10.08.2013 Views

inovasi teknologi pembenah tanah zeolit untuk memperbaiki lahan ...

inovasi teknologi pembenah tanah zeolit untuk memperbaiki lahan ...

inovasi teknologi pembenah tanah zeolit untuk memperbaiki lahan ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

INOVASI TEKNOLOGI PEMBENAH TANAH ZEOLIT UNTUK<br />

MEMPERBAIKI LAHAN PERTANIAN TERDEGRADASI<br />

M. Al-Jabri<br />

Balai Penelitian Tanah<br />

ABSTRAK<br />

Pakar pertanian di Indonesia telah menyadari bahwa setelah empat<br />

dekade seiiring dengan revolusi hijau yang menggunakan pupuk anorganik dan<br />

insektisida terbukti telah merusak <strong>tanah</strong> dan mencemari lingkungan. Kerusakan<br />

<strong>tanah</strong> yang dimaksud adalah kerusakan sifat fisika, kimia, dan biologi <strong>tanah</strong>.<br />

Kerusakan sifat-sifat <strong>tanah</strong> tersebut satu sama lain saling berkaitan, dimana<br />

bermula dengan penurunan kandungan C-organik <strong>tanah</strong> yang mengakibatkan<br />

kerusakan struktur <strong>tanah</strong> seperti penurunan permeabelitas <strong>tanah</strong>, berkurangnya<br />

populasi mikrobiologi <strong>tanah</strong> yang bermanfaat bagi tanaman, akhirnya berdampak<br />

terhadap timbulnya fenomena levelling off. Pemerintah sampai saat ini masih<br />

menunggu <strong>inovasi</strong> <strong>teknologi</strong> yang dapat <strong>memperbaiki</strong> <strong>lahan</strong> pertanian<br />

terdegradasi. Pembenah <strong>tanah</strong> <strong>zeolit</strong> sebagai salah satu <strong>inovasi</strong> <strong>teknologi</strong> yang<br />

terbukti secara teknis dapat <strong>memperbaiki</strong> kerusakan <strong>tanah</strong> dan pencemaran<br />

lingkungan. Inovasi <strong>teknologi</strong> <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> <strong>zeolit</strong> sampai saat ini belum<br />

diimplementasikan dalam kaitannya pemerintah <strong>untuk</strong> memutuskannya sebagai<br />

suatu kebijakan. Fakta teknis membuktikan bahwa <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> <strong>zeolit</strong> dapat<br />

meningkatkan hasil tanaman, bahkan takaran pupuk anorganik dapat dikurangi.<br />

PENDAHULUAN<br />

Inovasi <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> alami yang belum dijadikan kebijakan oleh<br />

pemerintah salah satu diantaranya adalah <strong>zeolit</strong>. Sampai saat ini belum banyak<br />

informasi data yang menjelaskan secara terperinci tentang jenis, dosis, manfaat,<br />

kendalanya. Zeolit sebagai <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> adalah mineral dari senyawa<br />

aluminosilikat terhidrasi dengan struktur berongga dan mengandung kation-kation<br />

alkali yang dapat dipertukarkan. Zeolit sebagai <strong>pembenah</strong> yang diberikan ke<br />

dalam <strong>tanah</strong> dengan jumlah yang cukup banyak dapat <strong>memperbaiki</strong> sifat-sifat<br />

fisik, kimia, dan biologi <strong>tanah</strong> sehingga produksi pertanian dapat ditingkatkan<br />

(Pond dan Mumpton, 1984; Torii et al., 1979; Townsend, 1979; Suwardi, 2007).<br />

