14.06.2013 Views

PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA.pdf

PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA.pdf

PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA.pdf

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

138<br />

<strong>PENDEKATAN</strong> <strong>DALAM</strong> <strong>PENGAJARAN</strong> <strong>MATEMATIKA</strong><br />

MIPMIPA, Vol. 5, No. 2, Juli 2006: 138-145<br />

Utu Rahim<br />

Jurusan PMIPA/Matematika FKIP Unhalu, Kampus Bumi Tridharma, Kambu, Kendari 93232<br />

Abstrak: Proses belajar mengajar adalah proses yang dilakukan oleh guru, siswa, dan seluruh<br />

komponen yang, dapat digunakan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Keterlibatan guru<br />

dan siswa dalam kegiatan ini tidak mungkin dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.<br />

Kegiatan tersebut memerlukan berbagai pendekatan mengajar antara lain, pendekatan spiral,<br />

induktif, deduktif, formal, dan pendekatan kontekstual. Pendekatan-pendekatan tersebut<br />

bertujuan untuk mencapai proses belajar mengajar secara optimal.<br />

Kata kunci: Pendekatan spiral, deduktif, induktif, formal dan pendekatan kontekstual.<br />

A. Pendahuluan<br />

Dalam melaksanakan suatu proses belajar mengajar, sebaiknya setiap guru<br />

melakukannya dengan menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran. Kegiatan<br />

mengajar yang dilakukan guru dengan pendekatan tertentu akan bermakna, apabila materi<br />

yang disajikan kepada siswa dapat dimengerti oleh sebagian besar siswa atau seluruh<br />

siswa. Harus dipahami, bahwa kadang-kadang guru dalam mengajar, melakukan<br />

pendekatan dengan cara lain sedangkan siswa juga melakukannya dengan pendekatan<br />

yang tidak diberikan oleh gurunya. Misalnya, guru menyampaikan operasi penjumlahan<br />

dengan pendekatan garis bilangan, tetapi siswa dapat melakukannya dengan pendekatan<br />

himpunan.<br />

Pendekatan pembelajaran yang digunakan sebaiknya dipahami setiap guru dengan<br />

benar, sehingga pada saat mengajar guru mengetahui pendekatan mana yang cocok dengan<br />

materi yang hendak diajarkan. Jika hal ini disadari oleh semua guru, maka pendekatan<br />

mengajar itu menjadi sangat penting untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.<br />

Dalam melaksanakan proses pembelajaran sebaiknya guru menguasai pendekatan<br />

pembelajaran yang sedang digunakannya. Pada tulisan ini dikemukakan berbagai<br />

pendekatan pembelajaran matematika di kelas yang biasa digunakan guru. Dengan<br />

mengetahui berbagai informasi tentang pendekatan Penguasaan pelaksanaan suatu<br />

pendekatan pembelajaran dapat diketahui jika guru diberikan informasi tentang berbagai<br />

pendekatan npembelajaran yang digunakan. Pada tulisan ini dibahas beberapa pendekatan<br />

yang sering digunakan guru dalam proses pembelajaran matematika.<br />

B. Pendekatan Mengajar


Perlu dipahami bahwa pengertian metode, pendekatan, dan teknik mengajar<br />

mempunyai satu tujuan yang sama, yaitu agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan<br />

hasil yang memuaskan dan maksimal. Simanjuntak dkk (1992) mengatakan bahwa metode<br />

pengajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang<br />

diharapkan atau dengan kata lain tujuan tercapai. Selanjutnya dikatakan bahwa bila<br />

makin tinggi kekuatannya untuk menghasilkan sesuatu makin efektif metode tersebut.<br />

