31.05.2013 Views

peta-korupsi-indonesia

peta-korupsi-indonesia

peta-korupsi-indonesia

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

SEMINAR: “MEMBANGUN AKUNTABILITAS PARTAI POLITIK: Menaklukkan Korupsi<br />

(Tantangan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014)”<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

1<br />

Universitas Gadajah Mada


Korupsi Struktural<br />

• Korupsi di Indonesia tidak saja bersifat sistemik, namun lebih dari itu <strong>korupsi</strong> di<br />

Indonesia cenderung bersifat struktural<br />

• Korupsi struktural adalah <strong>korupsi</strong> yang terjadi akibat sistem yang berlaku di suatu<br />

negara cenderung mendorong individu yang tinggal di negara tersebut untuk<br />

melakukan <strong>korupsi</strong>.<br />

• Dalam <strong>korupsi</strong> struktural, sistem yang berlaku memberikan insentif lebih tinggi<br />

untuk melakukan <strong>korupsi</strong> daripada insentif untuk mematuhi hukum.<br />

• Korupsi struktural terjadi akibat:<br />

– Perumus kebijakan tidak berorientasi pada optimasi kemakmuran masyarakat<br />

(social welfare function)<br />

– Perumus kebijakan mengedepankan rasionalitas pribadi (supply side) daripada<br />

berusaha memahami rasionalitas subyek yang terkena kebijakan (demand side)<br />

– Perumusah kebijakan tidak didasarkan suatu studi mendalam, berdasarkan fakta<br />

atau hard evidence, namun lebih dipengaruhi kepentingan politik jangka pendek.<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

2<br />

Universitas Gadajah Mada


Perubahan Struktural pasca<br />

reformasi<br />

Birokrat<br />

Judikatif<br />

Politisi<br />

• Perubahan struktur<br />

organisasi tidak<br />

diikuti perubahan<br />

perilaku dan pola<br />

berfikir<br />

• Reformasi di<br />

Indonesia mirip<br />

dengan English Civil<br />

War (1642–1651)<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Politisi<br />

Judikatif<br />

Birokrat<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

3<br />

Universitas Gadajah Mada


esidential<br />

Evolusi Trias Politika<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

• Struktur pemerintahan Orba didasarkan<br />

pada asumsi otoritatian<br />

• Pasca Orba terjadi pergeseran fungsi<br />

elemen trias politika (peran DPR naik,<br />

peran birokrat turun)<br />

Parlementer<br />

• Masalah:<br />

• Bangun birokrasi masih didasarkan<br />

pada sistem Orba<br />

• DPR masih minim fungsi legislasi<br />

• Terdapat kecenderungan peningkatan<br />

peran DPR seolah menjadi eksekutif<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

4<br />

Universitas Gadajah Mada


Perumusan kebijakan di <strong>indonesia</strong><br />

Tanpa Teori<br />

• ‘Optimalisasi’ APBN oleh DPR<br />

(Banggar)<br />

• Subsidi BBM<br />

• Hukuman di UU Anti<strong>korupsi</strong><br />

• UU Parpol<br />

• Gaji PNS rendah, tanpa jobs<br />

description, sulit (tak bisa)<br />

dipecat<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Ekonomika Neo Klasik<br />

