LAPORAN FARMAKOTERAPI DIABETES MELITTUS
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI
DIABETES MELITUS
DISUSUN OLEH :
1. Sutra Nurul Irma Wibowo 1604015135
2. Meitriyana Monita 1604015151
3. Eka Jahrotul Hayat 1604015156
Kelas/Kelompok : A1/5
Dosen : Nora Wulandari, M. Farm., Apt
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan
bergesernya pola penyakit secara epidemologi dari penyakit menular yang
cenderung menurun ke penyakit tidak menular yang secara global meningkat
di dunia dan secara nasional telah menduduki ssepuluuh besar penyakit
penyebab kematian dan kasus terbanyak, diantaranya penyakit diabetes
melotus (DM) dan penyakit metabolik (PM).
Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
dari statistik kematian di dunia, 57 juta jiwa kematian terjadi setiap tahunnya
disebabkan oleh PTM dan diperkirakan bahwa sekitar 3,2 juta jiwa per
tahunnya penduduk dunia meninggal akibat DM. Selanjutnya, pada tahun
2003 WHO memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk
dunia yang berusia 20-79 tahun menderita DM dan pada 2025 akan
meningkat menjadi 333 juta jiwa. WHO memprediksi Indonesia, bahwa ada
kenaikan dari 8,4 juta diabetes pada tahun 2000, akan meningkat menjadi
sekitar 21,3 juta diabetisi pada tahun 2030. (Depkes 2005).
Hasil riset kesehtatan dasar (RISKEESDAS) tahun 2007 menunjukan
bahwa secara nasional, prevalensi DM berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan dan gejala adalah 1,1%. Sedangkan prevalensi nasional DM
berdasarkan hasil pengukuran gula darah pada penduduk umur > 15 tahun
yang bertempat tinggal di perkotaan adalah 5,7%. Riset ini juga menghasilkan
angka Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) secara nasional berdasarkan hasil
pengukuran gula darah yaitu pada penduduk berumur > 15 tahun yang
bertempat tinggal di perkotaan sebesar 10,2% (Depkes 2008).
Diagnosis DM pada survei ini adalah pemeriksaan glukosa plasma darah
sewaktu yang berdasarkan WHO 1999 dan American Diabetes Association
(ADA) 2003 sebagai berikut:
a. < 140 mg/dL adalah tidak DM
b. 140 mg/dL -< 200 mg/dL adalah TGT
c. > 200 mg/dL adalah DM
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1575 Tahun 2005, tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan telah dibentuk Sub Direktorat Diabetes Melitus dan Penyakit
Metabolik (Subdit DM dan PM), Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL) Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Subdirektorat DM dan PM mempunyai
tugas dan fungsi menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis,
penyusunan laporan di bidang pengendalian Diabetes Melitus dan
Penyakit Metabolik (Depkes 2006).
A. Tujuan Praktikum
1. Mampu menjelaskan patofisiologi dan patologi klinik penyakit(Etiologi,
Manifestasi klinis, Interpretasi data laboratorium dan patogenesisnya).
2. Mampu menjelaskan alogaritma terapi
3. Melakukan tahap-tahap identifikasi DRP
4. Mampu menjelaskan apa tujuan terapi pengobatan tersebut
5. Mampu memberikan solusi pada DRP yang ditemukan
6. Mampu menjelaskan terapi non-farmakologi pada pasien tersebut
7. Mampu memberikan konseling yang baik pada pasien tersebut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik
yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin,
atau keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis dari diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (Dipiro ed.9 2015)
Kriteria diagnosis diabetes mellitus adalah kadar glukosa puasa ≥ 126 mg/dL
atau pada 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dL atau HbA1c ≥ 8%. Jika kadar
glukosa 2 jam setelah makan > 140 mg/dL, tetapi lebih kecil dari 200 mg/dL
dinyatakan glukosa toleransi lemah. (ISO Farmakoterapi Hal 26)
B. Epidemiologi
1. Periode 1
Era pestilence dan kelaparan dengan kedatangan orang-orang barat ke asia
pada akhir abad ke-15.Datang pula penyakit-penyakit menular seperti
pes,kolera,influenza,tuberkulosis dan penyakit kelamin,yang meningkatkan angka
kematian .harapan hidup bayi-bayi rendah dan pertambahan penduduk juga sangat
rendah pada waktu itu .
