Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Jaringan Spindel ... - Digilib ITS
Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Jaringan Spindel ... - Digilib ITS
Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Jaringan Spindel ... - Digilib ITS
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Evaluasi</strong> <strong>Keandalan</strong> <strong>Sistem</strong> <strong>Distribusi</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Spindel</strong> GI Nusa<br />
Dua PT. PLN (Persero) <strong>Distribusi</strong> Bali – UJ Kuta.<br />
Reliability Evaluation of <strong>Spindel</strong> Network Distribution System at GI<br />
Nusa Dua PT. PLN (Persero) - UJ Kuta.<br />
I Wayan Suardiawan 1)<br />
1) Jurusan Teknik Elektro <strong>ITS</strong>, Surabaya 60111, email: wa_1_cool@yahoo.co.id<br />
Abstrak : Pada tugas akhir ini, dilakukan<br />
analisis keandalan sistem distribusi jaringan spindel<br />
pada gardu Induk Nusa Dua. Tujuan yang ingin<br />
dicapai pada tugas akhir ini adalah sebagai evaluasi<br />
bagi PT. PLN (Persero) <strong>Distribusi</strong> Bali khususnya<br />
Unit <strong>Jaringan</strong> Kuta dalam memperbaiki kinerja<br />
penyulang-penyulang yang ada pada Gardu Induk<br />
Nusa Dua. Metode yang digunakan antara lain<br />
pengumpulan data, pengolahan data, serta<br />
penganalisisan keandalan sistem distribusi.<br />
Kata kunci: <strong>Keandalan</strong>, sistem distribusi, jaringan<br />
spindel.<br />
I. PENDAHULUAN<br />
I.1 Latar Belakang<br />
Pertumbuhan beban (pelanggan) di wilayah<br />
Area <strong>Jaringan</strong> (AJ) Bali Selatan sedang berkembang,<br />
terutama di daerah Nusa Dua yang notabene adalah<br />
salah satu pusat pariwisata dari Pulau Bali. Dari<br />
kenyataan tersebut, tuntutan terhadap keandalan<br />
sistem jaringan distribusi sangat dibutuhkan. Untuk itu<br />
perlu dilakukan suatu evaluasi keandalan sistem<br />
distribusi primer 20kV di PT. PLN (Persero) AJ Bali<br />
Selatan khususnya daerah Nusa Dua (GI Nusa Dua).<br />
I.2 Permasalahan<br />
Permasalahan yang ada adalah bagaimana<br />
mengevaluasi sistem distribusi jaringan spindel<br />
khususnya di Gardu Induk Nusa Dua, serta<br />
menentukan indeks keandalah dari sisi pelanggan.<br />
I.3 Tujuan<br />
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan Tugas<br />
Akhir ini adalah untuk mengevaluasi keandalan dari<br />
Gardu Induk Nusa Dua yang sebagian besar<br />
menggunakan jaringan spindel dan kemudian<br />
membandingkannya dengan standar PLN yang telah<br />
ada, apakah bisa dikatakan nilai yang didapat sudah<br />
baik atau tidak, serta mengetahui indeks keandalan<br />
ditinjau dari sisi pelanggan.<br />
II. TEORI PENUNJANG<br />
II.1 <strong>Keandalan</strong> dan Pemodelan <strong>Sistem</strong><br />
<strong>Keandalan</strong> merupakan peluang bekerjanya suatu<br />
peralatan atau sistem sesuai dengan fungsinya pada<br />
waktu tertentu dan kondisi tertentu. Jika kita berbicara<br />
keandalan kuantitatif, maka kita berbicara dalam<br />
konteks peluang (probability). Peluang yang<br />
merepresentasikan indeks keandalan memiliki rentang<br />
nilai 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). <strong>Keandalan</strong><br />
sistem/komponen bernilai 0 berarti memiliki peluang<br />
sukses 0% dan keandalan sistem/komponen bernilai 1<br />