Dengan demikian metode mengajar adalah cara mengajar yang berlaku umum untuk<br />

semua mata pelajaran, hanya materinya saja yang disesuaikan dengan metode yang<br />

hendak digunakan.<br />

Teknik mengajar merupakan penyampaian materi yang dilakukan oleh guru<br />

dengan membutuhkan keahlian tertentu. Soedjana (1986) mengatakan bahwa teknik<br />

mengajar adalah cara mengajar yang memerlukan keahlian atau bakat khusus. Lebih<br />

lanjut ia mengatakan bahwa pendekatan mengajar adalah suatu konsep atau prosedur<br />

yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan<br />

pengajaran.<br />

Dalam suatu pembelajaran perlu diketahui bahwa pada materi yang sama, seorang<br />

guru menerangkannya dengan pendekatan lain misalnya garis bilangan, tetapi mungkin<br />

guru lain dengan pendekatan yang lain pula, misalnya dengan pendekatan himpunan.<br />

Berikut ini dikemukakan beberapa pendekatan yang digunakan dalam mengajarkan<br />

matematikia.<br />

1. Pendekatan Spiral<br />

Pendekatan dalam proses belajar mengajar, merupakan suatu konsep atau prosedur<br />

yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan belajar<br />

mengajar. Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam pelajaran matematika<br />

adalah pendekatan spiral. Soedjana (1986) mengatakan bahwa pendekatan spiral adalah<br />

pendekatan yang dipakai untuk mengajarkan konsep. Selanjutnya dikatakan bahwa<br />

pendekatan spiral materi tidak diajarkan dari awal sampai selesai dalam sebuah selang<br />

waktu, tetapi diberikan dalam beberapa selang waktu yang terpisah-pisah..<br />

Pada selang waktu pertama konsep diajarkan secara sederhana, misalnya dengan<br />

cara intuitif melalui benda-benda konkret atau gambar-gambar sesuai dengan kemampuan<br />

murid. Pada tahap berikutnya konsep yang diajarkan secara sederhana dapat diperluas<br />

lagi, sehingga murid dalam belajar matematika dapat dilakukannya secara sistematik.<br />

Secara singkat dapat dikatakan pendekatan spiral merupakan suatu prosedur yang dimulai<br />

Pendekatan dalam Pengajaran Matematika (Utu Rahim)<br />

139


140<br />

dengan cara sederhana dari konkret ke abstrak, dari cara intuitif ke analisa dari eksplorasi<br />

(penyelidikan) kepenguasaan dalam jangka watu yang cukup lama, dalam waktu yang<br />

terpisah-pisah mulai dari tahap yang paling rendah hingga yang paling tinggi.<br />

Uraian di atas dapat diperjelas dengan materi fungsi berikut ini. Fungsi pada<br />

mulanya diperkenalkan kepada siswa SD dengan bentuk = 4 + 7, kemudian<br />

diperluas lagi pada waktu siswa berada di SMP dengan menggunakan notasi y = 4x + 7 dan<br />

selanjutnya pada waktu siswa berada di SMA mungkin dapat diperluas lagi menjadi y =<br />

f(x).<br />

2. Pendekatan Deduktif<br />

Pendekatan deduktif berdasarkan pada penalaran deduktif. Soedjana (1986)<br />

mengatakan bahwa pendekatan deduktif merupakan cara berpikir untuk menarik<br />

kesimpulan dari hal yang umum menjadi kasus yang khusus. Penarikan kesimpulan<br />

secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme. Dalam<br />

silogisme ini biasanya terdiri dari dua pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan<br />

(konklusi). Kedua pernyataan pendukung silogisme itu disebut premis (hipotesis) yang<br />

dibedakan menjadi dua bagian, yaitu premis mayor dan premis minor. Dari kedua premis<br />

inilah dapat diperoleh sebuah kesimpulan.<br />

Pada hakikatnya matematika merupakan suatu ilmu yang diadakan atas akal<br />

(rasio) yang berhubungan dengan benda-benda yang membutuhkan pemikiran abstrak. Di<br />

samping itu dapat dipahami pula, bahwa matematika itu adalah ilmu yang deduktif,<br />

sehingga mengajarkannya juga harus menggunakan pendekatan deduktif. Ruseffendi<br />

