04.05.2013 Views

BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR

BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR

BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>BAB</strong> 2 : <strong>KALIMAT</strong> <strong>BERKUANTOR</strong><br />

2.1 PENGANTAR LOGIKA PREDIKAT<br />

2.1.1 PENDAHULUAN<br />

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, dapat ditarik satu kesimpulan<br />

bahwa titik berat logika adalah pada pembuktian validitas suatu argumen<br />

logika proposisional dengan berbagai teknik yang relevan, yaitu<br />

menggunakan tabel kebenaran sebagai dasar pembuktian dan juga<br />

menggunakan hukum-hukum logika.<br />

Logika proposisional sudah cukup untuk menangani pernyataanpernyataan<br />

yang sederhana dan banyak dijumpai dalam peristiwa seharihari.<br />

Akan tetapi logika proposisional saja ternyata belum mampu<br />

menangani argumen-argumen yang berisi pernyataan-pernyataan yang<br />

rumit dan sering dijumpai dalam peristiwa sehari-hari. Sebagai contoh<br />

perhatikan argumen berikut ini :<br />

Contoh 2.1 :<br />

1. Semua gajah mempunyai belalai.<br />

2. Dumbo seekor gajah.<br />

3. Dengan demikian, Dumbo memiliki belalai.<br />

Tanpa perlu dibuktikan validitasnya, orang-orang pasti mengatakan<br />

argumen tersebut valid karena dengan jelas kesimpulan mengikuti<br />

premis-premisnya. Akan tetapi bagaimana cara membuktikannya?.<br />

Tentunya memakai logika proposisional.<br />

2.1.2 ARGUMEN PADA LOGIKA PREDIKAT<br />

Validitas sebuah argumen dapat dibuktikan dengan contoh yang mirip<br />

dengan contoh diatas. Perhatikan contoh argumen berikut :<br />

Contoh 2.2 :<br />

1. Semua mahasiswa pasti pandai.<br />

2. Badu seorang mahasiswa.<br />

3. Dengan demikian, Badu pandai.<br />

Secara nalar, kebanyakan orang akan menilai bahwa argumen di atas<br />

mempunyai validitas yang kuat. Akan tetapi, saat validitas tersebut ingin<br />

dibuktikan dengan logika proposisional, ternyata tidak bisa diselesaikan.<br />

Pembuktiannya dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur logika<br />

