BAB I - Digilib ITS
BAB I - Digilib ITS
BAB I - Digilib ITS
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
TUGAS AKHIR<br />
<strong>BAB</strong> I PENDAHULUAN<br />
<strong>BAB</strong> I<br />
PENDAHULUAN<br />
I.1 Latar Belakang<br />
Pemanfaatan talas sebagai bahan pangan telah dikenal<br />
secara luas terutama di wilayah Asia dan Oceania. Di Indonesia,<br />
talas sebagai bahan makanan cukup populer dan produksinya<br />
cukup tinggi terutama di daerah Papua dan Jawa (Bogor,<br />
Sumedang dan Malang) yang merupakan sentra-sentra produksi<br />
talas. Pengolahan talas saat ini kebanyakan memanfaatkan umbi<br />
segar yang dijadikan berbagai hasil olahan, diantaranya yang<br />
paling populer adalah keripik talas. Produk olahan umbi talas<br />
dengan bahan baku tepung talas masih terbatas karena tepung<br />
talas belum banyak tersedia di pasaran. Padahal penggunaan<br />
tepung talas memungkinkan munculnya produk olahan talas yang<br />
lebih beragam seperti kerupuk, cake dan kue-kue lain.<br />
Peluang pengembangan talas sebagai bahan pangan<br />
berpati non beras, cukup besar dan terus didorong oleh<br />
pemerintah. Penggunaannya sebagai bahan makanan dapat<br />
diarahkan untuk menunjang ketahanan pangan nasional melalui<br />
program diversifikasi pangan disamping peluangnya sebagai<br />
bahan baku industri yang menggunakan pati sebagai bahan<br />
dasarnya. Penggunanaan pati sebagai bahan baku industri sangat<br />
luas diantaranya pada industri makanan, tekstil, kosmetika dan<br />
lain-lain. Kebutuhan akan pati cenderung meningkat baik untuk<br />
konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Mengingat kebutuhan<br />
pasar terhadap pati yang cukup besar, pemenuhan dalam bentuk<br />
pencarian sumber pati selain yang sudah ada yaitu ubi kayu,<br />
kentang dan jagung, peluangnya masih terbuka.<br />
Konversi umbi segar talas menjadi bentuk tepung yang<br />
siap pakai terutama untuk produksi makanan olahan disamping<br />
mendorong munculnya produk-produk yang lebih beragam juga<br />
dapat mendorong berkembangnya industri berbahan dasar tepung<br />
atau pati talas sehingga dapat meningkatkan nilai jual komoditas<br />
talas. Penepungan talas juga diharapkan dapat menghindari<br />
I-1<br />
Pabrik Sirup Glukosa Dari Talas Bentul<br />
(Colocasia Esculenta) Dengan Proses Hidrolisa Enzim
I-2<br />
<strong>BAB</strong> I PENDAHULUAN<br />
kerugian akibat tidak terserapnya umbi segar talas di pasar ketika<br />
produksi panen berlebih.<br />
Komposisi pati pada umumnya terdiri dari amilopektin<br />
sebagai bagian terbesar dan sisanya amilosa. Adanya informasi<br />
mengenai komposisi pati diharapkan dapat menjadi data<br />
pendukung dalam menentukan jenis produk yang akan dibuat dari<br />
pati atau tepung talas. Penelitian pada 71 sampel umbi talas yang<br />
diambil dari negara Fiji, Samoa Barat dan Kepualauan Solomon,<br />
diperoleh kadar pati rata-rata sebesar 24,5% dan serat sebesar<br />
1,46% (Bradbury & Holloway 1988). Talas mempunyai variasi<br />
yang besar baik karakter morfologi seperti umbi, daun dan<br />
pembungaan serta kimiawi seperti rasa, aroma dan lain-lain.<br />
Tanaman talas bentul (Colocasia esculenta L.) mempunyai nama<br />