memiliki peluang sukses 100%. Nilai keandalan ini<br />
adalah fungsi waktu, artinya keandalan sebuah<br />
sistem/komponen akan bervariasi sesuai dengan waktu<br />
dimana evaluasi keandalan tersebut dilakukan.<br />
<strong>Sistem</strong>/komponen yang sama dan diukur saat waktu<br />
operasi yang sama akan mungkin memiliki keandalan<br />
yang berbeda jika kondisi operasi kedua<br />
sistem/komponen sejenis tersebut berbeda.<br />
Sebagai contoh yang sederhana akan dipakai<br />
sebuah subsistem yang terdiri dari dua buah filter<br />
berikut ini:<br />
II.1.2 <strong>Sistem</strong> dengan susunan seri<br />
Suatu sistem dapat dimodelkan dengan susunan<br />
seri jika komponen-komponen yang ada didalam<br />
sistem itu harus bekerja atau berfungsi seluruhnya<br />
agar sistem tersebut sukses dalam menjalankan<br />
misinya.<br />
R R<br />
Gambar<br />
1<br />
1 <strong>Sistem</strong> susunan<br />
2<br />
seri<br />
Rs = R 1 R 2 ............................................................... (1)<br />
dengan:<br />
Rs = keandalan sistem seri<br />
R1 = keandalan komponen 1<br />
R2 = keandalan komponen 2<br />
II.1.3 <strong>Sistem</strong> dengan susunan paralel<br />
Suatu sistem dapat dimodelkan dengan susunan<br />
paralel jika seluruh komponen yang ada didalam<br />
sistem itu gagal berfungsi maka akan mengakibatkan<br />
sistem itu gagal menjalankan fungsinya.<br />
R1<br />
R2<br />
Gambar 2 <strong>Sistem</strong> susunan paralel<br />
Rp = 1- (1-R 1 )(1-R 2 ).........................................(2)<br />
dengan:<br />
Rp = keandalan sistem paralel<br />
R1 = keandalan komponen 1<br />
R2 = keandalan komponen 2<br />
II.2 Bentuk jaringan distribusi primer pada<br />
Gardu Induk Nusa Dua<br />
II.2.1 <strong>Jaringan</strong> Radial<br />
<strong>Sistem</strong> distribusi dengan pola Radial seperti<br />
1
Gambar 3. Adalah sistem distribusi yang paling<br />
sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat<br />
beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu<br />
distribusi secara radial.<br />
MTTF= .......................................... (3)<br />
dengan:<br />
T = waktu operasi (up time)<br />
n = jumlah kegagalan<br />
II.3.2 Mean Time To Repair<br />
Mean Time To Repair adalah waktu rata-rata<br />
yang diperlukan untuk melakukan perbaikan terhadap<br />
terjadinya kegagalan suatu sistem yang dapat<br />
dirumuskan:<br />
Gambar 3 <strong>Jaringan</strong> Radial<br />
Keuntungan dari sistem ini adalah tidak rumit<br />
dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain.<br />
Namun keandalan sistem ini lebih rendah karena<br />
hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu<br />
distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut<br />
mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut<br />
padam.<br />
II.2.2 <strong>Jaringan</strong> <strong>Spindel</strong><br />
<strong>Sistem</strong> <strong>Spindel</strong> seperti pada Gambar 4 adalah<br />
suatu pola kombinasi jaringan dari pola Radial dan<br />
Ring. <strong>Spindel</strong> terdiri dari beberapa penyulang (feeder)<br />
yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan<br />
tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu<br />
Hubung (GH).<br />
MTTR= .......................................... (4)<br />
dengan:<br />
L = waktu perbaikan (down time)<br />
