06.04.2013 Views

Laporan PSG Makassar 2

Laporan PSG Makassar 2

Laporan PSG Makassar 2

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI<br />

DIVISI INFRATEL - ARNET MAKASSAR PT. TELKOM<br />

DISUSUN OLEH :<br />

KELOMPOK MAKASSAR 2<br />

1. DEA FATRIZIAH HAMKA<br />

2. DIRGA EKA PUTRA LEBUKAN<br />

3. DWITOMO SANDHY PUTRA<br />

4. FIKRI IMAM MUTTAQIN<br />

5. GABRIELLE BENITA SITOMPUL<br />

6. M. MIRAJ DHUHURY<br />

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI<br />

SMK TELKOM SANDHY PUTRA 2 MAKASSAR<br />

2012 / 2013


KATA PENGANTAR<br />

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta Alam<br />

Semesta yang tidak pernah terputus memberi limpahan karunia dan hidayah-Nya kepada<br />

kita sekalian. Atas bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja<br />

Industri (Prakerin) yang sudah dilaksanakan pada PT.TELKOM DIVISI INFRATEL -<br />

ARNET MAKASSAR, meskipun masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan<br />

laporan Prakerin<br />

<strong>Laporan</strong> ini merupakan salah satu kewajiban dan persyaratan yang harus di penuhi oleh<br />

setiap siswa/siswi yang bersekolah di SMK Telkom Sandy Putra 2 <strong>Makassar</strong>. Dengan<br />

adanya kegiatan prakerin ini, diharapkan agar siswa/siswi dapat mempertajam<br />

pengetahuannya khususnya di bidang teknik transmisi telekomunikasi, yaitu dengan cara<br />

mengenal perangkat-perangkat yang digunakan untuk melakukan telekomunikasi. Selain<br />

itu, kami pun dapat berbaur dan mengenal dunia kerja industri lebih dekat.<br />

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada:<br />

1. Allah Subhanahu wa Taala, yang telah memberikan kamikemudahan dan<br />

kemampuan dalam menjalani kegiatan prakerin<br />

2. Kedua orangtua kami, yang telah mendukung kami setiap saat<br />

3. Kepala Sekolah SMK Telkom Sandhy Putra 2 <strong>Makassar</strong>, bapak Drs. H. Abdul<br />

Halim Samad, M. M., serta Wakasek bidang Hubungan Industri, Bapak Mukhlis<br />

Mustafa, S. T., yang telah menghubungkan kami dengan pihak industri<br />

2


4. Manager Area Network Telkom <strong>Makassar</strong>, Bapak M. Rukman, beserta seluruh<br />

jajaran Asisten Manager, yang telah menerima kami untuk melaksanakan Prakerin<br />

di Area Network Telkom <strong>Makassar</strong><br />

5. Para pembimbing lokasi, serta teknisi yang sehari-hari memberikan ilmunya kepada<br />

kami<br />

Kami pun menyadari bahwa laporan Prakerin ini belum sempurna. Oleh karena itu<br />

dengan kerendahan hati, kami siap untuk menerima kritik dan saran dari berbagai pihak<br />

yang dapat membangun kami dalam proses pembelajaran selanjutnya. Dengan selesainya<br />

laporan ini kami harap dapat bermanfaat bagi yang membacanya.<br />

<strong>Makassar</strong>, Nopember 2012<br />

Tim Penulis<br />

3


LEMBAR PENGESAHAN<br />

DAFTAR ISI<br />

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 2<br />

DAFTAR ISI .............................................................................................................. 4<br />

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................................... 5<br />

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 5<br />

1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................... 6<br />

1.3 Sistematika <strong>Laporan</strong> .................................................................................. 3<br />

1.4 Struktur Organisasi Telkom Arnet <strong>Makassar</strong> ............................................. 4<br />

BAB II : CME (CIVIL & MECHANICAL ELECTRICAL) ....................................... 5<br />

2.1 Struktur Organisasi CME ........................................................................... 5<br />

2.2 Konsep Dasar CME ................................................................................... 6<br />

2.3 Konfigurasi CME ...................................................................................... 6<br />

2.4 SOP dan SMP CME .................................................................................. 16<br />

BAB III : SISTEM KOMUNIKASI RADIO ............................................................... 24<br />

3.1 Struktur Organisasi SISTEM KOMUNIKASI RADIO .............................. 24<br />

3.2 Konsep Dasar SISTEM KOMUNIKASI RADIO ....................................... 25<br />

3.3 Konfigurasi SISTEM KOMUNIKASI RADIO .......................................... 33<br />

3.4 SOP dan SMP SISTEM KOMUNIKASI RADIO ...................................... 35<br />

PENUTUP .................................................................................................................. 41<br />

KESIMPULAN........................................................................................................... 41<br />

SARAN ...................................................................................................................... 42<br />

4


1.1 Latar Belakang<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

Sistem Telekomunikasi telah menempati suatu kedudukan yang penting dan<br />

strategis dalam kehidupan masyarakat dunia, karena dengan sistem telekomunikasi<br />

suatu yang berupa informasi atau hiburan dan yang lainnya dapat dengan cepat,<br />

akurat dan mudah didapat. Teknologi komunikasi telah memungkinkan manusia<br />

untuk menembus batasan jarak dan ruang, bahkan waktu, artinya bahwa manusia<br />

untuk berhubungan tanpa memandang tempat mereka berada karena itu tidak ada<br />

sejengkalpun tempat di dunia ini yang tidak dapat dijangkau. Perkembangan<br />

teknologi yang demikian pesat di berbagai bidang salah satunya terbukti dengan<br />

adanya sentral–sentral telepon sebagai alat komunikasi untuk berhubungan melalui<br />

pertukaran informasi dari pembicaraan manusia.<br />

Teknologi telekomunikasi berperan sebagai media perantara untuk dapat<br />

menyampaikan informasi dan di terima dengan baik oleh penerima informasi,<br />

sehingga modem (modulator-demodulator) dirancang sebagai perangkat pendukung<br />

pada sentral-sentral telekomunikasi. Media transmisi saat ini banyak jenisnya baik<br />

media transmisi kabel, fiber optik dan media udara.<br />

5


1.2 Maksud dan Tujuan<br />

<strong>Laporan</strong> ini dibuat dengan berdasarkan maksud dan tujuan tertentu,<br />

diantaranya :<br />

1. Untuk mendapatkan pelajaran yang belum bisa didapatkan di dalam<br />

lingkungan sekolah<br />

2. Mempertajam pengetahuan kami tentang sistem telekomunikasi<br />

3. Mengenal perangkat-perangkat yang di gunakan untuk sistem<br />

telekomunikasi dan dihubungkan dengan pelajaran yang telah<br />

didapatkan sebelumnya di sekolah<br />

4. Belajar dalam meningkatkan kerja sama kelompok<br />

5. Mengenal kondisi dan berbagai hal berkaitan dengan dunia kerja dan<br />

industri<br />

1.3 Sistematika <strong>Laporan</strong><br />

BAB 1 Pendahuluan<br />

Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan kami<br />

melakukan prakerin di divisi INFRATEL - ARNET<br />

MAKASSAR.<br />

BAB 2 CME (CIVIL & MECHANICAL ELECTRICAL) / CATU<br />

DAYA<br />

Membahas tentang catu daya beserta konfigurasinya<br />

6


BAB 3 SENTRAL BALAIKOTA<br />

Membahas tentang sentral EWSD, serta teknologi softswitch<br />

BAB 4 MULTIMEDIA<br />

Menjelaskan tentang layanan multimedia, perangkat-<br />

perangkat seperti router, switch, serta metro ethernet<br />

BAB 5 SENTRAL PETTARANI<br />

Menjeaskan tentang sentral NEAX61E-Sigma<br />

BAB 6 SISTEM KOMUNIKASI RADIO<br />

Menjeaskan sistem transmisi radio gelombang mikro digital<br />

BAB 7 SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK<br />

Menjelaskan sistem komunikasi serat optik, perangkat, serta<br />

penyambungannya<br />

BAB 8 SISTEM KOMUNIKASI SATELIT<br />

Menjelaskan sistem komunikasi satelit, cara pengiriman data<br />

melalui satelit<br />

BAB 9 PENUTUP<br />

7


BAB II<br />

CIVIC & MECHANICAL EQUIPMENT (CME)<br />

A. STRUKTUR ORGANISASI<br />

Off. 3 O & M CME<br />

Makmur Saleh<br />

580711<br />

Officer 2 O & M CME<br />

Raja Gantarang/580309<br />

B. KONSEP DASAR<br />

Off. 3 O & M CME<br />

Tarsono Talib<br />

632996<br />

CME (Civil Mechanical Electrical) adalah suatu divisi di STO Balaikota yang<br />

berfungsi untuk memberikan catuan serta proteksi terhadap perangkat - perangkat<br />

telekomunikasi serta pendukungnya<br />

Manager ArNet <strong>Makassar</strong><br />

M. Rukman/ 651271<br />

Off. 3 O & M Maros<br />

Karel Patibang<br />

591858<br />

Officer 2 O & M CME<br />

H. Muhammad/610115<br />

Off. 3 O & M Gowa<br />

Patta Hamsin<br />

580711<br />

8


Catu daya adalah suatu sistem yang berguna untuk menyalurkan listrik ke load /<br />

beban dan merupakan sistem yang sangat penting dalam bidang telekomunikasi karena<br />

sistem inilah yang memberi catuan kepada perangkat agar bisa beroperasi dan melayani<br />

masyarakat dalam berkomunikasi.<br />

Apabila catu daya pada perusahaan mengalami masalah maka akan menimbulkan<br />

kerugian sangat besar karena perangkat-perangkat tidak dapat beroperasi sehingga tidak<br />

dapat melayani hubungan komunikasi masyarakat.<br />

Load atau beban yang dikenal dalam catu daya terdiri dari 2 jenis yaitu essential<br />

load (beban penting) yaitu beban yang tidak boleh terputus catuannya karena apabila<br />

terputus maka dapat mengganggu hubungan komunikasi seperti komputer sentral,<br />

perangkat radio, perangkat multimedia, dan lain – lain. Sedangkan non essential load<br />

(beban tidak penting) yaitu beban yang apabila terputus cataunnya maka tidak mengganggu<br />

hubungan komunikasi seperti penerangan.<br />

C. KONFIGURASI CATU DAYA<br />

9


Keterangan :<br />

ATS : Automatic Transfer Switch : rectifier<br />

MDP : Main Distribution Panel : baterai<br />

SDP : Sub Distribution Panel INV<br />

: inverter<br />

DC-PDB : Direct Current Panel Distribution Ponit : Trafo PLN<br />

GENSET : Generatot Set<br />

PERANGKAT SISTEM CATU DAYA TELEKOMUNIKASI<br />

A. TRAFO PLN<br />

Sumber listrik utama di STO Balaikota adalah PLN. Untuk itu PLN menyediakan<br />

trafo yang ditempatkan di ruang khusus. Ttrafo PLN berfungsi untuk memasok catuan arus<br />

bolak-balik ke perangkat. Output tegangan pada trafo ini yaitu 380 V<br />

B. DIESEL ENGINE GENERATOR SET (DEG)<br />

Diesel engine generator set<br />

(DEG) atau yang lebih dikenal genset<br />

merupakan sumber catuan cadangan di<br />

STO Balaikota. Genset ini akan<br />

digunakan apabila terjadi pemadaman<br />

listrik oleh PLN atau jika terjadinya<br />

10


gangguan yang menyebabkan catuan listrik dari PLN terputus.<br />

.<br />

tangki solar utama<br />

Genset ini memerlukan solar sebanyak 120 liter/jam ketika beroperasi. Tangki solar<br />

utama yang terdapat dalam ruangan tersebut memiliki kapasitas 5000 liter sedangkan tangki<br />

cadangan yang berada di luar ruangan memiliki kapasitas 1000 liter.<br />

Genset ini dapat memasok listrik sebesar 1000 KVA tetapi biasanya hanya<br />

digunakan < 50% saat terjadi pemadaman. Sealain itu, ruangan genset di STO Balaikota<br />

juga dilengkapi dengan peredam yang berguna untuk meredam suara genset saat<br />

dioperasikan.<br />

tangki solar cadangan<br />

11


C. PANEL ATS (AUTOMATIC TRANSFER SWITCH)<br />

Fungsi panel ATS adalah sebagai switch dengan<br />

memindahkan catuan dari main supply ke genset<br />

secara otomatis yaitu dengan mendeteksi penurunan<br />

tegangan, apabila terjadinya pemadaman listrik atau<br />

sebaliknya, dengan memindahkan catuan dari genset ke<br />

PLN.<br />

D. MAIN DISTRIBUTION PANEL (MDP)<br />

Fungsi dari main distribution panel (MDP)<br />

adalah sebagai panel penerima daya/power dari<br />

transformer (trafo) atau genset dan mendistribusikan<br />

power tersebut lebih lanjut ke sub distribution panel<br />

(SDP).<br />

E. SUB DISTRIBUTION PANEL (SDP)<br />

Fungsi Sub Distribution Panel (SDP)<br />

adalah mendistribusikan tegangan Ac ke beban/<br />

load. Load sendiri terbagi menjadi 2 yaitu :Di<br />

dalam SDP ini juga terdapat arrester yang<br />

SDP<br />

Panel ATS<br />

MDP<br />

12


erfungsi untuk melindungi perangkat dari sambaran petir atau arus bertegangan tinggi.<br />