• Cukai Rokok<br />

• Bea Keluar Kakao<br />

• Pajak Buku, Pajak<br />

Susu Bayi<br />

Ekonomika<br />

Keperilakuan<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

5<br />

Universitas Gadajah Mada


Kompleksitas Peraturan<br />

di Indonesia<br />

Kompleksitas Contoh<br />

Ada fenomena tapi tidak ada peraturan Peraturan di ruang publik<br />

(merokok, HP, penggunaan<br />

bahasa di TV, dll)<br />

Peraturan dibuat tanpa dasar teori<br />

Ada peraturan tapi tanpa saksi UU Parpol<br />

Ada peraturan dan sanksi tapi sanksi tidak<br />

credible<br />

Ada peraturan dan sanksi tapi sanksi tidak<br />

dapat ditegakkan<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

BBM Subsidi, Optimalisasi<br />

APBN oleh Banggar<br />

UU Anti Korupsi, Ketentuan<br />

Reboisasi<br />

SPBU dan Pedagang eceran<br />

BBM<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

6<br />

Universitas Gadajah Mada


Apa amanah UU Anti Korupsi?<br />

Pasal Nilai Jenis Korupsi Denda<br />

Korupsi<br />

Maksimal<br />

Pasal 5 Rp 5 jt - ∞ Penyogokan Rp 50-250<br />

PNS/penyelenggara<br />

negara<br />

juta<br />

Pasal 6 Rp 5 jt - ∞ Penyogokan Hakim, Rp 150-750<br />

aparat hukum &<br />

saksi ahli<br />

juta<br />

Pasal 8 Rp 5 jt - ∞ Penggelapan uang Rp 150 –<br />

oleh PNS<br />

750 juta<br />

Pasal 12 Rp 5 jt - ∞ Korupsi oleh PNS Rp 200 jt –<br />

Rp 1 M<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Penjara<br />

Maksimal<br />

1-5 th<br />

3-15th<br />

3-15th<br />

4-20th<br />

Catatan: Jaksa dan hakim belum tentu menuntut/menjatuhkan hukuman pembayaran<br />

uang pengganti sebesar jumlah uang yang di<strong>korupsi</strong><br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

7<br />

Universitas Gadajah Mada


Korupsi oleh anggota<br />

masyarakat<br />

Teori Korupsi di<br />

Ekonomika<br />

Kriminalitas<br />

Kecanggihan Korupsi<br />

di Indonesia<br />

• Pra Pengadilan<br />

Korupsi oleh Polisi<br />

• Pra<br />

pengadilan<br />

Makelar Kasus<br />

Teknologi Baru<br />

dalam Korupsi<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Makelar Kasus dan Joki Napi<br />