2. Periode 2
Pandemi berkurang pada akhir abad ke -19 debgan perbaikan gizi,higiene serta
sanitasi penyakit menular berkurang dan mortalitas menurun.Rata-rata harapan
hidup pada waktu lahir Meningkat Dan jumlah pendududk seperti dipulau jawa
nampak bertambah.
3. Periode 3
Periode ini merupakan era penyakit degeneratif dan pencemaran karena
komunikasi yang lebih baik dengan masyarakat barat serta adopsi cara kehidupan
barat,penyakit-penyakit degeneratif seperti hipertensi,penyakut kardiovaskular
dan diabetes melitus meningkat.tetapi apabila kontak dengan Barat kurang dan
masih terdapat kehidupan tradisional seperti di daerah pedesaan penyakit-
penyakit tersebut umumnya jarang ditemukan (ilmu penyakit dalam jilid II edisi
VI Hal:2317).
C. Patofisiologi
1. Diabetes melitus tipe 1 (5 - 10% kasus) biasanya terdapat pada masa anak-anak
atau awal memasuki usia dewasa dan menghasilkan kerusakan yang dimediasi
oleh autoimun pada sel β pankreas, menghasilkan defisiensi insulin. Proses
autoimun dimediasi oleh makrofag dan limfosit T dengan autoantibodi
terhadap antigen sel β (contoh: sel antibodi, antibodi insulin)
2. Diabetes melitus tipe 2 sebanyak 90% kasus diabetes dan biasanya ditandai
dengan kombinasi resistensi insulin dan defisiensi insulin. Resistensi insulin
dimanifestasikan oleh peningkatan lipolysis dan produksi asam lemak
bebas, peningkatan produksi glukosa hepatik, dan penurunan serapan otot
rangka glukosa. Sel β mengalami disfungsi progresif dan menyebabkan
memburuknya kontrol glukosa darah. DM tipe 2 terjadi ketika gaya hidup
diabetogenic (kalori yang berlebihan, olahraga tidak memadai, dan obesitas)
ditumpangkan di atas rentan genotip
3. Pada DM tipe 2 terjadi ganguan pengikatan glukosa oleh reseptornya tetapi
produksi insulin masih dalam batas normal sehinga penderita tidak tergantung
pada pemberian insulin. Kejadian lainnya pada diabetes melitus (1 - 2% kasus)
mencakup penyakit endokrin (contoh: akromegali, cushing syndrome), diabetes
gestasional (GDM) atau diabetes pada ibu hamil, dan obat-obatan
(glukokortikoid, niasin, α-interferon) (Dipiro ed 9 2015).
D. Tanda dan Gejala
1. Tipe 1 diabtes melitus
a. Gejala awal yang paling umum adalah poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, dan kelesuan disertai hiperglikemia.
b. Individu sering tipis dan rentan untuk mengembangkan ketoasidosis
diabetik jika insulin dirahasiakan atau dalam kondisi stres berat.
c. Antara 20% dan 40% pasien datang dengan ketoasidosis diabetik setelah
beberapa hari poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan.
2. Tipe 2 diabetes melitus
a. Pasien sering asimptomatik dan mungkin didiagnosis sekunder akibat tes
darah yang tidak berhubungan.
b. Letih, poliuria, nokturia, dan polidipsia dapat ditemukan. Penurunan berat
badan yang signifikan kurang umum; lebih sering, pasien kelebihan berat
badan atau obesitas (Dipiro ed. 9 2015).
E. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
1. Kriteria diagnosis DM mencakup salah satu dari yang berikut:
a. A1C 6,5% atau lebih
b. Puasa (tanpa asupan kalori setidaknya 8 jam) glukosa plasma 126 mg / dL
(7,0 mmol / L) atau lebih
c. Dua jam glukosa plasma 200 mg / dL (11,1 mmol / L) atau lebih selama
tes toleransi glukosa oral (OGTT) menggunakan beban glukosa yang
mengandung setara dengan 75 g glukosa anhidrat yang dilarutkan dalam
air.
d. Konsentrasi glukosa plasma acak 200 mg / dL (11,1 mmol / L) atau lebih
dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemik Dengan tidak
adanya hiperglikemia yang tegas, kriteria 1 sampai 3 harus dikonfirmasi
dengan pengujian ulang.
2. Glukosa plasma puasa normal (FPG) kurang dari 100 mg / dL (5,6 mmol / L).
a. Gangguan glukosa puasa (IFG) adalah FPG 100 hingga 125 mg / dL (5,6
6,9 mmol / L).
b. Toleransi glukosa terganggu (IGT) didiagnosis ketika 2 jam postload
sampel OGTT adalah 140 hingga 199 mg per dL (7,8 11,0 mmol / L).
c. Wanita hamil harus menjalani penilaian risiko untuk GDM pada
kunjungan pranatal pertama dan menjalani tes glukosa jika berisiko tinggi
(misalnya, riwayat keluarga positif, riwayat pribadi GDM, obesitas
ditandai, atau anggota kelompok etnis berisiko tinggi) (Dipiro ed. 9 2015).
F. Algoritma (PARKENI 2015)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Tanggal dan Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 29 0ktober 2019, pukul 10.30
WIB, di Laboratorium Farmakoterapi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
Hamka Jakarta.
B. Judul Praktikum
Praktikum kali ini membahas tentang penyakit Diabetes Mellitus yang diderita
pasien. Dengan menganalisis kasus yang diderita pasien.
C. Kasus dan Pertanyaan
1. Kasus
Tn US, usia 45 tahun, 160 cm, 80 Kg, dengan riwayat DM sejak 5 tahun yang
lalu datang kedokter dengan keluhan badan lemah, pegal-pegal, kaki sering
kesemutan dan terdapat gangrene dikaki. Data klinik menunjukan TD 140/90
mmHg, suhu 38°C.
Hasil pemeriksaan laboratorium : GDP 220 mg/dl , gd 2 jam PP 490 mg/dl ,
HbA1c 11% , HDL 35mg/dl , LDL 210 mg/dl , kolestrol total 285 mg/dl , TGA
278 mg/dl.
Riwayat pengobatan : gibenklamid,metformin,simvastatin
Diagnosa : DM tipe 2 – neuopati dan ulkus di kaki
Obat yang digunakan pasien sekarang :
R/ captropil 12,5 mg
S.2dd.1 tab
R/ furosemide tab
S.1dd.1 tab
R/ metformin 500 mg
S.3dd. 1 tab
R/ novorapid flex pen
S.2dd.16 unit
R/ latus flex pen
S.1dd. 5 unit
R/ lipitor
S.1dd. 1 tab
2. Pertanyaan:
a. Lakukan pemantauan obat dengan metode SOAP!
b. Isi formulir pelayanan dan lakukan konseling obat pada pasien diatas
dengan metode 3 prime quesstion!
c. Jelaskan penggunaan insulin dengan alat peraga!
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis SOAP
1. Subjek
keluhan : badan lemah,pegal-pegal,kaki sering kesemutan dan terdapat
gangrene di kaki
Riwayat penyakit : pernah mengalami DM sejak 5thn yang lalu
Riwayat pengobatan : gibenklamid,metformin,simvastatin
2. Objek
Pemeriksaan Data pasien Data Normal Keterangan
TD 140/90 mmHg < 120/80 mmHg Hipertensi (Stage 1)
GDP 220 mg/dL < 100 mg/dL Diabetes
GD 2 jam PP 490 mg/dL < 140 mg/dL Diabetes
HbA1c 11% < 5,7% Diabetes
HDL 35 mg/dL > 60 mg/dL Tidak normal
LDL 210 mg/dL <130 mg/dl atau <100 Tidak normal
mg/dL bila pasien DM
Kolesterol total 285 mg/dL < 200 mg/dL Tidak normal
TGA 278 mg/dL <200 mg/dL atau Tidak normal
3. Assesment
a. Tidak tepat obat
Furosemid tidak digunakan untuk pasien dengan tipe hipertensi stage 1,
dimana penggunaan hanya perlu 1 macam obat saja (Dipiro, 2015 Hal
88).
