Benih Bibit Indigofera
www.aisha-agro.my.id Harga Benih Indigofera, Jual Bibit Indigofera Terdekat, Jual Bibit Indigofera Magelang, Jual Bibit Indigofera Ponorogo, Jual Bibit Indigofera Jawa Timur Kalsium dalam leguminosa relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rumput, yang berkisar antara 0,1- 0,3% dibandingkan dengan rumput yang rata-rata sekitar 0,13-0,21%. Demikian pula dengan kandungan P pada legum relatif lebih tinggi. P pada legum sebagian besar berupa P organik yang sangat penting terutama dalam proses metabolisme, karena P digunakan sebagai sumber energi metabolisme seperti ATP (adenosin tri fosfat). Konsentrat pada umumnya memiliki kandungan protein kasar > 14
www.aisha-agro.my.id Harga Benih Indigofera, Jual Bibit Indigofera Terdekat, Jual Bibit Indigofera Magelang, Jual Bibit Indigofera Ponorogo, Jual Bibit Indigofera Jawa Timur
Kalsium dalam leguminosa relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rumput, yang berkisar antara 0,1- 0,3% dibandingkan dengan rumput yang rata-rata sekitar 0,13-0,21%. Demikian pula dengan kandungan P pada legum relatif lebih tinggi. P pada legum sebagian besar berupa P organik yang sangat penting terutama dalam proses metabolisme, karena P digunakan sebagai sumber energi metabolisme seperti ATP (adenosin tri fosfat).
Konsentrat pada umumnya memiliki kandungan protein kasar > 14
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Kalsium dalam leguminosa relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan rumput, yang
berkisar antara 0,1- 0,3% dibandingkan
dengan rumput yang rata-rata sekitar 0,13-
0,21%. Demikian pula dengan kandungan P
pada legum relatif lebih tinggi. P pada
legum sebagian besar berupa P organik
yang sangat penting terutama dalam
proses metabolisme, karena P digunakan
sebagai sumber energi metabolisme
seperti ATP (adenosin tri fosfat).
Berkaitan dengan adaptasi terhadap
lingkungan, kajian ekoisiologi
menunjukkan bahwa Indigofera
zollingeriana toleran terhadap
cekaman kekeringan.
Kepadatan tanam optimal Indigofera
sekitar 6.600 tanaman per ha, dengan jarak
antar tanaman dalam baris 1 m dan antar
baris 1,5m. Untuk menghasilkan tajuk yang
tinggi, diperlukan pemberian pupuk
kandang dalam lubang saat tanam
sebanyak 250-300g/lubang.
Setiap cabang memiliki sekitar 2-6
ranting yang pada umumnya masih
dapat dikonsumsi ternak terutama
dalam keadaan segar. Produksi hijauan
sampai pada pemangkasan ke-6 masih
mengikuti pola pembentukan cabang dan
ranting.
Dengan kandungan protein yang tinggi,
diseratai kandungan serat yang relatif
rendah dan tingkat kecernaan yang
tinggi (77%)tanaman ini sangat baik
sebagai sumber hijuan baik sebagai
pakan dasar maupun sebagai suplemen
sumber protein dan energi, terlebih
untuk ternak yang dalam status
produksi tinggi (laktasi).
Hijauan leguminosa pakan di Indonesia
sudah semakin mendesak untuk
menggantikan penggunaan bahan
konsentrat asal serealia, biji-bijian dan
limbah agroindustri. Kandungan
protein legum pakan berkisar antara
20-38%.
Secara agronomis Indigofera merupakan
tanaman pakan tahunan yang dapat
berproduksi sampai 15 tahun. Tanaman
pakan ini sangat mudah dikembangkan
dan dibudidayakan, karena potensi
reproduksinya yang tinggi untuk
menghasilkan polong dan benih
dengan biji bernas.
