De Facto
beberapa tulisan dan gambar merupakan hasil pencarian dari mesin pencari. ini adalah project final exam project, yang menjadi fokus adalah desain dari majalah :D
beberapa tulisan dan gambar merupakan hasil pencarian dari mesin pencari. ini adalah project final exam project, yang menjadi fokus adalah desain dari majalah :D
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
EDISI JUNI | IV | 2013 |Pulau Jawa Rp 30.000,00 ; Luar Pulau Jawa Rp 35.000,00<br />
<strong>De</strong> <strong>Facto</strong><br />
Hadirkan Fakta untuk Anda<br />
Hadirkan Fakta untuk Anda<br />
LOBI-LOBI POLITIK<br />
Kemenangan Tergantung<br />
Lobi Politik.<br />
Praktek Lobi Politik<br />
dalam Pemilihan Hakim<br />
Agung di DPR<br />
Pencapresan Gita Wirijawan<br />
Perlu Banyak Lobi Politik<br />
Muhammad Hidayat Nur Wahid<br />
Anak Pesantren yang mau beresin Jakarta
Air Asia
PROLOG<br />
Mutia Adia Risjad, Editor in Chief<br />
210110120502<br />
Salam!<br />
Menjelang pemilu 2014,<br />
panggung politik semaikn memanas.<br />
Apapun yang dilakukan partai politik,<br />
kader, tokoh masyarakat, bahkan<br />
para artis menjadi sorotan penting<br />
media yang selalu dikaitkan dengan<br />
percaturan dan komunikasi politik.<br />
Komunikasi politik merupakan<br />
komunikasi persuasi yang<br />
selalu dilakukan oleh politikus maupun<br />
partai politik untuk mencapai<br />
tujuan politiknya. Bagaimana<br />
kita melakukan sebuah kegiatan<br />
komunikasi politik, dan bagaimana komunikasi<br />
yang kita sampaikan tersebut<br />
mempunyai implikasi politik, dan lalu<br />
bagaimana kita mempraktekkan nya<br />
sebagai sebuah kegiatan persuasi.<br />
Konsep lobi merupakan<br />
suatu keharusan untuk memecahkan<br />
berbagai persoalan yang ada, baik<br />
dalam skala lokal maupun internasional.<br />
Penggunaan lobi (lobbying)<br />
dalam sistem politik telah menjadi<br />
fenomena umum sejak lahirnya politik<br />
itu sendiri. Bagaimanapun kebijakan<br />
publik diformulasikan akan selalu ada<br />
kecenderungan dari mereka yang terpengaruh<br />
untuk mempengaruhi hasil.<br />
di sinilah lobi – lobi politik merajalela.<br />
@mutiiadia<br />
Daftar Isi<br />
3<br />
4-5<br />
PROLOG<br />
PANDORA<br />
Kemenangan Tergantung<br />
Lobi Politik<br />
Lobi Politik dalam<br />
Pemilihan Hakim Agung<br />
di DPR<br />
Lobi politik<br />
Pencapresan Gita<br />
Wirjawan perlu banyak<br />
lobi politik<br />
6<br />
Hidayat Nur Wahid<br />
7<br />
Muhammad Zidane<br />
Bhagaskara<br />
M. Ridwan Kamil<br />
SOSOK<br />
JAWARA<br />
Anis Rasyid Baswedan,<br />
PhD.<br />
Editor in Chief<br />
Mutia Adia Risjad<br />
Editor<br />
Cassis Merinthia<br />
Reporter<br />
Fazar Rizky Maulana<br />
Art Director<br />
Nadia Izzati<br />
Graphic <strong>De</strong>signer<br />
Nuryanto<br />
Photographer<br />
Faris Abdurrohman<br />
Contributor<br />
Luthfia Dinana<br />
Editorial Secretary<br />
Febrina Maharani<br />
Publisher<br />
Mochammad Ridwan<br />
Bisnis Director<br />
Indriani<br />
Advertising and Promotion<br />
Irianti C. Meis<br />
Sirculation and Distribution<br />
Alghif Aruni NR<br />
Production Director<br />
Maulana Ridwan<br />