proposisional dengan menentukan terlebih dahulu proposisi-proposisinya :<br />

A=Semua mahasiswa pasti pandai.<br />

B=Badu seorang mahasiswa.<br />

C=Badu pasti pandai.<br />

Selanjutnya akan menjadi seperti berikut :<br />

Dalam bentuk ekspresi logika : (A∧B) ⇒ C<br />

A<br />

B<br />

―――<br />

∴ C


Dalam bentuk ekspresi logika diatas, tidak ada hukum-hukum logika<br />

proposisional yang dapat digunakan untuk membuktikan validitas<br />

argumen tersebut karena tidak ada yang mampu menghubungkan antara<br />

ketiga proposisi yang digunakan di atas. Atau tidak mungkin suatu<br />

kesimpulan yang berbeda dapat dihasilkan dari premis-premis yang<br />

berbeda. Dengan kata lain, tidak mungkin suatu kesimpulan berupa C<br />

dapat dihasilkan dari premis A dan premis B.<br />

Kalau argumen diatas masih ingin dibuktikan dengan logika proposisional,<br />

maka klaimatnya harus diperbaiki. Misalnya seperti berikut :<br />

Contoh 2.3:<br />

1. Jika Badu seorang mahasiswa, maka ia pasti pandai.<br />

2. Badu seorang mahasiswa.<br />

3. Dengan demikian, ia pasti pandai.<br />

Jika dirubah dalam bentuk ekspresi logika<br />

1. B ⇒ C premis 1<br />

2. B premis 2<br />

3. C kesimpulan<br />

Atau dapat juga ditulis [(B⇒C)∧B]⇒C<br />

Dalam logika proposisional, ekspresi logika di atas sudah benar karena<br />

kesimpulan diambil dari premis-premis.<br />

Persoalan yang terjadi adalah pernyataan tersebut tidak sepenuhnya<br />

mampu menangkap ide pada argumen yang pertama yaitu “Semua<br />

mahasiswa pandai”. Ide pada pernyataan tersebut tidak tertangkap pada<br />

argumen kedua karena hanya mampu menunjuk seorang mahasiswa yaitu<br />

Badu, bukan semua mahasiswa.<br />

Persoalan lain juga terjadi, yakni kesulitan menentukan objek, misalnya<br />

orang yang dimaksudkan jika diganti dengan kata ganti orang. Perhatikan<br />

pernyataan-pernyataan pada contoh argumen berikut ini :<br />

Contoh 2.4:<br />

1. Jika Badu seorang mahasiswa, maka ia pasti pandai.<br />

2. Dewi seorang mahasiswa.<br />

3. Dengan demikian, ia pasti pandai.<br />

Siapakah “ia” yang berada pada kesimpulan? Apakah Badu atau Dewi?.<br />

Kalau premis 1 diubah menjadi, “ Jika Dewi seorang mahasiswa, maka<br />

pasti ia pandai”, maka pernyataan tersebut sudah pasti tepat. Akan tetapi<br />

argumen tersebut menunjuk kepada dua orang mahasiswa yaitu Badu dan<br />

Dewi sehingga kata “ia” sebagai kata ganti tunggal tidak bisa berperan<br />

dengan tepat karena bisa berarti “Badu”, bisa juga berarti “Dewi”.<br />

Jadi suatu argumen yang sangat kuat logikanya, memang ada yag tidak<br />

dapat ditangani oleh logika proposisional. Oleh karena itu logika


proposisional dikembangkan menjadi logika predikat (predicate logic) atau<br />

kalkulus predikat (predicate calculus).<br />

Untuk mrncari kesamaan antara pernyataan-pernyataan dalam argumen<br />

pada logika predikat, diperlukan sesuatu yang mampu<br />

menghubungkannya. Pada contoh yang terakhir, penghubung antara Badu<br />

dan Dewi adalah keduanya mahasiswa. Selain mengidentifikasikan<br />

individu-individunya, yaitu Badu dan Dewi, juga akan dicari predikatnya.<br />

Ini merupakan langkah awal logika predikat sebelum membuktikan<br />

validitasnya. Secara umum, predikat digunakan untuk menjelaskan<br />

properti, yakni hubungan antara individu-individu. Lihat contoh yang<br />

sederhana berikut<br />

Contoh 2.5 :<br />

Badu dan Dewi berpacaran<br />

Dalam logika proposisional akan dipecah menjadi dua pernyataan, yaitu<br />

“Badu berpacaran” dan “Dewi berpacaran”. Kedua pernyataan tersebut<br />

akan menjadi aneh karen maksud kalimatnya bukan seperti itu. Di sini<br />

tidak diketahui dengan siapa Badu atau Dewi berpacaran. Padahal pada<br />

pernyataan awal jelas bahwa Badu berpacaran dengan Dewi atau Dewi<br />

berpacaran dengan Badu.<br />

Dengan logika predikat, kata “berpacaran” pada contoh diatas merupakan<br />

predikat, sedangkan individu-individunya yang berupa entitas yang<br />

