03.05.2013 Views

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ...

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ...

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

A. <strong>Latar</strong> <strong>Belakang</strong> <strong>Masalah</strong><br />

<strong>BAB</strong> I<br />

<strong>PENDAHULUAN</strong><br />

<strong>Pendidikan</strong> merupakan suatu usaha sadar dalam rangka untuk<br />

mendewasakan dan membina seseorang agar mampu bertanggung jawab<br />

dalam kehidupan secara moral. Suatu yang tinggi merupakan tujuan utama dan<br />

tertinggi dari pendidikan Islam dan bukanlah sekedar mengajarkan kepada<br />

siswa apa yang tidak diketahui oleh mereka, tapi lebih dari itu yaitu<br />

menanamkan fadhilah, membiaskan bermoral tinggi, sopan santun Islamiyah,<br />

tingkah perbuatan yang baik sehingga hidup ini menjadi suci, kesucian disertai<br />

dengan keikhlasan. 1<br />

<strong>Pendidikan</strong> akhlak berusaha menciptakan situasi dan kondisi<br />

sedemikian rupa, sehingga siswa terdorong dan tergerak jiwa dan hatinya<br />

untuk berprilaku dan beradab, atau sopan santun yang baik sesuai dengan<br />

harapan lembaga pendidikan.<br />

<strong>Pendidikan</strong> akhlak sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh lembaga<br />

dalam rangka untuk membentuk dan membina t}abi’at, budi pekerti yang<br />

baik, mulia, dan terpuji. Sedangkan pembentukan akhlak yang baik dikalangan<br />

pelajar dapat dilakukan dengan latihan-latihan berbuat baik, taqwa, berkata<br />

benar, menepati janji, ikhlas dan jujur dalam bekerja, tahu kewajiban,<br />

1<br />

AM. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok <strong>Pendidikan</strong> Islam. Jakarta : Bulan Bintang.<br />

1990, hal 105<br />

1


membantu yang lemah, berdikari, selalu bekerja dan tahu harga waktu. 2<br />

Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Ahmad Amin, bahwa akhlak<br />

ialah kebiasaan kehendak. 3 Sehingga untuk menuju pada kepribadian yang<br />

luhur, tidak bisa langsung jadi, namun perlu adanya latihan-latihan yang<br />

terencana dalam kehidupan serba teratur dan disesuaikan dengan norma –<br />

norma yang ada. Jadi segala gerak gerik, tingkah laku, waktunya tidak ada<br />

yang terluangkan kecuali untuk berbuat kebajikan. 4<br />

Peranan pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia ini sangat<br />

penting. Pentingnya motifasi pelajaran akhlak tidak saja dirasakan oleh siswa<br />

di madrasah, tetapi juga dalam berkeluarga dan bermasyarakat, bahkan<br />

dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Kehidupan dalam<br />

sosial Islam yang menegaskan bahwa keabadian, kemakmuran, dan ketahanan<br />

suatu bangsa terletak pada kehidupan moralnya. Apabila hancur suatu bangsa,<br />