F. RECTIFIER<br />

Rectifier merupakan suatu rangkaian alat listrik untuk mengubah arus listrik bolak-<br />

balik / AC (Alternating Current) menjadi arus searah / DC (Direct Current). Rectifier<br />

merupakan bagian yang vital dalam sistem catu daya, karena fungsinya sebagai pencatu<br />

perangkat yang membutuhkan tegangan DC dan juga untuk mencharge bettery. Sehingga<br />

apabila rectifier ini rusak maka akan menimbulkan kerusakan yang fatal dan kerugian yang<br />

besar.<br />

Merk rectifier yang digunakan di STO Balaikota yaitu merk Siemens (3 fasa)<br />

dengan kapasitas 1 rectifier yaitu 500 A dan merk ZTE (1 fasa) yang dapat menyimpan<br />

hingga 20 modul.<br />

Suhu pada ruangan rectifier harus dijaga agar tetap dingin yaitu sekitar 18 0 C karena<br />

apabila suhu naik, maka komponen didalam rectifier dapat rusak.Selain ituruangan juga<br />

harus dilengkapi dengan grounding untuk melindungi perangkat dari kerusakan.<br />

JENIS – JENIS RECTIFIER<br />

1. Rectifier 1 Fasa<br />

Blok Diagram Rectifier<br />

13


Rectifier 1 fasa adalah rectifier yang rangkaian inputnya menggunakan AC suplai 1<br />

fasa. Rectifier akan bekerja apabila diberikan tegangan sekitar 220 VAC.<br />

2. Rectifier 3 Fasa<br />

Rectifier 3 fasa adalah rectifier yang rangkaian inputnya menggunakan AC suplai 3<br />

fasa (380 VAC). Agar dapat menghasilkan tegangan sebesar 380 VAC, maka proses<br />

penyambungannya yaitu dengan konfigurasi fasa ke fasa ( R-S/ R-T/ T-R), sehingga<br />

rectifier 3 fasa ini dapat bekerja.<br />

Rectifier merek ZTE<br />

Rectifier merek Siemens<br />

14


Bagian-bagian Rectifier<br />

1. Trafo Utama<br />

Trafo utama yang terpasang di rectifier merupakan trafo step-down (penurun<br />

tegangan) dan tegangan AC 220V / 380V menjadi 48V, kemudian masuk ke rectifier untuk<br />

didistribusikan ke beban dan batere.<br />

2. Penyearah Dioda<br />

Dioda digunakan sebagai penyearah arus yang keluar dan trafo. Hal ini dikarenakan<br />

beban yang akan dicatu menggunakan tegangan arus searah hasil dan penyearahan diode.<br />

Prinsip Kerja Rectifier<br />

1. Pada Kondisi Normal<br />

Catuan input tegangan AC 380 Volt. 50 Hz dari PLN atau genset masuk, kemudian<br />

didistribusikan ke masing-masing unit Rectifier yang mengubah menjadi tegangan DC =<br />

48V untuk catuan beban dan paralel untuk memelihara kapasitas batere.<br />

2. Pada Kondisi Mains Failure<br />

Semua Unit Rectifier tidak operasi sehingga batere langsung mencatu Beban<br />

melalui panel batere (sehingga beban tidak terputus)<br />

3. Pada Kondisi Mains Normal Kembali<br />

15


Semua Unit Rectifier kembali beropesi secara Auto ke operasi Trikle Batere dengan<br />

tegangan 56 Volt. DC, serta paralel mencatu Beban melalui Panel Batere<br />

G. BATERAI<br />

Baterai adalah catuan listrik yang bekerja jika listrik dari PLN terputus. Jika listrik<br />

padam, baterai langsung berfungsi. Baterai ini tahan sampai ±8 jam. Baterai yang<br />

digunakan di STO Balaikota sebagian besar bermerk Hoppeck, Hagen dan BAE.<br />

Baterai ini memiliki satuan sel<br />

untuk satu kotak baterai. Sedangkan<br />

baterai dihitung 1 band jika terdiri dari<br />

25 sel. Baterai memiliki tegangan<br />

sebesar 2 volt dan kapasitas sebesar<br />

1500 A per selnya. Terdapat 8 band<br />

baterai STDI, 1 band baterai SKKL, 2<br />

band baterai transmisi, dan 2 bank baterai kering untuk perangkat NGN.<br />

Baterai juga perlu perawatan/maintenance. Beberapa diantaranya pemeliharaan<br />

mingguan seperti:<br />

1. Pengukuran arus dan tegangan. Arus dalam satu<br />

sel kurang lebih 2 V, dan satu band kurang lebih<br />

44,8 V.<br />

pengukuran massa jenis<br />

Baterai<br />

16


2. Pengukuran massa jenis, dengan menggunakan hydrometer.<br />

3. Pembersihan baterai. Jika ada karat, gunakan air panas untuk membersihkan.<br />

4. Penambahan/pengisian air. Air yang digunakan adalah air aquades<br />

H. INVERTER<br />

Inverter adalah suatu perngkat yang berfungsi untuk mengkonversi catuan tegangan<br />

DC menjadi tegangan AC secara kontinyu. Perangkat Inverter ini digunakan untuk mencatu<br />

perangkat komputer atau komputer data<br />

Kondisi normal output Rectifier DC mencatu inverter dan selanjutnya output<br />

inverter AC no-break mencatu komputer data, bila PLN mati maka rectifier juga mati<br />

namun catuan batere langsung secara paralel mencatu inverter sehingga inverter tetap<br />

bekerja.<br />

I. DC PDB (DIRECT CURRENT PANEL DISTRIBUTION BOARD)<br />

Dc PDB adalah suatu panel yang berfungsi mendistribusikan catuan DC yang<br />

berasal dari output rectifier ke perangkat yang membutuhkan.<br />

Panel ini biasa terpasang di dinding ruangan perangkat radio, multimedia, sentral<br />

dll.Pemasangan panel ini memerlukan ketelitian dan harus berhati-hati agar tidak terjadi<br />

kecelakaan kerja.<br />

17


D. SOP & SMP (Standard Operation Procedure & Standard<br />

Maintenance Procedure)<br />

STANDAR OPERATION PROCEDURE<br />

1) GENSET STO BALAI KOTA<br />

A. OPERASI<br />

1. Check oli mesin genset<br />

2. Check air radiator<br />

3. Check BBM solar dalam tangki harian<br />

4. Check baterai starter (tegangan 27,7 VOLTDC)<br />

5. Posisikan dari auto ke posisi manual (tekan manual)<br />

6. Tekan start<br />

7. Biarkan genset jalan kira-kira 2 menit sebagai pemanasan<br />

8. Amati temperatur genset (62-82 C )<br />

9. Amati frekuensi genset (50 Hz)<br />

10. Tekan / off kan load PLN (0)<br />

11. Tekan / off kan load G (1)<br />

12. Amati tegangan RST<br />

13. Amati / pastikan output beban pada MDP utama<br />

B. CARA MEMATIKAN<br />

1. Off kan load G (0)<br />

2. On kan load PLN (1)<br />

3. Perhatikan motorize pada MOP pada posisi on<br />

18


4. Biarkan genset operasi tanpa beban selama ±3 menit<br />

5. Tekan stop (genset akan off)<br />

6. Tekan auto<br />

C. Apabila terjadi alarmtekan reset dan amati indikasinya<br />

D. CARA MANUAL<br />

1. Off kan fuze R pada panel ATS PLN, maka ATS PLN akan off dan secara<br />

auoto genset akan start dan beban akan dicatu oleh genset<br />

2. On kan kembali fuse pada ATS PLN maka beban akan dicatu oleh PLN<br />

3. Genset akan off sekitar ± 3 menit<br />

2) PERANGKAT BATERAI<br />

1. Baterai harus dalam kondisi bersih dan kering<br />

2. Ruangan baterai harus dalam kondisi bersih dan kering, sirkulasi udara continue<br />

dengan fan blower yang memadai<br />

3. Tegangan nominal baterai 2,00 V/Cell<br />

4. Tegangan pada kondisi charge 2,25 v/cell – 2,45 V/cell<br />

5. Untuk kondisi charge tegangan total dalam 1 bank berkisar antara 55v± 0,5 v/dc<br />

6. Pada kondisi uncharge tegangan 2,00V/cell- 2,06V/cell<br />

7. Sedang pada kondisi uncharge tegangan total dalam 1 bank berkisar antara 48,8<br />

± 0,80 V/dc<br />

8. Tegangan initial charge (pengisian awal) = 2,6 – 2,7 V/cell<br />

9. BJ (berat jenis) = 1,215-1,25<br />

10. Suhu maksimal 50 C 0<br />

19


3) RECTIFIER GR-12<br />

1. Pastikan bahwa semua fuse perangkat rectifier dalam keadaan baik dan<br />

terpasang pada posisinya masing-masing serta sesuai dengan ketentuan yang<br />

telah ditetapkan<br />

2. Pastikan bahwa catuan input dan fuse input bdan fuse lainnya pada main Panel<br />

Rectifier dalam keadaan normal dan stand by<br />

3. On kan secara berurutan Q62,Q63 dan Q63<br />

4. Rectifier akan beroperasi setelah relay K-1 bekerja (0-15 detik) dengan indikasi<br />

H81 nyala, dan pada modul A3 LED H7, H8 nyala, LED enabling H9 nyala<br />

serta secara beransur LED gate pulse H1-H6 nyala<br />

5. Tekan tombol S44 (automatic) dan LED pada tombol tersebut menyala<br />

6. Rectifier akan menyala secara automatic mencatu beban/batere dengan tegangan<br />

2,33 V/cell (recharge) yang dapat dilihat pada penunjukkan LED display<br />

monitor selama 0-9 jam (sesuai dengan setting awal)<br />

7. Setelah waktu setting antara 0-9 jam tercapai, maka Rectifier secara otomatis<br />

akan beroperasi mencatu beban/batere dengan tegangan 2,23 V/cell (floating<br />

charge) dapat dilihat pada penunjukkan LED display monitor<br />

8. Perhatikan besaran tegangan dan arus pada LED display monitor.<br />

9. Rectifier beroperasi normal dengan sistem automatic dan bila terjadi<br />

pemadaman sumber catuan utama dalam waktu kurang dari 3 menit maka<br />

rectifier akan On kembali secara automatic ke sistem floating charge (2,23<br />

20


V/cell) sedangkan bila terjadi pemadaman sumber catuan utama dengan waktu<br />

lebih dari 3 menit maka rectifier akan On kembali secara automatic ke recharge<br />

sistem (2,23 V/cell) yang selanjutnya akan berpindah ke floating charge bila<br />

