03.05.2013 Views

CATATAN KRITIS - Fitra Jatim

CATATAN KRITIS - Fitra Jatim

CATATAN KRITIS - Fitra Jatim

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

A. PENGANTAR<br />

ANALISIS<br />

KUA dan RAPBD PROVINSI JAWA TIMUR<br />

TAHUN ANGGARAN 2013<br />

FITRA JAWA TIMUR<br />

Sebagaimana disinggung di bagian Latar Belakang KU-APBD 2013 Provinsi<br />

Jawa Timur, Kebijakan Umum APBD tahun 2013 disusun untuk mensinkronisasikan<br />

antara Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan rencana<br />

pembangunan tahunan yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah<br />

(RKPD) disertai proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan<br />

penggunaan pembiayaan dengan asumsi yang mendasarinya.<br />

Mengingat demikian krusialnya konsistensi KUA 2013 – RAPBD dengan<br />

RPJMD 2009-2014 dan RKPD 2013, dalam penyusunan tentu hendaknya telah<br />

benar-benar mengarah pada substansi penganggaran daerah yang mampu<br />

mengakomodir aspirasi masyarakat dan kebutuhan terkini untuk menjawab problem<br />

aktual daerah.<br />

Catatan berikut, tentunya bersumber dari analisis atas RAPBD dannota<br />

kesepakatan KUA - PPAS yang telah disampaikan Pemerintah Provinsi Jawa Timur<br />

kepada DPRD. Sejumlah aspek krusial yang menjadi core concern dari catatan ini<br />

ditujukan utamanya untuk mewujudkan sebuah APBD tahun 2013 yang betul-betul<br />

utuh dan bulat untuk menjawab kepentingan, tuntutan dan kebutuhan masyarakat<br />

Jawa Timur selaras dengan RPJMD dan RKPD 2013 dan KUA PPAS nya.<br />

Catatan juga akan mengungkapkan tingkat kehandalan Kebijakan Umum<br />

(KU) APBD Provinsi Jawa Timur Tahun 2013, untuk menjadi pedoman dalam<br />

penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD 2013<br />

sehingga penyusunan RAPBD akan lebih efektif, efisien dan sesuai (Konsisten)<br />

dengan prioritas pembangunan Tahun 2013.<br />

1


B. PROYEKSI KINERJA RKPD 2013<br />

Sebagaimana ditetapkan sebagai tema pembangunan tahun 2013 adalah<br />

"Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat Jawa Timur Melalui Perluasan dan<br />

Penguatan UMKMK, Pasar Dalam Negeri, Serta Perbaikan Infrastruktur".<br />

Tema RKPD Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 tersebut dapat dijabarkan melalui<br />

strategi Peningkatan Daya Saing dengan Memperkuat UMKMK melalui peningkatan<br />

akses permodalan dan peningkatan produksi serta Perbaikan Infrastruktur dalam<br />

rangka meningkatkan Daya Tahan Ekonomi Daerah melalui Perluasan Pasar Dalam<br />

Negeri yang ditunjang oleh Stabilitas Sosial dan Politik untuk mewujudkan<br />

Kesejahteraan Rakyat Jawa Timur yang Lebih Baik.<br />

Bila mengacu pada subtansi tema RKPD 2013 maka, sejumlah aspek yang<br />

semestinya masih menjadi tantangan di Tahun 2013 adalah;<br />

Bahwa pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sampai triwulan II tahun 2012<br />

mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor pertanian. Di dalam KUA<br />

2013, kenyataan demikian belum mendapatkan aksentuasi kebijakan<br />

yang jelas, utamanya dalam hal penguatan UMKMK yang memiliki basis<br />

aktifitas komoditas di sektor hulu pertanian. Bagaimanapun paling tidak<br />

terdapat tiga indikasi adanya persoalan sektor pertanian yang masih<br />

harus diperhitungkan;<br />

1. Melonjaknya harga dan kelangkaan pupuk (bersubsidi) di pasaran,<br />

2. Anomali cuaca, dimana jangka waktu musim kemarau masih<br />

cenderung lebih lama ketimbang musim penghujan.<br />

3. Anomali kebijakan nasional, dimana dengan dalih untuk stabilitasi<br />

pangan, melakukan impor bahan pangan dengan mengorbankan<br />

tingkat keuntungan pasar yang wajar di terima petani.<br />

Meskipun tema RKPD 2013 telah mengarahkan pada upaya Pemprov<br />

<strong>Jatim</strong> menjaga pertumbuhan ekonomi secara berkualitas (berpihak pada<br />

pelaku ekonomi menengah ke bawah, namun pengendalian inflasi sektor<br />

pangan (pertanian) seringkali gagal dilakukan. Hal ini mengacu pada<br />

2


kenyataan bahwa penentu konfigurasi inflasi Jawa Timur sekurang-<br />

kurangnya disebabkan tiga sumber penting. Yakni, faktor moneter<br />

(khususnya nilai tukar), harga minyak internasional, dan pasokan/distribusi<br />