n = jumlah perbaikan<br />
II.3.3 Laju Kegagalan<br />
Laju kegagalan atau hazard rate adalah<br />
frekuensi suatu sistem/komponen gagal bekerja,<br />
biasanya dilambangkan dengan λ (lambda), laju<br />
kegagalan dari suatu sistem biasanya tergantung dari<br />
waktu tertentu selama sistem tersebut bekerja. Rumus<br />
laju kegagalan:<br />
λ = ................................................................ (5)<br />
II.3.4 Laju Perbaikan<br />
Laju perbaikan atau Downtime rate adalah<br />
frekuensi lamanya suatu sistem/komponen dalam<br />
masa perbaikan (kondisi OFF). Rumus laju perbaikan:<br />
................................................................ (6)<br />
Gambar 4 <strong>Jaringan</strong> <strong>Spindel</strong><br />
Pada pengoperasiannya, sistem <strong>Spindel</strong><br />
berfungsi sebagai sistem Radial. Di dalam sebuah<br />
penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang<br />
berfungsi untuk mendistribusikan tegangan kepada<br />
konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau<br />
tegangan menengah (TM).<br />
II.3 Faktor-faktor Nilai keandalan<br />
Dalam menganalisa nilai keandalan, banyak<br />
faktor yang harus diperhitungkan, antara lain: MTTF,<br />
MTTR, laju kegagalan, laju perbaikan,, ketersediaan,<br />
kurva bak mandi, distribusi eksponensial, dan korelasi.<br />
II.3.1 Mean Time To Failure<br />
Mean Time To Failure (MTTF) adalah waktu<br />
rata-rata kegagalan yang terjadi selama beroperasinya<br />
suatu sistem, dapat dirumuskan:<br />
II.3.5 Ketersediaan<br />
Ketersediaan atau Availability didefinisikan<br />
sebagai proporsi waktu dimana sistem dalam keadaan<br />
siap beroperasi. Nilai dari availability sistem<br />
bergantung pada frekuensi komponen-komponen<br />
sistem yang gagal bekerja (laju kegagalan) dan lama<br />
perbaikan dari komponen yang rusak hingga sistem<br />
berfungsi kembali (laju perbaikan). Rumus<br />
ketersediaan:<br />
.................................................................. (7)<br />
dengan:<br />
A = Ketersediaan<br />
µ = laju perbaikan<br />
λ = laju kegagalan<br />
II.3.6 Kurva Bak Mandi<br />
Kurva bak mandi (bathtub) merupakan sebuah<br />
grafik yang mempunyai bentuk seperti bak mandi,<br />
yang memetakan tingkat kegagalan dari mesin atau<br />
sesuatu terhadapa waktu. Pemetaan dilakukan dengan<br />
melihat tingkat kegagalan dari suatu produk dalam<br />
suatu waktu tertentu yang dipetakan dalam suatu<br />
grafik seperti pada gambar 5.<br />
2
y = variabel y<br />
= mean (rata-rata) variabel y<br />
Berikut adalah batasan nilai untuk<br />
memudahkan melakukan interpretasi mengenai<br />
kekuatan hubungan antara dua variabel:<br />
0<br />
: Tidak ada korelasi<br />
>0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah<br />
>0,25 – 0,5 : Korelasi cukup<br />
>0,5 – 0,75 : Korelasi kuat<br />
>0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat<br />
1<br />
: Korelasi sempurna<br />
Gambar 5 Kurva bak mandi<br />
Kurva bak mandi mendeskripsikan keterangan<br />
dari fungsi hazard yang terdiri dari tiga bagian atau<br />
fase, yaitu:<br />
1. Bagian pertama adalah tingkat kegagalan yang<br />
turun, yang dikenal sebagai kegagalan awal (masa<br />
awal / burn in period).<br />
2. Bagian kedua adalah tingkat kegagalan yang<br />
konstan, yang dikenal sebagai kegagalan acak (masa<br />