setting charge time telah tercapai<br />

STANDAR MAINTENANCE PROCEDURE (SMP)<br />

1) PERANGKAT GENSET<br />

A. MINGGUAN DAN BULANAN<br />

1. Ketinggian oli dalam karter<br />

2. Sistem pendingin<br />

3. Sistem kelistrikan<br />

4. Pemeriksaan kekencangan tali kipas<br />

5. Heater<br />

6. Running test ±1 jam<br />

- Tes manual start/stop<br />

- Tes auto start/stop<br />

- Frekuensi<br />

- Tegangan output<br />

- Tekanan oli<br />

- Arus beban<br />

- Warna gas buang<br />

- Suara mesin<br />

- Temperatur air<br />

21


- Test beban<br />

B. SEMESTERAN<br />

1. Penggantian oli mesin<br />

2. Pembersihan filter udara<br />

3. Pembersihan filter solar<br />

4. Pembersihan filter oli<br />

5. Penggantian air radiator<br />

6. Penggantian coolant filter<br />

7. Penyetelan keregangan klep<br />

8. Pemeriksaan operasi DEG<br />

- star stop dengan kunci<br />

- star stop dengan manual<br />

- star stop dengan auto<br />

9. test dengan pembebanan<br />

10. test simulasi alarm sistem<br />

- Low Oil Pressure<br />

- Over speed<br />

- High engine temperatur<br />

- Over crank<br />

- PLN on<br />

11. Pengukuran grounding<br />

12. Pemeriksaan injector<br />

22


13. Pemeriksaan sikat arang bila ada<br />

14. Pemeriksaan kandungan air di tangki harian dan bulanan<br />

C. TAHUNAN<br />

1. Kalibrasi meter<br />

2. Pengukuran total harmonic distarsion (THD pada saat tanpa beban)<br />

3. Terminasi dan kapasitas baterai starter.<br />

2) BATERAI<br />

a. HARIAN<br />

1. Pemeriksaan kebersihan ruangan dan baterai<br />

2. Pemeriksaan kebersihan kutub-kutb (pole) baterai<br />

3. Pengukuran sel pilot (BJ, tegangan, temperatur dan level elektrolit)<br />

4. Pengukuran temperatur ruangan<br />

5. Pemeriksaan sistem sirkulasi udara ruangan.<br />

b. BULANAN<br />

1. Sama dengan pemeliharaan harian<br />

2. Pembersihan seluruh baterai dan pemberian pelindung kutub baterai<br />

3. Penambahan aquadest bila level elektrolit mendekati level minimum<br />

4. Pengukuran seluruh sel<br />

5. Pemeriksaan pengkondisian sirkulasi udara<br />

6. Pembersihan tutup dan saringan baterai<br />

7. Pemeriksaan visual kondisi internal dan eksternal baterai<br />

c. TAHUNAN<br />

23


1. Sama dengan pemeriksaan bulanan<br />

2. Pemeriksaan kekencangan mur baut pada terminal pole baterai<br />

3. Test kapasitas baterai dengan beban existing/ beban rill minimal 1 jam untuk<br />

semua bank/sel baterai.<br />

24


2.1 STRUKTUR ORGANISASI<br />

2.2 KONSEP DASAR<br />

BAB III<br />

SENTRAL BALAIKOTA<br />

Sentral telepon merupakan pusat pengatur hubungan antara pelanggan<br />

telepon. Melalui sentral telepon inilah para pelanggan dapat saling berhubungan. Pada<br />

sentral telepon ini terdapat 3 komponen utama yaitu :<br />

1. Switching unit yaitu bagian yang berfungsi sebagai pembentuk hubungan atau<br />

menyambungkan antara pelanggan yang satu dengan yang lainnya<br />

2. Control unit yaitu bagian yang berfungsi mengendalikan arah percakapan sesuai<br />

dengan informasi yang diterima<br />

Manager Area Network<br />

M. Rukman<br />

Sub Koordinator ISP<br />

Andi Muh. Ahdin Anas<br />

Officer O/M Switching<br />

(Balaikota)<br />

Nono Sugiono<br />

25


3. Supervisori unit, yaitu bagian yang berfungsi memberikan tanda atau sinyal kapan<br />

dimulai nya suatu percakapan dan kapan berakhirnya.<br />

Sentral telepon terbagi menjadi 2 yaitu sentral telepon analog dan sentral telepon<br />

digital. STO Balaikota sendiri termasuk dalam sentral telepon digital EWSD (Electronic<br />

Wahler Systerm Digital). Sentral telepon digital EWSD merupakan sentral telepon digital<br />

pertama di Indonesia (diperkenalkan tahun 1984) dan diproduksi oleh Jerman.<br />

Selain itu, terdapat juga sentral telepon digital NEAX 61 yang diperkenalkan tahun<br />

1994 dan diproduksi oleh NEC, Jepang. Sentral telepon digital jenis ini digunakan di STO<br />

Panakukkang.<br />

Sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, PT. TELKOM<br />

senantiasa memberikan peningkatan pelayanan dan inovasi kepada masyarakat untuk<br />

menunjang kebutuhan akan teknologi komunikasi yang lebih maju. Untuk itulah PT.<br />

Telkom mengembangkan teknologi softswitch untuk menuju ke konsep NGN (Next<br />

Generation Network).<br />

Ciri khas NGN adalah teknologi Softswitch. Teknologi Softswitch merupakan<br />

teknologi switching berbasiskan IP sehingga semua layanan multimedia, data dan suara<br />

dapat diolah berdasarkan paket-paket IP. Karena berbasiskan IP, tentu saja dalam<br />

pentransmisian multimedia, data dan suara dapat dilayani dengan hanya satu perangkat,<br />

yaitu Softswitch tersebut<br />

Pengembangan teknologi softswitch untuk wilayah KTI (Kawasan Timur<br />

Indonesia) diterapkan di STO Balaikota, sehingga akan terjadi migrasi dari sentral telepon<br />

26


digital EWSD menjadi softswitch, migrasi yang dilakukan tidak dilakukan secara serentak,<br />

melainkan dengan bertahap yang bertujuan untuk mengurangi risiko putusnya komunikasi.<br />

Sebelum melajutkan pembahasan materi mengenai softswitch, berikut akan<br />

dijelaskan mengenai perangkat – perangkat multimedia pembentuk softswitch.<br />

MSAN (Multi service Acces Node)<br />

MSAN yaitu tempat dimana kabel tembaga akan di ubah menjadi kabel FO (Fiber<br />

Optik) yang selanjutnya akan di terminasikan ke OTB. MSAN dapat melayani multi<br />

services, seperti ADSL, SHDSL, E1, POTS dan Ethernet.<br />

Gambaran Umum Multi Service Access Node (MSAN) yaitu Perangkat ini<br />

menghubungkan pelanggan telepon ke core network sehingga pelanggan dimungkinkan<br />

untuk memperoleh telepon biasa, ISDN atau fasilitas broadband seperti DSL dengan hanya<br />

menggunakan single platform. MSAN merupakan gabungan dari beberapa teknologi yaitu<br />

telepon TDM yang di dalamnya terdapat ISDN, STM -1.<br />

27


OTB (Optical Terminal Block)<br />

Tempat untuk menterminasikan kabel FO (fiber optik) yang selanjutnya akan di<br />

terminasikan ke Metro Ethernet.<br />

SOFTSWITCH<br />

Softswitch lahir dari pengembangan teknologi jaringan data yang kini telah<br />

mendominasi. Pengembangan ini merupakan migrasi dari jaringan PSTN menuju NGN<br />

28


(Next Generation Network) yang berbasis data. Layanan telekomunikasi pada NGN (Next<br />

Generation Network) meliputi voice, data, dan multimedia.<br />

Pada kenyataannya, bagi industri jasa telekomunikasi bahwa volume trafik data<br />

melebihi volume trafik voice, namun layanan voice masih merupakan penyumbang<br />

pendapatan terbesar dalam bisnis telekomunikasi. Dengan Demikian pengembangan<br />

layanan voice pada jaringan data menjadi aspek penting dalam perkembangan<br />

telekomunikasi.<br />

Softswitch merupakan teknologi komunikasi yang diharapkan dapat memenuhi<br />

kebutuhan layanan suara, data, dan multimedia secara terpadu. Selain itu softswitch juga<br />

diharapkan mampu memenuhi kebutuhan PSTN dalam bermigrasi menuju jaringan data.<br />

Sebagai konsep yang baru, softswitch juga diharapkan dapat memberikan solusi yang lebih<br />

baik pada permasalahan yang timbul pada PSTN, baik secara teknis maupun non teknis.<br />

Definisi softswitch menurut ISC ( International Softswitch Concortium ) adalah suatu<br />

perangkat yang memiliki kemampuan paling tidak sebagai berikut:<br />

1. Mengontrol layanan koneksi bagi suatu media gateway, dan / ataunative IP end<br />

points.dimana fungsi ini dilakukan oleh MGC (Media Gateway Controller)*<br />

2. Memilih proses yang dapat diterapkan pada suatu panggilan<br />

3. Routing untuk panggilan dalam jaringan<br />

4. Mentransfer control panggilan ke elemen jaringan lain<br />

5. Antarmuka untuk mendukung fungsi manajemen seperti penyediaan layanan, fault,<br />

billing, dan lain-lain.<br />

29


Jadi, softswitch adalah penghubung atau jembatan yang menghubungkan circuit switch<br />

dengan packet switch.<br />

2.3 KONFIGURASI<br />

Sistem softswitch terdiri dari Softswitchnya itu sendiri atau sering disebut Call<br />

Agent (CA) atau Media Gateway Controller (MGC) yang merupakan elemen utama<br />

jaringan NGN. Berfungsi untuk mengontrol semua sesi layanan dan komunikasi serta<br />

mengatur interaksi elemen-elemen lainnya seperti :<br />

30


Media Gateway (yang terdiri dari : Access Gateway dan Trunks Gateway)<br />

Media Gateway adalah elemen jaringan yang berfungsi sebagai elemen transport<br />

untuk merutekan trafik dalam jaringan softswitch dan juga mengirim atau menerima<br />

trafik dari jaringan lain yang berbeda, seperti PSTN, PLMN, VoIP H.323, dan<br />

jaringan akses pelanggan.<br />

Trunk Gateway (TG) : adalah media gateway yang menjalankan fungsi merutekan<br />

trafik dari jaringan PSTN / PLMN (jaringan mobile).<br />

Seperti yang telah diketahui, karena masih adanya TDM network yaitu PSTN, maka<br />

perlu adanya suatu gateway yang berfungsi sebagai interface antara TDM network<br />

dan IP network.<br />

Access Gateway adalah media yang digunakan oleh jaringan softswitch untuk<br />

menjangkau pelanggan. Media akses dapat menggunakan cable modem, leased<br />

circuit, V5.2, DSL, HFC, FTTH / FTTC dan radio akses.<br />

Signaling Gateway<br />

Signaling Gateway adalah elemen jaringan yang berfungsi sebagai interface<br />

pensinyalan dari jaringan softswitch ke SS7, PSTN atau PLMN ”<br />

Aplication Server adalah elemen jaringan yang menyediakan aplikasi tambahan<br />

diluar fitur telepon yang membutuhkan server tersendiri, misalnya voicemail,<br />

prepaid call, fixed SMS, dll.. Application Servers (terdiridari : Feature Server dan<br />

Media Server)<br />

31


Media server adalah elemen jaringan yang berfungsi membantu Softswitch<br />

untuk melakukan pemrosesan panggilan yang terjadi pada media stream,<br />

seperti penyediaan dial tone, sarana conference, announcement.<br />

Feature Server adalah elemen jaringan yang berfungsi sebagai penyedia<br />

aplikasi fitur telepon<br />

Operation Support System (OSS)<br />

Operating Support System (OSS) adalah elemen jaringan yang berfungsi untuk<br />

mendukung operasi dan pemeliharaan jaringan, seperti manajemen jaringan,<br />

provisioning, billing, monitoring, statistikdll<br />

Modul pelanggan pada sentral<br />

softswitch<br />

32


2.4 SOP DAN SMP<br />

2.4.1 SMP Harian<br />

Back-up data Ama<br />

Perbedaan dalam prosedur back-up data sentral lama dengan sentral baru adalah<br />

pada sentral lama data tidak akan hilang kecuali dihapus sedangkan pada sentral<br />

baru data akan terhapus otomatis apabila telah lewat 7 hari, terhapusnya data tanpa<br />

dilakukan back-up sebelumnya dapat menimbulkan kerugian pada PT. Telcom.<br />

2.5 TROUBLE SHOOTHING<br />

Proses troubleshooting dilakukan dengan menggunakan NMS (Network<br />

Management System). Pemberian IP Address, routing, serta gangguan yang terjadi dapat<br />

dimonitor melalui perangkat ini.<br />

Untuk mengetahui keadaan perangkat ataupun melokalisir gangguan, para karyawan<br />

tidak perlu mengecek secara langsung ke perangkat tersebut karena saat ini perangkat<br />

multimedia sudah dapat di console dengan syarat tersedianya jaringan. Namun, jika<br />

ternyata setelah di console masalah yang terjadi adalah pada hardware-nya, maka karyawan<br />

ataupun teknisi harus menyelesaikan masalahnya langsung di lapangan. Mislakan salah satu<br />

modul node IMUX Tellabs mengalami gangguan, maka harus diselesaikan dengan melihat<br />

mengecek perangkat tersebut dan biasanya dalam pengecekan ini melibatkan vendor dari<br />

perangkat tersebut.<br />

33


BAB IV<br />

MULTIMEDIA<br />

A. STRUKTUR ORGANISASI<br />

Officer O/M Multimedia<br />

Sukmawati<br />

B. KONSEP DASAR<br />

Divisi multimedia adalah sebuah divisi yang mengurusi layanan internet. Beberapa<br />

layanan multimedia dari PT. Telkom adalah telkomnet instan (sudah jarang digunakan),<br />

speedy, astinet, dan VPN-IP.<br />

Manager Area Network<br />

M. Rukman<br />

Sub Koordinator ISP<br />

Andi Muh. Ahdin Anas<br />

Officer O/M Multimedia<br />

Karlina Rivai<br />

Membahas masalah multimedia, pasti tidak jauh dari pembahasan OSI layer. Yaitu<br />

sebuah model arsitektural jaringan yang dikembangkan oleh badan International<br />