hanya ada di Indonesia<br />

Korupsi oleh<br />

Jaksa dan Hakim<br />

• Pengadilan<br />

Korupsi di LP<br />

• Pasca<br />

Pengadilan<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

8<br />

Universitas Gadajah Mada


Kompleksitas Korupsi<br />

di Indonesia<br />

Diatur di UU Tipikor Lembaga Belum Diatur di UU Tipikor<br />

Eksekutif<br />

Legislatif<br />

Yudikatif<br />

Korupsi<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Internasional<br />

di Indonesia Swasta<br />

Nasional<br />

Swasta<br />

Internasional<br />

di Indonesia<br />

Non-Profit<br />

Organisation<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

9<br />

Universitas Gadajah Mada


Bisnis<br />

Rasionalitas Bisnis vs PNS<br />

Entry Exit<br />

Pasar<br />

Sunk Cost Sunk Cost<br />

Entry<br />

Sunk Cost<br />

PNS<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

• Sulit dipecat (bisa<br />

masuk, tak bisa keluar)<br />

• Riskless prospect<br />

• Korupsi = upaya<br />

mengembalikan<br />

investasi ketika entry<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

Universitas Gadajah Mada 10


Rasionalitas Bisnis Rasionalitas PNS<br />

• Pelaku bisnis harus<br />

menanggung sunk costs ketika<br />

ybs ingin memasuki pasar<br />

(mempelajari seluk-beluk bisnis,<br />

mencari informasi yang<br />

diperlukan dll)<br />

• Ketika pelaku bisnis akan<br />

meninggalkan pasar pun,<br />

mereka menanggung sunk costs<br />

(closing down sale hingga 70%<br />

untuk meminimasi kerugian)<br />

• Sunk costs adalah semua biaya<br />

yang perlu dikeluarkan oleh<br />

pengusaha untuk memulai atau<br />

mengakhiri usaha dan biaya<br />

tersebut tidak dapat dialihkan ke<br />

konsumen.<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

• Para calon PNS menanggung sunk cost<br />

untuk menjadi PNS (usaha untuk tes<br />

CPNS, kelengkapan administrasi dll)<br />

• Ketika seseorang sudah menjadi PNS,<br />

terlepas dari kinerja ybs, kemungkinan<br />

dipecat hampir mendekati 0<br />

• Dampaknya PNS menghadapi riskless<br />

prospect. Meski sulit untuk menjadi<br />

PNS, namun setelah menjadi PNS ybs<br />

tidak pecat-able.<br />

• PNS pusat hanya bisa dipecat oleh<br />

Menteri dan proses ini bisa memakan<br />

waktu 3-4 tahun atau lebih (selama itu si<br />

PNS tetap menerima gaji)<br />

• Di negara maju, apapun jenis<br />

pekerjaannya, setiap pekerja memiliki<br />

probabilitas yang cukup besar untuk<br />

dipecat selama ybs tidak memenuhi<br />

kinerja tertentu.<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

Universitas Gadajah Mada 11


Sistem Gaji PNS di masa Orba Sistem Gaji PNS Ideal<br />

• Gaji rendah dan komponennya<br />

terpisah-pisah<br />

– Sulit termonitor total<br />

pendapatannya<br />

• Proyek-proyek dipakai sebagai<br />

tambahan gaji<br />

• Pendapatan tidak bisa<br />

dinyatakan dalam satuan jam<br />

atau hari<br />

• Tidak ada job description<br />

• Tidak ada Indikan Kinerja Kunci<br />

• Sulit dipecat (tidak ada dasar<br />

teori yang melandasi sistem ini)<br />

• Rangkap jabatan dimungkinkan<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

