06.04.2013 Views

BAB IV.pdf - unhas repository

BAB IV.pdf - unhas repository

BAB IV.pdf - unhas repository

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>BAB</strong> <strong>IV</strong><br />

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN<br />

A. Deskripsi Pasar Tradisional Kota Makassar<br />

Jumlah pasar tradisional yang ada di Kota Makassar adalah 16 unit<br />

yaitu: Makassar Mall, Terong , Butung, Kampung Baru, Pannampu, (Kalimbu,<br />

Kerung-kerung), Maricaya, (Sawah,Mamajang), (Sambung Jawa,<br />

Cendrawasih), Pa'baeng-baeng, Parangtambung, Panakukkang, Daya,<br />

Mandai, Tamalanrea, Darurat.<br />

Dari 16 pasar tersebut, penulis mengambil 3 pasar tradisional yang<br />

menjadi pertimbangan dimana target dan realisasi pendapatan tidak<br />

tercapai/terpenuhi. Pasar-pasar tersebut adalah pasar tradisional Terong,<br />

pasar tradisional Niaga Daya, pasar tradisional Maricayya.<br />

Pasar-pasar tersebut mempunyai sejarah berdirinya masing-masing<br />

sebagai berikut.<br />

1. Pasar Terong<br />

Bila merujuk pada cerita Haji Tula, salah seorang pedagang buah<br />

pertama di pasar Terong, maka hadirnya pasar ini pertama kali sudah muncul<br />

di tahun 1960 atau setidaknya akhir tahun 1950-an. Suatu masa yang<br />

bersamaan dengan gelombang migrasi kedua dari desa-desa di Sulawesi<br />

Selatan. Kemunculannya pertama kali bukan inisiatif pemerintah atau<br />

siapapun melainkan oleh para pedagang sendiri yang kemudian meramaikan<br />

150


area kecil di ujung Selatan jalan Terong atau dekat dengan jalan<br />

Bawakaraeng yang dulu bernama jalan Maros (Maros weg). Demikian,<br />

berawal dari pagandeng (dengan sepeda) dan palembara (dengan pikulan)<br />

yang membawa aneka buah dan sayur mayur terjadilah transaksi atau jual<br />

beli di area jalan Terong dan lorong-lorong sekitarnya seperti kini menjadi<br />

jalan Mentimun, jalan Kubis, jalan Sawi dan sebagainya.<br />

Kurang lebih 7 tahun sejak munculnya pertama kali, bangunan pasar<br />

mulai terlihat di tahun 1967 hingga 1968. Menurut beberapa pedagang yang<br />

hidup saat itu, wujud pasar hanyalah bertiangkan bambu dan beratapkan<br />

nipa. Saat itu, kanal Panampu belum selebar dan sekotor sekarang ini. Kanal<br />

itu dulunya hanya sebuah got besar yang oleh penduduk setempat disebut<br />

‗solongang lompoa‘ yang dipenuhi kangkung dan rumput liar di kedua sisinya.<br />

Area pasar sendiri masih sangat terbatas infrastrukturnya sehingga setiap<br />

musim hujan selalu terjadi banjir. Bila banjir tiba, maka bagian-bagian dalam<br />

bangunan pasar dapat hanyut seperti hanyutnya buah-buah dagangan<br />

seperti mangga, salak, kedondong dan lain-lain.<br />

Sekitar 1967, terjadi kebakaran hebat di area perkampungan Terong,<br />

atau kini dikenal kelurahan Tompobalang. Banyak warga kehilangan tempat<br />

tinggal dan dipindahkan ke area lain seperti di sekitar pasar Karuwisi atau<br />

sebelah Utara Kebun Binatang, Rappokalling, Rappojawae, Korban 40.000,<br />

Cambayya dan belakang Galangan Kapal (Capoa). Lokasi eks-kebakaran ini<br />

kemudian oleh pemerintah kota, saat itu walikota adalah HM. Daeng<br />

151


Patompo , dibangunkan pasar permanen berupa front toko dan lods-lods<br />

yang tahap pekerjaannya dilakukan sejak tahun 1970 oleh PT Antara. Pada<br />

tahun 1971 pasar Terong diresmikan dan ditempati oleh pedagang. Bentuk<br />

bangunan masih sederhana. Berdasarkan ilustrasi Siswandi yang melakukan<br />

riset etnografis di pasar Terong menyebutkan bahwa bagian luar pasar<br />

berbentuk front toko yang menyerupai huruf ‗U‘. Front toko ini mirip dengan<br />

bangunan rumah toko (ruko) tetapi tidak bertingkat dan ukurannya lebih kecil.<br />

Di sebelah Barat yang menjadi bagian tengah front toko adalah pintu gerbang<br />

yang menghubungkan pasar Terong dengan jalan Terong (Siswandi, 2009).<br />

Di sebelah Selatan juga terdapat pintu gerbang di antara jejeran front<br />

toko dan beberapa pedagang Tionghoa juga sudah di sana. Di atas pintu<br />

gerbang tersebut adalah tempat kantor pasar. Di bagian Timur bisa<br />

ditemukan sebuah Mushalla yang terletak di atas pintu gerbang tersebut.<br />

Sementara di bagian Utara tidak terdapat front toko. Di tengah front toko<br />

terdapat hamparan los induk, dan beberapa hamparan los kecil di tiap<br />

sisinya. Adapun kondisi jalan Terong di sekitar tahun 1980 masih berupa<br />

pengerasan atau aspal berkerikil.<br />

Di era tahun 1980 hingga 1990-an, penataan pedagang pasar<br />

mencapai titik ekstrimnya di mana pedagang pasar berada dalam kontrol<br />

anggota militer yang bertugas menjaga keamanan. Tahun-tahun tersebut<br />

pedagang pasar Terong bersentuhan sehari-harinya dengan aparat militer<br />

khususnya seorang anggota yang bernama Sampe atau pak Sampe. Bentuk<br />

152


kontrolnya dapat dilihat melalui banyaknya pos militer yang ditempatkan di<br />

area pasar Terong, yakni 2 pos di dua sisi jalan Terong, dan 2 pos di dua sisi<br />

jalan Sawi (samping kanal). ―Tidak boleh pedagang berjualan di luar area<br />

front toko atau area pasar yang ada‖, demikian petunjuk penataan yang<br />

harus dilaksanakan.<br />

Saat itu, jumlah pedagang sudah marak. Harga satu kios atau satu<br />

tempat di dalam front toko tersebut bisa mencapai Rp. 10.000,- yang nilainya<br />

menurut salah satu informan di pasar Terong senilai dengan menjual sepetak<br />

sawah di kampung. Akibatnya persoalan klasik timbul di mana tidak semua<br />

pedagang dapat membeli tempat di dalam front toko. Pilihan yang tersedia<br />

adalah berjualan di luar front dan memilih kucing-kucingan dengan pak<br />

Sampe dan anggota militer lainnya. Bila ketahuan, maka resiko memperoleh<br />

tendangan ataupun gebukan dari tongkat kayu yang disinyalir beralirkan<br />

listrik itu akan mengenai tubuh pedagang yang ‗membandel‘. Tentu ada pula<br />

pedagang yang memilih pindah ke pasar lain, seperti ke pasar Panampu.<br />

Tapi tak jarang, banyak yang akhirnya memilih kembali ke pasar Terong dan<br />

melakukan serangkaian ―perlawanan‖ dalam menghadapi kerasnya militer<br />

melakukan pengamanan.<br />

Dari ragam cerita yang dituturkan oleh pedagang yang pernah<br />

mengalaminya seperti Daeng Nur (49) di mana ia harus berpura-pura gila<br />

untuk menemui pelanggannya dan membuat janji untuk bertemu di tempat<br />

tertentu untuk melakukan transaksi sesuai pesanan pelanggan. Lain lagi<br />

153


cerita Daeng Jama‘ (55) dimana ia menyuruh putri-putrinya untuk menjaga<br />

barang dagangan agar anggota militer itu tidak mengganggu. Malah seorang<br />

diantaranya akhirnya menikah dengan tentara itu. Lain lagi dengan pak Dolly<br />