Organization for Standardization (ISO) di Eropa pada tahun 1977. OSI sendiri merupakan<br />

singkatan dari Open System Interconnection. Model ini disebut juga dengan model "Model<br />

tujuh lapis OSI" (OSI seven layer model). OSI Reference Model pun digunakan sebagai<br />

34


titik awal untuk mempelajari bagaimana beberapa protokol jaringan di dalam sebuah<br />

kumpulan protokol dapat berfungsi dan berinteraksi.<br />

OSI Reference Model memiliki tujuh lapis, yakni sebagai berikut<br />

Lapisan<br />

ke-<br />

Nama<br />

lapisan<br />

7 Application<br />

layer<br />

6 Presentation<br />

layer<br />

Keterangan<br />

Berfungsi sebagai antarmuka dengan aplikasi dengan<br />

fungsionalitas jaringan, mengatur bagaimana aplikasi dapat<br />

mengakses jaringan, dan kemudian membuat pesan-pesan<br />

kesalahan. Protokol yang berada dalam lapisan ini adalah HTTP,<br />

FTP, SMTP, dan NFS.<br />

Berfungsi untuk mentranslasikan data yang hendak<br />

ditransmisikan oleh aplikasi ke dalam format yang dapat<br />

ditransmisikan melalui jaringan. Protokol yang berada dalam<br />

level ini adalah perangkat lunak redirektor (redirector software),<br />

seperti layanan Workstation (dalam Windows NT) dan juga<br />

Network shell (semacam Virtual Network Computing (VNC)<br />

atau Remote Desktop Protocol (RDP)).<br />

5 Session layer Berfungsi untuk mendefinisikan bagaimana koneksi dapat<br />

4 Transport<br />

layer<br />

dibuat, dipelihara, atau dihancurkan. Selain itu, di level ini juga<br />

dilakukan resolusi nama.<br />

Berfungsi untuk memecah data ke dalam paket-paket data serta<br />

memberikan nomor urut ke paket-paket tersebut sehingga dapat<br />

disusun kembali pada sisi tujuan setelah diterima. Selain itu,<br />

pada level ini juga membuat sebuah tanda bahwa paket diterima<br />

dengan sukses (acknowledgement), dan mentransmisikan ulang<br />

terhadap paket-paket yang hilang di tengah jalan.<br />

35


3 Network<br />

layer<br />

2 Data-link<br />

layer<br />

1 Physical<br />

layer<br />

Berfungsi untuk mendefinisikan alamat-alamat IP, membuat<br />

header untuk paket-paket, dan kemudian melakukan routing<br />

melalui internetworking dengan menggunakan router dan switch<br />

layer-3.<br />

Befungsi untuk menentukan bagaimana bit-bit data<br />

dikelompokkan menjadi format yang disebut sebagai frame.<br />

Selain itu, pada level ini terjadi koreksi kesalahan, flow control,<br />

pengalamatan perangkat keras (seperti halnya Media Access<br />

Control Address (MAC Address)), dan menetukan bagaimana<br />

perangkat-perangkat jaringan seperti hub, bridge, repeater, dan<br />

switch layer 2 beroperasi. Spesifikasi IEEE 802, membagi level<br />

ini menjadi dua level anak, yaitu lapisan Logical Link Control<br />

(LLC) dan lapisan Media Access Control (MAC).<br />

Berfungsi untuk mendefinisikan media transmisi jaringan,<br />

metode pensinyalan, sinkronisasi bit, arsitektur jaringan (seperti<br />

halnya Ethernet atau Token Ring), topologi jaringan dan<br />

pengabelan. Selain itu, level ini juga mendefinisikan bagaimana<br />

Network Interface Card (NIC) dapat berinteraksi dengan media<br />

kabel atau radio.<br />

Beberapa perangkat yang banyak digunakan dalam multimedia ArNet <strong>Makassar</strong><br />

1. Router<br />

ROUTER adalah perangkat berbasis TCP/IP yang dapat menghubungkan beberapa<br />

network yang berbeda berdasarkan tabel routing.<br />

36


outer Juniper MX960<br />

Hirarki router pada network router yang menggunakan protokol MPLS :<br />

– Router CE : router customer edge, router milik pelanggan.<br />

– Router PE : router provider edge, router yang memiliki koneksi langsung dengan router<br />

pelanggan (CE). Penamaannya menggunakan format PE-D5-[Kode STO], misalnya PE-D5-<br />

BAL.<br />

– Router P : router provider, router yang memiliki koneksi ke beberapa router PE.<br />

Penamaannya menggunakan format P-D5-[Kode STO], misalnya P-D5-BAL.<br />

– Router core: Router yang menghubungkan IP network suatu regional dengan regional<br />

yang lain disebut Router Core. Penamaannya menggunakan format C-D5-[Kode STO],<br />

misalnya C-D5-BAL.<br />

Untuk ROUTER fungsi khusus (misal: softswitch), di belakang kode STO ditambahkan<br />

kode tambahan, misalnya PE-D5-BAL-SS.<br />

2. Switch<br />

SWITCH adalah perangkat yang berfungsi untuk memperbanyak port ethernet. Port pada<br />

SWITCH dapat dikelompokkan berdasarkan VLAN (virtual LAN) dan masing-masing<br />

VLAN merupakan network yang berbeda dengan VLAN yang lain.<br />

37


Pada OSI Layer, SWITCH bekerja pada layer 2 (datalink). Tetapi sebagian SWITCH<br />

memiliki kemampuan layer 3 sehingga bisa difungsikan sebagai router, contohnya switch<br />

merk Cisco seri Catalyst 6500.<br />

Penamaannya menggunakan format SW-D5-[Kode STO]. Jika pada suatu STO terdapat<br />

lebih dari satu SWITCH, penamaannya ditambahkan nomor index di belakang SW,<br />

misalnya SW-D5-BAL, SW2-D5-BAL.<br />

Jika SWITCH yang support layer 3 difungsikan sebagai ROUTER, maka penamaannya<br />

menggunakan format penamaan ROUTER, misalnya PE-D5-JRBRAS.<br />

3. Intelligent Multiplexer (IMUX)<br />

IMUX Berfungsi sebagai muldex dari / ke arah pelanggan, dari trunk 2 Mbps di-<br />

split menjadi lebih kecil (n x 64kbps). IMUX dilengkapi dengan NMS yang menyediakan<br />

fungsi Fault Handling dan Provisioning yang bersifat end-to-end (bisa memantau dari node<br />

sampai ke site pelanggan). IMUX terhubung ke node IMUX lainnya, atau ke node<br />

ROUTER PE, atau ke node FRAMERELAY.<br />

IMUX Tellabs<br />

38


4. Broadband Remote Access Server<br />

Merupakan perangkat yang berfungsi untuk mencocokkan username dan password<br />

yang telah di kirimkan oleh pengguna internet,yang apabila pencocokan telah selesai di<br />

lakukan,maka B-RAS akan mengirimkan no IP ke komputer yang di pakai oleh user,<br />

sehingga user sekarang dapat connect ke internet.<br />

Metro Ethernet<br />

Jaringan METRO ETHERNET (ME) adalah jaringan telekomunikasi berbasis paket<br />

menggunakan serat optik sebagai transport berbagai layanan. Peran yang utama dari node<br />

ME adalah sebagai agregasi trunk Gigabit Ethernet dari perangkat akses seperti IP<br />

DSLAM, Access Gateway dan MSAN.<br />

Metro Ethernet menggunakan metode kontrol akses media Carrier Sense Multiple Access<br />

with Collision Detection untuk menentukan station mana yang dapat mentransmisikan data<br />

pada waktu tertentu melalui media yang digunakan. Dalam jaringan yang menggunakan<br />

teknologi Ethernet, setiap komputer akan "mendengar" terlebih dahulu sebelum<br />

"berbicara", artinya mereka akan melihat kondisi jaringan apakah tidak ada komputer lain<br />

yang sedang mentransmisikan data. Jika tidak ada komputer yang sedang mentransmisikan<br />

data, maka setiap komputer yang akan mengirimkan data dapat mencoba untuk mengambil<br />

alih jaringan untuk mentransmisikan sinyal. Sehingga, dapat dikatakan bahwa jaringan<br />

yang menggunakan teknologi Ethernet adalah jaringan yang dibuat berdasarkan basis First-<br />

Come, First-Served, daripada melimpahkan kontrol sinyal kepada Master Station seperti<br />

dalam teknologi jaringan lainnya.<br />

Port-port pada node ME dapat berupa :<br />

– 10GE (10.000 Mbps)<br />

– GE (1.000 Mbps) & FE (100 Mbps)<br />

39


– STM-1 (155 Mbps) & E1 (2 Mbps)<br />

Port-port tersebut dapat di-mapping-kan dengan port-port pada node ME lainnya yang<br />

terhubung dalam network ME. Topologi network ME dapat berupa RING-LOOP maupun<br />

POINT-TO-POINT.<br />

Penggunaan ME antara lain dapat untuk melewatkan trafik Speedy, Astinet, VPN-IP<br />

maupun E1 HAS, E1 Leased Channel maupun STM-1 yang di-dalamnya berisi E1 (Add<br />

Drop Multiplexer).<br />

Penamaan node ME menggunakan format MED5-[Kode STO], contoh ME-D5-BAL.<br />

DSLAM<br />

Digital subscriber line access multiplexer, atau sering disingkat menjadi DSLAM adalah<br />

sebuah peralatan yang berfungsi menggabungkan dan memisahkan sinyal data dengan<br />

saluran telepon yang dipakai untuk mentransmisikan data, peralatan ini terletak di ujung<br />

sentral telepon terdekat. Berfungsi juga sebagai multiplexer. Perangkat ini merupakan<br />

sebuah syarat dalam pengimplementasian jaringan Digital Subscriber Line (DSL).<br />

