08.02.2013 Views

KONTRIBUSI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK DALAM ... - IPDN

KONTRIBUSI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK DALAM ... - IPDN

KONTRIBUSI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK DALAM ... - IPDN

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>KONTRIBUSI</strong> <strong>ILMU</strong> <strong>ADMINISTRASI</strong> <strong>PUBLIK</strong><br />

<strong>DALAM</strong> MENANGANI PERMASALAHAN BANGSA<br />

Makalah<br />

Disiapkan untuk Seminar dan Lokakarya<br />

Dies Natalis Fisip ke-45<br />

Universitas Katolik Parahyangan<br />

Hari Sabtu, 10 Juni 2006<br />

Oleh :<br />

PROF.DR. SADU WASISTIONO, MS


A. Beberapa pendapat ahli tentang kegagalan Pemerintah :<br />

1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’ �<br />

Kemungkinan bangkrutnya birokrasi.<br />

2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ �<br />

Masyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus<br />

dan bekerja lamban.<br />

3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing<br />

Government’ => Kegagalan utama pemerintah saat ini<br />

adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada<br />

apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana<br />

caranya pemerintah mengerjakannya.<br />

.4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’<br />

=> agar birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar<br />

ramping, ‘the least government is the best government’<br />

5. E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping<br />

struktur kaya fungsi, pemilahan dan pemilihan fungsi<br />

publik.


• Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis<br />

multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh<br />

adanya salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik<br />

swasta dan terutama pemerintah.<br />

• Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua<br />

tahapan, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan<br />

implementasi sampai tahapan evaluasi.<br />

• Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya<br />

membangun filosofi, strategi serta teknik mengelola urusanurusan<br />

publik secara lebih transparan dengan melibatkan para<br />

pihak-pihak yang terlibat (stakeholder and shareholder).<br />

• Setelah terjadinya reformasi pada tahun 1997-1998, ternyata<br />

birokrasi merupakan sektor yang paling lamban berubahnya.<br />

Birokrasi selama ini merupakan pihak yang paling menikmati<br />

ketidakberesan dalam negara.


• Berdasarkan praktek pemerintahan di berbagai negara ditengarai<br />

adanya “bad government”, yang ditandai dengan banyaknya<br />

korupsi, kolusi, nepotisme, yang membuat negara mengarah ke<br />

kebangkrutan. Oleh karena itu, diperlukan konsep baru mengenai<br />

cara berpemerintahan yang baik (good government).<br />

Good governance<br />

Bad Good<br />

Government Government


Perbandingan Ciri-ciri Bad Government<br />

dengan Good Government<br />

Ciri-ciri Bad Government Ciri-ciri Good Government<br />

1. Lamban dan bersifat reaktif<br />

2. Arogan<br />

3. Korup<br />

4. Birokratisme<br />

5. Boros<br />

6. Bekerja secara naluriah<br />

7. Enggan berubah<br />

8. Kurang berorientasi pada<br />

kepentingan publik<br />

1. Proaktif<br />

2. Ramah dan Persuasif<br />

3. Transparan<br />

4. Mengutamakan proses dan<br />

produk<br />

5. Proporsional dan profesional<br />

6. Bekerja secara sistemik<br />

7. Pembelajaran sepanjang<br />

hayat<br />

8. Menempatkan stakeholder &<br />

shareholder ditempat utama


B. <strong>KONTRIBUSI</strong> <strong>ILMU</strong> <strong>ADMINISTRASI</strong> <strong>PUBLIK</strong><br />

• Salah satu causa prima kegagalan negara mensejahterakan<br />

rakyat adalah karena penggunaan manajemen pemerintahan<br />

sbg bagian dari administrasi publik yang sdh usang.<br />

• Perlu disusun grand design mengenai pembaruan administrasi<br />

publik, mencakup perubahan MANAJEMEN,ORGANISASI,<br />

SUMBERDAYA MANUSIA, serta KEPEMIMPINANNYA.<br />

• Ilmu Administrasi Publik dapat memainkan peranan penting<br />

dalam penyusunan grand design tsb, dengan menyumbangkan<br />

landasan filosofis, berbagai teori sbg alat analisis, serta faktafakta<br />

empiris dari dalam maupun luar negeri sbg pembanding.<br />

• Dalam menyusun grand design perlu dipertimbangkan adanya<br />

kesenjangan antara konsep dengan konteks.


Teori<br />

Hukum<br />

Hipotesis<br />

Definisi – definisi<br />

Klasifikasi dan Pembentukan<br />

pengertian<br />

Data<br />

Gambar : Isi Limas Ilmu<br />

Sumber : C.A. Van Peursen, Susunan Ilmu, 1989.