(40an) yang karena saat itu adalah pedagang plus peminum ‗Anggur‘ tanpa<br />

ragu mengajak beberapa tentara untuk minum bersama dan saling kenal di<br />

kedai tempat dia mangkal agar jualannya tidak diganggu.<br />

Macam-macam saja cerita pedagang mengakali ketatnya pengawasan<br />

pak Sampe ini. Inilah bentuk perlawanan pedagang atas berbagai kontrol<br />

yang diterapkan. Namun, satu hal yang pasti, pak Sampe benar-benar<br />

menjadi momok bagi pedagang yang menjual di luar area pasar. Tidak hanya<br />

itu, pasar Terong yang dikenal sebagai tempat ―preman‖ berkumpul dari<br />

berbagai kampung sekitarnya, khususnya dari Maccini Gusung dan Maccini<br />

Kidul (Baru), Kandea, Barabaraya, Pucca, Rappokalling dan lainnya juga<br />

dibuat jera oleh aksi para ‗tentara pasar‘ ini.<br />

Pak Sampe, tentara yang berasal dari tanah Mandar dan<br />

mengomandoi rekanrekannya di pasar Terong ini benar-benar ditakuti.<br />

Menjelang tahun 1994, ide untuk melakukan revitalisasi pasar tahap<br />

kedua bergulir. Berawal dari sebuah studi banding yang dilaksanakan oleh<br />

walikota Makassar saat itu, Malik B. Masri di Hawaii, USA, terbersitlah<br />

keinginan merombak pasar Terong menjadi sebuah pasar modern. Saat itu,<br />

terpilihlah PT. Prabu Makassar Sejati sebagai developer dimana Ferry<br />

Soelisthio sebagai komisaris yang memenangkan tender untuk revitalisasi<br />

154


pasar ―tradisional‖. Mulailah persoalan baru muncul menghampiri pedagang<br />

pasar Terong.<br />

Dengan desain yang ‗terlalu moderen‘ lahirlah sebuah gedung<br />

berlantai 4, yakni lantai dasar, 1, 2, dan 3 di lahan seluas 13.253 m2.<br />

Sebagaimana revitalisasi tahap pertama di masa walikota Daeng Patompo,<br />

revitalisasi tahap kedua ini juga menuai banyak masalah. Persoalan klasik<br />

juga mencuat, harga kios dan lods terlampau mahal bagi pedagang kecil<br />

yang mendominasi berdagang di pasar Terong. Banyak yang dengan<br />

terpaksa membeli kios yang berharga 40 – 80 juta rupiah atau lods bagi<br />

pedagang kecil karena tiada pilihan lain, walau banyak pula yang memilih<br />

mengisi badan jalan di luar bangunan yang kini berdiri.<br />

Masalah lain timbul seiring kepindahan pedagang ke dalam gedung<br />

baru. Tidak sampai 6 bulan, para pedagang ‗basah‘ kecewa dengan sulitnya<br />

proses angkut barang naik turun setiap harinya. Belum lagi pembeli yang<br />

tidak ingin naik hingga ke lantai 2 apalagi lantai 3. Pembeli berkurang berarti<br />

pemasukan minim. Pemasukan minim berimplikasi pada cicilan tempat<br />

terhambat sementara biaya untuk mencukupi anggota keluarga di rumah juga<br />

dituntut setiap harinya. Akhirnya banyak pedagang memilih keluar dan<br />

meninggalkan tempat mereka yang sudah dibeli dan sedang berjalan<br />

cicilannya. Ramailah kembali badan-badan jalan, lorong, trotoar, dan<br />

berbagai sudut pasar yang memungkinkan untuk ditempati. Sementara di lain<br />

pihak, developer melalui perjanjian yang dibuat dengan pedagang pembeli<br />

155


kios/lods menikmati keuntungan akibat macetnya cicilan yang membuat uang<br />

muka (DP) dan diskon 12 persen menjadi milik developer tanpa harus<br />

kehilangan kios dan lods yang sudah dibeli pedagang. Hingga kini, masalah<br />

ini masih menyisakan banyak kekecewaan di hati pedagang yang terlanjur<br />

membayar mahal namun kehilangan daya melanjutkan cicilan. Tidak<br />

membayar selama 3 bulan berturut-turut berarti kehilangan uang DP dan<br />

diskon 12 persen.<br />

Memasuki awal tahun 2000-an keadaan pasar semakin semrawut.<br />

Pengusaha atau developer dan pedagang berada dalam kerugian akibat<br />

model bangunan yang dipaksakan dalam kondisi yang berbeda kultur.<br />

Pedagang pasar Terong tumbuh dalam budaya hamparan yang melebar<br />

horisontal dan kini dihadapkan pada area dengan bangunan vertikal meninggi<br />

ke atas. Mereka lalu memilih kembali melebar. Karena maraknya pedagang<br />

di luar gedung ketimbang di dalam gedung maka secara naluria—dan<br />

berdasarkan kebiasaan pemerintah masa itu—persoalan ini akan<br />

diselesaikan melalui pembersihan pedagang di luar gedung yang kemudian<br />

dicap ―liar‖. Maka ditempuhlah beragam cara baik legal maupun di luar<br />

kerangka regulasi. Cara legal tentulah melalui jalur resmi pemerintah seperti<br />

pengerahan satuan polisi pamong praja atau satpol PP. Lalu cara sebaliknya<br />

adalah melalui mobilisasi ―preman‖ untuk melakukan aksi teror dan<br />

penyebaran ketakutan atas pedagang di pasar. Bahkan, kedua model ini<br />

dapat bekerja secara bersamaan sebagaimana terjadi di tahun 2003, 2005,<br />

156


dan 2007. Dimana preman dan satpol PP turut andil dalam serangkaian<br />

pembongkaran dan penggusuran kepada pedagang.<br />

Mengenai penggunaan ―preman‖ dalam upaya penataan pasar Terong<br />

bukanlah sesuatu kebohongan. Bahkan menjadi keniscayaan bagi<br />

pengusaha dan pemerintah dalam hal ini perusahaan daerah yang mengelola<br />

pasar, PD Pasar Makassar Raya. Sekian tahun berada di pasar relasi itu<br />

sudah terlihat secara nyata. Peran salah seorang yang dikenal sebagai salah<br />

satu ―preman‖ di pasar Terong misalnya yang bernama Daeng ‗X‘ yang telah<br />

menjadi kaki tangan baik pihak developer maupun pihak tertentu di PD Pasar<br />

Makassar Raya (Wawancara dengan Daeng ‗X‘, 2009).<br />

Pasar berkembang, pedagang juga berkembang tapi persoalan tetap<br />

sama, yakni ketidakadilan terhadap banyak pedagang pasar yang tidak<br />

mampu mengakses kios dan lods di dalam gedung dan merugi akibat<br />

kios/lods yang dibeli tiada dikunjungi pembeli. Pasar kini dikelola oleh dua<br />

aktor, yakni pihak developer dan pihak Perusahaan daerah milik pemerintah<br />

kota Makassar. Bentuk perlawanan pedagang juga berubah dan tidak lagi<br />

sporadis dan sembunyi-sembunyi. Di tahun 2003 sudah ada organisasi yang<br />

lahir dari kalangan mereka yang mereka sebut Persaudaraan Pedagang<br />

Pasar Terong, disingkat SADAR. Organisasi ini sudah berhasil meningkatkan<br />

nilai tawar pedagang sehingga tidak lagi terlalu rentan oleh aksi penggusuran<br />

dan ancaman teror dari preman.<br />

157


2. Pasar Maricaya<br />

Pasar Maricaya yang berdiri akhir tahun 1960-an telah menjadi aset<br />

Pemerintah Kota Makassar. Adanya keinginan Walikota Ilham Arif Sirajuddin<br />

menukargulingkan (ruislag) pasar tersebut menimbulkan kegelisahan<br />

dikalangan pedagang akan kehilangan mata pencariannya.<br />

Menurut sejarah bahwa di zaman Belanda tempo dulu, lokasi pasar<br />

Maricaya yang sekarang adalah sebuah taman bunga indah milik Belanda.<br />

Bunganya sangat menawan dan menjadi kunjungan warga di sore hari.<br />

Namun setelah kemerdekaan taman bunga itu tidak lagi terurus sehingga<br />

menjadi tempat kumuh.<br />

Pasar Maricaya yang pertama berlokasi di pertigaan Jalan Bulukunyi-<br />

Jalan Monginsidi. Walikota saat itu HM Daeng Patompo, melihat bahwa pasar<br />

itu tidak lagi mendukung kemajuan kota, maka pasar Maricaya dipindahkan<br />

ketempat yang sekarang ini Jalan Veteran.<br />

Tidak ada gesekan atau ketidakpuasan dari penjual sebab letaknya<br />

persis dilewati poros jalan Veteran dan bangunannya lebih representatif.<br />

Beda dengan rencana pemindahan sekarang, muncul pro kontra khususnya<br />

masyarakat sekitar lokasi baru Jl Sungai Saddang dan dari para penjual yang<br />

sudah puluhan tahun mencari rezeki di pasar itu. Dibanding pasar Pa'baeng-<br />

baeng, pasar Maricaya lebih tertib dan bukan jalan poros utama.<br />

Rasyid salah seorang pedagang mengatakan, sekalipun melepas atau<br />

menjual pasar tersebut baru sekedar rencana. Tapi hal ini sudah menjadi<br />

158


eban dan tekanan bagi pedagang. "Kami yang telah menjadikan pasar<br />

Maricaya sebagai sumber mata pencaharian terancam akan hilang," katanya.<br />

Dg Naba yang juga pedagang mengatakan, "Dari hasil jualan,<br />

disamping untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, juga membiayai<br />

pendidikan anak saya. Kalau sampai pasar ini jadi dilepas Pemerintah Kota<br />

(pemkot), maka biaya kebutuhan rumah tangga saya terancam hilang,"<br />

katanya. Apalagi biaya pendidikan anaknya lumayan besar, bisa-bisa putus<br />

sekolah. Soalnya tempat yang rencananya disediakan Pemkot Makassar<br />

tidak strategis, tambahnya.<br />

Lain lagi dengan suara pembeli, "Kalau pasar ini dipindahkan di Jl<br />

Sungai Saddang Baru, jelas kami akan berpikir untuk berbelanja dipasar<br />

yang baru. Soalnya ke lokasi baru akan menambah biaya transportasi,<br />

karena letak lokasi pasar tersebut, jauh dari jalur angkot maka perlu naik<br />

becak lagi," kata Murni salah seorang pengunjung pasar Maricaya.<br />

Kalau rencana kepindahan pasar Maricaya ke Jl Sungai Saddang,<br />

bukannya kami tidak terima. Cuma kondisi daerah tersebut tidak layak<br />

dijadikan pasar. "Ini kita lihat dari mobil kampas yang silih berganti.<br />

Sementara di tempat yang disediakan pemkot lokasinya kecil, kata Rudi<br />

pengunjung pasar lainnya yang berdiam di Jl Sunggai Saddang.<br />

"Belum lagi masalah kebersihannya, jelas kanal yang terletak di lokasi<br />

tersebut terancam. Coba kita lihat pasar Pa'baeng-baeng dan pasar Terong<br />

yang kanalnya kotor akibat buangan sampah pasar," ujar Rudi.<br />

159


Dengan adanya penolakan tukar guling dari Anggota DPRD Kota<br />

Makassar, menjadi harapan bagi para pedagang. Penilaian Pemkot<br />

Makassar yang menganggap bahwa pasar Maricaya tidak layak lagi di lokasi<br />

tersebut terkait keindahan kota, telah menimbulkan kegelisahan dikalangan<br />

pedagang dan pembeli di pasar itu. Harapan mereka agar pasar Maricaya<br />

tidak jadi dijual atau tidak jadi dipindahkan kini hanya bertumpu pada anggota<br />