(1988) mengatakan bahwa pendekatan deduktif tidak asing lagi bagi kita, sebab<br />

pendekatan itu merupakan ciri khas dari pengajaran matematika.<br />

Uraian di atas dapat diperjelas dengan contoh berikut, jika dua pasang sudut dari<br />

dua segitiga sama besar, maka pasangan sudutnya yang ketiga sama pula”. Pernyataan di<br />

atas dapat dibuat silogismenya sebagai berikut :<br />

Premis mayor : Jumlah ketiga sudut segitiga adalah 180 o.<br />

Premis minor : Dua pasang sudut dua segitiga sama besar<br />

Kesimpulan : Pasangan sudut yang ketiga dari dua segitiga itu sama<br />

Contoh di atas menunjukkan kepada kita bahwa penarikan kesimpulan pada kedua<br />

premis itu merupakan bukti bahwa matematika itu adalah ilmu yang dipelajari dengan<br />

MIPMIPA, Vol. 5, No. 2, Juli 2006: 138-145


pendekatan deduktif, karena cara berpikir untuk menarik kesimpulan membutuhkan<br />

penalaran yang serius dari orang yang mempelajarinya.<br />

Sekalipun pelajaran matematika harus diajarkan dengan pendekatan deduktif,<br />

tetapi pendekatan tersebut tidak selalu membawa hasil yang diinginkan, baik bagi guru<br />

maupun siswa, karena ketidak berhasilan siswa sekaligus juga merupakan ketidak<br />

berhasilan guru. Dengan demikian pendekatan deduktif juga harus ditunjang dengan<br />

pendekatan lain seperti pendekatan induktif, pendekatan formal, pendekatan kontekstual<br />

dan lain-lain.<br />

3. Pendekatan Induktif<br />

Pendekatan induktif merupakan suatu proses berpikir yang dilakukan dengan cara<br />

tertentu untuk menarik kesimpulan. Soedjana (1986) mengatakan bahwa pendekatan<br />

induktif adalah pendekatan yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan, baik<br />

diperoleh dengan akal maupun dengan percobaan. Untuk mendapatkan suatu pengetahuan<br />

yang dilakukan dengan pendekatan ini, diperlukan percobaan secara empiris. Proses<br />

berpikir demikian disebut penalaran induktif. Dengan kata lain pendekatan induktif<br />

dimulai dari contoh-contoh, kemudian membuat suatu kesimpulan.<br />

Banyak hal dalam matematika yang dapat dijadikan sebagai contoh dalam<br />

pendekatan induktif, salah satu contoh di antaranya adalah sebagai berikut :<br />

y = x 5 maka y ’ = 5x 4<br />

y = x 4 maka y ’ = 4x 3<br />

y = x 3 maka y ’ = 3x 2<br />

y = x 2 maka y ’ = 2x<br />

y = x 1 maka y ’ = 1x 0 maka y ’ = 1<br />

y = x 0 maka y ’ = 0x -1 = 0 dan seterusnya.<br />

Jika fungsi tersebut di atas, pangkatnya dimisalkan dengan n maka fungsi itu menjadi y =<br />

x n sehingga y ’ = nx n - 1 .<br />

4. Pendekatan Formal<br />

Sebelum adanya program pengajaran matematika modern, geometri diajarkan di<br />

SMP dan SMA deduktif formal. Pengajarannya mirip dengan apa yang diajarkan oleh<br />

Euclid dua ribu tahun yang lalu di Yunani. Cara deduktif itu sesuai dengan sistemnya.<br />

Suatu sistem formal dengan unsur-unsur atau istilah-istilah yang tidak didefinisikan,<br />

