan (E) daam lux yang dianjurkan<br />
untuk suatu ruang kerja harus dibedakan, artinya antara<br />
general lighting untuk seluruh ruangan <strong>dan</strong> penerangan<br />
pada bi<strong>dan</strong>g kerja. Contoh untuk suatu perkantoran<br />
ditentukan jumlah lux yang dianjurkan adalah 250 lux.<br />
Disini berarti untuk general lighting tidak harus 250 lux,<br />
tetapi yang lebih pentingditekankan adalah besarnya
83<br />
penerangan di bi<strong>dan</strong>g kerja. Misalnya di area meja kerja<br />
harus 250 lux, se<strong>dan</strong>gan untuk general lihtingnya boleh<br />
kurang dari 250 lux, karena memang tidak harus semua<br />
sudut mendapat pencahayaan yang sama. Tetapi lain<br />
halnya dengan ruang teras yang membutuhkan 60 lux,<br />
penerangan teras berfungsi sebagai general lihting<br />
sehingga penyebaran cahayanya harus merata.<br />
C. Arah <strong>dan</strong> Distribusi cahaya<br />
Untuk arah <strong>dan</strong> distribusi cahaya yang harus<br />
diperhatikan guna usaha untuk menghemat energy<br />
listrik adalah :<br />
1. Menentukan jumlah lampu<br />
Untuk mendapatkan distribusi cahaya yang merata<br />
maka pertama-tama kita harus menghitung jumlah<br />
lampu sesuai dengan fungsinya. Perhitungan jumlah<br />
lampu dapat digunakan rumus-rumus sebagai berikut:
84<br />
Untuk mencari jumlah almatur pada bi<strong>dan</strong>g kerja (NA1)<br />
dengan rumus :<br />
NA1 = E.A1.p/z.ф.B<br />
Untuk mencarai jumlah almatur untuk menerangi<br />
keseluruhan ruangan dengan merata (NA2) dengan<br />
rumus:<br />
NA2 = E.A1.p/z.ф.B<br />
Dari rumus-rumus ini ditentukan ;<br />
NA1 = Jumlah almatur untuk bi<strong>dan</strong>g kerja<br />
NA2 = Jumlah almatur untuk ruangan<br />
E<br />
= Factor depresiasi atau factor pemeliharaan<br />
(ditentukan nilainya 1,25)<br />
A1 = bi<strong>dan</strong>g kerja (meja kerja) dalam m 2<br />
A2 = Luas ruangan dalam m 2<br />
B = Faktor utilitas/efesiensi ruang (%)<br />
z<br />
ф<br />
= Jumlah lampu peralmatur<br />
= Arus cahaya lampu (lm)
85<br />
Contoh :<br />
Untuk menghitung jumlah almatur pada bi<strong>dan</strong>g kerja<br />
(NA1) <strong>dan</strong> jumlah almatur pada keseluruhan ruang<br />
ruang kerja (NA2)<br />
Diketahui<br />
P = 1,25<br />
E = 250 lux<br />
A1 = 2 m 2 (luas meja <strong>dan</strong> kursi kerja)<br />
A2 = 20 m 2 (luas ruangan)<br />
B = 40% (0,40)<br />
Z = 1<br />
Ф = 900 lm<br />
NA1 = 250.2.1,25/1.900.0,40<br />
= 2 buah<br />
NA2 = 250.20.1,25/1.900.0,40<br />
= 17 buah<br />
Jadi NA1 = 2 buah<br />
NA2 = 17 buah
86<br />
2. Penempatan titik lampung<br />
Menentukan penempatan titik lampu dengan cara<br />
membagi titik lampu pada area-area yang dikehendaki<br />
sesuai dengan fungsinya. Fungsi lampu di dalam<br />
ruangan dapat dibagi menjadi beberapa fungsi yaitu<br />
general light, task light <strong>dan</strong> decorative light, safety light,<br />
sleep light, disply light.<br />
3. Cara pemasangan lampu<br />
Jarak maksimum antara penerangan yang satu dengan<br />
yang lain untuk mencapai distribusi cahaya yang merata<br />
paling sedikit 70% dengan rumus sebagai berikut :<br />
e/h ≥ 70%<br />
Dengan ketentuan :<br />
e = jarak antara pusat lampu yang satu dengan<br />
yang lain (Gambar.25)
87<br />
h = jarak antara lampu dengan bi<strong>dan</strong>g kerja<br />
(Gambar.26)
88<br />
4. Memilih jenis lampu<br />
Dengan mengetahui fungsi dari lampu dalam satu<br />
ruangan <strong>dan</strong> untuk mendukung fungsi lampu lebih<br />
maksimal, kita harus memilih jenis lampu yang cocok<br />
dengan fungsinya. Disamping itu dengan memilih<br />
jenis lampu yang sesuai dengan fungsinya maka<br />
distribusi cahaya ke bi<strong>dan</strong>g kerja atau benda yang<br />
akan disinari akan lebih maksimal. Jenis-jenis lampu<br />
yang sesuai dengan fungsinya untuk ruang dalam,<br />
kita dapat lihat pada table.4.