DPRD Kota Makassar yang menjadi wakil untuk menyuarakan kepentingan<br />

mereka.<br />

Rasyid salah seorang pedagang mengatakan, "Mendengar anggota<br />

DPRD Kota Makassar menolak rencana ruislag, kami sedikit lega. Sudah<br />

seharusnyalah anggota dewan memperjuangkan dan mendengar aspirasi<br />

kami," tambahnya. Hanya harapan kepada anggota dewan agar membantu<br />

menyuarakan nasib kami, kami memilih mereka karena kami menganggap<br />

mereka akan memperhatikan kami rakyat kecil, tambah Rasyid.<br />

Hal sama juga dikatakan Dg Naba, "Sebenarnya pasar Maricaya<br />

hanya membutuhkan penataan agar tidak menganggu keindahan kota, tidak<br />

perlu di jual," katanya. Belum lagi pengalaman sebelumnya, ruislag akan<br />

menyingkirkan pedagang lama<br />

3. Pasar Daya<br />

Pasar Daya mulai digunakan tahun 1959. Di akhir tahun 1990an dan<br />

sepanjang tahun 2000-an, di kota Makassar, berbagai proyek revitalisasi<br />

160


eberapa pasar ‗tradisional‘ berlangsung. Beberapa contoh diantaranya<br />

adalah pasar Daya menjadi Pusat Niaga Daya.<br />

Sejarah Pasar Daya<br />

Sejarah pasar Daya Makassar mempunyai sejarah yang cukup<br />

berdinamika dikarenakan terjadi beberapa peristiwa yang penting dalam<br />

sejarah perjalanan pasar ini.<br />

Pada tahun 1992 penyerahan asset ke PD Pasar Raya Makassar<br />

dalam hal pengelolaan seluruh pasar di kota Makassar (khususnya pasar<br />

daya). Selain itu, pada tahun 1992 terjadi kebakaran di pasar lama Daya<br />

yang terletak di jalan poros Perintis Kemerdekaan dengan posisi<br />

persimpangan jalan Paccerakkang yang mengakibatkan puluhan lapak<br />

pedagang pasar lama hangus terbakar, kemudian para pedagang kembali<br />

membuat lapak-lapak kecil untuk dipakai berjualan tetapi dengan kondisi<br />

yang sangat memprihatinkan. Kemudian pada tahun 1996 pada masa<br />

kepemimpinan walikota Malik B. Masri mencari solusi untuk pasar ini yang<br />

kemudian mengeluarkan kebijakan untuk membangun ulang pasar Daya<br />

Makassar dengan membebaskan tanah warga Biringkanaya seluas 7,4<br />

hektar dalam jangka waktu 2 tahun masa pembangunan.<br />

Dengan asumsi bahwa :<br />

1. Pasca terjadinya kebakaran di pasar lama, pemerintah kota harus<br />

membangun pasar baru<br />

161


2. Pemerintah melihat lapak yang digunakan pedagang sangat tidak<br />

layak<br />

3. Untuk mengurangi kemacetan yang terjadi di Jl. Perintis Kemerdekaan<br />

Posisi letak pasar ini sangat mengganggu poros jalan Perintis<br />

Kemerdekaan sehingga kemacetan sulit dihindari. Hal ini membuat walikota<br />

Makasssar memberikan solusi membebaskan lahan disekitar jalan Kapasa<br />

Raya.<br />

Kemudian 4 tahun kemudian di tahun 1996 lahan dibebaskan,<br />

dipaketkan dengan terminal dan Pasar Daya dengan luas 16,2 hektar.<br />

Khusus untuk pasar Niaga Daya luas 7,2 Ha di bangun tahun 1996, 2 tahun<br />

berselang masa pembangunan di tahun 1998 diresmikanlah pasar niaga<br />

daya ini oleh Bapak Malik B. Masri sebagai walikota Makassar pada waktu<br />

itu.<br />

Pada tahun 1996 pemerintah mulai membangun pasar Daya Baru<br />

yang diberi nama Niaga Baru yang pihak ketigakan oleh PT Kalla Inti Karsa<br />

(KIK) dengan kontrak kerjasama selama 25 tahun. Dimana PT KIK hanya<br />

memberikan lahan dan diberikan kesempatan untuk membangun, sehingga<br />

toko, kios-kios dan front toko selama kontrak tersebut. Sedangkan Bank BNI,<br />

Niaga, BRI dan lainnya sebagai penyalur modal usaha pedangang.<br />

Saat ini sudah ada 7 orang yang menjadi kepala pasar Niaga Daya<br />

sejak tahun 1998 yaitu :<br />

1. Pak Salmin<br />

162


2. Pak Dominiskus<br />

3. Pak Sapudalo<br />

4. Pak Tjahyadi<br />

5. Pak Jafar Gala<br />

6. Pak M. Nur Ali Tundru<br />

7. Pak Hamka<br />

Dimana dari 6 kepala pasar Niaga Daya di atas, mereka menduduki<br />

jabatan 2 tahun dan dilakukan pergantian setiap 2 tahun. Kalau ada<br />

kesalahan dia mendapatkan mutasi. Mereka juga akan digilir ke pasar-pasar<br />

tradisional yang lain, atau bisa menjadi kepala bagian, atau tergantung<br />

prestasi kepemimpinannya. Jabatan kepala pasar adalah jabatan politik yang<br />

menjadi orang kepercayaan dari bapak walikota Makassar. Bahkan ada yang<br />

terjadi sudah dua kali membuat kesalahan bahkan dipecat tadi masih<br />

diangkat lagi di tempat lain. Dalam sistematika politik perlu dan harus<br />

mendapat perhatian.<br />

PT KIK dengan melakukan perjanjian dengan Pemerintah Kota, segala<br />

perjanjian sudah selesai disepakati termasuk izin-izin yang diberikan,<br />

penjualan toko los dan front toko. Sampai saat ini perjanjian tersebut sudah<br />