berguna / useful life period).<br />
3. Bagian ketiga adalah tingkat kegagalan yang naik,<br />
yang dikenal sebagai kegagalan aus (masa aus / wearout<br />
period).<br />
II.3.7 <strong>Distribusi</strong> Eksponensial<br />
Pada distribusi eksponensial, laju kegagalan<br />
adalah konstan (λ=C), seperti pada bagian kedua pada<br />
kurva bak mandi yang memiliki tingkat kegagalan<br />
yang konstan, jadi distribusi eksponensial hanya<br />
berlaku pada normal life period saja pada bathtub<br />
curve (kurva bak mandi). Rumus distribusi<br />
eksponensial:<br />
.................................. (8)<br />
II.3.8 Korelasi<br />
Korelasi digunakan untuk mengukur kekuatan<br />
hubungan antara dua variabel, yaitu untuk mengetahui<br />
tingkatan kekuatan hubungan antara variabel. Dua<br />
variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel<br />
yang satu mempengaruhi variabel yang lain dengan<br />
jarak (range) 0 sampai dengan 1.<br />
Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian<br />
hipotesis dua arah (two tailed). Korelasi searah jika<br />
nilai koefesien korelasi diketemukan positif,<br />
sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif,<br />
korelasi disebut tidak searah. Berikut adalah rumus<br />
korelasi:<br />
dengan:<br />
x = variabel x<br />
= mean (rata-rata) variabel x<br />
......................... (9)<br />
II.4 Indeks <strong>Keandalan</strong> dari sisi pelanggan<br />
Indeks keandalan merupakan suatu<br />
metode/cara pengevaluasian parameter keandalan<br />
suatu peralatan distribusi tenaga listrik terhadap<br />
keandalan mutu pelayanan kepada pelanggan. Indeks<br />
ini antara lain adalah SAIFI (System Average<br />
Interruption Frequency Index), SAIDI (System<br />
Average Interruption Duration Index) dan CAIDI<br />
(Customer Average Interruption Frequency Index).<br />
II.4.1 System Average Interruption Frequency<br />
Index<br />
SAIFI (System Average Interruption<br />
Frequency Index) adalah jumlah rata-rata kegagalan<br />
yang terjadi per pelanggan yang dilayani per satuan<br />
waktu (umumnya tahun). Indeks ini ditentukan dengan<br />
membagi jumlah semua kegagalan dalam satu tahun<br />
dengan jumlah pelanggan yang dilayani oleh sistem<br />
tersebut. Persamaan untuk SAIFI dapat dilihat pada<br />
persamaan berikut ini:<br />
................................................ (10)<br />
dengan:<br />
λ k = laju kegagalan saluran<br />
M k = jumlah pelanggan pada saluran k<br />
M = total pelanggan pada sistem<br />
II.4.2 System Average Interruption Duration Index<br />
SAIDI (System Average Interruption<br />
Duration Index) adalah nilai rata-rata dari lamanya<br />
kegagalan untuk setiap pelanggan selama satu tahun.<br />
Indeks ini ditentukan dengan pembagian jumlah dan<br />
lamanya kegagalan secara terus menerus untuk semua<br />
pelanggan selama periode waktu yang telah ditentukan<br />
dengan jumlah pelanggan yang dilayani selama tahun<br />
itu. Persamaan SAIDI dapat dilihat pada persamaan<br />
berikut:<br />
................................................ (11)<br />
dengan:<br />
µ k = laju perbaikan saluran<br />
M k = jumlah pelanggan pada saluran k<br />
M = total pelanggan pada sistem<br />
3
III. DATA SALURAN DISTRIBUSI GARDU<br />
INDUK NUSA DUA<br />
Gardu Induk Nusa Dua mempunyai 3 trafo<br />