dihubungkan dengan predikat tersebut, yaitu Badu dan Dewi, disebut<br />

term. Term pada logika predikat berfungsi sama seperti kata benda<br />

(noun) pada bahasa inggris.<br />

Sebagai pelengkap term dan predikat, orang menggunakan kuantor<br />

(quantifier), sedangkan prosesnya disebut pengkuantoran<br />

(quantification).Kuantor mengindikasikan seberapa banyak perulangan<br />

pada pernyataan tertentu yang bernilai benar, khususnya kuantor<br />

universal (universal quantifier) yang menginikasikan suatu pernyataan<br />

selalu bernilai benar. Kuantor lainnya adalah kuantor eksistensial<br />

(Existensial quantifier) yang mengindikasikan bahwa suatu pernyataan<br />

kadang-kadang bernilai benar atau mungkin juga salah . pada pernyataan<br />

“Semua mahasiswa pasti pandai” maka kata “semua” secara universal<br />

semuanya selalu bernilai benar.<br />

Dari uraian di atas, maka hubungan antara logika predikat dengan logika<br />

proposisional menjadi jelas, bahwa logika predikat sebenarnya<br />

menjadikan logika proposisional menjadi bersifat universal atau umum.<br />

Dengan demikian, selain term, predikat dan kuantor, logika predikat juga<br />

memiliki proposisi-proposisi dan perangkai-perangkai sebagai bagian dari<br />

pembahasan dan proses manipulasinya.<br />

Satu bagian yang penting dari logika dari logika predikat adalah fungsi<br />

proposisional (propositional function) atau cukup disebut fungsi saja.<br />

Fungsi berperan penting sewaktu menggunakan persamaan-persamaan<br />

karena ia bertugas persis seperti variabel proposisional karena fungsi<br />

tersebutlah yang dirangkai dengan perangkai-perangkai logika, dan<br />

kemudian membentuk ekspresi logika, dari yang rumit sampai yang


sederhana dan digunakan sebagai bahan untuk dimanipulasi secara<br />

matematis.<br />

Bagi para ahli di bidang ilmu komputer, logika predikat berperan penting<br />

dengan beberapa alasan. Pertama, logika predikat memberi alasan logis<br />

yang mendasari bahasa pemrograman logika, misalnya PROLOG dan LISP.<br />

Kedua, logika predikat mampu mendorong pengembangan kebutuhan<br />

aplikasi komputer. Ketiga, logika predikat mampu berperan di bagian<br />

pembuktian tentang masalah “correctness” sehingga dapat secara tepat<br />

mengetahui kondisi program yang menghasilkan keluaran yang benar.<br />

Contoh-contoh argumen yang menggunakan logika predikat masih cukup<br />

banyak, misalnya dua contoh berikut ini :<br />

Contoh 2.6 :<br />

1. Setiap kucing mempunyai ekor.<br />

2. Tom adalah seekor kucing.<br />

3. Dengan demikian, Tom memiliki ekor<br />

Atau :<br />

1. Setiap lelaki hidup abadi.<br />

2. Socrates adalah seorang lelaki.<br />

3. Dengan demikian, Socrates hidup abadi.<br />

Argumen juga bisa lebih panjang karena memiliki lebih dari 2 premis,<br />

tetapi tetap dengan satu kesimpulan. Lihat contoh argumen berikut :<br />

Contoh 2.7:<br />

1. Badu menyukai Siti.<br />

2. Pria yang menyukai Siti pasti menyukai Dewi.<br />

3. Badu hanya menyukai wanita cantik.<br />

4. Dengan demikian, Dewi adalah wanita cantik.<br />

Jelas bahwa kesimpulan pada pernyataan ke-4 adalah logis karena jelas<br />

berasal dari premis-premisnya, tetapi jika dibuktikan melalui logika<br />

proposisional akan terjadi kesulitan karena kesimpulan bukan diambil<br />

utuh dari premisnya, tetapi merupakan gabungan dari beberapa premis.<br />

Di sinilah logika predikat akan berperan.<br />

Banyak argumen logis yang tidak bisa diselesaikan pembuktian<br />

validitasnya dengan logika proposisional. Untuk itu, kemudian<br />

dikembangkan logika predikat untuk mengatasi masalah tersebut.<br />

Logika predikat diperkenalkan oleh Sir William Hamilton (1788-1856)<br />

dengan doktrinnya yang dinamakan “Quantification Theory”. Oleh karena<br />

itu, logika predikat sebenarnya adalah logika proposisional yang ditambah<br />

dengan hal-hal baru, yaitu pengkuantoran.