berjalan 11 tahun, Kalla Inti Karsa dalam hal ini izin-izin yang diberikan<br />

langsung dia bangun, tidak ada lagi masalah yang dibicarakan (dibahas).<br />

Kalau ada rapat pertemuan kepala pasar dengan KIK biasa dibahas adalah<br />

adipura, kebersihan dan kesehatan.<br />

163


terdiri dari:<br />

Pasar Niaga Daya memiliki 10 blok yang terdiri dari :<br />

1. Blok A sebanyak 130 kios<br />

2. Blok B sebanyak 140 kios (108 aktif, 32 tidak aktif)<br />

3. Blok C sebanyak 128 kios (73 aktif, 1 tidak aktif)<br />

4. Blok D sebanyak 128 kios (105 aktif, 23 tidak aktif)<br />

5. Blok E sebanyak 108 kios (71 aktif, 37tidak aktif)<br />

6. Blok F sebanyak 96 kios (50 aktif, 46 tidak aktif)<br />

7. Blok G sebanyak 80 kios (64 aktif, 16 tidak aktif)<br />

8. Blok H sebanyak 80 kios (58 aktif, 22 tidak aktif)<br />

9. Blok I sebanyak 72 kios (40 aktif, 32 tidak aktif)<br />

10. Blok J sebanyak 60 kios (4 aktif, 56 tidak aktif)<br />

164<br />

Selain itu, Pasar Niaga Daya memiliki ruko sebanyak 5 blok yang<br />

1. Blok 1 sebanyak 74 ruko (73 aktif, 1 tidak aktif)<br />

2. Blok 2 sebanyak 26 ruko (14 aktif, 12 tidak aktif)<br />

3. Blok 3 sebanyak 64 ruko (64 aktif )<br />

4. Blok 4 sebanyak 50 ruko (50 aktif )<br />

5. Blok 5 sebanyak 47 ruko (44 aktif, 3 tidak aktif)


B. Sejarah Singkat Kota Makassar<br />

1. Letak Geografis<br />

Jauh sebelum masa kemerdekaan, Kota Makassar telah berkembang<br />

pesat. Pada abad ke 17 Kota Makassar tercatat sebagai salah satu dari<br />

sepuluh kota terbesar di Asia. Pesatnya perkembangan Kota Makassar<br />

berdasarkan catatan sejarah, dimungkinkan oleh paling tidak empat faktor.<br />

Pertama, adalah letak strategis Kota Makassar pada bentangan Selat<br />

Makassar yang memungkinkan kemudahan akses ke dalam maupun ke luar<br />

Makassar. Kedua, faktor keterbukaan Kota Makassar dalam menerima<br />

berbagai suku bangsa dalam interaksi perdagangan internasinal, sehingga<br />

mengherankan jika beberapa abad lalu di Kota Makassar telah bermukim<br />

beberapa suku bangsa Asia dan Eropa yang hingga saat ini sebagian masih<br />

menyisahkan anak keturunan mereka. Ketiga, adalah faktor dukungan kultur<br />

maritim yang berkembang di Kota Makassar dan daerah sekitarnya yang<br />

memungkikan kemudahan terbangunnya lalu lintas laut serta perdagangan<br />

pesisir. Keempat, dukungan oleh daerah sekitar Kota Makassar mampu<br />

mensuplai kebutuhan berbagai hasil bumi untuk kebutuhan pangan.<br />

Pesatnya perkembangan Kota Makassar ternyata masih meninggalkan<br />

kesan yang mendalam bagi warga kota ini, sehingga tidak mengherankan<br />

jika makassar berubah nama menjadi Ujung Pandang, pada suatu ketika<br />

kemudian mendapat desakan dari masyarakat agar nama ini dikembalikan<br />

165


untuk dapat selalu mengingatkan kenangan atas kebesaran nama Makassar<br />

yang secara formal ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun 1999.<br />

Tidak hanya sebagai sebatas kenangan sejarah, melainkan saat ini<br />

sebagian besar warga Kota Makassar berharap agar kota mereka tetap<br />

menjadi kota metropolis yang dapat memberi pelayanan prima bagi kota dan<br />

pendatang,dan dapat menjadi pusat kemajuan dan perkembangan paling<br />

tidak di Kawasan Timur Indonesia. Harapan yang ini sejalan dengan<br />

kedudukan Kota Makassar sebagai lbukota Sulawesi Selatan dan sebagai<br />

gerbang bagi Kawasan Timur<br />

Kebesaran Makassar dalam catatan sejarah dan harapan warga kota<br />

menjadikan Makassar sebagai kota pelayanan yang maju dan berkembang,<br />

kemudian dihadapkan dengan berbagai permasalahan, kendala serta<br />

keterbatasan sebagaimana layaknya kota-kota lain yang tengah tumbuh dan<br />

berkembang sesuai dinamikanya. Permasalahan tersebut dapat muncul dari<br />

pertumbuhan penduduk yang begitu pesat dengan berbagai konsekuensinya.<br />

Tuntutan atas peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan<br />

kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, keterbatasan kapasitas<br />

lingkungan atas kebutuhan dan perkembangan kota, mengharuskan adanya<br />

uapaya sistematis dalam mengarahkan perkembangan kota makassar sesuai<br />

harapan masyarkat di satu sisi dihadapakan dengan berbagai<br />

permasalahannya di lain sisi, dengan dukungan potensi Kota Makassar<br />

sebagai sektor faktor yang dapat menggerakkan pembangunan daerah.<br />

166


Dalam konteks ini perencanaan pembangunan daerah memiliki<br />

keduudkan strategis dalam rangka mengarahkan harapan-harapan<br />

masyarakat dalam bentuk arah pembangunan daerah dengan tekanan pada<br />

aspek kebutuhan yang mendasar dan paling mendesak sebagai skala<br />

prioritas, karena adanaya keterbatasan untuk memenuhi seluruh kebutuhan<br />

dari dinamika dan perkembangan daerah. Dengan demikian perencanaan<br />

pembangunan dimaksud merupakan wujud dari sistematisasi kebutuhan<br />

daerah dalam rentang waktu tertentu dikaitkan dengan kemampuan untuk<br />

memenuhi kebutuhan tersebut. Hal terakhir ini kemudian diformulasi dalam<br />

bentuk kebijakan program dan rencana kerja daerah.<br />

Dalam bentuk sistematisasi yang dikemukakan di atas maka<br />

kepentingan daerah akan diletakkan secara proporsional sebagaimana yang<br />

dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian<br />

telah disempurnakan melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang<br />

Pemerintahan Daerah yang memberi tekanan pada perlunya otonomi daerah.<br />

Semangat otonomi daerah secara proporsional pula diletakkan pada<br />

kepentingan nasional, karena itu sistem perencanaan pembangunan<br />

sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang<br />

sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mencoba mengintegrasikan<br />

antara kepentingan daerah dan kepentingan nasional secara bersamaan.<br />

Model perencanaan yang demikian ini pada akhirnya akan menciptakan<br />

167


integritas penyelesaian masalah nasional dalam skala lokal dan penyelesaian<br />

masalah lokal dalam kebijakan nasional.<br />

Secara geografis, Kota Makassar berada pada kordinat 119 derajat<br />

Bujur Timur dan 5,8 derajat Lintang Selatan dengan ketinggian yang<br />

bervariasi antara 0 - 25 meter dari permukaan laut, merupakan daerah pantai<br />

yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat. Luas wilayah<br />

seluruhnya 175,77 km 2 daratan termasuk 11 pulau di selat Makassar dan<br />

luas wilayah perairan sekitar 100 km 2 . Kota Makassar terbagi 14 kecamatan<br />

dan memiliki 143 kelurahan, berbatasan dengan Kabupaten Pangkep di<br />

sebelah utara, kabupaten Maros di sebelah timur, Kabupaten Gowa di<br />

sebelah selatan, dan Selat Makassar di sebelah barat.<br />

Dari gambaran selintas, memberi penjelasan bahwa secara geografis<br />

makassar sangat strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun<br />

politik. Dari sisi ekonomi, Kota Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang<br />

tentunya akan lebih efisien dibandingkan dengan daerah lain. Selama ini<br />

akan makro pemerintah seolah-olah menjadikan Kota Surabaya sebagai<br />

home base pengelolaan produk-produk draft Kawasan Timur Indonesia,<br />

membuat Kota Makassar kurang dikembangkan secara optimal. Dengan<br />

mengembangkan Kota Makassar sekaligus akan sangat berpengaruh<br />

terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan percepatan bangunan<br />

di Kawasan Timur Indonesia. Dengan demikian, dari sisi pengembangan<br />

168


Kota Makassar sekaligus menjadi jalur dan simpul perekat yang strategis<br />

hubungan antara Kawasan Timur dan Kawasan Barat Indonesia.<br />

Kota Makassar mempunyai dua jenis musim setiap tahunnya, yaitu<br />

musim hujan dan musim kemarau. Pada kondisi normal, musim hujan terjadi<br />

pada bulan December - April dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei –<br />

Oktober. Curah hujan tahunan rata-rata 177 mm dengan hari hujan rata-rata<br />

144 hari per tahun.<br />

Iklim Kota Makassar tergolong tropis basah dengan kelembaban udara<br />

berkisar antara 74 persen – 84 persen, suhu udara antara 24.5 0 C – 31,8 0 C.<br />

Berdasarkan keadaan litologi, topografi, iklim dan vegetasi yang ada, Kota<br />

Makassar direkomendasikan sebagian besar untuk kawasan pengembangan<br />

budidaya karena tidak ada syarat yang memenuhi sebagai kawasan lindung.<br />

Berdasarkan pencatatan Stasiun meteorologi Maritim Paotere, secara<br />

rata-rata kelembaban udara sekitar 77 persen, temperatur udara sekitar<br />

26,2º-29,3ºc, dan rata-rata kecepatan angin 5,2 knot.<br />

Jenis-Jenis tanah yang ada di wilayah Kota Makassar terdiri dari tanah<br />

inceptisol dan tanah ultisol. Jenis tanah inceptisol terdapat hampir di seluruh<br />

wilayah Kota Makassar, merupakan tanah yang tergolong sebagai tanah<br />

mudah dengan tingkat perkembangan lemah yang dicirikan oleh horizon<br />

penciri cambic. Tanah ini terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu<br />

alluvium (fluviatil dan marin), batu pasir, batu liat, dan batu gamping. Tanah<br />

;eptisol memiliki horison cambic pada horison yang dicirikan dengan -adanya<br />