utama dan terbagi atas 21 penyulang, yang terdiri dari<br />
6 penyulang konfigurasi radial, 12 penyulang<br />
konfigurasi spindel dan 3 penyulang express. Hampir<br />
70% pelanggan dari GI Nusa Dua adalah pelanggan<br />
VIP seperti hotel-hotel besar dan bertaraf<br />
internasional.<br />
III.1. Data gangguan selama 7 tahun<br />
Berikut ini akan disajikan contoh data<br />
gangguan tiap penyulang yang terjadi tiap tahun<br />
selama 7 tahun (2003-2009). Karena keterbatasan<br />
tempat maka akan diambil contoh untuk penyulang<br />
Kedonganan pada tahun 2003:<br />
Tabel 1 Daftar gangguan penyulang Kedonganan<br />
tahun 2003<br />
Lm Pdm<br />
No Tgl_trip Arus<br />
kWh_hilang<br />
Jam<br />
1 06-Jan-03 60 0,03 55,43<br />
2 22-Jan-03 85 0,02 39,26<br />
3 22-Jan-03 80 0,53 1.182,41<br />
4 04-Apr-03 76 0,02 35,10<br />
5 20-Apr-03 62 0,02 28,64<br />
6 25-Apr-03 50 0,02 23,09<br />
7 28-Apr-03 50 0,02 23,09<br />
8 01-Mei-03 50 0,02 23,09<br />
9 01-Mei-03 50 1,12 1.547,30<br />
10 01-Mei-03 50 2,80 3.879,79<br />
11 04-Mei-03 46 0,02 21,25<br />
12 04-Mei-03 46 1,48 1.890,94<br />
13 04-Mei-03 46 2,08 2.655,81<br />
14 05-Mei-03 50 0,02 23,09<br />
15 06-Jun-03 68 0,08 157,04<br />
16 22-Jun-03 64 0,03 59,12<br />
17 19-Jul-03 50 0,08 115,47<br />
18 20-Jul-03 70 0,02 32,33<br />
19 20-Jul-03 70 0,40 775,96<br />
20 20-Jul-03 74 0,02 34,18<br />
21 28-Jul-03 50 0,02 23,09<br />
22 19-Des-03 84 0,02 38,80<br />
23 19-Des-03 50 0,27 369,50<br />
III.2 Data mulai beroperasinya penyulang<br />
Berikut adalah data mulai beroperasinya<br />
penyulang, panjang saluran dan jumlah trafo.<br />
4 B. Gardenia 2.064 10 19/02/2009<br />
5 Kampus 27.347 36 1996<br />
6 Tj. Benoa 7.630 21 01/08/1995<br />
7 Four Season 10.363 9 01/08/1995<br />
8 Sawangan 1.700 1 26/11/2002<br />
Panjang Jumlah Mulai<br />
No Penyulang<br />
Saluran (m) Trafo Beroperasi<br />
9 Bvlgary 30.500 3 07/04/2008<br />
10 Buster Pump I 19.495 11 04/09/1995<br />
11 Tragia 31.050 10 16/07/1996<br />
12 Golf Course 9.844 10 07/09/1995<br />
13 Hilton 5.800 5 08/09/1995<br />
14 Santa R. 3.725 1 2007<br />
15 SS II 790 1 24/07/1995<br />
16 Amenity 5.070 5
5 KAMPUS 0,899829 R<br />
6 TJ. BENOA 0,690958 R<br />
7 FOUR SEASON 0,387420 S<br />
8 SAWANGAN 0,900000 S<br />
No Penyulang R Konf.<br />
9 BVLGARY 0,729000 S<br />
10 BUSTER PUMP I 0,313811 S<br />
11 TRAGIA 0,999997 S<br />
12 GOLF COURSE 0,348678 S<br />
13 HILTON 0,590490 S<br />
14 SANTA R. 0,900000 S<br />
15 SS II 0,900000 S<br />
16 AMENITY 0,882900 S<br />
17 CLUB MED 0,531441 S<br />
18 BALI RESORT 0,282430 S<br />
19 EXP JIMBARAN 1,000000 E<br />
20 SS I 1,000000 E<br />
21 EXP BPG 1,000000 E<br />
IV.2 Mean Time To Failure dan Mean Time To<br />
Repair<br />
MTTF dan MTTR digunakan untuk melihat<br />
seberapa cepat terjadinya kerusakan dan perbaikan<br />
dari masing-masing penyulang pada Gardu Induk<br />
Nusa Dua Berikut akan ditampilkan nilai MTTF dan<br />
MTTR masing-masing penyulang selama 7 tahun.<br />
Tabel 5 Nilai MTTF dan MTTR selama selang waktu<br />
7 tahun<br />
No Penyulang<br />
MTTF<br />
(hari)<br />
MTTR<br />
(jam) Konfig<br />
Rata2 Rata2<br />
1 KEDONGANAN 17,5732 0,6041 R<br />
2 FOUR SEASON 49,4604 0,6086 S<br />
3 SAWANGAN 45,1766 1,5720 S<br />
4 BVL GARY 37,0002 0,1568 S<br />
5 BUSTER PUMP I 21,4919 0,4369 S<br />
6 TRAGIA 27,5054 0,5410 S<br />