akan hancur pula negaranya”. 5<br />

Faktanya, banyak kita jumpai perilaku masyarakat yang tidak<br />

mencerminkan akhlak yang mulia. Setiap hari, dari negeri kita tercinta ini<br />

muncul berita korupsi, aborsi, seks bebas, penyalahgunaan narkoba,<br />

pertengkaran antar sekolah, pencopetan, pembunuhan orang tua oleh anaknya<br />

sendiri atau sebaliknya pemerkosaan anak oleh orang tuanya dan tindakan-<br />

tindakan lain yang cenderung merusak dan tentu saja mengarah pada akhlak<br />

2 Ibid, hal 106<br />

3 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, hal 2<br />

4 Muhaimin MA, Dkk, Ilmu <strong>Pendidikan</strong> Islam. Surabaya: PT Karya Abadi Tama, 1993, hal 125<br />

5 Anwar Mas’ari, Akhlak Al-Qur’an. Surabaya : Bina Ilmu, 1990, hal 7<br />

2


yang tercela. Semua itu, salah satunya disebabkan oleh derasnya arus<br />

westernisasi dan informasi.<br />

Apalagi beberapa bulan kemarin tepatnya hari sabtu 23 Februari 2010<br />

muncul kasus tentang adanya game porno yang menjalar ke kota besar lewat<br />

media elektronik semisal HP dan Play Station yang banyak meresahkan orang<br />

tua dan para guru yang berobyek pada usia anak SMP dan SMA, Kepala Dinas<br />

<strong>Pendidikan</strong> Kota Surabaya Drs. H. Sahudi, MPd mengatakan jika peredaran<br />

game porno ini sudah sangat memprihatinkan di kalangan siswa, pihaknya<br />

akan melakukan proteksi lewat sekolah. Caranya, menginstruksikan sekolah<br />

agar menerapkan full day school atau sekolah sehari penuh, mengintensifkan<br />

pemberian pendidikan agama dan moral, dan membuat kegiatan<br />

ekstrakurikuler yang positif. 6 Game ini dianggap sebagai salah satu faktor<br />

menurunnya moral (akhlak) remaja, bisa mempengaruhi prestasi pelajar,<br />

khususnya MTs Al Fatich Surabaya.<br />

Bertitik tolak dari penjelasan di atas, penulis tertarik dan terdorong<br />

untuk meneliti tentang strategi yang dilakukan sekolah dalam memberikan<br />

pendidikan akhlak kepada para siswa di MTs Al Fatich Tambak Osowilangun<br />

Surabaya, dan lembaga ini merupakan lembaga jalur sekolah yang berada di<br />

bawah naungan Kementerian Agama dan lembaga pendidikan Ma’arif NU<br />

sehingga garis-garis besar program pengajaran diterbitkan oleh pimpinan<br />

wilayah lembaga pendidikan Ma’arif NU Jawa Timur.<br />

6 Agus Santoso, ” Pelajar dan Game Porno ” Artikel Harian Surya, Sabtu 13 April 2010, Hal.7<br />

3


MTs Al Fatich Tambak Osowilangun berada di lingkungan Pondok<br />

Pesantren, siswanya berasal dari berbagai daerah yang mempunyai kehidupan<br />

atau latar belakang sosial budaya yang beraneka ragam. Hal ini bisa saja<br />

menjadi masalah bagi sekolah terutama yang berkaitan dengan pelajaran<br />

akhlak dan kegiatan rutinitas di sekolah maupun di pesantren yang tidak biasa<br />

dilakukan di lingkungannya atau di rumahnya seperti kewajiban melakukan<br />

puasa sunat senin kamis, bangun sholat malam dan lain-lain. Untuk<br />

merealisaikan program pembinaan akhlak ini dibutuhkan strategi yang dapat<br />

membangun pendidikan akhlak khususnya di MTs Al Fatich Tambak<br />

Osowilangun Surabaya. Pada saat ini tidak sedikit anak usia sekolah yang<br />

terlibat dalam kasus kejahatan seperti pembunuhan, pemerkosaan dan lain<br />

sebagainya, karena kurangnya pembinaan akhlak dalam diri anak. Dengan<br />

memasukkan pelajaran akhlak dalam kurikulum tersendiri, MTs Al Fatich<br />

Tambak Osowilangun berusaha mendidik serta memberi bekal pada siswa<br />

agar tidak mudah terpengaruh dengan budaya luar jika mereka berada di luar<br />

lingkungan pesantren atau dalam kehidupan bermasyarakat.<br />

Dari sinilah motifasi pelajaran akhlak sangat penting dan juga<br />

diperlukan untuk menumbuhkan dan membina insan yang berbudi luhur lahir<br />

dan batin, baik dalam hubungannya kepada Allah, diri sendiri, sesama<br />

manusia dan lingkungannya, serta untuk membina pribadi yang bertanggung<br />

jawab dan disiplin terhadap peraturan-peraturan dan tata tertib yang berlaku<br />

baik di pesantren, sekolah maupun di masyarakat.<br />

4


Oleh karena itu, untuk mengetahui strategi yang diterapkan di MTs Al<br />

Fatich Tambak Osowilangun Surabaya, maka penulis tertarik untuk<br />

mengadakan penelitian ini, yang penulis tuangkan dalam bentuk tesis yang<br />

berjudul ”Strategi Sekolah dalam <strong>Pendidikan</strong> Akhlak Siswa” ( Studi<br />