– Gaji tinggi tanpa pemisahan<br />

komponennya.<br />

• Gaji harus bisa dinyatakan dalam<br />

satuan jam atau hari<br />

– Proyek-proyek dan kunjungan lapangan<br />

TIDAK akan menambah pendapatan<br />

PNS (at cost)<br />

– Job description jelas dan<br />

memperhitungkan beban kerja full time<br />

(40 jam seminggu)<br />

– Indikan Kinerja Kunci jelas dan bersifat<br />

mengikat<br />

• Promosi, penurunan pangkat,<br />

mutasi dan pemecatan<br />

berdasarkan hard evidence<br />

– Proses pemecatan cepat dan tidak<br />

berbelit-belit<br />

– Rangkap jabatan tidak dimungkinkan,<br />

kecuali ybs bersedia bekerja 2 x full<br />

time (tidak mungkin)<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

Universitas Gadajah Mada 12


Pemasukan<br />

Pemasukan<br />

Rasionalitas Bisnis vs Keuangan Negara<br />

Pemasukan dan<br />

Pengeluaran via<br />

satu pintu<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Penerimaan<br />

Anggaran<br />

Pengeluaran<br />

• Uang yang sudah<br />

dikeluarkan sulit<br />

dimasukkan kembali<br />

• Uang yang sudah<br />

terlanjur masuk, sulit<br />

dikembalikan<br />

Pengeluaran<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

Universitas Gadajah Mada 13


Rasionalitas Bisnis vs Rasionalitas Politisi<br />

Biaya Input<br />

Semurah<br />

mungkin<br />

Biaya Politik<br />

Sangat Mahal<br />

Politisi<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Penerimaan<br />

Output<br />

Semaksimal<br />

mungkin<br />

Pendapatan<br />

dari jabatan<br />

Tidak Besar<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

Universitas Gadajah Mada 14


Rasionalitas Bisnis vs Rasionalitas Parpol<br />

Biaya Input<br />

Sumber<br />

Pembiayaan<br />

jelas<br />

Sumbangan<br />

Parpol<br />

Tidak Jelas<br />

Parpol<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Output<br />

Minimasi<br />

Biaya<br />

Kegiatan<br />

Parpol<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

Universitas Gadajah Mada 15<br />

Cenderung<br />

Berbiaya Besar


UU Parpol 2/2008 jo 2/2011<br />

Ps 13.i: Laporan<br />

penggunaan<br />

APBN/D, sanksi:<br />

administratif<br />

Ps 13.h: Laporan<br />

penyumbang dan<br />

sumbangan:<br />

sanksi: admin<br />

Parpol<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Laporan dana<br />

kampanye<br />

Capres/calon<br />

kepala daerah:<br />

sanksi: tidak diatur Tak ada batasan<br />

dana parpol untuk<br />

kampanye dan<br />

operasional<br />

Tak ada aturan<br />

jenis pengeluaran<br />

apa yang boleh<br />

dan tidak boleh<br />

dilakukan<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

Universitas Gadajah Mada 16


Pengawasan<br />

Perbandingan Fungsi DPR<br />

Apa ukuran kinerja<br />

(outcome measures)<br />

untuk fungsi<br />

penganggaran bagi<br />

DPR?<br />

Anggaran<br />

DPR<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Legislasi<br />

Mengapa peran<br />

sebagai legislator<br />

minimum namun<br />

peran yang lain<br />

maksimum?<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

Universitas Gadajah Mada 17


Maksimalisasi Anggaran oleh Banggar<br />

x 2<br />

x**<br />

x*<br />

BL 1<br />

BL 2<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

x 1<br />

• Anggota DPR, khususnya<br />

Banggar, sering menggunakan<br />

konsep ‘optimalisasi anggaran’.<br />

• Kenyataannya, bukan<br />

optimalisasi anggaran yang<br />

dilakukan namun maksimalisasi<br />

anggaran<br />

• Maksimalisasi anggaran<br />

dilakukan dengan cara<br />

mengubah-ubah asumsi makro<br />

sedemikian rupa agar potensi<br />

penerimaan pemerintah<br />

meningkat, sehingga spending<br />

juga akan meningkat.<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

Universitas Gadajah Mada 18


Jenis Perumusan Kebijakan<br />

Demand Side (bottom up)<br />

Approach<br />

Obyek Kebijakan<br />

Pembuat<br />

Kebijakan<br />

• Didasarkan pada hard evidence perilaku<br />

pelaku ekonomi yang menjadi target<br />

kebijakan<br />

• Pemahaman terhadap rasionalitas<br />

pelaku ekonomi sangat penting<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Supply Side (top down)<br />

Approach<br />

Pembuat<br />

Kebijakan<br />

Obyek Kebijakan Obyek Kebijakan<br />

• Rumusan kebijakan didasarkan pada<br />

rasionalitas penyusun kebijakan;<br />

• Subyektivitas perumus kebijakan<br />

sangat domunan dalam pendekatan ini<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

Universitas Gadajah Mada 19


Database <strong>korupsi</strong> putusan MA<br />

• Korupsi adalah tindak<br />

pidana ‘extra ordinary<br />

crime’<br />

– UN Convention Against<br />

Corruption 2003<br />

– Dampak <strong>korupsi</strong> sangat<br />

luas, meskipun korban<br />

langsung belum tentu ada<br />

(victimless crime)<br />

– Korupsi menurunkan<br />

kapasitas nasional dan<br />

berdampak negatif pada<br />

pembangunan<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

• Jika <strong>korupsi</strong> adalah ‘extra<br />

ordinary crime’ apakah<br />

hukuman terhadap koruptor<br />

juga ‘extra ordinary’?<br />

• Teori Ekonomika:<br />

– Hukuman optimal kepada<br />

koruptor adalah<br />

memiskinkan koruptir<br />

dengan merampas semua<br />

harta hasil <strong>korupsi</strong> (Bowles &<br />

Garoupa, 2005, Polinsky and<br />

Shavell, 2001, 2007)<br />

• Apakah rekomendasi<br />

tersebut sudah dilakukan di<br />

Indonesia?<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

20<br />

Universitas Gadajah Mada


Penjahat Konvensional<br />

• Umumnya berpendidikan rendah<br />

dan berasal dari keluarga kurang<br />

mampu<br />

• Sebagian besar kejahatan akibat<br />

dorongan memenuhi kebutuhan<br />

hidup<br />

• Korban bullying bertendensi<br />

sebagai penjahat ketika<br />

dewasa(Bowles & Pradiptyo,<br />

2005)<br />

• Perilaku kejahatan sensitif<br />

terhadap umur (Bowles and<br />

Pradiptyo, 2005)<br />

• Cenderung mudah terdeteksi<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Koruptor<br />