Pada perangkat DSLAM biasanya sudah terpasang SPLITTER yang berfungsi<br />

memisahkan sinyal suara dan sinyal data, dimana sinyal suara akan menuju perangkat<br />

sentral telepon dan sinyal data akan diarahkan menuju BRAS melalui media transmisi<br />

yang bisa berbentuk E1, STM-1 (Fiber Optic). Selanjutnya dari BRAS akan diarahkan ke<br />

masing-masing ISP yang sudah bekerja sama.<br />

40


C. KONFIGURASI<br />

41


Prosedur loop dan isolir<br />

NETOP :<br />

D. SOP dan SMP<br />

- Kontak petugas LOKASI, informasikan Node ID, alamat port dan status interface yang<br />

terganggu.<br />

- Mencatat info LED indicator dari petugas LOKASI.<br />

- Memeriksa status interface pada NMS untuk setiap arah looping di titik sambung dan<br />

menginformasikan hasilnya pada petugas LOKASI.<br />

LOKASI :<br />

- Menerima informasi Node-ID dan alamat port yang terganggu<br />

- Menginformasikan status LED indicator kepada petugas NETOP.<br />

- Mulai melokalisir gangguan (loop / isolir) pada titik-titik sambung B, C & D kemudian<br />

menginformasikan hasilnya (LED indicator) pada petugas NETOP.<br />

NETOP & LOKASI :<br />

- Bersama-sama menyimpulkan lokasi gangguan.<br />

- Bersama-sama menentukan rencana tindak lanjut perbaikan gangguan.<br />

E. TROUBLESHOOTING<br />

Untuk melokalisir gangguan, kita melakukan loop, atau isolir. Loop / isolir<br />

dilakukan di titik sambung :<br />

A) Konektor / jumper interface node A (RJ-45, DB-9, Patch-cord, dll) di R.<br />

MULTIMEDIA<br />

B) Konektor / jumper di DDF tie-line / OTB tieline di R. MULTIMEDIA<br />

C) Konektor / jumper di DDF tie-line / OTB tieline di R. TRANSPORT<br />

42


D) Konektor / jumper di DDF transport / OTB SKSO di R. TRANSPORT<br />

Arah Loop :<br />

– Loop A1 : loop di titik A ke arah Multimedia<br />

– Loop A2 : loop di titik A ke arah Transport<br />

– Loop B1 : loop di titik B ke arah Multimedia<br />

– Loop B2 : loop di titik B ke arah Transport<br />

– Loop C1 : loop di titik C ke arah Multimedia<br />

– Loop C2 : loop di titik C ke arah Transport<br />

– Loop D1 : loop di titik D ke arah Multimedia<br />

– Loop D2 : loop di titik D ke arah Transport<br />

Perlengkapan loop<br />

OPHAR LOKASI<br />

Kabel Loop E1:<br />

DB-9 Male Loop, DB-9 Female Loop, RJ-45 Male Loop, RJ-45 Female Loop<br />

Kabel Loop GigabitEthernet:<br />

Patch Cord FcPc – FcPc. Patch Cord FcApc – FcApc, Attenuator Fc, Adapter Fc<br />

Kabel Isolir E1: Isoliran DDF<br />

NETOP<br />

NMS: NMS IMUX, SSH Router, SSH Frame-Relay<br />

FORM STANDARD : Logbook Gangguan, Form Loop & Isolir<br />

43


BAB V<br />

SENTRAL/SWITCHING (STO PANAKKUKANG)<br />

3.1 STRUKTUR ORGANISASI<br />

3.2 KONSEP DASAR<br />

Sentral / Switching adalah unit kerja<br />

yang menangani masalah penomoran pelanggan<br />

dan jaringan telepon pelanggan. Sentral juga<br />

berfungsi sebagai penghubung antara pelanggan<br />

yang satu dengan pelanggan yang lain, juga<br />

44


menghubungkan antara sentral yang satu dengan sentral yang lain.<br />

Perangkat Sentral yang digunakan di STO PANAKKUKANG, yaitu NEAX 61<br />

Sigma ∑. NEAX 61∑ ini, merupakan sentral buatan NEC Jepang yang biasa digunakan<br />

untuk menangani daerah berkapasitas kecil, sedang, maupun besar. NEAX 61∑ ataupun<br />

EWSD merupakan sentral TDM digital, dimana system ini berbasiskan circuit switching.<br />

Circuit switching adalah jaringan yang mengalokasikan sebuah sirkuit (atau kanal)<br />

yang dedicated di antara nodes dan terminal untuk digunakan pengguna untuk<br />

berkomunikasi. Sirkuit yang dedicated tidak dapat digunakan oleh penelepon lain sampai<br />

sirkuit itu dilepaskan, dan koneksi baru bisa disusun.<br />

STO Panakkukang membawahi beberapa RLU (Remote Link Unit), yaitu :<br />

STO KIMA,<br />

STO ANTANG<br />

STO TAMALANREA,<br />

STO SUDIANG<br />

RLU ini ditempatkan pada STO – STO tersebut untuk menjangkau pelanggan yang<br />

jauh dari host office agar penggunaan jaringan fisik dapat seefisien mungkin.<br />

Jadi bila ada gangguan perangkat di ke-4 STO tersebut, kita dapat mengeceknya di<br />

STO Panakkukang melalui software MAT (Maintanance Administration Terminal) yang<br />

sudah terinstall pada komputer yang ada di STO Panakkukang.<br />

45


Di setiap STO, terdapat kode nomor telepon yang mencerminkan bahwa nomor<br />

tersebut di remote oleh STO di masing-masing wilayah tertentu. Di bawah ini merupakan<br />

kode nomor telepon di 5 STO di Makasar, antara lain :<br />

a. STO PANAKKUKANG : 42xxx, 43xxx, 44xxx, 45xxx, dan 46xxx<br />

b. STO KIMA : 51xxx<br />

c. STO ANTANG : 49xxx<br />

d. STO TAMALANREA : 58xxx, 54xxxx<br />

e. STO SUDIANG : 55xxx<br />

Selain nomor telepon di atas terdapat juga nomor telepon 7 digit yang bernama<br />

FORMA (Fiber Optic Ring <strong>Makassar</strong> Area)<br />

Modul Pelanggan<br />

46


3.3 KONFIGURASI<br />

47


SENTRAL NEAX 61E ∑<br />

Arsitektur dasar system NEAX 61E ∑ terdiri dari 4 macam subsystem :<br />

1. Application Subsytem<br />

Subsystem ini merupakan interface antara switching dan perangkat<br />

komunikasi di luar system.<br />

2. Switching subsystem<br />

Switching merupakan subsystem yang berfungsi untuk menghubungkan :<br />

a. subscriber dengan subscriber<br />

b. subscriber dengan trunk<br />

c. trunk dengan trunk<br />

d. subscriber dengan service trunk<br />

e. trunk dengan service trunk<br />

3. Processor Subsystem<br />

Processor adalah unit yang berfungsi untuk<br />

mengontrol baik call processing maupun tugas-<br />

tugas operasi dan pemeliharaan<br />

4. Operation dan Maintenance Subsytem<br />

OM subsystem adalah subsystem yang menyediakan man machine serta<br />

system supervisi. Dengan adanya man machine, command dapat diinputkan oleh<br />

manusia ke system, dan sebagai hasil komunikasi system melaporkan data.<br />

48


System supervise merupakan fasilitas pengetesan yang dapat digunakan<br />

untuk mengetahui normal dan tidaknya operasi system<br />

O&M subsystem terdiri dari input/output Device dan Test Device yang<br />

sangat diperlukan untuk keperluan administrasi dan maintenance routine.<br />

Fungsi dari device-device tersebut adalah :<br />

1. Maintenance & Administration Terminal (MAT)<br />

MAT adalah terminal yang terdiri dari CRT (Cathode Ray Tube) display dan<br />

keyboard yang memegang peranan paling pokok dalam pekerjaan operasi<br />

pemeliharaan.<br />

49


2.4 SOP dan SMP<br />

SOP (STANDARD OPERATION PROCEDURE) Perangkat Sentral NEAX61<br />

1. View alarm / view all<br />

2. View DAT (date and time)<br />

3. Cek memory akupansi/kapasitas (View DFB CP all)<br />

4. Monitor Line Lock Out (LLO)<br />

5. Cek nomor telepon yang gangguan (view subl st = flt)<br />

6. Cek nomor (view rst = flt)<br />

SMP (STANDARD MAINTANANCE PROCEDURE) Perangkat Sentral NEAX61<br />

A. Harian<br />

1. Cek display alarm<br />

2. Cek AMA report<br />

3. Backup checklist harian<br />

B. Mingguan<br />

1. Switch ringer<br />

C. Bulanan<br />

1. Cek routing<br />

2. Cek kanal<br />

50


3. Cek signaling<br />

D. 3 Bulanan (sda)<br />

E. 6 Bulanan<br />

1. Sistem penyimpanan backup dimaintenance, dibersihkan<br />

F. Tahunan<br />

1. Overhul (Sentral dimatikan, diswitch)<br />

G. Temporer (Darurat)<br />

2.5 Trouble Shooting / Analisis Gangguan<br />

Salah satu perangkat yang sering terkena kerusakan adalah modul pelanggan .<br />

Kerusakan modul pelanggan biasa diakibatkan karena :<br />

1. Gangguan dari luar jaringan<br />

2. Catuan atau tegangan liar<br />

Adapun cara-cara penaggulangan kerusakan yang terjadi pada modul pelanggan,<br />

sebagai berikut :<br />

1. Penggantian sparepart pada modul<br />

2. Memasang arrester<br />

51


BAB VI<br />

SISTEM KOMUNIKASI RADIO GELOMBANG MIKRO<br />

1. STRUKTUR ORGANISASI<br />

2. KONSEP DASAR<br />

DIGITAL<br />

Officer O/M Radio<br />

Muhtar<br />

Manager Area<br />

M. Rukman<br />

Sub Koordinator ISP<br />

Andi Muh. Ahdin Anas<br />

Officer O/M Radio<br />

Amir<br />

Sistem komunikasi radio gelembong mikro digital (GMD) merupakan salah<br />

satu media transmisi fisik yang digunakan untuk memberikan layanan komunikasi<br />

pada daerah yang sulit dijangkau dengan menggunakan media transmisi fisik dan<br />

juga pada daerah yang belum dibangun sistem transmisi optik.<br />

Dalam perancangannya diperlukan kecermatan dalam memperhitungkan dan<br />

mempertimbangkan link budget yang dibuat, karena sedikit saja kesalahan maka<br />

dapat mengakibatkan system yang dibangun menjadi cacat misalnya, kesalahan<br />

52


dalam pemilihan diameter antenna dimana diameternya lebih kecil dari yang<br />

seharusnya, dapat mengakibatkan buruknya penerimaan informasi sehingga untuk<br />

menanggulanginya maka antenna harus diganti, penggantian antenna ini tentu saja<br />

menimbulkan kerugian baik dari segi waktu maupun biaya.<br />

Merk radio yang digunakan di ArNet <strong>Makassar</strong> yaitu Alcatel, NEC, Ericson,<br />

dan Huawei. Radio Alcatel termasuk jenis PDH sedangkan radio NEC, Ericson, dan<br />

Huawei temasuk jenis SDH.<br />

Kapasitas dari radio Alcatel adalah 140 mbps dan dapat melayani sebanyak<br />

1920 kanal telepon. Radio ini bekerja pada band frekuensi 6,4 – 7,1 GHz. Sistem<br />

konfigurasi yang diterapkan pada radio Alcatel yaitu 4 + 0 sedangkan untuk radio<br />

NEC adalah 3 + 1, maksud dari system ini adalah terdapat satu kanal radio yang<br />

stand by. Jadi, apabila salah satu kanal radio mengalami masalah maka kanal radio<br />

tersebut yang berfungsi untuk menggantikannya.<br />

Perangkat yang digunakan untuk dapat melaksanakan proses switching<br />

(pemindahan kanal radio) disebut Automatic Switching. Selain itu pada radio<br />

Alcatel menggunakan direct modulasi, perbedaan direct modulation dengan<br />

modulasi yang biasa adalah pada direct modulation tidak ada lagi intermediate<br />

frequency karena modulator/demodulator circuitnya sudah tergabung dengan modul<br />

pada transmit unit dan receive unit<br />

53


3. KONFIGURASI<br />

MUX<br />

DEM<br />

UX<br />

S<br />

.<br />

W<br />

I<br />

T<br />

C<br />

H<br />

FRAMING<br />

FREAMING<br />

DEFRAMING<br />

TRANSMITTER<br />

EQUALIZER<br />

REGENERATOR<br />

SUPERVISORY<br />

Skema sederhana sistem transmisi radio<br />

SHF<br />

AMPLIFIER<br />

RECEIVER<br />

54


Blok diagram radio GMD<br />

55


4. STANDARD OPERATION PROCEDURE DAN STANDARD MAINTENANCE<br />

PROCEDURE<br />

a. Checklist Harian Radio RMJ : untuk mengecek Transmitter (Tx) dan Receiver<br />