Kasus di MTs Al Fatich Surabaya ).<br />

B. Rumusan <strong>Masalah</strong><br />

Dari latar belakang masalah tersebut di atas, penulis mengambil beberapa<br />

rumusan masalah sebagai berikut:<br />

1. Strategi apa yang digunakan oleh MTs Al Fatich Surabaya dalam<br />

pendidikan akhlak siswa ?<br />

2. Bagaimana mengaplikasikan strategi pendidikan akhlak siswa di MTs Al<br />

Fatich Surabaya ?<br />

3. Apa faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pendidikan akhlak<br />

siswa di MTs Al Fatich Surabaya ?<br />

C. Tujuan Penelitian<br />

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :<br />

1. Untuk mengetahui konsep dan strategi pendidikan akhlak siswa di MTs Al<br />

Fatich Surabaya.<br />

2. Untuk mengetahui bentuk aplikasi konsep dan strategi pendidikan akhlak<br />

siswa di MTs Al Fatich Surabaya.<br />

5


3. Menemukan faktor-faktor pendukung dan penghambat pendidikan akhlak<br />

di MTs Al Fatich Surabaya.<br />

D. Manfaat Penelitan<br />

1. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini menghasilkan teori tentang<br />

strategi ideal sekolah dalam pendidikan akhlak.<br />

2. Secara praktis diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:<br />

a. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan untuk memecahkan<br />

permasalahn-permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan<br />

kualitas pendidikan akhlak siswa.<br />

b. Bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan<br />

sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan, khususnya<br />

pendidikan akhlak<br />

c. Dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya yang lebih mendalam<br />

E. Penjelasan Judul<br />

dengan topik dan masalah pada medan kasus lain untuk memperoleh<br />

perbandingan sehingga memeperkaya penelitian ini.<br />

Supaya tidak terjadi kesalahfahaman dan kekurangjelasan dalam<br />

memaknai judul tesis ini, maka perlu dijelaskan maksud judul sebagai berikut.<br />

1. Strategi<br />

Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos atau strategeus<br />

dengan kata jamak strategi. Strategos berarti jenderal, namun dalam<br />

6


Yunani kuno, sering berarti perwira negara (state officer) dengan fungsi<br />

yang luas. Pendapat yang lain mendifinisikan strategi sebagai kerangka<br />

kerja (frame work), teknik dan rencana yang bersifat spesifik atau khusus.<br />

Strategi adalah rencana cermat tentang suatu kegiatan guna meraih suatu<br />

target atau sasaran. 7<br />

2. <strong>Pendidikan</strong><br />

Secara etimologis, pendidikan berasal dari kata didik yang<br />

mendapat awalan pe- dan akhiran –an yang berarti proses, perbuatan, cara<br />

mendidik, pelihara dan ajar. 8 Istilah pendidikan diterjemahkan ke dalam<br />

bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau<br />

bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan<br />

tarbiyah yang berarti pendidikan. 9<br />

Dalam konteks Islam, istilah pendidikan kadang kala digunakan<br />

dengan kata tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib. Tarbiyah kata dasarnya adalah<br />

rabba berarti mendidik, membesarkan, mengasuh, berkembang dan<br />

meningkat (tumbuh). 10<br />

Zakiah Daradjat mengartikan pendidikan dengan suatu usaha dan<br />

kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam menyampaikan<br />

pelajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi<br />

7<br />

Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta, Modern English Press, 2002),<br />

