BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
A. Latar Belakang Masalah<br />
<strong>BAB</strong> I<br />
<strong>PENDAHULUAN</strong><br />
Diakui atau tidak, Indonesia adalah sebuah bangsa yang memiliki<br />
keragaman suku, bahasa, adat istiadat, agama, dan masyarakat. Keragaman<br />
tersebut sejalan dengan kodrat sunnatulla>h dan menuntut adanya pemahaman<br />
bersama atas perbedaan tersebut, sehingga tiap perbedaan dapat hidup<br />
berdampingan tanpa adanya dominasi antara satu dengan yang lainnya. Namun,<br />
sayangnya pluralisme di Indonesia masih berada dalam taraf co-eksistensi, belum<br />
mencapai fase pro-eksistensi. 1<br />
Dalam sebuah negara demokrasi, kita tidak boleh menggambarkan sebuah<br />
negara hanya berisi satu agama. Hal inilah yang menyebabkan secara<br />
menyesatkan dianggap sebagai paham sehingga se-olah-olah "pluralisme agama"<br />
merupakan paham tentang sebuah negara yang dihuni oleh berbagai agama.<br />
Padahal seharusnya tidak atau jangan dianggap sebagai paham melainkan sekedar<br />
gambaran bagaimana negara menganut paham Demokrasi karena kecenderungan<br />
semua negara yang pluralistik agamanya. Yang merupakan paham itu adalah<br />
"Demokrasi" bukan "pluralisme".<br />
1<br />
Pendapat ini diungkapkan Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si. sebagai penulis dalam Bedah Buku berjudul<br />
”Tantangan Multikulturalisme di Indonesia”.<br />
1<br />
1
Oleh karena itu, adanya gambaran "pluralistik agama" dalam sebuah<br />
negara, merupakan kenyataan sebuah keadaan yang harus diterima demi<br />
kedamaian dan keamanan semua masyarakatnya.<br />
Konsepsi kemajemukan (pluralisme) merupakan sebuah realitas yang<br />
harus diakui oleh semua pihak. Pluralitas, khususnya agama merupakan potensi<br />
dan mempunyai peranan yang sangat besar dalam proses integrasi maupun<br />
pembangunan bangsa, mengingat ajaran setiap agama mewajibkan umatnya untuk<br />
mencintai sesama dan hidup rukun. Tetapi mengingat masing-masing agama juga<br />
memiliki klaim kebenaran mutlak dan muatan emosi keagamaan yang menjadi<br />
dasar hubungan primer, maka pluralitas agama juga mengandung potensi untuk<br />
terjadinya konflik dan disintegrasi bangsa. Pluralitas merupakan tantangan untuk<br />
terciptanya kerukunan hidup umat beragama, mengingat pluralitas agama<br />
mengandung potensi disintegrasi maupun potensi integrasi. 2<br />
Di Indonesia, pluralisme kerap dipadankan inklusivisme. Oleh para<br />
pengusungnya, gagasan ini diartikan sebagai paham keagamaan yang mengakui<br />
dan menerima kebenaran agama lain. Sekilas memang tampak tak bermasalah.<br />
Apalagi jika tujuannya dikatakan untuk menemukan common platform demi<br />
terwujudnya kebersamaan dan kerukunan antar umat beragama. Namun pada<br />
hakikatnya inklusivisme cukup berbahaya. Ia megajarkan bahwa agama Anda<br />
bukanlah satu-satunya jalan keselamatan. Tidak boleh Anda menganggap<br />
penganut agama lain bakal penghuni neraka. Asal mereka beriman dan berbuat<br />
2 Suhermanto Ja’far, Filsafat Perennial dan Titik Temu Agama-Agama (Surabaya: eLkaf, 2007), 87-88<br />
2
aik - apapun agamanaya – bisa saja selamat. Islam berarti penyerahan diri pada<br />
Tuhan, tidak lebih dari itu. Maka siapapun yang menyerahkan diri kepada Tuhan,<br />
meskipun secara formal ia berada di luar agama Islam, boleh disebut Muslim.<br />
Semua paham tersebut di atas sesungguhnya lebih merupakan pendangkalan<br />
ketimbang pendalaman, pengaburan ketimbang pencerahan. Jika dibiarkan,<br />
paham-paham ini akan bekerja menghabisi semua agama. 3<br />
Secara sederhana pluralisme dapat difahami sebagai keberagaman, begitu<br />