Pengembangan penggunaan <strong>zeolit</strong> sebagai <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> kurang didukung<br />

petani, sebab beberapa <strong>zeolit</strong> yang beredar di pasar tidak memenuhi standar<br />

mutu karena KTK-nya ≤ 80 me/100 g. Disamping itu, karena <strong>zeolit</strong> diinformasikan<br />

sebagai pupuk, sehingga petani tidak memberikan pupuk apalagi harganya<br />

185


186<br />

M. Al-Jabri<br />

sangat mahal. Pmemberian <strong>zeolit</strong> dapat meningkatkan efisiensi serapan hara<br />

pupuk dapat mengantisipasi kerusakan <strong>tanah</strong> akibat penggunaan pupuk yang<br />

tidak rasional, dimana takaran pupuk yang diberikan tanpa berpedoman pada<br />

pemupukan berimbang berdasarkan konsep uji <strong>tanah</strong> (Sanchez, 1976;<br />

Westerman, 1990; Al-Jabri, 2006).<br />

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 02/Pert/HK.060/2/2006<br />

yang dimaksud dengan <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> adalah bahan-bahan sintetis atau alami,<br />

organik atau mineral yang berbentuk padat atau cair yang mampu <strong>memperbaiki</strong><br />

sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi <strong>tanah</strong>. Di kalangan ahli <strong>tanah</strong> <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong><br />

dikenal sebagai soil conditioner seperti <strong>zeolit</strong> dan secara bersamaan diberi juga<br />

bahan organik diyakini mampu <strong>memperbaiki</strong> struktur <strong>tanah</strong>, dapat merubah<br />

kapasitas <strong>tanah</strong> menahan dan melalukan air, serta dapat <strong>memperbaiki</strong> kemampuan<br />

<strong>tanah</strong> memegang unsur hara, sehingga hara tidak mudah hilang, dan tanaman<br />

masih mampu memanfaatkannya sehingga produksi tanaman dapat tingkatkan.<br />

Sebelum dilakukan rehabilitasi <strong>lahan</strong> kritis maka faktor-faktor yang<br />

mengakibatkan penggunaan pupuk menjadi tidak efisien harus diperbaiki lebih<br />

dulu, antara lain kandungan bahan organik yang rendah. Kandungan bahan<br />

organik dalam <strong>tanah</strong> yang rendah dengan C-organik < 1% mengakibatkan strukur<br />

<strong>tanah</strong> menjadi rusak karena stabilitas agregat <strong>tanah</strong> yang tidak mantap.<br />

Pemberian <strong>zeolit</strong> harus disinergiskan dengan bahan organik secara proporsional<br />

dapat mengurangi takaran pupuk anorganik sampai 50% dari dosis anjuran.<br />

Mengingat dalam pengembangan <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> <strong>zeolit</strong> di lapangan sering<br />

dihadapkan permasa<strong>lahan</strong> beredarnya <strong>zeolit</strong>, sehingga petani ragu-ragu <strong>untuk</strong><br />

membelinya lagi, oleh karena itu pemerintah seyogyanya secara berkelanjutan<br />

mengawasi perdagangan <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> <strong>zeolit</strong> secara berkelanjutan. Makalah<br />

ini mereview hasil penelitian tentang <strong>inovasi</strong> <strong>teknologi</strong> <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> <strong>zeolit</strong><br />

yang terbukti dapat meningkatkan hasil tanaman dan tidak perlu diragukan lagi<br />

selama <strong>zeolit</strong> yang diberikan adalah <strong>zeolit</strong> asli.<br />

Pengaruh <strong>zeolit</strong> klinoptilolit terhadap hasil beberapa komoditas pertanian<br />

Zeolit klinoptilolit yang dicampur pada <strong>tanah</strong> berpengaruh terhadap hasil<br />

beberapa komoditas pertanian. Penambahan 1 ton Zeolit klinoptilolit/10 are (10<br />

are = 0,10 ha) atau 10 ton Zeolit klinoptilolit/ha dapat meningkatkan hasil<br />

tanaman eggplant atau terung sampai 55%, dan <strong>untuk</strong> wortel sampai 63%.<br />

Penambahan 0,5 ton Zeolit klinoptilolit/10 are atau 5 ton Zeolit klinoptilolit/ha