169


kandungan zat yang belum terbentuk dengan baik akibat proses basah kering<br />

dan proses penghanyutan pada lapisan tanah.<br />

Jenis tanah ultisol merupakan tanah berwarna kemerahan yang<br />

banyak mengandung lapisan tanah liat dan bersifat asam. Warna tersebut<br />

terjadi akibat kandungan logam - terutama besi dan aluminium – yang<br />

teroksidai (weathered soil). Tanah ultisol berkembang dari batuan sedimen<br />

masam (batupasir dan batu liat) dan dari batuan volkano tua.<br />

Parameter yang menentukan persebaran jenis tanah yang ada di<br />

wilayah Kota Makassar adalah jenis batuan, iklim, dan geomorfologi<br />

lokal,sehingga perkembangannya ditentukan oleh tingkat pelapukan batuan<br />

pada kawasan tersebut. Kualitas tanah mempunyai pengaruh yang besar<br />

terhadap intensitas penggunaan lahannya. Tanah-tanah yang sudah<br />

berkembang horizonnya akan semakin intensif digunakan, terutama untuk<br />

kegiatan budidaya. Sedangkan kawasan-kawasan yang mempunyai<br />

perkembangan lapisan tanahnya masih tipis bisa dimanfaatkan untuk<br />

kegiatan budidaya. Penentuan kualitas tanah dan penyebarannya ini akan<br />

sangat berarti dalam pengembangan wilayah di Kota Makassar, karena<br />

wilayah Kota Makassar terdiri dari laut, dataran rendah dan dataran tinggi,<br />

sehingga perlu dibuatkan prioritas-prioritas penggunaan lahan yang sesuai<br />

dengan tingkat perkebangan dan intensitas pemanfaatannya.<br />

Dari fakta di lapangan terlihat bahwa pada wilayah perkotaan seperti<br />

Kota Makassar sudah jarang terdapat lahan kosong milik negara dan lahan<br />

170


mentah lainnya. Maka akan lebih tepat jika lahan yang ada dikategorikan<br />

berdasarkan kriteria-kriteria yang mengarah pada trend dan visualisasi<br />

psikologis dari area-area yang ada dan membaginya dalam bentuk tipologi<br />

kawasan dibanding metode tradisional yang hanya mengandalkan<br />

pengkategorian pada visual lahan yang masih kosong, ada vegetasi atau<br />

terbangun. Sehingga bila dilihat berdasarkan keadaan litologi, topografi, jenis<br />

tanah, iklim dan vegetasi yang ada. Kota Makassar direkomendasikan gian<br />

besar untuk kawasan pengembangan budidaya. Mencermati pembagian<br />

lahan dalam wilayah Kota Makassar dibagi dengan peruntukan kawasan<br />

adalah: kawasan mantap 38 persen, kawasan peralihan 11 persen, awasan<br />

dinamis 51 persen.<br />

2. Kependudukan<br />

Penduduk Kota Makassar tahun 2010 tercatat sebanyak 1.230.374<br />

jiwa yang terdiri dari 661.379 laki-laki dan 677.995 perempuan. Sementara itu<br />

jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak 1.272.349<br />

jiwa.<br />

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan<br />

rasio jenis kelamin Rasio jenis kelamin penduduk Kota Makassar yaitu sekitar<br />

97,55 persen, yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk<br />

laki-laki.<br />

171


Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan,<br />

menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan<br />

Tamalate, yaitu sebanyak 170.878 atau sekitar 12,76 persen dari total<br />

penduduk, disusul kecamatan Biringkanaya sebanyak 167.741jiwa (12,52<br />

persen).<br />

Kecamatan Rappocini sebanyak 151.091 jiwa (11,28 persen), dan<br />

yang terendah adalah kecamatan Ujung Pandang sebanyak 26.904 jiwa<br />

(2,01 persen).<br />

Ditinjau dari kepadatan penduduk kecamatan Makassar adalah<br />

terpadat yaitu 32.241 jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mariso (30.701<br />

jiwa per km persegi), kecamatan Mamajang (26.221 jiwa per km persegi).<br />

Sedang kecamatan Tamalanrea merupakan kecamatan dengan kepadatan<br />

penduduk terendah yaitu sekitar 3.241 jiwa per km persegi, kemudian<br />

kecamatan Biringkanaya 3.479 jiwa per km persegi), Manggala (4.850 jiwa<br />

per km persegi), kecamatan Ujung Tanah (7.860 jiwa per km persegi),<br />

kecamatan Panakkukang 8.292 jiwa per km persegi.<br />

Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduknya masih rendah tersebut<br />

masih memungkinkan untuk pengembangan daerah pemukiman terutama di<br />

3 (tiga) kecamatan yaitu Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala.<br />