2.2 <strong>KALIMAT</strong> <strong>BERKUANTOR</strong><br />

Perhatikan ketiga kalimat berikut :<br />

a) Semarang ibukota jawa tengah<br />

b) X adalah binatang berkaki empat, X={kuda, burung, ular, singa}<br />

Jika diperhatikan pada kedua kalimat diatas, kalimat (a) adalah sebuah<br />

kalimat pernyataan dengan nilai kebenaran T. Kalimat (b) belum dapat<br />

ditentukan nilai kebenarannya sebelum variabel x –nya<br />

diganti dengan salah satu himpunan dari x, karena itu kalimat (b) disebut<br />

kalimat terbuka. Jika x diganti dengan “Kuda” atau “Singa”, maka kalimat<br />

terbuka (b) menjadi benar. Tetapi jika diganti dengan “Burung” atau<br />

“Ular”, maka kalimatnya menjadi salah.<br />

Apa yang terjadi jika terhdap suatu kalimat terbuka ditambahkan katakata<br />

seperti : “untuk semua/ setiap x…..”, Beberapa/Terdapat/Ada x……..<br />

Untuk kalimat (b) maka kalimatnya menjadi :<br />

1) Untuk semua/setiap x, x adalah binatang berkaki empat.<br />

2) Terdapat binatang x, dimana x adalah binatang berkaki empat.<br />

Kata-kata semua…….., setiap………, beberapa…….., terdapat…….., ada……..<br />

seperti adi atas disebut dengan kalimat berkuantor (Quantifier).<br />

Kuantor tersebut menunjukkan atau berkait dengan banyaknya pengganti<br />

peubah x sehingga didapatkan suatu pernyataan berkuantor yang bernilai<br />

benar saja atau salah saja. Seperti yang telah diuaraikan pada argumen<br />

pada logika predikat, kuantor ada dua jenis yaitu kuantor universal dan<br />

kuantor eksistensial.<br />

KUANTOR UNIVERSAL (UNIVERSAL QUANTIFIER).<br />

Kuantor universal menunjukkan bahwa setiap objek dalam semestanya<br />

mempunyai sifat kalimat yang menyatakannya. Kita dapat meletakkan<br />

kata-kata “Untuk semua/setiap x” di depan kalimat terbuka yang<br />

mengandung variabel x untuk menghasilkan kalimat yang mempunyai<br />

suatu nilai kebenaran. Nilai x ditentukan berdasarkan semesta<br />

pembicaraannya. Kuantor universal disimbolkan dengan “∀”. Kuantor<br />

universal mengindikasikan bahwa sesuatu bernilai benar untuk semua<br />

individual-individualnya. Perhatikan kalimat berikut ini :<br />

“Semua gajah mempunyai belalai”<br />

Maka jika predikat “mempunyai belalai” diganti dengan simbol B maka<br />

dapat ditulis :<br />

G(x) ⇒ B(x), dapat dibaca “Jika x adalah gajah, maka x mempunyai<br />

belalai”<br />

Tetapi kalimat di atas belum berupa kalimat berkuantor karena kalimat<br />

diatas belum memuat kata “semua”. Untuk itu perlu ditambahkan simbul<br />

kuantor universal sehingga menjadi<br />

(∀x)(G(x) ⇒ B(x)), jadi sekarang dapat dibaca ” Untuk semua x, jika x<br />

adalah gajah, maka x mempunyai belalai”.