gegap gempita publikasi Novel Ayat-Ayat Cinta, menyebabkan banyak pembaca<br />
kehilangan daya kritis. Sehingga nyala api pluralisme menerobos masuk imajinasi<br />
penulis, tak dirasa adanya. Pada mulanya, barangkali sekadar titipan ide, namun<br />
jelas titipan dimaksud menjadi ide sentral rangkaian kisah cerita Novel Ayat-Ayat<br />
Cinta.<br />
Novel Ayat-Ayat Cinta sangat populer di tahun 2008 dengan munculnya<br />
film novel tersebut. Tidak hanya dikalangan remaja bahkan para pejabatpun ikut<br />
menonton film Ayat-Ayat Cinta, di desa maupun di kota seluruh Indonesia<br />
membicarakan film Ayat-Ayat Cinta.<br />
Ayat-Ayat Cinta memang fenomenal. Sejak pemutaran perdana 28<br />
Februari 2008, hanya dalam satu bulan sudah sekitar 3,5 juta orang menonton di<br />
bioskop-bioskop Indonesia. Padahal, pada saat bebarengan, ribuan keping VCD<br />
bajakannya juga tersebar, dengan harga Rp. 10 ribuan. Di situs Youtube, potongan<br />
filmnya sudah bisa di download bahkan sebelum film resminya beredar.<br />
3 Dr. Syamsuddin Arif, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, (Jakarta: Gema Insani, 2008), 83<br />
3
Para petinggi pemerintah ramai-ramai menonton. Dari Presiden SBY dan<br />
Wapres Jusuf Kalla, mantan Presiden BJ Habibie, Ketua MPR Hidayat Nur<br />
Wahid, Wakil Ketua MPR AM Fatwa dan sejumlah menteri dengan sengaja<br />
menonton di bioskop dan memuji Ayat-Ayat Cinta. Demikian pula kaum<br />
selebritis.<br />
Studio MD Entertainment yang memproduksi Ayat-Ayat Cinta melakukan<br />
langkah pemasaran yang agresif. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia,<br />
sebuah film direproduksi sampai 120 kopi, yang memakan biaya lebih dari Rp. 1<br />
miliar. Padahal film-film nasional lainnya umumnya sudah harus cukup puas<br />
dengan 30-an kopi.<br />
Dengan jumlah kopi sebanyak itu, Ayat-Ayat Cinta memiliki kemampuan<br />
untuk di putar serentak dalam dua-tiga layar sekaligus dijaringan sinepleks. Pada<br />
akhir pekan di awal Maret 2008, misalnya, Ayat-Ayat Cinta mengisi tiga layar<br />
dari enam teater 21 pondok indah. Dengan itu pula, Ayat-Ayat Cinta dapat cepat<br />
menyebar ke luar Jakarta.<br />
Itupun ternyata belum cukup. Media ramai memberitakan bahwa antrian<br />
panjang terlihat di banyak bioskop. Cerita tentang keluhan memperoleh karcis<br />
menyebar untuk menonton jam 19.00, orang sudah harus mengantri sejak jam<br />
13.00. Koran pun menulis tentang seorang pria tua yang meninggal akibat<br />
serangan jantung di Palembang saat menonton Ayat-Ayat Cinta, atau tentang<br />
sejumlah remaja yang cedera saat berdesakan membeli karcis.<br />
4
Ragam penontonnya pun luar biasa. Yang memenuhi gedung bioskop<br />
bukan cuma keluarga borjuis dan anak-anak muda gaul, melainkan juga ibu-ibu<br />
pengajian paruh baya yang barangkali sudah puluhan tahun tidak menonton film<br />
layar lebar. Sebagaimana kaum santriwati berjilbab, mereka pun datang<br />
berombongan. Karakter-karakter film itu: Fahri, Aisha, dan Maria menjadi ikon-<br />
ikon baru budaya populer.<br />
Orang juga bicara tentang para penonton yang keluar dari gedung bioskop<br />
tidak dengan wajah sumringah; mereka masih nampak menyeka airmata yang<br />
masih tersisa setelah menyaksikan adegan akhir – kematian Maria – yang<br />
memang memeras air mata.<br />
Untuk merespons sejumlah keluhan yang mempersoalkan banyaknya<br />
adegan yang tak tampil dalam film, MD juga sudah menyiapkan versi Ayat-Ayat<br />
Cinta yang lebih panjang. Untuk itu, Hanung 4 sudah diminta untuk mengambil<br />
beberapa gambar baru.<br />
Tak cukup di Indonesia, Ayat-Ayat Cinta pun dipasarkan kesejumlah<br />