Jl. Pramuka Bhakti No II Jakarta Timur<br />
email: humas@defacto.com<br />
Twitter: @defactonline<br />
Fanpage: <strong>De</strong> <strong>Facto</strong> News<br />
+62 87880679090<br />
<strong>De</strong> <strong>Facto</strong> |Juni | 2013| 3
PANDORA<br />
lobi - lobi politik<br />
Kemenangan Tergantung Lobi Politik<br />
MALANG-Turunnya rekomendasi PDIP ke pasangan Sri<br />
Rahayu (SR) - Priatmoko Utomo akan membuat peta politik di Kota<br />
Malang amburadul. Diperkirakan Sri Rahayu bakal bertarung dengan<br />
Heri Pudji Utami (HP) yang tidak<br />
mengantongi rekomendasi PDIP.<br />
Pengamat politik,<br />
Wahyudi memperkirakan HP<br />
akan meloncat ke <strong>De</strong>mokrat.<br />
Sinyal-sinyal pendekatan ini<br />
sudah terlihat sejak be-berapa waktu lalu.<br />
Di antaranya, Ketua DPC PDIP Kota Malang, Peni<br />
Suparto yang juga suami HP sempat mengenakan baju <strong>De</strong>mokrat.<br />
Saat itu Peni mengaku sebagai Walikota Malang.<br />
Menurut Wahyudi, langkah ini diambil setelah Peni memiliki<br />
rasat DPP tidak akan menurunkan rekomendasi untuk<br />
HP. Makanya Peni bermanuver mengumpulkan sejumlah DPC se-<br />
Jatim menggoyang kepemimpinan Sirmadji di DPD PDIP Jatim.<br />
“<strong>De</strong>mokrat juga tidak tergesa-gesa mengumumkan<br />
calonnya. <strong>De</strong>mokrat masih menunggu kabar dari PDIP,” kata Wahyudi,<br />
Minggu (17/2/2013).<br />
Pertarungan SR dan HP ini akan menguntungkan kandidat lain.<br />
Sebab, suara PDIP akan terpecah. SR akan mendapat dukungan dari kader<br />
rasional, sedangkan HP disokong pendukung fanatik yang tradisional.<br />
Meski nantinya meloncat ke <strong>De</strong>mokrat, HP belum tentu meraih<br />
kemenangan. Wahyudi menilai <strong>De</strong>mokrat hanya memiliki massa<br />
mengambang ( oating mass). Hanya elit politik saja yang mendukungnya.<br />
Begitu pula bila SR nantinya merangkul poros tengah atau<br />
partai lain. Wahyudi menganggap partai ini hanya bersikap pragmatis.<br />
Artinya, pencalonan SR tidak akan disosialisasikan ke massa-nya.<br />
“Pilkada adalah perang gur. Tergantung kemampuan gur<br />
mensosialisasikan dirinya ke pendukung,” terang <strong>De</strong>kan Fakultas Ilmu Sosial<br />
dan Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.<br />
Lobi Politik dalam Pemilihan Hakim<br />
Agung di DPR<br />
Kamis (18/2), jarum jam baru berlalu beberapa menit dari<br />
4 | <strong>De</strong> <strong>Facto</strong> |Juni | 2013<br />
pukul delapan malam. Ruang Komisi III DPR masih lengang. Hanya<br />
ada beberapa Anggota Komisi III yang masih asyik bercengkrama.<br />
Ada pula yang sedang asyik mengisap dan mengepulkan asap rokok.<br />
Sedianya, Komisi bidang hukum DPR itu menggelar rapat pada<br />
pukul 19.30. Faktanya, rapat<br />
yang beragendakan pemilihan<br />
calon hakim agung itu baru<br />
dimulai hampir sejam kemudian.<br />
Ketua Komisi III Benny<br />
K Harman yang memimpin<br />
persidangan langsung menyebutkan beberapa agenda, seperti soal<br />
kesepakatan berapa jumlah calon hakim agung yang akan dipilih.<br />
Pilkada adalah perang fi gur. Tergantung kemampuan fi gur mensosialisasikan<br />
dirinya ke pendukungnya<br />