• Umumnya berpendidikan tinggi<br />

dan memiliki jabatan<br />

• Tindak <strong>korupsi</strong> cenderung kurang<br />

sensitif terhadap umur<br />

• Menggunakan metoda yang<br />

canggih dan tidak mudah<br />

dibuktikan<br />

• Menggunaan jabatan untuk<br />

menghalangi penyidikan<br />

• Pendeteksian cenderung rendah<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

21<br />

Universitas Gadajah Mada


Tersedia di<br />

website MA<br />

Database <strong>korupsi</strong> putusan MA<br />

PDF<br />

Putusan MA<br />

Kasus Korupsi<br />

Database Korupsi<br />

Semua Kasus<br />

kejahatan dan<br />

perdata<br />

1365 kasus, 1842<br />

terdakwa<br />

Excel Software statistika<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

• Database <strong>korupsi</strong> dibangung secara<br />

mandiri berdasarkan pada putusan<br />

MA yang diupload di website MA<br />

• Database pertama dibangun<br />

untuk putusan MA 2001-2009<br />

(549 kasus dan 831 terdakwa)<br />

• Update data dilakukan untuk<br />

penyempurnaan data putusan<br />

MA periode 2001-2012 (1365<br />

kasus dan 1842 terdakwa)<br />

• Database ini memungkinkan kita<br />

mempelajari cara berfikir koruptor<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

22<br />

Universitas Gadajah Mada


Korupsi sebagai Gunung ES<br />

Kasus <strong>korupsi</strong><br />

diputus MA<br />

Kasus <strong>korupsi</strong><br />

tanpa kasasi<br />

(Pengadilan<br />

Tinggi)<br />

Kasus <strong>korupsi</strong> tanpa<br />

banding (Pengadilan<br />

Negeri)<br />

Kasus Korupsi yang belum<br />

terdeteksi<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

• Database terbatas pada<br />

putusan MA<br />

• Data yang belum<br />

diperoleh:<br />

– Kasus yang berhenti di<br />

Pengadilan Tinggi (tanpa<br />

kasasi)<br />

– Kasus yang berhenti di<br />

Pengadilan Negeri (tanpa<br />

banding)<br />

– Kasus <strong>korupsi</strong> yang<br />

belum terdeteksi<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

23<br />

Universitas Gadajah Mada


Biaya Sosial Kejahatan dan Biaya Sosial<br />

Korupsi<br />

• Setiap tindak pidana menimbulkan<br />

dampak negatif terhadap individu<br />

dan masyarakat<br />

• Biaya jangka pendek dan jangka<br />

panjang<br />

• Biaya eksplisit maupun biaya implisit<br />

(opportunity costs)<br />

• Biaya sosial kejahatan ditanggung<br />

bersama oleh para pembayar pajak<br />

• Penanggulangan kejahatan<br />

bertujuan meminimasi biaya sosial<br />

kejahatan<br />

• Estimasi biaya sosial kejahatan baru<br />

dilaksanakan di beberapa negara di dunia<br />

(e.g. UK, USA, Australia, Belanda, dll)<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