pangan. Di Jawa Timur, tentu yang paling sesuai adalah dengan<br />

mempertimbangkan faktor yang terakhir yaitu pasokan dan distribusi<br />

pangan.<br />

Bahwa peningkatan akses permodalan UMKMK memang telah mutlak<br />

disadari dan dilakukan dalam skema kebijakan Pemprov. Jawa Timur.<br />

Namun penting pula dipikirkan langkah-langkah nyata untuk meningkatkan<br />

intermediasi sektor perbankan terhadap permodalan UMKMK yang<br />

sampai saat ini masih stagnan di tingkat kebijakan Bank Indonesia<br />

semata.<br />

Kita tahu bahwa sejak 2010, kebijakan Bank Indonesia berupaya<br />

meningkatkan simpanan dalam bentuk Giro Wajib Minimum (GWM) dari<br />

5% menjadi 8%, Kebijakan LDR (Loan to Deposit Ratio) yang dikaitkan<br />

dengan GWM yang berada pada range 78 -100%. Namun yang patut<br />

disayangkan adalah: Meski BI bisa memaksa pihak Bank memacu<br />

penggelontoran kredit besar-besaran, namun mereka akan cenderung<br />

memilih posisi aman karena khawatir tingkat likuiditas berkurang. Dalih<br />

yang sering diungkapkan adalah: sector riil (UMKMK) belum siap<br />

menyerap kredit. Apalagi terbukti bahwa struktur kredit perbankan masih<br />

didominasi oleh kredit konsumsi masyarakat seperti pembelian barang<br />

tahan lama dan mesin, masa liburan dan tahun ajaran baru anak sekolah,<br />

pembelian rumah dan kendaraan bermotor. Akibatnya daripada berisiko<br />

tinggi dengan kredit UMKMK, lebih baik menyalurkan kredit pada kredit<br />

investasi dan kredit konsumsi yang relative aman.<br />

Perbaikan Infrastruktur dalam rangka meningkatkan Daya Tahan Ekonomi<br />

Daerah memang patut diapresiasi sebagai arah kebijakan yang patut<br />

didukung. Dengan tingginya pertumbuhan di sektor pengangkutan dan<br />

komunikasi yang mencapai sebesar 10,01 persen pada Triwulan kedua<br />

2012.<br />

3


Dengan tingkat pertumbuhan demikian kebijakan infrastruktur harus<br />

didorong lebih maju, ketimbang sekedar melaksanakan perawatan dan<br />

peningkatan kapasitas jalan dan jembatan di Jawa Timur. Beberapa kunci<br />

keberhasilan pembangunan infrastruktur untuk mampu menjaga daya<br />

tahan ekonomi daerah antara lain;<br />

1. Meningkatkan layanan, utamanya keamanan dan kenyamanan<br />

sentra-sentra transportasi seperti penertiban calo dan pungutan liar<br />

di terminal dan stasiun, sekaligus eliminasi pungutan liar di jembatan<br />

timbang.<br />

2. Meningkatkan ketegasan pemberlakukan sangsi bagi pengusaha<br />

angkutan umum yang melanggar standar kelayakan armadanya. Hal<br />

ini terutama sangat terkait dengan meningkatnya angka kecelakaan<br />

yang melibatkan angkutan umum di Tahun 2012.<br />

3. Sudah saatnya, pemerintah provinsi menerapkan adanya jalur<br />

khusus sepeda motor, terutama mengacu bahwa semakin tinggi<br />

pertumbuhan pekerja Jawa Timur yang menggunakan sepeda motor,<br />

dan tingginya tingkat kecelakaan di jalan raya dimana didominasi<br />

oleh pengendara roda dua.<br />

Penjabaran dari tema RKPD 2013 di dalam Rancangan KUA 2013 salah<br />

satunya adalah upaya Stabilitas Sosial dan Politik Jawa Timur. Hal ini<br />

sayang sekali juga belum mendapatkan aksentuasi secara real strategis<br />

maupun empiris berkaitan dengan reformasi birokrasi dan peningkatan<br />

pelayanan publik. Momentum pembangunan dan pemerintahan tahun<br />

2013, sebagai tahun menjelang berakhirnya RPJMD 2009-2014<br />

semestinya semakin memperjelas arah dan pencapaian percepatan<br />

reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik. Oleh karena itu,<br />

sejumlah isu krusial yang patut mendapatkan perhatian dalam skala<br />

pembahasan KUA PPAS 2013 di tingkat DPRD, antara lain:<br />

1. Bagaimana menciptakan proporsionalitas organisasi dan struktur<br />

birokrasi di Jawa Timur yang ideal tidak gemuk (overstaff), dan<br />

4


mampu melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan publik dengan<br />

integritas tinggi?<br />

2. Sekian tema pembangunan setiap tahun ditetapkan, namun<br />

seringkali tidak diiringi dengan budaya dan pola pikir pikir kerja<br />

birokrasi yang “bersemangat” terhadap perubahan. Sehingga kinerja<br />

kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan Gubernur dalam<br />

bentuk RKPD tidak mampu diukur secara rasional, kecuali hanya<br />

dengan angka-angka statistik ekonomi makro.<br />

Setidaknya dua isu reformasi birokrasi di atas harus pula dikaitkan dengan<br />

persoalan bagaimana sulitnya menjaga konsistensi antara kebijakan<br />

makro dan mikro pembangunan di dalam KUA dengan PPAS. Akibatnya<br />

Kebijakan Umum Anggaran dan PPAS hanya sekedar memenuhi syarat<br />

administratif (azas normatif) saja. Sementara di dalam penganggaran<br />

daerah, terlihat masih sangat kental dengan logika inkremental, atau<br />

belum diperhitungkan dari sisi target kinerja setiap program maupun<br />

kegiatan.<br />

C. PROYEKSI KINERJA EKONOMI MAKRO<br />

Di dalam Bab III KUA 2013, dengan mempertimbangkan asumsi makro<br />

ekonomi, perkembangan kinerja ekonomi secara empiris, kinerja investasi,<br />

daya beli masyarakat serta kinerja perdagangan, maka Target Kinerja Utama<br />

Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 ditetapkan sebagai berikut:<br />

1. Tingkat Pengangguran Terbuka/ TPT (%) : 3,5 – 4,0<br />

2. Persentase Penduduk Miskin terhadap Jumlah Penduduk (%): 11,0 -12,0<br />

3. Pertumbuhan Ekonomi ADHK Tahun 2013 (%) : 7,5 - 7,7<br />

4. Indeks Disparitas Wilayah: 112,0<br />

5. Indeks Pembangunan Manusia: 73,0 – 73,15<br />

Lima target indikator kinerja untuk Tahun 2013 di atas memang telah<br />

ditetapkan di atas target RPJMD 2009-2014. Ditinjau dari perbandingan antar target<br />

tentu hal ini cukup menggembirakan, meski tentu dengan catatan bahwa 5 indikator<br />