“Apakah kita bisa sepakati jumlah calon hakim agung yang dipilih<br />
adalah enam orang?” kata Benny.<br />
“Setuju,” 46 anggota yang hadir dari 55 jumlah anggota Komisi III<br />
langsung menyahut. <strong>De</strong>ngan persetujuan itu, tiap anggota komisi diberi<br />
hak untuk memilih enam calon hakim agung. Setelah mengabsen,<br />
Benny mempersilakan tiap anggota untuk memasukkan kertas suara<br />
yang telah diisi kedalam kotak suara yang diletakkan di tengah ruang<br />
sidang. Anggota Komisi III yang tak hadir, bisa menitipkan suaranya.<br />
Saat para anggota komisi itu sedang memasukkan kertas<br />
suara ke kotak suara, di kalangan wartawan yang meliput acara<br />
malam itu, sudah beredar enam nama. Yaitu Salman Luthan, Surya<br />
Jaya, Supandi, Achmad Yamanie, Soltoni Mohdaly dan Yulius.<br />
Setelah semua anggota komisi menyampaikan suaranya, tiba<br />
saat penghitungan. Nama Salman Luthan selalu muncul dalam tiap<br />
kertas suara. Walhasil ia memperoleh dukungan penuh dari semua<br />
anggota komisi dengan 55 suara. Selain Salman, lima nama lain yang<br />
sudah beredar di wartawan ternyata juga beroleh suara yang besar.<br />
Artinya, enam nama itu menyisihkan 14 calon hakim agung yang lain.<br />
Lobi politik<br />
Kesamaan nama yang beredar di wartawan dengan hasil pemilihan<br />
yang ditetapkan Komisi III, menimbulkan tanda tanya. Kebetulan<br />
belaka atau memang pengetahuan dan pengalaman enam orang itu yang<br />
paling mencolok hingga sudah bisa ditebak kalau mereka yang akan terpilih?<br />
Pertanyaan makin besar ketika melihat fakta kalau calon yang mendapatkan<br />
suara hanya 13 orang. Tujuh orang sisanya tak bisa meraih suara.
Anggota Komisi III dari Fraksi PDI-P, Trimedya<br />
Pandjaitan kepada hukumonlinemenuturkan bahwa proses uji<br />
kelayakan ( t and proper test) di DPR amat kental nuansa politisnya.<br />
“Karena DPR memang lembaga politik.”<br />
Ujungnya, lanjut Trimedya, proses pemberian suara kepada<br />
calon hakim sangat tergantung pada hasil lobi. Lazimnya, seorang<br />
calon akan mendatangi <strong>De</strong>wan Pimpinan Pusat (DPP) partai, pimpinan<br />
fraksi partai di DPR atau anggota komisi di DPR untuk mendapat dukungan.<br />
“Dan bagi anggota komisi, maka dia menjalankan perintah partai dan<br />
fraksi.” Ia menambahkan, “ketika calon hakim agung mendapat suara yang<br />
seragam, itu berarti komitmen dari DPP sampai anggota komisi cukup kuat.”<br />
Saking kuatnya fungsi lobi, masih menurut Trimedya, hasil<br />
t and proper test se-<br />
orang calon bahkan bisa<br />
tak diprioritaskan. “Ya,<br />
bisa saja (mengacu pada<br />
hasil t&proper test).<br />
Tapi, kadang-kadang pendekatan<br />
ke partai dan<br />
fraksi itu dilakukan jauhjauh<br />
harimas. Jadi ketika<br />
mereka sudah lulus di Komisi Yudisial, mereka sudah melakukan lobi.”<br />
Namun begitu, Trimedya menyatakan komposisi enam calon<br />
terpilih sudah ideal. Empat karir, dua non karir. “Semua yang terpilih<br />
menurut saya bagus hasil berdasarkan t and proper test-nya. Kecuali<br />
Achmad Yamanie, karena saya tidak ikut waktu dia diuji.” Secara khusus ia<br />
menilai para calon terpilih punya visi soal pembangunan sistem kamar di<br />