Simvastatin diganti menjadi Atorvastatin. Dimana menurut
Bioavailabilitas DIH Atorvastatin memiliki %BA 14% sedangkan
Simvastatin %BA hanya 5%, gol statin atorvastatin memiliki waktu
paruh yang panjang dibandingkan simvastatin waktu paruh nya singkat.
Glibenclamid tidak digunakan lagi karena efek sampingnya hipoglikemia
berat. Sedangkan pada resep diberikan terapi insulin yang memiliki efek
hipoglikemia berat juga. Jadi tidak boleh dikombinasi dengan
glibenclamid
b. Tepat dosis
Dosis awal Lipitor digunakan 10-20 mg sekali sehari (drugs.com)
Novorapid insulin digunakan 15 menit sebelum makan Diabetes mellitus
tipe 2: Awalnya, dosis total insulin harian berkisar 0,2-0,4 unit / kg, yang
sebagian dapat diberikan sebagai aspart insulin; beberapa dokter
menyarankan dosis total insulin awal rata-rata 0,6 unit / kg setiap hari.
0,2 unit / kg x 80 kg = 16 unit (AHFs 2011)
Lantus flex pen digunakan 15 menit sebelum tidur digunakan 1 kali
sehari 10 unit (AHFs 2011)
c. Overdosage
Metformin, dosis awal: 500 mg oral dua kali sehari atau 850 mg oral
sekali sehari. (drugs.com)
Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, angiotensin II receptor
blocker (ARB), calcium channel blockers (CCBs), dan diuretik thiazide
dapat diterima opsi lini pertama. Salah satu obat dari golongan ACEI
adalah Captopril. (PERKENI,2015. Hal 54) Lower initial dosages (e.g.,
6.25 mg twice daily to 12.5 mg 2-3 times daily) (AHFs 2011)
4. Plan
Penggunaa furosemid tidak diberikan karena pasien mengalami
hipertensi stage pertama (Dipiro 2015 hal 89)
Penggunaan lantus ditambahkan menjadi 10 unit per hari (DIH, hal 652)
Terapi untuk hipertensi sebaiknya hanya menggunakan captopril saja
karena pasien menderita hipertensi stage 1 jadi hanya menggunakan 1
obat hiertensi yaitu captopril dengan dosis 25mg 3x1 (Medscape)
Disarankan penggunakan Lipitor 10mg diminum tiap malam hari
(drug.com)
Rigem penggunaan metformin disarankan menjadi 2x sehari (DIH hlm
796)
Penggunaan lantus (long acting) 15menit sebelum tidur (konsensus
PERKENI, 2015)
Penggunaan novorapid 15menit sebelum makan (konsensus PERKENI,
2015 hal 37)
Penambahan obat Cilostazol 50 mg untuk ulkus (luka) pada kaki,
diberikan 2xsehari 30 menit sebelum makan atau 2 jam sesudah makan
(Drug.com)
B. Formulir Pelayanan Kefarmasian
1. Data Base
Nama : Tn US Umur, BB, TB :45th, 80 Kg, 160 cm
Alamat : - Alergi : -
Riwayat : DM sejak 5 tahun Riwayat Obat :Glibenklamid,
Penyakit
Metformin, Simvastatin
2. Konseling
Pasien
Apoteker
Pasien
Apoteker
Pasien
Apoteker
Pasien
Apoteker
Pasien
: Assalamualaikum
: Waalaikumsallam, silakan masuk
: Siang bu
: Siang pak, perkenalkan saya Meitriyana Apoteker di apotek ini.