1463<br />

8<br />

Tim Penyusun Kamus Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 204; Agus Basri, <strong>Pendidikan</strong> Islam<br />

sebagai Penggerak Pembaharuan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1984), 19.<br />

9<br />

Ramayulis, Ilmu <strong>Pendidikan</strong> Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), 1, Zakiah Daradjat, Ilmu<br />

<strong>Pendidikan</strong> Islam, cet. III (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 25.<br />

10<br />

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, cet. III (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), 138 ,Luis<br />

Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-‘Alam (Beirut: Dar> al-Mashriq, 1986), 247.<br />

7


motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung<br />

pembentukan kepribadian peserta didik. 11<br />

Azyumardi Azra memaknai pendidikan sebagai suatu proses<br />

penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi<br />

tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efesien. <strong>Pendidikan</strong> lebih sekedar<br />

pengajaran, pendidikan lebih menekankan pada pembentukan kesadaran<br />

dan kepribadian anak didik disamping transfer ilmu dan keahlian. 12<br />

3. Akhlak<br />

Akhlak ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab bentuk<br />

jamak dari khuluq berarti “budi pekerti”, “perangai”, “tingkah laku” atau<br />

“tabiat” 13 Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlaq adalah “kebiasaan<br />

berkehendak” 14 . Menurut istilah akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam<br />

jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan<br />

mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 15<br />

Menurut pengertian sehari-hari umumnya akhlaq disamakan<br />

dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun. 16 Khulq merupakan<br />

gambaran sifat batin manusia, akhlak merupakan gambaran bentuk lahir<br />

manusia, seperti raut wajah dan body. Dalam bahasa Yunani pengertian<br />

khalq ini dipakai kata ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan<br />

11<br />

Zakiah Daradjat, Ilmu <strong>Pendidikan</strong> Islam, 27, Bandingkan; Mohamad Ali, "Reorientasi<br />

Makna <strong>Pendidikan</strong>: Urgensi <strong>Pendidikan</strong> Terpadu," dalam Marzuki Wahid, dkk, Pesantren Masa<br />

Depan (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), 171.<br />

12<br />

Azyumardi Azra, <strong>Pendidikan</strong> Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Ciputat:<br />

Kalimah, 2001), 5-4.<br />

13<br />

Luis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-‘Alam, 194.<br />

14<br />

Ahmad Amin, Kitab al-Akhla>q ( Kairo: Da>r al-Kutub al-Misri>yah, 1914), 15.<br />

15<br />

Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din Vol. 3 (Beirut:Dar al-Kutub al-Islamiyah, tt), 56.<br />

16<br />

R. Ibrahim , dkk, Ilmu dan aplikasi <strong>Pendidikan</strong> (Bandung: PT. Imperial Bakti Utama, 2007), 20.<br />

8


atin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian<br />

berubah menjadi etika. 17<br />

4. MTs Al Fatich<br />

MTs Al Fatich adalah sebuah madrasah yang terletak di kelurahan<br />

Tambak Osowilangun kecamatan Benowo Kota Surabaya.<br />

Adapun maksud dari judul di atas adalah usaha dan kegiatan yang<br />

dilakukan oleh MTs Al Fatich yang meliputi kepala madrasah, guru mata<br />

pelajaran aqidah akhlak, dewan guru, kepala tata usaha beserta staf dalam<br />

memberikan pendidikan akhlak kepada siswa siswinya. <strong>Pendidikan</strong> itu<br />