• Korupsi menyebabkan biaya<br />

sosial di masyarakat, sehingga<br />

diperlukan metoda untuk<br />

menghitung biaya sosial <strong>korupsi</strong><br />

• Hingga saat ini, belum ada satu<br />

negarapun yang<br />

memperhitungkan biaya sosial<br />

<strong>korupsi</strong>.<br />

• Diperlukan estimasi biaya sosial<br />

<strong>korupsi</strong> di Indonesia karena<br />

tingkat <strong>korupsi</strong> di Indonesia<br />

sudah kronis dan digunakan<br />

untuk penentuan hukuman<br />

kepada koruptor!!<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

24<br />

Universitas Gadajah Mada


Biaya Sosial Korupsi<br />

Biaya Eksplisit<br />

Korupsi<br />

Biaya<br />

Antisipasi<br />

Korupsi<br />

Biaya Reaksi<br />

Terhadap Korupsi<br />

Biaya Implisit Korupsi<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

• Biaya Eksplisit Korupsi<br />

– Nilai uang yang di<strong>korupsi</strong>, baik itu<br />

dinikmati sendiri maupun bukan<br />

(kerugian negara secara eksplisit)<br />

• Biaya Implisit Korupsi<br />

– Biaya oportunita akibat <strong>korupsi</strong>,<br />

termasuk beban cicilan bunga di masa<br />

datang yang timbul akibat <strong>korupsi</strong> di<br />

masa lalu<br />

• Biaya Antisipasi Tindak Korupsi<br />

– Biaya sosialisasi <strong>korupsi</strong> sebagai bahaya<br />

laten<br />

– Reformasi birokrasi untuk menurunkan<br />

hasrat<br />

• Biaya Akibat Reaksi Terhadap Korupsi<br />

– Biaya peradilan (jaksa, hakim, dll)<br />

– Biaya penyidikan (KPK, PPATK, dll)<br />

– Policing costs (biaya operasional KPK,<br />

PPATK dll)<br />

– Biaya proses perampasan aset di luar dan<br />

di dalam negeri<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

25<br />

Universitas Gadajah Mada


Tanpa<br />

Korupsi<br />

Public Money<br />

Korupsi<br />

Dampak Korupsi<br />

Masyarakat<br />

Individu<br />

•Multiplier ekonomi<br />

tinggi<br />

• Cenderung terjadi di<br />

dalam negeri<br />

•Menurunkan<br />

kesenjangan<br />

pendapatan<br />

• Multiplier ekonomi<br />

relatif kecil<br />

• Meningkatkan<br />

kesenjangan pendapatan<br />

• Misallocation of<br />

resources<br />

26<br />

Penelitian dan Pelatihan Fakultas Ekonomika dan Bisnis


Dampak Korupsi + Pencucian Uang ke Luar Negeri<br />

No Money<br />

Laundering<br />

Uang<br />

Kejahatan<br />

Money<br />

Laundering<br />

Domestic market/bankyak<br />

Demand for<br />

Foreign Currency<br />

Increase<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Cash<br />

Outflow<br />

• Tidak menekan nilai<br />

Rupiah<br />

• Multiplier ekonomi<br />

lebih banyak terjadi di<br />

dalam negeri<br />

• Memberikan tekanan<br />

terhadap nilai Rupiah<br />

• Meningkatkan loanable fund<br />

di LN<br />

• Multiplier ekonomi lebih<br />

dinikmati pihak asing<br />

•Dana sulit kembali ke dalam<br />

negeri<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

27<br />

Universitas Gadajah Mada


Biaya Eksplisit Korupsi dan Hukuman<br />

Finansial<br />

• Analisis berdasarkan • Hukuman finansial =<br />

database <strong>korupsi</strong> hanya<br />

denda + biaya pengganti<br />

+ perampasan barang<br />

bisa mengestimasi BIAYA bukti (terbatas pada uang)<br />

EKSPLISIT KORUPSI • Biaya pengadilan tidak<br />

– Biaya tersebut hanya diperhitungkan karena<br />

sebagian kecil dari BIAYA terlalu kecil (Rp2500-<br />

SOSIAL KORUPSI Rp10,000)<br />

• Aset yang disita tanpa<br />

nilai instriksik tidak<br />

diperhitungkan (sulit<br />

diestimasi)<br />

– Hasil estimasi cenderung<br />

underestimated (tidak<br />

sebesar kerugian sosial<br />

yang sebenarnya terjadi)<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

28<br />

Universitas Gadajah Mada


Distribusi terdakwa berdasarkan<br />