Pernyataan-pernyataan yang berisi kata ”semua”, ”setiap”, atau kata lain<br />

yang sama artinya, mengindikasikan adanya pengkuantifikasian secara<br />

universal, maka dipakai kuantor universal. Dalam bahasa inggris,<br />

misalnya untuk orang ada kata ”every people”, ”all people”, ”anybody”,<br />

“each people”, dan lain-lainnya.<br />

Misalnya jika diketahui pernyataan logika, ”Setiap mahasiswa harus<br />

belajar dari buku teks”, jika ingin ditulis dalam logika predikat, maka<br />

ditentukan misal B untuk “ harus belajar dari buku teks”, sehingga jika<br />

ditulis B(x), berarti “x harus belajar dari buku teks”. Kata “Setiap<br />

mahasiswa” mengindikasikan bernilai benar untuk setiap x, maka<br />

penulisan yang lengkap adalah :<br />

(∀x) Bx, dibaca “Untuk setiap x, x harus belajar dari buku teks”.<br />

Akan tetapi notasi diatas belum sempurna karena x belum menunjuk<br />

mahasiswa, maka harus lebih ditegaskan dan sebaiknya ditulis :<br />

(∀x)(M(x) ⇒ B(x)), dibaca “Untuk setiap x, jika x mahasiswa, maka x<br />

harus belajar dari buku teks”.<br />

Langkah untuk melakukan pengkuantoran universal :<br />

Perhatikan pernyataan berikut ini :<br />

“Semua mahasiswa harus rajin belajar”<br />

Untuk melakukan pengkuantoran universal pada pernyataan tersebut<br />

maka dilakukan langkah-langkah seperti berikut :<br />

1. Carilah lingkup (scope) dari kuantor universalnya, yaitu<br />

“Jika x adalah mahasiswa, maka x harus rajin belajar”.<br />

Selanjutnya akan ditulis :<br />

mahasiswa(x) ⇒ harus rajin belajar(x)<br />

2. Berilah kuantor universal di depannya<br />

(∀x)(mahasiswa(x) ⇒ harus rajin belajar(x))<br />

3. Ubahlah menjadi suatu fungsi<br />

(Ax)(M(x) ⇒ B(x))<br />

Contoh 2.8 :<br />

1. ”Semua tanaman hijau membutuhkan air untuk tumbuh ”.<br />

• Jika x adalah tanaman hijau, maka x membutuhkan air untuk<br />

tumbuh<br />

Tanaman hijau(x) ⇒ membutuhkan air untuk tumbuh(x)<br />

• (∀x) (Tanaman hijau(x) ⇒ membutuhkan air untuk tumbuh(x))<br />

• (∀x)(T(x) ⇒ A(x))<br />

2. ”Semua artis adalah cantik”.