meliputi pemberian contoh tauladan yang baik, melatih keterampilan<br />

berbuat dalam bentuk pembiasaan, memberi motivasi dan menciptakan<br />

lingkungan madrasah yang mendukung pembentukan kepribadian peserta<br />

didik agar mereka memiliki akhlak yang terpuji.<br />

Penelitian ini lebih menekankan pada pendidikan akhlaq dalam<br />

bentuk pemberian contoh teladan yang baik dari seluruh tenaga pendidik<br />

dan kependidikan dan penciptaan lingkungan yang mendukung<br />

tumbuhnya nilai-nilai akhlaq yang baik pada diri anak selama mereka<br />

berada di lingkungan MTs Al Fatich. Penelitian ini tidak memfokuskan<br />

pada penyampaian materi mata pelajaran aqidah akhlak yang terjadwal<br />

dua jam dalam satu minggu untuk masing-masing kelas.<br />

F. Penelitian Terdahulu<br />

17 Nasir, Tinjauan Akhlaq (Surabaya: al-Ikhlas, 1991), 14.<br />

9


Sebenarnya banyak penelitian telah dilakukan berkaitan dengan<br />

akhlak, tetapi karena begitu luasnya kajian akhlak yang bisa dipotret dari<br />

berbagai sudut pandang, sehingga penulis juga tertarik untuk ikut memotret<br />

satu sisi dari kajian akhlak. Sepanjang penelusuran penulis, ada beberapa<br />

penelitian yang memiliki kedekatan sudut pandang dengan penelitian ini,<br />

antara lain :<br />

1. Tesis yang ditulis oleh Ach. Asy’ari MD. dengan judul “<strong>Pendidikan</strong><br />

Akhlaq di Kalangan Putra Putri Tokoh Islam (Studi Kasus Di Kabupaten<br />

Sampang)”. Dalam penelitian ini Asy’ari lebih menekankan penelitiannya<br />

kepada kepedulian para tokoh Islam di Kabupaten Sampang terhadap<br />

pendidikan akhlaq putra-putri mereka dan strategi yang mereka lakukan<br />

dalam upaya penanaman nilai-nilai akhlak. Dari hasil penelitian ditemukan<br />

bahwa para tokoh Islam di Sampang memiliki perhatian yang baik<br />

terhadap pendidikan akhlak putra-putrinya. 18<br />

2. Tesis dengan judul “<strong>Pendidikan</strong> Moral di madrasah Mu’allimin<br />

Kelurahan Cokromenggalan Ponorogo”. Dari hasil penelitian ini,<br />

Masykur mengemukakan bahwa pendidikan moral yang dilaksanakan<br />

untuk mewujudkan perilaku siswa yang terpuji hendaknya didukung oleh<br />

beberapa faktor, yakni; lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan<br />

lingkungan masyarakat. 19 Dalam penelitian ini Masykur lebih<br />

18 Ach. Asy’ari MD, “<strong>Pendidikan</strong> Akhlaq di Kalangan Putra Putri Tokoh Islam (Studi Kasus di<br />

Kabupaten Sampang)” (Tesis--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2009).<br />