Mahkamah Agung, punya strategi untuk mengurangi tunggakan perkara.<br />
Lain Trimedya, lain pula Aziz Syamsuddin. Wakil Komisi III<br />
dari Partai Golkar itu membantah adanya perintah dari partai maupun<br />
fraksi agar anggota Komisi III memilih calon hakim agung tertentu.<br />
“Seperti Mas lihat sendiri. Prosesnya one man one vote,” katanya.<br />
Kalaupun ada pertemuan internal fraksi sebelum pemilihan,<br />
lanjut Aziz, itu dijadikan sebagai sarana bertukar informasi tentang<br />
calon hakim agung. “Masing-masing dari kita kan punya informasi<br />
tentang calon. Jadi kita berdiskusi saja.”<br />
Sekedar mengingatkan, hakim agung yang dibutuhkan adalah<br />
delapan orang. Namun, karena alasan kualitas calon yang minim, Komisi<br />
Yudisial (KY) hanya<br />
bisa mengirimkan 21<br />
calon hakim agung<br />
ke DPR. Bila mengacu<br />
pada ketentuan<br />
UU KY, maka maksimal<br />
hakim agung yang bisa<br />
dipilih oleh DPR, tujuh<br />
orang. Karena tiga calon<br />
untuk mengisi satu<br />
kursi yang lowong.<br />
Namun, di<br />
tengah tengah perjalanan, perjalanan, calon<br />
berkurang menjadi 20 20<br />
orang. orang. Pasalnya, satu satu<br />
calon dikabarkan meninggal<br />
dunia. dunia. Karenanya, Karenanya,<br />
enam calon yang terpilih<br />
ini sudah sudah dirasa cukup<br />
oleh DPR.<br />
Lalu, bagaimana tangtanggapan MA terhadap hasil<br />
seleksi ini?<br />
Meski masih masih didirasa kurang, Ketua<br />
MA Hari Hari n Tumpa<br />
menyambut baik hasil<br />
tersebut. “Yang penting sudah sudah ada ada hasilnya,” tutur tutur Hari Hari n n di Jakarta, Jakarta,<br />
Jumat (19/2). Ia mengatakan sudah 1,5 tahun MA MA kekurangan kekurangan hakim agung.<br />
Seleksi kala kala ini, memang memakan waktu yang yang cukup lama. Ia mengatakan<br />
terpilihnya enam hakim agung agung sudah sesuai sesuai dengan ketentuan UU.<br />
Pencapresan Gita Wirjawan perlu<br />
banyak lobi politik<br />
Nasib Menteri Perdagangan (Mendag), Gita Wirjawan dalam<br />
wacana pencapresannya di pemilihan presiden (pilpres) 2014<br />
mendatang, tidak akan berjalan mulus.<br />
Pasalnya partai yang akan dijadikan kendaraan Gita<br />
dalam langkahnya itu, Partai <strong>De</strong>mokrat, belum tentu memperoleh<br />
suara yang signi kan pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014.<br />
“Bila Partai <strong>De</strong>mokrat terjun bebas, maka jadi tak bisa mengusung<br />
capresnya (Gita), pilihannya Partai <strong>De</strong>mokrat akan melakukan<br />
koalisi dengan beberapa<br />
partai lain,” kata pengamat<br />
politik dari Lembaga Ilmu<br />
Pengetahuan Indonesia<br />
(LIPI), Siti Zuhro saat<br />
dihubungi Sindonews,<br />
Minggu (20/5/2013).<br />
Lebih lanjut wanita<br />
yang kerap disapa Wiwieq<br />
ini mengungkapkan, pada posisi inilah perlu adanya kompromi<br />
politik. “Masalahnya, apakah partai yang tergabung dalam koalisi dengan<br />
<strong>De</strong>mokrat itu tidak setuju mencapreskan juga (Gita)? Bila iya, tentunya<br />
banyak kompromi yang memerlukan kesepakatan antar koalisi yang<br />
dibangun <strong>De</strong>mokrat,” bebernya.<br />
“Artinya, pencapresan Gita akan berjalan dengan tantangan<br />