7 EXP JIMBARAN 35,8642 1,1956 E<br />
8 GOLF COURSE 33,2297 0,4187 S<br />
9 HILTON 83,3503 1,2881 S<br />
10 SANTA R. 31,2867 1,1370 S<br />
11 TJ. BENOA 19,1749 0,8337 R<br />
12 SS II 84,6667 2,0659 S<br />
13 SS I 75,5516 2,3857 E<br />
14 AMENITY 66,3586 0,9774 S<br />
15 KAMPUS 17,9231 0,7073 R<br />
16 EXP BPG 49,1028 1,8805 E<br />
17 CLUB MED 59,8120 1,0219 S<br />
18 BALI RESORT 95,1211 1,6752 S<br />
19 B. GARDENIA 81,0000 2,8900 R<br />
20 UNGASAN 10,3753 0,3062 R<br />
21 MUMBUL 23,3596 0,7136 R<br />
IV.3 Laju Kegagalan dan Laju Perbaikan<br />
Dari hasil yang diperoleh pada tabel 5,<br />
kemudian dapat dicari nilai laju kegagalan (λ) dan laju<br />
perbaikan (µ) dari masing-masing penyulang.<br />
Tabel 6 Nilai laju kegagalan dan laju perbaikan<br />
masing-masing penyulang<br />
No<br />
Penyulang<br />
Laju<br />
Kegagalan (λ)<br />
Laju Perbaikan<br />
(µ)<br />
Hari Jam Hari<br />
1 KEDONGANAN 0,0569 1,6554 39,7298<br />
2 FOUR SEASON 0,0202 1,6430 39,4327<br />
3 SAWANGAN 0,0221 0,6361 15,2667<br />
4 BVLGARY 0,0270 6,3776 153,0612<br />
5 BUSTER PUMP I 0,0465 2,2887 54,9279<br />
6 TRAGIA 0,0364 1,8486 44,3659<br />
7 EXP JIMBARAN 0,0279 0,8364 20,0737<br />
8 GOLF COURSE 0,0301 2,3883 57,3199<br />
9 HILTON 0,0120 0,7763 18,6315<br />
10 SANTA R. 0,0320 0,8795 21,1091<br />
11 TJ. BENOA 0,0522 1,1995 28,7875<br />
12 SS II 0,0118 0,4840 11,6171<br />
13 SS I 0,0132 0,4192 10,0600<br />
14 AMENITY 0,0151 1,0231 24,5551<br />
15 KAMPUS 0,0558 1,4138 33,9303<br />
16 EXP BPG 0,0204 0,5318 12,7623<br />
17 CLUB MED 0,0167 0,9786 23,4854<br />
18 BALI RESORT 0,0105 0,5969 14,3265<br />
19 B. GARDENIA 0,0123 0,3460 8,3045<br />
20 UNGASAN 0,0964 3,2664 78,3927<br />
21 MUMBUL 0,0428 1,4013 33,6323<br />
IV.4 Ketersediaan<br />
Nilai ketersediaan (A) menggambarkan<br />
berapa peluang suatu alat beroperasi. Berdasarkan<br />
rumus (7), maka didapatkan hasil sebagai berikut:<br />
Tabel 7 Nilai Ketersediaan tiap penyulang<br />
No Penyulang (A) Konf<br />
1 KEDONGANAN 0,99857 R<br />
2 MUMBUL 0,998729 R<br />
3 UNGASAN 0,998772 R<br />
4 BALI GARDENIA 0,998516 R<br />
5 KAMPUS 0,998358 R<br />
6 TJ. BENOA 0,998192 R<br />
7 FOUR SEASON 0,999488 S<br />
8 SAWANGAN 0,998552 S<br />
9 BVLGARY 0,999823 S<br />
10 BUSTER PUMP I 0,999154 S<br />
11 TRAGIA 0,999181 S<br />
12 GOLF COURSE 0,999475 S<br />
13 HILTON 0,999356 S<br />
14 SANTA R. 0,998488 S<br />
15 SS II 0,998984 S<br />
16 AMENITY 0,999387 S<br />
17 CLUB MED 0,999289 S<br />
5
18 BALI RESORT 0,999267 S<br />
19 EXP JIMBARAN 0,998613 E<br />
20 SS I 0,998686 E<br />
21 EXP BPG 0,998407 E<br />
IV.5 <strong>Keandalan</strong> <strong>Distribusi</strong> Eksponensial<br />
Kemudian dari data pada tabel 6 dan rumus<br />
(8) dapat digambarkan grafik keandalan dengan<br />
menggunakan metode distribusi eksponensial untuk<br />
masing-masing tipe penyulang selama selang waktu<br />
(t) 100 hari sebagai berikut.<br />
Gambar 8 Grafik keandalan penyulang konfigurasi<br />
radial selama 100 hari<br />
Korelasi R Panjang Jumlah Jumlah Usia<br />
terhadap saluran trafo pelanggan penyulang<br />
P. Radial -0,60 -0,64 -0,66 -0,93<br />
P. <strong>Spindel</strong> -0,59 -0,21 -0,34 -0,29<br />
IV. 7 Indeks <strong>Keandalan</strong> dari sisi pelanggan<br />
Dari rumus (10) dan (11), kemudian dapat<br />
dihitung indeks keandalan dari sisi pelanggan Gardu<br />