Inovasi Teknologi Pembenah Tanah Zeolit<br />

dapat meningkatkan hasil tanaman padi berkisar 3 sampai 6% (Tabel 1).<br />

Peningkatan produksi tersebut karena <strong>zeolit</strong> dapat <strong>memperbaiki</strong> sifat fisika <strong>tanah</strong><br />

seperti aerasi <strong>tanah</strong> menjadi lebih baik, <strong>memperbaiki</strong> sifat kimia <strong>tanah</strong> (KTK<br />

meningkat), dan mampu menyerap air.<br />

Tabel 1. Pengaruh <strong>zeolit</strong> klinoptilolit terrhadap hasil beberapa komoditas<br />

pertanian<br />

Crop Year<br />

Wheat 1962<br />

Paddy 1964<br />

Eggplant 1964<br />

Apple 1964<br />

Amount of <strong>zeolit</strong>e<br />

used<br />

Ratio of yield<br />

index<br />

tons/10 are*) %) **<br />

1<br />

2<br />

0.5<br />

1<br />

1<br />

2<br />

1<br />

2<br />

113<br />

115<br />

106<br />

103<br />

155<br />

119<br />

113<br />

128<br />

Paddy 1965<br />

0.5<br />

1<br />

102<br />

117<br />

Carrot 1965 1 163<br />

1<br />

114<br />

Apple 1965<br />

2<br />

110<br />

Sumber : Yamagata. 1967. * 10 ares = 0.25 acre dan 1 ha = 100 are ; ** = Compared<br />

with control plots.<br />

Pengaruh <strong>zeolit</strong> klinoptilolit yang diberikan pada <strong>tanah</strong> terhadap hasil<br />

beberapa komoditas pertanian di Indonesia sejak tahun 1990-an (Tabel 2).<br />

Peningkatan hasil jagung 6-11%, kedelai 19%, kacang <strong>tanah</strong> 18%, dan tomat<br />

35% membuktikan bahwa <strong>zeolit</strong> dapat <strong>memperbaiki</strong> sifat fisika, kimia, dan biologi<br />

+<br />

<strong>tanah</strong>. Disamping itu, <strong>zeolit</strong> mampu menyerap air dan mengadsorpsi ion NH4 ,<br />

yang sewaktu-waktu dapat dilepas secara per<strong>lahan</strong> saat tanaman memerlukan,<br />

+<br />

sehingga ion NH4 tidak hilang tercuci dan akibatnya efisiensi penggunaan pupuk<br />

N meningkat. Akumulasi N dari pupuk N dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan<br />

dengan kontrol jika <strong>zeolit</strong> diberikan 3 dan 6 ton/ha, hal ini disebabkan karena<br />

+ -<br />

<strong>zeolit</strong> dapat menghambat konversi NH4 menjadi NO3 sebanyak 30-40%.<br />

Takaran Zeolit yang diberikan bergantung pada tingkat degradasi <strong>lahan</strong> dari<br />

ringan sampai berat sebanyak 5-20 ton/ha yaitu <strong>untuk</strong> berat <strong>tanah</strong> 2 x 10 6 kg/ha,<br />

sehingga analisis ekonomi jangka pendek dipastikan tidak untung. Oleh karena<br />

187


188<br />

M. Al-Jabri<br />

itu, masalah ini diantisipasi dengan cara menempatkan <strong>zeolit</strong> di daerah perakaran,<br />

sehingga penggunaannya akan lebih efisien dan lebih praktis.<br />

Tabel 2. Pengaruh <strong>zeolit</strong> klinoptilolit yang diberikan pada <strong>tanah</strong> terhadap hasil<br />

beberapa komoditas pertanian di Indonesia<br />

Tanaman Dosis <strong>zeolit</strong> Peningkatan hasil<br />

ton/ha %<br />

Jagung<br />

Jagung<br />

Kedelai<br />

Kacang <strong>tanah</strong><br />

Tomat<br />

Sumber : Suwardi (2007)<br />

Penambahan 3 ton <strong>zeolit</strong>/ha dicampur dengan pupuk 1 ton ZA (200 kg<br />