yang tidak mudah. Selain karena yang bersangkutan belum dikenal di akar<br />
rumput, bekal sebagai capres tampaknya belum cukup meyakinkan dengan<br />
tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini dan ke depan,” pungkasnya.<br />
Sebelumnya, Gita Wirjawan mengaku siap bersaing dengan<br />
Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) dalam ajang pemilihan presiden<br />
(pilpres) 2014. Hal itu disampaikannya sesaat setelah menjadi pembicara<br />
dalam acara dialog yang dipandu presenter berita Rossiana Silalahi,<br />
untuk memperingati Milad Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif<br />
Hidayatullah, Jakarta, ke 58 tahun.<br />
Menurutnya, dalam ranah demokrasi sah saja bersaing memperebutkan<br />
kursi orang nomor satu di Indonesia, termasuk jika harus<br />
“Saya siap bersaing dengan Pak Jokowi, dan ini kan demokrasi. Paradigmanya<br />
ada 250 juta yang bisa dipilih, bukan 250 juta yang memilih,”<br />
ujar Gita<br />
PANDORA<br />
bersaing dengan Joko Widodo. Pasalnya, berdasarkan paradigmanya,<br />
ada sekitar 240 juta yang bisa dipilih bukan 240 juta yang memilih.<br />
“Saya siap bersaing dengan Pak Jokowi, dan ini kan demokrasi.<br />
Paradigmanya ada 250 juta yang bisa dipilih, bukan 250 juta yang memilih,”<br />
ujar Gita kepada Sindonews, di UIN Jakarta, Sabtu 18 Mei 2013.<br />
<strong>De</strong> <strong>Facto</strong> |Juni | 2013| 5
SOSOK<br />
Hidayat Nur Wahid:<br />
AYO Beresin<br />
Jakarta<br />
D<br />
r. Muhammad Hidayat Nur Wahid,<br />
MA adalah mantan Ketua Majelis Permusyawaratan<br />
Rakyat periode 2004-2009. Ia menggantikan<br />
Amien Rais dan kemudian digantikan<br />
oleh Tau q Kiemas. Dalam pemilihan umum,<br />
Hidayat menang dua angka dari lawannya,<br />
Sucipto yang diusung Koalisi Kebangsaan.<br />
Hidayat kecil lebih banyak menghabiskan<br />
waktunya di Jawa Tengah. Ia memilih<br />
mendalami Islam dalam setiap sekolah yang<br />
dipilihnya. Lulus dari SDN Kebondalem Kidon,<br />
Pramban, Klanten tahun 1972, ia masuk<br />
Pondok Pesantren Wali Songo, Ngabar Ponorogo<br />
tahun 1972, kemudian ke Pondok Modern<br />
Darussalam Gontor Ponorogo lulus tahun 1978.<br />
Masih dalam satu provinsi yang<br />
sama, Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijogo<br />
Yogyakarta jadi pilihan untuk meraih gelar<br />
sarjana tahun 1979. Setelah itu ia melanjutkan<br />
ke Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas<br />
Islam Madinah Arah Saudi dan lulus<br />
pada 1983 dengan judul skripsi Mauqif Al<br />
Yahud Min Islam Al Anshar.<br />
Pria yang lahir di Klaten, 8 April 1960<br />
ini kemudian melanjutkan pendidikan lagi<br />
untuk meraih gelar Master melalui program<br />
pascasarjana Universitas Islam Arab Saudi jurusan<br />
Aqidah hingga 1987. Lalu, di tahun 1992<br />
Hidayat akhirnya merangkumkan gelar<br />
6 | <strong>De</strong> <strong>Facto</strong> |Juni | 2013<br />
KARIR<br />
•Dosen Fakultas Ushuludin (Program Khusus) IAIN, Syarif Hidayatullah Jakarta.<br />
•Ketua LP2SI (Lembaga Pelayanan Pesantren dan Studi Islam) Yayasan Al-Haramain, Jakarta.<br />
•Ketua Forum Dakwah Indonesia.<br />