89<br />
NO Jenis Lampu Fungsi Lampu<br />
1 2 3<br />
A. Almatur wall light (lampu<br />
dinding)<br />
Decorative light,<br />
sleep light<br />
B. Almature step light<br />
( lampu tangga)<br />
safety light
90<br />
C. Almatur suspension<br />
(lampu gantung)<br />
2 3<br />
general light ,<br />
task light, decorative<br />
light<br />
D. Compact fluorescent<br />
lamp (lampu TL bentuk<br />
kompak)<br />
general light<br />
E. TL tabung general light<br />
F. Lampu pijar general light<br />
G. Almatur desk light<br />
(Lampu duduk)<br />
task light <strong>dan</strong><br />
decorative light,<br />
sleep light
91<br />
1 2 3<br />
H. Almatur Spot light disply light<br />
I. Almatur down light<br />
(lampu tanam)<br />
general light, disply<br />
light<br />
J. Almatur standing light task light, decorative<br />
light<br />
Tabel .4<br />
Jenis-Jenis lampu sesuai dengan fungsinya untuk<br />
pencahayaan ruang dalam
92<br />
5. Pemeliharaan almatur (rumah lampu)<br />
Almatur yang tidak baik kondisinya (kotor atau rusak)<br />
maka fungsinya akan terganggu sehingga tidak dapat<br />
mendisitribusikan cahaya lampu dengan maksimal.<br />
D. Trik-Trik Menghemat Lampu<br />
Untuk mengetahui cara menghemat energy melalui<br />
pencahayaan buatan sebelumnya kita harus tahu<br />
menghitung besarnya energy listrik yang kita pakai.<br />
Untuk mencari energy listrik kita gunakan rumus :<br />
<strong>Energi</strong> (kWh) = Daya (watt) x Waktu (hour)<br />
Dari rumus ini kita akan mengetahui peluang untuk<br />
menghemat enrgi (kWh), dapat dilakukan dengan cara :
93<br />
1. Memperhitungkan daya lampu yang akan kita<br />
pasang.<br />
Perhitungan daya lampu dipengaruhi oleh beberapa<br />
factor antara lain fungsi ruang (untuk menentukan<br />
terang lampu), jenis lampu yang dipilih (mempengaruhi<br />
tingkat cahaya yang dipancarkan), jumlah titik lampu<br />
(agar distribusi cahaya lebih merata sesuai kebtuhan).<br />
Contoh Perhitungan :<br />
Diketahui luas ruang tidur 4m x 3m = 12m 2<br />
Daya Lampu: 1 buah (titik lampu) x 18 watt = 18 watt<br />
Daya/Luas Ruang = 18/12 = 1,5 watt/m 2<br />
(memenuhi persyaratan hemat energy)<br />
Menurut persyaratan SNI (standart konservasi energy),<br />
industry 15 watt/m 2 .
94<br />
2. Mengendalikan jam pengoperasiannya dapat<br />
dilakukan dengan tindakan:<br />
dengan memanfaatkan pencahayaan alami untuk<br />
mengurangi pemakaian lampu khususnya pada siang<br />
hari.<br />
Matikan lampu saat ruangan tidak digunakan,<br />
peringatan tersebut harus ditempel pada setiap<br />
saklar.<br />
Menambah alat dimmer untuk mengatur kuat<br />
pencahayaan <strong>dan</strong> sensor untuk mengatur secara<br />
otomatis hidup matinya lampu (kalau gelap lampu<br />
akan otomatis hidup <strong>dan</strong> kalau ada sinar matahari<br />
lampu akan mati).<br />
Hindari menggunakan satu saklar untuk<br />
menghidupkan beberapa titik lampu karena kalau<br />
saklar dihidupkan maka lampu yang tidak kita<br />
perlukan ikut menyala.<br />
Pilih lampu yang paling efisien sesuai dengan<br />
penggunaannya.<br />
Pilih jenis lampu yang hemat energy
95<br />
Pakai lampu dengan jumlah yang sesuai dengan<br />
besaran ruang.<br />
Meletakan saklar di tempat yang mudah dilihat <strong>dan</strong><br />
dijangkau agar mudah mematikan <strong>dan</strong> menyalakan.<br />
Gunakanlah daya sesuai dengan kebutuhan ruang.<br />
Apabila kita dapat menghemat selama 100 watt selama<br />
10 jam maka kita dapat menghemat energy sebesar<br />
1000 watt/jam atau 1 kwh. Ini berarti dalam 100 jam<br />
kita dapat menghemat 10 kali lipat yaitu 10 kWh. <strong>Energi</strong><br />
sebesar ini disetarakan dengan 0,75 liter solar atau 1,5<br />
liter batu bara.