5


kinerja utama (IKU) yang ditetapkan di dalam RPJMD kiranya terkesan under<br />

estimate.<br />

Terhadap lima indikator kinerja utama 2013, kiranya penting untuk<br />

dipertimbangkan beberapa hal;<br />

1. Tingkat Pengangguran Terbuka/ TPT (%) : 3,5 – 4,0<br />

Upaya penurunan TPT Jawa Timur dari kisaran 4,14 di tahun 2012<br />

menjadi 3,5 sampai 4,0 di Tahun 2013 merupakan arah kebijakan yang<br />

patut diapresiasi. Apalagi target tersebut jauh di atas target TPT di<br />

tingkat nasional yang masih ditargetkan di angka 5%-6%.<br />

Tabel<br />

Penduduk Jawa Timur Menurut Jenis Kegiatan Utama<br />

dan Indikator Ketenagakerjaan, 2010 – 2012 dan Target 2013<br />

Jenis Kegiatan Utama/<br />

Indikator Ketenagakerjaan<br />

1. Angkatan Kerja (AK)<br />

- Bekerja<br />

- Penganggur<br />

2010 2011 2012 Target<br />

2013<br />

Agustus Agustus Februari<br />

(1) (3) (5) (6)<br />

19.527.051 19.761.886 19.831.685<br />

18.698.108 18.940.340 19.012.225<br />

828.943 821.546 819.460<br />

6


2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)<br />

3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)<br />

69,08 69,49 69,55<br />

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, Hasil Sakernas 2010 – 2012<br />

4,25 4,16 4,14 3,5 – 4,0<br />

Namun semestinya, titik targetnya bukan sekedar pada penurunan<br />

Tingkat Penggangguran Terbuka (TPT), namun bagaimana semakin<br />

menurunkan angka pekerja non formal (tidak terampil) dan meningkatkan<br />

angka pekerja formal (terampil). Kita tahu bahwa data Februari 2012, dari<br />

19,01 juta orang yang bekerja di Jawa Timur, paling banyak<br />

berpendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 10,36 juta orang (54,48<br />

persen), sedangkan jumlah pekerja dengan pendidikan tinggi atau<br />

Diploma ke atas masih relatif kecil yaitu sekitar 1,45 juta orang (7,61<br />

persen). Kenyataan inilah yang semestinya menjadi perhatian dan target<br />

kinerja Pemerintah Jawa Timur. Bagaimana bisa menunjukkan<br />

“kebergunaan” pelayanan publik pendidikan dan kesehatan untuk mampu<br />

meningkatkan kualitas tenaga kerja, dimana pada akhirnya memperkuat<br />

daya saing daerah, di pasar dalam negeri maupun internasional.<br />

Grafik<br />

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut<br />

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (persen)<br />

SD ke bawah<br />

54,48<br />

> SLTA<br />

7,61<br />

SMK<br />

8,18<br />

SLTP<br />

17,58<br />

SMU<br />

12,15<br />

7


Persentase<br />

2. Penduduk Miskin dan Pertumbuhan Ekonomi<br />

25<br />

20<br />

15<br />

10<br />

5<br />

0<br />

Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Timur Tahun 2005 – 2012<br />

19,95<br />

21,09<br />

19,98<br />

18,51<br />

16,68<br />

15,26<br />

14,23<br />

13,40<br />

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012<br />

Tahun<br />

Sampai laporan kinerja Tahun 2011, Target penurunan angka kemiskinan<br />

memang secara jelas telah melampaui target RPJMD. Demikian pula untuk<br />

Tahun 2012 dan 2013, masing-masing diperkirakan untuk adanya penurunan<br />

dari sebesar 14,23% di tahun 2011, menjadi 13,40% di tahun 2012 dan ditarget<br />

menurun menjadi 11%-12% di tahun 2013.<br />

Terkait dengan target angka kemiskinan 2013, substansi kebijakan yang<br />

hendaknya menjadi pijakan agar penurunan angka kemiskinan benar-benar<br />

mencerminkan tingkat kesejahteraan penduduk Jawa timur – setidaknya yang<br />

belum disinggung dalam KUA 2013 adalah;<br />

1. Bagaimana menurunkan kecenderungan semakin sulitnya masyarakat bawah<br />

mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan<br />

terjangkau. Sebagai kebutuhan non-pangan esensial, tingkat “harga yang<br />

harus dibayar” masyarakat bawah untuk mendapatkan dua kebutuhan<br />

tersebut hampir-hampir terlepas dari pengendalian pemerintah provinsi. Biaya<br />

pendidikan dan kesehatan yang berkualitas semakin mahal dan semakin sulit<br />

terjangkau.<br />

8


2. Peningkatan Garis Kemiskinan (GK) non pangan yang selalu lebih tinggi dari<br />

GK makanan, dimana GK makanan pada tahun 2012 mengalami peningkatan<br />

sebesar 5,78 persen, dan GK non makanan 7,13 persen dibandingkan tahun<br />

sebelumnya, akan membuat pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur yang<br />

ditargetkan sebesar 7,5 - 7,7 di Tahun 2013 tidak akan mampu dinikmati<br />

masyarakat kebanyakan, khususnya di perdesaan.<br />

3. Artinya, meski di terdapat penurunan angka kemiskinan dan pertumbuhan<br />

ekonomi yang tinggi, namun capaian statistik makro ekonomi demikian tidak<br />

layak untuk dipergunakan sebagai pencerminan peningkatan pemenuhan<br />

kebutuhan masyarakat akan pendidikan, kesehatan, sandang, dan<br />

perumahan. Masyarakat bawah (low income) hanya bertahan untuk sekedar<br />

memenuhi kebutuhan pangan semata, dimana tanpa intervensi progresif<br />

pada layanan publik dasar oleh Pemprov, Pemkab, dan Pemkot, akan<br />

semakin meninggalkan kelompok di bawah garis kemiskinan (5 juta jiwa)<br />

dalam jebakan kemiskinan (poverty trap) akibat rendahnya kualitas SDM<br />

untuk keluar dari garis kemiskinan.<br />

D. PROYEKSI KEUANGAN DAERAH<br />

Seperti yang termuat dalam dokumen RAPBD Jawa Timur tahun 2013,<br />

bahwa, Pendapatan daerah Prov. <strong>Jatim</strong> tahun 2013 diproyeksikan sebesar Rp.<br />