Pendekatan dalam Pengajaran Matematika (Utu Rahim)<br />

141


142<br />

kemudian dibuat definisi-definisi mengenai unsur-unsur atau istilah-istlah itu dan<br />

ditetapkan sejumlah anggapan dasar atau aksioma yang merupakan pernyataan-<br />

pernyataan mengenai unsur-unsur itu. Fakta-fakta atau dalil-dalil dalam sistem ini<br />

menyusul sebagai konsekuensi logis dengan penalaran deduktif. Hubungan dalam sistem<br />

itu dapat digambarkan sebagai berikut:<br />

Unsur/istilah<br />

yang tidak<br />

didefinisikan<br />

Banyak sifat dalil yang diturunkan, hal ini harus dibuktikan kebenarannya. Jika<br />

sudah terbukti benar, maka dalil atau sifat itu berlaku secara umum dalam sistemnya.<br />

Dalam sistem ini tidak akan ada kontradiksi, sehingga matematika biasa disebut ilmu<br />

deduktif. Berikut ini adalah salah satu contoh dari sistem geometri yang dibuktikan /<br />

diselesaikan dengan pendekatan formal, yaitu dimulai dari unsur yang tidak diketahui<br />

seperti garis, titik, dan bidang, kemudian dilanjutkan dengan aksioma seperti kesamaan<br />

ditambah dengan suatu kesamaan pasti menghasilkan kesamaan, kemudian dilanjutkan<br />

dengan postulat seperti : jika sebuah bidang memuat dua titik dari sebuah garis, maka<br />

bidang itu memuat semua titik garis itu. Selanjutnya dibuat sebuah definisi seperti : dua<br />

garis berpotongan memiliki satu titik sekutu, titik ini disebut titik potong.<br />

Uraian di atas agar lebih jelas, maka marilah kita perhatikan contoh berikut ini.<br />

Diketahui dua garis g1 dan g2 berlainan saling berpotongan. Buktikan bahwa semua titik<br />

dari g1 ∩ g2 dimuat oleh sebuah bidang. Bukti: karena g1 dan g2 berpotongan, g1 ∩ g2<br />

memuat titik di T, karena g1 dan g2 berlainan, misalnya g1 memuat titik P ≠ T. Postulat<br />

menjamin garis g2 , yaitu memuat sebuah titik Q yang berlainan dari T. berdasarkan<br />

postulat yang mengatakan bahwa tiap tiga titik yang non kolinier (tidak segaris) dimuat<br />

tepat oleh sebuah bidang. Jadi ada tepat sebuah bidang α yang memuat T, P dan Q. Sesuai<br />

dengan postulat yang mengatakan bahwa jika sebuah bidang memuat dua titik dari sebuah<br />

garis, maka bidang itu memuat memuat semua titik garis itu. Hal ini α memuat garis g1<br />

dan g2 . Dengan demikian terbukti bahwa dua garis g1 dan g2 yang berlainan yang<br />

berpotongan adalah sebidang.<br />

Unsur/istilah<br />

yang tidak<br />

didefinisikan<br />

MIPMIPA, Vol. 5, No. 2, Juli 2006: 138-145<br />

Unsur/istilah yang didefinisikan<br />

Sifat/dalil/teori


5. Pendekatan Kontekstual<br />

Ruseffendi dalam Ismail (2002) mengatakan bahwa, pendekatan adalah suatu jalan,<br />

cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan<br />

pembelajaran. Apabila melihatnya dari sudut proses pembelajaran atau materi<br />

pembelajaran itu dikelola. Contoh pendekatan dalam pembelajaran matematika antara lain<br />

adalah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).<br />

Pendekatan kontekstual adalah istilah lain dari pendekatan cara belajar siswa aktif,<br />

sebab apa yang dilakukan dalam pendekatan CBSA adalah sama dengan apa yang ada di<br />

dalam pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual ini sebagai salah satu pendekatan<br />

pembelajaran matematika yang terdapat dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pada<br />

prinsipnya kurikulum tersebut adalah mengisyaratkan kepada kita, agar dalam<br />

pembelajaran matematika di sekolah, guru membawa siswa ke dalam dunia nyata. Dengan<br />

kata lain, proses pembelajaran selalu digunakan dengan benda-benda konkrit yang ada di<br />