lain, diantaranya nama Inggris yaitu taro, old cocoyam, dasheen,<br />
eddoe. Nama Prancis adalah taro. Dan di Indonesia dikenal<br />
dengan nama bentul, talas, keladi.<br />
TUGAS AKHIR<br />
Gambar I.1.1 Tanaman dan Umbi Talas Bentul<br />
Pabrik Sirup Glukosa Dari Talas Bentul<br />
(Colocasia Esculenta) Dengan Proses Hidrolisa Enzim
<strong>BAB</strong> I PENDAHULUAN<br />
Talas dapat menerima batasan lingkungan yang besar dan<br />
sistem manajemen. Tanaman ini tumbuh dengan baik di tanah<br />
yang basah. Temperatur 25–30 o C dan kelembaban yang tinggi<br />
memperbaiki pertumbuhan. Talas tumbuh dari ketinggian 1200 m<br />
dpl di Malaysia, di Filipina 1800, dan bahkan 2700 m di Papua<br />
New Guinea. tanaman ini dapat mentoleransi bayangan/ tempat<br />
teduh dan menjadi ditanam tanaman selingan pada pertanian.<br />
Pemanfaatan utama dari talas adalah sebagai tanaman pangan.<br />
Ketika dimasak, subang, anak subang, geragih, helaian daun dan<br />
tangkainya dapat di makan. Daunnya digunakan untuk<br />
membungkus masakan yang dikukus. Beberapa dikultivasi<br />
sebagai tanaman hias.<br />
(Lemmens, R.H.M.J. and Bunyapraphatsara, N.,2003)<br />
Sirup glukosa (Glucose sirup) adalah sejenis gula<br />
termasuk monosakarida dengan rumus molekul C6H12O6.<br />
Glukosa digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan<br />
industri farmasi. Di antara kegunaannya adalah sebagai campuran<br />
industri makanan dan minuman.<br />
Di Indonesia sampai saat ini sudah banyak yang<br />
memproduksi sirup glukosa. Hal disebabkan karena melimpahnya<br />
bahan baku singkong. Tanaman singkong (ketela pohon) adalah<br />
tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan merupakan<br />
tanaman pokok ketiga setelah padi dan jagung. Namun demikian<br />
seiring berjalannya waktu, perkembangan industri makanan dan<br />
farmasi begitu pesat. Kebutuhan akan sirup glukosa juga semakin<br />
meningkat. Hingga saat ini untuk menutupi kebutuhan dalam<br />
negeri Indonesia masih mengimpor dari beberapa negara tetangga<br />
seperti, Jepang, Singapura, Zimbabwe, Amerika Serikat, Belanda,<br />
Perancis, Jerman dan lain-lain.<br />
Sehubungan dengan hal tersebut sangat sangat tepat jika<br />
pemerintah mengambil kebijaksanaan yang pada hakekatnya<br />
bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara lain<br />
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yaitu dengan<br />
membangun industri-industri yang dapat mengganti peranan<br />
bahan import. Disamping itu dengan didirikannya pabrik ini akan<br />
TUGAS AKHIR<br />
I-3<br />
Pabrik Sirup Glukosa Dari Talas Bentul<br />
(Colocasia Esculenta) Dengan Proses Hidrolisa Enzim
I-4<br />
<strong>BAB</strong> I PENDAHULUAN<br />
membuat kesempatan terciptanya lapangan kerja baru dan juga<br />
dengan adanya pabrik ini akan mendorong berdirinya pabrikpabrik<br />
lain yang menggunakan bahan dasar sirup glukosa<br />
(glucose sirup) di Indonesia.<br />
Pabrik sirup glukosa direncanakan didirikan tahun 2013.<br />
Kapasitas perancangan pabrik ini direncanakan dengan<br />
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :<br />
1. Impor Sirup Glukosa<br />
Impor sirup glukosa dari tahun ke tahun terlihat pada<br />
kolom dibawah ini.<br />
Tabel 1.1.1 Perkembangan Impor Sirup Glukosa di<br />