N/ha) nisbah 15:1 memberikan peningkatan hasil kedelai sebanyak 46%;<br />

Pemberian 3 ton <strong>zeolit</strong>/ha dicampur dengan 1 ton ZA /ha memberikan<br />

peningkatan bobot kering rimpang jahe sebanyak 72%; Pemberian 500 kg<br />

<strong>zeolit</strong>/ha dengan 100 kg N/ha memberikan peningkatan hasil padi sebanyak 11%<br />

dibandingkan tanpa <strong>zeolit</strong>; Pemberian 900 kg <strong>zeolit</strong>/ha dengan 300 kg N/ha<br />

memberikan peningkatan hasil padi sebanyak 16% dibandingkan tanpa <strong>zeolit</strong><br />

(Tabel 3). Pada tanaman yang sama, Suwardi dan Goto (1996) melaporkan<br />

peningkatan produksi padi sawah sebanyak 28% pada campuran 3.5 ton <strong>zeolit</strong>/ha<br />

dengan 50 kg N/ha (nisbah Zeolit:N = 70:1) dibandingkan tanpa <strong>zeolit</strong>.<br />

2.5<br />

2.5<br />

2.5<br />

2.5<br />

2.5<br />

Tabel 3. Pengaruh <strong>zeolit</strong> sebagai bahan campuran pupuk terhadap hasil<br />

tanaman<br />

Tanaman Nisbah <strong>zeolit</strong> : pupuk Dosis pupuk Peningkatan hasil<br />

kg N/ha %<br />

Kedelai 15:1 200 46<br />

Jahe 15:1 200 72<br />

Padi sawah 3:1 300 16<br />

Padi sawah 5:1 100 11<br />

Padi sawah 70:1 50 28<br />

Sumber : Suwardi dan Goto (1996)<br />

6<br />

11<br />

19<br />

18<br />

35


Inovasi Teknologi Pembenah Tanah Zeolit<br />

+<br />

Inovasi <strong>zeolit</strong> <strong>untuk</strong> melepaskan NH4 - urea<br />

secara lambat sebagai <strong>teknologi</strong> nano<br />

Tidak sebagaimana halnya dengan pemberian pupuk anorganik yang<br />

menambahkan unsur hara dalam jumlah sedikit, sebaliknya bahan <strong>pembenah</strong><br />

<strong>tanah</strong> seperti <strong>zeolit</strong> diberikan dalam jumlah sangat banyak <strong>untuk</strong> <strong>memperbaiki</strong><br />

sifat-sifat <strong>tanah</strong> seperti memperbanyak pori-pori <strong>tanah</strong>, meningkatkan KTK media<br />

tumbuh (campuran <strong>tanah</strong> mineral dan <strong>zeolit</strong>) di daerah perakaran, sehingga<br />

pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Inovasi <strong>teknologi</strong> dikemudian hari yang<br />

harus dicari adalah <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> <strong>zeolit</strong> yang diberikan dalam jumlah sedikit<br />

dengan teknik blanding, dimana <strong>zeolit</strong> dicampur dengan pupuk N-Urea yang<br />

+<br />

didasarkan pada sifat <strong>zeolit</strong> yang dapat menyerap N dalam bentuk ion NH4 .<br />

Unsur N-Urea merupakan unsur yang paling mudah hilang melalui proses<br />

leaching dan volatilization. Inovasi <strong>teknologi</strong> yang perlu dikembangkan lagi adalah<br />

perbandingan antara <strong>zeolit</strong> dan pupuk N-Urea secara proporsional, sehingga<br />

dampak pemberiannya dapat merehabilitasi <strong>lahan</strong> terdegradasi dan meningkatkan<br />

produksi pertanian secara nyata dan ramah lingkungan.<br />

Sifat khas dari <strong>zeolit</strong> sebagai natural mineral berstruktur tiga demensi<br />

bermuatan negatif dan memiliki pori-pori yang terisi ion-ion K, Na, Ca, Mg dan<br />

molekul H2O, sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran ion dan pelepasan<br />

air secara bolak-balik. Pupuk Urea dan KCl yang diberikan ke <strong>tanah</strong> yang<br />