BAGAN PERGESERAN PERAN NEGARA<br />

KONSEP KONSEP KONSEP KONSEP<br />

NEGARA NEGARA NEGARA NEGARA<br />

PENJAGA KESEJAH MINIMALIS YG KUAT<br />

MALAM TERAAN (GIDDENS,1992) (FUKUYAMA,2005)<br />

Peran NEGARA :<br />

Terbatas Luas Terbatas Luas


Ingraham dan Romzek dkk (1994) menawarkan konsep<br />

pengelolaan pemerintahan baru yang disebutnya paradigma<br />

HOLLOW-STATE, dimana pekerjaan pemerintah akan lebih<br />

banyak dikontrakkan keluar (contracting out).<br />

Aparat pemerintah hanya menangani urusan yang benar-benar<br />

bersifat esensial.<br />

Ciri lainnya dari paradigma “hollow-state” adalah :<br />

1) looking to the private sector for models of success;<br />

2) the management environment of public organizations;<br />

3) changing became the learning organization :<br />

a. the end of hierarchy;<br />

b. governmental reliance on external expertise;<br />

c. the decline of confidence in science;<br />

d. decentralization of knowledge.


PERKEMBANGAN <strong>ILMU</strong> DAN KIAT MANAJEMEN<br />

1. Manajemen Generasi I : Jungle Management :<br />

2. MG II : Management by Direction (G.R. Terry, Luther Gullick<br />

dlsb).<br />

3. MG III : Management by Objective<br />

4. MG IV : Total Quality Management (Brian L Joiner,1994).<br />

5. MG V : Human Networking Management (Charles M. Savage,<br />

1990)


• Manajemen sektor publik dalam semua aspeknya, umumnya baru<br />

masuk pada generasi kedua atau ketiga, sementara di sektor privat<br />

sdh masuk ke generasi kelima. Penggunaan e-govt di Indonesia<br />

umumnya masih terbatas, dan ada keengganan dari birokrasi untuk<br />

bersifat lebih transparan.<br />

• Manajemen pengukuran kinerja di sektor publik baru masuk ke<br />

tahapan pengukuran satu perspektif saja yakni internal business<br />

process yang nampak pada pengukuran AKIP/LAKIP. Sementara di<br />

sektor privat sudah menggunakan pengukuran empat perspetif,<br />

seperti penggunaan Balance scorecard (BSc) menurut Kaplan dan<br />

Norton.


Perkembangan Generasi Organisasi<br />

1. Organisasi Generasi I : berbentuk organisasi nonformal (nonformal<br />

organization : digunakan pada kerjasama yang bersifat sederhana,<br />

sejalan dgn manajemen generasi pertama.<br />

2. Organisasi Generasi II : dinamakan organisasi struktural/ Structural<br />

Organization (Henry Mintzberg, 1979 dll), dengan ciri pembagian<br />

TUPOKSI yg ketat dan berbentuk piramidal. Prinsip yg digunakan<br />

dalam menyusun jenjang organisasi adalah : one step down.<br />

3. Organisasi Generasi III : dinamakan Wide Structural Organization<br />

(Frank Ostroff,1999 dll), berbentuk trapesium.<br />

4. Organisasi Generasi IV : dinamakan Functional Organization (Susan<br />

Albers Mohrman et all, 1998 dll), dengan ciri mengutamakan<br />

keahlian, bukan pada kewenangan.<br />

5. Organisasi Generasi V : dinamakan Quantum Organization (Ralph<br />

H.Kilmaan, 2001), dengan ciri memasukkan prinsip-prinsip<br />

fisika dalam menyusun dan menjalankan organisasi.


• Di sektor publik, penataan organisasi masih berkutat pada<br />

organisasi generasi kedua yang berbentuk organisasi struktural.<br />

PNS masih mengejar jabatan struktural yang bereselon daripada<br />

kemampuan teknis dalam bidang tertentu. Perubahan paradigma „<br />

FROM MACHO to MAESTRO (Bennis dan Townsend, 1995), yang<br />

diimplementasikan dalam bentuk RAMPING STRUKTUR KAYA<br />

FUNGSI, baru sebatas wacana.<br />

* Dari tiga dimensi perubahan, yakni dimensi struktural, dimensi<br />

fungsional dan dimensi kultural, maka dimensi kultural di sektor<br />

publik paling sulit berubah. Ada daya retensi yang besar dari<br />

birokrasi pemerintahan untuk berubah. Diperlukan kepemimpinan<br />

visioner yang mampu memberikan gagasan-gagasan baru.


PERKEMBANGAN PERAN PNS :<br />

• Menurut Bekke, Perry and Toonen dalam bukunya : “ Civil<br />

Service Systems in Comparative Perspective (Indiana University<br />

Press) (1996 : 71 – 88), ada lima tahap pengembangan peran<br />

PNS yaitu sbb :<br />

a. Tahap Pertama : PNS sbg Pelayan Perseorangan;<br />

b. Tahap Kedua : PNS sbg Pelayan Negara<br />

/Pemerintah;<br />

c. Tahap Ketiga : PNS sbg Pelayan Masyarakat;<br />

d. Tahap Keempat : PNS sbg Pelayanan yg Dilindungi;<br />

e. Tahap Kelima : PNS sbg Pelayanan Profesional.<br />

* Untuk masuk ke tahap kelima perlu dibangun organisasi<br />

fungsional yang didukung oleh orang-orang yg memiliki<br />

kompetensi dan profesional dalam bidang tugasnya masingmasing.<br />

Arah pengembangan kariernya bukan melebar menjadi<br />

generalis, melainkan menukik ke dalam menjadi spesialis.