12,024,350,117,11 Sedangkan belanja di alokasikan sebesar Rp.<br />

12,204,350,117,110,-, sehingga APBD tahun 2013 diproyeksi defisit sebesar Rp.<br />

180.000.000.000,- besaran defisit tersebut akan ditutup dengan pembiayaan netto<br />

tahun 2013 yang diproyeksi sebesar Rp 180.000.000.000,- Pembiayaan netto tsb<br />

bersumber dari SILPA tahun 2012 diperkirakan sebesar Rp. 680.000.000.000,-<br />

setelah dikurangi dengan pembentukan dana cadangan sebesar Rp.<br />

500.000.000.000,- , SILPA tahun berjalan diproyeksi nihil.<br />

RINGKASAN RAPBD Jawa Timur TAHUN 2013<br />

U R A I A N<br />

RAPBD 2013<br />

PENDAPATAN DAERAH 12,024,350,117,110<br />

BELANJA DAERAH 12,204,350,117,110<br />

Defisit 180.000.000.000<br />

9


Pembiayaan netto 180.000.000.000<br />

SILPA tahun berjalan -<br />

Sumber data : RAPBD <strong>Jatim</strong> 2013 diolah<br />

Proyeksi Silpa tahun 2013 sebesar Rp. 680 M tersebut patut dipertanyakan<br />

perhitungannya mengingat setiap tahun SILPA APBD Prov. <strong>Jatim</strong> besarannya diatas<br />

1 T, untuk itu penting dihitung ulang sehingga proyeksi SILPA dapat mendekati<br />

kenyataan, mengingat pelaksanaan APBD tahun 2013 tinggal 2 bulan.<br />

Billions<br />

2,500<br />

2,000<br />

1,500<br />

1,000<br />

500<br />

-<br />

1,279<br />

TREN SILPA PROV. JAWA TIMUR<br />

2,061<br />

1,931<br />

1,408<br />

2007 R 2008 R 2009 R 2010 R 2011 R*<br />

D. 1. PROYEKSI PENDAPATAN DAERAH<br />

RINGKASAN RAPBD 2013 JATIM<br />

1,174<br />

URAIAN RAPBD 2013 %<br />

PENDAPATAN DAERAH 12,024,350,117,110<br />

PENDAPATAN ASLI DAERAH 9,442,978,333,976 78.5%<br />

Pajak daerah 7,779,950,000,000 82.4%<br />

Retribusi daerah 126,490,165,500 1.3%<br />

HSL Pengelolaaan kekada yang dipisahkan 328,891,596,516 3.48%<br />

Lain-Lain PAD Yang sah 1,207,646,571,960 12.8%<br />

DANA PERIMBANGAN 2,579,971,783,134 21.5%<br />

Bagi hasil pajak / bukan pajak 988,410,647,134 38.3%<br />

Dana alokasi umum 1,591,561,136,000 61.7%<br />

Dana alokasi khusus<br />

LAIN - LAIN PENDAPATAN YG SAH 1,400,000,000 0.01%<br />

10


Hibah 1,400,000,000 100.0%<br />

Dana penyeimbang / Penyesuaian otsus<br />

Bantuan dana dari pemerintah pusat<br />

Sumbangan Bantuan/ Hibah<br />

Pendapatan daerah tahun 2013 diproyeksi sebesar Rp. 12,024,350,117,110,-,<br />

besaran proyeksi pendapatan daerah tersebut dirasa belum menunjukan kekuatan<br />

pendapatan Provinsi Jawa Timur yang sebenarnya dan belum konsisten dengan<br />

asumsi penyusunan KUA – PPAS 2013, oleh karena pendapatan diproyeksi tidak<br />

tumbuh bahkan minus 20.5 % jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun<br />

sebelumnya, secara nominal dan prosentase pertumbuhan jauh lebih rendah jika<br />

dibandingkan dengan Realisasi pendapatan tahun 2011 dan tahun proyeksi 2012<br />

setelah perubahan, dimana realisasi pendapatan daerah tumbuh 20,8 % di tahun<br />

2011 dan tahun 2012 tumbuh 29,1 % seperti yang nampak dalam tabel dan grafik<br />

dibawah ini<br />

PERBANDINGAN REALISASI DAN PROYEKSI PENDAPATAN DAERAH<br />

PROVINSI JATIM TAHUN 2010 – 2013<br />

U R A I A N 2011 R* Pertb 2012 P Pertb RAPBD 2013 Pertb<br />

PENDAPATAN 11,666,148,545,520 21% 15,061,757,068,851 29% 12,024,350,117,110 -20%<br />

PENDAPATAN ASLI DAERAH 9,071,930,556,915 27% 9,353,305,240,448 3% 9,442,978,333,976 1%<br />

Pajak daerah 7,298,242,129,261 24% 7,733,400,000,000 6% 7,779,950,000,000 1%<br />

Retribusi daerah 66,359,751,553 0.2% 111,052,717,500 67% 126,490,165,500 14%<br />

Hasil pengl Kekada yg<br />

dipisahkan 365,149,164,687 50% 320,317,073,588 -12%<br />

328,891,596,516<br />

3%<br />

Lain - lain PAD yang sah 1,342,179,511,415 43% 1,188,535,449,360 -11% 1,207,646,571,960 2%<br />

DANA PERIMBANGAN 2,528,086,449,989 3% 2,832,020,358,403 12% 2,579,971,783,134 -9%<br />

Bagi hasil pajak/bagi hasil<br />

bukan pajak 1,125,553,550,989 -4% 1,287,671,542,403 14%<br />

988,410,647,134<br />

-23%<br />

Dana alokasi umum 1,347,501,699,000 11% 1,491,561,136,000 11% 1,591,561,136,000 7%<br />