Indonesia<br />
Tahun Impor (kg/ tahun) Pertumbuhan (%)<br />
2003 2.491.454 0<br />
2004 4.615.279 85.24<br />
2005 3.345.471 -27.51<br />
2006 16.560.707 395.01<br />
2007 15.431.943 -6.81<br />
Sumber : Badan Pusat Statistik<br />
Pertumbuhan impor sirup rata-rata pertahun sebesar 89.18<br />
% dengan volume impor tahun 2007 sebesar 15.431.943 kg.<br />
TUGAS AKHIR<br />
Pabrik Sirup Glukosa Dari Talas Bentul<br />
(Colocasia Esculenta) Dengan Proses Hidrolisa Enzim
<strong>BAB</strong> I PENDAHULUAN<br />
Pada grafik diatas diperoleh impor sirup glukosa dari<br />
tahun 2003 sampai tahun 2007 cenderung mengalami kenaikan,<br />
meskipun pada tahun 2005 sedikit mengalami penurunan. Dari<br />
grafik tersebut dapat diperkirakan impor sirup glukosa pada tahun<br />
selanjutnya akan mengalami kenaikan. Impor sirup pada tahun<br />
2013 diperkirakan sebesar 38.960 ton/tahun.<br />
2. Ekspor Sirup Glukosa<br />
Ekpor sirup glukosa dari tahun ke tahun terlihat dalam<br />
Tabel 1.1.2<br />
Tabel 1.1.2 Perkembangan Ekspor Sirup Glukosa di<br />
Indonesia<br />
Tahun Ekspor (kg/ tahun) Pertumbuhan (%)<br />
2005 35.817 0<br />
2006 74.604 108.29<br />
2007 1.249.806 1575.25<br />
2008 3.504.883 180.43<br />
Sumber : Badan Pusat Statistik<br />
Pertumbuhan ekspor sirup rata-rata per-tahun adalah 465.99<br />
% dengan volume ekspor tahun 2008 sebesar 3.504.883 kg.<br />
TUGAS AKHIR<br />
I-5<br />
Pabrik Sirup Glukosa Dari Talas Bentul<br />
(Colocasia Esculenta) Dengan Proses Hidrolisa Enzim
I-6<br />
<strong>BAB</strong> I PENDAHULUAN<br />
Pada grafik diatas diperoleh ekspor sirup dari tahun 2005<br />
sampai tahun 2008 terus mengalami kenaikan. Dari grafik<br />
tersebut dapat diperkirakan ekspor sirup pada tahun selanjutnya<br />
akan mengalami kenaikan. Ekspor sirup pada tahun 2013<br />
diperkirakan sebesar 9.865 ton/tahun.<br />
3. Produksi Sirup Glukosa<br />
Pruduksi sirup glukosa dari tahun ke tahun terlihat dalam<br />
Tabel 1.1.3<br />
Tabel 1.1.3 Perkembangan Produksi Sirup Glukosa di<br />
Indonesia<br />
Tahun Pruduksi ( kg/ tahun) Pertumbuhan (%)<br />
2003 52.999.498 0<br />
2004 35.424.952 -331.62<br />
2005 26.417.850 -25.42<br />
2006 14.856.686 -43.76<br />
Sumber : Badan Pusat Statistik<br />
Pada Tabel 1.3 tidak diperoleh pertumbuhan melainkan<br />
penurunan rata-rata produksi sirup tiap tahunnya sebesar 100.2 %.<br />
Tahun 2006 diperoleh kapasitas produksi sebesar 14.856.686 kg.<br />
TUGAS AKHIR<br />
Pabrik Sirup Glukosa Dari Talas Bentul<br />
(Colocasia Esculenta) Dengan Proses Hidrolisa Enzim
<strong>BAB</strong> I PENDAHULUAN<br />
Dari grafik diatas terlihat bahwa produksi sirup dari tahun<br />
2003 sampai tahun 2006 mengalami penurunan. Berdasarkan<br />
grafik diatas dapat terlihat bahwa pada tahun 2013 hampir tidak<br />
ada produksi sirup. Tapi berdasarkan data import dan eksport<br />
dapat diperkirakan produksi sirup glukosa dapat terus dilakukan<br />
karena lebih untuk kebutuhan eksport dari pada dalam negeri.<br />
Dari data-data yang telah ada diatas dapat dihitung berapa<br />
kebutuhan sirup glukosa dalam negeri pada tahun 2013 dengan<br />
cara :<br />
Kebutuhan sirup dalam negeri =<br />
Produksi sirup + Impor sirup glukosa – Ekspor sirup glukosa<br />