•Presiden Partai Keadilan Sejahtera 2000 – 2004.<br />
•Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Republik Indonesia 2004 – 2009.<br />
•Ketua Badan Kerjasama Antar-Parlemen DPR RI, 2009 - 2014.<br />
doktor lewat progam Pascasarjana Universitas<br />
Islam Medina, Arab Saudi, Jurusan Aqidah<br />
Fakultas Dakwah dam Ushuludin.<br />
Sejak masa sekolah, Hidayat sudah<br />
gemar berorganisasi. Ia tercatat sebagai Anggota<br />
Pelajar Islam Indonesia (1973), Andalan Koordinator<br />
Pramuka Gontor bidang Kesekretariatan<br />
(1977-1978), Training HMI IAIN Yogyakarta<br />
(1979), Sekretaris MIP PPI Madinah, Arab<br />
Saudi (1981-1983), Ketua PPI Arab Saudi<br />
(1983-1985), Peneliti Lembaga Kajian Fiqh<br />
dan Hukum Al Khairot, dan Anggota Pengurus<br />
Badan Wakaf Ponfok Modern Gontor (1999).<br />
<strong>De</strong>ngan ilmu yang didapat serta<br />
pengalaman itu yang diaplikasikannya lewat<br />
kinerja di partai, akhirnya Hidayat diangkat<br />
menjadi Presiden Partai Keadilan Sejahtera<br />
(PKS) mulai 21 Mei 2000 sampai 11 Oktober<br />
2004. Bersama partai ini pula ia maju dalam<br />
pemilihan calon legislatih daerah pemilihan<br />
Jawa Tengah 5 yang meliputi Kabupaten Boyolali,<br />
Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, dan<br />
Kota Surakarta. Hidayat meraih total suara<br />
106.521 dan duduk di bangku DPR Komisi I<br />
yang membidangi Pertahanan, Luar Negeri,<br />
dan Informasi.<br />
Dalam kehidupan pribadinya, Hidayat<br />
dikaruniai empat anak dari pernikahan<br />
dengan Hj. Kastian Indriawati (alm), yang<br />
bernama Inayati Dzil Izzati, Ruzaina, Alla<br />
Khairi, dan Hubaib Shidiqi. Kemudian setelah<br />
istri pertamanya meninggal, Hidayat menemukan<br />
tambatan hati lainnya yakni dr.<br />
Diana Abbas alib dan dikaruniai anak<br />
kembar bernama Da a Muhammad Hidayat<br />
dan Da Muhammad Hidayat.<br />
Tahun 2012, Hidayat yang diusung<br />
PKS maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.<br />
Berpasangan dengan Didik J Rachbini dari<br />
Partai Amanat Nasional, Hidayat mendapat<br />
nomor urut empat dengan jargon ‘Ayo Beresin<br />
akarta’. Sayangnya, dalam putaran pertama<br />
langkahnya langsung terhenti.
B<br />
hagas, karateka cilik pemegang sabuk hitam Dan 1 Junior<br />
ini telah meraih banyak prestasi. Bukan hanya menjuarai<br />
kompetisi tingkat nasional, tetapi juga tingkat internasional.<br />
Nama lengkapnya Mohammad Zidane Bhagaskara Putra.<br />
Saat ini Bhagas masih duduk di kelas enam sekolah<br />
dasar di SDN RSBI Menteng 02. Sejak awal mengikuti<br />
berbagai kompetisi olahraga karate, Bhagas telah menunjukkan<br />
prestasi luar biasa, meraih juara 1 karate mulai dari tingkat Nasional,<br />
Juara pertama Tingkat Asia, sampai akhirnya berhasil meraih juara pertama<br />
dalam kompetisi karate junior tingkat dunia tahun 2011.<br />
Dalam kejuaraan tingkat dunia KOI world Cup ke-20 tahun<br />
2011 yang diselenggarakan di Malaysia, Bhagas berhasil meraih<br />
dua medali emas sekaligus untuk dua kelas Kata per orangan putra.<br />
Di tahun 2012, Bhagas berhasil meraih juara 1 dalam kejuaraan International Open Karate di Kuala Lumpur, selain itu,<br />