Negara tetangga: Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Kabarnya,<br />
antusiasme di negara-negara itu pun luar biasa. Tiga hari pemutarannya sudah<br />
menyedot sekitar satu juta penonton.<br />
4 Produser Film Ayat-ayat Cinta<br />
5
Sebelumnya dikabarkan, di Batam ratusan warga Singapura rela datang<br />
dan ikut mengantri hanya untuk menyaksikan Ayat-Ayat Cinta. Mereka yang<br />
kehabisan tiket bahkan mau menginap atau kembali pada keesokan harinya. 5<br />
Film Ayat-Ayat Cinta memang meledak. Namun kesuksesannya tak<br />
disambut gembira semua pihak. Sebagian menuduh film ini merupakan promosi<br />
poligami, atau semacam propaganda agama. Sebagian lain ada yang marah karena<br />
sang film ternyata menghianati sang novel. Namun di seberang yang lain, justru<br />
ada pula tuduhan sebaliknya: Ayat-Ayat Cinta lebih berbahaya dari film maksiat<br />
dan karena itu menontonnya adalah perbuatan haram.<br />
B. Rumusan Masalah<br />
Dilihat dari latar belakang masalah di atas, penyusun ingin mengkaji dan<br />
menjelaskan tentang nilai-nilai pluralisme agama yang ada dalam Novel Ayat-<br />
Ayat Cinta, di antara permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini adalah<br />
sebagai berikut:<br />
1. Bagaimana nilai-nilai pluralisme agama dalam novel Ayat-Ayat Cinta?<br />
2. Bagaimana dampak novel Ayat-Ayat Cinta terhadap kehidupan keagamaan di<br />
Indonesia?<br />
5 Majalah Madina, April 2008, 7-8<br />
6
C. Penegasan Judul/Definisi Operasional<br />
Definisi operasional dari penelitian ini, penulis merumuskan judul Dampak<br />
Novel Ayat-Ayat Cinta Terhadap Bangunan Pluralisme Agama di Indonesia. Pada<br />
judul ini terdapat istilah yang perlu ditegaskan atau didefinisikan yaitu:<br />
Dampak : Pengaruh yang kuat yang menimbulkan akibat. 6 Atau<br />
Novel : Cerita (roman). 8<br />
merupakam suatu perubahan yang terjadi sebagai<br />
akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut bisa bersifat<br />
alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi. 7<br />
Ayat-Ayat Cinta : Novel karangan Habiburrohman eL-Shirozy<br />
Bangunan : Ruang lingkup<br />
Pluralisme Agama : Kata benda yang merupakan gambaran "banyaknya<br />
agama", atau gambaran "agama yang tidak cuma<br />
satu".<br />
Jadi yang di maksud judul tersebut adalah membahas tentang nilai-nilai<br />
pluralisme agama yang ada dalam novel Ayat-Ayat Cinta dan membahas tentang<br />
dampak novel Ayat-Ayat Cinta terhadap kehidupan keagamaan yang ada di<br />
Indonesia.<br />
6<br />
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), 92<br />
7<br />
Otto Soemarwoto, Analisis Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1989),<br />
38<br />
8<br />
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer...., 527<br />
7
D. Alasan Memilih Judul<br />
1. Karena novel Ayat-Ayat Cinta sangat populer khususnya dikalangan remaja,<br />
sehingga pembacanya kurang kritis bahwa novel Ayat-Ayat Cinta<br />
mengandung nilai-nilai pluralisme agama di dalamnya.<br />
2. Karena adanya pro dan kontra mengenai pluralisme agama di Indonesia.<br />
E. Tujuan Penelitian<br />
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan:<br />
1. Ingin menjelaskan bagaimana nilai-nilai pluralisme agama dalam novel Ayat-<br />
Ayat Cinta.<br />
2. Ingin menjelaskan bagaimana dampak novel Ayat-Ayat Cinta terhadap<br />
kehidupan keagamaan di Indonesia.<br />
F. Sumber Data<br />
Kajian ini bersifat kepustakaan. Karena itu data-data yang akan dihimpun<br />
merupakan data-data kepustakaan yang representatif dan relevan dengan obyek<br />
studi ini.<br />
Adapun sumber data yang menjadi pijakan dalam penelitian ini adalah<br />
sebagai berikut:<br />