gender dan wilayah<br />

1324;<br />

93%<br />

Gender<br />

100;<br />

7%<br />

Perempuan Laki-laki<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

417; 29%<br />

162; 12%<br />

Luar Jawa<br />

Wilayah<br />

Jawa non Jabodetabek<br />

Jabodetabek<br />

845; 59%<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

Universitas Gadajah Mada 29


Distribusi terdakwa berdasarkan<br />

Pekerjaan dan Tahun Putusan<br />

327;<br />

24%<br />

317;<br />

23%<br />

Pekerjaan<br />

96; 7%<br />

635;<br />

46%<br />

PNS BUMN/D DPR/D Swasta<br />

350<br />

300<br />

250<br />

200<br />

150<br />

100<br />

50<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

0<br />

6<br />

2001<br />

2002<br />

13 29 36<br />

2003<br />

2004<br />

Tahun<br />

2005<br />

2006<br />

117 125<br />

99<br />

2007<br />

2008<br />

155<br />

2009<br />

2010<br />

300 303<br />

201<br />

2011<br />

2012<br />

40<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

30<br />

Universitas Gadajah Mada


Distribusi Koruptor Menurut<br />

Wilayah<br />

51; 4%<br />

211; 16%<br />

112; 8%<br />

162; 12%<br />

86;<br />

6%<br />

296; 22%<br />

441; 32%<br />

Sumatera Jawa Non Jabodetabek<br />

Jabodetabek Kalimantan<br />

Sulawesi Maluku dan Papua<br />

Bali dan Nusa Tenggara<br />

49; 3%<br />

25; 2%<br />

Distribusi Koruptor Menurut<br />

Pekerjaan<br />

107; 7%<br />

307; 22%<br />

308; 22%<br />

12; 1%<br />

580; 41%<br />

8; 0%<br />

25; 2%<br />

PNS Penegak Hukum<br />

Kepala Daerah DPR<br />

DPRD BUMN/D<br />

Lembaga Independen Perangkat Desa<br />

31


180,00<br />

160,00<br />

140,00<br />

120,00<br />

100,00<br />

Perbandingan Biaya Eksplisit Korupsi dan Hukuman<br />

Finansial (Rp triliun)<br />

80,00<br />

60,00<br />

40,00<br />

20,00<br />

0,00<br />

62,76<br />

6,27<br />

168,19<br />

15,09<br />

Harga Berlaku Harga Konstan<br />

(tahun dasar<br />

2012)<br />

Biaya Eksplisit Korupsi<br />

Total Hukuman Finansial<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

180.000,00<br />

160.000,00<br />

140.000,00<br />

120.000,00<br />

100.000,00<br />

80.000,00<br />

60.000,00<br />

40.000,00<br />

20.000,00<br />

0,00<br />

2001 2003 2005 2007 2009 2011<br />

Biaya Eksplisit Korupsi (2012) (A)<br />

Hukuman Finansial (2012) (B)<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

32<br />

Universitas Gadajah Mada


100000<br />

90000<br />

80000<br />

70000<br />

60000<br />

50000<br />

40000<br />

30000<br />

20000<br />

10000<br />

0<br />

Biaya Eksplisit Korupsi<br />

(Wilayah, Rp miliar)<br />

31432,17<br />

75870,85<br />

630 1218,52<br />

30701,58<br />

91096,28<br />

Luar Jawa Jawa non Jabodetabek Jabodetabek<br />

Harga Berlaku Harga Konstan (tahun dasar 2012)<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Total Hukuman Finansial<br />

(Wilayah, Rp miliar)<br />

14000<br />

12000<br />

10000<br />

8000<br />

6000<br />

4000<br />

2000<br />

0<br />

977,54<br />

1827,66<br />

219,89<br />

410,77<br />

5069,09<br />

12854,91<br />

Luar Jawa Jawa non Jabodetabek Jabodetabek<br />

Harga Berlaku Harga Konstan (tahun dasar 2012)<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

33<br />

Universitas Gadajah Mada


90.000,00<br />

80.000,00<br />

70.000,00<br />

60.000,00<br />

50.000,00<br />

40.000,00<br />

30.000,00<br />

20.000,00<br />

10.000,00<br />

0,00<br />

Biaya Eksplisit Korupsi<br />

(Pekerjaan, Rp miliar)<br />

7.434,17<br />

12.321,52<br />

21.096,37<br />

74.235,78<br />

452,62 758,79<br />

32.442,10<br />

78.936,86<br />

PNS BUMN/D DPR/D Swasta<br />

Harga Berlaku Harga Konstan (tahun dasar 2012)<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Total Hukuman Finansial<br />