(Rx) pada radio RMJ. Cara pengecekannya yaitu :<br />

1. Buka file LMT<br />

2. Lalu masukkan password (login)<br />

3. Pilih Menu File New<br />

4. Di kotak dialog “Connect”, klik OK<br />

5. Lalu, muncul lagi kotak dialog “Connect” dan masukkan IP daerahnya, lalu<br />

OK<br />

6. Catat Tx dan Rx pada radio 1 dan 2 pada buku Check List RMJ<br />

b. Checklist Harian Radio NEC : untuk mengecek Tx dan Rx (level site) pada<br />

radio NEC. Nilai normal untuk Tx 30 dBm dan Rx 40 dBm. Cara<br />

pengecekannya yaitu :<br />

1. Masuk ke program LCT lalu pilih daerahnya atau site-nya.<br />

2. Lalu masukkan password (log in)<br />

3. Pilih menu “Performance Monitor”<br />

4. Pada kotak dialog,pilih TRP Unit dan sistem yang ingin dipilih (SYS)<br />

5. Periksa Tx dan Rx-nya<br />

6. Ganti SYS untuk mengecek sistem yang lain<br />

7. Dan lakukan pengecekan Tx dan Rx sama seperti sebelumnya<br />

Catatan : Di dalam kotak dialog terdapat site atau daerah yang simbolnya berwarna<br />

merah yang berarti tidak dapat dimonitoring<br />

57


c. Pengukuran dengan Mikroterminal<br />

Tentukan Channel yang akan diukur, dengan memutar tombol Channel<br />

Selanjutnya tekan “MENU”. Maka akan muncul pada display seperti gambar<br />

disamping.<br />

Selanjutnya arahkan tanda panah pada “QUALITY”, selanjutnya tekan<br />

“VALID”. Dan lanjutkan dengan “DISPLAY”.<br />

Pada display akan ditampilkan hasil pengukuran, kemudian catat.<br />

Kemudian tekan tombol selanjutnya<br />

pilih “VOLTAGES”. lalu tekan „VALID‟.<br />

Selanjutnya pada display akan tampil hasil pengukuran „TLO‟ dan tekan<br />

pengukuran „RLO‟. Lalu catat.<br />

Setelah semua pengukuran selesai, lalu clear.<br />

untuk hasil<br />

58


TOMBOL FUNGSI<br />

Membaca salah satu informasi lengkap atau sebuah submenu.<br />

Pilihan yang disediakan oleh fungsi ini biasanya ditandai oleh<br />

karakter „ % „ pada baris akhir pembacaan.<br />

Untuk mengeksekusi perintah<br />

Untuk memasukkan suatu karakter kosong.<br />

Untuk menggeser kursor ke bawah.<br />

Untuk menggeser kursor ke atas.<br />

Tombol „RETURN‟ untuk menampilkan sebuah menu sebelumnya<br />

Tombol „F1‟ untuk akses langsung ke menu 01 yaitu : OPERATING<br />

MODE<br />

Tombol „F2‟ untuk akses langsung ke menu 01 yaitu : DATE DISPLAY<br />

Tombol „SHIFT+F3‟ untuk langsung kembali ke menu 00 yaitu:<br />

HEADER<br />

Tombol „SHIFT+F4‟ untuk mematikan general alarm.<br />

59


Keterangan mikro terminal MT<br />

416<br />

60


BAB VII<br />

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK<br />

A. STRUKTUR ORGANISASI<br />

B. KONSEP DASAR<br />

Sistem komunikasi serat optik adalah sistem komunikasi yang menggunakan cahaya<br />

sebagai pembawa sinyal informasi. Selain itu, media transmisi ini memiliki banyak<br />

keunggulan seperti bandwidth yang besar. Secara garis besar, sistem ini terdiri dari 3<br />

bagian yaitu sumber optik di sisi pengirim, media transmisi berupa serat optic dan detector<br />

optic di sisi penerima.<br />

Transmisi optic memiliki redaman besar apabila digunakan untuk komunikasi jarak jauh<br />

untuk itu dibutuhkan repeater untuk mengatasinya. Dengan adanya repeater maka sinyal<br />

cahaya akan diproses menjadi sinyal listrik lalu dikuatkan kemudian dirubah lagi menjadi<br />

sinyal optik.<br />

Manager Area<br />

M. Rukman<br />

Sub Koordinator ISP<br />

Andi Muh. Ahdin<br />

Anas<br />

Officer O/M SKSO<br />

Marsudi<br />

61


Penyambungan kabel serat optik disebut sebagai splicing. Splicing menggunakan alat<br />

khusus yang memadukan dua ujung kabel seukuran rambut secara presisi, dibakar pada<br />

suhu tertentu sehingga kaca meleleh tersambung tanpa bagian coated-nya ikut meleleh.<br />

Setelah tersambung, bagian sambungan ditutup dengan selubung yang dipanaskan.<br />

Alat ini mudah dioperasikan, namun sangat mahal harganya. Inilah sebabnya meskipun<br />

harga kabel fiber optik sudah jauh lebih murah namun alat dan biaya lainnya masih mahal,<br />

terutama pada biaya pemasangan kabel, splicing dan terminasinya.<br />

Pigtail yang disambungkan ke kabel optik bisa bermacam-macam konektornya, yang paling<br />

umum adalah konektor FC. Dari konektor FC di OTB ini tinggal menggunakan patchcord<br />

yang sesuai untuk disambungkan ke perangkat. Umumnya perangkat optik seperti switch<br />

atau bridge menggunakan konektor SC atau LC.<br />

Setelah kabel optik terpasang di OTB dilakukan pengujian end-to-end dengan<br />

menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR). Dengan OTDR akan<br />

didapatkan kualitas kabel, seberapa besar loss cahaya dan berapa panjang kabel totalnya.<br />

Harga perangkat OTDR ini sangat mahal, meskipun pengoperasiannya relatif mudah.<br />

OTDR ini digunakan pula pada saat terjadi gangguan putusnya kabel laut atau terestrial<br />

antar kota, sehingga bisa ditentukan di titik mana kabel harus diperbaiki dan disambung<br />

kembali.<br />

C. KONFIGURASI<br />

62


Dalam arah kirim, input sinyal yang berasal dari perangkat Multiplex digital<br />

dihubungkan ke Digital Distribution Frame (DDF) dan diteruskan ke Electrical Circuit.<br />

Fungsi Electrical Circuit adalah memperbaiki karakteristik dan mengkodekan sinyal yang<br />

diteruskan ke Optical Transmitter. Pada Optical Transmitter, sinyal listrik diubah menjadi<br />

sinyal pulsa cahaya yang dikirimkan ke stasiun lawan melalui serat optik. Sedangkan pada<br />

arah terima, sinyal pulsa cahaya yang diterima dari serat optik akan diubah oleh Detector<br />

Optik menjadi sinyal listrik yang akan diteruskan ke Electrical Circuit. Fungsi Electrical<br />

Circuit pada arah terima sama dengan pada arah kirim. Output sinyal dari Electrical Circuit<br />

akan diteruskan ke perangkat Demultiplex setelah melalui DDF. Digital Distribution Frame<br />

(DDF) digunakan untuk lokalisir gangguan, sebagai terminasi, digunakan dalam<br />

pengukuran/test link, dan digunakan jika ada pasang baru.<br />

Secara keseluruhan , link FO yang dioperasikan oleh P.T Telkom ada tiga:<br />

1. SUB (Surabaya-Ujung Pandang-Banjarmasin) menggunakan:<br />

a. Nortel STM-16 (2.5 Gbps)<br />

b. Alcatel STM-16 (2.5 Gbps)<br />

63


2. T-21<br />

c. Siemens STM-64 (10 Gbps)<br />

Menggunakan Siemens STM-16 (2.5 Gbps)<br />

3. Forma (Fiber Optic Ring <strong>Makassar</strong>)<br />

(Balaikota - Mattoanging – Sungguminasa – Takalar – Jeneponto – Bantaeng – Bulukumba<br />

– Sinjai – Watampone – Libureng – Maros – Panakukkang - Balaikota).<br />

SISTEM PENCATUAN KABEL LAUT<br />

Banyaknya repeater yang digunakan untuk mencatu link Surabaya-Ujung Pandang<br />

yaitu 9 repeater, dimana 5 repeater berada di <strong>Makassar</strong> dan 4 repeater ada di Surabaya.<br />

Peralatan catu daya dipasang pada kedua stasiun kabel , dimana stasiun kabel<br />

<strong>Makassar</strong> memberikan tegangan dengan polaritas positif sedangkan stasiun kabel Surabaya<br />

memberikan tegangan dengan polaritas negatif.<br />

Dengan cara ini , masing-masing stasiun kabel menangani setengah bagian dari<br />

tegangan keseluruhan yang dibutuhkan sistem, sehingga dapat dikatakan bahwa<br />

sistem pencatuan daya yang diberikan dari kedua stasiun kabel adalah lebih baik<br />

dari pada sistem pencatuan daya yang diberikan dari stasiun kabel saja.<br />

Banyaknya core yang digunakan pada SKKL ini adalah 4 core dimana masing – masing 2<br />

core untuk transmit dan 2 core lainnya untuk receive.<br />

PFE (Power Feeding Equipment) merupakan suatu perangkat yang digunakan untuk<br />

memberikan catu daya untuk seluruh sistem dan sejumlah repeater yang digunakan.<br />

Perangkat ini dapat dipasang di 2 tempat, yaitu transmitter dan receiver.<br />

Perangkat yang terdapat pada PFE terdiri dari 3, yaitu:<br />

PR (Power Regulator)<br />

64


PM (Power Monitor)<br />

PF (Power Function)<br />

Prinsip kerja dari PFE ini yaitu, PFE memberi tegangan kepada masing – masing repeater<br />

sebesar 100 V, ketika terjadi masalah/gangguan pada kabel (putus) maka PFE akan<br />