Bhagas berhasil meraih medali emas dalam kompetisi Asian KOI 2012 yang juga diselenggarakan di Kuala Lumpur.<br />
Tahun ini, dalam seleksi Kejurda FORKI DKI, Bhagas meraih juara 1. <strong>De</strong>ngan prestasi ini, Bhagas berhak mengikuti<br />
Kejurnas Mendikbud 2013 di Ternate bulan Oktober 2013. Tanggal 31 Mei sampai 2 Juni 2013, Bhagas akan mengikuti<br />
Kejurnas INKAI di Jakarta. Serta bulan Agustus 2013, Bhagas akan mengikuti kejuaraan World Cup KOI di Manila.<br />
Anies Rasyid Baswedan Ph.D., intelektual<br />
asal Indonesia.<br />
Pada 2005, Anies menjadi direktur<br />
riset pada The Indonesian Institute. Kemudian<br />
pada 2008, ia mendapat anugerah<br />
sebagai 100 Tokoh Intelektual Muda Dunia<br />
versi Majalah Foreign Policy dari Amerika<br />
Serikat. Pada tahun yang sama, di usia muda<br />
(38 tahun) ia menjadi rektor Universitas<br />
Paramadina. Meskipun lahir di Kuningan,<br />
Jawa Barat, Anies menghabiskan masa<br />
kecil hingga kuliahnya di Yogyakarta.<br />
Majalah Foreign Policy memasukan<br />
Anies dalam daftar 100 Intelektual Publik<br />
Dunia. Nama Anies Baswedan tercantum<br />
sebagai satu-satunya orang Indonesia yang<br />
masuk pada daftar yang dirilis majalah<br />
tersebut pada edisi April 2008. Anies berada<br />
pada jajaran nama-nama tokoh dunia antara<br />
lain tokoh perdamaian, Noam Chomsky,<br />
para penerima penghargaan Nobel, sepertiShirin<br />
Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus,<br />
dan Amartya Sen, serta Vaclav Havel, lsuf,<br />
negarawan, sastrawan, dan ikon demokrasi<br />
dari Ceko. Sementara, World Economic<br />
Forum, berpusat di Davos, memilih Anies<br />
sebagai salah satu Young Global Leaders<br />
(Februari 2009)<br />
Pada 15 Mei 2007,<br />
Anies Baswedan<br />
dilantik menjadi<br />
rektor Universitas<br />
Paramadina. Anies<br />
menjadi rektor<br />
menggantikan<br />
posisi yang dulu<br />
ditempati oleh<br />
cendekiawan<br />
dan intelektual<br />
Muslim,Nurcholish<br />
Madjid, yang<br />
juga merupakan<br />
pendiri universitas<br />
tersebut. Saat itu<br />
ia baru berusia 38<br />
tahun dan menjadi<br />
rektor termuda di<br />
Indonesia.<br />
JAWARA<br />
Ketua Bandung Creative City Forum<br />
(BCCF) yang juga dosen arsitektur Institut<br />
Teknologi Bandung (ITB) M Ridwan<br />
Kamil meraih Urban Leadership Award<br />
dari University of Pennsylvania, Amerika<br />
Serikat.”Alhamdulilah saya orang Indonesia<br />
pertama yang dapat Urban Leadership<br />
Award dari University of Pennsylvania,”<br />
kata Ridwan Kamil di Kota Bandung, Rabu<br />
(27/2/2013). Penghargaan tersebut akan<br />
diterima pada 15 Maret 2013.<br />
Ridwan Kamil menuturkan penghargaan<br />
tersebut diberikan untuk pemimpin<br />
informal kota atau komunitas yang dinilai<br />
peduli dan berhasil memberikan sebuah<br />
solusi untuk wilayah tertentu dengan<br />
menyeimbangakan sektor sosial, ekonomi<br />
dan lingkungan.<br />
<strong>De</strong> <strong>Facto</strong> |Juni | 2013| 7
Memilih 2014<br />
Golput bukanlah pilihan<br />
apalagi sebuah keputusan,<br />
golput adalah bentuk<br />
KEPUTUSASAAN<br />
satu suara untuk Indonesia yang<br />
lebih baik!