lingkungan siswa.<br />

Uraian di atas akan lebih jelas, dengan memperhatikan contoh di bawah ini.<br />

Guru menerangkan arti perkalian kepada siswa, melalui metode tanya jawab<br />

dikombinasikan dengan metode ceramah sebagai berikut.<br />

Guru : Apakah artinya ∪ ?<br />

Siswa : 3 + 3<br />

Guru : Betul. Selain 3 + 3, arti dari ∪ ialah<br />

Siswa : 6<br />

“ dua kali tiga” ditulis 2 x 3<br />

Berapakah 3 + 3 ?<br />

Guru : Betul, karena 3 + 3 = 6 berapakah 2 x 3<br />

Siswa : 6 juga<br />

Guru : Betul, kalau begitu 4 + 4 apakah artinya ∪ ?<br />

Pendekatan dalam Pengajaran Matematika (Utu Rahim)<br />

143


144<br />

Siswa : 2 x 4<br />

Guru : Bagus, berapakah 2 x 4<br />

Siswa : 8<br />

Guru : Betul, sekarang kamu Udin selain 6 + 6 apa arti ∪<br />

dan berapa hasilnya?<br />

Udin : 2 x 6 = 12<br />

Guru : Bagus sekali, sekarang siapa yang dapat menjawab apa artinya,<br />

Siswa : 2 + 2 + 2<br />

∪ ∪<br />

Guru : Betul, Bapak ingin menggunakan perkalian. Coba siapa yang dapat, tolong maju<br />

Siswa C : 2 x 3<br />

ke depan dan tulis di papan tulis soal di atas dengan menggunakan perkalian.<br />

Guru : Coba perhatikan apakah jawaban C itu benar?<br />

Siswa A : salah<br />

Guru : semestinya apa jawababnnya?<br />

Siswa A : 3 x 2<br />

Guru : Mengapa ?<br />

Siswa A : Sebab ada tiga himpunan yang banyaknya anggota dua-dua<br />

Guru : Betul sekali. Jadi ingat, guru sambil melihat ke siswa C bahwa karena ada tiga<br />

C. Kesimpulan<br />

buah himpunan, setiap himpunan mempunyai dua anggota, maka :<br />

∪ ∪ artinya 3 x 2 bukan 2 x 3<br />

Proses belajar mengajar adalah proses yang dilakukan oleh guru, siswa, dan<br />

seluruh komponen yang, dapat digunakan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.<br />

Terutama, keterlibatan guru dan siswa dalam kegiatan ini tidak mungkin dapat dipisahkan<br />

antara satu dengan yang lain. Kegiatan tersebut memerlukan berbagai pendekatan<br />

mengajar antara lain, pendekatan spiral, induktif, deduktif, formal dan pendekatan<br />

kontekstual.<br />

MIPMIPA, Vol. 5, No. 2, Juli 2006: 138-145


Pendekatan-pendekatan tersebut bertujuan untuk mencapai proses belajar<br />

mengajar secara optimal. Antara satu pendekatan dengan pendekatan lain saling<br />

menunjang dalam proses belajar mengajar matematika. Artinya, jika pendekatan yang satu<br />

sulit menyelesaikan masalah yang dihadapi, maka dapat dibantu dengan pendekatan<br />

lainnya.<br />

Daftar Pustaka<br />

Ismail. 2002. Model-model Pembelajaran. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi<br />

Guru Mata Pelajaran Matematika. Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama<br />

Direktorat Jenderal Pendidika Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan<br />

Nasional. Jakarta.<br />

Ruseffendi, E.T. 1988. Pengantar Kepada Pembentu Guru Mengembangkan Komptensinya<br />

dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.<br />

Simanjuntak, Lisnawaty dkk. 1992. Metode Mengajar Matematika. Jakarta: Rineka Cipta.<br />

Soedjana, W. 1986. Buku materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Matematika. PMAT<br />

2272/2SKS/Modul 1-6. Universitas Terbuka. Jakarta: Karunika.<br />

Pendekatan dalam Pengajaran Matematika (Utu Rahim)<br />

145

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!