+ +<br />

sebelumnya sudah diberi <strong>zeolit</strong>, maka kation NH4 -Urea dan kation K -KCl dapat<br />

terperangkap sementara dalam pori-pori <strong>zeolit</strong> yang sewaktu-waktu dilepaskan<br />

secara per<strong>lahan</strong>-<strong>lahan</strong> <strong>untuk</strong> diserap tanaman. Zeolit mempunyai kerangka<br />

terbuka dengan jaringan pori-pori yang mempunyai permukaan bermuatan negatif<br />

+ +<br />

dapat mencegah pencucian unsur hara NH4 -Urea dan kation K -KCl keluar dari<br />

daerah perakaran. Zeolit berperanan <strong>untuk</strong> menahan sementara unsur hara di<br />

daerah perakaran, sehingga pupuk Urea dan KCl yang diberikan lebih efisien.<br />

Jika takaran pupuk yang diberikan sesuai anjuran maka residu pupuk berakhir<br />

lebih lama dengan peningkatan hasil yang lebih tinggi.<br />

Aplikasi <strong>zeolit</strong> tidak sama dengan <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> lainnya (kapur<br />

pertanian dan gypsum), sebab <strong>zeolit</strong> tidak mengalami break down dan jumlahnya<br />

masih tetap dalam <strong>tanah</strong> <strong>untuk</strong> meretensi unsur hara. Aplikasi <strong>zeolit</strong> berikutnya<br />

akan lebih <strong>memperbaiki</strong> kemampuan <strong>tanah</strong> <strong>untuk</strong> menahan unsur hara dan<br />

<strong>memperbaiki</strong> hasil. Zeolit tidak asam dan penggunaannya dengan pupuk dapat<br />

menyangga pH <strong>tanah</strong>, sehingga dapat mengurangi takaran kapur. Pemberian<br />

<strong>zeolit</strong> tidak hanya digunakan sebagai carriers hara tanaman, tetapi juga sebagai<br />

189


190<br />

M. Al-Jabri<br />

perangkap logam berat (Cu, Cd, Pb, Zn) sehingga uptake kedalam rantai<br />

makanan atau food chain dicegah atau berkuran (Fuji, 1974).<br />

Hasil penelitian lain membuktikan bahwa nitrogen yang diserap tanaman<br />

padi di rumah kaca tertinggi pada perlakuan 125 kg ZKK/ha, dan semakin tinggi<br />

takaran dari 250-8.000 kg ZKK/ha, maka N yang diserap tanaman semakin turun,<br />

hal ini menunjukkan semakin banyak N memasuki pori-pori <strong>zeolit</strong>, kemudian<br />

secara lambat akan dilepaskan lagi <strong>untuk</strong> diserap tanaman (Tabel 4). Konsentrasi<br />

N pada perlakuan NPK-petani di rumah kaca < 2% dan pada perlakuan ZKK+<br />

NPK-uji <strong>tanah</strong> > 2% (Al-Jabri, 2010).<br />

Tabel 4. Pengaruh ZKK terhadap N diserap tanaman padi varietas Ciherang<br />

umur 6 MST menggunakan <strong>tanah</strong> Grumusol, Jawa Timur dari percobaan<br />