Dana alokasi khusus 55,031,200,000 -3% 52,787,680,000 -4% -100%<br />

LAIN - LAIN PENDAPATAN<br />

YANG SAH<br />

66,131,538,616<br />

17%<br />

2,876,431,470,000<br />

1,400,000,000<br />

-100%<br />

Hibah 28,656,436,616 25,380,130,000 1,400,000,000<br />

Dana penyb / Penyesuaian<br />

otsus 37,475,102,000 2,851,051,340,000<br />

Bantuan dana dari<br />

pemerintah pusat - -<br />

Sumbangan Bantuan/ Hibah - -<br />

11


60.0%<br />

50.0%<br />

40.0%<br />

30.0%<br />

20.0%<br />

10.0%<br />

0.0%<br />

-10.0%<br />

-20.0%<br />

-30.0%<br />

TREN PENDAPATAN DAERAH DAN PERTUMBUHANNYA PROV. JATIM<br />

53.3%<br />

7,828<br />

9,657<br />

23.4%<br />

11,666<br />

20.8%<br />

15,062<br />

29.1%<br />

12,024<br />

2009 R 2010 R 2011 R* 2012 P RAPBD 2013<br />

Pendapatan Nominal Pertumbuhan<br />

Dari tabel perbandingan diatas nampak bahwa :<br />

60%<br />

50%<br />

40%<br />

30%<br />

20%<br />

10%<br />

0%<br />

-20.2%<br />

16,000<br />

14,000<br />

12,000<br />

10,000<br />

Beberapa jenis pendapatan diproyeksi lebih rendah dari realisasi tahun 2011,<br />

utamannya pada kelompok pendapatan Pendapatan Asli Daerah, PAD tahun 2013<br />

diproyeksi hanya tumbuh 1 % jauh dari tingkat pertumbuhan pada realisasi APBD<br />

tahun 2009 - 2011.<br />

Pada kelompok Pendapatan Asli Daerah, jenis PAD dari Pajak daerah diproyeksi<br />

54.0%<br />

hanya tumbuh 1 % padahal realisasi 2011 pajak daerah tumbuh 24 %, Hasil<br />

Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan nominalnya diproyeksi dibawah<br />

realisasi tahun 2011, demikian juga jenis pendapatan lain-lain PAD yang sah<br />

proyeksi nominalnya dibawah realisasi 2011 dan diproyeksi tumbuh hanya 3 %<br />

5,708<br />

PAD DAN PERTUMBUHANNYA<br />

7,155<br />

25.3%<br />

9,072<br />

26.8%<br />

9,353<br />

3.1%<br />

9,443<br />

1.0%<br />

2009 R 2010 R 2011 R* 2012 P RAPBD 2013<br />

PAD Nominal Pertumbuhan<br />

8,000<br />

6,000<br />

4,000<br />

2,000<br />

-<br />

10,000<br />

9,000<br />

8,000<br />

7,000<br />

6,000<br />

5,000<br />

4,000<br />

3,000<br />

2,000<br />

1,000<br />

-<br />

Billions<br />

Billions<br />

12


60%<br />

50%<br />

40%<br />

30%<br />

20%<br />

10%<br />

0%<br />

60%<br />

50%<br />

40%<br />

30%<br />

20%<br />

10%<br />

0%<br />

-10%<br />

-20%<br />

Pajak daerah diproyeksi sebesar Rp. 7,780 T, hanya tumbuh 0,6 % padahal<br />

realisasi tahun 2010 dan 2011 pajak daerah tumbuh 20,8 % dan 23.5 %,<br />

50.2%<br />

4,892<br />

PAJAK DAERAH DAN PERTUMBUHANNYA<br />

5,907<br />

20.8%<br />

7,298<br />

23.5%<br />

6.0%<br />

7,733 7,780<br />

2009 R 2010 R 2011 R* 2012 P RAPBD 2013<br />

Pajak Daerah Pertumbuhan<br />

Pada kelompok Dana perimbangan jenis pendapatan DBH pajak dan bukan<br />

pajak diproyeksi jauh dibawah realisasi tahun 2011 dan proyeksi tahun<br />

2012 setelah perubahan, kemudian Dana Alokasi khusus belum di<br />

proyeksikan nominalnya (menunggu PMK tentang alokasi DAK 2013).<br />

52.1%<br />

2,094<br />

DANA PERIMBANGAN DAN PERTUMBUHANNYA<br />

2,445<br />

16.8%<br />

2,528<br />

3.4%<br />

2,832<br />

12.0%<br />

0.6%<br />

2,580<br />

2009 R 2010 R 2011 R* 2012 P RAPBD 2013<br />

Dana Perimbangan Pertumbuhan<br />

Pada kelompok Lain-lain pendapatan yang sah jenis pendapatan Dana<br />

-8.9%<br />

penyesuaian yang sebagian besar dana BOS belum diproyeksikan.<br />

9,000<br />

8,000<br />

7,000<br />

6,000<br />

5,000<br />

4,000<br />

3,000<br />

2,000<br />

1,000<br />

0<br />

3,000<br />

2,500<br />

2,000<br />

1,500<br />

1,000<br />

500<br />

-<br />

Billions<br />

13


Billions<br />

3,000<br />

2,500<br />

2,000<br />

1,500<br />

1,000<br />

500<br />

-<br />

LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAH<br />

26.1<br />

56.7 66.1<br />

2,876.4<br />

2009 R 2010 R 2011 R* 2012 P RAPBD<br />

2013<br />

Sejalan dengan amanat Permendagri nomor 37 tahun 2012 tentang Pedoman<br />

Penyusunan APBD tahun 2013, bahwa dalam penganggaran pendapatan<br />

daerah harus memperhatikan antara lain : Kondisi perekonomian yang terjadi<br />

pada tahun-tahun sebelumnya, perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun<br />