Saya bisa minta waktu bapak sebentar untuk konseling tentang
obat yang akan bapak terima? Tujuan konseling ini untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan
bapa sehingga terjadi perubahan dan perilaku dalam penggunaan
obat ini.
: oke baik bu
: sebelumnya ini dengan Tn . US ya? Usianya berapa ya kalo boleh
tau?
: iya saya sendiri, usia saya 45 tahun
: apakah bapa sudah pernah ke dokter sebelum ini?
: sudah, bu
Apoteker : obat apa yang sebelumnya bapa konsumsi?
Pasien : Glibenklamid, Metformin, Simvastatin
Apoteker : apakah dokter memberikan resep obat?
Pasien : sudah mba, saya diberikan Captopril, Metformin, Novorapid,
Lipitor, Lantus, dan Cilostazol.
Apoeteker : apa yang dikatakan dokter tentang kegunaan pengobatan bapa?
Pasien : tidak ada
Apoteker : baik saya akan jelaskan ya pa terkait yang dokter sudah
diresepkan obatnya kepada bapak…
Pasien : baik mba
Apoteker : jadi begini ya pa, ini obat Captopril digunakan 2 x sehari untuk
hipertensi, Metformin 2 x sehari digunakan pagi dan sore untuk
mengontrol kadar gula darah, Novorapid flex pen 2 x sehari 15
menit sebelum makan digunakan untuk membantu memperbaiki
produksi insulin, Lantus flex pen 1 x sehari 15 menit sebelum tidur
digunakan untuk DM, Lipitor 1xsehari diminum tiap malam
digunakan untuk membantu menurunkan kadar kolesterol, dan
Cilostazol 2xsehari 2 jam setelah makan.
Apoeteker : bagaimana yang dikatakan dokter tentang cara pakai obat insulin
pen ini ?
Pasien : belum diberitahukan oleh dokter
Apoteker : Baik Pa, memang salah satu cara terapi yang dapat diberikan
adalah insulin, dan salah satu alat yang digunakan untuk
mempermudah pasien memasukkan insulin ke dalam tubuh adalah
dalam bentuk pena ini atau sering disebut dengan insulin pen.
Disini saya akan menjelaskan mengenai cara penggunaan dari
insulin pen, tolong di perhatikan ya,bu
a) Insulin pen yang Ibu keluarkan dari penyimpanan di lemari es,
diamkan terlebih dahulu selama 1-1 ½ jam.
b) Gulung insulin pen diantara kedua telapak tangan sampai 10 kali.
c) Gerakkan pena insulin keatas dan kebawah sebanyak 10 kali,
tujuannya adalah untuk meratakan dosis.
d) Dibuka penutupnya dan pasang jarumnya.
e) Putar tombol pemilih dosis diujung pena untuk 1 atau 2 unit untuk
mengecek apakah insulin dapat keluar atau tidak.
f) Sebelum digunakan pastikan tidak ada gelembung udara dalam
insulin. Apabila terdapat gelembung udara, ketuk dan tekan tombol
untuk mengeluarkan udara.
g) Setel dosis sesuai anjuran dokter. Jadi disini ibu diberikan dosis
untuk sekali pemakaian adalah 16 IU, jadi pada alat ini diputar
hingga jarum menunjukkan angka 16.
h) Penutup jarum dibuka, oleskan alkohol swap pada bagian tubuh
yang akan disuntik insulin, lalu pegang insulin pen dengan cara
digenggam dan ibu jari berada pada bagian atas insulin pen.
i) Suntikkan ke bagian yang dianjurkan dokter dengan arah tegak
lurus atau pada sudut 90º.
j) Tekan sampai tanda 0 dan tahan selama minimal 10 detik. Tarik
perlahan dengan posisi tegak lurus.
k) Untuk pemakaian insulin ini dilakukan 3x sehari setiap 8jam
sekali, contohnya apabila ibu menggunakan jam 6pagi, pemakaian
selanjutnya adalah jam 2 siang dan jam 10 malam.
l) Pemakaian insulin digunakan sebelum makan dan sebelum tidur
malam.