19 Ali Masykur, “<strong>Pendidikan</strong> Moral di Madrasah Mu’allimin Kel. Cokromenggalan Ponorogo”,<br />

(Tesis-- IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2005).<br />

10


menetikberatkan penelitiannya pada pelaksanaan pendidikan moral atau<br />

akhlak dalam bentuk mata pelajaran yang diberikan di dalam kelas.<br />

3. Tesis dengan judul ”<strong>Pendidikan</strong> Moral Dalam Perspektif Hamka”, oleh<br />

Munawir. Dalam tulisan ini Munawir mengungkapkan bahwa pemikiran<br />

Hamka tentang moral memiliki pandangan yang komprehensif. Menurut<br />

Hamka pendidikan moral pada hakekatnya merupakan inti dari<br />

keseluruhan aktivitas pendidikan. Karenanya strategi internalisasi moral<br />

merupakan strategi yang sangat tepat dalam melaksanakan pendidikan<br />

moral, sebab dalam strategi internalisasi ini mengandung makna bahwa<br />

pendidikan moral mengandung makna pendidikan implisit dan eksplisit. 20<br />

Menurut hemat penulis, tesis yang pertama adalah tesis yang<br />

membahas tentang pendidikan akhlaq yang dilangsungkan dalam<br />

keluarga tokoh agama Islam. Tesis kedua adalah membahas tentang<br />

pendidikan moral (akhlak) di madrasah dalam konteks pendidikan terbatas<br />

hanya pada pendidikan atau pengajaran yang disampaikan di dalam kelas.<br />

Tesis ketiga membahas atau mengkaji tentang pemikiran pendidikan moral<br />

dalam perspektif Hamka. Sedangkan penelitian yang akan penulis<br />

ketengahkan adalah berkenaan dengan upaya yang dilakukan oleh seluruh<br />

komponen madrasah baik tenaga pendidik atau kependidikan dalam bentuk<br />

pemberian contoh (tauladan) dan penciptaan lingkungan madrasah sebagai<br />

perwujudan pengamalan nilai-nilai akhlak yang telah diajarkan dalam<br />

20<br />

Munawir, “<strong>Pendidikan</strong> Moral dalam Perspektif Hamka” (Tesis--IAIN Sunan Ampel, Surabaya,<br />

2000).<br />

11


entuk teori oleh guru aqidah akhlak, dan juga menjelaskan gambaran<br />

bagaimana strategi dalam mendidik akhlak siswa khususnya di MTs Al<br />

Fatich Surabaya, yang berada madrasah ini satu atap dengan Pondok<br />

Pesantren yang mayoritas siswanya adalah santri pondok pesantren Al<br />

Fatich.. Walaupun penelitian ini sama meneliti tentang tema akhlak atau<br />

moral, sasaran penelitiannya berbeda.<br />

G. Metode Penelitian<br />

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan<br />

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan<br />

menggunakan metode penelitian deskriptif–kualitatif dengan pendekatan<br />

fenomenologi. Deskriptif adalah penelitian suatu kelompok manusia,<br />

suatu obyek, suatu sistem pemikiran atau suatu kasus peristiwa pada masa<br />

sekarang, bertujuan untuk membuat gambaran secara sitematis, faktual<br />

dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat sifat serta hubungan antara<br />

fenomena yang diselidiki. 21 Metode deskriptif ini juga berkaitan dengan<br />

pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu<br />

konsep atau gejala juga menjawab pertanyaan sehubungan dengan obyek<br />

penelitian pada saat ini. 22<br />

Penelitian ini termasuk pada penelitian kualitatif, karena sifat data<br />

yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan menggunakan kuantitatif<br />

yang menggunakan alat-alat pengukur. Menurut Arikunto, penelitian<br />

21 Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 63.<br />

22 Sumanto, Methode Penelitian Sosial dan <strong>Pendidikan</strong>, (Yogyakarta: Anda Offset, 1990), 8.<br />

12


kualitatif merupakan penelitian non-hipotesis, sehingga dalam langkah<br />

penelitiannya tidak memerlukan rumusan hipotesis. 23<br />

Data dan sumber data dalam penelitian ini diambil dalam situasi<br />

alami dengan mempertimbangkan konteks di mana fenomena itu terjadi.<br />

Karena itu, penelitian ini menggunkan pendekatan fenomenologis, dalam<br />

arti berusaha menemukan kembali pengalaman dasar berupa nilai nilai<br />

dasar dari upaya penanaman nilai akhlak bagi peserta didik. Jika dikaitkan<br />

dengan masalah yang akan diteliti, maka penelitian ini hanya<br />

mendiskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti<br />

tanpa menggunakan hipotesa. Di dalamnya terdapat upaya untuk<br />

mendeskripsikan ,mencatat, menganalisa dan mengiterpretasikan masalah<br />

yang diteliti. 24<br />

2. Sumber Data<br />

Penelitian ini dilakukan dengan penggalian data secara mendalam<br />

dengan berbagai teknik pengumpulan data. Adapun sumber data diambil<br />

dari subyek penelitian, dalam hal ini adalah segala pihak yang terlibat<br />

dalam proses pendidikan di MTs Al Fatich Surabaya, di antaranya; kepala<br />

kadrasah, dewan guru, tenaga administrasi, wali murid, pengurus yayasan<br />

dan komite MTs Al Fatich Surabaya.<br />

3. Teknik Pengumpulan Data<br />

Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam<br />

penelitian ini adalah:<br />

23<br />

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,<br />

2006), 147.<br />

24<br />

Mardalis, Metode Penelitian, Suatu pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara 1999, 26.<br />