2013 dan realisasi penerimaan PAD tahun sebelumnya, serta ketentuan<br />

peraturan perundang-undangan terkait.<br />

Mengacu pada RKPD Provinsi jatim tahun 2013 bahwa :<br />

1. pertumbuhan ekonomi diproyeksi sangat optimis, tahun 2012 ekonomi<br />

diproyeksi tumbuh 7,7 – 7,7 %.<br />

2. Inflasi diproyeksi 5 % + - 1<br />

3. Iklim infestasi yang semakin kondusif<br />

4. Berkurangnya penduduk miskin dan tingkat pengangguran<br />

5. Semangat intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah yang kuat.<br />

Dengan asumsi tersebut maka PAD sebagai pendapatan daerah yang<br />

managemennya sepenuhnya dalam kontrol secara langsung oleh Pemerintah<br />

Provinsi, seharusnya minimal dapat tumbuh moderat sesuai potensi riil antara 10 –<br />

15% dibanding tahun realisasi sebelumnya (2011). Atau minimal PAD tahun 2013<br />

dapat diproyeksi sebesar Rp. 11 T lebih bukan Rp. 9,44 T seperti dalam RAPBD<br />

2013, dengan demikian seluruh potensi riil pendapatan daerah dapat diidentifikasi<br />

dengan tepat melalui perhitungan yang cermat berdasarkan asumsi yang sudah<br />

diperhitungkan<br />

1.4<br />

14


D.2. PROYEKSI BELANJA DAERAH<br />

Proyeksi belanja daerah Provinsi Jawa Timur tahun 2013 sebesar Rp.<br />

12.204,- T secara nominal turun sebesar Rp 3,2 T lebih jika dibandingkan dengan<br />

belanja pada APBD perubahan tahun 2012 ( proyeksi belanja daerah tahun 2012<br />

setelah perubahan Rp.15.973.437,028.605,-).<br />

RINGKASAN BELANJA DAERAH TAHUN 2013 DRAFT KUA PPAS<br />

URAIAN RAPBD 2013 %<br />

BELANJA DAERAH 12,204,350,117,110<br />

Belanja Tidak Langsung 6,379,489,006,976 52.3%<br />

Belanja pegawai/ personalia 1,724,053,589,000 14.1%<br />

Belanja Bunga<br />

Belanja Subsidi<br />

Belanja hibah 1,056,161,000,000 8.7%<br />

Belanja bantuan sosial 30,500,000,000 0.2%<br />

Bagi hasil kpd prop/kab/kota & pemdes 2,389,594,050,976 19.6%<br />

Belanja bantuan keuangan 1,129,180,367,000 9.3%<br />

Belanja tidak terduga 50,000,000,000 0.4%<br />

Belanja Langsung 5,824,861,110,134 47.7%<br />

Belanja pegawai /personalia 1,032,539,160,879 17.7%<br />

Belanja barang & jasa 3,963,585,248,056 68.0%<br />

Belanja modal 828,736,701,199 14.2%<br />

Total Belanja 12,204,350,117,110<br />

RINGKASAN BELANJA DAERAH JATIM ANTAR TAHUN<br />

U R A I A N 2011 R* Pertb 2012 P Pertb RAPBD 2013 Pertb<br />

BELANJA 11,857,906,468,828 19% 15,973,437,028,605 35% 12,204,350,117,110 -24%<br />

BELANJA TIDAK LANGSUNG 6,589,867,568,032 12% 10,168,380,055,709 54% 6,379,489,006,976 -37%<br />

Belanja pegawai 1,407,956,634,406 10% 1,613,010,837,698 15% 1,724,053,589,000 7%<br />

Belanja bunga 4,422,499,227 2538% 6,139,011,401 39% -100%<br />

Belanja subsidi - -<br />

Belanja hibah 1,121,554,738,923 4,108,431,778,000 1,056,161,000,000 -74%<br />

Belanja bantuan sosial 99,096,200,000 108% 61,358,000,000 -38% 30,500,000,000 -50%<br />

Belanja bagi hasil kepada<br />

prov/kab/kota & pemdes 2,674,049,068,642 78% 2,810,068,403,363 5% 2,389,594,050,976 -15%<br />

Belanja bantuan keuangan<br />

kepada prov/kab/kota & pemdes 1,237,764,963,316 1,517,672,025,247 23% 1,129,180,367,000 -26%<br />

Belanja tidak terduga 45,023,463,518 77% 51,700,000,000 15% 50,000,000,000 -3%<br />

BELANJA LANGSUNG 5,268,038,900,796 29% 5,805,056,972,896 10% 5,824,861,110,134 0%<br />

Belanja pegawai 895,165,703,995 39% 1,012,017,785,939 13% 1,032,539,160,879 2%<br />

Belanja barang & jasa 3,327,511,282,602 30% 3,677,832,729,266 11% 3,963,585,248,056 8%<br />

Belanja modal 1,045,361,914,200 19% 1,115,206,457,691 7% 828,736,701,199 -26%<br />