Induk Nusa Dua selama 7 tahun.<br />
Tabel 9 Indeks keandalan dari sisi pelanggan GI Nusa<br />
Dua selama 7 tahun<br />
No Tahun<br />
SAIFI<br />
SAIDI<br />
(gangguan/pelanggan) (menit)<br />
1 2003 0,055 1130<br />
2 2004 0,062 695<br />
3 2005 0,103 167<br />
4 2006 0,053 225<br />
5 2007 0,045 123<br />
6 2008 0,911 54<br />
7 2009 0,05 353<br />
Dari hasil yang didapat kemudian<br />
dibandingkan dengan standar yang diterapkan oleh<br />
PT. PLN (Persero) <strong>Distribusi</strong> Bali, yaitu World Class<br />
Services GAP Analysis, berikut ini:<br />
Gambar 10 World Class Services GAP Analysis<br />
Kemudian dari tabel 9 dan gambar 10, dapat<br />
dibuat tabel perbandingan sebagai berikut:<br />
Gambar 9 Grafik keandalan penyulang spindel<br />
selama 100 hari<br />
IV. 6 Korelasi keandalan dengan faktor fisik<br />
penyulang<br />
Berdasarkan rumus (9) dan dari data-data yang<br />
ada, dapat dicari hubungan/korelasi antara keandalan<br />
penyulang dengan faktor fisik di lapangan, seperti:<br />
usia penyulang, jumlah pelanggan, panjang saluran,<br />
dan jumlah trafo.<br />
Tabel 8 Korelasi keandalan eksponensial selama 1<br />
bulan dengan faktor fisik penyulang<br />
Tabel 10 Tabel perbandingan indeks keandalan antara<br />
WCS, GI Nusa Dua dan <strong>Sistem</strong> Bali pada tahun 2008<br />
SAIFI SAIDI<br />
WCS 3 100<br />
GI Nusa Dua 0,911 54<br />
<strong>Sistem</strong> Bali 1,65 61,43<br />
V. PENUTUP<br />
V.1 Kesimpulan<br />
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang<br />
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:<br />
6
1. Nilai Mean Time To Failure (MTTF) terkecil<br />
selama 7 tahun untuk penyulang radial adalah<br />
10,375 hari (P. Ungasan) dan nilai MTTF terbesar<br />
adalah 81 hari (P. Bali Gardenia) serta nilai rataratanya<br />
adalah 28,23 hari, sedangkan nilai MTTF<br />
terkecil selama 7 tahun untuk penyulang spindel<br />
adalah 21,49 hari (P. Booster Pump I) dan nilai<br />
MTTF terbesar untuk penyulang spindel adalah<br />
95,12 hari (P. Bali Resort) serta nilai rata-ratanya<br />
adalah 52,87 hari. Dari hasil perbandingan untuk<br />
2 tipe penyulang tersebut, terlihat bahwa<br />
konfigurasi spindel mempunyai nilai R yang lebih<br />
baik, hingga sebesar 87,28% bila dibandingkan<br />
dengan konfigurasi radial.<br />
2. Untuk evaluasi dengan metode diagram blok,<br />
didapat bahwa nilai keandalan penyulang spindel<br />
adalah lebih rendah dengan rata-rata 0,6472 bila<br />
dibandingkan dengan penyulang radial yang rataratanya<br />
0,9134.<br />
3. Dari hasil analisis korelasi pada penyulang radial,<br />
nilai keandalan cukup berkorelasi dengan panjang<br />
saluran (-0,6), jumlah trafo (-0,64), jumlah<br />
pelanggan (-0,66), dan usia penyulang (-0,93).<br />
Tapi tidak halnya dengan penyulang spindel, nilai<br />
keandalannya kurang berkorelasi dengan jumlah<br />
trafo (-0,21), jumlah pelanggan (-0,34) dan usia<br />
penyulang (-0,29).<br />
4. Nilai SAIFI untuk WCS adalah 3, GI Nusa Dua<br />
adalah 0,911 dan <strong>Sistem</strong> Bali 1,65, sedangkan<br />
nilai SAIDI untuk WCS adalah 100, GI Nusa Dua<br />
adalah 54 dan <strong>Sistem</strong> Bali 61,43. Dari hasil<br />
perbandingan tersebut dapat diambil kesimpulan<br />
bahwa keandalan dari Gardu Induk Nusa Dua<br />