pot<br />

No. Perlakuan<br />

Bobot kering<br />

tanaman<br />

Konsentrasi<br />

N<br />

N diserap<br />

tanaman<br />

gram/pot % mg/pot<br />

1. Kontrol lengkap 4,66 1,40 65<br />

2. NPK-petani 16,05 1,41 226<br />

3. NPK-uji <strong>tanah</strong> 22,50 2,05 461<br />

4. 125 kg ZKK/ha + NPK-uji <strong>tanah</strong> 22,56 2,76 623<br />

5. 250 kg ZKK/ha + NPK-uji <strong>tanah</strong> 21,28 2,62 558<br />

6. 500 kg ZKK/ha + NPK-uji <strong>tanah</strong> 20,24 2,69 544<br />

7. 1.000 kg ZKK/ha + NPK-uji <strong>tanah</strong> 19,78 2,96 585<br />

8. 2.000 kg ZKK/ha + NPK-uji <strong>tanah</strong> 20,25 2,66 539<br />

9. 4.000 kg ZKK/ha + NPK-uji <strong>tanah</strong> 20,18 2,43 490<br />

10. 8.000 kg ZKK/ha + NPK-uji <strong>tanah</strong> 23,00 2,42 557<br />

Formulasi pupuk anorganik dengan <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> organik dan <strong>zeolit</strong><br />

Formulasi pupuk anorganik dengan <strong>pembenah</strong> panah organik dan <strong>zeolit</strong><br />

perlu dikembangkan terus, sehingga dapat diciptakan formulasi yang semakin<br />

baik. Pengaruh tingkat Formulasi Zeo Nano (FZN) masing-masing 1/8, ¼, ½, ¾,<br />

1, 1 ½, 2 x FZN berbeda nyata terhadap bobot gabah kering giling (GKG) di<br />

rumah kaca. FZN terdiri dari campuran <strong>zeolit</strong>, urea, ZA, P alam, Cu, Zn, B, dan<br />

kompos jerami yang dibuat dalam bentu pelet (Gambar 1).<br />

Bobot GKG tertinggi 40 gram/pot pada level 2 x FZN (Perlakuan No.8)<br />

nyata berbeda terhadap semua perlakuan. Meskipun penggunaan 2 X FZN dalam<br />

waktu jangka pendek belum menguntungkan, tetapi pemberian 1/4 x Zeo-Nano)


Inovasi Teknologi Pembenah Tanah Zeolit<br />

secara berkelanjutan setiap musim tanam, tidak diragukan bahwa pengaruhnya<br />

tidak hanya hasil GKG dapat ditingkatkan, tetapi juga sifat fisika, kimia, dan<br />

biologi <strong>tanah</strong> dapat diperbaikimenuju pencapain pertanian berkelanjutan (Al-Jabri,<br />

2010). Pemberian <strong>pembenah</strong> <strong>tanah</strong> <strong>zeolit</strong> ZKK berpengaruh terhadap GKG<br />

dengan hasil tertinggi (65,20 kwintal/ha) pada pemberian 2.000 kg ZKK/ha (Tabel<br />

5).<br />

Rice dry yield (gram/pot)<br />

45<br />

40<br />

35<br />

30<br />

25<br />

20<br />

15<br />

10<br />

5<br />

0<br />

1 2 3 4 5 6 7 8<br />

No.1= Complete control; No.2=1/8xZeo-<br />

Nano;No.3=1/4xZeo-Nano;No.4=1/2xZeo-<br />

Nano;No.5=3/4xXeo-Nano;No.6=1xZeo-<br />

Nano;No.7=1 1/2xZeo-Nano;No.8=2xZeo-Nano<br />

Gambar 1. Pengaruh tingkat formulasi zeo nano (FZN) masing-masing 1/8, ¼,<br />

½, ¾, 1, 1 ½, 2 x FZN berbeda nyata terhadap bobot GKG<br />

Tabel 5. Pengaruh ZKK terhadap tinggi, jumlah anakan tanaman padi varietas<br />

Ciherang umur 6 dan 9 MST, serta bobot gabah pada <strong>tanah</strong> Grumusol di<br />