96<br />
VII<br />
PENUTUP<br />
Sebagai bagian akhir buku ini, penulis ingin mengajak<br />
pembaca agar tergugah untuk mulai memikirkan dunia<br />
ini dengan menghemat energi. <strong>Energi</strong> memang sangat<br />
penting bagi kita, dengan energi banyak hal yang dapat<br />
kita kerjakan untuk kepentingan masyarakat luas.<br />
Pada bagian penutup, penulis menaruh harapan agar<br />
dimasa yang akan datang, hendaknya kita mesti hemat<br />
energy. Buku ini merupakan pemikiran penulis agar<br />
melalui penghawaan <strong>dan</strong> pencahayaan pada teknik<br />
bangunan <strong>dan</strong> desain ruang dalam untuk para desainer<br />
interior menjadi bahan pemikiran untuk mewujudkan<br />
suatu penataan ruang yang ramah lingkungan. Dan juga<br />
dapat memberikan kenyamanan bagi ruangan yang<br />
didisain tengan pemikiran yang mengarah pada<br />
penghematan energy di masa yang akan datang.<br />
Unttuk itu, setelah membaca tulisan ini, diharapkan<br />
pembaca pemikiran penulis, guna dapat<br />
mengembangkan lagi pada wawasan yang lebih luas<br />
sebagai bentuk pengembangan ilmu-ilmu desain interior<br />
pada bi<strong>dan</strong>g-bi<strong>dan</strong>g yang multidisiplin.
97<br />
KEPUSTAKAAN<br />
Agnes Eallifa Hurtado. 2001. Home Furniture. Mexico:<br />
D.F. Mexico.<br />
Australia Today, June/July 1996. Town & Country Living.<br />
Cristian Darmasetiawan, Lestari Puspakesuma. 1991.<br />
Teknik <strong>Pencahayaan</strong> <strong>dan</strong> Tata Letak lampu,<br />
jilid 1, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana<br />
Indonesia.<br />
Heinz Frick, Antonius, AMS Darmawan. 2008. Ilmu<br />
Fisika Bangunan, Yogyakarta : Kanisius.<br />
Heinz Frick, FX. Bambang Suskiyatno.2007. Dasar-Dasar<br />
Arsitektur Ekologi, Bandung : ITB.<br />
IPL. ING. Y.B. Mangunwijaya. 1981. Pasal-Pasal<br />
Pengantar Fisika Bangunan, Jakarta : PT.<br />
Gramedia<br />
Kosmas Wahyu Novianto. 2009. Rumah Modern Tropis.<br />
Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama.
98<br />
K. Suhartono,dkk. Serial Rumah <strong>Hemat</strong> <strong>Energi</strong>, Jakarta :<br />
Gramedia<br />
Majalah Tren Property. 2007. Bahan Bangunan <strong>dan</strong> Gaya<br />
Hidup. Vol. IV. November. Housing estate<br />
(Hunian dengan view yang menawan)<br />
Mohaimin. 2001. Teknologi <strong>Pencahayaan</strong>, Bandung :<br />
PT. Rafika Aditama<br />
Prasasto Satwiko. 2004. Fisika Bangunan 2, Edisi 1,<br />
Yogyakarta : Andi Offset.<br />
Parmonangan Manurung. 2009. Desain <strong>Pencahayaan</strong><br />
Arsitekrur, Yogyakarta : Andi Offset.<br />
Rudi Gunawan. 2009. Rencana Rumah Sehat,<br />
Yogyakarta : Kanisius.<br />
Sakti Pinandito, Fenty Arifianti, <strong>dan</strong> Cholirul Amin. 2009,<br />
Jakarta : Trans Media.<br />
Shielda Ima Iryandini (Kelompok I). 2008. Tugas<br />
Pengetahuan Bahan Bangunan. Jurusan Desain
99<br />
Interior, Fakultas Seni Rupa <strong>dan</strong> Desain ISI<br />
Denpasar.<br />
Trung Nurjanah, dkk. (Kelompok VI). 2008. Tugas<br />
Pengetahuan Bahan Bangunan. Jurusan Desain<br />
Interior, Fakultas Seni Rupa <strong>dan</strong> Desain ISI<br />
Denpasar.