mendeteksinya.<br />

P<br />

F<br />

E<br />

RI R2 R3 R4<br />

Misalkan, titik B putus, maka PFE “M”<br />

akan mendeteksinya sehingga PFE<br />

tersebut hanya akan mencatu R1 saja,<br />

sedangkan di sisi lawan, PFE “S” akan<br />

mengambil alih dalam mencatu R2 jadi<br />

PFE “S” mencatu tegangan sebanyak<br />

300 v sedangkan PFE “M” menvatu<br />

tegangan sebanyak 100 v.<br />

P<br />

F<br />

E<br />

RI R2 R3 R4<br />

Putus<br />

P<br />

F<br />

E<br />

P<br />

F<br />

E<br />

P<br />

F<br />

E<br />

Misalkan, dalam keadaan normal PFE<br />

“M” mencatu tegangan 100 v pada<br />

masing – masing Repeater 1 dan 2<br />

sedangkan PFE “S” mencatu tegangan<br />

100 v pada masing – masing repeater<br />

3 dan 4.<br />

RI R2 R3 R4<br />

Putus<br />

Misalkan, titik E putus, maka secara<br />

otomatis PFE “S” akan memutuskan<br />

catuannya kepada repeater sedangkan PFE<br />

“M” yang mendeteksi gangguan ini, akan<br />

mencatu ke semua repeater, sehingga tugas<br />

PFE “S” diambil alih oleh PFE “M”<br />

65<br />

P<br />

F<br />

E


D. SOP (STANDAR OPERATION PROSEDURE)<br />

PROSEDUR PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK<br />

Alat yang dibutuhkan :<br />

Fusion splicer<br />

Bahan yang dibutuhkan :<br />

Kabel FO<br />

Tang potong<br />

Fiber cleaver<br />

Tube<br />

stripper<br />

Joint Closure<br />

Fiber stripper<br />

Sarung tangan<br />

Sleeve<br />

Protection<br />

66


Langkah Kerja :<br />

1. Potong PE luar sepanjang ± 20 cm menggunakan<br />

lupsheet cutter kemudian patahkan dan tarik PE<br />

tersebut keluar.<br />

2. Lalu pisahkan pita pelilit dan benang, kemudian<br />

lilitkan dan ikat benang pada potongan PE luar<br />

tadi lalu tarik sehingga benang membelah kulit<br />

PE luar sepanjang ±60 cm, setelah itu, lakukan<br />

hal yang sama pada sisi di belakangnya<br />

3. Setelah PE luar terlepas, lalu buka pita katun<br />

pada tube dan uraikan tube – tube tersebut.<br />

4. Lalu bersihkan tube dari jelly dengan<br />

menggunakan kain majun / tissue yang telah dibasahi oleh minyak tanah.<br />

67


5. Lalu potong central strength member (berwarna<br />

putih, berada di tengah dan bertekstur kaku /<br />

lebih keras disbanding tube lainnya ) sepanjang ±<br />

5 cm dan juga potong tube yang kosong (bila<br />

ada) kemudian pasangkan klem penjepit pada<br />

kabel.<br />

6. Tempatkan kabel pada joint closure dan ikat dengan ties<br />

7. Setelah itu potong tube menggunakan tube stripper<br />

8. Kemudian bersihkan masing – masing core pada tube yang telah<br />

dipotong. Kemudian pisahkan core tersebut satu per satu<br />

9. Kupas core menggunakan fiber stripper sesuai dengan aturan<br />

warna core<br />

10. Setelah mengupas core, bersihkan core tersebut lalu potong<br />

menggunakan fiber cleaver<br />

Buka penutup alat lalu masukkan<br />

pada alur serat sesuai dengan<br />

batas yang ditentukan<br />

68


11. Lakukan langkah di atas pada core yang satunya lagi ( core<br />

pasangannya ) dengan warna yang sama. Untuk core yang satunya,<br />

sebelum dipotong masukkan terlebih dahulu sleeve protection<br />

12. Setelah itu masukkan core tersebut ke fusion spicer. Usahakan core<br />

tersebut tidak membentur / mengenai apapun setelah dipotong<br />

13. Setelah core pasangannya dimasukkan ke<br />

fusion splicer, tutup fusion splicer. dan<br />

tekan tombol SET. Lalu perhatikan pada<br />

layar apakah kedua core tersebut layak<br />

untuk disambung,<br />

jika core tersebut layak disambung, maka akan<br />

terjadi proses gap, aligning, ARC dan estimating<br />

Setelah itu akan muncul redaman dari hasil<br />

penyambungan, redaman yang diporbolehkan<br />

yaitu 0,00 – 0,05 dB.<br />

Sedangkan jika core tidak layak disambung, tekan tombol RESET lalu<br />

kupas dan potong kembali core tersebut.<br />

Dorong keluar pemotongnya, lalu<br />

tutup penutup bagian luar, kemudian<br />

potong serat dengan mendorong<br />

pemotong ke dalam, setelah itu, serat<br />

sisa pemotongan diambil dengan<br />

menggunakan lakban<br />

69


14. Setelah kedua core tersebut tersambung, letakkan sleeve protection<br />

pada daerah sambungan, kemudian masukkan ke dalam pemanas<br />

15. Tekan tombol HEAT<br />

16. Tunggu ± 1 menit<br />

17. Ulangi langkah di atas pada core – core yang lainnya. Setelah<br />

semua core terpasang, rapikan core – core tersebut pada joint<br />

closure. Kemudian kencangkan joint closure tersebut.<br />

18. Tes sambungan<br />

E. SMP ( STANDAR MAINTENANCE PROSEDURE)<br />

1. Pemeliharaan harian meliputi<br />

o Pengecekan Visual Alarm Unit<br />

o Pengecekan Alarm Via NMS<br />

o Pengecekan Terminasi Kabel<br />

o BIR (Bersih, Indah dan Rapi) Perangkat & Ruangan<br />

o Pengecekan Kelembaban Ruangan (Normal : 55%-75%)<br />

o Pengecekan Temperatur Ruangan (Normal : 20-240C)<br />

2. Pemeliharaan Mingguan meliputi :<br />

o Site Visit Landing Point<br />

o Pengukuran Kabel Idle FO<br />

o Patroli Kabel FO<br />

3. Pemeliharaan Bulanan meliputi :<br />

o Pengukuran parameter Operasi<br />

70


o Optical Level Tx<br />

o Optical Level Rx<br />

o Electrical Power Source<br />

o Pengecekan Protection Unit<br />

4. Pemeliharaan Tahunan<br />

71


A. RUANG LINGKUP<br />

BAB VIII<br />

SISTEM KOMUNIKASI SATELIT<br />

Sekilas tentang satelit<br />

Konfigurasi sistem komunikasi satelit<br />

Fungsi masing – masing perangkat yang bekerja untuk sistem<br />

komunikasi satelit<br />

Langkah – langkah pengecekan parameter modem IDR<br />

B. KONSEP DASAR<br />

Ada banyak media yang dapat digunakan dalam proses telekomunikasi.<br />

Medianya bisa berupa kabel tembaga, serat optik, satelit dan radio. Beberapa<br />

pertimbangan untuk berkomunikasi menggunakan satelit pun dipikirkan,karena<br />

ternyata, kondisi geografis bumi yang tidak merata dan teratur, membuat sulitnya<br />

menggunakan media kabel optik, dan dapat dipastikan, waktu pengerjaan untuk<br />

menginstalasi kabel serat optik cukup lama. Oleh karena itu,muncullah gagasan<br />

untuk menggunakan satelit sebagai media di samping menggunakan media kabel.<br />

Satelit merupakan repeater yang fungsinya menerima signal gelombang<br />

microwave dari stasiun bumi yang kemudian frekuensinya ditranslasikan lalu<br />

diperkuat dan dipancarkan kembali ke stasiun bumi. Satelit sendiri lebih unggul<br />

dari media komunikasi lain dalam hal luas daerah yang dapat dijangkau. Tidak<br />

seperti kabel serat optik atau kabel tembaga, satelit rupanya bisa menjangkau<br />

bahkan daerah terpencil sekalipun.<br />

72


Sampai saat ini, PT. Telkom telah menluncurkan beberapa satelit yaitu<br />

satelit Telkom 1 dan satelit Telkom 2. Masing – masing satelit memiliki<br />

transponder. Transponder berasal dari kata transmitter (pemancar) dan responder<br />

(perespon atau pengolah).<br />

Transponder merupakan kaplingan frekuensi atau tempat penerima signal<br />

yang dikirim dari stasiun bumi. Bandwidth transponder adalah 40 MHz, tetapi<br />

kenyataannya yang digunakan adalah 36 MHz. Lalu bagaimana dengan 4 MHz<br />

sisanya? Sisanya digunakan sebagai pembatas atau spasi antar transponder agar<br />

tidak terjadinya interferensi dengan frekuensi transponder lain.<br />

Satelit telkom 1, terdiri dari 24 transponder utama dan 12 transponder<br />

extended, terbagi atas 2 polarisasi, yaitu horizontal dan vertikal<br />

Satelit telkom 2, terdiri dari 24 transponder utama, terbagi atas dua<br />

polarisasi, yaitu horizontal dan vertical<br />

Untuk uplink, polarisasi horizontal yang digunakan dimulai dari frekuensi<br />

5945 MHz – 6385 MHz dan vertikal dimulai dari frekuensi 5965 MHz –<br />

6405 MHz.<br />

Untuk downlink, polarisasi horizontal yang digunakan dimulai dari 3720<br />

MHz – 4160 MHz dan vertikal dimulai dari frekuensi 3740 – 4180 MHz.<br />

sehingga selisih antara downlink dan uplink adalah 2225 MHz..<br />

Selain itu, PT Telkom juga menyewa transponder dari pihak asing, yaitu<br />

Satelit GE-23 buatan Amerika, terdiri dari 24 transponder yang terbagi<br />

atas 2 polarisasi yaitu horizontal dan vertikal<br />

74


Satelit JC-SAT buatan Jepang, terdiri dari 24 transponder yang terbagi atas<br />

