05.05.2013 Views

Pertemuan Ilmu Hukum dan Sosiologi dalam Penerapan Lembaga ...

Pertemuan Ilmu Hukum dan Sosiologi dalam Penerapan Lembaga ...

Pertemuan Ilmu Hukum dan Sosiologi dalam Penerapan Lembaga ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Ilmu</strong> <strong>Hukum</strong> <strong>dan</strong> <strong>Sosiologi</strong><br />

Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat analitik yang telah<br />

dilontarkan, hakim tidak bisa tidak harus memiliki wawasan yang luas, <strong>dan</strong> sensitivitas<br />

sosial, ekonomi, <strong>dan</strong> budaya yang normatif <strong>dan</strong> aplikatif. Hakim harus memiliki<br />

kemampuan untuk membaca bagaimana kondisi sosio-kultural aktual dari masyarakat<br />

hukumnya sendiri. Bagaimanakah sebenarnya dinamika <strong>dan</strong> gejala perubahan, serta<br />

perkembangan masyarakat yang aktual. Dilihat dari perspektif futuristik, hakim juga<br />

berperan <strong>dalam</strong> mengarahkan perkembangan masyarakat hukumnya melalui kebijakan<br />

sosio-yuridis dari keputusannya untuk menciptakan ataupun mempertahankan jalinan<br />

nilai yang ideal untuk masyarakat hukum mendatang.<br />

Hakim tidak hanya harus bijaksana, cermat, piawai <strong>dalam</strong> ilmu pengetahuan<br />

hukum, tetapi juga sedikit banyak harus memiliki pengetahuan sosiologi. <strong>Sosiologi</strong><br />

memberikan kepada hakim pemahaman tentang masyarakat <strong>dan</strong> dinamikanya. Suatu<br />

permasalahan hukum <strong>dalam</strong> masyarakat dapat dari dilihat dengan dua titik-tolak yang<br />

berbeda. Jika titik-tolak yang digunakan adalah ilmu hukum, maka yang digunakan<br />

sebagai alat menganalisis adalah ilmu hukum sosiologis (sociological jurisprudence), <strong>dan</strong><br />

sosiologi menjadi ilmu-bantu. <strong>Hukum</strong> di sini diartikan sebagai kaidah. Tetapi jika titik-<br />

tolak yang digunakan adalah sosiologi, maka digunakanlah sosiologi hukum (sociology of<br />

law), <strong>dan</strong> ilmu hukum menjadi ilmu bantu. <strong>Hukum</strong> diartikan sebagai sikap-tindak ajeg<br />

atau perikelakuan yang teratur (Purbacaraka <strong>dan</strong> Soekanto: 1986, 4). Perbedaan titik-<br />

tolak <strong>dan</strong> pengertian hukum yang diambil penting untuk diperhatikan. Hakim,<br />

sebagaimana telah dinyatakan di atas, <strong>dalam</strong> melaksanakan jabatannya turut menciptakan<br />

hukum. Oleh karena itu, hakim yang adalah seorang yuris harus menggunakan ilmu<br />

hukum sosiologis, <strong>dan</strong> bukan sosiologi hukum.<br />

Di <strong>dalam</strong> “memutuskan” atau “menetapkan” apa yang menjadi (1) sendi-sendi<br />

asasi, <strong>dan</strong> (2) kaidah super memaksa, serta mengukur (3) tingkat pelanggaran yang<br />

mungkin terjadi, hakim harus berpatokan pada “hukum yang adalah kaidah.” Adapun<br />

sikap-tindak yang ada harus dinilai oleh patokan atau pedoman yang diyakini pantas atau<br />

diharapkan. Jika titik-tolak yang digunakan adalah sosiologi, maka hakim akan<br />

cenderung untuk menyimpulkan bahwa keberlakuan hukum asing tidak sesuai dengan<br />

LSD - <strong>Pertemuan</strong> <strong>Ilmu</strong> <strong>Hukum</strong> <strong>dan</strong> <strong>Sosiologi</strong> <strong>dalam</strong> <strong>Penerapan</strong> <strong>Lembaga</strong> Ketertiban Umum<br />

10

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!