172


KODE<br />

WIL<br />

Tabel 3.<br />

Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Makassar<br />

KECAMATAN<br />

Tahun 2009-2010<br />

KELURAHAN<br />

RW RT<br />

173<br />

2009 2010 2009 2010 2009 2010<br />

010 MARISO 9 9 50 50 230 230<br />

020 MAMAJANG 13 13 57 57 292 292<br />

030 TAMALATE 10 10 71 101 308 553<br />

031 RAPPOCINI 10 10 37 89 140 480<br />

040 MAKASSAR 14 14 45 71 159 308<br />

050<br />

UJUNG<br />

PANDANG<br />

10 10 58 37 262 140<br />

060 WAJO 8 8 82 45 504 159<br />

070 BONTOALA 12 12 51 58 201 262<br />

080 UJUNG TANAH 12 12 91 51 445 201<br />

090 TALLO 15 15 101 82 553 504<br />

100 PANAKKUKANG 11 11 91 91 420 445<br />

101 MANGGALA 6 6 66 66 368 368<br />

110 BIRINGKANAYA 7 7 89 91 480 420<br />

111 TAMALANREA 6 6 82 82 427 427<br />

7371 MAKASSAR 143 143 971 971 4.789 4.789<br />

Sumber: Bappeda Kota Makassar, 2010


KODE<br />

WIL<br />

Tabel 4.<br />

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kota Makassar<br />

KECAMATAN<br />

Tahun 2008-2010<br />

PENDUDUK<br />

LAJU<br />

174<br />

PERTUMBUHAN<br />

PENDUDUK<br />

2008 2009 2010 2009-2010<br />

010 MARISO 54.616 55.431 55.875 0,56<br />

020 MAMAJANG 60.394 61.294 58.998 -0,33<br />

030 TAMALATE 152.197 154.464 170.878 2,55<br />

031 RAPPOCINI 142.958 145.090 151.091 1,52<br />

040 MAKASSAR 82.907 84.143 81.700 -0,15<br />

050<br />

UJUNG<br />

PANDANG<br />

28.637 29.064 26.904 -0,66<br />

060 WAJO 35.011 35.533 29.359 -1,83<br />

070 BONTOALA 61.809 62.731 54.197 -0.83<br />

080 UJUNG TANAH 48.382 49.103 46.688 0,23<br />

090 TALLO 135.315 137.333 134.294 1,16<br />

100 PANAKKUKANG 134.548 136.555 141.382 0,98<br />

101 MANGGALA 99.008 100.484 117.076 3,9<br />

110 BIRINGKANAYA 128.731 130.651 167.741 5,45<br />

111 TAMALANREA 89.143 90.473 103.192 2,02<br />

7371 MAKASSAR 1.253.656 1.272.349 1.339.374 1,65<br />

Sumber: Bappeda Kota Makassar, 2010<br />

Berdasarkan tabel di atas adalah penduduk Kota Makassar dari tahun<br />

ke tahun mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini diakibatkan


oleh semakin ramainya aktivitas perekonomian di Kota ini dan menjadi<br />

sumber penghidupan bagi daerah-daerah di sekitarnya.<br />

Berkenaan dengan data tersebut adalah sangat penting pula<br />

diketengahkan masalah jumlah penduduk dilihat dari sisi kecamatan dan<br />

jenis kelamin serta sex rationya yang dapat dilihat pada tabel berikut:<br />

175


KODE<br />

WIL<br />

Tabel 5.<br />

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin<br />

Dan Sex Ratio Kota Makassar, 2010<br />

KECAMATAN<br />

Laki-<br />

Laki<br />

PENDUDUK RASIO<br />

Perempuan Jumlah<br />

JENIS<br />

176<br />

KELAMIN<br />

010 MARISO 27.836 28.039 55.875 99,28<br />

020 MAMAJANG 28.811 30.187 58.998 95,44<br />

030 TAMALATE 84.474 86.404 170.878 97,77<br />

031 RAPPOCINI 73.377 77.714 151.091 94,42<br />

040 MAKASSAR 40.233 41.467 81.700 97,02<br />

050 UJUNG PANDANG 12.684 14.220 26.904 89,20<br />

060 WAJO 14.279 15.080 29.359 94,69<br />

070 BONTOALA 26.432 27.765 54.197 95,20<br />

080 UJUNG TANAH 23.380 23.308 46.688 100,31<br />

090 TALLO 67.247 67.047 134.294 100,30<br />

100 PANAKKUKANG 69.996 71.386 141.382 98,05<br />

101 MANGGALA 58.451 58.624 117.075 99,70<br />

110 BIRINGKANAYA 83.203 84.538 167.741 98,42<br />

111 TAMALANREA 50.971 52.216 103.192 97,63<br />

7371 MAKASSAR 661.379 677.995 1.339.374 97,55<br />

Sumber: Bappeda Kota Makassar, 2010


Tabel 6.<br />

Persentase Penduduk dan Kepadatan Penduduk<br />

Menurut Kecamatan Di Kota Makassar Tahun 2009-2010<br />

KODE<br />

WIL<br />

KECAMATAN<br />

PERSENTASE<br />

PENDUDUK<br />

KEPADATAN<br />

PENDUDUK<br />

(Per Km 2 )<br />

2009 2010 2009 2010<br />

010 MARISO 4,36 4,17 30.457 30,701<br />

020 MAMAJANG 4,82 4,40 27.242 26,221<br />

030 TAMALATE 12,14 12,76 7.643 8.455<br />

031 RAPPOCINI 11,40 11,28 15.719 16.370<br />

040 MAKASSAR 6,61 6,10 33.390 32.421<br />

050<br />

UJUNG<br />

PANDANG<br />

2,28<br />

2,01<br />

11.051<br />

10.230<br />

060 WAJO 2,79 2,19 17.856 14.753<br />

070 BONTOALA 4,93 4,05 29.872 25.808<br />

080 UJUNG TANAH 3,86 3,49 8.266 7.860<br />

090 TALLO 10,79 10,03 23.556 23.035<br />

100 PANAKKUKANG 10,73 10,56 8.009 8.292<br />

101 MANGGALA 7,90 8,74 4.163 4.850<br />

110 BIRINGKANAYA 10,27 12,52 2.709 3.479<br />

111 TAMALANREA 7,11 7,70 2.841 3.241<br />

7371 MAKASSAR 100,00 100,00 7.239 7.620<br />

Sumber: Bappeda Kota Makassar, 2010<br />

3. Kondisi Ekonomi<br />

Dalam kerangka pembangunan jangka menengah Kota Makassar<br />

dibutuhkan analisis kondisi ekonomi dan pembiayaan pembangunan pada<br />

177


erbagai sektor dalam kurung waktu lima tahun untuk menjadi dasar dalam<br />

merumuskan kebiiakan pembangunan di bidang ekonomi guna mencapai<br />

tujuan kesinambungan pembangunan jangka panjang. Analisis kondisi<br />

ekonomi dan pembiayaan pembangunan dimaksud adalah kondisi makro<br />

ekonomi dan kondisi eksternal ekonomi.<br />

a. Kondisi Makro Ekonomi<br />

Kondisi makro ekonomi Kota Makassar dapat diukur dari beberapa<br />

indikator. Indikator makro ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)<br />

memperlihatkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Nilai PDRB<br />

Kota Makassar pada tahun 2010 telah mencapai angka 37,01 triliun rupiah,<br />

terjadi sekitar 103,72 % bila dibandingkan keadaan tahun 2006 yang masih<br />

18,17 triliun rupiah. Terjadi kenaikan nilai PDRB sekitar 18,37 % dari tahun<br />

2009 yaitu 31,26 triliun menjadi 37,01 triliun pada tahun 2010. Indikator<br />

makro ekonomi lainnya yaitu pendapatan perkapita, memperlihatkan<br />

perkembangan PDRB perkapita yang cukup menggembirakan,dimana pada<br />

tahun 2006 angka PDRB perkapita atas dasar harga berlaku mencapai<br />

Rp.14.846.982 kemudian tahun 2007 menjdi RP. 16.874.656. Begitupun<br />

pada tahun 2008, 2009, 2010, terus mengalami kenaikan masing-masing<br />

Rp.20.947.627, Rp. 24.758.131, dan tahun 2010 Rp. 27.630.409. Indikator<br />

ekonomi yang cukup menggembirakan ini juga ditandai dengan semakin<br />

tertekannya laju inflasi, di mana pada tahun 2004 mencapai rata-rata 10, 17<br />

persen dan pada tahun 2008 berada pada kisaran angka 7,10 persen. Akan<br />

178


tetapi laju Inflasi kota Makassar tahun kalender (Januari-Mei 2012) sebesar<br />

1,77 persen lebih rendah dibanding inflasi periode Januari-Mei 2008 sebesar<br />

4,32 persen, tetapi lebih tinggi dibanding periode Januari-Mei 2009 sebesar<br />

0,04 persen; Januari-Mei 2010 sebesar 1,17 persen; dan Januari-Mei 2011<br />

sebesar 0,85 persen. Sedangkan Laju inflasi "year on year" dari Mei 2012<br />

terhadap Mei 2011 sebesar 3,81 persen lebih rendah dibanding periode yang<br />

sama tahun 2008 sebesar 7,24 persen, tahun 2009 sebesar 7,21 persen;<br />

tahun 2010 sebesar 4,40 persen; dan tahun 2011 sebesar 6,49 persen.<br />

Peranan struktur ekonomi Kota Makassar terhadap PDRB Kota<br />

Makassar , tampak bahwa sektor kegiatan ekonomi yang paling besar<br />

kontribusinya terhadap pertumbuhan PDRB Kota Makasssar pada tahun<br />

2010 adalah didominasi oleh peranan sektor perdagangan, hotel dan<br />

restoran sekitar 29,08 persen, diikuti sektor industri pengolahan sekitar 19,69<br />

persen, jasa-jasa sekitar 16,26 persen, sektor angkutan masing-masing<br />

sekitar 14,33 persen, sektor keuangan dan persewaan sekitar 10,25 persen<br />

dan selanjutanya adalah sektor bangunan sekitar 7,83 persen.Selebihnva<br />

sektor listrik dan air bersih sekitar 1,81 persen, pertanian dan pegadaian<br />

masing-masing 0,74 persen dan 0,01 persen.<br />

Realisasi anggaran pendapatan daerah di Kota Makassar pada tahun<br />

2010 sebesar Rp. 1.451.537.120.407,85 dan pada tahun 2009 sebesar Rp.<br />

1.215.460.818.849,79, sehingga terdapat kenaikan sekitar 19,42 persen/<br />

Sementara realisasi belanja daerah padatahun 2010 sebesar Rp.<br />

179


1.217.795.378.191,67 dan pada tahun 2009 sebesar 1.239.084.281.517,01<br />

dan bisa dikatakan terdapat penurunan sektor 1,72 persen.<br />

Pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota Makassar selama periode<br />

tahun 2006-2010 cukup menggembirakan. Pada tahun 2010 pertumbuhan<br />

ekonomi kota Makassar mencapai 9,83 persen, sementara tahun 2009<br />

sebesar 9,20 persen.<br />

b. Kondisi Ekstemal Ekonomi<br />

Kecenderungan global yang semakin menguat menuntut perlunya<br />

daya saingnya ekonomi daerah terutama daya saing komoditi ekspor<br />

unggulan, oleh karena ekspor sebagai salah satu sumber penerimaan daerah<br />

yang diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap peningkatan produk<br />

domestik regional bruto (PDRB). Karena itu peluang-peluang untuk<br />

membangun jaringan ekspor ke negara tujuan perlu ditingkatkan.<br />

Data menunjukkan bahwa selam lima tahun volume ekspor komoditi<br />

uggulan yang melalui pelabuhan Makassar mengalami perkembangan, yakni<br />

pada tahun 1999 sebesar 1.158.122 ton meningkat menjadi 1.775.236 ton<br />

pada tahun 2004 atau mengalami pertumbuhan setiap tahunnya sebesar<br />

10,6 persen. Perkembangan ini tetap berlanjut dan menunjukkan peningkatan<br />

di atas rata-rata 10 persen sampai dengan tahun 2008. Ekspor tersebut<br />

didominasi oleh hasil pertanian dan hasil industri olahan. Perkembangan<br />

volume ekspor tersebut sangat dimungkinkan karena daya dukung untuk<br />

perkembangan ekspor ke depan sangat kuat. Kota Makassar sebagai simpul<br />

180


titian ekonomi di mana daerah hinterland-nya penghasil komoditi unggulan<br />

seperti udang, kakao, kopi, cengkeh, lada, dan hasil bumi lainnya berpotensi<br />

untuk dikembangkan.<br />

Integrasi ekonomi Kota Makassar tehadap ekonomi global juga<br />

ditandai dengan adanya kerjasama investasi di bidang pengembangan sektor<br />

perdagangan. Selain itu, permintaan ekspor juga ditandai dengan<br />

meningkatnya permintaan negara-negara maju dan stabilitas perekonomian<br />

dunia yang semakin membaik.<br />

Dari sisi internal, perekonomian kota Makassar adalah bagian integral<br />

perekonomian nasional dan regional terutama Kawasan Timur Indonesia dan<br />

Provinsi Sulawesi Selatan pada khususnya. Keterkaitan yang kuat ini<br />

memberi dampak positif. Dampak positif dilihat dengan adanya komitmen<br />

pemerintah pusat untuk melakukan perbaikan ekonomi pada setiap daerah.<br />

Dengan undang-undang otonomi daerah memberi ruang gerak padaa<br />

pemerintah daerah untuk melakukan optimalisasi potensi lokal, dan dalam<br />

kenyataannya belum sepenuhnya dapat tercapai. Di satu sisi adanya<br />

keterbatasan dalam hal pembiayaan pusat ke daerah dan kondisi makro<br />

perekonomian hanya bertumbuh pada tingkat nasional di bawah 10 persen,<br />

dan di lain sisi dana alokasi umum sebagai dana perimbangan yang<br />

diperuntukkan untuk pembangunan suatu daerah tidak menunjukkan<br />

kenaikan yang berarti. Dengan kondisi seperti ini memberi isyarat pentingnya<br />

mengoptimalkan potensi lokal di berbagai sektor sebagai sumber penerimaan<br />

181


daerah yang diharapkan dapat membiayai pembangunan secara<br />

berkelanjutan.<br />

4. Kondisi Sosial Budaya<br />

Penduduk Kota Makassar adalah masyarakat yang majemuk dilihat<br />

dari agama dan keyakinan yang mereka anut. Berdasarkan hasil sensus<br />

penduduk menunjukkan penduduk Kota Makassar beragama Islam sebesar<br />

88,20 ersen, Protestan 6,63 persen, Katolik 3,20 persen, Budha 1,61 persen,<br />