2 polarisasi yaitu horizontal dan vertikal<br />

Penyusunan transponder kedua satelit asing tersebut berbeda dengan satelit<br />

Telkom 1 dan Telkom 2, dimana transponder bernomor ganjil berpolarisasi<br />

vertical sedangkan transponder bernomor genap berpolarisasi horizontal.<br />

C. KONFIGURASI SISTEM KOMUNIKASI SATELIT<br />

Gambar konfigurasi sistem komunikasi satelit<br />

Keterangan :<br />

a. Modulator demodulator (modem)<br />

Gambar modem IDR<br />

75


Modem berfungsi mengubah signal baseband menjadi signal IF (intermediate<br />

frequency). Frequency IF adalah 70 ± 18 MHz.<br />

Modulator fungsinya mengubah signal baseband (2 Mbps,) menjadi<br />

signal carrier IF (70 ±18 MHz)<br />

Demodulator fungsinya mengubah signal carrier IF menjadi signal<br />

baseband pada sisi penerima.<br />

Cara mengecek parameter modem IDR untuk tipe CDM 600 :<br />

1. Pilih configuration,kemudian tekan ENT<br />

Setelah tekan ENT,akan muncul tampilan sperti berikut :<br />

Isi menu konfigurasi<br />

76


2. Tekan tombol panah kiri atau kanan, lalu pilih RX untuk mengecek<br />

parameter apa saja yang digunakan pada receiver. Setelah menekan tombol<br />

ENTER,maka akan muncul tampilan seperti gambar di bawah.<br />

Bagian – bagian dari RX :<br />

RX – IF : untuk melihat frekuensi receive<br />

Data : untuk melihat kecepatan informasi yang<br />

ditransmisikan pada sisi receive mulai dari 64 Kbps – 44.376 Mbps<br />

Demod : untuk melihat jenis modulasi yang<br />

digunakan. Di stasiun bumi, umumnya, modulasi yang digunakan<br />

adalah 8-PSK,16 QAM,QPSK.<br />

Pada bagian TX<br />

Tampilan isi dari RX<br />

77


o Besaran – besaran Penting Dalam Operasi Modem IDR<br />

a. C / N ( Carier to Noise )<br />

Perbandingan antara daya Carier dan daya noise. Besaran ini<br />

menunjukan kualitas dari sinyal IF yang diterima oleh Modem.<br />

b. Eb / No ( Energi bit to Noise )<br />

Perbandingan antara energi bit dengan rapat daya noise. Besaran<br />

ini juga menunjukan kualitas dari sinyal IF yang diterima oleh<br />

modem, tetapi ada unsur lain yang mempengaruhi besaran Eb/No<br />

ini, yaitu :<br />

- Kecepatan transmisi data<br />

- Noise bandwidth dari modulator<br />

c. FEC ( Forward Error Corection )<br />

Perbandingan antara jumlah bit informasi dengan jumlah bit yang<br />

ditransmisikan. Sebagai contoh : FEC Rate = ¾ berarti dalam 4<br />

bit yang ditransmisikan mengandung 3 bit informasi.<br />

d. BER ( Bit Error Rate )<br />

Perbandingan antara banyak data salah yang diterima seluruhnya.<br />

Sebagai contoh : BER = 10ˉ 9 berarti dalam 10 9 bit data yang<br />

diterima.ada 1 bit yang error / cacat.<br />

e. Information Rate<br />

Isi dari TX<br />

Banyaknya bit informasi yang dtransmisikan dalam satu detik.<br />

78


f. Transmission Rate<br />

Banyaknya bit yang ditransmisikan dalam satu detik.<br />

g. Symbol Rate<br />

Banyaknya symbol keluaran modulator per sekon. Pada jenis<br />

modulator QPSK, suatu symbol dua bit yang ditransmisikan<br />

sehingga symbol rate QPSK = ½ x transmission rate.<br />

Pada modem IDR, tentunya terdapat LED indikator sebagai penanda. Ada<br />

pun arti dari setiap LED yang menyala :<br />

1. Transmit traffic berwarna kuning kehijauan, artinya pada sisi pengirim<br />

tidak ada gangguan atau kerusakan. Jika LED mati, maka ada bagian<br />

dari sistem yang terganggu.<br />

2. Receive traffic berwarna kuning kehijauan, artinya pada sisi penerima<br />

tidak ada gangguan atau kerusakan. Jika LED mati, maka ada bagian<br />

dari sisi penerima yang terganggu.<br />

3. On line berwarna kuning kehijauan, berarti sistem sedang on line atau<br />

aktif.<br />

4. Stored event menyala,berwarna jingga. Jika LED stored event<br />

menyala, artinya kejadian-kejadian yang direkam modem,seperti<br />

pengubahan parameter,dan lain-lain masih tersimpan. LED akan mati<br />

jika semua kejadian yang direkam modem dihapus.<br />

5. Test mode. LED pada test mode akan menyala apabila kita melakukan<br />

test pada modem. Seperti contoh di bawah ini :<br />

79


Gambar : menu test mode<br />

b. Up / down converter<br />

Gambar converter<br />

Up converter terdapat pada bagian pengirim. Fungsinya untuk<br />

mengubah frekuensi IF (70 ± 18 MHz) menjadi RF (5.925 – 6.425<br />

GHz).<br />

Gambar : LED indikator pada modem IDR<br />

Down converter terdapat pada bagian penerima. Fungsinya<br />

mengubah singnal RF 4 GHz menjadi IF (70 18 MHz)<br />

80


c. High Power Amplifier (HPA)<br />

HPA terdapat pada bagian pengirim, fungsinya untuk menguatkan signal<br />

uplink yang ditransmisikan. Faktor jarak yang jauh mempengaruhi kualitas<br />

signal, oleh karena itu perlu penguatan supaya dapat sampai ke tujuan.<br />

d. Waveguide<br />

Merupakan feeder line yang melewatkan gelombang electromagnet<br />

menuju sirkulator pada sisi kirim.<br />

e. Sirkulator<br />

Gambar HPA satelit Telkom 1<br />

Gambar HPA satelit JCSAT<br />

81


Sirkulator berfungsi untuk memisahkan frekuensi 6 GHz dengan 4 GHz.<br />

f. Antenna<br />

Antenna berperan penting dalam sistem komunikasi satelit.<br />

Berfungsi sebagai transmitter ke satelit dan receiver dari satelit.<br />

Antenna memiliki beberapa bagian penting yang membantu dalam<br />

proses pengiriman signal ke satelit, yaitu :<br />

1. Sub reflector<br />

Bagian antenna yang memantulkan signal dari reflector ke titik<br />

fokus dan dari titik fokus ke reflektor.<br />

2. Main reflector<br />

Berfungsi memantulkan signal dari satelit ke titik fokus dan dari<br />

titik fokus menuju satelit.<br />

3. Feedhorn<br />

Berbentuk silinder. Fungsinya di sisi kirim untuk mengirim signal<br />

dari HPA ke satelit. Pada sisi terima, berfungsi menangkap signal<br />

downlink dari satelit.<br />

Gambar antenna parabola<br />

82


4. Polarizer<br />

g. Kabel coaxial<br />

Berfungsi untuk menentukan polarisasi signal yang dikirim ke<br />

satelit dan diterima.<br />

Terdapat di sisi terima. Melewatkan signal berfrekuensi 4 GHz.<br />

h. Low Noise Amplifier (LNA)<br />

Di sisi penerima, fungsinya, selain untuk memblok noise, LNA juga<br />

menyaring frekuensi yang diinginkan sebelum diteruskan ke down<br />

converter.<br />

i. Combiner<br />

Berfungsi menggabungkan beberapa perangkat, misalnya modem IDR,<br />

yang kemudian outputnya diteruskan ke perangkat yang dituju, seperti ke<br />

HPA.<br />

j. Divider<br />

Membagi output dari perangkat ke beberapa perangkat lain.<br />

k. Echo canceller<br />

Pada system transmisi satelit gangguan echo akan muncul karena jarak antara<br />

bumi dengan satelit cukup jauh (36.000 Km) sehingga diperlukan echo canceller<br />

untuk menekan gema.<br />

Gambar echo canceller<br />

83


l. ADPCM dan DCME<br />

Pada dasarnya, ADCPM dan DCME memiliki fungsi yang sama, yaitu<br />

sebagai pengganda kanal. Tujuan penggandaan kanal sendiri adalah untuk<br />

efisiensi modem, sehingga tidak perlu menambahkan modem jika ternyata<br />

jumlah pelanggan bertambah.<br />

Perangkat ADPCM<br />

Perangkat DCME<br />

84


D. SOP DAN SMP<br />

STANDARD OPERASI PROCEDUR (SOP)<br />

1. SOP remote control unit HPA :<br />

a. Switch over :<br />

Nyalakan power RCU HPA,perhatikan alarm indikator<br />

tidak ada yang menyala<br />

Pastikan lampu indikator lokal dan manual menyala dengan<br />

menekan tombol CONTROL<br />

Untuk mengalihkan HPA online menjadi stand by, tekan<br />

tombol switch.<br />

Cek paramater HPA online dan pastikan tidak ada alarm<br />

yang terjadi.<br />

b. Menon – aktifkan :<br />

2. SOP LNA<br />

Pastikan bahwa salah satu HPA dalam posisi online.<br />

Matikan power RCU HPA.<br />

a. Mengaktifkan :<br />

Pasang LNA pada hub antenna.<br />

Hubungkan LNA dengan sumber catuan<br />

Aktifkan DC power supply dan set dengan outputnya antara<br />

b. Menon-aktifkan :<br />

– 12 V sampai dengan – 24 V DC.<br />

Non-aktifkan DC power supply.<br />

85


Lepaskan koneksi antara LNA dengan sumber catuan.<br />

3. SOP UP dan DOWN CONVERTER<br />

a. Mengaktifkan :<br />

Aktifkan power up dan down converter. Pastikan indikator<br />

alarm tidak ada yang nyala.<br />

Tunggu beberapa saat hingga muncul gambar tampilan<br />

tanda siap digunakan.<br />

Untuk mengubah parameter, tekan tombol MENU. Isi dari<br />

MENU akan muncul, lalu tekan tombol kiri / kanan / atas /<br />

bawah untuk pindah ke isi menu berikutnya, kemudian<br />

tekan ENTER.<br />

Setelah semua parameter terisi, simpan pada salah satu<br />

channel memory dengan cara menempatkan kursor pada<br />

menu STO.<br />

Tekan tombol ENT, kemudian tombol ENABL sampai<br />

muncul pesan ENABLE pada display.<br />

Lakukan perubahan parameter attenuator sampai pada nilai<br />

maksimumnya.<br />

b. Menon-aktifkan :<br />

4. SOP HPA<br />

Ubah parameter MUTE menjadi ON, pastikan lampu<br />

inidikator MUTE menyala.<br />

Kemudian non-aktifkan power UP atau down converter.<br />

86


a. Mengaktifkan :<br />

Aktifkan power HPA. Perhatikan lampu indikator alarm<br />

tidak ada yang menyala.<br />

Tunggu 3 sampai 5 menit LED FTD padam dan LED<br />

STBY menyala.<br />

Tekan tombol BEAM untuk mengaktifkan output HPA.<br />

Cek level signal output HPA melalui port RF sample.<br />

Untuk mengubah level output HPA, putar tombol RF driver<br />

adjust. Kenaikan level HPA akan mempengaruhi sistem<br />

yang berhubungan dengan HPA tersebut.<br />

b. Menon-aktifkan :<br />

Tekan tombol BEAM OFF RESET untuk mematikan<br />

output HPA.<br />

Tunggu ± 3 – 5 menit hingga LED STBY menyala,<br />

kemudian non-aktifkan power HPA.<br />

STANDARD MAINTENANCE PROCEDURE (SMP)<br />

1. SMP perangkat dehydrator<br />

a. Harian :<br />

Pengecekan kondisi BIR (bersih,indah, dan rapi)<br />

Pengecekan periode kerja dehydrator.<br />

Pengecekan alarm indikator.<br />

87


. Bulanan :<br />

2. SMP modem IDR<br />

a. Harian :<br />

b. Tahunan :<br />

3. SMP LNA<br />

a. Harian :<br />

Pengecekan warna siligacel.<br />

Pengecekan tekanan udara.<br />

Pengetesan fungsi.<br />

Pengecekan BIR (bersih,indah, dan rapi)<br />

Pengecekan alarm indikator.<br />

Pengecekan lampu indikator.<br />

Pengamatan display, yang meliputi : TX frequency,RF<br />

out,TX power,RX frequency,RF loopback,RAW BER,COR<br />

BER,Eb/NO,RX signal,Monitor fault / menu fault.<br />

Pengecekan TX frequency,TX power,BER,Eb/NO<br />

dilakukan dengan checklist.<br />

Pengecekan center frequency 70 MHz dan suprios dengan<br />

spectrum analyzer.<br />

Pengecekan lampu indikator switch.<br />

Pengecekan lampu indikator power switch.<br />

Pengecekan feeder receiver.<br />

b. Mingguan :<br />

Switch over LNA dari A ke B<br />

88


c. Semesteran :<br />

Pengecekan gainLNA.<br />

Pengukuran C/N (carrier to noise)<br />

4. SMP Up/Down converter<br />

a. Harian :<br />

Cek BIR (bersih,indah, dan rapi)<br />

Pengecekan lampu indikator dan alarm.<br />

b. Semesteran :<br />

5. SMP HPA<br />

a. Harian :<br />

Pengukuran power supply.<br />

Pengukuran output synthesizer power supply.<br />

Pengukuran AFC/MFC.<br />

Pengukuran local oscillator.<br />

Untuk sistem redundant :<br />

i. Muting<br />

ii. Gain up converter dan flatness<br />

iii. IM product<br />

iv. Gain down converter dan flatness<br />

Pengecekan lampu indikator.<br />

Pengecekan hembusan blower.<br />

Cek meter reading (helix current,collector current,output<br />

b. Mingguan :<br />

power dan reflected power).<br />

89


c. Bulanan :<br />

d. Triwulan :<br />

Pengecekan switch HPA A ke B (untuk redundant)<br />

Pembersihan filter udara bagian depan.<br />

Pembersihan exhaust filter.<br />

Pembersihan front panel.<br />

90


A. KESIMPULAN<br />

BAB IX<br />

PENUTUP<br />

Setelah melaksanakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) pada<br />

kantor Telkom ArNET <strong>Makassar</strong> serta pada Kantor Stasiun Bumi sejak<br />

tanggal 27 Agustus 2012 sampai 25 November 2012, kami dapat menarik<br />

Kesimpulan sebagai berikut:<br />

Sentral TDM digital yang beroperasi di STO Panakukkang adalah<br />

NEAX 61 ∑ sedangkan di STO Balaikota adalah sentral EWSD.<br />

Namun, saat ini telah dilakukan migrasi ke softswitch.<br />

Arsitektur dasar system NEAX 61E ∑ terdiri dari 4 macam<br />

subsystem yaitu :<br />

1. Application Subsytem<br />

2. Switching subsystem<br />

3. Processor Subsystem<br />

4. Operation dan Maintenance Subsystem<br />

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. sebagai suatu badan<br />

pelayanan jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia sedang<br />

melakukan usaha untuk mencapai Next Generation Network. Hal<br />

ini ditunjukkan dengan proses migrasi perangkat switching yang<br />

sebelumnya berbasiskan Time Division Multiplexing menjadi<br />

teknologi Softswitch.<br />

91


B. SARAN<br />

Teknologi Softswitch merupakan teknologi switching berbasiskan<br />

packet sehingga dapat diaplikasikan secara Triple Play, yaitu<br />

multimedia, data dan suara.<br />

Perbedaan utama teknologi berbasis IP dan TDM adalah terletak<br />

pada metode switchingnya, IP berbasis packet switching dan TDM<br />

berbasis circuit switching.<br />

Perangkat radio yang digunakan di ArNet <strong>Makassar</strong> yaitu radio<br />

Alcatel, NEC, Ericson, dan Huawei<br />

Sistem komunikasi serat optik merupakan media transmisi yang<br />

paling banyak digunakan saat ini, karena memiliki banyak<br />

keunggulan, seperti memiliki bandwidth yang besar.<br />

Sistem komunikasi satelit adalah salah satu media yang digunakan<br />

pada daerah terpencil yang bekerja pada frekuensi Up Link 5.2<br />

GHz - 6.4 GHz dan Down Link 3.7 GHz - 4.2 GHz.<br />

Catu daya adalah suatu sistem yang berguna untuk menyalurkan<br />

listrik ke load / beban dan merupakan sistem yang sangat penting<br />

dalam bidang telekomunikasi.<br />

1. Sebaiknya dalam pelaksanaan prakerin, jumlah divisi dikurangi.<br />

Supaya pelaksanaan prakerin lebih efisien, karena waktunya panjang.<br />

2. Jika jumlah divisi sulit dikurangi, sebaiknya waktu prakerin ditambah.<br />

Karena jiika jumlah divisi banyak serta waktu sedikit, maka<br />

pelaksanaan prakerin tidak terlalu efisien.<br />

92


3. Pelaksanaan praktek pada saat prakerin sebaiknya lebih ditekankan<br />

daripada teori, karena praktek seperti itu jarang diakukan di sekolah<br />

4. Sebaiknya sekolah menambah jumlah waktu praktek, untuk menambah<br />

kemampuan siswa dalam bekerja<br />

93

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!