Karena toleran terhadap kekeringan,
maka indigofera dapat dikembangan di
wilayah dengan iklim kering untuk
mengatasi terbatasnya ketersediaan
hijauan dimusim kemarau. Penggunaan
konsentrat hijau berbahan Indigofera
cepat merebak ditanah air karena
peternak sudah merasakan manfaatnya
terhadap produksi dan penghematan
biaya pakan hingga 41%.
Indigofera dipilih sebagai sumber
konsentrat hijau, karena memiliki
keunggulan dalam produksi dan kualitas
hijauannya dibandingkan dengan legum
lain. Rataan protein kasar Indigofera
berkisar antara 26%-31% dengan tingkat
kecernaan protein mencapai 83%-86%.
Bagi ternak ruminansia, hijauan
merupakan pakan utama dengan
konsumsi harian mencapai 70% dari
total ransum. Maka ketersediaannya
mutlak harus selalu tersedia, tentunya
dengan jenis hijauan yang nutrisi
berkualitas.
Konsentrat pada umumnya memiliki
kandungan protein kasar > 14% dengan
TDN >65%. Fungsi konsentrat pada
ransum ternak adalah sebagai penguat
untuk mengoreksi kekurangan nutrisi
pada ransum yang diberikan agar dapat
memenuhi kebutuhan untuk hidup
(maintenance), produksi dan reproduksi.
Bagi ternak ruminansia, hijauan
merupakan pakan utama dengan
konsumsi harian mencapai 70% dari
total ransum. Maka ketersediaannya
mutlak harus selalu tersedia, tentunya
dengan jenis hijauan yang nutrisi
berkualitas.
Produksi dan kualitas hijauan pakan
sangat dipengaruhi oleh komposisi daun
muda dan daun tua tanaman Indigofera.
Jumlah cabang tanaman Indigofera pada
umumnya berkisar antara 8-30 cabang
sejak mengalami pemangkasan pertama
hingga pemangkasan ke-10.
Pakan konsentrat yang berasal dari
bijian, sereal dan limbah agroindustri
akan mengalami keterbatasan sumber
daya dan masih impor dengan harga
yang tidak terkendali. Pakan hijauan
bukan hanya sebatas pada sumber
pengenyang, tetapi juga sebagai sumber
nutrisi lokal yang mudah dan murah.
Penggunaan konsentrat hijau berbahan
Indigofera cepat merebak ditanah air
karena peternak sudah merasakan
manfaatnya terhadap produksi dan
penghematan biaya pakan hingga 41%.
Selain itu indigofera juga dapat menjadi
lapangan kerja baru bagi petani dan
peternak yang dapat meningkatkan
penghasilan.
Indigofera sangat baik dimanfaatkan
sebagai hijauan pakan ternak dan
menggandung protein kasar 27,9%, serat
kasar 15,25%, Kalsium 0,22% dan Fosor
0,18%.
Indigofera zollingeriana kandungan
protein dan nutri lainnya lebih tinggi
dibandingkan legum lainnya, sehingga
termasuk legum yang mempunyai prospek
tinggi untuk dikembangkan sebagai
komoditi industri konsentrat hijau.
Indigofera sangat baik dimanfaatkan
sebagai hijauan pakan ternak dan
menggandung protein kasar 27,9%, serat
kasar 15,25%, Kalsium 0,22% dan Fosor
0,18%.
Kalsium dalam leguminosa relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan rumput,
yang berkisar antara 0,1- 0,3%
dibandingkan dengan rumput yang ratarata
sekitar 0,13-0,21%.
Kandungan P pada legum relatif lebih
tinggi. P pada legum sebagian besar
berupa P organik yang sangat penting
terutama dalam proses metabolisme,
karena P digunakan sebagai sumber
energi metabolisme seperti ATP
(adenosin tri fosfat).
Setiap cabang memiliki sekitar 2-6
ranting yang pada umumnya masih
dapat dikonsumsi ternak terutama
dalam keadaan segar. Produksi hijauan
sampai pada pemangkasan ke-6 masih
mengikuti pola pembentukan cabang dan
ranting.