• Jika x adalah artis, maka x cantik, Artis(x) ⇒ cantik(x).<br />

• (∀x)( Artis(x) ⇒ cantik(x))<br />

• (∀x)(A(x) ⇒ C(x))<br />

3. Jika diketahui persamaan x+3>10, dengan x adalah himpunan<br />

bilangan bulat positif A > 5 . Tentukan nilai kebenaran (∀x∈A)<br />

x+3>10. Untuk menentukan nilai kebenarannya, maka harus dicek<br />

satu persatu<br />

A={1,2,3,4}. Jika kuantor universal, maka untuk semua nilai A yang<br />

dimasukkan harus memenuhi persamaan yaitu x+3>10<br />

Untuk A=1, maka 1+3>10 ≡ 4>10 Memenuhi<br />

A=2, maka 2+3>10 ≡ 5>10 Memenuhi<br />

A=3, maka 3+3>10 ≡ 6>10 Memenuhi<br />

A=4, maka 4+3>10 ≡ 7>10 Memenuhi<br />

Karena semua himpunan A memenuhi, maka (∀x) x+3>10 bernilai<br />

benar. Tapi jika ada satu saja nilai A yang tidak memenuhi, misalnya<br />

dimasukkan A=8, sehingga 8+3>10 ≡ 11>10, dimana hasilnya salah<br />

maka (∀x) x+3>10 bernilai salah. Nilai x yang menyebabkan suatu<br />

kuantor bernilai salah disebut dengan contoh penyangkal atau<br />

counter example.<br />

KUANTOR EKSISTENSIAL (EXISTENSIAL QUANTIFIER)<br />

Kuantor eksistensial menunjukkan bahwa diantara objek-objek (term –<br />

term) dalam semestanya, paling sedikit ada ada satu term/objek<br />

yang memenuhi sifat kalimat yang menyatakannya. Kita dapat<br />

meletakkan kata-kata : “Terdapat…..”, “Beberapa x bersifat…..”, “Ada……”,<br />

“Paling sedikit ada satu x………” di depan kalimat terbuka yang<br />

mengandung variabel x. Kuantor eksistensial disimbolkan dengan ”∃”.<br />

Kuantor eksistensial mengindikasikan bahwa sesuatu kadang-kadang<br />

bernilai benar untuk individu-individualnya.<br />

Dalam bahasa inggris, penggunaan kuantor eksistensial dapat ditunjukkan<br />

dengan penggunaan kata kata: ”some”,” there is”, ”at least one”, dan<br />

kata-kata lain yang sama artinya.<br />

Perhatikan kalimat berikut ini :<br />

” Ada pelajar yang memperoleh beasiswa berprestasi ”<br />

Untuk melakukan pengkuantoran eksistensial pada pernyataan tersebut,<br />

dilakukan langkkah-langkah sebagai berikut :<br />

1. Carilah scope dari kuantor-kuantor eksistensialnya, yaitu :<br />

“Ada x yang adalah pelajar, dan x memperoleh beasiswa berprestasi “.<br />

Selanjutnya akan ditulis :<br />

Pelajar(x) ∧ memperoleh beasiswa berprestasi(x)<br />

2. Berilah kuantor eksisitensial di depannya.<br />

(∃x) (Pelajar(x) ∧ memperoleh beasiswa berprestasi(x))<br />

3. Ubahlah menjadi suatu fungsi.<br />

(∃x)(P(x) ∧ B(x))