Ngawi (Jawa Timur)<br />

No. Perlakuan<br />

Tinggi tanaman<br />

9 HST<br />

Pertumbuhan tanaman padi<br />

Jumlah anakan<br />

9 HST<br />

Bobot gabah<br />

kering giling<br />

cm kw/ha<br />

1. NPK-petani 110,92 a 24,26 a 50,72 e<br />

2. NPK-uji <strong>tanah</strong> 107,44 b 23,22 a 55,44 d<br />

3. 250 kg ZKK/ha + NPK-uji <strong>tanah</strong> 109,18 ab 24,76 a 59,00 bc<br />

4. 500 kg ZKK/ha + NPK-uji <strong>tanah</strong> 107,56 b 24,46 a 59,74 bc<br />

5. 1.000 kg ZKK/ha + NPK uji <strong>tanah</strong> 109,98 ab 24,30 a 61,40 b<br />

6. 2.000 kg ZKK/ha + NPK-uji <strong>tanah</strong> 107,98 ab 23,98 a 65,20 a<br />

7. 4.000 kg ZKK/ha + NPK-uji <strong>tanah</strong> 109,58 ab 23,80 a 59,56 bc<br />

8. 8.000 kg ZKK/ha + NPK-uji <strong>tanah</strong> 106,80 b 23,42 a 59,38 bc<br />

9. Campuran 70% Urea+30 <strong>zeolit</strong>* 108,54 ab 25,92 a 57,58 cd<br />

Keterangan : * = Campuran 70% Urea+30 <strong>zeolit</strong>* dibuat oleh Dr. Suwardi (Jurusan<br />

Tanah, Fakultas Pertanian, IPB)<br />

191


192<br />

M. Al-Jabri<br />

Pemberian ZKK di atas 2.000 kg ZKK/ha, hasil GKG cenderung menurun,<br />

tetapi relatif masih signifikan dibandingkan dengan perlakuan NPK-petani dan<br />

NPK-uji <strong>tanah</strong> (Al-Jabri, 2010). Dengan semakin tinggi level ZKK, maka semakin<br />

+<br />

banyak NH4 dari pupuk urea yang disimpan yang dalam ruang pori <strong>zeolit</strong>. Residu<br />

+<br />

<strong>zeolit</strong> dalam <strong>tanah</strong> yang masih mengandung NH4 akan dilepaskan lagi pada<br />

musim tanam berikutnya. Residu <strong>zeolit</strong> dalam <strong>tanah</strong> masih bertahan dalam waktu<br />

yang cukup lama, sebab <strong>zeolit</strong> tidak mengalami break down sehingga jumlahnya<br />

masih tetap dalam <strong>tanah</strong>. Sebaliknya kapur dalam <strong>tanah</strong> akan mengalami break<br />

down, sehingga residunya sangat cepat habis. Meskipun pemberian <strong>pembenah</strong><br />

<strong>tanah</strong> <strong>zeolit</strong> ZKK tidak berpengaruh terhadap tinggi dan jumlah tanaman, tetapi<br />

tanpa pemberian ZKK kemungkinan tingkat kehampaan gabah relatif tinggi.<br />

KESIMPULAN<br />

1. Peningkatan produksi tersebut karena <strong>zeolit</strong> dapat <strong>memperbaiki</strong> sifat fisika<br />

<strong>tanah</strong> seperti aerasi <strong>tanah</strong> menjadi lebih baik, <strong>memperbaiki</strong> sifat kimia <strong>tanah</strong><br />

(KTK meningkat), dan mampu menyerap air.<br />

2. Nitrogen yang diserap tanaman padi di rumah kaca tertinggi pada perlakuan<br />

125 kg ZKK/ha, dan semakin tinggi takaran dari 250-8.000 kg ZKK/ha, maka N<br />

yang diserap tanaman semakin turun, hal ini menunjukkan semakin banyak N<br />

memasuki pori-pori <strong>zeolit</strong>, kemudian secara lambat akan dilepaskan lagi <strong>untuk</strong><br />