15


60%<br />

50%<br />

40%<br />

30%<br />

20%<br />

10%<br />

0%<br />

-10%<br />

-20%<br />

-30%<br />

48.3%<br />

7,602<br />

BELANJA DAERAH DAN PERTUMBUHANNYA<br />

31.0%<br />

9,957<br />

11,858<br />

19.1%<br />

15,973<br />

34.7%<br />

12,204<br />

2009 R 2010 R 2011 R* 2012 P RAPBD 2013<br />

Belanja Nominal Pertumbuhan<br />

-23.6%<br />

18,000<br />

16,000<br />

14,000<br />

12,000<br />

10,000<br />

Komposisi belanja tidak langsung dengan belanja langsung semakin baik<br />

70%<br />

60%<br />

50%<br />

40%<br />

30%<br />

20%<br />

10%<br />

0%<br />

mendekati 50 – 50, akan tetapi komposisi ini belum mampu menjamin<br />

efektifitas anggaran jika alokasi belanjanya tidak produktif, membaiknya<br />

komposisi ini tentu patut diapresiasi, karena semakin tingginya prosentase<br />

belanja langsung (meningkatnya belanja program dan kegiatan)<br />

menunjukan besarnya kinerja anggaran yang sepenuhnya dapat dikontrol<br />

oleh pemda, dengan demikian akan memberi harapan yang semakin<br />

besar terhadap meningkatnya pelayanan kepada masyarakat dan<br />

peningkatan kapasitas aparatur.<br />

56.8%<br />

43.2%<br />

KOMPOSISI BELANJA DAERAH<br />

59.0%<br />

41.0%<br />

55.6%<br />

44.4%<br />

63.7%<br />

36.3%<br />

52.3%<br />

47.7%<br />

2009 R 2010 R 2011 R* 2012 P RAPBD 2013<br />

Belanja Tidak langsung Belanja Langsung<br />

8,000<br />

6,000<br />

4,000<br />

2,000<br />

-<br />

16


pendapatan yang meningkat menunjukan kemampuan keuangan daerah<br />

16,000<br />

14,000<br />

12,000<br />

10,000<br />

8,000<br />

6,000<br />

4,000<br />

2,000<br />

-<br />

yang semakin kuat, namun disisi lain naiknya pendapatan daerah tentu<br />

bebannya langsung maupun tidak langsung tertanggung oleh masyarakat,<br />

berupa naiknya pajak, retribusi daerah dan sumber pendapatan lainnya,<br />

sayangnya naiknya beban masyarakat melalui kenaikan tren pendapatan<br />

tersebut tidak di imbangi dengan realisasi yang memadai terhadap<br />

belanja modal (investasi infrastruktur publik) seperti yang nampak dalam<br />

grafik dibawah ini, belanja modal selama lima tahun terakhir fluktuatif dan<br />

cenderung menurun di tahun proyeksi 2013, menurunnya belanja modal<br />

tentu akan berdampak pada lambannya pemenuhan infrastruktur dasar<br />

publik dan pembentukan aset tetap daerah<br />

TREN PENDAPATAN DAN BELANJA MODAL JATIM<br />

7,828<br />

837<br />

9,657<br />

877<br />

11,666<br />

1,045<br />

15,062<br />

1,115<br />

12,024<br />

2009 R 2010 R 2011 R* 2012 P RAPBD 2013<br />

Pendapatan Belanja Modal<br />

Tren realisasi dan alokasi belanja langsung terus meningkat selama 5 tahun<br />

terakhir , tahun 2009 sebesar Rp. 3.283 T sedangkan tahun 2013 dialokasikani<br />

Rp. 5,825 T lebih, sayangnya alokasi belanja langsung Lebih besar<br />

dipergunakan untuk belanja yang tidak produktif, hal ini nampak pada semakin<br />

besarnya alokasi belanja Pegawai (Honorarium/Upah) dan barang jasa rata<br />

rata setiap tahunnya 75 % - 85 % dari total belanja langsung, menggerus<br />

belanja modal yang proporsinya semakin menurun tahun 2013 hanya<br />

dialokasikan 14,2 %.<br />

829<br />

17


30%<br />

25%<br />

20%<br />

15%<br />

10%<br />

5%<br />

0%<br />

80%<br />

70%<br />

60%<br />

50%<br />

40%<br />

30%<br />

20%<br />

10%<br />

0%<br />

25.5%<br />

3,283<br />

PROPORSI BELANJA MODAL DG BELANJA LANGSUNG<br />

4,087<br />

21.5%<br />

5,268<br />

19.8%<br />

5,805<br />

19.2%<br />

5,825<br />

14.2%<br />

2009 R 2010 R 2011 R* 2012 P RAPBD 2013<br />

Belanja Langsung Belanja Modal<br />

7,000<br />

6,000<br />

5,000<br />

4,000<br />

3,000<br />

2,000<br />

1,000<br />

Tren Prosentase belanja barang jasa dan honorarium upah terus meningkat,<br />

menggerus belanja modal yang prosentasenya terhadap belanja langsung terus<br />

menurun, hal ini berarti bahwa struktur belanja langsung alokasinya lebih besar<br />

untuk jenis belanja yang tidak produktif (honor/upah dan barang jasa), kondisi ini<br />

akan berimplikasi pada penyediaan infrastruktur dasar publik yang lamban.<br />

59.8%<br />

25.5%<br />

14.7%<br />

PROPORSI JENIS BELANJA LANGSUNG<br />

62.8%<br />

21.5%<br />

15.7%<br />

63.2%<br />

19.8%<br />

17.0%<br />

63.4%<br />

19.2%<br />

17.4%<br />

-<br />

68.0%<br />

17.7%<br />

14.2%<br />

2009 R 2010 R 2011 R* 2012 P RAPBD 2013<br />

Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal<br />

Billions<br />

18


Sejak tahun 2010 Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah di<br />

1,800<br />

1,600<br />

1,400<br />

1,200<br />

1,000<br />

800<br />

600<br />

400<br />

200<br />

-<br />

Indonesia yang belanja pegawainya ( untuk gaji dan tunjangan PNS ) lebih<br />

besar dibandingkan dengan transfer DAU, pada RAPBD tahun 2013 Belanja<br />

gaji dan tunjangan PNS diproyeksi “tekor” sebesar Rp. 132 M lebih,<br />

padahal tahun 2007 selisih lebih dari DAU setelah dikurangi dengan Gaji<br />

dan tunjangan pegawai dapat mencapai Rp. 238,8 M,-, tekornya belanja<br />

pegawai tersebut tentu akan mengurangi kekuatan pendapatan daerah<br />

untuk membiayai program-program prioritas khas daerah/mempersempit<br />

ruang fiskal daerah.<br />

1,118<br />

1,075<br />

1,213<br />

DAU DAN BELANJA PEGAWAI<br />

1,284 1,348<br />

1,408<br />

1,492<br />

1,613<br />

1,592<br />

2009 R 2010 R 2011 R* 2012 P RAPBD 2013<br />

DAU Gaji dan tunjangan PNS<br />

E. BELANJA URUSAN PEMERINTAH DAERAH<br />

Sembilan agenda utama pembangunan daerah Jawa Timur dalam RPJMD 2009-<br />

2014, Pertama adalah “Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan<br />

kesehatan dan pendidikan, terutama bagi masyarakat miskin”.<br />

• Apa upaya yang dilakukan agar agenda utama di atas tercapai, bila alokasi untuk<br />

urusan pendidikan dan kesehatan relatif masih rendah?<br />

1,724<br />

19


• Perkembangan APM Propinsi <strong>Jatim</strong> sudah lebih baik dibandingkan daerah lain di<br />