Contoh 2.9:<br />

1. “Beberapa orang rajin beribadah”.<br />

Jika ditulis dengan menggunakan logika predikat, maka:<br />

• ”Ada x yang adalah orang, dan x rajin beribadah”.<br />

• (∃x)(Orang(x) ∧ rajin beribadah(x))<br />

• (∃x)(O(x) ∧ I(x))<br />

2. “Ada binatang yang tidak mempunyai kaki”.<br />

• “Terdapat x yang adalah binatang, dan x tidak mempunyai kaki”.<br />

• (∃x)(binatang(x) ∧ tidak mempunyai kaki(x))<br />

• (∃x)(B(x) ∧ ¬K(x))<br />

3. Misalkan B adalah himpunan bilangan bulat. Tentukan nilai kebenaran<br />

(∃x ∈ B)(x 2 =x).<br />

(∃x ∈ B)(x 2 =x) dapat dibaca “Terdapat x yang adalah bilangan bulat<br />

dan x memenuhi x 2 =x”. (∃x ∈ B)(x 2 =x) akan bernilai benar jika dapat<br />

ditunjukkan paling sedikit ada satu bilangan bulat yang memenuhi<br />

x 2 =x.<br />

Misal x= -1, maka (-1) 2 =1 Tidak memenuhi<br />

X= 1, maka (1) 2 =1 Memenuhi<br />

Karena ada satu nilai yang memenuhi, yaitu x=1, maka pernyataan di<br />

atas bernilai benar.<br />

MEMPREDIKATKAN SATU DAN N-ARITAS OBJEK<br />

Contoh berikut merupakan pernyataan untuk semakin memahami cara<br />

menulis simbol dengan logika predikat. Perhatikan dengan sekssms<br />

bsgsimsns huruf besar menggantikan predikat dan huruf kecil<br />

menggantikan variabel (objek).<br />

Contoh 2.10:<br />

1. Badu seorang mahasiswa. M(b)<br />

2. Jika Badu rajin belajar, maka ia akan lulus. B(b) ⇒ L(b)<br />

3. Semua rumput berwarna hijau. (∀y)(R(y) ⇒ H(y))<br />

Tidak selalu harus menggunakan huruf kecil x untuk variabel yang umum,<br />

tetapi yang penting adalah konsisten. Jadi untuk contoh no.3 tidak boleh<br />

ditulis (∀y)(R(y) ⇒ H(x))<br />

Contoh 2.11:<br />

1. Semua orang harus bekerja. (∀x)(O(x) ⇒ B(x))<br />

2. Beberapa mahasiswa lupus sarjana. (∃x)(M(x) ∧ L(x))<br />

3. Ada sesuatu yang hilang di desa Sidomakmur. (∃x)(S(x) ∧ H(x))<br />

Dari berbagai contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa :<br />

• Jika pernyataan memakai kuantor universal (∀), maka digunakan<br />

perangkai implikasi (⇒), yaitu “Jika semua......maka.....”<br />

• Jika pernyataan memakai kuantor eksistensial (∃), maka digunakan<br />

perangkai konjungsi (∧), yaitu “Ada...yang...dan....”.<br />

Conoth-contoh diatas berhubungan dengan predikat unary atau relasi satu<br />

tempat (objek hanya satu), dan tentu saja penulisan simbol harus ampu


menunjukkan predikat n-ary yaitu relasi dimana objeknya sebanyak n<br />

buah. Lihat contoh berikut :<br />

Contoh 2.12:<br />

1. Setiap orang mencintai Jogjakarta. (∀x) C(x,J)<br />

2. Setiap bilangan genap dapat dibagi 2. (∀x)(G(x) ⇒ B(x,2))<br />

3. Tak ada bilangan prima di antara 23 dan 29. (∃x)(P(x) ∧ A(x,23,29))<br />

4. Badu mengenal seua benda. (∀x) K(b,x)<br />

KUANTOR GANDA<br />

Domain atau semesta pembicaraan penafsiran kuantor sangat penting<br />

untuk menentukan jenis kuantor yang akan digunakan serta<br />

mempengaruhi penulisan simbolnya. Lihat contoh berikut :<br />

“Setiap orang mencintai Jogjakarta”<br />

Selanjutnya, dapat ditulis simbolnya dengan logika predikat<br />

(∀x) C(x,j)<br />

Simbol tersebut dapat dibaca “Untuk semua y, y mencintai Jogjakarta”.<br />

Persoalan yang terjadi adalah domain penafsirab seseorang untuk y bisa<br />

berbeda-beda. Ada orang yang menganggap y hádala manusia, tetapi<br />

mungkin orang lain menganggap y bisa mahluk hidup apa saja, misal<br />

ayam, bebek, bahkan mungkin y bisa menjadi benda apa saja. Tentu saj<br />

domain penafsiran semacam ini kacau karena yang dimaksudkan pasti<br />

hanya orang atau manusia. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa<br />

domain penafsiran hanya orang, penulisan simbol harus diperbaiki seperti<br />

berikut :<br />

(∀y)(O(y) ⇒ C(y,j))<br />

Sekarang simbol tersebut dapat dibaca ”Untuk semua y jika y adalah<br />

orang, maka y mencintai Jogjakarta”.<br />

Untuk menulis simbol yang tepat, memang harus menempatkan terlebih<br />

dahulu domain penafsiran karena domain penafsiran Sangay<br />

mempengaruhi penulisan dan sekaligus menghindari terjadinya<br />

ambiguitas. Contoh domain penafsiran yang bersifat umum antara lain<br />

manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, bilangan prima, bilangan asli, dan<br />

sebagainya, yang nantinya akan menggunakan kuantor universal. Akan<br />

tetapi jira tertentu saja atau tidak semuanya, misalnya beberapa<br />

manusia, atau satu manusia saja, akan memakai kuantor yang berbeda<br />

yaitu kuantor eksisitensial.<br />

Persoalan selanjutnya adalah bagaimana jira memakai dua kuntor yang<br />

berbeda pada satu penulisan simbol yang berasal dari satu pernyataan.<br />

Apakah domain penafsiran juga akan berbeda atau sama?. Perhatikan<br />

contoh berikut ini :<br />

“Setiap orang dicintai oleh seseorang”