(Pekerjaan, Rp miliar)<br />

8.000,00<br />

7.000,00<br />

6.000,00<br />

5.000,00<br />

4.000,00<br />

3.000,00<br />

2.000,00<br />

1.000,00<br />

0,00<br />

621,31<br />

397,32<br />

1.970,95<br />

6.713,54<br />

99,53 175,90<br />

3.240,77<br />

6.582,14<br />

PNS BUMN/D DPR/D Swasta<br />

Harga Berlaku Harga Konstan (tahun dasar 2012)<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

34<br />

Universitas Gadajah Mada


180.000,00<br />

160.000,00<br />

140.000,00<br />

120.000,00<br />

100.000,00<br />

80.000,00<br />

60.000,00<br />

40.000,00<br />

20.000,00<br />

Biaya Eksplisit Korupsi vs Total Hukuman Finansial<br />

(Rp miliar)<br />

0,00<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

168.185,66<br />

153.092,24<br />

15.093<br />

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012<br />

Biaya Eksplisit (2012) Hukuman Finansial (2012) Subsidi Koruptor (2012)<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

35<br />

Universitas Gadajah Mada


Subsidi Rakyat Kepada Para Koruptor<br />

Nilai biaya eksplisit <strong>korupsi</strong> Rp168,19 Triliun, namun total nilai hukuman<br />

finansial hanya Rp15,09 Triliun (8,97%)<br />

Biaya oportunitas <strong>korupsi</strong> belum termasuk<br />

Biaya antisipasi dan biaya reaksi terhadap <strong>korupsi</strong> belum termasuk<br />

Lalu siapa yang menanggung kerugian sebesar Rp168,19 T – Rp15,09 T<br />

= Rp153,1 T???<br />

Tentu saja para pembayar pajak yang budiman<br />

Ibu-ibu pembeli sabun colek dan mie instant<br />

Anak-anak yang membeli permen, mahasiswa yang top up pulsa<br />

Orang tua yang membelikan anaknya obat dan susu kaleng<br />

Di Indonesia terjadi pemberian SUBSIDI dari<br />

RAKYAT KEPADA KORUPTOR, dan hal ini sesuai<br />

dengan amanah implisit UU TIPIKOR!!<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

36<br />

Universitas Gadajah Mada


Ketahanan<br />

Energi<br />

Ketahanan<br />

Pangan<br />

Contoh Realokasi Rp153,1 triliun<br />

Kesehatan<br />

(vaksinasi<br />

gratis)<br />

Realokasi<br />

Subsidi<br />

Koruptor<br />

Lingkungan<br />

hidup (SILIN)<br />

Pendidikan<br />

(pendidikan<br />

gratis)<br />

Infrastruktur<br />

Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

• Diperlukan dana Rp38,4 triliun per tahun<br />

untuk menyalurkan BLT Rp100ribu/bulan ke<br />

setiap orang miskin di Indonesia (32 juta jiwa)<br />

• Saat ini, hanya 5 dari 10 jenis vaksin yang<br />

diperlukan anak-anak Indonesia tersedia<br />

gratis. Peningkatan anggaran kesehatan 200%<br />

= Rp28 triliun<br />

• Diperlukan hanya Rp30 triliun/tahun untuk<br />

memastikan 500,000 mahasiswa S1-S3 kuliah<br />

gratis dengan kualitas pendidikan terbaik.<br />

• Diperlukan Rp19.2 triliun untuk<br />

meningkatkan produktivitas 2,4 juta HA<br />

(10%) hutan di Indonesia dengan teknis<br />

SILIN<br />

• Masih tersisa Rp37.5 triliun untuk<br />

peningkatan infrastruktur di daerah-daerah<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

37<br />

Universitas Gadajah Mada


Penelitian dan Pelatihan<br />

Ekonomika dan Bisnis P2EB<br />

Fakultas Ekonomika dan Bisnis<br />

Universitas Gadajah Mada 38

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!