• PNS di Indonesia masuk ke tipe keempat yakni pelayanan yang<br />

dilindungi. Hal ini nampak dalam UU Nomor 8 Tahun 1974 jo UU<br />

Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang<br />

masih menggunakan prinsip : TERBUKA <strong>DALAM</strong> ARTI NEGARA,<br />

artinya jabatan-jabatan negeri yang ada di dalam tubuh birokrasi<br />

hanya dapat diisi oleh mereka yang sudah ada di dalam organisasi<br />

pemerintah.<br />

• Untuk menuju tipe PNS profesional, perlu dipikirkan kemungkinan<br />

penggunana prinsip TERBUKA di dalam pengisian jabatan-jabatan<br />

yang berkaitan dengan kepentingan publik, sehingga terjadi<br />

kompetisi untuk memperoleh pejabat yang memiliki kompetensi.<br />

• Saat ini sedang dibahas RUU mengenai Kepegawaian Negara sbg<br />

pengganti UU Nomor 8 Tahun 1974 jo UU Nomor 43 Tahun 1999.<br />

Melalui UU ini diharapkan dapat digulirkan reformasi birokrasi secara<br />

lebih cepat, agar birokrasi tidak menjadi penghambat kemajuan<br />

bangsa.


KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN<br />

� Kepemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan & pengaruh,<br />

yaitu kemampuan mempengaruhi orang lain utk melakukan atau<br />

tidak melakukan sesuatu yg dikehendaki oleh pemimpin secara<br />

sukarela.<br />

� Ada Kepemimpinan organisasional dan Kepemimpinan Sosial,<br />

keduanya tergantung pada variabel :<br />

1. Pemimpin<br />

2. Pengikut<br />

3. Situasi dan kondisi<br />

4. Visi dan misi yang diembannya


� Kepemimpinan organisasional<br />

- Timbul karena ybs menjadi pimpinan unit organisasi dengan<br />

pengikut yg menjadi bawahan yang patuh dgn berbagai ikatan<br />

norma 2 organisasi formal;<br />

- Dimensi administratif lebih dominan daripada dimensi sosial<br />

maupun politik;<br />

- Pimpinan organisasi formal, biasanya dapat menggunakan<br />

fasilitas manajerial seperti :<br />

. kewenangan, dana, personil dan logistik dsb<br />

� Kepemimpinan Sosial<br />

- Timbul karena kapasitas & kualitas pribadinya dalam<br />

menggerakkan bawahannya;<br />

- Dimensi sosial & politik lebih dominan dari pada<br />

dimensi administratif;<br />

Pimpinan organisasi sektor publik harus mempunyai kedua<br />

bentuk kepemimpinan tsb


� Pertimbangan dalam memilih Pimpinan Pemerintahan :<br />

1. Kapabilitas<br />

2. Akseptabilitas<br />

3. Kompatibilitas<br />

ad. 1. Kapabilitas<br />

Gambaran kemampuan diri si pemimpin baik intelektual<br />

maupun moral, yang dapat dilihat dari catatan jejak<br />

(track record) pendidikannya maupun jejak sikap dan<br />

perilakunya selama ini.<br />

� Pemimpin yang baik tidak akan muncul secara tiba 2 ,<br />

namun melalui proses yang panjang.


ad. 2. Akseptabilitas<br />

Gambaran tingkat penerimaan pengikut terhadap<br />

kehadiran pemimpin.<br />

ad. 3. Kompatibilitas<br />

Kemampuan untuk menyesuaikan diri dgn kebijakan dari<br />

pemerintah tingkat atasnya & mengakomodasikan<br />

kebijakan dari pemerintah tingkat bawahnya maupun<br />

tuntutan dari para pengikutnya.<br />

�Derajat urgensi ketiga aspek tsb sangat tergantung<br />

pada tingkatan dari wilayah pengaruh dari pimpinan<br />

pemerintahan.


LINGKARAN SETAN PEMERASAN <strong>DALAM</strong> PILKADA<br />

PARPOL BALON KDH KDH & WAKIL KDH<br />

& WAKIL<br />

RAKYAT APBD<br />

SDM INVESTOR/<br />

SDA PENGUSAHA<br />

SDB


• Pengisian jabatan-jabatan politik (Presiden, Kepala Daerah, Kepala<br />

Desa) melalui pemilihan langsung membuka peluang meningkatnya<br />

posisi rakyat sebagai pemilik kedaulatan.Sistem ini diharapkan<br />

mampu membuat rakyat lebih banyak menaruh perhatian pada<br />

jalannya pemerintahan yang akan mengubah nasib mereka. Pada<br />

sisi lain, apabila sistemnya bersifat korup dan penuh dengan politik<br />

uang, maka akan terjadi lingkaran setan pemerasan penggunaan<br />

dana publik, yang pada gilirannya justru merugikan kepentingan<br />

masyarakat.<br />

* Demokratisasi yang diharapkan lahir melalui sistem pemilihan<br />

langsung, tidak akan berjalan tanpa hukum yang baik disertai<br />

penegakan hukum yang tegas.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!