Hindu 0,20 persen, dan lain-lain 0,16 persen. Selain keanekaragaman latar<br />

belakang agama, penduduk Kota Makassar juga mempunyai<br />

keanekaragaman latar belakang suku bangsa dan budaya. Penduduk Kota<br />

Makassar terdiri dari 4 suku bangsa, terbesar adalah suku Makassar 42,61<br />

persen, suku Bugis 32,19 persen, suku Mandar 6,42 persen, suku toraja 5,91<br />

persen, dan lain lain 12,65 persen.<br />

Perkembangan pembangunan dibidang spiritual dapat dilihat dari<br />

besarnya sarana peribadatan masing-masing agama. Tempat peribadatan<br />

umat Islam berupa mesjid dan mushalla pada tahun 2009 masing-masing<br />

berjumlah 923 buah dan 48 buah. Tempat peribadatan Kristen berupa gereja<br />

masing-masing 137 buah gereja protestan dan 8 buah gereja katholik.<br />

Tempat peribadatan untuk agama Budha dan Hindu masingmasing berjumlah<br />

26 buah dan 3 buah.<br />

Dalam kemajemukan sosial budaya, masyarakat Kota Makassar<br />

diharapkan pada arus informasi yang sangat deras yang kemudian nilai-nilai<br />

182


aru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai<br />

tersebut dalam batas-batas tertentu dapat menjadi ancaman kultural<br />

terhadap nilai-nilai budaya yang telah ada serta rangkaian terciptanya area<br />

konflik kultural.<br />

Kota Makassar sebagai pusat pembangunan dan pelayanan niaga dan<br />

jasa Sulawesi Selatan dan bahkan di Kawasan Timur Indonesia, membawa<br />

konsekuensi daerah ini sebagai tujuan mobilitas penduduk baik karena<br />

alasan pekerjaan maupun karena alasan pendidikan. Data hasil survey<br />

mengungkapkan bahwa alasan utama migran masuk ke Kota Makassar<br />

adalah alasan pendidikan 63,4 persen, alasan pekerjaan dan mencari<br />

pekerjaan 17, 2 persen. Sementara khusus jumlah migran yang pindah ke<br />

Makassar lima tahun terakhir sebesar 10,42 persen dari total jumlah<br />

penduduk Kota Makassar . Faktor-faktor yang disebutkan ini, ditambah<br />

dengan mudahnya para imigran untuk mendapatkan kartu penduduk diduga<br />

berpotensi sebagai penyebab besarnya angka pengangguran di samping<br />

pertumbuhan ekonomi sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja yang tidak<br />

sebanding dengan angka pertumbuhan pencari kerja. Selain itu, Kota<br />

Makassar juga masih dihadapkan pada isu strategis berupa perlunya<br />

kesetaraan gender dan pengembangan potensi pemuda yang dapat<br />

mendukung akselerasi pembangunan kota dalam berbagai dimensi<br />

kepentingan.<br />

183


C. Deskripsi Perusahaan Daerah Pasar Raya Kota Makassar<br />

Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan secara geografis<br />

terletak di panatai barat pulau Sulawesi (Selat Makassar) dengan garis<br />

koordinat 119 o 24‘17,38‘‘ BT dan o 8‘6,19‘‘ LS dengan luas wilayah 17.577 Ha<br />

atau 175,77 Km. Saat ini Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan, 143<br />

Kelurahan dan berpenghuni sekitar 1.253.656 jiwa penduduk dengan<br />

pertembuhan ekonomi 8.11% per tahun.<br />

Makassar juga merupakan pusat pertumbuhan wilayah dengan<br />

pengembangan ikawasan timur Indonesia yang ditunjang dengan fasilitas<br />

pelayanan antara lain bandara internasional Sultan Hasanddin, pelabuhan<br />

Makassar dan Terminal Cargo, Perguruan Tinggi, Balai Penelitian, sarana<br />

komunikasi dan informasi serta saranan penunjang lainnnya termasuk Pasar<br />

Tradisonal.<br />

Pemerintah kota Makassar mempunyai 16 unit pasar yang letaknya<br />

tersebar di beberapa wilayah kecamatan. Saat ini penglolaan ke-16 unit<br />

pasar tersebut diserahkan kepada Perusahaan Daerah (PD) Pasar Makassar<br />

Raya Kota Makassar, salah satu perusahaan daerah yang dibentuk<br />

Pemerintah Kota berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 1999<br />

Seiring dengan pelaksanaan Otonomi Daerah (Otoda) yang<br />

dititikberatkan pada daerah kabupaten dan kota, maka Pemerintah Kota<br />

Makassar berupaya mengembangkan mekanisme pembiayaan dengan<br />

menggali berbagai bentuk pembiayaan yang potensial untuk menunjang<br />

184


pembangunan Kota sekaligus peningkatan mutu pelayanan kepada<br />

masyarakat termasuk penyedia infrastruktur pasar yang representative<br />

termasuk pasar tradisional.<br />

Kehadiran Perusahaan Daerah (PD) Pasar Makassar Raya selain<br />

dapat merumuskan formulasi arah kebijakan dan strategi untuk mendapatkan<br />

sumber pembiayaan untuk melengkapi sarana dan prasarana pasar PD.<br />

Pasar Makassar Raya diharapkan dapat membiayai dirinya sekaligus dapat<br />

memberi keuntungan dalam bentuk deviden ke kas Pemerintah Kota<br />

Makassar<br />

Dalam rangka optimalisasi pencapaian target dan keberhasilan<br />

pengembangan PD. Pasar Makassar Raya maka dirumuskan suatu BISNIS<br />

PLAN PD. Pasar Makassar Raya. Bisnis Plan tersebut adalah rencana taktis<br />

dan strategis yang memuat permasalahan dan rencana tindak perbaikan,<br />

rencana pencapaian target tahunan, serta arah kebijakan secara utuh dan<br />

menyeluruh.<br />

1. Sejarah Berdirinya Perusahaan<br />

Pembangunan dan peremajaan pengelolaan pasar tradisional<br />

ditengah menjamurnya Pasar-pasar modern (MALL) membutuhkan investasi<br />

besar, sementra di sisi lain Pemerintah Kota menghadapi kendala dalam hal<br />

keterbatasan dana untuk melakukan investasi.<br />

185


Berdasarkan hal tersebut, maka Pemerintah Kota Makassar<br />

membentuk Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya sebagai pengganti<br />

Dinas Pengelolaan Pasar dengan dasar pembentukannya Perda No. 4 Tahun<br />

1999 tentang pembentukan PD. Pasar Makassar Raya sebagaimana telah<br />

diubah dengan Peraturan Daerah No, 17 Tahun 2002 dan ditindaklanjuti<br />

dengan SK. Walikota Nomor 8175 Tahun 1999 tanggal 11 Desember 1999,<br />

kemudian diperkuat dengan Peraturan Daerah No. 12 tahun 2004 tentang<br />

Pengurusan Pasar dalam Daerah Kota Makassar.<br />

2. Pihak Yang Terlibat Dan Bertanggung Jawab Perusahaan<br />

Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya adalah salah satu<br />

perusahaan BUMD yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Makassar dan<br />

Walikota Makassar bertindak selaku Owner (pemilik) perusahaan. Sesuai<br />

dengan Peraturan Walikota Makassar No. 12 Tahun 2006 tanggal 27 Maret<br />

2006 tentang PerubahanSusunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan<br />