Dengan notasi simbol logika predikat, akan ditullis seperti berikut<br />

(∀x)(∃y) C(y,x)<br />

Yang dapat dibaca ”Untuk semua x, terdapat y dimana y mencintai x”<br />

X dan Y sebenarnya menunjuk domain penafsiran yang sama yaitu orang,<br />

dan pada simbol tersebut ternyata dibedakan. Penulisan tersebut lebih<br />

baik lagi jika bisa memakai variable yang sama. Maka pernyataan diatas<br />

secara lengkap dapat ditulis :<br />

(∀x)(O(x) ⇒ (∃x)(O(y) ∧ C(y,x)))<br />

Sekarang perhatikan contoh penulisan pernyataan berikut jika<br />

menggunakan angka atau bilangan.<br />

(∀x∈real)(∀y∈real)S(x,y), misalkan S(x,y)=x+y=y+x dan dapat dibaca “<br />

Untuk semua bilangan real x dan semua bilangan real y, adalah benar<br />

x+y=y+x”<br />

Sekarang perhatikan jika pengkuantoran ternyata melibatkan lebih dari<br />

satu jenis kuantor dengan contoh pernyataan berikut :<br />

“Terdapat bilangan positif x sedemikian sehingga untuk semua bilangan<br />

positif y berlaku y


¬[(∀x)(∃y) P(x,y)] ≡ (∃x)(∀y) ¬P(x,y)<br />

Contoh 2.14:<br />

Tentukan negasi dari logika predikat berikut ini :<br />

1. (∀x)(∃y) x=2y dengan domainnya adalah bilangan bulat<br />

(∀x)(∃y) x=2y dibaca “Untuk semua bilangan bulat x, terdapat<br />

bilangan bulat y yang memenuhi x=2y. Maka negasinya :<br />

¬[(∀x)(∃y) x=2y] ≡ (∃x)(∀y) x≠2y<br />

2. Ada toko buah yang menjual segala jenis buah<br />

Dapat ditulis (∃x)(∀y) x menjual y. Maka negasinya<br />

¬[(∃x)(∀y) x menjual y] ≡ (∀x)(∃y) x tidak menjual y<br />

Dibaca “Semua toko buah tidak menjual paling sedikit satu jenis<br />

buah”.<br />

Mengubah pernyataan ke dalam logika predikat yang memiliki kuantor<br />

ganda<br />

Misal : “Ada seseorang yang mengenal setiap orang”<br />

Langkah-langkahnya :<br />

1. Jadikan potongan pernyataan ”x kenal y”, maka akan menjadi K(x,y).<br />

K(x,y) : x kenal y<br />

2. Jadikan potongan pernyataan ”x kenal semua y”, sehingga menjadi<br />

(∀y) K(x,y)<br />

3. Jadikan pernyataan “ada x, yang x kenal semua y”, sehingga menjadi<br />

(∃x)(∀y) K(x,y)<br />

Latihan :<br />

Ubahlah pernyataan berikut ke dalam logika predikat kemudian negasikan<br />

1. Setiap orang memiliki seseorang yang menjadi ibunya.<br />

2. Semua orang menghormati Presiden SBY.<br />

3. Ada mahasiswa TI yang tidak lulus logika informatika.<br />

4. Setiap orang dicintai oleh seseorang.<br />

5. Ada programmer yang menguasai semua bahasa pemrograman.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!