= -78.000 + 38.960 – 9.865<br />
= -48.905 ton/tahun<br />
Dapat diketahui bahwa perkiraan pada tahun 2013 jumlah<br />
produksi sirup nasional lebih kecil dari kebutuhan sirup nasional.<br />
Sehingga pabrik sirup yang akan didirikan ini sebagian besar<br />
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sirup ekspor dan sebagian<br />
kecil untuk memenuhi kebutuhan dalam negri.<br />
Kapasitas produksi dari pabrik baru yang akan didirikan<br />
ini hanya berkemampuan memenuhi 50% dari produksi sirup<br />
dalam negeri pada tahun 2013. Maka didapatkan kapasitas<br />
produksi pabrik baru sebesar :<br />
Kapasitas produksi pabrik baru = 20% x 48.905<br />
= 9.781 ton/tahun<br />
= 29 ton/hari<br />
Pabrik Sirup Glukosa yang Sudah Berdiri<br />
Beberapa pabrik sirup glukosa yang telah berdiri terlihat dalam<br />
tabel dibawah ini.<br />
TUGAS AKHIR<br />
I-7<br />
Pabrik Sirup Glukosa Dari Talas Bentul<br />
(Colocasia Esculenta) Dengan Proses Hidrolisa Enzim
I-8<br />
TUGAS AKHIR<br />
<strong>BAB</strong> I PENDAHULUAN<br />
No Nama Pabrik Lokasi Kapasitas (kg)<br />
1. PT. Suba Indah Cilegon 82.500<br />
2. PT. BAJ Jawa Timur 18.000<br />
3. PT. Associated British Jawa Barat 72.500<br />
4. Global Sweetener Ltd Cina 147.000<br />
5. RM Food Additive India 6.000<br />
6. Thai Food PIC Ltd Thailand 24.000<br />
7. Akbar Ali & Co. Pakistan 660.000<br />
8. AJV Grupe Lituania 12.000<br />
Tabel 1.1.4 Nama-Nama Pabrik Sirup Glukosa (Glucose Sirup)<br />
Lokasi Pabrik<br />
Lokasi pabrik sangat berpengaruh terhadap keberadaan<br />
suatu proyek industri baik dari segi komersial maupun<br />
kemungkinan dimasa mendatang. Banyak faktor yang harus<br />
dipertimbangkan dalam memilih lokasi pabrik. Pendirian pabrik<br />
sirup glukosa (Glucose sirup) direncanakan di Kabupaten<br />
Malang, Propinsi Jawa Timur.<br />
I.2 Dasar Teori<br />
Tanaman talas sudah lama dibudidayakan dan digunakan<br />
sebagai sumber pangan di Indonesia. Talas merupakan tanaman<br />
yang unik secara ekologi, dapat tumbuh pada kondisi di mana<br />
tanaman lain kurang berhasil, misalnya kondisi genangan,<br />
kegaraman (dapat tumbuh pada kondisi 25-50% air garam), dan<br />
naungan. Tanaman talas memiliki kemampuan yang tinggi untuk<br />
mempertahankan kepadatan stomata di bawah kondisi naungan<br />
(FAO 1996, Djukri 2003) dan khlorofil yang tinggi (Suketi et al.<br />
2001)<br />
Pabrik Sirup Glukosa Dari Talas Bentul<br />
(Colocasia Esculenta) Dengan Proses Hidrolisa Enzim
TUGAS AKHIR<br />
<strong>BAB</strong> I PENDAHULUAN<br />
Gambar I.1.2 Batang Pohon Talas<br />
Sekitar 10% penduduk dunia mengonsumsi talas sebagai<br />
pangan. Kebanyakan talas dikonsumsi sebagai makanan<br />
tambahan dalam bentuk umbi rebus, goreng, dan makanan kecil<br />
lainnya. Umbi dimasak dengan cara dibakar, direbus atau<br />
digoreng. Pemanasan diperlukan untuk menghilangkan rasa gatal<br />
yang terdapat dalam umbi talas mentah yang mengandung<br />
kalsium oksalat (Anonim 2006a). Dibandingkan dengan kentang,<br />
umbi talas mengandung protein (1,5-3,0%), kalsium dan fosfor<br />
lebih tinggi. Umbi sedikit mengandung lemak dan banyak<br />
mengandung vitamin A dan C. Umbi talas 98,8% dapat dicerna<br />
karena memiliki pati yang banyak mengandung amilosa (20-<br />