Apoteker :Apakah bapa diberitahu oleh dokter, dimana insulin pen ini harus
disuntikkan?
Pasien
:Ya mba, menurut dokter dibagian lengan saya
Apoteker :Ya betul Bu, selain itu bisa juga digunakan pada daerah perut dan
paha bagian depan dan samping. Untuk penjelasan mengenai
penggunaan insulin pen ini ada ibu belum mengerti?
Pasien
:Untuk jarumnya itu, apakah jarum yang digunakan sekali pakai
langsung dibuang ya mba?
Apoteker :maksimal pemakaian jarumnya 3x tapi lebih baik digunakan sekali
pakai saja, untuk jarumnya masih dapat digunakan lagi asalkan
disimpan ditempat yang benar dan telah dibersihkan setelah
penggunaan. Jarum dapat diganti apabila sudah tumpul. Bapak dapat
membeli jarum saja, sehingga bapak tidak perlu membeli alat insulin
pen yang baru. Begitu juga dengan isi insulin didalam insulin pen ini,
juga dapat membelinya secara terpisah
Pasien
:Tentang penyimpanan insulin pen ini, sebaiknya disimpan dimana
mba?
Apoteker :Untuk penyimpananannya sebelum digunakan sebaiknya dalam
lemari es, namun tidak pada bagian freezer, hanya pada bagian bawah
freezer saja, pada suhu 2-8°C. Setelah penggunaan, dapat disimpan
dalam ruangan dan hanya bertahan hingga 6 minggu.
Pasien
:Ooh.. begitu ya.... sepertinya saya sudah cukup paham mengenai alat
ini.
Apoteker :Mungkin bapak dapat mengulang menjelaskan cara penggunaan
insulin pen ini?
Pasien
:Ya, cara penggunaannya itu
a) Insulin pen yang Ibu keluarkan dari penyimpanan di lemari es,
diamkan terlebih dahulu selama 1-1 ½ jam.
b) Gulung insulin pen diantara kedua telapak tangan sampai 10 kali.
c) Gerakkan pena insulin keatas dan kebawah sebanyak 10 kali,
tujuannya adalah untuk meratakan dosis.
d) Dibuka penutupnya dan pasang jarumnya.
e) Putar tombol pemilih dosis diujung pena untuk 1 atau 2 unit untuk
mengecek apakah insulin dapat keluar atau tidak.
f) Sebelum digunakan pastikan tidak ada gelembung udara dalam
insulin. Apabila terdapat gelembung udara, ketuk dan tekan tombol
untuk mengeluarkan udara.
g) Setel dosis sesuai anjuran dokter. Jadi disini ibu diberikan dosis
untuk sekali pemakaian adalah 16 IU, jadi pada alat ini diputar
hingga jarum menunjukkan angka 16.
h) Penutup jarum dibuka, oleskan alkohol swap pada bagian tubuh
yang akan disuntik insulin, lalu pegang insulin pen dengan cara
digenggam dan ibu jari berada pada bagian atas insulin pen.
i) Suntikkan ke bagian yang dianjurkan dokter dengan arah tegak
lurus atau pada sudut 90º.
j) Tekan sampai tanda 0 dan tahan selama minimal 10 detik. Tarik
perlahan dengan posisi tegak lurus.
k) Untuk pemakaian insulin ini dilakukan 3x sehari setiap 8jam
sekali, contohnya apabila ibu menggunakan jam 6pagi, pemakaian
selanjutnya adalah jam 2 siang dan jam 10 malam.
l) Pemakaian insulin digunakan sebelum makan dan sebelum tidur
malam.