diserap tanaman.<br />

3. Konsentrasi N pada perlakuan NPK-petani di rumah kaca < 2% dan pada<br />

perlakuan ZKK+ NPK-uji <strong>tanah</strong> > 2%.<br />

4. Bobot GKG tertinggi 40 gram/pot pada level 2 x FZN nyata berbeda terhadap<br />

semua perlakuan; Meskipun penggunaan 2 x FZN dalam waktu jangka<br />

pendek belum menguntungkan, tetapi pemberian 1/4 x Zeo-Nano) secara<br />

berkelanjutan setiap musim tanam, tidak diragukan bahwa pengaruhnya tidak<br />

hanya hasil GKG dapat ditingkatkan, tetapi juga sifat fisika, kimia, dan biologi<br />

<strong>tanah</strong> dapat diperbaiki menuju pencapain pertanian berkelanjutan.<br />

5. Pemberian ZKK di atas 2.000 kg ZKK/ha, hasil GKG cenderung menurun,<br />

tetapi relatif masih signifikan dibandingkan dengan perlakuan NPK-petani dan<br />

NPK-uji <strong>tanah</strong>.


Inovasi Teknologi Pembenah Tanah Zeolit<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Al-Jabri, M. 2006. Penetapan rekomendasi pemupukan berimbang berdasarkan<br />

analisis <strong>tanah</strong> <strong>untuk</strong> padi sawah. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol. 1, No.<br />

2. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan<br />

Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.<br />

+<br />

Al-Jabri, M. 2010. Teknologi Pelepasan NH4 - Urea Secara Lambat dengan <strong>zeolit</strong><br />

pada <strong>tanah</strong> sawah Vertisols di Ngawi. Seminar Nasional di BB Padi<br />

Sukamandi, 24 November 2010.<br />

Pond, W. G., and F. A. Mumpton (Ed). 1984. Zeo-agriculture: Use natural <strong>zeolit</strong>es<br />

in agriculture and aquaculture. International Committee on Natural<br />

Zeolite, Westview Press, Boulder, CO.<br />

Sanchez, P. A. 1976. Properties and Management of Soils in the Tropics. John<br />

Wiley and Sons, New York. London. Sydney. Toronto. 618 p.<br />

Suwardi and Goto, I. 1996. Utilization of Indonesian Natural Zeolite in Agriculture.<br />

Proceedings of the International Seminar on Development of<br />

Agribusiness and Its Impact on Agricultural Production in South East Asia<br />

(DABIA), November 11-16, 1996 at Tokyo.<br />

Suwardi. 1997. Studies on agricultural utilization of natural <strong>zeolit</strong>es in Indonesia.<br />

Ph. D. Dissertation. Tokyo University of Agriculture.<br />

Suwardi. 2007. Pemanfaatan <strong>zeolit</strong> <strong>untuk</strong> Perbaikan Sifat-sifat Tanah dan<br />

Peningkatan Produksi Pertanian. Disampaikan pada Semiloka Pembenah<br />

Tanah Menghemat Pupuk Mendukung Peningkatan Produksi Beras, di<br />

Departemen Pertanian, Jakarta 5 April 2007. (Tidak dipublikasikan).<br />

Torii, K. M., M. Hotta, and M. Asaka. 1979. Quantitative Estimation of Mordenite<br />

and Clinoptilolite In Sedimentary Rock (II). Journal Japan Association<br />

Mineral Economic Geology 74 (8).<br />

Townsend, R. P. 1979. The properties and application of <strong>zeolit</strong>es. The<br />

Proceeding of A Conference Organized Jointly by the Inorganic<br />

Cehemicals Group of the Chemical Society and the Chemical Industry.<br />

The City University, London, April 18 th – 20 th .<br />

Westerman, R. L. 1990. Soil Testing and Plant Analysis. Third Edition. Soil<br />

Science Society of America, Inc. Madison, Wisconsin, USA. 784 p.<br />

Yamagata. 1967. Effect of <strong>zeolit</strong>e as soil conditioners: Internal Report of<br />

Agricultural Improvement Section, Yamagata Prefectural Government.<br />

193

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!