Daerah Pasar Makassar Raya Kota Makassar.(Struktur Organisasi<br />

Terlampir).<br />

A. Badan Pengawas<br />

B. Direksi<br />

a. Direktur Utama<br />

b. Direktur Umum<br />

c. Direktur Operasional<br />

186


C. Satuan Pengawas Internal<br />

D. Kelompok Jabatan Fungsional<br />

E. Unsur Staf<br />

a. Bagian Umum<br />

b. Bagian Keuangan<br />

c. Bagian Fisik & Prasarana<br />

d. Bagian Ketertiban & Keindahan<br />

F. Unsur Pelaksana<br />

a. Unit Pasar Makassar Mall<br />

b. Unit Pasar Terong<br />

c. Unit Pasar Butung<br />

d. Unit Pasar Kampung Baru<br />

e. Unit Pasar Pannampu<br />

f. Unit Pasar Kalimbu/Kerung-Kerung<br />

g. Unit Pasar Maricaya<br />

h. Unit Pasar Sambung Jawa<br />

i. Unit Pasar Pa‘baeng-Baeng<br />

j. Unit Pasar Parang Tambung<br />

k. Unit Pasar Niaga Daya<br />

l. Unit Pasar Darurat<br />

187


3. Rencana Pengembangan<br />

1). Peningkatkan Kinerja Pendapatan<br />

Berkaitan dengan peningkatan kinerja pendapatan, maka Bisnis Plan<br />

PD. Pasar Makassar Raya sebagai berikut:<br />

1. Melakukan perubahan PERDA Nomor : 8 Tahun 1996 tentang<br />

Retribusi Pasar dan Pusat Perbelanjaan<br />

2. Melakukan usaha-usaha intentifiksi dan ekstentifikai terhadap objek<br />

jasa pengelolaan pasar melalui Tim Penagih/Monitor yang dibentuk<br />

3. Memberikan bantuan kredit permodalan kepada pedagang melalui<br />

kerjasama dengan PD. Bank Perkreditan Rakyat Kota Makassar<br />

4. Memanfaatkan secara optimal sarana./prasarana pasar yang ada<br />

5. Menetapkan sanksi yang tegas sesuai ketentuan perundang-<br />

undangan berlaku<br />

6. Mengefektifkan pengawasan internal dan eksternal kepada aparat<br />

7. Memperbaiki dan memperbaharui data potensi yang ada sehingga<br />

diperoleh data-data yang akurat dan objektif<br />

2). Pengingkatkan Pelayanan Kebersihan<br />

Pendapatan dan penanganan masalah kebersihan pasar merupakan<br />

bagian yang tidak terpisahkan dengan usaha-usaha Perusahaan Daerah<br />

(PD) Pasar Makassar Raya dalam peningkatan pelayanannya kepada<br />

masyarakat pengguna pasar.<br />

188


Berkaitan dengan upaya peningkatan pelayanan kebersihan, maka<br />

Bisnis Plan PD. Pasar Makassar Raya ke depan adalah :<br />

1. Meningkatkan kuatitas dan kualitas kerja parat kebersihan<br />

2. Melakukan perbaikan saluran drainase<br />

3. Menambah jumlah container dan tong sampah di lokasi pasar yang<br />

berpotensi besar menimbulkan tumpukan sampah<br />

4. Mebuat landasan kontainer sampah<br />

5. Meningkatkan kapasitas pengangkutan<br />

4. Landasan Hukum dan Operasional<br />

1. Peraturan Daerah nomor 4 Tahun 1999 tentang Pembentukan<br />

Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya Kota Makassar<br />

2. Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2000 tentang Ketentuan Pokok<br />

Badan Pengawas, Direksi dan Kepegawaian PD Pasar Makassar<br />

Raya Kota Makassar<br />

3. Peraturan Daerah nomor 17 tahun 2002 tentang Perubahan Perda<br />

Nomor 4 tahun 1999<br />

4. Peraturan Daerah nomor 12 tahun 2004 tentang Pengurusan Pasar<br />

dalam Wilayah Daerah Kota Makassar<br />

5. Peraturan Walikota Makassar Nomor 1 tahun 2004 tentang Petunjuk<br />

Teknik Pelaksanaan Perda Nomor 12 tahun 2004<br />

189


6. Peraturan Walikota Nomor 12 tahun 2006 tentang Perubahan Struktur<br />

dan Tata Kerja Perusaan Daerah Pasar Makassar Raya Kota<br />

Makassar<br />

7. Keputusan Walikota Makassar Nomor 8175 tahun 1999 tentang<br />

Sususan Organisasi dan tata kerja PD. Pasar Makassar Raya kota<br />

Makassar<br />

8. Keputusan Walikota Makassar Nomor 23/S.Kep/030/2001 tentang<br />

Pemisahan sebagian Barang Milik Pemerintah Kota Makassar kepada<br />

Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya<br />

9. Keputusan Walikota Makassar Nomor 452/S.Kep/511.2/2011 tentang<br />

Penunjukan PD. Pasar Makassar sebagai penglola Pasar Milik<br />

Pemerintah Kota Makassar<br />

10. Keputusan Walikota Makassar Nomor 741/Kep/030/2003 tentang<br />

Pemisahan sebagian Barang Milik Pemerintah Kota Makassar kepada<br />

Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya.<br />

11. Keputusan Walikota Makassar nomor 290/Kep/910/2007 tentang<br />

Pengesahan KEputusan Direksi PD. Pasar Makassar Raya Nomor<br />

974/85/I/S.Kep/PD. PSr/2007<br />

190


5. Potensi Operasional<br />

Asset<br />

Berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 1999 Bab <strong>IV</strong> Pasal 8 Ayat 1,2, dan<br />

3 dan keputusan Walikota Mkassar Nomor : 23/S.Kep/030/2000<br />

tentang pemisahan sebagaian barang milik pemerintah kota Makassar<br />

kepada PD Pasar Makassar Raya Kota Makassar maka assetnya<br />

senilai Rp. 216.462.631.250.- (Dua Ratus Enam Belas Milyar Empat<br />

Ratus Enam Puluh Dua Juta Enam Ratus Tiga puluh Satu Ribu Dua<br />

Ratus Lima Puluh Rupiah)<br />

Sumber Daya Makassar Organik<br />

No. Tingkat Pendidikan / Golongan Jumlah<br />

1 Sarjana (S1) 45<br />

2 D3 (Diploma) 12<br />

3 SMA (Sekolah Menengah Atas) 96<br />

4 SMP (Sekolah Menengah Pertama) 12<br />

5 SD (Sekolah Dasar) 13<br />

Jumlah 178<br />

Sumber : PD Pasar Raya 2012<br />

191


Kontrak<br />

Pegawai Non Organik yang dipekerjakan berjumlah 119 orang (Diluar<br />

Direksi). Salah satu diantaranya masih berstatus PNS yang diperbantukan.<br />

6. Tujuan dan Manfaat PD Pasar Raya Makassar<br />

1). Tujuan<br />

1. Untuk menganalisis potensi perusahaan yang dapat dikembangkan<br />

melalui upaya intensifikasi, ekstensiikasi maupun diversitifikasi sebagai<br />

pendapat PD. Pasar Makassar Raya dan sumber PAD Kota Makassar<br />

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memperngaruhi peningkatan<br />

pendapatan dan pengembangan PD. Pasar Makassar Raya<br />

3. Menentukan strategi peningkatan pendapatan dan pengembangan<br />

2). Manfaat<br />

perusahaan melalui optimalisasi pengelolaan potensi perusahaan<br />

yang dimiliki.<br />

1. Sabagai bahan pengambilan keputusan bagi Perusahaan Daerah<br />

Pasar Makassar Raya dalam menentukan tergat pendapatan dalam<br />

kurung waktu satu sampai lima thun ke depan<br />

2. Dapat dijadikan bahan evaluasi dalam meningkatkan kinerja dan<br />

pendapatan bagi perusahaan dari waktu ke waktu<br />

192


3. Sebagai bahan masukan bagi Perusahaan Daerah Pasar Makassar<br />

Raya dalam mengambil suatu keputusan strategi yang berkaitan<br />

dengan peningkatan pelayanan dan pendapatan.<br />

7. Visi dan Misi PD Pasar Raya Makassar<br />

1). Visi<br />

2). Misi<br />

Visi PD. Pasar Makassar Raya adalah ―Pasar Untuk Semua‖ dimana<br />

Pasar dalam mengelola pasar di Kita Makassar mengarah peningkatan<br />

pelayanan jasa pasar untuk memenuhi kebutuhan semua lapisan<br />

ekonomi masyarakat. Visi ini diambil guna mewujudkan pasar tempat<br />

berbelanja yang aman dan bersih dalam menunjang kota Makassar<br />

menuju kota dunia berlandaskan kearifan local 2014<br />

Dalam menunjang visi di atas. PD. Pasar mengusung Misi :<br />

1. Menyediakan infrastruktur pasar yang memadai<br />

2. Menyediakan tempat berjualan yang representatif<br />

3. Menyediakan fasilitas keamanan pasar yang kondusif<br />

4. Menciptakan kondisi lingkungan pasar yang sehat<br />

193


8. Kondisi Perusahaan Daerah Saat Ini<br />

1). Data Umum<br />

PD. Pasar Makassar Raya dibentuk Pemerintah Kota Makassar<br />

sesuai Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 1999. Hal ini dilakukan untuk<br />

menyikapi perubahan sistem pemerintahan Sentralistik menjadi otonomi serta<br />

untuk mengoptimalkan pengelolaan potensi sumber keuangan daerah<br />

disektor jasa pemasaran.<br />

Diawal operasinya, PD. Pasar Makassar Raya dipercaya oleh<br />

Pemerintah Kota Makassar untuk mengelola asset 4 unit pasar anatar lain<br />

Makassar Mall, Terong, Butung Kampung baru. 9 unit pasar lainnya yaitu<br />

Pannampu, Kalimbu Kerung-kerung, Sambung Jawa-Cendrawasih, Maricaya<br />

Sawah-Mamajang, Pa‘baeng-baeng, Parang Tambung, Panakukang, Daya-<br />

Mandai-Tamalanrea serta pasar darurat hanya diserahi tanggung jawab<br />

dalam penarikan retribusinya. Adapun pengelolaan assetnya masih dilakukan<br />

Pemerintah Kota Makassar dibawa instansi dinas Pasar.<br />

Melihat kemampuan PD. Pasar dalam menngelola keuangan ke-13<br />

unit pasar khususnya di sektor pendapatan yang terus mengalami<br />

peningkatan, pada tahun 2004 Pemerintah kota Makassar kembali<br />

menyerahkan asset ke-9 pasar lainnya sehingga berjumlah 13 unit pasar.<br />

2). Tugas Pokok PD. Pasar Raya<br />

1. Pengembangan Kinerja Pendapatan<br />

2. Peningkatan Pelayanan Kebersihan<br />

194


3. Peningkatan Pelayanan Kamanan dan Ketertiban Pasar<br />

4. Penyedia Sarana dan Prasarana Fisik yang Memadai<br />

5. Peningkatan Kinerja Aparat/Karyawan<br />

195

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!