25%), yang dapat dipecahkan oleh gula ludah manusia. Tipe<br />
karbohidrat ini sangat baik untuk orang yang memiliki masalah<br />
pencernaan, oleh karena itu tepung talas cocok digunakan untuk<br />
konsumsi bayi (Anonim 2006b). Di samping itu, umbi talas<br />
I-9<br />
Pabrik Sirup Glukosa Dari Talas Bentul<br />
(Colocasia Esculenta) Dengan Proses Hidrolisa Enzim
I-10<br />
<strong>BAB</strong> I PENDAHULUAN<br />
merupakan sumber yang baik untuk diet serat, vitamin B6, dan<br />
Mn. Beberapa umbi talas mengandung 7 g protein/100 g umbi<br />
dan talas belitung banyak mengandung vitamin C (Anonim 2006).<br />
Selain sebagai sumber pangan, talas berpotensi pula<br />
sebagai formula kosmetik dan juga cocok sebagai bahan pemenuh<br />
plastik yang dapat didegradasi (Moorthy dan Pillai 1996).<br />
Karakteristik morfologi umbi talas, seperti bentuk, ukuran, dan<br />
warna umbi dapat menentukan jenis pemanfaatannya sebagai<br />
pangan dan industri.<br />
Gambar 1.1.3 Perkebunan Talas<br />
Perkebunan talas banyak terdapat di sekitar wilayah<br />
Bogor. Banyak berbagai macam pohon talas, antara lain : talas<br />
ketan, talas roma, talas bentul, hingga talas mentega. Jenis talas<br />
yang paling banyak ditanam secara komersial adalah talas bentul,<br />
karena umbinya lebih besar. Ciri - ciri talas bentul, batangnya<br />
berwarna hijau, dan bentuk umbinya bulat dengan bagian ujung<br />
meruncing.<br />
TUGAS AKHIR<br />
Pabrik Sirup Glukosa Dari Talas Bentul<br />
(Colocasia Esculenta) Dengan Proses Hidrolisa Enzim
<strong>BAB</strong> I PENDAHULUAN<br />
I-11<br />
Glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting yang<br />
digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan.<br />
Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal<br />
bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa,<br />
terutama pada industri pangan.<br />
Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah<br />
heksosa—monosakarida yang mengandung enam atom karbon.<br />
Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima<br />
karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut<br />
"cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon<br />
enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping<br />
hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada<br />
atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus<br />
CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan<br />
bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7.<br />
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di<br />
mana-mana dalam biologi. Kita dapat menduga alasan mengapa<br />
glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa, begitu<br />
banyak digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida<br />
pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi sistem<br />
biokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi organisme tingkat<br />
atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula<br />
heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik<br />
dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi)<br />
mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim.<br />
Rendahnya laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang<br />
kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang reaktif.<br />
Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal<br />
ginjal, dan kerusakan saraf periferal (‘’peripheral neuropathy’’),<br />
kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein.<br />
Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis<br />
enzim, glukosa teroksidasi hingga akhirnya membentuk karbon<br />
dioksida dan air, menghasilkan energi, terutama dalam bentuk<br />
ATP. Sebelum digunakan, glukosa dipecah dari polisakarida.<br />
TUGAS AKHIR<br />
Pabrik Sirup Glukosa Dari Talas Bentul<br />
(Colocasia Esculenta) Dengan Proses Hidrolisa Enzim
I-12<br />
<strong>BAB</strong> I PENDAHULUAN<br />
Glukosa dan fruktosa diikat secara kimiawi menjadi<br />
sukrosa. Pati, selulosa, dan glikogen merupakan polimer glukosa<br />
umum polisakarida).<br />
I.3 Kegunaan<br />
Pada saat ini sirup glukosa (glucose sirup) banyak<br />
digunakan dalam industri makanan, seperti penyedap rasa,<br />
pembuatan mono sodium glutamat, High Boiled Sweet, Caramels,<br />
Toffee, Fondants Creams, Gums, Jelies, Pastilles, Marsh mallow,<br />
Nougat, Frozen Dessert, Dried Glucose Sirup, Maltodextrins<br />
(Dried Starch Hydrolisates), Soup sauce mixes, Coffee whitener,<br />
topping, dessert powders, plefillings, sugar confectionery,<br />
Dextrose Monohydrate (D Glucose) dan lain-lain.<br />
I.4 Sifat Fisika dan Kimia<br />
I.4.1 Bahan Baku Utama<br />
1. Pati Talas<br />
a. Umbi<br />
Berat : ± 4 kg<br />
Bentuk : silinder/ bulat<br />
Ukuran : 30 x 15 cm<br />
Warna : coklat<br />
2. Air<br />
Fase : cair<br />
Rumus Molekul : H2O<br />
Densitas : 1 kg/ liter<br />
Titik Didih : 100 0 C pada 1 atm<br />
Titik Leleh : 0 0 C pada 1 atm<br />
Kapasitas Panas : 0,998 kkal/ kg 0 C<br />
( Yaws, 1999 )<br />
I.4.2 Bahan Baku Pendukung<br />
1. Enzim ά-amilase<br />
Fase : cair<br />
Rumus Molekul : CH3COOH<br />
TUGAS AKHIR<br />
Pabrik Sirup Glukosa Dari Talas Bentul<br />
(Colocasia Esculenta) Dengan Proses Hidrolisa Enzim
<strong>BAB</strong> I PENDAHULUAN<br />
I-13<br />
Densitas : 1,05 kg/ liter<br />
Titik Didih : 118 0 C pada 1 atm<br />
Titik Leleh : 1,67 0 C pada 1 atm<br />
Viskositas : 1,22 cp<br />
( www.tradekey.com )<br />
2. Enzim glukoamilase<br />
Fase : padat<br />
Sumber : Rhizopus sp.<br />
Konsentrasi : > 30 U/mg padatan<br />
x-amylase : < 0,00003 %<br />
( www.genzdiagnostic )<br />
I.4.3 Produk<br />
I.4.3.1 Pruduk Utama<br />
1. Sirup glukosa (Glucose Sirup)<br />
Rumus Molekul : C6H12O6<br />
Berat Molekul : 180 kg/ kg.mol<br />
Densitas : 1,54 g/ ml<br />
( Wikipedia, 2008 )<br />
Fase : cair<br />
Kadar zat padat : 30 %<br />
( Thai Foods Product International Co., Ltd, 2008 )<br />
I.4.3.2 Produk Samping<br />
1. Pati tergelatinasi (hasil dari RVF)<br />
Rumus Molekul : (C6H11O5)n . n H2O<br />
Densitas : 1,1 g/ ml<br />
Fase : padat<br />
Kadar zat padat : 80 %<br />
TUGAS AKHIR<br />
Pabrik Sirup Glukosa Dari Talas Bentul<br />
(Colocasia Esculenta) Dengan Proses Hidrolisa Enzim
I-14<br />
TUGAS AKHIR<br />
<strong>BAB</strong> I PENDAHULUAN<br />
halaman ini sengaja dikosongkan<br />
Pabrik Sirup Glukosa Dari Talas Bentul<br />
(Colocasia Esculenta) Dengan Proses Hidrolisa Enzim