sudah cukup baik, karena nilai yang didapat lebih<br />
baik bila dibandingkan dengan standar WCS yang<br />
telah diterapkan maupun dengan keseluruhan<br />
sistem bali itu sendiri.<br />
V.2 Saran<br />
1. Untuk penelitian lebih lanjut tentang keandalan<br />
sistem distribusi, perlu dilibatkan berbagai<br />
analisa lainnya, seperti cost analysis,<br />
management analysis maupun maintenance<br />
analysis.<br />
2. Untuk melengkapi wacana penelitian tentang<br />
keandalan distribusi, dapat dilakukan<br />
pengembangan untuk daerah lain yang memiliki<br />
karakteristik jaringan dan beban yang berbedabeda,<br />
baik di PT. PLN (Persero) <strong>Distribusi</strong> Bali<br />
maupun di seluruh Indonesia.<br />
Ch. 2, 1980.<br />
[4] Wilkins, Dennis J., “The Bathtub Curve and<br />
Product Failure Behavior “, Weibull,<br />
November, 2002<br />
[5] Ferdiansyah, “<strong>Evaluasi</strong> <strong>Keandalan</strong> <strong>Sistem</strong><br />
<strong>Distribusi</strong> PT.PLN (Persero) APJ Surabaya<br />
Selatan Menggunakan Metode Non-Eksponensial<br />
Down Times”, Teknik Elektro-<strong>ITS</strong>, Surabaya,<br />
2007.<br />
[6] Marsudi, Djiteng, “Operasi <strong>Sistem</strong> Tenaga<br />
Listrik”, Balai Penerbit dan Humas ISTN, Jakarta<br />
Selatan, 1990.<br />
[7] Priyanta, Dwi, Diktat Kuliah: <strong>Keandalan</strong> dan<br />
Perawatan – FTK <strong>ITS</strong>, Surabaya, 2000<br />
[8] Sukerayasa, I Wayan, “Penentuan Angka Keluar<br />
Peralatan Untuk <strong>Evaluasi</strong> <strong>Keandalan</strong> <strong>Sistem</strong><br />
<strong>Distribusi</strong> Tenaga Listrik”, Universitas Udayana,<br />
Jimbaran, Desember, 2007<br />
[9] Sukmawidjaja, Maula, “Perhitungan Profil<br />
Tegangan pada <strong>Sistem</strong> <strong>Distribusi</strong> Menggunakan<br />
Matrix Admitansi dan Matrix Impedansi Bus”,<br />
JETri, vol. 7, pp.21-40, ISSN 1412-0372, February,<br />
2008<br />
[10] Priyambodo, B., “Manajemen Farmasi Industri”,<br />
Global Pustaka Utama, Yogyakarta, 2007.<br />
[11] Rummel, R.J., “Understanding Correlation”,<br />
Departement of Political Science University of<br />
Hawaii, Honolulu, 1976.<br />
[12] Moubray, John, “Reliability Centered<br />
Maintenance”, Industrial Press, New York, 1997<br />
[13] Rausand, M. and Hoyland, A., “System<br />
Reliability Theory; Models, Statistical methods,<br />
and Applications”, John Wuiley & Sons, New<br />
York, 2004.<br />
RIWAYAT HIDUP<br />
I Wayan Suardiawan<br />
dilahirkan di Denpasar, 6<br />
Januari 1988. Pada tahun 2006,<br />
penulis masuk ke Jurusan<br />
Teknik Elektro FTI <strong>ITS</strong> dan<br />
mengambil bidang studi Teknik<br />
<strong>Sistem</strong> Tenaga. Selama menjadi<br />
mahasiswa, penulis aktif sebagai<br />
asisten praktikum, koordinator<br />
praktikum dan koordinator<br />
asisten di Laboratorium<br />
Konversi Energi Listrik-Jurusan Teknik Elektro-<br />
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
[1] Artana, Ketut Buda, Diktat Kuliah: Kuliah<br />
<strong>Keandalan</strong>1-Pendahuluan - FTK <strong>ITS</strong>, Surabaya.<br />
[2] Artana, Ketut Buda, Diktat Kuliah: Statistika<br />
Rekayasa-<strong>Distribusi</strong> Peluang – FTK <strong>ITS</strong>,<br />
Surabaya.<br />
[3] Endrenyi, J., “Reliability Modeling in Electric<br />
Power Systems”, John Wiley & Sons Ltd., Toronto,<br />
7