13


a. Observasi<br />

Pengumpulan data dengan cara ini adalah dengan cara<br />

pengamatan langsung dengan tanpa menggunakan alat bantu. 25 Dalam<br />

hal ini pengamatan yang dilakukan, dapat berupa pengamatan yang<br />

terstruktur maupun tak terstruktur (eksploratori). Sedangkan berkaitan<br />

dengan posisi peneliti dalam hubungannya dengan subyek penelitian<br />

(sumber data), dipilih teknik pengamatan terlibat. Peneliti bersosialisasi<br />

di lingkungan sebagai bagian integral dari lingkungan dimaksud. 26<br />

Dengan demikian diharapkan berbagai informasi akan terungkap, dan<br />

mudah didapatnya, demikian pula keakuratan data lebih terjamin.<br />

Meskipun seorang peneliti di sini harus melepas semua subyektifitas<br />

yang dimilikinya.<br />

b. Inteview<br />

Teknik ini akan memberikan informasi unik dengan struktur<br />

bahasa yang unik pula. Dalam penggunaan teknik ini, maka susunan<br />

kalimat dari narasumber dibiarkan apa adanya, untuk memberikan<br />

aksentuasi pada jawaban responden sebagaimana adanya. 27<br />

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak<br />

terstruktur, yaitu wawancara yang penelitinya hanya membuat garis<br />

besar arah pembicaraan, 28 agar memungkinkan penggalian informasi<br />

25 Moh Nazir, Metode Penelitian, , 175.<br />

26 Setya Y. Sudikan, Metode Penelitian <strong>Pendidikan</strong> (Surabaya: UNESA Unipress, 2001), 175.<br />

27 Sanapiah Faisol, Metode Penelitian <strong>Pendidikan</strong> (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), 215.<br />

28 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, , 227.<br />

14


yang lebih mendalam dan detail, serta menunjang posisioning peneliti<br />

sebagai teman.<br />

Variasi yang mungkin dilakukan hanyalah bentuk wawancara<br />

semi struktur, yaitu dengan pengajuan serentetan pertanyaan dasar yang<br />

sudah terstruktur sederhana di awal, dengan dilanjutkan pendalaman<br />

yang secara murni tidak terstruktur<br />

Adapun orang yang diwawancarai adalah pihak yang terlibat<br />

dalam pelaksananaan pendidikan akhlak di MTs Al Fatich Surabaya,<br />

seperti; Kepala sekolah, dewan guru, pengurus yayasan, komite<br />

madrasah dan orang tua siswa.<br />

c. Dokumentasi<br />

Dalam hal ini peneliti bermaksud mencari sumber-sumber data<br />

berupa catatan, buku maupun dokumen yang berhubungan dengan<br />

obyek penelitian.<br />

4. Teknik Analisis Data<br />

Analisis data merupakan upaya mencari makna dari penomena dan<br />

ungkapan responden kemudian menata secara sistematis catatan hasil<br />

observasi, wawancara dan sebagainya untuk memberikan pemahaman<br />

kepada peneliti tentang beberapa hal yang bersangkutan dengan<br />

pendidikan akhlak di MTs Al Fatich Surabaya. Analisa data dilakukan<br />

15


sebagai upaya mencari hal-hal (faktor-faktor) yang berhubungan dengan<br />

pendidikan akhlak agar dapat menghasilkan uraian data yang valid.<br />

Analisis data akan terus dilakukan selama proses penelitian<br />

berlangsung. Ini dimaksudkan agar peneliti tidak kehilangan nilai kehasan<br />

situasional dari setiap data yang ada. Adapun langkah-langkah dalam<br />

analisis data adalah sebagai berikut:<br />

a. Reduksi data<br />

Merupakan proses pemilihan, pemutusan perhatian pada<br />

penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-<br />

catatan lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama<br />

penelitian berlangsung. 29<br />

b. Display<br />

Adalah proses pengumpulan data sehingga memudahkan<br />

dalam menganalisa. Beberapa data yang ada disusun dalam satuan dan<br />

diberikan kode sesuai dengan tema. 30<br />

c. Kritik<br />

Adalah proses penelitian secara mendalam dan hati-hati<br />

terhadap obyek penelitian data, karena tidak menutup kemungkinan<br />

akan terjadinya perkembangan dan ditemukannya hal-hal yang baru. 31<br />

d. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi<br />

29<br />

Imam Suprayoga dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial – Agama (Bandung: Remaja<br />