Indonesia, namun APM di tingkat SMP/Mts di bawah 75% dari jumlah penduduk<br />

usia 13-15 thn, dan APM SM/MA di bawah 50% dari jumlah penduduk usia 16-18<br />

thn<br />

• Tantangan: bagaimana porsi anggaran urusan pendidikan hanya sebesar 3-5%<br />

dari total belanja, mampu mendorong perkembangan APM secara signifikan?<br />

Persen<br />

80,00<br />

70,00<br />

60,00<br />

50,00<br />

40,00<br />

30,00<br />

20,00<br />

10,00<br />

0,00<br />

2006 2007 2008 2009 2010 2011<br />

SMP/Mts 70,28 69,21 69,55 69,90 70,17 71,77<br />

SM/MA 46,35 47,97 47,93 48,26 48,60 49,32<br />

Porsi Belanja Urusan<br />

Pendidikan (%)<br />

2007 2008 2009 2010 2011<br />

Urusan Pendidikan thd Total Pendapatan 3,7 4,2 4,0 2,6 3,1<br />

Urusan Kesehatan thd Total Pendapatan 12,0 12,8 14,1 16,7 17,5<br />

Urusan Infrastruktur (PU dan<br />

Perhubungan) thd Total Pendapatan<br />

Porsi Urusan Pelayanan Dasar Terhadap Total Pendapatan<br />

Urusan Pemerintahan Umum thd Total<br />

Pendapatan<br />

Persen<br />

140,0<br />

120,0<br />

100,0<br />

80,0<br />

60,0<br />

40,0<br />

20,0<br />

0,0<br />

11,1 9,6 11,0 12,5 9,9<br />

57,2 115,4 57,7 54,9 56,8<br />

Porsi Anggaran Urusan Pendidikan dan APM<br />

5,78 3,69 2,62 3,73 2,43 2,90<br />

20


• Tantangan: bagaimana porsi anggaran urusan pendidikan hanya sebesar 3-5%<br />

dari total belanja, mampu mendorong penurunan jumlah penduduk buta huruf di<br />

Propinsi Jawa Timur secara signifikan?<br />

Persen<br />

Persentase Penduduk Buta Huruf Berusia 15<br />

tahun ke atas<br />

18,00<br />

16,00<br />

14,00<br />

12,00<br />

10,00<br />

8,00<br />

6,00<br />

4,00<br />

2,00<br />

0,00<br />

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011<br />

DKI Jakarta 1,59 1,69 1,68 1,77 1,24 1,26 1,06 0,87 1,17<br />

Jawa Barat 6,17 6,04 5,35 5,09 4,68 4,47 4,02 3,82 4,04<br />

Banten 6,22 6,02 4,37 4,99 4,76 4,79 4,05 3,80 3,75<br />

Jawa Tengah 14,21 13,28 12,59 11,76 11,38 10,76 10,54 10,05 9,66<br />

DI Yogyakarta 14,25 14,22 13,28 13,57 12,22 10,55 9,82 9,16 8,51<br />

Jawa Timur 16,63 15,46 14,16 12,90 12,58 12,69 12,20 11,66 11,48<br />

21


E. REKOMENDASI<br />

Upaya peningkatan daya saing daerah – sebagaimana strategi dalam<br />

RKPD 2013 -- harus bersumber dari kemampuan memadukan faktor kondisi<br />

lingkungan ekonomi daerah, kualitas kelembagaan publik, sumberdaya<br />

aparatur serta tidak kalah pentingnya adalah masyarakat yang secara keseluruhan<br />

membangun kemampuan daerah untuk memperkokoh posisi daerahnya. Oleh<br />

karena itu, berkaitan dengan tema pembangunan 2013 dan target pencapaian IKU<br />

Jawa Timur 2013, maka setidaknya Pemprov. Jawa Timur seyogyanya<br />

mengarahkan Kebijakan Umum APBD 2013 pada;<br />

1. Mendorong adanya lahirnya produk unggulan daerah Jawa Timur dari sektor-<br />

sektor strategis konstributor PDRB, utamanya pada sektor Pertanian (17%) di<br />

dalamnya termasuk perikanan; Industri Pengolahan (26%) – UMKM; dan<br />

Perdagangan Hotel/Restoran (30%) -- pariwisata.<br />

2. Identifikasi yang jelas dan benar atas produk unggulan daerah, kemudian<br />

harus disertai dengan proses manajemen yang komprehensif, bertahap, dan<br />

koordinatif lintas sektoral memunculkan kebutuhan reformasi birokrasi untuk<br />

adanya sumberdaya manusia yang berkualitas: dengan aparatur pemerintah<br />

yang berani melakukan terobosan dengan komitmen tinggi pada<br />

kesejahteraan masyarakat.<br />

3. Dukungan akuntabilitas kinerja Keuangan Daerah tentunya harus secara jelas<br />

digariskan. Momentum transparansi keuangan daerah di tahun 2013 tentu<br />

akan jauh lebih berarti dengan:<br />

LHP BPK Tahun 2011 yang telah pada tingkat WTP, pencapaian<br />

akuntabilitas keuangan daerah didorong untuk adanya pelibatan<br />

pemeriksaan oleh akuntan publik;<br />

Seiring dengan itu, publik Jawa Timur semakin dilibatkan untuk<br />

mencermati pengeluaran daerah (government expenditure).<br />

Proyeksi Pendapatan yang cermat, akurat, transparan dan akuntabel<br />

berdasarkan potensi riel, Dan tentunya, belanja publik ditingkatkan dan<br />

belanja birokrasi ditekan untuk memperoleh kinerja keuangan<br />

proporsional untuk benar-benar melahirkan “wong cilik gemuyu”.<br />

22

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!