Apoteker :Ya benar sekali pa, baiklah saya rasa sudah paham betul cara
penggunaannya. Selain itu juga ibu dapat mengatur pola makan dengan
cara mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula tinggi
serta olah raga yang cukup, Mungkin ada yang lain yang bisa dibantu
lagi?
Pasien
:Tidak, terimakasih mba
Apoteker :Sama-sama pa, semoga lekas sembuh, ini leafletnya silahkan dibawa
pulang untuk mengingatkan kalau ada yang lupa, jika ada hal yang
ingin ditanyakan lebih lanjut dapat menghubungi saya kapan saja, ini
kartu nama saya.
Pasien
:Terimakasih banyak mba.
3. Cara Menggunakan Insulin dengan Alat Peraga
Berikut ini adalah cara penyuntikan insulin menggunakan alat suntik
konvensional:
Cuci tangan terlebih dahulu dengan air dan sabun sebelum memegang
alat suntik, kemudian, buka tutup luar vial atau kemasan insulin, lalu
bersihkan karet pada bagian atas kemasan dengan tisu alcohol.
Setelah itu, tarik tuas suntikan sampai alat suntik terisi udara sejumlah
dosis insulin yang dianjurkan dokter.
Masukkan ujung jarum suntik ke dalam vial menembus lapisan karet
kemasan, lalu dorong tuas perlahan agar tidak meninggalkan udara
dalam tabung suntik.
Balik vial hingga jarum suntik berada di posisi bawah. Tuas akan
terdorong oleh tekanan udara dan terisi dengan insulin, kemudian tarik
tuas untuk memasukkan insulin sesuai dosis yang dibutuhkan.
Jika ada gelembung udara, ketuk tabung suntik, agar gelembung udara
naik atas, lalu dorong tuas untuk mengeluarkan gelembung, dan tarik
tuas kembali untuk mengambil dosis insulin yang tepat.
Bersihkan area kulit yang akan Anda suntik dengan tisu alkohol.
Pegang area kulit tersebut dengan jari lalu suntik insulin dengan posisi
90 derajat. Perlu diperhatikan jarum suntik hanya sekali pakai,
sehingga jarum suntik harus segera dibuang setelah pemakaian
Di bawah ini adalah cara praktis menggunakan insulin pen:
Keluarkan insulin pen dari dalam lemari pendingin, setidaknya 30
menit sebelum penyuntikan.
Cuci tangan hingga bersih.
Lepaskan penutup insulin pen, kemudian pasang jarum pada ujung
insulin pen.
Lepaskan penutup jarum, dan keluarkan udara dari insulin pen
dengan mengetuk tabung insulin pen hingga udara berkumpul di
atas, lalu tekan tombol suntik yang terdapat di ujung insulin pen.
Setel dosis sesuai anjuran dokter, kemudian suntikkan insulin
setelah membersihkan area kulit dengan tisu alkohol.
Hindari menyuntikkan insulin pada area yang mengalami memar atau luka.
Usahakan untuk menyuntik insulin pada area berbeda dari sebelumnya.
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang biasa nya
ditandai oleh hiperglikemia dan kelainan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein.
2. Pada kasus diatas pasien setelah didiagnosa mengalami diabetes
melitus tipe 2 neuropati dan terdapat ulkus/gangrene dikaki.
3. Untuk penyakit DM tipe 2 yang disertai tekanan darah tinggi dan
terdapat gangrene dikaki maka direkomendasikan obat Captopril,
Metformin, Novoramid flex pen, Lantus flex pen, Lipitol
(Atrovastatin), Cilostazol.
DAFTAR PUSTAKA
AHFS. 2011. Drug Information Essential. American Society of Health-System
Pharmacist, Maryland.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes
Mellitus. DEPKES, Jakarta.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajaran
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sukandar, E. Y., Andrajati, R., Sigit, J. I., Adnyana, I. K., Setiadi, A. P. &
Kusnandar. 2008. ISO Farmakoterapi. Ikatan Sarjana Indonesia : Jakarta.
Soebagijo AS, dkk. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Indoensia. PB PARKENI.