Rosdakarya, 2001), 192-193.<br />

30<br />

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), 190.<br />

31<br />

Noeng Muhajir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2001), 109.<br />

16


Hal ini dalah merupakan langkah akhir dari analisa data,<br />

setelah langkah ini selesai peneliti mulai mengolah data. 32 Dalam<br />

analisis, kegiatan pengumpulan data, reduksi data, penyajian dan<br />

penarikan kesimpulan merupakan proses siklus yang berlangsung terus<br />

menerus. Selain itu juga dilakukan analisis perbandingan atas<br />

pertimbangan kondisi harapan dan kenyataan, sehingga diketahui<br />

tingkat penyimpangan data dari pola idealitasnya. 33<br />

5. Tempat Penelitian<br />

Tempat penelitian adalah Madrasah Tsanawiyah Al Fatich Jl.<br />

Tambak Osowilangun 98. Kelurahan Tambak Osowilangun, Kecamatan<br />

Benowo, Kota Surabaya Propinsi Jawa Timur.<br />

H. Ruang Lingkup Pembahasan<br />

Mengingat luasnya skope permasalahan yang tercakup dalam<br />

penelitian ini, maka menurut hemat penulis perlu adanya pembatasan masalah<br />

dalam proses penelitian ini, sehingga diharapkan akan tercipta penelitian yang<br />

terfokus pembahasan, ruang lingkup pembahasan berkisar pada strategi yang<br />

dilakukan madrasah dalam pembelajaran pendidikan akhlak siswa di MTs Al<br />

Fatich Surabaya.<br />

F. Sistematika Pembahasan<br />

32 Lexy J Moleong, Metodologi, 190.<br />

33 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 257-258.<br />

17


Sistematika pembahasan ini menunjukkan mata rantai pembahasan dari<br />

awal hingga akhir, terdiri dari enam bagian yang di susun secara sistematis<br />

dengan perincian bab demi bab sehingga lebih mudah untuk dipahami.<br />

Bab I adalah merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang,<br />

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan judul, metode<br />

penelitian, ruang lingkup pembahasan, penelitian terdahulu serta sistematika<br />

pembahasan.<br />

Bab II adalah tinjauan umum tentang strategi <strong>Pendidikan</strong>, Bab II ini<br />

meliputi: Pengertian strategi, ruang lingkup pendidikan akhlak, metode<br />

pembinaan akhlak, pendidikan akhlak terpadu di madrasah, faktor-faktor yang<br />

mempengaruhi pendidikan akhlak.<br />

Bab III adalah deskripsi Obyek Penelitian. Di dalamnya diuraikan :<br />

Profil lokasi penelitian, profil sekolah, Strategi pendidikan akhlak di MTs Al<br />

Fatich, Pelaksanaan pendidikan akhlak di MTs Al Fatich.<br />

Bab IV adalah deskripsi <strong>Pendidikan</strong> Akhlak di MTs Al Fatich dan<br />

Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya : Di dalamnya diuraikan : Strategi<br />

pendidikan akhlak di MTs Al Fatich, Aplikasi konsep dan strategi pendidikan<br />

akhlak di MTs Al Fatich, Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat<br />

pendidikan akhlak di di MTs Al Fatich.<br />

Bab V adalah penutup berisi kesimpulan dan saran. Adapun yang<br />

terakhir dari Tesis ini lampiran-lampiran serta daftar pustaka<br />

18

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!