1. Novel Ayat-Ayat Cinta, Karya Habiburrahman eL-Shirozy.<br />
2. Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi; Inklusivisme, Pluralisme dan<br />
Multikulturralisme. Jakarta: Fitrah, 2007, Cet. I<br />
8
3. Suhermanto Ja'far, Filsafat Perennial dan Titik Temu Agama-agama.<br />
Surabaya: eLKAF, 2007<br />
4. Syamsuddin Arif, Orientalis Dan Diabolisme Pemikiran. Jakarta: Gema<br />
Insani, 2008<br />
5. Jalaluddin Rahmat, Islam dan Pluralisme; Ahklak Qur'an Menyikapi<br />
Perbedaan, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006.<br />
6. Gamal Al-Bana, Doktrin Pluralisme Dalam Al-Qur’an, Jakarta: Menara, 2006<br />
7. Syamsul Ma'arif, The Beauty of Islam Dalam Cinta dan Pendidikan<br />
Pluralisme Menjawab Problematika Kekerasan Beragama Di Indonesia,<br />
Yogyakarta: Logung Pustaka, 2005<br />
8. Tarmizi Taher, Menuju Ummatan Wasathan; Kerukunan Beragama di<br />
Indonesia, Jakarta: PPIM, 1998<br />
G. Metode Penelitian<br />
1. Metode Pengumpulan Data<br />
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan rujukan<br />
buku pustaka, dan wawasan pengetahuan penulis guna memperoleh data yang<br />
valid, maka metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini<br />
untuk mengumpulkan data dari sumber data di atas adalah teknik<br />
9
dokumentasi. 9 Data tersebut di atas kemudian diolah dan dianalisis sehingga<br />
dimunculkan suatu kesimpulan.<br />
2. Metode Analisa Data<br />
Berdasarkan metode pengumpulan data di atas, studi ini ditekankan<br />
pada penelitian kepustakaan. Adapun langkah-langkah metode yang<br />
dipergunakan dalam studi ini adalah: Deskriptif-analitis yakni dengan cara<br />
mengumpulkan dan menyusun data. Dalam konteks ini metode yang<br />
digunakan penulis tersebut dimaksudkan untuk memaparkan nilai-nilai<br />
Pluralisme Agama yang ada dalam Novel Ayat-Ayat Cinta.<br />
H. Sistematika Pembahasan<br />
Sistematika ini dibuat dengan sistematika pembahasan guna untuk<br />
memudahkan dalam memahaminya. Adapun sistematika tersebut terdiri dari<br />
beberapa bab dan sub bagian.<br />
Bab I menguraikan tenang gambaran umum rencana pembahasan, dalam<br />
hal ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, penegasan judul atau<br />
definisi operasional, alasan memilih judul, tujuan penelitian, sumber data, dan<br />
9 Menurut Suharsimi Arikunto, teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara<br />
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku-buku surat<br />
kabar, majalah atau data-data tertulis lainnya. Teknik ini berbeda dengan teknik interviu yang<br />
dipergunakan untuk mengumpulkan data dari informan maupun teknik observasi yang<br />
dipergunakan untuk mengumpulkan data dari suatu benda, manusia, atau peristiwa. Lebih jauh<br />
tentang hal ini, lihat Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,<br />
(Jakarta: Rineka Cipta, 1993) 135 dan 206<br />
10
metode penelitian memuat tentang metode pengumpulan data, dan metode analisa<br />
data, diakhiri sub bagian sistematika pembahasan.<br />
Bab II merupakan kerangka teoritik Pluralisme Agama di Indonesia.<br />
Beberapa teori yang dibahas adalah Pluralisme Agama, dan Pluralisme agama<br />
yang ada di Indonesia.<br />
Bab III menampilkan data sebagai fakta yang diangkat. Data tersebut<br />
adalah Nilai Pluralisme Agama yang ada dalam Novel Ayat-Ayat Cinta dan<br />
dampaknya terhadap kehidupan keagamaan di Indonesia.<br />
Bab IV analisis terhadap nilai-nilai pluralisme agama yang ada dalam<br />
novel Ayat-Ayat Cinta dan dampaknya terhadap kehidupan keagamaan di<br />
Indonesia.<br />
Bab V penutup yang mengakhiri seluruh pembahasan ini, yang meliputi<br />
kesimpulan dan saran.<br />
11